Ayah:
TAFSIR SURAT ASY-SYURA ( Musyawarah )
TAFSIR SURAT ASY-SYURA ( Musyawarah )
Makkiyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Ayah: 1 - 9 #
{حم (1) عسق (2) كَذَلِكَ يُوحِي إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (3) لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (4) تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ وَالْمَلَائِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَلَا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (5) وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ اللَّهُ حَفِيظٌ عَلَيْهِمْ وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ (6) وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ (7) وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمُونَ مَا لَهُمْ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (8) أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ فَاللَّهُ هُوَ الْوَلِيُّ وَهُوَ يُحْيِ الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (9)}.
"Ha Mim. 'Ain Sin Qaf. Demikianlah Allah, Yang Mahaper-kasa lagi Mahabijaksana, mewahyukan kepada kamu dan kepada orang-orang yang sebelum kamu. KepunyaanNya-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha-tinggi lagi Mahabesar. Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Rabbnya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi mereka; dan kamu bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka. Demikian-lah Kami wahyukan kepadamu al-Qur`an dalam bahasa Arab su-paya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura dan penduduk sekelilingnya serta memberi peringatan pula tentang hari berkum-pul yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Allah menjadikan mereka satu umat saja, tetapi Dia me-masukkan orang-orang yang dikehendakiNya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zhalim tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong. Atau patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah? Maka Allah, Dia-lah Pelindung dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu." (Asy-Syura: 1-9).
#
{1 ـ 5} يخبر تعالى أنَّه أوحى هذا القرآن العظيم على النبيِّ الكريم كما أوحى إلى مَنْ قبلَه من الأنبياء والمرسلين؛ ففيه بيانُ فضلِهِ بإنزال الكتبِ وإرسال الرُّسل سابقاً ولاحقاً، وأنَّ محمداً - صلى الله عليه وسلم - ليس ببدع من الرسل، وأنَّ طريقَته طريقةُ مَنْ قبلَه، وأحوالَه تناسِبُ أحوالَ مَن قبلَه من المرسلين، وما جاء به يشابِهُ ما جاؤوا به؛ لأنَّ الجميع حقٌّ وصدقٌ، وهو تنزيلُ من اتَّصف بالألوهيَّة والعزَّة العظيمة والحكمة البالغةِ، وأنَّ جميع العالم العلويِّ والسفليِّ مُلْكُه وتحت تدبيرِهِ القدريِّ والشرعيِّ، وأنَّه {العليُّ} بذاتِهِ وقدرِهِ وقهرِهِ. {العظيم}: الذي من عظمتِهِ {تكادُ السمواتُ يتفطَّرْنَ من فوقِهِنَّ}: على عظمها وكونها جماداً، {والملائكةُ}: الكرامُ المقرَّبون خاضعون لعظمتِهِ مستكينون لعزَّته مذعنون بربوبِيَّته، {يسبِّحونَ بحمد ربِّهم}: ويعظِّمونه عن كل نقص، ويصِفونه بكل كمال، {ويستغفرونِ لِمَن في الأرض}: عما يصدُرُ منهم مما لا يليقُ بعظمة ربِّهم وكبريائِهِ، مع أنَّه تعالى {الغفورُ الرحيمُ}: الذي لولا مغفرتُه ورحمتُه؛ لعاجَلَ الخلقَ بالعقوبةِ المستأصِلَةِ. وفي وصفِهِ تعالى بهذه الأوصاف بعد أن ذَكَرَ أنَّه أوحى إلى الرسل كلهم عموماً وإلى محمدٍ ـ صلى الله عليهم وسلم ـ خصوصاً إشارةٌ إلى أنَّ هذا القرآن الكريم فيه من الأدلةُ والبراهينُ والآياتُ الدالَّةُ على كمال الباري تعالى ووصفِهِ بهذه الأسماء العظيمة الموجبة لامتلاءِ القلوب من معرفتِهِ ومحبتِه وتعظيمِه وإجلالِه وإكرامِه وصرف جميع أنواع العبوديَّة الظاهرة والباطنة له تعالى، وأنَّ من أكبر الظُّلم وأفحش القول اتِّخاذ أندادٍ من دونِهِ، ليس بيدِهِم نفعٌ ولا ضرٌّ ، بل هم مخلوقون مفتقرون إلى الله في جميع أحوالهم.
(1-5) Allah سبحانه وتعالى menyampaikan bahwasanya Dia mewahyu-kan al-Qur`an agung ini kepada Nabi yang mulia sebagaimana Dia telah mewahyukan kepada para nabi dan para rasul sebelum beliau. Dalam berita ini terdapat karuniaNya berupa penurunan kitab-kitab suci dan pengutusan para rasul di masa dahulu dan berikutnya, dan bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad a bukan-lah rasul pertama, dan bahwa sesungguhnya jalan yang ia tempuh adalah jalan para rasul sebelum beliau, dan kondisi-kondisinya pun sama dengan kondisi-kondisi para rasul sebelum beliau, dan apa yang beliau bawa (yaitu ajaran) serupa dengan ajaran yang mereka bawa. Sebab semuanya adalah benar dan kebenaran, yaitu diturun-kan dari Tuhan Yang menyandang sifat ketuhanan (uluhiyah), ke-perkasaan agung, kebijaksanaan sempurna, seluruh alam atas dan alam bawah adalah kerajaanNya dan berada di bawah kendaliNya, baik secara takdir maupun syar'i, dan sesungguhnya Dia ﴾ ٱلۡعَلِيُّ ﴿ "Yang Mahatinggi," Dzat, kemuliaan, dan keperkasaanNya, ﴾ ٱلۡعَظِيمُ ﴿ "lagi Mahabesar," yang karena kebesaranNya,﴾ تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرۡنَ مِن فَوۡقِهِنَّۚ ﴿ "hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya," padahal keduanya sangat luar biasa besarnya dan keduanya adalah benda mati. ﴾ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ ﴿ "Dan malaikat-malaikat," yang mulia lagi didekat-kan, tunduk kepada keagunganNya dan bersikap hina dina karena keperkasaanNya, patuh kepada RububiyahNya, ﴾ يُسَبِّحُونَ بِحَمۡدِ رَبِّهِمۡ ﴿ "mereka bertasbih dengan memuji Rabbnya," mereka mengagungkan-Nya dari segala kekurangan dan menyifatiNya dengan segala sifat kesempurnaan, ﴾ وَيَسۡتَغۡفِرُونَ لِمَن فِي ٱلۡأَرۡضِۗ ﴿ "dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi," dari hal-hal yang timbul dari mereka, yaitu segala apa yang tidak laik dengan keagungan dan kebesaran Allah, padahal Dia ﴾ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ ﴿ "Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," yang kalau saja bukan karena ampunan dan rahmat-Nya, tentu Dia segera menimpakan hukuman yang membinasakan terhadap manusia. Di dalam pengungkapan terhadap Allah سبحانه وتعالى dengan sifat-sifat tersebut di atas setelah Dia menjelaskan bahwasanya Dia telah mewahyukan kepada para rasul pada umumnya dan kepada Nabi Muhammad a pada khususnya, terdapat sebuah isyarat bahwa al-Qur`an al-Karim ini mengandung dalil-dalil dan argumen-argumen serta ayat-ayat yang membuktikan akan kesempurnaan Sang Pen-cipta, Allah سبحانه وتعالى, dan pengungkapan tentang Allah dengan nama-nama yang agung yang menyebabkan hati penuh dengan ma'rifat, kecintaan, pengagungan, penghormatan dan pemuliaan kepadaNya serta memusatkan segala bentuk penghambaan lahir dan batin hanya kepadaNya. Dan sesungguhnya kezhaliman yang paling besar dan perkataan (keyakinan) yang paling keji adalah pengang-katan sembahan-sembahan selain Allah, yang mereka sama sekali tidak memiliki kuasa memberikan manfaat ataupun menimpakan bahaya, melainkan mereka adalah makhluk yang bergantung ke-pada Allah سبحانه وتعالى dalam seluruh kondisi dan perihal mereka.
#
{6} ولهذا عقَّبه بقوله: {والذين اتَّخذوا من دونِهِ أولياءَ}: يتولَّوْنَهم بالعبادة والطاعة؛ كما يعبدون الله ويطيعونَه؛ فإنَّما اتَّخذوا الباطلَ، وليسوا بأولياءٍ على الحقيقة. {اللهُ حفيظٌ عليهم}: يحفظُ عليهم أعمالَهم فيجازيهم بخيرها وشرِّها، {وما أنت عليهم بوكيل}: فتسألُ عن أعمالهم، وإنَّما أنت مبلغٌ أديتَ وظيفتَك.
(6) Maka dari itu Allah melanjutkan FirmanNya dengan, ﴾ وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَ ﴿ "Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah," di mana mereka berloyalitas kepada para pelindung itu dengan menyembah dan taat kepada mereka seperti halnya mereka beribadah dan taat kepada Allah, maka mereka se-sungguhnya telah mengambil (melakukan) kebatilan, dan apa yang mereka sembah itu sebenarnya bukan pelindung, ﴾ ٱللَّهُ حَفِيظٌ عَلَيۡهِمۡ ﴿ "Allah mengawasi mereka," Yang memelihara amal perbuatan mereka, dan kemudian akan memberikan balasannya terhadap yang baik dan yang buruknya, ﴾ وَمَآ أَنتَ عَلَيۡهِم بِوَكِيلٖ ﴿ "dan kamu bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka," lalu akan diminta pertanggung-jawaban atas amal perbuatan mereka. Kamu sesungguhnya hanya-lah penyampai yang telah menunaikan tugasmu.
#
{7} ثم ذكر منَّته على رسوله وعلى الناس حيث أنزل اللهُ {قرآناً عربيًّا} بيِّنَ الألفاظِ والمعاني، {لتنذرَ أمَّ القرى}: وهي مكةُ المكرمةُ، {ومَنْ حولَها}: من قُرى العرب، ثم يسري هذا الإنذارُ إلى سائرِ الخَلْق، {وتنذرَ}: الناس {يوم الجَمْع}: الذي يجمعُ الله به الأوَّلين والآخرين، وتخبِرُهم أنَّه {لا ريبَ فيه}، وأنَّ الخلق ينقسمون فيه فريقينِ: فريقًا {في الجنة}: وهم الذين آمنوا بالله وصدَّقوا المرسلين، وفريقًا {في السعيرِ}: وهم أصنافُ الكفرة المكذِّبين.
(7) Kemudian Allah menyebutkan karuniaNya kepada RasulNya dan kepada manusia pada umumnya, di mana Allah telah menurunkan ﴾ قُرۡءَانًا عَرَبِيّٗا ﴿ "al-Qur`an dalam bahasa Arab," yang sangat jelas lafazh-lafazh dan maknanya, ﴾ لِّتُنذِرَ أُمَّ ٱلۡقُرَىٰ ﴿ "supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura," maksudnya, Makkah al-Mukarramah ﴾ وَمَنۡ حَوۡلَهَا ﴿ "dan penduduk sekelilingnya" dari per-kampungan-perkampungan orang-orang Arab, kemudian pem-berian peringatan ini terus merambat ke seluruh manusia, ﴾ وَتُنذِرَ ﴿ "serta memberi peringatan pula" kepada manusia ﴾ يَوۡمَ ٱلۡجَمۡعِ ﴿ "tentang hari berkumpul," yang pada hari itu Allah menghimpun orang-orang yang terdahulu dan yang datang kemudian. Dan kamu sampaikan kepada mereka bahwa ﴾ لَا رَيۡبَ فِيهِۚ ﴿ "tidak ada keraguan padanya," dan manusia pada hari itu terbagi menjadi dua kelompok: Satu kelom-pok ﴾ فِي ٱلۡجَنَّةِ ﴿ "masuk surga," yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para Rasul; dan sekelompok lagi ﴾ فِي ٱلسَّعِيرِ ﴿ "masuk neraka" yaitu berbagai kelompok orang-orang kafir yang mendustakan.
#
{8} {و} مع هذا فلو شاءَ اللهُ لَجَعَلَ الناس {أمَّةً واحدةً}: على الهدى؛ لأنَّه القادر الذي لا يمتنع عليه شيء، ولكنه أراد أن يُدْخِلَ في رحمتِهِ مَنْ شاء من خواصِّ خلقِهِ، وأمَّا الظالمون الذين لا يَصْلُحون لصالح؛ فإنَّهم محرومون من الرحمة؛ فما لهم من دون الله من وليٍّ يتولاَّهم فيحصِّلُ لهم المحبوب، ولا نصيرٍ يدفعُ عنهم المكروهَ.
(8) ﴾ و َ ﴿ "Dan" meskipun itu semua, kalau Allah menghen-daki, niscaya Dia menjadikan manusia ﴾ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ ﴿ "satu umat saja," semuanya di atas petunjuk. Sebab Dia-lah Yang Kuasa, tidak ada sesuatu apa pun yang sukar bagiNya. Akan tetapi Dia hendak memasukkan ke dalam rahmatNya orang-orang yang dikehendaki-Nya di antara manusia-manusia pilihanNya. Adapun orang-orang yang zhalim yang tidak bisa beramal shalih maka mereka adalah orang-orang yang dihalangi dari rahmatNya. Mereka sama sekali tidak akan mendapatkan seorang pelindung pun yang dapat me-lindungi mereka yang bisa mewujudkan impian mereka, dan tidak ada pula seorang penolong yang menolak bahaya dari mereka.
#
{9} والذين اتَّخذوا من دونه أولياءَ يتولَّوْنهم بعبادتِهم إيَّاهم؛ فقد غلطوا أقبح غلط؛ {فالله هو الوليُّ} الذي يتولاَّه عبدُه بعبادته وطاعته والتقرُّب إليه بما أمكن من أنواع التقرُّبات، ويتولَّى عباده عموماً بتدبيره ونفوذِ القدر فيهم، ويتولَّى عباده المؤمنين خصوصاً بإخراجهم من الظُّلمات إلى النور، وتربيتهم بلطفه، وإعانتهم في جميع أمورهم. {وهو يُحيي الموتى وهو على كلِّ شيءٍ قديرٌ}؛ أي: هو المتصرِّف بالإحياء والإماتة ونفوذِ المشيئة والقدرةِ؛ فهو الذي يستحقُّ أن يُعْبَدَ وحدَه لا شريك له.
(9) Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, di mana mereka loyal kepada mereka dengan menyem-bahnya, mereka benar-benar telah melakukan kekeliruan yang jauh, ﴾ فَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡوَلِيُّ ﴿ "Allah-lah Pelindung," yang diloyalitasi oleh hambaNya dengan ibadah dan taat kepadaNya serta bertaqarrub (mendekatkan diri) kepadaNya dengan berbagai macam bentuk taqarrub yang mampu ia lakukan. Dan Dia mengatur hamba-hambaNya umum-nya dengan pengelolaan dan kekuatan takdirNya terhadap mereka, dan Dia mengatur hamba-hambaNya yang beriman khususnya dengan mengeluarkan mereka dari berbagai kegelapan menuju cahaya, membina mereka dengan kelembutanNya dan memberi-kan pertolongan kepada mereka dalam semua urusan mereka. ﴾ وَهُوَ يُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ﴿ "Dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia adalah Mahakuasa atas segala sesuatu," artinya, Dia-lah yang bertindak menghidupkan dan mematikan, terealisasi kehen-dak dan KuasaNya. Maka Dia-lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya.
Ayah: 10 - 12 #
{وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبِّي عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ (10) فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (11) لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (12)}.
"Tentang sesuatu apa pun kamu berselisih, maka putusannya kepada Allah. Itulah Allah Rabbku. KepadaNya-lah aku bertawa-kal dan kepadaNya-lah aku kembali. Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pa-sangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula, dijadikanNya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. KepunyaanNya-lah perbendaharaan langit dan bumi; Dia melapangkan rizki bagi siapa yang dikehen-dakiNya dan menyempitkan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Asy-Syura: 10-12).
#
{10} يقول تعالى: {وما اختلفتُم فيه من شيءٍ}: من أصول دينِكم وفروعِهِ مما لم تتَّفقوا عليه {فحكمُهُ إلى الله}: يُرَدُّ إلى كتابِهِ وإلى سنَّة رسوله؛ فما حكما به؛ فهو الحقُّ، وما خالف ذلك؛ فباطلٌ. {ذلكم الله ربِّي}؛ أي: فكما أنَّه تعالى الربُّ الخالق الرازق المدبِّر؛ فهو تعالى الحاكمُ بين عبادِهِ بشرعِهِ في جميع أمورهم. ومفهومُ الآية الكريمة أنَّ اتِّفاق الأمَّة حجَّةٌ قاطعةٌ؛ لأنَّ الله تعالى لم يأمُرْنا أن نَرُدَّ إليه إلاَّ ما اخْتَلَفْنا فيه؛ فما اتَّفقنا عليه يكفي اتِّفاق الأمة عليه؛ لأنَّها معصومةٌ عن الخطأ، ولا بدَّ أن يكون اتِّفاقها موافقاً لما في كتاب الله وسنَّة رسوله. وقوله: {عليه توكلتُ}؛ أي: اعتمدتُ بقلبي عليه في جَلْب المنافع ودَفْع المضارِّ، واثقاً به تعالى في الإسعاف بذلك، {وإليه أنيبُ}؛ أي: أتوجَّه بقلبي وبدني إليه وإلى طاعته وعبادتِهِ، وهذان الأصلان كثيراً ما يذكُرُهما الله في كتابِهِ؛ لأنَّهما يحصُلُ بمجموعهما كمال العبدِ، ويفوتُهُ الكمال بفَوْتِهِما أو فَوْتِ أحدِهما؛ كقوله تعالى: {إيَّاك نعبدُ وإيَّاكَ نستعينُ}، وقوله: {فاعبُدْه وتوكَّلْ عليه}.
(10) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَمَا ٱخۡتَلَفۡتُمۡ فِيهِ مِن شَيۡءٖ ﴿ "Tentang se-suatu apa pun kamu berselisih," baik dalam masalah prinsip-prinsip agama kalian atau cabang-cabangnya yang kalian belum menye-pakatinya, ﴾ فَحُكۡمُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِۚ ﴿ "maka putusannya kepada Allah," artinya harus dikembalikan kepada al-Qur`an dan Hadits RasulNya. Dan apa pun ketentuan al-Qur`an dan hadits itu, maka itulah yang benar, dan apa pun yang menyalahi keduanya, itulah yang batil. ﴾ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبِّي ﴿ "Itulah Allah Rabbku," maksudnya, karena Allah سبحانه وتعالى adalah Rabb Pencipta, Pemberi rizki dan Pengatur, maka Dia-lah hakim (pemberi keputusan) di antara hamba-hambaNya melalui syariatNya dalam segala urusan mereka. Pengertian (mafhum) dari ayat suci ini adalah bahwa "kesepa-katan umat Islam itu hujjah yang pasti." Sebab Allah سبحانه وتعالى tidak menyu-ruh kita untuk mengembalikan kepadaNya kecuali hal-hal yang kita perselisihkan. Sedangkan apa yang telah kita sepakati cukup menjadi kesepakatan umat, sebab umat Islam itu terjaga dari keke-liruan, dan sudah pasti kesepakatan mereka tersebut sejalan dengan ajaran yang ada di dalam al-Qur`an dan Hadits Rasulullah a. FirmanNya, ﴾ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُ ﴿ "KepadaNya-lah aku bertawakal" artinya, aku menyandarkan diri dengan hatiku kepadaNya dalam mencari kebaikan dan menolak keburukan, dengan yakin kepada-Nya dalam pemberian pertolonganNya, ﴾ وَإِلَيۡهِ أُنِيبُ ﴿ "dan kepadaNya-lah aku kembali," artinya, aku menghadapkan diri dengan jiwa dan ragaku kepadaNya dan dengan taat dan ibadah kepadaNya. Dua prinsip ini sering sekali disebutkan oleh Allah سبحانه وتعالى di dalam Kitab-Nya. Sebab, dengan keduanya kesempurnaan seorang hamba dapat dicapai. Dan kesempurnaan tidak akan dapat ia raih dengan ketia-daan dua prinsip ini atau ketiadaan salah satunya. Sama seperti Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ 5 ﴿ "Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan." (Al-Fatihah: 5); dan juga FirmanNya, ﴾ فَٱعۡبُدۡهُ وَتَوَكَّلۡ عَلَيۡهِۚ ﴿ "Maka beribadahlah kalian kepadaNya dan bertawakallah kepada-Nya." (Hud: 123).
#
{11} {فاطرُ السمواتِ والأرضِ}؛ أي: خالقُهما بقدرتِهِ ومشيئتِهِ وحكمتِهِ. {جَعَلَ لكم من أنفسِكم أزواجاً}: لتَسْكنوا إليها وتنتشرَ منكم الذُّرِّيَّة ويحصُلُ لكم من النفع ما يحصُل، {ومن الأنعام أزواجاً}؛ أي: ومن جميع أصنافِها نوعين ذكراً وأنثى؛ لتبقى وتنمو لمنافعكم الكثيرة، ولهذا عدَّاها باللام الدالَّة على التعليل؛ أي: جعل ذلك لأجلكم ولأجل النِّعمة عليكم، ولهذا قال: {يذرؤُكم فيه}؛ أي: يبثُّكم ويكثركم ويكثر مواشيكم بسبب أن جعل لكم من أنفسكم، وجعل لكم من الأنعام أزواجاً. {ليس كمثلِهِ شيءٌ}: أي: ليس يشبِهُه تعالى ولا يماثِلُه شيء من مخلوقاتِهِ لا في ذاته ولا في أسمائِهِ ولا في صفاتِهِ ولا في أفعالِهِ؛ لأنَّ أسماءه كلَّها حسنى، وصفاتِهِ صفاتُ كمال وعظمة، وأفعالَه تعالى أوجد بها المخلوقاتِ العظيمةَ من غير مشارك؛ فليس كمثله شيءٌ؛ لانفرادِهِ وتوحُّده بالكمال من كلِّ وجه. {وهو السميعُ}: لجميع الأصوات، باختلاف اللغات، على تفنُّن الحاجات. {البصير}: يرى دبيبَ النملة السوداء، في الليلة الظلماء، على الصخرة الصمَّاء، ويرى سَرَيانَ القوتِ في أعضاء الحيوانات الصغيرةِ جدًّا، وسريانَ الماء في الأغصان الدقيقة. وهذه الآية ونحوها دليلٌ لمذهب أهل السنة والجماعة من إثبات الصفاتِ ونفي مماثلة المخلوقات، وفيها ردٌّ على المشبِّهة في قوله: {ليس كمثلِهِ شيءٌ}، وعلى المعطِّلة في قوله: {وهو السميعُ البصيرُ}.
