Ayah:
TAFSIR SURAT AL-MUJADILAH ( Perempuan Yang Menggugat )
TAFSIR SURAT AL-MUJADILAH ( Perempuan Yang Menggugat )
Madaniyah
Ayah: 1 - 4 #
{قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ (1) الَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْكُمْ مِنْ نِسَائِهِمْ مَا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلَّا اللَّائِي وَلَدْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنْكَرًا مِنَ الْقَوْلِ وَزُورًا وَإِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ (2) وَالَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا ذَلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (3) فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ (4)}.
"Sungguh Allah telah mendengar perkataan yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (hal-nya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Orang-orang yang menzhihar istrinya di antara kamu, (mengang-gap istrinya bagai ibunya, padahal) tiadalah istri mereka itu ibu-ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Orang-orang yang menzhihar istri mereka, kemudian mereka hendak me-narik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu ber-campur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan RasulNya. Dan itulah batas-batas hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih." (Al-Mujadilah: 1-4).
#
{1} نزلت هذه الآيات الكريماتُ في رجل من الأنصار اشتكتْه زوجته إلى الله وجادلته إلى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - لمَّا حرَّمها على نفسه بعد الصُّحبة الطويلة والأولاد، وكان هو رجلاً شيخاً كبيراً، فشكتْ حالَها وحالَه إلى الله وإلى رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، وكرَّرت ذلك، وأبدتْ فيه وأعادتْ، فقال تعالى: {قد سَمِعَ الله قولَ التي تجادِلُك في زوجها وتَشْتَكي إلى الله واللهُ يسمعُ تحاوُرَكما}؛ أي: تخاطُبَكما فيما بينكما. {إنَّ الله سميعٌ}: لجميع الأصوات في جميع الأوقات على تفنُّن الحاجات. {بصيرٌ}: يبصر دبيبَ النملة السوداء، على الصَّخرة الصمَّاء، في الليلة الظلماء. وهذا إخبارٌ عن كمال سمعه وبصره، وإحاطتهما بالأمور الدَّقيقة والجليلة، وفي ضمن ذلك الإشارة بأنَّ الله [تعالى] سيزيلُ شكواها ويرفع بلواها، ولهذا ذكر حكمها وحكمَ غيرها على وجه العموم، فقال:
(1) Ayat-ayat mulia ini turun berkenaan dengan seseorang dari kalangan Anshar ketika istrinya mengadukan perihalnya kepada Rasulullah a yang mengharamkan dirinya setelah sekian lama bersama dan memiliki banyak anak. Suaminya adalah orang yang sudah tua. Istrinya mengadu perihal kondisinya dan kondisi suaminya kepada Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya secara berulang-ulang, lalu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ قَدۡ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوۡلَ ٱلَّتِي تُجَٰدِلُكَ فِي زَوۡجِهَا وَتَشۡتَكِيٓ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ يَسۡمَعُ تَحَاوُرَكُمَآۚ ﴿ "Sungguh Allah telah mendengar perkataan yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua." Yakni, pembicaraan kalian di antara kalian berdua, ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعُۢ ﴿ "Sesungguh-nya Allah Maha Mendengar" semua pembicaraan di seluruh waktu meski dengan keperluan yang diatur rapi, ﴾ بَصِيرٌ ﴿ "lagi Maha Meli-hat," yang bisa melihat langkah semut hitam di atas batu hitam pekat di dalam kegelapan malam. Ini merupakan pemberitahuan tentang sempurnanya penglihatan serta pendengaran Allah سبحانه وتعالى. Pandangan dan penglihatan Allah سبحانه وتعالى meliputi segala hal yang rumit dan besar sekali pun. Di dalam ayat ini juga mencakup isyarat bahwa Allah سبحانه وتعالى akan menghapus masalah yang diadukan serta menghilangkan musibahnya. Karena itu Allah سبحانه وتعالى menyebutkan hukumnya dan hukum yang lain secara umum seraya berfirman (dalam ayat selanjutnya),
#
{2} {الذين يظاهِرونَ منكم من نسائِهِم ما هنَّ أمَّهاتِهم إن أمَّهاتُهم إلاَّ اللاَّئي وَلَدْنَهم}: المظاهرة من الزوجة أن يقولَ الرجل لزوجته: أنت عليَّ كظهرِ أمِّي، أو غيرها من محارمه، أو أنت عليَّ حرامٌ. وكان المعتاد عندَهم في هذا اللفظ الظهر، ولهذا سماه الله ظِهاراً، فقال: {الذين يظاهِرون منكم من نسائِهِم ما هنَّ أمَّهاتِهم}؛ أي: كيف يتكلَّمون بهذا الكلام الذي يعلمون أنَّه لا حقيقة له، فيشبهون أزواجهم بأمَّهاتِهم اللاَّتي ولدنهم؟! ولهذا عظَّم الله أمره وقبَّحه، فقال: {وإنَّهم لَيقولونَ منكراً من القول وزوراً}؛ أي: قولاً شنيعاً وكذباً ، {وإنَّ الله لَعَفُوٌّ غفورٌ}: عمَّن صَدَرَ منه بعضُ المخالفات فتداركَها بالتَّوْبَةِ النَّصوح.
(2) ﴾ ٱلَّذِينَ يُظَٰهِرُونَ مِنكُم مِّن نِّسَآئِهِم مَّا هُنَّ أُمَّهَٰتِهِمۡۖ إِنۡ أُمَّهَٰتُهُمۡ إِلَّا ٱلَّٰٓـِٔي وَلَدۡنَهُمۡۚ ﴿ "Orang-orang yang menzhihar istrinya di antara kamu, (menganggap istrinya bagai ibunya, padahal) tiadalah istri mereka itu ibu-ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka." Menzhihar istri adalah, seorang suami berkata kepada istrinya, "Engkau bagi-ku seperti punggung ibuku," atau wanita mahram lain selain ibu, atau dengan mengatakan, "Engkau haram bagiku." Kata-kata yang biasa digunakan ketika menzhihar istri adalah dengan menyebut "Punggung." Karena itulah Allah سبحانه وتعالى menyebut zhihar seraya berfir-man, ﴾ ٱلَّذِينَ يُظَٰهِرُونَ مِنكُم مِّن نِّسَآئِهِم ﴿ "Orang-orang yang menzhihar istrinya di antara kamu, (menganggap istrinya bagai ibunya)." Maksudnya, bagaimana mereka mengucapkan kata-kata yang mereka sendiri tahu tidak ada kenyataannya yang menyamakan istri dengan ibu yang melahirkan mereka? Karena itulah Allah سبحانه وتعالى membesarkan masalah ini serta mencelanya seraya berfirman, ﴾ وَإِنَّهُمۡ لَيَقُولُونَ مُنكَرٗا مِّنَ ٱلۡقَوۡلِ وَزُورٗاۚ ﴿ "Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta." Maksudnya, perkataan keji dan dusta. ﴾ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٞ ﴿ "Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun." Dari berbagai penentangan yang mereka lakukan kemudian disusul dengan taubat yang sungguh-sungguh.
