TAFSIR SURAT AL-BAQARAH
( Keluarga Imran )
TAFSIR SURAT AL-BAQARAH
( Keluarga Imran )
Madaniyah
{الم (1) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ (2) نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ (3) مِنْ قَبْلُ هُدًى لِلنَّاسِ وَأَنْزَلَ الْفُرْقَانَ إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ (4) إِنَّ اللَّهَ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ (5) هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (6)}.
"Alif lam mim. Allah, tidak ada tuhan
(yang berhak disem-bah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(makhlukNya). Dia menurunkan al-Kitab
(al-Qur`an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum
(al-Qur`an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan al-Furqan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat dan Allah Mahaperkasa lagi mempunyai pembalasan
(siksa). Sesungguhnya bagi Allah, tidak ada satu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak
(pula) di langit. Dia-lah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dike-hendakiNya. Tidak ada tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
(Ali Imran: 1-6).
#
{1} {الم}؛ من الحروف التي لا يعلم معناها إلا الله.
(1) ﴾ الٓمٓ ﴿ "Alif lam mim" adalah di antara huruf-huruf yang tidak ada yang mengetahui maknanya kecuali Allah.
#
{2} فأخبر تعالى أنه {الحي}؛ كامل الحياة {القيوم}؛ القائم بنفسه المقيم لأحوال خلقه، وقد أقام أحوالهم الدينية وأحوالهم الدنيوية والقدرية، فأنزل على رسوله محمد - صلى الله عليه وسلم - الكتاب بالحق الذي لا ريب فيه وهو مشتمل على الحق.
(2) Allah memberitakan bahwa Dia ﴾ ٱلۡحَيُّ
﴿ "Hidup kekal" yakni hidup yang sempurna, ﴾ ٱلۡقَيُّومُ ﴿ "Terus menerus mengurus makhluk-Nya," yang melakukannya sendiri dan mengurus segala kondisi makhlukNya, di mana Allah telah mengurus kondisi agama, kondisi dunia, dan kondisi takdir-takdir mereka, lalu Allah menurunkan kepada RasulNya, Muhammad ﷺ al-Kitab dengan kebenaran, yang tidak ada keraguan padanya, dan kitab itu mencakup kebenaran.
#
{3 ـ 4} {مصدقاً لما بين يديه}؛ من الكتب أي شهد بما شهدت به ووافقها وصدق من جاء بها من المرسلين. وكذلك {أنزل التوراة والإنجيل من قبل} هذا الكتاب، {هدى للناس}؛ وأكمل الرسالة وختمها بمحمد - صلى الله عليه وسلم - وكتابه العظيم الذي هدى الله به الخلق من الضلالات واستنقذهم به من الجهالات، وفرق به بين الحق والباطل والسعادة والشقاوة، والصراط المستقيم وطرق الجحيم، فالذين آمنوا به، واهتدوا حصل لهم به الخير الكثير والثواب العاجل والآجل و {الذين كفروا بآيات الله}؛ التي بينها في كتابه وعلى لسان رسوله {لهم عذاب شديد والله عزيز ذو انتقام}؛ ممن عصاه.
(3-4) ﴾ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ
﴿ "Membenarkan kitab yang telah diturun-kan sebelumnya" dari kitab-kitab suci, artinya, kitab ini mempersak-sikan apa yang dipersaksikan oleh kitab-kitab tersebut, dan mem-benarkan para Rasul yang membawa kitab-kitab tersebut. Demikian juga, ﴾ وَأَنزَلَ ٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَ 3 مِن قَبۡلُ
﴿ "dan menurunkan Taurat dan Injil sebe-lum (al-Qur`an)," yakni kitab Allah ini, ﴾ هُدٗى لِّلنَّاسِ
﴿ "menjadi petunjuk bagi manusia," dan Allah menyempurnakan risalah dan menutup-nya dengan Nabi Muhammad ﷺ dan kitabnya yang agung, yang dengannya Allah memberikan petunjukNya kepada makhluk dari kesesatan dan menyelamatkan mereka dari kebodohan, dan dengan-nya Allah memisahkan antara kebenaran dan kebatilan, kebaha-giaan dan kesengsaraan, jalan yang lurus (ke surga) dan jalan ke neraka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya dan meng-ambil petunjuk niscaya mereka akan memperoleh kebaikan yang melimpah dan pahala yang segera maupun yang tertunda, dan ﴾ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ
﴿ "orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah" yang telah dijelaskan oleh Allah dalam KitabNya dan melalui lisan RasulNya, ﴾ لَهُمۡ عَذَابٞ شَدِيدٞۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٞ ذُو ٱنتِقَامٍ ﴿ "akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Mahaperkasa lagi mempunyai pembalasan
(siksa)" bagi orang-orang yang maksiat kepadaNya.
#
{5 ـ 6} ومن تمام قيوميته تعالى أن علمه محيط بالخلائق {لا يخفى عليه شيء في الأرض ولا في السماء}؛ حتى ما في بطون الحوامل فهو {الذي يصوركم في الأرحام كيف يشاء}؛ من ذكر وأنثى وكامل الخلق وناقصه متنقلين في أطوار خلقته وبديع حكمته، فمن هذا شأنه مع عباده واعتناؤه العظيم بأحوالهم من حين أنشأهم إلى منتهى أمورهم لا مشارك له في ذلك فيتعين أنه لا يستحق العبادة إلا هو {لا إله إلا هو العزيز}؛ الذي قهر الخلائق بقوته، واعتز عن أن يوصف بنقص، أو ينعت بذم. {الحكيم}؛ في خلقه وشرعه.
(5-6) Dan di antara kesempurnaan pengaturanNya
(atas hamba-hambaNya) تعالى adalah bahwa ilmuNya meliputi seluruh makhluk, ﴾ لَا يَخۡفَىٰ عَلَيۡهِ شَيۡءٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِي ٱلسَّمَآءِ
﴿ "bagi Allah tidak ada satu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit," hingga apa yang ada di dalam perut wanita-wanita hamil, Allah-l a h ﴾ ٱلَّذِي يُصَوِّرُكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡحَامِ كَيۡفَ يَشَآءُۚ
﴿ "yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dike-hendakiNya," berupa laki-laki, wanita, bentuk yang sempurna, ben-tuk yang cacat, yang selalu berganti dalam tahapan pembentukan-Nya dan keindahan hikmahNya. Oleh karena Dia-lah Dzat yang seperti ini terhadap hamba-hambaNya dan perhatianNya yang besar terhadap kondisi mereka dari permulaan ketika Dia mencip-takan mereka hingga akhir dari perkara mereka, tidak ada sekutu bagiNya dalam semua itu, maka menjadi jelaslah bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia, ﴾ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡعَزِيزُ
﴿ "tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Mahaperkasa," Yang me-nguasai segala makhluk dengan kekuatanNya, dan Perkasa dari sifat kekurangan atau dari sifat tercela, ﴾ ٱلۡحَكِيمُ ﴿ "lagi Mahabijaksana" dalam penciptaan dan syariatNya.
{هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ (7) رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (8)}.
"Dia-lah yang menurunkan al-Kitab
(al-Qur`an) kepadamu. Di antara
(isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi al-Qur`an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyabihat. Ada-pun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat dari padanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya me-lainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.' Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(dari padanya) melainkan orang-orang yang berakal.
(Mereka berdoa), 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisiMu; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia)'."
(Ali Imran: 7-8).
#
{7} يخبر تعالى عن عظمته وكمال قيوميته أنه هو الذي تفرد بإنزال هذا الكتاب العظيم، الذي لم يوجد، ولن يوجد له نظير أو مقارب في هدايته وبلاغته وإعجازه وإصلاحه للخلق، وأن هذا الكتاب يحتوي على المحكم الواضح المعاني، البين الذي لا يشتبه بغيره، ومنه آيات متشابهات تحتمل بعض المعاني، ولا يتعين منها واحد من الاحتمالين بمجردها حتى تضم إلى المحكم، فالذين في قلوبهم مرض وزيغ وانحراف لسوء قصدهم يتبعون المتشابه منه؛ فيستدلون به على مقالاتهم الباطلة، وآرائهم الزائفة، طلباً للفتنة وتحريفاً لكتابه، وتأويلاً له على مشاربهم ومذاهبهم ليَضِلوا ويُضِلوا.
وأما أهل العلم الراسخون فيه الذين وصل العلم واليقين إلى أفئدتهم، فأثمر لهم العمل والمعارف فيعلمون أن القرآن كله من عند الله وأنه كله حق محكمه ومتشابهه، وأن الحق لا يتناقض ولا يختلف، فلعلمهم أن المحكمات معناها في غاية الصراحة والبيان، يردون إليها المشتبه الذي تحصل فيه الحيرة لناقص العلم وناقص المعرفة، فيردون المتشابه إلى المحكم فيعود كله محكماً ويقولون: {آمنا به كل من عند ربنا وما يذكر}؛ للأمور النافعة والعلوم الصائبة {إلا أولو الألباب}؛ أي: أهل العقول الرزينة، ففي هذا دليل على أن هذا من علامة أولي الألباب وأن اتباع المتشابه من أوصاف أهل الآراء السقيمة والعقول الواهية والقصود السيئة.
وقوله: {وما يعلم تأويله إلا الله}؛ إن أريد بالتأويل معرفة عاقبة الأمور وما تنتهي وتؤول إليه تعين الوقوف على {إلا الله} حيث هو تعالى المتفرد بالتأويل بهذا المعنى، وإن أريد بالتأويل معنى التفسير ومعرفة معنى الكلام كان العطف أولى؛ فيكون هذا مدحاً للراسخين في العلم، أنهم يعلمون كيف ينزلون نصوص الكتاب والسنة محكمها ومتشابهها.
ولما كان المقام مقام انقسام إلى منحرفين ومستقيمين دعوا الله تعالى أن يثبتهم على الإيمان فقالوا:
(7) Allah تعالى memberitakan tentang keagunganNya dan ke-sempurnaan pengaturanNya, yakni bahwa Dia-lah yang Esa yang menurunkan kitab yang agung ini, yang tidak ditemukan dan tidak akan ditemukan tandingannya dan semisalnya dalam petunjuk, keindahan bahasa, kemukjizatan, dan kebaikannya bagi makhluk. Dan bahwasanya kitab ini mencakup yang muhkam, yakni yang jelas sekali artinya, yang terang, yang tidak samar tentangnya, dan juga mencakup ayat-ayat mutasyabihat yang mengandung beberapa arti yang tidak ada satu pun dari arti-arti itu yang lebih kuat kalau hanya berpegang dengan ayat tersebut hingga disatukan kepada ayat yang muhkam. Orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit, penyimpangan dan penyelewengan karena niat mereka yang buruk justru mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih tersebut. Mereka meng-ambilnya sebagai dalil demi memperkuat tulisan-tulisan mereka yang batil dan pemikiran-pemikiran mereka yang palsu, hanya untuk mengobarkan fitnah dan penyimpangan terhadap kitabullah, serta menjadikannya sebagai tafsiran untuknya sesuai dengan jalan dan madzhab mereka yang akhirnya mereka itu tersesat dan menyesatkan orang lain.
Adapun orang-orang yang berilmu lagi mendalam ilmunya yang ilmu dan keyakinan telah mencapai hati mereka, lalu mem-buahkan bagi mereka perbuatan dan pengetahuan, maka mereka ini mengetahui bahwa al-Qur`an itu semuanya dari sisi Allah, dan bahwa semua yang ada di dalamnya adalah haq, baik yang muta-syabih maupun yang muhkam, dan bahwasanya yang haq itu tidak akan saling bertentangan dan tidak saling berbeda. Dan karena mereka mengetahui dengan jelas bahwa ayat-ayat yang muhkam mengandung makna yang tegas dan jelas, maka mereka mengem-balikan ayat-ayat mustasyabih yang sering menimbulkan kebingung-an bagi orang-orang yang kurang ilmu dan pengetahuan, kepada yang muhkam. Mereka mengembalikan ayat-ayat yang mutasyabih kepada ayat-ayat yang muhkam hingga akhirnya seluruhnya menjadi muhkam dan mereka berkata, ﴾ ءَامَنَّا بِهِۦ كُلّٞ مِّنۡ عِندِ رَبِّنَاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ
﴿ "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami."
﴾ وَمَا يَذَّكَّرُ
﴿ "Dan tidak dapat mengambil pelajaran, (dari padanya)," yakni perkara-perkara yang bermanfaat dan ilmu pengetahuan yang mendalam, ﴾ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ
﴿ "melainkan orang-orang yang berakal," yakni orang-orang yang memiliki akal yang cerdas.
Dalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa sikap ini adalah tanda orang-orang yang berakal, dan bahwa mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih adalah sifat orang-orang yang pemikiran-nya sakit, akalnya rendah, dan tujuan-tujuannya yang buruk.
Dan FirmanNya, ﴾ وَمَا يَعۡلَمُ تَأۡوِيلَهُۥٓ إِلَّا ٱللَّهُۗ
﴿ "Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah," apabila yang dimaksud dari takwil itu adalah pengetahuan tentang akibat dari suatu perkara, hasilnya, serta mengarah kepadanya, maka wajiblah berpatokan dengan, ﴾ إِلَّا ٱللَّهُۗ ﴿ "melainkan Allah;" di mana hanya Allah saja yang melakukan takwil dengan makna tersebut. Namun apabila takwil tersebut dimaksudkan dengan makna tafsir dan ilmu tentang arti dari perkataan tersebut, maka yang lebih baik adalah menyam-bung dengan kalimat sebelumnya, hingga hal ini menjadi sebuah pujian terhadap orang-orang yang ilmunya mendalam, yaitu bah-wasanya mereka mengetahui bagaimana menempatkan nash-nash al-Qur`an dan as-Sunnah, baik yang muhkamnya maupun yang mutasyabihnya.
Dan ketika konteksnya adalah tentang perpecahan orang-orang
(sehingga) ada yang menyimpang dan ada yang istiqamah, maka mereka berdoa kepada Allah تعالى agar menetapkan mereka di atas keimanan seraya berkata,
#
{8} {ربنا لا تزغ قلوبنا}؛ أي: لا تملها عن الحق إلى الباطل {بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة} تصلح بها أحوالنا؛ {إنك أنت الوهاب}؛ أي: كثير الفضل والهبات. وهذه الآية تصلح مثالاً للطريقة التي يتعين سلوكها في المتشابهات، وذلك أن الله تعالى ذكر عن الراسخين أنهم يسألونه أن لا يزيغ قلوبهم بعد إذ هداهم؛ وقد أخبر في آيات أخر الأسباب التي بها تزيغ قلوب أهل الانحراف وأن ذلك بسبب كسبهم كقوله: {فلما زاغوا أزاغ الله قلوبهم}؛ {ثم انصرفوا صرف الله قلوبهم}؛ {ونقلب أفئدتهم وأبصارهم كما لم يؤمنوا به أول مرة}؛ فالعبد إذا تولى عن ربه، ووالى عدوه، ورأى الحق فصدف عنه ورأى الباطل فاختاره ولاه الله ما تولى لنفسه، وأزاغ قلبه عقوبة له على زيغه، وما ظلمه الله ولكنه ظلم نفسه، فلا يلم إلا نفسه الأمارة بالسوء. والله أعلم.
(8) ﴾ رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا
﴿ "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan," maksudnya, janganlah Engkau menyimpangkan hati kami dari kebenaran kepada kebatilan, ﴾ بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ
﴿ "sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan ka-runiakanlah kepada kami rahmat dari sisiMu" yang dengannya akan baik segala kondisi kami, ﴾ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ
﴿ "karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)," yakni, karunia dan pemberian yang banyak. Ayat ini patut menjadi sebuah contoh metode yang harus ditempuh dalam memahami ayat-ayat mutasyabih, yaitu bahwasanya Allah تعالى menyebutkan tentang orang-orang yang ilmunya mendalam di mana mereka berdoa kepadaNya agar Allah tidak menjadikan hati-hati mereka condong setelah Dia memberi petunjuk kepada mereka. Dan Allah telah memberitakan pada ayat-ayat yang lain tentang sebab-sebab dari condongnya hati orang-orang yang me-nyimpang tersebut yaitu bahwa hal itu disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri, seperti FirmanNya,
﴾ فَلَمَّا زَاغُوٓاْ أَزَاغَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمۡۚ
﴿
"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memaling-kan hati mereka." (Ash-Shaf: 5), dan FirmanNya,
﴾ ثُمَّ ٱنصَرَفُواْۚ صَرَفَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُم
﴿
"Sesudah itu mereka pun pergi. Allah telah memalingkan hati me-reka." (At-Taubah: 127), dan juga FirmanNya,
﴾ وَنُقَلِّبُ أَفۡـِٔدَتَهُمۡ وَأَبۡصَٰرَهُمۡ كَمَا لَمۡ يُؤۡمِنُواْ بِهِۦٓ أَوَّلَ مَرَّةٖ ﴿
"Dan
(begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya
(al-Qur`an) pada per-mulaannya."
(Al-An'am: 110).
Dan seorang hamba bila berpaling dari Rabbnya dan men-cintai musuhNya, ia mengetahui kebenaran namun ia berpaling darinya dan mengetahui kebatilan namun memilihnya, maka Allah palingkan ia kepada sesuatu yang ia berpaling kepadanya, dan Allah condongkan hatinya sebagai suatu hukuman baginya atas kecondongannya tersebut, dan tidaklah Allah menganiaya dirinya akan tetapi ia telah menganiaya dirinya sendiri, maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri yang memerintahkan kepada ke-burukan, wallahu a'lam.
{رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ (9)}.
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan ma-nusia untuk
(menerima pembalasan pada) hari yang tak ada kera-guan padanya. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji."
(Ali Imran: 9).
#
{9} هذا من تتمة كلام الراسخين في العلم، وهو يتضمن الإقرار بالبعث والجزاء واليقين التام، وأن الله لا بد أن يوقع ما وعد به، وذلك يستلزم موجبه ومقتضاه من العمل والاستعداد لذلك اليوم، فإن الإيمان بالبعث والجزاء أصل صلاح القلوب، وأصل الرغبة في الخير والرهبة من الشر اللذين هما أساس الخيرات.
(9) Ayat ini adalah penyempurna perkataan orang-orang yang mendalam ilmunya, yaitu mengandung kepercayaan terhadap kebangkitan, pembalasan dan keyakinan yang sempurna, dan bah-wasanya Allah pasti menunaikan janjiNya. Dan itu semua meng-haruskan adanya amal dan persiapan untuk menghadapi hari ter-sebut, karena beriman kepada Hari Kebangkitan adalah asas dari kebaikan hati, dasar dari keinginan kepada kebaikan dan kekha-watiran dari kejahatan, di mana kedua hal itu adalah pondasi dari segala kebajikan.
{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَأُولَئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ (10) كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ (11)}.
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak
(siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka.
(Ke-adaan mereka) adalah seperti keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksaNya."
(Ali Imran: 10-11).
#
{10 ـ 11} لما ذكر يوم القيامة، ذكر أن جميع من كفر بالله، وكذب رسل الله لا بد أن يدخلوا النار ويصلوها، وأن أموالهم وأولادهم لن تغني عنهم شيئاً من عذاب الله، وأنه سيجري عليهم في الدنيا من الأخْذات والعقوبات ما جرى على فرعون وسائر الأمم المكذبة بآيات الله، {أخذهم الله بذنوبهم}؛ وعجل لهم العقوبات الدنيوية متصلة بالعقوبات الأخروية {والله شديد العقاب}؛ فإياكم أن تَسْتَهْوِنوا بعقابه فيهون عليكم الإقامة على الكفر والتكذيب.
(10-11) Setelah Allah menyebutkan tentang Hari Kiamat, Allah memberitakan tentang semua orang-orang yang mengingkari Allah dan mendustakan para Rasul Allah, bahwa mereka pasti akan masuk ke dalam neraka dan tersiksa di dalamnya, dan bahwa harta dan anak-anak mereka tidak berguna bagi mereka sama sekali dari siksa Allah تعالى, dan bahwasanya Allah akan menimpakan atas mereka hukuman-hukuman dan siksaan-siksaan di dunia sebagai-mana yang ditimpakan kepada Fir'aun dan seluruh umat yang mendustakan ayat-ayat Allah. ﴾ فَأَخَذَهُمُ ٱللَّهُ بِذُنُوبِهِمۡۗ
﴿ "Karena itu Allah me-nyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka."
Dan Allah menyegerakan atas mereka siksaan-siksaan dunia yang berlanjut hingga siksaan-siksaan akhirat, ﴾ وَٱللَّهُ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ﴿ "Dan Allah sangat keras siksaNya." Maka janganlah kalian meremehkan siksaan Allah hingga kalian akan merasa biasa hidup di atas keku-furan dan sikap mendustakan.
{قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمِهَادُ (12) قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَى كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ (13)}.
"Katakanlah kepada orang-orang yang kafir, 'Kamu pasti akan dikalahkan
(di dunia ini) dan akan digiring ke dalam Neraka Jahanam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya.' Sesungguh-nya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu
(bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan
(segolongan) yang lain kafir, yang dengan mata kepala melihat
(seakan-akan) orang-orang Muslim dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuanNya siapa yang dikehendakiNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati."
(Ali Imran: 12-13).
#
{12 ـ 13} وهذا خبر وبشرى للمؤمنين، وتخويف للكافرين أنهم لا بد أن يغلبوا في هذه الدنيا، وقد وقع كما أخبر الله فغلبوا غلبة لم يكن لها مثيل ولا نظير، وجعل الله تعالى ما وقع في بدر من آياته الدالة على صدق رسوله، وأنه هو على الحق وأعداؤه على الباطل حيث التقت فئتان فئة المؤمنين لا يبلغون إلا ثلاثمائة وبضعة عشر رجلاً مع قلة عُددهم، وفئة الكافرين يناهزون الألف مع استعدادهم التام في السلاح وغيره، فأيد الله المؤمنين بنصره فهزموهم بإذن الله. ففي هذا عبرة لأهل البصائر، فلولا أن هذا هو الحق الذي إذا قابل الباطل أزهقه، واضمحل الباطل لكان بحسب الأسباب الحسية الأمر بالعكس.
(12-13) Ayat ini merupakan informasi dan kabar gembira bagi kaum Mukminin, dan ancaman bagi orang-orang kafir, yakni bahwasanya mereka akan dikalahkan di dunia ini. Dan terbukti benar telah terjadi sesuai dengan yang Allah kabarkan, di mana mereka telah dikalahkan dengan kekalahan yang tidak ada tan-dingan dan tidak ada yang setara dengannya. Allah تعالى menjadikan apa yang terjadi dalam peperangan Badar sebagai tanda-tandaNya yang menunjukkan atas kebenaran RasulNya, dan bahwa beliau berada di atas kebenaran sedangkan musuh-musuhnya berada di atas kebatilan, di mana kedua pasukan bertemu dengan jumlah pasukan kaum Muslimin yang hanya mencapai tiga ratus sekian belas orang ditambah dengan peralatan yang sedikit, dan pasukan kaum kafir yang mencapai seribu orang ditambah dengan persiap-an mereka yang sempurna dalam persenjataan dan lain-lainnya. Namun Allah membela kaum Mukminin dengan pertolonganNya hingga mereka mampu mengalahkan kaum kafir dengan izin Allah.
Ayat ini mengandung pelajaran bagi orang-orang yang memi-liki mata hati, bahwa sekiranya ini bukan kebenaran yang apabila menghadapi kebatilan pasti akan melenyapkan dan merendahkan-nya, maka pastilah, jika diukur dari sebab-sebab yang kongkret, kenyataannya akan terbalik.
{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ (14) قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (15)}.
"Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan ke-pada apa-apa yang diingini, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga). Katakanlah, 'Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?' Untuk orang-orang yang bertakwa
(kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan
(me-reka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya."
(Ali Imran: 14-15).
#
{14} أخبر تعالى في هاتين الآيتين عن حالة الناس في إيثار الدنيا على الآخرة، وبين التفاوت العظيم والفرق الجسيم بين الدارين، فأخبر أن الناس زينت لهم هذه الأمور فرمقوها بالأبصار، واستحلوها بالقلوب، وعكفت على لذاتها النفوس، كل طائفة من الناس تميل إلى نوع من هذه الأنواع، قد جعلوها هي أكبر همهم ومبلغ علمهم، وهي مع هذا متاع قليل مُنْقَضٍ في مدة يسيرة، فهذا {متاع الحياة الدنيا والله عنده حسن المآب}.
(14) Allah تعالى mengabarkan dalam dua ayat ini tentang kondisi manusia ketika mendahulukan dunia atas akhirat, lalu Allah menjelaskan perbedaan yang besar dan ketidaksamaan antara kedua alam tersebut, di mana Allah mengabarkan bahwa manusia dihiasi dengan perkara-perkara tersebut hingga mereka meliriknya dengan mata mereka, dan mereka ilusikan manisnya dalam hati mereka, jiwa-jiwa mereka terbuai dalam kenikmatan-kenikmatannya. Dan setiap kelompok dari manusia itu condong kepada salah satu jenis dari jenis-jenis kenikmatan tersebut, yang sebenarnya mereka telah menjadikannya sebagai cita-cita terbesar mereka dan puncak dari pengetahuan mereka. Padahal itu semua hanyalah kenikmatan yang sedikit yang akan lenyap dalam waktu yang sekejap, maka itulah ﴾ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ ﴿ "kese-nangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga)."
#
{15} ثم أخبر عن ذلك بأن المتقين لله القائمين بعبوديته لهم خير من هذه اللذات، فلهم أصناف الخيرات والنعيم المقيم مما لا عين رأت ولا أذن سمعت ولا خطر على قلب بشر، ولهم رضوان الله الذي هو أكبر من كل شيء، ولهم الأزواجُ المطهرةُ من كل آفة ونقص، جميلاتُ الأخلاق كاملاتُ الخلائق، لأن النفي يستلزم ضده، فتطهيرها من الآفات مستلزم لوصفها بالكمالات.
{والله بصير بالعباد}؛ فييسر كلًّا منهم لما خلق له، أما أهل السعادة فييسرهم للعمل لهذه الدار الباقية ويأخذون من هذه الحياة الدنيا ما يعينهم على عبادة الله وطاعته، وأما أهل الشقاوة والإعراض فيقيضهم لعمل أهل الشقاوة، ويرضون بالحياة الدنيا، ويطمئنون بها، ويتخذونها قراراً.
(15) Kemudian Allah تعالى memberitakan tentang hal itu yaitu bahwasanya orang-orang yang bertakwa kepada Allah yang menegakkan penghambaan hanya kepadaNya, maka bagi mereka kesenangan yang lebih baik dari semua kenikmatan itu. Mereka akan mendapatkan berbagai bentuk kebaikan dan kenikmatan yang abadi yang belum pernah dilihat oleh mata, tidak pernah di-dengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam benak seorang manusia pun. Dan bagi mereka keridhaan Allah yang merupakan perkara yang paling agung dari segala sesuatu, bagi mereka istri-istri yang suci dari segala kekurangan dan cacat, akhlak mereka baik, bentuk mereka sangat sempurna, karena peniadaan itu ber-konsekuensi kepada hal yang bertentangan dengannya, oleh karena itu kesuciannya dari kekurangan menunjukkan kepada kesempur-naannya.
﴾ وَٱللَّهُ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ ﴿ "Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya," maka Allah memudahkan setiap orang itu kepada apa yang telah diciptakan untuknya. Orang-orang yang bahagia, Allah me-mudahkan mereka dalam beramal untuk negeri yang abadi ter-sebut dan mereka menjadikan kehidupan dunia ini dan segala hal yang ada padanya untuk membantunya dalam beribadah kepada Allah dan taat kepadaNya. Sedangkan orang-orang yang sengsara dan yang berpaling, Allah membiarkan mereka melakukan per-buatan orang-orang yang sengsara dan mereka ridha terhadap kehidupan dunia, senang padanya, serta mereka menjadikannya sebagai tempat menetap mereka.
{الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (16) الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ (17)}.
"
(Yaitu) orang-orang yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, sesung-guhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,'
(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya
(di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur."
(Ali Imran: 16-17).
#
{16} أي: هؤلاء الراسخون في العلم أهل العلم والإيمان يتوسلون إلى ربهم بإيمانهم لمغفرة ذنوبهم ووقايتهم عذاب النار، وهذا من الوسائل التي يحبها الله أن يتوسل العبد إلى ربه بما منَّ به عليه من الإيمان والأعمال الصالحة إلى تكميل نعم الله عليه بحصول الثواب الكامل واندفاع العقاب.
(16) Maksudnya, orang-orang yang ilmunya mendalam itu adalah ulama dan ahli iman, di mana mereka bertawassul dengan keimanan mereka itu kepada Tuhan mereka demi meraih ampunan atas dosa-dosa mereka dan pemeliharaan mereka dari siksa neraka. Hal-hal yang seperti ini adalah di antara sarana yang dicintai oleh Allah dari seorang hamba yang bertawassul kepada Tuhannya dengan apa yang telah Dia karuniakan kepada hamba tersebut berupa keimanan dan amal-amal shalih hingga penyempurnaan kenikmatan atas dirinya yaitu dengan memperoleh pahala yang sempurna dan penghindaran dari siksaan.
#
{17} ثم وصفهم بأجمل الصفات: بالصبر الذي هو حبس النفوس على ما يحبه الله طلباً لمرضاته، يصبرون على طاعة الله ويصبرون عن معاصيه ويصبرون على أقداره المؤلمة، وبالصدق بالأقوال والأحوال وهو استواء الظاهر والباطن وصدق العزيمة على سلوك الصراط المستقيم، وبالقنوت الذي هو دوام الطاعة مع مصاحبة الخشوع والخضوع، وبالنفقات في سبل الخيرات وعلى الفقراء وأهل الحاجات، وبالاستغفار خصوصاً وقت الأسحار، فإنهم مدوا الصلاة إلى وقت السحر؛ فجلسوا يستغفرون الله تعالى.
(17) Lalu Allah menyifati mereka dengan sebaik-baik sifat yaitu, dengan kesabaran, yang artinya adalah pengendalian diri berdasarkan perkara yang dicintai oleh Allah demi mengharap ke-ridhaanNya, mereka bersabar atas ketaatan kepada Allah, bersabar dalam meninggalkan maksiat kepadaNya dan bersabar atas takdir-takdir Allah yang menyakitkan, dan bersabar dengan sifat jujur dalam segala perkataan maupun kondisi yaitu kesesuaian antara lahir maupun batin, tekad yang benar dalam menempuh jalan yang lurus, dan dengan sifat patuh yang artinya ketaatan yang terus menerus disertai dengan kekhusyu'an dan ketundukan, juga de-ngan memberi nafkah pada jalan-jalan kebajikan, kepada para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan, dan dengan permo-honan ampunan khususnya di waktu sepertiga malam yang ter-akhir, karena mereka memanjangkan shalat mereka hingga waktu sahur lalu mereka tetap dalam hal itu seraya memohon ampun kepada Allah تعالى.
{شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (18)}.
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan
(yang ber-hak disembah) melainkan Dia
(yang berhak disembah), Yang me-negakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijak-sana."
(Ali Imran: 18).
#
{18} هذه أجل الشهادات الصادرة من الملك العظيم، ومن الملائكة، وأهل العلم على أجلِّ مشهود عليه وهو توحيد الله وقيامه بالقسط، وذلك يتضمن الشهادةَ على جميع الشرع وجميع أحكام الجزاء، فإن الشرع والدين أصله وقاعدته توحيد الله وإفراده بالعبودية والاعتراف بانفراده بصفات العظمة والكبرياء والمجد والعز والقدرة والجلال وبنعوت الجود والبر والرحمة والإحسان والجمال، وبكماله المطلق الذي لا يحصي أحد من الخلق أن يحيطوا بشيء منه أو يبلغوه أو يصلوا إلى الثناء عليه، والعبادات الشرعية والمعاملات وتوابعها والأمر والنهي كله عدل وقسط لا ظلمَ فيه ولا جورَ بوجه من الوجوه، بل هو في غاية الحكمة والإحكام، والجزاء على الأعمال الصالحة والسيئة كله قِسط وعدل، {قل أي شيء أكبر شهادة قل الله}؛ فتوحيد الله ودينه وجزاؤه قد ثبت ثبوتاً لا ريب فيه وهو أعظم الحقائق وأوضحها، وقد أقام الله على ذلك من البراهين والأدلة ما لا يمكن إحصاؤه وعده.
وفي هذه الآية فضيلة العلم والعلماء لأن الله خصهم بالذكر من دون البشر، وقرن شهادتهم بشهادته وشهادة ملائكته وجعل شهادتهم من أكبر الأدلة والبراهين على توحيده ودينه وجزائه، وأنه يجب على المكلفين قبول هذه الشهادة العادلة الصادقة، وفي ضمن ذلك تعديلهم وأن الخلق تبع لهم وأنهم هم الأئمة والمتبوعون، وفي هذا من الفضل والشرف وعلو المكانة ما لا يقادر قدره.
(18) Ini adalah persaksian paling mulia yang bersumber dari Raja Yang Mahaagung, dan dari para malaikat serta orang-orang yang berilmu, atas suatu perkara yang paling mulia yang disaksi-kan yaitu pengesaan Allah dan penegakanNya akan keadilan. Itu semua mengandung persaksian atas seluruh Syariat dan seluruh hukum-hukum pembalasan, karena syariat dan ajaran itu dasar dan pondasinya adalah tauhidullah dan pengesaanNya dengan ibadah dan pengakuan akan keesaanNya dalam sifat-sifat keagungan, kesombongan, kebesaran, keperkasaan, kuasa dan kemuliaan, juga dengan sifat kedermawanan, kebajikan, kasih sayang, perbuatan baik, keindahan, dan dengan kesempurnaanNya yang mutlak yang tidak dapat dihitung oleh seorang pun dari makhluk untuk meliputi sedikit pun darinya atau mereka mencapainya atau me-reka sampai kepada sanjungan atasNya. Dan ibadah-ibadah yang syar'i dan muamalah serta hal-hal yang mengikutinya, perintah maupun larangan, semua itu adalah keadilan yang tidak ada kezha-liman padanya, tidak ada kesewenang-wenangan dalam keadaan apa pun, sebaliknya semua itu berada pada puncak dari hikmah dan kepastian, serta balasan terhadap amalan-amalan shalih mau-pun buruk, semua itu adalah keadilan,
﴾ قُلۡ أَيُّ شَيۡءٍ أَكۡبَرُ شَهَٰدَةٗۖ قُلِ ٱللَّهُۖ ﴿
"Katakanlah, 'Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?' Katakanlah, 'Allah'."
(Al-An'am: 19).
Maka tauhidullah, AgamaNya dan pembalasanNya telah tetap
(tsabit) dengan ketetapan yang kuat yang tidak ada keraguan padanya dan ia merupakan hakikat yang paling agung dan paling jelas. Dan Allah telah menegakkan atas hal itu bukti-bukti nyata dan dalil-dalil yang tidak mungkin lagi dihitung dan dijumlah.
Dalam ayat ini terdapat keutamaan ilmu dan ulama, karena Allah تعالى mengkhususkan mereka dalam penyebutan tanpa me-nyertakan manusia lainnya. Allah menyandingkan kesaksian me-reka dengan kesaksianNya dan kesaksian para malaikatNya, dan Allah menjadikan kesaksian mereka adalah keterangan dan dalil yang paling besar atas ketauhidanNya, AgamaNya dan pemba-lasanNya. Seorang yang mukallaf wajib menerima kesaksian yang adil lagi benar tersebut, dan termasuk di antara kandungannya adalah membenarkan mereka, bahwa para makhluk mengikuti mereka dan bahwa mereka adalah para pemimpin yang diikuti. Dalam poin ini terdapat keutamaan, kemuliaan, dan kedudukan yang tinggi yang tidak dapat diukur kadarnya.
{إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (19)}.
"Sesungguhnya agama
(yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena ke-dengkian
(yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabNya."
(Ali Imran: 19).
#
{19} يخبر تعالى {إن الدين عند الله}؛ أي الدين الذي لا دين لله سواه ولا مقبول غيره هو {الإسلام}؛ وهو الانقياد لله وحده ظاهراً وباطناً بما شرعه على ألسنة رسله، قال تعالى: {ومن يبتغ غير الإسلام ديناً فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين}؛ فمن دان بغير دين الإسلام فهو لم يدن لله حقيقة لأنه لم يسلك الطريق الذي شرعه على ألسنة رسله.
ثم أخبر تعالى أن أهل الكتاب يعلمون ذلك وإنما اختلفوا فانحرفوا عنه عناداً وبغياً. وإلا فقد جاءهم العلم المقتضي لعدم الاختلاف الموجب للزوم الدين الحقيقي، ثم لما جاءهم محمد - صلى الله عليه وسلم - عرفوه حق المعرفة، ولكن الحسد والبغي والكفر بآيات الله هي التي صدتهم عن اتباع الحق {ومن يكفر بآيات الله فإن الله سريع الحساب}؛ أي: فلينتظروا ذلك فإنه آت وسيجزيهم الله بما كانوا يعملون.
(19) Allah تعالى memberitakan, ﴾ إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ
﴿ "Sesungguh-nya agama (yang diridhai) di sisi Allah" maksudnya, agama yang mana Allah tidak memiliki agama selainnya dan tidak pula diterima se-lainnya adalah ﴾ ٱلۡإِسۡلَٰمُۗ
﴿ "Islam," yang artinya ketundukan kepada Allah semata, secara lahir maupun batin dengan apa yang disyariat-kanNya melalui lisan rasul-rasulNya. Allah تعالى berfirman,
﴾ وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ 85
﴿
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat ter-masuk orang-orang yang rugi." (Ali Imran: 85).
Maka barangsiapa yang beragama dengan selain agama Islam, maka hakikatnya ia tidak beragama untuk Allah. Karena ia tidak menempuh jalan yang disyariatkanNya melalui lisan rasul-rasul-Nya.
Kemudian Allah تعالى memberitakan bahwasanya ahli kitab mengetahui hal itu, dan mereka berselisih dan menyimpang dari-nya hanya karena keras kepala dan kedengkian, sebab jika bukan karena itu, maka sesungguhnya telah datang kepada mereka ilmu, yang mengharuskan tidak terjadinya perselisihan bahkan yang mengharuskan mereka memasuki agama yang sebenarnya. Kemu-dian setelah datang Nabi Muhammad ﷺ kepada mereka, maka mereka mengetahuinya dengan sebenar-benarnya, akan tetapi ke-dengkian, kezhaliman, dan kekufuran kepada ayat-ayat Allah telah menghalangi mereka dari mengikuti kebenaran.﴾ وَمَن يَكۡفُرۡ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ ﴿ "Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabNya." Maksudnya, hendaklah mereka menunggu hal tersebut, karena itu semua pasti akan tiba, dan Allah akan membalas mereka semua menurut apa yang telah mereka kerjakan.
{فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (20)}.
"Kemudian jika mereka mendebat kamu
(tentang kebenaran Islam), maka katakanlah, 'Aku menyerahkan diriku kepada Allah, dan
(demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.' Dan kata-kanlah kepada orang-orang yang telah diberi al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, 'Apakah kamu
(mau) masuk Islam?' Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petun-juk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan
(ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya."
(Ali Imran: 20).
#
{20} لما بين أن الدين الحقيقي عنده الإسلام، وكان أهل الكتاب قد شافهوا النبي - صلى الله عليه وسلم - بالمجادلة وقامت عليهم الحجة فعاندوها، أمره الله تعالى عند ذلك أن يقول ويعلن أنه قد أسلم وجهه أي ظاهره وباطنه لله، وأن من اتبعه كذلك قد وافقوه على هذا الإذعان الخالص، وأن يقول للناس كلهم من أهل الكتاب والأميين أي الذين ليس لهم كتاب من العرب وغيرهم إن أسلمتم فأنتم على الطريق المستقيم والهدى والحق وإن توليتم فحسابكم على الله، وأنا ليس عليَّ إلا البلاغ، وقد أبلغتكم وأقمت عليكم الحجة.
(20) Ketika Allah menjelaskan bahwa agama yang benar di sisiNya hanya Islam, dan ahli kitab itu telah berdialog dengan Nabi ﷺ dengan perdebatan, dan hujjah telah tegak atas mereka, tetapi mereka membangkang terhadapnya, maka Allah memerintahkan kepada NabiNya pada kondisi itu agar berkata dan memberitakan bahwasanya ia telah berserah diri lahir maupun batin kepada Allah, dan bahwa orang-orang yang mengikutinya juga tetap sepakat dengannya dalam ketundukan yang tulus. Dan agar beliau berkata kepada manusia seluruhnya, dari ahli kitab dan orang-orang yang ummi -orang-orang yang tidak memiliki kitab dari bangsa Arab- dan selain mereka bahwa apabila mereka berserah diri, maka mereka berada di atas jalan yang lurus, petunjuk, dan kebenaran. Dan apabila kalian berpaling, maka perhitungan kalian hanya pada Allah, sedang saya tidak memiliki tugas kecuali menyampaikan saja, dan telah saya sampaikan kepada kalian dan telah saya tegak-kan hujjah atas kalian.
{إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (21) أُولَئِكَ الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (22)}.
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak
(alasan yang benar) dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap
(pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong."
(Ali Imran: 21-22).
#
{21 ـ 22} أي: الذين جمعوا بين هذه الشرور: الكفر بآيات الله، وتكذيب رسل الله، والجناية العظيمة على أعظم الخلق حقًّا على الخلق وهم الرسل وأئمة الهدى، الذين يأمرون الناس بالقسط الذي اتفقت عليه الأديان والعقول فهؤلاء قد {حبطت أعمالهم في الدنيا والآخرة}؛ واستحقوا العذاب الأليم، وليس لهم ناصر من عذاب الله ولا منقذ من عقوبته.
(21-22) Maksudnya, orang-orang yang mengumpulkan ke-jahatan-kejahatan ini; kufur kepada ayat-ayat Allah, mendustakan rasul-rasul Allah, dan kejahatan terbesar terhadap makhluk yang paling agung, yang benar-benar paling agung di atas semua makh-luk, yaitu para rasul dan para pemimpin petunjuk, yang memerin-tahkan manusia dengan keadilan yang disepakati oleh agama dan akal, maka mereka itu, telah ﴾ حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ ﴿ "lenyap
(pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat," dan mereka berhak me-nerima siksaan yang pedih, dan mereka tidak memiliki penolong dari siksaan Allah dan tidak pula memiliki penyelamat dari hukum-anNya.
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُدْعَوْنَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ وَهُمْ مُعْرِضُونَ (23) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ وَغَرَّهُمْ فِي دِينِهِمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (24) فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (25)}.
"Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian yaitu al-Kitab
(Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; ke-mudian sebagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu mem-belakangi
(kebenaran). Hal itu adalah karena mereka berkata, 'Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung.' Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan. Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari
(kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya? Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak di-aniaya
(dirugikan)."
(Ali Imran: 23-25).
#
{23 ـ 25} أي: ألا تنظر وتعجب من هؤلاء {الذين أوتوا نصيباً من الكتاب} و {يدعون إلى كتاب الله}؛ الذي يصدق ما أنزله على رسله {ثم يتولى فريق منهم وهم معرضون}؛ عن اتباع الحق فكأنه قيل: لأي داعٍ دعاهم إلى هذا الإعراض وهم أحق بالاتباع وأعرفهم بحقيقة ما جاء به محمد - صلى الله عليه وسلم -؟ فذكر لذلك سببين:
أمنهم وشهادتهم الباطلة لأنفسهم بالنجاة وأن النار لا تمسهم إلا أياماً معدودة حددوها بحسب أهوائهم الفاسدة، كأنَّ تدبير الملك راجع إليهم حيث قالوا: {لن يدخل الجنة إلا من كان هوداً أو نصارى}؛ ومن المعلوم أن هذه أمانيّ باطلة شرعاً وعقلاً.
والسبب الثاني: أنهم لما كذبوا بآيات الله، وافتروا عليه زين لهم الشيطان سوء عملهم، واغتروا بذلك وتراءى لهم أنه الحق عقوبة لهم على إعراضهم عن الحق، فهؤلاء كيف يكون حالهم إذا جمعهم الله يوم القيامة، ووفّى العاملين ما عملوا وجرى عدل الله في عباده؟ فهنالك لا تسأل عما يصلون إليه من العقاب وما يفوتهم من الخير والثواب، وذلك بما كسبت أيديهم، وما ربك بظلام للعبيد.
(23-25) Maksudnya, tidakkah Anda perhatikan dan heran terhadap mereka, ﴾ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيبٗا مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ
﴿ "orang-orang yang telah diberi bagian yaitu al-Kitab (Taurat)", dan ﴾ يُدۡعَوۡنَ إِلَىٰ كِتَٰبِ ٱللَّهِ
﴿ "mereka diseru kepada kitab Allah" yang membenarkan apa yang diturunkan Allah kepada Rasul-rasulNya, ﴾ ثُمَّ يَتَوَلَّىٰ فَرِيقٞ مِّنۡهُمۡ وَهُم مُّعۡرِضُونَ
﴿ "kemudian sebagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi" dari mengikuti kebenaran. Seolah-olah dikatakan, apa pendorong mereka berpa-ling seperti itu, padahal mereka adalah orang-orang yang paling berhak untuk mengikuti dan paling mengetahui hakikat dari apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ? Lalu Allah menyebutkan dua sebab dari hal itu:
Pertama, rasa aman dan persaksian mereka yang batil bagi diri mereka sendiri akan keselamatan dan bahwa neraka itu tidak-lah akan menyentuh mereka kecuali hanya beberapa waktu saja yang mereka tentukan menurut hawa nafsu mereka sendiri yang rusak. Seolah-olah pengaturan kepemilikan kembali kepada me-reka, di mana mereka berkata,
﴾ لَن يَدۡخُلَ ٱلۡجَنَّةَ إِلَّا مَن كَانَ هُودًا أَوۡ نَصَٰرَىٰۗ ﴿
"Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang
(yang ber-agama) Yahudi atau Nasrani."
(Al-Baqarah: 111).
Telah diketahui bahwa hal ini merupakan angan-angan kosong yang batil secara syar'i maupun akal.
Kedua, bahwasanya mereka ketika mendustakan ayat-ayat Allah dan membuat kebohongan atasnya, setan menghiasi per-buatan-perbuatan mereka yang buruk, dan mereka terpedaya oleh hal tersebut, hingga nampak oleh mereka bahwa itu merupakan suatu yang benar,
(dan itu adalah) sebagai suatu hukuman atas keberpalingan mereka dari kebenaran, oleh karena itu, bagaimana-kah kondisi mereka ketika Allah mengumpulkan mereka pada Hari Kiamat nanti? Di mana Allah akan memberikan balasan akan perbuatan manusia dan berlakulah keadilan Allah terhadap hamba-hambaNya. Saat itu tidaklah perlu ditanya lagi tentang siksaan yang akan mereka rasakan, kebaikan dan pahala tidak mungkin didapatkan. Dan itu adalah karena tindakan yang diperbuat oleh tangan mereka sendiri, dan tidaklah Tuhanmu itu berlaku zhalim terhadap hamba-hambaNya.
{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (27)}.
"Katakanlah, 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki, di TanganMu-lah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab
(batas)."
(Ali Imran: 26-27).
#
{26 ـ 27} يأمر تعالى نبيه - صلى الله عليه وسلم - أصلاً وغيره تبعاً أن يقول عن ربه معلناً بتفرده بتصريف الأمور، وتدبير العالم العلوي والسفلي، واستحقاقه باختصاصه بالملك المطلق والتصريف المحكم، وأنه يؤتي الملك من يشاء، وينزع الملك ممن يشاء، ويعز من يشاء ويذل من يشاء، فليس الأمر بأماني أهل الكتاب ولا غيرهم، بل الأمر أمر الله، والتدبير له، فليس له معارض في تدبيره، ولا معاون في تقديره وأنه كما أنه المتصرف بمداولة الأيام بين الناس فهو المتصرف بنفس الزمان: يولج النهار في الليل ويولج الليل في النهار؛ أي: يدخل هذا على هذا ويحل هذا محل هذا ويزيد في هذا ما ينقص من هذا ليقيم بذلك مصالح خلقه، ويخرج الحي من الميت كما يخرج الزروع والأشجار المتنوعة من بذورها والمؤمن من الكافر والميت من الحي، كما يخرج الحبوب والنوى والزروع والأشجار والبيضة من الطائر، فهو الذي يخرج المتضادات بعضها من بعض، وقد انقادت له جميع العناصر.
وقوله: {بيدك الخير}؛ أي: الخير كله منك ولا يأتي بالحسنات والخيرات إلا الله، وأما الشر فإنه لا يضاف إلى الله تعالى لا وصفاً ولا اسماً ولا فعلاً، ولكنه يدخل في مفعولاته ويندرج في قضائه وقدره، فالخير والشر كله داخل في القضاء والقدر فلا يقع في ملكه إلا ما شاءه، ولكن الشرَّ لا يضاف إلى الله، فلا يقال بيدك الخير والشر، بل يقال بيدك الخير كما قاله الله وقاله رسوله، وأما استدراك بعض المفسرين حيث قال: وكذلك الشر بيد الله فإنه وهم محض، ملحظهم حيث ظنوا أن تخصيص الخير بالذكر ينافي قضاءه وقدره العام، وجوابه ما فصلناه.
وقوله: {وترزق من تشاء بغير حساب}؛ وقد ذكر الله في غير هذه الآية الأسباب التي ينال بها رزقه كقوله: {ومن يتق الله يجعل له مخرجاً ويرزقه من حيث لا يحتسب}؛ {ومن يتوكل على الله فهو حسبه}؛ فعلى العباد أن لا يطلبوا الرزق إلا من الله، ويسعوا فيه بالأسباب التي يسرها الله وأباحها.
(26-27) Pada dasarnya Allah تعالى memerintahkan kepada NabiNya ﷺ dan orang lain yang mengikuti
(beliau) agar menyam-paikan dari Tuhannya secara tegas akan keesaanNya dalam me-ngatur segala perkara, mengontrol seluruh alam, baik langit maupun bumi, dan juga tentang hakNya untuk dikhususkan dengan kekua-saan yang mutlak dan pengaturan yang bijaksana, dan bahwasanya Dia memberikan kekuasaan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mencabut kekuasaan itu dari siapa yang Dia kehendaki, Dia memuliakan siapa yang dikehendakiNya dan menghinakan siapa yang dikehendakiNya. Dan itu tidak berdasarkan angan-angan ahli Kitab atau selain mereka, namun perkara itu semuanya adalah di Tangan Allah, dan pengaturan berada di bawah kekuasaanNya. Maka tidak ada yang dapat menolaknya dalam pengaturanNya tersebut, tidak pula ada penolong untukNya dalam ketetapan tak-dirNya. Dan bahwasanya sebagaimana Dia adalah Pengatur per-putaran hari
(kemenangan) di antara manusia, Dia pun Pengatur akan masa itu sendiri, di mana Dia memasukkan siang ke dalam malam dan memasukkan malam ke dalam siang. Artinya Allah memasukkan yang ini ke dalam yang itu dan yang ini menempati posisi yang itu, Dia menambah yang ini apa yang kurang dari yang itu agar dengan hal itu semua tegaklah kemaslahatan makhluk-makhlukNya. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati seba-gaimana Dia mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, pepohonan yang bermacam-macam dari biji-biji benih, orang Mukmin dari orang kafir, orang hidup dari yang mati, sebagaimana juga Allah menge-luarkan biji-bijian, benih, tanaman, pepohonan dan telur dari bu-rung. Dia-lah yang mengeluarkan segala bentuk benda-benda yang berlawanan sebagiannya dari sebagian yang lain, dan sesungguh-nya seluruh unsur-unsur yang ada di alam ini patuh terhadapNya.
Dan FirmanNya, ﴾ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ
﴿ "Di TanganMu-lah segala kebaikan," artinya segala kebajikan itu berasal dariMu dan tidaklah ada yang mendatangkan kebaikan dan karunia kecuali Allah. Sedangkan keburukan tidaklah dinisbatkan kepada Allah تعالى, baik secara sifat maupun nama dan tidak pula perbuatan, akan tetapi termasuk dalam tindakan-tindakan makhlukNya dan di bawah ketetapan dan takdirNya. Kebaikan dan keburukan termasuk dalam Qadha` dan Qadar. Dan tidak ada sesuatu pun yang terjadi di dalam kerajaan-Nya kecuali yang Dia kehendaki. Akan tetapi hal yang buruk itu tidaklah dinisbatkan kepada Allah, maka tidaklah dikatakan, "di TanganMu-lah segala kebaikan dan keburukan," namun seharus-nya dikatakan, di TanganMu-lah segala kebaikan sebagaimana yang telah dikatakan oleh Allah dan oleh RasulNya. Adapun kesimpulan temuan yang dikatakan oleh sebagian ahli tafsir, di mana mereka berkata, "Demikian pula keburukan, berada di TanganNya," maka itu adalah sebuah kesalahan yang murni. Pandangan mereka di-dasari oleh karena mereka mengira bahwa pengkhususan kebaikan dalam penyebutan itu meniadakan Qadha` dan QadarNya yang umum. Dan bantahan terhadap pandangan ini, adalah apa yang telah kami jelaskan secara rinci.
Dan FirmanNya, ﴾ وَتَرۡزُقُ مَن تَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٖ
﴿ "Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)." Allah تعالى telah me-nyebutkan pada ayat yang lain sebab-sebab yang mengakibatkan datangnya rizki Allah, seperti FirmanNya,
﴾ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا 2 وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ
﴿
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." (Ath-Thalaq: 2-3),
﴾ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ ﴿
"Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya."
(Ath-Thalaq: 3).
Karena itu wajib atas manusia agar tidak memohon rizki kecuali dari Allah, lalu mereka berusaha meraihnya dengan mela-kukan sebab-sebabnya yang telah dimudahkan oleh Allah dan dibolehkanNya.
{لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ (28)}.
"Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari perto-longan Allah, kecuali karena
(siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu ter-hadap diri
(siksa)Nya. Dan hanya kepada Allah-lah kembali
(mu)."
(Ali Imran: 28).
#
{28} هذا نهي من الله وتحذير للمؤمنين أن يتخذوا الكافرين أولياء من دون المؤمنين، فإن المؤمنين بعضهم أولياء بعض، والله وليهم {ومن يفعل ذلك}؛ التولي، {فليس من الله في شيء}؛ أي: فهو بريء من الله، والله بريء منه كقوله تعالى: {ومن يتولهم منكم فإنه منهم}؛ وقوله: {إلا أن تتقوا منهم تقاة}؛ أي: إلا أن تخافوا على أنفسكم في إبداء العداوة للكافرين فلكم في هذه الحال الرخصة في المسالمة والمهادنة لا في التولي الذي هو محبة القلب الذي تتبعه النصرة، {ويحذركم الله نفسه}؛ أي: فخافوه واخشوه وقدموا خشيته على خشية الناس فإنه هو الذي يتولى شؤون العباد، وقد أخذ بنواصيهم وإليه يرجعون وسيصيرون إليه، فيجازي من قدم خوفه ورجاءه على غيره بالثواب الجزيل، ويعاقب الكافرين ومن تولاهم بالعذاب الوبيل.
