Ayah:
TAFSIR SURAT AL-HUJURAT ( Kamar-kamar )
TAFSIR SURAT AL-HUJURAT ( Kamar-kamar )
Madaniyyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
Ayah: 1 - 3 #
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (1) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (2) إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ (3)}
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahu-lui Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesung-guhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terha-dap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertak-wa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar." (Al-Hujurat: 1-3).
Ayat ini mencakup etika terhadap Allah سبحانه وتعالى dan terhadap Rasulullah a serta mengagungkan, menghormati, dan memulia-kannya. Allah سبحانه وتعالى memerintahkan hamba-hambaNya yang beriman sesuai dengan tuntutan keimanan terhadap Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya dengan menjalankan semua perintahNya dan menjauhi larangan-Nya serta harus berjalan di belakang perintah-perintah Allah سبحانه وتعالى dan mengikuti sunnah Rasulullah a dalam semua hal, agar tidak mendahului Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya, tidak mengatakan sesuatu pun hingga Allah سبحانه وتعالى dan Rasulullah a menyatakan, dan tidak me-merintah apa pun hingga Allah سبحانه وتعالى dan Rasulullah a memerintah. Inilah hakikat etika wajib terhadap Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya dan itulah alamat kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba. Jika etika tersebut tidak dimiliki oleh seorang hamba, maka dia tidak akan mendapatkan kebahagiaan abadi dan kenikmatan kekal. Da-lam hal ini terdapat larangan keras untuk mendahului perkataan Rasulullah a sebelum beliau mengucapkan. Manakala Sunnah Rasulullah a telah jelas, maka ia wajib diikuti dan harus didahulu-kan atas yang lainnya, tidak peduli siapa pun orangnya.
#
{1} ثم أمر الله بتقواه عموماً، وهي كما قال طَلْق بن حبيب: أن تعملَ بطاعة الله على نور من الله ترجو ثواب الله، وأن تترك معصية الله على نور من الله تخشى عقاب الله. وقوله: {إنَّ الله سميعٌ}؛ أي: لجميع الأصوات، في جميع الأوقات، في خفيِّ المواضع والجهات، {عليمٌ}: بالظواهر والبواطن، والسوابق واللواحق، والواجبات والمستحيلات والجائزات. وفي ذكر الاسمين الكريمين بعد النهيِ عن التقدّم بين يدي الله ورسوله والأمر بتقواه حثٌّ على امتثال تلك الأوامر الحسنة والآداب المستحسنة وترهيبٌ عن ضدِّه.
(1) Allah تعالى memerintahkan untuk takwa secara umum, yaitu sebagaimana yang dikatakan oleh Thalq bin Habib yang berkata, "Takwa itu adalah bahwa Anda mengerjakan ketaatan kepada Allah di atas dasar cahaya dari Allah di mana Anda hanya berharap pahala balasan Allah, dan bahwa Anda meninggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah di mana Anda takut kepada azabNya. Dan Firman Allah ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ ﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Men-dengar ," yakni, semua jenis suara dan dalam semua waktu sekali-pun dalam tempat dan arah yang sama. ﴾ عَلِيمٞ ﴿ "lagi Maha Mengeta-hui," yakni apa-apa yang zahir dan apa-apa yang bersifat batin, yang telah berlalu maupun yang akan datang, yang wajib secara aqli dan juga yang mustahil dan mubah secara aqli. Dalam penyebutan dua nama Allah yang mulia ini setelah didahului dengan larangan mendahului Allah dan RasulNya, kemudian perintah untuk bertakwa kepadaNya, Allah mendorong untuk melaksanakan perintah-perintah yang baik tersebut dan juga adab-adab yang bagus, serta ancaman dari lawannya.
#
{2} ثم قال تعالى: {يا أيُّها الذين آمنوا لا ترفعوا أصواتَكُم فوقَ صوتِ النبيِّ ولا تَجْهَروا له بالقولِ}: وهذا أدب مع الرسول - صلى الله عليه وسلم - في خطابه؛ أي: لا يرفع المخاطِبُ له صوتَهُ معه فوق صوتِهِ، ولا يجهرْ له بالقول، بل يغضُّ الصوتَ ويخاطبُه بأدبٍ ولينٍ وتعظيم وتكريم وإجلال وإعظام، ولا يكون الرسول كأحدهم، بل يميِّزونه في خطابهم كما تميَّز عن غيرِه في وجوبِ حقِّه على الأمَّة، ووجوب الإيمان به، والحبِّ الذي لا يتمُّ الإيمانُ إلا به؛ فإن في عدم القيام بذلك محذوراً وخشية أن يحبط عملُ العبد وهو لا يشعر؛ كما أن الأدب معه من أسباب حصول الثواب وقبول الأعمال.
(2) Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَرۡفَعُوٓاْ أَصۡوَٰتَكُمۡ فَوۡقَ صَوۡتِ ٱلنَّبِيِّ وَلَا تَجۡهَرُواْ لَهُۥ بِٱلۡقَوۡلِ ﴿ "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras." Ini adalah adab terhadap Rasu-lullah a ketika berbicara dengan beliau. Artinya, orang yang ber-bicara dengan Rasulullah a tidak boleh meninggikan suaranya melebihi suara Rasulullah a dan tidak boleh mengeraskan suara di hadapan Rasulullah a, ketika berbicara dengan Rasulullah a suara harus dilirihkan dengan sopan, lembut seraya mengagung-kan dan memuliakan, karena Rasulullah a bukan seperti salah seorang dari kalian, untuk itu bedakanlah ketika berbicara dengan-nya sebagaimana kalian membedakan hak-haknya terhadap umat-nya, kalian wajib mencintainya dengan kecintaan di mana keimanan tidak bisa sempurna tanpanya. Karena tanpa melaksanakan hal itu dikhawatirkan akan bisa menggugurkan amalan seorang hamba sedangkan dia tidak merasa, sebagaimana beretika terhadap Rasu-lullah a juga merupakan salah satu penyebab mendapatkan pahala dan diterimanya amal.
#
{3} ثم مدح من غضَّ صوته عند رسول الله - صلى الله عليه وسلم - بأنَّ الله امتحن قلوبَهم للتقوى؛ أي: ابتلاها واختبرها، فظهرت نتيجةُ ذلك بأن صَلَحَت قلوبهم للتقوى. ثم وَعَدَهم المغفرةَ لذنوبهم، المتضمِّنة لزوال الشرِّ والمكروه، وحصول الأجر العظيم، الذي لا يعلم وصفه إلاَّ الله تعالى، وفيه حصولُ كل محبوب. وفي هذا دليلٌ على أن الله يمتحنُ القلوبَ بالأمر والنهي والمحن؛ فمَن لازمَ أمر الله واتَّبع رضاه وسارعَ إلى ذلك وقدَّمه على هواه؛ تمحَّض وتمحَّص للتقوى، وصار قلبُه صالحاً لها، ومَن لم يكن كذلك؛ علم أنه لا يصلح للتقوى.
(3) Kemudian Allah سبحانه وتعالى memuji orang yang merendahkan suaranya di hadapan Rasulullah a bahwasanya Allah سبحانه وتعالى menye-butkan bahwa orang seperti ini hatinya tengah diuji untuk ketakwa-an sehingga hasilnya bisa terlihat dengan jelas, yaitu hati mereka menjadi layak untuk bertakwa. Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى menjanjikan ampunan bagi dosanya yang mencakup lenyapnya keburukan dan hal-hal yang tidak diinginkan serta bisa mendatangkan pahala besar yang sifatnya tidak diketahui kecuali hanya Allah سبحانه وتعالى semata, yang mencakup didapatkannya semua hal yang diinginkan. Di sini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa Allah سبحانه وتعالى meng-uji hati dengan perintah, larangan dan ujian. Siapa pun yang terus menunaikan perintah Allah سبحانه وتعالى, mencari ridhaNya, menyegerakan hal itu serta mendahulukannya di atas keinginannya, maka ia akan terpilih untuk diberi ketakwaan sehingga hatinya layak untuk ber-takwa, namun siapa pun yang tidak seperti itu, maka bisa diketahui bahwa orang itu tidak layak untuk bertakwa.
