TAFSIR SURAT AT-TAUBAH
( Pengampunan )
TAFSIR SURAT AT-TAUBAH
( Pengampunan )
Madaniyah
{بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (1) فَسِيحُوا فِي الْأَرْضِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ وَأَنَّ اللَّهَ مُخْزِي الْكَافِرِينَ (2)}.
"
(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya
(yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu
(kaum Muslimin) telah mengadakan perjanjian
(dengan me-reka). Maka berjalanlah kamu
(kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah meng-hinakan orang-orang kafir."
(At-Taubah: 1-2).
#
{1 ـ 2} أي: هذه {براءةٌ من الله} ومن {رسوله}: إلى جميع المشركين المعاهدين؛ أنَّ لهم أربعة أشهر يسيحون في الأرض على اختيارهم آمنين من المؤمنين، وبعد الأربعة الأشهر؛ فلا عهد لهم ولا ميثاق. وهذا لمن كان له عهدٌ مطلقٌ غير مقدَّر أو مقدرٌ بأربعة أشهر فأقل، أما من كان له عهد مقدَّر بزيادة على أربعة أشهر؛ فإنه يتعيَّن أن يتمَّم له عهده إذا لم يُخَفْ منه خيانة، ولم يبدأ بنقض العهد.
ثم أنذر المعاهَدين في مدة عهدهم أنَّهم وإن كانوا آمنين؛ فإنهم لن يعجِزوا الله ولن يفوتوه، وأنه من استمر منهم على شركه؛ فإنه لا بدَّ أن يخزيه، فكان هذا مما يجلبهم إلى الدخول في الإسلام إلا من عاند، وأصرَّ، ولم يبال بوعيد الله.
(1-2) ﴾ بَرَآءَةٞ مِّنَ ٱللَّهِ ﴿ "
(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya
(yang dihadapkan)", kepada seluruh orang-orang musyrik yang berada dalam perjanjian damai, bahwa mereka memiliki empat bulan untuk berkeliling dunia sesuka mereka dalam keadaan aman dari orang-orang Mukmin, dan setelah empat bulan tersebut tidak ada lagi perjanjian dan jaminan. Ini berlaku bagi me-reka yang dalam perjanjian mutlak, tidak berbatas atau berbatas, dengan empat bulan atau kurang. Adapun yang mempunyai per-janjian lebih dari empat bulan, maka wajib disempurnakan sampai akhir, jika tidak dikhawatirkan pengkhianatannya, dan mereka tidak memulai membatalkan perjanjian.
Kemudian Allah memperingatkan orang-orang musyrik yang berada di dalam masa perjanjian, bahwa meskipun mereka aman, mereka tidak akan dapat melemahkan Allah dan mengalahkanNya, barangsiapa di antara mereka yang terus berpegang dengan kesyi-rikannya, maka Allah pasti akan menghinakannya. Hal ini termasuk pendorong bagi mereka untuk masuk Islam, kecuali orang yang menyombongkan diri, menentang dan mengabaikan ancaman Allah.
{وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ فَإِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ وَبَشِّرِ الَّذِينَ كَفَرُوا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (3)}.
"Dan
(inilah) suatu permakluman dari Allah dan RasulNya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Ke-mudian jika kamu
(kaum musyrikin) bertaubat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu, dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir
(bahwa mereka akan men-dapat) siksa yang pedih."
(At-Taubah: 3).
#
{3} هذا ما وعد الله به المؤمنين من نصر دينه وإعلاء كلمته وخذلان أعدائهم من المشركين الذين أخرجوا الرسول ومَنْ معه من مكة من بيت الله الحرام وأجلَوْهم مما لهم التسلُّط عليه من أرض الحجاز؛ نصر اللهُ رسولَه والمؤمنين حتى افتتح مكة وأذلَّ المشركين وصار للمؤمنين الحكمُ والغَلَبَةُ على تلك الديار، فأمر النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - مؤذِّنه أن يؤذِّن يوم الحج الأكبر، وهو يوم النحر، وقت اجتماع الناس مسلمهم وكافرهم من جميع جزيرة العرب: أن يؤذِّن بأنَّ الله بريءٌ ورسوله من المشركين؛ فليس لهم عنده عهدٌ وميثاقٌ؛ فأينما وُجِدوا قُتِلوا، وقيل لهم: لا تقربوا المسجد الحرام بعد عامكم هذا! وكان ذلك سنة تسع من الهجرة، وحجَّ بالناس أبو بكر الصديق رضي الله عنه، وأذَّن ببراءة يوم النحر ابنُ عمِّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - علي بن أبي طالب رضي الله عنه.
ثم رغَّب تعالى المشركين بالتوبة ورهَّبهم من الاستمرار على الشرك، فقال: {فإن تُبْتُم فهو خيرٌ لكم وإن تولَّيْتم فاعلموا أنَّكم غير معجزي الله}؛ أي: فائتيه، بل أنتم في قبضته، قادر أن يسلط عليكم عباده المؤمنين. {وبشر الذين كفروا بعذاب أليم}؛ أي: مؤلم مفظع في الدنيا بالقتل والأسر والجلاء وفي الآخرة بالنار وبئس القرار.
(3) Ini adalah janji Allah kepada orang-
orang Mukmin: bahwa Allah akan memenangkan agamaNya, meninggikan kalimatNya dan mengalahkan musuh-musuh mereka, yaitu orang-orang musy-rik yang telah mengusir dan mengeluarkan Rasulullah dan para sahabatnya dari Makkah, dari Baitullah al-Haram, yang membuat mereka memiliki kekuasaan atasnya di tanah Hijaz. Allah meme-nangkan RasulNya dan orang-orang yang beriman sampai Makkah dapat ditaklukkan dan orang-orang musyrik menjadi terhina. Hu-kum dan kendali atas negara itu beralih ke tangan orang-orang yang beriman. Maka Nabi ﷺ meminta penyeru agar mengumumkan pada hari yang akbar yaitu hari penyembelihan, hari berkumpulnya manusia yang Muslim dan yang kafir dari seluruh penjuru jazirah Arabia, dia mengumumkan bahwa Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrik, mereka tidak lagi mempunyai per-janjian damai di sisiNya, di mana saja mereka berada, mereka akan diperangi dan dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu mende-kati Masjidil Haram sesudah tahun ini" itu terjadi pada tahun 9 H, dan Abu Bakar رضي الله عنه yang memimpin haji, sedangkan yang meng-umumkan pernyataan pemutusan hubungan pada hari penyembe-lihan adalah sepupu Rasulullah ﷺ, Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه.
Kemudian Allah تعالى mendorong orang-orang musyrik agar bertaubat dan memperingatkan mereka untuk meninggalkan kesyi-rikan yang mereka ikuti, ﴾ فَإِن تُبۡتُمۡ فَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَإِن تَوَلَّيۡتُمۡ فَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّكُمۡ غَيۡرُ مُعۡجِزِي ٱللَّهِۗ
﴿ "kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu, dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah." Yakni kamu tidak mungkin melepaskan diri dariNya, justru kamu dalam genggaman-Nya. Dia mampu menguasakan hamba-hambaNya yang beriman atasmu. ﴾ وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ ﴿ "Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih." Yakni azab yang menyakitkan dan mengerikan di dunia dengan ditawan, dibunuh dan diusir dan di akhirat dengan api neraka dan itu adalah sebu-ruk-buruk tempat.
{إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُصُوكُمْ شَيْئًا وَلَمْ يُظَاهِرُوا عَلَيْكُمْ أَحَدًا فَأَتِمُّوا إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَى مُدَّتِهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (4)}.
"Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian
(dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun
(dari isi perjanjian)mu tidak
(pula) mereka membantu sese-orang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa."
(At-Taubah: 4).
#
{4} أي: هذه البراءة التامَّة المطلقة من جميع المشركين، {إلَّا الذين عاهَدْتم من المشركين}: واستمرُّوا على عهدهم، ولم يجرِ منهم ما يوجبُ النقضَ؛ فلا نَقَصوكم شيئاً، ولا عاونوا عليكم أحداً؛ فهؤلاء أَتِمُّوا إليهم عهدهم إلى مدتهم قلَّت أو كثرت؛ لأنَّ الإسلام لا يأمر بالخيانة، وإنما يأمر بالوفاء. {إنَّ الله يحبُّ المتَّقين}: الذين أدَّوْا ما أمروا به، واتَّقوا الشرك والخيانة وغير ذلك من المعاصي.
(4) Yakni pemutusan hubungan yang sempurna lagi mutlak kepada seluruh orang-orang musyrik ini. ﴾ إِلَّا ٱلَّذِينَ عَٰهَدتُّم مِّنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
﴿ "Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka)", mereka tetap dalam perjanjian mereka dan tidak terjadi dari mereka sesuatu yang mengharuskan pembatalan, me-reka tidak mengurangi sesuatu pun dari isi perjanjian denganmu, tidak membantu orang lain melawanmu; untuk mereka itu, sempur-nakanlah perjanjian dengan mereka sampai batasnya, baik pendek atau panjang, karena Islam tidak memerintahkan berkhianat, akan tetapi Islam memerintahkan memenuhi janji. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَّقِينَ ﴿ "Se-sungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa." Orang-orang yang melakukan apa yang diperintahkan, menjauhi syirik, khianat, dan dosa-dosa yang lain.
{فَإِذَا انْسَلَخَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5)}.
"Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuh-lah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penya-yang."
(At-Taubah: 5).
#
{5} يقول تعالى: {فإذا انسلخَ الأشهرُ الحُرُم}؛ أي: التي حُرِّم فيها قتال المشركين المعاهَدين، وهي أشهر التَّسْيير الأربعة، وتمام المدة لمن له مدة أكثر منها؛ فقد برِئَت منهم الذمة. {فاقتُلوا المشركين حيث وجدتموهم}: في أيِّ مكان وزمان، {وخذوهم}: أسرى، {واحصُروهم}؛ أي: ضيِّقوا عليهم؛ فلا تَدَعوهم يتوسَّعون في بلاد الله وأرضه التي جعلها الله معبداً لعباده؛ فهؤلاء ليسوا أهلاً لسُكناها، ولا يستحقُّون منها شبراً؛ لأنَّ الأرض أرض الله، وهم أعداؤه المنابذون له ولرسله، المحاربون الذين يريدون أن تخلو الأرض من دينه، ويأبى الله إلاَّ أن يُتِمَّ نورَه ولو كره الكافرون. {واقعُدوا لهم كلَّ مرصدٍ}؛ أي: كلَّ ثنيَّة وموضع يمرُّون عليه، ورابطوا في جهادهم، وابذلوا غاية مجهودكم في ذلك، ولا تزالوا على هذا الأمر حتى يتوبوا من شركهم. ولهذا قال: {فإن تابوا}: من شركهم، {وأقاموا الصَّلاة}؛ أي: أدَّوها بحقوقها، {وآتوا الزكاةَ}: لمستحقيها، {فَخلُّوا سبيلَهم}؛ أي: اتركوهم، وليكونوا مثلكم لهم ما لكم، وعليهم ما عليكم. {إنَّ الله غفورٌ رحيمٌ}: يغفر الشرك فما دونه للتائبين، ويرحمهم بتوفيقهم للتوبة ثم قبولها منهم.
وفي هذه الآية دليل على أن من امتنع من أداء الصلاة أو الزكاة؛ فإنه يقاتَل حتَّى يؤديها؛ كما استدلَّ بذلك أبو بكر الصديق رضي الله عنه.
(5) Allah تعالى berfirman, ﴾ فَإِذَا ٱنسَلَخَ ٱلۡأَشۡهُرُ ٱلۡحُرُمُ
﴿ "Apabila sudah ha-bis bulan-bulan Haram itu", yang padanya diharamkan memerangi orang musyrik yang dalam perjanjian, yaitu bulan-bulan berkeliling yang berjumlah empat, dan selesainya jangka waktu bagi yang mempunyai jangka waktu lebih dari itu, maka tanggung jawab telah terbebas dari mereka. ﴾ فَٱقۡتُلُواْ ٱلۡمُشۡرِكِينَ حَيۡثُ وَجَدتُّمُوهُمۡ
﴿ "Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka", di tempat dan waktu apa pun. ﴾ وَخُذُوهُمۡ
﴿ "Dan tangkaplah mereka," sebagai tawanan, ﴾ وَٱحۡصُرُوهُمۡ
﴿ "Kepunglah mereka," yakni persempit gerak mereka, jangan biarkan mereka bergerak leluasa di bumi Allah yang dijadikanNya sebagai tempat ibadah bagi hamba-hambaNya. Mereka tidaklah layak untuk tinggal padanya, dan tidak berhak atasnya sejengkal pun karena bumi adalah bumi Allah, sedangkan mereka adalah musuh-musuhNya yang menantangNya dan RasulNya, mereka adalah orang-orang yang selalu berusaha agar bumi Allah bersih dari agamaNya, padahal Allah menolak selain menyempurnakan cahayaNya meskipun orang-orang kafir membencinya. ﴾ وَٱقۡعُدُواْ لَهُمۡ كُلَّ مَرۡصَدٖۚ
﴿ "Dan intailah di tempat pengintaian." Yakni di setiap ke-sempatan dan tempat yang mereka lewati, bersiap siagalah dalam berjihad melawan mereka, keluarkan segala usahamu dalam hal ini, dan teruslah bersikap demikian kepada mereka sehingga mereka bertaubat dari kesyirikan mereka. Oleh karena itu Dia berfirman, ﴾ فَإِن تَابُواْ
﴿ "Jika mereka bertaubat", dari kesyirikan mereka, ﴾ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ
﴿ "dan mendirikan shalat." Yakni melaksanakannya dengan semesti-nya, ﴾ وَءَاتَوُاْ ٱلزَّكَوٰةَ
﴿ "dan menunaikan zakat", kepada yang berhak me-nerimanya, ﴾ فَخَلُّواْ سَبِيلَهُمۡۚ
﴿ "maka berilah kebebasan kepada mereka." Yakni biarkanlah mereka, adapun seterusnya, berikan kepada mereka seperti apa yang menjadi hakmu dan bebankanlah atas mereka seperti apa yang menjadi kewajibanmu. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ﴿ "Sesungguh-nya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Dia mengampuni syirik dan dosa yang lebih rendah darinya bagi orang-orang yang bertaubat, dan menyayangi mereka dengan memberi taufik kepada taubat lalu menerimanya dari mereka.
Di dalam ayat ini terkandung dalil bahwa barangsiapa tidak mau melaksanakan shalat atau zakat, maka dia diperangi sampai dia mau melaksanakannya, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه.
{وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ (6)}.
"Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu me-minta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar Firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tem-pat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui."
(At-Taubah: 6).
#
{6} لما كان ما تقدَّم من قوله: {فإذا انسلخ الأشهرُ الحُرُم فاقتُلوا المشركين حيث وجدتموهم وخُذوهم واحصُروهم واقعُدوا لهم كلَّ مرصد}: أمراً عامًّا في جميع الأحوال وفي كلِّ الأشخاص منهم؛ ذكر تعالى أن المصلحة إذا اقتضت تقريب بعضهم؛ جاز، بل وجب ذلك، فقال: {وإنْ أحدٌ من المشركين استجارَكَ}؛ أي: طلب منك أن تجيره وتمنعه من الضَّرر لأجل أن يسمع كلام الله وينظر حالة الإسلام، {فأجِرْه حتَّى يسمعَ كلام الله}: ثم إنْ أسلم؛ فذاك، وإلاَّ؛ فأبلِغْه مأمَنَه؛ أي: المحل الذي يأمن فيه.
والسبب في ذلك أن الكفار قومٌ لا يعلمون؛ فربَّما كان استمرارُهم على كفرهم لجهل منهم إذا زال اختاروا عليه الإسلام؛ فلذلك أمر الله رسوله. وأمَّتُه أسوتُه في الأحكام أن يجيروا من طَلَبَ أن يسمع كلام الله.
وفي هذا حجةُ صريحةٌ لمذهب أهل السنة والجماعة، القائلين بأن القرآن كلام الله غير مخلوق؛ لأنَّه تعالى هو المتكلِّم به، وأضافه إلى نفسه إضافة الصفة إلى موصوفها، وبطلان مذهب المعتزلة ومن أخذ بقولهم أنَّ القرآن مخلوقٌ، وكم من الأدلَّة الدالَّة على بطلان هذا القول، ليس هذا محل ذكرها!
(6) Karena FirmanNya,
﴾ فَإِذَا ٱنسَلَخَ ٱلۡأَشۡهُرُ ٱلۡحُرُمُ فَٱقۡتُلُواْ ٱلۡمُشۡرِكِينَ حَيۡثُ وَجَدتُّمُوهُمۡ وَخُذُوهُمۡ وَٱحۡصُرُوهُمۡ وَٱقۡعُدُواْ لَهُمۡ كُلَّ مَرۡصَدٖۚ
﴿
"Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka, kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian", (at-Tau-bah: 5) adalah perintah yang bersifat umum dalam segala kondisi dan untuk semua orang dari mereka, maka Allah menyatakan bah-wa jika memang ada kemaslahatan dalam mendekati sebagian dari mereka, maka hal itu dibolehkan, bahkan wajib, Dia berfirman, ﴾ وَإِنۡ أَحَدٞ مِّنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٱسۡتَجَارَكَ
﴿ "Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu." Yakni memintamu melindungi-nya dan menjamin keamanannya agar dia mendengar Kalamullah dan melihat keadaan Islam, ﴾ فَأَجِرۡهُ حَتَّىٰ يَسۡمَعَ كَلَٰمَ ٱللَّهِ ﴿ "maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar Firman Allah", kemudian jika dia masuk Islam, maka itulah yang diharapkan, jika tidak, maka antarkan dia ke tempat yang aman.
Penyebabnya adalah bahwa orang-orang kafir adalah kaum yang tidak mengetahui, bisa jadi kekufuran yang mereka ikuti itu dikarenakan kejahilan mereka, jika kejahilan ini lenyap maka bisa jadi mereka memilih Islam, oleh karena itu Allah memerintahkan RasulNya dan umatnya yang mengikutinya, agar melindungi orang yang ingin mendengar Kalamullah.
Ini adalah dalil yang sangat jelas bagi madzhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang menyatakan bahwa al-Qur`an adalah Kalamullah bukan makhluk, karena Allah-lah yang berbicara dengannya dan menisbatkannya kepada diriNya sebagai bentuk penisbatan sifat kepada pemiliknya. Ini sekaligus menunjukkan kebatilan madzhab Mu'tazilah dan orang-orang yang mengambil pendapat mereka bahwa al-Qur`an adalah makhluk. Dan banyak sekali dalil yang menunjukkan kebatilan pendapat ini, namun bukan di sini tempat untuk membeberkannya.
{كَيْفَ يَكُونُ لِلْمُشْرِكِينَ عَهْدٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ رَسُولِهِ إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ فَمَا اسْتَقَامُوا لَكُمْ فَاسْتَقِيمُوا لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (7)}.
"Bagaimana bisa ada perjanjian
(aman) dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian
(dengan mereka) di dekat Masjidil Haram? Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus
(pula) terhadap mereka. Sesungguh-nya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa."
(At-Taubah: 7).
#
{7} هذا بيانٌ للحكمة الموجبة لأن يتبرَّأ الله ورسوله من المشركين، فقال: {كيف يكون للمشركين عهدٌ عند الله وعند رسوله}: هل قاموا بواجب الإيمان؟ أم تركوا رسول الله والمؤمنين من أذيتهم؟ أَمَا حاربوا الحقَّ ونصروا الباطل؟! أَمَا سَعَوْا في الأرض فساداً؟! فيحقُّ لهم أن يتبرَّأ الله منهم، وأن لا يكون لهم عهدٌ عنده ولا عند رسوله. {إلَّا الذين عاهدتم}: من المشركين {عند المسجد الحرام}: فإنَّ لهم في العهد ـ وخصوصاً في هذا المكان الفاضل ـ حرمة أوجب أن يراعوا فيها، {فما استقاموا لكم فاستقيموا لهم إن الله يحبُ المتَّقين}.
(7) Ini adalah penjelasan tentang hikmah yang mengharus-kan berlepasnya Allah dan RasulNya dari orang-orang musyrik. Dia berfirman, ﴾ كَيۡفَ يَكُونُ لِلۡمُشۡرِكِينَ عَهۡدٌ عِندَ ٱللَّهِ وَعِندَ رَسُولِهِۦٓ
﴿ "Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya." Apakah me-reka melakukan kewajiban iman? Apakah mereka tidak menyakiti Rasulullah dan orang-orang yang beriman? Bukankah mereka me-merangi kebenaran dan menyokong kebatilan? Bukankah mereka telah melakukan kerusakan di muka bumi? Maka sudah selayak-nya Allah berlepas diri dari mereka, dan hendaknya mereka tidak memiliki jaminan dari Allah dan RasulNya, ﴾ إِلَّا ٱلَّذِينَ عَٰهَدتُّمۡ
﴿ "kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka), dari kaum musyrikin ﴾ عِندَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۖ
﴿ di dekat Masjidil Haram?" Maka mereka memiliki perjanjian, khususnya di tempat yang mulia ini yang seharusnya dijaga. ﴾ فَمَا ٱسۡتَقَٰمُواْ لَكُمۡ فَٱسۡتَقِيمُواْ لَهُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَّقِينَ ﴿ "Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus
(pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa."
Oleh karena itu Dia berfirman,
{كَيْفَ وَإِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ لَا يَرْقُبُوا فِيكُمْ إِلًّا وَلَا ذِمَّةً يُرْضُونَكُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ وَتَأْبَى قُلُوبُهُمْ وَأَكْثَرُهُمْ فَاسِقُونَ (8) اشْتَرَوْا بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (9) لَا يَرْقُبُونَ فِي مُؤْمِنٍ إِلًّا وَلَا ذِمَّةً وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُعْتَدُونَ (10) فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (11)}.
"Bagaimana bisa
(ada perjanjian dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak
(pula mengindahkan) per-janjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik
(tidak menetapi perjanjian). Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi
(manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu. Mereka tidak memelihara
(hubungan) kerabat terhadap orang-orang Mukmin dan tidak
(pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka
(mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui."
(At-Tau-bah: 8-11).
#
{8} أي: {كيف}: يكون للمشركين عند الله عهدٌ وميثاقٌ. {و}: الحال أنَّهم {إن يظهروا عليكم}: بالقدرة والسلطة لا يرحموكم. و {لا يرقبوا فيكم إلا ولا ذِمَّة}؛ أي: لا ذمة ولا قرابة، ولا يخافون الله فيكم، بل يسومونكم سوء العذاب؛ فهذه حالكم معهم لو ظهروا، ولا يغرَّنَّكم منهم ما يعاملونكم به وقت الخوف منكم؛ فإنهم {يُرضونكم بأفواهِهِم وتأبى قلوبُهم}: الميل والمحبَّة لكم، بل هم الأعداء حقًّا، المبغضون لكم صدقاً. {وأكثرهم فاسقون}: لا ديانة لهم ولا مروءة.
(8) ﴾ كَيۡفَ وَإِن يَظۡهَرُواْ عَلَيۡكُمۡ
﴿ "Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu", dengan kekuatan dan kekuasaan, mereka tidak mengasihimu, dan ﴾ لَا يَرۡقُبُواْ فِيكُمۡ إِلّٗا وَلَا ذِمَّةٗۚ
﴿ "me-reka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian." Tidak dalam perjanjian dan tidak juga kekerabatan, serta tidak takut kepada Allah dalam memper-lakukan kamu, justru mereka menimpakan kepadamu siksa yang buruk. Inilah keadaanmu bersama mereka, jika mereka menang. Janganlah kamu tertipu dengan sikap mereka pada waktu mereka takut kepadamu, karena mereka ﴾ يُرۡضُونَكُم بِأَفۡوَٰهِهِمۡ وَتَأۡبَىٰ قُلُوبُهُمۡ
﴿ "menye-nangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak." Yakni, hati mereka sama sekali tidak cenderung maupun cinta kepadamu, bah-kan mereka adalah musuh yang sebenarnya, yang membencimu dengan sebenarnya. ﴾ وَأَكۡثَرُهُمۡ فَٰسِقُونَ ﴿ "Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik
(tidak menetapi perjanjian)." Tidak memiliki agama maupun muru'ah.
#
{9} {اشتروا بآيات الله ثمناً قليلاً}؛ أي: اختاروا الحظَّ العاجل الخسيس في الدنيا على الإيمان بالله ورسوله والانقياد لآيات الله، {فصدُّوا}: بأنفسهم وصدُّوا غيرهم {عن سبيله إنَّهم ساء ما كانوا يعملون}.
(9) ﴾ ٱشۡتَرَوۡاْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ ثَمَنٗا قَلِيلٗا
﴿ "Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit." Yakni mereka memilih bagian yang fana lagi hina di dunia daripada iman kepada Allah, RasulNya, dan ke-tundukan kepada ayat-ayatNya. ﴾ فَصَدُّواْ
﴿ "Lalu mereka menghalangi", diri mereka sendiri dan orang lain ﴾ عَن سَبِيلِهِۦٓۚ إِنَّهُمۡ سَآءَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ﴿ "dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu."
#
{10} {لا يَرْقُبون في مؤمن إلا ولا ذمَّةً}؛ أي: لأجل عداوتهم للإيمان وأهله؛ فالوصف الذي جعلهم يعادونكم لأجله ويبغضونكم هو الإيمان.
(10) ﴾ لَا يَرۡقُبُونَ فِي مُؤۡمِنٍ إِلّٗا وَلَا ذِمَّةٗۚ ﴿ "Mereka tidak memelihara
(hu-bungan) kerabat terhadap orang-orang Mukmin dan tidak
(pula mengin-dahkan) perjanjian." Yakni karena permusuhan mereka terhadap keimanan dan orang-orang yang beriman. Pemicu yang membuat mereka membencimu dan memusuhimu adalah karena iman.
#
{11} فَذُبُّوْا عن دينكم وانصُروه واتَّخذوا مَن عاداه عدوًّا ومَن نَصَره لكم وليًّا واجعلوا الحكم يدور معه وجوداً وعدماً، لا تجعلوا الولاية والعداوة طَبْعِيَّةً تميلون بهما حيثما مال الهوى وتتَّبعون فيها النفس الأمَّارة بالسوء، ولهذا [إنْ] {تابوا}: عن شركهم ورجعوا إلى الإيمان، {وأقاموا الصَّلاة وآتوا الزكاة فإخوانكم في الدين}: وتناسَوْا تلك العداوة إذ كانوا مشركين؛ لتكونوا عباد الله المخلصين، وبهذا يكون العبد عبداً حقيقةً. لمَّا بيَّن من أحكامه العظيمة ما بيَّن، ووضَّح منها ما وضَّح أحكاماً وحكَماً وحُكْماً وحِكمةً؛ قال: {ونفصِّل الآيات}؛ أي: نوضحها ونميزها {لقوم يعلمون}: فإليهم سياق الكلام، وبهم تُعرف الآيات والأحكام، وبهم عُرف دين الإسلام وشرائع الدين. اللهمَّ اجعلنا من القوم الذين يعلمون ويعملون بما يعلمون برحمتك وجودك وكرمك وإحسانك يا رب العالمين!
(11) Maka belalah agamamu, menangkanlah ia, jadikan orang yang memusuhinya sebagai musuh, dan orang yang menolongnya sebagai kawan, jadikanlah ada dan tidaknya hukum berkisar pada-nya, jangan jadikan muwalah
(loyalitas) dan mu'adah
(permusuhan) bersifat emosional yang mengikuti kecenderungan syahwat dan nafsu yang selalu menyuruh kepada keburukan. Oleh karena itu ﴾ فَإِن تَابُواْ
﴿ "jika mereka bertaubat", dari kesyirikan mereka dan kembali kepada iman, ﴾ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُاْ ٱلزَّكَوٰةَ فَإِخۡوَٰنُكُمۡ فِي ٱلدِّينِۗ
﴿ "mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama." Lupakanlah permusuhan tatkala mereka masih dalam kesyirikan, agar kalian menjadi hamba-hamba Allah yang ikhlas, dengan ini seorang hamba menjadi hamba yang sebenarnya.
Manakala Allah menjelaskan hukum-hukumNya yang agung dan menerangkan berbagai hukum, serta hikmah, Dia berfirman, ﴾ وَنُفَصِّلُ ٱلۡأٓيَٰتِ
﴿ "Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu", yakni menerang-kan dan memerincinya ﴾ لِقَوۡمٖ يَعۡلَمُونَ ﴿ "bagi kaum yang mengetahui", kepada mereka ucapan ditujukan, dengan mereka hukum-hukum dan ayat-ayat diketahui, dan dengan mereka syariat dan agama Islam dikenal. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mengetahui dan beramal dengan apa yang kami ketahui dengan rahmatMu, kedermawananMu, kemurahanMu, dan kebaikanMu, ya Rabbal 'alamin.
{وَإِنْ نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ مِنْ بَعْدِ عَهْدِهِمْ وَطَعَنُوا فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُوا أَئِمَّةَ الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَا أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنْتَهُونَ (12) أَلَا تُقَاتِلُونَ قَوْمًا نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوا بِإِخْرَاجِ الرَّسُولِ وَهُمْ بَدَءُوكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ أَتَخْشَوْنَهُمْ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَوْهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (13) قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ (14) وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (15)}.
"Jika mereka merusak sumpah
(janji)nya sesudah mereka ber-janji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar supaya mereka berhenti. Mengapa kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah
(janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapa kamu takut kepada me-reka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan
(perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. Dan meng-hilangkan panas hati orang-orang Mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendakiNya. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana."
(At-Taubah: 12-15).
#
{12} يقول تعالى بعدما ذكر أنَّ المعاهدين من المشركين إن استقاموا على عهدهم فاستقيموا لهم على الوفاء: {وإن نَكَثوا أيمانَهم من بعد عهِدهم}؛ أي: نقضوها وحلُّوها؛ فقاتلوكم أو أعانوا على قتالكم أو نقصوكم، {وطعنوا في دينكم}؛ أي: عابوه وسخروا منه، ويدخُل في هذا جميع أنواع الطعن الموجَّهة إلى الدين أو إلى القرآن، {فقاتِلوا أئمَّة الكفر}؛ أي: القادة فيه، الرؤساء الطاعنين في دين الرحمن، الناصرين لدين الشيطان. وخصَّهم بالذكر لعظم جنايتهم ولأنَّ غيرهم تَبَعٌ لهم، وليدلَّ على أن مَن طَعَنَ في الدين، وتصدَّى للردِّ عليه فإنه من أئمة الكفر. {إنهم لا أيْمانَ لهم}؛ أي: لا عهود ولا مواثيق يلازمون على الوفاء بها، بل لا يزالون خائنين ناكثين للعهد لا يوثق منهم. {لعلَّهم}: في قتالكم إياهم {ينتهونَ}: عن الطعن في دينكم، وربما دخلوا فيه.
(12) Allah تعالى berfirman setelah menjelaskan bahwa orang-orang musyrikin yang berada dalam perjanjian, jika mereka tetap memegang teguh perjanjian mereka, maka penuhilah perjanjian tersebut. ﴾ وَإِن نَّكَثُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُم مِّنۢ بَعۡدِ عَهۡدِهِمۡ
﴿ "Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji." Yakni mereka melanggarnya dan membatalkannya, lalu mereka memerangimu atau membantu me-merangimu atau mengurangi isi perjanjianmu, ﴾ وَطَعَنُواْ فِي دِينِكُمۡ
﴿ "dan mereka mencerca agamamu," yakni mencelanya dan menghinakannya, termasuk dalam hal ini adalah semua cercaan yang ditujukan ke-pada agama atau kepada al-Qur`an, ﴾ فَقَٰتِلُوٓاْ أَئِمَّةَ ٱلۡكُفۡرِ
﴿ "maka perangi-lah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu." Yakni para pembesar-nya, para pemuka yang mencerca agama Allah, yang membantu agama setan.
Mereka disebut secara khusus karena besarnya kejahatan mereka, dan karena selain mereka hanyalah pengikut, serta untuk menunjukkan bahwa barangsiapa mencerca agama dan menantang untuk menolaknya, maka dia termasuk pemimpin kekufuran, ﴾ إِنَّهُمۡ لَآ أَيۡمَٰنَ لَهُمۡ
﴿ "karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya." Yakni tiada perjanjian yang selalu mereka pegang teguh, tetapi sebaliknya, mereka selalu membatal-kannya dan mengkhianatinya, tanpa bisa dipercaya ﴾ لَعَلَّهُمۡ
﴿ "agar supaya mereka", karena kamu memeranginya ﴾ يَنتَهُونَ ﴿ "berhenti", dari mencerca agamamu, dan mungkin memeluknya.
#
{13} ثم حثَّ على قتالهم وهيَّج المؤمنين بذكر الأوصاف التي صدرت من هؤلاء الأعداء، والتي هم موصوفون بها، المقتضية لقتالهم، فقال: {ألا تقاتلون قوماً نَكَثوا أيْمانهم وهَمُّوا بإخراج الرسول}: الذي يجب احترامه وتوقيره وتعظيمه، وهمُّوا أن يجلوه ويخرجوه من وطنه، وسعوا في ذلك ما أمكنهم، {وهم بدؤوكم أول مرة}: حيث نقضوا العهود، وأعانوا عليكم وذلك حيث أعانت قريش وهم معاهدون بني بكرٍ حلفاءهم على خزاعة حلفاء رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، وقاتلوا معهم كما هو مذكورٌ مبسوطٌ في السيرة. {أتخشَوْنَهم}: في ترك قتالهم؟ {فالله أحقُّ أن تَخْشَوْه إن كنتم مؤمنين}: فالله أمركم بقتالهم، وأكَّد ذلك عليكم غاية التأكيد؛ فإن كنتم مؤمنين؛ فامتثلوا لأمر الله، ولا تخشوهم فتتركوا أمر الله.
(13) Kemudian Allah mendorong dan memacu orang-orang Mukmin agar memerangi mereka dengan menyinggung sifat-sifat musuh yang mengharuskan agar mereka diperangi. ﴾ أَلَا تُقَٰتِلُونَ قَوۡمٗا نَّكَثُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ وَهَمُّواْ بِإِخۡرَاجِ ٱلرَّسُولِ
﴿ "Mengapa kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemau-annya untuk mengusir Rasul", yang seharusnya dihormati, dihargai, dan dimuliakan, tapi mereka hendak mengusirnya dan mengeluar-kannya dari tanah kelahirannya, dan berusaha untuk itu sekuat tenaga, ﴾ وَهُم بَدَءُوكُمۡ أَوَّلَ مَرَّةٍۚ
﴿ "dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu?" Yang mana mereka membatalkan per-janjian dan membantu orang lain memerangimu, di mana hal itu ketika Quraisy –sementara mereka masih terikat perjanjian damai– membantu Bani Bakar sekutu mereka, memerangi Bani Khuza'ah sekutu Rasulullah ﷺ, orang-orang Quraisy berperang bersama Bani Bakar sebagaimana hal itu dijelaskan oleh buku-buku sirah.
﴾ أَتَخۡشَوۡنَهُمۡۚ
﴿ "Mengapa kamu takut kepada mereka", sehingga kamu enggan memerangi mereka? ﴾ فَٱللَّهُ أَحَقُّ أَن تَخۡشَوۡهُ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ﴿ "Padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman." Allah memerintahkanmu agar memerangi mereka. Dia sangat menekankan hal itu atasmu, jika kamu adalah orang yang beriman, maka laksanakan perintah Allah, dan janganlah kamu takut kepada mereka sehingga kamu meninggalkan perintah Allah.
#
{14} ثم أمر بقتالهم، وذكر ما يترتب على قتالهم من الفوائد وكل هذا حثٌّ وإنهاضٌ للمؤمنين على قتالهم فقال: {قاتلوهم يعذِّبْهم اللهُ بأيديكم}: بالقتل، {ويُخْزِهِم}: إذا نصركم الله عليهم، وهم الأعداء الذين يطلب خزيهم ويحرص عليه، {ويَنصُرْكم عليهم}: هذا وعدٌ من الله وبشارةٌ قد أنجزها، {ويَشْفِ صدور قوم مؤمنين}.
(14) Kemudian Allah memerintahkan orang-orang Mukmin agar memerangi mereka, dan menjelaskan manfaat yang timbul aki-bat perang dengan mereka. Semua itu adalah dorongan dan lecutan bagi orang-orang yang beriman agar mau memerangi mereka, Dia berfirman, ﴾ قَٰتِلُوهُمۡ يُعَذِّبۡهُمُ ٱللَّهُ بِأَيۡدِيكُمۡ
﴿ "Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu", dengan pembunuhan, ﴾ وَيُخۡزِهِمۡ
﴿ "dan Allah akan menghinakan mereka", jika Allah memenangkanmu atas mereka. Mereka adalah musuh yang memang hendak menghinakan diri mereka sendiri dan berusaha untuk itu. ﴾ وَيَنصُرۡكُمۡ عَلَيۡهِمۡ
﴿ "Dan menolong kamu atas mereka." Ini adalah janji dan berita gembira dari Allah yang telah Dia wujudkan.﴾ وَيَشۡفِ صُدُورَ قَوۡمٖ مُّؤۡمِنِينَ ﴿ "Serta melegakan hati orang-orang yang beriman."
#
{15} {ويُذْهِبْ غيظَ قلوبِهم}: فإنَّ في قلوبهم من الحنق والغيظ عليهم ما يكون قتالهم وقتلُهم شفاءً لما في قلوب المؤمنين من الغمِّ والهمِّ؛ إذ يَرَوْن هؤلاء الأعداء محاربين لله ولرسوله، ساعين في إطفاء نور الله، وزوالاً للغيظ الذي في قلوبكم. وهذا يدلُّ على محبة الله للمؤمنين ، واعتنائه بأحوالهم، حتى إنه جعل من جملة المقاصد الشرعيَّة شفاء ما في صدورهم وذهاب غيظهم. ثم قال: {ويتوبُ الله على مَن يشاء}: من هؤلاء المحاربين؛ بأن يوفِّقهم للدخول في الإسلام ويزيِّنه في قلوبهم ويكرِّه إليهم الكفر والفسوق والعصيان. {والله عليمٌ حكيمٌ}: يضع الأشياء مواضعها، ويعلم من يصلُحُ للإيمان فيهديه، ومن لا يصلُحُ فيبقيه في غيِّه وطغيانه.
(15) ﴾ وَيُذۡهِبۡ غَيۡظَ قُلُوبِهِمۡۗ
﴿ "Dan menghilangkan panas hati orang-orang Mukmin." Karena di hati orang-orang Mukmin terdapat ke-bencian dan permusuhan terhadap mereka, yang mana memerangi dan membunuh mereka berarti obat bagi kesedihan dan kecemasan yang ada di dalam hati orang-orang Mukmin, dan penghilang bagi kebencian yang ada di dalam hati mereka, karena mereka melihat musuh-musuh itu adalah orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya, berusaha memadamkan cahaya Allah. Ini menunjukkan kecintaan Allah kepada orang-orang yang beriman dan perhatian-Nya terhadap keadaan mereka, sehingga Dia menjadikan di antara maksud tujuan syariatNya adalah mengobati apa yang ada di dalam hati mereka dan meredam kemarahan mereka.
Kemudian Allah berfirman, ﴾ وَيَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَىٰ مَن يَشَآءُۗ
﴿ "Dan Allah me-nerima taubat orang yang dikehendakiNya," dari kalangan orang-orang yang memerangi itu dengan memberi mereka taufik untuk masuk Islam, menghiasinya di dalam hati mereka, dan menjadikan keku-furan, kefasikan dan kemaksiatan dibenci oleh hati mereka. ﴾ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ﴿ "Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." Allah Meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Dia mengetahui orang yang layak dengan iman lalu Dia menunjukkannya kepadanya, dan siapa yang tidak layak maka Dia membiarkannya dalam kesesatan dan keja-hatannya.
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تُتْرَكُوا وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَلَمْ يَتَّخِذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَا رَسُولِهِ وَلَا الْمُؤْمِنِينَ وَلِيجَةً وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (16)}.
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan
(begitu saja), sedang Allah belum mengetahui
(dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak menjadikan teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(At-Tau-bah: 16).
#
{16} يقول تعالى لعباده المؤمنين بعدما أمرهم بالجهاد: {أم حسبتُم أن تُتْرَكوا}: من دون ابتلاء وامتحان وأمر بما يَبينُ به الصادقُ والكاذب، {ولما يَعْلَمِ اللهُ الذين جاهدوا منكم}؛ أي: علماً يظهر مما في القوة إلى الخارج؛ ليترتَّب عليه الثواب والعقاب، فيعلم الذين يجاهدون في سبيله لإعلاء كلمته، {ولم يتَّخذوا من دون الله ولا رسولِهِ ولا المؤمنينَ وَليجةً}؛ أي: وليًّا من الكافرين، بل يتَّخذون الله ورسوله والمؤمنين أولياء. فشرع الله الجهادَ ليحصُلَ به هذا المقصود الأعظم، وهو أن يتميَّزَ الصادقون الذين لا يتحيَّزون إلاَّ لدين الله من الكاذبين الذين يزعمون الإيمان وهم يتَّخذون الولائج والأولياء من دون الله ولا رسوله ولا المؤمنين. {والله خبيرٌ بما تعملون}؛ أي: يعلم ما يصير منكم ويصدر، فيبتليكم بما يظهر به حقيقة ما أنتم عليه، ويجازيكم على أعمالكم خيرها وشرِّها.
(16) Allah تعالى berfirman kepada hamba-hambaNya yang beriman setelah memerintahkan mereka agar berjihad,﴾ أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تُتۡرَكُواْ
﴿ "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja)", tanpa cobaan, ujian, dan perintah yang membuktikan antara yang benar dan yang dusta (dalam keimanannya). ﴾ وَلَمَّا يَعۡلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ مِنكُمۡ
﴿ "Sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu." Yakni pengetahuan tentang usaha ka-lian yang nampak pada amalan nyata yang berakibat pahala dan siksa, maka Dia mengetahui orang-orang yang berjihad di jalanNya untuk meninggikan kalimat Allah. ﴾ وَلَمۡ يَتَّخِذُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَا رَسُولِهِۦ وَلَا ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَلِيجَةٗۚ
﴿ "Dan tidak menjadikan teman yang setia selain Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman," yakni wali dari kalangan orang-orang kafir, akan tetapi menjadikan Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman sebagai wali. Maka Allah mensyariatkan jihad untuk mewujudkan tujuan besar ini, yaitu agar orang-orang yang benar keimanan mereka, yang tidak cenderung kecuali kepada agama Allah, dibedakan dari orang-orang yang dusta, yang mengklaim iman namun mereka mengangkat wali-wali dan kawan-kawan ka-rib selain Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman.﴾ وَٱللَّهُ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Mengetahui apa yang kamu lakukan lalu Dia mengujimu dengan sesuatu yang membuktikan imanmu dan membalasmu atas amal perbuatanmu yang baik dan yang buruk.
{مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ (17) إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ (18)}.
"Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sen-diri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka me-rekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."
(At-Taubah: 17-18).
#
{17} يقول تعالى: {ما كان}؛ أي: ما ينبغي، ولا يليق {للمشركين أن يَعْمُروا مساجد الله}: بالعبادة والصلاة وغيرها من أنواع الطاعات، والحالُ أنهم شاهدون ومقرُّون على أنفسهم بالكفر بشهادة حالهم وفِطرهم وعِلْمِ كثيرٍ منهم أنهم على الكفر والباطل؛ فإذا كانوا {شاهدين على أنفسهم بالكفر} وعدم الإيمان الذي هو شرط لقَبول الأعمال؛ فكيف يزعُمون أنهم عمارُ مساجد الله؛ والأصل منهم مفقودٌ والأعمال منهم باطلةٌ؟! ولهذا قال: {أولئك حَبِطَتْ أعمالهم}؛ أي: بطلت وضلت. {وفي النار هم خالدون}.
(17) Allah تعالى berfirman, ﴾ مَا كَانَ
﴿ "Tidaklah pantas", yakni tidak semestinya dan tidak layak ﴾ لِلۡمُشۡرِكِينَ أَن يَعۡمُرُواْ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ
﴿ "orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah", dengan ibadah, shalat dan ketaatan-ketaatan lainnya. Sementara mereka bersaksi dan mengakui bahwa diri mereka adalah kafir, dengan kesaksian keadaan dan fitrah mereka, serta pengetahuan banyak kalangan dari mereka bahwa mereka di atas kekufuran dan kebatilan. Jika mereka ﴾ شَٰهِدِينَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِم بِٱلۡكُفۡرِۚ
﴿ "mengakui bahwa mereka sendiri kafir," tidak memiliki iman yang merupakan syarat diterimanya amal, bagaimana mereka mengklaim bahwa diri mereka adalah orang-orang yang memakmurkan masjid Allah, padahal mereka tidak mempunyai dasar dan amal mereka adalah batal. Oleh karena itu Allah berfirman, ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ
﴿ "Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya", yakni batal dan sia-sia. ﴾ وَفِي ٱلنَّارِ هُمۡ خَٰلِدُونَ ﴿ "Dan mereka kekal di dalam neraka."
#
{18} ثم ذكر من هم عُمَّار مساجد الله، فقال: {إنَّما يَعْمُرُ مساجدَ الله مَن آمن بالله واليوم الآخر وأقام الصلاة}: الواجبة والمستحبَّة بالقيام بالظَّاهر منها والباطن، {وآتى الزكاة}: لأهلها، {ولم يَخْشَ إلا الله}؛ أي: قَصَرَ خشيته على ربِّه، فكفَّ عن ما حرَّم الله، ولم يقصِّر بحقوق الله الواجبة؛ فوصفهم بالإيمان النافع، وبالقيام بالأعمال الصالحة التي أُمُّها الصلاة والزكاة، وبخشية الله التي هي أصل كلِّ خير؛ فهؤلاء عُمَّار المساجد على الحقيقة وأهلُها الذين هم أهلها. {فعسى أولئك أن يكونوا من المهتدين}: و {عسى} من الله واجبةٌ، وأما مَن لم يؤمن بالله ولا باليوم الآخر ولا عنده خشيةٌ لله؛ فهذا ليس من عمار مساجد الله ولا من أهلها الذين هم أهلُها، وإن زعم ذلك وادَّعاه.
(18) Kemudian Allah menyebutkan siapa orang-orang yang memakmurkan masjid Allah sebenarnya, Dia berfirman, ﴾ إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ
﴿ "Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat", yang wajib dan yang sunnah dengan melaksanakan yang lahir dan yang batin darinya, ﴾ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ
﴿ "menunaikan zakat", kepada yang berhak menerima-nya, ﴾ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَۖ
﴿ "dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah." Yakni, Dia membatasi rasa takutnya hanya kepada Allah, sehingga dia menahan diri dari yang diharamkan Allah, dan tidak melalaikan hak-hak Allah yang wajib, maka Allah menyifati mereka dengan iman yang bermanfaat dan melakukan amal shalih yang intinya adalah shalat dan zakat, serta dengan rasa takut kepada Allah yang merupakan pokok semua kebaikan. Mereka itulah para pemakmur masjid dan ahlinya yang sebenar-benarnya. ﴾ فَعَسَىٰٓ أُوْلَٰٓئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ ﴿ "Maka merekalah orang-orang yang diharapkan ter-masuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk",
(عَسَى) jika dari Allah maka artinya adalah pasti terjadi. Adapun orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada Hari Akhir dan tidak memiliki rasa takut kepada Allah, maka dia ini bukan termasuk orang-orang yang memakmurkan masjid dan bukan pula ahlinya yang sebenar-nya, meskipun dia mengaku dan mengklaim.
{أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (19) الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (20) يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ (21) خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (22)}.
"Apakah
(orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan Haji dan mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Rabb mereka menggembirakan mereka dengan mem-berikan rahmat daripadaNya, keridhaan dan Surga, mereka mem-peroleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di da-lamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar."
(At-Taubah: 19-22).
#
{19} لما اختلف بعضُ المسلمين أو بعضُ المسلمين وبعضُ المشركين في تفضيل عِمارة المسجد الحرام بالبناء والصلاة والعبادة فيه وسقاية الحاجِّ على الإيمان بالله والجهاد في سبيله؛ أخبر الله تعالى بالتفاوتِ بينهما، فقال: {أجعلتُم سِقايةَ الحاجِّ}؛ أي: سقيهم الماء من زمزم؛ كما هو المعروف إذا أطلق هذا الاسم أنه المراد، {وعِمارةَ المسجدِ الحرام كمن آمَنَ بالله واليوم الآخر وجاهَدَ في سبيل الله لا يستوون عند الله}: فالجهادُ والإيمان بالله أفضلُ من سقاية الحاجِّ وعمارة المسجد الحرام بدرجاتٍ كثيرةٍ؛ لأنَّ الإيمان أصلُ الدين وبه تُقبل الأعمال وتزكو الخصال، وأمَّا الجهاد في سبيل الله؛ فهو ذروة سنام الدين، [الذي] به يُحفظ الدين الإسلامي ويتَّسع، ويُنْصَر الحقُّ ويُخْذَل الباطل، وأمَّا عِمارة المسجد الحرام وسقاية الحاجِّ؛ فهي، وإن كانت أعمالاً صالحةً؛ فهي متوقِّفة على الإيمان، وليس فيها من المصالح ما في الإيمان والجهاد؛ فلذلك قال: {لا يستوونَ عند الله واللهُ لا يَهْدي القوم الظالمين}؛ أي: الذين وَصْفُهُمُ الظلمُ، الذين لا يَصْلُحون لقبول شيء من الخير، بل لا يليق بهم إلا الشرُّ.
(19) Manakala terjadi perbedaan pandangan di antara se-bagian kaum Muslimin, atau di antara sebagian kaum Muslimin dengan sebagian kaum musyrikin tentang mana yang lebih utama antara memakmurkan Masjidil Haram dengan membangunnya, shalat dan ibadah di dalamnya serta memberi minum kepada ja-maah haji, dengan iman kepada Allah dan jihad di jalanNya, maka Allah تعالى memberitahukan adanya perbedaan di antara keduanya. Dia berfirman, ﴾ أَجَعَلۡتُمۡ سِقَايَةَ ٱلۡحَآجِّ
﴿ "Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji." Yakni memberi mereka minum dari air zam-zam, sebagaimana sudah diketahui bahwa jika nama ini disebut secara mutlak maka maksudnya adalah itu, ﴾ وَعِمَارَةَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ كَمَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَجَٰهَدَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ لَا يَسۡتَوُۥنَ عِندَ ٱللَّهِۗ
﴿ "dan mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah", jihad dan iman kepada Allah lebih utama dengan banyak derajat daripada memakmurkan Masjidil Haram dan memberi minum air zam-zam kepada jamaah, karena iman adalah dasar agama, dengannya amal ibadah diterima dan sifat-sifat menjadi suci bersih. Adapun jihad di jalan Allah, maka ia adalah puncak tertinggi agama Islam, yang dengannya agama Islam terjaga dan tersebar luas, dan dengannya kebenaran dimenangkan dan kebatilan dicampakkan. Adapun memakmurkan Masjidil Ha-ram dan memberi minum untuk jamaah, walaupun ia adalah amal shalih, akan tetapi ia bergantung kepada iman, dan tidak terdapat padanya kemaslahatan seperti yang ada pada iman dan jihad di jalanNya, oleh karena itu Dia berfirman, ﴾ لَا يَسۡتَوُۥنَ عِندَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "Mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim." Yakni orang-orang yang sifat mereka adalah kezhaliman, yang tidak layak menerima sedikit pun kebaikan, justru tidak ada yang layak bagi mereka kecuali keburukan.
#
{20} ثم صرح بالفضل فقال: {الذين آمنوا وهاجروا وجاهدوا في سبيل الله بأموالهم}: بالنفقة في الجهاد وتجهيز الغزاة، {وأنفسهم}: بالخروج بالنفس، {أعظمُ درجةً عند الله وأولئك هم الفائزون}؛ أي: لا يفوز بالمطلوب، ولا ينجو من المرهوب إلاَّ مَنْ اتَّصف بصفاتهم، وتخلَّق بأخلاقهم.
(20) Kemudian Allah secara jelas menyatakan keutamaan seraya berfirman, ﴾ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ
﴿ "Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda", dengan berinfak untuk jihad dan menyiapkan mujahidin ﴾ وَأَنفُسِهِمۡ
﴿ "dan diri mereka", dengan keluar perang dengan jiwa, ﴾ أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ﴿ "adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan." Yakni tidak akan mendapatkan apa yang diharapkan dan tidak akan selamat dari yang ditakutkan kecuali orang yang memiliki sifat seperti mereka dan berakhlak dengan akhlak mereka.
#
{21} {يبشِّرُهم ربُّهم}: رحمةً منه وكرماً وبرًّا بهم واعتناء ومحبة لهم، {برحمة منه}: أزال بها عنهم الشرور، وأوصل إليهم بها كلَّ خير، {ورضوانٍ}: منه تعالى عليهم، الذي هو أكبر نعيم الجنة وأجلُّه، فيُحِلُّ عليهم رضوانه؛ فلا يسخط عليهم أبداً، {وجناتٍ لهم فيها نعيمٌ مقيمٌ}: من كلِّ ما اشتهته الأنفس وتَلَذُّ الأعين مما لا يَعْلَمُ وصفَه ومقداره إلا الله تعالى، الذي منه أنَّ الله أعدَّ للمجاهدين في سبيله مائة درجةٍ، ما بين كلِّ درجتين كما بين السماء والأرض، ولو اجتمع الخلقُ في درجةٍ واحدةٍ منها؛ لَوَسِعَتْهم.
(21) ﴾ يُبَشِّرُهُمۡ رَبُّهُم
﴿ "Rabb mereka menggembirakan mereka", sebagai rahmat, kemurahan, kebaikan, perhatian, dan kecintaan dariNya untuk mereka ﴾ بِرَحۡمَةٖ مِّنۡهُ
﴿ "dengan memberikan rahmat dari-padaNya." Dengannya Dia menghilangkan keburukan-keburukan dan menyampaikan kepada mereka semua kebaikan, ﴾ وَرِضۡوَٰنٖ
﴿ "ke-ridhaan" dariNya تعالى yang merupakan kenikmatan surga paling besar dan paling utama. Dia memberikan keridhaanNya, maka Dia tidak murka kepada mereka selamanya. ﴾ وَجَنَّٰتٖ لَّهُمۡ فِيهَا نَعِيمٞ مُّقِيمٌ ﴿ "Dan Surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal." Dari semua yang diinginkan oleh jiwa, yang dinikmati oleh mata yang tidak diketahui sifat dan kadarnya kecuali oleh Allah تعالى yang di antaranya adalah bahwa Allah menyediakan bagi para mujahidin di jalanNya seratus derajat, antara satu derajat dengan yang lainnya seperti antara langit dan bumi, seandainya semua makhluk berkum-pul dalam satu derajat surga niscaya satu derajat surga itu menca-kupi mereka.