(28) Ini adalah larangan Allah dan peringatan bagi kaum Mukminin agar tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai wali-wali
(pemimpin-pemimpin) mereka selain kaum Mukminin. Karena kaum Mukminin itu sebagian mereka adalah wali bagi sebagian lainnya. Dan Allah adalah wali bagi mereka. ﴾ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ
﴿ "Barang-siapa berbuat demikian", yakni menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin (pelindung dan penolong), ﴾ فَلَيۡسَ مِنَ ٱللَّهِ فِي شَيۡءٍ
﴿ "niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah," artinya, niscaya ia terlepas dari Allah dan Allah juga berlepas diri (bara`) darinya, sebagaimana Firman Allah تعالى,
﴾ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمۡ فَإِنَّهُۥ مِنۡهُمۡۗ
﴿
"Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka." (Al-Ma`idah: 51).
Dan Firman Allah, ﴾ إِلَّآ أَن تَتَّقُواْ مِنۡهُمۡ تُقَىٰةٗۗ
﴿ "Kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka," yakni, kecuali bila kalian khawatir akan diri kalian dalam memulai permusuhan terhadap kaum kafir, maka kalian mendapatkan keringanan, dalam kondisi seperti itu, untuk mengadakan perjanjian dan perdamaian, bukan dalam kapasitas memberi loyalitas (wala`) yang merupakan bentuk kecintaan hati lalu diikuti oleh pembelaan.
﴾ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفۡسَهُۥۗ ﴿ "Dan Allah memperingatkan kamu terhadap Diri
(siksa)Nya." Maksudnya, takutlah kalian dariNya, khawatirlah terhadapNya, dan dahulukanlah rasa takut kepadaNya itu dari rasa takut kalian terhadap manusia, karena Dia-lah yang mengurus segala urusan manusia, dan Dia-lah yang mengendalikan
(mengua-sai) diri mereka, dan kepadaNya-lah mereka akan kembali dan pulang. Kemudian Dia akan membalas orang-orang yang menda-hulukan rasa takutnya terhadapNya dan rasa harapnya kepadaNya atas selainNya dengan pahala yang melimpah, dan menyiksa orang-orang kafir dan orang-orang yang menjadikan mereka pemimpin dengan siksaan yang menghinakan.
{قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (29) يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ (30)}.
"Katakanlah, 'Jika kamu menyembunyikan sesuatu yang ada dalam hatimu atau kamu menampakkannya, pasti Allah menge-tahuinya.' Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan diha-dapkan
(di mukanya), begitu
(juga) kejahatan yang telah dikerja-kannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksaNya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hambaNya."
(Ali Imran: 29-30).
#
{29 ـ 30} يخبر تعالى بإحاطة علمه بما في الصدور سواء أخفاه العباد أو أبدوه، كما أن علمه محيط بكل شيء في السماء والأرض فلا تخفى عليه خافية، ومع إحاطة علمه فهو العظيم القدير على كل شيء الذي لا يمتنع عن إرادته موجود. ولما ذكر لهم من عظمته وسعة أوصافه ما يوجب للعباد أن يراقبوه في كل أحوالهم، ذكر لهم أيضاً داعياً آخر إلى مراقبته وتقواه وهو أنهم كلهم صائرون إليه وأعمالهم حينئذ من خير وشر محضرة، فحينئذ يغتبط أهل الخير بما قدموه لأنفسهم، ويتحسر أهل الشر إذا وجدوا ما عملوه محضراً، ويودون أن بينهم وبينه أمداً بعيداً.
فإذا عرف العبد أنه ساعٍ إلى ربه وكادحٌ في هذه الحياة، وأنه لا بد أن يلاقي ربه ويلاقي سعيه أوجب له أخذ الحذر والتوقي من الأعمال التي توجب الفضيحة والعقوبة، والاستعداد بالأعمال الصالحة التي توجب السعادة والمثوبة، ولهذا قال تعالى: {ويحذركم الله نفسه}؛ وذلك بما يبدي لكم من أوصاف عظمته وكمال عدله وشدَّة نكاله، ومع شدَّة عقابه فإنه رءوف رحيم، ومن رأفته ورحمته أنه خوَّف العباد، وزجرهم عن الغيِّ والفساد، كما قال تعالى لما ذكر العقوبات: {ذلك يخوِّف الله به عباده، يا عباد فاتقون}؛ فرأفته ورحمته سهلت لهم الطرق التي ينالون بها الخيرات، ورأفته ورحمته حذرتهم من الطرق التي تفضي بهم إلى المكروهات.
فنسأله تعالى أن يتمم علينا إحسانه بسلوك الصراط المستقيم والسلامة من الطرق التي تفضي بسالكها إلى الجحيم.
(29-30) Allah تعالى memberitakan tentang ilmuNya yang meliputi apa yang ada dalam dada, baik yang disembunyikan oleh manusia atau yang ditampakkannya. Sebagaimana ilmuNya itu meliputi segala yang di langit dan di bumi, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dariNya. Di samping ilmuNya yang meli-puti segala hal itu Dia juga Mahaagung lagi Mahakuasa atas segala sesuatu yang tidak ada suatu apa pun yang ada
(di alam ini) dapat menolak kehendakNya. Dan setelah Allah menyebutkan tentang keagunganNya dan luasnya sifat-sifatNya yang mengharuskan manusia agar merasa diawasi olehNya dalam segala keadaan me-reka, Allah menyebutkan juga bagi mereka pendorong lain untuk merasakan pengawasan Allah atasnya dan rasa takut kepadaNya, yaitu bahwa mereka semua akan kembali kepadaNya dan amal perbuatan mereka saat itu dari yang baik maupun yang buruk akan dihadirkan. Di saat itu kaum Mukminin merasa kurang terhadap apa yang telah mereka lakukan bagi diri mereka berupa kebajikan, sedang orang-orang kafir akan menyesal ketika perbuatan-perbuat-an mereka dihadirkan, dan mereka berharap agar antara mereka dengan hari itu masih panjang jaraknya.
Maka apabila seorang hamba mengetahui bahwasanya ia ber-jalan menuju Rabbnya dan berjuang di dunia ini, dan bahwasanya pastilah ia akan menjumpai Rabbnya dan melihat usahanya, niscaya hal itu mengharuskan dirinya mengambil sikap hati-hati dan was-pada dari perbuatan-perbuatan yang mengharuskannya diperma-lukan dan disiksa, dan bersiap-siap dengan amal-amal shalih yang mendatangkan kebahagiaan dan pahala. Itulah sebabnya Allah تعالى berfirman, ﴾ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفۡسَهُۥۗ
﴿ "Dan Allah memperingatkan kamu ter-hadap Diri (siksa)Nya," yang demikian itu dengan Allah memper-lihatkan buat kalian sifat-sifat keagunganNya, kesempurnaan ke-adilanNya, dan kerasnya siksaanNya. Dan di samping pedihnya hukumanNya, Allah juga Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. Dan di antara santun dan kasih sayangNya adalah bahwa Dia me-nakut-nakuti hamba-hambaNya dan mengingatkan mereka dari kezhaliman dan pengrusakan, sebagaimana Allah تعالى berfirman ketika menyebutkan hukumanNya,
﴾ ذَٰلِكَ يُخَوِّفُ ٱللَّهُ بِهِۦ عِبَادَهُۥۚ يَٰعِبَادِ فَٱتَّقُونِ 16 ﴿
"Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hambaNya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepadaKu hai hamba-hambaKu."
(Az-Zumar: 16).
Belas kasih dan sayang Allah telah memudahkan bagi mereka jalan-jalan memperoleh kebaikan-kebaikan, dan kasih sayangNya telah menghindarkan mereka dari jalan-jalan yang menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang tidak disukai.
Karena itu, kita memohon kepada Allah agar menyempurna-kan kebaikanNya atas kita dengan menempuh jalan yang lurus, dan keselamatan dari jalan-jalan yang menghantarkan orang yang menempuhnya kepada Neraka Jahim.
{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ (32)}.
"Katakanlah, 'Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa-mu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, 'Taatilah Allah dan RasulNya; jika kamu berpaling, maka sesung-guhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir'."
(Ali Imran: 31-32).
#
{31 ـ 32} هذه الآية هي الميزان التي يُعرَف بها من أحب الله حقيقة ومن ادعى ذلك دعوى مجردة؛ فعلامة محبة الله اتباع محمد - صلى الله عليه وسلم - الذي جعل متابعته وجميع ما يدعو إليه طريقاً إلى محبته ورضوانه فلا تُنال محبة الله ورضوانه وثوابه إلا بتصديق ما جاء به الرسول من الكتاب والسنة وامتثال أمرهما واجتناب نهيهما، فمن فعل ذلك أحبه الله وجازاه جزاء المحبين، وغفر له ذنوبه وستر عليه عيوبه، فكأنه قيل: ومع ذلك فما حقيقة اتباع الرسول وصفتها؟ فأجاب بقوله: {قل أطيعوا الله والرسول}؛ بامتثال الأمر واجتناب النهي وتصديق الخبر {فإن تولوا}؛ عن ذلك؛ فهذا هو الكفر والله {لا يحب الكافرين}.
(31-32) Ayat ini merupakan patokan di mana dengannya kita dapat membedakan orang yang mencintai Allah dengan sebe-nar-benarnya dengan orang yang hanya sekedar mengaku-aku semata. Tanda-tanda kecintaan kepada Allah adalah mengikuti Rasulullah, Muhammad ﷺ, di mana Allah menjadikan tindakan mencontohi Rasulullah ﷺ dan mengikuti segala yang diserukan beliau sebagai jalan kepada kecintaan kepadaNya dan keridhaan-Nya. Oleh karena itu, tidaklah akan diperoleh kecintaan Allah dan keridhaanNya serta pahalaNya kecuali dengan membenarkan apa yang dibawa oleh Muhammad ﷺ berupa al-Qur`an dan as-Sunnah, dan menaati perintah keduanya dan menjauhi larangan keduanya. Maka barangsiapa yang melakukan hal itu, niscaya Allah akan mencintainya lalu membalasnya dengan balasan orang-orang yang dicintai, mengampuni dosa-dosanya dan menutupi aib-aibnya. Kemudian seolah-olah dikatakan, "Dan bersama itu semua, maka apakah sebenarnya hakikat mengikuti Rasul dan tata caranya?" Maka Allah menjawabnya dengan FirmanNya, ﴾ قُلۡ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَۖ
﴿ "Katakanlah,'Taatilah Allah dan RasulNya'," yaitu dengan menaati perintah dan menjauhi larangan serta mempercayai kabar berita. ﴾ فَإِن تَوَلَّوۡاْ
﴿ "Jika kamu berpaling" dari hal itu, maka inilah kekufuran, dan Allah ﴾ لَا يُحِبُّ ٱلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "tidak menyukai orang-orang kafir."
{إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ (33) ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (34) إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (35) فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ {(36) فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَامَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (37) هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ (38) فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (39) قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ (40) قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمْزًا وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ (41) وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَامَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ (42) يَامَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ (43) ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ (44) إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَامَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ (45) وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَمِنَ الصَّالِحِينَ (46) قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (47) وَيُعَلِّمُهُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ (48) وَرَسُولًا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِ الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (49) وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (50) إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ (51) فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (52) رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ (53) وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ (54) إِذْ قَالَ اللَّهُ يَاعِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (55)}.
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat
(di masa mereka masing-masing),
(sebagai) satu keturunan yang sebagiannya
(ke-turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Ingatlah), ketika istri 'Imran berkata, 'Ya Rabbku, sesungguhnya aku menadzarkan kepadaMu anak yang dalam kan-dunganku menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat
(di Baitul Maqdis), karena itu terimalah
(nadzar) itu dariku. Sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.' Maka tatkala istri 'Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, 'Ya Rabbku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perem-puan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam, dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada
(pemeliharaan)-Mu dari setan yang terkutuk.' Maka Rabbnya menerimanya
(se-bagai nadzar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik, dan Allah menjadikan Zakaria seba-gai pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, maka ia mendapati makanan di sisinya. Zakaria ber-kata, 'Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh
(makanan) ini?' Maryam menjawab, 'Makanan itu dari sisi Allah.' Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab. Di sanalah Zakaria berdoa kepada Rabbnya seraya ber-kata, 'Ya Rabbku, berilah aku dari sisiMu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.' Kemudian Malaikat
(Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab,
(katanya), 'Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran
(seorang putramu) Yahya, yang membenar-kan kalimat
(yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri
(dari hawa nafsu) dan seorang Nabi yang termasuk keturunan orang-orang shalih.' Zakaria berkata, 'Ya Rabbku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul.' Allah berfirman, 'Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendakiNya.' Berkata Zakaria, 'Berilah aku suatu tanda
(bahwa istriku telah mengandung).' Allah berfirman, 'Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manu-sia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah
(nama) Rabbmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.' Dan
(ingatlah) ketika Malaikat
(Jibril) berkata, 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia
(yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Rabbmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.' Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu
(ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka
(untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata, 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu
(dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat
(yang datang) dari padaNya, namanya al-Masih, Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan
(kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang shalih.' Maryam berkata, 'Ya Rabbku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.' Allah berfirman
(de-ngan perantaraan Jibril), 'Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya, 'Jadilah,' maka jadilah dia. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil. Dan
(sebagai) Rasul kepada Bani Israil
(yang berkata kepada mereka), 'Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa suatu tanda
(mukjizat) dari Rabbmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda
(kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sung-guh beriman. Dan
(aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu de-ngan membawa suatu tanda
(mukjizat) dari Rabbmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya Allah, Rabbku dan Rabbmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.' Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka
(Bani Israil) berkatalah dia, 'Siapakah yang akan menjadi peno-long-penolongku untuk
(menegakkan agama) Allah.' Para hawa-riyyin
(sahabat-sahabat setia) menjawab, 'Kamilah penolong-penolong
(agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksi-kanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang ber-serah diri. Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi
(tentang keesaan Allah).' Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
(Ingatlah), ketika Allah berfirman, 'Hai 'Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepadaKu serta membersih-kan kamu dari orang-orang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga Hari Kiamat. Kemudian hanya kepada Aku-lah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu ber-selisih padanya'."
(Ali Imran: 33-55).
#
{33 ـ 55} لله تعالى من عباده أصفياء يصطفيهم ويختارهم ويمن عليهم بالفضائل العالية والنعوت السامية والعلوم النافعة والأعمال الصالحة والخصائص المتنوعة، فذكر هذه البيوت الكبار وما احتوت عليه من كُمَّل الرجال الذين حازوا أوصاف الكمال، وأن الفضل والخير تسلسل في ذراريهم، وشمل ذكورهم ونساءهم وهذا من أجل مننه وأفضل مواقع جوده وكرمه {والله سميع عليم}؛ يعلم من يستحق الفضل والتفضيل فيضع فضله حيث اقتضت حكمته. فلما قرر عظمة هذه البيوت ذكر قصة مريم وابنها عيسى - صلى الله عليه وسلم - وكيف تسلسلا من هذه البيوت الفاضلة، وكيف تنقلت بهما الأحوال من ابتداء أمرهما إلى آخره، وأن امرأة عمران قالت متضرعة إلى ربها متقربة إليه بهذه القربة التي يحبها، التي فيها تعظيم بيته وملازمة طاعته: {إني نذرت لك ما في بطني محرراً}؛ أي خادماً لبيت العبادة المشحون بالمتعبدين {فتقبل مني}؛ هذا العمل أي اجعله مؤسساً على الإيمان والإخلاص مثمراً للخير والثواب {إنك أنت السميع العليم. فلما وضعتها قالت رب إني وضعتها أنثى والله أعلم بما وضعت وليس الذكر كالأنثى}؛ كأن في هذا الكلام نوع تضرع منها وانكسار نفس حيث كان نذرها بناءً على أنه يكون ذكراً يحصل منه من القوة والخدمة والقيام بذلك ما يحصل من أهل القوة، والأنثى بخلاف ذلك، فجبر الله قلبها وتقبل الله نذرها، وصارت هذه الأنثى أكمل وأتم من كثير من الذكور، بل من أكثرهم، وحصل بها من المقاصد أعظم مما يحصل بالذكر، ولهذا قال: {فتقبلها ربها بقبول حسن وأنبتها نباتاً حسناً}؛ أي: ربيت تربية عجيبة دينية أخلاقية أدبية، كملت بها أحوالها، وصلحت بها أقوالها وأفعالها، ونما فيها كمالها، ويسر الله لها زكريا كافلاً، وهذا من مِنَّةِ الله على العبد أن يجعل من يتولى تربيته من الكاملين المصلحين.
ثم إن الله تعالى أكرم مريم وزكريا حيث يسَّر لمريم من الرزق الحاصل بلا كدٍّ ولا تعب، وإنما هو كرامة أكرمها الله به، إذ {كلما دخل عليها زكريا المحراب}؛ وهو محل العبادة وفيه إشارة إلى كثرة صلاتها وملازمتها لمحرابها {وجد عندها رزقاً}؛ هنيئاً معدًّا قال: {أنى لك هذا قالت هو من عند الله إن الله يرزقُ من يشاء بغير حساب}؛ فلما رأى زكريا هذه الحال والبر واللطف من الله بها، ذكَّرَه أن يسأل الله تعالى حصول الولد على حين اليأس منه فقال: {رب هَب لي من لَدُنك ذرية طيبة إنك سميعُ الدُّعاء. فنادته الملائكة وهو قائم يصلي في المحراب أنَّ الله يبشرك بيحيى مصدقاً بكلمة من الله}؛ اسمه أي: الكلمة التي مِنَ الله عيسى بن مريم فكانت بشارته بهذا النبي الكريم تتضمن البشارة بعيسى بن مريم والتصديق له والشهادة له بالرسالة، فهذه الكلمة من الله كلمة شريفة اختص الله بها عيسى بن مريم، وإلا فهي من جملة كلماته التي أوجد بها المخلوقات، كما قال تعالى: {إن مثل عيسى عند الله كمثل آدم خلقه من تراب ثم قال له كن فيكون}.
وقوله: {وسيداً وحصوراً}؛ أي: هذا المبَشَّر به وهو يحيى سيد من فضلاء الرسل وكرامهم، والحصور قيل هو الذي لا يولد له ولا شهوة له في النساء، وقيل هو الذي عصم وحفظ من الذنوب والشهوات الضارة، وهذا أليق المعنيين، {ونبياً من الصالحين}؛ الذين بلغوا في الصلاح ذروته العالية، {قال رب أنى يكون لي غلام وقد بلغني الكبر وامرأتي عاقر}؛ فهذان مانعان فمن أي طريق يا رب يحصل لي ذلك مع ما ينافي ذلك {قال كذلك الله يفعل ما يشاء}؛ فإنه كما اقتضت حكمته جريان الأمور بأسبابها المعروفة، فإنه قد يخرق ذلك لأنه الفعَّالُ لما يريد، الذي قد انقادت الأسباب لقدرته، ونفذت فيها مشيئته وإرادته فلا يتعاصى على قدرته شيء من الأسباب ولو بلغت في القوة ما بلغت {قال رب اجعل لي آية}؛ ليحصل السرور والاستبشار وإن كنت يا رب متيقناً ما أخبرتني به ولكن النفس تفرح، ويطمئن القلب إلى مقدمات الرحمة واللطف، {قال آيتك أن لا تكلم الناس ثلاثة أيام إلا رمزاً}؛ وفي هذه المدة {اذكر ربك كثيراً وسبح بالعشي والإبكار}؛ أول النهار وآخره، فمنع من الكلام في هذه المدة، فكان في هذا مناسبة لحصول الولد من بين الشيخ الكبير والمرأة العاقر، وكونه لا يقدر على مخاطبة الآدميين ولسانه منطلق بذكر الله وتسبيحه آية أخرى، فحينئذ حصل له الفرح والاستبشار، وشكر الله، وأكثر من الذكر والتسبيح بالعشايا والإبكار.
وكان هذا المولود من بركات مريم بنت عمران على زكريا، فإن ما منَّ الله به عليها من ذلك الرزق الهني الذي يحصل بغير حساب ذكَّره وهيَّجه على التضرع والسؤال، والله تعالى هو المتفضل بالسبب والمسبب ولكنه يقدر أموراً محبوبة على يد من يحبه ليرفع الله قدره ويُعْظِمَ أجره، ثم عاد تعالى إلى ذكر مريم وأنها بلغت في العبادة والكمال مبلغاً عظيماً فقال تعالى: {وإذ قالت الملائكة يا مريم إن الله اصطفاك}؛ أي: اختارك ووهب لك من الصفات الجليلة والأخلاق الجميلة {وطهرك}؛ من الأخلاق الرذيلة {واصطفاك على نساء العالمين}؛ ولهذا قال - صلى الله عليه وسلم -: «كمل من الرجال كثير، ولم يكمل من النساء إلا مريم بنت عمران وآسية بنت مزاحم وخديجة بنت خويلد، وفضل عائشة على النساء كفضل الثريد على سائر الطعام» ، فنادتها الملائكة عن أمر الله لها بذلك لتغتبط بنعم الله وتشكر الله، وتقوم بحقوقه، وتشتغل بخدمته، ولهذا قال الملائكة: {يا مريم اقنتي لربك}؛ أي: أكثري من الطاعة والخضوع والخشوع لربك وأديمي ذلك {واركعي مع الراكعين}؛ أي: صلي مع المصلين فقامت بكل ما أمرت به وبرزت وفاقت في كمالها.
ولما كانت هذه القصة وغيرها من أكبر الأدلة على رسالة محمد - صلى الله عليه وسلم - حيث أخبر بها مفصلة محققة لا زيادة فيها ولا نقص، وما ذاك إلا لأنه وحي من الله العزيز الحكيم لا بتعلم من الناس قال تعالى: {ذلك من أنباء الغيب نوحيه إليك، وما كنت لديهم إذ يلقون أقلامهم أيهم يكفل مريم}؛ حيث جاءت بها أمها فاختصموا أيهم يكفلها لأنها بنت إمامهم ومقدمهم، وكلهم يريد الخير والأجر من الله حتى وصلت بهم الخصومة إلى أن اقترعوا عليها فألقوا أقلامهم مقترعين، فأصابت القرعة زكريا رحمة من الله به وبها
فأنت ـ يا أيها الرسول ـ لم تحضر تلك الحالة لتعرفها فتقصها على الناس، وإنما الله نبأك بها، وهذا هو المقصود الأعظم من سياق القصص أنه يحصل بها العبرة، وأعظم العبر والاستدلال بها على التوحيد والرسالة والبعث وغيرها من الأصول الكبار {إذ قالت الملائكة يا مريم إن الله يبشرك بكلمة منه اسمه المسيح عيسى ابن مريم وجيهاً في الدنيا والآخرة ومن المقربين}؛ أي: له الوجاهة والجاه العظيم في الدنيا والآخرة عند الخلق، ومع ذلك فهو عند الله من المقربين الذين هم أقرب الخلائق إلى الله وأعلاهم درجة، وهذه بشارة لا يشبهها شيء من البشارات، ومن تمام هذه البشارة أنه {يكلم الناس في المهد}؛ فيكون تكليمه آية من آيات الله ورحمة منه بأمه وبالخلق، وكذلك يكلمهم {كهلاً}؛ أي: في حال كهولته، وهذا تكليم النبوة والدعوة والإرشاد، فكلامه في المهد فيه آيات وبراهين على صدقه ونبوته وبراءة أمِّه مما يظن بها من الظنون السيئة، وكلامه في كهولته فيه نفعه العظيم للخلق وكونه واسطة بينهم وبين ربهم في وحيه وتبليغ دينه وشرعه، ومع ذلك فهو {من الصالحين}؛ الذين أصلح الله قلوبهم بمعرفته وحبه، وألسنتهم بالثناء عليه وذكره وجوارحهم بطاعته وخدمته {قالت رب أنى يكون لي ولد ولم يمسسني بشر}؛ وهذا هو من الأمور المستغربة {قال كذلك الله يخلق ما يشاء}؛ ليعلم العباد أنه على كل شيء قدير وأنه لا ممانع لإرادته {إذا قضى أمراً فإنما يقول له كن فيكون. ويعلمه الكتاب}؛ أي: جنس الكتب السابقة والحكم بين الناس ويعطيه النبوة ويجعله {رسولاً إلى بني إسرائيل}؛ ويؤيده بالآيات البينات والأدلة القاهرة حيث قال: {أني قد جئتكم بآية من ربكم}؛ تدلكم أني رسول الله حقاً، وذلك {أني أخلق لكم من الطين كهيئة الطير فأنفخ فيه فيكون طيراً بإذن الله وأبرئ الأكمه}؛ وهو ممسوح العينين الذي فقد بصره وعيناه {والأبرص وأحيي الموتى بإذن الله وأنبئكم بما تأكلون وما تدخرون في بيوتكم، إن في ذلك}؛ المذكور {لآية لكم إن كنتم مؤمنين. ومصدقاً لما بين يدي من التوراة}؛ فأيده الله بجنسين من الآيات والبراهين الخوارق المستغربة التي لا يمكن لغير الأنبياء الإتيان بها، والرسالة والدعوة والدين الذي جاء به وأنه دين التوراة ودين الأنبياء السابقين، وهذا أكبر الأدلة على صدق الصادقين، فإنه لو كان من الكاذبين لخالف ما جاءت به الرسل ولناقضهم في أصولهم وفروعهم، فعلم بذلك أنه رسول الله وأن ما جاء به حق لا ريب فيه، وأيضاً فقوله: {ولأحل لكم بعض الذي حرم عليكم}؛ أي: ولأخفف عنكم بعض الآصار والأغلال {فاتقوا الله وأطيعون. إن الله ربي وربكم فاعبدوه}؛ وهذا ما يدعو إليه جميع الرسل عبادة الله وحده لا شريك له وطاعتهم، وهذا هو الصراط المستقيم الذي من سلكه أوصله إلى جنات النعيم.
فحينئذ اختلفت أحزاب بني إسرائيل في عيسى فمنهم من آمن به واتبعه ومنهم من كفر به وكذبه ورمى أمه بالفاحشة كاليهود {فلما أحس عيسى منهم الكفر}؛ والاتفاق على رد دعوته {قال}؛ نادباً لبني إسرائيل على مؤازرته: {من أنصاري إلى الله، قال الحواريون}؛ أي: الأنصار: {نحن أنصار الله آمنَّا بالله واشهد بأنا مسلمون}؛ وهذا من مِنَّةِ الله عليهم وعلى عيسى حيث ألهم هؤلاء الحواريين الإيمان به والانقياد لطاعته والنصرة لرسوله {ربنا آمنا بما أنزلت واتبعنا الرسول}؛ وهذا التزام تام للإيمان بكل ما أنزل الله ولطاعة رسوله {فاكتبنا مع الشاهدين}؛ لك بالوحدانية ولنبيك بالرسالة ولدينك بالحق والصدق. وأما من أحسَّ عيسى منهم الكفرَ وهم جمهور بني إسرائيل فإنهم {مكروا}؛ بعيسى {ومكر الله}؛ بهم {والله خير الماكرين}؛ فاتفقوا على قتله وصلبه، وشُبِّهَ لهم شَبَهُ عيسى فقبضوا على من شُبِّهَ لهم به وقال الله لعيسى: {إني متوفيك ورافعك إليَّ ومطهرك من الذين كفروا}؛ فرفعه الله إليه، وطهره من الذين كفروا، وصلبوا من قتلوه، ظانِّين أنه عيسى، وباؤوا بالإثم العظيم.
وسينزل عيسى بن مريم في آخر هذه الأمة حكماً عدلاً يقتل الخنزير ويكسر الصليب ويتبع ما جاء به محمد - صلى الله عليه وسلم -، ويعلم الكاذبون غرورَهم وخداعَهم وأنهم مغرورون مخدوعون. وقوله: {وجاعل الذين اتبعوك فوق الذين كفروا إلى يوم القيامة}؛ المراد بمن اتبعه الطائفة التي آمنت به ونصرهم الله على من انحرف عن دينه، ثم لما جاءت أمة محمد - صلى الله عليه وسلم - كانوا هم أتباعه حقًّا فأيدهم ونصرهم على الكفار كلهم، وأظهرهم بالدين الذي جاءهم به محمد - صلى الله عليه وسلم - {وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض}؛ الآية. ولكن حكمة الله عادلة فإنها اقتضت أن من تمسك بالدين نصره النصر المبين، وأن من ترك أمره ونهيه ونبذ شرعه وتجرأ على معاصيه أن يعاقبه ويسلط عليه الأعداء. والله عزيز حكيم. وقوله: {ثم إليَّ مرجعكم فأحكم بينكم فيما كنتم فيه تختلفون}.
(33-55) Allah memiliki hamba-hamba pilihan dari seluruh hamba-hambaNya. Dia memilih mereka, memilah mereka dan mengaruniakan atas mereka keutamaan-keutamaan yang tinggi, sifat-sifat yang luhur, ilmu-ilmu yang bermanfaat, amal perbuatan yang shalih, dan keistimewaan-keistimewaan yang bermacam-macam. Dan Allah menyebutkan keluarga-keluarga besar tersebut dan apa yang di dalamnya berupa manusia-manusia agung yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan, dan bahwasanya keutamaan dan kebaikan itu telah diwariskan secara turun temurun oleh anak cucu mereka, yang mencakup laki-laki maupun wanita di antara mereka.
Ini merupakan karuniaNya yang paling utama dan tempat-tempat kemurahan dan kebaikanNya yang paling utama,﴾ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
﴿ "dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui," Dia menge-tahui siapa yang berhak menerima keutamaan dan penghormatan, hingga Dia meletakkan keutamaanNya itu yang didasari oleh hik-mahNya yang pasti. Ketika Allah menetapkan keagungan keluarga tersebut lalu Allah menyebutkan kisah Maryam dan putranya, Isa عليه السلام, dan bagaimana turun temurunnya dari keluarga yang mulia ini, dan bagaimana silih bergantinya keadaan keduanya dari awal hingga akhirnya, dan bahwa istri Imran berkata seraya tunduk kepada Rabbnya dengan mendekatkan diri kepadaNya dengan persembahan yang Dia cintai, yang mengandung pengagungan terhadap rumahNya dan konsistensi dalam ketaatanNya, (istri Imran berkata), ﴾ إِنِّي نَذَرۡتُ لَكَ مَا فِي بَطۡنِي مُحَرَّرٗا
﴿ "Sesungguhnya aku mena-dzarkan kepadaMu anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat (di Baitul Maqdis)," yakni, sebagai pelayan bagi rumah ibadah yang dipenuhi dengan ahli-ahli ibadah. ﴾ فَتَقَبَّلۡ مِنِّيٓۖ
﴿ "Karena itu terimalah (nadzar) itu dari padaku," yakni perbuatan ini, maksudnya, jadikanlah ia di atas dasar keimanan dan keikhlasan yang membuahkan kebaikan dan pahala. ﴾ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ 35
﴿ "Se-sungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
﴾ فَلَمَّا وَضَعَتۡهَا قَالَتۡ رَبِّ إِنِّي وَضَعۡتُهَآ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡ وَلَيۡسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلۡأُنثَىٰۖ
﴿ "Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan;' dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan." Seolah-olah dalam perkataan ini menyim-pan makna ketundukan dan jiwa yang pasrah, di mana nadzarnya itu didasari oleh harapan anak itu adalah laki-laki yang memiliki kekuatan dan pelayanan, serta pelaksanaan terhadap hal itu seba-gaimana yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang kuat, se-dangkan anak wanita tidak seperti itu, lalu Allah menguatkan hatinya dan menerima nadzarnya.
Anak wanita itu bahkan menjadi lebih sempurna dan lebih baik dari kebanyakan anak laki-laki, bahkan dari mayoritas mereka, lalu maksud-maksud yang dikehendaki tercapai dengan lebih baik daripada yang diperoleh oleh anak laki-laki. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٖ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنٗا
﴿ "Maka Rabbnya meneri-manya (sebagai nadzar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik." Artinya ia dididik dengan didikan yang mengagumkan, baik agama, akhlak maupun bahasanya, di mana dengannya sempurnalah kondisinya, baiklah perkataan dan perbuatannya, kesempurnaannya tumbuh padanya, lalu Allah memudahkannya dengan Zakaria sebagai pemeliharanya. Ini meru-pakan karunia Allah atas hambaNya yaitu menjadikan orang yang menjadi pemeliharanya dari orang-orang yang terbaik dan shalih.
Kemudian Allah تعالى memuliakan Maryam dan Zakaria di mana Allah memudahkan bagi Maryam rizki yang diperoleh tanpa keringat dan lelah, hal itu adalah sebuah karamah sebagai kemuliaan dari Allah untuknya, karena ﴾ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ
﴿ "setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab," yakni tempat untuk ibadah, dan di sini terkandung isyarat akan banyaknya shalat yang dilaku-kan Maryam dan konsistensinya terhadap tempat ibadah tersebut, ﴾ وَجَدَ عِندَهَا رِزۡقٗاۖ
﴿ "maka dia mendapati makanan di sisinya" dengan nikmat dan tersedia. Zakaria berkata, ﴾ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَاۖ
﴿ "Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?"
﴾ قَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ
﴿ "Maryam menjawab, 'Makanan itu dari sisi Allah.' Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab."
Ketika Zakaria menyaksikan kondisi tersebut, kebaikan dan seperti itulah kasih Allah terhadap Maryam, maka itu mengingat-kan dirinya untuk memohon kepada Allah تعالى seorang anak laki-laki, dalam kondisinya yang hampir putus asa seraya berkata, ﴾ رَبِّ هَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةٗ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ
﴿ "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisiMu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa."
﴾ فَنَادَتۡهُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَهُوَ قَآئِمٞ يُصَلِّي فِي ٱلۡمِحۡرَابِ أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحۡيَىٰ مُصَدِّقَۢا بِكَلِمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ
﴿ "Ke-mudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab, (katanya), 'Sesungguhnya Allah menggem-birakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu), Yahya, yang mem-benarkan kalimat (yang datang) dari Allah," yakni, namanya (Yahya), dan kalimat yang datangnya dari Allah adalah Isa Ibnu Maryam, berita gembira itu adalah dengan Nabi yang mulia tersebut yang mengandung juga berita gembira dengan Isa Ibnu Maryam, sebagai pembenaran dan kesaksian tentang kerasulannya.
Kalimat tersebut dari Allah, merupakan kalimat yang mulia di mana Allah mengkhususkan Isa Ibnu Maryam dengannya, bila tidak demikian, maka kalimat itu merupakan salah satu kalimatNya di mana dengannya Allah menciptakan segala makhluk, sebagai-mana Allah تعالى berfirman,
﴾ إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ ٱللَّهِ كَمَثَلِ ءَادَمَۖ خَلَقَهُۥ مِن تُرَابٖ ثُمَّ قَالَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ 59
﴿
"Sesungguhnya permisalan (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemu-dian Allah berfirman kepadanya, 'Jadilah' (seorang manusia), maka jadi-lah dia." (Ali Imran: 59).
Dan FirmanNya, ﴾ وَسَيِّدٗا وَحَصُورٗا
﴿ "Menjadi ikutan dan menahan diri (dari hawa nafsu)." Artinya yang menjadi obyek berita gembira itu adalah Yahya yang merupakan panutan dari Rasul-rasul yang mulia dan yang terhormat, dan menahan diri (hashur), artinya, yang tidak bisa punya anak dan tidak berkehendak kepada wanita. Pendapat lain mengatakan orang yang dijaga dan diselamatkan dari dosa dan hawa nafsu yang menjerumuskan, dan yang terakhir inilah yang paling sesuai dari kedua makna tersebut. ﴾ وَنَبِيّٗا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
﴿ "Dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang shalih", maksud-nya, orang-orang yang mencapai puncak kebaikan yang tinggi.
﴾ قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَقَدۡ بَلَغَنِيَ ٱلۡكِبَرُ وَٱمۡرَأَتِي عَاقِرٞۖ
﴿ "Zakaria berkata, 'Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?'" Kedua hal itu merupakan penghalang, karena itu dari jalan manakah wahai Tuhan, saya mendapatkan anak tersebut padahal ada penghalangnya? ﴾ قَالَ كَذَٰلِكَ ٱللَّهُ يَفۡعَلُ مَا يَشَآءُ
﴿ "Allah berfirman, 'Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendakiNya'." Bahwasanya sebagaimana telah berlaku hikmah-Nya dengan berjalannya segala sesuatu itu menurut sebab-sebabnya yang wajar, maka Allah juga terkadang merubah (hukum alam) tersebut karena Allah Maha Berbuat apa yang dikehendakiNya, di mana segala sebab telah patuh pada kekuasaanNya, kehendakNya dan keinginanNya terealisasikan padanya, dan tidak ada suatu sebab pun yang bisa menyalahi titahNya walaupun memiliki ke-kuatan yang besar sekalipun.
﴾ قَالَ رَبِّ ٱجۡعَل لِّيٓ ءَايَةٗۖ
﴿ "Berkata Zakaria, 'Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung)'," agar saya mendapatkan kebahagiaan dan rasa senang, walaupun sebenarnya saya yakin akan apa yang Engkau kabarkan wahai Rabbku. Akan tetapi agar jiwa ini senang dan hati ini tenang dengan pendahuluan-pendahuluan rahmat dan kasih sayang.
﴾ قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَٰثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمۡزٗاۗ
﴿ "Allah berfirman, 'Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat'," dan dalam masa itu, ﴾ وَٱذۡكُر رَّبَّكَ كَثِيرٗا وَسَبِّحۡ بِٱلۡعَشِيِّ وَٱلۡإِبۡكَٰرِ
﴿ "Sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertas-bihlah di waktu petang dan pagi hari," yakni, awal hari dan di akhir-nya. Zakaria terlarang dari berbicara dengan orang lain pada masa tersebut, dan itu sesuai untuk didapatkannya seorang anak dari seorang suami yang telah tua dan istri yang mandul, keadaannya yang tidak mampu berbicara dengan orang lain padahal lisannya lancar berdzikir kepada Allah dan memujiNya adalah merupakan tanda yang lain. Maka ketika itulah ia mendapat kebahagiaan dan kesenangan tersebut, lalu ia bersyukur kepada Allah, dan ia mem-perbanyak dzikir dan tasbih pada saat petang maupun pagi hari.
Dan anak bayi tersebut merupakan berkah dari Maryam binti Imran terhadap Zakaria. Karena apa yang Allah karuniakan atas Maryam berupa rizki yang banyak yang hadir tanpa hisab, meng-ingatkannya dan mengobarkannya untuk bermunajat dan memohon. Sedang Allah تعالى adalah Maha Memberi penyebab maupun aki-batnya, namun Allah menentukan beberapa perkara yang disukai, terjadi pada orang yang dicintaiNya, agar Allah mengangkat ke-hormatannya dan melimpahkan pahalanya.
Allah تعالى kembali menyebutkan kisah Maryam, yaitu bahwa Maryam itu telah mencapai puncak ibadah dan kesempurnaan, seraya berfirman, ﴾ وَإِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰكِ
﴿ "Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu'." Maksudnya, Allah memilihmu dan memberikan kepadamu sifat-sifat yang mulia dan akhlak-akhlak yang luhur, ﴾ وَطَهَّرَكِ
﴿ "dan menyucikan kamu" dari akhlak-akhlak yang hina, ﴾ وَٱصۡطَفَىٰكِ عَلَىٰ نِسَآءِ ٱلۡعَٰلَمِينَ
﴿ "dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)." Karena itu Rasulullah ﷺ bersabda,
كَمَلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيْرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلَّا مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَآسِيَةُ بِنْتُ مُزَاحِمٍ، وَخَدِيْجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ. وَفَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيْدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ.
"Telah banyak yang mencapai kesempurnaan dari para laki-laki, namun belum mencapai kesempurnaan dari para wanita kecuali Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzahim dan Khadijah binti Khuwailid; dan keutamaan Aisyah atas seluruh wanita adalah seperti keutamaan daging yang dilapisi adonan[1] atas seluruh makanan yang ada."[2]
Kemudian Malaikat menyeru Maryam atas perintah Allah untuknya agar ia menerima nikmat-nikmat Allah dan ia bersyukur kepada Allah, kemudian menunaikan segala hak-hakNya, dan me-nyibukkan diri untuk melayaniNya. Karena itu malaikat berkata, ﴾ يَٰمَرۡيَمُ ٱقۡنُتِي لِرَبِّكِ
﴿ "Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu," artinya, per-banyaklah ketaatan, ketundukan, dan kekhusyu'an kepada Rabbmu lalu konsistenlah atas hal tersebut, ﴾ وَٱرۡكَعِي مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ
﴿ "dan rukuklah ber-sama orang-orang yang rukuk," yakni shalatlah bersama orang-orang yang shalat. Lalu ia menunaikan segala perkara yang diperintahkan hingga ia menjadi mulia dan istimewa dalam kesempurnaannya.
Kisah ini dan kisah-kisah lainnya merupakan dalil yang paling besar atas kerasulan Nabi Muhammad ﷺ di mana beliau menga-barkan tentang kisah tersebut secara terperinci lagi autentik yang tidak ada penambahan maupun pengurangan padanya. Semua itu karena ia merupakan wahyu dari Allah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, dan bukan karena belajar dari manusia.
Allah تعالى berfirman,﴾ ذَٰلِكَ مِنۡ أَنۢبَآءِ ٱلۡغَيۡبِ نُوحِيهِ إِلَيۡكَۚ وَمَا كُنتَ لَدَيۡهِمۡ إِذۡ يُلۡقُونَ أَقۡلَٰمَهُمۡ أَيُّهُمۡ يَكۡفُلُ مَرۡيَمَ
﴿ "Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam," yaitu ketika ibunya membawanya kepada kaumnya, lalu mereka berselisih siapakah di antara mereka yang akan memelihara Maryam, karena ia adalah anak wanita pemimpin mereka dan tokoh mereka, sedang mereka semua menginginkan kebaikan dan pahala dari Allah, hingga terjadilah perselisihan yang sengit, yang akhirnya mereka harus mengadakan undian atasnya, lalu mereka melemparkan pena-pena mereka seraya mengundi dan ternyata undian itu jatuh pada Zakaria sebagai suatu rahmat dari Allah untuknya dan untuk anak wanita Imran tersebut.
Maka engkau -wahai Rasul- tidak hadir saat itu hingga eng-kau mengetahuinya dan menceritakannya kepada manusia, akan tetapi Allah yang mengabarkan kepadamu tentang kisah tersebut. Inilah maksud terbesar dari adanya kisah-kisah dalam al-Qur`an yaitu bahwasanya ia menjadi pelajaran bagi manusia. Dan pela-jaran yang paling agung adalah berdalil dengannya atas tauhid, kerasulan, kebangkitan kembali, dari pokok-pokok Agama lainnya.
﴾ إِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٖ مِّنۡهُ ٱسۡمُهُ ٱلۡمَسِيحُ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ وَجِيهٗا فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ
﴿ "(Ingatlah), ketika Malaikat berkata, 'Hai Maryam, se-sungguhnya Allah menggembirakanmu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dariNya, namanya al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)'." Maksudnya, ia mempunyai kedudukan dan posisi yang agung di dunia dan akhirat di antara para makhluk. Di samping itu, dia termasuk di antara makhluk Allah yang paling dekat kepadaNya dan paling tinggi derajatnya.
Ini merupakan kabar gembira yang tidak dapat disamakan dengan kabar-kabar gembira lainnya. Dan di antara kesempurnaan dari kabar gembira itu adalah bahwa dia ﴾ ي ُ ك َ ل ّ ِ م ُ ٱلنَّاسَ فِي ٱلۡمَهۡدِ
﴿ "berbicara dengan manusia dalam buaian", sehingga kemampuan berbicara saat dalam buaian itu merupakan tanda kebesaran di antara tanda-tanda kebesaran Allah dan rahmat dariNya kepada ibunya dan kepada manusia seluruhnya. Demikian juga ia berbicara dengan mereka ﴾ وَكَهۡلٗا
﴿ "ketika sudah dewasa", yaitu pada saat ia telah besar. Ini merupakan ungkapan kenabian, dakwah, dan bimbingan. Berbicaranya saat dalam buaian merupakan tanda kebesaran dan keterangan yang jelas atas kebenarannya, kenabiannya, dan ter-bebasnya ibunya dari segala sangkaan buruk yang ditudingkan kepadanya. Dan pembicaraannya saat telah dewasa mengandung manfaat yang besar bagi manusia, dan bahwa ia adalah perantara antara manusia dengan Tuhan mereka dalam hal wahyuNya dan penyampaian agama dan syariatNya.
Di samping itu juga ia ﴾ م ِ ن َ ٱلصَّٰلِحِينَ
﴿ "adalah termasuk orang-orang yang shalih", yakni, orang-orang yang hati mereka diberikan keshalihan oleh Allah dengan mengenal dan mencintaiNya, dan lisan mereka diberikan keshalihan dengan pujian atasNya dan dzikir kepadaNya, dan tubuh mereka diberikan keshalihan dengan ketaatan kepadaNya dan melayaniNya.
Dan FirmanNya, ﴾ قَالَتۡ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي وَلَدٞ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٞۖ
﴿ "Maryam berkata, 'Ya Rabbku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun?'" Ini merupakan perkara yang aneh.
﴾ قَالَ كَذَٰلِكِ ٱللَّهُ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ
﴿ "Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril), 'Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya'," untuk memberitakan kepada hamba-hambaNya bahwa Dia adalah Maha-kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada penghalang bagi kehendak-Nya. ﴾ إِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
﴿ "Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya, 'Jadilah,' maka jadilah dia."
﴾ وَيُعَلِّمُهُ ٱلۡكِتَٰبَ
﴿ "Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab," yaitu, kitab-kitab terdahulu pada umumnya yang memutuskan hukum di antara manusia, dan Allah memberikan kepadanya ke-nabian lalu Allah menjadikannya ﴾ وَرَسُولًا إِلَىٰ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ
﴿ "(sebagai) Rasul kepada Bani Israil." Allah mengukuhkannya dengan ayat-ayat yang jelas serta dalil-dalil yang tegas di mana dia berkata, ﴾ أَنِّي قَدۡ جِئۡتُكُم بِـَٔايَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ
﴿ "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu," yang menjelaskan kepada kalian bahwa aku adalah benar-benar seorang Rasul Allah.
Yang demikian itu,﴾ أَنِّيٓ أَخۡلُقُ لَكُم مِّنَ ٱلطِّينِ كَهَيۡـَٔةِ ٱلطَّيۡرِ فَأَنفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيۡرَۢا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُبۡرِئُ ٱلۡأَكۡمَهَ
﴿ "bahwa aku membuat untuk kamu dari tanah ber-bentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya," yakni yang kedua matanya cacat, hilang pandangannya dan buta, ﴾ وَٱلۡأَبۡرَصَ وَأُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُنَبِّئُكُم بِمَا تَأۡكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمۡۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ
﴿ "dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demi-kian itu," yakni hal-hal yang telah disebutkan, ﴾ لَأٓيَةٗ لَّكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ 49 وَمُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَىٰةِ
﴿ "adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. Dan (aku datang kepada-mu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku."
Allah mengukuhkan beliau dengan dua bentuk ayat dan bukti nyata yaitu hal-hal di luar kebiasaan yang tidak mungkin dilaku-kan oleh selain nabi untuk menghadirkannya, juga kerasulan dan dakwah serta agama yang dibawa olehnya yang mana ajaran itu adalah agama Taurat dan agama nabi-nabi sebelumnya. Ini meru-pakan dalil yang paling besar atas kebenaran orang-orang yang benar, karena seandainya ia di antara orang-orang yang dusta, niscaya pasti ia akan menyalahi apa yang dibawa oleh para Rasul sebelumnya dan akan menyimpang dari mereka dalam masalah-masalah akidah dan hukum-hukum mereka. Dengan demikian diketahuilah bahwa beliau adalah Rasulullah dan bahwa apa yang dibawa oleh beliau adalah benar, yang tidak ada keraguan padanya.
Juga perkataannya, ﴾ وَلِأُحِلَّ لَكُم بَعۡضَ ٱلَّذِي حُرِّمَ عَلَيۡكُمۡۚ
﴿ "Dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu," yakni, agar saya meringankan dari kalian beberapa beban dan tanggung jawab. ﴾ فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُونِ 50 إِنَّ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُوهُۚ
﴿ "Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia." Ini adalah ajaran yang di-serukan oleh seluruh Rasul, yaitu beribadah hanya kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya dan taat kepada mereka, dan inilah jalan yang lurus di mana orang yang menempuhnya akan menghantarkannya kepada surga yang penuh nikmat.
Saat itulah sikap kelompok-kelompok Bani Israil terpecah terhadap Nabi Isa عليه السلام. Di antara mereka ada yang beriman kepada beliau dan mengikuti beliau, dan di antara mereka ada yang kafir kepada beliau, mendustai beliau dan memfitnah ibu beliau sebagai seorang yang melakukan kekejian, sebagaimana (yang dilakukan orang-orang) Yahudi. ﴾ فَلَمَّآ أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنۡهُمُ ٱلۡكُفۡرَ
﴿ "Maka tatkala Isa me-ngetahui keingkaran mereka (Bani lsrail)" dan sepakat dalam menolak dakwah beliau, ﴾ قَالَ
﴿ "Isa berkata" seraya menyeru Bani Israil untuk menjadi penolongnya, ﴾ مَنۡ أَنصَارِيٓ إِلَى ٱللَّهِۖ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ
﴿ "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab," yakni orang-orang yang membela, ﴾ نَحۡنُ أَنصَارُ ٱللَّهِ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ
﴿ "Kamilah peno-long-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikan-lah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri."
Ini merupakan anugerah Allah atas mereka dan khususnya atas Nabi Isa عليه السلام, di mana Allah telah menjadikan para hawariyyun tersebut beriman kepadaNya, tunduk dalam ketaatan kepadaNya dan membela RasulNya. ﴾ رَبَّنَآ ءَامَنَّا بِمَآ أَنزَلۡتَ وَٱتَّبَعۡنَا ٱلرَّسُولَ
﴿ "Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami telah mengikuti rasul." Ini adalah suatu integritas yang sempurna dalam beriman kepada seluruh hal yang diturunkan oleh Allah dan dalam menaati RasulNya. ﴾ فَٱكۡتُبۡنَا مَعَ ٱلشَّٰهِدِينَ
﴿ "Karena itu masuk-kanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi" bagiMu dengan keesaan dan bagi RasulMu dengan kerasulan serta bagi agamaMu dengan kebenaran dan kejujuran.
Adapun orang-orang yang dirasakan oleh Isa عليه السلام penging-karan mereka, sedang mereka itu adalah sebagian besar Bani Israil, maka mereka ﴾ وَمَكَرُواْ
﴿ "membuat tipu daya" terhadap Nabi Isa, ﴾ وَمَكَرَ ٱللَّهُۖ
﴿ "dan Allah membalas tipu daya itu" terhadap mereka, ﴾ وَٱللَّهُ خَيۡرُ ٱلۡمَٰكِرِينَ
﴿ "dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." Mereka bersepakat untuk membunuh dan menyalibnya, namun dijadikan buat mereka orang yang serupa dengan Nabi Isa lalu mereka me-nangkap orang yang serupa tersebut, dan Allah berfirman kepada Isa, ﴾ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ
﴿ "Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir." Lalu Allah mengangkatnya kepadaNya dan membersihkannya dari orang-orang kafir, dan orang-orang kafir itu menyalib orang yang telah mereka bunuh tersebut seraya menduga bahwa orang yang mereka salib itu adalah Isa عليه السلام, dan mereka justru menanggung dosa yang besar.
Dan Isa Ibnu Maryam عليه السلام akan turun kembali di akhir masa umat ini sebagai hakim yang adil, ia akan membunuh babi, meng-hancurkan salib dan ia akan mengikuti apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ. Orang-orang yang berdusta itu akan mengetahui keterpedayaan dan ketertipuan mereka yaitu bahwa mereka itu telah terpedaya dan tertipu. Dan FirmanNya,﴾ وَجَاعِلُ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوكَ فَوۡقَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ
﴿ "Dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga Hari Kiamat." Yang dimaksud orang-orang yang mengikutinya adalah kelompok yang telah beriman kepada beliau, dan Allah membela mereka atas orang-orang yang menyimpang dari agamaNya. Kemudian ketika umat Muhammad ﷺ tiba, mereka itu benar-benar mengikutinya hingga Allah me-nguatkan mereka dan membela mereka atas orang-orang yang kafir secara keseluruhan, dan Allah memenangkan mereka dengan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ kepada mereka.
﴾ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ
﴿
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi." (An-Nur: 55).
Akan tetapi hikmah Allah itu adil, yaitu bahwasanya hikmah-Nya berlaku bagi siapa yang berpegang teguh dengan Agama, niscaya Allah akan membelanya dengan pembelaan yang nyata, dan bahwa orang yang meninggalkan perintahNya dan melanggar laranganNya, melemparkan syariatNya dan berani lancang berbuat kemaksiatan kepadaNya, niscaya Dia akan menghukumnya dan akan membuat musuh-musuhnya menguasainya. Allah Mahaper-kasa lagi Mahabijaksana. Dan FirmanNya, ﴾ ثُمَّ إِلَيَّ مَرۡجِعُكُمۡ فَأَحۡكُمُ بَيۡنَكُمۡ فِيمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ﴿ "Kemudian hanya kepada Aku-lah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya."
Kemudian Allah menjelaskan tentang apa yang dilakukanNya terhadap mereka, seraya berfirman,
{فَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَأُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (56) وَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (57)}.
"Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Aku siksa me-reka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shalih, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim."
(Ali Imran: 56-57).
#
{56 ـ 57} وهذا الجزاء عام لكل من اتصف بهذه الأوصاف من جميع أهل الأديان السابقة. ثم لما بعث سيد المرسلين وخاتم النبيين، ونسخت رسالته الرسالات كلها، ونسخ دينه جميع الأديان صار المتمسك بغير هذا الدين من الهالكين. وقوله تعالى:
(56-57) Balasan
(dalam ayat) ini bersifat umum atas semua orang yang bersifat seperti itu dari seluruh pemeluk agama-agama dahulu. Kemudian ketika diutusnya penghulu para Rasul dan penutup para Nabi di mana syariatnya menghapus seluruh syariat terdahulu dan agamanya menghapus seluruh agama-agama ter-dahulu, maka barangsiapa yang berpegang pada selain agama tersebut, maka ia termasuk orang-orang yang celaka.