#
{3} {والذين يظاهِرونَ من نسائِهِم ثم يعودونَ لِما قالوا}: اختلف العلماء في معنى العَوْد، فقيل معناه العزمُ على جماع مَنْ ظاهر منها، وأنَّه بمجرَّد عزمِهِ؛ تجب عليه الكفَّارة المذكورة، ويدلُّ على هذا أنَّ الله تعالى ذَكَرَ في الكفَّارة أنَّها تكون قبل المسيس، وذلك إنَّما يكون بمجرَّد العزم، وقيل: معناه حقيقةُ الوطءِ، ويدلُّ على ذلك أنَّ الله قال: {ثم يعودونَ لِما قالوا}، والذي قالوا إنَّما هو الوطءُ، وعلى كلٍّ من القولين؛ فإذا وُجِدَ العَوْدُ؛ صار كفارةُ هذا التحريم {تحرير رقبةٍ}: مؤمنةٍ؛ كما قُيِّدَتْ في آية القتل ؛ ذكرٍ أو أنثى؛ بشرط أن تكون سالمةً من العيوب الضارَّة بالعمل {من قبل أن يَتَماسَّا}؛ أي: يلزم الزوج أن يترك وطء زوجته التي ظاهر منها حتى يكفِّرَ برقبة. {ذلكم}: الحكم الذي ذكرناه لكم {توعظونَ به}؛ أي: يبيِّن لكم حكمه مع الترهيب المقرون به؛ لأن معنى الوعظ ذكر الحكم مع الترغيب والترهيب فالذي يريد أن يظاهر؛ إذا ذَكَرَ أنَّ عليه عتقَ رقبةٍ؛ كفَّ نفسه عنه. {واللهُ بما تعملونَ خبيرٌ}: فيجازي كلَّ عامل بعمله.
(3) ﴾ وَٱلَّذِينَ يُظَٰهِرُونَ مِن نِّسَآئِهِمۡ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُواْ ﴿ "Dan orang-orang yang menzhihar istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan." Para ulama berbeda pendapat tentang makna "menarik kembali" dalam ayat ini. Ada yang menyatakan makna-nya adalah tekad untuk menggauli istri yang dizhihar. Yakni hanya sekedar bertekad harus menebus kaffarat yang disebutkan. Pendapat ini dikuatkan bahwa Allah سبحانه وتعالى menyebutkan kaffarat sebelum ter-jadinya pergaulan suami istri sehingga penebusan kaffarat tersebut terjadi setelah adanya tekad dari suami untuk menggauli istri yang dizhihar. Pendapat lain menyatakan, maknanya adalah pergaulan suami istri yang sebenarnya. Pendapat ini dikuatkan oleh Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُواْ ﴿ "Kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan," dan yang mereka katakan hanyalah pergaulan suami istri. Berdasarkan masing-masing kedua pendapat di atas, ketika sang suami kembali, maka ia harus menebus kaffarat, yaitu: فَتَحۡرِيرُ رَقَبَةٖ ﴿ "memerdekakan seorang budak," yang beriman sebagaimana yang dibatasi dalam ayat tentang kaffarat pembunuhan, baik lelaki maupun perempuan, dengan syarat tidak memiliki cacat yang mengganggu pekerjaan si budak, ﴾ قَبۡلِ أَن يَتَمَآسَّاۚ ﴿ "sebelum kedua suami istri itu bercampur." Maksudnya, suami harus menjauhi istrinya yang dizhihar dan tidak dicampuri sampai membayar kaffarat dengan memerdekakan seorang budak yang beriman. ﴾ ذَٰلِكُمۡ ﴿ "Demikianlah," hukum yang Kami jelaskan pada kalian ﴾ تُوعَظُونَ بِهِۦۚ ﴿ "yang diajarkan kepada kamu," yakni Allah سبحانه وتعالى menjelaskan hukumNya kepada kalian yang disertai dengan ancaman, karena makna nasihat adalah menyebutkan suatu hukum dengan disertai janji dan ancaman. Untuk itu, siapa saja yang ingin menzhihar istri-nya jika ingat hukumannya memerdekakan seorang budak, maka akan menahan diri agar tidak melakukannya. ﴾ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Allah سبحانه وتعالى akan membalas masing-masing orang berdasarkan amalnya.
#
{4} {فمن لم يجِدْ}: رقبةً يُعْتِقُها؛ بأن لم يجِدْها أو لم يجِدْ ثَمَنَها، {فـ} عليه {صيامُ شهرين متتابعين من قبل أن يَتَماسَّا فمَن لمْ يَسْتَطِعْ}: الصيام، {فإطعامُ ستينَ مسكيناً}: إمَّا أنْ يطعِمَهم من قوت بلده ما يكفيهم؛ كما هو قول كثيرٍ من المفسِّرين، وإمَّا أنْ يطعِمَ كلَّ مسكين مُدَّ بُرٍّ أو نصفَ صاع من غيره مما يُجْزِي في الفطرة؛ كما هو قول طائفة أخرى. {ذلك}: الحكم الذي بيَّنَّاه لكم ووضَّحناه، {لتؤمِنوا بالله ورسولِهِ}: وذلك بالتزام هذا الحكم وغيره من الأحكام والعمل به؛ فإنَّ التزام أحكام الله والعمل بها من الإيمانِ، بل هي المقصودةُ، ويزداد بها الإيمانُ ويكمُلُ وينمو. {وتلك حدودُ اللهِ}: التي تمنع من الوقوع فيها، فيجب أن لا تُتَعَدَّى ولا يُقَصَّرَ عنها. {وللكافرين عذابٌ أليمٌ}.
(4) ﴾ فَمَن لَّمۡ يَجِدۡ ﴿ "Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak)," yang akan dimerdekakan karena memang tidak punya atau tidak memiliki harta seharga seorang budak, ﴾ فَصِيَامُ شَهۡرَيۡنِ مُتَتَابِعَيۡنِ مِن قَبۡلِ أَن يَتَمَآسَّاۖ فَمَن لَّمۡ يَسۡتَطِعۡ ﴿ "maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa," untuk berpuasa, ﴾ فَإِطۡعَامُ سِتِّينَ مِسۡكِينٗاۚ ﴿ "(wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin." Dengan cara memberikan makanan mereka sesuai makanan lazim secukupnya sebagaimana yang dikatakan oleh kebanyakan ahli tafsir atau dengan memberikan makanan kepada masing-masing orang miskin sebanyak satu mud gandum (mud adalah seukuran dua tangan orang dewasa) atau setengah sha' untuk selain gandum yang cukup untuk dimakan sebagaimana dikemukakan oleh pendapat lain. ﴾ ذَٰلِكَ ﴿ "Demikianlah," hukum yang Kami jelaskan, ﴾ لِتُؤۡمِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۚ ﴿ "supaya kamu beriman kepada Allah dan RasulNya." Dengan berpegang teguh pada hukum ini dan hukum-hukum lain serta mengamalkannya karena berpegang teguh pada hukum Allah سبحانه وتعالى, dan menunaikan termasuk dari keimanan bahkan itulah yang dimaksudkan dari beriman. Dengan menunaikan hukum-hukum Allah سبحانه وتعالى, keimanan akan semakin sempurna dan bertambah. ﴾ وَتِلۡكَ حُدُودُ ٱللَّهِۗ ﴿ "Dan itulah batas-batas hukum Allah," yang mencegah kalian agar tidak terjatuh padanya. Wajib untuk tidak dilanggar dan di-laksanakan secara seenaknya. ﴾ وَلِلۡكَٰفِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿ "Dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih."
