Ayah:
TAFSIR SURAT MARYAM
TAFSIR SURAT MARYAM
Madaniyyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang"
Ayah: 1 - 6 #
{كهيعص (1) ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا (3) قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا (4) وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا (5) يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا (6)}.
"Kaf Ha Ya 'Ain Shad. (Yang dibacakan ini adalah) penje-lasan tentang rahmat Rabbmu kepada hambaNya, Zakaria. Yaitu tatkala dia berdoa kepada Rabbnya dengan suara yang lembut. Dia berkata, 'Wahai Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadaMu, wahai Rabbku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku ada-lah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisiMu seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya'qub, dan jadikanlah dia, wahai Rabbku, seorang yang diridhai'." (Maryam: 1-6).
#
{2} أي: هذا {ذِكْرُ رحمةِ ربِّك عبدَه زكريَّا}: سنقصُّه عليك، ونفصِّله تفصيلاً يُعرِّف به حالة نبيِّه زكريا وآثاره الصالحة ومناقبه الجميلة؛ فإنَّ في قصِّها عبرة للمعتبرين وأسوة للمقتدين، ولأنَّ في تفصيل رحمته لأوليائِهِ وبأيِّ سبب حصلت لهم مما يدعو إلى محبَّة الله تعالى والإكثار من ذكرِهِ ومعرفتِهِ والسبب الموصل إليه، وذلك أنَّ الله تعالى اجتبى واصطفى زكريَّا عليه السلام لرسالتِهِ، وخصَّه بوحيه، فقام بذلك قيام أمثاله من المرسلين، ودعا العباد إلى ربِّه، وعلَّمهم ما علَّمه الله، ونصح لهم في حياته وبعد مماتِهِ كإخوانه من المرسلين ومن اتَّبعهم.
(2) Maksudnya, ini ﴾ ذِكۡرُ رَحۡمَتِ رَبِّكَ عَبۡدَهُۥ زَكَرِيَّآ 2 ﴿ "adalah penje-lasan rahmat Rabbmu kepada hambaNya, Zakaria." Kami akan me-ngisahkannya kepadamu dan akan menguraikannya dengan uraian terperinci yang bisa memperkenalkan kondisi NabiNya, Zakaria, peninggalan-peninggalannya yang baik, dan jalan hidupnya yang indah. Sesungguhnya dalam kisahnya terdapat pelajaran bagi orang yang mau mengambil pelajaran dan terdapat suri teladan bagi orang yang mau mengikuti (jejak para nabi). Dan karena di dalam penjelasan tentang rahmat (kasih sayang) Allah kepada para wali-Nya dan penjelasan tentang penyebab apa saja yang mengundang turunnya rahmat buat mereka itu, terkandung perkara-perkara yang bisa mendorong untuk mencintai Allah تعالى, memperbanyak dzikir kepadaNya, lebih mengenal Allah, dan terkandung faktor yang bisa mengantarkan kepadaNya. Hal ini disebabkan karena Allah تعالى telah memilih Nabi Zakaria عليه السلام (untuk mengemban) risalahNya dan mengistimewa-kan beliau dengan (pemberian) wahyu. Lalu Nabi Zakaria melak-sanakan tugasnya sebagaimana para rasul lainnya melaksanakan tugas mereka, mengajak manusia (agar beribadah) kepada Rabb-nya, mengajarkan kepada mereka ilmu yang diajarkan oleh Allah kepadanya, menasihati mereka saat hayat masih dikandung badan dan setelah meninggal dunia, sebagaimana saudara-saudaranya dari kalangan para rasul dan para pengikut mereka.
#
{3 ـ 4} فلما رأى من نفسه الضعف، وخاف أن يموتَ، ولم يكن أحدٌ ينوب منابه في دعوة الخلق إلى ربِّهم والنُّصح لهم، شكا إلى ربِّه ضعفه الظاهر والباطن، وناداه نداء خفيًّا؛ ليكون أكمل وأفضل وأتمَّ إخلاصاً، فقال: {ربِّ إنِّي وَهَنَ العظمُ منِّي}؛ أي: وَهَى وضَعُفَ، وإذا ضعف العظم الذي هو عماد البدن؛ ضعف غيره. {واشتعل الرأس شيباً}؛ لأنَّ الشيب دليلُ الضعف والكبر ورسولُ الموت ورائدُه ونذيرُه، فتوسَّل إلى الله تعالى بضعفه وعجزه، وهذا من أحبِّ الوسائل إلى الله؛ لأنَّه يدلُّ على التبرِّي من الحول والقوة وتعلُّق القلب بحول الله وقوَّته. {ولم أكن بدعائِكَ ربِّ شقيًّا}؛ أي: لم تكن يا ربِّ تردُّني خائباً ولا محروماً من الإجابة، بل لم تزلْ بي حفيًّا ولدعائي مجيباً، ولم تزل ألطافُك تتوالى عليَّ وإحسانُك واصلاً إليَّ، وهذا توسُّل إلى الله بإنعامه عليه وإجابة دعواته السابقة، فسأل الذي أحسن سابقاً أن يتمِّم إحسانَه لاحقاً.
(3-4) Ketika Nabi Zakaria menyadari kelemahan pada dirinya dan khawatir akan meninggal, sementara belum ada orang yang menempati tugasnya untuk mendakwahi umat manusia kepada Rabb mereka dan menasihati mereka, maka beliau menga-dukan kelemahan batin dan fisiknya itu kepada Rabbnya. Beliau berdoa kepada Allah dengan suara lembut, supaya doanya lebih sempurna, lebih utama dan lebih paripurna keikhlasannya. Beliau mengatakan, ﴾ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّي ﴿ "Wahai Rabbku, sesungguhnya tulang-ku telah lemah," maksudnya, sudah lemah dan lunglai. Jika tulang yang merupakan penyangga badan sudah lemah, maka anggota badan yang lain pasti ikut melemah. ﴾ وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبٗا ﴿ "Kepalaku telah ditumbuhi uban," karena (tumbuhnya) uban merupakan pertanda kelemahan dan masa tua, utusan dan duta kematian serta peringatan akan dekatnya kematian. Maka Zakaria menjadikan kelemahan dan ketidakberdayaannya sebagai wasilah (perantara) dalam berdoa kepada Allah. Ini meru-pakan salah satu bentuk wasilah yang dicintai oleh Allah, karena menunjukkan berlepas diri dari daya dan kekuatan (pribadi) dan ketergantungan hati hanya kepada daya dan kekuatan Allah. ﴾ وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا 4 ﴿ "Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadaMu, wahai Rabbku." Wahai Rabbku, Engkau tidak pernah menolak permintaanku dengan hampa dan menjadi terhalang-halangi dari pengabulan. Bahkan Engkau selalu menyambutku dan mengabulkan permohonanku. Dan kelembutanMu selalu silih berganti datang kepadaku, (begitu juga) kebaikanMu selalu sampai kepadaku. Ini merupakan satu bentuk tawassul kepada Allah dengan (penyebutan) nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya dan pengabulan doa-doanya yang terdahulu. Jadi, Nabi Zakaria berdoa kepada Allah yang telah memberinya kebaikan pada masa yang lalu agar menyempurnakan curahan kebaikanNya pada masa akan datang.
#
{5} {وإنِّي خفتُ المواليَ من ورائي}؛ أي: وإني خفتُ من يتولَّى على بني إسرائيل من بعد موتي أن لا يقوموا بدينك حقَّ القيام، ولا يدعوا عبادك إليك. وظاهر هذا أنَّه لم يَرَ فيهم أحداً فيه لياقةٌ للإمامة في الدين، وهذا فيه شفقةُ زكريَّا عليه السلام ونصحُه وأنَّ طلبه للولد ليس كطلب غيره؛ قصدُهُ مجردُ المصلحة الدنيويَّة، وإنَّما قصدُه مصلحة الدين والخوف من ضياعه، ورأى غيرَه غيرَ صالح لذلك، وكان بيتُه من البيوت المشهورة في الدِّين ومعدن الرسالة ومظنَّة للخير، فدعا الله أن يرزقَه ولداً يقوم بالدين من بعدِهِ، واشتكى أنَّ امرأته عاقر؛ أي: ليست تلدُ أصلاً، وأنَّه قد بلغ من الكبر عتيًّا؛ أي: عمراً يندُرُ معه وجود الشهوة والولد. {فهب لي من لَدُنكَ وليًّا}.
(5) ﴾ وَإِنِّي خِفۡتُ ٱلۡمَوَٰلِيَ مِن وَرَآءِي ﴿ "Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku," maksudnya saya mengkhawatir-kan orang yang mengendalikan urusan pada Bani Isra`il setelah kematianku, mereka tidak menjalankan agamaMu dengan sebaik-baiknya dan tidak mendakwahi hamba-hambaMu (agar beribadah) kepadaMu. Secara eksplisit, perkataan beliau ini menunjukkan bahwa beliau belum mendapatkan salah seorang dari mereka yang mempunyai kapabilitas untuk menjadi pemimpin agama. Dalam ungkapan ini terdapat bukti kasih sayang Nabi Zakaria عليه السلام dan ketulusan hatinya, dan bahwa permintaannya agar diberi anak, bukan seperti permintaan orang lain, yang tujuannya semata-mata kemaslahatan duniawi. Tujuan Nabi Zakaria adalah kemaslahatan agama dan kekhawatiran agama ini lenyap. Beliau memandang orang lain tidak pantas untuk itu. Dan keluarga Nabi Zakaria termasuk keluarga- keluarga yang terkenal dalam masalah agama, sumber risalah dan tempat mencari kebaikan. Maka beliau berdoa kepada Allah agar dikaruniai seorang anak yang akan menegakkan agama sepeninggalnya. Beliau mengadukan bahwa istrinya mandul, maksudnya tidak bisa melahirkan sama sekali, sementara beliau sendiri sudah mencapai usia tua. Maknanya, sudah mencapai batas usia yang jarang memiliki gejolak syahwat (kepada wanita) dan (memperoleh) anak. ﴾ فَهَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّٗا 5 ﴿ "Maka anugerahilah aku seorang wali (putra) dari sisiMu."
#
{6} وهذه الولاية ولاية الدين وميراث النبوَّة والعلم والعمل، ولهذا قال: {يرثني ويَرِثُ من آل يعقوبَ واجْعَلْه ربِّ رضيًّا}؛ أي: عبداً صالحاً ترضاه وتحبِّبه إلى عبادك. والحاصل أنَّه سأل الله ولداً ذكراً صالحاً يبقى بعد موته ويكون وليًّا من بعده ويكون نبيًّا مرضيًّا عند الله وعند خلقِهِ، وهذا أفضل ما يكون من الأولاد، ومن رحمة الله بعبدِهِ أنْ يرزقَه ولداً صالحاً جامعاً لمكارم الأخلاق ومحامد الشيم، فرحمه ربُّه واستجاب دعوته فقال:
(6) Perwalian yang dimaksud di sini adalah pengganti (dalam menangani urusan) agama dan pewaris kenabian, ilmu dan amal. Oleh karena itu, Zakaria bersabda, ﴾ يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنۡ ءَالِ يَعۡقُوبَۖ وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِيّٗا 6 ﴿ "Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya'qub, dan jadikanlah dia, wahai Rabbku, seorang yang diridhai," mak-sudnya seorang hamba shalih yang Engkau ridhai dan Engkau menjadikannya dicintai oleh para hambaMu. Pendek kata, beliau memohon kepada Allah agar dianugerahi seorang anak laki-laki yang shalih, yang hidup setelah Nabi Zakaria meninggal dan menjadi penggantinya, menjadi seorang nabi yang diridhai di sisi Allah dan disenangi oleh para makhlukNya. Ini adalah jenis anak yang paling sempurna. Dan termasuk cermin kasih sayang Allah kepada hambaNya (Zakaria), Allah memberinya seorang anak yang shalih, yang sarat dengan semua akhlak mulia dan perilaku yang terpuji. Lalu Allah menganugerahkan rahmat kepada Zakaria, lalu Allah mengabulkan doanya. Allah berfirman,
Ayah: 7 - 11 #
{يَازَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَلْ لَهُ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا (7) قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا وَقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا (8) قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْئًا (9) قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَ لَيَالٍ سَوِيًّا (10) فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا (11)}.
"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengannya." Zakaria berkata, "Ya Rabbku, bagaimana (mungkin) akan ada anak bagiku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul, dan aku (sendiri) sungguh sudah mencapai umur yang sangat tua." Dia berfirman, "Demikianlah." Rabbmu berfirman, "Hal itu adalah mudah bagiKu, dan sungguh telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali." Zakaria berkata, "Ya Rabbku, berilah aku suatu tanda." Dia berfirman, "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat." Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu memberi isyarat kepada mereka, hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang." (Maryam: 7-11).
#
{7} أي: بشره الله تعالى على يد الملائكة بيحيى، وسمَّاه الله له يحيى، وكان اسماً موافقاً لمسمَّاه؛ يحيا حياة حسيَّةً فتتمُّ به المنَّة، ويحيا حياةً معنويَّة، وهي حياة القلب والروح بالوحي والعلم والدين. {لم نجعل له من قبلُ سميًّا}؛ أي: لم يسمِّ هذا الاسم قبله أحدٌ، ويُحتمل أنَّ المعنى: لم نجعلْ له من قبل مثيلاً ومسامياً؛ فيكون ذلك بشارةً بكماله واتِّصافه بالصفات الحميدة، وأنَّه فاق من قبله، ولكن على هذا الاحتمال؛ هذا العموم لا بدَّ أن يكون مخصوصاً بإبراهيم وموسى ونوح عليهم السلام ونحوهم ممَّن هو أفضلُ من يحيى قطعاً.
(7) Maksudnya, Allah تعالى memberinya kabar gembira ten-tang (kelahiran) Yahya melalui para malaikat. Allah menamakan-nya dengan sebutan Yahya. Sebuah nama yang selaras dengan pemiliknya. Dia hidup dengan nyata lagi tampak oleh indera (hissi) sampai nikmat (Allah) sempurna pada dirinya dan juga hidup secara maknawi. Yaitu kehidupan hati dan ruhnya disertai wahyu, ilmu dan agama. ﴾ لَمۡ نَجۡعَل لَّهُۥ مِن قَبۡلُ سَمِيّٗا 7 ﴿ "Yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengannya," maksudnya belum pernah ada seorang pun yang menggunakan nama ini se-belumnya. Ada kemungkinan (juga), makna ayat ini adalah Kami belum pernah menciptakan orang yang setara dan sama namanya dengannya dibanding masa sebelumnya. Sehingga, jadilah ini se-bagai kabar gembira (bagi Zakaria) karena kesempurnaan Yahya, yang menyandang sifat-sifat yang yang terpuji, dan bahwa Yahya itu mengungguli orang-orang sebelumnya. Akan tetapi, berdasar-kan kemungkinan ini, maka keumumannya harus ditakhsis (diper-sempit) dengan Nabi Ibrahim, Musa, Nuh dan lain sebagainya, yang mereka ini dipastikan lebih baik dibandingkan dengan Yahya.
#
{8} فحينئذٍ لما جاءته البشارة بهذا المولود الذي طلبه؛ استغربَ وتعجب وقال: {ربِّ أنَّى يكونُ لي غلام}: والحال أنَّ المانع من وجود الولد موجود بي وبزوجتي، وكأنَّه وقتَ دعائه لم يستحضرْ هذا المانع؛ لقوَّة الوارد في قلبه وشدَّة الحرص العظيم على الولد، وفي هذه الحال حين قُبِلَتْ دعوتُه؛ تعجَّب من ذلك.
(8) Ketika itu, saat Nabi Zakaria menerima kabar gembira kelahiran anak ini yang dimintanya, maka beliau justru merasa aneh dan keheranan. Beliau mengatakan, ﴾ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ ﴿ "Ya Rabbku, bagaimana (mungkin) akan ada anak bagiku," sementara kon-disinya bahwa faktor penghalang untuk mendapatkan anak, ada pada diri saya dan istri saya? Seakan-akan pada saat berdoa, beliau tidak menyadari keberadaan faktor penghalang ini, lantaran ke-inginan kuat di hatinya serta dahsyatnya hasrat yang besar untuk mendapatkan anak. Dalam kondisi seperti ini, saat doanya dikabul-kan, maka beliau merasa keheranan.
#
{9} فأجابه الله بقوله: {كذلك قال ربُّكَ هو عليَّ هيِّنٌ}؛ أي: الأمر مستغربٌ في العادة، وفي سنة الله في الخليقة، ولكن قدرة الله تعالى صالحةٌ لإيجاده بدون أسبابها؛ فذلك هيِّن عليه، ليس بأصعب من إيجاده قبلُ، ولم يك شيئاً.
(9) Maka Allah menjawab keheranannya dengan Firman-Nya, ﴾ كَذَٰلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٞ ﴿ "Demikianlah." Rabbmu berfirman, "Hal itu adalah mudah bagiKu," maksudnya masalah ini memang aneh menurut kebiasaan, dan aneh juga dalam sunnatullah pada pencip-taan makhlukNya. Akan tetapi, kekuasaan Allah تعالى memungkin-kan penciptaan Yahya, tanpa melalui sebab-sebab (yang lumrah) dan masalah ini ringan bagiNya. Tidak lebih sulit bagi Allah dari-pada menciptakan Zakaria sebelumnya, padahal sebelumnya beliau tidak ada sama sekali.
#
{10} {قال ربِّ اجعل لي آيةً}؛ أي: يطمئنُّ بها قلبي، وليس هذا شكًّا في خبر الله، وإنَّما هو كما قال الخليل عليه السلام: {ربِّ أرني كيفَ تُحيي الموتى قال أوَلَم تؤمن قال بلى ولكن ليطمئنَّ قلبي}: فطلب زيادة العلم والوصول إلى عين اليقين بعد علم اليقين، فأجابه الله إلى طِلْبَتِهِ رحمةً به. {قال آيتُك أن لا تكلِّمَ الناس ثلاثَ ليال سويًّا}، وفي الآية الأخرى: {ثلاثةَ أيام إلاَّ رَمْزاً}، والمعنى واحد؛ لأنَّه تارةً يعبِّر بالليالي، وتارةً بالأيَّام، ومؤدَّاها واحدٌ، وهذا من الآيات العجيبة؛ فإنَّ منعَه من الكلام مدة ثلاثة أيام وعجزَه عنه من غير خرسٍ ولا آفةٍ بل كان سويًّا لا نقصَ فيه من الأدلة على قدرةِ الله الخارقةِ للعوائد، ومع هذا ممنوعٌ من الكلام الذي يتعلَّق بالآدميِّين وخطابهم، وأما التسبيح [والتهليل] والذكر ونحوه فغيرُ ممنوع منه، ولهذا قال في الآية الأخرى: {واذكُر ربَّك كثيراً وسبِّح بالعشيِّ والإبكار}.
(10) ﴾ قَالَ رَبِّ ٱجۡعَل لِّيٓ ءَايَةٗۖ ﴿ "Zakaria berkata, 'Ya Rabbku, berilah aku suatu tanda'," yaitu bukti yang membuat hatiku menjadi tenang. Ini bukanlah bentuk keragu-raguan (Zakaria) terhadap kabar dari Allah. Akan tetapi, perkataan ini semakna dengan ucapan yang dikatakan oleh Nabi Ibrahim, kekasih Allah, ﴾ رَبِّ أَرِنِي كَيۡفَ تُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰۖ قَالَ أَوَلَمۡ تُؤۡمِنۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطۡمَئِنَّ قَلۡبِيۖ ﴿ "Ya Rabbku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau meng-hidupkan orang-orang yang mati." Allah berfirman, "Apakah kamu belum percaya." Ibrahim menjawab, "Saya telah percaya, akan tetapi agar hatiku tenang (mantap)." (Al-Baqarah: 260). Beliau memohon tambahan ilmu dan pencapaian ke derajat 'ainul yaqin setelah diberikan ilmul yaqin. Lalu Allah mengabulkan permintaannya sebagai wujud kasih sayang Allah kepadanya. ﴾ قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَٰثَ لَيَالٖ سَوِيّٗا 10 ﴿ "Allah berfirman, 'Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat'." Dalam ayat yang lain, Allah berfirman, ﴾ ثَلَٰثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمۡزٗاۗ ﴿ "Selama tiga hari, kecuali dengan isyarat." (Ali Imran: 41). Keduanya bermakna sama, karena terkadang Allah meng-ungkapkannya dengan kata layali (malam) dan terkadang dengan kata ayyam (siang hari), tapi arah maksudnya sama. Ini termasuk bukti (kebesaran Allah) yang menakjubkan. Karena, saat dirinya terhalang untuk berbicara selama tiga hari dan tidak mampu bicara tanpa disertai penyakit bisu dan cacat, bahkan dia dalam keadaan normal, tidak ada kekurangan apa pun, ini termasuk bukti-bukti kekuasaan Allah yang menerjang bentuk kewajaran. Meskipun dalam keadaan normal, Nabi Zakaria terhalangi untuk berbicara dengan pembicaraan yang berkaitan dengan manusia dan ber-komunikasi dengan mereka, sedangkan yang berkaitan dengan ucapan tasbih, [tahlil] dan dzikir serta ucapan serupa lainnya, maka beliau tidak dilarang darinya. Oleh karena itu, dalam ayat yang lain Allah berfirman, ﴾ وَٱذۡكُر رَّبَّكَ كَثِيرٗا وَسَبِّحۡ بِٱلۡعَشِيِّ وَٱلۡإِبۡكَٰرِ 41 ﴿ "Dan sebutlah (nama) Rabbmu sebanyak-banyaknya serta bertasbih-lah di waktu petang dan pagi hari." (Ali Imran: 41).
#
{11} فاطمأنَّ قلبُه، واستبشر بهذه البشارة العظيمة، وامتثل لأمر الله له بالشكر بعبادته وذكرِهِ، فعكف في محرابه، وخرج على قومه منه {فأوحى إليهم}؛ أي: بالإشارة والرمز، {أن سبِّحوا بكرةً وعشيًّا}: لأنَّ البشارة بيحيى في حقِّ الجميع مصلحة دينية.
(11) Maka, hati Zakaria menjadi tenang dan bersuka-cita dengan kabar gembira ini. Dia pun taat kepada perintah Allah untuk bersyukur dengan cara beribadah kepadaNya dan selalu berdzikir. Zakaria berdiam diri di tempat ibadahnya dan keluar (menemui) kaumnya ﴾ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَيۡهِمۡ ﴿ "lalu dia memberi isyarat kepada kaumnya," yaitu dengan isyarat dan kode ﴾ أَن سَبِّحُواْ بُكۡرَةٗ وَعَشِيّٗا 11 ﴿ "hen-daklah kalian bertasbih di waktu pagi dan petang," karena kabar gembira dengan kedatangan Yahya bagi semua orang merupakan kemas-lahatan agamis (bagi mereka).
Ayah: 12 - 15 #
{يَايَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا (12) وَحَنَانًا مِنْ لَدُنَّا وَزَكَاةً وَكَانَ تَقِيًّا (13) وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا (14) وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا (15)}.
"Hai Yahya, ambillah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi dia masih kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami, dan kesucian (dari dosa). Dan dia adalah seorang yang bertakwa, dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah dia seorang yang sombong lagi durhaka. Kesejahteraan atas dirinyalah pada hari dia dilahirkan, dan pada hari dia me-ninggal dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali." (Maryam: 12-15).
#
{12} دلَّ الكلام السابق على ولادة يحيى وشبابه وتربيته، فلما وصل إلى حالةٍ يفهم فيها الخطاب؛ أمره الله أنْ يأخذ الكتاب بقوَّة؛ أي: بجدٍّ واجتهادٍ، وذلك بالاجتهاد في حفظ ألفاظه وفهم معانيه والعمل بأوامره ونواهيه، هذا تمامُ أخذِ الكتاب بقوَّة، فامتثل أمر ربِّه، وأقبل على الكتاب فحفظه وفهمه، وجعل الله فيه من الذَّكاء والفطنة ما لا يوجد في غيره، ولهذا قال: {وآتَيْناه الحكم صبيًّا} [أي: معرفة أحكام اللَّه والحكم بها وهو في حال صغره وصباه].
(12) Pembicaraan yang telah lewat menunjukkan kelahiran, masa remaja, dan pertumbuhan Yahya. Pada saat dia sudah men-capai usia yang memungkinkannya untuk memahami arah pem-bicaraan, maka Allah memerintahkannya untuk mengambil kitab dengan penuh kekuatan, maksudnya dengan ketelatenan dan ke-sungguhan. Yaitu dengan bersungguh-sungguh dalam menghafal lafazh-lafazhnya, memahami makna-maknanya dan menaati semua perintah dan larangan-larangannya. Inilah wujud kesempurnaan mengambil kitab dengan penuh kekuatan. Lantas, Yahya menaati perintah Rabbnya, memberi perhatian kepadanya, menghafal dan memahaminya. Lalu Allah meletakkan kecerdasan dan kepandaian pada Yahya yang tidak ditemukan pada orang lain. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَءَاتَيۡنَٰهُ ٱلۡحُكۡمَ صَبِيّٗا 12 ﴿ "Dan Kami berikan kepada-nya hikmah selagi dia masih kanak-kanak," [maksudnya, mengetahui hukum-hukum Allah serta hikmah-hikmahNya saat masih kecil, dan kekanak-kanakan].
#
{13} وآتيناه أيضاً {حناناً من لَدُنّا}؛ أي: رحمة ورأفة تيسَّرتْ بها أموره، وصلحتْ بها أحواله، واستقامت بها أفعاله. {وزكاة}؛ أي: طهارة من الآفات والذنوب، فَطَهُرَ قلبُه وتزكَّى عقلُه، وذلك يتضمَّن زوال الأوصاف المذمومة والأخلاق الرديئة وزيادة الأخلاق الحسنة والأوصاف المحمودة، ولهذا قال: {وكان تَقِيًّا}؛ أي: فاعلاً للمأمور تاركاً للمحظور.
(13) Dan Kami juga memberikan kepadanya ﴾ وَحَنَانٗا مِّن لَّدُنَّا ﴿ "rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami," maksudnya rasa kasih dan sayang, sehingga urusan-urusannya menjadi gampang, kondisinya menjadi baik dan amalan-amalannya juga lurus, ﴾ وَزَكَوٰةٗۖ ﴿ "dan kesucian," maksudnya suci dari kekurangan-kekurangan dan dosa-dosa, maka hatinya bersih dan akalnya pun jernih. Ini meli-puti hilangnya sifat-sifat tercela dan perilaku-perilaku yang nista dari dirinya, dan sebagai tambahan akhlak-akhlak yang baik dan karakter-karakter yang terpuji. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَكَانَ تَقِيّٗا 13 ﴿ "Dan dia adalah seorang yang bertakwa," maksudnya orang yang melakukan perintah serta meninggalkan larangan.
#
{14} ومن كان مؤمناً تقيًّا؛ كان لله وليًّا، وكان من أهل الجنة التي أُعدَّت للمتقين، وحصل له من الثواب الدنيويِّ والأخرويِّ ما رتَّبه الله على التَّقوى، وكان أيضاً {برًّا بوالديه}؛ أي: لم يكن عاقًّا ولا مسيئاً إلى أبويه، بل كان محسناً إليهما بالقول والفعل. {ولم يكن جباراً عَصِيًّا}؛ أي: لم يكن متجبراً متكبراً عن عبادة الله، ولا مترفِّعاً على عباد الله ولا على والديه، بل كان متواضعاً متذلِّلاً مطيعاً أوَّاباً لله على الدوام، فجمع بين القيام بحقِّ الله وحق خلقه.
(14) Siapa saja yang beriman dan bertakwa kepada Allah, maka dia menjadi salah satu wali Allah, dan termasuk salah satu (calon) penghuni surga yang dipersiapkan untuk orang-orang yang bertakwa. Dia mendapatkan pahala dunia akhirat yang Allah tetap-kan sebagai balasan atas ketakwaan. Yahya juga ﴾ ب َ ر ّ َ م ا بِوَٰلِدَيۡهِ ﴿ "banyak berbakti kepada kedua orang tuanya," maksudnya tidak durhaka dan tidak berbuat jelek kepada kedua orang tuanya, bahkan dia berbuat baik kepada keduanya lewat perkataan dan perbuatan. ﴾ وَلَمۡ يَكُن جَبَّارًا عَصِيّٗا 14 ﴿ "Dan bukanlah dia seorang yang sombong lagi durhaka," mak-sudnya, dia bukanlah sosok yang bersifat diktator, tinggi hati untuk beribadah kepada Allah, tidak sombong kepada sesama hamba Allah dan kedua orang tuanya. Bahkan sebaliknya, dia seorang yang selalu bertawadhu', rendah hati, taat dan bertaubat kepada Allah. Jadi, Nabi Yahya telah memadukan antara menunaikan hak-hak Allah dan menjalankan hak-hak makhluk Allah.