(11) ﴾ فَاطِرُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ ﴿ "Pencipta langit dan bumi," maksud-nya, Pembuat keduanya dengan Kuasa, kehendak, dan kebijaksa-naanNya, ﴾ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا ﴿ "Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan," agar kalian merasakan ketentraman kepadanya dan berkembang biak dari kalian anak keturunan dan kalian memperoleh banyak keuntungan. ﴾ وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَٰمِ أَزۡوَٰجٗا ﴿ "Dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula," dan dari berbagai jenisnya dua macam: Jantan dan betina, agar ia tetap tersisa dan berkembang biak untuk kemaslahatan kalian yang banyak sekali. Maka dari itu Allah menggunakan huruf lam sebagai alat bantu transitif (yang bermakna untuk), sehingga maknanya, Dia menjadi-kan itu semua untuk kalian dan untuk mengaruniakannya kepada kalian. Maka dari itu Allah berfirman, ﴾ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِۚ ﴿ "DijadikanNya kamu berkembang biak dengan jalan itu," yakni mengembangkan dan memperbanyak kalian, memperbanyak hewan-hewan ternak kalian disebabkan Dia telah menciptakan dari diri kalian dan menciptakan pula untuk kalian pasangan-pasangan. ﴾ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ ﴿ "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia," artinya, tidak ada sesuatu apa pun dari makhlukNya yang menyerupai ataupun menyamaiNya, baik pada DzatNya, nama-namaNya, sifat-sifatNya maupun perbuatan-perbuatanNya. Sebab semua nama-nama adalah sangat indah dan semua sifat-sifatNya adalah sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan, dan perbuatan-perbuatanNya (af'al), yang dengannya Dia menciptakan seluruh ciptaan-ciptaan yang luar biasa besarnya ini, tidak ada sesuatu pun yang menyertaiNya. Maka tidak ada sesuatu apa pun yang semisal denganNya, karena kemanunggalan dan keesaanNya dengan ke-sempurnaan dari segala sisi. ﴾ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ﴿ "Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar" seluruh suara dengan berbagai macam bahasa, dengan berbagai dialek. ﴾ ٱلۡبَصِيرُ ﴿ "Lagi Maha Melihat," Dia melihat langkah seekor semut hitam nan kecil di malam yang gulita di atas batu hitam nan keras, dan Dia melihat mengalirnya makanan di dalam anggota tubuh hewan-hewan yang sangat kecil sekalipun, dan juga aliran air di dalam dahan-dahan kayu yang sangat rumit. Ayat ini dan yang lainnya adalah dalil Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam menetapkan sifat-sifat Allah dan menafikan keseru-paanNya dengan makhluk. Dan di dalamnya juga terdapat sang-gahan terhadap kaum Musyabbihah (sekte yang meyakini Allah sama dengan makhlukNya. pent), yaitu terletak pada FirmanNya, ﴾ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ ﴿ "tidak ada sesuatu apa pun yang serupa dengan Dia," dan juga sanggahan terhadap sekte Mu'aththilah (sekte yang tidak meyakini adanya sifat bagi Allah, pent), yaitu pada FirmanNya, ﴾ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ﴿ "Dan Dia-lah Yang Mendengar lagi Maha Melihat."
#
{12} وقوله: {له مقاليدُ السمواتِ والأرضِ}؛ أي: له ملك السماواتِ والأرضِ، وبيدِهِ مفاتيحُ الرحمةِ والأرزاق والنِّعم الظاهرة والباطنة؛ فكلُّ الخلق مفتقرون إلى الله في جَلْب مصالحهم ودَفْع المضارِّ عنهم في كلِّ الأحوال، ليس بيد أحدٍ من الأمر شيء، والله تعالى هو المعطي المانع الضارُّ النافع، الذي ما بالعباد من نعمةٍ إلاَّ منه، ولا يدفع الشرَّ إلاَّ هو، وما يفتح اللهُ للناس من رحمةٍ فلا ممسكَ لها وما يمسك فلا مرسلَ له من بعدِهِ، ولهذا قال هنا: {يبسُطُ الرزقَ لِمَن يشاءُ}؛ أي: يوسِّعه ويعطيه من أصناف الرزقِ ما شاء، {وَيَقْدِرُ}؛ أي: يضيِّق على مَنْ يشاء حتى يكونَ بقدر حاجتِهِ، لا يزيدُ عنها، وكلُّ هذا تابعٌ لعلمه وحكمتِهِ؛ فلهذا قال: {إنَّه بكلِّ شيءٍ عليمٌ}: فيعلم أحوالَ عبادِهِ، فيعطي كلًّا ما يَليقُ بحكمتِهِ، وتقتضيه مشيئتُه.
(12) ﴾ لَهُۥ مَقَالِيدُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ ﴿ "KepunyaanNya-lah perbenda-haraan langit dan bumi." MilikNya-lah kerajaan langit dan bumi, di TanganNya-lah semua kunci rahmat, rizki dan berbagai kenikmatan yang lahir dan yang batin. Jadi, semua makhluk bergantung kepada Allah سبحانه وتعالى dalam mencari kebaikan mereka dan mencegah berbagai keburukan dari mereka, dalam setiap keadaan. Tidak ada seorang pun yang memiliki otoritas. Allah-lah Yang Maha Memberi, Yang menahan, Yang dapat menimpakan mudarat dan dapat menda-tangkan manfaat, yang tiada suatu nikmat pun ada pada hamba-hamba ini melainkan ia berasal dariNya, dan tidak ada yang bisa mencegah keburukan selain Dia. Dan apa pun rahmat yang Allah bukakan untuk manusia, maka tidak ada yang bisa menahannya, dan apa pun yang Dia tahan, maka tidak ada yang bisa melepas-kannya selain Dia. Maka dari itu di sini Dia berfirman,﴾ يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ ﴿ "Dia melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendakiNya," maksud-nya, melapangkannya dan memberikannya dari berbagai macam rizki yang Dia kehendaki, ﴾ وَيَقۡدِرُۚ ﴿ "dan menyempitkan," maksud-nya, menyusahkannya bagi siapa saja yang Dia kehendaki hingga hanya sebatas keperluannya saja, tidak lebih dari itu. Semua itu tergantung kepada ilmu dan kebijaksanaanNya. Maka dari itu Dia berfirman, ﴾ إِنَّهُۥ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ﴿ "Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu," yakni Dia mengetahui kondisi hamba-hambaNya sehingga memberi masing-masing sesuai dengan kebijaksanaanNya dan menurut tuntutan kehendakNya.
Ayah: 13 #
{شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ (13)}.
"Dia telah mensyariatkan bagimu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wa-siatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepadaNya orang yang kembali." (Asy-Syura: 13).
#
{13} هذه أكبرُ منَّةٍ أنعم الله بها على عباده أنْ شَرَعَ لهم من الدين خيرَ الأديان وأفضلَها وأزكاها وأطهرَها، دين الإسلام، الذي شَرَعَه الله للمصطَفَيْن المختارين من عباده، بل شَرَعَه الله لخيار الخيار وصفوة الصفوة، وهم أولو العزم من المرسلين، المذكورون في هذه الآية، أعلى الخلق درجة وأكملهم من كلِّ وجه؛ فالدين الذي شرعه الله لهم لا بدَّ أن يكون مناسباً لأحوالهم موافقاً لكمالهم، بل إنَّما كَمَّلَهم الله، واصطفاهم بسبب قيامهم به؛ فلولا الدين الإسلاميُّ؛ ما ارتفع أحدٌ من الخلق؛ فهو روح السعادة وقطبُ رحى الكمال، وهو ما تضمَّنه هذا الكتاب الكريم ودعا إليه من التوحيد والأعمال والأخلاق والآداب. ولهذا قال: {أنْ أقيموا الدِّين}؛ أي: أمركم أن تقيموا جميعَ شرائع الدِّين أصوله وفروعه؛ تقيمونه بأنفسكم، وتجتهدون في إقامته على غيركم، وتعاونون على البرِّ والتَّقوى، ولا تعاونون على الإثم والعدوان، {ولا تتفرَّقوا فيه}؛ أي: ليحصل منكم الاتِّفاق على أصول الدين وفروعه، واحرصوا على أن لا تفرِّقَكم المسائل وتحزِّبَكم أحزاباً، فتكونون شيعاً يعادي بعضُكم بعضاً مع اتِّفاقكم على أصل دينكم. ومن أنواع الاجتماع على الدين وعدم التفرق فيه ما أمر به الشارعُ من الاجتماعات العامَّة؛ كاجتماع الحجِّ والأعياد والجُمَع والصَّلوات الخمس والجهاد وغير ذلك من العبادات التي لا تتمُّ ولا تَكْمُلُ إلاَّ بالاجتماع لها وعدم التفرُّق. {كَبُرَ على المشركين ما تَدْعوهم إليه}؛ أي: شقَّ عليهم غايةَ المشقَّة؛ حيث دعوتَهم إلى الإخلاص لله وحدَه؛ كما قال عنهم: {وإذا ذُكِرَ اللهُ وحدَه اشمأزَّت قلوبُ الذين لا يؤمنون بالآخرة وإذا ذُكِرَ الذين من دونِهِ إذا هم يستبشرونَ}، وقولهم: {أجَعَلَ الآلهةَ إلهاً واحداً إنَّ هذا لشيءٌ عُجابٌ}. {الله يَجْتبي إليه مَن يشاءُ}؛ أي: يختار من خليقتِهِ مَنْ يعلم أنَّه يَصْلُحُ للاجتباء لرسالتِهِ وولايتِهِ، ومنه أنِ اجْتَبى هذه الأمَّة وفضَّلها على سائر الأمم واختارَ لها أفضلَ الأديان وخيرَها. {ويَهْدي إليه من ينيبُ}: هذا السبب الذي من العبد يتوصَّل به إلى هداية الله تعالى، وهو إنابتُه لربِّه، وانجذابُ دواعي قلبِهِ إليه، وكونُه قاصداً وجهه؛ فحسنُ مقصدِ العبد مع اجتهادِهِ في طلب الهدايةِ من أسباب التيسير لها؛ كما قال تعالى: {يَهْدي بهِ الله من اتَّبَعَ رضوانَه سُبُلَ السلام}. وفي هذه الآية أنَّ الله {يَهْدي إليه مَن يُنيبُ}، مع قولِهِ: {واتَّبِعْ سبيلَ من أنابَ إليَّ}، مع العلم بأحوال الصحابة رضي الله عنهم وشدَّة إنابتهم: دليلٌ على أنَّ قولهم حجَّة، خصوصاً الخلفاء الراشدين رضي الله عنهم أجمعين.
(13) Ini adalah karunia terbesar yang Allah limpahkan ke-pada hamba-hambaNya, yaitu Dia menetapkan sebaik-baik agama untuk mereka, yang paling utama, paling suci dan paling bersih, yaitu Dinul Islam, yang telah disyariatkan (ditetapkan) oleh Allah untuk orang-orang pilihan yang diistimewakan di antara hamba-hambaNya. Bahkan Allah mensyariatkannya untuk yang terbaik dari yang terbaik dan teristimewa dari yang istimewa. Mereka adalah Ulul 'azmi di antara para rasul yang disebutkan di dalam ayat ini. Mereka adalah manusia yang paling tinggi moralnya dan yang paling sempurna derajatnya dari segala sisi. Jadi agama yang ditetapkan oleh Allah سبحانه وتعالى untuk mereka harus sesuai dengan kondisi mereka dan sejalan dengan kesempurnaan mereka. Bahkan mereka telah dijadikan sempurna dan dipilih oleh Allah karena mereka melaksanakannya. Kalau saja bukan karena Agama Islam ini, tidak seorang pun di antara manusia yang menjadi tinggi derajatnya. Islam adalah ruh kebahagiaan dan kutub pusaran kesempurnaan. Itulah yang dicakup oleh kitab al-Qur`an ini dan yang diserukan-nya, yaitu tauhid, amal-amal shalih, akhlak, dan adab. Maka dari itu Allah berfirman, ﴾ أَنۡ أَقِيمُواْ ٱلدِّينَ ﴿ "Tegakkanlah agama." Artinya, Allah memerintahkan kepada kalian untuk menegakkan seluruh syariat-syariat Agama, prinsip-prinsipnya dan cabang-cabangnya. Kalian menegakkannya sendiri dan kalian bersungguh-sungguh dalam menegakkannya pada orang-orang lain selain ka-lian, kalian saling tolong-menolong atas kebajikan dan takwa dan jangan saling tolong-menolong atas perbuatan dosa dan permusuhan. ﴾ وَلَا تَتَفَرَّقُواْ فِيهِۚ ﴿ "Dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya," maksudnya, hendaklah terjadi kesepakatan bagi kalian dalam masalah prinsip-prinsip agama dan cabang-cabangnya, berupaya seriuslah kalian untuk tidak dipecah belah oleh persoalan-persoalan dan tidak dikelompok-kelompokkan menjadi berkelompok-kelom-pok sehingga kalian menjadi bergolong-golongan, yang sebagian memusuhi sebagian yang lain, padahal kalian masih sepaham dalam masalah prinsip agama kalian. Termasuk bersatu dalam Agama dan tidak tercerai-berai di dalamnya, adalah apa yang diperintahkan oleh Penetap syariat berupa perkumpulan-perkumpulan umum, seperti perkumpulan haji, hari raya, hari Jum'at, shalat lima waktu, jihad dan berbagai bentuk ibadah lainnya yang tidak akan bisa terlaksana dan tidak bisa sempurna kecuali dengan melakukan persatuan (pertemuan) untuknya dan tidak bercerai-berai. ﴾ كَبُرَ عَلَى ٱلۡمُشۡرِكِينَ مَا تَدۡعُوهُمۡ إِلَيۡهِۚ ﴿ "Amat berat bagi orang-orang musyrik apa yang kamu seru mereka kepadanya." Artinya, mereka benar-benar merasa sangat berat karena kamu mengajak mereka mengesakan Allah سبحانه وتعالى saja, seperti yang dikatakan oleh Allah tentang mereka, ﴾ وَإِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَحۡدَهُ ٱشۡمَأَزَّتۡ قُلُوبُ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأٓخِرَةِۖ وَإِذَا ذُكِرَ ٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦٓ إِذَا هُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ 45 ﴿ "Dan apabila nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati." (Az-Zumar: 45). Dan juga ucapan mereka (yang diabadikan Allah), ﴾ أَجَعَلَ ٱلۡأٓلِهَةَ إِلَٰهٗا وَٰحِدًاۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيۡءٌ عُجَابٞ 5 ﴿ "Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu sesembahan Yang Satu saja. Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan." (Shad: 5). ﴾ ٱللَّهُ يَجۡتَبِيٓ إِلَيۡهِ مَن يَشَآءُ ﴿ "Allah menarik kepadanya orang yang dikehen-dakiNya." Artinya, Allah memilih di antara manusia ciptaanNya orang yang Dia ketahui bahwasanya ia layak untuk ditarik kepada tugas kerasulan dan kewalianNya. Dan termasuk di antaranya adalah Dia memilih umat Islam ini dan mengistimewakannya atas seluruh umat dan memilihkan untuknya agama yang paling utama dan yang paling baik, ﴾ وَيَهۡدِيٓ إِلَيۡهِ مَن يُنِيبُ ﴿ "dan memberi petunjuk kepadaNya orang yang kembali." Inilah sebab yang dilakukan oleh seseorang yang dengannya ia bisa memperoleh hidayah dari Allah سبحانه وتعالى, yaitu inabah (kembali) kepadaNya dan ketertarikan naluri-naluri hatinya kepadaNya, dan tujuannya mencari keridhaanNya. Maka kebaikan niat seseorang yang disertai dengan kesungguhannya dalam mencari hidayah merupakan faktor penyebab kemudahan untuk hidayah, seperti yang Allah Firmankan, ﴾ يَهۡدِي بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضۡوَٰنَهُۥ سُبُلَ ٱلسَّلَٰمِ ﴿ "Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaanNya ke jalan keselamatan." (Al-Ma`idah: 16). Di dalam ayat ini dijelaskan bahwasanya A l l a h ﴾ وَيَهۡدِيٓ إِلَيۡهِ مَن يُنِيبُ ﴿ "memberi petunjuk kepadaNya orang yang kembali," di samping FirmanNya yang lain yang mengatakan, ﴾ وَٱتَّبِعۡ سَبِيلَ مَنۡ أَنَابَ إِلَيَّۚ ﴿ "Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu." (Luqman: 15). Ditambah dengan kondisi para sahabat nabi, (semoga Allah meri-dhai mereka), dan betapa gigih kembalinya mereka kepada Allah, adalah bukti bahwa perkataan mereka adalah hujjah (pegangan, argumen), terutama perkataan para Khulafa` Rasyidin, semoga Allah meridhai mereka semuanya.
Ayah: 14 - 15 #
{وَمَا تَفَرَّقُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ أُورِثُوا الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ (14) فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ (15)}.
"Dan mereka tidak berpecah belah melainkan sesudah da-tangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian antara mereka. Kalaulah tidak karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Rabbmu dahulunya sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka al-Kitab sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu. Maka karena itu serulah dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah, 'Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah adalah Rabb kami dan Rabbmu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada per-tengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepadaNya-lah kembali'." (Asy-Syura: 14-15).
#
{14} لما أمَرَ تعالى باجتماع المسلمين على دينِهِم، ونهاهم عن التفرُّق؛ أخبرهم أنَّهم لا يَغْتَرُّوا بما أنزل الله عليهم من الكتاب؛ فإنَّ أهل الكتاب لم يتفرَّقوا حتى أنزل الله عليهم الكتابَ الموجبَ للاجتماع، ففعلوا ضدَّ ما يأمر به كتابُهم، وذلك كلُّه بغياً وعدواناً منهم؛ فإنَّهم تباغضوا، وتحاسدوا، وحصلت بينهم المشاحنةُ والعداوةُ، فوقع الاختلافُ؛ فاحذَروا أيُّها المسلمون أن تكونوا مثلهم. {ولولا كلمةٌ سبقتْ من ربِّك}؛ أي: بتأخير العذاب القاضي إلى أجل مسمًّى، {لَقُضِيَ بينهم}: ولكنَّ حكمتَه وحلمه اقتضى تأخيرَ ذلك عنهم. {وإنَّ الذين أُورِثوا الكتابَ من بعدِهم}؛ أي: الذين ورثوهم، وصاروا خَلَفاً لهم ممَّن ينتسب إلى العلم منهم، {لَفي شكٍّ منهُ مريبٍ}؛ أي: لفي اشتباهٍ كثير يوقعُ في الاختلاف؛ حيث اختلف سَلَفُهم بغياً وعناداً؛ فإنَّ خلفهم اختلفوا شكًّا وارتياباً، والجميعُ مشتركون في الاختلاف المذموم.
(14) Setelah Allah سبحانه وتعالى memerintahkan persatuan kaum Mus-limin dalam beragama dan melarang mereka berpecah belah, Dia sampaikan kepada mereka agar jangan terpedaya dengan al-Kitab yang Allah turunkan kepada mereka; sebab orang-orang Ahlul Kitab itu tidak bercerai-berai kecuali setelah Allah menurunkan kepada mereka al-Kitab yang seharusnya melahirkan persatuan. Namun mereka melakukan kebalikan dari apa yang diperintahkan oleh kitab suci mereka. Semua itu adalah karena kecongkakan dan kebencian dari mereka. Sebab mereka saling benci membenci dan saling dengki-mendengki, dan terjadilah kebencian dan permu-suhan di antara mereka, dengan demikian terjadilah perpecahan. Maka waspadalah wahai kaum Muslimin untuk tidak menjadi seperti mereka. ﴾ وَلَوۡلَا كَلِمَةٞ سَبَقَتۡ مِن رَّبِّكَ ﴿ "Kalaulah tidak karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Rabbmu dahulunya," yakni, untuk penundaan azab yang membinasakan hingga waktu yang telah ditentukan, ﴾ لَّقُضِيَ بَيۡنَهُمۡۚ ﴿ "pastilah mereka telah dibinasakan." Akan tetapi kebijak-sanaan dan kelembutanNya menuntut untuk ditangguhkannya siksaan itu dari mereka. ﴾ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُورِثُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ ﴿ "Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka al-Kitab sesudah mereka," maksudnya, orang-orang mewarisi mereka dan mereka menjadi generasi peng-ganti (penerus) mereka yang berilmu di antara mereka,﴾ لَفِي شَكّٖ مِّنۡهُ مُرِيبٖ ﴿ "benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan ten-tang kitab itu," maksudnya, benar-benar berada dalam ketidakjelasan yang sangat kentara yang menjerumuskan ke dalam perselisihan, di mana para pendahulu mereka berselisih karena congkak dan keras kepala. Dan generasi selanjutnya berselisih karena ragu dan bimbang. Semua mereka sama-sama dalam perselisihan yang ter-cela.