Dalam ayat ini terkandung berbagai hukum-hukum: Pertama, kelembutan dan perhatian Allah سبحانه وتعالى terhadap para hambaNya yang mengisahkan pengaduan wanita yang tertimpa musibah tersebut kemudian Allah سبحانه وتعالى menghilangkan beban dan musibah yang menimpanya. Lebih dari itu, Allah سبحانه وتعالى menghilang-kan beban semua orang yang tertimpa kasus serupa berdasarkan hikmahNya yang menyeluruh. Kedua, zhihar khusus untuk pengharaman istri karena Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ مِّن نِّسَآئِهِم ﴿ "Istri-istri mereka," dan untuk itu hukum ini tidak berlaku jika seseorang menzhihar budak wanitanya, peng-haraman terhadap budak wanita tidak disebut zhihar namun hanya pengharaman terhadap hal-hal yang baik seperti halnya makanan dan minuman. Wajib menebus kaffarat sumpah saja. Ketiga, zhihar yang dilakukan terhadap wanita yang belum dinikahi tidaklah sah karena wanita yang dizhihar tersebut belum termasuk istrinya pada saat dizhihar, sebagaimana mentalak wanita yang belum dinikahi juga tidak sah, baik apakah hal itu sudah dilakukan (tanpa syarat) ataupun dengan syarat. Keempat, zhihar hukumnya haram, karena Allah سبحانه وتعالى menye-butnya, ﴾ مُنكَرٗا مِّنَ ٱلۡقَوۡلِ وَزُورٗاۚ ﴿ "Suatu perkataan yang mungkar dan dusta." Kelima, peringatan Allah سبحانه وتعالى atas hukum dan hikmahNya, karena Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ مَّا هُنَّ أُمَّهَٰتِهِمۡۖ ﴿ "Padahal tiadalah istri me-reka itu ibu-ibu mereka." Keenam, seorang suami dilarang memanggil istrinya dengan panggilan yang diharamkan seperti "Hai ibuku," "Hai saudariku," dan lainnya, karena panggilan-panggilan seperti itu menyerupai panggilan pada wanita mahram (haram dinikahi). Ketujuh, kaffarat zhihar wajib dibayar ketika suami menarik kembali ucapan zhiharnya, berdasarkan perbedaan kedua pendapat sebelumnya, dan bukan sekedar karena ucapan zhihar. Kedelapan, pembayaran kaffarat zhihar bisa berupa budak kecil atau dewasa, lelaki atau perempuan; karena ayat menyebut-nya secara mutlak. Kesembilan, kaffarat wajib ditunaikan baik memerdekakan budak atau dengan berpuasa sebelum suami mencampuri istri sebagaimana yang ditentukan oleh Allah سبحانه وتعالى, tidak seperti kaffarat yang berupa memberi makanan, suami boleh mencampuri istrinya pada saat pemberian makanan dilakukan. Kesepuluh, sepertinya hikmah wajibnya menunaikan kaffarat sebelum mencampuri istri supaya kaffarat tersebut ditunaikan. Karena seorang suami yang ingin mencampuri istrinya dan ia mengetahui hal itu tidak mungkin kecuali setelah menunaikan kaffarat, ia akan segera membayar kaffarat. Kesebelas, harus memberi makan enam puluh orang miskin, tidak boleh menyatukan jatah makanan eman puluh orang miskin kemudian dibayarkan pada satu orang miskin saja atau lebih dari itu yang kurang dari enam puluh, karena Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ فَإِطۡعَامُ سِتِّينَ مِسۡكِينٗاۚ ﴿ "Memberi makan enam puluh orang miskin."
Ayah: 5 #
{إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ كُبِتُوا كَمَا كُبِتَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَقَدْ أَنْزَلْنَا آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُهِينٌ (5)}.
"Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan. Sesungguhnya Kami telah menurunkan bukti-bukti yang nyata. Dan bagi orang-orang yang kafir ada siksa yang menghinakan." (Al-Mujadilah: 5).
#
{5} محادَّة الله ورسوله مخالفتُهما ومعصيتُهما، خصوصاً في الأمور الفظيعة؛ كمحادَّة الله ورسوله بالكفر ومعاداة أولياء الله. وقوله: {كُبِتُوا كما كُبِتَ الذين من قبلهم}؛ أي: أذِلُّوا وأهينوا كما فُعِلَ بمن قبلَهم جزاءً وِفاقاً، وليس لهم حجَّةٌ على الله؛ فإنَّ الله قد قامت حجَّته البالغةُ على الخلق، وقد أنزل من الآيات البيِّناتِ والبراهين ما يبيِّنُ الحقائق ويوضِّحُ المقاصدَ؛ فمن اتَّبعها وعمل عليها، فهو من المهتدين الفائزين. {وللكافرين}: بها {عذابٌ مهينٌ}؛ أي: يهينهم ويُذِلُّهم؛ فكما تكبَّروا عن آيات الله؛ أهانهم وأذلَّهم.
(5) Menentang Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya adalah dengan me-nyelisihi dan bermaksiat terhadap keduanya, khususnya dalam masalah-masalah yang amat buruk seperti menentang Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya dengan kekufuran serta memusuhi para kekasih Allah سبحانه وتعالى. Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحَآدُّونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ كُبِتُواْ كَمَا كُبِتَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۚ ﴿ "Sesung-guhnya orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan." Maksudnya, mereka dilecehkan dan dihinakan sebagai-mana yang pernah dilakukan terhadap orang-orang sebelum mereka sebagai balasan serupa, mereka tidak memiliki hujjah atas Allah سبحانه وتعالى, karena Allah سبحانه وتعالى telah menegakkan hujjah yang nyata kepada manusia. Allah سبحانه وتعالى telah menurunkan ayat-ayat yang jelas serta bukti-bukti nyata sebagaimana menjelaskan kebenaran dan tujuan-tujuan. Siapa pun yang mengikuti dan mengerjakannya, maka dialah orang yang mendapatkan petunjuk lagi beruntung, sedangkan ﴾ وَلِلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "bagi orang-orang yang kafir," terhadap ayat-ayat Allah سبحانه وتعالى ﴾ عَذَابٞ مُّهِينٞ ﴿ "ada siksa yang menghinakan." Maksudnya, menghina dan merendahkan mereka. Karena mereka bersikap sombong terhadap ayat-ayat Allah سبحانه وتعالى, maka Allah سبحانه وتعالى pun menghi-nakan dan merendahkan mereka.
Ayah: 6 - 7 #
{يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (6) أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (7)}.
"Pada hari ketika mereka semuanya dibangkitkan Allah, lalu diberitakanNya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya, dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melain-kan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemu-dian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada Hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Me-ngetahui segala sesuatu." (Al-Mujadilah: 6-7).
#
{6} يقول الله تعالى: {يوم يبعثهم اللهُ} الخلقَ جميعاً فيقومون من أجداثهم سريعاً، فيجازيهم بأعمالهم؛ وينبِّئهم بما عملوا من خيرٍ وشرٍّ؛ لأنَّه علم ذلك وكتبه في اللوح المحفوظ، وأمر الملائكة الكرام الحَفَظَة بكتابته، هذا والعاملون قد نسوا ما عملوه والله أحصى ذلك. {والله على كلِّ شيءٍ شهيدٌ}: على الظَّواهر والسَّرائر والخبايا والخفايا.
(6) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ يَوۡمَ يَبۡعَثُهُمُ ٱللَّهُ جَمِيعٗا ﴿ "Pada hari ketika mereka semuanya dibangkitkan Allah," yakni seluruh makhluk, mereka akan bangkit dari kubur dengan cepat, kemudian mereka pun diberi balasan atas amal yang mereka kerjakan. Allah سبحانه وتعالى akan memberi-tahukan semua amal mereka, baik dan buruknya, karena Allah سبحانه وتعالى telah mengetahui hal itu dan telah mencatatnya di Lauhil Mahfuzh, dan Allah سبحانه وتعالى memerintahkan para malaikat yang mulia untuk mencatatnya. Padahal manusia yang mengerjakan amalan-amalan itu telah melupakannya dan tidak mengetahui bahwa Allah سبحانه وتعالى mencatatnya. ﴾ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ شَهِيدٌ ﴿ "Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu." Segala sesuatu yang nampak, yang menjadi rahasia, dan hal-hal yang samar.
