Jilid 5 dari kitab Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di.
TAFSIR SURAT AL-KAHFI
( Gua )
TAFSIR SURAT AL-KAHFI
( Gua )
Makkiyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang"
{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا (1) قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا (2) مَاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا (3) وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا (4) مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا (5) فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا (6)}
"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada ham-baNya al-Kitab
(al-Qur`an), dan dia tidak mengadakan kebengkok-an di dalamnya, sebagai bimbingan yang lurus untuk memperingat-kan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan membawa berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerja-kan amal shalih, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik. Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata, 'Allah meng-ambil seorang anak.' Mereka sekali-kali tidak mempunyai penge-tahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan
(sesuatu) kecuali dusta. Maka
(apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini
(al-Qur`an)."
(Al-Kahfi: 1-6).
#
{1} {الحمد}: هو الثناء عليه بصفاته التي هي كلُّها صفات كمال، وبنعمه الظاهرة والباطنة، الدينيَّة والدنيويَّة، وأجلُّ نعمه على الإطلاق إنزالُه الكتاب العظيم على عبده ورسوله محمدٍ - صلى الله عليه وسلم -، فحمد نفسه، وفي ضمنه إرشادُ العباد ليحمدوه على إرسال الرسول إليهم، وإنزال الكتاب عليهم. ثم وَصَفَ هذا الكتاب بوصفين مشتملين على أنَّه الكامل من جميع الوجوه، وهما: نفي العِوَج عنه، وإثباتُ أنَّه مقيمٌ مستقيمٌ: فنفي العِوَج يقتضي أنَّه ليس في أخباره كذبٌ، ولا في أوامره ونواهيه ظلمٌ ولا عَبَثٌ. وإثبات الاستقامة يقتضي أنَّه لا يخبر ولا يأمر إلاَّ بأجلِّ الإخبارات، وهي الأخبار التي تملأ القلوب معرفةً وإيماناً وعقلاً؛ كالإخبار بأسماء الله وصفاته وأفعاله، ومنها الغيوب المتقدِّمة والمتأخِّرة، وأنَّ أوامره ونواهيه تزكِّي النفوس وتطهِّرها وتنمِّيها وتكمِّلها؛ لاشتمالها على كمال العدل والقِسْط والإخلاص والعبوديَّة لله ربِّ العالمين وحده لا شريكَ له. وحقيقٌ بكتابٍ موصوفٍ بما ذُكِر أن يَحْمَدِ الله نفسَه على إنزالِهِ، وأن يتمدَّح إلى عباده به.
(1) ﴾ ٱلۡحَمۡدُ ﴿, adalah pujian kepada Allah, dengan sifat-sifat-Nya yang keseluruhannya merupakan sifat-sifat sempurna, nikmat-nikmatNya yang zahir maupun yang batin, nikmat agama dan du-nia. Secara mutlak, nikmat Allah yang paling agung adalah Allah menurunkan al-Qur`an kepada hamba dan RasulNya, Muhammad. Maka, Allah memuji DzatNya. Dalam pujian tersebut, terkandung panduan bagi para hamba agar mereka memujiNya atas pengirim-an seorang rasul dan diturunkannya al-Qur`an kepada mereka.
Kemudian Allah memberikan predikat pada al-Qur`an dengan dua sifat yang mengandung pengertian bahwasanya al-Qur`an itu sempurna dari segala sisi, yaitu penafian kebengkokan dari al-Qur-`an, dan penetapan bahwasanya al-Qur`an adalah permanen lagi lurus.
Penafian unsur kebengkokan dari al-Qur`an menunjukkan bahwa tidak ada kedustaan dalam berita-beritanya, tidak ada ke-zhaliman dan hal-hal yang sia-sia dalam semua perintah dan lara-ngannya. Sedangkan penetapan sifat istiqamah
(lurus) menuntut bahwa al-Qur`an tidak memerintahkan dan tidak pula memberita-kan melainkan dengan berita yang paling agung, yaitu berita-berita yang akan membuat hati penuh dengan pengetahuan, keimanan, dan pemahaman. Seperti berita-berita tentang nama-nama Allah, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatanNya. Termasuk juga perkara-perkara ghaib yang sudah lewat maupun yang akan datang.
(Mengan-dung makna pula) bahwa perintah-perintah dan larangan-larangan-nya dapat menyucikan, membersihkan, dan menumbuhkan serta menjadikan jiwa sempurna, lantaran memuat unsur keadilan yang sempurna, keseimbangan, keikhlasan, dan peribadahan kepada Allah, Penguasa alam semesta, sendirian, tiada sekutu bagiNya. Maka, patutlah pada kitab
(al-Qur`an) yang berkarakter demikian, bahwa Allah memuji diriNya lantaran Dia yang menurunkan al-Qur`an dan mengagungkan DzatNya di hadapan para hambaNya dengan itu.
#
{2} وقوله: {لينذِرَ بأساً شديداً من لَدُنْه}؛ أي: لينذر بهذا القرآن الكريم عقابَه الذي عنده؛ أي: قدره وقضاه على من خالف أمره، وهذا يشمَلُ عقاب الدُّنيا وعقاب الآخرة. وهذا أيضاً من نعمه أنْ خوَّف عباده وأنذرَهم ما يضرُّهم ويُهلكهم؛ كما قال تعالى لما ذَكَرَ في هذا القرآن وصف النار؛ قال: {ذلك يُخَوِّفُ الله به عبادَه يا عبادِ فاتَّقونِ}؛ فمن رحمته بعباده أن قيَّضَ العقوباتِ الغليظةَ على من خالف أمره وبيَّنها لهم وبيَّن لهم الأسباب الموصلة إليها. {ويبشِّر المؤمنين الذين يعملونَ الصَّالحاتِ أنَّ لهم أجراً حسناً}؛ أي: وأنزل الله على عبدِهِ الكتاب ليبشِّر المؤمنين به وبرسلِهِ وكتبِهِ الذين كمل إيمانهم، فأوجب لهم عمل الصالحات، وهي الأعمال الصالحة من واجبٍ ومستحبٍّ، التي جمعت الإخلاص والمتابعة: {أنَّ لهم أجراً حسناً}: وهو الثوابُ الذي رتَّبه الله على الإيمان والعمل الصالح، وأعظمُهُ وأجلُّه الفوز برضا الله ودخول الجنة التي فيها ما لا عينٌ رأت ولا أذنٌ سمعت ولا خَطَرَ على قلب بشر. وفي وصفه بالحُسْنِ دلالةٌ على أنَّه لا مكدِّر فيه ولا منغِّص بوجه من الوجوه؛ إذْ لو وُجِدَ فيه شيءٌ من ذلك؛ لم يكن حسنُهُ تامًّا.
(2) FirmanNya, ﴾ لِّيُنذِرَ بَأۡسٗا شَدِيدٗا مِّن لَّدُنۡهُ
﴿ "Untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah," maksudnya, untuk memperingatkan (para hamba) dengan al-Qur`an ini terhadap hukuman yang ada di sisiNya. Maksudnya, ketetapan dan keputus-an Allah bagi orang yang menyelisihi perintahNya. Hukuman ini meliputi hukuman di dunia dan akhirat. Peringatan ini juga merupa-kan salah satu kenikmatanNya, yaitu Allah menakut-nakuti hamba-hambaNya dan memperingatkan mereka dari hal-hal yang mencela-kakan dan membinasakan mereka. Sebagaimana Firman Allah tat-kala Dia menyebutkan sifat neraka dalam al-Qur`an,
﴾ ذَٰلِكَ يُخَوِّفُ ٱللَّهُ بِهِۦ عِبَادَهُۥۚ يَٰعِبَادِ فَٱتَّقُونِ 16
﴿
"Demikianlah Allah menakut-nakuti hamba-hambaNya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepadaKu hai hamba-hambaKu." (Az- Zumar: 16).
Termasuk (cermin) kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya, adalah Allah menetapkan hukuman-hukuman yang keras bagi orang yang menyelisihi perintahNya, menjelaskannya kepada me-reka dan menerangkan faktor-faktor yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam hukuman.
﴾ وَيُبَشِّرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرًا حَسَنٗا 2
﴿ "Dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal shalih, bahwa mereka akan mendapatkan pembalasan yang baik," maksud-nya, dan Allah menurunkan kepada hambaNya, (Muhammad) al-Qur`an supaya dia menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman kepada Allah, para RasulNya dan kitab-kitab-Nya, yang keimanan mereka telah sempurna. Maka keimanan ter-sebut telah mewajibkan amal-amal shalih bagi mereka. Yaitu, ama-lan-amalan wajib dan mustahab yang memadukan antara keikhlas-an dan mutaba’ah (mengikuti petunjuk Rasulullah).
﴾ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرًا حَسَنٗا 2 ﴿ "Bahwa mereka akan mendapatkan pembalasan yang baik," yaitu pahala yang Allah tetapkan karena keimanan dan amal kebajikan
(mereka). Pahala yang paling agung dan paling mulia adalah kemenangan meraih keridhaan Allah dan masuk surga yang di dalamnya
(penuh kenikmatan) yang belum pernah dilihat indra mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas di hati manusia. Penyebutan sifat 'yang baik' menan-dakan tidak ada unsur yang mengotorinya, tidak pula mengurangi kesempurnaannya sama sekali. Sebab, seandainya dijumpai hal-hal itu, sedikit saja padanya, niscaya kebaikannya tidaklah sempur-na.
#
{3} ومع ذلك؛ فهذا الأجر الحسن {ماكثينَ فيه أبداً}: لا يزول عنهم ولا يزولون عنه، بل نعيمُهم في كلِّ وقت متزايدٌ. وفي ذكر التبشير ما يقتضي ذِكْر الأعمال الموجبة للمبشَّر به، وهو أنَّ هذا القرآن قد اشتمل على كل عمل صالح موصل لما تستبشرُ به النفوس، وتفرحُ به الأرواح.
(3) Ditambah lagi, pahala yang baik ini, ﴾ مَّٰكِثِينَ فِيهِ أَبَدٗا 3 ﴿ "mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya." Tidak akan pernah lenyap dari mereka, dan mereka pun tidak lepas darinya. Bahkan kenikmatan mereka senantiasa bertambah setiap waktu. Di dalam penyebutan kabar gembira terdapat sesuatu yang menuntut penye-butan amal yang mewajibkan bagi orang yang diberi kabar gembira untuk melakukannya, yaitu bahwa al-Qur`an ini telah mencakup setiap amal shalih yang mengantarkan kepada sesuatu yang mem-buat jiwa senang dan ruh berbahagia.
#
{4 ـ 5} {وينذرَ الذين قالوا اتَّخذ اللهُ ولداً}: من اليهود والنَّصارى والمشركين، الذين قالوا هذه المقالة الشنيعة؛ فإنَّهم لم يقولوها عن علم ولا يقين؛ لا علم منهم ولا علم من آبائهم الذين قلَّدوهم واتَّبعوهم، بل إن يتَّبعون إلاَّ الظنَّ وما تَهْوى الأنفُسُ. {كَبُرَتْ كلمةً تخرُجُ من أفواههم}؛ أي: عَظُمت شناعتُها واشتدَّت عقوبتُها، وأيُّ شناعة أعظم من وصفه بالاتِّخاذ للولد الذي يقتضي نقصه ومشاركة غيره له في خصائص الربوبيَّة والإلهيَّة والكذب عليه؟! {فمن أظلمُ ممَّن افترى على الله كذباً}؟! ولهذا قال هنا: {إن يقولون إلاَّ كَذِباً}؛ أي: كذباً محضاً ما فيه من الصدق شيء. وتأمَّل كيف أبطل هذا القول بالتدريج والانتقال من شيء إلى أبطل منه: فأخبر أولاً أنه {ما لهم به مِن علم ولا لآبائهم}: والقول على الله بلا علم لا شكَّ في منعه وبطلانه. ثم أخبر ثانياً أنَّه قولٌ قبيحٌ شنيعٌ، فقال: {كَبُرَتْ كلمةً تخرج من أفواههم}. ثم ذكر ثالثاً مرتبته من القُبح، وهو الكذب المنافي للصدق.
(4-5) ﴾ وَيُنذِرَ ٱلَّذِينَ قَالُواْ ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدٗا 4
﴿ "Dan untuk memperingat-kan kepada orang-orang yang berkata, 'Allah mengambil seorang anak'," dari kalangan Yahudi, Nasrani dan orang-orang musyrik yang me-ngatakan perkataan keji ini. Sesungguhnya mereka tidak mengata-kan hal itu atas dasar ilmu dan keyakinan, mereka tidak memiliki ilmu, tidak pula memiliki ilmu dari nenek moyang mereka yang mereka ikuti. Bahkan, mereka hanyalah mengikuti prasangka dan keinginan-keinginan yang disukai oleh hawa nafsunya.
﴾ كَبُرَتۡ كَلِمَةٗ تَخۡرُجُ مِنۡ أَفۡوَٰهِهِمۡۚ
﴿ "Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka," maksudnya amat besar kekejiannya dan amat parah hukumannya. Manakah kekejian yang lebih besar daripada menyandangi Allah dengan sifat bahwa Dia mengambil seorang anak yang menimbulkan konsekuensi kekuranganNya dan peran-serta pihak lain (dari makhluk) kepadaNya dalam sifat-sifat khusus rububiyyah dan uluhiyyah, dan mengadakan kedustaan atas nama-Nya?!
﴾ فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا
﴿
"Maka siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah?" (Al-Kahfi: 15).
Oleh karena itu, Allah di sini berfirman, ﴾ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبٗا 5
﴿ "Mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta," yaitu kedustaan murni, tidak ada kebenaran sedikit pun padanya. Perhatikanlah, bagaimana Allah menggugurkan perkataan ini sedikit demi sedikit dan berpindah dari suatu kebatilan menuju kebatilan yang lebih parah.
Pertama, Allah mengabarkan bahwa, ﴾ مَّا لَهُم بِهِۦ مِنۡ عِلۡمٖ وَلَا لِأٓبَآئِهِمۡۚ
﴿ "mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka." Berkata atas nama Allah tanpa ilmu, tidak diragukan lagi larangan dan kebatilannya.
Kemudian kedua, Allah mengabarkan bahwa perkataan ter-sebut adalah perkataan buruk lagi keji. Maka Allah berfirman, ﴾ كَبُرَتۡ كَلِمَةٗ تَخۡرُجُ مِنۡ أَفۡوَٰهِهِمۡۚ ﴿ "Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka," selanjutnya ketiga, Allah menyebutkan tingkat kejelek-annya yaitu kedustaan yang meniadakan kebenaran.
#
{6} ولما كان النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - حريصاً على هداية الخلق، ساعياً في ذلك أعظم السعي، فكان - صلى الله عليه وسلم - يفرح ويسرُّ بهداية المهتدين، ويحزن ويأسفُ على المكذِّبين الضالِّين؛ شفقةً منه - صلى الله عليه وسلم - عليهم، ورحمةً بهم؛ أرشده الله أن لا يَشْغَلَ نفسه بالأسف على هؤلاء الذين لا يؤمنون بهذا القرآن؛ كما قال في [الآية] الأخرى: {لعلَّك باخعٌ نفسَكَ أن لا يكونوا مؤمنين}، وقال: {فلا تذهب نفسك عليهم حسراتٍ}، وهنا قال: {فلعلَّك باخعٌ نفسَك}؛ أي: مهلكها غمًّا وأسفاً عليهم، وذلك أنَّ أجرك قد وَجَبَ على الله، وهؤلاء لو عَلِمَ اللهُ فيهم خيراً لهداهم، ولكنَّه علم أنهم لا يَصْلُحون إلا للنار؛ فلذلك خَذَلَهم فلم يهتدوا؛ فإشغالك نفسك غمًّا وأسفاً عليهم ليس فيه فائدةٌ لك.
وفي هذه الآية ونحوها عبرةٌ؛ فإنَّ المأمور بدعاء الخلق إلى الله عليه التبليغ والسعي بكلِّ سبب يوصِلُ إلى الهداية، وسدِّ طرق الضَّلال والغواية، بغاية ما يمكِنُه، مع التوكُّل على الله في ذلك؛ فإن اهتدوا؛ فبها ونعمت، وإلاَّ؛ فلا يحزنْ ولا يأسفْ؛ فإنَّ ذلك مضعفٌ للنفس، هادمٌ للقُوى، ليس فيه فائدةٌ، بل يمضي على فعلِهِ الذي كُلِّف به وتوجَّه إليه، وما عدا ذلك؛ فهو خارجٌ عن قدرته. وإذا كان النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - يقولُ الله له: {إنَّك لا تَهْدي مَنْ أحببتَ}، وموسى عليه السلام يقول: {ربِّ إني لا أملِكُ إلاَّ نَفْسي وأخي ... } الآية؛ فمن عداهم من باب أولى وأحرى؛ قال تعالى: {فذكِّرْ إنَّما أنتَ مُذَكِّرٌ لست عليهم بمصيطرٍ}.
(6) Ketika Rasulullah mempunyai animo tinggi untuk mem-berikan hidayah kepada manusia, berupaya sekuat tenaga untuk mencapainya, maka beliau bergembira dan bersuka cita dengan ter-capainya kesadaran hidayah pada orang-orang, dan
(sebaliknya) bersedih hati serta berduka cita terhadap orang-orang yang men-dustakan lagi sesat karena rasa iba dan kasihan beliau kepada me-reka, maka Allah membimbing beliau supaya tidak menyibukkan dirinya dengan rasa iba kepada orang-orang yang tidak beriman terhadap al-Qur`an ini. Sebagaimana Allah berfirman dalam
[ayat] yang lain,
﴾ لَعَلَّكَ بَٰخِعٞ نَّفۡسَكَ أَلَّا يَكُونُواْ مُؤۡمِنِينَ 3
﴿
"Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu (de-ngan kesedihan) karena mereka (penduduk Makkah) tidak beriman." (Asy-Syu'ara`: 3).
Dan Allah تعالى berfirman,
﴾ فَلَا تَذۡهَبۡ نَفۡسُكَ عَلَيۡهِمۡ حَسَرَٰتٍۚ
﴿
"Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka." (Fathir: 8).
Di sini Allah berfirman, ﴾ فَلَعَلَّكَ بَٰخِعٞ نَّفۡسَكَ
﴿ "maka (apakah) barang-kali kamu akan membunuh dirimu," maksudnya membinasakan diri-mu disebabkan kegalauan hati dan rasa prihatin kepada mereka. Padahal pahalamu sudah pasti ditanggung oleh Allah, sedangkan mereka itu, seandainya Allah mengetahui ada kebaikan pada diri mereka, niscaya Allah akan memberi mereka petunjuk. Akan tetapi, Allah mengetahui bahwa mereka tidak pantas kecuali untuk api neraka saja. Oleh karena itu, Allah menelantarkan mereka, tidak memberikan hidayah kepada mereka. Maka, perhatianmu (yang menyita) dirimu lantaran kepedihan hati dan keprihatinan kepada mereka tidak ada gunanya bagimu.
Dalam ayat ini dan ayat yang semisalnya terdapat pelajaran, bahwa orang yang diperintahkan menyeru manusia ke jalan Allah, wajib baginya menyampaikan dan berupaya menempuh segala cara yang dapat mengantarkan menuju jalan hidayah, menutup semua jalan kesesatan dan kebinasaan dengan kemampuan maksi-malnya, dilandasi dengan bertawakal kepada Allah. Jika mereka mendapatkan petunjuk, maka alangkah indahnya kenikmatan hi-dayah itu. Kalau tidak, maka tidak perlu bersedih dan berduka cita. Sebab, perasaan itu dapat melemahkan jiwa dan menghancurkan kekuatan. Tidak ada faidahnya. Justru, (sebaiknya) tetap menerus-kan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dan berjalan ke arah sana. Adapun selain itu, maka di luar batas kemampuannya. Jika Nabi Muhammad saja diberi Firman oleh Allah,
﴾ إِنَّكَ لَا تَهۡدِي مَنۡ أَحۡبَبۡتَ
﴿
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi…." (Al-Qashash: 56),
dan Musa عليه السلام berkata,
﴾ رَبِّ إِنِّي لَآ أَمۡلِكُ إِلَّا نَفۡسِي وَأَخِيۖ
﴿
"Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudara-ku…." (Al-Ma`idah: 25), maka orang-orang selain mereka termasuk yang lebih utama (untuk memahami hal itu). Allah تعالى berfirman,
﴾ فَذَكِّرۡ إِنَّمَآ أَنتَ مُذَكِّرٞ 21 لَّسۡتَ عَلَيۡهِم بِمُصَيۡطِرٍ 22 ﴿
"Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau
(Muhammad) hanyalah pemberi peringatan. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka."
(Al-Ghasyiyah: 21-22).
{إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا (7) وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا (8)}.
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan
(pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus."
(Al-Kahfi: 7-8).
#
{7} يخبر تعالى أنه جعل جميع ما على وجه الأرض من مآكل لذيذةٍ ومشاربَ وملابسَ طيبةٍ وأشجارٍ وأنهارٍ وزروع وثمارٍ ومناظرَ بهيجةٍ ورياضٍ أنيقةٍ وأصواتٍ شجيَّةٍ وصورٍ مليحةٍ وذهبٍ وفضةٍ وخيلٍ وإبلٍ ونحوها؛ الجميع جعله الله زينةً لهذه الدار فتنةً واختباراً؛ {لِنَبْلُوَهم أيُّهم أحسنُ عملاً}؛ أي: أخلصه وأصوبه.
(7) Allah mengabarkan bahwa Dia telah menjadikan semua yang ada di muka bumi, baik berupa makanan-makanan yang lezat, aneka minuman, pakaian-pakaian yang bagus, pepohonan, sungai-sungai, sawah-sawah, buah-buahan, panorama yang mengagum-kan, kebun-kebun yang memikat, suara-suara yang membangkit-kan semangat, rupa-rupa yang manis, emas, perak, kuda, unta dan lain sebagainya, semuanya Allah ciptakan sebagai perhiasan untuk perkampungan ini
(kehidupan dunia) dan sebagai cobaan dan ujian. ﴾ لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗا 7 ﴿ "Agar Kami menguji siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya," maksudnya yang paling ikhlas dan pa-ling benar.
#
{8} ومع ذلك سيجعلُ الله جميع هذه المذكورات فانيةً مضمحلَّةً وزائلةً منقضيةً، وستعود الأرض {صعيداً جُرزاً}: قد ذهبت لذَّاتها وانقطعتْ أنهارُها واندرستْ آثارُها وزال نعيمُها.
هذه حقيقة الدُّنيا، قد جلاَّها الله لنا كأنَّها رأي عين، وحذَّرنا من الاغترار بها، ورغَّبنا في دارٍ يدوم نعيمها ويسعدُ مقيمها، كلُّ ذلك رحمةً بنا، فاغترَّ بزُخْرُفِ الدُّنيا وزينتها مَنْ نَظَرَ إلى ظاهر الدُّنيا دون باطنها، فصحبوا الدُّنيا صحبة البهائم، وتمتَّعوا بها تمتُّع السوائم، لا ينظُرون في حقِّ ربِّهم، ولا يهتمُّون لمعرفته، بل همُّهم تناول الشهوات من أيِّ وجهٍ حصلت وعلى أيِّ حالةٍ اتَّفقت؛ فهؤلاء إذا حضر أحدَهم الموتُ، قلق لخراب ذاتِهِ وفوات لذَّاتِهِ، لا لما قدَّمت يداه من التفريط والسيئات.
وأمَّا من نَظَرَ إلى باطن الدُّنيا وعلم المقصود منها ومنه؛ فإنَّه تناول منها ما يستعين به على ما خُلِقَ له، وانتهز الفرصة في عمره الشريف، فجعل الدُّنيا منزل عبورٍ لا محلَّ حبور، وشُقَّة سفرٍ لا منزل إقامةٍ، فبذل جهدَهُ في معرفة ربِّه وتنفيذ أوامره وإحسان العمل؛ فهذا بأحسن المنازل عند الله، وهو حقيقٌ منه بكلِّ كرامة ونعيم وسرورٍ وتكريم، فنظر إلى باطن الدُّنيا حين نظر المغترُّ إلى ظاهرها، وعمل لآخرتِهِ حين عملَ البطَّال لدُنياه، فشتَّان ما بين الفريقين! وما أبعد الفرقَ بين الطائفتين!
(8) Meskipun demikian, Allah akan menjadikan semua yang telah disebutkan sebagai obyek-obyek yang fana
(sirna) lagi musnah, lenyap dan berakhir. Bumi akan kembali, ﴾ صَعِيدٗا جُرُزًا 8 ﴿ "menjadi tanah yang rata lagi tandus," telah pergi kenikmatan-kenikmatannya, sungai-sungainya berhenti
(mengalir) dan bekas-bekasnya hilang serta kenikmatannya sirna.
Inilah hakikat dunia. Allah telah mempertontonkannya de-ngan jelas kepada kita, seolah-olah dunia itu seperti melihat dengan dua mata kita, memperingatkan kita agar tidak terpedaya olehnya dan
(juga) merangsang kita untuk lebih menyukai suatu tempat, yang kenikmatannya abadi dan penghuninya berbahagia. Semua itu merupakan rahmat Allah kepada kita. Orang yang melihat penampilan
(pesona) fisik dunia semata tanpa
(memperhatikan) hakikatnya, niscaya akan tertipu dengan keindahan dan perhiasan-nya, lalu mereka bersahabat dengannya layaknya binatang-binatang ternak
(bersahabat) dan bersenang-senang dengan dunia seperti binatang-binatang yang digembalakan. Mereka tidak menoleh kepada hak Rabb mereka, dan tidak berkepentingan untuk menge-nalnya. Bahkan obsesi mereka hanyalah ingin menikmati syahwat dunia dengan cara apa pun dihasilkan dan pada kesempatan kapan pun yang muncul. Mereka ini, apabila ajal mendatangi mereka, pasti merasa gundah lantaran dirinya hancur dan kenikmatannya lenyap. Bukan
(merasa gelisah) disebabkan perbuatan yang telah dilakukannya berupa penyepelean aturan
(Allah) dan dosa-dosa.
Adapun orang yang memperhatikan hakikat dunia, memahami maksud penciptaan dunia dan dirinya, maka dia akan mengambil
(bagian) dari dunia tersebut sekedar untuk dipakai merealisasikan tujuan penciptaan dirinya. Dia memanfaatkan kesempatan dalam umurnya yang berharga, lalu menjadikan dunia sebagai jembatan penyeberangan, bukan tempat bersenang-senang, tempat transit dalam perjalanan, bukan tempat menetap. Dia mengorbankan segala kemampuannya untuk mengenal Rabbnya, melaksanakan perintah-perintahNya dan memperbagus amalannya.
Orang ini akan berada di tempat sebaik-baiknya di sisi Allah, dan dia layak untuk menerima segala kemuliaan, kenikmatan, dan kebahagiaan, serta penghormatan di sisi Allah. Dia melihat hakikat dunia, tatkala orang yang tertipu melongok pesona fisiknya, beramal untuk kehidupan akhiratnya tatkala para pemburu dunia beramal untuk dunia. Alangkah jauh perbedaan antara kedua golongan itu!
{أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا (9) إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا (10) فَضَرَبْنَا عَلَى آذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا (11) ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا (12)}.
"Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan
(yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan.
(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, 'Wahai Rabb kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami
(ini).' Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami me-ngetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal
(dalam gua itu)."
(Al-Kahfi: 9-12).
#
{9} وهذا الاستفهام بمعنى النفي والنهي؛ أي: لا تظنَّ أنَّ قصَّة أصحاب الكهف وما جرى لهم غريبةٌ على آيات الله وبديعةٌ في حكمته، وأنَّه لا نظير لها ولا مجانس لها، بل لله تعالى من الآيات العجيبة الغريبة ما هو كثيرٌ من جنس آياتِهِ في أصحاب الكهف وأعظم منها، فلم يزل الله يُري عباده من الآيات في الآفاق وفي أنفسهم ما يتبيَّن به الحقُّ من الباطل والهدى من الضلال. وليس المراد بهذا النفي عن أن تكون قصَّة أصحاب الكهف من العجائب، بل هي من آيات الله العجيبة، وإنَّما المرادُ أن جنسها كثيرٌ جدًّا؛ فالوقوف معها وحدها في مقام العَجَبِ والاستغراب نقصٌ في العلم والعقل، بل وظيفةُ المؤمن التفكُّر بجميع آيات الله التي دعا الله العبادَ إلى التفكُّر فيها؛ فإنَّها مفتاحُ الإيمان وطريقُ العلم والإيقان. وإضافتهم إلى الكهف الذي هو الغارُ في الجبل، {والرقيم}؛ أي: الكتاب الذي قد رُقِمَتْ فيه أسماؤهم وقصَّتُهم لملازمتهم له دهراً طويلاً.
(9) Istifham
(kata tanya) ini ditujukan untuk peniadaan dan larangan. Maksudnya, jangan kamu menyangka bahwa kisah Ash-habul Kahfi
(penghuni gua) dan peristiwa yang terjadi pada mereka adalah perkara yang aneh pada tanda-tanda kekuasaan Allah dan perkara yang mengagumkan pada hikmahNya.
(Jangan menyangka) tidak ada kisah yang sepadan dengannya dan peristiwa yang serupa dengannya. Bahkan, Allah itu memiliki tanda-tanda kekuasaanNya yang menakjubkan nan aneh yang sangat banyak yang selevel tan-da-tanda kekuasaanNya pada Ashhabul Kahfi, bahkan lebih besar darinya.
Allah senantiasa memperlihatkan kepada para hamba tanda-tanda kekuasaanNya di langit, bahkan pada diri mereka sendiri yang menyebabkan kebenaran menjadi jelas dari kebatilan,
(menjadi jelas pula) petunjuk dibandingkan kesesatan.
Penafian ini tidak ditujukan bahwa kisah Ashhabul Kahfi ini termasuk perkara yang menakjubkan. Justru, kisah ini termasuk salah satu tanda kekuasaan Allah yang membuat decak kagum. Akan tetapi, maksud peniadaan ini adalah bahwa peristiwa sema-cam itu sangat banyak. Terpaku dengan kisah ini saja dalam keka-guman dan keterbelalakan merupakan cermin kedangkalan ilmu dan akal. Justru, tugas seorang Mukmin adalah merenungi seluruh tanda-tanda kekuasaanNya, yang Allah mengajak para hambaNya agar merenunginya. Karena perenungan terhadap tanda kekuasa-an Allah merupakan kunci keimanan, jalan menuju ilmu dan ke-yakinan.
Mereka dikaitkan kepada kata al-kahfi yang berarti gua yang berada di gunung. ﴾ وَٱلرَّقِيمِ ﴿ "Yang mempunyai raqim," yaitu kitab yang di dalamnya telah tertulis nama-nama dan kisah-kisah mereka, adalah karena mereka terus bersamanya dalam masa yang sangat lama.
#
{10} ثم ذكر قصَّتهم مجملةً فصَّلها بعد ذلك فقال: {إذ أوى الفتيةُ}؛ أي: الشباب {إلى الكهف}: يريدون بذلك التحصُّن والتحرُّز من فتنة قومهم لهم، {فقالوا ربَّنا آتنا من لدُنك رحمةً}؛ أي: تُثَبِّتنا بها وتحفظُنا من الشرِّ وتوفِّقنا للخير، {وهيِّئ لنا من أمرِنا رَشَداً}؛ أي: يسِّر لنا كلَّ سببٍ موصل إلى الرشد، وأصلحْ لنا أمر ديننا ودُنيانا؛ فجمعوا بين السعي والفرار من الفتنة إلى محلٍّ يمكن الاستخفاء فيه، وبين تضرُّعهم وسؤالهم لله تيسير أمورهم وعدم اتِّكالهم على أنفسهم وعلى الخلق.
(10) Kemudian Allah menyebutkan kisah mereka secara global. Setelah itu, diikuti dengan perinciannya. Allah berfirman, ﴾ إِذۡ أَوَى
﴿ "Ingatlah tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung," yaitu para remaja itu ﴾ إِلَى ٱلۡكَهۡفِ
﴿ "ke dalam gua." Tindakan itu mereka tujukan untuk menjaga dan membentengi dirinya dari fitnah kaum-nya terhadap mereka ﴾ فَقَالُواْ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةٗ
﴿ "lalu mereka berdoa, 'Wa-hai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu'." Engkau me-neguhkan kami dengannya, menjaga kami dari keburukan serta memberikan kami taufik untuk kebaikan.
﴾ وَهَيِّئۡ لَنَا مِنۡ أَمۡرِنَا رَشَدٗا 10 ﴿ "Dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami
(ini)," maksudnya mudahkanlah bagi kami segala sebab kausalitas yang menyampaikan kepada petunjuk, dan perbaikilah urusan agama dan dunia kami. Mereka telah meng-gabungkan antara usaha dan lari dari fitnah menuju kepada lokasi yang bisa menjadi tempat persembunyian
(mereka) dengan ketun-dukan dan permintaan mereka kepada Allah agar dimudahkan urusan-urusannya, dan tidak menyandarkan urusan-urusan kepada diri mereka sendiri dan kepada makhluk lainnya.
#
{11} فلذلك استجاب الله دعاءهم، وقيَّض لهم ما لم يكن في حسابهم؛ قال: {فضَرَبْنا على آذانهم في الكهف}؛ أي: أنمناهم {سنينَ عدداً}: وهي ثلاثمائة سنة وتسع سنين، وفي النوم المذكور حفظٌ لقلوبهم من الاضطراب والخوف وحفظٌ لهم من قومهم، [وليكون آية بينة].
(11) Oleh karena itu, Allah mengabulkan doa mereka dan mengondisikan sesuatu yang belum pernah mereka sangka. Allah berfirman, ﴾ فَضَرَبۡنَا عَلَىٰٓ ءَاذَانِهِمۡ فِي ٱلۡكَهۡفِ
﴿ "Maka kami tutup telinga mereka dalam gua itu," maksudnya Kami telah menidurkan mereka ﴾ سِنِينَ عَدَدٗا 11 ﴿ "beberapa tahun," yaitu tiga ratus sembilan tahun lamanya. Dalam tidur itu, mengandung unsur pemeliharaan terhadap kalbu-kalbu mereka dari kegoncangan dan ketakutan serta penjagaan dari
(siksaan) kaumnya [dan agar menjadi sebuah bukti nyata
(tentang kekuasaan Allah)].
#
{12} {ثم بعثْناهم}؛ أي: من نومهم، {لنعلم أيُّ الحزبينِ أحصى لما لَبِثوا أمداً}؛ أي: لنعلم أيُّهم أحصى لمقدار مدَّتهم؛ كما قال تعالى: {وكذلك بَعَثْناهم ليتساءلوا بينهم ... } الآية، وفي العلم بمقدار لَبْثِهِم ضبطٌ للحساب، ومعرفةٌ لكمال قدرة الله تعالى وحكمتِهِ ورحمتِهِ؛ فلو استمرُّوا على نومهم؛ لم يحصُل الاطلاع على شيء من ذلك من قصتهم.
(12) ﴾ ثُمَّ بَعَثۡنَٰهُمۡ
﴿ "Kemudian Kami bangunkan mereka," yaitu dari tidur mereka. ﴾ لِنَعۡلَمَ أَيُّ ٱلۡحِزۡبَيۡنِ أَحۡصَىٰ لِمَا لَبِثُوٓاْ أَمَدٗا 12
﴿ "Agar Kami mengetahui ma-nakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu)," maksudnya agar Kami mengetahui siapakah di antara mereka yang lebih tepat dalam meng-hitung rentang waktu mereka tinggal (di dalam gua).
Sebagaimana Allah berfirman,
﴾ وَكَذَٰلِكَ بَعَثۡنَٰهُمۡ لِيَتَسَآءَلُواْ بَيۡنَهُمۡۚ ﴿
"Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling ber-tanya di antara mereka sendiri…."
(Al-Kahfi: 19).
Berkaitan dengan mengetahui berapa lama mereka tinggal terdapat keakuratan dalam menghitung dan pengenalan tentang kesempurnaan kekuasaan Allah, hikmah dan rahmatNya. Seandai-nya mereka terus tidur, maka tidak ada pengetahuan tentang kisah mereka sedikit pun.
{نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى (13) وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا (14)}.
"Kami ceritakan kisah mereka kepadamu
(Muhammad) de-ngan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk, dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata, 'Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru tuhan selain Dia. Sesung-guhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran'."
(Al-Kahfi: 13-14).
#
{13} هذا شروعٌ في تفصيل قصَّتهم، وأنَّ الله يقصُّها على نبيِّه بالحقِّ والصدق الذي ما فيه شكٌّ ولا شبهةٌ بوجه من الوجوه. {إنَّهم فتيةٌ آمنوا بربِّهم}: وهذا من جموع القلَّة، يدلُّ ذلك على أنَّهم دون العشرة، آمنوا بالله وحدَه لا شريك له من دون قومهم، فشكر اللهُ لهم إيمانَهم، فزادهم هدىً؛ أي: بسبب أصل اهتدائهم إلى الإيمان زادهم الله من الهدى الذي هو العلم النافع والعمل الصالح؛ كما قال تعالى: {ويزيدُ الله الذين اهتَدَوْا هدىً}.
(13) Ini adalah permulaan rincian kisah mereka. Sesungguh-nya Allah mengkisahkannya kepada Nabi Muhammad dengan benar dan jujur yang tidak ada keraguan padanya dan tidak ada sisi kerancuan sedikit pun. ﴾ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ
﴿ "Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka," kata (fit-yah) ini merupakan bentuk plural jenis jumu' qillah (bentuk jamak yang tidak banyak). Hal itu menunjukkan bahwa mereka kurang dari sepuluh orang. Mereka beriman kepada Allah semata dan tidak ada sekutu bagiNya tanpa disertai kaumnya. Maka, Allah mensyukuri keimanan mereka, lalu menambahkan hidayah kepada mereka. Maksudnya, disebabkan oleh inti hidayah kepada keiman-an, maka Allah menambahkan petunjuk kepada mereka berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shalih.
Sebagaimana Firman Allah,
﴾ وَيَزِيدُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ٱهۡتَدَوۡاْ هُدٗىۗ ﴿
"Dan Allah akan menambahi petunjuk kepada mereka yang telah mendapatkan petunjuk."
(Maryam: 76).
#
{14} {وربطنا على قلوبهم}؛ أي: صبَّرناهم وثبَّتناهم وجعلنا قلوبهم مطمئنَّة في تلك الحالة المزعجة، وهذا من لطفِهِ تعالى بهم وبرِّه أنْ وفَّقهم للإيمان والهدى والصبر والثبات والطمأنينة. {إذْ قاموا فقالوا ربُّنا ربُّ السمواتِ والأرض}؛ أي: الذي خَلَقَنا ورَزَقَنا ودبَّرنا وربَّانا هو خالق السماواتِ والأرض، المنفرد بخلق هذه المخلوقات العظيمة، لا تلك الأوثان والأصنام، التي لا تَخْلُق ولا ترزُقُ ولا تملِكُ نفعاً ولا ضرًّا ولا موتاً ولا حياةً ولا نشوراً، فاستدلوا بتوحيد الربوبيَّة على توحيد الإلهيَّة. ولهذا قالوا: {لن نَدْعُوَ من دونِهِ إلهاً}؛ أي: من سائر المخلوقات، {لقد قُلْنا إذاً} ـ أي: إن دَعَوْنا معه آلهةً بعدما علمنا أنَّه الربُّ الإله الذي لا تجوز ولا تنبغي العبادة إلاَّ له ـ {شططاً}؛ أي: ميلاً عظيماً عن الحقِّ، وطريقاً بعيدة عن الصواب، فجمعوا بين الإقرار بتوحيد الربوبيَّة وتوحيد الإلهيَّة والتزام ذلك وبيان أنَّه الحقُّ وما سواه باطلٌ، وهذا دليلٌ على كمال معرفتهم بربِّهم وزيادة الهدى من الله لهم.
(14) ﴾ وَرَبَطۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ
﴿ "Dan Kami telah meneguhkan hati mereka," maksudnya Kami mencurahkan kesabaran pada mereka dan mene-guhkan mereka, serta menjadikan hati mereka tentram dalam kon-disi yang mencemaskan itu. Ini merupakan (cermin) sifat kelembut-an dan kebaikan Allah تعالى kepada mereka, dalam bentuk memberi-kan taufik kepada mereka menuju keimanan, petunjuk, kesabaran, keteguhan, dan ketenangan. ﴾ إِذۡ قَامُواْ فَقَالُواْ رَبُّنَا رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ
﴿ "Di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata, 'Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi," maksudnya yang telah menciptakan kami, memberi kami rizki, yang mengatur dan mendidik kami, Dia-lah Sang Pencipta langit dan bumi, Yang Mahatunggal dengan penciptaan makhluk-makhluk yang sangat besar ini. Bukan berhala-berhala dan patung-patung itu, yang tidak bisa menciptakan, memberi rizki, memiliki manfaat dan mudharat, mematikan dan menghidupkan, dan tidak pula dapat membangkitkan. Mereka (para pemuda itu) mengguna-kan dalil tentang tauhid rububiyyah untuk menunjukkan kepada tauhid uluhiyyah. Oleh karena itu, mereka mengatakan, ﴾ لَن نَّدۡعُوَاْ مِن دُونِهِۦٓ إِلَٰهٗاۖ
﴿ "Kami sekali-kali tidak menyeru tuhan selain Dia," yaitu dari seluruh makhluk. ﴾ لَّقَدۡ قُلۡنَآ إِذٗا
﴿ "Sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan," maksudnya jika kami menyeru sesembahan bersama-Nya setelah kami mengetahui bahwa Dia adalah Rabb, sesembahan, yang ibadah tidak boleh dan tidak layak kecuali (hanya) bagiNya, ﴾ شَطَطًا 14 ﴿ "perkataan yang amat jauh dari kebenaran," yaitu penyim-pangan yang sangat besar dari al-Haq dan jalan yang sangat jauh dari kebenaran. Mereka telah memadukan antara pengakuan ter-hadap tauhid rububiyyah dengan tauhid uluhiyyah dan konsisten dengannya disertai dengan penjelasan bahwa Allah-lah Dzat Yang Haq, sedangkan selainNya merupakan kebatilan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar mengenal Rabb mereka dan adanya tambahan hidayah pada mereka.
{هَؤُلَاءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً لَوْلَا يَأْتُونَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا (15)}.
"Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan
(untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang
(tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohong-an terhadap Allah?"
(Al-Kahfi: 15).
#
{15} لما ذكروا ما مَنَّ الله به عليهم من الإيمان والهدى والتقوى؛ التفتوا إلى ما كان عليه قومُهم من اتِّخاذ الآلهة من دون الله، فمقتوهم، وبيَّنوا أنهم ليسوا على يقينٍ من أمرهم، بل هم في غاية الجهل والضلال، فقالوا: {لولا يأتونَ عليهم بسلطانٍ بيِّن}؛ أي: بحجَّة وبرهان على ما هُمْ عليه من الباطل، ولا يستطيعون سبيلاً إلى ذلك، وإنَّما ذلك افتراءٌ منهم على الله وكذبٌ عليه، وهذا أعظم الظُّلم، ولهذا قال: {فمن أظْلَمُ ممَّنِ افترى على الله كَذِباً}.