#
{15} ولهذا حصلت له السلامة من الله في جميع أحواله؛ مبادئها وعواقبها؛ فلذا قال: {وسلامٌ عليه يومَ وُلِدَ ويومَ يموتُ ويومَ يُبْعَثُ حيًّا}: وذلك يقتضي سلامته من الشيطان والشرِّ والعقاب في هذه الأحوال الثلاثة وما بينها، وأنَّه سالمٌ من النار والأهوال ومن أهل دار السلام؛ فصلوات الله وسلامه عليه وعلى والده وعلى سائر المرسلين، وجعلنا من أتباعِهِم إنَّه جوادٌ كريمٌ.
(15) Oleh sebab itu, dia dianugerahi keselamatan dari Allah, dalam segala kondisi, sejak permulaan sampai penghujung hayat-nya. Karenanya, Allah berfirman, ﴾ وَسَلَٰمٌ عَلَيۡهِ يَوۡمَ وُلِدَ وَيَوۡمَ يَمُوتُ وَيَوۡمَ يُبۡعَثُ حَيّٗا 15 ﴿ "Kesejahteraan atas dirinyalah pada hari dia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali." Hal tersebut menuntut selamatnya Yahya dari (godaan) setan, kejahatan dan hukuman (siksaan) dalam tiga kondisi ini (kelahiran, kematian dan waktu kebangkitan kembali) pada rentang waktu di antara ketiga peristiwa tersebut. Dia selamat dari neraka dan siksa, dan dia ter-masuk penghuni surga. Maka, semoga curahan shalawat dan salam Allah senantiasa tercurahkan kepada Yahya, kedua orang tuanya dan semua rasul. Dan semoga Allah berkenan menjadikan kita se-kalian termasuk pengikut-pengikut mereka. Sesungguhnya Allah itu Maha Dermawan lagi Mahamulia.
Ayah: 16 - 21 #
{وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا (16) فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا (17) قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا (18) قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا (19) قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا (20) قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا (21)}.
"Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam al-Qur`an, yaitu ketika dia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur maka dia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, maka dia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata, 'Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Dzat Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.' Ia (Jibril) berkata, 'Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabbmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.' Maryam berkata, 'Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku, dan aku bukan (pula) seorang pezina!' Jibril berkata, 'Demikianlah.' Rabbmu berfirman, 'Hal itu adalah mudah bagiKu, dan agar Kami dapat menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan'." (Maryam: 6-21).
#
{16} لما ذكر قصة زكريّا ويحيى، وكانت من الآيات العجيبة؛ انتقلَ منها إلى ما هو أعجب منها تدريجاً من الأدنى إلى الأعلى، فقال: {واذْكُرْ في الكتاب}: الكريم {مريمَ}: عليها السلام، وهذا من أعظم فضائلها؛ أنْ تُذْكَرَ في الكتاب العظيم الذي يتلوه المسلمون في مشارق الأرض ومغاربها؛ تُذْكَر فيه بأحسن الذكر وأفضل الثناء؛ جزاءً لعملها الفاضل وسعيها الكامل؛ أي: واذْكُرْ في الكتاب مريم في حالها الحسنة حين {انتبذت}؛ أي: تباعدت عن أهلها {مكاناً شرقيًّا}؛ أي: مما يلي الشرق عنهم.
(16) Setelah Allah menceritakan kisah Zakaria dan Yahya, yang merupakan salah satu tanda kebesaran Allah yang mengagum-kan, maka Allah beralih darinya menuju fakta yang lebih menga-gumkan, secara berurutan dari peristiwa yang tingkat keanehan-nya relatif lebih rendah kepada yang lebih tinggi. Allah berfirman, ﴾ وَٱذۡكُرۡ فِي ٱلۡكِتَٰبِ ﴿ "Dan ceritakanlah di dalam al-Qur`an," yang mulia ﴾ مَرۡيَمَ ﴿ "(kisah) Maryam," عليها السلام. Ini termasuk keutamaannya yang paling agung, yaitu namanya disebut-sebut di dalam al-Qur`an yang agung, yang dibaca oleh seluruh kaum Muslimin, di belahan bumi bagian Timur dan Barat. Ia singgung dengan sebutan terbaik dan sanjungan yang paling istimewa, sebagai balasan dari tindakannya yang luhur serta usahanya yang sempurna. Maksudnya, sebutlah kisah Maryam dalam al-Qur`an dalam kondisinya yang baik saat ﴾ ٱنتَبَذَتۡ ﴿ "dia menjauhkan diri," maksudnya menjauhkan diri dari ke-luarganya ﴾ مَكَانٗا شَرۡقِيّٗا 16 ﴿ "ke suatu tempat di sebelah timur," ke sebelah timur dari (daerah) kaumnya.
#
{17} {فاتَّخذتْ من دونهم حجاباً}؛ أي: ستراً ومانعاً، وهذا التباعد منها واتِّخاذ الحجاب لتعتزل وتنفرد بعبادة ربِّها، وتقنت له في حالة الإخلاص والخضوع والذلِّ لله تعالى، وذلك امتثالٌ منها لقوله تعالى: {وإذْ قالتِ الملائكة يا مريمُ إنَّ الله اصطفاكِ وطهرك واصطفاك على نساءِ العالمينَ. يا مريمُ اقْنُتي لربِّكِ واسجُدي واركَعي مع الرَّاكعين}. وقوله: {فأرسَلْنا إليها روحنا}: وهو جبريلُ عليه السلام، {فتمثَّلَ لها بشراً سويًّا}؛ أي: كاملاً من الرجال في صورة جميلة وهيئةٍ حسنةٍ لا عيبَ فيه ولا نقص؛ لكونها لا تحتملُ رؤيته على ما هو عليه.
(17) ﴾ فَٱتَّخَذَتۡ مِن دُونِهِمۡ حِجَابٗا ﴿ "Maka dia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka," yaitu sebagai penutup dan pengaman. Keinginan untuk menjauhkan diri (dari kaumnya) dan pembuatan pembatas ini dengan tujuan untuk mengasingkan diri dan menyen-diri dalam rangka beribadah kepada Allah dan melakukan ketaatan kepadaNya dengan ikhlas dan ketundukan serta dengan (rasa) hina kepadaNya. Ini adalah bentuk ketaatannya kepada Allah, berdasarkan FirmanNya, ﴾ وَإِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰكِ وَطَهَّرَكِ وَٱصۡطَفَىٰكِ عَلَىٰ نِسَآءِ ٱلۡعَٰلَمِينَ 42 يَٰمَرۡيَمُ ٱقۡنُتِي لِرَبِّكِ وَٱسۡجُدِي وَٱرۡكَعِي مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ 43 ﴿ "Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Rabbmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk'." (Ali Imran: 42-43). Firman Allah, ﴾ فَأَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡهَا رُوحَنَا ﴿ "Lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya," yaitu Jibril عليه السلام ﴾ فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرٗا سَوِيّٗا 17 ﴿ "maka dia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna," yaitu seperti lelaki yang sempurna, dalam rupa yang tampan dan fisik yang sempurna, tidak memiliki aib dan cela. Lantaran Maryam tidak mampu menyaksikan Jibril dalam bentuk rupa aslinya.
#
{18} فلما رأته في هذه الحال، وهي معتزلة عن أهلها، منفردة عن الناس، قد اتَّخذت الحجاب عن أعزِّ الناس عليها، وهم أهلها؛ خافت أن يكون رجلاً قد تعرَّضَ لها بسوءٍ وطَمِعَ فيها، فاعتصمتْ بربِّها واستعاذتْ منه فقالتْ له: {إنِّي أعوذُ بالرحمنِ منك}؛ أي: ألتجئ به، وأعتصم برحمته أن تنالَني بسوءٍ، {إن كنتَ تقيًّا}؛ أي: إن كنت تخافُ الله وتعمل بتقواه؛ فاترك التعرُّض لي؛ فجمعت بين الاعتصام بربِّها وبين تخويفه وترهيبه وأمره بلزوم التقوى، وهي في تلك الحالة الخالية والشباب والبعد عن الناس، وهو في ذلك الجمال الباهر والبشريَّة الكاملة السويَّة، ولم ينطق لها بسوء أو يتعرَّض لها، وإنما ذلك خوف منها، وهذا أبلغ ما يكون من العفَّة والبعد عن الشرِّ وأسبابه، وهذه العفَّة خصوصاً مع اجتماع الدواعي، وعدم المانع مِن أفضل الأعمال، ولذلك أثنى الله عليها، فقال: {ومريمَ ابنةَ عمرانَ التي أحصنتْ فَرْجَها فَنَفَخْنا فيها من روحنا}، {والتي أحْصَنَتْ فرجَها فنَفَخْنا فيه من روحنا وجَعَلْناها وابنها آيةً للعالمين}؛ فأعاضها الله بعفَّتها ولداً من آيات الله، ورسولاً من رسله.
(18) Saat Maryam melihat lelaki (jelmaan Jibril) dalam kondisi seperti ini, sementara dia sedang jauh dari keluarganya dan mengasingkan diri dari manusia, dan telah meletakkan hijab (penutup diri) dari orang yang paling terhormat baginya yaitu keluarganya, maka dia khawatir lelaki itu akan melancarkan per-buatan jahat dan tergiur padanya. Karena itu, dia bertawakal dan berlindung kepada Allah dari lelaki ini. Ia mengatakan, ﴾ إِنِّيٓ أَعُوذُ بِٱلرَّحۡمَٰنِ مِنكَ ﴿ "Sesungguhnya aku berlindung kepada Dzat Yang Maha Pemurah darimu," maksudnya aku berlindung dan mencari pemeliharaan (kepada Allah) dengan sifat rahmatNya dari keinginan jahatmu padaku ﴾ إِن كُنتَ تَقِيّٗا 18 ﴿ "jika kamu seorang yang bertakwa," maksudnya jika engkau takut kepada Allah dan bertakwa kepadaNya, maka janganlah engkau menggangguku. Di sini, Maryam menyatukan antara permohonan perlindung-an kepada Rabbnya dengan pemberian ancaman dan peringatan kepada si lelaki dan menyuruhnya bertakwa kepada Allah. Pada-hal Maryam berada dalam kondisi sepi (hanya berduaan), masih remaja dan jauh dari keramaian manusia. Sementara itu, pemuda ini dalam rupa tampan rupawan, penampilan yang sempurna lagi normal, tidak mengucapkan kata-kata kotor kepada Maryam dan juga tidak mengganggunya. Ini hanyalah kekhawatiran dari Maryam. Dan merupakan bagian tertinggi dari sifat iffah (pemeli-haraan diri) dan menghindari kejahatan serta segala faktor pemi-cunya. Iffah seperti ini termasuk amal yang paling baik, terutama saat faktor-faktor pemicunya ada, serta tidak ada penghalang. Karenanya, Allah memuji Maryam. Allah berfirman, ﴾ وَمَرۡيَمَ ٱبۡنَتَ عِمۡرَٰنَ ٱلَّتِيٓ أَحۡصَنَتۡ فَرۡجَهَا فَنَفَخۡنَا فِيهِ مِن رُّوحِنَا ﴿ "Dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami." (At-Tahrim: 12). ﴾ وَٱلَّتِيٓ أَحۡصَنَتۡ فَرۡجَهَا فَنَفَخۡنَا فِيهَا مِن رُّوحِنَا وَجَعَلۡنَٰهَا وَٱبۡنَهَآ ءَايَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ 91 ﴿ "Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatan-nya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami, dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam." (Al-Anbiya`: 91). Allah membalas penjagaan Maryam terhadap kehormatan dirinya dengan seorang anak, yang merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah, dan sebagai seorang rasul dari rasul-rasul Allah.
#
{19} فلما رأى جبريل منها الرَّوْع والخيفة؛ قال: {إنَّما أنا رسولُ ربِّك}؛ أي: إنما وظيفتي وشغلي تنفيذُ رسالة ربي فيك، {لأهَبَ لك غلاماً زكيًّا}: وهذه بشارةٌ عظيمةٌ بالولد وزكائه؛ فإنَّ الزكاء يستلزم تطهيره من الخصال الذَّميمة واتِّصافه بالخصال الحميدة.
(19) Saat malaikat Jibril عليه السلام melihat gejala gemetaran dan ketakutan pada diri Maryam عليها السلام, maka dia mengatakan ﴾ إِنَّمَآ أَنَا۠ رَسُولُ رَبِّكِ ﴿ "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabbmu," maksudnya tugas dan pekerjaanku hanya melaksanakan perintah Rabbku padamu ﴾ لِأَهَبَ لَكِ غُلَٰمٗا زَكِيّٗا 19 ﴿ "untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci." Ini adalah kabar gembira dengan kehadiran seorang anak dan kesuciannya. Sesungguhnya kesucian diri meng-haruskan bersihnya anak itu dari sifat-sifat tercela dan menyandang sifat-sifat yang terpuji.
#
{20} فتعجَّبت من وجود الولد من غير أبٍ، فقالت: {أنَّى يكونُ لي غلامٌ ولم يمسَسْني بشرٌ ولم أكُ بغيًّا}: والولد لا يوجد إلا بذلك.
(20) Maryam merasa keheranan berkaitan dengan kelahiran seorang anak tanpa memiliki bapak. Maryam mengatakan ﴾ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٞ وَلَمۡ أَكُ بَغِيّٗا 20 ﴿ "Bagaimana bisa aku memiliki seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah ada seorang manusia pun menyen-tuhku, dan aku bukan (pula) seorang pezina," padahal seorang anak tidak akan terlahir tanpa proses itu.
#
{21} {قال كذلكِ قال ربُّكِ هو عليَّ هيِّنٌ ولِنَجْعَلَه آيةً للناسِ}: تدلُّ على كمال قدرةِ الله تعالى وعلى أنَّ الأسباب جميعها لا تستقلُّ بالتأثير، وإنَّما تأثيرها بتقدير الله، فيُري عباده خرقَ العوائد في بعض الأسباب العاديَّة؛ لئلاَّ يقفوا مع الأسباب، ويقطعوا النظر عن مقدِّرها ومسبِّبها. {ورحمة منَّا}؛ [أي]: ولنجعله رحمةً منَّا به وبوالدته وبالناس: أما رحمةُ الله به؛ فَلِمَا خَصَّه الله بوحيه، ومنَّ عليه بما منَّ به على أولي العزم. وأما رحمتُهُ بوالدته؛ فَلِمَا حصل لها من الفخرِ والثناء الحسن والمنافع العظيمة. وأما رحمتُهُ بالناس؛ فإنَّ أكبر نعمه عليهم أن بَعَثَ فيهم رسولاً، يتلو عليهم آياته، ويزكيِّهم، ويعلِّمهم الكتاب والحكمة فيؤمنون به، ويطيعونه، وتحصُلُ لهم سعادةُ الدنيا والآخرة. {وكان}؛ أي: وجود عيسى عليه السلام على هذه الحالة {أمراً مقضِيًّا}: قضاء سابقاً؛ فلا بدَّ من نفوذ هذا التقدير والقضاء، فنفخ جبريل عليه السلام في جيبها.
(21) ﴾ قَالَ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٞۖ وَلِنَجۡعَلَهُۥٓ ءَايَةٗ لِّلنَّاسِ ﴿ "Jibril berkata, 'Demikianlah.' Rabbmu berfirman, 'Hal itu adalah mudah bagiKu, dan agar Kami menjadikannya sebagai suatu tanda bagi manusia'." Ini me-nunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah تعالى dan menandakan bahwa semua faktor penyebab itu tidak memberikan efek dengan sendirinya, akan tetapi yang memberikan pengaruh adalah takdir Allah. Maka, Allah memperlihatkan kepada para hambaNya pen-dobrakan kejadian-kejadian yang biasa pada sebagian hukum sebab-akibat yang biasa (terjadi), supaya mereka tidak hanya terpaku pada faktor penyebab saja, tanpa peduli dengan Dzat yang me-nakdirkan dan menyebabkannya. ﴾ وَرَحۡمَةٗ مِّنَّاۚ ﴿ "Dan sebagai rahmat dari Kami," [maksudnya] Kami hendak menjadikan anak Maryam itu sebagai rahmat dari Kami buat dirinya, ibunya, dan sekalian manusia. Adapun wujud rahmat Allah kepada diri anak Maryam, yaitu Allah mengistimewakannya dengan pemberian wahyu kepadanya, menganugerahkan kepadanya kenikmatan yang dianugerahkan kepada para ulul azmi. Sedangkan rahmat buat ibunya, lantaran teraihnya kebanggaan, pujian yang baik dan manfaat-manfaat yang besar baginya. Dan wujud rahmatnya bagi umat manusia, maka sesungguhnya nikmat terbesar yang Allah anugerahkan kepada umat manusia adalah pengutusan seorang rasul di tengah-tengah mereka, seorang rasul yang akan membacakan ayat-ayat Allah, yang menyucikan mereka, mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan hikmah. Lalu mereka pun beriman kepada rasul itu, menaati-nya sehingga akan terwujud bagi mereka kebahagiaan dunia dan akhirat. ﴾ وَكَانَ ﴿ "Dan hal itu," eksistensi Isa عليه السلام dalam kondisi seperti ini, ﴾ أَمۡرٗا مَّقۡضِيّٗا 21 ﴿ "adalah suatu perkara yang sudah diputuskan," ke-tentuan yang sudah ditentukan di masa lalu. Maka ketentuan dan keputusan ini pasti terlaksana. Lalu Jibril عليه السلام meniupkan pada kerah baju di lehernya.
Ayah: 22 - 26 #
{فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا (22) فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَالَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا (23) فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا (24) وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا (25) فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا (26)}.
"Maka Maryam mengandungnya, lalu dia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata, 'Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.' Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, 'Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah men-jadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menjatuhkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan ber-senang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, 'Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Dzat Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini'." (Maryam: 22-26).
#
{22} أي: لما حملتْ بعيسى عليه السلام؛ خافتْ من الفضيحة، فتباعدتْ عن الناس مكاناً قصيًّا.
(22) Saat Maryam mengandung Isa عليه السلام, dia khawatir akan menghadapi celaan, maka dia pun menjauh dari manusia ke tempat yang terpencil.
#
{23} فلما قَرُبَ وِلادُها؛ ألجأها المخاضُ إلى جذع نخلةٍ، فلما آلمها وجع الولادة، ووجعُ الانفراد عن الطعام والشراب، ووجعُ قلبها من قالة الناس، وخافتْ عدمَ صبرِها؛ تمنَّتْ أنَّها ماتتْ قبل هذا الحادث وكانت نَسْياً منسيًّا؛ فلا تُذْكَر، وهذا التمنِّي بناءً على ذلك المزعج، وليس في هذه الأمنيَّة خيرٌ لها ولا مصلحةٌ، وإنَّما الخير والمصلحة بتقدير ما حَصَلَ.
(23) Ketika masa kelahiran sudah dekat, rasa sakit menje-lang persalinan memaksanya bersandar pada pangkal pohon kurma. Tatkala dia mulai didera rasa sakit (menjelang) melahirkan, perih-nya jauh dari makanan dan minuman, pedihnya hatinya karena komentar miring orang banyak, dan mencemaskan kemampuan-nya untuk bersabar, maka dia berandai-andai, bahwa dia mati sebelum mengalami kejadian ini, hingga menjadi tak berarti lagi dilupakan (oleh manusia), dan tidak disebut-sebut (lagi). Pengan-daian itu bertolak dari kondisi yang merisaukan(nya) tadi, padahal tidak ada nilai kebaikan dan kemaslahatan sama sekali baginya saat menginginkan kematian itu. Kebaikan hanya terwujud dengan menghargai apa yang telah terjadi.
#
{24} فحينئذٍ سكَّن المَلَكُ رَوْعها، وثبَّتَ جأشها، وناداها من تحتها؛ لعلَّه من مكان أنزل من مكانها، وقال لها: لا تَحْزني؛ أي: لا تجزعي ولا تهتمِّي؛ فـ {قد جعل ربُّك تحتك سريًّا}؛ أي: نهراً تشربين منه.
(24) Ketika itu, malaikat datang menenangkan rasa kekha-watirannya dan meneguhkan hati serta memanggilnya dari bawah. Mungkin saja malaikat berada di tempat yang lebih rendah dari-pada tempat Maryam. Malaikat mengatakan, "Janganlah engkau bersedih hati ! Maksudnya janganlah engkau mengeluh dan jangan pula menghiraukan (keadaanmu). ﴾ قَدۡ جَعَلَ رَبُّكِ تَحۡتَكِ سَرِيّٗا 24 ﴿ "Sesungguh-nya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu," maksudnya sebuah sungai yang bisa engkau minum airnya.
#
{25} {وهُزِّي إليك بجذع النخلةِ تُساقِطْ عليك رُطَباً جنيًّا}؛ أي: طريًّا لذيذاً نافعاً.
(25) ﴾ وَهُزِّيٓ إِلَيۡكِ بِجِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ تُسَٰقِطۡ عَلَيۡكِ رُطَبٗا جَنِيّٗا 25 ﴿ "Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menjatuh-kan buah kurma yang masak kepadamu," yaitu kurma yang segar, lezat, dan bermanfaat.
#
{26} {فكُلي}: من التمر، {واشْربي}: من النهر، {وقَرِّي عَيْناً}: بعيسى؛ فهذا طمأنينتها من جهة السلامة من ألم الولادة وحصول المأكل والمشرب الهنيِّ، وأما من جهة قالة الناس؛ فأمرها أنَّها إذا رأت أحداً من البشر أنْ تقولَ على وجه الإشارة: {إنِّي نذرتُ للرحمن صوماً}؛ أي: سكوتاً، {فلن أكلِّمَ اليوم إنسيًّا}؛ أي: لا تخاطبيهم بكلام لتستريحي من قولهم وكلامهم، وكان معروفاً عندهم أنَّ السكوت من العبادات المشروعة. وإنَّما لم تؤمَرْ بمخاطبتهم في نفي ذلك عن نفسها، لأنَّ الناس لا يصدِّقونها، ولا فيه فائدة، وليكون تبرئتها بكلام عيسى في المهد أعظم شاهدٍ على براءتها؛ فإنَّ إتيان المرأة بولدٍ من دون زوج ودعواها أنَّه من غير أحدٍ من أكبر الدعاوى التي لو أقيم عدَّة من الشهود لم تصدَّق بذلك، فجُعِلَتْ بيِّنةُ هذا الخارق للعادة أمراً من جنسه، وهو كلام عيسى في حال صغره جدًّا، ولهذا قال تعالى:
(26) ﴾ فَكُلِي ﴿ "Maka makanlah," dari kurma itu ﴾ وَٱشۡرَبِي ﴿ "dan minumlah," dari (air) sungai itu ﴾ وَقَرِّي عَيۡنٗاۖ ﴿ "bersenang hatilah kamu," dengan kehadiran Nabi Isa عليه السلام. Ini adalah pelipur lara baginya, dari sisi selamat (terhindar) dari rasa sakit saat melahirkan, dan memperoleh makan dan minum serta ketenangan. Sedangkan (penghibur) baginya dari masalah ejekan manusia, maka Allah memerintahkannya (jika melihat seseorang) agar mengatakan dengan bahasa isyarat, ﴾ إِنِّي نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمَٰنِ صَوۡمٗا ﴿ "Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Dzat Yang Maha Pemurah," maksudnya bernadzar untuk diam ﴾ فَلَنۡ أُكَلِّمَ ٱلۡيَوۡمَ إِنسِيّٗا 26 ﴿ "maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini," maksudnya, janganlah engkau mengajak mereka berbicara agar engkau bisa selamat dari perkataan dan omongan mereka. Pada saat itu, sudah dimaklumi bahwa diam merupakan sejenis ibadah yang disyari'at-kan. Maryam tidak diperintahkan untuk berbincang-bincang de-ngan mereka dalam rangka menepis tuduhan dari dirinya, karena masyarakat tidak mempercayainya, dan tidak ada manfaatnya, serta supaya rehabilitasi namanya melalui penjelasan Nabi Isa saat masih dalam ayunan menjadi kesaksian yang paling kuat atas kesuciannya. Karena, sesungguhnya kemunculan seorang wanita dengan membawa anak tanpa memiliki suami dan mengaku bahwa si anak bukan berasal dari seseorang (lelaki), termasuk bualan ko-song yang besar, yang meskipun telah dihadirkan beberapa saksi, niscaya si wanita itu tidak akan dipercayai. Lalu, Allah menjadikan bukti kejadian luar biasa ini dengan peristiwa yang serupa (luar biasa pula), yaitu ucapan Nabi Isa pada saat masih mungil sekali. Oleh karena itu, Allah berfirman,
Ayah: 27 - 33 #
{فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ قَالُوا يَامَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا (27) يَاأُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا (28) فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا (29) قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا (30) وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا (31) وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا (32) وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا (33)}.
"Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata, 'Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.' Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang penjahat, dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.' Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, 'Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan.' Isa berkata, 'Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil), dan Dia menjadikanku seorang nabi, dan Dia men-jadikanku seorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejah-teraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali'." (Maryam: 27-33).
#
{27} أي: فلما تعلَّت مريمُ من نفاسها؛ أتتْ بعيسى قومَها تحمِلُه، وذلك لعلمها ببراءة نفسها وطهارتها، فأتتْ غير مباليةٍ ولا مكترثةٍ، فقالوا: {لقد جئتِ شيئاً فَرِيًّا}؛ أي: عظيماً وخيماً، وأرادوا بذلك البغي حاشاها من ذلك.
(27) Maksudnya, setelah bersih dari masa nifasnya, Maryam mendatangi kaumnya sambil membawa Isa. (Keberaniannya untuk datang) lantaran dia mengetahui kesucian dan kebersihan dirinya (dari zina). Ia datang tanpa peduli, lagi tanpa beban. Kaumnya mengatakan, ﴾ لَقَدۡ جِئۡتِ شَيۡـٔٗا فَرِيّٗا ﴿ "Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar," yaitu dosa besar lagi bejat. Maksud mereka adalah perbuatan zina. Alangkah terpeliharanya dia dari perbuatan itu.
#
{28} {يا أخت هارونَ}: الظاهر أنَّه أخٌ لها حقيقيٌّ فنسبوها إليه، [وكانوا يسمون بأسماء الأنبياء، وليس هو هارون بن عمران أخا موسى، لأن بينهما قروناً كثيرة]، {ما كان أبوك امرأ سَوْءٍ وما كانت أمُّك بغيًّا}؛ أي؛ لم يكن أبواك إلاَّ صالحينِ سالمينِ من الشرِّ، وخصوصاً هذا الشرَّ الذي يشيرون إليه، وقصدُهم: فكيف كنتِ على غير وصفهما وأتيتِ بما لم يأتيا به؟! وذلك أن الذُّرِّيَّة في الغالب بعضها من بعض في الصلاح وضدِّه، فتعجَّبوا بحسب ما قام بقلوبهم؛ كيف وقع منها؟!
(28) ﴾ يَٰٓأُخۡتَ هَٰرُونَ ﴿ "Hai saudara perempuan Harun," zahir ayat ini menunjukkan bahwa Harun adalah saudara aslinya, sehingga mereka menisbatkannya kepada Harun. [Kebiasaan mereka pada zaman dahulu adalah menggunakan nama-nama para nabi. Akan tetapi, Harun ini bukan Harun putra 'Imran, saudara Nabi Musa عليهما السلام, karena antara keduanya ada jarak masa berabad-abad lamanya]. ﴾ مَا كَانَ أَبُوكِ ٱمۡرَأَ سَوۡءٖ وَمَا كَانَتۡ أُمُّكِ بَغِيّٗا 28 ﴿ "Ayahmu sekali-kali bukanlah seorang penjahat, dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina," mak-sudnya tidaklah dua orang tuamu melainkan orang-orang shalih, selamat dari perbuatan jelek, terutama perbuatan jelek yang mereka isyaratkan (yaitu zina). Maksud ucapan mereka, "Kenapa sifatmu berbeda dengan sifat mereka berdua, dengan melakukan perbuatan yang tidak pernah mereka lakukan?" Hal ini disebabkan biasanya, anak keturunan itu mengikuti sebagian sifat baik atau buruk orang tua. Maka, mereka merasa heran berdasarkan pengetahuan yang ada dalam hati mereka, bagaimana mungkin perbuatan ini terjadi pada Maryam?!