#
{7} ولهذا أخبر عن سعةِ علمه وإحاطته بما في السماواتِ والأرض من دقيق وجليل، وأنَّه {ما يكون من نَجْوى ثلاثةٍ إلاَّ هو رابِعُهم ولا خمسةٍ إلاَّ هو سادِسُهم ولا أدنى مِن ذلك ولا أكثر إلاَّ هو مَعَهُم أينما كانوا}: والمراد بهذه المعيَّة معيَّةُ العلم والإحاطة بما تناجَوْا به وأسرُّوه فيما بينَهم، ولهذا قال: {إنَّ الله بكلِّ شيءٍ عليمٌ}.
(7) Karena itulah Allah سبحانه وتعالى memberitahukan luasnya penge-tahuan dan penglihatanNya atas segala yang ada di langit dan di bumi, besar dan kecilnya. Dan sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى,﴾ مَا يَكُونُ مِن نَّجۡوَىٰ ثَلَٰثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمۡ وَلَا خَمۡسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمۡ وَلَآ أَدۡنَىٰ مِن ذَٰلِكَ وَلَآ أَكۡثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمۡ أَيۡنَ مَا كَانُواْۖ ﴿ "tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tidak (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada." Yang dimaksud dengan Allah bersama mereka dalam ayat ini adalah kebersamaan ilmu dan pengetahuan terhadap hal-hal yang diperbincangkan secara diam-diam oleh manusia, karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٌ ﴿ "Sesung-guhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى berfirman,
Ayah: 8 - 9 #
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نُهُوا عَنِ النَّجْوَى ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَيَتَنَاجَوْنَ بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ وَإِذَا جَاءُوكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللَّهُ وَيَقُولُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ لَوْلَا يُعَذِّبُنَا اللَّهُ بِمَا نَقُولُ حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمَصِيرُ (8) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلَا تَتَنَاجَوْا بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ وَتَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (9)}.
"Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia kemudian mereka (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucap-kan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai-mana yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, 'Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?' Cukuplah bagi mereka Neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepadaNya kamu akan dikembalikan." (Al-Mujadilah: 8-9).
#
{8 ـ 9} النَّجْوى هي التناجي بين اثنين فأكثر، وقد تكون في الخير وتكونُ في الشرِّ، فأمر الله المؤمنين أنْ يَتَناجَوْا بالبرِّ، وهو اسمٌ جامعٌ لكلِّ خيرٍ وطاعةٍ وقيام بحقِّ الله وحقِّ عباده ، والتَّقوى، وهي هنا اسمٌ جامعٌ لترك جميع المحارم والمآثم؛ فالمؤمن يمتثل هذا الأمر الإلهيَّ؛ فلا تجده مناجياً ومتحدثاً إلاَّ بما يقرِّبه إلى الله ويباعده من سخطه، والفاجر يتهاونُ بأمر الله ويناجي بالإثم والعدوان ومعصية الرسول؛ كالمنافقين الذين هذا دأبهم وحالهم مع الرسول - صلى الله عليه وسلم -، قال تعالى: {وإذا جاؤوك حَيَّوْكَ بما لمْ يُحَيِّكَ به الله}؛ أي: يسيئون الأدب في تحيَّتهم لك، {ويقولونَ في أنفُسِهم}؛ أي: يسرُّون فيها ما ذكره عالم الغيب والشهادة عنهم، وهو قولهم: {لولا يُعَذِّبنا الله بما نقولُ}: ومعنى ذلك أنَّهم يتهاونون بذلك، ويستدلُّون بعدم تعجيل العقوبة عليهم أنَّ ما يقولونه غيرُ محذورٍ، قال تعالى في بيان أنَّه يمهِلُ ولا يهمِلُ: {حَسْبُهُم جهنَّمُ يَصْلَوْنها فبئس المصيرُ}؛ أي: تكفيهم جهنَّم التي جمعت كلَّ عذابٍ وشقاء عليهم، تحيط بهم ويعذَّبون بها؛ فبئس المصير. وهؤلاء المذكورون إما أناس من المنافقين، يظهِرون الإيمان ويخاطبون الرسول - صلى الله عليه وسلم - بهذا الخطاب الذي يوهمون أنَّهم أرادوا به خيراً، وهم كذبةٌ في ذلك، وإما أناسٌ من أهل الكتاب الذين إذا سلَّموا على رسول الله - صلى الله عليه وسلم -؛ قالوا: السام عليك يا محمد. يعنون: الموت.
(8-9) ﴾ ٱلنَّجۡوَىٰ ﴿ "Pembicaraan rahasia" adalah pembicaraan antara dua orang atau lebih yang membahas kebaikan atau kebu-rukan. Allah سبحانه وتعالى memerintahkan orang-orang yang beriman agar membicarakan kebaikan ketika berbicara secara rahasia. Kebaikan adalah kata menyeluruh untuk seluruh kebaikan, ketaatan, menu-naikan hak-hak Allah سبحانه وتعالى, hak-hak sesama manusia, takwa, dan lainnya. Dan yang dimaksud dalam ayat ini dengan penggunaan kata menyeluruh adalah agar menjauhi seluruh keharaman dan dosa. Orang Mukmin pasti menunaikan perintah ilahi ini. Tidaklah Anda melihatnya berbisik-bisik atau berbicara kecuali membahas sesuatu yang bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah سبحانه وتعالى dan menjauhkan mereka dari murkaNya. Adapun orang-orang durjana dan pendosa saling meman-dang rendah perintah-perintah Allah سبحانه وتعالى serta berbisik-bisik dengan dosa dan permusuhan serta mendurhakai Rasulullah a, seperti halnya orang-orang munafik. Itulah kebiasaan mereka dan kondisi mereka bersama Rasulullah a. Allah سبحانه وتعالى berfirman,﴾ وَإِذَا جَآءُوكَ حَيَّوۡكَ بِمَا لَمۡ يُحَيِّكَ بِهِ ٱللَّهُ ﴿ "Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagaimana yang ditentukan Allah untukmu." Maksudnya, mereka tidak sopan ketika memberi ucapan salam kepadamu, ﴾ وَيَقُولُونَ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ ﴿ "dan mereka me-ngatakan pada diri mereka sendiri," maksudnya, mereka merahasiakan pembicaraan yang dibeberkan oleh Allah سبحانه وتعالى Yang Mengetahui hal yang ghaib dan nyata, yaitu pembicaraan mereka, ﴾ لَوۡلَا يُعَذِّبُنَا ٱللَّهُ بِمَا نَقُولُۚ ﴿ "Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu." Maksudnya, mereka meremehkan hal itu dengan berdalih tidak disegerakannya azab dan hukuman untuk mereka dengan alasan pembicaraan mereka itu tidak terlarang. Allah سبحانه وتعالى berfirman seraya menjelaskan bahwa Dia memberi tangguh bukan melalaikan, ﴾ حَسۡبُهُمۡ جَهَنَّمُ يَصۡلَوۡنَهَاۖ فَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ ﴿ "Cukuplah bagi mereka Neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali." Maksudnya, cukuplah Neraka Jahanam bagi mereka yang mencakup berbagai macam siksaan dan kesengsaraan untuk mereka; siksaan-siksaan itu meliputi dan menyakitkan mereka, dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. Mereka yang disinggung tersebut adalah orang-orang munafik yang menampakkan keimanan dan mengungkapkan kata-kata tersebut kepada Rasulullah a yang menurut mereka meng-inginkan kebaikan padahal mereka berdusta. Atau yang dimaksud dalam ayat ini adalah ahli kitab, yaitu orang-orang yang ketika memberi ucapan salam kepada Rasulullah a menyatakan, "As-Sammu 'alaika ya Muhammad," maksud mereka adalah "Matilah kau Muhammad!"[112]
Ayah: 10 #
{إِنَّمَا النَّجْوَى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (10)}.
"Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pem-bicaraan itu tiadalah memberi mudarat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah, dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal." (Al-Mujadilah: 10).
