TAFSIR SURAT AL-ISRA`
(Perjalanan Malam)
TAFSIR SURAT AL-ISRA`
(Perjalanan Malam)
Makkiyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang"
{سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (1)}
"Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepada-nya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(Al-Isra`: 1).
#
{1} ينزِّه تعالى نفسه المقدَّسة ويعظِّمها لأنَّ له الأفعال العظيمة والمنن الجسيمة التي من جملتها أنه {أسرى بعبدِهِ}: ورسوله محمد - صلى الله عليه وسلم -، {من المسجد الحرام}: الذي هو أجلُّ المساجد على الإطلاق، {إلى المسجد الأقصى}: الذي هو من المساجد الفاضلة، وهو محلُّ الأنبياء، فأسرى به في ليلة واحدةٍ إلى مسافة بعيدةٍ جدًّا، ورجع في ليلته، وأراه الله من آياته ما ازداد به هدىً وبصيرةً وثباتاً وفرقاناً، وهذا من اعتنائه تعالى به ولطفه؛ حيث يسَّره لليسرى في جميع أموره، وخوَّله نعماً فاق بها الأوَّلين والآخرين. وظاهر الآية أنَّ الإسراء كان في أول الليل، وأنَّه من نفس المسجد الحرام، لكن ثبت في الصحيح أنه أُسْرِيَ به من بيت أم هانئ ؛ فعلى هذا تكون الفضيلة في المسجد الحرام لسائر الحرم؛ فكلُّه تضاعف فيه العبادة كتضاعفها في نفس المسجد، وأنَّ الإسراء بروحه وجسده معاً، وإلاَّ لم يكن في ذلك آيةٌ كبرى ومنقبةٌ عظيمة.
وقد تكاثرت الأحاديث الثابتة عن النبي - صلى الله عليه وسلم - في الإسراء وذكر تفاصيل ما رأى، وأنه أُسْرِيَ به إلى بيت المقدس، ثم عُرِج به من هناك إلى السماوات حتى وصل إلى ما فوق السماوات العُلى، ورأى الجنة والنار، والأنبياء على مراتبهم، وفُرِضَ عليه الصلواتُ خمسين، ثم ما زال يراجِعُ ربَّه بإشارة موسى الكليم حتى صارت خمساً في الفعل وخمسين في الأجر والثواب، وحاز من المفاخر تلك الليلة هو وأمتُه ما لا يعلم مقدارَه إلاَّ الله عز وجل. وذَكَرَهُ هنا وفي مقام الإنزال للقرآن ومقام التحدِّي بصفة العبوديَّة؛ لأنَّه نال هذه المقامات الكبار بتكميله لعبوديَّة ربه.
وقوله: {الذي بارَكْنا حوله}؛ أي: بكثرة الأشجار والأنهار والخصب الدائم، ومن بركته تفضيله على غيره من المساجد سوى المسجد الحرام ومسجد المدينة، وأنه يُطْلَبُ شدُّ الرحل إليه للعبادة والصلاة فيه، وأنَّ الله اختصَّه محلاًّ لكثيرٍ من أنبيائه وأصفيائه.
(1) Allah تعالى menyucikan dan mengagungkan diriNya, ka-rena Dia memiliki perbuatan-perbuatan dan aneka karunia yang agung. Termasuk dalam kategori itu adalah bahwa Dia ﴾ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ
﴿ "yang telah memperjalankan hambaNya," yaitu RasulNya, Muhammad ﴾ مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ
﴿ "dari Masjidil Haram," masjid yang paling agung secara mutlak ﴾ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا
﴿ "ke Masjidil Aqsha," sebuah masjid yang termasuk kategori masjid-masjid yang utama dan tempat (pusat) para nabi. Beliau diperjalankan dalam satu malam melintasi jarak yang sangat jauh, dan kembali pada malam itu juga. Allah menun-jukkan tanda-tanda kebesaranNya kepada beliau, yang menyebab-kan beliau mendapatkan tambahan petunjuk, kekuatan bashirah, ketetapan hati serta pembeda (antara yang benar dan batil).
Peristiwa ini menunjukkan perhatian dan kelembutan Allah تعالى terhadap Nabi, lantaran Dia memberikan kemudahan dalam se-luruh urusan serta melimpahkan karunia-karuniaNya kepada beliau hingga mengungguli orang-orang terdahulu dan generasi yang akan datang dengannya.
Zahirnya ayat menunjukkan bahwa, peristiwa Isra` terjadi pada permulaan malam dan sejak dari tempat Masjidil Haram itu sendiri. Akan tetapi, telah disebutkan dalam kitab ash-Shahih bahwa-sanya Rasulullah memulai perjalanan Isra` dari rumah Ummu Hani'[20]. Berdasarkan ini maka keutamaan Masjidil Haram berlaku untuk seluruh tanah Haram.
Di setiap tanah Haram, (pahala) beribadah akan berlipatganda sebagaimana pelipatgandaan (pahala) ibadah di dalam Masjidil Haram. (Selain itu), ayat ini menunjukkan bahwasanya peristiwa Isra` (dan Mi'raj) berlangsung dengan ruh dan jasad Nabi sekaligus. Karena jika tidak demikian, maka kejadian ini bukanlah termasuk tanda kebesaran yang besar dan keistimewaan yang agung.
Begitu banyak hadits yang diriwayatkan dari Nabi berkaitan dengan peristiwa Isra` (dan Mi'raj)[21]. Nabi menerangkan secara rinci kejadian-kejadian yang telah beliau lihat, dan bahwasanya beliau diperjalankan di malam hari menuju Baitul Maqdis, kemudian di-naikkan dari sana menuju langit-langit hingga sampai pada permu-kaan atas langit yang tertinggi. Beliau telah menyaksikan surga dan neraka, (bertemu dengan) sejumlah Nabi sesuai dengan kedudukan mereka, lantas ditetapkan atas beliau kewajiban shalat lima puluh waktu (dalam sehari semalam). Atas arahan dari Nabi Musa al-Kalim, beliau berbolak-balik kepada Rabbnya (untuk meminta ke-ringanan) hingga menjadi lima kali waktu secara perbuatan, dan menjadi 50 dalam pahala dan balasannya. Beliau dan umatnya telah meraih sumber-sumber kebanggaan di malam itu, yang tidak ada yang mengetahui kadarnya kecuali Allah تعالى. Allah menyebut Mu-hammad di sini dan di dalam kesempatan menurunkan al-Qur`an dan di tempat penentangan sifat 'ubudiyyah. Lantaran Rasulullah telah meraih kedudukan-kedudukan yang tinggi ini melalui penyem-purnaan penghambaan beliau kepada Rabbnya.
Dan Firman Allah تعالى, ﴾ ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ ﴿ "Yang telah Kami berkahi sekelilingnya," dengan pepohonan yang banyak dan sungai-sungai dan kesuburan yang langgeng. Di antara keberkahan
(Masjidil Aq-sha) adalah pengutamaan Masjid ini dibandingkan masjid-masjid lainnya selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dan bahwasanya dituntut untuk memaksakan bepergian ke masjid-masjid ini semata-mata untuk beribadah dan shalat di dalamnya. Dan bahwa Allah telah mengkhususkan tempat ini bagi kebanyakan para nabi dan orang-orang pilihanNya.
{وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلَّا تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلًا (2) ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا (3) وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا (4) فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا (5) ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا (6) إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا (7) عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا (8)}.
"Dan Kami berikan kepada Musa Kitab
(Taurat), dan Kami jadikan Kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Isra`il
(dengan Fir-man), 'Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku.
(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba
(Allah) yang banyak bersyukur.' Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Isra`il dalam Kitab itu, 'Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali, dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesom-bongan yang besar.' Apabila datang saat hukuman bagi
(kejaha-tan) pertama dari kedua
(kejahatan) itu, maka Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami berikan kepada-mu giliran untuk mengalahkan mereka kembali, dan Kami memban-tumu dengan harta kekayaan dan anak-anak, dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik,
(berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat ja-hat, maka
(kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi
(kejahatan) yang kedua,
(maka Kami datang-kan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu, dan agar mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasa-kan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudah-an Rabbmu akan melimpahkan rahmat
(Nya) kepadamu; dan sekira-nya kamu kembali kepada
(kedurhakaan), niscaya Kami kembali
(mengazabmu), dan Kami jadikan Neraka Jahanam penjara bagi orang-orang kafir."
(Al-Isra`: 2-8).
#
{2} كثيراً ما يَقْرِنُ الباري بين نبوَّة محمد - صلى الله عليه وسلم - ونبوَّة موسى - صلى الله عليه وسلم - وبين كتابيهما وشريعتيهما؛ لأنَّ كتابيهما أفضل الكتب، وشريعتيهما أكمل الشرائع، ونبوَّتيهما أعلى النبوَّات، وأتباعهما أكثر المؤمنين، ولهذا قال هنا: {وآتينا موسى الكتابَ}: الذي هو التوراة، {وجَعَلْناه هدىً لبني إسرائيل}: يهتدونَ به في ظُلُمات الجهل إلى العلم بالحقِّ. {ألاَّ تتَّخذوا مِن دوني وكيلاً}؛ أي: وقلنا لهم ذلك، وأنزلنا إليهم الكتاب لذلك؛ ليعبدوا الله وحده، ويُنيبوا إليه، ويتَّخذوه وحدَه وكيلاً ومدبراً لهم في أمر دينهم ودُنياهم، ولا يتعلَّقوا بغيره من المخلوقين الذين لا يملكون شيئاً ولا ينفعونَهم بشيءٍ.
(2) Seringkali Allah Yang Maha Pencipta menghubungkan antara kenabian Muhammad dengan kenabian Musa, kitab dan syariat mereka berdua. Karena kitab keduanya adalah sebaik-baik kitab, syariat mereka merupakan syariat yang paling sempurna, dan kenabian mereka adalah
(tingkat) kenabian yang tertinggi serta para pengikut mereka adalah bagian terbesar kaum Mukminin. Oleh karenanya, Allah berfirman, ﴾ وَءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَٰبَ
﴿ "Dan Kami berikan kepada Musa Kitab," yaitu Taurat. ﴾ وَجَعَلۡنَٰهُ هُدٗى لِّبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ
﴿ "Dan Kami jadi-kan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Isra`il," yang bisa mereka jadi-kan petunjuk dari dalam kegelapan kebodohan menuju keilmuan tentang kebenaran (dengan berfirman), ﴾ أَلَّا تَتَّخِذُواْ مِن دُونِي وَكِيلٗا ﴿ "Jangan-lah kamu mengambil penolong selain Aku," maksudnya Kami telah katakan hal itu kepada mereka. Dan untuk tujuan itu pula, Kami telah menurunkan al-Kitab
(Taurat).
(Yaitu) supaya mereka ber-ibadah hanya kepada Allah, kembali kepadaNya, menjadikanNya sebagai satu-satunya Penolong dan Pengatur, baik dalam urusan agama ataupun perkara duniawi mereka, serta tidak bergantung kepada selainNya dari makhluk yang tidak memiliki sesuatu pun
(kekuasaan) dan tidak bisa memberi manfaat sedikit pun bagi mereka.
#
{3} {ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنا مع نوح}؛ أي: يا ذُرِّيَّة مَنْ مَنَنَّا عليهم وحملناهم مع نوح. {إنَّه كان عبداً شكوراً}: ففيه التنويه بالثناء على نوح عليه السلام بقيامه بشكر الله واتِّصافه بذلك، والحثِّ لذُرِّيَّتِهِ أن يقتدوا به في شكره ويتابعوه عليه، وأن يتذكَّروا نعمةَ الله عليهم إذْ أبقاهم، واستخلفهم في الأرض، وأغرق غيرهم.
(3) ﴾ ذُرِّيَّةَ مَنۡ حَمَلۡنَا مَعَ نُوحٍۚ
﴿ "(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh," maksudnya "Wahai anak cucu dari orang-orang yang telah Kami beri anugerah dan Kami angkut ber-sama Nuh." ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ عَبۡدٗا شَكُورٗا ﴿ "Sesungguhnya dia adalah hamba
(Allah) yang banyak bersyukur," pada ayat ini terkandung keterangan pemu-liaan terhadap Nabi Nuh عليه السلام yang berbentuk pujian, lantaran be-liau telah menjalankan kewajibannya untuk bersyukur kepada Allah dan telah menyandang sifat tersebut.
(Di dalamnya juga terkandung) anjuran bagi keturunannya untuk menapaki jalan hidup dengan mengaca kepada beliau dalam bersyukur
(kepada Allah), serta
(pe-rintah) supaya mereka selalu mengingat nikmat-nikmat Allah bagi mereka tatkala Allah menjadikan mereka tetap survive dan menem-patkan mereka di bumi sebagai khalifah serta menenggelamkan selain mereka,
(kaum yang tidak beriman).
#
{4} {وقَضَيْنا إلى بني إسرائيل}؛ أي: تقدَّمنا وعَهِدْنا إليهم وأخبرناهم في كتابهم أنهم لا بدَّ أن يقعَ: منهم إفسادٌ في الأرض مرتين بعمل المعاصي والبَطَر لنعم الله والعلوِّ في الأرض والتكبُّر فيها، وأنَّه إذا وقع واحدةٌ منهما؛ سلَّطَ الله عليهم الأعداء وانتقم منهم، وهذا تحذيرٌ لهم وإنذارٌ لعلَّهم يرجعون فيتذكَّرون.
(4) ﴾ وَقَضَيۡنَآ إِلَىٰ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ﴿ "Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Isra`il," maksudnya sudah berlalu
(ketetapan) Kami, telah Kami pe-rintahkan mereka, dan Kami beritahukan dalam kitab mereka, bah-wasanya pasti timbul pada mereka tindakan pengrusakan di bumi dua kali dengan perbuatan maksiat, pengingkaran nikmat, tinggi hati dan arogan di bumi, bahwa bila telah berlangsung salah satu dari kedua kerusakan itu, maka Allah akan menjadikan musuh berkuasa atas mereka dan menyiksa mereka. Ini merupakan peringat-an dan ancaman supaya mereka kembali dan ingat kepada Allah.
#
{5} {فإذا جاء وَعْدُ أولاهما}؛ أي: أولى المرتين اللتين يفسدون فيهما؛ أي: إذا وقع منهم ذلك الفسادُ، {بَعَثْنا عليكم}: بعثاً قدريًّا وسلَّطنا عليكم تسليطاً كونيًّا جزائيًّا، {عباداً لنا أولي بأسٍ شديدٍ}؛ أي: ذوي شجاعة وعددٍ وعُدَّةٍ، فنصرهم اللهُ عليكم، فقتلوكم وسَبَوْا أولادكم ونهبوا أموالكم، وجاسوا {خلالَ الدِّيار}: فهتكوا الدُّور، ودخلوا المسجد الحرام، وأفسدوه. {وكان وعداً مفعولاً}: لا بدَّ من وقوعه لوجود سببه منهم. واختلف المفسِّرون في تعيين هؤلاء المسلَّطين؛ إلاَّ أنَّهم اتَّفقوا على أنَّهم قومٌ كفارٌ: إمَّا من أهل العراق، أو الجزيرة، أو غيرها؛ سلَّطهم الله على بني إسرائيل لما كَثُرَتْ فيهم المعاصي وتركوا كثيراً من شريعتهم وطَغَوا في الأرض.
(5) ﴾ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ أُولَىٰهُمَا
﴿ "Maka apabila datang saat hukuman bagi (ke-jahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu," kerusakan pertama dari dua kerusakan yang akan mereka perbuat. Maksudnya, jika telah terjadi kerusakan (pertama) dari mereka, maka ﴾ بَعَثۡنَا عَلَيۡكُمۡ
﴿ "Kami datangkan kepadamu," kedatangan ketetapan takdir, dan Kami akan menguasakan (musuh-musuh) atas kalian yang merupakan ketetapan kauni dan sebagai pembalasan, ﴾ عِبَادٗا لَّنَآ أُوْلِي بَأۡسٖ شَدِيدٖ
﴿ "hamba-hamba Ka-mi yang mempunyai kekuatan besar," yaitu orang-orang yang memiliki keberanian, jumlah personel yang banyak dan kekuatan (yang penuh). Lalu Allah akan memenangkan mereka atas kalian. Mereka akan membunuhi kalian, menawan anak-anak kalian, dan merampasi kekayaan-kekayaan kalian serta merajalela ﴾ خِلَٰلَ ٱلدِّيَارِۚ
﴿ "di kampung-kampung," menerjang kampung-kampung. Mereka juga akan mene-robos ke Masjidil Haram dan merusaknya. ﴾ وَكَانَ وَعۡدٗا مَّفۡعُولٗا ﴿ "Dan itu-lah ketetapan yang pasti terlaksana," yang pasti akan terjadi karena adanya faktor penyebab dari mereka.
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang penentuan siapakah mereka yang diberi kekuasaan
(mengalahkan Bani Isra`il). Hanya saja, para ulama itu bersepakat bahwasanya mereka adalah kaum kuffar, bisa jadi dari penduduk Irak, Jazirah Arab atau selain mereka. Allah akan memberikan kekuasaan pada kaum itu atas Bani Isra`il, di kala telah merebak kemaksiatan di tengah-tengah Bani Isra`il dan meninggalkan banyak aturan syariat Allah dan melampaui batas di atas bumi.
#
{6} {ثم رَدَدْنا لكمُ الكَرَّةَ عليهم}؛ أي: على هؤلاء الذين سُلطوا عليكم فأجْلَيْتموهم من دياركم، {وأمدَدْناكم بأموال وبنينَ}؛ أي: أكثرنا أرزاقكم وكثَّرناكم وقوَّيناكم عليهم، {وجعلناكُم أكثرَ نفيراً}: منهم، وذلك بسبب إحسانكم وخضوعكم لله.
(6) ﴾ ثُمَّ رَدَدۡنَا لَكُمُ ٱلۡكَرَّةَ عَلَيۡهِمۡ
﴿ "Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali," yaitu atas orang-orang yang telah diberi keleluasaan untuk menguasai kalian. Kemudian kalian sanggup mengusir mereka dari kampung-kampung halaman. ﴾ وَأَمۡدَدۡنَٰكُم بِأَمۡوَٰلٖ وَبَنِينَ
﴿ "Dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak," maksudnya Kami memperbanyak kucuran rizki dan jumlah kalian, serta Kami besarkan kekuatan kalian (untuk menga-lahkan) mereka, ﴾ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ أَكۡثَرَ نَفِيرًا ﴿ "dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar," daripada mereka dengan sebab perbuatan baik dan ketundukan kalian kepada Allah تعالى.
#
{7} {إنْ أحسنتُم أحسنتُم لأنفسِكم}: لأنَّ النفع عائدٌ إليكم حتى في الدُّنيا كما شاهدتم من انتصِاركم على أعدائكم. {وإنْ أسأتُم فلها}؛ أي: فلأنفسكم يعود الضرر؛ كما أراكم الله من تسليط الأعداء. {فإذا جاء وعدُ الآخرة}؛ أي: المرَّة الأخرى التي تفسِدون فيها في الأرض؛ سلَّطْنا أيضاً عليكم الأعداء، {ليسوءوا وجوهكم}: بانتصارهم عليكم وسَبْيِكم، {ولِيَدْخُلوا المسجد كما دَخَلوه أوَّل مرَّةٍ}: والمراد بالمسجد مسجد بيت المقدس، {ولِيُتَبِّروا}؛ أي: يخرِّبوا ويدمِّروا {ما عَلَوْا}: عليه {تتبيراً}: فيخرِّبوا بيوتكم ومساجدكم وحروثكم.
(7) ﴾ إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡۖ
﴿ "Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri," karena manfaat dari perbuatan baik kalian kembali kepada kalian sendiri (bukan kepada orang lain), bahkan saat kalian masih berada di dunia, seperti yang telah kalian saksikan, berupa kemenangan kalian terhadap musuh-musuh kalian ﴾ وَإِنۡ أَسَأۡتُمۡ فَلَهَاۚ
﴿ "dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi diri-mu sendiri," kepada diri kalian sendirilah bahaya itu berbalik arah, sebagaimana yang telah Allah perlihatkan kepada kalian berupa penguasaan musuh atas kalian ﴾ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ ٱلۡأٓخِرَةِ
﴿ "dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua," yaitu kejadian berikutnya yang kalian kembali berbuat kerusakan di muka bumi pada waktu tersebut, maka Allah akan memberikan kekuasaan musuh-musuh atas kalian juga. ﴾ لِيَسُـُٔواْ وُجُوهَكُمۡ
﴿ "(Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu," melalui kemenangan mereka atas kalian dan keberhasilan menawan kalian.
﴾ وَلِيَدۡخُلُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٖ
﴿ "Supaya mereka masuk ke dalam Masjidil Haram sebagaimana mereka dahulu pernah masuk untuk yang pertama kalinya," masjid yang dimaksudkan dalam ayat adalah mas-jid Baitul Maqdis ﴾ وَلِيُتَبِّرُواْ
﴿ "dan untuk membinasakan," meruntuhkan dan menghancurkan ﴾ مَا عَلَوۡاْ
﴿ "apa saja yang mereka kuasai," atas ke-kuasaan yang mereka pegangi ﴾ ت َ ت ْ ب ِ ي ْ ر ً ا ﴿ "sehabis-habisnya," maka mereka akan menghacurkan rumah-rumah, masjid-masjid serta ladang-ladang kalian.
#
{8} {عسى ربُّكم أن يرحَمَكم}: فيُديل لكم الكرة عليهم، فرحمهم وجعل لهم الدولة وتوعَّدهم على المعاصي، فقال: {وإنْ عُدتم}: إلى الإفساد في الأرض، {عُدْنا}: إلى عقوبتِكم، فعادوا لذلك، فسلَّط الله عليهم رسوله محمداً - صلى الله عليه وسلم -، فانتقم الله به منُهم؛ فهذا جزاء الدُّنيا، وما عند الله من النَّكال أعظمُ وأشنعُ، ولهذا قال: {وجَعَلْنا جهنَّم للكافرين حصيراً}: يصلونها ويلازِمونها لا يخرجون منها أبداً. وفي هذه الآيات التحذير لهذه الأمَّة من العمل بالمعاصي؛ لئلاَّ يصيبهم ما أصاب بني إسرائيل؛ فسنَّة الله واحدةٌ لا تبدَّل ولا تغيَّر، ومن نظر إلى تسليط الكفرة على المسلمين والظَّلَمة؛ عَرَفَ أنَّ ذلك من أجل ذنوبهم عقوبةً لهم، وأنَّهم إذا أقاموا كتاب الله وسنَّة رسوله؛ مكَّن لهم في الأرض، ونصرهم على أعدائهم.
(8) ﴾ عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يَرۡحَمَكُمۡۚ
﴿ "Mudah-mudahan Rabbmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu," kemudian Allah membalikkan kemenangan bagi kalian terhadap mereka.
Lantas Allah merahmati mereka dan memberikan negeri bagi mereka disertai ancaman terhadap mereka bila berbuat maksiat-maksiat, seraya berfirman, ﴾ وَإِنۡ عُدتُّمۡ
﴿ "Dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan)," mengulang berbuat kerusakan di muka bumi, ﴾ عُدۡنَاۚ
﴿ "niscaya Kami kembali," mengazab kalian. Ternyata mereka kembali melakukan kerusakan di muka bumi, maka Allah (meng-hukum mereka dengan) menjadikan RasulNya, Muhammad ber-kuasa atas mereka. Allah membalas mereka lewat beliau. Ini adalah balasan mereka di dunia. Adapun siksa Allah bagi mereka di akhi-rat lebih dahsyat dan menghinakan. Oleh karena itu, Allah berfirman selanjutnya, ﴾ وَجَعَلۡنَا جَهَنَّمَ لِلۡكَٰفِرِينَ حَصِيرًا ﴿ "Dan Kami jadikan Neraka Jahanam penjara bagi orang-orang kafir," mereka akan masuk dan menghuni-nya, tidak akan pernah keluar dari tempat itu selama-lamanya.
Dalam ayat-ayat ini terdapat peringatan bagi umat Islam dari perbuatan maksiat, supaya mereka tidak tertimpa oleh siksaan yang telah menimpa Bani Isra`il. Ketetapan Allah hanyalah satu, dan tidak akan dirubah-rubah atau direvisi. Orang yang mau mencermati penguasaan kaum kuffar dan tindak kesewenangan mereka terhadap kaum Muslimin, tentu akan mengetahui
(kesimpulan) bahwasanya itu semua sebagai hukuman bagi mereka disebabkan dosa-dosa kaum Muslimin itu sendiri. Apabila kaum Muslimin kembali me-laksanakan Kitabullah dan Sunnah RasulNya, niscaya Allah akan menjadikan mereka pengendali kekuasaan di muka bumi, dan Dia akan memberikan pertolongan kepada mereka terhadap musuh-musuhnya.
{إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا (9) وَأَنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (10)}.
"Sesungguhnya al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih."
(Al-Isra`: 9-10).
#
{9 ـ 10} يخبر تعالى عن شرف القرآن وجلالته وأنَّه {يهدي للتي هي أقومُ}؛ أي: أعدلُ وأعلى من العقائد والأعمال والأخلاق؛ فمن اهتدى بما يدعو إليه القرآنُ؛ كان أكملَ الناس وأقومَهم وأهداهم في جميع الأمور. {ويبشِّرُ المؤمنين الذين يعملونَ الصَّالحاتِ}: من الواجبات والسُّنن، {أنَّ لهم أجراً كبيراً}: أعدَّه الله لهم في دار كرامته لا يعلم وصفَه إلاَّ هو. {وأنَّ الذين لا يؤمنون بالآخرةِ أعْتَدْنا لهم عذاباً أليماً}؛ فالقرآنُ مشتملٌ على البشارة والنِّذارة وذِكْرِ الأسباب التي تُنال بها البشارة، وهو الإيمان والعمل الصالح، والتي تستحقُّ بها النذارة، وهو ضدُّ ذلك.
(9-10) Allah تعالى mengabarkan tentang kemuliaan dan ke-agungan al-Qur`an, bahwasanya ia ﴾ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ
﴿ "memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus," lebih adil dan mulia dalam aspek akidah, amal-perbuatan maupun akhlak. Barangsiapa yang meraih petunjuk dengan seruan ajaran al-Qur`an, maka dialah manusia yang paling sempurna, paling lurus dan paling sarat dengan petunjuk dalam segala urusannya ﴾ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ
﴿ "dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shalih," yang berbentuk kewajiban-kewajiban maupun per-buatan-perbuatan yang bersifat sunnah ﴾ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا
﴿ "bahwa bagi mereka ada pahala yang besar." Allah telah menyediakannya bagi mereka di tempat kemuliaanNya (surga), yang tidak ada yang menge-tahui karakteristiknya kecuali Allah. ﴾ وَأَنَّ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأٓخِرَةِ أَعۡتَدۡنَا لَهُمۡ عَذَابًا أَلِيمٗا ﴿ "Dan bahwa orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih." Al-Qur`an mengandung kabar gembira dan ancaman, serta cara-cara perolehan kabar gem-bira itu, yaitu
(dengan cara) beriman dan beramal shalih, dan sebab-sebab yang memastikan
(datangnya) ancaman yaitu
(dengan me-lakukan) perkara yang berlawanan dengannya.
{وَيَدْعُ الْإِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الْإِنْسَانُ عَجُولًا (11)}.
"Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana dia ber-doa untuk kebaikan. Dan manusia bersifat tergesa-gesa."
(Al-Isra`: 11).
#
{11} وهذا من جهل الإنسان وعجلته؛ حيث يدعو على نفسه وأولاده بالشرِّ عند الغضب، ويبادِرُ بذلك الدعاء كما يبادِرُ بالدُّعاء في الخير، ولكنَّ الله من لطفه يستجيبُ له في الخير ولا يستجيبُ له بالشر، ولو يُعَجِّلُ الله للناس الشرَّ استعجالهم بالخير لَقُضي إليهم أجلهم.
(11) Inilah salah satu bentuk kebodohan manusia dan sifatnya yang terburu-buru. Dia tergesa-gesa untuk berdoa bagi dirinya, anak dan hartanya dengan doa keburukan tatkala dia marah, seba-gaimana dia
(juga) bersegera dalam berdoa meminta kebaikan. Akan tetapi, Allah dengan sifat kelembutanNya kepada para hamba, ha-nya mengabulkan doa kebaikan dan tidak mengabulkan doa ke-burukannya.
﴾ وَلَوۡ يُعَجِّلُ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ ٱلشَّرَّ ٱسۡتِعۡجَالَهُم بِٱلۡخَيۡرِ لَقُضِيَ إِلَيۡهِمۡ أَجَلُهُمۡۖ ﴿
"Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka."
(Yunus: 11).
{وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلًا (12)}.
"Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam, dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Rabbmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala se-suatu telah Kami terangkan dengan jelas."
(Al-Isra`: 12).
#
{12} يقول تعالى: {وجعلنا الليلَ والنهار آيتينِ}؛ أي: دالَّتين على كمال قدرة الله وسَعَة رحمته وأنَّه الذي لا تنبغي العبادة إلاَّ له. {فَمَحَوْنا آية الليل}؛ أي: جعلناه مظلماً للسكون فيه والراحة. {وجعلنا آيةَ النهارِ مبصرةً}؛ أي: مضيئة، {لتبتغوا فَضْلاً من ربِّكم}: في معايشكم وصنائعكم وتجاراتكم وأسفاركم، {ولتعلموا}: بتوالي الليل والنهار واختلاف القمر {عَدَدَ السنين والحسابَ}: فتبنون عليها ما تشاؤون من مصالحكم. {وكلَّ شيءٍ فصَّلْناه تفصيلاً}؛ أي: بيَّنَّا الآيات، وصرَّفناه لتتميز الأشياء، ويتبيَّن الحقُّ من الباطل؛ كما قال تعالى: {ما فرَّطْنا في الكتاب من شيءٍ}.
(12) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَجَعَلۡنَا ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ ءَايَتَيۡنِۖ
﴿ "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda," maksudnya keduanya merupakan bukti yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah dan ke-luasan rahmatNya. Dia-lah Dzat yang tidak selayaknya peribadahan ditujukan kecuali untukNya. ﴾ فَمَحَوۡنَآ ءَايَةَ ٱلَّيۡلِ
﴿ "Lalu Kami hapuskan tanda malam," maksudnya, Kami menjadikannya gelap untuk tenang dan beristirahat. ﴾ وَجَعَلۡنَآ ءَايَةَ ٱلنَّهَارِ مُبۡصِرَةٗ
﴿ "Dan Kami jadikan tanda siang itu te-rang," maksudnya bercahaya, ﴾ لِّتَبۡتَغُواْ فَضۡلٗا مِّن رَّبِّكُمۡ
﴿ "agar kamu mencari karunia dari Rabbmu," melalui mata pencaharian, proses produksi, perdagangan dan perjalanan kalian, ﴾ وَلِتَعۡلَمُواْ
﴿ "dan supaya kamu mengetahui," dengan beriringannya siang-malam dan pergantian bulan ﴾ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلۡحِسَابَۚ
﴿ "bilangan tahun-tahun dan perhitungan," maka kalian (bisa merencanakan) segala kemaslahatan yang kalian kehen-daki berdasarkan itu, ﴾ وَكُلَّ شَيۡءٖ فَصَّلۡنَٰهُ تَفۡصِيلٗا
﴿ "dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas," maksudnya Kami sudah menerangkan ayat-ayat (tanda-tanda kebesaran Kami) dan menguraikannya sehingga jelaslah perbedaan segala sesuatu, dan kebenaran pun menjadi te-rang di antara kebatilan. Sebagaimana Firman Allah,
﴾ مَّا فَرَّطۡنَا فِي ٱلۡكِتَٰبِ مِن شَيۡءٖۚ ﴿
"Tidaklah Kami menyia-nyiakan sesuatu pun di dalam kitab.
(Al- An'am: 8).
{وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا (13) اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا (14)}.
"Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal per-buatannya
(sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada Hari Kiamat sebuah Kitab yang di-jumpainya terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu."
(Al-Isra`: 13-14).
#
{13 ـ 14} وهذا إخبارٌ عن كمال عدله: أنَّ كلَّ إنسان يُلْزِمُهُ طائِرَهُ في عنقِهِ؛ أي: ما عمل من خيرٍ وشرٍّ يجعله الله ملازماً له لا يتعدَّاه إلى غيره؛ فلا يحاسَبُ بعمل غيره ولا يحاسَبُ غيره بعمله. {ونخرِجُ له يوم القيامةِ كتاباً يلقاهُ منشوراً}: فيه عملُهُ من الخير والشرِّ حاضراً صغيرُهُ وكبيرُهُ، ويقال له: {اقرأ كتابَكَ كفى بنفسِكَ اليوم عليك حسيباً}: وهذا من أعظم العدل والإنصاف أن يقال للعبدِ: حاسِبْ نفسَكَ؛ ليعرف ما عليه من الحقِّ الموجب للعقاب.
(13-14) Ini merupakan pemberitahuan tentang kesempurnaan keadilan Allah; bahwasanya Dia menetapkan amal perbuatan pada setiap orang
(sebagaimana kalung yang menempel) pada lehernya. Maksudnya, setiap amal perbuatan yang dikerjakan, baik ataupun buruk, niscaya Allah menetapkan
(ganjarannya) pada pelakunya, tidak akan berpindah kepada orang lain. Ia tidak akan dihisab ber-dasarkan amal orang lain.