#
{22} {خالدين فيها أبداً}: لا ينتقلون عنها ولا يبغون عنها حِوَلاً. {إنَّ الله عندَه أجرٌ عظيمٌ}: لا تُستغرب كثرتُه على فضل الله، ولا يُتَعَجَّب من عظمه وحسنه على من يقول للشيء كن فيكون.
(22) ﴾ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًاۚ
﴿ "Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya." Mereka tidak berpindah darinya dan tidak mau meninggalkannya. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ ﴿ "Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." Banyaknya karunia Allah, kebesaran dan kebaikanNya tidaklah mengherankan atas Dzat yang cukup berkata kepada sesuatu, de-ngan Kun fayakun
(jadilah, maka jadilah ia).
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (23) قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (24)}.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan ba-pak-bapak dan saudara-saudaramu sebagai pemimpin-pemimpin-mu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemim-pinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. Katakanlah, 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan
(dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.' Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik."
(At-Taubah: 23-24).
#
{23} يقول تعالى: {يا أيُّها الذين آمنوا}: اعملوا بمقتضى الإيمان؛ بأن توالوا من قام به وتعادوا من لم يَقُم به. و {لا تتَّخذوا آباءكم وإخوانكم}: الذين هم أقرب الناس إليكم، وغيرهم من باب أولى وأحرى؛ فلا تتَّخذوهم {أولياء إن استحبُّوا}؛ أي: اختاروا على وجه الرِّضا والمحبَّة، {الكفر على الإيمان ومَن يتولَّهم منكم فأولئك هم الظالمون}: لأنَّهم تجرَّؤوا على معاصي الله، واتَّخذوا أعداء الله أولياء، وأصلُ الولاية المحبَّة والنُّصرة، وذلك أنَّ اتِّخاذهم أولياء موجب لتقديم طاعتهم على طاعة الله ومحبتهم على محبة الله ورسوله.
(23) Allah تعالى berfirman, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
﴿ "Hai orang-orang yang beriman", lakukanlah tuntutan iman dengan berwala` kepada yang menunaikannya dan bermu'adah kepada yang tidak menunai-kannya. Dan ﴾ لَا تَتَّخِذُوٓاْ ءَابَآءَكُمۡ وَإِخۡوَٰنَكُمۡ
﴿ "janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu", yang merupakan orang terdekat, lebih-lebih selainnya, janganlah kamu menjadikan mereka ﴾ أَوۡلِيَآءَ إِنِ ٱسۡتَحَبُّواْ
﴿ "pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan." Yakni me-milih dengan suka rela ﴾ ٱلۡكُفۡرَ عَلَى ٱلۡإِيمَٰنِۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ﴿ "kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim." Karena mereka berani bermaksiat kepada Allah dan men-jadikan musuh-musuh Allah sebagai pemimpin-pemimpin. Pada asalnya, arti al-Wilayah adalah kecintaan dan pertolongan, dan di sini dinyatakan demikian karena menjadikan mereka pemimpin-pemimpin melazimkan sifat mendahulukan ketaatan dan kecintaan kepada mereka di atas ketaatan dan kecintaan kepada Allah dan RasulNya.
#
{24} ولهذا ذكر السبب الموجب لذلك، وهو أن محبَّة الله ورسوله يتعيَّن تقديمهُما على محبَّة كلِّ شيء، وجعلُ جميع الأشياء تابعةً لهما، فقال: {قلْ إن كان آباؤكم}: ومثلهم الأمهات، {وإخوانُكم}: في النسب والعشرة، {وأزواجكم وعشيرتكم}؛ أي: قراباتكم عموماً، {وأموالٌ اقْتَرَفْتُموها}؛ أي: اكتسبتموها وتعبتم في تحصيلها، خصَّها بالذِّكر لأنها أرغب عند أهلها، وصاحبها أشدُّ حرصاً عليها ممَّن تأتيه الأموال من غير تعبٍ ولا كدٍّ. {وتجارةٌ تخشَوْن كسادها}؛ أي: رخصها ونقصها، وهذا شاملٌ لجميع أنواع التجارات والمكاسب من عروض التجارات من الأثمان والأواني والأسلحة والأمتعة والحبوب والحروث والأنعام وغير ذلك. {ومساكنُ ترضَوْنَها}: من حُسِنها وزخرفتها وموافقتها لأهوائكم؛ فإن كانت هذه الأشياء {أحبَّ إليكم من الله ورسولِهِ وجهادٍ في سبيله}: فأنتم فَسَقَةٌ ظَلَمَةٌ، {فتربَّصوا}؛ أي: انتظروا ما يَحِلُّ بكم من العقاب، {حتَّى يأتيَ الله بأمره}: الذي لا مَرَدَّ له. {والله لا يهدي القوم الفاسقين}؛ أي: الخارجين عن طاعة الله، المقدِّمين على محبَّة الله شيئاً من المذكورات.
وهذه الآية الكريمة أعظم دليل على وجوب محبَّة الله ورسوله، وعلى تقديمهما على محبَّة كلِّ شيء، وعلى الوعيد الشديد والمَقت الأكيد على مَنْ كان شيءٌ من [هذه] المذكورات أحبَّ إليه من الله ورسوله وجهادٍ في سبيله، وعلامة ذلك أنَّه إذا عرض عليه أمران: أحدُهما يحبُّه الله ورسوله وليس لنفسه فيه هوىً. والآخرُ تحبُّه نفسه وتشتهيه ولكنَّه يفوِّت عليه محبوباً لله ورسوله أو ينقصه؛ فإنَّه إن قدم ما تهواه نفسه على ما يحبُّه الله؛ دلَّ على أنه ظالمٌ تاركٌ لما يجب عليه.
(24) Oleh karena itu Allah menyebutkan sebab yang me-lazimkan hal itu, yaitu bahwa kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya wajib didahulukan di atas kecintaan kepada apa pun, dan menjadikan segala sesuatu menginduk kepadanya, Dia berfirman, ﴾ قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ
﴿ "Katakanlah, 'Jika bapak-bapak'," sama juga ibu-ibu, ﴾ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ
﴿ "saudara-saudara",[87] dalam nasab dan keluarga, ﴾ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ
﴿ "istri-istri, kaum keluargamu." Yaitu kerabatmu secara umum. ﴾ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا
﴿ "dan harta kekayaan yang kamu usahakan", dan kamu men-dapatkannya dengan susah payah, ia disebutkan secara khusus karena ia paling dicintai oleh pemiliknya, dan tentu saja pemiliknya lebih semangat dalam menjaganya daripada orang yang mendapat-kan harta tanpa usaha dan lelah ﴾ وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا
﴿ "dan perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya." Yakni khawatir menipis dan ber-kurang. Ini meliputi seluruh bentuk perniagaan dan usaha dalam berbagai bentuk perniagaan seperti emas, bejana, senjata, perabot, biji-bijian, hasil bumi, ternak, dan lain-lain. ﴾ وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ
﴿ "Dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai", karena keindahannya, hiasannya, dan kesesuaiannya dengan hawa nafsumu, jika semua itu ﴾ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ
﴿ "adalah lebih kamu cintai dari-pada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya", maka kamu adalah orang-orang fasik yang zhalim. ﴾ فَتَرَبَّصُواْ
﴿ "Maka tunggulah", azab yang akan menimpamu ﴾ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ
﴿ "sampai Allah menda-tangkan keputusanNya", yang tiada tertolak. ﴾ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ﴿ "Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik", yaitu yang keluar dari ketaatan kepada Allah, yang mendahulukan salah satu perkara di atas, daripada kecintaan kepada Allah.
Ayat yang mulia ini adalah dalil terbesar akan kewajiban men-cintai Allah dan RasulNya, dan mendahulukannya di atas kecintaan kepada segala sesuatu selain keduaNya, serta ancaman keras dan kemarahan besar atas siapa saja yang salah satu dari yang disebut-kan ini lebih dia cintai daripada Allah, RasulNya, dan jihad di ja-lanNya. Dan tandanya adalah bahwa jika dia dihadapkan pada dua perkara, yang pertama dicintai oleh Allah dan RasulNya dan dia tidak memiliki hasrat padanya, dan kedua dicintai dan diinginkan oleh nafsunya, akan tetapi ia mengakibatkan lenyapnya apa yang dicintai oleh Allah dan RasulNya atau menguranginya, maka jika dia mendahulukan apa yang diinginkan oleh nafsunya daripada apa yang dicintai Allah, berarti itu menunjukkan bahwa dia zhalim dan telah meninggalkan apa yang wajib atasnya.
{لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (25) ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (26) ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (27)}.
"Sesungguhnya Allah telah menolong kamu
(hai orang-orang Mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan
(ingatlah) pepe-rangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena ba-nyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan ben-cana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang."
(At-Taubah: 25-27).
Allah تعالى memberi nikmat kepada hamba-hambaNya yang beriman dengan memberikan kemenangan di banyak peperangan, hingga pada perang Hunain di mana kaum Muslimin menghadapi tekanan kuat sehingga mereka berlari dan mundur yang membuat bumi yang luas itu seolah-olah menjadi sempit, hal itu ketika Nabi ﷺ menaklukkan Makkah, Nabi mendengar bahwa Hawazin ber-sekutu untuk memerangi beliau, maka Nabi mendatangi mereka dengan sahabat-sahabat yang ikut berpartisipasi pada Fathu Makkah ditambah orang-orang Makkah yang dimaafkan oleh beliau dan masuk Islam, mereka semua berjumlah dua belas ribu orang, se-dangkan orang-orang musyrik hanyalah empat ribu orang, sehingga sebagian kaum Muslimin terperdaya oleh jumlah mereka yang be-sar, sebagian dari mereka berkata, "Hari ini kita tidak akan mungkin dikalahkan oleh yang sedikit."
Manakala mereka bertemu dengan pasukan Hawazin, me-reka menyerang kaum Muslimin secara serempak, sehingga kaum Muslimin terpukul mundur tanpa mempedulikan yang lain, yang tersisa bersama Rasulullah hanyalah sekitar seratus orang yang teguh bersamanya. Mereka ini berperang melawan orang-orang musyrik, Nabi sendiri memacu untanya ke barisan musuh sambil berkata,
أَنَا النَّبِيُّ لَا كَذِبْ، أَنَا ابْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبْ.
"Akulah Nabi tiada dusta, akulah Ibnu Abdil Muththalib."[88]
Manakala Nabi melihat kondisi kaum Muslimin, beliau me-minta Abbas bin Abdul Muththalib untuk menyeru orang-orang Anshar dan kaum Muslimin yang lain, "Wahai Ashhabus Samurah[89], wahai ahli surat al-Baqarah." Manakala kaum Muslimin mendengar suaranya, mereka kembali dengan serempak dan berperang me-lawan kaum musyrikin, maka Allah mengalahkan kaum musyrikin dengan kekalahan yang sangat telak dan kaum Muslimin pun me-nguasai negeri, wanita-wanita dan harta mereka.
#
{25} وذلك قوله تعالى: {لقد نَصَرَكم الله في مواطنَ كثيرةٍ ويومَ حنينٍ}: وهو اسمٌ للمكان الذي كانت فيه الوقعة بين مكة والطائف، {إذ أعجبتْكم كثرتُكم فلم تُغْنِ عنكم شيئاً}؛ أي: لم تفِدْكم شيئاً قليلاً ولا كثيراً، {وضاقت عليكم الأرض}: ـ بما أصابكم من الهمِّ والغمِّ حين انهزمتم ـ {بما رَحُبَتْ}؛ أي: على رُحْبها وسَعَتها، {ثم ولَّيْتم مدبرينَ}؛ أي: منهزمين.
(25) Yaitu Firman Allah تعالى, ﴾ لَقَدۡ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٖ وَيَوۡمَ حُنَيۡنٍ
﴿ "Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai orang-orang Mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain." Ia adalah nama tempat yang terletak di antara Makkah dan Thaif, yang terjadi padanya perang tersebut.﴾ إِذۡ أَعۡجَبَتۡكُمۡ كَثۡرَتُكُمۡ فَلَمۡ تُغۡنِ عَنكُمۡ شَيۡـٔٗا
﴿ "Yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun." Yakni jumlahmu yang banyak maupun sedikit, sama sekali tidak bisa membantumu. ﴾ وَضَاقَتۡ عَلَيۡكُمُ ٱلۡأَرۡضُ
﴿ "Dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu", karena kesedihan dan duka yang di-sebabkan oleh kekalahan kalian itu, padahal ﴾ بِمَا رَحُبَتۡ
﴿ "bumi yang luas", maksudnya, padahal tanah (tempat kalian berpijak) begitu lapang dan luas. ﴾ ثُمَّ وَلَّيۡتُم مُّدۡبِرِينَ ﴿ "Kemudian kamu lari ke belakang de-ngan bercerai berai", maksudnya, lari terdesak kalah.
#
{26} {ثم أنزل الله سكينَتَه على رسوله وعلى المؤمنين}: والسكينةُ: ما يجعله الله في القلوب وقتَ القلاقل والزلازل والمُفْظِعات مما يثبِّتها ويسكِّنها ويجعلها مطمئنةً، وهي من نعم الله العظيمة على العباد، {وأنزل جنوداً لم تَرَوْها}: وهم الملائكةُ، أنزلهم الله معونةً للمسلمين يوم حنين يثبِّتونهم ويبشِّرونهم بالنصر، {وعذَّب الذين كفروا}: بالهزيمة والقتل واستيلاء المسلمين على نسائهم وأولادهم وأموالهم. {وذلك جزاء الكافرين}: يعذِّبهم الله في الدنيا، ثم يردُّهم في الآخرة إلى عذاب غليظ.
(26) ﴾ ثُمَّ أَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَعَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
﴿ "Kemudian Allah me-nurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman." Sakinah adalah apa yang Allah sematkan dalam hati dalam kondisi kesulitan, kegoncangan, dan ketakutan, yang dapat mene-guhkannya, menenteramkannya, dan menjadikannya tenang. Ia adalah salah satu nikmat besar Allah kepada hamba-hambaNya. ﴾ وَأَنزَلَ جُنُودٗا لَّمۡ تَرَوۡهَا
﴿ "Dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya." Yaitu para malaikat, Allah menurunkan mereka untuk menolong kaum Muslimin pada perang Hunain yang me-neguhkan dan memberi berita gembira kemenangan.﴾ وَعَذَّبَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْۚ
﴿ "Dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir", dengan kekalahan, pembunuhan dan dikuasainya wanita, anak-anak dan harta mereka oleh kaum Muslimin. ﴾ وَذَٰلِكَ جَزَآءُ ٱلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "Dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir." Allah mengazab mereka di dunia kemudian di akhirat mereka digiring kepada azab yang sangat pedih.
#
{27} {ثم يتوبُ الله من بعد ذلك على من يشاءُ}: فتاب الله على كثيرٍ ممَّن كانت الوقعة عليهم، وأتوا إلى النبي - صلى الله عليه وسلم - مسلمين تائبين، فردَّ عليهم نساءهم وأولادهم. {والله غفورٌ رحيمٌ}؛ أي: ذو مغفرةٍ واسعةٍ ورحمةٍ عامةٍ، يعفو عن الذنوب العظيمة للتائبين، ويرحمهم بتوفيقهم للتوبة والطاعة والصفح عن جرائمهم وقَبول توباتهم، فلا ييأسنَّ أحدٌ من رحمته ومغفرته، ولو فعل من الذنوب والإجرام ما فعل.
(27) ﴾ ثُمَّ يَتُوبُ ٱللَّهُ مِنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ عَلَىٰ مَن يَشَآءُۗ
﴿ "Sesudah itu Allah mene-rima taubat dari orang-orang yang dikehendakiNya." Allah mengampuni banyak orang yang kalah dalam perang ini, mereka datang kepada Nabi ﷺ dengan menyatakan masuk Islam dan bertaubat, maka Nabi mengembalikan harta, istri, dan anak mereka. ﴾ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ﴿ "Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Yakni Pemilik ampunan yang luas dan rahmat yang menyeluruh. Mengampuni dosa-dosa besar bagi yang bertaubat dan menyayangi mereka de-ngan taufikNya kepada mereka untuk bertaubat dan melakukan ketaatan, serta Allah memaafkan kesalahan mereka dan menerima taubat mereka, maka janganlah seorang pun berputus asa dari rahmat dan ampunanNya, meski dia telah melakukan dosa dan kejahatan sebesar apa pun.
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (28)}.
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Mas-jidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana."
(At-Taubah: 28).
#
{28} يقول تعالى: {يا أيُّها الذين آمنوا إنما المشركون}: بالله، الذين عبدوا معه غيره {نَجَسٌ}؛ أي: خبثاء في عقائدهم وأعمالهم، وأيُّ نجاسة أبلغُ ممَّن كان يعبد مع الله آلهةً لا تنفع ولا تضرُّ ولا تغني عنه شيئاً، وأعمالهم ما بين محاربةٍ لله وصدٍّ عن سبيل الله ونصرٍ للباطل وردٍّ للحق وعمل بالفساد في الأرض لا في الصلاح؟! فعليكم أن تطهِّروا أشرف البيوت وأطهرها عنهم؛ {فلا يقرَبوا المسجد الحرام بعد عامهم هذا}: وهو سنة تسع من الهجرة، حين حجَّ بالناس أبو بكر الصديق، وبعث النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - ابن عمه عليًّا أن يؤذِّن يوم الحجِّ الأكبر ببراءة، فنادى أن لا يحجَّ بعد العام مشركٌ ولا يطوف بالبيت عُريانٌ. وليس المراد هنا نجاسةَ البدن؛ فإن الكافر كغيره طاهر البدن؛ بدليل أن الله تعالى أباح وطء الكتابيَّة ومباشرتها، ولم يأمر بغسل ما أصاب منها ، والمسلمون ما زالوا يباشرون أبدان الكفَّار، ولم يُنْقَل عنهم أنهم تقذَّروا منها تقذُّرهم من النجاسات، وإنما المراد كما تقدَّم نجاستهم المعنويَّة بالشرك؛ فكما أن التوحيد والإيمان طهارةٌ؛ فالشرك نجاسةٌ.
وقوله: {وإن خِفْتُم}: أيُّها المسلمون، {عَيْلَةً}؛ أي: فقراً وحاجة من منع المشركين من قُربان المسجد الحرام؛ بأن تنقطع الأسباب التي بينكم وبينهم من الأمور الدنيويَّة، {فسوف يُغنيكم الله من فضله}: فليس الرزق مقصوراً على باب واحد ومحلٍّ واحد، بل لا ينغلق بابٌ؛ إلاَّ وفُتِحَ غيرُه أبوابٌ كثيرة؛ فإن فضل الله واسع، وجوده عظيم، خصوصاً لمن ترك شيئاً لوجه الكريم؛ فإنَّ الله أكرم الأكرمين، وقد أنجز الله وعده؛ فإنَّ الله أغنى المسلمين من فضله، وبَسَطَ لهم من الأرزاق ما كانوا من أكبر الأغنياء والملوك. وقوله: {إن شاء}: تعليقُ للإغناء بالمشيئة؛ لأن الغنى في الدنيا ليس من لوازم الإيمان، ولا يدلُّ على محبَّة الله؛ فلهذا علَّقه الله بالمشيئة؛ فإنَّ الله يعطي الدنيا من يحبُّ ومن لا يحب، ولا يعطي الإيمان والدين إلا من يحبُّ. {إنَّ الله عليمٌ حكيمٌ}؛ أي: علمه واسعٌ، يعلم مَن يَليق به الغنى ومَن لا يَليق، ويضع الأشياء مواضعها، وينزِلها منازلها.
وتدلُّ الآية الكريمة ـ وهي قوله: {فلا يَقْرَبوا المسجدَ الحرام بعد عامهم هذا} ـ أنَّ المشركين بعدما كانوا هم الملوك والرؤساء بالبيت، ثم صار بعد الفتح الحكم لرسول الله والمؤمنين مع إقامتهم في البيت ومكة المكرمة، ثم نزلت هذه الآية، ولما مات النبيُّ - صلى الله عليه وسلم -؛ أمر أن يُجْلَوا من الحجاز؛ فلا يبقى فيها دينان، وكل هذا لأجل بُعْدِ كلِّ كافر عن المسجد الحرام، فيدخل في قوله: {فلا يقربوا المسجد الحرام بعد عامهم هذا}.
(28) Allah تعالى berfirman, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡمُشۡرِكُونَ
﴿ "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu", yang menyekutukan Allah dengan sesuatu, ﴾ نَجَسٞ
﴿ "najis", yakni kotor pada akidah dan amal mereka, najis mana yang lebih berat daripada orang yang menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah yang tidak dapat mendatangkan manfaat, menolak mudarat, dan tidak berguna apa pun. Sementara perbuatan mereka hanyalah berkisar antara memerangi Allah, menghalang-halangi dari jalan Allah, men-dukung kebatilan, menolak kebenaran, dan berbuat kerusakan di muka bumi, bukan kebaikan? Maka kamu harus menyucikan rumah termulia dan tersuci dari mereka. ﴾ فَلَا يَقۡرَبُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ٱلۡحَرَامَ بَعۡدَ عَامِهِمۡ هَٰذَاۚ
﴿ "Maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini." Yakni tahun sembilan hijriyah, ketika orang-orang berhaji dengan amir Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Nabi ﷺ mengutus sepupunya, Ali bin Abi Thalib, agar mengumumkan pemutusan hubungan dari Allah kepada orang-orang musyrik pada hari haji akbar, maka dia mengumumkan bahwa setelah tahun ini orang-orang musyrik tidak boleh berhaji dan orang yang telanjang tidak boleh thawaf di Ka'bah.
Najis yang dimaksud di sini bukan najis badan, karena orang kafir adalah suci badannya sebagaimana yang lain, dengan dalil bahwa Allah تعالى menghalalkan menggauli istri yang Ahli Kitab, dan tidak memerintahkannya agar mencuci apa yang terkena darinya, dan kaum Muslimin sendiri selalu bergaul dan bermuamalah de-ngan orang-orang kafir, dan tidak dinukil dari mereka bahwa me-reka merasa jijik seperti mereka jijik terhadap benda najis, akan tetapi yang dimaksud di sini adalah najis maknawi, yaitu syirik mereka, sebagaimana tauhid dan iman adalah kesucian, maka syirik adalah najis.
FirmanNya, ﴾ وَإِنۡ خِفۡتُمۡ
﴿ "Dan jika kamu khawatir", wahai kaum Muslimin ﴾ عَيۡلَةٗ
﴿ "menjadi miskin", akibat melarang orang-orang musyrik dari mendekati Masjidil Haram, di mana sarana-sarana dunia terputus darimu karena itu, ﴾ فَسَوۡفَ يُغۡنِيكُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦٓ
﴿ "maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karuniaNya." Rizki tidak terbatas pada satu pintu dan tempat saja, bahkan tidaklah satu pintu tertutup kecuali pintu-pintu lain yang banyak akan dibukakan, karena karunia Allah sangatlah luas, dan kemurahanNya amatlah besar, khususnya bagi yang meninggalkan sesuatu karena meng-harap WajahNya yang mulia, karena sesungguhnya Allah adalah Dzat paling Pemurah di antara para pemurah, dan Allah telah membuktikan janjiNya dengan menjadikan kaum Muslimin ber-kecukupan dengan karuniaNya dan membentangkan rizki untuk mereka yang membuat mereka menjadi orang-orang kaya dan pe-nguasa yang terkaya. FirmanNya, ﴾ إِن شَآءَۚ
﴿ "Jika Dia menghendaki." Mengaitkan karunia kekayaan dengan kehendakNya, karena ke-kayaan di dunia bukan termasuk konsekuensi iman dan tidak me-nunjukkan kecintaan Allah, oleh karenanya Allah menggantung-kannya dengan kehendakNya, karena Allah memberikan dunia kepada yang Dia cintai dan kepada yang tidak Dia cintai dan Dia tidak menganugerahkan keimanan dan agama kecuali kepada yang Dia cintai. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٞ
﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Menge-tahui lagi Mahabijaksana." Yakni ilmuNya luas, mengetahui siapa yang layak diberi kekayaan dan siapa yang tak layak, meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan sesuai dengan posisinya.
Ayat yang mulia ini, yakni FirmanNya, ﴾ فَلَا يَقۡرَبُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ٱلۡحَرَامَ بَعۡدَ عَامِهِمۡ هَٰذَاۚ
﴿ "Maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini", menunjukkan bahwa orang-orang musyrik sebelumnya adalah pemimpin dan penguasa di Baitul Haram, kemudian setelah Fathu Makkah kepemimpinan tersebut berpindah kepada Rasulullah dan orang-orang Mukmin, meski mereka tetap tinggal di Makkah Mukarramah, kemudian turunlah ayat ini. Dan ketika Nabi ﷺ hen-dak wafat, beliau meminta agar mereka diusir dari Hijaz, sehingga tidak ada dua agama padanya, semua itu demi menjauhkan orang kafir dari Masjidil Haram, ia termasuk ke dalam Firman Allah, ﴾ فَلَا يَقۡرَبُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ٱلۡحَرَامَ بَعۡدَ عَامِهِمۡ هَٰذَاۚ ﴿ "Maka janganlah mereka mendekati Mas-jidil Haram sesudah tahun ini."
{قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ (29)}.
"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak
(pula) kepada Hari Kemudian dan mereka tidak mengha-ramkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar
(agama Allah),
(yaitu orang-orang) yang diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai me-reka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk."
(At-Taubah: 29).
#
{29} هذه الآية أمرٌ بقتال الكفار من اليهود والنصارى من {الذين لا يؤمنون بالله ولا باليوم الآخر}: إيماناً صحيحاً يصدِّقونه بأفعالهم وأعمالهم، {ولا يحرِّمون ما حرَّم الله}: فلا يتَّبعون شرعه في تحريم المحرمات، {ولا يَدينون دين الحقِّ}؛ أي: لا يدينون بالدين الصحيح، وإن زعموا أنهم على دين؛ فإنه دينُ غير الحق؛ لأنه إما دين مبدَّل وهو الذي لم يشرعه الله أصلاً، وإمَّا دينٌ منسوخٌ قد شرعه الله ثم غيَّره بشريعة محمد - صلى الله عليه وسلم -، فيبقى التمسُّك به بعد النسخ غير جائز. فأمَرَهُ بقتال هؤلاء وحثَّ على ذلك لأنَّهم يدعون إلى ما هم عليه، ويحصل الضرر الكثير منهم للناس، بسبب أنهم أهل كتاب. وغَيَّا ذلك القتال: {حتى يُعطوا الجزيةَ}؛ أي: المال الذي يكون جزاءً لترك المسلمين قتالهم وإقامتهم آمنين على أنفسهم وأموالهم بين أظهر المسلمين، يؤخذ منهم كلَّ عام كلٌّ على حسب حاله من غني وفقير ومتوسط؛ كما فعل ذلك أمير المؤمنين عمر بن الخطاب وغيره من أمراء المؤمنين. وقوله: {عن يدٍ}؛ أي: حتى يبذلوها في حال ذُلِّهم، وعدم اقتدارهم، ويعطوها بأيديهم، فلا يرسلون بها خادماً، ولا غيره، بل لا تُقبل إلاَّ من أيديهم. {وهم صاغرونَ}: فإذا كانوا بهذه الحال، وسألوا المسلمين أن يُقِرُّوهم بالجزية وهم تحت أحكام المسلمين وقهرهم، وحال الأمن من شرِّهم وفتنتهم، واستسلموا للشروط التي أجراها عليهم المسلمون، مما ينفي عزَّهم وتكبُّرَهم وتوجب ذلَّهم وصَغارهم؛ وجب على الإمام أو نائبه أن يعقدَها لهم، وإلاَّ؛ بأن لم يفوا ولم يعطوا الجزية عن يدٍ وهم صاغرون؛ لم يَجُزْ إقرارهم بالجزية، بل يقاتَلون حتى يُسْلِموا.
واستدل بهذه الآية الجمهور الذين يقولون: لا تؤخذ الجزية إلاَّ من أهل الكتاب؛ لأنَّ الله لم يذكر أخذ الجزية إلاَّ منهم، وأمَّا غيرهم؛ فلم يذكر إلا قتالهم حتى يسلموا. وأُلْحِق بأهل الكتاب في أخذ الجزية وإقرارهم في ديار المسلمين المجوس؛ فإنَّ النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - أخذ الجزية من مجوس هَجَرَ، ثم أخذها أمير المؤمنين عمر من الفرس المجوس.
وقيل: إن الجزية تُؤخذ من سائر الكفار من أهل الكتاب وغيرهم؛ لأنَّ هذه الآية نزلت بعد الفراغ من قتال العرب المشركين والشروع في قتال أهل الكتاب ونحوهم، فيكون هذا القيد إخباراً بالواقع لا مفهوم له، ويدلُّ على هذا أن المجوس أخذت منهم الجزية وليسوا أهل كتاب، ولأنَّه قد تواتر عن المسلمين من الصحابة ومَنْ بعدهم أنهم يَدْعون من يقاتلونهم إلى إحدى ثلاث: إمَّا الإسلام، أو أداء الجزية، أو السيف؛ من غير فرق بين كتابيٍّ وغيره.
(29) Ayat ini adalah perintah memerangi orang-orang kafir dari orang-orang Yahudi dan Nasrani dari ﴾ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَلَا بِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ
﴿ "orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada Hari Kemudian", dengan iman yang benar yang dibuktikan dengan perbuatan mereka. ﴾ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ ٱللَّهُ
﴿ "Dan mereka tidak meng-haramkan apa yang telah diharamkan oleh Allah." Mereka tidak meng-ikuti syariatNya dalam mengharamkan yang haram, ﴾ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ ٱلۡحَقِّ
﴿ "dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah)." Yakni tidak memeluk agama yang benar, meskipun mereka meng-klaim diri mereka beragama, karena ia bukanlah agama yang benar karena ia adalah agama yang telah diganti yang tidak disyariatkan oleh Allah sama sekali, atau ia adalah agama yang mansukh (terha-pus) yang disyariatkan lalu diganti dengan syariat Muhammad, maka setelah ia dinasakh tidak boleh dipegang lagi.
Allah memerintahkan dan mendorong orang-orang beriman untuk memerangi mereka karena mereka menyeru manusia kepa-da kesesatan dan terjadi banyak mudarat terhadap manusia dari mereka, karena mereka adalah Ahli Kitab. Dan titik akhir perang itu adalah ﴾ حَتَّىٰ يُعۡطُواْ ٱلۡجِزۡيَةَ
﴿ "sampai mereka membayar jizyah." Yakni harta yang dibayarkan sebagai imbalan atas tidak diperanginya mereka oleh kaum Muslimin dan izin tinggal dengan aman terha-dap diri dan harta mereka di tengah-tengah kaum Muslimin. Ia diambil dari mereka setiap tahun, masing-masing berdasarkan ke-mampuannya, kaya, miskin, atau menengah, sebagaimana hal itu dilakukan oleh Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab dan se-lainnya.
FirmanNya, ﴾ عَن يَدٖ
﴿ "Dengan patuh", yakni, mereka memba-yarnya dalam keadaan rendah diri dan tanpa memiliki kekuasaan, mereka membayarnya dengan tangan mereka tanpa melalui pe-layan atau perantara, dan ia tidak diterima kecuali melalui tangan mereka, ﴾ وَهُمۡ صَٰغِرُونَ ﴿ "sedang mereka dalam keadaan tunduk." Jika me-reka dalam kondisi seperti ini, dan mereka meminta kaum Muslimin agar mereka dibiarkan dengan jizyah sedangkan mereka di bawah kendali dan kekuasaan kaum Muslimin, dalam kondisi aman dari fitnah dan keburukan mereka, menerima syarat yang diberlakukan oleh kaum Muslimin kepada mereka, di mana hal ini dapat meng-hilangkan kesombongan dan kekuasaan mereka dan memaksa me-reka tunduk dan patuh, maka sang pimpinan atau wakilnya wajib memberlakukan jizyah atas mereka, jika tidak demikian, di mana mereka tidak menepati dan tidak memberikan jizyah dengan patuh dan tunduk, maka tidak boleh membiarkan mereka dengan jizyah, akan tetapi wajib diperangi.
Ayat ini dijadikan dalil oleh jumhur ulama yang berkata bah-wa jizyah tidak diambil kecuali dari Ahli Kitab, karena Allah tidak menyebutkan tentang bolehnya mengambil jizyah kecuali dari me-reka. Adapun selain mereka, maka yang ada hanyalah diperangi sampai mereka masuk Islam. Orang-orang Majusi diindukkan kepada Ahli Kitab dalam hal pengambilan jizyah dari mereka dan pembiaran mereka di negeri kaum Muslimin, karena Nabi ﷺ meng-ambilnya dari orang Majusi Hajar, kemudian Umar juga mengam-bilnya dari orang Majusi Persia.
[90]
Ada juga yang berpendapat, bahwa jizyah diambil dari semua orang kafir, baik dari Ahli Kitab maupun lainnya, karena ayat ini turun setelah selesainya perang melawan orang-orang Arab yang musyrik dan dimulainya perang melawan Ahli Kitab dan semisal mereka, maka pembatasan ini hanyalah sekedar penyampaian ten-tang kenyataan yang terjadi, tidak ada makna tersirat padanya, dan ini didukung dengan dalil bahwa orang-orang Majusi juga dituntut membayar jizyah, padahal mereka bukanlah Ahli Kitab, dan karena telah mutawatir dari kalangan sahabat dan orang-orang yang se-sudah mereka, bahwa mereka menyerukan satu dari tiga perkara kepada orang-
orang yang mereka perangi: Islam, atau jizyah, atau perang, tanpa ada perbedaan antara Ahli Kitab dan selainnya.
{وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (30) اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (31) يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (32) هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (33)}.
"Orang-orang Yahudi berkata, 'Uzair itu putra Allah.' Dan orang-orang Nasrani berkata, 'Al-Masih itu putra Allah.' Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perka-taan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan
(juga mereka mempertuhankan) al-Masih putra Maryam, pada-hal mereka hanya disuruh menyembah Rabb Yang Maha Esa, tidak ada tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Mereka berkehendak memadamkan cahaya
(agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dia-lah yang telah mengutus RasulNya
(dengan membawa) petunjuk
(al-Qur`an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai."
(At-Taubah: 30-33).
#
{30} لما أمر تعالى بقتال أهل الكتاب ذكر من أقوالهم الخبيثة ما يهيج المؤمنين الذين يغارون لربهم ولدينه على قتالهم والاجتهاد وبذل الوسع فيه، فقال: {وقالتِ اليهود عزيرٌ ابن الله}: وهذه المقالة وإن لم تكن مقالة لعامَّتهم؛ فقد قالها فرقةٌ منهم، فيدلُّ ذلك على أنَّ في اليهود من الخبث والشرِّ ما أوصلهم إلى أن قالوا هذه المقالة التي تجرؤوا فيها على الله وتنقَّصوا عظمته وجلاله. وقد قيل: إن سبب ادِّعائهم في عزير أنه ابن الله: أنه لما تسلَّط الملوك على بني إسرائيل ومزَّقوهم كلَّ ممزَّق وقتلوا حَمَلَةَ التوراة؛ وَجَدوا عُزيراً بعد ذلك حافظاً لها أو أكثرها ، فأملاها عليهم من حفظِهِ، واستنسَخوها. فادَّعوا فيه هذه الدعوى الشنيعة. وقالت النصارى: عيسى ابن مريم {ابنُ الله}، قال الله تعالى: {ذلك}: القول الذي قالوه، {قولُهم بأفواهِهِم}: لم يقيموا عليه حجَّة ولا برهاناً، ومَنْ كان لا يُبالي بما يقول لا يُسْتَغْرَبُ عليه أي قول يقوله؛ فإنه لا دين ولا عقل يحجُزُه عما يريد من الكلام، ولهذا قال: {يضاهِئون}؛ أي: يشابهون في قولهم هذا {قولَ الذين كفروا من قبلُ}؛ أي: قول المشركين الذين يقولون الملائكة بنات الله، تشابهت قلوبهم فتشابهت أقوالهم في البطلان. {قاتلهم الله أنَّى يُؤفكَونَ}؛ أي: كيف يُصرفون عن الحقِّ الصرف الواضح المبين إلى القول الباطل المبين؟!
(30) Manakala Allah تعالى memerintahkan memerangi Ahli Kitab, Dia menyebutkan dari ucapan mereka yang buruk, yang dapat mendorong orang-orang Mukmin yang mempunyai kecem-buruan membela Rabb dan agamaNya, untuk memerangi mereka dengan sungguh-sungguh dan mengeluarkan segala daya untuk itu, Dia berfirman, ﴾ وَقَالَتِ ٱلۡيَهُودُ عُزَيۡرٌ ٱبۡنُ ٱللَّهِ
﴿ "Orang-orang Yahudi ber-kata, 'Uzair itu putra Allah'." Meskipun ini bukanlah pendapat ma-yoritas mereka, akan tetapi ia diucapkan sekelompok dari mereka. Ini menunjukkan bahwa pada diri orang-orang Yahudi terdapat ke-jahatan dan kebusukan yang membuat mereka mengatakan ucapan yang merupakan kelancangan terhadap Allah dan pelecehan ter-hadap keagungan dan kebesaranNya. Dikatakan bahwa penyebab klaim mereka bahwa Uzair adalah putra Allah adalah manakala para raja menguasai Bani Israil dan mencerai beraikan mereka de-ngan buruk dan membunuh para pembawa Taurat, mereka men-dapati Uzair menghafal Taurat atau menghafal mayoritas darinya, maka Uzair mendiktekan Taurat kepada mereka dari hafalannya dan mereka menulisnya, lalu mereka menganggapnya dengan anggapan yang buruk tersebut.
Dan orang-orang Nasrani berkata Isa, ﴾ ٱبۡنُ ٱللَّهِۖ
﴿ "Putra Allah." Allah berfirman, ﴾ ذَٰلِكَ
﴿ "Demikian itulah", ucapan yang mereka ucapkan ﴾ قَوۡلُهُم بِأَفۡوَٰهِهِمۡۖ
﴿ "dengan mulut mereka", tanpa berpijak kepada bukti dan dalil, dan barangsiapa tidak peduli dengan apa yang diucapkan, maka tidak heran kalau dia mengucapkan apa pun, karena tidak ada akal dan agama yang mengerem ucapannya. Oleh karena itu Dia berfirman, ﴾ يُضَٰهِـُٔونَ
﴿ "Mereka meniru", yakni menye-rupai dengan ucapan mereka itu ﴾ قَوۡلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبۡلُۚ
﴿ "perkataan orang-orang kafir yang terdahulu." Yakni ucapan orang-orang musyrik bahwa malaikat adalah anak wanita Allah, hati mereka serupa maka ucapan mereka pun sama-sama batilnya. ﴾ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُۖ أَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ ﴿ "Dilaknati Allah-lah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?" Ba-gaimana mereka berpaling dari kebenaran murni dan sangat jelas kepada ucapan yang telah nyata kebatilannya.
#
{31} وهذا وإن كان يُستغرب على أمةٍ كبيرةٍ كثيرة أن تتَّفق على قول يدلُّ على بطلانه أدنى تفكُّر وتسليطٍ للعقل عليه؛ فإن لذلك سبباً، وهو أنهم {اتَّخذوا أحبارهم}: وهم علماؤهم، {ورهبانَهم}؛ أي: العباد المتجردين للعبادة، {أرباباً من دون الله}: يُحِلُّون لهم ما حرَّم الله فيُحِلُّونه، ويحرِّمون لهم ما أحلَّ الله فيحرِّمونه، ويَشْرعون لهم من الشرائع والأقوال المنافية لدين الرسل، فيتَّبعونهم عليها، وكانوا أيضاً يغلون في مشايخهم وعُبادهم، ويعظِّمونهم، ويتَّخذون قبورهم أوثاناً تُعبد من دون الله، وتُقصد بالذبائح والدُّعاء والاستغاثة. {والمسيحَ ابن مريم}: اتَّخذوه إلهاً من دون الله، والحال أنَّهم خالفوا في ذلك أمر الله لهم على ألسنة رسله، فما {أُمِروا إلا لِيَعْبُدوا إلهاً واحداً لا إله إلَّا هو}: فيُخلصون له العبادة والطاعة ويخصُّونه بالمحبَّة والدُّعاء، فنبذوا أمر الله، وأشركوا به ما لم يُنَزِّلْ به سلطاناً. {سبحانه}: وتعالى {عمَّا يُشركون}؛ أي: تنزَّه وتقدَّس وتعالت عظمتُه عن شركهم وافترائهم؛ فإنَّهم ينتقِصونه في ذلك ويصِفونه بما لا يَليق بجلاله، والله تعالى العالي في أوصافه وأفعاله عن كل ما نُسِبَ إليه مما يُنافي كماله المقدَّس.
(31) Ini, walaupun agak mengherankan jika ada umat besar bersepakat mengatakan pendapat yang kebatilannya ditunjukkan oleh pemikiran ringan dan akal yang biasa-biasa saja, akan tetapi hal itu mempunyai sebab yaitu bahwa mereka ﴾ ٱتَّخَذُوٓاْ أَحۡبَارَهُمۡ
﴿ "Men-jadikan orang-orang alimnya", yaitu ulama mereka, ﴾ وَرُهۡبَٰنَهُمۡ
﴿ "dan rahib-rahib mereka," yakni ahli ibadah yang berkonsentrasi hanya kepada ibadah ﴾ أَرۡبَابٗا مِّن دُونِ ٱللَّهِ
﴿ "sebagai tuhan selain Allah." Para alim dan rahib itu menghalalkan untuk mereka apa yang diharam-kan Allah, lalu mereka mengikutinya, dan mengharamkan untuk mereka apa yang dihalalkan Allah lalu mereka mengikutinya, serta mensyariatkan syariat-syariat dan ucapan-ucapan yang bertentangan dengan agama para rasul, dan mereka pun mengikutinya. Mereka juga bersikap berlebih-lebihan terhadap syaikh-syaikh dan ahli-ahli ibadah mereka dan mengagungkannya, menjadikan kuburan mereka sebagai tempat-tempat ibadah yang disembah selain Allah, serta dijadikan sebagai tempat untuk menyembelih kurban, berdoa, dan beristighatsah.
﴾ وَٱلۡمَسِيحَ ٱبۡنَ مَرۡيَمَ
﴿ "Dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putra Maryam." Mereka mengangkatnya sebagai tuhan selain Allah, mereka telah menyelisihi perintah Allah kepada mereka melalui lisan para rasulNya. ﴾ وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُوٓاْ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗاۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ
﴿ "Pa-dahal mereka hanya disuruh menyembah Rabb Yang Maha Esa, tidak ada Rabb (yang berhak disembah) selain Dia." Agar mereka mengikhlaskan ibadah dan ketaatan hanya untukNya, serta mengkhususkanNya dengan kecintaan dan doa, namun mereka mencampakkan perintah Allah dan menyekutukanNya dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan keterangan tentangnya. ﴾ سُبۡحَٰنَهُۥ عَمَّا يُشۡرِكُونَ ﴿ "Maha-suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." Mahasuci, Mahabersih, dan Mahatinggi keagunganNya dari kesyirikan dan kedustaan mereka, sesungguhnya perbuatan mereka itu berarti meremehkan-Nya dan menyifatiNya dengan apa yang tidak layak bagi keagung-anNya, padahal Allah Mahatinggi dalam sifat dan perbuatanNya dari segala yang dinisbatkan kepadaNya yang bertentangan dengan kesucianNya.
#
{32} فلما تبيَّن أنه لا حُجَّة لهم على ما قالوه ولا برهاناً لما أصَّلوه، وإنَّما هو مجرَّد قول قالوه وافتراء افتروه؛ أخبر أنَّهم {يريدون} بهذا {أن يُطفئوا نور الله بأفواههم}: ونورُ الله دينُه الذي أرسل به الرسل وأنزل به الكتب، وسمَّاه الله نوراً لأنَّه يُستنار به في ظلمات الجهل والأديان الباطلة؛ فإنَّه علمٌ بالحقِّ وعملٌ بالحقِّ، وما عداه فإنه بضدِّه؛ فهؤلاء اليهود والنصارى ومَنْ ضاهاهم من المشركين، يريدون أن يطفِئوا نور الله بمجرَد أقوالهم التي ليس عليها دليلٌ أصلاً. {ويأبى اللهُ إلَّا أن يُتِمَّ نوره}: لأنه النور الباهر، الذي لا يمكن لجميع الخلق لو اجتمعوا على إطفائِهِ أن يطفئوه، والذي أنزله جميع نواصي العباد بيده، وقد تكفَّل بحفظه مِن كلِّ مَن يريده بسوء، ولهذا قال: {ويأبى الله إلا أن يُتِمَّ نوره ولو كره الكافرون}: وسَعَوا ما أمكنهم في ردِّه وإبطاله؛ فإنَّ سعيهم لا يضرُّ الحقَّ شيئاً.
(32) Manakala terbukti bahwa tidak ada hujjah atas apa yang mereka katakan, dan tidak ada bukti atas apa yang mereka letak-kan, akan tetapi ia hanyalah ucapan dan kedustaan yang mereka ada-adakan, maka Allah mengabarkan bahwa, ﴾ يُرِيدُونَ
﴿ "mereka berkehendak", dengan ini ﴾ أَن يُطۡفِـُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٰهِهِمۡ
﴿ "memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka." Cahaya Allah adalah agamaNya yang dengannya Dia mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab. Allah menamakannya cahaya karena ia dijadikan sebagai cahaya penerang dalam kegelapan kebodohan dan agama-agama yang batil. Ia adalah ilmu dan amal dengan ke-benaran, sedangkan selainnya adalah kebalikannya. Orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang musyrikin lain yang menyerupai mereka ingin memadamkan cahaya Allah hanya dengan ucapan mereka yang sama sekali tak berdalil. ﴾ وَيَأۡبَى ٱللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ
﴿ "Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya", karena itu adalah cahaya yang terang kuat, yang tidak mungkin bagi se-luruh makhluk untuk memadamkannya meski mereka bersatu, sementara yang menurunkannya adalah pemegang ubun-ubun segenap hamba. Dan Dia menjamin menjaganya dari siapa pun yang ingin berbuat jahat kepadanya. Oleh karena itu, Dia berfirman, ﴾ وَيَأۡبَى ٱللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ ﴿ "Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai," dan berusaha dengan keras dalam menolak dan membatalkannya, sesungguhnya usaha mereka tidak akan memu-daratkan kebenaran sedikit pun.
#
{33} ثم بيَّن تعالى هذا النور الذي قد تكفَّل بإتمامه وحفظه، فقال: {هو الذي أرسلَ رسولَه بالهدى}: الذي هو العلم النافع، {ودينِ الحقِّ} الذي هو العمل الصالح، فكان ما بعث الله به محمداً - صلى الله عليه وسلم - مشتملاً على بيان الحقِّ من الباطل في أسماء الله وأوصافه وأفعاله، وفي أحكامه وأخباره، والأمر بكلِّ مصلحةٍ نافعة للقلوب والأرواح والأبدان؛ من إخلاص الدين لله وحده، ومحبة الله وعبادته، والأمر بمكارم الأخلاق ومحاسن الشيم والأعمال الصالحة والآداب النافعة، والنهي عن كلِّ ما يضادُّ ذلك ويناقضه من الأخلاق والأعمال السيِّئة المضرَّة للقلوب والأبدان والدنيا والآخرة، فأرسله الله بالهدى ودين الحقِّ؛ {لِيُظْهِرَهُ على الدين كلِّه ولو كره المشركون}؛ أي: ليعليه على سائر الأديان؛ بالحجة والبرهان، والسيف والسنان، وإن كره المشركون ذلك، وبَغَوا له الغوائل، ومكروا مكرهم؛ فإنَّ المكر السيئ لا يضرُّ إلا صاحبه؛ فَوَعْدُ اللهِ لا بدَّ أن ينجِزَه وما ضَمِنَهُ لا بدَّ أن يقوم به.
(33) Kemudian Allah تعالى menjelaskan cahaya yang Allah menjamin akan menjaga dan menyempurnakannya, Dia berfirman, ﴾ هُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ
﴿ "Dia-lah yang telah mengutus RasulNya (de-ngan membawa) petunjuk (al-Qur`an)", yaitu ilmu yang bermanfaat ﴾ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ
﴿ "dan agama yang benar", yaitu amal yang shalih. Apa yang dengannya Allah mengutus Muhammad ﷺ mencakup penjelasan yang haq dengan yang batil dalam nama, sifat, dan perbuatan Allah, dalam hukum dan beritaNya, perintah kepada semua kemaslahatan yang bermanfaat bagi hati, rohani, dan jasmani, mulai dari meng-ikhlaskan ketaatan hanya kepada Allah semata, mencintai dan menyembah Allah, perintah kepada kemuliaan akhlak, kebaikan sifat, amal shalih, dan adab yang bermanfaat, serta larangan ter-hadap apa yang menjadi lawannya, berupa amal dan akhlak yang buruk, yang memudaratkan hati, jasmani, dunia, dan akhirat.
Allah mengutus Muhammad dengan petunjuk dan agama yang benar ﴾ لِيُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ ﴿ "untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai", yakni agar Dia meninggikannya di atas agama-agama yang lain dengan hujjah dan bukti, pedang dan tombak, meskipun orang-orang musyrik membenci itu, membuat tipu daya dan makar untuk-nya, sesungguhnya makar yang buruk hanya akan membahayakan pelakunya, janji Allah pasti akan Dia laksanakan dan jaminanNya pasti akan Dia tunaikan.
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (34) يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ (35)}.
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka meng-halang-halangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam Neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka
(lalu dikatakan) kepada mereka, 'Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu'."
(At-Taubah: 34-35).
#
{34} هذا تحذيرٌ من الله تعالى لعباده المؤمنين عن كثيرٍ من الأحبار والرُّهبان؛ أي: العلماء والعباد الذين يأكلون أموال الناس بالباطل؛ أي: بغير حقٍّ ويصدُّون عن سبيل الله؛ فإنَّهم إذا كانت لهم رواتب من أموال الناس، أو بَذَلَ الناس لهم من أموالهم؛ فإنه لأجل علمهم وعبادتهم ولأجل هُداهم وهدايتهم، وهؤلاء يأخذونها ويصدُّون الناس عن سبيل الله، فيكون أخذهم لها على هذا الوجه سُحتاً وظُلماً؛ فإنَّ الناس ما بذلوا لهم من أموالهم إلا ليدُلُّوهم على الطريق المستقيم، ومن أخذهم لأموال الناس بغير حقٍّ أن يُعطوهم ليفْتوهم، أو يحكموا لهم بغير ما أنزل الله؛ فهؤلاء الأحبار والرُّهبان لِيُحْذَرْ منهم هاتان الحالتان: أخذهم لأموال الناس بغير حقٍّ، وصدُّهم الناس عن سبيل الله.
{والذين يكنِزون الذَّهب والفضَّة}؛ أي: يمسكونهما، {ولا يُنفقونها في سبيل الله}؛ أي: طرق الخير الموصلة إلى الله، وهذا هو الكنز المحرَّم: أن يمسِكَها عن النفقة الواجبة، كأن يمنع منها الزكاة أو النفقات الواجبة للزوجات أو الأقارب أو النفقة في سبيل الله إذا وجبت؛ {فبشِّرْهم بعذابٍ أليم}.
(34) Ini adalah peringatan dari Allah تعالى kepada hamba-hambaNya yang beriman agar berhati-hati terhadap banyaknya rahib dan ulama yang memakan harta manusia dengan cara yang batil, yakni dengan cara yang tidak benar dan menghalang-halangi dari jalan Allah, jika mereka mendapatkan gaji dari uang manusia atau manusia memberikan hartanya kepada mereka maka seharus-nya hal itu karena ilmu dan ibadahnya, karena petunjuk dan hida-yahnya, sementara mereka mengambilnya dan menghalang-halangi orang-orang dari jalan Allah, maka tindakan mereka mengambil harta dengan cara itu adalah kezhaliman dan keburukan, karena orang-orang tidak memberikan harta mereka kecuali agar mereka mau membimbing ke jalan yang lurus.
Termasuk tindakan mereka mengambil harta manusia dengan cara yang tidak benar adalah jika orang-orang membayar demi fatwa atau keputusan hukum mereka yang tidak berdasar kepada apa yang diturunkan oleh Allah. Para rahib dan ulama itu yang diwas-
padai dari mereka adalah dua hal: tindakan mereka mengambil harta manusia dengan cara yang batil, dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah.
﴾ وَٱلَّذِينَ يَكۡنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلۡفِضَّةَ
﴿ "Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak." Yakni menahannya. ﴾ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ
﴿ "Dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah." Yakni jalan-jalan kebaikan yang mengantarkan kepada Allah, dan inilah kekayaan yang diharam-kan, yakni tidak menafkahkannya pada nafkah wajib, seperti tidak membayar zakat, tidak memberi nafkah istri, atau kerabat, atau nafkah untuk jihad di jalan Allah jika jihad itu wajib, ﴾ فَبَشِّرۡهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٖ ﴿ "maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan menda-pat) siksa yang pedih."
#
{35} ثم فسَّره بقوله: {يومَ يُحمى عليها}؛ أي: على أموالهم {في نار جهنَّم}: فيُحمى كل دينار أو درهم على حدته، {فتُكوى بها جباهُهم وجنوبُهم وظهورُهم}: في يوم القيامة، كلما بردت؛ أعيدتْ، في يوم كان مقداره خمسين ألف سنة، ويقال لهم توبيخاً ولوماً: {هذا ما كنزتُم لأنفسِكم فذوقوا ما كنتُم تكنِزونَ}: فما ظلمكم، ولكنَّكم ظلمتُم أنفسَكم، وعذَّبتموها بهذا الكنز.
وذكر الله في هاتين الآيتين انحراف الإنسان في ماله، وذلك بأحد أمرين: إما أن ينفِقَه في الباطل الذي لا يُجدي عليه نفعاً، بل لا ينالُه منه إلا الضرر المحض، وذلك كإخراج الأموال في المعاصي والشَّهوات التي لا تُعين على طاعة الله، وإخراجها للصدِّ عن سبيل الله. وإما أن يمسِكَ ماله عن إخراجِهِ في الواجبات، والنهي عن الشيء أمرٌ بضدِّه.