(15) Ketika mereka menyebutkan karunia Allah kepada mereka berupa keimanan, petunjuk dan ketakwaan, kemudian mereka menoleh terhadap realita yang terjadi pada kaumnya, yang berupa menjadikan sesembahan selain Allah, Para pemuda itu men-cela mereka dan menjelaskan bahwa mereka melakukannya bukan atas dasar keyakinan, bahkan mereka benar-benar berada dalam ke-jahilan dan kesesatan. Mereka mengatakan, ﴾ لَّوۡلَا يَأۡتُونَ عَلَيۡهِم بِسُلۡطَٰنِۭ بَيِّنٖۖ
﴿ "Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang ke-percayaan mereka?)" yaitu dengan hujjah dan bukti nyata tentang kebatilan yang mereka pegangi. Mereka tidak mampu melakukan hal itu. Akan tetapi, tindakan itu hanyalah ucapan mengada-adakan atas nama Allah dan kedustaan terhadapNya. Ini merupakan ke-zhaliman yang paling besar. Oleh sebab itu, Allah berfirman, ﴾ فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبٗا 15 ﴿ "Siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?"
{وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مِرْفَقًا (16)}.
"Dan apabila kamu meninggalkan mereka, dan apa yang me-reka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Rabbmu akan melimpahkan sebagian rahmatNya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu."
(Al-Kahfi: 16).
#
{16} أي: قال بعضهم لبعض: إذ حَصَلَ لكم اعتزالُ قومكم في أجسامكم وأديانكم؛ فلم يَبْقَ إلاَّ النجاء من شرِّهم والتسبُّب بالأسباب المفضية لذلك؛ لأنَّه لا سبيل لهم إلى قتالهم ولا بقائهم بين أظهرهم وهم على غير دينهم. {فأوُوا إلى الكهفِ}؛ أي: انضمُّوا إليه واختفوا فيه، {يَنْشُرْ لكم ربُّكم من رحمتِهِ ويهيِّئْ لكم من أمرِكُم مِرْفَقاً}: وفيما تقدَّم أخبر أنهم دَعَوْه بقولهم: {ربَّنا آتنا من لَدُنْكَ رحمةً وهَيِّئ لنا من أمرنا رَشَداً}؛ فجمعوا بين التبرِّي من حولهم وقوَّتهم والالتجاء إلى الله في صلاح أمرهم ودعائه بذلك، وبين الثقة بالله أنه سيفعل ذلك، لا جَرَمَ أنَّ الله نَشَرَ لهم من رحمتِهِ وهيَّأ لهم من أمرهم مِرْفَقاً؛ فحفظ أديانهم وأبدانهم، وجعلهم من آياته على خلقه، ونشر لهم من الثناء الحسن ما هو من رحمته بهم، ويسَّر لهم كلَّ سبب، حتَّى المحلَّ الذي ناموا فيه كان على غايةِ ما يمكنُ من الصيانة؛ ولهذا قال:
(16) Maksudnya sebagian mereka mengatakan kepada yang lain, "Jika kalian berhasil mengasingkan diri dari kaum kalian de-ngan jasad-jasad dan agama kalian, maka tidaklah tersisa
(suatu tindakan) kecuali menyelamatkan diri dari keburukan mereka dan menempuh langkah-langkah yang mewujudkannya. Pasalnya, para remaja itu tidak mempunyai jalan
(kekuatan) untuk memerangi kaumnya dan tidak mungkin pula tinggal bersama di tengah kaum-nya dalam keadaan agama yang berbeda.
﴾ فَأۡوُۥٓاْ إِلَى ٱلۡكَهۡفِ
﴿ "Maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu," maksudnya mengungsi ke sana dan bersembunyi di dalamnya ﴾ يَنشُرۡ لَكُمۡ رَبُّكُم مِّن رَّحۡمَتِهِۦ وَيُهَيِّئۡ لَكُم مِّنۡ أَمۡرِكُم مِّرۡفَقٗا 16
﴿ "niscaya Rabbmu akan melimpah-kan sebagian rahmatNya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang ber-guna bagimu dalam urusanmu" sebelumnya, Allah mengabarkan bah-wa mereka berdoa kepadaNya dengan mengatakan,
﴾ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةٗ وَهَيِّئۡ لَنَا مِنۡ أَمۡرِنَا رَشَدٗا 10 ﴿
"Wahai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami
(ini)."
(Al-Kahfi: 10).
Maka mereka telah menghimpun antara berlepas diri dari usaha dan kekuatan pribadi mereka dan bersandar kepada Allah untuk memperbaiki urusan mereka dan permohonan doa kepada-Nya untuk tujuan tersebut dengan berkeyakinan bahwa Dia akan merealisasikannya. Tidak diragukan lagi, bahwa Allah akan mencu-rahkan sebagian rahmatNya kepada mereka dan menyiapkan
(bagi urusan mereka) petunjuk yang lurus dalam urusan mereka. Maka, Allah menjaga agama dan badan mereka serta menjadikan mereka termasuk tanda-tanda kekuasaanNya di hadapan makhluk. Allah menyebarluaskan pujian yang baik bagi mereka, yang mana ia ter-masuk curahan rahmatNya kepada mereka dan memudahkan se-gala faktor bagi mereka. Bahkan tempat untuk tidur mereka, sehing-ga berada dalam pemeliharaan yang paling aman. Oleh karena itu, Allah berfirman,
{وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَتْ تَزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَتْ تَقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِنْهُ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا (17) وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا وَهُمْ رُقُودٌ وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيدِ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا (18)}.
"Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tem-pat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang di-sesatkanNya, maka kamu tidak akan mendapat seorang pemim-pin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Dan kamu me-ngira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami bolik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengun-jurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyak-sikan mereka, tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan
(diri), dan tentulah
(hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka."
(Al-Kahfi: 17-18).
#
{17} أي: حفظهم الله من الشمس، فيسَّر لهم غاراً إذا طلعت الشمسُ؛ تميلُ عنه يميناً، وعند غروبها تميلُ عنه شمالاً؛ فلا ينالُهم حرُّها فتفسدُ أبدانُهم بها. {وهم في فجوةٍ منه}؛ أي: من الكهف؛ أي: مكان متَّسع، وذلك ليطرُقَهم الهواءُ والنسيمُ، ويزولُ عنهم الوخم والتأذِّي بالمكان الضيِّق، خصوصاً مع طول المكث، و {ذلك من آيات الله}: الدالَّة على قدرته ورحمته وإجابة دعائهم وهدايتهم حتى في هذه الأمور، ولهذا قال: {مَن يَهْدِ الله فهو المهتدِ}؛ أي: لا سبيل إلى نيل الهداية إلاَّ من الله؛ فهو الهادي المرشدُ لمصالح الدارين. {ومَن يُضْلِلْ فلن تَجِدَ له وليًّا مرشداً}؛ أي: لا تجد من يتولاَّه ويدبِّره على ما فيه صلاحُه، ولا يرشِدُه إلى الخير والفلاح؛ لأنَّ الله قد حَكَمَ عليه بالضَّلال، ولا رادَّ لحكمِهِ.
(17) Maksudnya, Allah menjaga mereka dari
(sengatan) matahari, menyediakan untuk mereka sebuah gua, apabila matahari terbit,
(posisinya) menyerong ke arah kanan gua. Dan ketika ter-benam,
(letak) matahari condong ke sebelah kiri gua. Akibatnya, sengatan panas matahari tidak mengenai mereka sehingga bisa me-rusak tubuh-tubuh mereka. ﴾ وَهُمۡ فِي فَجۡوَةٖ مِّنۡهُۚ
﴿ "Mereka berada dalam tempat yang luas di dalamnya," yaitu di dalam gua. Maksudnya, (me-reka) berada di tempat yang luas. Kondisi demikian itu supaya hawa dan angin semilir mengenai mereka dan udara yang tidak baik pergi dari mereka serta rasa tersiksa di tempat yang sempit (tidak mereka rasakan), apalagi dalam masa tinggal yang lama.
﴾ ذَٰلِكَ مِنۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِۗ
﴿ "Itu adalah sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah," yang menunjukkan kekuasaanNya, rahmatNya dan pengabul-an doa mereka serta pemberian hidayah untuk mereka, sampai da-lam masalah ini. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ مَن يَهۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلۡمُهۡتَدِۖ
﴿ "Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang men-dapat petunjuk," tidak ada jalan untuk menggapai hidayah kecuali dari Allah. Dia-lah Dzat yang memberikan hidayah dan petunjuk untuk kemaslahatan dua kampung (dunia dan akhirat) .
﴾ وَمَن يُضۡلِلۡ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ وَلِيّٗا مُّرۡشِدٗا 17 ﴿ "Dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya," maksudnya kamu tidak menda-pati seorang pun yang mengurusi dan mengaturnya sesuai dengan kondisi yang mengandung kemaslahatan baginya, tidak pula
(sese-orang) yang menunjukinya ke jalan kebaikan dan keberuntungan. Karena Allah telah memutuskan kesesatan padanya. Tidak ada yang dapat menolak keputusanNya.
#
{18} {وتحسبهم أيقاظاً وهم رقودٌ}؛ أي: تحسبهم أيها الناظر إليهم كأنَّهم أيقاظٌ، والحالُ أنَّهم نيامٌ. قال المفسرون: وذلك لأنَّ أعينَهم منفتحةٌ لئلاَّ تفسدَ؛ فالناظرُ إليهم يحسبهم أيقاظاً وهم رقودٌ. {ونقلِّبُهم ذات اليمين وذات الشمال}: وهذا أيضاً من حفظه لأبدانهم؛ لأنَّ الأرض من طبيعتها أكلُ الأجسام المتَّصلة بها؛ فكان من قَدَرِ الله أن قلَّبهم على جنوبِهِم يميناً وشمالاً بقدر ما لا تُفْسِدُ الأرض أجسامهم، والله تعالى قادرٌ على حفظهم من الأرض من غير تقليبٍ، ولكنَّه تعالى حكيمٌ، أراد أن تجرِيَ سنَّته في الكون ويربُطَ الأسباب بمسبّباتها. {وكلبُهُم باسطٌ ذراعية بالوصيد}؛ أي: الكلب الذي كان مع أصحابِ الكهف أصابَهُ ما أصابَهم من النوم وقتَ حراستِهِ، فكان باسطاً ذراعيه بالوصيد؛ أي: الباب أو فنائه. هذا حفظُهم من الأرض، وأما حفظُهم من الآدميين؛ فأخبر أنَّه حماهم بالرُّعب الذي نَشَرَهُ الله عليه؛ فلو اطَّلع عليهم أحدٌ؛ لامتلأ قلبه رعباً وولَّى منهم فراراً، وهذا الذي أوجب أن يبقَوْا كلَّ هذه المدَّة الطويلة وهم لم يعثر عليهم أحدٌ مع قربهم من المدينة جدًّا، والدليل على قربهم أنَّهم لما استيقظوا؛ أرسلوا أحدَهم يشتري لهم طعاماً من المدينة، وبقوا في انتظاره، فدلَّ ذلك على شدَّة قربهم منها.
(18) ﴾ وَتَحۡسَبُهُمۡ أَيۡقَاظٗا وَهُمۡ رُقُودٞۚ
﴿ "Dan kamu mengira mereka itu ba-ngun padahal mereka tidur," maksudnya, kalian wahai orang yang melihatnya menyangka bahwa mereka seolah-olah bangun, pada-hal mereka dalam keadaan tidur. Para ulama tafsir mengatakan, "Hal itu karena mata mereka tetap terbuka supaya tidak rusak, se-hingga orang yang melihat, menyangka mereka terjaga padahal mereka tidur."
﴾ وَنُقَلِّبُهُمۡ ذَاتَ ٱلۡيَمِينِ وَذَاتَ ٱلشِّمَالِۖ
﴿ "Dan Kami bolak balikkan mereka ke kanan dan ke kiri." Ini juga merupakan bentuk pemeliharaan Allah terhadap badan-badan mereka. Karena bumi, reaksi umumnya, meng-gerogoti tubuh yang menempel padanya. Lalu di antara ke-tentuan Allah, Dia membolak-balikkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri dengan kadar (frekuensi) yang tidak menyebabkan bumi merusak tubuh mereka, meskipun Allah Mahakuasa untuk menjaga tubuh mereka tanpa perlu dibolak-balik. Akan tetapi, Allah Maha-bijaksana, Dia ingin memberlakukan sunnahNya di alam semesta dan mengaitkan sebab kausalitas dengan sesuatu dari akibat-akibat-nya.
﴾ وَكَلۡبُهُم بَٰسِطٞ ذِرَاعَيۡهِ بِٱلۡوَصِيدِۚ ﴿ "Sedangkan anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua." Anjing yang menyertai Ashhabul Kahfi, mengalami tidur
(sebagaimana mereka) pada waktu ia berjaga-jaga. Anjing tersebut mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Maksudnya, berada di pintu atau halaman gua. Ini merupa-an penjagaan bagi mereka dari
(reaksi) bumi. Sedangkan penjagaan mereka dari kalangan manusia, maka Allah mengabarkan bahwa mereka dijaga dengan rasa takut yang Allah hembuskan. Seandainya ada orang melihat mereka niscaya hatinya akan sarat dengan rasa takut dan lari tunggang langgang dari mereka. Inilah faktor yang menyebabkan mereka bisa tinggal lama dan tidak ada seorang pun yang berhasil melacak mereka, padahal mereka berada dekat se-kali dari kota. Dalil yang menunjukkan dekatnya tempat mereka yaitu bahwa tatkala mereka terbangun, maka mereka mengutus salah seorang dari temannya agar membeli makanan di kota, se-mentara yang lain menunggu kedatangannya. Hal ini menunjuk-kan sangat dekatnya mereka dari kota.
{وَكَذَلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِينَةِ فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا (19) إِنَّهُمْ إِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ أَوْ يُعِيدُوكُمْ فِي مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوا إِذًا أَبَدًا (20)}.
"Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, 'Sudah berapa lama kamu berada
(di sin)?' Mereka menjawab, 'Kita berada
(di sini) sehari atau setengah hari.' Berkatalah
(yang lain lagi, 'Rabbmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini), maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, lalu hendaklah dia lihat mana-kah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-sekali menceritakan halmu kepada siapa pun. Sesungguh-nya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempari kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan berun-tung selamanya."
(Al-Kahfi: 19-20).
#
{19} يقول تعالى: {وكذلك بَعَثْناهم}: من نومهم الطويل، {ليتساءلوا بينَهم}؛ أي: ليتباحثوا للوقوف على الحقيقة من مدَّة لبثهم. {قال قائلٌ منهم كم لبِثْتُم قالوا لَبِثنا يوماً أو بعض يوم}: وهذا مبنيٌّ على ظنِّ القائل، وكأنَّهم وقع عندهم اشتباهٌ في طول مدَّتهم؛ فلهذا {قالوا ربُّكم أعلمُ بما لَبِثْتُم}: فردُّوا العلم إلى المحيط علمُهُ بكلِّ شيءٍ جملةً وتفصيلاً، ولعلَّ الله تعالى بعد ذلك أطلعهم على مدَّة لبثهم؛ لأنَّه بَعَثَهم ليتساءلوا بينَهم، وأخبر أنَّهم تساءلوا وتكلَّموا بمبلغ ما عندَهم وصار آخر أمرهم الاشتباه؛ فلا بدَّ أن يكون قد أخبرهم يقيناً؛ عَلِمْنا ذلك من حكمته في بعثهم، وأنه لا يفعل ذلك عبثاً، ومن رحمته بمن طلبَ علم الحقيقة في الأمور المطلوب علمُها وسعى لذلك ما أمكنه؛ فإن الله يوضِّح له ذلك، وبما ذَكرَ فيما بعده من قوله: {وكذلك أعْثَرْنا عليهم ليَعْلَموا أنَّ وعد الله حقٌّ وأنَّ الساعةَ لا رَيْبَ فيها}؛ فلولا أنَّه حصل العلم بحالهم؛ لم يكونوا دليلاً على ما ذكر. ثم إنَّهم لما تساءلوا بينهم، وجرى منهم ما أخبر الله به؛ أرسلوا أحدَهم بوَرِقِهم؛ أي: بالدراهم التي كانت معهم؛ ليشتري لهم طعاماً يأكلونه من المدينة التي خرجوا منها، وأمروه أن يتخيَّر من الطعام أزكاه؛ أي: أطيبه وألذَّه، وأن يتلطَّف في ذهابه وشرائه وإيابه، وأن يختفي في ذلك، ويُخفي حال إخوانه، ولا يُشْعِرَنَّ بهم أحداً.
(19) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَكَذَٰلِكَ بَعَثۡنَٰهُمۡ
﴿ "Dan demikian-lah Kami bangunkan mereka," dari tidurnya yang sangat lama ﴾ لِيَتَسَآءَلُواْ بَيۡنَهُمۡۚ
﴿ "agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri," maksud-nya agar mereka saling berdiskusi supaya mendapatkan berita yang valid tentang berapa lama mereka tinggal. ﴾ قَالَ قَآئِلٞ مِّنۡهُمۡ كَمۡ لَبِثۡتُمۡۖ قَالُواْ لَبِثۡنَا يَوۡمًا أَوۡ بَعۡضَ يَوۡمٖۚ
﴿ "Salah seorang di antara mereka berkata, 'Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini)?' Mereka menjawab, 'Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari'." Pernyataan ini berlandaskan prasangka orang yang mengatakan (belaka). Sepertinya, telah terjadi kekaburan pada mereka mengenai masa mereka tinggal.
Oleh karena itu, ﴾ قَالُواْ رَبُّكُمۡ أَعۡلَمُ بِمَا لَبِثۡتُمۡ
﴿ "Berkatalah (yang lain lagi), 'Rabbmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini)'." Mereka mengembalikan hal tersebut kepada Dzat yang ilmuNya meliputi segala sesuatu, secara global maupun terperinci. Barangkali setelah itu Allah تعالى memberitahukan kepada mereka tentang masa tinggal mereka. Lantaran Allah membangunkan mereka agar mereka sa-ling bertanya di antara mereka sendiri, dan Allah mengabarkan bahwa mereka saling berdiskusi dan berbicara sebatas pengetahu-an mereka yang berujung pada ketidakjelasan. Maka seharusnya Allah telah mengabarkan mereka (tentang itu) secara pasti. Hal itu dapat kita ketahui melalui hikmah menjadikan mereka terjaga, dan bahwasanya Allah tidak melakukannya secara sia-sia. Di antara rahmatNya terhadap orang yang mencari kepastian sesuatu dalam perkara-perkara yang dituntut untuk diketahui lalu dia berusaha untuk mengetahuinya dengan batas kemampuannya, yaitu Allah menjelaskan perkara tersebut kepadanya, dan berdasarkan ayat-ayat yang disebutkan setelah FirmanNya,
﴾ وَكَذَٰلِكَ أَعۡثَرۡنَا عَلَيۡهِمۡ لِيَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞ وَأَنَّ ٱلسَّاعَةَ لَا رَيۡبَ فِيهَآ ﴿
"Dan demikian
(pula) Kami mempertemukan
(manusia) dengan me-reka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bah-wa kedatangan Hari Kiamat tidak ada keraguan padanya."
(Al-Kahfi: 21).
Seandainya kondisi mereka tidak diketahui
(setelahnya), nis-caya mereka tidak menjadi bukti atas apa yang Allah sebutkan
(ten-tang hari Kebangkitan). Kemudian, tatkala mereka saling bertanya di antara sesama mereka dan terjadi peristiwa pada mereka yang Allah kabarkan, maka mereka pun mengutus salah seorang di an-tara mereka dengan membawa uang perak. Maksudnya, uang be-berapa dirham yang mereka bawa, agar orang tersebut membelikan makanan dari kota
(yang mereka tinggalkan) untuk mereka makan. Mereka memerintahkannya agar memilih makanan yang paling bagus. Maksudnya, makanan terbaik dan paling lezat. Dan supaya berkelakuan ramah ketika pergi, membeli serta kepulangannya. Mereka juga memerintahkan supaya dia menutup diri dalam urusan-nya dan tutup mulut tentang keadaan teman-temannya dan jangan sampai memberitahukan seorang pun tentang keadaan mereka.
#
{20} وذكروا المحذور من اطِّلاع غيرهم عليهم وظهورهم عليهم أنَّهم بين أمرين: إما الرَّجم بالحجارة فيقتلونهم أشنع قِتلة لِحِنْقهم عليهم وعلى دينهم، وإما أن يفتنوهم عن دينهم ويردُّوهم في ملَّتهم، وفي هذه الحال لا تفلحون أبداً، بل يخسرون في دينهم ودُنياهم وأخراهم.
وقد دلَّت هاتان الآيتان على عدة فوائد:
منها: الحثُّ على العلم وعلى المباحثة فيه؛ لكون الله بعثهم لأجل ذلك.
ومنها: الأدب فيمن اشتبه عليه العلم أن يردَّه إلى عالمه، وأن يَقِفَ عند حدِّه.
ومنها: صحة الوكالة في البيع والشراء وصحَّة الشركة في ذلك.
ومنها: جواز أكل الطيِّبات والمطاعم اللَّذيذة إذا لم تخرُجْ إلى حدِّ الإسراف المنهيِّ عنه؛ لقوله: {فَلْيَنظُرْ أيُّها أزكى طعاماً فليأتِكُم برزقٍ منه}: وخُصوصاً إذا كان الإنسان لا يلائمه إلا ذلك، ولعلَّ هذا عمدة كثير من المفسِّرين القائلين بأنَّ هؤلاء أولاد ملوك؛ لكونهم أمروه بأزكى الأطعمة التي جرت عادة الأغنياء الكبار بتناولها.
ومنها: الحثُّ على التحرُّز والاستخفاء والبعد عن مواقع الفتن في الدين واستعمال الكِتْمان في ذلك على الإنسان وعلى إخوانه في الدين.
ومنها: شدة رغبة هؤلاء الفتية في الدين وفرارهم من كلِّ فتنةٍ في دينهم وتركُهم أوطانَهم في الله.
ومنها: ذِكْر ما اشتمل عليه الشرُّ من المضارِّ والمفاسد الداعية لبغضِهِ وتركِهِ، وأنَّ هذه الطريقة هي طريقة المؤمنين المتقدِّمين والمتأخِّرين؛ لقولهم: {ولن تُفْلِحوا إذاً أبداً}.
(20) Mereka menyebutkan bahaya yang timbul dari penge-tahuan orang lain tentang mereka dan penampakan diri mereka di hadapan masyarakat,
bahwa mereka akan menghadapi salah satu dari dua pilihan: Dirajam dengan lemparan batu sehingga khalayak membunuh mereka dengan cara yang sangat keji karena kemurka-an kepada diri mereka dan agama mereka. Atau orang-orang meng-uji keteguhan mereka dalam beragama dan memurtadkan mereka kepada ajaran kaumnya. Dalam keadaan ini, kalian selama-lama-nya tidak akan beruntung, bahkan merugi dalam agama, dunia, dan akhiratnya.
Kedua ayat ini telah menunjukkan beberapa pelajaran penting:
1. Anjuran supaya berilmu dan mendiskusikannya, karena Allah membangunkan mereka untuk tujuan itu.
2. Adab bagi orang yang suatu ilmu belum jelas baginya supaya menyerahkannya kepada orang yang berilmu dan berdiam diri pada batas kemampuannya.
3. Sahnya mewakilkan dalam urusan jual-beli, dan sahnya per-seroan dalam jual-beli.
4. Bolehnya memakan makanan yang baik-baik dan makanan-makanan yang lezat jika tidak melewati batas pemborosan yang dilarang. Sebagaimana Firman Allah, ﴾ فَلۡيَنظُرۡ أَيُّهَآ أَزۡكَىٰ طَعَامٗا فَلۡيَأۡتِكُم بِرِزۡقٖ مِّنۡهُ
﴿ "Dan hendaklah dia melihat manakah makan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untuk-mu." Khususnya jika seseorang tidak cocok baginya kecuali makanan model itu. Barangkali inilah sandaran kebanyakan ahli tafsir yang mengatakan bahwasanya mereka adalah anak-anak raja. Karena mereka memerintahkannya agar membeli makanan yang paling bagus yang menjadi kebiasa-an santapan orang-orang kaya.
5. Anjuran agar berhati-hati dan bersembunyi serta menjauhi tempat-tempat fitnah yang mengancam agama, dan menyim-pan rahasia seseorang dan saudara-saudaranya seagama.
6. Besarnya kecintaan para pemuda itu terhadap agama, lari-nya mereka dari segala fitnah yang mengancam agamanya, serta meninggalkan kampung halaman karena Allah.
7. Penyebutan kandungan kejelekan berupa bahaya-bahaya dan kerusakan-kerusakan yang mendorong untuk membenci dan meninggalkannya. Cara semacam ini adalah konsep kaum Mukminin terdahulu dan sekarang, berdasarkan perkataan mereka,
﴾ وَلَن تُفۡلِحُوٓاْ إِذًا أَبَدٗا 20 ﴿
"Dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya."
{وَكَذَلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوا أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَا إِذْ يَتَنَازَعُونَ بَيْنَهُمْ أَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًا رَبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَى أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَسْجِدًا (21)}.
"Dan demikianlah Kami perlihatkan
(manusia) dengan mereka, agar mereka tahu, bahwa janji Allah benar, dan bahwa
(kedatang-an) Hari Kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika mereka ber-selisih tentang urusan mereka, maka mereka berkata, 'Dirikanlah sebuah bangunan di atas
(gua) mereka, Rabb mereka lebih Menge-tahui tentang mereka.' Orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, 'Kami pasti akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atasnya'."
(Al-Kahfi: 21).
#
{21} يخبر تعالى أنَّه أطْلَعَ الناس على حال أهل الكهف، وذلك ـ والله أعلم ـ بعدما استيقظوا وبعثوا أحدهم يشتري لهم طعاماً وأمروه بالاستخفاء والإخفاء، فأراد الله أمراً فيه صلاحٌ للناس وزيادةُ أجرٍ لهم، وهو أنَّ الناس رأوا منهم آيةً من آيات الله المشاهَدَةِ بالعيان على أنَّ وعدَ الله حقٌّ لا شكَّ فيه ولا مِرْيةَ ولا بُعْدَ بعدما كانوا يتنازعون بينَهم أمرَهم؛ فمن مثبتٍ للوعد والجزاء ومن نافٍ لذلك، فجعل قصَّتَهم زيادةَ بصيرةٍ ويقينٍ للمؤمنين وحجَّةً على الجاحدين، وصار لهم أجرُ هذه القضيَّة، وشهَّر الله أمرهم، ورفع قدرهم، حتى عظَّمهم الذين اطَّلعوا عليهم؛ قالوا: {ابنوا عليهم بُنياناً}: الله أعلمُ بحالهم ومآلهم! وقال مَنْ غَلَبَ على أمرهم ـ وهم الذين لهم الأمرُ ـ:
{لَنَتَّخِذَنَّ عليهم مسجداً}؛ أي: نعبد الله تعالى فيه ونتذكَّر به أحوالهم وما جرى لهم. وهذه الحالة محظورةٌ نهى عنها النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - وذمَّ فاعليها، ولا يدلُّ ذكرها هنا على عدم ذمِّها؛ فإنَّ السياق في شأن أهل الكهف والثناء عليهم، وأنَّ هؤلاء وصلت بهم الحالُ إلى أن قالوا ابنوا عليهم مسجداً بعد خوف أهل الكهف الشديد من قومهم وحَذَرِهم من الاطِّلاع عليهم، فوصلت الحال إلى ما ترى.
وفي هذه القصة دليلٌ على أنَّ من فرَّ بدينه من الفتن؛ سلَّمه الله منها، وأنَّ مَن حرص على العافية؛ عافاه الله، ومن أوى إلى الله؛ آواه الله وجعله هدايةً لغيره، ومن تحمل الذُّلَّ في سبيله وابتغاء مرضاته؛ كان آخرُ أمره وعاقتبه العز العظيم من حيث لا يحتسب، وما عند الله خيرٌ للأبرار.
(21) Allah تعالى mengabarkan bahwasanya Dia memperlihat-kan kepada manusia keadaan Ashhabul Kahfi. Kejadian itu –wallahu a'lam- setelah mereka terjaga dan mengutus salah seorang di antara mereka untuk membeli makanan. Mereka memerintahkannya agar menyamar dan merahasiakan
(perkara mereka). Maka, Allah ber-kehendak terhadap suatu kejadian yang berisi kemaslahatan bagi orang-orang dan tambahan pahala untuk mereka. Yaitu, ketika orang-orang menyaksikan salah satu tanda kebesaran Allah pada mereka
(Ashhabul Kahfi) dengan mata kepala mereka bahwa janji Allah benar-benar ada, tidak ada syak dan keraguan padanya, tidak
(pula) ada unsur kemustahilan setelah mereka dahulu berselisih paham tentang urusan para pemuda itu. Sebagian mengakui janji Allah dan Hari Pembalasan. Sebagian lain meniadakannya. Kemu-dian Allah menjadikan kisah Ashhabul Kahfi kepada mereka sebagai tambahan ilmu dan keyakinan bagi kaum Mukminin dan hujjah
(penggugat) bagi orang-orang yang menentang. Lalu jadilah pahala dalam perkara ini untuk mereka. Selanjutnya, Allah mempopuler-kan perihal mereka dan mengangkat kedudukan mereka sehingga orang yang mengetahui tentang mereka melakukan "pengagungan". Mereka mengatakan, ﴾ ٱبۡنُواْ عَلَيۡهِم بُنۡيَٰنٗاۖ
﴿ "Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka." Allah lebih mengetahui keadaan mereka dan tem-pat mereka kembali! Berkatalah orang yang berkuasa atas urusan mereka, yaitu orang-orang yang memegang wewenang urusan,
﴾ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيۡهِم مَّسۡجِدٗا 21 ﴿ "Sesungguhnya kami akan mendirikan se-buah rumah ibadah di atasnya," maksudnya kami beribadah kepada Allah تعالى di dalamnya dan mengingat-ingat mereka serta peristiwa yang terjadi pada mereka. Perbuatan ini merupakan sebuah larangan, Nabi telah melarangnya
[24] dan mencela para pelakunya, bukan ber-arti penyebutannya di sini tidak menunjukkan celaan terhadapnya
(rencana pembangunan masjid di atas kubur mereka), karena kon-teks pembahasan ini tentang Ashhabul Kahfi dan pujian untuk mereka, dan
(alasan kedua) bahwa pengagungan
(bagi) Ashhabul Kahfi sampai pada level di mana orang-orang mengatakan, "Dirikanlah sebuah rumah peribadatan di atasnya," setelah ketakutan Ashhabul Kahfi yang dahsyat terhadap kaumnya dan sikap kehati-hatian mereka dari deteksi terhadap keberadaan mereka hingga keadaan berubah pada tingkatan yang Anda lihat.
Pada kisah ini terdapat dalil bahwasanya orang yang lari me-nyelamatkan agamanya dari fitnah-fitnah, niscaya Allah akan me-nyelamatkannya, dan bahwa orang yang bersungguh-sungguh men-cari keselamatan, niscaya Allah akan menyelamatkannya, dan bahwa orang yang berlindung kepada Allah, niscaya Allah akan melindungi-nya dan menjadikannya sebagai sumber hidayah bagi orang lain. Barangsiapa memikul kehinaan di jalan Allah dan mencari keridha-anNya, niscaya kesudahan urusannya adalah kemuliaan yang agung dari arah yang tidak dia sangka. Dan apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik bagi orang-orang yang patuh.
{سَيَقُولُونَ ثَلَاثَةٌ رَابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًا بِالْغَيْبِ وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً ظَاهِرًا وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا (22)}.
"Nanti
(ada orang yang akan) mengatakan, '
(Jumlah mereka) tiga
(orang), yang keempat adalah anjingnya,' dan
(yang lain) mengatakan, '
(Jumlah mereka) lima
(orang), yang keenam adalah anjingnya,' sebagai terkaan terhadap yang ghaib, dan
(yang lain lagi) mengatakan, '
(Jumlah mereka) tujuh
(orang), yang kedelapan adalah anjingnya.' Katakanlah
(Muhammad), 'Rabbku lebih mengetahui jumlah mereka, tidak ada yang mengetahui
(bilangan) mereka kecuali sedikit.' Karena itu janganlah engkau
(Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja, dan jangan engkau menanyakan tentang mereka
(pemuda-pemuda itu) kepada siapa pun."
(Al-Kahfi: 22).
#
{22} يخبر تعالى عن اختلاف أهل الكتاب في عدَّة أصحاب الكهف اختلافاً صادراً عن رجمهم بالغيب وتقوُّلهم بما لا يعلمون، وأنَّهم فيهم على ثلاثة أقوال: منهم من يقولُ: {ثلاثةٌ رابُعهم كلبهم}، ومنهم من يقول: {خمسةٌ سادسُهم كلبُهم}، وهذان القولان ذكر الله بعدهما أنَّ هذا رجمٌ منهم بالغيب، فدلَّ على بطلانهما، ومنهم من يقول: {سبعةٌ وثامِنُهم كلبُهم}، وهذا ـ والله أعلم ـ هو الصوابُ؛ لأنَّ الله أبطل الأوَّلَيْن ولم يبطِلْه، فدلَّ على صحَّته، وهذا من الاختلاف الذي لا فائدة تحته، ولا يحصُلُ بمعرفة عددهم مصلحةٌ للناس دينيَّة ولا دنيويَّة، ولهذا قال تعالى: {قل ربِّي أعلمُ بعِدَّتِهم لا يعلمُهُم إلاَّ قليلٌ}: وهم الذين أصابوا الصوابَ وعلموا إصابتهم. {فلا تمارِ}: تجادل وتُحاج {فيهم إلاَّ مراء ظاهرا}؛ أي: مبنياً على العلم واليقين، ويكون أيضاً فيه فائدةٌ، وأما المماراة المبنيَّة على الجهل والرجم بالغيب أو التي لا فائدةَ فيها: إما أنْ يكونَ الخصمُ معانداً، أو تكون المسألةُ لا أهميَّة فيها ولا تحصُلُ فائدةٌ دينيَّةٌ بمعرفتها؛ كعدد أصحاب الكهف ونحو ذلك؛ فإنَّ في كثرة المناقشات فيها والبحوث المتسلسلة تضييعاً للزَّمان وتأثيراً في مودَّة القلوب بغير فائدة. {ولا تَسْتَفْتِ فيهم}؛ أي: في شأن أهل الكهف {منهم}؛ أي: من أهل الكتاب، {أحداً}: وذلك لأنَّ مبنى كلامهم فيهم على الرجم بالغيب والظنِّ الذي لا يُغني من الحقِّ شيئاً؛ ففيها دليلٌ على المنع من استفتاء مَنْ لا يَصْلُحُ للفتوى: إما لقصوره في الأمر المستفتى فيه، أو لكونه لا يبالي بما تكلَّم به، وليس عنده ورعٌ يحجُزُه، وإذا نُهي عن استفتاءِ هذا الجنس؛ فنهيُهُ هو عن الفتوى من باب أولى وأحرى.
وفي الآية أيضاً دليلٌ على أن الشخص قد يكون منهيًّا عن استفتائه في شيء دون آخر، فيُسْتَفْتى فيما هو أهلٌ له بخلاف غيره؛ لأنَّ الله لم يَنْهَ عن استفتائهم مطلقاً، إنَّما نهى عن استفتائهم في قصَّةِ أصحاب الكهف وما أشبهها.
(22) Allah تعالى menceritakan tentang perselisihan Ahli kitab mengenai jumlah Ashhabul Kahfi. Sebuah perselisihan yang bertolak dari terkaan mereka terhadap perkara ghaib dan omongan mereka yang mengada-ada terhadap peristiwa yang tidak mereka ketahui, dan bahwasanya,
mereka terbagi menjadi tiga pendapat: Sebagian mereka mengatakan, ﴾ ثَلَٰثَةٞ رَّابِعُهُمۡ كَلۡبُهُمۡ
﴿ "(Jumlah mereka) tiga orang, yang keempat adalah anjingnya.' Sebagian lain mengatakan, ﴾ خَمۡسَةٞ سَادِسُهُمۡ كَلۡبُهُمۡ
﴿ "(Jumlah mereka) lima orang, yang keenam adalah anjing-nya." Dua pendapat ini, Allah sebutkan setelahnya sebagai bentuk terkaan dari mereka tentang perkara ghaib. Maka Allah menunjuk-kan kebatilan dua pernyataan itu. Di antara mereka ada yang me-ngatakan, ﴾ سَبۡعَةٞ وَثَامِنُهُمۡ كَلۡبُهُمۡۚ
﴿ "(Jumlah mereka) tujuh orang, yang ke-delapan adalah anjingnya." Perkataan ini –wallahu 'alam- merupakan pendapat yang benar, karena Allah menggugurkan dua pendapat pertama dan tidak mempermasalahkan perkataan berikutnya.
Ini berarti menunjukkan kebenarannya. Perselisihan ini ter-masuk perbedaan pendapat yang tidak mengandung manfaat apa pun, dan pengetahuan tentang jumlah mereka tidak menghasilkan kemaslahatan bagi manusia, baik secara agama ataupun dunia. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ قُل رَّبِّيٓ أَعۡلَمُ بِعِدَّتِهِم مَّا يَعۡلَمُهُمۡ إِلَّا قَلِيلٞۗ
﴿ "Katakanlah, 'Rabbku lebih mengetahui jumlah mereka, tidak ada orang yang mengetahui bilangan mereka kecuali sedikit'." Mereka itulah orang-orang yang selaras dengan kebenaran, dan mengetahui kebenaran pendapat mereka. ﴾ فَلَا تُمَارِ
﴿ "Karena itu janganlah kamu (Muhammad) berbantah," berdebat dan beradu argumentasi, ﴾ فِيهِمۡ إِلَّا مِرَآءٗ ظَٰهِرٗا
﴿ "tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja," yang berdasarkan ilmu dan keyakinan, dan juga mengandung faidah.
Adapun perbantahan berdasarkan kebodohan dan terkaan terhadap hal yang ghaib atau yang tidak ada faidahnya; baik pihak lawan sosok yang suka menentang atau permasalahan tersebut tidak penting dan tidak menghasilkan manfaat secara agama dengan mengetahuinya, seperti (mengetahui) jumlah para penghuni gua dan perkara serupa lainnya, maka sesungguhnya banyak diskusi dan pembahasan yang berlarut-larut tentang masalah itu hanya menyia-nyiakan waktu dan menggerogoti kecintaan hati (kepada orang lain) tanpa manfaat.
﴾ وَلَا تَسۡتَفۡتِ فِيهِم
﴿ "Dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu)," maksudnya tentang perkara Ashhabul Kahfi ﴾ مِّنۡهُمۡ أَحَدٗا ﴿ "kepada seorang pun dari mereka," yaitu Ahli Kitab. Demi-kian itu karena landasan perkataan mereka tentang para penghuni gua adalah terkaan dan prasangka yang tidak berpengaruh terhadap kebenaran sedikit pun. Di dalamnya, terdapat dalil larangan me-minta fatwa kepada orang yang tidak layak untuk berfatwa, baik lantaran kedangkalan ilmunya dalam perkara yang ditanyakan atau karena dia tidak peduli dengan apa yang telah dia ucapkan, tidak memiliki sifat wara' yang mengekangnya. Jika meminta fatwa kepada orang semacam ini dilarang, maka larangan terhadap diri-nya untuk memberikan fatwa lebih ditekankan lagi.
Pada ayat ini juga terkandung dalil bahwasanya seseorang tidak boleh dimintai fatwa dalam perkara tertentu tanpa
(menutup kesempatan) pada masalah yang lain. Ia boleh diminta berfatwa dalam masalah yang ia kuasai, berbeda dengan masalah lainnya. Karena Allah tidak melarang meminta fatwa kepada mereka secara mutlak. Tetapi, Allah melarang meminta fatwa kepada mereka ten-tang kisah Ashhabul Kahfi dan kejadian yang serupa dengannya.
{وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا (23) إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا (24)}.
"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali
(de-ngan menyebut), 'Insya Allah'.' Dan ingatlah kepada Rabbmu jika kamu lupa dan katakanlah, 'Mudah-mudahan Rabbku akan mem-beriku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini'."
(Al-Kahfi: 23-24).
#
{23} هذا النهيُ كغيرِهِ، وإنْ كان لسببٍ خاصٍّ وموجه للرسول - صلى الله عليه وسلم -؛ فإنَّ الخطاب عامٌّ للمكلَّفين؛ فنهى الله أن يقولَ العبدُ في الأمور المستقبلة: {إنِّي فاعلٌ ذلك}: من دون أن يقرِنَه بمشيئة الله، وذلك لما فيه من المحذورِ، وهو الكلامُ على الغيوب المستقبلة التي لا يَدْري هل يفعلُه أم لا؟ وهل تكون أم لا؟ وفيه ردُّ الفعل إلى مشيئة العبد استقلالاً، وذلك محذورٌ محظورٌ؛ لأنَّ المشيئة كلها لله، {وما تشاؤون إلاَّ أنْ يشاءَ اللهُ ربُّ العالمين}، ولما في ذكر مشيئة الله من تيسير الأمر وتسهيلِهِ وحصول البركةِ فيه والاستعانةِ من العبد لربِّه.
(23) Larangan ini adalah sebagaimana larangan lainnya, sekalipun penyebabnya khusus dan ditujukan kepada Rasulullah, akan tetapi arah pembicaraannya umum, untuk semua kalangan mukallaf. Allah melarang seorang hamba mengatakan dalam urusan yang akan datang, ﴾ إِنِّي فَاعِلٞ ذَٰلِكَ
﴿ "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu," tanpa menggandengkannya dengan kehendak Allah. Demikian itu, karena sikap tersebut memuat sebuah larangan. Yaitu berbicara tentang perkara ghaib yang akan datang, yang mana dia tidak me-ngetahui apakah dia akan mengerjakannya ataukah tidak? Dan apakah akan terjadi atau tidak? Pada ungkapan itu (tanpa mengait-kan dengan kehendak Allah) mengandung pengertian mengembali-kan sebuah perbuatan kepada kehendak seorang hamba belaka, dan sikap demikian ini dilarang lagi diharamkan. Sebab, semua kehendak adalah milik Allah.
﴾ وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ 29 ﴿
"Dan kamu tidak dapat menghendaki
(menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam."
(At-Takwir: 29).
Dan karena pada penyertaan kehendak Allah memuat unsur memuluskan dan memudahkan urusan, teraihnya berkah serta unsur meminta bantuan dari hamba kepada Rabbnya.
#
{24} ولما كان العبد بشراً لا بدَّ أن يسهو عن ذكر المشيئة ؛ أمَرَه الله أن يستثني بعد ذلك إذا ذَكَرَ؛ ليحصُلَ المطلوب ويندفِعَ المحذورُ. ويؤخَذُ من عموم قوله: {واذكُرْ رَبَّك إذا نسيتَ}: الأمرُ بذِكْر الله عند النسيان؛ فإنَّه يزيله ويذكِّر العبدَ ما سها عنه. وكذلك يؤمَرُ الساهي الناسي لذِكْرِ الله أن يَذْكُرَ ربَّه ولا يكوننَّ من الغافلين. ولما كان العبدُ مفتقراً إلى الله في توفيقه للإصابة وعدم الخطأ في أقواله وأفعاله؛ أمره الله أن يقول: {عسى أن يَهْدِيَني ربِّي لأقربَ من هذا رَشَداً}: فأمره أن يدعو الله ويرجوه ويَثِقَ به أنْ يَهْدِيَه لأقرب الطرق الموصلة إلى الرشد، وحريٌّ بعبد تكون هذه حاله، ثم يبذل جهده، ويستفرغُ وسعه في طلب الهدى والرشد، أن يُوَفَّق لذلك، وأن تأتِيَه المعونةُ من ربِّه، وأن يسدِّدَه في جميع أموره.