(Begitu pula) orang lain pun tidak dimintai pertanggungjawaban berdasarkan amalan orang tadi. ﴾ وَنُخۡرِجُ لَهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ كِتَٰبٗا يَلۡقَىٰهُ مَنشُورًا
﴿ "Kami keluarkan baginya pada Hari Kiamat sebuah Kitab yang dijumpainya terbuka." Di dalamnya terdapat segala sesuatu yang pernah dia kerjakan berupa kebaikan dan keburukan, baik yang besar maupun kecil. Kemudian dikatakan kepadanya, ﴾ ٱقۡرَأۡ كِتَٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفۡسِكَ ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكَ حَسِيبٗا ﴿ "Bacalah kitabmu. Cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." Inilah bentuk keadilan dan keobyek-tifan terbesar, manakala dikatakan kepada seorang hamba, "Hisablah dirimu sendiri." Supaya dia mengetahui fakta dosa yang ada pada dirinya yang mendatangkan azab. 9
{مَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا (15)}
"Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah
(Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk
(keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia ter-sesat untuk
(kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng-azab sehingga Kami mengutus seorang rasul."
(Al-Isra`: 15).
#
{15} أي: هدايةُ كلِّ أحدٍ وضلاله لنفسه. لا يحمل أحدٌ ذنب أحدٍ، ولا يدفع عنه مثقالَ ذرَّة من الشرِّ، والله تعالى أعدل العادلين، لا يعذِّب أحداً حتى تقوم عليه الحجَّة بالرسالة ثم يعاند الحجَّة، وأما من انقاد للحجَّة أو لم تبلُغْه حجَّة الله تعالى؛ فإنَّ الله تعالى لا يعذِّب به. استدل بهذه الآية على أنَّ أهل الفترات وأطفال المشركين لا يعذِّبُهم الله حتى يبعثَ إليهم رسولاً؛ لأنَّه منزَّه عن الظُّلم.
(15) Maksudnya, hidayah dan kesesatan seseorang itu
(dam-paknya) akan kembali pada dirinya sendiri. Seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain. Dia pun tidak dapat menampik ke-salahan yang dia kerjakan sekecil biji sawi pun. Allah adalah Dzat yang paling adil, tidak akan mengazab seseorang sehingga hujjah tegak atasnya melalui risalah, kemudian orang itu
(merespon de-ngan) menentangnya.
Adapun orang-orang yang tunduk dengan hujjah atau belum sampai hujjah Allah kepadanya, maka Allah tidak akan mengazabnya. Ayat ini dijadikan dalil bahwasanya Allah tidak akan mengazab ahlul fathrah
(orang-orang yang hidup di masa transisi kenabian, pent) dan anak-anak kaum musyrikin
(yang meninggal sebelum dewasa), sampai Dia mengutus seorang rasul kepada mereka. Karena sesungguhnya Allah itu suci dari segala bentuk tindak aniaya.
{وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا (16) وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ بَعْدِ نُوحٍ وَكَفَى بِرَبِّكَ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا (17)}
"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu
(supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan
(ketentuan dari Kami), kemudian Kami hancurkan ne-geri itu sehancur-hancurnya. Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Maha Menge-tahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hambaNya."
(Al-Isra`: 16-17).
#
{16} يخبر تعالى أنه إذا أراد أن يُهْلِكَ قريةً من القرى الظالمة ويستأصلها بالعذاب؛ أمر مُتْرَفيها أمراً قدريًّا، ففسقوا فيها، واشتدَّ طغيانُهم؛ {فحقَّ عليها القولُ}؛ أي: كلمة العذاب التي لا مردَّ لها؛ {فدمَّرْناها تدميراً}
(16) Allah تعالى memberitahukan bahwasanya apabila Dia ingin menghancurkan salah satu negeri yang berbuat sewenang-wenang dan meluluhlantakkannya dengan azab sampai tak tersisa, maka Dia akan memberikan perintah kepada orang-orang kala-ngan mewah mereka dalam bentuk ketetapan takdir
(untuk menaati Allah). Lalu mereka berbuat kefasikan sampai tindakan melampaui batas mereka sudah parah ﴾ فَحَقَّ عَلَيۡهَا ٱلۡقَوۡلُ
﴿ "maka sudah sepantasnya ber-laku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami)," yaitu ketentuan azab (Kami), yang mana tidak ada (seorang pun) yang sanggup menolak-nya ﴾ فَدَمَّرۡنَٰهَا تَدۡمِيرٗا ﴿ "kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-han-curnya."
#
{17} وهؤلاء أمم كثيرةٌ أبادهم الله بالعذاب من بعد قوم نوح؛ كعاد وثمود وقوم لوط وغيرهم ممَّن عاقبهم الله لما كَثُر بغيُهم واشتدَّ كفرُهم؛ أنزل الله بهم عقابَه العظيم. {وكفى بربِّك بذُنوب عبادِهِ خبيراً بصيراً}: فلا يخافوا منه ظلماً، وأنه يعاقبهم على ما عملوه.
(17) Mereka itu umat manusia yang banyak, setelah kaum Nabi Nuh yang mana Allah memusnahkannya dengan azab, seperti kaum 'Ad, Tsamud, kaum Nabi Luth, dan kaum lainnya yang telah Allah siksa ketika tindakan melampaui batas mereka sudah mera-jalela dan kekufuran mereka semakin menjadi-jadi. Akibatnya, Allah menurunkan hukuman yang dahsyat kepada mereka, ﴾ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرَۢا بَصِيرٗا ﴿ "dan cukuplah Rabbmu Maha Mengetahui lagi Maha Meli-hat dosa hamba-hambaNya." Janganlah mereka merasa takut muncul-nya tindakan kezhaliman dari Allah, karena sesungguhnya Allah hanya mengazab atas dasar perbuatan yang mereka lakukan saja.
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا (18) وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا (19) كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا (20) انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلْآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا (21)}.
"Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang
(duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehen-daki bagi orang yang Kami kehendaki, kemudian Kami tentukan baginya Neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang dia adalah Mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Rabbmu. Dan kemurahan Rabbmu tidak dapat dihala-ngi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari me-reka atas sebagian
(yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya."
(Al-Isra`: 18-21).
#
{18} يخبر تعالى أن {مَن كان يريدُ}: الدنيا {العاجلة} المنقضية الزائلة، فعمل لها وسعى، ونسي المبتدأ أو المنتهى: أنَّ الله يعجِّل له من حطامها ومتاعها ما يشاؤه ويريده، مما كَتَبَ الله له في اللوح المحفوظ، ولكنَّه متاعٌ غير نافع ولا دائم له، ثم يجعل له في الآخرة {جهنَّم يَصْلاها}؛ أي: يباشر عذابها، {مذموماً مدحوراً}؛ أي: في حالة الخِزْي والفضيحة والذمِّ من الله ومن خلقِهِ والبعد عن رحمةِ الله، فيجمعُ له بين العذاب والفضيحة.
(18) Allah تعالى memberitahukan bahwasanya ﴾ مَّن كَانَ يُرِيدُ
﴿ "ba-rangsiapa menghendaki," (kehidupan) dunia ﴾ ٱلۡعَاجِلَةَ
﴿ "kehidupan se-karang," yang akan berakhir lagi fana, kemudian dia bekerja dan ber-usaha untuk meraihnya sehingga dia lupa tempat asal dan tujuan akhir hidupnya (akhirat), maka Allah akan segera memberikan sebagian kekayaan dan perhiasan dunia yang dia inginkan dan kehendaki, (sesuai jatah) yang telah Allah tulis baginya di Lauhul Mahfuzh. Hanya saja, semua itu bukanlah kenikmatan yang mem-punyai nilai manfaat lagi tidak kekal baginya. Kemudian di akhirat kelak, Allah menyediakan baginya ﴾ جَهَنَّمَ يَصۡلَىٰهَا
﴿ "Neraka Jahanam, dia memasukinya," maksudnya dia merasakan langsung siksaanNya ﴾ مَذۡمُومٗا مَّدۡحُورٗا ﴿ "dalam keadaan tercela dan terusir," dalam keadaan ke-hinaan, terbongkar seluruh aibnya dan tercela di hadapan Allah dan para makhluk
(juga) jauh dari rahmat Allah. Maka Allah menyatu-kan baginya antara deraan siksa dengan kehinaan bagi orang itu.
#
{19} {ومن أراد الآخرةَ}: فرضِيَها وآثرها على الدُّنيا، {وسعى لها سَعْيَها}: الذي دعت إليه الكتب السماويَّة والآثار النبويَّة، فعمل بذلك على قدر إمكانه، {وهو مؤمنٌ}: بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر. {فأولئك كان سعيُهم مشكوراً}؛ أي: مقبولاً منمًّى مدَّخراً، لهم أجرهم وثوابهم عند ربهم.
(19) ﴾ وَمَنۡ أَرَادَ ٱلۡأٓخِرَةَ
﴿ "Dan barangsiapa yang menghendaki kehi-dupan akhirat," kemudian dia menyukai dan mengutamakannya daripada kehidupan dunia ﴾ وَسَعَىٰ لَهَا سَعۡيَهَا
﴿ "dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh," (tempat) yang mana kitab samawi dan atsar nabi mengajak kepadanya, lalu dia beramal sesuai dengan batas (maksimal) kemampuannya ﴾ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ
﴿ "sedang dia orang yang beriman," kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya, dan Hari Akhir, ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ كَانَ سَعۡيُهُم مَّشۡكُورٗا ﴿ "maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik," maksudnya, amalnya diterima, berkembang dan tersimpan. Bagi mereka pahala dan ganjaran di sisi Rabbnya.
#
{20} ومع هذا؛ فلا يفوتُهم نصيبُهم من الدُّنيا؛ فكلًّا يُمِدُّه الله منها؛ لأنَّه عطاؤه وإحسانه. {وما كان عطاءُ ربِّك محظوراً}؛ أي: ممنوعاً من أحدٍ، بل جميعُ الخلق راتِعون بفضلِهِ وإحسانِهِ.
(20) Walaupun demikian, jatah mereka di dunia tidak terle-watkan. Masing-masing pihak dibantu oleh Allah dari bagian kenik-matan dunia, karena itu merupakan cerminan curahan karunia dan kebaikan Allah تعالى.
#
{21} {انظرْ كيف فضَّلْنا بعضَهم على بعضٍ}: في الدُّنيا بسَعة الأرزاق وقلَّتها، واليُسْر والعُسْر، والعلم والجهل، والعقل والسَّفَه، وغير ذلك من الأمور التي فضَّل الله العباد بعضهم على بعض بها. {وللآخرةُ أكبرُ درجاتٍ وأكبرُ تفضيلاً}: فلا نسبة لنعيم الدُّنيا ولذَّاتها إلى الآخرة بوجه من الوجوه؛ فكم بين من هو في الغرف العاليات واللَّذَّات المتنوِّعات والسرور والخيرات والأفراح ممَّن هو يتقلَّب في الجحيم، ويعذَّب بالعذاب الأليم، وقد حلَّ عليه سَخَطُ الربِّ الرحيم، وكلٌّ من الدارين بين أهلها من التفاوت ما لا يمكنُ أحداً عدُّه.
(21) ﴾ ٱنظُرۡ كَيۡفَ فَضَّلۡنَا بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖۚ
﴿ "Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain)," di dunia dengan kelapangan rizki dan keterbatasannya, kemudahan dan kesusahan, pengetahuan dan kebodohan, kecerdasan dan ketololan, dan aspek-aspek lainnya yang mana Allah melebihkan sebagian orang dari sebagian yang lain dengannya.
﴾ وَلَلۡأٓخِرَةُ أَكۡبَرُ دَرَجَٰتٖ وَأَكۡبَرُ تَفۡضِيلٗا ﴿ "Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya." Maka tidak bisa di-perbandingkan antara kenikmatan dunia dengan kenikmatan akhi-rat dalam segala sudut. Alangkah jauh perbedaan antara orang yang berada di istana-istana yang tinggi, aneka kelezatan yang bermacam-macam, beragam jenis kebaikan, rangkaian kebahagiaan, dengan orang yang menggelepar-gelepar di dalam Neraka Jahim, tersiksa dengan azab yang pedih, dan kemurkaan Rabb Yang Maha Penya-yang sudah mengenainya. Dan masing-masing dari dua kampung itu
(dunia dan akhirat) di hadapan para penghuninya mempunyai sisi-sisi perbedaan yang tidak terhitung jumlahnya oleh seseorang.
{لَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولًا (22)}.
"Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan
(Allah)."
(Al-Isra`: 22).
#
{22} أي: لا تعتقدْ أنَّ أحداً من المخلوقين يستحقُّ شيئاً من العبادة، ولا تشركْ بالله أحداً منهم؛ فإنَّ ذلك داع للذمِّ والخذلان؛ فالله وملائكته ورسله قد نَهَوْا عن الشرك، وذمُّوا من عمله أشدَّ الذمِّ، ورتَّبوا عليه من الأسماء المذمومة والأوصاف المقبوحة ما كان به متعاطيه أشنعَ الخلق وصفاً وأقبحهم نعتاً، وله من الخِذْلان في أمر دينه ودنياه بحسب ما تركه من التعلُّق بربِّه؛ فمن تعلَّق بغيره؛ فهو مخذولٌ قد وُكِلَ إلى مَن تعلَّق به، ولا أحد من الخلق ينفع أحداً إلا بإذن الله؛ وكما أنَّ مَن جعل مع الله إلهاً آخر له الذمُّ والخذلان؛ فمن وحَّده وأخلص دينه لله، وتعلَّق به دون غيره؛ فإنَّه محمودٌ مُعانٌ في جميع أحواله.
(22) Maknanya: Janganlah kalian meyakini bahwasanya ada salah satu dari makhluk yang berhak untuk diibadahi. Jangan
(pula) kalian menyekutukan siapa pun denganNya dalam beribadah. Se-sungguhnya itu semua merupakan penyulut celaan dan penelantaran
(tanpa bimbingan Allah). Allah, para malaikat dan para rasulNya telah melarang syirik, betul-betul mencela pelakunya, dan menyan-dangkan predikat-predikat tercela dan ciri-ciri yang buruk lantaran tindak kesyirikan, selama pelakunya merupakan orang yang sifat-nya paling jelek dan citranya paling buruk. Dalam urusan agama dan dunianya, dia mengalami penelantaran sesuai besar kecilnya tindakannya meninggalkan ketergantungan kepada Rabbnya.
Barangsiapa yang bersandar kepada selain Allah, maka
(kondi-sinya) akan terlantar, dia pun akan dibuat memiliki ketergantungan kepada obyek yang digantunginya tersebut. Padahal tidak ada se-seorang pun yang mampu memberi manfaat bagi orang lain kecuali dengan izin Allah. Sebagaimana orang yang menjadikan sesembah-an selain Allah mendapatkan celaan dan kenistaan, maka orang yang bertauhid dan mengikhlaskan agamanya hanya kepada Allah serta bergantung hanya kepadaNya, maka dia dalam keadaan ter-puji dan tertolong dalam segala keadaannya. 9
{وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (24)}.
"Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan me-nyembah kecuali kepadaNya, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan, 'Ah' dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesa-yangan, dan ucapkanlah, 'Wahai Rabbku, kasihilah mereka kedua-nya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil'."
(Al-Isra`: 23-24).
#
{23} لما نهى تعالى عن الشرك به؛ أمر بالتوحيد، فقال: {وقضى ربُّك}: قضاء دينيًّا، وأمر أمراً شرعيًّا {أن لا تعبُدوا}: أحداً من أهل الأرض والسماوات الأحياء والأموات، {إلاَّ إيَّاه}: لأنَّه الواحد الأحد، الفرد الصمد، الذي له كلُّ صفة كمال، وله من تلك الصفة أعظمها، على وجهٍ لا يشبهه أحدٌ من خلقه، وهو المنعِمُ بالنعم الظاهرة والباطنة، الدافع لجميع النِّقم، الخالق، الرازق، المدبِّر لجميع الأمور؛ فهو المتفرِّد بذلك كلِّه، وغيره ليس له من ذلك شيء. ثم ذكر بعد حقِّه القيام بحقِّ الوالدين، فقال: {وبالوالدين إحساناً}؛ أي: أحسنوا إليهما بجميع وجوه الإحسان القوليِّ والفعليِّ؛ لأنهما سببُ وجود العبد، ولهما من المحبَّة للولد والإحسان إليه، والقرب ما يقتضي تأكُّد الحقِّ ووجوب البرِّ. {إمَّا يَبْلُغَنَّ عندَكَ الكِبَرَ أحدُهما أو كلاهما}؛ أي: إذا وصلا إلى هذا السنِّ الذي تضعُفُ فيه قواهما ويحتاجان من اللُّطف والإحسان ما هو معروفٌ، {فلا تَقُلْ لهما أفٍّ}: وهذا أدنى مراتب الأذى، نبَّه به على ما سواه، والمعنى: لا تؤذِهِما أدنى أذيَّة، {ولا تَنْهَرْهُما}؛ أي: تزجُرهما وتتكلَّم لهما كلاماً خشناً. {وقلْ لهما قولاً كريماً}: بلفظٍ يحبَّانه، وتأدَّب وتلطَّف بكلام ليِّن حسن يلذُّ على قلوبهما، وتطمئنُّ به نفوسهما، وذلك يختلفُ باختلاف الأحوال والعوائد والأزمان.
(23) Ketika Allah melarang perbuatan syirik, maka Dia me-merintahkan untuk bertauhid, seraya berfirman, ﴾ وَقَضَىٰ رَبُّكَ
﴿ "Dan Rabbmu telah memerintahkan," dengan ketetapan agama dan memerin-tahkan dengan perintah syar'i (yang berhubungan dengan mahabbah Allah terhadap perintah tersebut. Pent.) ﴾ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ
﴿ "janganlah kalian menyembah," siapa pun dari penduduk bumi ataupun langit, yang masih hidup maupun yang sudah mati ﴾ إِلَّآ إِيَّاهُ
﴿ "kecuali kepadaNya," karena Dia-lah Mahatunggal, Maha Esa dan Satu, tempat bergan-tung, yang memiliki semua sifat kesempurnaan, (dan memiliki sifat) paling agung di antara sifat-sifat yang sempurna itu dalam bentuk tingkatan yang tidak ada satu makhluk pun yang menyeru-paiNya. Dia-lah Pemberi nikmat lahiriyah dan batiniyah, Dzat yang mampu menolak semua siksaan, Yang Menciptakan, Pemberi rizki dan Pengatur segala urusan. Dia Esa dengan segala sifat itu. Adapun selain Allah, maka tidak ada yang memiliki sedikit pun dari sifat-sifat tersebut.
Setelah menyebutkan hak-hakNya, Allah kemudian menyebut-kan masalah pelaksanaan hak kedua orang tua dengan FirmanNya, ﴾ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ
﴿ "Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya," maksudnya berbuatlah kebaikan kepada orang tua dengan segala bentuk kebaktian yang bersifat perkataan ataupun perbuatan. Hal ini dikarenakan mereka merupakan penye-bab munculnya seseorang di dunia ini. Mereka mempunyai rasa kecintaan dan keinginan berbuat baik serta kedekatan kepada anak yang menorehkan tuntutan semakin kuatnya hak mereka dan se-makin wajibnya berbakti kepada mereka.
﴾ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا
﴿ "Jika salah seorang di antara ke-duanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaan-mu," maksudnya apabila keduanya telah memasuki usia (lanjut), saat kekuatan mereka mulai melemah, dan membutuhkan sikap kelembutan dan baik dalam kadar yang sudah semestinya ﴾ فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ
﴿ "maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan, 'Ah'." Ini adalah bentuk gangguan yang paling ringan, Allah memperingatkan dengan bentuk gangguan ini terhadap jenis gangguan lain (yang lebih besar). Pengertiannya, janganlah kamu menyakiti keduanya dengan gangguan sekecil apa pun, ﴾ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا
﴿ "dan janganlah kamu membentak mereka," maksudnya janganlah meng-gertak dan berkata kepada keduanya dengan kata-kata yang kasar.
﴾ وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا ﴿ "Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia," dengan ungkapan yang mereka sukai dengan penuh sopan-santun, dengan omongan yang lemah-lembut nan elok, yang menye-jukkan hati dan menentramkan jiwa mereka. Semuanya itu disesuai-kan dengan situasi dan kondisi serta masa.
#
{24} {واخفضْ لهما جناحَ الذُّلِّ من الرحمةِ}؛ أي: تواضع لهما ذُلًّا لهما ورحمةً واحتساباً للأجر، لا لأجل الخوف منهما أو الرجاء لما لهما ونحو ذلك من المقاصد التي لا يؤجَر عليها العبد. {وقل ربِّ ارحَمْهما}؛ أي: ادعُ لهما بالرحمة أحياءً وأمواتاً؛ جزاءً على تربيتهما إيَّاك صغيراً. وفُهِمَ من هذا أنَّه كلَّما ازدادت التربيةُ؛ ازداد الحقُّ. وكذلك من تولَّى تربية الإنسان في دينِهِ ودُنياه تربيةً صالحةً غير الأبوين؛ فإنَّ له على مَن ربَّاه حقَّ التربية.
(24) ﴾ وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ
﴿ "Dan rendahkanlah dirimu ter-hadap mereka berdua dengan penuh kesayangan," maksudnya, rendah dirilah kepada mereka berdua dalam rangka menghinakan diri, ung-kapan sayang dan berharap pahala (dari Allah), bukan lantaran takut atau mengharap sesuatu dari mereka atau kepentingan-kepentingan lain yang tidak mendatangkan pahala bagi seseorang. ﴾ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا ﴿ "Dan ucapkanlah, 'Wahai Rabbku, kasihilah mereka kedua-nya'," maksudnya mintakanlah rahmat bagi keduanya, baik mereka masih hidup ataupun sudah meninggal, sebagai balasan atas pem-binaan terhadapmu yang mereka lakukan di kala kamu masih kecil. Dari ayat ini bisa dipahami, bahwasanya semakin besar pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak, semakin besar pula hak orang tua itu
(atas anaknya). Begitu pula orang yang menangani pendidikan keagamaan dan keduniaan seorang anak dengan cara yang baik, selain kedua orang tuanya, maka dia memiliki hak yang menjadi kewajiban anak yang dia didik dengan sebaik-baiknya.
{رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ إِنْ تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّهُ كَانَ لِلْأَوَّابِينَ غَفُورًا (25)}
"Rabbmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Peng-ampun bagi orang-orang yang bertaubat."
(Al-Isra`: 25).
#
{25} أي: ربُّكم تعالى مطَّلع على ما أكنَّته سرائركم من خير وشرٍّ، وهو لا ينظر إلى أعمالكم وأبدانكم، وإنما ينظر إلى قلوبكم وما فيها من الخير والشر. {إن تكونوا صالحين}: بأن تكون إرادتُكم ومقاصدكم دائرةً على مرضاة الله، ورغبتكم فيما يقربكم إليه، وليس في قلوبكم إرادات مستقرة لغير الله. {فإنَّه كان للأوَّابين}؛ أي: الرجَّاعين إليه في جميع الأوقات؛ {غفوراً}: فمن اطَّلع الله على قلبه، وعلم أنه ليس فيه إلاَّ الإنابة إليه ومحبَّته ومحبَّة ما يقرِّب إليه؛ فإنَّه وإن جرى منه في بعض الأوقات ما هو مقتضى الطبائع البشريَّة؛ فإنَّ الله يعفو عنه، ويغفر له الأمور العارضة غير المستقرَّة.
(25) Maksudnya, Rabb kalian سبحانه وتعالى mengetahui semua rahasia yang kalian sembunyikan yang berbentuk kebaikan dan keburuk-an. Dia tidak semata-mata melihat tindak-tanduk dan rupa fisik kalian, Dia hanyalah memandang apa yang ada di dalam hati, berupa kebaikan dan keburukan ﴾ إِن تَكُونُواْ صَٰلِحِينَ
﴿ "jika kamu orang-orang yang baik," dengan menjadikan hasrat dan orientasi-orientasi kalian ber-kisar pada keridhaan Allah, kesukaan kalian tertuju pada obyek yang bisa mendekatkan diri kepada Allah, dan tidak ada keinginan-keinginan yang mengendap dalam hatinya untuk selain Allah.
﴾ فَإِنَّهُۥ كَانَ لِلۡأَوَّٰبِينَ
﴿ "Sesungguhnya Dia bagi orang-orang yang ber-taubat," yaitu orang-orang yang senantiasa kembali kepada Allah di segala waktunya ﴾ غَفُورٗا ﴿ "Maha Pengampun." Maka siapa saja yang telah Allah lihat
(dalam) hatinya, dan Dia mengetahui tidak ada di dalamnya selain
(kerinduan) kembali dan kecintaan kepadaNya serta mencintai segala sesuatu yang bisa mendekatkan kepadaNya, maka –sekalipun terkadang muncul pada dirinya efek
(keterlenaan) yang berasal dari sifat-sifat manusiawinya–, sesungguhnya Allah akan memaafkannya dan mengampuni perkara-perkara yang insi-dentil, yang bukan permanen.
{وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (26) إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (27) وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُلْ لَهُمْ قَوْلًا مَيْسُورًا (28) وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا (29) إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا (30)}.
"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya. Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Rabbmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu ter-belenggu pada lehermu, dan janganlah kamu terlalu mengulurkan-nya. Karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. Sesungguh-nya Rabbmu melapangkan rizki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hambaNya."
(Al-Isra`: 26-30).
#
{26 ـ 27} يقول تعالى: {وآت ذا القُربى حقَّه}: من البرِّ والإكرام الواجب والمسنون، وذلك الحقُّ يتفاوت بتفاوت الأحوال والأقارب والحاجة وعدمها والأزمنة، {والمسكينَ}: آته حقَّه من الزَّكاة ومن غيرها؛ لتزول مسكنتُه، {وابنَ السبيل}: وهو الغريب المنقطع به عن بلده، فيُعْطى الجميع من المال، على وجهٍ لا يضرُّ المعطي، ولا يكون زائداً على المقدار اللائق؛ فإنَّ ذلك تبذيرٌ، قد نهى الله عنه وأخبر: إنَّ المبذِّرين {إخوانُ الشياطين}: لأنَّ الشيطان لا يدعو إلاَّ إلى كلِّ خَصلة ذميمةٍ، فيدعو الإنسان إلى البخل والإمساك؛ فإذا عصاه؛ دعاه إلى الإسراف والتبذير، والله تعالى إنَّما يأمُرُ بأعدل الأمور وأقسطِها، ويمدحُ عليه؛ كما في قوله عن عباد الرحمن الأبرار: {والذين إذا أنفقوا لم يُسْرِفوا ولم يَقْتُروا وكان بين ذلك قَواماً}.
(26-27) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَءَاتِ ذَا ٱلۡقُرۡبَىٰ حَقَّهُۥ
﴿ "Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya," berupa perbuatan baik dan mulia, yang wajib ataupun yang sunnah. Hak tersebut berbeda-beda tergantung dengan situasi dan kondisi, kedekatan kekerabatan, sisi ada atau tidaknya keterdesakan, dan (perbedaan) masa, ﴾ وَٱلۡمِسۡكِينَ
﴿ "dan kepada orang miskin." Berikanlah haknya ke-padanya berupa zakat atau pemberian lainnya supaya kemiskinan-nya terentaskan ﴾ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ
﴿ "dan orang yang dalam perjalanan," yaitu orang asing lagi jauh dari kampung halamannya (yang kehabisan bekal), mereka semua diberi bagian harta dengan cara yang tidak menimbulkan bahaya bagi si pemberi dan tidak melebihi ukuran yang sewajarnya. Karena hal ini termasuk pemborosan. Allah me-larang pemborosan dan mengabarkan, bahwa sesungguhnya para pemboros itu ﴾ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ
﴿ "adalah saudara-saudara setan," karena setan tidak mengajak kecuali kepada setiap perangai yang tercela. Maka ia membujuk manusia untuk bersifat bakhil dan pelit. Apabila tidak berhasil, maka ia mengajaknya ke arah pemborosan. Padahal Allah memerintahkan dan memuji sikap paling adil dan seimbang, sebagaimana yang diungkapkan dalam FirmanNya tentang sifat-sifat Ibadurrahman al-Abrar (para hamba Allah Dzat Yang Maha Pengasih yang bersifat baik),
﴾ وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُواْ لَمۡ يُسۡرِفُواْ وَلَمۡ يَقۡتُرُواْ وَكَانَ بَيۡنَ ذَٰلِكَ قَوَامٗا 67 ﴿
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan
(harta), maka me-reka tidak berlebihan, dan tidak
(pula) kikir, dan
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian."
(Al-Furqan: 67).
#
{29} وقال هنا: {ولا تجعل يَدَكَ مغلولةً إلى عنقك}: كناية عن شدة الإمساك والبخل، {ولا تَبْسُطْها كلَّ البسط}: فتنفق فيما لا ينبغي أو زيادة على ما ينبغي، {فتقعدَ}: إن فعلت ذلك {مَلوماً}؛ أي: تُلام على ما فعلتَ، {مَحْسوراً}؛ أي: حاسر اليد فارغها؛ فلا بقي ما في يدك من المال، ولا خَلَفَه مدحٌ وثناءٌ.
(29) [22] Sementara itu, Allah berfirman di sini, ﴾ وَلَا تَجۡعَلۡ يَدَكَ مَغۡلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ
﴿ "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada leher-mu." Ini adalah ungkapan kiasan bagi orang yang sangat bakhil ﴾ وَلَا تَبۡسُطۡهَا كُلَّ ٱلۡبَسۡطِ
﴿ "dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya," akibat-nya, engkau membelanjakannya bukan pada pos yang sepatutnya atau melebihi ukuran yang wajar ﴾ فَتَقۡعُدَ
﴿ "karena itu kamu," apabila kamu melakukan hal itu ﴾ مَلُومٗا
﴿ "menjadi tercela," maksudnya terkena cacian atas apa yang telah kamu lakukan dan ﴾ مَّحۡسُورًا ﴿ "menyesal," maksudnya bersedih hati, tangannya hampa, tidak tersisa sedikit pun harta di tangan, dan tidak pula digantikan oleh pujian maupun sanjungan.
#
{28} وهذا الأمر بإيتاء ذي القربى مع القدرة والغنى، فأمَّا مع العُدْم أو تعسُّر النفقة الحاضرة؛ فأمر تعالى أن يُردُّوا ردًّا جميلاً، فقال: {وإمَّا تعرضَنَّ عنهم ابتغاءَ رحمةٍ من ربِّك ترجوها}؛ أي: تعرض عن إعطائِهِم إلى وقت آخر ترجو فيه من الله تيسير الأمر. {فقُلْ لهم قولاً ميسوراً}؛ أي: لطيفاً برفقٍ ووعد بالجميل عند سُنوح الفرصة واعتذارٍ بعدم الإمكان في الوقت الحاضر؛ لينقلبوا عنك مطمئنَّة خواطرهم؛ كما قال تعالى: {قولٌ معروفٌ ومغفرةٌ خيرٌ من صدقةٍ يَتْبَعُها أذى}: وهذا أيضاً من لطف الله تعالى بالعباد، أمرهم بانتظار الرحمة والرزق منه؛ لأنَّ انتظار ذلك عبادة، وكذلك وعدُهم بالصدقة والمعروف عند التيسُّر عبادةٌ حاضرةٌ؛ لأنَّ الهمَّ بفعل الحسنة حسنةٌ، ولهذا ينبغي للإنسان أن يفعل ما يَقْدِرُ عليه من الخير، وينوي فعل ما لم يقدِرْ عليه لِيُثاب على ذلك، ولعلَّ الله ييسِّر له بسبب رجائه.
(28) Perintah untuk memberi harta kepada karib-kerabat ini berlaku dalam kondisi mampu dan kecukupan. Adapun dalam kondisi tidak mampu atau sulit memenuhi nafkah harian, maka Allah memerintahkan supaya menolak dengan cara penolakan yang baik. Allah berfirman, ﴾ وَإِمَّا تُعۡرِضَنَّ عَنۡهُمُ ٱبۡتِغَآءَ رَحۡمَةٖ مِّن رَّبِّكَ تَرۡجُوهَا
﴿ "Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Rabbmu yang kamu harapkan," maksudnya kamu menunda untuk memberi mereka di waktu yang lain dengan berharap semoga Allah memudahkan urusannya di waktu tersebut, ﴾ فَقُل لَّهُمۡ قَوۡلٗا مَّيۡسُورٗا
﴿ "maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas," maksudnya secara sopan dengan lembut dan menyampaikan janji (bantuan) bila kesempatan datang, dan permohonan maaf karena tidak bisa memberi saat ini, supaya mereka beranjak pergi darimu dengan pikiran yang tenang, sebagaimana kandungan Firman Allah,
﴾ قَوۡلٞ مَّعۡرُوفٞ وَمَغۡفِرَةٌ خَيۡرٞ مِّن صَدَقَةٖ يَتۡبَعُهَآ أَذٗىۗ ﴿
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima)."
(Al-Baqarah: 263).
