Ayah:
TAFSIR SURAT AL-FURQAN (Pembeda)
TAFSIR SURAT AL-FURQAN (Pembeda)
Menurut Mayoritas Ulama Makkiyah
Ayah: 1 - 2 #
{تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا (1) الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا (2)}.
"Mahaberkah Allah yang telah menurunkan al-Furqan (yaitu al-Qur`an) kepada hambaNya, agar ia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. Yang kepunyaanNya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." (Al-Furqan: 1-2).
#
{1} هذا بيانٌ لعظمته الكاملة وتفرُّده بالوَحْدانية من كلِّ وجه وكثرةِ خيراتِهِ وإحسانِهِ، فقال: {تبارك}؛ أي: تعاظم، وكَمُلَتْ أوصافُه، وكَثُرَتْ خيراتُه، الذي من أعظم خيراتِهِ ونعمه أن نَزَّلَ هذا القرآن الفارقَ بين الحلال والحرام والهدى والضلال وأهل السعادة من أهل الشقاوة، {على عبدِهِ}: محمدٍ - صلى الله عليه وسلم -، الذي كَمَّلَ مراتبَ العبوديَّة وفاق جميع المرسلين؛ {ليكونَ}: ذلك الإنزال للفرقانِ على عبده {للعالمينَ نَذيراً}: ينذِرُهم بأسَ الله ونِقَمَهُ ويبيِّنُ لهم مواقعَ رضا الله من سَخَطِهِ، حتى إنَّ مَنْ قَبِلَ نِذارَتَه وعمل بها؛ كان من الناجين في الدنيا والآخرة، الذين حَصَلَتْ لهم السعادةُ الأبديَّة والمُلك السَّرْمَدِيُّ؛ فهل فوق هذه النعمةِ وهذا الفضل والإحسان شيءٌ؟! فتبارك الذي هذا [من] بعض إحسانِهِ وبركاتِهِ.
(1) Ini adalah penjelasan tentang keagunganNya yang sem-purna dan kemanunggalanNya di dalam keesaan dari segala sisi, banyaknya kebaikan dan karuniaNya, seraya berfirman, ﴾ تَبَارَكَ ﴿ "Mahaberkah." Maksudnya Mahaagung, Mahasempurna sifat-sifat-Nya dan Mahabanyak kebaikanNya, yang di antara karunia dan nikmatNya yang terbesar adalah bahwa Dia telah menurunkan al-Qur`an ini, yang membedakan antara yang halal dengan yang haram, antara petunjuk dengan kesesatan, antara orang-orang yang berbahagia dengan orang-orang yang sengsara, ﴾ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦ ﴿ "kepada hambaNya," yaitu Muhammad a yang telah menyempurnakan urutan ubudiyah dan mengungguli seluruh rasul; ﴾ لِيَكُونَ ﴿ "agar ia menjadi," maksudnya penurunan al-Furqan kepada hambaNya itu agar menjadi ﴾ لِلۡعَٰلَمِينَ نَذِيرًا ﴿ "pemberi peringatan kepada seluruh alam," yang memberikan mereka peringatan akan siksa Allah dan azab-Nya, menjelaskan kepada mereka letak-letak keridhaanNya dari kemurkaanNya, sehingga siapa saja yang menerima peringatannya dan mengamalkannya, niscaya (menjadi) termasuk orang-orang yang selamat di dunia dan akhirat, yaitu orang-orang yang meraih kebahagiaan abadi dan kerajaan nan kekal. Apakah ada sesuatu lagi di atas nikmat, karunia dan ihsan ini? Maka Mahaluhur Allah yang mana ini merupakan sebagian dari karunia dan berkahNya.
#
{2} {الذي له مُلْكُ السمواتِ والأرضِ}؛ أي: له التصرُّف فيهما وحدَه، وجميع مَنْ فيهما مماليكُ وعبيدٌ له مذعِنون لعظمتِهِ خاضعون لربوبيَّتِهِ فقراءُ إلى رحمته، الذي {لم يَتَّخِذْ ولداً ولم يكن له شريكٌ في الملكِ}: وكيف يكونُ له ولدٌ أو شريكٌ؛ وهو المالكُ وغيرُه مملوكٌ، وهو القاهرُ وغيرُه مقهورٌ، وهو الغنيُّ بذاتِهِ من جميع الوجوه والمخلوقونَ مفتَقِرون إليه [فقراً ذاتياً] من جميع الوجوه؟! وكيف يكونُ له شريكٌ في الملك ونواصي العبادِ كلِّهم بيديهِ؛ فلا يتحرَّكون أو يسكُنون ولا يتصرَّفون إلاَّ بإذنِهِ؛ فتعالى الله عن ذلك علوًّا قديراً؛ فلم يَقْدِرْهُ حقَّ قَدْرِهِ مَنْ قال فيه ذلك، ولهذا قال: {وخَلَقَ كلَّ شيءٍ}: شمل العالم العلويَّ والعالم السفليَّ من حيواناتِهِ ونباتاتِهِ وجماداتِهِ، {فقدَّره تقديراً}؛ أي: أعطى كلَّ مخلوقٍ منها ما يَليقُ به ويناسبُه من الخلقِ وما تقتضيه حكمتُه من ذلك؛ بحيث صار كلُّ مخلوقٍ لا يَتَصَوَّرُ العقلُ الصحيحُ أن يكونَ بخلاف شكلِهِ وصورتِهِ المشاهَدَة، بل كلُّ جزءٍ وعضوٍ من المخلوق الواحد لا يناسبُه غير محلِّه الذي هو فيه؛ قال تعالى: {سبِّحِ اسمَ ربِّك الأعلى الذي خَلَقَ فسَوَّى. والذي قَدَّرَ فَهَدى}، وقال تعالى: {ربُّنا الذي أعطى كُلَّ شَيءٍ خَلْقَه ثم هَدى}. ولما بيَّن كمالَه وعظمتَه وكثرةَ إحسانِهِ؛ كان ذلك مقتضياً لأن يكونَ وحدَه المحبوبَ المألوه المعظَّم المفردَ بالإخلاص وحدَه لا شريك له؛ ناسبَ أن يذكُرَ بطلانَ عبادةِ ما سواه، فقال:
(2) ﴾ ٱلَّذِي لَهُۥ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ﴿ "Yang kepunyaanNya-lah kerajaan langit dan bumi" maksudnya kepunyaanNya semata hak pengen-dalian pada keduanya, apa saja yang ada pada keduanya adalah hamba dan budak bagiNya, tunduk kepada keagunganNya lagi patuh kepada rububiyahNya, dan mereka sangat butuh kepada belas kasihNya; Yang mana ﴾ لَمۡ يَتَّخِذۡ وَلَدٗا وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ شَرِيكٞ فِي ٱلۡمُلۡكِ ﴿ "Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya)." Bagaimana mungkin Dia akan mempunyai anak atau sekutu, se-dangkan Dia adalah Yang Maha Raja (Kuasa) sedangkan selain Dia adalah budak-budakNya; dan Dia-lah Yang Mahaperkasa, sedang-kan selain Dia adalah di bawah keperkasaanNya; dan Dia-lah Yang Mahakaya dengan DzatNya dari segala sisi, sedangkan semua makhluk sangat tergantung [butuh] kepadaNya secara otomatis dari segala sisi? Dan bagaimana mungkin Dia akan mempunyai sekutu dalam kerajaan (kekuasaanNya), sedangkan ubun-ubun semua (makhluk) ada di TanganNya. Mereka tidak bergerak atau diam dan tidak pula berbuat kecuali dengan izinNya. Maka Maha-suci Allah dari semua itu dengan sesuci-suciNya. Sungguh orang yang mengatakan demikian (yaitu bahwa Allah mempunyai anak atau sekutu. Pent.) sama sekali tidak menaruh hormat kepada Allah dengan penghormatan yang sebenar-benarnya. Maka dari itu Dia berfirman, ﴾ وَخَلَقَ كُلَّ شَيۡءٖ ﴿ "Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu," meliputi alam atas dan alam bawah, yang berupa hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati, ﴾ فَقَدَّرَهُۥ تَقۡدِيرٗا ﴿ "lalu Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapi-nya." Maksudnya, Dia telah memberikan kepada setiap makhluk (ciptaan) itu segala sesuatu yang pantas dan sesuai dengannya sebagai ciptaan, dan sesuai dengan tuntutan kebijaksanaanNya dalam semua itu; sehingga setiap makhluk (ciptaanNya) menjadi sangat tidak masuk akal sehat kalau terbentuk berbeda dengan bentuk dan rupanya yang tampak, bahkan setiap bagian dan ang-gota dari satu makhluk (ciptaan) tidak akan cocok baginya selain tempat yang telah ditetapkan untuknya. Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ سَبِّحِ ٱسۡمَ رَبِّكَ ٱلۡأَعۡلَى 1 ٱلَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ 2 وَٱلَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ 3 ﴿ "Sucikanlah nama Rabbmu Yang Paling Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaanNya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) lalu memberi petunjuk." (Al-A'la: 1-3). Dan Dia berfirman, ﴾ رَبُّنَا ٱلَّذِيٓ أَعۡطَىٰ كُلَّ شَيۡءٍ خَلۡقَهُۥ ثُمَّ هَدَىٰ 50 ﴿ "Rabb kami ialah (Rabb) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk." (Thaha: 50). Setelah Allah menjelaskan kesempurnaanNya, keagungan dan berlimpahnya karuniaNya, dan hal itu mengharuskan agar (hanya) Dia semata yang pantas dicintai, diibadahi (disembah), diagung-kan, diesakan dengan tulus, tidak ada sekutu bagiNya, maka sangat tepat untuk dijelaskan kebatilan beribadah (menyembah) kepada selainNya, seraya berfirman,
Ayah: 3 #
{وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَلَا يَمْلِكُونَ مَوْتًا وَلَا حَيَاةً وَلَا نُشُورًا (3)}.
"Kemudian mereka mengambil sembahan-sembahan selain-Nya (untuk disembah), yang tidak menciptakan sesuatu apa pun, sementara mereka sendiri pun diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudaratan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfaatan dan tidak kuasa memati-kan, menghidupkan, dan tidak (pula) membangkitkan." (Al-Furqan: 3).
#
{3} أي: من أعجب العجائب وأدلِّ الدليل على سَفَههم ونقص عقولهم، بل أدلُّ على ظلمهم وجراءتهم على ربِّهم: أنِ اتَّخَذوا آلهةً بهذه الصفة، في غاية العجز أنَّها لا تَقْدِرُ على خلق شيء، بل هم مخلوقون، بل بعضهم مما عملته أيديهم، {ولا يملِكون لأنفُسِهِم ضرًّا ولا نفعاً}؛ أي: لا قليلاً ولا كثيراً؛ لأنه نكرةٌ في سياق النفي. {ولا يملِكون موتاً ولا حياةً ولا نشوراً}؛ أي: بعثاً بعد الموت. فأعظمُ أحكام العقل بطلانُ إلهيتها وفسادُها وفسادُ عقل من اتّخذها آلهةً وشركاءَ للخالق لسائرِ المخلوقات من غير مشاركةٍ له في ذلك، الذي بيده النفع والضرُّ والعطاء والمنع، الذي يُحيي ويميتُ ويبعثُ مَنْ في القبور ويجمعُهُم يومَ النشور، وقد جَعَلَ لهم دارين: دار الشقاءِ والخزي والنَّكال لمن اتَّخذ معه آلهةً أخرى، ودار الفوز والسعادة والنعيم المقيم لمن اتَّخذه وحدَه معبوداً. ولما قرَّر بالدليل القاطع الواضح صحَّة التوحيد وبطلان ضدِّه؛ قرَّر صحَّة الرسالة وبطلان قول من عارَضَها واعترضَها، فقال:
(3) Maksudnya, di antara yang sangat aneh dan bukti yang paling pasti atas kedunguan mereka dan kepicikan akal mereka, bahkan paling menunjukkan kepada kezhaliman dan kelancangan mereka kepada Rabb mereka adalah mereka mengangkat sem-bahan-sembahan yang sifatnya benar-benar berada pada puncak ketidakberdayaan, yaitu mereka (sembahan-sembahan itu) sama sekali tidak mampu menciptakan sesuatu apa pun, bahkan mereka sendiri adalah makhluk ciptaan, bahkan sebagian di antara sem-bahan-sembahan itu ada yang dibuat oleh tangan mereka (para penyembah itu)! ﴾ وَلَا يَمۡلِكُونَ لِأَنفُسِهِمۡ ضَرّٗا وَلَا نَفۡعٗا ﴿ "Dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudaratan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfaatan," yakni kemanfaatan sedikit maupun banyak. Sebab kata (dharran dan naf`an. pent) berbentuk nakirah (indefinit noun) dalam bentuk nafi (kalimat negatif). ﴾ وَلَا يَمۡلِكُونَ مَوۡتٗا وَلَا حَيَوٰةٗ وَلَا نُشُورٗا ﴿ "Dan tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan." Maksudnya, menghidupkan kembali sesudah ke-matian. Maka ketetapan akal sehat yang paling mendasar menyata-kan kebatilan dan kerusakan ketuhanan dari sembahan-sembahan tersebut, dan kerusakan akal orang-orang yang menjadikannya sebagai sembahan dan sekutu bagi Sang Pencipta semua makhluk tanpa persekutuan bagiNya dalam menciptakannya, yaitu (Pencipta) yang di TanganNya-lah manfaat, bahaya, pemberian (sesuatu) dan pencegahan(nya), yang menghidupkan, mematikan dan membang-kitkan kembali orang-orang yang ada di dalam kubur serta meng-himpun mereka pada Hari Kebangkitan. Sesungguhnya Dia telah menciptakan bagi mereka dua tem-pat tinggal: tempat kesengsaraan, kehinaan dan hukuman bagi siapa saja yang menyembah sembahan selain Allah, dan tempat kemenangan, kebahagiaan dan kenikmatan abadi untuk siapa saja yang (hanya) menjadikan Allah semata sebagai sembahannya. Setelah Allah memutuskan dengan dalil (argumen) yang pasti lagi sangat jelas kebenaran tauhid dan kebatilan lawannya (syirik), maka Allah menegaskan kebenaran kerasulan (Nabi Muhammad a. Pent.) dan kebatilan perkataan orang yang menentang dan membangkang terhadapnya, seraya berfirman,
Ayah: 4 - 6 #
{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا (4) وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (5) قُلْ أَنْزَلَهُ الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا (6)}.
"Dan orang-orang kafir berkata, 'Al-Qur`an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain.' Maka sungguh mereka telah berbuat suatu kezhaliman dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, 'Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dongengan itu dibacakanlah kepadanya setiap pagi dan petang.' Katakanlah, 'Al-Qur`an itu diturunkan oleh (Allah) Yang mengetahui segala rahasia di langit dan bumi. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'." (Al-Furqan: 4-6).
#
{4} أي: وقال الكافرون بالله، الذي أوجب لَهم كُفْرُهم أنْ قالوا في القرآن والرسول: إنَّ هذا القرآنَ كذبٌ كَذَبه محمد، وإفكٌ افتراه على الله، وأعانه على ذلك قومٌ آخرون؛ فردَّ الله عليهم ذلك بأنَّ هذا مكابرةٌ منهم وإقدامٌ على الظُّلم والزُّور الذي لا يمكن أن يدخلَ عقلَ أحدٍ؛ وهم أشدُّ الناس معرفةً بحالة الرسول - صلى الله عليه وسلم - وكمال صدقِهِ وأمانتِهِ وبرِّه التامِّ، وأنَّه لا يمكِنُه لا هو ولا سائرُ الخلق أن يأتوا بهذا القرآنِ الذي هو أجلُّ الكلام وأعلاه، وأنَّه لم يجتمعْ بأحدٍ يُعينه على ذلك؛ {فقد جاؤوا} بهذا القول ظلماً {وزوراً}.
(4) Maksudnya, dan orang-orang yang kafir kepada Allah, yang kekafiran mereka telah memastikan mereka untuk mengata-kan tentang al-Qur`an dan Rasulullah, "Sesungguhnya al-Qur`an ini adalah kedustaan yang dibuat-buat oleh Muhammad, dan ke-bohongan yang diada-adakannya atas Nama Allah, dan dia ditolong oleh orang-orang lain untuk semua ini." Lalu Allah سبحانه وتعالى membantah mereka atas ungkapan itu, bahwa semua itu adalah sikap pembang-kangan mereka dan kelancangan mereka melakukan kezhaliman dan kedustaan besar yang tidak mungkin bisa masuk kepada akal sehat seseorang. Sebab, mereka adalah orang-orang yang sangat mengetahui kondisi Rasulullah a, kesempurnaan kejujurannya, amanahnya dan budi pekertinya yang sangat sempurna; dan bahwa tidak mungkin bagi Muhammad dan seluruh manusia membuat al-Qur`an yang merupakan perkataan yang paling mulia lagi paling tinggi; dan bahwa dia sama sekali tidak pernah berkumpul dengan siapa pun yang menolongnya untuk hal ini. ﴾ فَقَدۡ جَآءُو ﴿ "Maka sesungguhnya mereka telah berbuat," dengan perkataan seperti itu dengan ﴾ ظُلۡمٗا وَزُورٗا ﴿ "suatu kezhaliman dan dusta yang besar."
#
{5} ومن جملة أقاويلهم فيه أنْ قالوا: هذا الذي جاء به محمدٌ {أساطيرُ الأولينَ اكْتَتَبَها}؛ أي: هذا قَصَص الأولين وأساطيرُهم، التي تتلقَّاها الأفواه وينقلُها كلُّ أحدٍ، استَنْسَخَها محمدٌ؛ {فهِيَ تُملى عليه بُكرةً وأصيلاً}: وهذا القول منهم فيه عدةُ عظائم: منها: رميُهم الرسولَ الذي هو أبرُّ الناس وأصدقُهم بالكذب والجرأة العظيمة. ومنها: إخبارُهم عن هذا القرآن الذي هو أصدقُ الكلام وأعظمُه وأجلُّه بأنه كذبٌ وافتراءٌ. ومنها: أنَّ في ضمن ذلك أنَّهم قادرون أن يأتوا بمثلِهِ، وأن يضاهئ المخلوقُ الناقصُ من كلِّ وجه للخالق الكامل من كلِّ وجه بصفةٍ من صفاته، وهي الكلام. ومنها: أنَّ الرسول قد عُلِمَتْ حالُه ، وهم أشدُّ الناس علماً بها؛ أنَّه لا يكتبُ ولا يجتمعُ بمن يكتبُ له؛ وهم قد زعموا ذلك.
(5) Di antara bagian dari perkataan mereka berkenaan dengan hal di atas adalah, mereka mengatakan, 'Yang dibawa oleh Muhammad ini adalah ﴾ أَسَٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ ٱكۡتَتَبَهَا ﴿ "dongengan-dongeng-an orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan." Maksudnya, ini adalah cerita orang-orang terdahulu dan dongeng mereka yang diterima dari mulut ke mulut dan dituturkan oleh setiap orang, lalu Muhammad minta supaya disalin; ﴾ فَهِيَ تُمۡلَىٰ عَلَيۡهِ بُكۡرَةٗ وَأَصِيلٗا ﴿ "maka dongengan itu dibacakanlah kepadanya setiap pagi dan petang." Perkataan mereka ini mencakup sejumlah dosa besar, yaitu: -   Tuduhan mereka terhadap Rasulullah a (yang merupakan manusia paling mulia lagi paling jujur di tengah-tengah mereka), dengan tuduhan dusta dan kebohongan besar. -   Pemberitaan yang mereka lakukan tentang al-Qur`an yang merupakan perkataan yang paling benar, paling agung lagi paling mulia ini, bahwasanya al-Qur`an adalah kedustaan dan kebohongan. -   Sesungguhnya dalam perkataan mereka tersirat ungkapan bahwa mereka mampu mendatangkan (perkataan) yang semisal al-Qur`an, dan bahwa makhluk yang sangat lemah dari segala sisi-nya mampu menyaingi Allah, Sang Pencipta nan Mahasempurna dari seluruh sisi, dengan salah satu sifatNya, yaitu kalam. -   Sesungguhnya jati diri Rasulullah a telah diketahui, dan mereka sangat mengetahui akan hal itu, yaitu bahwa dia tidak bisa menulis dan tidak pernah berkumpul dengan orang yang akan menuliskan untuknya, namun mereka telah mengklaim hal itu.
#
{6} فلذلك ردَّ عليهم ذلك بقوله: {قُلْ أنزَلَه الذي يعلم السرَّ في السمواتِ والأرضِ}؛ أي: أنزله مَنْ أحاط علمهُ بما في السماواتِ وما في الأرض من الغيب والشهادة والجهر والسرِّ؛ كقوله: {وإنَّه لَتنزيلُ ربِّ العالمينَ. نَزَلَ به الرُّوحُ الأمينُ. على قَلْبِكَ لتكونَ من المنذِرين}. ووجهُ إقامة الحجة عليهم أنَّ الذي أنزله هو المحيطُ علمُه بكلِّ شيء، فيستحيلُ ويمتنعُ أن يقولَ مخلوقٌ ويتقوَّل عليه هذا القرآن، ويقولَ: هو من عند الله، وما هو من عندِهِ، ويستحلُّ دماء مَنْ خالفَه وأموالَهم، ويزعمُ أنَّ الله قال له ذلك، والله يعلمُ كلَّ شيء، ومع ذلك؛ فهو يؤيِّده وينصرُهُ على أعدائه ويمكِّنُه من رقابهم وبلادهم؛ فلا يمكن أحداً أنْ يُنْكِرَ هذا القرآن إلاَّ بعد إنكارِ علم الله، وهذا لا يقول به طائفةٌ من بني آدم سوى الفلاسفة الدُّهرية. وأيضاً: فإنَّ ذكر علمِهِ تعالى العام ينبِّههم ويحضُّهم على تدبُّر القرآن، وأنَّهم لو تدبَّروا؛ لرأوا فيه من علمِهِ وأحكامِهِ ما يدلُّ دلالةً قاطعةً على أنَّه لا يكون إلا من عالم الغيب والشهادة. ومع إنكارهم للتوحيد والرسالة؛ من لطفِ الله بهم أنَّه لم يَدَعْهُم وظُلْمَهم، بل دعاهم إلى التوبة والإنابة إليه، ووعدهم بالمغفرة والرحمة إنْ هم تابوا ورجعوا، فقال: {إنَّه كان غَفوراً}؛ أي: وصفُه المغفرةُ لأهل الجرائم والذُّنوب إذا فعلوا أسباب المغفرةِ، وهي الرجوع عن معاصيه والتوبة منها. {رحيماً}: بهم؛ حيثُ لم يعاجِلْهم بالعقوبة وقد فعلوا مقتضاها وحيث قبِلَ توبتَهم بعد المعاصي، وحيث محا ما سلف من سيئاتهم، وحيث قبل حسناتِهم، وحيث أعاد الراجع إليه بعد شروده والمقبل عليه بعد إعراضه إلى حالة المطيعين المنيبين إليه.
(6) Maka dari itu Allah membantah mereka dengan Firman-Nya, ﴾ قُلۡ أَنزَلَهُ ٱلَّذِي يَعۡلَمُ ٱلسِّرَّ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ ﴿ "Katakanlah, 'Al-Qur`an itu diturunkan oleh (Allah) Yang mengetahui segala rahasia di langit dan bumi." Maksudnya, al-Qur`an itu diturunkan oleh Allah yang pe-ngetahuanNya meliputi semua apa yang ada di langit dan bumi, dari yang tidak tampak dan yang nampak, dari yang jelas dan yang tersembunyi. (Ini) seperti FirmanNya, ﴾ وَإِنَّهُۥ لَتَنزِيلُ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ 192 نَزَلَ بِهِ ٱلرُّوحُ ٱلۡأَمِينُ 193 عَلَىٰ قَلۡبِكَ لِتَكُونَ مِنَ ٱلۡمُنذِرِينَ 194 ﴿ "Dan sesungguhnya al-Qur`an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan." (Asy-Syu'ara`: 192-194). Sisi penegakan hujjah terhadap mereka (yang terkandung dalam ayat ini. Pent.) adalah bahwa yang telah menurunkan al-Qur`an ini adalah (Tuhan) yang ilmuNya meliputi segala sesuatu. Maka mustahil dan tidak masuk akal kalau seorang makhluk me-ngatakan atau mengada-adakan al-Qur`an ini, lalu mengatakan, "Ini berasal dari sisi Allah" padahal ia bukan dari sisiNya, lalu dia menghalalkan darah dan harta siapa saja yang menyalahinya, dan beranggapan bahwa Allah telah mengatakan hal itu kepadanya. Allah mengetahui segala sesuatu, maka dari itu Dia memberikan dukungan dan pertolongan kepadanya (Muhammad) dalam me-lawan musuh-musuhNya, serta menjadikannya dapat menguasai mereka dan negerinya. Maka tidak mungkin seseorang akan meng-ingkari al-Qur`an ini kecuali setelah dia mengingkari (luasnya) pengetahuan Allah. Ini sama sekali tidak pernah dikatakan oleh sekelompok anak cucu Adam, kecuali kaum filsafat Atheisme! Dan juga, sesungguhnya penjelasan tentang ilmu Allah a yang meliputi segala sesuatu mengingatkan dan mendorong me-reka untuk merenungkan al-Qur`an; dan bahwa kalau saja mereka merenungkannya, tentu mereka akan melihat ilmu dan hukum-hukumNya yang membuktikan dengan jelas lagi pasti bahwasanya al-Qur`an ini tidak mungkin ada kecuali berasal dari Dzat yang Mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Sekalipun mereka mengingkari tauhid dan kerasulan, namun karena kelembutan Allah سبحانه وتعالى terhadap mereka, maka Dia tidak membiarkan mereka dan tidak membiarkan kezhaliman mereka, bahkan Dia menyeru dan mengajak mereka bertaubat dan ber-inabah (kembali) kepadaNya; dan Dia menjanjikan ampunan dan rahmat (kasih sayang) kepada mereka jika mereka bertaubat dan kembali (kepada Allah. Pent), seraya berfirman, ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ غَفُورٗا ﴿ "Sesungguhnya Dia Maha Pengampun," maksudnya, sifatNya adalah memberikan ampunan kepada para pelaku kemaksiatan dan dosa apabila mereka melakukan sebab kausalitas ampunanNya, yaitu meninggalkan kedurhakaan dan bertaubat darinya; ﴾ رَّحِيمٗا ﴿ "lagi Maha Penyayang" terhadap mereka, di mana Dia tidak segera me-nimpakan hukumanNya terhadap mereka, padahal mereka telah melakukan perbuatan yang semestinya dibalas dengan hukuman; dan di mana pula Dia menerima taubat mereka setelah sebelumnya mereka berbuat maksiat; dan di mana pula Dia menghapus dosa-dosa mereka yang telah lalu, serta menerima kebaikan-kebaikan mereka, dan di mana pula Dia mengembalikan orang yang kembali kepadaNya setelah dia terlantar, dan orang yang menghadap kepa-daNya setelah sebelumnya dia berpaling dariNya kepada kondisi orang-orang yang patuh dan berinabah kepadaNya.