Ayah: 4 - 5 #
{إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (4) وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5)}
"Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti. Dan kalau sekira-nya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesung-guhnya itu adalah lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pe-ngampun lagi Maha Penyayang." (Al-Hujurat: 4-5).
#
{4} نزلت هذه الآيات الكريمة في ناس من الأعراب، الذين وصفهم الله بالجفاء، وأنهم أجدرُ أن لا يعلموا حدودَ ما أنزل الله على رسوله؛ قدموا وافدين على رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، فوجدوه في بيته وحجرات نسائِهِ، فلم يصبروا ويتأدَّبوا حتى يخرج، بل نادوه: يا محمد، يا محمد ؛ أي: اخرج إلينا. فذمَّهم الله بعدم العقل؛ حيث لم يعقلوا عن الله الأدب مع رسوله واحترامه؛ كما أن من العقل استعمال الأدب؛ فأدب العبد عنوان عقله، وأنَّ الله مريدٌ به الخير.
(4) Ayat-ayat mulia ini turun berkenaan dengan segolongan orang dari kalangan baduwi yang sifatnya disebutkan Allah سبحانه وتعالى se-bagai berwatak keras, mereka layak untuk tidak mengetahui ba-tasan-batasan yang diturunkan Allah سبحانه وتعالى kepada RasulNya. Suatu ketika mereka mendatangi Rasulullah a, mereka pun bertemu dengan Rasulullah a di dalam rumahnya dan di sana ada kamar-kamar istri-istri Rasulullah a, mereka tidak bersabar dan tidak sopan hingga Rasulullah a keluar menemui, bahkan mereka me-manggil dengan suara keras, "Hai Muhammad, hai Muhammad!"[98] Maksudnya, keluarlah dan temui kami. Allah سبحانه وتعالى mencela mereka sebagai orang-orang tidak berakal yang tidak mengerti etika sopan santun terhadap Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya serta tidak menghormati-nya, karena di antara tanda orang berakal adalah menggunakan etika bersopan santun, etika sopan santun seseorang adalah tanda bahwa orang itu berakal dan Allah سبحانه وتعالى menghendaki kebaikan padanya.
#
{5} ولهذا قال: {ولو أنَّهم صَبَروا حتى تخرُجَ إليهم لكان خيراً لهم والله غفورٌ رحيمٌ}؛ أي: غفورٌ لما صدر عن عباده من الذُّنوب والإخلال بالآداب، رحيمٌ بهم حيث لم يعاجلْهم بذنوبهم بالعقوبات والمَثُلات.
(5) Karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَلَوۡ أَنَّهُمۡ صَبَرُواْ حَتَّىٰ تَخۡرُجَ إِلَيۡهِمۡ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ﴿ "Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Yakni, Maha Pengampun atas segala dosa yang dilakukan hamba-hambaNya serta sikapnya yang tidak beradab, Maha Penyayang terhadap mereka karena tidak menyegerakan azab karena dosa-dosa yang mereka lakukan tersebut.
Ayah: 6 #
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (6)}.
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (Al-Hujurat: 6).
#
{6} وهذا أيضاً من الآداب التي على أولي الألباب التأدُّبُ بها واستعمالها، وهو أنه إذا أخبرهم فاسقٌ بنبأ؛ أي: خبرٍ: أن يتثبَّتوا في خبره، ولا يأخذوه مجرداً؛ فإن في ذلك خطراً كبيراً ووقوعاً في الإثم؛ فإنَّ خبره إذا جُعل بمنزلة خبر الصادق العدل؛ حكم بموجب ذلك ومقتضاه، فحصل من تلف النفوس والأموال بغير حقٍّ بسبب ذلك الخبر ما يكون سبباً للندامة، بل الواجبُ عند خبر الفاسق التثبُّت والتبيُّن؛ فإن دلَّت الدلائل والقرائن على صدقه؛ عُمِلَ به وصُدِّق، وإن دلت على كذبه؛ كذِّب ولم يعمل به؛ ففيه دليل على أن خبر الصادق مقبول، وخبر الكاذب مردود، وخبر الفاسق متوقَّف فيه ، ولهذا كان السلف يقبلون روايات كثير من الخوارج المعروفين بالصدق، ولو كانوا فساقاً.
(6) Ini juga merupakan adab dan sopan santun yang harus diteladani dan dilakukan oleh orang-orang yang berakal, yaitu ketika ada orang fasik membawa suatu berita, hendaklah berita itu dicek dan tidak diterima begitu saja, karena hal itu bisa menimbul-kan bahaya yang besar serta menjerumuskan dalam lembah dosa. Karena berita yang dibawa orang fasik itu jika disamakan dengan berita yang dibawa orang terpercaya dan lurus serta hukumnya dilakukan berdasarkan berita tersebut, maka hal itu akan memba-hayakan jiwa dan harta tanpa haknya disebabkan oleh berita itu yang menimbulkan penyesalan. Yang harus dilakukan ketika ada berita yang dibawa orang fasik adalah dicek dan diperjelas, jika terdapat berbagai bukti serta indikasi atas kebenaran berita itu, maka diamalkan dan dipercayai, namun jika berbagai bukti serta indikasi menunjukkan kebohongan berita itu, maka tidak boleh dilaksanakan dan harus didustakan. Di sini juga terdapat dalil yang menunjukkan bahwa berita orang jujur itu bisa diterima, berita pendusta ditolak, sedangkan berita orang fasik harus ditahan terlebih dahulu sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Karena itulah banyak ulama salaf yang menerima riwayat orang-orang Khawarij yang dikenal sebagai orang-orang jujur meski mereka adalah orang-orang fasik.
Ayah: 7 - 8 #
{وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8)}
"Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan, benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Itu adalah sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijak-sana." (Al-Hujurat: 7-8).
#
{7} أي: وليكن لديكم معلومًا أنَّ {رسول الله} - صلى الله عليه وسلم - بين أظهُرِكم، وهو الرسولُ الكريم البارُّ الراشدُ، الذي يريد بكم الخير، وينصح لكم، وتريدون لأنفسكم من الشرِّ والمضرَّة ما لا يوافقكم الرسولُ عليه، و {لو يطيعكم في كثيرٍ من الأمر} لشقَّ عليكم وأعنتكم، ولكن الرسول يرشدكُم، والله تعالى يحبِّب إليكم {الإيمان} ويزيِّنه {في قلوبكم} بما أودع في قلوبكم من محبة الحقِّ وإيثاره، وبما نصب على الحقِّ من الشواهد والأدلَّة الدالَّة على صحَّته وقبول القلوب والفِطَر له، وبما يفعله تعالى بكم من توفيقه للإنابة إليه، ويكرِّه {إليكم الكفر والفسوق}؛ أي: الذنوبَ الكبار. {والعصيان}؛ أي: الذنوبَ الصغار؛ بما أودع في قلوبكم من كراهة الشرِّ وعدم إرادة فعله، وبما نَصَبَه من الأدلَّة والشواهد على فسادِه ومضرَّته وعدم قبول الفطر له، وبما يجعل الله في القلوب من الكراهة له. {أولئك}؛ أي: الذين زيَّن الله الإيمان في قلوبهم وحبَّبه إليهم، وكرَّه إليهم الكفر والفسوق والعصيان {هم الراشدونَ}؛ أي: الذين صلحت علومُهم وأعمالُهم، واستقاموا على الدين القويم والصراط المستقيم، وضدُّهم الغاوون الذين حُبِّب إليهم الكفر والفسوق والعصيان، وكُرِّه إليهم الإيمان، والذنب ذنبُهم؛ فإنهم لما فسقوا؛ طبعَ اللهُ على قلوبهم، ولما زاغوا؛ أزاغ اللهُ قلوبهم، ولما لم يؤمنوا بالحق لمَّا جاءهم أولَ مرة؛ قلب الله أفئدتهم.