#
{29} {فأشارتْ} لهم {إليه}؛ أي: كلِّموه، وإنَّما أشارت لذلك لأنَّها أمرت عند مخاطبة الناس لها أن تقول: {إنِّي نذرتُ للرحمن صوماً فلن أكَلِّمَ اليوم إنسيًّا}، فلما أشارت إليهم بتكليمه؛ تعجَّبوا من ذلك، وقالوا: {كيف نكلِّمُ مَن كانَ في المهدِ صَبيًّا}؛ لأنَّ ذلك لم تجرِ به عادةٌ ولا حصل من أحدٍ في ذلك السنِّ.
(29) ﴾ فَأَشَارَتۡ ﴿ "Maka Maryam menunjuk," maka Maryam mengacungkan isyarat kepada mereka ﴾ إِلَيۡهِۖ ﴿ "kepada anaknya" ke arah Isa. Maksudnya, "Berbicaralah kalian dengan dia!" Maryam memberikan isyarat karena dia diperintahkan ketika hendak ber-bicara dengan kaumnya, agar mengatakan, ﴾ إِنِّي نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمَٰنِ صَوۡمٗا فَلَنۡ أُكَلِّمَ ٱلۡيَوۡمَ إِنسِيّٗا 26 ﴿ "Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Dzat Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang ma-nusia pun pada hari ini," (Maryam: 26). Dikala Maryam memberikan isyarat kepada mereka agar melakukan komunikasi dengan Isa, mereka terheran-heran dan mengatakan, ﴾ كَيۡفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِي ٱلۡمَهۡدِ صَبِيّٗا 29 ﴿ "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" Karena hal itu merupakan perkara yang tidak biasa (aneh), dan tidak pernah terjadi pada seorang pun pada usia itu.
#
{30} فحينئذٍ قال عيسى عليه السلام وهو في المهد صبيٌّ: {إنِّي عبد الله آتانيَ الكتاب وجَعَلَني نبيًّا}: فخاطبهم بوصفه بالعبوديَّة، وأنه ليس فيه صفةٌ يستحقُّ بها أن يكون إلهاً أو ابناً للإله، تعالى الله عن قول النصارى المخالفين لعيسى في قوله: {إنِّي عبدُ الله}، ومدَّعون موافقته، {آتانيَ الكتابَ}؛ أي: قضى أن يؤتيني الكتابَ، {وجَعَلَني نبيًّا}: فأخبرهم بأنَّه عبدُ الله، وأنَّ الله علَّمه الكتاب وجعله من جملة أنبيائه؛ فهذا من كماله لنفسه.
(30) Pada saat itulah, Isa putra Maryam mengatakan (pada-hal dia bayi yang berada di ayunan), ﴾ إِنِّي عَبۡدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِيَ ٱلۡكِتَٰبَ وَجَعَلَنِي نَبِيّٗا 30 ﴿ "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil), dan Dia menjadikanku seorang nabi." Isa menerangkan kepada mereka dengan menggunakan predikat 'hamba', dan bahwa dia tidak memiliki sifat yang membuatnya pantas menjadi tuhan, atau anak tuhan. Mahatinggi Allah dari perkataan orang-orang Nasrani yang menyelisihi perkataan Isa dalam pernyataannya ﴾ إِنِّي عَبۡدُ ٱللَّهِ ﴿ "Sesung-guhnya aku ini hamba Allah," sementara itu, mereka mengaku-ngaku mengikuti Nabi Isa. ﴾ ءَاتَىٰنِيَ ٱلۡكِتَٰبَ ﴿ "Dia memberiku al-Kitab (Injil)." Allah telah menetapkan akan memberikan al-Kitab kepadaku ﴾ وَجَعَلَنِي نَبِيّٗا ﴿ "dan Dia menjadikanku seorang nabi," lalu dia memberitahukan kepada mereka bahwa dirinya itu hamba Allah, dan bahwa Allah telah mengajarinya sebuah kitab dan memasukkannya ke dalam golongan para nabi. Ini adalah penjelasan Isa tentang kesempurnaan dirinya.
#
{31} ثم ذكر تكميلَه لغيره، فقال: {وجَعَلَني مباركاً أينما كنت}؛ أي: في أيِّ مكانٍ وأيِّ زمان؛ فالبركةُ جعلها الله فيَّ من تعليم الخير والدعوة إليه والنهي عن الشرِّ والدعوة إلى الله في أقوالِهِ وأفعالِهِ؛ فكلُّ من جالسه أو اجتمع به؛ نالتْه بركتُه وسَعِدَ به مصاحبه. {وأوصاني بالصَّلاة والزَّكاة ما دمتُ حيًّا}؛ أي: أوصاني بالقيام بحقوقه التي من أعظمها الصلاة، وحقوق عباده التي أجلُّها الزكاة؛ مدَّة حياتي؛ أي: فأنا ممتثلٌ لوصيَّة ربِّي، عاملٌ عليها، منفذٌ لها.
(31) Lantas, dia menyebutkan (upaya) penyempurnaannya untuk kemaslahatan orang lain. Dia mengatakan, ﴾ وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيۡنَ مَا كُنتُ ﴿ "Dan Dia menjadikanku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada," yaitu di setiap tempat dan waktu. Allah mencurahkan keberkahan padaku, berupa mengajarkan kebaikan dan mendak-wahkannya, melarang dari perbuatan jahat, dan berdakwah kepada Allah dengan perkataan dan perbuatan. Jadi, semua orang yang bergaul, atau berkumpul dengannya, niscaya memperoleh keber-kahan ini, dan orang yang berinteraksi dengan beliau akan berbaha-gia. ﴾ وَأَوۡصَٰنِي بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمۡتُ حَيّٗا 31 ﴿ "Dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup," maksud-nya aku diperintahkan untuk melaksanakan hak-hak Allah. Di antara hak Allah teragung adalah penegakan shalat. Aku juga di-perintahkan (untuk melaksanakan) hak-hak para hamba. Di antara hak terbesar mereka adalah pembayaran zakat, selama hidupku. Maksudnya, aku taat kepada perintah Rabbku, mengamalkannya dan menunaikannya.
#
{32} وأوصاني أيضاً أن أبَرَّ والدتي فأحسِنَ إليها غايةَ الإحسان، وأقومَ بما ينبغي لها؛ لشرفِها وفضلِها، ولكونِها والدةً لها حقُّ الولادة وتوابعها. {ولم يَجْعَلْني جباراً}؛ أي: متكبراً على الله مترفِّعاً على عباده، {شقيًّا}: في دنياي وأخراي، فلم يجعلني كذلك، بل جعلني مطيعاً له خاضعاً خاشعاً متذللاً متواضعاً لعباد الله سعيداً في الدُّنيا والآخرة أنا ومن اتَّبعني.
(32) Allah juga memerintahkan kepadaku agar berbakti kepada ibuku. Maka aku melakukan sikap yang terbaik kepadanya. Aku mengerjakan buat ibuku apa yang sudah semestinya dilaku-kan, karena kemuliaan dan keutamaannya, dan juga karena dia adalah seorang ibu yang memiliki hak (yang muncul atas) kelahiran dan hak-hak penyertanya. ﴾ وَلَمۡ يَجۡعَلۡنِي جَبَّارٗا ﴿ "Dan Dia tidak menjadi-kanku seorang yang sombong," maksudnya sombong kepada Allah dan kepada para hamba Allah ﴾ شَقِيّٗا 32 ﴿ "lagi celaka," di dunia atau akhirat. Allah tidak menjadikanku seperti itu. Namun, menjadikan-ku sebagai orang yang taat kepadaNya, tunduk, khusyu dan me-rendahkan diri kepada para hamba Allah, bahagia di dunia dan akhirat, aku dan orang yang mengikutiku.
#
{33} فلما تمَّ له الكمالُ ومحامد الخصال؛ قال: {وسلامٌ عليَّ يومَ ولِدْتُ ويوم أموتُ ويومَ أبعثُ حيًّا}؛ أي: من فضل ربي وكرمه حصلتْ لي السلامةُ يوم ولادتي ويوم موتي ويوم بعثي من الشرِّ والشيطان والعقوبة، وذلك يقتضي سلامته من الأهوال ودار الفجَّار، وأنَّه من أهل دار السلام؛ فهذه معجزةٌ عظيمة وبرهانٌ باهرٌ على أنَّه رسول الله وعبدُ الله حقًّا.
(33) Sesudah tercapai kesempurnaan dan perilaku-perilaku terpuji baginya, dia mengatakan, ﴾ وَٱلسَّلَٰمُ عَلَيَّ يَوۡمَ وُلِدتُّ وَيَوۡمَ أَمُوتُ وَيَوۡمَ أُبۡعَثُ حَيّٗا 33 ﴿ "Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali," maksudnya lantaran karunia Rabbku dan kemurahan-Nya, telah terwujud keselamatan bagiku dari kejahatan setan dan siksa pada hari kelahiranku, hari kematianku dan Hari Kebangkitan-ku. Ini menunjukkan bahwa Isa selamat dari kengerian-kengerian dan tempat orang-orang jahat (neraka), bahkan dia termasuk peng-huni surga. Ini merupakan mukjizat yang luar biasa dan bukti yang terang bahwa dia itu adalah benar-benar utusan Allah dan hamba Allah.
Ayah: 34 - 36 #
{ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ (34) مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحَانَهُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (35) وَإِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ (36)}.
"Itulah Isa putra Maryam, (yang mengatakan) perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenaran-nya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Mahasuci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka hanya berkata ke-padanya, 'Jadilah,' maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabbmu, maka kalian sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus." (Maryam: 34-36).
#
{34 ـ 35} أي: ذلك الموصوف بتلك الصفات عيسى ابن مريم من غير شكٍّ ولا مِريةٍ، بل {قول الحقِّ} وكلام الله الذي لا أصدقَ منه قيلاً ولا أحسن منه حديثاً؛ فهذا الخبر اليقينيُّ عن عيسى عليه السلام، وما قيل فيه ممَّا يخالفُ هذا؛ فإنَّه مقطوعٌ ببطلانه، وغايتُه أن يكون شكًّا من قائلِهِ لا علم له به، ولهذا قال: {الذي فيه يَمْتَرونَ}؛ أي: يشكُّون فيمارون بشكِّهم ويجادلون بِخَرْصِهِم؛ فمن قائل عنه: إنَّه الله، أو ابن الله، أو ثالث ثلاثة، تعالى الله عن إفكِهِم وتقوُّلهم علوًّا كبيراً؛ فـ {ما كان لله أن يتَّخذ من ولدٍ}؛ أي: ما ينبغي ولا يليق؛ لأنَّ ذلك من الأمور المستحيلة؛ لأنَّه الغنيُّ الحميد المالك لجميع الممالك؛ فكيف يتَّخذ من عبادِهِ ومماليكه ولداً. {سبحانه}؛ أي: تنزَّه وتقدَّس عن الولد والنقص، {إذا قضى أمراً}؛ أي: من الأمور الصغار والكبار؛ لم يمتنعْ عليه ولم يستصعبْ، {فإنما يقول له كن فيكون}؛ فإذا كان قدرُهُ ومشيئتُهُ نافذاً في العالم العلويِّ والسفليِّ، فكيف يكون له ولدٌ؟! وإذا كان، إذا أراد شيئاً؛ قال له: كنْ فيكونُ؛ فكيف يُسْتَبْعَدُ إيجاده عيسى من غير أب؟!
(34-35) Maksudnya, orang yang disebut-sebut dengan sifat-sifat itu adalah Isa putra Maryam, tanpa ada keraguan maupun sangsi padanya. Bahkan ﴾ قَوۡلَ ٱلۡحَقِّ ﴿ "(yang mengatakan) perkataan yang benar." Dan kalamullah (perkataan Allah) yang tidak ada per-kataan yang lebih benar daripadanya dan tidak ada yang lebih baik perkataannya daripada Allah. Berita yang meyakinkan itu menge-nai Isa عليه السلام. Sementara berita-berita tentangnya yang berbeda dengan ini, maka itu dipastikan batil. Puncak (sumber permasalahannya) merupakan keragu-raguan dari si pengucapnya, yang tidak tahu-menahu tentangnya. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ ٱلَّذِي فِيهِ يَمۡتَرُونَ ﴿ "yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya," maksudnya mereka ragu-ragu, sehingga berbantah-bantahan dengan keraguan mereka dan berdebat berdasarkan perkiraan mereka. Di antaranya, ada orang yang mengatakan tentang dirinya, "Isa itu adalah Allah, atau anak Allah atau ketiga dari yang tiga. Sungguh Mahatinggi Allah dari kebohongan mereka." ﴾ مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٖۖ ﴿ "Tidak layak bagi Allah mempunyai anak," maksudnya tidak wajar dan tidak layak. Karena itu adalah suatu yang mustahil. Allah Mahakaya (tidak membutuhkan orang lain), Maha Terpuji, yang memiliki segala se-suatu, bagaimana mungkin Allah mengangkat seorang anak dari kalangan para hamba?! ﴾ سُبۡحَٰنَهُۥٓۚ ﴿ "Mahasuci Dia," Mahasuci Allah dari segala kekurangan dan anak. ﴾ إِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا ﴿ "Apabila Dia telah me-netapkan sesuatu," baik dari perkara yang kecil ataupun yang besar, niscaya tidak akan terhalang dan tidak akan sulit ﴾ فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ﴿ "maka Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah,' maka jadilah ia," jika ketentuan dan kehendakNya pasti terlaksana di langit dan bumi, bagaimana mungkin Dia memiliki anak?! Kalau memang demikian adanya, jika Allah menginginkan sesuatu, maka cukup dengan mengatakan "Jadilah" maka jadilah ia, lalu mengapa dianggap se-buah perkara mustahil, Allah menciptakan Isa tanpa bapak?
#
{36} ولهذا أخبر عيسى أنَّه عبدٌ مربوب كغيره، فقال: {وإنَّ الله ربِّي وربُّكم}: الذي خلقنا وصوَّرنا ونَفَذَ فينا تدبيرُه وصَرَفَنا تقديرُه. {فاعبدوه}؛ أي: أخلصوا له العبادة واجتهدوا في الإنابة. وفي هذا الإقرار بتوحيد الربوبيَّة وتوحيد الإلهيَّة والاستدلال بالأول على الثاني، ولهذا قال: {هذا صراطٌ مستقيمٌ}؛ أي: طريق معتدلٌ موصلٌ إلى الله؛ لكونِهِ طريق الرسل وأتباعهم، وما عدا هذا؛ فإنَّه من طرق الغيِّ والضَّلال.
(36) Oleh sebab itu, Isa memberitahukan bahwa dirinya seorang hamba yang diasuh sebagaimana manusia lainnya. Isa mengatakan, ﴾ وَإِنَّ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمۡ ﴿ "Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian," yang menciptakan kita, membentuk rupa kita, penga-turanNya terealisasikan pada kita dan takdirNya mengondisikan kita, ﴾ فَٱعۡبُدُوهُۚ ﴿ "maka kalian sembahlah Dia." Ikhlaskanlah ibadah hanya kepadaNya, dan bersungguh-sungguhlah dalam bertaubat. Dalam ungkapan ini terdapat pengakuan terhadap tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah serta mengambil dalil dengan jenis yang pertama (tauhid rububiyah) sebagai dalil bagi tauhid jenis kedua (tauhid uluhiyah). Oleh karena itu, dia mengatakan, ﴾ هَٰذَا صِرَٰطٞ مُّسۡتَقِيمٞ 36 ﴿ "Ini adalah jalan yang lurus," yaitu jalan lurus yang menghantarkan menuju Allah. Karena ia merupakan jalan para rasul dan pengikut mereka. Sedangkan jalan selain itu, maka ia termasuk jalan yang menyimpang dan sesat.
Ayah: 37 - 38 #
{فَاخْتَلَفَ الْأَحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ (37) أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا لَكِنِ الظَّالِمُونَ الْيَوْمَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (38)}.
"Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari (ketika) mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zhalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata." (Maryam: 37-38).
#
{37} لما بيَّن تعالى حال عيسى ابن مريم الذي لا يُشَكُّ فيها ولا يُمترى؛ أخبر أنَّ الأحزاب؛ أي: فرق الضلال من اليهود والنصارى وغيرهم على اختلاف طبقاتهم اختلفوا في عيسى عليه السلام؛ فمن غالٍ فيه وجافٍ؛ فمنهم من قالَ: إنه الله! ومنهم من قال: إنه ابن الله! ومنهم من قال: إنه ثالثُ ثلاثة! ومنهم من لم يجعلْه رسولاً، بل رماه بأنَّه ولد بغيٍّ كاليهود! وكل هؤلاء أقوالهم باطلةٌ، وآراؤهم فاسدةٌ مبنيَّة على الشكِّ والعناد والأدلَّة الفاسدة والشُّبه الكاسدة، وكلُّ هؤلاء مستحقُّون للوعيد الشديد، ولهذا قال: {فويلٌ للذين كفروا}: بالله ورسله وكتبه، ويدخُلُ فيهم اليهودُ والنصارى، القائلون بعيسى قول الكفر، {من مَشْهَدِ يوم عظيم}؛ أي: مشهد يوم القيامة، الذي يشهدُهُ الأوَّلون والآخرون، أهل السماوات وأهل الأرض، الخالق والمخلوق، الممتلئ بالزلازل والأهوال، المشتمل على الجزاء بالأعمال؛ فحينئذٍ يتبيَّن ما كانوا يُخفون، ويبُدون، وما كانوا يكتمون.
(37) Usai menjelaskan keadaan Isa putra Maryam yang tidak perlu diragukan dan disangsikan, Allah تعالى memberitahukan bahwa kelompok-kelompok sesat dari kalangan Yahudi dan Nasrani serta selain mereka dengan perbedaan tingkatnya, berselisih tentang Isa putra Maryam. Di antara mereka ada yang berlebihan (meng-agungkannya) dan ada pula yang terlalu melecehkannya. Di antara mereka ada pihak yang mengatakan bahwa Isa itu adalah Allah! Sebagian menganggapnya anak Allah! Pihak yang lain mengatakan bahwa dia itu ketiga dari tiga (tuhan, trinitas). Sebagian yang lain (justru) tidak menilainya sebagai rasul, bahkan menuduhnya seba-gai anak zina, semisal golongan Yahudi! Semua perkataan mereka adalah perkataan-perkataan batil, pendapat yang rusak, yang di-landasi oleh keraguan dan pembangkangan, bukti-bukti yang rusak, syubhat-syubhat yang murahan. Orang-orang ini berhak mendapat-kan ancaman yang keras. Allah berfirman, ﴾ فَوَيۡلٞ لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ ﴿ "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang kafir," kepada Allah dan para RasulNya serta Kitab-kitabNya. Termasuk dalam kelompok ini yaitu golongan Yahudi dan Nasrani, yang mengutarakan ucapan kufur tentang Isa putra Maryam ﴾ مِن مَّشۡهَدِ يَوۡمٍ عَظِيمٍ 37 ﴿ "pada waktu me-nyaksikan hari yang besar," maksudnya suasana Hari Kiamat, yang disaksikan oleh orang-orang generasi pertama dan terakhir, peng-huni langit sampai para penghuni bumi, al-Khaliq (Pencipta) dan Makhluk, (hari) yang penuh dengan kegoncangan dan peristiwa menakutkan serta memuat pembalasan amal perbuatan. Pada hari itu, akan nampak semua yang mereka rahasiakan ataupun yang mereka perlihatkan dan sembunyikan.
#
{38} {أسمِعْ بهم وأبصِرْ يوم يأتوننا}؛ أي: ما أسمعهم وما أبصرهم في ذلك اليوم، فيقرُّون بكفرِهم وشركِهم وأقوالهم، ويقولون: {ربَّنا أبْصَرْنا وسَمِعْنا فارْجِعْنا نعملْ صالحاً إنَّا موقنونَ}: ففي القيامة يستيقنون حقيقة ما هم عليه. {لكنِ الظالمونَ اليوم في ضلال مبينٍ}: وليس لهم عذرٌ في هذا الضلال؛ لأنَّهم بين معاندٍ ضالٍّ على بصيرةٍ عارف بالحقِّ صادف عنه، وبين ضالٍّ عن طريق الحقِّ، متمكِّن من معرفة الحقِّ والصواب، ولكنَّه راضٍ بضلاله، وما هو عليه من سوء أعمالِهِ، غير ساعٍ في معرفة الحقِّ من الباطل. وتأمَّل كيف قال: {فويلٌ للذين كفروا}؛ بعد قوله: {فاختلف الأحزاب من بينهم}، ولم يقلْ: فويلٌ لهم؛ ليعود الضمير إلى الأحزاب؛ لأنَّ من الأحزاب المختلفين طائفةً [أصابت] ووافقت الحقَّ فقالت في عيسى: إنَّه عبدُ الله ورسولُه، فآمنوا به واتَّبعوه؛ فهؤلاء مؤمنون غير داخلين في هذا الوعيد؛ فلهذا خصَّ الله بالوعيد الكافرين.
(38) ﴾ أَسۡمِعۡ بِهِمۡ وَأَبۡصِرۡ يَوۡمَ يَأۡتُونَنَا ﴿ "Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari (ketika) mereka datang kepada Kami," maksudnya alangkah baik pendengaran dan penglihatan mereka kala itu. Sehingga mereka mengakui kekufuran dan kesyirikan serta ucapan-ucapan mereka. Mereka mengatakan, ﴾ رَبَّنَآ أَبۡصَرۡنَا وَسَمِعۡنَا فَٱرۡجِعۡنَا نَعۡمَلۡ صَٰلِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ 12 ﴿ "Ya Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembali-kanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal shalih. Sesungguh-nya kami adalah orang-orang yang yakin." (As-Sajdah: 12). Pada Hari Kiamat, mereka benar-benar meyakini apa yang sebenarnya telah mereka lakukan. ﴾ لَٰكِنِ ٱلظَّٰلِمُونَ ٱلۡيَوۡمَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ 38 ﴿ "Tetapi orang-orang yang zhalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata." Mereka tidak memiliki argumen dalam kesesatan ini. Karena mereka itu antara orang yang menentang lagi sesat di atas bukti nyata, (atau mengetahui kebenaran tetapi menabraknya), dengan orang yang sesat dari jalan kebenaran, mampu mengenal kebenaran dengan baik, tapi dia lebih menyukai kesesatan dan amal kejelekan, tanpa mau berusaha untuk mengetahui perbedaan yang haq dari yang batil. Renungilah, bagaimana Allah berfirman, ﴾ فَوَيۡلٞ لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ ﴿ "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang kafir," setelah ayat ﴾ فَٱخۡتَلَفَ ٱلۡأَحۡزَابُ مِنۢ بَيۡنِهِمۡۖ ﴿ "Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka." Allah tidak mengatakan "Kecelakaan bagi mereka" (dengan meng-gunakan kata ganti) yang kembali kepada kata al-ahzab (kelompok-kelompok). Karena di antara kelompok-kelompok yang berselisih itu, ada kelompok yang berpandangan dengan benar, sesuai de-ngan yang benar. Kelompok yang benar ini menyatakan bahwa Isa itu adalah hamba Allah dan RasulNya. Mereka beriman kepadanya dan mengikutinya. Mereka ini adalah orang yang beriman, tidak termasuk dalam golongan yang terkena ancaman. Oleh karena itu, Allah hanya mengancam orang-orang kafir saja.
Ayah: 39 - 40 #
{وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (39) إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ (40)}.
"Dan berilah mereka peringatan tentang Hari Penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian, dan mereka tidak (pula) beriman. Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan." (Maryam: 39-40).
#
{39 ـ 40} الإنذار: هو الإعلام بالمخوِّف على وجه الترهيب والإخبارُ بصفاته، وأحقُّ ما يُنْذَر به ويخوَّف به العباد يومُ الحسرةِ حين يُقْضى الأمر، فيُجْمع الأولون والآخرون في موقفٍ واحدٍ، ويُسألون عن أعمالهم؛ فمن آمن بالله واتَّبع رسله؛ سَعِدَ سعادةً لا يشقى بعدها، ومَنْ لم يؤمنْ بالله ويتَّبِع رسله؛ شقي شقاوةً لا يسعدُ بعدها، وخَسِرَ نفسَه وأهله؛ فحينئذٍ يتحسَّر ويندم ندامةً تنقطع منها القلوبُ، وتتصدَّع منها الأفئدة، وأيُّ حسرة أعظم من فوات رضا الله وجنَّتِهِ واستحقاق سخطِهِ والنار على وجهٍ لا يَتَمَكَّنُ من الرجوع لِيَسْتَأنِفَ العمل، ولا سبيل له إلى تغيير حالِهِ بالعَوْد إلى الدُّنيا؟! فهذا قدَّامهم، والحالُ أنَّهم في الدُّنيا في غفلة عن هذا الأمر العظيم؛ لا يخطر بقلوبهم، ولو خطر؛ فعلى سبيل الغفلةِ، قد عمَّتهم الغفلة، وشملتهم السكرةُ؛ فهم لا يؤمنون بالله، ولا يتَّبِعون رسله، قد ألهتهم دُنياهم، وحالتْ بينهم وبين الإيمان شهواتُهم المنقضية الفانية؛ فالدنيا وما فيها من أولها إلى آخرها ستذهبُ عن أهلها ويذهبون عنها، وسيرثُ الله الأرض ومَنْ عليها، ويرجعهم إليه، فيجازيهم بما عملوا فيها، وما خسروا فيها أو ربحوا؛ فمن عمل خيراً؛ فليحمدِ الله، ومن وَجَدَ غير ذلك؛ فلا يلومنَّ إلاَّ نفسه.
(39-40) Kata اَلْإِنْذَارُ bermakna pemberitahuan tentang hal-hal yang menakutkan dengan nada mengancam dan menyampai-kan tentang sifat-sifatnya. Dan obyek yang paling pantas menjadi bahan peringatan dan ancaman bagi para hamba adalah Hari Penye-salan (Kiamat), saat semua perkara diputuskan dan orang-orang terdahulu sampai generasi terakhir dikumpulkan pada satu tempat. Mereka akan ditanya mengenai amal perbuatan mereka. Maka barangsiapa beriman kepada Allah dan mengikuti para RasulNya, niscaya akan menikmati kebahagiaan, tanpa pernah mengalami penderitaan setelah itu. Sedangkan orang yang tidak beriman serta tidak mengikuti para RasulNya, niscaya akan merasakan hidup celaka tanpa akan pernah mengenyam kebahagiaan setelahnya. Dia merugi atas diri dan keluarganya. Pada saat itu, dia bersedih dan menyesal dengan penyesalan yang membuat kalbu terputus (dari pengharapan) dan menjadikan hati hancur tak karuan. Ada-kah kesedihan yang lebih besar daripada kesedihan lantaran luput dari mendapatkan ridha dan surga Allah, lalu menerima kepastian murka Allah serta dimasukkan ke neraka, dalam keadaan yang tidak memiliki kemungkinan kembali (ke dunia lagi) untuk memu-lai amalan baru dan tidak ada cara lain untuk merubah keadaan dirinya dengan kembali ke dunia? Inilah keadaan yang menyong-song mereka. Sementara di dunia, mereka lalai dari persoalan besar ini. Masalah ini tidak pernah terbetik dalam hati-hati mereka. Kalaupun terngiang-ngiang, maka dalam suasana yang lalai. Kela-laian menyelimuti mereka dengan merata dan keterlenaan telah menguasai diri mereka. Mereka tidak beriman kepada Allah dan tidak mengikuti para rasul. (Kenikmatan) dunia telah memerdayai mereka. Godaan-godaan syahwat yang akan sirna lagi fana telah menjadi faktor penghalang antara mereka dan keimanan. Dunia beserta isinya, dari permulaan sampai penghujungnya, akan pergi meninggalkan pemiliknya, dan para penghuninya pun berpisah dengannya. Kemudian Allah mengambil alih dunia dan semua isinya, mengembalikan mereka semua kepadaNya. Selanjutnya, Allah memberikan balasan bagi mereka sesuai dengan amal per-buatan, baik berupa kerugian maupun keuntungan mereka di dunia. Barangsiapa melakukan perbuatan baik, hendaklah dia memuji Allah. Sedangkan, orang yang menjumpai amalan selain itu (amalan buruk), janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri saja.
Ayah: 41 - 50 #
{وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا (41) إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَاأَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا (42) يَاأَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا (43) يَاأَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا (44) يَاأَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا (45) قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَاإِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا (46) قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا (47) وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا (48) فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا (49) وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا (50)}.
"Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (al-Qur`an) ini. Sesungguhnya dia adalah seorang yang sa-ngat membenarkan lagi seorang nabi. Ingatlah ketika dia berkata kepada bapaknya, 'Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun. Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Dzat Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab oleh Dzat Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan.' Bapaknya berkata, 'Benci-kah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim. Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.' Ibrahim berkata, 'Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Rabbku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Rabbku.' Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka, dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq, dan Ya'qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami, dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi." (Maryam: 41-50).