Ayah: 7 - 14 #
{وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ لَوْلَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا (7) أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا (8) انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الْأَمْثَالَ فَضَلُّوا فَلَا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلًا (9) تَبَارَكَ الَّذِي إِنْ شَاءَ جَعَلَ لَكَ خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَيَجْعَلْ لَكَ قُصُورًا (10) بَلْ كَذَّبُوا بِالسَّاعَةِ وَأَعْتَدْنَا لِمَنْ كَذَّبَ بِالسَّاعَةِ سَعِيرًا (11) إِذَا رَأَتْهُمْ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ سَمِعُوا لَهَا تَغَيُّظًا وَزَفِيرًا (12) وَإِذَا أُلْقُوا مِنْهَا مَكَانًا ضَيِّقًا مُقَرَّنِينَ دَعَوْا هُنَالِكَ ثُبُورًا (13) لَا تَدْعُوا الْيَوْمَ ثُبُورًا وَاحِدًا وَادْعُوا ثُبُورًا كَثِيرًا (14)}.
"Dan mereka berkata, 'Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Mengapa tidak diturunkan kepada-nya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengannya, atau (mengapa tidak) diturunkan kepa-danya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya, yang dia dapat makan dari (hasil)nya.' Dan orang-orang yang zhalim itu berkata, 'Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang terkena sihir.' Perhatikanlah, bagaimana me-reka membuat perumpamaan-perumpamaan tentang kamu, lalu sesatlah mereka. Mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan. Ma-hasuci (Allah) Yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikanNya bagimu yang lebih baik dari yang demikian, (yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikanNya (pula) untukmu istana-istana. Bahkan mereka mendustakan Hari Kiamat. Dan Kami sediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan Hari Kiamat. Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Akan dikatakan kepada mereka), 'Janganlah kamu mengharapkan satu kebinasaan saja, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak'." (Al-Furqan: 7-14).
#
{7} هذا من مقالة المكذِّبين للرسول، التي قَدَحوا [بها] في رسالتِهِ، وهو أنهم اعترضوا بأنَّه هلاَّ كان مَلَكاً أو مَلِكاً أو يساعِدُه مَلَك؛ فقالوا: {مال هذا الرسول}؛ أي: ما لهذا الذي ادَّعى الرسالة تهكُّماً منهم واستهزاء {يأكل الطعام}: وهذا من خصائص البشر؛ فهلاَّ كان مَلَكاً لا يأكُل الطعام ولا يحتاجُ إلى ما يحتاج إليه البشر، {ويمشي في الأسواق}: للبيع والشراء، وهذا بزعمِهِم لا يَليقُ بمَنْ يكون رسولاً؛ مع أن الله قال: {وما أرسلنا قبلك من المرسلين إلا إنهم ليأكلون الطعام ويمشون في الأسواق}. {لولا أُنْزِلَ إليه مَلَكٌ}؛ أي: هلاَّ أنْزِل معه مَلَكٌ يساعده ويعاونُه {فيكونَ معه نذيراً}: وبزعمهم أنَّه غير كافٍ للرسالة، ولا بطوقه وقدرته القيام بها.
(7) Ini bagian dari celotehan kaum yang mendustakan Rasulullah, [yang dengannya] mereka mencela risalahnya, yaitu: Mereka menolaknya dengan (mengatakan:) kenapa dia (rasul itu) bukan seorang malaikat, atau seorang raja atau dibantu oleh malai-kat, seraya berkata, ﴾ مَالِ هَٰذَا ٱلرَّسُولِ ﴿ "Mengapa Rasul ini," maksudnya mengapa orang yang mengklaim sebagai rasul ini, sebagai ung-kapan ejekan dan perolok-olokan mereka, ﴾ يَأۡكُلُ ٱلطَّعَامَ ﴿ "memakan makanan," padahal ini merupakan salah satu ciri manusia biasa. Kenapa dia bukan seorang malaikat yang tidak makan makanan dan tidak butuh kepada segala sesuatu yang dibutuhkan oleh ma-nusia, ﴾ وَيَمۡشِي فِي ٱلۡأَسۡوَاقِ ﴿ "dan berjalan di pasar-pasar," untuk berjual beli. Ini semua, menurut klaim mereka tidak pantas terjadi pada orang yang menjadi seorang rasul. Padahal Allah سبحانه وتعالى telah berfirman, ﴾ وَمَآ أَرۡسَلۡنَا قَبۡلَكَ مِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ إِلَّآ إِنَّهُمۡ لَيَأۡكُلُونَ ٱلطَّعَامَ وَيَمۡشُونَ فِي ٱلۡأَسۡوَاقِۗ ﴿ "Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar." (Al-Furqan: 20). ﴾ لَوۡلَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مَلَكٞ ﴿ "Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat," maksudnya, kenapa dia tidak diturunkan bersama se-orang malaikat yang membantu dan menolongnya, ﴾ فَيَكُونَ مَعَهُۥ نَذِيرًا ﴿ "agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-samanya," menurut anggapan mereka, dia tidak cukup (memadai) untuk mengemban kerasulan, dan bukan pada taraf kemampuan dan kekuatannya untuk menjalankan tugas kerasulan itu.
#
{8} {أو يُلْقى إليه كنزٌ}؛ أي: مالٌ مجموع من غير تعب، {أو تكون له جنَّةٌ يأكُلُ منها}: فيستغني بذلك عن مشيه في الأسواق لطلب الرزق، {وقال الظالمون}: حملهم على القول ظُلْمهُم، لا اشتباه منهم: {إن تَتَّبِعونَ إلاَّ رَجُلاً مسَحْوراً}: هذا وقد علموا كمال عقله وحسن حديثه وسلامته من جميع المطاعن.
(8) ﴾ أَوۡ يُلۡقَىٰٓ إِلَيۡهِ كَنزٌ ﴿ "Atau (mengapa tidak) diturunkan kepada-nya perbendaharaan," maksudnya, harta yang berlimpah yang diper-oleh tanpa susah payah, ﴾ أَوۡ تَكُونُ لَهُۥ جَنَّةٞ يَأۡكُلُ مِنۡهَاۚ ﴿ "atau (mengapa tidak) ada kebun baginya, yang dia dapat makan dari (hasil)nya" sehingga dengannya dia tidak perlu pergi ke pasar-pasar untuk mencari rizki. ﴾ وَقَالَ ٱلظَّٰلِمُونَ ﴿ "Dan orang-orang yang zhalim itu berkata" yaitu mereka yang kezhalimannya telah menyeret mereka untuk mengatakan perkataan tersebut, tanpa ada ketidakjelasan keran-cuan dari mereka, ﴾ إِن تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلٗا مَّسۡحُورًا ﴿ "Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang terkena sihir." Demikian mereka mengatakan, padahal mereka sungguh benar-benar mengetahui kesempurnaan akalnya, indahnya tutur katanya, dan kebersihan-nya dari semua celaan.
#
{9} ولما كانت هذه الأقوال منهم عجيبةً جدًّا؛ قال تعالى: {انظُرْ كيفَ ضربوا لك الأمثالَ}: وهي: هلاَّ كان مَلَكاً وزالتْ عنه خصائصُ البشر، أو معهُ مَلَكٌ لأنه غير قادرٍ على ما قال، أو أنزِلَ عليه كنزٌ، أو جُعِلَتْ له جنةٌ تُغنيه عن المشي في الأسواق، أو أنه كان مسحوراً. {فضلُّوا فلا [يستطيعون] سبيلاً}: قالوا: أقوالاً متناقضةً، كلُّها جهلٌ وضلالٌ وسفهٌ، ليس في شيء منها هدايةٌ، بل ولا في شيء منها أدنى شبهةٍ تقدحُ في الرسالة، فبمجرَّدِ النظرِ إليها وتصوُّرها يجزم العاقل ببطلانها، ويكفيه عن ردِّها. ولهذا أمر تعالى بالنظر إليها وتدبُّرِها والنظرِ: هل توجِبُ التوقُّف عن الجزم للرسول بالرسالة والصدق؟!
(9) Oleh karena perkataan-perkataan yang berasal dari mereka itu sangat mengherankan sekali, maka Allah berfirman, ﴾ ٱنظُرۡ كَيۡفَ ضَرَبُواْ لَكَ ٱلۡأَمۡثَٰلَ ﴿ "Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan tentang kamu," yaitu: Kenapa dia tidak menjadi seorang malaikat dan terhapus darinya semua ciri khas kemanusiaan, atau ada seorang malaikat bersamanya karena dia tidak sanggup menerima apa yang dia katakan, atau diturunkan untuknya harta kekayaan, atau dia diberi sepetak kebun yang mencukupinya hingga tidak perlu pergi ke pasar, atau dia adalah seorang yang terkena sihir. ﴾ فَضَلُّواْ فَلَا [يَسۡتَطِيعُونَ] سَبِيلٗا ﴿ "Lalu sesatlah mereka, sehingga mereka tidak sanggup [mendapatkan] jalan[27]." Mereka mengatakan perkataan-perkataan yang kontradiksi, semua merupakan kebodohan, ke-sesatan dan kepicikan, tidak ada secuil hidayah pun terkandung di dalamnya, bahkan tidak ada sedikit pun dari sebagian darinya suatu syubhat yang dapat mencemari kerasulan. Hanya dengan sekedar memperhatikan dan merenungkannya saja sudah pasti orang yang berakal memastikan kepalsuannya, dan cukuplah dia yang memberikan sanggahannya. Oleh karena itu, Allah memerin-tahkan untuk memperhatikan dan mencermatinya dan memikirkan, apakah perkataan mereka itu mengharuskan sikap abstain dari memastikan kerasulan dan kejujuran Rasulullah a?
#
{10} ولهذا أخبر أنه قادر على أن يعطيك خيراً كثيراً في الدُّنيا، فقال: {تبارك الذي إن شاء جَعَلَ لك خيراً من ذلك}؛ أي: خيراً مما قالوا، ثم فسَّره بقوله: {جنَّاتٍ تَجْري من تَحْتِها الأنهار ويَجْعَلْ لك قُصوراً}: مرتفعةً مزخرفةً؛ فقدرتُهُ ومشيئتُهُ لا تقصُرُ عن ذلك، ولكنَّه تعالى لما كانت الدُّنيا عنده في غاية البعد والحقارة؛ أعطى منها أولياءه ورسله ما اقتضتْه حكمتُه منها، واقتراحُ أعدائهم بأنَّهم هلاَّ رُزِقوا منها رزقاً كثيراً جدًّا ظلمٌ وجراءةٌ.
(10) Maka dari itu, Allah menginformasikan bahwasanya Dia Mahakuasa memberimu kebaikan yang berlimpah ruah di dunia, seraya berfirman, ﴾ تَبَارَكَ ٱلَّذِيٓ إِن شَآءَ جَعَلَ لَكَ خَيۡرٗا مِّن ذَٰلِكَ ﴿ "Mahasuci Dzat Yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikanNya bagimu yang lebih baik dari yang demikian," maksudnya, yang lebih baik dari apa yang telah mereka katakan. Kemudian Allah menafsirkannya de-ngan FirmanNya, ﴾ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ وَيَجۡعَل لَّكَ قُصُورَۢا ﴿ "(Yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikanNya (pula) untukmu istana-istana" yang menjulang tinggi penuh hiasan. Jadi, kekuasaan dan kehendakNya tidak terbatas pada masalah itu. Akan tetapi, ketika dunia di sisi Allah سبحانه وتعالى benar-benar sangat jauh dan hina, maka Allah mengaruniakan kepada para waliNya dan para rasulNya sebagian darinya sesuai dengan tuntutan kebijak-sanaanNya. Sedangkan usulan musuh-musuh mereka, yaitu kenapa para rasul tidak diberi karunia rizki dunia yang banyak adalah kezhaliman dan kelancangan.
#
{11} ولمَّا كانت تلك الأقوالُ التي قالوها معلومةَ الفسادِ؛ أخبر تعالى أنَّها لم تصدُرْ منهم لطلبِ الحقِّ ولا لاتِّباع البرهان، وإنما صدرت منهم تعنُّتاً وظلماً وتكذيباً بالحق، فقالوا ما في قلوبهم من ذلك، ولهذا قال: {بل كذَّبوا بالساعةِ}: والمكذِّبُ المتعنِّتُ الذي ليس له قصدٌ في اتِّباع الحق لا سبيلَ إلى هدايتِهِ ولا حيلةَ في مجادلتِهِ، وإنَّما له حيلةٌ واحدةٌ، وهي نزولُ العذاب به؛ فلهذا قال: {وأعْتَدْنا لمن كَذَّبَ بالساعةِ سعيراً}؛ أي: ناراً عظيمةً قد اشتدَّ سعيرُها وتغيَّظَتْ على أهلها واشتدَّ زفيرُها.
(11) Ketika perkataan-perkataan yang mereka ucapkan itu sudah sangat jelas merusak, maka Allah menginformasikan bahwa sesungguhnya ucapan-ucapan tersebut tidak muncul dari mulut mereka untuk mencari kebenaran ataupun untuk mengikuti petun-juk, melainkan, sebenarnya ia keluar dari mulut mereka sebagai sikap keras kepala, zhalim dan pendustaan terhadap kebenaran. Dari itulah mereka mengutarakan apa yang ada di dalam hati me-reka itu. Oleh sebab itu, Allah berfirman, ﴾ بَلۡ كَذَّبُواْ بِٱلسَّاعَةِۖ ﴿ "Bahkan mereka mendustakan Hari Kiamat." Orang yang mendustakan lagi keras kepala yang tidak mempunyai niat untuk mengikuti kebe-naran itu, maka tidak ada jalan untuk memberinya hidayah, dan tidak ada gunanya mendebatnya. Baginya hanya satu jalan, yaitu turunnya azab terhadapnya. Maka dari itu Allah berfirman, ﴾ وَأَعۡتَدۡنَا لِمَن كَذَّبَ بِٱلسَّاعَةِ سَعِيرًا ﴿ "Dan Kami telah sediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan Hari Kiamat," yaitu, api yang sangat besar yang nyalanya menjulang, yang keadaannya sangat geram terhadap penghuninya serta gemuruh nyalanya amat dahsyat.
#
{12} {إذا رأتْهُم من مكانٍ بعيدٍ}؛ أي: قبل وصولهم ووصولها إليها؛ {سمعوا لها تغيُّظاً}: عليهم {وزفيراً}: تقلقُ منهم الأفئدةُ، وتتصدَّعُ القلوبُ، ويكادُ الواحدُ منهم يموتُ خوفاً منها وذُعراً، قد غضبتْ عليهم لغضَبِ خالِقِها، وقد زاد لهبُها لزيادِة كفرهم وشرهم.
(12) ﴾ إِذَا رَأَتۡهُم مِّن مَّكَانِۭ بَعِيدٖ ﴿ "Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh," yakni, sebelum mereka sampai kepadanya dan sebelum neraka itu sampai kepada mereka, ﴾ سَمِعُواْ لَهَا تَغَيُّظٗا ﴿ "mereka mendengar kegeramannya" terhadap mereka ﴾ وَزَفِيرٗا 12 ﴿ "dan suara nyalanya," menyebabkan dada mereka berdebar dan hati mereka remuk, dan hampir saja setiap orang dari mereka mati karena ke-takutan terhadapnya. Neraka itu sangat murka terhadap mereka karena murka Allah Sang Penciptanya; dan kobarannya pun makin menjulang tinggi karena beratnya kekufuran dan kejahatan mereka.
#
{13} {وإذا أُلْقوا منها مكاناً ضيِّقاً مقرَّنينَ}؛ أي: وقت عذابهم وهم في وسطها جمعٌ في مكان، بين ضِيق المكان وتزاحُم السُّكان وتقرِينِهم بالسَّلاسل والأغلال؛ فإذا وَصَلوا لذلك المكان النحس وحُبِسوا في أشرِّ حبس؛ {دَعَوْا هنالك ثُبوراً}: دعوا على أنفسِهِم بالثُّبور والخزي والفضيحةِ، وعلموا أنَّهم ظالمونَ معتدون، قد عَدَلَ فيهم الخالقُ حيث أنزلهم بأعمالهم هذا المنزل.
(13) ﴾ وَإِذَآ أُلۡقُواْ مِنۡهَا مَكَانٗا ضَيِّقٗا مُّقَرَّنِينَ ﴿ "Dan apabila mereka dilempar-kan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu" maksudnya, saat mereka diazab, sedang mereka berada di tengah-tengah neraka berkumpul di suatu tempat, antara kesempitan tempat itu dan ber-desak-desaknya para penghuni, dalam keadaan mereka dibelenggu dengan rantai dan belenggu. Lalu ketika mereka telah tiba ke tempat yang mencelakakan itu dan mereka ditawan dalam penawanan yang terburuk, maka ﴾ دَعَوۡاْ هُنَالِكَ ثُبُورٗا ﴿ "mereka di sana mengharapkan kebinasaan," maksudnya mereka mendoakan kebinasaan, kehinaan dan kekejian terhadap diri mereka sendiri, dan mereka menyadari bahwasanya mereka adalah manusia zhalim lagi melampaui batas. Allah telah berlaku adil terhadap mereka di mana Dia telah menem-patkan mereka berdasarkan amal perbuatan mereka pada tempat (yang sangat menghinakan) ini.
#
{14} وليس ذلك الدعاء والاستغاثة بنافعةٍ لهم ولا مغنيةٍ من عذاب الله، بل يُقالُ لهم: {لا تدعوا اليوم ثُبوراً واحداً وادْعوا ثُبوراً كثيراً}؛ أي: لو زاد ما قلتُم أضعاف أضعافِهِ؛ ما أفادكم إلاَّ الهمَّ والغمَّ والحزنَ.
(14) Doa dan permintaan keselamatan itu sama sekali tidak ada gunanya bagi mereka dan tidak pula melepaskan mereka dari azab Allah, bahkan dikatakan kepada mereka, " ﴾ لَّا تَدۡعُواْ ٱلۡيَوۡمَ ثُبُورٗا وَٰحِدٗا وَٱدۡعُواْ ثُبُورٗا كَثِيرٗا ﴿ "Janganlah kamu mengharapkan satu kebinasaan saja, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak." Maksudnya, kalau apa yang kalian katakan itu ditambah berlipat-lipat ganda lagi, niscaya sama sekali tidak berguna bagi kalian, kecuali kegelisahan, kegundahan dan kesedihan.
Setelah Allah menjelaskan balasan untuk orang-orang zhalim, maka sangat tepat kalau Dia menjelaskan balasan bagi orang-orang yang bertakwa, seraya berfirman,
Ayah: 15 - 16 #
{قُلْ أَذَلِكَ خَيْرٌ أَمْ جَنَّةُ الْخُلْدِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ كَانَتْ لَهُمْ جَزَاءً وَمَصِيرًا (15) لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ خَالِدِينَ كَانَ عَلَى رَبِّكَ وَعْدًا مَسْئُولًا (16)}.
"Katakanlah, 'Apakah (azab) yang demikian itu yang lebih baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa sebagai balasan dan tempat kembali bagi mereka?' Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehen-daki, sedang mereka kekal (di dalamnya). (Hal itu) adalah janji dari Rabbmu yang patut dimohonkan (kepadaNya)." (Al-Furqan: 15-16).
#
{15} أي: قُلْ لهم مبيِّناً لسفاهة رأيهم واختيارهم الضارِّ على النافع: {أذلك}: الذي وَصَفْتُ لكم من العذاب {خيرٌ أم جنَّةُ الخُلْدِ التي وُعِدَ المتَّقون}: التي زادُها تقوى الله؛ فمن قام بالتقوى؛ فالله قد وَعَدَه إيَّاها، {كانت لهم جزاءً}: على تقواهم، {ومصيراً}: موئلاً يرجعون إليها، ويستقرُّون فيها، ويخلُدون دائماً أبداً.
(15) Maksudnya, katakan kepada mereka untuk menjelas-kan kepicikan pikiran mereka dan pilihan mereka terhadap yang berbahaya daripada yang bermanfaat, ﴾ أَذَٰلِكَ ﴿ "Apakah (azab) yang demikian itu" yakni, azab yang telah Aku rincikan kepada kalian itu, ﴾ خَيۡرٌ أَمۡ جَنَّةُ ٱلۡخُلۡدِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۚ ﴿ "yang lebih baik, atau surga yang kekal yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa?" yang perbekalan-nya adalah takwa kepada Allah. Siapa saja yang bertakwa, maka Allah telah menjanjikan surga kepadanya, ﴾ كَانَتۡ لَهُمۡ جَزَآءٗ ﴿ "sebagai balasan bagi mereka" atas ketakwaan mereka ﴾ وَمَصِيرٗا ﴿ "dan tempat kembali," yaitu tempat berlindung mereka. Mereka tinggal menetap di sana, dan mereka kekal selama-lamanya.
#
{16} {لهم فيها ما يشاؤون}؛ أي: يطلبون وتتعلَّق به أمانيهم ومشيئتهم؛ من المطاعم، والمشارب اللذيذة، والملابس الفاخرة، والنساء الجميلات، والقصور العاليات، والجنَّات والحدائق المرجحنَّة (1)، والفواكة التي تسر ناظريها وآكليها من حسنها وتنوُّعها وكثرة أصنافها، والأنهار التي تجري في رياض الجنَّة وبساتينها حيث شاؤوا يصرِّفونها ويفجِّرونها أنهاراً من ماءٍ غير آسنٍ، وأنهارٌ من لبن لم يتغيَّر طعمُه، وأنهارٌ من خمر لذَّةٍ للشاربين، وأنهارٌ من عسل مصفًّى وروائح طيِّبة، ومساكن مزخرفة، وأصواتٌ شجيَّة تأخُذُ من حسنها بالقلوب، ومزاورة الإخوان، والتمتُّع بلقاء الأحباب، وأعلى من ذلك كلِّه التمتُّع بالنظر إلى وجه الربِّ الرحيم، وسماع كلامِهِ والحظوة بقربه والسعادة برضاه، والأمن من سَخَطه واستمرار هذا النعيم ودوامه وزيادته على ممرِّ الأوقات وتعاقب الآنات. {كان}: دخولُها والوصولُ إليها {على ربِّك وعداً مسؤولاً}: يسأله إيَّاها عبادُه المتَّقون بلسان حالهم ولسان مقالهم. فأيُّ الدارين المذكورتين خيرٌ وأولى بالإيثارِ؟! وأيُّ العاملين عُمَّال دار الشقاء أو عمال دار السعادة أولى بالفضل والعقل والفخر يا أولي الألباب؟! لقد وَضَح الحقُّ واستنار السبيل، فلم يبق للمفرِّط عذرٌ في تركه الدليل؛ فنرجوك يا من قضيتَ على أقوام بالشقاءِ وأقوام بالسعادةِ أن تَجْعَلَنا ممَّنْ كتبتَ لهم الحسنى وزيادة، ونستغيثُ بك اللهمَّ من حالة الأشقياء ونسألك المعافاة منها.
(16) ﴾ لَّهُمۡ فِيهَا مَا يَشَآءُونَ ﴿ "Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki," maksudnya mereka mencari dan menggan-tungkan angan-angan dan kehendak padanya, berupa berbagai makanan dan minuman yang lezat, pakaian mewah, wanita-wanita cantik, istana-istana pencakar langit, kebun-kebun dan taman-taman yang luas lagi lapang, serta buah-buahan yang menyenangkan orang yang memandang dan akan memakannya karena baiknya, aneka macamnya dan berbagai jenis-jenisnya, dan sungai-sungai yang mengalir di dalam surga dan kebun-kebunnya, kapan dan bagaimana saja mereka suka menggunakannya, dan mereka meng-alirkannya sebagai sungai-sungai yang tidak berubah rasa dan warnanya berupa air susu yang tidak akan pernah berubah rasanya, sungai-sungai air khamar yang lezat bagi orang-orang yang me-minumnya dan sungai-sungai madu yang bersih, berbagai aroma harum, tempat-tempat tinggal yang indah, suara-suara merdu yang keindahannya menyentuh kalbu, saling mengunjungi saudara, kenikmatan berjumpa dengan orang-orang yang dicintai. Dan yang lebih tinggi dari itu semua adalah kenikmatan memandang Wajah Allah Yang Maha Pemurah, mendengar pembicaraanNya, melang-kah mendekat kepadaNya, dan bahagia mendapat keridhaanNya, aman dari murkaNya, serta kontinyuitas dan keabadian dari kenik-matan tersebut dan selalu bertambah sepanjang waktu dan setiap bergantinya masa. ﴾ كَانَ ﴿ "Ia adalah" masuk dan mencapai ke surga itu adalah ﴾ عَلَىٰ رَبِّكَ وَعۡدٗا مَّسۡـُٔولٗا ﴿ "janji dari Rabbmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya)," dimohon oleh hamba-hambaNya yang bertakwa dengan lisan mereka dan dengan bahasa tingkah laku mereka. Lalu, negeri yang mana dari kedua negeri (yang disebutkan tadi) yang lebih pantas diutamakan? Orang-orang beramal yang mana yang merupakan orang-orang yang beramal untuk negeri kesengsaraan atau orang-orang yang beramal untuk negeri kebaha-giaan yang lebih pantas dengan keutamaan, akal sehat dan kebang-gaan, wahai orang-orang yang berakal? Sesungguhnya kebenaran sudah menjadi jelas dan jalan menjadi terang, hingga tidak ada satu alasan pun yang tersisa bagi orang yang berlebihan (melampaui batas) untuk mengabaikan dalil (bukti). Maka kami memohon kepadaMu, wahai Tuhan yang telah menetapkan kesengsaraan terhadap kelompok-kelompok manusia, dan kebahagiaan terhadap kelompok-kelompok manusia yang lain, (agar) berkenan menjadikan kami termasuk orang-orang yang Engkau catat mendapat al-husna (pahala yang agung) dan surga. Kami memohon keselamatan kepadaMu, ya Allah dari kondisi orang-orang yang binasa, dan kami memohon kepadaMu selamat darinya.
Ayah: 17 - 20 #
{وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَقُولُ أَأَنْتُمْ أَضْلَلْتُمْ عِبَادِي هَؤُلَاءِ أَمْ هُمْ ضَلُّوا السَّبِيلَ (17) قَالُوا سُبْحَانَكَ مَا كَانَ يَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَتَّخِذَ مِنْ دُونِكَ مِنْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنْ مَتَّعْتَهُمْ وَآبَاءَهُمْ حَتَّى نَسُوا الذِّكْرَ وَكَانُوا قَوْمًا بُورًا (18) فَقَدْ كَذَّبُوكُمْ بِمَا تَقُولُونَ فَمَا تَسْتَطِيعُونَ صَرْفًا وَلَا نَصْرًا وَمَنْ يَظْلِمْ مِنْكُمْ نُذِقْهُ عَذَابًا كَبِيرًا (19) وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا (20)}.
"Dan suatu hari Allah menghimpunkan mereka beserta se-suatu yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah), 'Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hambaKu itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?' Mereka (yang disembah itu) menjawab, 'Mahasuci Engkau, tidak-lah patut bagi kami mengambil selain Engkau sebagai pelindung, akan tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak me-reka kenikmatan hidup, sampai mereka lupa kepada dzikir; dan mereka adalah kaum yang binasa.' Maka sungguh mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kalian tentang sesuatu yang kalian katakan, maka kalian tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (dirimu). Dan barangsiapa dari kalian yang berbuat zhalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melain-kan mereka memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebagian kalian cobaan bagi yang lain. Sanggupkah kamu bersabar? Dan Rabbmu adalah Maha Melihat." (Al-Furqan: 17-20).