(7) Artinya, hendaklah kalian mengetahui bahwa ﴾ رَسُولَ ٱللَّهِۚ ﴿ "Rasulullah," ada di tengah-tengah kalian, dialah Rasul mulia, lagi baik dan berakal yang menginginkan kebaikan pada kalian, me-nasihati kalian, di mana kalian menginginkan keburukan serta kejelekan terhadap diri kalian sendiri, namun hal itu tidak sesuai dengan yang dikehendaki Rasulullah a. ﴾ لَوۡ يُطِيعُكُمۡ فِي كَثِيرٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ ﴿ "Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan," tentu akan terasa berat dan membebani kalian, tapi Rasulullah a menunjukkan kalian dan Allah سبحانه وتعالى menjadikan kalian cinta kepada ﴾ ٱلۡإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِي قُلُوبِكُمۡ ﴿ "keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu," karena rasa cinta terhadap kebenaran serta lebih mengedepankan kebenaran yang tertanam dalam benak kalian serta tegaknya hati di atas ke-benaran dengan berbagai saksi dan dalil yang menunjukkan kebe-narannya serta diterimanya oleh hati dan fitrah serta pertolongan yang diberikan Allah سبحانه وتعالى kepada kalian agar kalian kembali kepa-daNya. Allah سبحانه وتعالى (sebaliknya) menjadikan ﴾ إِلَيۡكُمُ ٱلۡكُفۡرَ وَٱلۡفُسُوقَ ﴿ "kamu benci kepada kekafiran dan kefasikan," yaitu dosa-dosa besar, ﴾ وَٱلۡعِصۡيَانَۚ ﴿ "dan kedurhakaan," yaitu dosa-dosa kecil karena rasa benci terhadap keburukan yang ditanamkan Allah سبحانه وتعالى dalam hati kalian, kalian tidak ingin untuk melakukannya serta berbagai dalil dan saksi yang ditegakkan oleh Allah سبحانه وتعالى yang menunjukkan rusak dan berbahaya-nya hal itu serta tidak sesuai dan tidak bisa diterima oleh fitrah, serta karena Allah سبحانه وتعالى menanamkan kebencian pada hati kalian untuk tidak menyukai hal itu. ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ﴿ "Mereka itulah," orang-orang yang hatinya dihiasi oleh Allah سبحانه وتعالى dengan keimanan dan Allah سبحانه وتعالى menjadikan keimanan itu dicintai oleh mereka dan menjadikan mereka membenci keku-furan, kefasikan, dan kedurhakaan, ﴾ هُمُ ٱلرَّٰشِدُونَ ﴿ "orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus," yakni orang-orang yang ilmu dan amal-nya baik, tegak di atas Agama dan jalan yang lurus. Kebalikan dari mereka adalah orang-orang sesat yang di dalam hatinya diberi rasa senang terhadap kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan serta benci terhadap keimanan. Dosa yang me-reka lakukan itu adalah dosa mereka sendiri, sebab ketika mereka berbuat kefasikan, maka kefasikan itu dibentuk oleh Allah سبحانه وتعالى dalam hati mereka, ketika mereka sesat, maka Allah سبحانه وتعالى menyesatkan hati mereka, dan karena mereka tidak beriman pada kebenaran yang datang pada mereka pada pertama kalinya, maka Allah سبحانه وتعالى mem-balikkan hati mereka.
#
{8} وقوله: {فضلاً من اللهِ ونعمةً}؛ أي: ذلك الخير الذي حصل لهم هو بفضل الله عليهم وإحسانِهِ، لا بحولهم وقوَّتهم. {واللهُ عليمٌ حكيمٌ}؛ أي: عليمٌ بمن يشكر النعمة فيوفِّقه لها ممَّن لا يشكرها ولا تليقُ به، فيضع فضلَه حيث تقتضيه حكمتُه.
(8) Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ وَنِعۡمَةٗۚ ﴿ "Itu adalah sebagai karu-nia dan nikmat dari Allah." Artinya, kebaikan yang mereka dapatkan itu merupakan karunia dan kebaikan Allah سبحانه وتعالى kepada mereka, bukan karena usaha dan kekuatan mereka. ﴾ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٞ ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana," yakni, Maha Mengetahui orang yang bersyukur atas nikmatNya sehingga akan diberi pertolongan untuk mendapatkannya, ber-beda dengan orang yang tidak bersyukur sehingga kenikmatan itu tidak layak untuknya sehingga karunia Allah سبحانه وتعالى pun lenyap sesuai dengan kebijaksanaan Allah سبحانه وتعالى.
Ayah: 9 - 10 #
{وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (9) إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10)}
"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang Mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (Al-Hujurat: 9-10).
#
{9} هذا متضمِّنٌ لنهي المؤمنين عن أن يبغيَ بعضُهم على بعض ويقتلَ بعضُهم بعضاً، وأنه إذا اقتتلتْ طائفتان من المؤمنين؛ فإن على غيرهم من المؤمنين أن يتلافَوْا هذا الشرَّ الكبير بالإصلاح بينهم والتوسُّط على أكمل وجه يقع به الصلحُ ويسلكوا الطرق الموصلة إلى ذلك؛ فإن صلحتا؛ فبها ونعمت. {فإن بغتْ إحداهُما على الأخْرى فقاتِلوا التى تبغي حتى تفيءَ إلى أمرِ اللهِ}؛ أي: ترجع إلى ما حدَّ الله ورسولُه من فعل الخير وترك الشرِّ الذي من أعظمه الاقتتال. وقولُه: {فإن فاءتْ فأصْلِحوا بينَهما بالعَدْلِ}: هذا أمرٌ بالصُّلح وبالعدل في الصلح؛ فإنَّ الصُّلح قد يوجد، ولكن لا يكون بالعدل، بل بالظُّلم والحيف على أحد الخصمين؛ فهذا ليس هو الصُّلح المأمورُ به، فيجب أن لا يراعَى أحدهما لقرابةٍ أو وطنٍ أو غير ذلك من المقاصد والأغراض، التي توجب العدول عن العدل. {إنَّ اللهَ يحبُّ المُقْسِطينَ}؛ أي: العادلين في حكمهم بين الناس، وفي جميع الولايات التي تولوها، حتى إنه قد يدخل في ذلك عدلُ الرجل في أهله وعيالِه في أداء حقوقهم، وفي الحديث الصحيح: «المقسِطون عند الله على منابرَ من نورٍ؛ الذين يعدِلون في حكمِهم وأهليهم وما ولوا».