Kitab teragung, paling utama lagi tinggi adalah kitab yang nyata dan peringatan yang bijaksana ini (al-Qur`an), jika disebut-kan kabar-kabar di dalamnya, maka kabar itu adalah kabar yang paling jujur, paling haq dan yang paling mendatangkan manfaat. Jika diketengahkan di dalamnya perintah dan larangan, maka perintah dan larangan itu merupakan perintah dan larangan yang paling agung, dan paling adil serta seimbang. Jika dikemukakan balasan, janji, dan ancaman, maka itu semua merupakan berita yang paling benar dan haq, paling terang dalam menjelaskan kebijak-sanaan, keadilan, dan keutamaan. Apabila disebut-sebut nama-nama para Nabi dan Rasul di dalamnya, maka nama-nama yang disebutkan itu merupakan utusan Allah yang lebih sempurna dan lebih utama daripada yang lain. Oleh karena itu, al-Qur`an kerap memulai dan mengulang-ulangi sejarah para nabi yang mana Allah mengutamakan mereka di atas para nabi yang lain, mengangkat derajat dan menaikkan citra mereka, dengan sebab amal perbuatan yang telah mereka lakukan berupa ibadah kepada Allah, rasa cinta dan bertaubat kepadaNya, menunaikan hak-hak Allah dan hak para hamba, mendakwahi umat manusia agar menuju Allah, bersabar dalam menjalankannya dan (menempatkan mereka pada) kedu-dukan yang mewah dan derajat yang tinggi. Maka, Allah menceri-takan dalam surat ini beberapa nabi; memerintahkan RasulNya, Muhammad untuk menyebut-nyebut mereka, karena dengan mengangkat berita tentang mereka berarti menampakkan pujian kepada Allah dan juga kepada para nabi tersebut, (juga) bermakna menjelaskan karunia dan curahan kebaikanNya buat mereka. Dalam cerita itu, terkandung motivasi untuk beriman kepada me-reka, mencintai mereka serta menjadikan mereka sebagai panutan. Allah berfirman,
#
{41} {واذْكُرْ في الكتاب إبراهيم إنَّه كان صديقاً نبيًّا}: جمع الله له بين الصديقيَّة والنبوَّة؛ فالصِّدِّيق كثيرُ الصدق؛ فهو الصادق في أقوالِهِ وأفعالِهِ وأحوالِهِ، المصدِّق بكل ما أُمِرَ بالتصديق به، وذلك يستلزمُ العلم العظيم، الواصل إلى القلب، المؤثِّر فيه، الموجب لليقين، والعمل الصالح الكامل، وإبراهيم عليه السلام هو أفضلُ الأنبياء كلِّهم بعد محمدٍ - صلى الله عليه وسلم -، وهو الأب الثالثُ للطوائف الفاضلة، وهو الذي جعلَ الله في ذُرِّيَّتِهِ النبوَّة والكتاب، وهو الذي دعا الخلق إلى الله، وصبر على ما ناله من العذاب العظيم، فدعا القريب والبعيد، واجتهد في دعوة أبيه مهما أمكنه.
(41) ﴾ وَٱذۡكُرۡ فِي ٱلۡكِتَٰبِ إِبۡرَٰهِيمَۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقٗا نَّبِيًّا 41 ﴿ "Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (al-Qur`an) ini. Sesung-guhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi." (Dalam ayat ini) Allah memadukan dua sifat bagi Ibrahim yaitu shiddiqiyah (kejujuran yang banyak) dan nubuwwah (kenabian). Shiddiq maknanya orang yang banyak kejujurannya. Beliau jujur dalam ucapan-ucapan, tindak-tanduk serta semua dinamika ke-hidupannya, mempercayai segala yang diperintahkan oleh Allah untuk dipercayai. Sifat semacam ini menuntut keberadaan ilmu yang agung yang mengakar di hati, yang membekaskan pengaruh padanya, lagi mengharuskan keyakinan dan amal shalih. Dan Nabi Ibrahim عليه السلام adalah nabi terbaik setelah Nabi Muhammad ﷺ. Beliau merupakan bapak moyang ketiga dari tiga komunitas yang mulia, lantaran Allah memberikan anugerah kenabian dan kitab kepada anak keturunannya. Beliaulah yang mendakwahi umat manusia agar kembali kepada Allah, bersabar atas siksaan pedih yang beliau alami, menyeru keluarga dekat serta kerabat yang jauh dan tekun dalam mengajak ayahnya (ke jalan yang benar) dengan mengerahkan segala kemampuannya.
#
{42} وذكر الله مراجعته إيَّاه فقال: {إذْ قال لأبيه}: مهجِّناً له عبادة الأوثان: {يا أبتِ لم تعبدُ ما لا يسمعُ ولا يبصِرُ ولا يغني عنك شيئاً}؛ أي: لم تعبد أصناماً ناقصةً في ذاتها وفي أفعالها؛ فلا تسمع، ولا تبصر، ولا تملِكُ لعابدها نفعاً ولا ضرًّا، بل لا تملِكُ لأنفسها شيئاً من النفع، ولا تقدِرُ على شيءٍ من الدفع؟! فهذا برهانٌ جليٌّ دالٌّ على أنَّ عبادة الناقص في ذاته وأفعاله مستقبحٌ عقلاً وشرعاً، ودلَّ تنبيهه وإشارتُه أنَّ الذي يجبُ ويحسُنُ عبادةُ مَنْ له الكمالُ، الذي لا يَنال العبادُ نعمةً إلاَّ منه، ولا يدفعُ عنهم نقمةً إلاَّ هو، وهو الله تعالى.
(42) Allah menceritakan pembicaraannya dengan sang bapak. Allah berfirman, ﴾ إِذۡ قَالَ لِأَبِيهِ ﴿ "Ingatlah ketika dia berkata kepada bapaknya," dengan nada mendiskreditkan peribadatan kepada patung yang dilakukan oleh bapaknya ﴾ يَٰٓأَبَتِ لِمَ تَعۡبُدُ مَا لَا يَسۡمَعُ وَلَا يُبۡصِرُ وَلَا يُغۡنِي عَنكَ شَيۡـٔٗا 42 ﴿ "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun," maksudnya kenapa bapak menyembah berhala-berhala yang memiliki kekurangan secara fisik dan perbuatannya; sehingga ia tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, dan juga tidak memiliki kemampuan untuk memberikan manfaat dan (menyelamatkan para penyembahnya) dari bahaya. Bahkan tidak memiliki kesanggupan sama sekali untuk memberikan manfaat untuk dirinya sendiri dan tidak memiliki kekuasaan sedikit pun untuk menolak malapetaka. Keterangan ini merupakan bukti nyata yang kasat mata yang me-nunjukkan bahwa menyembah sesuatu yang memiliki kekurangan secara fisik dan perbuatannya, merupakan tindakan jelek menurut akal dan syari'at. Dan peringatan dan isyaratnya menunjukkan bahwa yang wajib dan pantas untuk disembah adalah Dzat yang memiliki kesempurnaan, yang para hamba tidak memperoleh ke-nikmatan kecuali berasal dariNya, dan tidak sanggup menghalangi (bahaya) dari mereka kecuali Dia. Dan Dia-lah Allah تعالى.
#
{43} {يا أبت إني قد جاءني من العلم ما لم يأتك}؛ أي: يا أبت لا تَحْقِرْني وتقول: إنِّي ابنُك، وإنَّ عندك ما ليس عندي، بل قد أعطاني الله من العلم ما لم يُعْطِكَ، والمقصودُ من هذا قوله: {فاتَّبِعْني أهْدِكَ صراطاً سويًّا}؛ أي: مستقيماً معتدلاً، وهو عبادة الله وحدَه لا شريك له، وطاعتُهُ في جميع الأحوال. وفي هذا من لطف الخطاب ولينه ما لا يخفى، فإنَّه لم يقلْ: يا أبتِ أنا عالمٌ وأنت جاهلٌ، أو: ليس عندكَ من العلم شيءٌ، وإنَّما أتى بصيغة [تقتضي] أنَّ عندي وعندك علماً،، وأنَّ الذي وصل إليَّ لم يصِلْ إليكَ ولم يأتِكَ؛ فينبغي لك أن تَتَّبِعَ الحجة وتنقاد لها.
(43) ﴾ يَٰٓأَبَتِ إِنِّي قَدۡ جَآءَنِي مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَمۡ يَأۡتِكَ ﴿ "Wahai bapakku, sesung-guhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu yang tidak datang kepadamu," maksudnya wahai bapakku, janganlah engkau menghinaku dengan mengatakan, "Aku ini adalah putramu, dan engkau memiliki ilmu yang tidak aku miliki." Justru Allah telah memberikan kepadaku ilmu yang tidak diberikan kepadamu. Yang dimaksud dengan ayat ini adalah perkataannya, ﴾ فَٱتَّبِعۡنِيٓ أَهۡدِكَ صِرَٰطٗا سَوِيّٗا 43 ﴿ "maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus," yaitu ber-ibadah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan me-naatiNya dalam segala kondisi. Dalam kisah ini nampak jelas kelembutan dan keluwesan dalam berkomunikasi dengan lawan bicara. Beliau tidak menga-takan, "Wahai bapakku, aku ini orang berilmu sedangkan engkau orang jahil," atau (dengan berkata, "Engkau tidak mempunyai ilmu sedikit pun." Akan tetapi, beliau menggunakan bentuk ungkapan [yang memberikan pengertian] bahwa aku dan engkau mempunyai ilmu, dan bahwa ilmu yang telah sampai kepadaku belum sampai dan belum datang kepadamu, maka engkau (wahai bapakku) wajib mengikuti dan tunduk kepada hujjah.
#
{44} {يا أبتِ لا تعبُدِ الشيطانَ}: لأنَّ مَنْ عَبَدَ غير الله؛ فقد عبد الشيطان؛ كما قال تعالى: {ألم أعْهَدْ إليكُم يا بني آدمَ أن لا تعبُدوا الشيطانَ إنَّه لكم عدوٌّ مبينٌ}. {إنَّ الشيطان كانَ للرحمن عَصِيًّا}: فمن اتَّبع خطواتِهِ؛ فقد اتَّخذه وليًّا، وكان عاصياً لله بمنزلة الشيطان. وفي ذكر إضافة العصيان إلى اسم الرحمن إشارةٌ إلى أنَّ المعاصي تمنع العبدَ من رحمةِ الله وتُغْلِقُ عليه أبوابها؛ كما أنَّ الطاعة أكبر الأسباب لنيل رحمتِهِ.
(44) ﴾ يَٰٓأَبَتِ لَا تَعۡبُدِ ٱلشَّيۡطَٰنَۖ ﴿ "Wahai bapakku, janganlah kamu me-nyembah setan," karena orang yang menyembah selain Allah, maka sungguh dia telah menyembah setan, sebagaimana Allah berfirman, ﴾ أَلَمۡ أَعۡهَدۡ إِلَيۡكُمۡ يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ أَن لَّا تَعۡبُدُواْ ٱلشَّيۡطَٰنَۖ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ 60 ﴿ "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu." (Yasin: 60). ﴾ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ كَانَ لِلرَّحۡمَٰنِ عَصِيّٗا 44 ﴿ "Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Dzat Yang Maha Pemurah (Rahman)," maka barangsiapa yang meng-ikuti langkah-langkah setan, berarti telah menjadikan setan sebagai pelindungnya dan telah berbuat kemaksiatan kepada Allah, layak-nya perbuatan setan. Pada penyandaran kata اَلْعِصْيَانُ (maksiat) kepada nama اَلرَّحْمٰنُ, mengandung makna isyarat bahwa perbuatan maksiat itu berpotensi menghalangi seorang hamba dari rahmat Allah dan menutup pintu-pintu rahmat baginya. Sebagaimana hal-nya, amalan ketaatan menjadi faktor terkuat untuk mendapatkan rahmat Allah.
#
{45} ولهذا قال: {يا أبتِ إنِّي أخافُ أن يمسَّكَ عذابٌ من الرحمن}؛ أي: بسبب إصرارك على الكفر، وتماديك في الطغيان، {فتكونَ للشَّيْطانِ وليًّا}؛ أي: في الدُّنيا والآخرة، فتنزل بمنازله الذَّميمة، وترتع في مراتعه الوخيمة، فتدرَّج الخليل عليه السلام بدعوة أبيه بالأسهل فالأسهل، فأخبره بعلمه، وأنَّ ذلك موجبٌ لاتِّباعك إيَّاي، وأنَّك إن أطعتني؛ اهتديتَ إلى صراط مستقيم. ثم نهاه عن عبادةِ الشيطان، وأخبره بما فيها من المضارِّ. ثم حذَّره عقاب الله ونقمته إنْ أقام على حاله، وأنَّه يكون وليًّا للشيطان.
(45) Oleh karenanya, Nabi Ibrahim mengatakan,﴾ يَٰٓأَبَتِ إِنِّيٓ أَخَافُ أَن يَمَسَّكَ عَذَابٞ مِّنَ ٱلرَّحۡمَٰنِ ﴿ "Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir, kamu akan ditimpa azab dari Dzat Yang Maha Pemurah," yaitu dengan sebab tindakanmu berulang-ulang dalam kekufuran dan tindakan-mu yang terus menerus tenggelam dalam melampaui batas ﴾ فَتَكُونَ لِلشَّيۡطَٰنِ وَلِيّٗا 45 ﴿ "sehingga kamu menjadi kawan bagi setan," di dunia dan akhirat. Akibatnya, engkau akan menempati kedudukannya yang tercela, menjalani kehidupan pada wilayah kekuasaannya yang buruk. Nabi Ibrahim menempuh cara bertahap dalam mendakwahi bapaknya dengan memulai dengan cara paling lunak lalu cara-cara terlunak (setelahnya). (Pertama) Ibrahim memberitahukan tentang ilmunya seraya berkata, "Keunggulan ilmu itu menuntut ayah untuk mengikutiku, jika engkau menaatiku, maka engkau telah mendapat-kan petunjuk ke jalan yang lurus." Setelah itu, Ibrahim melarang bapaknya menyembah setan serta memberitahukan akibat-akibat buruknya. Selanjutnya (yang kedua), beliau mengingatkan bapak-nya tentang azab dan siksa Allah, jika sang bapak tetap seperti itu, dan bahwa dia akan menjadi teman setan.
#
{46} فلم ينجعْ هذا الدعاء بذلك الشقيِّ، وأجاب بجواب جاهل وقال: {أراغبٌ أنت عن آلهتي يا إبراهيمُ}: فتبجَّح بآلهته التي هي من الحجرِ والأصنام، ولَامَ إبراهيم عن رغبتِهِ عنها، وهذا من الجهل المفرِطِ والكفر الوخيم؛ يتمدَّح بعبادةِ الأوثانِ ويدعو إليها. {لئن لم تَنْتَهِ}؛ أي: عن شتم آلهتي ودعوتي إلى عبادة الله، {لأرجُمَنَّكَ}؛ أي: قتلاً بالحجارة، {واهْجُرْني ملياً}؛ أي: لا تكلِّمْني زماناً طويلاً.
(46) Namun, dakwah ini tidak mempan bagi bapaknya yang celaka itu. Bahkan dia meresponsnya dengan jawaban orang yang jahil. Bapaknya mengatakan, ﴾ أَرَاغِبٌ أَنتَ عَنۡ ءَالِهَتِي يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُۖ ﴿ "Apakah kamu benci kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim?" Dia membanggakan diri dengan tuhan-tuhannya yang terbuat dari batu dan berhala, lalu mencela Ibrahim karena benci kepada tuhan-tuhan ini. Sikap ini termasuk bentuk kebodohan yang parah dan kekufuran yang begitu buruk. Dia memuji diri sendiri dengan peribadatannya ke-pada setan dan (ditambah dengan) menyeru kepadanya. ﴾ لَئِن لَّمۡ تَنتَهِ ﴿ "Jika kamu tidak berhenti," maksudnya berhenti dari mencela tuhan-tuhanku dan tidak berhenti mendakwahiku kepada peribadahan kepada Allah ﴾ لَأَرۡجُمَنَّكَۖ ﴿ "maka niscaya kamu akan kurajam" yaitu di-bunuh dengan batu ﴾ وَٱهۡجُرۡنِي مَلِيّٗا 46 ﴿ "dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama," maksudnya, janganlah engkau mengajakku berbicara dalam waktu yang lama.
#
{47} فأجابه الخليل جوابَ عباد الرحمن عند خطاب الجاهلين، ولم يشتِمْه، بل صبر، ولم يقابل أباه بما يكره، وقال: {سلامٌ عليك}؛ أي: ستسلم من خطابي إياك بالشتم والسبِّ وبما تكره، {سأستغفر لك ربِّي إنَّه كان بي حَفِيًّا}؛ أي: لا أزال أدعو الله لك بالهداية والمغفرة بأن يهدِيَك للإسلام الذي به تحصُلُ المغفرة؛ فإنَّه كان بي حَفِيًّا؛ أي: رحيماً رءوفاً بحالي معتنياً بي، فلم يزلْ يستغفرُ الله له رجاء أن يهدِيَه الله، فلما تبيَّن له أنَّه عدوٌّ لله، وأنَّه لا يفيدُ فيه شيئاً؛ ترك الاستغفار له وتبرَّأ منه. وقد أمرنا الله باتِّباع ملَّة إبراهيم؛ فمن اتِّباع ملَّته سلوك طريقه في الدَّعوة إلى الله بطريق العلم والحكمة واللين والسهولة والانتقال من رتبةٍ إلى رتبةٍ ، والصبر على ذلك، وعدم السآمة منه، والصبر على ما ينال الداعي من أذى الخَلْق بالقول والفعل، ومقابلة ذلك بالصفح والعفو، بل بالإحسان القوليِّ والفعليِّ.
(47) Maka Ibrahim menanggapinya dengan tanggapan para hamba Allah ketika berbicara dengan orang-orang jahil, dan tidak mencelanya. Bahkan sebaliknya bersabar dan tidak membalas perkataan bapaknya dengan sesuatu yang tidak disukainya. Ibrahim mengatakan, ﴾ سَلَٰمٌ عَلَيۡكَۖ ﴿ "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu," maksudnya engkau selamat dalam perbincanganku dengan ayah, yaitu terhindar dari celaanku, hinaanku, dan segala yang engkau benci ﴾ سَأَسۡتَغۡفِرُ لَكَ رَبِّيٓۖ إِنَّهُۥ كَانَ بِي حَفِيّٗا 47 ﴿ "aku akan meminta ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku," mak-sudnya saya akan senantiasa memohonkan hidayah dan ampunan kepada Allah buat ayah, agar Allah memberikan hidayah kepada ayah untuk memeluk Islam yang akan menjadi penyebab datang-nya ampunan. ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ بِي حَفِيّٗا ﴿ "Sesungguhnya Dia sangat baik kepa-daku," maksudnya Dia (Allah) sangat sayang kepadaku, sangat perhatian kepadaku. Beliau terus saja memohonkan ampun buat bapaknya, berharap Allah berkenan memberikan petunjuk. Sete-lah jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, dan bahwasanya ia tidak akan memberikan manfaat sama sekali buat ayahnya, maka Ibrahim berhenti memohonkan ampun baginya dan berlepas diri dari bapaknya. Allah telah memerintahkan kepada kita sekalian agar meng-ikuti millah (ajaran) Ibrahim. Di antara bentuk mengikuti ajaran Ibrahim, adalah mengikuti metode beliau dalam berdakwah ke jalan Allah, yaitu dengan ilmu, hikmah, lemah-lembut dan (dengan metode yang) memudahkan, menempuh satu tahapan ke tahapan berikutnya, bersabar dalam menjalankan dakwah dan tidak bosan, bersabar terhadap segala gangguan dari orang lain yang menimpa seorang da'i, baik berupa perkataan atau perbuatan, membalasnya dengan pemberian maaf, atau bahkan dengan berlaku baik, dengan perkataan ataupun perbuatan.
#
{48} فلما أيس من قومه وأبيه؛ قال: {وأعتزِلُكم وما تدعونَ من دون الله}؛ أي: أنتم وأصنامكم، {وأدعو ربِّي}: وهذا شاملٌ لدعاء العبادة ودعاء المسألة، {عسى أن لا أكونَ بدُعاء ربِّي شَقِيًّا}؛ أي: عسى الله أن يسعِدَني بإجابة دعائي وقَبول أعمالي، وهذه وظيفةُ من أيس ممَّن دعاهم ـ فاتَّبعوا أهواءهم، فلم تنجَعْ فيهم المواعظُ، فأصرُّوا في طغيانهم يعمهون ـ أنْ يشتغلَ بإصلاح نفسه، ويرجو القبولَ من ربِّه، ويعتزل الشرَّ وأهله.
(48) Setelah merasa putus asa dari kaum dan bapaknya, Ibrahim mengatakan, ﴾ وَأَعۡتَزِلُكُمۡ وَمَا تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ ﴿ "Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah," yaitu dari kalian dan arca-arca kalian ﴾ وَأَدۡعُواْ رَبِّي ﴿ "dan aku akan berdoa kepada Rabbku." Ini mencakup doa ibadah dan doa mas'alah (doa permohonan). ﴾ عَسَىٰٓ أَلَّآ أَكُونَ بِدُعَآءِ رَبِّي شَقِيّٗا 48 ﴿ "Mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Rabbku," maksudnya semoga Allah membahagiakanku dengan mengabulkan doaku dan menerima amalan-amalanku. Ini adalah kewajiban (yang mesti ditempuh oleh) orang yang merasa putus asa dari (respon) orang-orang yang menjadi obyek dakwahnya, (mereka justru mengikuti hawa nafsu, nasihat-nasihatnya sudah tidak bermanfaat buat mereka, mereka larut dalam pelanggaran dalam keadaan buta), hendaknya ia (orang yang merasa putus asa) memperbaiki dirinya, berharap agar amalnya diterima oleh Allah, menjauhi perbuatan jelek dan para pelakunya.
#
{49} ولما كان مفارقةُ الإنسان لوطنه ومألفه وأهله وقومه من أشقِّ شيءٍ على النفس لأمورٍ كثيرةٍ معروفةٍ، ومنها انفرادُه عمن يتعزَّز بهم ويتكثَّر، وكان مَنْ ترك شيئاً لله؛ عوَّضه الله خيراً منه، واعتزل إبراهيمُ قومه؛ قال الله في حقِّه: {فلمَّا اعتزَلَهم وما يعبُدون من دون الله وَهَبْنا له إسحاقَ ويعقوبَ وكلاًّ}: من إسحاقَ ويعقوبَ، {جَعَلْنا نبيًّا}: فحصل له ولهؤلاء الصالحين المرسلين إلى الناس، الذين خصَّهم الله بوحيه، واختارهم لرسالته، واصطفاهم من العالمين.
(49) Lantaran meninggalkan negeri, kampung halaman, keluarga dan orang-orang sebangsanya merupakan perkara berat bagi seseorang, karena alasan yang banyak yang sudah dimaklumi bersama, di antaranya (menjalani hidup) sebatang kara jauh dari komunitas yang menjadikannya merasa kuat lagi merasa diper-hitungkan jumlah populasinya; maka barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Dia akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik, lantas Ibrahim meninggalkan kaumnya. Maka, Allah berfirman tentangnya, ﴾ فَلَمَّا ٱعۡتَزَلَهُمۡ وَمَا يَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَهَبۡنَا لَهُۥٓ إِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَۖ وَكُلّٗا ﴿ "Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepada-nya Ishaq, dan Ya'qub. Dan masing-masingnya," yaitu Ishaq dan Ya'qub ﴾ جَعَلۡنَا نَبِيّٗا 49 ﴿ "Kami angkat menjadi nabi." Anugerah itu berhasil di-raih oleh beliau dan orang-orang shalih yang diutus (sebagai rasul) kepada umat manusia, yang diistimewakan oleh Allah dengan wahyunya, dipilih untuk mengemban risalahNya, dan telah diseleksi di antara semua manusia.
#
{50} {ووهبنا لهم}؛ أي: لإبراهيم وابنيه إسحاق ويعقوب، {من رَحْمَتِنا}: وهذا يشمَلُ جميع ما وَهَبَ الله لهم من الرحمة من العلوم النافعة والأعمال الصالحة والذُّرِّيَّة الكثيرة المنتشرة، الذين قد كَثُر فيهم الأنبياء والصالحون، {وجَعَلْنا لهم لسانَ صدقٍ عليًّا}: وهذا أيضاً من الرحمة التي وَهَبَها لهم؛ لأنَّ الله وعد كلَّ محسن أن ينشُرَ له ثناءً صادقاً بحسب إحسانه، وهؤلاء من أئمة المحسنين، فنشر الله الثناء الحسن الصادق غير الكاذب العالي غير الخفيِّ، فِذكْرُهم ملأ الخافقين، والثناء عليهم ومحبَّتُهم امتلأت بها القلوب وفاضت بها الألسنةُ، فصار قدوةً للمقتدين وأئمة للمهتدينَ، ولا تزال أذكارُهم في سائر العصور متجدِّدة، وذلك فضلُ الله يؤتيه مَنْ يشاءُ، والله ذو الفضل العظيم.
(50) ﴾ وَوَهَبۡنَا لَهُم ﴿ "Dan Kami anugerahkan kepada mereka," Ibrahim dan kedua anak cucunya, Ishaq dan Ya'qub ﴾ مِّن رَّحۡمَتِنَا ﴿ "sebagian dari rahmat Kami." Hal ini mencakup semua rahmat Allah kepada mereka berupa ilmu-ilmu yang bermanfaat, amal-amal shalih, anak keturunan yang banyak dan tersebar kemana-mana yang banyak di antara mereka yang menjadi rasul, nabi, dan orang-orang shalih. ﴾ وَجَعَلۡنَا لَهُمۡ لِسَانَ صِدۡقٍ عَلِيّٗا 50 ﴿ "Dan Kami jadikan mereka tutur kata yang baik lagi tinggi." Ini juga termasuk rahmat yang Allah berikan kepada mereka. Karena Allah menjanjikan bagi orang-orang yang melaku-kan kebaikan, akan disebarluaskan pujiannya yang murni sesuai dengan kadar kebaikannya. Sementara mereka ini (Nabi Ibrahim dan anak keturunannya) adalah para panutan orang-orang yang berbuat baik. Maka, Allah pun menghembuskan pujian yang baik lagi sejati, bukan sebuah kedustaan yang meninggi, tidak tersem-bunyi. Penyebutan nama-nama mereka memenuhi dua ufuk dunia. Pujian dan kecintaan kepada mereka memenuhi seluruh hati dan membasahi lisan-lisan. Maka, jadilah mereka panutan dan imam bagi orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Nama-nama mereka selalu disebut-sebut berulang kali di setiap masa. Ini merupakan karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki. Dan sesungguhnya Allah Maha Memiliki karunia yang besar.
Ayah: 51 - 53 #
{وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مُوسَى إِنَّهُ كَانَ مُخْلَصًا وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا (51) وَنَادَيْنَاهُ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ الْأَيْمَنِ وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيًّا (52) وَوَهَبْنَا لَهُ مِنْ رَحْمَتِنَا أَخَاهُ هَارُونَ نَبِيًّا (53)}.
"Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka), kisah Musa di dalam al-Kitab (al-Qur`an) ini. Sesungguhnya dia adalah seorang yang dipilih dan seorang rasul dan nabi. Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur, dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia bermunajat (kepada Kami). Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi." (Maryam: 51-53).
#
{51} أي: واذكر في هذا القرآن العظيم موسى بن عمران على وجه التَّبْجيل له والتعظيم والتعريف بمقامه الكريم وأخلاقه الكاملة. {إنَّه كان مُخْلَصاً}: قُرئ بفتح اللام على معنى أنَّ الله تعالى اختاره، واستخلصه، واصطفاه على العالمين، وقرئ بكسرها على معنى أنَّه {مخلِصاً} لله تعالى في جميع أعماله وأقواله ونيَّاتِهِ، فوصفُهُ الإخلاص في جميع أحواله، والمعنيان متلازمان؛ فإنَّ الله أخلصه لإخلاصه، وإخلاصُه موجبٌ لاستخلاصه، وأجلُّ حالةٍ يوصَف بها العبدُ الإخلاص منه والاستخلاص من ربِّه. {وكان رسولاً نبيًّا}؛ أي: جمع الله له بين الرسالة والنبوَّة؛ فالرسالة تقتضي تبليغ كلام المرسِل وتبليغَ جميع ما جاء به من الشرع دقِّه وجِلِّه، والنبوَّة تقتضي إيحاءَ الله إليه وتخصيصه بإنزال الوَحْي إليه؛ فالنبوَّة بينه وبين ربِّه، والرسالة بينَه وبين الخَلْق.