(35) Kemudian Allah menafsirkannya dengan FirmanNya, ﴾ يَوۡمَ يُحۡمَىٰ عَلَيۡهَا
﴿ "Pada hari dipanaskan" yaitu pada harta m e r e k a ﴾ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
﴿ "dalam Neraka Jahanam", setiap dinar dan emas dipanaskan sedemikian rupa, ﴾ فَتُكۡوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمۡ وَجُنُوبُهُمۡ وَظُهُورُهُمۡۖ
﴿ "lalu dibakar dengan-nya dahi mereka, lambung dan punggung mereka", pada Hari Kiamat. Setiap kali ia dingin, siksa itu dilakukan kembali pada hari yang lamanya seperti lima puluh ribu tahun (di dunia), maka dikatakan kepada mereka dengan celaan dan hinaan.﴾ هَٰذَا مَا كَنَزۡتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡ فَذُوقُواْ مَا كُنتُمۡ تَكۡنِزُونَ ﴿ "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu." Allah tidak menzhalimimu, akan tetapi kamulah yang menzha-limi dirimu sendiri dan disiksa dengan kekayaan ini.
Dalam dua ayat ini Allah menyebutkan penyimpangan ma-nusia pada hartanya,
yaitu dengan satu dari dua hal: bisa dengan membelanjakannya dalam kebatilan yang tidak bermanfaat apa pun, justru yang didapatkan hanyalah mudarat semata, seperti dengan membelanjakan harta dalam memuaskan nafsu dan kemaksiatan yang tidak mendukung ketaatan kepada Allah, dan mengeluarkan-nya untuk menghalang-halangi dari jalan Allah, bisa pula dengan tidak menafkahkannya pada hal yang bersifat wajib, dan larangan terhadap sesuatu merupakan perintah kepada kebalikannya. 9
وقوله: {إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (36)}.
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan Haram. Itulah
(ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang ber-takwa."
(At-Taubah: 36).
#
{36} يقول تعالى: {إنَّ عدة الشهور عند الله}؛ أي: في قضاء الله وقدره {اثنا عشر شهراً}: وهي هذه الشهور المعروفة {في كتاب الله}؛ أي: في حكمه القدريِّ، {يوم خَلَقَ السموات والأرض}: وأجرى ليلها ونهارها، وقدَّر أوقاتها، فقسمها على هذه الشهور الاثني عشر شهراً. {منها أربعةٌ حُرُم}: وهي رجب الفرد وذو القعدة وذو الحجة والمحرم، وسميتْ حُرُماً لزيادة حرمتها وتحريم القتال فيها. {فلا تظلِموا فيهنَّ أنفسكم}: يُحتمل أن الضمير يعود إلى الاثني عشر شهراً، وأن الله تعالى بيَّن أنه جعلها مقادير للعباد، وأن تُعْمَرَ بطاعته، ويُشْكَرَ الله تعالى على منَّته بها، وتقييضها لمصالح العباد، فلْتَحْذروا من ظلم أنفسكم فيها. ويُحتمل أنَّ الضمير يعود إلى الأربعة الحرم، وأنَّ هذا نهي لهم عن الظُّلم فيها خصوصاً، مع النهي عن الظلم كلَّ وقت؛ لزيادة تحريمها وكون الظُّلم فيها أشدَّ منه في غيرها، ومن ذلك النهي عن القتال فيها على قول من قال: إن القتال في الأشهر الحرم لم يُنسخ تحريمهُ؛ عملاً بالنصوص العامة في تحريم القتال فيها، ومنهم من قال: إن تحريم القتال فيها منسوخ أخذاً بعموم نحو قوله: {وقاتلوا المشركينَ كافَّةً كما يقاتلونَكم كافَّةً}؛ أي: قاتلوا جميع أنواع المشركين والكافرين بربِّ العالمين، ولا تخصُّوا أحداً منهم بالقتال دون أحدٍ، بل اجعلوهم كلَّهم لكم أعداءً كما كانوا هم معكم كذلك قد اتَّخذوا أهل الإيمان أعداءً لهم لا يألونهم من الشرِّ شيئاً، ويحتمل أن {كافَّةً} حالٌ من الواو، فيكون معنى هذا: وقاتلوا جميعكم المشركين، فيكون فيها وجوب النفير على جميع المؤمنين، وقد نُسخت على هذا الاحتمال بقوله: {وما كان المؤمنون لِيَنفِروا كافة ... } الآية. {واعلموا أن الله مع المتقين}: بعونه ونصره وتأييده، فلتحرصوا على استعمال تقوى الله في سرِّكم وعلنكم والقيام بطاعته، خصوصاً عند قتال الكفار؛ فإنه في هذه الحال ربَّما ترك المؤمن العمل بالتقوى في معاملة الكفار الأعداء المحاربين.
(36) Allah تعالى berfirman, ﴾ إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ
﴿ "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah," yakni dalam keputusan dan takdir-Nya, ﴾ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرٗا
﴿ "ialah dua belas bulan", yaitu bulan-bulan yang dikenal ini ﴾ فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ
﴿ "dalam ketetapan Allah," yakni hukum tak-dirNya ﴾ يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ
﴿ "di waktu Dia menciptakan langit dan bumi", dan memberlakukan siang dan malam serta menentukan waktu-waktunya, lalu Dia membaginya menjadi dua belas bulan ini. ﴾ مِنۡهَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٞۚ
﴿ "Di antaranya empat bulan Haram." Yaitu Rajab, Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram, dinamakan Haram karena kesucian dan kehormatannya yang lebih dan karena diharamkan-nya perang di dalamnya.
﴾ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمۡۚ
﴿ "Janganlah kamu menganiaya diri kamu da-lam bulan yang empat itu." Ada kemungkinan kata gantinya kembali kepada dua belas bulan itu, dan bahwa Allah تعالى menjelaskan bah-wa Dia menjadikannya sebagai ukuran bagi manusia, dan agar ia diramaikan dengan ketaatan, agar Allah تعالى disyukuri karena nik-matNya padanya, dan pemberlakuan bulan-bulan tersebut untuk kemaslahatan ma-nusia, maka hendaknya kamu berhati-hati dalam menzhalimi diri sendiri di dalamnya. Ada kemungkinan pula kata gantinya kembali kepada empat bulan Haram, bahwa ini adalah larangan khusus bagi mereka dari berbuat aniaya di dalamnya, ditambah dengan larangan terhadap kezhaliman di setiap waktu, karena pengharamannya yang lebih di mana kezhaliman padanya lebih berat daripada di selainnya, dan di antaranya adalah larangan berperang di dalamnya menurut pendapat yang menyatakan bahwa pengharaman berperang di bulan-bulan Haram tidak dinasakh, dalam rangka mengamalkan dalil-dalil yang umum yang mengha-ramkan perang di dalamnya, ada pula yang berkata bahwa pengha-raman perang di bulan Haram telah dinasakh dengan mengambil keumuman Firman Allah, ﴾ وَقَٰتِلُواْ ٱلۡمُشۡرِكِينَ كَآفَّةٗ كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمۡ كَآفَّةٗۚ
﴿ "Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya." Yakni perangilah semua jenis orang-orang musyrik dan orang-orang yang kafir kepada Rabb semesta alam tanpa pandang bulu, akan tetapi anggaplah semuanya sebagai musuhmu sebagaimana mereka bersikap kepadamu, mereka meng-anggap orang-orang yang beriman sebagai musuh di mana mereka selalu ingin menimpakan keburukan kepadamu. Ada juga kemung-kinan bahwa ﴾ كَآفَّةٗ
﴿ adalah hal dari wawu (pada kata قَاتِلُوْا) jadi mak-nanya adalah perangilah olehmu semua orang-orang musyrik, jadi kewajiban berperang berlaku atas semua kaum Muslimin, dan menurut kemungkinan ini ia dinasakh oleh FirmanNya,
﴾ وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ ...
﴿
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang Mukmin itu pergi se-muanya (ke medan perang)...." (At-Taubah: 122).
﴾ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِينَ ﴿ "Dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa," dengan pertolonganNya, kemenangan-Nya, dan dukunganNya. Hendaknya kamu selalu bertakwa dan taat kepada Allah dalam urusanmu yang rahasia dan yang terang-terangan, khususnya pada saat perang melawan orang-orang kafir, karena bisa jadi dalam kondisi tersebut seorang Mukmin mening-galkan ketakwaan kepada Allah dalam bersikap terhadap orang-orang kafir yang merupakan musuh yang memerangi.
{إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (37)}.
"Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah menambah kekafiran, orang-orang yang kafir disesatkan dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkan-nya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah.
(Setan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."
(At-Taubah: 37).
#
{37} النسيء هو ما كان أهلُ الجاهلية يستعملونه في الأشهر الحرم، وكان من جملة بدعهم الباطلة أنهم لما رأوا احتياجهم للقتال في بعض أوقات الأشهر الحرم؛ رأوا بآرائهم الفاسدة أن يحافظوا على عدَّة الأشهر الحرم التي حرَّم الله القتال فيها، وأن يؤخِّروا بعض الأشهر الحرم أو يقدِّموه ويجعلوا مكانه من أشهر الحلِّ ما أرادوا؛ فإذا جعلوه مكانه؛ أحلُّوا القتال فيه، وجعلوا الشهر الحلال حراماً؛ فهذا كما أخبر الله عنهم أنه زيادةٌ في كفرهم وضلالهم؛ لما فيه من المحاذير:
منها: أنَّهم ابتدعوه من تلقاء أنفسهم، وجعلوه بمنزلة شرع الله ودينه، والله ورسوله بريئان منه.
ومنها: أنهم قلبوا الدين، فجعلوا الحلال حراماً والحرام حلالاً.
ومنها: أنهم موَّهوا على الله بزعمهم وعلى عباده، ولَبَسوا عليهم دينهم، واستعملوا الخداع والحيلة في دين الله.
ومنها: أن العوائد المخالفة للشرع مع الاستمرار عليها يزول قبحها عن النفوس، وربَّما ظُنَّ أنها عوائد حسنة، فحصل من الغلط والضلال ما حصل.
ولهذا قال: {يُضَلُّ به الذين كفروا يُحِلُّونه عامًا ويحرِّمونه عامًا لِيواطئوا عدَّةَ ما حرَّمَ الله}؛ أي: ليوافقوها في العدد، {فيُحِلُّوا ما حرَّم الله. زُيِّنَ لهم سوءُ أعمالهم}؛ أي: زينت لهم الشياطين الأعمال السيئة، فرأوها حسنة بسبب العقيدة المزيَّنة في قلوبهم. {والله لا يهدي القوم الكافرين}؛ أي: الذين انصبغ الكفر والتكذيب في قلوبهم، فلو جاءتهم كلُّ آية لم يؤمنوا.
(37) An-Nasi` adalah apa yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah dalam bulan-bulan Haram, dan di antara bid'ah mereka yang batil adalah bahwa manakala mereka merasa harus berperang di sebagian waktu dari bulan yang Haram, maka mereka meman-dang dengan pandangan mereka yang rusak perlunya menjaga bilangan bulan-bulan Haram yang mana Allah melarang berperang padanya, maka mereka menunda atau memajukan sebagian bulan Haram dengan menggantikannya dengan bulan halal sesuka hati mereka, jika ia telah diganti dengannya, maka mereka pun mengha-lalkan berperang di dalamnya dan menjadikan bulan yang halal, haram. Inilah yang dinyatakan oleh Allah bahwa ia adalah tam-bahan kekufuran dan kesesatan mereka,
karena ia mengandung berbagai dampak negatif:
Di antaranya, bahwa mereka mengada-adakan hal tersebut dari diri mereka sendiri dan menjadikannya sama dengan syariat dan agama Allah, padahal Allah dan RasulNya berlepas diri dari-nya.
Di antaranya, bahwa mereka memutarbalikkan agama, men-jadikan yang halal haram dan yang haram halal.
Di antaranya, bahwa mereka mengelabui Allah –menurut klaim mereka- dan mengelabui hamba-hambaNya serta merancukan agama mereka. Mereka memakai tipuan dan kebohongan dalam agama Allah.
Di antaranya, juga bahwa adat-adat yang bertentangan dengan syariat yang terus dilakukan berakibat hilangnya
(nilai) keburukan adat itu dari jiwa, bahkan bisa jadi ia dikira baik, maka terjadilah kesesatan dan kebatilan.
Oleh karena itu Allah berfirman, ﴾ يُضَلُّ بِهِ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُحِلُّونَهُۥ عَامٗا وَيُحَرِّمُونَهُۥ عَامٗا لِّيُوَاطِـُٔواْ عِدَّةَ مَا حَرَّمَ ٱللَّهُ
﴿ "Orang-orang yang kafir disesatkan dengan meng-undur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya." Yakni agar mereka menyesuaikan bilangannya. ﴾ فَيُحِلُّواْ مَا حَرَّمَ ٱللَّهُۚ زُيِّنَ لَهُمۡ سُوٓءُ أَعۡمَٰلِهِمۡۗ
﴿ "Maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Setan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu." Yakni setan menjadikan amal buruk mereka seakan-akan indah, maka mereka pun memandangnya indah keyakinan yang disematkan oleh setan seolah-olah indah di dalam hati mereka. ﴾ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir", orang-orang yang kekufuran dan pendustaan telah tercetak di dalam hati mereka. Kalaupun semua ayat Allah datang kepada mereka, niscaya mereka tetap tidak beriman.
Kemudian Allah تعالى berfirman,
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ (38) إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (39)}.
"Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu, 'Berangkatlah
(untuk berperang) pada jalan Allah,' kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehi-dupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini
(diban-dingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya
(kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudaratan kepadaNya sedikit pun. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."
(At-Taubah: 38-39).
#
{38} اعلم أنَّ كثيراً من هذه السورة الكريمة نزلت في غزوة تبوك، إذ ندب النبي - صلى الله عليه وسلم - المسلمين إلى غزو الروم، وكان الوقت حارًّا والزاد قليلاً والمعيشة عَسِرة ، فحصل من بعض المسلمين من التثاقل ما أوجب أن يعاتِبَهم الله تعالى عليه ويستنهِضَهم، فقال تعالى: {يا أيُّها الذين آمنوا}: ألا تعملون بمقتضى الإيمان ودواعي اليقين من المبادرة لأمر الله والمسارعة إلى رضاه وجهاد أعدائه والنصرة لدينكم؛ فما {لكم إذا قيلَ لكم انفِروا في سبيل الله اثَّاقَلْتُم إلى الأرض}؛ أي: تكاسلتم وملتم إلى الأرض والدَّعة والسكون فيها. {أرَضيتم بالحياة الدُّنيا من الآخرة}؛ أي: ما حالُكم إلاَّ حال مَن رضي بالدنيا وسعى لها ولم يبال بالآخرة؛ فكأنه ما آمن بها. {فما متاعُ الحياة الدنيا}: التي مالت بكم وقدَّمتموها على الآخرة {إلَّا قليلٌ}: أفليس قد جعل الله لكم عقولاً تزنون بها الأمور؟ وأيُّها أحقُّ بالإيثار؟! أفليست الدنيا من أولها إلى آخرها لا نسبة لها في الآخرة؟! فما مقدار عمر الإنسان القصير جدًّا من الدنيا حتى يجعله الغاية التي لا غاية وراءها فيجعلَ سعيَهُ وكدَّه وهمَّه وإرادته لا يتعدَّى الحياة الدُّنيا القصيرة المملوءة بالأكدار المشحونة بالأخطار؟! فبأيِّ رأي رأيتم إيثارها على الدار الآخرة، الجامعة لكلِّ نعيم، التي فيها ما تشتهيه الأنفس وتلذُّ الأعين وأنتم فيها خالدون؟! فوالله ما آثر الدُّنيا على الآخرة من وَقَرَ الإيمان في قلبه، ولا مَنْ جزل رأيه، ولا من عُدَّ من أولي الألباب.
(38) Ketahuilah bahwa banyak ayat di dalam surat yang mulia ini turun pada perang Tabuk, ketika Nabi ﷺ menyiapkan kaum Muslimin untuk memerangi Romawi, sementara waktu itu adalah musim panas, bekal minim dan kehidupan sedang sulit
[91], maka sebagian kaum Muslimin merasa berat yang membuat Allah تعالى menegur dan mendorong mereka, Dia تعالى berfirman, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
﴿ "Hai orang-orang yang beriman", tidakkah kalian tahu tuntutan keimanan dan sebab keyakinan adalah bersegera melaksanakan perintah Allah dan berlomba-lomba menuju ridhaNya, berjihad melawan musuhnya serta memenangkan agamamu?
﴾ مَا لَكُمۡ إِذَا قِيلَ لَكُمُ ٱنفِرُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱثَّاقَلۡتُمۡ إِلَى ٱلۡأَرۡضِۚ
﴿ "Apakah sebabnya apa-bila dikatakan kepada kamu, 'Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah,' kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?" Yakni kamu bermalas-malasan, cenderung dan condong kepada keselamatan dan enak-enakan. ﴾ أَرَضِيتُم بِٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا مِنَ ٱلۡأٓخِرَةِۚ
﴿ "Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?" Yakni keadaanmu tidak lain kecuali sama dengan keadaan orang yang rela dengan dunia dan mengejarnya tanpa peduli terhadap akhirat, seolah-olah dia tidak beriman kepadanya. ﴾ فَمَا مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا
﴿ "Pa-dahal kenikmatan hidup di dunia ini", yang kamu condong kepadanya dan kamu dahulukan di atas akhirat ﴾ إِلَّا قَلِيلٌ ﴿ "hanyalah sedikit."
Bukankah Allah telah memberimu akal untuk menimbang segala urusan, mana yang lebih berhak untuk didahulukan? Bu-kankah dunia dari awal sampai ujung tiada bandingannya dengan akhirat? Berapakah umur manusia di dunia yang sangat pendek itu sehingga dia menjadikannya tujuan akhir, sehingga seluruh usaha-nya, pikirannya, tindak tanduknya, dan ambisinya tidak lebih ke-cuali untuk dunia yang pendek yang penuh dengan polusi yang sarat dengan marabahaya? Dengan dasar apakah kamu mementing-kannya di atas kehidupan akhirat, yang padanya terdapat seluruh nikmat, yang padanya terdapat seluruh apa yang diinginkan oleh jiwa dan dinikmati oleh mata dan kamu pun kekal di dalamnya? Demi Allah, tidak akan mendahulukan dunia di atas akhirat orang yang imannya mantap di hatinya, pikirannya matang di kepalanya, yang termasuk sebagai Ulil Albab
(orang-orang yang berakal).
#
{39} ثم توعدهم على عدم النفير، فقال: {إلَّا تَنفِروا يعذِّبكم عذاباً أليماً}: في الدُّنيا والآخرة؛ فإن عدم النفير في حال الاستنفار من كبائر الذُّنوب الموجبة لأشدِّ العقاب؛ لما فيها من المضارِّ الشديدة؛ فإنَّ المتخلِّف قد عصى الله تعالى، وارتكب لنهيه، ولم يساعد على نصر دين الله، ولا ذبَّ عن كتاب الله وشرعه، ولا أعان إخوانه المسلمين على عدوِّهم الذي يريد أن يستأصلهم ويمحقَ دينهم، وربما اقتدى به غيره من ضعفاء الإيمان، بل ربما فتَّ في أعضاد من قاموا بجهاد أعداء الله؛ فحقيقٌ بمن هذا حاله أن يتوعَّده الله بالوعيد الشديد، فقال: {إلَّا تَنفِروا يعذِّبْكم عذاباً أليماً ويستبدلْ قوماً غيركم}: ثم لا يكونوا أمثالكم، {ولا تضرُّوه شيئاً}؛ فإنه تعالى متكفِّل بنصر دينه وإعلاء كلمته؛ فسواءٌ امتثلتم لأمر الله أو ألقيتموه وراءكم ظِهْرِيًّا. {والله على كل شيء قديرٌ}: لا يعجِزُه شيء أراده ولا يغالبه أحدٌ.
(39) Kemudian Allah mengancam mereka jika mereka tetap malas berjihad, Dia berfirman, ﴾ إِلَّا تَنفِرُواْ يُعَذِّبۡكُمۡ عَذَابًا أَلِيمٗا
﴿ "Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih", di dunia dan akhirat, karena tidak berangkat untuk berjihad dalam kondisi yang menuntut keberangkatan, termasuk dosa besar yang menyebabkan azab yang berat, karena ia mengan-dung mudarat besar, orang yang tertinggal dengan sengaja telah durhaka kepada Allah تعالى, melakukan laranganNya, tidak mem-bantu menolong agama Allah, tidak membela Kitab dan syariat Allah, tidak membantu saudaranya yang seiman melawan musuh yang hendak menghabisi mereka dan mematikan agama mereka, dan bisa jadi dia diikuti orang-orang yang lemah imannya, bahkan hal itu bisa melemahkan sebagian orang yang telah ikut berjihad melawan musuh Allah, maka orang yang demikian ini berhak mem-peroleh ancaman keras dari Allah, Dia berfirman, ﴾ إِلَّا تَنفِرُواْ يُعَذِّبۡكُمۡ عَذَابًا أَلِيمٗا وَيَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَيۡرَكُمۡ
﴿ "Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain", yang tidak sama dengan kamu, ﴾ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيۡـٔٗاۗ
﴿ "dan kamu tidak akan dapat memberi kemudaratan kepada-Nya sedikit pun." Karena Allah تعالى telah menjamin untuk memenang-kan agamaNya dan meninggikan kalimatNya, tak ada bedanya kamu menjalankan perintah Allah atau kamu mencampakkannya di belakang punggungmu. ﴾ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ ﴿ "Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." Tidak ada sesuatu pun yang menghalang-hala-ngiNya dari apa yang diinginkanNya dan tak ada sesuatu pun yang dapat mengalahkanNya.
{إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (40)}.
"Jikalau kamu tidak menolongnya
(Muhammad) maka se-sungguhnya Allah telah menolongnya
(yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Makkah) mengeluarkannya
(dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya, 'Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.' Maka Allah menu-runkan ketenanganNya kepada
(Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
(At-Taubah: 40).
#
{40} أي: إلا تنصروا رسوله محمداً - صلى الله عليه وسلم -؛ فالله غنيٌّ عنكم، لا تضرُّونه شيئاً؛ فقد نصره في أقلِّ ما يكون وَأَذَلِّهِ {إذ أخرجه الذين كفروا}: من مكة، لما همُّوا بقتله وسَعَوا في ذلك وحرصوا أشدَّ الحرص فألجؤوه إلى أن يخرج. {ثاني اثنينِ}؛ أي: هو وأبو بكر الصديق رضي الله عنه. {إذ هما في الغار}؛ أي: لما هربا من مكة؛ لجآ إلى غار ثور في أسفل مكة، فمكثا فيه ليبرد عنهما الطلب؛ فهما في تلك الحالة الحرجة الشديدة المشقَّة حين انتشر الأعداء من كلِّ جانب يطلبونهما ليقتلوهما، فأنزل الله عليهما من نصره ما لا يخطُر على البال. {إذ يقولُ}: النبي - صلى الله عليه وسلم - {لصاحبِهِ}: أبي بكر لما حزن واشتدَّ قلقُه: {لا تحزنْ إنَّ الله معنا}: بعونه ونصره وتأييده، {فأنزل الله سكينَتَه عليه}؛ أي: الثبات والطمأنينة والسكون المثبِّتة للفؤاد، ولهذا لما قلق صاحبه؛ سكَّنه وقال: لا تحزنْ إنَّ الله معنا. {وأيَّده بجنودٍ لم تَرَوْها}: وهي الملائكة الكرام، الذين جعلهم الله حرساً له.
{وجعل كلمةَ الذين كفروا السفلى}؛ أي: الساقطة المخذولة؛ فإنَّ الذين كفروا [قد] كانوا على حَرْدٍ قادرين في ظنِّهم على قتل الرسول - صلى الله عليه وسلم - وأخذه حنقين عليه، فعملوا غاية مجهودهم في ذلك، فخذلهم الله ولم يُتِمَّ لهم مقصودَهم، بل ولا أدركوا شيئاً منه، ونصر الله رسوله بدفعه عنه، وهذا هو النصر المذكور في هذا الموضع؛ فإنَّ النصر على قسمين: نصر المسلمين إذا طمعوا في عدوِّهم بأن يُتِمَّ اللهُ لهم ما طلبوا وقصدوا ويستولوا على عدوِّهم ويظهروا عليهم. والثاني: نصر المستضعَف الذي طمع فيه عدوُّه القادر، فنصْرُ اللهِ إياه أن يردَّ عنه عدوَّه، ويدافع عنه، ولعل هذا النصر أنفع النصرين، ونَصْرُ اللَّهِ رسولَه إذ أخرجه الذين كفروا ثاني اثنين من هذا النوع. وقوله: {وكلمةُ اللهِ هي العليا}؛ أي: كلماته القدريَّة وكلماته الدينيَّة هي العالية على كلمة غيره، التي من جملتها قوله: {وكان حقًّا علينا نَصْرُ المؤمنين}، {إنَّا لننصُرُ رسلَنا والذين آمنوا في الحياة الدُّنيا ويوم يقومُ الأشهادُ}، {وإنَّ جندَنا لهم الغالبون}؛ فدين الله هو الظاهر العالي على سائر الأديان بالحجج الواضحة والآيات الباهرة والسلطان الناصر. {والله عزيزٌ}: لا يغالبه مغالبٌ ولا يفوته هاربٌ، {حكيم}: يضعُ الأشياء مواضعها، ويؤخِّرُ نصرَ حزبه إلى وقتٍ آخر اقتضته الحكمة الإلهية.
وفي هذه الآية الكريمة فضيلة أبي بكر الصديق بخصيصة لم تكن لغيره من هذه الأمة، وهي الفوز بهذه المنقبة الجليلة والصحبة الجميلة، وقد أجمع المسلمون على أنَّه هو المراد بهذه الآية الكريمة، ولهذا عدُّوا من أنكر صحبة أبي بكر للنبي - صلى الله عليه وسلم - كافراً؛ لأنَّه منكر للقرآن الذي صرَّح بها. وفيها فضيلةُ السكينة، وأنها من تمام نعمة الله على العبد في أوقات الشدائد والمخاوف التي تطيش لها الأفئدة، وأنها تكون على حسب معرفة العبد بربِّه وثقته بوعدِهِ الصادق وبحسب إيمانه وشجاعتِهِ. وفيها أنَّ الحزن قد يعرض لخواصِّ عباد الله الصديقين، مع أنَّ الأولى إذا نزل بالعبد أن يسعى في ذهابه عنه؛ فإنه مضعِفٌ للقلب موهِنٌ للعزيمة.
(40) Jikalau kamu tidak menolong RasulNya, Muhammad ﷺ, maka sesungguhnya Allah Mahakaya
(tidak memerlukan se-suatu pun) darimu, dan kamu tidak akan memudaratkanNya sama sekali. Dia telah menolongnya dalam kondisi yang paling sulit dan paling lemah, ﴾ إِذۡ أَخۡرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ
﴿ "(yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah)." Ketika mereka hendak membunuhnya dengan serius dan sungguh-sungguh, maka mereka telah memaksanya keluar. ﴾ ثَانِيَ ٱثۡنَيۡنِ
﴿ "Sedang dia salah se-orang dari dua orang." Dia dan Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه ﴾ إِذۡ هُمَا فِي ٱلۡغَارِ
﴿ "ketika keduanya berada dalam gua." Ketika keduanya lari dari Makkah dan berlindung di gua Tsur di bagian bawah Makkah, ke-duanya bersembunyi di dalamnya sampai pencarian kaum musy-rikin terhadapnya mengendur, keduanya dalam kondisi yang sulit, sempit, dan berat, manakala musuh berada di setiap penjuru men-cari keduanya untuk dibunuh, lalu Allah menurunkan pertolongan-Nya kepada keduanya yang tidak diduga-duga ﴾ إِذۡ يَقُولُ
﴿ "di waktu dia berkata," yakni Nabi ﷺ ﴾ لِصَٰحِبِهِۦ
﴿ "kepada sahabatnya", Abu Bakar ketika dia bersedih dan sangat cemas, ﴾ لَا تَحۡزَنۡ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَاۖ
﴿ "janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Dengan bantuan, pertolongan, dan dukunganNya. ﴾ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيۡهِ
﴿ "Maka Allah menurunkan ketenanganNya kepada (Muhammad)", yakni keteguhan, ketentraman, dan kedamaian yang meneguhkan hati. Oleh karena itu manakala sahabatnya cemas, dia menenangkannya dengan ucapannya, "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." ﴾ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٖ لَّمۡ تَرَوۡهَا
﴿ "Dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya", yaitu para malaikat yang mulia yang dija-dikan sebagai penjaga oleh Allah baginya.
﴾ وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلسُّفۡلَىٰۗ
﴿ "Dan Allah menjadikan se-ruan orang-orang kafir itulah yang rendah." Yakni kalah dan terhinakan. Orang-orang kafir dengan kemarahannya mengira mampu mem-bunuh Muhammad untuk mengobati kebenciannya, mereka meng-upayakan segala cara untuk itu, akan tetapi Allah menipu mereka dan menggagalkan keinginan mereka, bahkan mereka sedikit pun tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Allah menolong RasulNya dengan membelanya. Inilah pertolongan yang disebut-kan di tempat ini, karena pertolongan Allah itu ada dua macam: yaitu pertolongan bagi kaum Muslimin manakala mereka berperang melawan musuh mereka. Allah menyempurnakan apa yang mereka cari dan inginkan sehingga mereka pun menguasai musuh dan menang atas mereka. Yang kedua adalah pertolongan bagi orang tertindas di mana musuh yang kuat hendak mencelakakannya, per-tolongan Allah kepadanya adalah dalam bentuk menolak keinginan musuh darinya dan menggagalkanya. Bisa jadi jenis pertolongan yang kedua ini lebih bermanfaat, dan pertolongan Allah kepada RasulNya ketika orang-orang kafir mengusirnya sedang dia adalah salah satu dari dua orang adalah termasuk jenis yang kedua.
FirmanNya, ﴾ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِيَ ٱلۡعُلۡيَاۗ
﴿ "Dan kalimat Allah itulah yang tinggi." Yakni kalimat takdirNya dan kalimat diniyahNya meng-ungguli kalimat selainnya, yang di antaranya adalah FirmanNya,
﴾ وَكَانَ حَقًّا عَلَيۡنَا نَصۡرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ 47
﴿
"Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang ber-iman." (Ar-Rum: 47).
﴾ إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَيَوۡمَ يَقُومُ ٱلۡأَشۡهَٰدُ 51
﴿
"Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (Hari Kiamat)." (Al-Mu`min: 51).
﴾ وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ ٱلۡغَٰلِبُونَ 173
﴿
"Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang." (Ash-Shaffat: 173).
Agama Allah-lah yang unggul dan di atas agama-agama lain dengan hujjah-hujjah yang jelas, ayat-ayat yang mengagumkan, dan kekuatan yang unggul. ﴾ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ
﴿ "Allah Mahaperkasa", tidak ada yang dapat mengalahkanNya dan tidak ada yang mampu berlari dariNya, ﴾ حَكِيمٌ ﴿ "lagi Mahabijaksana." Meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan menunda kemenangan golonganNya sampai batas waktu tertentu sesuai dengan tuntutan hikmah ilahiyah.
Di dalam ayat yang mulia ini juga terdapat penjelasan tentang keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه dengan satu keunggulan yang tidak diraih oleh siapa pun dari umat ini, yaitu keberuntungan me-raih keistimewaan yang mulia dan persahabatan yang luhur. Dan kaum Muslimin telah sepakat bahwa dialah yang dimaksud dalam ayat ini. Oleh karena itu mereka mengategorikan orang yang meng-ingkari Abu Bakar sebagai sahabat Nabi ﷺ adalah kafir, karena dia mengingkari al-Qur`an yang secara nyata menegaskan hal itu.
Di dalam ayat ini juga terdapat penjelasan tentang keutamaan 'sakinah' bahwa ia termasuk kesempurnaan nikmat Allah kepada seorang hamba dalam masa-masa sulit dan mencekam yang men-jadikan hati takut, dan bahwa ia akan didapat sesuai dengan ma'rifat seorang hamba kepada Rabbnya dan kepercayaannya kepada jan-jiNya yang benar, dan sesuai dengan iman serta keberaniannya.
Di dalamnya juga terdapat penjelasan bahwa kecemasan bisa merasuki hamba-hamaba Allah yang shiddiqin, meskipun yang lebih baik bagi seorang hamba jika tertimpa olehnya agar berusaha melenyapkannya, karena ia dapat melemahkan hati dan menggem-bosi semangat.
{انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (41) لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لَاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (42)}.
"Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau-pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu me-ngetahui. Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pas-tilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan
(Nama) Allah, 'Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu.' Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang ber-dusta."
(At-Taubah: 41-42).
#
{41} يقول تعالى لعباده المؤمنين مهيِّجاً لهم على النفير في سبيله، فقال: {انفِروا خفافاً وثقالاً}: في العسر واليسر، والمنشط والمكره، والحرِّ والبرد، وفي جميع الأحوال، {وجاهدوا بأموالكم وأنفسِكم في سبيل الله}؛ أي: ابذلوا جهدكم في ذلك، واستفرغوا وُسْعَكم في المال والنفس. وفي هذا دليلٌ على أنه كما يجب الجهادُ في النفس يجب [الجهادُ] في المال حيث اقتضت الحاجة ودعت لذلك. ثم قال: {ذلكم خيرٌ لكم إن كنتم تعلمونَ}؛ أي: الجهاد في النفس والمال خيرٌ لكم من التقاعد عن ذلك؛ لأنَّ فيه رضا الله تعالى والفوز بالدرجات العاليات عنده والنصر لدين الله والدُّخول في جملة جنده وحزبه.
(41) Allah تعالى berfirman kepada hamba-hambaNya yang beriman, mendorong mereka untuk berjihad di jalanNya. Dia ber-firman, ﴾ ٱنفِرُواْ خِفَافٗا وَثِقَالٗا
﴿ "Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat", dalam kondisi sulit maupun mudah, semangat maupun terpaksa, panas maupun dingin, dan dalam se-mua kondisi. ﴾ وَجَٰهِدُواْ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ
﴿ "Dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah." Yakni keluarkan dayamu untuk itu, berikanlah kemampuanmu dalam harta dan jiwa. Ini adalah dalil bahwa sebagaimana jihad itu wajib pada jiwa, ia juga wajib pada harta, sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi, kemudian Dia berfirman, ﴾ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ﴿ "Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." Yakni, jihad dengan jiwa dan harta adalah lebih baik bagimu daripada berpangku tangan, karena ia mengandung ridha Allah تعالى dan kemenangan dengan derajat yang tinggi di sisiNya, serta membantu agamaNya dan masuk ke dalam golongan dan tentaraNya.
#
{42} {لو كان}: خروجُهم لطلب عرض قريبٍ أو منفعةٍ دنيويَّة سهلة التناول. أو كان السفرُ {سفراً قاصداً}؛ أي: قريباً سهلاً {لاتَّبعوك}: لعدم المشقَّة الكثيرة، {ولكن بَعُدَتْ عليهم الشُّقَّةُ}؛ أي: طالت عليهم المسافة، وصعب عليهم السفر؛ فلذلك تثاقلوا عنك، وليس هذا من أمارات العبوديَّة، بل العبد حقيقةً المتعبِّدُ لربِّه في كلِّ حال، القائم بالعبادة السهلة والشاقَّة؛ فهذا العبد لله على كلِّ حال. {وسيحلفون بالله لو استطعنا لخرجنا معكم}؛ أي: سيحلفون أن تخلفهم عن الخروج أنَّ لهم عذراً، وأنهم لا يستطيعون ذلك، {يُهْلِكون أنفسَهم}: بالقعود والكذب والإخبار بغير الواقع. {والله يعلم إنَّهم لكاذبونَ}.
وهذا العتاب إنما هو للمنافقين، الذين تخلَّفوا عن النبي - صلى الله عليه وسلم - في غزوة تبوك، وأبدوا من الأعذار الكاذبة ما أبدوا، فعفا النبي - صلى الله عليه وسلم - عنهم بمجرَّد اعتذارهم، من غير أن يمتَحِنهم فيتبيَّن له الصادق من الكاذب، ولهذا عاتبه الله على هذه المسارعة إلى عذرهم، فقال:
(42) ﴾ لَوۡ كَانَ
﴿ "Kalau", keluarnya mereka itu untuk mencari keuntungan yang mudah untuk didapatkan atau manfaat dunia yang mudah untuk diraih, atau bepergiannya adalah, ﴾ وَسَفَرٗا قَاصِدٗا
﴿ "Perjalanan yang tidak berapa jauh," yakni mudah lagi dekat, ﴾ لَّٱتَّبَعُوكَ
﴿ "pastilah mereka mengikutimu", karena tidak adanya kesulitan yang berarti. ﴾ وَلَٰكِنۢ بَعُدَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلشُّقَّةُۚ
﴿ "Tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka." Jaraknya bagi mereka adalah jauh. Perjalanan-nya bagi mereka adalah sulit. Oleh karena itu, mereka merasa berat untuk mengikutimu. Ini bukanlah tanda penghambaan, akan tetapi seorang hamba yang hakiki yang benar-benar beribadah kepada Allah dalam kondisi apa pun, yang menunaikan semua ibadah baik yang mudah maupun yang berat, maka dialah hamba Allah dalam kondisi apa pun. ﴾ وَسَيَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ لَوِ ٱسۡتَطَعۡنَا لَخَرَجۡنَا مَعَكُمۡ
﴿ "Mereka akan ber-sumpah dengan (nama) Allah, 'Jikalau kami sanggup tentulah kami ber-angkat bersama-samamu'." Yakni mereka akan bersumpah bahwa tidak keluarnya mereka disebabkan oleh suatu alasan, dan bahwa mereka memang tidak mampu melakukan itu. ﴾ يُهۡلِكُونَ أَنفُسَهُمۡ
﴿ "Mereka membinasakan diri mereka sendiri", dengan duduk, berpangku tangan, berdusta, dan mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenya-taannya. ﴾ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ إِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ ﴿ "Dan Allah mengetahui bahwa sesungguh-nya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta."
Sindiran ini hanyalah untuk orang-orang munafik yang tidak berpartisipasi bersama Nabi ﷺ dalam perang Tabuk, lalu mereka menyampaikan alasan-alasan dusta, maka Nabi ﷺ memaafkan me-reka hanya dengan alasan yang mereka sampaikan, tanpa menguji mereka agar diketahui yang berdusta dan yang jujur, oleh karena itu Allah menegur Rasulullah atas ketergesa-gesaan beliau dalam memaklumi mereka.
{عَفَا اللَّهُ عَنْكَ لِمَ أَذِنْتَ لَهُمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَتَعْلَمَ الْكَاذِبِينَ (43) لَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ (44) إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ (45)}.
Dia berfirman,
"Semoga Allah memaafkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka
(untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar
(dalam keudzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta? Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, tidak akan meminta izin kepa-damu untuk
(tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya."
(At-Taubah: 43-45).
#
{43} يقول تعالى لرسوله - صلى الله عليه وسلم -: {عفا الله عنك}؛ أي: سامحك وغفر لك ما أجريت. {لم أذنتَ لهم}: في التخلُّف، {حتَّى يتبيَّن لك الذين صَدَقوا وتعلمَ الكاذبين}: بأن تمتَحِنهم ليتبيَّن لك الصادق من الكاذب، فتعذر من يستحقُّ العذر ممَّن لا يستحقُّ ذلك.
(43) Allah تعالى berfirman kepada RasulNya ﷺ, ﴾ عَفَا ٱللَّهُ عَنكَ
﴿ "Semoga Allah memaafkanmu." Yakni mengampuni dan memaklumi apa yang kamu lakukan. ﴾ لِمَ أَذِنتَ لَهُمۡ
﴿ "Mengapa kamu memberi izin kepada mereka," untuk tidak pergi berperang, ﴾ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَتَعۡلَمَ ٱلۡكَٰذِبِينَ ﴿ "sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar
(dalam keudzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?" Dengan menguji mereka agar terbukti mana yang dusta dan mana yang benar sehingga kamu memaafkan siapa yang berhak dimaaf-kan dan siapa yang tidak.
#
{44} ثم أخبر أن المؤمنين بالله واليوم الآخر لا يستأذنون في ترك الجهاد بأموالهم وأنفسهم؛ لأن ما معهم من الرغبة في الخير والإيمان يحملهم على الجهاد من غير أن يحثَّهم عليه حاثٌّ فضلاً عن كونهم يستأذنون في تركِهِ من غير عذرٍ. {والله عليمٌ بالمتَّقين}: فيجازيهم على ما قاموا به من تقواه، ومن علمه بالمتَّقين أنه أخبر أنَّ من علاماتهم أنهم لا يستأذنون في ترك الجهاد.
(44) Kemudian Allah memberitahukan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir tidak akan meminta izin untuk tidak pergi berjihad dengan harta dan jiwa mereka, ka-rena mereka memiliki semangat kepada kebaikan dan keimanan yang membuat mereka terdorong untuk berjihad tanpa memerlukan adanya pendorong, apalagi mereka meminta izin untuk tidak ber-jihad tanpa alasan. ﴾ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِٱلۡمُتَّقِينَ ﴿ "Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa." Maka Dia membalas mereka atas ketakwaan yang mereka lakukan. Dan di antara ilmu Allah terhadap orang-orang yang bertakwa adalah bahwa Dia menyatakan bahwa di antara tanda-tandanya adalah mereka tidak meminta izin untuk tidak ber-jihad.
#
{45} {إنما يستأذنك الذين لا يؤمنون بالله واليوم الآخر وارتابتْ قلوبُهم}؛ أي: ليس لهم إيمانٌ تامٌّ ولا يقينٌ صادقٌ؛ فلذلك قلَّت رغبتُهم في الخير، وجبنوا عن القتال، واحتاجوا أن يستأذنوا في ترك القتال. {فهم في رَيْبِهم يتردَّدون}؛ أي: لا يزالون في الشكِّ والحيرة.
(45) ﴾ إِنَّمَا يَسۡتَـٔۡذِنُكَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَٱرۡتَابَتۡ قُلُوبُهُمۡ
﴿ "Sesung-guhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu." Yakni, mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan keyakinan yang benar. Oleh karena itu, keinginan mereka kepada kebaikan pun minim, mereka takut berperang, mereka harus me-minta izin untuk tidak berperang. ﴾ فَهُمۡ فِي رَيۡبِهِمۡ يَتَرَدَّدُونَ ﴿ "Karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya." Yakni selalu dalam ke-bimbangan dan kebingungan.
{وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ (46) لَوْ خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلَّا خَبَالًا وَلَأَوْضَعُوا خِلَالَكُمْ يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (47) لَقَدِ ابْتَغَوُا الْفِتْنَةَ مِنْ قَبْلُ وَقَلَّبُوا لَكَ الْأُمُورَ حَتَّى جَاءَ الْحَقُّ وَظَهَرَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَارِهُونَ (48)}.
"Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiap-kan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka, 'Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.' Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan be-laka, dan tentu mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antaramu, sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zhalim. Sesungguhnya dari dahulu pun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk
(merusak-kan)mu, hingga datanglah kebenaran
(pertolongan Allah), dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya."
(At-Taubah: 46-48).
#
{46} يقول تعالى مبيِّناً أن المتخلِّفين من المنافقين قد ظهر منهم من القرائن ما يبيِّن أنهم ما قصدوا الخروج بالكُلِّية، وأنَّ أعذارهم التي اعتذروها باطلةٌ؛ فإنَّ العذر هو المانعُ الذي يمنع إذا بَذَلَ العبدُ وُسْعَه وسعى في أسباب الخروج ثم منعه مانعٌ شرعيٌّ؛ فهذا الذي يُعذر، {و} أما هؤلاء المنافقون، فلو {أرادوا الخروجَ لأعدُّوا له عُدَّةً}؛ أي: لاستعدُّوا وعملوا ما يمكنهم من الأسباب، ولكن لما لم يُعِدُّوا له عُدَّةً؛ علم أنهم ما أرادوا الخروج، {ولكن كَرِهَ الله انبعاثَهم}: معكم في الخروج للغزو، {فثبَّطهم}: قدراً وقضاءً وإن كان قد أمرهم وحثَّهم على الخروج وجعلهم مقتدرين عليه، ولكن بحكمتِهِ ما أراد إعانتهم، بل خَذَلهم وثبَّطهم، {وقيلَ اقعُدوا مع القاعِدينَ}: من النساء والمعذورين.
(46) Allah تعالى berfirman menjelaskan bahwa orang-orang yang tidak ikut serta dalam berjihad dari kalangan orang-orang munafik, telah nampak dari mereka indikasi-indikasi tidak ingin berjihad sama sekali, dan bahwa alasan yang mereka ajukan adalah batil, karena alasan yang benar adalah penghalang yang mengha-langi jika seorang hamba telah mengeluarkan upayanya dan ber-usaha melakukan sebab-sebab yang dengannya dia bisa keluar berjihad lalu dia terhalangi oleh penghalang yang syar'i, inilah yang dianggap sebagai alasan. Adapun orang-orang munafik itu sean-dainya ﴾ أَرَادُواْ ٱلۡخُرُوجَ لَأَعَدُّواْ لَهُۥ عُدَّةٗ
﴿ "mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu." Yakni mereka pasti bersiap-siap dan melakukan sarana-sarana yang membantu, akan tetapi karena mereka tidak melakukan persiapan, maka terbuktilah bahwa mereka memang tidak ingin berangkat. ﴾ وَلَٰكِن كَرِهَ ٱللَّهُ ٱنۢبِعَاثَهُمۡ
﴿ "Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka", bersamamu kepa-da jihad, ﴾ فَثَبَّطَهُمۡ
﴿ "maka Allah melemahkan keinginan mereka", dengan qadha dan qadarnya, meskipun Dia telah memerintahkan mereka dan mendorong mereka untuk keluar berjihad dan menjadikan mereka mampu untuk itu, akan tetapi dengan hikmahNya Dia tidak berkenan membantu mereka, Dia membiarkan dan melemahkan niat mereka, ﴾ وَقِيلَ ٱقۡعُدُواْ مَعَ ٱلۡقَٰعِدِينَ ﴿ "dan dikatakan kepada mereka, 'Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu'." Dari kalangan para wanita dan orang-orang yang berhalangan.
#
{47} ثم ذكر الحكمة في ذلك، فقال: {لو خَرَجوا فيكم ما زادوكم إلَّا خبالاً}؛ أي: نقصاً، {ولأوْضَعوا خِلالكم}؛ أي: ولسَعَوا في الفتنة والشرِّ بينكم وفرَّقوا جماعتكم المجتمعين. {يبغونَكُم الفتنةَ}؛ أي: هم حريصون على فتنتكم وإلقاء العداوة بينكم، {وفيكم}: أناسٌ ضعفاء العقول، {سمَّاعون لهم}؛ أي: مستجيبون لدعوتهم، يغترُّون بهم؛ فإذا كانوا حريصين على خذلانكم وإلقاء الشرِّ بينكم وتثبيطكم عن أعدائكم وفيكم مَنْ يَقْبَلُ منهم ويستنصِحُهم؛ فما ظنُّك بالشرِّ الحاصل من خروجِهم مع المؤمنين والنقص الكثير منهم؟! فللَّه أتمُّ الحكمة حيث ثبَّطهم، ومنعهم من الخروج مع عباده المؤمنين رحمةً بهم، ولطفاً من أن يُداخِلَهم ما لا ينفعهم بل يضرُّهم. {والله عليمٌ بالظالمين}: فيُعلِّم عبادَه كيف يحذرونهم، ويبيِّن لهم من المفاسد الناشئة من مخالطتهم.
(47) Kemudian Allah menyebutkan hikmahNya dalam hal ini. ﴾ لَوۡ خَرَجُواْ فِيكُم مَّا زَادُوكُمۡ إِلَّا خَبَالٗا
﴿ "Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka", yakni kekurangan, ﴾ وَلَأَوۡضَعُواْ خِلَٰلَكُمۡ
﴿ "dan tentu mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisanmu", yakni, mereka akan menyulut fitnah dan keburukan di antaramu dan memecah belah persatuanmu ﴾ يَبۡغُونَكُمُ ٱلۡفِتۡنَةَ
﴿ "untuk mengadakan kekacauan di antara-mu." Yakni mereka berkeinginan keras memicu fitnah dan memacu permusuhan di antaramu. ﴾ وَفِيكُمۡ
﴿ "Sedang di antara kamu ada orang-orang", yang lemah akalnya ﴾ سَمَّٰعُونَ لَهُمۡۗ
﴿ "yang amat suka mendengarkan perkataan mereka." Yakni memenuhi panggilan mereka dan tertipu oleh mereka. Jika mereka berkeinginan keras untuk menelantar-kanmu dan ingin menanamkan keburukan di antaramu, serta me-lemahkan barisanmu di depan musuhmu sedangkan di antaramu ada yang menerima ucapan mereka dan mendengarnya, maka bagaimana menurutmu dengan keburukan yang terjadi dan akibat pahit yang timbul jika mereka berangkat bersama orang-orang yang beriman? Milik Allah-lah hikmah yang sempurna manakala Dia melemahkan niat mereka dan mencegah mereka keluar bersama hamba-hambaNya yang beriman karena kasih sayangNya kepada hamba-hambaNya agar mereka tidak disusupi orang-orang yang tidak berguna malah membahayakan. ﴾ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "Dan Allah mengetahui orang-orang yang zhalim." Maka Dia memberitahu hamba-hambaNya bagaimana mewaspadai mereka dan menjelaskan dam-pak negatif akibat berteman dengan mereka.
#
{48} ثم ذكر أنه قد سبق لهم سوابق في الشرِّ، فقال: {لقد ابتَغَوُا الفتنة من قبلُ}؛ أي: حين هاجرتم إلى المدينة، بذلوا الجهد، {وقَلَّبوا لك الأمورَ}؛ أي: أداروا الأفكار، وأعملوا الحيل في إبطال دعوتِكم وخِذْلانِ دينِكم، ولم يُقَصِّروا في ذلك. {حتى جاء الحقُّ وظهر أمرُ الله وهم كارهون}: فبَطَلَ كيدُهم، واضمحلَّ باطلُهم؛ فحقيقٌ بمثلِ هؤلاء أن يحذِّر الله عبادَه المؤمنين منهم، وأن لا يبالي المؤمنونَ بتخلُّفهم عنهم.
(48) Kemudian Allah menyebutkan bahwa mereka telah menanam keburukan sebelumnya, Dia berfirman, ﴾ لَقَدِ ٱبۡتَغَوُاْ ٱلۡفِتۡنَةَ مِن قَبۡلُ
﴿ "Sesungguhnya dari dahulu pun mereka telah mencari-cari kekacau-an." Yakni pada waktu kamu hijrah ke Madinah, mereka berusaha dengan sekuat tenaga, ﴾ وَقَلَّبُواْ لَكَ ٱلۡأُمُورَ
﴿ "dan mereka mengatur berba-gai macam tipu daya untuk (merusakkan)mu." Yakni mereka memutar otak dan membuat tipu daya untuk membatalkan dakwahmu dan menghinakan agamamu, dan mereka tidak lalai dalam melakukan hal itu. ﴾ حَتَّىٰ جَآءَ ٱلۡحَقُّ وَظَهَرَ أَمۡرُ ٱللَّهِ وَهُمۡ كَٰرِهُونَ ﴿ "Hingga datanglah kebenaran
(pertolongan Allah), dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya." Maka batallah tipu daya mereka dan terkikislah ke-batilan mereka, maka orang-orang seperti mereka memang pantas diwaspadai oleh hamba-hamba Allah yang beriman dan agar orang-orang Mukmin tidak peduli dengan ketidakberangkatan mereka kepada jihad.
{وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ ائْذَنْ لِي وَلَا تَفْتِنِّي أَلَا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ (49)}.
"Di antara mereka ada orang yang berkata, 'Berilah saya izin
(tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.' Ketahuilah, bahwa mereka telah ter-jerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir."
(At-Taubah: 49).
#
{49} أي: ومن هؤلاء المنافقين من يستأذن في التخلُّف ويعتذر بعذرٍ آخر عجيب، فيقول: {ائذن لي}: في التخلُّف، {ولا تَفْتِنِّي}: في الخروج؛ فإني إذا خرجت فرأيت نساء بني الأصفر لا أصبر عنهن؛ كما قال ذلك الجدُّ بن قيس، ومقصوده قبَّحه الله الرياء والنفاق؛ بأن مقصودي مقصودٌ حسن؛ فإنَّ في خروجي فتنةً، وتعرضاً للشرِّ، وفي عدم خروجي عافيةً وكفًّا عن الشرِّ. قال الله تعالى مبيِّناً كذب هذا القول: {ألا في الفتنةِ سَقَطوا}: فإنه على تقدير صدق هذا القائل في قصدِهِ؛ في التخلُّف مفسدةٌ كبرى وفتنةٌ عظمى محقَّقة، وهي معصية الله ومعصية رسوله والتجرِّي على الإثم الكبير والوزر العظيم، وأما الخروجُ؛ فمفسدةٌ قليلة بالنسبة للتخلُّف، وهي متوهَّمة، مع أنَّ هذا القائل قصده التخلُّف لا غير، ولهذا توعَّدهم الله بقوله: {وإنَّ جهنَّم لمحيطةٌ بالكافرين}: ليس لهم عنها مَفَرٌّ ولا مناصٌ ولا فكاكٌ ولا خلاصٌ.
(49) Yakni, dari kalangan orang-orang munafik itu ada yang meminta izin tidak berangkat dengan memberi alasan yang aneh, dia berkata, ﴾ ٱئۡذَن لِّي
﴿ "Berilah saya izin", tidak pergi berperang, ﴾ وَلَا تَفۡتِنِّيٓۚ
﴿ "dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah", dengan keluar berjihad, karena jika aku keluar berjihad dan melihat para wanita Bani al-Ashfar maka aku tidak bisa menahan diri, se-bagaimana hal itu diucapkan oleh al-Jad bin Qais, padahal maksud mereka –semoga Allah menimpakan keburukan kepadanya– adalah nifak dan riya, dengan mengatakan bahwa tujuanku baik, karena kalau aku keluar berperang berarti fitnah dan menjebloskan diri kepada keburukan, sedangkan kalau aku tidak keluar maka itu berarti keselamatan dan keterjagaan dari keburukan.