{ذَلِكَ نَتْلُوهُ عَلَيْكَ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ (58)}.
"Demikianlah
(kisah 'Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti
(kerasulannya) dan
(membacakan) al-Qur`an yang penuh hikmah."
(Ali Imran: 58).
#
{58} أي: هذا القرآن العظيم الذي فيه نبأ الأولين والآخرين والأنبياء والمرسلين هو آيات الله البينات، وهو الذي يذكر العباد كل ما يحتاجونه، وهو الحكيم المحكم صادق الأخبار، حسن الأحكام.
(58) Maksudnya, al-Qur`an yang agung ini yang di dalam-nya terdapat kisah orang-orang terdahulu dan yang datang bela-kangan
(nanti), para Nabi dan Rasul merupakan ayat-ayat Allah yang jelas. Dan al-Qur`an selalu mengingatkan manusia pada setiap perbuatan mereka, Dia adalah pemutus perkara yang bijaksana dan kisah-kisah yang benar, serta hukum-hukum yang baik.
{إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (59) الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (60) فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ (61) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (62) [فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِالْمُفْسِدِينَ (63)] }.
"Sesungguhnya permisalan
(penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, 'Jadilah'
(seorang manusia), maka jadilah dia.
(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu jangan-lah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Siapa yang mem-bantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu
(yang meyakin-kan kamu), maka katakanlah
(kepadanya), 'Marilah kita memang-gil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.' Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tidak ada tuhan
(yang berhak di-sembah) melainkan Allah; dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kemudian jika mereka berpa-ling
(dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan."
(Ali Imran: 59-63).
[3]
#
{59 ـ 62} لما ذكر قصة مريم وعيسى ونبأهما الحق، وأنه عبد أنعم الله عليه، وأن من زعم أن فيه شيئاً من الإلهية فقد كذب على الله، وكذب جميع أنبيائه وكذب عيسى - صلى الله عليه وسلم - فإن الشبهة التي عرضت لمن اتخذه إلهاً شبهة باطلة، فلو كان لها وجه صحيح لكان آدم أحق منه فإنه خلق من دون أم ولا أب، ومع ذلك فاتفق البشر كلُّهم على أنه عبد من عباد الله، فدعوى إلهية عيسى بكونه خلق من أم بلا أب دعوى من أبطل الدعاوي، وهذا هو الحق الذي لا ريب فيه أن عيسى كما قال عن نفسه: {ما قلت لهم إلا ما أمرتني به أن اعبدوا الله ربي وربكم}؛ وكان قد قدم على النبي - صلى الله عليه وسلم - وفد نصارى نجران ، وقد تصلبوا على باطلهم بعدما أقام عليهم النبي - صلى الله عليه وسلم - البراهين بأن عيسى عبد الله ورسوله حيث زعموا إلهيته، فوصلت به وبهم الحال إلى أن أمره الله تعالى أن يباهلهم فإنه قد اتضح لهم الحق ولكن العناد والتعصب منعاهم منه، فدعاهم رسول الله - صلى الله عليه وسلم - إلى المباهلة بأن يحضر هو وأهله وأبناؤه، وهم يحضرون بأهلهم وأبنائهم ثم يدعون الله تعالى أن ينزل عقوبته ولعنته على الكاذبين، فتشاوروا هل يجيبونه إلى ذلك، فاتفق رأيهم أن لا يجيبوه لأنهم عرفوا أنه نبي الله حقًّا، وأنهم إن باهلوه هلكوا هم وأولادهم وأهلوهم فصالحوه وبذلوا له الجزية، وطلبوا منه الموادعة والمهادنة فأجابهم - صلى الله عليه وسلم - ولم يحرجهم لأنه حصل المقصود من وضوح الحق، وتبين عنادهم حيث صمموا على الامتناع عن المباهلة، وذلك يبرهن على أنهم كانوا ظالمين.
ولهذا قال تعالى: {إن هذا لهو القصص الحق}؛ أي: الذي لا ريب فيه، {وإن الله لهو العزيز} الذي قهر بقدرته وقوته جميع الموجودات وأذعنت له سكان الأرض والسماوات، ومع ذلك فهو {الحكيم}؛ الذي يضع الأشياء مواضعها وينزلها منازلها.
(59-62) Ketika Allah memberitakan tentang kisah Maryam dan Nabi Isa, dan berita tersebut adalah suatu kebenaran, dan bah-wasanya beliau adalah seorang hamba yang telah diberikan oleh Allah karunia atasnya, dan bahwa barangsiapa yang menduga bahwa ada suatu sifat ketuhanan padanya, maka sesungguhnya ia telah berdusta terhadap Allah تعالى, ia telah mendustai seluruh nabi-nabiNya dan mendustai Isa عليه السلام. Sesungguhnya syubhat yang terjangkit pada orang yang menjadikan beliau itu sebagai tuhan
(yang disembah) adalah syubhat yang sangat batil. Sekiranya ada sedikit saja kebenaran dalam hal itu, maka pastilah Nabi Adam عليه السلام lebih berhak dikultuskan sebagai tuhan, karena beliau diciptakan tanpa ayah dan ibu. Tapi sekalipun demikian, seluruh manusia bersepakat bahwasanya beliau itu adalah seorang hamba di antara hamba-hamba Allah تعالى, maka klaim ketuhanan Isa عليه السلام yang di-dasari oleh penciptaannya hanya dengan seorang ibu tanpa ayah merupakan klaim yang paling batil dari tuduhan-tuduhan yang ada. Inilah yang haq, yang tidak ada keraguan padanya yaitu bahwa Isa عليه السلام itu adalah sebagaimana yang beliau sendiri katakan tentang dirinya,
﴾ مَا قُلۡتُ لَهُمۡ إِلَّا مَآ أَمَرۡتَنِي بِهِۦٓ أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۚ
﴿
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu, 'Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu'." (Al-Ma`idah: 117).
Datang kepada Nabi ﷺ delegasi kaum Nasrani daerah Najran[4] di mana mereka bersikeras (ngotot) dalam kebatilan mereka setelah Nabi ﷺ menegakkan atas mereka hujjah-hujjah dan keterangan yang jelas bahwasanya Isa عليه السلام itu adalah seorang hamba Allah dan RasulNya di mana mereka meyakini ketuhanannya. Sikap keras kepala mereka telah sampai pada titik di mana Allah memerintah-kan kepada beliau agar menantang mereka untuk bermubahalah karena sesungguhnya kebenaran itu telah jelas bagi mereka, akan tetapi kedurhakaan dan fanatisme telah menghalangi mereka dari menerima kebenaran tersebut. Maka Rasulullah ﷺ menantang me-reka untuk bermubahalah di mana mereka menghadirkan keluarga dan anak-anak mereka dan beliau pun menghadirkan keluarga dan anak-anak beliau kemudian mereka semua berdoa kepada Allah تعالى agar menurunkan siksa dan laknatNya atas orang-orang yang berdusta. Kemudian mereka mengadakan musyawarah dahulu apakah mereka menerima tantangan itu, dan akhirnya keputusan mereka sepakat untuk tidak akan meladeni tantangan tersebut karena mereka yakin bahwa beliau itu adalah benar-benar Nabi Allah dan bahwa apabila mereka menerima tantangan itu, pastilah mereka beserta keluarga dan anak-anak mereka akan celaka, maka akhirnya mereka meminta perjanjian damai dengan beliau dengan memberikan kepada beliau bayaran jizyah, lalu Rasulullah ﷺ me-nerima keputusan mereka tersebut dan tidak mengusir mereka, karena maksud yang diinginkan telah terpenuhi yaitu jelasnya kebenaran. Tampak jelaslah kedurhakaan mereka di mana mereka bersikeras untuk tidak menerima tantangan tersebut, dan hal itu menjelaskan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang zhalim.
Oleh karena itulah Allah berfirman, ﴾ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡقَصَصُ ٱلۡحَقُّۚ
﴿ "Se-sungguhnya ini adalah kisah yang benar," yaitu kisah yang tidak ada keraguan padanya. ﴾ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ
﴿ "Dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahaperkasa," yakni, yang dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya menguasai seluruh makhluk yang tunduk patuh kepadaNya dari penghuni langit dan bumi. Dan bersama itu, Dia ﴾ ٱلۡحَكِيمُ ﴿ "Mahabijaksana" Yang meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan menempatkannya pada posisinya yang tepat.
{قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (64)}.
"Katakanlah, 'Hai ahli Kitab, marilah
(berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah dan kita tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu pun dan tidak
(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.' Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang ber-serah diri
(kepada Allah)'."
(Ali Imran: 64).
#
{64} هذه الآية الكريمة كان النبي - صلى الله عليه وسلم - يكتب بها إلى ملوك أهل الكتاب. وكان يقرأ أحياناً في الركعة الأولى من سنة الفجر {قولوا آمنا بالله}؛ الآية؛ ويقرأ بها في الركعة الآخرة من سنة الصبح لاشتمالها على الدعوة إلى دين واحد، قد اتفقت عليه الأنبياء والمرسلون، واحتوت على توحيد الإلهية المبني على عبادة الله وحده لا شريك له، وأن يعتقد أن البشر وجميع الخلق كلهم في طور البشرية لا يستحق منهم أحد شيئاً من خصائص الربوبية ولا من نعوت الإلهية، فإن انقاد أهل الكتاب وغيرهم إلى هذا فقد اهتدوا و {إن تولوا فقولوا اشهدوا بأنا مسلمون}؛ كقوله تعالى: {قل يا أيها الكافرون ... }؛ إلى آخرها.
(64) Ayat yang mulia ini adalah ayat yang ditulis
(baca: dicantumkan) oleh Nabi ﷺ untuk dikirim kepada raja-raja Ahli Kitab. Beliau ﷺ
(kadang) membacanya pada rakaat pertama dari shalat sunnah fajar,
﴾ قُولُوٓاْ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ
﴿
"Katakanlah (hai orang-orang Mukmin), 'Kami beriman kepada Allah'." (Al-Baqarah: 136).
Dan beliau membaca ayat tadi pada rakaat terakhir dari shalat sunnah Shubuh; karena mengandung dakwah kepada satu agama, yang telah disepakati oleh para Nabi dan Rasul. Ayat itu juga mengandung tauhid uluhiyah yang berasaskan ibadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya. Dan agar diyakini bahwa manusia dan seluruh makhluk dalam kapasitas kemanusia-an, salah seorang di antara mereka tidak berhak sedikit pun memi-liki sifat-sifat kerububiyahan dan tidak pula sifat-sifat keuluhiyahan. Bila ahli Kitab dan selain mereka patuh terhadap hal itu, maka mereka telah mendapat petunjuk d a n ﴾ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَقُولُواْ ٱشۡهَدُواْ بِأَنَّا وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبۡرَٰهِـۧمُ بَنِيهِ وَيَعۡقُوبُ يَٰبَنِيَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
﴿ "jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)'." Ini persis seperti Firman Allah تعالى,
﴾ قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ 1 لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ 2 وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ 3 وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ 4 وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ 5 لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ 6 ﴿
"Katakanlah, 'Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyem-bah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah
(pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku'."
(Al-Kafirun: 1-6).
{يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (65) هَاأَنْتُمْ هَؤُلَاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (66) مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (67) إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ (68)}.
"Hai ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir? Beginilah kamu. Kamu ini
(sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak me-ngetahui. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan
(pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri
(kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk go-longan orang-orang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini
(Muhammad), beserta orang-orang yang beriman
(kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman."
(Ali Imran: 65-68).
#
{65 ـ 68} كانت الأديان كلها اليهود والنصارى والمشركون وكذلك المسلمون كلهم يدعون أنهم على ملة إبراهيم، فأخبر الله تعالى أن أولى الناس به محمد - صلى الله عليه وسلم - وأتباعه وأتباع الخليل قبل محمد - صلى الله عليه وسلم -، وأما اليهود والنصارى والمشركون فإبراهيم بريء منهم ومن ولايتهم لأن دينه الحنيفية السمحة التي فيها الإيمان بجميع الرسل وجميع الكتب، وهذه خصيصة المسلمين، وأما دعوى اليهود والنصارى أنهم على ملة إبراهيم فقد علم أن اليهودية والنصرانية التي هم يدعون أنهم عليها لم تؤسس إلا بعد الخليل، فكيف يحاجون في هذا الأمر الذي يعلم به كذبهم وافتراؤهم، فهب أنهم حاجوا فيما لهم به علم فكيف يحاجون في هذه الحالة، فهذا قبل أن ينظر ما احتوى عليه قولهم من البطلان يعلم فساد دعواهم، وفي هذه الآية دليل على أنه لا يحل للإنسان أن يقول أو يجادل فيما لا علم له به. وقوله: {والله ولي المؤمنين}؛ فكلما قوي إيمان العبد تولاه الله بلطفه، ويسره لليسرى وجنبه العسرى.
(65-68) Seluruh agama
(samawi) dari Yahudi, Nasrani, kaum musyrikin demikian juga Islam mengaku bahwa mereka mengikuti ajaran Nabi Ibrahim عليه السلام. Allah تعالى memberitakan bahwa manusia yang paling berhak atasnya adalah Nabi Muhammad ﷺ beserta para pengikut beliau serta pengikut al-Khalil
(Nabi Ibrahim sendiri) sebelum Muhammad ﷺ. Adapun orang-orang Yahudi, Nasrani dan kaum musyrikin, sesungguhnya Ibrahim عليه السلام berlepas diri dari mereka dan dari menjadi pembela mereka, oleh karena agama beliau adalah yang hanif
(yang bersih dari syirik dan kebu-rukan) dan membawa kemudahan yang mengandung keimanan kepada seluruh Rasul dan seluruh kitab-kitab
(suci), dan ini adalah keistimewaan kaum Muslimin. Adapun klaim Yahudi dan Nasrani bahwa mereka berada di atas ajaran Ibrahim عليه السلام, maka telah dike-tahui bahwa agama Yahudi dan Nasrani yang mengaku menganut ajaran tersebut belum dibentuk kecuali setelah Ibrahim عليه السلام, lalu bagaimanakah mereka dapat membantah perkara ini yang telah diketahui padanya kebohongan dan dusta mereka? Taruhlah an-daikan mereka mendebat tentang suatu hal yang mereka memiliki ilmu tentangnya namun bagaimana dalam kondisi seperti ini? Hal ini sebelum diperhatikan pendapat mereka yang penuh dengan kebohongan yang dapat diketahui akan batilnya klaim mereka tersebut.
Ayat ini juga merupakan sebuah dalil bahwa tidaklah halal bagi seorang manusia berkata atau berdebat tentang sesuatu yang tidak ia miliki ilmunya.
Dan FirmanNya, ﴾ وَٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ﴿ "Dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman." Maka semakin kuat iman seorang manusia, niscaya Allah akan melindungiNya dengan kelembutan-Nya, memudahkannya dengan segala kemudahan, dan menjauh-kannya dari kesulitan.
{وَدَّتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (69) يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ (70) يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (71) وَقَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمِنُوا بِالَّذِي أُنْزِلَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُوا آخِرَهُ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (72) وَلَا تُؤْمِنُوا إِلَّا لِمَنْ تَبِعَ دِينَكُمْ قُلْ إِنَّ الْهُدَى هُدَى اللَّهِ أَنْ يُؤْتَى أَحَدٌ مِثْلَ مَا أُوتِيتُمْ أَوْ يُحَاجُّوكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ قُلْ إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (73) يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (74)}.
"Segolongan dari ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, pada-hal mereka
(sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya. Hai ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui
(kebenarannya). Hai ahli Kitab, mengapa kamu mencampur aduk-kan yang haq dengan yang batil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya? Segolongan
(lain) dari ahli Kitab berkata
(kepada sesamanya), 'Perlihatkanlah
(seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman
(sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka
(orang-orang Mukmin) kembali
(kepada kekafiran). Dan janganlah kamu percaya melainkan ke-pada orang yang mengikuti agamamu.' Katakanlah, 'Sesungguhnya petunjuk
(yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan
(janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan
(jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu.' Katakan-lah, 'Sesungguhnya karunia itu di Tangan Allah, Allah memberikan karuniaNya kepada siapa yang dikehendakiNya; dan Allah Maha-luas
(karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.' Allah menentukan rahmatNya
(kenabian) kepada siapa yang dikehendakiNya dan Allah mempunyai karunia yang besar."
(Ali Imran: 69-74).
#
{69 ـ 74} هذا من منة الله على هذه الأمة حيث أخبرهم بمكر أعدائهم من أهل الكتاب وأنهم من حرصهم على إضلال المؤمنين ينوعون المكرات الخبيثة فقالت طائفة منهم: {آمنوا بالذي أنزل على الذين آمنوا وجه النهار}؛ أي: أوله وارجعوا عن دينهم آخر النهار فإنهم إذا رأوكم راجعين وهم يعتقدون فيكم العلم استرابوا بدينهم وقالوا لولا أنهم رأوا فيه ما لا يعجبهم ولا يوافق الكتب السابقة لم يرجعوا، هذا مكرهم والله تعالى هو الذي يهدي من يشاء وهو الذي بيده الفضل يختص به من يشاء، فخصكم يا هذه الأمة بما لم يخص به غيركم، ولم يدر هؤلاء الماكرون أن دين الله حق إذا وصلت حقيقته إلى القلوب لم يزدد صاحبه على طول المدى إلا إيماناً ويقيناً، ولم تزده الشبه إلا تمسكاً بدينه وحمداً لله وثناء عليه حيث منَّ به عليه. وقولهم: {أن يؤتى أحد مثل ما أوتيتم أو يحاجوكم عند ربكم}؛ يعني أن الذي حملهم على هذه الأعمال المنكرة الحسد والبغي وخشية الاحتجاج عليهم، كما قال تعالى: {ود كثير من أهل الكتاب لو يردونكم من بعد إيمانكم كفاراً حسداً من عند أنفسهم من بعد ما تبين لهم الحق}؛ الآية.
(69-74) Ini merupakan karunia Allah atas umat ini di mana Allah memberitakan kepada mereka tentang tipu daya musuh-musuh mereka dari Ahli Kitab, dan bahwa di antara usaha keras mereka dalam menyesatkan kaum Mukminin adalah mereka me-makai berbagai cara dalam makar
(konspirasi) mereka yang busuk. Sekelompok di antara mereka berkata,﴾ ءَامِنُواْ بِٱلَّذِيٓ أُنزِلَ عَلَى ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَجۡهَ ٱلنَّهَارِ
﴿ "Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang di-turunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang," yakni, di awal hari dan berpalinglah dari agama mereka kembali pada petang hari, dan bila mereka melihat kalian berpaling sedang mereka yakin kalian memiliki ilmu, itu akan membuat mereka ragu terhadap agama mereka, lalu mereka akan berkata, "Sekiranya mereka tidak melihat dalam agama ini apa yang tidak menarik bagi mereka dan tidak sesuai dengan kitab-kitab terdahulu, niscaya mereka pasti tidak akan berpaling."
Ini adalah tipu daya mereka. Dan Allah تعالى yang memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya, hanya di TanganNya segala karunia yang Dia khususkan buat siapa yang dikehendaki-Nya, lalu Allah mengkhususkan kalian wahai umat ini dengan sesuatu yang tidak Dia khususkan bagi umat selain kalian. Dan orang-orang yang berbuat tipu daya itu tidak mengetahui bahwa agama Allah itu adalah haq, yang apabila hakikatnya sampai kepada hati tidaklah akan bertambah waktu bagi orang tersebut ke-cuali akan semakin bertambah pula keimanan dan keyakinan, dan syubhat-syubhat yang ada itu justru menambah kuatnya mereka berpegang teguh pada agamanya dan semakin bersyukur kepada Allah serta memujiNya, di mana Dia telah melimpahkan karunia-Nya itu atasnya.
Dan perkataan mereka, ﴾ أَن يُؤۡتَىٰٓ أَحَدٞ مِّثۡلَ مَآ أُوتِيتُمۡ أَوۡ يُحَآجُّوكُمۡ عِندَ رَبِّكُمۡۗ
﴿ "Dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Rabbmu," artinya, bahwa yang menyebabkan mereka melakukan perbuatan-perbuatan ke-mungkaran adalah hasad, dengki, dan ketakutan akan dikalahkan dalam berdebat, sebagaimana Allah تعالى berfirman,
﴾ وَدَّ كَثِيرٞ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ لَوۡ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعۡدِ إِيمَٰنِكُمۡ كُفَّارًا حَسَدٗا مِّنۡ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلۡحَقُّۖ ﴿
"Sebagian besar ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat me-ngembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang
(timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebe-naran."
(Al-Baqarah: 109).
{وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (75) بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (76)}.
"Di antara ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercaya-kan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan, 'Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi.' Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji
(yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa."
(Ali Imran: 75-76).
#
{75} يخبر تعالى عن أهل الكتاب أن منهم طائفة أمناء بحيث لو أمنته على قناطير من النقود وهي المال الكثير يؤده إليك، ومنهم طائفة خونة يخونك في أقل القليل، ومع هذه الخيانة الشنيعة فإنهم يتأولون بالأعذار الباطلة فيقولون: {ليس علينا في الأميين سبيل}؛ أي: ليس علينا جناح إذا خناهم واستبحنا أموالهم، لأنهم لا حرمة لهم، قال تعالى: {ويقولون على الله الكذب وهم يعلمون}؛ أن عليهم أشد الحرج، فجمعوا بين الخيانة وبين احتقار العرب وبين الكذب على الله، وهم يعلمون ذلك ليسوا كمن فعل ذلك جهلاً وضلالاً.
(75) Allah تعالى memberitakan tentang Ahli Kitab bahwasa-nya ada sekelompok dari mereka orang-orang yang jujur
(terper-caya), di mana bila Anda berikan kepada mereka sejumlah harta yang banyak, niscaya mereka akan menunaikannya dengan ama-nah kepada Anda. Ada juga sekelompok dari mereka orang-orang yang tidak jujur yang akan selalu berkhianat walaupun
(nilai) hartanya sedikit sekali, dan bersama pengkhianatan yang keji ini, mereka membuat dalih-dalih yang batil dengan berkata, ﴾ لَيۡسَ عَلَيۡنَا فِي ٱلۡأُمِّيِّـۧنَ سَبِيلٞ
﴿ "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi" (orang-orang Arab), artinya, tidak ada kesalahan atas kami bila mengkhianati mereka dan menghalalkan harta mereka, karena mereka tidak memiliki kehormatan. Allah تعالى berfirman,﴾ وَيَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ ﴿ "Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui," artinya, mereka menanggung dosa yang paling dahsyat di mana mereka menyatukan pengkhianatan dengan penghinaan terhadap bangsa Arab dan juga dengan dusta atas nama Allah, dan mereka mengetahui hal tersebut, bahwa mereka bukan seperti orang-orang yang melakukan hal semacam itu atas dasar tidak mengerti dan tersesat.
#
{76} ثم قال تعالى: {بلى}؛ أي: ليس الأمر كما قالوا. {من أوفى بعهده واتقى}؛ أي: قام بحقوق الله وحقوق خلقه فإن هذا هو المتقي والله يحبه، أي: ومن كان بخلاف ذلك فلم يف بعهده وعقوده التي بينه وبين الخلق ولا قام بتقوى الله، فإن الله يمقته، وسيجازيه على ذلك أعظم النكال.
(76) Kemudian Allah تعالى berfirman, ﴾ بَلَىٰۚ
﴿ "Bukan demikian" artinya, tidaklah perkara itu seperti yang mereka katakan.﴾ مَنۡ أَوۡفَىٰ بِعَهۡدِهِۦ وَٱتَّقَىٰ ﴿ "Sebenarnya siapa yang menepati janji
(yang dibuat)nya dan bertakwa," yaitu yang menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak makhlukNya, maka orang seperti inilah yang bertakwa, di mana Allah mencintainya. Artinya barangsiapa yang bertentangan de-ngan hal itu yakni tidak memenuhi janjinya antara ia dengan sesa-manya dan tidak pula menunaikan ketakwaan kepada Allah, maka sesungguhnya Allah akan memurkai dan akan membalasnya atas perbuatannya itu dengan siksaan yang berat.
{إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (77)}.
"Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji
(nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bagian
(pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka dan tidak akan melihat ke-pada mereka pada Hari Kiamat dan tidak
(pula) akan menyucikan mereka, serta bagi mereka azab yang pedih."
(Ali Imran: 77).
#
{77} أي: إن الذين يشترون الدنيا بالدين فيختارون الحطام القليل من الدنيا ويتوسلون إليها بالأيمان الكاذبة والعهود المنكوثة فهؤلاء {لا يكلمهم الله ولا ينظر إليهم يوم القيامة ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم}؛ أي: قد حق عليهم سخط الله ووجب عليهم عقابه، وحرموا ثوابه، ومنعوا من التزكية، وهي التطهير. بل يردون القيامة متلوثون بالجرائم، متدنسون بالذنوب العظائم.
(77) Maksudnya, sesungguhnya orang-orang yang menu-kar Agama dengan dunia lalu mereka lebih memilih kenikmatan yang sedikit dari dunia dan mereka memakai cara dalam menda-patkannya dengan sumpah-sumpah dan janji-janji palsu yang tidak mereka penuhi, maka mereka itu adalah orang-orang yang mana ﴾ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ ٱللَّهُ وَلَا يَنظُرُ إِلَيۡهِمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمۡ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ ﴿ "Allah tidak akan berbicara kepada mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada Hari Kiamat dan tidak
(pula) akan menyucikan mereka, serta bagi mereka azab yang pedih." Artinya, mereka telah berhak mendapatkan murka Allah dan menjalani siksa dariNya, jauh dari pahalaNya, terhalang dari penyucian yaitu pembersihan diri, bahkan mereka pada Hari Kiamat kelak akan bangkit dengan bergelimang kejahatan dan dikotori oleh dosa-dosa besar.
{وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (78)}.
"Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memu-tar-mutar lidahnya membaca al-Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari al-Kitab, padahal ia bukan dari al-Kitab dan mereka mengatakan, 'Ia
(yang dibaca itu datang) dari sisi Allah,' padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta atas Nama Allah sedang mereka mengetahui."
(Ali Imran: 78).
#
{78} أي: وإن من أهل الكتاب فريقاً محرفون لكتاب الله {يلوون ألسنتهم بالكتاب لتحسبوه من الكتاب}؛ وهذا يشمل التحريف اللفظي والتحريف المعنوي، ثم هم مع هذا التحريف الشنيع، يوهمون أنه من الكتاب وهم كذبة في ذلك ويصرحون بالكذب على الله، وهم يعلمون حالهم وسوء مغبتهم.
(78) Maksudnya, di antara Ahli Kitab ada suatu kelompok yang memutarbalikkan Kitabullah, ﴾ يَلۡوُۥنَ أَلۡسِنَتَهُم بِٱلۡكِتَٰبِ لِتَحۡسَبُوهُ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ ﴿ "yang memutar-mutar lidahnya membaca al-Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari al-Kitab." Ini adalah pemutarbalikan lafazh dan maknanya. Kemudian di sam-ping penyimpangan yang sangat keji itu, mereka membuat hal itu seolah-olah dari al-Kitab, padahal mereka adalah orang-orang yang berdusta dalam hal tersebut, mereka menampakkan kedustaan terhadap Allah, padahal mereka mengetahui keadaan mereka dan buruknya akibatnya.
{مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (79) وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (80)}.
"Tidak wajar bagi seorang manusia, yang Allah berikan ke-padanya al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia, 'Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku selain Allah.' Akan tetapi
(dia berkata), 'Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.' Dan
(tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah
(patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah
(menganut agama) Islam?"
(Ali Imran: 79-80).
#
{79 ـ 80} أي: يمتنع ويستحيل كل الاستحالة لبشر منَّ الله عليه بالوحي والكتاب والنبوة وأعطاه الحكم الشرعي، أن يأمر الناس بعبادته ولا بعبادة النبيين والملائكة واتخاذهم أرباباً، لأن هذا هو الكفر، فكيف وقد بعث بالإسلام المنافي للكفر من كل وجه فكيف يأمر بضده، هذا من الممتنع لأن حاله وما هو عليه وما منَّ الله به عليه من الفضائل والخصائص تقتضي العبودية الكاملة والخضوع التام لله الواحد القهار، وهذا جواب لوفد نجران حين تمادى بهم الغرور ووصلت بهم الحال والكبر أن قالوا أتأمرنا يا محمد أن نعبدك حين أمرهم بعبادة الله وطاعته، فبين الباري انتفاء ما قالوا وأن كلامهم وكلام أمثالهم في هذا ظاهر البطلان.
(79-80) Maksudnya, tidak akan terjadi dan bahkan sangat mustahil sekali bagi seorang manusia yang telah dikaruniakan wahyu oleh Allah, al-Kitab dan Kenabian dan memberikan kepa-danya hukum-hukum syariat, untuk menyuruh manusia untuk beribadah kepada dirinya dan kepada para Nabi dan malaikat serta menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan lain. Karena semua itu adalah kekufuran, bagaimana mungkin, padahal ia telah diutus dengan Islam yang memberantas kekufuran dengan segala ben-tuknya, lalu bagaimana ia menyeru kepada hal yang berlawanan dengan itu. Ini adalah di antara perkara yang tidak mungkin terjadi, dan apa yang dibawa olehnya dan semua yang telah Allah karunia-kan kepadanya berupa keutamaan dan keistimewaan mengharus-kan ubudiyah yang total dan ketundukan yang sempurna kepada Allah yang Esa lagi Mahaperkasa.
Ini merupakan jawaban atas delegasi Nasrani negeri Najran ketika mereka bersikeras dengan keterpedayaan mereka hingga keadaan mereka semakin jauh, dan mereka berkata dengan kesom-bongannya, "Apakah engkau menyeru kami wahai Muhammad untuk menyembahmu?" Ketika beliau memerintahkan mereka untuk beribadah hanya kepada Allah dan taat kepadaNya. Lalu Allah menjelaskan tentang kesalahan perkataan mereka dan bahwa-sanya perkataan mereka dan perkataan selain mereka yang seperti itu sangat batil.
{وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (81) فَمَنْ تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (82)}.
"Dan
(ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, 'Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.' Allah berfirman, 'Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjianKu terhadap yang demikian itu?' Mereka menjawab, 'Kami mengakui.' Allah berfirman, 'Kalau begitu saksikanlah
(hai para nabi) dan Aku menjadi saksi
(pula) bersamamu. Barangsiapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik'."
(Ali Imran: 81-82).
#
{81 ـ 82} هذا إخبار منه تعالى أنه أخذ عهد النبيين وميثاقهم كلِّهم بسبب ما أعطاهم، ومنَّ به عليهم من الكتاب والحكمة المقتضي للقيام التام بحق الله وتوفيته، أنه إن جاءهم رسول مصدق لما معهم بُعِثَ بما بعثوا به من التوحيد والحق والقسط والأصول التي اتفقت عليها الشرائع أنهم يؤمنون به وينصرونه، فأقروا على ذلك، واعترفوا، والتزموا، وأشهدهم، وشهد عليهم، وتوعد من خالف هذا الميثاق.
وهذا أمر عام بين الأنبياء أن جميعهم طريقهم واحد وأن دعوة كل واحد منهم قد اتفقوا وتعاقدوا عليها، وعموم ذلك أنه أخذ على جميعهم الميثاق بالإيمان والنصرة لمحمد - صلى الله عليه وسلم -، فمن ادعى أنه من أتباعهم فهذا دينهم الذي أخذه الله عليهم وأقروا به واعترفوا، فمن تولى عن اتباع محمد ممن يزعم أنه من أتباعهم فإنه فاسق خارج عن طاعة الله مكذب للرسول الذي يزعم أنه من أتباعه مخالف لطريقه، وفي هذا إقامة الحجة والبرهان على كل من لم يؤمن بمحمد - صلى الله عليه وسلم - من أهل الكتب والأديان، وأنه لا يمكنهم الإيمان برسلهم الذين يزعمون أنهم أتباعهم حتى يؤمنوا بإمامهم وخاتمهم - صلى الله عليه وسلم -.
(81-82) Ini adalah berita dari Allah تعالى bahwa Dia telah mengambil janji dari para Nabi dan ikatan sumpah pada mereka semuanya yang disebabkan oleh apa yang telah Allah karuniakan kepada mereka dan karena semua yang telah Dia berikan untuk mereka berupa al-Kitab dan al-Hikmah yang berkonsekuensi wajib-nya menegakkan hak-hak Allah dan menunaikannya dengan sebaik-baiknya; bahwa apabila datang kepada mereka seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada pada mereka, yang diutus untuk me-nyampaikan ketauhidan, kebenaran, keadilan dan prinsip-prinsip dasar yang disepakati oleh seluruh syariat, maka mereka akan beriman kepadanya dan membelanya. Mereka pun menyetujui hal tersebut, mengakuinya, konsisten terhadapnya, mempersaksikan mereka, dan ia bersaksi atas mereka, serta mengancam orang-orang yang menyalahi perjanjian tersebut.
Ini merupakan perintah yang bersifat umum di antara para Nabi, bahwasanya jalan mereka adalah satu, dan bahwa dakwah dari setiap Nabi di antara mereka telah mereka sepakati dan telah mereka setujui bersama, keumuman itu adalah bahwa Allah mengambil janji dari mereka untuk beriman dan membela Nabi Muhammad ﷺ.
Karena itu, barangsiapa yang mengaku bahwa ia adalah pengikut salah seorang dari mereka, maka ini adalah agama mereka yang telah diambil oleh Allah perjanjian dari mereka lalu mereka menyetujui dan mengakuinya. Maka barangsiapa yang berpaling dari mengikuti Nabi Muhammad ﷺ dari orang-orang yang me-nyangka bahwasanya mereka termasuk pengikut Nabi-nabi terse-but, maka ia adalah fasik yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan mendustakan Rasul yang diakuinya bahwa ia termasuk pengi-kutnya padahal ia menyimpang dari jalannya.
Ini merupakan penegakan hujjah dan keterangan yang kuat atas setiap orang yang tidak beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ dari ahli kitab dan agama-agama lainnya, dan tidaklah mungkin mereka beriman kepada Rasul-rasul mereka di mana mereka me-ngakui sebagai pengikut-pengikut mereka hingga mereka beriman kepada pemimpin dari Rasul-rasul tadi dan penutup mereka ﷺ.
{أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (83) قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (84) وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ (85)}.
"Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepadaNya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan? Katakanlah, 'Kami ber-iman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepadaNya-lah kami menyerah-kan diri.' Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi."
(Ali Imran: 83-85).
#
{83 ـ 85} قد تقدم في سورة البقرة أن هذه الأصول التي هي أصول الإيمان التي أمر الله بها هذه الأمة قد اتفقت عليها الكتب والرسل، وأنها هي الغرض الموجه لكل أحد وأنها هي الدين والإسلام الحقيقي، وأن من ابتغى غيرها فعمله مردود وليس له دين يعول عليه، فمن زهد عنه ورغب عنه فأين يذهب؟ إلى عبادة الأشجار والأحجار والنيران، أو إلى اتخاذ الأحبار والرهبان والصلبان، أو إلى التعطيل لرب العالمين، أو إلى الأديان الباطلة التي هي من وحي الشياطين؟ وهؤلاء كلهم في الآخرة من الخاسرين.
(83-85) Telah berlalu pada surat al-Baqarah bahwa dasar-dasar ini yang merupakan pokok-pokok keimanan yang diperin-tahkan oleh Allah kepada umat ini telah disepakati oleh kitab-kitab dan Rasul-rasul. Itulah tujuan asasi yang ditujukan kepada setiap orang, dan bahwasanya itu adalah agama dan Islam yang hakiki. Dan bahwa orang yang mencari selainnya dan beramal dengannya, maka perbuatannya itu tertolak hingga ia tidak memiliki ajaran yang ia kembali kepadanya. Barangsiapa yang tidak membutuhkan dan membencinya, maka kemanakah ia akan pergi? Kepada pe-nyembahan pohon, batu atau api? Atau kepada penyembahan rahib, pendeta atau salib? Atau kepada peniadaan Rabb alam semesta? Atau kepada agama-agama yang batil yang merupakan wahyu dari setan? Mereka semua itu di akhirat nanti termasuk orang-orang yang merugi.
{كَيْفَ يَهْدِي اللَّهُ قَوْمًا كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ وَشَهِدُوا أَنَّ الرَّسُولَ حَقٌّ وَجَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (86) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ أَنَّ عَلَيْهِمْ لَعْنَةَ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (87) خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ (88) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (89) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَنْ تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الضَّالُّونَ (90) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (91)}.
"Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu
(Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keterangan pun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zhalim. Mereka itu, balasannya ialah bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka,
(demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam-nya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak
(pula) mereka ditangguhkan. Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah
(kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya orang-orang yang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubat-nya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus dirinya dengan emas
(yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong."
(Ali Imran: 86-91).
#
{86 ـ 88} يعني أنه يبعد كل البعد أن يهدي الله قوماً عرفوا الإيمان، ودخلوا فيه وشهدوا أن الرسول حق ثم ارتدوا على أعقابهم ناكصين ناكثين، لأنهم عرفوا الحق فرفضوه، ولأن من هذه الحالة وصفه فإن الله يعاقبه بالانتكاس وانقلاب القلب جزاء له إذ عرف الحق فتركه، والباطل فآثره فولاه الله ما تولى لنفسه، فهؤلاء {عليهم لعنة الله والملائكة والناس أجمعين}؛ خالدين في اللعنة والعذاب {لا يخفف عنهم العذاب ولا هم ينظرون}؛ إذا جاءهم أمر الله، لأن الله عمرهم ما يتذكر فيه ما تذكر، وجاءهم النذير.
(86-87) Maksudnya, bahwa sangatlah tidak mungkin Allah memberikan petunjukNya kepada suatu kaum yang telah menge-nal keimanan, lalu masuk ke dalamnya dan bersaksi bahwasanya Rasul itu adalah haq kemudian mereka keluar kembali kepada kondisi mereka dahulu, berbalik dan berkhianat; karena mereka telah mengetahui kebenaran lalu mereka menolaknya. Dan karena kondisi seperti itulah yang menyebabkan Allah menghukum me-reka dengan terjerembab kembali dan terbaliknya hati mereka se-bagai suatu balasan buat mereka, di mana mereka telah mengetahui kebenaran namun meninggalkannya, dan kebatilan namun lebih memilihnya, hingga Allah memalingkannya kepada apa yang dia sendiri memalingkan dirinya kepadanya.
Mereka itulah yang mana, ﴾ عَلَيۡهِمۡ لَعۡنَةَ ٱللَّهِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلنَّاسِ أَجۡمَعِينَ
﴿ "laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya." Mereka kekal dalam laknat dan azab tersebut. ﴾ لَا يُخَفَّفُ عَنۡهُمُ ٱلۡعَذَابُ وَلَا هُمۡ يُنظَرُونَ ﴿ "Tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak
(pula) mereka ditangguhkan," karena telah datang ketentuan Allah, karena Allah telah memanjangkan usia mereka di mana mereka mengingat apa yang harus diingat dan telah da-tang kepada mereka seorang pemberi peringatan.
#
{89 ـ 91} ثم إنه تعالى استثنى من هذا الوعيد التائبين من كفرهم وذنوبهم المصلحين لعيوبهم فإن الله يغفر لهم ما قدموه ويعفو عنهم ما أسلفوه، ولكن من كفر وأصر على كفره، ولم يزدد إلا كفراً حتى مات على كفره، فهؤلاء هم الضالون عن طريق الهدى السالكون لطريق الشقاء، وقد استحقوا بهذا العذاب الأليم، فليس لهم ناصر من عذاب الله ولو بذلوا ملء الأرض ذهباً ليفتدوا به لم ينفعهم شيئاً. فعياذًا بالله من الكفر وفروعه.
(89-91) Kemudian Allah تعالى membuat pengecualian dari ancaman tersebut, yaitu orang-orang yang bertaubat dari kekufur-an dan dosa-dosa mereka lalu mereka memperbaiki kekurangan-kekurangan mereka itu; maka Allah تعالى mengampuni mereka dari apa yang telah mereka lakukan dan memaafkan mereka dari segala hal yang telah lalu. Akan tetapi bagi mereka yang kufur dan tetap memilih kekufuran lalu kekufuran bertambah hingga ia meninggal dalam kekufurannya tersebut, maka mereka itulah orang-orang yang tersesat dari jalan petunjuk dan mereka menempuh jalan kesengsaraan, dan dengan demikian mereka telah berhak menda-patkan siksaan yang pedih, dan mereka tidak memiliki penolong dari siksaan Allah walaupun mereka mengerahkan segala isi bumi berupa emas agar dapat menebus diri mereka darinya itu, tidak akan berguna bagi mereka sama sekali. Kepada Allah kita berlin-dung dari kekufuran dan segala macam bentuknya.
{لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ (92)}.
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengeta-huinya."
(Ali Imran: 92).
#
{92} يعني {لن تنالوا} وتدركوا {البر}، الذي هو اسم جامع للخيرات وهو: الطريق الموصل إلى الجنة {حتى تنفقوا مما تحبون} من أطيب أموالكم وأزكاها، فإن النفقة من الطيب المحبوب للنفوس من أكبر الأدلة على سماحة النفس واتصافها بمكارم الأخلاق ورحمتها ورقتها، ومن أدل الدلائل على محبة الله وتقديم محبته على محبة الأموال التي جبلت النفوس على قوة التعلق بها، فمن آثر محبة الله على محبة نفسه فقد بلغ الذروة العليا من الكمال وكذلك من أنفق الطيبات وأحسن إلى عباد الله أحسن الله إليه ووفقه أعمالاً وأخلاقاً لا تحصل بدون هذه الحالة. وأيضاً فمن قام بهذه النفقة على هذا الوجه كان قيامه ببقية الأعمال الصالحة والأخلاق الفاضلة من طريق الأولى والأحرى، ومع أن النفقة من الطيبات هي أكمل الحالات فمهما أنفق العبد من نفقة قليلة أو كثيرة من طيب أو غيره {فإن الله به عليم}، وسيجزي كل منفق بحسب عمله، سيجزيه في الدنيا بالخلف العاجل وفي الآخرة بالنعيم الآجل.
(92) Maksudnya, ﴾ لَن تَنَالُواْ
﴿ "Kamu sekali-kali tidak sampai" dan tidak akan mendapatkan ﴾ ٱلۡبِرَّ
﴿ "kebajikan", yang artinya adalah sebuah kata yang menyeluruh tentang kebajikan, yaitu jalan yang menyampaikan kepada surga, ﴾ حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَۚ
﴿ "sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai" dari harta kalian yang terbaik dan paling istimewa. Hal itu karena berinfak dengan apa-apa yang baik lagi disayangi oleh jiwa merupakan tanda yang paling besar dari kelapangan jiwa dan sifatnya yang mulia, kasih sayangnya dan kelembutannya, dan juga merupakan tanda yang paling jelas tentang kecintaannya kepada Allah dan sikap menda-hulukan Allah atas kecintaan terhadap harta yang sangat dicintai oleh jiwa.
Karena itu, barangsiapa yang mendahulukan kecintaan ke-pada Allah atas kecintaan terhadap dirinya sendiri, maka sesung-guhnya ia telah mencapai puncak kesempurnaan, demikian pula bagi seseorang yang menginfakkan hal-hal yang baik dan berbuat kebajikan kepada hamba-hamba Allah, niscaya Allah akan berbuat baik kepadanya dan membimbingnya kepada perbuatan-perbuatan dan akhlak-akhlak yang tidak mungkin dapat diperoleh dengan selain kondisi seperti ini.
Demikian juga, barangsiapa yang menunaikan infak dengan bentuk yang seperti ini, niscaya pelaksanaannya terhadap amalan-amalan shalih lainnya dan akhlak-akhlak yang mulia adalah lebih baik dan lebih patut. Di samping berinfak dengan hal-hal yang baik merupakan bentuk yang paling sempurna, maka seberapa pun seorang hamba berinfak, baik sedikit maupun banyak dari yang baik atau lainnya, ﴾ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٞ ﴿ "maka sesungguhnya Allah menge-tahuinya." Allah akan memberikan ganjaran kepada setiap orang yang berinfak sesuai dengan amalannya, dan Allah akan memba-lasnya di dunia dengan segera memberikan gantinya dan di akhirat dengan kenikmatan yang tertunda.
{كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِلَّا مَا حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرَاةُ قُلْ فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ فَاتْلُوهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (93) فَمَنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (94)}.
"Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil kecuali ma-kanan yang diharamkan oleh Isra`il
(Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah, '
(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah ia jika kamu orang-orang yang benar.' Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zhalim."
(Ali Imran: 93-94).
#
{93 ـ 94} من جملة الأمور التي قدح فيها اليهود بنبوة عيسى ومحمد - صلى الله عليه وسلم - أنهم زعموا أن النسخ باطل، وأنه لا يمكن أن يأتي نبي يخالف النبي الذي قبله. فكذبهم الله بأمر يعرفونه، فإنهم يعترفون بأن جميع الطعام قبل نزول التوراة كان حلالاً لبني إسرائيل إلا أشياء يسيرة، حرمها إسرائيل وهو يعقوب عليه السلام على نفسه ومنعها إياه لمرض أصابه، ثم إن التوراة فيها من التحريمات التي نسخت ما كان حلاًّ قبل ذلك شيء كثير. قل لهم إن أنكروا ذلك {فأتوا بالتوراة فاتلوها إن كنتم صادقين}؛ بزعمكم أنه لا نسخ ولا تحليل ولا تحريم. وهذا من أبلغ الحجج أن يحتج على الإنسان بأمر يقوله ويعترف به ولا ينكره، فإن انقاد للحق فهو الواجب، وإن أبى ولم ينقد بعد هذا البيان تبين كذبه وافتراؤه وظلمه وبطلان ما هو عليه، وهو الواقع من اليهود.
(93-94) Dari sejumlah perkara yang dituduhkan oleh kaum Yahudi sebagai suatu masalah dalam kenabian Nabi Isa عليه السلام dan Nabi Muhammad ﷺ, yaitu mereka meyakini bahwasanya nasakh itu batil, dan bahwa seorang Nabi yang akan datang tidaklah mungkin menyalahi Nabi yang sebelumnya. Maka Allah mendus-takan mereka dengan suatu perkara yang mereka ketahui, yaitu, bahwa mereka mengetahui semua makanan sebelum turunnya Taurat adalah halal bagi Bani Israil kecuali beberapa jenis saja yang diharamkan oleh Isra`il –Nabi Ya'qub عليه السلام– atas dirinya dan hal itu ia lakukan karena suatu penyakit yang dideritanya. Kemudian dalam Taurat ada beberapa perkara yang diharamkan yang me-nasakh apa yang sebelumnya halal, dan hal ini banyak terjadi.
Katakan kepada mereka apabila mereka mengingkari hal itu, ﴾ فَأۡتُواْ بِٱلتَّوۡرَىٰةِ فَٱتۡلُوهَآ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ﴿ "maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah ia jika kamu orang-orang yang benar" dengan keyakinan kalian bahwa tidak ada nasakh, tidak pula ada penghalalan dan pengharaman.
Ini merupakan hujjah yang paling tegas yakni seseorang di-gugat dengan sesuatu yang ia ketahui sendiri dan tidak ia ingkari. Apabila ia patuh terhadap kebenaran itu, maka itulah yang seha-rusnya terjadi, namun apabila ia enggan dan tidak patuh setelah keterangan tersebut, maka jelaslah kebohongan, fitnah, kezhaliman dan batilnya apa yang ia yakini, dan itulah realita kaum Yahudi.
{قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (95)}.
"Katakanlah, 'Benarlah
(apa yang difirmankan) Allah.' Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik."
(Ali Imran: 95).
#
{95} أي: قل صدق الله في كل ما قاله ومن أصدق من الله قيلاً وحديثاً؟
وقد بين في هذه الآيات من الأدلة على صحة رسالة محمد - صلى الله عليه وسلم - وبراهين دعوته وبطلان ما عليه المنحرفون من أهل الكتاب الذين كذبوا رسوله وردوا دعوته، فقد صدق الله في ذلك وأقنع عباده على ذلك ببراهين وحجج تتصدع لها الجبال وتخضع لها الرجال، فتعين عند ذلك على الناس كلهم اتباع ملة إبراهيم من توحيد الله وحده لا شريك له، وتصديق كل رسول أرسله الله، وكل كتاب أنزله والإعراض عن الأديان الباطلة المنحرفة، فإن إبراهيم كان معرضاً عن كل ما يخالف التوحيد متبرئاً من الشرك وأهله.
(95) Maksudnya; katakanlah, Mahabenar Allah dalam segala yang difirmankanNya dan siapakah yang lebih benar perkataan dan ucapannya daripada Allah?
Dalam ayat ini telah dijelaskan tentang dalil benarnya kera-sulan Nabi Muhammad ﷺ, keterangan-keterangan yang jelas ten-tang dakwahnya dan batilnya apa yang diyakini oleh orang-orang yang menyimpang dari ahli Kitab yaitu orang-orang yang mendus-takan Rasulnya dan mereka menolak dakwahnya. Mahabenar Allah dalam perkara itu dan Dia telah meyakinkan hamba-hambaNya akan hal tersebut dengan bukti-bukti nyata yang jelas dan hujjah-hujjah yang kuat yang akan mengguncang gunung dan menun-dukkan orang-orang. Karena itu wajiblah bagi seluruh manusia pada saat itu untuk mengikuti ajaran Ibrahim, yaitu mengesakan Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya, mempercayai seluruh Rasul yang diutus oleh Allah, dan setiap kitab yang diturunkan olehNya dan berpaling dari agama-agama yang batil dan menyim-pang. Karena sesungguhnya Ibrahim عليه السلام itu berpaling dari segala perkara yang bertentangan dengan tauhid dan berlepas diri
(bara`) dari kesyirikan.
{إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ (96) فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ (97)}.
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk
(tem-pat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah
(Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Pada-nya terdapat tanda-tanda yang nyata,
(di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya
(Baitullah itu) menjadi aman-lah dia. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia untuk Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Bai-tullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesung-guhnya Allah Mahakaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam."
(Ali Imran: 96-97).
#
{96 ـ 97} يخبر تعالى بعظمة بيته الحرام، وأنه أول البيوت التي وضعها الله في الأرض لعبادته وإقامة ذكره، وأن فيه من البركات وأنواع الهدايات وتنوع المصالح والمنافع للعالمين شيء كثير وفضل غزير، وأن فيه آيات بينات تُذَكِّر بمقامات إبراهيم الخليل وتنقلاته في الحج ومن بعده تذكر بمقامات سيد الرسل وإمامهم، وفيه الأمن الذي من دخله كان آمناً قدراً مؤمناً شرعاً وديناً.
فلما احتوى على هذه الأمور التي هذه مجملاتها وتكثر تفصيلاتها، أوجب الله حجّه على المكلفين المستطيعين إليه سبيلاً، وهو الذي يقدر على الوصول إليه بأي مركوب يناسبه وزاد يتزوده، ولهذا أتى بهذا اللفظ الذي يمكنه تطبيقه على جميع المركوبات الحادثة والتي ستحدث، وهذا من آيات القرآن حيث كانت أحكامه صالحة لكل زمان وكل حال ولا يمكن الصلاح التام بدونها. فمن أذعن لذلك وقام به فهو من المهتدين المؤمنين، ومن كفر فلم يلتزم حج بيته فهو خارج عن الدين، {ومن كفر فإن الله غني عن العالمين}.
(96-97) Allah تعالى memberitakan tentang keagungan Bai-tullah al-Haram, dan bahwa Baitullah al-Haram itu adalah rumah yang pertama dibangun oleh Allah di bumi untuk beribadah kepadaNya dan menegakkan dzikir kepadaNya. Di dalamnya ada keberkahan, berbagai bentuk hidayah, berbagai macam kemasla-hatan dan manfaat yang begitu besar untuk alam semesta dan ke-utamaan yang melimpah. Di sana juga ada tanda-tanda yang jelas yang mengingatkan kepada maqam-maqam Ibrahim عليه السلام al-Khalil
[5] dan perpindahannya dalam melaksanakan haji dan setelahnya, mengingatkan kepada maqam-maqam penghulu para Rasul dan pemimpin mereka, dan padanya ada ketenangan di mana seseorang bila memasukinya, niscaya dia akan merasa aman lagi tentram, serta beriman secara syariat maupun agama.
Ketika Baitullah al-Haram mengandung segala kebaikan yang disebutkan secara umum ini dan akan banyak perincian-perincian-nya, maka Allah mewajibkan para hamba yang mukallaf yang mampu melakukan perjalanan kepadanya untuk menunaikan Haji. Yaitu orang-orang yang mampu sampai ke Baitullah dengan me-ngendarai kendaraan apa pun yang sesuai dengannya dan perbe-kalan yang harus disiapkannya. Karena itulah Allah berfirman dengan lafazh tersebut yang memungkinkannya untuk mengenda-rai segala bentuk kendaraan yang modern dan yang akan muncul di kemudian hari.
Inilah ayat-ayat al-Qur`an, di mana hukum-hukumnya rele-van untuk setiap waktu dan setiap kondisi yang mana tanpanya suatu perkara tidak akan baik secara sempurna. Barangsiapa yang tunduk patuh kepadanya dan menunaikannya, maka dia termasuk di antara orang-orang yang diberi petunjuk lagi beriman. Dan ba-rangsiapa yang ingkar terhadapnya dan tidak menunaikan haji ke Baitullah, maka dia telah keluar dari agama. ﴾ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ ٱلۡعَٰلَمِينَ ﴿ "Dan barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam."
{قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا تَعْمَلُونَ (98) قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ تَبْغُونَهَا عِوَجًا وَأَنْتُمْ شُهَدَاءُ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (99)}.
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?' Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?' Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan."
(Ali Imran: 98-99).
#
{98 ـ 99} لمّا أقام فيما تقدم الحجج على أهل الكتاب مع أنهم قبل ذلك يعرفون النبي - صلى الله عليه وسلم -، كما يعرفون أبناءهم، وَبَّخَ المعاندين منهم بكفرهم بآيات الله وصدهم الخلق عن سبيل الله لأن عوامهم تبع لعلمائهم، والله تعالى يعلم أحوالهم وسيجازيهم على ذلك أتمَّ الجزاء وأوفاه.
(98-99) Dan ketika hujjah-hujjah telah tegak atas Ahli Kitab, sebagaimana yang telah lewat, padahal mereka sebelum itu mengenal Nabi ﷺ sebagaimana pengetahuan mereka kepada anak-anak mereka, maka Allah menjelek-jelekkan dari kalangan mereka orang-orang yang bersikeras menolak karena telah ingkar terhadap ayat-ayat Allah, dan tindakan mereka menghalangi hamba-hamba Allah dari jalan Allah, karena masyarakat awam mengikuti para ulama mereka. Dan Allah Maha Mengetahui keadaan mereka dan akan membalas semua itu dengan pembalasan yang setimpal dan penuh.