#
{17} يخبر تعالى عن حالة المشركين وشركائهم يوم القيامة وتبرِّيهم منهم وبطلان سعيهم، فقال: {ويوم يحشُرُهم}؛ أي: المكذِّبين المشركين، {وما يَعْبُدون من دونِ الله فيقولُ}: الله مخاطباً للمعبودينَ على وجه التقريع لمن عَبَدَهم: {أأنتم أضلَلْتُم عبادي هؤلاء أم هم ضَلُّوا السبيل}: هل أمرتُموهم بعبادتكم وزيَّنْتُم لهم ذلك أم ذلك من تلقاءِ أنفسهم؟
(17) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan tentang keadaan kaum musy-rikin dan sekutu-sekutu mereka pada Hari Kiamat kelak, pernya-taan para sekutu itu untuk berlepas diri dari mereka serta kebatilan semua usaha mereka, seraya berfirman, ﴾ وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ ﴿ "Dan suatu hari Allah menghimpunkan mereka," yakni orang-orang musyrik yang mendustakan ﴾ وَمَا يَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَيَقُولُ ﴿ "beserta sesuatu yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata," yakni kepada yang disembah dengan nada mencela terhadap orang-orang telah menyembah mereka, ﴾ ءَأَنتُمۡ أَضۡلَلۡتُمۡ عِبَادِي هَٰٓؤُلَآءِ أَمۡ هُمۡ ضَلُّواْ ٱلسَّبِيلَ ﴿ "Apakah kamu yang me-nyesatkan hamba-hambaKu itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan?" Apakah kalian yang menyuruh mereka menyembah kalian, dan kalian yang membuat perbuatan itu indah bagi mereka, atau-kah hal itu berasal dari kemauan diri mereka sendiri?
#
{18} {قالوا سبحانك}: نزَّهوا الله عن شركِ المشركين به، وبرَّؤوا أنفسَهم من ذلك، {ما كان يَنبَغي لنا}؛ أي: لا يليق بنا ولا يَحْسُن منَّا أن نتَّخِذَ من دونك من أولياءَ نتولاَّهم ونعبُدُهم وندعوهم؛ فإذا كنَّا محتاجين ومفتقرين إلى عبادتك ومتبرِّين من عبادة غيرِك؛ فكيف تأمر أحداً بعبادتنا؟! هذا لا يكون. أو: سبحانك أنْ نُتَّخَذَ {من دونِكَ من أولياءَ}: وهذا كقول المسيح عيسى ابن مريم عليه السلام: {وإذْ قالَ اللهُ يا عيسى ابنَ مريمَ أأنتَ قلتَ للناس اتَّخِذوني وأمِّيَ إلهينِ من دونِ الله قال سبحانَكَ ما يكونُ لي أنْ أقولَ ما ليسَ لي بِحَقٍّ إن كُنْتُ قلتُهُ فقدْ علِمْتَه تعلمُ ما في نفسي ولا أعلمُ ما في نَفْسِكَ إنَّك أنتَ عَلاَّمُ الغُيوبِ. ما قلتُ لَهُمْ إلاَّ ما أمَرْتَني به أنِ اعْبُدوا اللهَ ربِّي وَرَبَّكُم ... } الآية، وقال تعالى: {ويَوَمَ يَحْشُرُهم جميعاً ثم يقولُ للملائِكَةِ أهؤلاءِ إيَّاكُم كانوا يَعْبُدونَ. قالوا سبحانَكَ أنتَ وَلِيُّنا مِن دونِهِم بل كانوا يَعْبُدونَ الجِنَّ أكَثْرُهُم بهم مؤمنونَ}، {وإذا حُشِرَ الناسُ كانوا لهم أعداءً وكانوا بعبادَتِهِم كافرينَ}. فلما نزَّهوا أنفسهم أن يَدْعوا لعبادةِ غير الله أو يكونوا أضَلُّوهم؛ ذَكَروا السبب الموجب لإضلال المشركينَ، فقالوا: {ولكن مَتَّعْتَهُمْ وآباءَهُم}: في لذَّاتِ الدُّنيا وشهواتها ومطالبِهِا النفسِيَّةِ، {حتى نَسوا الذِّكْرَ}: اشتغالاً في لَذَّاتِ الدُّنيا وإكباباً على شَهَواتها؛ فحافظوا على دُنياهم وضيَّعوا دينَهم، {وكانوا قوماً بوراً}؛ أي: بائرين، لا خير فيهم، ولا يَصْلُحون لصالح، لا يصلُحون إلاَّ للهلاك والبوار، فذكروا المانعَ من اتِّباعهم الهُدى، وهو التمتُّع في الدُّنيا، الذي صرفهم عن الهدى، وعدم المقتضي للهدى، وهو أنَّهم لا خير فيهم؛ فإذا عدموا المقتضي ووُجِدَ المانعُ؛ فلا تشاءُ من شرٍّ وهلاكٍ إلاَّ وجَدْتَهُ فيهم.
(18) ﴾ قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ ﴿ "Mereka (yang disembah itu) menjawab, 'Ma-hasuci Engkau'." Mereka menyucikan Allah dari kesyirikan kaum musyrikin dan menyatakan kebebasan diri mereka dari semua itu. ﴾ مَا كَانَ يَنۢبَغِي لَنَآ ﴿ "Tidaklah patut bagi kami" maksudnya tidak layak bagi kami dan tidak baik bagi kami menjadikan selain Engkau sebagai pelindung yang mana kami menyembah, beribadah dan berdoa kepada mereka. Lalu apabila kami sangat membutuhkan untuk beribadah kepadaMu dan berlepas diri dari peribadahan kepada selainMu, maka bagaimana mungkin kami akan menyuruh sese-orang agar menyembah kami? Ini tidak mungkin! Atau: Mahasuci Engkau, kalau kami menjadikan, ﴾ مِن دُونِكَ مِنۡ أَوۡلِيَآءَ ﴿ "selain Engkau sebagai pelindung." Ini sama dengan perkataan al-Masih Isa putra Maryam عليه السلام, ﴾ وَإِذۡ قَالَ ٱللَّهُ يَٰعِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ ءَأَنتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ ٱتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيۡنِ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ قَالَ سُبۡحَٰنَكَ مَا يَكُونُ لِيٓ أَنۡ أَقُولَ مَا لَيۡسَ لِي بِحَقٍّۚ إِن كُنتُ قُلۡتُهُۥ فَقَدۡ عَلِمۡتَهُۥۚ تَعۡلَمُ مَا فِي نَفۡسِي وَلَآ أَعۡلَمُ مَا فِي نَفۡسِكَۚ إِنَّكَ أَنتَ عَلَّٰمُ ٱلۡغُيُوبِ 116 مَا قُلۡتُ لَهُمۡ إِلَّا مَآ أَمَرۡتَنِي بِهِۦٓ أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۚ ﴿ "Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah.' Isa menjawab, 'Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diriMu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu, 'Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu'." (Al-Ma`idah: 116-117). Dan Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ جَمِيعٗا ثُمَّ يَقُولُ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ أَهَٰٓؤُلَآءِ إِيَّاكُمۡ كَانُواْ يَعۡبُدُونَ 40 قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ أَنتَ وَلِيُّنَا مِن دُونِهِمۖ بَلۡ كَانُواْ يَعۡبُدُونَ ٱلۡجِنَّۖ أَكۡثَرُهُم بِهِم مُّؤۡمِنُونَ 41 ﴿ "Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat, 'Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?' Malaikat-malaikat itu menjawab, 'Mahasuci Engkau. Engkau-lah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu'." (Saba`: 40-41). ﴾ وَإِذَا حُشِرَ ٱلنَّاسُ كَانُواْ لَهُمۡ أَعۡدَآءٗ وَكَانُواْ بِعِبَادَتِهِمۡ كَٰفِرِينَ 6 ﴿ "Dan apabila manusia dikumpulkan (pada Hari Kiamat) niscaya sembahan-sembahan mereka itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka." (Al-Ahqaf: 6). Setelah mereka menyatakan kebebasan diri mereka dari ajakan untuk beribadah kepada selain Allah, atau dari keberadaan mereka sebagai makhluk yang menyesatkan mereka, maka mereka menyebutkan sebab yang mengakibatkan kesesatan kaum musy-rikin, seraya berkata, ﴾ وَلَٰكِن مَّتَّعۡتَهُمۡ وَءَابَآءَهُمۡ ﴿ "Akan tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup," di dalam kelezatan dunia dan syahwat dan berbagai tuntutannya yang bersifat biologis, ﴾ حَتَّىٰ نَسُواْ ٱلذِّكۡرَ ﴿ "sampai mereka lupa kepada dzikir," karena sibuk dengan kelezatan dunia dan tenggelam dalam gemer-lapnya, sehingga mereka hanya menjaga harta benda mereka dan menyia-nyiakan agama mereka, ﴾ وَكَانُواْ قَوۡمَۢا بُورٗا ﴿ "dan mereka adalah kaum yang binasa," yakni orang-orang yang busuk, tidak ada ke-baikannya, tidak bisa menjadi shalih dan tidak cocok kecuali untuk dibinasakan dan dihancurkan. Jadi, mereka menjelaskan penghalang yang telah menghala-ngi mereka untuk mengikuti kebenaran, yaitu berfoya-foya dalam kehidupan dunia, yang telah memalingkan mereka dari petunjuk dan dari segala jalan menuju petunjuk, dan bahwasanya mereka sama sekali tidak memiliki kebaikan. Lalu ketika penunjuk kebe-naran telah hilang dan penghalangnya muncul, maka tidak ada suatu keburukan dan kebinasaan yang kamu kehendaki melainkan pasti kamu temukan ada pada mereka.
#
{19} فلما تبرَّوْا منهم؛ قال الله توبيخاً وتقريعاً للمعاندين: {فقد كَذَّبوكُم بما تقولونَ}: إنَّهم أمروكم بعبادتهم ورَضوا فِعْلَكم وإنَّهم شفعاء لكم عند ربكم؛ كذَّبوكم في ذلك الزعم، وصاروا من أكبر أعدائِكِم، فحقَّ عليكم العذاب. {فما تستطيعونَ صرفاً}: للعذابِ عنكم بفِعْلِكم أو بفداءٍ أو غيرِ ذلك {ولا نصراً}: لعجزكم وعدم ناصرِكم. هذا حكم الضالِّين المقلِّدين الجاهلين كما رأيت، أسوأُ حكم وأشرُّ مصير. وأما المعاند منهم الذي عَرَفَ الحقَّ وصَدَفَ عنه؛ فقال في حقِّه: {ومَن يَظْلِم منكُم}: بترك الحقِّ ظلماً وعناداً؛ {نُذِقْه عذاباً كبيراً}: لا يُقادَرُ قَدْرُهُ ولا يُبْلَغ أمرُه.
(19) Setelah sembahan-sembahan itu berlepas diri dari mereka, Allah berfirman dengan nada mencerca dan memojokkan orang-orang yang berkeras kepala itu, ﴾ فَقَدۡ كَذَّبُوكُم بِمَا تَقُولُونَ ﴿ "Maka sungguh mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kalian tentang apa yang kalian katakan," yaitu bahwa sesungguhnya mereka telah memerintahkan kalian untuk menyembahnya, dan mereka rela dengan perbuatan kalian, dan sesungguhnya mereka adalah para pemberi syafa'at bagi kalian di sisi tuhan kalian. Mereka telah mendustakan kalian dalam klaim itu. Mereka telah menjadi musuh utama kalian. Maka sangat pantaslah kalian mendapat azab. ﴾ فَمَا تَسۡتَطِيعُونَ صَرۡفٗا ﴿ "Maka kalian tidak akan dapat menolak" azab dari kalian dengan perbuatan kalian atau dengan suatu tebusan atau lain-lainnya, ﴾ وَلَا نَصۡرٗاۚ ﴿ "dan tidak pula menolong (diri kalian)" karena kerapuhan kalian dan tidak adanya penolong kalian. Inilah hukuman bagi orang-orang yang sesat, bodoh nan bertaklid buta, sebagaimana Anda ketahui, ia adalah seburuk-buruk hukuman dan neraka adalah sejelek-jelek tempat tinggal. Adapun orang yang menentang (keras kepala) dari mereka, yaitu orang yang telah mengetahui kebenaran namun berpaling darinya, maka Allah berfirman berkenaan dengan haknya, ﴾ وَمَن يَظۡلِم مِّنكُمۡ ﴿ "Dan barangsiapa dari kalian yang berbuat zhalim," sengaja meninggalkan kebenaran secara zhalim dan keras kepala, ﴾ نُذِقۡهُ عَذَابٗا كَبِيرٗا ﴿ "niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar," tidak dapat diukur besarnya dan tidak bisa dibayangkan keadaannya.
#
{20} ثم قال تعالى جواباً لقول المكذبين ـ: {ما لهذا الرسولِ يأكُلُ الطعام ويمشي في الأسواقِ} ـ: [{وما أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ من الْمُرْسَلِينَ إلاَّ إنَّهُم لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ في الأَسْوَاقِ}]: فما جَعَلناهم جسداً لا يأكلونَ الطعامَ وما جَعَلْناهم ملائكةً؛ فلك فيهم أسوةٌ، وأمَّا الغنى والفقرُ؛ فهو فتنةٌ وحكمةٌ من الله تعالى؛ كما قال: {وجَعَلْنا بعضَكم لبعضٍ فتنةً}: الرسولُ فتنةٌ للمرسَلِ إليهم واختبارٌ للمطيعين من العاصين، والرُّسُل فَتَنَّاهم بدعوة الخلق، والغنيُّ فتنةٌ للفقير، والفقير فتنةٌ للغنيِّ، وهكذا سائر أصناف الخلق في هذه الدار دار الفتن والابتلاء والاختبار، والقصد من تلك الفتنةِ: {أتصبِرونَ}، فتقومون بما هو وظيفتُكُم اللازمةُ الراتبةُ، فيثيبُكم مولاكم، أم لا تصبِرونَ فتستحقُّون المعاقبة؟ {وكان ربُّك بصيراً}: يعلم أحوالَكم، ويَصْطَفي من يَعْلَمُهُ يَصْلُحُ لرسالتِهِ، ويختصُّه بتفضيلِهِ ويعلم أعمالَكم فيجازيكم عليها إنْ خيراً فخير وإن شرًّا فشر.
(20) Kemudian Allah سبحانه وتعالى berfirman sebagai jawaban terha-dap perkataan kaum yang mendustakan, –"Kenapa rasul ini mema-kan makanan dan berjalan di pasar-pasar?"–, ﴾ وَمَآ أَرۡسَلۡنَا قَبۡلَكَ مِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ إِلَّآ إِنَّهُمۡ لَيَأۡكُلُونَ ٱلطَّعَامَ وَيَمۡشُونَ فِي ٱلۡأَسۡوَاقِۗ ﴿ "Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar." Kami sekali-kali tidak menjadikan mereka jasad yang tidak makan makanan, dan Kami pun tidak menjadikan mereka sebagai malaikat, sehingga kamu dapat menjadikannya sebagai suri tauladan. Adapun masalah kaya atau fakir, ini semua adalah ujian dan kebijakan dari Allah سبحانه وتعالى, sebagaimana difirmankanNya, ﴾ وَجَعَلۡنَا بَعۡضَكُمۡ لِبَعۡضٖ فِتۡنَةً ﴿ "Dan Kami jadikan sebagian kalian cobaan bagi yang lain." Jadi, seorang rasul itu adalah ujian bagi umatnya dan cobaan bagi orang-orang yang taat dari orang-orang yang durhaka. Para rasul itu sendiri, Kami menguji mereka dengan dakwah (me-nyeru) manusia, orang yang kaya adalah cobaan bagi orang yang fakir, dan yang fakir adalah cobaan bagi yang kaya. Demikian pula berbagai jenis makhluk di dalam negeri ini, yaitu negeri cobaan, bala dan ujian. Dan tujuan dari cobaan itu adalah ﴾ أَتَصۡبِرُونَۗ ﴿ "sang-gupkah kalian bersabar," sehingga kalian tetap melaksanakan apa yang menjadi tugas wajib kalian, kemudian Allah membalas kalian. Ataukah kalian tidak sanggup bersabar sehingga berhak mendapat hukuman? ﴾ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرٗا ﴿ "Dan Rabbmu adalah Maha Melihat." Dia mengetahui semua kondisi kalian, dan Dia memilih orang yang Dia ketahui layak dan pantas untuk mengemban risalahNya, dan Dia mengistimewakannya dengan memberinya keutamaan, dan Dia mengetahui semua perbuatan kalian, dan kelak Dia akan memberi-kan balasan yang setimpal atasnya. Jika baik, maka dibalas dengan kebaikan dan jika buruk, maka dibalas dengan keburukan pula.
Ayah: 21 - 23 #
{وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا الْمَلَائِكَةُ أَوْ نَرَى رَبَّنَا لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّا كَبِيرًا (21) يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلَائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ وَيَقُولُونَ حِجْرًا مَحْجُورًا (22) وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا (23)}.
"Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemu-an dengan Kami, 'Mengapakah tidak diturunkan kepada kita ma-laikat, atau kita melihat Rabb kita.' Sungguh mereka menganggap besar diri mereka, dan mereka benar-benar sangat melampaui batas. Pada hari mereka melihat malaikat, di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa, dan mereka berkata, 'Hijran mahjura.'[28] Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beter-bangan." (Al-Furqan: 21-23).
#
{21} أي: قال المكذِّبون للرسول، المكذِّبون بوعد الله ووعيده، الذين ليس في قلوبهم خوفُ الوعيد ولا رجاءُ لقاء الخالق: {لولا أُنزِلَ علينا الملائكةُ أو نرى رَبَّنا}؛ أي: هلاَّ نزلت الملائكة تشهدُ لك بالرسالةِ وتؤيِّدُك عليها، أو تنزِلُ رسلاً مستقلِّين، أو نرى ربَّنا فيكلِّمنا ويقول: هذا رسولي؛ فاتِّبعوه! وهذا معارضةٌ للرسول بما ليس بمعارِضٍ، بل بالتكبُّر والعلوِّ والعتوِّ. {لقدِ اسْتَكْبَروا في أنْفُسِهِم}: حيث اقترحوا هذا الاقتراح وتجرؤوا هذه الجرأةَ؛ فمن أنتم يا فقراءُ ويا مساكينُ حتى تطلبوا رؤيةَ الله وتزعُموا أن الرسالة متوقِّف ثبوتُها على ذلك؟! وأيُّ كِبْرٍ أعظم من هذا؟! {وعَتَوْا عُتُوًّا كبيراً}؛ أي: قسوا وصلبوا عن الحقِّ قساوةً عظيمة؛ فقلوبهم أشدُّ من الأحجار وأصلبُ من الحديد، لا تَلين للحقِّ ولا تُصْغي للناصحين؛ فلذلك لم ينجعْ فيهم وعظٌ ولا تذكيرٌ، ولا اتَّبعوا الحقَّ حين جاءهم النذيرُ، بل قابلوا أصدقَ الخَلْقِ وأنصَحَهم وآياتِ الله البيناتِ بالإعراض والتكذيب [والمعارضة]؛ فأيُّ عتوٍّ أكبرُ من هذا العتوِّ؟! ولذلك بَطَلَتْ أعمالُهم، واضمحلَّتْ، وخسروا أشدَّ الخسران، [وحرموا غايةَ الحرمانِ].
(21) Orang-orang yang mendustakan para rasul, yaitu yang mendustakan janji Allah dan ancamanNya, yang di dalam hati me-reka tidak ada rasa takut terhadap ancaman dan tidak mengharap pertemuan dengan sang Pencipta berkata, ﴾ لَوۡلَآ أُنزِلَ عَلَيۡنَا ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَوۡ نَرَىٰ رَبَّنَاۗ ﴿ "Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat, atau kita melihat Rabb kita," maksudnya mengapa para malaikat tidak turun untuk memberikan kesaksian bagimu atas kerasulanmu dan memberikan dukungan kepadamu atasnya, atau mereka turun sebagai rasul-rasul khusus, atau kita langsung melihat Tuhan, agar Dia berbicara kepada kita dan mengatakan, 'Ini adalah utusanKu, maka ikutilah dia!" Ini adalah tindakan menentang Rasul dengan sesuatu yang bukan penentang, akan tetapi ia merupakan kesombongan, keang-kuhan, dan kecongkakan. ﴾ لَقَدِ ٱسۡتَكۡبَرُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ ﴿ "Sungguh mereka menganggap besar diri mereka," di mana mereka mengajukan usulan ini dan telah lancang melakukan tindakan yang sangat tidak sopan ini. Siapa kalian wahai si kaum fakir, wahai si kaum hina, hingga kalian (berani-beraninya) meminta melihat Allah dan kalian beranggapan bahwa kebenaran dan kepastian kerasulan itu sangat tergantung kepada hal yang demikian? Sungguh, kesombongan apalagi yang lebih besar dari ini? ﴾ وَعَتَوۡ عُتُوّٗا كَبِيرٗا ﴿ "Dan mereka benar-benar sangat melampaui batas." Maksudnya, mereka bersikap keras hati dan beku terhadap kebe-naran dengan sekeras-kerasnya. Hati mereka lebih keras daripada batu, atau lebih liat daripada besi, sama sekali tidak mau lunak ter-hadap kebenaran dan tidak mau mendengar (nasihat) orang-orang yang memberi nasihat. Maka dari itu nasihat dan peringatan sama sekali tidak membekas pada mereka, dan mereka tidak mau meng-ikuti kebenaran ketika seorang pemberi peringatan datang kepada mereka, bahkan mereka menghadapi manusia yang paling jujur dan paling tulus, dan ayat-ayat Allah yang sangat jelas dengan sikap berpaling dan mendustakan [serta menentang]. Keangkuhan apalagi yang lebih besar daripada keangkuhan semacam ini? Maka dari itu, amal perbuatan mereka batal (hangus) dan sirna, dan mereka merugi dengan kerugian yang paling besar [dan terhalang sepenuhnya dari kebaikan].
#
{22} {يوم يرون الملائكةَ}: [التي اقترحوا نُزُولَها]، {لا بُشْرى يومئذٍ للمجرِمين}: وذلك أنَّهم لا يَرَوْنَها مع استمرارِهم على جُرْمِهِم وعنادِهم إلاَّ لعقوبتِهِم وحلول البأسِ بهم: فأولُ ذلك عند الموت إذا تنزَّلت عليهم الملائكةُ؛ قال الله تعالى: {ولو تَرى إذِ الظالمونَ في غمراتِ الموتِ والملائكةُ باسطو أيديهم أخْرِجُوا أنفُسَكُمُ اليَوْمَ تُجْزَوْنَ عذابَ الهُونِ بما كنتُم تقولونَ على الله غيرَ الحقِّ وكنتُم عن آياتِهِ تَسْتَكْبِرونَ}. ثم في القبر حيث يأتيهم منكرٌ ونكيرٌ، فيسألهم عن ربِّهم ونبيِّهم ودينهم، فلا يجيبونَ جواباً يُنجيهم، فيحلُّون بهم النقمةَ وتزول عنهم بهم الرحمة. ثم يوم القيامة حين تسوقُهُم الملائكةُ إلى النار، ثم يسلِّمونَهم لخزنة جهنَّم، الذين يتولَّوْن عذابَهم ويباشِرون عقابَهم. فهذا الذي اقترحوه وهذا الذي طلبوه إنِ استمرُّوا على إجرامِهِم لا بدَّ أن يَرَوْهُ ويَلْقَوْه، وحينئذٍ يتعوَّذونَ من الملائكة ويفرُّون، ولكن لا مفرَّ لهم، {ويقولون حِجْراً مَحْجوراً}: {يا معشرَ الجنِّ والإنسِ إنِ استَطَعْتُم أن تَنْفُذوا من أقطارِ السمواتِ والأرضِ فانفُذوا لا تَنفُذونَ إلاَّ بسُلْطانٍ}.
(22) ﴾ يَوۡمَ يَرَوۡنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ ﴿ "Pada hari mereka melihat malaikat" [yang mereka usulkan kedatangannya], ﴾ لَا بُشۡرَىٰ يَوۡمَئِذٖ لِّلۡمُجۡرِمِينَ ﴿ "di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa." Sebab, tidaklah me-reka melihatnya (beserta bergelimangnya dosa dan keras kepala) melainkan (pasti) untuk menyiksa mereka dan menimpakan azab terhadap mereka. Yang paling awal adalah pada saat kematian, di mana saat itu para malaikat turun kepada mereka. Allah سبحانه وتعالى telah berfirman, ﴾ وَلَوۡ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِي غَمَرَٰتِ ٱلۡمَوۡتِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓاْ أَيۡدِيهِمۡ أَخۡرِجُوٓاْ أَنفُسَكُمُۖ ٱلۡيَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ ٱلۡهُونِ بِمَا كُنتُمۡ تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ غَيۡرَ ٱلۡحَقِّ وَكُنتُمۡ عَنۡ ءَايَٰتِهِۦ تَسۡتَكۡبِرُونَ 93 ﴿ "Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), 'Keluarkan-lah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghina-kan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar, dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya'." (Al-An'am: 93). Kemudian di dalam kubur, di saat Munkar dan Nakir men-datangi mereka, lalu menanyakan kepada mereka tentang tuhan, nabi, dan agama mereka. Maka pada saat itu mereka tidak bisa memberikan jawaban yang dapat menyelamatkan mereka, sehing-ga azab pun menimpa mereka dan rahmat Allah sirna dari mereka. Kemudian pada Hari Kiamat kelak, saat mereka digiring oleh para malaikat ke neraka, kemudian menyerahkannya kepada para malaikat petugas Jahanam yang bertugas menyiksa mereka dan langsung menghukum mereka. Inilah yang dahulu mereka usulkan, dan inilah yang dahulu mereka minta, jika mereka tetap dalam kejahatan (dosa), mereka pasti melihatnya dan menjumpainya, maka barulah saat itu mereka mencari perlindungan dari azab malaikat dan lari, namun mereka sama sekali tidak menemukan tempat pelarian. ﴾ وَيَقُولُونَ حِجۡرٗا مَّحۡجُورٗا ﴿ "Dan mereka berkata, 'Hijran Mahjura'." ﴾ يَٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ إِنِ ٱسۡتَطَعۡتُمۡ أَن تَنفُذُواْ مِنۡ أَقۡطَارِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ فَٱنفُذُواْۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلۡطَٰنٖ 33 ﴿ "Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan." (Ar-Rahman: 33).
#
{23} {وقَدِمْنا إلى ما عملوا من عمل}؛ أي: أعمالهم التي رَجَوْا أن تكونَ خيراً وتعبوا فيها، {فجَعَلْناه هباءً منثوراً}؛ أي: باطلاً مضمحلًّا قد خسروه وحُرِموا أجره وعوقبوا عليه، وذلك لفقدِهِ الإيمان وصدورِهِ عن مكذِّب لله ورسله؛ فالعمل الذي يقبلُهُ الله ما صَدَرَ من المؤمن المخلصِ المصدِّق للرسل المتَّبِع لهم فيه.