(24) Ketika seorang hamba itu adalah manusia yang pasti mengalami kelupaan untuk mengingat kehendak Allah, maka Dia memerintahkannya untuk mengecualikannya setelah itu bila ingat, agar terwujudkan apa yang diinginkan dan tertampik bahaya dari-nya. Keterangan ini terambil dari keumuman FirmanNya, ﴾ وَٱذۡكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ
﴿ "Dan ingatlah kepada Rabbmu jika kamu lupa." Perintah mengingat Allah ketika lupa, karena dapat menghilangkan dan mengingatkan seseorang apa yang dia lupakan. Begitu juga, orang alpa lagi lupa (mengingat Allah) diperintahkan supaya menyebut nama Rabbnya agar tidak menjadi orang yang benar-benar lalai.
Tatkala seorang hamba membutuhkan taufik Allah agar dapat meraih kebenaran dan tidak mengalami kesalahan dalam perkataan dan perbuatannya, maka Allah memerintahkannya agar mengucap-kan, ﴾ عَسَىٰٓ أَن يَهۡدِيَنِ رَبِّي لِأَقۡرَبَ مِنۡ هَٰذَا رَشَدٗا ﴿ "Mudah-mudahan Rabbku akan mem-beriku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini." Allah memerintahkannya agar berdoa dan mengharapNya serta percaya kepada Allah bahwa Dia akan menunjukkan kepadanya jalan paling pintas yang mengantarkan kepada kebenaran. Seharusnya seorang hamba keadaannya seperti ini, lalu dia mencurahkan segenap ke-sungguhannya dan mengerahkan kemampuannya dalam mencari petunjuk dan kebenaran supaya dia diberi taufik untuk tujuan itu, dan agar pertolongan datang dari Rabbnya kepada dirinya dan meluruskan seluruh perkaranya.
{وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا (25) قُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوا لَهُ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَبْصِرْ بِهِ وَأَسْمِعْ مَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا يُشْرِكُ فِي حُكْمِهِ أَحَدًا (26)}.
"Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun
(lagi). Katakanlah, 'Allah lebih menge-tahui berapa lamanya mereka tinggal
(di gua); kepunyaanNya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatanNya dan alangkah tajam pendengaranNya; tak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain dariNya; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutuNya dalam menetapkan keputusan'."
(Al-Kahfi: 25-26).
#
{25 ـ 26} لمَّا نهاه الله عن استفتاء أهل الكتاب في شأن أهل الكهف لعدم علمهم بذلك، وكان الله عالم الغيب والشهادة العالم بكلِّ شيء؛ أخبره الله بمدَّة لَبثهم، وأنَّ علم ذلك عنده وحدَه؛ فإنَّه من غيب السماواتِ والأرض، وغيبُها مختصٌّ به؛ فما أخبر به عنها على ألسنةِ رُسُلِهِ؛ فهو الحقُّ اليقين الذي لا يُشَكُّ فيه، وما لا يُطْلِعُ رسلَه عليه؛ فإنَّ أحداً من الخلق لا يعلمه. وقوله: {أبصِرْ به وأسمعْ}: تعجُّبٌ من كمال سمعه وبصره وإحاطتهما بالمسموعات والمبصَرات بعدما أخبر بإحاطة علمِهِ بالمعلومات، ثم أخبر عن انفراده بالولاية العامَّة والخاصَّة؛ فهو الوليُّ الذي يتولَّى تدبير جميع الكون، والوليُّ لعباده المؤمنين؛ يخرِجُهم من الظُّلمات إلى النور، وييسِّرهم لليسرى، ويجنِّبهم العسرى، ولهذا قال: {ما لهم من دونِهِ من وليٍّ}؛ أي: هو الذي تولَّى أصحاب الكهف بلطفِهِ وكرمِهِ، ولم يَكِلْهم إلى أحدٍ من الخلق. {ولا يُشْرِكُ في حكمِهِ أحداً}: وهذا يشمَلُ الحكمَ الكونيَّ القدريَّ والحكم الشرعيَّ الدينيَّ؛ فإنَّه الحاكم في خلقه قضاءً وقدراً وخلقاً وتدبيراً، والحاكم فيهم بأمرِهِ ونهيِهِ وثوابِهِ وعقابِهِ.
ولما أخبر أنه تعالى له غيب السماواتِ والأرض؛ فليس لمخلوقٍ إليها طرها طريقٌ إلاَّ عن الطريق التي يُخبر بها عبادَه، وكان هذا القرآن قد اشتمل على كثيرٍ من الغُيوب؛ أمر تعالى بالإقبال عليه، فقال:
(25-26) Tatkala Allah melarang Rasulullah meminta fatwa kepada ahli kitab tentang perkara Ashhabul Kahfi karena mereka tidak memiliki ilmu tentang hal itu, sedangkan Allah adalah Dzat yang Maha Mengetahui hal yang ghaib maupun yang nyata dan Maha mengetahui segala sesuatu, maka Allah memberitahukan kepada RasulNya tentang berapa lama mereka tinggal. Ilmu tentang hal itu hanyalah milik Allah, karena termasuk perkara yang ter-sembunyi di langit dan bumi. Keghaiban kejadian itu menjadi hak khususNya. Dan apa yang Allah beritakan melalui lisan-lisan Rasul-Nya merupakan kebenaran yang diyakini yang tidak ada keraguan padanya. Dan berita yang tidak Allah beritahukan kepada para RasulNya, maka tidak ada seorang pun dari makhluk yang dapat mengetahuinya.
Firman Allah, ﴾ أَبۡصِرۡ بِهِۦ وَأَسۡمِعۡۚ
﴿ "Alangkah terang penglihatanNya dan alangkah tajam pendengaranNya," kekaguman terhadap kesem-purnaan pendengaran dan penglihatanNya serta jangkauan kedua-nya terhadap seluruh obyek yang didengar dan obyek-obyek yang terlihat setelah Dia mengabarkan tentang ilmuNya yang meliputi segala sesuatu yang diketahui, kemudian Allah menyatakan ke-esaanNya dalam penjagaan yang umum dan khusus. Dia-lah Pe-melihara yang berwenang mengatur seluruh alam semesta dan Pemelihara bagi hamba-hambaNya yang beriman, mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, memberikan taufik bagi mereka menuju jalan yang mudah, dan menjauhkan mereka dari kesulitan. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ مَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَلِيّٖ
﴿ "Tidak ada seorang pelindung etelah Dia rhadap seluruh obyek pun bagi mereka selain dariNya." Maksud-nya, Dia-lah yang mengurus perkara Ashhabul Kahfi dengan kelem-butan dan kemuliaanNya, tidak menyerahkan urusan mereka kepada seorang pun dari kalangan makhlukNya.
﴾ وَلَا يُشۡرِكُ فِي حُكۡمِهِۦٓ أَحَدٗا 26 ﴿ "Dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutuNya dalam menetapkan keputusan." Ini mencakup ke-putusan takdir yang bersifat kauni dan syar'i. Sesungguhnya Allah adalah Pemutus keputusan di tengah makhlukNya baik dalam masalah keputusan, ketetapan takdir, penciptaan, dan pengaturan, dan Dzat yang menjadi hakim pada mereka dengan perintah dan laranganNya, pahala dan hukumanNya.
Tatkala Allah menceritakan bahwa bagiNya perkara-perkara yang tersembunyi di langit dan bumi, maka tidak ada cara bagi makhluk untuk mengetahuinya kecuali melalui berita yang Allah kabarkan kepada para hambaNya. Al-Qur`an telah menghimpun banyak sekali perkara ghaib. Allah تعالى memerintahkan supaya meresponnya. Allah berfirman,
{وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا (27)}.
"Dan bacakanlah sesuatu yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Rabbmu
(al-Qur`an). Tidak ada
(seorang pun) yang dapat merubah kalimat-kalimatNya. Dan kamu tidak akan dapat mene-mukan tempat berlindung selain dariNya."
(Al-Kahfi: 27).
#
{27} التلاوة: هي الاتِّباع؛ أي: اتَّبع ما أوحى الله إليك بمعرفة معانيه وفهمها وتصديق أخباره وامتثال أوامره ونواهيه؛ فإنَّه الكتاب الجليل، الذي لا مبدِّل لكلماته؛ أي: لا تُغَيَّر ولا تُبَدَّل لصدقها وعدلها وبلوغها من الحسن فوق كلِّ غاية، {وَتَمَّتْ كلمةُ ربِّك صدقاً وعدلاً}؛ فلكمالها استحال عليها التغييرُ والتبديل، فلو كانت ناقصةً؛ لَعَرَضَ لها ذلك أو شيءٌ منه. وفي هذا تعظيم للقرآن في ضمنه الترغيبُ على الإقبال عليه. {وَلَن تَجِدَ من دونه مُلْتَحَداً}؛ أي: لن تجد من دون ربِّك ملجأ تلجأ إليه ولا مَعاذًا تعوذ به؛ فإذا تعيَّن أنَّه وحده الملجأ في كلِّ الأمور؛ تعيَّن أن يكون هو المألوه المرغوب إليه في السرَّاء والضرَّاء، المفتَقر إليه في جميع الأحوال، المسؤول في جميع المطالب.
(27) Kata اَلتِّلَاوَةُartinya: Mengikuti. Maksudnya, ikutilah apa yang Allah wahyukan kepadamu dengan mengetahui dan memahami maknanya, membenarkan berita-beritaNya, serta menaati perintah dan laranganNya. Sesungguhnya al-Qur`an adalah kitab yang agung, tidak ada seorang pun yang sanggup merubah kalimat-kalimatNya. Maksudnya, tidak bisa dirubah dan diganti karena aspek kebenaran dan keadilannya serta sisi keelokannya yang meng-ungguli setiap keindahan.
﴾ وَتَمَّتۡ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدۡقٗا وَعَدۡلٗاۚ
﴿
"Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (al-Qur`an) sebagai kalimat yang benar lagi adil." (Al-An'am: 115).
Kesempurnaannya mustahil bisa dirubah atau diganti. Seandai-nya kalimat-kalimat tersebut memiliki cacat, niscaya akan terjadi padanya perubahan (secara keseluruhan) atau sebagian darinya. Hal ini merupakan pengagungan terhadap al-Qur`an, yang memuat dorongan agar menerimanya. ﴾ وَلَن تَجِدَ مِن دُونِهِۦ مُلۡتَحَدٗا ﴿ "Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dariNya." Maksudnya kamu tidak akan mendapatkan tempat kembali dan tidak pula tempat meminta pertolongan selain kepada Allah. Apabila telah jelas bahwa hanya Allah semata tempat kembali dalam segala uru-san, maka jelaslah bahwa Dia-lah yang berhak untuk disembah dan dicintai, baik dalam kondisi lapang maupun sempit, yang selalu dibutuhkan dalam segala keadaan dan yang diminta dalam segala tuntutan.
{وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا (28)}.
"Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keri-dhaanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan jangan-lah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya, dan keadaannya itu melewati batas."
(Al-Kahfi :28).
#
{28} يأمر تعالى نبيَّه محمداً - صلى الله عليه وسلم -، وغيره أسوته في الأوامر والنواهي أن يصبر نفسه مع المؤمنين العُبَّاد المنيبين. {الذين يَدْعونَ ربَّهم بالغداة والعشيِّ}؛ أي: أول النهار وآخره؛ يريدون بذلك وجه الله، فوصفهم بالعبادة والإخلاص فيها؛ ففيها الأمر بصحبة الأخيار ومجاهدة النفس على صحبتهم ومخالطتهم، وإنْ كانوا فقراء؛ فإنَّ في صحبتهم من الفوائد ما لا يُحصى. {ولا تَعْدُ عيناك عنهم}؛ أي: لا تجاوزهم بصرك وترفع عنهم نظرك؛ {تريد زينةَ الحياةِ الدُّنيا}؛ فإنَّ هذا ضارٌّ غير نافع، قاطعٌ عن المصالح الدينيَّة؛ فإنَّ ذلك يوجب تعلُّق القلب بالدُّنيا، فتصير الأفكار والهواجس فيها، وتزول من القلب الرغبةُ في الآخرة؛ فإنَّ زينة الدُّنيا تروق للناظر وتَسْحَر القلب ، فيغفل القلب عن ذكر الله، ويُقْبِلُ على اللَّذَّات والشهوات، فيضيع وقته، وينفرط أمره، فيخسر الخسارة الأبديَّة والندامة السرمديَّة، ولهذا قال: {ولا تُطِعْ من أغْفَلْنا قلبه عن ذكرنا}: غَفَلَ عن الله فعاقبه بأن أغْفَلَه عن ذكره، {واتَّبَع هواه}؛ أي: صار تبعاً لهواه؛ حيث ما اشتهتْ نفسُه فعله، وسعى في إدراكه، ولو كان فيه هلاكه وخُسرانه؛ فهو قد اتَّخذ إلهه هواه؛ كما قال تعالى: {أفرأيتَ مَنِ اتَّخذ إلهه هواه وأضلَّه الله على علم ... } الآية. {وكان أمرُهُ}؛ أي: مصالح دينه ودنياه {فُرُطاً}؛ أي: ضائعة معطَّلة؛ فهذا قد نهى الّله عن طاعته؛ لأن طاعته تدعو إلى الاقتداء به، ولأنَّه لا يدعو إلاَّ لما هو متَّصف به.
ودلَّت الآية على أنَّ الذي ينبغي أن يُطاع، ويكون إماماً للناس مَن امتلأ قلبُه بمحبَّة الله، وفاض ذلك على لسانه، فلهج بذكر الله، واتَّبع مراضي ربِّه، فقدَّمها على هواه، فحفظ بذلك ما حَفِظَ من وقته، وصلحت أحوالُه، واستقامت أفعاله، ودعا الناس إلى ما منَّ الله به عليه؛ فحقيقٌ بذلك أن يُتَّبع، ويُجعل إماماً.
والصبر المذكور في هذه الآية هو الصبر على طاعة الله، الذي هو أعلى أنواع الصبر، وبتمامه يتمُّ باقي الأقسام.
وفي الآية استحبابُ الذِّكر والدُّعاء والعبادة طرفي النهار؛ لأنَّ الله مدحهم بفعله، وكلُّ فعل مَدَحَ الله فاعله؛ دلَّ ذلك على أن الله يحبُّه؛ وإذا كان يحبه فإنَّه يأمر به ويرغِّب فيه.
(28) Allah تعالى memerintahkan NabiNya, Muhammad, se-dangkan orang lain mengikutinya sebagai teladan dalam perintah dan larangan, supaya bersabar bersama orang-orang beriman, ahli ibadah yang selalu kembali kepada Allah. ﴾ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ
﴿ "Orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari," yaitu pada permulaan pagi dan sore hari. Mereka menginginkan Wajah Allah dengan hal itu. Allah menyebutkan karakter mereka dengan ibadah dan keikhlasan dalam melaksanakannya. Jadi, di dalamnya terdapat perintah supaya bersahabat dengan orang baik dan berusaha keras untuk berkumpul dengan mereka, sekali pun mereka itu orang-orang fakir. Karena berhubungan erat dengan mereka memberikan manfaat-manfaat yang tidak terhitung.
﴾ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ
﴿ "Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka," maksudnya pandanganmu janganlah melampaui mereka dan mengangkat penglihatanmu dari mereka ﴾ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ
﴿ "(karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini," sebab ia meru-pakan bahaya, tidak bermanfaat, penghancur kemaslahatan agama dan menjadikan hati bergantung dengan dunia. Akibatnya, pikiran dan angan-angan terfokuskan padanya. Kecintaan di hati terhadap akhirat sirna. Sesungguhnya perhiasan dunia begitu memikat orang yang melihatnya dan menyihir hati, sehingga hati itu lalai untuk mengingat Allah dan lebih menatap aneka kelezatan dan godaan syahwat. Waktunya pun sia-sia dan urusannya menjadi tidak ka-ruan. Kemudian dia menjadi orang yang merugi dan menyesal selama-lamanya.
Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا
﴿ "Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami." Dia lalai mengingat Allah, maka Allah menghukum-nya dengan menjadikannya lalai untuk mengingatNya, ﴾ وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ
﴿ "serta menuruti hawa nafsunya," maksudnya dia menjadi orang yang memperturutkan hawa nafsunya. Apa saja yang disukai oleh nafsu-nya, niscaya dia lakukan dan berusaha mendapatkannya sekalipun akan membinasakan dan merugikannya. Dia telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan, seperti Firman Allah,
﴾ أَفَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلۡمٖ
﴿
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa naf-sunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya…" (Al-Jatsiyah: 23).
﴾ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ
﴿ "Dan keadaannya itu," maksudnya kemaslahatan agama dan duniawinya ﴾ فُرُطٗا 28 ﴿ "melampaui batas," maksudnya lenyap sia-sia lagi tidak terwujudkan. Allah melarang menaati orang seperti ini, karena ketaatan kepadanya akan mengajaknya untuk mengikutinya. Pasalnya, dia tidak menyeru kecuali kepada orang yang memiliki sifat sepertinya.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang seharusnya ditaati dan menjadi imam bagi orang-orang adalah orang yang hatinya penuh dengan kecintaan kepada Allah dan mencurahkannya pada lisannya, lalu dia tekun berdzikir kepada Allah, mengikuti semua keridhaanNya, lebih mendahulukannya daripada bisikan hawa nafsunya. Maka dengan itu, dia berhasil menjaga waktunya, kon-disinya membaik dan tindak-tanduknya lurus, mengajak manusia kepada kenikmatan yang Allah berikan kepadanya, maka pantaslah dia diikuti dan dijadikan sebagai imam.
Sabar yang disebutkan dalam ayat ini adalah bersabar dalam ketaatan kepada Allah yang mana ia merupakan jenis kesabaran yang paling tinggi. Kesempurnaan bentuk kesabaran ini, akan me-nyempurnakan jenis-jenis kesabaran lainnya.
Dalam ayat ini terdapat kandungan mengenai disunnahkan-nya berdzikir, berdoa, dan beribadah pada dua penghujung siang, karena Allah memuji mereka atas perbuatan itu. Setiap perbuatan yang Allah memuji pelakunya, berarti menunjukkan bahwa Allah mencintai perbuatan itu. Dan jika Allah mencintainya, maka Dia memerintahkan dan menganjurkan orang untuk melakukannya.
{وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا (29) إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا (30) أُولَئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ نِعْمَ الثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا (31)}.
"Dan katakanlah, 'Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman), hendaklah dia beriman, dan barangsiapa yang ingin
(kafir), biarlah dia kafir.' Sesungguh-nya Kami telah sediakan bagi orang-orang zhalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang pa-ling buruk, dan tempat istirahat yang paling jelek. Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shalih, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amal-an
(nya) dengan baik. Mereka itulah
(orang-orang yang) mendapat-kan surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas, dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutra tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah."
(Al-Kahfi: 29-31).
#
{29} أي: {قل} للناس يا محمدُ: هو {الحقُّ من ربِّكم}؛ أي: قد تبيَّن الهدى من الضلال، والرُّشد من الغيِّ، وصفات أهل السعادة وصفات أهل الشقاوة، وذلك بما بيَّنه الله على لسان رسوله؛ فإذا بان واتَّضح ولم يبقَ فيه شبهةٌ؛ {فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر}؛ أي: لم يبق إلاَّ سلوكُ أحد الطريقين بحسب توفيق العبد وعدم توفيقه، وقد أعطاه الله مشيئةً بها يقدِرُ على الإيمان والكفر والخير والشرِّ؛ فمن آمن؛ فقد وُفِّق للصواب، ومن كَفَرَ؛ فقد قامت عليه الحجَّة، وليس بمكرهٍ على الإيمان؛ كما قال تعالى: {لا إكْراهَ في الدِّينِ قد تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الغَيِّ}، [وليس في قوله: {فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر} الإذن في كلا الأمرين وإنما ذلك تهديد ووعيد لمن اختار الكفر بعد البيان التام كما ليس فيها تركه قتال الكافرين]. ثم ذكر تعالى مآل الفريقين، فقال: {إنَّا أعْتَدْنا للظالمين}: بالكفر والفسوق والعصيان، {ناراً أحاطَ بهم سُرادِقُها}؛ أي: سورها المحيط بها؛ فليس لهم منفذٌ ولا طريقٌ ولا مخلصٌ منها، تصلاهم النار الحامية. {وإن يَسْتغيثوا}؛ أي: يطلبوا الشراب ليطفئ ما نزل بهم من العطش الشديد؛ {يُغاثوا بماءٍ كالمهل}؛ أي: كالرصاص المذاب أو كعكر الزيت من شدَّة حرارته. {يَشْوي الوجوهَ}؛ أي: فكيف بالأمعاء والبطون؟! كما قال تعالى: {يُصْهَرُ به ما في بطونِهِم والجلودُ. ولهم مَقامِعُ من حديدٍ}. {بئس الشرابُ}: الذي يُراد ليطفئ العطش ويدفع بعض العذابِ فيكون زيادةً في عذابهم وشدَّة عقابهم، {وساءت}: النار {مرتفقاً}: وهذا ذمٌّ لحالة النار؛ أنَّها ساءت المحلَّ الذي يرتفق به؛ فإنَّها ليس فيها ارتفاقٌ؛ وإنَّما فيها العذاب العظيم الشاقُّ الذي لا يُفَتَّر عنهم ساعةً، وهم فيه مُبْلِسونَ، قد أيسوا من كلِّ خيرٍ، ونسيهم الرحيم في العذاب كما نسوه.
(29) Maksudnya ﴾ قُل
﴿ "Katakanlah," wahai Muhammad ke-pada umat manusia, bahwa ﴾ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ
﴿ "kebenaran itu datangnya dari Rabbmu," maksudnya, sungguh telah menjadi jelas antara petun-juk dengan kebatilan, kebenaran dengan kesesatan, sifat-sifat orang-orang yang berbahagia dengan sifat-sifat orang-orang yang seng-sara. Demikian itu berdasarkan hasil penjelasan Allah melalui lisan RasulNya. Apabila telah jelas, nampak, dan tidak ada kesamaran padanya ﴾ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ
﴿ "maka barangsiapa yang ingin (ber-iman), hendaklah dia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir), biarlah dia kafir," maksudnya tidak ada pilihan kecuali menempuh salah satu dari dua jalan sesuai dengan adanya taufik bagi seorang ham-ba atau tidaknya. Allah telah memberinya kehendak untuk memilih antara keimanan dan kekufuran, kebaikan dan keburukan. Barang-siapa beriman, maka sungguh dia telah diberi taufik menuju ke-benaran, dan barangsiapa yang kafir, maka sungguh hujjah telah tegak atasnya, tidak ada yang memaksanya untuk beriman.
Sebagaimana Firman Allah,
﴾ لَآ إِكۡرَاهَ فِي ٱلدِّينِۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَيِّۚ
﴿
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama Islam; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat." (Al-Baqarah: 256).
[Bukan berarti dalam Firman Allah, ﴾ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ
﴿ "Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir), biarlah dia kafir," mengandung penger-tian dibolehkannya dua perbuatan tersebut. Akan tetapi, hal itu merupakan peringatan dan ancaman bagi orang yang memilih ke-kafiran setelah adanya penjelasan yang sempurna. Sebagaimana ayat itu memuat pengertian untuk membiarkan orang-orang yang kafir tanpa diperangi].
Kemudian Allah تعالى menyebutkan tempat kembali dua golo-ngan itu. Allah berfirman, ﴾ إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلظَّٰلِمِينَ
﴿ "Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang yang zhalim itu," karena kekufuran, kefa-sikan, dan kemaksiatan mereka ﴾ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ سُرَادِقُهَاۚ
﴿ "neraka yang gejo-laknya mengepung mereka," maksudnya pagar-pagarnya mengelilingi mereka, maka tidak ada celah keluar dan jalan untuk melarikan diri meninggalkannya. Api neraka membakar mereka. ﴾ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ
﴿ "Dan jika mereka meminta minum," maksudnya meminta minum untuk melenyapkan rasa haus yang mencekik ﴾ يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ
﴿ "nis-caya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih," maksudnya seperti timah yang mencair atau seperti kerak minyak karena sangat panas ﴾ يَشۡوِي ٱلۡوُجُوهَۚ
﴿ "yang menghanguskan muka." Maka bagaimana (jadinya) dengan usus-usus dan perut-perut mereka?! Sebagaimana Firman Allah,
﴾ يُصۡهَرُ بِهِۦ مَا فِي بُطُونِهِمۡ وَٱلۡجُلُودُ 20 وَلَهُم مَّقَٰمِعُ مِنۡ حَدِيدٖ 21
﴿
"Dengan air itu dihancurluluhkan segala yang ada dalam perut me-reka dan juga kulit (mereka). Dan untuk mereka, cambuk-cambuk dari besi." (Al-Hajj: 20-21).
﴾ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ
﴿ "Itulah minuman yang paling buruk," yang dituju-kan untuk menghilangkan rasa dahaga dan menolak sebagian azab, namun malah menjadi penambah siksa mereka dan kedahsyatan hukuman mereka. ﴾ وَسَآءَتۡ
﴿ "Dan yang paling jelek," maksudnya, ne-raka itu (adalah tempat yang paling jelek sebagai) ﴾ مُرۡتَفَقًا 29 ﴿ "tempat istirahat." Ini merupakan celaan tentang keadaan neraka, bahwasa-nya neraka merupakan seburuk-buruk tempat yang digunakan se-bagai tempat beristirahat, karena tidak ada tempat nyaman di dalam-nya. Akan tetapi, di dalamnya adalah siksa yang besar dan berat, yang tidak berhenti barang sesaat pun dari mereka. Mereka berduka cita di dalamnya, berputus asa dari segala kebaikan. Allah Yang Maha Pengasih telah melupakan
(tidak mempedulikan) mereka berada dalam siksa sebagaimana mereka telah melupakanNya
(di dunia).
#
{30} ثم ذكر الفريق الثاني، فقال: {إنَّ الذين آمنوا وعملوا الصالحاتِ}؛ أي: جمعوا بين الإيمان بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر والقَدَر خيره وشرِّه وعمل الصالحات من الواجبات والمستحبات. {إنَّا لا نُضيعُ أجْرَ مَنْ أحسنَ عملاً}: وإحسانُ العمل أن يريدَ العبدُ العمل لوجه الله متبعاً في ذلك شرع الله؛ فهذا العمل لا يضيِّعه الله ولا شيئاً منه، بل يحفظُه للعاملين، ويوفِّيهم من الأجر بحسب عملهم وفضله وإحسانه.
(30) Kemudian Allah menyebut golongan yang kedua seraya berfirman, ﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ
﴿ "Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shalih," maksudnya, mereka yang menggabung-kan antara keimanan kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-RasulNya, Hari Akhir dan takdir baik dan buruk dengan amal shalih, dari yang wajib maupun yang mustahab, ﴾ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجۡرَ مَنۡ أَحۡسَنَ عَمَلًا 30 ﴿ "tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan
(nya) dengan baik," amalan yang baik maksudnya apabila seorang hamba menginginkan dengan amalannya itu Wajah Allah dan mengikuti syariat Allah, maka amalan inilah yang tidak akan disia-siakan Allah dan
(juga tidak) sedikit pun
(tersia-siakan). Bahkan, Allah menjaganya untuk orang-orang yang mengamalkannya dan memberikan balasan yang sem-purna dengan pahala sesuai dengan amalan mereka.
#
{31} وذكر أجرهم بقوله: {أولئك لهم جناتُ عَدْنٍ تجري من تحتها الأنهار يُحَلَّوْن فيها من أساورَ من ذهبٍ ويلبسون ثياباً خضراً من سُنْدُسٍ وإسْتَبْرَقٍ متَّكئين فيها على الأرائك}؛ [أولئك] أي: أولئك الموصوفون بالإيمان والعمل الصالح، لهم الجناتُ العالياتُ التي قد كَثُرَتْ أشجارُها فأجَنَّتْ مَنْ فيها، وكثرت أنهارُها، فصارت تجري من تحت تلك الأشجار الأنيقة والمنازل الرفيعة، وحليتُهم فيها الذهب، ولباسُهم فيها الحرير الأخضر من السُّندس، وهو الغليظُ من الدِّيباج، والإستبرق وهو ما رَقَّ منه، متَّكئين فيها على الأرائك، وهي السرر المزيَّنة المجمَّلة بالثياب الفاخرة؛ فإنَّها لا تسمَّى أريكة حتى تكون كذلك، وفي اتِّكائهم على الأرائك ما يدلُّ على كمال الراحة وزوال النَّصب والتعب وكون الخدم يسعَوْن عليهم بما يشتهون، وتمام ذلك الخلود الدائم والإقامة الأبديَّة؛ فهذه الدار الجليلة، {نعم الثوابُ}: للعاملين، {وحَسُنَتْ مرتَفَقاً}: يرتَفِقون بها، ويتمتَّعون بما فيها مما تشتهيه الأنفسُ، وتلذُّ الأعينُ من الحبرة والسرور والفرح الدائم واللَّذَّات المتواترة والنعم المتوافرة، وأيُّ مرتَفَقٍ أحسنُ من دارٍ، أدنى أهلها يسير في مُلكِهِ ونعيمه وقصورِهِ وبساتينه ألفي سنة؟ ولا يرى فوقَ ما هو فيه من النعيم، قد أعْطِيَ جميعَ أمانيه ومطالبِهِ، وزيد من المطالب ما قَصَّرَتْ عنه الأماني، ومع ذلك؛ فنعيمُهم على الدوام، متزايدٌ في أوصافه وحسنه، فنسأل الله الكريم أنْ لا يحرِمَنا خيرَ ما عنده من الإحسان بشرِّ ما عندنا من التقصير والعصيان. ودلت الآية الكريمة وما أشبهها على أن الحِلْيَةَ عامَّةٌ للذكور والإناث؛ كما ورد في الأخبار الصحيحة؛ لأنَّه أطلقها في قوله: {يُحَلَّوْنَ}، وكذلك الحرير ونحوه.
(31) Allah menyebutkan pahala mereka dengan berfirman, ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ جَنَّٰتُ عَدۡنٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهِمُ ٱلۡأَنۡهَٰرُ يُحَلَّوۡنَ فِيهَا مِنۡ أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٖ وَيَلۡبَسُونَ ثِيَابًا خُضۡرٗا مِّن سُندُسٖ وَإِسۡتَبۡرَقٖ مُّتَّكِـِٔينَ فِيهَا عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِۚ
﴿ "Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan Surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya, dalam surga itu me-reka dihiasi dengan gelang emas, dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutra tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah," [merekalah] maksudnya mereka yang berkarakter dengan keimanan dan amal shalih mendapatkan surga-surga yang tinggi yang pepohonannya sungguh banyak, hingga menutupi orang yang berada di dalamnya, sungai-sungainya pun banyak, mengalir di bawah pepohonan yang elok dan tempat-tempat kediaman yang tinggi, perhiasan mereka di dalamnya ter-buat dari emas, pakaian mereka terbuat dari sutra hijau dari jenis sutra sundus yaitu sutra yang halus dan istabraq yaitu sutra yang tebal. Mereka dalam keadaan bersandar di atas dipan-dipan yang indah, yaitu ranjang-ranjang yang dihiasi lagi diperindah dengan aksesoris yang mewah. Karena tidaklah ia dinamakan arikah (ran-jang-ranjang mewah) sehingga (harus) menjadi seperti itu.
Cara duduk mereka yang menyandar di atas dipan-dipan yang indah itu menunjukkan bentuk istirahat yang sempurna, hilangnya rasa capai dan kelelahan, disertai mobilitas pelayan untuk menyuguh-kan sesuatu yang mereka inginkan. Sebagai penyempurna kenik-matan itu, kekekalan yang lestari dan masa menetap yang abadi, maka kampung yang mulia ini, ﴾ نِعۡمَ ٱلثَّوَابُ
﴿ "adalah pahala yang sebaik-baiknya," untuk orang-orang yang beramal ﴾ وَحَسُنَتۡ مُرۡتَفَقٗا 31
﴿ "dan tempat istirahat yang indah." Mereka merasa nyaman di dalamnya dan bersenang-senang dengan apa yang disukai oleh jiwa, membuat sejuk pandangan mata, berupa kegembiraan, kesenangan, dan ke-bahagiaan yang abadi, kelezatan yang berturut-turut dan kenikmatan yang melimpah.
Tempat istirahat mana yang lebih bagus daripada kampung ini? Serendah-serendah tingkatan penghuninya, dia (bisa) berjalan di kerajaannya, kenikmatan, istana-istana, dan kebun-kebunnya selama waktu dua ribu tahun. Sementara itu, dia tidak merasa me-lihat kenikmatan yang melebihi kenikmatan yang telah dia peroleh. Semua angan-angan dan kebutuhannya telah diberikan kepadanya. Ditambah lagi dengan kenikmatan yang tak terjangkau oleh angan-angan mereka. Bersama dengan semua itu, kenikmatan mereka tetap abadi, terus bertambah sifat-sifat dan keindahannya. Kita memohon kepada Allah agar Dia tidak mengharamkan kita dari kebaikan apa saja yang ada di sisiNya, disebabkan keburukan yang ada pada kita berupa kelalaian dan kemaksiatan.
Ayat ini dan ayat semisalnya menunjukkan bahwa perhiasan itu umum bagi laki-laki dan wanita, sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits shahih, karena Allah menyebutkannya dalam bentuk umum dalam FirmanNya, ﴾ يُحَلَّوۡنَ ﴿ "mereka dihiasi" begitu pula sutra dan yang sepertinya.
{وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلًا رَجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِأَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ أَعْنَابٍ وَحَفَفْنَاهُمَا بِنَخْلٍ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا (32) كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ آتَتْ أُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِمْ مِنْهُ شَيْئًا وَفَجَّرْنَا خِلَالَهُمَا نَهَرًا (33) وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ}.
"Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi salah seorang dari keduanya
(yang kafir) dua buah kebun anggur, dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma, dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. Kedua kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada berkurang buahnya sedikit pun, dan Kami alir-kan sungai di celah-celah kedua kebun itu, dan dia mempunyai kekayaan besar, maka dia berkata kepada kawannya
(yang Muk-min) ketika dia bercakap-cakap dengannya, 'Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat'."
(Al-Kahfi: 32-34).
#
{32} يقول تعالى لنبيه - صلى الله عليه وسلم -: اضرِبْ للناس مَثَلَ هذين الرجلين: الشاكر لنعمة الله، والكافر لها، وما صدر من كلٍّ منهما من الأقوال والأفعال، وما حصل بسبب ذلك من العقاب العاجل والآجل والثواب؛ ليعتبروا بحالهما، ويتَّعظوا بما حصل عليهما، وليس معرفة أعيان الرجلين وفي أيِّ زمان أو مكانٍ هما فيه فائدة أو نتيجة؛ فالنتيجة تحصُلُ من قصتهما فقط، والتعرُّض لما سوى ذلك من التكلُّف. فأحدُ هذين الرجلين الكافر لنعمة الله الجليلة جعل الله له جنتين؛ أي: بستانَيْنِ حسنَيْنِ {من أعناب وحفَفْناهما بنخل}؛ أي: في هاتين الجنتين من كل الثمرات، وخصوصاً أشرف الأشجار العنب والنخل؛ فالعنب وسطها، والنخل قد حفَّ بذلك ودار به، فحصل فيه من حسن المنظر وبهائه وبروز الشجر والنخل للشمس والرياح التي تكمُلُ بها الثمار وتنضج وتتجوهر، ومع ذلك جعل بين تلك الأشجار زَرْعاً.
(32) Allah berfirman kepada NabiNya, "Berikanlah perum-pamaan dua orang laki-laki ini kepada umat manusia. Yaitu, orang yang mensyukuri nikmat Allah dan yang mengkufurinya serta se-gala sesuatu yang mereka perbuat dan katakan, peristiwa-peristiwa yang terjadi karenanya, berupa hukuman langsung dan tunda
(hukuman dunia dan akhirat) serta pahala, supaya mereka dapat mengambil pelajaran tentang kondisi keduanya dan mengambil hikmah dengan apa yang terjadi pada mereka.
Tidaklah pengetahuan tentang personal dua orang laki-laki itu, masa, dan tempat mereka mengandung faidah atau suatu hasil tertentu. Karena, intisari manfaat tergapai hanya dengan kisah dua orang tersebut saja. Mencari tahu tentang keterangan selain dari itu
(hanya) merupakan sikap memaksakan diri. Salah satu di antara dua orang laki-laki ini, yang mengingkari nikmat Allah, maka Allah menjadikan dua kebun untuknya. Yaitu dua kebun indah ﴾ مِنۡ أَعۡنَٰبٖ وَحَفَفۡنَٰهُمَا بِنَخۡلٖ ﴿ "dari kebun anggur, dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma," maksudnya dalam dua kebun ini terdapat segala jenis pepohonan, khususnya pohon yang paling bagus yaitu, anggur dan kurma. Pohon anggur berada di tengah-tengahnya, sedangkan pohon kurma meliputi dan mengelilinginya. Maka, muncullah pemandangan yang indah nan memikat, dan tampak secara nyata bahwa pepohonan dan pohon kurma tersebut
(mendapatkan) sinar matahari dan angin yang akan menyempur-nakan buah-buahan dan menjadikannya matang. Bersama itu pula, Allah menjadikan tanaman-tanaman di antara pepohonan tersebut.
#
{33} فلم يبق عليهما إلا أن يقالَ: كيف ثمارُ هاتين الجنتين؟ وهل لهما ماءٌ يكفيهما؟ فأخبر تعالى أنَّ كلًّا من {الجنتين آتت أكُلَها}؛ أي: ثمرها وزرعها ضعفين؛ أي: متضاعفاً، وأنها {لم تظلم منه شيئاً}؛ أي: لم تنقص من أُكُلِها أدنى شيء، ومع ذلك فالأنهار في جوانبها سارحة كثيرة غزيرة.
(33) Tidak ada pertanyaan tentang dua kebun itu kecuali dikatakan, bagaimana buah-buahan kebun tersebut? Apakah ada air yang mencukupinya? Lalu Allah تعالى mengabarkan bahwa ma-sing-masing dari ﴾ ٱلۡجَنَّتَيۡنِ ءَاتَتۡ أُكُلَهَا
﴿ "kedua kebun itu menghasilkan buah-nya," maksudnya, buahnya dan tanamannya berlipat ganda. Artinya, melimpah ruah. Dan sesungguhnya kebun tersebut ﴾ لَمۡ تَظۡلِم مِّنۡهُ شَيۡـٔٗاۚ ﴿ "tiada berkurang buahnya sedikit pun,
" artinya: Tidak berkurang buah-nya sedikit pun. Ditambah lagi, di sisi kanan-kirinya, sungai-sungai mengalir dengan deras.
#
{34} {وكان له}؛ أي: لذلك الرجل {ثمرٌ}؛ أي: عظيم؛ كما يفيده التنكير؛ أي: قد استكملت جنتاه ثمارهما، وارجحنَّت أشجارهما ولم تعرض لهما آفةٌ أو نقصٌ، فهذا غاية منتهى زينة الدُّنيا في الحرث، ولهذا اغترَّ هذا الرجل وتبجَّح وافتخر، ونسي آخرته.
(34) ﴾ وَكَانَ لَهُۥ
﴿ "Dan dia mempunyai," laki-laki itu mempunyai ﴾ ثَمَرٞ
﴿ "kekayaan besar," (kekayaan) yang sangat besar, sebagaimana makna yang dikandung oleh bentuk nakirah (indefinite noun). Mak-sudnya: Kedua kebun tersebut benar-benar sempurna buahnya, sangat kuat pohon-pohonnya dan belum pernah terserang penyakit atau hal yang mencacatinya. Ini merupakan titik klimaks perhias-an dunia dalam masalah tanaman. Oleh karena itu, laki-laki ini tertipu, berbangga diri dan bermegah-megah, tapi melupakan akhi-ratnya.
Maka berkatalah pemilik kedua kebun itu kepada temannya yang Mukmin saat mereka berdua berbincang-bincang. Yakni, se-dang berdiskusi tentang sebagian kejadian hidup yang biasa ber-laku dengan nada membanggakan diri di hadapan temannya (yang beriman), ﴾ أَنَا۠ أَكۡثَرُ مِنكَ مَالٗا وَأَعَزُّ نَفَرٗا 34 ﴿ "Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat." Dia bangga karena harta-nya banyak dan penolong-penolongnya yang kuat dari kalangan budak, pembantu, dan kerabat-kerabatnya.
Ini merupakan sudut kejahilan darinya. Kalau bukan demikian, kebanggaan apa pun dengan hal-hal yang berada di luar fisiknya, yang tidak memiliki keutamaan psikologis dan sifat maknawi, maka kebanggaannya itu ibarat kebanggaan seorang anak dengan angan-angan
(kosong) yang tidak ada kepastian hakikatnya!
{فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا (34) وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا (35) وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَى رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا (36)}.
"Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zhalim terhadap dirinya sendiri; dia berkata, 'Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu'."
(Al-Kahfi : 35-36).
#
{35 ـ 36} ثم لم يكفِهِ هذا الافتخار على صاحبه، حتى حَكَمَ بجهله وظلمه، وظنَّ لما دخل جنته، {فقال ما أظنُّ أن تبيدَ}؛ أي: تنقطعَ وتضمحلَّ {هذه أبداً}: فاطمأنَّ إلى هذه الدنيا، ورضي بها، وأنكر البعث، فقال: {وما أظنُّ الساعة قائمةً ولئن رُدِدتُّ إلى ربِّي}: على ضرب المثل؛ {لأجِدَنَّ خيراً منها مُنْقَلَباً}؛ أي: ليعطيني خيراً من هاتين الجنتين! وهذا لا يخلو من أمرين: إمَّا أن يكون عالماً بحقيقة الحال، فيكون كلامُهُ هذا على وجه التهكُّم والاستهزاء، فيكون زيادةَ كفرٍ إلى كفرِهِ. وإما أن يكون هذا ظنَّه في الحقيقة، فيكون من أجهل الناس وأبخسهم حظًّا من العقل؛ فأيُّ تلازم بين عطاء الدُّنيا وعطاء الآخرة حتى يظنَّ بجهله أنَّ من أُعْطِي في الدنيا أُعْطِيَ في الآخرة؟! بل الغالب أنَّ الله تعالى يَزْوي الدُّنيا عن أوليائِهِ وأصفيائِهِ، ويوسِّعها على أعدائه، الذين ليس لهم في الآخرة نصيبٌ. والظاهر أنَّه يعلم حقيقة الحال، ولكنَّه قال هذا الكلام على وجه التهكُّم والاستهزاء؛ بدليل قوله: {وَدَخَلَ جنَّته وهو ظالمٌ لنفسِهِ}: فإثْبات أنَّ وصفه الظلم في حال دخوله الذي جرى منه من القول ما جرى، يدلُّ على تمرُّده وعناده.