(9) Ini mengandung larangan bagi orang-orang yang ber-iman untuk saling menzhalimi satu sama lain dan untuk saling menyerang satu sama lain. Jika ada dua kubu dari orang-orang beriman yang saling berperang, maka diwajibkan atas orang-orang beriman lainnya untuk melenyapkan keburukan besar ini dengan cara didamaikan serta ditengahi secara baik sehingga perdamaian bisa terwujud dan agar mereka yang saling berperang bisa menem-puh jalan yang menggiring pada perdamaian. Jika keduanya ber-damai, maka itulah yang terbaik, namun ﴾ فَإِنۢ بَغَتۡ إِحۡدَىٰهُمَا عَلَى ٱلۡأُخۡرَىٰ فَقَٰتِلُواْ ٱلَّتِي تَبۡغِي حَتَّىٰ تَفِيٓءَ إِلَىٰٓ أَمۡرِ ٱللَّهِۚ ﴿ "jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah." Maksudnya, kembali pada ketentuan Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya de-ngan mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan di mana yang terbesar adalah perang. Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ فَإِن فَآءَتۡ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَهُمَا بِٱلۡعَدۡلِ ﴿ "Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya de-ngan adil." Ini adalah perintah untuk berdamai serta bersikap adil dalam perdamaian, sebab bisa saja perdamaian dibuat namun tidak adil, tapi dibuat secara zhalim untuk salah satu dari kedua belah pihak yang bertikai; ini bukan perdamaian yang diperin-tahkan. Untuk itu salah satu dari kedua belah pihak yang bertikai tidak boleh memperhatikan faktor kekeluargaan, etnis atau kepen-tingan-kepentingan lain yang akan menyebabkan kedua belah pihak melenceng dari keadilan. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ ﴿ "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil," yakni, bersikap adil dalam memutuskan perkara di antara sesama dan di seluruh kekuasaan yang dipegang bahkan bisa dimasukkan juga dalam pengertian adilnya seseorang terhadap keluarga dan orang-orang yang menjadi tanggungannya serta adil dalam menunaikan kewa-jiban-kewajibannya. Disebutkan dalam hadits shahih, اَلْمُقْسِطُوْنَ عِنْدَ اللّٰهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُوْرٍ، الَّذِيْنَ يَعْدِلُوْنَ فِيْ حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيْهِمْ وَمَا وَلُوْا. "Orang-orang yang berbuat adil di sisi Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, yaitu orang-orang yang adil dalam hukum dan ke-luarga, serta apa-apa yang dipimpinnya."[99]
#
{10} {إنَّما المؤمنونَ إخوةٌ}: هذا عقدٌ عقدَه الله بين المؤمنين؛ أنَّه إذا وجد من أيِّ شخصٍ كان في مشرق الأرض ومغربها الإيمانُ بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر؛ فإنَّه أخٌ للمؤمنين أخوَّةً توجبُ أن يحبَّ له المؤمنون ما يحبُّون لأنفسهم، ويكرهوا له ما يكرهون لأنفسهم، ولهذا قال النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - آمراً بالأخوَّة الإيمانيَّة: «لا تَحاسدوا ولا تَناجشوا ولا تَباغضوا ولا تَدابروا، وكونوا عبادَ اللهِ إخواناً. المسلمُ أخو المسلم؛ لا يظلمُه ولا يخذُلُه ولا يكذبه». متفقٌ عليه. وفيهما عن النبيِّ - صلى الله عليه وسلم -: «المؤمنُ للمؤمن كالبنيان يشدُّ بعضُه بعضاً، وشبك - صلى الله عليه وسلم - بين أصابعه». ولقد أمر اللهُ ورسولُه بالقيام بحقوق المؤمنين بعضهم لبعض وبما يحصُلُ به التآلفُ والتوادُدُ والتواصُلُ بينهم، كل هذا تأييدٌ لحقوق بعضهم على بعض؛ فمن ذلك إذا وقع الاقتتال بينهم الموجب لتفرُّق القلوب وتباغُضها وتدابُرها؛ فَلْيُصْلِح المؤمنون بين إخوانهم، ولْيَسْعَوا فيما به يزول شَنَآنهم. ثم أمر بالتقوى عموماً، ورتب على القيام بالتقوى وبحقوق المؤمنين الرحمةَ، فقال: {لعلَّكم تُرْحَمونَ}، وإذا حصلت الرحمةُ؛ حصل خيرُ الدنيا والآخرة. ودلَّ ذلك على أنَّ عدم القيام بحقوق المؤمنين من أعظم حواجب الرحمة. وفي هاتين الآيتين من الفوائد غير ما تقدم: أنَّ الاقتتال بين المؤمنين منافٍ للأخوَّة الإيمانيَّة، ولهذا كان من أكبر الكبائر. وأنَّ الإيمان والأخوَّة الإيمانيَّة لا يزولان مع وجود الاقتتال؛ كغيره من الذنوب الكبائر، التي دون الشرك، وعلى ذلك مذهب أهل السنة والجماعة. وعلى وجوب الإصلاح بين المؤمنين بالعدل. وعلى وجوب قتال البُغاة حتى يرجِعوا إلى أمر الله، وعلى أنهم لو رجعوا لغير أمرِ الله؛ بأن رجعوا على وجهٍ لا يجوز الإقرار عليه والتزامه؛ أنَّه لايجوز ذلك. وأنَّ أموالهم معصومةٌ؛ لأنَّ الله أباح دماءهم وقت استمرارهم على بَغْيِهم خاصةً دون أموالهم.
(10) ﴾ إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ ﴿ "Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara." Ini adalah perjanjian yang ditunaikan Allah سبحانه وتعالى di antara sesama orang-orang yang beriman. Siapa pun orangnya yang berada di belahan timur bumi ataupun barat yang beriman kepada Allah سبحانه وتعالى, Malaikat, kitab-kitab, rasul-rasulNya serta ber-iman kepada Hari Akhir, maka ia adalah saudara orang-orang yang beriman lainnya, persaudaraan yang mengharuskan orang-orang mencintainya sebagaimana mereka mencintai diri mereka sendiri serta tidak menyukai apa pun mengenainya sebagaimana diri me-reka sendiri tidak suka terkena hal itu. Karena itulah Rasulullah a bersabda seraya memerintahkan untuk mempererat persaudaraan keimanan, لَا تَحَاسَدُوْا وَلَا تَنَاجَشُوْا وَلَا تَبَاغَضُوْا وَلَا تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللّٰهِ إِخْوَانًا. اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَكْذِبُهُ. "Janganlah kalian saling dengki, saling menghasut, saling marah dan saling membelakangi, tapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersau-dara, orang Muslim adalah saudara Muslim (lain), tidak menzhaliminya, tidak mengacuhkannya, dan tidak mendustakannya." Muttafaq 'alaih.[100] Disebutkan dalam ash-Shahihain dari Nabi a, اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. "Orang Mukmin bagi Mukmin (lain) laksana bangunan yang saling menguatkan satu sama lain." Dan Rasulullah a (bersabda demikian) seraya menyatukan semua jari-jemari beliau.[101] Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya memerintahkan untuk menunaikan hak-hak kaum Mukminin satu sama lain yang bisa mewujudkan persatuan, saling mencintai dan saling menyambung di antara mereka. Semua itu dimaksudkan untuk memperkokoh hak-hak sesama mereka. Untuk itu, jika terjadi peperangan di antara sesama kaum Mukminin yang bisa menyebabkan perpecahan hati, saling membenci serta saling membelakangi satu sama lain, maka hen-daklah kaum Mukminin lainnya mendamaikan saudara-saudaranya serta berusaha untuk melenyapkan kedengkian di antara mereka yang saling berperang. Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى memerintahkan mereka untuk bertakwa secara umum serta menyebutkan kasih sayang sebagai akibat dari menunaikan ketakwaan serta hak-hak kaum Mukminin. Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ﴿ "Supaya kamu mendapat rahmat." Jika telah mendapatkan rahmat, maka kebaikan dunia dan akhirat pun di-dapat. Hal itu menunjukkan bahwa tidak menunaikan hak-hak kaum Mukminin merupakan salah satu penyebab terbesar terha-langnya rahmat. Terdapat berbagai faidah yang dipetik dari kedua ayat ter-sebut yang tidak terdapat dalam penjelasan di atas, yaitu: Pertama, peperangan yang terjadi antara sesama kaum Mukminin menafikan persaudaraan keimanan, karena itulah berperang dengan sesama Mukmin termasuk salah satu dosa besar. Keimanan dan persau-daraan keimanan tidak hilang dengan adanya peperangan sesama Mukmin, seperti halnya dengan dosa-dosa besar lain selain syirik. Dan inilah pendapat yang dianut oleh Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Manfaat kedua, adalah wajib mendamaikan sesama Mukmin yang bertikai secara adil dan wajib memerangi pihak yang berbuat aniaya hingga mereka mau kembali pada perintah Allah سبحانه وتعالى. Jika mereka kembali pada selain perintah Allah سبحانه وتعالى seperti merujuk pada hukum yang tidak diakui oleh syariat, maka hal itu tidak diperbo-lehkan. Meski demikian, harta mereka tetap terjaga, karena Allah سبحانه وتعالى hanya menghalalkan darah mereka saja, bukan harta, pada saat mereka terus membelot.