#
{15} {فلذلك فادعُ}؛ أي: فللدين القويم والصراط المستقيم، الذي أنزل الله به كُتُبَه وأرسل رُسُله؛ فادعُ إليه أمَّتك، وحضَّهم عليه، وجاهد عليه مَنْ لم يقبَلْه. {واستَقِمْ}: بنفسك {كما أمرتَ}؛ أي: استقامةً موافقةً لأمر الله؛ لا تفريط ولا إفراط، بل امتثالاً لأوامر الله، واجتناباً لنواهيه، على وجه الاستمرار على ذلك؛ فأمَرَه بتكميل نفسه بلزوم الاستقامة، وبتكميل غيرِهِ بالدَّعوة إلى ذلك. ومن المعلوم أنَّ أمر الرسولِ - صلى الله عليه وسلم - أمرٌ لأمَّته إذا لم يَرِدْ تخصيصٌ له. {ولا تتَّبِعْ أهواءهم}؛ أي: أهواء المنحرفين عن الدِّين من الكفرة والمنافقين، إمَّا باتِّباعهم على بعض دينهم، أو بترك الدَّعوة إلى الله، أو بترك الاستقامة؛ فإنَّك إن اتَّبعت أهواءهم من بعد ما جاءك من العلم إنَّك إذاً لَمِنَ الظالمين، ولم يقل ولا تتَّبِع دينَهم؛ لأنَّ حقيقة دينهم الذي شَرَعَه الله لهم هو دينُ الرسل كلِّهم، ولكنَّهم لم يتَّبِعوه، بل اتَّبعوا أهواءهم واتَّخذوا دينهم لهواً ولعباً، {وقل}: لهم عند جدالهم ومناظرتهم: {آمنتُ بما أنزلَ اللهُ من كتابٍ}؛ أي: لتكنْ مناظرتُك لهم مبنيةً على هذا الأصل العظيم، الدالِّ على شرف الإسلام وجلالته وهيمنتِهِ على سائر الأديان، وأنَّ الدين الذي يزعُمُ أهل الكتاب أنَّهم عليه جزءٌ من الإسلام، وفي هذا إرشادٌ إلى أنَّ أهل الكتاب إن ناظروا مناظرة مبنيَّة على الإيمان ببعض الكتب أو ببعض الرسل دون غيرِهِ؛ فلا يسلمُ لهم ذلك؛ لأنَّ الكتابَ الذي يدعون إليه والرسولَ الذي ينتسبونَ إليه من شرطِهِ أن يكون مصدِّقاً بهذا القرآن وبمن جاء به؛ فكتابُنا ورسولُنا لم يأمرنا إلاَّ بالإيمان بموسى وعيسى والتوراة والإنجيل التي أخبر بها وصدَّق بها وأخبر أنَّها مصدقة له ومقرَّة بصحته، وأما مجرَّدُ التوراة والإنجيل وموسى وعيسى الذين لم يوصفوا لنا ولم يوافِقوا لكتابِنا؛ فلم يأمرْنا بالإيمان بهم. وقوله: {وأمِرْتُ لأعدلَ بينكم}؛ أي: في الحكم فيما اختلفتُم فيه؛ فلا تَمْنَعُني عداوتُكم وبُغضكم يا أهل الكتاب من العدل بينكم، ومن العدل في الحكم بين أهل الأقوال المختلفة من أهل الكتاب وغيرهم أن يُقْبَلَ ما معهم من الحقِّ ويردَّ ما معهم من الباطل. {الله ربُّنا وربُّكم}؛ أي: هو ربُّ الجميع، لستم بأحقَّ به منا، {لنا أعمالُنا ولكُم أعمالُكم}: من خيرٍ وشرٍّ، {لا حجَّةَ بيننا وبينكم}؛ أي: بعدما تبيَّنت الحقائق واتَّضح الحقُّ من الباطل والهدى من الضلال؛ لم يبقَ للجدال والمنازعة محلٌّ؛ لأنَّ المقصود من الجدال إنَّما هو بيانُ الحقِّ من الباطل؛ ليهتدي الراشدُ، ولتقومَ الحجةُ على الغاوي. وليس المرادُ بهذا أنَّ أهلَ الكتاب لا يجادَلون، كيف والله يقولُ: {ولا تجادِلوا أهلَ الكتابِ إلاَّ بالتي هي أحسنُ}؟! وإنَّما المرادُ ما ذكرنا. {الله يجمعُ بينَنا وإليه المصير}: يوم القيامةِ، فيجزي كلاًّ بعملِهِ، ويتبيَّن حينئذٍ الصادق من الكاذب.
(15) ﴾ فَلِذَٰلِكَ فَٱدۡعُۖ ﴿ "Maka karena itu serulah," maksudnya, maka untuk Agama yang benar dan jalan yang lurus yang karenanya Allah menurunkan kitab-kitabNya dan mengutus para RasulNya, serulah umatmu kepadanya dan himbaulah mereka kepadanya serta tegakkanlah jihad karenanya terhadap siapa saja yang tidak menerimanya. ﴾ وَٱسۡتَقِمۡ ﴿ "Dan tetaplah," yakni, istiqamahlah kamu sendiri ﴾ كَمَآ أُمِرۡتَۖ ﴿ "sebagaimana diperintahkan kepadamu," yaitu istiqamah yang sejalan dengan perintah Allah, tidak ada sikap berlebihan ataupun mengabaikan, melainkan kepatuhan kepada perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya secara kontinu. Jadi, Allah memerintahkan NabiNya untuk menyempur-nakan dirinya dengan menetapi istiqamah dan menyempurnakan orang-orang lain dengan mengajak mereka kepada hal itu. Dan suatu yang dimaklumi, bahwa perintah kepada Rasulullah a itu adalah juga merupakan perintah kepada umatnya apabila tidak ada nash yang mengecualikannya. ﴾ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡۖ ﴿ "Dan jangan-lah mengikuti hawa nafsu mereka," maksudnya, hawa nafsu orang-orang yang menyimpang dari Agama, yaitu orang-orang kafir dan kaum munafik. Mengikuti mereka bisa dengan mengikuti sebagian ajaran agama mereka, atau dengan meninggalkan dakwah kepada Allah, atau dengan mengabaikan istiqamah. Sebab, jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang kepadamu ilmu, maka sesungguhnya engkau benar-benar termasuk orang-orang yang zhalim. Allah tidak mengatakan: "Jangan kamu ikuti agama mereka, karena hakikat agama mereka yang disyariatkan oleh Allah untuk mereka adalah agama para rasul semuanya, namun mereka tidak mengikutinya, malah mengikuti hawa nafsu, dan mereka menjadi-kan agama sebagai perbuatan sia-sia dan mainan. ﴾ وَقُلۡ ﴿ "Dan katakanlah" kepada mereka ketika berdebat dengan mereka,﴾ ءَامَنتُ بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِن كِتَٰبٖۖ ﴿ "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah," maksudnya, agar debatmu kepada mereka berdasarkan prinsip yang sangat agung ini, yang menunjukkan kepada kemu-liaan Islam, kebesaran dan hegemoninya terhadap seluruh agama, dan bahwa agama yang dianut oleh Ahlul Kitab itu hanyalah satu bagian dari Islam. Di sini terdapat petunjuk bahwa Ahlul Kitab, jika mereka ber-debat dengan suatu perdebatan yang dilandasi iman (keyakinan) kepada sebagian kitab-kitab suci atau sebagian rasul dengan me-ngabaikan yang lainnya, maka hal itu tidak boleh diterima. Sebab, Kitab suci yang mereka serukan dan rasul yang mereka klaim itu di antara syaratnya adalah ia harus membenarkan al-Qur`an ini dan nabi yang membawanya. Karena Kitab suci kita dan rasul kita tidak memerintahkan kita melainkan supaya kita beriman kepada Nabi Musa dan Nabi Isa عليهما السلام, Taurat dan Injil yang al-Qur`an mem-beritakan dan membenarkannya, dan ia juga menginformasikan bahwa Taurat dan Injil membenarkan al-Qur`an dan mengakui kebenarannya. Adapun kalau hanya sekedar Taurat dan Injil, Musa dan Isa yang mereka akui, dan tidak mengakui kita dan tidak me-nyetujui Kitab kita, maka kita tidak disuruh mempercayai mereka. FirmanNya, ﴾ وَأُمِرۡتُ لِأَعۡدِلَ بَيۡنَكُمُۖ ﴿ "Dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu," maksudnya, dalam memberikan putusan di antara apa yang kalian perselisihkan. Maka permusuhan kalian dan kebencian kalian terhadapku, wahai Ahlul Kitab, tidak akan menghalangiku untuk berlaku adil terhadap kalian. Termasuk adil dalam memberikan putusan di antara mereka yang memiliki ba-nyak pendapat yang berbeda-beda dari kaum Ahli Kitab dan lain-lainnya adalah menerima kebenaran yang ada pada mereka dan menolak kebatilan yang ada pada mereka. ﴾ ٱللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمۡۖ ﴿ "Allah adalah Rabb kami dan Rabb kamu," mak-sudnya, Rabb bagi semua. Kalian tidak lebih berhak daripada kami, ﴾ لَنَآ أَعۡمَٰلُنَا وَلَكُمۡ أَعۡمَٰلُكُمۡۖ ﴿ "Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu," yang baik dan yang buruk, ﴾ لَا حُجَّةَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُۖ ﴿ "tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu" setelah semua kenyataan menjadi jelas dan kebenaran menjadi nyata dari yang batil, dan petunjuk dari kesesatan. Tidak ada tempat lagi bagi berdebat dan bertengkar. Sebab maksud dari debat itu adalah menjelaskan yang benar dari yang batil, agar orang yang jujur mendapat petunjuk, dan hujjah (argumen) tegak atas orang yang tersesat. Bagaimana tidak, sedang-kan Allah sudah berfirman, ﴾ وَلَا تُجَٰدِلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ إِلَّا بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ ﴿ "Dan jangan kamu mendebat Ahlul Kitab melainkan dengan cara yang lebih baik." (Al-Ankabut: 46). Maka sesungguhnya yang dimaksud adalah apa yang telah kami jelaskan itu. ﴾ ٱللَّهُ يَجۡمَعُ بَيۡنَنَاۖ وَإِلَيۡهِ ٱلۡمَصِيرُ ﴿ "Allah akan mengumpulkan antara kita dan kepadaNya-lah (semua akan) kembali" pada Hari Kiamat kelak. Lalu Dia akan memberikan balasan kepada masing-masing menurut perbuatannya, dan pada saat itu akan terungkap orang yang benar dari yang dusta.
Ayah: 16 #
{وَالَّذِينَ يُحَاجُّونَ فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا اسْتُجِيبَ لَهُ حُجَّتُهُمْ دَاحِضَةٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ (16)}.
"Dan orang-orang yang membantah Allah sesudah ia dite-rima, maka bantahan mereka itu sia-sia saja di sisi Rabb mereka. Mereka mendapat kemurkaan dan bagi mereka azab yang sangat keras." (Asy-Syura: 16).
#
{16} وهذا تقريرٌ لقوله: {لا حجَّة بيننا وبينكم}؛ فأخبر هنا أنَّ {الذين يحاجُّون في الله}: بالحجج الباطلة والشُّبه المتناقضة {من بعد ما استُجيبَ}: للَّه؛ أي: من بعد ما استجاب لله أولو الألباب والعقول لما بيَّن لهم من الآيات القاطعة والبراهين الساطعة؛ فهؤلاء المجادلون للحقِّ من بعدما تبيَّن {حجَّتُهم داحضةٌ}؛ أي: باطلةٌ مدفوعةٌ {عند ربِّهم}؛ لأنَّها مشتملةٌ على ردِّ الحقِّ، وكلُّ ما خالف الحقَّ؛ فهو باطلٌ، {وعَلَيهم غَضَبٌ}: بعصيانهم وإعراضهم عن حجج الله وبيناته وتكذيبها، {ولهم عذابٌ شديدٌ}: هو أثر غضبِ الله عليهم؛ فهذه عقوبة كلِّ مجادل للحقِّ بالباطل.
(16) Ini adalah pengukuhan terhadap Firman Allah (pada ayat sebelumnya), ﴾ لَا حُجَّةَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُۖ ﴿ "Tidak ada hujjah di antara kami dengan kalian." Di sini Allah mengabarkan bahwa ﴾ وَٱلَّذِينَ يُحَآجُّونَ فِي ٱللَّهِ ﴿ "orang-orang yang membantah Allah" dengan argumen-argumen yang palsu dan syubhat-syubhat yang kontradiksi, ﴾ مِنۢ بَعۡدِ مَا ٱسۡتُجِيبَ ﴿ "sesudah ia diterima" untuk Allah, yakni, sesudah orang-orang yang berakal menerima seruan Allah setelah Dia menjelaskan kepada mereka ayat-ayat yang pasti dan argumen-argumen yang akurat, maka mereka yang membantah kebenaran itu setelah kebenaran itu jelas, ﴾ حُجَّتُهُمۡ دَاحِضَةٌ ﴿ "maka bantahan mereka itu sia-sia saja," artinya, palsu lagi tertolak, ﴾ عِندَ رَبِّهِمۡ ﴿ "di sisi Rabb mereka," sebab ia mengan-dung penolakan terhadap kebenaran; dan setiap yang menyalahi kebenaran itu pasti batil. ﴾ وَعَلَيۡهِمۡ غَضَبٞ ﴿ "Mereka mendapat kemurkaan," karena kedurhakaan dan sikap berpaling mereka dari hujjah-hujjah Allah dan penjelasan-penjelasanNya dan karena mereka mendusta-kannya, ﴾ وَلَهُمۡ عَذَابٞ شَدِيدٌ ﴿ "dan bagi mereka azab yang sangat keras." Dan itu adalah akibat dari murka Allah terhadap mereka. Inilah hukuman bagi setiap orang yang mendebat kebenaran dengan ke-batilan.
Ayah: 17 - 18 #
{اللَّهُ الَّذِي أَنْزَلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَالْمِيزَانَ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ قَرِيبٌ (17) يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ أَلَا إِنَّ الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ لَفِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ (18)}.
"Allah-lah yang menurunkan kitab dengan kebenaran dan neraca. Dan tahukah kamu, boleh jadi Hari Kiamat itu dekat. Orang-orang yang tidak beriman kepada Hari Kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar. Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah terhadap terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh." (Asy-Syura: 17-18).
#
{17} لما ذكر تعالى أنَّ حججه واضحةٌ بينةٌ بحيث استجاب لها كلُّ مَن فيه خيرٌ؛ ذكر أصلَها وقاعدتَها، بل جميع الحجج التي أوصلها إلى العباد ترجِعُ إليه، فقال: {الله الذي أنزل الكتابَ بالحقِّ والميزانِ}: فالكتاب هو هذا القرآنُ العظيم الذي نزل بالحقِّ، واشتمل على الحقِّ والصدق واليقين، وكلُّه آياتٌ بيناتٌ وأدلَّة واضحاتٌ على جميع المطالب الإلهيَّة والعقائد الدينيَّة، فجاء بأحسن المسائل وأوضح الدَّلائل. وأما الميزان؛ فهو العدل والاعتبار بالقياس الصحيح والعقل الرجيح؛ فكلُّ الدلائل العقليَّة من الآيات الأفقيَّة والنفسيَّة والاعتبارات الشرعيَّة والمناسبات والعلل والأحكام والحِكَم داخلةٌ في الميزان الذي أنزله الله تعالى ووضعه بين عبادِهِ لِيَزِنوا به ما أثبته وما نفاه من الأمور، ويعرفوا به صدقَ ما أخبر به وأخبرتْ به رسلُه. فما خرج عن هذين الأمرين ـ عن الكتاب والميزان ـ مما قيل: إنَّه حجةٌ أو برهانٌ أو دليلٌ أو نحو ذلك من العبارات؛ فإنَّه باطلٌ متناقضٌ قد فسدت أصولُه وانهدمت مبانيه وفروعه، يعرِفُ ذلك مَنْ خَبَرَ المسائل ومآخِذَها، وعرف التمييز بين راجح الأدلَّة من مرجوحِها، والفرق بين الحجج والشُّبه. وأما من اغترَّ بالعبارات المزخرفة والألفاظ المموِّهة ولم تنفذْ بصيرتُه إلى المعنى المراد؛ فإنَّه ليس من أهل هذا الشأن، ولا من فرسانِ هذا الميدانِ؛ فوِفاقه وخلافُه سيان. ثم قال تعالى مخوِّفاً للمستعجلين لقيام الساعةِ المنكرينَ لها، فقال: {وما يدريكَ لعلَّ الساعةَ قريبٌ}؛ أي: ليس بمعلوم بُعدها ولا متى تقومُ؛ فهي في كلِّ وقتٍ متوقَّع وقوعُها مخوفٌ وجبتُها.
(17) Setelah Allah menjelaskan bahwa argumen-argumen-Nya jelas lagi nyata sehingga setiap orang yang masih memiliki secuil kebaikan pasti menerimanya, maka Allah menjelaskan dasar dan kaidahnya, bahkan seluruh argumen yang Dia sampaikan ke-pada manusia itu kembali kepadaNya, seraya berfirman,﴾ ٱللَّهُ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ وَٱلۡمِيزَانَۗ ﴿ "Allah-lah yang menurunkan kitab dengan kebenaran dan neraca." Kitab yang dimaksud adalah al-Qur`an al-'Azhim yang turun dengan benar dan meliputi kebenaran, kejujuran dan keyakinan. Semuanya adalah ayat-ayat yang sangat jelas dan dalil-dalil yang nyata tentang seluruh al-mathalib al-ilahiyah (tuntutan-tuntutan ilahi) dan akidah-akidah keagamaan. Ia datang dengan membawa permasalahan-permasalahan yang terbaik dan dalil-dalil yang paling jelas. Adapun al-Mizan adalah keadilan dan pengakuan terhadap qiyas (analogi) yang benar dan akal yang sehat. Maka setiap dalil 'aqli (rasional) dari tanda-tanda yang ada di dalam jagat raya dan yang ada di dalam jiwa, dalil-dalil syar'i, kolerasi-kolerasi, illat-illat (alasan-alasan hukum), hukum-hukum dan hikmah-hikmah itu, masuk ke dalam arti al-Mizan yang diturunkan Allah سبحانه وتعالى dan yang diletakkanNya di antara hamba-hambaNya agar mereka menim-bang dengannya semua perkara yang ditetapkanNya dan yang di-nafikanNya, dan agar mereka tahu dengannya kebenaran apa-apa yang diberitakanNya dan disampaikan oleh rasul-rasulNya. Maka apa saja yang keluar dari dua perkara ini (dari al-Kitab dan al-Mizan) yang disebut hujjah, argumen atau dalil atau ungkapan apa saja yang serupa dengannya, maka ia adalah kebatilan nan kontradiksi yang dasar-dasarnya sudah berantakan dan pondasi-pondasi dan cabang-cabangnya yang telah runtuh dapat diketahui oleh siapa saja yang menguasai permasalahan-permasalahan dan jalur-jalur-nya, dan bisa memilah antara dalil-dalil yang kuat dari yang lemah, dan tahu perbedaan antara hujjah dengan syubhat. Adapun orang yang terpedaya dan terpesona dengan ung-kapan-ungkapan yang indah dan kata-kata yang samar, sedangkan pikirannya tidak sampai kepada makna yang dimaksud maka ia tidak tergolong ahli dan tidak pula termasuk pakar dalam bidang ini. Maka sikapnya yang menyetujui dan menyelisihi tidak berguna (tidak bisa dijadikan sandaran. Pent). Kemudian Allah سبحانه وتعالى berfirman seraya mempertakuti orang-orang yang minta agar kiamat segera didatangkan, yaitu mereka yang mengingkarinya, seraya berfirman, ﴾ وَمَا يُدۡرِيكَ لَعَلَّ ٱلسَّاعَةَ قَرِيبٞ ﴿ "Dan tahukah kamu, boleh jadi Hari Kiamat itu dekat." Maksudnya, Tidak diketahui jauhnya ataupun kapan ia akan terjadi. Ia bisa saja terjadi pada suatu waktu dan kepastiannya sangat menakutkan.
#
{18} {يستعجل بها الذين لا يؤمنون بها}: عناداً وتكذيباً وتعجيزاً لربِّهم، {والذين آمنوا مشفِقونَ منها}؛ أي: خائفون؛ لإيمانهم بها، وعلمهم بما تشتمل عليه من الجزاء بالأعمال، وخوفهم لمعرفتهم بربِّهم أنْ لا تكون أعمالُهم منجيةً [لهم] ولا مسعدةً، ولهذا قال: {ويعلمون أنَّها الحقُّ}: الذي لامِرْيَةَ فيه، ولا شكَّ يعتريه. {ألا إنَّ الذين يُمارونَ في الساعةِ}؛ أي: بعدما امتروا فيها، ماروا الرسل وأتباعهم بإثباتها؛ فهم في شقاق {بعيدٍ}؛ أي: معاندةٌ ومخاصمةٌ غير قريبة من الصواب، بل في غاية البعد عن الحق. وأيُّ بعد أبعد ممَّن كذَّب بالدار التي هي الدار على الحقيقة؟ وهي الدار التي خُلِقَتْ للبقاء الدائم والخلود السرمد، وهي دارُ الجزاء التي يُظْهِرُ الله فيها عدلَه وفضلَه، وإنَّما هذه الدار بالنسبة إليها كراكبٍ قال في ظلِّ شجرةٍ ثم رَحَلَ وتركَها، وهي دار عبورٍ وممرٍّ لا محلُّ استقرارٍ، فصدقوا في الدار المضمحلَّة الفانية حيث رأوها وشاهدوها، وكذَّبوا بالدار الآخرة التي تواترت بالأخبار عنها الكتب الإلهية والرسل الكرام وأتباعهم، الذين هم أكمل الخلقِ عقولاً وأغزرُهم علماً وأعظمُهم فطنةً وفهماً.