(35-36) Lalu rasa bangga di hadapan temannya itu tidak cukup sampai di situ, sampai akhirnya dia menetapkan dengan kejahilan dan kebodohannya dan menyangka tatkala masuk ke dalam kebunnya ﴾ قَالَ مَآ أَظُنُّ أَن تَبِيدَ هَٰذِهِۦٓ
﴿ "Ia berkata, 'Aku kira kebun ini tidak akan binasa '," yaitu terputus dan sirna ﴾ أَبَدٗا 35
﴿ "selama-lama-nya." Dia merasa tenang dan ridha dengan dunia serta mengingkari Hari Kebangkitan.
Dia berkata, ﴾ وَمَآ أَظُنُّ ٱلسَّاعَةَ قَآئِمَةٗ وَلَئِن رُّدِدتُّ إِلَىٰ رَبِّي
﴿ "Dan aku tidak mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembali-kan kepada Rabbku," sebagai prediksinya ﴾ لَأَجِدَنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهَا مُنقَلَبٗا 36
﴿ "pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu," maksudnya Dia akan memberikan kepadaku yang lebih baik daripada kedua kebun ini! Perkataan ini tidak lepas dari dua per-kara, boleh jadi dia mengetahui kepastian keadaan, jadi perkataan-nya ini ditujukan untuk mengejek dan mengolok-olok, sehingga menjadi bentuk tambahan kekufuran kepada kekufuran (sebelum-nya), atau, perkataannya itu adalah benar-benar prasangka murni terhadap sebuah kepastian.
Maka, jadilah dia orang yang paling bodoh, lagi pincang akal-nya. Apakah terdapat korelasi antara kenikmatan dunia dengan kenikmatan akhirat, hingga dia menyangka dengan kebodohan-nya, barangsiapa diberi kenikmatan di dunia, pasti akan diberi kenikmatan pula di akhirat?! Bahkan pada umumnya, Allah تعالى menjauhkan dunia dari wali-wali dan orang-orang pilihanNya, lalu memudahkannya bagi musuh-musuhNya yang tidak memiliki apa-apa di akhirat.
Secara tekstual, dia mengetahui kepastian keadaan. Akan te-tapi, dia mengatakan perkataan ini dalam rangka melontarkan ejekan dan olokan dengan dalil Fiman Allah, ﴾ وَدَخَلَ جَنَّتَهُۥ وَهُوَ ظَالِمٞ لِّنَفۡسِهِۦ ﴿ "Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zhalim terhadap dirinya sendiri." Penetapan bahwa dia bersifat zhalim ketika memasukinya, yang kemudian muncul ucapannya yang telah terjadi itu, menunjukkan kesombongan dan kecongkakannya.
{قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلًا (37) لَكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَدًا (38) وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ}.
"Kawannya
(yang Mukmin) berkata kepadanya, sedang dia bercakap-cakap dengannya, 'Apakah kamu kafir kepada
(Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna. Tetapi aku
(percaya bahwa) Dia-lah Allah, Rabbku, dan aku tidak mem-persekutukan seorang pun dengan Rabbku'."
(Al-Kahfi: 37-38).
#
{37} أي: قال له صاحبُهُ المؤمنُ ناصحاً له ومذكِّراً له حاله الأولى التي أوجده الله فيها في الدُّنيا {من ترابٍ ثم من نطفةٍ ثم سوَّاك رَجُلاً}؛ فهو الذي أنعم عليك بنعمة الإيجاد والإمداد، وواصَلَ عليك النعم، ونقلك من طَوْرٍ إلى طَوْرٍ، حتى سوَّاك رجلاً كامل الأعضاء والجوارح المحسوسة والمعقولة، وبذلك يسَّر لك الأسباب وهيَّأ لك ما هيَّأ من نعم الدنيا، فلم تحصُل لك الدُّنيا بحولك وقوَّتك، بل بفضل الله تعالى عليك؛ فكيف يَليقُ بك أن تكفُرَ بالله الذي خلقك من ترابٍ ثم من نطفةٍ ثم سوَّاك رجلاً، وتجهل نعمته، وتزعم أنَّه لا يبعثك، وإن بعثك أنَّه يعطيك خيراً من جنتك؟! هذا ممَّا لا ينبغي ولا يليقُ.
(37) Temannya yang Mukmin berkata untuk menasihati dan mengingatkan keadaan pertamanya ketika Allah menjadikan diri-nya di dunia dalam bentuk tersebut yaitu, ﴾ مِن تُرَابٖ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٖ ثُمَّ سَوَّىٰكَ رَجُلٗا 37 ﴿ "dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna," Dia-lah Allah yang mengarunia-kan kepadamu nikmat penciptaan dan bantuan, dan senantiasa mencurahkan kenikmatan kepadamu secara silih-berganti serta mengalihkanmu dari satu fase ke fase berikutnya sampai Allah menjadikanmu sebagai seorang laki-laki dengan anggota fisik yang sempurna, anggota tubuh yang teraba maupun yang abstrak.
Dengan itu, Allah memudahkan bagimu segala sebab-sebab kemudahan, menyiapkan untukmu kenikmatan-kenikmatan dunia. Engkau tidak mendapatkan dunia dengan upaya dan kekuatanmu sendiri. Tetapi, karena karunia Allah kepadamu. Maka, apakah patut engkau mengingkari Allah yang telah menciptakanmu dari tanah kemudian dari setetes air mani, lalu menjadikanmu sebagai seorang laki-laki yang sempurna, sementara engkau tidak peduli dengan nikmatNya dan menyangka bahwa Dia tidak akan mampu membangkitkanmu,
(dan menyangka) kalau Dia membangkitkan-mu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu karunia yang lebih baik dari kebunmu?! Ini merupakan hal yang tidak pantas dan tidak layak.
#
{38} ولهذا لما رأى صاحبُهُ المؤمن حاله واستمراره على كفرِهِ وطغيانه؛ قال مخبراً عن نفسه على وجه الشُّكر لربِّه والإعلان بدينِهِ عند ورود المجادلات والشُّبه: {لكنَّاْ هو الله ربِّي ولا أشرِكُ بربِّي أحداً}: فأقرَّ بربوبيَّة ربِّه وانفراده فيها والتزام طاعته وعبادته، وأنَّه لا يشرك به أحداً من المخلوقين.
(38) Oleh karena itu, tatkala temannya yang beriman melihat kondisinya dan konsistensinya dalam kekufuran dan kezhaliman, maka temannya itu berkata mengabarkan tentang dirinya dengan nada bersyukur kepada Rabbnya dan menegaskan agamanya ketika terjadi perdebatan-perdebatan dan lontaran-lontaran syubhat, ﴾ لَّٰكِنَّا۠ هُوَ ٱللَّهُ رَبِّي وَلَآ أُشۡرِكُ بِرَبِّيٓ أَحَدٗا 38 ﴿ "Tetapi aku
(percaya bahwa), 'Dia-lah Allah, Rabbku, dan aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Rabbku'," dia mengakui rububiyah Allah dan keesaanNya dalam rububiyah, dia konsisten dalam ketaatan dan ibadah kepadaNya, dan bahwa-sanya dia tidak akan mempersekutukanNya dengan siapa pun dari makhlukNya.
Kemudian, dia mengabarkan bahwa nikmat Allah kepadanya berupa keimanan dan Islam, sekalipun harta dan anaknya sedikit, sesungguhnya merupakan kenikmatan yang sebenarnya. Adapun kenikmatan selain itu, akan terancam musnah dan hukuman serta siksaan terhadapnya. Dia berkata,
{إِنْ تَرَنِ أَنَا أَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَوَلَدًا (39) فَعَسَى رَبِّي أَنْ يُؤْتِيَنِ خَيْرًا مِنْ جَنَّتِكَ وَيُرْسِلَ عَلَيْهَا حُسْبَانًا مِنَ السَّمَاءِ فَتُصْبِحَ صَعِيدًا زَلَقًا (40) أَوْ يُصْبِحَ مَاؤُهَا غَوْرًا فَلَنْ تَسْتَطِيعَ لَهُ طَلَبًا (41) وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَى مَا أَنْفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَالَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا (42) وَلَمْ تَكُنْ لَهُ فِئَةٌ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مُنْتَصِرًا (43) هُنَالِكَ الْوَلَايَةُ لِلَّهِ الْحَقِّ هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا وَخَيْرٌ عُقْبًا (44)}.
"Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala memasuki kebunmu, 'Sungguh atas kehendak Allah
(semua ini terwujud)! Tidak ada kekuatan kecuali dengan
(pertolongan) Allah.' Sekira-nya kamu menganggapku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan, maka mudah-mudahan Rabbku, akan memberi kepada-ku
(kebun) yang lebih baik daripada kebunmu
(ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan
(petir) dari langit kepada kebunmu, hingga
(kebun itu) menjadi tanah yang licin; atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi.' Dan harta kekayaannya dibinasakan, lalu dia membolak-balikkan kedua tangannya
(tanda menyesal) ter-hadap sesuatu yang telah dia belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya, dan dia berkata, 'Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Rabbku.' Dan tidak ada baginya segolongan pun yang menolong-nya selain Allah; dan sekali-kali dia tidak dapat membela dirinya. Di sana pertolongan itu hanya dari Allah yang Haq. Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan."
(AL-Kahfi : 39-44).
#
{39} أي: قال للكافر صاحبُهُ المؤمنُ: أنت وإن فخرتَ عليَّ بكثرة مالك وولدك، ورأيتني {أقلَّ منك مالاً وولداً}؛ فإنَّ ما عند الله خيرٌ وأبقى، وما يُرجى من خيره وإحسانه أفضلُ من جميع الدُّنيا التي يتنافس فيها المتنافسون.
(39) Sahabat yang beriman berkata kepada kawannya yang kafir, "Engkau, sekalipun membanggakan diri di depanku dengan harta dan anakmu yang banyak, dan kamu melihatku ﴾ أَقَلَّ مِنكَ مَالٗا وَوَلَدٗا 39 ﴿ "lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan," sesung-guhnya sesuatu yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal, apa yang diharapkan dari kebaikan dan curahan kebajikanNya lebih utama daripada seluruh
(kenikmatan) dunia yang mana orang-orang berlomba-lomba di dalamnya.
#
{40} {فعسى ربِّي أن يُؤْتِيَني خيراً من جنَّتك ويرسلَ عليها}؛ أي: على جنَّتك التي طغيتَ بها وغَرَّتْك، {حُسباناً من السماء}؛ أي: عذاباً بمطر عظيم أو غيره. {فتصبحَ}: بسبب ذلك {صعيداً زَلَقاً}؛ أي: قد اقتلعت أشجارها، وتلفت ثمارها وغرق زرعُها، وزال نفعُها.
(40) ﴾ فَعَسَىٰ رَبِّيٓ أَن يُؤۡتِيَنِ خَيۡرٗا مِّن جَنَّتِكَ وَيُرۡسِلَ عَلَيۡهَا
﴿ "Maka mudah-mudah-an Rabbku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik daripada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan kepada kebunmu," maksudnya, (mengirimkan) kepada kebunmu yang mana karena-nya engkau berbuat melampaui batas dan ia memperdayakanmu ﴾ حُسۡبَانٗا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ
﴿ "ketentuan (petir) dari langit," yaitu azab dengan hujan deras atau yang semacamnya ﴾ فَتُصۡبِحَ
﴿ "hingga (kebun itu)," lantaran azab tersebut ﴾ صَعِيدٗا زَلَقًا 40 ﴿ "menjadi tanah yang licin." Po-hon-pohonnya tercabut, buah-buahannya rusak, tanaman-tanaman-nya tergenangi air dan kemanfaatannya lenyap.
#
{41} {أو يصبحَ ماؤها} الذي مادتُها منه {غوراً}؛ أي: غائراً في الأرض. {فلنْ تستطيعَ له طَلَباً}؛ أي: غائراً لا يُستطاع الوصول إليه بالمعاول ولا بغيرها، وإنَّما دعا على جنته المؤمن غضباً لربِّه؛ لكونها غرَّته وأطغتْه واطمأنَّ إليها؛ لعلَّه ينيبُ، ويراجع رُشده، ويبصر في أمره.
(41) ﴾ أَوۡ يُصۡبِحَ مَآؤُهَا
﴿ "Atau airnya menjadi," yaitu air yang materi (pertumbuhannya) berasal darinya ﴾ غَوۡرٗا
﴿ "surut ke dalam tanah," masuk ke dalam tanah ﴾ فَلَن تَسۡتَطِيعَ لَهُۥ طَلَبٗا 41 ﴿ "maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi," maksudnya airnya masuk ke tanah dan tidak bisa dicapai lagi, baik dengan cangkul ataupun alat lain-nya. Temannya yang Mukmin itu hanya mendoakan keburukan ter-hadap kebunnya
(orang yang mengingkari nikmat Allah), lantaran didorong rasa marah karena Allah. Sebab kebun itu telah memper-dayainya dan membuatnya melampaui batas dan dia merasa ten-teram dengannya. Mungkin saja, ia mau bertaubat, kembali sadar dan memperhatikan urusannya.
#
{42} فاستجاب الله دعاءه، {وأحيطَ بثمرِهِ}؛ أي: أصابه عذابٌ أحاط به واستهلكه فلم يبقَ منه شيءٌ، والإحاطة بالثمر يستلزمُ تَلَفَ جميع أشجارِهِ وثمارِهِ وزرعِهِ، فندم كلَّ الندامة، واشتدَّ لذلك أسفه. {فأصبحَ يقلِّبُ كفَّيْه على ما أنفق فيها}؛ أي: على كثرة نفقاته الدنيويَّة عليها، حيث اضمحلَّت وتلاشت، فلم يبق لها عوضٌ، وندم أيضاً على شِرْكِه وشرِّه، ولهذا قال: {ويقولُ يا ليتني لم أشرِكْ بربِّي أحداً}.
(42) Maka Allah mengabulkan doanya ﴾ وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِۦ
﴿ "dan harta kekayaannya dibinasakan," maksudnya, siksaan yang merata telah menimpanya dan memusnahkannya, sehingga tidak ada yang tersisa sedikit pun. (Maka) azab yang menimpa buah-buahan secara keseluruhan, berarti semua pepohonan, buah-buahan dan sawah ludes. Lalu dia pun amat menyesal dan sangat berduka cita ﴾ فَأَصۡبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيۡهِ عَلَىٰ مَآ أَنفَقَ فِيهَا
﴿ "lalu dia membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap sesuatu yang telah ia belanjakan untuk itu," maksud-nya, (menyesal) karena ia telah banyak membelanjakan (modal) duniawi untuk kebun tersebut, sementara ia (sekarang) telah sirna dan lenyap, hingga tidak tersisa cadangan penggantinya. Maka, dia juga menyesal atas kesyirikan dan sifat keburukannya. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي لَمۡ أُشۡرِكۡ بِرَبِّيٓ أَحَدٗا 42 ﴿ "Dia berkata, 'Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Rabbku'."
#
{43} قال الله تعالى: {ولم تكُن له فئةٌ ينصُرونَه من دونِ الله وما كان منتصراً}؛ أي: لما نزل العذاب بجنَّته؛ ذهب عنه ما كان يفتخرُ به من قوله لصاحبه: {أنا أكثرُ منك مالاً وأعزُّ نفراً}، فلم يدفعوا عنه من العذاب شيئاً أشدَّ ما كان إليهم حاجةً، وما كان بنفسه منتصراً، وكيف ينتصر أو يكون له انتصارٌ على قضاء الّله وقدرِهِ الذي إذا أمضاه وقدَّره لو اجتمع أهلُ السماء والأرض على إزالة شيءٍ منه لم يقدروا؟! ولا يُستبعد من رحمة الله ولطفِهِ أنَّ صاحب هذه الجنَّة التي أحيط بها تحسَّنت حاله، ورزقه الله الإنابة إليه وراجع رشدَه، وذهب تمرُّدُه وطغيانه؛ بدليل أنَّه أظهر النَّدم على شركه بربِّه، وأنَّ الله أذهب عنه ما يُطغيه وعاقبه في الدُّنيا، وإذا أراد الله بعبدٍ خيراً عجَّل له العقوبة في الدُّنيا، وفضلُ الله لا تحيطُ به الأوهام والعقول، ولا ينكِرُه إلاَّ ظالمٌ جهولٌ.
(43) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَلَمۡ تَكُن لَّهُۥ فِئَةٞ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مُنتَصِرًا
﴿ "Dan tidak ada baginya segolongan pun yang menolongnya selain Allah; dan sekali-kali dia tidak dapat membela dirinya," maksudnya, tatkala azab menerjang kebunnya, maka hilanglah apa yang dulu dia bangga-banggakan di hadapan temannya melalui perkataannya, ﴾ أَنَا۠ أَكۡثَرُ مِنكَ مَالٗا وَأَعَزُّ نَفَرٗا 34 ﴿ "Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat." Mereka
(para pengikut itu) tidak dapat menolak azab darinya sedikit pun pada momentum yang dia sangat membutuhkannya. Dia pun tidak dapat membela dirinya. Lalu bagaimana mungkin dia sanggup membela diri atau memiliki kemampuan untuk menang di hadapan keputusan dan takdir Allah, yang mana jika telah Allah jalankan dan takdirkan, sekiranya selu-ruh penghuni langit-langit dan bumi bersatu untuk mencampakkan sedikit saja, niscaya mereka tidak akan sanggup?
Tidak mustahil, menilik
(betapa besar) rahmat dan kelembutan Allah bahwa pemilik kebun
(yang telah dilingkari oleh siksaan) ke-adaannya membaik dan Allah memberinya kesempatan kembali kepadaNya dan menemukan nalarnya yang lurus dan meninggal-kan penentangan dan sikapnya yang melampaui batas. Dengan bukti, bahwa orang tersebut memperlihatkan penyesalannya atas tindakan kesyirikannya kepada Rabbnya, dan bahwasanya Allah telah menghilangkan dari dirinya sikap-sikap yang menyebabkan-nya melampaui batas dan menghukuminya di dunia. Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, niscaya Allah menye-gerakan hukuman baginya di dunia. Kemurahan Allah tidak ter-liputi oleh imajinasi-imajinasi dan akal-pikiran, tidak ada yang meng-ingkarinya melainkan orang zhalim lagi sangat bodoh.
#
{44} {هنالك الوَلايةُ لله الحقِّ هو خيرٌ ثواباً وخيرٌ عقباً}؛ أي: في تلك الحال التي أجرى الله فيها العقوبة على من طغى وآثر الحياة الدُّنيا، والكرامة لمن آمن وعمل صالحاً وشكر الله ودعا غيره لذلك؛ تبيَّن وتوضَّح أن الولاية الحق لله وحده ؛ فمن كان مؤمناً به تقيًّا؛ كان له وليًّا، فأكرمه بأنواع الكرامات، ودَفَعَ عنه الشرور والمَثُلات ـ ومن لم يؤمنْ بربِّه ويتولاَّه؛ خَسِرَ دينه ودُنياه ـ فثوابُهُ الدنيويُّ والأخرويُّ خيرُ ثواب يُرجى ويؤمَّل.
ففي هذه القصة العظيمة اعتبارٌ بحال الذي أنعم الله عليه نعماً دنيويَّة، فألهتْه عن آخرته، وأطغتْه، وعصى الله فيها، أنَّ مآلها الانقطاع والاضمحلال، وأنَّه وإنْ تمتَّع بها قليلاً؛ فإنَّه يحرمها طويلاً، وأنَّ العبد ينبغي له إذا أعجبه شيءٌ من مالِهِ أو ولدِهِ أن يضيفَ النعمة إلى موليها ومُسْديها، وأن يقولَ: ما شاء اللهُ، لا قوَّة إلاَّ بالله؛ ليكون شاكراً [لله] متسبِّباً لبقاء نعمته عليه؛ لقوله: {ولولا إذْ دخلتَ جنَّتَك قلتَ ما شاء اللهُ لا قوَّةَ إلاَّ بالله}.
وفيها: الإرشاد إلى التسلِّي عن لذَّات الدُّنيا وشهواتها بما عند الله من الخير؛ لقوله: {إنْ تَرَنِ أنا أقلَّ منك مالاً وولَداً فعسى ربِّي أن يُؤْتِيَني خيراً من جنَّتك}.
وفيها: أنَّ المال والولد لا ينفعانِ إنْ لم يُعينا على طاعة الله؛ كما قال تعالى: {وما أموالكم ولا أولادُكم بالتي تُقَرِّبُكم عندنا زُلفى إلاَّ مَنْ آمنَ وعملَ صالحاً}.
وفيه: الدُّعاء بِتَلَفِ مال مَنْ كان مالُهُ سببَ طغيانِهِ وكفره وخسرانِهِ، خصوصاً إنْ فضَّل نفسه بسببهِ على المؤمنين، وفَخَرَ عليهم.
وفيها: أنَّ ولاية الله وعدمها إنما تتَّضح نتيجتها إذا انجلى الغبار وحقَّ الجزاء، ووجد العاملونَ أجرهم؛ فـ {هنالِكَ الوَلاية لله الحقِّ هو خيرٌ ثواباً وخيرٌ عُقْباً}؛ أي: عاقبةً ومآلاً.
(44) ﴾ هُنَالِكَ ٱلۡوَلَٰيَةُ لِلَّهِ ٱلۡحَقِّۚ هُوَ خَيۡرٞ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ عُقۡبٗا 44
﴿ "Di sana pertolongan itu hanya dari Allah yang Haq. Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan." Maksudnya, di dalam kondisi itu, yang Allah menjatuhkan hukuman pada orang yang melampaui batas dan lebih mendahulukan kehidupan dunia (sedangkan suasana kemuliaan adalah bagi orang yang beriman dan beramal shalih, mensyukuri Allah dan mengajak orang lain untuk melakukannya), (di saat itulah) menjadi jelas dan terang bahwa kepemimpinan yang haq (hanya) milik Allah semata. Barangsiapa yang beriman dan bertakwa kepada Allah, maka Allah menjadi walinya, lalu memulia-kannya dengan pelbagai macam kemuliaan, dan menjauhkan dari-nya seluruh keburukan dan siksa. Dan barangsiapa yang tidak ber-iman kepada Rabbnya dan tidak mengangkatNya sebagai walinya, niscaya dia merugi terhadap agama dan dunianya. Pahala Allah di dunia dan akhirat adalah sebaik-baik pahala yang diharapkan dan dinantikan.
Dalam kisah ini termuat (petikan) pelajaran dari kondisi orang-orang yang telah Allah beri kenikmatan duniawi yang berlimpah, hingga membuatnya melalaikan kehidupan akhiratnya dan berbuat melampaui batas, melakukan maksiat kepada Allah dengannya (beranggapan), bahwasanya kesudahan nikmat-nikmat itu adalah putus dan pudar, dan bahwa meskipun ia dapat menikmatinya sejenak, namun sikapnya itu akan menghalangi (datangnya) kenik-matan-kenikmatan dalam kurun waktu yang panjang (di akhirat), dan bahwa seorang hamba sepatutnya bila terkagum-kagum dengan sesuatu (yang dia miliki) dari harta dan anaknya, maka hendaknya dia menisbatkannya kepada Dzat yang memberikan dan mencurah-kan kenikmatan sambil mengatakan, "Sungguh atas kehendak Allah. Tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah," supaya ia menjadi hamba yang bersyukur [kepada Allah] dan menempuh cara agar kenikmatannya lestari pada dirinya, berdasarkan Firman Allah,
﴾ وَلَوۡلَآ إِذۡ دَخَلۡتَ جَنَّتَكَ قُلۡتَ مَا شَآءَ ٱللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِٱللَّهِۚ
﴿
"Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu, 'Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada ke-kuatan, kecuali dengan (pertolongan) Allah'." (Al-Kahfi: 39).
- Dalam kisah ini pula terdapat petunjuk untuk menghibur diri dari (hilangnya) kenikmatan-kenikmatan dunia dan kesenangan-kesenangannya dengan (mengingat-ingat) kebaikan-kebaikan yang berada di sisi Allah, berdasarkan Firman Allah,
﴾ إِن تَرَنِ أَنَا۠ أَقَلَّ مِنكَ مَالٗا وَوَلَدٗا 39 فَعَسَىٰ رَبِّيٓ أَن يُؤۡتِيَنِ خَيۡرٗا مِّن جَنَّتِكَ
﴿
"Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan, maka mudah-mudahan Rabbku akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik daripada kebunmu." (Al-Kahfi: 39-40).
- Bahwasanya harta dan anak tidak bermanfaat bila tidak membantu dalam ketaatan kepada Allah. Sebagaimana Firman Allah,
﴾ وَمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُم بِٱلَّتِي تُقَرِّبُكُمۡ عِندَنَا زُلۡفَىٰٓ إِلَّا مَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا
﴿
"Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anakmu yang mendekatkanmu kepada Kami sedikit pun, tetapi orang-orang yang ber-iman dan mengerjakan amal-amal shalih." (Saba`: 37).
- Kisah ini juga mengandung doa kehancuran harta orang-orang yang kekayaannya menjadi sebab sifat melampaui batas, kekufuran,yang mendekatkan dan kerugiannya. Apalagi bila dia mengunggulkan diri-nya di atas kaum Mukminin dan berbangga hati di hadapan mereka.
Di dalamnya mengandung (faidah) bahwa wujud wilayah perlindungan Allah (pada seseorang) atau ketiadaannya menjadi jelas dampaknya, ketika debu-debu (tabir penutup) sudah tersisih-kan dan pembalasan sudah pasti datang, dan ketika para pelaku perbuatan sudah mendapatkan balasannya, maka ﴾ هُنَالِكَ ٱلۡوَلَٰيَةُ لِلَّهِ ٱلۡحَقِّۚ هُوَ خَيۡرٞ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ عُقۡبٗا 44 ﴿ "di sana pertolongan itu hanya dari Allah Yang Haq. Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan," paling baik akibat dan kesudahannya.
{وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا (45) الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا (46)}.
"Dan berilah perumpamaan kepada mereka
(manusia), ke-hidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diter-bangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahala-nya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan."
(Al-Kahfi: 45-46).
#
{45} يقول تعالى لنبيِّه - صلى الله عليه وسلم - أصلاً ولمن قام بوراثته بعده تبعاً: اضرب للناس {مَثَلَ الحياة الدنيا}؛ ليتصوَّروها حقَّ التصوُّر ويعرِفوا ظاهرها وباطنها، فيقيسوا بينها وبين الدار الباقية، ويؤثروا أيَّهما أولى بالإيثار. وإنَّ مَثَلَ هذه الحياة الدُّنيا كمثل المطر؛ ينزِلُ على الأرض، فيختلط نباتها، تُنْبِتُ من كلِّ زوج بهيج، فبينا زهرتُها وزُخرفها تسرُّ الناظرين، وتفرِحُ المتفرِّجين، وتأخذُ بعيون الغافلين؛ إذ أصبحتْ {هشيماً تذروه الرياح}: فذهب ذلك النبات الناضر والزهر الزاهر والمنظر البهيُّ، فأصبحت الأرض غبراء تراباً قد انحرف عنها النظرُ، وصرف عنها البصرُ، وأوحشت القلبَ؛ كذلك هذه الدُّنيا؛ بينما صاحبها قد أعْجِبَ بشبابِهِ، وفاق فيها على أقرانِهِ وأترابِهِ، وحصَّل درهمَها ودينارَها، واقتطف من لذَّتِهِ أزهارها، وخاض في الشهوات في جميع أوقاته، وظنَّ أنَّه لا يزال فيها سائر أيامه؛ إذْ أصابه الموتُ أو التلفُ لماله، فذهب عنه سرورُهُ، وزالت لذَّتُه وحبوره، واستوحش قلبُه من الآلام، وفارق شبابَه وقوتَه ومالَه، وانفرد بصالح أو سيئ أعماله، هنالك يعضُّ الظالم على يديه حين يعلم حقيقةَ ما هو عليه ويتمنَّى العَوْدَ إلى الدُّنيا، لا ليستكمل الشهوات، بل ليستدركَ ما فرط منه من الغفلات؛ بالتوبة والأعمال الصالحات، فالعاقل الحازمُ الموفَّق يعرِضُ على نفسِهِ هذه الحالة، ويقول لنفسه: قدِّري أنَّك قد متِّ، ولا بدَّ أن تموتي؛ فأيُّ الحالتين تختارين: الاغترار بزخرِف هذه الدار، والتمتُّع بها كتمتُّع الأنعام السارحة، أم العمل لدارٍ أكُلُها دائمٌ وظلُّها، وفيها ما تشتهيه الأنفسُ وتلذُّ الأعين؛ فبهذا يُعْرَفُ توفيقُ العبد من خذلانِهِ، وربحُهُ من خسرانِهِ.
(45) Allah تعالى berfirman pertama-tama kepada NabiNya, dan terarah kepada orang-orang yang mewarisi
(misinya) sepening-gal beliau secara otomatis, "Buatkanlah untuk manusia, ﴾ مَّثَلَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا
﴿ "perumpamaan kehidupan dunia," agar mereka mengimajinasikannya dengan benar dan mengetahui (seluk-beluknya) zahir dan batin, membandingkannya dengan kampung akhirat, dan mengutamakan manakah yang seharusnya dikedepankan. Sesungguhnya permisal-an kehidupan dunia, ibarat air hujan yang turun ke tanah. Kemudian tumbuh-tumbuhan menjadi subur, menumbuhkan segala macam tanaman yang sedap dipandang. Pada saat perhiasan dan keindah-annya menyebabkan para pemandangnya senang dan membuat orang-orang yang menyaksikannya ceria serta menawan pandangan-pandangan insan-insan yang lalai, tiba-tiba ia berubah menjadi ﴾ هَشِيمٗا تَذۡرُوهُ ٱلرِّيَٰحُۗ ﴿ "kering yang diterbangkan oleh angin," akibatnya, ta-naman yang indah dan bunga yang memikat serta panorama yang menarik menjadi sirna. Tanah menjadi penuh dengan debu. Fokus pandangan pun beralih darinya, mata-mata berpaling darinya, me-nyebabkan hati sesak.
Demikian pula kondisi dunia, di saat pemiliknya terpukau dengan masa mudanya, berhasil mengalahkan kawan-kawan dan teman-teman dalam masalah ini, menggenggam dirham dan dinar, memunguti bunga-bunga kelezatannya, larut dalam kenikmatan-kenikmatannya di seluruh waktunya, dan dia pun menyangka akan senantiasa berada di dalamnya di seluruh hari-harinya, sekonyong-konyong kematian mendatanginya atau kehancuran menimpa harta-bendanya, kegembiraannya pun pudar, kelezatan dan kegirangan-nya hilang. Hatinya sesak karena didera berbagai macam kepedih-an. Dia pun terpisah dengan masa mudanya, kekuatan, dan kekaya-annya. Tinggal sendirian ditemani amal baik atau buruknya.
Pada saat itulah, orang zhalim menggigit dua tangannya lan-taran mengetahui kondisinya yang nyata dan berangan-angan bisa kembali ke dunia
(untuk memperbaiki diri). Bukan untuk menuntas-kan nafsu syahwatnya, akan tetapi dalam upaya menambal keku-rangan-kekurangan yang dia kerjakan berupa kelalaian-kelalaian, dengan taubat dan beramal shalih.
Orang yang cerdik lagi berkepribadian kuat yang meraih taufik
(dari Allah) menghadirkan kondisi ini ke hadapan matanya. Kemu-dian berkata kepada dirinya sendiri, "Anggap saja bahwa engkau sudah mati, dan pasti engkau akan mati, kondisi manakah yang engkau pilih, tertipu dengan keindahan tempat ini
(dunia) dan ber-senang-senang layaknya binatang-binatang ternak yang sedang berkeliaran, ataukah beramal untuk tempat yang perjamuannya abadi dan naungannya
(pun demikian). Di dalamnya terdapat apa saja yang diinginkan oleh hati dan sedap
(dipandang) mata. Dengan ini bisa diketahui, apakah seorang hamba mendapatkan taufik atau tersia-siakan, memperoleh keuntungan atau kerugian."
#
{46} ولهذا أخبر تعالى أنَّ المال والبنين {زينةُ الحياة الدُّنيا}؛ أي: ليس وراء ذلك شيءٌ، وأنَّ الذي يبقى للإنسان وينفعُهُ ويسرُّه الباقيات الصالحات، وهذا يَشْمَلُ جميع الطاعات الواجبات والمستحبَّة من حقوق الله وحقوق عبادِهِ من صلاةٍ وزكاةٍ وصدقةٍ وحجٍّ وعمرةٍ وتسبيح وتحميدٍ وتهليل [وتكبير] وقراءةٍ وطلب علم نافع وأمرٍ بمعروفٍ ونهي عن منكرٍ وصلة رحم وبرِّ والدين وقيام بحقِّ الزوجات والمماليك والبهائم وجميع وجوه الإحسان إلى الخلق، كلُّ هذا من الباقيات الصالحات؛ فهذه خيرٌ عند الله ثواباً وخيرٌ أملاً؛ فثوابُها يبقى ويتضاعفُ على الآباد، ويؤمَّل أجرُها وبرُّها ونفعها عند الحاجة؛ فهذه التي ينبغي أن يَتَنافَس بها المتنافسون، ويستبقَ إليها العاملون، ويجدَّ في تحصيلها المجتهدون. وتأمَّل كيف لما ضَرَبَ الله مثل الدُّنيا وحالها واضمحلالها؛ ذَكَرَ أنَّ الذي فيها نوعان: نوعٌ من زينتها يُتمتَّع به قليلاً ثم يزول بلا فائدةٍ تعود لصاحبه، بل ربَّما لحقته مضرَّته، وهو المال والبنون. ونوعٌ يبقى لصاحبِهِ على الدَّوام، وهي الباقياتُ الصالحاتُ.
(46) Oleh karena itu, Allah تعالى memberitahukan bahwa ke-kayaan dan anak-anak adalah ﴾ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ ﴿ "perhiasan kehidupan dunia," maksudnya tidak ada fungsi lainnya. Perkara yang abadi bagi seorang manusia, bermanfaat dan membahagiakannya adalah amalan-amalan yang kekal lagi shalih. Ini mencakup seluruh jenis ketaatan yang wajib atau sunnah, yang bertalian dengan hak-hak Allah dan hak-hak sesama manusia, berupa shalat, zakat, sedekah, haji, umrah, bertasbih,
(mengucapkan) tahmid, tahlil dan
[takbir], membaca
(al-Qur`an), mencari ilmu yang bermanfaat, melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar, menjalin tali silaturahim, berbakti kepada kedua orang tua, melaksanakan hak-hak istri-istri, budak-budak dan hewan-hewan serta seluruh jenis perbuatan baik yang ditujukan kepada sesama manusia.
Ini semua termasuk baqiyyatus shalihat
(amalan-amalan yang kekal lagi shalih). Amal perbuatan ini lebih baik pahalanya di sisi Allah, dan lebih baik untuk menjadi harapan. Pahalanya lestari dan berlipat-ganda selama-lamanya. Ganjaran, kebaikan, dan kegunaan amalan itu senantiasa diharap-harap di waktu yang diperlukan. Inilah yang sepatutnya
(menjadi ajang) perlombaan bagi orang-orang yang berlomba dan
(wahana) adu cepat bagi orang-orang yang beramal, serta
(menjadi media) ketekunan untuk meraihnya bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh.
Cermatilah, bagaimana Allah menggariskan perumpamaan dunia dan kondisinya serta kepudarannya, Allah menyebutkan bahwa di dalamnya terdapat dua macam
(hakikat): Jenis
(pertama) yang menjadi sumber keindahannya yang akan dinikmati sejenak kemudian lenyap tanpa faidah yang kembali bagi pemiliknya. Dan bahkan tidak menutup kemungkinan dia terkena kemudharatan-nya yaitu harta dan anak. Dan jenis
(kedua) yang abadi bagi pemilik-nya secara lestari, yaitu baqiyyatush shalihat
(amalan yang kekal lagi shalih).
{وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا (47) وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا (48) وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَاوَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا (49)}.
"Dan
(ingatlah) akan hari
(yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung, dan kamu akan melihat bumi itu datar, dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. Dan mereka akan dibawa ke hadapan Rabbmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagai-mana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengklaim bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu
(memenuhi) perjanjian. Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang
(tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, 'Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak
(pula) yang besar, melainkan ia pasti men-catat semuanya; dan mereka mendapati amal yang telah mereka kerjakan ada
(tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun'."
(Al-Kahfi: 47-49).
#
{47 ـ 48} يخبر تعالى عن حال يوم القيامة وما فيه من الأهوال المقلقة والشَّدائد المزعجة، فقال: {ويومَ نُسَيِّرُ الجبالَ}؛ أي: يزيلها عن أماكنها؛ يجعلها كثيباً، ثم يجعلها كالعهن المنفوش، ثم تضمحلُّ وتتلاشى وتكون هباءً منبثًّا، وتبرز الأرض فتصير قاعاً صفصفاً لا عوج فيه ولا أمتاً، ويحشُرُ الله جميع الخَلْق على تلك الأرض؛ فلا يغادِرُ منهم أحداً، بل يجمع الأولين والآخرين من بطون الفلوات وقعور البحار، ويجمعهم بعدما تفرَّقوا، ويعيدهم بعدما تمزَّقوا خلقاً جديداً، فَيُعْرَضونَ عليه صفًّا ليستعرِضَهم وينظرَ في أعمالهم ويحكم فيهم بحكمه العدل الذي لا جَوْر فيه ولا ظُلْم، ويقول لهم: {لقد جِئْتُمونا كما خَلَقْناكم أولَ مرةٍ}؛ أي: بلا مال ولا أهل ولا عشيرة، ما معهم إلا الأعمال التي عملوها والمكاسب في الخير والشرِّ التي كسبوها؛ كما قال تعالى: {ولقد جِئْتمونا فُرادى كما خَلَقْناكم أولَ مرَّة وتركتُم ما خوَّلْناكم وراءَ ظهورِكُم وما نَرى معكم شفعاءَكم الذين زعمتُم أنَّهم فيكم شركاءُ}، وقال هنا مخاطباً للمنكرين للبعث وقد شاهدوه عياناً: {بل زعمتُم أن لن نجعلَ لكم موعداً}؛ أي: أنكرتُم الجزاء على الأعمال ووعدَ الله ووعيده؛ فها قد رأيتُموه وذقتموه.
(47-48) Allah تعالى mengabarkan tentang kondisi Hari Kiamat bersama kengerian-kengerian yang merisaukan
(perasaan) dan kedahsyatan-kedahsyatan yang menyentak. Allah berfirman, ﴾ وَيَوۡمَ نُسَيِّرُ ٱلۡجِبَالَ
﴿ "Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung," maksudnya, Kami memusnahkannya dari tempat-tempatnya, menjadikannya kumpulan pasir, lantas menjelmakan-nya ibarat bulu yang dihambur-hamburkan, kemudian pudar dan hancur. Akhirnya, menjadi debu yang beterbangan. Bumi terpam-pang dan menjadi betul-betul datar, tidak ada tempat yang rendah maupun tinggi. Allah mengumpulkan semua makhluk di permuka-an bumi itu, tidak meninggalkan seorang pun dari mereka. Dia menghimpun generasi manusia pertama dari perut-perut padang pasir dan dasar-dasar lautan. Dia mengumpulkan mereka setelah terpisah-pisah, dan mengembalikan bentuk mereka setelah terko-yak-koyak menjadi bentuk yang baru. Kemudian, mereka dihadap-kan kepada Allah dengan berbaris untuk dilihat amalan-amalan mereka, menjatuhkan keputusan tentang mereka dengan keputusan yang adil, tanpa ada unsur kecurangan atau kezhaliman di dalamnya.
Dia berkata kepada mereka, ﴾ لَّقَدۡ جِئۡتُمُونَا كَمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ أَوَّلَ مَرَّةِۭۚ
﴿ "Sesungguh-nya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama," maksudnya dalam keadaan tanpa mempu-nyai kekayaan, istri, dan keluarga. Tidak ada yang bersama menyer-tai mereka kecuali amal perbuatan yang telah mereka perbuat dan usaha-usaha dalam kebajikan maupun keburukan yang telah mereka kerjakan. Sebagaimana Firman Allah,
﴾ وَلَقَدۡ جِئۡتُمُونَا فُرَٰدَىٰ كَمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ أَوَّلَ مَرَّةٖ وَتَرَكۡتُم مَّا خَوَّلۡنَٰكُمۡ وَرَآءَ ظُهُورِكُمۡۖ وَمَا نَرَىٰ مَعَكُمۡ شُفَعَآءَكُمُ ٱلَّذِينَ زَعَمۡتُمۡ أَنَّهُمۡ فِيكُمۡ شُرَكَٰٓؤُاْۚ
﴿
"Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri se-bagaimana Kami menciptakanmu pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu, dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa'at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu tuhan di antara kamu." (Al-An'am: 94).
Di sini, Allah mengarahkan pembicaraan kepada kaum yang mengingkari kebangkitan saat mereka menyaksikan kenyataannya ﴾ بَلۡ زَعَمۡتُمۡ أَلَّن نَّجۡعَلَ لَكُم مَّوۡعِدٗا 48 ﴿ "bahkan kamu mengklaim bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu
(memenuhi) perjanjian," maksudnya kalian mengingkari Hari Pembalasan atas amal per-buatan dan janji serta ancamanNya. Ketahuilah, sungguh kalian sudah melihat dan merasakannya.
#
{49} فحينئذٍ تُحْضَرُ كتب الأعمال التي كتبها الملائكة الأبرار ، فتطير لها القلوبُ، وتَعْظُم من وقعها الكروبُ، وتكاد لها الصمُّ الصلاب تذوبُ، ويشفق منها المجرمون؛ فإذا رأوها مسطرةً عليهم أعمالهم محصى عليهم أقوالهم وأفعالهم؛ قالوا: {يا وَيْلَتَنا مالِ هذا الكتابِ لا يغادِرُ صغيرةً ولا كبيرةً إلاَّ أحصاها}؛ أي: لا يترك خطيئة صغيرة ولا كبيرة إلاَّ وهي مكتوبةٌ فيه محفوظة لم ينس منها عملُ سرٍّ ولا علانية ولا ليل ولا نهار. {ووجدوا ما عَمِلوا حاضراً}: لا يقدرون على إنكارِهِ، {ولا يظلم ربُّك أحداً}: فحينئذٍ يجازَوْن بها ويُقَرَّرون بها ويُخْزَون ويحقُّ عليهم العذاب، {ذلك بما قدَّمتْ أيديهم وأنَّ الله ليس بظلاَّم للعبيدٍ}: بل هم غيرُ خارجين عن عدلِهِ وفضلِهِ.