(51) Maksudnya, sebutlah kisah Nabi Musa bin Imran dalam al-Qur`an yang mulia ini dengan nada mengagungkan dan memuliakannya, serta memperkenalkan kedudukannya yang mulia dan serta akhlaknya yang sempurna. ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ مُخۡلَصٗا ﴿ "Sesungguhnya dia adalah seorang yang dipilih." Cara membaca dengan memfathah-kan huruf lam (menjadi mukhlash) mempunyai pengertian bahwa Allah telah memilihnya di antara semua manusia di seluruh alam. Lafazh itu dibaca juga dengan mengkasrahkan huruf lamnya (men-jadi mukhlish) yang bermakna orang yang ikhlas kepada Allah dalam semua perbuatan, perkataan dan niatnya. Jadi, predikatnya adalah sifat ikhlas di seluruh kondisinya. Dua makna ini saling berkorelasi erat. Sesungguhnya Allah menjadikannya memiliki sifat ikhlash karena keikhlasannya, dan keikhlasannya itulah yang menyebabkan pemilihan dirinya. Sifat paling luhur yang menjadi sifat seorang hamba yaitu keikhlasan hamba dan terpilih oleh Rabbnya. ﴾ وَكَانَ رَسُولٗا نَّبِيّٗا 51 ﴿ "Dan dia itu seorang rasul dan nabi," mak-sudnya Allah menyatukan baginya dua hal yaitu risalah (kerasulan) dan nubuwwah (kenabian). Risalah (pengutusan sebagai rasul) menuntutnya menyampaikan perkataan Dzat yang mengutusnya dan menyampaikan semua syariat yang dibawa, baik yang kecil ataupun yang besar. Sedangkan sifat nubuwwah mengharuskan pengertian bahwa Allah memberikan wahyu kepadanya dan meng-istimewakannya dengan menurunkan wahyu kepadanya. Jadi nubuwwah itu kaitannya antara dia dan Rabb, sedangkan risalah antara dia dan makhluk.
#
{52} بل خصَّه الله من أنواع الوحي بأجلِّ أنواعه وأفضلها، وهو تكليمُه تعالى وتقريبُه مناجياً لله تعالى، وبهذا اختُصَّ من بين الأنبياء بأنَّه كليم الرحمن، ولهذا قال: {ونادَيْناه من جانب الطُّورِ الأيمن}؛ أي: الأيمن من موسى في وقت مسيرِه، أو: الأيمن؛ أي: الأبرك من اليُمْن والبركة، ويدلُّ على هذا المعنى قوله تعالى: {أن بورِكَ مَن في النار ومَنْ حولَها}. {وقرَّبَّناه نَجِيًّا}: والفرق بين النداء والنجاء: أنَّ النداء هو الصوتُ الرفيع، والنجاء ما دون ذلك. وفي هذا إثبات الكلام لله تعالى وأنواعه من النِّداء والنجاء؛ كما هو مذهبُ أهل السنة والجماعة؛ خلافاً لمن أنكر ذلك من الجهميَّة والمعتزلة، ومن نحا نحوهم.
(52) Bahkan Allah mengistimewakannya dengan (cara pe-nyampaian) wahyu yang teragung dan terbaik. Yaitu mengajaknya berbicara (langsung) dan mendekatkannya saat dia bermunajat kepada Allah تعالى. Dengan anugerah ini, dia menerima sebuah keistimewaan di kalangan para nabi sebagai kalimurrahman (yang diajak berbicara secara langsung oleh ar-Rahman). Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَنَٰدَيۡنَٰهُ مِن جَانِبِ ٱلطُّورِ ٱلۡأَيۡمَنِ ﴿ "Dan Kami telah memanggil-nya dari sebelah kanan gunung Thur," yaitu sebelah kanan Nabi Musa saat dia berjalan. Atau maksud al-Aiman adalah yang paling berkah, berasal dari kata al-Yumnu dan al-Barakatu (yang memiliki keber-kahan). Makna ini diisyaratkan oleh kandungan Firman Allah, ﴾ أَنۢ بُورِكَ مَن فِي ٱلنَّارِ وَمَنۡ حَوۡلَهَا ﴿ "Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya." (An-Naml: 8) وَقَرَّبۡنَٰهُ نَجِيّٗا 52 ﴿ "Dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia bermunajat (kepada Kami)." Beda antara kata اَلنِّدَاءُ (panggilan) dan اَلنَّجَاءُ (memohon) yaitu, pengertian nida' itu (panggilan) dengan suara keras, sedangkan naja` (seruan) dengan suara yang lebih rendah. Dalam ayat ini terdapat penetapan sifat (berbicara) bagi Allah dan juga penetapan jenis-jenisnya berupa nida' dan munajat, ber-dasarkan pandangan Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Berbeda dengan golongan Jahmiyah, Mu'tazilah dan kelompok yang mengikuti pan-dangan mereka.
#
{53} وقوله: {ووهَبْنا له من رحمتنا أخاه هارونَ نبيًّا}: هذا من أكبر فضائل موسى وإحسانه ونصحِهِ لأخيه هارون: أنَّه سأل ربَّه أن يُشْرِكَه في أمرِهِ وأن يجعلَه رسولاً مثله، فاستجاب الله له ذلك، ووهب له من رحمتِهِ أخاه هارونَ نبيًّا؛ فنبوَّة هارونَ تابعةٌ لنبوَّة موسى عليهما السلام، فساعده على أمرِهِ وأعانه عليه.
(53) ﴾ وَوَهَبۡنَا لَهُۥ مِن رَّحۡمَتِنَآ أَخَاهُ هَٰرُونَ نَبِيّٗا 53 ﴿ "Dan Kami telah menganu-gerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi." Anugerah ini termasuk sifat keutamaan Nabi Musa, kebaikan, dan ketulusannya yang paling besar kepada sau-daranya. Dia memohon agar Allah menjadikan saudaranya sebagai teman dalam urusannya dan menjadikannya juga sebagai rasul. Maka Allah pun mengabulkan permohonannya itu. Allah mem-berikan rahmat bagi Musa kepada saudaranya yaitu Harun sebagai seorang nabi. Maka (dengan demikian) kenabian Harun mengikuti kenabian Musa عليه السلام. Maka dia membantu tugas Musa dan meno-longnya.
Ayah: 54 - 55 #
{وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا (54) وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا (55)}.
"Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam al-Qur`an. Sesungguhnya dia ada-lah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan dia menyuruh ahlinya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan dia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya." (Maryam: 54-55).
#
{54} أي: واذكر في القرآن الكريم هذا النبيَّ العظيم، الذي خَرَجَ منه الشعبُ العربيُّ، أفضل الشعوب وأجلُّها، الذين منهم سيِّد ولد آدم. {إنَّه كان صادقَ الوعدِ}؛ أي: لا يَعِدُ وعداً إلاَّ وَفَّى به، وهذا شاملٌ للوعد الذي يعقده مع الله أو مع العباد، ولهذا لما وعد من نفسِهِ الصبرَ على ذبح أبيه له؛ قال: {سَتَجِدني إن شاءَ الله من الصابرين}: وفَّى بذلك، ومكَّن أباه من الذبح الذي هو أكبر مصيبةٍ تصيبُ الإنسان. ثم وَصَفَه بالرسالة والنبوَّة التي هي أكبر منن الله على عبده، وجعله من الطَّبقة العليا من الخلق.
(54) Maksudnya, ceritakanlah kisah nabi yang agung ini dalam al-Qur`an yang mulia, yang melahirkan bangsa Arab, bangsa terbaik dan termulia, yang mana penghulu Bani Adam muncul dari mereka (nabi Muhammad). ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ صَادِقَ ٱلۡوَعۡدِ ﴿ "Sesungguhnya dia adalah seorang yang benar janjinya," maksudnya, dia tidak pernah berjanji melainkan pasti menepatinya. Ini meliputi janjinya yang dibuat bersama Allah atau janji kepada makhluk. Oleh karena itu, ketika berjanji kepada dirinya sendiri akan bersabar atas (rencana) penyembelihan dirinya oleh sang ayah, dia mengatakan, ﴾ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ 102 ﴿ "Insya Allah, kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (Ash-Shaffat: 102). Dia memenuhi janjinya, dan memberikan kemudahan kepada bapaknya untuk melakukan penyembelihan. Sebuah musibah terberat yang menimpa seseorang. Kemudian Allah memberikan sifat nubuwwah (kenabian) dan risalah (kerasulan), yang merupakan nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hambaNya dan men-jadikannya sebagai insan yang berada di tingkatan tertinggi dari para makhluk.
#
{55} {وكان يأمُرُ أهلَه بالصلاة والزكاة}؛ أي: كان مقيماً لأمر الله على أهله، فيأمرُهُم بالصلاة المتضمِّنة للإخلاص للمعبود، وبالزَّكاة المتضمِّنة للإحسان إلى العبيد؛ فكمَّل نفسه، وكمَّل غيره، وخصوصاً أخصَّ الناس عنده، وهم أهله؛ لأنَّهم أحقُّ بدعوته من غيرهم. {وكان عند ربِّه مَرْضِيًّا}: وذلك بسبب امتثالِهِ لمراضي ربِّه واجتهادِهِ فيما يُرضيه؛ ارتضاه اللَّه وجَعَلَه من خواصِّ عباده وأوليائهِ المقرَّبين؛ فرضي الله عنه، ورضي هو عن ربِّه.
(55) ﴾ وَكَانَ يَأۡمُرُ أَهۡلَهُۥ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ ﴿ "Dan dia menyuruh keluarganya untuk melaksanakan shalat dan menunaikan zakat," maksudnya, Isma'il melaksanakan perintah Allah pada keluarganya. Dia menyuruh keluarganya melaksanakan shalat yang memuat unsur keikhlasan kepada Dzat yang diibadahi, dan menyuruh keluarganya menge-luarkan zakat yang mengandung perbuatan baik kepada sesama manusia. Jadi, dia telah menyempurnakan dirinya dan menyem-purnakan orang lain. Terutama orang terdekatnya yaitu keluarga. Karena merekalah orang yang paling berhak untuk menerima dakwahnya dibandingkan dengan yang lain. ﴾ وَكَانَ عِندَ رَبِّهِۦ مَرۡضِيّٗا 55 ﴿ "Dan dia adalah orang yang diridhai di sisi Rabbnya." Ini disebabkan oleh ketaatannya dan kesungguhannya dalam perkara-perkara yang diridhai Allah. Maka, Allah meridhainya dan memasukkannya ke dalam deretan hambaNya yang paling unggul dan waliNya yang dekat dengan Allah. Allah meridhainya, dan dia pun ridha kepada Rabbnya.
Ayah: 56 - 57 #
{وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا (56) وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا (57)}.
"Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang disebut) di dalam al-Qur`an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." (Maryam: 56).
#
{56} أي: اذكُر في الكتاب على وجه التَّعظيم والإجلال والوصف بصفات الكمال إدريس. {إنَّه كان صدِّيقاً نبيًّا}: جَمَعَ الله له بين الصِّدِّيقيَّة الجامعة للتصديق التامِّ والعلم الكامل واليقين الثابت والعمل الصالح، وبين اصطفائِهِ لوحيه واختياره لرسالتِهِ.
(56) Maksudnya, ceritakanlah dalam kitab ini dengan me-nunjukkan kesan pemuliaan dan pengagungan, dan menyemat-kan sifat kesempurnaan Idris, ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقٗا نَّبِيّٗا 56 ﴿ "Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi." Allah me-madukan dua sifat bagi Nabi Idris (yaitu) sifat shiddiqiyyah yang mencakup pembenaran yang sempurna, ilmu yang paripurna, keyakinan yang kokoh, serta amal shalih, dengan keterpilihannya untuk memperoleh wahyu dan mengemban risalahNya.
#
{57} {ورَفَعْناه مكاناً عليًّا}؛ أي: رفع الله ذكره في العالمين ومنزلته بين المقرَّبين، فكان عالي الذكر عالي المنزلة.
(57) ﴾ وَرَفَعۡنَٰهُ مَكَانًا عَلِيًّا 57 ﴿ "Dan Kami telah mengangkatnya ke mar-tabat yang tinggi." Allah meninggikan popularitasnya di seluruh alam. Allah mengangkat derajatnya di antara para hamba yang didekatkan kepada Allah (al-Muqarrabun). Jadi, beliau insan yang tinggi popularitas dan kedudukannya.
Ayah: 58 #
{أُولَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا (58)}.
"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Isra`il, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis." (Maryam: 58).
#
{58} لما ذَكَرَ هؤلاء الأنبياء المُكْرَمين وخواصَّ المرسلين وذَكَرَ فضائِلَهم ومراتبهم؛ قال: {أولئك الذين أنعم الله عليهم من النبيِّين}؛ أي: أنعم الله عليهم نعمةً لا تُلحق ومنَّةً لا تُسْبَق؛ من النبوَّة والرسالة، وهم الذين أمِرْنا أن ندعُو الله أن يهدِيَنا صراط الذين أنعم عليهم، وأنَّ مَن أطاع الله كان {مع الذين أنعمَ الله عليهِمْ من النبيِّين ... } الآية، وأنَّ بعضهم {من ذُرِّيَّة آدم وممَّن حملنا مع نوح}؛ أي: من ذرِّيَّته. {ومن ذُرِّيَّة إبراهيم وإسرائيل}: فهذه خير بيوت العالم، اصطفاهم الله واختارهم واجتباهم، وكان حالهم عند تلاوة آيات الرحمن عليهم، المتضمِّنة للإخبار بالغُيوب وصفات عَلاَّم الغيوب والإخبار باليوم الآخر والوعد والوعيد؛ {خَرُّوا سُجَّداً وبُكِيًّا}؛ أي: خضعوا لآيات الله، وخشعوا لها، وأثَّرت في قلوبهم من الإيمان والرغبة والرهبة ما أوجب لهم البُكاء والإنابة والسُّجود لربِّهم، ولم يكونوا من الذين إذا سمعوا آيات الله؛ خَرُّوا عليها صُمًّا وعُمياناً. وفي إضافة الآيات إلى اسمه الرحمن دلالةٌ على أنَّ آياته من رحمتِهِ بعبادِهِ وإحسانِهِ إليهم؛ حيث هداهم بها إلى الحقِّ، وبصَّرهم من العمى، وأنقذهم من الضَّلالة، وعلَّمهم من الجهالة.
(58) Setelah menyebutkan kisah para nabi yang dimuliakan dan para rasul yang diistimewakan, Allah menyebutkan berbagai keutamaan dan derajat mereka. Allah berfirman, ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ ﴿ "Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi," maksudnya Allah memberikan karunia ke-pada mereka yang tidak akan dapat dipadani dan anugerah yang tak dapat dilampaui yaitu nikmat kenabian dan kerasulan. Mereka itulah orang-orang yang kita diperintahkan untuk berdoa kepada Allah supaya diberikan petunjuk ke jalan orang-orang yang telah Dia beri kenikmatan kepada mereka, dan bahwa orang-orang yang menaati Allah, maka dia, ﴾ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ.…﴿ "akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu nabi-nabi…." (An-Nisa`: 69). Dan bahwa sebagian mereka adalah ﴾ مِن ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنۡ حَمَلۡنَا مَعَ نُوحٖ ﴿ "dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh," maksudnya, anak keturunannya ﴾ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡرَٰٓءِيلَ ﴿ "dan dari keturunan Ibrahim dan Isra`il." Jadi, inilah keluarga-keluarga terbaik di dunia. Allah telah menyeleksi, memilih, dan memperlakukan mereka dengan istimewa. Kondisi mereka saat membaca ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada mereka, yang berisi pemberitahuan tentang perkara-perkara ghaib, dan sifat-sifat Dzat Yang Maha Mengetahui perkara-perkara ghaib, berita tentang Hari Akhir, janji dan ancaman ﴾ خَرُّواْۤ سُجَّدٗاۤ وَبُكِيّٗا۩ 58 ﴿ "maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis," maksudnya, mereka tunduk kepada ayat-ayat Allah dan khusyu' mengamatinya. Ayat-ayat ini berpengaruh dalam hati-hati mereka berupa keimanan, raghbah (cinta kepada Allah) dan ketakutan (rahbah) yang menyebabkan mereka menangis, bertaubat serta bersujud kepada Rabb mereka. Mereka bukanlah termasuk orang-orang yang jika mendengar ayat-ayat Allah, me-nyungkur dalam keadaan buta dan tuli. Dalam penyandaran kata اَلْآيَاتُ (ayat-ayat) dengan nama Allah اَلرَّحْمٰنُ (Yang Maha Penyayang) terdapat bukti bahwa ayat-ayatNya termasuk rahmat dan curahan kebaikanNya kepada para hambaNya. Karena dengannya, Allah memberikan hidayah kepada mereka menuju al-Haq, membukakan mata batin mereka dari kebu-taan, menyelamatkan mereka dari kesesatan dan mengajari mereka (ayat hingga terbebas) dari kubangan kebodohan.
Ayah: 59 - 63 #
{فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا (59) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا (60) جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدَ الرَّحْمَنُ عِبَادَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّهُ كَانَ وَعْدُهُ مَأْتِيًّا (61) لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا إِلَّا سَلَامًا وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيهَا بُكْرَةً وَعَشِيًّا (62) تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا (63)}.
"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu-nya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal shalih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun. Yaitu surga 'Adn yang telah dijanjikan oleh Dzat Yang Maha Pemurah kepada hamba-hambaNya, dengan (cara) ghaib. Sesung-guhnya janji Allah itu pasti akan ditepati. Mereka tidak mende-ngar perkataan yang tak berguna di dalam surga, kecuali ucapan salam. Mereka mendapatkan rizkinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang. Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa." (Maryam: 59-63).
#
{59} لما ذَكَرَ تعالى هؤلاء الأنبياء [وهم] المخلصون ، المتَّبِعون لمراضي ربِّهم، المنيبونَ إليه؛ ذكر مَنْ أتى بعدَهم وبدَّلوا ما أمِروا به، وأنَّه خَلَفَ {من بعدِهم خَلْفٌ}: رجعوا إلى الخَلْفِ والوراء، فـ {أضاعوا الصَّلاة}: التي أمِروا بالمحافظة عليها وإقامتها، فتهاوَنوا بها وضيَّعوها، وإذا ضيَّعوا الصلاة التي هي عمادُ الدين وميزانُ الإيمان والإخلاص لربِّ العالمين، التي هي آكدُ الأعمال وأفضلُ الخصال؛ كانوا لما سواها من دينهم أضيعَ وله أرفضَ. والسبب الداعي لذلك أنَّهم اتَّبعوا شهواتِ أنفسهم وإراداتها، فصارت هممُهم منصرفةً إليها مقدِّمة لها على حقوق الله، فنشأ من ذلك التضييع لحقوقه والإقبال على شهواتِ أنفسهم مهما لاحتْ لهم حصَّلوها، وعلى أيِّ وجهٍ اتَّفقت تناولوها. {فسوف يَلْقَوْنَ غَيًّا}؛ أي: عذاباً مضاعفاً شديداً.
(59) Setelah menyebutkan kisah para nabi yang ikhlas ini, yang konsisten mengikuti hal-hal yang mendatangkan ridha Rabb mereka serta senantiasa bertaubat kepadaNya, Allah تعالى menyebut-kan kisah orang-orang yang datang setelah zaman mereka, dan melakukan perubahan terhadap sesuatu yang diperintahkan kepada mereka, dan bahwa datanglah ﴾ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ خَلۡفٌ ﴿ "sesudah mereka, pengganti (yang jelek)," mereka kembali kepada kemunduran dan keadaan semula, lalu ﴾ أَضَاعُواْ ٱلصَّلَوٰةَ ﴿ "mereka menyia-nyiakan shalat," yang mana mereka diperintahkan untuk menjaga dan menegakkannya. Me-reka meremehkan shalat dan tidak menghiraukannya. Jika mereka sudah mengabaikan shalat yang merupakan tiang agama, tolok ukur keimanan dan keikhlasan kepada Allah, yang merupakan amal yang paling ditekankan dan paling afdhal, maka pasti mereka lebih menyia-nyiakan lagi menolak syariat agama mereka yang lain. Penyebab yang mendorong mereka melakukan ini adalah karena mengikuti bujukan-bujukan hawa nafsu dan keinginan-keinginannya. Sehingga perhatian mereka tercurahkan pada hawa nafsu dan lebih mengutamakannya daripada hak-hak Allah. Maka, lahirlah sikap penyia-nyiaan terhadap hak-hak Allah dan condong kepada godaan-godaan hawa nafsunya. Apa pun yang tampak bagi mereka, niscaya mereka segera berusaha untuk meraihnya, dan dengan kondisi apa saja yang tiba-tiba muncul, mereka pasti sepakat untuk menempuhnya. ﴾ فَسَوۡفَ يَلۡقَوۡنَ غَيًّا 59 ﴿ "Maka kelak mereka akan menemui kesesatan," yaitu azab yang berlipat lagi sangat keras.
#
{60} ثم استثنى تعالى فقال: {إلاَّ مَن تابَ}: عن الشرك والبدع والمعاصي، فأقلع عنها، وندم عليها، وعزم عزماً جازماً أن لا يعاوِدَها، {وآمَنَ}: بالّله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر، {وعَمِلَ صَالِحاً}: وهو العمل الذي شرعه الله على ألسنةِ رسلِهِ إذا قصد به وجهه، {فأولئك}: الذين جمعوا بين التوبة والإيمان والعمل الصالح، {يدخُلون الجنَّة}: المشتملة على النعيم المقيم والعيش السليم وجوار الربِّ الكريم، {ولا يُظْلَمون شيئاً}: من أعمالهم، بل يجِدونها كاملةً، موفَّرة أجورها، مضاعفاً عددها.
(60) Kemudian Allah تعالى mengecualikan dengan Firman-Nya, ﴾ إِلَّا مَن تَابَ ﴿ "Kecuali orang-orang yang bertaubat," dari kesyirikan, bid'ah-bid'ah dan kemaksiatan. Dia berhenti darinya, menyesal dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi ﴾ وَءَامَنَ ﴿ "dan beriman," kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, dan Hari Akhir ﴾ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا ﴿ "dan beramal shalih," yaitu amalan-amalan yang disyariatkan oleh Allah lewat lisan para RasulNya jika di-peruntukkan mencari Wajah Allah dengan amalan itu. ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ ﴿ "Maka mereka itu," orang yang memadukan antara taubat, keimanan, serta amal shalih ﴾ يَدۡخُلُونَ ٱلۡجَنَّةَ ﴿ "akan masuk surga," yang berisi kenik-matan yang abadi, kehidupan yang selamat (dari gangguan) dan berada di dekat Rabb Yang Mahamulia ﴾ وَلَا يُظۡلَمُونَ شَيۡـٔٗا 60 ﴿ "dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun," dari amalan-amalan mereka. Bahkan mereka menjumpai amalan-amalan mereka sempurna, dengan ganjaran yang penuh dan berlipat-lipat jumlahnya.
#
{61} ثم ذكر أنَّ الجنَّة التي وعدهم بدخولها ليست كسائر الجنات، وإنما هي {جَنَّاتِ عدنٍ}؛ أي: جنات إقامةٍ لا ظعن فيها ولا حِوَل ولا زوال، وذلك لسعتها وكثرة ما فيها من الخيرات والسرور والبهجة والحبور. {التي وَعَدَ الرحمن عباده بالغيب}؛ أي: التي وَعَدَها الرحمن، أضافها إلى اسمه الرحمن؛ لأنَّها فيها من الرحمة والإحسان ما لا عينٌ رأت ولا أذنٌ سمعت ولا خَطَرَ على قلب بشر، وسماها تعالى رَحْمَتَهُ، فقال: {وأمَّا الذين ابيضَّت وجوهُهم ففي رحمةِ الله هم فيها خالدونَ}. وأيضاً؛ ففي إضافتها إلى رحمته ما يدلُّ على استمرار سرورها، وأنَّها باقيةٌ ببقاء رحمتِهِ التي هي أثرُها وموجَبُها. والعبادُ في هذه الآية المرادُ عبادُ إلهيَّته، الذين عَبَدوه والتزموا شرائِعَه، فصارت العبوديَّة وصفاً لهم؛ كقوله: {وعبادُ الرحمن}، ونحوه؛ بخلاف عباده المماليك فقط، الذين لم يعبُدوه؛ فهؤلاء وإنْ كانوا عبيداً لربوبيَّته لأنَّه خلقهم ورزقهم ودبَّرهم؛ فليسوا داخلين في عبيد إلهيَّته، العبوديَّة الاختيارية التي يُمْدَحُ صاحبها، وإنَّما عبوديَّتهم عبوديَّة اضطرارٍ لا مدح لهم فيها. وقوله: {بالغيب}: يُحتمل أن تكون متعلِّقة بوعد الرحمن، فيكون المعنى على هذا: أنَّ الله وَعَدَهم إيَّاها وعداً غائباً لم يشاهِدوه، ولم يَرَوْه فآمنوا بها، وصدَّقوا غيبها، وسَعَوا لها سَعْيها مع أنَّهم لم يَرَوْها؛ فكيف لو رأوها؛ لكانوا أشدَّ لها طَلَباً وأعظم فيها رغبةً وأكثر لها سعياً، ويكون في هذا مدحٌ لهم بإيمانهم بالغيبِ، الذي هو الإيمان النافع. ويُحتمل أن تكونَ متعلِّقة بعبادِهِ؛ أي: الذين عبدوه في حال غيبهم وعدم رؤيتهم إيَّاه؛ فهذه عبادتُهم ولم يروه؛ فلو رأوه؛ لكانوا أشدَّ له عبادةً وأعظم إنابةً وأكثر حبًّا وأجلَّ شوقاً. ويحتمل أيضاً أنَّ المعنى: هذه الجناتُ التي وَعَدَها الرحمن عبادَه من الأمورِ التي لا تدرِكُها الأوصاف ولا يعلمُها أحدٌ إلاَّ الله؛ ففيه من التشويق لها والوصف المجمل ما يهيجُ النفوسَ، ويزعِجُ الساكن إلى طلبها، فيكون هذا مثل قوله: {فلا تعلم نفسٌ ما أخْفِيَ لهم من قُرَّةِ أعيُنٍ جزاءً بما كانوا يعملون}. والمعاني كلُّها صحيحةٌ ثابتةٌ، ولكن الاحتمال الأوَّل أولى؛ بدليل قوله: {إنَّه كان وعدُهُ مأتِيًّا}: لا بدَّ من وقوعه؛ فإنَّه لا يُخْلِفُ الميعاد، وهو أصدق القائلين.