(18) ﴾ يَسۡتَعۡجِلُ بِهَا ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِهَاۖ ﴿ "Orang-orang yang tidak ber-iman kepada Hari Kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan," sebagai sikap keras kepala dan mendustakan serta menentang Allah. ﴾ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مُشۡفِقُونَ مِنۡهَا ﴿ "Dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya," maksudnya, mereka takut karena mereka beriman kepadanya dan karena mereka mengetahui apa-apa yang ada pada Hari Kiamat itu, seperti pembalasan terhadap amal perbuatan, dan takutnya mereka karena mereka mengenal Allah, mereka khawatir kalau amal-amal perbuatan mereka tidak bisa menyelamatkan mereka dan tidak bisa membahagiakan. Maka dari itu Allah ber-firman, ﴾ وَيَعۡلَمُونَ أَنَّهَا ٱلۡحَقُّۗ ﴿ "Dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar," yang tak ada keraguan padanya dan tidak ada pula kebim-bangan. ﴾ أَلَآ إِنَّ ٱلَّذِينَ يُمَارُونَ فِي ٱلسَّاعَةِ ﴿ "Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah terhadap terjadinya kiamat," setelah mereka meragukannya, mereka membantah para rasul dan para pengikutnya karena mereka membenarkannya. Maka mereka benar-benar dalam sikap menyelisihi[85] بَعِيدٍ ﴿ "yang jauh." Artinya, suatu sikap menentang dan sikap membantah yang sama sekali tidak dekat kepada kebenaran, bahkan sangat-sangat jauh dari kebenaran. Dan sikap jauh yang mana yang lebih jauh daripada orang yang mendustakan negeri yang merupakan negeri yang se-sungguhnya?! Yaitu negeri yang diciptakan untuk keabadian dan kekekalan, yaitu negeri pembalasan yang di situ Allah menampak-kan keadilan dan karuniaNya. Dan sesungguhnya negeri dunia ini bila dibandingkan dengan negeri akhirat adalah seperti seorang pengendara yang beristirahat di siang hari di bawah naungan pohon, kemudian ia meneruskan perjalanan dan meninggalkannya. Dunia ini hanyalah negeri penyeberangan dan numpang lewat, bukan tempat untuk selama-lamanya. Mereka hanya membenarkan negeri yang akan sirna nan fana ini yang bisa mereka lihat dan mereka saksikan saja, dan mereka mendustakan negeri akhirat yang sangat banyak sekali informasi tentangnya yang disampaikan oleh Kitab-kitab suci ilahi, oleh para Rasul dan para pengikutnya, yang mana mereka adalah manusia yang paling sempurna akalnya, paling dalam ilmunya, dan paling tinggi kecerdasan dan pema-hamannya.
Ayah: 19 - 20 #
{اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ (19) مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ (20)}.
"Allah Mahalembut terhadap hamba-hambaNya; Dia mem-beri rizki kepada siapa yang dikehendakiNya dan Dia-lah Yang Mahakuat lagi Mahaperkasa. Barangsiapa yang menghendaki ke-untungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat." (Asy-Syura: 19-20).
#
{19} يخبر تعالى بلطفه بعبادِهِ: ليعرفوه ويحبُّوه ويتعرَّضوا للطفه وكرمه، واللُّطف من أوصافه تعالى معناه: الذي يدرِكُ الضمائر والسرائر، الذي يوصِلُ عباده ـ وخصوصاً المؤمنين ـ إلى ما فيه الخيرُ لهم من حيثُ لا يعلمون ولا يحتسبون. فمن لطفِهِ بعبدِهِ المؤمن أنْ هداه إلى الخير هدايةً لا تخطُرُ ببالِهِ بما يسَّر له من الأسباب الدَّاعية له إلى ذلك من فطرته على محبَّة الحقِّ والانقياد له وإيزاعه تعالى لملائكتِهِ الكرام أن يُثَبِّتوا عبادَهُ المؤمنين ويحثُّوهم على الخير ويُلْقوا في قلوبهم من تزيين الحقِّ ما يكون داعياً لاتِّباعه. ومن لطفِهِ أن أمر المؤمنين بالعباداتِ الاجتماعية التي بها تقوى عزائِمُهُم وتنبعثُ هِمَمُهم ويحصُلُ منهم التنافس على الخير والرغبة فيه واقتداء بعضهم ببعض. ومن لطفِهِ أن قَيَّضَ كلَّ سبب يعوقُه ويحولُ بينه وبين المعاصي، حتى إنَّه تعالى إذا علم أنَّ الدُّنيا والمال والرياسة ونحوها مما يتنافس فيه أهلُ الدُّنيا تقطعُ عبدَه عن طاعتِهِ أو تحمِلُه على الغفلة عنه أو على معصيتِهِ؛ صرفها عنه، وقَدَرَ عليه رِزْقَه، ولهذا قال هنا: {يرزُقُ مَن يشاءُ}: بحسب اقتضاء حكمته ولطفه، {وهو القويُّ العزيزُ}: الذي له القوَّة كلُّها؛ فلا حول ولا قوة لأحدٍ من المخلوقين إلاَّ به، الذي دانت له جميع الأشياء.
(19) Allah سبحانه وتعالى menyampaikan sikap lembutNya terhadap hamba-hambaNya agar mereka mengenal dan mencintaiNya dan agar mereka membicarakan kelembutan dan kemurahanNya. Ke-lembutan itu merupakan bagian dari sifat-sifatNya yang artinya adalah: Dia yang mengetahui segala yang tersembunyi dan rahasia, yang mengantarkan hamba-hambaNya terutama orang-orang yang beriman kepada apa saja yang mengandung kebaikan bagi mereka tanpa mereka ketahui dan tanpa mereka duga. Di antara kelem-butanNya terhadap hamba-hambaNya yang beriman adalah Dia menunjuki mereka kepada kebaikan dengan petunjuk yang tidak pernah terlintas di benak mereka, dengan memudahkan baginya sebab-sebab yang mengarahkan mereka kepada kebaikan tersebut dari dalam fitrah mereka melalui kecintaannya kepada yang benar dan kepatuhannya kepada kebenaran itu serta perintahNya kepada para malaikat yang mulia untuk meneguhkan hamba-hambaNya yang beriman dan merangsang mereka untuk melakukan kebaikan dan meniupkan di dalam hati mereka ketertarikan kepada yang benar sehingga menjadi pemicu baginya untuk mengikutinya. Dan termasuk kelembutanNya juga adalah Dia memerintah-kan kepada orang-orang yang beriman untuk melakukan berbagai ibadah sosial yang dengannya tekad mereka menjadi kuat dan gairah mereka menggeliat serta terjadi perlombaan di antara me-reka untuk melakukan kebajikan dan menyenanginya serta saling menjadi teladan di antara yang satu sama lainnya. Termasuk kelembutanNya juga adalah Dia telah menetapkan segala sebab yang merintanginya dan mencegahnya dari perbuatan-perbuatan maksiat, hingga apabila Allah سبحانه وتعالى telah mengetahui bahwa dunia, harta dan tahta serta yang serupa dengannya yang diperlombakan oleh manusia itu merintangi hambaNya dari ke-taatan kepadaNya atau membuatnya lalai terhadap Allah atau menyeretnya kepada maksiat, maka Allah menjauhkan hal-hal tersebut darinya dan Allah mempersempit rizkinya. Maka dari itu, di sini Dia berfirman, ﴾ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُۖ ﴿ "Dia memberi rizki kepada siapa yang dikehendakiNya," tergantung tuntutan hikmah (kebijaksanaan) dan kelembutanNya. ﴾ وَهُوَ ٱلۡقَوِيُّ ٱلۡعَزِيزُ ﴿ "Dan Dia-lah Yang Mahakuat lagi Mahaper-kasa," yang milikNya sajalah seluruh kekuatan. Maka tiada daya dan tiada kekuatan bagi seseorang di antara makhluk ini kecuali dengan pertolonganNya, yang kepadaNya tunduk segala sesuatu.
#
{20} ثم قال تعالى: {من كان يريدُ حَرْثَ الآخرةِ}؛ أي: أجرها وثوابَها، فآمن بها وصدَّق وسعى لها سعيها، {نَزِدْ له في حرثِهِ}: بأن نضاعِف عمله وجزاءه أضعافاً كثيرة؛ كما قال تعالى: {ومَنْ أراد الآخرةَ وسعى لها سَعْيَها وهو مؤمنٌ فأولئكَ كان سَعْيُهُمْ مَشْكوراً}، ومع ذلك؛ فنصيبه من الدُّنيا لا بدَّ أن يأتِيَهُ، {ومَن كانَ يريدُ حَرْثَ الدُّنيا}: بأن كانت الدُّنيا هي مقصودَه وغايةَ مطلوبِهِ، فلم يقدِّم لآخرته، ولا رجا ثوابَها، ولم يخشَ عقابَها، {نؤتِهِ منها}: نصيبَه الذي قُسِمَ له، {وما له في الآخرةِ من نصيبٍ}: قد حُرِم الجنَّة ونعيمها، واستحقَّ النار وجحيمها. وهذه الآيةُ شبيهةٌ بقوله تعالى: {مَن كان يريدُ الحياةَ الدُّنيا وزينَتَها نوفِّ إليهم أعمالَهم فيها وهم فيها لا يُبْخَسونَ ... } إلى آخر الآيات.
(20 ) Kemudian Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ مَن كَانَ يُرِيدُ حَرۡثَ ٱلۡأٓخِرَةِ ﴿ "Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat" maksudnya, pahala dan ganjarannya, ia beriman dan membenarkannya dan berupaya keras untuknya, ﴾ نَزِدۡ لَهُۥ فِي حَرۡثِهِۦۖ ﴿ "akan Kami tambah keun-tungan itu baginya," dengan Kami lipatgandakan amal dan balasan-nya menjadi berlipat-lipat, sebagaimana Dia Firmankan, ﴾ وَمَنۡ أَرَادَ ٱلۡأٓخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعۡيَهَا وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَأُوْلَٰٓئِكَ كَانَ سَعۡيُهُم مَّشۡكُورٗا 19 ﴿ "Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan ber-usaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah Mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik." (Al-Isra`: 19). Di sisi lain, bagiannya dari dunia pasti dia peroleh.﴾ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرۡثَ ٱلدُّنۡيَا ﴿ "Dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia," di mana dunia adalah yang diinginkannya dan puncak harapannya sehingga ia tidak berbuat untuk akhiratnya dan tidak pula meng-harapkan pahalanya serta tidak takut kepada siksanya, ﴾ نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَا ﴿ "Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia," bagiannya yang telah ditentukan untuknya, ﴾ وَمَا لَهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ ﴿ "dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat." Sesungguhnya ia telah di-haramkan mendapatkan surga dan kenikmatannya dan ia berhak mendapat neraka dan apinya yang bernyala-nyala. Ayat ini mirip dengan FirmanNya, ﴾ مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيۡهِمۡ أَعۡمَٰلَهُمۡ فِيهَا وَهُمۡ فِيهَا لَا يُبۡخَسُونَ 15 أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيۡسَ لَهُمۡ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَٰطِلٞ مَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ 16 ﴿ "Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyap-lah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (Hud: 15-16).
Ayah: 21 - 23 #
{أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (21) تَرَى الظَّالِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا كَسَبُوا وَهُوَ وَاقِعٌ بِهِمْ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فِي رَوْضَاتِ الْجَنَّاتِ لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ (22) ذَلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ (23)}.
"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak di-izinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih. Kamu lihat orang-orang yang zhalim sangat ketakutan karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka kerjakan, sedang siksaan menimpa mereka. Dan orang-orang yang shalih di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Rabb mereka. Yang demikian itu adalah karunia yang besar. Itulah yang disampaikan Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman dan mengerjakan amal shalih. Katakanlah, 'Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.' Dan siapa yang mengerjakan ke-baikan, akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikan-nya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Men-syukuri." (Asy-Syura: 21-23).
#
{21} يخبر تعالى أنَّ المشركين اتَّخذوا شركاء يوالونهم ويشتركون هم وإيَّاهم في الكفر وأعمالِهِ من شياطين الإنس الدُّعاة إلى الكفر، {شَرَعوا لهم من الدِّينِ ما لمْ يأذَنْ به اللهُ}: من الشِّرك والبدع وتحريم ما أحلَّ اللهُ وتحليل ما حرَّم اللهُ ونحو ذلك ممَّا اقتضته أهواؤُهم، مع أنَّ الدِّين لا يكون إلاَّ ما شَرَعَه الله تعالى لِيَدينَ به العبادُ ويتقرَّبوا به إليه؛ فالأصلُ الحَجْرُ على كلِّ أحدٍ أن يَشْرَعَ شيئاً ما جاء عن اللهِ وعن رسولِهِ؛ فكيف بهؤلاء الفَسَقَةِ المشتركين هم [وآباؤهم] وهم على الكفر. {ولولا كلمةُ الفصل لَقُضِيَ بينَهم}؛ أي: لولا الأجلُ المسمَّى الذي ضَرَبَه الله فاصلاً بين الطوائفِ المختلفة، وأنَّه سيؤخِّرهم إليه؛ لَقُضِي بينهم في الوقت الحاضر بسعادة المحقِّ وإهلاك المبطل؛ لأن المُقتضي للإهلاك موجود، ولكنْ أمامهم العذابُ الأليمُ في الآخرة؛ هؤلاء وكلُّ ظالم.
(21) Allah سبحانه وتعالى menyampaikan bahwa kaum musyrikin telah mengambil sekutu-sekutu (sembahan-sembahan) yang mereka cintai dan mereka percayai, mereka dan para sekutu itu sama dalam kekafiran dan perbuatan-perbuatan kufur. (Mereka) adalah setan-setan dari bangsa manusia yang mengajak kepada kekafiran ﴾ شَرَعُواْ لَهُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا لَمۡ يَأۡذَنۢ بِهِ ٱللَّهُۚ ﴿ "yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah," berupa syirik, bid'ah-bid'ah, mengharam-kan apa-apa yang dihalalkan oleh Allah dan menghalalkan apa-apa yang telah diharamkan oleh Allah serta hal-hal yang serupa dengannya yang menjadi tuntutan hawa nafsu mereka. Padahal Agama itu hanya apa-apa yang telah disyariatkan oleh Allah سبحانه وتعالى agar dipatuhi oleh manusia dan mereka mendekatkan diri kepada-Nya dengannya. Hukum asalnya adalah dilarang bagi setiap orang membuat suatu aturan apa pun (syariat) yang tidak bersumber dari Allah dan dari RasulNya. Lalu bagaimana dengan orang-orang fasik yang bersekutu dengan bapak-bapak mereka, sedangkan mereka menganut kekafiran?! ﴾ وَلَوۡلَا كَلِمَةُ ٱلۡفَصۡلِ لَقُضِيَ بَيۡنَهُمۡۗ ﴿ "Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan, tentulah mereka telah dibinasakan." Artinya, kalau saja bukan karena ketetapan ajal yang telah ditentukan Allah sebagai pemisah antara berbagai golongan itu, dan bahwasanya Dia akan menangguhkan mereka kepadanya, tentu telah diputuskan di an-tara mereka pada saat itu juga dengan memberikan kebahagiaan kepada orang yang berpegang kepada kebenaran dan membinasa-kan orang yang berada pada kesesatan, karena penyebab untuk di-binasakan sudah ada. Namun, di hadapan mereka dan di hadapan setiap orang zhalim sudah ada azab pedih yang telah menanti di akhirat.
#
{22} وفي ذلك اليوم {ترى الظالمين}: أنفسَهم بالكفرِ والمعاصي، {مشفقينَ}؛ أي: خائفين وجلين، {مما كَسَبَوا}: أن يعاقَبوا عليه، ولمَّا كان الخائفُ قد يقعُ به ما أشفق منه وخافه وقد لا يقعُ؛ أخبر أنَّه {واقعٌ بهم}: العقابُ الذي خافوه؛ لأنَّهم أتوا بالسبب التامِّ الموجب للعقاب من غير معارض من توبةٍ ولا غيرِها، ووصلوا موضعاً فات فيه الإنظارُ والإمهالُ. {والذين آمنوا} بقلوبهم بالله وبكتبِهِ ورسلِهِ وما جاؤوا به، {وعملوا الصالحات}: يشمَلُ فيه كلَّ عمل صالح من أعمال القلوب وأعمال الجوارح من الواجباتِ والمستحبَّات؛ فهؤلاء {في روضاتِ الجناتِ}؛ أي: الرَّوضات المضافة إلى الجنَّات، والمضاف يكون بحسب المضاف إليه؛ فلا تسألْ عن بهجةِ تلك الرياض المونقةِ، وما فيها من الأنهار المتدفِّقة، والفياض المُعْشِبة، والمناظر الحسنة، والأشجار المثمرة، والطيورِ المغرِّدة، والأصوات الشجيَّة المطرِبة، والاجتماع بكلِّ حبيب، والأخذ من المعاشرةِ والمنادمةِ بأكمل نصيب؛ رياض لا تزداد على طول المدى إلاَّ حسناً وبهاءً، ولا يزدادُ أهلُها إلاَّ اشتياقاً إلى لَذَّاتِها ووداداً. {لهم ما يشاؤونَ}: فيها؛ أي: في الجنات؛ فمهما أرادوا؛ فهو حاصل، ومهما طلبوا؛ حصل، مما لا عينٌ رأتْ، ولا أذنٌ سمعتْ، ولا خطرَ على قلبِ بشرٍ. ذلك {الفضلُ الكبيرُ}: وهل فوز أكبرُ من الفوز برضا الله تعالى والتنعُّم بقربِهِ في دار كرامته؟!
(22) Dan pada hari itu nanti, ﴾ تَرَى ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "kamu lihat orang-orang yang zhalim" terhadap diri mereka sendiri karena telah mela-kukan kekafiran dan berbagai maksiat ﴾ مُشۡفِقِينَ ﴿ "sangat ketakutan," yakni, sangat takut dan gemetar, ﴾ مِمَّا كَسَبُواْ ﴿ "karena apa-apa yang telah mereka kerjakan." (Mereka takut) kalau mereka akan disiksa karenanya. Oleh karena orang yang takut itu kadang-kadang apa yang dikhawatirkannya terjadi dan kadang-kadang tidak terjadi, maka di sini Allah menginformasikan bahwa pasti ﴾ وَاقِعُۢ بِهِمۡۗ ﴿ "me-nimpa mereka," yakni, azab yang mereka takuti itu, sebab mereka telah melakukan sebab yang sempurna yang memastikan siksaan tanpa ada penghalangnya lagi dalam bentuk taubat ataupun lain-nya, dan mereka telah sampai pada suatu tempat yang di situ me-reka sudah kehabisan waktu penangguhan. ﴾ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ﴿ "Dan orang-orang yang beriman," dengan hati mereka kepada Allah, kitab-kitabNya dan para rasulNya, serta kepada ajaran yang mereka bawa, ﴾ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ ﴿ "dan beramal shalih," mencakup setiap amal shalih dari amalan-amalan kalbu (batin) dan amalan-amalan lahiriyah dari yang wajib-wajib dan yang sunnah-sunnah, mereka berada ﴾ فِي رَوۡضَاتِ ٱلۡجَنَّاتِۖ ﴿ "di dalam taman-taman surga." Maksudnya, taman-taman yang bersambung dengan surga. Yang disambungkan itu sangat tergantung kepada yang disambungkan kepadanya. Maka Anda jangan menanyakan tentang keindahan taman-taman yang sangat menarik itu, sungai-sungai yang mengalir yang ada padanya, ladang-ladang yang be-rumput, pemandangan-pemandangan yang sangat indah, pohon-pohon yang berbuah, burung-burung yang bersiul, suara-suara menarik yang sangat merdu, pertemuan dengan setiap orang yang dicintai, bergaul dan berkumpul bersama-sama dengan sepuas-puasnya. Taman-taman yang dari waktu ke waktu hanya semakin indah dan megah, dan para penghuninya semakin merindukan kelezatannya dan semakin menyukainya. ﴾ لَهُم مَّا يَشَآءُونَ ﴿ "Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki" di dalamnya, maksudnya, di dalam surga itu. Apa pun yang mereka inginkan pasti ada, dan apa pun yang mereka cari, pasti diperoleh, dari kenikmatan dan keindahan apa saja yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan belum pernah terlintas dalam hati manusia. Itulah ﴾ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡكَبِيرُ ﴿ "karunia yang besar." Apa-kah ada keuntungan yang lebih besar daripada keuntungan meraih keridhaan Allah سبحانه وتعالى dan menikmati kedekatan denganNya di negeri kemuliaanNya?
#
{23} {ذلك الذي يبشِّر الله به عبادَه الذين آمنوا وعمِلوا الصالحاتِ}؛ أي: هذه البشارة العظيمة التي هي أكبرُ البشائر على الإطلاق بَشَّرَ بها الرحيم الرحمن على يد أفضل خلقه لأهل الإيمان والعمل الصالح؛ فهي أجلُّ الغايات، والوسيلةُ الموصلةُ إليها أفضلُ الوسائل، {قل لا أسألُكُم عليه}؛ أي: على تبليغي إيَّاكم هذا القرآن ودعوتكم إلى أحكامه {أجراً}؛ فلستُ أريدُ أخذَ أموالكم ولا التولِّي عليكم والترأس ولا غير ذلك من الأغراض {إلاَّ المودَّةَ في القُربى}. يُحتمل أنَّ المراد: لا أسألُكُم عليه أجراً؛ إلاَّ أجراً واحداً، هو لكم، وعائدٌ نفعُه إليكم، وهو أن تَوَدُّوني وتحبُّوني في القرابة؛ أي: لأجل القرابة، ويكون على هذا المودَّة الزائدة على مودَّة الإيمان؛ فإنَّ مودَّة الإيمان بالرسول وتقديم محبَّته على جميع المحابِّ بعد محبَّة الله فرضٌ على كلِّ مسلم، وهؤلاء طَلَبَ منهم زيادةً على ذلك أن يحبُّوه لأجل القرابِةِ؛ لأنَّه - صلى الله عليه وسلم - قد باشر بدعوته أقربَ الناس إليه، حتى إنَّه قيل: إنَّه ليس في بطون قريش أحدٌ إلاَّ ولرسول اللهِ - صلى الله عليه وسلم - فيه قرابةٌ. ويُحتملُ أنَّ المرادَ: إلاَّ مودة الله تعالى المودة الصادقة، وهي التي يصحبُها التقرُّب إلى الله والتوسُّل بطاعته الدالَّة على صحَّتها وصدقها، ولهذا قال: {إلاَّ المودَّة في القربى}؛ أي: في التقرُّب إلى الله. وعلى كلا القولين؛ فهذا الاستثناءُ دليلٌ على أنَّه لا يسألكم عليه أجراً بالكلِّيَّة؛ إلاَّ أن يكون شيئاً يعود نفعُه إليهم؛ فهذا ليس من الأجر في شيء، بل هو من الأجر منه لهم - صلى الله عليه وسلم -؛ كقوله تعالى: {وما نَقَموا منهم إلاَّ أن يؤمِنوا بالله العزيزِ الحميدِ}، وقولهم: ما لفلان عندك ذنبٌ إلاَّ أنَّه محسنٌ إليك. {ومَن يَقْتَرِفْ حسنةً}: من صلاةٍ أو صوم أو حجٍّ أو إحسانٍ إلى الخلق، {نَزِدْ له فيها حُسْناً}: بأن يشرحَ الله صدرَه وييسِّر أمره ويكون سبباً للتوفيق لعمل آخر، ويزدادَ بها عملُ المؤمن ويرتفعَ عند الله وعند خلقِهِ، ويحصُلَ له الثوابُ العاجل والآجل. {إنَّ الله غفورٌ شكورٌ}: يغفر الذنوبَ العظيمةَ، ولو بلغتْ ما بلغتْ عند التوبة منها، ويشكر على العمل القليل بالأجرِ الكثيرِ؛ فبمغفرتِهِ يغفرُ الذنوبَ ويستُر العيوبَ، وبشكرِهِ يتقبَّل الحسناتِ ويضاعِفُها أضعافاً كثيرةً.