(49) Pada waktu itulah, buku-buku catatan amal perbuatan yang telah ditulis oleh para malaikat yang berbakti dihadirkan. Maka hati manusia melayang-layang
(kosong) dan kesulitan-kesulitan semakin berat saja lantaran kejadian itu. Hampir-hampir gunung-gunung yang kokoh terkikis habis karenanya. Orang-orang jahat pun merasa ketakutan. Bila mereka menyaksikan amal perbuatan mereka terbukukan, ucapan-ucapan dan tindak-tanduk mereka di-perhitungkan, maka mereka berkata, ﴾ يَٰوَيۡلَتَنَا مَالِ هَٰذَا ٱلۡكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةٗ وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحۡصَىٰهَاۚ
﴿ "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak me-ninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia (pasti) mencatat semuanya," maksudnya kitab ini tidak meninggalkan per-buatan kecil dan besar melainkan ia pasti tercatat lagi terpelihara di dalamnya, tidak terlewatkan amalan yang sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, di malam dan siang hari ﴾ وَوَجَدُواْ مَا عَمِلُواْ حَاضِرٗاۗ
﴿ "dan mereka mendapati amal yang telah mereka kerjakan ada (tertulis)." Mereka tidak berdaya untuk mengingkarinya, ﴾ وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدٗا 49
﴿ "dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun." Saat itu, mereka diberi balasan atas amalannya dan dimintai pengakuan atasnya, ditimpa kehinaan serta jatuhlah siksaan pada mereka.
﴾ ذَٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَيۡسَ بِظَلَّامٖ لِّلۡعَبِيدِ 182 ﴿
"
(Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tangan kalian sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hambaNya."
(Ali Imran: 182).
Bahkan mereka tidak akan keluar dari keadilan dan kemurah-anNya.
{وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا (50)}.
"Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malai-kat, 'Sujudlah kamu kepada Adam,' maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka dia mendurhakai perintah Rabbnya. Patutkah kamu mengambilnya dan turunan-turunan-nya sebagai pemimpin selain dari padaKu, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti
(Allah) bagi orang-orang yang zhalim."
(Al-Kahfi: 50).
#
{50} يخبر تعالى عن عداوة إبليس لآدم وذُرِّيَّته، وأنَّ الله أمر الملائكة بالسجودِ لآدم إكراماً وتعظيماً وامتثالاً لأمر الله، فامتثلوا ذلك؛ {إلاَّ إبليس كان من الجِنِّ فَفَسَقَ عن أمرِ ربِّه}، وقال: {أأسجدُ لمن خَلَقْتَه طيناً}. وقال: {أنا خيرٌ منه}،، فتبيَّن بهذا عداوته لله ولأبيكم؛ فكيف تتَّخذونه {وذُرِّيَّته}؛ أي: الشياطين {أولياء من دوني وهم لكم عدُوٌّ بئس للظالمينَ بدلاً}؛ أي: بئس ما اختاروا لأنفسهم من ولاية الشيطان الذي لا يأمرهم إلاَّ بالفحشاء والمنكر عن ولاية الرحمن الذي كلُّ السعادة والفلاح والسرور في ولايته. وفي هذه الآية الحثُّ على اتِّخاذ الشيطان عدوًّا والإغراء بذلك وذِكْرُ السبب الموجب لذلك، وأنَّه لا يفعل ذلك إلاَّ ظالمٌ، وأيُّ ظلم أعظم من ظلم من اتَّخذ عدوَّه الحقيقي وليًّا وترك الوليَّ الحميد؟! قال تعالى: {اللهُ وليُّ الذين آمنوا يُخْرِجُهُم من الظُّلماتِ إلى النُّورِ والذين كَفَروا أولياؤُهُم الطَّاغوتُ يُخْرِجونَهم من النُّورِ إلى الظُّلُماتِ}، وقال تعالى: {إنَّهم اتَّخذوا الشياطين أولياءَ مِنْ دونِ الله}.
(50) Allah تعالى memberitahukan tentang permusuhan iblis kepada Adam dan anak-keturunannya. Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam, sebagai bentuk pemuliaan dan pengagungan serta menaati perintah Allah. Lalu mereka me-naatinya ﴾ إِلَّآ إِبۡلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلۡجِنِّ فَفَسَقَ عَنۡ أَمۡرِ رَبِّهِۦٓۗ
﴿ "kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka Dia mendurhakai perintah Rabbnya," dan Allah تعالى berfirman,
﴾ ءَأَسۡجُدُ لِمَنۡ خَلَقۡتَ طِينٗا 61
﴿
"Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" (Al-Isra`: 61).
Dan Allah تعالى berfirman,
﴾ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ
﴿
"Aku lebih baik darinya." (Al-A'raf: 12).
Melalui ayat-ayat ini, jelaslah permusuhannya kepada Allah dan ayah kalian (Adam), lalu bagaimana mungkin kamu menjadi-kannya ﴾ وَذُرِّيَّتَهُۥٓ
﴿ "dan turunan-turunannya," maksudnya setan-setan ﴾ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِي وَهُمۡ لَكُمۡ عَدُوُّۢۚ بِئۡسَ لِلظَّٰلِمِينَ بَدَلٗا 50
﴿ "sebagai pemimpin selain dari padaKu, sedang mereka adalah musuhmu. Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zhalim," maksudnya sejelek-jelek kepemimpinan yang mereka pilih adalah kepemimpinan setan yang tidak memerintah kecuali perbuatan yang keji dan mungkar dengan mengenyampingkan wilayah (perlindungan) ar-Rahman yang mana semua kebahagiaan, keberuntungan, dan kesenangan berada di bawah pengendalianNya.
Dalam ayat ini, terdapat himbauan untuk menjadikan setan sebagai musuh dan memberanikan diri untuk melakukannya, serta penyebutan faktor penyebab yang mengharuskan untuk memusuhi-nya. Sesungguhnya tidak ada orang yang melakukannya (mendaulat setan sebagai pimpinan) kecuali insan yang zhalim. Adakah kezha-liman yang lebih besar daripada kezhaliman seseorang yang men-jadikan musuh sejatinya sebagai pemimpinnya dengan meninggal-kan Pemimpin yang terpuji (Allah تعالى). Allah berfirman,
﴾ ٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِۗ
﴿
"Allah Pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekufuran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan." (Al-Baqarah: 257).
Allah berfirman,
﴾ إِنَّهُمُ ٱتَّخَذُواْ ٱلشَّيَٰطِينَ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِ ٱللَّهِ ﴿
"Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan sebagai pelindung
(mereka) selain Allah."
(Al-A'raf: 30).
{مَا أَشْهَدْتُهُمْ خَلْقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَا خَلْقَ أَنْفُسِهِمْ وَمَا كُنْتُ مُتَّخِذَ الْمُضِلِّينَ عَضُدًا (51) وَيَوْمَ يَقُولُ نَادُوا شُرَكَائِيَ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ مَوْبِقًا (52)}.
"Aku tidak menghadirkan mereka
(iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi, dan tidak
(pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku menjadikan orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong. Dan
(ingatlah) akan hari
(yang ketika itu) Dia berfirman, 'Kalian panggillah sekutu-sekutuKu menurut klaim kalian.' Maka mereka memanggilnya tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka, dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan
(neraka)."
(Al-Kahfi: 51-52).
#
{51} يقول تعالى: ما أشهدتُ الشياطين وهؤلاء المضلِّين خَلْقَ السماواتِ والأرض ولا خَلْقَ أنفسِهِم؛ أي: ما أحضرتهم ذلك ولا شاورتهم عليه؛ فكيف يكونون خالقين لشيء من ذلك، بل المتفرِّد بالخلق والتدبير والحكمة والتقدير هو الله، خالقُ الأشياء كلِّها، المتصرِّف فيها بحكمته؛ فكيف يُجعلُ له شركاءُ من الشياطين يوالَوْن ويُطاعون كما يُطاع الله وهم لم يخلُقوا ولم يشهدوا خلقاً ولم يعاونوا الله تعالى، ولهذا قال: {وما كُنْتُ مُتَّخِذَ المُضِلِّين عَضُداً}؛ أي: معاونين مظاهرين لله على شأن من الشؤون؛ أي: ما ينبغي ولا يليق بالله أن يجعل لهم قسطاً من التَّدبير؛ لأنهم ساعون في إضلال الخلق والعداوة لربهم؛ فاللائقُ أن يُقْصِيَهم ولا يُدنيهم.
(51) Allah تعالى berfirman, ﴾ مَّآ أَشۡهَدتُّهُمۡ خَلۡقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ خَلۡقَ أَنفُسِهِمۡ
﴿ "Aku tidak pernah menghadirkan setan-setan dan orang-orang yang me-nyesatkan untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi, dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri."
Maksudnya, Kami tidak mendatangkan mereka dan tidak ber-tukar-pikiran dengan mereka tentang itu. Bagaimana mungkin mereka menjadi para pencipta sebagian dari itu. Akan tetapi Dzat satu-satunya yang menciptakan, mengatur, mempunyai sifat hik-mah dan ketetapan takdir, adalah Allah, Pencipta segala sesuatu, yang memegang kendali di dalamnya berdasarkan hikmahNya. Bagaimana mungkin bisa diterima, penetapan sekutu-sekutu bagi Allah, dari bangsa setan-setan, dipatuhi dan ditaati seperti ketaatan kepada Allah, padahal mereka itu tidak menciptakan dan tidak menyaksikan proses penciptaan, serta tidak membantu Allah تعالى.
Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَمَا كُنتُ مُتَّخِذَ ٱلۡمُضِلِّينَ عَضُدٗا 51 ﴿ "Dan tidaklah Aku menjadikan orang-orang yang menyesatkan itu sebagai pe-nolong," yaitu para penolong yang membantu Allah pada salah satu urusanNya. Maksudnya, tidak patut dan tidak pantas bagi Allah untuk memberi mereka bagian dari hak pengaturan. Pasalnya, mereka itu berupaya menyesatkan umat manusia dan memusuhi Rabb mereka. Selayaknya, menjauhkan mereka
(dari Allah) dan tidak mendekatkan mereka.
#
{52} ولما ذكر حال من أشرك به في الدُّنيا، وأبطل هذا الشرك غاية الإبطال، وحكم بجهل صاحبه وسفَّهه؛ أخبر عن حالهم مع شركائهم يوم القيامة، وأنَّ الله يقول لهم: نادوا شُرَكائِيَ بزعمكم؛ أي: على موجب زعمكم الفاسد، وإلاَّ؛ فبالحقيقة ليس لله شريكٌ في الأرض ولا في السماء؛ أي: نادوهم لينفعوكم ويخلِّصوكم من الشدائد. {فَدَعَوْهم فلم يستجيبوا لهم}: لأنَّ الحكم والملك يومئذٍ لّله، لا أحد يملِكُ مثقال ذرَّة من النفع لنفسه ولا لغيره. {وجعلنا بينهم}؛ أي: بين المشركين وشركائهم {موبقاً}؛ أي: مهلكاً يفرِّق بينهم وبينهم، ويبعِدُ بعضهم من بعض، ويتبيَّن حينئذٍ عداوة الشركاء لشركائهم، وكفرهم بهم، وتبرِّيهم منهم؛ كما قال تعالى: {وإذا حُشِرَ الناسُ كانوا لهم أعداءً وكانوا بعبادتِهم كافرينَ}.
(52) Setelah menyebutkan kondisi orang-orang yang menye-kutukan
(sesuatu) denganNya di dunia ini, menggugurkan syirik ini dengan tuntas, dan menetapkan kebodohan dan ketololan pe-lakunya, maka Allah memberitahukan keadaan hubungan mereka dengan para sekutu mereka di Hari Kiamat kelak, bahwasanya Allah berkata kepada mereka, ﴾ نَادُواْ شُرَكَآءِيَ ٱلَّذِينَ زَعَمۡتُمۡ
﴿ "Kalian panggil-lah para sekutuKu menurut klaim kalian," maksudnya berdasarkan persepsi kalian yang rusak. Kalau tidak demikian, maka sesung-guhnya Allah tidak memiliki sekutu di bumi ataupun di langit. Maksudnya, panggillah mereka untuk memberikan kemanfaatan dan menyelamatkan kalian dari kesulitan-kesulitan ini. ﴾ فَدَعَوۡهُمۡ فَلَمۡ يَسۡتَجِيبُواْ لَهُمۡ
﴿ "Maka mereka memanggilnya, tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka," karena kerajaan dan ketetapan hukum pada hari itu hanya milik Allah, tiada seorang pun yang dapat mem-berikan manfaat sekecil biji dzarrah pun bagi dirinya sendiri atau orang lain. ﴾ وَجَعَلۡنَا بَيۡنَهُم
﴿ "Dan Kami adakan untuk mereka," yaitu antara kaum musyrikin dan sekutu-sekutu mereka ﴾ مَّوۡبِقٗا 52
﴿ "tempat ke-binasaan (neraka)," yaitu tempat kehancuran, yang akan memisah-kan antara kaum musyrikin dengan para sekutu mereka, menjauhkan mereka dari yang lain. Pada saat itu, menjadi teranglah permusuh-an dan pengingkaran para sekutu, serta sikap berlepas dirinya me-reka dari para pemujanya, seperti Firman Allah,
﴾ وَإِذَا حُشِرَ ٱلنَّاسُ كَانُواْ لَهُمۡ أَعۡدَآءٗ وَكَانُواْ بِعِبَادَتِهِمۡ كَٰفِرِينَ 6 ﴿
"Dan apabila manusia dikumpulkan
(pada Hari Kiamat), niscaya sesembahan-sesembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka."
(Al-Kahfi: 54).
{وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا (53)}.
"Dan orang-orang yang berdosa melihat mereka, maka mereka meyakini bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya, dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya."
(Al-Kahfi: 53).
#
{53} أي: لما كان يوم القيامة، وحصل من الحساب ما حصل، وتميَّز كلُّ فريق من الخلق بأعمالهم، وحقَّت كلمة العذاب على المجرمين، فرأوا جهنَّم قبل دخولها، فانزعجوا، واشتدَّ قلقهم لظنِّهم أنهم مواقعوها، وهذا الظنُّ قال المفسرون: إنَّه بمعنى اليقين، فأيقنوا أنَّهم داخلوها، {ولم يجدوا عنها مصرِفاً}؛ أي: معدلاً يعدلون إليه، ولا شافع لهم من دون إذنه. وفي هذا من التخويف والترهيب ما ترعد له الأفئدة والقلوب.
(53) Maksudnya, pada Hari Kiamat kelak, ketika telah di-lakukan perhitungan amal, masing-masing orang dari para makhluk terkotak-kotakkan berdasarkan amal perbuatan mereka, keputusan penjatuhan siksa telah jatuh pada kaum yang berbuat dosa, maka mereka menyaksikan Jahanam sebelum memasukinya, sehingga mereka begitu gelisah. Kerisauan mereka semakin menjadi-jadi karena mereka menyangka
(meyakini) akan memasukinya. Per-sangkaan mereka itu, sesuai dengan keterangan para ulama tafsir berarti keyakinan. Jadi mereka benar-benar meyakini akan masuk ke dalamnya ﴾ وَلَمۡ يَجِدُواْ عَنۡهَا مَصۡرِفٗا 53 ﴿ "dan mereka tidak menemukan tem-pat berpaling darinya," maksudnya tempat pindah untuk beralih ke sana. Tidak ada pemberi syafa'at bagi mereka tanpa izin Allah. Pada ayat ini terdapat aspek takhwif
(intimidasi) dan tarhib
(menakut-nakuti) yang membuat jantung dan hati berdebar.
{وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَذَا الْقُرْآنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا (54)}.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi ma-nusia dalam al-Qur`an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah."
(Al-Kahfi: 54).
#
{54} يخبر تعالى عن عظمة القرآن وجلالته وعُمومه، وأنَّه صرَّف فيه {من كلِّ مَثَل}؛ أي: من كلِّ طريق موصل إلى العلوم النافعة والسعادة الأبديَّة وكل طريق يعصِمُ من الشرِّ والهلاك؛ ففيه أمثالُ الحلال والحرام، وجزاء الأعمال، والترغيب والترهيب، والأخبار الصادقة النافعة للقلوب؛ اعتقاداً وطمأنينةً ونوراً، وهذا مما يوجب التسليم لهذا القرآن وتلقِّيه بالانقياد والطَّاعة وعدم المنازعة له في أمر من الأمور، ومع ذلك؛ كان كثير من الناس يجادلونَ في الحقِّ بعدما تبيَّن، ويجادلون بالباطل ليُدْحِضوا به الحقَّ، ولهذا قال: {وكانَ الإنسانُ أكثر شيءٍ جَدَلاً}؛ أي: مجادلةً ومنازعةً فيه، مع أنَّ ذلك غير لائقٍ بهم، ولا عدل منهم، والذي أوجب له ذلك، وعدم الإيمان بالله، إنَّما هو الظلم والعناد، لا لقصور في بيانِهِ وحجَّته وبرهانه، وإلاَّ؛ فلو جاءهم العذاب وجاءهم ما جاء قبلهم؛ لم تكن هذه حالهم، ولهذا قال:
(54) Allah تعالى memberitahukan tentang keagungan al-Qur`an, kebesaran dan nilai universalnya, bahwasanya Dia telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam al-Qur`an ini ﴾ مِن كُلِّ مَثَلٖۚ
﴿ "bermacam-macam perumpamaan," dari semua cara yang mengantar-kan kepada ilmu yang bermanfaat, dan kebahagiaan yang langgeng, dan setiap jalan yang memelihara dari kejelekan dan kebinasaan. Di dalamnya, (juga) terkandung perumpamaan-perumpamaan halal dan haram, balasan amal perbuatan, targhib dan tarhib, berita-berita riil yang berguna bagi hati, sebagai keyakinan, ketentraman, dan cahaya. Ini semua termasuk perkara yang mendatangkan kepas-rahan terhadap al-Qur`an, dan menerimanya dengan tunduk serta ketaatan, tanpa penentangan terhadapnya dalam perkara apa pun. Kendatipun demikian, kebanyakan manusia justru melancarkan bantahan kepada kebenaran setelah menjadi jelas, menyanggah de-ngan dasar kebatilan untuk mempecundangi kebenaran dengannya.
Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَكَانَ ٱلۡإِنسَٰنُ أَكۡثَرَ شَيۡءٖ جَدَلٗا 54 ﴿ "Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah," maksud-nya membantah dan menentang kandungan al-Qur`an. Padahal, hal tersebut tidak pantas mereka lakukan dan tidak ada kesanggu-pan bagi mereka untuk melakukannya. Faktor yang menyebabkan-nya demikian, dan ketiadaan beriman
(pada mereka) kepada Allah hanyalah sikap kezhaliman dan penentangan, bukan kedangkalan hujjah maupun buktinya yang nyata. Bila bukan ini alasannya, se-kiranya azab datang kepada mereka dan hukuman
(pada kaum) sebelum mereka mendatangi mereka, maka keadaan mereka tidak seperti ini. Oleh karena itu, Allah berfirman,
{وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَى وَيَسْتَغْفِرُوا رَبَّهُمْ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمْ سُنَّةُ الْأَوَّلِينَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ قُبُلًا (55)}.
"Dan tidak ada sesuatu pun yang menghalangi manusia dari beriman, ketika petunjuk telah datang kepada mereka, dan me-mohon ampun kepada Rabbnya, kecuali
(keinginan menanti) datang-nya hukum
(Allah yang telah berlaku pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata."
(Al-Kahfi: 55).
#
{55} أي: ما منع الناس من الإيمان ـ والحالُ أنَّ الهدى الذي يحصُلُ به الفرق بين الهدى والضلال والحقِّ والباطل قد وَصَلَ إليهم وقامت عليهم حُجَّة الله، فلم يمنعهم عدم البيان، بل منعهم الظُّلم والعدوان عن الإيمان، فلم يبقَ إلاَّ أن تأتيهم سنَّة الله وعادتُه في الأولين، من أنَّهم إذا لم يؤمنوا؛ عوجلوا بالعذاب، أو يرونَ العذاب قد أقبل عليهم، ورأوه مقابلةً ومعاينةً؛ أي: فَلْيخافوا من ذلك، ولْيتوبوا من كفرهم؛ قبل أن يكون العذاب الذي لا مردَّ له.
(55) Maksudnya tidak ada faktor yang menghalang-halangi manusia untuk beriman –padahal keberadaan hidayah yang dapat membedakan antara petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebatil-an telah sampai kepada mereka dan telah tegak hujjah Allah atas mereka– dan bukan
(pula) penjelasan
(yang gamblang) yang meng-hambat mereka
(untuk beriman). Akan tetapi, sebab yang meng-halangi mereka dari keimanan adalah kezhaliman dan permusuh-an. Sehingga tidak ada yang ditunggu kecuali ketetapan Allah dan kebiasaanNya pada generasi-generasi dahulu, yaitu jika mereka tidak beriman, maka disegerakan siksa pada mereka atau mereka akan menyaksikan siksa telah menyongsong mereka. Mereka benar-benar melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri. Artinya, hendaklah mereka takut terhadapnya dan bertaubat dari kekufur-an mereka, sebelum siksaan
(datang) yang tidak bisa ditolak lagi.
{وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَيُجَادِلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَمَا أُنْذِرُوا هُزُوًا (56)}.
"Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang haq, dan mereka meng-anggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap me-reka sebagai olok-olokan."
(Al-Kahfi: 56).
#
{56} أي: لم نرسل الرُّسُلَ عَبَثاً، ولا ليتَّخذهم الناس أرباباً، ولا ليدعوا إلى أنفسهم، بل أرسلناهم يدعون الناس إلى كلِّ خير، وينهَوْن عن كلِّ شرٍّ، ويبشرونهم على امتثال ذلك بالثواب العاجل والآجل، وينذرونهم على معصية ذلك بالعقاب العاجل والآجل، فقامت بذلك حجة الله على العباد، ومع ذلك يأبى الظالمون الكافرون إلاَّ المجادلة بالباطل لِيُدْحِضوا به الحقَّ، فسَعَوا في نصر الباطل مهما أمكنهم، وفي دحض الحقِّ وإبطاله، واستهزؤوا برسل الله وآياته، وفرحوا بما عندهم من العلم، {ويأبى اللهُ إلاَّ أن يُتِمَّ نورَه ولو كره الكافرون}، ويظهر الحق على الباطل، {بل نقذف بالحقِّ على الباطل فيدمَغُه فإذا هو زاهِقٌ}، ومن حكمة الله ورحمته أنَّ تقييضه المبطِلين المجادلين الحقَّ بالباطل من أعظم الأسباب إلى وضوح الحقِّ وتبيُّن شواهده وأدلَّته وتبيُّن الباطل وفساده؛ فبضدِّها تتبيَّن الأشياء.
(56) Maksudnya, Kami tidak mengutus para rasul dengan sia-sia, bukan pula agar manusia menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan, dan tidak untuk menyeru umat manusia kepada
(kepenting-an) pribadi para rasul. Akan tetapi, Kami mengirim mereka untuk mengajak umat manusia kepada setiap kebajikan dan melarang mereka dari segala kejelekan, membawa kabar gembira bagi mereka atas ketaatan terhadap hal tersebut
(perintah dan larangan) dengan pahala dunia dan balasan akhirat, memberi mereka peringatan dari pelanggarannya dengan hukuman dunia dan akhirat. Dengan itu, hujjah Allah telah tegak berdiri kepada para hambaNya. Meskipun begitu, orang-orang yang zhalim dan kafir enggan untuk berbuat sesuatu melainkan melancarkan bantahan dengan kebatilan untuk melenyapkan kebenaran. Mereka mengusahakan cara apa pun yang bisa mereka tempuh untuk memenangkan kebatilan dan melenyap-kan kebenaran serta merontokkannya. Mereka mengolok-olok para rasul Allah dan ayat-ayatNya. Mereka sudah cukup gembira de-ngan ilmu yang mereka miliki,
﴾ وَيَأۡبَى ٱللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ 32
﴿
"Dan Allah tidak menghendaki melainkan menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai." (At- Taubah: 32), dan memenangkan kebenaran di atas kebatilan
﴾ بَلۡ نَقۡذِفُ بِٱلۡحَقِّ عَلَى ٱلۡبَٰطِلِ فَيَدۡمَغُهُۥ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٞۚ ﴿
"Sebenarnya Kami melontarkan yang haq kepada yang batil lalu yang haq itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu le-nyap."
(Al-Anbiya`: 18).
Termasuk pengaruh sifat hikmah Allah dan rahmatNya, bahwa pengerahan orang-orang yang batil dan membantah kebenaran dengan kebatilan, termasuk faktor penting yang menuntun kepada kejelasan al-haq, bukti-bukti dan dalil-dalilnya yang nyata, tersing-kapnya kebatilan dari sisi kerusakannya. Sebab, dengan lawannya, segala sesuatu akan lebih jelas.
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَى فَلَنْ يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا (57) وَرَبُّكَ الْغَفُورُ ذُو الرَّحْمَةِ لَوْ يُؤَاخِذُهُمْ بِمَا كَسَبُوا لَعَجَّلَ لَهُمُ الْعَذَابَ بَلْ لَهُمْ مَوْعِدٌ لَنْ يَجِدُوا مِنْ دُونِهِ مَوْئِلًا (58) وَتِلْكَ الْقُرَى أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَوْعِدًا (59)}.
"Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Rabbnya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan sesuatu yang dikerjakan oleh kedua tangan-nya. Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutup di atas hati mereka,
(sehingga mereka tidak) memahaminya, dan
(Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya. Dan Rabbmu-lah Yang Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat. Jika Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu tertentu
(untuk mendapat azab) yang me-reka sekali-kali tidak akan menemukan tempat berlindung dari-nya. Dan
(penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zhalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi ke-binasaan mereka."
(Al-Kahfi: 57-59).
#
{57} يخبر تعالى أنَّه لا أعظم ظلماً ولا أكبر جرماً من عبدٍ ذُكِّر بآيات الله وبُيِّن له الحقُّ من الباطل والهدى من الضلال، وخُوِّف ورُهِّب ورُغِّب، فأعرض عنها، فلم يتذكَّر بما ذُكِّر به، ولم يرجِعْ عما كان عليه، {ونسي ما قدَّمت يداه} من الذُّنوب، ولم يراقب علاَّم الغيوب؛ فهذا أعظم ظلماً من المعرض الذي لم تأتِهِ آياتُ الله ولم يُذَكَّرْ بها، ـ وإن كان ظالماً ـ؛ فإنَّه أشدُّ ظلماً من هذا؛ لكون العاصي على بصيرةٍ وعلم أعظم ممَّن ليس كذلك، ولكنَّ الله تعالى عاقبه بسبب إعراضِهِ عن آياته ونسيانِهِ لذنوبه ورضاه لنفسه حالة الشرِّ مع علمه بها، أن سدَّ عليه أبواب الهداية بأنْ جَعَلَ على قلبِهِ أكنَّةً؛ أي: أغطية محكمةً تمنعه أن يفقه الآيات وإن سمعها؛ فليس في إمكانه الفقهُ الذي يصل إلى القلب. {وفي آذانهم وقراً}؛ أي: صمماً يمنعهم من وصول الآيات ومن سماعها على وجه الانتفاع، وإنْ كانوا بهذه الحالة؛ فليس لهدايتهم سبيلٌ. {وإن تَدْعُهُم إلى الهدى فلن يَهْتَدوا إذاً أبداً}: لأنَّ الذي يُرجى أن يجيبَ الداعي للهدى من ليس عالماً، وأما هؤلاء الذين أبصروا ثم عَموا، ورأوا طريق الحقِّ فتركوه، وطريق الضلال فسلكوه، وعاقبهم الّله بإقفال القلوب والطَّبْع عليها؛ فليس في هدايتهم حيلةٌ ولا طريقٌ. وفي هذه الآية من التخويف لمن ترك الحقَّ بعد علمه أن يُحالَ بينه وبينه، ولا يتمكَّن منه بعد ذلك ما هو أعظم مرهبٍ وزاجرٍ عن ذلك.
(57) Allah تعالى memberitahukan bahwa tidak ada tindakan kezhaliman yang paling fatal dan kejahatan yang paling besar, dari seseorang hamba yang sudah diingatkan dengan ayat-ayat Allah dan dijelaskan kepadanya kebenaran dari kebatilan, petunjuk dari kesesatan, ditakut-takuti, diperingatkan dan dianjurkan
(dengan balasan baik), akan tetapi dia berpaling muka darinya, tidak sudi mengambil pelajaran dari peringatan yang diarahkan kepadanya, serta tidak meninggalkan kebiasaan lamanya ﴾ وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتۡ يَدَاهُۚ
﴿ "dan melupakan sesuatu yang dikerjakan oleh kedua tangannya," yang berupa dosa-dosa. Tidak bermuraqabah kepada 'Allamul ghuyub (Dzat Yang Maha Mengetahui alam ghaib). Ini lebih besar kezhalimannya dari-pada orang yang berpaling tapi memang belum pernah didatangi ayat-ayat Allah dan belum diperingatkan dengannya –meskipun orang ini juga telah berbuat zhalim– akan tetapi orang tadi lebih dahsyat kezhalimannya daripada orang ini, karena dia melanggar atas dasar pengetahuan dan ilmu, dan lebih besar (kezhalimannya) dibandingkan orang yang keadaannya tidak demikian. Allah meng-hukumnya lantaran berpaling dari ayat-ayatNya dan melupakan dosa-dosanya, serta tenang dengan dirinya dalam kondisi buruk, padahal mengetahuinya, dengan hukuman menutup pintu-pintu hidayah baginya, dalam bentuk meletakkan tutup (akinnah) di atas hatinya yaitu penutup-penutup kuat yang menghalanginya untuk memahami ayat-ayat Allah meskipun dia mendengarnya. Tidak mungkin dia bisa mengusahakan pemahaman yang sanggup me-nembus hatinya.
﴾ وَفِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٗاۖ
﴿ "Dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga me-reka," maksudnya ketulian yang mengganjal mereka untuk sanggup mencapai ayat-ayat dan mendengarkannya guna mencari manfaat. Bila kondisi mereka semacam ini, maka tidak ada jalan hidayah bagi mereka.
﴾ وَإِن تَدۡعُهُمۡ إِلَى ٱلۡهُدَىٰ فَلَن يَهۡتَدُوٓاْ إِذًا أَبَدٗا 57 ﴿ "Dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya," karena orang yang diharapkan menyambut kete-rangan dari penyeru adalah orang yang tidak berilmu. Sementara mereka yang telah mengetahui kemudian membutakan diri, melihat jalan kebenaran, lantas mereka tinggalkan,
(dan melihat) jalan ke-sesatan justru mereka tempuh, maka Allah menimpakan hukuman atas mereka dengan mengunci hati-hati mereka dan mematrinya. Tidak ada rekayasa dan jalan untuk memberi hidayah kepada me-reka lagi. Dalam ayat ini, terdapat takhwif
(menakut-nakuti) bagi orang yang meninggalkan kebenaran setelah mengetahuinya berupa dihalanginya antara dia dengan hidayah, dan sudah tidak mungkin lagi setelah itu ada kejadian yang lebih menakutkan dan membuat-nya jera dari kesesatannya.
#
{58} ثم أخبر تعالى عن سعة مغفرته ورحمته، وأنَّه يغفر الذنوب ويتوب الله على من يتوب فيتغمده برحمته ويشمله بإحسانه، وأنه لو آخذ العباد على ما قدَّمت أيديهم من الذُّنوب؛ لعجَّل لهم العذاب، ولكنَّه تعالى حليمٌ لا يَعْجَلُ بالعقوبة، بل يُمْهِلُ ولا يُهْمِلُ، والذُّنوب لا بدَّ من وقوع آثارها، وإنْ تأخَّرت عنها مدة طويلة، ولهذا قال: {بل لهم موعدٌ لن يَجِدوا من دونِهِ موئلاً}؛ أي: لهم موعد يجازون فيه بأعمالهم، لا بدَّ لهم منه، ولا مندوحة لهم عنه، ولا ملجأ ولا محيد عنه.
(58) Kemudian Allah تعالى memberitahukan tentang luasnya ampunan dan rahmatNya, Dia mengampuni dosa-dosa dan mene-rima taubat orang yang bertaubat kepadaNya. Selanjutnya, Dia me-ngucurkan padanya rahmat dan meliputinya dengan kebaikanNya. Sesungguhnya bila Dia menyiksa para hambaNya atas dosa-dosa yang mereka perbuat, niscaya Dia benar-benar akan menyegerakan azab bagi mereka. Namun, Allah Mahasabar, tidak mempercepat penjatuhan hukuman. Bahkan memberikan penundaan, tapi tidak melupakan. Dan dosa pasti mendatangkan pengaruh buruknya, meskipun terjadinya agak terlambat setelah jangka waktu yang lama.
Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ بَل لَّهُم مَّوۡعِدٞ لَّن يَجِدُواْ مِن دُونِهِۦ مَوۡئِلٗا ﴿ "Tetapi bagi mereka ada waktu tertentu
(untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan tempat berlindung darinya," maksudnya, mereka telah mendapatkan waktu tertentu untuk menerima balasan atas amal perbuatan mereka. Pasti itu terjadi pada mereka, tidak ada alternatif pilihan untuk mereka, tidak ada tempat untuk berlindung darinya, tidak ada tempat menyembunyi-kan dan melarikan diri darinya.
#
{59} وهذه سنَّته في الأولين والآخرين، أن لا يعاجِلَهم بالعقاب، بل يستدعيهم إلى التوبة والإنابة؛ فإنْ تابوا وأنابوا؛ غَفَرَ لهم ورحمهم وأزال عنهم العقاب، وإلاَّ؛ فإن استمرُّوا على ظلمهم وعنادهم، وجاء الوقتُ الذي جعله موعداً لهم؛ أنزل بهم بأسه، ولهذا قال: {وتلك القرى أهلكناهم لما ظلموا}؛ أي: بظلمهم، لا بُظلم منَّا. {وجعلنا لمهلكهم موعداً}؛ أي: وقتاً مقدَّراً لا يتقدَّمون عنه ولا يتأخَّرون.
(59) Ini merupakan ketetapan Allah pada orang-orang ter-dahulu dan yang akan datang, yaitu tidak menyegerakan penjatuh-an hukuman atas mereka. Bahkan Dia mengundang mereka untuk bertaubat dan kembali
(kepadaNya). Bila mereka mau bertaubat dan kembali, niscaya Allah mengampuni dan mengasihi mereka, serta mengenyahkan hukuman dari mereka, namun kalau mereka tidak
(bertaubat dan kembali) dan mereka terus melangsungkan kezhaliman dan penentangan mereka, dan waktu yang sudah di-tetapkan bagi mereka sudah datang, niscaya Allah menurunkan siksaNya pada mereka.
Oleh sebab itu, Allah berfirman, ﴾ وَتِلۡكَ ٱلۡقُرَىٰٓ أَهۡلَكۡنَٰهُمۡ لَمَّا ظَلَمُواْ
﴿ "Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zhalim," maksudnya disebabkan tindakan kezhaliman mereka, bukan disebabkan kezhaliman Kami ﴾ وَجَعَلۡنَا لِمَهۡلِكِهِم مَّوۡعِدٗا 59 ﴿ "dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka," yaitu waktu yang sudah ditentukan, mereka tidak mendahului atau mundur darinya.
{وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا (60) فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ سَرَبًا (61) فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَاهُ آتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا (62) قَالَ أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلَّا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ وَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ عَجَبًا (63) قَالَ ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا (64) فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (65) قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا (66) قَالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا (67) وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا (68) قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا (69) قَالَ فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلَا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا (70) فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا رَكِبَا فِي السَّفِينَةِ خَرَقَهَا قَالَ أَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا إِمْرًا (71) قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا (72) قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرًا (73) فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا نُكْرًا (74) قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا (75) قَالَ إِنْ سَأَلْتُكَ عَنْ شَيْءٍ بَعْدَهَا فَلَا تُصَاحِبْنِي قَدْ بَلَغْتَ مِنْ لَدُنِّي عُذْرًا (76) فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا (77) قَالَ هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا (78) أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا (79) وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا (80) فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا (81) وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا (82)}.
"Dan
(ingatlah) ketika Musa berkata kepada
(muridnya), 'Aku tidak akan berhenti
(berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.' Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu
(melompat) mengambil jalannya ke laut itu pergi secara sembunyi-sembunyi. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya, 'Bawalah ke mari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.' Muridnya menjawab, 'Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa
(menceritakan tentang) ikan itu, dan tidak ada yang mem-buatku lupa untuk menceritakannya kecuali setan, dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.' Musa berkata, 'Itulah
(tempat) yang kita cari.' Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula, maka mereka bertemu dengan se-orang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khi-dhir, 'Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan ke-padaku ilmu yang benar dari ilmu-ilmu yang telah diajarkan ke-padamu.' Dia menjawab, 'Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.' Musa berkata, 'Insya Allah, kamu akan mendapatkanku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.' Dia berkata, 'Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku ten-tang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepada-mu.' Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu, lalu Khidhir melubanginya. Musa berkata, 'Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan pe-numpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat kesalahan yang besar.' Dia
(Khidhir) berkata, 'Bukankah aku telah berkata, 'Se-sungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku'.' Musa berkata, 'Janganlah kamu menghukumku karena ke-lupaanku dan janganlah kamu membebaniku dengan sesuatu ke-sulitan dalam urusanku.' Maka berjalanlah keduanya; hingga tat-kala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhir mem-bunuhnya. Musa berkata, 'Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain, sungguh kamu telah me-lakukan suatu yang mungkar.' Khidhir berkata, 'Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa kamu tidak akan dapat sabar ber-samaku.' Musa berkata, 'Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah
(kali) ini, maka janganlah kamu memperboleh-kan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberi-kan udzur kepadaku.' Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata, 'Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.' Khidhir berkata, 'Inilah perpisah-an antara aku dengan kamu; aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadap-nya. Adapun bahtera itu kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, lalu aku bertujuan merusak bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang Mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Rabb mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anak itu, dan lebih dalam kasih sayangnya
(kepada ibu bapaknya). Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih, maka Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rahmat dari Rabbmu; dan bukanlah aku melakukan itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya'."
(Al-Kahfi: 60-82).
#
{60} يخبر تعالى عن نبيِّه موسى عليه السلام وشدَّة رغبته في الخير وطلب العلم أنَّه قال لفتاه؛ أي: خادمه الذي يلازمه في حضره وسفره، وهو يُوشَعُ بن نون، الذي نبَّأه الّله بعد ذلك: {لا أبْرَحُ حتى أبْلُغَ مجمع البحرين}؛ أي: لا أزال مسافراً وإن طالت عليَّ الشُّقة ولحقتني المشقَّة حتى أصل إلى مجمع البحرين، وهو المكان الذي أوحي إليه أنَّك سَتَجِد فيه عبداً من عباد الله العالمين، عنده من العلم ما ليس عندك، {أو أمضيَ حُقُباً}؛ أي: مسافة طويلة. المعنى أنَّ الشوق والرغبة حَمَلَ موسى أن قال لفتاه هذه المقالة.
(60) Allah تعالى memberitahukan tentang NabiNya, Musa عليه السلام dan kecintaannya kepada kebaikan dan pencarian ilmu, bahwa beliau berkata kepada pemudanya, maksudnya, pelayannya yang menyertainya saat berada di rumah dan dalam perjalanan. Ia adalah Yusya' bin Nun, Allah menceritakan setelah itu, ﴾ لَآ أَبۡرَحُ حَتَّىٰٓ أَبۡلُغَ مَجۡمَعَ ٱلۡبَحۡرَيۡنِ
﴿ "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan," maksudnya aku akan tetap menempuh perjalan-an meskipun jarak semakin jauh dan kesulitan menghampiriku, sampai aku mencapai tempat pertemuan dua buah lautan[25]. Ia adalah tempat yang sudah diwahyukan (oleh Allah) kepadanya, 'Bahwa engkau akan menjumpai seorang hamba dari hamba-hamba Allah yang berilmu, dia memiliki ilmu yang tidak engkau punyai.' ﴾ أَوۡ أَمۡضِيَ حُقُبٗا 60 ﴿ "Atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun," maksud-nya
(sampai) jarak yang jauh. Maknanya, kerinduan dan keinginan-lah yang menyebabkan Musa berkata demikian kepada pelayannya.
#
{61} وهذا عزمٌ منه جازم، فلذلك أمضاه، {فلما بلغا}؛ أي: هو وفتاه {مَجْمَعَ بينهما نسيا حوتَهما}: وكان معهما حوتٌ يتزوَّدان منه ويأكلان، وقد وُعِدَ أنَّه متى فقد الحوت؛ فثمَّ ذلك العبد الذي قصدته. {فاتَّخذ}: ذلك الحوت {سبيلَه}؛ أي: طريقه {في البحر سَرَباً}. وهذا من الآيات، قال المفسرون: إنَّ ذلك الحوت الذي كانا يتزوَّدان منه لما وصلا إلى ذلك المكان أصابه بللُ البحر، فانسرب بإذن الله في البحر، وصار مع حيواناته حيًّا.
(61) Ini merupakan tekad teguh darinya. Karena itu, dia menjalankannya. ﴾ فَلَمَّا بَلَغَا
﴿ "Maka tatkala mereka sampai," yaitu dia dan pelayannya ﴾ مَجۡمَعَ بَيۡنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا
﴿ "ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya," ada seekor ikan yang mereka bawa seba-gai bekal dan makanan mereka. Ia telah diberitahu (sebelumnya) bahwa kapan saja ikan tersebut hilang, maka di situlah insan yang dia tuju berada ﴾ فَٱتَّخَذَ
﴿ "lalu mengambil," yaitu ikan tersebut meng-ambil ﴾ سَبِيلَهُۥ
﴿ "jalannya," jalannya ﴾ فِي ٱلۡبَحۡرِ سَرَبٗا 61 ﴿ "ke laut itu dengan pergi secara sembunyi-sembunyi," ini termasuk tanda kebesaran Allah. Para ulama tafsir berkata, 'Sesungguhnya ikan tersebut yang dijadi-kan perbekalan oleh mereka, ketika mereka sampai di tempat itu,
(maka ikan itu) terkena air laut. Maka ia pergi secara sembunyi-sembunyi dengan izin Allah ke dalam lautan dan hidup bersama binatang-binatang laut lainnya."
#
{62} فلما جاوز موسى وفتاه مجمعَ البحرين؛ قال موسى لفتاه: {آتِنا غداءنا لقد لَقينا مِنْ سَفَرِنا هذا نَصَباً}؛ أي: لقد تعبنا من هذا السفر المجاوز فقط، وإلاَّ؛ فالسفر الطويل الذي وصلا به إلى مجمع البحرين لم يجدا من التعب فيه، وهذا من الآيات والعلامات الدالَّة لموسى على وجود مطلبِهِ، وأيضاً؛ فإنَّ الشوق المتعلِّق بالوصول إلى ذلك المكان سهَّل لهما الطريق، فلمَّا تجاوزا غايتهما؛ وجدا مسَّ التعب.
(62) Tatkala Musa dan pelayannya telah melewati tempat pertemuan dua laut, maka Musa berkata kepada pelayannya,﴾ ءَاتِنَا غَدَآءَنَا لَقَدۡ لَقِينَا مِن سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبٗا 62 ﴿ "Bawalah ke mari makanan kita; sesung-guhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini," maksudnya kita telah merasa kepayahan disebabkan perjalanan yang melewati
(tempat dua pertemuan laut). Apabila tidak demikian, maka pada perjalanan panjang yang mereka lalui sampai ke tempat dua per-temuan laut, mereka tidak merasakan keletihan sama sekali. Ini termasuk tanda-tanda kebesaran Allah dan petunjuk yang meng-indikasikan kepada keberadaan apa yang dicari oleh Musa. Selain itu, sesungguhnya kerinduan yang berhubungan dengan perja-lanan sampai ke tempat itu telah memudahkan jalan bagi mereka. Ketika mereka telah melampaui tujuannya, maka mereka
(baru) merasakan keletihan.