Allah تعالى berfirman menjelaskan kedustaan perkataan ini,﴾ أَلَا فِي ٱلۡفِتۡنَةِ سَقَطُواْۗ
﴿ "Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fit-nah." Seandainya maksud ucapan orang itu adalah benar, maka penolakan berangkat jihad tetap saja mengakibatkan kerugian besar dan fitnah besar yang pasti terjadi, yaitu kemaksiatan kepada Allah dan kepada RasulNya serta keberanian kepada dosa yang besar lagi berat. Adapun kerugian berangkat berjihad maka ia lebih kecil dibandingkan dengan ketidakberangkatan, padahal ia belum tentu terjadi. Namun sebenarnya maksud orang tersebut hanyalah pe-nolakan terhadap jihad, tidak lain. Oleh karena itu Allah mengan-camnya dengan FirmanNya. ﴾ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةُۢ بِٱلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir." Mereka tidak mungkin selamat, berlari, dan menghindar darinya.
{إِنْ تُصِبْكَ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكَ مُصِيبَةٌ يَقُولُوا قَدْ أَخَذْنَا أَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ وَيَتَوَلَّوْا وَهُمْ فَرِحُونَ (50) قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (51)}.
"Jika kamu mendapat sesuatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya, dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata, 'Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperha-tikan urusan kami
(tidak pergi berperang),' dan mereka berpaling dengan rasa gembira. Katakanlah, 'Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dia-lah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal'."
(At-Taubah: 50-51).
#
{50} يقول تعالى مبيناً أن المنافقين هم الأعداء حقًّا المبغضون للدين صرفاً: {إن تُصِبْكَ حسنةٌ}: كنصر وإدالة على العدو {تَسُؤْهم}؛ أي: تحزنهم وتغمهم، {وإن تُصِبْكَ مصيبةٌ}: كإدالة العدو عليك {يقولوا}: متبجِّحين بسلامتهم من الحضور معك: {قد أخَذْنا أمرنا من قبلُ}؛ أي: قد حذرنا وعملنا بما يُنجينا من الوقوع في مثل هذه المصيبة، {ويتولَّوْا وهم فرحون}: بمصيبتك وبعدم مشاركتهم إياك فيها.
(50) Allah تعالى berfirman menjelaskan bahwa orang-orang munafik itu adalah musuh yang sebenarnya yang murni membenci agama, ﴾ إِن تُصِبۡكَ حَسَنَةٞ
﴿ "jika kamu mendapat sesuatu kebaikan", se-perti kemenangan dan keunggulan di atas musuh, ﴾ تَسُؤۡهُمۡۖ
﴿ "mereka menjadi tidak senang karenanya." Yakni membuat mereka bersedih dan gundah gulana. ﴾ وَإِن تُصِبۡكَ مُصِيبَةٞ
﴿ "Dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana", seperti kamu kalah dari musuhmu, ﴾ يَقُولُواْ
﴿ "me-reka berkata", dengan membanggakan diri mereka yang selamat karena tidak ikut berperang bersamamu, ﴾ قَدۡ أَخَذۡنَآ أَمۡرَنَا مِن قَبۡلُ
﴿ "Se-sungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi berperang)", kami telah berhati-hati dan melakukan apa yang membuat kami selamat dari musibah seperti ini. ﴾ وَيَتَوَلَّواْ وَّهُمۡ فَرِحُونَ ﴿ "Dan mereka berpaling dengan rasa gembira", dengan musibahmu dan ketidakikutsertaan mereka bersamamu.
#
{51} قال تعالى رادًّا عليهم في ذلك: {قل لن يُصيَبنا إلَّا ما كَتَبَ الله لنا}؛ أي: قدَّره وأجراه في اللوح المحفوظ. {هو مولانا}؛ أي: متولي أمورنا الدينيَّة والدنيويَّة؛ فعلينا الرِّضا بأقداره، وليس في أيدينا من الأمر شيء. {وعلى الله}: وحده {فليتوكَّل المؤمنون}؛ أي: يعتمدوا عليه في جلب مصالحهم ودفع المضارِّ عنهم ويثقوا به في تحصيل مطلوبهم؛ فلا خاب من توكَّل عليه، وأما من توكَّل على غيره؛ فإنه مخذول غير مدرك لما أمل.
(51) Allah تعالى berfirman membantah mereka, ﴾ قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا
﴿ "Katakanlah, 'Sekali-kali tidak akan menimpa kami melain-kan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami'." Yakni Dia menak-dirkannya dan memberlakukannya di Lauhul Mahfuzh. ﴾ هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ
﴿ "Dia-lah Pelindung kami", yang mengurusi perkara kami, baik urusan agama maupun dunia, maka kita wajib ridha terhadap takdirNya, dan kita tidak memiliki sedikit pun hak dalam perkara kita. ﴾ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ﴿ "Dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang ber-iman harus bertawakal." Yakni mereka bersandar kepadaNya dalam mendatangkan maslahat untuk mereka dan menolak mudarat dari mereka, serta mereka percaya kepadaNya dalam meraih apa yang mereka harapkan, maka tidaklah merugi orang yang bertawakal kepadaNya. Adapun orang yang bertawakal kepada selainNya, maka dia akan terlantar dan tidak berhasil meraih apa yang diangan-angankan.
{قُلْ هَلْ تَرَبَّصُونَ بِنَا إِلَّا إِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِ وَنَحْنُ نَتَرَبَّصُ بِكُمْ أَنْ يُصِيبَكُمُ اللَّهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ أَوْ بِأَيْدِينَا فَتَرَبَّصُوا إِنَّا مَعَكُمْ مُتَرَبِّصُونَ (52)}.
"Katakanlah, 'Tidak ada yang kamu tunggu-tumggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab
(yang besar) dari sisiNya, atau
(azab) dengan tangan kami. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu'."
(At-Taubah: 52).
#
{52} أي: قل للمنافقين الذين يتربَّصون بكم الدوائر: أيَّ شيء تربَّصون بنا؟ فإنكم لا تربَّصون بنا إلا أمراً فيه غاية نفعنا، وهو إحدى الحسنيين: إما الظَّفَر بالأعداء والنصر عليهم ونيل الثواب الأخروي والدنيوي، وإما الشهادة التي هي من أعلى درجات الخَلْق وأرفع المنازل عند الله. وأما تربُّصنا بكم يا معشر المنافقين؛ فنحن {نتربَّص بكم أن يصيبَكم الله بعذابٍ من عنده} لا سبب لنا فيه {أو بأيدينا}؛ بأن يسلِّطنا عليكم فنقتلكم، {فتربَّصوا}: بنا الخير، {إنا معكم متربِّصون}: بكم الشرَّ.
(52) Katakan kepada orang-orang munafik yang menanti-nantikan kekalahan bagimu. Apakah yang kamu tunggu-tunggu bagi kami? Karena kamu tidak menunggu kecuali perkara yang be-nar-
benar bermanfaat bagi kami yaitu salah satu dari dua kebaikan: yang pertama adalah kemenangan dan keunggulan atas musuh serta meraih pahala dunia dan akhirat, dan yang kedua adalah mati syahid yang merupakan derajat makhluk tertinggi di sisi Allah. Adapun kami wahai orang-orang munafik, maka ﴾ نَتَرَبَّصُ بِكُمۡ أَن يُصِيبَكُمُ ٱللَّهُ بِعَذَابٖ مِّنۡ عِندِهِۦٓ
﴿ "kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisiNya", di mana kami bukan menjadi penyebabnya, ﴾ أَوۡ بِأَيۡدِينَاۖ
﴿ "atau (azab) dengan tangan kami", dengan menguasakan kami atasmu, lalu kami mem-bunuhmu. ﴾ فَتَرَبَّصُوٓاْ
﴿ "Sebab itu tunggulah", kebaikan bagi kami. ﴾ إِنَّا مَعَكُم مُّتَرَبِّصُونَ ﴿ "Sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu", keburukan bagimu.
{قُلْ أَنْفِقُوا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا لَنْ يُتَقَبَّلَ مِنْكُمْ إِنَّكُمْ كُنْتُمْ قَوْمًا فَاسِقِينَ (53) وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ (54)}.
"Katakanlah, 'Nafkahkanlah hartamu baik dengan suka rela ataupun dengan terpaksa, namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima darimu. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang fasik.' Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melain-kan dengan malas dan tidak
(pula) menafkahkan
(harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan."
(At-Taubah: 53-54).
#
{53} يقول تعالى مبيِّناً بطلان نفقات المنافقين وذاكراً السبب في ذلك، {قل} لهم: {أنفقوا طوعاً}: من أنفسكم، {أو كرهاً}: على ذلك بغير اختياركم. {لن يُتَقَبَّل منكم}: شيء من أعمالكم، لأنّكم {كنتم قوماً فاسقين}: خارجين عن طاعة الله.
(53) Allah تعالى berfirman menjelaskan kebatilan nafkah orang-orang munafik dan menyebutkan penyebabnya. ﴾ قُلۡ
﴿ "Katakanlah" kepada mereka, ﴾ أَنفِقُواْ طَوۡعًا
﴿ "nafkahkanlah hartamu baik dengan suka rela", dari dirimu ﴾ أَوۡ كَرۡهٗا
﴿ "ataupun dengan terpaksa", atas itu tanpa kerelaan, ﴾ لَّن يُتَقَبَّلَ مِنكُمۡ
﴿ "namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima darimu." Yakni, tidak ada sedikit pun amalmu yang diterima, karena ﴾ كُنتُمۡ قَوۡمٗا فَٰسِقِينَ ﴿ "sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang fasik." Keluar dari ketaatan kepada Allah.
#
{54} ثم بيَّن صفة فسقهم وأعمالهم [فقال]: {وما مَنَعَهم أن تُقْبَلَ منهم نفقاتُهم إلَّا أنَّهم كفروا بالله وبرسوله}: والأعمال كلُّها شرطُ قبولها الإيمان؛ فهؤلاء لا إيمان لهم ولا عمل صالح، حتى إنَّ الصلاة التي هي أفضل أعمال البدن إذا قاموا إليها قاموا كسالى؛ قال: {ولا يأتون الصلاة إلَّا وهم كُسالى}؛ أي: متثاقلون لا يكادون يفعلونها من ثقلها عليهم. {ولا يُنفقون إلا وهم كارهونَ}: من غير انشراح صدر وثبات نفس؛ ففي هذا غاية الذمِّ لمن فعل مثل فعلهم، وأنه ينبغي للعبد أن لا يأتي الصلاة إلا وهو نشيطُ البدن والقلب إليها، ولا ينفق إلا وهو منشرح الصدر ثابت القلب يرجو ذُخرها وثوابها من الله وحده، ولا يتشبَّه بالمنافقين.
(54) Kemudian Allah menjelaskan sifat kefasikan mereka dan perbuatan mereka, Dia berfirman, ﴾ وَمَا مَنَعَهُمۡ أَن تُقۡبَلَ مِنۡهُمۡ نَفَقَٰتُهُمۡ إِلَّآ أَنَّهُمۡ كَفَرُواْ بِٱللَّهِ وَبِرَسُولِهِۦ
﴿ "Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya." Padahal semua amal, syarat diterima-nya adalah iman, sedangkan mereka itu tidak beriman dan tidak beramal shalih, bahkan shalat yang merupakan amal jasmani yang paling utama, mereka lakukan dengan malas-malasan. ﴾ وَلَا يَأۡتُونَ ٱلصَّلَوٰةَ إِلَّا وَهُمۡ كُسَالَىٰ
﴿ "Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas." Yakni merasa berat, hampir tidak melakukannya karena beratnya shalat atas mereka. ﴾ وَلَا يُنفِقُونَ إِلَّا وَهُمۡ كَٰرِهُونَ ﴿ "Dan tidak
(pula) menafkahkan
(harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan", tanpa kelapangan dada dan ketenangan jiwa. Ini adalah celaan yang men-dalam bagi siapa saja yang melakukan seperti apa yang mereka lakukan, dan bahwa seorang hamba seharusnya tidak mendatangi shalat kecuali dalam keadaan semangat jasmani dan rohani, dan tidak berinfak kecuali dengan dada yang lapang dan jiwa yang tenang berharap balasan pahalanya dari Allah semata dan tidak menyerupai orang-orang munafik.
{فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ (55) وَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ إِنَّهُمْ لَمِنْكُمْ وَمَا هُمْ مِنْكُمْ وَلَكِنَّهُمْ قَوْمٌ يَفْرَقُونَ (56) لَوْ يَجِدُونَ مَلْجَأً أَوْ مَغَارَاتٍ أَوْ مُدَّخَلًا لَوَلَّوْا إِلَيْهِ وَهُمْ يَجْمَحُونَ (57)}.
"Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka mena-rik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan
(memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam ke-hidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. Dan mereka
(orang-orang munafik) bersumpah dengan
(Nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu, padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut
(kepada-mu). Jikalau mereka memperoleh tempat perlindungan atau gua-gua atau lubang-lubang
(dalam tanah), niscaya mereka pergi kepada-nya dengan secepat-cepatnya."
(At-Taubah: 55-57).
#
{55} يقول تعالى: فلا تعجبْك أموالُ هؤلاء المنافقين ولا أولادُهم؛ فإنه لا غبطة فيها، وأول بركاتها عليهم أن قدَّموها على مراضي ربِّهم وعصوا الله لأجلها. {إنَّما يريد الله ليعذِّبَهم بها في الحياة الدُّنيا}: والمراد بالعذاب هنا ما ينالهم من المشقَّة في تحصيلها والسعي الشديد في ذلك وهمِّ القلب فيها وتعب البدن؛ فلو قابلت لَذَّاتهم فيها بمشقَّاتهم؛ لم يكن لها نسبة إليها؛ فهي لَمَّا ألهتهم عن الله وذكره؛ صارت وبالاً عليهم حتى في الدنيا، ومن وبالها العظيم الخطر أنَّ قلوبهم تتعلَّق بها وإراداتهم لا تتعداها، فتكون منتهى مطلوبِهم وغاية مرغوبِهم، ولا يبقى في قلوبهم للآخرة نصيبٌ، فيوجب ذلك أن ينتقلوا من الدنيا، {وَتَزْهَقَ أنفسُهُم وهم كافرون}؛ فأي عقوبة أعظم من هذه العقوبة الموجبة للشَّقاء الدائم والحسرة الملازمة؟!
(55) Allah تعالى berfirman, janganlah kamu kagum terhadap harta dan anak-anak orang-orang munafik itu, karena tidak ghibthah
[92] padanya, kesialan pertama mereka adalah bahwa mereka menda-hulukannya di atas keridhaan Allah dan mereka durhaka kepada Allah karenanya. ﴾ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُم بِهَا فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا
﴿ "Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia." Yang dimaksud dengan azab di sini adalah kesulitan dalam mendapatkannya, usaha yang mati-matian dalam hal itu, serta kecemasan hati dan keletihan tu-buh yang mereka dapatkan, sekiranya kenikmatan mereka diukur dengan kesulitannya maka ia tidaklah sebanding, manakala harta tersebut melenakan mereka dari Allah dan dzikir kepadaNya, maka ia menjadi azab atas mereka bahkan di dunia, dan di antara akibat buruk yang berbahaya adalah bahwa hati mereka selalu bergantung kepadanya dan keinginan mereka tidak lepas darinya, ia menjadi tujuan akhir dan target final mereka, di hati mereka tidak lagi ada bagian akhirat, yang hal itu mengharuskan mereka berpindah dari dunia. ﴾ وَتَزۡهَقَ أَنفُسُهُمۡ وَهُمۡ كَٰفِرُونَ ﴿ "Dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir." Adakah hukuman yang lebih besar daripada hukuman yang mengakibatkan kesengsaraan dan kerugian yang abadi dan terus menerus?
#
{56} {ويحلفون بالله إنَّهم لمنكم وما هم منكم ولكنهم}: قصدهم في حلفهم هذا أنهم {قومٌ يَفْرَقون}؛ أي: يخافون الدوائر، وليس في قلوبهم شجاعة تحملهم على أن يبيِّنوا أحوالهم، فيخافون إن أظهروا حالهم منكم ويخافون أن تتبرَّؤوا منهم فيتخطَّفهم الأعداء من كل جانب، وأما حال قويِّ القلب ثابت الجنان؛ فإنه يحمله ذلك على بيان حاله حسنةً كانت أو سيئةً، ولكن المنافقين خُلِعَ عليهم خِلْعةُ الجبن، وحُلُّوا بحِلْيَةِ الكذب.
(56) ﴾ وَيَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ إِنَّهُمۡ لَمِنكُمۡ وَمَا هُم مِّنكُمۡ وَلَٰكِنَّهُمۡ
﴿ "Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (Nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu, padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka", tujuan mereka dalam bersumpah adalah bahwa mereka ﴾ قَوۡمٞ يَفۡرَقُونَ ﴿ "adalah orang-orang yang sangat takut
(kepada-mu)." Yakni takut serangan. Di hati mereka tidak ada keberanian yang mendorong mereka menunjukkan jati diri mereka, mereka takut jika mereka menunjukkan keadaan mereka kepadamu, mereka takut kamu berlepas diri dari mereka yang akibatnya musuh meng-incar mereka dari segala penjuru. Adapun keadaan orang yang kuat hatinya lagi teguh jiwanya, maka dia tidak takut menyatakan ke-adaan dirinya, baik atau buruk, akan tetapi orang-orang munafik itu memang berbaju dengan pakaian ketakutan dan bermantel kebohongan.
#
{57} ثم ذكر شدَّة جبنهم، فقال: {لو يجدون ملجأ}: يلجؤون إليه عندما تنزل بهم الشدائد، {أو مغاراتٍ}: يدخلونها فيستقرُّون فيها، {أو مدخلاً}؛ أي: محلاًّ يدخلونه فيتحصَّنون فيه، {لَوَلَّوا إليه وهم يَجْمحون}؛ أي: يسرعون ويُهْرَعون؛ فليس لهم مَلَكة يقتدرون بها على الثبات.
(57) Kemudian Allah menyebutkan besarnya ketakutan me-reka, Dia berfirman, ﴾ لَوۡ يَجِدُونَ مَلۡجَـًٔا
﴿ "Jikalau mereka memperoleh tempat perlindungan", sebagai tempat berlindung pada saat datang-nya kesulitan ﴾ أَوۡ مَغَٰرَٰتٍ
﴿ "atau gua-gua" yang bisa mereka masuki dan tinggali ﴾ أَوۡ مُدَّخَلٗا
﴿ "atau lubang-lubang (dalam tanah)," yaitu tempat persembunyian untuk membentengi diri mereka, ﴾ لَّوَلَّوۡاْ إِلَيۡهِ وَهُمۡ يَجۡمَحُونَ ﴿ "niscaya mereka pergi kepadanya dengan secepat-cepatnya", yakni dengan cepat dan bergegas. Mereka tidak memiliki keteguhan yang mem-buat mereka tenang.
{وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ (58) وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ (59)}.
"Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang
(pembagian) zakat, jika mereka diberi sebagian darinya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian darinya, dengan serta merta mereka menjadi marah. Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya ke-pada mereka, dan berkata, 'Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebagian dari karuniaNya dan demikian
(pula) RasulNya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang ber-harap kepada Allah,'
(tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)."
(At-Taubah: 58-59).
#
{58} أي: ومن هؤلاء المنافقين مَن يَعيبك في قسمة الصَّدقات وينتقد عليك فيها، وليس انتقادُهم فيها وعيبُهم لقصدٍ صحيح ولا لرأي رجيح، وإنَّما مقصودُهم أن يُعْطَوا منها. {فإنْ أُعْطوا منها رَضُوا وإن لم يُعْطَوْا منها إذا هم يسخطونَ}: وهذه حالةٌ لا تنبغي للعبد أن يكون رضاه وغضبه تابعاً لهوى نفسه الدنيويِّ وغرضه الفاسد، بل الذي ينبغي أن يكون [هواه تبعاً] لمرضاة ربِّه؛ كما قال النبي - صلى الله عليه وسلم -: «لا يؤمن أحدُكم حتَّى يكون هواهُ تَبَعاً لما جئت به».
(58) Yakni di antara orang-orang munafik itu ada yang mencelamu dan mengkritikmu dalam pembagian zakat, akan tetapi kritikannya bukan untuk tujuan yang benar maupun pandangan yang lurus, akan tetapi tujuannya hanyalah agar mereka diberi. ﴾ فَإِنۡ أُعۡطُواْ مِنۡهَا رَضُواْ وَإِن لَّمۡ يُعۡطَوۡاْ مِنۡهَآ إِذَا هُمۡ يَسۡخَطُونَ ﴿ "Jika mereka diberi sebagian darinya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian dari-nya, dengan serta merta mereka menjadi marah." Tidak selayaknya bagi seorang hamba mengikutkan rela dan marahnya kepada hawa nafsunya yang bersifat dunia dan tujuannya yang rusak, justru yang semestinya adalah hendaknya hawa nafsunya mengikuti ridha Rabbnya, sebagaimana Nabi ﷺ bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ.
"Tidak beriman
(dengan sempurna) salah seorang dari kalian se-hingga hawa nafsunya mengikuti ajaranku."
[93]
#
{59} وقال هنا: {ولو أنَّهم رَضوا ما آتاهم الله ورسولُه}؛ أي: أعطاهم من قليل وكثيرٍ، {وقالوا حسبُنا الله}؛ أي: كافينا الله فنرضى بما قَسَمه لنا، وليؤملوا فضله وإحسانه إليهم بأن يقولوا: {سيؤتينا الله من فضلِهِ ورسولُهُ إنَّا إلى الله راغبون}؛ أي: متضرِّعون في جلب منافعنا ودفع مضارِّنا؛ [لسلموا من النفاق، ولهدوا إلى الإيمانِ والأحوالِ العاليةِ].
(59) Dan di sini Dia berfirman, ﴾ وَلَوۡ أَنَّهُمۡ رَضُواْ مَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ
﴿ "Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka", besar atau kecil, ﴾ وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ
﴿ "dan berkata, 'Cukuplah Allah bagi kami'." Yakni Allah yang mencukupi kami, maka kami pun rela dengan pembagian dariNya. Dan hen-daklah mereka berharap karunia dan kebaikanNya kepada mereka dengan berkata, ﴾ سَيُؤۡتِينَا ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ وَرَسُولُهُۥٓ إِنَّآ إِلَى ٱللَّهِ رَٰغِبُونَ ﴿ "'Allah akan memberikan kepada kami sebagian dari karuniaNya dan demikian
(pula) RasulNya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah,'
(tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)." Yakni kami merendahkan diri dalam mengharap kebaikan dan menolak kebu-rukan
[niscaya mereka selamat dari kemunafikan, dan niscaya me-reka ditunjukkan kepada iman dan keadaan-keadaan yang tinggi].
Kemudian Allah تعالى menerangkan tata cara pembagian sede-kah wajib (zakat), Dia berfirman,
{إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (60)}.
"Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana."
(At-Tau-bah: 60).
#
{60} يقول تعالى: {إنَّما الصدقات}؛ أي: الزكوات الواجبة، بدليل أن الصَّدقة المستحبَّة لكل أحدٍ لا يخصُّ بها أحدٌ دون أحدٍ؛ [أي]: {إنَّما الصَّدقات}: لهؤلاء المذكورين دون مَنْ عداهم؛ لأنه حصرها فيهم، وهم ثمانية أصناف:
الأول والثاني: الفقراء والمساكين، وهم في هذا الموضع صنفان متفاوتان؛ فالفقير أشدُّ حاجةً من المسكين؛ لأنَّ الله بدأ بهم، ولا يُبدأ إلا بالأهمِّ فالأهمِّ؛ فَفُسِّرَ الفقير بأنه الذي لا يجد شيئاً أو يجد بعض كفايته دون نصفها، والمسكين الذي يجد نصفها فأكثر، ولا يجد تمام كفايته؛ لأنَه لو وجدها؛ لكان غنيًّا، فيعطَون من الزكاة ما يزول به فقرهم ومسكنتهم.
والثالث: العاملون على الزكاة، وهم كلُّ من له عملٌ وشغل فيها من حافظٍ لها و جابٍ لها من أهلها أو راعٍ أو حاملٍ لها أو كاتبٍ أو نحو ذلك، فيعطَوْن لأجل عمالتهم، وهي أجرة لأعمالهم فيها.
والرابع: المؤلَّفة قلوبهم، والمؤلَّف قلبُه هو السيد المطاع في قومه ممَّن يُرجَى إسلامه أو يُخشى شرُّه أو يُرجى بعطيَّته قوة إيمانه أو إسلام نظيرِهِ أو جبايتها ممَّن لا يعطيها، فيُعطى ما يحصُلُ به التأليف والمصلحة.
الخامس: الرقاب، وهم المكاتَبون الذين قد اشتروا أنفسَهم من ساداتهم؛ فهم يسعَوْن في تحصيل ما يفكُّ رقابَهم، فيعانون على ذلك من الزكاة. وفكُّ الرقبة المسلمة التي في حبس الكفار داخلٌ في هذا، بل أولى. ويدخل في هذا أنَّه يجوز أن يعتق [منها] الرقاب استقلالاً؛ لدخوله في قوله: {وفي الرِّقاب}.
السادس: الغارمون، وهم قسمان: أحدهما: الغارمون لإصلاح ذات البين، وهو أن يكون بين طائفتين من الناس شرٌّ وفتنةٌ، فيتوسط الرجل للإصلاح بينهم بمال يبذُلُه لأحدهم أو لهم كلّهم، فُجِعلَ له نصيبٌ من الزكاة؛ ليكون أنشط له وأقوى لعزمِهِ، فيُعْطى ولو كان غنيًّا. والثاني: من غَرِمَ لنفسه ثم أعسر؛ فإنَّه يُعطى ما يُوفي به دينَه.
والسابع: الغازي في سبيل الله، وهم الغزاة المتطوِّعة الذين لا ديوان لهم، فيُعْطَوْن من الزكاة ما يُعينهم على غزوهم من ثمن سلاح أو دابَّةٍ أو نفقة له ولعياله؛ ليتوفَّر على الجهاد ويطمئنَّ قلبُه، وقال كثير من الفقهاء: إن تفرَّغ القادر على الكسب لطلب العلم؛ أعطي من الزكاة؛ لأنَّ العلم داخلٌ في الجهاد في سبيل الله. وقالوا أيضاً: يجوز أن يُعطى منها الفقير لحجِّ فرضِهِ. وفيه نظر.
والثامن: ابن السبيل، وهو الغريب المنقطَعُ به في غير بلده، فيُعطى من الزكاة ما يوصله إلى بلده. فهؤلاء الأصناف الثمانية الذين تُدفع إليهم الزكاة وحدهم. {فريضةً من الله}: فرضها وقدَّرها تابعةً لعلمه وحكمه، {والله عليمٌ حكيمٌ}.
واعلم أن هذه الأصناف الثمانية ترجع إلى أمرين: أحدهما: مَنْ يُعطى لحاجته ونفعه؛ كالفقير والمسكين ونحوهما. والثاني: من يعطى للحاجة إليه وانتفاع الإسلام به.
فأوجب الله هذه الحصَّة في أموال الأغنياء لسدِّ الحاجات الخاصَّة والعامَّة للإسلام والمسلمين، فلو أعطى الأغنياء زكاة أموالهم على الوجه الشرعيِّ؛ لم يبقَ فقيرٌ من المسلمين، ولحصلَ من الأموال ما يسدُّ الثغور، ويجاهَدُ به الكفارُ، وتحصُلُ به جميع المصالح الدينية.
(60) Allah تعالى berfirman, ﴾ إِنَّمَا ٱلصَّدَقَٰتُ
﴿ "Sesungguhnya zakat-zakat itu", yakni zakat yang wajib dengan dalil bahwa sedekah yang dianjurkan itu diberikan kepada siapa saja tanpa pengkhususan, se-dangkan di dalam ayat ini disebutkan adanya pengkhususan, yakni ﴾ إِنَّمَا ٱلصَّدَقَٰتُ
﴿ "Sesungguhnya zakat-zakat itu", adalah untuk mereka, tidak untuk yang lain, karena Allah membatasinya pada mereka, yaitu delapan golongan berikut ini:
Pertama dan kedua: Fakir dan miskin. Di tempat ini kedua-nya adalah dua golongan yang berbeda. Fakir lebih membutuhkan daripada miskin, karena Allah menyebutkannya di awal, dan suatu perkataan tidak dimulai kecuali dengan yang lebih penting, lalu baru yang penting berikutnya. Fakir adalah orang yang tidak memi-liki apa pun untuk memenuhi kebutuhannya, atau memiliki kurang dari setengahnya, sedangkan miskin, maka dia memiliki setengah lebih tetapi belum mencukupi, karena jika dia memilikinya berarti dia adalah orang kaya. Keduanya diberi zakat yang bisa menghi-langkan kefakiran dan kemiskinannya.
Ketiga: Amil zakat, dia adalah setiap orang yang bekerja dan sibuk pada urusan zakat, mulai dari penjaga, penarik dari muzakki (pembayar zakat), penggembala, pembawa, penulis, dan petugas lainnya, dia diberi karena pekerjaannya, ia adalah gaji dari peker-jaannya dalam mengurusi zakat.
Keempat: (Orang yang sedang dibujuk hatinya) dia adalah pembesar yang ditaati oleh kaumnya yang diharapkan keislaman-nya, atau ditakutkan kejahatannya, atau dia diberi dengan harapan agar imannya kuat, atau orang yang sepertinya masuk Islam, atau zakat bisa ditarik dari orang yang tidak memberikannya, dia diberi sekedar bisa menarik hatinya dan meraih kemaslahatan.
Kelima: Riqab, yaitu hamba sahaya mukatab yang menebus dirinya dari tuan (pemilik)nya, yang berusaha keras agar bisa mem-bebaskan dirinya, maka dia dibantu dari zakat. Membebaskan tawa-nan Muslimin dari tangan orang-orang kafir termasuk di dalamnya, bahkan ia lebih layak. Termasuk dalam hal ini boleh memerdeka-kan hamba sahaya walaupun dia bukan mukatab, karena ia termasuk dalam FirmanNya, ﴾ وَفِي ٱلرِّقَابِ
﴿ "Untuk memerdekakan budak."
Keenam: Gharim, jenis ini terbagi menjadi dua: orang yang mengeluarkan harta demi mendamaikan dua kelompok yang ber-tikai dan berselisih, lalu seseorang menengahi untuk mendamaikan dengan mengeluarkan harta untuk salah satu kelompok atau untuk keduanya, maka dia diberi bagian dari zakat agar hal itu menjadi peneguh dan penyemangat bagi tekadnya, dia diberi walaupun dia kaya.
Yang kedua adalah orang yang berhutang harta untuk dirinya sendiri, kemudian dia bangkrut (tidak bisa melunasi hutang), dia diberi apa yang cukup untuk menutupi hutangnya.
Ketujuh: Orang yang berperang di jalan Allah, yang berpe-rang dengan suka rela tanpa ada departemen yang membawahinya. Dia diberi zakat secukupnya untuk membantunya berperang, untuk mendapatkan senjata atau kendaraan atau nafkah untuknya dan keluarganya, agar dia fokus dengan tenang dalam jihadnya. Banyak fuqaha yang menyatakan, "Jika orang yang mampu bekerja memu-tuskan untuk berkonsentrasi mencari ilmu, maka dia diberi dari zakat, karena menuntut ilmu termasuk ke dalam jihad di jalan Allah." Mereka juga berkata, "Orang miskin diberi zakat untuk haji." Namun pendapat ini perlu dikaji kembali.
Kedelapan: Ibnu Sabil, yaitu orang asing yang kehabisan be-kal dan sedang tidak di negerinya, dia diberi dari zakat yang dapat menyampaikannya ke negerinya.
Mereka inilah delapan golongan yang mana zakat diberikan kepada mereka saja. ﴾ فَرِيضَةٗ مِّنَ ٱللَّهِۗ
﴿ "Sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah." Allah mewajibkannya dan menentukan kadarnya sesuai dengan ilmu dan hikmahNya. ﴾ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٞ ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana."
Ketahuilah, bahwa delapan golongan ini kembali kepada dua hal,
pertama: yang diberi karena kebutuhan dan keperluannya se-perti fakir miskin dan semisalnya. Dan yang kedua adalah yang diberi karena memang dibutuhkan dan untuk kepentingan Islam.
Allah mewajibkan bagian ini atas harta orang-orang kaya un-tuk menutupi kebutuhan khusus dan umum bagi Islam dan kaum Muslimin. Seandainya orang-orang kaya itu mau membayarkan zakatnya sesuai dengan ketentuan syar'i, niscaya tidak ada lagi orang fakir dari kalangan kaum Muslimin, niscaya akan terkumpul harta untuk mengamankan perbatasan dan melawan orang-orang kafir serta terwujudnya seluruh kepentingan agama.
{وَمِنْهُمُ الَّذِينَ يُؤْذُونَ النَّبِيَّ وَيَقُولُونَ هُوَ أُذُنٌ قُلْ أُذُنُ خَيْرٍ لَكُمْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَيُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (61) يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ لِيُرْضُوكُمْ وَاللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَقُّ أَنْ يُرْضُوهُ إِنْ كَانُوا مُؤْمِنِينَ (62) أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّهُ مَنْ يُحَادِدِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَأَنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدًا فِيهَا ذَلِكَ الْخِزْيُ الْعَظِيمُ (63)}.
"Di antara mereka
(orang-orang munafik) ada yang menya-kiti Nabi dan mengatakan, 'Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya.' Katakanlah, 'Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang Mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara ka-mu.' Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. Mereka bersumpah kepada kamu dengan
(Nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, padahal Allah dan RasulNya itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang Mukmin. Tidakkah mereka
(orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya Neraka Jahanamlah baginya, dia kekal di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar."
(At-Taubah: 61-63).
#
{61} أي: ومن هؤلاء المنافقين، {الذين يُؤْذونَ النبي}: بالأقوال الرديَّة والعَيْب له ولدينه، {ويقولون هو أذُنٌ}؛ أي: لا يبالون بما يقولون من الأذيَّة للنبيِّ، ويقولون: إذا بلغه عنَّا بعض ذلك؛ جئنا نعتذر إليه، فيقبلُ منَّا؛ لأنه أذُنٌ؛ أي: يقبل كلَّ ما يُقال له، لا يُمَيِّزُ بين صادقٍ وكاذب، وقصدهم ـ قبَّحهم الله ـ فيما بينهم أنهم غير مكترثين بذلك ولا مهتمِّين به؛ لأنه إذا لم يبلُغْه؛ فهذا مطلوبهم، وإن بلغه؛ اكتفَوْا بمجرَّد الاعتذار الباطل، فأساؤوا كلَّ الإساءة من أوجه كثيرةٍ:
أعظمها: أذيَّة نبيِّهم الذي جاء لهدايتهم وإخراجهم من الشَّقاء والهلاك إلى الهدى والسعادة.
ومنها: عدم اهتمامهم أيضاً بذلك، وهو قدر زائدٌ على مجرَّد الأذيَّة.
ومنها: قدحُهم في عقل النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - وعدم إدراكه وتفريقه بين الصادق والكاذب، وهو أكملُ الخلق عقلاً وأتمُّهم إدراكاً وأثقبُهم رأياً وبصيرةً، ولهذا قال تعالى: {قُلْ أذُنُ خيرٍ لكم}؛ أي: يقبلُ مَن قال له خيراً وصدقاً، وأما إعراضُه وعدم تعنيفه لكثير من المنافقين المعتذرين بالأعذار الكذب؛ فلِسَعَة خُلُقه وعدم اهتمامه بشأنهم وامتثاله لأمر الله في قوله: {سيحلِفون بالله لكم إذا انقلبتُم إليهم لِتُعْرِضوا عنهم فأعِرضوا عنُهم إنَّهم رِجْسٌ}، وأما حقيقة ما في قلبه ورأيه؛ فقال عنه: {يؤمِنُ بالله ويؤمِنُ للمؤمنين}: الصادقين المصدِّقين، ويعلم الصادق من الكاذب، وإن كان كثيراً يُعْرِضُ عن الذين يَعْرِفُ كذِبَهم وعدم صدقِهِم، {ورحمةٌ للذين آمنوا منكم}: فإنَّهم به يهتدون وبأخلاقِهِ يقتدون، وأما غير المؤمنين؛ فإنَّهم لم يقبلوا هذه الرحمة، بل ردُّوها فخسروا دنياهم وآخرتهم. {والذين يؤذون رسولَ الله}: بالقول والفعل {لهم عذابٌ أليم}: في الدُّنيا والآخرة، ومن العذاب الأليم أنه يتحتَّم قتلُ مؤذيه وشاتمه.
(61) Yakni di antara orang-orang munafik itu ﴾ ٱلَّذِينَ يُؤۡذُونَ ٱلنَّبِيَّ
﴿ "Ada yang menyakiti Nabi", dengan ucapan buruk, mencelanya dan mencela agamanya. ﴾ وَيَقُولُونَ هُوَ أُذُنٞۚ
﴿ "Dan mengatakan, 'Nabi memper-cayai semua apa yang didengarnya." Yakni mereka tidak peduli dengan hinaan yang mereka katakan kepada Nabi, kata mereka, "Jika ada ucapan kita yang sampai kepadanya maka kita minta maaf ke-padanya, pasti dia akan memaafkan, karena dia menerima apa saja yang dikatakan kepadanya, tanpa membedakan antara yang benar dan yang dusta.
Maksud mereka –semoga Allah menimpakan keburukan ke-pada mereka–, bahwa mereka tidak mempedulikan dan memper-hatikan hal itu, karena jika ucapan itu tidak didengar Nabi, maka inilah yang mereka cari, jika ia sampai, maka cukuplah dengan meminta maaf dengan cara yang batil. Me-reka telah melakukan keburukan dari banyak sisi:
Yang paling besar adalah, menyakiti Nabi yang hadir untuk memberi hidayah kepada mereka dan mengeluarkan mereka dari kesengsaraan dan kebinasaan kepada hidayah dan kebahagiaan.
Di antaranya adalah, ketidakpedulian mereka dalam hal itu, ia tidak sekedar menyakiti, tapi lebih dari itu.
Di antaranya juga adalah, cibiran mereka terhadap akal Nabi ﷺ yang –kata mereka– tidak bisa membedakan antara yang benar dan yang dusta, padahal Nabi ﷺ adalah orang yang memiliki akal paling sempurna, ilmu paling lengkap, dan pandangan yang paling tajam. Oleh karena itu Allah تعالى berfirman, ﴾ قُلۡ أُذُنُ خَيۡرٖ لَّكُمۡ
﴿ "Katakan-lah, 'Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu'." Yakni menerima siapa yang berkata benar dan baik kepadanya. Adapun berpaling-nya Nabi ﷺ dan tidak menyalahkan kebanyakan orang munafik yang meminta maaf dengan alasan-alasan yang dusta, maka hal itu karena kelapangan akhlaknya, ketidakpeduliannya kepada mereka dan karena mengamalkan Firman Allah تعالى,
﴾ سَيَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ لَكُمۡ إِذَا ٱنقَلَبۡتُمۡ إِلَيۡهِمۡ لِتُعۡرِضُواْ عَنۡهُمۡۖ فَأَعۡرِضُواْ عَنۡهُمۡۖ إِنَّهُمۡ رِجۡسٞۖ
﴿
"Kelak mereka akan bersumpah kepadamu dengan Nama Allah, apabila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka, karena sesungguhnya mereka itu adalah najis." (At-Taubah: 95).
Adapun hakikat apa yang ada di dalam hati dan pikirannya, maka Allah berfirman tentangnya, ﴾ يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَيُؤۡمِنُ لِلۡمُؤۡمِنِينَ
﴿ "Dia ber-iman kepada Allah, mempercayai orang-orang Mukmin", yang benar dan membenarkan, dia mengetahui yang jujur dan yang dusta meskipun dia sering berpaling dari orang-orang yang diketahui kebohongan-nya dan kedustaannya, ﴾ وَرَحۡمَةٞ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡۚ
﴿ "dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu." Karena mereka mengambil petunjuk darinya dan meneladani akhlaknya. Adapun orang-orang yang tidak beriman, maka mereka tidak mau menerima rahmat ini, bahkan mereka menolaknya, maka mereka rugi dunia dan akhirat. ﴾ وَٱلَّذِينَ يُؤۡذُونَ رَسُولَ ٱللَّهِ
﴿ "Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu", dengan perkataan dan perbuatan ﴾ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ ﴿ "bagi mereka azab yang pedih", di dunia dan di akhirat, dan di antara azab yang pedih ada-lah dibunuhnya orang yang menyakiti Nabi dan mencelanya.
#
{62} {يحلفون بالله لكم لِيُرْضوكم}: فيتبرؤوا مما صدر منهم من الأذيَّة وغيرها، فغايتهم أن ترضَوْا عليهم. {والله ورسوله أحقُّ أن يُرْضوه إن كانوا مؤمنين}: لأنَّ المؤمن لا يقدِّم شيئاً على رضا ربِّه [ورضا رسوله]، فدلَّ هذا على انتفاء إيمانهم؛ حيث قدَّموا رضا غير الله ورسوله.
(62) ﴾ يَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ لَكُمۡ لِيُرۡضُوكُمۡ
﴿ "Mereka bersumpah kepada kamu dengan (Nama) Allah untuk mencari keridhaanmu." Lalu mereka meng-klaim berlepas diri dari menyakiti Nabi dan lainnya yang mereka lakukan. Tujuan mereka adalah agar kamu ridha kepada mereka. ﴾ وَٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَحَقُّ أَن يُرۡضُوهُ إِن كَانُواْ مُؤۡمِنِينَ ﴿ "Padahal Allah dan RasulNya itu-lah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang Mukmin." Karena seorang Mukmin tidak mendahulukan sesuatu pun di atas ridha Allah dan RasulNya. Ini menunjukkan bahwa iman mereka tidak ada, di mana mereka mendahulukan ridha selain Allah dan RasulNya.
#
{63} وهذا محادَّة لله ومشاقَّة له، وقد توعَّد من حادَّه بقوله: {ألم يعلَموا أنَّه مَن يحاددِ اللهَ ورسولَه}: بأن يكون في حدٍّ وشِقٍّ مبعدٍ عن الله ورسوله؛ بأن تهاون بأوامر الله وتجرَّأ على محارمه، {فأنَّ له نارَ جهنَّم خالداً فيها} و {ذلك الخزيُ العظيم}: الذي لا خزيَ أشنعُ ولا أفظعُ منه، حيث فاتهم النعيم المقيم، وحصلوا على عذاب الجحيم؛ عياذاً بالله من حالهم.
(63) Ini adalah penentangan dan permusuhan kepada Allah, dan Allah telah mengancam orang yang menentangnya dengan FirmanNya, ﴾ أَلَمۡ يَعۡلَمُوٓاْ أَنَّهُۥ مَن يُحَادِدِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ
﴿ "Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan RasulNya," di mana dia berada di jalur dan jalan yang menjauhkan-nya dari Allah dan RasulNya, dengan meremehkan perintah Allah dan melakukan laranganNya, ﴾ فَأَنَّ لَهُۥ نَارَ جَهَنَّمَ خَٰلِدٗا فِيهَاۚ
﴿ "maka sesung-guhnya Neraka Jahanamlah baginya, dia kekal di dalamnya," dan ﴾ ذَٰلِكَ ٱلۡخِزۡيُ ٱلۡعَظِيمُ ﴿ "itu adalah kehinaan yang besar", yang tiada kehinaan yang lebih buruk dan lebih jelek daripadanya, di mana mereka ke-hilangan nikmat yang kekal, dan meraih azab Neraka Jahim. Kita berlindung kepada Allah dari keadaan mereka.
{يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ (64) وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (66)}.
"Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan ter-hadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembu-nyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka, 'Teruskanlah ejekan-ejekanmu
(terhadap Allah dan RasulNya).' Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka
(tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, 'Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.' Katakanlah, 'Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya, dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan dari kamu
(lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan
(yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa."
(At-Taubah: 64-66).
#
{64} كانت هذه السورة الكريمة تسمى الفاضحة؛ لأنها بيَّنت أسرار المنافقين وهتكت أستارهم؛ فما زال الله يقول: ومنهم، ومنهم ... ويذكر أوصافهم؛ إلاَّ أنه لم يعيِّن أشخاصهم لفائدتين:
إحداهما: أن الله سِتِّيرٌ يحبُّ الستر على عباده.
والثانية: أن الذَّمَّ على مَن اتَّصف بذلك الوصف من المنافقين الذين توجَه إليهم الخطاب وغيرهم إلى يوم القيامة، فكان ذكر الوصف أعمَّ وأنسبَ، حتى خافوا غاية الخوف؛ قال الله تعالى: {لئن لم يَنتَهِ المنافقون والذين في قلوبهم مرضٌ والمرجِفونَ في المدينةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بهم ثم لا يجاوِرونَكَ فيها إلاَّ قليلاً. ملعونينَ أينما ثُقِفوا أُخِذوا وَقُتِّلوا تَقْتيلاً}.
وقال هنا: {يَحْذَرُ المنافقون أن تنزل عليهم سورةٌ تنبِّئهم بما في قلوبهم}؛ أي: تخبرهم وتفضحهم وتبيِّن أسرارهم، حتى تكون علانيةً لعباده، ويكونوا عبرة للمعتبرين. {قل استهزِئوا}؛ أي: استمرُّوا على ما أنتم عليه من الاستهزاء والسُّخرية. {إنَّ الله مخرجٌ ما تحذرونَ}: وقد وفى تعالى بوعدِهِ، فأنزل هذه السورة التي بيَّنتهم، وفضحتهم، وهتكت أستارهم.
(64) Surat yang mulia ini dulunya dinamakan al-Fadhihah karena ia membongkar rahasia orang-orang munafik dan membuka kedok mereka. Allah berfirman, "Di antara mereka, di antara me-reka…" dan menjelaskan sifat-sifat mereka.
Hanya saja Dia tidak menyebut perindividu mereka karena dua faidah:
Pertama: Allah Maha Menutupi, Dia menyukai menutup aib hambaNya.
Kedua: Bahwa celaannya ditujukan kepada siapa saja yang memiliki sifat tersebut, baik dari kalangan orang-orang munafik di mana Firman Allah pertama kali tertuju kepadanya dan juga kepada selain mereka sampai Hari Kiamat. Maka menyebut sifat
(tanpa pelakunya) lebih umum dan lebih sesuai agar mereka benar-benar takut. Allah تعالى berfirman,
﴾ لَّئِن لَّمۡ يَنتَهِ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ وَٱلۡمُرۡجِفُونَ فِي ٱلۡمَدِينَةِ لَنُغۡرِيَنَّكَ بِهِمۡ ثُمَّ لَا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَآ إِلَّا قَلِيلٗا 60 مَّلۡعُونِينَۖ أَيۡنَمَا ثُقِفُوٓاْ أُخِذُواْ وَقُتِّلُواْ تَقۡتِيلٗا 61
﴿
"Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetang-gamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya." (Al-Ahzab: 60-61).
Dia berfirman di sini, ﴾ يَحۡذَرُ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ أَن تُنَزَّلَ عَلَيۡهِمۡ سُورَةٞ تُنَبِّئُهُم بِمَا فِي قُلُوبِهِمۡۚ
﴿ "Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka." Yakni yang memberitakan dan membuka kedok serta menjelaskan rahasia-rahasia mereka sehingga ia menjadi terbuka bagi hamba-hamba Allah dan menjadi pelajaran bagi orang yang mengambil pelajaran. ﴾ قُلِ ٱسۡتَهۡزِءُوٓاْ
﴿ "Katakanlah kepada mereka, 'Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan RasulNya)'." Yakni lanjutkan ejekanmu dan hinaanmu yang kamu lakukan. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ مُخۡرِجٞ مَّا تَحۡذَرُونَ ﴿ "Sesung-guhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu." Allah تعالى telah memenuhi janjiNya. Dia menurunkan surat yang menjelaskan keadaan mereka dan membongkar aib mereka serta membuka kedok mereka.
#
{65 ـ 66} {ولئن سألتَهم}: عما قالوه من الطعن في المسلمين وفي دينهم، يقولُ طائفةٌ منهم في غزوة تبوك: ما رأينا مثلَ قُرَّائنا هؤلاء ـ يعنون: النبي - صلى الله عليه وسلم - وأصحابه ـ أرغب بطوناً وأكذب ألسناً وأجبن عند اللقاء ... ونحو ذلك ، لما بلغهم أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قد علم بكلامهم؛ جاؤوا يعتذرون إليه ويقولون: {إنَّما كُنَّا نخوضُ ونلعبُ}؛ أي: نتكلَّم بكلام لا قصدَ لنا به ولا قَصَدْنا الطعن والعيب، قال الله تعالى مبيِّناً عدم عذرهم وكذبهم في ذلك: {قل} لهم: {أبالله وآياتِهِ ورسوله كنتم تستهزئون. لا تعتذروا قد كفرتم بعد إيمانكم}؛ فإنَّ الاستهزاء بالله ورسوله كفرٌ مخرجٌ عن الدين؛ لأنَّ أصل الدين مبنيٌّ على تعظيم الله وتعظيم دينه ورسله، والاستهزاء بشيء من ذلك منافٍ لهذا الأصل ومناقضٌ له أشدَّ المناقضة، ولهذا؛ لما جاؤوا إلى الرسول يعتذرون بهذه المقالة، والرسول لا يزيدهم على قوله: {أبالله وآياتِهِ ورسوله كنتُم تستهزِئون. لا تعتَذِروا قد كفرتُم بعد إيمانِكم}. وقوله: {إن نعفُ عن طائفةٍ منكم}: لتوبتهم واستغفارهم وندمهم، {نعذِّبْ طائفةً}: منكم بسبب أنهم {كانوا مجرمين}: مقيمين على كفرِهم ونفاقهم.
وفي هذه الآيات دليلٌ على أن من أسرَّ سريرة، خصوصاً السريرة التي يمكر فيها بدينه ويستهزئ به وبآياته ورسوله؛ فإنَّ الله تعالى يظهرها ويفضح صاحبها ويعاقبُهُ أشدَّ العقوبة. وأنَّ مَن استهزأ بشيء من كتاب الله أو سنة رسوله الثابتة عنه أو سَخِرَ بذلك أو تنقَّصه أو استهزأ بالرسول أو تنقَّصه؛ فإنَّه كافرٌ بالله العظيم. وأنَّ التوبة مقبولةٌ من كلِّ ذنبٍ وإن كان عظيماً.
(65-66) ﴾ وَلَئِن سَأَلۡتَهُمۡ
﴿ "Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu)", tentang hinaan mereka terha-dap kaum Muslimin dan agama mereka. Sekelompok dari mereka berkata di perang Tabuk, "Kami tidak melihat seperti para qari kami itu –maksudnya adalah Nabi ﷺ dan sahabat-sahabatnya– paling besar perutnya, paling dusta ucapannya, dan paling penakut pada saat perang … dan ejekan-ejekan lain semisalnya.[94] Ketika mereka mengetahui bahwa Nabi ﷺ telah mengetahui apa yang mereka katakan, mereka datang meminta maaf dan berkata, ﴾ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلۡعَبُۚ
﴿ "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Yakni kami mengatakan ucapan yang kami tidak bermaksud mengatakannya, kami pun tidak bermaksud mencela dan menghina.
Allah تعالى membantah dengan menjelaskan ketidakbenaran alasan mereka dan kebohongan mereka dalam hal itu. ﴾ قُلۡ
﴿ "Kata-kanlah", kepada mereka, ﴾ أَبِٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمۡ تَسۡتَهۡزِءُونَ 65 لَا تَعۡتَذِرُواْ قَدۡ كَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡۚ
﴿ ' A p a k a h dengan Allah, ayat-ayatNya, dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesu-dah beriman." Karena mengolok-olok Allah dan RasulNya adalah kekufuran yang mengeluarkan dari Islam, karena pondasi Islam terbangun di atas sikap pengagungan kepada Allah, agama dan RasulNya, sementara memperolok-olok sesuatu darinya sangat ber-tentangan dan bertabrakan dengan pondasi utama ini, oleh karena itu, begitu mereka datang kepada Rasul untuk meminta maaf dengan ucapan itu, Rasul hanya menjawab,﴾ أَبِٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمۡ تَسۡتَهۡزِءُونَ 65 لَا تَعۡتَذِرُواْ قَدۡ كَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡۚ
﴿ "Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman."
FirmanNya, ﴾ إِن نَّعۡفُ عَن طَآئِفَةٖ مِّنكُمۡ
﴿ "Jika Kami memaafkan sego-longan dari kamu (lantaran mereka taubat)", menyesal dan memohon ampun kepada Allah, ﴾ نُعَذِّبۡ طَآئِفَةَۢ
﴿ "niscaya Kami akan mengazab go-longan (yang lain)," dari kalian disebabkan mereka ﴾ كَانُواْ مُجۡرِمِينَ ﴿ "adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa", selalu berdiri di atas kekufuran dan kemunafikan.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa menyimpan rahasia buruk, khususnya rahasia makar terhadap agamaNya, meng-olok-olokNya, ayat-ayatNya, serta RasulNya, maka Allah تعالى akan menampakkannya, membeberkannya, dan menghukum pelakunya dengan keras. Dan bahwa barangsiapa yang menghina sesuatu dari Kitabullah atau Sunnah Rasul yang shahih darinya atau mencela-nya atau merendahkannya atau memperolok-olok Rasul atau me-rendahkannya, maka dia adalah kafir kepada Allah yang Maha-agung, dan bahwa taubat akan diterima dari segala dosa, meskipun dosa itu besar.
{الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (67) وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ (68)}.
"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka meng-genggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu-lah orang-orang yang fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan Neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya, cukuplah Neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal."
(At-Taubah: 67-68).
#
{67} يقول تعالى: {المنافقون والمنافقات بعضُهم من بعض}: لأنهم اشتركوا في النفاق، فاشتركوا في تولِّي بعضهم بعضاً، وفي هذا قطعٌ للمؤمنين من ولايتهم. ثم ذكر وصف المنافقين العام الذي لا يخرُجُ منه صغيرٌ منهم ولا كبيرٌ، فقال: {يأمرون بالمنكر}: وهو الكفر والفسوق والعصيان، {وينهَوْن عن المعروف}: وهو الإيمان والأخلاق الفاضلة والأعمال الصالحة والآداب الحسنة، {ويَقْبِضون أيدِيَهم}: عن الصدقة وطرق الإحسان؛ فوصْفُهم البخلُ. {نَسوا الله}: فلا يذكُرونه إلا قليلاً، {فنَسِيَهم}: من رحمته؛ فلا يوفِّقهم لخيرٍ ولا يدخِلُهم الجنة، بل يترُكهم في الدرك الأسفل من النار خالدين فيها مخلَّدين. {إنَّ المنافقين هم الفاسقون}: حصر الفسقَ فيهم؛ لأنَّ فسقهم أعظم من فسق غيرهم؛ بدليل أن عذابهم أشدُّ من عذاب غيرهم، وأن المؤمنين قد ابتُلوا بهم إذ كانوا بين أظهرهم، والاحتراز منهم شديدٌ.