Ayah: 11 #
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (11)}
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum meng-olok-olokkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim." (Al-Hujurat: 11).
#
{11} وهذا أيضاً من حقوق المؤمنين بعضهم على بعض؛ أن: {لا يَسْخَرْ قومٌ من قومٍ}: بكلِّ كلامٍ وقولٍ وفعلٍ دالٍّ على تحقير الأخ المسلم؛ فإنَّ ذلك حرامٌ لا يجوز، وهو دالٌّ على إعجاب الساخر بنفسه، وعسى أن يكون المسخورُ به خيراً من الساخر، وهو الغالبُ والواقعُ؛ فإنَّ السخرية لا تقع إلاَّ من قلب ممتلئٍ من مساوئ الأخلاق، متحلٍّ بكل خلقٍ ذميمٍ، متخلٍّ من كلِّ خلقٍ كريم، ولهذا قال النبي - صلى الله عليه وسلم -: «بحسب امرئٍ من الشرِّ أن يحقر أخاه المسلمَ». ثم قال: {ولا تَلْمِزوا أنفُسَكُم}؛ أي: لا يعب بعضكم على بعض، واللَّمزُ بالقول، والهمز بالفعل، وكلاهما منهيٌّ عنه حرامٌ متوعَّدٌ عليه بالنار؛ كما قال تعالى: {ويلٌ لكلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ ... } الآية، وسمَّى الأخ المسلم نفساً لأخيهِ؛ لأن المؤمنين ينبغي أن يكون هكذا حالُهم؛ كالجسد الواحد، ولأنَّه إذا همزَ غيرَه؛ أوجبَ للغير أن يهمزه، فيكون هو المتسبِّب لذلك، {ولا تنابَزوا بِالألقابِ}؛ أي: لا يعيِّر أحدُكم أخاه ويلقِّبه بلقبٍ يكره أن يقالَ فيه، وهذا هو التنابز، وأما الألقاب غير المذمومة؛ فلا تدخل في هذا. {بئسَ الاسمُ الفُسوقُ بعدَ الإيمانِ}؛ أي: بئسما تبدَّلتم عن الإيمان والعمل بشرائعِهِ وما يقتضيه بالإعراضِ عن أوامرِهِ ونواهيه باسم الفسوق والعصيان الذي هو التنابُزُ بالألقاب، {ومَن لم يَتُبْ فأولئك هم الظَّالمونَ}: وهذا هو الواجب على العبد: أن يتوبَ إلى الله تعالى، ويخرجَ من حقِّ أخيه المسلم باستحلالِهِ والاستغفار والمدح له مقابلةً على ذمِّه. {ومَن لمْ يَتُبْ فأولئكَ هم الظالمونَ}؛ فالناس قسمان: ظالمٌ لنفسه غيرُ تائبٍ، وتائبٌ مفلحٌ، ولا ثَمَّ غيرهما.
(11) Ini juga merupakan hak-hak di antara sesama kaum Mukminin, yaitu agar ﴾ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٞ مِّن قَوۡمٍ ﴿ "janganlah suatu kaum meng-olok-olokkan kaum yang lain," dengan perkataan, ucapan, maupun perbuatan yang menunjukkan sikap menghina sesama saudara Muslim, karena hal itu haram dan tidak diperbolehkan. Menghina menunjukkan rasa kagum pihak yang menghina terhadap dirinya sendiri yang bisa saja pihak yang dihina lebih baik dari yang meng-hina dan itulah yang lazim terjadi, sebab penghinaan itu hanya dilakukan oleh orang yang hatinya dipenuhi akhlak-akhlak tidak baik dan tercela, jauh dari akhlak-akhlak yang baik, karena itulah Rasulullah a bersabda, بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ. "Cukuplah sebagai keburukan pada seseorang bahwa dia menghina saudaranya sesama Muslim."[102] Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ ﴿ "Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri," artinya, janganlah kalian saling men-cela. اَللَّمْزُ adalah mencela dengan perkataan, sedangkan اَلْهَمْزُ adalah mencela dengan perbuatan. Keduanya terlarang dan haram serta diancam akan dimasukkan ke dalam neraka bagi yang melakukan-nya. Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ وَيۡلٞ لِّكُلِّ هُمَزَةٖ لُّمَزَةٍ 1 ﴿ "Celakalah bagi orang yang menghina dengan perkataan dan meng-hina dengan perbuatan." (Al-Humazah: 1). Seorang Muslim disebut sebagai diri bagi saudaranya karena orang-orang yang beriman itu seharusnya seperti itu kondisinya, laksana satu tubuh (satu diri), jika ada seorang Mukmin yang menghina saudaranya, maka hal itu mengharuskan yang lain untuk menghinanya juga, sehingga dialah yang menyebabkannya. ﴾ وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَٰبِۖ ﴿ "Dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk." Artinya, janganlah salah satu dari kalian menghina saudaranya dan jangan memberinya julukan yang tidak disukai. Inilah yang disebutkan sebagai pemberian julukan tidak baik sedangkan pemberian julukan yang terpuji tidak termasuk dalam ayat ini. ﴾ بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَٰنِۚ ﴿ "Seburuk-buruk panggilan ialah (pang-gilan) yang buruk sesudah iman." Maksudnya, perbuatan yang paling buruk adalah merubah keimanan dan pengamalan syariat yang di antaranya mengharuskan kita untuk mengerjakan perintah dan menjauhi larangan dengan nama yang tidak baik serta berbuat durhaka yaitu yang disebut sebagai اَلتَّنَابُزُ (saling memberikan ju-lukan yang tidak baik). ﴾ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ﴿ "Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim." Inilah yang wajib dila-kukan oleh setiap hamba, yaitu bertaubat kepada Allah سبحانه وتعالى serta membebaskan diri dari tanggungan hak saudaranya dengan cara meminta dihalalkan serta memohon ampunan dan memuji yang bersangkutan sebagai kompensasi atas celaan yang dilakukan terhadapnya. ﴾ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ﴿ "Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim," terdapat dua golongan manusia; zhalim terhadap dirinya tapi tidak bertaubat dan orang yang bertaubat yang mendapatkan keberuntungan. Tidak ada golongan yang lain.
Ayah: 12 #
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (12)}.
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertak-walah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (Al-Hujurat: 12).