#
{63} فلما قال موسى لفتاه هذه المقالة؛ قال له فتاه: {أرأيتَ إذْ أوَيْنا إلى الصخرة فإنِّي نسيتُ الحوتَ} [أي: ألم تعلم حين آوانا الليل إلى تلك الصخرة المعروفة بينهما فإني نسيت الحوت]، {وما أنسانيهُ إلاَّ الشيطانُ}: لأنَّه السببُ في ذلك، {واتَّخذ سبيلَه في البحر عَجَباً}؛ أي: لما انسرب في البحر ودخل فيه؛ كان ذلك من العجائب. قال المفسرون: كان ذلك المسلك للحوت سرباً ولموسى وفتاه عجباً.
(63) Usai mengatakan perkataan ini kepada pelayannya, sang pelayan berkata kepada Musa, ﴾ أَرَءَيۡتَ إِذۡ أَوَيۡنَآ إِلَى ٱلصَّخۡرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ ٱلۡحُوتَ
﴿ "Tahu-kah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka se-sungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu," [maksudnya tidakkah engkau tahu ketika kita menginap tadi malam di batu ter-sebut di antara dua lautan itu, sesungguhnya aku lupa terhadap ikan tersebut]. ﴾ وَمَآ أَنسَىٰنِيهُ إِلَّا ٱلشَّيۡطَٰنُ
﴿ "Dan tidak ada yang membuatku lupa untuk menceritakannya kecuali setan," karena dialah penyebab-nya. ﴾ وَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِي ٱلۡبَحۡرِ عَجَبٗا 63 ﴿ "Dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali," maksudnya ketika ikan itu telah me-lompat dan menghilang ke dalam laut, maka hal itu termasuk ke-jadian yang mencengangkan. Para ulama tafsir mengatakan, "Jalan yang ditempuh oleh ikan itu adalah jalan tersembunyi, sedangkan dalam
(pandangan) Musa dan pelayannya, itu merupakan keajaiban."
#
{64} فلما قال له الفتى هذا القول، وكان عند موسى وعدٌ من الله أنَّه إذا فَقَدَ الحوت؛ وَجَدَ الخَضِرَ، فقال موسى: {ذلك ما كُنَّا نَبْغ}؛ أي: نطلب. {فارْتَدَّا}؛ أي: رجعا {على آثارِهما قصصاً}؛ أي: رجعا يَقُصَّان أثرهما [إلى المكان] الذي نسيا فيه الحوت.
(64) Setelah si pelayan berkata demikian kepada Musa, yang sebelumnya telah mendapatkan janji dari Allah, bahwasanya jika dia kehilangan ikan itu, berarti akan menjumpai Khidhir, maka Musa berkata, ﴾ ذَٰلِكَ مَا كُنَّا نَبۡغِۚ
﴿ "Itulah (tempat) yang kita cari," yang kita inginkan ﴾ فَٱرۡتَدَّا
﴿ "Lalu keduanya kembali," maksudnya kembali pulang ﴾ عَلَىٰٓ ءَاثَارِهِمَا قَصَصٗا 64 ﴿ "mengikuti jejak mereka semula," mereka kembali menelusuri jejak-jejak mereka sampai
(ke tempat) yang mereka lupa terhadap ikan tadi.
#
{65} فلما وصلا إليه؛ {وجدا عبداً من عبادنا}: وهو الخضر، وكان عبداً صالحاً لا نبيًّا على الصحيح. {آتيْناه رحمةً من عندنا}؛ أي: أعطاه الله رحمةً خاصَّة، بها زاد علمه وحسن عمله، {وعلَّمناه من لَدُنَّا}؛ أي: من عندنا {عِلْماً}: وكان قد أُعطي من العلم ما لم يعطَ موسى، وإنْ كان موسى عليه السلام أعلمَ منه بأكثر الأشياء وخصوصاً في العلوم الإيمانيَّة والأصوليَّة؛ لأنَّه من أولي العزم من المرسلين، الذين فضَّلهم الله على سائر الخلق بالعلم والعمل وغير ذلك.
(65) Ketika mereka telah sampai di sana ﴾ فَوَجَدَا عَبۡدٗا مِّنۡ عِبَادِنَآ
﴿ "maka mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami," yaitu Khidhir. Ia adalah seorang hamba yang shalih, bukan seorang nabi, berdasarkan pendapat yang shahih, ﴾ ءَاتَيۡنَٰهُ رَحۡمَةٗ مِّنۡ عِندِنَا
﴿ "yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami," maksudnya Allah menganugerahinya rahmat yang lebih spesial. Dengan itu, ilmu dan kebaikan amalnya bertambah. ﴾ وَعَلَّمۡنَٰهُ مِن لَّدُنَّا
﴿ "Dan yang telah Kami ajarkan kepadanya dari sisi Kami," maksudnya berasal dari sisi Kami ﴾ عِلۡمٗا 65 ﴿ "ilmu." Dia telah memperoleh ilmu yang tidak diberikan ke-pada Musa, kendatipun Musa lebih berilmu daripada Khidhir pada banyak permasalahan, terutama ilmu-ilmu keimanan dan ilmu-ilmu Ushul. Pasalnya, beliau adalah salah seorang ulul 'azmi dari kalangan para rasul yang Allah utamakan di atas seluruh makhluk dengan ilmu, amal, dan lainnya.
#
{66} فلما اجتمع به موسى؛ قال له على وجه الأدب والمشاورة والإخبار عن مطلبه: {هل أتَّبعُك على أن تُعَلِّمنَي مما عُلِّمْتَ رُشداً}؛ أي: هل أتَّبِعك على أن تُعَلِّمني مما علَّمك الله ما به أسترشدُ وأهتدي وأعرف به الحقَّ في تلك القضايا، وكان الخضر قد أعطاه الله من الإلهام والكرامة ما به يحصُلُ له الاطلاع على بواطن كثيرٍ من الأشياء التي خَفِيَتْ حتى على موسى عليه السلام.
(66) Manakala Musa berhasil berkumpul dengan Khidhir, maka beliau berkata kepadanya dengan penuh kesopanan dan per-mohonan persetujuan sembari memberitahukan apa yang ia ingin-kan, ﴾ هَلۡ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمۡتَ رُشۡدٗا 66 ﴿ "Bolehkah aku mengikutimu su-paya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu," maksudnya, apakah aku boleh meng-ikutimu agar engkau mengajariku dari ilmu-ilmu yang telah Allah ajarkan kepadamu, yang akan kujadikan sebagai pegangan dan petunjuk, dan dengan itu aku pun bisa mengetahui kebenaran pada persoalan-persoalan itu? Khidhir telah dianugerahi Allah ilham dan karamah hingga sanggup meneropong rahasia-rahasia permasalah-an yang tersembunyi pada pandangan Musa عليه السلام.
#
{67} فقال الخضر لموسى: لا أمتنع من ذلك، ولكنَّك {لَنْ تَسْتطيعَ معيَ صبراً}؛ أي: لا تقدر على اتِّباعي وملازمتي؛ لأنَّك ترى ما لا تقدر على الصبر عليه من الأمور، التي ظاهرها المنكَر وباطنها غيرُ ذلك.
(67) Maka Khidhir berkata kepada Musa, "Aku tidak menam-piknya. Akan tetapi, sesungguhnya engkau ﴾ لَن تَسۡتَطِيعَ مَعِيَ صَبۡرٗا ﴿ 'sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku,' maksudnya engkau tidak mampu untuk mengikuti dan menyertaiku. Sebab, kamu akan me-nyaksikan obyek yang membuatmu tidak bisa bersabar dalam meng-hadapi perkara-perkara yang nampak terlihat sebagai kemungkar-an, sementara hakikatnya tidak demikian adanya."
#
{68} ولهذا قال: {وكيفَ تصبر على ما لم تُحِطْ به خُبْراً}؛ أي: كيف تصبر على أمرٍ ما أحطتَ بباطنه وظاهره وعلمتَ المقصودَ منه ومآله.
(68) Oleh karena itu, dia berkata, ﴾ وَكَيۡفَ تَصۡبِرُ عَلَىٰ مَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ خُبۡرٗا 68 ﴿ "Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu yang kamu belum mem-punyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu," maksudnya, bagaimana bisa engkau bersabar menghadapi sesuatu yang engkau tidak me-nguasai seluk-beluknya bagian luar dan dalamnya, dan tidak me-ngetahui tujuan dan kesudahannya.
#
{69} فقال موسى: {سَتَجِدُني إن شاء اللهُ صابراً ولا أعصي لك أمراً}: وهذا عزمٌ منه قبل أن يوجد الشيء الممتَحَن به، والعزمُ شيء ووجودُ الصبر شيء آخر؛ فلذلك ما صَبَرَ موسى عليه السلام حين وقع الأمر.
(69) Musa berkata, ﴾ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ صَابِرٗا وَلَآ أَعۡصِي لَكَ أَمۡرٗا 69 ﴿ "Insya Allah kamu akan mendapatkanku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun." Ini merupakan tekad Musa sebelum dijumpainya obyek ujian. Tekad itu sebuah keinginan, sementara keberadaan sabar adalah urusan lain. Karena-nya, Musa tidak bisa menahan diri saat peristiwa terjadi.
#
{70} فحينئذٍ قال له الخضر: {فإنِ اتَّبَعْتَني فلا تَسْألْني عن شيءٍ حتَّى أحدِثَ لك منه ذِكْراً}؛ أي: لا تبتدئني بسؤال منك وإنكارٍ حتى أكون أنا الذي أخبرك بحالِهِ في الوقت الذي ينبغي إخبارُك به، فنهاه عن سؤالِهِ، ووعَدَه أن يوقفه على حقيقة الأمر.
(70) Pada saat itulah, Khidhir berpesan kepada Musa, ﴾ فَإِنِ ٱتَّبَعۡتَنِي فَلَا تَسۡـَٔلۡنِي عَن شَيۡءٍ حَتَّىٰٓ أُحۡدِثَ لَكَ مِنۡهُ ذِكۡرٗا 70 ﴿ "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu," maksudnya janganlah eng-kau memulai untuk melontarkan pertanyaan dan pengingkaran kepadaku, sampai akulah yang akan menerangkan kepadamu apa yang terjadi, di waktu yang tepat untuk memberitahumu tentang itu. Ia melarang Musa untuk bertanya dan berjanji kepadanya untuk menerangkan kepadanya tentang hakikat peristiwa tersebut.
#
{71} {فانطلقا حتى إذا رَكِبا في السفينةِ خَرَقَها}؛ أي: اقتلع الخضِرُ منها لوحاً، وكان له مقصودٌ في ذلك سيبيِّنه، فلم يصبرْ موسى عليه السلام؛ لأنَّ ظاهره أنه منكرٌ؛ لأنَّه عَيْبٌ للسفينة وسببٌ لغرق أهلها، ولهذا قال موسى: {أخَرَقْتَها لِتُغْرِقَ أهلها لقد جئتَ شيئاً إمْراً}؛ أي: عظيماً شنيعاً، وهذا من عدم صبره عليه السلام.
(71) ﴾ فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ إِذَا رَكِبَا فِي ٱلسَّفِينَةِ خَرَقَهَاۖ
﴿ "Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu, lalu Khidhir melubanginya," maksudnya Khidhir mencabut satu papan dari perahu tersebut. Ia mempunyai tujuan dalam melakukannya yang akan ia jelaskan (nanti). Akan tetapi, Musa عليه السلام tidak tahan (menyaksikannya), lan-taran secara eksplisit merupakan kemungkaran. Pasalnya, tindakan itu dapat merusak perahu tersebut dan menjadi penyebab tenggelam bagi sang pemilik. Oleh karena itu, Musa berkata, ﴾ أَخَرَقۡتَهَا لِتُغۡرِقَ أَهۡلَهَا لَقَدۡ جِئۡتَ شَيۡـًٔا إِمۡرٗا 71 ﴿ "Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya. Sesungguhnya kamu telah ber-buat kesalahan yang besar," yaitu kesalahan yang besar lagi sangat buruk. Ini termasuk cerminan ketidaksabaran Musa عليه السلام.
#
{72} فقال له الخضر: {ألم أقُلْ إنَّك لن تستطيعَ معي صبراً}؛ أي: فوقع كما أخبرتك.
(72) Maka Khidhir berkata kepada Musa, ﴾ أَلَمۡ أَقُلۡ إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِيعَ مَعِيَ صَبۡرٗا 72 ﴿ "Bukankah aku telah berkata, 'Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama denganku'," maksudnya, sudah terjadi apa yang aku beritahukan kepadamu.
#
{73} وكان هذا من موسى نسياناً، فقال: {لا تؤاخِذْني بما نسيتُ ولا تُرْهِقْني من أمري عُسراً}؛ أي: لا تُعَسِّرْ عليَّ الأمر، واسمح لي؛ فإنَّ ذلك وقع على وجه النسيان، فلا تؤاخِذْني في أول مرة، فجمع بين الإقرار به والعذر منه، وأنَّه ما ينبغي لك أيُّها الخضر الشدَّة على صاحبك، فسمح عنه الخضر.
(73) Teguran itu merupakan bentuk kealpaan dari Musa, maka dia berkata, ﴾ لَا تُؤَاخِذۡنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرۡهِقۡنِي مِنۡ أَمۡرِي عُسۡرٗا 73 ﴿ "Janganlah kamu menghukumku karena kelupaanku, dan janganlah kamu membebani-ku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku," maksudnya janganlah engkau mempersulit urusan kepada diriku, maafkanlah aku. Se-sungguhnya itu terjadi karena faktor lupa. Janganlah engkau meng-hukum aku karena kelupaanku yang pertama kali ini. Ia memadu-kan antara pengakuan kesalahan dan pengajuan alasan, dan bahwa engkau wahai Khidhir tidak patut bersikap keras terhadap kawan-mu ini, maka Khidhir memaafkannya.
#
{74} {فانطلقا حتَّى إذا لقيا غُلاماً}؛ أي: صغيراً، {فقَتَلَه}: الخضر، فاشتدَّ بموسى الغضب، وأخذتْه الحميَّة الدينيَّة حين قتل غلاماً صغيراً لم يُذْنِبْ. {قال أقتلتَ نفساً زكِيَّةً بغير نفسٍ لقد جئتَ شيئاً نُكْراً}: وأيُّ نُكْرٍ مثل قتل الصغير الذي ليس عليه ذنبٌ ولم يقتلْ أحدا؟! وكان الأول من موسى نسياناً، وهذه غير نسيانٍ، ولكن عدم صبرٍ.
(74) ﴾ فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ إِذَا لَقِيَا غُلَٰمٗا
﴿ "Maka berjalanlah keduanya; hingga tat-kala keduanya berjumpa dengan seorang anak," yaitu anak kecil ﴾ فَقَتَلَهُۥ
﴿ "maka dia membunuhnya," Khidhir membunuhnya. Kemarahan pun semakin menjadi-jadi pada Musa, kecemburuan agamanya sontak muncul ketika Khidhir membunuh seorang anak kecil yang belum berbuat dosa. ﴾ قَالَ أَقَتَلۡتَ نَفۡسٗا زَكِيَّةَۢ بِغَيۡرِ نَفۡسٖ لَّقَدۡ جِئۡتَ شَيۡـٔٗا نُّكۡرٗا 74 ﴿ "Musa berkata, 'Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain. Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar'." Kemungkaran mana yang sebanding dengan membunuh anak kecil yang belum ternoda oleh dosa, dan ia pun tidak membunuh orang lain? Teguran Musa yang pertama muncul karena kelupaan. Sedangkan sanggahan ini bukan karena lupa, tetapi karena tidak sabar.
#
{75} فقال له الخضرُ معاتباً ومذكِّراً: {ألم أقُلْ لكَ إنكَ لن تستطيعَ معيَ صبراً}؟
(75) Khidhir berkata kepada Musa untuk menegur dan meng-ingatkan, ﴾ أَلَمۡ أَقُل لَّكَ إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِيعَ مَعِيَ صَبۡرٗا 75 ﴿ "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"
#
{76} فَـ {قال} له موسى: {إن سألتُكَ عن شيءٍ} بعد هذه المرة؛ {فلا تصاحِبْني}؛ أي: فأنت معذور بذلك وبترك صحبتي، {قد بَلَغْتَ من لَدُنِّي عُذْراً}؛ أي: أعذرت مني، ولم تقصر.
(76) Maka ﴾ قَالَ
﴿ "dia berkata," yaitu Musa ﴾ إِن سَأَلۡتُكَ عَن شَيۡءِۭ
﴿ "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini," setelah kali ini ﴾ فَلَا تُصَٰحِبۡنِيۖ
﴿ "maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu," maksudnya engkau punya alasan dan berhak meninggalkan keserta-anku ﴾ قَدۡ بَلَغۡتَ مِن لَّدُنِّي عُذۡرٗا 76 ﴿ "sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan udzur kepadaku," maksudnya kamu telah memberi toleransi bagiku, kamu tidak pelit untuk memberi kesempatan.
#
{77} {فانطلقا حتى إذا أتيا أهل قريةٍ استطعما أهلها}؛ أي: استضافاهم فلم يُضَيِّفوهُما، {فوجدا فيها جداراً يريدُ أن ينقضَّ}؛ أي: [قد] عاب واستهدم، {فأقامَهُ}: الخضرُ؛ أي بناه وأعاده جديداً، فَـ {قال} له موسى: {لو شئتَ لاتَّخَذْتَ عليه أجراً}؛ أي: أهل هذه القرية لم يضيفونا مع وجوب ذلك عليهم، وأنت تبنيه من دون أجرةٍ، وأنت تقدِرُ عليها؟!
(77) ﴾ فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَيَآ أَهۡلَ قَرۡيَةٍ ٱسۡتَطۡعَمَآ أَهۡلَهَا
﴿ "Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu," maksudnya mereka berdua minta perjamuan kepada penduduknya, namun mereka tidak mau menyuguhi mereka berdua, ﴾ فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارٗا يُرِيدُ أَن يَنقَضَّ
﴿ "kemudian kedua-nya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh," maksudnya [sungguh] telah rusak dan berantakan ﴾ فَأَقَامَهُۥۖ
﴿ "maka dia menegakkan dinding itu," yaitu Khidhir, maksudnya, membangun dan memperbaruinya lagi. Kemudian ﴾ قَالَ
﴿ "dia berkata," yaitu Musa, ﴾ لَوۡ شِئۡتَ لَتَّخَذۡتَ عَلَيۡهِ أَجۡرٗا 77 ﴿ "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu," yaitu kepada penduduk negeri itu. Mereka tidak mau menjamu kita, padahal harus mereka lakukan, sementara itu, justru engkau membangun rumah itu tanpa upah sama sekali, pada-hal engkau mampu memintanya?
#
{78} فحينئذٍ لم يفِ موسى عليه السلام بما قال، واستعذر الخضرُ منه، فَـ {قال} له: {هذا فراقُ بيني وبينكَ}: فإنَّك شرطتَ ذلك على نفسك، فلم يبقَ الآن عذرٌ ولا موضعٌ للصُّحبة. {سأنبِّئك بتأويل ما لم تستطِعْ عليه صبراً}؛ أي: سأخبرك بما أنكرتَ عليَّ وأنبِّئك بأنَّ لي في ذلك من المآرب وما يؤول إليه الأمر.
(78) Pada saat itulah, Musa عليه السلام tidak menepati apa yang dia ucapkan. Dan Khidhir meminta pamit kepadanya, seraya ﴾ قَالَ
﴿ "mengatakan" kepada Musa, ﴾ هَٰذَا فِرَاقُ بَيۡنِي وَبَيۡنِكَۚ
﴿ "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu," karena sesungguhnya engkau telah menetapkan syarat tersebut atas dirimu sendiri, sekarang sudah tidak diterima lagi alasan dan kesempatan untuk menyertai lagi. ﴾ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأۡوِيلِ مَا لَمۡ تَسۡتَطِع عَّلَيۡهِ صَبۡرًا 78 ﴿ "Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang membuatmu tidak dapat sabar terhadapnya," maksudnya aku akan memberitahukan kepadamu tentang apa yang engkau ingkari terhadapku, dan aku memberitakan bahwa aku mempunyai tujuan dan sasaran dari tindakanku.
#
{79} {أما السفينة}: التي خرقتها، {فكانتْ لمساكينَ يعملون في البحر}: يقتضي ذلك الرِّقَّة عليهم والرأفة بهم، {فأردتُ أن أَعِيبها وكان وراءَهُم مَلِكٌ يأخذ كلَّ سفينة غَصْباً}؛ أي: كان مرورهم على ذلك الملك الظالم؛ فكلُّ سفينة صالحةٍ تمرُّ عليه ما فيها عيبٌ غَصَبها وأخَذَها ظلماً، فأردتُ أن أخْرِقها ليكونَ فيها عيبٌ فتسلم من ذلك الظالم.
(79) ﴾ أَمَّا ٱلسَّفِينَةُ
﴿ "Adapun bahtera itu," yang aku lubangi ﴾ فَكَانَتۡ لِمَسَٰكِينَ يَعۡمَلُونَ فِي ٱلۡبَحۡرِ
﴿ "adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut," yang menuntut munculnya rasa iba dan kasihan kepada mereka ﴾ فَأَرَدتُّ أَنۡ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَآءَهُم مَّلِكٞ يَأۡخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصۡبٗا 79 ﴿ "lalu aku bertujuan merusak bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang me-rampas tiap-tiap bahtera," maksudnya mereka itu
(dalam berlayar), melewati raja yang zhalim. Setiap kapal yang baik yang melewati sang raja tanpa cacat, maka dia merampasnya atau mengambilnya secara paksa. Karena itu, aku berniat melubanginya agar memiliki cacat, sehingga selamat dari
(jarahan) penguasa yang zhalim itu.
#
{80} {وأما الغلامُ}: الذي قتلتُه؛ {فكان أبواه مؤمِنَيْنِ فخشينا أن يُرهِقَهما طغياناً وكفراً}: وكان ذلك الغلام قد قُدِّر عليه أنَّه لو بَلَغَ لأرهق أبويه طغياناً وكفراً؛ أي: لحملهما على الطغيان والكفر: إمَّا لأجل محبَّتهما إيَّاه، أو للحاجة إليه؛ أو يحملهما على ذلك؛ أي: فقتلته؛ لاطِّلاعي على ذلك؛ سلامةً لدين أبويه المؤمِنَيْنِ، وأيُّ فائدة أعظمُ من هذه الفائدة الجليلة؟!
(80) ﴾ وَأَمَّا ٱلۡغُلَٰمُ
﴿ "Dan adapun anak itu," yang aku bunuh ﴾ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤۡمِنَيۡنِ فَخَشِينَآ أَن يُرۡهِقَهُمَا طُغۡيَٰنٗا وَكُفۡرٗا 80 ﴿ "maka kedua orang tuanya adalah orang-orang Mukmin, lalu kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekufuran." Anak lelaki itu telah ditakdirkan, jika menginjak dewasa
(kelak) akan memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekufuran. Maksudnya, menyeret mereka kepada tindakan kesesatan dan kekufuran, baik lantaran kecintaan mereka kepadanya atau ketergantungan mereka kepadanya, maupun lantaran dia memaksa mereka berbuat demi-kian. Maka aku pun membunuhnya, sebab aku mengetahui
(kesu-dahan) anak itu, demi keselamatan agama dua orang tuanya yang beriman. Apakah ada manfaat yang lebih besar daripada kebaikan yang besar ini.
#
{81} وهو وإن كان فيه إساءةٌ إليهما وقطعٌ لذُرِّيَّتهما؛ فإنَّ الله تعالى سيعطيهما من الذُّرِّيَّة ما هو خيرٌ منه، ولهذا قال: {فأرَدْنا أن يُبْدِلهَما ربُّهما خيراً منه زكاةً وأقربَ رُحْماً}؛ أي: ولداً صالحاً زكيًّا واصلاً لرحِمِهِ؛ فإنَّ الغلام الذي قُتِلَ لو بلغ لَعَقَّهما أشدَّ العقوق بحملهما على الكفر والطغيان.
(81) Pembunuhan tersebut, meskipun mengandung tindak-an buruk kepada mereka berdua dan pemutusan keturunan mereka berdua, namun sesungguhnya Allah تعالى akan menganugerahinya keturunan yang lebih baik daripada si anak itu. Oleh karena itu,
(Khidhir) berkata, ﴾ فَأَرَدۡنَآ أَن يُبۡدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيۡرٗا مِّنۡهُ زَكَوٰةٗ وَأَقۡرَبَ رُحۡمٗا 81 ﴿ "Lalu kami menghendaki, supaya Rabb mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya daripada anak itu dan lebih dalam kasih sayangnya
(kepada ibu bapaknya)," yaitu anak yang shalih, suci dan menghormati hubungan dengan orang tuanya. Sesungguhnya anak kecil yang dibunuh tersebut, sekiranya dia dewasa nanti, niscaya dia akan durhaka kepada keduanya dan memaksa mereka kepada kekufuran dan kesesatan.
#
{82} {وأمَّا الجدارُ}: الذي أقمته؛ {فكان لِغُلامين يتيمينِ في المدينةِ وكان تحتهَ كنزٌ لهما وكان أبوهما صالحاً}؛ أي: حالهما تقتضي الرأفة بهما ورحمتهما؛ لكونِهِما صغيرين، عدما أباهما، وحفظهما الله أيضاً بصلاح والدهما. {فأراد ربُّك أن يَبْلُغا أشدَّهما ويستخْرِجا كَنْزَهُما}؛ أي: فلهذا هدمتُ الجدار واستخرجتُ ما تحتَهُ من كنزِهِما ورددتُهُ وأعدتُه مجاناً؛ {رحمةً من ربِّك}؛ أي: هذا الذي فعلتُه رحمةٌ من الله آتاها الله عبدَه الخضر. {وما فعلتُهُ عن أمري}؛ أي: ما أتيت شيئاً من قِبَلِ نفسي ومجرَّد إرادتي، وإنَّما ذلك من رحمةِ الله وأمره. {ذلك}: الذي فسَّرتُه لك {تأويلُ ما لم تَسْطِعْ عليه صبراً}.
وفي هذه القصة العجيبة الجليلة من الفوائد والأحكام والقواعد شيءٌ كثيرٌ ننبِّه على بعضه بعون الله:
فمنها: فضيلة العلم والرِّحلة في طلبه، وأنَّه أهمُّ الأمورِ؛ فإنَّ موسى عليه السلام رحل مسافةً طويلةً، ولقي النَّصب في طلبه، وترك القعود عند بني إسرائيل لتعليمهم وإرشادهم، واختار السفر لزيادة العلم على ذلك.
ومنها: البداءةُ بالأهمِّ فالأهمِّ؛ فإنَّ زيادة العلم وعلم الإنسان أهمُّ من تَرْكِ ذلك والاشتغال بالتعليم من دون تزوُّد من العلم، والجمعُ بين الأمرين أكمل.
ومنها: جواز أخذِ الخادم في الحضَرِ والسفر؛ لكفاية المؤن وطلب الراحة؛ كما فعل موسى.
ومنها: أنَّ المسافر لطلب علم أو جهادٍ أو نحوه، إذا اقتضتِ المصلحةُ الإخبار بمطلبه وأين يريدُه؛ فإنَّه أكمل من كتمه؛ فإنَّ في إظهاره فوائدَ من الاستعداد له عدَّته وإتيان الأمر على بصيرةٍ وإظهار الشوق لهذه العبادة الجليلة؛ كما قال موسى: {لا أبرحُ حتى أبلغَ مجمع البحرين أو أمضيَ حُقُباً}، وكما أخبر النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - أصحابه حين غزا تبوك بوجهه مع أنَّ عادته التَّورية، وذلك تَبَعٌ للمصلحة.
ومنها: إضافةُ الشرِّ وأسبابه إلى الشيطان على وجه التسويل والتزيين، وإنْ كان الكلُّ بقضاء الله وقدره؛ لقول فتى موسى: {وما أنسانيهُ إلاَّ الشيطانُ أنْ أذْكُرَهُ}.
ومنها: جواز إخبار الإنسان عمَّا هو من مقتضى طبيعة النفس من نَصَبٍ أو جوع أو عطش إذا لم يكنْ على وجه التسخُّط وكان صدقاً؛ لقول موسى: {لقد لقينا من سَفَرِنا هذا نَصَباً}.
ومنها: استحبابُ كون خادم الإنسان ذكيًّا فطناً كيِّساً؛ ليتمَّ له أمره الذي يريده.
ومنها: استحباب إطعام الإنسان خادمه من مأكله وأكلهما جميعاً؛ لأنَّ ظاهر قوله: {آتنا غداءنا}: إضافة إلى الجميع: أنَّه أكل هو وهو جميعاً.
ومنها: أنَّ المعونة تنزل على العبد على حسب قيامه بالمأمور به، وأنَّ الموافق لأمر الله يُعان ما لا يُعان غيره؛ لقوله: {لقد لَقينا من سَفَرِنا هذا نَصَباً}، والإشارة إلى السفر المجاوز لمجمع البحرين، وأما الأول؛ فلم يَشْتكِ منه التعب مع طولِهِ؛ لأنَّه هو السفر على الحقيقة، وأما الأخير؛ فالظاهر أنه بعض يوم؛ لأنَّهم فقدوا الحوتَ حين أووا إلى الصخرة؛ فالظاهر أنَّهم باتوا عندها، ثم ساروا من الغد، حتى إذا جاء وقتُ الغداء؛ قال موسى لفتاه: آتنا غداءنا؛ فحينئذٍ تذكَّرَ أنَّه نَسِيَهُ في الموضع الذي إليه منتهى قصده.
ومنها: أنَّ ذلك العبد الذي لقياه ليس نبيًّا، بل عبداً صالحاً؛ لأنَّه وصفه بالعبوديَّة، وذكر منَّة الله عليه بالرحمة والعلم، ولم يَذْكُر رسالته ولا نبوَّته، ولو كان نبيًّا؛ لذكر ذلك كما ذكر غيره. وأما قوله في آخر القصة: {وما فعلتُهُ عن أمري}؛ فإنَّه لا يدلُّ على أنَّه نبيٌّ، وإنَّما يدلُّ على الإلهام والتحديث؛ كما يكون لغير الأنبياء؛ كما قال تعالى: {وأوْحَيْنا إلى أمِّ موسى أنْ أرْضِعيه}، {وأوْحى ربُّك إلى النَّحْل أنِ اتَّخِذي من الجبال بيوتاً}.
ومنها: أنَّ العلم الذي يعلِّمه الله لعبادِهِ نوعان: علمٌ مكتسبٌ يدرِكُه العبد بجدِّه واجتهاده، ونوعٌ: علمٌ لَدُنِّيٌّ يهبُه الله لمن يمنُّ عليه من عباده؛ لقوله: {وعلَّمْناه من لَدُنَّا علماً}.
ومنها: التأدب مع المعلِّم وخطاب المتعلِّم إيَّاه ألطف خطاب؛ لقول موسى عليه السلام: {هل أتَّبِعُك على أن تُعَلِّمني مما عُلِّمْتَ رُشْداً}: فأخرج الكلام بصورة الملاطفة والمشاورة، وأنَّك هل تأذنُ لي في ذلك أم لا؟ وإقرارُهُ بأنَّه يتعلَّم منه؛ بخلاف ما عليه أهل الجفاء أو الكِبْر، الذي لا يُظْهِر للمعلِّم افتقاره إلى علمه، بل يدَّعي أنَّه يتعاون هو وإيَّاه، بل ربَّما ظنَّ أنه يعلِّم معلِّمه وهو جاهلٌ جدًّا؛ فالذُّلُّ للمعلم وإظهارُ الحاجة إلى تعليمه من أنفع شيء للمتعلم.
ومنها: تواضع الفاضل للتعلُّم ممَّن دونه؛ فإنَّ موسى بلا شكٍّ أفضل من الخضر.
ومنها: تعلُّم العالم الفاضل للعلم الذي لم يتمهَّر فيه ممَّن مَهَرَ فيه، وإنْ كان دونَه في العلم بدرجاتٍ كثيرةٍ؛ فإنَّ موسى عليه السلام من أولي العزم من المرسلين، الذين منحهم الله وأعطاهم من العلم ما لم يعطِ سواهم، ولكن في هذا العلم الخاصِّ كان عند الخضر ما ليس عنده؛ فلهذا حرص على التعلُّم منه؛ فعلى هذا لا ينبغي للفقيه المحدِّث إذا كان قاصراً في علم النحو أو الصرف أو نحوه من العلوم أن لا يتعلَّمه ممَّن مَهَرَ فيه، وإنْ لم يكنْ محدِّثاً ولا فقيهاً.
ومنها: إضافة العلم وغيره من الفضائل لله تعالى، والإقرار بذلك، وشكر الله عليها؛ لقوله: {تُعَلِّمَني مما عُلِّمْتَ}؛ أي: مما علمك الله تعالى.
ومنها: أن العلم النافع هو العلم المرشد إلى الخير، فكلُّ علم يكون فيه رشد وهداية لطريق الخير وتحذيرٌ عن طريق الشرِّ أو وسيلة لذلك؛ فإنَّه من العلم النافع، وما سوى ذلك؛ فإمَّا أن يكون ضارًّا أو ليس فيه فائدةٌ؛ لقوله: {أن تُعَلِّمَني مما عُلِّمْتَ رُشْداً}.
ومنها: أن من ليس له قوَّة الصبر على صحبة العالم والعلم وحسن الثَّبات على ذلك؛ أنَّه [يفوته بحسب عدم صبره كثير من] العلم؛ فمن لا صبر له؛ لا يدرِكُ العلم، ومن استعمل الصبر ولازمه؛ أدرك به كل أمرٍ سعى فيه؛ لقول الخضر يتعذر من موسى بذكر المانع لموسى من الأخذ عنه: إنَّه لا يصبر معه.
ومنها: أن السبب الكبير لحصول الصبر إحاطةُ الإنسان علماً وخبرةً بذلك الأمر الذي أمِرَ بالصبر عليه، وإلاَّ؛ فالذي لا يدريه أو لا يدري غايته ولا نتيجته ولا فائدته وثمرته ليس عنده سببُ الصبر؛ لقوله: {وكيف تصبِرُ على ما لم تُحِطْ به خُبْراً}؛ فجعل الموجب لعدم صبرِهِ عدم إحاطته خُبراً بالأمر.
ومنها: الأمر بالتأنِّي والتثبُّت وعدم المبادرة إلى الحكم على الشيء حتى يعرفَ ما يُراد منه وما هو المقصود.
ومنها: تعليقُ الأمور المستقبلة التي من أفعال العباد بالمشيئة، وأن لا يقولَ الإنسان للشيء: إني فاعل ذلك في المستقبل إلاَّ أن يقول إن شاء الله.
ومنها: أن العزم على فعل الشيء ليس بمنزلة فعله؛ فإنَّ موسى قال: {سَتَجِدُني إن شاء الله صابراً}: فوطَّن نفسه على الصبر ولم يفعل.
ومنها: أنَّ المعلِّم إذا رأى المصلحة في إيزاعه للمتعلِّم أن يترك الابتداء في السؤال عن بعض الأشياء حتى يكون المعلِّم هو الذي يوقفه عليها؛ فإنَّ المصلحة تتَّبع؛ كما إذا كان فهمه قاصراً، أو نهاه عن الدقيق في سؤال الأشياء التي غيرها أهمُّ منها أو لا يدرِكُها ذهنُه، أو يسأل سؤالاً لا يتعلَّق في موضع البحث.
ومنها: جواز ركوب البحر في غير الحالة التي يخاف منها.
ومنها: أنَّ الناسي غير مؤاخذٍ بنسيانه؛ لا في حقِّ الله، ولا في حقوق العبادِ؛ لقوله: {لا تؤاخِذْني بما نسيتُ}.
ومنها: أنَّه ينبغي للإنسان أن يأخُذَ من أخلاق الناس ومعاملاتهم العفوَ منها وما سمحتْ به أنفسُهم، ولا ينبغي له أن يكلِّفَهم ما لا يطيقون أو يشقَّ عليهم ويرهِقَهم؛ فإنَّ هذا مدعاةٌ إلى النفور منه والسآمة، بل يأخذ المتيسِّر ليتيسر له الأمر.
ومنها: أنَّ الأمور تجري أحكامها على ظاهرها، وتُعَلَّقُ بها الأحكام الدنيويَّة في الأموال والدماء وغيرها؛ فإنَّ موسى عليه السلام أنكر على الخضِرِ خرقَه السفينة وقتلَ الغلام، وأنَّ هذه الأمور ظاهرها أنَّها من المنكر، وموسى عليه السلام لا يَسَعُهُ السكوتُ عنها في غير هذه الحال التي صَحِبَ عليها الخضر، فاستعجل عليه السلام، وبادَرَ إلى الحكم في حالتها العامَّة، ولم يلتفتْ إلى هذا العارض الذي يوجب عليه الصبر وعدم المبادرةِ إلى الإنكار.
ومنها: القاعدة الكبيرة الجليلة، وهو أنَّه يُدْفَعُ الشرُّ الكبير بارتكاب الشرِّ الصغير، ويُراعى أكبر المصلحتين بتفويت أدناهما؛ فإنَّ قتل الغلام شرٌّ، ولكنَّ بقاءه حتى يفتن أبويه عن دينهما أعظمُ شرًّا منه، وبقاء الغلام من دون قتل وعصمته وإن كان يظنُّ أنه خيرٌ؛ فالخير ببقاء دين أبويه وإيمانهما خيرٌ من ذلك؛ فلذلك قَتَلَهُ الخضر. وتحت هذه القاعدة من الفروع والفوائد ما لا يدخُلُ تحت الحصر، فتزاحُمُ المصالح والمفاسدِ كلِّها داخلٌ في هذا.
ومنها: القاعدة الكبيرة أيضاً، وهي أنَّ عمل الإنسان في مال غيره إذا كان على وجه المصلحة وإزالةِ المفسدةِ أنَّه يجوزُ، ولو بلا إذنٍ، حتى ولو ترتَّب على عمله إتلافُ بعض مال الغير؛ كما خَرَقَ الخضر السفينةَ لتعيبَ فتسلمَ من غَصْب الملك الظالم؛ فعلى هذا: لو وقع حرقٌ أو غرق أو نحوهما في دار إنسانٍ أو ماله، وكان إتلافُ بعض المال أو هدمُ بعض الدار فيه سلامةٌ للباقي؛ جاز للإنسان، بل شُرِعَ له ذلك؛ حفظاً لمال الغير. وكذلك لو أراد ظالمٌ أخذَ مال الغير، ودفع إليه إنسانٌ بعض المال افتداءً للباقي؛ جاز، ولو من غير إذن.
ومنها: أن العمل يجوز في البحر كما يجوز في البرِّ؛ لقوله: {يعملون في البحر}، ولم ينكر عليهم عملهم.
ومنها: أنَّ المسكين قد يكون له مالٌ لا يبلُغ كفايته ولا يخرجُ بذلك عن اسم المسكنة؛ لأنَّ الله أخبر أنَّ هؤلاء المساكين لهم سفينة.
ومنها: أنَّ القتل من أكبر الذنوب؛ لقوله في قتل الغلام: {لقد جئتَ شيئا نُكْراً}.
ومنها: أنَّ القتل قصاصاً غير مُنْكَرٍ؛ لقوله: {بغيرِ نفسٍ}.
ومنها: أنَّ العبد الصالح يحفظُهُ الله في نفسه وفي ذُرِّيَّتِهِ.
ومنها: أن خدمة الصالحين أو مَنْ يتعلَّق بهم أفضل من غيرها؛ لأنَّه علَّل استخراج كنزهما وإقامة جدارهما بأنَّ أباهما صالح.
ومنها: استعمال الأدب مع الله تعالى في الألفاظ؛ فإنَّ الخضر أضاف عَيْبَ السفينة إلى نفسه؛ بقوله: {فأردتُ أن أعيبها}، وأما الخيرُ؛ فأضافه إلى الله تعالى؛ لقوله: {فأراد ربُّك أن يَبْلُغا أشدَّهما ويستخرِجا كَنزَهما رحمةً من ربِّك}؛ كما قال إبراهيم عليه السلام: {وإذا مرضْتُ فهو يشفينِ}، وقالت الجنُّ: {وأنَّا لا ندري أشرٌّ أريدَ بِمَن في الأرض أم أرادَ بهم ربُّهم رَشَداً}؛ مع أنَّ الكلَّ بقضاء الله وقدره.
ومنها: أنَّه ينبغي للصاحب أن لا يفارِقَ صاحبه في حالةٍ من الأحوال ويترك صحبتَهُ حتى يُعْتِبَه ويُعْذِرَ منه؛ كما فعل الخضر مع موسى.
ومنها: أن موافقة الصاحب لصاحبه في غير الأمور المحذورة مدعاةٌ وسببٌ لبقاء الصحبة وتأكُّدها؛ كما أنَّ عدم الموافقة سببٌ لقطع المرافقة.
[ومنها: أن هذه القضايا التي أجراها الخضر هي قدر محض، أجراها اللَّه وجعلها على يد هذا العبد الصالح ليستدل العباد بذلك على ألطافه في أقضيته، وأنه يقدر على العبد أموراً يكرهها جداً وهي صلاح دينه، كما في قضية الغلام، أو وهي صلاح دنياه كما في قضية السفينة، فأراهم نموذجاً من لطفه وكرمه ليعرفوه، ويرضوا غاية الرضا بأقداره الكريهة].
(82) ﴾ وَأَمَّا ٱلۡجِدَارُ
﴿ "Adapun dinding rumah itu," yang aku bangun ﴾ فَكَانَ لِغُلَٰمَيۡنِ يَتِيمَيۡنِ فِي ٱلۡمَدِينَةِ وَكَانَ تَحۡتَهُۥ كَنزٞ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحٗا
﴿ "maka ia adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih," maksudnya, kondisi mereka berdua menuntut adanya rasa iba dan rahmat kepada mereka, sebab keduanya masih kecil. Kedua orang tua mereka sudah tiada. Maka Allah memelihara mereka ber-dua juga lantaran keshalihan kedua orang tua mereka. ﴾ فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبۡلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسۡتَخۡرِجَا كَنزَهُمَا
﴿ "Maka Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu," karena itu, aku hancurkan dindingnya dan aku gali harta simpanan yang berada di bawah dan selanjutnya aku letakkan dan aku (bangun) kembali dengan cuma-cuma. ﴾ رَحۡمَةٗ مِّن رَّبِّكَۚ
﴿ "Sebagai rahmat dari Rabb-mu," maksudnya tindakan yang aku lakukan adalah sebagai bentuk sayang dari Allah yang Allah berikan melalui hambaNya, Khidhir. ﴾ وَمَا فَعَلۡتُهُۥ عَنۡ أَمۡرِيۚ
﴿ "Dan bukanlah aku melakukan itu menurut kemauanku sendiri," maksudnya, aku tidak mengerjakan sesuatu menurut kehendak pribadiku dan murni keinginanku. Sesungguhnya itu hanyalah rahmat dari Allah dan perintahNya. ﴾ ذَٰلِكَ
﴿ "Demikian itu," keterangan yang aku jelaskan kepadamu ﴾ تَأۡوِيلُ مَا لَمۡ تَسۡطِع عَّلَيۡهِ صَبۡرٗا 82
﴿ "adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar ter-hadapnya."