Ini juga salah satu
(cerminan) sifat kelembutan Allah terhadap para hambaNya. Dia memerintahkan mereka supaya menunggu-nunggu rahmat dan rizki dariNya. Karena menunggu itu termasuk ibadah. Begitu pula janji mereka untuk memberi sedekah tatkala diberi kelonggaran juga merupakan ibadah yang
(bisa dikerjakan) saat itu. Hal ini disebabkan
(karena wujud) keinginan untuk berbuat baik adalah satu kebaikan. Oleh karenanya, sebaiknya seseorang itu segera melakukan
(kebaikan) yang mampu dia kerjakan, serta berniat untuk melakukan kebaikan yang belum mampu dia jalan-kan agar dia memperoleh pahala dengannya, dan semoga dengan pengharapannya tersebut, Allah berkenan memudahkannya dalam mengerjakan kebaikan tersebut.
#
{30} ثم أخبر تعالى: أنَّ اللهَ {يبسُطُ الرزق لمن يشاء}: من عباده ويقدِرُه ويضيِّقه على من يشاء حكمةً منه. {إنَّه كان بعبادِهِ خبيراً بصيراً}: فيَجْزيهم على ما يعلمُهُ صالحاً لهم، ويدبِّرهم بلطفه وكرمه.
(30) Kemudian Allah تعالى memberitahukan bahwasanya Allah ﴾ يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ
﴿ "melapangkan rizki kepada siapa yang Dia kehendaki," dari hamba-hambaNya, menakdirkan dan menyempitkannya atas siapa yang dikehendakiNya sebagai bentuk hikmah dariNya. ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرَۢا بَصِيرٗا ﴿ "Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Meli-hat akan hamba-hambaNya," maka Allah membalas mereka dengan balasan yang baik bagi mereka menurut pandanganNya, serta meng-atur mereka dengan kelembutan dan kemuliaanNya.
{وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا (31)}.
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar."
(Al-Isra`: 31).
#
{31} وهذا من رحمته بعباده؛ حيث كان أرحم بهم من والديهم، فنهى الوالدين أن يقتُلوا أولادهم خوفاً من الفقر والإملاق، وتكفَّل برزق الجميع، وأخبر أنَّ: {قَتْلَهم كان خِطْئاً كبيراً}؛ أي: من أعظم كبائر الذنوب؛ لزوال الرحمة من القلب، والعقوق العظيم، والتجرِّي على قتل الأطفال الذين لم يجرِ منهم ذنبٌ ولا معصيةٌ.
(31) Ini adalah bentuk kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya, lantaran Dia lebih sayang kepada mereka dibandingkan dua orang tua mereka. Oleh sebab itu, Dia melarang orang tua untuk membunuh anak-anak mereka
(hanya) karena takut kemiskinan. Allah-lah yang menanggung rizki mereka semua. Allah mengabar-kan bahwasanya ﴾ قَتۡلَهُمۡ كَانَ خِطۡـٔٗا كَبِيرٗا ﴿ "membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar," maksudnya termasuk dosa-dosa yang paling besar, dikarenakan telah sirnanya rasa kasih sayang dari hati, kedurhakaan yang besar, serta kenekatan membunuh anak yang belum pernah berbuat dosa dan tidak pernah bermaksiat.
{وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا (32)}.
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk."
(Al-Isra`: 32).
#
{32} والنهي عن قربانه أبلغ من النهي عن مجرَّد فعله؛ لأنَّ ذلك يشمل النهي عن جميع مقدّماته ودواعيه؛ فإنَّ من حام حول الحمى يوشك أن يقع فيه، خصوصاً هذا الأمر الذي في كثير من النفوس أقوى داع إليه، ووصف الله الزِّنا وقبْحه بأنه {كان فاحشةً}؛ أي: إثماً يُستفحش في الشرع والعقل والفِطَر؛ لتضمُّنه التجرِّي على الحرمة في حقِّ الله وحقِّ المرأة وحقِّ أهلها أو زوجها وإفساد الفراش واختلاط الأنساب وغير ذلك من المفاسد. وقوله: {وساء سبيلاً}؛ أي: بئس السبيل سبيلُ من تجرَّأ على هذا الذنب العظيم.
(32) Larangan dari mendekati perzinaan itu lebih mengena dibandingkan sekedar larangan dari melakukannya. Karena larangan
(mendekati zina) itu mencakup semua foreplay dan faktor penyulut-nya. Sesungguhnya barangsiapa yang mengitari sekitar daerah la-rangan, niscaya hampir-hampir dia terjerumus di dalamnya. Ter-utama dalam perkara ini, yang pada kebanyakan jiwa manusia terdapat dorongan nafsu yang sangat kuat ke arahnya. Allah menge-mukakan perzinaan dan potret buruknya, bahwasanya ia adalah ﴾ كَانَ فَٰحِشَةٗ
﴿ "suatu perbuatan yang keji," maksudnya dosa yang keji dalam sudut pandangan syariat, akal dan fitrah, lantaran memuat pelanggaran terhadap kehormatan pada hak Allah, hak wanita tersebut, hak istri atau suaminya, merusak kesucian hubungan ru-mah tangga, mencampur-adukkan nasab dan kerusakan-kerusakan yang lainnya.
Dan Firman Allah, ﴾ وَسَآءَ سَبِيلٗا ﴿ "Dan suatu jalan yang buruk," maksudnya seburuk-buruk jalan adalah jalan orang-orang yang lancang melakukan dosa besar ini.
{وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَمَنْ قُتِلَ مَظْلُومًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَانًا فَلَا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ إِنَّهُ كَانَ مَنْصُورًا (33)}.
"Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), kecuali dengan suatu
(alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zhalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya dia adalah orang yang mendapat pertolongan."
(Al-Isra`: 33).
#
{33} وهذا شاملٌ لكلِّ نفس حرَّم الله قتلَها من صغير وكبير وذكر وأنثى وحرٍّ وعبد ومسلم وكافرٍ له عهد، {إلاَّ بالحق}: كالنفس بالنفس، والزاني المحصن، والتارك لدينه المفارق للجماعة، والباغي في حال بغيه إذا لم يندفع إلاَّ بالقتل. {ومَن قُتِلَ مظلوماً}؛ أي: بغير حقٍّ، {فقد جَعَلْنا لوليِّه}: وهو أقرب عَصَباته وورثتِهِ إليه {سلطاناً}؛ أي: حجة ظاهرة على القصاص من القاتل، وجعلنا له أيضاً تسلُّطاً قدريًّا على ذلك، وذلك حين تجتمع الشروط الموجبة للقصاص؛ كالعمد العدوان والمكافأة. {فلا يسرفْ}: الولي {في القتل إنَّه كان منصوراً}: والإسراف مجاوزةُ الحدِّ: إما أن يمثِّل بالقاتل، أو يقتُله بغير ما قَتَلَ به، أو يَقْتُلَ غير القاتل. وفي هذه الآية دليلٌ إلى أنَّ الحقَّ في القتل للوليِّ؛ فلا يُقْتَص إلاَّ بإذنه، وإن عفا؛ سقط القصاص، وأنَّ وليَّ المقتول يُعينه الله على القاتل ومن أعانه، حتى يتمكَّن من قتله.
(33) Ini mencakup setiap jiwa yang Allah haramkan untuk membunuhnya, baik berupa anak kecil ataupun orang dewasa, pria maupun wanita, orang merdeka ataupun budak belian, baik Muslim maupun kafir yang memiliki perjanjian ﴾ إِلَّا بِٱلۡحَقِّۗ
﴿ "kecuali dengan suatu (alasan) yang benar," seperti orang yang membunuh jiwa lain (tanpa alasan benar), orang yang berbuat zina yang telah menikah, orang yang meninggalkan agama dan berpisah dari jama-ah kaum Muslimin (murtad), serta penjahat saat melangsungkan kejahatannya, yang tidak bisa diatasi kecuali dengan dibunuh. ﴾ وَمَن قُتِلَ مَظۡلُومٗا
﴿ "Dan barangsiapa dibunuh secara zhalim," maksudnya tanpa alasan yang benar, ﴾ فَقَدۡ جَعَلۡنَا لِوَلِيِّهِۦ
﴿ "maka sesungguhnya Kami telah memberi kepada ahli warisnya," keluarga dan ahli waris yang ter-dekat dengannya ﴾ سُلۡطَٰنٗا
﴿ "kekuasaan," maksudnya alasan kuat untuk menuntut qishash (hukum balas) kepada si pembunuh. Dan Kami juga telah menetapkan kekuasaan berdasarkan takdir baginya untuk melangsungkannya. Hal ini bisa dilakukan tatkala syarat-syarat yang mengharuskan penegakan hukum qishash telah terpenuhi, seperti kesengajaan, permusuhan, dan kesetaraan. ﴾ فَلَا يُسۡرِف
﴿ "Te-tapi janganlah ahli waris itu melampaui batas," maksudnya walinya (jangan melampaui batas) ﴾ فِّي ٱلۡقَتۡلِۖ إِنَّهُۥ كَانَ مَنصُورٗا ﴿ "dalam membunuh. Se-sungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan," makna اَلْإِسْرَافُ adalah melampaui batas, baik dengan cara memutilasi jasad pem-bunuh, membunuh dengan cara yang berbeda, atau membunuh selain pelaku.
Dalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwasanya pemilik hak qishash adalah wali korban. Maka si pembunuh tidak diqishash kecuali dengan izinnya. Apabila wali korban memaafkan si pembunuh, maka gugurlah hukum qishash. Allah menolong wali korban
(untuk menuntut) si pembunuh dan orang yang membantu-nya, hingga wali korban dapat berkesempatan untuk membunuh si pembunuh.
{وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا (34)}.
"Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik
(bermanfaat) sampai dia dewasa, dan penuhilah janji. Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung-jawabannya."
(Al-Isra`: 34).
#
{34} وهذا من لطفه ورحمته باليتيم الذي فَقَدَ والده وهو صغيرٌ غير عارف بمصلحة نفسه ولا قائمٌ بها أنْ أمر أولياءه بحفظه وحفظ ماله وإصلاحه وأنْ لا يَقْرَبوهُ {إلاَّ بالتي هي أحسنُ}: من التِّجارة فيه وعدم تعريضه للأخطار والحرص على تنميته، وذلك ممتدٌّ إلى أن يبلغَ اليتيمُ {أشدَّه}؛ أي: بلوغه وعقله ورشده؛ فإذا بَلَغَ أشدَّه؛ زالت عنه الولايةُ، وصار وليَّ نفسه، ودفع إليه ماله؛ كما قال تعالى: {فإنْ آنَسْتُم منهم رُشْداً فادْفَعوا إليهم أموالَهم}، {وأوفوا بالعهدِ}: الذي عاهدتم الله عليه، والذي عاهدتم الخلق عليه. {إنَّ العهد كان مَسْؤولاً}؛ أي: مسؤولين عن الوفاء به وعدمه؛ فإن وفيتم؛ فلكم الثواب الجزيل، وإن لم تفعلوا ؛ فعليكم الإثم العظيم.
(34) (Aturan) ini merupakan
(cerminan) kelembutan dan kasih sayang Allah kepada anak yatim, yang kehilangan ayahnya saat masih kecil, yang mana dia tidak mengetahui kemaslahatan baginya dan tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Maka Allah me-merintahkan walinya supaya menjaga sang anak dan memelihara hartanya serta tidak mendekatinya ﴾ إِلَّا بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ
﴿ "kecuali dengan cara yang lebih baik," berupa (menginvestasikannya) dalam perdagangan, tidak menjerumuskannya pada bahaya-bahaya dan bersemangat untuk mengembangkannya.
Usaha ini berlangsung sampai si anak yatim mencapai usia ﴾ أَشُدَّهُۥۚ
﴿ "dewasa," yaitu masa baligh, matang akalnya, dan bisa ber-pikir dengan baik. Apabila anak yatim tersebut telah mencapai usia dewasa, maka selesailah tanggung jawab perwalian darinya. Selan-jutnya, si anak tersebut menjadi wali bagi dirinya sendiri. Harta-nya pun diserahkan kepadanya, sebagaimana Firman Allah تعالى,
﴾ فَإِنۡ ءَانَسۡتُم مِّنۡهُمۡ رُشۡدٗا فَٱدۡفَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ أَمۡوَٰلَهُمۡۖ
﴿
"Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya." (An-Nisa`: 6).
﴾ وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِۖ
﴿ "Dan penuhilah janji," yang kamu tetapkan kepada Allah dan kepada manusia. ﴾ إِنَّ ٱلۡعَهۡدَ كَانَ مَسۡـُٔولٗا ﴿ "Sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya," maksudnya kalian ber-tanggung jawab tentang pemenuhan tanggung jawab dan tidaknya. Apabila kalian memenuhinya, maka kalian akan memperoleh pa-hala yang banyak. Akan tetapi, jika kalian tidak memenuhi tanggung jawab, akibatnya akan mendapat dosa yang besar.
{وَأَوْفُوا الْكَيْلَ إِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا (35)}.
"Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya."
(Al-Isra`: 35).
#
{35} وهذا أمرٌ بالعدل وإيفاء المكاييل والموازين بالقسط من غير بخسٍ ولا نقص. ويؤخذ من عموم المعنى، النهي عن كلِّ غشٍّ في ثمنٍ أو مثمَّنٍ أو معقودٍ عليه، والأمر بالنُّصح والصدق في المعاملة. {ذلك خيرٌ}: من عدمه، {وأحسنُ تأويلاً}؛ أي: أحسن عاقبة، به يسلم العبد من التَّبِعات، وبه تنزل البركة.
( 35) Ini adalah perintah untuk berlaku adil dan menyempur-nakan takaran dan timbangan-timbangan dengan adil tanpa me-mangkas ataupun menguranginya. Dari konteks umum ayat di atas dapat diambil faidah, adanya larangan dari berbagai bentuk penipuan dalam masalah harga, barang dan obyek yang sudah di-sepakati, dan
(kandungan) perintah untuk tulus dan jujur dalam bermuamalah.
﴾ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ
﴿ "Itulah yang lebih utama (bagimu)," daripada berbuat tidak demikian ﴾ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلٗا ﴿ "dan lebih baik akibatnya," lebih baik akibat kesudahannya. Dengan itu, seorang hamba selamat dari berbagai tuntutan pertanggungjawaban dan berkah pun akan turun.
{وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (36)}.
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mem-punyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, peng-lihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawab-nya."
(Al-Isra`: 36).
#
{36} أي: ولا تتَّبع ما ليس لك به علم، بل تثبَّت في كلِّ ما تقوله وتفعله؛ فلا تظنَّ ذلك يذهب لا لك ولا عليك. {إنَّ السمع والبصر والفؤاد كلُّ أولئك كان عنه مسؤولاً}: فحقيق بالعبد الذي يعرف أنه مسؤول عما قاله وفعله وعما استعمل به جوارحه التي خلقها الله لعبادته أن يُعِدَّ للسؤال جواباً، وذلك لا يكون إلاَّ باستعمالها بعبوديَّة الله، وإخلاص الدِّين له، وكفِّها عما يكرهه الله تعالى.
(36) Maksudnya, janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui. Namun, telitilah setiap apa yang hendak kamu kata-kan dan kerjakan. Janganlah pernah sekali-kali menyangka semua itu akan pergi tanpa memberi manfaat bagimu dan
(bahkan) mence-lakakanmu.
﴾ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولٗا ﴿ "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawab-nya." Sudah sepantasnya seorang hamba yang mengetahui bahwa-sanya dia akan diminta pertanggung jawaban tentang segala yang telah dia katakan dan perbuat serta
(cara) pemanfaatan anggota badan yang telah Allah ciptakan untuk beribadah kepadaNya, untuk mempersiapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
(yang akan diajukan). Hal itu tidak bisa terlaksana kecuali dengan mengguna-kannya
(hanya) dalam rangka pengabdian diri
(beribadah) kepada Allah تعالى, mengikhlaskan agama ini
(hanya) untukNya dan menge-kangnya dari setiap yang dibenci Allah تعالى.
{وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا (37) كُلُّ ذَلِكَ كَانَ سَيِّئُهُ عِنْدَ رَبِّكَ مَكْرُوهًا (38) ذَلِكَ مِمَّا أَوْحَى إِلَيْكَ رَبُّكَ مِنَ الْحِكْمَةِ وَلَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتُلْقَى فِي جَهَنَّمَ مَلُومًا مَدْحُورًا (39)}.
"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan som-bong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Se-mua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Rabbmu. Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Rabbmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi di-jauhkan
(dari rahmat Allah)."
(Al-Isra`: 37-39).
#
{37} يقول تعالى: {ولا تمشِ في الأرض مَرَحاً}؛ أي: كبراً وتيهاً وبطراً متكبِّراً على الحقِّ ومتعاظماً على الخلق. {إنَّك}: في فعلك ذلك {لن تَخْرِقَ الأرض ولن تبلُغَ الجبال طولاً}: في تكبُّرك بل تكون حقيراً عند الله، ومحتقراً عند الخلق، مبغوضاً، ممقوتاً، قد اكتسبت شرَّ الأخلاق، واكتسيت بأرذلها، من غير إدراك لبعض ما تروم.
(37) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَلَا تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ
﴿ "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong," yaitu congkak, ber-lagak, sombong terhadap kebenaran dan merasa lebih besar di ha-dapan makhluk. ﴾ إِنَّكَ
﴿ "Sesungguhnya kamu," dengan perbuatanmu itu ﴾ لَن تَخۡرِقَ ٱلۡأَرۡضَ وَلَن تَبۡلُغَ ٱلۡجِبَالَ طُولٗا ﴿ "sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung," dengan kesom-bonganmu. Bahkan kamu menjadi hina di sisi Allah, nista pada pandangan makhluk, dalam keadaan dimurkai dan dibenci. Engkau telah meraup perilaku-perilaku yang seburuk-buruknya, dan engkau telah menyandangi diri dengan moral yang paling rendah tanpa mendapatkan sebagian apa yang kamu inginkan.
#
{38} {كل ذلك}: المذكور الذي نهى الله عنه فيما تقدَّم من قوله: {لا تَجْعَلْ مع الله إلهاً آخر}، والنهي عن عقوق الوالدين، وما عُطِف على ذلك، {كان سَيِّئُهُ عند ربِّك مكروهاً}؛ أي: كل ذلك يسوء العاملين ويضرُّهم والله تعالى يكرهه ويأباه.
(38) ﴾ كُلُّ ذَٰلِكَ
﴿ "Semua itu," semua larangan yang telah disebut-kan yang telah Allah larang pada ayat-ayat sebelumnya, mulai dari Firman Allah, ﴾ ل َ ا تَجۡعَلۡ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ
﴿ "Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah," dan larangan durhaka kepada kedua orang tua, dan deretan larangan setelahnya ﴾ كَانَ سَيِّئُهُۥ عِندَ رَبِّكَ مَكۡرُوهٗا ﴿ "kejahatan-nya amat dibenci di sisi Rabbmu," maksudnya semua itu berakibat buruk dan berbahaya bagi pelakunya. Terlebih lagi, Allah pun mem-benci dan menolak perbuatan-perbuatan itu.
#
{39} {ذلك} الذي بيَّنَّاه ووضَّحناه من هذه الأحكام الجليلة، {مما أوحى إليك ربُّك من الحكمة}: فإنَّ الحكمة الأمر بمحاسن الأعمال ومكارم الأخلاق والنهي عن أراذل الأخلاق وأسوأ الأعمال. وهذه الأعمال المذكورة في هذه الآيات من الحكمة العالية التي أوحاها ربُّ العالمين لسيِّد المرسلين في أشرف الكتب ليأمر بها أفضل الأمم؛ فهي من الحكمة التي من أوتيها؛ فقد أوتي خيراً كثيراً. ثم ختمها بالنهي عن عبادة غير الله كما افتتحها بذلك، فقال: {ولا تَجْعَلْ مع الله إلهاً آخر فَتُلقى في جهنَّم}؛ أي: خالداً مخلَّداً؛ فإنَّه من يُشْرِك بالله فقد حرَّم الله عليه الجنة ومأواه النار. {مَلوماً مَدْحوراً}؛ أي: قد لحقتك اللائمة واللعنة والذمُّ من الله وملائكته والناس أجمعين.
(39) ﴾ كُلُّ ذَٰلِكَ
﴿ "Itulah," yang Kami jelaskan dan terangkan dari hukum-hukum yang agung ini, ﴾ مِمَّآ أَوۡحَىٰٓ إِلَيۡكَ رَبُّكَ مِنَ ٱلۡحِكۡمَةِۗ
﴿ "sebagian hik-mah yang diwahyukan Rabbmu kepadamu." Sesungguhnya termasuk nilai-nilai yang mengandung hikmah, adalah perintah untuk berbuat kebaikan dan berakhlak mulia, serta larangan dari moral yang hina dan tingkah-laku yang jelek. Perbuatan-perbuatan yang disebutkan pada ayat-ayat ini termasuk pancaran hikmah yang luhur, yang diwahyukan oleh Rabb semesta alam kepada penghulu para rasul (Nabi Muhammad) dalam kitabNya yang mulia (al-Qur`an al-Karim) untuk disampaikan kepada umat yang terbaik. Perbuatan-perbuat-an itu termasuk hikmah yang barangsiapa telah mendapatkannya, maka dia telah dianugerahi kebaikan yang melimpah ruah. Kemu-dian, Allah menutup rangkaian ayat itu dengan larangan untuk beribadah kepada selainNya sebagaimana Allah telah mengawali-nya dengan topik itu.
Allah berfirman, ﴾ وَلَا تَجۡعَلۡ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ فَتُلۡقَىٰ فِي جَهَنَّمَ
﴿ "Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka," yaitu dalam keadaan kekal dan dikekalkan. Sesungguhnya orang yang berbuat syirik, maka Allah benar-benar mengharamkan surga baginya surga. Dan tempat kem-balinya adalah di dalam neraka ﴾ مَلُومٗا مَّدۡحُورًا ﴿ "dalam keadaan tercela lagi dijauhkan
(dari rahmat Allah)," maksudnya, kamu dikenai celaan, laknat dan hinaan dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.
{أَفَأَصْفَاكُمْ رَبُّكُمْ بِالْبَنِينَ وَاتَّخَذَ مِنَ الْمَلَائِكَةِ إِنَاثًا إِنَّكُمْ لَتَقُولُونَ قَوْلًا عَظِيمًا (40)}.
"Maka apakah patut Rabbmu memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang Dia sendiri mengambil anak-anak perempuan dari para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar
(dosanya)."
(Al-Isra`: 40).
#
{40} وهذا إنكارٌ شديدٌ على من زَعَمَ أنَّ الله اتَّخذ من خلقه بنات، فقال: {أفأصفاكم ربُّكم بالبنين}؛ أي: اختار لكم الصَّفوة والقسم الكامل، {واتَّخذ}: لنفسه {من الملائكة إناثاً}: حيث زعموا أن الملائكة بنات الله. {إنَّكُم لَتَقُولُونَ قَولاً عَظِيماً}: فيه أعظم الجرأة على الله، حيث نسبتُم له الولد المتضمِّن لحاجته، واستغناء بعض المخلوقات عنه، وحكموا له بأردأ القسمين، وهن الإناث، وهو الذي خلقكم واصطفاكم بالذكور، فتعالى الله عما يقول الظالمون علوًّا كبيراً.
(40) Ini merupakan bantahan keras terhadap siapa saja yang mengklaim bahwasanya Allah memperanak anak perempuan dari makhlukNya. Allah berfirman, ﴾ أَفَأَصۡفَىٰكُمۡ رَبُّكُم بِٱلۡبَنِينَ
﴿ "Maka apakah patut Rabbmu memilihkan bagimu anak-anak laki-laki," maksudnya memilih-kan bagimu pilihan terbaik dan bagian yang sempurna ﴾ وَٱتَّخَذَ
﴿ "sedang Dia mengambil," untuk diriNya ﴾ مِنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنَٰثًاۚ
﴿ "anak perempuan dari para malaikat?" Lantaran mereka menyangka bahwa para malaikat adalah anak-anak perempuan Allah. ﴾ إِنَّكُمۡ لَتَقُولُونَ قَوۡلًا عَظِيمٗا ﴿ "Sesungguh-nya kamu benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar
(dosanya)." Dalam pernyataan ini termuat kelancangan terbesar kepada Allah, pasalnya kalian menisbatkan anak bagiNya yang berarti Allah mem-butuhkan mereka dan ketidakbutuhan sebagian makhluk kepada Allah. Mereka telah menetapkan pilihan bagiNya dengan bagian yang terburuk dari dua jenis yang ada, yaitu anak-anak perempuan. Padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu dan memilihkan untuk-mu jenis kelamin laki-laki. Mahatinggi Allah dari perkataan orang-orang zhalim.
{وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَذَا الْقُرْآنِ لِيَذَّكَّرُوا وَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا نُفُورًا (41) قُلْ لَوْ كَانَ مَعَهُ آلِهَةٌ كَمَا يَقُولُونَ إِذًا لَابْتَغَوْا إِلَى ذِي الْعَرْشِ سَبِيلًا (42) سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَقُولُونَ عُلُوًّا كَبِيرًا (43) تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا (44)}.
"Dan sesungguhnya dalam al-Qur`an ini Kami telah ulang-ulangi
(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan tidaklah ulangan peringatan itu melainkan
(menambah) mereka lari
(dari kebenaran). Katakanlah, 'Jikalau ada tuhan-tuhan di sampingNya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Rabb yang mempunyai 'Arasy'. Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan de-ngan ketinggian yang sebesar-besarnya. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun."
(Al-Isra`: 41-44).
#
{41} يخبر تعالى أنه صرَّف لعباده في هذا القرآن؛ أي: نوَّع الأحكام ووضَّحها وأكثر من الأدلَّة والبراهين على ما دعا إليه، ووعظ وذكَّر لأجل أن يتذكَّروا ما ينفعهم فيَسْلُكوه وما يضرُّهم فيدعوه، ولكن أبى أكثر الناس {إلاَّ نفوراً} عن آيات الله؛ لبغضهم للحقِّ ومحبَّتهم ما كانوا عليه من الباطل، حتى تعصَّبوا لباطلهم، ولم يُعيروا آيات الله لهم سمعاً، ولا ألقَوْا لها بالاً.
(41) Allah تعالى mengabarkan bahwasanya Dia telah mengulang-ulang
(peringatan) dalam al-Qur`an. Maksudnya, Dia telah mem-variasikan hukum-hukum dan menjelaskannya, memperbanyak kuantitas dalil dan bukti-bukti nyata untuk risalah yang Allah seru-kan. Dia terus mewanti-wanti dan memperingatkan supaya mereka mengingat-ingat hal-hal yang bermanfaat sehingga mereka menger-jakannya, dan mengingatkan sesuatu yang membahayakan sehingga dihindari. Akan tetapi, kebanyakan manusia enggan
(menerima peringatan) ﴾ إِلَّا نُفُورٗا ﴿ "melainkan
(menambah) mereka lari," dari ayat-ayat Allah, karena kebencian mereka terhadap kebenaran dan ke-cintaan mereka terhadap kebatilan yang mereka gelayuti
(sebelum-nya), sampai mengakibatkan mereka fanatik buta terhadap kebatil-an mereka, tidak sudi mendengarkan ayat-ayat Allah, dan tidak pula memberikan perhatian kepadanya.
#
{42} ومن أعظم ما صرَّف فيه الآيات والأدلَّة التَّوحيد الذي هو أصل الأصول، فأمر به ونهى عن ضدِّه وأقام عليه من الحجج العقليَّة والنقليَّة شيئاً كثيراً؛ بحيث إنَّ من أصغى إلى بعضها لا تَدَعُ في قلبه شكًّا ولا ريباً، ومن الأدلَّة على ذلك هذا الدليل العقليُّ الذي ذكره هنا، فقال: {قل}: للمشركين الذين يجعلون مع الله إلهاً آخر: {لو كان معه آلهةٌ كما يقولون}؛ أي: على موجب زعمهم وافترائهم؛ {إذاً لابْتَغَوا إلى ذي العرش سبيلاً}؛ أي: لاتَّخذوا سبيلاً إلى الله بعبادته والإنابة إليه والتقرُّب وابتغاء الوسيلة؛ فكيف يجعل العبد الفقير الذي يرى شدَّة افتقاره لعبوديَّة ربِّه إلهاً مع الله؟! هل هذا إلاَّ من أظلم الظلم وأسفه السَّفَه؛ فعلى هذا المعنى تكون هذه الآية كقوله تعالى: {أولئك الذين يدعون يبتغون إلى ربهم الوسيلة أيهم أقرب}: وكقوله تعالى: {ويوم يَحْشُرُهم وما يعبُدون من دون الله فيقول أأنتُم أضللتُم عبادي هؤلاء أم هُم ضلُّوا السبيل قالوا سبحانك ما كان ينبغي لنا أن نتَّخذ من دونِكَ من أولياءَ}.
ويُحتمل أنَّ المعنى في قوله: {قُلْ لو كان معه آلهةٌ كما يقولون إذاً لابْتَغَوْا إلى ذي العرش سبيلاً}؛ أي: لطلبوا السبيل وسَعَوْا في مغالبة الله تعالى، فإما أن يعلوا عليه فيكون مَنْ علا وقَهَرَ هو الربَّ الإله، فأما وقد علموا أنهم يقرُّون أنَّ آلهتهم التي يدعون من دون الله مقهورةٌ مغلوبةٌ ليس لها من الأمر شيء؛ فلم اتَّخذوها وهي بهذه الحال؟! فيكون هذا كقوله تعالى: {ما اتَّخَذَ اللهُ من ولدٍ وما كان معه من إلهٍ إذاً لَذَهَبَ كلُّ إلهٍ بما خَلَقَ ولعلا بعضهم على بعض}.
(42) Di antara topik paling agung yang Allah mengulang-ulanginya adalah ayat-ayat dan petunjuk-petunjuk tentang tauhid yang merupakan inti dari semua perkara yang penting. Karenanya, Allah memerintahkannya dan melarang dari lawannya
(syirik), dan telah menegakkan keterangan-keterangan yang banyak berupa hujjah 'aqliyah dan naqliyah untuknya, hingga siapa saja yang bersungguh-sungguh menyimak sebagiannya saja, niscaya tidak akan membe-kaskan keraguan atau sangsi di hatinya.
Di antara dalil-dalil itu, dalil logika yang Allah sebutkan di sini. Allah berfirman, ﴾ قُل
﴿ "Katakanlah," kepada kaum musyrikin yang mengangkat sesembahan selain Allah. ﴾ لَّوۡ كَانَ مَعَهُۥٓ ءَالِهَةٞ كَمَا يَقُولُونَ
﴿ "Jika-lau ada tuhan-tuhan di sampingNya, sebagaimana yang mereka katakan," yaitu sebagai konsekuensi persangkaan dan tuduhan mereka ﴾ إِذٗا لَّٱبۡتَغَوۡاْ إِلَىٰ ذِي ٱلۡعَرۡشِ سَبِيلٗا
﴿ "niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Rabb yang mempunyai 'Arasy," maksudnya, pasti mereka akan mencari jalan menuju kepada Allah dengan cara beribadah dan kembali ke-padaNya, mendekatkan diri dan mencari perantaraan (yang disya-riatkan) kepadaNya. Maka bagaimana bisa (terjadi) seorang manu-sia -yang serba kekurangan, yang mengetahui betapa besarnya ke-tergantungannya untuk beribadah kepada Rabbnya- menjadikan sesembahan lain beserta Allah? Tidaklah tindakan ini melainkan termasuk kezhaliman yang paling parah dan bentuk kebodohan yang paling dungu. Berdasarkan makna ini, ayat ini menjadi selaras dengan Firman تعالى,
﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ يَبۡتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلۡوَسِيلَةَ أَيُّهُمۡ أَقۡرَبُ
﴿
"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah)." (Al-Isra`: 57).
Dan juga Firman Allah,
﴾ وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ وَمَا يَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَيَقُولُ ءَأَنتُمۡ أَضۡلَلۡتُمۡ عِبَادِي هَٰٓؤُلَآءِ أَمۡ هُمۡ ضَلُّواْ ٱلسَّبِيلَ 17 قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ مَا كَانَ يَنۢبَغِي لَنَآ أَن نَّتَّخِذَ مِن دُونِكَ مِنۡ أَوۡلِيَآءَ
﴿
"Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta sesuatu yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (ke-pada yang disembah), 'Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hambaKu itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?' Mereka (yang disembah itu) menjawab, 'Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selainMu sebagai pelindung'." (Al- Furqan: 17).
Ada kemungkinan bahwa Firman Allah, ﴾ قُل لَّوۡ كَانَ مَعَهُۥٓ ءَالِهَةٞ كَمَا يَقُولُونَ إِذٗا لَّٱبۡتَغَوۡاْ إِلَىٰ ذِي ٱلۡعَرۡشِ سَبِيلٗا
﴿ "Katakanlah, 'Jikalau ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu men-cari jalan kepada Tuhan yang mempunyai 'Arasy'," mengarah pada pengertian, pastilah mereka akan mencari jalan dan berupaya untuk mengalahkan Allah تعالى, baik ia akan mengalahkanNya (atau tidak), sehingga barangsiapa menang dan mengalahkan (yang lain), maka dialah yang akan menjadi rabb yang disembah. Padahal sungguh orang-orang itu meyakini bahwa mereka akan mengakui kalau para sesembahan mereka yang mereka seru selain Allah adalah kalah lagi terpecundangi, tidak memiliki wewenang apa pun, lalu menga-pa orang-orang itu masih mengangkatnya sebagai sesembahan, padahal kondisinya demikian (buruk)? Maka, penafsiran ini se-makna dengan Firman Allah,
﴾ مَا ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ مِن وَلَدٖ وَمَا كَانَ مَعَهُۥ مِنۡ إِلَٰهٍۚ إِذٗا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهِۭ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعۡضُهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖۚ ﴿
"Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan
(yang lain) besertaNya, kalau ada tuhan besertaNya, masing-ma-sing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain."