#
{12} نهى تعالى عن كثيرٍ من الظَّنِّ السيِّئِ بالمؤمنين، {إنَّ بعضَ الظَّنِّ إثمٌ}: وذلك كالظَّنِّ الخالي من الحقيقة والقرينة، وكظنِّ السَّوْءِ الذي يقترن به كثيرٌ من الأقوال والأفعال المحرَّمة؛ فإنَّ بقاءَ ظنِّ السَّوْءِ بالقلب لا يقتصر صاحبه على مجرَّد ذلك، بل لا يزال به حتى يقول ما لا ينبغي ويفعل ما لا ينبغي، وفي ذلك أيضاً إساءةُ الظنِّ بالمسلم وبغضُهُ وعداوتُهُ المأمور بخلافها منه، {ولا تَجَسَّسوا}؛ أي: لا تفتِّشوا عن عورات المسلمين، ولا تَتَّبعوها، ودَعُوا المسلم على حاله، واستعملوا التغافُل عن زلاَّته، التي إذا فُتِّشَتْ؛ ظهرَ منها ما لا ينبغي، {ولا يَغْتَب بعضُكُم بعضاً}: والغيبة كما قال النبي - صلى الله عليه وسلم -: «ذِكْرُكَ أخاك بما يكرَهُ، ولو كان فيه». ثم ذَكَرَ مثلاً منفراً عن الغيبة، فقال: {أيحبُّ أحدُكُم أن يأكُلَ لحمَ أخيه مَيْتاً فكَرِهْتُموه}: شبَّه أكلَ لحمِهِ ميتاً المكروه للنفوس غايةَ الكراهةِ باغتيابه؛ فكما أنَّكم تكرهون أكل لحمه، خصوصاً إذا كان ميتاً فاقد الروح؛ فكذلك فَلْتَكْرهوا غيبته وأكل لحمه حيًّا، {واتَّقوا اللهَ إنَّ اللهَ توابٌ رحيمٌ}: والتوَّابُ: الذي يأذن بتوبة عبده، فيوفِّقه لها، ثم يتوبُ عليه بقبول توبته، رحيمٌ بعباده؛ حيث دعاهم إلى ما ينفعهم، وقبل منهم التوبة. وفي هذه الآية دليلٌ على التَّحذير الشديد من الغِيبة، وأنَّها من الكبائر؛ لأنَّ الله شبَّهها بأكل لحم الميت، وذلك من الكبائر.
(12) Allah سبحانه وتعالى melarang banyak berprasangka tidak baik ter-hadap orang-orang Mukmin, karena ﴾ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ ﴿ "sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa," seperti praduga yang jauh dari kenyataan dan tidak ada indikasinya, seperti juga prasangka buruk yang diikuti dengan perkataan dan perbuatan yang diharamkan. Prasangka buruk yang tetap berada di hati seseorang tidak hanya cukup sampai disitu saja bagi yang bersangkutan, bahkan akan mendorongnya untuk mengatakan yang tidak seharusnya dan mengerjakan yang tidak sepatutnya yang di dalam hal itu juga tercakup berburuk sangka, membenci dan memusuhi saudara sesama Mukmin yang seharusnya tidak demikian. ﴾ وَلَا تَجَسَّسُواْ ﴿ "Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain," yakni, janganlah kalian mengorek kesalahan kaum Muslimin dan jangan mencari-carinya, biarkan orang Muslim tetap berada pada kondisinya sendiri dan gunakanlah cara melalaikan kekeli-ruannya yang jika dikuak akan nampak sesuatu yang tidak sepa-tutnya. ﴾ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ ﴿ "Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain," ghibah sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi a adalah, ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، وَلَوْ كَانَ فِيْهِ. "Engkau menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang tidak disukai saudaramu meski hal itu benar terdapat pada dirinya."[103] Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى menyebutkan perumpamaan agar kita menjauhi ghibah seraya berfirman, ﴾ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ "Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudara-nya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya." Ghibah itu laksana memakan daging bangkai saudaranya sendiri yang sangat tidak disukai oleh jiwa karena ghibah yang dilakukan. Karena kalian tidak ingin memakan daging saudara sendiri khu-susnya yang sudah tidak ada nyawanya, maka hendaklah kalian jangan melakukan ghibah dan memakan dagingnya hidup-hidup. ﴾ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ ﴿ "Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguh-nya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." Maha Pene-rima Taubat, yakni yang memberi izin hambaNya untuk bertaubat dan diberi pertolongan untuk bertaubat kemudian taubatnya dite-rima, Maha Penyayang terhadap hamba-hambaNya karena diseru-kan kepada sesuatu yang membawa manfaat bagi mereka serta menerima taubat mereka. Di dalam ayat ini terdapat peringatan keras dari melakukan ghibah, karena ghibah tergolong dosa besar di mana Allah سبحانه وتعالى menyamakannya dengan memakan daging bangkai, yang mana memakan bangkai adalah termasuk dosa besar.
Ayah: 13 #
{يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)}
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al-Hujurat: 13).
#
{13} يخبرُ تعالى أنَّه خلقَ بني آدم من أصل واحدٍ وجنسٍ واحدٍ، وكلُّهم من ذكر وأنثى، ويرجعون جميعُهم إلى آدم وحواء، ولكنَّ الله تعالى بثَّ منهما رجالاً كثيراً ونساءً، وفرَّقهم، وجعلهم {شعوباً وقبائلَ}؛ أي: قبائل صغاراً وكباراً، وذلك لأجل أن يتعارَفوا؛ فإنَّه لو استقلَّ كلُّ واحد منهم بنفسه؛ لم يحصُلْ بذلك التعارف الذي يترتَّب عليه التَّناصر والتَّعاون والتَّوارث والقيام بحقوق الأقارب، ولكنَّ الله جعلهم شعوباً وقبائل؛ لأجل أن تحصُلَ هذه الأمور وغيرها ممَّا يتوقَّف على التعارف ولحوق الأنساب، ولكن الكرمَ بالتَّقوى؛ فأكرمُهم عند الله أتقاهم، وهو أكثرُهم طاعةً وانكفافاً عن المعاصي، لا أكثرُهم قرابةً وقوماً، ولا أشرفُهم نسباً، ولكن اللهَ تعالى {عليمٌ خبيرٌ}، يعلمُ منهم مَن يقوم بتقوى الله ظاهراً وباطناً ممَّن لا يقوم بذلك ظاهراً ولا باطناً، فيجازي كلًّا بما يستحقُّ. وفي هذه الآية دليلٌ على أنَّ معرفة الأنساب مطلوبةٌ مشروعةٌ؛ لأنَّ الله جعلهم شعوباً وقبائلَ لأجل ذلك.
(13) Allah سبحانه وتعالى memberitahukan bahwa Dia menciptakan anak cucu Adam dari asal-usul dan diri yang satu, semua ketu-runan Adam berasal dari lelaki dan perempuan yang silsilah semua-nya merujuk pada Adam dan Hawa. Allah سبحانه وتعالى mengembangbiakkan dari keduanya lelaki dan perempuan yang banyak, mereka kemu-dian disebar dan dijadikan ﴾ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ ﴿ "berbangsa-bangsa dan bersuku-suku," yakni suku-suku yang besar dan kecil. Yang demikian itu bertujuan agar mereka saling mengenal satu sama lain, sebab andai masing-masing orang menyendiri, tentu tidak akan tercapai tujuan saling mengenal satu sama lain yang bisa menimbulkan saling tolong-menolong, bahu-membahu, saling mewarisi satu sama lain serta menunaikan hak-hak kerabat. Adanya manusia dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bertujuan agar berbagai hal positif tersebut bisa terwujud yang bergantung pada proses saling mengenal satu sama lain serta pemaduan nasab. Namun ukuran kemuliaan di antara mereka adalah takwa. Orang yang paling mulia di antara sesama adalah yang paling bertakwa kepada Allah سبحانه وتعالى, paling banyak melakukan ketaatan serta paling mampu mencegah diri dari kemaksiatan, bukan yang paling banyak kerabat serta kaumnya, bukan yang ke-turunannya paling terpandang (karena level sosial). Dan mengenai semua itu Allah سبحانه وتعالى ﴾ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ﴿ "Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." Allah سبحانه وتعالى mengetahui siapa di antara mereka yang bertakwa kepada Allah سبحانه وتعالى baik secara lahir maupun batin serta siapa di antara me-reka yang tidak menunaikannya, baik secara lahir maupun batin. Masing-masing akan diberi balasan yang sesuai. Di dalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa mengetahui nasab itu diharuskan secara syariat, karena Allah سبحانه وتعالى menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku itu de-ngan tujuan demikian.