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ (100) وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (101)}.
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti seba-gian dari orang-orang yang diberi al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikanmu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimanakah kamu
(sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepadamu, dan RasulNya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada
(agama) Allah, maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus."
(Ali Imran: 100-101).
#
{100 ـ 101} لمّا أقام الحجج على أهل الكتاب ووبَّخهم بكفرهم وعنادهم، حذر عباده المؤمنين عن الاغترار بهم، وبين لهم أن هذا الفريق منهم حريصون على إضراركم وردكم إلى الكفر بعد الإيمان، ولكن ولله الحمد أنتم يا معشر المؤمنين، بعدما منَّ الله عليكم بالدين ورأيتم آياته ومحاسنه ومناقبه وفضائله، وفيكم رسول الله الذي أرشدكم إلى جميع مصالحكم، واعتصمتم بالله وبحبله الذي هو دينه يستحيل أن يردوكم عن دينكم، لأن الدين الذي بني على هذه الأصولِ والدعائمِ الثابتة الأساس، المشرقة الأنوار تنجذب إليه الأفئدة، ويأخذ بمجامع القلوب، ويوصل العباد إلى أجل غاية وأفضل مطلوب.
{ومن يعتصم بالله}؛ أي: يتوكل عليه ويحتمي بحماه {فقد هدي إلى صراط مستقيم}؛ وهذا فيه الحث على الاعتصام به وأنه السبيل إلى السلامة والهداية.
(100-101) Ketika Allah telah menegakkan hujjah atas Ahli Kitab dan menjelek-jelekkan mereka karena kekufuran dan kedur-hakaan mereka, maka Allah mengingatkan kaum Mukminin agar tidak terpedaya oleh mereka. Dan Allah menjelaskan kepada me-reka bahwa di antara kelompok ini ada yang selalu bersemangat dalam membahayakan kalian dan mengembalikan kalian kepada kekufuran setelah keimanan. Akan tetapi segala puji hanya milik Allah, kalian semua wahai sekalian kaum Mukminin, setelah Allah mengaruniakan kalian dengan agama ini dan kalian telah menyak-sikan ayat-ayat Allah, kebaikanNya, keramahanNya dan keutamaan-keutamaanNya, sementara Rasulullah ﷺ ada di tengah kalian yang akan memberikan kalian petunjuk kepada segala perkara yang bermanfaat untuk kalian, dan kalian berpegang teguh kepada Allah dan kepada tali agamaNya, niscaya mustahil mereka mampu mengembalikan kalian dari agama kalian. Karena agama yang dibangun di atas dasar-dasar dan tonggak-tonggak yang kokoh seperti ini, yang cahayanya sangat terang menyinari, bisa menarik hati manusia, dan menyatukan semua hati manusia, serta menyam-paikan hamba kepada tujuan yang paling mulia dan keinginan yang paling utama.
﴾ وَمَن يَعۡتَصِم بِٱللَّهِ
﴿ "Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah," maksudnya, bertawakal kepadaNya dan berlindung di bawah perlindunganNya, ﴾ فَقَدۡ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ﴿ "maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus." Demikianlah, di dalamnya terdapat anjuran untuk berpegang teguh kepada
(agama) Allah dan bahwa hal itu adalah jalan menuju keselamatan dan pe-tunjuk.
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102) وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103) وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (105)}.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpegang-lah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(pada masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu –karena nikmat Allah– orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah ber-ada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada-mu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih, sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat."
(Ali Imran: 102-105).
#
{102 ـ 105} هذه الآيات فيها حث الله عباده المؤمنين أن يقوموا بشكر نعمه العظيمة بأن يتقوه حق تقواه، وأن يقوموا بطاعته وترك معصيته مخلصين له بذلك، وأن يقيموا دينهم ويستمسكوا بحبله الذي أوصله إليهم، وجعله السبب بينهم وبينه وهو دينه وكتابه، والاجتماع على ذلك وعدم التفرق، وأن يستديموا ذلك إلى الممات.
وذكرهم ما هم عليه قبل هذه النعمة وهو أنهم كانوا أعداء متفرقين فجمعهم بهذا
الدين وألّف بين قلوبهم وجعلهم إخواناً، وكانوا على شفا حفرة من النار فأنقذهم من الشقاء، ونهج بهم طريق السعادة؛ لذلك بين {الله لكم آياته لعلكم تهتدون}؛ إلى شكر الله والتمسك بحبله. وأمرهم بتتميم هذه الحالة، والسبب الأقوى الذي يتمكنون به من إقامة دينهم بأن يتصدى منهم طائفة يحصل فيها الكفاية {يدعون إلى الخير}؛ وهو الدين: أصوله وفروعه وشرائعه {ويأمرون بالمعروف}؛ وهو ما عرف حسنه شرعاً وعقلاً {وينهون عن المنكر}؛ وهو ما عرف قبحه شرعاً وعقلاً {وأولئك هم المفلحون}؛ المدركون لكل مطلوب الناجون من كل مرهوب، ويدخل في هذه الطائفة أهل العلم والتعليم والمتصدون للخطابة ووعظ الناس عموماً وخصوصاً والمحتسبون، الذين يقومون بإلزام الناس بإقامة الصلوات وإيتاء الزكاة والقيام بشرائع الدين، وينهونهم عن المنكرات.
فكل من دعا الناس إلى خير على وجه العموم أو على وجه الخصوص، أو قام بنصيحة عامة أو خاصة فإنه داخل في هذه الآية الكريمة.
ثم نهاهم عن سلوك مسلك المتفرقين الذين جاءهم الدين والبينات الموجب لقيامهم به واجتماعهم، فتفرقوا واختلفوا وصاروا شيعاً، ولم يصدر ذلك عن جهل وضلال وإنما صدر عن علم وقصد سيئ وبغي من بعضهم على بعض، ولهذا قال: {وأولئك لهم عذاب عظيم}؛ ثم بين متى يكون هذا العذاب العظيم ويمسهم هذا العذاب الأليم فقال:
(102-105) Ayat-ayat ini mengandung anjuran Allah kepada hamba-hambaNya, kaum Mukminin agar mendirikan syukur atas nikmat-nikmatNya yang besar yaitu dengan bertakwa kepadaNya dengan sebenar-benar takwa, dan agar mereka menaatiNya dan meninggalkan kemaksiatan terhadapNya secara tulus ikhlas untuk-Nya, dan agar mereka menegakkan agama mereka dan berpegang teguh kepada tali Allah yang telah Dia hantarkan kepada mereka. Dan Dia menjadikan tali itu –yaitu agama dan kitabNya– sebagai sebab antara mereka denganNya, serta bersatu dengan berpedoman pada agama dan kitabNya dan tidak saling bercerai berai, dan agar mereka selalu konsisten atas hal itu hingga mereka meninggal.
Lalu Allah menyebutkan kondisi mereka yang dahulu sebe-lum adanya nikmat tersebut, yaitu bahwasanya mereka dahulu saling bermusuhan dan bercerai berai. Kemudian Allah menyatu-kan mereka dengan agama ini dan merekatkan hati-hati mereka, serta menjadikan mereka sebagai saudara. Padahal mereka dahulu berada di pinggir jurang api neraka, lalu Allah menyelamatkan mereka dari kesengsaraan, dan memberikan jalan kebahagiaan bagi mereka. ﴾ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
﴿ "Demikianlah Allah menerang-kan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk" untuk ber-syukur kepada Allah dan berpegang teguh kepada tali agamaNya. Dan Allah memerintahkan mereka untuk menyempurnakan kondisi seperti ini, dan sebab terkuat yang membantu mereka menegakkan agama mereka adalah keberadaan sekelompok dari mereka yang bergerak dengan jumlah yang cukup, ﴾ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ
﴿ "yang menyeru kepada kebajikan", yaitu berupa pokok-pokok agama, cabang-cabang, dan syariat-syariatnya, ﴾ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ
﴿ "menyuruh kepada yang ma'ruf," yaitu sesuatu yang diketahui nilai baiknya, baik secara syariat maupun akal, ﴾ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ
﴿ "dan mencegah dari yang mungkar," yaitu sesuatu yang diketahui nilai buruknya secara syariat maupun akal, ﴾ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
﴿ "dan merekalah orang-orang yang beruntung," orang-orang yang mendapatkan segala yang diinginkan dan sela-mat dari segala yang dikhawatirkan.
Termasuk dalam kelompok tersebut adalah para ulama dan para pendidik, orang-orang yang bergerak dengan berkhutbah, berceramah, dan memberikan nasihat kepada manusia secara umum maupun khusus serta orang-orang yang mengingatkan orang lain, yang bertugas mengontrol manusia dalam pelaksanaan shalat lima waktu, penunaian zakat dan penegakan syariat-syariat agama, serta melarang mereka dari segala kemungkaran.
Oleh karena itu, setiap orang yang menyeru manusia kepada kebaikan secara umum atau secara khusus, atau dia memberikan nasihat kepada masyarakat umum atau kelompok khusus, maka dia termasuk dalam ayat yang mulia tersebut.
Kemudian Allah melarang mereka dari menempuh jalan orang-orang yang bercerai berai yang mana agama dan keterangan-keterangan yang jelas telah mendatangi mereka yang mengharus-kan mereka untuk melaksanakannya dan bersatu karenanya, namun mereka bercerai berai dan berselisih, hingga mereka men-jadi berkelompok-kelompok, dan itu tidaklah muncul akibat dari kebodohan maupun kesesatan, akan tetapi muncul dari pengeta-huan dan tujuan yang buruk, serta kesewenang-wenangan sebagian mereka atas sebagian yang lain.
Karena itulah Allah berfirman, ﴾ وَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ ﴿ "Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat."
{يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (106) وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (107)}.
Kemudian Allah menjelaskan tentang kapan terjadinya siksa-an yang berat tersebut dan
(kapan) mereka merasakan siksaan yang pedih tersebut seraya berfirman,
"Pada hari itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya
(kepada mereka dikatakan), 'Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiran-mu itu.' Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah
(surga); mereka kekal di dalam-nya."
(Ali Imran: 106-107).
#
{106 ـ 107} يخبر تعالى بتفاوت الخلق يوم القيامة في السعادة والشقاوة، وأنه تبيض وجوه أهل السعادة، الذين آمنوا بالله، وصدقوا رسله وامتثلوا أمره واجتنبوا نهيه، وأن الله تعالى يدخلهم الجنات ويفيض عليهم أنواع الكرامات وهم فيها خالدون، وتسود وجوه أهل الشقاوة الذين كذبوا رسله وعصوا أمره وفرقوا دينهم شيعاً وأنهم يوبخون فيقال: {أكفرتم بعد إيمانكم}؛ فكيف اخترتم الكفر على الإيمان {فذوقوا العذاب بما كنتم تكفرون}.
(106-107) Allah تعالى memberitakan tentang perbedaan tingkatan para makhluk pada Hari Kiamat dalam kebahagiaan dan kesengsaraan, dan bahwasanya wajah-wajah penghuni kebahagia-an akan memutih yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah, membenarkan rasul-rasulNya, menaati perintahNya, menjauhi laranganNya, dan bahwasanya Allah تعالى memasukkan mereka ke dalam surga, dan akan melimpahkan segala kebaikan atas mereka, dan mereka akan kekal selamanya
(di dalam surga). Sebaliknya wajah-wajah para penghuni kesengsaraan akan menghitam
(muram) yaitu orang-orang yang mendustai para rasulNya, bermaksiat pada perintahNya dan memecah belah agama mereka menjadi beberapa kelompok, dan bahwa mereka akan dijelek-jelekkan sehingga di-katakan kepada mereka, ﴾ أَكَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡ
﴿ "kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman?" Bagaimana mungkin kalian memilih kekufuran atas keimanan? ﴾ فَذُوقُواْ ٱلۡعَذَابَ بِمَا كُنتُمۡ تَكۡفُرُونَ ﴿ "Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu."
{تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعَالَمِينَ (108) وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ (109)}.
"Itulah ayat-ayat Allah. Kami bacakan ayat-ayat itu kepa-damu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk meng-aniaya hamba-hambaNya. Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan bumi; dan kepada Allah-lah segala urusan dikemba-likan."
(Ali Imran: 108-109).
#
{108} يثني تعالى على ما قصه على نبيه من آياته التي حصل بها الفرقان بين الحق والباطل وبين أولياء الله وأعدائه، وما أعده لهؤلاء من الثواب وللآخرين من العقاب، وأن ذلك مقتضى فضله وعدله وحكمته، وأنه لم يظلم عباده ولم ينقصهم من أعمالهم أو يعذب أحداً بغير ذنبه أو يحمل عليه وزر غيره. ولما ذكر أن له الأمر والشرع ذكر أن له تمام الملك والتصرف والسلطان فقال:
(108) Allah تعالى memuji atas sesuatu yang telah Dia cerita-kan kepada NabiNya, berupa ayat-ayatNya yang menjadi pembeda antara yang benar dengan yang batil, antara wali-wali Allah dengan musuh-musuhNya, dan sesuatu yang Allah siapkan untuk mereka berupa pahala dan untuk selain mereka berupa hukuman, dan bahwa hal tersebut adalah tuntutan karunia, keadilan, dan hikmah-Nya. Dan bahwasanya Allah tidaklah menzhalimi hamba-hamba-Nya, tidak mengurangi
(pahala) dari amalan-amalan mereka atau menyiksa seseorang tanpa ada dosa, atau memikulkan seseorang dengan dosa orang lain. Dan ketika Allah memberitahukan bahwa kepunyaan Allah-lah segala urusan dan syariat, maka Allah juga menyebutkan bahwa kepunyaanNya-lah kesempurnaan kekuasaan, tindakan, dan kerajaanNya seraya berfirman,
#
{109} {ولله ما في السموات وما في الأرض وإلى الله ترجع الأمور}؛ فيجازي المحسنين بإحسانهم والمسيئين بعصيانهم، وكثيراً ما يذكر الله أحكامه الثلاثة مجتمعة يبين لعباده أنه الحاكم المطلق فله الأحكام القدرية والأحكام الشرعية والأحكام الجزائية، فهو الحاكم بين عباده في الدنيا والآخرة، ومن سواه من المخلوقات محكوم عليها ليس لها من الأمر شيء.
(109) ﴾ وَلِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۚ وَإِلَى ٱللَّهِ تُرۡجَعُ ٱلۡأُمُورُ ﴿ "Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan," maka Allah akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikan dengan kebaikan mereka dan orang-orang yang berbuat kejelekan dengan kemaksiatan mereka. Sering sekali Allah menyebutkan hukum-hukumNya yang tiga itu secara ber-samaan, yang mana Allah menjelaskan kepada hamba-hambaNya bahwa Dia-lah Pemutus perkara yang mutlak, milikNya-lah keten-tuan-ketentuan takdir, ketentuan-ketentuan syariat, dan ketentuan-ketentuan pembalasan. Maka Allah-lah Hakim di antara hamba-hambaNya di dunia dan akhirat, sedangkan selain diriNya dari para makhluk adalah orang-orang yang terkena ketentuan hukum atasnya yang tidak memiliki hak
(menentukan hukum) sedikitpun.
{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ (110) لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلَّا أَذًى وَإِنْ يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنْصَرُونَ (111)}.
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab ber-iman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudarat kepadamu melainkan gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka memerangimu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang
(kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan."
(Ali Imran: 110-111).
#
{110 ـ 111} هذا تفضيل من الله لهذه الأمة بهذه الأسباب، التي تميزوا بها وفاقوا بها سائر الأمم، وأنهم خير الناس للناس نصحاً ومحبة للخير ودعوة وتعليماً وإرشاداً وأمراً بالمعروف ونهياً عن المنكر وجمعاً بين تكميل الخلق والسعي في منافعهم بحسب الإمكان، وبين تكميل النفس بالإيمان بالله والقيام بحقوق الإيمان، وأن أهل الكتاب لو آمنوا بمثل ما آمنتم به لاهتدوا وكان خيراً لهم ولكن لم يؤمن منهم إلا القليل، وأما الكثير فهم فاسقون خارجون عن طاعة الله وطاعة رسوله محاربون للمؤمنين ساعون في إضرارهم بكل مقدورهم، ومع ذلك فلن يضروا المؤمنين إلا أذى باللسان، وإلا فلو قاتلوهم لولوا الأدبار ثم لا ينصرون. وقد وقع ما أخبر الله به، فإنهم لما قاتلوا المسلمين ولوا الأدبار ونصر الله المسلمين عليهم.
(110-111) Hal ini adalah keutamaan yang diberikan Allah kepada umat ini dengan sebab-sebab tersebut, yang menjadikan mereka istimewa karenanya dan mereka unggul di atas seluruh umat. Mereka adalah sebaik-baik manusia untuk manusia dalam nasihat dan cinta kepada kebaikan, dakwah, pengajaran, bimbingan, perintah kepada kebaikan dan larangan dari kemungkaran, me-nyatukan kesempurnaan akhlak dan usaha dalam memberikan manfaat kepada mereka sesuai dengan kemampuan, dan antara penyempurnaan jiwa dengan beriman kepada Allah dan menunai-kan segala hak-hak keimanan. Dan bahwa Ahli Kitab jika mereka beriman seperti kalian beriman kepadaNya, niscaya mereka akan mendapatkan petunjuk, dan itulah yang baik buat mereka. Akan tetapi yang beriman di antara mereka hanya sedikit, dan mayo-ritasnya adalah orang-orang yang fasik yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan RasulNya, memerangi kaum Mukminin, dan berusaha dalam memudaratkan mereka dengan segala kemampuan mereka. Tetapi walaupun demikian, mereka tidak akan mampu memudaratkan kaum Mukminin kecuali ejekan lisan saja, dan jika tidak demikian, sekiranya kaum Mukminin memerangi mereka, pastilah mereka akan melarikan diri dan mereka tidak akan ditolong. Dan apa yang dikabarkan oleh Allah tersebut benar-benar telah terjadi, yaitu ketika mereka memerangi kaum Mukminin, maka mereka malah berpaling dan melarikan diri, lalu Allah menolong kaum Mukminin dalam memerangi mereka.
{ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (112)}.
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali
(agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemur-kaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas."
(Ali Imran: 112).
#
{112} هذا إخبار من الله تعالى أن اليهود ضربت عليهم الذلة فهم خائفون أينما ثقفوا، ولا يؤمنهم شيء إلا معاهدة وسبب يأمنون به يرضخون لأحكام الإسلام ويعترفون بالجزية أو بحبلٍ {من الناس}؛ أي: إذا كانوا تحت ولاية غيرهم ونظارتهم كما شوهد حالهم سابقاً ولاحقاً، فإنهم لم يتمكنوا في الوقت الأخير من الملك المؤقت في فلسطين إلا بنصر الدول الكبرى وتمهيدهم لهم كل سبب {وباؤوا بغضب من الله}؛ أي: قد غضب الله عليهم وعاقبهم بالذلة والمسكنة، والسبب في ذلك كفرهم بآيات الله وقتلهم الأنبياء {بغير حق}، أي: ليس ذلك عن جهل وإنما هو بغي وعناد، تلك العقوبات المتنوعة عليهم {بما عصوا وكانوا يعتدون}؛ فالله تعالى لم يظلمهم ويعاقبهم بغير ذنب، وإنما الذي أجراه عليهم بسبب بغيهم وعدوانهم وكفرهم وتكذيبهم للرسل وجناياتهم الفظيعة.
(112) Ini merupakan kabar dari Allah تعالى bahwa kaum Yahudi itu diliputi oleh kehinaan sehingga mereka selalu takut di mana pun mereka berada, tidak ada yang dapat menenangkan mereka kecuali perjanjian damai dan suatu sebab yang bisa mem-buat mereka tenang, mereka tunduk di bawah hukum-hukum Islam dan mereka membayar jizyah.
Atau dengan tali perjanjian ﴾ مِّنَ ٱلنَّاسِ
﴿ "dengan manusia," mak-sudnya, apabila mereka di bawah kekuasaan selain mereka dan pengawasan bangsa lain, sebagaimana telah terlihat dari kondisi mereka dahulu maupun yang akan datang, di mana mereka pada masa terakhir ini tidak mampu menguasai secara temporal di Palestina kecuali dengan bantuan negara-negara kuat dan penye-diaan prasarana mereka untuk mereka dalam segala hal.
﴾ وَبَآءُو بِغَضَبٖ مِّنَ ٱللَّهِ
﴿ "Dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah," maksudnya, sungguh Allah murka atas mereka dan meng-hukum mereka dengan kehinaan dan kerendahan. Sebab-sebabnya adalah kekufuran mereka terhadap ayat-ayat Allah dan pembunuh-an mereka terhadap para Nabi ﴾ بِغَيۡرِ حَقّٖۚ
﴿ "tanpa alasan yang benar." Maksudnya, hal tersebut tidaklah atas dasar kebodohan, akan tetapi atas dasar kesewenang-wenangan dan kedurhakaan.
Hukuman yang bermacam-macam yang menimpa mereka, ﴾ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ ﴿ "disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas." Allah تعالى tidak menzhalimi mereka dan menyiksa mereka tanpa adanya dosa, akan tetapi yang Allah timpakan atas mereka dise-babkan oleh kesewenang-wenangan, permusuhan, kekufuran, pen-dustaan, dan kejahatan mereka yang besar itu.
{لَيْسُوا سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ (113) يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ (114) وَمَا يَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُكْفَرُوهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ (115)}.
"Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada go-longan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud
(shalat). Mereka beriman kepada Allah dan Hari Penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada
(mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang shalih. Dan kebajikan apa saja yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak diha-langi
(menerima pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa."
(Ali Imran: 113-115).
#
{113 ـ 114} لما ذكر الله المنحرفين من أهل الكتاب بيَّن حالة المستقيمين منهم وأن منهم أمة مقيمون لأصول الدين وفروعه {يؤمنون بالله واليوم الآخر ويأمرون بالمعروف}؛ وهو الخير كله، وينهون عن المنكر وهو جميع الشر، كما قال تعالى: {ومن قوم موسى أمة يهدون بالحق وبه يعدلون}؛ و {يسارعون في الخيرات}؛ والمسارعة إلى الخيرات قدر زائد على مجرد فعلها، فهو وصف لهم بفعل الخيرات والمبادرة إليها وتكميلها بكل ما تتم به من واجب ومستحب.
(113-114) Tatkala Allah menyebutkan tentang orang-orang yang menyimpang dari Ahli Kitab, maka Allah juga menjelaskan tentang orang-orang yang istiqamah dari mereka dan bahwa ada di antara mereka sekelompok orang yang menegakkan dasar-dasar agama dan cabang-cabangnya, ﴾ يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ
﴿ "Mereka beriman kepada Allah dan Hari Penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf," yaitu segala kebaikan, dan mereka melarang dari yang mungkar, yaitu segala macam kejelekan, sebagaimana Allah تعالى berfirman,
﴾ وَمِن قَوۡمِ مُوسَىٰٓ أُمَّةٞ يَهۡدُونَ بِٱلۡحَقِّ وَبِهِۦ يَعۡدِلُونَ 159
﴿
"Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan haq dan dengan yang haq itulah me-reka menjalankan keadilan." (Al-A'raf: 159).
﴾ وَيُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِۖ ﴿ "Dan bersegera kepada
(mengerjakan) pelbagai kebajikan." Bersegera melakukan pelbagai kebajikan merupakan nilai tambah daripada sekedar melakukannya. Itu adalah ciri me-reka dalam mengamalkan kebajikan dan bersegera melakukannya, serta menyempurnakannya dengan segala hal yang melengkapinya, berupa perkara wajib maupun sunnah.
#
{115} ثم بين تعالى أن كل ما فعلوه من خير قليل أو كثير فإن الله تعالى سيقبله حيث كان صادراً عن إيمان وإخلاص، {فلن يكفروه}؛ يعني لن ينكر ما عملوه ولن يهدر {والله عليم بالمتقين}؛ وهم الذين قاموا بالخيرات وتركوا المحرمات لقصد رضا الله وطلب ثوابه.
(115) Kemudian Allah تعالى menjelaskan bahwa apa pun yang mereka kerjakan berupa kebaikan, baik sedikit atau banyak, maka Allah تعالى akan menerimanya, karena bersumber dari keimanan dan keikhlasan, ﴾ فَلَن يُكۡفَرُوهُۗ
﴿ "maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menerima pahala)nya", maksudnya, Allah tidak akan mengingkari apa yang telah mereka lakukan dan tidak akan menyia-nyiakannya. ﴾ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِٱلۡمُتَّقِينَ ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa," mereka adalah orang-orang yang melakukan kebajikan dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan dengan tujuan ridha Allah dan mengharap pahalaNya.
{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (116) مَثَلُ مَا يُنْفِقُونَ فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيهَا صِرٌّ أَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَكِنْ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (117)}.
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir, baik harta maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikit pun. Dan mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Perumpamaan harta yang mereka naf-kahkan di dalam kehidupan dunia ini, adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu me-rusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."
(Ali Imran: 116-117).
#
{116 ـ 117} بين تعالى أن الكفار الذين كفروا بآيات الله وكذبوا رسله أنه لا ينقذهم من عذاب الله منقذ ولا ينفعهم نافع ولا يشفع لهم عند الله شافع، وأن أموالهم وأولادهم التي كانوا يعدونها للشدائد والمكاره لا تفيدهم شيئاً وأن نفقاتهم التي أنفقوها في الدنيا لنصر باطلهم ستضمحل، وأن مثلها {كمثل}؛ حرث أصابته {ريح}؛ شديدة {فيها صر}؛ أي: برد شديد أو نار محرقة فأهلكت ذلك الحرث وذلك بظلمهم فلم يظلمهم الله، ويعاقبهم بغير ذنب، وإنما ظلموا أنفسهم. وهذه كقوله تعالى: {إن الذين كفروا ينفقون أموالهم ليصدوا عن سبيل الله فسينفقونها ثم تكون عليهم حسرة ثم يغلبون}.
(116-117) Allah تعالى menerangkan bahwa orang-orang kafir yang mengingkari ayat-ayat Allah dan mendustakan para rasulNya tidak akan ada penyelamat yang menyelamatkan mereka dari siksa Allah dan tidak pula ada pemberi syafa'at kepada me-reka di sisi Allah. Dan bahwasanya harta dan anak-anak mereka yang disiapkan untuk menghadapi kesulitan dan bencana tidak akan berguna bagi mereka sama sekali.
Infak yang mereka keluarkan di dunia untuk membela keba-tilan mereka akan lenyap, dan bahwa perumpamaannya ﴾ كَمَثَلِ
﴿ "adalah seperti perumpamaan" tanaman yang ditimpa ﴾ رِيحٖ
﴿ "angin" kencang, ﴾ فِيهَا صِرٌّ
﴿ "yang mengandung hawa yang sangat dingin," mak-sudnya, hawa dingin yang menusuk atau panas yang membakar, lalu menghancurkan tanaman tersebut, dan hal tersebut adalah akibat dari kezhaliman mereka, maka Allah tidak menzhalimi me-reka dan menyiksa mereka tanpa suatu dosa, akan tetapi mereka-lah yang telah menzhalimi diri mereka sendiri. Ini sebagaimana Firman Allah تعالى,
﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ لِيَصُدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ فَسَيُنفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيۡهِمۡ ثُمَّ يُغۡلَبُونَۗ ﴿
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi
(orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, kemudian mereka akan dikalahkan."
(Al-Anfal: 36).
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَاعَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (118) هَاأَنْتُمْ أُولَاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (119) إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ (120)}.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil men-jadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu,
(karena) mereka tidak henti-hentinya
(menimbulkan) kemudarat-an bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkanmu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami te-rangkan kepadamu ayat-ayat
(Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukaimu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpaimu, mereka berkata, 'Kami beriman,' dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lan-taran marah bercampur benci terhadapmu. Katakanlah
(kepada mereka), 'Matilah kamu karena kemarahanmu itu.' Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemu-daratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan."
(Ali Imran: 118-120).
#
{118 ـ 119} هذا تحذير من الله لعباده عن ولاية الكفار واتخاذهم بطانة أو خصيصة وأصدقاء، يسرون إليهم ويفضون لهم بأسرار المؤمنين، فوضح لعباده المؤمنين الأمور الموجبة للبراءة من اتخاذهم بطانة، بأنهم {لا يألونكم خبالاً} أي حريصون غير مقصرين في إيصال الضرر بكم، وقد بدت البغضاء من كلامهم وفلتات ألسنتهم وما تخفيه صدورهم من البغضاء والعداوة {أكبر} مما ظهر لكم من أقوالهم وأفعالهم، فإن كانت لكم فهوم وعقول فقد وضح الله لكم أمرهم، وأيضاً فما الموجب لمحبتهم واتخاذهم أولياء وبطانة، وقد تعلمون منهم الانحراف العظيم في الدين وفي مقابلة إحسانكم؟ فأنتم مستقيمون على أديان الرسل تؤمنون بكل رسول أرسله الله وبكل كتاب أنزله الله وهم يكفرون بأجلّ الكتب وأشرف الرسل، وأنتم تبذلون لهم من الشفقة والمحبة ما لا يكافئونكم على أقل القليل منه، فكيف تحبونهم وهم لا يحبونكم وهم يداهنونكم وينافقونكم، فإذا لقوكم {قالوا آمنا وإذا خلوا} مع بني جنسهم {عضوا عليكم الأنامل} من شدة الغيظ والبغض لكم ولدينكم، قال تعالى: {قل موتوا بغيظكم}؛ أي: سترون من عز الإسلام وذل الكفر ما يسوءكم، وتموتون بغيظكم فلن تدركوا شفاء ذلك بما تقصدون {إن الله عليم بذات الصدور}؛ فلذلك بين لعباده المؤمنين ما تنطوي عليه صدور أعداء الدين من الكفار والمنافقين.
(118-119) Ini adalah peringatan Allah untuk hamba-ham-baNya dari tindakan mengangkat orang-orang kafir sebagai pe-mimpin mereka, menjadikan mereka sahabat-sahabat terpercaya, dan teman-teman dekat, menampakkan dan membuka rahasia-rahasia kaum Mukminin kepada mereka. Lalu Allah menjelaskan kepada hamba-hambaNya yang beriman tentang perkara-perkara yang mengharuskan mereka berlepas diri dari tindakan menjadi-kan orang-orang kafir itu sebagai sahabat terpercaya, karena me-reka ﴾ لَا يَأۡلُونَكُمۡ خَبَالٗا
﴿ "tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu." Mereka berusaha tanpa pernah lelah, dalam mengakibat-kan kemudaratan bagi kalian, dan sungguh telah nampak adanya kebencian dari perkataan dan ketergelinciran lisan mereka. Keben-cian dan permusuhan yang disembunyikan oleh hati mereka ﴾ أَكۡبَرُۚ
﴿ "adalah lebih besar lagi" daripada sesuatu yang dinampakkan oleh mereka berupa perkataan maupun perbuatan mereka.
Bila kalian mempunyai pemahaman dan akal pikiran, maka sungguh Allah telah menjelaskan bagi kalian perkara mereka. Lalu apa faktor yang mengharuskan untuk mencintai mereka dan menjadikan mereka sebagai pemimpin-pemimpin atau teman-teman terpercaya, padahal kalian mengetahui adanya penyimpangan agama yang besar pada mereka dan juga pada balasan kebaikan kalian terhadap mereka? Kalian itu adalah orang-orang yang istiqamah berpegang teguh pada agama-agama para Rasul. Kalian beriman kepada semua Rasul yang diutus oleh Allah dan kepada setiap kitab yang diturunkan olehNya, sedang mereka mengingkari kitab yang paling utama dan Rasul yang paling mulia. Kalian memberikan mereka (semua) cinta dan kasih sayang yang sama sekali mereka tidak memberikan imbalan minimal yang setimpal untuk kalian. Lalu bagaimana bisa kalian mencintai mereka sedang mereka tidak mencintai kalian. Mereka menjilat kalian dan berlaku nifak terhadap kalian? Dan bila mereka menjumpai kalian, ﴾ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوۡاْ
﴿ "mereka berkata, 'Kami beriman,' dan apabila mereka menyen-diri" bersama dengan kelompok mereka sendiri, ﴾ عَضُّواْ عَلَيۡكُمُ ٱلۡأَنَامِلَ
﴿ "mereka menggigit ujung jari" disebabkan karena kemarahan yang besar dan kebencian mereka terhadap kalian dan agama kalian.
Allah تعالى berfirman, ﴾ قُلۡ مُوتُواْ بِغَيۡظِكُمۡۗ
﴿ "Katakanlah (kepada mereka), 'Matilah kamu karena kemarahanmu itu'." Maksudnya, kalian akan menyaksikan kemuliaan Islam dan kehinaan kufur yang akan membuat kalian mendapatkan keburukan, dan kalian meninggal disebabkan amarah kalian sehingga kalian tidak mendapatkan penawar untuknya seperti yang kalian inginkan.
﴾ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ ﴿ "Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati." Karena itu Allah menjelaskan kepada hamba-hambaNya yang Mukmin apa yang dikandung oleh hati musuh-musuh agama dari orang-orang kafir dan munafik.
#
{120} {إن تمسسكم حسنة}؛ عز ونصر وعافية وخير {تسؤهم، وإن تصبكم سيئة}؛ من إدالة العدو أو حصول بعض المصائب الدنيوية {يفرحوا بها}؛ وهذا وصف العدو الشديدة عداوته. لما بين تعالى شدة عداوتهم، وشرح ما هم عليه من الصفات الخبيثة أمر عباده المؤمنين بالصبر ولزوم التقوى، وأنهم إذا قاموا بذلك فلن يضرهم كيد أعدائهم شيئاً، فإن الله محيط بهم وبأعمالهم وبمكائدهم التي يكيدونكم فيها، وقد وعدكم عند القيام بالتقوى أنهم لا يضرونكم شيئاً فلا تشكوا في حصول ذلك.
(120) ﴾ إِن تَمۡسَسۡكُمۡ حَسَنَةٞ
﴿ "Jika kamu memperoleh kebaikan;" kemu-liaan, kemenangan, keselamatan, dan kebaikan, ﴾ تَسُؤۡهُمۡ وَإِن تُصِبۡكُمۡ سَيِّئَةٞ
﴿ "niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana" berupa penguasaan musuh atau terjadinya beberapa musibah duniawi, ﴾ يَفۡرَحُواْ بِهَاۖ ﴿ "niscaya mereka bergembira karenanya." Ini adalah sifat dari musuh yang sangat sengit sekali permusuhannya. Ketika Allah menerangkan tentang permusuhan mereka yang begitu keras dan menjelaskan tentang sifat keji yang ada pada mereka, maka Allah memerintahkan hamba-hambaNya yang Mukmin untuk bersabar dan konsisten terhadap ketakwaan, dan bahwa bila mereka mene-gakkan hal itu, niscaya tipu daya musuh mereka tidak akan me-mudaratkan mereka sedikit pun. Sesungguhnya Allah meliputi mereka semua, perbuatan-perbuatan mereka, tipu daya mereka yang mereka gencarkan terhadap kalian, dan sungguh Allah telah berjanji kepada kalian ketika kalian menegakkan ketakwaan, bahwa mereka tidak akan memudaratkan kalian sedikit pun, maka janganlah kalian bersedih dengan terjadinya hal tersebut.
{وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (121) إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (122) وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (123) إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُنْزَلِينَ (124) بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ (125) وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (126) لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خَائِبِينَ (127)}.
"Dan
(ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari
(rumah) keluargamu, akan menempatkan para Mukmin di bebe-rapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, ketika dua golongan darimu ingin
(mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Oleh karena itu, hendaklah karena Allah saja orang-orang Mukmin bertawakal. Sungguh Allah telah menolongmu dalam perang Badar, padahal kamu
(ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.
(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang Mukmin, 'Apakah tidak cukup bagimu Allah membantumu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan
(dari langit).' Ya
(cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerangmu dengan seketika itu juga, niscaya Rabbmu menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pem-berian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi
(kemenangan)mu, dan agar tentram hatimu karenanya. Dan tidak-lah kemenanganmu itu melainkan dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
(Allah menolongmu dalam perang Badar dan memberi bantuan itu) untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa."
(Ali Imran: 121-127).
#
{121} وذلك يوم أحد حين خرج - صلى الله عليه وسلم - بالمسلمين، حين وصل المشركون بجمعهم إلى قريب من أحد، فنزَّلهم - صلى الله عليه وسلم - منازلهم، ورتبهم في مقاعدهم، ونظمهم تنظيماً عجيباً، يدل على كمال رأيه وبراعته الكاملة في علوم السياسة، كما كان كاملاً في كل المقامات، {والله سميع عليم}؛ لا يخفى عليه شيء من أموركم.
(121) Itu adalah pada perang Uhud ketika Nabi ﷺ pergi bersama kaum Muslimin, di saat kaum musyrikin dengan kelom-pok mereka telah sampai pada tempat yang dekat dari Uhud, lalu beliau menempatkan mereka pada posisi mereka masing-masing, mengatur mereka secara tertib pada kedudukan mereka dengan suatu pengaturan yang sangat cemerlang, yang menunjukkan akan kematangan pikirannya dan kemahirannya yang sempurna dalam urusan siasat perang, sebagaimana beliau sempurna dalam segala tindakan, ﴾ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿ "dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Me-ngetahui", maksudnya, tidak ada sesuatu pun dari urusan kalian yang tersembunyi dariNya.
#
{122} {إذ همت طائفتان منكم أن تفشلا}؛ وهم بنو سلمة وبنو حارثة لكن تولاهما الباري بلطفه ورعايته وتوفيقه، {وعلى الله فليتوكل المؤمنون}؛ فإنهم إذا توكلوا عليه كفاهم وأعانهم وعصمهم من وقوع ما يضرهم في دينهم ودنياهم.
وفي هذه الآية ونحوها وجوب التوكل وأنه على حسب إيمان العبد يكون توكله، والتوكل: هو اعتماد العبد على ربه في حصول منافعه ودفع مضاره.
(122) ﴾ إِذۡ هَمَّت طَّآئِفَتَانِ مِنكُمۡ أَن تَفۡشَلَا
﴿ "Ketika dua golongan darimu ingin (mundur) karena takut," mereka itu adalah Bani Salimah dan Bani Haritsah, akan tetapi Allah menolong mereka disebabkan kasih sayangNya, perlindunganNya, dan bimbinganNya. ﴾ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ﴿ "Oleh karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang Mukmin bertawakal", karena bila mereka bertawakal kepadaNya, niscaya Allah akan mencukupi, menolong mereka, dan melindungi mereka dari tertimpa oleh sesuatu yang dapat memudaratkan bagi agama dan dunia mereka.
Dalam ayat ini dan yang semisalnya mengandung hukum kewajiban bertawakal dan bahwa sebesar keimanan seseorang maka sebesar itu pulalah tawakalnya. Dan tawakal itu adalah bersandar-nya seorang hamba kepada Rabbnya dalam memperoleh manfaat dan menolak mudarat dari dirinya.
Dan tatkala Allah menyebutkan tentang keadaan mereka dalam perang Uhud dan apa yang terjadi pada mereka berupa musibah, maka Allah juga menyebutkan pertolongan Allah dan nikmatNya atas mereka pada perang Badar, agar mereka bersyukur kepada Rabb mereka dan agar hal itu dapat meringankan kejadian pada perang Uhud tersebut. Lalu Allah berfirman,
#
{123} وإذ {نصركم الله ببدر وأنتم أذلة}؛ في عَددكم وعِددكم، فكانوا ثلاثمائة وبضعة عشر في قلة ظهْرٍ ورثاثة سلاح، وأعداؤهم يناهزون الألف في كمال العدة والسلاح {فاتقوا الله لعلكم تشكرون}؛ الذي أنعم عليكم بنصره.
(123) Dan ingatlah ketika ﴾ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ بِبَدۡرٖ وَأَنتُمۡ أَذِلَّةٞۖ
﴿ "Allah telah menolongmu dalam perang Badar, padahal kamu (ketika itu) orang-orang yang lemah" dari segi jumlah dan perlengkapan kalian. Saat itu kaum Muslimin berjumlah tiga ratus sekian belas dengan kuda yang sedikit dan senjata yang usang, padahal musuh mereka ham-pir mencapai seribu pasukan, dengan perlengkapan senjata yang mumpuni, ﴾ فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ﴿ "karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuriNya", Yang telah memberikan karuniaNya atas kalian dengan pertolonganNya.
#
{124} {إذ تقول} مبشراً {للمؤمنين}؛ مثبتاً لجنانهم: {ألن يكفيكم أن يمدكم ربكم بثلاثة آلاف من الملائكة منزلين}.
(124) ﴾ إِذۡ تَقُولُ
﴿ "(Ingatlah), ketika kamu mengatakan" seraya memberikan kabar gembira ﴾ لِلۡمُؤۡمِنِينَ
﴿ "kepada kaum Mukminin" demi meneguhkan hati mereka, ﴾ أَلَن يَكۡفِيَكُمۡ أَن يُمِدَّكُمۡ رَبُّكُم بِثَلَٰثَةِ ءَالَٰفٖ مِّنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ مُنزَلِينَ ﴿ "Apakah tidak cukup bagimu Allah membantumu dengan tiga ribu ma-laikat yang diturunkan
(dari langit)?"
#
{125} {بلى إن تصبروا وتتقوا ويأتوكم من فورهم هذا}؛ أي: من حملتهم هذه بهذا الوجه.
{يمددكم ربكم بخمسة آلاف من الملائكة مسومين}؛ أي: معلمين علامة الشجعان. واختلف الناس هل كان هذا الإمداد حصل فيه من الملائكة مباشرة للقتال، كما قاله بعضهم أو أن ذلك تثبيت من الله لعباده المؤمنين، وإلقاء الرعب في قلوب المشركين كما قاله كثير من المفسرين ويدل عليه قوله:
(125) ﴾ بَلَىٰٓۚ إِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ وَيَأۡتُوكُم مِّن فَوۡرِهِمۡ هَٰذَا
﴿ "Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa, dan mereka datang menyerangmu dengan seketika itu juga", maksudnya, turunnya mereka (para malaikat tersebut) adalah dalam kondisi seperti ini, ﴾ يُمۡدِدۡكُمۡ رَبُّكُم بِخَمۡسَةِ ءَالَٰفٖ مِّنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ مُسَوِّمِينَ ﴿ "niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda," yaitu, mengajarkan tanda-tanda para pemberani.
Para ulama berbeda pendapat tentang pertolongan itu, apa-kah dengan para malaikat secara langsung ikut berperang sebagai-mana yang dikatakan oleh sebagian ulama, atau pertolongan itu berupa peneguhan dari Allah bagi hamba-hambaNya yang Mukmin, dan menjatuhkan rasa takut pada hati kaum musyrikin sebagai-mana yang dikatakan oleh sebagian besar ahli tafsir, yang dapat menjadi dasarnya adalah Firman Allah,
#
{126} {وما جعله الله إلا بشرى لكم ولتطمئن قلوبكم به وما النصر إلا من عند الله العزيز الحكيم}، وفي هذا أن الأسباب لا يعتمد عليها العبد بل يعتمد على الله، وإنما الأسباب وتوفرها فيها طمأنينة للقلوب وثبات على الخير.
(126) ﴾ وَمَا جَعَلَهُ ٱللَّهُ إِلَّا بُشۡرَىٰ لَكُمۡ وَلِتَطۡمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِۦۗ وَمَا ٱلنَّصۡرُ إِلَّا مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَكِيمِ ﴿ "Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi
(kemenangan)mu, dan agar tentram hatimu karenanya. Dan tidaklah kemenanganmu itu melainkan dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." Dalam hal ini, seorang hamba tidak boleh bersandar kepada sebab-sebab, akan tetapi dia harus bersandar kepada Allah, sedangkan terjadinya sebab-sebab itu semata-mata merupakan ketenangan bagi hati dan keteguhan atas kebaikan.
#
{127} {ليقطع طرفا من الذين كفروا أو يكبتهم فينقلبوا خائبين}؛ أي: نصر الله لعباده المؤمنين لا يعدو أن يكون قطعاً لطرف من الكفار، أو ينقلبوا بغيظهم لم ينالوا خيراً كما أرجعهم يوم الخندق بعد ما كانوا قد أتوا على حرد قادرين أرجعهم الله بغيظهم خائبين.
(127) ﴾ لِيَقۡطَعَ طَرَفٗا مِّنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡ يَكۡبِتَهُمۡ فَيَنقَلِبُواْ خَآئِبِينَ ﴿ "
(Allah menolong-mu dalam perang Badar dan memberi bala bantuan itu), untuk membina-sakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa", maksud-nya, pembelaan Allah terhadap hamba-hambaNya yang Mukmin tidaklah melebihi batas dari sekedar membinasakan sekelompok dari kaum kafir atau mereka kembali dengan kemarahan di hati mereka dalam keadaan tidak mendapatkan kebaikan, sebagaimana Allah memulangkan mereka pada perang Khandaq setelah mereka datang dengan niat bulat dan kekuatan, lalu Allah mengembalikan mereka dengan kemarahan di hati mereka dan kesia-siaan.
{لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ (128)}.
"Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang zhalim."
(Ali Imran: 128).
#
{128} لما أصيب - صلى الله عليه وسلم - يوم أحد وكسرت رباعيته وشج رأسه جعل يقول: «كيف يفلح قوم شجوا وجه نبيهم وكسروا رباعيته »؛ فأنزل الله تعالى هذه الآية، وبيَّن أن الأمر كله لله وأن الرسول - صلى الله عليه وسلم - ليس له من الأمر شيء، لأنه عبد من عبيد الله والجميع تحت عبودية ربهم مدبَّرون لا مدبِّرون، وهؤلاء الذين دعوت عليهم أيها الرسول أو تباعدت فلاحهم وهدايتهم إن شاء الله تاب عليهم ووفقهم للدخول في الإسلام، وقد فعل، فإن أكثر أولئك هداهم الله فأسلموا، وإن شاء الله عذبهم فإنهم ظالمون مستحقون لعقوبات الله وعذابه.
(128) Ketika Nabi ﷺ tertimpa musibah pada perang Uhud hingga gigi depan beliau patah, kepala beliau terluka, beliau ber-sabda,
كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوْا نَبِيَّهُمْ وَكَسَرُوْا رَبَاعِيَتَهُ.
"Bagaimana
(mungkin) akan beruntung suatu kaum yang telah melukai wajah Nabi mereka dan memecahkan giginya."
[6]
Maka Allah menurunkan ayat di atas, dan menjelaskan bahwa segala urusan itu milik Allah dan bahwa Rasulullah ﷺ tidak memiliki wewenang sedikit pun, karena beliau hanyalah seorang hamba dari hamba-hamba Allah, sedang mereka semuanya ada di bawah penghambaan kepada Rabb, mereka itu adalah yang diatur, bukan yang mengatur. Dan mereka yang telah engkau doakan ke-burukan wahai Rasul, atau yang telah engkau mustahilkan men-dapatkan petunjuk dan keberuntungan, bila Allah menghendaki, niscaya Dia mengampuni mereka, dan memberi mereka taufik masuk ke dalam Islam, dan itu telah dilakukan olehNya, karena mayoritas dari orang-orang tersebut telah diberi hidayah oleh Allah sehingga mereka masuk Islam. Dan bila Allah kehendaki, Dia pun akan menyiksa mereka karena mereka adalah orang-orang yang zhalim yang berhak mendapatkan hukuman dan siksa dari Allah.
{وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (129)}.
"Kepunyaan Allah sesuatu yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki dan Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(Ali Imran: 129).
#
{129} يخبر تعالى أنه هو المتصرف في العالم العلوي والسفلي وأنه يتوب على من يشاء فيغفر له ويخذل من يشاء فيعذبه، {والله غفور رحيم} فمن صفته اللازمة كمال المغفرة والرحمة ووجود مقتضياتها في الخلق والأمر يغفر للتائبين ويرحم من قام بالأسباب الموجبة للرحمة، قال تعالى: {وأطيعوا الله والرسول لعلكم تُرحمون}.
(129) Allah تعالى mengabarkan bahwa Dia-lah yang mengatur segala alam yang di langit maupun di bumi. Dan bahwasanya Allah memberi taubat kepada siapa yang dikehendakiNya lalu mengampuninya, dan menghinakan siapa yang dikehendakiNya sehingga Dia menyiksanya.
﴾ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ
﴿ "Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penya-yang." Maka di antara sifatNya yang pasti adalah kesempurnaan ampunan dan kasih sayang, dan adanya tuntutan dari kesempur-naan itu pada penciptaan dan pengaturan, maka Dia mengampuni orang-orang yang bertaubat dan memberikan kasih sayangNya kepada orang yang melaksanakan sebab-sebab yang mengharus-kannya mendapatkan kasih sayang, Allah berfirman,
﴾ وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ 132 ﴿
"Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat."
(Ali Imran: 132).
[7]
F[8]
Segala puji bagi Allah, kami memujiNya dan memohon per-tolonganNya, kami meminta ampunanNya dan berlindung kepa-daNya dari kejahatan jiwa kami dan kejelekan amal kami. Barang-siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada seorang pun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan (oleh Allah), maka tidak ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak di-sembah) kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya. Allah تعالى berfirman,
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (130) وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (131) وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (132) وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (136)}.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
(Yaitu) orang-orang yang menafkah-kan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun untuk dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa kecuali Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalam-nya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal."
(Ali Imran: 130-136).
#
{130} تقدم في مقدمة هذا التفسير: أن العبدَ ينبغي له مراعاة الأوامر والنواهي في نفسه وفي غيره، وأن الله تعالى إذا أمره بأمر وجب عليه أولاً أن يعرف حدَّه وما هو الذي أُمِر به ليتمكن بذلك من امتثاله، فإذا عرف ذلك اجتهد واستعان بالله على امتثاله في نفسه وفي غيره بحسب قدرته وإمكانه. وكذلك إذا نُهِيَ عن أمر عرف حده وما يدخل فيه وما لا يدخل، ثم اجتهد واستعان بربه في تركه. وأن هذا ينبغي مراعاته في جميع الأوامر الإلهية والنواهي. وهذه الآيات الكريمات قد اشتملت على أوامر وخصال من خصال الخير، أمر الله بها وحثَّ على فعلها، وأخبر عن جزاء أهلها، وعلى نواهٍ حثَّ على تركها.
ولعل الحكمةَ ـ والله أعلم ـ في إدخال هذه الآيات أثناء قصة أحد أنه قد تقدم أن اللهَ تعالى وعدَ عبادَه المؤمنين أنهم إذا صبروا واتقوا نصرهم على أعدائهم وخذلَ الأعداءَ عنهم، كما في قوله تعالى: {وإن تصبروا وتتقوا لا يضركم كيدهم شيئاً}، ثم قال: {وإن تصبروا وتتقوا ويأتوكم من فورهم هذا يمددكم ربكم ... } الآيات. فكأن النفوس اشتاقت إلى معرفة خصال التقوى التي يحصل بها النصر والفلاح والسعادة، فذكر الله في هذه الآيات أهم خصال التقوى التي إذا قام العبد بها، فقيامه بغيرها من باب أولى وأحرى.
ويدل على ما قلنا أن الله ذكر لفظ التقوى في هذه الآيات ثلاث مرات، مرة مطلقة، وهي قول: {أعدت للمتقين}، ومرتين مقيدتين فقال: {واتقوا الله} {واتقوا النار}.
فقوله تعالى: {يا أيها الذين آمنوا} كل ما في القرآن من قوله تعالى: يا أيها الذين آمنوا افعلوا كذا أو اتركوا كذا يدل على أن الإيمان هو السبب الداعي والموجب لامتثال ذلك الأمر واجتناب ذلك النهي، لأن الإيمان هو التصديق الكامل بما يجب التصديق به المستلزم لأعمال الجوارح، فنهاهم عن أكل الربا أضعافاً مضاعفة، وذلك هو ما اعتاده أهل الجاهلية ومن لا يبالي بالأوامر الشرعية، من أنه إذا حل الدَّين على المعسر ولم يحصل منه شيء، قالوا له إما أن تقضي ما عليك من الدين، وإما أن نزيد في المدة ونزيد ما في ذمتك فيضطر الفقير ويستدفع غريمه ويلتزم ذلك اغتناماً لراحته الحاضرة فيزداد بذلك ما في ذمته أضعافاً مضاعفة من غير نفع وانتفاع. ففي قوله: {أضعافاً مضاعفة}؛ تنبيه على شدة شناعته بكثرته وتنبيه لحكمة تحريمه، وأن تحريم الربا حكمته أن الله منع منه لما فيه من الظلم، وذلك أن الله أوجب إنظار المعسر وبقاء ما في ذمته من غير زيادة، فإلزامه بما فوق ذلك ظلم متضاعف، فيتعين على المؤمن المتقي تركه وعدم قربانه لأن تركه من موجبات التقوى، والفلاح متوقف على التقوى، فلهذا قال: {واتقوا الله لعلكم تفلحون}.
(130) Telah berlalu pada mukadimah tafsir ini bahwa se-orang hamba seyogyanya memperhatikan perintah dan larangan pada dirinya dan orang lain. Dan bahwasanya Allah تعالى apabila memerintahkan kepadanya suatu perintah, maka dia wajib pertama kali mengetahui batasannya dan apa yang diperintahkan tersebut agar dia mampu menaati hal tersebut, dan apabila dia telah menge-tahui hal itu, maka hendaklah berusaha dan memohon pertolongan kepada Allah untuk menaatinya pada dirinya maupun pada orang lain sesuai dengan kemampuannya dan kapasitasnya.
Demikian pula bila dia dilarang dari sesuatu, dia mengetahui batasannya dan hal-hal yang termasuk di dalamnya dan yang tidak termasuk, kemudian dia berusaha dan memohon pertolongan dari Rabbnya dalam meninggalkannya, dan bahwasanya hal ini wajib untuk diperhatikan dalam segala perintah Allah dan laranganNya.
Ayat-ayat yang mulia ini terkandung di dalamnya berbagai perintah dan perkara dari perkara-perkara kebaikan. Allah meme-rintahkan kepadanya dan menganjurkan untuk mengamalkannya, lalu Allah mengabarkan tentang balasan pelakunya, dan mengabar-kan larangan-larangan yang dianjurkan untuk ditinggalkan.
Barangkali hikmah -wallahu a'lam – dalam memasukkan ayat-ayat ini di sela-sela kisah perang Uhud adalah seperti yang telah dijelaskan bahwasanya Allah تعالى telah berjanji kepada hamba-hambaNya yang Mukmin yaitu apabila mereka bersabar dan ber-takwa niscaya Allah akan membela mereka dalam menghadapi musuh-musuh mereka dan menghinakan musuh untuk mereka, sebagaimana pada Firman Allah تعالى,
﴾ وَإِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ لَا يَضُرُّكُمۡ كَيۡدُهُمۡ شَيۡـًٔاۗ
﴿
"Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu." (Ali Imran: 120).