(Al-Mu`mi-nun: 91).
#
{43} {سبحانه وتعالى}؛ أي: تقدَّس وتنزَّه وعلت أوصافه، {عما يقولون}: من الشرك به واتِّخاذ الأنداد معه، {علوًّا كبيراً}: فعلا قدرُه وعظُم وجلَّت كبرياؤه التي لا تُقادر أن يكون معه آلهة؛ فقد ضلَّ مَن قال ذلك ضلالاً مبيناً وظلم ظلماً كبيراً، لقد تضاءلتْ لعظمتِهِ المخلوقاتُ العظيمةُ، وصغُرَتْ لدى كبريائِهِ السماواتُ السبع ومن فيهن والأرضون السبع ومن فيهن، والأرض جميعاً قبضتُه يوم القيامة والسماواتُ مطوياتٌ بيمينه، وافتقر إليه العالمُ العلويُّ والسفليُّ فقراً ذاتيًّا لا ينفكُّ عن أحدٍ منهم في وقتٍ من الأوقات، هذا الفقر بجميع وجوهه؛ فقرٌ من جهة الخلق والرزق والتدبير، وفقرٌ من جهة الاضطرار إلى أن يكون معبودَه ومحبوبَه الذي إليه يتقرَّبون، وإليه في كل حال يفزعون.
(43) ﴾ سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ
﴿ "Mahasuci dan Mahatinggi Dia," maksudnya Allah Mahasuci, murni dan tinggi sifat-sifatNya ﴾ عَمَّا يَقُولُونَ
﴿ "dari apa yang mereka katakan," berupa kesyirikan dan pendaulatan tandingan-tandingan bagi Allah ﴾ عُلُوّٗا كَبِيرٗا ﴿ "dengan ketinggian yang sebesar-besar-nya." Sungguh tinggi dan agung kedudukanNya, besar kesombo-nganNya, yang tidak bisa diperbandingkan kebersamaan wujud sesembahan denganNya. Sungguh telah tersesat orang yang menga-takan itu dengan kesesatan yang nyata, dan telah berbuat kezhalim-an dengan kezhaliman yang besar.
Sungguh makhluk-makhluk Allah yang besar itu merunduk di hadapan keagungan Allah. Langit yang tujuh beserta penghuni-nya dan bumi yang tujuh beserta penghuninya terlampau kecil di hadapan kesombongan Allah. Seluruh bumi ini kelak pada Hari Kiamat akan berada dalam genggamanNya dan langit-langit digu-lung dengan Tangan kananNya. Semua alam
(ciptaan selain Allah) yang berada di atas dan di bawah sangat membutuhkanNya di se-tiap waktu,
(dalam rupa kekurangan) pada dzat mereka yang tidak mungkin terlepas
(dari rasa butuh) meski hanya sekejap. Aspek kebutuhan
(kepada Allah) ini adalah dari segala sisinya. Kebutuhan dari sudut penciptaan, rizki, dan pengaturan. Kebutuhan
(kepada Allah) dari sisi keharusan memposisikan Allah sebagai sesembah-an dan Dzat yang dicintai yang mana kepadaNya mereka mendekat-kan diri dan tempat untuk mengeluh dalam setiap keadaan.
#
{44} ولهذا قال: {تسبِّحُ له السمواتُ السبع والأرض ومن فيهن وإن من شيءٍ}: من حيوانٍ ناطق وغير ناطقٍ، ومن أشجار ونبات وجامد، وحيٍّ وميت، {إلاَّ يسبِّحُ بحمدِهِ}: بلسان الحال ولسان المقال، {ولكنْ لا تفقَهون تسبيحَهم}؛ أي: تسبيح باقي المخلوقات التي على غير لغتكم، بل يحيطُ بها علاَّم الغيوب. {إنَّه كان حليماً غفوراً}: حيثُ لم يعاجِلْ بالعُقوبة مَن قال فيه قولاً تكاد السماواتُ والأرض تنفَطِر منه وتَخِرُّ له الجبال، ولكنَّه أمهلهم، وأنعم عليهم، وعافاهم، ورزقهم، ودعاهم إلى بابِهِ ليتوبوا من هذا الذنب العظيم؛ ليعطيهم الثواب الجزيل، ويغفر لهم ذنبهم؛ فلولا حلمُهُ ومغفرته؛ لسقطت السماوات على الأرض، ولما ترك على ظهرها من دابَّةٍ.
(44) Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ تُسَبِّحُ لَهُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ ٱلسَّبۡعُ وَٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهِنَّۚ وَإِن مِّن شَيۡءٍ
﴿ "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalam-nya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun," dari manusia, he-wan, pepohonan, tumbuhan dan benda padat, yang hidup maupun yang mati ﴾ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمۡدِهِۦ
﴿ "melainkan bertasbih dengan memujiNya," de-ngan bahasa lisan dan bahasa tubuh ﴾ وَلَٰكِن لَّا تَفۡقَهُونَ تَسۡبِيحَهُمۡۚ
﴿ "tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka," maksudnya tasbih makhluk lain yang tidak berkomunikasi dengan bahasa kalian. Akan tetapi, semuanya dimengerti oleh Allah, Dzat Yang Maha Mengetahui perkara-perkara ghaib. ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورٗا ﴿ "Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun," lantaran Allah tidak menyegera-kan
(hukuman) azab atas orang yang berkomentar tentangNya dengan komentar
(miring) yang hampir-hampir langit-langit dan bumi pecah, gunung-gunung ikut runtuh menyungkur
(karena ucapan itu). Tetapi, Dia memberi penangguhan bagi mereka, men-curahkan nikmat, memberi rizki dan menyeru mereka ke pintu taubat, supaya mereka bertaubat dari dosa yang besar ini. Dan berikutnya Allah memberi mereka pahala yang melimpah dan meng-ampuni dosa-dosa mereka. Seandainya bukan karena santunan dan ampunan Allah, tentulah langit-langit itu akan dirobohkan hingga tidak menyisakan satu pun dari binatang melata
(yang hi-dup) di muka bumi ini.
{وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ حِجَابًا مَسْتُورًا (45) وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِذَا ذَكَرْتَ رَبَّكَ فِي الْقُرْآنِ وَحْدَهُ وَلَّوْا عَلَى أَدْبَارِهِمْ نُفُورًا (46) نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَسْتَمِعُونَ بِهِ إِذْ يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ وَإِذْ هُمْ نَجْوَى إِذْ يَقُولُ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا (47) انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الْأَمْثَالَ فَضَلُّوا فَلَا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلًا (48)}.
"Dan apabila kamu membaca al-Qur`an, niscaya Kami ada-kan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada ke-hidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup. Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Rabbmu saja dalam al-Qur`an, niscaya mereka berpaling ke bela-kang karena bencinya. Kami lebih mengetahui dalam keadaan ba-gaimana mereka mendengarkan, sewaktu mereka mendengarkan kamu, dan sewaktu mereka berbisik-bisik
(yaitu) ketika orang-orang zhalim itu berkata, 'Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir.' Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat, dan tidak dapat lagi menemukan jalan
(yang benar)."
(Al-Isra`: 45-48).
#
{45} يخبر تعالى عن عقوبته للمكذِّبين بالحقِّ الذين ردُّوه وأعرضوا عنه أنَّه يَحول بينَهم وبين الإيمان، فقال: {وإذا قرأتَ القرآنَ}: الذي فيه الوعظُ والتَّذكير والهدى والإيمان والخير والعلم الكثيرُ؛ {جَعَلْنا بينَك وبين الذين لا يؤمنونَ بالآخرة حجاباً مستوراً}: يستُرهم عن فهمه حقيقةً وعن التحقُّق بحقائقه والانقياد إلى ما يدعو إليه من الخير.
(45) Allah تعالى mengabarkan tentang hukuman bagi para pen-dusta kebenaran, yaitu orang-orang yang menampik dan memaling-kan diri dari kebenaran, bahwasanya Allah menghalangi keimanan
(dari hati mereka). Allah berfirman, ﴾ وَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ
﴿ "Dan apabila ka-mu membaca al-Qur`an," yang bermuatan pelajaran, peringatan, pe-tunjuk, iman, kebaikan dan ilmu yang melimpah ﴾ جَعَلۡنَا بَيۡنَكَ وَبَيۡنَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأٓخِرَةِ حِجَابٗا مَّسۡتُورٗا ﴿ "niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang ter-tutup," yang betul-betul menghalangi mereka untuk memahami al-Qur`an, meneliti hakikatnya dan tunduk kepada kebaikan yang diserukannya.
#
{46} {وجَعَلْنا على قلوبِهِم أكِنَّةً}؛ أي: أغطية وأغشية لا يفقهون معها القرآن، بل يسمعونه سماعاً تقوم به عليهم الحجَّة، {وفي آذانهم وَقْراً}؛ أي: صمماً عن سماعه، {وإذا ذكرتَ ربَّك في القرآن وحدَه}: داعياً لتوحيده، ناهياً عن الشرك به؛ {وَلَّوا على أدبارِهِم نُفوراً}: من شدَّة بُغضهم له ومحبَّتهم لما هم عليه من الباطل؛ كما قال تعالى: {وإذا ذُكِرَ اللهُ وحدَه اشمأزَّت قلوبُ الذين لا يؤمنون بالآخرةِ وإذا ذُكِرَ الذين من دونِهِ إذا هم يستبشرونَ}.
(46) ﴾ وَجَعَلۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ أَكِنَّةً
﴿ "Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka," maksudnya penutup yang membuat mereka tidak bisa men-cerna al-Qur`an, padahal mereka mampu mendengarnya (dengan telinga mereka) dengan jelas, sehingga hujjah telah tegak atas mereka. ﴾ وَفِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٗاۚ
﴿ "Dan sumbatan di telinga mereka," maksudnya ketulian untuk menyimaknya. ﴾ وَإِذَا ذَكَرۡتَ رَبَّكَ فِي ٱلۡقُرۡءَانِ وَحۡدَهُۥ
﴿ "Dan apabila kamu menye-but Rabbmu saja dalam al-Qur`an," dalam rangka menyerukan keesa-an Allah dan melarang dari perbuatan syirik ﴾ وَلَّوۡاْ عَلَىٰٓ أَدۡبَٰرِهِمۡ نُفُورٗا
﴿ "niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya," karena sangat besarnya antipati mereka terhadap seruanmu dan kecintaan terhadap kebatil-an mereka selama ini, sebagaimana Allah berfirman,
﴾ وَإِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَحۡدَهُ ٱشۡمَأَزَّتۡ قُلُوبُ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأٓخِرَةِۖ وَإِذَا ذُكِرَ ٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦٓ إِذَا هُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ 45 ﴿
"Dan apabila hanya Nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati."
(Az-Zumar: 45).
#
{47} {نحنُ أعلم بما يستمعون به}؛ أي: إنَّما مَنَعْناهم من الانتفاع عند سماع القرآن لأنَّنا نعلم أن مقاصدهم سيِّئة؛ يريدون أن يعثروا على أقلِّ شيءٍ لِيَقْدَحوا به، وليس استماعُهم لأجل الاسترشاد وقَبول الحقِّ، وإنَّما هم معتمدون على عدم اتِّباعه، ومَنْ كان بهذه الحالة؛ لم يُفِدْهُ الاستماع شيئاً، ولهذا قال: {إذْ يستَمِعونَ إليك وإذْ هم نَجْوى}؛ أي: متناجين، {إذْ يقولُ الظالمونَ}: في مناجاتهم: {إنْ تَتَّبِعونَ إلاَّ رجلاً مسحوراً}: فإذا كانت هذه مناجاتُهم الظالمة فيما بينهم، وقد بَنَوْها على أنه مسحورٌ؛ فهم جازمون أنَّهم غير معتَبِرين لما قال، وأنَّه يَهْذي لا يدري ما يقول.
(47) ﴾ نَّحۡنُ أَعۡلَمُ بِمَا يَسۡتَمِعُونَ بِهِۦٓ
﴿ "Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka mendengarkan," maksudnya, sesungguhnya Kami menghambat mereka dari perolehan manfaat tatkala mendengar-kan al-Qur`an, karena Kami tahu bahwa niatan-niatan mereka jelek. Mereka ingin mencari-cari kekurangan sekecil apa pun untuk tuju-an mendiskreditkan al-Qur`an, tujuan mendengarnya mereka bukan untuk mencari petunjuk dan menerima kebenaran. Mereka tetap bertekad untuk tidak mengikuti al-Qur`an. Maka barangsiapa ke-adaannya demikian adanya, niscaya mendengarkan al-Qur`an tidak akan berguna baginya sedikit pun. Untuk itu, Allah berfirman, ﴾ إِذۡ يَسۡتَمِعُونَ إِلَيۡكَ وَإِذۡ هُمۡ نَجۡوَىٰٓ
﴿ "sewaktu mereka mendengarkan kamu, dan sewaktu mereka berbisik-bisik," yaitu mereka saling berbisik, ﴾ إِذۡ يَقُولُ ٱلظَّٰلِمُونَ
﴿ "yaitu) ketika orang-orang zhalim itu berkata," dalam pembicaraan me-reka yang lirih ﴾ إِن تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلٗا مَّسۡحُورًا ﴿ "Kamu tidak lain hanyalah meng-ikuti seorang laki-laki yang kena sihir." Maka apabila seperti ini bentuk bisikan kezhaliman yang beredar di antara mereka, dan mereka telah mengembangkan opini
(mereka) bahwa Rasulullah itu terkena sihir, berarti mereka tidak mau menghiraukan perkataan beliau, dan sedang mengigau, tidak paham apa yang dikatakan.
#
{48} قال تعالى: {انظر}: متعجباً {كيف ضربوا لك الأمثال}: التي هي أضلُّ الأمثال وأبعدُها عن الصواب، {فضَلُّوا}: في ذلك، أو فصارت سبباً لضلالهم؛ لأنَّهم بَنَوا عليها أمرهم، والمبنيُّ على فاسدٍ أفسدُ منه. فلا يهتدون {سبيلاً}؛ أي: لا يهتدون أيَّ اهتداءٍ، فَنَصِيبُهُم الضلال المحضُ والظُّلم الصرف.
(48) Allah تعالى berfirman, ﴾ ٱنظُرۡ
﴿ "Lihatlah," dengan keheranan. ﴾ كَيۡفَ ضَرَبُواْ لَكَ ٱلۡأَمۡثَالَ
﴿ "Bagaimana mereka membuat perumpamaan-perum-pamaan terhadapmu," yang merupakan perumpamaan paling sesat dan paling jauh dari kebenaran ﴾ فَضَلُّواْ
﴿ "karena itu mereka menjadi sesat," dalam masalah itu, atau menjadi faktor penyebab kesesatan mereka. Hal ini disebabkan mereka sendiri yang melandasi urusan mereka di atas pondasi kesesatan. Maka, suatu perkara yang diba-ngun di atas kerusakan, akan lebih parah kerusakannya. Maka me-reka tidak menemukan ﴾ سَبِيلٗا ﴿ "jalan
(kebenaran)," maksudnya me-reka tidak mendapat petunjuk apa pun. Maka jatah bagi mereka adalah kesesatan yang utuh dan kezhaliman yang murni.
{وَقَالُوا أَإِذَا كُنَّا عِظَامًا وَرُفَاتًا أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ خَلْقًا جَدِيدًا (49) قُلْ كُونُوا حِجَارَةً أَوْ حَدِيدًا (50) أَوْ خَلْقًا مِمَّا يَكْبُرُ فِي صُدُورِكُمْ فَسَيَقُولُونَ مَنْ يُعِيدُنَا قُلِ الَّذِي فَطَرَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ فَسَيُنْغِضُونَ إِلَيْكَ رُءُوسَهُمْ وَيَقُولُونَ مَتَى هُوَ قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَرِيبًا (51) يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا (52)}.
"Dan mereka berkata, 'Apakah bila kami telah menjadi tulang be-lulang dan benda-benda yang hancur, apakah benar-benar kami akan di-bangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?' Katakanlah, 'Jadilah kamu sekalian batu atau besi. Atau menjadi suatu makhluk yang besar
(yang tidak mungkin hidup kembali) menurut pikiranmu.' Maka mereka akan bertanya, 'Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?' Katakanlah, 'Dzat Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama.' Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata, 'Kapan itu
(akan terjadi)?' Katakanlah, 'Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat.' Yaitu pada hari Dia memanggilmu, lalu kamu mematuhiNya sam-bil memujiNya dan kamu mengira, bahwa tidaklah kamu berdiam
(di da-lam kubur) melainkan sebentar saja'."
(Al-Isra`: 49-52).
#
{49} يخبر تعالى عن قول المنكرين للبعث وتكذيبهم به واستبعادهم بقولهم: {أإذا كُنَّا عظاماً ورُفاتاً}؛ أي: أجساداً بالية. {أإنَّا لَمبعوثون خلقاً جديداً}؛ أي: لا يكون ذلك، وهو محالٌ بزعمهم، فجهلوا أشدَّ الجهل؛ حيثُ كذَّبوا رسل الله، وجَحَدوا آيات الله، وقاسوا قدرةَ خالق السماواتِ والأرضِ بِقُدَرِهِمُ الضعيفة العاجزة، فلما رأوا أنَّ هذا ممتنعٌ عليهم لا يقدرون عليه؛ جعلوا قدرة الله كذلك؛ فسبحان مَنْ جَعَلَ خلقاً من خلقه يزعُمون أنَّهم أولو العقول والألباب مثالاً في جهل أظهر الأشياء وأجلاها وأوضحها براهين وأعلاها؛ لِيُري عباده أنه ما ثَمَّ إلا توفيقه وإعانتُه أو الهلاك والضلال، {ربَّنا لا تُزِغْ قلوبنا بعد إذْ هَدَيْتَنا وَهَبْ لنا من لَدُنْك رحمةً إنَّك أنت الوهاب}.
(49) Allah تعالى mengabarkan tentang perkataan para peng-ingkar Hari Kebangkitan, dan para pendusta Hari Kebangkitan de-ngan perkataan mereka, ﴾ أَءِذَا كُنَّا عِظَٰمٗا وَرُفَٰتًا
﴿ "Apakah bila kami telah men-jadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur," maksudnya jasad-jasad yang telah rusak ﴾ أَءِنَّا لَمَبۡعُوثُونَ خَلۡقٗا جَدِيدٗا
﴿ "apa benar-benar kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?" Ini tidak akan terjadi, mustahil menurut mereka. Mereka adalah orang-orang yang sangat bodoh, lantaran mendustakan utusan Allah, menentang ayat-ayat-Nya, dan menyamakan kemampuan al-Khaliq (Sang Pencipta) langit dan bumi dengan kemampuan mereka yang sangat lemah. Tatkala mereka memandang hal itu (kebangkitan setelah mati) tidak mungkin terjadi, dan mereka pun tidak sanggup melakukannya, maka mereka pun menilai kekuasaan Allah demikian pula. Mahasuci Dzat yang telah menjadikan sebagian makhluk dari makhlukNya –yang mana mereka mengklaim sebagai orang-orang yang berakal dan cerdas– sebagai simbol kebodohan pada sesuatu yang paling jelas, paling gamblang lagi paling terang serta paling tinggi petunjuknya, supaya memperlihatkan kepada para hambaNya, bahwa tidak ada alternatif lain melainkan taufik dan pertolonganNya atau kebinasaan dan kesesatan.
﴾ رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ 8 ﴿
"Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisiMu; Karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia)."
(Ali Imran: 8).
#
{50 ـ 51} ولهذا أمر رسوله - صلى الله عليه وسلم - أن يقول لهؤلاء المنكرين للبعث استبعاداً: {قُلْ كونوا حجارة أو حديداً. أو خلقاً مما يكبر}؛ أي: يعظُم {في صدورِكم}: لتسلموا بذلك ـ على زعمكم ـ من أن تنالكم قدرة الله أو تنفذَ فيكم مشيئتُه؛ فإنكم غير معجزين الله في أيِّ حالة تكونون وعلى أيِّ وصفٍ تتحوَّلون، وليس لكم في أنفسكم تدبيرٌ في حالة الحياة وبعد الممات؛ فدعوا التدبير والتصريف لِمَنْ هو على كلِّ شيء قدير وبكلِّ شيء محيط. {فسيقولون}: حين تُقيم عليهم الحجَّة في البعث: {من يعيدنا قل الذي فَطَرَكم أول مرة}: فكما فطركم ولم تكونوا شيئاً مذكوراً؛ فإنَّه سيعيدكم خلقاً جديداً؛ {كما بَدَأنا أوَّلَ خلقٍ نعيدُه}، {فسيُنْغِضونَ إليك رؤوسهم}؛ أي: يهزُّونها إنكاراً وتعجُّباً مما قلت. {ويقولون متى هو}؛ أي: متى وقتُ البعث الذي تزعمه على قولك؟ لا إقراراً منهم لأصل البعث، بل ذلك سفهٌ منهم وتعجيزٌ. {قل عسى أن يكونَ قريباً}: فليس في تعيين وقتِهِ فائدةٌ، وإنَّما الفائدة والمدار على تقريره والإقرار به وإثباته، وإلاَّ؛ فكلُّ ما هو آتٍ؛ فإنَّه قريب.
(50-51) Karena itu, Allah memerintahkan RasulNya untuk berkata kepada para pengingkar Hari Kebangkitan yang menilainya mustahil, ﴾ قُلۡ كُونُواْ حِجَارَةً أَوۡ حَدِيدًا 50 أَوۡ خَلۡقٗا مِّمَّا يَكۡبُرُ
﴿ "Katakanlah, 'Jadilah kamu sekalian batu atau besi, atau menjadi suatu makhluk yang besar (yang tidak mungkin hidup kembali)'." Maksudnya, makhluk yang membesar ﴾ فِي صُدُورِكُمۡۚ
﴿ "menurut pikiranmu," supaya kamu selamat –menurut persepsi kalian– dari kekuasaan Allah (untuk membangkitkan) kalian atau (selamat dari) terealisasinya kehendak Allah pada kalian. Karena dalam bentuk dan sifat seperti apa pun niscaya kamu tidak akan mampu melumpuhkan (ketetapan) Allah. Kamu tidak punya andil kuasa dalam pengaturan dirimu, baik tatkala hidup atau se-sudah mati. Maka, serahkanlah urusan pengaturan dan penanganan kepada Dzat Yang Mahakuasa atas segala sesuatu dan menjangkau segala sesuatu. ﴾ فَسَيَقُولُونَ
﴿ "Maka mereka akan bertanya," tatkala engkau mengetengahkan hujjah atas mereka tentang Hari Kebangkitan, ﴾ مَن يُعِيدُنَاۖ قُلِ ٱلَّذِي فَطَرَكُمۡ أَوَّلَ مَرَّةٖۚ
﴿ "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali? Katakanlah, 'Dzat Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama'," sebagaimana Dia telah menciptakan kamu, padahal sebelumnya kamu adalah sesuatu yang tidak pernah disebut, maka Dia-lah yang akan mengembalikan kamu sebagai makhluk yang baru,
﴾ كَمَا بَدَأۡنَآ أَوَّلَ خَلۡقٖ نُّعِيدُهُۥۚ
﴿
"Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya." (Al-Anbiya`: 104).
﴾ فَسَيُنۡغِضُونَ إِلَيۡكَ رُءُوسَهُمۡ
﴿ "Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan ke-pala mereka," maksudnya menggerak-gerakkan kepala mereka se-bagai bentuk pengingkaran dan ungkapan keheranan terhadap apa yang kamu katakan ﴾ وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هُوَۖ
﴿ "dan mereka berkata, 'Kapan itu (akan terjadi)?'" Maksudnya kapan waktu terjadinya Hari Kebangkit-an yang kamu sangka (terjadi) berdasarkan perkataanmu? Pertanya-an ini bukan untuk mengakui kenyataan Hari Kebangkitan, akan tetapi merupakan bentuk kebodohan dan kelemahan dari mereka ﴾ قُلۡ عَسَىٰٓ أَن يَكُونَ قَرِيبٗا ﴿ "Katakanlah, 'Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat'." Sesungguhnya penentuan waktu kapan terjadi Hari Kebangkitan tidaklah berfaidah. Akan tetapi, manfaat dan tuntut-annya terdapat pada keyakinan dan pengakuan terhadapnya. Lalu apabila tidak demikian, maka sesungguhnya segala sesuatu yang pasti datang itu, berarti dekat.
#
{52} {يوم يدعوكم}: للبعث والنُّشور وينفُخ في الصور، {فتستجيبونَ بحمدِهِ}؛ أي: تنقادون لأمرِهِ ولا تستعصونَ عليه. وقوله: {بحمده}؛ أي: هو المحمود تعالى على فعله، ويجزي به العباد إذا جمعهم ليوم التَّنادِ، {وتظنُّونَ إن لَبِثْتُم إلاَّ قليلاً}: من سرعة وقوعه، وأنَّ الذي مرَّ عليكم من النعيم كأنَّه ما كان؛ فهذا الذي يقول عنه المنكرون: متى هو؟ يندمون غاية الندم عند ورودِهِ، ويُقال لهم: هذا الذي كنتُم به تكذِّبون.
(52) ﴾ يَوۡمَ يَدۡعُوكُمۡ
﴿ "Yaitu pada hari Dia memanggil kamu," untuk dibangkitkan dan dikumpulkan serta ditiuplah sangkakala ﴾ فَتَسۡتَجِيبُونَ بِحَمۡدِهِۦ
﴿ "lalu kamu mematuhiNya sambil memujiNya," maksudnya ka-lian semua tunduk terhadap perintahNya dan tidak mungkin me-mungkiriNya. Firman Allah, ﴾ بِحَمۡدِهِۦ
﴿ "Sambil memujiNya," maksud-nya Dia تعالى terpuji atas segala perbuatanNya. Dengan sifat terpuji itulah Dia akan membalas perbuatan hamba ketika Dia mengum-pulkan mereka pada Hari Kiamat ﴾ وَتَظُنُّونَ إِن لَّبِثۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلٗا ﴿ "dan kamu me-ngira, bahwa kamu tidak berdiam
(di dalam kubur) kecuali sebentar saja," disebabkan begitu cepat masa terjadinya, dan bahwa segala bentuk kenikmatan yang pernah mampir pada kalian seolah-olah tidak pernah ada. Inilah perkataan yang dikatakan oleh orang-orang yang ingkar, "Kapankah ia akan terjadi?" Mereka berada pada puncak penyesalan tatkala Hari Kebangkitan itu datang. Maka dikatakan kepada mereka, "Inilah apa-apa yang dahulu kamu dustakan."
{وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا (53) رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِكُمْ إِنْ يَشَأْ يَرْحَمْكُمْ أَوْ إِنْ يَشَأْ يُعَذِّبْكُمْ وَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ وَكِيلًا (54) وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَى بَعْضٍ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا (55)}.
"Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu, 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik
(benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguh-nya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. Rabbmu lebih mengetahui tentang kamu. Dia akan memberi rahmat kepada-mu jika Dia menghendaki atau Dia akan mengazabmu, jika Dia menghendaki. Dan Kami tidaklah mengutusmu untuk menjadi penjaga bagi mereka. Dan Rabbmu lebih mengetahui siapa yang
(ada) di langit dan bumi. Dan sesungguhnya telah kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian
(yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud'."
(Al-Isra`: 53-55).
#
{53} وهذا من لطفِهِ بعباده؛ حيثُ أمرهم بأحسن الأخلاق والأعمال والأقوال الموجبة للسعادة في الدُّنيا والآخرة، فقال: {وقُلْ لعبادي يقولوا التي هي أحسنُ}: وهذا أمرٌ بكلِّ كلام يقرِّب إلى الله؛ من قراءةٍ وذكرٍ وعلم وأمرٍ بمعروف ونهي عن منكرٍ وكلام حسنٍ لطيفٍ مع الخلق على اختلاف مراتبهم ومنازلهم، وأنه إذا دار الأمر بين أمرين حسنين؛ فإنَّه يؤمَر بإيثار أحسَنِهما إن لم يمكن الجمعُ بينَهما، والقول الحسنُ داعٍ لكلِّ خلقٍ جميل وعمل صالح؛ فإنَّ مَن مَلَكَ لسانه؛ مَلَكَ جميع أمره. وقوله: {إنَّ الشيطانَ يَنْزَغُ بينهم}؛ أي: يسعى بين العباد بما يُفْسِدُ عليهم دينهم ودنياهم؛ فدواءُ هذا أن لا يُطيعوه في الأقوال غير الحسنة التي يدعوهم إليها، وأن يَلينوا فيما بينَهم؛ لينقمعَ الشيطانُ الذي ينزغ بينهم؛ فإنَّه عدوُّهم الحقيقيُّ الذي ينبغي لهم أن يحاربوه؛ فإنَّه يدعوهم ليكونوا من أصحاب السعير، وأما إخوانهم؛ فإنَّهم وإنْ نزغ الشيطان فيما بينهم وسعى في العداوة؛ فإنَّ الحزم كلَّ الحزم السعيُ في ضدِّ عدوِّهم، وأن يَقْمَعوا أنفسهم الأمَّارة بالسوء، التي يدخُل الشيطان من قِبَلِها؛ فبذلك يطيعون ربَّهم، ويستقيم أمرهم، ويُهْدَون لرشدهم.
(53) Ini salah satu bentuk
(cermin) kelembutan Allah terha-dap hambaNya, yang mana Allah memerintahkan mereka untuk berakhlak, berkata, dan beramal mulia yang bisa menyebabkan ke-bahagiaan di dunia dan akhirat. Maka Allah berfirman, ﴾ وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُواْ ٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ
﴿ "Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu, 'Hendaklah me-reka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)'." Ini adalah perin-tah untuk (mengucapkan) semua perkataan yang dapat mendekat-kan diri kepada Allah. Seperti qira`ah, dzikir, ilmu, amar ma'ruf nahi munkar, perkataan lembut dan baik kepada semua manusia sesuai dengan kedudukan dan martabat mereka.
Apabila ada sebuah perkara berada di antara dua perkara yang baik, maka dia diperintahkan untuk mendahulukan yang paling baik dari keduanya, jika tidak mungkin menggabungkan antara keduanya. Maka perkataan yang baik akan mengajak setiap orang untuk berakhlak mulia dan beramal shalih. Barangsiapa yang bisa menjaga lisannya, maka dia akan mampu menjaga seluruh urusan-nya.
Firman Allah, ﴾ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ يَنزَغُ بَيۡنَهُمۡۚ ﴿ "Sesungguhnya setan itu menim-bulkan perselisihan di antara mereka," maksudnya setan selalu berusaha melakukan apa-apa yang bisa merusak urusan dunia dan agama para hamba. Terapi dari ini semua adalah berusaha untuk tidak mengikuti perkataan yang tidak baik yang diserukan setan, dan hendaklah mereka bertutur lemah-lembut di antara mereka, sehingga membuat bingung setan yang ingin menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh nyata yang harus diperangi. Ia mengajak manusia untuk menjadi penghuni neraka.
Adapun saudara-saudara mereka
(yang seiman), maka meski-pun setan berusaha untuk menimbulkan permusuhan di antara mereka, maka sesungguhnya keteguhan yang paling besar adalah berusaha untuk melawan musuh mereka dan mengekang hawa nafsu yang selalu saja memerintah kepada keburukan yang menjadi celah masuk bagi setan. Dengan itu, mereka dapat melakukan ke-taatan kepada Rabbnya, luruslah urusan mereka, dan mereka berada di atas petunjuk.
#
{54} {ربُّكم أعلم بكم}: من أنفسكم؛ فلذلك لا يريد لكم إلاَّ ما هو الخير، ولا يأمركم إلاَّ بما فيه مصلحة لكم، وقد تريدون شيئاً الخيرُ في عكسه. {إن يَشَأْ يَرْحَمْكُم أو إن يَشَأ يُعَذِّبْكم}: فيوفِّق مَن شاء لأسباب الرحمة، ويخذُلُ من شاء فَيَضِلُّ عنها فيستحقُّ العذاب. {وما أرسلناك عليهم وكيلاً}: تُدبِّرُ أمرهم وتقوم بمجازاتهم، وإنَّما الله هو الوكيل، وأنت مبلغٌ هادٍ إلى صراط مستقيم.