Ayah: 14 - 18 #
{قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (14) إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (15) قُلْ أَتُعَلِّمُونَ اللَّهَ بِدِينِكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (16) يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (17) إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18)}
"Orang-orang Arab Badui itu berkata, 'Kami telah beriman.' Katakanlah (kepada mereka), 'Kamu belum beriman, tetapi kata-kanlah, 'Kami telah tunduk,' karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan RasulNya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; se-sungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'. Se-sungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. Katakanlah (kepada mereka), 'Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah menge-tahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.' Mereka telah merasa memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, 'Jangan-lah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislam-anmu, sebenarnya Allah, Dia-lah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar'. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi, dan Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Al-Hujurat: 14-18).
#
{14} يخبرُ تعالى عن مقالةِ الأعراب، الذين دخلوا في الإسلام على عهد رسول الله - صلى الله عليه وسلم - دخولاً من غير بصيرةٍ ولا قيامٍ بما يجبُ ويقتضيه الإيمان؛ أنَّهم مع هذا ادَّعوا وقالوا {آمنَّا}؛ أي: إيماناً كاملاً مستوفياً لجميع أموره. هذا موجب هذا الكلام، فأمر الله رسوله أن يردَّ عليهم، فقال: {قل لمْ تؤمِنوا}؛ أي: لا تدَّعوا لأنفسِكُم مقامَ الإيمان ظاهراً وباطناً كاملاً، {ولكن قولوا أسْلَمْنا}؛ أي: دخلْنا في الإسلام، واقْتَصِروا على ذلك، {و} السبب في ذلك أنه {لَمَّا يدخلِ الإيمانُ في قلوبِكُم}: وإنَّما أسلمتم خوفاً أو رجاءً أو نحو ذلك مما هو السبب في إيمانكم؛ فلذلك لم تدخل بشاشة الإيمان في قلوبكم. وفي قوله: {ولمَّا يدخلِ الإيمانُ في قلوبِكُم}؛ أي: وقتَ هذا الكلام الذي صدر منكم، فكان فيه إشارةٌ إلى أحوالهم بعد ذلك؛ فإنَّ كثيراً منهم منَّ الله عليهم بالإيمان الحقيقيِّ والجهاد في سبيل الله، {وإن تُطيعوا اللهَ ورسولَه}: بفعل خير أو ترك شرٍّ {لا يَلِتْكُم من أعمالِكُمْ شيئاً}؛ أي: لا يَنْقُصْكم منها مثقال ذرَّةٍ، بل يوفيكم إيَّاها أكمل ما تكون، لا تفقدون منها صغيراً ولا كبيراً. {إنَّ الله غفورٌ رحيمٌ}؛ أي: غفورٌ لمَن تابَ إليه وأناب، رحيمٌ به؛ حيث قبل توبته.
(14-18) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan tentang perkataan orang-orang Arab badui. Mereka adalah orang-orang yang masuk Islam di masa Rasulullah a tanpa disertai pengetahuan dan tidak me-nunaikan kewajiban dan tuntutan keimanan, meski demikian me-reka mengklaim seraya berkata, ﴾ ءَامَنَّاۖ ﴿ "Kami telah beriman," dengan keimanan yang sempurna yang memenuhi semua perkaranya. Inilah maksud dari perkataan mereka. Maka Allah memerintahkan RasulNya untuk membantah mereka, ﴾ قُل لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ ﴿ "Katakanlah (kepada mereka), 'Kamu belum beriman'." Artinya, janganlah kalian mengklaim kedudukan iman yang sempurna pada diri kalian, baik secara lahir maupun batin, ﴾ وَلَٰكِن قُولُوٓاْ أَسۡلَمۡنَا ﴿ "tetapi katakanlah, 'Kami telah tunduk'," yaitu telah masuk dalam Islam dan cukupkan pada batas itu, ﴾ و َ ﴿ "dan," penyebab hal itu adalah karena ﴾ ل َ م ّ َ ا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِي قُلُوبِكُمۡۖ ﴿ "Iman itu belum masuk ke dalam hatimu." Kalian hanya baru masuk Islam karena takut atau mengharap sesuatu dan lainnya yang menjadi penyebab keimanan kalian, karena itulah pancaran keimanan belum merasuk ke dalam hati kalian. Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ وَلَمَّا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِي قُلُوبِكُمۡۖ ﴿ "Iman itu belum masuk ke dalam hatimu," yakni pada waktu kalian mengutarakan pembi-caraan ini. Dalam ayat ini terdapat isyarat tentang hal ihwal mereka setelah itu, sebab tidak sedikit dari mereka yang diberi keimanan hakiki oleh Allah سبحانه وتعالى serta berjihad di jalanNya, ﴾ وَإِن تُطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ ﴿ "dan jika kamu taat kepada Allah dan RasulNya," dengan mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan, ﴾ لَا يَلِتۡكُم مِّنۡ أَعۡمَٰلِكُمۡ شَيۡـًٔاۚ ﴿ "Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu." Yakni, tidak menguranginya sebesar biji atom pun, justru Allah سبحانه وتعالى akan me-nyempurnakannya untuk kalian sehingga kalian tidak akan kehi-langan pahala amalan yang besar maupun yang kecil. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٌ ﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Yakni, Maha Pengampun terhadap orang yang bertau-bat dan kembali padaNya serta Maha Penyayang padanya karena taubatnya diterima.
#
{15} {إنَّما المؤمنون}؛ أي: على الحقيقة، {الذين آمنوا بالله ورسولِهِ وجاهدوا في سبيلِ اللهِ}؛ أي: من جمعوا بينَ الإيمان بالله ورسولِهِ والجهادِ في سبيله؛ فإنَّ مَن جاهدَ الكفارَ؛ دلَّ ذلك على الإيمان التامِّ في قلبِهِ؛ لأنَّ من جاهد غيره على الإسلام والإيمان والقيام بشرائعه؛ فجهاده لنفسه على ذلك من باب أولى وأحرى، ولأنَّ من لم يقوَ على الجهاد؛ فإنَّ ذلك دليلٌ على ضعف إيمانه. وشرط تعالى في الإيمان عدم الريب؛ أي: الشكِّ؛ لأنَّ الإيمان النافع هو الجزم اليقينيُّ بما أمر الله بالإيمان به، الذي لا يعتريه شكٌّ بوجه من الوجوه. وقوله: {أولئك هم الصادقون}؛ أي: الذين صدَّقوا إيمانهم بأعمالهم الجميلة؛ فإنَّ الصدقَ دعوى عظيمةٌ في كل شيء يُدَّعى، يحتاج صاحبه إلى حجة وبرهانٍ، وأعظم ذلك دعوى الإيمان، الذي هو مدار السعادة والفوز الأبديِّ والفلاح السرمديِّ؛ فمن ادَّعاه وقام بواجباته ولوازمه؛ فهو الصادق المؤمن حقًّا، ومن لم يكن كذلك؛ عُلِم أنه ليس بصادق في دعواه، وليس لدعواه فائدة؛ فإنَّ الإيمان في القلب، لا يطلع عليه إلا الله تعالى؛ فإثباتُه ونفيُه من باب تعليم الله بما في القلب وهو سوء أدبٍ وظنٍّ بالله.