Kemudian Allah berfirman,
﴾ إِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ وَيَأۡتُوكُم مِّن فَوۡرِهِمۡ هَٰذَا يُمۡدِدۡكُمۡ رَبُّكُم
﴿
"Jika kamu bersabar dan bertakwa, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu." (Ali Imran: 125).
Seakan-akan jiwa merindukan pengetahuan akan sifat-sifat ketakwaan yang akan mengakibatkan adanya pertolongan, keme-nangan, dan kebahagiaan, maka Allah menyebutkan dalam ayat-ayat ini sifat-sifat ketakwaan yang terpenting yang mana bila se-orang hamba menunaikannya, niscaya pelaksanaannya terhadap hal yang lain lebih utama dan lebih patut.
Dan dasar dari pernyataan yang telah kami katakan, adalah bahwa Allah telah menyebutkan lafazh takwa pada ayat-ayat ini sebanyak tiga kali, sekali berbentuk muthlaq yaitu FirmanNya, ﴾ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ
﴿ "Yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa", dan dua kali berbentuk muqayyad dalam FirmanNya, ﴾ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ
﴿ "Bertak-walah kamu kepada Allah" dan, ﴾ وَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ
﴿ "Dan peliharalah dirimu dari api neraka."
Dan Firman Allah تعالى, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
﴿ "Hai orang-orang yang beriman," setiap yang ada dalam al-Qur`an berupa Firman Allah تعالى, "Hai orang-orang yang beriman, lakukan ini atau tinggalkan-lah ini," menunjukkan bahwa keimanan itu adalah penyebab yang mendorong dan mengharuskan untuk menaati perintah atau men-jauhi larangan tersebut, karena keimanan itu adalah keyakinan yang total kepada perkara yang memang wajib untuk diyakini yang menuntut terwujudnya perbuatan anggota tubuh. Maka Allah melarang mereka dari memakan riba dengan berlipat-lipat ganda, di mana hal itu adalah perkara yang telah biasa dilakukan oleh orang-orang jahiliyah dan orang-orang yang tidak mempedu-likan perkara-perkara syariat, yaitu bila jatuh tempo hutang atas seorang yang sedang kesulitan sementara dia tidak memiliki apa-apa untuk menunaikannya, maka mereka berkata kepadanya, "Kamu harus menunaikan hutangmu atau kami menambah tempo pelunasan hutang itu dengan menambah bunga hutang dalam tanggunganmu." Maka orang fakir terpaksa harus membayar ke-pada pemilik hutang, dan konsisten terhadap hal itu demi meraih ketenangan hatinya yang bersifat sementara hingga bertambahlah hutang (yang harus dilunasinya) dengan berlipat-lipat ganda tanpa ada manfaat dan pemanfaatannya.
Maka dalam FirmanNya, ﴾ أَضۡعَٰفٗا مُّضَٰعَفَةٗۖ
﴿ "Dengan berlipat ganda," terdapat peringatan terhadap kekejian yang besar disebab-kan banyaknya dan peringatan terhadap hikmah di balik pengha-ramannya, dan bahwasanya hikmah di balik pengharaman riba adalah bahwa Allah melarang dari hal tersebut karena mengan-dung kezhaliman. Hal tersebut karena Allah mewajibkan untuk menangguhkan orang yang sedang dalam kondisi sulit dan mem-biarkan hutang itu (seperti semula) tanpa ada tambahan. Maka mengharuskan (pembayaran hutang) dengan yang lebih dari itu merupakan tindakan kezhaliman yang berlipat-lipat.
Oleh karena itu, wajiblah atas seorang Mukmin yang bertak-wa meninggalkan hal itu dan tidak mendekat kepadanya, karena meninggalkan hal tersebut termasuk konsekuensi ketakwaan, dan keberuntungan itu tergantung pada ketakwaan. Karena itu Allah berfirman, ﴾ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ﴿ "Bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan."
#
{131} {واتقوا النار التي أُعدت للكافرين}، بترك ما يوجب دخولها من الكفر والمعاصي على اختلاف درجاتها، فإن المعاصي كلها وخصوصاً المعاصي الكبار تجر إلى الكفر، بل هي من خصال الكفر الذي أعد الله النار لأهله، فترك المعاصي ينجي من النار ويقي من سخط الجبار، وأفعال الخير والطاعة توجب رضا الرحمن ودخول الجنان وحصول الرحمة، ولهذا قال:
(131) ﴾ وَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ ٱلَّتِيٓ أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir," dengan cara meninggalkan hal-hal yang menjerumuskan ke dalamnya, berupa kekufuran dan kemaksiatan dengan perbedaan tingkatannya, karena seluruh kemaksiatan, khususnya kemaksiatan yang besar, akan menyeret kepada kekufuran, bahkan ia merupakan sifat dari kekufuran yang telah Allah siapkan neraka bagi pelaku-pelakunya.
Maka meninggalkan kemaksiatan akan menyelamatkan dari api neraka dan menjaga diri dari kemurkaan Yang Mahakuasa. Sedang perbuatan-perbuatan baik dan ketaatan akan mendapatkan ridha Allah, masuk ke dalam surga dan memperoleh rahmat. Oleh karena itu, Allah berfirman;
#
{132} {وأطيعوا الله والرسول}، بفعل الأوامر امتثالاً واجتناب النواهي {لعلكم تُرحمون}، فطاعة الله وطاعة رسوله من أسباب حصول الرحمة، كما قال تعالى: {ورحمتي وسعت كل شيء فسأكتبها للذين يتقون ويؤتون الزكاة ... } الآيات.
(132) ﴾ وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ
﴿ "Dan taatilah Allah dan Rasul" dengan melaksanakan perintah sebagai bentuk ketaatan dan menjauhi larangan, ﴾ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
﴿ "agar kalian mendapat rahmat." Taat ke-pada Allah dan RasulNya adalah termasuk sebab-sebab mendapat-kan rahmat, sebagaimana Allah تعالى berfirman,
﴾ وَرَحۡمَتِي وَسِعَتۡ كُلَّ شَيۡءٖۚ فَسَأَكۡتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ ﴿
"Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmatKu untuk orang-orang yang bertakwa dan yang menunaikan zakat."
(Al-A'raf: 156).
#
{133} ثم أمرهم تعالى بالمسارعة إلى مغفرته وإدراك جنته التي عرضها السماوات والأرض، فكيف بطولها التي أعدها الله للمتقين؟! فهم أهلها وأعمال التقوى هي الموصلة إليها.
(133) Kemudian Allah memerintahkan mereka untuk ber-segera menuju ampunanNya dan menggapai surgaNya yang luas-nya seluas langit dan bumi, lalu bagaimanakah dengan
(kadar) panjangnya yang disiapkan bagi orang-orang yang bertakwa? Me-reka itu adalah penghuni-penghuninya dan perbuatan-perbuatan ketakwaanlah yang akan menyampaikan kepadanya.
#
{134} ثم وصف المتقين وأعمالهم فقال: {الذين ينفقون في السراء والضراء}؛ أي: في حال عسرهم ويسرهم إن أيسروا أكثروا من النفقة وإن أعسروا لم يحتقروا من المعروف شيئاً ولو قل، {والكاظمين الغيظ}: أي: إذا حصل لهم من غيرهم أذية توجب غيظهم، وهو امتلاء قلوبهم من الحنق الموجب للانتقام بالقول والفعل. هؤلاء لا يعملون بمقتضى الطباع البشرية بل يكظمون ما في القلوب من الغيظ، ويصبرون عن مقابلة المسيء إليهم.
{والعافين عن الناس}، يدخل في العفو عن الناس العفو عن كل من أساء إليك بقول أو فعل، والعفو أبلغ من الكظم، لأن العفو ترك المؤاخذة مع السماحة عن المسيء، وهذا إنما يكون ممن تحلى بالأخلاق الجميلة وتخلى من الأخلاق الرذيلة، وممن تاجر مع الله وعفا عن عباد الله رحمة بهم وإحساناً إليهم، وكراهة لحصول الشر عليهم، وليعفو الله عنه ويكون أجره على ربه الكريم لا على العبد الفقير، كما قال تعالى: {فمن عفا وأصلح فأجره على الله}.
ثم ذكر حالة أعم من غيرها وأحسن وأعلى وأجل، وهي الإحسان، فقال تعالى: {والله يحب المحسنين}، والإحسان نوعان: الإحسان في عبادة الخالق والإحسان إلى المخلوق.
فالإحسان في عبادة الخالق فسرها النبي - صلى الله عليه وسلم - بقوله: «أن تعبد الله كأنك تراه، فإن لم تكن تراه فإنه يراك».
وأما الإحسان إلى المخلوق فهو إيصال النفع الديني والدنيوي إليهم ودفع الشر الديني والدنيوي عنهم، فيدخل في ذلك أمرهم بالمعروف ونهيهم عن المنكر وتعليم جاهلهم ووعظ غافلهم والنصيحة لعامتهم وخاصتهم، والسعي في جمع كلمتهم وإيصال الصدقات والنفقات الواجبة والمستحبة إليهم على اختلاف أحوالهم وتباين أوصافهم، فيدخل في ذلك بذل الندى وكف الأذى واحتمال الأذى، كما وصف الله به المتقين في هذه الآيات، فمن قام بهذه الأمور فقد قام بحق الله وحق عبيده.
(134) Kemudian Allah menjelaskan tentang sifat orang-orang yang bertakwa dan perbuatan-perbuatan mereka seraya berfirman, ﴾ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ
﴿ "(Yaitu) orang-orang yang menaf-kahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit," yaitu, pada saat kondisi mereka sedang sulit atau kondisi mereka sedang lapang. Bila mereka sedang lapang, maka mereka akan memper-banyak infak, dan bila mereka sedang kesulitan, maka mereka tidak menganggap remeh suatu kebaikan walaupun (hanya) sedikit (saja).
﴾ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ
﴿ "Dan orang-orang yang menahan amarahnya," yaitu, bila terjadi dari orang lain tindakan yang menyakitkan ter-hadapnya yang menimbulkan kemarahan yaitu hati yang penuh dengan kedongkolan yang akan menimbulkan balas dendam de-ngan perkataan maupun perbuatan. Mereka itu tidaklah bertindak menurut tabiat kemanusiaannya, akan tetapi mereka menahan apa yang ada dalam hati mereka disebabkan kemarahan, dan mengha-dapi orang yang berbuat jelek kepadanya itu dengan kesabaran.
﴾ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ
﴿ "Dan memaafkan (kesalahan) orang." Termasuk dalam tindakan memaafkan orang adalah memaafkan segala hal yang terjadi dari orang yang telah berbuat jelek kepada kita dengan perkataan maupun perbuatan. Memaafkan itu sangat lebih baik daripada (hanya) sekedar menahan amarah, karena memaafkan itu adalah tindakan meninggalkan balas dendam disertai dengan bentuk kelapangan dada terhadap orang yang berbuat jelek. Itu hanya dapat terjadi dari orang-orang yang menghiasi dirinya dengan akhlak yang terpuji dan jauh dari akhlak yang tercela, dan dari orang-orang yang bertransaksi dengan Allah dan memaafkan hamba-hamba Allah sebagai suatu kasih sayang terhadap mereka dan tindakan kebajikan kepada mereka, benci dari keburukan yang menimpa mereka agar Allah mengampuni dirinya sehingga dia mendapatkan pahala di sisi Allah yang Mahamulia, dan bukan dari hamba yang miskin, sebagaimana Allah تعالى berfirman,
﴾ فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۚ
﴿
"Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah." (Asy-Syura: 40).
Kemudian Allah menyebutkan kondisi yang lebih umum daripada yang lainnya dan lebih baik, lebih tinggi dan lebih utama, yaitu berbuat kebajikan (al-Ihsan), Allah berfirman, ﴾ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴿ "Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
" Kebajikan itu ada dua macam: Berbuat baik pada perkara ibadah kepada Sang Pencipta dan berbuat baik kepada para makhluk.
Dan Ihsan dalam perkara ibadah kepada Sang Pencipta telah ditafsirkan oleh Nabi ﷺ dengan sabdanya,
أَنْ تَعْبُدَ اللّٰهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.
"Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya, dan bila engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihatmu."
[9]
Adapun berbuat baik kepada para makhluk yaitu memberi-kan manfaat yang bersifat agama maupun duniawi kepada mereka dan menghindarkan mereka dari kemudaratan yang bersifat agama maupun duniawi, sehingga termasuk dalam kategori itu adalah memerintahkan mereka kepada yang ma'ruf dan melarang mereka dari yang mungkar, mengajarkan orang yang bodoh di antara mereka, menasihati masyarakat umum maupun khusus, berusaha dalam menyatukan kalimat mereka, menyalurkan segala macam sedekah, infak yang wajib maupun yang sunnah kepada mereka dengan berbagai perbedaan kondisi dan karakter mereka. Terma-suk juga dalam hal itu adalah mengerahkan kedermawanan hati, menolak keburukan dan bersabar atas gangguan, sebagaimana Allah menjelaskan tentang sifat orang-orang yang bertakwa dalam ayat ini.
Maka barangsiapa yang melaksanakan perkara-perkara ter-sebut, ia telah menegakkan hak-hak Allah dan hak-hak hambaNya. Kemudian Allah تعالى menyebutkan tentang alasan mereka kepada Tuhan mereka dari kejahatan dan dosa-dosa mereka, seraya ber-firman,
#
{135} {والذين إذا فعلوا فاحشة أو ظلموا أنفسهم}؛ أي: صدر منهم أعمال سيئة كبيرة أو ما دون ذلك، بادروا إلى التوبة والاستغفار، وذكروا ربهم وما توعد به العاصين، ووعد به المتقين فسألوه المغفرة لذنوبهم، والستر لعيوبهم، مع إقلاعهم عنها وندمهم عليها، فلهذا قال: {ولم يصروا على ما فعلوا وهم يعلمون}.
(135) ﴾ وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ
﴿ "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri," maksudnya, telah terjadi perbuatan-perbuatan buruk yang besar atau yang kecil yang dilakukan oleh mereka, lalu mereka segera bertaubat dan meminta ampunan, mereka mengingat Rabb mereka dan ancamanNya bagi orang-orang yang berbuat maksiat dan apa yang dijanjikan bagi orang-orang yang bertakwa. Maka mereka memohon ampunan padaNya atas dosa-dosa mereka itu, menutup aib-aib mereka, disertai dengan tindakan mereka meninggalkan-nya hingga akar-akarnya dan menyesalinya. Karena itulah Allah berfirman, ﴾ وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ ﴿ "Dan mereka tidak menerus-kan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."
#
{136} {أولئك}؛ الموصوفون بتلك الصفات {جزاؤهم مغفرة من ربهم} تزيل عنهم كل محذور، {وجنات تجري من تحتها الأنهار} فيها من النعيم المقيم والبهجة والسرور والبهاء والخير والسرور والقصور والمنازل الأنيقة العاليات والأشجار المثمرة البهية والأنهار الجاريات في تلك المساكن الطيبات {خالدين فيها} لا يحولون عنها ولا يبغون بها بدلاً ولا يغير ما هم فيه من النعيم {ونعم أجر العاملين} عملوا لله قليلاً فأجروا كثيراً، فعند الصباح يحمَد القومُ السَّرى وعند الجزاء يجد العامل أجره كاملاً موفراً.
وهذه الآيات الكريمات من أدلة أهل السنة والجماعة، على أن الأعمال تدخل في الإيمان خلافاً للمرجئة، ووجه الدلالة إنما يتم بذكر الآية التي في سورة الحديد نظير هذه الآيات وهي قوله: {سابقوا إلى مغفرة من ربكم وجنة عرضها كعرض السماء والأرض أعدت للذين آمنوا بالله ورسله}، فلم يذكر فيها إلا لفظ الإيمان به وبرسله، وهنا قال: {أُعدت للمتقين}، ثم وصف المتقين بهذه الأعمال المالية والبدنية، فدل على أن هؤلاء المتقين هم الموصوفين بهذه الصفات هم أولئك المؤمنون. ثم قال تعالى:
(136) ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ
﴿ "Mereka itu." Yaitu, orang-orang yang bersifat dengan sifat-sifat tersebut, ﴾ جَزَآؤُهُم مَّغۡفِرَةٞ مِّن رَّبِّهِمۡۗ
﴿ "balasannya ialah am-punan dari Rabb mereka" yang menghapus dari mereka segala hal yang dikhawatirkan, ﴾ وَجَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ
﴿ "dan surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai", di dalamnya tersimpan kenik-matan yang abadi, kebahagiaan, kesenangan, kemuliaan, kebaikan, kemenangan, istana-istana, rumah-rumah yang indah lagi tinggi, pohon-pohon yang berbuah lagi ranum, sungai-sungai yang me-ngalir pada kediaman-kediaman yang baik tersebut.
﴾ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ
﴿ "Mereka kekal di dalamnya", mereka tidak akan keluar darinya dan tidak pula mencari penggantinya serta kenik-matan yang mereka rasakan di dalamnya tidak akan dirubah, ﴾ وَنِعۡمَ أَجۡرُ ٱلۡعَٰمِلِينَ
﴿ "dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal." Mereka beramal karena Allah (hanya) sedikit, namun diberikan ganjaran yang banyak. Di Shubuh hari, orang-orang yang der-mawan bertahmid kepada Allah (atas apa yang diberikan kepada mereka di malam hari). Dan pada Hari Pembalasan, seorang yang beramal akan mendapatkan ganjarannya secara penuh dan sem-purna.
Ayat-ayat yang mulia ini menjadi dalil-dalil bagi Ahlus Sunnah wal Jama'ah, bahwa "perbuatan itu" termasuk dalam iman, berbeda dengan golongan Murji`ah. Dan sisi penunjukan ayat tersebut hanya bisa sempurna (bila) disertai dengan penyebutan ayat 21 dalam Surat al-Hadid, partner ayat ini, yaitu FirmanNya,
﴾ سَابِقُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا كَعَرۡضِ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ أُعِدَّتۡ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦۚ
﴿
"Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan (kepada) surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang Nya." (Al-Hadid: 21).
Dalam ayat ini tidak disebutkan kecuali kata iman kepada Allah dan kepada RasulNya sementara dalam ayat Ali Imran ini disebutkan, ﴾ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ ﴿ "Yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." Kemudian Allah menjelaskan tentang sifat-sifat mereka dengan amalan-amalan yang bersifat badan maupun harta, se-hingga menunjukkan bahwa orang-orang yang bertakwa itu adalah, "orang-orang yang disifati dengan sifat-sifat tersebut," dan mereka itulah orang-orang yang beriman.
{قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (137) هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138)}.
Kemudian Allah تعالى berfirman,
"Sungguh telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).
(Al-Qur`an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa."
(Ali Imran: 137-138).
#
{137} وهذه الآيات الكريمات، وما بعدها في قصة أحد، يعزي تعالى عباده المؤمنين، ويسليهم ويخبرهم أنه مضى قبلهم أجيال وأمم كثيرة امتحنوا، وابتلي المؤمنون منهم بقتال الكافرين، فلم يزالوا في مداولة ومجاولة حتى جعل الله العاقبة للمتقين والنصر لعباده المؤمنين، وآخر الأمر حصلت الدولة على المكذبين وخذلهم الله بنصر رسله وأتباعهم، {فسيروا في الأرض} بأبدانكم وقلوبكم {فانظروا كيف كان عاقبة المكذبين}، فإنكم لا تجدونهم إلا معذبين بأنواع العقوبات الدنيوية، قد خوت ديارهم وتبين لكل أحد خسارهم، وذهب عزهم وملكهم وزال بذخهم وفخرهم، أفليس في هذا أعظم دليل وأكبر شاهد على صدق ما جاءت به الرسل، وحكمة الله التي يمتحن بها عباده ليبلوهم ويتبين صادقهم من كاذبهم؟ ولهذا قال تعالى:
(137) Ayat-ayat yang mulia ini dan yang setelahnya yang menyebutkan tentang kisah perang Uhud, Allah menghibur
(de-ngannya) hamba-hambaNya yang beriman dan menenangkan hati mereka. Kemudian Allah mengabarkan kepada mereka bahwasa-nya telah berlalu umat dan kaum yang silih berganti, yang telah diberikan ujian, dan kaum Mukminin dari mereka diberikan ujian dengan memerangi kaum kafir. Dan mereka terus senantiasa da-lam peperangan dan pertempuran hingga Allah memberikan akibat yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa dan kemenangan bagi hamba-hambaNya yang beriman. Dan pada akhirnya, orang-orang yang berdusta tertimpa kekalahan dan Allah menghinakan mereka dengan membela para rasulNya, beserta para pengikut mereka.
﴾ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ
﴿ "Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi" dengan tubuh dan hati kalian, ﴾ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ ﴿ "dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul)." Kalian tidak akan menemukan mereka kecuali dalam keadaan mereka disiksa dengan berbagai macam hukuman dunia, negeri mereka hancur, kerugian mereka sangatlah jelas oleh setiap orang, ke-agungan dan kekuasaan mereka telah hilang, dan kegagahan dan kesombongan mereka lenyap. Bukankah dalam fakta ini ada dalil yang paling besar dan bukti yang paling akurat atas syariat yang dibawa oleh seluruh rasul dan hikmah Allah dalam menguji hamba-hambaNya, agar terlihat jelas dan terang orang-orang yang benar dari orang-orang yang dusta? Karena itulah Allah تعالى berfirman,
#
{138} {هذا بيان للناس}؛ أي: دلالة ظاهرة تبين للناس الحق من الباطل، وأهل السعادة من أهل الشقاوة، وهو الإشارة إلى ما أوقع الله بالمكذبين، {وهدى وموعظة للمتقين}، لأنهم هم المنتفعون بالآيات، فتهديهم إلى سبيل الرشاد وتعظهم وتزجرهم عن طريق الغي، وأما باقي الناس فهي بيان لهم تقوم عليهم الحجة من الله ليهلك من هلك عن بينة، ويحتمل أن الإشارة في قوله: {هذا بيان للناس}، للقرآن العظيم والذكر الحكيم وأنه بيان للناس عموماً، وهدى وموعظة للمتقين خصوصاً، وكلا المعنيين حق.
(138) ﴾ هَٰذَا بَيَانٞ لِّلنَّاسِ
﴿ "Ini adalah penerangan bagi seluruh manu-sia," maksudnya, indikasi yang jelas yang menjelaskan kepada manusia kebenaran dari kebatilan, orang-orang yang bahagia dari orang-orang yang sengsara. Itu merupakan petunjuk kepada azab yang telah ditimpakan oleh Allah kepada orang-orang yang men-dustakan rasul.
﴾ وَهُدٗى وَمَوۡعِظَةٞ لِّلۡمُتَّقِينَ
﴿ "Dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa," karena mereka itulah orang-orang yang me-manfaatkan ayat-ayat tersebut hingga mengarahkan mereka kepada jalan yang lurus dan memberi nasihat serta menjauhkan mereka dari jalan kebatilan. Adapun bagi orang-orang selain mereka, maka hal tersebut merupakan penjelasan yang akan menjadi hujjah atas keburukan mereka dari Allah hingga celakalah orang-orang yang celaka setelah keterangan yang jelas. Isyarat dalam ayat, ﴾ هَٰذَا بَيَانٞ لِّلنَّاسِ ﴿ "Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia," mengandung kemungkinan tertuju kepada al-Qur`an al-Azhim dan adz-Dzikr al-Hakim, dan bahwa al-Qur`an itu adalah penjelasan bagi manusia secara umum, petunjuk, dan pemberi nasihat bagi orang-orang yang bertakwa secara khusus, dan kedua makna tersebut adalah benar.
{وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139) إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (140) وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ (141) أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ (142) وَلَقَدْ كُنْتُمْ تَمَنَّوْنَ الْمَوْتَ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَلْقَوْهُ فَقَدْ رَأَيْتُمُوهُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (143)}.
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah
(pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu
(pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum
(kafir) itu pun
(pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa
(kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia
(agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman
(dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikanNya
(gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman
(dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad darimu dan belum nyata orang-orang yang sabar? Sesungguhnya kamu mengharapkan mati
(syahid) sebelum kamu menghadapinya;
(sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya."
(Ali Imran: 139-143).
#
{139} يقول تعالى مشجعاً لعباده المؤمنين ومقوياً لعزائمهم ومنهضاً لهممهم: {ولا تهنوا ولا تحزنوا}؛ أي: ولا تهنوا وتضعفوا في أبدانكم، ولا تحزنوا في قلوبكم عندما أصابتكم المصيبة، وابتليتم بهذه البلوى، فإن الحزن في القلوب والوهن على الأبدان زيادة مصيبة عليكم، وعون لعدوكم عليكم بل شجعوا قلوبكم وصبروها وادفعوا عنها الحزن وتصلبوا على قتال عدوكم، وذكر تعالى أنه لا ينبغي ولا يليق بهم الوهن والحزن وهم الأعلون في الإيمان ورجاء نصر الله وثوابه، فالمؤمن المبتغي ما وعده الله من الثواب الدنيوي والأخروي لا ينبغي له ذلك، ولهذا قال تعالى: {وأنتم الأعلون إن كنتم مؤمنين}.
(139) Allah تعالى berfirman untuk menyemangatkan hamba-hambaNya yang beriman dan menguatkan tekad mereka serta membangkitkan keinginan mereka, ﴾ وَلَا تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ
﴿ "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati," maksudnya, janganlah kalian lemah semangat dan lemah pada tubuh kalian, dan janganlah kalian bersedih hati ketika kalian tertimpa oleh suatu musibah dan diuji dengan ujian seperti ini. Karena kesedihan dalam hati dan kelemahan pada tubuh (justru) akan menambah musibah pada diri kalian, dan akan menjadi faktor pembangkit (kemenangan) bagi musuh kalian atas diri kalian; akan tetapi kuat-kanlah hati kalian dan tegarkan, lalu buanglah kesedihan darinya hingga kalian kuat dalam memerangi musuh kalian. Allah تعالى telah menyebutkan bahwa tidaklah patut bagi mereka untuk lemah dan bersedih padahal mereka itu paling tinggi kedudukannya dalam keimanan dan mereka mengharap pertolongan Allah dan pahala-Nya. Karena itu seorang Mukmin yang mengharapkan sesuatu yang telah dijanjikan oleh Allah berupa balasan duniawi dan ukhrawi tidaklah patut baginya hal tersebut. Oleh karena itu, Allah ber-firman, ﴾ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ﴿ "Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman."
Kemudian Allah menghibur mereka karena mereka telah men-derita kekalahan, dan Allah menjelaskan tentang hikmah-hikmah yang agung yang berkaitan dengan hal tersebut seraya berfirman,
#
{140} {إن يمسسكم قرح فقد مس القوم قرح مثله}، فأنتم وهم قد تساويتم في القرح، ولكنكم ترجون من الله ما لا يرجون كما قال تعالى: {إن تكونوا تألمون فإنهم يألمون كما تألمون وترجون من الله ما لا يرجون}.
ومن الحكم في ذلك أن هذه الدار يعطي الله منها المؤمن والكافر والبر والفاجر فيداول الله الأيام بين الناس: يوم لهذه الطائفة ويوم للطائفة الأخرى، لأن هذه الدارَ الدنيا منقضية فانية، وهذا بخلاف الدار الآخرة فإنها خالصة للذين آمنوا.
{وليعلم الله الذين آمنوا}، هذا أيضاً من الحكم أنه يبتلي الله عباده بالهزيمة والابتلاء ليتبين المؤمن من المنافق، لأنه لو استمر النصر للمؤمنين في جميع الوقائع لدخل في الإسلام من لا يريده، فإذا حصل في بعض الوقائع بعض أنواع الابتلاء تبين المؤمن حقيقة الذي يرغب في الإسلام في الضراء والسراء واليسر والعسر ممن ليس كذلك، {ويتخذ منكم شهداء}.
وهذا أيضاً من بعض الحكم، لأن الشهادة عند الله من أرفع المنازل، ولا سبيل لنيلها إلا بما يحصل من وجود أسبابها، فهذا من رحمته بعباده المؤمنين، أن قيَّض لهم من الأسباب ما تكرهه النفوس، لينيلهم ما يحبون من المنازل العالية والنعيم المقيم.
{والله لا يحب الظالمين}، الذين ظلموا أنفسهم وتقاعدوا عن القتال في سبيله، وكأن في هذا تعريضاً بذم المنافقين وأنهم مبغوضون لله، ولهذا ثبطهم عن القتال في سبيله، ولو أرادوا الخروج لأعدوا له عدة، ولكن كره الله انبعاثهم فثبطهم وقيل اقعدوا مع القاعدين.
(140) ﴾ إِن يَمۡسَسۡكُمۡ قَرۡحٞ فَقَدۡ مَسَّ ٱلۡقَوۡمَ قَرۡحٞ مِّثۡلُهُۥۚ
﴿ "Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa." Kalian dan mereka sungguh sama-sama menderita luka, akan tetapi kalian mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan, sebagaimana Allah تعالى berfirman,
﴾ إِن تَكُونُواْ تَأۡلَمُونَ فَإِنَّهُمۡ يَأۡلَمُونَ كَمَا تَأۡلَمُونَۖ وَتَرۡجُونَ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا يَرۡجُونَۗ
﴿
"Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan." (An-Nisa`: 104).
Dan di antara hikmah lain adalah bahwa dunia ini telah Allah berikan kepada orang yang beriman dan orang kafir, orang baik dan orang jahat. Begitulah Allah menggilir hari (masa kejayaan dan keruntuhan) di antara manusia, hari ini untuk kelompok itu dan hari yang lain untuk kelompok lainnya, karena negeri dunia ini musnah dan fana, hal ini tentunya berbeda dengan negeri akhirat, karena negeri itu khusus bagi orang-orang yang beriman.
﴾ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
﴿ "Dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir)." Ini juga di antara hikmah-hikmahnya, yaitu bahwa Allah menguji hamba-hambaNya dengan kekalahan dan musibah, agar nampak jelas antara Mukmin dan munafik. Karena bila kemenangan itu selalu bersama kaum Muk-minin dalam seluruh peperangannya, niscaya akan masuk ke dalam Islam orang-orang yang tidak menginginkannya, namun apabila terjadi beberapa bentuk cobaan pada beberapa peperangan mereka, niscaya akan jelaslah seorang Mukmin hakiki yang menghendaki Islam, baik dalam kondisi susah dan senang, sulit dan lapang dari orang yang tidak demikian, ﴾ وَيَتَّخِذَ مِنكُمۡ شُهَدَآءَۗ
﴿ "dan supaya sebagian kamu dijadikanNya (gugur sebagai) syuhada (orang-orang yang mati syahid)."
Hal ini juga merupakan hikmah, karena syahid di sisi Allah adalah termasuk derajat yang paling tinggi, dan tidak ada jalan untuk memperolehnya kecuali dengan memperoleh sebab-sebab-nya. Ini merupakan rahmatNya bagi hamba-hambaNya yang beriman, yaitu dengan membuat untuk mereka sebab-sebab yang dibenci oleh jiwa agar Dia memberikan kepada mereka sesuatu yang mereka sukai dari derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi.
﴾ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim," yaitu orang-orang yang menzhalimi diri mereka sendiri dan meninggalkan peperangan di jalanNya. Ayat ini menggam-barkan sebuah sindiran dengan mencela kaum munafik dan bahwa mereka itu dibenci oleh Allah. Oleh karena itu, Allah membuat mereka meninggalkan peperangan di jalanNya. Dan sekiranya mereka hendak ikut pergi, pastilah mereka akan mengadakan per-siapan untuk itu, akan tetapi Allah membenci keikutsertaan mereka hingga Allah membuat mereka meninggalkannya dan agar dikata-kan kepada mereka, "Tinggallah bersama orang-orang yang tinggal
(tidak ikut berperang)."
#
{141} {وليمحص الله الذين آمنوا}، وهذا أيضاً من الحكم أن الله يمحص بذلك المؤمنين من ذنوبهم وعيوبهم، يدل ذلك على أن الشهادة والقتال في سبيل الله تكفر الذنوب وتزيل العيوب ، وليمحص الله أيضاً المؤمنين من غيرهم من المنافقين فيتخلصون منهم ويعرفون المؤمن من المنافق.
ومن الحكم أيضاً أنه يقدر ذلك ليمحق الكافرين، أي: ليكون سبباً لمحقهم واستئصالهم بالعقوبة، فإنهم إذا انتصروا بغوا وازدادوا طغياناً إلى طغيانهم يستحقون به المعاجلة بالعقوبة رحمة بعباده المؤمنين. ثم قال تعالى:
(141) ﴾ وَلِيُمَحِّصَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ﴿ "Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman
(dari dosa mereka)." Ini juga termasuk hikmah lainnya yaitu bahwa Allah تعالى membersihkan kaum Mukminin dengan adanya cobaan itu dari dosa-dosa dan kekurangan mereka. Ini menunjukkan bahwa syahid dan berperang di jalan Allah itu menggugurkan dosa dan menghilangkan aib, dan juga Allah mem-bersihkan kaum Mukminin dari selain mereka dari kalangan kaum munafikin, hingga kaum Muslimin berlepas diri dari mereka dan mereka mengetahui siapa yang Mukmin dan siapa yang munafik.
Dan di antara hikmahnya juga adalah bahwa Allah menetap-kan hal itu untuk membinasakan orang-orang kafir, maksudnya, agar menjadi faktor penyebab mereka menjadi binasa dan berhak mendapatkan hukuman. Karena bila mereka menang, niscaya me-reka akan berbuat zhalim dan kesesatan akan bertambah di atas kesesatan mereka yang dengan kezhaliman itu mereka berhak disegerakan hukumannya sebagai suatu rahmat bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Kemudian Allah تعالى berfirman,
#
{142} {أم حسبتم أن تدخلوا الجنة ولما يعلم الله الذين جاهدوا منكم ويعلم الصابرين}، هذا استفهام إنكاري، أي: لا تظنوا ولا يخطر ببالكم أن تدخلوا الجنة من دون مشقة واحتمال المكاره في سبيل الله، وابتغاء مرضاته، فإن الجنة أعلى المطالب وأفضل ما به يتنافس المتنافسون، وكلما عظم المطلوب عظمت وسيلته والعمل الموصل إليه، فلا يوصل إلى الراحة إلا بترك الراحة ولا يدرك النعيم إلا بترك النعيم، ولكن مكاره الدنيا التي تصيب العبد في سبيل الله، عند توطين النفس لها وتمرينها عليها ومعرفة ما تَؤول إليه تنقلب عند أرباب البصائر منحًا يسرون بها ولا يبالون بها، وذلك فضل الله يؤتيه من يشاء، ثم وبخهم تعالى على عدم صبرهم بأمر كانوا يتمنونه ويودون حصوله، فقال:
(142) ﴾ أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَعۡلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ مِنكُمۡ وَيَعۡلَمَ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴿ "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad darimu dan belum nyata orang-orang yang sabar?" Ini merupakan pertanyaan penolakan, maksudnya, janganlah kalian berpikir dan terlintas di benak kalian bahwa kalian akan masuk surga tanpa kesulitan dan menghadapi segala macam cobaan di jalan Allah dan dalam mencari keridhaan Allah. Karena surga itu merupakan puncak keinginan dan suatu yang paling utama untuk diperebutkan oleh orang-orang yang bersaing. Semakin besar keinginan, maka semakin besar pula sarana dan pekerjaan
(yang dibutuhkan) untuk mencapainya, maka tidak-lah amal itu akan menyampaikan kepada ketenangan kecuali de-ngan meninggalkan
(sifat) santai, dan tidaklah amal itu mendapat-kan kenikmatan kecuali dengan meninggalkan kenikmatan tersebut. Akan tetapi cobaan-cobaan dunia yang diderita oleh seorang hamba di jalan Allah ketika jiwa menempatinya dan terlatih dengannya serta mengetahui akibat dari itu semua, maka hal itu akan berbalik menjadi suatu anugerah bagi orang-orang yang memiliki hati nu-rani yang dalam, di mana mereka bahagia dengannya dan mereka tidak peduli dengan cobaan itu. Itu adalah karunia Allah yang di-berikan kepada orang yang dikehendakiNya. Kemudian Allah تعالى mengecam mereka dengan ketidaksabaran mereka terhadap suatu perkara yang sebenarnya mereka harapkan dan mereka inginkan seraya berfirman,
#
{143} {ولقد كنتم تمنون الموت من قبل أن تلقوه}، وذلك أن كثيراً من الصحابة رضي الله عنهم ممن فاته بدر، يتمنون أن يحضرهم الله مشهداً يبذلون فيه جهدهم، قال الله تعالى لهم: {فقد رأيتموه}؛ [أي: رأيتم] ما تمنيتم بأعينكم {وأنتم تنظرون}، فما بالكم وترك الصبر؟ هذه حالة لا تليق ولا تحسن، خصوصاً لمن تمنى ذلك وحصل له ما تمنى، فإن الواجب عليه بذل الجهد واستفراغ الوسع في ذلك. وفي هذه الآية دليل على أنه لا يكره تمني الشهادة. ووجه الدلالة أن الله تعالى أقرهم على أمنيتهم، ولم ينكر عليهم، وإنما أنكر عليهم عدم العمل بمقتضاها والله أعلم. ثم قال تعالى:
(143) ﴾ وَلَقَدۡ كُنتُمۡ تَمَنَّوۡنَ ٱلۡمَوۡتَ مِن قَبۡلِ أَن تَلۡقَوۡهُ
﴿ "Sungguh kamu mengharap-kan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya." Hal tersebut karena banyak di antara para sahabat رضي الله عنهم yang tidak ikut dalam perang Badar, mereka bercita-cita agar Allah mengikutkan mereka dalam suatu peperangan di mana mereka mengerahkan segala kemampuan mereka padanya. Allah تعالى berfirman kepada mereka, ﴾ فَقَدۡ رَأَيۡتُمُوهُ
﴿ "(Sekarang) sungguh kamu telah melihatnya", maksudnya kalian telah menyaksikan dengan mata kalian apa yang kalian cita-citakan, ﴾ وَأَنتُمۡ تَنظُرُونَ ﴿ "dan kamu menyaksikannya," lalu kenapa kalian tidak bersabar? Kondisi seperti itu tidaklah patut dan tidak baik, khusus-nya bagi orang-orang yang bercita-cita ikut perang dan mengharap-kan apa yang dicita-citakannya itu. Seharusnya dirinya mengerah-kan segala kemampuan dan kekuatannya dalam hal tersebut.
Ayat ini menunjukkan bolehnya bercita-cita syahid. Hal itu atas dasar bahwa Allah تعالى mengakui cita-cita mereka dan tidak mengingkarinya. Allah hanyalah mengingkari tindakan berpangku tangan, dan tidak beramal sesuai dengan tuntutan cita-cita tersebut, dan Allah Maha Mengetahui.
{وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ (144) وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الْآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ (145)}.
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang
(murtad)? Barang-siapa yang berbalik ke belakang, maka dia tidak dapat mendatang-kan mudarat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Sesuatu yang ber-nyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ke-tetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghen-daki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, niscaya Kami berikan
(pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
(Ali Imran: 144-145).
#
{144} يقول تعالى: {وما محمد إلا رسول قد خلت من قبله الرسل}؛ أي: ليس ببدع من الرسل، بل هو من جنس الرسل الذين قبله، وظيفتهم تبليغ رسالة ربهم وتنفيذ أوامره ليسوا بمخلدين، وليس بقاؤهم شرطاً في امتثال أوامر الله، بل الواجب على الأمم عبادة ربهم في كل وقت وبكل حال، ولهذا قال: {أفإن مات أو قُتل انقلبتم على أعقابكم}؛ بترك ما جاءكم به من إيمان أو جهاد أو غير ذلك، قال الله تعالى: {ومن ينقلب على عقبيه فلن يضر الله شيئاً}، إنما يضر نفسه، وإلا فالله تعالى غني عنه، وسيقيم دينه، ويعز عباده المؤمنين.
فلما وبخ تعالى من انقلب على عقبيه، مدح من ثبت مع رسوله، وامتثل أمر ربه فقال: {وسيجزي الله الشاكرين}، والشكر لا يكون إلا بالقيام بعبودية الله تعالى في كل حال. وفي هذه الآية الكريمة إرشاد من الله تعالى لعباده أن يكونوا بحالة لا يزعزعهم عن إيمانهم أو عن بعض لوازمه فَقْدُ رئيس ولو عظم، وما ذاك إلا بالاستعداد في كل أمر من أمور الدين بعدة أناس من أهل الكفاءة فيه إذا فُقِدَ أحدُهم قام به غيره، وأن يكون عموم المؤمنين قصدهم إقامة دين الله والجهاد عنه بحسب الإمكان، لا يكون لهم قصد في رئيس دون رئيس، فبهذه الحال يستتب لهم أمرهم، وتستقيم أمورهم.
وفي هذه الآية أيضاً أعظم دليل على فضيلة الصديق الأكبر أبي بكر وأصحابه الذين قاتلوا المرتدين بعد رسول الله - صلى الله عليه وسلم - لأنهم هم سادات الشاكرين.
(144) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٞ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُۚ
﴿ "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul." Maksudnya, beliau bukan rasul yang pertama, bahkan beliau adalah termasuk jenis para rasul yang (telah ada) sebelum beliau, di mana tugas mereka adalah menyam-paikan misi Rabb mereka dan melaksanakan perintah-perintahNya, dan mereka itu tidaklah kekal. Kekekalan mereka bukanlah suatu syarat dari penaatan pada perintah-perintah Allah. Yang wajib atas seluruh umat adalah beribadah kepada Rabb mereka pada setiap waktu dan kondisi. Karena itu Allah berfirman,﴾ أَفَإِيْن مَّاتَ أَوۡ قُتِلَ ٱنقَلَبۡتُمۡ عَلَىٰٓ أَعۡقَٰبِكُمۡۚ
﴿ "Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)" dengan meninggalkan sesuatu yang telah da-tang kepada kalian berupa keimanan, (syariat) jihad, atau selainnya?
Allah تعالى berfirman, ﴾ وَمَن يَنقَلِبۡ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيۡـٔٗاۚ
﴿ "Barang-siapa yang berbalik ke belakang, maka dia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun," dia hanya akan mendatangkan mudarat kepada dirinya sendiri, dan sekiranya tidak demikian, maka Allah tidak butuh kepadanya, dan Allah pasti akan mene-gakkan agamaNya serta memuliakan hamba-hambaNya yang beriman.
Ketika Allah mencela orang-orang yang berbalik arah ke belakang (murtad), maka Allah memuji orang-orang yang tegar bersama RasulNya dan menaati perintah Tuhannya seraya berfir-man, ﴾ وَسَيَجۡزِي ٱللَّهُ ٱلشَّٰكِرِينَ ﴿ "Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." Bersyukur itu tidaklah ada kecuali dengan menegakkan penghambaan kepada Allah dalam segala kondisi.
Di dalam ayat yang mulia ini terkandung petunjuk dari Allah kepada hamba-hambaNya agar senantiasa kondisinya tidak tergo-yahkan dalam keimanan mereka atau dalam hal-hal yang berkaitan dengannya yaitu kehilangan pemimpin mereka, walaupun itu berat.
Hal itu tidak akan terwujud kecuali dengan mempersiapkan segala hal dalam setiap urusan agama dengan mempersiapkan be-berapa orang yang mumpuni dalam hal itu. Apabila salah seorang meninggal, maka digantikan oleh lainnya, dan agar seluruh kaum Mukminin bertujuan untuk menegakkan agama Allah dan berjihad menurut kemampuannya, dan agar jangan sampai mereka memiliki tujuan bersama suatu pemimpin tanpa pemimpin lainnya, maka dengan kondisi ini niscaya urusan mereka akan lancar dan berjalan baik.
Di dalam ayat ini juga terkandung sebuah dalil yang agung atas keutamaan ash-Shiddiq Abu Bakar رضي الله عنه dan orang-orang yang ikut bersamanya dalam memerangi orang-orang yang murtad se-telah wafatnya Rasulullah ﷺ, karena mereka itu adalah pemimpin orang-orang yang bersyukur.
#
{145} ثم أخبر تعالى أن النفوس جميعها معلقة بآجالها بإذن الله وقدره وقضائه، فمن حتم عليه بالقدر أن يموت مات ولو بغير سبب، ومن أراد بقاءه فلو وقع من الأسباب كل سبب لم يضره ذلك قبل بلوغ أجله، وذلك أن الله قضاه وقدره وكتبه إلى أجل مسمى إذا جاء أجلهم فلا يستأخرون عنه ساعة ولا يستقدمون. ثم أخبر تعالى أنه يعطي الناس من ثواب الدنيا والآخرة ما تعلقت به إرادتهم، فقال: {ومن يرد ثواب الدنيا نؤته منها ومن يرد ثواب الآخرة نؤته منها}، قال الله تعالى: {كلاًّ نمد هؤلاء وهؤلاء من عطاء ربك وما كان عطاء ربك محظوراً. انظر كيف فضلنا بعضهم على بعض وللآخرة أكبر درجات وأكبر تفضيلاً}. {وسنجزي الشاكرين}، ولم يذكر جزاءهم ليدل ذلك على كثرته وعظمته، وليعلم أن الجزاء على قدر الشكر قلة وكثرة وحسناً.
(145) Kemudian Allah تعالى mengabarkan bahwasanya selu-ruh jiwa terkait dengan ajal yang telah ditentukan untuknya dengan izin Allah, Qadha` dan QadarNya. Karena itu, barangsiapa yang ditentukan Qadarnya untuk meninggal, niscaya dia meninggal, walaupun tanpa ada sebabnya. Dan barangsiapa yang dikehendaki hidup walaupun tertimpa oleh sebab-sebab yang memudaratkan jiwanya, niscaya tidak akan membinasakannya sebelum ajal diri-nya tiba. Itu karena Allah telah menetapkan Qadha` dan Qadar dan menulisnya hingga sampai batas waktu yang ditentukan. Apabila ajal mereka telah tiba, niscaya tidak akan dapat ditunda sesaat pun dan tidak pula dimajukan.
Kemudian Allah تعالى memberitakan bahwasanya Dia membe-rikan pahala dunia dan akhirat kepada manusia selama keinginan mereka tertuju kepada hal itu seraya berfirman,﴾ وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَا وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ ٱلۡأٓخِرَةِ نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَاۚ
﴿ "Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa meng-hendaki pahala akhirat, niscaya Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu."
Allah تعالى berfirman,
﴾ كُلّٗا نُّمِدُّ هَٰٓؤُلَآءِ وَهَٰٓؤُلَآءِ مِنۡ عَطَآءِ رَبِّكَۚ وَمَا كَانَ عَطَآءُ رَبِّكَ مَحۡظُورًا 20 ٱنظُرۡ كَيۡفَ فَضَّلۡنَا بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖۚ وَلَلۡأٓخِرَةُ أَكۡبَرُ دَرَجَٰتٖ وَأَكۡبَرُ تَفۡضِيلٗا 21
﴿
"Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya." (Al-Isra`: 20-21).
﴾ وَسَنَجۡزِي ٱلشَّٰكِرِينَ ﴿ "Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." Allah tidak menyebutkan "balasan mereka," hal ini menunjukkan atas banyak dan agungnya balasan itu, dan agar diketahui bahwa balasan itu menurut kadar syukur yang dilakukan; sedikit-banyaknya maupun mutunya.
{وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا {اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ (146) وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (147) فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (148)}.
"Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut
(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak
(pula) menyerah
(kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidaklah doa mereka kecuali ucapan, 'Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.' Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan."
(Ali Imran: 146-148).
#
{146} هذا تسلية للمؤمنين وحثٌّ على الاقتداء بهم والفعل كفعلهم، وأن هذا أمر قد كان متقدماً لم تزل سنة الله جارية بذلك، فقال: {وكأين من نبي}؛ أي: وكم من نبي {قاتل معه ربيون كثير}؛ أي: جماعات كثيرون من أتباعهم الذين قد ربتهم الأنبياء بالإيمان والأعمال الصالحة فأصابهم قتل وجراح وغير ذلك، {فما وهنوا لما أصابهم في سبيل الله وما ضعفوا وما استكانوا}؛ أي: ما ضعفت قلوبهم، ولا وهنت أبدانهم، ولا استكانوا؛ أي: ذلُّوا لعدوهم، بل صبروا وثبتوا وشجعوا أنفسهم، ولهذا قال: {والله يحب الصابرين}.
(146) Ini merupakan hiburan bagi kaum Mukminin dan sebuah anjuran untuk mengikuti jejak mereka dan melakukan seperti perbuatan mereka, dan bahwasanya perkara ini adalah per-kara yang telah ada sejak dahulu, di mana sunnatullah terus ber-jalan seperti itu. Allah berfirman, ﴾ وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيّٖ
﴿ "Dan berapa banyaknya nabi," maksudnya, betapa banyak Nabi, ﴾ قَٰتَلَ مَعَهُۥ رِبِّيُّونَ كَثِيرٞ
﴿ "yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa," yaitu, kelompok yang banyak dari pengikut-pengikutnya yang telah dididik oleh para nabi dengan keimanan dan amalan shalih, lalu mereka terbunuh, menderita luka, dan sebagainya.
﴾ فَمَا وَهَنُواْ لِمَآ أَصَابَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَمَا ضَعُفُواْ وَمَا ٱسۡتَكَانُواْۗ
﴿ "Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh)." Maksudnya, hati mereka tidak menjadi lemah dan tubuh mereka tidak lesu dan tidak pula mereka menyerah, artinya mereka tidak tunduk di hadapan mu-suh mereka, akan tetapi mereka bersabar, tegar, dan mengobarkan semangat bagi jiwa mereka. Oleh karena itu, Allah berfirman,﴾ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴿ "Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar."
#
{147} ثم ذكر قولهم واستنصارهم لربهم فقال: {وما كان قولهم}؛ أي: في تلك المواطن الصعبة {إلا أن قالوا ربنا اغفر لنا ذنوبنا وإسرافنا في أمرنا}، والإسراف هو: مجاوزة الحد إلى ما حرم، علموا أن الذنوب والإسراف من أعظم أسباب الخذلان وأن التخلي منها من أسباب النصر، فسألوا ربهم مغفرتها. ثم إنهم لم يتكلوا على ما بذلوا جهدهم به من الصبر، بل اعتمدوا على الله، وسألوه أن يثبت أقدامهم عند ملاقاة الأعداء الكافرين، وأن ينصرهم عليهم، فجمعوا بين الصبر وترك ضده، والتوبة والاستغفار والاستنصار بربهم، لا جرم أن الله نصرهم، وجعل لهم العاقبة في الدنيا والآخرة ولهذا قال:
(147) Kemudian Allah menyebutkan tentang perkataan dan permohonan bantuan mereka kepada Rabb mereka seraya ber-firman, ﴾ وَمَا كَانَ قَوۡلَهُمۡ
﴿ "Tidaklah doa mereka", yaitu, pada kondisi dan kesempatan yang sulit itu, ﴾ إِلَّآ أَن قَالُواْ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسۡرَافَنَا فِيٓ أَمۡرِنَا ﴿ "kecuali ucapan, 'Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tin-dakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami'."
Berlebih-lebihan itu adalah melampaui batas menuju kepada yang haram. Mereka mengetahui bahwa dosa-dosa dan sikap ber-lebih-lebihan itu merupakan faktor paling besar dalam kehinaan, dan bahwa menjauh dari hal itu merupakan faktor terbesar menda-patkan kemenangan. Maka mereka memohon kepada Rabb mereka agar mengampuni dosa-dosa dari sikap berlebih-lebihan mereka tersebut. Kemudian mereka tidak hanya bersandar pada kesabaran yang telah mereka kerahkan, akan tetapi mereka bersandar kepada Allah dan memohon kepadaNya agar meneguhkan kaki mereka ketika menghadapi musuh kaum kafir, dan agar Allah membela mereka atas kaum kafir tersebut. Mereka menyatukan antara ke-sabaran dan meninggalkan hal-hal yang bertentangan dengannya, bertaubat, memohon ampunan, dan memohon pertolongan kepada Tuhan mereka. Maka tidaklah meragukan lagi bahwa Allah mem-bela mereka dan menjadikan akibat yang baik bagi mereka di dunia dan di akhirat. Karena itu Allah berfirman,
#
{148} {فآتاهم الله ثواب الدنيا} من النصر والظفر والغنيمة {وحُسن ثواب الآخرة} وهو الفوز برضا ربهم والنعيم المقيم الذي قد سلم من جميع المنكدات، وما ذاك إلا أنهم أحسنوا له الأعمال فجازاهم بأحسن الجزاء، فلهذا قال: {والله يحب المحسنين} في عبادة الخالق ومعاملة الخلق، ومن الإحسان أن يفعل عند جهاد الأعداء كفعل هؤلاء المؤمنين. ثم قال تعالى:
(148) ﴾ فَـَٔاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا
﴿ "Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia" berupa pembelaan dan kemenangan serta harta rampasan perang, ﴾ وَحُسۡنَ ثَوَابِ ٱلۡأٓخِرَةِۗ
﴿ "dan pahala yang baik di akhirat", yaitu kemenangan dengan mendapatkan keridhaan Rabb mereka dan kenikmatan yang abadi yang terlepas dari segala rintangan. Tidaklah mereka memperoleh itu semua melainkan karena mereka telah berbuat amalan yang baik untukNya hingga Dia memberikan balasan untuk mereka dengan balasan yang ter-baik. Karena itu Allah berfirman, ﴾ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴿ "Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan" dalam beribadah kepada Sang Pencipta dan bermuamalah dengan makhluk. Dan termasuk berbuat baik itu adalah dia melakukan sesuatu dalam memerangi musuh sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman ter-sebut. Kemudian Allah berfirman,
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (149) بَلِ اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ (150) سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا {الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ (151)}.
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikanmu ke bela-kang
(kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi
(ikutilah Allah), Allah-lah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong. Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka adalah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zhalim."
(Ali Imran: 149-151).
#
{149} وهذا نهي من اللَّهِ للمؤمنين، أن يطيعوا الكافرين من المنافقين والمشركين فإنهم إذا أطاعوهم لم يريدوا لهم إلا الشر، وهم قصدهم ردهم إلى الكفر الذي عاقبته الخيبة والخسران.
(149) Ini adalah larangan dari Allah untuk kaum Mukminin, yaitu mereka tidak boleh menaati kaum kafir dari kalangan kaum munafik dan kaum musyrikin. Karena bila mereka menaati orang-orang tersebut, maka tidaklah kaum itu menghendaki untuk mereka melainkan keburukan, sedangkan tujuan orang-orang itu adalah mengembalikan mereka
(kaum Mukminin) kepada kekufuran yang berakibat kepada kesia-siaan dan kerugian.