(54) ﴾ رَّبُّكُمۡ أَعۡلَمُ بِكُمۡۖ
﴿ "Rabbmu lebih mengetahui tentang kamu," daripada kamu sendiri. Dia tidak menghendaki kecuali kebaikan bagi kalian, tidak memerintahkan kecuali di dalamnya mengandung kemaslahatan bagi kalian. Dan terkadang, kalian menghendaki se-suatu, sementara kebaikan malah berada di tempat sebaliknya. ﴾ إِن يَشَأۡ يَرۡحَمۡكُمۡ أَوۡ إِن يَشَأۡ يُعَذِّبۡكُمۡۚ
﴿ "Dia akan memberi rahmat kepadamu jika Dia meng-hendaki atau Dia akan mengazabmu, jika Dia menghendaki," maka Allah akan memberi taufik kepada siapa saja yang dikehendaki dengan sebab rahmatNya, dan Dia akan menghinakan siapa saja yang di-kehendaki sehingga dia sesat dan berhak mendapatkan azab. ﴾ وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ عَلَيۡهِمۡ وَكِيلٗا ﴿ "Dan Kami tidaklah mengutusmu untuk menjadi pen-jaga bagi mereka," supaya kamu mengatur urusan mereka dan menye-lesaikan pembalasan perbuatan mereka. Sesungguhnya Allah-lah yang menjaga. Kamu hanyalah seorang yang menyampaikan dan pemberi petunjuk ke jalan yang lurus
#
{55} {وربُّك أعلمُ بمن في السمواتِ والأرض}: من جميع أصناف الخلائق، فيعطي كلاًّ منهم ما يستحقُّه وتقتضيه حكمتُه، ويفضِّل بعضَهم على بعض في جميع الخصال الحسيَّة والمعنويَّة؛ كما فضَّل بعض النبيِّين المشتركين بوحيه على بعضٍ، بالفضائل والخصائص الرَّاجعة إلى ما مَنَّ به عليهم، من الأوصاف الممدوحة، والأخلاق المرضيَّة والأعمال الصالحة وكَثْرة الأتباع ونزول الكتب على بعضهم، المشتملة على الأحكام الشرعيَّة والعقائد المرضيَّة؛ كما أنزل على داود زَبوراً، وهو الكتاب المعروف؛ فإذا كان تعالى قد فضَّل بعضَهم على بعضٍ وآتى بعضهم كتباً؛ فِلمَ ينكِرُ المكذِّبون لمحمدٍ - صلى الله عليه وسلم - ما أنزله الله عليه وما فضَّله به من النبوَّة والكتاب؟
(55) ﴾ وَرَبُّكَ أَعۡلَمُ بِمَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۗ ﴿ "Dan Rabbmu lebih mengetahui siapa yang
(ada) di langit dan bumi," dari segala macam makhluk. Ke-mudian Dia memberikan sesuatu yang menjadi hak mereka dan sesuai dengan tuntutan hikmahNya. Dia mengutamakan sebagian di atas sebagian yang lainnya pada semua perangai perangai yang hissi
(inderawi) maupun maknawi. Sebagaimana Allah mengutama-kan sebagian nabiNya -yang diberi
(bekal) wahyu- di atas nabi-nabi yang lain, dengan aneka keutamaan dan macam-macam keistime-waan yang bersumber kepada karunia yang Allah curahkan kepada mereka, berupa sifat-sifat terpuji, akhlak yang diridhai, amal shalih, banyaknya pengikut, diturunkannya kitab kepada sebagian mereka yang memuat hukum-hukum syari'at dan akidah yang diridhai, sebagaimana Allah telah menurunkan kitab Zabur kepada Nabi Dawud عليه السلام. Ia adalah kitab yang sudah dimaklumi bersama.
Apabila Allah تعالى telah mengutamakan sebagian nabi di atas sebagian yang lain, dan memberikan kepada sebagian mereka se-buah kitab, maka mengapa para pendusta itu mengingkari sesuatu yang telah diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ berupa kenabian dan al-Qur`an?
{قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلَا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا تَحْوِيلًا (56) أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا (57)}.
"Katakanlah, 'Panggillah mereka yang kamu anggap
(tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak pula memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat
(ke-pada Allah) dan mengharapkan rahmatNya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Rabbmu adalah suatu yang
(harus) di-takuti'."
(Al-Isra`: 56-57).
#
{56} يقول تعالى: {قل} للمشركين بالله الذين اتَّخذوا من دونه أنداداً يعبُدونهم كما يعبدون الله، ويدعونهم كما يدعونَه ملزِماً لهم بتصحيح ما زعموه، واعتقدوه إن كانوا صادقين: {ادعوا الذين زعمتُم}: آلهة من دون اللَّه، فانظروا هل يَنْفَعونكم أو يدفَعون عنكم الضُّرَّ؟ فإنهم لا {يملِكونَ كشفَ الضُّرِّ عنكم}: من مرضٍ أو فقرٍ أو شدَّةٍ ونحو ذلك؛ فلا يدفعونَه بالكُلِّيَّة. ولا يملكون أيضاً تَحْويله من شخص إلى آخر، ومن شدَّة إلى ما دونها؛ فإذا كانوا بهذه الصفة؛ فلأيِّ شيءٍ تدعونَهم من دون الله؛ فإنَّهم لا كمالَ لهم ولا فعال نافعة؛ فاتِّخاذُهم نقصٌ في الدين والعقل وسَفَهٌ في الرأي.
ومن العجب أنَّ السَّفه عند الاعتياد والممارسة وتلقِّيه عن الآباء الضالِّين بالقبول يراه صاحبه هو الرأي السديد والعقل المفيد، ويرى إخلاصَ الدِّين لله الواحد الأحد الكامل المنعم بجميع النعم الظاهرة والباطنة هو السَّفه والأمر المتعجَّب منه؛ كما قال المشركون: {أجعلَ الآلهةَ إلهاً واحداً إنَّ هذا لشيءٌ عُجابٌ}.
(56) Allah تعالى berfirman, ﴾ قُلِ
﴿ "Katakanlah," kepada kaum musyrikin yang telah menjadikan tandingan bagi Allah, mereka beribadah kepada tandingan-tandingan itu sebagaimana peribadat-an mereka kepada Allah, berdoa kepada tandingan-tandingan itu sebagaimana mereka berdoa kepada Allah disertai tuntutan keharus-an kepada mereka untuk mengoreksi apa yang mereka sangka dan yakini jika mereka benar, ﴾ ٱدۡعُواْ ٱلَّذِينَ زَعَمۡتُم
﴿ "Panggillah mereka yang kamu anggap," sesembahan selain Allah. Lantas, saksikanlah apakah me-reka mampu memberi manfaat atau menolak bahaya dari kalian?
Sesungguhnya mereka itu tidak ﴾ يَمۡلِكُونَ كَشۡفَ ٱلضُّرِّ عَنكُمۡ
﴿ "mem-punyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya darimu," berupa penya-kit, kemiskinan, kesulitan dan yang semisalnya. Tidaklah mereka mampu menghilangkan semuanya itu, tidak pula mereka mampu memindahkannya dari seseorang kepada orang lain, ataupun meng-ganti dari satu kesulitan dengan kesulitan yang lebih ringan. Apa-bila ternyata demikian sifat-sifat sesembahan kalian, maka buat apa kalian berdoa kepada selain Allah. Sesungguhnya mereka tidak mempunyai kesempurnaan, tidak pula perbuatan-perbuatan yang bermanfaat. Oleh karenanya, tindakan mengangkat mereka (sebagai sesembahan selain Allah) adalah bentuk kedangkalan agama dan akal serta kebodohan dalam pola pikir.
Di antara hal yang mengherankan, tindakan bodoh yang sudah membudaya dan terbiasa, dan menerimanya dengan membabi buta dari para leluhur mereka yang sesat, kemudian pelakunya menilai-nya sebagai pendapat yang lurus dan pemikiran yang paling ber-guna dan memandang bahwa memurnikan agama (hanya) untuk Allah yang Maha Esa, Maha Sempurna, Yang Memberi nikmat yang lahir maupun batin, itulah kedunguan dan perkara yang aneh. Se-bagaimana perkataan mereka,
﴾ أَجَعَلَ ٱلۡأٓلِهَةَ إِلَٰهٗا وَٰحِدًاۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيۡءٌ عُجَابٞ 5 ﴿
" dalam perkataan yang tidak baika untuk tidak mentaati mereka n agama para hamba. paling baik dari keduanya apabila _____Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu tuhan yang satu saja? Se-sungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan."
(Shad: 5).
#
{57} ثم أخبر أيضاً أنَّ الذين يعبُدونهم من دون الله في شغل شاغل عنهم باهتمامهم بالافتقار إلى الله وابتغاء الوسيلة إليه؛ فقال: {أولئك الذين يَدْعونَ}: من الأنبياء والصالحين والملائكة، {يَبْتَغون إلى ربِّهم الوسيلةَ أيُّهم أقربُ}؛ أي: يتنافسون في القرب من ربِّهم، ويبذُلون ما يقدرون عليه من الأعمال الصالحة المقرِّبة إلى الله تعالى وإلى رحمتِه، {ويخافون عذابَه}: فيجتنبون كلَّ ما يوصِلُ إلى العذاب. {إنَّ عذاب ربِّك كان محذوراً}؛ أي: هو الذي ينبغي شدَّة الحذر منه والتوقِّي من أسبابه. وهذه الأمور الثلاثةُ الخوف والرجاء والمحبَّة التي وَصَفَ الله بها هؤلاء المقرَّبين عنده هي الأصل والمادَّة في كلِّ خير؛ فمن تَمَّتْ له؛ تَمَّتْ له أموره، وإذا خلا القلبُ منها؛ ترحَّلت عنه الخيرات، وأحاطت به الشرور.
وعلامة المحبَّة ما ذَكَرَهُ الله أن يجتهد العبدُ في كلِّ عَمَلٍ يقرِّبُه إلى الله، وينافس في قربه بإخلاص الأعمال كلِّها لله، والنُّصح فيها وإيقاعها في أكمل الوجوه المقدور عليها؛ فمن زعم أنه يحبُّ الله بغير ذلك؛ فهو كاذب.
(57) Kemudian Allah تعالى juga memberitahukan bahwasanya sesembahan selain Allah –yang disembah orang-orang musyrik itu– sibuk sendiri lalai dari mereka, bersamaan dengan perhatian me-reka untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari sarana untuk itu. Maka Allah berfirman, ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ
﴿ "Orang-orang yang mereka seru itu," dari kalangan para nabi, orang-orang shalih maupun para malaikat ﴾ يَبۡتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلۡوَسِيلَةَ أَيُّهُمۡ أَقۡرَبُ
﴿ "mencari jalan kepada Rabb mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah)," maksudnya mereka berlomba-lomba dalam mendekatkan diri kepada Rabbnya. Mereka mengerahkan segala kemampuan berupa amal-amal shalih yang bisa mendekatkan diri kepada Allah تعالى dan kepada rahmatNya ﴾ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓۚ
﴿ "dan takut akan azabNya," kemudian mereka menghindari penyebab datangnya azab Allah.
﴾ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحۡذُورٗا ﴿ "Sesungguhnya azab Rabbmu adalah suatu yang
(harus) ditakuti," maksudnya itulah yang harus betul-betul diwaspa-dai dan memelihara diri dari sebab-sebabnya. Tiga sifat ini, sifat khauf
(rasa takut), raja`
(pengharapan) dan mahabbah
(cinta) yang Allah sematkan kepada orang-orang yang didekatkan kepadaNya ini, merupakan asal dan bahan dasar dari segala kebaikan. Barang-siapa yang memiliki tiga sifat ini dengan sempurna, maka sempur-nalah segala urusannya. Dan apabila hati kosong dari sifat-sifat ini, maka kebaikan-kebaikan pergi darinya hingga akhirnya dipenuhi berbagai keburukan.
Dan tanda kecintaan seorang hamba, sebagaimana yang di-sebutkan Allah adalah kesungguhan seorang hamba untuk melaku-kan apa saja yang bisa mendekatkan diri kepada Allah, berlomba-lomba untuk dekat denganNya dengan mengikhlaskan semua amalan
(hanya) untuk Allah semata, tulus dalam mengerjakannya dan berusaha mengerjakannya dalam bentuk yang sempurna, sesuai dengan batas kemampuannya. Barangsiapa yang mengaku cinta kepada Allah tanpa melakukan hal-hal di atas, maka dia adalah se-orang pendusta.
{وَإِنْ مِنْ قَرْيَةٍ إِلَّا نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَوْ مُعَذِّبُوهَا عَذَابًا شَدِيدًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا (58)}.
"Tidaklah suatu negeri
(yang penduduknya durhaka), melain-kan pasti Kami membinasakannya sebelum Hari Kiamat atau Kami azab
(penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demi-kian itu telah tertulis di dalam Kitab
(Lauh Mahfuzh)."
(Al-Isra`: 58).
#
{58} أي: ما من قريةٍ من القُرى المكذِّبة للرسل إلاَّ لا بدَّ أن يصيبهم هلاكٌ قبل يوم القيامة أو عذابٌ شديدٌ، كتابٌ كتبه الله وقضاءٌ أبرمه لا بدَّ من وقوعه؛ فليبادر المكذِّبون بالإنابة إلى الله وتصديق رُسُلِهِ قبل أن تتمَّ عليهم كلمةُ العذاب ويحقَّ عليهم القول.
(58) Maksudnya, tidak ada suatu negeri pun yang mendusta-kan para utusan Allah melainkan pasti mereka akan ditimpa kebina-saan atau azab yang pedih sebelum Hari Kiamat. Ini adalah ketetap-an yang Allah gariskan dan pasti terjadi. Maka hendaklah orang-orang yang mendustakan itu segera kembali kepada Allah dan meng-akui kebenaran para utusan Allah sebelum azab menimpa mereka dan ketetapan takdir terealisasikan.
{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالْآيَاتِ إِلَّا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الْأَوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا (59) وَإِذْ قُلْنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِالنَّاسِ وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْيَانًا كَبِيرًا (60)}.
"Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan
(kepadamu) tanda-tanda
(kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu, dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu
(sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti. Dan
(ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu, 'Se-sungguhnya
(ilmu) Rabbmu meliputi segala manusia.' Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia, dan
(begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam al-Qur`an, dan kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu tidaklah menambah mereka melain-kan kedurhakaan yang besar."
(Al-Isra`: 59-60).
#
{59} يذكر تعالى رحمته بعدم إنزاله الآيات التي يقترحُ بها المكذِّبون، وأنَّه ما منعه أن يرسِلَها إلاَّ خوفاً من تكذيبهم لها؛ فإذا كذَّبوا بها؛ عاجَلَهم العقابُ وحلَّ بهم من غير تأخيرٍ كما فعل بالأولين الذين كذبوا بها، ومن أعظم الآيات الآيةُ التي أرسلها الله إلى ثمود، وهي الناقة العظيمةُ الباهرة التي كانت تصدُرُ عنها جميع القبيلة بأجمعها، ومع ذلك كذَّبوا بها، فأصابهم ما قصَّ الله علينا في كتابه. وهؤلاء كذلك؛ لو جاءتهم الآيات الكبار؛ لم يؤمنوا؛ فإنَّه ما منعهم من الإيمان خفاءُ ما جاء به الرسول واشتباهه هل هو حقٌّ أو باطل؟ فإنه قد جاء من البراهين الكثيرة ما دلَّ على صحَّة ما جاء به الموجب لهداية مَنْ طلب الهداية؛ فغيرُها مثلُها، فلا بدَّ أن يسلكوا بها ما سلكوا بغيرها، فتركُ إنزالها والحالة هذه خيرٌ لهم وأنفع. وقوله: {وما نرسل بالآيات إلا تخويفاً}؛ أي: لم يكن القصدُ بها أن تكون داعيةً وموجبةً للإيمان الذي لا يحصُلُ إلاَّ بها، بل المقصود منها التخويف والترهيب؛ ليرتدِعوا عن ما هم عليه.
(59) Allah تعالى menyebutkan rahmatNya dengan tidak menu-runkan ayat-ayat
(tanda-tanda kebesaranNya) yang diinginkan oleh para pendusta itu. Tidak ada penghalang untuk menurunkan ayat-ayat itu kecuali karena khawatir mereka akan mendustakan-nya. Sehingga apabila mereka mendustakan ayat-ayat itu, pastilah akan disegerakan azab yang membinasakan mereka tanpa ditunda-tunda lagi. Sebagaimana telah terjadi pada orang-orang terdahulu yang mendustakan.
Di antara ayat Allah yang terbesar adalah ayat yang telah di-turunkan kepada kaum Tsamud berupa unta besar yang mencengang-kan, yang seluruh kabilah minum darinya. Kendati demikian, mereka tetap mendustakan ayat Allah tersebut. Akibatnya, mereka pun ditimpa oleh azab yang telah Allah kisahkan kepada kita di dalam kitabNya.
Mereka pun demikian. Seandainya telah datang tanda-tanda kebesaran Allah yang agung, niscaya mereka tidak mau beriman. Karena yang menghalangi mereka dari keimanan bukanlah kesa-maran tentang kebenaran ajaran rasul, atau ketidakjelasan apakah risalahnya hak atau batil? Karena sesungguhnya telah banyak ke-terangan yang jelas yang menunjukkan tentang kebenaran risalah yang dibawa Rasulullah, yang pasti akan mendatangkan hidayah bagi orang yang bermaksud mencari hidayah. Maka demikian pula keadaan kaum yang lain. Pastilah akan menyikapinya seperti orang-orang sebelum mereka. Maka, tidak diturunkannya ayat-ayat
(yang mereka minta itu) merupakan kebaikan bagi mereka dan lebih ber-manfaat.
Dan FirmanNya, ﴾ وَمَا نُرۡسِلُ بِٱلۡأٓيَٰتِ إِلَّا تَخۡوِيفٗا ﴿ "Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti," maksudnya bukanlah maksud dari diturunkannya ayat-ayat itu untuk menjadi seruan dan faktor yang mendatangkan keimanan, sehingga tidak mungkin orang menjadi beriman kecuali dengannya. Akan tetapi, maksud semua itu adalah untuk menakuti-nakuti dan membuat ciut, agar mereka tercegah dari keyakinan yang dahulu mereka pegang teguh.
#
{60} {وإذ قلنا لك إنَّ ربَّك أحاط بالناس}: علماً وقدرةً؛ فليس لهم ملجأ يلجؤون إليه ولا ملاذٌ يلوذون به عنه، وهذا كافٍ لمن له عقلٌ في الانكفاف عما يكرهه الله الذي أحاط بالناس، {وما جَعَلْنا الرؤيا التي أرَيْناك}: أكثر المفسرين على أنَّها ليلة الإسراء، {والشجرةَ الملعونةَ}: التي ذكرت {في القرآن}: وهي شجرة الزقُّوم التي تَنْبُتُ في أصل الجحيم.
والمعنى: إذا كان هذان الأمران قد صارا فتنةً للناس، حتى استلجَّ الكفَّار بكفرهم وازداد شرُّهم، وبعض مَن كان إيمانُهُ ضعيفاً رجع عنه، بسبب أنَّ ما أخبرهم به من الأمور التي كانت ليلة الإسراء، ومن الإسراء من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى كان خارقاً للعادة، والإخبار بوجود شجرةٍ تَنْبُتُ في أصل الجحيم أيضاً من الخوارق؛ فهذا الذي أوجب لهم التكذيب؛ فكيفَ لو شاهدوا الآيات العظيمة والخوارق الجسيمة؟! أليس ذلك أولى أن يزداد بسببه شرُّهم؛ فلذلك رحمهم الله وصرفها عنهم. ومن هنا تعلمُ أنَّ عدم التصريح في الكتاب والسنة بذكر الأمورِ العظيمة التي حَدَثَتْ في الأزمنة المتأخِّرة أولى وأحسن؛ لأنَّ الأمور التي لم يشاهِدِ الناس لها نظيراً ربَّما لا تقبلها عقولُهم، [لو أُخْبِرُوا بها قبل وُقُوعِها] فيكون ذلك ريباً في قلوب بعض المؤمنين ومانعاً يمنعُ من لم يدخُل الإسلام ومنفراً عنه، بل ذكر الله ألفاظاً عامَّة تتناول جميع ما يكون. والله أعلم. {ونخوِّفُهم}: بالآيات، {فما يزيدهم}: التخويف {إلاَّ طغياناً كبيراً}: وهذا أبلغ ما يكون في التحلِّي بالشرِّ ومحبَّته وبغض الخير وعدم الانقياد له.
(60) ﴾ وَإِذۡ قُلۡنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِٱلنَّاسِۚ
﴿ "Dan (ingatlah), ketika Kami wah-yukan kepadamu, 'Sesungguhnya Rabbmu meliputi segala manusia'," yaitu ilmu dan kekuasaanNya. Maka tidak ada bagi mereka tempat berlindung dariNya, dan tidak ada tempat persembunyian bagi mereka dariNya. Maka, ini sudah cukup bagi orang-orang yang berakal untuk meninggalkan segala sesuatu yang Allah benci yang (ilmu dan kekuasaanNya) meliputi segala sesuatu. ﴾ وَمَا جَعَلۡنَا ٱلرُّءۡيَا ٱلَّتِيٓ أَرَيۡنَٰكَ
﴿ "Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu," kebanyakan ahli tafsir mengartikan kata 'ar-ru`ya' ter-sebut dengan malam Isra` ﴾ وَٱلشَّجَرَةَ ٱلۡمَلۡعُونَةَ
﴿ "dan pohon kayu yang ter-kutuk," yang disebutkan ﴾ فِي ٱلۡقُرۡءَانِۚ
﴿ "dalam al-Qur`an," yaitu pohon Zaqqum yang tumbuh di dasar Neraka Jahim.
Pengertian ayat ini adalah, apabila dua perkara ini saja sudah menjadi sumber fitnah bagi manusia, sehingga orang-orang kafir terus terang dengan keingkarannya, dan kejahatan mereka semakin menjadi-jadi, sementara sebagian orang yang lemah imannya kem-bali menjadi kafir, (hanya) dengan sebab kabar berita yang Rasu-lullah sampaikan tentang kejadian-kejadian (luar biasa) di malam Isra`, yaitu perjalanan (yang dimulai) dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa, yang merupakan peristiwa yang sangat luar biasa, dan informasi tentang adanya pohon yang tumbuh di dasar Neraka Jahim termasuk kejadian yang di luar kewajaran, ini saja sudah me-nyebabkan orang-orang itu mendustakan, maka bagaimana sean-dainya mereka menyaksikan ayat-ayat Allah yang lebih besar dan kejadian-kejadian yang lebih luar biasa? Bukankah hal itu akan se-makin menyebabkan kenaikan tingkat keburukan mereka? Oleh karenanya, Allah pun merahmati mereka dan memalingkannya dari mereka.
Dari sini, kita bisa mengetahui bahwa tidak dijelaskannya se-cara rinci peristiwa-peristiwa luar biasa yang akan terjadi di masa mendatang dalam al-Kitab dan as-Sunnah adalah lebih utama dan lebih baik. Karena perkara-perkara besar yang belum pernah disak-sikan padanannya oleh orang-orang, mungkin saja akal-akal mereka tidak mau menerimanya. [Apabila mereka diberitahu sebelum ter-jadinya peristiwa itu], maka hal itu berpotensi menimbulkan ke-raguan di hati orang-orang Mukmin, dan menjadi penghalang bagi orang-orang yang belum masuk Islam dan membuat orang lari dari Islam. Akan tetapi, Allah menggunakan lafazh-lafazh umum yang mencakup semua kejadian yang akan terjadi. Wallahu a'lam.
﴾ وَنُخَوِّفُهُمۡ
﴿ "Dan Kami menakut-nakuti mereka," dengan ayat-ayat. ﴾ فَمَا يَزِيدُهُمۡ
﴿ "Tetapi yang demikian itu tidaklah menambah mereka," maksud-nya, ancaman itu (tidaklah menambah mereka) ﴾ إِلَّا طُغۡيَٰنٗا كَبِيرٗا ﴿ "me-lainkan kedurhakaan yang besar," ungkapan ini lebih mewakili predikat keburukan dan rasa cinta terhadap keburukan itu, kebencian mereka terhadap kebaikan dan kepongahan kepadanya.
{وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا (61) قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَأَحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلَّا قَلِيلًا (62) قَالَ اذْهَبْ فَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً مَوْفُورًا (63) وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا (64) إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلًا (65)}.
"Dan
(ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat, 'Sujudlah kamu semua kepada Adam', lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata, 'Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?' Dia
(iblis) berkata, 'Terangkanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai Hari Kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil.' Allah berfirman, 'Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikutimu, maka sesungguhnya Neraka Jahanam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan tipu dayalah siapa yang kamu sanggupi di antara me-reka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki, dan berserikatlah de-ngan mereka pada harta dan anak-anak, dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melain-kan tipuan belaka. Sesungguhnya hamba-hambaKu, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Rabbmu sebagai Pen-jaga'."
(Al-Isra`: 61-65).
#
{61} ينبِّه تبارك وتعالى عباده على شدَّة عداوة الشيطان وحرصه على إضلالهم، وأنَّه لما خَلَقَ الله آدم؛ استكبر عن السجود له و {قال} متكبِّراً: {أأسجُدُ لمن خلقتَ طيناً}؛ أي: من طين، وبزعمه أنَّه خيرٌ منه؛ لأنه خُلِقَ من نارٍ، وقد تقدَّم فساد هذا القياس الباطل من عدة أوجه.
(61) Allah Yang Mahasuci lagi Mahatinggi telah mengingat-kan para hambaNya akan dahsyatnya permusuhan dan kegigihan setan untuk menyesatkan mereka. Dan bahwa tatkala Allah men-ciptakan Adam, setan berlagak sombong untuk sujud kepadanya, ﴾ قَالَ
﴿ "dia berkata," dengan penuh kesombongan, ﴾ ءَأَسۡجُدُ لِمَنۡ خَلَقۡتَ طِينٗا ﴿ "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan berupa tanah?" yaitu dari tanah. Dengan prasangkanya, dia lebih baik daripada Adam karena tercipta dari api. Sungguh telah dibahas betapa buruk-nya qiyas
(analogi) yang batil ini dari banyak segi.
#
{62} فلما تبين لإبليس تفضيل الله لآدم؛ {قال} مخاطباً لله: {أرأيتَكَ هذا الذي كرَّمْتَ عليَّ لئنْ أخَّرْتَنِ إلى يوم القيامةِ لأحتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ}؛ أي: لأستأصلَنَّهم بالإضلال ولأغْوِيَنَّهم، {إلاَّ قليلاً}: عرف الخبيثُ أنَّه لا بدَّ أن يكون منهم من يعاديه ويعصيه.
(62) Maka tatkala jelas bagi iblis bahwa Allah mengutamakan Adam atas dirinya, ﴾ قَالَ
﴿ "dia (iblis) berkata," mengajak bicara kepada Allah, ﴾ أَرَءَيۡتَكَ هَٰذَا ٱلَّذِي كَرَّمۡتَ عَلَيَّ لَئِنۡ أَخَّرۡتَنِ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ لَأَحۡتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُۥٓ
﴿ "Terang-kanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Se-sungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai Hari Kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya," maksudnya aku benar-benar akan membinasakan mereka sampai tuntas dengan menyesatkan (mereka) dan aku sungguh akan menyimpangkan mereka ﴾ إِلَّا قَلِيلٗا ﴿ "kecuali sebagian kecil," setan yang keji mengetahui bahwa di antara mereka ada yang memusuhi dan tidak patuh ter-hadap Allah.
#
{63} فقال الله له: {اذهبْ فمن تبعك منهم}: واختارك على ربِّه ووليِّه الحقِّ. {فإنَّ جهنَّم جزاؤكم جزاءً موفوراً}؛ أي: مدَّخراً لكم موفَّراً جزاء أعمالكم.
(63) Allah سبحانه وتعالى berfirman kepadanya, ﴾ ٱذۡهَبۡ فَمَن تَبِعَكَ مِنۡهُمۡ
﴿ "Pergi-lah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu," dan memilih-mu daripada Rabbnya dan penjaganya yang hak. ﴾ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَآؤُكُمۡ جَزَآءٗ مَّوۡفُورٗا ﴿ "Maka sesungguhnya Neraka Jahanam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup," maksudnya, yang tersimpan dan terpenuhi sebagai balasan atas perbuatan kalian.
#
{64} ثم أمره الله أن يفعلَ كلَّ ما يقدِرُ عليه من إضلالهم، فقال: {واستفزِزْ من استطعتَ منهم بصوتِكَ}: ويدخل في هذا كلُّ داعٍ إلى المعصية، {وأجْلِبْ عليهم بخيلِكَ ورَجِلكَ}: ويدخل فيه كلُّ راكبٍ وماشٍ في معصية الله؛ فهو من خيل الشيطان ورَجِلِهِ. والمقصود أنَّ الله ابتلى العباد بهذا العدوِّ المبين الداعي لهم إلى معصية الله بأقواله وأفعاله. {وشارِكْهم في الأموال والأولاد}: وذلك شاملٌ لكلِّ معصية تعلَّقت بأموالهم وأولادهم من منع الزكاة والكفَّارات والحقوق الواجبة، وعدم تأديب الأولاد وتربيتهم على الخير وترك الشرِّ، وأخذ الأموال بغير حقِّها أو وضعها بغير حقِّها أو استعمال المكاسب الرديَّة، بل ذَكَرَ كثيرٌ من المفسِّرين أنه يدخُلُ في مشاركة الشيطان في الأموال والأولادِ تركُ التسمية عند الطعام والشراب والجماع، وأنَّه إذا لم يُسَمِّ الله في ذلك؛ شارك فيه الشيطان؛ كما ورد فيه الحديث. {وعِدْهم}: الأوعادَ المزخْرَفَة التي لا حقيقة لها، ولهذا قال: {وما يَعِدُهُم الشيطانُ إلاَّ غروراً}؛ أي: باطلاً مضمحلًّا؛ كأن يزيِّن لهم المعاصي والعقائد الفاسدة، ويعدهم عليها الأجر؛ لأنَّهم يظنُّون أنَّهم على الحق، وقال تعالى: {الشيطان يَعِدُكُم الفقر ويأمُرُكم بالفحشاءِ والله يَعِدُكُم مغفرةً منه وفضلاً}.
(64) Kemudian Allah memerintahkan iblis untuk melakukan apa saja yang ia mampu untuk menyesatkan mereka, seraya ber-firman, ﴾ وَٱسۡتَفۡزِزۡ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتَ مِنۡهُم بِصَوۡتِكَ
﴿ "Dan tipu dayalah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu." Termasuk dalam konteks ini setiap penyeru kepada perbuatan maksiat ﴾ وَأَجۡلِبۡ عَلَيۡهِم بِخَيۡلِكَ وَرَجِلِكَ
﴿ "dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki." Masuk dalam pengertian ayat ini adalah setiap pengen-dara dan orang yang berjalan di atas kemaksiatan kepada Allah, maka semuanya termasuk dari tentara berkuda dan pasukan pejalan kaki milik setan. Maksudnya, bahwasanya Allah berkehendak untuk menguji hamba-hambaNya dengan musuh yang nyata ini yang mengajak mereka untuk bermaksiat dengan perkataan dan perbuat-annya.
﴾ وَشَارِكۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِ
﴿ "Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak," ini meliputi setiap kemaksiatan yang terkait dengan harta benda dan anak-anak mereka, berupa menentang membayar zakat, kaffarah dan hak-hak yang wajib, tidak membina dan mendidik anak untuk mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan, mengambil harta yang bukan haknya atau mengguna-kannya tanpa alasan yang benar atau menempuh cara-cara yang buruk. Bahkan para ahli tafsir menyebutkan bahwa termasuk juga dalam intervensi setan pada harta dan anak yaitu meninggalkan ucapan tasmiyah (bismillah) ketika makan, minum dan jima', dan bahwa bila dia tidak menyebut Nama Allah dalam melakukan hal itu, maka setan ikut serta di dalamnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits[23] ﴾ وَعِدۡهُمۡۚ
﴿ "dan beri janjilah mereka," yaitu janji-janji indah yang tidak ada realitanya.
Oleh karenanya, Allah berfirman, ﴾ وَمَا يَعِدُهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ إِلَّا غُرُورًا
﴿ "dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan be-laka," yaitu kebatilan yang akan pupus. Seperti memperindah pan-dangan kepada kemaksiatan dan keyakinan-keyakinan yang buruk kepada mereka, dan menjanjikan pahala bagi mereka dengan itu, lantaran mereka menyangka berada di atas kebenaran. Allah berfir-man,
﴾ ٱلشَّيۡطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلۡفَقۡرَ وَيَأۡمُرُكُم بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ وَٱللَّهُ يَعِدُكُم مَّغۡفِرَةٗ مِّنۡهُ وَفَضۡلٗاۗ ﴿
"Setan menjanjikan
(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan
(kikir); sedang Allah menjadikan untuk-mu ampunan dan karunia dariNya."
(Al-Baqarah: 268).
#
{65} ولما أخبر عما يريد الشيطان أن يفعل بالعباد؛ ذَكَرَ ما يُعْتَصَمُ به من فتنته، وهو عبوديَّة الله والقيام بالإيمان والتوكُّل، فقال: {إنَّ عبادي ليس لك عليهم سلطانٌ}؛ أي: تسلُّط وإغواءٌ، بل الله يدفع عنهم بقيامهم بعبوديَّته كلَّ شرٍّ، ويحفظُهم من الشيطان الرجيم، ويقوم بكفايتهم. {وكفى بربِّك وكيلاً}: لمن توكَّل عليه، وأدَّى ما أمر به.
(65) Tatkala Allah mengabarkan keinginan yang hendak di-lakukan setan pada para hamba, maka Allah menyebutkan sesuatu yang bisa dijadikan pegangan untuk penjagaan dari fitnah setan. Yaitu menghambakan diri kepada Allah dengan penuh keimanan dan tawakal.