(23) ﴾ ذَٰلِكَ ٱلَّذِي يُبَشِّرُ ٱللَّهُ عِبَادَهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِۗ ﴿ "Itulah yang disam-paikan Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman dan mengerjakan amal shalih." Ini adalah berita gembira yang sangat agung yang merupakan berita gembira paling besar secara total yang disam-paikan oleh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang melalui manusia yang paling utama untuk orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Maka ia adalah tujuan yang paling tinggi, dan sarana yang bisa mengantarkan kepadanya merupakan sarana yang paling utama. ﴾ قُل لَّآ أَسۡـَٔلُكُمۡ عَلَيۡهِ ﴿ "Katakanlah (hai Muhammad), 'Aku tidak meminta kepadamu atasnya'," maksudnya, atas penyampaian al-Qur`an yang aku lakukan kepada kalian dan atas seruanku kepada hukum-hukumnya, ﴾ أَجۡرًا ﴿ "suatu upah pun." Jadi, aku tidak ingin mengambil harta kalian, tidak pula ingin menjadi penguasa terhadap kalian atau tujuan-tujuan lainnya, ﴾ إِلَّا ٱلۡمَوَدَّةَ فِي ٱلۡقُرۡبَىٰۗ ﴿ "kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." Bisa jadi makna lainnya adalah: Aku tidak meminta kepada kalian atas seruan ini suatu upah pun selain satu saja, ia adalah milik kalian dan manfaatnya kembali kepada kalian, yaitu kalian menyayangi dan mencintaiku dalam kekerabatan, yakni, karena hubungan kerabat. Maka ini berarti kasih sayang lebih dari kasih sayang karena iman. Sebab kasih sayang karena iman kepada Rasul dan mengutamakan kecintaan kepadanya atas seluruh yang dicintai sesudah kecintaan kepada Allah itu fardhu atas setiap Muslim. Mereka diminta lebih dari itu, yaitu mencintainya karena hubungan kerabat. Sebab, Rasulullah a telah melakukan dakwah-nya kepada manusia yang paling dekat kepadanya, hingga dikata-kan bahwa tidak ada seorang pun dari suku Quraisy melainkan Rasulullah a memiliki hubungan kekerabatan dengannya. Bisa juga maksudnya adalah, kecuali mencintai Allah dengan kecintaan yang tulus, yaitu kecintaan yang disertai dengan taqarrub kepada Allah dan bertawassul dengan ketaatan kepadaNya yang membuktikan kebenaran dan ketulusan cintanya. Maka dari itu Allah berfirman, ﴾ إِلَّا ٱلۡمَوَدَّةَ فِي ٱلۡقُرۡبَىٰۗ ﴿ "Kecuali kasih sayang dalam al-Qurba" yakni, taqarrub kepada Allah. Berdasarkan dua makna ini, maka pengecualian tersebut membuktikan bahwa Rasulullah a sama sekali tidak meminta upah apa pun atas seruannya, kecuali sesuatu yang manfaatnya kembali kepada mereka sendiri. Maka ini sama sekali bukan upah, bahkan itu adalah upah dari beliau untuk mereka, sebagaimana Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ وَمَا نَقَمُواْ مِنۡهُمۡ إِلَّآ أَن يُؤۡمِنُواْ بِٱللَّهِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَمِيدِ 8 ﴿ "Dan mereka tidak menyiksa orang-orang Mukmin itu melainkan karena orang yang Mukmin itu beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji." (Al-Buruj: 8). Dan seperti ucapan mereka: Si fulan itu tidak punya dosa padamu selain dia adalah seorang yang berbuat baik kepadamu. ﴾ وَمَن يَقۡتَرِفۡ حَسَنَةٗ ﴿ "Dan siapa yang mengerjakan kebaikan" berupa Shalat, Puasa, Haji atau perbuatan baik kepada manusia, ﴾ نَّزِدۡ لَهُۥ فِيهَا حُسۡنًاۚ ﴿ "akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu" yaitu berupa: Allah melapangkan dadanya, memudahkan urusan-nya dan ia menjadi sebab untuk memperoleh taufik untuk menger-jakan amal baik yang lain, yang dengannya amal seorang Mukmin bertambah dan derajatnya naik di sisi Allah dan di kalangan makh-lukNya, dan ia juga memperoleh pahala di dunia dan di akhirat. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ شَكُورٌ ﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri," Dia mengampuni dosa-dosa yang sangat besar, seka-lipun seperti apa pun besarnya dosa itu saat dilakukan taubat da-rinya, dan Dia mensyukuri amal yang sedikit (kecil) dengan pahala
Ayah: 24 #
{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَإِنْ يَشَإِ اللَّهُ يَخْتِمْ عَلَى قَلْبِكَ وَيَمْحُ اللَّهُ الْبَاطِلَ وَيُحِقُّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (24)}.
"Bahkan mereka mengatakan, 'Dia telah mengada-adakan dusta terhadap Allah.' Maka jika Allah menghendaki, niscaya Dia mengunci mati hatimu; dan Allah menghapuskan yang batil dan membenarkan yang haq dengan kalimat-kalimatNya. Sesungguh-nya Dia Maha Mengetahui segala isi hati." (Asy-Syura: 24).
#
{24} يعني: أم يقولُ المكذِّبون للرسول - صلى الله عليه وسلم - جرأة منهم وكذباً: {افْتَرى على اللهِ كَذِباً}: فَرَمَوْكَ بأشنع الأمور وأقبحها، وهو الافتراءُ على الله بادِّعاء النبوَّة والنسبة إلى الله ما هو بريءٌ منه، وهم يعلمونَ صِدْقَكَ وأمانَتَكَ؛ فكيف يتجرؤونَ على هذا الكذبِ الصُّراح؟! بل تجرؤوا بذلك على الله تعالى؛ فإنَّه قدحٌ في الله؛ حيث مكَّنك من هذه الدعوة العظيمة المتضمِّنة ـ على موجب زعمهم ـ أكبر الفسادِ في الأرض؛ حيث مكَّنه الله من التَّصريح بالدَّعوة، ثم بنسبتها إليه، ثم يؤيِّده بالمعجزات الظاهرات والأدلَّة القاهرات والنصر المبين والاستيلاء على مَنْ خالَفَهُ، وهو تعالى قادرٌ على حسم هذه الدَّعوة من أصلها ومادَّتها، وهو أن يختِم على قلب الرسول - صلى الله عليه وسلم -؛ فلا يعي شيئاً، ولا يدخل إليه خيرٌ، وإذا خُتِمَ على قلبه؛ انحَسَم الأمرُ كلُّه وانقطعَ؛ فهذا دليلٌ قاطعٌ على صحَّة ما جاء به الرسولُ، وأقوى شهادة من اللهِ له على ما قال، ولا يوجُد شهادةٌ أعظم منها ولا أكبر، ولهذا من حكمته ورحمته وسنَّته الجارية أنه يمحو الباطل ويزيلُه، وإن كان له صولةٌ في بعض الأوقات؛ فإنَّ عاقبته الاضمحلال، {ويُحِقُّ الحقَّ بكلماتِهِ}: الكونيَّة التي لا تبدَّل ولا تغيَّر ، ووعده الصادق، وكلماته الدينيَّة التي تحقِّق ما شرعه من الحقِّ وتثبِّته في القلوب وتبصِّر أولي الألباب، حتى إنَّ من جملة إحقاقِهِ تعالى الحقَّ أن يقيِّضَ له الباطلَ ليقاوِمَه؛ فإذا قاومه؛ صال عليه الحقُّ ببراهينِهِ وبيِّناتِهِ، فظهر من نوره وهداه ما به يضمحلُّ الباطل وينقمع ويتبيَّن بطلانُه لكلِّ أحدٍ، ويظهر الحقُّ كلَّ الظُّهور لكلِّ أحدٍ. {إنَّه عليمٌ بذات الصُّدور}؛ أي: بما فيها وما اتَّصفت به من خيرٍ وشرٍّ وما أكنَّته ولم تُبْدِهِ.
(24) Maknanya, apakah orang-orang yang mendustakan Rasulullah a dengan lancang dan dusta akan berkata, ﴾ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبٗاۖ ﴿ "Dia telah mengada-adakan dusta terhadap Allah?" di mana me-reka menuduhmu dengan perkara yang paling keji dan paling buruk, yaitu perbuatan mengada-ada atas nama Allah dengan mengaku-ngaku sebagai nabi dan menyandarkan kepada Allah sesuatu yang Allah sendiri bebas darinya, padahal mereka menge-tahui kejujuran dan keamanahanmu, maka bagaimana mereka lancang berani berbuat dusta yang sangat jelas ini?! Bahkan dengan perbuatan itu mereka telah lancang terhadap Allah سبحانه وتعالى. Itu adalah pencemoohan terhadap Allah, di mana Allah telah meneguhkanmu untuk dakwah yang agung ini, yang menurut klaim mereka me-ngandung kerusakan terbesar di bumi ini. Allah telah meneguhkan beliau berdakwah secara terbuka, kemudian menisbatkan dakwah beliau kepadaNya dan kemudian menguatkan beliau dengan mukjizat-mukjizat yang jelas dan dalil-dalil yang melumpuhkan, kemenangan yang nyata, dan kekuasaan terhadap siapa saja yang menyalahiNya. Dan Allah Kuasa untuk memberangus dakwah ini dari dasar dan materinya, yaitu dengan mengunci rapat hati Rasu-lullah a sehingga beliau tidak menyadari apa pun dan sehingga tidak ada suatu kebaikan apa pun yang masuk kepadanya. Apabila ia telah mengunci rapat hati beliau, maka terputuslah semua per-kara dan terhentilah ia. Ini adalah satu bukti yang pasti atas ke-benaran ajaran yang dibawa oleh Rasul, dan satu kesaksian yang paling kuat dari Allah untuk beliau atas apa yang beliau katakan, dan tidak ada kesaksian yang lebih agung atau lebih besar darinya. Maka dari itu, di antara hikmah, rahmat dan sunnahNya yang berlaku adalah bahwasanya Dia menghapus kebatilan dan mele-nyapkannya, sekalipun dalam beberapa waktu tertentu kebatilan itu memiliki kekuatan, namun kesudahannya adalah kebinasaan. ﴾ وَيُحِقُّ ٱلۡحَقَّ بِكَلِمَٰتِهِۦٓۚ ﴿ "Dan membenarkan yang haq dengan kalimat-kalimat-Nya," yang bersifat kauniyah (alamiah) yang tidak akan diganti atau-pun dirubah, dan dengan janjiNya yang Mahabenar, dan dengan kalimat-kalimatNya yang bersifat Agama yang merealisasikan kebenaran yang disyariatkanNya dan menguatkannya di dalam hati dan membuat sadar orang-orang yang mempunyai akal. Dan di antara cara Allah سبحانه وتعالى mewujudkan kebenaran itu ada-lah dengan menakdirkan bagi kebenaran itu kebatilan, agar ia me-lawannya. Apabila kebenaran itu telah melawan kebatilan, maka kebenaran pasti mengalahkannya dengan argumen-argumennya dan dengan bukti-buktinya, sehingga dari cahaya dan petunjukNya itu tampaklah apa yang dengannya kebatilan menjadi redup dan mati serta terbukti kepalsuannya bagi setiap orang, sedangkan yang benar tampak sejelas-jelasnya bagi setiap orang. ﴾ إِنَّهُۥ عَلِيمُۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ ﴿ "Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati," dengan segala apa yang ada di dalamnya dan apa-apa yang menjadi sifatnya, berupa kebaikan ataupun keburukan serta apa saja yang ia sembunyikan dan tidak ia tampakkan.
Ayah: 25 - 28 #
{وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ (25) وَيَسْتَجِيبُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَالْكَافِرُونَ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ (26) وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ (27) وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ (28)}.
"Dan Dia-lah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan, dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang shalih menerima seruanNya dan menambah kepada mereka bagian dari karuniaNya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras. Dan jikalau Allah melapangkan rizki kepada hamba-hambaNya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehen-dakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui hamba-hambaNya lagi Maha Melihat. Dan Dia-lah Yang menu-runkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rah-matNya. Dan Dia-lah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji." (Asy-Syura: 25-28).
#
{25} هذا بيانٌ لكمال كرم الله تعالى وسَعَةِ جودِهِ وتمام لطفِهِ بقبول التوبةَ الصادرة {عن عبادِهِ}: حين يُقْلِعونَ عن ذُنوبهم ويندمون عليها ويعزِمون على أن لا يعاوِدوها إذا قَصَدوا بذلك وجهَ ربِّهم؛ فإنَّ الله يقبلُها بعدما انعقدتْ سبباً للهلاك ووقوع العقوباتِ الدنيويَّة والدينيَّة، فيعفو {عن السَّيِّئاتِ}: ويمحوها، ويمحو أثرها من العيوب، وما اقتضتْه من العقوباتِ، ويعودُ التائبُ عنده كريماً كأنَّه ما عمل سوءاً قطُّ، ويحبُّه ويوفِّقه لما يقرِّبه إليه. ولما كانت التوبةُ من الأعمال العظيمة التي قد تكون كاملةً بسبب تمام الإخلاص والصدق فيها، وقد تكونُ ناقصةً عند نقصِهِما، وقد تكون فاسدةً إذا كان القصدُ منها بلوغَ غَرَضٍ من الأغراض الدنيويَّة، وكان محلُّ ذلك القلبَ الذي لا يعلمه إلاَّ الله؛ ختم هذه الآية بقوله: {ويعلم ما تفعلونَ}.
(25) Ini adalah penjelasan tentang kesempurnaan kemu-rahan Allah سبحانه وتعالى, keluasan kedermawananNya serta kesempurnaan kelembutanNya dengan menerima taubat ﴾ عَنۡ عِبَادِهِۦ ﴿ "dari hamba-hambaNya" di saat mereka menanggalkan diri dari dosa-dosa dan menyesalinya, serta berbulat hati untuk tidak mengulanginya kembali jika itu semua ia lakukan semata-mata mengharapkan ridha Allah, Rabb mereka. Maka Allah سبحانه وتعالى menerimanya setelah sebelumnya ia telah menjadi sebab bagi kebinasaan dan turunnya siksaan-siksaan duniawi dan ukhrawi. Dia memaafkan ﴾ عَنِ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ﴿ "kesalahan-kesalahan," dan menghapuskannya dan menghapus bekas-bekasnya, yaitu yang berupa cela dan siksa-siksa yang di-akibatkannya sehingga orang yang bertaubat itu kembali menjadi seorang yang mulia di sisiNya hingga seakan-akan tidak pernah melakukan suatu kejahatan apa pun. Allah mencintainya dan membimbingnya kepada apa saja yang bisa membuatnya makin dekat kepadaNya. Oleh karena taubat itu termasuk amal yang sangat agung yang terkadang sempurna disebabkan kesempurnaan keikhlasan dan ketulusannya dan terkadang bisa jadi kurang sempurna karena berkurangnya kadar keikhlasan ketulusannya, dan bahkan terka-dang rusak apabila tujuannya adalah untuk mencapai tujuan-tujuan duniawi, sedangkan tempat keikhlasan dan ketulusan itu adalah hati yang hanya diketahui oleh Allah saja, maka Allah menutup ayat ini dengan FirmanNya, ﴾ وَيَعۡلَمُ مَا تَفۡعَلُونَ ﴿ "Dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan."
#
{26} فالله تعالى دعا جميع العباد إلى الإنابة إليه والتوبةِ من التقصيرِ، فانقسموا بحسب الاستجابةِ له إلى قسمين: مستجيبين، وَصَفَهم بقوله: {ويستجيبُ الذين آمنوا وعملوا الصالحاتِ}؛ أي: يستجيبون لربِّهم لما دعاهم إليه، وينقادون له، ويلبُّون دعوته؛ لأنَّ ما معهم من الإيمان والعمل الصالح يحمِلُهم على ذلك؛ فإذا استجابوا له؛ شَكَرَ الله لهم، وهو الغفورُ الشَّكور، وزادهم {من فضلِهِ}: توفيقاً ونشاطاً على العمل، وزادهم مضاعفةً في الأجر زيادةً عن ما تستحقُّه أعمالهم من الثواب والفوز العظيم. وأما غير المستجيبين لله، وهم المعاندون الذين كفروا به وبرسله؛ فلهم عذابٌ شديدٌ في الدُّنيا والآخرة.
(26) Allah سبحانه وتعالى mengajak seluruh hamba-hambaNya untuk inabah (kembali) kepadaNya dan bertaubat dari kelalaian. Lalu mereka terbagi berdasarkan penerimaan mereka kepada seruan-Nya menjadi dua bagian: Yang memenuhi seruan, dan mereka diungkapkan dengan FirmanNya, ﴾ وَيَسۡتَجِيبُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ ﴿ "Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang shalih meme-nuhi" maksudnya, mereka memenuhi seruan Rabb mereka tatkala mereka diseru oleh Allah kepadaNya, mereka tunduk kepadaNya dan menerima seruanNya, karena iman dan amal shalih yang me-reka miliki membawa mereka ke sana. Apabila mereka telah memenuhi seruan Allah, niscaya Allah bersyukur kepada mereka, Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri dan memberikan tambahan kepada mereka ﴾ مِّن فَضۡلِهِۦۚ ﴿ "bagian dari karuniaNya," berupa taufik dan semangat untuk beramal dan menambahkan kepada mereka pelipatan pahala mele-bihi apa yang dapat diraihnya dengan amal-amalnya, berupa pahala dan keuntungan yang sangat besar. Adapun orang-orang yang tidak memenuhi seruan Allah, mereka adalah orang-orang yang berkeras kepala, yang kafir kepadaNya dan kepada para RasulNya, maka mereka memperoleh azab yang sangat keras di dunia dan di akhirat kelak.
#
{27} ثم ذكر أن من لطفِهِ بعبادِهِ أنَّه لا يوسِّع عليهم الدُّنيا سعةً تضرُّ بأديانهم، فقال: {ولو بَسَطَ الله الرزقَ لعبادِهِ لَبَغَوْا في الأرض}؛ أي: لغفلوا عن طاعة الله، وأقبلوا على التمتُّع بشهوات الدُّنيا، فأوجبت لهم الإكباب على ما تشتهيه نفوسُهم، ولو كان معصيةً وظلماً. {ولكن يُنَزِّلُ بَقَدَرٍ ما يشاءُ}: بحسب ما اقتضاه لطفُه وحكمتُه، {إنَّه بعباده خبيرٌ بصيرٌ}: كما في بعض الآثار أنَّ الله تعالى يقول: «إنَّ مِنْ عبادي من لا يُصْلِحُ إيمانَه إلاّ الغنى، ولو أفقرتُه؛ لأفسده ذلك، وإنَّ من عبادي من لا يُصْلِحُ إيمانَه إلاّ الفقرُ، ولو أغنيته؛ لأفسده ذلك، وإنَّ من عبادي من لا يُصْلِحُ إيمانَه إلاَّ الصحةُ، ولو أمرضتُه؛ لأفسده ذلك، وإنَّ من عبادي من لا يُصْلِحُ إيمانَه إلاَّ المرضُ، ولو عافيتُه؛ لأفسده ذلك، إنِّي أدبِّر أمر عبادي بعلمي بما في قلوبهم، إني خبيرٌ بصيرٌ».