(23) ﴾ وَقَدِمۡنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُواْ مِنۡ عَمَلٖ ﴿ "Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan." Maksudnya, (kami bersengaja kepada) amal per-buatan mereka yang mereka harapkan menjadi kebaikan dan me-reka telah bersusah payah mengerjakannya, ﴾ فَجَعَلۡنَٰهُ هَبَآءٗ مَّنثُورًا ﴿ "lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan" maksudnya, batal lagi sirna. Mereka telah merugi dan tidak mendapatkan pahalanya (bahkan) mereka disiksa karenanya. Hal yang demikian itu karena amal tersebut tidak ada nilai imannya dan karena ber-sumber dari seorang yang mendustakan Allah dan para rasulNya. Sebab, amal kebaikan yang diterima Allah adalah yang bersumber dari seorang Mukmin nan tulus lagi membenarkan para rasul dan mengikuti mereka.
Ayah: 24 #
{أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلًا (24)}.
"Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya." (Al-Furqan: 24).
#
{24} أي: في ذلك اليوم الهائل كثير البلابل، {أصحابُ الجنَّة}: الذين آمنوا بالله وعملوا صالحاً واتَّقوا ربَّهم {خيرٌ مستقرًّا}: من أهل النار، {وأحسنُ مَقيلاً}؛ أي: مستقرُّهم في الجنة وراحتُهم التي هي القيلولة هو المستقرُّ النافع والراحةُ التامَّة؛ لاشتمال ذلك على تمام النعيم الذي لا يَشوبه كَدَرٌ؛ بخلاف أصحاب النار؛ فإنَّ جهنَّم مستقرُّهم ساءت مستقرًّا ومقيلاً، وهذا من باب استعمال أفعل التفضيل فيما ليس في الطرف الآخر منهُ شيءٌ؛ لأنَّه لا خير في مَقيل أهل النارِ ومستقرِّهم؛ كقوله: {آللهُ خيرٌ أمَّا يُشْرِكونَ}.
(24) Maksudnya, pada hari yang sangat menakutkan itu banyak sekali kekacauannya. ﴾ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِ ﴿ "Penghuni-penghuni surga," yaitu orang-orang yang telah beriman kepada Allah dan beramal shalih serta bertakwa kepada Rabbnya ﴾ خَيۡرٞ مُّسۡتَقَرّٗا ﴿ "paling baik tempat tinggalnya," daripada penghuni neraka, ﴾ وَأَحۡسَنُ مَقِيلٗا ﴿ "dan paling indah tempat istirahatnya," maksudnya, tempat tinggal mereka di surga, dan istirahat mereka adalah tidur di siang hari. Itulah tempat istirahat yang berguna dan istirahat yang sempurna, karena meliputi segala kelengkapan kenikmatan yang sama sekali tidak tercemari kekeruhan. Sangat berbeda sekali dengan para penghuni neraka, karena tempat tinggal mereka adalah Jahanam yang me-rupakan seburuk-buruk tempat istirahat dan tempat tinggal. Ini merupakan salah satu bentuk penggunaan af`al tafdhil (superlatif) dalam kalimat yang pada bagian lain tidak ada sedikit pun darinya. Sebab, sama sekali tidak ada kebaikan di dalam tempat tinggal penghuni neraka dan tempat istirahat mereka. Sama dengan ung-kapan dalam Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ ءَآللَّهُ خَيۡرٌ أَمَّا يُشۡرِكُونَ 59 ﴿ "Apakah Allah yang lebih baik, atau sesuatu yang mereka perseku-tukan?" (An-Naml: 59).
Ayah: 25 - 29 #
{وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاءُ بِالْغَمَامِ وَنُزِّلَ الْمَلَائِكَةُ تَنْزِيلًا (25) الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا (26) وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (27) يَاوَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا (29)}.
"Dan hari ketika langit pecah belah mengeluarkan kabut dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang. Kerajaan yang haq pada hari itu adalah kepunyaan Rabb Yang Maha Pemurah. Dan hari itu adalah hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang yang kafir. Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zhalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata, 'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab(ku). Sungguh dia telah menyesatkan aku dari al-Qur`an ketika al-Qur`an telah datang kepadaku. Dan setan itu tidak akan menolong manusia'." (Al-Furqan: 25-29).
#
{25 ـ 26} يُخبر تعالى عن عَظَمَةِ يوم القيامة وما فيه من الشدَّة والكُروب ومزعجات القلوب، فقال: {ويوم تَشَقَّقُ السماءُ بالغمام}: وذلك الغمام الذي ينزل الله فيه؛ ينزِلُ من فوق السماوات، فَتَنْفَطِرُ له السماواتُ وتشقَّق وتنزِلُ [ملائكةُ] كلِّ سماء، فيقفون صفًّا صفًّا، إمّا صفًّا واحداً محيطاً بالخلائق، وإمّا كلُّ سماء يكونون صفًّا، ثم السماء التي تليها صفًّا ، وهكذا القصدُ أنَّ الملائكةَ على كَثْرَتِهم وقوَّتِهم ينزلون محيطين بالخَلْق مذعِنين لأمرِ ربِّهم لا يتكلَّم منهم أحدٌ إلاَّ بإذن من الله؛ فما ظنُّك بالآدميِّ الضعيف، خصوصاً الذي بارز مالِكَه بالعظائم، وأقدم على مساخطِهِ، ثم قدم عليه بذُنوبٍ وخطايا لم يتبْ منها، فيحكُمُ فيه الملكُ الخلاَّقُ بالحكم الذي لا يجورُ ولا يظلمُ مثقالَ ذرَّةٍ، ولهذا قال: {وكان يوماً على الكافرين عسيراً}: لصعوبتِهِ الشَّديدة وتعسُّرِ أمورِهِ عليه؛ بخلاف المؤمن؛ فإنَّه يسيرٌ عليه خفيفُ الحمل: {ويَوْمَ نحشُرُ المتَّقينَ إلى الرحمن وفداً. ونَسوقُ المجْرِمين إلى جَهَنَّمَ ورْداً}. وقوله: {الملك يومئذٍ}؛ أي: يوم القيامةِ، {الحقُّ للرحمن}: لا يبقى لأحدٍ من المخلوقين مُلْكٌ ولا صورةُ مُلْكٍ؛ كما كانوا في الدنيا، بل قد تساوتِ الملوكُ ورعاياهم والأحرارُ والعبيدُ والأشرافُ وغيرهم. وممَّا يرتاحُ له القلبُ وتطمئنُّ به النفس وينشرحُ له الصدرُ أنَّه أضاف الملك في يوم القيامة لاسمِهِ الرحمن؛ الذي وسعتْ رحمتُهُ كلَّ شيءٍ، وعمَّت كلَّ حيٍّ، وملأتِ الكائناتِ، وعمرت بها الدُّنيا والآخرة، وتمَّ بها كلُّ ناقص، وزال بها كلُّ نقص، وغلبت الأسماءُ الدالَّةُ عليه الأسماءَ الدالَّة على الغضب، وسبقت رحمتُه غضَبَه وغلبتْه؛ فلها السبق والغلبة، وخَلَقَ هذا الآدميَّ الضعيف وشرَّفَه وكرَّمه لِيُتِمَّ عليه نعمته وليتغمَّدَه برحمته، وقد حضروا في موقف الذلِّ والخضوع والاستكانة بين يديه؛ ينتظرون ما يحكم فيهم وما يُجري عليهم، وهو أرحم بهم من أنفسهم ووالديهم؛ فما ظنُّك بما يعامِلُهم به، ولا يَهْلِكُ على الله إلاَّ هالكٌ، ولا يخرج من رحمتِهِ إلاَّ من غلبتْ عليه الشَّقاوة، وحقَّتْ عليه كلمةُ العذاب.
(25-26) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan tentang kedahsyatan, ke-sengsaraan dan kesulitan pada Hari Kiamat serta hal-hal yang menakutkan hati, seraya berfirman, ﴾ وَيَوۡمَ تَشَقَّقُ ٱلسَّمَآءُ بِٱلۡغَمَٰمِ ﴿ "Dan hari ketika langit pecah belah mengeluarkan kabut." Dan kabut itu adalah kabut yang di dalamnya Allah turun; Dia turun dari atas langit, hingga langit terbelah dan pecah karenanya, dan turun pula [ma-laikat-malaikat][29] pada tiap-tiap langit, kemudian mereka berdiri dengan berbaris, baik satu baris yang mengelilingi semua makhluk (manusia), atau setiap satu langit mereka membentuk satu baris, lalu langit berikutnya satu baris.[30] Dan demikianlah maksudnya, yaitu bahwa para malaikat dengan sebegitu banyak dan kuatnya turun seraya meliputi manusia, mereka tunduk kepada perintah Rabbnya, tidak seorang pun dari mereka yang berbicara kecuali dengan izin dari Allah. Lalu bagaimana menurutmu dengan se-orang manusia yang sangat lemah, terutama yang telah melawan Allah Sang Pemilik dengan berbagai dosa besar dan telah lancang melakukan hal-hal yang mengundang murkaNya, lalu dia datang menghadapNya dengan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan dan belum sempat bertaubat? Kemudian Sang Maha Raja lagi Pencipta memberikan kepu-tusan untuknya dengan keputusan yang di situ Dia tidak berbuat curang dan tidak pula zhalim sebesar biji sawi pun. Oleh karena-nya, Dia berfirman, ﴾ وَكَانَ يَوۡمًا عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ عَسِيرٗا ﴿ "Dan hari itu adalah hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang yang kafir," karena kesulitan-nya yang sangat dan susahnya segala urusan baginya. Berbeda halnya dengan orang Mukmin, karena hari itu mudah baginya dan ringan ditanggung, ﴾ يَوۡمَ نَحۡشُرُ ٱلۡمُتَّقِينَ إِلَى ٱلرَّحۡمَٰنِ وَفۡدٗا 85 وَنَسُوقُ ٱلۡمُجۡرِمِينَ إِلَىٰ جَهَنَّمَ وِرۡدٗا 86 ﴿ "(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada Yang Maha Pemurah sebagai utusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke Neraka Jahanam dalam keadaan dahaga." (Maryam: 85-86). Dan FirmanNya, ﴾ ٱلۡمُلۡكُ يَوۡمَئِذٍ ﴿ "Dan kekuasaan pada hari itu," yakni pada Hari Kiamat, ﴾ ٱلۡحَقُّ لِلرَّحۡمَٰنِۚ ﴿ "yang haq adalah milik Yang Maha Pemurah," tidak ada kekuasaan bagi seorang manusia pun saat itu, dan tidak pula gambaran kekuasaan, sebagaimana adanya dahulu di dunia. Bahkan para raja dan rakyatnya, orang-orang yang merdeka dan budak-budak, orang-orang yang terhormat dan lain-lain pada hari itu menjadi sama. Di antara hal yang melegakan hati dan menentramkan jiwa serta melapangkan dada adalah bahwa Dia menyandarkan "ke-kuasaan" saat Hari Kiamat itu kepada namaNya "ar-rahman" yang rahmatNya meliputi segala sesuatu, mencakup segala yang hidup, memenuhi alam semesta, dan dengannya dunia dan akhirat men-jadi makmur, dan dengannya pula segala yang kurang menjadi sempurna, dan setiap kekurangan menjadi habis; dan nama-nama yang menunjukkan kepadanya mengalahkan nama-nama yang menunjukkan kepada kemurkaan, dan rahmatNya mendahului dan mengalahkan murkaNya. Maka milikNya-lah keunggulan dan kemenangan. Dan Dia telah menciptakan manusia nan rapuh ini, lalu memuliakan dan menghormatinya untuk menyempurna-kan nikmatNya terhadap manusia dan untuk meliputinya dengan rahmatNya. Mereka hadir dalam kondisi terhina, tunduk, dan tenang di hadapanNya. Mereka menunggu apa yang akan diputus-kan dan apa yang akan dilakukan terhadap mereka. Sementara Dia lebih sayang kepada mereka daripada diri mereka sendiri dan kedua orang tua mereka. Lalu bagaimana menurutmu dengan perlakuanNya terhadap mereka? Tidak binasa di hadapan Allah selain orang yang binasa, dan tidak akan keluar dari rahmatNya kecuali orang yang telah dikuasai oleh kesengsaraan dan ketetapan azab sudah ditetapkan atasnya.
#
{27} {ويوم يَعَضُّ الظالمُ}: بشركِهِ وكفرِهِ وتكذيبِهِ للرسل {على يديه}: تأسُّفاً وتحسُّراً وحزناً وأسفاً، {يقولُ يا ليتني اتَّخَذْتُ مع الرسول سبيلاً}؛ أي: طريقاً بالإيمان به وتصديقِهِ واتِّباعِهِ.
(27) ﴾ وَيَوۡمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ ﴿ "Dan hari ketika orang yang zhalim itu menggigit," disebabkan kesyirikan, kekafiran, dan pendustaannya terhadap para rasul ﴾ عَلَىٰ يَدَيۡهِ ﴿ "dua tangannya," karena pilu, sedih dan duka, ﴾ يَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي ٱتَّخَذۡتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلٗا ﴿ "seraya berkata, 'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul'." Yakni jalan dengan ber-iman kepadanya, membenarkan dan mengikutinya.
#
{28} {يا ويلتى ليتني لم أتَّخِذْ فلاناً}: وهو الشيطانُ الإنسيُّ أو الجنيُّ {خليلاً}؛ أي: حبيباً مصافياً، عاديتُ أنصحَ الناس لي وأبرَّهم بي وأرفَقَهم بي، وواليتُ أعدى عدوٍّ لي، الذي لم تُفِدْني ولايتُهُ إلاَّ الشقاءَ والخسارَ والخِزْيَ والبَوارَ.
(28) ﴾ يَٰوَيۡلَتَىٰ لَيۡتَنِي لَمۡ أَتَّخِذۡ فُلَانًا ﴿ "Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan," yaitu setan dari bangsa manusia atau bangsa jin ﴾ خَلِيلٗا ﴿ "sebagai teman akrab," yakni kekasih yang sangat dicintai. Aku telah memusuhi manusia yang paling tulus kepadaku, manusia yang paling baik kepadaku dan manusia yang paling sayang kepadaku, dan aku telah setia kepada musuh yang paling memusuhiku, yang kesetiaanku kepadanya sama sekali tidak berguna bagiku kecuali kesengsaraan, kerugian, kehinaan, dan kebinasaan.
#
{29} {لقد أضلَّني عن الذِّكْرِ بعد إذْ جاءَني}: حيثُ زين له ما هو عليه من الضَّلال بخدعِهِ وتسويله، {وكان الشيطانُ للإنسانِ خَذولاً}: يزيِّن له الباطلَ ويقبِّحُ له الحقَّ ويَعِدُه الأماني ثم يتخلَّى عنه ويتبرَّأ منه؛ كما قال لجميع أتباعه حين قُضِيَ الأمرُ وفَرَغَ اللهُ من حساب الخلق: {وقالَ الشيطانُ لمّا قُضِيَ الأمرُ إنَّ اللهَ وَعَدَكُم وَعْدَ الحقِّ ووعَدْتُكم فأخلَفْتُكم وما كان لي عليكم من سلطانٍ إلاَّ أن دَعَوْتُكُم فاستجَبْتُم لي فلا تلوموني ولوموا أنفُسَكُم ما أنا بِمُصْرِخِكُم وما أنتُم بمُصْرِخِيَّ إنِّي كفرتُ بما أشْرَكْتُموني من قبل ... } الآية؛ فلينظر العبد لنفسِهِ وقتَ الإمكان، وليَتداركْ الممكنَ قبل أن لا يمكنَ، ولْيوالي مَن ولايتُهُ فيها سعادتُهُ، ويعادي مَنْ تنفعُهُ عداوتُهُ وتضرُّه صداقتُه. والله الموفقُ.
(29) ﴾ لَّقَدۡ أَضَلَّنِي عَنِ ٱلذِّكۡرِ بَعۡدَ إِذۡ جَآءَنِيۗ ﴿ "Sungguh dia telah menyesat-kanku dari al-Qur`an ketika al-Qur`an telah datang kepadaku," di mana dia telah membuat kesesatannya menjadi indah baginya dengan tipudaya dan bujuk-rayuannya. ﴾ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِلۡإِنسَٰنِ خَذُولٗا ﴿ "Dan setan itu tidak akan menolong manusia." Maksudnya, setan itu men-jadikan yang batil menjadi indah baginya dan memburukkan yang haq baginya, bahkan dia menjanjikan berbagai angan-angan manis, kemudian setan meninggalkannya dan berlepas diri darinya. Sebagaimana dia mengatakan kepada seluruh pengikutnya ketika semua perkara telah diputuskan dan setelah Allah selesai meme-riksa (amal perbuatan) seluruh manusia, ﴾ وَقَالَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لَمَّا قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ إِنَّ ٱللَّهَ وَعَدَكُمۡ وَعۡدَ ٱلۡحَقِّ وَوَعَدتُّكُمۡ فَأَخۡلَفۡتُكُمۡۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيۡكُم مِّن سُلۡطَٰنٍ إِلَّآ أَن دَعَوۡتُكُمۡ فَٱسۡتَجَبۡتُمۡ لِيۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوٓاْ أَنفُسَكُمۖ مَّآ أَنَا۠ بِمُصۡرِخِكُمۡ وَمَآ أَنتُم بِمُصۡرِخِيَّ إِنِّي كَفَرۡتُ بِمَآ أَشۡرَكۡتُمُونِ مِن قَبۡلُۗ ﴿ "Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, 'Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu, tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku. Oleh sebab itu, janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu, dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolong-ku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutu-kan aku (dengan Allah) sejak dahulu'." (Ibrahim: 22). Maka hendaknya setiap orang memperhatikan dirinya di waktu senggang dan membenahi apa yang bisa dibenahi sebelum dia kelak tidak dapat membenahi diri, dan hendaklah dia berloya-litas kepada orang yang di dalam loyalitas (kesetiaan) kepadanya terdapat kebahagiaan bagi dirinya, dan hendaknya memusuhi orang yang permusuhan terhadapnya menguntungkan dirinya dan persahabatan dengannya membahayakannya. Wallahul Muwaffiq.
Ayah: 30 - 31 #
{وَقَالَ الرَّسُولُ يَارَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا (30) وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا (31)}.
"Berkatalah Rasul, 'Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur`an ini sesuatu yang diabaikan.' Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari (kala-ngan) orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Rabbmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong." (Al-Furqan: 30-31).
#
{30} {وقال الرسولُ}: منادياً لربِّه وشاكياً عليه إعراض قومِهِ عمَّا جاء به ومتأسفاً على ذلك منهم: {يا ربِّ إنَّ قومي}: الذي أرسلْتَني لهدايتهم وتبليغهم {اتَّخذوا هذه القرآن مَهْجوراً}؛ أي: قد أعرضوا عنه وهجروه وتركوه، مع أنَّ الواجب عليهم الانقيادُ لحكمه والإقبال على أحكامه والمشي خلفه.
(30) ﴾ وَقَالَ ٱلرَّسُولُ ﴿ "Berkatalah Rasul, seraya menyeru kepada Rabbnya, mengadukan sikap kaumnya yang berpaling dari ajaran yang dibawanya serta sedih atas sikap yang mereka perlihatkan itu, ﴾ يَٰرَبِّ إِنَّ قَوۡمِي ﴿ "Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku," yang kepada mereka Engkau mengutusku untuk memberi petunjuk dan me-nyampaikan (risalahMu. Pent.), ﴾ ٱتَّخَذُواْ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ مَهۡجُورٗا ﴿ "telah menjadi-kan al-Qur`an ini sesuatu yang diabaikan," maksudnya, mereka telah berpaling darinya, mengabaikan dan meninggalkannya, padahal yang menjadi kewajiban mereka adalah patuh kepada hukumnya dan menerima aturan-aturannya serta mengikutinya.
#
{31} قال الله مسلياً لرسولِهِ ومخبراً: إنَّ هؤلاء الخلق لهم سلفٌ صنعوا كصنيعِهِم، فقال: {وكذلك جَعَلْنا لكلِّ نبيٍّ عدوًّا من المجرمين}؛ أي: من الذين لا يصلحون للخير ولا يزكون عليه؛ يعارضونهم، ويردُّون عليهم، ويجادلونهم بالباطل. من بعض فوائد ذلك أنْ يعلوَ الحقُّ على الباطل، وأن يتبيَّن الحقُّ ويتَّضح اتِّضاحاً عظيماً؛ لأنَّ معارضة الباطل للحقِّ مما تزيدُهُ وضوحاً وبياناً وكمالَ استدلال، وأن نتبيَّن ما يفعل الله بأهل الحقِّ من الكرامة، وبأهل الباطل من العقوبة؛ فلا تحزنْ عليهم، ولا تَذْهَبْ نفسُك عليهم حسراتٍ، {وكفى بربِّك هادياً}: يهديك فيحصُلُ لك المطلوبُ ومصالحُ دينك ودنياك، {ونَصيراً}: ينصُرُك على أعدائِكَ، ويدفعُ عنك كلَّ مكروه في أمر الدين والدُّنيا؛ فاكتف به وتوكَّلْ عليه.
(31) Allah berfirman kepada RasulNya untuk menghibur dan mengabarkan kepadanya, ﴾ وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا مِّنَ ٱلۡمُجۡرِمِينَۗ ﴿ "Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari (kalangan) orang-orang yang berdosa." Yaitu dari golongan orang-orang yang tidak laik untuk kebaikan dan mereka tidak membersihkan diri dengannya; mereka menentang para rasul, menolak dan mendebat mereka dengan yang batil. Di antara sebagian manfaatnya adalah kebenaran menjadi unggul di atas kebatilan, kebenaran menjadi jelas dan menjadi sangat nyata. Sebab, perlawanan kebatilan ter-hadap kebenaran menjadikannya makin jelas, nyata dan penuh bukti, dan kita makin lebih mengetahui apa yang dilakukan Allah terhadap ahlul haq, berupa karamah (kemuliaan) dan terhadap ahlul batil, berupa azab. Maka jangan bersedih terhadap mereka, dan janganlah kamu menyesal karena sikap mereka. ﴾ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيٗا ﴿ "Dan cukuplah Rabbmu menjadi Pemberi petunjuk," yang memberi petunjuk kepadamu hingga kamu mendapatkan keinginanmu dan kebaikan agama serta duniamu, ﴾ وَنَصِيرٗا ﴿ "dan Penolong," yang me-nolongmu melawan musuh-musuhmu, mencegah darimu segala hal yang dibenci dalam perkara agama dan dunia. Maka bergantung dan berserah dirilah kepadaNya.
Ayah: 32 - 33 #
{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا (32) وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا (33)}.
"Berkatalah orang-orang kafir, 'Mengapa al-Qur`an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?' Demikianlah supaya Kami memperkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) suatu perumpamaan, melainkan pasti Kami mendatangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya." (Al-Furqan: 32-33).
#
{32} هذا من جملة مقترحات الكفَّار الذي توحيه إليهم أنفسُهُم، فقالوا: {لولا نُزِّلَ عليه القرآنُ جملةً واحدةً}؛ أي: كَمَا أُنْزِلَت الكتبُ قبلَه. وأيُّ محذورٍ من نزوله على هذا الوجه؟! بل نزوله على هذا الوجه أكمل وأحسن، ولهذا قال: {كذلك}: أنزلناه متفرقاً {لِنُثَبِّتَ به فؤادَكَ}: لأنَّه كلَّما نزلَ عليه شيء من القرآن؛ ازداد طمأنينةً وثباتاً، وخصوصاً عند ورود أسباب القلق؛ فإنَّ نزول القرآن عند حدوثه يكون له موقعٌ عظيمٌ وتثبيتٌ كثيرٌ أبلغ مما لو كان نازلاً قبل ذلك ثم تذكَّره عند حلول سببه، {ورتَّلْناه ترتيلاً}؛ أي: مَهَّلْناه، ودرَّجْناك فيه تدريجاً. وهذا كلُّه يدلُّ على اعتناء الله بكتابه القرآن وبرسولِهِ محمدٍ - صلى الله عليه وسلم -؛ حيث جعل إنزال كتابه جارياً على أحوال الرسول ومصالحِهِ الدينيَّةِ.
(32) "Ini sebagian dari sederet usulan-usulan kaum kafir yang dibisikkan oleh jiwa mereka, maka mereka berkata, ﴾ لَوۡلَا نُزِّلَ عَلَيۡهِ ٱلۡقُرۡءَانُ جُمۡلَةٗ وَٰحِدَةٗۚ ﴿ "Mengapa al-Qur`an itu tidak diturunkan kepada-nya sekali turun saja?" Maksudnya, sebagaimana kitab-kitab suci sebelumnya diturunkan. Apa salahnya kalau ia diturunkan seperti itu? Bahkan turunnya (secara bertahap) seperti itu lebih sempurna dan lebih baik. Maka dari itu Allah berfirman, ﴾ كَذَٰلِكَ ﴿ "Demikianlah," Kami menurunkannya secara berangsur-angsur, ﴾ لِنُثَبِّتَ بِهِۦ فُؤَادَكَۖ ﴿ "supaya Kami memperkuat hatimu dengannya," sebab setiap kali bagian dari al-Qur`an turun kepadanya, maka dia makin bertambah tenang dan kokoh pendiriannya, terutama di saat adanya faktor-faktor penyebab kegelisahan. Karena sesung-guhnya turunnya al-Qur`an pada saat terjadinya moment (pen-ting) itu menjadi penawar yang sangat luar biasa dan menjadi peneguh hati yang sangat efektif daripada kalau ia telah ditu-runkan sebelumnya, kemudian mengingatnya ketika terjadi asbab nuzulnya. ﴾ وَرَتَّلۡنَٰهُ تَرۡتِيلٗا ﴿ "Dan Kami membacakannya secara tartil," maksudnya, Kami menurunkannya kepadamu dengan pelan dan secara bertahap. Ini semua menunjukkan pada perhatian Allah سبحانه وتعالى terhadap kitabNya, yaitu al-Qur`an dan terhadap RasulNya, yaitu Muhammad a, di mana Dia menjadikan penurunan kitabNya sesuai dengan kondisi Rasulullah dan kemaslahatan agama.
#
{33} ولهذا قال: {ولا يأتونَكَ بِمَثَلٍ}: يعارضون به الحقَّ ويدفعون به رسالتك، {إلاَّ جئناك بالحقِّ وأحسنَ تفسيراً}؛ أي: أنزلنا عليك قرآناً جامعاً للحقِّ في معانيه والوضوح والبيان التامِّ في ألفاظِهِ؛ فمعانيه كلُّها حقٌّ وصدقٌ لا يشوبها باطلٌ ولا شبهةٌ بوجه من الوجوه، وألفاظُهُ وحدودُهُ للأشياء أوضحُ ألفاظاً وأحسنُ تفسيراً، مبين للمعاني بياناً كاملاً. وفي هذه الآية دليلٌ على أنَّه ينبغي للمتكلِّم في العلم من محدِّث ومعلِّم وواعظٍ أن يقتدي بربِّه في تدبيره حال رسوله، كذلك العالم يدبِّر أمر الخلق، وكلَّما حدث موجبٌ أو حصل موسمٌ؛ أتى بما يناسب ذلك من الآيات القرآنية والأحاديث النبويَّة والمواعظ الموافقة لذلك. وفيه ردٌّ على المتكلِّفين من الجهميَّة ونحوهم ممَّن يرى أنَّ كثيراً من نصوص القرآن محمولةٌ على غير ظاهرها، ولها معانٍ غير ما يُفْهَم منها؛ فإذاً على قولهم لا يكون القرآن أحسنَ تفسيراً من غيره، وإنما التفسير الأحسن على زعمهم تفسيرُهم الذي حرَّفوا له المعاني تحريفاً!