Dalam kisah yang menakjubkan lagi agung ini, termuat pela-jaran-pelajaran penting, hukum-hukum dan kaidah-kaidah yang banyak sekali. Kami ingin menyinggung sebagiannya dengan per-tolongan Allah:
- Keutamaan ilmu dan pengembaraan untuk mencarinya. Se-sungguhnya ilmu adalah perkara terpenting. Musa عليه السلام telah menem-puh jarak yang jauh dan mengalami keletihan dalam mencarinya, menghentikan berbaur dengan Bani Israil untuk mengajari dan mem-bimbing mereka, dan (lebih) memilih untuk menempuh perjalan-an jauh guna menambah ilmu.
- Disyariatkannya memulai dengan perkara yang terpenting lalu (dilanjutkan kepada) perkara yang lebih penting (daripada se-sudahnya). Sesungguhnya menambah ilmu dan meningkatkan pengetahuan masyarakat lebih penting daripada meninggalkan mencari ilmu dan menyibukkan diri dengan mengajar tanpa mem-bekali diri dengan ilmu. Dan bila ada kemampuan untuk memadu-kan antara keduanya, itu lebih diutamakan.
- Diperbolehkannya mengangkat seorang pelayan saat berada di lingkungan sendiri maupun dalam bepergian untuk tujuan meng-urusi barang bawaan dan mencari kenyamanan, seperti yang dila-kukan oleh Musa.
- Sesungguhnya seorang musafir (yang menempuh perjalan-an jauh) untuk mencari ilmu, berjihad atau tujuan lainnya, jika ke-maslahatan menuntut untuk memberitahukan tujuan dan apa yang ia inginkan, maka sesungguhnya sikap tersebut lebih baik daripada menyembunyikannya. Karena di dalam penyampaiannya terdapat beberapa manfaat, seperti melakukan persiapan perbekalan dan menjalankan suatu perkara dengan dasar ilmu serta memperlihat-kan kerinduan terhadap ibadah yang agung ini. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Musa, ﴾ لَآ أَبۡرَحُ حَتَّىٰٓ أَبۡلُغَ مَجۡمَعَ ٱلۡبَحۡرَيۡنِ أَوۡ أَمۡضِيَ حُقُبٗا 60
﴿ "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun." (Al-Kahfi: 60).
Sebagaimana Nabi Muhammad telah mengabarkan kepada para sahabat ketika akan menyerang wilayah Tabuk, padahal ke-biasaan beliau adalah bertauriyah (menzahirkan di luar yang dimak-sud). Hal ini tergantung dengan kemaslahatan.
- Penisbatan kejelekan dan faktor-faktor pencetusnya kepada setan dengan cara bujukan dan penghiasan maksiat dalam bentuk yang indah, meskipun semua perkara muncul karena keputusan dan takdir Allah, berdasarkan Firman Allah, ﴾ وَمَآ أَنسَىٰنِيهُ إِلَّا ٱلشَّيۡطَٰنُ أَنۡ أَذۡكُرَهُۥۚ
﴿ "Dan tidak ada yang melupakanku untuk menceritakannya kecuali setan." (Al-Kahfi: 63).
- Bolehnya seorang manusia untuk memberitahukan sesuatu yang menjadi tuntutan tabiat diri, berupa rasa capek, lapar, dan haus dengan syarat tidak dipenuhi kemarahan, dan merupakan kondisi yang benar (apa adanya) berdasarkan perkataan Musa, ﴾ لَقَدۡ لَقِينَا مِن سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبٗا 62
﴿ "Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." (Al-Kahfi: 62).
- Dianjurkan memilih pelayan yang cerdik, cerdas, lagi pandai agar urusannya terlaksana seperti yang dia inginkan.
- Dianjurkan agar seseorang memberi makanan kepada pelayan dari jenis makanan yang dia makan dan memakannya bersama-sama. Karena yang zahir dari Firman Allah, ﴾ ءَاتِنَا غَدَآءَنَا
﴿ "Bawalah kemari makanan kita." (Al-Kahfi: 62), terdapat penisbatan makanan kepada mereka berdua, tuan dan pelayannya makan bersamaan.
- Sesungguhnya pertolongan turun kepada seseorang berdasar-kan tingkat aplikasinya terhadap perintah Allah, dan orang yang sejalan dengan perintah Allah akan memperoleh pertolongan, yang tidak didapatkan oleh orang lain, berdasarkan perkataan Musa, ﴾ لَقَدۡ لَقِينَا مِن سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبٗا 62
﴿ "Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." (Al-Kahfi: 62).
Terdapat isyarat kepada perjalanan yang melampaui tempat pertemuan dua lautan. Adapun yang pertama, Musa tidak menge-luhkan kelelahan meskipun ditempuh dalam waktu lama. Karena itulah safar yang sebenarnya. Sedangkan perjalanan yang terakhir, nampaknya ditempuh dalam setengah hari. Sebab, mereka telah kehilangan ikan ketika bermalam di batu. Padahal secara eksplisit, mereka bermalam di sana. Lantas, berjalan kembali keesokan hari-nya. Sampai akhirnya datang waktu makan siang, Musa berkata kepada pelayannya, ﴾ ءَاتِنَا غَدَآءَنَا
﴿ "Bawalah kemari makanan kita," (Al-Kahfi: 62). Saat itulah dia teringat bahwa dia melupakannya di tem-pat yang merupakan tujuan akhirnya.
- Hamba yang mereka jumpai bukanlah seorang nabi, akan tetapi seorang insan yang shalih. Sebab, Allah menyebut predikat-nya dengan ubudiyah (pengabdian diri), dan mengungkapkan ka-runiaNya atas dirinya berupa rahmat dan ilmu. Allah tidak menying-gung risalah atau kenabiannya. Seandainya Khidhir adalah nabi, tentulah Allah menyebutkannya sebagaimana Dia menyebut pre-dikat lainnya. Adapun perkataannya di akhir kisah, ﴾ وَمَا فَعَلۡتُهُۥ عَنۡ أَمۡرِيۚ
﴿ "Dan bukanlah aku melakukan itu menurut kemauanku sendiri." (Al-Kahfi: 82), maka perkataan ini tidak menunjukkan dirinya seorang nabi. Hanya mengindikasikan keberadaan ilham dan tahdits (bisikan) (pada dirinya), sebagaimana bisa terjadi pada selain nabi. Seperti Firman Allah تعالى,
﴾ وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنۡ أَرۡضِعِيهِۖ
﴿
"Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, 'Susuilah dia'." (Al-Qa-shash: 7).
﴾ وَأَوۡحَىٰ رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحۡلِ أَنِ ٱتَّخِذِي مِنَ ٱلۡجِبَالِ بُيُوتٗا
﴿
"Dan Rabbmu mengilhamkan kepada lebah, 'Buatlah sarang-sarang di gunung-gunung'." (An-Nahl: 68).
- Sesungguhnya ilmu yang diajarkan Allah kepada para ham-baNya terbagi menjadi dua bagian: Ilmu muktasab (ilmu yang diusa-hakan), dihasilkan seorang hamba melalui kesungguhan dan kete-kunannya. Dan jenis ilmu ladunni. Allah menganugerahkannya ke-pada hambaNya yang dikehendakiNya, berdasarkan Firman Allah, ﴾ وَعَلَّمۡنَٰهُ مِن لَّدُنَّا عِلۡمٗا 65
﴿ "Dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (Al-Kahfi: 65).
- Keharusan beretika saat bersama dengan seorang pengajar dan cara berbicara dari seorang pelajar kepadanya dengan ungkapan yang paling lembut, berdasarkan perkataan Musa عليه السلام, ﴾ هَلۡ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمۡتَ رُشۡدٗا 66
﴿ "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu meng-ajarkan kepadaku ilmu yang benar dari ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu." (Al-Kahfi: 66).
Musa mengungkapkan perkataan dengan nada lembut dan musyawarah, "Apakah engkau memberi izin kepadaku ataukah tidak?" Disertai pengakuan untuk mau belajar darinya. Berbeda halnya dengan orang-orang yang berperilaku keras atau sombong, yang tidak memperlihatkan kebutuhannya kepada ilmu sang guru. Justru mengklaim dirinya saling membantu dengan pengajarnya. Bahkan boleh jadi dia berasumsi bahwa dia telah mengajari guru-nya, padahal dia tidak tahu sama sekali. Jadi, menghinakan diri di hadapan seorang guru dan memperlihatkan kebutuhannya kepada pengajarannya termasuk perkara yang paling bermanfaat bagi pen-cari ilmu.
- Tawadhu' orang yang utama untuk belajar kepada orang yang berada di bawah levelnya. Sesungguhnya Musa tanpa disang-sikan, lebih mulia daripada Khidhir.
- Orang yang sudah berilmu lagi berkedudukan tinggi mem-pelajari ilmu yang belum dia kuasai dari orang yang mahir pada bidang itu, meskipun kedudukannya dalam ilmu tertentu jauh di bawahnya beberapa derajat. Sesungguhnya Musa عليه السلام termasuk ulul 'azmi dari kalangan rasul yang mana Allah menganugerahkan dan mengaruniai kepada mereka ilmu yang tidak dikaruniakan kepada selain mereka. Namun, pada bidang ilmu yang khusus ini, Khidhir mempunyai ilmu yang tidak dimiliki oleh Musa. Karena itu, Musa sangat antusias untuk belajar darinya. Atas dasar ini, tidak sepatutnya seorang fakih lagi muhaddits jika kurang cakap dalam ilmu nahwu atau sharaf maupun ilmu lainnya, tidak mem-pelajarinya dari orang yang mahir dalam bidang itu, meskipun bukan seorang faqih atau muhaddits.
- Penisbatan ilmu dan keutamaan-keutamaan lainnya adalah kepada Allah تعالى dan mengakuinya serta bersyukur kepada Allah atas itu, berdasarkan perkataan Musa, ﴾ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمۡتَ
﴿ "Supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu dari ilmu yang telah diajarkan kepadamu (oleh Allah)." (Al-Kahfi: 66), maksudnya dari ilmu yang Allah تعالى ajarkan kepadamu.
- Sesungguhnya ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mem-bimbing kepada kebaikan. Setiap ilmu yang mengandung petunjuk dan hidayah kepada jalan kebaikan dan peringatan dari jalan kejelek-an maupun perantaranya, maka itu termasuk ilmu yang bermanfaat. Sedangkan selain itu, maka ia merupakan ilmu yang berbahaya, atau tidak berisi faidah. Berdasarkan perkataan Musa, ﴾ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمۡتَ رُشۡدٗا 66
﴿ "Supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar dari ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu." (Al-Kahfi: 66).
- Sesungguhnya orang yang tidak memiliki kekuatan untuk bersabar dalam menyertai seorang alim dan tidak memiliki ilmu serta keteguhan yang baik dalam menjalaninya, maka sungguh dia [akan kehilangan ilmu yang banyak sebesar tingkat ketidaksabaran-nya].[26] Barangsiapa yang tidak bersabar sedikit pun, niscaya dia tidak dapat menggapai ilmu. Dan siapa saja yang menempuh ke-sabaran dan selalu berkonsisten padanya, tentu ia akan menggapai setiap urusan yang dia usahakan, berdasarkan perkataan Khidhir yang memberi tahu alasan kepada Musa tentang faktor penghambat bagi Musa untuk dapat belajar darinya, yaitu dia tidak bisa bersabar dengannya.
- Sesungguhnya penyebab terpenting untuk meraih kesabaran, adalah seseorang menguasai suatu perkara dari sisi ilmu dan penge-tahuan yang mana dia diperintah untuk bersabar di dalamnya. Ka-lau tidak demikian, maka orang yang tidak mengerti atau tidak mengetahui tujuan, hasil, dan kegunaannya, serta buahnya, maka dia tidak memiliki sebab kausalitas kesabaran, berdasarkan perkata-an Khidhir, ﴾ وَكَيۡفَ تَصۡبِرُ عَلَىٰ مَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ خُبۡرٗا 68
﴿ "Dan bagaimana kamu dapat bersabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu." (Al-Kahfi: 68).
Yang mengembalikan faktor ketidaksabarannya adalah tidak adanya penguasaan tentang persoalan tersebut pada Musa.
- Perintah untuk berhati-hati, melakukan klarifikasi dan tidak bersegera menjatuhkan keputusan tentang sesuatu sampai menge-tahui arah yang diinginkan dan tujuannya.
- Pengaitan urusan-urusan di masa yang akan datang yang di-lakukan oleh para hamba dengan masyi`ah (kehendak) Allah, dan jangan sampai seseorang berkata tentang sesuatu, "Sesungguhnya aku akan melakukannya nanti" kecuali disusuli dengan kata insya Allah.
- Tekad untuk mengerjakan sesuatu tidaklah sama dengan per-buatan riilnya. Sesungguhnya Musa berkata, ﴾ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ صَابِرٗا
﴿ "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar." (Al-Kahfi: 69). Ia mempersiapkan dirinya untuk bersabar, namun tidak merealisasikannya.
- Seorang guru, jika melihat adanya kemaslahatan dalam me-nahan seorang murid untuk tidak memulai bertanya tentang seba-gian perkara sampai guru itu sendiri yang mengajaknya bicara ten-tang itu, maka sesungguhnya sisi kemaslahatan itu perlu ditelusuri, misalnya, bila pemahaman seorang murid dangkal, atau melarang-nya dari pertanyaan-pertanyaan yang pelik, yang persoalan lain masih lebih penting daripadanya atau karena tidak tercerna oleh daya tangkapnya, atau melontarkan pertanyaan yang tidak berhu-bungan dengan tema pembahasan.
- Diperbolehkannya berlayar di laut dalam kondisi yang tidak mengkhawatirkan (keselamatan).
- Orang yang lupa tidak dihukum karena kelupaannya itu. Tidak bisa dihukum dalam hak Allah dan hak para hamba berdasar-kan FirmanNya, ﴾ لَا تُؤَاخِذۡنِي بِمَا نَسِيتُ
﴿ "Janganlah engkau menghukumku disebabkan kelupaanku." (Al-Kahfi: 73).
- Sepatutnya, seseorang menyikapi perilaku-perilaku orang dan cara bermuamalah mereka dengan sikap maaf dan sikap yang bisa mereka terima. Tidak pantas membebani mereka hal-hal yang tidak sanggup mereka kerjakan atau memberatkan atau menggencet mereka. Sesungguhnya sikap-sikap ini akan mengundang antipati dan kebosanan terhadapnya. Bahkan, hendaknya dia mengambil jalan yang mudah supaya urusannya pun menjadi mudah.
- Hukum segala urusan berjalan sesuai dengan zahirnya, dan (begitu pula) hukum-hukum agama dalam masalah harta, darah, dan lainnya terkait dengannya. Sesungguhnya Musa عليه السلام menging-kari Khidhir atas tindakannya melubangi kapal dan membunuh anak kecil. Dua tindakan ini secara zahir, merupakan kemungkaran. Dan Musa عليه السلام tidak boleh mendiamkannya selain dalam kondisi menyertai Khidhir. Maka, Musa عليه السلام tergesa-gesa dan bersegera untuk menilainya dalam konteks umum, tidak memperhatikan aspek kondisionalnya (bersama Khidhir) yang mengharuskannya bersabar dan tidak tergesa-gesa mengingkarinya.
- Adanya kaidah penting yang agung, yaitu menolak keburuk-an yang besar dengan melakukan keburukan yang lebih ringan dan mempertimbangkan kemaslahatan yang lebih besar dengan menying-kirkan kemaslahatan yang paling kecil. Sesungguhnya membunuh anak kecil merupakan tindakan jelek. Akan tetapi, keberadaan anak itu (tetap hidup) yang dapat memfitnah agama kedua orang tuanya merupakan keburukan yang lebih besar. Sementara keber-adaan si anak kecil tanpa dibunuh dan tetap memeliharanya, meski-pun dianggap sebagai kebaikan, namun kebaikan (yang lebih besar) adalah dengan menjaga agama dan keimanan dua orang tuanya yang terpelihara, itu lebih baik. Oleh karena itu, Khidhir membunuh-nya.
Masuk ke dalam bingkai kaidah ini, bermacam-macam per-soalan furu' dan pelajaran-pelajaran penting yang tidak terbilang. Persoalan bersinggungannya kemaslahatan dan mafsadah, semua masuk ke dalam kaidah ini.
- Adanya kaidah penting yang agung juga. Yaitu, penanganan seseorang terhadap harta orang lain, bila dalam rangka menciptakan kemaslahatan dan menghilangkan mafsadah (kerusakan) maka di-perbolehkan, meskipun tanpa izin, hingga walaupun perbuatan-nya itu mengakibatkan sebagian harta orang lain lenyap. Seperti Khidhir yang melubangi kapal agar menjadi cacat sehingga selamat dari perampasan raja yang zhalim. Atas dasar ini, jika terjadi keba-karan atau tenggelam dan peristiwa serupa lainnya di rumah sese-orang atau kekayaannya, yang mana pemusnahan sebagian kekaya-an atau perobohan sebagian rumah dapat menyebabkan keselamat-an bagian yang tersisa, maka hal itu diperbolehkan bagi seseorang (untuk melakukannya). Bahkan disyariatkan baginya untuk menger-jakannya demi menjaga kekayaan orang lain. Begitu pula, sekiranya ada seorang zhalim ingin mengambil harta orang lain lalu sese-orang menyerahkan sebagian uang (yang akan diambil) sebagai tebusan untuk menyelamatkan yang tersisa, maka itu diperboleh-kan, meskipun tanpa izin pemiliknya.
- Boleh bekerja di laut sebagaimana diperbolehkan bekerja di daratan, berdasarkan Firman Allah, ﴾ يَعۡمَلُونَ فِي ٱلۡبَحۡرِ
﴿ "yang bekerja di laut." (Al-Kahfi: 79), dan Allah tidak mengingkari pekerjaan mereka.
-Bahwa orang miskin terkadang mempunyai harta yang tidak mencapai (batas) kecukupannya, namun hal itu tidak mengeluarkan-nya dari predikat miskin, karena Allah mengabarkan bahwa mereka adalah miskin yang memiliki perahu.
- Pembunuhan termasuk perbuatan dosa yang paling besar, berdasarkan perkataan Musa tentang pembunuhan si anak kecil, ﴾ لَّقَدۡ جِئۡتَ شَيۡـٔٗا نُّكۡرٗا 74
﴿ "Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar." (Al-Kahfi: 74).
- Pembunuhan untuk tujuan qishash tidaklah diingkari, berdasar-kan FirmanNya, ﴾ بِغَيۡرِ نَفۡسٖ
﴿ "bukan karena dia membunuh." (Al-Kahfi: 74).
- Seorang hamba yang shalih, akan dipelihara Allah, jiwa dan keturunannya.
- Membantu orang yang shalih atau orang yang berkaitan dengan mereka adalah lebih utama daripada membantu selainnya, karena Khidiri menyebutkan alasan dirinya mengeluarkan harta simpanan dan mendirikan temboknya adalah karena bapak kedua-nya adalah shalih.
- Penggunaan etika kesopanan terhadap Allah تعالى dalam (pe-makaian) ungkapan-ungkapan. Sesungguhnya Khidhir mengait-kan perusakan kapal kepada dirinya dengan berkata, ﴾ فَأَرَدتُّ أَنۡ أَعِيبَهَا
﴿ "Dan aku bertujuan merusak bahtera itu." (Al-Kahfi: 79). Sedangkan tentang kebaikan, maka dia menghubungkannya kepada Allah تعالى,
﴾ فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبۡلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسۡتَخۡرِجَا كَنزَهُمَا رَحۡمَةٗ مِّن رَّبِّكَۚ
﴿
"Maka Rabbmu menghendaki agar mereka berdua sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya, sebagai rahmat dari Rabbmu." (Al-Kahfi: 82),
Sebagaimana yang disampaikan Ibrahim,
﴾ وَإِذَا مَرِضۡتُ فَهُوَ يَشۡفِينِ 80
﴿
"Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku." (Asy- Syu'ara`: 80), dan perkataan jin,
﴾ وَأَنَّا لَا نَدۡرِيٓ أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَن فِي ٱلۡأَرۡضِ أَمۡ أَرَادَ بِهِمۡ رَبُّهُمۡ رَشَدٗا 10 ﴿
"Dan bahwa kami tidak mengetahui
(dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Rabb mereka menghendaki kebaikan bagi mereka."
(Al-Jin: 10), meskipun semua kejadian berasal dari ketentuan dan takdir Allah.
- Sesungguhnya seorang kawan tidak pantas meninggalkan sahabatnya dalam kondisi apa pun, dan memutus persahabatan-nya hingga dia menegurnya
(terlebih dahulu) dan mengajukan ala-san, seperti yang dilakukan oleh Khidhir terhadap Musa.
- Persetujuan seorang teman terhadap sahabatnya dalam per-kara yang tidak terlarang merupakan pemicu dan faktor kelang-gengan persahabatan dan kerekatannya, sebagaimana ketidakse-pahaman menjadi sebab terputusnya hubungan persahabatan.
- [Persoalan-persoalan ini yang dijalankan oleh Khidhir me-rupakan keputusan takdir murni, yang mana Allah menjalankan dan meletakkannya pada tangan seorang hamba shalih, agar para hamba mempunyai bukti nyata tentang kelembutan-kelembutan-Nya dalam segala keputusanNya. Dia mentakdirkan perkara-per-kara atas seorang hamba yang benar-benar dia benci, padahal me-rupakan kebaikan bagi agamanya, seperti dalam kejadian si anak kecil
(yang dibunuh). Atau kebaikan bagi dunianya, seperti pada peristiwa kapal
(yang dilubangi). Allah memperlihatkan sebuah contoh dari kelembutan dan kemuliaanNya supaya mereka menge-nalNya dan ridha dengan takdir-takdir yang tidak mengenakkan dengan tulus].
{وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَيْنِ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْرًا (83) إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْضِ وَآتَيْنَاهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا (84) فَأَتْبَعَ سَبَبًا (85) حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا قُلْنَا يَاذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَنْ تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا (86) قَالَ أَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَى رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُكْرًا (87) وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَى وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا (88)}.
"Mereka akan bertanya kepadamu
(Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah, 'Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.' Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada-nya di
(muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan
(untuk mencapai) segala sesuatu, maka dia pun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenamnya matahari, maka dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata, 'Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.' Dzulqarnain berkata, 'Adapun orang yang berbuat aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Dia mengazab-nya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan Kami titahkan kepadanya
(perintah) yang mudah dari perintah-perintah Kami'."
(Al-Kahfi: 83-88).
#
{83} كان أهل الكتاب أو المشركون سألوا رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - عن قصَّة ذي القرنين، فأمره الله أن يقول: {سأتلو عليكم منه ذِكْراً}: فيه نبأٌ مفيدٌ وخطابٌ عجيبٌ؛ أي: سأتلو عليكم من أحواله ما يُتَذَكَّر فيه ويكون عبرةً، وأما ما سوى ذلك من أحواله؛ فلم يَتْلُه عليهم.
(83) Orang-orang ahli Kitab atau kaum musyrikin bertanya kepada Rasulullah tentang kisah Dzulqarnain. Maka Allah meme-rintahkan beliau untuk berkata, ﴾ سَأَتۡلُواْ عَلَيۡكُم مِّنۡهُ ذِكۡرًا 83 ﴿ "Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya." Di dalam kisah ini, terdapat berita yang bermanfaat dan arah pembicaraan yang menakjubkan. Maksudnya, aku akan menceritakan kepada kalian tentang sifat-sifatnya yang bisa menjadi bahan perenungan dan pelajaran. Ada-pun keadaan-keadaan selain itu, maka beliau tidak membacakan
(ceritanya) kepada mereka.
#
{84 ـ 85} {إنَّا مَكَّنَّا له في الأرض}؛ أي: مَلَّكَهُ الله تعالى ومكَّنه من النفوذ في أقطار الأرض وانقيادهم له. {وآتَيْناه من كلِّ شيءٍ سبباً. فأتبع سبباً}؛ أي: أعطاه الله من الأسباب الموصلة له لما وَصَلَ إليه ما به يستعين على قهر البلدان وسهولة الوصول إلى أقاصي العمران، وعَمِلَ بتلك الأسباب التي أعطاه الله إياها؛ أي: استعملها على وجهها؛ فليس كلُّ من عنده شيءٌ من الأسباب يسلُكُه، ولا كلُّ أحدٍ يكون قادراً على السبب؛ فإذا اجتمع القدرةُ على السبب الحقيقيِّ والعملُ به؛ حصل المقصودُ، وإن عُدِما أو أحدُهما؛ لم يحصُل، وهذه الأسبابُ التي أعطاه الله إيَّاها لم يُخْبِرْنا الله ولا رسولُهُ بها، ولم تتناقَلْها الأخبارُ على وجهٍ يفيدُ العلم؛ فلهذا لا يَسَعُنا غير السكوت عنها وعدم الالتفات لما يَذْكُرُهُ النقلة للإسرائيلياتِ ونحوها، ولكنَّنا نعلم بالجملة أنَّها أسبابٌ قويَّة كثيرةٌ داخليةٌ وخارجيةٌ، بها صار له جندٌ عظيمٌ ذو عَددٍ وعُددٍ ونظام، وبه تمكَّن من قهر الأعداء ومن تسهيل الوصول إلى مشارق الأرض ومغاربها وأنحائها.
(84-85) ﴾ إِنَّا مَكَّنَّا لَهُۥ فِي ٱلۡأَرۡضِ
﴿ "Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi," maksudnya, Allah menjadikan-nya raja dan memudahkannya untuk menerobos penjuru-penjuru bumi dan memudahkan tunduknya mereka kepadanya. ﴾ وَءَاتَيۡنَٰهُ مِن كُلِّ شَيۡءٖ سَبَبٗا 84 ﴿ "Dan Kami telah memberikan kepadanya jalan
(untuk mencapai) segala sesuatu," maksudnya Allah memberinya sebab kausalitas yang dapat mengantarkan dirinya kepada apa yang telah dia capai, untuk dipergunakan melumpuhkan negeri-negeri dan memudahkannya masuk ke wilayah-wilayah yang jauh, dan dia telah beramal dengan sebab-sebab yang Allah berikan kepadanya. Maknanya, dia mem-pergunakan fasilitas-fasilitas tersebut sebagaimana mestinya. Tidak setiap orang yang mempunyai sebab kausalitas mampu menjalan-kannya, dan tidak setiap orang sanggup memperoleh sebab kau-salitas. Bila sudah terpadukan antara kesanggupan memperoleh sebab kausalitas yang hakiki dan menjalankannya, niscaya terwu-judlah tujuan. Bila keduanya tidak ada atau salah satunya
(tidak terpenuhi), maka tujuannya tidak terealisasikan. Sebab kausalitas yang Allah berikan kepadanya, tidak diberitahukan oleh Allah dan RasulNya kepada kita, dan riwayat-riwayat pun tidak banyak menyinggungnya dalam bentuk yang mengarah kepada keyakinan.
Oleh karena itu, tidak ada kelonggaran yang bisa kita lakukan selain diam saja tentang persoalan tersebut, tidak menoleh kepada riwayat-riwayat israiliyyat yang dikutip oleh para pembawa riwayat dan kisah semacamnya. Tetapi, kita sudah mengetahui secara global bahwa ia adalah sebab kausalitas yang kuat, variatif, bersifat inter-nal atau eksternal. Dengan itu, ia mempunyai pasukan besar yang berjumlah banyak dan bersenjatakan memadai serta penuh keter-aturan. Dengan itu pula, dia mampu menumbangkan musuh-musuh, memudahkan perjalanan menuju belahan bumi bagian timur dan barat serta penjuru-penjuru dunia.
#
{86} فأعطاه الله ما بلغ به {مغربَ الشمس}، حتى رأى الشمس في مرأى العين كأنها {تَغْرُبُ في عينٍ حمئةٍ}؛ أي: سوداء، وهذا المعتاد لمن كان بينه وبين أفُقِ الشمس الغربيِّ ماءٌ؛ رآها تغرُبُ في نفس الماء، وإنْ كانت في غاية الارتفاع. {ووجَدَ عندها}؛ أي: عند مغربها {قوماً قُلْنا يا ذا القرنينِ إمَّا أن تُعَذِّبَ وإمَّا أن تَتَّخِذَ فيهم حُسْناً}؛ أي: إما أن تعذبهم بقتل أو ضرب أو أسرٍ ونحوه، وإما أن تُحْسِنَ إليهم؛ فخُيِّرَ بين الأمرين؛ لأنَّ الظاهر أنهم [إما] كفارٌ أو فساقٌ أو فيهم شيءٌ من ذلك؛ لأنَّهم لو كانوا مؤمنين غير فساق؛ لم يرخَّصْ له في تعذيبهم.
(86) Maka Allah memberikan kepadanya sesuatu untuk sampai ke ﴾ مَغۡرِبَ ٱلشَّمۡسِ
﴿ "tempat terbenamnya matahari," hingga melihat matahari dalam jangkauan pandang mata, seolah-olah ia ﴾ تَغۡرُبُ فِي عَيۡنٍ حَمِئَةٖ
﴿ "terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam," maksudnya yang berwarna hitam. Ini sudah menjadi pemandangan biasa bagi orang yang antara tempatnya dan garis ufuk matahari bagian barat ter-pisahkan oleh air. Menyaksikannya terbenam di atas air, meskipun matahari itu sebenarnya sangat tinggi ﴾ وَوَجَدَ عِندَهَا
﴿ "dan dia mendapati di situ," yaitu di tempat terbenamnya matahari ﴾ قَوۡمٗاۖ قُلۡنَا يَٰذَا ٱلۡقَرۡنَيۡنِ إِمَّآ أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّآ أَن تَتَّخِذَ فِيهِمۡ حُسۡنٗا 86 ﴿ "segolongan umat. Kami berkata, 'Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka'," maksudnya,
(kamu boleh berbuat apa saja) baik dengan cara menyik-sa mereka dengan pembunuhan, pukulan, penahanan, atau cara lainnya, dan boleh juga dengan cara berbuat baik kepada mereka. Jadi, ia dihadapkan pada dua pilihan. Karena, tampaknya mereka itu orang-orang kafir, orang-orang fasik atau terdapat gejala se-macam itu pada mereka. Sebab, bila mereka itu kaum Mukminin yang tidak berbuat kefasikan, niscaya tidak diperbolehkan baginya untuk menyiksa mereka.
#
{87} فكان عند ذي القرنين من السياسة الشرعيَّة ما استحقَّ به المدح والثناء؛ لتوفيق الله له لذلك، فقال: سأجعلهم قسمين: {أمَّا مَنْ ظَلَمَ}: بالكفر، {فسوف نعذِّبُه ثم يردُّ إلى ربِّه فيعذِّبه عذاباً نُكْراً}؛ أي: تحصُلُ له العقوبتان؛ عقوبة الدنيا، وعقوبة الآخرة.
(87) Dzulqarnain mempunyai strategi syar'i yang menjadi-kannya pantas menerima sanjungan dan pujian, karena curahan taufik Allah kepadanya. Ia berkata, "Aku akan membagi menjadi dua bagian, ﴾ أَمَّا مَن ظَلَمَ
﴿ "adapun orang yang berbuat aniaya," dengan kekufuran, ﴾ فَسَوۡفَ نُعَذِّبُهُۥ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَىٰ رَبِّهِۦ فَيُعَذِّبُهُۥ عَذَابٗا نُّكۡرٗا 87 ﴿ "maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Dia meng-azabnya dengan azab yang tidak ada taranya," maksudnya, dia ditimpa dua hukuman, hukuman dunia dan hukuman akhirat.
#
{88} {وأمَّا مَنْ آمن وعمل صالحاً فله جزاء الحُسْنى}؛ أي: فله الجنة والحالة الحسنة عند الله جزاءً يوم القيامة. {وسنقولُ له من أمرِنا يُسْراً}؛ أي: وسنُحْسِنُ إليه ونَلْطُفُ له بالقول ونيسِّر له المعاملة. وهذا يدلُّ على كونه من الملوك الصالحين [و] الأولياء العادلين العالمين؛ حيث وافق مرضاةَ الله في معاملة كلِّ أحدٍ بما يليق بحاله.
(88) ﴾ وَأَمَّا مَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَلَهُۥ جَزَآءً ٱلۡحُسۡنَىٰۖ
﴿ "Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan," maksudnya, dia mendapatkan surga dan kondisi yang baik di sisi Allah sebagai balasan pada Hari Kiamat ﴾ وَسَنَقُولُ لَهُۥ مِنۡ أَمۡرِنَا يُسۡرٗا 88 ﴿ "dan akan Kami titahkan kepadanya
(perintah) yang mudah dari perintah-perintah Kami," maksudnya Kami akan mencurahkan ke-baikan kepadanya, berlembut-lembut dengannya dalam ucapan dan kami memudahkan muamalah baginya. Ini menunjukkan status-nya dari kalangan raja yang shalih
[dan] wali yang adil lagi berilmu, yang mana dia sejalan dengan keridhaan Allah dalam menyikapi setiap orang sesuai dengan kondisinya.
{ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا (89) حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَى قَوْمٍ لَمْ نَجْعَلْ لَهُمْ مِنْ دُونِهَا سِتْرًا (90) كَذَلِكَ وَقَدْ أَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْرًا (91) ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا (92) حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا (93) قَالُوا يَاذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا (94) قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا (95) آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا (96) فَمَا اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا (97) قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا (98)}.
"Kemudian dia menempuh jalan
(yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbitnya matahari
(sebelah timur) maka dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindungi-nya dari
(cahaya) matahari itu. Demikianlah, dan sungguh ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. Kemudian dia menem-puh suatu jalan
(yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, maka dia mendapati di hadapan kedua gunung itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, 'Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, su-paya kamu membuat dinding antara kami dan mereka.' Dzulqar-nain berkata, 'Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuat-an
(manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi.' Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua
(puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain, 'Tiuplah
(api itu).' Hingga apabila besi itu sudah menjadi
(merah seperti ) api, dia pun berkata, 'Beri-lah aku tembaga
(yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu.' Maka mereka tidak bisa mendakinya, dan mereka tidak bisa
(pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata, 'Ini
(dinding) ada-lah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabbku. Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu ada-lah benar'."
(Al-Kahfi: 89-98).
#
{89} أي: لما وصل إلى مغرب الشمس؛ كرَّ راجعاً، قاصداً مطلعها، متَّبعاً للأسباب التي أعطاه الله.
(89) Maksudnya, ketika sampai di tempat terbenamnya matahari, maka dia berputar balik menuju tempat terbitnya, melacak sebab kausalitas yang sudah Allah berikan kepadanya.
#
{90} فوصل إلى مطلع الشمس فـ {وجدها تطلُعُ على قومٍ لم نجعل لهم من دونِها سِتْراً}؛ أي: وجدها تطلُعُ على أناس ليس لهم سترٌ من الشمس: إما لعدم استعدادِهم في المساكن، وذلك لزيادة همجيَّتهم وتوحُّشهم وعدم تمدُّنهم، وإما لكون الشمس دائمة عندهم لا تغرُبُ [عنهم] غروباً يُذكر؛ كما يوجد ذلك في شرقيِّ إفريقيا الجنوبي، فوصل إلى موضع انقطع عنه علمُ أهل الأرض فضلاً عن وصولهم إياه بأبدانهم.
(90) Ia pun sampai di tempat terbitnya matahari dan ﴾ وَجَدَهَا تَطۡلُعُ عَلَىٰ قَوۡمٖ لَّمۡ نَجۡعَل لَّهُم مِّن دُونِهَا سِتۡرٗا 90 ﴿ "dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari
(cahaya) matahari itu," maksudnya dia menyak-sikan matahari terbit menyinari segolongan manusia yang tidak mempunyai pelindung dari
(pancaran sinar) matahari, baik lantar-an mereka tidak mempunyai kemampuan membangun tempat-tempat tinggal, yang bertolak dari ketidakteraturan, keterasingan dan keprimitifan mereka. Atau karena matahari selalu bersinar di tengah mereka, tidak pernah terbenam
[dari pandangan mereka] dalam bentuk yang berarti, seperti yang dijumpai di daerah Afrika Tenggara. Lalu dia telah mencapai tempat yang pengetahuan peng-huni bumi tidak dapat menjangkaunya, apalagi sampai dapat me-masukinya dengan raga-raga mereka.
#
{91} ومع هذا؛ فكلُّ هذا بتقدير الله له وعلمه به، ولهذا قال: {كذلك وقَدْ أَحَطْنا [بما لديه خبراً}؛ أي:] بما عنده من الخير والأسباب العظيمة، وعِلْمُنا معه حيثما توجَّه وسار.
(91) Kendatipun demikian, ini semua berjalan atas takdir Allah dan ilmuNya. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ كَذَٰلِكَۖ وَقَدۡ أَحَطۡنَا بِمَا لَدَيۡهِ خُبۡرٗا 91 ﴿ "Demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi
(se-gala apa yang ada padanya)," yaitu dengan kebaikan dan sebab kau-salitas yang agung dan ilmu Kami yang akan selalu bersamanya kemanapun ia mengarah dan berjalan.
#
{92 ـ 93} {ثم أتبع سبباً. حتى إذا بلغ بين السَّدَّيْن}: قال المفسِّرون: ذهب متوجِّهاً من المشرق قاصداً للشمال، فوصل إلى ما بين السدَّيْن، وهما سدَّان كانا معروفين في ذلك الزمان، سدَّان من سلاسل الجبال المتَّصلة يمنةً ويسرةً، حتى تتصل بالبحار ، بين يأجوجَ ومأجوجَ وبين الناس، {وجد}: من دون السدين {قوماً لا يكادون يفقهون قولاً}؛ لعُجْمَةِ ألسنتهم واستعجام أذهانِهِم وقلوبهم.
(92-93) ﴾ ثُمَّ أَتۡبَعَ سَبَبًا 92 حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ بَيۡنَ ٱلسَّدَّيۡنِ
﴿ "Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung." Para ulama tafsir berkata, "Ia pergi dari arah Timur menuju Utara. Maka, ia sampai di tempat antara dua gu-nung, yang dahulu begitu terkenal di masa itu, dua gunung yang menjadi bagian rangkaian pegunungan yang saling berhubungan, dari kiri ke kanan, sampai terhubung dengan lautan, antara Ya'juj dan Ma'juj dengan manusia ﴾ وَجَدَ
﴿ 'dan dia mendapati,' di hadapan kedua gunung itu ﴾ قَوۡمٗا لَّا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ قَوۡلٗا 93 ﴿ 'suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan,' lantaran keasingan bahasa mereka dan ketumpulan daya pikir dan hati mereka."
#
{94} وقد أعطى الله ذا القرنين من الأسباب العلميَّة ما فقه به ألسنة أولئك القوم وفقههم وراجعهم وراجعوه، فاشْتَكَوا إليه ضرر يأجوج ومأجوج، وهما أمَّتان عظيمتان من بني آدم، فقالوا: {إنَّ يأجوج ومأجوجَ مفسدون في الأرض}: بالقتل وأخذ الأموال وغير ذلك. {فهل نَجْعَلُ لك خَرْجاً}؛ أي: جُعْلاً؛ {على أن تجعلَ بيننا وبينَهم سدًّا}: ودلَّ ذلك على عدم اقتدارهم بأنفسهم على بنيان السدِّ، وعرفوا اقتدار ذي القرنين عليه، فبذلوا له أجرةً ليفعل ذلك، وذكروا له السببَ الداعي، وهو إفسادهم في الأرض.
(94) Sungguh, Allah telah memberikan sebab kausalitas ilmiah bagi Dzulqarnain yang menyebabkannya sanggup mema-hami bahasa mereka dan memaklumi kondisi mereka, hingga Dzul-qarnain bisa berkomunikasi dengan mereka, dan mereka pun dapat menjalin komunikasi dengannya. Mereka pun menyampaikan keluhan tentang gangguan dari Ya'juj dan Ma'juj. Mereka berdua adalah dua bangsa besar dari kalangan Bani Adam. Mereka berkata, ﴾ إِنَّ يَأۡجُوجَ وَمَأۡجُوجَ مُفۡسِدُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ
﴿ "Sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi," dengan tindakan pem-bunuhan, merampas harta (orang lain) dan tindakan buruk lainnya ﴾ فَهَلۡ نَجۡعَلُ لَكَ خَرۡجًا
﴿ "maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu," hadiah timbal balik ﴾ عَلَىٰٓ أَن تَجۡعَلَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَهُمۡ سَدّٗا 94 ﴿ "supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka." Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mampu membangun dinding sendiri dan mengetahui kemampuan Dzulqarnain. Maka mereka menyodorkan bayaran agar dia membuatnya disertai menyampaikan kepadanya tentang alasan yang mendorong mereka
(meminta pertolongan), yaitu ke-rusakan yang ditimbulkan oleh kaum Ya'juj dan Ma'juj di bumi.
#
{95} فلم يكن ذو القرنين ذا طمع ولا رغبةٍ في الدُّنيا ولا تاركاً لإصلاح أحوال الرعيَّة، بل قصدُهُ الإصلاح؛ فلذلك أجاب طلبتهم؛ لما فيها من المصلحة، ولم يأخذ منهم أجرةً، وشَكَرَ ربَّه على تمكينه واقتداره، فقال لهم: {ما مَكَّنِّي فيه ربِّي خيرٌ}؛ أي: مما تبذلون لي وتعطوني، وإنَّما أطلب منكم أن تعينوني بقوَّةٍ منكم بأيديكم؛ {أجْعَلْ بينَكم وبينهم رَدْماً}؛ أي: مانعاً من عبورهم عليكم.
(95) Dzulqarnain bukan tipe orang yang rakus dan gan-drung terhadap dunia, dan bukan tipe orang yang enggan untuk memperbaiki keadaan rakyatnya. Bahkan orientasinya adalah me-lakukan perbaikan. Untuk itu, dia menyambut permintaan mereka, karena mengandung kemaslahatan tanpa meminta timbal-balik. Justru dia bersyukur kepada Allah atas kekuasaan dan kemampuan yang dimiliki. Dia berkata kepada mereka, ﴾ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيۡرٞ
﴿ "Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik," maksudnya, lebih baik daripada apa yang kalian kerahkan dan berikan kepadaku. Aku hanya minta kalian untuk membantuku dengan kekuatan fisik kalian melalui tangan-tangan kalian ﴾ أَجۡعَلۡ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَهُمۡ رَدۡمًا 95 ﴿ "agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka," yaitu dinding yang akan menghalangi mereka menyeberang kepada kalian.
#
{96} {آتوني زُبَرَ الحديدِ}؛ أي: قطع الحديد، فأعْطَوْه ذلك، {حتى إذا ساوى بين الصَّدَفين}؛ أي: الجبلين اللذين بُني بينهما السدُّ، {قال انفُخوا}: النار؛ أي أوقدوها إيقاداً عظيماً واستعملوا لها المنافيخ لتشتدَّ فتذيبَ النحاس، فلما ذاب النحاس الذي يريُد أن يُلْصِقَهُ بين زُبَرِ الحديد، {قال آتوني أفْرِغْ عليه قِطْراً}؛ أي: نحاساً مذاباً، فأفرغ عليه القطر، فاستحكم السدُّ استحكاماً هائلاً، وامتنع به من وراءه من الناس من ضرر يأجوج ومأجوج.