(27) Kemudian Allah menjelaskan bahwa di antara kelem-butanNya terhadap hamba-hambaNya adalah Dia tidak melimpah-kan dunia (harta benda) kepada mereka dengan pelimpahan yang dapat merusak agama mereka, seraya berfirman, ﴾ وَلَوۡ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزۡقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ ﴿ "Dan jikalau Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi," artinya, niscaya mereka lalai dari ketaatan kepada Allah dan tenggelam dalam menikmati syahwat kehidupan dunia. Jadi, hal itu pasti mem-buat mereka sibuk dengan apa-apa yang disenangi oleh nafsu me-reka sekalipun berupa maksiat dan kezhaliman. ﴾ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٖ مَّا يَشَآءُۚ ﴿ "Tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran," menurut tuntutan kelembutan dan hikmahNya. ﴾ إِنَّهُۥ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرُۢ بَصِيرٞ ﴿ "Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui hamba-hambaNya lagi Maha Melihat," sebagaimana disebutkan dalam salah satu riwayat (hadits Qudsi) bahwasanya Allah سبحانه وتعالى berfirman, إِنَّ مِنْ عِبَادِيْ مَنْ لَا يُصْلِحُ إِيْمَانَهُ إِلَّا الْغِنَى، وَلَوْ أَفْقَرْتُهُ لَأَفْسَدَهُ ذٰلِكَ، وَإِنَّ مِنْ عِبَادِيْ مَنْ لَا يُصْلِحُ إِيْمَانَهُ إِلَّا الْفَقْرُ، وَلَوْ أَغْنَيْتُهُ لَأَفْسَدَهُ ذٰلِكَ، وَإِنَّ مِنْ عِبَادِيْ مَنْ لَا يُصْلِحُ إِيْمَانَهُ إِلَّا الصِّحَّةُ، وَلَوْ أَمْرَضْتُهُ لَأَفْسَدَهُ ذٰلِكَ، وَإِنَّ مِنْ عِبَادِيْ مَنْ لَا يُصْلِحُ إِيْمَانَهُ إِلَّا الْمَرْضُ، وَلَوْ عَافَيْتُهُ لَأَفْسَدَهُ ذٰلِكَ، إِنِّيْ أُدَبِّرُ أَمْرَ عِبَادِيْ بِعِلْمِيْ بِمَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ، إِنِّيْ خَبِيْرٌ بَصِيْرٌ. "Sesungguhnya di antara hamba-hambaKu ada orang yang tidak bisa memperbaiki imannya kecuali kekayaan, dan kalau seandainya Aku jadikan ia fakir (miskin), niscaya kefakiran itu merusaknya. Dan sesung-guhnya di antara hamba-hambaKu ada orang yang tidak bisa memperbaiki imannya kecuali kefakiran, kalau sekiranya Aku menjadikannya kaya, niscaya kekayaan itu merusaknya; dan di antara hamba-hambaKu ada orang yang tidak akan bisa memperbaiki imannya kecuali kesehatan, dan kalau sekiranya Aku menjadikannya sakit, niscaya penyakit itu merusak-nya; dan di antara hamba-hambaKu ada orang yang tidak bisa memper-baiki imannya kecuali sakit, kalau sekiranya Aku menjadikannya sehat, niscaya ia merusaknya. Sesungguhnya Aku mengatur urusan hamba-hambaKu berdasarkan pengetahuanKu terhadap apa yang ada di dalam hati mereka. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui lagi Maha Melihat."[86]
#
{28} {وهو الذي يُنَزِّل الغيثَ}؛ أي: المطر الغزير الذي به يغيثُ البلاد والعباد {من بعدِ ما قَنَطوا}: وانقطع عنهم مُدَّةً ظنُّوا أنه لا يأتيهم، وأيسوا، وعملوا لذلك الجدب أعمالاً، فينزِلُ الله الغيث، {وينشُرُ} به {رحمتَه} من إخراج الأقواتِ للآدميِّين وبهائمهم، فيقع عندهم موقعاً عظيماً، ويستبشرون بذلك ويفرحون. {وهو الوليُّ}: الذي يتولَّى عباده بأنواع التَّدبير، ويتولَّى القيام بمصالح دينهم ودنياهم {الحميد}: في ولايته وتدبيره، الحميد على ما له من الكمال وما أوصله إلى خلقه من أنواع الأفضال.
(28) ﴾ وَهُوَ ٱلَّذِي يُنَزِّلُ ٱلۡغَيۡثَ ﴿ "Dan Dia-lah Yang menurunkan hujan" maksudnya, hujan lebat yang dengannya negeri dan manusia men-jadi hidup bergairah, ﴾ مِنۢ بَعۡدِ مَا قَنَطُواْ ﴿ "sesudah mereka berputus asa," maksudnya, setelah hujan tidak turun dalam sekian lama yang membuat mereka mengira ia tidak akan turun lagi dan mereka berputus asa dan mereka telah mengupayakan segala hal untuk (mengatasi) kekeringan itu, lalu Allah menurunkan hujan lebat, ﴾ وَيَنشُرُ ﴿ "dan menyebarkan" dengannya ﴾ رَحۡمَتَهُۥۚ ﴿ "rahmatNya," yaitu seperti menumbuhkan makanan-makanan pokok untuk manusia dan hewan-hewan ternak mereka, sehingga hujan itu sangat ber-kesan sekali bagi mereka, mereka bersuka-ria karenanya dan ber-gembira ﴾ وَهُوَ ٱلۡوَلِيُّ ﴿ "dan Dia-lah Yang Maha Pelindung" yang melin-dungi hamba-hambaNya dengan berbagai macam bentuk penga-turan, dan Dia-lah yang mengatur berbagai kepentingan agama dan dunia mereka ﴾ ٱلۡحَمِيدُ ﴿ "lagi Maha Terpuji" dalam perlindungan dan pengaturanNya. Maha Terpuji Allah atas kesempurnaan yang dimilikiNya dan atas apa yang Dia limpahkan kepada makhlukNya dari berbagai macam bentuk karunia.
Ayah: 29 #
{وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِنْ دَابَّةٍ وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ (29)}.
"Dan di antara ayat-ayatNya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Mahakuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendakiNya." (Asy-Syura: 29).
#
{29} أي: ومن أدلَّة قدرتِهِ العظيمة وأنَّه سيُحيي الموتى بعد موتهم: {خَلْقُ} هذه {السمواتِ والأرضِ}؛ على عِظَمِهما وسعتهما، الدالُّ على قدرته وسعة سلطانه، وما فيهما من الإتقان والإحكام دالٌّ على حكمته، وما فيهما من المنافع والمصالح دالٌّ على رحمتِهِ، وذلك يدلُّ على أنَّه المستحقُّ لأنواع العبادة كلِّها، وأنَّ إلهيَّة ما سواه باطلةٌ. {وما بثَّ فيهما}؛ أي: نشر في السماواتِ والأرض من أصناف الدوابِّ، التي جعلها الله مصالحَ ومنافعَ لعبادِهِ. {وهو على جمعهم}؛ أي: جمع الخلق بعد موتِهِم لموقفِ القيامةِ {إذا يشاءُ قديرٌ}: فقدرتُه ومشيئتُه صالحان لذلك، ويتوقَّف وقوعُه على وجود الخبر الصادق، وقد عُلم أنَّه قد تواترت أخبار المرسلين وكتبهم بوقوعه.
(29) Maksudnya, di antara bukti-bukti kekuasaanNya yang luar biasa dan bahwa Dia akan menghidupkan kembali orang-orang mati sesudah kematian mereka adalah, ﴾ خَلۡقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ﴿ "mencipta-kan langit dan bumi," dengan begitu sangat besar dan luasnya, yang menunjukkan kepada kekuasaan dan kemahaluasan kerajaanNya, dan termasuk di dalamnya adalah kerapihan dan kekokohan yang menunjukkan hikmahNya, dan berbagai manfaat dan maslahat yang ada pada keduanya yang membuktikan rahmatNya. Dan semua itu menunjukkan bahwa sesungguhnya hanya Dia-lah yang berhak disembah, dan sesungguhnya ketuhanan selain Dia adalah palsu. ﴾ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا ﴿ "Dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia se-barkan pada keduanya," artinya, Dia menyebarluaskan berbagai jenis binatang melata di langit dan di bumi, yang Dia jadikan sebagai maslahat dan manfaat bagi hamba-hambaNya. ﴾ وَهُوَ عَلَىٰ جَمۡعِهِمۡ ﴿ "Dan Dia, untuk mengumpulkan semuanya." Maksudnya, menghimpun seluruh manusia sesudah mereka untuk perjumpaan di Hari Kiamat, ﴾ إِذَا يَشَآءُ قَدِيرٞ ﴿ "apabila dikehendakiNya benar-benar Mahakuasa," sebab kekuasaan dan kehendakNya memang bisa untuk itu semua. Me-ngenai kepastian terjadinya pengumpulan kembali manusia di Hari Kiamat nanti, itu sangat tergantung kepada berita (informasi) yang benar, dan sesungguhnya sudah diketahui bahwa sangat banyak sekali berita-berita dari para rasul dan dari kitab-kitab suci mereka yang mengabarkan kepastian terjadinya pengumpulan manusia itu.
Ayah: 30 - 31 #
{وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (30) وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الْأَرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (31)}.
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaaf-kan sebagian besar. Dan kamu tidak dapat mengalahkan di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong selain Allah." (Asy-Syura: 30-31).
#
{30} يخبر تعالى أنَّه ما أصاب العبادَ من مصيبةٍ في أبدانهم وأموالهم وأولادهم وفيما يحبُّون ويكون عزيزاً عليهم إلاَّ بسبب ما قدَّمته أيديهم من السيئاتِ، وأنَّ ما يعفو الله عنه أكثرُ؛ فإنَّ الله لا يظلم العبادَ، ولكن أنفسَهم يظلمونَ، {ولو يؤاخِذُ اللهُ الناس بما كَسَبوا ما تَرَكَ على ظهرها من دابَّةٍ}.
(30) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan bahwa apa pun musibah yang menimpa hamba-hambaNya, pada jasad mereka, pada harta atau-pun pada anak-anak mereka dan pada apa saja yang mereka cintai lagi sangat mereka sayangi, adalah akibat dosa-dosa yang mereka lakukan sendiri, dan sesungguhnya yang dimaafkan oleh Allah سبحانه وتعالى lebih banyak dari itu. Sebab, sesungguhnya Allah tidak berbuat zhalim terhadap hamba-hambaNya, akan tetapi diri mereka sen-dirilah yang menzhalimi diri mereka sendiri. ﴾ وَلَوۡ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِظُلۡمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيۡهَا مِن دَآبَّةٖ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمۡ إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗىۖ ﴿ "Jikalau Allah menghukum manusia karena kezhalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkanNya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan." (An-Nahl: 61).
#
{31} وليس إهمالاً منه تعالى تأخيرُ العقوباتِ ولا عجزاً: فما {أنتُم بمعجزينَ في الأرض}؛ أي: معجزينَ قدرةَ الله عليكم، بل أنتم عاجزون في الأرض، ليس عندكم امتناعٌ عما ينفذه الله فيكم، {وما لكم من دونِ الله من وليٍّ}: يتولاَّكم، فيحصِّل لكم المنافع {ولا نصيرٍ}: يدفع عنكم المضارَّ.
(31) Penangguhan hukuman-hukuman bukanlah karena Allah mengabaikan dan bukan pula karena Allah tidak mampu, sebab ﴾ أَنتُم بِمُعۡجِزِينَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ ﴿ "kamu tidak dapat mengalahkan di muka bumi," maksudnya, (kalian tidak mungkin) mengalahkan kuasa Allah terhadap kalian, melainkan kalianlah yang lemah, tidak berdaya di muka bumi ini, kalian tidak bisa menghindar dari apa yang di-lakukan Allah سبحانه وتعالى terhadap kalian, ﴾ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِن وَلِيّٖ ﴿ "dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung pun selain Allah," yang bisa me-lindungi kalian, sehingga kalian mendapat keuntungan-keuntung-an darinya ﴾ وَلَا نَصِيرٖ ﴿ "dan tidak pula seorang penolong" yang dapat menolak marabahaya dari kalian.
Ayah: 32 - 35 #
{وَمِنْ آيَاتِهِ الْجَوَارِ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ (32) إِنْ يَشَأْ يُسْكِنِ الرِّيحَ فَيَظْلَلْنَ رَوَاكِدَ عَلَى ظَهْرِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (33) أَوْ يُوبِقْهُنَّ بِمَا كَسَبُوا وَيَعْفُ عَنْ كَثِيرٍ (34) وَيَعْلَمَ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِنَا مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ (35)}.
"Dan di antara tanda-tandaNya ialah kapal-kapal di laut seperti gunung-gunung. Jika Dia menghendaki, Dia akan menenang-kan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tandaNya bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur, atau kapal-kapal itu dibinasakanNya karena perbuatan mereka atau Dia memberi maaf sebagian besar. Dan supaya orang-orang yang membantah ayat-ayat Kami mengetahui bahwa mereka se-kali-kali tidak akan memperoleh jalan keluar." (Asy-Syura: 32-35).
#
{32} أي: ومن أدلَّة رحمته وعنايته بعباده {الجواري في البحر}: من السُّفن والمراكب الناريَّة والشراعيَّة التي من عظمها {كالأعلامِ}، وهي الجبالُ الكبارُ التي سخَّر لها البحر العجاج، وحفظها من التطام الأمواج، وجعلها تحمِلُكم وتحمِلُ أمتعتَكم الكثيرةَ إلى البلدان والأقطارِ البعيدة، وسخَّر لها من الأسباب ما كان معونةً على ذلك.
(32) Di antara bukti-bukti rahmat (kasih sayang)Nya dan perhatianNya terhadap hamba-hambaNya, ﴾ ٱلۡجَوَارِ فِي ٱلۡبَحۡرِ ﴿ "ialah kapal-kapal di laut," berupa bahtera-bahtera dan berbagai kapal motor dan kapal layar yang karena sangat besarnya ﴾ كَٱلۡأَعۡلَٰمِ ﴿ "seperti gunung-gunung," yakni gunung-gunung besar. Dan Allah-lah yang telah menundukkan lautan yang berkecamuk itu untuknya dan men-jaganya dari gempuran gelombang. Dia menjadikannya mampu membawa kalian dan membawa berbagai barang yang sangat ba-nyak milik kalian menuju negeri-negeri dan penjuru-penjuru nan jauh di sana, dan Dia menundukkan pula untuk berbagai sebab (fasilitas) yang mempermudah semua itu.
#
{33 ـ 34} ثم نبَّه على هذه الأسباب بقوله: {إن يشأ يُسْكِنِ الريحَ}: التي جعلها الله سبباً لمشيها، {فيَظْلَلْنَ}؛ أي: الجواري {رواكدَ}: على ظهر البحر لا تتقدَّم ولا تتأخَّر. ولا ينتقض هذا بالمراكب الناريَّة؛ فإنَّ من شرط مشيِها وجودَ الريح، وإنْ شاء الله تعالى؛ أوبق الجواري بما كسب أهلها؛ أي: أغرقها في البحر وأتلفها، ولكنَّه يحلم ويعفو عن كثيرٍ. {إنَّ في ذلك لآياتٍ لكلِّ صبارٍ شكورٍ}؛ أي: كثير الصبر على ما تكرهه نفسه، ويشقُّ عليها فيكرِهها عليه من مشقَّة طاعة أو رَدْع داعٍ إلى معصية أو رَدْع نفسِهِ عند المصائب عن التسخُّط، شكورٍ في الرخاء، وعند النعم يعترفُ بنعمةِ ربِّه، ويخضع له، ويصرِفُها في مرضاتِهِ؛ فهذا الذي ينتفع بآيات الله، وأمَّا الذي لا صبر عنده ولا شكر له عند نعم الله؛ فإنَّه معرضٌ أو معاندٌ لا ينتفع بالآيات.
(33-34) Kemudian Allah menyinggung sebab-sebab (fasi-litas-fasilitas) tersebut dengan FirmanNya, ﴾ إِن يَشَأۡ يُسۡكِنِ ٱلرِّيحَ ﴿ "Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin," yang dijadikan oleh Allah sebagai sebab yang membuatnya bisa berjalan, ﴾ فَيَظۡلَلۡنَ ﴿ "maka jadilah," yakni, kapal-kapal itu ﴾ رَوَاكِدَ ﴿ "terhenti" di permukaan lautan, tidak bisa maju dan tidak bisa mundur. Ini tidak menjadi batal karena adanya kapal-kapal motor, sebab di antara syaratnya untuk bisa berangkat adalah adanya angin. Dan jika Allah سبحانه وتعالى meng-hendaki, niscaya Dia membinasakan kapal-kapal tersebut karena perbuatan para penumpangnya. Maksudnya, Allah menenggelam-kannya di dalam lautan dan menghancurkannya. Namun Allah masih berlaku lembut dan memaafkan kebanyakan (perbuatan mereka. Pent). ﴾ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّكُلِّ صَبَّارٖ شَكُورٍ ﴿ "Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tandaNya bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur," maksudnya, sangat penyabar terhadap hal-hal yang tidak disuka oleh jiwanya dan menyusahkannya sehingga ia tidak menyukainya, seperti kesusahan dalam menjalankan ketaatan atau dalam menolak bujukan untuk berbuat maksiat, atau untuk menghentikan jiwanya bersikap murka di saat ditimpa musibah. Dan suka berterima kasih di waktu senang dan di saat menerima berbagai nikmat, dia mengakui karunia Tuhannya, ia tunduk patuh kepadaNya dan menggunakannya dalam rangka mencari keridha-anNya. Itulah orang yang akan dapat banyak mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah. Adapun orang yang tidak mempunyai kesa-baran dan tidak mempunyai rasa syukur terhadap nikmat-nikmat Allah, maka ia pasti berpaling atau bersikap keras kepala, tidak mau mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah.
#
{35} ثم قال تعالى: {ويعلم الذين يجادلون في آياتنا}: لِيُبْطِلوها بباطلهم، {ما لهم من محيصٍ}؛ أي: لا ينقذهم منقذٌ مما حلَّ بهم من العقوبة.
(35) Kemudian Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَيَعۡلَمَ ٱلَّذِينَ يُجَٰدِلُونَ فِيٓ ءَايَٰتِنَا ﴿ "Dan supaya orang-orang yang membantah ayat-ayat Kami mengetahui," untuk membatalkannya (merusaknya) dengan kebatilan mereka, ﴾ مَا لَهُم مِّن مَّحِيصٖ ﴿ "bahwa mereka sekali-kali tidak akan memperoleh jalan keluar," artinya, tidak ada yang bisa menyelamatkan mereka dari siksa yang menimpa mereka.
Ayah: 36 - 39 #
{فَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى لِلَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (36) وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ (37) وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (38) وَالَّذِينَ إِذَا أَصَابَهُمُ الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُونَ (39)}.
"Maka sesuatu apa pun yang diberikan kepadamu, itu ada-lah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Rabb, mereka bertawakal, dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah, mereka memberi maaf. Dan orang-orang yang menerima seruan Rabbnya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka adalah musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Dan orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zhalim mereka membela diri." (Asy-Syura: 36-39).
#
{36} هذا تزهيدٌ في الدُّنيا وترغيبٌ في الآخرة وذكرُ الأعمال الموصلةِ إليها؛ فقال: {فما أوتيتم من شيءٍ}: من ملكٍ ورياسةٍ وأموال وبنينَ وصحَّةٍ وعافيةٍ بدنيَّةٍ، {فمتاعُ الحياةِ الدُّنيا}: لذَّةٌ منغصةٌ منقطعةٌ، {وما عندَ اللهِ}: من الثواب الجزيل والأجر الجليل والنعيم المقيم {خيرٌ} من لَذَّات الدُّنيا، خيريَّة لا نسبةَ بينهما {وأبقى}: لأنَّه نعيمٌ لا منغِّص فيه ولا كَدَرَ ولا انتقالَ. ثم ذكر لمن هذا الثواب، فقال: {للذين آمنوا وعلى ربِّهم يتوكَّلونَ}؛ أي: جمعوا بين الإيمان الصحيح المستلزم لأعمال الإيمان الظاهرة والباطنة، وبين التوكُّل الذي هو الآلةُ لكلِّ عمل؛ فكلُّ عمل لا يَصْحَبُه التوكُّل؛ فغير تامٍّ، وهو الاعتماد بالقلب على الله في جَلْب ما يحبُّه العبد ودَفْع ما يكرهُهُ مع الثِّقة به تعالى.
(36) Ini adalah anjuran zuhud terhadap dunia dan rang-sangan untuk mencintai akhirat dan penjelasan tentang amal-amal yang bisa mengantarkan kepadanya, seraya berfirman, ﴾ فَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَيۡءٖ ﴿ "Maka sesuatu apa pun yang diberikan kepadamu" berupa kerajaan, kekuasaan, harta kekayaan, anak-anak, kesehatan, dan keselamat-an fisik, ﴾ فَمَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۚ ﴿ "itu adalah kenikmatan hidup di dunia," suatu kelezatan yang akan punah dan akan terputus, ﴾ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ ﴿ "dan yang ada pada sisi Allah," yaitu pahala yang berlimpah dan balasan yang sangat mulia dan kenikmatan abadi, adalah ﴾ خَيۡرٞ ﴿ "lebih baik," dari kelezatan-kelezatan dunia; suatu perbandingan kebaikan yang jauh di antara keduanya, ﴾ وَأَبۡقَىٰ ﴿ "dan lebih kekal," sebab ia adalah kenikmatan yang tidak ada kesusahannya, tidak ada kekeruhannya, dan tidak ada perpindahan. Kemudian Dia menjelaskan milik siapa pahala itu, seraya berfirman, ﴾ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ﴿ "Bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakal," maksudnya, me-reka memadukan antara iman yang benar yang melahirkan amal-amal iman yang nampak dan yang tidak tampak, dengan tawakal (sikap berserah diri) yang merupakan alat bagi setiap amal. Sebab, setiap amal (perbuatan) yang tidak disertai tawakal adalah tidak sempurna. Tawakal adalah bersandar kepada Allah dengan hati dalam mencari apa-apa yang dicintai dan menolak apa-apa yang tidak disukai, disertai dengan sikap percaya sepenuhnya kepada Allah سبحانه وتعالى.
#
{37} {والذين يَجتنبونَ كبائرَ الإثم والفواحشَ}: والفرق بين الكبائرِ والفواحشِ ـ مع أنَّ جميعَهما كبائرُ ـ أنَّ الفواحشَ هي الذُّنوب الكبارُ التي في النفوس داعٍ إليها كالزِّنا ونحوه، والكبائرُ ما ليس كذلك، هذا عند الاقتران، وأمَّا مع إفرادِ كلٍّ منهما عن الآخر؛ فإنَّ الآخر يدخُلُ فيه. {وإذا ما غضبوا هم يغفِرونَ}؛ أي: قد تخلَّقوا بمكارم الأخلاق ومحاسن الشِّيم، فصار الحلم لهم سَجِيَّة وحسن الخلق لهم طبيعةً، حتى إذا أغضَبَهم أحدٌ بمقاله أو فعاله؛ كظموا ذلك الغضب، فلم يُنْفِذوه، بل غفروه، ولم يقابِلوا المسيءَ إلاَّ بالإحسان والعفو والصفح، فترتَّب على هذا العفو والصفح من المصالح ودفع المفاسد في أنفسهم وغيرهم شيءٌ كثير؛ كما قال تعالى: {ادفَعْ بالتي هي أحسنُ فإذا الذي بينَكَ وبينَه عدواةٌ كأنَّه وليٌّ حميمٌ. وما يُلَقَّاها إلاَّ الذينَ صَبَروا وما يُلَقَّاها إلاَّ ذو حَظٍّ عظيم}.