#
{10} يقول تعالى: {إنَّما النَّجوى}؛ أي: تناجي أعداء المؤمنين بالمؤمنين بالمكرِ والخديعة وطلب السوءِ من الشيطان الذي كيدُهُ ضعيفٌ، [ومكره غير مفيد] {ليحزنَ الذين آمنوا}: هذا غايةُ هذا المكر ومقصوده، {وليس بضارِّهم شيئاً إلاَّ بإذنِ الله}: فإنَّ الله [تعالى] وَعَدَ المؤمنين بالكفاية والنصر على الأعداء، وقال تعالى: {ولا يَحيقُ المكرُ السيِّئُ إلاَّ بأهلِهِ}: فأعداء الله ورسوله والمؤمنين مهما تَناجَوْا ومَكَروا؛ فإنَّ ضَرَرَ ذلك عائدٌ إلى أنفسهم ، ولا يضرُّ المؤمنين إلاَّ شيءٌ قدَّره الله وقضاه. {وعلى الله فَلْيَتَوَكَّلِ المؤمنون}؛ أي: ليعتمدوا عليه ويَثِقوا بوعده؛ فإنَّ مَن تَوَكَّلَ على الله؛ كَفاه وكَفاه أمرَ دينِهِ ودُنياه.
(10) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ إِنَّمَا ٱلنَّجۡوَىٰ ﴿ "Sesungguhnya pembica-raan rahasia itu," maksudnya, pembicaraan rahasia yang dilakukan musuh-musuh kaum Mukminin terhadap orang-orang Mukmin untuk menipu dan mencari-cari kejelekan itu, berasal dari setan yang tipu dayanya lemah dan makarnya tidak berguna, ﴾ لِيَحۡزُنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ﴿ "supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita." Inilah tujuan dan maksud dari makar mereka. ﴾ وَلَيۡسَ بِضَآرِّهِمۡ شَيۡـًٔا إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ ﴿ "Sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudarat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah," karena Allah سبحانه وتعالى menjanjikan penjagaan dan kemenangan untuk orang-orang Mukmin atas musuh-musuh mereka. Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَلَا يَحِيقُ ٱلۡمَكۡرُ ٱلسَّيِّئُ إِلَّا بِأَهۡلِهِۦۚ ﴿ "Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri." (Fathir: 43). Para musuh Allah سبحانه وتعالى, RasulNya, dan orang-orang Mukmin meski memiliki makar dan rencana buruk, dampak bahayanya akan kembali pada mereka sendiri dan tidak ada sesuatu pun yang membahayakan kaum Mukminin kecuali yang telah ditakdirkan Allah سبحانه وتعالى. ﴾ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ﴿ "Dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal." Maksudnya, hendaklah orang-orang yang beriman bergantung pada Allah سبحانه وتعالى serta percaya akan janji-Nya, sebab siapa saja yang bertawakal kepada Allah سبحانه وتعالى akan diberi kecukupan; diberi kecukupan dalam agama dan dunianya.
Ayah: 11 #
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ}.
"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada-mu, 'Berlapang-lapanglah dalam majelis,' maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, 'Berdirilah kamu,' maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Mujadilah: 11).
#
{11} هذا أدبٌ من الله لعباده [المؤمنين] إذا اجتمعوا في مجلس من مجالس مجتمعاتهم، واحتاجَ بعضُهم أو بعضُ القادمين [عليهم] للتفسُّح له في المجلس؛ فإنَّ من الأدب أن يَفْسَحوا له؛ تحصيلاً لهذا المقصود، وليس ذلك بضارٍّ للفاسح شيئاً، فيحصلُ مقصود أخيه من غير ضررٍ يلحقه، والجزاء من جنس العمل؛ فإنَّ من فَسَحَ؛ فَسَحَ الله له، ومن وسَّع لأخيه؛ وسَّع الله عليه، {وإذا قيل انشُزوا}؛ أي: ارتفعوا وتَنَحَّوْا عن مجالسكم لحاجةٍ تعرِضُ، {فانشُزوا}؛ أي: فبادروا للقيام لتحصيل تلك المصلحة؛ فإنَّ القيام بمثل هذه الأمور من العلم والإيمان، والله تعالى يرفع أهل العلم والإيمان درجاتٍ بحسب ما خصَّهم [اللَّه] به من العلم والإيمان. {والله بما تعملونَ خبيرٌ}: فيجازي كلَّ عامل بعمله؛ إن خيراً فخيرٌ، وإن شرًّا فشرٌّ. وفي هذه الآية فضيلة العلم، وأنَّ زينته وثمرتَه التأدُّب بآدابه والعمل بمقتضاه.
(11) Ini adalah ajaran dari Allah سبحانه وتعالى untuk para hambaNya yang beriman ketika mereka berada dalam majelis perkumpulan, yang sebagian dari mereka ada orang yang baru datang meminta agar tempat duduk diperluas. Termasuk bersopan santun dalam hal ini adalah dengan memberikan kelonggaran tempat baginya agar maksudnya bisa terpenuhi, bukan untuk mengganggu orang yang memberi kelonggaran tempat tersebut. Maksud saudaranya pun terpenuhi tanpa harus terganggu. Balasan itu berdasarkan jenis amal. Siapa pun yang memberi kelonggaran, maka akan diberi kelonggaran oleh Allah سبحانه وتعالى, siapa pun yang memberi keleluasaan pada saudaranya, maka Allah سبحانه وتعالى akan memberinya keleluasaan. ﴾ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ ﴿ "Dan apabila dikatakan, 'Berdirilah kamu'," artinya, berdirilah dari tempat duduk kalian, karena adanya suatu keperluan mendesak, ﴾ فَٱنشُزُواْ ﴿ "maka berdirilah," maksudnya, segeralah berdiri agar kemaslahatan tercapai, karena melaksanakan hal seperti ini termasuk bagian dari ilmu dan iman. Allah سبحانه وتعالى akan mengangkat derajat orang yang berilmu dan beriman berdasarkan ilmu dan keimanan yang Allah سبحانه وتعالى berikan pada mereka. ﴾ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Masing-masing diberi balasan berdasarkan amal-nya. Perbuatan baik akan dibalas baik dan perbuatan buruk akan dibalas buruk. Di dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang keutamaan ilmu. Dan keindahan serta buah dari ilmu adalah dengan beradab dengan adab-adab ilmu serta menunaikan tuntutannya.
Ayah: 12 - 13 #
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نَاجَيْتُمُ الرَّسُولَ فَقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوَاكُمْ صَدَقَةً ذَلِكَ خَيْرٌ لَكُمْ وَأَطْهَرُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (12) أَأَشْفَقْتُمْ أَنْ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوَاكُمْ صَدَقَاتٍ فَإِذْ لَمْ تَفْعَلُوا وَتَابَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (13)}.
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tiada memperoleh (yang akan disedekahkan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada mem-perbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu, maka di-rikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan RasulNya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Mujadilah: 12-13).
#
{12} يأمر تعالى المؤمنين بالصَّدقة أمام مناجاة رسوله محمدٍ - صلى الله عليه وسلم - تأديباً لهم وتعليماً وتعظيماً للرسول - صلى الله عليه وسلم -؛ فإنَّ هذا التعظيم خيرٌ للمؤمنين وأطهر؛ أي: بذلك يكثر خيركم وأجركم، وتحصُلُ لكم الطهارة من الأدناس، التي من جملتها ترك احترام الرسول - صلى الله عليه وسلم - والأدبِ معه بكثرة المناجاة التي لا ثمرةَ تحتها؛ فإنَّه إذا أمر بالصدقة بين يدي مناجاتِهِ؛ صار هذا ميزاناً لمن كان حريصاً على العلم والخير ؛ فلا يُبالي بالصدقة، ومَنْ لم يكن له حرصٌ ولا رغبةٌ في الخير، وإنَّما مقصودُه مجرَّدُ كثرة الكلام، فينكفُّ بذلك عن الذي يشقُّ على الرسول، هذا في الواجد للصدقة، وأما الذي لا يجد الصدقة؛ فإنَّ الله لم يضيِّقْ عليه الأمر، بل عفا عنه وسامَحَه وأباح له المناجاة بدون تقديم صدقةٍ لا يقدِرُ عليها.