(15) ﴾ إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ﴿ "Sesungguhnya orang-orang yang beriman," yakni secara hakiki, i a l a h ﴾ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ ﴿ "orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah." Yakni, orang yang menyatukan antara keimanan terhadap Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya dengan jihad di jalan-Nya; sebab orang yang menegakkan jihad terhadap kaum kafir itu menunjukkan kesempurnaan imannya di dalam hati. Sebab orang yang memerangi kaum kafir atas nama Islam dan iman serta me-nunaikan syariat-syariat Allah سبحانه وتعالى itu, tentu sudah pasti telah ber-jihad terhadap dirinya sendiri. Orang yang tidak mampu berjihad menunjukkan kelemahan imannya. Dalam beriman, Allah سبحانه وتعالى men-syaratkan tidak adanya keraguan, karena iman yang bermanfaat itu adalah tekad bulat dan keyakinan terhadap perintah Allah سبحانه وتعالى untuk beriman padaNya yang tidak disertai dengan keraguan sedikit pun. Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ ﴿ "Mereka itulah orang-orang yang benar," yakni, orang-orang yang membuktikan keimanan mereka dengan perbuatan-perbuatan baik. Kejujuran adalah pe-ngakuan besar terhadap segala hal yang diakui, dan orang yang jujur memerlukan hujjah dan bukti, dan bukti terbesar adalah klaim keimanan yang merupakan pusat kebahagiaan dan kemenangan abadi, maka siapa pun yang mengaku beriman dan mengerjakan kewajiban serta keharusan iman, maka ia adalah orang jujur dan Mukmin sejati. Sebaliknya orang yang tidak demikian halnya dapat diketahui bahwa pengakuannya tidak benar, sehingga pengakuan-nya tidak berguna sama sekali, sebab keimanan dalam hati itu hanya diketahui oleh Allah سبحانه وتعالى semata. Maka penegasan atau pena-fian keimanan (di sini) adalah tindakan yang mengajari Allah سبحانه وتعالى terhadap sesuatu yang ada di dalam hati dan ini merupakan etika dan dugaan yang tidak baik terhadap Allah سبحانه وتعالى.
#
{16} ولهذا قال: {قل أتُعَلِّمون اللهَ بِدينِكم واللهُ يعلمُ ما في السمواتِ وما في الأرضِ واللهُ بكلِّ شيءٍ عليمٌ}: وهذا شاملٌ للأشياء كلِّها، التي من جملتِها ما في القلوب من الإيمان والكفران والبرِّ والفجور؛ فإنَّه تعالى يعلمُ ذلك كلَّه، ويجازي عليه، إن خيراً فخيرٌ، وإن شرًّا فشرٌّ.
(16) Karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ قُلۡ أَتُعَلِّمُونَ ٱللَّهَ بِدِينِكُمۡ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ﴿ "Katakanlah (kepada mereka), 'Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?'" Ini mencakup segala sesuatu termasuk keimanan, kekufuran, kebaikan, dan keburukan. Semua itu diketahui oleh Allah سبحانه وتعالى dan akan mem-berikan balasannya, balasan baik akan diberikan pada amalan baik dan balasan buruk diberikan pada amalan buruk.
#
{17} هذه حالةٌ من أحوال من ادَّعى لنفسه الإيمان وليس به؛ فإنَّه إمَّا أن يكون ذلك تعليماً لله، وقد علم أنه عالمٌ بكلِّ شيء، وإمَّا أن يكون قصدُهم بهذا الكلام المنة على رسولِه، وأنَّهم قد بذلوا وتبرَّعوا بما ليس من مصالحهم بل هو من حظوظه الدنيويَّة، وهذا تجمُّلٌ بما لا يجمل، وفخرٌ بما لا ينبغي لهم الفخر به على رسوله؛ فإنَّ المنَّة لله تعالى عليهم؛ فكما أنه تعالى هو المانُّ عليهم بالخلق والرزق والنعم الظاهرة والباطنة؛ فمنَّتُه عليهم بهدايتهم إلى الإسلام ومنَّتُه عليهم بالإيمان أفضلُ من كلِّ شيء، ولهذا قال: {يَمُنُّونَ عليك أنْ أسلَموا قل لا تَمُنُّوا عليَّ إسلامكم بلِ اللهُ يمنُّ عليكم أنْ هداكُم للإيمانِ إن كنتُم صادقينَ}.
(17) Ini merupakan kondisi orang yang mengaku beriman padahal sebenarnya tidak. Pengakuan tersebut dilakukan adaka-lanya untuk mengajari Allah سبحانه وتعالى, padahal Allah سبحانه وتعالى Maha Mengetahui segala sesuatu, adakalanya juga pengakuan itu dimaksudkan seba-gai karunia atas RasulNya dan mereka telah mencurahkan segala sesuatu dan menyumbangkan segala sesuatu yang bukan untuk kepentingan akhiratnya, namun untuk hal-hal keduniaan. Penga-kuan ini adalah basa-basi yang tidak baik serta kebanggaan yang tidak sepatutnya dibanggakan pada RasulNya, karena sesung-guhnya karunia dan pemberian itu milik Allah سبحانه وتعالى semata, karena Allah سبحانه وتعالى lah yang memberikan karunia kepada mereka dengan menciptakan mereka, memberi rizki dan berbagai nikmat baik yang nampak maupun tidak, oleh karena itu pemberian karunia berupa petunjuk agama Islam dan keimanan merupakan karunia yang terbesar. Karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ يَمُنُّونَ عَلَيۡكَ أَنۡ أَسۡلَمُواْۖ قُل لَّا تَمُنُّواْ عَلَيَّ إِسۡلَٰمَكُمۖ بَلِ ٱللَّهُ يَمُنُّ عَلَيۡكُمۡ أَنۡ هَدَىٰكُمۡ لِلۡإِيمَٰنِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ﴿ "Mereka telah merasa memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, 'Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dia-lah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar'."
#
{18} {إنَّ اللهَ يعلمُ غَيْبَ السَّمواتِ والأرضِ}؛ أي: الأمور الخفية فيهما، التي تخفى على الخلق؛ كالذي في لُجَج البحار، ومَهامِهِ القِفار، وما جنَّهُ الليلُ أو واراهُ النهارُ؛ يعلمُ قطرات الأمطار، وحبات الرمال، ومكنونات الصدور، وخبايا الأمور، {وما تَسْقُطُ مِن ورقةٍ إلاَّ يَعْلَمُها ولا حبَّةٍ في ظُلُماتِ الأرضِ ولا رَطْبٍ ولا يابس إلاَّ في كتابٍ مبينٍ}. {واللهُ بصيرٌ بما تعملون}: يُحصي عليكم أعمالَكم ويُوَفيكُم إيَّاها، ويجازيكم عليها بما تقتضيه رحمته الواسعة وحكمته البالغة.
(18) ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ غَيۡبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ ﴿ "Sesungguhnya Allah mengeta-hui apa yang ghaib di langit dan di bumi," yakni hal-hal yang tidak nampak yang ada di langit dan di bumi, yang tidak dapat dilihat oleh makhluk seperti apa yang terdapat dalam gelombang samu-dera serta kesunyian di dalamnya, semua yang ditutupi oleh malam dan disembunyikan oleh siang, Allah mengetahui setiap tetesan hujan, jumlah pasir, apa pun yang tersimpan dalam dada serta hal-hal yang tidak nampak. ﴾ وَمَا تَسۡقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعۡلَمُهَا وَلَا حَبَّةٖ فِي ظُلُمَٰتِ ٱلۡأَرۡضِ وَلَا رَطۡبٖ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ ﴿ "Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengeta-huinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (Al-An'am: 59). ﴾ وَٱللَّهُ بَصِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ﴿ "Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu ker-jakan," dan akan menghitung semua amal kalian dan akan disem-purnakan serta akan dibalas sesuai tuntutan rahmatNya yang luas dan hikmahNya yang tinggi.
Atas pertolongan, karunia dan kemuliaan Allah سبحانه وتعالى, tafsir surat al-Hujurat ini dapat diselesaikan. Segala puji hanya bagi Allah سبحانه وتعالى semata.