(67) Allah تعالى berfirman, ﴾ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتُ بَعۡضُهُم مِّنۢ بَعۡضٖۚ
﴿ "Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain", karena mereka bersekutu dalam kemunafikan, maka mereka pun saling mendukung. Ini adalah pemutusan bagi orang-orang yang beriman dari pengangkatan mereka menjadi teman. Kemudian Allah menyebutkan sifat umum orang munafik yang tidak keluar darinya orang besar dan orang kecil dari kalangan mereka. Dia ber-firman, ﴾ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمُنكَرِ
﴿ "Mereka menyuruh berbuat yang mungkar." Yaitu kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan. ﴾ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمَعۡرُوفِ
﴿ "Dan melarang berbuat yang ma'ruf", yaitu iman, akhlak yang mulia, amal shalih, dan adab-adab yang luhur. ﴾ وَيَقۡبِضُونَ أَيۡدِيَهُمۡۚ
﴿ "Dan mereka meng-genggamkan tangannya," dari sedekah dan jalan-jalan kebaikan, ciri mereka adalah kekikiran. ﴾ نَسُواْ ٱللَّهَ
﴿ "Mereka telah lupa kepada Allah", tidak mengingatNya kecuali sedikit, ﴾ فَنَسِيَهُمۡۚ
﴿ "maka Allah melupakan mereka", dari rahmatNya, Dia tidak membimbing mereka kepada kebaikan dan tidak memasukkannya ke dalam Surga, akan tetapi membiarkannya di lapisan neraka terbawah, kekal dan dikekalkan di dalamnya.
﴾ إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ﴿ "Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik." Kefasikan dibatasi pada mereka karena kefasikan mereka lebih besar daripada kefasikan selain mereka, buktinya adalah azab mereka lebih berat daripada azab orang lain dan bahwa orang Mukmin sangat disulitkan oleh mereka jika mereka hidup di kalangan orang-orang Mukmin dan untuk menghindari mereka sangat sulit.
#
{68} {وعد الله المنافقين والمنافقات والكفار نار جهنم خالدين فيها هي حسبهم ولعنهم الله ولهم عذابٌ مقيمٌ}: جمع المنافقين والكفار في نار جهنَّم واللعنةِ والخلودِ في ذلك لاجتماعهم في الدُّنيا على الكفر والمعاداة لله ورسوله والكفر بآياته.
(68) ﴾ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلۡكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ هِيَ حَسۡبُهُمۡۚ وَلَعَنَهُمُ ٱللَّهُۖ وَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّقِيمٞ ﴿ "Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan Neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya, cukuplah Neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati me-reka, dan bagi mereka azab yang kekal."Allah menggabungkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di Neraka Jahanam, laknat dan kekekalan di dalamnya, karena di dunia mereka sama-sama kafir, memusuhi Allah dan RasulNya serta mengingkari ayat-ayatNya.
{كَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْكُمْ قُوَّةً وَأَكْثَرَ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا فَاسْتَمْتَعُوا بِخَلَاقِهِمْ فَاسْتَمْتَعْتُمْ بِخَلَاقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ بِخَلَاقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (69) أَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَقَوْمِ إِبْرَاهِيمَ وَأَصْحَابِ مَدْيَنَ وَالْمُؤْتَفِكَاتِ أَتَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (70)}.
"
(Keadaan kamu hai orang-orang munafik dan musyrikin adalah) seperti keadaan orang-orang yang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta benda dan anak-anaknya daripada kamu. Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu telah menikmati bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu memperca-kapkan
(hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu, amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah orang-orang yang merugi. Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka,
(yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan
(penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang ke-pada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."
(At-Taubah: 69-70).
#
{69 ـ 70} يقول تعالى محذِّراً للمنافقين أن يُصيبَهم ما أصابَ مَنْ قبلَهم من الأمم المكذِّبة؛ {قوم نوح وعادٍ وثمودَ وقوم إبراهيمَ وأصحاب مَدْيَنَ والمؤتفكاتِ}؛ أي: قرى قوم لوطٍ؛ فكلُّهم {أتتهم رسلهم بالبيِّنات}؛ أي: بالحق الواضح الجليِّ المبيِّن لحقائق الأشياء، فكذَّبوا بها، فجرى عليهم ما قصَّ الله علينا؛ فأنتُم أعمالُكم شبيهةٌ بأعمالهم. {استمتعتُم بخَلاقكم}؛ أي: بنصيبكم من الدنيا، فتناوَلْتموه على وجه اللَّذَّة والشهوة، معرضين عن المراد منه، واستعنتم به على معاصي الله، ولم تتعدَّ همَّتُكم وإرادتكم ما خُوِّلتم من النعم كما فعل الذين من قبلكم. {وخضتُم كالذي خاضوا}؛ أي: وخضتم بالباطل والزُّور وجادلتم بالباطل لِتُدْحِضوا به الحقَّ؛ فهذه أعمالُهم وعلومهم: استمتاعٌ بالخَلاق، وخوضٌ بالباطل؛ فاستحقُّوا من العقوبة والإهلاك ما استحقَّ من قبلهم مِمَّن فعلوا كفعلهم، وأما المؤمنون فهم وإن استمتعوا بنصيبهم وما خُوِّلوا من الدُّنيا؛ فإنَّه على وجه الاستعانة به على طاعة الله، وأما علومهم؛ فهي علوم الرسل، وهي: الوصول إلى اليقين في جميع المطالب العالية، والمجادلة بالحقِّ لإدحاض الباطل. قوله: {فما كان اللهُ لِيَظْلِمَهم}: إذا وقع بهم من عقوبته ما أوقع، {ولكن كانوا أنفسَهم يظلمِون}: حيث تجرؤوا على معاصيه، وعَصَوا رسلهم، واتبعوا أمر كل جبار عنيد.
(69-70) Allah تعالى berfirman memperingatkan orang-orang munafik dari azab yang akan menimpa mereka seperti yang telah menimpa umat-umat pendusta sebelumnya,﴾ قَوۡمِ نُوحٖ وَعَادٖ وَثَمُودَ وَقَوۡمِ إِبۡرَٰهِيمَ وَأَصۡحَٰبِ مَدۡيَنَ وَٱلۡمُؤۡتَفِكَٰتِۚ
﴿ "(yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah?" Yakni desa-desa kaum Luth, semuanya ﴾ أَتَتۡهُمۡ رُسُلُهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِۖ
﴿ "telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata." Yakni dengan kebenaran yang nyata, jelas, terang, yang menjelaskan kebenaran perkara-perkara, namun mereka mendus-takannya, maka terjadilah pada mereka apa yang Allah ceritakan kepada kita. Perbuatanmu mirip dengan perbuatan mereka, ﴾ فَٱسۡتَمۡتَعۡتُم بِخَلَٰقِكُمۡ
﴿ "Dan kamu menikmati bagianmu" dari dunia, kamu mengam-bilnya dengan penuh kelezatan dan kenikmatan tanpa memperha-tikan tujuannya, kamu memakainya untuk bermaksiat kepada Allah. Keinginan dan perhatianmu hanyalah untuk mendapatkan nikmat tersebut, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang sebelummu. ﴾ وَخُضۡتُمۡ كَٱلَّذِي خَاضُوٓاْۚ
﴿ "Dan kamu mempercakapkan (hal yang batil) sebagai-mana mereka mempercakapkannya." Yakni kamu membahas kebatilan, kedustaan, kamu membantah dengan kebatilan demi melenyapkan kebenaran.
Inilah perbuatan dan ilmu mereka: menikmati bagian hidup dan bercakap dengan kebatilan, maka mereka pun berhak dibinasa-kan dan dihukum seperti orang-orang sebelum mereka yang mela-kukan perbuatan-perbuatan yang sama dengan mereka.
Adapun orang-orang yang beriman, walaupun mereka menik-mati jatah hidup dan nikmat dunia yang diberikan kepada mereka, namun itu digunakan sebagai sarana penunjang untuk ketaatan ke-pada Allah. Adapun ilmu mereka maka ia adalah ilmu para rasul, yaitu meraih keyakinan dalam seluruh tuntutan luhur dan berdebat dengan kebenaran untuk melenyapkan kebatilan. FirmanNya,﴾ فَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظۡلِمَهُمۡ
﴿ "Maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka", jika Dia menimpakan hukuman yang Dia timpakan.﴾ وَلَٰكِن كَانُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ ﴿ "Akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." Di mana mereka berani bermaksiat kepadaNya, bermaksiat kepada rasul-rasul mereka, dan menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang
(kebenaran).
{وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (71) وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (72)}.
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, seba-gian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang Mukmin lelaki dan perempuan,
(akan mendapat) Surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan
(mendapat) tempat-tempat yang bagus di Surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keberuntungan yang besar."
(At-Taubah: 71-72).
#
{71} لما ذكر أنَّ المنافقين بعضهم من بعض ؛ ذكر أن المؤمنين بعضهم أولياء بعض، ووصفهم بضدِّ ما وصف به المنافقين، فقال: {والمؤمنون والمؤمناتُ}؛ أي: ذكورهم وإناثهم، {بعضُهم أولياءُ بعضٍ}: في المحبَّة والموالاة والانتماء والنُّصرة. {يأمرون بالمعروف}: وهو اسمٌ جامعٌ لكلِّ ما عُرِف حسنه من العقائد الحسنة والأعمال الصالحة والأخلاق الفاضلة، وأول مَن يدخُلُ في أمرهم أنفسُهم. {وينهَوْن عن المنكر}: وهو كلُّ ما خالف المعروف، وناقَضَه من العقائد الباطلة والأعمال الخبيثة والأخلاق الرذيلة، {ويطيعونَ الله ورسوله}؛ أي: لا يزالون ملازمين لطاعة الله ورسوله على الدوام. {أولئك سيرحمُهُم الله}؛ أي: يدخلهم في رحمته ويشمَلُهم بإحسانه. {إنَّ الله عزيزٌ حكيمٌ}؛ أي: قويٌّ قاهرٌ، ومع قوته؛ فهو حكيمٌ يضع كل شيء موضعَه اللائق به الذي يُحمد على ما خلقه وأمر به.
(71) Manakala Allah menyebutkan bahwa orang-orang munafik, sebagian dengan yang lain adalah sama saja, Dia menye-butkan bahwa orang-orang Mukmin sebagian dari mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain, Allah menyifati mereka dengan sifat yang bertentangan dengan sifat orang-orang munafik. Allah berfirman, ﴾ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ
﴿ "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain", dalam kecintaan, loyalitas, dukungan, dan ban-tuan. ﴾ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ
﴿ "Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf." Ma'ruf adalah sebuah nama yang mencakup semua yang diketahui kebaikannya, berupa akidah yang lurus, amal yang shalih, dan akhlak yang luhur, dan yang masuk pertama kali ke dalam perkara mereka adalah diri mereka sendiri. ﴾ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ
﴿ "Dan mencegah dari yang mungkar", yaitu semua yang bertentangan dan bertabrakan dengan yang ma'ruf, berupa akidah yang batil, amal yang buruk, dan akhlak yang tercela. ﴾ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ
﴿ "Dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya." Yakni mereka selalu taat kepada Allah dan RasulNya secara terus menerus. ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ
﴿ "Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah." Yakni, Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmatNya dan menaunginya dengan kebaikanNya. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ﴿ "Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." Yakni Mahakuat dan Mahakuasa, walau begitu Dia Mahabijaksana, meletakkan segala sesuatu pada tempatnya yang sesuai, yang Dia dipuji atas apa yang Dia ciptakan dan Dia perintahkan.
#
{72} ثم ذكر ما أعد الله لهم من الثواب، فقال: {وعد الله المؤمنين والمؤمنات جناتٍ تجري من تحتها الأنهار}: جامعةٍ لكلِّ نعيم وفرح، خاليةٍ من كلِّ أذىً وتَرَح، تجري من تحت قصورها ودورها وأشجارها الأنهار الغزيرة المروية للبساتين الأنيقة التي لا يعلم ما فيها من الخيرات والبركات إلا الله تعالى. {خالدين فيها}: لا يبغون عنها حِوَلاً. {ومساكنَ طيبة في جنات عدن}: قد زخرفت وحسنت وأعِدَّت لعباد الله المتَّقين، قد طاب مرآها وطاب منزِلُها ومَقيلها، وجمعت من آلات المساكن العالية ما لا يتمنى فوقه المتمنُّون، حتى إن الله تعالى قد أعدَّ لهم غرفاً في غاية الصفاء والحسن، يُرى ظاهِرُها من باطنها، وباطِنُها من ظاهرها؛ فهذه المساكن الأنيقة التي حقيقٌ بأن تَسْكُنَ إليها النفوس وتنزِعَ إليها القلوب وتشتاقَ لها الأرواح؛ لأنَّها {في جنات عدنٍ}؛ أي: إقامة، لا يظعنون عنها ولا يتحوَّلون منها. {ورضوانٌ من الله}: يُحِلُّه على أهل الجنة {أكبر}: مما هم فيه من النعيم؛ فإنَّ نعيمهم لم يَطِبْ إلا برؤية ربِّهم ورضوانه عليهم، ولأنَّه الغاية التي أمَّها العابدون، والنهاية التي سعى نحوها المحبُّون؛ فرضا ربِّ الأرض والسماوات أكبرُ من نعيم الجنات. {ذلك هو الفوزُ العظيم}: حيث حَصلوا على كلِّ مطلوب، وانتفى عنهم كلُّ محذور، وحسنتْ وطابت منهم جميع الأمور، فنسأل الله أن يجعلنا معهم بجودِهِ.
(72) Kemudian Allah menyebutkan pahala yang Dia sedia-kan untuk mereka, Dia berfirman,﴾ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ
﴿ "Allah menjanjikan kepada orang-orang yang Mukmin lelaki dan perempuan, (akan mendapat) Surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai", yang mengumpulkan seluruh kenikmatan dan kebahagiaan, bebas dari gangguan dan kesedihan, di bawah istana-istananya dan pohonnya mengalir sungai-sungai yang deras, yang mengairi ke-bun-kebun yang indah, di mana kebaikan dan keberkahan padanya tidak ada yang mengetahui kecuali Allah, ﴾ خَٰلِدِينَ فِيهَا
﴿ "mereka kekal di dalamnya." Mereka tidak ingin berpindah darinya.﴾ وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّٰتِ عَدۡنٖۚ
﴿ "Dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di Surga 'Adn." Yang indah dan dihiasi dengan berbagai macam perhiasan yang disediakan bagi hamba-hamba Allah yang bertakwa, indah dilihat, nyaman ditinggali dan dihuni, tersedia di dalamnya perabot-pera-bot tempat tinggal elit yang orang-orang tidak lagi berharap lebih dari itu. Allah telah menyediakan untuk mereka ruangan-ruangan yang sangat indah dan bagus, bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luarnya. Inilah tem-pat-tempat tinggal yang indah yang membuat jiwa kerasan, hati menjadi betah, dan rohani pun mengharapkannya, karena ia ﴾ فِي جَنَّٰتِ عَدۡنٖۚ
﴿ "di Surga 'Adn." Yakni tempat tinggal, tidak pergi dan tidak berpindah darinya. ﴾ وَرِضۡوَٰنٞ مِّنَ ٱللَّهِ
﴿ "Dan keridhaan Allah", yang Dia berikan kepada penghuni Surga ﴾ أَكۡبَرُۚ
﴿ "adalah lebih besar", dari-pada nikmat Allah yang mereka rasakan, karena nikmat mereka belum sempurna sebelum mereka melihat Allah dan mendapatkan ridhaNya, karena ia adalah target yang dicari oleh orang-orang yang beribadah, titik akhir yang dicari oleh orang-orang yang mencintai. Keridhaan Allah Rabb langit dan bumi adalah lebih besar daripada nikmat Surga. ﴾ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ﴿ "Itu adalah keberuntungan yang besar", yang mana mereka mendapat semua yang dicari dan selamat dari setiap yang tidak diinginkan, segala perkara dari mereka baik dan indah. Kita memohon kepada Allah agar Allah menjadikan kita bersama mereka dengan kemurahanNya.
{يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (73) يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ مَا قَالُوا وَلَقَدْ قَالُوا كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَكَفَرُوا بَعْدَ إِسْلَامِهِمْ وَهَمُّوا بِمَا لَمْ يَنَالُوا وَمَا نَقَمُوا إِلَّا أَنْ أَغْنَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنْ يَتُوبُوا يَكُ خَيْرًا لَهُمْ وَإِنْ يَتَوَلَّوْا يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ عَذَابًا أَلِيمًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ فِي الْأَرْضِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (74)}.
"Hai Nabi, berjihadlah
(melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah Neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. Mereka
(orang-orang munafik itu) ber-sumpah dengan
(Nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan
(sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucap-kan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam, dan menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela
(Allah dan RasulNya), kecuali karena Allah dan RasulNya telah melimpahkan karuniaNya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung dan tidak
(pula) penolong di muka bumi."
(At-Taubah: 73-74).
#
{73} يقول تعالى لنبيِّه - صلى الله عليه وسلم -: {يا أيُّها النبيُّ جاهد الكفار والمنافقين}؛ أي: بالغ في جهادهم، والغلظة عليهم حيث اقتضت الحال الغِلْظة عليهم، وهذا الجهاد يدخل فيه الجهاد باليد والجهاد بالحجة واللسان؛ فمن بارز منهم بالمحاربة؛ فيجاهَد باليد واللسان والسيف والسنان ، ومن كان مذعناً للإسلام بذمَّة أو عهدٍ؛ فإنه يجاهَدُ بالحجة والبرهان، ويبيَّن له محاسن الإسلام ومساوئ الشرك والكفران ؛ فهذا ما لهم في الدنيا، {و} أما في الآخرة؛ فَمَأواهم {جهنم}؛ أي: مقرُّهم الذي لا يخرجون منها، {وبئس المصير}.
(73) Allah تعالى berfirman kepada NabiNya ﷺ, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ جَٰهِدِ ٱلۡكُفَّارَ وَٱلۡمُنَٰفِقِينَ
﴿ "Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu." Yakni bersungguh-sungguhlah dalam ber-jihad melawan mereka dan bersikap keras kepada mereka jika me-mang kondisinya menuntut itu, termasuk dalam jihad ini adalah jihad dengan tangan dan jihad dengan hujjah dan argumentasi. Siapa di antara mereka yang terang-terangan memerangi, maka dia di-jihadi dengan tangan, lisan, pedang dan tombak, dan barangsiapa tunduk kepada Islam dengan perjanjian damai (dengan membayar jizyah) maka dia dijihadi dengan argumen dan hujjah, dijelaskan kepadanya kebaikan Islam dan keburukan, kesyirikan, dan keku-furan. Ini yang mereka dapatkan di dunia. (وَ) "Dan" adapun di akhirat maka tempat mereka ialah, ﴾ جَهَنَّمُۖ
﴿ "Neraka Jahanam." Dan mereka tidak keluar darinya. ﴾ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ ﴿ "Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya."
#
{74} {يحلفونَ بالله ما قالوا ولقد قالوا كلمةَ الكفرِ}؛ أي: إذا قالوا قولاً كقول من قال منهم: {لَيُخْرِجَنَّ الأعزُّ منها الأذلَّ}، والكلام الذي يتكلَّم به الواحد بعد الواحد في الاستهزاء بالدين وبالرسول؛ فإذا بلغهم أن النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - قد بلغه شيء من ذلك؛ جاؤوا إليه يحلفون بالله ما قالوا، قال تعالى مكذِّباً لهم: {ولقد قالوا كلمةَ الكفر وكفروا بعد إسلامهم}: فإسلامهم السابق، وإن كان ظاهره أنه أخرجهم من دائرة الكفر؛ فكلامُهم الأخير ينقُضُ إسلامهم ويدخِلُهم بالكفر. {وهمُّوا بما لم ينالوا}: وذلك حين همُّوا بالفتك برسول الله - صلى الله عليه وسلم - في غزوة تبوك، فقصَّ الله عليه نبأهم، فأمر من يصدُّهم عن قصدهم. {و} الحال أنهم {ما نقموا} وعابوا من رسول الله - صلى الله عليه وسلم - {إلَّا أنْ أغناهم اللهُ ورسولُه من فضله}: بعد أن كانوا فقراء معوزين، وهذا من أعجب الأشياء: أن يستهينوا بمن كان سبباً لإخراجهم من الظلمات إلى النور، ومغنياً لهم بعد الفقر! وهل حقُّه عليهم إلا أن يعظِّموه ويؤمنوا به ويُجِلُّوه؟! [فاجتمع الدَّاعي الديني وداعي المروءة الإنسانية]. ثم عرض عليهم التوبة، فقال: {فإن يتوبوا يكُ خيراً لهم}؛ لأن التوبة أصلٌ لسعادة الدُّنيا والآخرة، {وإن يَتَوَلَّوا}: عن التوبة والإنابة {يعذِّبْهم الله عذاباً أليماً في الدُّنيا والآخرة}: في الدنيا بما ينالهم من الهم والغم والحزن على نصرة الله لدينه وإعزاز نبيِّه وعدم حصولهم على مطلوبهم، وفي الآخرة في عذاب السعير. {وما لهم في الأرض من وليٍّ}: يتولَّى أمورهم ويُحَصِّلُ لهم المطلوب، {ولا نصيرٍ}: يدفع عنهم المكروه، وإذا انقطعوا من ولاية الله تعالى؛ فثمَّ أصناف الشرِّ والخسران والشقاء والحرمان.
(74) ﴾ يَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ مَا قَالُواْ وَلَقَدۡ قَالُواْ كَلِمَةَ ٱلۡكُفۡرِ
﴿ "Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (Nama) Allah, bahwa mereka tidak menga-takan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengu-capkan perkataan kekafiran." Yakni jika mereka mengucapkan ucapan seperti ucapan sebagian mereka,
﴾ لَيُخۡرِجَنَّ ٱلۡأَعَزُّ مِنۡهَا ٱلۡأَذَلَّۚ
﴿
"Orang yang mulia pasti akan mengeluarkan orang yang hina da-rinya." (Al-Munafiqun: 8).
Dan perkataan yang mereka katakan satu demi satu yang menghina Rasulullah dan agamanya, jika dia mengetahui bahwa Nabi ﷺ telah mendengar apa yang diucapkannya, maka dia datang kepada beliau bersumpah bahwa dia tidak mengatakannya, maka Allah membantah ucapan mereka, ﴾ وَلَقَدۡ قَالُواْ كَلِمَةَ ٱلۡكُفۡرِ وَكَفَرُواْ بَعۡدَ إِسۡلَٰمِهِمۡ
﴿ "Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran dan telah menjadi kafir sesudah Islam." Islam mereka yang lalu secara lahir me-mang mengentaskan mereka dari lingkaran kekufuran, akan tetapi ucapan mereka yang akhir membatalkan Islam mereka dan mema-sukkan mereka ke dalam kekufuran. ﴾ وَهَمُّواْ بِمَا لَمۡ يَنَالُواْۚ
﴿ "Dan mereka menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya." Hal itu ketika mereka ingin mencelakai Nabi ﷺ di perang Tabuk, Allah mencerita-kan perihal mereka kepada Nabi ﷺ, maka beliau pun memerintah-kan sebagian sahabat untuk menghalang-halangi maksud mereka.
(وَ) "Dan" keadaan mereka sesungguhnya adalah ﴾ م َ ا نَقَمُوٓاْ
﴿ "mereka tidak mencela (Allah dan RasulNya)", dan menjelek-jelekkan Rasulullah ﷺ, ﴾ إِلَّآ أَنۡ أَغۡنَىٰهُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ مِن فَضۡلِهِۦۚ
﴿ "kecuali karena Allah dan RasulNya telah melimpahkan karuniaNya kepada mereka." Setelah se-belumnya mereka adalah orang-orang miskin papa, ini termasuk perkara yang mengherankan, di mana mereka melecehkan orang yang menjadi penyebab keluarnya mereka dari kegelapan menuju cahaya dan penyebab kekayaan mereka setelah sebelumnya miskin. Padahal yang seharusnya mereka lakukan adalah menghormatinya, memuliakannya, dan beriman kepadanya, sehingga terkumpul fak-tor pendorang kekuatan (beragama) dan keluhuran kemanusiaan.
Kemudian Allah menawarkan taubat kepada mereka, Dia berfirman, ﴾ فَإِن يَتُوبُواْ يَكُ خَيۡرٗا لَّهُمۡۖ
﴿ "Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka", karena taubat adalah dasar kebahagiaan dunia dan akhirat. ﴾ وَإِن يَتَوَلَّوۡاْ
﴿ "Dan jika mereka berpaling", dari taubat dan dari kembali kepada Allah ﴾ يُعَذِّبۡهُمُ ٱللَّهُ عَذَابًا أَلِيمٗا فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۚ
﴿ "niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat." Di dunia dengan kesedihan, kecemasan, dan kemarahan atas pertolongan Allah terhadap agamaNya dan dukunganNya kepada NabiNya serta kegagalan mereka meraih apa yang mereka inginkan, dan di akhirat adalah dengan azab yang membakar. ﴾ وَمَا لَهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مِن وَلِيّٖ
﴿ "Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung di muka bumi", yang mengurusi perkara-perkara mereka dan mewu-judkan keinginan mereka, ﴾ وَلَا نَصِيرٖ ﴿ "dan tidak
(pula) penolong", yang menolak perkara yang tidak diinginkan. Apabila mereka telah ter-putus dari pertolongan Allah تعالى, maka yang ada adalah kesengsa-raan, kerugian, keburukan, dan kemelaratan.
{وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ (75) فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ (76) فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (77) أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ وَأَنَّ اللَّهَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ (78)}.
"Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, 'Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karuniaNya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih.' Maka setelah Allah memberi-kan kepada mereka sebagian dari karuniaNya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi
(kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka me-nemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepadaNya dan
(juga) karena mereka selalu berdusta. Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah menge-tahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?"
(At-Taubah: 75-78).
#
{75} أي: ومن هؤلاء المنافقين من أعطى الله عهدَهُ وميثاقَهُ، {لئن آتانا من فضلِهِ}: من الدنيا فبسطها لنا ووسَّعها، {لَنَصَّدَّقَنَّ ولَنكونَنَّ من الصالحين}: فنصل الرحم ونُقري الضيف، ونعينُ على نوائب الحقِّ، ونفعل الأفعال الحسنة الصالحة.
(75) Yakni, di antara orang-orang munafik itu ada yang berjanji kepada Allah ﴾ لَئِنۡ ءَاتَىٰنَا مِن فَضۡلِهِۦ
﴿ "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karuniaNya kepada kami", dari dunia, lalu Dia melapangkannya dan membentangkannya untuk kami, ﴾ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ﴿ "pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih." Kami akan bersilaturahim, menjamu tamu, membantu orang yang mendapatkan musibah, dan melakukan amalan-amalan yang baik lagi shalih.
#
{76} {فلما آتاهُم من فضلِهِ}: لم يفوا بما قالوا، بل {بَخِلوا} و {وتولَّوْا}: عن الطاعة والانقياد، {وهم معرضون}؛ أي: غير ملتفتين إلى الخير.
(76) ﴾ فَلَمَّآ ءَاتَىٰهُم مِّن فَضۡلِهِۦ
﴿ "Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karuniaNya", mereka ingkari ucapan mereka sendiri, bahkan mereka ﴾ بَخِلُواْ
﴿ "kikir" dan ﴾ وَتَوَلَّواْ
﴿ "berpaling", dari ketaatan dan ketundukan, ﴾ وَّهُم مُّعۡرِضُونَ ﴿ "dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi
(kebenaran)", yakni tidak melihat kebenaran.
#
{77} فلما لم يفوا بما عاهدوا الله عليه؛ عاقبهم و {أعقبهم نفاقاً في قلوبهم}: مستمر {إلى يوم يَلْقَوْنَهُ بما أخلفوا اللهَ ما وعدوه وبما كانوا يكذبون}: فليحذر المؤمنُ من هذا الوصف الشنيع أن يعاهد ربَّه إن حصل مقصودُهُ الفلانيُّ؛ ليفعلنَّ كذا وكذا، ثم لا يفي بذلك؛ فإنَّه ربما عاقبه الله بالنفاق كما عاقب هؤلاء، وقد قال النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - في الحديث الثابت في «الصحيحين»: «آية المنافق ثلاثٌ: إذا حدَّثَ كَذَبَ، وإذا عاهد غَدَرَ، وإذا وَعَدَ أَخْلَفَ»؛ فهذا المنافق الذي وعد الله وعاهده لئن أعطاه الله من فضله؛ ليصَّدَّقن وليكوننَّ من الصالحين: حدَّث فكذب، وعاهد [فغدر] ، ووعد فأخلف.
(77) Karena mereka tidak menepati apa yang mereka janji-kan kepada Allah, Allah menghukum mereka dan ﴾ فَأَعۡقَبَهُمۡ نِفَاقٗا فِي قُلُوبِهِمۡ إِلَىٰ يَوۡمِ يَلۡقَوۡنَهُۥ بِمَآ أَخۡلَفُواْ ٱللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ ﴿ "Allah menimbulkan kemu-nafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepadaNya dan
(juga) karena mereka selalu berdusta." Maka hendaknya seorang Mukmin mewaspadai sifat buruk ini, yaitu ber-janji kepada Allah jika maksudnya yang begini dan begini tercapai, maka dia akan melakukan ini dan itu, kemudian dia tidak menepati, karena bisa jadi Allah menghukumnya dengan kemunafikan se-perti mereka. Nabi ﷺ telah bersabda di dalam hadits yang tsabit dalam ash-Shahihain
[95],
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ.
"Tanda orang munafik ada tiga: Jika berbicara berdusta, jika mela-kukan suatu perjanjian ia berkhianat dan jika berjanji tidak menepati."
Munafik ini berjanji kepada Allah jika Dia memberikan karu-niaNya kepadanya niscaya dia akan bersedekah dan menjadi orang yang shalih, dia berbicara lalu berdusta, dia melakukan suatu per-janjian lalu mengkhianati, dan dia berjanji lalu tidak menepati.
#
{78} ولهذا توعَّد من صدر منهم هذا الصنيع بقوله: {ألم يعلموا أنَّ الله يعلم سرَّهم ونجواهم وأنَّ الله علام الغيوب}: وسيجازيهم على ما عملوا من الأعمال التي يعلمها الله تعالى.
وهذه الآيات نزلت في رجل من المنافقين يقال له ثعلبة، جاء إلى النبي - صلى الله عليه وسلم -، وسأله أن يدعوَ الله له أن يعطِيَه الله من فضله، وأنه إن أعطاه ليتصدقنَّ ويصل الرحم ويعين على نوائب الحقِّ، فدعا النبي - صلى الله عليه وسلم - له، فكان له غنم، فلم تزل تتنامى حتى خرج بها عن المدينة، فكان لا يحضر إلاَّ بعض الصلوات الخمس، ثم أبعد فكان لا يحضر إلا صلاة الجمعة، ثم كثرت فأبعدها فكان لا يحضر جمعة ولا جماعة، ففقده النبيُّ - صلى الله عليه وسلم -، فأخبر بحاله، فبعث من يأخذ الصدقات من أهلها، فمروا على ثعلبة، فقال: ما هذه إلا جزية، ما هذه إلا أخت الجزية. فلما لم يعطهم؛ جاؤوا فأخبروا بذلك النبي - صلى الله عليه وسلم -، فقال: «يا ويح ثعلبة، يا ويح ثعلبة!» ثلاثاً. فلما نزلت هذه الآية فيه وفي أمثاله؛ ذهب بها بعض أهله، فبلَّغه إيَّاها، فجاء بزكاته، فلم يقبلْها النبيُّ - صلى الله عليه وسلم -، ثم جاء بها إلى أبي بكر بعد وفاة النبي - صلى الله عليه وسلم -، فلم يقبلها، ثم جاء بها بعد أبي بكر إلى عمر، فلم يقبلها، فيقال: إنه هلك في زمن عثمان.
(78) Karena itu Allah mengancam orang yang melakukan hal ini dengan FirmanNya, ﴾ أَلَمۡ يَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ سِرَّهُمۡ وَنَجۡوَىٰهُمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ عَلَّٰمُ ٱلۡغُيُوبِ ﴿ "Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?" Allah akan membalas mereka atas apa yang mereka kerja-kan yang diketahui oleh Allah تعالى.
Ayat-ayat ini turun mengenai seorang munafik yang bernama Tsa'labah, dia datang kepada Nabi ﷺ memohon kepadanya untuk berdoa kepada Allah agar memberinya karunia, dan bahwa jika Allah memberinya maka dia akan bersedekah, bersilaturahim, dan menolong orang yang dalam musibah, maka Nabi ﷺ mendoakan-nya. Dia memiliki kambing, kambingnya itu terus berkembang biak sehingga dia menggembalakannya sampai ke luar Madinah, akibatnya dia tidak menghadiri kecuali sebagian shalat lima waktu, lalu dia semakin menjauh, akibatnya dia tidak menghadiri kecuali Shalat Jum'at, kambingnya bertambah banyak maka dia semakin jauh menggembalakannya, akibatnya adalah dia tidak menghadiri jamaah dan Jum'at. Nabi ﷺ merasa kehilangan dia, beliau diberi tahu tentang keadaannya, maka Nabi ﷺ mengutus orang untuk mengambil zakat dari orang-orang yang wajib zakat. Ketika mereka mendatangi Tsa'labah, maka Tsa'labah berkata, "Ini tidak lain kecuali jizyah. Ini tidak lain kecuali saudaranya jizyah." Ketika Tsa'labah tidak mau membayar zakat, mereka datang kepada Nabi ﷺ dan menyampaikan hal itu. Nabi bersabda,
يَا وَيْحَ ثَعْلَبَةَ، يَا وَيْحَ ثَعْلَبَةَ، يَا وَيْحَ ثَعْلَبَةَ.
"Celaka Tsa'labah. Celaka Tsa'labah. Celaka Tsa'labah."
[96]
Ketika ayat ini turun padanya dan pada orang yang semisal-nya, maka sebagian keluarganya menyampaikannya kepada Tsa'-labah. Dia pun datang membawa zakatnya kepada Nabi ﷺ, tetapi Nabi tidak mau menerimanya. Setelah Nabi wafat, zakatnya dibawa kepada Abu Bakar, Abu Bakar juga tidak mau menerimanya, lalu kepada Umar setelah Abu Bakar, dan Umar pun tidak mau meneri-manya. Dikatakan bahwa Tsa'labah meninggal pada masa Utsman.
{الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (79) اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لَا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (80)}.
"
(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang Mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan
(mencela) orang-orang yang tidak memperoleh
(untuk disedekah-kan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka
(ada-lah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi am-pun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik."
(At-Taubah: 79-80).
#
{79} وهذا أيضاً من مخازي المنافقين، فكانوا قبَّحهم الله لا يدعون شيئاً من أمور الإسلام والمسلمين يرون لهم مقالاً؛ إلا قالوا وطعنوا بغياً وعدواناً، فلما حثَّ الله ورسوله على الصدقة؛ بادر المسلمون إلى ذلك، وبذلوا من أموالهم كل على حسب حاله، منهم المكثر ومنهم المقل، فيلمزون المكثر منهم بأنَّ قصدَه بنفقته الرياء والسمعة، وقالوا للمقلِّ الفقير: إنَّ الله غنيٌّ عن صدقة هذا، فأنزل الله تعالى: {الذين يَلْمِزون}؛ أي: يعيبون ويطعنون {المُطَّوِّعين من المؤمنين في الصدقات}: فيقولون: مراؤون قصدُهم الفخر والرياء {و} يلمزون {الذين لا يَجِدون إلا جُهْدَهم}: فيخرِجون ما استطاعوا ويقولون: الله غنيٌّ عن صدقاتهم، {فيسخرون منهم}، فقابلهم الله على صنيعهم بأن سَخِرَ منهم، {ولهم عذابٌ أليم}؛ فإنَّهم جمعوا في كلامهم هذا بين عدة محاذير:
منها: تتبُّعهم لأحوال المؤمنين وحرصهم على أن يجدوا مقالاً يقولونه فيهم، والله يقول: {إنَّ الذين يحبُّون أن تشيع الفاحشة في الذين آمنوا لهم عذابٌ أليمٌ}.
ومنها: طعنهم بالمؤمنين لأجل إيمانهم كفراً بالله تعالى وبغضاً للدين.
ومنها: أن اللَّمز محرمٌ، بل هو من كبائر الذنوب في أمور الدنيا، وأما اللَّمز في أمر الطاعة؛ فأقبحُ وأقبح.
ومنها: أنَّ من أطاع الله وتطوَّع بخَصْلةٍ من خصال الخير؛ فإنَّ الذي ينبغي إعانته وتنشيطه على عمله، وهؤلاء قصدوا تثبيطهم بما قالوا فيهم، وعابوهم عليه.
ومنها: أنَّ حكمهم على من أنفق مالاً كثيراً بأنه مراءٍ غلطٌ فاحشٌ وحكم على الغيب ورجمٌ بالظن، وأيُّ شرٍّ أكبر من هذا؟!
ومنها: أن قولهم لصاحب الصدقة القليلة: اللهُ غنيٌّ عن صدقة هذا! كلامٌ مقصوده باطلٌ؛ فإنَّ الله غنيٌ عن صدقة المتصدِّق بالقليل والكثير، بل وغني عن أهل السماوات والأرض، ولكنه تعالى أمر العباد بما هم مفتقرون إليه؛ فالله وإن كان غنيًّا عنه؛ فهم فقراء إليه؛ {فمن يعملْ مثقال ذرَّةٍ خيراً يره}، وفي هذا القول من التثبيط عن الخير ما هو ظاهرٌ بيّن، ولهذا كان جزاؤهم أن يسخر الله منهم، {ولهم عذابٌ أليمٌ}.
(79) Ini juga termasuk keburukan orang-orang munafik, me-reka –semoga Allah menimpakan keburukan kepada mereka– tidak membiarkan perkara apa pun dalam Islam dan kaum Muslimin yang mungkin mereka bicarakan, kecuali mereka membicarakan-nya dan mencelanya dengan landasan kezhaliman dan kedengkian. Ketika Allah dan RasulNya mengajak bersedekah, kaum Muslimin bersegera melakukannya. Mereka memberikan hartanya masing-masing sesuai dengan kemampuannya. Ada yang memberi banyak, ada pula yang sedikit. Maka orang-orang munafik itu mencela orang Mukmin yang bersedekah banyak dengan mengatakan bahwa mak-sudnya adalah riya dan sum'ah. Sementara kepada yang bersede-kah sedikit mereka mengatakan bahwa Allah tidak memerlukan sedekah ini, maka Allah menurunkan FirmanNya,﴾ ٱلَّذِينَ يَلۡمِزُونَ ٱلۡمُطَّوِّعِينَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ فِي ٱلصَّدَقَٰتِ
﴿ "(orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang Mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela." Orang-orang munafik berkata, mereka adalah orang-orang yang pamer, maksud mereka bersedekah adalah riya dan kesom-bongan. (وَ) "Dan" mencela, ﴾ ٱلَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهۡدَهُمۡ
﴿ orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya", sehingga mereka bersedekah dengan apa yang mampu mereka berikan, maka orang-orang munafik itu berkata, "Allah tidak mem-butuhkan sedekahnya." ﴾ فَيَسۡخَرُونَ مِنۡهُمۡ
﴿ "Maka orang-orang munafik itu menghina mereka." Maka Allah membalas mereka dengan hal yang sama, yaitu dengan menghina mereka. ﴾ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ
﴿ "Dan untuk me-reka azab yang pedih." Karena sesungguhnya mereka mengumpulkan dalam ucapan mereka banyak larangan:
Di antaranya adalah, memata-matai kehidupan kaum Mus-limin untuk memperoleh peluang memperolok-olok mereka. Allah تعالى berfirman,
﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ ٱلۡفَٰحِشَةُ فِي ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ
﴿
"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih." (An-Nur: 19).
Di antaranya, celaan mereka terhadap orang-orang yang ber-iman hanya karena mereka beriman, hal itu dilandasi oleh keku-furan kepada Allah dan kebencian kepada Islam.
Di antaranya, bahwa mencela adalah haram, bahkan dalam perkara dunia ia termasuk dosa besar, adapun dalam perkara ke-taatan, maka ia lebih buruk lagi.
Di antaranya, bahwa barangsiapa yang menaati Allah dan melakukan salah satu kebaikan dengan sukarela, semestinya dia dibantu dan disemangati, sementara orang-orang munafik itu ber-maksud menggembosi mereka dengan celaan tersebut.
Di antaranya juga, bahwa pernyataan mereka bahwa orang yang berinfak banyak adalah orang-orang yang riya adalah kesa-lahan fatal, vonis yang berdasar kepada ketidaktahuan dan hanya dugaan semata. Adakah keburukan yang lebih besar dari ini?
Di antaranya juga, ucapan mereka kepada orang yang bersede-kah sedikit, bahwa Allah tidak memerlukan sedekah ini. Ini adalah ucapan yang tujuannya adalah kebatilan, karena pada hakikatnya Allah memang tidak memerlukan sedekah seseorang, yang sedikit maupun yang banyak, bahkan Dia tidak memerlukan penduduk langit dan bumi, akan tetapi Allah تعالى memerintahkan hamba-ham-baNya kepada apa yang mereka sendiri butuhkan, meskipun Allah tidak memerlukan, akan tetapi merekalah yang memerlukan,
﴾ فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ 7
﴿
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, nis-caya dia akan melihat (balasan)nya." (Az-Zalzalah: 7).
Ucapan ini jelas sekali mengandung penggembosan dari ber-buat baik. Oleh karena itu balasan mereka adalah Allah menghina-kan mereka dan ﴾ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿ "untuk mereka azab yang pedih."
#
{80} {استغفرْ لهم أو لا تستغفرْ لهم إن تستغفرْ لهم سبعين مرَّةً}: على وجه المبالغة، وإلاَّ؛ فلا مفهوم لها، {فلن يغفرَ الله لهم}؛ كما قال في الآية الأخرى: {سواءٌ عليهم أسْتَغْفَرْتَ لهم أم لم تستغفِرْ لهم لن يَغْفِرَ الله لهم}. ثم ذكر السبب المانع لمغفرة الله لهم، فقال: {ذلك بأنَّهم كفروا بالله ورسوله}: والكافر لا ينفعه الاستغفار ولا العمل ما دام كافراً. {والله لا يهدي القوم الفاسقين}؛ أي: الذين صار الفسقُ لهم وصفاً؛ بحيث لا يختارون عليه سواه، ولا يبغون به بدلاً، يأتيهم الحقُّ الواضح فيردُّونه فيعاقبهم الله تعالى بأنْ لا يوفِّقهم له بعد ذلك.
(80) ﴾ ٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ أَوۡ لَا تَسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ إِن تَسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ سَبۡعِينَ مَرَّةٗ
﴿ "Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (ada-lah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali", ini menunjukkan pernyataan berlebihan, jika tidak demi-kian, maka sebenarnya ia tidak memiliki arti, ﴾ فَلَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَهُمۡۚ
﴿ "namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka." Sebagaimana Allah berfirman di ayat yang lain,
﴾ سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ أَسۡتَغۡفَرۡتَ لَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تَسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ لَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَهُمۡۚ
﴿
"Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka." (Al-Munafiqun: 6).
Kemudian Allah menyebutkan sebab yang menghalangi me-reka diampuni. Dia berfirman, ﴾ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ كَفَرُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۗ
﴿ "Yang demi-kian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya." Istighfar dan amal tidak berguna bagi orang kafir selama dia kafir. ﴾ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ﴿ "Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik." Orang-orang yang kefasikan telah menjadi sifat mereka, di mana mereka tidak memilih apa pun selainnya dan tidak mau mencari gantinya, kebenaran yang jelas telah datang kepada mereka namun mereka tolak, maka Allah تعالى menghukum mereka dengan tidak memberi taufik kepada mereka sesudah itu.
{فَرِحَ الْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلَافَ رَسُولِ اللَّهِ وَكَرِهُوا أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَالُوا لَا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ (81) فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلًا وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (82) فَإِنْ رَجَعَكَ اللَّهُ إِلَى طَائِفَةٍ مِنْهُمْ فَاسْتَأْذَنُوكَ لِلْخُرُوجِ فَقُلْ لَنْ تَخْرُجُوا مَعِيَ أَبَدًا وَلَنْ تُقَاتِلُوا مَعِيَ عَدُوًّا إِنَّكُمْ رَضِيتُمْ بِالْقُعُودِ أَوَّلَ مَرَّةٍ فَاقْعُدُوا مَعَ الْخَالِفِينَ (83)}.
"Orang-orang yang ditinggalkan
(tidak ikut berperang) itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata, 'Janganlah kamu berangkat
(pergi berperang) dalam panas terik ini.' Katakanlah, 'Api Neraka Jaha-nam itu lebih sangat panas
(nya),' jikalau mereka mengetahui. Maka hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan. Maka jika Allah mengembalikanmu kepada satu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin kepadamu untuk keluar
(pergi berperang), maka katakanlah, 'Kamu tidak boleh keluar bersamaku selama-lama-nya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. Karena itu duduklah
(tinggallah) bersama orang-orang yang tidak ikut berperang'."
(At-Taubah: 81-83).
#
{81} يقول تعالى مبيناً تبجُّح المنافقين بتخلُّفهم وعدم مبالاتهم بذلك الدالِّ على عدم الإيمان واختيار الكفر على الإيمان: {فرِحَ المخلَّفون بمَقْعَدِهم خلافَ رسول الله}: وهذا قدر زائد على مجرَّد التخلُّف؛ فإنَّ هذا تخلُّفٌ محرَّمٌ، وزيادةُ رضا بفعل المعصية وتبجحٍ به. {وكرهوا أن يجاهدوا بأموالهم وأنفسهم في سبيل الله}: وهذا بخلاف المؤمنين، الذين إذا تخلَّفوا ولو لعذرٍ؛ حزنوا على تخلُّفهم، وتأسَّفوا غاية الأسف، ويحبُّون أن يجاهدوا بأموالهم وأنفسهم في سبيل الله؛ لما في قلوبهم من الإيمان، ويرجون من فضل الله وإحسانه وبره وامتنانه. {وقالوا}؛ أي: المنافقون: {لا تنفِروا في الحرِّ}؛ أي: قالوا: إنَّ النفير مشقَّةٌ علينا بسبب الحرِّ فقدموا راحة قصيرة منقضية على الراحة الأبدية التامة، وحذروا من الحرِّ الذي يقي منه الظلال ويُذْهِبُه البكر والآصال على الحرِّ الشديد الذي لا يُقادَرُ قدره، وهو النار الحامية، ولهذا قال: {قل نارُ جهنَّم أشدُّ حرًّا لو كانوا يفقهون}.
(81) Allah تعالى berfirman menjelaskan kekurangajaran orang-orang munafik dengan tidak berangkat berjihad dan tidak adanya perhatian mereka dalam hal itu, yang menunjukkan tidak adanya iman pada mereka dan bahwa mereka memilih kekufuran di atas keimanan. ﴾ فَرِحَ ٱلۡمُخَلَّفُونَ بِمَقۡعَدِهِمۡ خِلَٰفَ رَسُولِ ٱللَّهِ
﴿ "Orang-orang yang di-tinggalkan (tidak ikut berperang) itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah." Ini tidak sekedar tidak mau berang-kat perang, akan tetapi ia lebih dari itu, tidak berangkat berperang ini adalah haram hukumnya, dan lebih dari itu ia menunjukkan kerelaan dengan perbuatan dosa dan membanggakannya.﴾ وَكَرِهُوٓاْ أَن يُجَٰهِدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ
﴿ "Dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah." Lain halnya dengan orang-orang yang beriman, yang jika tidak bisa ikut berperang –meski dengan alasan yang benar– mereka pasti bersedih dan menyesali dengan kesedihan dan penyesalan yang dalam, orang-orang Mukmin me-nyukai berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, karena hati mereka yang diselimuti oleh keimanan dan mereka berharap karunia Allah, kebaikan, nikmat, dan rizkiNya.
﴾ وَقَالُواْ
﴿ "Dan mereka berkata", yakni orang-orang munafik,﴾ لَا تَنفِرُواْ فِي ٱلۡحَرِّۗ
﴿ "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini." Yakni mereka berkata bahwa berangkat berjihad adalah kesulitan atas kami karena terik matahari, mereka mendahulukan istirahat yang pendek yang pasti habis daripada istirahat yang abadi lagi sempurna, mereka lebih takut panas yang bisa dilindungi oleh naungan dan lenyap oleh pagi dan petang hari daripada panas yang panasnya tidak terukur yaitu neraka yang menyala-nyala. Oleh ka-rena itu Allah تعالى berfirman, ﴾ قُلۡ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرّٗاۚ لَّوۡ كَانُواْ يَفۡقَهُونَ ﴿ "Katakanlah, 'Api Neraka Jahanam itu lebih sangat panas
(nya),' jikalau mereka menge-tahui."
#
{82} لَمَّا آثروا ما يفنى على ما يبقى، ولَمَّا فرُّوا من المشقَّة الخفيفة المنقضية إلى المشقَّة الشديدة الدائمة؛ قال تعالى: {فَلْيَضْحكوا قليلاً ولْيَبْكوا كثيراً}؛ أي: فليتمتَّعوا في هذه الدار المنقضية، ويفرحوا بلذَّاتها، ويَلْهوا بلعبها، فسيبكون كثيراً في عذاب أليم. {جزاءً بما كانوا يكسِبونَ}: من الكفر والنفاق وعدم الانقياد لأوامر ربِّهم.
(82) Manakala mereka lebih mendahulukan yang fana dari-pada yang kekal, manakala mereka lari dari kesulitan yang ringan yang berujung kepada kesulitan yang berat yang tak berujung, maka Allah تعالى berfirman, ﴾ فَلۡيَضۡحَكُواْ قَلِيلٗا وَلۡيَبۡكُواْ كَثِيرٗا
﴿ "Maka hendaklah mereka se-dikit tertawa dan banyak menangis." Yakni silahkan mereka bersuka cita di dunia yang pasti fana ini, berbahagia dengan kenikmatannya, dan bermain dengan permainannya, karena mereka akan menangis panjang di azab yang pedih ﴾ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ﴿ "sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan", berupa kekufuran, kemunafikan, dan ketidaktundukan kepada perintah Allah, Rabb mereka.
#
{83} {فإن رَجَعَكَ الله إلى طائفةٍ منهم}: وهم الذين تخلَّفوا من غير عذرٍ ولم يحزنوا على تخلُّفهم. {فاستأذنوك للخروج}: لغير هذه الغزوة إذا رأوا السهولة، {فقل} لهم عقوبةً: {لن تخرجوا معي أبداً ولن تقاتلوا معي عدوًا}: فسيُغني الله عنكم، {إنَّكم رضيتُم بالقعود أولَ مرَّةٍ فاقعُدوا مع الخالفين}: وهذا كما قال تعالى: {ونُقَلِّبُ أفئِدَتَهم وأبصارَهم كما لم يؤمِنوا به أولَ مرَّةٍ}؛ فإنَّ المتثاقل المتخلِّف عن المأمور به عند انتهازِ الفرصة لن يوفَّق له بعد ذلك ويُحال بينه وبينه، وفيه أيضاً تعزيرٌ لهم؛ فإنَّه إذا تقرَّر عند المسلمين أنَّ هؤلاء من الممنوعين من الخروج إلى الجهاد لمعصيتهم؛ كان ذلك توبيخاً لهم وعاراً عليهم ونَكالاً أن يفعلَ أحدٌ كفعلِهم.
(83) ﴾ فَإِن رَّجَعَكَ ٱللَّهُ إِلَىٰ طَآئِفَةٖ مِّنۡهُمۡ
﴿ "Maka jika Allah mengembalikan-mu kepada satu golongan dari mereka", yaitu orang-orang yang tidak berjihad tanpa alasan dan tidak menyesalinya, ﴾ فَٱسۡتَـٔۡذَنُوكَ لِلۡخُرُوجِ
﴿ "ke-mudian mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang)", untuk perang yang lain yang mungkin lebih mudah, ﴾ فَقُل
﴿ "maka katakanlah", kepada mereka sebagai hukuman,﴾ لَّن تَخۡرُجُواْ مَعِيَ أَبَدٗا وَلَن تُقَٰتِلُواْ مَعِيَ عَدُوًّاۖ
﴿ "kamu tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku," karena Allah akan mencukup-kanku darimu. ﴾ إِنَّكُمۡ رَضِيتُم بِٱلۡقُعُودِ أَوَّلَ مَرَّةٖ فَٱقۡعُدُواْ مَعَ ٱلۡخَٰلِفِينَ
﴿ "Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. Karena itu duduklah (tinggallah) bersama orang-orang yang tidak ikut berperang." Ini seperti yang difirmankan Allah تعالى,
﴾ وَنُقَلِّبُ أَفۡـِٔدَتَهُمۡ وَأَبۡصَٰرَهُمۡ كَمَا لَمۡ يُؤۡمِنُواْ بِهِۦٓ أَوَّلَ مَرَّةٖ ﴿
"Dan
(begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan me-reka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya
(al-Qur`an) pada permulaannya."
(Al-An'am: 110).
Orang yang bermalas-malasan yang tidak melakukan apa yang diperintahkan, pada saat kesempatan itu terbuka, dia tidak akan diberi taufik kepadanya dan pada kesempatan berikutnya dia akan dihalangi darinya, ini sekaligus sebagai hukuman ta'zir bagi mere-ka, karena jika terbukti di kalangan kaum Muslimin bahwa mereka itu termasuk orang-orang yang dicekal untuk berangkat berjihad karena kedurhakaan mereka, maka hal itu merupakan tamparan, aib dan celaan bagi mereka, dan agar tidak ada seorang pun yang melakukan seperti yang mereka lakukan.
{وَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ (84)}.
"Dan janganlah kamu sekali-kali menshalatkan
(jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri
(mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka mati dalam keadaan fasik."
(At-Taubah: 84).
#
{84} يقول تعالى: {ولا تصلِّ على أحدٍ منهم مات}: من المنافقين، {ولا تَقُمْ على قبرِهِ}: بعد الدفن لتدعو له؛ فإنَّ صلاته ووقوفه على قبورهم شفاعةٌ منه لهم، وهم لا تنفع فيهم الشفاعة، {إنَّهم كفروا بالله ورسولِهِ وماتوا وهم فاسقون}: ومن كان كافراً ومات على ذلك؛ فما تنفعُه شفاعةُ الشافعين، وفي ذلك عبرةٌ لغيرهم وزجرٌ ونَكالٌ لهم، وهكذا كلُّ من عُلم منه الكفر والنِّفاق؛ فإنَّه لا يصلَّى عليه.