#
{150} ثم أخبر أنه مولاهم وناصرهم، ففيه إخبار لهم بذلك وبشارة، بأنه يتولى أمورهم بلطفه ويعصمهم من أنواع الشرور، وفي ضمن ذلك الحث لهم على اتخاذه وحده وليًّا وناصراً من دون كل أحد.
(150) Kemudian Allah memberitahukan bahwasanya Dia adalah Penolong dan Pembela mereka. Di dalam ayat ini terkan-dung kabar buat mereka tentang hal itu dan suatu berita gembira; yaitu bahwa Allah mengatur urusan mereka dengan kelembutan-Nya dan melindungi mereka dari segala bentuk kejahatan. Dan termasuk dalam kategori itu adalah anjuran buat mereka, agar mereka menjadikan Allah semata sebagai Penolong dan Pembela, tanpa selainNya.
#
{151} فمن ولايته ونصره لهم أنه وعدهم أنه سيلقي في قلوب أعدائهم من الكافرين الرعب، وهو الخوف العظيم الذي يمنعهم من كثير من مقاصدهم، وقد فعل تعالى، وذلك أن المشركين بعد ما انصرفوا من وقعة أُحد تشاوروا بينهم، وقالوا: كيف ننصرف بعد أن قتلنا منهم من قتلنا وهزمناهم ولما نستأصلهم؟ فهَمُّوا بذلك، فألقى اللَّهُ الرعبَ في قلوبهم فانصرفوا خائبين.
ولا شكَّ أن هذا من أعظم النصر، لأنه قد تقدم أن نصر الله لعباده المؤمنين لا يخرج عن أحد أمرين: إما أن يقطعَ طرفاً ممن كفروا أو يكبتهم فينقلبوا خائبين. وهذا من الثاني. ثم ذكر السبب الموجب لإلقاء الرعب في قلوب الكافرين فقال: {بما أشركوا بالله ما لم ينزل به سلطاناً}؛ أي: ذلك بسبب ما اتخذوا من دونه من الأنداد والأصنام التي اتخذوها على حسب أهوائهم وإراداتهم الفاسدة من غير حجة ولا برهان، وانقطعوا من ولاية الواحد الرحمن، فمن ثَمَّ كان المشرك مرعوباً من المؤمنين لا يعتمد على ركن وثيق، وليس له ملجأ عند كل شدة وضيق، هذا حاله في الدنيا وأما في الآخرة فأشد وأعظم، ولهذا قال: {ومأواهم النار}؛ أي: مستقرهم الذي يأوون إليه وليس لهم عنها خروج {وبئس مثوى الظالمين}، بسبب ظلمهم وعدوانهم؛ صارت النارُ مثواهم.
(151) Di antara pertolongan dan pembelaanNya bagi me-reka adalah bahwa Dia berjanji untuk meletakkan ketakutan pada hati orang-orang kafir, yaitu kekhawatiran yang kuat yang meng-halangi mereka dari sebagian besar tujuan mereka, dan sungguh Allah تعالى telah melakukannya, yang demikian itu karena kaum musyrikin ketika berpaling dari peperangan Uhud mereka ber-musyawarah, mereka berkata, "Bagaimana bisa kita pulang setelah kita membunuh orang-orang yang telah kita bunuh dari kalangan mereka dan telah kita kalahkan mereka, padahal kita belum mem-berantas mereka?" Lalu mereka hendak melakukan itu, namun Allah menjatuhkan ketakutan pada hati mereka hingga mereka berpaling pulang dengan sia-sia.
Tidak diragukan bahwa hal ini merupakan pertolongan yang paling besar, karena sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa pertolongan Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman itu tidaklah akan keluar dari dua kemungkinan; pertama, membasmi sekelompok dari kaum kafir. Kedua, mendesak mereka hingga mereka kembali pulang dengan sia-sia. Kisah ini termasuk kategori kedua. Kemudian Allah menyebutkan sebab-sebab yang meng-akibatkan Allah menjatuhkan ketakutan itu pada hati orang-orang kafir seraya berfirman, ﴾ بِمَآ أَشۡرَكُواْ بِٱللَّهِ مَا لَمۡ يُنَزِّلۡ بِهِۦ سُلۡطَٰنٗاۖ
﴿ "Disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu." Maksudnya, hal tersebut disebab-kan karena tindakan mereka mengambil sekutu selainNya berupa tandingan-tandingan dan patung-patung yang telah mereka sembah menurut hawa nafsu dan keinginan mereka yang batil, tanpa ada alasan dan keterangan sedikit pun. Maka terputuslah mereka dari pertolongan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Penyayang.
Itulah sebabnya orang musyrik takut dari (bahaya) kaum Mukminin yang mana orang musyrik itu tidak bersandar pada sebuah pegangan yang kokoh, dan tidak pula memiliki sandaran pada setiap kesulitan dan kesempitan. Ini adalah kondisinya di dunia, sedangkan di akhirat kondisinya akan lebih dahsyat dan lebih besar lagi. Karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَمَأۡوَىٰهُمُ ٱلنَّارُۖ
﴿ "Tempat kembali mereka adalah neraka", yaitu tempat menetap mereka yang menjadi tempat kembali mereka, di mana mereka tidak akan keluar darinya, ﴾ وَبِئۡسَ مَثۡوَى ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zhalim," dikarenakan kezhaliman dan permusuhan mereka, sehingga neraka menjadi tempat kembali mereka.
{وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ (152)}.
"Dan sungguh Allah telah memenuhi janjiNya kepadamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izinNya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah
(Rasul) setelah Allah memperlihatkan kepadamu sesuatu yang kamu sukai. Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia, dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian, dan sungguh Allah telah memaafkan kalian. Dan Allah mempunyai karunia
(yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman."
(Ali Imran: 152).
#
{152} أي: {ولقد صدقكم الله وعده} بالنصر فنصركم عليهم حتى ولوكم أكتافهم، وطفقتم فيهم قتلاً حتى صرتم سبباً لأنفسكم وعوناً لأعدائكم عليكم، فلما حصل منكم الفشل وهو الضعف والخور {وتنازعتم في الأمر} الذي فيه ترك أمر الله بالائتلاف وعدم الاختلاف، فاختلفتم؛ فمن قائل نقيم في مركزنا الذي جعلنا فيه النبي - صلى الله عليه وسلم -، ومن قائل ما مقامنا فيه وقد انهزم العدو ولم يبق محذور، فعصيتم الرسول وتركتم أمره، من بعد ما أراكم الله ما تحبون، وهو انخذال أعدائكم، لأن الواجب على من أنعم الله عليه بما أحب أعظم من غيره، فالواجب في هذه الحال خصوصاً وفي غيرها عموماً امتثال أمر الله ورسوله، {منكم من يريد الدنيا}؛ وهم الذين أوجب لهم ذلك ما أوجب، {ومنكم من يريد الآخرة}؛ وهم الذين لزموا أمر رسول الله.
وثبتوا حيث أُمروا، {ثم صرفكم عنهم}؛ أي: بعد ما وجدت هذه الأمور منكم، صرف الله وجوهكم عنهم، فصار الوجه لعدوكم ابتلاء من الله لكم وامتحاناً، ليتبين المؤمن من الكافر والطائع من العاصي، وليكفِّرَ الله عنكم بهذه المصيبة ما صدر منكم فلهذا قال: {ولقد عفا عنكم والله ذو فضل على المؤمنين}؛ أي: ذو فضل عظيم عليهم، حيث مَنَّ عليهم بالإسلام، وهداهم لشرائعه، وعفا عنهم سيئاتهم، وأثابهم على مصيباتهم، ومن فضله على المؤمنين أنه لا يُقَدِّرُ عليهم خيراً ولا مصيبةً إلا كان خيراً لهم، إن أصابتهم سرَّاء فشكروا، جازاهم جزاءَ الشاكرين، وإن أصابتهم ضرَّاء فصبروا، جازاهم جزاء الصابرين.
(152) Maksudnya, ﴾ وَلَقَدۡ صَدَقَكُمُ ٱللَّهُ وَعۡدَهُۥٓ
﴿ "Dan sungguh Allah telah memenuhi janjiNya kepadamu" dengan pertolongan lalu Allah menolong kalian atas ancaman mereka hingga membuat kalian dapat menguasai mereka dan mampu membunuh mereka, tapi akhirnya kalian menjadi penyebab kehancuran bagi diri kalian sendiri dan penolong bagi musuh kalian atas keburukan diri kalian, dan ketika kalian menderita kegagalan, yaitu kelemahan dan lesu, ﴾ وَتَنَٰزَعۡتُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِ
﴿ "dan berselisih dalam urusan itu", yang di dalam perkara tersebut terdapat suatu tindakan meninggalkan perintah Allah untuk bersatu dan tidak berselisih; namun kalian berselisih. Ada yang berkata agar kita tetap pada posisi kita yang telah dite-tapkan oleh Nabi ﷺ untuk kita, ada juga yang berkata kita tidak perlu tetap di sana, karena musuh telah kalah dan tidak ada lagi yang dikhawatirkan, maka kalian bermaksiat kepada Rasul dengan meninggalkan perintahnya setelah Allah memperlihatkan kepada kalian sesuatu yang kalian sukai, yaitu terhinanya musuh kalian. Karena kewajiban atas orang yang telah diberikan nikmat oleh Allah dengan sesuatu yang dicintainya adalah lebih besar daripada selainnya. Maka yang wajib dalam kondisi seperti ini secara khusus, dan pada kondisi lainnya secara umum adalah melaksanakan pe-rintah Allah dan RasulNya.
﴾ مِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلدُّنۡيَا
﴿ "Di antara kalian ada orang yang menghen-daki dunia," mereka itu adalah orang-orang yang dipalingkan (oleh harta rampasan) dari posisi yang diwajibkan atas mereka,﴾ وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلۡأٓخِرَةَۚ
﴿ "dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat," mereka itu adalah orang-orang yang tetap melaksanakan perintah Rasulullah ﷺ dan tegar menurut apa yang diperintahkan kepada mereka. ﴾ ثُمَّ صَرَفَكُمۡ عَنۡهُمۡ
﴿ "Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka", maksudnya setelah terjadinya perkara tersebut dari kalian, maka Allah memalingkan wajah kalian dari mereka, hingga keung-gulan menjadi milik musuh kalian sebagai ujian dan cobaan dari Allah bagi kalian, agar jelas orang Mukmin dari orang kafir, orang yang taat dari orang yang durhaka, dan agar Allah menggugurkan dari kalian (dengan musibah ini) dosa yang telah kalian perbuat.
Karena itu Allah berfirman, ﴾ وَلَقَدۡ عَفَا عَنكُمۡ وَٱللَّهُ ذُو فَضۡلٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ﴿ "dan sungguh Allah telah memaafkan kalian. Dan Allah mempunyai ka-runia
(yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman." Maksudnya Dia memiliki karunia yang besar terhadap mereka, di mana Allah telah memberikan karuniaNya atas mereka dengan Islam, menun-jukkan mereka kepada syariatNya, mengampuni keburukan-kebu-rukan mereka, dan memberikan ganjaran atas musibah-musibah mereka.
Dan di antara karuniaNya atas kaum Mukminin adalah bahwa tidaklah Allah menetapkan untuk mereka suatu kebaikan maupun musibah melainkan pasti hal itu adalah kebaikan bagi mereka. Apabila mereka tertimpa hal-hal yang menyenangkan lalu mereka mensyukurinya, niscaya Allah membalasnya dengan balasan orang-orang yang bersyukur, dan apabila mereka tertimpa hal-hal yang menyakitkan lalu mereka bersabar, niscaya Allah membalas mereka dengan balasan orang-orang yang bersabar.
{إِذْ تُصْعِدُونَ وَلَا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ فَأَثَابَكُمْ غَمًّا بِغَمٍّ لِكَيْلَا تَحْزَنُوا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا مَا أَصَابَكُمْ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (153) ثُمَّ أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُعَاسًا يَغْشَى طَائِفَةً مِنْكُمْ وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (154)}.
"
(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada se-orang pun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggilmu, karena itu Allah menimpakan atasmu kesedihan di atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput darimu dan terhadap apa yang menimpa-mu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Kemudian setelah kamu berduka cita, Allah menurunkan kepadamu ke-amanan
(berupa) kantuk yang meliputi segolongan darimu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah sebagaimana sang-kaan jahiliyah. Mereka berkata, 'Apakah ada bagi kita barang sesuatu
(hak campur tangan) dalam urusan ini?' Katakanlah, 'Sesungguhnya urusan itu seluruhnya adalah hak Allah.' Mereka menyembunyikan dalam hati mereka sesuatu yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata, 'Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu
(hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh
(dikalahkan) di sini.' Katakanlah, 'Seki-ranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar
(juga) ke tempat me-reka terbunuh.' Dan Allah
(berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Dan Allah Maha Mengetahui isi hati."
(Ali Imran: 153-154).
#
{153} يذكرهم تعالى حالهم في وقت انهزامهم عن القتال، ويعاتبهم على ذلك فقال: {إذ تُصعدون}؛ أي: تَجِدُّون في الهرب {ولا تلوون على أحد}؛ أي: لا يلوي أحد منكم على أحد ولا ينظر إليه، بل ليس لكم هَمٌّ إلا الفرار والنجاء عن القتال، والحال أنه ليس عليكم خطر كبير، إذ لستم آخر الناس مما يلي الأعداء ويباشر الهيجاء، بل {الرسول يدعوكم في أخراكم}؛ أي: مما يلي القوم يقول: «إليَّ عباد الله» ، فلم تلتفتوا إليه ولا عرجتم عليه، فالفرار نفسه موجب للوم، ودعوة الرسول الموجبة لتقديمه على النفس أعظم لوماً بتخلفكم عنها {فأثابكم}؛ أي: جازاكم على فعلكم {غمًّا بغم}؛ أي: غمًّا يتبعه غمٌّ، غمٌّ بفوات النصر وفوات الغنيمة، وغمٌّ بانهزامكم، وغمٌّ أنساكم كل غمٍّ وهو سماعكم أن محمداً - صلى الله عليه وسلم - قد قتل.
ولكن الله بلطفه وحسن نظره لعباده جعل اجتماع هذه الأمور لعباده المؤمنين خيراً لهم فقال: {لكيلا تحزنوا على ما فاتكم}؛ من النصر والظفر، {ولا ما أصابكم}؛ من الهزيمة والقتل والجراح إذا تحققتم أن الرسول - صلى الله عليه وسلم - لم يقتل، هانت عليكم تلك المصيبات، واغتبطتم بوجوده المسلي عن كل مصيبة ومحنة، فلله ما في ضمن البلايا والمحن من الأسرار والحكم، وكل هذا صادر عن علمه وكمال خبرته بأعمالكم وظواهركم وبواطنكم، ولهذا قال: {والله خبير بما تعملون}، ويحتمل أن معنى قوله: {لكيلا تحزنوا على ما فاتكم ولا ما أصابكم}؛ يعني: أنه قدَّر ذلك الغم والمصيبة عليكم، لكي تتوطن نفوسكم وتمَرَّنُوا على الصبر على المصيبات، ويخف عليكم تحمل المشقات.
(153) Allah تعالى mengingatkan mereka tentang kondisi me-reka saat kalah perang, dan Allah mencela mereka atas hal tersebut seraya berfirman, ﴾ إِذۡ تُصۡعِدُونَ
﴿ "(Ingatlah) ketika kamu lari", yaitu kabur dari perang, ﴾ وَلَا تَلۡوُۥنَ عَلَىٰٓ أَحَدٖ
﴿ "dan tidak menoleh kepada seorang pun", maksudnya, tak seorang pun dari kalian menoleh kepada orang lain dan tidak melihatnya, bahkan kalian tidak me-miliki keinginan kecuali lari dan selamat dari peperangan, padahal tidak ada bahaya besar atas kalian, karena kalian itu bukanlah manusia yang terakhir yang menghadapi musuh dan merasakan kedahsyatan perang, akan tetapi, ﴾ ا ل ر ّ َ س ُ و ل ُ يَدۡعُوكُمۡ فِيٓ أُخۡرَىٰكُمۡ
﴿ "Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggilmu," mak-sudnya beliaulah yang berada di belakang kalian seraya berkata, "Datanglah kepadaku wahai hamba-hamba Allah,"[10] namun kalian tidak menoleh kepadanya dan tidak pula kalian berpaling kepada-nya. Padahal melarikan diri dari perang itu adalah tindakan yang patut dicela, dan mengabaikan seruan Rasul yang wajib untuk didahulukan atas (keselamatan) jiwa sendiri adalah lebih besar celaannya.
﴾ فَأَثَٰبَكُمۡ
﴿ "Karena itu Allah menimpakan atas kamu," maksud-nya, Allah membalas perbuatan kalian itu dengan ﴾ غَمَّۢا بِغَمّٖ
﴿ "kese-dihan di atas kesedihan," maksudnya, kesedihan yang diikuti dengan kesedihan lain, kesedihan dengan lenyapnya kemenangan dan hilangnya ghanimah, dan kesedihan dengan kekalahan kalian, serta kesedihan yang membuat kalian patah semangat saat kalian men-dengar bahwa Muhammad ﷺ telah terbunuh.
Akan tetapi Allah dengan kasih sayangNya dan bagusnya pandanganNya bagi hamba-hambaNya, menjadikan terkumpul-nya segala perkara-perkara tersebut bagi hamba-hambaNya yang beriman sebagai suatu kebaikan bagi mereka.
Allah berfirman, ﴾ لِّكَيۡلَا تَحۡزَنُواْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ
﴿ "Supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput darimu," berupa keme-nangan dan keberhasilan, ﴾ وَلَا مَآ أَصَٰبَكُمۡۗ
﴿ "dan terhadap apa yang menimpamu", berupa kekalahan, kematian, dan menderita luka; ketika terbukti bagi kalian bahwa Rasul ﷺ itu tidak terbunuh, maka terasa kecillah bagi kalian musibah-musibah tersebut.
Kalian berbahagia dengan keberadaannya yang menjadi penghibur dari segala cobaan dan ujian, dan hanya Allah saja yang mengetahui rahasia dan hikmah yang terkandung di balik segala ujian dan cobaanNya.
Semua itu bersumber dari ilmu dan kesempurnaan pengeta-huanNya terhadap perbuatan-perbuatan, penampilan-penampilan zahir maupun batin kalian. Karena itulah Allah berfirman, ﴾ وَٱللَّهُ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Dan mengandung kemungkinan bahwa makna FirmanNya, ﴾ لِّكَيۡلَا تَحۡزَنُواْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا مَآ أَصَٰبَكُمۡۗ ﴿ "Supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput darimu dan terhadap apa yang menimpamu," bahwasanya Allah telah menetapkan kesedihan dan musibah tersebut atas kalian agar jiwa kalian tegar dan terlatih di atas kesabaran terhadap segala musibah dan menjadi ringanlah bagi kalian untuk menghadapi segala bentuk kesulitan.
#
{154} {ثم أنزل عليكم من بعد الغم}، الذي أصابكم، {أمنة نُعاساً يغشى طائفة منكم}، ولا شك أن هذا رحمة بهم وإحسان وتثبيت لقلوبهم وزيادة طمأنينة، لأن الخائف لا يأتيه النعاس، لما في قلبه من الخوف، فإذا زال الخوف عن القلب أمكن أن يأتيه النعاس، وهذه الطائفة التي أنعم الله عليها بالنعاس، هم المؤمنون الذين ليس لهم إلا إقامة دين الله ورضا الله ورسوله ومصلحة إخوانهم المسلمين، وأما الطائفة الأخرى الذين {قد أهمتهم أنفسهم}، فليس لهم هَمٌّ في غيرها لنفاقهم أو ضعف إيمانهم، فلهذا لم يصبهم من النعاس ما أصاب غيرهم، {يقولون هل لنا من الأمر من شيء}، وهذا استفهام إنكاري، أي: ما لنا من الأمر، أي: النصر والظهور شيء، فأساؤوا الظنَّ بربهم وبدينه وبنبيه، وظنوا أن الله لا يتم أمر رسوله، وأن هذه الهزيمة هي الفيصلة والقاضية على دين الله.
قال الله في جوابهم: {قل إن الأمر كله لله}، الأمر يشمل الأمر القدري والأمر الشرعي، فجميع الأشياء بقضاء الله وقدره، وعاقبتها النصر والظفر لأوليائه وأهل طاعته وإن جرى عليهم ما جرى، {يخفون} يعني المنافقين {في أنفسهم ما لا يبدون لك}، ثم بيَّن الأمر الذي يخفونه فقال: {يقولون لو كان لنا من الأمر شيء}؛ أي: لو كان لنا في هذه الواقعة رأي ومشورة {ما قتلنا ههنا}، وهذا إنكار منهم، وتكذيب بقدر الله، وتسفيه منهم لرأي رسول الله ورأي أصحابه، وتزكية منهم لأنفسهم، فرد الله عليهم بقوله: {قل لو كنتم في بيوتكم} التي هي أبعد شيء عن مظان القتل {لبرز الذين كتب عليهم القتل إلى مضاجعهم}، فالأسباب وإن عظمت إنما تنفع إذا لم يعارضها القدر والقضاء، فإذا عارضها القدر لم تنفع شيئاً، بل لا بد أن يمضي الله ما كتب في اللوح المحفوظ من الموت والحياة {وليبتلي الله ما في صدوركم}؛ أي: يختبر ما فيها من نفاق وإيمان وضعف إيمان، {وليمحص ما في قلوبكم} من وساوس الشيطان وما تأثر عنها من الصفات غير الحميدة {والله عليم بذات الصدور}؛ أي: بما فيها وما أكنته، فاقتضى علمه وحكمته أن قدر من الأسباب ما به تظهر مخبآت الصدور وسرائر الأمور. ثم قال تعالى:
(154) ﴾ ثُمَّ أَنزَلَ عَلَيۡكُم مِّنۢ بَعۡدِ ٱلۡغَمِّ
﴿ "Kemudian setelah kamu berduka cita, Allah menurunkan kepadamu," yaitu duka cita yang telah me-nimpa kalian, ﴾ أَمَنَةٗ نُّعَاسٗا يَغۡشَىٰ طَآئِفَةٗ مِّنكُمۡۖ
﴿ "keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan darimu." Tidak diragukan bahwa ini meru-pakan suatu rahmat atas mereka, kebaikan dan penetapan bagi hati mereka, serta tambahan ketenangan. Karena seorang yang takut, tidak akan dihinggapi oleh kantuk disebabkan kekhawatiran yang ada di dalam hatinya. Apabila ketakutan itu telah hilang dari hati, maka kantuk itu baru bisa datang kepadanya.
Kelompok ini yang dikaruniakan kantuk oleh Allah adalah mereka yang beriman yang tidak memiliki tujuan kecuali menegak-kan agama Allah, mengharap keridhaan Allah dan RasulNya serta kemaslahatan saudara-saudaranya yang Muslim. Adapun kelom-pok lain yang ﴾ قَدۡ أَهَمَّتۡهُمۡ أَنفُسُهُمۡ
﴿ "telah dicemaskan oleh diri mereka sen-diri," maka mereka tidak cemas pada selain (keselamatan) dirinya disebabkan kemunafikan mereka atau kelemahan iman mereka. Oleh karena itulah, mereka tidak terserang kantuk sebagaimana yang menyerang selain mereka. ﴾ يَقُولُونَ هَل لَّنَا مِنَ ٱلۡأَمۡرِ مِن شَيۡءٖۗ
﴿ "Mereka berkata, 'Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?'" Ini merupakan pertanyaan penolakan, maksudnya kita tidak punya urusan dalam perkara itu, yaitu perkara keme-nangan dan keberhasilan barang sedikit pun, lalu mereka berpra-sangka buruk terhadap Rabb mereka, agamaNya, dan NabiNya. Mereka mengira bahwa Allah tidak menyempurnakan urusan RasulNya, dan bahwa kekalahan itu adalah momentum dan penen-tuan hancurnya agama Allah.
Allah berfirman dalam menjawab mereka, ﴾ قُلۡ إِنَّ ٱلۡأَمۡرَ كُلَّهُۥ لِلَّهِۗ
﴿ "Katakanlah, 'Sesungguhnya urusan itu seluruhnya adalah hak Allah'." Urusan itu meliputi perkara takdir maupun perkara syariat, maka seluruh perkara adalah karena Qadha` dan Qadar Allah. Hasilnya adalah kemenangan dan keberhasilan bagi wali-wali Allah dan orang-orang yang taat kepadaNya, meskipun terjadi sesuatu yang telah terjadi pada mereka.
﴾ يُخۡفُونَ
﴿ "Mereka menyembunyikan", maksudnya orang-orang munafik ﴾ فِيٓ أَنفُسِهِم مَّا لَا يُبۡدُونَ لَكَۖ
﴿ "dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu." Kemudian Allah menjelaskan perkara yang disembunyikan oleh mereka seraya berfirman,﴾ يَقُولُونَ لَوۡ كَانَ لَنَا مِنَ ٱلۡأَمۡرِ شَيۡءٞ
﴿ "Mereka berkata, 'Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini'," maksudnya, sekiranya kita memi-liki hak sedikit campur tangan dalam kejadian itu berupa pendapat maupun ikut bermusyawarah, ﴾ مَّا قُتِلۡنَا هَٰهُنَاۗ
﴿ "niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini." Ini adalah pengingkaran mereka dan sebuah pendustaan terhadap ketentuan Allah, serta menganggap bodoh pandangan Rasulullah ﷺ dan para sahabat رضي الله عنهم, juga suatu penyucian diri bagi mereka sendiri.
Maka Allah membantah mereka dengan FirmanNya, ﴾ قُل لَّوۡ كُنتُمۡ فِي بُيُوتِكُمۡ
﴿ "Katakanlah, 'Sekiranya kamu berada di rumahmu'," yang me-rupakan tempat yang paling jauh dari tempat yang diperkirakan sebagai tempat kematian, ﴾ لَبَرَزَ ٱلَّذِينَ كُتِبَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡقَتۡلُ إِلَىٰ مَضَاجِعِهِمۡۖ
﴿ "niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh."
Sebab-sebab kematian itu walaupun besar hanya akan ber-guna bila tidak bertentangan dengan Qadha` dan Qadar Allah, maka apabila bertentangan dengan Qadha` dan Qadar, tidaklah akan memiliki akibat apa-apa. Akan tetapi pastilah Allah akan menjalankan apa yang telah ditulis olehNya di Lauhul Mahfuzh berupa kematian dan kehidupan. ﴾ وَلِيَبۡتَلِيَ ٱللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمۡ
﴿ "Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu," mak-sudnya, Allah menguji apa yang ada padanya berupa kemunafikan, keimanan, dan kelemahan iman.
﴾ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمۡۚ
﴿ "Dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu" berupa godaan-godaan setan dan pengaruh yang timbul karenanya dari sifat-sifat yang tidak terpuji. ﴾ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui isi hati," yaitu, segala yang ada padanya dan apa yang disembunyikannya. Maka ilmu dan hikmahNya menun-tut bahwa Dia menetapkan sebab-sebab yang dapat menyingkap segala yang tersembunyi pada hati dan rahasia-rahasia segala perkara.
{إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا وَلَقَدْ عَفَا اللَّهُ عَنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ (155)}.
Kemudian Allah تعالى berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemunya dua pasukan itu, mereka hanyalah digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat
(di masa lampau), dan sungguh Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun."
(Ali Imran: 155).
#
{155} يخبر تعالى عن حال الذين انهزموا يوم أُحد، وما الذي أوجب لهم الفرار وأنه من تسويل الشيطان، وأنه تسلط عليهم ببعض ذنوبهم، فهم الذين أدخلوه على أنفسهم ومكنوه بما فعلوا من المعاصي لأنها مركبة ومدخلة، فلو اعتصموا بطاعة ربهم لما كان له عليهم من سلطان، قال تعالى: {إن عبادي ليس لك عليهم سلطان}، ثم أخبر أنه عفا عنهم بعد ما فعلوا ما يوجب المؤاخذة، وإلا فلو آخذهم لاستأصلهم {إن الله غفور} للمذنبين الخطائين بما يوفقهم له من التوبة والاستغفار والمصائب المكفرة {حليم} لا يعاجل من عصاه بل يستأني به ويدعوه إلى الإنابة إليه والإقبال عليه، ثم إن تاب، وأناب قبل منه، وصيره كأنه لم يجر منه ذنب، ولم يصدر عنه عيب. فلله الحمد على إحسانه.
(155) Allah تعالى memberitahukan tentang keadaan orang-orang yang kalah pada peperangan Uhud, dan sebab yang men-jadikan mereka melarikan diri dari peperangan dan bahwa hal itu adalah bujukan setan, dan bahwa setan telah menguasai mereka karena beberapa dosa mereka. Merekalah yang telah memasukkan setan pada diri mereka sendiri dan menempatkannya padanya dengan cara melakukan beberapa kemaksiatan, karena kemaksiatan itu adalah kendaraan dan pintu
(masuknya setan). Sekiranya me-reka itu berpegang teguh dengan melakukan ketaatan kepada Rabb mereka, niscaya setan itu tidaklah memiliki kekuasaan atas mereka. Allah تعالى berfirman,
﴾ إِنَّ عِبَادِي لَيۡسَ لَكَ عَلَيۡهِمۡ سُلۡطَٰنٞۚ
﴿
"Sesungguhnya hamba-hambaKu, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka." (Al-Isra`: 65).
Kemudian Allah memberitahukan bahwasanya Dia telah memaafkan mereka setelah mereka melakukan hal-hal yang meng-haruskan hukuman, dan bila tidak demikian, sekiranya Allah menghukum mereka, niscaya Allah akan membinasakan mereka. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ
﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Pengampun" bagi orang-orang yang berdosa dan orang-orang yang berbuat kesalahan (dilebur) dengan sesuatu yang dapat memberi mereka taufik kepadaNya berupa taubat, istighfar, dan musibah-musibah yang menggugur-kan, ﴾ حَلِيمٞ ﴿ "lagi Maha Penyantun." Allah tidak menyegerakan hukuman orang yang bermaksiat kepadaNya, akan tetapi menang-guhkannya dan mengajaknya kembali kepadaNya, dan berserah diri kepadaNya, kemudian bila dia bertaubat dan kembali, niscaya akan diterima lalu membuatnya seperti tidak terjadi dosa darinya dan tidak muncul darinya kekurangan. Akhirnya segala puji hanya milik Allah atas kebaikanNya.
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ كَفَرُوا وَقَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ إِذَا ضَرَبُوا فِي الْأَرْضِ أَوْ كَانُوا غُزًّى لَوْ كَانُوا عِنْدَنَا مَا مَاتُوا وَمَا قُتِلُوا لِيَجْعَلَ اللَّهُ ذَلِكَ حَسْرَةً فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (156) وَلَئِنْ قُتِلْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ مُتُّمْ لَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَحْمَةٌ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (157) وَلَئِنْ مُتُّمْ أَوْ قُتِلْتُمْ لَإِلَى اللَّهِ تُحْشَرُونَ (158)}.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir
(orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang, 'Kalau mereka tetap bersama-sama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh.' Akibat
(dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan. Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmatNya lebih baik
(bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan. Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentu-lah
(hanya) kepada Allah saja kamu dikumpulkan."
(Ali Imran: 156-158).
#
{156} ينهى تعالى عباده المؤمنين أن يشابهوا الكافرين، الذين لا يؤمنون بربهم ولا بقضائه وقدره من المنافقين وغيرهم، ينهاهم عن مشابهتهم في كل شيء وفي هذا الأمر الخاص وهم أنهم يقولون لإخوانهم في الدين أو في النسب {إذا ضربوا في الأرض}؛ أي: سافروا للتجارة {أو كانوا غزًّى}؛ أي: غزاة ثم جرى عليهم قتل أو موت يعارضون القدر ويقولون: {لو كانوا عندنا ما ماتوا وما قُتلوا} وهذا كذب منهم، فقد قال تعالى: {قل لو كنتم في بيوتكم لبرز الذين كتب عليهم القتل إلى مضاجعهم}، ولكن هذا التكذيب لم يفدهم، إلا أن الله يجعل هذا القول وهذه العقيدة حسرة في قلوبهم، فتزداد مصيبتهم، وأما المؤمنون فإنهم يعلمون أن ذلك بقدر الله فيؤمنون ويسلمون فيهدي الله قلوبهم ويثبتها ويخفف بذلك عنهم المصيبة، قال الله ردًّا عليهم: {والله يحيي ويُميت}؛ أي: هو المتفرد بذلك فلا يغني حذر عن قدر، {والله بما تعملون بصير}؛ فيجازيكم بأعمالكم وتكذيبكم.
(156) Allah تعالى melarang hamba-hambaNya yang beriman untuk menyerupai orang-orang kafir yang tidak beriman kepada Rabb mereka, tidak pula kepada Qadha` dan QadarNya, dari ka-langan munafik dan selainnya. Allah melarang mereka dari me-nyerupai orang-orang tersebut dalam segala hal, dan khususnya pada perkara ini, di mana mereka berkata kepada saudara-saudara mereka seagama atau sedarah, ﴾ إِذَا ضَرَبُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ
﴿ "apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi," maksudnya, bepergian untuk berdagang, ﴾ أَوۡ كَانُواْ غُزّٗى
﴿ "atau mereka berperang," maksudnya, mela-kukan perjalanan perang, kemudian di antara mereka ada yang terbunuh atau mati, maka mereka menentang Qadar dan berkata, ﴾ لَّوۡ كَانُواْ عِندَنَا مَا مَاتُواْ وَمَا قُتِلُواْ
﴿ "Kalau mereka tetap bersama-sama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh." Ini merupakan dusta dari me-reka, karena Allah تعالى telah berfirman,
﴾ قُل لَّوۡ كُنتُمۡ فِي بُيُوتِكُمۡ لَبَرَزَ ٱلَّذِينَ كُتِبَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡقَتۡلُ إِلَىٰ مَضَاجِعِهِمۡۖ
﴿
"Katakanlah, 'Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh'." (Ali Imran: 154)
Akan tetapi pendustaan ini tidaklah berguna bagi mereka, hanya saja Allah menjadikan perkataan dan keyakinan tersebut sebagai suatu ungkapan penyesalan dalam hati mereka, yang akhirnya justru menambah musibah mereka. Sedangkan kaum Mukminin, mereka mengetahui bahwa itu semua adalah ketentuan Allah, sehingga mereka meyakininya dan menerimanya lalu Allah memberikan petunjuk bagi hati mereka, meneguhkannya, dan meringankan bagi mereka musibah tersebut.
Allah berfirman menjawab mereka, ﴾ وَٱللَّهُ يُحۡيِۦ وَيُمِيتُۗ
﴿ "Allah meng-hidupkan dan mematikan," maksudnya, Dia-lah yang Esa dalam hal tersebut sehingga suatu tindakan kewaspadaan tidak akan berguna di hadapan takdir. ﴾ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٞ ﴿ "Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan," maka Allah akan membalas kalian atas perbuatan dan pendustaan kalian.
#
{157} ثم أخبر تعالى أن القتل في سبيله أو الموت فيه، ليس فيه نقص ولا محذور، وإنما هو مما ينبغي أن يتنافس فيه المتنافسون، لأنه سبب مفضٍ وموصل إلى مغفرة الله ورحمته، وذلك خير مما يجمع أهل الدنيا من دنياهم.
(157) Kemudian Allah تعالى mengabarkan bahwa terbunuh di jalanNya atau mati padaNya, bukanlah suatu kekurangan mau-pun sesuatu yang harus dikhawatirkan, namun hal itu adalah suatu perkara yang seharusnya menjadi sesuatu yang diperlombakan oleh orang-orang yang berlomba, karena merupakan sebab yang menghasilkan dan menyampaikan kepada ampunan Allah dan rahmatNya. Dan hal itu adalah lebih baik daripada sesuatu yang dikumpulkan oleh penghuni dunia berupa harta dunia.
#
{158} وأن الخلق أيضاً إذا ماتوا، أو قتلوا بأي حالة كانت، فإنما مرجعهم إلى الله ومآلهم إليه، فيجازي كلاًّ بعمله، فأين الفرار إلا إلى الله، وما للخلق عاصم إلا الاعتصام بحبل الله.
(158) Dan bahwa makhluk itu, bila meninggal atau ter-bunuh dengan kondisi apa pun itu, maka sesungguhnya tempat kembali mereka hanyalah kepada Allah dan tempat bersandar mereka hanyalah kepadaNya. Lalu Allah akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, maka ke mana pun pelarian itu, kecuali pasti kepada Allah saja. Dan tidaklah ada tempat berpegang bagi makhluk kecuali dengan berpegang teguh dengan tali agama Allah.
{فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (159)}.
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeli-lingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawa-kallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya."
(Ali Imran: 159).
#
{159} أي: برحمة الله لك ولأصحابك، منَّ الله عليك أن ألنت لهم جانبك وخفضت لهم جناحك، وترققت عليهم، وحسنت لهم خلقك، فاجتمعوا عليك، وأحبوك وامتثلوا أمرك، {ولو كنت فظاً}؛ أي: سيئ الخلق {غليظ القلب}؛ أي: قاسيه، {لانفضوا من حولك} لأن هذا ينفرهم ويبغضهم لمن قام به هذا الخلق السيئ، فالأخلاق الحسنة من الرئيس في الدين تجذب الناس إلى دين الله وترغبهم فيه، مع ما لصاحبه من المدح والثواب الخاص، والأخلاق السيئة من الرئيس في الدين تنفر الناس عن الدين وتبغضهم إليه، مع ما لصاحبها من الذم والعقاب الخاص. فهذا الرسول المعصوم يقول الله له ما يقول، فكيف بغيره؟ أليس من أوجب الواجبات وأهم المهمات الاقتداء بأخلاقه الكريمة، ومعاملة الناس بما يعاملهم به - صلى الله عليه وسلم -، من اللين وحسن الخلق والتأليف؟ امتثالاً لأمر الله وجذباً لعباد الله لدين الله؟
ثم أمر الله تعالى بأن يعفو عنهم ما صدر منهم من التقصير في حقه - صلى الله عليه وسلم - ويستغفر لهم في التقصير في حق الله فيجمع بين العفو والإحسان، {وشاورهم في الأمر}؛ أي: الأمور التي تحتاج إلى استشارة ونظر وفكر، فإن في الاستشارة من الفوائد والمصالح الدينية والدنيوية ما لا يمكن حصره:
منها: أن المشاورة من العبادات المتقرب بها إلى الله.
ومنها: أن فيها تسميحاً لخواطرهم وإزالة لما يصير في القلوب عند الحوادث، فإنَّ مَنْ له الأمرُ على الناس إذا جمع أهل الرأي والفضل، وشاورهم في حادثة من الحوادث، اطمأنت نفوسهم وأحبوه وعلموا أنه ليس يستبد عليهم، وإنما ينظر إلى المصلحة الكلية العامة للجميع، فبذلوا جهدهم ومقدورهم في طاعته لعلمهم بسعيه في مصالح العموم، بخلاف من ليس كذلك فإنهم لا يكادون يحبونه محبة صادقة ولا يطيعونه، وإن أطاعوه فطاعة غير تامة.
ومنها: أن في الاستشارة تنور الأفكار بسبب إعمالها فيما وضعت له، فصار في ذلك زيادة للعقول.
ومنها: ما تنتجه الاستشارة من الرأي المصيب، فإن المشاور لا يكاد يخطئ في فعله، وإن أخطأ أو لم يتم له مطلوب فليس بملوم.
فإذا كان الله يقول لرسوله - صلى الله عليه وسلم - ـ وهو أكمل الناس عقلاً وأغزرهم علماً وأفضلهم رأياً ـ: {وشاورهم في الأمر}، فكيف بغيره؟ ثم قال تعالى: {فإذا عزمت}؛ أي: على أمر من الأمور بعد الاستشارة فيه إن كان يحتاج إلى استشارة {فتوكل على الله}؛ أي: اعتمد على حول الله وقوته متبرئاً من حولك وقوتك، {إن الله يحب المتوكلين} عليه اللاجئين إليه.
(159) Maksudnya, disebabkan rahmat Allah kepadamu dan kepada para sahabatmu, maka Allah telah memberikan karuniaNya atasmu agar engkau berlaku lemah lembut dan bersikap sopan santun kepada mereka, mengasihi mereka, berakhlak baik pada mereka, hingga mereka berkumpul di sekelilingmu, mencintaimu, dan menaati perintahmu.
﴾ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا
﴿ "Sekiranya kamu bersikap keras," maksudnya, ber-akhlak buruk, ﴾ غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ
﴿ "lagi berhati keras," maksudnya, berhati kasar, ﴾ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ
﴿ "tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling-mu," karena sikap seperti ini membuat mereka lari dan benci kepada orang yang memiliki akhlak yang jelek. Akhlak yang baik meru-pakan ajaran pokok dalam agama yang akan menarik manusia kepada agama Allah dan membuat mereka senang kepadanya, di samping apa yang didapatkan oleh pelakunya berupa pujian dan pahala yang khusus. Dan sebaliknya, akhlak yang buruk merupa-kan masalah paling pokok dalam agama yang akan menjauhkan manusia dari agama dan membuat mereka benci kepadanya di samping apa yang diperoleh oleh pelakunya berupa celaan dan hukuman yang setimpal.
Rasul yang ma'shum ini telah Allah Firmankan kepadanya seperti itu, lalu bagaimanakah dengan selainnya? Bukankah men-jadi sesuatu yang paling wajib dan paling penting adalah mencon-toh akhlak-akhlak beliau yang mulia, dan bermuamalah dengan manusia sebagaimana Rasulullah ﷺ bermuamalah dengan mereka, dengan cara lemah lembut, akhlak yang baik dan penyatuan hati, sebagai suatu sikap taat kepada perintah Allah dan daya tarik bagi hamba-hamba Allah kepada agama Allah?
Kemudian Allah memerintahkan NabiNya ﷺ untuk memaaf-kan mereka dari kelalaian yang terjadi pada mereka terhadap hak-hak beliau dan agar beliau memohonkan ampunan untuk mereka atas kelalaian mereka terhadap hak-hak Allah, hingga Nabi ﷺ me-nyatukan antara pemberian maaf dan berbuat baik.
﴾ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ
﴿ "Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu," yaitu perkara-perkara yang membutuhkan musyawa-rah, tukar pikiran dan pendapat. Karena di dalam musyawarah itu terdapat faidah yang banyak dalam maslahat agama maupun dunia yang tidak mungkin dibatasi, di antaranya:
$ Bahwasanya musyawarah itu termasuk ibadah-ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
$ Bahwasanya di dalam bermusyawarah itu terdapat pemberian toleransi untuk mencurahkan ide-ide mereka dan menghilang-kan ketidakenakan yang ada dalam hati ketika terjadi berbagai peristiwa. Orang yang memiliki kekuasaan atas orang lain apabila mengumpulkan para cendikiawan dan tokoh masya-rakat, lalu mengajak mereka bermusyawarah tentang suatu peristiwa, niscaya hati mereka akan tenang dan mereka akan mencintainya dan kemudian mereka mengetahui bahwa dia tidak berbuat sewenang-wenang kepada mereka, akan tetapi dia memandang kepada kemaslahatan umum bagi seluruh masyarakat. Dengan demikian, mereka semua mengerahkan segala usaha dan kemampuan mereka dalam rangka ketaatan kepadanya, karena mereka mengetahui bahwa usahanya itu demi kemaslahatan umum. Berbeda dengan orang yang tidak mengadakan musyawarah, mereka hampir tidak menyukai-nya dengan kecintaan yang jujur dan tidak pula mereka akan menaatinya, dan kalaupun mereka menaatinya, maka mereka akan melakukan dengan ketaatan yang tidak sempurna.
$ Dalam bermusyawarah terdapat pencerahan pikiran, disebab-kan pengaktifan akal pada obyek peruntukannya hingga men-jadi suatu nilai tambah bagi akal.
$ Apa yang dihasilkan oleh musyawarah adalah dari pikiran yang matang, karena seorang yang bermusyawarah hampir-hampir tidak berbuat salah dalam pelaksanaannya, dan apabila terjadi kesalahan atau tidak sempurna sebagaimana yang di-inginkan, maka ia tidak akan dicela.
Apabila Allah berfirman kepada RasulNya ﷺ –sementara beliau adalah manusia yang paling sempurna akalnya, paling da-lam ilmunya dan paling utama pikirannya–, ﴾ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ
﴿ "Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu," maka bagaimana pula dengan selain beliau?
Kemudian Allah تعالى berfirman, ﴾ فَإِذَا عَزَمۡتَ
﴿ "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad," yaitu atas suatu perkara setelah bermusyawarah padanya, apabila dibutuhkan, ﴾ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ
﴿ "maka bertawakallah kepada Allah," maksudnya, bersandarlah kepada upaya Allah dan kekuatanNya, dan berlepas dirilah dari kemampuan dan kekuatan dirimu.
﴾ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ﴿ "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya", yakni yang kembali kepadaNya.
{إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (160)}.
"Jika Allah menolongmu, maka tidak ada orang yang dapat mengalahkanmu; jika Allah membiarkanmu
(tidak memberi per-tolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolongmu sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang Mukmin bertawakal."
(Ali Imran: 160).
#
{160} أي: إن يمددكم الله بنصره ومعونته {فلا غالب لكم}، فلو اجتمع عليكم مَنْ في أقطارها وما عندهم من العَدَد والعُدَد لأن الله لا مغالب له، وقد قهر العباد وأخذ بنواصيهم، فلا تتحرك دابة إلا بإذنه، ولا تسكن إلا بإذنه، {وإن يخذلكم} ويكلكم إلى أنفسكم {فمن ذا الذي ينصركم من بعده}، فلا بد أن تنخذلوا ولو أعانكم جميع الخلق، وفي ضمن ذلك الأمر بالاستنصار بالله والاعتماد عليه والبراءة من الحول والقوة، ولهذا قال: {وعلى الله فليتوكل المؤمنون}، تقدم المعمول يؤذن بالحصر، أي: على الله توكلوا لا على غيره، لأنه قد علم أنه هو الناصر وحده، فالاعتماد عليه توحيد محصل للمقصود، والاعتماد على غيره شرك غير نافع لصاحبه بل ضار، وفي هذه الآية الأمر بالتوكل على الله وحده، وأنه بحسب إيمان العبد يكون توكله.
(160) Maksudnya, apabila Allah membantu kalian dengan pembelaan dan pertolonganNya, ﴾ فَلَا غَالِبَ لَكُمۡۖ
﴿ "maka tidak ada orang yang dapat mengalahkanmu", walaupun orang yang berada di setiap penjuru berkumpul untuk mengalahkan kalian dengan segala sesuatu yang mereka miliki berupa jumlah pasukan dan perleng-kapan, karena tidaklah ada yang dapat mengalahkanNya. Allah telah menguasai hamba-hambaNya dan telah mengendalikan hidup mereka, dan tidaklah ada seekor hewan melata pun yang bergerak melainkan pasti dengan izinNya dan tidak pula diam melainkan pasti dengan izinNya.
﴾ وَإِن يَخۡذُلۡكُمۡ
﴿ "Jika Allah membiarkanmu (tidak memberi perto-longan)", (maksudnya) membuat kalian bersandar pada diri kalian sendiri, ﴾ فَمَن ذَا ٱلَّذِي يَنصُرُكُم مِّنۢ بَعۡدِهِۦۗ
﴿ "maka siapakah gerangan yang dapat menolongmu sesudah itu?" Maka pastilah kalian akan terlantar wa-laupun seluruh makhluk menolong kalian. Dalam perkara itulah datangnya perintah untuk memohon pertolongan kepada Allah, bersandar kepadaNya dan berlepas diri dari daya dan kekuatan sendiri. Karena itu Allah berfirman, ﴾ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ﴿ "Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang Mukmin bertawakal." Menda-hulukan objek
(maf'ul bih) itu memberikan peringatan
(akan makna) pembatasan
(al-Hashr), maksudnya, kepada Allah saja kalian ber-tawakal dan tidak kepada selainNya, karena telah diketahui bahwa hanya Dia-lah satu-satunya Pembela, maka bersandar kepadaNya adalah sebuah pengesaan yang menghasilkan sesuatu yang di-harapkan. Sedangkan bersandar kepada selainNya adalah sebuah kesyirikan yang tidak berguna bagi pelakunya bahkan akan me-mudaratkannya. Ayat ini mengandung perintah untuk bertawakal kepada Allah semata, dan bahwasanya sebesar kadar keimanan seorang hamba, maka sebesar itu pulalah kadar tawakalnya.
{وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَغُلَّ وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (161)}.
"Tidak mungkin seorang nabi berkhianat
(dalam urusan harta rampasan perang). Barangsiapa yang berkhianat
(dalam urusan rampasan perang itu), maka pada Hari Kiamat dia akan datang membawa sesuatu yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang dia kerja-kan dengan
(pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya."
(Ali Imran: 161).
#
{161} الغلول: هو الكتمان من الغنيمة والخيانة في كل مالٍ يتولاه الإنسان وهو محرَّم إجماعاً، بل هو من الكبائر كما تدل عليه هذه الآية الكريمة وغيرها من النصوص، فأخبر الله تعالى أنه ما ينبغي ولا يليق بنبي أن يغل، لأن الغلول ـ كما علمت ـ من أعظم الذنوب وشر العيوب.
وقد صان الله تعالى أنبياءه عن كل ما يدنسهم ويقدح فيهم، وجعلهم أفضل العالمين أخلاقاً وأطهرهم نفوساً، وأزكاهم وأطيبهم ونزههم عن كل عيب، وجعلهم محل رسالته ومعدن حكمته، {الله أعلم حيث يجعل رسالته}، فبمجرد علم العبد بالواحد منهم يجزم بسلامتهم من كل أمر يقدح فيهم، ولا يحتاج إلى دليل على ما قيل فيهم من أعدائهم، لأن معرفته بنبوتهم مستلزم لدفع ذلك، ولذلك أتى بصيغة يمتنع معها وجود الفعل منهم فقال: {وما كان لنبي أن يغل}؛ أي: يمتنع ذلك ويستحيل على من اختارهم الله لنبوته. ثم ذكر الوعيد على من غل فقال: {ومن يغلل يأت بما غل يوم القيامة}؛ أي: يأت به حامله على ظهره حيواناً كان أو متاعاً أو غير ذلك يعذب به يوم القيامة {ثم توفى كل نفس ما كسبت}؛ الغالُّ وغيره كلٌّ يوفَّى أجره ووزره على مقدار كسبه {وهم لا يظلمون}؛ أي: لا يزداد في سيئاتهم ولا يهضمون شيئاً من حسناتهم.
وتأمل حسن هذا الاحتراز في هذه الآية الكريمة لمَّا ذكر عقوبة الغالِّ وأنه يأتي يوم القيامة بما غله، ولمَّا أراد أن يذكر توفيته وجزاءه وكان اقتصاره على الغال يوهم بالمفهوم أن غيره من أنواع العاملين قد لا يوفون، أتى بلفظ عامٍّ جامع له ولغيره.
(161) Al-Ghulul
(berkhianat) adalah menyembunyikan harta ghanimah dan berkhianat pada setiap harta yang dipegang oleh seseorang, ghulul ini adalah haram menurut ijma', bahkan ia termasuk di antara dosa besar, sebagaimana yang ditunjukkan oleh ayat yang mulia tersebut dan ayat-ayat lainnya dari nash-nash yang ada. Allah تعالى mengabarkan bahwasanya tidaklah patut dan tidak mungkin seorang Nabi itu melakukan khianat, karena ber-khianat itu -sebagaimana yang telah Anda ketahui- termasuk dosa-dosa yang besar dan sejahat-jahatnya aib.
Sungguh Allah تعالى telah memelihara para NabiNya dari segala hal yang mengotori dan menjatuhkan mereka, dan Dia men-jadikan mereka sebagai orang-orang terbaik akhlaknya di seluruh alam dan orang-orang yang paling bersih jiwanya. Allah member-sihkan, membaikkan, dan menyucikan mereka dari segala aib dan kekurangan, Dia menjadikan mereka sebagai tempat risalahNya dan kandungan hikmahNya,
﴾ ٱللَّهُ أَعۡلَمُ حَيۡثُ يَجۡعَلُ رِسَالَتَهُۥۗ
﴿
"Allah lebih mengetahui kepada siapa Dia memberikan tugas kera-sulan." (Al-An'am: 124).
Seorang hamba itu cukup hanya dengan mengetahui salah seorang dari mereka (para nabi), niscaya dia akan memastikan keselamatan mereka dari setiap hal yang membuat mereka tercela, dan tidaklah dibutuhkan dalil bantahan atas celaan yang dikatakan tentang mereka dari musuh-musuh mereka. Karena pengetahuan-nya tentang kenabian mereka menuntut keharusan adanya peno-lakan akan hal itu. Oleh karena itu, Allah merangkai ayat ini dengan konteks yang dapat menghalangi adanya perbuatan khianat dari mereka. Maka Allah berfirman, ﴾ وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَغُلَّۚ
﴿ "Tidak mungkin seorang nabi berkhianat," maksudnya, hal itu adalah terhalang dan mustahil terjadi dari orang-orang yang telah dipilih Allah untuk menerima kenabian. Kemudian Allah menyebutkan ancaman atas orang yang berbuat khianat dalam FirmanNya,﴾ وَمَن يَغۡلُلۡ يَأۡتِ بِمَا غَلَّ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۚ
﴿ "Barangsiapa berkhianat (dalam urusan rampasan perang itu), maka pada Hari Kiamat dia akan datang membawa sesuatu yang dikhia-natkannya itu." Maksudnya, pembawa ghanimah itu membawanya dengan cara memikulnya di atas punggungnya, baik harta itu berupa hewan maupun barang atau selainnya, di mana ia akan disiksa dengannya pada Hari Kiamat.
﴾ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا كَسَبَتۡ
﴿ "Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pem-balasan tentang apa yang dia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal." Seorang yang berkhianat atau orang lain, masing-masing akan diberikan ganjarannya atas dosanya, seukuran dengan apa yang dikerjakannya, ﴾ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ ﴿ "sedang mereka tidak dianiaya," mak-sudnya, tidak ditambah kejelekan mereka dan tidak pula berkurang sedikit pun kebaikan mereka.
Simaklah dengan baik perlindungan
(proteksi) yang terkan-dung dalam ayat yang mulia tersebut, ketika Allah menyebutkan dalam ayat itu hukuman bagi orang yang berkhianat, dan bahwa dia akan datang pada Hari Kiamat dengan membawa harta yang dikhianatinya itu, dan ketika Allah akan menyebutkan tentang balasannya. Tindakan Allah membatasinya pada konteks pelaku ghulul mengisyaratkan pemahaman bahwa selain dari orang ter-sebut, dari berbagai pelaku kejahatan lainnya, terkadang tidak dipenuhi balasannya, maka Allah menyebutkannya dengan lafazh yang umum yang meliputi semua orang yang berkhianat dan selainnya.
{أَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللَّهِ كَمَنْ بَاءَ بِسَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (162) هُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ (163)}.
"Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan
(yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahanam? Dan itulah seburuk-buruk tem-pat kembali.
(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan."
(Ali Imran: 162-163).
#
{162 ـ 163} يخبر تعالى أنه لا يستوي من كان قصده رضوان رَبِّه والعمل على ما يرضيه كمن ليس كذلك ممن هو مكب على المعاصي مسخط لربه، هذان لا يستويان في حكم الله وحكمة الله وفي فِطَر عباد الله {أفمن كان مؤمناً كمن كان فاسقاً لا يستوون}؛ لهذا قال هنا: {هم درجات عند الله}؛ أي: كل هؤلاء متفاوتون في درجاتهم ومنازلهم بحسب تفاوتهم في أعمالهم.
فالمتبعون لرضوان الله يسعون في نيل الدرجات العاليات والمنازل والغرفات، فيعطيهم الله من فضله وجوده على قدر أعمالهم، والمتبعون لمساخط الله يسعون في النزول في الدركات إلى أسفل سافلين كل على حسب عمله، والله بصير بأعمالهم لا يخفى عليه منها شيء، بل قد علمها وأثبتها في اللوح المحفوظ ووكل ملائكته الأمناء الكرام أن يكتبوها ويحفظوها ويضبطوها.
(162-163) Allah تعالى memberitahukan bahwasanya tidaklah sama orang yang tujuannya adalah keridhaan Rabbnya dan ber-buat dengan amalan yang membuat Rabbnya ridha, dengan orang yang tidak seperti itu dari kalangan orang-orang yang senang berbuat kemaksiatan dan hal-hal yang membuat Tuhannya murka. Kedua orang seperti itu tidaklah sama hukumnya di hadapan Allah dan hikmahNya serta pada fitrah hamba-hamba Allah.
﴾ أَفَمَن كَانَ مُؤۡمِنٗا كَمَن كَانَ فَاسِقٗاۚ لَّا يَسۡتَوُۥنَ 18
﴿
"Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? Mereka tidak sama." (As-Sajdah: 18).
Karena itu Allah berfirman di sini, ﴾ هُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ ٱللَّهِۗ ﴿ "
(Kedu-dukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah," maksudnya, setiap mereka itu berbeda-beda dalam derajat dan kedudukan mereka, sesuai dengan tingkatan mereka dalam amal perbuatan mereka.
Orang-orang yang mencari keridhaan Allah berusaha mem-peroleh derajat yang tinggi, kedudukan, dan istana-istana, maka Allah memberikan kepada mereka karuniaNya dan kemuliaanNya menurut kadar perbuatan mereka. Sedangkan orang-orang yang mengikuti hal-hal yang membuat Allah murka berusaha untuk turun ke kerak paling bawah dari neraka, maka setiap orang men-dapatkan balasan menurut amal yang diperbuatnya. Dan Allah Maha Melihat amal perbuatan mereka, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di hadapanNya, bahkan Allah telah mengetahuinya dan telah menetapkannya di Lauhul Mahfuzh, dan Dia menugas-kan kepada para malaikatNya yang terpercaya lagi mulia untuk menulisnya, menyimpannya, serta memeliharanya.
{لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (164)}.
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus kepada mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebe-lum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata."
(Ali Imran: 164).
#
{164} هذه المنَّةُ التي امتنَّ الله بها على عباده أكبر النعم بل أصلها، وهي الامتنان عليهم بهذا الرسول الكريم الذي أنقذهم الله به من الضلالة، وعصمهم به من الهلكة فقال: {لقد منَّ الله على المؤمنين إذ بعث فيهم رسولاً من أنفسهم}؛ يعرفون نسبه وحاله ولسانه من قومهم وقبيلتهم ناصحاً لهم مشفقاً عليهم يتلو عليهم آيات الله؛ يعلمهم ألفاظها ومعانيها {ويزكيهم}؛ من الشرك والمعاصي والرذائل وسائر مساوئ الأخلاق {ويعلمهم الكتاب}؛ إما جنس الكتاب الذي هو القرآن فيكون قوله: {يتلو عليهم آياته}؛ المراد به الآيات الكونية، أو المراد بالكتاب هنا الكتابة فيكون قد امتنَّ عليهم بتعليم الكتاب والكتابة التي بها تدرك العلوم وتحفظ {والحكمة}؛ هي: السنة التي هي شقيقة القرآن، أو وضع الأشياء مواضعها ومعرفة أسرار الشريعة فجمع لهم بين تعليم الأحكام وما به تُنَفَّذ الأحكام وما به تدرك فوائدها وثمراتها ففاقوا بهذه الأمور العظيمة جميع المخلوقين، وكانوا من العلماء الربانيين {وإن كانوا من قبل}؛ بعثة هذا الرسول {لفي ضلال مبين}؛ لا يعرفون الطريق الموصل إلى ربهم، ولا ما يزكي النفوس، ويطهرها، بل ما يزين لهم جهلهم فعلوه، ولو ناقض ذلك عقول العالمين!
(164) Karunia ini yang telah Allah berikan kepada hamba-hambaNya, merupakan karunia yang paling besar bahkan karunia yang paling mendasar, yaitu anugerah dengan adanya Rasul yang mulia tersebut kepada mereka, yang dengannya Allah menyela-matkan mereka dari kesesatan, dan memelihara mereka dengannya dari kehancuran, maka Allah berfirman, ﴾ لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ بَعَثَ فِيهِمۡ رَسُولٗا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ
﴿ "Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus pada mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri," yang mereka ketahui garis keturunannya, keadaannya dan bahasanya dari kaum mereka dan suku mereka sebagai seorang pemberi nasihat bagi mereka, bersikap kasih sayang terhadap mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, dan mengajarkan kepada mereka lafazh dan maknanya, ﴾ وَيُزَكِّيهِمۡ
﴿ "dan membersihkan (jiwa) mereka" dari syirik dan maksiat, hal-hal yang hina serta seluruh akhlak-akhlak yang buruk,﴾ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ
﴿ "dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab," baik jenis al-Kitab (secara umum) yang maksudnya adalah al-Qur`an, sehingga Firman Allah, ﴾ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ
﴿ "Yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah," maksudnya adalah, ciptaan-ciptaan Allah (al-Ayat al-Kauniyah), atau yang dimaksudkan dengan al-Kitab di sini adalah penulisan, sehingga maknanya adalah bahwa Allah telah mem-berikan karuniaNya atas mereka dengan mengajarkan al-Kitab dan penulisan, di mana dengan tulisan itu ilmu dapat dipahami dan terjaga. ﴾ وَٱلۡحِكۡمَةَ
﴿ "Dan al-Hikmah," yaitu, as-Sunnah yang merupakan pendamping al-Qur`an. Atau (juga bermakna) meletakkan sesuatu pada tempatnya dan mengetahui rahasia-rahasia syariat. Maka Allah menyatukan bagi mereka antara pengajaran hukum-hukum dan segala hal yang dengannya hukum-hukum tersebut direalisasi-kan dan segala hal yang menjadi perangkat didapatkannya faidah dan buahnya. Hingga mereka melampaui seluruh makhluk yang ada dengan perkara-perkara yang agung itu.
Dan mereka menjadi para ulama Rabbani, ﴾ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ
﴿ "se-kalipun sebelum (kedatangan Nabi) itu", maksudnya, sebelum diutus-nya Rasul tersebut, ﴾ لَفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ ﴿ "mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." Mereka tidak mengetahui jalan yang meng-hantarkan mereka kepada Rabb mereka, tidak juga tentang perkara yang membersihkan jiwa mereka dan menyucikannya. Akan tetapi apa yang dihiasi oleh kebodohan mereka, niscaya mereka melaku-kannya walaupun perbuatan itu bertentangan dengan akal sehat seluruh alam.
{أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (165) وَمَا أَصَابَكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ فَبِإِذْنِ اللَّهِ وَلِيَعْلَمَ الْمُؤْمِنِينَ (166) وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نَافَقُوا وَقِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوِ ادْفَعُوا قَالُوا لَوْ نَعْلَمُ قِتَالًا لَاتَّبَعْنَاكُمْ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلْإِيمَانِ يَقُولُونَ بِأَفْوَاهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُونَ (167) الَّذِينَ قَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنْفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (168)}.
"Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah
(pada pepe-rangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu
(pada peperangan Badar), kamu berkata, 'Dari mana datangnya
(kekalahan) ini?' Katakanlah, 'Itu dari
(kesalahan) dirimu sendiri.' Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan apa yang menimpamu pada hari berte-munya dua pasukan, maka
(kekalahan) itu adalah dengan izin
(takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman. Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan, 'Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah
(dirimu).' Mereka berkata, 'Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami meng-ikuti kamu.' Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulut mereka perkataan yang tidak terkandung dalam hati mereka. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang, 'Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh', maka katakanlah
(kepada mereka), 'Tolak-lah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar'."
(Ali Imran: 165-168).
#
{165} هذا تسلية من الله تعالى لعباده المؤمنين حين أصابهم ما أصابهم يوم أحد وقتل منهم نحو سبعين، فقال الله: إنكم {قد أصبتم}؛ من المشركين {مثليها} [يوم بدر]؛ فقتلتم سبعين من كبارهم وأسرتم سبعين، فَلْيَهُنِ الأمرُ ولِتَخِفَّ المصيبةُ عليكم مع أنكم لا تستوون أنتم وهم، فإن قتلاكم في الجنة وقتلاهم في النار، {قلتم أنى هذا}؛ أي: من أين أصابنا ما أصابنا وهزمنا؟ {قل هو من عند أنفسكم}؛ حين تنازعتم وعصيتم من بعد ما أراكم ما تحبون، فعودوا على أنفسكم باللوم واحذروا من الأسباب المردية {إن الله على كل شيء قدير}؛ فإياكم وسوء الظن بالله، فإنه قادر على نصركم، ولكن له أتم الحكمة في ابتلائكم ومصيبتكم ذلك، ولو شاء الله لانتصر منهم، ولكن ليبلوَ بعضكم ببعض.
(165) Ini merupakan hiburan dari Allah تعالى bagi hamba-hambaNya yang beriman ketika mereka menderita kekalahan yang telah mereka rasakan pada perang Uhud, dan telah terbunuh dari mereka kira-kira tujuh puluh orang, lalu Allah berfirman, ﴾ قَدۡ أَصَبۡتُم
﴿ "Kamu telah menimpakan" terhadap kaum musyrikin, ﴾ مِّثۡلَيۡهَا
﴿ "(keka-lahan) dua kali lipat" pada perang Badar. Kalian membunuh sekitar tujuh puluh orang dari pembesar-pembesar mereka dan menawan tujuh puluh lagi dari mereka. Maka hendaklah peristiwa itu men-jadi terasa enteng dan musibah tersebut menjadi ringan atas kalian. Dan bersama itu kalian tidaklah sama dengan mereka, karena orang-orang yang terbunuh dari kalian itu berada di surga, sedang mereka di neraka.
﴾ قُلۡتُمۡ أَنَّىٰ هَٰذَاۖ
﴿ "Kamu berkata, 'Darimana datangnya (kekalahan) ini?'" Maksudnya, darimana datangnya derita yang telah kita rasakan itu dan darimana kita dikalahkan?
﴾ قُلۡ هُوَ مِنۡ عِندِ أَنفُسِكُمۡۗ
﴿ "Katakanlah, 'Itu dari (kesalahan) dirimu sen-diri'," ketika kalian berselisih dan bermaksiat setelah Allah mem-perlihatkan kepada kalian sesuatu yang kalian sukai. Maka kem-balikanlah celaan itu pada diri kalian sendiri dan waspadalah dari sebab-sebab yang menghancurkan.
﴾ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ﴿ "Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." Janganlah kalian berburuk sangka kepada Allah, karena Allah Mahakuasa untuk menolong kalian. Akan tetapi Dia memiliki hikmah yang paling sempurna dalam ujian dan musibah kalian tersebut, dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Allah dapat membalas mereka, akan tetapi hal itu agar Allah menguji sebagian kalian dengan sebagian lainnya.
#
{166 ـ 167} ثم أخبر أن ما أصابهم يوم التقى الجمعان: جمعُ المسلمين وجمعُ المشركين في أحد من القتل والهزيمة، أنه بإذنه وقضائه وقدره، لا مرد له ولا بد من وقوعه، والأمر القدري إذا نفذ لم يبق إلا التسليم له وأنه قدَّره لحكم عظيمة وفوائد جسيمة، وأنه ليتبين بذلك المؤمن من المنافق الذين لما أمروا بالقتال {وقيل لهم تعالوا قاتلوا في سبيل الله}؛ أي: ذبًّا عن دين الله وحماية له وطلباً لمرضاة الله، {أو ادفعوا} عن محارمكم وبلدكم إن لم يكن لكم نية صالحة، فأبوا ذلك واعتذروا بأن: {قالوا لو نعلم قتالاً لاتبعناكم}؛ أي: لو نعلم أنكم يصير بينكم وبينهم قتال لاتبعناكم، وهم كذبة في هذا، قد علموا وتيقنوا، وعلم كل أحد أن هؤلاء المشركين قد مُلئوا من الحنق والغيظ على المؤمنين بما أصابوا منهم، وأنهم قد بذلوا أموالهم وجمعوا ما يقدرون عليه من الرجال والعدد، وأقبلوا في جيش عظيم قاصدين المؤمنين في بلدهم متحرقين على قتالهم، فمن كانت هذه حالهم كيف يتصور أنه لا يصير بينهم وبين المؤمنين قتال؟
خصوصاً وقد خرج المسلمون من المدينة وبرزوا لهم، هذا من المستحيل، ولكن المنافقين ظنوا أن هذا العذر يروج على المؤمنين، قال تعالى: {هم للكفر يومئذ}؛ أي: في تلك الحال التي تركوا فيها الخروج مع المؤمنين {أقرب منهم للإيمان، يقولون بأفواههم ما ليس في قلوبهم}، وهذه خاصة المنافقين يظهرون بكلامهم وفعالهم ما يبطنون ضده في قلوبهم وسرائرهم، ومنه قولهم: {لو نعلم قتالاً لاتبعناكم}، فإنهم قد علموا وقوع القتال. ويستدل بهذه الآية على قاعدة ارتكاب أخف المفسدتين، لدفع أعلاهما وفعل أدنى المصلحتين للعجز عن أعلاهما، لأن المنافقين أُمروا أن يقاتلوا للدين، فإن لم يفعلوا فللمدافعة عن العيال والأوطان {والله أعلم بما يكتمون}، فيبديه لعباده المؤمنين، ويعاقبهم عليه.
(166-167) Kemudian Allah تعالى mengabarkan bahwasanya yang menimpa mereka saat bertemunya kedua pasukan; pasukan kaum Muslimin dan pasukan kaum musyrikin di Uhud berupa kematian dan kekalahan, adalah dengan izinNya, Qadha` dan QadarNya; tidak ada tempat pelarian baginya, dan itu pasti terjadi. Perkara takdir apabila telah terlaksana, maka tidak ada lagi cara kecuali
(hanya) menerimanya dan bahwa Allah menetapkan hal itu atas dasar hikmah yang agung dan faidah yang besar, dan bahwa dengan hal itu akan jelas orang Mukmin dari orang munafik, yaitu orang-orang yang bila diperintah untuk ikut berperang, ﴾ وَقِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ قَٰتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ
﴿ "dan kepada mereka dikatakan, 'Marilah berperang di jalan Allah'," yaitu, demi membela agama Allah dan melindunginya serta mengharap keridhaan Allah, ﴾ أَوِ ٱدۡفَعُواْۖ
﴿ "atau pertahankanlah (dirimu)," kehormatan dan negeri kalian apabila kalian tidak me-miliki niat yang shalih, maka mereka enggan ikut berperang dan membuat alasan.
﴾ قَالُواْ لَوۡ نَعۡلَمُ قِتَالٗا لَّٱتَّبَعۡنَٰكُمۡۗ
﴿ "Mereka berkata, 'Sekiranya kami menge-tahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikutimu'," maksud-nya, sekiranya kami mengetahui bahwasanya akan terjadi pepe-rangan antara kalian dan mereka, niscaya kami akan mengikuti kalian berperang. Tetapi sebenarnya mereka pendusta dalam hal itu. Sungguh mereka telah yakin dan paham, dan setiap orang mengetahui bahwa kaum musyrikin telah dipenuhi oleh dengki dan kebencian terhadap kaum Muslimin karena apa yang telah mereka derita disebabkan kaum Muslimin, dan bahwa mereka telah mengerahkan harta benda mereka, dan mereka telah me-ngumpulkan pasukan sekuat tenaga untuk menghancurkan kaum Muslimin di negeri mereka dengan semangat yang menyala-nyala untuk memerangi mereka. Barangsiapa yang kondisinya seperti ini, bagaimana bisa tidak tergambar bahwa tidak akan terjadi perang antara mereka dengan kaum Muslimin?
Khususnya (alasan) bahwa kaum Muslimin telah (terlanjur) keluar dari Madinah (meninggalkan mereka), dan menghadapi mereka (kafir Quraisy). Ini merupakan suatu alasan yang mustahil, akan tetapi orang-orang munafik menyangka bahwa alasan terse-but melegakan kaum Mukminin. Allah berfirman, ﴾ هُمۡ لِلۡكُفۡرِ يَوۡمَئِذٖ
﴿ "Mereka pada hari itu kepada kekafiran" yaitu pada saat mereka tidak berjihad bersama kaum Mukminin, ﴾ أَقۡرَبُ مِنۡهُمۡ لِلۡإِيمَٰنِۚ يَقُولُونَ بِأَفۡوَٰهِهِم مَّا لَيۡسَ فِي قُلُوبِهِمۡۚ
﴿ "lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka me-ngatakan dengan mulut mereka perkataan yang tidak terkandung dalam hati mereka."
Ini adalah ciri khas orang-orang munafik, mereka tampakkan pada lisan dan perbuatan mereka apa yang bertentangan dengan yang ada dalam hati dan dada mereka. Di antaranya adalah per-kataan mereka, ﴾ لَوۡ نَعۡلَمُ قِتَالٗا لَّٱتَّبَعۡنَٰكُمۡۗ
﴿ "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu." Sesungguhnya mereka sebenarnya telah mengetahui akan terjadinya peperangan.
Ayat ini menjadi dalil atas sebuah kaidah "melakukan kemu-daratan yang lebih kecil dari dua kemudaratan," untuk menolak kemudaratan yang lebih besar dan melakukan kemaslahatan yang lebih kecil dari dua kemaslahatan karena ketidakmampuan mela-kukan kemaslahatan yang lebih besar, karena kaum munafik itu telah diperintahkan untuk berperang demi agama, dan bila mereka tidak melakukannya maka diperintahkan untuk mempertahankan keluarga dan negeri.
﴾ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا يَكۡتُمُونَ ﴿ "Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan," maka Allah tampakkan semua itu bagi hamba-hamba-Nya yang beriman, lalu Allah menghukum mereka atas hal tersebut.
#
{168} ثم قال تعالى: {الذين قالوا لإخوانهم وقعدوا لو أطاعونا ما قتلوا}؛ أي: جمعوا بين التخلف عن الجهاد وبين الاعتراض والتكذيب بقضاء الله وقدره، قال الله ردًّا عليهم: {قل فادرأوا}؛ أي: ادفعوا {عن أنفسكم الموت إن كنتم صادقين}، أنهم لو أطاعوكم ما قتلوا لا تقدرون على ذلك ولا تستطيعونه. وفي هذه الآيات دليل على أن العبد قد يكون فيه خصلة كفر وخصلة إيمان، وقد يكون إلى إحداهما أقرب منه إلى الأخرى.
(168) Kemudian Allah تعالى berfirman,﴾ ٱلَّذِينَ قَالُواْ لِإِخۡوَٰنِهِمۡ وَقَعَدُواْ لَوۡ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُواْۗ
﴿ "Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang, 'Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh'." Maksudnya, mereka (orang-orang munafik itu) menyatukan tindakan antara tidak ikut berjihad de-ngan menentang dan mendustakan Qadha` dan Qadar Allah.
Allah berfirman membantah mereka, ﴾ قُلۡ فَٱدۡرَءُواْ
﴿ "Katakanlah, 'Tolaklah'," maksudnya, hindarkanlah, ﴾ عَنۡ أَنفُسِكُمُ ٱلۡمَوۡتَ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ﴿ "kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar."
(Buktikan) bahwa mereka bila menaati kalian maka tidaklah mereka akan terbunuh, kalian tidak akan mampu melakukan itu dan tidak akan bisa. Dalam ayat-ayat ini terdapat dalil bahwa seorang hamba ter-kadang memiliki ciri-ciri kekufuran dan keimanan, dan terkadang lebih dekat kepada salah satunya daripada kepada lainnya.
{وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170) يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (171)}.
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebab-kan karunia Allah yang diberikanNya kepada mereka, dan mereka bergirang hati tentang orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman."
(Ali Imran: 169-171).
#
{169} هذه الآيات الكريمات فيها فضل الشهداء وكرامتهم، وما منَّ الله عليهم به من فضله وإحسانه، وفي ضمنها تسلية الأحياء عن قتلاهم وتعزيتهم وتنشيطهم للقتال في سبيل الله والتعرض للشهادة فقال: {ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله}؛ أي: في جهاد أعداء الدين قاصدين بذلك إعلاء كلمة الله، {أمواتاً}؛ أي: لا يخطر ببالك وحسبانك أنهم ماتوا، وفقدوا، وذهبت عنهم لذة الحياة الدنيا والتمتع بزهرتها، الذي يحذر من فواته من جبن عن القتال وزهد في الشهادة، {بل} قد حصل لهم أعظم مما يتنافس فيه المتنافسون، فهم {أحياء عند ربهم} في دار كرامته، ولفظ: عند ربهم، يقتضي علو درجتهم وقربهم من ربهم، {يرزقون} من أنواع النعيم الذي لا يعلم وصفه إلا من أنعم به عليهم.
(169) Ayat-ayat yang mulia ini mengandung penjelasan tentang keutamaan para syuhada dan karamah mereka, dan segala kebaikan yang dikaruniakan oleh Allah buat mereka berupa anu-gerah dan kebaikanNya. Termasuk di dalamnya adalah hiburan bagi orang-orang yang masih hidup karena ditinggal mati saudara mereka, belasungkawa bagi mereka dan memberikan semangat bagi mereka untuk berperang di jalan Allah dan mencari mati syahid.
﴾ وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ
﴿ "Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah," maksudnya, dalam memerangi musuh-musuh agama dengan tujuan meninggikan kalimat Allah, ﴾ أَمۡوَٰتَۢاۚ
﴿ "mati." Maksudnya, janganlah sampai terlintas di benak kalian dan dalam perhitungan kalian bahwa mereka itu mati dan lenyap, serta hilang dari mereka kenikmatan hidup dunia dan menikmati bunga-bunganya, (namun) yang (seharusnya) dikhawa-tirkan hilang adalah takut berperang dan tidak mendapatkan mati syahid. ﴾ بَلۡ
﴿ "Bahkan" sesungguhnya mereka telah memperoleh yang lebih besar daripada sesuatu yang diperebutkan oleh orang-orang yang saling bersaing, di mana ﴾ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ
﴿ "mereka itu hidup di sisi Rabbnya," dalam surgaNya. Kata "di sisi Rabbnya" menunjuk-kan tingginya derajat mereka dan begitu dekatnya mereka dengan Rabb mereka, ﴾ يُرۡزَقُونَ ﴿ "dengan mendapat rizki" berupa berbagai macam kenikmatan yang tidak diketahui bentuknya kecuali oleh Dzat yang telah memberikan kenikmatan tersebut atas mereka.
#
{170} ومع هذا {فرحين بما آتاهم الله من فضله}؛ أي: مغتبطين بذلك وقد قرت به عيونهم وفرحت به نفوسهم، وذلك لحسنه وكثرته وعظمته وكمال اللذة في الوصول إليه وعدم المنغص، فجمع الله لهم بين نعيم البدن بالرزق ونعيم القلب والروح بالفرح بما آتاهم من فضله، فتم له النعيم والسرور وجعلوا {يستبشرون بالذين لم يلحقوا بهم من خلفهم}؛ أي: يبشر بعضهم بعضاً بوصول إخوانهم الذين لم يلحقوا بهم وأنهم سينالون ما نالوا {ألا خوف عليهم ولا هم يحزنون}؛ أي:
يستبشرون بزوال المحذور عنهم وعن إخوانهم المستلزم كمال السرور.
(170) Di samping itu, ﴾ فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ
﴿ "mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikanNya kepada mereka," maksudnya mereka bahagia dengan hal tersebut, di mana mereka menjadi tenang dan jiwa mereka menjadi senang. Yang demikian itu disebabkan karena banyaknya, baiknya, keagungan-nya, dan kesempurnaan kenikmatan dalam memperolehnya tanpa ada kesusahan. Allah telah menyatukan bagi mereka antara kenik-matan jasmani dengan adanya rizki dan kenikmatan hati dan ruh dengan kesenangan dan kebahagiaan atas apa yang telah Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya, sehingga sempurnalah kenikmatan dan kebahagiaan mereka. ﴾ وَيَسۡتَبۡشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمۡ يَلۡحَقُواْ بِهِم مِّنۡ خَلۡفِهِمۡ
﴿ "Mereka bergirang hati tentang orang-orang yang masih tinggal di bela-kang yang belum menyusul mereka," maksudnya, sebagian mereka memberikan kabar gembira kepada sebagian lainnya tentang akan menyusulnya saudara-saudara mereka yang belum menyusul me-reka dan bahwa mereka akan mendapatkan apa yang telah mereka dapatkan; ﴾ أَلَّا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ﴿ "bahwa tidak ada kekhawatiran ter-hadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati," maksudnya, me-reka memberikan kabar gembira dengan hilangnya hal-hal yang dikhawatirkan dari mereka dan dari saudara-saudara mereka yang melazimkan kesempurnaan kebahagiaan mereka.
#
{171} {يستبشرون بنعمة من الله وفضل} أي: يهنئ بعضهم بعضاً بأعظم مهنأ به وهو نعمة ربهم وفضله وإحسانه {وأن الله لا يضيع أجر المؤمنين}؛ بل ينميه ويشكره، ويزيده من فضله ما لا يصل إليه سعيهم.
وفي هذه الآيات إثبات نعيم البرزخ، وأن الشهداء في أعلى مكان عند ربهم، وفيه تلاقي أرواح أهل الخير، وزيارة بعضهم بعضاً، وتبشير بعضهم بعضاً.
(171) ﴾ يَسۡتَبۡشِرُونَ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ
﴿ "Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah," maksudnya, sebagian me-reka memberikan ucapan selamat kepada sebagian lainnya dengan ucapan selamat yang paling agung, yaitu nikmat Rabb mereka dan karuniaNya serta kebaikanNya.
﴾ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ﴿ "Dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman," bahkan Allah mengembangkan-nya dan memberikan balasan, serta menambahkan karuniaNya itu hingga mencapai derajat yang tidak mungkin dapat diraih oleh usaha mereka sendiri.
Ayat-ayat ini menunjukkan Shahihnya kenikmatan di alam barzakh, dan bahwasanya orang-orang yang syahid berada pada tempat yang paling tinggi di sisi Rabb mereka. Di dalamnya terkandung adanya pertemuan antara ruh-ruh orang-orang yang shalih, ziarahnya sebagian mereka kepada sebagian lain, serta saling memberikan kabar gembira.
{الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ (172) الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (173) فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ (174) إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (175)}.
"
(Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Ra-sulNya sesudah mereka mendapat luka
(dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan dari kalangan mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.
(Yaitu) orang-orang
(yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangmu, karena itu takutlah kepada mereka,' maka perkataan itu menambah keimanan mereka, dan mereka menjawab, 'Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.' Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia
(yang besar) dari Allah, mereka tidak men-dapat bencana apa-apa, dan mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti
(kamu) dengan kawan-kawannya
(orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman."
(Ali Imran: 172-175).
#
{172 ـ 173} لما رجع النبي - صلى الله عليه وسلم - من أحد إلى المدينة وسمع أن أبا سفيان ومن معه من المشركين قد هموا بالرجوع إلى المدينة ندب أصحابه إلى الخروج، فخرجوا على ما بهم من الجراح استجابة لله ولرسوله وطاعة لله ولرسوله، فوصلوا إلى حمراء الأسد ، وجاءهم من جاءهم وقال لهم: {إن الناس قد جمعوا لكم}؛ وهمُّوا باستئصالكم تخويفاً لهم وترهيباً، فلم يزدهم ذلك إلا إيماناً بالله واتكالاً عليه {وقالوا حسبنا الله}؛ أي: كافينا كل ما أهمنا {ونعم الوكيل}؛ المفوض إليه تدبير عباده والقائم بمصالحهم.
(172-173) Ketika Nabi ﷺ kembali dari Uhud menuju ke Madinah dan mendengar bahwa Abu Sufyan beserta orang-orang yang bersamanya dari kaum musyrikin hendak kembali menye-rang Madinah, maka beliau menyeru kembali para sahabatnya untuk bersiap berperang. Maka mereka berangkat dengan kondisi masih terluka, demi memenuhi panggilan Allah dan RasulNya, dan menaati Allah dan RasulNya, hingga akhirnya sampailah mereka pada suatu tempat yang bernama Hamra` al-Asad.
[11]
Lalu datanglah seseorang kepada mereka seraya berkata, ﴾ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ
﴿ "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangmu," mereka bertekad untuk menghancurkan ka-lian, sebagai suatu tindakan menakuti dan menggentarkan mereka. Akan tetapi hal itu tidaklah menambah bagi mereka kecuali iman kepada Allah dan bertawakal kepadaNya, ﴾ وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ
﴿ "dan me-reka menjawab, 'Cukuplah Allah menjadi Penolong kami'," maksudnya, cukuplah Dia dari segala hal yang mengkhawatirkan kita,﴾ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ ﴿ "dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung," yaitu Dzat yang diserahkan kepadaNya urusan hamba-hambaNya dan yang me-menuhi kemaslahatan bagi mereka.
#
{174} {فانقلبوا}؛ أي: رجعوا {بنعمة من الله وفضل لم يمسسهم سوء}، وجاء الخبرُ المشركين: أن الرسول وأصحابه قد خرجوا إليكم وندم من تخلف منهم، فألقى الله الرعب في قلوبهم واستمروا راجعين إلى مكة، ورجع المؤمنون بنعمة من الله وفضل حيث منَّ عليهم بالتوفيق للخروج بهذه الحالة والاتكال على ربهم، ثم إنه قد كتب لهم أجر غزاة تامة، فبسبب إحسانهم بطاعة ربهم وتقواهم عن معصيتهم لهم أجر عظيم، وهذا فضل الله عليهم.
(174) ﴾ فَٱنقَلَبُواْ
﴿ "Maka mereka kembali," maksudnya mereka pulang, ﴾ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ لَّمۡ يَمۡسَسۡهُمۡ سُوٓءٞ ﴿ "dengan nikmat dan karunia
(yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa." Kabar itu sampai kepada kaum musyrikin, bahwasanya Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya telah bersiap memerangi kalian, sementara orang-orang yang tidak ikut serta, telah menyesal. Lalu Allah menjatuh-kan rasa takut pada hati mereka hingga akhirnya mereka terus kembali ke Makkah.
Kaum Mukminin juga kembali
(ke Madinah) dengan kenik-matan dari Allah dan karuniaNya, di mana Allah telah memberikan karunia kepada mereka dengan bimbingan untuk bersiap kembali berperang dalam kondisi seperti itu dan bertawakal kepada Rabb mereka. Kemudian Allah menetapkan pahala bagi mereka dengan pahala para pejuang secara sempurna, lalu karena kebajikan mereka untuk menaati Tuhan mereka dan ketakwaan mereka dari bermaksiat kepadaNya, maka mereka mendapatkan pahala yang besar, dan ini merupakan karunia Allah atas mereka.
#
{175} ثم قال تعالى: {إنما ذلكم الشيطان يُخوف أولياءه}؛ أي: إن ترهيب من رهب من المشركين ـ وقال: إنهم {جمعوا لكم ... } ـ داعٍ من دعاة الشيطان يخوف بها أولياءه الذين عُدِم إيمانهم أو ضعف، {فلا تخافوهم وخافون إن كنتم مؤمنين}؛ أي: فلا تخافوا المشركين أولياء الشيطان فإن نواصيهم بيد الله لا يتصرفون إلا بقدره، بل خافوا الله الذين ينصر أولياءه الخائفين له، المستجيبين لدعوته.
وفي هذه الآية وجوب الخوف من الله وحده وأنه من لوازم الإيمان، فعلى قدر إيمان العبد يكون خوفه من الله، والخوف المحمود ما حجز العبد عن محارم الله.
(175) Kemudian Allah تعالى berfirman, ﴾ إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ يُخَوِّفُ أَوۡلِيَآءَهُۥ
﴿ "Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy)," mak-sudnya, sesungguhnya ancaman seseorang dari kaum musyrikin bahwa mereka ﴾ جَمَعُواْ لَكُمۡ
﴿ "telah mengumpulkan pasukan untuk me-nyerangmu," adalah salah seorang penyeru setan, di mana wali-wali setan itu menakut-nakuti orang-orang yang tidak memiliki iman di hati mereka atau iman mereka lemah.
﴾ فَلَا تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ﴿ "Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman," maksudnya, janganlah kalian takut kepada kaum musyrikin yang merupakan wali-wali setan, karena sesungguhnya nasib mereka ada di Tangan Allah, di mana mereka tidak mampu bertindak kecuali dengan takdirNya, akan tetapi takutlah kepada Allah yang akan membela wali-waliNya yang takut kepadaNya dan yang memenuhi panggilanNya.
Ayat ini menunjukkan wajibnya takut kepada Allah semata dan bahwa takut itu adalah konsekuensi iman. Karena itu setinggi kadar tingkat keimanan seorang hamba maka setinggi itu pulalah tingkat takutnya kepada Allah. Takut yang terpuji adalah yang dapat menghalangi seorang hamba dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah.
{وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا يُرِيدُ اللَّهُ أَلَّا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِي الْآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (176) إِنَّ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (177)}.
"Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir; sesungguhnya mereka sekali-kali tidak dapat mem-beri mudarat kepada Allah sedikit pun. Allah berkehendak tidak akan memberi suatu bagian
(dari pahala) kepada mereka di Hari Akhirat, dan mereka mendapatkan azab yang besar. Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-kali mereka tidak dapat memberi mudarat kepada Allah sedikit pun; dan mereka mendapat azab yang pedih."
(Ali Imran: 176-177).
#
{176} كان النبي - صلى الله عليه وسلم - حريصاً على الخلق مجتهداً في هدايتهم، وكان يحزن إذا لم يهتدوا، قال الله تعالى: {ولا يحزنك الذين يسارعون في الكفر} من شدة رغبتهم فيه وحرصهم عليه {إنهم لن يضروا الله شيئاً} فالله ناصر دينه ومؤيد رسوله ومنفذ أمره من دونهم، فلا تبالهم ولا تحفل بهم، إنما يضرون ويسعون في ضرر أنفسهم بفوات الإيمان في الدنيا، وحصول العذاب الأليم في الأخرى، من هوانهم على الله وسقوطهم من عينه وإرادته أن لا يجعل لهم نصيباً في الآخرة من ثوابه؛ خذلهم فلم يوفقهم لما وفق إليه أولياءه، ومن أراد به خيراً عدلاً منه وحكمة، لعلمه بأنهم غير زاكين على الهدى ولا قابلين للرشاد لفساد أخلاقهم وسوء قصدهم.
(176) Nabi ﷺ sangatlah bersemangat berbuat baik kepada makhluk dan berusaha memberikan petunjuk kepada mereka. Beliau bersedih hati apabila mereka tidak mendapatkan petunjuk. Allah تعالى berfirman, ﴾ وَلَا يَحۡزُنكَ ٱلَّذِينَ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡكُفۡرِۚ
﴿ "Janganlah kamu di-sedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir" karena keinginan mereka yang begitu besar padanya dan antusias mereka atasnya.
﴾ إِنَّهُمۡ لَن يَضُرُّواْ ٱللَّهَ شَيۡـٔٗاۚ ﴿ "Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak dapat memberi mudarat kepada Allah sedikit pun." Allah adalah pembela agamaNya, penolong RasulNya dan pemberlaku urusanNya tanpa mereka. Maka janganlah engkau menghiraukan mereka dan jangan-lah engkau memperhatikan mereka. Mereka itu hanya berusaha memudaratkan diri mereka sendiri dengan hilangnya keimanan
(pada diri mereka) di dunia dan adanya siksaan yang pedih di akhirat kelak, disebabkan kehinaan mereka di hadapan Allah dan jatuhnya martabat mereka dari WajahNya dan kehendakNya, maka Allah tidak menjadikan bagi mereka bagian pahalaNya sedikit pun di akhirat. Allah menghinakan mereka dan tidak memberikan bimbingan kepada mereka sebagaimana Allah memberikan bim-bingan itu kepada wali-waliNya, dan barangsiapa yang dikehen-daki oleh Allah baik, sebagai suatu keadilan dariNya atau suatu hikmah, niscaya Allah akan memberitahunya bahwa mereka itu tidaklah suci untuk mendapatkan petunjuk dan tidak pula mereka menerima jalan yang lurus disebabkan akhlak mereka yang telah rusak dan tujuan mereka yang buruk.
#
{177} ثم أخبر أن الذين اختاروا الكفر على الإيمان ورغبوا فيه رَغْبَةَ مَنْ بذلَ ما يحب من المال في شراء ما يحب من السلع {لن يضروا الله شيئاً}، بل ضرر فعلهم يعود على أنفسهم، ولهذا قال: {ولهم عذاب أليم}، وكيف يضرون الله شيئاً؟! وهم قد زهدوا أشد الزهد في الإيمان ورغبوا كل الرغبة بالكفر بالرحمن فالله غني عنهم، وقد قيض لدينه من عباده الأبرار الأزكياء سواهم وأعد له ممن ارتضاه لنصرته أهل البصائر والعقول، وذوي الألباب من الرجال الفحول، قال الله تعالى: {قل آمنوا به أو لا تؤمنوا إن الذين أوتوا العلم من قبله إذا يتلى عليهم يخرون للأذقان سجداً ... } الآيات.
(177) Kemudian Allah تعالى mengabarkan bahwa orang-orang yang telah memilih kekufuran daripada keimanan dan suka terhadapnya sebagaimana sukanya orang yang siap mengerahkan segala hartanya untuk mendapatkan barang yang disukainya, ﴾ لَن يَضُرُّواْ ٱللَّهَ شَيۡـٔٗاۚ
﴿ "sekali-kali mereka tidak dapat memberi mudarat kepada Allah sedikit pun," akan tetapi mudarat dari perbuatan mereka itu akan kembali kepada mereka sendiri. Karena itu Allah berfirman, ﴾ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٌ
﴿ "Dan mereka mendapat azab yang pedih." Lalu bagaima-nakah mereka bisa memberikan mudarat kepada Allah? Mereka telah sangat menjauh dari keimanan dan sangat menyukai keku-furan kepada Yang Maha Penyayang, maka Allah tidaklah butuh kepada mereka. Allah telah memilih dari hamba-hambaNya yang baik dan bersih dari selain orang-orang kafir itu bagi agamaNya, dan menyiapkan untuk agamaNya orang-orang yang diridhaiNya untuk membelaNya dari orang-orang yang memiliki hati yang mantap dan akal yang cemerlang, dan orang-orang yang cerdik dari para tokoh yang hebat. Allah تعالى berfirman,
﴾ قُلۡ ءَامِنُواْ بِهِۦٓ أَوۡ لَا تُؤۡمِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ مِن قَبۡلِهِۦٓ إِذَا يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ يَخِرُّونَۤ لِلۡأَذۡقَانِۤ سُجَّدٗاۤ 107 ﴿
"Katakanlah, 'Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman
(sama saja bagi Allah).' Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengeta-huan sebelumnya apabila al-Qur`an dibacakan kepada mereka, niscaya mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud."
(Al-Isra`: 107).
{وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ (178)}.
"Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian
(waktu) tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi
(waktu) tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan mereka mendapatkan azab yang menghinakan."
(Ali Imran: 178).
#
{178} أي: ولا يظن الذين كفروا بربهم، ونابذوا دينه، وحاربوا رسوله أنَّ تركنا إياهم في هذه الحياة الدنيا وعدم استئصالنا لهم وإملائنا لهم خير لأنفسهم ومحبة منا لهم، كلا ليس الأمر كما زعموا، وإنما ذلك لشر يريده الله بهم وزيادة عذاب وعقوبة إلى عذابهم، ولهذا قال: {إنما نملي لهم ليزدادوا إثماً ولهم عذاب مهين}، فالله تعالى يملي للظالم حتى يزداد طغيانه، ويترادف كفرانه حتى إذا أخذه أخذه أخذ عزيز مقتدر، فليحذر الظالمون من الإمهال، ولا يظنوا أن يفوتوا الكبير المتعال.
(178) Maksudnya, janganlah orang-orang kafir itu berpra-sangka kepada Rabb mereka, lalu mereka mencampakkan agama-Nya, dan memerangi RasulNya, bahwa Kami membiarkan mereka dalam dunia ini dan tidak menghancurkan mereka serta tindakan Kami menangguhkan mereka itu adalah baik bagi diri mereka dan merupakan kecintaan Kami kepada mereka. Semua itu tidak seperti yang mereka sangka, tapi semua itu disebabkan karena keburukan yang dikehendaki oleh Allah kepada mereka dan tambahan sik-saan dan hukuman di samping siksaan tersebut. Karena itu Allah berfirman, ﴾ إِنَّمَا نُمۡلِي لَهُمۡ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِثۡمٗاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّهِينٞ ﴿ "Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan mereka mendapatkan azab yang menghinakan."
Allah تعالى menangguhkan bagi seorang yang zhalim hingga bertambahlah kezhalimannya dan diikuti oleh kekufurannya hingga bila Allah menghukumnya, maka Dia menghukumnya dengan hukuman Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa, maka waspadalah orang-orang yang zhalim dari penangguhan tersebut, dan agar mereka tidak mengira bahwa Dzat Yang Mahabesar lagi Mahatinggi melupakan mereka.
{مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ (179)}.
"Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyi-sihkan yang buruk
(munafik) dari yang baik
(Mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendakiNya dari kalangan Rasul-rasulNya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan Rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka kalian mendapatkan pahala yang besar."
(Ali Imran: 179).
#
{179} أي: ما كان في حكمة الله أن يترك المؤمنين على ما أنتم عليه من الاختلاط وعدم التمييز ، حتى يميز الخبيث من الطيب والمؤمن من المنافق والصادق من الكاذب، ولم يكن في حكمته أيضاً أن يطلع عباده على الغيب الذي يعلمه من عباده، فاقتضت حكمته الباهرة أن يبتلي عباده، ويفتنهم بما به يتميز الخبيث من الطيب من أنواع الابتلاء والامتحان، فأرسل الله رسله وأمر بطاعتهم والانقياد لهم والإيمان بهم، ووعدهم على الإيمان والتقوى الأجر العظيم، فانقسم الناس بحسب اتباعهم للرسل قسمين: مطيعين وعاصين ومؤمنين ومنافقين ومسلمين وكافرين، ليرتب على ذلك الثواب والعقاب، وليظهر عدله وفضله وحكمته لخلقه.
(179) Maksudnya, bukanlah merupakan hikmah Allah bahwa Dia membiarkan kaum Mukminin berada dalam kondisi seperti yang kalian alami berupa campur-baur dan tidak ada pem-bedaan, hingga Allah memilah orang yang buruk dari yang baik, orang Mukmin dari orang munafik, orang yang benar dari orang yang dusta. Dan bukan merupakan hikmahNya juga bahwa hamba-hambaNya mengetahui hal ghaib yang Dia ketahui pada hamba-Nya, maka hikmah Allah yang agung menghendaki agar Allah menguji para hambaNya dan memberikan cobaan kepada mereka dengan perkara yang dapat membedakan antara yang buruk dari yang baik dengan beberapa bentuk ujian dan cobaan. Maka Allah mengutus para rasulNya dan memerintahkan mereka untuk taat, patuh, dan beriman kepada mereka. Lalu Allah menjanjikan kepada mereka atas keimanan dan ketakwaan itu dengan pahala yang besar. Maka terpecahlah manusia dari segi keikutsertaannya kepada Rasul menjadi dua bagian; orang-orang yang taat dan orang-orang yang durhaka, orang-orang yang Mukmin dan orang-orang yang munafik, dan orang-orang Muslim dan orang-orang yang kafir; agar hal itu mengakibatkan adanya pahala dan hukuman, dan agar tampaklah keadilan, kemuliaan, dan hikmahNya kepada makhlukNya.
{وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (180)}.
"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu kelak akan dikalungkan di lehernya pada Hari Kiamat. Dan ke-punyaan Allah-lah segala warisan
(yang ada) di langit dan bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(Ali Imran: 180).
#
{180} أي: ولا يظن الذين يبخلون؛ أي: يمنعون ما عندهم مما آتاهم الله من فضله من المال والجاه والعلم وغير ذلك، مما منحهم الله وأحسن إليهم به، وأمرهم ببذل ما لا يضرهم منه لعباده فبخلوا بذلك، وأمسكوه وضنوا به على عباد الله، وظنوا أنه خير لهم بل هو شر لهم في دينهم ودنياهم وعاجلهم وآجلهم، {سيطوقون ما بخلوا به يوم القيامة}؛ أي يجعل ما بخلوا به طوقاً في أعناقهم يعذبون به كما ورد في الحديث الصحيح: «إن البخيل يمثل له ماله يوم القيامة شجاعاً أقرع له زبيبتان يأخذ بلهزمته يقول: أنا مالك، أنا كنزك» ، وتلا رسول الله - صلى الله عليه وسلم - مصداق ذلك هذه الآية، فهؤلاء حسبوا أن بخلهم نافعهم ومجدٍ عليهم فانقلب عليهم الأمر، وصار من أعظم مضارهم وسبب عقابهم.
{ولله ميراث السموات والأرض}؛ أي: هو تعالى مالك الملك وتردّ جميع الأملاك إلى مالكها وينقلب العباد من الدنيا ما معهم درهم ولا دينار ولا غير ذلك من المال. قال تعالى: {إنا نحن نرث الأرض ومن عليها وإلينا يرجعون}، وتأمل كيف ذكر السبب الابتدائي والسبب الغائي، الموجب كل واحد منهما أن لا يبخل العبد بما أعطاه الله.
أخبر أولاً أن الذي عنده وفي يده فضل من الله ونعمة ليس ملكاً للعبد، بل لولا فضل الله عليه وإحسانه لم يصل إليه منه شيء. فمنْعُه ذلك منْعٌ لفضل الله وإحسانه، ولأن إحسانه موجب للإحسان إلى عبيده، كما قال تعالى: {وأحسن كما أحسن الله إليك}، فمن تحقق أن ما بيده فضل من الله لم يمنع الفضل الذي لا يضره بل ينفعه في قلبه وماله وزيادة إيمانه وحفظه من الآفات.
ثم ذكر ثانياً أن هذا الذي بيد العباد، كلُّها ترجع إلى الله ويرثها تعالى وهو خير الوارثين، فلا معنى للبخل بشيء هو زائل عنك، منتقل إلى غيرك.
ثم ذكر ثالثاً السبب الجزائي فقال: {والله بما تعملون خبير}، فإذا كان خبيراً بأعمالكم جميعها ويستلزم ذلك الجزاء الحسن على الخيرات والعقوبات على الشر لم يتخلف من في قلبه مثقال ذرة من إيمان عن الإنفاق الذي يجزي به الثواب ولا يرضى بالإمساك الذي به العقاب.
(180) Maksudnya, janganlah orang-orang yang bakhil itu menyangka, yaitu orang yang menahan sesuatu yang mereka miliki dari sesuatu yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka berupa karuniaNya seperti harta, kedudukan, ilmu dan sebagainya, yang telah Allah berikan dan Allah anugerahkan kepada mereka, dan Allah memerintahkan kepada mereka untuk mendermakan harta yang tidak akan memudaratkan mereka disebabkannya kepada hamba-hambaNya yang lain, namun mereka bakhil akan hal tersebut, mereka menahannya dari hamba-hamba Allah, dan mereka berpikir bahwa itu lebih baik buat mereka. Akan tetapi itu justru lebih buruk buat mereka dalam agama dan dunia mereka, sekarang maupun nanti.
﴾ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِۦ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۗ
﴿ "Harta yang mereka bakhilkan itu kelak akan dikalungkan di lehernya pada Hari Kiamat." Maksudnya, Allah akan menjadikan harta yang mereka bakhilkan itu sebagai kalung pada leher-leher mereka seraya mereka disiksa dengannya seba-gaimana yang diriwayatkan dalam hadits yang shahih,
إِنَّ الْبَخِيْلَ يُمَثَّلُ لَهُ مَالُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيْبَتَانِ ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَقُوْلُ: أَنَا مَالُكَ، أَنَا كَنْزُكَ.
"Sesungguhnya orang yang bakhil itu pada Hari Kiamat, hartanya akan dijadikan seekor ular jantan yang botak yang memiliki dua taring, kemudian ia akan mematok kedua rahang (pemilik)nya seraya berkata, 'Saya adalah hartamu, saya adalah harta simpananmu'."[12]
Lalu Rasulullah ﷺ membaca ayat ini untuk membenarkan-nya. Orang-orang bakhil itu menyangka bahwa kebakhilan mereka berguna bagi mereka dan akan menyelamatkan mereka, namun ternyata perkaranya terbalik secara total, bahkan kebakhilan me-reka itu menjadi mudarat paling besar bagi mereka dan penyebab bagi siksaan atas mereka.
﴾ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۗ
﴿ "Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan bumi," maksudnya, Allah تعالى adalah Raja atas segala raja, dan seluruh raja-raja kembali kepada Pemiliknya, dan hamba-hamba akan kembali dari dunia dengan tidak mem-bawa apa-apa dari dirham dan dinar, dan tidak juga harta lainnya. Allah تعالى berfirman,
﴾ إِنَّا نَحۡنُ نَرِثُ ٱلۡأَرۡضَ وَمَنۡ عَلَيۡهَا وَإِلَيۡنَا يُرۡجَعُونَ 40
﴿
"Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kami-lah mereka dikembalikan." (Mar-yam: 40).
Perhatikanlah bagaimana Allah menyebutkan sebab awal dan sebab akhir, di mana kedua sebab itu mengharuskan seorang hamba tidak bakhil dengan harta yang telah Allah berikan kepada-nya.
Pertama, Allah mengabarkan tentang sesuatu yang ada pada hamba dan miliknya itu merupakan karunia dari Allah dan nikmat-Nya dan bukan milik hamba tersebut, bahkan sekiranya bukan karena karunia Allah atasnya dan kebaikanNya, niscaya tidak akan ada sama sekali pada dirinya sesuatu pun dari padanya. Maka tindakan bakhilnya itu menghalangi karunia Allah dan kebaikan-Nya. Karena kebaikanNya itu mengharuskan ia berbuat kebaikan juga kepada hamba-hambaNya, sebagaimana Allah berfirman,
﴾ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ
﴿
"Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu." (Al-Qashash: 77).
Barangsiapa yang meneliti (dengan seksama) bahwa apa yang ada padanya itu merupakan karunia dari Allah, niscaya dia tidak akan menahan karunia itu, yang tidak akan memudaratkannya, akan tetapi justru berguna bagi dirinya; pada hatinya, hartanya, dan bertambahnya iman, serta terpelihara dari bencana.
Kemudian kedua, Allah menyebutkan bahwa apa yang ada pada tangan hamba-hamba itu semuanya kembali kepada Allah dan diwarisi oleh Allah تعالى, dan Allah adalah sebaik-baik Pewaris, maka tidak ada artinya bersikap bakhil pada sesuatu yang akan hilang darimu dan akan berpindah kepada selain dirimu.
Kemudian ketiga, Allah menyebutkan sebab balasan, seraya berfirman, ﴾ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ﴿ "Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." Apabila Allah itu Maha Mengetahui pada perbuatan-perbuatan kalian seluruhnya –dan hal itu mengharuskan adanya balasan yang baik bagi kebaikan, dan hukuman atas kejahatan– niscaya tidaklah akan terlambat seseorang yang dalam hatinya ada iman walau seberat biji sawi untuk berinfak, di mana dia akan memperoleh balasan, dan dia tidak akan bahagia dengan menahan infak yang akan membuat dirinya mendapat hukuman.
{لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (181) ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (182)}.
"Sungguh Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya Allah miskin, dan kami kaya.' Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan
(kepada mereka), 'Rasakanlah olehmu azab yang membakar.'
(Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuat-an tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hambaNya."
(Ali Imran: 181-182).
#
{181} يخبر تعالى عن قول هؤلاء المتمردين الذين قالوا أقبح المقالة وأشنعَها وأسمجَها، فأخبر أنه قد سمع ما قالوه، وأنه سيكتبه ويحفظه مع أفعالهم الشنيعة وهو قتلهم الأنبياء الناصحين، وأنه سيعاقبهم على ذلك أشد العقوبة وأنه يقال لهم بدل قولهم إن الله فقير ونحن أغنياء: {ذوقوا عذاب الحريق}؛ المحرق النافذ من البدن إلى الأفئدة، وأن عذابهم ليس ظلماً من الله لهم فإنه {ليس بظلام للعبيد}؛ فإنه منزه عن ذلك.
(181) Allah تعالى mengabarkan tentang perkataan orang-orang yang durhaka yang telah berucap dengan perkataan yang paling buruk, paling keji dan paling busuk, lalu Allah mengabar-kan bahwasanya Dia telah mendengar apa yang mereka katakan, dan bahwa Dia akan menulis dan menjaga
(catatan) itu bersama perbuatan-perbuatan mereka yang sangat keji yaitu membunuh para nabi yang berdakwah. Dan bahwa Allah akan menghukum mereka atas perbuatan itu dengan seberat-berat hukuman, dan bahwa akan dikatakan kepada mereka sebagai ganti apa yang telah mereka katakan yaitu "Allah itu fakir dan kamilah yang kaya," ﴾ ذُوقُواْ عَذَابَ ٱلۡحَرِيقِ
﴿ "Rasakanlah olehmu azab yang membakar", yang menghanguskan lagi menghujam dari badan hingga ke hati. Sik-saan mereka itu bukanlah suatu penganiayaan dari Allah bagi mereka, karena sesungguhnya Allah
﴾ لَيۡسَ بِظَلَّامٖ لِّلۡعَبِيدِ ﴿
"Sekali-kali tidak menganiaya hamba-hambaNya."
(Ali Imran: 182).
Karena Allah تعالى Mahasuci dari hal tersebut.