(33) Oleh karena itu, Dia berfirman, ﴾ وَلَا يَأۡتُونَكَ بِمَثَلٍ ﴿ "Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) suatu perumpama-an," yang dengannya mereka menentang kebenaran dan dengannya mereka menolak kerasulanmu, ﴾ إِلَّا جِئۡنَٰكَ بِٱلۡحَقِّ وَأَحۡسَنَ تَفۡسِيرًا ﴿ "melainkan (pasti) Kami mendatangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya," maksudnya Kami turunkan kepadamu al-Qur`an yang mengandung kebenaran di dalam makna-makna-nya, kejelasan dan penjelasan yang sempurna pada lafazh-lafazh-nya. Maka makna-makna (yang dikandungnya) semuanya hak dan benar, tidak dicemari oleh satu kebatilan ataupun satu syubhat (kerancuan) dari sisi manapun; lafazh-lafazhnya dan batasan-ba-tasannya terhadap segala sesuatu merupakan lafazh-lafazh yang paling jelas dan paling baik penjelasannya, menjelaskan makna-maknanya dengan penjelasan yang sempurna. Di dalam ayat di atas terdapat satu dalil (bukti) bahwa se-pantasnya bagi orang yang membicarakan ilmu, apakah dia sebagai muhaddits, pengajar, maupun penceramah, sepantasnya dia mene-ladani Rabbnya di dalam mengatur kondisi RasulNya. Demikian pula seorang alim mengatur permasalahan masyarakat. Setiap kali ada kesempatan atau datang suatu musim, maka hendaknya dia membawakan ayat-ayat al-Qur`an, hadits-hadits Nabi dan nasihat-nasihat yang sesuai dengan musim tersebut. Ini juga mengandung bantahan terhadap orang-orang yang berlebihan, seperti kaum Jahmiyah dan semisal mereka yang ber-pendapat bahwa kebanyakan nash-nash al-Qur`an mengandung makna bukan literalnya (makna tersuratnya), dan ia mempunyai makna-makna selain dari maknanya yang dipahami secara lahir (literal). Jadi, berdasarkan pendapat mereka, al-Qur`an itu tidak lebih baik penjelasannya daripada yang lainnya. Dan yang lebih baik, menurut klaim mereka, adalah penafsiran mereka yang me-rubah makna-makna al-Qur`an dengan sejauh-jauhnya.
Ayah: 34 #
{الَّذِينَ يُحْشَرُونَ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلَى جَهَنَّمَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ سَبِيلًا (34)}.
"Orang-orang yang dihimpunkan ke Neraka Jahanam dengan diseret di atas mukanya, mereka itulah orang-orang yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya." (Al-Furqan: 34).
#
{34} يخبر تعالى عن حال المشركين الذين كذَّبوا رسوله وسوءَ مآلهم وأنهم {يُحْشَرون على وجوهِهِم}: في أشنع مرأى وأفظع منظرٍ، تسحبُهُم ملائكةُ العذاب ويجرُّونهم {إلى جهنَّم}: الجامعة لكلِّ عذابٍ وعقوبة، {أولئك}: الذين بهذه الحال {شرٌّ مكاناً}: ممَّن آمن بالله وصدَّق رسلَه {وأضلُّ سبيلاً}: وهذا من باب استعمال أفعل التفضيل فيما ليس في الطرف الآخر منه شيء؛ فإنَّ المؤمنين حسنٌ مكانهم ومستقرُّهم، واهتدوا في الدنيا إلى الصراط المستقيم، وفي الآخرة إلى الوصول إلى جنات النعيم.
(34) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan tentang keadaan kaum musy-rikin yang mendustakan RasulNya dan (betapa) buruknya tempat akhir mereka, dan bahwa mereka ﴾ يُحۡشَرُونَ عَلَىٰ وُجُوهِهِمۡ ﴿ "akan dihim-punkan dengan diseret di atas mukanya," dalam pemandangan yang paling buruk dan penglihatan yang paling keji; mereka diseret dan digelandang oleh para malaikat azab ﴾ إِلَىٰ جَهَنَّمَ ﴿ "ke Neraka Jahanam" yang penuh dengan semua bentuk azab dan hukuman. ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ﴿ "Mereka itulah," orang-orang yang sedemikian keadaannya itu ada-lah ﴾ شَرّٞ مَّكَانٗا ﴿ "orang-orang yang paling buruk tempatnya," daripada orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan RasulNya, ﴾ وَأَضَلُّ سَبِيلٗا ﴿ "dan paling sesat jalannya." Ini termasuk dalam kategori menggunakan af`al tafdhil (superlatif) pada kalimat yang pada bagian lain tidak ada sesuatu pun darinya. Sebab, sesungguhnya orang-orang Mukmin itu terbaik tempat tinggal dan tempat per-istirahatannya, dan mereka di dunia telah menelusuri petunjuk jalan yang lurus, sedangkan di akhirat dapat mencapai surga, negeri kenikmatan.
Ayah: 35 - 40 #
{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَا مَعَهُ أَخَاهُ هَارُونَ وَزِيرًا (35) فَقُلْنَا اذْهَبَا إِلَى الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَدَمَّرْنَاهُمْ تَدْمِيرًا (36) وَقَوْمَ نُوحٍ لَمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ أَغْرَقْنَاهُمْ وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ آيَةً وَأَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ عَذَابًا أَلِيمًا (37) وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَلِكَ كَثِيرًا (38) وَكُلًّا ضَرَبْنَا لَهُ الْأَمْثَالَ وَكُلًّا تَبَّرْنَا تَتْبِيرًا (39) وَلَقَدْ أَتَوْا عَلَى الْقَرْيَةِ الَّتِي أُمْطِرَتْ مَطَرَ السَّوْءِ أَفَلَمْ يَكُونُوا يَرَوْنَهَا بَلْ كَانُوا لَا يَرْجُونَ نُشُورًا (40)}.
"Dan sesungguhnya Kami telah memberikan al-Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, me-nyertainya sebagai wazir (pembantu). Kemudian Kami berfirman kepada keduanya, 'Pergilah kamu berdua kepada kaum yang men-dustakan ayat-ayat Kami.' Maka Kami binasakan mereka sehan-cur-hancurnya. Dan kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul, Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zhalim azab yang pedih; dan (Kami binasakan) kaum 'Ad dan Tsamud dan penduduk Rass, dan banyak (lagi) generasi-gene-rasi di antara kaum-kaum tersebut. Dan Kami jadikan bagi ma-sing-masing mereka tamsil ibarat; dan masing-masing mereka itu benar-benar telah Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya. Dan sesungguhnya mereka (kaum musyrik Makkah) telah melalui sebuah negeri (Sodom) yang (dulu) dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya (hujan batu). Maka apakah mereka tidak menyak-sikan runtuhan itu; bahkan mereka itu tidak mengharapkan akan kebangkitan." (Al-Furqan: 35-40).
#
{35 ـ 40} أشار تعالى إلى هذه القَصَص، وقد بسطها في آياتٍ أخرَ؛ ليحذِّرَ المخاطبين من استمرارِهم على تكذيب رسولهم، فيصيبُهم ما أصاب هؤلاء الأمم الذين كانوا قريباً منهم ويعرفون قَصصهم بما استفاض واشْتُهِر عنهم، ومنهم مَنْ يَرَوْن آثارَهم عياناً؛ كقوم صالح في الحجر، وكالقريةِ التي أُمْطِرَتْ مَطَرَ السَّوْء بحجارة من سِجِّيل؛ يمرُّون عليهم مصبحين وبالليل في أسفارهم؛ فإنَّ أولئك الأمم ليسوا شرًّا منهم، ورسلهم ليسوا خيراً من رسول هؤلاء؛ {أكُفَّارُكُم خيرٌ من أولئكُم أمْ لكم براءةٌ في الزُّبُر}، ولكنَّ الذي منع هؤلاء من الإيمان مع ما شاهدوا من الآيات أنَّهم كانوا لا يَرْجونَ بعثاً ولا نُشوراً؛ فلا يرجون لقاء ربِّهم، ولا يَخْشَوْن نَكاله؛ فلذلك استمرُّوا على عنادهم، وإلاَّ؛ فقد جاءهم من الآيات ما لا يبقى معه شكٌ ولا شبهةٌ ولا إشكالٌ ولا ارتيابٌ.
(35-40) Allah سبحانه وتعالى mengisyaratkan kepada kisah-kisah ini, dan Dia telah menguraikannya di dalam ayat-ayat yang lain, untuk mengingatkan orang-orang yang diajak bicara (Mukhathabin) supaya waspada diri dari tenggelam dalam mendustakan Rasul mereka, sehingga mereka bisa tertimpa azab sebagaimana yang telah menimpa umat-umat yang telah berlalu yang dekat dengan masa sebelum mereka, sedangkan mereka sendiri mengetahui cerita umat-umat tersebut karena sangat terkenal dan populer di kalangan me-reka. Di antara mereka ada yang telah melihat jejak-jejak (artefak) mereka dengan mata kepala, seperti kaum Nabi Shaleh di al-Hijr, dan seperti negeri yang diguyur dengan hujan buruk berupa batu sijjil; mereka melaluinya di pagi dan malam hari saat bepergian jauh. Sebab umat-umat tersebut tidaklah lebih jahat daripada mereka, dan para rasul mereka pun tidaklah lebih baik daripada Rasul kaum musyrikin itu; ﴾ أَكُفَّارُكُمۡ خَيۡرٞ مِّنۡ أُوْلَٰٓئِكُمۡ أَمۡ لَكُم بَرَآءَةٞ فِي ٱلزُّبُرِ 43 ﴿ "Apakah orang-orang kafirmu (hai kaum musyrikin) lebih baik dari-pada mereka itu, atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam Kitab-kitab yang dahulu?" (Al-Qamar: 43). Akan tetapi yang telah menghalangi mereka untuk beriman, meskipun mereka telah menyaksikan tanda-tanda, adalah bahwa mereka tidak mengharapkan kebangkitan dan kehidupan kembali setelah mati. Mereka sama sekali tidak mengharapkan perjumpaan dengan Rabb mereka, dan mereka tidak takut kepada ancaman-Nya. Maka dari itu mereka terus dalam sikap menentang. Sebab, jika tidak, maka sesungguhnya bukti-bukti telah sampai kepada mereka hingga tidak ada keraguan, tidak ada syubhat, tidak ada suatu kerancuan dan tidak ada kebimbangan.
Ayah: 41 - 44 #
{وَإِذَا رَأَوْكَ إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا أَهَذَا الَّذِي بَعَثَ اللَّهُ رَسُولًا (41) إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا لَوْلَا أَنْ صَبَرْنَا عَلَيْهَا وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلًا (42) أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا (43) أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا (44)}.
"Dan apabila mereka melihat kamu, (maka) tidaklah mereka melihatmu melainkan sebagai ejekan, 'Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai Rasul? Sesungguhnya hampirlah dia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya.' Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya. Terang-kanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu." (Al-Furqan: 41-44).
#
{41} أي: {وإذا رَأوْك}: يا محمد؛ هؤلاء المكذِّبون لك، المعاندون لآيات الله، المستكبرون في الأرض؛ استهزؤوا بك، واحتقروك، وقالوا على وجه الاحتقار والاستصغار: {أهذا الذي بَعَثَ الله رسولاً}؛ أي: غير مناسب ولا لائق أن يَبْعَثَ الله هذا الرجل! وهذه من شدَّة ظلمِهِم وعنادِهِم وقلبهم الحقائق؛ فإنَّ كلامَهم هذا يُفْهِمُ أنَّ الرسولَ ـ حاشاه ـ في غاية الخِسَّة والحقارة، وأنَّه لو كانتِ الرسالةُ لغيره؛ لكان أنسب. {وقالوا لولا نُزِّلَ هذا القرآنُ على رجل من القريتينِ عظيم}؛ فهذا الكلام لا يصدُرُ إلاَّ من أجهل الناس وأضلِّهم، أو من أعظمهم عناداً، وهو متجاهلٌ، قصدُه ترويج ما معه من الباطل بالقدح بالحقِّ وبمن جاء به، وإلاَّ؛ فمنْ تدبَّر أحوال محمد بن عبد الله - صلى الله عليه وسلم -؛ وَجَدَه رجل العالم وهمامهم ومقدَّمهم في العقل والعلم واللُّبِّ والرَّزانة ومكارم الأخلاق ومحاسن الشيم والعفة والشجاعة والكرم وكلِّ خُلُق فاضل. وأنَّ المحتقرَ له والشانئ له قد جمع من السَّفَه والجهل والضلال والتَّناقُض والظُّلم والعدوان ما لا يجمعُه غيره. وحسبه جهلاً وضلالاً أن يَقْدَحَ بهذا الرسول العظيم والهُمام الكريم، والقصد من قدحِهِم فيه واستهزائِهِم به؛ تصلُّبهم على باطلهم وغُروراً لِضُعَفَاءِ العقول.
(41) Maksudnya, ﴾ وَإِذَا رَأَوۡكَ ﴿ "Dan apabila mereka melihat kamu" wahai Muhammad, mereka yang mendustakanmu, para penen-tang ayat-ayat Allah, yang menyombongkan diri di muka bumi, mereka memperolok-olokkanmu, menghinamu dan mengatakan dengan nada menghina dan menyepelekan, ﴾ أَهَٰذَا ٱلَّذِي بَعَثَ ٱللَّهُ رَسُولًا ﴿ "Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai Rasul?" Maksudnya, tidak pantas dan tidak layak kalau Allah mengutus si lelaki ini! Ini semua karena sangat memuncaknya kezhaliman dan keras kepala mereka. Mereka memutarbalikkan kenyataan. Sebab perkataan mereka ter-sebut memberikan pengertian bahwa Rasulullah a, –dan ini tidak mungkin–, berada dalam jurang kehinaan dan kenistaan, dan bahwa kalau saja kerasulan itu diberikan kepada selainnya, maka yang demikian itu tentu lebih cocok. ﴾ وَقَالُواْ لَوۡلَا نُزِّلَ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانُ عَلَىٰ رَجُلٖ مِّنَ ٱلۡقَرۡيَتَيۡنِ عَظِيمٍ 31 ﴿ "Dan mereka berkata, 'Mengapa al-Qur`an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Makkah dan Tha`if) ini'." (Az-Zukhruf: 31). Perkataan seperti ini tidak akan keluar kecuali dari (mulut) manusia yang paling bodoh, paling sesat atau paling keras kepala, dan dia berpura-pura bodoh yang tujuannya adalah mempropa-gandakan kebatilan yang dibawanya dengan mendiskriditkan (mencemoohkan) kebenaran dan orang yang membawanya. Kalau tidak demikian, maka siapa saja yang memperhatikan perihal keadaan Muhammad bin Abdillah a, niscaya dia menjum-painya sebagai sosok manusia alim, unggul di dalam kecerdasan akal, ilmu, kepribadian, ketangguhan, akhlak mulia, budi pekerti luhur, kehormatan diri, keberanian, kemurahan hati, dan segala akhlak mulia; sementara orang yang menghina dan mencercanya adalah orang yang penuh dengan sifat kedunguan, kebodohan, kesesatan, kontradiksi, zhalim dan melampaui batas yang tidak ada bandingannya. Cukup (untuk mewakili) kebodohan dan kese-satannya adalah sikapnya yang selalu mencemoohkan Rasul yang agung ini, rasul yang penuh semangat dan mulia. Tujuan cemoohan dan ejekan mereka terhadapnya adalah sikap keras mereka (berpe-gang teguh) pada kebatilan dan untuk memperdaya orang-orang yang kurang berakal.
#
{42} ولهذا قالوا: {إن كاد لَيُضِلُّنا عن آلهتنا} [هذا الرجل]: بأن يجعل الآلهة إلهاً واحداً، {لولا أن صَبَرْنا عليها}: لأضلَّنا. زعموا قبَّحهم الله أنَّ الضَّلال هو التوحيد، وأنَّ الهُدى ما هم عليه من الشرك؛ فلهذا تواصَوْا بالصبر عليه، {وانَطَلَقَ الملأُ منهم أنِ امْشوا واصبِروا على آلهتكم}، وهنا قالوا: {لولا أن صَبَرْنا عليها}: والصبر يُحمد في المواضع كلِّها؛ إلاَّ في هذا الموضع؛ فإنه صبرٌ على أسباب الغضب، وعلى الاستكثار من حطب جهنَّم، وأما المؤمنون؛ فهم كما قال الله عنهم: {وتواصَوْا بالحقِّ وتواصَوْا بالصبرِ}، ولما كان هذا حكماً منهم بأنَّهم المهتدون والرسول ضالٌّ، وقد تقرَّر أنَّهم لا حيلة فيهم توعَّدهم بالعذاب، وأخبر أنهم في ذلك الوقت، {حين يَرَوْنَ العذاب}: يعلمون علماً حقيقيًّا، {مَنْ} هو {أضَلُّ سبيلاً}. {ويوم يَعَضُّ الظالم على يديهِ يقولُ يا ليتني اتَّخَذْتُ مع الرسول سبيلاً ... } الآيات.
(42) Maka dari itu mereka mengatakan, ﴾ إِن كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنۡ ءَالِهَتِنَا ﴿ "Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita." [Si lelaki ini] dengan menjadikan sembahan-sembahan itu hanya satu sembahan saja, ﴾ لَوۡلَآ أَن صَبَرۡنَا عَلَيۡهَاۚ ﴿ "seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya," tentu dia telah menyesatkan kita. Mereka beranggapan, –semoga Allah memperburuk mereka–, bahwa kese-satan itu adalah tauhid, dan bahwa petunjuk (kebenaran) itu adalah kesyirikan yang mereka anut. Maka dari itu mereka saling meng-ingatkan agar selalu sabar dalam kesyirikan itu, ﴾ وَٱنطَلَقَ ٱلۡمَلَأُ مِنۡهُمۡ أَنِ ٱمۡشُواْ وَٱصۡبِرُواْ عَلَىٰٓ ءَالِهَتِكُمۡۖ ﴿ "Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), 'Pergi-lah kamu dan tetaplah (menyembah) ilah-ilahmu'." (Shad: 6). Dan di sini mereka mengatakan, ﴾ لَوۡلَآ أَن صَبَرۡنَا عَلَيۡهَاۚ ﴿ "Seandai-nya kita tidak sabar (menyembah)nya," sabar itu terpuji dalam segala kondisi, kecuali dalam kondisi seperti ini. Sebab kondisi yang satu ini adalah sabar atas sebab kausalitas yang dapat menimbulkan murka, dan sabar atas perbuatan menumpuk kayu bakar Neraka Jahanam. Sedangkan orang-orang beriman, mereka seperti yang difir-mankan oleh Allah سبحانه وتعالى tentang mereka, ﴾ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ 3 ﴿ "Nasihat menasihatilah supaya menaati kebenaran dan nasihat me-nasihatilah supaya menetapi kesabaran." (Al-Ashr: 3). Ketika ini merupakan klaim mereka bahwa merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk, sedangkan Rasulullah adalah sesat, padahal sudah pasti bahwa mereka sudah tidak mempunyai alasan lagi, maka Allah mengancam mereka dengan azab, dan Dia informasikan bahwa mereka pada saat itu ﴾ حِينَ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ ﴿ "di saat mereka melihat azab" mereka akan mengetahui dengan pengetahuan yang hakiki ﴾ مَنۡ ﴿ "siapa" dia ﴾ أَضَلُّ سَبِيلًا ﴿ "yang paling sesat jalannya." ﴾ وَيَوۡمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيۡهِ يَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي ٱتَّخَذۡتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلٗا 27 ﴿ "Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zhalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata, 'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul'." (Al-Furqan: 27).
#
{43} وهل فوق ضلال مَنْ جعل إلهه معبودَه ؛ فما هويه فعله؟! فلهذا قال: {أرأيتَ مَنِ اتَّخَذَ إلهه هواه}: ألا تعجبُ من حاله وتنظُر ما هو فيه من الضلال وهو يحكُم لنفسِهِ بالمنازل الرفيعة، {أفأنتَ تكون عليه وكيلاً}؛ أي: لست عليه بمسيطرٍ مسلَّط، بل إنما أنت منذرٌ قد قمتَ بوظيفتِك. وحسابُهُ على الله.
(43) Apakah ada kesesatan yang lebih tinggi daripada orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sembahannya, keinginan-nya selalu diaplikasikan? Maka dari itu Allah berfirman,﴾ أَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ ﴿ "Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya." Tidakkah kamu heran kepada ke-adaan orang itu, dan kamu perhatikan kesesatan yang ada padanya, sedangkan dia menilai dirinya dengan kedudukan-kedudukan tinggi, ﴾ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيۡهِ وَكِيلًا ﴿ "maka apakah kamu dapat menjadi peme-lihara atasnya?" Maksudnya, kamu bukanlah orang yang mengua-sainya, akan tetapi kamu adalah seorang pemberi peringatan, dan kamu telah melakukan tugasmu, sedangkan perkara orang itu di-serahkan kepada Allah.
#
{44} ثمَّ سجَّل تعالى على ضلالهم البليغ بأنْ سَلَبَهُمُ العقولَ والأسماع، وشبَّههم في ضلالهم بالأنعام السائمة التي لا تسمعُ إلاَّ دعاءً ونداءً {صمٌ بكمٌ عميٌ فهم لا يعقِلونَ}، بل هم أضلُّ من الأنعام؛ فإنَّ الأنعام يهديها راعيها فتهتدي، وتعرف طريق هلاكها فتجتنبه، وهي أيضاً أسلم عاقبةً من هؤلاء، فتبيَّن بهذا أن الرامي للرسول بالضَّلال أحقُّ بهذا الوصف، وأنَّ كلَّ حيوان بهيم؛ فهو أهدى منه.
(44) Kemudian Allah سبحانه وتعالى mencatat kesesatan mereka yang sangat jauh itu dengan menanggalkan akal dan pendengaran mereka; dan Allah juga menyamakan mereka di dalam kesesatan dengan binatang-binatang ternak yang sedang berkeliaran di pa-dang rumput, yang tidak mendengar kecuali seruan dan panggilan, ﴾ صُمُّۢ بُكۡمٌ عُمۡيٞ فَهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ 171 ﴿ "Mereka tuli, bisu, dan buta, maka mereka tidak mengerti." (Al-Baqarah: 171). Bahkan mereka lebih sesat daripada hewan ternak. Sebab binatang ternak digiring oleh sang penggembalanya lalu hewan-hewan itu menurut, dan mengetahui jalan kebinasaannya, maka ia menghindarinya. Dan hewan-hewan ternak itu juga lebih selamat akhir urusannya daripada mereka. Dengan demikian sudah jelas bahwa orang yang mencap Rasulullah a dengan kesesatan lebih berhak mendapat cap tersebut, dan bahwa setiap hewan ternak lebih mendapat petunjuk daripadanya.
Ayah: 45 - 46 #
{أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلًا (45) ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا (46)}
"Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Rabbmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-ba-yang; dan kalau Dia menghendaki, niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-perlahan." (Al-Furqan: 45-46).
#
{45 ـ 46} أي: ألم تشاهِدْ ببصرك وبصيرتِك كمالَ قدرةِ ربِّك وسَعَةِ رحمتِهِ: أنَّه مدَّ على العباد الظلَّ، وذلك قبل طلوع الشمس، {ثم جَعَلْنا الشمس عليه}؛ أي: على الظلِّ {دليلاً}: فلولا وجودُ الشمس؛ لما عُرِفَ الظلُّ؛ فإنَّ الضدَّ يعرف بضده، {ثم قَبَضْناه إلينا قبضاً يسيراً}؛ فكلَّما ارتفعتِ الشمس؛ تقلَّص الظِّلُّ شيئاً فشيئاً، حتى يذهب بالكُلِّيَّة. فتوالي الظل والشمس على الخلق الذي يشاهدونه عياناً، وما يترتَّب على ذلك من اختلاف الليل والنهار وتعاقُبِهما وتعاقُبِ الفصول وحصول المصالح الكثيرة بسبب ذلك؛ من أدلِّ دليل على قدرةِ الله وعظمتِهِ، وكمال رحمتِهِ وعنايتِهِ بعبادِهِ، وأنَّه وحدَه المعبودُ المحمودُ المحبوب المعظَّم ذو الجلال والإكرام.
(45-46) Maksudnya, tidaklah kamu menyaksikan dengan pandangan mata dan pandangan mata hatimu kesempurnaan kekuasaan Rabbmu dan keluasan rahmatNya, yaitu bahwasanya Dia telah memanjangkan bayang-bayang mengikuti manusia. Yaitu sebelum matahari terbit, ﴾ ثُمَّ جَعَلۡنَا ٱلشَّمۡسَ عَلَيۡهِ ﴿ "kemudian Kami jadikan matahari atasnya." Maksudnya, atas bayang-bayang itu, ﴾ دَلِيلٗا ﴿ "se-bagai petunjuk." Kalau saja bukan karena adanya matahari, tentu bayang-bayang tidak diketahui. Sebab lawan itu hanya dapat dike-tahui dengan lawannya pula. ﴾ ثُمَّ قَبَضۡنَٰهُ إِلَيۡنَا قَبۡضٗا يَسِيرٗا ﴿ "Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-perlahan." Semakin tinggi matahari, semakin hilanglah bayang-bayang itu sedikit demi sedikit hingga akhirnya habis secara total. Sehingga bayang-bayang dan matahari saling bergantian menerpa manusia, yang mereka saksikan dengan mata kepala mereka. Per-bedaan siang dan malam yang menjadi akibatnya, lalu silih ber-gantinya siang dan malam, perubahan musim, serta terjadinya berbagai kemaslahatan yang disebabkannya adalah merupakan dalil yang kuat yang membuktikan kekuasaan Allah dan keagungan-Nya, kesempurnaan rahmatNya, perhatianNya terhadap hamba-hambaNya, dan bahwa hanya Dia semata sembahan yang dipuji, dicintai, diagungkan, pemilik keagungan dan kemuliaan.
Ayah: 47 #
{وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا (47)}.
"Dia-lah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pa-kaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha." (Al-Furqan: 47).
#
{47} أي: من رحمته بكم ولُطْفِهِ أن جَعَلَ الليل لكم بمنزلةِ اللِّباس الذي يَغْشاكم حتى تستقرُّوا فيه، وتهدؤوا بالنوم وتسبُتَ حركاتُكم؛ أي: تنقطع عند النوم؛ فلولا الليل؛ لما سكن العبادُ، ولا استمرُّوا في تصرُّفهم، فضرَّهم ذلك غاية الضرر، ولو استمرَّ أيضاً الظلام؛ لتعطَّلت عليهم معايِشُهم ومصالِحُهم، ولكنه جعل النهار نُشوراً؛ ينتشرون فيه لتجاراتهم وأسفارهم وأعمالهم، فيقوم بذلك ما يقوم من المصالح.