Allah berfirman, ﴾ إِنَّ عِبَادِي لَيۡسَ لَكَ عَلَيۡهِمۡ سُلۡطَٰنٞۚ
﴿ "Sesungguhnya hamba-hambaKu, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka," maksudnya, (tidak bisa) menguasai dan menyesatkan, bahkan –disebabkan peng-hambaan mereka kepada Allah–, maka Allah menjaga mereka dari setiap keburukan, melindungi mereka dari setan yang terkutuk, dan mencukupi segala kebutuhan mereka ﴾ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ وَكِيلٗا ﴿ "Dan cukup-lah Rabbmu sebagai Penjaga," bagi orang-orang bertawakal dan me-laksanakan perintah-perintahNya.
{رَبُّكُمُ الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (66) وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الْإِنْسَانُ كَفُورًا (67) أَفَأَمِنْتُمْ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ أَوْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ وَكِيلًا (68) أَمْ أَمِنْتُمْ أَنْ يُعِيدَكُمْ فِيهِ تَارَةً أُخْرَى فَيُرْسِلَ عَلَيْكُمْ قَاصِفًا مِنَ الرِّيحِ فَيُغْرِقَكُمْ بِمَا كَفَرْتُمْ ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ عَلَيْنَا بِهِ تَبِيعًا (69)}.
"Rabbmu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesung-guhnya Dia Maha Penyayang terhadapmu. Dan apabila kamu di-timpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang
(biasa) kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke da-ratan, kamu berpaling. Dan manusia itu selalu ingkar
(tidak ber-terima kasih). Maka apakah kamu merasa aman
(dari hukuman Allah) yang menjungkirbalikkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan
(angin keras yang membawa) batu-batu kecil? Dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi kamu. Atau apakah kamu merasa aman dari dikembalikanNya kamu ke laut sekali lagi, lalu dia meniupkan atas kamu angin taupan dan ditenggelamkanNya kamu disebabkan kekafiranmu. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap
(siksaan) Kami."
(Al-Isra`: 66-69).
#
{66} يذكر تعالى نعمته على العباد بما سخَّر لهم من الفُلك والسفن والمراكب، وألهمهم كيفيَّة صنعتها وسخَّر لها البحر الملتطم يحملها على ظهره؛ لينتفع العباد بها في الركوب والحمل للأمتعة والتجارة، وهذا من رحمته بعباده؛ فإنَّه لم يزْل بهم رحيماً رءوفاً، يؤتيهم من كلِّ ما تعلَّقت به إرادتهم ومنافعهم.
(66) Allah تعالى menyebutkan nikmatNya kepada para hamba, bahwasanya Dia telah menciptakan bahtera, kapal-kapal dan alat angkutan lainnya bagi mereka, dan mengilhamkan kepada mereka bagaimana cara membuatnya, menundukkan laut yang bergelom-bang, sehingga alat-alat angkut itu bisa berjalan
(dengan baik) di atasnya. Dengan itu, manusia bisa memanfaatkannya untuk trans-portasi, pengangkutan barang-barang dan perniagaan. Ini salah satu bentuk rahmat Allah kepada para hambaNya. Allah senantiasa menyayangi dan berlemah-lembut kepada mereka. Dia memberi-kan segala kebutuhan dan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka.
#
{67} ومن رحمته الدالَّة على أنَّه وحده المعبود دون ما سواه أنَّهم إذا مسَّهم الضُّرُّ في البحر، فخافوا من الهلاك لتراكُم الأمواج؛ ضلَّ عنهم ما كانوا يدعون من دون الله في حال الرَّخاء من الأحياء والأموات، فكأنُّهم لم يكونوا يدعونهم في وقتٍ من الأوقات؛ لعلمهم أنَّهم ضعفاء عاجزون عن كشف الضُّرِّ، وصرخوا بدعوة فاطر الأرض والسماوات، الذي تستغيث به في شدائدها جميعُ المخلوقات، وأخلصوا له الدعاء والتضرُّع في هذه الحال، فلما كَشَفَ الله عنهم الضُّرَّ ونجَّاهم إلى البَرِّ؛ نسوا ما كانوا يدعون إليه من قبل، وأشركوا به مَنْ لا ينفع ولا يضرُّ ولا يعطي ولا يمنع، وأعرضوا عن الإخلاص لربِّهم ومليكهم.
وهذا من جهل الإنسان وكفرِهِ؛ فإنَّ الإنسان كفورٌ للنِّعم؛ إلاَّ مَن هدى الله فمنَّ عليه بالعقل السليم واهتدى إلى الصراط المستقيم؛ فإنَّه يعلم أنَّ الذي يكشف الشدائد، وينجِّي من الأهوال هو الذي يستحقُّ أن يُفْرَدَ، وتُخْلَصَ له سائر الأعمال في الشدَّة والرَّخاء واليُسر والعُسر، وأما من خُذِلَ ووُكِلَ إلى عقله الضعيف؛ فإنَّه لم يلحَظْ وقت الشدَّة إلاَّ مصلحته الحاضرة وإنجاءه في كلِّ تلك الحال، فلما حصلتْ له النجاةُ وزالت عنه المشقَّة؛ ظنَّ بجهله أنَّه قد أعجز الله، ولم يَخْطُرْ بقلبه شيء من العواقب الدنيويَّة فضلاً عن أمور الآخرة.
(67) Dan di antara rahmatNya yang menunjukkan bahwa Dia-lah satu-satunya Dzat yang layak disembah, bukan obyek yang lain, adalah tatkala mereka tertimpa bahaya di lautan, kemudian mereka takut akan binasa karena gulungan ombak, niscaya hilanglah dari benak mereka, segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah di waktu lapang, baik sesembahan itu hidup atau mati. Seolah-olah mereka tidak pernah menyeru sesembahan itu sama sekali. Hal ini disebabkan mereka mengetahui bahwasanya sesembahan itu tak berdaya untuk menghilangkan bahaya
(yang sedang dihadapi).
Mereka pun berteriak menyeru sang Pencipta langit dan bumi, Dzat yang dimintai perlindungan oleh semua makhluk dalam ma-salah-masalah mereka yang genting. Pada waktu seperti ini mereka mengikhlaskan doa dan ketundukan kepada Allah semata. Akan tetapi, ketika Allah telah menghilangkan bahaya dan menyelamat-kan mereka hingga sampai ke daratan, maka mereka lupa kepada Dzat tempat mereka berdoa sebelumnya. Mereka menyekutukan denganNya suatu obyek yang tidak mampu memberi manfaat dan mudharat, tidak memberi dan tidak pula mampu mencegah pem-berian. Mereka pun berpaling dari keikhlasan untuk Rabb dan Pe-nguasa mereka.
Ini disebabkan kebodohan manusia dan kekufurannya. Karena sesungguhnya manusia itu sering mengkufuri nikmat-nikmat yang diberikan. Kecuali orang-orang yang diberi hidayah, maka Allah memberikan nikmat kepada mereka dengan akal yang sehat dan mengambil petunjuk menuju jalan yang lurus. Ia mengetahui bah-wasanya Dzat yang telah menghilangkan kesulitan-kesulitan dan menyelamatkannya dari kengerian-kengerian, Dia-lah yang berhak untuk ditunggalkan dan diikhlaskan kepadaNya seluruh amalan, baik dalam keadaan lapang atau sempit, susah ataupun senang. Adapun orang yang ditelantarkan tanpa bimbingan
(dari Allah) dan diserahkan kepada penanganan akalnya yang lemah, maka tidak menghiraukan pada waktu kesulitan kecuali hanya kemasla-hatan sesaat dan keselamatannya di waktu itu. Ketika dia telah men-dapatkan keselamatan dan kesulitan telah menjauhinya, niscaya dia menduga dengan akalnya yang bodoh bahwa dia telah melemah-kan Allah. Di dalam hatinya tidak terbetik akibat jelek yang bersifat duniawi, apalagi perkara akhirat.
#
{68 ـ 69} ولهذا ذكَّرهم الله بقولِهِ: {أفأمِنتُم أن يخسِفَ بكم جانبَ البَرِّ أو يرسلَ عليكم حاصباً}؛ أي: فهو على كل شيء قديرٌ، إن شاء أنزل عليكم عذاباً من أسفلَ منكم بالخسفِ، أو من فوقِكم بالحاصب، وهو العذابُ الذي يَحصُبُهم فيصبحوا هالكين؛ فلا تظنُّوا أنَّ الهلاك لا يكون إلا في البحر، وإنْ ظننتُم ذلك؛ فأنتم آمنون من {أن يعيدكم}: في البحر؛ {تارةً أخرى فيرسل عليكم قاصِفاً من الريح}؛ أي: ريحاً شديدةً جدًّا تقصف ما أتت عليه، {فيغرِقَكم بما كفرتم ثم لا تَجِدوا لكم علينا به تبيعاً}؛ أي: تبعة ومطالبة؛ فإنَّ الله لم يظلمْكُم مثقال ذرَّة.
(68-69) Oleh karenanya, Allah mengingatkan mereka dengan FirmanNya, ﴾ أَفَأَمِنتُمۡ أَن يَخۡسِفَ بِكُمۡ جَانِبَ ٱلۡبَرِّ أَوۡ يُرۡسِلَ عَلَيۡكُمۡ حَاصِبٗا
﴿ "Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Allah) yang menjungkirbalikkan se-bagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil?" Maksudnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, apabila Dia menghendaki, niscaya akan menurunkan azab kepadamu dari arah bawah dengan menjungkirbalikkan kalian, atau dari atas, dengan meniupkan angin keras yang menerbangkan kerikil. Itu adalah azab yang mengenai mereka secara merata de-ngan batu-batu kerikil sehingga mereka menjadi orang-orang yang binasa. Maka janganlah kamu menyangka bahwa kebinasaan hanya terjadi di lautan belaka.
Apabila kamu berpandangan demikian, maka apakah kamu merasa aman dari ﴾ أَن يُعِيدَكُمۡ
﴿ "dikembalikanNya kamu," ke lautan ﴾ تَارَةً أُخۡرَىٰ فَيُرۡسِلَ عَلَيۡكُمۡ قَاصِفٗا مِّنَ ٱلرِّيحِ
﴿ "sekali lagi lalu Dia meniupkan atas kamu angin taupan," yaitu angin kencang yang menghancurkan segala sesuatu yang mendatanginya, ﴾ فَيُغۡرِقَكُم بِمَا كَفَرۡتُمۡ ثُمَّ لَا تَجِدُواْ لَكُمۡ عَلَيۡنَا بِهِۦ تَبِيعٗا ﴿ "dan di-tenggelamkanNya kamu disebabkan kekafiranmu. Kemudian kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap
(siksaan) Kami," yaitu tempat meminta pertolongan. Sesungguhnya Allah tidak akan pernah menzhalimi kalian meskipun seberat biji sawi.
{وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا (70)}.
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan ke-lebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."
(Al-Isra`: 70).
#
{70} وهذا من كرمِهِ عليهم وإحسانه الذي لا يقادَرُ قَدْرُهُ؛ حيث كرَّم بني آدم بجميع وجوه الإكرام، فكرَّمهم بالعلم والعقل وإرسال الرسل وإنزال الكتب، وجعل منهم الأولياءَ والأصفياء، وأنعم عليهم بالنِّعم الظاهرة والباطنة، {وحَمَلْناهم في البرِّ}: على الركاب من الإبل والبغال والحمير والمراكب البريَّة. وفي {البحر}: في السفن والمراكب، {ورَزَقْناهم من الطيبات}: من المآكل والمشاربِ والملابس والمناكح؛ فما من طيب تتعلَّق به حوائجهم إلاَّ وقد أكرمهم الله به ويسَّره لهم غاية التيسيرِ، {وفضَّلْناهم على كثيرٍ ممَّن خَلَقْنا تفضيلاً}: بما خصَّهم به من المناقب وفضَّلهم به من الفضائل التي ليست لغيرهم من أنواع المخلوقات، أفلا يقومون بشكر مَنْ أولى النعم ودَفَعَ النِّقم ولا تحجبهم النِّعم عن المنعم فيشتغلوا بها عن عبادة ربِّهم، بل ربَّما استعانوا بها على معاصيه؟!
(70) Ini adalah salah satu kemurahan dan kebaikan Allah yang tidak terukur kadarnya kepada mereka, yang mana Dia me-muliakan Bani Adam dengan semua bentuk kemuliaan. Allah me-muliakan mereka dengan ilmu dan akal. Allah mengutus para rasul, menurunkan kitab-kitab, menjadikan wali dan orang pilihan
(Nya) dari mereka, serta mencurahkan nikmat-nikmat lahir maupun bathin yang lain bagi mereka. ﴾ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ
﴿ "Dan kami angkut mereka di da-ratan," di atas tunggangan seperti unta, baghal, keledai dan kenda-raan-kendaraan darat, ﴾ وَٱلۡبَحۡرِ
﴿ "dan di lautan," dengan kapal-kapal dan perahu-perahu.
﴾ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ
﴿ "Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik," dalam bentuk makanan, minuman, pakaian dan pasangan. Maka, tidak ada dari kebaikan yang berhubungan erat dengan kebutuhan mereka melainkan pasti Allah telah memuliakan mereka dengan-nya dan memudahkannya bagi mereka dengan semudah-mudahnya.
﴾ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا ﴿ "Dan Kami lebihkan mereka de-ngan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan," dengan keistimewaan khusus bagi mereka berupa jalan hidup yang baik dan mengutamakan mereka dengan aneka keutama-an yang tidak dimiliki makhluk lain dari jenis-jenis makhluk
(yang ada). Apakah mereka tidak mau bersyukur kepada Dzat yang telah melimpahkan nikmatNya dan menepis bahaya? Jangan sampai nikmat-nikmat itu menghalangi mereka dari Dzat yang memberi nikmat itu sendiri, sehingga mereka sibuk dengan kenikmatan itu dari beribadah kepadaNya, bahkan tidak menutup kemungkinan menggunakannya dalam bermaksiat kepadaNya.
{يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا (71) وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا (72)}.
"
(Ingatlah) suatu hari
(yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; maka barangsiapa yang diberikan Kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. Dan barang-siapa yang buta
(hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat
(nanti) dia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan
(yang benar)."
(Al-Isra`: 71-72).
#
{71} يخبر تعالى عن حال الخلق يوم القيامة، وأنه يدعو كلَّ أناس معهم إمامهم وهاديهم إلى الرُّشد، وهم الرسل ونوابهم، فتعرض كلُّ أمة، ويحضرها رسولهم الذي دعاهم، وتعرض أعمالهم على الكتاب الذي يدعو إليه الرسول هل هي موافقة له أم لا؟ فينقسمون بهذا قسمين: {فمن أوتي كتابه بيمينه}: لكونه اتَّبع إمامه الهادي إلى صراطٍ مستقيم، واهتدى بكتابه، فكثرت حسناتُه، وقلَّت سيئاتُه؛ {فأولئك يقرؤون كتابهم}: قراءة سرورٍ وبهجة على ما يرون فيها مما يفرِحُهم ويسرُّهم، {ولا يُظلمون فتيلاً}: ممّا عملوه من الحسنات.
(71) Allah تعالى mengabarkan tentang keadaan para makhluk pada Hari Kiamat. Allah juga mengabarkan bahwa Dia akan me-manggil setiap umat bersama dengan imam dan pemberi petunjuk mereka, yaitu para rasul dan penerus-penerusnya. Kemudian setiap umat maju, dan rasul yang pernah menyeru mereka pun menghadi-rinya. Amalan mereka dibandingkan dengan kitab yang pernah diserukan oleh rasul, apakah sesuai atau tidak?
Dengan ini, terbagilah manusia menjadi dua kelompok, ﴾ فَمَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ
﴿ "maka barangsiapa yang diberikan Kitab amalannya di tangan kanannya," karena sebelumnya mereka mengikuti imamnya yang menunjukkan kepada jalan yang lurus, mengambil petunjuk dari Kitabullah, maka kebaikannya menjadi banyak dan keburukan-nya menyusut, ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ يَقۡرَءُونَ كِتَٰبَهُمۡ
﴿ "maka mereka ini akan membaca kitabnya itu," dengan bacaan yang menggembirakan dan menyenang-kan atas sesuatu yang mereka lihat di dalamnya dari sesuatu yang membuat mereka bahagia dan senang, ﴾ وَلَا يُظۡلَمُونَ فَتِيلٗا ﴿ "dan mereka tidak dianiaya sedikit pun," dari setiap kebaikan yang telah mereka lakukan.
#
{72} {ومن كان في هذه}: الدنيا {أعمى}: عن الحقِّ؛ فلم يقبَلْه ولم ينقدْ له، بل اتَّبع الضلال، {فهو في الآخرة أعمى}: عن سلوك طريق الجنَّة كما لم يسلكه في الدنيا، {وأضلُّ سبيلاً}: فإنَّ الجزاء من جنس العمل، وكما تَدين تُدان.
وفي هذه الآية دليل على أنَّ كلَّ أمة تُدعى إلى دينها وكتابها وهل عملت به أم لا؟ وأنهم لا يؤاخذون بشرع نبيٍّ لم يؤمروا باتِّباعه، وأنَّ الله لا يعذِّب أحداً إلاَّ بعد قيام الحجَّة عليه ومخالفته لها، وأنَّ أهل الخير يعطَوْن كتبهم بأيمانهم، ويحصُلُ لهم من الفرح والسرور شيءٌ عظيم، وأنَّ أهل الشرِّ بعكس ذلك، وأنهم لا يقدِرون على قراءة كتبهم من شدَّة غمِّهم وحزنهم وثبورهم.
(72) ﴾ وَمَن كَانَ فِي هَٰذِهِۦٓ
﴿ "Dan barangsiapa yang di sini," yakni di dunia ini ﴾ أَعۡمَىٰ
﴿ "buta" dari kebenaran, maka dia tidak menerima dan tidak tunduk kepadanya, justru dia mengikuti kesesatan ﴾ فَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ أَعۡمَىٰ
﴿ "niscaya di akhirat (nanti) dia akan lebih buta (pula)" (tidak melihat) jalur menuju surga, sebagaimana tatkala di dunia dia tidak menapakinya ﴾ وَأَضَلُّ سَبِيلٗا ﴿ "dan lebih tersesat dari jalan
(yang benar). Karena balasan itu disebabkan oleh jenis amal perbuatan itu ter-sendiri, dan sebagaimana kamu memberi balasan, maka kamu diberi balasan pula.
Dalam ayat ini, terdapat dalil bahwasanya setiap umat itu akan diseru kepada agama dan kitabnya. Apakah dilaksanakan atau-kah tidak? Mereka tidak akan diazab dengan syariat nabi lain yang tidak diperintahkan untuk mengikutinya. Allah tidak akan meng-azab seseorang kecuali setelah hujjah tegak atasnya, kemudian dia menyelisihinya. Orang-orang yang suka berbuat kebaikan akan diberikan kitab mereka dengan tangan kanannya. Mereka akan mendapatkan kebahagiaan yang sangat besar. Sedangkan orang-orang yang suka berbuat kejelekan, akan mendapatkan kebalikan-nya. Mereka tidak mampu membaca kitab mereka disebabkan dah-syatnya kegelisahan dan ketakutan yang mereka rasakan.
{وَإِنْ كَادُوا لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ لِتَفْتَرِيَ عَلَيْنَا غَيْرَهُ وَإِذًا لَاتَّخَذُوكَ خَلِيلًا (73) وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا (74) إِذًا لَأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا (75) وَإِنْ كَادُوا لَيَسْتَفِزُّونَكَ مِنَ الْأَرْضِ لِيُخْرِجُوكَ مِنْهَا وَإِذًا لَا يَلْبَثُونَ خِلَافَكَ إِلَّا قَلِيلًا (76) سُنَّةَ مَنْ قَدْ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنْ رُسُلِنَا وَلَا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحْوِيلًا (77)}.
"Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat sesuatu yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu, tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Dan kalau bukan karena Kami memperkuat
(hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka. Kalau terjadi de-mikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu
(siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu
(pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, kemudian kamu tidak akan mendapat seorang pe-nolong pun terhadap Kami. Dan sesungguhnya mereka benar-benar hampir membuatmu gelisah di negeri
(Makkah) untuk mengusirmu daripadanya, dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja.
(Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu, dan kamu tidak akan mendapati perubahan bagi ketetapan Kami itu."
(Al-Isra`: 73-77).
#
{73} يذكر تعالى منَّته على رسوله محمدٍ - صلى الله عليه وسلم - وحفظه له من أعدائه الحريصين على فتنته بكل طريق، فقال: {وإن كادوا لَيَفْتِنونك عن الذي أوحينا إليك لتفتريَ علينا}؛ أي: قد كادوا لك أمراً لم يُدْرِكوه، وتحيَّلوا لك على أن تفتري على الله غير الذي أنزلنا إليك، فتجيء بما يوافقُ أهواءهم، وتدعُ ما أنزل الله إليك. {وإذاً}: لو فعلت ما يهوون؛ {لاتَّخذوك خليلاً}؛ أي: حبيباً صفيًّا أعزَّ عليهم من أحبابهم لما جَبَلَكَ الله عليه من مكارم الأخلاق ومحاسن الآداب المحبَّبة للقريب والبعيد والصديق والعدوِّ، ولكن لتعلم أنَّهم لم يعادوك وينابذوك العداوة إلاَّ للحقِّ الذي جئتَ به لا لِذَاتك؛ كما قال تعالى: {قد نعلمُ إنَّه لَيَحْزُنُك الذي يقولون فإنَّهم لا يكذِّبونَكَ ولكنَّ الظالمين بآيات الله يجحدونَ}.
(73) Allah تعالى menyebutkan karunia dan penjagaanNya ke-pada RasulNya, Muhammad ﷺ dari para musuh yang gigih melon-tarkan fitnah dengan segala macam cara. Allah berfirman, ﴾ وَإِن كَادُواْ لَيَفۡتِنُونَكَ عَنِ ٱلَّذِيٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ لِتَفۡتَرِيَ عَلَيۡنَا غَيۡرَهُۥۖ
﴿ "Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat sesuatu yang lain secara bohong terhadap Kami," maksud-nya mereka telah melancarkan tipu-daya kepadamu yang belum pernah mereka ketahui (sebelumnya), mereka merekayasa dirimu agar mau berbohong atas Nama Allah dengan (memberi keterangan) yang berbeda dengan yang telah diwahyukan kepadamu, lantas kamu membawakan keterangan yang sesuai dengan hawa nafsu mereka, dan kamu meninggalkan wahyu yang diturunkan Allah kepadamu. ﴾ وَإِذٗا
﴿ "Dan kalau sudah begitu," seandainya kamu me-lakukan apa yang mereka inginkan, ﴾ لَّٱتَّخَذُوكَ خَلِيلٗا
﴿ "tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia," yaitu sebagai kekasih sejati, lebih dihormati dari kekasih-kekasih mereka yang lain, karena perangai-perangai yang telah Allah pasang untukmu berupa akhlak mulia dan adab yang tinggi, yang dicintai oleh semua karib yang dekat maupun jauh, kawan ataupun lawan. Akan tetapi, sungguh kamu akan mengetahui bahwasanya, tidaklah mereka memusuhi dan melawanmu melainkan karena kebenaran yang kamu bawa, bukan karena pribadimu. Sebagaimana Firman Allah,
﴾ قَدۡ نَعۡلَمُ إِنَّهُۥ لَيَحۡزُنُكَ ٱلَّذِي يَقُولُونَۖ فَإِنَّهُمۡ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَٰكِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ يَجۡحَدُونَ 33 ﴿
"Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu,
(janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah."
(Al-An'am: 33).
#
{74} {و} مع هذا {لولا أن ثَبَّتْناك}: على الحقِّ وامتنَّنا عليك بعدم الإجابة لداعيهم، {لقد كدتَ تركنُ إليهم شيئاً قليلاً}: من كثرة المعالجة ومحبَّتك لهدايتهم.
(74) ﴾ وَ
﴿ "Dan," kendatipun demikian ﴾ ل َ و ْ ل َ آ أَن ثَبَّتۡنَٰكَ
﴿ "kalau bukan karena Kami memperkuat (hati)mu," untuk tetap di atas kebenar-an dan Kami karuniakan kepadamu penolakan terhadap permin-taan mereka ﴾ لَقَدۡ كِدتَّ تَرۡكَنُ إِلَيۡهِمۡ شَيۡـٔٗا قَلِيلًا ﴿ "niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka," karena banyaknya usahamu untuk membenahi mereka dan kecintaanmu untuk memberikan hidayah.
#
{75} {إذاً}: لو ركنت إليهم بما يهوون، {لأذقناك ضعفَ الحياة وضعفَ المماتِ}؛ أي: لأصبناك بعذابٍ مضاعفٍ في الدُّنيا والآخرة، وذلك لكمال نعمة الله عليك وكمال معرفتك. {ثمَّ لا تَجِدُ لك علينا نصيراً}: ينقذك مما يحلُّ بك من العذاب، ولكن الله تعالى عَصَمَكَ من أسباب الشَّرِّ ومن الشَّرِّ، فثبَّتك وهداك الصراط المستقيم، ولم تركَنْ إليهم بوجه من الوجوه؛ فله عليك أتمُّ نعمةٍ وأبلغ منحةٍ.
(75) ﴾ إِذًا
﴿ "Kalau terjadi demikian," seandainya kamu condong kepada keinginan mereka, ﴾ لَّأَذَقۡنَٰكَ ضِعۡفَ ٱلۡحَيَوٰةِ وَضِعۡفَ ٱلۡمَمَاتِ
﴿ "benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati," maksudnya benar-benar akan Kami timpakan kepadamu siksaan yang berlipat ganda di dunia dan akhirat. Hal itu karena Allah telah menyem-purnakan nikmat-nikmatNya kepadamu dan menyempurnakan pula pengetahuanmu ﴾ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيۡنَا نَصِيرٗا ﴿ "kemudian kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami," yang menyelamatkan-mu dari azab yang menimpamu. Akan tetapi, Allah تعالى memelihara-mu dari sebab-sebab keburukan dan keburukan itu sendiri. Selanjut-nya, Kami menguatkan hatimu dan Kami menunjukkan kamu ke jalan yang lurus. Dan kamu tidak akan condong kepada mereka dari sisi manapun. Dia telah melimpahkan atas dirimu nikmat yang sempurna dan anugerah yang tak terhingga.
#
{76 ـ 77} {وإن كادوا لَيَسْتَفِزُّونك من الأرض لِيُخْرِجوك منها}؛ أي: من بغضهم لمقامك بين أظهرهم، قد كادوا أن يخرجوك من الأرضِ ويُجْلوك عنها، ولو فعلوا ذلك؛ لم يلبثوا بعدك فيها إلاَّ قليلاً، حتى تحلَّ بهم العقوبة؛ كما هي سنة الله التي لا تحول ولا تبدل في جميع الأمم، كل أمة كذبت رسولها وأخرجته؛ عاجلها الله بالعقوبة، ولمَّا مكر به الذين كفروا وأخرجوه؛ لم يلبثوا إلاَّ قليلاً حتَّى أوقع الله بهم ببدرٍ، وقَتَلَ صناديدهم، وفَضَّ بيضتهم؛ فله الحمد.
وفي هذه الآيات دليلٌ على شدة افتقار العبد إلى تثبيت الله إياه، وأنَّه [ينبغي له أن] لا يزال متملِّقاً لربِّه أن يثبته على الإيمان ساعياً في كلِّ سبب موصل إلى ذلك؛ لأنَّ النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - ـ وهو أكمل الخلق ـ قال الله له: {ولولا أن ثَبَّتْناك لقد كِدت تَرْكَنُ إليهم شيئاً قليلاً}؛ فكيف بغيره؟!
وفيها: تذكيرُ الله لرسوله منَّته عليه وعصمته من الشرِّ، فدلَّ ذلك على أنَّ الله يحبُّ من عباده أن يتفطَّنوا لإنعامه عليهم عند وجود أسباب الشرِّ بالعصمة منه والثبات على الإيمان.
وفيها: أنه بحسب علوِّ مرتبة العبد وتواتُرِ النِّعم عليه من الله يَعْظُمُ إثمُهُ ويتضاعفُ جرمُهُ إذا فعل ما يُلام عليه؛ لأنَّ الله ذكَّر رسوله لو فعل ـ وحاشاه من ذلك ـ بقوله: {إذاً لأذَقْناك ضعفَ الحياة وضعفَ الممات ثم لا تجِدُ لك علينا نصيراً}.
وفيها: أنَّ الله إذا أراد إهلاك أمَّة؛ تضاعف جُرمها وعَظُم وكَبُر، فيحقُّ عليها القولُ من الله، فيوقع بها العقاب؛ كما هي سنَّته في الأمم إذا أخرجوا رسولهم.
(76-77) ﴾ وَإِن كَادُواْ لَيَسۡتَفِزُّونَكَ مِنَ ٱلۡأَرۡضِ لِيُخۡرِجُوكَ مِنۡهَاۖ
﴿ "Dan sesungguh-nya mereka benar-benar hampir membuatmu gelisah di negeri (Makkah) untuk mengusirmu darinya," karena kebencian mereka dengan keber-adaanmu bersama mereka. Hampir saja mereka mengusirmu dan menyingkirkanmu dari negeri (Makkah). Seandainya mereka mela-kukannya, niscaya mereka tidak akan lama bertahan di negeri itu, hingga azab menimpa mereka. Itu adalah sunnatullah yang tidak pernah berubah dan berganti pada setiap umat. Setiap umat yang mendustakan dan mengusir RasulNya, niscaya Allah akan menye-gerakan azab bagi mereka. Oleh karenanya, tatkala orang-orang kafir itu membuat makar terhadap RasulNya dan mengusirnya, maka tidaklah mereka mampu bertahan kecuali sebentar saja sampai akhirnya Allah membinasakan mereka di perang Badar, menewas-kan tokoh-tokoh mereka dan mencerai-beraikan kekuatan mereka. BagiNya-lah semua pujian.
Dalam ayat ini terdapat dalil betapa besarnya kebutuhan se-orang hamba kepada peneguhan hati oleh Allah. [Sudah seharus-nya] dia senantiasa meminta, supaya Allah meneguhkan hatinya di atas keimanan dengan tetap melakukan segala usaha yang menghan-tarkan kepadanya. Karena Nabi saja –padahal beliau adalah insan yang paling sempurna– (diberi peneguhan hati oleh Allah. Ed). Allah berfirman kepada beliau, ﴾ وَلَوۡلَآ أَن ثَبَّتۡنَٰكَ لَقَدۡ كِدتَّ تَرۡكَنُ إِلَيۡهِمۡ شَيۡـٔٗا قَلِيلًا
﴿ "Dan kalau bukan karena Kami memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka," lalu bagaimana dengan selain beliau?
Dalam ayat ini terdapat tindakan Allah mengingatkan Rasul-Nya terhadap karunia dan penjagaanNya dari keburukan. Hal ini menunjukkan bahwasanya Allah mencintai hamba-hambaNya, yang menyadari curahan kenikmatan pada mereka di kala muncul sebab-sebab keburukan dalam bentuk penjagaan dariNya dan keteguhan di atas keimanan.
Dalam ayat ini terdapat pula dalil bahwasanya semakin tinggi kedudukan seorang hamba dan semakin banyak nikmat yang dia dapatkan dari Allah, maka semakin besar pula dosa dan tingkat kejahatannya apabila dia melakukan perbuatan yang tercela. Karena Allah telah mengingatkan RasulNya, seandainya beliau melakukan-nya –dan itu tidak mungkin terjadi– dengan FirmanNya, ﴾ إِذٗا لَّأَذَقۡنَٰكَ ضِعۡفَ ٱلۡحَيَوٰةِ وَضِعۡفَ ٱلۡمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيۡنَا نَصِيرٗا 75 ﴿ "Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu
(siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu
(pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami."
Dalam ayat ini terdapat pula dalil bahwasanya apabila Allah menghendaki kehancuran suatu umat, maka kejahatannya akan berlipat-lipat, membesar dan semakin menjadi-jadi, sampai akhir-nya jatuhlah keputusan dari Allah atas mereka, maka Allah menim-pakan hukuman itu kepada mereka, sebagaimana itu sudah men-jadi sunnatullah yang berlaku pada umat-umat terdahulu apabila mereka mengusir RasulNya.
{أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا (78) وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (79) وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا (80) وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا (81)}.
"Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya Shalat Shubuh itu disaksikan
(oleh malaikat). Dan pada sebagian malam hari, maka shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabbmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah, 'Ya Rabbku, masukkanlah aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkanlah
(pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisiMu kekuasaan yang menolong.' Dan katakanlah, 'Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.' Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap."
(Al-Isra`: 78-81).
#
{78} يأمر تعالى نبيَّه محمداً - صلى الله عليه وسلم - بإقامة الصلاة تامَّة ظاهراً وباطناً في أوقاتها، {لِدُلوك الشمس}؛ أي: ميلانها إلى الأُفقِ الغربيِّ بعد الزوال، فيدخُلُ في ذلك صلاة الظهر وصلاة العصر {إلى غَسَقِ الليل}؛ أي: ظلمتِهِ، فدخل في ذلك صلاة المغرب وصلاة العشاء، {وقرآنَ الفجْرِ}؛ أي: صلاة الفجر، وسمِّيت قرآناً لمشروعيَّة إطالة القرآن فيها أطول من غيرها، ولفضل القراءة؛ حيث يشهدها الله وملائكةُ الليلِ وملائكة النهار.
ففي هذه الآية ذكرُ الأوقات الخمسة للصَّلوات المكتوبات، وأن الصَّلوات الموقعة فيه فرائضُ؛ لتخصيصها بالأمر.