وفي هذه الآية دليلٌ على مشروعيَّة الصلاة على المؤمنين والوقوف عند قبورِهم للدُّعاء لهم كما كان النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - يفعل ذلك في المؤمنين؛ فإنَّ تقييد النهي بالمنافقين يدلُّ على أنه قد كان متقرراً في المؤمنين.
(84) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَلَا تُصَلِّ عَلَىٰٓ أَحَدٖ مِّنۡهُم مَّاتَ
﴿ "Dan jangan-lah kamu sekali-kali menshalatkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka", orang-orang munafik. ﴾ وَلَا تَقُمۡ عَلَىٰ قَبۡرِهِۦٓۖ
﴿ "Dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya," setelah dikubur untuk mendoakan-nya, karena doa dan berdiri di atas kubur mereka adalah syafa'at darinya kepada mereka, sementara tak berguna lagi syafa'at bagi mereka. ﴾ إِنَّهُمۡ كَفَرُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَمَاتُواْ وَهُمۡ فَٰسِقُونَ ﴿ "Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka mati dalam keadaan fasik." Barangsiapa yang kafir dan mati di atas kekufuran, maka syafa'at pemberi syafa'at tidak berguna baginya. Di dalam hal tersebut ter-dapat pelajaran bagi selain mereka, dan hardikan serta peringatan bagi mereka. Begitulah, siapa pun yang diketahui bahwa dia adalah kafir dan munafik, maka dia tidak dishalatkan
(ketika mati).
Di dalam ayat ini terdapat dalil disyariatkannya shalat jenazah atas orang-orang yang beriman dan berdiri di atas kubur mereka untuk mendoakan mereka, sebagaimana Nabi ﷺ melakukan hal itu kepada orang-orang yang beriman, karena pembatasan larangan pada orang-orang munafik menunjukkan bahwa hal itu dibolehkan untuk orang-orang yang beriman.
[97]
{وَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَأَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ (85)}.
"Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nya-wa mereka dalam keadaan kafir."
(At-Taubah: 85).
#
{85} أي: لا تغترَّ بما أعطاهم الله في الدُّنيا من الأموال والأولاد؛ فليس ذلك لكرامتهم عليه، وإنَّما ذلك إهانة منه لهم. {يريد الله أن يعذِّبهم بها في الدنيا}: فيتعبون في تحصيلها، ويخافون من زوالها، ولا يتهنَّون بها، بل لا يزالون يعانون الشدائد والمشاقَّ فيها، وتُلهيهم عن الله والدار الآخرة، حتى ينتقلوا من الدنيا، {وتزهقَ أنفسُهم وهم كافرون}: قد سَلَبَهم حبُّها عن كلِّ شيء، فماتوا وقلوبهم بها متعلِّقة وأفئدتهم عليها متحرِّقة.
(85) Yakni, janganlah kamu silau dengan harta dan anak-anak yang Allah berikan kepada mereka di dunia, karena hal itu bukan karena mereka mulia di sisiNya, akan tetapi hal itu justru penghinaan dariNya untuk mereka. ﴾ يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُعَذِّبَهُم بِهَا فِي ٱلدُّنۡيَا
﴿ "Sesung-guhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu." Mereka lelah dalam mendapatkannya, takut ke-hilangan, dan tidak tenang karenanya. Bahkan mereka senantiasa mendapatkan kesulitan dan kesengsaraan karenanya, ia melalaikan mereka dari Allah dan alam akhirat sampai mereka berpindah dari dunia.
﴾ وَتَزۡهَقَ أَنفُسُهُمۡ وَهُمۡ كَٰفِرُونَ ﴿ "Dan agar melayang nyawa mereka dalam keadaan kafir." Kecintaan terhadap segala sesuatu telah membinasa-kan mereka, dan mereka pun mati sementara hati mereka terkait padanya dengan penuh nafsu.
{وَإِذَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ أَنْ آمِنُوا بِاللَّهِ وَجَاهِدُوا مَعَ رَسُولِهِ اسْتَأْذَنَكَ أُولُو الطَّوْلِ مِنْهُمْ وَقَالُوا ذَرْنَا نَكُنْ مَعَ الْقَاعِدِينَ (86) رَضُوا بِأَنْ يَكُونُوا مَعَ الْخَوَالِفِ وَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ (87)}.
"Dan apabila diturunkan sesuatu surat
(yang memerintahkan kepada orang munafik itu), 'Berimanlah kamu kepada Allah dan berjihadlah beserta RasulNya,' niscaya orang-orang yang sanggup di antara mereka meminta izin kepadamu
(untuk tidak berjihad) dan mereka berkata, 'Biarkanlah kami berada bersama orang-orang yang duduk.' Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang, dan hati mereka telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui
(kebahagiaan beriman dan berjihad)."
(At-Tau-bah: 86-87).
#
{86} يقول تعالى في بيان استمرار المنافقين على التثاقل عن الطاعات وأنها لا تؤثِّر فيهم السور والآيات: {وإذا أنزِلَتْ سورةٌ}: يؤمرون فيها بالإيمان بالله والجهاد في سبيل الله، {استأذَنَكَ أولو الطَّوْل منهم}؛ يعني: أولي الغنى والأموال الذين لا عُذْرَ لهم، وقد أمدَّهم الله بأموال وبنين، أفلا يشكرون الله ويَحْمَدونه ويقومون بما أوجبه عليهم وسهل عليهم أمره؟! ولكن أبوا إلا التكاسل والاستئذان في القعود، {وقالوا ذَرْنا نَكُن مع القاعدين}.
(86) Allah تعالى berfirman menjelaskan sikap orang-orang munafik yang terus menerus merasa berat dalam melaksanakan ketaatan, dan bahwa surat-surat dan ayat-ayat tidak berpengaruh pada mereka, ﴾ وَإِذَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٌ
﴿ "dan apabila diturunkan sesuatu surat (yang memerintahkan kepada orang munafik itu)", yang padanya me-reka diminta untuk beriman kepada Allah dan berjihad di jalanNya, ﴾ ٱسۡتَـٔۡذَنَكَ أُوْلُواْ ٱلطَّوۡلِ مِنۡهُمۡ
﴿ "niscaya orang-orang yang sanggup di antara me-reka meminta izin kepadamu (untuk tidak berjihad)." Yakni orang-orang yang berharta yang tidak berudzur, padahal Allah telah memberi mereka harta dan anak-anak, mengapa mereka tidak bersyukur kepada Allah, memujiNya, dan melakukan apa yang diwajibkan-Nya dan yang telah dimudahkan atas mereka? Akan tetapi mereka enggan kecuali bermalas-malasan dan meminta izin untuk tidak berangkat. ﴾ وَقَالُواْ ذَرۡنَا نَكُن مَّعَ ٱلۡقَٰعِدِينَ ﴿ "Dan mereka berkata, 'Biarkanlah kami berada bersama orang-orang yang duduk'."
#
{87} قال تعالى: {رَضوا بأن يكونوا مع الخوالف}؛ أي: كيف رضوا لأنفسهم أن يكونوا مع النساء المتخلِّفات عن الجهاد؟! هل معهم فقهٌ أو عقلٌ دلَّهم على ذلك أم {طَبَعَ الله على قلوبهم}؟! فلا تعي الخير ولا يكونُ فيها إرادةٌ لفعل ما فيه الخير والفلاح؛ فهم لا يفقهون مصالحهم؛ فلو فقهوا حقيقة الفقه؛ لم يرضَوْا لأنفُسِهم بهذه الحال التي تحطُّهم عن منازل الرجال.
(87) Allah تعالى berfirman, ﴾ رَضُواْ بِأَن يَكُونُواْ مَعَ ٱلۡخَوَالِفِ
﴿ "Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang." Yakni, bagai-mana mereka rela diri mereka tetap bersama para wanita yang tidak berangkat berjihad? Apakah mereka itu memiliki akal dan penger-tian yang menunjukkan mereka untuk ikut berperang ataukah ﴾ ط ُ ب ِ ع َ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ ﴿ "hati mereka telah dikunci mati", hingga hati itu tidak mema-hami kebaikan, tidak terdapat keinginan untuk melakukan kebaikan dan meraih keberuntungan, sehingga mereka tidak mengerti kemas-lahatan mereka. Jika mereka benar-benar mengerti, niscaya mereka tidak rela terhadap keadaan ini yang menurunkan harkat mereka sebagai laki-laki.
{لَكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَأُولَئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (88) أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (89)}.
"Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah
(pula) orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan bagi mereka Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar."
(At-Taubah: 88-89).
#
{88} يقول تعالى: إذا تخلَّف هؤلاء المنافقون عن الجهاد؛ فالله سيُغْني عنهم، ولله عبادٌ وخواصٌّ من خلقِهِ اختصَّهم بفضله يقومون بهذا الأمر، وهم {الرسول}: محمدٌ - صلى الله عليه وسلم -، {والذين آمنوا معه} يجاهدون {بأموالهم وأنفسهم}: غير متثاقلين ولا كَسِلين، بل هم فرحون مستبشرون، فأولئك {لهم الخيراتُ}: الكثيرةُ في الدُّنيا والآخرة. فأولئك {هم المفلحون}: الذين ظَفِروا بأعلى المطالب وأكمل الرغائب.
(88) Allah تعالى berfirman, Jika orang-orang munafik itu tidak berangkat jihad, maka Allah tidak membutuhkan mereka, Allah memiliki hamba-hamba khusus yang dikhususkanNya dengan ka-runiaNya yang melaksanakan perkara ini, mereka adalah ﴾ ٱلرَّسُولُ
﴿ "Rasul" Muhammad ﷺ ﴾ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ
﴿ "dan orang-orang yang ber-iman bersamanya", mereka berjihad ﴾ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡۚ
﴿ "dengan harta dan diri mereka," tanpa merasa berat dan malas, bahkan mereka berba-hagia dan optimis, mereka itu adalah ﴾ لَهُمُ ٱلۡخَيۡرَٰتُۖ
﴿ "orang-orang yang memperoleh kebaikan", yang banyak di dunia dan akhirat. Dan me-reka itu adalah ﴾ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ﴿ "orang-orang yang beruntung", yang me-raih keinginan tertinggi dan impian yang mulia.
#
{89} {أعدَّ الله لهم جناتٍ تجري من تحتها الأنهارُ خالدين فيها ذلك الفوزُ العظيمُ}: فتبًّا لمن لم يرغبْ بما رغبوا فيه وخَسِرَ دينه ودنياه وأخراه، وهذا نظيرُ قوله تعالى: {قل آمِنوا به أو لا تؤمنوا إنَّ الذين أوتوا العلمَ من قبلِهِ إذا يُتلى عليهم يَخِرَّون للأذقانِ سُجَّداً}، وقوله: {فإن يَكْفُرْ بها هؤلاءِ فقد وكلنا بها قوماً ليسوا بها بكافرينَ}.
(89) ﴾ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ
﴿ "Allah telah menyediakan bagi mereka Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar." Cela-kalah orang yang tidak berminat kepada apa yang mereka minati, dia merugi agama, dunia, dan akhiratnya. Ini mirip dengan Firman Allah تعالى,
﴾ قُلۡ ءَامِنُواْ بِهِۦٓ أَوۡ لَا تُؤۡمِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ مِن قَبۡلِهِۦٓ إِذَا يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ يَخِرُّونَۤ لِلۡأَذۡقَانِۤ سُجَّدٗاۤ 107
﴿
"Katakanlah, 'Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah).' Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengeta-huan sebelumnya apabila al-Qur`an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud." (Al-Isra`: 107).
Dan FirmanNya,
﴾ فَإِن يَكۡفُرۡ بِهَا هَٰٓؤُلَآءِ فَقَدۡ وَكَّلۡنَا بِهَا قَوۡمٗا لَّيۡسُواْ بِهَا بِكَٰفِرِينَ 89 ﴿
"Jika orang-orang
(Quraisy) itu mengingkarinya
(yang tiga macam itu), maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya."
(Al-An'am: 89).
{وَجَاءَ الْمُعَذِّرُونَ مِنَ الْأَعْرَابِ لِيُؤْذَنَ لَهُمْ وَقَعَدَ الَّذِينَ كَذَبُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ سَيُصِيبُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (90) لَيْسَ عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَى وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (91) وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ (92) إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَسْتَأْذِنُونَكَ وَهُمْ أَغْنِيَاءُ رَضُوا بِأَنْ يَكُونُوا مَعَ الْخَوَالِفِ وَطَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (93)}.
"Dan datang
(kepada Nabi) orang-orang yang mengemukakan udzur, yaitu orang-orang Arab Badui agar diberi izin bagi mereka
(untuk tidak pergi berjihad), sedang orang-orang yang mendustakan Allah dan RasulNya, duduk berdiam diri saja. Kelak orang-orang yang kafir di antara mereka itu akan ditimpa azab yang pedih. Tiada dosa
(lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila me-reka berlaku ikhlas kepada Allah dan RasulNya. Tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan tiada
(pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata, 'Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu,' lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kese-dihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan. Sesungguhnya jalan
(untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta izin kepadamu, padahal mereka itu orang-orang kaya. Mereka rela berada bersama-sama orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci mati hati mereka, maka mereka tidak mengetahui
(akibat perbuatan mereka)."
(At-Taubah: 90-93).
#
{90} يقول تعالى: {وجاء المعذِّرونَ من الأعراب لِيُؤْذَنَ لهم}؛ أي: جاء الذين تهاونوا وقصَّروا منهم في الخروج لأجل أن يؤذنَ لهم في ترك الجهاد؛ غيرَ مبالين في الاعتذار لجفائهم وعدم حيائهم وإتيانهم بسبب ما معهم من الإيمان الضعيف، وأما الذين كذبوا الله ورسوله منهم؛ فقعدوا وتركوا الاعتذار بالكلِّيَّة. ويُحتمل أنَّ معنى قوله: {المعذِّرون}؛ أي: الذين لهم عذرٌ أتوا إلى الرسول - صلى الله عليه وسلم - لِيَعْذِرَهم، ومن عادته أن يَعْذِرَ مَن له عذرٌ، {وَقَعَدَ الذين كَذَبوا الله ورسوله}: في دعواهم الإيمان المقتضي للخروج وعدم عملهم بذلك. ثم توعدهم بقوله: {سيُصيب الذين كفروا منهم عذابٌ أليمٌ}: في الدُّنيا والآخرة.
(90) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَجَآءَ ٱلۡمُعَذِّرُونَ مِنَ ٱلۡأَعۡرَابِ لِيُؤۡذَنَ لَهُمۡ
﴿ "Dan datang (kepada Nabi) orang-orang yang mengemukakan udzur, yaitu orang-orang Arab Badui agar diberi izin bagi mereka (untuk tidak pergi berjihad)." Yakni orang-orang yang meremehkan dan melalaikan jihad datang agar mereka diizinkan untuk tidak berperang, tanpa mempedulikan apa alasannya karena mereka memang berhati keras, tidak tahu malu, dan karena keimanan mereka yang lemah. Adapun orang-orang yang mendustakan Allah dan RasulNya, maka mereka sama sekali tidak berangkat berperang dan tidak pula mengajukan udzur. Ada kemungkinan makna Firman Allah, ﴾ ٱلۡمُعَذِّرُونَ
﴿ "Orang-orang yang mengemukakan udzur", adalah orang-orang yang berudzur, mereka datang kepada Nabi ﷺ agar dimaklumi, dan kebiasaan Nabi ﷺ adalah memaklumi orang yang berudzur. ﴾ وَقَعَدَ ٱلَّذِينَ كَذَبُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥۚ
﴿ "Sedang orang-orang yang mendustakan Allah dan RasulNya, duduk berdiam diri saja", padahal mereka mengklaim beriman yang seha-rusnya menuntut mereka untuk berjihad namun mereka tidak meng-amalkannya. Kemudian Allah mengancam mereka dengan Firman-Nya, ﴾ سَيُصِيبُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ ﴿ "Kelak orang-orang yang kafir di antara mereka itu akan ditimpa azab yang pedih", di dunia dan akhirat.
#
{91} لما ذكر المعتذرين، وكانوا على قسمين: قسم معذور في الشرع، وقسم غير معذورٍ؛ ذَكَرَ ذلك بقوله: {ليس على الضُّعفاء}: في أبدانهم وأبصارهم، الذين لا قوَّة لهم على الخروج والقتال، {ولا على المرضى}: وهذا شاملٌ لجميع أنواع المرض، التي لا يقدر صاحبُهُ على الخروج والجهاد من عَرَج وعمىً وحُمَّى وذات الجنب والفالج وغير ذلك. {ولا على الذين لا يَجِدونَ ما يُنفقون}؛ أي: لا يجدون زاداً ولا راحلةً يتبلَّغون بها في سفرهم؛ فهؤلاء ليس عليهم حَرَجٌ، بشرط أن ينصحوا لله ورسوله؛ بأن يكونوا صادقي الإيمان، وأن يكون من نيَّتهم وعزمهم أنهم لو قدروا لجاهدوا، وأن يفعلوا ما يقدِرون عليه من الحثِّ والترغيب والتَّشجيع على الجهاد.
{ما على المحسنين من سبيل}؛ أي: من سبيل يكونُ عليهم فيه تَبِعَةٌ؛ فإنهم بإحسانهم فيما عليهم من حقوق الله وحقوق العباد أسقطوا توجُّه اللوم عليهم، وإذا أحسن العبدُ فيما يقدِرُ عليه؛ سقط عنه ما لا يقدرُ عليه.
ويُستدلُّ بهذه الآية على قاعدة، وهي أنَّ مَن أحسن على غيره في نفسه أو في ماله ونحو ذلك، ثم ترتَّب على إحسانه نقصٌ أو تلفٌ: أنَّه غير ضامن؛ لأنه محسنٌ، ولا سبيل على المحسنين؛ كما أنه يدلُّ على أن غير المحسن، وهو المسيء؛ كالمفرط؛ أن عليه الضمان. {والله غفورٌ رحيم}: من مغفرته ورحمته عفا عن العاجزين، وأثابهم بنيَّتهم الجازمة ثوابَ القادرين الفاعلين.
(91) Manakala Allah menyebutkan orang-orang yang menge-mukakan udzur untuk tidak ikut berjihad,
mereka ada dua golongan: golongan yang alasannya diterima oleh syariat dan golongan yang alasannya ditolak, maka hal itu dijelaskan dengan FirmanNya, ﴾ لَّيۡسَ عَلَى ٱلضُّعَفَآءِ
﴿ "Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah", jasmani dan penglihatannya, tidak mempunyai ke-mampuan untuk pergi berperang ﴾ وَلَا عَلَى ٱلۡمَرۡضَىٰ
﴿ "atas orang-orang yang sakit." Ini mencakup seluruh jenis sakit yang mana penderitanya tidak mampu keluar berjihad, seperti pincang, buta, demam, radang selaput dara, mati separuh dan lain-lain. ﴾ وَلَا عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنفِقُونَ
﴿ "Dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka naf-kahkan." Yakni mereka tidak mendapatkan bekal dan kendaraan untuk menempuh perjalanan jihad. Mereka itu tiada berdosa dengan syarat berlaku ikhlas kepada Allah dan RasulNya, yaitu beriman dengan iman yang benar, dengan niat dan tekad jika sean-dainya mereka mampu niscaya mereka akan berjihad, dan mereka melakukan apa yang mereka mempu, yaitu memberikan dorongan, ajaran, serta semangat kepada orang lain untuk berjihad. ﴾ مَا عَلَى ٱلۡمُحۡسِنِينَ مِن سَبِيلٖۚ
﴿ "Tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik." Yakni jalan untuk disalahkan, karena dengan kebaikan mereka terkait dengan hak Allah dan hak para hamba membuat mereka tidak disalahkan, jika seorang hamba melakukan apa yang dia mampu dengan baik, maka gugurlah kesalahan pada apa yang dia tidak mampu.
Ayat ini dijadikan sebagai dalil atas sebuah kaidah, yaitu bahwa barangsiapa yang berbuat kebaikan kepada orang lain pada jiwanya atau pada hartanya dan lainnya, lalu kebaikannya itu menimbulkan kekurangan atau kerusakan, maka dia tidak bertanggung jawab (menanggung) karena dia berbuat baik, dan tidak ada jalan untuk menyalahkan orang yang berbuat baik. Sebagaimana ayat ini juga menunjukkan bahwa orang yang berbuat buruk seperti orang yang lalai, maka dia harus menanggungnya. ﴾ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ﴿ "Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Di antara ampunan dan rahmatNya adalah bahwa Dia memaafkan orang-orang yang lemah dan memberi mereka pahala dengan niat kuat mereka, sama dengan pahala orang-orang yang mampu melakukan.
#
{92} {ولا على الذين إذا ما أتَوْكَ لِتَحْمِلَهم}: فلم يصادفوا عندك شيئاً. {قلتَ}: لهم معتذراً: {لا أجِدُ ما أحمِلُكم عليه تَوَلَّوْا وأعينُهم تفيضُ من الدمع حَزَناً أن لا يجدوا ما ينفقون}: فإنهم عاجزون باذلون لأنفسهم، وقد صدر منهم من الحزن والمشقَّة ما ذكره الله عنهم؛ فهؤلاء لا حَرَجَ عليهم، وإذا سقط الحرجُ عنهم؛ عاد الأمر إلى أصله، وهو أنَّ مَن نوى الخير واقترن بنيَّته الجازمة سَعْيٌ فيما يقدِرُ عليه ثم لم يقدِرْ؛ فإنَّه ينزَّلُ منزلة الفاعل التامِّ.
(92) ﴾ وَلَا عَلَى ٱلَّذِينَ إِذَا مَآ أَتَوۡكَ لِتَحۡمِلَهُمۡ
﴿ "Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan", ternyata kamu tidak memiliki apa pun. ﴾ قُلۡتَ
﴿ "Lalu kamu berkata", dalam rangka meminta maaf. ﴾ لَآ أَجِدُ مَآ أَحۡمِلُكُمۡ عَلَيۡهِ تَوَلَّواْ وَّأَعۡيُنُهُمۡ تَفِيضُ مِنَ ٱلدَّمۡعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُواْ مَا يُنفِقُونَ ﴿ "'Aku tidak memperoleh ken-daraan untuk membawamu,' lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan." Mereka adalah orang-orang yang tidak mampu tetapi mereka bersedia mengorbankan dirinya, bah-kan mereka bersedih dan sangat berat hati sebagaimana yang Allah sebutkan. Mereka itu tiada dosa atasnya, dan jika dosa telah gugur dari mereka, maka perkaranya kembali kepada asalnya, yaitu bah-wa siapa yang berniat melakukan kebaikan, dan niat kuatnya telah diikuti dengan usaha sebatas kemampuannya kemudian dia tidak mampu maka dia disamakan dengan orang yang melakukannya dengan sempurna.
#
{93} {إنَّما السبيل}: يتوجَّه واللوم يتناول {الذين يستأذِنونك وهم أغنياءٌ}: قادرون على الخروج لا عذرَ لهم؛ فهؤلاء {رضوا} لأنفسهم، ومن دينهم {أن يكونوا مع الخَوالِفِ}؛ كالنساء والأطفال ونحوهم. {و} إنَّما رضوا بهذه الحال لأنَّ الله طَبَعَ {على قلوبهم}؛ أي: خَتَمَ عليها؛ فلا يدخُلها خيرٌ، ولا يحسُّون بمصالحهم الدينيَّة والدنيويَّة، {فهم لا يعلمون}: عقوبةً لهم على ما اقترفوا.
(93) ﴾ إِنَّمَا ٱلسَّبِيلُ
﴿ "Sesungguhnya jalan" untuk menyalahkan, ﴾ ٱلَّذِينَ يَسۡتَـٔۡذِنُونَكَ وَهُمۡ أَغۡنِيَآءُۚ
﴿ "orang-orang yang meminta izin kepadamu, padahal mereka itu orang-orang kaya," yang mampu untuk pergi ber-perang, dan tidak memiliki udzur. ﴾ رَضُواْ
﴿ "Mereka rela", untuk diri mereka dan agama mereka ﴾ أَن يَكُونُواْ مَعَ ٱلۡخَوَالِفِ
﴿ "berada bersama-sama orang-orang yang tidak ikut berperang", seperti wanita, anak-anak dan semisalnya. ﴾ و َ
﴿ "Dan" mereka rela dengan keadaan itu karena Allah telah mengunci mati ﴾ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ
﴿ " hati mereka." Yakni menstem-pel hati mereka, sehingga tiada kebaikan yang masuk kepadanya dan tidak merasakan kemaslahatan mereka di dunia dan akhirat. ﴾ فَهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ ﴿ "Maka mereka tidak mengetahui
(akibat perbuatan mereka)", sebagai hukuman atas apa yang mereka lakukan.
{يَعْتَذِرُونَ إِلَيْكُمْ إِذَا رَجَعْتُمْ إِلَيْهِمْ قُلْ لَا تَعْتَذِرُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكُمْ قَدْ نَبَّأَنَا اللَّهُ مِنْ أَخْبَارِكُمْ وَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (94) سَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ إِذَا انْقَلَبْتُمْ إِلَيْهِمْ لِتُعْرِضُوا عَنْهُمْ فَأَعْرِضُوا عَنْهُمْ إِنَّهُمْ رِجْسٌ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (95) يَحْلِفُونَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنْ تَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَرْضَى عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ (96)}.
"Mereka
(orang-orang munafik) mengemukakan udzurnya kepadamu, apabila kamu telah kembali kepada mereka
(dari medan perang). Katakanlah, 'Janganlah kamu mengemukakan udzur, kami tidak percaya lagi kepadamu,
(karena) sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya. Dan Allah serta RasulNya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.' Kelak mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apa-bila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka, karena sesungguhnya me-reka itu adalah najis dan tempat mereka Jahanam, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. Mereka akan bersumpah kepa-damu, agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu."
(At-Taubah: 94-96).
#
{94} لما ذكر تخلُّف المنافقين الأغنياء، وأنه لا عذر لهم؛ أخبر أنهم سيعتذرون {إليكم إذا رجعتُم إليهم}: من غزاتكم، {قُلْ} لهم: {لا تعتِذروا لن نؤمنَ لكم}؛ أي: لن نصدِّقَكم في اعتذاركم الكاذب، {قد نبَّأنا الله من أخبارِكم}: وهو الصادق في قيله، فلم يبقَ للاعتذار فائدةٌ؛ لأنهم يعتذِرون بخلاف ما أخبر الله عنهم، ومحالٌ أن يكونوا صادقين فيما يخالِفُ خَبَرَ الله الذي هو أعلى مراتب الصدق. {وسيرى اللهُ عمَلَكم ورسولُه}: في الدُّنيا؛ لأنَّ العمل هو ميزان الصدق من الكذب، وأما مجرَّد الأقوال؛ فلا دلالة فيها على شيء من ذلك، {ثم تُرَدُّون إلى عالم الغيبِ والشهادة}: الذي لا يخفى عليه خافيةٌ، {فينبِّئُكم بما كنتُم تعملون}: من خيرٍ وشرٍّ، ويجازيكم بعدله أو بفضله؛ من غير أن يظلِمَكم مثقالَ ذرَّةٍ.
(94) Manakala Allah menyebutkan orang-orang munafik yang mampu tetapi tidak mau pergi berperang, dan bahwa mereka tidak memiliki alasan, maka kemudian Dia menyampaikan bahwa mereka akan mengemukakan alasannya ﴾ إِلَيۡكُمۡ إِذَا رَجَعۡتُمۡ إِلَيۡهِمۡۚ
﴿ "kepada-mu, apabila kamu telah kembali kepada mereka", dari medan perang. ﴾ قُل
﴿ "Katakanlah", kepada mereka, ﴾ لَّا تَعۡتَذِرُواْ لَن نُّؤۡمِنَ لَكُمۡ
﴿ "Janganlah kamu mengemukakan udzur, kami tidak percaya lagi kepadamu", yakni Kami tidak akan mempercayai alasan dustamu. ﴾ قَدۡ نَبَّأَنَا ٱللَّهُ مِنۡ أَخۡبَارِكُمۡۚ
﴿ "(Karena) sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami berita-mu yang sebenarnya." Dan Dia Mahabenar dalam perkataanNya, jadi tiada berguna lagi alasan kalian, karena mereka mengemukakan alasan yang bertentangan dengan apa yang dinyatakan oleh Allah, dan mustahil mereka benar dalam perkara di mana mereka menye-lisihi berita Allah yang merupakan tingkatan paling tinggi dalam hal kebenaran. ﴾ وَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ
﴿ "Dan Allah serta RasulNya akan melihat pekerjaanmu", di dunia, karena timbangan kebenaran dan kedustaan adalah amal perbuatan, adapun ucapan saja tidak me-nunjukkan hal tersebut. ﴾ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ
﴿ "Kemudian kamu dikembalikan kepada Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata", yang tiada sesuatu pun yang samar bagiNya. ﴾ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ﴿ "Lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan," baik dan buruknya, Dia akan membalasnya dengan keadilan dan karu-niaNya tanpa menzhalimimu sedikit pun.
#
{95} واعلم أن المسيء المذنب له ثلاثُ حالاتٍ: إما يُقْبَلُ قولُه وعذرُه ظاهراً وباطناً ويُعفى عنه بحيث يبقى كأنه لم يذنبْ. [فهذه الحالة هي المذكورة هنا في حق المنافقين أن عذرهم غير مقبول، وأنه قد تقررت أحوالهم الخبيثة وأعمالهم السيئة]. وإما أن يُعاقبوا بالعقوبة والتَّعزير الفعليِّ على ذنبهم. وإما أن يُعْرَضَ عنهم، ولا يقابَلوا بما فعلوا بالعقوبة الفعليَّة. وهذه الحال الثالثة هي التي أمر الله بها في حقِّ المنافقين، ولهذا قال: {سيحلفون باللهِ لكم إذا انقلبتُم إليهم لتُعْرِضوا عنهم فأعرِضوا عنهم}؛ أي: لا توبِّخوهم ولا تجلِدوهم أو تقتُلوهم. {إنَّهم رجسٌ}؛ أي: إنهم قذرٌ خبثاء، ليسوا بأهل لأن يُبالى بهم، وليس التوبيخ والعقوبة مفيداً فيهم. {و} تكفيهم عقوبة {جهنَّم جزاءً بما كانوا يكسِبون}.
(95) Ketahuilah,
bahwa orang yang berbuat salah dan dosa mempunyai tiga kemungkinan: Bisa jadi ucapan dan alasannya diterima secara lahir dan batin, lantas dia dimaafkan di mana se-olah-olah dia tidak berdosa
[keadaan inilah yang disebutkan di sini terkait dengan orang-orang munafik bahwa alasan mereka tidak diterima dan bahwa telah terbukti keadaan mereka yang busuk dan perbuatan mereka yang buruk].
[98] Bisa jadi mereka diberi hukuman dan ta'zir secara fisik atas dosa mereka. Bisa pula mereka tidak di-hiraukan dan tidak diberi hukuman atas perbuatan mereka secara fisik. Kemungkinan yang ketiga inilah yang diperintahkan oleh Allah dalam menyikapi terhadap orang-orang munafik, oleh karena itu Dia berfirman, ﴾ سَيَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ لَكُمۡ إِذَا ٱنقَلَبۡتُمۡ إِلَيۡهِمۡ لِتُعۡرِضُواْ عَنۡهُمۡۖ فَأَعۡرِضُواْ عَنۡهُمۡۖ
﴿ "Ke-lak mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apabila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka." Jangan salahkan mereka, jangan dicambuk dan jangan dibunuh. ﴾ إِنَّهُمۡ رِجۡسٞۖ
﴿ "Karena sesungguhnya mereka itu adalah najis." Mereka itu adalah kotoran dan sampah, tidak layak untuk diperhatikan, nasihat dan hukuman tidak berguna bagi mereka. ﴾ وَ
﴿ "Dan", cukuplah sebagai hukuman ﴾ جَهَنَّمُ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ﴿ "tempat mereka Jahanam, seba-gai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan."
#
{96} وقوله: {يحلفون لكم لترضَوْا عنهم}؛ أي: ولهم أيضاً هذا المقصد الآخر منكم غير مجرَّد الإعراض، بل يحبُّون أن ترضَوْا عنهم كأنَّهم ما فعلوا شيئاً. {فإن ترضَوْا عنهم فإنَّ الله لا يرضى عن القوم الفاسقينَ}؛ أي: فلا ينبغي لكم أيُّها المؤمنون أن ترضَوْا عن من لم يرضَ اللهُ عنه، بل عليكم أن توافقوا ربَّكم في رضاه وغضبه. وتأمَّلْ كيف قال: {فإنَّ الله لا يرضى عن القوم الفاسقين}، ولم يقلْ: فإنَّ الله لا يرضى عنهم؛ ليدلَّ ذلك على أن باب التوبة مفتوح، وأنهم مهما تابوا هم أو غيرهم؛ فإنَّ الله يتوب عليهم ويرضى عنهم، وأما ما داموا فاسقين؛ فإنَّ الله لا يرضى عليهم؛ لوجود المانع من رضاه، وهو خروجهم عن ما رضيه الله لهم من الإيمان والطاعة إلى ما يُغْضِبُه من الشرك والنفاق والمعاصي.
وحاصل ما ذكره الله أنَّ المنافقين المتخلِّفين عن الجهاد من غير عذر إذا اعتذروا للمؤمنين وزعموا أن لهم أعذاراً في تخلُّفهم؛ فإنَّ المنافقين يريدون بذلك أن تُعْرِضوا عنهم وتَرْضَوْا وتقبلوا عذرَهم: فأمَّا قَبولُ العذر منهم والرضا عنهم؛ فلا حبًّا ولا كرامةً لهم. وأمَّا الإعراض عنهم؛ فيعرِض المؤمنون عنهم إعراضَهم عن الأمور الرديَّة الرجس.
وفي هذه الآيات إثباتُ الكلام لله تعالى في قوله. {قد نبَّأنا الله من أخباركم}، وإثبات الأفعال الاختياريَّة لله الواقعة بمشيئته وقدرته في هذا وفي قوله: {وسيرى الله عَمَلَكُم ورسولُه}؛ أخبر أنه سيراه بعد وقوعه. وفيها إثبات الرِّضا لله عن المحسنين والغضب والسخط على الفاسقين.
(96) FirmanNya, ﴾ يَحۡلِفُونَ لَكُمۡ لِتَرۡضَوۡاْ عَنۡهُمۡۖ
﴿ "Mereka akan bersum-pah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka." Yakni mereka juga mempunyai maksud yang lain darimu di samping agar kamu ber-paling dari mereka, yaitu mereka ingin agar kamu meridhai mereka seolah-olah mereka itu tidak melakukan dosa apa-apa. ﴾ فَإِن تَرۡضَوۡاْ عَنۡهُمۡ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يَرۡضَىٰ عَنِ ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡفَٰسِقِينَ
﴿ "Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu." Yakni, maka tidak sepantasnya bagimu hai orang-orang yang beriman meridhai orang yang tidak diridhai Allah, bahkan kamu harus mengikuti Rabbmu dalam sikap ridha dan marah. Perhatikanlah bagaimana Allah تعالى berfirman, ﴾ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يَرۡضَىٰ عَنِ ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡفَٰسِقِينَ
﴿ "Maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu." Dan tidak berkata, "Maka sesungguhnya Allah tidak me-ridhai mereka." Ini untuk menunjukkan bahwa pintu taubat masih tetap terbuka, selama mereka atau siapa pun bertaubat, maka Allah akan mengampuni dan meridhai mereka. Akan tetapi selama me-reka itu tetap fasik, selama itu Allah tidak meridhai mereka karena adanya penghalang bagi ridhaNya, yaitu menyimpangnya mereka dari iman dan ketaatan yang diridhai Allah kepada syirik, nifak, dan maksiat yang dibenci Allah.
Alhasil dari apa yang disebutkan oleh Allah adalah bahwa orang-orang munafik yang tidak berangkat berjihad tanpa alasan, jika mereka meminta maaf kepada orang-orang Mukmin dan me-reka mengaku mempunyai alasan dalam ketidakberangkatannya, maksud orang-orang munafik adalah agar kamu berpaling dari mereka (yakni, membiarkan mereka) dan meridhai serta menerima alasan mereka. Adapun memaklumi dan meridhai mereka, maka janganlah dilakukan, karena mereka tidak memiliki kecintaan dan kehormatan. Adapun berpaling dari mereka, maka orang-orang yang beriman berpaling dari mereka seperti orang-orang Mukmin berpaling dari perkara-perkara buruk dan kotor.
Ayat-ayat ini mengandung penetapan sifat Kalam bagi Allah تعالى pada FirmanNya,
﴾ قَدۡ نَبَّأَنَا ٱللَّهُ مِنۡ أَخۡبَارِكُمۡۚ
﴿
"Sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya." (At-Taubah: 94).
Ayat-ayat ini juga mengandung penetapan perbuatan ikhtiari bagi Allah yang terlaksana dengan kodrat dan kehendakNya, seba-gaimana terkandung dalam Firman Allah di atas dan dalam Fir-manNya,
﴾ وَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ ﴿
"Dan Allah serta RasulNya akan melihat pekerjaanmu."
(At-Tau-bah: 94).
Allah memberitahukan bahwa Allah dan RasulNya akan me-lihatnya setelah ia terjadi. Dan di dalam ayat ini juga terdapat pe-netapan sifat ridha bagi Allah kepada orang-orang yang baik dan sifat marah serta murkaNya kepada orang-orang fasik.
{الْأَعْرَابُ أَشَدُّ كُفْرًا وَنِفَاقًا وَأَجْدَرُ أَلَّا يَعْلَمُوا حُدُودَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (97) وَمِنَ الْأَعْرَابِ مَنْ يَتَّخِذُ مَا يُنْفِقُ مَغْرَمًا وَيَتَرَبَّصُ بِكُمُ الدَّوَائِرَ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (98) وَمِنَ الْأَعْرَابِ مَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَتَّخِذُ مَا يُنْفِقُ قُرُبَاتٍ عِنْدَ اللَّهِ وَصَلَوَاتِ الرَّسُولِ أَلَا إِنَّهَا قُرْبَةٌ لَهُمْ سَيُدْخِلُهُمُ اللَّهُ فِي رَحْمَتِهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (99)}.
"Orang-orang Arab Badui itu, lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada RasulNya. Dan Allah Maha Menge-tahui lagi Mahabijaksana. Di antara orang-orang Arab Badui itu, ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya
(di jalan Allah) sebagai suatu kerugian dan dia menanti-nanti marabahaya menimpamu, merekalah yang akan ditimpa marabahaya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan di antara orang-orang Arab Badui itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya
(di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesung-guhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mende-katkan diri
(kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat
(Surga)Nya, sesungguhnya Allah Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang."
(At-Taubah: 97-99).
#
{97} يقول تعالى: {الأعرابُ}: وهم سكان البادية والبراري، {أشدُّ كفراً ونفاقاً}: من الحاضرة الذين فيهم كفرٌ ونفاقٌ، وذلك لأسبابٍ كثيرة؛ منها: أنهم بعيدون عن معرفة الشرائع الدينيَّة والأعمال والأحكام؛ فهم أحرى {وأجدرُ أن لا يعلموا حدودَ ما أنزلَ الله على رسوله}: من أصول الإيمان وأحكام الأوامر والنواهي؛ بخلاف الحاضرة؛ فإنَّهم أقرب لأن يعلموا حدود ما أنزل الله على رسولِهِ، فيحدُثُ لهم بسبب هذا العلم تصوُّرات حسنة وإرادات للخير الذي يعلمون ما لا يكون في البادية. وفيهم من لطافة الطبع والانقياد للدَّاعي ما ليس في البادية. ويجالسون أهل الإيمان، ويخالطونهم أكثر من أهل البادية؛ فلذلك كانوا أحرى للخير من أهل البادية، وإن كان في البادية والحاضرة كفارٌ ومنافقون؛ ففي البادية أشدُّ وأغلظ مما في الحاضرة.
(97) Allah تعالى berfirman, ﴾ ٱلۡأَعۡرَابُ
﴿ "Orang-orang Arab Badui itu", yaitu mereka yang tinggal di pelosok dan pedalaman ﴾ أَشَدُّ كُفۡرٗا وَنِفَاقٗا
﴿ "lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya", daripada orang-orang kota meskipun mereka juga ada yang kafir dan munafik, hal itu karena beberapa sebab, di antaranya adalah jauhnya mereka dari pengetahuan tentang syariat-syariat agama, amal perbuatan dan hukum-hukum, maka mereka lebih layak, ﴾ وَأَجۡدَرُ أَلَّا يَعۡلَمُواْ حُدُودَ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦۗ ﴿ "dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada RasulNya," berupa dasar-dasar iman dan hukum-hukum perintah dan larangan. Lain halnya dengan orang-orang yang tinggal di kota, mereka lebih mungkin mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada RasulNya. Dengan ilmu ini, muncul pada mereka gambaran-gambaran yang baik dan keinginan kepada kebaikan yang mereka ketahui hal mana itu ti-dak ada di pedalaman. Pada orang-orang kota juga terdapat tabiat yang lembut dan ketundukan kepada penyeru yang mana hal itu tidak terdapat pada orang-orang pedalaman. Orang-orang kota juga bergaul dengan ahli iman dan berinteraksi lebih banyak daripada orang yang tinggal di pedalaman. Oleh karenanya orang-orang kota lebih layak mengetahui kebaikan daripada orang-orang di pe-dalaman, meski di kota dan di desa tetap ada orang-orang munafik dan kafir, hanya saja yang di pedalaman lebih keras dan lebih sangat.
#
{98} ومن ذلك أنَّ الأعراب أحرصُ على الأموال وأشحُّ فيها؛ فمنهم {من يتَّخذُ ما ينفِقُ}: من الزكاة والنفقة في سبيل الله وغير ذلك، {مغرماً}؛ أي: يراها خسارة ونقصاً، لا يحتسب فيها، ولا يريد بها وجه الله، ولا يكادُ يؤدِّيها إلا كرهاً، {ويتربَّص بكم الدوائرَ}؛ أي: من عداوتهم للمؤمنين وبُغضهم لهم أنهم يودُّون وينتظرون فيهم دوائر الدَّهر وفجائع الزمان، وهذا سينعكس عليهم. فعليهم {دائرةُ السَّوْء}، أما المؤمنون؛ فلهم الدائرةُ الحسنةُ على أعدائهم، ولهم العُقبى الحسنة. {والله سميعٌ عليمٌ}: يعلم نيات العباد وما صدرت منه الأعمال من إخلاص وغيره.
(98) Di antara sebab yang lain juga adalah bahwa orang-orang Arab Badui lebih kikir dan lebih berambisi dalam urusan harta, di antara mereka terdapat ﴾ مَن يَتَّخِذُ مَا يُنفِقُ
﴿ "orang yang meman-dang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah)", berupa zakat, nafkah di jalan Allah, dan lain-lain ﴾ مَغۡرَمٗا
﴿ "sebagai suatu kerugian." Yakni dia memandangnya sebagai kerugian dan kekurangan, tidak ber-harap pahala dari Allah, tidak berharap dengannya Wajah Allah, dan hampir tidak dilaksanakan kecuali dengan terpaksa. ﴾ وَيَتَرَبَّصُ بِكُمُ ٱلدَّوَآئِرَۚ
﴿ "Dan dia menanti-nanti marabahaya menimpamu." Yakni di an-tara bukti permusuhan dan kebencian mereka kepada orang-orang yang beriman adalah bahwa mereka menginginkan dan menanti-nantikan musibah dan marabahaya yang ditimpakan kepada orang-orang Mukmin. Justru yang terjadi sebaliknya. ﴾ عَلَيۡهِمۡ دَآئِرَةُ ٱلسَّوۡءِۗ
﴿ "Me-rekalah yang akan ditimpa marabahaya." Adapun orang-orang Mukmin, maka mereka akan meraih hasil baik atas musuhnya dan akibat yang menggembirakan. ﴾ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٞ ﴿ "Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Mengetahui niat manusia dan amal yang dilakukannya, apakah ia ikhlas atau tidak.
#
{99} وليس الأعراب كلُّهم مذمومين، بل منهم {مَن يؤمنُ بالله واليوم الآخر}: فيسلم بذلك من الكفر والنفاق، ويعمل بمقتضى الإيمان، {ويتَّخِذُ ما ينفِقُ قُرُباتٍ عند الله}؛ أي: يحتسب نفقته ويقصد بها وجهَ الله تعالى والقربَ منه، {و} يجعَلُها وسيلةً لِصَلَواتِ {الرسول}؛ أي: دعائه لهم وتبريكه عليهم. قال تعالى مبيِّناً لنفع صلوات الرسول: {ألا إنَّها قُربةٌ لهم}: تقرِّبهم إلى الله، وتُنمي أموالهم، وتُحِلُّ فيها البركة. {سيدخِلُهم الله في رحمته}: في جملة عباده الصالحين. إنَّه {غفورٌ رحيمٌ}: فيغفر السيئاتِ العظيمةَ لمن تاب إليه، ويَعُمُّ عباده برحمتِهِ التي وسعت كلَّ شيء، ويخصُّ عباده المؤمنين برحمةٍ يوفِّقهم فيها إلى الخيرات، ويحميهم فيها من المخالفات، ويجزِلُ لهم فيها أنواع المثوبات.
وفي هذه الآية دليلٌ على أنَّ الأعراب كأهل الحاضرة؛ منهم الممدوح ومنهم المذموم، فلم يذمُّهم الله على مجرَّد تعرُّبهم وباديتهم، إنَّما ذمَّهم على ترك أوامر الله، وأنهم في مظنة ذلك.
ومنها: أنَّ الكفر والنفاق يزيد وينقص ويغلُظُ، ويخِفُّ بحسب الأحوال.
ومنها: فضيلة العلم، وأنَّ فاقِدَه أقرب إلى الشرِّ ممَّن يعرفه؛ لأنَّ الله ذمَّ الأعراب، وأخبر أنهم أشدُّ كفراً ونفاقاً، وذكر السبب الموجب لذلك، وأنَّهم أجدر أن لا يعلموا حدود ما أنزل الله على رسوله.
ومنها: أن العلم النافع الذي هو أنفع العلوم معرفة حدود ما أنزل الله على رسوله من أصول الدين وفروعه؛ كمعرفة حدود الإيمان والإسلام والإحسان والتقوى والفلاح والطاعة والبرِّ والصِّلة والإحسان والكفر والنفاق والفسوق والعصيان والزنا والخمر والربا ونحو ذلك؛ فإن في معرفتها يُتَمَكَّن من فعلها إن كانت مأموراً بها أو تركها إن كانت محظورة، ومن الأمر بها أو النهي عنها.
ومنها: أنه ينبغي للمؤمن أن يؤدي ما عليه من الحقوق، منشرح الصدر، مطمئن النفس، ويحرص أن تكون مغنماً ولا تكون مغرماً.
(99) Namun tidak semua orang-orang Arab Badui itu tercela, di antara mereka ﴾ مَن يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ
﴿ "ada orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian." Maka dia selamat dari kekufuran dan kemunafikan dan melakukan tuntutan iman. ﴾ وَيَتَّخِذُ مَا يُنفِقُ قُرُبَٰتٍ عِندَ ٱللَّهِ
﴿ "Dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah." Yakni, dia berharap pa-hala dari Allah dengan infaknya dan mencari Wajah Allah serta ke-dekatan kepadaNya. ﴾ وَ
﴿ "Dan" menjadikannya sebagai jalan untuk memperoleh doa ﴾ ٱلرَّسُولِۚ
﴿ "Rasul." Dan permohonan keberkahan (kepada Allah) untuk mereka.
Allah berfirman menjelaskan manfaat doa Rasul. ﴾ أَلَآ إِنَّهَا قُرۡبَةٞ لَّهُمۡۚ
﴿ "Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi me-reka untuk mendekatkan diri (kepada Allah)." Mendekatkan mereka kepada Allah, mengembangkan harta mereka dan memberkahinya. ﴾ سَيُدۡخِلُهُمُ ٱللَّهُ فِي رَحۡمَتِهِۦٓۚ
﴿ "Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (Surga)Nya", dalam golongan hamba-hambaNya yang shalih. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pe-nyayang." Dia mengampuni dosa-dosa besar bagi yang bertaubat kepadaNya, menaungi hamba-hambaNya dengan rahmatNya yang meliputi segala sesuatu dan mengkhususkan hamba-hambaNya yang beriman dengan rahmatNya yang membimbing mereka kepada kebaikan, melindungi mereka dari penyimpangan, serta memberi mereka balasan yang besar.
Ayat ini mengandung dalil bahwa orang-orang Arab Badui sama dengan orang-orang kota. Di antara mereka ada yang tercela dan ada yang terpuji. Allah tidak mencela mereka hanya karena mereka arab badui, akan tetapi karena meninggalkan perintah-pe-rintah Allah dan mereka kemungkinan besar melakukan itu.
Di antaranya: Bahwa kekufuran dan kemunafikan dapat ber-tambah dan berkurang, menguat dan melemah, berdasarkan kondisi.
Di antaranya: Keutamaan ilmu, dan bahwa orang yang tidak berilmu lebih dekat kepada keburukan daripada orang yang ber-ilmu, karena Allah mencela orang-orang Arab Badui dan menya-takan bahwa mereka lebih keras kekufuran dan kemunafikannya serta menjelaskan penyebabnya dan bahwa mereka layak untuk tidak mengetahui hukum-hukum yang Allah turunkan kepada Ra-sulNya.
Di antaranya: Bahwa ilmu bermanfaat yang merupakan ilmu yang paling bermanfaat adalah mengetahui hukum-hukum yang diturunkan oleh Allah kepada RasulNya yang meliputi dasar-dasar dan cabang agama seperti mengetahui batasan-batasan Iman, Islam, Ihsan, takwa, keberuntungan, ketaatan, kebaikan, berbuat baik, si-laturahim, kekufuran, kemunafikan, kefasikan, kemaksiatan, zina, khamar, riba dan lain-lain, karena dengan mengetahuinya ia bisa dilaksanakan jika ia diperintahkan dan dijauhi jika ia adalah lara-ngan, serta memungkinkan pula untuk memerintahkannya atau melarangnya.
Di antaranya juga: Hendaknya seorang hamba yang beriman melaksanakan hak-haknya dengan lapang dada, jiwa tentram, ber-usaha meraih untung dan tidak merugi.
{وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (100)}.
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada me-reka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka Surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar."
(At-Taubah: 100).
#
{100} السابقون هم الذين سبقوا هذه الأمة وبَدَروها إلى الإيمان والهجرة والجهاد وإقامة دين الله، {من المهاجرين}: {الذين أُخْرِجوا من ديارهم وأموالهم يبتغونَ فضلاً من الله ورضواناً وينصُرون الله ورسولَه أولئك هم الصادقون}. {و} من {الأنصار}: {الذين تبوؤا الدار والإيمان من قبلِهِم يحبُّون من هاجر إليهم ولا يجدون في صدورِهم حاجةً مما أوتوا ويؤثِرون على أنفسِهم ولو كان بهم خَصاصَةٌ}. {والذين اتَّبَعوهم بإحسانٍ}: بالاعتقادات والأقوال والأعمال؛ فهؤلاء هم الذين سَلِموا من الذَّمِّ وحصل لهم نهاية المدح وأفضلُ الكرامات من الله. {رضي الله عنهم}: ورضاه تعالى أكبرُ من نعيم الجنة، {ورَضوا عنه وأعدَّ لهم جناتٍ تجري تحتَها الأنهار}: الجارية التي تُساق إلى سقي الجنان والحدائق الزاهية الزاهرة والرياض الناضرة. {خالدين فيها أبداً}: لا يبغون عنها حِوَلاً ولا يطلبون منها بدلاً؛ لأنَّهم مهما تمنَّوه أدركوه، ومهما أرادوه وجدوه. {ذلك الفوز العظيم}: الذي حصل لهم فيه كلُّ محبوبٍ للنفوس ولذَّة للأرواح ونعيم للقلوب وشهوة للأبدان، واندفع عنهم كلُّ محذور.
(100) As-Sabiqun adalah orang-orang yang mendahului umat ini kepada iman, hijrah, jihad, dan menegakkan Agama Allah, ﴾ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ
﴿ "di antara orang-orang Muhajirin",
﴾ ٱلَّذِينَ أُخۡرِجُواْ مِن دِيَٰرِهِمۡ وَأَمۡوَٰلِهِمۡ يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٗا وَيَنصُرُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ 8
﴿
"Yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan(Nya) dan mereka me-nolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Al-Hasyr: 8).
﴾ وَٱلۡأَنصَارِ
﴿ "dan orang-orang Anshar",
﴾ ٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِيمَٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَيۡهِمۡ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمۡ حَاجَةٗ مِّمَّآ أُوتُواْ وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةٞۚ
﴿
"Orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah ber-iman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka men-cintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada me-reka (orang-orang Muhajirin), dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)." (Al-Hasyr: 9).
﴾ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ
﴿ "Dan orang-orang yang mengikuti mereka de-ngan baik", dalam akidah, perkataan, dan perbuatan. Mereka itulah yang selamat dari celaan, mendapatkan pujian yang tinggi, dan ke-muliaan terbaik dari Allah. ﴾ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ
﴿ "Allah ridha kepada mereka." Dan Ridha Allah تعالى lebih besar daripada nikmat Surga. ﴾ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ
﴿ "Dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka Surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya", yang mengalir ke pangkal-pangkal pohon dan kebun yang elok lagi indah dan taman yang mempesona. ﴾ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ
﴿ "Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya." Mereka tidak ingin ber-pindah darinya, dan tidak mencari penggantinya, karena apa pun yang mereka inginkan akan mereka dapatkan dan apa yang mereka harapkan pasti terlaksana. ﴾ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ﴿ "Itulah kemenangan yang besar", yang padanya terwujud bagi mereka semua yang disukai oleh jiwa, yang dinikmati oleh ruh, yang diinginkan oleh hati dan yang dihasrati oleh jasmani serta tertolak dari mereka segala yang tidak diinginkan.
{وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ (101)}.
"Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik, dan
(juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu
(Muhammad) tidak mengetahui mereka,
(tetapi) Kami-lah yang mengetahui me-reka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar."
(At-Taubah: 101).