(61) Kemudian Allah menyebutkan bahwa surga (taman) yang dijanjikan untuk dimasuki tidaklah seperti taman-taman yang lain. Akan tetapi ﴾ جَنَّٰتِ عَدۡنٍ ﴿ "Surga 'Adn," yaitu surga tempat hunian tetap, tidak akan pernah ditinggalkan, tidak akan pernah diganti dan tidak akan lenyap. Hal ini disebabkan oleh luasnya surga itu serta besarnya kuantitas kenikmatan padanya, berupa kebaikan-kebaikan, kegembiraan, kebahagiaan, dan kesenangan, serta keceriaan, ﴾ ٱلَّتِي وَعَدَ ٱلرَّحۡمَٰنُ عِبَادَهُۥ بِٱلۡغَيۡبِۚ ﴿ "yang telah dijanjikan oleh ar-Rahman (Yang Maha Pemurah) kepada hamba-hambaNya, dengan (cara) ghaib," yaitu surga yang dijanjikan oleh ar-Rahman. Allah merang-kaikan kata surga dengan namaNya, ar-Rahman, karena di dalam Surga 'Adn itu terdapat curahan rahmat dan kebaikan yang tidak pernah terlihat mata, tidak pernah terdengar telinga dan tidak terlintas dalam benak manusia. Allah juga menamakan surga ini sebagai rahmatNya. Allah berfirman, ﴾ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱبۡيَضَّتۡ وُجُوهُهُمۡ فَفِي رَحۡمَةِ ٱللَّهِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ 107 ﴿ "Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya." (Ali Imran: 107). Begitu pula, pada penggandengan kata surga dengan nama ar-Rahman, terdapat isyarat yang menunjukkan kontinyuitas keba-hagiaan di dalamnya, dan bahwa surga itu abadi dengan keabadian rahmat Allah yang merupakan pengaruh dan konsekuensi rahmat-Nya. Kata اَلْعِبَادُ (hamba-hamba) dalam ayat ini maksudnya adalah hamba dari ketuhanannya (ilahiyah) Allah, yaitu para hamba yang senantiasa beribadah kepada Allah dan konsisten melaksanakan syariatNya. Sehingga اَلْعُبُوْدِيَّةُ (penghambaan diri kepada Allah) men-jadi predikat mereka, sebagaimana Firman Allah, ﴾ وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ …﴿ "Dan hamba-hamba dari Dzat Yang Maha Penyayang itu …." (Al-Furqan: 63), dan ayat-ayat yang semisalnya. Berbeda dengan "para hamba Allah" dalam konteks kepemilikan semata, yang tidak pernah beribadah kepadaNya. Mereka ini meskipun sebagai hamba dari pengaturan (rububiyah) Allah karena Allah telah menciptakan mereka, memberi rizki dan mengatur mereka, namun mereka ini tidak termasuk dalam golongan hamba al-uluhiyah al-ubudiyah al-ikhtiyariyah (hamba yang beribadah karena kemauan sendiri) yang pelakunya berhak mendapatkan pujian. Mereka menghambakan diri karena terpaksa, mereka tidak berhak mendapat pujian sama sekali. Firman Allah, ﴾ بِٱلۡغَيۡبِۚ ﴿ "dengan (cara) ghaib," ada kemungkinan kata ini berhubungan dengan ﴾ وَعَدَ ٱلرَّحۡمَٰنُ ﴿ "yang dijanjikan oleh Dzat Yang Maha Pemurah". Berdasarkan ini, maka pengertiannya adalah bahwa janji Allah untuk memberikan surga kepada mereka itu me-rupakan janji ghaib yang belum pernah mereka saksikan dan lihat. Namun, mereka mengimaninya, meyakini ketidaktampakannya, dan mereka pun berusaha menggapainya dengan sekuat tenaga, padahal mereka belum pernah melihatnya. Lalu, bagaimanakah seandainya mereka pernah melihatnya? Sudah pasti, mereka akan lebih antusias lagi untuk mendapatkannya, lebih termotivasi lagi dan akan lebih giat lagi berusaha. Sehingga ini merupakan pujian bagi mereka dengan sebab keimanan mereka terhadap perkara yang ghaib, yang merupakan keimanan yang bermanfaat. Ada kemungkinan juga, ﴾ بِٱلۡغَيۡبِۚ ﴿ "dengan (cara) ghaib," berkait-an dengan kata عِبَادَهُ (para hambaNya), yakni orang-orang yang ber-ibadah kepadaNya secara ghaib (secara tidak langsung [mengha-dapNya]), dan mereka tidak dapat melihatNya. Inilah ibadah mereka, padahal tidak pernah melihatNya. Seandainya mereka pernah me-lihatNya, maka pasti mereka lebih rajin untuk beribadah kepada-Nya, lebih besar taubat mereka kepadaNya, lebih agung kecintaan dan kerinduan mereka kepadaNya. Ada kemungkinan pengertian ayat ini bahwasanya surga-surga yang dijanjikan oleh Allah kepada para hambaNya termasuk sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh imajinasi-imajinasi (manu-sia) dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Dalam cara (pengungkapan seperti) ini terdapat upaya membangkitkan kerin-duan kepadanya, dan sifat (gambaran) yang masih global yang berpotensi menyulut jiwa-jiwa dan menggairahkan (jiwa yang) diam agar mencarinya. Sehingga ini sama dengan Firman Allah, ﴾ فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٞ مَّآ أُخۡفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعۡيُنٖ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ 17 ﴿ "Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (As- Sajdah: 17). Semua makna ini benar, akan tetapi kemungkinan pengertian pertama lebih utama. Dalilnya adalah Firman Allah ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ وَعۡدُهُۥ مَأۡتِيّٗا ﴿ "Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati," maksudnya pasti terjadi. Sesungguhnya Allah tidak pernah mengingkari janji, dan Allah itu sebenar-benarnya Dzat yang berkata.
#
{62} {لا يسمعون فيها لغواً}؛ أي: كلاماً لاغياً لا فائدة فيه ولا ما يؤثم؛ فلا يسمَعون فيها شتماً ولا عيباً ولا قولاً فيه معصية لله أو قولاً مكدراً، {إلاَّ سلاماً}؛ أي: [إلا] الأقوال السالمة من كلِّ عيب؛ من ذكرٍ لّله، وتحيَّة، وكلام سرورٍ وبشارةٍ، ومطارحة الأحاديث الحسنة بين الإخوان، وسماع خطاب الرحمن، والأصوات الشجيَّة من الحور والملائكة والولدان، والنغمات المطرِبة، والألفاظ الرخيمة؛ لأن الدار دار السلام؛ فليس فيها إلاَّ السلام التامُّ من جميع الوجوه. {ولهم رزقُهم فيها بُكرةً وعشيًّا}؛ أي: أرزاقهم من المآكل والمشارب وأنواع اللذَّات مستمرَّةٌ حيثما طلبوا وفي أيِّ وقت رغبوا، ومن تمامِها ولَذَّتها وحُسْنها أن تكونَ في أوقات معلومةٍ بُكرةً وعشيًّا؛ ليعظُم وقعها، ويتمَّ نفعها.
(62) ﴾ لَّا يَسۡمَعُونَ فِيهَا لَغۡوًا ﴿ "Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam surga," yaitu ucapan sia-sia yang tidak berguna sama sekali, dan juga tidak mendengar ucapan yang mengakibat-kan dosa. Mereka tidak pernah mendengar cercaan, umpatan, dan perkataan yang mengandung maksiat kepada Allah serta perkataan yang mengeruhkan hati ﴾ إِلَّا سَلَٰمٗاۖ ﴿ "kecuali ucapan salam," maksudnya [kecuali] perkataan-perkataan yang terhindar dari segala aib berupa dzikrullah, penghormatan, ungkapan suka cita, kabar gembira, lontaran ucapan yang baik antara sesama kawan, mendengar pem-bicaraan ar-Rahman, dan suara-suara yang merdu dari para bida-dari, malaikat dan anak-anak kecil, nada-nada berdendang, serta suara-suara yang lembut. Karena memang tempat itu adalah Darussalam (tempat keselamatan). Maka, tidak ada sesuatu pun di sana kecuali keselamatan yang sempurna dari segala sudut aspek. ﴾ وَلَهُمۡ رِزۡقُهُمۡ فِيهَا بُكۡرَةٗ وَعَشِيّٗا 62 ﴿ "Mereka mendapatkan rizkinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang," maksudnya limpahan rizki mereka berupa makanan, minuman serta beraneka ragam kenikmatan, berkesinam-bungan terus-menerus di mana pun mereka minta, dan kapan pun mereka inginkan. Dan di antara bentuk kesempurnaan rizki, kenik-matan, serta kebaikan surga adalah keberadaannya (yang selalu siap sedia) pada waktu-waktu tertentu "pagi dan petang," supaya kenikmatan-kenikmatan itu betul-betul dirasa besar keberadaannya dan fungsi kemanfaatannya pun lebih maksimal.
#
{63} فـ {تلك الجنةُ}: التي وصفناها بما ذكر {التي نورِثُ من عبادنا مَن كان تَقِيًّا}؛ أي: نورثها المتَّقين، ونجعلها منزلهم الدائم، الذي لا يظعَنون عنه ولا يَبْغون عنه حِوَلاً؛ كما قال تعالى: {وسارِعوا إلى مغفرةٍ من ربِّكم وجنَّةٍ عرضُها السمواتُ والأرضُ أعدَّت للمتَّقين}.
(63) ﴾ تِلۡكَ ٱلۡجَنَّةُ ﴿ "Itulah surga-surga," yang telah Kami terang-kan dengan (karakteristik yang sudah) disebutkan i t u ﴾ ٱلَّتِي نُورِثُ مِنۡ عِبَادِنَا مَن كَانَ تَقِيّٗا 63 ﴿ "yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa," maksudnya Kami mewariskannya bagi orang-orang yang bertakwa, menjadikan surga itu sebagai tempat tinggal mereka yang abadi, yang mereka tidak akan pergi darinya, dan tidak berminat untuk mencari ganti. Sebagaimana Allah تعالى ber-firman, ﴾ وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ 133 ﴿ "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (Ali Imran: 133).
Ayah: 64 - 65 #
{وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَلِكَ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا (64) رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا (65)}.
"Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Rabbmu. KepunyaanNya-lah segala sesuatu yang ada di hadapan kita, segala sesuatu yang di belakang kita, dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Rabbmu lupa. Rabb (yang menguasai) langit dan bumi, dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia, dan berteguh hatilah da-lam beribadat kepadaNya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?" (Maryam: 64-65).
#
{64} استبطأ النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - جبريل عليه السلام مرَّة في نزوله إليه، فقال له: لو تأتينا أكثرَ ممَّا تأتينا؛ شوقاً إليه وتوحُّشاً لفراقه وليطمئنَّ قلبُه بنزوله؛ فأنزلَ الله تعالى على لسان جبريل: {وما نَتَنَزَّلُ إلاَّ بأمرِ ربِّكَ}؛ أي: ليس لنا من الأمر شيءٌ، إن أمَرَنا؛ ابتدرْنا أمره ولم نعصِ له أمراً؛ كما قال عنهم: {لا يعصونَ الله ما أمَرَهم ويفعلونَ ما يُؤْمَرون}؛ فنحن عبيدٌ مأمورون. {له ما بين أيدينا وما خلفَنا وما بينَ ذلك}؛ أي: له الأمور الماضية والمستقبلة والحاضرة في الزمان والمكان؛ فإذا تبيَّن أنَّ الأمر كلَّه لله، وأننا عبيدٌ مدبَّرون، فيبقى الأمر دائراً بين هل تقتضيه الحكمةُ الإلهيَّةُ فَيُنْفِذهُ أم لا تقتضيه فيؤخِّره؟ ولهذا قال: {وما كان ربُّك نسيًّا}؛ أي: لم يكن الله لينساك ويهمِلَك؛ كما قال تعالى: {ما ودَّعَكَ ربُّك وما قَلى}: بل لم يَزَلْ معتنياً بأمورِك مجرِياً لك على أحسن عوائِدِه الجميلة وتدابيره الجميلة؛ أي: فإذا تأخَّر نزولنا عن الوقت المعتاد؛ فلا يَحْزُنْكَ ذلك ولا يَهُمُّك، واعلم أن الله هو الذي أراد ذلك؛ لما له من الحكمة فيه.
(64) Rasulullah pernah sekali merasakan keterlambatan Jibril عليه السلام untuk mendatangi beliau (dengan wahyu), maka Rasulullah berkata kepadanya, "Seandainya engkau datang lebih sering kepadaku dari sebelumnya," karena kerinduan beliau kepadanya dan kerisauan lantaran berpisah dengannya, supaya hati beliau menjadi tenang dengan kedatangannya. Maka lewat lisan malaikat Jibril, Allah تعالى menurunkan, ﴾ وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمۡرِ رَبِّكَۖ ﴿ "Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Rabbmu," maksudnya kami tidak memiliki wewenang sama sekali dalam (pengaturan) urusan-urusan. Jika Dia memerintahkan kami, pasti kami segera melaksanakan perin-tahNya, tidak melanggar perintahNya. Sebagaimana Allah men-ceritakan tentang mereka, ﴾ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ 6 ﴿ "Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintah-kan." (At-Tahrim: 6). Kami hanyalah hamba yang diperintah. ﴾ لَهُۥ مَا بَيۡنَ أَيۡدِينَا وَمَا خَلۡفَنَا وَمَا بَيۡنَ ذَٰلِكَۚ ﴿ "KepunyaanNya-lah segala sesuatu yang ada di hadapan kita, segala sesuatu yang di belakang kita, dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya," maksudnya bagi Allah semua perkara-perkara yang telah berlalu, yang akan datang serta yang sedang terjadi, di setiap waktu dan tempat. Jika sudah (kian) jelas bahwa semua urusan adalah milik Allah, sedangkan kita adalah hamba yang diatur, maka perkara-perkara itu terpaku pada kisaran "Apakah hikmah ilahiyah menuntutnya, sehingga Dia menjalankannya, atau tidak menuntutnya, sehingga Dia menundanya? Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيّٗا 64 ﴿ "Dan tidaklah Rabbmu lupa," maksud-nya Allah tidak pernah melupakan dan mengabaikanmu. Seperti Firman Allah, ﴾ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ 3 ﴿ "Rabbmu tidak meninggalkanmu dan tidak membencimu." (Adh- Dhuha: 3). Bahkan Allah senantiasa memperhatikan urusanmu, merea-lisasikannya bagimu dengan fasilitas-fasilitasNya yang indah dan pengaturan-pengaturanNya yang elok. Maksudnya, kedatangan kami terlambat dari waktu yang biasa, maka janganlah hal itu membuatmu sedih dan menggelayuti pikiranmu. Ketahuilah bahwa Allah-lah yang menghendaki hal itu, karena Dia memiliki hikmah dalam keputusan ini.
#
{65} ثم علَّل إحاطة علمه وعدم نسيانه بأنه {رب السمواتِ والأرض}: فربوبيَّتُهُ للسماواتِ والأرض، وكونهما على أحسن نظام وأكمله، ليس فيه غفلةٌ ولا إهمالٌ ولا سدىً ولا باطلٌ: برهانٌ قاطعٌ على علمه الشامل؛ فلا تَشْغَلْ نفسَك بذلك، بل اشغَلْها بما ينفعُك ويعود عليك طائلُه، وهو عبادته وحدَه لا شريك له، {واصطَبِرْ لعبادتِهِ}؛ أي: اصبر نفسَك عليها، وجاهِدْها، وقُم عليها أتمَّ القيام وأكمله بحسب قدرتك، وفي الاشتغال بعبادة الله تسليةٌ للعابد عن جميع التعلُّقات والمشتهيات؛ كما قال تعالى: {ولا تَمُدَّنَّ عينيكَ إلى ما متَّعْنا به أزواجاً منهم زهرةَ الحياة الدُّنيا لنفتِنَهم فيه ... } إلى أن قال: {وأمُرْ أهلكَ بالصَّلاةِ واصطبِرْ عليها ... } الآية. {هل تعلم له سَمِيًّا}؛ أي: هل تعلم لله مسامياً ومشابهاً ومماثلاً من المخلوقين؟ وهذا استفهامٌ بمعنى النفي المعلوم بالعقل؛ أي: لا تعلم له مسامياً ولا مشابهاً؛ لأنَّه الربُّ وغيره مربوبٌ، الخالق وغيره مخلوقٌ، الغنيُّ من جميع الوجوه، وغيره فقيرٌ بالذات من كلِّ وجه، الكامل الذي له الكمال المطلق من جميع الوجوه، وغيره ناقصٌ ليس فيه من الكمال إلاَّ ما أعطاه الله تعالى؛ فهذا برهانٌ قاطعٌ على أنَّ الّلهَ هو المستحقُّ لإفرادِهِ بالعبوديَّة، وأنَّ عبادته حقٌّ، وعبادةُ ما سواه باطلٌ؛ فلهذا أمر بعبادِتِه وحدَه والاصطبارِ لها، وعلَّل [ذلك] بكماله وانفرادِهِ بالعظمة والأسماء الحسنى.
(65) Kemudian Allah menjelaskan alasan faktor keluasan ilmuNya dan ketiadaan sifat lupa padaNya, yaitu karena Dia ﴾ رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ﴿ "Rabb (yang menguasai) langit dan bumi." RububiyahNya (pengendalianNya) meliputi langit dan bumi. Keberadaan kedua-nya dalam tatanan terbaik lagi paling sempurna, tanpa ada unsur kelalaian, penyepelean, main-main dan kebatilan, merupakan bukti yang pasti mengenai ilmuNya yang mencakup (segala sesuatu). Maka, janganlah engkau sibukkan dirimu dengan hal itu. Akan tetapi, sibukkanlah dirimu dengan sesuatu yang bermanfaat dan mendatangkan faidah bagimu. Yaitu beribadah kepada Allah se-mata, yang tidak ada sekutu bagiNya. ﴾ وَٱصۡطَبِرۡ لِعِبَٰدَتِهِۦۚ ﴿ "Dan berteguh hatilah dalam beribadah kepadaNya," maksudnya, kuatkanlah jiwamu dalam ibadah dan usahakanlah jiwamu bersungguh-sungguh. Laksanakanlah ibadah dengan sebaik-baiknya dan sesempurna mungkin sesuai dengan kemampuanmu. Di tengah melangsung-kan ibadah kepada Allah, terdapat unsur penghibur hati bagi se-orang hamba dari semua keterikatan serta kesenangan-kesenangan syahwat. Sebagaimana Firman Allah, ﴾ وَلَا تَمُدَّنَّ عَيۡنَيۡكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعۡنَا بِهِۦٓ أَزۡوَٰجٗا مِّنۡهُمۡ زَهۡرَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا لِنَفۡتِنَهُمۡ فِيهِۚ وَرِزۡقُ رَبِّكَ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰ 131 وَأۡمُرۡ أَهۡلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصۡطَبِرۡ عَلَيۡهَاۖ …﴿ "Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia, untuk Kami uji mereka dengan kesenangan itu. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal. Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam me-ngerjakannya…." (Thaha: 131-132). ﴾ هَلۡ تَعۡلَمُ لَهُۥ سَمِيّٗا 65 ﴿ "Apakah kamu mengetahui ada orang yang sama dengan Dia (yang patut diibadahi)?" Maksudnya apakah engkau mengetahui suatu obyek yang sama dan menyerupai Allah dari kalangan makhluk? Ini adalah bentuk istifham (pertanyaan), yang bermakna penafian (tidak mungkin ada), yang dapat diketahui dengan akal. Artinya, kamu tidak akan menjumpai ada sesuatu yang sama atau serupa dengan Allah. Karena Dia adalah Rabb (Pengatur), sementara yang lain marbub (diatur). Dia Khaliq (Pen-cipta), sementara yang lain makhluq (ciptaan). Dia Mahakaya dari segala arah, sedangkan selainNya secara fisik membutuhkan dari segala aspek, Dia Maha Sempurna yang memiliki kesempurnaan mutlak, sedangkan selainNya mempunyai kekurangan, tidak me-miliki kesempurnaan kecuali yang diberikan oleh Allah. Ini merupakan bukti konkret bahwa hanya Allah yang berhak diibadahi, dan bahwa ibadah kepadaNya merupakan kebenaran, sedangkan ibadah kepada selainNya merupakan sebuah kebatilan. Oleh karena itu, Allah memerintahkan untuk beribadah hanya kepadaNya semata, dan bersabar dalam menjalankannya disertai menjelaskan alasan [tindakan tersebut] dengan aspek kesempurna-anNya, keesaanNya dalam keagungan dan nama-nama yang paling baik.
Ayah: 66 - 67 #
{وَيَقُولُ الْإِنْسَانُ أَإِذَا مَا مِتُّ لَسَوْفَ أُخْرَجُ حَيًّا (66) أَوَلَا يَذْكُرُ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ يَكُ شَيْئًا (67)}.
"Dan manusia berkata, 'Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sunguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?' Tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang dia tidak ada sama sekali." (Maryam: 66-67).
#
{66} المراد بالإنسان هاهنا كلُّ منكرٍ للبعث مستبعدٍ لوقوعه؛ فيقولُ مستفهماً على وجه النفي والعناد والكفر: {أإذا ما مِتُّ لسوفَ أُخْرَجُ حيًّا}؛ أي: كيف يعيدني الّله حيًّا بعد الموت وبعد ما كنتُ رميماً؟! هذا لا يكون ولا يُتَصَوَّر! وهذا بحسب عقله الفاسد ومقصده السيئ وعنادِهِ لرسل الله وكتبِهِ؛ فلو نَظَرَ أدنى نَظَرٍ وتأمَّل أدنى تأمُّل؛ لرأى استبعاده للبعث في غاية السخافة.
(66) Yang dimaksud dengan lafazh insan (manusia) dalam ayat ini adalah setiap manusia yang mengingkari Hari Kebang-kitan, menganggap kejadiannya sebagai peristiwa yang mustahil. Orang ini bertanya dengan nada meniadakan, menentang serta mengingkari, ﴾ أَءِذَا مَا مِتُّ لَسَوۡفَ أُخۡرَجُ حَيًّا 66 ﴿ "Betulkah apabila aku telah mati, aku sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?" Maksudnya, bagaimana mungkin Allah bisa menghidupkanku lagi setelah aku mati, dan setelah aku (menjadi tulang-belulang yang) hancur luluh? Kejadian ini tidak akan terjadi dan tidak bisa diimajinasikan! Tentunya, pernyataan ini berdasarkan akalnya yang rusak dan niatannya yang jelek serta kekufurannya kepada para rasul dan kitab-kitab Allah. Seandainya dia mau memperhatikan sejenak saja dan merenungkan sebentar saja, pasti dia akan menyadari bahwa klaimnya mengenai kemustahilan Hari Kebangkitan, (berada) dalam puncak kebodohan.
#
{67} ولهذا ذكر تعالى برهاناً قاطعاً ودليلاً واضحاً يعرفه كلُّ أحدٍ على إمكان البعث، فقال: {أوَلا يذكُرُ الإنسانُ أنَّا خَلَقْناهُ من قبلُ ولم يكُ شيئاً}؛ أي: أولا يلتفتُ نظره ويستذكِرُ حالته الأولى، وأنَّ الله خلقه أولَ مرَةٍ ولم يكُ شيئاً؟! فمن قَدَرَ على خلقه من العدم، ولم يكُ شيئاً مذكوراً؛ أليس بقادرٍ على إنشائِهِ بعدما تمزَّقَ، وجَمْعِهِ بعدما تفرَّق؟! وهذا كقوله: {وهو الذي يُبدئ الخلقَ ثم يعيدُهُ وهو أهونُ عليه}. وفي قوله: {أولا يذكُرُ الإنسان}: دعوةٌ للنظر بالدليل العقليِّ بألطف خطاب، وأنَّ إنكار من أنكَرَ ذلك مبنيٌّ على غفلةٍ منه عن حالِهِ الأولى، وإلاَّ؛ فلو تَذَكَّرها وأحضَرَها في ذهنِهِ؛ لم ينكرْ ذلك.
(67) Oleh karena itu, Allah تعالى menyebutkan bukti yang kuat dan dalil yang jelas yang dapat dicerna oleh setiap orang mengenai kemungkinan terjadinya kebangkitan. Allah berfirman, ﴾ أَوَلَا يَذۡكُرُ ٱلۡإِنسَٰنُ أَنَّا خَلَقۡنَٰهُ مِن قَبۡلُ وَلَمۡ يَكُ شَيۡـٔٗا 67 ﴿ "Tidakkah manusia itu memi-kirkan bahwa Kami telah menciptakannya dahulu, padahal dia tidak ada sama sekali," maksudnya tidakkah dia mengalihkan pandangan dan mengingat-ingat kondisi awal dirinya, Allah telah menciptakannya pertama kali padahal sebelumnya dia tidak berwujud sama sekali. Maka Dzat yang mampu menciptakannya dari ketiadaan, dan belum menjadi sesuatu yang dapat disebut, bukankah Dzat ini mampu juga menyusunnya kembali setelah terkoyak-koyak daan merangkainya lagi setelah tercerai-berai? Hal ini seperti yang di-firmankan oleh Allah, ﴾ وَهُوَ ٱلَّذِي يَبۡدَؤُاْ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥ وَهُوَ أَهۡوَنُ عَلَيۡهِۚ ﴿ "Dan Dia-lah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemu-dian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkannya kembali itu adalah lebih mudah bagiNya." (Ar-Rum: 27). Dalam Firman Allah, ﴾ أَوَلَا يَذۡكُرُ ٱلۡإِنسَٰنُ ﴿ "Tidakkah manusia itu berpikir." Sebuah seruan untuk merenungi dengan penalaran de-ngan ajakan yang paling lembut. Dan bahwasanya pengingkaran orang-orang yang mengingkari adalah berdasarkan pada kelalaian-nya terhadap kondisi awalnya. Apabila tidak demikian, seandainya dia ingat dan menyadarinya, tentu dia tidak akan mengingkarinya.
Ayah: 68 - 70 #
{فَوَرَبِّكَ لَنَحْشُرَنَّهُمْ وَالشَّيَاطِينَ ثُمَّ لَنُحْضِرَنَّهُمْ حَوْلَ جَهَنَّمَ جِثِيًّا (68) أَيُّهُمْ أَشَدُّ عَلَى الرَّحْمَنِ عِتِيًّا (69) ثُمَّ لَنَحْنُ أَعْلَمُ بِالَّذِينَ هُمْ أَوْلَى بِهَا صِلِيًّا (70)}.
"Demi Rabbmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan me-reka bersama setan, kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahanam dengan berlutut. Kemudian pasti akan Kami tarik dari tiap-tiap golongan, siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Dzat Yang Maha Pemurah. Kemudian Kami sungguh lebih mengetahui orang-orang yang seharusnya dimasuk-kan ke dalam neraka." (Maryam: 68-70)
#
{68} أقسم الله تعالى وهو أصدق القائلين بربوبيَّتِهِ لَيَحْشُرَ [نَّ] هؤلاء المنكرين للبعث هم وشياطينهم، فيجمعهم لميقاتِ يوم معلوم، {ثم لَنُحْضِرَنَّهم حول جهنم جِثِيًّا}؛ أي: جاثين على ركبهم من شدَّة الأهوال وكثرة الزلزال وفظاعة الأحوال، منتظرين لحكم الكبير المتعال.
(68) Allah تعالى telah bersumpah –Dia adalah sejujur-jujurnya Dzat yang berkata– dengan rububiyahNya, sungguh Kami akan menghimpun orang-orang yang mengingkari kebangkitan beserta para setan mereka. Allah mengumpulkan mereka pada hari yang telah ditentukan. ﴾ ثُمَّ لَنُحۡضِرَنَّهُمۡ حَوۡلَ جَهَنَّمَ جِثِيّٗا 68 ﴿ "Kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling neraka Jahanam dalam keadaan berlutut," maksudnya bertekuk lutut lantaran begitu dahsyatnya kengerian-kengerian dan kerasnya goncangan-goncangan serta keadaan-ke-adaan yang sangat mencekam, guna menunggu keputusan Allah Yang Mahabesar lagi Mahatinggi.
#
{69} ولهذا ذكر حكمه فيهم، فقال: {ثم لَنَنزِعَنَّ مِن كلِّ شيعةٍ أيُّهم أشدُّ على الرحمن عِتِيًّا}؛ أي: ثم لننزعنَّ من كلِّ طائفةٍ وفرقةٍ من الظالمين المشتركين في الظُّلم والكفر والعتوِّ أشدَّهم عتوًّا وأعظمهم ظلماً وأكبرهم كفراً، فيقدِّمهم إلى العذاب، ثم هكذا يقدِّم إلى العذاب الأغلظ إثماً فالأغلظ، وهم في تلك الحال متلاعِنون؛ يلعنُ بعضُهم بعضاً، ويقولُ أخراهم لأولاهم: {ربَّنا هؤلاء أضَلُّونا فآتِهِم عذاباً ضِعْفاً من النار [قال لكل ضعف ولكن لا تعلمون] وقالتْ أولاهم لأُخْراهم فما كان لَكُمْ علينا من فضلٍ ... }.
(69) Oleh karena itu, Allah menyebutkan keputusanNya pada mereka. Allah berfirman, ﴾ ثُمَّ لَنَنزِعَنَّ مِن كُلِّ شِيعَةٍ أَيُّهُمۡ أَشَدُّ عَلَى ٱلرَّحۡمَٰنِ عِتِيّٗا ﴿ "Kemudian pasti Kami akan mengambil dari tiap-tiap golongan, siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Dzat Yang Maha Pemurah," maksudnya kemudian Kami sungguh akan mengambil dari masing-masing kelompok dan golongan kaum yang zhalim yang bekerja-sama dalam kezhaliman, kekufuran, serta kesombongan, yaitu orang yang paling sombong, zhalim, serta kufur. Lalu dia didahulu-kan penyiksaannya. Demikian selanjutnya, didahulukan penyiksaan bagi orang yang paling parah dosanya. Waktu itu, mereka saling melaknat, sebagian melaknat sebagian yang lain. Orang-orang yang datang belakangan mengatakan kepada para pendahulunya, ﴾ رَبَّنَا هَٰٓؤُلَآءِ أَضَلُّونَا فَـَٔاتِهِمۡ عَذَابٗا ضِعۡفٗا مِّنَ ٱلنَّارِۖ [قَالَ لِكُلّٖ ضِعۡفٞ وَلَٰكِن لَّا تَعۡلَمُونَ 38] وَقَالَتۡ أُولَىٰهُمۡ لِأُخۡرَىٰهُمۡ فَمَا كَانَ لَكُمۡ عَلَيۡنَا مِن فَضۡلٖ …﴿ "Ya Rabb kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu timpa-kanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka." [Allah berfirman, "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui."] Dan orang-orang yang masuk terlebih dahulu di antara mereka berkata kepada orang-orang yang masuk kemudian, 'Kalian tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami…'." (Al-A'raf: 38-39).