(47) Maksudnya, di antara rahmatNya terhadap kalian dan kelembutanNya adalah Dia menjadikan malam untuk kalian laksana pakaian yang menutupi kalian hingga kalian dapat beristirahat di dalamnya dan merasa hangat dengan tidur serta mobilitas kalian menjadi terhenti, maksudnya, gerakan kalian terhenti saat tidur. Kalau saja tidak ada malam, niscaya manusia tidak akan bisa tenang, dan niscaya mereka terus dalam aktivitasnya, lalu pada akhirnya hal itu sangat membahayakan mereka. Dan kalau terjadi malam terus, tanpa berhenti, maka kehidupan dan berbagai kepentingan mereka terabaikan. Akan tetapi Allah menjadikan siang hari seba-gai kehidupan kembali, padanya mereka dapat bertebaran untuk perniagaan, bepergian jauh dan pekerjaan mereka, sehingga dengan begitu terciptalah berbagai maslahat.
Ayah: 48 - 50 #
{وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا (48) لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا (49) وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا (50)}.
"Dia-lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira, sebelum kedatangan rahmatNya (hujan); dan Kami tu-runkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (darinya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat)." (Al-Furqan: 48-50).
#
{48 ـ 49} أي: هو وحده الذي رحم عبادَه وأدرَّ عليهم رزقَه بأن أرسل الرياح مبشراتٍ بين يدي رحمته، وهو المطر، فثار بها السحاب وتألَّف، وصار كِسَفاً وألْقَحَتْهُ وأدرَّتْه بإذن آمرها والمتصرِّف فيها؛ ليقع استبشار العباد بالمطر قبل نزوله، وليستعدُّوا له قبل أن يَفْجَأَهم دفعةً واحدةً، {وأنْزَلْنا من السماءِ ماءً طَهوراً}: يطهِّر من الحدث والخَبَث، ويطهِّر من الغش والأدناس، وفيه بركةٌ من بركتِهِ؛ أنه أنزله ليحيي به بلدةً ميتاً، فتختلف أصناف النوابت والأشجار فيها مما يأكل الناس والأنعام، {ونُسْقِيَه مما خَلَقْنا أنعاماً وأناسِيَّ كثيراً}؛ أي: نسقيكموه أنتم وأنعامكم؛ أليس الذي أرسل الرياح المبشِّرات، وجعلها في عملها متنوِّعات، وأنزل من السماء ماء طهوراً مباركاً، فيه رزقُ العباد ورزقُ بهائمهم؛ هو الذي يستحقُّ أن يُعْبَدَ وحدَه ولا يُشْرَكَ معه غيره؟!
(48-59) Maksudnya, Dia semata yang berbelas kasih ter-hadap hamba-hambaNya dan mencurahkan rizkiNya terhadap mereka, yaitu dengan meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira (dekat) sebelum kedatangan rahmatNya, yaitu hujan. Dengan angin itu, awan pun datang dan bergumpal, dan menjadi kepingan, lalu ia menjatuhkan dan mencurahkan hujan dengan izin Sang Maha Pemerintah, yang Maha Pengatur agar menjadi berita gembira bagi manusia dengan adanya hujan itu sebelum turun, dan agar mereka bisa bersiap-siap untuk menghadapinya sebelum ia datang secara mendadak sekaligus; ﴾ وَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ طَهُورٗا ﴿ "dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih" membersihkan dari hadats dan najis, dan menyucikan dari kekeruhan dan ber-bagai kotoran, dan di dalamnya terdapat berkah dari berkahNya, yaitu bahwa Allah menurunkannya untuk menghidupkan (menyu-burkan) kembali tanah yang gersang, sehingga tumbuh berbagai aneka macam tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohon di atasnya, dari tanaman yang bisa dimakan oleh manusia dan hewan ternak. ﴾ وَنُسۡقِيَهُۥ مِمَّا خَلَقۡنَآ أَنۡعَٰمٗا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرٗا ﴿ "Dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak." Maksudnya, Kami memberi minum kalian (dengannya) dan binatang-binatang ternak kalian. Bukankah Dia yang telah meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira itu dan menjadikannya (memiliki) banyak fungsi, dan Dia menu-runkan air yang bersih penuh berkah dari langit, padanya terkan-dung rizki manusia dan hewan ternak mereka; Dia-lah semata yang berhak disembah, dan tidak ada sesuatu apa pun yang bisa diper-sekutukan denganNya.
#
{50} ولما ذكر تعالى هذه الآيات العيانيَّة المشاهدة، وصرفها للعباد ليعرفوه ويشكروه ويذكروه؛ مع ذلك: أبى {أكثرُ الناس إلا كُفوراً}: لفساد أخلاقهم وطبائعهم.
(50) Setelah Allah سبحانه وتعالى menjelaskan ayat-ayat yang nampak dan kasat mata ini, dan mencurahkannya kepada manusia agar mereka mengenalNya, bersyukur (berterima kasih) kepadaNya dan selalu mengingatNya; namun demikian ﴾ أَكۡثَرُ ٱلنَّاسِ إِلَّا كُفُورٗا ﴿ "kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari," (nikmat Allah tersebut) karena akhlak dan tabiat mereka telah rusak.
Ayah: 51 - 52 #
{وَلَوْ شِئْنَا لَبَعَثْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ نَذِيرًا (51) فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا (52)}.
"Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul). Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihad-lah kepada mereka dengan al-Qur`an dengan jihad yang besar." (Al-Furqan: 51-52).
#
{51} يخبر تعالى عن نفوذ مشيئتِهِ، وأنَّه لو شاء؛ لبعثَ في كلِّ قرية نذيراً؛ أي: رسولاً ينذِرُهم ويحذِّرهم؛ فمشيئتُهُ غير قاصرة عن ذلك، ولكنِ اقتضتْ حكمتُهُ ورحمتُهُ بك وبالعباد يا محمدُ أنْ أرسَلَك إلى جميعهم؛ أحمرِهم وأسودِهم، عربيِّهم وعجميِّهم، إنسهم وجنهم.
(51) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan tentang terlaksananya kehen-dakNya, dan kalau saja Dia berkehendak, niscaya Dia utus seorang pemberi peringatan pada tiap negeri. Yakni, seorang rasul yang memberi peringatan kepada mereka dan mewanti-wanti. Jadi, ke-hendak (masyi`ah) Allah itu tidak terbatas pada hal-hal itu saja. Akan tetapi kebijaksanaanNya dan rahmatNya kepadamu dan kepada manusia mengharuskanmu, wahai Muhammad untuk mengutus-mu kepada seluruh mereka, yang berkulit merah dan hitam, Arab dan bukan Arab, manusia dan jin.
#
{52} {فلا تُطِعِ الكافرينَ}: في تركِ شيء مما أرْسِلْتَ به، بلِ ابذلْ جهدكَ في تبليغ ما أُرْسِلْتَ به، {وجاهِدْهم}: بالقرآن {جهاداً كبيراً}؛ أي: لا تُبْقِ من مجهودك في نصر الحقِّ وقمع الباطل إلاَّ بذلته، ولو رأيتَ منهم من التكذيب والجراءة ما رأيت؛ فابذل جهدك، واستفرغْ وُسْعَكَ، ولا تيأسْ من هدايَتِهِم، ولا تترُكْ إبلاغَهم لأهوائهم.
(52) ﴾ فَلَا تُطِعِ ٱلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir," di dalam mengabaikan sedikit pun dari ajaran yang de-ngannya kamu diutus, bahkan kerahkanlah segenap kemampuan-mu dalam rangka menyampaikan ajaran yang karenanya kamu diutus, ﴾ وَجَٰهِدۡهُم ﴿ "dan berjihadlah kepada mereka," dengan al-Qur`an, ﴾ جِهَادٗا كَبِيرٗا ﴿ "dengan jihad yang besar." Maksudnya, jangan engkau sisakan dari kemampuanmu dalam membela kebenaran dan me-madamkan kebatilan, melainkan engkau telah mengerahkannya, sekalipun kamu melihat bagaimanapun pendustaan dan kelancang-an mereka. Maka kerahkanlah kemampuanmu dan curahkanlah segenap tenagamu, dan jangan berputus asa untuk memberi mereka petunjuk, dan janganlah kamu meninggalkan tugas menyampaikan risalah kepada mereka karena hawa nafsu mereka.
Ayah: 53 #
{وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا (53)}.
"Dan Dia-lah yang membiarkan dua laut mengalir (berdam-pingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia menjadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." (Al-Furqan: 53).
#
{53} أي: {وهو}: وحدَه {الذي مَرَج البحرين}: يلتقيانِ؛ البحر العذبُ، وهي الأنهار السارحة على وجه الأرض، والبحر الملحُ، وجعل منفعةَ كلِّ واحدٍ منهما مصلحةً للعباد. {وجعل بينهما برزخاً}؛ أي: حاجزاً يحجُزُ من اختلاط أحدِهِما بالآخر، فتذهب المنفعةُ المقصودةُ منها {وحجراً محجوراً}؛ أي: حاجزاً حصيناً.
(53) Maksudnya, ﴾ وَهُوَ ﴿ "Dan Dia-lah" semata, ﴾ ٱلَّذِي مَرَجَ ٱلۡبَحۡرَيۡنِ ﴿ "yang membiarkan dua laut mengalir" keduanya bertemu, lautan yang tawar, yaitu sungai-sungai yang bertebaran di muka bumi, dan lautan yang asin, dan Dia menjadikan manfaat masing-masing sebagai kemaslahatan manusia. ﴾ وَجَعَلَ بَيۡنَهُمَا بَرۡزَخٗا ﴿ "Dan Dia menjadikan antara keduanya dinding," yakni, pembatas yang mencegah percam-puran yang satu dengan yang lain, sehingga bisa hilanglah fungsi yang diinginkan darinya, ﴾ وَحِجۡرٗا مَّحۡجُورٗا ﴿ "dan batas yang menghalangi," pembatas yang membentengi.
Ayah: 54 #
{وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا (54)}.
"Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia menjadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah (perbesanan) dan Rabbmu adalah Mahakuasa." (Al-Furqan: 54).
#
{54} أي: وهو الله وحدَه لا شريكَ له الذي خلق الآدميَّ من ماءٍ مَهينٍ، ثم نشر منه ذُرِّيَّةً كثيرةً، وجعلهم أنساباً وأصهاراً، متفرِّقين ومجتمعين، والمادةُ كلُّها من ذلك الماء المَهين؛ فهذا يدلُّ على كمال اقتداره؛ لقوله: {وكان ربُّك قديراً}، ويدلُّ على أنَّ عبادته هي الحقُّ وعبادة غيره باطلة؛ لقوله:
(54) Maksudnya, Dia-lah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, yang telah menciptakan manusia dari air hina, kemudian darinya dikembangbiakkan anak keturunan yang banyak, dan menjadikan mereka bernasab dan berbesanan, berpisah-pisah dan berkelompok. Dan materi semua itu adalah berasal dari air yang hina. Ini semua menunjukkan kesempurnaan kekuasaanNya, karena Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرٗا ﴿ "Dan Rabbmu adalah Mahakuasa." Dan menunjukkan peribadahan kepada Allah adalah benar, se-dangkan peribadahan kepada selainNya adalah batil, berdasarkan FirmanNya,
Ayah: 55 #
{وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُهُمْ وَلَا يَضُرُّهُمْ وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَى رَبِّهِ ظَهِيرًا (55)}.
"Dan mereka menyembah selain Allah sesuatu yang tidak (dapat) memberi manfaat kepada mereka dan tidak (pula) memberi mudarat kepada mereka. Orang-orang kafir itu penolong (setan untuk durhaka) terhadap RabbNya." (Al-Furqan: 55).
#
{55} أي: يعبدون أصناماً وأمواتاً لا تضرُّ ولا تنفع، ويجعلونها أنداداً لمالك النفع والضر والعطاء والمنع؛ مع أنَّ الواجب عليهم أن يكونوا مُقْتَدين بإرشادات ربِّهم، ذابِّين عن دينه، ولكنَّهم عكسوا القضية، {وكان الكافر على ربِّه ظهيراً}: فالباطل الذي هو الأوثانُ والأندادُ أعداءٌ لله؛ فالكافرُ عاوَنَها وظاهرَهَا على ربِّها، وصار عدوًّا لربِّه مبارزاً له في العداوة والحرب؛ هذا وهو الذي خلقَه ورزقَه وأنعم عليه بالنِّعَم الظاهرة والباطنة، وليس يخرُجُ عن ملكِهِ وسلطانِهِ وقبضتِهِ، والله لم يقطَعْ عنه إحسانَه وبرَّه، وهو بجهله مستمرٌّ على هذه المعاداة والمبارزة.
(55) Maksudnya, mereka menyembah patung-patung dan orang-orang mati yang tidak (dapat) membahayakan dan tidak pula memberi manfaat, dan mereka menjadikannya sebagai sekutu-sekutu bagi Maha Pemilik manfaat dan bahaya, (Pemilik) pem-berian dan pencegahan; padahal yang wajib atas mereka adalah agar mereka menjadi orang-orang yang mengikuti petunjuk dan arahan Rabb mereka, serta membela agamaNya, namun mereka menyalahi perintah itu. ﴾ وَكَانَ ٱلۡكَافِرُ عَلَىٰ رَبِّهِۦ ظَهِيرٗا ﴿ "Orang-orang kafir itu penolong (setan untuk durhaka) terhadap RabbNya." Jadi kebatilan itu adalah berhala-ber-hala dan sekutu-sekutunya yang menjadi musuh Allah. Orang kafir menolong dan membelanya melawan Rabbnya, dan ia menjadi musuh bagi Rabbnya dan menentangNya dalam permusuhan dan perang. Dia-lah Allah yang telah menciptakannya, memberinya rizki dan melimpahkan kepadanya berbagai nikmat yang nampak dan yang tidak nampak, sedangkan ia tidak keluar dari kekuasaan, kerajaan dan genggamanNya, dan Allah tidak pernah memutus kebaikan dan karuniaNya darinya, sedangkan dia dengan kebo-dohannya terus melakukan permusuhan dan penentangan.
Ayah: 56 - 60 #
{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (56) قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِلَّا مَنْ شَاءَ أَنْ يَتَّخِذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلًا (57) وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا (58) الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا (59) وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا (60)}.
"Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan (hanya) seba-gai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Katakanlah, 'Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu dalam menyam-paikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Rabbnya.' Dan berta-wakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memujiNya. Dan cukuplah Dia Maha Menge-tahui dosa-dosa hamba-hambaNya, Yang Menciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad). Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang,' mereka menjawab, 'Siapakah Yang Maha Penyayang itu? Apakah kami akan sujud kepada Rabb Yang kamu memerintahkan kami (bersujud kepadaNya),' dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman)." (Al-Furqan: 56-60).
#
{56} يخبر تعالى أنَّه ما أرسل رسولَه محمداً - صلى الله عليه وسلم - مسيطراً على الخلق، ولا جعله مَلَكاً، ولا عندَه خزائن الأشياء، وإنما أرسله {مبشراً}: يبشِّر من أطاع الله بالثواب العاجل والآجل. {ونذيراً}: ينذر من عصى الله بالعقاب العاجل والآجل، وذلك مستلزمٌ لتبيينِ ما بِهِ البِشارةُ، وما تحصُلُ به النِّذارةُ من الأوامر والنواهي.
(56) Allah سبحانه وتعالى memberitakan bahwasanya Dia tidaklah mengutus Muhammad a sebagai penguasa atas manusia, dan tidak pula menjadikannya sebagai raja, dan tidak pula ia mempunyai perbendaharaan segala sesuatu; melainkan Dia mengutusnya se-bagai ﴾ مُبَشِّرٗا ﴿ "pembawa berita gembira," yang menyampaikan kegem-biraan kepada siapa saja yang taat kepada Allah dengan balasan pahala di dunia dan akhirat. ﴾ وَنَذِيرٗا ﴿ "Dan sebagai pemberi peringatan," mengingatkan siapa saja yang durhaka terhadap Allah akan ditimpa siksaan di dunia dan akhirat. Dan yang demikian itu mengharuskan untuk menjelaskan apa yang dengannya menjadi berita gembira, dan tercapainya peringatan, berupa perintah dan larangan.
#
{57} وإنَّك يا محمدُ لا تسألُهم على إبلاغِهِم القرآنَ والهدى أجراً حتى يَمْنَعَهم ذلك من اتِّباعك ويتكلَّفون من الغرامة، {إلاَّ مَن شاء أن يَتَّخِذَ إلى رَبِّه سبيلاً}؛ أي: إلاَّ مَن شاء أن يُنْفِقَ نفقةً في مرضاة ربِّه وسبيله؛ فهذا؛ وإن رغبتَّكم فيه؛ فلستُ أجْبِرُكم عليه، وليس أيضاً أجراً لي عليكم، وإنَّما هو راجعٌ لمصلحتِكم وسلوكِكم للسبيل الموصلة إلى ربكم.
(57) Sesungguhnya engkau, wahai Muhammad, jangan meminta upah kepada mereka dalam menyampaikan al-Qur`an dan hidayah, agar hal itu tidak menghalangi mereka untuk meng-ikutimu dan mereka merasa terbebani dengan hutang,﴾ إِلَّا مَن شَآءَ أَن يَتَّخِذَ إِلَىٰ رَبِّهِۦ سَبِيلٗا ﴿ "melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Rabbnya," maksudnya, melainkan (meng-harapkan kepatuhan) orang yang mau memberikan suatu infak dalam mencari keridhaan Rabb dan jalanNya. Yang demikian ini, sekalipun aku menyarankan kalian, namun aku tidak memaksa kalian untuk itu. Dan bukan juga upah untukku menjadi kewajiban atas kalian. Sebenarnya itu semua kembali kepada kemaslahatan kalian dan upaya kalian untuk menempuh jalan yang dapat meng-antarkan kalian kepada Rabb kalian.
#
{58} ثم أمره أن يتوكَّلَ عليه ويستعينَ به، فقال: {وتوكَّلْ على الحيِّ}: الذي له الحياة الكاملة المطلقة {الذي لا يموتُ وسَبِّحْ بحمدِهِ}؛ أي: اعبُدْه وتوكَّلْ عليه في الأمور المتعلِّقة بك والمتعلِّقة بالخلق، {وكفى به بذنوبِ عبادِهِ خبيراً}: يَعْلَمها ويجازي عليها؛ فأنتَ ليس عليك من هداهم شيءٌ، وليس عليك حفظُ أعمالهم، وإنَّما ذلك كلُّه بيد الله.
(58) Kemudian Allah memerintahkannya untuk bertawakal kepadaNya dan meminta pertolongan kepadaNya seraya berfirman, ﴾ وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱلۡحَيِّ ﴿ "Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup," Dzat yang memiliki kehidupan sempurna lagi absolut, ﴾ ٱلَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِهِۦۚ ﴿ "Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memujiNya." Maksud-nya, sembahlah Dia dan bertawakallah kepadaNya dalam segala perkara yang berhubungan denganmu dan berhubungan dengan manusia. ﴾ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا ﴿ "Dan cukuplah Dia Maha Mengeta-hui dosa-dosa hamba-hambaNya." Dia mengetahuinya dan akan mem-berikan balasannya. Jadi, engkau sama sekali tidak berkewajiban sedikit pun untuk memberi mereka hidayah, dan engkau juga tidak dibebani memelihara amal perbuatan mereka. Sesungguhnya se-mua itu di Tangan Allah.
#
{59} {الذي خلقَ السمواتِ والأرضَ وما بينهما في ستَّةِ أيام ثم استوى}: بعد ذلك {على العرش}: الذي هو سقفُ المخلوقات وأعلاها وأوسعُها وأجملُها، {الرحمن}: استوى على عرشِهِ الذي وَسِعَ السماواتِ والأرض باسمه الرحمن الذي وسعتْ رحمتُهُ كلَّ شيءٍ، فاستوى على أوسع المخلوقات بأوسع الصفاتِ، فأثبت بهذه الآية خَلْقَه للمخلوقاتِ واطِّلاعَه على ظاهِرِهم وباطِنِهم وعُلُوَّه فوق العرش ومبايَنَتَهُ إيَّاهم. {فاسألْ به خبيراً}؛ يعني: بذلك نفسَه الكريمة؛ فهو الذي يعلم أوصافَه وعظمتَه وجلاله، وقد أخبركم بذلك، وأبان لكم من عظمتِهِ ما [تسعدون] به من معرفتِهِ، فعرفه العارفونَ وخَضَعوا لجلالِهِ، واستكبر عن عبادتِهِ الكافرون، واستَنْكَفوا عن ذلك.
(59) ﴾ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٖ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ ﴿ "Yang Men-ciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam," sesudah itu ﴾ عَلَى ٱلۡعَرۡشِۖ ﴿ "di atas Arasy," yang merupakan atap seluruh makhluk, dan yang paling tinggi, paling luas dan paling indah. ﴾ ٱلرَّحۡمَٰنُ ﴿ "Yang Maha Pemurah," bersemayam di atas ArasyNya yang luasnya meliputi seluruh langit dan bumi dengan namaNya ar-Rahman yang rahmat-Nya meliputi segala sesuatu. Dia bersemayam di atas makhluk terluas dengan sifatNya yang terluas. Melalui ayat ini Dia telah menetapkan (sifat) menciptaNya terhadap seluruh makhluk dan (sifat) mengetahuiNya yang nampak dan yang tidak nampak, dan (menetapkan pula) ketinggianNya di atas Arasy dan (sifat) keje-lasanNya tentang mereka. ﴾ فَسۡـَٔلۡ بِهِۦ خَبِيرٗا ﴿ "Maka tanyakanlah tentang Allah kepada yang lebih mengetahui (Muhammad)," yang dimaksud ada-lah menanyakan tentang DiriNya yang mulia (kepada Rasulullah). Allah-lah yang mengetahui sifat-sifat, keagungan dan kemuliaan-Nya. Dan sungguh Dia telah memberikan penjelasan(nya)kepada kalian tentang hal itu dan telah menjelaskan kepada kalian bagian dari keagungan yang dengannya kalian bisa [berbahagia] karena mengenalNya, sehingga diketahui oleh orang-orang yang menge-tahui (al-arifun) dan mereka tunduk kepada keagunganNya, dan orang-orang kafir enggan untuk beribadah kepadaNya dan tidak menyukainya.
#
{60} ولهذا قال: {وإذا قيلَ لهم اسجُدوا للرحمن}؛ أي: وحده، الذي أنعم عليكم بسائر النعم، ودفع عنكم جميع النقم، {قالوا} جحداً وكفراً: {وما الرحمن}: بزعمِهِم الفاسدُ أنَّهم لا يعرِفون الرحمن، وجعلوا من جملةِ قوادحِهِم في الرسول أنْ قالوا: ينهانا عن اتِّخاذ آلهة مع الله، وهو يدعو معه إلهاً آخر؛ يقول: يا رحمن! ونحو ذلك؛ كما قال تعالى: {قلِ ادْعوا اللهَ أو ادْعوا الرحمن أيًّا ما تَدْعُو فله الأسماءُ الحسنى}: فأسماؤه تعالى كثيرةٌ لكَثْرَة أوصافِهِ وتعدُّد كمالِهِ؛ فكلُّ واحد منها دلَّ على صفة كمال، {أنسجُدُ لما تأمُرُنا}؛ أي: لمجرَّد أمرِك إيَّانا، وهذا مبنيٌّ منهم على التكذيب بالرسول واستكبارِهِم عن طاعته، {وزادَهم}: دعوتُهم إلى السجود للرحمن {نُفوراً}: هرباً من الحقِّ إلى الباطل وزيادة كفر وشقاء.
(60) Oleh karenanya Dia berfirman, ﴾ وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱسۡجُدُواْۤ لِلرَّحۡمَٰنِ ﴿ "Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang'," yaitu (kepada Yang Maha Penyayang) se-mata yang telah mengaruniakan kepada kalian seluruh kenikmatan dan mencegah seluruh bencana dari kalian, ﴾ قَالُواْ ﴿ "mereka menja-wab," dengan sikap ingkar dan kufur, ﴾ وَمَا ٱلرَّحۡمَٰنُ ﴿ "Siapakah Yang Maha Penyayang itu," dengan anggapan mereka yang rusak, bahwa mereka tidak mengenal "Yang Maha Pemurah." Dan mereka men-jadikan bagian dari cemoohan mereka terhadap rasul adalah ucapan mereka, "Dia melarang kita menyembah sembahan-sembahan lain bersama Allah, sedangkan dia menyeru sembahan yang lain ber-samaNya dengan mengatakan, 'Ya Rahman!'[31] dan lain-lain," seba-gaimana difirmankan oleh Allah سبحانه وتعالى, ﴾ قُلِ ٱدۡعُواْ ٱللَّهَ أَوِ ٱدۡعُواْ ٱلرَّحۡمَٰنَۖ أَيّٗا مَّا تَدۡعُواْ فَلَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ ﴿ "Katakanlah, 'Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asma`ul Husna (nama-nama yang terbaik)." (Al-Isra`: 10). Jadi, nama-nama Allah سبحانه وتعالى itu banyak, karena banyaknya sifat-sifatNya, dan kuantitas jumlah kesempurnaanNya, dan setiap ma-sing-masing menunjukkan kepada sifat kesempurnaanNya. ﴾ أَنَسۡجُدُ لِمَا تَأۡمُرُنَا ﴿ "Apakah kami akan sujud kepada Rabb Yang kamu memerintahkan kami (bersujud kepadaNya)," maksudnya, hanya ka-rena perintahmu kepada kami. Ungkapan ini berdasarkan atas pendustaan mereka terhadap Rasul dan keengganan mereka untuk menaatinya. ﴾ وَزَادَهُمۡ ﴿ "Dan (perintah sujud) menambah mereka," mak-sudnya, ajakanmu untuk bersujud kepada ar-Rahman membuat mereka bertambah ﴾ نُفُورٗا۩ ﴿ "lari (dari iman)," maksudnya lari dari kebenaran menuju kebatilan dan bertambah kafir dan sengsara.
Ayah: 61 - 62 #
{تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا (61) وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا (62)}
"Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya. Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur." (Al-Furqan: 61-62).
Allah سبحانه وتعالى berulang-ulang menyebutkan kata ﴾ تَبَارَكَ ﴿ "Mahasuci Allah," dalam Surat yang mulia ini sebanyak tiga kali, karena mak-nanya adalah, sebagaimana telah disebutkan di muka, bahwasa-nya kata ini menunjukkan kepada keagungan Sang Pencipta dan banyaknya sifat-sifat dan kebaikan serta karuniaNya. Surat ini mengandung sebagian dari pengambilan dalil akan keagunganNya, luasnya kerajaanNya, luar biasanya kehendakNya, keuniversalan ilmu pengetahuanNya, kekuasaanNya, cakupan kerajaanNya dalam berbagai hukum perintah dan hukum-hukum balasan serta kesempurnaan kebijaksanaanNya. Dan di dalamnya terdapat bukti atas keluasan rahmatNya, keluasan kemurahanNya dan banyaknya kebaikanNya yang ber-sifat agama dan duniawi, hingga menjadi tuntutan untuk meng-ulang-ulang kata "sifat yang sangat indah" ini.