(37) ﴾ وَٱلَّذِينَ يَجۡتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡفَوَٰحِشَ ﴿ "Dan (juga bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji." Perbeda-an antara dosa-dosa besar dengan perbuatan-perbuatan keji, sekali-pun semuanya merupakan dosa besar, adalah bahwa perbuatan-perbuatan keji adalah dosa-dosa yang sangat besar yang di dalam jiwa terdapat nafsu dorongan untuk melakukannya, seperti zina dan yang serupa dengannya. Sedangkan dosa-dosa besar adalah yang tidak seperti itu. Pengertian ini adalah bila keduanya disebut-kan secara bersamaan. Adapun kalau masing-masing disebutkan secara terpisah (tersendiri), maka yang terakhir masuk kepada yang sebelumnya. ﴾ وَإِذَا مَا غَضِبُواْ هُمۡ يَغۡفِرُونَ ﴿ "Dan (juga bagi orang-orang yang) apabila mereka marah, mereka memberi maaf." Maksudnya, mereka telah berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehingga sifat lembut telah menjadi karakter mereka, akhlak mulia telah menjadi tabiat mereka hingga apabila ada seseorang yang membuatnya marah dengan ucapan ataupun perbuatannya, mereka menahan kema-rahannya itu, mereka tidak melepaskannya, bahkan mereka me-maafkannya. Mereka tidak membalas orang yang berbuat buruk kecuali dengan ihsan (sikap baik), memaafkan, dan berlapang dada. Maka sikap memaafkan dan berlapang dada ini melahirkan banyak maslahat dan banyak mencegah timbulnya kerusakan pada diri mereka sendiri dan pada orang lain. Ini sebagaimana FirmanNya, ﴾ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِي بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدَٰوَةٞ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٞ 34 وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٖ 35 ﴿ "Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak di-anugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianu-gerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (Fushshilat: 34-35).
#
{38} {والذين استجابوا لربِّهم}؛ أي: انقادوا لطاعته، ولبَّوْا دعوته، وصار قصدُهُم رضوانَه وغايتُهُم الفوزَ بقربِهِ، ومن الاستجابة لله إقامُ الصَّلاة وإيتاءُ الزَّكاة؛ فلذلك عطفَهما على ذلك من باب عطف العامِّ على الخاصِّ الدالِّ على شرفه وفضله، فقال: {وأقاموا الصلاةَ}؛ أي: ظاهرها وباطنها فرضها ونفلها، {ومما رَزَقْناهم يُنفِقونَ}: من النفقات الواجبة؛ كالزكاة والنفقة على الأقارب ونحوهم، والمستحبَّة؛ كالصدقات على عموم الخلق. {وأمرُهُم}: الدينيُّ والدنيويُّ، {شورى بينهم}؛ أي: لا يستبدُّ أحدٌ منهم برأيه في أمر من الأمور المشتركة بينهم، وهذا لا يكون إلاَّ فرعاً عن اجتماعهم وتوالُفِهم وتوادُدِهم وتحابُبِهم؛ وكمال عقولهم أنَّهم إذا أرادوا أمراً من الأمور التي تحتاجُ إلى إعمال الفكرِ والرأي فيها؛ اجتمعوا لها وتشاوروا وبحثوا فيها، حتى إذا تبيَّنت لهم المصلحةُ؛ انتهزوها وبادروها، وذلك كالرأي في الغزو والجهاد وتولية الموظَّفين لإمارةٍ أو قضاءٍ أو غيره، وكالبحث في المسائل الدينيَّة عموماً؛ فإنَّها من الأمور المشتركة، والبحثُ فيها لبيان الصَّواب مما يحبُّه الله، وهو داخلٌ في هذه الآية.
(38) ﴾ وَٱلَّذِينَ ٱسۡتَجَابُواْ لِرَبِّهِمۡ ﴿ "Dan orang-orang yang menerima seruan Rabbnya," maksudnya, mereka tunduk untuk menaatiNya, meme-nuhi seruanNya dan tujuan mereka pun adalah keridhaanNya dan tujuan akhir mereka adalah meraih kedekatan denganNya. Terma-suk memenuhi seruan Allah adalah menegakkan shalat dan menu-naikan zakat. Maka dari itu Allah menyambung keduanya dengan yang sebelumnya sebagai 'athful-am 'alal-khash (pengikutan yang umum kepada yang khusus) yang menunjukkan kemuliaan dan keutamaan yang khusus itu, seraya berfirman, ﴾ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ ﴿ "Dan mendirikan shalat" yang lahir dan yang batinnya, yang fardhu dan yang sunnahnya, ﴾ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ﴿ "dan mereka menginfakkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka," infak yang wajib seperti zakat, infak terhadap kerabat dekat dan yang semisal mereka, dan infak yang sunnah seperti bersedekah kepada masyarakat awam. ﴾ وَأَمۡرُهُمۡ ﴿ "Sedang urusan mereka," yang bersifat religi dan yang ber-sifat duniawi ﴾ شُورَىٰ بَيۡنَهُمۡ ﴿ "adalah musyawarah antara mereka," maksud-nya, tidak seorang pun dari mereka yang bersikap otoriter dengan pendapatnya dalam suatu urusan bersama di antara mereka. Ini tidak akan terjadi kecuali merupakan bagian dari keber-samaan, kekompakan, kecintaan, dan saling sayang-menyayangi di antara mereka, dan merupakan kesempurnaan (kematangan) pikiran mereka adalah bahwa apabila mereka hendak melakukan suatu perkara yang memerlukan pengerahan pikiran dan pendapat, maka mereka berkumpul, bermusyawarah, serta melakukan pem-bahasan tentangnya, hingga jika kemaslahatan sudah terbukti, maka mereka segera mengambilnya. Ini seperti pendapat (ide) dalam peperangan dan jihad, penugasan para petugas untuk menduduki suatu jabatan kekuasaan atau hakim atau yang semisal dengannya. Juga seperti pembahasan tentang masalah-masalah agama secara umum, sebab semua itu termasuk permasalahan bersama. Mela-kukan pembahasan terhadapnya adalah untuk menjelaskan yang tepat dari yang dicintai Allah. Itu semua masuk dalam ayat ini.
#
{39} {والذين إذا أصابَهُمُ البغيُ}؛ أي: وصل إليهم من أعدائهم {هم ينتصرونَ}: لقوَّتهم وعزَّتهم، ولم يكونوا أذلاَّء عاجزين عن الانتصارِ؛ فوصَفَهم بالإيمان، والتوكُّل على الله، واجتنابِ الكبائر والفواحش الذي تُكَفَّرُ به الصغائرُ، والانقياد التامِّ، والاستجابة لربِّهم، وإقامة الصلاة، والإنفاق في وجوه الإحسان، والمشاورة في أمورهم، والقوَّة، والانتصار على أعدائِهِم؛ فهذه خصالُ الكمال قد جَمَعوها، ويلزم من قيامِها فيهم فِعْلُ ما هو دونَها وانتفاءُ ضدِّها.
(39) ﴾ وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَابَهُمُ ٱلۡبَغۡيُ ﴿ "Dan orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zhalim," maksudnya, kezhaliman yang sampai kepada mereka dari musuh, ﴾ هُمۡ يَنتَصِرُونَ ﴿ "mereka membela diri," karena kekuatan dan keperkasaan (harga diri) mereka. Mereka tidak men-jadi manusia yang hina dan lemah untuk membela diri. Ringkasnya, Allah menyifati mereka dengan iman, tawakal kepada Allah, menjauhi perbuatan-perbuatan keji dan dosa-dosa besar yang dengannya dosa-dosa kecil dihapuskan, kepatuhan yang sempurna dan memenuhi seruan Tuhan mereka, menegakkan shalat, berinfak di jalan-jalan kebajikan, bermusyawarah dalam urusan-urusan mereka, kekuatan dan membela diri terhadap musuh. Inilah karakter-karakter kesempurnaan, mereka telah me-milikinya semua, dan keberadaan karakter-karakter mulia dalam diri mereka tersebut memastikan mereka melakukan karakter-karakter lainnya dan menjauhi lawan-lawannya.
Ayah: 40 - 43 #
{وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (40) وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ (41) إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (42) وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (43)}.
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zhalim. Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka. Sesungguhnya jalan itu atas orang-orang yang berbuat zhalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." (Asy-Syura: 40-43).
#
{40} ذكر الله في هذه الآية مراتبَ العقوباتِ، وأنَّها على ثلاث مراتب: عدلٌ، وفضلٌ، وظلمٌ. فمرتبةُ العدل: جزاءُ السيئةِ بسيئةٍ مثِلها؛ لا زيادة ولا نقص؛ فالنفسُ بالنفس، وكلُّ جارحة بالجارحة المماثلة لها، والمال يُضْمَنُ بمثله. ومرتبةُ الفضل: العفو والإصلاحُ عن المسيء، ولهذا قال: {فمَنْ عفا وأصلَحَ فأجرُهُ على الله}؛ يجزيه أجراً عظيماً وثواباً كثيراً، وشَرَطَ الله في العفو الإصلاح فيه ليدلَّ ذلك على أنَّه إذا كان الجاني لا يَليقُ بالعفوِ عنه، وكانت المصلحةُ الشرعيةُ تقتضي عقوبتَه؛ فإنَّه في هذه الحال لا يكون مأموراً به، وفي جعل أجرِ العافي على الله مما يهيجُ على العفوِ وأنْ يعامِلَ العبدُ الخَلْقَ بما يحبُّ أن يعامِلَه الله به؛ فكما يحبُّ أن يعفوَ الله عنه؛ فليعفُ عنهم، وكما يحبُّ أن يسامِحَه الله؛ فليسامِحْهم؛ فإنَّ الجزاء من جنس العمل. وأما مرتبةُ الظُّلم؛ فقد ذَكَرَها بقوله: {إنَّه لا يحبُّ الظالمين}: الذين يجنون على غيرِهِم ابتداءً، أو يقابلون الجاني بأكثر من جنايتِهِ؛ فالزيادة ظلمٌ.
(40) Allah سبحانه وتعالى menjelaskan pada ayat ini tingkatan-tingkatan hukuman, yaitu ada tiga tingkatan: Keadilan, keutamaan, dan kezhaliman. Tingkatan adil adalah membalas kejahatan dengan kejahatan serupa, tidak lebih dan tidak kurang. Maka nyawa di-balas dengan nyawa, setiap anggota tubuh dengan anggota tubuh yang sama, dan harta dibalas dengan ganti rugi harta yang semisal. Tingkatan keutamaan adalah memaafkan dan berdamai dengan yang berbuat kesalahan. Maka dari itu Allah berfirman, ﴾ فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۚ ﴿ "Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah." Allah akan memberinya balasan upah yang sangat besar dan pahala yang sangat banyak. Allah سبحانه وتعالى memberikan persyaratan dalam pemberian maaf, yaitu untuk perbaikan dan memberikan petunjuk bahwa apabila si pelaku kejahatan itu tidak pantas diberi maaf sedangkan masla-hat syar'i menuntut ia harus dihukum, maka dalam kondisi seperti ini pemberian maaf tidak diperintahkan. Dan pada pahala yang ditanggung Allah itu mengandung himbauan untuk memberikan maaf, dan hendaknya seorang hamba memperlakukan manusia dengan perlakuan yang dicintai oleh Allah. Sebagaimana ia senang kalau dimaafkan oleh Allah, maka hendaknya ia memaafkan me-reka. Sebagaimana ia senang kalau diampuni Allah, maka hendak-lah ia mengampuni mereka, karena sesungguhnya ganjaran itu sejenis dengan perbuatan. Dan tingkatan kezhaliman telah dijelaskan oleh Allah سبحانه وتعالى de-ngan FirmanNya, ﴾ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zhalim," yaitu orang-orang yang terlebih dahulu melakukan kejahatan terhadap orang lain, atau membalas pelaku kejahatan dengan balasan yang melebihi kejahatannya. Jadi, ber-lebihan itu adalah tindak kezhaliman.
#
{41} {ولَمَنِ انتصر} من {بعد ظلمِهِ}؛ أي: انتصر ممَّن ظَلَمه بعد وقوع الظُّلم عليه {فأولئك ما عليهم من سبيل}؛ أي: لا حرج عليهم في ذلك. ودلَّ قولُه: {والذين إذا أصابَهُمُ البَغْيُ}، وقوله: {ولَمَنِ انتصر بعد ظلمِهِ}: أنَّه لا بدَّ من إصابة البغي والظُّلم ووقوعه، وأما إرادةُ البغي على الغير وإرادةُ ظلمه من غيرِ أن يَقَعَ منه شيءٌ؛ فهذا لا يجازَى بمثله، وإنَّما يؤدَّب تأديباً يردعُه عن قول أو فعل صدر منه.
(41) ﴾ وَلَمَنِ ٱنتَصَرَ ﴿ "Dan sesungguhnya orang-orang yang mem-bela diri," dari ﴾ بَعۡدَ ظُلۡمِهِۦ ﴿ "sesudah teraniaya," maksudnya, membela diri dari orang yang menganiayanya setelah kezhaliman menimpa-nya, ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ مَا عَلَيۡهِم مِّن سَبِيلٍ ﴿ "tidak ada suatu dosa pun atas mereka." Arti-nya, tidak ada dosa atas mereka dalam melakukan pembelaan itu. FirmanNya, ﴾ وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَابَهُمُ ٱلۡبَغۡيُ ﴿ "Dan orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zhalim," dan FirmanNya,﴾ وَلَمَنِ ٱنتَصَرَ بَعۡدَ ظُلۡمِهِۦ ﴿ "Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah ter-aniaya," menunjukkan bahwa perbuatan penganiayaan dan kezha-liman sudah ada dan telah terjadi. Adapun kalau masih hanya dalam bentuk keinginan untuk melakukan penganiayaan terhadap orang lain dan keinginan untuk bertindak zhalim, namun belum dilakukan sedikitpun, maka yang seperti ini tidak boleh diberi ba-lasan dengan yang serupa. Ia hanya diberi pelajaran yang bisa mem-buatnya jera dari perkataan atau perbuatan yang berasal darinya.
#
{42} {إنَّما السبيلُ}؛ أي: إنَّما تتوجَّه الحجَّة بالعقوبة الشرعيَّة {على الذين يظلِمونَ الناس ويَبْغونَ في الأرض بغير الحقِّ}: وهذا شاملٌ للظُّلم والبغي على الناس في دمائهم وأموالهم وأعراضهم. {أولئك لهم عذابٌ أليمٌ}؛ أي: موجعٌ للقلوب والأبدان بحسب ظلمهم وبغيهم.
(42) ﴾ إِنَّمَا ٱلسَّبِيلُ ﴿ "Sesungguhnya jalan itu," artinya, sesung-guhnya hujjah berupa hukuman syar'i itu d i t u j u k a n ﴾ عَلَى ٱلَّذِينَ يَظۡلِمُونَ ٱلنَّاسَ وَيَبۡغُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّۚ ﴿ "atas orang-orang yang berbuat zhalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak." Ini meliputi semua bentuk kezhaliman dan penganiayaan terhadap orang lain, terhadap darah (jiwa) mereka, harta atau kehormatan mereka. ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ ﴿ "Mereka itu mendapat azab yang pedih," artinya, yang menyakitkan jiwa dan badan sesuai dengan kezhaliman dan penganiayaannya.
#
{43} {وَلَمَن صَبَرَ}: على ما ينالُه من أذى الخلق، {وغَفَرَ}: لهم بأن سمح لهم عمَّا يصدر منهم {إنَّ ذلك لَمِنْ عزم الأمور}؛ أي: لمن الأمور التي حثَّ اللهُ عليها وأكَّدها وأخبر أنَّه لا يُلَقَّاها إلاَّ أهلُ الصبر والحظوظِ العظيمة، ومن الأمور التي لا يوفَّق لها إلاَّ أولو العزائم والهمم وذوو الألباب والبصائر؛ فإنَّ ترك الانتصار للنفس بالقول أو الفعل من أشقِّ شيء عليها، والصبر على الأذى والصفح عنه ومغفرتِهِ ومقابلتِهِ بالإحسان أشقُّ وأشقُّ، ولكنَّه يسيرٌ على من يسَّره الله عليه وجاهد نفسَه على الاتِّصاف به، واستعانَ اللهَ على ذلك، ثم إذا ذاقَ العبدُ حلاوته، ووجد آثارَه؛ تلقَّاه برحب الصدرِ وسعة الخُلُق والتلذُّذ فيه.
(43) ﴾ وَلَمَن صَبَرَ ﴿ "Tetapi orang yang bersabar" dalam mengha-dapi apa yang dia rasakan dari gangguan orang lain, ﴾ وَغَفَرَ ﴿ "dan memaafkan" mereka dengan memaafkan perbuatan yang mereka lakukan terhadapnya, ﴾ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ ﴿ "sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan," artinya, termasuk perkara-perkara yang dianjurkan dan ditekankan oleh Allah dan Allah me-ngabarkan bahwa ia tidak akan dilakukan kecuali oleh orang-orang yang penyabar yang memperoleh keutamaan yang sangat besar, dan ia termasuk perkara yang tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang-orang yang memiliki tekad dan kemauan keras dan orang-orang yang memiliki pikiran dan nurani. Sebab, sesungguhnya tidak melakukan pembelaan diri dengan ucapan atau perbuatan adalah merupakan sesuatu yang sangat berat bagi jiwa, dan sabar atas gangguan, memaafkan, mengampuni dan membalasnya de-ngan kebaikan adalah lebih berat dan lebih berat lagi. Namun, itu semua ringan bagi orang yang diringankan oleh Allah dan berjihad melawan nafsunya untuk bisa bersikap demikian serta memohon pertolongan kepada Allah سبحانه وتعالى untuk itu. Kemudian apabila seorang hamba merasakan manisnya sabar dan menemukan pengaruh-pengaruhnya, maka ia akan menghadapi semua itu dengan lapang dada, akhlak mulia, dan menikmatinya.
Ayah: 44 - 46 #
{وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ وَلِيٍّ مِنْ بَعْدِهِ وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَى مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ (44) وَتَرَاهُمْ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا خَاشِعِينَ مِنَ الذُّلِّ يَنْظُرُونَ مِنْ طَرْفٍ خَفِيٍّ وَقَالَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا إِنَّ الظَّالِمِينَ فِي عَذَابٍ مُقِيمٍ (45) وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنْ أَوْلِيَاءَ يَنْصُرُونَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ سَبِيلٍ (46)}.
"Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada baginya seorang pemimpin pun sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang yang zhalim ketika mereka melihat azab berkata, 'Adakah kiranya jalan untuk kembali?' Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena terhina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu. Dan orang-orang yang beriman berkata, 'Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan keluarga mereka pada Hari Kiamat.' Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu berada dalam azab yang kekal. Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung-pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah. Dan siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidaklah ada baginya sesuatu jalan pun." (Asy-Syura: 44-46).
#
{44} يخبر تعالى أنَّه المنفرد بالهداية والإضلال، وأنَّه {مَنْ يُضْلِل اللهُ}: بسبب ظلمه {فما له من وليٍّ من بعدِهِ}: يتولَّى أمره ويهديه، {وترى الظالمين لمَّا رأوا العذابَ}: مرأى ومنظراً فظيعاً صعباً شنيعاً يُظْهِرونَ النَّدم العظيم والحزنَ على ما سَلَفَ منهم، و {يقولونَ هل إلى مَرَدٍّ من سبيل}؛ أي: هل لنا طريقٌ أو حيلةٌ إلى رجوعنا إلى الدُّنيا لنعملَ غير الذي كنَّا نعملُ، وهذا طلبٌ للأمر المُحال الذي لا يمكنُ.
(44) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan bahwa Dia-lah sendirian yang memberikan hidayah dan menyesatkan, dan ﴾ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ ﴿ "siapa yang disesatkan Allah" disebabkan kezhalimannya, ﴾ فَمَا لَهُۥ مِن وَلِيّٖ مِّنۢ بَعۡدِهِۦۗ ﴿ "maka tidak ada baginya seorang pemimpin pun sesudah itu," yang bisa mengurusi permasalahannya dan memberinya hidayah. ﴾ وَتَرَى ٱلظَّٰلِمِينَ لَمَّا رَأَوُاْ ٱلۡعَذَابَ ﴿ "Dan kamu akan melihat orang-orang yang zhalim ketika mereka melihat azab" dengan penglihatan yang sangat mengerikan, sulit dan sangat keji, di mana mereka menampakkan penyesalan yang sangat besar dan rasa sedih atas apa yang telah mereka lakukan dahulu dan ﴾ يَقُولُونَ هَلۡ إِلَىٰ مَرَدّٖ مِّن سَبِيلٖ ﴿ "berkata, 'Adakah kiranya jalan untuk kembali," artinya, apakah ada jalan bagi kami atau upaya untuk bisa kembali ke dunia agar kami bisa me-lakukan selain dari apa yang telah kami lakukan dahulu? Ini adalah permintaan sesuatu yang mustahil yang tidak mungkin.
#
{45} {وتراهم يُعْرَضونَ عليها}؛ أي: على النار {خاشعينَ من الذُّلِّ}؛ أي: ترى أجسامَهم خاشعةً للذُّلِّ الذي في قلوبهم، {ينظُرونَ من طرفٍ خفيٍّ}؛ أي: ينظرون إلى النار مسارقةً وشزراً من هيبتها وخوفِها، {وقال الذين آمنوا}: حين ظهرتْ عواقبُ الخلق وتبيَّنَ أهلُ الصدق من غيرِهم: {إنَّ الخاسرينَ}: على الحقيقة، {الذين خَسِروا أنفسَهم وأهليهم يوم القيامةِ}: حيث فوَّتوا أنفسَهم جزيل الثواب وحصلوا على أليم العقاب وفُرِّقَ بينهم وبين أهليهم فلم يجتمعوا بهم آخر ما عليهم. {ألا إنَّ الظالمينَ}: أنفسَهم بالكفر والمعاصي {في عذابٍ مقيم}؛ أي: في سوائه ووسطه منغمِرين لا يخرُجون منه أبداً، ولا يُفَتَّرُ عنهم وهم فيه مُبْلِسونَ.