#
{70} وكل هذا تابعٌ لعدله وحكمته وعلمه الواسع، ولهذا قال: {ثم لنحنُ أعلم بالذين هم أولى بها صِلِيًّا}؛ أي: علمنا محيطٌ بمن هو أولى صِلِيًّا بالنار، وقد علمناهم، وعلمنا أعمالهم واستحقاقها وقسطها من العذاب.
(70) Ini semua berdasarkan keadilan, hikmah serta ilmuNya yang luas. Untuk itu, Allah berfirman, ﴾ ثُمَّ لَنَحۡنُ أَعۡلَمُ بِٱلَّذِينَ هُمۡ أَوۡلَىٰ بِهَا صِلِيّٗا 70 ﴿ "Kemudian Kami sungguh lebih mengetahui orang-orang yang seharusnya dimasukkan ke dalam neraka," maksudnya Ilmu Kami meliputi siapa yang berhak masuk neraka terlebih dulu. Sungguh Kami telah mengetahui (hakikat) mereka, amalan mereka, balasan-balasan amalan mereka serta azab yang setimpal.
Ayah: 71 - 72 #
{وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا (71) ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا (72)}.
"Dan tidak ada seorang pun darimu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa, dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut." (Maryam: 71-72).
#
{71} وهذا خطابٌ لسائر الخلائق؛ بَرِّهم وفاجِرِهم، مؤمنهم وكافرهم؛ أنَّه ما منهم من أحدٍ إلاَّ سيرِدُ النار، حكماً حتَّمه الله على نفسِهِ، وأوعد به عباده؛ فلا بدَّ من نفوذِهِ، ولا محيدَ عن وقوعه. واختُلِفَ في معنى الورود: فقيل: ورودُها حضورُها للخلائق كلِّهم حتى يحصُل الانزعاج من كلِّ أحدٍ، ثم بعدُ يُنَجِّي الله المتَّقين. وقيل: ورودُها دخولُها، فتكون على المؤمنين برداً وسلاماً. وقيل: الورودُ هو المرور على الصراط الذي هو على متنِ جهنَّم، فيمرُّ الناس على قدرِ أعمالهم؛ فمنهم من يمرُّ كلمح البصر، وكالريح، وكأجاويد الخيل، وكأجاويد الركاب، ومنهم من يسعى، ومنهم يمشي مشياً، ومنهم من يزحفُ زحفاً، ومنهم من يُخْطَف فيلقى في النار؛ كلٌّ بحسب تقواه.
(71) Arah pembicaraan ini ditujukan kepada semua makh-luk, yang baik dan yang buruk, yang Mukmin dan yang kafir, bahwasanya tiada seorang pun dari mereka melainkan pasti akan memasuki neraka, sebagai suatu ketetapan yang sudah Allah tetap-kan atas diriNya, dan telah Dia janjikan kepada semua hambaNya. Maka, janji ini pasti terlaksana, tidak ada yang memalingkan keja-diannya. Makna kata al-Wurud (mendatangi) masih diperselisihkan (oleh para ulama). Ada yang mengatakan, maknanya adalah keha-diran wujud neraka di hadapan seluruh makhluk sehingga menim-bulkan rasa takut pada setiap orang. Kemudian Allah menyelamat-kan orang-orang yang bertakwa. Sebagian berpendapat, maksud "mendatanginya" adalah memasukinya. Namun neraka menjadi dingin dan keselamatan bagi orang-orang Mukmin. Sebagian ulama lain mengartikan lafazh "mendatangi" dengan makna melewati di atas Shirath (jembatan) yang berada di atas permukaan Neraka Jahanam. Maka masing-masing orang mele-watinya sesuai dengan amalnya. Di antara mereka ada yang mele-watinya secepat kedipan mata, seperti angin, bagai pacuan kuda terbaik, bak lari unta terbaik. Ada orang yang berlari, berjalan, ada (pula) yang merangkak. Sebagian dari mereka terkena sambaran lalu terlempar ke neraka. Masing-masing sesuai dengan kadar ke-takwaannya.
#
{72} ولهذا قال: {ثم ننجِّي الذين اتَّقَوْا}: الّله تعالى بفعل المأمور واجتناب المحظور. {ونَذَرُ الظالمين}: أنفسهم بالكفر والمعاصي {فيها جِثِيًّا}: وهذا بسبب ظلمهم وكفرهم، وجب لهم الخلودُ وحقَّ عليهم العذاب، وتقطَّعت بهم الأسباب.
(72) Oleh sebab itu, Allah berfirman, ﴾ ثُمَّ نُنَجِّي ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ ﴿ "Kemu-dian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa," kepada Allah dengan cara mengerjakan perintah serta menjauhi larangan ﴾ وَّنَذَرُ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "dan Kami membiarkan orang-orang yang zhalim," terha-dap diri mereka sendiri dengan melakukan kekufuran dan maksiat ﴾ فِيهَا جِثِيّٗا 72 ﴿ "di neraka dalam keadaan berlutut." Ini adalah akibat dari kekufuran dan perbuatan maksiat mereka, sehingga mengakibatkan mereka kekal abadi di dalam neraka. Azab sudah pasti mengenai, dan semua faktor (penyelamat) sudah tidak berlaku.
Ayah: 73 - 74 #
{وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا أَيُّ الْفَرِيقَيْنِ خَيْرٌ مَقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا (73) وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِئْيًا (74)}.
"Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang (maksudnya), niscaya orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang beriman, 'Manakah di antara kedua golongan (kafir dan Mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuan(nya).' Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata." (Maryam: 73-74).
#
{73} أي: وإذا تُتلى على هؤلاء الكفار آياتُنا بيناتٍ؛ أي: واضحات الدِّلالة على وحدانية الله وصدق رسله، توجِبُ لمن سَمِعَها صدقَ الإيمان وشدَّة الإيقان؛ قابلوها بضدِّ ما يجب لها، واستهزؤوا بها وبمن آمن بها، واستدلُّوا بحسن حالهم في الدُّنيا على أنَّهم خيرٌ من المؤمنين، فقالوا معارضين للحقِّ: {أيُّ الفريقين}؛ أي: نحن والمؤمنون {خيرٌ مقاماً}؛ أي: في الدُّنيا من كثرة الأموال والأولاد وتفوُّق الشهوات. {وأحسن نَدِيًّا}؛ أي: مجلساً؛ أي: فاستَنْتَجوا من هذه المقدِّمة الفاسدة بسبب أنَّهم أكثر مالاً وأولاداً، وقد حصلت [لهم] أكثرُ مطالبهم من الدُّنيا، ومجالسهم وأنديتهم مزخرفةٌ مزوَّقةٌ، والمؤمنون بخلاف هذه الحال؛ فهم خيرٌ من المؤمنين!!
(73) Maksudnya, jika ayat-ayat Kami yang nyata dibacakan kepada orang-orang kafir, yaitu ayat-ayat yang jelas penunjukan-nya tentang keesaan Allah سبحانه وتعالى dan kebenaran para RasulNya yang (mestinya) menyebabkan munculnya keimanan yang benar serta keyakinan mantap bagi orang yang mendengarnya, (namun) me-reka menyambutnya dengan tindakan yang kontradiktif dari yang semestinya. Mereka menghinanya dan menghina orang yang mengimaninya. Mereka berasumsi (dengan dasar kebaikan keadaan mereka di dunia) sebagai indikasi mereka lebih baik daripada kaum Mukminin. Mereka mengatakan guna menentang al-Haq, ﴾ أَيُّ ٱلۡفَرِيقَيۡنِ ﴿ "Manakah di antara kedua golongan," antara kami dan kaum Mukminin ﴾ خَيۡرٞ مَّقَامٗا ﴿ "yang lebih baik tempat tinggalnya," di dunia ini, berupa harta yang melimpah dan anak keturunan yang banyak serta keunggulan nikmat-nikmat kesenangan mereka ﴾ وَأَحۡسَنُ نَدِيّٗا 73 ﴿ "dan lebih indah tempat pertemuan(nya)," yaitu tempat berkumpul. Mereka menarik kesimpulan berdasarkan titik tolak yang rusak ini, lantaran mereka mempunyai lebih banyak harta dan anak keturunan, berhasil meraup kebanyakan dari tuntutan-tuntutan duniawi mereka, tempat-tempat mereka berkumpul atau tempat-tempat pertemuan mereka begitu sarat dengan hiasan indah lagi megah, sementara kondisi kaum Muslimin berbeda dengan ini, bahwasanya mereka (orang-orang kafir ini) lebih baik dari kaum Mukminin!!
#
{74} وهذا دليلٌ في غاية الفساد، وهو من باب قلب الحقائق، وإلاَّ؛ فكثرة الأموال والأولاد وحسنُ المنظر كثيراً ما يكون سبباً لهلاك صاحبِهِ وشقائِهِ وشرِّه، ولهذا قال تعالى: {وكم أهْلَكْنا قبلَهم من قرنٍ هم أحسنُ أثاثاً}؛ أي: متاعاً من أوانٍ وفرش وبيوت وزخارف، {ورِئْياً} ؛ أي: أحسن مرأى ومنظراً من غضارة العيش وسرور اللَّذَّات وحسن الصور؛ فإذا كان هؤلاء المهلَكون أحسنَ منهم أثاثاً ورئياً، ولم يمنعْهم ذلك من حلول العقاب بهم؛ فكيف يكونُ هؤلاء وهم أقلُّ منهم وأذلُّ معتصمين من العذاب، {أكفَّارُكم خيرٌ من أولئِكُم أم لكم براءةٌ في الزُّبُرِ}؟! وعُلِمَ مِن هذا أن الاستدلال على خير الآخرة بخير الدُّنيا من أفسدِ الأدلَّة وأنَّه من طرق الكفار.
(74) Ini sebuah petunjuk yang berada pada tingkatan paling rusak, termasuk dalam kategori membolak-balikkan fakta-fakta. Jika bukan demikian (sasarannya), maka sesungguhnya gelimang harta dan anak yang banyak serta penampilan elok, kerap kali justru menjadi penyebab kebinasaan pemiliknya, kesengsaraan, serta kejahatannya. Sebab itu, Allah berfirman, ﴾ وَكَمۡ أَهۡلَكۡنَا قَبۡلَهُم مِّن قَرۡنٍ هُمۡ أَحۡسَنُ أَثَٰثٗا ﴿ "Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya," yaitu perabotan-perabotan, berupa bejana-bejana, ranjang-ranjang, rumah-rumah tempat tinggal dan ornamen-ornamen penghias, ﴾ وَرِءۡيٗا 74 ﴿ "dan lebih sedap dipandang mata," maksudnya lebih bagus penam-pilan dan rupa fisiknya berupa kehidupan yang enak, kenikmatan-kenikmatan yang membahagiakan dan penampilan yang elok. Jika orang-orang yang sudah dibinasakan ini kondisinya lebih baik daripada orang-orang kafir (Quraisy) ini, sementara semua itu tidak bisa menolak kedatangan azab kepada mereka, lalu bagaimana mungkin orang-orang kafir Makkah selamat dari azab padahal mereka lebih miskin dan lebih hina daripada mereka?! ﴾ أَكُفَّارُكُمۡ خَيۡرٞ مِّنۡ أُوْلَٰٓئِكُمۡ أَمۡ لَكُم بَرَآءَةٞ فِي ٱلزُّبُرِ 43 ﴿ "Apakah orang-orang kafirmu (hai kaum musyrikin) lebih baik dari-pada mereka itu, atau apakah kalian telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam Kitab-kitab yang dahulu." (Al-Qamar: 43). Dari sini dapat diketahui, bahwa menjadikan "kemakmuran duniawi seseorang sebagai indikator kebaikannya di akhirat" me-rupakan argumen yang sangat buruk. Dan itu termasuk metode orang-orang kafir.
Ayah: 75 #
{قُلْ مَنْ كَانَ فِي الضَّلَالَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمَنُ مَدًّا حَتَّى إِذَا رَأَوْا مَا يُوعَدُونَ إِمَّا الْعَذَابَ وَإِمَّا السَّاعَةَ فَسَيَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضْعَفُ جُنْدًا (75)}.
"Katakanlah, 'Barangsiapa yang berada di dalam kesesatan, maka biarlah Rabbnya yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya, sehingga apabila mereka telah melihat sesuatu yang diancamkan kepadanya, baik siksa maupun kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah penolong-penolongnya'." (Maryam: 75).
#
{75} لما ذكر دليلهم الباطل الدالَّ على شدَّة عنادهم وقوَّة ضلالهم؛ أخبر هنا أنَّ مَن كان في الضلالة؛ بأن رَضِيَها لنفسه، وسعى فيها؛ فإنَّ الله يمدُّه منها ويزيدُه فيها حبًّا؛ عقوبةً له على اختيارها على الهدى؛ قال تعالى: {فلمَّا زاغوا أزاغَ الله قلوبَهم}، {ونقلِّبُ أفئِدَتَهم وأبصارَهم كما لم يُؤْمِنوا به أوَّلَ مرَّةٍ ونذَرُهم في طغيانِهِم يعمهونَ}. {حتَّى إذا رأوا}؛ أي: القائلون: {أيُّ الفريقين خيرٌ مقاماً وأحسنُ نَدِيًّا}، {ما يوعدون إمَّا العذابَ}: بقتل أو غيره، {وإمَّا الساعة}: التي هي بابُ الجزاء على الأعمال. {فسيعلمونَ من هو شَرٌّ مكاناً وأضعفُ جُنداً}؛ أي: فحينئذٍ يتبيَّن لهم بطلانُ دعواهم، وأنَّها دعوى مضمحلَّة، ويتيقَّنون أنَّهم أهل الشرِّ وأضعفُ جنداً، ولكنْ لا يُفيدُهم هذا العلم شيئاً؛ لأنَّه لا يمكنهم الرجوع إلى الدُّنيا فيعملون غير عملهم الأول.
(75) Setelah menyebutkan dalil mereka yang batil, yang mengisyaratkan betapa dahsyat kekufuran dan kesesatan mereka dalam ayat ini, Allah memberitahukan bahwa orang yang berada dalam kesesatan dengan menyukai kesesatan itu bagi dirinya dan mengerahkan usaha untuk mewujudkannya, maka sesungguhnya Allah akan memperpanjang tempo baginya dan membuatnya kian cinta pada kesesatan. Ini sebagai azab bagi mereka karena lebih memilih kesesatan daripada petunjuk. Allah berfirman, ﴾ فَلَمَّا زَاغُوٓاْ أَزَاغَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمۡۚ ﴿ "Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memaling-kan hati mereka." (Ash-Shaff: 5). ﴾ وَنُقَلِّبُ أَفۡـِٔدَتَهُمۡ وَأَبۡصَٰرَهُمۡ كَمَا لَمۡ يُؤۡمِنُواْ بِهِۦٓ أَوَّلَ مَرَّةٖ وَنَذَرُهُمۡ فِي طُغۡيَٰنِهِمۡ يَعۡمَهُونَ 110 ﴿ "Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka sebagaimana mereka belum pernah beriman kepadanya (al-Qur`an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan-nya yang sangat." (Al-An'am: 110). ﴾ حَتَّىٰٓ إِذَا رَأَوۡاْ ﴿ "Sehingga apabila mereka telah melihat," yaitu orang-orang yang mengatakan, ﴾ أَيُّ ٱلۡفَرِيقَيۡنِ خَيۡرٞ مَّقَامٗا وَأَحۡسَنُ نَدِيّٗا 73 ﴿ "Manakah di antara kedua golongan (kafir dan Mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuan(nya)," ﴾ مَا يُوعَدُونَ إِمَّا ٱلۡعَذَابَ ﴿ "apa yang diancamkan kepada mereka, baik berupa azab," dengan bentuk pembunuhan atau yang lainnya ﴾ وَإِمَّا ٱلسَّاعَةَ ﴿ "ataupun Hari Kiamat," yang merupakan pintu gerbang pembalasan amal, ﴾ فَسَيَعۡلَمُونَ مَنۡ هُوَ شَرّٞ مَّكَانٗا وَأَضۡعَفُ جُندٗا 75 ﴿ "maka mereka akan menge-tahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah penolong-pe-nolongnya," maksudnya pada saat itu, akan terlihat jelas bagi mereka batilnya pengakuan mereka. Itu hanya pengakuan-pengakuan yang akan sirna. Dan mereka menjadi yakin bahwa diri mereka adalah orang-orang yang telah berbuat kejahatan dan lebih lemah penolong-penolongnya. Tetapi, kesadaran ini sudah tidak mem-berikan manfaat sama sekali buat mereka, karena mereka tidak mungkin lagi kembali ke dunia untuk melakukan perbuatan yang berbeda dengan perbuatan pertama mereka.
Ayah: 76 #
{وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ مَرَدًّا (76)}.
"Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal shalih yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu dan lebih baik kesudahannya." (Maryam: 76).
#
{76} لما ذكر أنه يُمِدُّ للظالمين في ضلالهم؛ ذَكَرَ أنَّه يزيد المهتدين هدايةً من فضلِهِ عليهم ورحمتِهِ، والهدى يشمَلُ العلم النافع والعمل الصالح؛ فكلُّ مَنْ سَلَكَ طريقاً في العلم والإيمان والعمل الصالح؛ زاده الله منه، وسهَّله عليه، ويسَّره له، ووهب له أموراً أخر لا تدخُلُ تحت كسبِهِ، وفي هذا دليلٌ على زيادة الإيمان ونقصه؛ كما قاله السلف الصالح. ويدلُّ عليه قوله تعالى: {ليزدادَ الذين آمنوا إيماناً}، {وإذا تُلِيَتْ عليهم آياتُهُ زادتْهم إيماناً}. ويدلُّ عليه أيضاً الواقع؛ فإنَّ الإيمان قولُ القلب واللسان وعملُ القلب واللسان والجوارح، والمؤمنون متفاوتون في هذه الأمور أعظم تفاوتٍ. ثم قال: {والباقياتُ الصالحاتُ}؛ أي: الأعمال الباقية التي لا تنقطع إذا انقطع غيرها، ولا تضمحلُّ هي الصالحاتُ منها؛ من صلاة وزكاة وصوم وحجٍّ وعمرة وقراءة وتسبيح وتكبير وتحميد وتهليل وإحسانٍ إلى المخلوقين وأعمال قلبيَّة وبدنيَّة؛ فهذه الأعمال {خيرٌ عند ربِّك ثواباً وخيرٌ مَرَدًّا}؛ أي: خيرٌ عند الله ثوابها وأجرها، وكثيرٌ للعاملين نفعها وردُّها، وهذا من باب استعمال أفعل التفضيل في غير بابه؛ فإنَّه ما ثَمَّ غيرُ الباقيات الصالحات عملٌ ينفع ولا يبقى لصاحبِهِ ثوابُهُ ولا ينجَعُ، ومناسبتُهُ ذكر الباقيات الصالحات. والله أعلم: أنَّه لما ذَكَرَ أنَّ الظالمين جعلوا أحوال الدُّنيا من المال والولد وحسن المقام ونحو ذلك علامةً لحسن حال صاحبها؛ أخبر هنا أنَّ الأمر ليس كما زعموا، بل العمل الذي هو عنوانُ السعادةِ ومنشورُ الفلاح، هو العملُ بما يحبُّه الله ويرضاه.
(76) Setelah Allah memberitahukan bahwa Dia memberi tempo yang panjang bagi orang-orang zhalim dalam kesesatan mereka, Allah menyebutkan bahwa Dia memberikan tambahan hidayah bagi orang-orang yang telah meraih hidayah sebagai (cermin) karunia dan rahmatNya kepada mereka. Hidayah yang mencakup ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Setiap orang yang menempuh suatu jalan dalam mencari ilmu, keimanan, dan melakukan amal shalih, maka Allah akan memberikan tambahan kepadanya, mempermudah pencapaiannya, dan meringankan baginya serta memberikan karunia lain yang di luar usahanya. Di sini terdapat petunjuk bahwa iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang. Sebagaimana dikatakan oleh as-Salaf ash-Shalih. Hal ini dikuatkan oleh Firman Allah, ﴾ وَيَزۡدَادَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِيمَٰنٗا ﴿ "Supaya orang yang beriman bertambah imannya." (Al- Muddats-tsir: 31), dan, ﴾ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا ﴿ "Dan apabila dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka, keimanan mereka bertambah (karenanya)." (Al-Anfal: 2). Fakta juga mendukung hal itu. Sesungguhnya iman itu adalah perkataan hati dan lisan, perbuatan hati, lisan, dan anggota badan. Sementara itu, kaum Mukminin bertingkat-tingkat dalam masalah ini dengan perbedaan yang tajam. FirmanNya, ﴾ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ ﴿ "Dan amal-amal shalih yang kekal itu," yaitu amal shalih yang lestari, yang tidak terputus pada saat amalan yang lain putus, dan yang tidak pudar, itulah amalan shalih. Di antaranya, shalat, zakat, puasa, haji, umrah, membaca al-Qur`an, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, berbuat baik kepada sesama makhluk, amal hati dan jasmani. Amal-amal ini ﴾ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٞ مَّرَدًّا 76 ﴿ "lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu dan lebih baik akhirnya," maksudnya lebih baik pahala dan ganjarannya di sisi Allah, dan lebih banyak manfaat dan balasannya bagi si pelaku. Ungkapan di atas termasuk penggunaan isim tafdhil (bentuk superlative) yang bukan pada tempatnya. Karena, tidak ada amalan yang berman-faat selain amal shalih, pahalanya tidak lestari bagi pemiliknya lagi tidak berguna. Aspek relevansi mengapa Allah menyebutkan amal-amal shalih yang kekal - wallahu a'lam– (dengan ayat sebe-lumnya) adalah bahwa setelah Allah menyebutkan kisah orang-orang zhalim yang menjadikan taraf kondisi dunia berupa kekayaan dan anak, dan kedudukan yang baik sebagai petunjuk kemuliaan pemiliknya (di akhirat), maka Allah ingin memberitahukan di sini (dalam ayat ini) bahwa persoalannya tidak sebagaimana yang mereka sangka. Akan tetapi, amalan yang menjadi pertanda keba-hagiaan dan penebar keberuntungan adalah segala sesuatu yang disukai dan diridhai oleh Allah.
Ayah: 77 - 80 #
{أَفَرَأَيْتَ الَّذِي كَفَرَ بِآيَاتِنَا وَقَالَ لَأُوتَيَنَّ مَالًا وَوَلَدًا (77) أَطَّلَعَ الْغَيْبَ أَمِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا (78) كَلَّا سَنَكْتُبُ مَا يَقُولُ وَنَمُدُّ لَهُ مِنَ الْعَذَابِ مَدًّا (79) وَنَرِثُهُ مَا يَقُولُ وَيَأْتِينَا فَرْدًا (80)}.
"Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, dan dia mengatakan, 'Pasti aku akan diberi harta dan anak.' Adakah ia melihat yang ghaib atau dia telah membuat perjanjian di sisi Rabb Yang Maha Pemurah? Sekali-kali tidak, Kami akan menulis apa yang dia katakan, dan benar-benar Kami akan memperpanjang azab untuknya. Dan Kami akan mewarisi apa yang dia katakan itu, dan dia akan datang kepada Kami se-orang diri." (Maryam: 77-80).
#
{77} أي: أفلا تعجبُ من حالة هذا الكافر الذي جمع بين كفره بآيات الّله ودعواه الكبيرة أنه سيُؤتى في الآخرة مالاً وولداً؛ أي: يكون من أهل الجنة، هذا من أعجب الأمور؛ فلو كان مؤمناً بالّله وادَّعى هذه الدَّعوى؛ لسهل الأمر. وهذه الآية وإنْ كانت نازلةً في كافرٍ معيَّن ؛ فإنَّها تشمل كلَّ كافرٍ زعم أنَّه على الحقِّ، وأنَّه من أهل الجنة.
(77) Maksudnya, tidakkah engkau heran terhadap kondisi orang kafir ini, yang menggabungkan antara kekufurannya terha-dap ayat Allah dan pengakuannya bahwa dia akan diberikan harta dan anak di akhirat kelak? Maksudnya, dia menjadi penghuni surga. Ini termasuk hal yang sangat aneh. Kalaulah dia seorang yang beriman kepada Allah kemudian melontarkan pengakuan ini, tentulah masih bisa diterima. Ayat ini, meskipun turun berkaitan dengan orang kafir ter-tentu[27], namun mencakup semua orang kafir yang menyangka bahwa dirinya di atas kebenaran dan termasuk penduduk surga.
#
{78} قال الله توبيخاً له وتكذيباً: {أطَّلَعَ الغيبَ}؛ أي: أحاط علمُه بالغيب حتى عَلِمَ ما يكون، وأنَّ من جملة ما يكونُ أنَّه يُؤتى يوم القيامة مالاً وولداً. {أم اتَّخَذَ عند الرحمن عهداً}: أنَّه نائلٌ ما قاله؛ أي: لم يكنْ شيءٌ من ذلك، فعُلِمَ أنَّه متقوِّلٌ قائل ما لا علم له به. وهذا التقسيم والترديدُ في غاية ما يكون من الإلْزام وإقامة الحجَّة؛ فإنَّ الذي يزعم أنه حاصلٌ له خيرٌ عند الّله في الآخرة لا يخلو: إما أنْ يكونَ قولُهُ صادراً عن علم بالغيوب المستقبلة، وقد عُلِمَ أنَّ هذا لله وحده؛ فلا أحد يعلم شيئاً من المستقبلات الغيبيَّة إلاَّ ما أطلعه الله عليه من رسله. وإمَّا أن يكون متَّخِذاً عهداً عند الله بالإيمان به واتِّباع رسله الذين عَهِدَ الّله لأهلِهِ، وأوزَعَ أنَّهم أهل الآخرة، والناجون الفائزون؛ فإذا انتفى هذان الأمران؛ عُلِمَ بذلك بطلان الدعوى.
(78) Maka Allah berfirman untuk mencelanya dan menya-takan kedustaannya, ﴾ أَطَّلَعَ ٱلۡغَيۡبَ ﴿ "Adakah dia telah melihat yang ghaib," maksudnya apakah ilmunya melingkupi hal-hal yang ghaib, se-hingga dia dapat mengetahui peristiwa yang akan terjadi, dan bahwa termasuk dalam lingkup yang akan terjadi yaitu dia akan diberikan kekayaan dan anak pada Hari Kiamat. ﴾ أَمِ ٱتَّخَذَ عِندَ ٱلرَّحۡمَٰنِ عَهۡدٗا ﴿ "Atau dia telah membuat perjanjian di sisi Rabb Yang Maha Pemurah," bahwasanya dia akan memperoleh sesuatu yang diucapkan itu. Pengertiannya, tidak ada sedikit pun yang nyata. Maka dapat diketahui bahwa dia telah mengada-adakan kebohongan, berbicara tentang sesuatu yang tidak dia ketahui. Klasifikasi dan pengulangan ini merupakan bentuk konsekuensi logis dan penegakan hujjah yang benar-benar tegas. Sesungguhnya orang yang mengaku bahwa dia akan mendapatkan kebaikan di akhirat di sisi Allah, maka dia tidak lepas dari dua keadaan: Pertama, perkataannya itu bersumber dari pengetahuan tentang hal-hal ghaib di masa yang akan datang. Dan perkara ini sudah diketahui, bahwa ini hanya milik Allah semata, tidak ada seorang pun yang mengetahui perkara ghaib di masa yang akan datang, kecuali peristiwa yang diperlihatkan oleh Allah kepada para rasulNya. Kedua, sang pengucap adalah orang yang sudah membuat perjanjian dengan Allah, dengan beriman kepadaNya dan meng-ikuti para rasulNya, yang sudah dijanjikan oleh Allah bagi para pelakunya, dan Dia menetapkan bahwa mereka adalah para pen-duduk akhirat, yang selamat dan beruntung. Jika kedua hal ini tidak ada (pada orang-orang kafir itu), maka dapat diketahui kepalsuan pengakuan tersebut.
#
{79} ولهذا قال تعالى: {كلاَّ}؛ أي: ليس الأمر كما زعم؛ فليس للقائل اطِّلاعٌ على الغيب، لأنَّه كافرٌ ليس عنده من علم الرسائل شيءٌ، ولا اتَّخذ عند الرحمن عهداً؛ لكفرِهِ وعدم إيمانه ولكنَّه يستحقُّ ضدَّ ما تقوَّلَه، وإنَّ قوله مكتوبٌ محفوظٌ ليُجازى عليه ويعاقب، ولهذا قال: {سنكتُبُ ما يقولُ ونَمُدُّ له من العذاب مَدًّا}؛ أي: نزيده من أنواع العقوبات كما ازداد من الغي والضَّلال.