#
{101} يقول تعالى: {وممَّن حولَكم من الأعراب منافقون ومن أهل المدينة}: أيضاً منافقون، {مَرَدُوا على النِّفاق}؛ أي: تمرَّنوا عليه [واستمرّوا] وازدادوا فيه طغياناً، {لا تعلَمُهم}: بأعيانهم فتعاقبهم أو تعاملهم بمقتضى نفاقهم؛ لما لله في ذلك من الحكمة الباهرة. {نحن نعلمُهم سنعذِّبهم مرتينِ}: يُحتمل أن التثنية على بابها، وأنَّ عذابَهم عذابٌ في الدنيا وعذابٌ في الآخرة؛ ففي الدُّنيا ما ينالهم من الهمِّ والغمِّ والكراهة لما يصيب المؤمنين من الفتح والنصر، وفي الآخرة عذابُ النار وبئس القرار، ويُحتمل أنَّ المراد سنغلِّظُ عليهم العذاب، ونضاعفه عليهم، ونكرِّره.
(101) Allah تعالى berfirman,﴾ وَمِمَّنۡ حَوۡلَكُم مِّنَ ٱلۡأَعۡرَابِ مُنَٰفِقُونَۖ وَمِنۡ أَهۡلِ ٱلۡمَدِينَةِ
﴿ "Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik, dan (juga) di antara penduduk Madinah", juga ter-dapat orang-orang munafik. ﴾ مَرَدُواْ عَلَى ٱلنِّفَاقِ
﴿ "Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya." Yakni, mereka terbiasa di atasnya (terus menerus) dan bertambah kuat kemunafikannya.
﴾ لَا تَعۡلَمُهُمۡۖ
﴿ "Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka", yaitu nama-nama mereka sehingga kamu bisa menghukum mereka atau kamu memperlakukan mereka sesuai dengan kemunafikannya, karena dalam hal itu Allah mempunyai hikmah yang mengagum-kan. ﴾ نَحۡنُ نَعۡلَمُهُمۡۚ سَنُعَذِّبُهُم مَّرَّتَيۡنِ ﴿ "
(Tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali." Ada kemungkinan dua kali itu adalah dua kali yang sebenarnya yaitu di dunia dan di akhirat. Di dunia dalam bentuk kecemasan, kesedihan, dan kebencian ter-hadap kemenangan dan keunggulan yang diraih oleh orang-orang Mukmin, dan di akhirat adalah azab neraka yang merupakan tem-pat terburuk. Ada kemungkinan bahwa maksudnya adalah Kami akan memberatkan azab atas mereka, melipatgandakannya dan mengulang-ulangnya atas mereka.
{وَآخَرُونَ اعْتَرَفُوا بِذُنُوبِهِمْ خَلَطُوا عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا عَسَى اللَّهُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (102) خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (103)}.
"Dan
(ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur-baurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penya-yang. Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Menge-tahui."
(At-Taubah: 102-103).
#
{102} يقول تعالى: {وآخرون}: ممَّن بالمدينة ومَنْ حولها، بل ومن سائر البلاد الإسلاميَّة، {اعترفوا بذنوبهم}؛ أي: أقرُّوا بها وندموا عليها وسعوا في التوبة منها والتطهُّر من أدرانها، {خلطوا عملاً صالحاً وآخر سيِّئاً}: ولا يكون العمل صالحاً إلا إذا كان مع العبد أصلُ التوحيد والإيمان المخرِجُ عن الكفر والشرك الذي هو شرطٌ لكلِّ عمل صالح؛ فهؤلاء خلطوا الأعمال الصالحة بالأعمال السيئة من التجرِّي على بعض المحرَّمات والتقصير في بعض الواجبات مع الاعتراف بذلك والرجاء بأن يغفر الله لهم؛ فهؤلاء {عسى اللهُ أن يتوبَ عليهم}: وتوبتُه على عبده نوعان: الأولُ: التوفيقُ للتوبة. والثاني: قبولُها بعد وقوعها منهم. {إنَّ الله غفورٌ رحيم}؛ أي: وصفه المغفرة والرحمة اللتان لا يخلو مخلوقٌ منهما، بل لا بقاء للعالم العلويِّ والسفليِّ إلا بهما؛ فلوْ يؤاخِذُ اللهُ الناسَ بظُلْمهم ما ترك على ظهرها من دابَّةٍ، {إنَّ الله يمسك السمواتِ والأرضَ أن تزولا ولئن زالتا إنْ أمَسكَهما من أحدٍ من بعدِهِ إنَّه كان حليماً غفوراً}، ومن مغفرته أن المسرفين على أنفسهم الذين قطعوا أعمارهم بالأعمال السيئة إذا تابوا إليه وأنابوا، ولو قُبيل موتهم بأقلِّ القليل؛ فإنَّه يعفو عنهم ويتجاوزُ عن سيئاتهم. فهذه الآية دالةٌ على أن المخلِّط المعترف النادم الذي لم يتب توبةً نصوحاً؛ أنه تحت الخوف والرجاء، وهو إلى السلامة أقرب، وأما المخلِّط الذي لم يعترفْ، ولم يندم على ما مضى منه، بل لا يزال مصرًّا على الذُّنوب؛ فإنه يخاف عليه أشدُّ الخوف.
(102) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَءَاخَرُونَ
﴿ "Dan (ada pula) orang-orang lain", yang di Madinah dan sekitarnya bahkan di negeri-ne-geri Islam yang lain ﴾ ٱعۡتَرَفُواْ بِذُنُوبِهِمۡ
﴿ "yang mengakui dosa-dosa mereka." Yakni, mereka mengakuinya, menyesalinya, berusaha bertaubat darinya dan menyucikan dari kotorannya. ﴾ خَلَطُواْ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَءَاخَرَ سَيِّئًا
﴿ "Mereka mencampur-baurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk." Dan suatu amal bukanlah amal shalih kecuali jika se-orang hamba mempunyai dasar tauhid dan iman yang mengeluar-kan dari kekufuran dan kesyirikan yang merupakan syarat bagi seluruh amal shalih, mereka mencampuradukkan antara amal yang baik dengan amal yang buruk dalam bentuk keberaniannya mela-kukan sebagian yang diharamkan dan kelalaian melakukan sebagian kewajiban. Namun bersamaan dengan itu mereka mengakui itu dan berharap Allah mengampuninya. Mereka itu ﴾ عَسَى ٱللَّهُ أَن يَتُوبَ عَلَيۡهِمۡۚ
﴿ "mu-dah-mudahan Allah menerima taubat mereka." Taubat Allah kepada hambaNya ada dua: pertama, memberi taufik kepada mereka untuk taubat, kedua, menerimanya setelah taubat itu dilakukan mereka. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٌ
﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penya-yang", yakni sifatNya adalah maghfirah dan rahmat di mana tidak ada makhluk yang terlepas darinya, bahkan tidak ada keberadaan alam langit dan bumi kecuali dengan keduanya. Seandainya Allah menyiksa manusia karena kezhaliman mereka, niscaya Dia tidak membiarkan satu pun binatang melata di muka bumi ini.
﴾ إِنَّ ٱللَّهَ يُمۡسِكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ أَن تَزُولَاۚ وَلَئِن زَالَتَآ إِنۡ أَمۡسَكَهُمَا مِنۡ أَحَدٖ مِّنۢ بَعۡدِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورٗا 41 ﴿
"Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap, dan sungguh jika keduanya akan lenyap, tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun."
(Fathir: 41).
Di antara ampunanNya adalah bahwa orang-orang yang ber-sikap berlebih-lebihan terhadap diri mereka, yang menghabiskan umur mereka dengan amal-amal buruk, jika mereka bertaubat dan kembali kepadaNya meski hanya sesaat sebelum mati, maka Allah akan memaafkan mereka dan mengampuni kesalahan mereka. Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang mencampuradukkan antara keburukan dengan kebaikan, yang mengakui dan menyesali dosa-dosanya namun tidak bertaubat dengan taubat yang nasuha, maka dia berada di antara ketakutan dan harapan, dan dia lebih dekat kepada keselamatan. Adapun orang yang mencampuradukkan antara kebaikan dan keburukan yang tidak mengakui dan tidak menyesali kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan, bahkan dia masih terus melakukan dosanya, maka sangat dikhawatirkan dia akan diazab.
#
{103} قال تعالى لرسوله ومَنْ قام مقامه آمراً له بما يطهِّر المؤمنين ويتمِّم إيمانهم: {خُذْ من أموالهم صدقةً}: وهي الزكاة المفروضة، {تطهِّرُهم وتزكِّيهم بها}؛ أي: تطهِّرهم من الذُّنوب والأخلاق الرذيلة، {وتزكِّيهم}؛ أي: تنميهم، وتزيد في أخلاقهم الحسنة وأعمالهم الصالحة، وتزيد في ثوابهم الدنيوي والأخروي، وتنمي أموالهم، {وصَلِّ عليهم}؛ أي: ادع لهم؛ أي: للمؤمنين عموماً وخصوصاً عندما يدفعون إليك زكاة أموالهم. {إنَّ صلاتَك سَكَنٌ لهم}؛ أي: طُمَأنينة لقلوبهم واستبشار لهم. {والله سميع}: لدعائك سمعَ إجابة وقَبول. {عليمٌ}: بأحوال العباد ونيَّاتهم، فيجازي كلَّ عامل بعمله وعلى قدر نيته. فكان النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - يمتثِلُ لأمر الله، ويأمُرُهم بالصدقة، ويبعثُ عمَّاله لجبايتها؛ فإذا أتاه أحدٌ بصدقته؛ دعا له وبرَّك.
ففي هذه الآية دلالةٌ على وجوب الزكاة في جميع الأموال، وهذا إذا كانت للتجارة ظاهرة؛ فإنَّها أموالٌ تنمى ويُكتسب بها؛ فمن العدل أن يواسي منها الفقراء بأداء ما أوجب الله فيها من الزكاة. وما عدا أموال التجارة؛ فإن كان المال ينمى كالحبوب والثمار والماشية المتَخذة للنماء والدرِّ والنسل؛ فإنَّها تجب فيها الزكاة، وإلاَّ؛ لم تجبْ فيها؛ لأنَّها إذا كانت للقُنْية؛ لم تكن بمنزلة الأموال التي يتَّخذها الإنسان في العادة مالاً يُتَمَوَّل ويُطلب منه المقاصد المالية، وإنَّما صرف عن المالية بالقُنية ونحوها.
وفيها: أن العبد لا يمكنه أن يتطهَّر، ويتزكَّى حتى يخرِجَ زكاة مالِهِ، وأنَّه لا يكفِّرها شيءٌ سوى أدائها؛ لأنَّ الزكاة والتطهير متوقِّف على إخراجها.
وفيها: استحباب الدُّعاء من الإمام أو نائبه لمن أدَّى زكاته بالبركة، وأن ذلك ينبغي أن يكون جهراً؛ بحيث يسمعه المتصدِّق فيسكنُ إليه.
ويؤخذ من المعنى أنه ينبغي إدخالُ السرور على المؤمن بالكلام الليِّن والدعاء له ونحو ذلك مما يكون فيه طمأنينة وسكونٌ لقلبِهِ. [وأنه ينبغي تنشيط من أنفق نفقةً، وعمل عملاً صالحاً بالدِّعاء له والثناء ونحو ذلك].
(103) Allah تعالى berfirman kepada RasulNya dan kepada orang yang menempati kedudukannya
(pemimpin) seraya meme-rintahkannya dengan apa yang dapat menyucikan orang-orang Mukmin dan menyempurnakan iman mereka, ﴾ خُذۡ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡ صَدَقَةٗ
﴿ "am-billah zakat dari sebagian harta mereka", yakni zakat yang diwajibkan, ﴾ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيهِم بِهَا
﴿ "dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka", yakni membersihkan mereka dari dosa-dosa dan akhlak-akhlak tercela. ﴾ وَتُزَكِّيهِم
﴿ "Dan menyucikan mereka," yakni, menum-buhkan dan menambahkan akhlak-akhlak mereka yang baik dan amal mereka yang shalih, menambah pahala mereka di dunia dan di akhirat, menyuburkan harta mereka. ﴾ وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡۖ
﴿ "Dan berdoalah untuk mereka." Yakni untuk orang-orang Mukmin secara umum dan secara khusus pada waktu mereka membayarkan zakatnya kepada-mu. ﴾ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٞ لَّهُمۡۗ
﴿ "Sesungguhnya doamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka." Yakni ketenangan bagi hati mereka dan kegem-biraan bagi mereka. ﴾ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ
﴿ "Dan Allah Maha Mendengar", doamu dengan menerima dan mengabulkan, ﴾ عَلِيمٌ ﴿ "lagi Maha Mengeta-hui", tentang keadaan dan niat hamba-hambaNya, kemudian Dia akan membalas masing-masing pelaku sesuai dengan amalnya dan niatnya. Nabi ﷺ melaksanakan perintah Allah, memerintahkan me-reka bersedekah, serta mengutus amil-amil untuk mengambilnya, dan jika ada yang datang membawa zakatnya, maka Nabi ﷺ men-doakan kebaikan untuknya dan mendoakan keberkahan atasnya.
Ayat ini mengandung dalil diwajibkannya zakat pada semua harta. Jika harta tersebut diperdagangkan, maka ini jelas, karena ia adalah harta yang tumbuh dan menghasilkan, maka termasuk ke-adilan jika ia digunakan untuk menghibur orang-orang miskin de-ngan menunaikan zakat yang diwajibkan Allah kepadanya. Adapun selain harta perniagaan, jika harta itu berkembang seperti biji-bijian, buah-buahan, binatang ternak yang dimiliki agar ia beranak pinak, maka ia terkena wajib zakat, jika tidak, maka tidak wajib zakat, ka-rena jika hanya sekedar untuk dimiliki, maka ia tidak sama dengan harta yang biasanya dimiliki seseorang dengan tujuan-tujuan ter-tentu yang bersifat finansial, jadi ia dipalingkan dari tujuan tersebut kepada tujuan kepemilikan murni.
Dalam ayat ini juga terkandung dalil bahwa seorang hamba tidak mungkin menyucikan dan membersihkan diri sebelum dia mengeluarkan zakat hartanya, dan tidak ada yang menggantikan-nya kecuali dengan membayarnya, karena kesucian dan kebersihan bergantung kepada mengeluarkannya.
Dalam ayat ini juga terkandung dalil dianjurkannya bagi imam atau wakilnya agar mendoakan orang yang berzakat dengan keber-kahan dan hendaknya doa tersebut diucapkan dengan suara keras di mana pembayar zakat itu dapat mendengarnya sehingga dia pun tenang.
Dipahami suatu faidah dari makna ayat bahwa hendaknya kita memberikan kebahagiaan kepada seorang Mukmin dengan ucapan yang lembut, mendoakan kebaikan untuknya, dan hal lain semisalnya yang menyebabkan ketenangan jiwa dan ketentraman-nya.
(Hendaknya menyemangati orang yang berinfak dan melaku-kan amal baik dengan mendoakannya, memujinya, dan semisalnya).
{أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (104)}.
"Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan bahwa-sanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?"
(At-Taubah: 104).
#
{104} أي: أما علموا سَعَةَ رحمة الله وعمومَ كرمه، وأنه {يقبلُ التوبةَ عن عبادِهِ}: التائبين من أيِّ ذنبٍ كان، بل يفرحُ تعالى بتوبة عبده إذا تاب أعظم فرحٍ يقدَّر، {ويأخُذُ الصدقاتِ}: منهم؛ أي: يقبلها ويأخُذُها بيمينه، فيُرَبِّيها لأحدهم كما يُربِّي الرجل فَلُوَّهُ، حتى تكون التمرةُ الواحدة كالجبل العظيم؛ فكيف بما هو أكبر وأكثر من ذلك. {وأنَّ الله هو التوابُ الرحيمُ}؛ أي: كثير التوبة على التائبين؛ فمنْ تاب إليه؛ تاب عليه، ولو تكررتْ منه المعصيةُ مراراً، ولا يَمَلُّ الله من التوبة على عباده حتى يَمَلُّوا هم، ويأبوا إلا النَّفارَ والشُّرودَ عن بابه وموالاتَهم عدوَّهم. {الرحيم}: الذي وسعت رحمتُهُ كلَّ شيءٍ، وكَتَبَها للذين يتَّقون، ويؤتون الزكاة، ويؤمنون بآياته، ويتَّبعون رسوله.
(104) Yakni, apakah mereka tidak mengetahui rahmat Allah yang luas dan karuniaNya yang menyeluruh, dan bahwa Dia ﴾ يَقۡبَلُ ٱلتَّوۡبَةَ عَنۡ عِبَادِهِۦ
﴿ "menerima taubat dari hamba-hambaNya", yang bertaubat dari dosa apa pun, bahkan Dia تعالى berbahagia karena taubat ham-baNya jika dia bertaubat dengan kebahagiaan yang besar,﴾ وَيَأۡخُذُ ٱلصَّدَقَٰتِ
﴿ "dan menerima zakat", dari mereka, yakni menerima, dan mengambilnya dengan Tangan KananNya. Maka Dia menumbuh-kannya seperti seorang laki-laki menumbuhkan anak kudanya, sehingga satu biji kurma bisa menjadi seperti gunung yang besar. Lalu, bagaimana dengan yang lebih besar dan lebih banyak dari itu? ﴾ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
﴿ "Dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?" Yakni banyak mengampuni orang-orang yang bertaubat. Siapa yang bertaubat kepadaNya, maka Allah akan me-nerima taubatnya, meskipun kemaksiatan yang dilakukannya ber-ulang-ulang. Dan Allah tidak akan merasa bosan memberi ampun kepada hamba-hambaNya sehingga mereka sendiri yang merasa bosan dan menolak kecuali menjauh dan menghindar dari pintuNya sambil berkawan dengan musuh mereka.
﴾ ٱلرَّحِيمُ ﴿ "Maha Penyayang", yang rahmatNya meliputi segala sesuatu dan Dia menetapkannya untuk orang-orang yang bertakwa, membayar zakat, beriman kepada ayat-ayatNya, dan mengikuti RasulNya.
{وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (105)}.
"Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan'."
(At-Taubah: 105).
#
{105} يقول تعالى: {وقُلْ} لهؤلاء المنافقين: {اعمَلوا}: ما ترون من الأعمال، واستمرُّوا على باطلكم؛ فلا تحسَبوا أنَّ ذلك سيخفى، {فسيرى اللهُ عَمَلَكم ورسولُه والمؤمنونَ}؛ أي: لا بدَّ أن يتبيَّن عملكم ويتَّضح، {وستردُّون إلى عالم الغيب والشهادة فينبِّئكم بما كنتُم تعملون}: من خيرٍ وشرٍّ ففي هذا التهديد والوعيد الشديد على مَن استمرَّ على باطله وطغيانه وغيِّه وعصيانه. ويُحتمل أنَّ المعنى: إنَّكم مهما عملتُم من خيرٍ أو شرٍّ؛ فإنَّ الله مطَّلعٌ عليكم، وسَيُطْلِعُ رسولَه وعباده المؤمنين على أعمالكم ولو كانت باطنةً.
(105) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَقُل
﴿ "Dan katakanlah", kepada orang-orang munafik itu, ﴾ ٱعۡمَلُواْ
﴿ "bekerjalah kamu", dengan peker-jaan yang menurutmu sesuai, teruskan kebatilanmu, jangan mengira bahwa amalanmu itu akan samar atas Allah, ﴾ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۖ
﴿ "maka Allah dan RasulNya serta orang-orang Mukmin akan melihat pe-kerjaanmu itu." Yakni, pekerjaanmu pasti akan terlihat dan terbukti. ﴾ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ﴿ "Dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan," yang baik maupun yang buruk. Ini mengandung ancaman yang keras terhadap orang yang meneruskan kebatilannya, kezhalimannya, kesesatannya dan penyimpangannya. Ada kemungkinan maknanya adalah bah-wa apa pun yang kamu lakukan, baik maupun buruk, maka Allah akan melihatmu dan Dia akan menunjukkannya kepada RasulNya dan hamba-hambaNya yang beriman, meskipun ia adalah amalan batin.
{وَآخَرُونَ مُرْجَوْنَ لِأَمْرِ اللَّهِ إِمَّا يُعَذِّبُهُمْ وَإِمَّا يَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (106)}.
"Dan ada
(pula) orang-orang lain yang ditangguhkan sampai ada keputusan Allah, adakalanya Allah akan mengazab mereka dan adakalanya Allah akan menerima taubat mereka. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana."
(At-Taubah: 106).
#
{106} أي: {وآخرون}: من المخلَّفين مؤخَّرون {لأمرِ الله إمَّا يعذِّبُهم وإمَّا يتوبُ عليهم}: ففي هذا التخويف الشديد للمتخلِّفين والحث لهم على التوبة والندم. {واللهُ عليمٌ}: بأحوال العباد ونياتهم، {حكيمٌ}: يضع الأشياء مواضعها، وينزِلُها منازلَها؛ فإذا اقتضت حكمتُه أن يغفر لهم ويتوب عليهم؛ غفر لهم وتاب عليهم. وإن اقتضت حكمتُه أن يخذُلَهم ولا يوفِّقهم للتوبة؛ فعل ذلك.
(106) ﴾ وَءَاخَرُونَ
﴿ "Dan ada (pula) orang-orang lain", yang ti-dak berangkat berjihad, yang ditangguhkan ﴾ لِأَمۡرِ ٱللَّهِ إِمَّا يُعَذِّبُهُمۡ وَإِمَّا يَتُوبُ عَلَيۡهِمۡۗ
﴿ "sampai ada keputusan Allah, adakalanya Allah akan mengazab mereka dan adakalanya Allah akan menerima taubat mereka." Ini mengandung ancaman yang keras bagi orang-orang yang tidak berangkat berjihad dan anjuran kepada mereka agar menyesal dan bertaubat. ﴾ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ
﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui", keadaan dan niat hamba-hambaNya, ﴾ حَكِيمٞ ﴿ "lagi Mahabijaksana." Dia meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan mendudukkannya pada posisinya. Jika hikmahNya menuntut mengampuni dan menerima taubat mereka, maka Dia akan mengampuni dan menerima taubat mereka, namun jika hik-mahNya menuntut tidak memberi mereka taufik kepada taubat, maka Dia akan melakukan itu.
{وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (107) لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ (108) أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (109) لَا يَزَالُ بُنْيَانُهُمُ الَّذِي بَنَوْا رِيبَةً فِي قُلُوبِهِمْ إِلَّا أَنْ تَقَطَّعَ قُلُوبُهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (110)}.
"Dan
(di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan
(pada orang-orang Mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan RasulNya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, 'Kami tidak menghendaki selain kebaikan.' Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta
(dalam sumpahnya). Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang di-dirikan atas dasar takwa
(masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih. Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan
(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengannya ke dalam Neraka Jahanam? Dan Allah tidak mem-berikan petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana."
(At-Taubah: 107-110).
#
{107} كان أناسٌ من المنافقين من أهل قُباء اتَّخذوا مسجداً إلى جنب مسجد قباء يريدون به المضارَّة والمشاقَّة بين المؤمنين، ويُعِدُّونه لمن يرجونه من المحاربين لله ورسوله؛ يكون لهم حصناً عند الاحتياج إليه، فبيَّن تعالى خِزْيَهم، وأظهر سِرَّهم، فقال: {والذين اتَّخذوا مسجداً ضراراً}؛ أي: مضارَّة للمؤمنين ولمسجدهم الذي يجتمعون فيه، {وكفراً}؛ أي: مقصدهم فيه الكفر إذا قصد غيرهم الإيمان، {وتفريقاً بين المؤمنين}؛ أي: ليتشعبوا ويتفرَّقوا ويختلفوا، {وإرصاداً}؛ أي: إعداداً {لمن حارب الله ورسوله مِن قبلُ}؛ أي: إعانة للمحاربين لله ورسوله، الذين تقدَّم حرابهم واشتدَّت عداوتهم، وذلك كأبي عامر الراهب، الذي كان من أهل المدينة، فلما قدم النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - وهاجر إلى المدينة؛ كفر به، وكان متعبِّداً في الجاهلية، فذهب إلى المشركين يستعين بهم على حرب رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، فلما لم يدرك مطلوبه عندهم؛ ذهب إلى قيصر بزعمه أنه ينصره، فهلك اللعين في الطريق، وكان على وعدٍ وممالئة هو والمنافقون، فكان مما أعدُّوا له مسجد الضِّرار، فنزل الوحي بذلك، فبعث إليه النبي - صلى الله عليه وسلم - من يهدمه ويحرقه ، فهُدم، وحُرق، وصار بعد ذلك مزبلةً.
قال تعالى بعد ما بيَّن من مقاصدهم الفاسدة في ذلك المسجد: {ولَيَحْلِفُنَّ إن أردْنا} في بنائنا إيَّاه {إلا الحسنى}؛ أي: الإحسان إلى الضعيف والعاجز والضرير. {والله يشهدُ إنَّهم لكاذبونَ}: فشهادة الله عليهم أصدق من حلفهم.
(107) Ada beberapa orang munafik dari penduduk Quba membangun masjid dekat masjid Quba dengan maksud memecah belah dan menanamkan benih fitnah di antara orang-orang yang beriman, dan mereka menyiapkannya untuk orang-orang yang me-reka harapkan memerangi Allah dan RasulNya, sekaligus sebagai benteng mereka jika ia diperlukan. Maka Allah تعالى membuka kebu-sukannya dan menampakkan rahasia mereka. ﴾ وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مَسۡجِدٗا ضِرَارٗا
﴿ "Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendiri-kan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang Mukmin)." Yakni, kemudaratan kepada orang-orang Mukmin dan masjid yang mereka gunakan untuk berkumpul kepadanya, ﴾ وَكُفۡرٗا
﴿ "untuk kekafiran." Yakni maksud mereka adalah kekufuran, jika maksud selain mereka adalah untuk keimanan, ﴾ وَتَفۡرِيقَۢا بَيۡنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
﴿ "dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin." Yakni agar orang-orang Mukmin berpecah belah, berselisih, dan bersengketa, ﴾ وَإِرۡصَادٗا
﴿ "dan menunggu kedatangan", ﴾ لِّمَنۡ حَارَبَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ مِن قَبۡلُۚ
﴿ "orang-orang yang telah memerangi Allah dan RasulNya sejak dahulu." Yakni untuk membantu orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya yang telah lama memusuhi dengan keras, seperti Abu Amir ar-Rahib, salah seorang penduduk Madinah. Ketika Nabi ﷺ hijrah ke Madinah, Abu Amir ini menolak beriman kepadanya, dia adalah orang ahli ibadah pada masa jahiliyah, maka dia pergi kepada orang-orang musyrik untuk meminta tolong kepada mereka memerangi Rasulullah ﷺ, ketika keinginannya pada orang-orang musyrik tidak terpenuhi, maka dia berangkat ke Kaisar Romawi dengan anggapan dia mau me-nolongnya, tetapi orang yang terlaknat ini mati di jalan, padahal sebelumnya dia dengan orang-orang munafik telah berjanji dan bersekutu (untuk menghancurkan kaum Muslimin). Di antara yang mereka siapkan untuknya adalah masjid dhirar, maka wahyu turun menyampaikan hal itu, lalu Nabi ﷺ mengutus orang-orang untuk merobohkannya dan membakarnya.[99] Masjid itu pun kemudian di-robohkan dan dibakar, dan setelah itu menjadi tempat pembuangan sampah.
Allah تعالى berfirman setelah menjelaskan tujuan buruk mereka pada masjid itu. ﴾ وَلَيَحۡلِفُنَّ إِنۡ أَرَدۡنَآ
﴿ "Mereka sesungguhnya bersumpah, 'Kami tidak menghendaki", dalam membangunnya ﴾ إِلَّا ٱلۡحُسۡنَىٰۖ
﴿ "selain kebaik-an." Yakni, membantu orang yang lemah dan buta. ﴾ وَٱللَّهُ يَشۡهَدُ إِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ ﴿ "Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta
(dalam sumpahnya)." Kesaksian Allah lebih benar daripada sumpah mereka.
#
{108} {لا تقم فيه أبداً}؛ أي: لا تصلِّ في ذلك المسجد الذي بُني ضراراً أبداً؛ فالله يُغنيك عنه، ولست بمضطرٍّ إليه. {لمسجدٌ أسِّس على التَّقوى من أول يوم}: ظهر فيه الإسلام في قُباء، وهو مسجد قُباء أسِّس على إخلاص الدين لله وإقامة ذكره وشعائر دينه، وكان قديماً في هذا عريقاً فيه؛ فهذا المسجد الفاضل {أحقُّ أن تقومَ فيه}: وتتعبَّد وتذكر الله تعالى؛ فهو فاضل وأهله فضلاء، ولهذا مدحهم الله بقوله: {فيه رجالٌ يحبُّون أن يتطهَّروا}: من الذُّنوب، ويتطهَّروا من الأوساخ والنجاسات والأحداث، ومن المعلوم أنَّ مَن أحبَّ شيئاً؛ لا بدَّ أن يسعى له ويجتهد فيما يحبُّ؛ فلا بدَّ أنهم كانوا حريصين على التطهُّر من الذُّنوب والأوساخ والأحداث، ولهذا كانوا ممَّن سبق إسلامه، وكانوا مقيمين للصلاة، محافظين على الجهاد مع رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وإقامة شرائع الدين، وممَّن كانوا يتحرَّزون من مخالفة الله ورسوله.
وسألهم النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - بعدما نزلت هذه الآية في مدحهم عن طهارتهم؟ فأخبروه أنَّهم يُتْبِعون الحجارة الماء، فحمدهم على صنيعهم.
{والله يحبُّ المطَّهِّرين}: الطهارة المعنوية كالتنزُّه من الشرك والأخلاق الرذيلة، والطهارة الحسيَّة كإزالة الأنجاس ورفع الأحداث.
(108) ﴾ لَا تَقُمۡ فِيهِ أَبَدٗاۚ
﴿ "Janganlah kamu shalat di dalam masjid itu selama-lamanya." Janganlah kamu shalat di masjid yang dibangun untuk dhirar tersebut selama-lamanya, karena Allah telah mencu-kupimu darinya dan kamu tidaklah memerlukannya. ﴾ لَّمَسۡجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقۡوَىٰ مِنۡ أَوَّلِ يَوۡمٍ
﴿ "Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama", munculnya Islam di Quba, ia adalah masjid Quba yang didirikan di atas dasar keikhlasan menja-lankan ketaatan kepada Allah, menegakkan dzikir kepadaNya, dan menegakkan syiar-syiar agamaNya, ia adalah masjid tua yang ter-kenal dengan itu.
Masjid yang utama ini ﴾ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِۚ
﴿ "adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya," juga beribadah dan berdzikir kepada Allah تعالى. Ia adalah masjid mulia, dan orang-orangnya juga mulia. Oleh ka-rena itu Allah memuji mereka dengan FirmanNya,﴾ فِيهِ رِجَالٞ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُواْۚ
﴿ "Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri", dari dosa, menyucikan diri dari kotoran, najis, dan hadats. Dan se-perti yang telah diketahui bahwa siapa yang menginginkan sesuatu, maka dia akan berusaha dan bersungguh-sungguh dalam apa yang dicintai, mereka pasti berusaha dengan sungguh-sungguh bersuci dari dosa-dosa, kotoran, dan hadats. Oleh karena itu mereka terma-suk golongan pendahulu dalam Islam, mereka adalah orang-orang yang mendirikan shalat, memelihara jihad bersama Rasulullah ﷺ, menegakkan syariat agama dan mereka termasuk orang-orang yang tidak menyelisihi Allah dan RasulNya.
Setelah ayat ini turun yang berisi pujian atas bersucinya mereka, maka Nabi bertanya kepada mereka tentang cara mereka bersuci,[100] mereka menjawab bahwa mereka memakai air (dalam bersuci) setelah sebelumnya mereka memakai batu, maka Allah memuji perbuatan mereka.
﴾ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُطَّهِّرِينَ ﴿ "Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih", bersih secara maknawi seperti menjauhi kesyirikan dan akhlak-akhlak yang buruk, bersih secara materi seperti menghilangkan najis dan mengangkat hadats.
#
{109} ثم فاضَلَ بين المساجد بحسب مقاصد أهلها وموافقتها لرضاه، فقال: {أفمن أسَّس بنيانَه على تقوى من الله}؛ أي: على نيَّة صالحة وإخلاص، {ورضوانٍ}: بأن كان موافقاً لأمره، فجمع في عمله بين الإخلاص والمتابعة. {خيرٌ أم منْ أسَّس بنيانَه على شفا}؛ أي: على طرف؛ {جُرُفٍ هارٍ}؛ أي: بالٍ، قد تداعى للانهدام، {فانهار به في نارِ جهنَّم واللهُ لا يهدي القوم الظالمين}: لما فيه مصالح دينهم ودنياهم.
(109) Kemudian Allah membandingkan antara masjid-mas-jid sesuai dengan maksud para penghuninya dan kesesuaiannya dengan keridhaan Allah. Dia berfirman, ﴾ أَفَمَنۡ أَسَّسَ بُنۡيَٰنَهُۥ عَلَىٰ تَقۡوَىٰ مِنَ ٱللَّهِ
﴿ "Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada Allah," yakni di atas niat baik dan ikhlas, ﴾ وَرِضۡوَٰنٍ
﴿ "dan keridhaan(Nya)," yakni ia sesuai dengan perintahNya, dia mengga-bungkan antara ikhlas dan mutaba'ah dalam amalnya,﴾ خَيۡرٌ أَم مَّنۡ أَسَّسَ بُنۡيَٰنَهُۥ عَلَىٰ شَفَا
﴿ "itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan ba-ngunannya di tepi", yakni di ujung, ﴾ جُرُفٍ هَارٖ
﴿ "jurang yang runtuh", yakni yang rapuh, hampir-hampir roboh,﴾ فَٱنۡهَارَ بِهِۦ فِي نَارِ جَهَنَّمَۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengannya ke dalam Neraka Jahanam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zhalim", yakni, Allah tidak memberi petunjuk ke-pada apa yang menjadi kemaslahatan agama dan dunia.
#
{110} {لا يزالُ بنيانُهم الذي بَنَوْا رِيبةً في قلوبِهِم}؛ أي: شكًّا وريباً ماكثاً في قلوبهم، {إلَّا أن تَقَطَّعَ قلوبُهم}: بأن يندموا غاية الندم، ويتوبوا إلى ربِّهم، ويخافوه غاية الخوف؛ فبذلك يعفو الله عنهم، وإلاَّ؛ فبنيانُهم لا يزيدهم إلا ريباً إلى ريبهم، ونفاقاً إلى نفاقهم. {والله عليمٌ}: بجميع الأشياء؛ ظاهرها وباطنها، خفيِّها وجليِّها، وبما أسرَّه العباد وأعلنوه، {حكيمٌ}: لا يفعل ولا يخلُقُ ولا يأمر ولا ينهى إلاَّ ما اقتضته الحكمة وأمر به؛ فلله الحمد.
وفي هذه الآيات عدة فوائد:
منها: أنَّ اتِّخاذ المسجد الذي يقصد به الضِّرار لمسجدٍ آخر بقربه أنه محرَّم، وأنه يجب هدمُ مسجد الضرار الذي اطُّلع على مقصود أصحابه.
ومنها: أن العمل، وإن كان فاضلاً، تغيِّره النية، فينقلب منهيًّا عنه؛ كما قَلَبَتْ نيةُ أصحاب مسجد الضرار عملَهم إلى ما ترى.
ومنها: أنَّ كل حالة يحصُلُ بها التفريق بين المؤمنين؛ فإنها من المعاصي التي يتعيَّن تركُها وإزالتها؛ كما أنَّ كل حالة يحصُلُ بها جمع المؤمنين وائتلافهم يتعيَّن اتِّباعها والأمرُ بها والحثُّ عليها؛ لأنَّ الله علَّل اتِّخاذهم لمسجد الضرار بهذا المقصد الموجب للنهي عنه كما يوجب ذلك الكفر والمحاربة لله ورسوله.
ومنها: النهي عن الصلاة في أماكن المعصية والبعد عنها وعن قربها.
ومنها: أن المعصية تؤثر في البقاع كما أثرت معصية المنافقين في مسجد الضرار ونُهي عن القيام فيه، وكذلك الطاعة تؤثر في الأماكن كما أثرت في مسجد قُباء، حتى قال الله فيه: {لَمَسْجِدٌ أسِّس على التقوى من أول يوم أحقُّ أن تقومَ فيه}: ولهذا كان لمسجد قباء من الفضل ما ليس لغيره، حتى كان - صلى الله عليه وسلم - يزور قُباء كلَّ سبتٍ يصلي فيه ، وحثَّ على الصلاة فيه.
ومنها: أنه يُستفادُ من هذه التعاليل المذكورة في الآية أربعُ قواعدَ مهمَّة، وهي: كل عمل فيه مضارَّة لمسلم، أو فيه معصيةٌ لله؛ فإن المعاصي من فروع الكفر، أو فيه تفريقٌ بين المؤمنين، أو فيه معاونةٌ لمن عادى الله ورسوله؛ فإنه محرَّم ممنوع منه، وعكسه بعكسه.
[ومنها: أن الأعمال الحسيّة الناشئة عن معصية الله، لا تزال مبعدة لفاعلها عن الله، بمنزلة الإصرار على المعصية حتى يزيلها ويتوبَ منها توبةً تامَّةً؛ بحيث يتقطع قلبُه من الندم والحسرات].
ومنها: أنه إذا كان مسجدُ قُباء مسجداً أسِّس على التقوى؛ فمسجد النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - الذي أسَّسه بيده المباركة، وعمل فيه، واختاره الله له من باب أولى وأحرى.
ومنها: أن العمل المبنيَّ على الإخلاص والمتابعة هو العمل المؤسَّس على التَّقوى الموصل لعاملِهِ إلى جنات النعيم، والعمل المبنيَّ على سوء القصد وعلى البِدَع والضَّلال هو العمل المؤسَّس على شفا جُرُفٍ هارٍ، فانهار به في نارِ جهنَّم. والله لا يهدي القوم الظالمين.
(110) ﴾ لَا يَزَالُ بُنۡيَٰنُهُمُ ٱلَّذِي بَنَوۡاْ رِيبَةٗ فِي قُلُوبِهِمۡ
﴿ "Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati me-reka", yakni kebimbangan yang bersemayam di dalam hati mereka. ﴾ إِلَّآ أَن تَقَطَّعَ قُلُوبُهُمۡۗ
﴿ "Kecuali bila hati mereka itu telah hancur", dengan penyesalan yang paripurna, bertaubat kepada Allah, dan takut kepa-daNya dengan sangat. Dengan itu Allah akan memaafkan mereka, namun jika tidak, maka bangunan mereka tidak menambah kecuali keraguan di atas keraguan mereka, dan kemunafikan di atas kemu-nafikan mereka. ﴾ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ
﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui", segala hal, yang lahir dan yang batin, yang samar dan yang terang, serta apa yang dirahasiakan dan ditampakkan oleh hamba-hambaNya. ﴾ حَكِيمٌ
﴿ "Lagi Mahabijaksana." Dia tidak melakukan, tidak menciptakan, ti-dak memerintahkan, dan tidak melarang kecuali apa yang menjadi tuntutan hikmahNya dan Dia memerintahkannya. Oleh karena itu segala puji hanya milik Allah.
Di dalam ayat-ayat ini terkandung beberapa faidah:
Di antaranya: Haram membangun masjid dengan tujuan me-mudaratkan masjid lain yang di dekatnya, dan wajib merobohkan masjid dhirar tersebut jika maksud orang-orang yang membangun-nya telah diketahui.
Di antaranya: Walaupun suatu amal itu adalah baik, ia bisa dirubah oleh niat sehingga berubah menjadi dilarang, sebagaimana niat orang-orang yang membangun masjid dhirar telah merubah amal mereka seperti yang Anda lihat.
Di antaranya: Bahwa segala hal yang menyebabkan perpe-cahan di antara orang-orang yang beriman adalah termasuk ke-maksiatan yang harus ditinggalkan dan dilenyapkan, sebagaimana segala hal yang menyebabkan persatuan dan kekompakan kaum Muslimin haruslah diikuti, diperintahkan, dan didorong, karena Allah menjelaskan alasan pembangunan masjid dhirar dengan tujuan yang harus dilarang ini, sebagaimana hal itu mewajibkan kekufuran dan peperangan melawan Allah dan RasulNya.
Di antaranya: Larangan shalat di tempat kemaksiatan dan kewajiban menjauhinya.
Di antaranya: Bahwa kemaksiatan dapat mempengaruhi tem-pat, sebagaimana kemaksiatan orang-orang munafik mempengaruhi masjid dhirar, sehingga turun larangan shalat di dalamnya. Begitu pula ketaatan berpengaruh pada tempat, sebagaimana ia berpenga-ruh pada masjid Quba, sehingga Allah berfirman tentangnya,
﴾ لَّمَسۡجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقۡوَىٰ مِنۡ أَوَّلِ يَوۡمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِۚ ﴿
"Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa
(masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya."
Oleh karenanya masjid Quba memiliki keutamaan yang tidak dimiliki selainnya, bahkan Nabi ﷺ selalu mengunjungi masjid Quba setiap Hari Sabtu untuk shalat di dalamnya
[101] dan Nabi ﷺ mengan-jurkan shalat di dalamnya.
[102]
Di antaranya: Disimpulkan dari pernyataan illat-illat yang disebutkan di dalam ayat ini, empat kaidah penting yakni; semua perbuatan yang memudaratkan orang Muslim, atau padanya terda-pat kemaksiatan kepada Allah, karena kemaksiatan adalah cabang dari kekufuran, atau menimbulkan perpecahan di kalangan orang-orang yang beriman, atau mengandung dukungan kepada kelom-pok yang memusuhi Allah dan RasulNya, maka ia haram dan di-larang, dan begitu sebaliknya.
Di antaranya: Bahwa amalan-amalan lahir yang timbul karena kemaksiatan kepada Allah, akan senantiasa menjauhkan pelakunya dari Allah, ia sama dengan terus menerus melakukan kemaksiatan, sehingga dia menyingkirkannya dan bertaubat darinya dengan tau-bat yang sempurna, di mana hatinya terasa hancur karena menyesal dan bersedih.
Di antaranya: Jika masjid Quba adalah masjid yang didirikan di atas dasar takwa, maka masjid Nabawi yang beliau dirikan de-ngan tangannya yang penuh berkah, dan Nabi ﷺ bekerja di dalam-nya serta Allah memilihnya untuknya, adalah lebih utama dan lebih layak
(untuk dinyatakan bahwa ia didirikan di atas dasar takwa).
Di antaranya: Bahwa amal yang dilandasi oleh keikhlasan dan mutaba'ah adalah amal yang dibangun di atas takwa yang membawa pelakunya kepada Surga yang penuh kenikmatan. Dan amal yang dilandasi maksud yang buruk, bid'ah, dan kesesatan, adalah amal yang dibangun di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengannya ke dalam Neraka Jahanam, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim.
{إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (111)}.
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Muk-min, diri dan harta mereka dengan memberikan Surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh.
(Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur`an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya
(selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar."
(At-Taubah: 111).
#
{111} يخبر تعالى خبراً صدقاً ويعدُ وعداً حقًّا بمبايعةٍ عظيمةٍ ومعاوضةٍ جسيمةٍ، وهو أنه {اشترى}: بنفسه الكريمة {من المؤمنين أنفسهم وأموالهم}: فهي الثَّمن والسلعة المَبيعة، {بأنَّ لهم الجنة}: التي فيها ما تشتهيه الأنفس وتَلَذُّ الأعين من أنواع اللَّذَّات والأفراح والمسرَّات والحور الحسان والمنازل الأنيقات، وصفة العقد والمبايعة بأن يبذُلوا لله نفوسَهم وأموالَهم في جهاد أعدائه؛ لإعلاء كلمتِهِ وإظهار دينه. فيقاتلون {في سبيل الله فيَقْتُلون ويُقْتَلونَ}: فهذا العقد والمبايعة قد صدرت من الله مؤكَّدة بأنواع التأكيدات. {وعداً عليه حقًّا في التوراة والإنجيل والقرآن}: التي هي أشرفُ الكتب التي طرقَتِ العالم وأعلاها وأكملها، وجاء بها أكملُ الرسل أولو العزم، وكلُّها اتَّفقت على هذا الوعد الصادق. {ومن أوفى بعهدِهِ من الله فاستَبْشِروا}: أيُّها المؤمنون، القائمون بما وعدكم الله {ببيعِكُمُ الذي بايَعْتُم به}؛ أي: لتفرحوا بذلك وليبشِّر بعضُكم بعضاً ويحثَّ بعضُكم بعضاً. {وذلك هو الفوز العظيم}: الذي لا فوز أكبرُ منه ولا أجلُّ؛ لأنه يتضمَّن السعادةَ الأبديَّة والنعيم المقيم، والرِّضا من الله الذي هو أكبر من نعيم الجنات.
وإذا أردت أن تعرف مقدار الصفقة؛ فانظُرْ إلى المشتري؛ مَنْ هو؟ وهو الله جلَّ جلاله، وإلى العِوَضِ، وهو أكبر الأعواض وأجلُّها؛ جنات النعيم، وإلى الثمن المبذول فيها، وهو النفس والمال، الذي هو أحبُّ الأشياء للإنسان، وإلى مَن جرى على يديه عقدُ هذا التبايُع، وهو أشرف الرسل، وبأيِّ كتاب رُقِمَ؟ وهي كتب الله الكبار المنزلة على أفضل الخلق.
(111) Allah تعالى mengabarkan suatu berita yang benar dan menjanjikan janji yang benar dengan jual beli dan tukar menukar yang agung, yaitu bahwa Dia ﴾ ٱشۡتَرَىٰ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَنفُسَهُمۡ وَأَمۡوَٰلَهُم
﴿ "membeli dari orang-orang Mukmin, diri dan harta mereka." Diri dan harta ter-sebut adalah harga dan barang yang dijual ﴾ بِأَنَّ لَهُمُ ٱلۡجَنَّةَۚ
﴿ "dengan memberikan Surga untuk mereka", yang di dalamnya terdapat segala yang diinginkan oleh jiwa dan yang dinikmati oleh mata, dari ber-bagai bentuk kenikmatan, kesenangan, kebahagiaan, bidadari-bida-dari yang jelita, dan tempat tinggal yang indah. Bentuk akad dan jual belinya adalah hendaknya mereka mengorbankan jiwa dan harta mereka untuk Allah dalam berjihad melawan musuh-musuh-Nya, untuk meninggikan kalimatNya dan menampakkan agama-Nya. ﴾ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقۡتُلُونَ وَيُقۡتَلُونَۖ
﴿ "Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh." Akad dan jual beli ini dinyatakan Allah dengan ditegaskan dengan berbagai penegasan.
﴾ وَعۡدًا عَلَيۡهِ حَقّٗا فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ وَٱلۡقُرۡءَانِۚ
﴿ "(Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur`an." Yang merupa-kan kitab paling mulia, paling sempurna, dan paling tinggi, yang hadir di dunia, ia dibawa oleh para rasul ulul azmi paling sempurna, dan semuanya sepakat di atas janji yang benar ini.﴾ وَمَنۡ أَوۡفَىٰ بِعَهۡدِهِۦ مِنَ ٱللَّهِۚ فَٱسۡتَبۡشِرُواْ
﴿ "Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah", wahai orang-orang Mukmin yang me-laksanakan apa yang telah Allah janjikan ﴾ بِبَيۡعِكُمُ ٱلَّذِي بَايَعۡتُم بِهِۦۚ
﴿ "dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu", yakni agar kamu berbahagia dengan itu, agar sebagian menyampaikan berita kepada sebagian yang lain, dan sebagian mendorong sebagian yang lain. ﴾ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ﴿ "Dan itulah kemenangan yang besar", yang tidak ada ke-beruntungan yang lebih besar dan lebih mulia darinya, karena ia mengandung kebahagiaan abadi dan nikmat yang langgeng, serta keridhaan Allah yang lebih besar daripada kenikmatan Surga.
Jika kamu ingin mengetahui kadar transaksi perdagangan ter-sebut, maka lihatlah kepada pembeli, siapa dia? Dia-lah Allah r, lihatlah gantinya, yaitu ganti yang paling agung dan paling mulia, Surga yang penuh dengan segala kenikmatan, lihatlah kepada harga yang dibayarkan padanya, yaitu jiwa dan harta yang merupakan sesuatu yang paling dicintai oleh manusia, lihatlah kepada orang yang mana jual beli ini terjadi melalui kedua tangannya, yaitu Rasul paling mulia, dengan kitab apa ia dicatat? Dengan Kitab Allah yang termulia yang dibawa oleh makhluk termulia.
{التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (112)}.
"Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beriba-dah, yang memuji
(Allah), yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat mungkar, dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan berilah kabar gem-bira orang-orang Mukmin itu."
(At-Taubah: 112).
#
{112} كأنه قيل: من هم المؤمنون الذين لهم البشارةُ من الله بدخول الجنات ونَيْل الكرامات؟ فقال: هم: {التائبون}؛ أي: الملازمون للتوبة في جميع الأوقات عن جميع السيئات. {العابدونَ}؛ أي: المتَّصفون بالعبوديَّة لله والاستمرار على طاعته من أداء الواجبات والمستحبَّات في كل وقتٍ؛ فبذلك يكون العبد من العابدين. {الحامدون}: لله في السرَّاء والضرَّاء واليسر والعسر، المعترفون بما لله عليهم من النعم الظاهرة والباطنة، المثنون على الله بذكرها وبذكره في آناء الليل وآناء النهار. {السائحون}: فسِّرت السياحة بالصيام، أو السياحة في طلب العلم، وفسِّرت بسياحة القلب في معرفة الله ومحبته والإنابة إليه على الدوام، والصحيح أنَّ المرادَ بالسياحة السفرُ في القُرُبات؛ كالحجِّ والعمرة والجهاد وطلب العلم وصلة الأقارب ونحو ذلك. {الراكعون الساجدون}؛ أي: المكثرون من الصلاة، المشتملة على الركوع والسجود. {الآمرون بالمعروف}: ويدخل فيه جميع الواجباتِ والمستحبَّات. {والناهون عن المنكر}: وهي جميع ما نهى الله ورسوله عنه. {والحافظون لحدود الله}: بتعلُّمهم حدودَ ما أنزل الله على رسوله، وما يدخُلُ في الأوامر والنواهي والأحكام، وما لا يدخل، الملازمون لها فعلاً وتركاً. {وبشِّر المؤمنين}: لم يذكُرْ ما يبشِّرهم به؛ ليعمَّ جميع ما رتَّب على الإيمان من ثواب الدُّنيا والدين والآخرة؛ فالبشارةُ متناولةٌ لكلِّ مؤمن، وأما مقدارُها وصفتُها؛ فإنَّها بحسب حال المؤمنين وإيمانهم قوةً وضعفاً وعملاً بمقتضاه.
(112) Sepertinya dikatakan, siapakah orang-orang Mukmin yang memperoleh berita gembira dari Allah dengan surga dan ke-muliaan? Mereka itu adalah ﴾ ٱلتَّٰٓئِبُونَ
﴿ "orang-orang yang bertaubat", yaitu orang-orang yang selalu bertaubat dari seluruh kesalahan da-lam setiap waktu ﴾ ٱلۡعَٰبِدُونَ
﴿ "yang beribadah", yang memiliki sifat ubudiyah kepada Allah, terus menerus menaatiNya dengan mela-kukan perkara-perkara yang wajib dan yang dianjurkan setiap saat. Dengan itu seorang hamba termasuk orang-orang yang beribadah ﴾ ٱلۡحَٰمِدُونَ
﴿ "yang memuji (Allah)", dalam keadaan susah, senang, mudah maupun sulit, mengakui nikmat-nikmat Allah atasnya, baik yang lahir dan yang batin, yang memuji Allah dengan menyebut nikmat dan menyebut Pemberi nikmat di malam dan siang hari ﴾ ٱلسَّٰٓئِحُونَ
﴿ "yang melawat", ia ditafsirkan dengan puasa atau dengan menuntut ilmu, ditafsirkan pula dengan melawatnya hati untuk mengetahui Allah, mencintaiNya, dan selalu kembali kepadaNya. Dan yang benar adalah bahwa ia adalah bepergian untuk ibadah seperti haji, umrah, jihad, mencari ilmu, silaturahim dan lain-lain.
﴾ ٱلرَّٰكِعُونَ ٱلسَّٰجِدُونَ
﴿ "Yang rukuk, yang sujud." Yakni orang-orang yang memperbanyak shalat yang berisi rukuk dan sujud ﴾ ٱلۡأٓمِرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ
﴿ "yang menyuruh berbuat ma'ruf," termasuk di dalam-nya adalah yang wajib dan yang dianjurkan ﴾ وَٱلنَّاهُونَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ
﴿ "dan mencegah berbuat mungkar", yaitu semua yang dilarang oleh Allah dan RasulNya. ﴾ وَٱلۡحَٰفِظُونَ لِحُدُودِ ٱللَّهِۗ
﴿ "Dan yang memelihara hukum-hukum Allah", dengan mempelajari hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada RasulNya dan apa yang masuk ke dalam perintah, larangan, dan hukum-hukum yang lain, serta apa yang tidak masuk ke dalam perkara tersebut, dan mereka senantiasa melakukan (yang diperintahkan) dan meninggalkan (yang dilarang). ﴾ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ﴿ "Dan berilah kabar gembira orang-orang Mukmin itu." Tidak disebut-kan dengan apa mereka digembirakan, agar ia mencakup pahala dunia, agama, dan akhirat yang merupakan buah dari iman. Berita gembira ini meliputi setiap Mukmin. Adapun kadar dan sifatnya, maka ia sesuai dengan keadaan dan keimanan seorang Mukmin dari segi lemah, kuat, dan penerapan terhadap konsekuensinya.
{مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (113) وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ (114)}.
"Tidaklah patut bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun
(kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat
(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni Neraka Jahanam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim
(kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah ka-rena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah mu-suh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibra-him adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun."
(At-Taubah: 113-114).
#
{113} يعني: ما يليق ولا يَحْسُنُ للنبيِّ وللمؤمنين به، {أن يستغفِروا للمشركين}؛ أي: لمن كفر به وعبد معه غيره، {ولو كانوا أولي قُربى من بعدِ ما تبيَّن لهم أنهم أصحابُ الجحيم}: فإنَّ الاستغفار لهم في هذه الحال غلطٌ غير مفيد؛ فلا يليقُ بالنبيِّ والمؤمنين؛ لأنَّهم إذا ماتوا على الشرك أو عُلِمَ أنهم يموتون عليه؛ فقد حقَّت عليهم كلمة العذاب، ووجب عليهم الخلودُ في النار، ولم تنفعْ فيهم شفاعةُ الشافعين ولا استغفارُ المستغفرين. وأيضاً؛ فإنَّ النبيَّ والذين آمنوا معه عليهم أن يوافقوا ربَّهم في رضاه وغضبه، ويوالوا مَنْ والاه الله، ويُعادوا من عاداه الله، والاستغفار منهم لمن تبيَّن أنه من أصحاب النار منافٍ لذلك مناقضٌ له.