(12) Allah سبحانه وتعالى memerintahkan kaum Mukminin untuk berse-dekah ketika mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasulullah a sebagai pengajaran dan pembelajaran bagi mereka serta sebagai pengagungan terhadap Rasulullah a. Karena penghormatan ini lebih baik dan lebih suci bagi orang-orang yang beriman. Maksud-nya, dengan penghormatan dan pengagungan tersebut, kebaikan dan pahala kalian akan semakin bertambah, sehingga kalian akan memperoleh kesucian dari berbagai kotoran yang di antaranya adalah tidak adanya penghormatan dan sopan santun terhadap Rasulullah a karena terlalu banyak membicarakan masalah rahasia dengan Rasulullah a yang tidak ada manfaatnya. Ketika berbicara rahasia dengan Rasulullah a diperintahkan untuk memberikan sedekah terlebih dahulu, hal ini menjadi ukuran bagi orang yang benar-benar menginginkan ilmu dan kebaikan sehingga tidak peduli seberapa besar sedekah yang dikeluarkan. Dan bagi siapa saja yang tidak menginginkan kebaikan namun hanya bermaksud memperbanyak bicara saja, maka ia bisa menghentikan kebiasaan yang memberatkan Rasulullah a. Ketentuan ini berlaku bagi orang yang bisa memberikan sedekah, sedangkan bagi mereka yang tidak bisa memberikan sedekah, Allah سبحانه وتعالى tidak mempersempit baginya tapi Allah سبحانه وتعالى memberi kelonggaran dan membolehkan mengadakan pembicaraan rahasia dengan Rasulullah a tanpa harus memberi sedekah yang tidak mampu diberikan.
#
{13} ثم لما رأى [تبارك و] تعالى شفقةَ المؤمنين ومشقَّةَ الصدقاتِ عليهم عند كلِّ مناجاةٍ؛ سهَّل الأمر عليهم، ولم يؤاخِذْهم بترك الصدقة بين يدي المناجاة، وبقي التعظيم للرسول والاحترام بحاله لم يُنْسَخْ؛ لأنَّ هذا [الحكمَ] من باب المشروع لغيره، ليس مقصوداً لنفسه، وإنَّما المقصود هو الأدب مع الرسول والإكرام له، وأمرهم تعالى أن يقوموا بالمأمورات الكبارِ المقصودةِ بنفسها، فقال: {فإذْ لم تَفْعَلوا}؛ أي: لم يهنْ عليكم تقديم الصدقةِ، ولا يكفي هذا؛ فإنَّه ليس من شرط الأمر أن يكون هيناً على العبد، ولهذا قيَّده بقوله: {وتاب الله عليكم}؛ أي: عفا لكم عن ذلك، {فأقيموا الصلاة}: بأركانها وشروطها وجميع حدودها ولوازمها، {وآتوا الزَّكاةَ}: المفروضة في أموالكم إلى مستحقِّيها. وهاتان العبادتان هما أمُّ العبادات البدنيَّة والماليَّة؛ فمن قام بهما على الوجه الشرعيِّ؛ فقد قام بحقوق الله وحقوق عباده، ولهذا قال بعده: {وأطيعوا اللهَ ورسولَه}: وهذا أشملُ ما يكون من الأوامر، فيدخُلُ في ذلك طاعة الله وطاعة رسوله بامتثال أوامرِهما واجتنابِ نواهيهما وتصديق ما أخبرا به والوقوفِ عند حدودِ الشرع ، والعبرةُ في ذلك على الإخلاص والإحسان؛ فلهذا قال: {والله خبيرٌ بما تعملون}: فيعلم تعالى أعمالهم، وعلى أيِّ وجه صَدَرَتْ، فيجازيهم على حسب علمه بما في صدورهم.
(13) Selanjutnya, ketika Allah سبحانه وتعالى melihat adanya rasa berat hati kaum Mukminin dan kesulitan bagi mereka untuk memberi sedekah pada setiap kali mengadakan pembicaraan rahasia dengan Rasulullah a, maka Allah سبحانه وتعالى mempermudah hal itu bagi mereka dengan tidak memberi hukuman bagi yang tidak memberi sedekah ketika mengadakan pembicaraan rahasia di hadapan Rasulullah a, namun menghormati dan mengagungkan Rasulullah a tetap seperti sedia kala, tidak dihapus hukumnya, karena hukum ini adalah sebagai pemberlakuan pada pemimpin lain setelah beliau a, bukan hanya untuk Rasulullah a saja. Yang dimaksudkan ada-lah bersopan santun di hadapan Rasulullah a serta menghormati beliau. Allah سبحانه وتعالى memerintahkan mereka untuk menunaikan bebe-rapa perintah besar yang dimaksudkan seraya berfirman, ﴾ فَإِذۡ لَمۡ تَفۡعَلُواْ ﴿ "Jika kamu tiada memperbuatnya," maksudnya, tidak ringan bagi kalian untuk memberikan sedekah, hal ini tidak cukup, karena perintah memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan rahasia dengan Rasulullah a tidak disyaratkan harus ringan beban-nya bagi setiap hamba, karena itulah Allah سبحانه وتعالى membatasi perintah tersebut dengan FirmanNya, ﴾ وَتَابَ ٱللَّهُ عَلَيۡكُمۡ ﴿ "Dan Allah telah memberi taubat kepadamu," maksudnya, memaafkan kalian dari perintah tersebut, ﴾ فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ ﴿ "maka dirikanlah shalat," dengan rukun, syarat, serta seluruh batasan dan kewajibannya, ﴾ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ ﴿ "dan tunaikan-lah zakat," yang diwajibkan dalam harta kalian untuk diberikan pada yang berhak. Kedua ibadah tersebut merupakan pokok ibadah jasmaniah dan ibadah harta. Siapa pun yang menunaikan keduanya secara sah menurut syariat, maka telah menunaikan hak-hak Allah سبحانه وتعالى dan hak-hak sesama manusia, karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman setelahnya, ﴾ وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥۚ ﴿ "Dan taatlah kepada Allah dan RasulNya," ini adalah perintah paling menyeluruh yang mencakup perintah untuk menaati Allah dan RasulNya dengan menunaikan semua perintah keduanya dan menjauhi larangan keduanya serta mem-benarkan berita yang disampaikan Rasulullah a dan berhenti pada batasan-batasan syariat. Patokan dalam menunaikan perintah-perintah syariat adalah keikhlasan dan keihsanan. Karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَٱللَّهُ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Allah سبحانه وتعالى mengetahui seluruh perbuatan kalian. Perbuatan yang bagaimana pun juga pasti akan dibalas sesuai dengan apa yang terjadi, dan Allah سبحانه وتعالى akan membalasnya sesuai dengan apa yang ada di dalam hati manusia.
Ayah: 14 - 19 #
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مَا هُمْ مِنْكُمْ وَلَا مِنْهُمْ وَيَحْلِفُونَ عَلَى الْكَذِبِ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (14) أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (15) اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ (16) لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (17) يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيَحْلِفُونَ لَهُ كَمَا يَحْلِفُونَ لَكُمْ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُونَ (18) اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ (19)}.
"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan. Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikitpun (untuk menolong) mereka dari azab Allah. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibang-kitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepadaNya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepada-mu; dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta. Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi." (Al-Mujadilah: 14-19).