#
{182} وإنما {ذلك بما قدمت} أيديهم من المخازي والقبائح التي أوجبت استحقاقهم العذاب وحرمانهم الثواب. وقد ذكر المفسرون أن هذه الآية نزلت في قوم من اليهود تكلموا بذلك، وذكروا منهم فنحاص بن عازوراء من رؤساء علماء اليهود في المدينة ، وأنه لما سمع قول الله تعالى: {من ذا الذي يُقرض اللهَ قرضاً حسناً}، {وأقرضوا الله قرضاً حسناً}، قال على وجه التكبر والتجرهم هذه المقالة قبحه الله، فذكرها الله عنهم، وأخبر أنه ليس ببدعٍ من شنائعهم، بل قد سبق لهم من الشنائع ما هو نظير ذلك وهو قتلهم الأنبياء بغير حقٍّ، هذا القيد يراد به أنهم تجرؤوا على قتلهم مع علمهم بشناعته لا جهلاً وضلالاً بل تمرداً وعناداً.
(182) Sesungguhnya ﴾ ذَٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتۡ
﴿ "(azab) yang demikian itu adalah disebabkan" oleh tangan-tangan mereka berupa perbuatan hina dan keburukan yang mengharuskan mereka berhak mendapat-kan azab dan jauh dari pahala. Para ahli tafsir telah menyebutkan bahwasanya ayat ini turun pada suatu kaum dari Yahudi yang telah berbicara dengan perkataan (busuk) tersebut. Para ahli tafsir menyebutkan bahwa di antara kaum Yahudi itu adalah Finhash bin 'Azura`, salah seorang pemimpin ulama Yahudi di Madinah,[13] dan bahwa ketika dia mendengar Firman Allah تعالى,
﴾ مَّن ذَا ٱلَّذِي يُقۡرِضُ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنٗا
﴿
"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, suatu pin-jaman yang baik." (Al-Baqarah: 245) dan
﴾ وَأَقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنٗاۚ ﴿
"Dan berikanlah pinjaman kepada Allah suatu pinjaman yang baik."
(Al-Muzzammil: 20),
dia berkata dengan nada sombong dan congkak perkataan tersebut. Semoga Allah menghukumnya. Maka Allah menyebutkan per-kataan itu dari mereka, dan Allah mengabarkan bahwa itu bukan suatu hal yang baru dari kekejian mereka, bahkan sebenarnya telah berlalu dari mereka kekejian-kekejian lain yang serupa dengan hal tersebut, yaitu pembunuhan nabi-nabi Allah tanpa alasan yang benar. Pembatasan ini dimaksudkan bahwa mereka itu lancang membunuh para nabi padahal mereka mengetahui akan kekejian perbuatan itu, bukan atas dasar kebodohan dan kesesatan, akan tetapi atas dasar pembangkangan dan kedurhakaan.
{الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ عَهِدَ إِلَيْنَا أَلَّا نُؤْمِنَ لِرَسُولٍ حَتَّى يَأْتِيَنَا بِقُرْبَانٍ تَأْكُلُهُ النَّارُ قُلْ قَدْ جَاءَكُمْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِي بِالْبَيِّنَاتِ وَبِالَّذِي قُلْتُمْ فَلِمَ قَتَلْتُمُوهُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (183) فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقَدْ كُذِّبَ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ جَاءُوا بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَالْكِتَابِ الْمُنِيرِ (184)}.
"
(Yaitu) orang-orang
(Yahudi) yang mengatakan, 'Sesungguh-nya Allah telah memerintahkan kepada kami, supaya kami jangan beriman kepada seorang rasul, sehingga dia mendatangkan kepada kami kurban yang dimakan api.' Katakanlah, 'Sesungguhnya telah datang kepadamu beberapa orang rasul sebelumku membawa keterangan-keterangan yang nyata dan membawa apa yang kamu sebutkan, maka mengapa kamu membunuh mereka jika kamu adalah orang-orang yang benar?' Jika mereka mendustakan kamu, maka sungguh rasul-rasul sebelum kamu pun telah didustakan
(pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zubur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna."
(Ali Imran: 183-184).
#
{183} يخبر تعالى عن حال هؤلاء المفترين القائلين {إن الله عهد إلينا}؛ أي: تقدم إلينا وأوصى أن لا نؤمن لرسول حتى يأتينا بقربان تأكله النار فجمعوا بين الكذب على الله وحصر آية الرسل بما قالوه من هذا الإفك المبين، وأنهم إن لم يؤمنوا برسول لم يأتهم بقربان تأكله النار فهم في ذلك مطيعون لربهم ملتزمون عهده، وقد علم أن كل رسول يرسله الله يؤيده من الآيات والبراهين ما على مثله آمن البشر، ولم يقصرها على ما قالوه، ومع هذا فقد قالوا إفكاً لم يلتزموه وباطلاً لم يعملوا به، ولهذا أمر الله رسوله أن يقول لهم: {قل قد جاءكم رسل من قبلي بالبينات} الدالات على صدقهم {وبالذي قلتم} بأن أتاكم بقربان تأكله النار {فلم قتلتموهم إن كنتم صادقين}؛ أي: في دعواكم الإيمان برسول يأتيكم بقربان تأكله النار، فقد تبين بهذا كذبهم وعنادهم وتناقضهم.
(183) Allah تعالى mengabarkan tentang kondisi orang-orang yang membuat kebohongan yang berkata, ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ عَهِدَ إِلَيۡنَآ
﴿ "Sesung-guhnya Allah telah memerintahkan kepada kami," maksudnya, Allah datang kepada kami dan Allah mewasiatkan bahwa janganlah kami beriman kepada seorang rasul hingga dia datang kepada kami dengan membawa kurban yang telah dimakan api. Mereka menyatukan antara kebohongan atas nama Allah dan membatasi tanda-tanda para rasul dengan apa yang mereka katakan berupa kedustaan yang nyata tersebut, dan bahwasanya mereka bila tidak beriman kepada seorang rasul yang tidak membawa kurban yang dimakan api, maka mereka dalam hal itu telah taat kepada Tuhan mereka dan konsisten terhadap perintahNya.
Dan sungguh telah diketahui bahwa setiap rasul yang diutus oleh Allah pasti Dia perkuat dengan ayat-ayat dan bukti-bukti nyata tertentu yang menurut semisalnya (biasa) diimani oleh ma-nusia, dan Allah tidak membatasinya dengan apa yang mereka katakan itu. Namun bersama itu semua, mereka telah membuat kebohongan yang tidak mereka pegang teguh dan kebatilan yang tidak mereka lakukan.
Karena itu Allah memerintahkan kepada RasulNya untuk berkata kepada mereka, ﴾ قَدۡ جَآءَكُمۡ رُسُلٞ مِّن قَبۡلِي بِٱلۡبَيِّنَٰتِ
﴿ "Sesungguhnya telah datang kepadamu beberapa orang rasul sebelumku dengan mem-bawa keterangan-keterangan yang nyata" yang menunjukkan kepada kebenaran mereka, ﴾ وَبِٱلَّذِي قُلۡتُمۡ
﴿ "dan membawa apa yang kamu sebut-kan" yaitu dia membawa kepada kalian kurban yang dimakan oleh api, ﴾ فَلِمَ قَتَلۡتُمُوهُمۡ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ﴿ "maka mengapa kamu membunuh mereka jika kamu adalah orang-orang yang benar?" Maksudnya,
(kalian benar) dalam pengakuan kalian bahwa kalian beriman kepada seorang Rasul yang membawa kurban yang dimakan api
(lalu kenapa kalian tetap membunuh para rasul itu); maka dengan hal ini jelaslah ke-bohongan, kedurhakaan, dan penentangan mereka.
#
{184} ثم سَلَّى رسولَه - صلى الله عليه وسلم - فقال: {فإن كذبوك فقد كُذِّبَ رسلٌ من قبلك}؛ أي: هذه عادة الظالمين ودأبهم الكفر بالله وتكذيب رسل الله، وليس تكذيبهم لرسل الله عن قصور بما أتوا به أو عدم تبين حجة، بل قد {جاءوا بالبينات}؛ أي: الحجج العقلية والبراهين النقلية {والزبر}؛ أي: الكتب المزبورة المنزلة من السماء التي لا يمكن أن يأتي بها غير الرسل، {والكتاب المنير} للأحكام الشرعية وبيان ما اشتملت عليه من المحاسن العقلية، ومنير أيضاً للأخبار الصادقة، فإذا كان هذا عادتهم في عدم الإيمان بالرسل الذين هذا وصفهم فلا يحزنك أمرهم ولا يهمنك شأنهم، ثم قال تعالى:
(184) Kemudian Allah menghibur RasulNya ﷺ seraya ber-firman, ﴾ فَإِن كَذَّبُوكَ فَقَدۡ كُذِّبَ رُسُلٞ مِّن قَبۡلِكَ
﴿ "Jika mereka mendustakanmu, maka sungguh rasul-rasul sebelum kamu pun telah didustakan (pula)." Maksudnya, ini adalah kebiasaan orang-orang yang zhalim dan jalan mereka yaitu kufur kepada Allah dan mendustakan para rasul Allah. Pendustaan mereka kepada para rasul Allah itu bukan karena suatu keterbatasan syariat yang datang kepada mereka atau tidak jelasnya hujjah bagi mereka, bahkan sungguh ﴾ جَآءُو بِٱلۡبَيِّنَٰتِ
﴿ "mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata" yaitu, hujjah-hujjah logika dan bukti-bukti nyata naqliyah, ﴾ وَٱلزُّبُرِ
﴿ "dan Zubur," yaitu, kitab-kitab yang ditulis dan diturunkan dari langit yang tidak mungkin dibawa oleh selain para rasul, ﴾ وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلۡمُنِيرِ ﴿ "dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna" tentang hukum-hukum syariat dan penjelasan tentang berbagai masalah yang mencakup keindahan-keindahan logika, dan juga penjelasan tentang kabar-kabar yang benar.
Apabila ini adalah kebiasaan mereka dalam ketidakberimanan kepada para rasul yang mana inilah gambaran mereka, maka janganlah engkau bersedih karena hal mereka tersebut, dan jangan-lah sekali-kali perkara mereka menyibukkanmu.
{كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (185)}.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesung-guhnya pada Hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Ba-rangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."
(Ali Imran: 185).
#
{185} هذه الآية الكريمة فيها التزهيد في الدنيا بفنائها وعدم بقائها وأنها متاع الغرور، تفتن بزخرفها وتخدع بغرورها وتغر بمحاسنها، ثم هي منتقلِة ومنتقَل عنها إلى دار القرار التي توفَّى فيها النفوس ما عملت في هذه الدار من خير وشر {فمن زحزح}؛ أي: أخرج {عن النار وأدخل الجنة فقد فاز}؛ أي: حصل له الفوز العظيم بالنجاة من العذاب الأليم والوصول إلى جنات النعيم التي فيها ما لا عين رأت ولا أذن سمعت ولا خطر على قلب بشر.
ومفهوم الآية: أن من لم يزحزح عن النار، ويدخل الجنة فإنه لم يفز بل قد شقي الشقاء الأبدي، وابتلي بالعذاب السرمدي.
وفي هذه الآية إشارة لطيفة إلى نعيم البرزخ وعذابه وأن العاملين يجزون فيه بعض الجزاء مما عملوه ويقدم لهم أنموذج مما أسلفوه، يفهم هذا من قوله: {وإنما توفون أجوركم يوم القيامة}؛ أي: توفية الأعمال التامة إنما يكون يوم القيامة، وأما ما دون ذلك فيكون في البرزخ، بل قد يكون قبل ذلك في الدنيا كقوله: {ولنذيقنهم من العذاب الأدنى دون العذاب الأكبر}.
(185) Ayat yang mulia ini mengandung penjelasan tentang zuhud dari dunia karena bersifat fana dan tidak kekal, dan bahwa dunia itu adalah perhiasan yang menipu, membuat fitnah dengan keindahannya, menipu dengan kecantikan dan kemolekannya. Kemudian dunia itu akan berpindah dan ditinggalkan menuju ne-geri yang abadi, di mana jiwa-jiwa manusia akan diberikan balasan amal yang telah diperbuatnya di dunia ini berupa kebaikan mau-pun kejelekan. ﴾ فَمَن زُحۡزِحَ
﴿ "Maka barangsiapa dijauhkan," maksudnya, dikeluarkan ﴾ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ
﴿ "dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia telah beruntung" maksudnya, dia memperoleh kemenangan yang besar dengan selamat dari siksa yang pedih dan sampai kepada surga yang penuh nikmat, yang berisikan segala keindahan yang tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas pada benak dan hati seseorang.
Pemahaman terbalik ayat ini, adalah bahwa barangsiapa yang tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak masuk dalam surga, maka dia tidaklah beruntung, bahkan dia celaka dengan kesengsaraan yang abadi dan disiksa dengan hukuman yang kekal.
Ayat ini mengandung isyarat akan adanya kenikmatan alam barzakh maupun siksaannya, dan bahwa orang-orang yang beramal akan diberikan balasan di dalamnya dengan beberapa balasan dari amal yang telah mereka lakukan, dan disuguhkan kepada mereka beberapa contoh dari orang-orang yang mendahuluinya. Ini dapat dipahami dari FirmanNya, ﴾ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ
﴿ "Dan se-sungguhnya pada Hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu," mak-sudnya, penyempurnaan balasan perbuatan secara total hanya terjadi pada Hari Kiamat, sedangkan selain itu maka terjadi di alam barzakh, bahkan bisa jadi dapat terjadi sebelum itu (di dunia), seperti Firman Allah تعالى,
﴾ وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡأَدۡنَىٰ دُونَ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡأَكۡبَرِ ﴿
"Dan sungguh Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat
(di dunia) sebelum azab yang lebih besar
(di akhirat)."
(As-Sajdah: 21).
{لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (186)}.
"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta dan dirimu. Dan
(juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menya-kitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan."
(Ali Imran: 186).
#
{186} يخبر تعالى ويخاطب المؤمنين أنهم سيبتلون في أموالهم من النفقات الواجبة والمستحبة ومن التعريض لإتلافها في سبيل الله وفي أنفسهم من التكليف بأعباء التكاليف الثقيلة على كثير من الناس كالجهاد في سبيل الله والتعرض فيه للتعب والقتل والأسر والجراح وكالأمراض التي تصيبه في نفسه أو فيمن يحب، ولتسمعن من الذين أوتوا الكتاب والمشركين {أذى كثيراً} من الطعن فيكم وفي دينكم وكتابكم ورسولكم. وفي إخباره لعباده المؤمنين بذلك عدة فوائد:
منها: أن حكمته تعالى تقتضي ذلك ليتميز المؤمن الصادق من غيره.
ومنها: أنه تعالى يقدر عليهم هذه الأمور لما يريده بهم من الخير ليعلي درجاتهم ويكفر من سيئاتهم وليزداد بذلك إيمانهم ويتم به إيقانهم فإنه إذا أخبرهم بذلك ووقع كما أخبر، {قالوا هذا ما وعدنا الله ورسوله وصدق الله ورسوله وما زادهم إلا إيماناً وتسليماً}.
ومنها: أنه أخبرهم بذلك لتتوطن نفوسهم على وقوع ذلك والصبر عليه إذا وقع لأنهم قد استعدوا لوقوعه فيهون عليهم حمله وتخف عليهم مؤنته ويلجؤون إلى الصبر والتقوى، ولهذا قال: {وإن تصبروا وتتقوا}؛ أي: إن تصبروا على ما نالكم في أموالكم وأنفسكم من الابتلاء والامتحان وعلى أذية الظالمين وتتقوا الله في ذلك الصبر بأن تنووا به وجه الله والتقرب إليه ولم تتعدوا في صبركم الحد الشرعي من الصبر في موضع لا يحل لكم فيه الاحتمال بل وظيفتكم فيه الانتقام من أعداء الله.
{فإن ذلك من عزم الأمور}؛ أي: من الأمور التي يعزم عليها وينافس فيها ولا يوفق لها إلا أهل العزائم والهمم العالية، كما قال تعالى: {وما يلقاها إلا الذين صبروا وما يلقاها إلا ذو حظ عظيم}.
(186) Allah تعالى mengabarkan dan mengarahkan pembica-raan kepada kaum Mukminin bahwasanya mereka akan diuji pada harta mereka berupa infak-infak yang wajib dan sunnah, dan be-rupa kemungkinan menjadi habis di jalan Allah, dan
(diuji) pada diri mereka berupa pembebanan dengan berbagai beban yang berat di atas sebagian besar manusia lain, seperti jihad di jalan Allah dan kemungkinan adanya kelelahan, pembunuhan dan tertawan atau terluka. Atau seperti penyakit yang menimpa pada dirinya atau pada orang yang dicintainya. Dan pastilah kalian akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab dan kaum musyrikin,﴾ أَذٗى كَثِيرٗاۚ
﴿ "gangguan yang banyak" yang menyakitkan hati berupa tu-duhan pada diri kalian, pada agama kalian, dan kitab kalian serta Rasul kalian. Kabar dari Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman itu tentang hal tersebut menyimpan beberapa faidah, di antaranya;
$ Bahwa hikmah Allah تعالى menuntut hal tersebut agar terbedakan seorang Mukmin yang benar dari selainnya.
$ Bahwa Allah تعالى menakdirkan atas mereka perkara-perkara tersebut, disebabkan Allah menghendaki bagi mereka kebaikan, agar derajat mereka semakin tinggi dan kesalahan-kesalahan mereka terhapus, dan agar iman mereka bertambah dan keya-kinan mereka akan semakin sempurna. Apabila Allah menga-barkan hal tersebut kepada mereka, maka hal itu pasti akan terjadi sebagaimana yang dikabarkanNya.
﴾ قَالُواْ هَٰذَا مَا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَصَدَقَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥۚ وَمَا زَادَهُمۡ إِلَّآ إِيمَٰنٗا وَتَسۡلِيمٗا 22
﴿
"Mereka berkata, 'Inilah yang dijanjikan Allah dan RasulNya kepada kita.' Dan benarlah Allah dan RasulNya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan." (Al-Ahzab: 22).
$ Bahwa Allah mengabarkan kepada mereka tentang hal itu agar jiwa mereka tegar menghadapi kejadian tersebut dan bersabar atasnya apabila terjadi. Karena mereka telah bersiap-siap menghadapi kejadian tersebut, maka menjadi mudahlah bagi mereka untuk memikulnya dan ringan bagi mereka pengor-banan biayanya, dan mereka bersandar kepada sabar dan takwa. Karena itu Allah berfirman, ﴾ وَإِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ
﴿ "Jika kamu bersabar dan bertakwa," maksudnya, apabila kalian bersabar atas apa yang kalian dapatkan pada harta dan jiwa kalian berupa ujian dan cobaan dan gangguan orang-orang yang zhalim, dan kalian bertakwa kepada Allah dalam kesabaran tersebut, dengan meniatkan (hanya) mengharapkan Wajah Allah dan mendekatkan diri kepadaNya dan kalian tidak melampaui batas-batas syariat dalam kesabaran kalian tersebut dengan bersabar pada suatu tempat yang tidak halal bagi kalian ber-sabar padanya, bahkan sebaliknya tugas kalian padanya adalah membalas musuh-musuh Allah.
﴾ فَإِنَّ ذَٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ
﴿ "Maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan." Maksudnya ia termasuk perkara-perkara yang patut ditekadkan dalam menempuhnya dan berlomba-lomba meraihnya dan tidaklah akan diberi taufik kepa-danya kecuali orang-orang yang memiliki tekad dan bercita-cita tinggi, sebagaimana Allah berfirman,
﴾ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٖ 35 ﴿
"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar."
(Fushshilat: 35).
{وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ (187) لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (188)}.
"Dan
(ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab
(yaitu), 'Hendaklah kamu menerang-kan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu menyem-bunyikannya,' lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka, dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima. Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan mereka mendapatkan siksa yang pedih."
(Ali Imran: 187-188).
#
{187} الميثاق: هو العهد الثقيل المؤكد، وهذا الميثاق أخذه الله تعالى على كل من أعطاه الله الكتب، وعلَّمه العلمَ أن يبين للناس ما يحتاجون إليه مما علمه الله ولا يكتمهم ذلك ويبخل عليهم به، خصوصاً إذا سألوه أو وقع ما يوجب ذلك، فإنَّ كلَّ من عنده علم يجب عليه في تلك الحال أن يبينه ويوضح الحق من الباطل. فأما الموفقون فقاموا بهذا أتم القيام وعلَّموا الناس مما علَّمَهم الله ابتغاء مرضاة ربهم وشفقة على الخلق وخوفاً من إثم الكتمان. وأما الذين أوتوا الكتاب من اليهود والنصارى ومن شابههم فنبذوا هذه العهود والمواثيق وراء ظهورهم فلم يعبؤوا بها فكتموا الحق وأظهروا الباطل تجرؤاً على محارم الله وتهاوناً بحقوقه تعالى وحقوق الخلق واشتروا بذلك الكتمان {ثمناً قليلاً} وهو ما يحصل لهم إن حصل من بعض الرياسات والأموال الحقيرة من سفلتهم المتبعين أهواءهم المقدمين شهواتهم على الحق {فبئس ما يشترون} لأنه أخسّ العوض والذي رغبوا عنه وهو بيان الحق الذي فيه السعادة الأبدية والمصالح الدينية والدنيوية أعظمُ المطالب وأجلُّها، فَلَمْ يختاروا الدني الخسيس ويتركوا العالي النفيس إلا لسوء حظهم وهوانهم وكونهم لا يصلحون لغير ما خلقوا له. ثم قال تعالى:
(187) Al-Mitsaq adalah sebuah janji yang berat lagi dikuat-kan
(dengan sesuatu). Janji tersebut diambil oleh Allah تعالى dari setiap orang yang telah Allah berikan kepadanya kitab, dan telah Allah ajarkan kepadanya ilmu, yaitu agar dia menjelaskan apa yang telah Allah ajarkan itu kepada manusia apa yang mereka butuhkan dan tidak menyembunyikannya dan bakhil dengannya kepada mereka, khususnya bila mereka bertanya kepadanya atau terjadi suatu kondisi yang mengharuskan hal tersebut. Karena setiap orang yang memiliki ilmu, maka pada saat itu wajib atasnya menjelaskan dan menerangkan kebenaran dari kebatilan.
Orang-orang yang diberi taufik oleh Allah, niscaya mereka akan menunaikan dan menyempurnakan kewajiban tersebut dan mereka mengajarkan manusia apa yang telah Allah ajarkan kepa-danya dengan maksud memperoleh keridhaan Rabb mereka dan sebagai rasa kasih terhadap makhluk serta rasa takut dari dosa menyembunyikan ilmu. Sedangkan orang-orang yang telah diberi-kan kepada mereka al-Kitab dari kaum Yahudi dan Nasrani dan orang-orang yang seperti mereka, maka mereka telah melempar-kan perjanjian dan ikatan-ikatan tersebut di belakang punggung mereka dan mereka tidak mempedulikannya. Mereka menyem-bunyikan kebenaran dan menampakkan kebatilan sebagai sikap lancang terhadap hal-hal yang diharamkan oleh Allah serta mere-mehkan hak-hak Allah تعالى dan hak-hak makhluk. Dan dengan penyembunyian itu mereka menukarnya ﴾ ثَمَنٗا قَلِيلٗاۖ
﴿ "dengan harga yang sedikit," yaitu sesuatu yang mereka dapatkan jika mendapatkan-nya berupa sedikit kedudukan, harta yang hina dari orang-orang yang rendah, yang mengikuti hawa nafsu mereka dan mendahulu-kan syahwat mereka daripada kebenaran.
﴾ فَبِئۡسَ مَا يَشۡتَرُونَ ﴿ "Amatlah buruk tukaran yang mereka terima" karena hal itu adalah imbalan yang paling rendah. Sedangkan sesuatu yang mereka benci, yaitu menjelaskan kebenaran yang mengandung kebahagiaan yang abadi dan manfaat agama maupun dunia adalah harapan dan cita-cita yang paling tinggi dan paling mulia; dan tidaklah mereka memilih yang rendah lagi hina dan meninggalkan yang tinggi lagi mahal, melainkan karena buruknya bagian mereka, kehinaan mereka dan kondisi mereka yang tidak baik bagi selain tujuan untuk apa mereka diciptakan. Kemudian Allah تعالى berfirman,
#
{188} {لا تحسبن الذين يفرحون بما أتوا}؛ أي: من القبائح والباطل القولي والفعلي {ويحبون أن يحمدوا بما لم يفعلوا}؛ أي: بالخير الذي لم يفعلوه والحق الذي لم يقولوه، فجمعوا بين فعل الشر وقوله والفرح بذلك ومحبة أن يحمدوا على فعل الخير الذي ما فعلوه، {فلا تحسبنهم بمفازة من العذاب}؛ أي: بمحلِّ نجوة منه وسلامة، بل قد استحقوه وسيصيرون إليه ولهذا قال: {ولهم عذاب أليم}.
ويدخل في هذه الآية الكريمة أهل الكتاب الذين فرحوا بما عندهم من العلم ولم ينقادوا للرسول، وزعموا أنهم هم المحقون في حالهم ومقالهم، وكذلك كل من ابتدع بدعة قولية أو فعلية، وفرح بها، ودعا إليها، وزعم أنه محق وغيره مبطل كما هو الواقع من أهل البدع.
ودلت الآية بمفهومها على أن من أحبَّ أن يحمدَ ويُثْنَى عليه بما فعله من الخير واتِّباع الحقِّ إذا لم يكن قصده بذلك الرياء والسمعة أنه غير مذموم، بل هذا من الأمور المطلوبة التي أخبر الله أنه يجزي بها المحسنين له الأعمال والأقوال، وأنه جازى بها خواص خلقه وسألوها منه كما قال إبراهيم عليه السلام: {واجعل لي لسان صدق في الآخرين}، وقال: {سلام على نوح في العالمين إنا كذلك نجزي المحسنين}، وقد قال عباد الرحمن: {واجعلنا للمتقين إماماً}، وهي من نعم الباري على عبده ومننه التي تحتاج إلى شكر.
(188) ﴾ لَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَفۡرَحُونَ بِمَآ أَتَواْ
﴿ "Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan," yaitu berupa keburukan dan kebatilan perkataan maupun perbuatan, ﴾ وَّيُحِبُّونَ أَن يُحۡمَدُواْ بِمَا لَمۡ يَفۡعَلُواْ
﴿ "dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan", maksudnya, (dipuji) dengan kebaikan yang tidak mereka kerjakan dan kebe-naran yang belum mereka katakan. Mereka telah menyatukan antara perbuatan buruk dan perkataan buruk, serta gembira akan hal tersebut dan suka akan pujian terhadap perbuatan baik yang belum mereka kerjakan. ﴾ فَلَا تَحۡسَبَنَّهُم بِمَفَازَةٖ مِّنَ ٱلۡعَذَابِۖ
﴿ "Janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa," maksudnya, berposisi selamat dan bebas, akan tetapi mereka berhak mendapat siksa, dan mereka akan menuju kepadanya. Karena itu Allah berfirman, ﴾ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ
﴿ "Dan mereka mendapatkan siksa yang pedih."
Termasuk dalam ayat yang mulia ini adalah ahli Kitab yang bergembira dengan sesuatu yang ada pada mereka berupa ilmu, namun mereka tidak tunduk kepada Rasul, dan mereka menyangka bahwa merekalah yang benar dalam kondisi riil dan pandangan hidup mereka. Demikian juga setiap orang yang berbuat bid'ah, baik perkataan maupun perbuatan, dan senang dengannya, lalu mengajak orang kepadanya, dan menyangka bahwa dia benar dan selainnya batil, sebagaimana umumnya terjadi pada ahli-ahli bid'ah.
Ayat ini dengan pemahamannya menunjukkan bahwa ba-rangsiapa yang suka dipuji dan disanjung dengan apa yang telah diperbuatnya berupa kebaikan dan mengikuti kebenaran, apabila tujuannya bukanlah ingin dilihat (riya`) dan didengar (sum'ah), maka hal tersebut tidaklah tercela. Bahkan hal ini termasuk perkara yang dianjurkan, yang telah Allah kabarkan bahwa Allah akan memberikan balasan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan dalam perkataan maupun perbuatan, dan bahwa Allah akan memberikan balasan terhadap hamba-hambaNya yang dicintaiNya, dan mereka memohon hal itu kepadaNya; seperti perkataan Ibrahim عليه السلام,
﴾ وَٱجۡعَل لِّي لِسَانَ صِدۡقٖ فِي ٱلۡأٓخِرِينَ 84
﴿
"Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian." (Asy-Syu'ara`: 84).
Dan Allah berfirman,
﴾ سَلَٰمٌ عَلَىٰ نُوحٖ فِي ٱلۡعَٰلَمِينَ 79 إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ 80
﴿
"Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam. Sesungguh-nya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (Ash-Shaffat: 79-80).
Hamba-hamba dari Yang Maha Rahman berkata,
﴾ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا 74 ﴿
"Jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."
(Al-Furqan: 74).
Itu semua adalah nikmat Sang Pencipta atas hamba-hamba-Nya, di mana itu semua membutuhkan sikap syukur.
{وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (189)}.
"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."
(Ali Imran: 189).
#
{189} أي: هو المالك للسماوات والأرض وما فيهما من سائر أصناف الخلق المتصرف فيهم بكمال القدرة وبديع الصنعة، فلا يمتنع عليه منهم أحد، ولا يعجزه أحد.
(189) Maksudnya, Dia-lah Pemilik langit dan bumi dan sesuatu yang ada pada keduanya berupa seluruh macam makhluk, Yang bertindak pada mereka dengan kesempurnaan kuasa dan keindahan ciptaan, dan Dia tidak terhalang oleh seseorang pun dari mereka, dan tidak ada seorang pun yang melemahkanNya.
{إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191) رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (192) رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ (193) رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ (194)}.
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan dia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim seorang penolong pun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar
(seruan) orang yang menyeru kepada iman,
(yaitu), 'Berimanlah kamu kepada Tuhanmu,' maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasulMu. Dan janganlah Engkau hinakan kami di Hari Kiamat. Sesungguh-nya Engkau tidak menyalahi janji'."
(Ali Imran: 190-194).
#
{190} يخبر تعالى: {إن في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولي الألباب}، وفي ضمن ذلك حث العباد على التفكر فيها والتبصر بآياتها وتدبر خلقها. وأبهم قوله: {آيات}، ولم يقل على المطلب الفلاني إشارة لكثرتها وعمومها، وذلك لأن فيها من الآيات العجيبة ما يُبِهر الناظرين ويقنع المتفكرين ويجذب أفئدة الصادقين وينبه العقول النيرة على جميع المطالب الإلهية، فأما تفصيل ما اشتملت عليه فلا يمكِّن مخلوقاً أن يحصره ويحيط ببعضه، وفي الجملة فما فيها من العظمة والسعة وانتظام السير والحركة يدل على عظمة خالقها وعظمة سلطانه وشمول قدرته، وما فيها من الإحكام والإتقان وبديع الصنع ولطائف الفعل يدل على حكمة الله ووضعه الأشياء مواضعها وسعة علمه، وما فيها من المنافع للخلق يدل على سعة رحمة الله وعموم فضله وشمول بره ووجوب شكره، وكل ذلك يدل على تعلق القلب بخالقها ومبدعها وبذل الجهد في مرضاته، وأن لا يشرك به سواه ممن لا يملك لنفسه ولا لغيره مثقال ذرة في الأرض ولا في السماء، وخص الله بالآيات أولي الألباب وهم أهل العقول لأنهم هم المنتفعون بها الناظرون إليها بعقولهم لا بأبصارهم.
(190) Allah تعالى memberitakan, ﴾ إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ
﴿ "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." Termasuk di dalamnya adalah anjuran kepada hamba untuk memikirkan ciptaanNya, memperhatikan dengan seksama tanda-tandanya dan merenungkan proses pencip-taannya. Allah menyebut secara umum FirmanNya, ﴾ لَأٓيَٰتٖ ﴿ "Tanda-tanda", dan tidak berfirman menurut kepentingan
(sempit) bagi seseorang sebagai isyarat kepada banyaknya dan keumumannya. Yang demikian itu karena di dalamnya mengandung tanda-tanda yang menakjubkan yang membuat decak kagum orang-orang yang memandangnya dan memuaskan orang-orang yang memikirkan-nya, menarik hati orang-orang yang jujur, membangunkan akal yang jernih terhadap tuntutan-tuntutan ilahiyah.
Adapun perincian perkara yang dikandung olehnya, maka tidaklah mungkin makhluk dapat menghinggakan dan meliputi sebagiannya. Secara global segala sesuatu yang ada padanya berupa keagungan, keluasan, keberaturan peredaran dan gerakannya, menunjukkan kepada keagungan Penciptanya, agungnya kekua-saanNya dan keuniversalan KuasaNya, dan semua yang ada di dalamnya berupa keteraturan dan kedetailan, serta keindahan dan kelembutan perbuatan. Semua perbuatan
(dan karya) itu menun-jukkan kebijaksanaan Allah yang meletakkan segala sesuatu pada tempat yang tepat dan begitu luasnya ilmuNya. Dan apa pun yang dikandungnya berupa manfaat bagi makhluk menunjukkan akan keluasan rahmat Allah, umumnya karuniaNya, kebaikanNya yang menyeluruh dan kewajiban bersyukur kepadaNya. Semua itu me-nunjukkan ketergantungan hati kepada Pencipta dan Pembuatnya, dan mengerahkan segala upaya dalam memperoleh keridhaanNya, dan agar Allah tidak disekutukan dengan sesuatu pun, dari orang yang tidak memiliki sebesar biji atom sekalipun untuk dirinya maupun untuk orang lain, di bumi dan tidak pula di langit.
Allah mengkhususkan tanda-tanda itu kepada orang-orang yang berakal, karena mereka adalah orang-orang yang memiliki akal pikiran, dan merekalah orang-orang yang dapat mengambil manfaat darinya yang memperhatikan dengan akal pikiran mereka, dan bukan dengan
(hanya) pandangan mereka saja.
#
{191} ثم وصف أولي الألباب بأنهم: {يذكرون الله} في جميع أحوالهم {قياماً وقعوداً وعلى جنوبهم}، وهذا يشمل جميع أنواع الذكر بالقول والقلب، ويدخل في ذلك الصلاة قائماً، فإن لم يستطع فقاعداً، فإن لم يستطع فعلى جنب، وأنهم: {يتفكرون في خلق السموات والأرض}؛ أي: ليستدلوا بها على المقصود منها، ودل هذا على أن التفكر عبادة من صفات أولياء الله العارفين، فإذا تفكروا بها عرفوا أن الله لم يخلقها عبثاً فيقولون: {ربنا ما خلقت هذا باطلاً سبحانك} عن كل ما لا يليق بجلالك بالحق وللحق بل خلقتها مشتملة على الحق {فقنا عذاب النار}، بأن تعصمنا من السيئات وتوفقنا للأعمال الصالحات لننال بذلك النجاة من النار. ويتضمن ذلك سؤال الجنة لأنهم إذا وقاهم الله عذاب النار حصلت لهم الجنة، ولكن لما قام الخوف بقلوبهم، دعوا الله بأهم الأمور عندهم:
(191) Kemudian Allah menjelaskan sifat-sifat orang-orang yang berakal itu, bahwa mereka adalah ﴾ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ
﴿ "orang-orang yang mengingat Allah" pada segala kondisi mereka, ﴾ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ
﴿ "sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring." Ini mencakup segala bentuk dzikir dengan perkataan dan hati, dan termasuk dalam hal itu adalah shalat dengan berdiri, bila tidak mampu, maka dengan duduk, dan bila tidak mampu, maka dengan berbaring, dan bahwa mereka ﴾ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ
﴿ "memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi." Maksudnya, agar mereka menjadikan-nya sebagai dalil atas maksud darinya.
Ini menunjukkan bahwa berpikir adalah ibadah yang meru-pakan salah satu sifat dari sifat-sifat para wali Allah yang berilmu. Apabila mereka memikirkannya, niscaya mereka akan mengetahui bahwa Allah تعالى tidaklah menciptakan mereka dengan sia-sia. Maka mereka berkata, ﴾ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ
﴿ "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau" dari segala hal yang tidak patut bagi keagunganMu dengan kebenaran dan karena kebenaran. Akan tetapi Engkau menciptakan semua itu dengan mengandung kebenaran, ﴾ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ﴿ "maka peliharalah kami dari siksa neraka," dengan melindungi kami dari keburukan-kebu-rukan dan Engkau bimbing kami kepada amalan-amalan shalih hingga dengan itu kami semua memperoleh keselamatan dari api neraka. Dan hal itu mengandung permohonan masuk surga, karena bila Allah memelihara mereka dari siksa neraka, niscaya mereka memperoleh surga. Tetapi ketika rasa takut muncul pada hati mereka, niscaya mereka memohon kepada Allah dengan perkara-perkara yang paling penting bagi mereka;
#
{192} {ربنا إنك من تدخل النار فقد أخزيته}؛ أي: لحصوله على السخط من الله ومن ملائكته وأوليائه ووقوع الفضيحة التي لا نجاة منها ولا منقذ منها، ولهذا قال: {وما للظالمين من أنصار} ينقذونهم من عذابه، وفيه دلالة على أنهم دخلوها بظلمهم.
(192) ﴾ رَبَّنَآ إِنَّكَ مَن تُدۡخِلِ ٱلنَّارَ فَقَدۡ أَخۡزَيۡتَهُۥۖ
﴿ "Ya Tuhan kami, sesungguh-nya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan dia," yaitu, karena dia telah memperoleh murka dari Allah, para malaikatNya, dan para waliNya, dan terjadinya kehinaan yang tidak ada keselamatan dan pelarian darinya.
Itulah sebabnya Allah berfirman, ﴾ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ ﴿ "Dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim seorang penolong pun" yang menye-lamatkan mereka dari siksaanNya. Ayat ini menunjukkan bahwa mereka masuk neraka disebabkan kezhaliman mereka sendiri.
#
{193} {ربنا إننا سمعنا منادياً ينادي للإيمان} وهو محمد - صلى الله عليه وسلم -؛ [أي]: يدعو الناس إليه ويرغبهم فيه في أصوله وفروعه {فآمنا}؛ أي: أجبناه مبادرة وسارعنا إليه. وفي هذا إخبار منهم بمنة الله عليهم وتبجح بنعمته وتوسل إليه بذلك أن يغفر ذنوبهم ويكفر سيئاتهم لأن الحسنات يذهبن السيئات. والذي مَنَّ عليهم بالإيمان سيمنُّ عليهم بالأمان التام، {وتوفنا مع الأبرار}، يتضمن هذا الدعاء التوفيق لفعل الخير وترك الشر الذي به يكون العبد من الأبرار والاستمرار عليه والثبات إلى الممات.
(193) ﴾ رَّبَّنَآ إِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِيٗا يُنَادِي لِلۡإِيمَٰنِ
﴿ "Ya Tuhan kami, sesungguh-nya kami mendengar (seruan) orang yang menyeru kepada iman," yaitu, Muhammad ﷺ. Maksudnya beliau menyeru manusia kepada iman, menganjurkan mereka menempuhnya pada asas-asasnya maupun cabang-cabangnya. ﴾ فَـَٔامَنَّاۚ
﴿ "Maka kami pun beriman," maksudnya, kami memenuhi seruannya dengan segera dan kami cepat-cepat kepadanya.
Ayat ini adalah kabar dari mereka tentang karunia Allah atas mereka, rasa bangga akan nikmatNya dan bertawasul dengannya kepada Allah agar Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan menggugurkan keburukan-keburukan mereka, karena kebaikan itu akan menghapus keburukan, dan orang-orang yang dikaruniai keimanan oleh Allah, niscaya Allah akan mengaruniakan kepada mereka rasa aman yang sempurna.
﴾ وَتَوَفَّنَا مَعَ ٱلۡأَبۡرَارِ ﴿ "Dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti", doa ini mengandung taufik untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan, di mana dengan itulah seorang hamba termasuk ke dalam orang-orang yang berbakti, konsisten dan teguh terhadapnya hingga maut menjemput.
#
{194} ولما ذكروا توفيق الله إياهم للإيمان وتوسلهم به إلى تمام النعمة، سألوه الثواب على ذلك، وأن ينجز لهم ما وعدهم به على ألسنة رسله من النصر والظهور في الدنيا، ومن الفوز برضوان الله وجنته في الآخرة، فإنه تعالى لا يخلف الميعاد، فأجاب الله دعاءهم وقبل تضرعهم فلهذا قال:
(194) Dan ketika mereka menyebutkan taufik Allah untuk mereka kepada keimanan dan tawasulnya mereka dengan hal itu kepada kesempurnaan nikmat, maka mereka memohon kepada Allah pahalaNya atas hal tersebut dan agar Allah merealisasikan janjiNya kepada mereka yang diucapkan lewan lisan RasulNya berupa pembelaan dan kemenangan di dunia, dan keberhasilan dengan keridhaan Allah dan surganya di akhirat, karena sesung-guhnya Allah تعالى tidaklah menyalahi janjiNya. Maka Allah meme-nuhi doa mereka dan menerima ibadah mereka.
{فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ (195)}.
Karena itulah Allah berfirman,
"Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya
(dengan berfirman), 'Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari kalian, baik laki-laki atau perempuan,
(karena) sebagian kalian adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalanKu, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Aku hapuskan kesalahan-kesa-lahan mereka, dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisiNya pahala yang baik."
(Ali Imran: 195).
#
{195} أي: أجاب الله دعاءهم دعاء العبادة ودعاء الطلب وقال: {إني لا أُضيع عمل عامل منكم من ذكر أو أنثى} فالجميع سيلقون ثواب أعمالهم كاملاً موفراً، أي: كلكم على حد سواء في الثواب والعقاب، {فالذين هاجروا وأُخرجوا من ديارهم وأُوذوا في سبيلي وقاتلوا وقتلوا} فجمعوا بين الإيمان والهجرة ومفارقة المحبوبات من الأوطان والأموال طلباً لمرضاة ربهم وجاهدوا في سبيل الله {لأكفرنَّ عنهم سيئاتهم ولأدخلنهم جنات تجري من تحتها الأنهار ثواباً من عند الله} الذي يعطي عبده الثواب الجزيل على العمل القليل، {والله عنده حسن الثواب}، مما لا عين رأت ولا أُذن سمعت ولا خطر على قلب بشر، فمن أراد ذلك فليطلبه من الله بطاعته والتقرب إليه بما يقدر عليه العبد.
(195) Maksudnya Allah memenuhi doa mereka berupa doa ibadah maupun doa permohonan seraya berfirman, ﴾ أَنِّي لَآ أُضِيعُ عَمَلَ عَٰمِلٖ مِّنكُم مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰۖ
﴿ "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari kalian, baik laki-laki atau perempuan." Semua orang akan mendapatkan balasan perbuatannya masing-masing secara penuh dan sempurna. Artinya, setiap kalian menurut batasan yang sama dalam pahala maupun siksa,﴾ فَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ وَأُخۡرِجُواْ مِن دِيَٰرِهِمۡ وَأُوذُواْ فِي سَبِيلِي وَقَٰتَلُواْ وَقُتِلُواْ
﴿ "maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalanKu, yang berperang dan yang dibunuh", mereka menyatukan antara keimanan, hijrah, dan meninggalkan hal-hal yang dicintai berupa negeri dan harta untuk mencari keridhaan Rabb mereka dan mereka berjihad di jalan Allah, ﴾ لَأُكَفِّرَنَّ عَنۡهُمۡ سَيِّـَٔاتِهِمۡ وَلَأُدۡخِلَنَّهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ ثَوَابٗا مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِۚ
﴿ "Pastilah akan Aku hapuskan kesalahan-kesalahan mereka, dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah," Yang memberikan kepada hambaNya pahala yang melimpah untuk perbuatan yang sedikit.
﴾ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلثَّوَابِ ﴿ "Dan Allah pada sisiNya pahala yang baik" dari hal-hal yang tidak pernah terlihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas pada benak seorang manusia pun. Dan barangsiapa yang mengharap hal itu, maka memohonlah kepada Allah dengan cara taat kepadaNya, dan men-dekatkan diri kepadaNya menurut kemampuan hamba.
{لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلَادِ (196) مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ (197) لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِلْأَبْرَارِ (198)}.
"Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Rabbnya, mereka mendapat-kan surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal
(anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti ."
(Ali Imran: 196-198).
#
{196} وهذه الآية المقصود منها التسلية عما يحصل للذين كفروا من متاع الدنيا وتنعمهم فيها، وتقلبهم في البلاد بأنواع التجارات والمكاسب واللذات وأنواع العز والغلبة في بعض الأوقات، فإن هذا كله:
(196) Maksud ayat ini adalah sebagai hiburan bagi Nabi Muhammad ﷺ tentang apa yang dirasakan oleh orang-orang yang kafir berupa perhiasan dunia dan kenikmatan mereka di dalamnya, pulang perginya mereka di seluruh negeri dengan berbagai per-dagangan, mata pencaharian, kesenangan, berbagai macam kemu-liaan dan kemenangan pada sebagian kesempatan. Sesungguhnya ini semua,
#
{197} {متاع قليل} ليس له ثبوت ولا بقاء، بل يتمتعون به قليلاً ويعذبون عليه طويلاً، هذه أعلى حالة تكون للكافر، وقد رأيت ما تؤول إليه.
(197) ﴾ مَتَٰعٞ قَلِيلٞ ﴿ "hanyalah kesenangan sementara", yang tidak akan tetap dan tidak akan kekal. Akan tetapi mereka menikmatinya sebentar lalu akan disiksa karenanya selamanya. Ini merupakan kondisi kenikmatan yang paling tinggi bagi orang kafir, dan sung-guh kamu telah melihat kondisi apa yang akan kembali kepadanya.
#
{198} وأما المتقون لربهم المؤمنون به فمع ما يحصل لهم من عز الدنيا ونعيمها {لهم جنات تجري من تحتها الأنهار خالدين فيها}؛ فلو قدر أنهم في دار الدنيا قد حصل لهم كلُّ بؤسٍ وشدَّةٍ وعَناءٍ ومشقةٍ، لكان هذا بالنسبة إلى النعيم المقيم والعيش السليم والسرور والحبور والبهجة نزراً يسيراً ومنحة في صورة محنة، ولهذا قال تعالى: {وما عند الله خير للأبرار} وهم الذين برّت قلوبهم فبرّت أقوالهم وأفعالهم فأثابهم البَرُّ الرحيم من بِرِّه أجراً عظيماً وعطاءً جسيماً وفوزاً دائماً.
(198) Adapun orang-orang yang bertakwa kepada Rabb mereka yang beriman kepadaNya di samping apa yang mereka peroleh berupa kemuliaan dunia dan kenikmatannya,﴾ لَهُمۡ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا
﴿ "mereka mendapatkan surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sedang mereka kekal di dalamnya."
Sekiranya ditetapkan bahwa mereka di dunia mendapatkan segala macam kesulitan, kesempitan, kelelahan dan segala macam kesusahan, niscaya hal itu (bila) dinisbatkan kepada kenikmatan yang abadi, kehidupan yang selamat, kebahagiaan, kesenangan, dan kegembiraan adalah suatu yang remeh lagi kecil dan karunia dalam bentuk ujian. Karena itu Allah berfirman, ﴾ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٞ لِّلۡأَبۡرَارِ ﴿ "Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti." Mereka itu adalah orang-orang yang hatinya baik hingga lisan dan perbuatan mereka pun baik, sehingga Allah Yang Maha-baik lagi Yang Maha Penyayang memberikan balasan yang baik bagi mereka dengan kebaikanNya sebagai pahala yang besar dan pemberian yang agung, serta kemenangan yang abadi.
{وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ لَا يَشْتَرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (199) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (200)}.
"Dan sesungguhnya di antara ahli Kitab, ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada sesuatu yang diturunkan kepa-damu dan sesuatu yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitunganNya. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga
(di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung."
(Ali Imran: 199-200).
#
{199} أي: {وإن من أهل الكتاب} طائفة موفقة للخير يؤمنون بالله ويؤمنون بما {أُنزل إليكم وما أُنزل إليهم}، وهذا الإيمان النافع لا كمن يؤمن ببعض الرسل والكتب ويكفر ببعض، ولهذا لما كان إيمانهم عامًّا حقيقيًّا صار نافعاً فأحدث لهم خشية الله وخضوعهم لجلاله الموجب للانقياد لأوامره ونواهيه والوقوف عند حدوده وهؤلاء أهل الكتاب والعلم على الحقيقة، كما قال تعالى: {إنما يخشى اللهَ من عباده العلماءُ}، ومن تمام خشيتهم لله أنهم {لا يشترون بآيات الله ثمناً قليلاً}، فلا يقدمون الدنيا على الدين كما فعل أهل الانحراف الذين يكتمون ما أنزل الله ويشترون به ثمناً قليلاً، وأما هؤلاء فعرفوا الأمر على الحقيقة وعلموا أن من أعظم الخسران الرضا بالدون عن الدين، والوقوف مع بعض حظوظ النفس السفلية وترك الحق الذي هو أكبر حظ وفوز في الدنيا والآخرة، فآثروا الحق وبينوه ودعوا إليه، وحذروا عن الباطل، فأثابهم الله على ذلك بأن وعدهم الأجر الجزيل والثواب الجميل، وأخبرهم بقربه وأنه {سريع الحساب} فلا يستبطئون ما وعدهم الله، لأن ما هو آت محقق حصوله فهو قريب.
(199) Maksudnya, ﴾ وَإِنَّ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ
﴿ "Dan sesungguhnya di antara ahli Kitab", ada suatu kelompok yang dibimbing kepada kebaikan, mereka beriman kepada Allah dan beriman kepada sesuatu ﴾ أُنزِلَ إِلَيۡكُمۡ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِمۡ
﴿ "yang diturunkan kepadamu dan yang diturunkan kepada mereka." Keimanan yang berguna ini tidaklah seperti orang yang beriman kepada sebagian rasul dan kitab, dan kafir kepada sebagian lainnya. Oleh karena itu, ketika keimanan mereka menyeluruh dan bersifat hakiki, maka menjadi sesuatu yang berguna hingga menimbulkan rasa takut (khasyyah) bagi mereka kepada Allah dan ketundukan mereka di bawah kemuliaanNya yang mengharuskan ketundukan kepada perintah dan larangan-Nya, serta tidak melampaui batasan-batasanNya. Mereka itulah ahli Kitab dan ahli ilmu dalam makna hakiki, sebagaimana Allah سبحانه وتعالى berfirman,
﴾ إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ
﴿
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." (Fathir: 28).
Dan termasuk kesempurnaan rasa takut mereka kepada Allah adalah bahwa mereka ﴾ لَا يَشۡتَرُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ ثَمَنٗا قَلِيلًا
﴿ "tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit." Mereka tidak mendahulu-kan dunia daripada agama sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang, yang menyembunyikan apa yang telah Allah turunkan dan mereka tukarkan dengan harga yang sedikit.
Mereka sangat mengetahui suatu perkara secara hakiki dan mereka paham benar bahwa sebesar-besar kerugian adalah rela dengan dunia yang hina daripada agama, mengikuti hawa nafsu yang rendah dan meninggalkan kebenaran yang merupakan sebaik-baik keberuntungan dan kemenangan di dunia dan akhirat. Lalu mereka mendahulukan kebenaran, menerangkannya dan menyeru kepadanya, mereka mengingatkan dari kebatilan, lalu Allah mem-berikan pahala atas hal itu kepada mereka, yaitu dengan menjan-jikan mereka pahala yang melimpah dan ganjaran yang baik, dan Allah mengabarkan kepada mereka akan kedekatanNya, dan bahwa Allah ﴾ سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ ﴿ "amat cepat perhitunganNya." Mereka tidak akan dapat memperlambat apa yang dijanjikan oleh Allah bagi mereka, karena apa yang akan datang pasti terbukti terjadi dan itu sangat dekat.
#
{200} ثم حض المؤمنين على ما يوصلهم إلى الفلاح، وهو الفوز بالسعادة والنجاح، وأن الطريق الموصل إلى ذلك لزوم الصبر: الذي هو حبس النفس على ما تكرهه من ترك المعاصي ومن الصبر على المصائب وعلى الأوامر الثقيلة على النفوس، فأمرهم بالصبر على جميع ذلك. والمصابرة: هي الملازمة والاستمرار على ذلك على الدوام، ومقاومة الأعداء في جميع الأحوال. والمرابطة: وهو لزوم المحل الذي يُخاف من وصول العدو منه وأن يراقبوا أعداءهم ويمنعوهم من الوصول إلى مقاصدهم، لعلهم يفلحون: يفوزون بالمحبوب الديني والدنيوي والأخروي وينجون من المكروه كذلك. فعلم من هذا أنه لا سبيل إلى الفلاح بدون الصبر والمصابرة والمرابطة المذكورات، فلم يفلح مَنْ أفلح إلا بها ولم يفت أحداً الفلاحُ إلا بالإخلال بها أو ببعضها.
(200) Kemudian Allah menganjurkan kaum Mukminin kepada sesuatu yang dapat menyampaikan mereka kepada keme-nangan, yaitu keberhasilan dengan memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan, dan bahwa jalan yang dapat menyampaikan kepada hal itu adalah konsisten terhadap kesabaran, yaitu menahan diri dari hal-hal yang dibenci berupa meninggalkan kemaksiatan, dan ber-sabar atas musibah dan terhadap perkara-perkara yang berat bagi jiwa. Allah memerintahkan mereka untuk bersabar atas semua itu.
Al-Mushabarah
(memaksa diri untuk sabar) adalah konsisten dan kontinu dalam hal itu
(sabar) secara terus menerus, dan meng-hadapi musuh dalam segala kondisi, sedangkan al-murabathah
(siap siaga) adalah berjaga pada suatu tempat yang ditakutkan musuh akan masuk melaluinya, dan mengamati musuh mereka dan men-cegah mereka berhasil memperoleh tujuan-tujuan mereka. Semoga mereka beruntung yaitu mereka berhasil dengan hal-hal yang di-sukai, baik agama maupun dunia serta akhirat, dan mereka selamat dari hal-hal yang dibenci.
Dari sini diketahui bahwasanya tidak ada jalan menuju keme-nangan tanpa ada kesabaran dan memaksa diri dalam kesabaran tersebut, serta siaga menghadapi musuh seperti yang telah disebut-kan. Karena itu tidaklah akan beruntung orang yang beruntung itu kecuali dengan hal-hal tersebut, dan tidaklah akan luput keber-hasilan itu dari seseorang kecuali dengan luputnya ia dari hal-hal tersebut atau sebagiannya.
Allah Pemberi taufik, dan tiada daya dan upaya kecuali de-ngan (pertolongan) Allah.
Telah selesai tafsir surat Ali Imran, segala puji (hanya) milik Allah atas nikmatNya, dan kita memohon kepadaNya kesempur-naan nikmatNya.