(45) ﴾ وَتَرَىٰهُمۡ يُعۡرَضُونَ عَلَيۡهَا ﴿ "Dan kamu akan melihat mereka di-hadapkan kepadanya," maksudnya, kepada neraka ﴾ خَٰشِعِينَ مِنَ ٱلذُّلِّ ﴿ "dalam keadaan tunduk karena terhina," yakni, kamu lihat badan me-reka tunduk karena kehinaan yang ada dalam hati mereka,﴾ يَنظُرُونَ مِن طَرۡفٍ خَفِيّٖۗ ﴿ "mereka melihat dengan pandangan yang lesu," maksudnya, melihat ke neraka dengan lirikan dan sudut mata karena sangat ketakutan. ﴾ وَقَالَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ ﴿ "Dan orang-orang yang beriman berkata," saat tampak semua akhir kesudahan manusia dan sudah terpisah de-ngan jelas orang-orang yang jujur dari yang lainnya, ﴾ إِنَّ ٱلۡخَٰسِرِينَ ﴿ "Sesungguhnya orang-orang yang merugi" yang sebenarnya, ﴾ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ وَأَهۡلِيهِمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۗ ﴿ "ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan keluarga mereka pada Hari Kiamat," di mana mereka telah merugikan diri mereka sendiri akan pahala yang berlimpah dan mereka memperoleh hukuman yang sangat menyakitkan, dan mereka dipisahkan dari keluarga mereka sehingga mereka tidak dapat berkumpul bersama sepanjang hukuman yang mereka alami. ﴾ أَلَآ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zhalim," terhadap diri mereka dengan melakukan kekufuran dan berbagai maksiat, ﴾ فِي عَذَابٖ مُّقِيمٖ ﴿ "berada dalam azab yang kekal," di dasarnya dan di tengah-tengahnya, tenggelam di dalamnya, tidak akan di-keluarkan darinya selama-lamanya, dan tidak pula dikurangi sedi-kitpun dari mereka, sedangkan mereka berputus asa di dalamnya.
#
{46} {وما كان لهم من أولياءَ يَنصُرونَهم من دونِ الله}: كما كانوا في الدُّنيا يُمَنُّون أنفسَهم بذلك ؛ ففي القيامةِ يتبيَّن لهم ولغيرِهم أنَّ أسبابهم التي أمَّلوها تقطَّعت، وأنَّه حين جاءهم عذابُ الله لم يُدْفَعْ عنهم، {ومن يُضْلِلِ الله فما له مِن سبيل}: تحصُلُ به هدايتُه؛ فهؤلاء ضلُّوا حين زعموا في شركائِهِم النفعَ ودفعَ الضُّرِّ، فتبيَّن حينئذٍ ضلالُهم.
(46) ﴾ وَمَا كَانَ لَهُم مِّنۡ أَوۡلِيَآءَ يَنصُرُونَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِۗ ﴿ "Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung-pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah" sebagaimana mereka dahulu di dunia yang memanja-kan diri mereka dengan hal itu. Maka pada Hari Kiamat tampaklah bagi mereka dan bagi yang lain bahwa semua bentuk hubungan mereka yang mereka dambakan itu sudah terputus, dan bahwa sesungguhnya di kala azab Allah menimpa mereka maka sama sekali tidak bisa ditolak. ﴾ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِن سَبِيلٍ ﴿ "Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tidaklah ada baginya sesuatu jalan pun," yang dengannya hidayah bisa diperoleh. Jadi, mereka telah sesat saat mereka mengklaim manfaat dan bisa menolak bahaya pada para sembahan-sembahan mereka. Maka pada saat itu terbuktilah ke-sesatan mereka.
Ayah: 47 - 48 #
{اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ مَا لَكُمْ مِنْ مَلْجَإٍ يَوْمَئِذٍ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَكِيرٍ (47) فَإِنْ أَعْرَضُوا فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا إِنْ عَلَيْكَ إِلَّا الْبَلَاغُ وَإِنَّا إِذَا أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً فَرِحَ بِهَا وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَإِنَّ الْإِنْسَانَ كَفُورٌ (48)}.
"Patuhilah seruan Rabbmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kamu tidak mem-peroleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak pula dapat mengingkari. Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan. Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami, maka dia bergembira-ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan dise-babkan perbuatan tangan mereka sendiri, karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar." (Asy-Syura: 47-48).
#
{47} يأمر تعالى عبادَه بالاستجابة له بامتثال ما أمَرَ به واجتنابِ ما نهى عنه وبالمبادرةِ بذلك وعدم التَّسويف {مِن قبل أن يأتِيَ}: يوم القيامة، الذي إذا جاء؛ لا يمكنُ ردُّه واستدراكُ الفائتِ، وليس للعبد في ذلك اليوم ملجأ يلجأ إليه فيفوتُ ربَّه ويهربُ منه، بل قد أحاطتِ الملائكةُ بالخليقة من خلفهم، ونودوا: {يا معشرَ الجِنِّ والإنسِ إنِ استَطَعْتُم أن تَنفُذوا من أقطارِ السمواتِ والأرضِ فانفُذوا لا تَنفُذون إلاَّ بسلطانٍ}: وليس للعبد في ذلك اليوم نكيرٌ لما اقترفَه وأجرمَه، بل لو أنكر؛ لشهدتْ عليه جوارحُه. وهذه الآيةُ ونحوُها فيها ذمُّ الأمل والأمرُ بانتهازِ الفرصة في كلِّ عمل يَعْرِضُ للعبد؛ فإنَّ للتأخير آفاتٍ.
(47) Allah سبحانه وتعالى memerintahkan hamba-hambaNya untuk memenuhi seruanNya dengan mematuhi apa-apa yang diperin-tahkanNya dan menjauhi apa-apa yang dilarangNya, dan dengan segera melakukan hal tersebut serta tidak menunda-nunda waktu, ﴾ مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَ ﴿ "sebelum datang" Hari Kiamat yang apabila telah da-tang tidak mungkin bisa ditolak dan tidak mungkin lagi mengejar ketertinggalan. Dan pada hari itu seorang hamba tidak memiliki tempat yang bisa digunakan untuk berlindung agar bisa terhindar dari Allah dan lari dariNya. Malah para malaikat telah mengelilingi semua manusia dari belakang mereka dan mereka diseru, ﴾ يَٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ إِنِ ٱسۡتَطَعۡتُمۡ أَن تَنفُذُواْ مِنۡ أَقۡطَارِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ فَٱنفُذُواْۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلۡطَٰنٖ 33 ﴿ "Hai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (me-lintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat me-nembusnya kecuali dengan kekuatan." (Ar-Rahman: 33). Dan pada saat itu manusia tidak bisa mengingkari apa-apa yang telah diperbuatnya dan tindakan-tindakan kejahatan yang telah dilakukannya. Bahkan, kalaupun ia mengingkari, niscaya seluruh anggota tubuhnya memberikan kesaksian melawannya. Ayat ini dan yang semisal dengannya mengandung celaan terhadap angan-angan dan mengandung perintah untuk menggu-nakan kesempatan (momen) untuk melakukan amal (perbuatan baik) yang bisa dilakukan saat itu, sebab menunda-nunda waktu itu mendatangkan mudarat.
#
{48} {فإنْ أعْرَضوا}: عمَّا جئتُم به بعد البيانِ التامِّ {فما أرسلناكَ عليهم حفيظاً}: تحفظُ أعمالَهم وتسألُ عنها، {إنْ عليكَ إلاَّ البلاغُ}: فإذا أديتَ ما عليك؛ فقد وجب أجرُكَ على الله، سواء استجابوا أم أعرضوا، وحسابُهم على الله الذي يحفظُ عليهم صغير أعمالِهم وكبيرَها وظاهرَها وباطنها. ثم ذكر تعالى حالةَ الإنسان، وأنَّه إذا أذاقه الله رحمةً من صحَّةِ بدنٍ ورزقٍ رغدٍ وجاه ونحوه؛ {فرِحَ بها}؛ أي: فرح فرحاً مقصوراً عليها لا يتعدَّاها، ويلزم من ذلك طمأنينته بها وإعراضه عن المنعم. {وإن تُصِبْهم سيئةٌ}؛ أي: مرضٌ أو فقرٌ أو نحوهما {بما قدَّمتْ أيديهم فإنَّ الإنسانَ كفورٌ}؛ أي: طبيعته كفرانُ النعمة السابقة والتسخُّط لما أصابه من السيِّئةِ.
(48) ﴾ فَإِنۡ أَعۡرَضُواْ ﴿ "Jika mereka berpaling" dari apa yang kalian bawa setelah adanya penjelasan yang lengkap, ﴾ فَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ عَلَيۡهِمۡ حَفِيظًاۖ ﴿ "maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka," yang mengawasi perbuatan mereka dan kamu tidak akan diminta per-tanggungjawaban atasnya. ﴾ إِنۡ عَلَيۡكَ إِلَّا ٱلۡبَلَٰغُۗ ﴿ "Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan." Maka jika kamu telah melaksanakan ke-wajibanmu, maka pahala untukmu sudah ditanggung Allah. Apa-kah mereka memenuhi seruanmu ataupun mereka berpaling, maka perhitungan mereka adalah menjadi tanggungan Allah yang men-jaga amal perbuatan mereka, yang kecil maupun yang besar, yang nampak dan yang tidak nampak. Kemudian Allah menjelaskan kondisi manusia, yaitu bahwa apabila ia dirasakan (diberi) oleh Allah suatu rahmat berupa kese-hatan badan, rizki yang berlimpah, kedudukan atau lainnya, ﴾ فَرِحَ بِهَاۖ ﴿ "dia bergembira-ria karenanya." Maksudnya, ia bergembira de-ngan kegembiraan yang hanya terbatas pada rahmat itu dan tidak melebihinya, dan termasuk konsekuensinya adalah merasa tenang karenanya dan berpaling dari sang pemberi karunia. ﴾ وَإِن تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةُۢ ﴿ "Dan jika mereka ditimpa kesusahan," seperti penyakit atau kemis-kinan atau lainnya ﴾ بِمَا قَدَّمَتۡ أَيۡدِيهِمۡ فَإِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ كَفُورٞ ﴿ "disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar." Artinya, tabiatnya adalah mengingkari nikmat-nikmat yang terda-hulu dan merasa murka terhadap kesusahan yang menimpanya.
Ayah: 49 - 50 #
{لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (49) أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (50)}.
"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia men-ciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia dikehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa." (Asy-Syura: 49-50).
#
{49 ـ 50} هذه الآية فيها الإخبارُ عن سعةِ ملكِهِ تعالى ونفوذِ تصرُّفه في الملك في الخلق لما يشاء والتدبير لجميع الأمور، حتى إنَّ تدبيره تعالى من عمومِهِ أنَّه يتناول المخلوقة عن الأسباب التي يباشِرُها العباد؛ فإنَّ النِّكاحَ من الأسباب لولادة الأولاد؛ فالله تعالى هو الذي يعطيهم من الأولاد ما يشاءُ؛ فمِنَ الخلق مَن يَهَبُ له إناثاً، ومنهم من يَهَبُ له ذكوراً، ومنهم من يزوِّجُه؛ أي: يجمع له ذكوراً وإناثاً، ومنهم مَنْ يجعلُه عقيماً لا يولَد له. {إنه عليمٌ}: بكلِّ شيءٍ. {قديرٌ}: على كل شيءٍ. فيتصرَّف بعلمه وإتقانه الأشياء وبقدرتِهِ في مخلوقاته.
(49-50) Ayat ini mengandung pemberitaan tentang betapa luasnya kerajaan Allah سبحانه وتعالى dan terealisasinya tindakanNya dalam kerajaanNya tersebut seperti menciptakan apa saja yang dikehen-dakiNya dan mengatur semua urusan, hingga pengaturan yang dilakukanNya mencakup ciptaan tentang sebab-sebab yang dila-kukan oleh manusia. Sesungguhnya nikah (persetubuhan) itu me-rupakan salah satu sebab dilahirkannya anak. Allah-lah yang telah memberi mereka anak-anak menurut kehendakNya. Maka di antara manusia ada yang diberi anak perempuan dan ada pula yang diberi anak laki-laki, dan ada pula yang diberi berpasangan. Maksudnya, anak laki-laki dan perempuan. Dan di antara mereka ada yang di-jadikan mandul, tidak bisa mempunyai anak. ﴾ إِنَّهُۥ عَلِيمٞ ﴿ "Sesungguh-nya Dia Maha Mengetahui," segala sesuatu ﴾ قَدِيرٞ ﴿ "lagi Mahakuasa" melakukan apa saja. Dia berbuat sesuai dengan pengetahuanNya dan keahlianNya terhadap segala sesuatu dan sesuai dengan Kuasa-Nya pada makhluk-makhlukNya.
Ayah: 51 - 53 #
{وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ (51) وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (52) صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ أَلَا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الْأُمُورُ (53)}.
"Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah ber-kata-kata dengannya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan, lalu di-wahyukan kepadanya dengan seizinNya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Mahatinggi lagi Mahabijaksana. Dan demikian-lah Kami wahyukan kepadamu ruh dari perintah Kami. Sebelum-nya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab ini dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikannya cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa saja yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Yaitu jalan Allah yang kepunyaanNya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah semua urusan kembali." (Asy-Syura: 51-53).
#
{51} لما قال المكذِّبون لرسل الله الكافرون بالله: {لولا يكلِّمُنا الله أو تأتينا آيةُ}: من كِبرهم وتجبُّرهم؛ ردَّ الله عليهم بهذه الآية الكريمة، وأنَّ تكليمه تعالى لا يكونُ إلاَّ لخواصِّ خلقه؛ للأنبياء والمرسلين وصفوته من العالمين، وأنَّه يكون على أحد هذه الأوجه: إمَّا أن يكلِّمَه الله وحياً، بأن يُلْقِيَ الوحيَ في قلبِ الرسول من غير إرسال مَلَكٍ ولا مخاطبةٍ منه شفاهاً، {أو} يكلِّمَه منه شفاهاً، لكنه {من وراء حجابٍ}؛ كما حصل لموسى بن عمران كليم الرحمن، {أو} يكلِّمَه الله بواسطة الرسول الملكيِّ؛ فيرسل {رسولاً}؛ كجبريل أو غيره من الملائكة، {فيوحي بإذنه}؛ أي: بإذن ربِّه لا بمجرَّد هواه؛ إنَّه تعالى عليُّ الذات عليُّ الأوصاف، عظيمُها، عليُّ الأفعال، قد قهر كلَّ شيء، ودانت له المخلوقات، {حكيمٌ} في وضعه كلَّ شيء في موضعه من المخلوقات والشرائع.
(51) Setelah orang-orang yang mendustakan para utusan Allah, yang kafir kepada Allah itu berkata, ﴾ لَوۡلَا يُكَلِّمُنَا ٱللَّهُ أَوۡ تَأۡتِينَآ ءَايَةٞۗ ﴿ "Kenapa Allah tidak langsung berbicara kepada kami atau datang kepada kami bukti." (Al-Baqarah: 118), karena kesombongan dan kecongkakan mereka, maka Allah menjawab (membantah) mereka dengan ayat suci ini. (Dan Dia jelaskan) bahwa Dia hanya berkata-kata langsung kepada manusia tertentu, yaitu para nabi yang di-utus dan manusia pilihanNya. Dan pembicaraan itu terjadi melalui beberapa cara: Berbicara kepadanya melalui wahyu, Dia tiupkan wahyu tersebut ke dalam hati seorang rasul tanpa perantara se-orang malaikat atau tanpa pembicaraan langsung dengan rasul itu, ﴾ أَوۡ ﴿ "atau" Dia berbicara kepadanya secara langsung akan tetapi ﴾ مِن وَرَآيِٕ حِجَابٍ ﴿ "dari belakang tabir" sebagaimana terjadi pada Nabi Musa bin Imran (yang dijuluki:) Kalim ar-Rahman, ﴾ أَوۡ ﴿ "atau" Allah berbicara kepadanya dengan perantara utusan dari kalangan ma-laikat, ﴾ يُرۡسِلَ رَسُولٗا ﴿ "dengan mengutus seorang utusan," seperti malai-kat Jibril atau malaikat-malaikat lainnya. ﴾ فَيُوحِيَ بِإِذۡنِهِۦ ﴿ "Lalu diwah-yukan kepadanya dengan seizinNya," maksudnya, seizin Tuhannya, tidak berdasarkan kemauannya sendiri. Sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى Mahatinggi DzatNya, Mahatinggi sifat-sifatNya, lagi Mahaagung, lagi Mahatinggi perbuatan-per-buatanNya. Dia telah mengalahkan segala sesuatu, seluruh makh-luk tunduk kepadaNya, ﴾ حَكِيمٞ ﴿ "lagi Mahabijaksana" di dalam penempatan segala sesuatu dari berbagai makhluk dan ketetapan hukum masing-masing pada tempatnya.
#
{52} {وكذلك} حين أوحينا إلى الرسل قبلك، {أوحَيْنا إليك رُوحاً من أمرِنا}: وهو هذا القرآن الكريم، سمَّاه روحاً؛ لأنَّ الروح يحيا به الجسدُ، والقرآن تحيا به القلوبُ والأرواح، وتحيا به مصالحُ الدُّنيا والدين؛ لما فيه من الخير الكثير والعلم الغزير، وهو محضُ منَّة الله على رسولِهِ وعباده المؤمنين من غير سببٍ منهم، ولهذا قال: {ما كنتَ تَدْري}؛ أي: قبل نزوله عليك {ما الكتابُ ولا الإيمانُ}؛ أي: ليس عندك علمٌ بأخبار الكتب السابقة، ولا إيمانٌ وعملٌ بالشرائع الإلهيَّة، بل كنت أميًّا لا تخطُّ ولا تقرأ، فجاءك هذا الكتابُ الذي {جَعَلْناه نوراً نَهدي به من نشاءُ من عبادِنا}: يستضيئون به في ظُلُماتِ الكفر والبدع والأهواء المُرْدِيَة، ويعرِفون به الحقائقَ، ويهتدون به إلى الصراط المستقيم. {وإنَّك لَتَهْدي إلى صراط مستقيم}؛ أي: تبيِّنُه لهم، وتوضِّحه، [وتنيره] وترغِّبهم فيه، وتَنْهاهم عن ضدِّه، وترهِّبهم منه.
(52) ﴾ وَكَذَٰلِكَ ﴿ "Dan demikianlah," ketika Kami mewahyukan kepada para rasul sebelummu, ﴾ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ رُوحٗا مِّنۡ أَمۡرِنَاۚ ﴿ "Kami wahyukan kepadamu ruh dari perintah Kami," yaitu al-Qur`an al-Karim ini. Allah menamakannya ruh, karena dengan ruh itulah jasad manusia hidup, dan hati serta ruh hanya bisa hidup dengan al-Qur`an, dan dengannya pula semua maslahat dunia dan agama menjadi hidup, karena di dalamnya terkandung banyak kebaikan dan ilmu. Dan ia murni karunia Allah سبحانه وتعالى atas para rasulNya dan hamba-hamba-Nya yang beriman tanpa sebab (jasa) dari mereka. Maka dari itu Allah berfirman, ﴾ مَا كُنتَ تَدۡرِي ﴿ "Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui," maksudnya, sebelum diturunkannya kepadamu, ﴾ مَا ٱلۡكِتَٰبُ وَلَا ٱلۡإِيمَٰنُ ﴿ "apakah al-Kitab ini dan tidak pula mengetahui apakah iman itu." Arti-nya, kamu tidak memiliki pengetahuan tentang informasi-informasi kitab-kitab terdahulu dan tidak pula iman dan amal kepada syariat-syariat ilahiyah. Bahkan kamu adalah seorang yang buta huruf, tidak bisa menulis dan tidak bisa membaca. Lalu datang kepadamu kitab ini, di m a n a ﴾ جَعَلۡنَٰهُ نُورٗا نَّهۡدِي بِهِۦ مَن نَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِنَاۚ ﴿ "Kami menjadikannya cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa saja yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami," yang dapat mereka jadikan penerang di dalam kegelapan-kegelapan kekafiran, bid'ah dan pemikiran-pemikiran yang menyesatkan, dan dengannya mereka dapat me-ngetahui fakta-fakta yang sebenarnya dan mereka dapat menjadi-kannya sebagai pedoman menuju jalan yang lurus.﴾ وَإِنَّكَ لَتَهۡدِيٓ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ﴿ "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." Maksudnya, kamu menjelaskannya kepada me-reka, kamu meneranginya dan memotivasi mereka kepadanya dan kamu melarang mereka dari lawannya dan mewanti-wanti mereka dari lawannya tersebut.
#
{53} ثم فسَّر الصراط المستقيم، فقال: {صراطِ الله الذي له ما في السمواتِ وما في الأرضِ}؛ أي: الصراط الذي نَصَبَهُ الله لعبادِهِ وأخبرهم أنَّه موصلٌ إليه وإلى دار كرامتِهِ. {ألا إلى الله تصيرُ الأمورُ}؛ أي: ترجِعُ جميع أمورِ الخير والشرِّ، فيجازي كلاًّ بعملِهِ ؛ إنْ خيراً فخيرٌ وإن شرًّا فشرٌّ.
(53) Kemudian Allah menjelaskan jalan yang lurus tersebut, seraya berfirman, ﴾ صِرَٰطِ ٱللَّهِ ٱلَّذِي لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ ﴿ "Yaitu jalan Allah yang kepunyaanNya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi." Maksudnya, jalan yang dibentangkan oleh Allah untuk hamba-hambaNya dan menyampaikan kepada mereka bahwa ia bisa mengantarkan mereka kepadaNya dan kepada negeri kara-mahNya. ﴾ أَلَآ إِلَى ٱللَّهِ تَصِيرُ ٱلۡأُمُورُ ﴿ "Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah semua urusan kembali," maksudnya, semua perkara kebaikan dan kebu-rukan kembali kepadaNya, lalu Dia akan memberikan balasan ke-pada masing-masing menurut amal perbuatannya, jika baik dibalas dengan kebaikan dan jika buruk dibalas dengan keburukan.
Selesailah tafsir Surat asy-Syura, maka segala puji bagi Allah di awal dan di akhir, secara lahir dan secara batin, atas kemudahan yang diberikanNya.