#
{14 ـ 15} يخبر تعالى عن شناعة حال المنافقين، الذين يَتَوَلَّوْنَ الكافرين من اليهود والنصارى وغيرهم ممَّن غَضِبَ الله عليهم ونالوا من لعنةِ الله أوفى نصيبٍ، وأنَّهم ليسوا من المؤمنين ولا من الكافرين: {مُذَبْذَبين بين ذلك لا إلى هؤلاءِ ولا إلى هؤلاءِ}: فليسوا مؤمنين ظاهراً وباطناً؛ لأنَّ باطنهم مع الكفار، ولا مع الكفار ظاهراً وباطناً؛ لأنَّ ظاهرهم مع المؤمنين، وهذا وصفهم الذي نعتهم الله به، والحالُ أنَّهم يحلفون على ضدِّه الذي هو الكذب، فيحلفون أنَّهم مؤمنون، والحال أنَّهم ليسوا مؤمنين، فجزاءُ هؤلاء الخونة الفجرة الكَذَبة أنَّ الله أعدَّ لهم عذاباً شديداً لا يقادَرُ قدرُه ولا يُعْلَم وصفُه؛ {إنَّهم ساء ما كانوا يعملون}: حيث عملوا بما يُسْخِطُ الله ويوجِبُ عليهم العقوبة واللعنة.
(14-15) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan tentang kejinya kondisi orang-orang munafik. Mereka adalah orang-orang yang menjadi-kan orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nasrani serta lainnya yang dimurkai Allah سبحانه وتعالى sebagai pemimpin, padahal mereka itu mendapatkan laknat Allah سبحانه وتعالى secara sempurna; mereka bukan orang yang beriman dan bukan pula orang kafir, ﴾ مُّذَبۡذَبِينَ بَيۡنَ ذَٰلِكَ لَآ إِلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ وَلَآ إِلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِۚ ﴿ "Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman dan kafir); tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir)." (An-Nisa`: 143). Mereka bukan orang Mukmin lahir batin, karena secara lahir mereka bersama orang-orang Mukmin, itulah sifat mereka yang disebutkan Allah سبحانه وتعالى, padahal sebenarnya mereka bersumpah atas kebalikannya, yaitu mendustakan. Mereka bersumpah sebagai orang Mukmin padahal sebenarnya mereka bukan orang Mukmin. Karena itu, balasan orang-orang pengkhianat, keji dan pendusta itu adalah siksa keras yang telah disediakan Allah سبحانه وتعالى untuk mereka yang ukuran dan sifatnya tidak diketahui (oleh manusia). ﴾ إِنَّهُمۡ سَآءَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ﴿ "Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan," karena mereka melakukan perbuatan yang mengundang murka Allah سبحانه وتعالى dan mewajibkan mereka mendapatkan siksa dan laknat.
#
{16} {اتَّخذوا أيمانَهم جُنَّةً}؛ أي: ترساً ووقايةً يتَّقون بها من لوم الله ورسوله والمؤمنين، فبسبب ذلك صدُّوا أنفسهم وغيرهم عن سبيل الله، وهو الصراط الذي مَن سَلَكَه؛ أفضى به إلى جنات النعيم، ومن صدَّ عنه؛ فليس إلاَّ الصراط الموصل إلى الجحيم، {فلهم عذابٌ مهينٌ}: حيث استَكْبَروا عن الإيمان بالله والانقياد لآياته؛ أهانهم بالعذاب السرمديِّ الذي لا يُفَتَّر عنهم ساعةً ولا هم يُنْظَرونَ.
(16) ﴾ ٱتَّخَذُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ جُنَّةٗ ﴿ "Mereka menjadikan sumpah-sumpah me-reka sebagai perisai," yakni, sebagai pelindung dan penghalang yang mereka jadikan penghalang dari cercaan Allah سبحانه وتعالى, Rasulullah a, dan kaum Mukminin. Dan karena hal itu, mereka justru mencegah diri mereka sendiri dan orang lain dari jalan Allah سبحانه وتعالى, yaitu jalan yang ditempuh oleh orang yang menggiring mereka menuju surga yang penuh kenikmatan, ﴾ فَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّهِينٞ ﴿ "karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan," karena mereka bersikap sombong untuk beriman kepada Allah سبحانه وتعالى dan tunduk pada tanda-tanda kebesaran-Nya, maka Allah سبحانه وتعالى menghinakan mereka dengan azab abadi yang tidak diredakan barang sebentar sekalipun dan tidaklah mereka diberi tangguh.
#
{17} {لن تُغْنِيَ عنهم أموالُهم ولا أولادُهم من الله شيئاً}؛ أي: لا تَدْفَعُ عنهم شيئاً من العذاب، ولا تحصِّلُ لهم قسطاً من الثواب، {أولئك أصحابُ النار}: الملازمون لها، الذين لا يخرُجون عنها، و {هم فيها خالدون}.
(17) ﴾ لَّن تُغۡنِيَ عَنۡهُمۡ أَمۡوَٰلُهُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُهُم مِّنَ ٱللَّهِ شَيۡـًٔاۚ ﴿ "Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikitpun (untuk menolong) mereka dari azab Allah." Maksudnya, tidak bisa menangkal sedikit pun siksaan terhadap mereka dan tidak bisa memberikan mereka pahala sedikit pun. ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ ﴿ "Mereka itulah penghuni neraka," yang kekal di dalamnya dan tidak akan keluar. ﴾ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿ "Mereka kekal di da-lamnya."
#
{18} ومن عاش على شيءٍ؛ مات عليه؛ فكما أنَّ المنافقين في الدُّنيا يموِّهون على المؤمنين ويحلفون لهم أنَّهم مؤمنون، فإذا كان يوم القيامةِ وبعثَهُم الله جميعاً؛ حلفوا لله كما حلفوا للمؤمنين، ويحسبون في حلفهم هذا {أنَّهم على شيءٍ}: لأنَّ كفرهم ونفاقهم وعقائدهم الباطلة لم تَزَلْ تَرْسخُ في أذهانهم شيئاً فشيئاً، حتى غرَّتهم وظنُّوا أنَّهم على شيءٍ يعتدُّ به ويعلَّقُ عليه الثواب، وهم كاذبون في ذلك، ومن المعلوم أن الكذِبَ لا يروجُ على عالم الغيب والشهادة.
(18) Siapa pun yang hidup di atas sesuatu, ia akan mening-gal dunia di atas sesuatu itu. Karena ketika di dunia orang-orang munafik menipu kaum Mukminin dengan bersumpah bahwa me-reka adalah orang-orang Mukmin, maka pada Hari Kiamat Allah سبحانه وتعالى membangkitkan mereka semua, dan orang-orang munafik pun bersumpah seperti yang mereka lakukan (di dunia) kepada orang-orang Mukmin. Mereka mengira dengan sumpah itu ﴾ أَنَّهُمۡ عَلَىٰ شَيۡءٍۚ ﴿ "mereka akan memperoleh suatu (manfaat)." Karena kekufuran, kemu-nafikan, dan keyakinan-keyakinan batil mereka itu menancap di benak mereka sedikit demi sedikit sehingga mereka pun tertipu dan mengira bahwa mereka akan memperoleh suatu manfaat dan pahala. Mereka berdusta dalam hal itu dan sebagaimana diketahui bahwa dusta itu tidak berlaku bagi Allah سبحانه وتعالى Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata.