(113) Yakni, tidak layak dan tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman kepadanya ﴾ أَن يَسۡتَغۡفِرُواْ لِلۡمُشۡرِكِينَ
﴿ "memin-takan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik", yakni orang yang kafir kepadaNya dan menyembah selainNya bersamaNya ﴾ وَلَوۡ كَانُوٓاْ أُوْلِي قُرۡبَىٰ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُمۡ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَحِيمِ ﴿ "walaupun orang-orang musy-rik itu adalah kaum kerabat
(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni Neraka Jahanam." Karena memintakan ampun untuk mereka dalam keadaan ini adalah salah dan tidak berguna, maka ia tidak patut dilakukan Nabi dan orang-orang yang beriman, karena jika mereka mati di atas kesyirikan, atau diketahui bahwa mereka mati di atasnya, maka telah wajib atasnya siksa, wajib atasnya kekal di dalam Neraka, syafa'at pemberi syafa'at dan permohonan ampunan orang-orang yang meminta ampunan tidak berguna baginya. Di samping itu, Nabi dan orang-orang yang beriman harus menyesuaikan diri dengan Allah dalam kecintaan dan kemarahan, mencintai orang yang dicintai oleh Allah, dan memusuhi orang yang dimusuhi oleh Allah, sedangkan memo-hon ampun bagi orang yang jelas bahwa mereka adalah penghuni Neraka adalah bertentangan dan bertabrakan dengan itu.
#
{114} ولئن وُجِدَ الاستغفار من خليل الرحمن إبراهيم عليه السلام لأبيه؛ فإنه {عن موعدةٍ وَعَدَها إيَّاه}: في قوله: {سأستغفِر لك ربِّي إنه كان بي حَفِيًّا}: وذلك قبل أن يعلم عاقبةَ أبيه، {فلما تبيَّن}: لإبراهيم أن أباه {عدوٌّ لله}: سيموت على الكفر، ولم ينفع فيه الوعظ والتذكير؛ {تبرَّأ منه}: موافقةً لربِّه وتأدباً معه. {إنَّ إبراهيم لأوَّاهٌ}؛ أي: رجَّاعٌ إلى الله في جميع الأمور، كثير الذِّكر والدُّعاء والاستغفار والإنابة إلى ربِّه. {حليمٌ}؛ أي: ذو رحمة بالخلق، وصفح عما يصدُرُ منهم إليه من الزلاَّت، لا يستفزُّه جهلُ الجاهلين، ولا يقابل الجاني عليه بجُرْمِهِ، فأبوه قال له: {لأرْجُمنَّكَ}، وهو يقول له: {سلامٌ عليك سأستغفرُ لك ربِّي}؛ فعليكم أن تقتدوا وتتَّبعوا مِلَّةَ إبراهيم في كلِّ شيء إلا قول إبراهيم لأبيه: {لأستغفرنَّ لك}؛ كما نبَّهكم الله عليها وعلى غيرها. ولهذا قال:
(114) Kalaupun ada istighfar dari Khalil ar-Rahman, Ibrahim
(kepada Allah) untuk ayahnya, maka itu ﴾ عَن مَّوۡعِدَةٖ وَعَدَهَآ إِيَّاهُ
﴿ "tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapak-nya itu." Yaitu perkataannya,
﴾ سَأَسۡتَغۡفِرُ لَكَ رَبِّيٓۖ إِنَّهُۥ كَانَ بِي حَفِيّٗا 47
﴿
"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku." (Maryam: 47).
Hal itu sebelum Ibrahim mengetahui akhir hidup bapaknya. ﴾ فَلَمَّا تَبَيَّنَ
﴿ "Maka tatkala jelas" bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu, ﴾ عَدُوّٞ لِّلَّهِ
﴿ "adalah musuh Allah", mati di atas kekufuran, dan nasihat serta peringatan tidak berguna baginya, ﴾ تَبَرَّأَ مِنۡهُۚ
﴿ "maka Ibrahim berlepas diri darinya." Menyesuaikan diri dengan Rabbnya dan beradab di ha-dapanNya. ﴾ إِنَّ إِبۡرَٰهِيمَ لَأَوَّٰهٌ
﴿ "Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya", yakni yang selalu kembali kepada Allah dalam segala perkara, banyak berdzikir, berdoa, istighfar, dan ber-taubat kepadaNya. ﴾ حَلِيمٞ
﴿ "Lagi penyantun." Yakni, memiliki sifat kasih sayang kepada makhluk, memaafkan kesalahan mereka ke-padanya, tidak terpicu oleh perbuatan bodoh orang yang bodoh, dan tidak membalas orang yang berbuat jahat kepadanya dengan kejahatan. Bapaknya berkata kepadanya,
﴾ لَأَرۡجُمَنَّكَۖ
﴿
"Niscaya kamu akan kurajam." (Maryam: 46).
Sedangkan Ibrahim menjawab,
﴾ سَلَٰمٌ عَلَيۡكَۖ سَأَسۡتَغۡفِرُ لَكَ رَبِّيٓۖ
﴿
"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Rabbku." (Maryam: 47).
Maka kamu harus mengikuti dan meneladani agama Ibrahim dalam segala sesuatu, kecuali ucapan Ibrahim kepada bapaknya,
﴾ لَأَسۡتَغۡفِرَنَّ لَكَ ﴿
"Aku benar-benar akan memohonkan ampunan
(kepada Allah) un-tukmu."
(Al-Mumtahanah: 4)
Sebagaimana Allah telah memperingatkan itu dan yang lain-nya.
Oleh karena itu Dia berfirman,
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِلَّ قَوْمًا بَعْدَ إِذْ هَدَاهُمْ حَتَّى يُبَيِّنَ لَهُمْ مَا يَتَّقُونَ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (115) إِنَّ اللَّهَ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (116)}.
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka hingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mema-tikan. Dan sekali-kali tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah."
(At-Taubah: 115-116).
#
{115} يعني: أن الله تعالى إذا مَنَّ على قوم بالهداية وأمرهم بسلوك الصراط المستقيم؛ فإنه تعالى يتمِّم عليهم إحسانه، ويبيِّن لهم جميع ما يحتاجون إليه وتدعو إليه ضرورتُهم؛ فلا يتركُهم ضالِّين جاهلين بأمور دينهم. ففي هذا دليلٌ على كمال رحمته، وأن شريعته وافيةٌ بجميع ما يحتاجُه العبادُ في أصول الدين وفروعه. ويُحتمل أنَّ المراد بذلك: {وما كان الله لِيُضِلَّ قوماً بعد إذ هَداهم حتَّى يُبَيِّنَ لهم ما يتَّقونَ}: فإذا بيَّن لهم ما يتَّقون، فلم ينقادوا له؛ عاقبهم بالإضلال جزاءً لهم على ردِّهم الحقَّ المبينَ، والأول أولى. {إنَّ الله بكلِّ شيءٍ عليم}: فلكمال علمِهِ وعمومه علَّمكم ما لم تكونوا تعلمونَ، وبيَّن لكم ما به تنتفعون.
(115) Yakni, bahwa Allah تعالى jika memberi nikmat hidayah kepada suatu kaum, dan Dia memerintahkan mereka meniti jalan yang lurus, maka Dia تعالى menyempurnakan kebaikanNya kepada mereka, serta menjelaskan kepada mereka segala apa yang mereka perlukan dan butuhkan. Dia tidak membiarkan mereka dalam ke-adaan sesat dan tidak mengetahui perkara agama mereka. Ini me-ngandung dalil atas kesempurnaan rahmatNya dan bahwa syariat-Nya meliputi segala apa yang dibutuhkan oleh manusia dalam ma-salah pokok-pokok maupun cabang-cabangnya. Ada kemungkinan bahwa maksud dari hal itu adalah, ﴾ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِلَّ قَوۡمَۢا بَعۡدَ إِذۡ هَدَىٰهُمۡ حَتَّىٰ يُبَيِّنَ لَهُم مَّا يَتَّقُونَۚ
﴿ "Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka hingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi." Jika Allah menjelas-kan apa yang mesti mereka hindari, lalu mereka tidak tunduk kepa-daNya, maka Dia menghukum mereka dengan kesesatan sebagai balasan atas penolakan mereka terhadap kebenaran yang jelas. Na-mun kemungkinan tafsir yang pertama itu lebih utama. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٌ ﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." Karena ilmuNya yang sempurna dan menyeluruh, Dia mengajarkan kepa-damu apa yang tidak kamu ketahui dan menjelaskan apa yang bermanfaat bagimu.
#
{116} {إنَّ الله له ملك السمواتِ والأرض يُحيي ويُميتُ}؛ أي: هو المالك لذلك، المدبِّر لعباده بالإحياء والإماتة وأنواع التدابير الإلهيَّة؛ فإذا كان لا يُخِلُّ بتدبيره القدريِّ؛ فكيف يُخِلُّ بتدبيره الدينيِّ المتعلِّق بإلهيَّته ويترك عبادَه سدى مهمَلين أو يدعُهم ضالِّين جاهلين وهو أعظم تولِّيه لعبادِهِ؟! فلهذا قال: {وما لَكُم من دونِ الله من وليٍّ ولا نصيرٍ}؛ أي: وليٍّ يتولاَّكم بجلب المنافع لكم أو نصيرٍ يدفع عنكم المضارَّ.
(116) ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ لَهُۥ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ يُحۡيِۦ وَيُمِيتُۚ
﴿ "Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan." Yakni, Dia-lah Pemiliknya, yang mengatur hamba-hambaNya de-ngan menghidupkan dan mematikan serta aturan-aturan ilahiyah yang lain. Jika tidak ada aturan takdirNya yang cacat maka bagai-mana mungkin ada aturan agamaNya yang cacat, yang berkaitan dengan uluhiyahNya dan Dia membiarkan hamba-hambaNya begitu saja atau membiarkan mereka tersesat dan bodoh, padahal itu adalah perhatian terbesar dariNya kepada hamba-hambaNya, oleh karena itu Dia berfirman, ﴾ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِن وَلِيّٖ وَلَا نَصِيرٖ ﴿ "Dan sekali-kali tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah." Yakni pelindung yang melindungimu dengan mendatangkan manfaat bagimu atau penolong yang menolak mudarat darimu.
{لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (117) وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّى إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (118)}.
"Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguh-nya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka. Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan
(penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, pa-dahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit
(pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tem-pat lari dari
(siksa) Allah, melainkan kepadaNya saja, kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha penyayang."
(At-Taubah: 117-118).
#
{117} يخبر تعالى أنه من لطفه وإحسانه {تاب على النبيِّ}: محمد - صلى الله عليه وسلم -، {والمهاجرين والأنصار}: فغفر لهم الزَّلاَّت ووفَّر لهم الحسنات ورقَّاهم إلى أعلى الدرجات، وذلك بسبب قيامهم بالأعمال الصعبة الشاقَّات، ولهذا قال: {الذين اتَّبعوه في ساعةِ العُسْرَةِ}؛ أي: خرجوا معه لقتال الأعداء في غزوة تبوك ، وكانت في حرٍّ شديد وضيق من الزاد والركوب وكثرة عدوٍ مما يدعو إلى التخلُّف، فاستعانوا الله تعالى، وقاموا بذلك {من بعدِ ما كاد يَزيغُ قلوبُ فريق منهم}؛ أي: تنقلب قلوبهم ويميلوا إلى الدَّعة والسكون، ولكنَّ الله ثبَّتهم وأيَّدهم وقوَّاهم.
وزيغُ القلب هو انحرافُه عن الصراط المستقيم؛ فإن كان الانحراف في أصل الدين؛ كان كفراً، وإنْ كان في شرائعِهِ؛ كان بحسب تلك الشريعة التي زاغَ عنها: إما قصَّر عن فعلها، أو فَعَلَها على غير الوجه الشرعيِّ. وقوله: {ثمَّ تاب عليهم}؛ أي: قبل توبتهم. {إنَّه بهم رءوفٌ رحيمٌ}: ومن رأفته ورحمته أنْ مَنَّ عليهم بالتوبة وقبلها منهم، وثبَّتهم عليها.
(117) Allah تعالى mengabarkan bahwa termasuk kebaikan dan kasih sayangNya, ﴾ تَّابَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلنَّبِيِّ
﴿ "Allah telah menerima taubat Nabi", Muhammad ﴾ وَٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ
﴿ "dan orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar." Dia mengampuni kesalahan mereka, memu-dahkan kebaikan bagi mereka, dan mengangkat mereka ke derajat tertinggi, hal itu karena mereka melakukan amal yang sangat sulit dan sangat berat, oleh karena itu Dia berfirman, ﴾ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ ٱلۡعُسۡرَةِ
﴿ "Yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan", yakni, berangkat bersama beliau untuk memerangi musuh di perang Tabuk, di mana ia terjadi pada saat yang sangat panas, bekal dan kendaraan sedikit, dan banyaknya jumlah musuh, hal mana itu mendorong orang untuk enggan berangkat perang, namun kemudian mereka memo-hon pertolongan kepada Allah تعالى dan tetap melakukan jihad terse-but, ﴾ مِنۢ بَعۡدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٖ مِّنۡهُمۡ
﴿ "setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling", yakni hati mereka berbalik dan cenderung kepada ketenangan dan kenyamanan, akan tetapi Allah meneguhkan, men-dukung, dan menguatkan mereka.
Berpalingnya hati adalah penyelewengannya dari jalan yang lurus, jika penyelewengannya pada dasar agama, maka ia adalah kekufuran, jika pada syariatnya, maka hal itu menurut syariat di mana dia menyimpang darinya. Bisa dalam bentuk dia lalai dalam menunaikannya, atau menunaikannya secara tidak syar'i. Firman-Nya, ﴾ ثُمَّ تَابَ عَلَيۡهِمۡۚ
﴿ "Kemudian Allah menerima taubat mereka itu." ﴾ إِنَّهُۥ بِهِمۡ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ ﴿ Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penya-yang kepada mereka." Di antara kasih sayangNya adalah memberi mereka nikmat taubat dan menerimanya dari mereka serta mene-guhkan mereka di atasnya.
#
{118} {و} كذلك لقد تاب [اللهُ] {على الثلاثة الذين خُلِّفوا}: عن الخروج مع المسلمين في تلك الغزوة، وهم كعبُ بن مالك وصاحباه، وقصَّتُهم مشهورةٌ معروفةٌ في الصحاح والسنن. {حتى إذا}: حزنوا حزناً عظيماً، و {ضاقتْ عليهم الأرضُ بما رَحُبَتْ}؛ أي: على سعتها ورحبها، {وضاقت عليهم أنفسُهُم}: التي هي أحبُّ إليهم من كلِّ شيءٍ، فضاق عليهم الفضاء الواسع والمحبوبُ الذي لم تجرِ العادة بالضيق منه، وذلك لا يكون إلا من أمرٍ مزعج بَلَغَ من الشدَّة والمشقَّة ما لا يمكن التعبيرُ عنه، وذلك لأنهم قدَّموا رضا الله ورضا رسوله على كلِّ شيءٍ. {وظنُّوا أن لا مَلْجَأ من الله إلا إليه}؛ أي: تيقَّنوا وعرفوا بحالهم أنه لا يُنْجي من الشدائد ويُلْجَأ إليه إلاَّ الله وحده لا شريك له، فانقطع تعلُّقهم بالمخلوقين، وتعلَّقوا بالله ربِّهم، وفرُّوا منه إليه، فمكثوا بهذه الشدَّة نحو خمسين ليلةً. {ثمَّ تاب عليهم}؛ أي: أذن في توبتهم ووفَّقهم لها، {لِيَتوبوا}؛ أي: لتقعَ منهم فيتوبَ الله عليهم. {إنَّ الله هو التوَّابُ}؛ أي: كثير التوبة والعفو والغفران عن الزلاَّت والنُّقصان ، {الرحيمُ}: وَصْفُهُ الرحمة العظيمة التي لا تزال تَنْزِلُ على العباد في كلِّ وقت وحينٍ، في جميع اللحظات ما تقوم به أمورُهم الدينيَّة والدنيويَّة.
وفي هذه الآيات دليلٌ على أن توبة الله على العبد أجلُّ الغايات وأعلى النهايات؛ فإنَّ اللَّه جعلها نهاية خواصِّ عباده، وامتنَّ عليهم بها حين عملوا الأعمال التي يحبُّها ويرضاها.
ومنها: لطف الله بهم، وتثبيتهم في إيمانهم عند الشدائد والنوازل المزعجة.
ومنها: أنَّ العبادة الشاقَّة على النفس لها فضلٌ ومزيَّة ليست لغيرها، وكلَّما عظُمت المشقة؛ عظم الأجر.
ومنها: أن توبة الله على عبده بحسب ندمِهِ وأسفِهِ الشديد، وأنَّ من لا يبالي بالذنب ولا يُحْرَجُ إذا فعله؛ فإنَّ توبته مدخولةٌ، وإنْ زَعَمَ أنَّها مقبولةٌ.
ومنها: أنَّ علامة الخير وزوال الشدَّة إذا تعلَّق القلب بالله تعالى تعلُّقاً تامًّا وانقطع عن المخلوقين.
ومنها: أنَّ من لطف الله بالثلاثة أنْ وَسَمَهم بوسم ليس بعارٍ عليهم، فقال: {خُلِّفوا}؛ إشارةً إلى أن المؤمنين خَلَّفوهم أو خُلِّفوا عن مَنْ بُتَّ في قَبول عذرِهم أو في ردِّه، وأنهم لم يكن تخلُّفهم رغبةً عن الخير، ولهذا لم يقلْ: تَخَلَّفوا.
ومنها: أن الله تعالى منَّ عليهم بالصدق، ولهذا أمر بالاقتداء بهم، فقال:
(118) ﴾ و َ
﴿ "Dan" begitu pula Allah telah menerima taubat ﴾ ع َ ل َ ى ٱلثَّلَٰثَةِ ٱلَّذِينَ خُلِّفُواْ
﴿ "tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka", mereka tidak berangkat berperang bersama kaum Musli-min di perang itu. Mereka adalah Ka'ab bin Malik dan kedua rekan-nya. Kisah mereka masyhur tercantum di kitab-kitab Shahih dan Sunan.[103] ﴾ حَتَّىٰٓ إِذَا
﴿ "Hingga apabila", mereka sangat bersedih, ﴾ ضَاقَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَرۡضُ بِمَا رَحُبَتۡ
﴿ "bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas, ﴾ وَضَاقَتۡ عَلَيۡهِمۡ أَنفُسُهُمۡ
﴿ "dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka", yang merupakan sesuatu yang paling mereka cintai dari segala apa pun, bumi yang luas dan sesuatu yang dicintai se-rasa sempit padahal biasanya ia tidak demikian, hal itu tidak lain kecuali karena perkara yang berat yang telah sampai pada puncak beratnya dan sulitnya, sehingga ia sulit untuk diungkapkan, hal itu karena mereka mendahulukan ridha Allah dan ridha RasulNya daripada segala sesuatu.
﴾ وَظَنُّوٓاْ أَن لَّا مَلۡجَأَ مِنَ ٱللَّهِ إِلَّآ إِلَيۡهِ
﴿ "Mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepadaNya saja." Yakni, mereka yakin dan mengetahui keadaan mereka bahwa tidak ada keselamatan dan perlindungan dari kesulitan kecuali hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Terputuslah ketergan-tungan mereka dengan makhluk, mereka bergantung hanya kepada Allah, Rabb mereka, dan kembali kepadaNya. Mereka mengalami kesulitan ini selama lima puluh malam.
﴾ ثُمَّ تَابَ عَلَيۡهِمۡ
﴿ "Kemudian Allah menerima taubat mereka." Yakni mengizinkan dan membimbing mereka untuk taubat kepadaNya ﴾ لِيَتُوبُوٓاْۚ
﴿ "agar mereka tetap dalam taubatnya." Yakni, agar taubat ter-sebut dilakukan oleh mereka, sehinga kemudia Dia akan menerima taubat mereka. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلتَّوَّابُ
﴿ "Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima taubat." Yakni banyak memaafkan, mengampuni, dan menerima taubat dan dari kesalahan-kesalahan dan berbagai ke-kurangan. ﴾ ٱلرَّحِيمُ
﴿ "Lagi Maha penyayang." SifatNya adalah rahmat yang agung yang selalu turun kepada hamba setiap saat dan waktu, di segala kesempatan yang menyebabkan perkara agama dan dunia mereka berdiri tegak dengannya.
Dalam ayat-ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa penerimaan taubat oleh Allah kepada seorang hamba adalah tujuan dan sasaran paling mulia dan paling tinggi, karena Allah menjadi-kannya sebagai akhir bagi hamba-hambaNya yang khusus, dan memberi mereka nikmat dengannya ketika mereka melakukan amalan-amalan yang dicintai dan diridhaiNya.
Di antaranya: Kasih sayang Allah kepada mereka, serta pe-neguhan iman mereka pada waktu kesulitan dan musibah yang mencemaskan.
Di antaranya: Bahwa ibadah yang berat bagi jiwa memiliki keistimewaan dan keutamaan di atas selainnya. Semakin berat ke-sulitannya maka akan semakin besar pahalanya.
Di antaranya: Bahwa penerimaan taubat oleh Allah kepada hambaNya adalah berdasarkan penyesalannya yang mendalam. Sedangkan orang yang tidak peduli dengan dosa dan tidak merasa bersalah jika melakukannya, maka taubatnya pasti gagal, meski dia menyangkanya diterima.
Di antaranya: Bahwa tanda kebaikan dan lenyapnya kesulitan adalah jika hati seorang hamba hanya bergantung kepada Allah تعالى secara sempurna dan terputus dari (mengharap kepada) makhluk.
Di antaranya: Di antara kasih sayang Allah kepada tiga orang sahabat tersebut adalah Allah menyifati mereka dengan sifat yang bukan aib bagi mereka, Dia berfirman, ﴾ خُلِّفُواْ ﴿ "Mereka ditangguh-kan." Sebagai isyarat bahwa orang-orang Mukmin meninggalkan mereka atau ditunda dari orang yang taubatnya dipastikan ditolak atau diterima, dan bahwa mereka tidak berangkat bukan karena tidak menginginkan kebaikan. Oleh karena itu Allah tidak berfir-man, تَخَلَّفُوْا
(tidak berangkat).
Di antaranya: Allah تعالى memberi nikmat kejujuran kepada me-reka. Oleh karena itu Allah memerintahkan agar mereka diteladani.
Dia berfirman,
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (119)}.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar."
(At-Tau-bah: 119).
#
{119} أي: {يا أيُّها الذين آمنوا}: بالله وبما أمر الله بالإيمان به! قوموا بما يقتضيه الإيمانُ، وهو القيام بتقوى الله تعالى؛ باجتناب ما نهى الله عنه والبعد عنه، {وكونوا مع الصَّادقينَ}: في أقوالهم وأفعالهم وأحوالهم، الذين أقوالهم صدقٌ، وأعمالهم وأحوالهم لا تكون إلا صدقاً، خليَّةً من الكسل والفتور، سالمة من المقاصد السيئة، مشتملة على الإخلاص والنيَّة الصالحة؛ فإنَّ الصدق يهدي إلى البرِّ، وإنَّ البرَّ يهدي إلى الجنة؛ قال تعالى: {هذا يومُ ينفَعُ الصادقين صِدْقُهم ... } الآية.
(119) ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
﴿ "Hai orang-orang yang beriman", kepada Allah dan kepada apa yang diperintahkan oleh Allah agar diimani, jalankan apa yang menjadi konsekuensi iman, yaitu bertakwa ke-pada Allah تعالى, dengan menjauhi dan meninggalkan apa yang Dia larang. ﴾ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ
﴿ "Dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar", dalam ucapan, perbuatan, dan keadaan mereka, orang-orang yang perkataannya adalah benar, perbuatannya dan keada-annya tidak lain kecuali benar, bebas dari kemalasan dan kelesuan, selamat dari maksud-maksud buruk, mengandung keikhlasan dan niat yang baik, karena kejujuran mengantar kepada kebaikan, dan kebaikan mengantar kepada Surga. Allah تعالى berfirman,
﴾ هَٰذَا يَوۡمُ يَنفَعُ ٱلصَّٰدِقِينَ صِدۡقُهُمۡۚ...﴿
"Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka…"
(Al-Ma`idah: 119).
{مَا كَانَ لِأَهْلِ الْمَدِينَةِ وَمَنْ حَوْلَهُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ أَنْ يَتَخَلَّفُوا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ وَلَا يَرْغَبُوا بِأَنْفُسِهِمْ عَنْ نَفْسِهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ لَا يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلَا نَصَبٌ وَلَا مَخْمَصَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَطَئُونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَيْلًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ إِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ (120) وَلَا يُنْفِقُونَ نَفَقَةً صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً وَلَا يَقْطَعُونَ وَادِيًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (121)}.
"Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut me-nyertai Rasulullah
(pergi berperang) dan tidak patut
(pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidaklah ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak
(pula) meng-injak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan tidaklah mereka menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak
(pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka
(amal shalih pula), karena Allah akan memberi balasan kepada mereka
(dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
(At-Taubah: 120-121).
#
{120} يقول تعالى حاثًّا لأهل المدينة المنوَّرة من المهاجرين والأنصار ومَنْ حولَها من الأعراب الذين أسلموا فَحَسُنَ إسلامهم: {ما كان لأهل المدينة ومَنْ حولَهم من الأعراب أن يتخَلَّفوا عن رسول الله}؛ أي: ما ينبغي لهم ذلك ولا يَليق بأحوالهم. {ولا يرغَبوا بأنفسِهِم}: في بقائها وراحتها، وسكونه {عن نفسه}: الكريمة الزكيَّة، بل النبيُّ أولى بالمؤمنين من أنفسهم؛ فعلى كلِّ مسلم أن يفدي النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - بنفسه ويقدِّمَه عليها؛ فعلامة تعظيم الرسول ومحبَّته والإيمان التامِّ به أن لا يتخلَّفوا عنه. ثم ذكر الثواب الحامل على الخروج، فقال: {ذلك بأنَّهم}؛ أي: المجاهدين في سبيل الله، {لا يصيبُهم ظمأٌ ولا نَصَبٌ}؛ أي: تعبٌ ومشقَّة، {ولا مَخْمَصَةٌ في سبيل الله}؛ أي: مجاعةٌ، {ولا يطؤونَ موطئاً يَغيظُ الكفارَ}: من الخَوْضِ لديارهم والاستيلاء على أوطانهم {ولا ينالون من عَدُوٍّ نَيْلاً}: كالظَّفَر بجيش أو سريَّة أو الغنيمة لمال، {إلَّا كُتِبَ لهم به عملٌ صالحٌ}: لأنَّ هذه آثار ناشئةٌ عن أعمالهم. {إنَّ الله لا يُضيعُ أجرَ المحسنين}: الذين أحسنوا في مبادرتهم إلى أمر الله وقيامهم بما عليهم من حقِّه وحقِّ خلقه؛ فهذه الأعمالُ آثارٌ من آثار عملهم.
(120) Allah تعالى berfirman mendorong penduduk Madinah dari orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang Arab Badui yang telah masuk Islam dengan baik, ﴾ مَا كَانَ لِأَهۡلِ ٱلۡمَدِينَةِ وَمَنۡ حَوۡلَهُم مِّنَ ٱلۡأَعۡرَابِ أَن يَتَخَلَّفُواْ عَن رَّسُولِ ٱللَّهِ
﴿ "Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang)." Yakni hal itu tidak layak dan tidak sesuai dengan keadaan mereka. ﴾ وَلَا يَرۡغَبُواْ بِأَنفُسِهِمۡ
﴿ "Dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka", dalam keberadaannya, ketenangannya, dan ketentramannya ﴾ عَن نَّفۡسِهِۦۚ
﴿ "daripada mencintai diri Rasul", yang mulia lagi suci, akan tetapi Nabi ﷺ lebih berhak untuk dicintai orang-orang Mukmin daripada diri mereka sendiri, maka wajib atas setiap Muslim menebus dirinya untuk Nabi ﷺ dan mendahulukan beliau di atas dirinya. Tanda penghormatan, kecin-taan, dan keimanan yang sempurna kepada Rasul adalah selalu menyertai beliau pergi berperang.
Kemudian Allah menyebutkan pahala yang mendorong kaum Mukminin untuk pergi berperang, maka Dia berfirman, ﴾ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ
﴿ "Yang demikian itu ialah karena mereka", yaitu orang-orang yang ber-jihad di jalan Allah ﴾ لَا يُصِيبُهُمۡ ظَمَأٞ وَلَا نَصَبٞ
﴿ "tidaklah ditimpa kehausan, kepayahan", yakni kesulitan dan kesengsaraan, ﴾ وَلَا مَخۡمَصَةٞ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ
﴿ "dan kelaparan pada jalan Allah." ﴾ وَلَا يَطَـُٔونَ مَوۡطِئٗا يَغِيظُ ٱلۡكُفَّارَ
﴿ "Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir", dengan menyerang daerah mereka dan menguasai negeri mereka ﴾ وَلَا يَنَالُونَ مِنۡ عَدُوّٖ نَّيۡلًا
﴿ "dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh," seperti kemenangan atas pasukan musuh atau bala tentara atau harta rampasan perang, ﴾ إِلَّا كُتِبَ لَهُم بِهِۦ عَمَلٞ صَٰلِحٌۚ
﴿ "melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih." Karena ini adalah akibat yang timbul dari amal mereka. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴿ "Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik," yaitu orang-orang yang berbuat baik de-ngan bersegera menjalankan perintah Allah, melaksanakan apa yang menjadi hakNya dan hak makhlukNya. Perbuatan-perbuatan ini adalah akibat dari amal mereka.
#
{121} ثم قال: {ولا ينفقونَ نفقةً صغيرةً ولا كبيرةً ولا يقطعون وادياً}: في ذهابهم إلى عدوِّهم، {إلا كُتِبَ لهم لِيَجْزِيَهم الله أحسنَ ما كانوا يعملون}: ومن ذلك هذه الأعمال إذا أخلصوا فيها لله، ونصحوا فيها.
ففي هذه الآيات أشدُّ ترغيب وتشويق للنفوس إلى الخروج إلى الجهاد في سبيل الله والاحتساب لما يصيبهم فيه من المشقَّات، وأن ذلك لهم رِفْعَةُ درجاتٍ، وأن الآثار المترتِّبة على عمل العبد له فيها أجرٌ كبيرٌ.
(121) Kemudian Dia berfirman, ﴾ وَلَا يُنفِقُونَ نَفَقَةٗ صَغِيرَةٗ وَلَا كَبِيرَةٗ وَلَا يَقۡطَعُونَ وَادِيًا
﴿ "Dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah", pada waktu mereka pergi untuk memerangi musuh ﴾ إِلَّا كُتِبَ لَهُمۡ لِيَجۡزِيَهُمُ ٱللَّهُ أَحۡسَنَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ﴿ "melainkan dituliskan bagi mereka
(amal shalih pula), karena Allah akan memberi balasan kepada mereka
(dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan", dan dari amal-amal ini jika ia diikhlaskan dan dimurnikan hanya untuk Allah.
Ayat-ayat ini mengandung dorongan dan anjuran yang kuat bagi jiwa agar pergi berjihad di jalan Allah dan berharap pahala dari kesulitan-kesulitan yang dialami padanya. Dengannya mereka akan mendapatkan kemuliaan dan ketinggian dan akibat yang di-timbulkan oleh amal seorang hamba adalah mendapatkan pahala yang besar.
{وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (122)}.
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang Mukmin itu pergi semuanya
(ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya."
(At-Taubah: 122).
#
{122} يقول تعالى منبهاً لعباده المؤمنين على ما ينبغي لهم: {وما كان المؤمنون لينفروا كافَّةً}؛ أي: جميعاً لقتال عدوهم؛ فإنه يحصُلُ عليهم المشقَّة بذلك، ويفوت به كثيرٌ من المصالح الأخرى، {فلولا نَفَرَ من كلِّ فرقةٍ منهم}؛ أي: من البلدان والقبائل والأفخاذ {طائفةٌ}: تحصُلُ بها الكفاية والمقصودُ؛ لكان أولى.
ثم نبَّه على أنَّ في إقامة المقيمين منهم وعدم خروجهم مصالحَ لو خَرَجوا لفاتَتْهم، فقال: {ليتفقَّهوا}؛ أي: القاعدون {في الدِّين ولِيُنذِروا قومَهم إذا رجعوا إليهم}؛ أي: ليتعلَّموا العلم الشرعيَّ، ويَعْلَموا معانيه، ويفقهوا أسراره، ولِيُعَلِّموا غيرهم، ولِيُنْذِروا قومهم إذا رجعوا إليهم.
ففي هذا فضيلة العلم، وخصوصاً الفقه في الدين، وأنه أهم الأمور، وأن من تعلَّم علماً؛ فعليه نشره وبثُّه في العباد ونصيحتهم فيه؛ فإن انتشار العلم عن العالم من بركته وأجره الذي ينمي ، وأما اقتصار العالم على نفسه وعدم دعوتِهِ إلى سبيل الله بالحكمة والموعظة الحسنة وترك تعليم الجهَّال ما لا يعلمون؛ فأيُّ منفعة حصلت للمسلمين منه؟! وأي نتيجة نتجت من علمه؟! وغايتُه أن يموت فيموت علمُهُ وثمرته، وهذا غاية الحرمان لمن آتاه الله علماً، ومَنَحَهُ فهماً.
وفي هذه الآية أيضاً دليلٌ وإرشادٌ وتنبيهٌ لطيف لفائدة مهمَّةٍ، وهي أن المسلمين ينبغي لهم أن يُعِدُّوا لكلِّ مصلحةٍ من مصالحهم العامَّة مَن يقوم بها، ويوفِّر وقته عليها، ويجتهد فيها، ولا يلتفت إلى غيرها؛ لتقوم مصالحهم، وتتمَّ منافعهم، ولتكون وجهة جميعهم ونهاية ما يقصدون قصداً واحداً، وهو قيام مصلحة دينهم ودنياهم، ولو تفرَّقت الطرق وتعدَّدت المشارب؛ فالأعمال متباينةٌ، والقصد واحدٌ، وهذه من الحكمة العامَّة النافعة في جميع الأمور.
(122) Allah تعالى berfirman memperingatkan hamba-hamba-Nya yang beriman tentang apa yang semestinya mereka lakukan, ﴾ وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ
﴿ "Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang Mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang)." Yakni semuanya untuk memerangi musuh mereka. Karena hal itu sangat menyulitkan me-reka dan mengakibatkan terbengkalainya kepentingan-kepentingan yang lain. ﴾ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ
﴿ "Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap go-longan di antara mereka," yakni dari kota-kota, kabilah-kabilah, dan suku-suku, ﴾ طَآئِفَةٞ
﴿ "beberapa orang", yang dengannya maksud yang diinginkan tercapai, niscaya itu lebih baik.
Kemudian Allah mengingatkan bahwa menetapnya sebagian dari mereka dengan tidak berangkat berperang mengandung ke-maslahatan lain yang tidak terwujud jika mereka semua berangkat perang, Dia berfirman, ﴾ لِّيَتَفَقَّهُواْ
﴿ "Untuk memperdalam pengetahuan mereka", yakni orang-orang yang tidak berangkat ﴾ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ ﴿ "tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaum-nya apabila mereka telah kembali kepadanya." Yakni agar mereka belajar ilmu syar'i, mengetahui makna-maknanya, memahami rahasia-ra-hasianya, dan mengajarkan kepada selain mereka, dan agar mereka dapat memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka kembali kepadanya.
Ini mengandung keterangan tentang keutamaan ilmu, khu-susnya pemahaman dalam agama, dan bahwa ia adalah perkara terpenting, bahwa siapa yang mempelajari ilmu, maka dia harus menyebarkannya dan mengajarkannya kepada manusia serta mem-beri nasihat kepada mereka dengannya, karena menyebarnya ilmu dari seorang alim adalah termasuk keberkahannya dan pahalanya yang berkembang. Adapun seorang alim yang hanya membatasi ilmu pada dirinya, tidak mendakwakannya kepada jalan Allah de-ngan hikmah dan nasihat yang baik, serta tidak mengajarkannya kepada orang-orang bodoh yang tidak mengerti, maka manfaat apa yang didapat oleh kaum Muslimin darinya? Apa hasil dari ilmu-nya? Akhirnya dia mati dan ilmunya pun mati bersamanya, dan ini adalah hasil dari orang yang diberi ilmu dan pemahaman oleh Allah tetapi tidak mau mengajarkannya.
Ayat ini juga mengandung dalil, petunjuk, dan arahan yang sangat halus kepada satu faidah penting, yaitu bahwa hendaknya kaum Muslimin menyediakan orang-orang khusus yang dapat me-nunaikan setiap kepentingan umum mereka, yang berkonsentrasi dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya, tanpa mene-ngok kepada selainnya, agar kepentingan kaum Muslimin bisa ter-laksana dan kebaikan mereka bisa terpenuhi, dan agar arah pandang serta target yang mereka tuju adalah satu, yaitu menegakkan ke-maslahatan agama dan dunia mereka, walaupun jalanNya berbeda-beda, dan caranya bermacam-macam. Jadi, perbuatannya beraneka ragam, namun targetnya adalah satu, dan ini termasuk hikmah yang bersifat umum yang berguna dalam segala urusan. 9
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (123)}.
"Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan darimu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa."
(At-Taubah: 123).
#
{123} وهذا أيضاً إرشادٌ آخر: بعدما أرشدهم إلى التدبير فيمن يباشر القتال؛ أرشدهم إلى أنهم يبدؤون بالأقرب فالأقرب من الكفار والغلظة عليهم والشدة في القتال والشجاعة والثبات. {واعلموا أنَّ الله مع المتَّقين}؛ أي: وليكنْ لديكم علمٌ أن المعونة من الله تنزِلُ بحسب التقوى؛ فلازموا على تقوى الله؛ يُعِنْكُم وينصُرْكم على عدوِّكم. وهذا العموم في قوله: {قاتلوا الذين يلونكم من الكفار}: مخصوصٌ بما إذا كانت المصلحةُ في قتال غير الذين يلوننا، وأنواع المصالح كثيرة جدًّا.
(123) Ini adalah petunjuk lain: Setelah Allah membimbing mereka untuk mengatur orang-orang yang terjun berperang, Dia kemudian membimbing mereka agar memulai memerangi orang-orang kafir yang paling dekat, lalu yang terdekat berikutnya, ber-sikap keras kepada mereka, tegas, berani, dan kokoh dalam meme-rangi mereka. ﴾ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِينَ
﴿ "Dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa." Yakni hendaknya kamu mengeta-hui bahwa pertolongan dari Allah datang sesuai dengan ketakwaan, maka pegang teguhlah takwa secara terus menerus, niscaya Dia menolongmu dan membantumu melawan musuhmu. Keumuman pada Firman Allah, ﴾ قَٰتِلُواْ ٱلَّذِينَ يَلُونَكُم مِّنَ ٱلۡكُفَّارِ ﴿ "perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu," dikhususkan dari ayat ini dengan suatu keadaan ketika kemaslahatan ada pada memerangi orang-orang kafir yang jauh, dan jenis-jenis kemaslahatan
(itu sendiri) sangat-lah banyak.
{وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ (124) وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ (125) أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ (126)}.
"Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka
(orang-orang munafik) ada yang berkata, 'Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turunnya) surat ini?' Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya
(yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. Dan tidakkah mereka
(orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak
(juga) bertaubat dan tidak
(pula) mengambil pelajaran?"
(At-Taubah: 124-126).
#
{124} يقول تعالى مُبيِّناً حال المنافقين وحال المؤمنين عند نزول القرآن وتفاوُتَ ما بين الفريقين، فقال: {وإذا ما أنزِلَتْ سورةٌ}: فيها الأمر والنهي والخبر عن نفسه الكريمة وعن الأمور الغائبة والحثُّ على الجهاد. {فمنهم من يقولُ أيُّكم زادتْه هذه إيماناً}؛ أي: حصل الاستفهام لمن حصل له الإيمانُ بها من الطائفتين. قال تعالى مبيِّناً الحال الواقعة: {فأما الذين آمنوا فزادَتْهم إيماناً}: بالعلم بها وفهمها واعتقادِها والعمل بها والرغبةِ في فعل الخير والانكفافِ عن فعل الشرِّ. {وهم يستبشرونَ}؛ أي: يبشِّر بعضُهم بعضاً بما منَّ الله عليهم من آياته والتوفيق لفهمها والعمل بها، وهذا دالٌّ على انشراح صدورهم لآيات الله، وطمأنينة قلوبهم، وسرعة انقيادهم لما تحثُّهم عليه.
(124) Allah تعالى berfirman menjelaskan keadaan orang-orang munafik dan orang-orang Mukmin pada saat turunnya al-Qur`an dan perbedaan antara kedua kelompok, Dia berfirman, ﴾ وَإِذَا مَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ
﴿ "Dan apabila diturunkan suatu surat", yang berisi suatu perintah, larangan, berita tentang DiriNya yang mulia, dan tentang perkara-perkara ghaib, serta dorongan kepada jihad, ﴾ فَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمۡ زَادَتۡهُ هَٰذِهِۦٓ إِيمَٰنٗاۚ
﴿ "maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, 'Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?' Yakni muncul pertanyaan tentang siapa yang bertambah imannya dari kedua kelompok itu. Allah berfirman menjelaskan kondisi yang sebenarnya, ﴾ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَزَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا
﴿ "adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya", dengan me-ngetahui, memahami, meyakini, dan mengamalkannya, serta ke-inginan kepada perbuatan baik dan menahan diri dari perbuatan buruk, ﴾ وَهُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ ﴿ "sedang mereka merasa gembira." Yakni sebagian mereka menyampaikan berita gembira kepada sebagian yang lain dengan nikmat Allah kepada mereka dalam bentuk diturunkannya ayat-ayatNya, bimbingan kepada memahaminya dan mengamal-kannya. Ini menunjukkan kelapangan dada mereka terhadap ayat-ayat Allah, ketenangan hati mereka, dan bersegeranya kepatuhan mereka dalam menanggapi ajakanNya.
#
{125} {وأما الذين في قلوبهم مرضٌ}؛ أي: شكٌّ ونفاق، {فزادتهم رِجْساً إلى رِجْسِهم}؛ أي: مرضاً إلى مرضهم، وشَكًّا إلى شكِّهم؛ من حيث إنهم كفروا بها وعاندوها وأعرضوا عنها، فازداد لذلك مرضُهم، وترامى بهم إلى الهلاك والطبع على قلوبهم حتى {ماتوا وهم كافرون}، وهذا عقوبةٌ لهم لأنَّهم كفروا بآيات الله، وعصوا رسوله، فأعقَبَهم نفاقاً في قلوبهم إلى يوم يَلْقَوْنَه.
(125) ﴾ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ
﴿ "Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit", yakni, kebimbangan dan kemuna-fikan ﴾ فَزَادَتۡهُمۡ رِجۡسًا إِلَىٰ رِجۡسِهِمۡ
﴿ "maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." Yakni menambah-kan penyakit pada penyakit mereka (yang sudah ada), keraguan pada keraguan mereka (yang sudah ada), di mana mereka kufur kepadanya, menentangnya, dan berpaling darinya. Oleh karena itu penyakit mereka bertambah, yang menghantarkan mereka kepada kebinasaan, dan menjadikan hati mereka terkunci, sehingga ﴾ مَاتُواْ وَهُمۡ كَٰفِرُونَ ﴿ "mereka mati dalam keadaan kafir." Ini adalah hukuman bagi mereka karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah, dan men-durhakai RasulNya, maka Dia menimpakan kemunafikan ke dalam hati mereka sampai hari di mana mereka bertemu denganNya.
#
{126} قال تعالى موبِّخاً على إقامتهم على ما هم عليه من الكفر والنفاق: {أوَلا يَرَوْن أنَّهم يُفتنون في كلِّ عام مرَّةً أو مرَّتين}: بما يصيبُهم من البلايا والأمراض، وبما يُبْتَلَون من الأوامر الإلهيَّة التي يُراد بها اختبارهم، {ثم لا يتوبون}: عمّا هم عليه من الشرِّ، {ولا هم يَذَّكَّرون}: ما ينفعهم فيفعلونه وما يضرهم فيتركونه؛ فالله تعالى يبتليهم كما هي سنَّته في سائر الأمم بالسرَّاء والضرَّاء وبالأوامر والنواهي ليرجِعوا إليه، ثم لا يتوبون، ولا هم يَذَّكَّرون.
وفي هذه الآيات دليل على أنَّ الإيمان يزيدُ وينقُص، وأنه ينبغي للمؤمن أن يتفقَّد إيمانه، ويتعاهده، فيجدِّده، ويُنْميه، ليكونَ دائماً في صعود.
(126) Allah تعالى berfirman mencela mereka yang terus me-nerus berpegang kepada kekufuran dan kemunafikan, ﴾ أَوَلَا يَرَوۡنَ أَنَّهُمۡ يُفۡتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٖ مَّرَّةً أَوۡ مَرَّتَيۡنِ
﴿ "Dan tidakkah mereka (orang-orang muna-fik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun", dengan penyakit dan musibah yang menimpa mereka dan dengan perintah-perintah ilahiyah yang maksudnya adalah menguji mereka. ﴾ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ
﴿ "Kemudian mereka tidak (juga) bertaubat", dari keburukan yang mereka pegang. ﴾ وَلَا هُمۡ يَذَّكَّرُونَ ﴿ "Dan tidak
(pula) mengambil pelajaran?" Apa yang berguna bagi mereka maka mereka melaku-kannya dan apa yang merugikan mereka maka mereka menjauhi-nya. Allah تعالى menguji mereka sebagaimana ia adalah sunnahNya pada umat-umat lain dengan kemakmuran dan kesulitan, serta dengan perintah dan larangan, agar mereka kembali kepadaNya, namun mereka tidak bertaubat dan tidak pula mengambil pelajaran.
Ayat-ayat ini mengandung dalil bahwa iman itu bertambah dan berkurang, bahwa seorang hamba harus memupuk imannya dan menjaganya serta menumbuhkannya dan memperbaharuinya agar ia selalu meningkat.
{وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ نَظَرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ هَلْ يَرَاكُمْ مِنْ أَحَدٍ ثُمَّ انْصَرَفُوا صَرَفَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ (127)}.
"Dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka me-mandang kepada sebagian yang lain
(sambil berkata), 'Adakah seorang dari
(orang-orang Muslimin) yang melihat kamu?' Sesudah itu mereka pun pergi. Allah telah memalingkan hati mereka disebab-kan mereka adalah kaum yang tidak mengerti."
(At-Taubah: 127).
#
{127} يعني: أن المنافقين الذين يحذرون أن تنزل عليهم سورةٌ تنبِّئهم بما في قلوبهم. إذا نَزَلَتْ سورةٌ ليؤمنوا بها ويعملوا بمضمونها، {نَظَرَ بعضُهم إلى بعضٍ}: جازمين على ترك العمل بها، ينتظرون الفرصة في الاختفاء عن أعين المؤمنين، ويقولون: {هل يراكُم مِن أحدٍ ثم انصرفوا}: متسلِّلين وانقلبوا معرضين، فجازاهم الله بعقوبةٍ من جنس عملهم؛ فكما انصرفوا عن العمل؛ {صَرَفَ الله قلوبَهم}؛ أي: صدَّها عن الحقِّ وخذلها، {بأنَّهم قومٌ لا يفقهون}: فقهاً ينفعهم؛ فإنَّهم لو فقهوا؛ لكانوا إذا نزلت سورةٌ آمنوا بها وانقادوا لأمرها. والمقصودُ من هذا بيانُ شدَّة نفورهم عن الجهادِ وغيره من شرائع الإيمان؛ كما قال تعالى عنهم: {فإذا أنزِلَتْ سورةٌ محكَمَةٌ وذُكِرَ فيها القتالُ رأيت الذين في قلوبهم مرضٌ ينظرون إليك نَظَرَ المغشيِّ عليه من الموتِ}.
(127) Yakni, bahwa orang-orang munafik yang mewaspadai turunnya surat atas mereka, telah memberitahukan isi hati mereka, bahwa jika sebuah surat turun agar mereka beriman kepadanya dan mengamalkan isinya, ﴾ نَّظَرَ بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٍ
﴿ "sebagian mereka meman-dang kepada sebagian yang lain", dengan ketetapan hati untuk tidak mengamalkannya, mereka menunggu kesempatan bersembunyi dari pandangan orang-orang beriman, dan mereka berkata, ﴾ هَلۡ يَرَىٰكُم مِّنۡ أَحَدٖ ثُمَّ ٱنصَرَفُواْۚ
﴿ "'Adakah seorang dari (orang-orang Muslimin) yang melihat kamu?' Sesudah itu mereka pun pergi", dengan sembunyi-sembunyi pulang dalam keadaan berpaling, maka Allah membalas mereka dengan hukuman sesuai dengan amal mereka. Sebagaima-na mereka berpaling dari amal maka ﴾ صَرَفَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُم
﴿ "Allah telah memalingkan hati mereka," yakni menghalanginya dari kebenaran ﴾ بِأَنَّهُمۡ قَوۡمٞ لَّا يَفۡقَهُونَ
﴿ "disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti", dengan pemahaman yang berguna bagi mereka, karena jika mereka itu memahami, niscaya mereka beriman kepada surat yang ditu-runkan dan tunduk kepada perintahnya. Yang dimaksud di sini adalah keengganan mereka yang sangat terhadap jihad dan syariat-syariat iman yang lain, sebagaimana Firman Allah تعالى,
﴾ فَإِذَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ مُّحۡكَمَةٞ وَذُكِرَ فِيهَا ٱلۡقِتَالُ رَأَيۡتَ ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ يَنظُرُونَ إِلَيۡكَ نَظَرَ ٱلۡمَغۡشِيِّ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ ﴿
"Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya
(perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati."
(Muhammad: 20).
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (128) فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (129)}
"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat meng-inginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin. Jika mereka berpa-ling
(dari keimanan), maka katakanlah, 'Cukuplah Allah bagiku, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Rabb yang memiliki Arasy yang agung'."
(At-Taubah: 128-129).
#
{128} يمتنُّ تعالى على عباده المؤمنين بما بعث فيهم النبيَّ الأميَّ، الذي من أنفسهم، يعرفون حاله، ويتمكَّنون من الأخذ عنه، ولا يأنفون عن الانقياد له، وهو - صلى الله عليه وسلم - في غاية النُّصح لهم والسعي في مصالحهم. {عزيزٌ عليه ما عَنِتُّم}؛ أي: يَشُقُّ عليه الأمر الذي يَشُقُّ عليكم ويُعْنِتُكم. {حريصٌ عليكم}: فيحبُّ لكم الخير، ويسعى جهدَه في إيصاله إليكم، ويحرص على هدايتكم إلى الإيمان، ويكره لكم الشرَّ، ويسعى جهده في تنفيركم عنه. {بالمؤمنين رءوفٌ رحيمٌ}؛ أي: شديد الرأفة والرحمة بهم، أرحم بهم من والديهم، ولهذا كان حقُّه مقدماً على سائر حقوق الخلق، وواجب على الأمة الإيمان به وتعظيمه وتوقيره وتعزيره.
(128) Allah تعالى memberi nikmat kepada hamba-hambaNya yang beriman dalam bentuk diutusnya seorang Nabi yang ummi, yang termasuk dari kalangan mereka, mereka mengetahui keadaan-nya, memungkinkan mereka untuk mengambil keteladanan darinya, dan mereka tidak merasa rendah diri untuk tunduk kepadanya, dia sangat mengasihi mereka dan berusaha mewujudkan kebaikan mereka. ﴾ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ
﴿ "Berat terasa olehnya penderitaanmu." Yakni perkara yang memberatkan dan menyulitkanmu juga memberat-kannya. ﴾ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم
﴿ "Sangat menginginkan (keimanan dan kese-lamatan) bagimu." Dia menyukai kebaikan bagimu, berusaha keras menyampaikannya kepadamu, bersungguh-sungguh memberimu hidayah kepada iman, membenci keburukan menimpamu, dan ber-usaha keras menjauhkannya darimu. ﴾ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ ﴿ "Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin." Yakni sangat belas kasih, dan sangat sayang kepada mereka melebihi ayah ibu mereka. Oleh karena itu haknya didahulukan di atas hak makh-luk yang lain. Wajib atas umat ini untuk beriman kepadanya, meng-hormatinya, menghargainya dan mendukungnya.
#
{129} {فإن} آمنوا؛ فذلك حظُّهم وتوفيقهم، وإن {تَوَلَّوْا} عن الإيمان والعمل؛ فامضِ على سبيلك، ولا تزل في دعوتك، وقل: {حسبيَ الله}؛ أي: الله كافِيَّ في جميع ما أهمني. {لا إله إلَّا هو}؛ أي: لا معبود بحقٍّ سواه. {عليه توكلتُ}؛ أي: اعتمدت ووثقت به في جلب ما ينفع ودفع ما يضرُّ. {وهو ربُّ العرش العظيم}: الذي هو أعظم المخلوقات، وإذا كان ربَّ العرش العظيم الذي وسع المخلوقات؛ كان ربًّا لما دونه من باب أولى وأحرى.
(129) ﴾ فَإِن
﴿ "Jika" mereka beriman, maka itu adalah taufik untuk mereka dan jika ﴾ تَوَلَّوۡاْ
﴿ "mereka berpaling " dari keimanan dan amal, maka tetaplah berjalan di atas jalanmu, teruslah berdakwah dan katakan, ﴾ حَسۡبِيَ ٱللَّهُ
﴿ "Cukuplah Allah bagiku." Yakni Allah yang mencukupiku segala apa yang aku perlukan. ﴾ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ
﴿ "Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia." Yakni, tiada yang disembah dengan benar selainNya. ﴾ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُۖ
﴿ "Hanya kepadaNya aku berta-wakal." Yakni aku bersandar dan percaya kepadaNya dalam meraih apa yang bermanfaat dan menolak apa yang mudarat. ﴾ وَهُوَ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ ﴿ "Dan Dia adalah Rabb yang memiliki Arasy yang agung," yang merupakan makhluk terbesar, jika Dia adalah Rabb bagi Arasy yang agung yang meliputi seluruh makhluk, maka Dia pasti Rabb bagi makhluk selainnya.
Selesai tafsir surat at-Taubah dengan pertolongan dan karunia Allah.
Segala puji bagi Allah yang pertama dan yang terakhir, yang lahir dan yang batin.