(96) ﴾ ءَاتُونِي زُبَرَ ٱلۡحَدِيدِۖ
﴿ "Berilah aku potongan-potongan besi," yaitu potongan-potongan besi, maka mereka pun menyerahkannya ke-pada Dzulqarnain ﴾ حَتَّىٰٓ إِذَا سَاوَىٰ بَيۡنَ ٱلصَّدَفَيۡنِ
﴿ "hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu," yaitu dua gunung yang di-bangun sebuah dinding di antara keduanya ﴾ قَالَ ٱنفُخُواْۖ
﴿ "berkatalah (Dzulqarnain), 'Tiuplah'," api itu. Maksudnya, nyalakanlah api itu sampai besar dan pergunakanlah alat-alat tiup supaya semakin besar sehingga dapat mencairkan tembaga. Ketika tembaga itu sudah meleleh yang mana dia ingin merekatkannya di antara po-tongan-potongan besi itu ﴾ قَالَ ءَاتُونِيٓ أُفۡرِغۡ عَلَيۡهِ قِطۡرٗا 96 ﴿ "dia pun berkata, 'Berilah aku tembaga
(yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu'," tembaga yang meleleh. Kemudian ia menuangkan lelehan tembaga pada potongan-potongan besi itu sehingga dinding sema-kin kokoh dengan kekokohan yang dahsyat. Orang-orang yang berada di belakangnya terlindungi dari gangguan Ya'juj dan Ma'juj.
#
{97} {فما اسطاعوا أن يظهروه وما استطاعوا له نَقْباً}؛ أي: فما لهم استطاعةٌ ولا قدرةٌ على الصعود عليه؛ لارتفاعِهِ، ولا على نقبِهِ؛ لإحكامِهِ وقوَّته.
(97) ﴾ فَمَا ٱسۡطَٰعُوٓاْ أَن يَظۡهَرُوهُ وَمَا ٱسۡتَطَٰعُواْ لَهُۥ نَقۡبٗا 97 ﴿ "Maka mereka tidak bisa mendakinya, dan mereka tidak bisa
(pula) melubanginya," maksud-nya tidak ada kemampuan bagi mereka untuk mendakinya lantar-an sangat tinggi, dan tidak mampu melubanginya karena sangat kokoh lagi kuat.
#
{98} فلما فَعَلَ هذا الفعل الجميل والأثر الجليل؛ أضاف النعمةَ إلى موليها، وقال: {هذا رحمةٌ من ربِّي}؛ أي: من فضله وإحسانه عليَّ، وهذه حال الخلفاء والصالحين إذا منَّ الله عليهم بالنِّعم الجليلة؛ ازدادَ شكرُهُم وإقرارُهُم واعترافُهم بنعمة الله؛ كما قال سليمانُ عليه السلام لما حَضَرَ عنده عرشُ ملكة سبأ مع البعد العظيم؛ قال: {هذا من فضل ربِّي لِيَبْلُوَني أأشكُرُ أم أكْفُرُ}؛ بخلاف أهل التجبُّر والتكبُّر والعلوِّ في الأرض؛ فإنَّ النعم الكبار تزيدُهم أشراً وبطراً؛ كما قال قارونُ لما آتاه الله من الكنوز ما إنَّ مفاتِحَهُ لتنوءُ بالعُصْبَةِ أولي القوَّة؛ قال: {إنَّما أوتيتُهُ على علم عندي}. وقوله: {فإذا جاء وعدُ ربِّي}؛ أي: لخروج يأجوج ومأجوج. {جَعَلَه}؛ أي: ذلك السدَّ المحكم المتقن {دَكَّاءَ}؛ أي: دكَّه فانهدم، واستوى هو والأرض، {وكان وعدُ ربِّي حقًّا}.
(98) Setelah dia melakukan tindakan yang indah dan
(mem-bangun) peninggalan yang agung ini, maka dia menisbatkan kenik-matan itu kepada Allah. Dia berkata, ﴾ هَٰذَا رَحۡمَةٞ مِّن رَّبِّيۖ
﴿ "Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku," maksudnya berasal dari keutamaan dan kebaikanNya yang tercurahkan bagiku. Inilah kondisi para khali-fah (penguasa) yang shalih, saat mereka menerima kenikmatan yang agung dari Allah, niscaya rasa syukur, penetapan, dan pengakuan terhadap kenikmatan Allah semakin meningkat. Seperti yang di-katakan oleh Sulaiman عليه السلام ketika singgasana ratu Saba` muncul di hadapannya, padahal jaraknya sangat jauh. Beliau berkata,
﴾ هَٰذَا مِن فَضۡلِ رَبِّي لِيَبۡلُوَنِيٓ ءَأَشۡكُرُ أَمۡ أَكۡفُرُۖ
﴿
"Ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku apakah aku ber-syukur atau mengingkari (nikmatNya)." (An-Naml: 40).
Berbeda halnya dengan orang-orang yang sombong, takabur, dan congkak di atas bumi ini, kenikmatan-kenikmatan yang besar semakin menambah keburukan dan kesombongan mereka. Seperti yang dikatakan oleh Qarun tatkala dikaruniai Allah perbendaharaan kekayaan yang (berat) kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sekumpulan orang kuat-kuat. Dia berkata,
﴾ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلۡمٍ عِندِيٓۚ
﴿
"Sesungguhnya aku hanya diberi harta karena ilmu yang ada padaku." (Al-Qashash: 78).
Dan FirmanNya, ﴾ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّي
﴿ "Maka apabila sudah datang janji Rabbku," yaitu janji kemunculan Ya'juj dan Ma'juj ﴾ جَعَلَهُۥ دَكَّآءَۖ
﴿ "Dia akan menjadikannya hancur luluh," menghancurkan dinding yang kuat dan kokoh itu sehingga roboh dan rata dengan tanah, ﴾ وَكَانَ وَعۡدُ رَبِّي حَقّٗا 98 ﴿ "dan janji Rabbku itu adalah benar."
{وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعًا (99)}.
"Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian
(ketika) ditiup
(lagi) sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya."
(Al-Kahfi: 99).
#
{99} يحتمل أنَّ الضمير يعودُ إلى يأجوج ومأجوج، وأنَّهم إذا خرجوا على الناس من كثرتهم واستيعابهم للأرض كلِّها يموجُ بعضُهم ببعضٍ؛ كما قال تعالى: {حتَّى إذا فُتِحَتْ يأجوجُ ومأجوجُ وهم من كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلونَ}، ويُحتمل أن الضمير يعود إلى الخلائق يوم القيامة، وأنَّهم يجتمعون فيه، فيكثرون، ويموجُ بعضهم ببعض من الأهوال والزلازل العظام؛ بدليل قوله:
(99) Kata ganti, هُمْ
(mereka) mempunyai kemungkinan meng-gantikan Ya'juj dan Ma'juj. Mereka itu, bila telah muncul ke hadapan orang-orang,
(disebabkan banyak dan berjubelannya di seluruh bumi), bercampur aduk satu dengan yang lain. Seperti yang difir-mankan oleh Allah تعالى,
﴾ حَتَّىٰٓ إِذَا فُتِحَتۡ يَأۡجُوجُ وَمَأۡجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٖ يَنسِلُونَ 96 ﴿
"Hingga apabila dibukakan
(tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan me-reka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi."
(Al-Anbiya`: 96).
Begitu pula,
kata ganti: هُمْ
(mereka) itu bisa mengarah kepada seluruh makhluk pada Hari Kiamat. Mereka berkumpul
(jadi satu) pada hari itu, sehingga nampak sangat banyak dan bercampur aduk antara satu dengan yang lain karena kengerian-kengerian dan gon-cangan-goncangan hebat, berdasarkan Firman Allah,
{وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعًا (99) وَعَرَضْنَا جَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لِلْكَافِرِينَ عَرْضًا (100) الَّذِينَ كَانَتْ أَعْيُنُهُمْ فِي غِطَاءٍ عَنْ ذِكْرِي وَكَانُوا لَا يَسْتَطِيعُونَ سَمْعًا (101)}.
"Kemudian
(ketika) ditiup
(lagi) sangkakala, lalu Kami kum-pulkan mereka itu semuanya. Dan Kami nampakkan Jahanam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas. Yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaranKu, dan mereka tidak sanggup mendengar."
(100-101).
#
{99} أي: إذا نفخ إسرافيل في الصور؛ أعاد الله الأرواح إلى الأجساد، ثمَّ حَشَرَهم وجمعهم لموقف القيامة، الأوَّلين منهم والآخرين، والكافرين والمؤمنين؛ ليُسألوا، ويُحاسبوا، ويُجزون بأعمالهم.
(99) Maksudnya, ketika Israfil meniup sangkakala
(lagi), maka Allah mengembalikan seluruh roh kepada jasadnya, kemudian menghimpun dan mengumpulkan mereka di padang Hari Kiamat, dari umat-umat terdahulu dan manusia generasi akhir, kaum kafir dan kaum Mukminin, untuk ditanya dan diperhitungkan amalan mereka serta dibalasi atas dasar amalan mereka.
#
{100} فأما الكافرون على اختلافهم؛ فإنَّ جهنم جزاؤهم خالدين فيها أبداً، ولهذا قال: {وعَرَضْنا جهنَّم يومئذٍ للكافرينَ عرضاً}؛ كما قال تعالى: {وإذا الجحيمُ سعرت}؛ أي: عُرِضَتْ لهم لتكون مأواهم ومنزلهم، وليتمتَّعوا بأغلالها وسعيرها وحميمها وزمهريرها، وليذوقوا من العقاب ما تبكم له القلوبُ، وتصمُّ الآذان.
(100) Adapun orang-orang kafir, dengan latar belakang kekufuran yang berbeda, maka sesungguhnya Jahanam adalah balasan mereka, dan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَعَرَضۡنَا جَهَنَّمَ يَوۡمَئِذٖ لِّلۡكَٰفِرِينَ عَرۡضًا 100
﴿ "Dan Kami nampakkan Jahanam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas," seperti Firman Allah,
﴾ وَإِذَا ٱلۡجَحِيمُ سُعِّرَتۡ 12 ﴿
"Dan apabila Neraka Jahim dinyalakan."
(At-Takwir: 12).
Maksudnya diperlihatkan kepada mereka untuk menjadi tempat kembali dan tempat tinggal mereka, menikmati rantai-ran-tainya, kobaran nyala api, sengatan air panas dan tusukan hawa dinginnya, dan agar mereka merasakan siksa yang membuat kalbu-kalbu diam membisu dan pendengaran-pendengaran menjadi tuli.
#
{101} وهذا آثار أعمالهم وجزاء أفعالهم؛ فإنَّهم في الدُّنيا كانت أعينُهم في غطاءٍ عن ذكر الله؛ أي: معرضين عن الذكر الحكيم والقرآن الكريم، {وقالوا قلوبُنا في أكِنَّةٍ مما تَدْعونا إليه}، وفي أعينهم أغطيةٌ تمنعهم من رؤية آيات الله النافعة؛ كما قال تعالى: {وعلى أبصارِهم غِشاوةٌ}. {وكانوا لا يستطيعونَ سمعاً}؛ أي: لا يقدرون على سمع آيات الله، الموصلة إلى الإيمان؛ لبغضهم القرآن والرسول؛ فإنَّ المبغِضَ لا يستطيع أن يلقي سمعه إلى كلام من أبغضه؛ فإذا انحجبتْ عنهم طرقُ العلم والخير؛ فليس لهم سمعٌ ولا بصرٌ ولا عقلٌ نافعٌ؛ فقد كفروا بالله، وجحدوا آياته، وكذَّبوا رسله، فاستحقُّوا جهنَّم، وساءت مصيراً.
(101) Ini adalah dampak-dampak ulah perbuatan dan ba-lasan tindak-tanduk mereka. Sesungguhnya mereka itu di dunia, mata mereka tertutupi oleh penutup
(sehingga menutup) dari meng-ingat Allah. Pengertiannya, mereka itu berpaling dari peringatan yang bijaksana dan al-Qur`an al-Karim.
﴾ وَقَالُواْ قُلُوبُنَا فِيٓ أَكِنَّةٖ مِّمَّا تَدۡعُونَآ إِلَيۡهِ
﴿
"Dan mereka berkata, 'Hati kami berada dalam tutupan (yang menu-tupi) sesuatu yang mana kamu menyeru kami kepadanya'." (Fushshilat: 5).
Pada mata-mata mereka terdapat tabir penutup yang meng-hambat mereka dari melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang ber-manfaat. Seperti Firman Allah,
﴾ وَعَلَىٰٓ أَبۡصَٰرِهِمۡ غِشَٰوَةٞۖ
﴿
"Dan penglihatan mereka ditutup." (Al-Baqarah: 7).
﴾ وَكَانُواْ لَا يَسۡتَطِيعُونَ سَمۡعًا 101 ﴿ "Dan mereka tidak sanggup mendengar," maksudnya tidak sanggup mendengarkan ayat-ayat Allah yang mengantarkan kepada keimanan, lantaran kebencian mereka ter-hadap al-Qur`an dan Rasulullah. Sesungguhnya orang yang mem-benci tidak dapat memusatkan
(konsentrasi) pendengarannya kepada perkataan orang yang dibencinya. Bila jalan-jalan ilmu dan kebaikan telah tertutup dengan rapat, maka mereka tidak memiliki pendengaran, pandangan, dan akal yang bermanfaat. Sungguh, mereka telah mengkufuri Allah, mengingkari ayat-ayatNya dan mendustakan para RasulNya. Akibatnya, mereka pantas menerima balasan Jahanam, dan itu adalah sejelek-jelek tempat kembali.
{أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ إِنَّا أَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ نُزُلًا (102)}
"Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka
(dapat) menjadikan hamba-hambaKu sebagai penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami akan menyediakan Neraka Jahanam sebagai tempat tinggal orang-orang kafir."
(Al-Kahfi: 102).
#
{102} وهذا برهانٌ وبيانٌ لبطلان دعوى المشركين الكافرين، الذين اتَّخذوا بعض الأنبياء والأولياء شركاء لله يعبُدونهم، ويزعمون أنَّهم يكونون لهم أولياء، ينجُّونهم من عذاب الله، ويُنيلونهم ثوابه، وهم قد كفروا بالله وبرسوله ، يقول الله لهم على وجه الاستفهام والإنكار المتقرِّر بطلانه في العقول: {أفَحَسِبَ الذين كفروا أن يَتَّخِذوا عبادي من دوني أولياءَ}؛ أي: لا يكون ذلك، ولا يوالي وليُّ الله معادياً لله أبداً؛ فإنَّ الأولياء موافقون لله في محبَّته ورضاه وسخطه وبغضه، فيكون على هذا المعنى مشابهاً لقوله تعالى: {ويوم يَحْشُرُهم جميعاً ثم يقولُ للملائكةِ أهؤلاءِ إيَّاكُم كانوا يعبُدونَ * قالوا سبحانك أنت وَلِيُّنا من دونِهِم}؛ فمن زعم أنه يتَّخِذُ وليَّ الله وليًّا له وهو معادٍ لله؛ فهو كاذبٌ. ويُحتمل ـ وهو الظاهر ـ أنَّ المعنى: أفحسِبَ الكفارُ بالله المنابذون لرسلِهِ أن يتَّخذوا من دونِ الله أولياء ينصرونهم وينفعونهم من دونِ الله ويدفعونَ عنهم الأذى؟ هذا حسبانٌ باطلٌ وظنٌّ فاسدٌ؛ فإنَّ جميع المخلوقين ليس بيدهم من النفع والضرِّ شيءٌ، ويكون هذا كقوله تعالى: {قل ادْعوا الذين زَعَمْتُم من دونِهِ فلا يملِكونَ كَشْفَ الضُّرِّ عنكم ولا تحويلاً}، {ولا يملِكُ الذين يدعونَ من دونِهِ الشفاعةَ}. ونحو ذلك من الآيات التي يَذْكُرُ الله فيها أن المتَّخِذ من دونه وليًّا ينصُرُه ويواليه ضالٌّ خائبُ الرجاء غير نائل لبعض مقصودِهِ. {إنَّا أعْتَدْنا جهنَّمَ للكافرين نُزُلاً}؛ أي: ضيافة وقِرىً؛ فبئس النُّزل نُزُلهم، وبئست جهنم ضيافتهم.
(102) Ini bukti nyata dan penjelasan tentang kebatilan klaim kaum musyrikin yang mengingkari, yang menjadikan sebagian nabi dan wali sebagai sekutu Allah yang mereka sembah. Menurut mereka, sesembahan-sesembahan itu akan menjadi penolong bagi mereka, menyelamatkan mereka dari siksa Allah, dan mendatang-kan pahala bagi mereka. Sungguh, mereka itu telah kufur kepada Allah dan RasulNya. Allah berfirman kepada mereka dengan nada pertanyaan dan pengingkaran yang menetapkan kebatilan praktik tersebut pada nalar-nalar, ﴾ أَفَحَسِبَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَن يَتَّخِذُواْ عِبَادِي مِن دُونِيٓ أَوۡلِيَآءَۚ
﴿ "maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) menjadikan hamba-hambaKu sebagai penolong selain Aku?" Maksudnya, hal itu tidak mungkin terjadi. Seorang wali Allah tidak akan memusuhi Allah sama sekali. Sesungguhnya para wali itu akan selaras dengan (keinginan) Allah dalam kecintaan, ridha, marah, dan kebencian. Dengan makna ini, berarti mirip dengan Firman Allah تعالى,
﴾ وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ جَمِيعٗا ثُمَّ يَقُولُ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ أَهَٰٓؤُلَآءِ إِيَّاكُمۡ كَانُواْ يَعۡبُدُونَ 40 قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ أَنتَ وَلِيُّنَا مِن دُونِهِمۖ
﴿
"Dan (ingatlah) hari (yang waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat, 'Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?' Malaikat-malaikat menjawab, 'Mahasuci Engkau. Engkaulah Pelindung Kami, bukan mereka'." (Saba`: 40-41).
Barangsiapa mengklaim bahwa dia menjadikan wali Allah sebagai penolongnya yang memusuhi Allah, maka dia adalah pen-dusta.
Ayat ini juga mengandung pengertian –dan inilah makna yang lebih tampak jelas– bahwa apakah kaum kuffar yang mengingkari Allah dan para RasulNya menyangka dapat menjadikan selain Allah sebagai penolong mereka, yang akan menolong dan memberikan manfaat bagi mereka, serta menolak gangguan dari mereka? Ini adalah prediksi yang batil dan prasangka yang rusak. Semua makh-luk tidak mempunyai kemampuan memberi manfaat dan kemu-dharatan sedikit pun. Ini menjadi sebagaimana makna Firman Allah,
﴾ قُلِ ٱدۡعُواْ ٱلَّذِينَ زَعَمۡتُم مِّن دُونِهِۦ فَلَا يَمۡلِكُونَ كَشۡفَ ٱلضُّرِّ عَنكُمۡ وَلَا تَحۡوِيلًا 56
﴿
"Katakanlah, 'Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak pula memindahkannya'." (Al-Isra`: 56)
﴾ وَلَا يَمۡلِكُ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ مِن دُونِهِ ٱلشَّفَٰعَةَ
﴿
"Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at." (Az-Zukhruf: 56).
Dan ayat-ayat lain yang serupa yang mana Allah mengingat-kan di dalamnya bahwa orang yang mengangkat penolong selain-Nya untuk menolong dirinya dan setia kepadanya, adalah orang sesat, harapannya pupus dan tidak dapat meraih (meski) sebagian maksudnya. ﴾ إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا جَهَنَّمَ لِلۡكَٰفِرِينَ نُزُلٗا 102 ﴿ "Sesungguhnya Kami akan menye-diakan Neraka Jahanam sebagai tempat tinggal orang-orang kafir," yaitu sebagai perjamuan dan sambutan. Sejelek-jelek tempat tinggal ada-lah tempat mereka, dan seburuk-buruk
(bagian ruang) Jahanam adalah tempat perjamuan mereka.
{قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا (104) أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا (105) ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا (106)}.
"Katakanlah, 'Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya, yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan
(kufur terhadap) perjumpaan denganNya, maka terhapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi
(amalan) mereka pada Hari Kiamat. Demi-kianlah balasan mereka itu adalah Neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan
(disebabkan) mereka menjadikan ayat-ayatKu dan rasul-rasulKu sebagai olok-olok'."
(103-106).
#
{103} أي: قل يا محمدُ للناس على وجه التحذير والإنذار: هل أخبِرُكُم بأخسر الناس {أعمالاً} على الإطلاق؟
(103) Katakanlah wahai Muhammad, kepada orang-orang dengan nada memperingatkan dan mewanti-wanti, apakah kalian mau aku beritahukan tentang orang yang paling merugi ﴾ أَعۡمَٰلًا 103 ﴿ "perbuatannya," secara mutlak?
#
{104} {الذين ضلَّ سعيُهم في الحياة الدُّنيا}؛ أي: بطل واضمحلَّ كلُّ ما عملوه من عمل، {وهم يحسبون أنَّهم} محسنونَ في صنعه؛ فكيف بأعمالهم التي يعلمون أنها باطلةٌ وأنَّها محادَّةٌ لله ورسله ومعاداة؟!
(104) ﴾ ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعۡيُهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا
﴿ "Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini," maksudnya telah batal dan pupus seluruh perbuatan yang mereka kerjakan ﴾ وَهُمۡ يَحۡسَبُونَ أَنَّهُمۡ ﴿ "sedang mereka menyangka bahwa mereka," berbuat sebaik-baiknya dalam tindakan mereka. Bagaimana halnya keadaan amalan yang mereka ketahui bahwa ia ternyata batil dan berupaya menentang dan memerangi Allah dan para RasulNya.
#
{105} فمن هم هؤلاء الذين خسرت أعمالُهم فخسروا أنفسهم يوم القيامة وأهليهم يوم القيامة ألا ذلك هو الخسران المبين؟ {أولئك الذين كفروا بآياتِ ربهم ولقائِهِ}؛ أي: جحدوا الآيات القرآنيَّة والآيات العيانيَّة الدالَّة على وجوب الإيمان به وملائكته ورسله وكتبه واليوم الآخر. {فحبِطَت}: بسبب ذلك {أعمالُهم فلا نقيمُ لهم يوم القيامة وَزْناً}: لأنَّ الوزن فائدته مقابلةُ الحسناتِ بالسيئاتِ والنظر في الراجح منها والمرجوح، وهؤلاء لا حسنات لهم؛ لعدم شرطها، وهو الإيمان؛ كما قال تعالى: {ومَن يعملْ من الصالحاتِ وهو مؤمنٌ فلا يخافُ ظلماً ولا هضماً}، لكنْ تعدُّ أعمالهم، وتُحصى ويقرَّرون بها، ويُخْزَوْن بها على رؤوس الأشهاد ثم يعذَّبون عليها.
(105) Barangsiapa yang merugi amal perbuatannya dan merugi atas diri dan keluarganya pada Hari Kiamat, maka ingatlah itu adalah kerugian yang nyata ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمۡ وَلِقَآئِهِۦ
﴿ "mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan denganNya," maksudnya mengingkari ayat-ayat al-Qur`an dan tanda-tanda kebesaran yang kasat mata, yang menunjukkan keharusan beriman kepadaNya, malaikat, para rasul, kitab-kitabNya dan Hari Akhir. ﴾ فَحَبِطَتۡ
﴿ "Maka terhapuslah," karena itu ﴾ أَعۡمَٰلُهُمۡ فَلَا نُقِيمُ لَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَزۡنٗا 105
﴿ "amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada Hari Kiamat," pasalnya, proses penimbangan dilakukan dengan tujuan memban-dingkan kebaikan-kebaikan dengan keburukan-keburukan, dan melihat timbangan mana yang lebih berat dan lebih ringan. Semen-tara mereka itu tidak mempunyai kebaikan-kebaikan, karena tidak memenuhi syarat, yaitu keimanan, seperti yang Allah Firmankan,
﴾ وَمَن يَعۡمَلۡ مِنَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَا يَخَافُ ظُلۡمٗا وَلَا هَضۡمٗا 112 ﴿
"Dan barangsiapa mengerjakan amal-amal shalih, dan dia dalam keadaan beriman, maka dia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil
(terhadapnya) dan tidak
(pula) akan pengurangan haknya."
(Thaha: 112).
Akan tetapi, amalan mereka tetap dihitung, dan mereka di-mintai pengakuannya atas amalan itu, dipermalukan di hadapan para saksi, lantas disiksa berdasarkan keburukannya.
#
{106} ولهذا قال: {ذلك جزاؤُهم}؛ أي: حبوط أعمالهم، وأنَّه لا يُقام لهم يوم القيامة وزنٌ؛ لحقارتهم وخسَّتهم بكفرهم بآيات الله واتِّخاذهم آياتِهِ ورسلِهِ هزواً يستهزئون بها ويسخَرون [منها] ، مع أنَّ الواجب في آيات الله ورسله الإيمانُ التامُّ بها والتعظيم لها والقيام بها أتمَّ القيام، وهؤلاء عكسوا القضيَّة، فانعكس أمرُهم وتعسوا وانتكسوا في العذاب.
(106) Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ ذَٰلِكَ جَزَآؤُهُمۡ ﴿ "Demikian-lah, balasan mereka itu," yaitu terhapusnya amalan-amalan mereka, dan tidak diadakan suatu penilaian
(amalan) bagi mereka pada Hari Kiamat lantaran kehinaan dan kerendahan derajat mereka dengan sebab kekufuran mereka kepada ayat-ayat Allah dan di-sebabkan tindakan mereka menjadikan ayat-ayat itu dan para RasulNya sebagai bahan ejekan, mereka memperolok dan mence-moohi
[nya]. Padahal kewajiban terhadap ayat-ayat Allah dan para RasulNya adalah beirman dengan sempurna kepadanya, meng-agungkannya dan menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Sedang-kan mereka telah membalikkan persoalan, sehingga urusan mereka menjadi morat-marit, mereka celaka dan diceburkan ke dalam siksaan.
Usai menjelaskan kesudahan kaum kafir dan amalan-amalan mereka, maka Allah menerangkan tentang amaliah kaum Mukminin dan tempat kembali mereka. Allah berfirman,
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا (107) خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًا (108)}.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapatkan Surga Firdaus sebagai tempat tinggal. Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah darinya."
(107-108).
#
{107} أي: {إنَّ الذين آمنوا}: بقلوبهم، {وعملوا الصالحات}: بجوارحهم، وشمل هذا الوصف جميع الدين؛ عقائده وأعماله، أصوله وفروعه الظاهرة والباطنة؛ فهؤلاء على اختلاف طبقاتهم من الإيمان والعمل الصالح، {لهم جناتُ الفردوس}: يُحتمل أن المراد بجنات الفردوس أعلى الجنة ووسطها وأفضلها، وأنَّ هذا الثواب لمن كمَّل الإيمان والعمل الصالح، وهم الأنبياء والمقرَّبون، ويُحتمل أن يُراد بها جميع منازل الجنان، فيشمل هذا الثواب جميع طبقات أهل الإيمان من المقرَّبين والأبرار والمقتصدين؛ كلٌّ بحسب حاله، وهذا [أَوْلى] المعنيين؛ لعمومه، ولذكر الجنة بلفظ الجمع المضاف إلى الفردوس، وأنَّ الفردوس يُطلق على البستان المحتوي على الكرم أو الأشجار الملتفَّة، وهذا صادق على جميع الجنة؛ فجنَّة الفردوس نُزُلٌ وضيافةٌ لأهل الإيمان والعمل الصالح، وأيُّ ضيافة أجلُّ وأكبر وأعظم من هذه الضيافة، المحتوية على كلِّ نعيم للقلوب والأرواح والأبدان؟! وفيها ما تشتهيه الأنفس وتلذُّ الأعينُ، من المنازل الأنيقة والرياض الناضرة والأشجار المثمرة والطيور المغرِّدة المشجية والمآكل اللذيذة والمشارب الشهيَّة والنساء الحسان والخدم والولدان والأنهار السارحة والمناظر الرائقة والجمال الحسيِّ والمعنويِّ والنعمة الدائمة، وأعلى ذلك وأفضله وأجلُّه التنعُّم بالقرب من الرحمن ونيل رضاه الذي هو أكبر نعيم الجنان، والتمتُّع برؤية وجهه الكريم وسماع كلام الرءوف الرحيم فلله تلك الضيافة؛ ما أجلها وأجملها وأدومها وأكملها! وهي أعظم من أن يحيطَ بها وصفُ أحدٍ من الخلائق، أو تخطر على القلوب؛ فلو عَلِمَ العبادُ بعض ذلك النعيم علماً حقيقياً يصل إلى قلوبهم لطارت إليها قلوبُهم بالأشواق، ولتقطَّعت أرواحهم من ألم الفراق، ولساروا إليها زرافاتٍ ووحداناً، ولم يؤثروا عليها دنيا فانيةً ولذاتٍ منغصةً متلاشيةً، ولم يفوِّتوا أوقاتاً تذهب ضائعةً خاسرةً، يقابل كلَّ لحظة منها من النعيم من الحقب آلافٌ مؤلَّفة، ولكنَّ الغفلة شملت، والإيمان ضَعُف، والعلم قلَّ، والإرادة وَهَتْ ، فكان ما كان؛ فلا حول ولا قوَّةَ إلاَّ بالله العليِّ العظيم.
(107) ﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
﴿ "Sesungguhnya orang-orang yang beriman," dengan hati mereka ﴾ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ
﴿ "dan beramal shalih," dengan ang-gota tubuh mereka. Sifat ini mencakup seluruh bagian agama: Akidah, amaliah-amaliah, perkara ushul dan cabang yang zahir maupun batin. Mereka itu -dengan perbedaan tingkatan mereka-, dalam keimanan dan amalan shalih mereka ﴾ لَهُمۡ جَنَّٰتُ ٱلۡفِرۡدَوۡسِ ﴿ "mereka mendapatkan Surga Firdaus," mengandung kemungkinan bahwa yang dimaksud dengan surga-surga Firdaus adalah surga tertinggi, yang berada di tengah dan paling istimewa. Balasan ini diperuntukkan bagi orang yang telah menyempurnakan keimanan dan amal shalih. Mereka adalah para nabi dan orang-orang yang didekatkan dengan Allah.
Dan mengandung kemungkinan mengarah kepada pengertian semua hunian di surga, sehingga balasan ini menyeluruh bagi se-mua orang dari semua tingkatan iman, dari kalangan muqarrabin
(orang-orang yang didekatkan kedudukannya kepada Allah), abrar
(orang-orang baik) dan orang-orang yang hanya mempunyai amal-an yang pas-pasan. Semua sesuai dengan keadaannya. Pengertian ini
[lebih utama] dibandingkan yang pertama, karena sisi keumuman-nya dan karena penyebutan kata surga
(جَنَّاتٍ) dalam bentuk jamak
(plural) yang dikaitkan dengan Firdaus.
Lafazh Firdaus, mencakup juga makna kebun yang terisi oleh pohon kurma dan pepohonan yang rimbun. Keterangan ini berlaku pada semua surga. Surga Firdaus merupakan tempat tinggal dan wahana perjamuan bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Manakah bentuk perjamuan yang lebih mulia, besar, dan agung dibandingkan dengan cara perjamuan ini yang mengandung segala kenikmatan bagi hati, jiwa dan raga? Di dalamnya terdapat segala yang diinginkan oleh jiwa dan sedap dipandang mata, berupa hunian-hunian yang elok, taman-taman yang memikat, pohon-pohon yang berbuah, burung-burung yang berkicauan, makanan-makan-an yang lezat, minuman yang menggugah minat, wanita-wanita yang cantik, pelayan-pelayan, anak-anak kecil, sungai-sungai yang mengalir, panorama-panorama yang fantastik, keindahan kasat mata dan maknawi dan kenikmatan yang lestari. Kenikmatan yang lebih tinggi, utama dan mulia, adalah menikmati kedekatan dengan ar-Rahman, memperoleh ridhaNya yang merupakan anugerah paling besar di surga, serta menikmati melihat wajah Allah yang mulia, mendengarkan perkataan Dzat Yang Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ingatlah bentuk perjamuan itu. Alangkah agung, indah, lang-geng, dan sempurnanya! Kenikmatan itu lebih agung dibandingkan apa yang dideskripsikan oleh seseorang dari seluruh makhluk atau terbetik dalam hati. Jika para hamba mengetahui sebagian saja, dengan ilmu yang meyakinkan yang menembus hati mereka, tentulah hati mereka akan melayang-layang mengharapkannya dengan penuh kerinduan, dan jiwa-jiwa mereka akan terkoyak-koyak karena rasa pedih atas perpisahan dengannya, benar-benar mereka akan berjalan ke arahnya saja, berbondong-bondong mau-pun sendiri-sendiri. Mereka tidak akan pernah mengutamakan dunia yang fana, kelezatan yang penuh dengan noda dan akan pudar ini, tidak melewatkan waktu-waktunya pergi sia-sia dalam keadaan mendatangkan kerugian
(untuk menukarnya), dengan mempertaruhkan setiap detik untuk mendapatkan kenikmatan selama beribu-ribu tahun lamanya. Akan tetapi, kelalaian begitu merata, keimanan melemah dan ilmu dangkal, serta niatan layu, maka terjadilah realitas yang ada. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan
(pertolongan) Allah Yang Mahatinggi lagi Maha-agung.
#
{108} وقوله: {خالدين فيها}: هذا هو تمام النعيم، أنَّ فيها النعيم الكامل، ومن تمامه أنه لا ينقطع، {لا يبغون عنها حِوَلاً}؛ أي: تحوُّلاً ولا انتقالاً؛ لأنَّهم لا يرون إلاَّ ما يعجِبُهم ويبهِجُهم ويسرُّهم ويفرحهم، ولا يرون نعيماً فوق ما هم فيه.
(108) Firman Allah, ﴾ خَٰلِدِينَ فِيهَا
﴿ "Mereka kekal di dalamnya." Ini kelengkapan nikmatnya, di dalamnya terdapat kenikmatan yang sempurna. Termasuk bentuk kesempurnaannya adalah bahwa nik-mat tersebut tidak berhenti ﴾ لَا يَبۡغُونَ عَنۡهَا حِوَلٗا 108 ﴿ "mereka tidak ingin ber-pindah darinya," maksudnya berpindah dan beralih. Karena mereka tidak melihat kecuali hal yang menakjubkan mereka, menceriakan mereka, menyenangkan mereka dan membahagiakan mereka. Tidak pernah menyaksikan kenikmatan yang lebih dari apa yang mereka rasakan.
{قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا (109)}.
"Katakanlah, 'Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk
(menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis
(ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu
(pula)'."
(Al-Kahfi: 109).
#
{109} أي: قل لهم مخبراً عن عظمة الباري وسعةِ صفاتِهِ وأنها لا يحيطُ العباد بشيء منها: {لو كان البحرُ}؛ أي: هذه الأبحر الموجودة في العالم {مداداً لكلماتِ ربِّي}؛ أي: وأشجارُ الدُّنيا من أولها إلى آخرها من أشجار البلدان والبراري والبحار أقلامٌ، {لَنَفِدَ البحرُ}: وتكسرت الأقلام {قبل أن تنفَدَ كلماتُ ربِّي}: وهذا شيءٌ عظيمٌ لا يحيط به أحدٌ، وفي الآية الأخرى: {ولو أنَّ ما في الأرض من شجرةٍ أقلامٌ والبحرُ يمدُّه من بعدِهِ سبعةُ أبحرٍ ما نَفِدَتْ كلماتُ الله إنَّ الله عزيزٌ حكيمٌ}: وهذا من باب تقريب المعنى إلى الأذهان؛ لأنَّ هذه الأشياء مخلوقةٌ، وجميع المخلوقات منقضيةٌ منتهيةٌ، وأما كلام الله؛ فإنَّه من جملة صفاتِهِ، وصفاتُهُ غير مخلوقة ولا لها حدٌّ ولا منتهى؛ فأيُّ سعة وعظمة تصورتْها القلوب؛ فالله فوق ذلك، وهكذا سائر صفات الله تعالى؛ كعلمه وحكمته وقدرته ورحمته؛ فلو جُمِعَ علمُ الخلائق من الأوَّلين والآخرين أهل السماوات وأهل الأرض؛ لكان بالنسبة إلى علم العظيم أقلَّ من نسبة عصفورٍ وقع على حافَّة البحر، فأخذ بمنقارِهِ من البحر بالنسبة للبحر وعظمتِهِ، ذلك بأنَّ الله له الصفات العظيمة الواسعة الكاملة، وأنَّ إلى ربِّك المنتهى.
(109) Maksudnya, katakanlah kepada mereka untuk mem-beritahukan tentang keagungan al-Bari
(Dzat Pencipta) dan luasnya cakupan sifat-sifatNya, bahwasanya para hamba tidak dapat meli-putinya sedikit pun ﴾ لَّوۡ كَانَ ٱلۡبَحۡرُ
﴿ "Kalau sekiranya lautan ," yaitu lautan-lautan yang ada di alam ini ﴾ مِدَادٗا لِّكَلِمَٰتِ رَبِّي
﴿ "menjadi tinta untuk (me-nulis) kalimat-kalimat Rabbku," maksudnya pohon-pohon dunia sejak pertama (tumbuh) sampai tanaman terakhir (yang hidup), dari pohon-pohon di negeri-negeri, padang-padang dan lautan menjadi pena-pena ﴾ لَنَفِدَ ٱلۡبَحۡرُ
﴿ "sungguh habislah lautan itu," maksudnya pena-pena itu akan patah ﴾ قَبۡلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَٰتُ رَبِّي
﴿ "sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabbku." Ini perkara yang agung, tidak dapat dikuasai oleh seorang pun. Dalam ayat yang lain,
﴾ وَلَوۡ أَنَّمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ مِن شَجَرَةٍ أَقۡلَٰمٞ وَٱلۡبَحۡرُ يَمُدُّهُۥ مِنۢ بَعۡدِهِۦ سَبۡعَةُ أَبۡحُرٖ مَّا نَفِدَتۡ كَلِمَٰتُ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ 27 ﴿
"Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut
(men-jadi tinta) ditambahkan kepadanya tujuh laut
(lagi) sesudah
(keringnya), niscaya tidak akan habis-habisnya
(dituliskan) kalimat Allah. Sesungguh-nya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
(Luqman: 27).
Keterangan ini termasuk cara untuk mendekatkan hakikat makna ini ke hadapan alam pikiran. Sebab benda-benda tersebut adalah makhluk ciptaan, sedangkan semua makhluk akan berakhir dan musnah. Adapun Kalamullah, maka ia termasuk kategori sifat-sifatNya. Sedangkan sifat-sifatNya bukan makhluk, tidak ada batas-an dan penghabisan. Segala keluasan dan keagungan yang dideskrip-sikan oleh hati, maka Allah lebih tinggi daripada itu. Beginilah sifat-sifat Allah تعالى yang lain, seperti ilmu, hikmah, kekuasaan, dan rahmatNya. Jika seluruh ilmu makhluk dikumpulkan dari ge-nerasi awal dan akhir, dari penghuni langit dan bumi niscaya
(dibandingkan dengan ilmu Allah Dzat Yang Mahaagung perban-dingannya) adalah lebih kecil daripada
(perbandingan antara) burung pipit yang masuk ke dalam laut kemudian ia mengambil
(sesuatu) dengan paruhnya dari laut itu ditinjau pada kebesaran laut tersebut. Ini menunjukkan bahwa Allah mempunyai sifat-sifat yang agung luas dan sempurna, dan kepadaNya-lah segala peng-habisan.
{قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (110)}.
"Katakanlah, 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, 'Bahwa Tuhanmu itu adalah Tuhan Yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah dia mengerjakan amal yang shalih, dan janganlah dia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya'."
(Al-Kahfi: 110).
#
{110} أي: قل يا محمدُ للكفار وغيرهم: {إنَّما أنا بشرٌ مثلُكم}؛ أي: لست بإله، ولا لي شركةٌ في الملك، ولا علمٌ بالغيب، ولا عندي خزائن الله، وإنَّما أنا بشرٌ مثلكم، عبدٌ من عبيد ربي. {يوحى إليَّ أنَّما إلهكم إلهٌ واحدٌ}؛ أي: فُضِّلْتُ عليكم بالوحي الذي يوحيه الله إليَّ، الذي أجلُّه الإخبار لكم، {أنَّما إلهكم إلهٌ واحدٌ}؛ أي: لا شريك له ولا أحد يستحقُّ من العبادة مثقال ذرَّة [غيره]، وأدعوكم إلى العمل الذي يقرِّبُكم منه ويُنيلكم ثوابه ويدفع عنكم عقابه، ولهذا قال: {فَمَن كان يَرْجو لقاءَ ربِّه فليعملْ عملاً صالحاً}: وهو الموافق لشرع الله من واجب ومستحبٍّ، {ولا يُشْرِكْ بعبادةِ ربِّه أحداً}؛ أي: لا يرائي بعمله، بل يعمله خالصاً لوجه الله تعالى؛ فهذا الذي جمع بين الإخلاص والمتابعة هو الذي ينال ما يرجو ويطلب، وأما مَنْ عدا ذلك؛ فإنَّه خاسرٌ في دنياه وأخراه، وقد فاته القرب من مولاه ونيل رضاه.
(110) Maksudnya, katakanlah wahai Muhammad kepada orang-orang kafir dan selain mereka, ﴾ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ
﴿ "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu," maksudnya aku bukan tuhan, tidak punya andil dalam kerajaan ini, tidak memiliki penge-tahuan tentang hal yang ghaib, dan tidak mengendalikan perben-daharaan Allah. Aku hanyalah manusia seperti k a l i a n ﴾ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ
﴿ "yang diwahyukan kepadaku, 'Bahwa Tuhanmu itu adalah Tuhan Yang Esa'," maksudnya aku dilebihkan daripada kalian dengan wahyu yang Allah sampaikan kepadaku, yang kandungan-nya paling agung adalah memberitahukan kepada k a l i a n ﴾ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ
﴿ "bahwa Tuhanmu itu adalah Tuhan Yang Esa," maksudnya tidak ada sekutu bagiNya, dan tidak ada seorang pun yang berhak diibadahi, dengan ibadah seberat biji dzarrah pun [selainNya]. Aku mengajak kalian untuk beramal yang mendekatkan kalian kepada-Nya dan menghasilkan bagi kalian pahala dan menyingkirkan hukumanNya dari kalian. Oleh karena itu, Allah berfirman,﴾ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا
﴿ "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah dia mengerjakan amal yang shalih," yaitu amalan yang selaras dengan aturan syariat Allah, yang wajib mau-pun sunnah ﴾ وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا 110 ﴿ "dan janganlah dia mempersekutu-kan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya," maksudnya, tidak berbuat riya` dengan amalnya, tetapi hendaklah dia mengamal-kannya dengan ikhlas karena Wajah Allah تعالى. Orang yang telah memadukan antara ikhlas dan mutaba'ah
(meneladani Rasul) dialah orang yang meraih apa yang ia harapkan dan ia cari. Adapun orang selain ini, maka dia akan merugi di dunia dan akhirat, kesempatan kedekatan dengan Rabbnya dan perolehan ridhaNya telah hilang darinya.
Inilah akhir surat al-Kahfi. Segala puji bagi Allah.