وفيها أنَّ الوقت شرطٌ لصحَّة الصلاة، وأنَّه سببٌ لوجوبها؛ لأنَّ الله أمر بإقامتها لهذه الأوقات، وأنَّ الظهر والعصر يُجمعان، والمغرب والعشاء كذلك؛ للعذر؛ لأنَّ الله جمع وقتهما جميعاً.
وفيه فضيلةُ صلاة الفجر، وفضيلة إطالة القراءة فيها، وأنَّ القراءة فيها ركنٌ؛ لأنَّ العبادة إذا سُمِّيت ببعض أجزائها؛ دلَّ على فرضيَّة ذلك.
(78) Allah تعالى memerintahkan NabiNya, Muhammad ﷺ untuk menegakkan shalat dengan sempurna, baik secara fisik maupun bathin pada waktu-waktunya ﴾ لِدُلُوكِ ٱلشَّمۡسِ
﴿ "dari sesudah matahari tergelincir," yaitu condongnya matahari ke arah barat setelah ter-gelincir. Masuk pada waktu itu adalah Shalat Zhuhur dan Ashar ﴾ إِلَىٰ غَسَقِ ٱلَّيۡلِ
﴿ "sampai gelap malam," yaitu hingga gelap. Masuk dalam waktu ini adalah Shalat Maghrib dan Isya ﴾ وَقُرۡءَانَ ٱلۡفَجۡرِۖ ﴿ "dan
(diri-kanlah pula shalat) fajar," yaitu Shalat Shubuh. Disebutkan dengan kata "qur`an", karena Shalat Shubuh disyariatkan memperpanjang bacaan al-Qur`an di dalamnya melebihi waktu-waktu shalat lain. Dan juga karena keutamaan bacaan al-Qur`an di dalamnya, lantaran disaksikan oleh Allah, para malaikat siang, dan malaikat malam.
Dalam ayat ini, disebutkan lima waktu untuk shalat-shalat yang wajib. Dan bahwa shalat-shalat yang dikerjakan di dalamnya merupakan shalat-shalat wajib karena adanya pengkhususan de-ngan perintah itu.
Pada ayat ini terdapat keterangan bahwa waktu merupakan syarat sahnya shalat, dan ia menjadi sebab diwajibkannya
(pelaksa-naan) shalat. Karena Allah memerintahkan untuk mendirikan shalat pada waktu-waktu ini. Apabila ada udzur, maka Shalat Zhuhur dan Ashar boleh dijamak. Begitu pula Maghrib dan Isya. Karena Allah menggabungkan waktu keduanya secara bersamaan.
Dalam ayat ini
(juga) termuat keutamaan Shalat Shubuh dan keutamaan memperpanjang bacaan di dalamnya, dan bahwa bacaan merupakan rukun dari Shalat Shubuh. Karena apabila suatu ibadah dinamakan dengan sebagian namanya, maka itu menunjukkan ke-wajiban perkara tersebut.
#
{79} وقوله: {ومن الليل فتهجَّدْ به}؛ أي: صلِّ به في سائر أوقاته، {نافلةً لك}؛ أي: لتكون صلاة الليل زيادةً لك في علوِّ القدر ورفع الدرجات؛ بخلاف غيرك؛ فإنَّها تكون كفَّارة لسيِّئاته. ويُحتمل أن يكون المعنى أنَّ الصلوات الخمس فرضٌ عليك وعلى المؤمنين؛ بخلاف صلاة الليل؛ فإنها فرض عليك بالخصوص؛ لكرامتك على الله أن جَعَلَ وظيفتك أكثر من غيرك، وليكثر ثوابك، وتنال بذلك المقام المحمود، وهو المقام الذي يحمده فيه الأوَّلون والآخرون، مقام الشفاعة العظمى، حين يستشفع الخلائق بآدم ثم بنوح ثم إبراهيم ثم موسى ثم عيسى، وكلُّهم يعتذر ويتأخَّر عنها، حتى يستشفعوا بسيِّد ولد آدم ليرحمهم الله من همِّ الموقف وكربِهِ، فيشفع عند ربِّه، فيشفِّعه ويُقيمه مقاماً يغبطه به الأوَّلون والآخرون، وتكون له المنَّة على جميع الخلق.
(79) Dan Firman Allah, ﴾ وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَتَهَجَّدۡ بِهِۦ
﴿ "Dan pada sebagian malam hari maka shalat tahajudlah kamu," maksudnya shalatlah pada sisa waktu malam ﴾ نَافِلَةٗ لَّكَ ﴿ "sebagai suatu ibadah tambahan bagimu," maksudnya agar shalat malam menjadi tambahan bagi tingginya kedudukan dan derajatmu. Berbeda dengan orang selainmu, maka shalat malam itu sebagai penghapus atas kesalahan-kesalahannya.
Pengertian ayat ini juga bisa mengandung makna bahwasanya shalat lima waktu itu merupakan kewajiban atasmu dan kaum Muk-minin. Berbeda dengan shalat malam, maka itu adalah kewajiban yang dikhususkan untukmu. Hal ini karena kemuliaanmu di sisi Allah, sehingga Dia menjadikan tugasmu lebih banyak daripada orang lain, supaya pahalamu menjadi banyak, yang dengan itu kamu bisa mencapai al-Maqam al-Mahmud
(kedudukan terpuji di sisi Rabbmu). Ia merupakan kedudukan yang dipuji-puji oleh orang-orang yang terdahulu dan yang akan datang, yaitu kedudukan bisa memberi syafa'at tertinggi, tatkala seluruh makhluk meminta syafa'at kepada Nabi Adam, kemudian Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa, mereka semua mengemukakan udzur darinya. Hingga mereka meminta syafa'at dari pemimpin anak keturunan Adam, supaya Allah mengasihi mereka dari kegelisahan dan kesusahan pada waktu itu. Beliau pun meminta syafa'at kepada Rabbnya. Ke-mudian Allah pun mengizinkan beliau untuk memberikan syafa'at, menempatkan beliau di tempat yang mana orang-orang terdahulu hingga orang-orang yang datang belakangan merasa iri untuk men-dapatkannya. Sehingga hal itu menjadi karunia Nabi Muhammad bagi seluruh makhluk.
#
{80} وقوله: {وقل ربِّ أدخِلْني مُدْخَلَ صدقٍ وأخرِجْني مُخْرَجَ صدقٍ}؛ أي: اجعل مداخلي ومخارجي كلَّها في طاعتك وعلى مرضاتك، وذلك لتضمُّنها الإخلاص وموافقته الأمر. {واجعل لي من لدنك سلطاناً نصيراً}؛ أي: حجة ظاهرة وبرهاناً قاطعاً على جميع ما آتيه وما أذره، وهذا أعلى حالة يُنْزِلُها الله العبد، أنْ تكون أحوالُهُ كلُّها خيراً ومقربةً له إلى ربِّه، وأن يكون له على كلِّ حالة من أحواله دليلٌ ظاهرٌ، وذلك متضمِّن للعلم النافع والعمل الصالح للعلم بالمسائل والدلائل.
(80) FirmanNya, ﴾ وَقُل رَّبِّ أَدۡخِلۡنِي مُدۡخَلَ صِدۡقٖ وَأَخۡرِجۡنِي مُخۡرَجَ صِدۡقٖ
﴿ "Dan ka-takanlah, 'Ya Rabbku, masukkanlah aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku ke tempat keluar yang benar," maksudnya jadi-kanlah tempat masuk dan tempat keluarku semuanya dalam ke-taatan dan keridhaanMu. Karena hal ini memuat sifat keikhlasan dan keselarasan dengan perintah. ﴾ وَٱجۡعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلۡطَٰنٗا نَّصِيرٗا ﴿ "Dan be-rikanlah kepadaku dari sisiMu kekuasaan yang menolong," maksudnya hujjah yang nyata dan petunjuk yang pasti pada seluruh yang aku kerjakan dan aku tinggalkan. Ini adalah keadaan paling mulia yang mana Allah menempatkan hambaNya di sana. Yakni, supaya se-luruh keadaannya baik dan mengarahkan kepada kedekatan pada Rabbnya. Dan supaya dia memiliki dasar petunjuk yang jelas dalam setiap keadaannya. Hal ini mencakup ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, yaitu ilmu tentang berbagai problematika dan dalil-dalil petunjuk.
#
{81} وقوله: {وقل جاء الحقُّ وزَهَقَ الباطل}: والحقُّ هو ما أوحاه الله إلى رسوله محمدٍ - صلى الله عليه وسلم -، فأمره الله أن يقولَ ويعلِنَ: قد جاء الحقُّ الذي لا يقوم له شيءٌ، وزَهَقَ الباطلُ؛ أي: اضمحل وتلاشى. {إنَّ الباطل كان زَهوقاً}؛ أي: هذا وصف الباطل، ولكنَّه قد يكون له صولةٌ وروجان إذا لم يقابلْه الحقُّ، فعند مجيء الحقِّ؛ يضمحلُّ الباطل فلا يبقى له حراك، ولهذا لا يروج الباطل إلاَّ في الأزمان والأمكنة الخالية من العلم بآيات الله وبيناته. وقوله:
(81) FirmanNya, ﴾ وَقُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ وَزَهَقَ ٱلۡبَٰطِلُۚ
﴿ "Dan katakanlah, 'Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap'," kebenaran adalah apa yang Allah wahyukan kepada RasulNya, Muhammad, Allah me-merintahkannya untuk mengatakan dan mengumumkan, "Telah datang kebenaran yang tidak ada sesuatu pun yang menentang-nya. Dan kebatilan telah lenyap." Artinya (kebatilan) telah pudar dan pupus. ﴾ إِنَّ ٱلۡبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقٗا ﴿ "Sesungguhnya yang batil itu adalah se-suatu yang pasti lenyap," maksudnya ini adalah sifat kebatilan. Akan tetapi, terkadang kebatilan berkuasa laris
(digemari. Ed) apabila tidak dihadapi dengan kebenaran. Lalu tatkala datang kebenaran, maka kebatilan meredup dan tidak akan tersisa sama sekali. Tidak-lah kebatilan itu akan laris kecuali pada waktu dan tempat yang kosong dari ilmu tentang ayat-ayat Allah dan penjelasannya.
Dan Firman Allah,
{وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا (82)}.
"Dan Kami turunkan dari al-Qur`an suatu yang menjadi pe-nawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan tidaklah al-Qur`an itu menambah kepada orang-orang yang zhalim melain-kan kerugian."
(Al-Isra`: 82).
#
{82} فالقرآن مشتملٌ على الشفاء والرحمة، وليس ذلك لكلِّ أحدٍ، وإنَّما ذلك للمؤمنين به المصدِّقين بآياته العالمين به، وأما الظَّالمون بعدم التصديق به أو عدم العمل به؛ فلا تزيدُهم آياته إلا خساراً؛ إذ به تقومُ عليهم الحجَّة؛ فالشفاء الذي تضمنَّه القرآن عامٌّ لشفاء القلوب من الشُّبه والجهالة والآراء الفاسدة والانحراف السيئ والقصود السيئة؛ فإنه مشتملٌ على العلم اليقيني الذي تزول به كلُّ شبهة وجهالة، والوعظ والتذكير الذي يزول به كلُّ شهوة تخالف أمر الله، ولشفاء الأبدان من آلامها وأسقامها، وأما الرحمة؛ فإنَّ ما فيه من الأسباب والوسائل التي يحثُّ عليها متى فعلها العبد، فاز بالرحمة والسعادة الأبديَّة والثواب العاجل والآجل.
(82) Al-Qur`an itu mengandung penyembuh dan rahmat. Akan tetapi, kandungan itu bukan untuk setiap orang. Itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang beriman dan membenarkan ayat-ayatNya lagi mengetahuinya. Adapun orang-orang zhalim yang tidak membenarkan atau tidak mau mengamalkannya, maka ayat-ayat itu tidak menambah kepada mereka kecuali kerugian belaka. Hal ini karena hujjah telah tegak atas mereka.
Penyembuhan yang disebutkan dalam al-Qur`an itu bersifat umum untuk menyembuhkan hati dari syubhat dan kebodohan, pemikiran rusak, dan penyimpangan yang buruk, serta niat yang busuk. Al-Qur`an mencakup ilmu yakin yang mengakibatkan syu-bhat dan kebodohan lenyap,
(serta mengandung) nasihat dan per-ingatan yang dapat melenyapkan setiap syahwat yang menyelisihi perintah Allah.
(Selain itu), juga untuk menyembuhkan tubuh dari rasa sakit dan gangguan-gangguannya.
Adapun rahmat, maka sesungguhnya muatan al-Qur`an itu berisi sebab-sebab dan sarana-sarana yang dianjurkan bagi seorang hamba untuk melakukannya. Kapan saja dia menjalankannya, maka akan memperoleh kemenangan berupa rahmat, kebahagiaan yang abadi dan pahala yang akan disegerakan ataupun ditangguhkan pembalasannya.
{وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَئُوسًا (83)}.
"Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia, nis-caya berpalinglah dia, dan membelakangi dengan sikap yang som-bong; dan apabila dia ditimpa kesusahan, niscaya dia berputus asa."
(Al-Isra`: 83).
#
{83} هذه طبيعة الإنسان من حيث هو، إلاَّ مَن هداه الله؛ فإنَّ الإنسان عند إنعام الله عليه يفرح بالنِّعم، ويبطَرُ بها، ويعرِضُ، وينأى بجانبِهِ عن ربِّه؛ فلا يشكُرُه، ولا يذكُرُه. {وإذا مسَّه الشرُّ}: كالمرض ونحوه، {كان يؤوساً}: من الخير، قد قطع عن ربِّه رجاءه، وظنَّ أنَّ ما هو فيه دائمٌ أبداً، وأمَّا مَنْ هداه الله؛ فإنَّه عند النعم يخضعُ لربِّه، ويشكر نعمته، وعند الضرَّاء يتضرَّع، ويرجو من الله عافيته وإزالة ما يقعُ فيه، وبذلك يخفُّ عليه البلاء.
(83) Begitulah tabiat manusia dari sudut pandang dzatnya, kecuali orang-orang yang mendapat hidayah dari Allah. Manusia itu saat meraih kenikmatan dari Allah, maka dia bersuka cita de-ngannya, menyombongkan diri dengannya, berpaling dan menjauhi Rabbnya, tidak bersyukur kepadaNya dan tidak mau mengingatNya ﴾ وَإِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ
﴿ "dan apabila dia ditimpa kesusahan," seperti sakit atau selainnya ﴾ كَانَ يَـُٔوسٗا ﴿ "niscaya dia berputus asa," dari kebaikan. Dia putus asa dari harapan
(mendapatkan rahmat) Rabbnya, dan me-nyangka bahwasanya keadaan yang menimpanya itu akan terjadi selamanya.
Adapun orang yang mendapatkan hidayah Allah, maka dia merendahkan diri dan bersyukur kepada Rabbnya tatkala mendapat-kan kenikmatan. Apabila ditimpa musibah, maka dia memohon dengan merendahkan diri kepada Rabbnya dan mengharap kekuat-an kepada Allah, supaya segera dihilangkan musibah yang telah menimpanya. Dengan itu, akan lebih meringankan beban cobaannya.
{قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلًا (84)}.
"Katakanlah, 'Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.' Maka Rabbmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya."
(Al-Isra`: 84).
#
{84} أي: {قل كُلٌّ}: من الناس، {يعملُ على شاكلتِهِ}؛ أي: على ما يَليق به من الأحوال: إن كانوا من الصفوة الأبرار؛ لم يشاكِلْهم إلا عملهم لربِّ العالمين، ومن كانوا من غيرِهِم من المخذولين؛ لم يناسِبْهم إلاَّ العمل للمخلوقين، ولم يوافِقْهم إلاَّ ما وافق أغراضهم. وربك {أعلم بمن هو أهدى سبيلاً}: فيعلمُ مَنْ يَصْلُحُ للهداية فيهديه، ومن لا يَصْلُحُ لها فيخذله ولا يهديه.
(84) Maksudnya, ﴾ قُلۡ كُلّٞ
﴿ "Katakanlah, 'Tiap-tiap orang'," dari manusia ﴾ يَعۡمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ
﴿ "berbuat menurut keadaannya," sesuai de-ngan kondisinya masing-masing. Apabila mereka termasuk orang-orang pilihan lagi baik, maka tidaklah sesuatu itu selaras dengan mereka melainkan pasti amalan mereka itu diperuntukkan bagi Allah, Rabbul alamin. Sedangkan orang-orang selain mereka yang tidak mendapatkan curahan hidayah, maka tidaklah ada amalan yang selaras dengan mereka melainkan pasti amalan yang tertuju untuk makhluk, dan tidaklah amalan itu sesuai dengan mereka kecuali amalan yang sejalan dengan keinginan-keinginan mereka. Dan Rabbmu ﴾ أَعۡلَمُ بِمَنۡ هُوَ أَهۡدَىٰ سَبِيلٗا ﴿ "lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya." Allah lebih mengetahui siapakah yang berhak untuk men-dapat hidayah, sehingga Allah memberinya hidayah, dan siapakah yang tidak berhak untuk mendapat hidayah, sehingga Allah mene-lantarkannya dan tidak memberinya hidayah.
{وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا (85)}
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, 'Ruh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kamu diberi pe-ngetahuan melainkan sedikit'."
(Al-Isra`: 85).
#
{85} وهذا متضمِّن لردع من يسأل المسائل التي لا يُقْصَدُ بها إلاَّ التعنُّت والتَّعجيز، ويدع السؤال عن المهمِّ، فيسألون عن الرُّوح التي هي من الأمور الخفيَّة التي لا يتقنُ وصفها وكيفيتها كلُّ أحدٍ، وهم قاصرون في العلم الذي يحتاجُ إليه العباد، ولهذا أمر الله رسوله أن يُجيبَ سؤالهم بقوله: {قل الرُّوحُ من أمر ربِّي}؛ أي: من جملة مخلوقاته التي أمرها أن تكونَ فكانَتْ، فليس في السؤال عنها كبيرُ فائدةٍ مع عدم علمِكُم بغيرها.
وفي هذه الآية دليلٌ على أنَّ المسؤول إذا سُئِلَ عن أمرٍ، الأَوْلَى بالسائل غيره أنْ يعرِضَ عن جوابه، ويدلَّه على ما يحتاجُ إليه، ويرشِدَه إلى ما ينفعه.
(85) Ayat ini mengandung cara untuk membungkam orang-orang yang suka bertanya-tanya tentang permasalahan yang tidak dimaksudkan melainkan untuk menentang dan melumpuhkan, tidak menanyakan permasalahan yang penting. Mereka menanya-kan tentang ruh yang merupakan perkara yang tersembunyi yang tidak setiap orang mengetahuinya secara baik mengenai sifat dan keadaannya. Padahal mereka itu adalah orang yang dangkal ter-hadap ilmu yang dibutuhkan seorang hamba.
Oleh karenanya, Allah memerintahkan RasulNya untuk men-jawab pertanyaan mereka dengan FirmanNya, ﴾ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنۡ أَمۡرِ رَبِّي ﴿ "Ka-takanlah, 'Ruh itu termasuk urusan Rabbku'," maksudnya termasuk dari ciptaanNya yang
(jika) Allah perintahkan untuk menjadi ber-wujud maka jadilah ia. Pertanyaan tentang ruh tidak terlalu ber-faidah, lantaran kalian tidak mengetahui ilmu lainnya
(yang harus diketahui).
Dalam ayat ini terdapat dalil bahwasanya apabila seseorang itu ditanya tentang suatu perkara, padahal ada hal yang lebih pen-ting untuk diketahui si penanya, maka hendaklah dia mengalihkan jawabannya, menunjukkannya dengan hal yang lebih dibutuhkan oleh si penanya dan mengarahkannya pada hal yang bermanfaat baginya.
{وَلَئِنْ شِئْنَا لَنَذْهَبَنَّ بِالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ بِهِ عَلَيْنَا وَكِيلًا (86) إِلَّا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّ فَضْلَهُ كَانَ عَلَيْكَ كَبِيرًا (87)}
"Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan dengan pelenyapan itu, kamu tidak akan mendapatkan seorang pembela pun terhadap Kami. Kecuali karena rahmat dari Rabbmu. Sesung-guhnya karuniaNya atasmu adalah besar."
(Al-Isra`: 86-87).
#
{86 ـ 87} يخبر تعالى أنَّ القرآن والوحي الذي أوحاه إلى رسوله رحمةٌ منه عليه وعلى عبادِهِ، وهو أكبر النعم على الإطلاق على رسوله؛ فإنَّ فضل الله عليه كبيرٌ لا يقادَرُ قدرُهُ؛ فالذي تفضَّل به عليك قادرٌ على أن يَذْهَبَ به ثم لا تجِدُ رادًّا يردُّه ولا وكيلاً يتوجَّه عند الله فيه؛ فَلْتَغْتَبِطْ به وتَقَرَّ به عينُك، ولا يحزنك تكذيبُ المكذبين واستهزاءُ الضالين؛ فإنَّهم عرضت عليهم أجلُّ النعم فردُّوها لهوانهم على الله وخِذْلانِهِ لهم.
(86-87) Allah تعالى mengabarkan bahwa al-Qur`an dan wahyu yang Allah wahyukan kepada RasulNya, adalah rahmat bagi Rasul itu sendiri dan bagi para hambaNya. Hal itu adalah nikmat terbesar yang diberikan kepada RasulNya secara mutlak. Sungguh karunia yang Allah berikan kepada beliau sangat besar, tak terukur kadar-nya. Maka Dzat yang telah berkenan mengutamakan kamu dengan itu, mampu untuk melenyapkannya kemudian engkau tidak dapat menjumpai orang yang mampu mengembalikannya
(kepadamu) dan tidak ada seorang penolong pun yang memintakannya kepada Allah. Oleh karenanya, bergembiralah kamu dan tenanglah. Jangan risau terhadap tuduhan dusta dari orang-orang yang mendustakan dan olokan dari orang-orang sesat. Mereka telah ditawari nikmat yang paling besar, akan tetapi menolaknya disebabkan kehinaan mereka di hadapan Allah dan penelantaranNya terhadap mereka.
{قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا (88)}.
"Katakanlah, 'Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur`an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain'."
(Al-Isra`: 88).
#
{88} وهذا دليلٌ قاطعٌ وبرهانٌ ساطعٌ على صحَّة ما جاء به الرسول وصدقه؛ حيث تحدَّى الله الإنس والجنَّ أن يأتوا بمثله، وأخبر أنهم لا يأتون بمثله، ولو تعاونوا كلُّهم على ذلك؛ لم يقدِروا عليه، ووقع كما أخبر اللهُ؛ فإنَّ دواعي أعدائه المكذِّبين به متوفِّرة على ردِّ ما جاء به بأيِّ وجهٍ كان، وهُمْ أهلُ اللسان والفصاحة؛ فلو كان عندَهم أدنى تأهُّل وتمكُّن من ذلك؛ لفعلوه، فعُلِمَ بذلك أنهم أذعنوا غاية الإذعان طوعاً وكرهاً، وعَجَزوا عن معارضتِهِ، وكيف يقدِرُ المخلوق من ترابٍ، الناقصُ من جميع الوجوه، الذي ليس له علمٌ ولا قدرةٌ ولا إرادةٌ ولا مشيئةٌ ولا كلامٌ ولا كمالٌ إلاَّ من ربِّه؛ أن يعارِضَ كلامَ ربِّ الأرض والسماوات، المطَّلع على سائر الخفيَّات، الذي له الكمالُ المطلقُ والحمدُ المطلقُ والمجدُ العظيمُ، الذي لو أنَّ البحر يمدُّه من بعده سبعةُ أبحر مداداً والأشجارَ كلَّها أقلامٌ؛ لَنَفِدَ المداد وفنيتِ الأقلام ولم تَنْفَدْ كلماتُ الله؛ فكما أنَّه ليس أحدٌ من المخلوقين مماثلاً لله في أوصافه؛ فكلامُهُ من أوصافه التي لا يماثِلُه فيها أحدٌ؛ فليس كمثلِهِ شيءٌ في ذاتِهِ وأسمائِهِ وصفاتِهِ وأفعالِهِ تبارك وتعالى؛ فتبًّا لمن اشتبه عليه كلامُ الخالق بكلام المخلوقِ، وزعم أنَّ محمداً - صلى الله عليه وسلم - افتراه على الله، واختلقه من نفسه.
(88) Ini adalah dalil yang pasti dan petunjuk yang terang atas kebenaran dan kelurusan apa yang dibawa Rasulullah ﷺ. Allah menantang kalangan manusia dan jin supaya mendatangkan se-suatu yang serupa dengan al-Qur`an. Allah memberitahukan bah-wasanya mereka tidak akan pernah mampu mendatangkan sesuatu yang semisal al-Qur`an. Meskipun mereka saling bekerjasama untuk itu, mereka tidak akan mampu. Maka terjadilah sebagaimana yang dikabarkan Allah تعالى.
Sesungguhnya motivasi-motivasi dari musuh Allah yang men-dustakan al-Qur`an sangat banyak untuk membantah
(al-Qur`an) yang beliau bawa dengan cara apa pun. Padahal mereka adalah orang-orang yang ahli dalam bahasa dan kefashihan. Seandainya mereka memiliki keahlian dan kemampuan sedikit saja untuk itu, tentu mereka akan melakukannya. Dengan itu bisa diketahui bah-wasanya mereka itu tertunduk sangat dalam secara suka rela mau-pun terpaksa. Mereka itu terlalu lemah untuk mengadakan penen-tangan terhadap al-Qur`an.
Bagaimana mungkin makhluk yang berasal dari tanah, me-miliki kekurangan dari segala sisi, –yang tidak mempunyai ilmu, kemampuan, kemauan, keinginan, pembicaraan dan kesempurnaan melainkan datang dari Rabbnya– dapat menantang perkataan Rabb bumi dan langit, Dzat yang mengetahui segala perkara yang ter-sembunyi, Dzat yang memiliki kesempurnaan dan pujian yang mutlak dan kemuliaan yang agung, Dzat yang seandainya lautan itu dijadikan tinta kemudian ditambahkan lagi tujuh lautan sebagai tambahan dan seluruh pepohonan dijadikan pena untuk menulis-kan kalimat-kalimatNya, tentulah tinta-tinta itu akan habis dan pena-pena rusak, sementara kalimat-kalimatNya belum selesai dituliskan?
Sebagaimana tidak ada satu makhluk pun yang menyerupai Allah dalam sifat-sifatNya, maka PerkataanNya termasuk sifat-sifat Allah yang tidak ada seorang pun yang dapat menyerupai Allah di dalamnya. Tidak ada sesuatu pun yang menyerupaiNya, baik dalam dzat, sifat, nama maupun perbuatanNya. Maka celakalah orang yang menyamakan Kalamullah dengan perkataan makhluk dan menyangka bahwa Muhammad-lah yang mengada-adakan hal itu atas Nama Allah dan membuatnya sendiri.
{وَلَقَدْ صَرَّفْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا (89) وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الْأَرْضِ يَنْبُوعًا (90) أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْأَنْهَارَ خِلَالَهَا تَفْجِيرًا (91) أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ قَبِيلًا (92) أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلَّا بَشَرًا رَسُولًا (93) وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَى إِلَّا أَنْ قَالُوا أَبَعَثَ اللَّهُ بَشَرًا رَسُولًا (94) قُلْ لَوْ كَانَ فِي الْأَرْضِ مَلَائِكَةٌ يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ لَنَزَّلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ مَلَكًا رَسُولًا (95) قُلْ كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا (96)}.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada ma-nusia dalam al-Qur`an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia enggan
(berbuat) kecuali mengingkari
(kenik-matan). Dan mereka berkata, 'Kami sekali-kali tidak percaya ke-padamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami. Atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya. Atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu nyatakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-ma-laikat berhadapan muka dengan kami.
Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai ke-naikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah Kitab yang kami baca.' Katakanlah, 'Mahasuci Rabbku, bukankah aku ini me-lainkan
(hanya) seorang manusia yang menjadi rasul?'
Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk ber-iman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan me-reka, 'Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasuI?'
Katakanlah, 'Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit –kepada mereka– seorang malaikat menjadi Rasul.'
Katakanlah, 'Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hambaNya'."
(Al-Isra`: 89-96).
#
{89 ـ 93} يقول تعالى: {ولقد صرَّفْنا للناس في هذا القرآن من كلِّ مثل}؛ أي: نوَّعنا فيه المواعظ والأمثال، وثنَّيْنا فيه المعاني التي يضطرُّ إليها العبادُ لأجل أن يتذكَّروا ويتَّقوا، فلم يتذكَّر إلا القليلُ منهم، الذين سبقت لهم من الله سابقةُ السعادة، وأعانهم الله بتوفيقه، وأما أكثر الناس؛ فأبَوْا إلا كُفوراً لهذه النعمة التي هي أكبرُ من جميع النعم، وجعلوا يتعنَّتون عليه آياتٍ غيرَ آياتِهِ يخترِعونها من تِلقاء أنفسهم الظالمة الجاهلة، فيقولون لرسول الله - صلى الله عليه وسلم - الذي أتى بهذا القرآن المشتمل على كل برهان وآية: {لن نؤمنَ لك حتَّى تَفْجُرَ لنا من الأرض يَنبوعاً}؛ أي: أنهاراً جاريةً، {أو تكونَ لك جنَّةٌ من نخيل وعنبٍ}: فتستغني بها عن المشي في الأسواق والذَّهاب والمجيء، {أو تُسْقِطَ السماء كما زَعَمْتَ علينا كِسَفاً}؛ أي: قطعاً من العذاب، {أو تأتيَ بالله والملائكةِ قَبيلاً}؛ أي؛ جميعاً أو مقابلةً ومعاينةً يشهدون لك بما جئت به، {أو يكونَ لك بيتٌ من زخرفٍ}؛ أي: مزخرف بالذهب وغيره، {أو تَرْقى في السماء}: رُقِيًّا حسيًّا. {و} مع هذا فلن {نؤمنَ لِرُقِيِّكَ حتى تنزِّلَ علينا كتاباً نقرَؤه}. ولما كانتْ هذه تعنُّتات وتعجيزات وكلام أسفه الناس وأظلمهم، المتضمِّنة لردِّ الحقِّ وسوء أدبٍ مع الله، وأن الرسول - صلى الله عليه وسلم - هو الذي يأتي بالآيات؛ أمره الله أن ينزِّهَهُ، فقال: {قل سبحانَ ربِّي}: عمَّا تقولون علواً كبيراً، وسبحانه أن تكونَ أحكامُهُ وآياتُهُ تابعةً لأهوائهم الفاسدة وآرائهم الضالَّة. {هل كنتُ إلاَّ بشراً رسولاً}: ليس بيده شيء من الأمر.
(89-93) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَلَقَدۡ صَرَّفۡنَا لِلنَّاسِ فِي هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ مِن كُلِّ مَثَلٖ
﴿ "Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam al-Qur`an ini tiap-tiap macam perumpamaan," maksudnya Kami telah memvariasikan nasihat-nasihat dan perumpamaan-perumpamaan. Kami mengulang-ulangi maknanya supaya para hamba itu bisa mengambil pelajaran, sehingga mereka akan menjadi ingat dan takut kepada Allah. Akan tetapi, hanya sedikit dari mereka yang ingat. Yaitu orang-orang yang telah Allah tetapkan dengan keba-hagiaan dan membantu mereka dengan taufikNya. Adapun ke-banyakan manusia, maka mereka enggan berbuat kecuali meng-ingkari kenikmatan yang sangat besar dari segala sisi. Mereka me-nampik tanda-tanda kebesaran Allah terhadap beliau dengan usu-lan ayat-ayat yang mereka buat sendiri yang zhalim lagi bodoh.
Mereka berkata kepada Rasulullah yang datang membawa al-Qur`an yang penuh dengan petunjuk dan ayat-ayatNya, ﴾ لَن نُّؤۡمِنَ لَكَ حَتَّىٰ تَفۡجُرَ لَنَا مِنَ ٱلۡأَرۡضِ يَنۢبُوعًا
﴿ "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dan bumi untuk kami," yaitu sungai yang mengalir, ﴾ أَوۡ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٞ مِّن نَّخِيلٖ وَعِنَبٖ
﴿ "atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur," sehingga kamu tidak perlu berjalan bolak-balik keluar masuk pasar ﴾ أَوۡ تُسۡقِطَ ٱلسَّمَآءَ كَمَا زَعَمۡتَ عَلَيۡنَا كِسَفًا
﴿ "atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan," sebagai bagian dari azab ﴾ أَوۡ تَأۡتِيَ بِٱللَّهِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ قَبِيلًا
﴿ "atau kamu datang-kan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami," yaitu semuanya atau langsung berhadapan dan dapat dilihat langsung, mempersaksikan kebenaran risalah yang engkau bawa. ﴾ أَوۡ يَكُونَ لَكَ بَيۡتٞ مِّن زُخۡرُفٍ
﴿ "Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas," yaitu ru-mah yang berhiaskan emas dan benda mulia lainnya ﴾ أَوۡ تَرۡقَىٰ فِي ٱلسَّمَآءِ
﴿ "atau kamu naik ke langit," dengan cara naik yang bisa disaksikan indera ﴾ و َ
﴿ "dan" meskipun d e m i k i a n ﴾ وَلَن نُّؤۡمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّىٰ تُنَزِّلَ عَلَيۡنَا كِتَٰبٗا نَّقۡرَؤُهُۥۗ
﴿ "kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah Kitab yang kami baca."