#
{61} فقال: {تبارك الذي جَعَلَ في السماء بروجاً}: وهي النجوم عمومها أو منازل الشمس والقمر التي [تنزلها] منزلةً منزلة، وهي بمنزلة البروج والقلاع للمدن في حفظها، كذلك النجوم بمنزلة البروج المجعولة للحراسة؛ فإنَّها رجومٌ للشياطين، {وجعل فيها سِراجاً}: فيه النور والحرارة، وهي الشمس {وقمراً منيراً}: فيه النُّورُ لا الحرارة، وهذا من أدلَّة عظمتِهِ وكثرة إحسانِهِ؛ فإنَّ ما فيها من الخَلْقِ الباهر والتَّدْبير المنتظم والجمال العظيم دالٌّ على عظمة خالِقِها في أوصافه كلِّها، وما فيها من المصالح للخَلْق والمنافع دليلٌ على كثرةِ خيراتِهِ.
(61) ﴾ تَبَارَكَ ٱلَّذِي جَعَلَ فِي ٱلسَّمَآءِ بُرُوجٗا ﴿ "Mahasuci Allah yang menjadi-kan di langit gugusan-gugusan bintang," maksudnya adalah bintang-bintang dan keseluruhannya, atau letak-letak garis orbit matahari dan bulan yang dilaluinya satu demi satu. Ia laksana bangunan tinggi dan benteng bagi perkotaan di dalam melindunginya. Demi-kian pula halnya bintang-bintang, laksana benteng-benteng men-julang tinggi yang dibuat untuk penjagaan. Karena sesungguhnya bintang-bintang itu adalah alat pelempar untuk setan-setan. ﴾ وَجَعَلَ فِيهَا سِرَٰجٗا ﴿ "Dan Dia menjadikan juga padanya matahari," padanya terkandung cahaya dan panas yaitu matahari, ﴾ وَقَمَرٗا مُّنِيرٗا ﴿ "dan bulan yang bercahaya." Di dalamnya ada cahaya[32] yang tidak panas. Dan ini termasuk salah satu bukti keagunganNya dan betapa banyak ihsan (kebaikan)Nya, disebabkan penciptaan yang luar biasa yang terkandung di dalamnya, pengaturan yang rapi dan keindahan yang agung yang menunjukkan kepada keagungan Penciptanya di dalam seluruh sifat-sifatNya, dan berbagai kemas-lahatan yang terdapat di dalamnya bagi manusia dan berbagai manfaat yang merupakan bukti atau betapa banyaknya kebaikan dan karuniaNya.
#
{62} {وهو الذي جَعَلَ الليلَ والنَّهار خِلْفَةً}؛ أي: يذهبُ أحدُهما؛ فيخلُفُه الآخر، هكذا أبداً لا يجتمعان ولا يرتفعان، {لِمَنْ أرادَ أن يَذَّكَّرَ أو أرادَ شُكوراً}؛ أي: لمن أراد أن يتذكَّر بهما ويعتبر ويستدلَّ بهما على كثيرٍ من المطالب الإلهيَّة ويشكر الله على ذلك، ولمن أراد أن يَذْكُرَ الله ويشكُرَهُ، وله وردٌ من الليل أو النهار؛ فَمَنْ فاتَه وردُه من أحدهما؛ أدركه في الآخر، وأيضاً؛ فإنَّ القلوب تتقلَّب وتنتقل في ساعات الليل والنهار، فيحدث لها النشاط والكسل والذِّكْر والغفلة والقبض والبسط والإقبال والإعراض، فجعلَ اللهُ الليل والنهار يتوالى على العباد ويتكرران؛ ليحدثَ لهما الذِّكْرُ والنشاط والشكر لله في وقت آخر، ولأنَّ أوقات العبادات تتكرَّر بتكرُّر الليل والنهار؛ فكلَّما تكرَّرت الأوقات؛ أحدث للعبد همَّةً غير هِمَّته التي كسلت في الوقت المتقدم، فزاد في تذكرها وشكرها، فوظائفُ الطاعاتِ بمنزلة سقي الإيمان الذي يمدُّه؛ فلولا ذلك؛ لذوى غرسُ الإيمان ويبس، فلله أتمُّ حمدٍ وأكملُهُ على ذلك.
(62) ﴾ وَهُوَ ٱلَّذِي جَعَلَ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ خِلۡفَةٗ ﴿ "Dan Dia (pula) yang menjadi-kan malam dan siang silih berganti," maksudnya yang satu berlalu, lalu datang yang lain. Demikianlah seterusnya selama-lamanya tidak akan pernah bersatu dan tidak pernah hilang. ﴾ لِّمَنۡ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوۡ أَرَادَ شُكُورٗا ﴿ "Bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur," maksudnya bagi siapa saja yang ingin (melalui keduanya) mengambil pelajaran dan merenung dan berargumen dengan keduanya atas berbagai tuntutan-tuntutan ilahi, dan untuk bersyukur kepada Allah atas semua itu, dan bagi siapa saja yang ingin berdzikir, mengingat Allah dan bersyukur kepadaNya, dan bagiNya wirid malam hari atau siang hari. Maka siapa saja yang wiridnya tertinggal pada siang hari, maka dia menunaikannya pada malam hari. Sesungguhnya hati itu selalu berbolak-balik dan berubah-ubah pada waktu-waktu di malam dan siang hari, sehing-ga terjadi rasa giat, malas, ingat, lalai, pelit, memberi, menghadap dan berpaling. Maka Allah menjadikan malam dan siang berganti-an atas manusia dan selalu berulang-ulang, agar terjadi dzikir, giat dan syukur kepada Allah pada waktu yang lain, malam atau siang, karena waktu ibadah selalu berulang dengan berulangnya malam dan siang. Maka setiap kali waktu itu berulang, terjadilah suatu semangat baru bagi seseorang, bukan semangatnya yang telah mengendur pada waktu yang telah lalu, sehingga ia bisa makin menyadarinya dan makin mensyukurinya. Sesungguhnya tugas-tugas ketaatan itu laksana siraman iman yang menyiraminya. Kalau saja bukan karena itu, niscaya tanaman iman menjadi layu dan kering. Maka segala puji bagi Allah atas semua itu.
Kemudian Allah menyebutkan di antara sejumlah kebaikan dan karunia atas hamba-hambaNya yang shalih dan taufikNya kepada mereka untuk bisa beramal shalih yang membuat mereka mampu meraih kedudukan tertinggi di istana surga, seraya berfir-man,
Ayah: 63 - 77 #
{وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا (63) وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا (64) وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا (65) إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (66) وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا (67) وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (70) وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا (71) وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا (72) وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا (73) وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (74) أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا (75) خَالِدِينَ فِيهَا حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (76) قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا (77)}
"Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penya-yang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, niscaya mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka. Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Rabb kami, jauhkan azab Jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.' Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan (pembelanjaan itu) adalah di tengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melaku-kan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada Hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal shalih, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah, mereka lalui (saja) de-ngan menjaga kehormatan dirinya. Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, maka mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penye-nang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.' Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka, dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. Katakanlah (kepada orang-orang musyrik), 'Rabbku tidak mengindahkanmu, kalau tidak karena ibadahmu (niscaya Dia tidak mengindahkanmu). (Tetapi bagaimana mungkin kamu beribadah kepadaNya), sementara kamu sungguh telah men-dustakanNya? karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu)." (Al-Furqan: 63-77).
#
{63} العبوديَّةُ لله نوعان: عبوديَّةٌ لربوبيَّتِهِ؛ فهذه يشتركُ فيها سائرُ الخلق؛ مسلمهُم وكافرُهم، بَرُّهم وفاجِرُهم؛ فكلُّهم عبيدٌ لله مربوبون مدبرون، {إن كُلُّ مَنْ في السمواتِ والأرضِ إلاَّ آتي الرحمنِ عَبْداً}. وعبوديَّةٌ لألوهيَّتِهِ وعبادتِهِ ورحمتِهِ، وهي عبوديَّةُ أنبيائِهِ وأوليائِهِ، وهي المراد هنا، ولهذا أضافها إلى اسمه الرحمن؛ إشارةً إلى أنَّهم إنَّما وصلوا إلى هذه الحال بسبب رحمته، فَذَكَرَ [أنَّ] صفاتِهِم أكملُ الصفات ونعوتَهم أفضلُ النعوتِ، فوصَفَهم بأنَّهم {يَمْشونَ على الأرضِ هَوْناً}؛ أي: ساكنين متواضعين لله وللخَلْق؛ فهذا وصفٌ لهم بالوقارِ والسَّكينةِ والتَّواضُع لله ولعبادِهِ، {وإذا خاطَبَهُمُ الجاهلونَ}؛ أي: خطابَ جهل؛ بدليل إضافةِ الفعل وإسناده لهذا الوصفِ، {قالوا سلاماً}؛ أي: خاطَبوهم خطاباً يَسْلمونَ فيه من الإثم، ويَسْلَمونَ من مقابلة الجاهل بجهلِهِ، وهذا مدحٌ لهم بالحِلْم الكثير ومقابلة المسيء بالإحسان والعفو عن الجاهل ورزانةِ العقل الذي أوصلهم إلى هذه الحال.
(63) Penghambaan kepada Allah itu ada dua: Pertama, penghambaan kepada rububiyahNya. Yang ini dimiliki oleh semua manusia, baik yang Muslim maupun yang kafir, yang shalih dan yang jahat. Jadi semua mereka adalah hamba Allah yang diciptakan dan diatur; ﴾ إِن كُلُّ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ إِلَّآ ءَاتِي ٱلرَّحۡمَٰنِ عَبۡدٗا 93 ﴿ "Tidak ada seorang pun di langit dan bumi, melainkan pasti akan datang kepada Yang Maha Pemurah sebagai seorang hamba." (Maryam: 93). Yang kedua, penghambaan kepada uluhiyahNya, peribadatan kepadaNya dan rahmatNya. Ini adalah penghambaan para nabi dan para waliNya. Inilah yang dimaksud di sini. Oleh karena itu, Allah mengimbuhkannya (abd) kepada namaNya, 'ar-rahman," sebagai isyarat bahwa mereka telah mencapai kepada kedudukan ini disebabkan rahmatNya. Kemudian Dia menjelaskan [bahwa] sifat-sifat mereka merupakan sifat yang paling sempurna dan karakter-karakter mereka merupakan karakter yang paling utama. Allah menyifati mereka (dengan ungkapan) bahwasanya mereka ﴾ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا ﴿ "berjalan di atas bumi dengan rendah hati," maksud-nya dengan tenang, merendahkan diri kepada Allah dan kepada manusia. Ini adalah pernyataan untuk sifat mereka, yaitu hikmat, tenang dan tawadhu' (merendahkan diri) kepada Allah dan kepada hamba-hambaNya. ﴾ وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ ﴿ "Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka," dengan sapaan jahil; ini berdasarkan bukti pengimbuhan kata kerja dan penyandarannya kepada sifat tersebut, ﴾ قَالُواْ سَلَٰمٗا ﴿ "niscaya mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan," maksudnya mereka menjawab sapaan mereka dengan sapaan yang selamat dari dosa di dalamnya, dan mereka selamat dari balasan orang jahil dengan kejahilannya. Ini adalah pujian untuk mereka karena sikap santun mereka yang luar biasa, dan membalas orang yang jahat dengan kebaikan dan pemberian maaf terhadap si jahil, dan kematangan akal mereka yang telah mengantar mereka kepada tingkatan ini.
#
{64} {والذين يَبيتونَ لربِّهم سُجَّداً وقياماً}؛ أي: يكثِرون من صلاةِ الليل مخلِصين فيها لربِّهم متذلِّلين له؛ كما قال تعالى: {تتجافى جُنوبُهم عن المضاجِع يَدْعونَ رَبَّهم خَوْفاً وطَمَعاً ومما رَزَقْناهم يُنفِقون. فلا تَعْلم نفسٌ ما أُخْفِي لهم مِن قُرَّةِ أعْيُنٍ جزاءً بما كانوا يَعْمَلونَ}.
(64) ﴾ وَٱلَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمۡ سُجَّدٗا وَقِيَٰمٗا ﴿ "Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka," maksudnya, mereka banyak melakukan shalat malam dengan ikhlas kepada Allah, menghinakan diri kepadaNya, sebagaimana Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمۡ عَنِ ٱلۡمَضَاجِعِ يَدۡعُونَ رَبَّهُمۡ خَوۡفٗا وَطَمَعٗا وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ 16 فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٞ مَّآ أُخۡفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعۡيُنٖ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ 17 ﴿ "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan ter-hadap apa yang telah mereka kerjakan." (As-Sajdah: 16-17).
#
{65} {والذين يقولونَ ربَّنا اصرِفْ عنَّا عذابَ جَهَنَّمَ}؛ أي: ادفعه عنا بالعصمةِ من أسبابِهِ ومغفرةِ ما وَقَعَ منَّا مما هو مقتضٍ للعذاب، {إنَّ عَذابها كانَ غراماً}؛ أي: ملازماً لأهلها بمنزلة ملازمةِ الغريم لغريمه.
(65) ﴾ وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱصۡرِفۡ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ ﴿ "Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Rabb kami, jauhkan azab Jahanam dari kami," maksudnya, cegahlah ia dari kami dengan cara dijaga dari segala faktor penye-babnya dan dengan ampunan dari segala dosa yang terjadi dari kami, di mana hal itu merupakan penyebab azab, ﴾ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا ﴿ "sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal" maksudnya, mengharuskan pelakunya mendapatkan azab, sebagaimana kedu-dukan orang yang berhutang kepada orang yang berpiutang.
#
{66} {إنَّها ساءتْ مُستقرًّا ومُقاماً}: وهذا منهم على وجه التضرُّع لربِّهم، وبيانِ شدَّةِ حاجتهم إليه، وأنَّهم ليس في طاقتهم احتمالُ هذا العذاب، وليتذكَّروا مِنَّةَ الله عليهم؛ فإنَّ صرف الشدَّةِ بحسب شدتها وفظاعتها يعظُمُ وقعُها، ويشتدُّ الفرحُ بصرفها.
(66) ﴾ إِنَّهَا سَآءَتۡ مُسۡتَقَرّٗا وَمُقَامٗا ﴿ "Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman." Ini adalah ungkapan doa dari mereka dengan nada mengemis kepada Allah, sebagai penjelasan betapa butuhnya mereka kepadaNya, dan pernyataan bahwa mereka tidak mempunyai kemampuan untuk menanggung azab tersebut; dan agar mereka bisa mengingat kembali karunia Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka. Sebab, sesungguhnya tindakan (Allah) menghilangkan kedahsyatan azab sesuai dengan (kadar) kedahsyatan dan kehebatannya sangatlah menyentuh (kalbu) dan rasa gembira meluap bila kedahsyatan azab itu dijauhkan.
#
{67} {والذين إذا أنفَقوا}: النفقاتِ الواجبةَ والمستحبةَ {لم يُسْرِفوا}: بأن يَزيدوا على الحدِّ فيدخُلوا في قسم التبذير، {ولم يَقْتُروا}: فيدخلوا في باب البُخْل والشُّحِّ، وإهمال الحقوق الواجبة، {وكان}: إنفاقُهم {بينَ ذلك}: بين الإسراف والتقتير {قَواماً}: يبذُلون في الواجبات من الزَّكَواتِ والكفاراتِ والنفقاتِ الواجبةِ وفيما ينبغي على الوجه الذي يَنْبَغي من غير ضررٍ ولا ضِرارٍ، وهذا من عدلهم واقتصادهم.
(67) ﴾ وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُواْ ﴿ "Dan orang-orang yang apabila membelan-jakan," yaitu nafkah yang wajib dan yang sunnah, ﴾ لَمۡ يُسۡرِفُواْ ﴿ "mereka tidak berlebih-lebihan," tidak melebihi batas, sehingga akan berakibat akan termasuk ke dalam perbuatan tabdzir (menghambur-hambur), ﴾ وَلَمۡ يَقۡتُرُواْ ﴿ "dan tidak (pula) kikir" sehingga mengakibatkan mereka bisa terjerumus ke dalam sifat kikir dan pelit serta mengabaikan hak-hak yang wajib, ﴾ وَكَانَ ﴿ "dan ia adalah," maksudnya pembe-lanjaan itu, ﴾ بَيۡنَ ذَٰلِكَ ﴿ "antara yang demikian," antara sikap berlebih-lebihan dengan sikap kikir, ﴾ قَوَامٗا ﴿ "di tengah-tengah," mereka me-ngeluarkannya dalam hal-hal yang wajib, seperti zakat, kaffarat (bayar denda) dan berbagai belanja wajib dan dalam hal-hal yang pantas, dengan cara yang pantas pula tanpa menimbulkan bahaya bagi diri sendiri dan orang lain. Ini merupakan sikap keseimbangan dan kesederhanaan mereka.
#
{68} {والذين لا يَدْعونَ مع اللهِ إلهاً آخر}: بل يَعْبُدونَه وحدَه مخلصين له الدين حنفاءَ مقبلينَ عليه معرِضين عمَّا سواه، {ولا يَقْتُلونَ النفسَ التي حرَّمَ اللهُ}: وهي نفسُ المسلم والكافرِ المعاهَد {إلاَّ بالحقِّ}: كقتل النفس بالنفس، وقتل الزاني المحصَن والكافر الذي يَحِلُّ قتله، {ولا يَزْنونَ}: بل يحفَظون فروجَهم؛ إلاَّ على أزواجِهِم أوْما مَلَكَتْ أيمانُهم، {ومَنْ يَفْعَلْ ذلك}؛ أي: الشرك بالله أو قتل النفس التي حرَّم الله بغير حقٍّ أو الزِّنا؛ فسوف {يَلْقَ أثاما}.
(68) ﴾ وَٱلَّذِينَ لَا يَدۡعُونَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ ﴿ "Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah," akan tetapi hanya me-nyembahNya semata, dengan menuluskan kepatuhan kepadaNya, cenderung dan murni menghadap kepadaNya, dan berpaling dari selainNya. ﴾ وَلَا يَقۡتُلُونَ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللَّهُ ﴿ "Dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah," yaitu jiwa seorang Muslim dan orang kafir yang terikat perjanjian damai, ﴾ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ ﴿ "kecuali dengan (alasan) yang benar," seperti membunuh jiwa karena jiwa (yang lain), membunuh pezina muhshan, dan orang kafir yang halal dibunuh, ﴾ وَلَا يَزۡنُونَۚ ﴿ "dan tidak berzina," bahkan mereka selalu menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap istri-istri atau budak-budak sahaya mereka. ﴾ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ ﴿ "Barangsiapa yang melakukan demikian itu," yaitu memperse-kutukan Allah, atau membunuh jiwa yang tak berdosa yang Allah haramkan, kecuali dengan alasan yang benar, atau berbuat zina, ﴾ يَلۡقَ أَثَامٗا ﴿ "niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa."
#
{69} ثم فسَّره بقوله: {يُضاعَفْ له العذابُ يوم القيامةِ ويَخْلُدْ فيه}؛ أي: في العذاب {مهاناً}، فالوعيد بالخلودِ لمن فعلها كلَّها ثابتٌ لا شكَّ فيه، وكذلك لمن أشركَ بالله، وكذلك الوعيد بالعذاب الشديد على كلِّ واحدٍ من هذه الثلاثة؛ لكونها إمَّا شرك وإمَّا من أكبر الكبائر، وأما خلود القاتل والزاني في العذاب؛ فإنَّه لا يتناوله الخلودُ؛ لأنه قد دلَّت النصوصُ القرآنيَّة والسنَّة النبويَّة أنَّ جميع المؤمنين سيخرُجون من النار، ولا يخلُدُ فيها مؤمنٌ، ولو فعل من المعاصي ما فعل. ونصَّ تعالى على هذه الثلاثة لأنها أكبر الكبائر: فالشرك فيه فساد الأديان، والقتلُ فيه فسادُ الأبدان، والزِّنا فيه فساد الأعراض.
(69) Kemudian Allah menguraikannya dengan FirmanNya, ﴾ يُضَٰعَفۡ لَهُ ٱلۡعَذَابُ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَيَخۡلُدۡ فِيهِۦ ﴿ "Akan dilipatgandakan azab untuknya pada Hari Kiamat dan dia akan kekal di dalamnya," maksudnya, di dalam azab t e r s e b u t ﴾ مُهَانًا ﴿ "dalam keadaan terhina." Jadi, ancaman dengan (azab) yang kekal bagi yang melakukan dosa-dosa itu ada-lah pasti, tidak dapat diragukan lagi. Dan begitu pula bagi orang yang mempersekutukan Allah. Juga ancaman dengan azab yang dahsyat bagi setiap orang yang melakukan salah satu dari tiga dosa tersebut, sebab dosa-dosa tersebut adalah dosa syirik, atau kalau tidak, maka termasuk dosa-dosa yang paling besar. Adapun tentang kekekalan bagi pembunuh dan pelaku zina di dalam azab, maka sesungguhnya "kekekalan" itu tidak menca-kupnya. Sebab banyak dalil-dalil al-Qur`an dan as-Sunnah yang menjelaskan bahwa seluruh orang-orang Mukmin akan keluar dari neraka, tidak ada seorang Mukmin pun yang kekal di dalamnya, sekalipun dia telah melakukan kemaksiatan apa saja. Allah سبحانه وتعالى men-catat tiga dosa besar tersebut adalah karena keberadaannya sebagai dosa yang paling besar. Syirik mengandung pengrusakan terhadap agama, pembunuhan mengandung pengrusakan terhadap jasad, sedangkan zina mengandung pengrusakan terhadap kehormatan.
#
{70} {إلاَّ مَن تابَ}: عن هذه المعاصي وغيرِها بأنْ أقْلَعَ عنها في الحال، وندم على ما مضى له من فعلها، وعزم عزماً جازماً أنْ لا يعود، {وآمنَ} بالله إيماناً صحيحاً يقتضي تركَ المعاصي وفعل الطاعات، {وعمل صالحاً}: مما أمر به الشارعُ إذا قَصَدَ به وجه الله؛ {فأولئك يبدِّلُ الله سيئاتِهِم حسناتٍ}؛ أي: تتبدَّل أفعالُهم وأقوالُهم التي كانت مستعدِّة لعمل السيئات، تتبدَّلُ حسناتٍ، فيتبدَّل شِرْكُهم إيماناً، ومعصيتُهم طاعةً، وتتبدَّلُ نفس السيئات التي عملوها ثم أحدثوا عن كل ذنبٍ منها توبةً وإنابةً وطاعةً، تبدَّلُ حسناتٍ كما هو ظاهر الآية، وورد في ذلك حديث الرجل الذي حاسبه الله ببعض ذنوبه، فعدَّدها عليه، ثم أبدل مكان كلِّ سيئةٍ حسنةً، فقال: يا ربِّ! إنَّ لي سيئاتٍ لا أراها هاهنا. والله أعلم. {وكان الله غفوراً}: لمن تاب يغفر الذُّنوب العظيمة. {رحيماً}: بعبادِهِ؛ حيثُ دعاهم إلى التوبة بعد مبارزتِهِ بالعظائم، ثم وَفَّقَهم لها، ثم قَبِلَها منهم.
(70) ﴾ إِلَّا مَن تَابَ ﴿ "Kecuali orang yang bertaubat," dari kemak-siatan-kemaksiatan tersebut dan lain-lainnya, dengan cara mening-galkannya sama sekali saat itu juga, menyesali perbuatannya yang telah lalu, dan bertekad dengan sungguh-sungguh untuk tidak akan mengulangi kembali, ﴾ وَءَامَنَ ﴿ "dan beriman," kepada Allah dengan iman yang benar yang menuntut untuk meninggalkan segala maksiat dan mengerjakan berbagai ketaatan, ﴾ وَعَمِلَ عَمَلٗا صَٰلِحٗا ﴿ "dan mengerjakan amal shalih," dari amal yang diperintahkan oleh asy-Syari' (Allah dan RasulNya) bila diniatkan mengharap keridhaan Allah. ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِهِمۡ حَسَنَٰتٖۗ ﴿ "Maka mereka itu, kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan," maksudnya segala perbuatan dan perkataan mereka yang disiapkan untuk amal keburukan akan di-ganti, yaitu diganti dengan kebajikan-kebajikan. Maka syirik me-reka berubah menjadi iman, kemaksiatan mereka diganti menjadi ketaatan, dan kejahatan-kejahatan yang sama yang pernah mereka lakukan diganti, kemudian ditumbuhkan bagi mereka satu taubat, inabat dan ketaatan untuk setiap dosa dari dosa-dosa tersebut. Yaitu diganti dengan kebajikan-kebajikan, sebagaimana tampak dari zahirnya ayat. Dalam hal ini ada sebuah hadits tentang seorang lelaki yang dihisab oleh Allah karena sebagian dosa-dosanya, lalu dihitung di hadapannya, kemudian Allah mengganti untuk setiap dosa dengan satu kebajikan. Lalu orang itu berkata, "Ya Rabbi, sesungguhnya aku mempunyai beberapa dosa lagi yang tidak aku lihat di sini."[33] Wallahu a'lam. ﴾ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا ﴿ "Dan Allah Maha Pengampun," terhadap siapa saja yang bertaubat, Dia selalu mengampuni dosa besar, ﴾ رَّحِيمٗا ﴿ "lagi Maha Penyayang," kepada hamba-hambaNya, di mana Dia mengajak mereka bertaubat setelah sebelumnya mereka menentangNya de-ngan dosa-dosa besar, lalu memberi mereka taufik untuk bertaubat, kemudian menerima taubat mereka.
#
{71} {ومن تاب وعَمِلَ صالحاً فإنَّه يتوبُ إلى الله مَتاباً}؛ أي: فليعلم أنَّ توبتَه في غاية الكمال؛ لأنَّها رجوعٌ إلى الطريق الموصل إلى الله، الذي هو عينُ سعادة العبد وفلاحه؛ فَلْيُخْلِصْ فيها، ولْيُخَلِّصْها من شوائب الأغراض الفاسدة. فالمقصودُ من هذا الحثُّ على تكميل التوبة واتِّباعها على أفضل الوجوه وأجلها؛ ليقدم على من تاب إليه، فيوفيه أجره بحسب كمالها.
(71) ﴾ وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَإِنَّهُۥ يَتُوبُ إِلَى ٱللَّهِ مَتَابٗا ﴿ "Dan barangsiapa yang bertaubat dan mengerjakan amal shalih, maka sesungguhnya dia bertau-bat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya," maksudnya, maka hendaklah dia mengetahui bahwa taubatnya benar-benar berada pada puncak kesempurnaan, sebab ia merupakan sikap kembali kepada jalan yang lurus yang dapat mengantarkan kepada Allah, yang merupakan inti dari kebahagiaan seseorang dan kebe-runtungannya. Maka hendaklah dia tulus dalam bertaubat, dan hendaklah dia memurnikannya dari segala noda tujuan rusak. Yang dimaksud dari ini semua adalah anjuran untuk menyempurnakan taubat dan melaksanakannya sebaik dan sesempurna mungkin, agar Dia menerima siapa saja yang bertaubat kepadaNya, kemudian membalasnya sesuai dengan kesempurnaan taubatnya.
#
{72} {والذين لا يشهدون الزُّورَ}؛ أي: لا يحضُرونَ الزُّورَ؛ أي: القول والفعل المحرم، فيجتنبون جميع المجالس المشتملة على الأقوال المحرَّمة أو الأفعال المحرَّمة؛ كالخوض في آيات الله، والجدال الباطل، والغيبة، والنميمة، والسب، والقذف، والاستهزاء، والغناء المحرم، وشرب الخمر، وفرش الحرير والصور ... ونحو ذلك، وإذا كانوا لا يشهدون الزور؛ فمن باب أولى وأحرى أنْ لا يقولوه ويفعلوه، وشهادة الزُّور داخلة في قول الزُّور، تدخل في هذه الآية بالأولوية، {وإذا مَرُّوا باللغوِ}: وهو الكلام الذي لا خيرَ فيه ولا فيه فائدةٌ دينيةٌ ولا دنيويةٌ؛ ككلام السفهاء ونحوهم {مَرُّوا كِراماً}؛ أي: نَزَّهوا أنْفُسَهم، وأكرموها عن الخوض فيه، ورأوا الخوضَ فيها وإن كان لا إثم فيه؛ فإنَّه سفهٌ ونقصٌ للإنسانيَّة والمروءة؛ فربؤوا بأنفسهم عنه. وفي قوله: {إذا مَرُّوا باللغوِ}: إشارة إلى أنهم لا يقصدون حُضورَه ولا سماعَه، ولكن عند المصادفةِ التي من غير قصدٍ يُكْرِمونَ أنفسهم عنه.
(72) ﴾ وَٱلَّذِينَ لَا يَشۡهَدُونَ ٱلزُّورَ ﴿ "Dan orang-orang yang tidak mem-berikan persaksian palsu," maksudnya mereka tidak menghadiri ke-palsuan, yaitu perkataan dan perbuatan yang diharamkan. Mereka menghindari majelis-majelis yang banyak mengandung perkataan-perkataan atau perbuatan-perbuatan yang diharamkan, seperti mempermasalahkan ayat-ayat Allah, debat batil, menggunjing, memfitnah (adu-domba), memaki, menuduh berbuat zina, mem-perolok-olok, lagu-lagu haram, minum khamar, alas-alas yang ter-buat dari kain sutra, gambar-gambar dan lain-lain. Kalaulah mereka tidak menyaksikan kepalsuan, maka lebih utama lagi mereka tidak mengatakannya dan mengerjakannya. Kesaksian palsu masuk ke dalam kategori ucapan palsu, dan masuk ke dalam maksud ayat ini secara lebih utama. ﴾ وَإِذَا مَرُّواْ بِٱللَّغۡوِ ﴿ "Dan apabila mereka bertemu dengan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah," yaitu pembicaraan yang tidak me-ngandung kebaikan dan faidah religi ataupun duniawi, seperti pembicaraan orang-orang yang dungu dan yang serupa dengannya, ﴾ مَرُّواْ كِرَامٗا ﴿ "mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya." Maksudnya mereka mencegah diri mereka dan memuliakan diri-nya dari tindakan ikut serta tenggelam di dalamnya dan mereka berpendapat bahwa tindakan ikut serta tenggelam di dalamnya (meskipun tidak mengandung dosa) tetapi ia merupakan tindakan bodoh yang mencemari kemanusiaan dan kewibawaan. Mereka menjaga kesucian diri mereka darinya. Dan pada FirmanNya, ﴾ وَإِذَا مَرُّواْ بِٱللَّغۡوِ ﴿ "Dan apabila mereka bertemu dengan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah," terdapat sebuah isyarat bahwa mereka tidak bermaksud menghadirinya ataupun mendengarkannya, akan tetapi hal itu terjadi saat bertemu secara kebetulan tanpa kesengajaan. Mereka memuliakan diri mereka darinya.
#
{73} {والذين إذا ذُكِّروا بآياتِ ربِّهم}: التي أمَرَهُم باستماعها والاهتداء بها {لم يَخِرُّوا عليها صُمًّا وعُمياناً}؛ أي: لم يقابلوها بالإعراض عنها، والصمم عن سماعها، وصرف النظر والقلوب عنها كما يفعله من لم يؤمن بها ويصدق، وإنَّما حالهم فيها وعند سماعها كما قال تعالى: {إنَّما يؤمنُ بآياتنا الذين إذا ذُكِّروا بها خَرُّوا سُجَّداً وسَبَّحوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وهُم لا يَسْتَكْبِرونَ}: يقابلونها بالقَبول والافتقار إليها والانقيادِ والتسليم لها، وتجِدُ عندَهم آذاناً سامعةً وقلوباً واعيةً، فيزداد بها إيمانُهم، ويتمُّ بها إيقانُهم، وتُحْدِثُ لهم نشاطاً، ويفرحون بها سروراً واغتباطاً.
(73) ﴾ وَٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُواْ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمۡ ﴿ "Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka," yang mana Dia me-merintahkan kepada mereka untuk mendengarnya dan menjadi-kannya sebagai pedoman, ﴾ لَمۡ يَخِرُّواْ عَلَيۡهَا صُمّٗا وَعُمۡيَانٗا ﴿ "mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta," maksudnya, mereka tidak meresponnya dengan sikap berpaling darinya, ber-sikap tuli untuk mendengarnya dan mengalihkan perhatian dan hati darinya, seperti yang dilakukan oleh orang yang tidak beriman dan tidak membenarkannya. Sesungguhnya sikap mereka di saat mendengarnya adalah seperti yang difirmankan oleh Allah سبحانه وتعالى, ﴾ إِنَّمَا يُؤۡمِنُ بِـَٔايَٰتِنَا ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُواْ بِهَا خَرُّواْۤ سُجَّدٗاۤ وَسَبَّحُواْ بِحَمۡدِ رَبِّهِمۡ وَهُمۡ لَا يَسۡتَكۡبِرُونَ۩ 15 ﴿ "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), niscaya mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Rabbnya, sedang mereka tidak menyombongkan diri." (As-Sajdah: 15). Mereka meresponnya dengan menerima ayat-ayat itu, rasa membutuhkannya, tunduk dan patuh kepadanya. Anda akan men-jumpai mereka memiliki telinga yang peka dan hati yang sensitif, hingga iman mereka bertambah karenanya, makin sempurna keya-kinannya karenanya, menimbulkan semangat pada diri mereka, dan mereka sangat riang dan berbahagia karenanya.
#
{74} {والذين يقولونَ ربَّنا هَبْ لنا من أزواجِنا}؛ أي: قُرَنائِنا من أصحابٍ وأقرانٍ وزوجاتٍ، {وذُرِّيَّاتِنا قُرَّةَ أعينٍ}؛ أي: تَقَرُّ بهم أعيننا، وإذا اسْتَقْرَأنا حالَهم وصفاتِهِم؛ عَرَفْنا من هِمَمِهِم وعلوِّ مرتبتِهِم [أنَّهم لا تَقَرُّ أَعْيُنُهم حَتَّى يَرَوهُم مُطِيعين لربِّهم عَالِمين عَامِلين وهذا كما أنه دعاء لأزواجهم] وذُرِّيَّاتِهم في صلاحهم؛ فإنَّه دعاءٌ لأنفسهم؛ لأنَّ نفعه يعودُ عليهم، ولهذا جعلوا ذلك هبةً لهم، فقالوا: {هَبْ لنا}، بل دعاؤهم يعودُ إلى نفع عموم المسلمين؛ لأنَّ بِصَلاحِ مَنْ ذُكِرَ يكونُ سبباً لصلاح كثيرٍ ممَّن يتعلَّق بهم وينتفعُ بهم. {واجْعَلْنا للمتَّقين إماماً}؛ أي: أوْصِلْنا يا ربَّنا إلى هذه الدرجة العالية؛ درجة الصديقين والكُمَّل من عباد الله الصالحين، وهي درجة الإمامة في الدين، وأنْ يكونوا قدوةً للمتَّقين في أقوالهم وأفعالهم، يُقتدى بأفعالهم ويطمئنُّ لأقوالهم ويسير أهل الخير خلفَهم، فيهدون ويهتدون. ومن المعلوم أنَّ الدعاءَ ببلوغ شيء دعاءٌ بما لا يتمُّ إلاَّ به، وهذه الدرجة ـ درجة الإمامة في الدين ـ لا تتمُّ إلاَّ بالصبر واليقين؛ كما قال تعالى: {وجعلناهم أئِمَّةً يهدونَ بأمرِنا لمَّا صبروا وكانوا بآياتنا يوقنونَ}: فهذا الدُّعاء يستلزم من الأعمال والصبر على طاعةِ الله وعن معصيتِهِ وأقدارِهِ المؤلمة ومن العلم التامِّ الذي يوصل صاحِبَه إلى درجة اليقين خيراً كثيراً وعطاءً جزيلاً، وأنْ يكونوا في أعلى ما يمكن من درجاتِ الخَلْقِ بعد الرسل.
(74) ﴾ وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا ﴿ "Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami," maksudnya, pendamping-pendamping kami, termasuk para saha-bat, orang-orang terdekat, dan istri-istri, ﴾ وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ ﴿ "dan keturunan kami sebagai penyenang hati," maksudnya mata kami men-jadi damai. Dan apabila kita meneliti lebih jauh keadaan dan ciri-ciri mereka, maka kita mengetahui bahwa di antara usaha keras mereka dan ketinggian martabat mereka [adalah bahwasanya mereka tidak merasa damai sebelum mata kepala mereka melihat anak keturunan mereka taat kepada Allah, berilmu lagi beramal. Demikianlah, sebagaimana doa ini adalah doa untuk istri-istri] dan anak keturunan mereka. Ia juga merupakan doa untuk diri mereka sendiri, karena manfaatnya kembali kepada diri mereka sendiri. Oleh karenanya mereka menjadikan semua itu sebagai pem-berian (anugerah) bagi mereka, seraya mengatakan, ﴾ هَبۡ لَنَا ﴿ "anu-gerahkanlah kepada kami." Bahkan doa mereka kembali kepada manfaat bagi segenap kaum Muslimin. Sebab, dengan keshalihan orang-orang yang disebutkan di dalam doa, akan menjadi sebab bagi keshalihan kebanyakan orang-orang yang berhubungan de-ngan mereka dan (sebab untuk) mengambil manfaat dari mereka. ﴾ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا ﴿ "Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." Maksudnya, sampaikanlah kami, ya Tuhan kami, kepada derajat luhur ini, yaitu derajat orang-orang shiddiqin dan derajat orang-orang yang sempurna dari kalangan hamba-hamba Allah yang shalih, yaitu derajat kepemimpinan di dalam agama, dan hingga mereka bisa menjadi teladan bagi orang-orang yang bertakwa dalam ucapan dan perbuatannya. Perbuatan-perbuatan mereka diteladani, ucapan-ucapan mereka menjadi kesejukan hati dan orang-orang shalih berjalan di belakangnya (mengikuti). Mereka memberi petunjuk dan masyarakat pun mendapat petunjuk. Sudah dimaklumi bahwa berdoa untuk mencapai sesuatu adalah merupakan doa untuk mencapai sesuatu yang tidak akan tercapai kecuali dengannya. Derajat kepemimpinan dalam agama ini tidak akan pernah dicapai kecuali dengan sabar dan keyakinan, sebagaimana Allah telah berfirman, ﴾ وَجَعَلۡنَا مِنۡهُمۡ أَئِمَّةٗ يَهۡدُونَ بِأَمۡرِنَا لَمَّا صَبَرُواْۖ وَكَانُواْ بِـَٔايَٰتِنَا يُوقِنُونَ 24 ﴿ "Dan Kami menjadikan dari kalangan mereka itu pemimpin-pe-mimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat Kami." (As-Sajdah: 24). Doa tersebut mengharuskan adanya amal usaha dan kesa-baran dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan dalam men-jauhi kemaksiatan terhadapNya serta keputusan takdirNya yang menyakitkan hati, dan juga mengharuskan adanya ilmu yang me-madai yang dapat mengantarkan orangnya kepada derajat al-yakin sebagai kebaikan yang sangat banyak dan karunia yang berlimpah, dan mengharuskan mereka untuk berada di atas setinggi mungkin dari derajat manusia lain, di bawah derajat para rasul.
#
{75 ـ 76} ولهذا لما كانت هِمَمُهُم ومطالِبُهم عاليةً، كان الجزاء من جنس العمل، فجازاهم بالمنازل العاليات، فقال: {أولئك يُجْزَوْنَ الغرفةَ بما صبروا}؛ أي: المنازل الرفيعة والمساكن الأنيقة الجامعة لكلِّ ما يشتهَى وتلذُّه الأعين، وذلك بسبب صبرِهِم نالوا ما نالوا؛ كما قال تعالى: {والملائكةُ يَدْخُلون عليهم مِن كلِّ بابٍ. سلامٌ عليكم بما صَبَرْتُم فنعمَ عُقْبى الدَّار}، ولهذا قال هنا: {ويُلَقَّوْنَ فيها تحيَّةً وسلاماً}: من ربِّهم ومن ملائكتِهِ الكرام ومن بعضٍ على بعضٍ، ويَسْلَمون من جميع المنغِّصات والمكدِّرات. والحاصل أنَّ الله وَصَفَهم بالوَقار، والسَّكينة، والتَّواضع له ولعبادِهِ، وحسنِ الأدبِ، والحلم، وسعةِ الخُلُق، والعفوِ عن الجاهلين، والإعراض عنهم، ومقابلة إساءتهم بالإحسان، وقيام الليل، والإخلاص فيه، والخوف من النار، والتضرُّع لربِّهم أن يُنَجِّيَهم منها، وإخراج الواجب والمستحبِّ في النفقات، والاقتصاد في ذلك. وإذا كانوا مقتصدينَ في الإنفاق الذي جَرَتِ العادةُ بالتفريط فيه أو الإفراط؛ فاقتصادُهُم وتوسُّطُهم في غيره من باب أولى، والسلامةُ من كبائِر الذُّنوب، والاتِّصاف بالإخلاص لله في عبادتِهِ، والعِفَّةِ عن الدِّماء والأعراضِ، والتوبة عند صدور شيءٍ من ذلك، وأنهم لا يحضُرون مجالس المنكر والفسوق القوليَّة والفعليَّة، ولا يفعلونها بأنفسهم، وأنَّهم يتنزَّهون من اللغو والأفعال الرديَّة، التي لا خير فيها، وذلك يستلزمُ مروءتهم وإنسانيَّتَهم وكمالَهم ورفعةَ أنفسِهِم عن كلِّ خسيس قوليٍّ وفعليٍّ، وأنَّهم يقابِلون آياتِ الله بالقَبول لها والتفهُّم لمعانيها والعمل بها والاجتهاد في تنفيذِ أحكامها، وأنَّهم يَدْعون الله تعالى بأكمل الدُّعاء في الدُّعاءِ الذي ينتفعونَ به، وينتفع به من يتعلَّقُ بهم، وينتفعُ به المسلمون من صلاح أزواجِهِم وذُرِّيَّتِهِم، ومن لوازم ذلك سعيُهم في تعليمهم ووعظِهِم ونُصْحِهِم؛ لأنَّ مَنْ حَرَصَ على شيءٍ ودعا الله فيه؛ لا بدَّ أن يكون متسبباً فيه، وأنَّهم دَعَوا الله ببلوغ أعلى الدرجات الممكنة لهم، وهي درجة الإمامة والصديقيَّة؛ فلله ما أعلى هذه الصفات، وأرفع هذه الهمم، وأجل هذه المطالب، وأزكى تلك النفوس، وأطهر تيك القلوبِ، وأصفى هؤلاء الصفوةِ، وأتقى هؤلاء السادة. ولله فضلُ الله عليهم، ونعمتُهُ، ورحمتُهُ التي جلَّلتهم، ولطفُه الذي أوصلهم إلى هذه المنازل. ولله مِنَّةُ الله على عبادِهِ أنْ بَيَّنَ لهم أوصافَهم ونعتَ لهم هيئاتِهِم، وبيَّن لهم هِمَمَهم وأوضحَ لهم أجورَهم؛ ليشتاقوا إلى الاتِّصاف بأوصافهم، ويبذُلوا جهدهم في ذلك، ويسألوا الذي منَّ عليهم وأكرمهم، الذي فضلُهُ في كل زمان ومكان وفي كل وقت وأوان أنْ يَهْدِيَهم كما هداهم، ويتولاَّهم بتربيته الخاصَّة كما تولاَّهم. فاللهمَّ لك الحمدُ، وإليك المشتكى، وأنت المستعان، وبك المستغاث، ولا حول ولا قوة إلاَّ بك، لا نملِكُ لأنفسنا نفعاً ولا ضرًّا، ولا نقدر على مثقال ذرَّةٍ من الخير إن لم تُيَسِّرْ ذلك لنا؛ فإنَّا ضعفاء عاجزون من كلِّ وجه، نشهد أنَّك إن وَكَلْتَنا إلى أنفسنا طرفة عين؛ وَكَلْتَنا إلى ضعفٍ وعجزٍ وخطيئةٍ؛ فلا نثق يا ربَّنا إلاَّ برحمتك، التي بها خلقتنا ورزَقْتَنا وأنعمتَ علينا بما أنعمتَ من النعم الظاهرة والباطنة، وصرفت عنا من النقم؛ فارحمنا رحمةً تُغنينا بها عن رحمةِ مَنْ سواك، فلا خاب من سألَكَ ورجاك.
(75-76) Oleh karena cita-cita luhur dan keinginan-keinginan mereka tinggi (mulia), maka balasannya adalah dari jenis amal itu sendiri. Maka Allah membalas mereka dengan kedudukan-kedu-dukan tertinggi, seraya berfirman, ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ يُجۡزَوۡنَ ٱلۡغُرۡفَةَ بِمَا صَبَرُواْ ﴿ "Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi karena kesabaran mereka." Maksudnya, tingkatan-tingkatan yang tinggi dan tempat-tempat tinggal yang sangat unik yang penuh dengan segala hal yang disukai dan sedap dipandang mata. Hal itu dise-babkan karena kesabaran mereka, maka mereka meraih apa yang semestinya mereka raih, sebagaimana Allah تعالى berfirman, ﴾ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَدۡخُلُونَ عَلَيۡهِم مِّن كُلِّ بَابٖ 23 سَلَٰمٌ عَلَيۡكُم بِمَا صَبَرۡتُمۡۚ فَنِعۡمَ عُقۡبَى ٱلدَّارِ 24 ﴿ "Sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), 'Salam sejahtera atasmu karena kesabaranmu.' Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." (Ar-Ra'd: 23-24). Oleh karena itu, di sini Dia berfirman, ﴾ وَيُلَقَّوۡنَ فِيهَا تَحِيَّةٗ وَسَلَٰمًا ﴿ "Dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya," dari Tuhan mereka dan dari para malaikatNya yang mulia dan dari sebagian mereka terhadap sebagian yang lain, dan mereka selamat dari segala yang dapat mencemarkan dan mengotori. Walhasil, sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى telah menyifati mereka dengan hikmat, tenang, merendahkan diri kepadaNya dan kepada hamba-hambaNya, beretika baik, santun, berakhlak mulia, memaaf-kan orang-orang yang bodoh, berpaling dari mereka, membalas sikap buruk mereka dengan perbuatan baik, qiyamul lail (shalat malam), ikhlas dalam melakukan qiyamul lail, takut akan api neraka, memohon kepada Tuhan mereka agar diselamatkan darinya, me-ngeluarkan yang wajib dan yang sunnah dalam nafkah (pembelan-jaan harta), serta sederhana dalam membelanjakannya. Dan kalau mereka telah menjadi orang-orang yang sederhana di dalam ber-infak, di mana kebiasaan yang berlaku adalah mengabaikan atau berlebihan, maka kesederhanaan mereka dan keseimbangan mereka pada masalah-masalah yang lain tentu lebih utama; dan selamat dari dosa-dosa besar, bersikap ikhlas kepada Allah di dalam ber-ibadah kepadaNya (bertauhid. Pent), menjaga diri dari darah (jiwa yang tak berdosa) dan dari kehormatan, dan segera bertaubat di saat terjadinya perbuatan dosa itu, dan mereka tidak menghadiri majelis-majelis kemungkaran, kefasikan yang bersifat perkataan ataupun perbuatan, mereka menjaga diri mereka dari perkataan sia-sia dan perbuatan hina, yang tidak ada kebaikannya padanya. Semua itu memastikan wibawa dan kemanusiaan mereka, kesempurnaan dan kesucian mereka dari segala perkataan dan perbuatan tak bernilai. Sesungguhnya mereka serius merespon ayat-ayat Allah dengan menerima dan memahami makna-makna-nya, mengamalkannya dan bersungguh-sungguh di dalam mene-rapkan hukum-hukumnya, dan mereka selalu berdoa kepada Allah سبحانه وتعالى dengan doa yang paling sempurna di dalam doa yang sangat berguna bagi mereka dan berguna bagi siapa pun yang mengikuti mereka, serta berguna bagi kaum Muslimin, karena keshalihan istri-istri mereka dan anak keturunan mereka. Konsekuensi dari itu semua adalah mereka berupaya keras di dalam mendidik, mengajar, menasihati dan membimbing mereka. Sebab, siapa saja yang serius untuk memperoleh sesuatu, pasti dia berdoa kepada Allah untuknya, dia pasti berusaha mendapatkan sebab kausalitasnya dan mereka berdoa kepada Allah untuk menca-pai derajat tertinggi yang mungkin bisa mereka capai, yaitu derajat kepemimpinan dan kejujuran. Sungguh demi Allah, betapa mulianya sifat-sifat tersebut, betapa tingginya cita-cita mereka, betapa agungnya harapan mereka dan betapa sucinya jiwa-jiwa itu, betapa bersihnya hati itu, betapa sucinya manusia-manusia pilihan itu, dan betapa bertakwanya para penghulu itu. Sungguh itu adalah karunia, nikmat, dan rahmat Allah ter-hadap mereka yang menjadikan mereka mulia, dan kelembutan-Nya yang telah mengantar mereka kepada derajat tertinggi ini. Sungguh termasuk karunia Allah terhadap hamba-hambaNya adalah Dia menjelaskan sifat-sifat mereka, dan mengilustrasikan karakteristik mereka. Dia menjelaskan cita-cita luhur mereka dan menjelaskan pula pahala yang diperoleh agar mereka rindu (ter-pacu) untuk mengamalkan sifat-sifat tersebut, dan agar mereka mencurahkan segenap kemampuan untuk itu, dan agar mereka memohon kepada Tuhan yang telah menganugerahkan semua itu kepada mereka dan yang telah memuliakan mereka, yaitu Tuhan yang karuniaNya ada pada setiap masa dan tempat, dan pada setiap saat (hendaklah dia memohon) agar Dia berkenan untuk membimbing mereka sebagaimana telah membimbing mereka (orang-orang yang disebut di dalam ayat-ayat di atas. Pent). Ya Allah, segala puji hanya untukMu, kepadaMu-lah tempat mengadu, Engkau-lah tempat meminta, dan kepadaMu-lah tempat memohon keselamatan; tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolonganMu. Kami sama sekali tidak mampu memberikan manfaat atau mudarat kepada diri kami, kami tidak kuasa melakukan kebaikan sebesar biji sawi pun jika Engkau tidak memudahkannya bagi kami, karena sesungguhnya kami sangat lemah lagi rapuh dari segala sisi. Kami bersaksi bahwasanya Eng-kau, jika Engkau serahkan kami kepada diri kami (walau hanya) sekejap mata, maka berarti Engkau telah menyerahkan kami kepada kelemahan, kerapuhan dan kesalahan. Maka kami tidak yakin, ya Rabb kami kecuali dengan rahmatMu, yang dengannya Engkau menciptakan kami, memberi kami rizki, Engkau karuniakan kepada kami berbagai kenikmatan yang nampak dan yang tidak tampak, Engkau jauhkan dari kami berbagai bencana. Maka belas kasihilah kami dengan rahmat yang membuat kami tidak butuh kepada rahmat selainMu. Sesungguhnya tidak akan sia-sia orang yang memohon dan berharap kepadaMu.
#
{77} ولما كان الله تعالى قد أضاف هؤلاء العبادَ إلى رحمتِهِ واختصَّهم بعبوديَّتِهِ لشرفهم وفضلِهِم، ربَّما توهَّم متوهِّم أنَّه وأيضاً غيرهم؛ فَلِمَ لا يدخل في العبوديَّة؟! فأخبر تعالى أنَّه لا يبالي ولا يعبأ بغيرِ هؤلاء، وأنَّه لولا دعاؤكم إيَّاه دعاء العبادة ودعاء المسألة؛ ما عبأ بكم ولا أحبَّكم، فقال: {قُلْ ما يَعْبَأُ بكم رَبِّي لولا دُعاؤكُم فقدْ كَذَّبْتُم فسوفَ يكون لِزاماً}؛ أي: عذاباً يَلْزَمُكُم لزومَ الغريم لغريمه، وسوف يحكُمُ اللهُ بينكم وبين عبادِهِ المؤمنين.
(77) Setelah Allah سبحانه وتعالى menisbatkan hamba-hamba tersebut kepada rahmatNya dan mengistimewakan mereka dengan (kriteria) ubudiyah karena kemuliaan dan keutamaan mereka, maka boleh jadi ada orang yang beranggapan bahwa dirinya dan selain mereka (mendapatkan rahmat), lalu kenapa dia tidak masuk ke dalam kriteria ubudiyah? Maka Allah سبحانه وتعالى memberitakan bahwasanya Dia tidak menghiraukan dan tidak peduli kepada selain mereka; dan bahwa kalau saja bukan karena doa kalian kepadaNya yang berupa doa ibadah dan doa permohonan, tentu Dia tidak menghiraukan kalian dan tentu Dia tidak mencintai kalian, seraya berfirman, ﴾ قُلۡ مَا يَعۡبَؤُاْ بِكُمۡ رَبِّي لَوۡلَا دُعَآؤُكُمۡۖ فَقَدۡ كَذَّبۡتُمۡ فَسَوۡفَ يَكُونُ لِزَامَۢا ﴿ "Katakanlah (kepada orang-orang musyrik), 'Rabbku tidak mengindahkanmu, kalau tidak karena ibadahmu (niscaya Dia tidak mengindahkanmu). (Tetapi bagaimana kamu beribadah kepadaNya), sementara kamu sungguh telah mendustakanNya? Karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu)'." Maksudnya, azab pasti menimpa kalian seperti pastinya (kewajiban membayar) bagi orang yang berhutang kepada yang berpiutang. Dan Allah سبحانه وتعالى pasti mem-berikan keputusan di antara kalian dan di antara hamba-hambaNya yang beriman.
Selesailah tafsir surat al-Furqan. Segala puji dan sanjungan serta syukur (hanya) bagi Allah selama-lamanya.