#
{19} وهذا الذي جرى عليهم من استحواذِ الشيطان الذي استولى عليهم وزَيَّنَ لهم أعمالهم وأنساهم ذِكْرَ الله، وهو العدوُّ المبينُ الذي لا يريدُ بهم إلاَّ الشرَّ، إنَّما يدعو حِزْبَه ليكونوا من أصحاب السعير، {أولئك حزبُ الشيطان ألا إنَّ حزبَ الشيطانِ هم الخاسرون}: الذين خسروا دينَهم ودُنياهم وأنْفُسَهم وأهليهم.
(19) Inilah yang berlaku pada orang-orang munafik, mereka dikuasai oleh setan. Setan menghiasi perbuatan-perbuatan mereka dan membuat mereka lalai dari berdzikir (mengingat dan menye-but) Allah. Setan adalah musuh nyata yang hanya menginginkan keburukan bagi mereka, dan setan menyeru golongannya agar me-reka menjadi penghuni neraka. ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱلشَّيۡطَٰنِ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ ﴿ "Mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi." Mereka rugi dari segi agama, dunia, diri, dan keluarga.
Ayah: 20 - 21 #
{إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ فِي الْأَذَلِّينَ (20) كَتَبَ اللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ (21)}.
"Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan, 'Aku dan rasul-rasulKu pasti menang.' Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa." (Al-Mujadilah: 20-21).
#
{20 ـ 21} هذا وعدٌ ووعيدٌ، وعيدٌ لمن حادَّ الله ورسوله بالكفر والمعاصي أنَّه مخذولٌ مذلولٌ لا عاقبةَ له حميدةٌ، ولا رايةَ له منصورةٌ، ووعدٌ لمن آمن به وبرسله واتَّبع ما جاء به المرسلون فصار من حزبِ الله المفلحين أنَّ لهم الفتحَ والنصرَ والغلبةَ في الدُّنيا والآخرة، وهذا وعدٌ لا يُخْلَفُ ولا يغيَّر؛ فإنَّه من الصادق القويِّ العزيز الذي لا يعجِزُه شيءٌ يريده.
(20-21) Ini adalah janji dan sekaligus ancaman. Ancaman bagi siapa saja yang menentang Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya dengan kekufuran dan berbagai kemaksiatan. Ia akan mendapatkan keren-dahan dan kehinaan, dan tidak ada kesudahan baik baginya, serta tidak memperoleh kemenangan. Janji bagi siapa pun yang beriman kepada Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya serta mengikuti ajaran yang dibawa oleh para rasul. Ia menjadi bagian dari tentara Allah سبحانه وتعالى yang men-dapatkan keberuntungan. Ia akan mendapatkan kemenangan dan pertolongan di dunia dan akhirat. Ini adalah janji yang tidak akan dipungkiri dan dirubah. Karena janji ini berasal dari Allah Yang Mahabenar, Kuat, Perkasa, yang kehendakNya tidak bisa dikalah-kan oleh apa pun.
Ayah: 22 #
{لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (22)}.
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dengan perto-longan yang datang dariNya. Dan dimasukkanNya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung." (Al-Mujadilah: 22).
#
{22} يقول تعالى: {لا تَجِدُ قوماً يؤمنون بالله واليوم الآخرِ يوادُّونَ من حادَّ الله ورسولَه}؛ أي: لا يجتمع هذا وهذا، فلا يكون العبدُ مؤمناً بالله واليوم الآخر حقيقةً إلاَّ كان عاملاً على مقتضى إيمانه ولوازمه من محبَّةِ مَنْ قام بالإيمان وموالاته وبُغْضِ مَنْ لم يَقُمْ به ومعاداتِهِ، ولو كان أقربَ الناس إليه، وهذا هو الإيمان على الحقيقة، الذي وجدت ثمرته والمقصود منه، وأهل هذا الوصف هم الذين {كَتَبَ} الله {في قلوبهم الإيمان}؛ أي: رسمه وثبَّته وغرسه غرساً لا يتزلزلُ ولا تؤثِّر فيه الشُّبه والشُّكوك، وهم الذين قواهم الله {بروح منه}؛ أي: بوحيه ومعونته ومدده الإلهي وإحسانه الرباني وهم الذين لهم الحياة الطيبة في هذه الدار، ولهم جناتُ النعيم في دار القرار، التي فيها كلُّ ما تشتهيه الأنفس وتلذُّ الأعين وتختارُ، ولهم أفضل النعيم وأكبره ، وهو أنَّ اللهَ يُحِلُّ عليهم رضوانَه؛ فلا يسخطُ عليهم أبداً، ويرضَوْن عن ربِّهم بما يعطيهم من أنواع الكرامات ووافر المَثوبات وجزيل الهِبات ورفيع الدَّرجات؛ بحيث لا يَرَوْنَ فوق ما أعطاهم مولاهم غايةً ولا وراءه نهايةً، وأما مَنْ يزعُمُ أنَّه يؤمن بالله واليوم الآخر، وهو مع ذلك موادٌّ لأعداء الله محبٌّ لمن نَبَذَ الإيمان وراء ظهرِهِ؛ فإنَّ هذا إيمانٌ زعميٌّ لا حقيقة له؛ فإنَّ كلَّ أمرٍ لا بدَّ له من برهانٍ يصدِّقه؛ فمجرَّدُ الدعوى لا تفيدُ شيئاً ولا يصدَّقُ صاحبها. والحمد لله.
(22) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ لَّا تَجِدُ قَوۡمٗا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ ﴿ "Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya," maksudnya, tidaklah menyatu antara orang yang beriman kepada Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya dengan orang yang menentang Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya. Tidaklah seorang hamba beriman kepada Allah سبحانه وتعالى dan Hari Akhir dengan sebenarnya melainkan pasti melaksanakan tuntutan dan keharusan iman yaitu mencintai dan loyal terhadap orang yang beriman dan membenci orang yang tidak beriman dan yang memusuhinya meski terhadap orang yang dekat sekalipun. Inilah iman yang sebenarnya yang bermanfaat dan yang dimaksudkan. Orang yang memiliki sifat tersebut adalah ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ ﴿ "orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka." Artinya, keimanan telah ditetapkan, dikokohkan, dan ditanamkan dalam diri mereka secara kuat, yang tidak bisa ter-goncang dan terpengaruh oleh berbagai syubhat dan keraguan. Mereka adalah orang-orang yang dikuatkan oleh Allah سبحانه وتعالى,﴾ بِرُوحٖ مِّنۡهُۖ ﴿ "dengan pertolongan yang datang dariNya," yakni dari wahyu, pertolongan, dan bantuan ilahi, serta kebaikan rabbani dan mereka itulah orang-orang yang memiliki kehidupan baik di akhirat. Me-reka mendapatkan surga penuh kenikmatan di tempat keabadian. Di dalamnya terdapat semua hal yang diinginkan jiwa dan dinik-mati serta dipilih oleh mata. Mereka mendapatkan kenikmatan terbesar dan terbaik, yaitu Allah سبحانه وتعالى menghalalkan keridhaanNya bagi mereka. Allah سبحانه وتعالى tidak akan murka pada mereka selamanya. Mereka ridha terhadap Rabb mereka atas berbagai macam kemu-liaan, pemberian, dan derajat tinggi yang diberikan pada mereka, karena mereka tidak melihat adanya batas di atas pemberian Allah سبحانه وتعالى itu dan tidak pula melihat adanya akhiran di bawah pemberian itu. Adapun orang yang mengira bahwa dirinya beriman kepada Allah سبحانه وتعالى dan Hari Akhir, namun di samping beriman ia juga men-cintai musuh-musuh Allah سبحانه وتعالى dan menyukai orang-orang yang membuang keimanan di balik punggungnya, maka keimanannya hanyalah semu, yang tidak ada hakikatnya. Karena setiap hal harus memiliki bukti penguat. Anggapan saja tidak berguna dan orangnya tidak bisa dibenarkan. Segala puji bagi Allah سبحانه وتعالى semata.[113]