(79) Oleh karenanya, Allah berfirman, ﴾ كـَلَّاۚ ﴿ "Sekali-kali tidak," maksudnya, faktanya tidak seperti yang mereka sangka. Orang yang mengucapkan hal itu tidak memiliki ilmu tentang perkara-perkara yang ghaib. Karena dia orang kafir yang tidak memiliki ilmu risalah-risalah (para rasul). Dan dia (pun) tidak membuat janji dengan Allah karena kekufurannya dan ketiadaan imannya. Bahkan dia pasti menerima keadaan yang sebaliknya dari apa yang diucapkannya itu. Dan ucapannya itu ditulis dan dijaga agar mendapatkan balasan dan dihukum atas dasar itu. Karenanya, Allah berfirman, ﴾ سَنَكۡتُبُ مَا يَقُولُ وَنَمُدُّ لَهُۥ مِنَ ٱلۡعَذَابِ مَدّٗا 79 ﴿ "Kami akan menulis apa yang dia katakan, dan benar-benar Kami akan memper-panjang azab untuknya," maksudnya Kami akan menambahkan ber-bagai jenis azab, sebagaimana kian bertambahnya kekeliruan dan kesesatannya.
#
{80} {ونَرِثُهُ ما يقولُ}؛ أي: نرثه ماله وولده، فينتقلُ من الدُّنيا فرداً بلا مال ولا أهل ولا أنصارٍ ولا أعوان، {ويأتينا فرداً}: فيرى من وخيم العقابِ ما هو جزاءُ أمثالِهِ من الظالمين.
(80) ﴾ وَنَرِثُهُۥ مَا يَقُولُ ﴿ "Dan Kami akan mewarisi sesuatu yang dia katakan itu," maksudnya Kami mewarisi harta dan anak, sehingga dia keluar dari dunia seorang diri, tanpa harta, keluarga, tanpa pembela dan tanpa penolong ﴾ وَيَأۡتِينَا فَرۡدٗا 80 ﴿ "dan dia akan datang kepada Kami seorang diri," maka dia menyaksikan keburukan azab, yang merupakan balasan bagi orang-orang semacamnya dari ka-langan orang-orang zhalim.
Ayah: 81 - 84 #
{[وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا (81) كَلَّا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا (82)] أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا (83) فَلَا تَعْجَلْ عَلَيْهِمْ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا (84)}.
"[Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak. Kelak mereka itu akan mengingkari penyem-bahan (para pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sesembahan-sesembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka]. Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu ke-pada orang-orang kafir untuk menghasung mereka membuat maksiat dengan sungguh-sungguh, maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti." (Maryam: 81-84).
#
{83} وهذا من عقوبة الكافرين: أنَّهم لمَّا لم يعتصِموا بالله ولم يتمسَّكوا بحبل الّله، بل أشركوا به ووالوا أعداءه من الشياطين؛ سلَّطهم عليهم وقيَّضهم، فجعلت الشياطينُ تؤزُّهم إلى المعاصي أزًّا، وتزعِجُهم إلى الكفر إزعاجاً، فيوسوسون لهم، ويوحون إليهم، ويزيِّنون لهم الباطل، ويقبِّحون لهم الحقَّ، فيدخل حبُّ الباطل في قلوبهم ويتشرَّبها، فيسعى فيه سعي المحقِّ في حقِّه، فينصره بجهده، ويحارب عنه، ويجاهد أهل الحق في سبيل الباطل، وهذا كلُّه جزاءً له على تولِّيه من وليِّه وتولِّيه لعدوِّه؛ جَعَلَ له عليه سلطاناً، وإلاَّ؛ فلو آمن بالله وتوكَّل عليه؛ لم يكنْ له عليه سلطانٌ؛ كما قال تعالى: {إنَّه ليس له سلطانٌ على الذين آمنوا وعلى ربِّهم يتوكَّلون. إنَّما سلطانُهُ على الذين يَتَوَلَّوْنَه والذين هم به مشركونَ}.
(83) Ini merupakan salah satu azab buat orang kafir. Yaitu, tatkala mereka tidak beriman kepada Allah dan tidak berpegang teguh dengan tali Allah, justru menyekutukan sesuatu dengan Allah dan berwala' (setia) kepada musuh-musuhNya, dari kalangan setan; Allah memberikan kekuasaan pada setan atas mereka dan memasung mereka. Maka mulailah setan-setan mendorong mereka dengan sungguh-sungguh untuk melakukan perbuatan maksiat. Maksudnya, benar-benar memprovokasi dan membuat gelisah mereka kepada perbuatan kufur. Setan menghembuskan bisikan-bisikan kepada mereka, mengondisikan kebatilan dalam rupa yang indah dalam pandangan mereka dan memburukkan (potret) kebenaran pada mata mereka. Sehingga kecintaan kepada kebatilan menembus dan meresap dalam hatinya. Akibatnya, dia pun ber-usaha untuk meraihnya sebagaimana seorang pemilik hak berusaha meraih haknya, membelanya dengan segenap kemampuannya dan memerangi orang-orang yang berada di atas al-Haq dalam rangka kebatilan. Ini semua adalah balasan baginya, karena dia berpaling dari walinya (Allah) dan loyal kepada musuhNya (setan), dampak-nya Allah memberikan kekuasaan kepada setan terhadapnya. Kalau tidak demikian keadaannya, seandainya dia (mau) beriman kepada Allah dan bertawakal kepadaNya, niscaya setan tidak memiliki kekuasaan sedikit pun atas dirinya. Sebagaimana Allah berfirman, ﴾ إِنَّهُۥ لَيۡسَ لَهُۥ سُلۡطَٰنٌ عَلَى ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ 99 إِنَّمَا سُلۡطَٰنُهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ يَتَوَلَّوۡنَهُۥ وَٱلَّذِينَ هُم بِهِۦ مُشۡرِكُونَ 100 ﴿ "Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaan-nya (setan) hanyalah atas orang-orang yang menjadikannya sebagai pe-mimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah." (An-Nahl: 99-100).
#
{84} {فلا تَعْجَلْ عليهم}؛ أي: على هؤلاء الكفار المستعجلين بالعذاب، {إنَّما نَعُدُّ لهم عدًّا}؛ أي: إنَّ لهم أياماً معدودةً؛ لا يتقدَّمون عنها ولا يتأخَّرون، نُمْهِلُهم ونحلم عنهم مدَّة ليراجِعوا أمر الله؛ فإذا لم ينجَعْ فيهم ذلك؛ أخذْناهم أخذ عزيز مقتدر.
(84) ﴾ فَلَا تَعۡجَلۡ عَلَيۡهِمۡۖ ﴿ "Maka janganlah kamu tergesa-gesa (me-mintakan siksa) terhadap mereka," yaitu siksa terhadap orang-orang kafir yang meminta disegerakan azab. ﴾ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمۡ عَدّٗا 84 ﴿ "Karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti," maksudnya, mereka men-dapatkan hari-hari yang telah ditentukan, tidak bisa diajukan dan tidak bisa ditunda. Kami menunda azab bagi mereka dan bersikap lunak untuk beberapa saat saja agar mereka (dapat) memperhati-kan ayat-ayat Allah. Sampai ketika tidak berfungsi lagi kesempatan itu buat mereka, niscaya Kami akan menyiksa mereka dengan sik-saan Dzat Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
Ayah: 85 - 87 #
{يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْدًا (85) وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا (86) لَا يَمْلِكُونَ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا (87)}.
"(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada Dzat Yang Maha Pemurah sebagai putusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke Neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. Mereka tidak berhak mendapat syafa'at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Rabb Yang Maha Pemurah." (Maryam: 85-87).
#
{85} يخبر تعالى عن تفاوت الفريقين: المتَّقين والمجرمين، وأنَّ المتَّقين له باتِّقاء الشرك والبدع والمعاصي، يحشُرُهم إلى موقف القيامة مكرمين مبجَّلين معظَّمين، وأنَّ مآلهم الرحمن، وقصدَهم المنان وفداً إليه، والوافد لا بدَّ أن يكونَ في قلبِهِ من الرجاء وحسن الظنِّ بالوافدِ إليه ما هو معلومٌ، فالمتَّقون يفدون إلى الرحمن راجين منه رحمته وعميم إحسانِهِ والفوز بعطاياه في دار رضوانه، وذلك بسبب ما قدَّموه من العمل بتقواه واتِّباع مراضيه، وأنَّ الله عَهِدَ إليهم بذلك الثواب على ألسنة رسله، فتوجَّهوا إلى ربِّهم مطمئنِّين به، واثقين بفضله.
(85) Allah تعالى memberitahukan tentang perbedaan men-colok antara dua kelompok; golongan orang-orang yang bertakwa dan kelompok pelaku maksiat. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa kepadaNya dengan sebab menghindari perbuatan syirik, bid'ah-bid'ah dan aneka macam maksiat, akan dihimpun oleh Allah pada Hari Kiamat dalam keadaan dimuliakan, terhormat lagi diagungkan. Dan tempat kembali mereka adalah ar-Rahman (Dzat Yang Maha Pengasih), tujuan mereka adalah al-Mannan (Dzat Yang Maha Pemberi), sebagai delegasi kepadaNya. Dan seorang utusan, tentunya menyimpan harapan dalam hatinya dan persangkaan baik (optimisme) terhadap yang dituju, sesuatu hal yang sudah diketa-hui bersama. Orang-orang yang bertakwa mendatangi ar-Rahman (sebagai tamu), dengan mengharap rahmatNya dan curahan ke-baikanNya yang merata, serta keberuntungan memperoleh berbagai macam karuniaNya di tempat keridhaanNya (surga). Hal ini lantaran mereka telah mempersembahkan amalan-amalan dengan penuh takwa dan mengikuti keridhaanNya. Dan Allah pun telah menjanjikan ganjaran pahala buat mereka ini me-lalui lisan para rasulNya. (Di Hari Kiamat) mereka berjalan menuju Rabb mereka dengan ketenangan dan penuh keyakinan (akan memperoleh) karuniaNya.
#
{86} وأما المجرمون؛ فإنَّهم يُساقون {إلى جهنَّم وِرْداً}؛ أي: عطاشاً، وهذا أبشعُ ما يكون من الحالات سوقهم على وجهِ الذُّلِّ والصغار إلى أعظم سجن وأفظع عقوبةٍ، وهو جهنَّم، في حال ظمئهم ونصبهم؛ يستغيثون فلا يُغاثون، ويَدْعونَ فلا يُستجاب لهم، ويستشفعونَ فلا يُشفع لهم.
(86) Sedangkan orang-orang yang berbuat jahat digiring ﴾ إِلَىٰ جَهَنَّمَ وِرۡدٗا 86 ﴿ "ke dalam Neraka Jahanam dalam keadaan dahaga," maksudnya merasakan kehausan. Ini merupakan keadaan menge-naskan (yang dialami seseorang), dihalau dalam keadaan hina dan rendah menuju penjara terbesar dan siksa paling buruk yaitu Neraka Jahanam. Dalam keadaan haus dan keletihan, mereka meminta tolong, namun tidak ditolong. Mereka memohon namun tidak dikabulkan. Mereka meminta syafa'at namun tidak diberi.
#
{87} ولهذا قال: {لا يملكون الشفاعةَ}؛ أي: ليست الشفاعة ملكهم ولا لهم منها شيء، وإنَّما هي لله تعالى، {قل لله الشفاعةُ جميعاً}، وقد أخبر أنَّه لا تنفعُهم شفاعةُ الشافعين؛ لأنَّهم لم يتَّخذوا عنده عهداً بالإيمان به وبرسله، وإلاَّ؛ فمن اتَّخذ عنده عهداً، فآمن به وبرسله، واتَّبعهم؛ فإنَّه ممَّن ارتضاه الله وتحصُلُ له الشفاعة؛ كما قال تعالى: {ولا يشفعونَ إلاَّ لِمن ارْتَضى}. وسمى الله الإيمانَ به واتِّباع رسله عهداً؛ لأنَّه عهد في كتبه وعلى ألسنة رسله بالجزاء الجميل لمن اتَّبعهم.
(87) Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ لَّا يَمۡلِكُونَ ٱلشَّفَٰعَةَ ﴿ "Me-reka tidak berhak mendapat syafa'at," maksudnya syafa'at bukanlah milik mereka, dan mereka pun tidak memiliki syafa'at sama sekali. Syafa'at itu hanya milik Allah, ﴾ قُل لِّلَّهِ ٱلشَّفَٰعَةُ جَمِيعٗاۖ ﴿ "Katakanlah, 'Hanya kepunyaan Allah-lah syafa'at itu semuanya'." (Az-Zumar: 44). Allah telah memberitahukan bahwa syafa'at dari para pemberi syafa'at itu tidak akan bermanfaat bagi mereka. Pasalnya, mereka tidak pernah membuat perjanjian (ikatan) dengan Allah dengan cara beriman kepadaNya dan kepada para rasulNya. Kalau mereka tidak demikian, maka siapa saja yang sudah membuat perjanjian dengan Allah dengan cara beriman kepadaNya, para rasulNya serta mengikuti mereka, niscaya mereka termasuk orang-orang yang diridhai Allah dan akan meraih syafa'at. Sebagaimana Allah تعالى berfirman, ﴾ وَلَا يَشۡفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ٱرۡتَضَىٰ ﴿ "Dan mereka tidak memberi syafa'at melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah." (Al-Anbiya`: 28). Allah menamakan "iman kepadaNya" dan "mengikuti para rasulNya" sebagai perjanjian. Karena itu merupakan janji Allah (yang termaktub) dalam kitab-kitabNya (dan dijelaskan) lewat lisan para rasulNya, berupa ganjaran pahala yang indah bagi orang yang mengikuti para rasul itu.
Ayah: 88 - 95 #
{وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (88) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (89) تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (90) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (91) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (92) إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا (93) لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا (94) وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا (95)}.
"Dan mereka berkata, 'Dzat Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.' Sesungguhnya kamu telah mendatangkan se-suatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak lagi Dzat Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan bumi, melainkan pasti akan datang kepada Dzat Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada Hari Kiamat dengan sendiri-sendiri." (Maryam: 88-95).
#
{88} وهذا تقبيحٌ وتشنيعٌ لقول المعاندين الجاحدين، الذين زعموا أن الرحمن اتَّخذَ ولداً؛ كقول النصارى: المسيح ابن الله، واليهود: عزيز ابن الله، والمشركين: الملائكة بنات الله؛ تعالى الّله عن قولِهِم علوًّا كبيراً.
(88) Ini merupakan celaan dan penghinaan terhadap per-kataan orang-orang yang selalu menentang lagi ingkar yang mem-punyai persangkaan bahwa ar-Rahman memiliki anak; seperti per-kataan orang-orang Nasrani, "Isa itu anak Allah" dan pernyataan orang-orang Yahudi, "Uzair itu anak Allah" dan ucapan orang-orang musyrik, "Para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah." Mahatinggi Allah dari perkataan mereka.
#
{89 ـ 91} {لقد جئتُم شيئاً إدًّا}؛ أي: عظيماً وخيماً من عظيم أمره أنَّه: {تكاد السمواتُ}: على عظمتها وصلابتها؛ {يَتَفَطَّرْنَ منه}؛ أي: من هذا القول، {وتنشقُّ الأرض}: منه؛ أي: تتصدَّع وتنفطر، {وتخرُّ الجبال هَدًّا}؛ أي: تندكُّ الجبال {أنْ دَعَوا للرحمن ولداً}؛ أي: من أجل هذه الدعوى القبيحة تكاد هذه المخلوقات أن يكون منها ما ذُكِرَ.
(89-91) ﴾ لَّقَدۡ جِئۡتُمۡ شَيۡـًٔا إِدّٗا 89 ﴿ "Sesungguhnya kalian telah mela-kukan perkara yang sangat mungkar," maksudnya sangat besar dan berat. Karena saking besarnya masalah ini ﴾ تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ ﴿ "hampir saja langit-langit itu," meskipun begitu besar lagi kokoh ﴾ يَتَفَطَّرۡنَ مِنۡهُ ﴿ "pecah karena ucapan itu," maksudnya karena ucapan ini, ﴾ وَتَنشَقُّ ٱلۡأَرۡضُ ﴿ "dan bumi terbelah" karenanya. Maksudnya hampir saja bumi itu terpecah-belah lagi berkeping-keping. ﴾ وَتَخِرُّ ٱلۡجِبَالُ هَدًّا 90 ﴿ "Dan gu-nung-gunung runtuh," maksudnya gunung-gunung itu bergoncang-goncang. ﴾ أَن دَعَوۡاْ لِلرَّحۡمَٰنِ وَلَدٗا 91 ﴿ "Karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak," maksudnya akibat dari tuduhan jelek mereka ini, hampir saja makhluk-makhluk Allah (yang besar-besar) ini mengalami peristiwa yang telah disebutkan di atas.
#
{92} والحال أنه {ما يَنبغي}؛ أي: لا يليق ولا يكون {للرحمن أنْ يتَّخِذَ ولداً}: وذلك لأنَّ اتِّخاذه الولد يدلُّ على نقصه واحتياجه، وهو الغنيُّ الحميدُ، والولد أيضاً من جنس والدِهِ، والله تعالى لا شبيه له ولا مثل ولا سميَّ.
(92) Padahal, sejatinya ﴾ مَا يَنۢبَغِي ﴿ "tidak layak," maksudnya tidak pantas dan tidak akan mungkin terjadi ﴾ لِلرَّحۡمَٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا 92 ﴿ "bagi Dzat Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak," hal tersebut karena "memiliki anak" menunjukkan sifat kurang dan kebutuhan Allah kepadanya, padahal Allah itu Mahakaya (tidak butuh) lagi Maha Terpuji. Di samping itu juga, anak itu mirip de-ngan bapaknya, sementara Allah تعالى tidak ada sesuatu pun yang mirip, serupa atau sama denganNya.
#
{93} {إنْ كلُّ مَن في السمواتِ والأرْضِ إلاَّ آتي الرحمن عبداً}؛ أي: ذليلاً منقاداً غير متعاصٍ ولا ممتنع، الملائكة والإنس والجنُّ وغيرهم، الجميع مماليك متصرَّف فيهم، ليس لهم من الملك شيءٌ، ولا من التدبير شيءٌ؛ فكيف يكون له ولدٌ وهذا شأنه وعظمة ملكه؟!
(93) ﴾ إِن كُلُّ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ إِلَّآ ءَاتِي ٱلرَّحۡمَٰنِ عَبۡدٗا 93 ﴿ "Tidak ada se-orang pun di langit dan bumi, melainkan pasti dia akan datang kepada Rabb Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba," maksudnya datang dalam keadaan hina dan patuh, tidak menolak dan tidak membang-kang. Malaikat, manusia, jin dan yang lainnya, semuanya adalah hamba-hamba (Allah) yang mengalami pengaturan. Mereka tidak memiliki kekuasaan sedikit pun, dan tidak memiliki wewenang untuk mengatur sama sekali. Bagaimana mungkin Dia memiliki anak padahal beginilah keadaanNya dan keagungan kerajaanNya?!
#
{94} {لقد أحصاهم وعدَّهم عدًّا}؛ أي: لقد أحاط علمُهُ بالخلائق كلِّهم، أهل السماواتِ والأرض، وأحصاهم، وأحصى أعمالهم؛ فلا يضلُّ ولا ينسى ولا تخفى عليه خافيةٌ.
(94) ﴾ لَّقَدۡ أَحۡصَىٰهُمۡ وَعَدَّهُمۡ عَدّٗا 94 ﴿ "Sesungguhnya Allah telah menen-tukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti," maksudnya, sungguh ilmu Allah meliputi semua makhluk, baik penghuni langit ataupun bumi, dan Allah menghitung jumlah mereka dan menghitung jumlah amalan mereka, Dia tidak meng-alami kesalahan dan tidak lupa serta tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi baginya.
#
{95} {وكلُّهم آتيه يوم القيامةِ فَرْداً}؛ أي: لا أولاد ولا مال ولا أنصار، ليس معه إلاَّ عمله، فيجازيه الله ويوفِّيه حسابه، إن خيراً؛ فخير، وإن شرًّا فشرٌّ؛ كما قال تعالى: {ولقد جِئْتُمونا فُرادى كما خَلَقْناكم أوَّلَ مَرَّةٍ}.
(95) ﴾ وَكُلُّهُمۡ ءَاتِيهِ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ فَرۡدًا 95 ﴿ "Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada Hari Kiamat dengan sendiri-sendiri," maksud-nya tanpa disertai anak, harta, dan para penolong. Tidak ada yang mendampinginya kecuali amal perbuatannya. Lalu Allah mem-berikan balasan dan menyempurnakan perhitungannya. Jika amal perbuatannya baik, niscaya balasannya akan baik. Jika buruk, maka balasannya pun buruk. Sebagaimana Allah تعالى berfirman, ﴾ وَلَقَدۡ جِئۡتُمُونَا فُرَٰدَىٰ كَمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ أَوَّلَ مَرَّةٖ ﴿ "Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri seba-gaimana Kami menciptakanmu pada mulanya." (Al-An'am: 94).
Ayah: 96 #
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا (96)}.
"Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal shalih, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka kasih sayang." (Maryam: 96).
#
{96} هذا من نعمه على عباده الذين جمعوا بين الإيمان والعمل الصالح: أنْ وَعَدَهُم أنْ يَجْعَلَ لهم ودًّا؛ أي: محبة ووداداً في قلوب أوليائِهِ وأهل السماء والأرض، وإذا كان لهم في القلوب ودٌّ؛ تيسَّر لهم كثيرٌ من أمورهم، وحصل لهم من الخيرات والدَّعوات والإرشاد والقبول والإمامة ما حَصَلَ، ولهذا ورد في الحديث الصحيح: «إنَّ الله إذا أحبَّ عبداً؛ نادى جبريلَ: إنِّي أحبُّ فلاناً؛ فأحبَّه. فيحبُّه جبريل، ثم ينادي في أهل السماء: إنَّ الله يحبُّ فلاناً؛ فأحبُّوه، فيحبُّه أهل السماء، ثم يوضَع له القَبول في الأرض» وإنَّما جَعَلَ الله لهم وُدًّا لأنه ودُّوه، وأحبُّوه، فودَّدهم إلى أوليائِهِ وأحبابِهِ.
(96) Ini merupakan bagian dari nikmat Allah bagi para hambaNya, yang telah memadukan antara keimanan dan amal shalih, bahwasanya Allah berjanji kepada mereka akan menjadi-kan rasa cinta buat mereka. Yakni rasa cinta dan kasih dalam hati para waliNya, penghuni langit dan penghuni bumi. Jika mereka sudah berhasil memiliki rasa cinta pada hati (orang-orang), maka berbagai urusan mereka menjadi mudah, dan mereka akan meraih berbagai macam kebaikan, doa-doa, petunjuk, dapat diterima (oleh pihak lain) dan memperoleh kepemimpinan. Oleh karena itu, ter-maktub dalam sebuah hadits yang shahih:[29] إِنَّ اللّٰهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا؛ نَادَى جِبْرِيْلَ فَقَالَ: إِنِّيْ أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ، فَيُحِبُّهُ جِبْرِيْلُ، ثُمَّ يُنَادِي فِيْ أَهْلِ السَّمَاءِ فَيَقُوْلُ: إِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوْهُ. فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوْضَعُ لَهُ الْقَبُوْلُ فِي الْأَرْضِ. "Sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, Dia memang-gil Jibril seraya berkata, 'Sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah dia.' Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyeru penduduk langit seraya berkata, 'Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka hendaklah kalian mencintainya.' Maka penduduk langit mencintai-nya. Kemudian ditanamkan (rasa) penerimaan (cinta) di dalam (hati manusia penduduk) bumi kepadanya." Allah menempatkan rasa cinta pada mereka karena mereka mengasihi Allah dan mencintaiNya. Maka Allah (membalasnya dengan) membuat mereka menjadi orang yang dicintai oleh para wali dan kekasihNya.
Ayah: 97 - 98 #
{فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا (97) وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هَلْ تُحِسُّ مِنْهُمْ مِنْ أَحَدٍ أَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا (98)}.
"Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur`an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira de-ngan al-Qur`an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang mem-bangkang. Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar?" (Maryam: 97-98).
#
{97} يخبر تعالى عن نعمتِهِ، وأنَّه يسَّر هذا القرآن الكريم بلسان الرسول محمدٍ صلّى الله عليه وسلّم؛ يسَّر ألفاظه ومعانيه؛ ليحصل المقصودُ منه والانتفاع به؛ {لِتُبَشِّرَ به المتَّقينَ}: بالترغيب في المبشَّر به من الثواب العاجل والآجل، وذِكْر الأسباب الموجبة للبشارة، {وتُنذِرَ به قوماً لُدًّا}؛ أي: شديدين في باطلهم، أقوياء في كفرهم، فتنذِرَهم، فتقوم عليهم الحجَّة، وتتبيَّن لهم المحجَّة، فيهلِك مَن هَلَك عن بيِّنة، ويحيا مَن حيَّ عن بيِّنة.
(97) Allah تعالى memberitahukan tentang nikmatNya, dan bahwa Allah telah menjadikan al-Qur`an ini mudah lewat lisan Rasulullah, Muhammad ﷺ. Allah memudahkan lafazh-lafazh dan makna-maknanya supaya tujuannya tercapai dan berhasil diman-faatkan ﴾ لِتُبَشِّرَ بِهِ ٱلۡمُتَّقِينَ ﴿ "agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan al-Qur`an itu kepada orang-orang yang bertakwa," dengan memberikan motivasi pada sesuatu yang telah dijanjikan sebagai kabar gembira berupa ganjaran di dunia dan akhirat disertai de-ngan penjelasan sebab kausalitas untuk mencapai kabar gembira itu. ﴾ وَتُنذِرَ بِهِۦ قَوۡمٗا لُّدّٗا 97 ﴿ "Dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang," yaitu orang-orang yang begitu keras dalam kebatilan dan kuat dalam kekufuran. Lalu engkau memperingatkan mereka, hingga hujjah telah tegak atas mereka dan jalan yang lurus telah menjadi jelas bagi mereka. Maka binasalah orang yang binasa dengan keterangan yang nyata dan hiduplah orang yang hidup itu dengan keterangan yang nyata.
#
{98} ثم توعَّدهم بإهلاك المكذِّبين قبلهم، فقال: {وكم أهْلَكْنا قبلَهم من قرنٍ}: من قوم نوح وعاد وثمود وفرعون وغيرهم من المعانِدين المكذِّبين، لما استمرُّوا في طغيانِهِم؛ أهلكهم الله؛ فليس لهم من باقيةٍ. {هل تُحِسُّ منهم من أحدٍ أو تسمعُ لهم رِكْزاً}: والرِّكْزُ: الصوتُ الخفيُّ؛ أي: لم يبقَ منهم عينٌ ولا أثرٌ، بل بقيتْ أخبارُهم عبرةً للمعتبرين، وأسمارُهم عظةً للمتعظين.
(98) Kemudian Allah mengancam mereka dengan pemus-nahan (yang dilakukan Allah) terhadap para pendusta sebelum mereka, ﴾ وَكَمۡ أَهۡلَكۡنَا قَبۡلَهُم مِّن قَرۡنٍ ﴿ "Dan berapa banyak telah Kami binasa-kan umat-umat sebelum mereka," yaitu kaum Nabi Nuh, 'Ad, Tsamud, Fir'aun, serta para pendusta dan penentang lainnya. Ketika mereka senantiasa dalam kedurhakaan mereka, maka Allah membinasa-kan mereka, sampai tidak ada sisa. ﴾ هَلۡ تُحِسُّ مِنۡهُم مِّنۡ أَحَدٍ أَوۡ تَسۡمَعُ لَهُمۡ رِكۡزَۢا 98 ﴿ "Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar?" Kata اَلرِّكْزُ yaitu suara samar. Maksudnya, tidak ada yang tersisa dari mereka suatu bentuk atau bekas apa pun. Akan tetapi, cerita-cerita tentang mereka masih menjadi bahan pelajaran bagi orang yang ingin memetik pelajaran. Begitu juga pembicaraan-pembicaraan mereka di malam hari menjadi bahan nasihat bagi orang-orang yang bisa menerima nasihat.
Telah tuntas tafsir surat Maryam. Segala pujian dan rasa syukur bagi Allah.