Maka ketika penentangan, upaya-upaya pelumpuhan, dan perkataan orang yang paling bodoh dan paling zhalim ini mengan-dung penolakan terhadap kebenaran, sikap kurang ajar terhadap Allah, dan (pemaksaan) terhadap Rasulullah supaya mendatang-kan ayat-ayat, maka Allah memerintahkan beliau supaya menyuci-kanNya. Allah berfirman, ﴾ قُلۡ سُبۡحَانَ رَبِّي
﴿ "Katakanlah, 'Mahasuci Rabb-ku'," dari perkataan kalian (yang rusak) dengan penyucian yang setinggi-tingginya. Mahasuci Allah dari menjadikan hukum-hukum dan ayat-ayatNya mengikuti hawa nafsu mereka yang rusak dan pemikiran mereka yang sesat. ﴾ هَلۡ كُنتُ إِلَّا بَشَرٗا رَّسُولٗا ﴿ "Bukankah aku ini melainkan
(hanya) seorang manusia yang menjadi rasul?" yang tidak memiliki kekuasaan sama sekali.
#
{94} وهذا السبب الذي منع أكثر الناس من الإيمان؛ حيث كانت الرسل التي تُرْسَلُ إليهم من جنسهم بشراً، وهذا من رحمته بهم أن أرسل إليهم بشراً منهم؛ فإنَّهم لا يطيقون التلقي من الملائكة.
(94) Ini adalah faktor penyebab yang menghalangi kebanyak-an orang
(kaum musyrikin) untuk beriman, yaitu karena rasul yang diutus kepada mereka berasal dari bangsa manusia seperti mereka. Padahal sebenarnya ini merupakan rahmat Allah kepada mereka yaitu dengan mengirimkan utusan dari kalangan manusia. Karena mereka tidak sanggup bertemu dengan malaikat.
#
{95} فلو {كانَ في الأرض ملائكةٌ يمشونَ مطمئنِّين}: يَثْبُتون على رؤية الملائكة والتلقيِّ عنهم؛ {لَنَزَّلْنا عليهم من السماءِ مَلَكاً رسولاً}: ليمكِنَهم التلقي عنه.
(95) Seandainya ﴾ كَانَ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَلَٰٓئِكَةٞ يَمۡشُونَ مُطۡمَئِنِّينَ
﴿ "ada ma-laikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi," sedangkan mereka (kaum musyrikin) sanggup untuk menyaksikan dan mene-rima wahyu dari para malaikat ﴾ لَنَزَّلۡنَا عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَلَكٗا رَّسُولٗا ﴿ "nis-caya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rasul," agar memungkinkan mereka untuk bertemu dengannya.
#
{96} {قل كفى بالله شهيداً بيني وبينكم إنَّه كان بعبادِهِ خبيراً بصيراً}: فمن شهادتِهِ لرسولِهِ ما أيَّدَه به من المعجزات، وما أنزل عليه من الآيات، ونصره على مَنْ عاداه وناوأه؛ فلو تقوَّل عليه بعض الأقاويل؛ لأخَذَ منه باليمين، ثم لقطع منه الوتينَ؛ فإنَّه خبيرٌ بصيرٌ، لا تخفى عليه من أحوال العبادِ خافيةٌ.
(96) ﴾ قُلۡ كَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدَۢا بَيۡنِي وَبَيۡنَكُمۡۚ إِنَّهُۥ كَانَ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرَۢا بَصِيرٗا ﴿ "Katakan-lah, 'Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian.' Sesung-guhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hambaNya," di antara bentuk persaksian Allah atas rasulNya adalah Allah men-dukungnya dengan mukjizat, menurunkan ayat-ayat untuknya dan menolongnya dari kaum yang memusuhi dan melawannya. Sean-dainya beliau
(Nabi Muhammad) mengada-adakan sebagian per-kataan atas Nama Allah, tentulah Dia akan menyeret tangan kanan-nya, kemudian Dia putus urat jantungnya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat. Bagi Allah, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi pada keadaan para hambaNya.
{وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِهِ وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا (97) ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ بِأَنَّهُمْ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا وَقَالُوا أَإِذَا كُنَّا عِظَامًا وَرُفَاتًا أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ خَلْقًا جَدِيدًا (98) أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ وَجَعَلَ لَهُمْ أَجَلًا لَا رَيْبَ فِيهِ فَأَبَى الظَّالِمُونَ إِلَّا كُفُورًا (99) قُلْ لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لَأَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الْإِنْفَاقِ وَكَانَ الْإِنْسَانُ قَتُورًا (100)}.
"Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang Dia sesatkan, maka se-kali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi me-reka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada Hari Kiamat
(diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu, dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah Neraka Jahanam. Tiap-tiap kali nyala api Jahanam itu akan padam, niscaya Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya. Itulah balasan bagi mereka, karena se-sungguhnya mereka kafir kepada ayat-ayat Kami, dan
(karena me-reka) berkata, 'Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan di-bangkitkan kembali sebagai makhluk baru?' Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah Kuasa
(pula) menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zhalim itu enggan
(berbuat sesuatu) kecuali kekafiran. Katakanlah, 'Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Rabbku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.' Dan manusia itu sangatlah kikir."
(Al-Isra`: 97-100).
#
{97} يخبر تعالى أنَّه المنفرد بالهداية والإضلال؛ فمن يهدِهِ فييسِّره لليسرى ويجنِّبه العسرى؛ فهو المهتدي على الحقيقة، ومن يُضْلِلْه فيخذله ويَكِله إلى نفسه: فلا هادي له من دون الله، وليس له وليٌّ ينصره من عذاب الله حين يحشُرُهم الله على وجوهِهِم، خزياً عُمياً وبُكماً، لا يبصرون، ولا ينطقون. {مأواهم}؛ أي: مقرُّهم ودارهم {جهنَّمُ}: التي جمعت كلَّ همٍّ وغمٍّ وعذابٍ. {كلَّما خَبَتْ}؛ أي: تهيّأت للانطفاء، {زِدْناهم سعيراً}؛ أي: سَعَّرْناها بهم، لا يُفَتَّرُ عنهم العذابُ، ولا يُقضى عليهم فيموتوا، ولا يخفف عنهم من عذابها.
(97) Allah تعالى mengabarkan bahwa Dia-lah satu-satunya Dzat yang berhak memberi petunjuk dan menyesatkan. Maka barang-siapa yang ditunjukiNya, niscaya dimudahkan jalannya kepada kemudahan dan dijauhkan dari kesusahan. Dia menjadi orang yang benar-benar mendapat petunjuk. Dan barangsiapa yang Allah sesat-kan dan telantarkan
(tanpa petunjuk) serta serahkan
(penanganan-nya) pada dirinya sendiri, maka tidak ada yang mampu memberi-nya petunjuk selain Allah. Tidak ada penolong yang akan menolong-nya dari azab Allah tatkala mereka dikumpulkan dalam keadaan hina, buta, dan tuli. Tidak bisa melihat dan tidak bisa berbicara. ﴾ مَّأۡوَىٰهُمۡ
﴿ "Tempat kediaman mereka," tempat tinggal dan rumah mereka adalah ﴾ جَهَنَّمُۖ
﴿ "Neraka Jahanam," yang menghimpun segala kegelisah-an dan kerisauan, serta azab. ﴾ كُلَّمَا خَبَتۡ
﴿ "Tiap-tiap kali nyala api Jahanam itu akan padam," maksudnya hampir padam, ﴾ زِدۡنَٰهُمۡ سَعِيرٗا ﴿ "niscaya Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya," maksudnya Kami nyalakan untuk mereka. Siksaan tidak akan pernah reda bagi mereka. Mereka juga tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak akan pernah diringankan azabnya.
#
{98} ولم يظلِمْهم الله تعالى، بل جازاهم بما كفروا بآياته وأنكروا البعثَ الذي أخبرت به الرُّسل، ونطقتْ به الكتب، وعجَّزوا ربَّهم؛ فأنكروا تمام قدرته، {وقالوا أإذا كنَّا عظامًا ورُفاتاً أإنَّا لَمَبْعوثونَ خلقاً جديداً}؛ أي: لا يكون هذا؛ لأنَّه في غاية البعد عند عقولهم الفاسدة.
(98) Allah تعالى tidak berbuat sewenang-wenang terhadap me-reka. Akan tetapi Allah membalas kekafiran mereka terhadap ayat-ayatNya dan pengingkaran mereka terhadap Hari Kebangkitan yang telah diberitakan oleh para Rasul dan dibicarakan oleh kitab-kitab. Mereka meremehkan Rabb mereka dan mengingkari kesem-purnaan kekuasaanNya. ﴾ وَقَالُوٓاْ أَءِذَا كُنَّا عِظَٰمٗا وَرُفَٰتًا أَءِنَّا لَمَبۡعُوثُونَ خَلۡقٗا جَدِيدًا ﴿ "Mereka berkata, 'Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?'" Maksudnya itu tidak akan terjadi. Karena termasuk hal yang sangat mustahil bagi akal mereka yang rusak.
#
{99} {أوَلَمْ يَرَوْا أنَّ الله الذي خلق السمواتِ والأرض}: وهي أكبر من خلق الناس، {قادرٌ على أن يَخْلُقَ مثلَهم}: بلى إنَّه على ذلك قدير. {و} لكنه قد جَعَلَ لذلك {أجلاً لا رَيْبَ فِيهِ}: ولا شكَّ وإلا فلو شاء لجاءهم به بغتة ومع إقامته الحجج والأدلة على البعث؛ {فأبى الظَّالمونَ إلاَّ كُفوراً}: ظُلْماً منهم وافتراءً.
(99) ﴾ أَوَلَمۡ يَرَوۡاْ أَنَّ ٱللَّهَ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ
﴿ "Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi." Wujud keduanya lebih besar daripada wujud penciptaan manusia ﴾ قَادِرٌ عَلَىٰٓ أَن يَخۡلُقَ مِثۡلَهُمۡ
﴿ "Kuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan me-reka?" Tentu. Sesungguhnya Dia Mahakuasa untuk melakukannya. ﴾ و َ
﴿ "Dan," akan tetapi Dia telah menjadikan untuk itu, ﴾ أَجَلٗا لَّا رَيۡبَ فِيهِ
﴿ "waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya." Tidak diragukan lagi. Kalau tidak demikian, seandainya Allah meng-hendaki, tentulah Dia mendatangkan siksaan dengan tiba-tiba ke-pada mereka, bersamaan dengan penegakan hujjah dan dalil-dalil tentang Hari Kebangkitan, ﴾ فَأَبَى ٱلظَّٰلِمُونَ إِلَّا كُفُورٗا ﴿ "maka orang-orang zhalim itu enggan
(berbuat sesuatu) kecuali kekafiran," yaitu kezhaliman dan kebohongan.
#
{100} {قل لو أنتم تملِكونَ خزائنَ رحمةِ ربِّي}: التي لا تَنْفَدُ ولا تبيد، {إذاً لأمْسَكْتم خشية الإنفاق}؛ أي: خشية أن يَنْفَدَ ما تنفِقون منه، مع أنَّه من المحال أن تَنْفَدَ خزائنُ الله، ولكنَّ الإنسان مطبوعٌ على الشحِّ والبخل.
(100) ﴾ قُل لَّوۡ أَنتُمۡ تَمۡلِكُونَ خَزَآئِنَ رَحۡمَةِ رَبِّيٓ
﴿ "Katakanlah, 'Kalau seandai-nya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Rabbku," yang tidak akan pernah habis dan tidak musnah ﴾ إِذٗا لَّأَمۡسَكۡتُمۡ خَشۡيَةَ ٱلۡإِنفَاقِۚ ﴿ "niscaya perbendaharaan itu kamu tahan karena takut membelanjakan-nya," maksudnya, takut harta yang kamu keluarkan darinya akan habis. Padahal tidak akan mungkin perbendaharaan Allah itu habis. Namun, manusia tercipta dengan tabiat bakhil dan kikir.
{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى تِسْعَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ فَاسْأَلْ بَنِي إِسْرَائِيلَ إِذْ جَاءَهُمْ فَقَالَ لَهُ فِرْعَوْنُ إِنِّي لَأَظُنُّكَ يَامُوسَى مَسْحُورًا (101) قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَافِرْعَوْنُ مَثْبُورًا (102) فَأَرَادَ أَنْ يَسْتَفِزَّهُمْ مِنَ الْأَرْضِ فَأَغْرَقْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ جَمِيعًا (103) وَقُلْنَا مِنْ بَعْدِهِ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ اسْكُنُوا الْأَرْضَ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ جِئْنَا بِكُمْ لَفِيفًا (104)}.
"Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata. Maka tanyakanlah kepada Bani Isra`il, tatkala Musa datang kepada mereka lalu Fir'aun ber-kata kepadanya, 'Sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa, se-orang yang kena sihir.' Musa menjawab, 'Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tidak ada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir'aun, seorang yang akan binasa.' Kemudian
(Fir'aun) hendak mengusir mereka
(Musa dan pengikut-pengikutnya) dari bumi
(Mesir) itu, maka Kami menenggelamkannya
(Fir'aun) serta orang-orang yang bersama-samanya seluruhnya. Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Isra`il, 'Diamlah di negeri ini. Maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur
(dengan musuhmu)'."
(Al-Isra`: 101-104).
#
{101} أي: لستَ أيُّها الرسول المؤيَّد بالآيات أولَ رسول كذَّبه الناس؛ فلقد أرسلْنا قبلَكَ موسى بن عمران الكليم إلى فرعون وقومِهِ وَآتيناه {تسعَ آياتٍ بيِّناتٍ}: كلُّ واحدة منها تكفي لمن قصدُهُ اتِّباع الحقِّ كالحيَّة والعصا والطُّوفان والجرادِ والقُمَّل والضفادع والدَّم والرجز وفلق البحر؛ فإنْ شككتَ في شيء من ذلك؛ {فاسألْ بني إسرائيلَ إذْ جاءَهم فقال له فرعونُ}: مع هذه الآيات: {إني لأظنُّك يا موسى مسحوراً}.
(101) Maksudnya, bukanlah engkau, wahai Rasul yang di-dukung dengan ayat-ayatNya, seorang rasul pertama yang dinyata-kan dusta oleh umat manusia. Sesungguhnya Kami telah mengutus sebelummu Musa bin Imran al-Kalim kepada Fir'aun dan kaumnya. Kami memberikan kepadanya ﴾ تِسۡعَ ءَايَٰتِۭ بَيِّنَٰتٖۖ
﴿ "sembilan buah mukjizat yang nyata." Setiap mukjizat itu sudah cukup memadai bagi orang-orang yang tujuannya adalah mengikuti kebenaran. Mukjizat itu seperti ular, tongkat, angin topan, belalang, kutu, katak, darah, azab dan terbelahnya lautan. Apabila ada keraguan padamu tentang hal itu ﴾ فَسۡـَٔلۡ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ إِذۡ جَآءَهُمۡ فَقَالَ لَهُۥ فِرۡعَوۡنُ
﴿ "Maka tanyakanlah kepada Bani Isra`il, tatkala Musa datang kepada mereka lalu Fir'aun berkata kepadanya," mes-kipun sudah didatangkan mukjizat-mukjizat ini, ﴾ إِنِّي لَأَظُنُّكَ يَٰمُوسَىٰ مَسۡحُورٗا ﴿ "sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa, seorang yang kena sihir."
#
{102} فَـ {قَالَ} له موسى: {لقد علمتَ}: يا فرعونُ، {ما أنزلَ هؤلاء}: الآيات. {إلاَّ ربُّ السمواتِ والأرضِ بصائرَ}: منه لعباده؛ فليس قولُكَ هذا بالحقيقة، وإنَّما قلت ذلك ترويجاً على قومك واستخفافاً لهم. {وإنِّي لأظنُّك يا فرعونُ مَثْبوراً}؛ أي: ممقوتاً، مُلْقىً في العذاب، لك الويل والذمُّ واللعنة.
(102) Maka ﴾ قَالَ
﴿ "Musa menjawab," kepadanya ﴾ لَقَدۡ عَلِمۡتَ
﴿ "Se-sungguhnya kamu telah mengetahui," wahai Fir'aun ﴾ مَآ أَنزَلَ هَٰٓؤُلَآءِ
﴿ "bahwa tidak ada yang menurunkan semua itu," yaitu mukjizat-mukjizat itu ﴾ إِلَّا رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ بَصَآئِرَ
﴿ "kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata," dariNya untuk hamba-hambaNya. Dan perkataanmu itu bukanlah yang sejujurnya. Karena kamu me-ngatakan itu hanya untuk menyemangati kaummu dan mengolok-olok Bani Isra`il ﴾ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَٰفِرۡعَوۡنُ مَثۡبُورٗا ﴿ "dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir'aun, seorang yang akan binasa," maksudnya, yang di-murkai, dan dilemparkan ke dalam azab. Kamu mendapatkan ke-celakaan, celaan, dan laknat.
#
{103 ـ 104} {فأراد}: فرعون {أن يَسْتَفِزَّهم من الأرضِ}؛ أي: يُجْلِيَهم ويخرِجَهم منها، {فأغْرَقْناه ومن معه جميعاً}: وأورثنا بني إسرائيل أرضَهم وديارهم، ولهذا قال: {وقُلْنا من بعدِهِ لبني إسرائيلَ اسكُنوا الأرضَ فإذا جاء وعْدُ الآخرة جئنا بكم لفيفاً}؛ أي: جميعاً؛ لِيُجازِي كلَّ عامل بعمله.
(103-104) ﴾ فَأَرَادَ
﴿ "Kemudian dia berkehendak," yaitu Fir'aun ﴾ أَن يَسۡتَفِزَّهُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ
﴿ "mengusir mereka (Musa dan pengikut-pengikutnya) dari bumi (Mesir) itu," maksudnya mengusir dan mengeluarkan me-reka dari negeri itu, ﴾ فَأَغۡرَقۡنَٰهُ وَمَن مَّعَهُۥ جَمِيعٗا
﴿ "maka Kami menenggelamkan-nya (Fir'aun) serta orang-orang yang bersama-samanya seluruhnya," dan Kami wariskan bumi dan rumah-rumah mereka kepada Bani Isra`il. Oleh karenanya, Allah berfirman, ﴾ وَقُلۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِۦ لِبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱسۡكُنُواْ ٱلۡأَرۡضَ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ ٱلۡأٓخِرَةِ جِئۡنَا بِكُمۡ لَفِيفٗا ﴿ "Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Isra`il, 'Diamlah di negeri ini. Maka apabila datang masa berbangkit, niscaya kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur
(dengan musuhmu)'," semuanya, untuk memberi balasan setiap orang, sesuai dengan amalannya.
{وَبِالْحَقِّ أَنْزَلْنَاهُ وَبِالْحَقِّ نَزَلَ وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (105)}.
"Dan Kami turunkan
(al-Qur`an) itu dengan sebenar-benar-nya, dan al-Qur`an telah turun dengan
(membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan."
(Al-Isra`: 105).
#
{105} أي: وبالحقِّ أنزلنا هذا القرآن الكريم لأمر العبادِ ونهيهم وثوابهم وعقابهم، {وبالحقِّ نزل}؛ أي: بالصدق والعدل والحفظ من كلِّ شيطان رجيم. {وما أرْسَلْناك إلاَّ مبشِّراً}: من أطاع الله بالثواب العاجل والآجل، {ونَذيراً}: لمن عصى الله بالعقاب العاجل والآجل، ويلزم من ذلك بيانُ ما يبشِّر به وينذر.
(105) Maksudnya, Kami menurunkan al-Qur`an ini dengan kebenaran, untuk memerintahkan dan melarang para hamba, untuk memberi pahala dan hukuman ﴾ وَبِٱلۡحَقِّ نَزَلَۗ
﴿ "dan al-Qur`an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran," dengan kebenaran, keadilan dan per-lindungan dari setan yang terkutuk ﴾ وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا مُبَشِّرٗا
﴿ "dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira," bagi orang-orang yang menaati Allah dengan balasan pahala di dunia dan akhirat ﴾ وَنَذِيرٗا ﴿ "dan pemberi peringatan," bagi orang yang bermaksiat kepada Allah dengan hukuman di dunia dan akhirat. Hal ini menun-tut adanya penjelasan tentang kabar gembira dan peringatan yang disampaikan itu.
{وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا (106) قُلْ آمِنُوا بِهِ أَوْ لَا تُؤْمِنُوا إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا (107) وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولًا (108) وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا (109)}.
"Dan al-Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manu-sia, dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. Katakanlah, 'Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman
(sama saja bagi Allah).' Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila al-Qur`an dibacakan kepada mereka, niscaya mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud. Dan mereka berkata, 'Mahasuci Rabb kami, Sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis, dan ia menambah kekhusyu'an mereka'."
(Al-Isra`: 106-109).
#
{106} أي: وأنزلنا هذا القرآن مفرَّفاً فارِقاً بين الهدى والضَّلال والحقِّ والباطل؛ {لتقرأه على الناس على مكث}؛ أي: على مَهْل؛ ليتدبَّروه، ويتفكَّروا في معانيه ويستخرجوا علومَه، {ونزَّلْناه تنزيلاً}؛ أي: شيئاً فشيئاً مفرَّقاً في ثلاث وعشرين سنة. {ولا يأتونَكَ بمَثَلٍ إلاَّ جِئْناكَ بالحقِّ وأحسنَ تفسيراً}.
(106) Maksudnya, Kami menurunkan al-Qur`an ini secara berangsur-angsur untuk membedakan antara petunjuk dan kese-satan yang haq dan yang batil, ﴾ لِتَقۡرَأَهُۥ عَلَى ٱلنَّاسِ عَلَىٰ مُكۡثٖ
﴿ "agar kamu mem-bacakannya perlahan-lahan kepada manusia," maksudnya, dengan pelan-pelan supaya mereka merenunginya, menghayati makna-makna-nya dan mengambil ilmu darinya ﴾ وَنَزَّلۡنَٰهُ تَنزِيلٗا
﴿ "dan Kami menurunkan-nya bagian demi bagian," maksudnya sedikit demi sedikit selama 23 tahun.
﴾ وَلَا يَأۡتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئۡنَٰكَ بِٱلۡحَقِّ وَأَحۡسَنَ تَفۡسِيرًا 33 ﴿
"Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu
(membawa) se-suatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya."
(Al-Furqan: 33).
#
{107} فإذا تبيَّن أنَّه الحقُّ الذي لا شكَّ فيه ولا ريب بوجهٍ من الوجوه، فَـ {قُلْ} لمن كَذَّب به وأعرض عنه: {آمِنوا به أو لا تُؤمنوا}: فليس لله حاجةٌ فيكم ولستُم بضارِّيه شيئاً، وإنَّما ضرر ذلك عليكُم؛ فإنَّ لله عباداً غيركم، وهم الذين آتاهُمُ الله العلم النافع؛ {إذا يُتْلَى عَلَيْهِم يَخِرُّونَ للأذقَانِ سُجَّداً}؛ أي: يتأثرون به غاية التأثر ويخضعون له.
(107) ِِِApabila telah jelas bahwa al-Qur`an adalah kebenaran yang di dalamnya tidak ada keraguan dari sisi manapun, maka ﴾ قُلۡ
﴿ "katakanlah," kepada orang-orang yang mendustakan dan ber-paling darinya, ﴾ ءَامِنُواْ بِهِۦٓ أَوۡ لَا تُؤۡمِنُوٓاْۚ
﴿ "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah)." Allah tidak membutuhkan kalian, dan kalian tidak akan bisa mencelakakan Allah. Bahkan dampak buruknya mengarah kepada kalian. Sesungguhnya Allah masih mempunyai hamba-hamba selainmu. Mereka itu adalah orang-orang yang mana Allah memberikan ilmu yang bermanfaat kepa-da mereka ﴾ إِذَا يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ يَخِرُّونَۤ لِلۡأَذۡقَانِۤ سُجَّدٗاۤ ﴿ "apabila al-Qur`an dibacakan ke-pada mereka, niscaya mereka menyungkur atas muka mereka sambil ber-sujud," maksudnya mereka sangat terpengaruh dan tunduk kepada-nya.
#
{108} {ويقولون سبحانَ ربِّنا}: عما لا يَليقُ بجلالِهِ مما نَسَبَهُ إليه المشركون. {إنْ كان وعدُ ربِّنا}: بالبعث والجزاء بالأعمال، {لَمَفْعولاً}: لا خُلْفَ فيه ولا شكَّ.
(108) ﴾ وَيَقُولُونَ سُبۡحَٰنَ رَبِّنَآ
﴿ "Dan mereka berkata, 'Mahasuci Rabb kami'," dari sesuatu yang dilekatkan oleh kaum musyrikin, yang tidak sesuai dengan keagunganNya. ﴾ إِن كَانَ وَعۡدُ رَبِّنَا
﴿ "Sesungguhnya janji Rabb kami," berupa Hari Kebangkitan dan Pembalasan amalan ﴾ لَمَفۡعُولٗا ﴿ "pasti dipenuhi." Tidak mungkin diingkari, dan tidak ada keraguan sama sekali.
#
{109} {ويخرون للأذقانِ}؛ أي: على وجوههم، {يبكونَ ويزيدُهُم}: القرآن {خشوعاً}: وهؤلاء كالذين منَّ الله عليهم من مؤمني أهل الكتاب؛ كعبد الله بن سلام، وغيره ممَّن أسلم في وقت النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - وبعد ذلك.
(109) ﴾ وَيَخِرُّونَ لِلۡأَذۡقَانِ
﴿ "Dan mereka menyungkur atas muka mereka," yaitu di atas wajah-wajah mereka ﴾ يَبۡكُونَ وَيَزِيدُهُمۡ
﴿ "sambil menangis dan ia menambah mereka," maksudnya al-Qur`an menambah ﴾ خُشُوعٗا۩ ﴿ "kekhusyu'an." Mereka itu sebagaimana orang-orang yang Allah beri nikmat bagi mereka dari kalangan ahlu kitab yang beriman seperti Abdullah bin Salam dan lainnya yang memeluk Islam di masa Nabi
(masih hidup) dan setelahnya.
{قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا (110) وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا (111)}.
"Katakanlah, 'Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, maka Dia mempunyai Asmaul Husna
(nama-nama yang terbaik), dan janganlah kamu mengeras-kan suaramu dalam shalatmu, dan janganlah pula merendahkan-nya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.' Dan katakan-lah, 'Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaanNya, dan Dia tidak memerlukan penolong disebabkan kehinaan, dan agungkanlah Dia dengan peng-agungan yang sebesar-besarnya'."
(Al-Isra`: 110-111).
#
{110} يقول تعالى لعباده: {ادعوا الله أوِ ادْعوا الرحمن}؛ أي: أيهما شئتم. {أيًّا ما تدعوا فله الأسماءُ الحسنى}؛ أي: ليس له اسمٌ غير حسنٍ؛ أي: حتى ينهى عن دعائه به؛ [بل] أيُّ اسم دعوتُموه به؛ حَصَلَ به المقصودُ، والذي ينبغي أن يُدعى في كلِّ مطلوب بما يناسِبُ ذلك الاسم. {ولا تَجْهَرْ بصلاتك}؛ أي: قراءتك، {ولا تُخافِتْ بها}؛ فإنَّ في كلٍّ من الأمرين محذوراً، أمّا الجهرُ؛ فإنَّ المشركين المكذِّبين به إذا سمعوه، سبُّوه، وسبُّوا مَنْ جاء به. وأما المخافتةُ؛ فإنَّه لا يحصُلُ المقصود لمن أراد استماعَه مع الإخفاء. {وابتغ بينَ ذلك}؛ أي: بين الجهر والإخفات {سبيلاً}؛ أي: تتوسَّط فيما بينهما.
(110) Allah تعالى berfirman kepada para hambaNya, ﴾ ٱدۡعُواْ ٱللَّهَ أَوِ ٱدۡعُواْ ٱلرَّحۡمَٰنَۖ
﴿ "Serulah Allah atau serulah ar-Rahman," maksudnya nama mana saja yang kamu kehendaki ﴾ أَيّٗا مَّا تَدۡعُواْ فَلَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ
﴿ "dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik)." Allah tidak mempunyai nama yang tidak baik sehingga Dia (perlu) melarang berdoa dengan nama itu. [Bahkan], nama-nama Allah mana saja yang kamu gunakan untuk menyeru-Nya, niscaya tujuannya akan tercapai. Dan seyogyanya, apabila berdoa, hendaklah disebutkan dalam setiap permintaan dengan permohonan yang sesuai dengan nama-nama itu.
﴾ وَلَا تَجۡهَرۡ بِصَلَاتِكَ
﴿ "Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu," maksudnya bacaanmu, ﴾ وَلَا تُخَافِتۡ بِهَا
﴿ "dan janganlah pula merendahkannya," masing-masing dua perkara ini mengandung un-sur yang terlarang. Adapun bacaan yang keras, maka apabila orang-orang musyrik yang ingkar itu mendengarnya, tentu mereka akan mencelanya dan mencela orang yang membacanya. Sedangkan bacaan yang pelan, maka orang-orang yang ingin mendengarkan-nya (secara diam-diam) tidak akan bisa merealisasikan maksud-nya. ﴾ وَٱبۡتَغِ بَيۡنَ ذَٰلِكَ
﴿ "Dan carilah di antara kedua itu," yaitu antara menge-raskan bacaan dan memelankannya, ﴾ سَبِيلٗا ﴿ "jalan," yaitu jalan te-ngah di antara keduanya.
#
{111} {وقل الحمد لله}: الذي له الكمالُ والثناءُ والحمدُ والمجدُ من جميع الوجوه، المنزَّه عن كلِّ آفة ونقص. {الذي لم يتَّخِذْ ولداً ولم يكُن له شريكٌ في الملك}: بل الملكُ كلُّه لله الواحد القهار؛ فالعالم العلويُّ والسفليُّ كلُّهم مملوكون لله، ليس لأحدٍ من الملك شيء. {ولم يَكُن له وليٌّ من الذُّلِّ}؛ أي: لا يتولى أحداً من خلقه ليتعزز به ويعاونه، فإنه الغني الحميد، الذي لا يحتاج إلى أحدٍ من المخلوقات في الأرض ولا في السماوات، ولكنَّه يتخذ أولياءه إحساناً منه إليهم ورحمة بهم، {الله وليُّ الذينَ آمنوا يُخْرِجُهم من الظُّلُماتِ إلى النُّور}. {وكبِّرْه تكبيراً}؛ أي: عظِّمه وأجلَّه بالإخبار بأوصافه العظيمة، وبالثَّناء عليه بأسمائِهِ الحسنى، وبتمجيدِهِ بأفعاله المقدَّسة، وبتعظيمه وإجلاله بعبادتِهِ وحدَه لا شريك له، وإخلاص الدِّين كلِّه له.
(111) ﴾ وَقُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ
﴿ "Dan katakanlah, 'Segala puji bagi Allah'," yang mempunyai kesempurnaan, pujian, dan kemurahan dalam segala sisi, yang terlepas dari segala cacat dan kekurangan, ﴾ ٱلَّذِي لَمۡ يَتَّخِذۡ وَلَدٗا وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ شَرِيكٞ فِي ٱلۡمُلۡكِ
﴿ "Dzat yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaanNya," bahkan kerajaan semuanya adalah milik Allah Yang Maha Esa dan Perkasa. Semua makhluk yang berada di atas dan di bawah, semua milik Allah. Tidak ada bagian sedikit pun bagi siapa saja dari kerajaan itu ﴾ وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ وَلِيّٞ مِّنَ ٱلذُّلِّۖ
﴿ "dan Dia tidak memerlukan penolong disebabkan kehinaan," maksudnya tidak mengangkat salah seorang dari makhlukNya sebagai waliNya guna mengagungkan diri dan menolongNya. Sesungguhnya Dia Mahakaya dan Maha Terpuji, tidak membutuhkan seorang pun dari makhlukNya, baik yang di bumi maupun yang di langit. Akan te-tapi, Allah mengambil wali-wali sebagai kebaikan dan rahmat dariNya untuk para hambaNya,
﴾ ٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ
﴿
"Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)." (Al-Baqarah: 257).
﴾ وَكَبِّرۡهُ تَكۡبِيرَۢا ﴿ "Dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang se-besar-besarnya," maksudnya besarkan dan agungkanlah Dia dengan memberitakan sifat-sifatNya yang agung, dan dengan memujiNya, dengan Asma` ul-Husna, dengan memuji perbuatan-perbuatanNya yang suci, dan mengagungkanNya dengan beribadah kepadaNya semata tanpa sekutu dan mengikhlaskan agama ini semuanya ha-nya untuk Allah.
Tuntas sudah tafsir surat al-Isra`. Segala puji, karunia, dan pu-jian yang baik bagi Allah melalui tangan penyusunnya Abdurrahman bin Nashir bin Abdullah as-Sa'di. Semoga Allah mengampuninya dan mengampuni kedua orang tuanya serta kaum Muslimin se-luruhnya. Shalawat dan salam semoga Allah berikan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
7 Jumadil Ula 1344 H.
Saya menukilnya dari tulisan penulis dengan pena al-Faqir ila Allah, Sulaiman al-Hamd al-Bassan. Semoga Allah mengampuni-nya dan kedua orang tuanya serta segenap kaum Muslimin. Amin. Semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya.