Ayah:
TAFSIR SURAT AL-MUTHAFFIFIN ( Orang-orang yang Curang )
TAFSIR SURAT AL-MUTHAFFIFIN ( Orang-orang yang Curang )
Madaniyah[135]
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
Ayah: 1 - 6 #
{وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ (1) الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ (2) وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ (3) أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ (4) لِيَوْمٍ عَظِيمٍ (5) يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ (6)}.
"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain me-reka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam." (Al-Muthaffifin: 1-6).
#
{1 ـ 6} {ويلٌ}: كلمة عذابٍ وعقابٍ ، {للمطفِّفين}: وفسر الله المطفِّفين بأنهم {الذين إذا اكتالوا على الناس}؛ أي: أخذوا منهم وفاءً لهم عمَّا قِبَلَهم ، يستوفونه كاملاً من غير نقصٍ، {وإذا كالوهم أو وَزَنوهم}؛ أي: إذا أعطوا الناس حقَّهم الذي لهم عليهم بكيل أو وزن، {يُخْسِرونَ}؛ أي: ينقصِونَهم ذلك إمَّا بمكيال وميزان ناقصين، أو بعدم ملء المِكْيال والميزان، أو بغير ذلك؛ فهذا سرقةٌ لأموال الناس وعدمُ إنصاف لهم منهم. وإذا كان هذا وعيداً على الذين يَبْخَسونَ الناس بالمكيال والميزان؛ فالذي يأخذ أموالهم قهراً وسرقةً أولى بهذا الوعيد من المطفِّفين. ودلَّت الآية الكريمة على أنَّ الإنسان كما يأخذ من الناس الذي له يجب [عليه] أن يعطِيَهم كلَّ ما لهم من الأموال والمعاملات، بل يدخُلُ في عموم هذا الحجج والمقالات؛ فإنَّه كما أنَّ المتناظرين قد جرت العادة أنَّ كل واحدٍ منهما يحرص على ماله من الحجج؛ فيجب عليه أيضاً أن يبيِّن ما لخصمه من الحجَّة التي لا يعلمها، وأن ينظر في أدلَّة خصمه كما ينظر في أدلَّته هو، وفي هذا الموضع يُعْرَفُ إنصاف الإنسان من تعصُّبه واعتسافه وتواضُعُه من كِبْره وعقلُهُ من سَفَهِهِ، نسأل الله التوفيق لكلِّ خير. ثم توعَّد تعالى المطفِّفين، وتعجَّب من حالهم وإقامتهم على ما هم عليه، فقال: {ألا يظنُّ أولئك أنَّهم مبعوثونَ ليومٍ عظيمٍ. يومَ يقومُ الناسُ لربِّ العالمينَ}: فالذي جرَّأهم على التَّطفيف عدمُ إيمانهم باليوم الآخر؛ وإلاَّ؛ فلو آمنوا به وعرفوا أنهم سيقومون بين يدي الله فيحاسبهم على القليل والكثير؛ لأقلعوا عن ذلك وتابوا منه.
(1-6) ﴾ وَيۡلٞ ﴿ "Kecelakaan besarlah," adalah kata-kata azab dan siksaan, ﴾ لِّلۡمُطَفِّفِينَ ﴿ "bagi orang-orang yang curang." Ini dijelaskan oleh Allah سبحانه وتعالى dengan FirmanNya kemudian, ﴾ ٱلَّذِينَ إِذَا ٱكۡتَالُواْ عَلَى ٱلنَّاسِ ﴿ "(Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain," yakni me-ngambil dari mereka sebagai timbal balik, mereka menginginkan-nya secara utuh, tidak kurang, ﴾ وَإِذَا كَالُوهُمۡ أَو وَّزَنُوهُمۡ ﴿ "dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain," yakni bila memberikan hak orang lain yang harus ditunaikan dengan takaran atau tim-bangan, ﴾ يُخۡسِرُونَ ﴿ "mereka mengurangi," yakni menguranginya dengan cara mengurangi takaran atau timbangan, tidak memenuhi tim-bangan dan takaran atau dengan cara lainnya. Ini adalah pencurian harta orang lain dan tidak bersikap adil terhadap mereka. Karena ancaman ini ditujukan pada orang yang mengurangi takaran dan timbangan orang lain, maka orang yang mengambil harta orang lain secara paksa atau dengan cara mencuri, tentu lebih berhak mendapatkan ancaman ini dari orang-orang yang sekedar berbuat curang. Ayat mulia ini menunjukkan bahwa orang sebagaimana berhak mendapatkan haknya dari orang lain, ia juga harus mem-berikan semua milik orang lain secara penuh, baik berupa harta maupun yang lain. Bahkan hujjah dan pernyataan juga termasuk dalam keumuman ayat ini. Biasanya, masing-masing dari dua orang yang berdebat berusaha mempertahankan hujjahnya, ia juga berkewajiban menjelaskan hujjah rivalnya yang tidak ia ketahui dan mempertimbangkan argumen-argumen rivalnya sebagaimana ia juga harus mempertimbangkan argumen-argumennya sendiri. Di sini dapat diketahui sikap obyektif atau fanatisme seseorang, kerendahan hati atau kesombongan, berakal atau bodoh. Semoga Allah سبحانه وتعالى berkenan menolong kita pada setiap kebaikan. Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى mengancam orang-orang yang berbuat curang serta merasa bangga atas kondisi mereka serta tetapnya mereka berada di atas kecurangan seraya berfirman, ﴾ أَلَا يَظُنُّ أُوْلَٰٓئِكَ أَنَّهُم مَّبۡعُوثُونَ 4 لِيَوۡمٍ عَظِيمٖ 5 يَوۡمَ يَقُومُ ٱلنَّاسُ لِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ 6 ﴿ "Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam?" Yang mendorong mereka untuk berbuat curang adalah tidak beriman pada Hari Akhir, sebab bila mereka beriman pada Hari Akhir dan mereka mengetahui akan berdiri di hadapan Allah سبحانه وتعالى yang akan menghisab mereka atas amalan kecil dan besar, niscaya mereka menjauhkan diri mereka dari kecurangan dan bertaubat.
Ayah: 7 - 17 #
{كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ (7) وَمَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّينٌ (8) كِتَابٌ مَرْقُومٌ (9) وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ (10) الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ (11) وَمَا يُكَذِّبُ بِهِ إِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (12) إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (13) كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (14) كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ (15) ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُو الْجَحِيمِ (16) ثُمَّ يُقَالُ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ (17)}.
"Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin. Tahukah kamu apakah sijjin itu? (Ialah) kitab yang bertulis. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, (yaitu) orang-orang yang mendustakan Hari Pembalasan. Dan tidak ada yang mendustakan Hari Pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa, yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, 'Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu.' Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Rabb mereka. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian, dikatakan (kepada mereka), 'Inilah azab yang dahulu selalu kamu dustakan'." (Al-Muthaffifin: 7-17).
#
{7 ـ 9} يقول تعالى: {كلاَّ إنَّ كتاب الفجَّارِ}: وهذا شاملٌ لكلِّ فاجرٍ من أنواع الكفرة والمنافقين والفاسقين، {لفي سِجِّينٍ}. ثم فسَّر ذلك بقوله: {وما أدراكَ ما سِجِّينٌ. كتابٌ مرقومٌ}؛ أي: كتاب مذكور فيه أعمالهم الخبيثة. والسِّجِّينُ: المحلُّ الضيِّق الضَّنك، وسِجِّين ضدّ علِّيين، الذي هو محلُّ كتاب الأبرار كما سيأتي. وقد قيل: إنَّ سجِّين هو أسفل الأرض السابعة مأوى الفجَّار ومستقرُّهم في معادهم.
(7-9) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ كـَلَّآ إِنَّ كِتَٰبَ ٱلۡفُجَّارِ ﴿ "Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka," ini mencakup seluruh orang yang durhaka dari berbagai macam orang-orang kafir, munafik, dan fasik, ﴾ لَفِي سِجِّينٖ ﴿ "tersimpan dalam sijjin," kemu-dian Allah menafsirkannya dengan FirmanNya,﴾ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا سِجِّينٞ 8 كِتَٰبٞ مَّرۡقُومٞ 9 ﴿ "Tahukah kamu apakah sijjin itu? (Ialah) kitab yang bertulis," yakni, kitab catatan amal yang di dalamnya tercatat amalan-amalan buruk mereka. Sijjin adalah tempat yang sempit. Sijjin lawan dari illiyyin yang merupakan tempat kitab catatan amal orang-orang baik sebagaimana akan dijelaskan selanjutnya. Ada yang menya-takan, sijjin adalah bumi ketujuh yang paling bawah dan tempat kembali orang-orang durhaka.
#
{10 ـ 13} {ويلٌ يومئذٍ للمكذِّبين}. ثم بيَّنهم بقوله: {الذين يكذِّبون بيوم الدِّين}؛ أي: يوم الجزاء، يوم يدين الله الناس فيه بأعمالهم. {وما يكذِّبُ به إلاَّ كلُّ معتدٍ}: على محارم الله متعدٍّ من الحلال إلى الحرام. {أثيمٍ}؛ أي: كثير الإثم؛ فهذا يحمله عدوانه على التكذيب، ويوجب له كبره ردَّ الحقِّ ، ولهذا {إذا تُتْلى عليه} آيات الله الدالَّة على الحقِّ وعلى صدق ما جاءت به الرسل؛ كذَّبها وعاندها وقال: هذه {أساطيرُ الأوَّلين}؛ أي: من ترَّهات المتقدِّمين وأخبار الأمم الغابرين، ليس من عند الله؛ تكبُّراً وعناداً.
(10-13) ﴾ وَيۡلٞ يَوۡمَئِذٖ لِّلۡمُكَذِّبِينَ ﴿ "Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan." Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى menjelas-kan siapakah mereka dengan FirmanNya, ﴾ ٱلَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوۡمِ ٱلدِّينِ ﴿ "(yaitu) orang-orang yang mendustakan Hari Pembalasan," yakni Hari Pem-balasan amal dan perbuatan. Di hari itu Allah سبحانه وتعالى akan membalas amal perbuatan mereka. ﴾ وَمَا يُكَذِّبُ بِهِۦٓ إِلَّا كُلُّ مُعۡتَدٍ ﴿ "Dan tidak ada yang men-dustakan Hari Pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas" atas larangan-larangan Allah سبحانه وتعالى, melampaui batas dari halal hingga haram, ﴾ أَثِيمٍ ﴿ "lagi berdosa," yakni banyak dosanya. Sikap permusuhan inilah yang mendorongnya untuk mendustakan, dan kesombongannya membuatnya menolak kebenaran. Karena itu ﴾ إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِ ءَايَٰتُنَا ﴿ "apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami," yang me-nunjukkan pada kebenaran dan atas kebenaran risalah yang dibawa oleh para rasul, ia mendustakan dan menentangnya seraya berkata, ﴾ أَسَٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ ﴿ "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu," yakni hanya berasal dari cerita orang-orang terdahulu dan berita umat-umat yang sudah berlalu, bukan berasal dari Allah سبحانه وتعالى; semua itu karena didorong rasa sombong dan menentang.
#
{14 ـ 17} وأمَّا مَن أنصف وكان مقصودُه الحقَّ المبين؛ فإنَّه لا يكذِّب بيوم الدين؛ لأنَّ الله قد أقام عليه من الأدلَّة القاطعة والبراهين [الساطعة] ما يجعله حقَّ اليقين ، وصار لبصائرهم بمنزلة الشمس للأبصار؛ بخلاف مَنْ ران على قلبه كسبُه وغطَّتْه معاصيه؛ فإنَّه محجوبٌ عن الحقِّ، ولهذا جوزي على ذلك بأن حُجِبَ عن الله كما حُجِبَ قلبُه [في الدنيا] عن آيات الله. {ثم إنَّهم}: مع هذه العقوبة البليغة، {لصالو الجحيم. ثم يقالُ}: لهم توبيخاً وتقريعاً: {هذا الذي كنتُم به تكذِّبونَ}: فذكر لهم ثلاثة أنواع من العذاب: عذاب الجحيم، وعذاب التوبيخ واللوم، وعذاب الحجاب عن ربِّ العالمين، المتضمِّن لسخطه وغضبه عليهم، وهو أعظم عليهم من عذاب النار. ودلَّ مفهومُ الآية على أنَّ المؤمنين يرون ربَّهم يوم القيامة، وفي الجنة، ويتلذَّذون بالنَّظر إليه أعظم من سائر اللَّذَّات ويبتهجون بخطابه ويفرحون بقربه؛ كما ذكر الله ذلك في عدَّة آيات من القرآن، وتواتر فيه النقل عن رسول الله. وفي هذه الآيات التَّحذير من الذُّنوب؛ فإنَّها ترين على القلب وتغطِّيه شيئاً فشيئاً، حتى ينطمسَ نورُه وتموتَ بصيرتُه، فتنقلب عليه الحقائق، فيرى الباطل حقًّا والحقَّ باطلاً. وهذا من أعظم عقوبات الذُّنوب.
(14-17) Sedangkan orang yang bersikap adil lagi obyektif dan bertujuan mencari kebenaran yang nyata, ia tidak mendustakan Hari Pembalasan, karena Allah سبحانه وتعالى telah menegakkan dalil-dalil pasti dan bukti-bukti nyata yang membuatnya yakin dengan sebenar-nya. Bukti dan dalil itu bagi pandangan hatinya laksana matahari bagi pandangan matanya. Tidak seperti orang yang hatinya tertu-tup oleh kemaksiatan-kemaksiatannya. Ia terhalang dari kebenaran. Karena itu balasannya adalah terhalang dari Allah سبحانه وتعالى sebagaimana hatinya dulu ketika di dunia terhalang dari menerima ayat-ayat Allah سبحانه وتعالى. ﴾ ثُمَّ إِنَّهُمۡ ﴿ "Kemudian sesungguhnya mereka," di samping sik-saan berat itu, ﴾ لَصَالُواْ ٱلۡجَحِيمِ 16 ثُمَّ يُقَالُ ﴿ "benar-benar masuk neraka, kemudian dikatakan (kepada mereka)," ﴾ هَٰذَا ٱلَّذِي كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ ﴿ "Inilah azab yang dahulu selalu kamu dustakan." Di sini Allah سبحانه وتعالى menyebutkan tiga macam azab untuk mereka; azab Neraka Jahim, azab celaan dan cemoohan, dan azab terhalang dari Rabb semesta alam yang mencakup murka dan marah Allah سبحانه وتعالى atas mereka dan hal itu lebih berat bagi mereka daripada siksaan neraka. Kontekstual ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman akan melihat Rabb mereka pada Hari Kiamat dan di surga. Mereka merasa nikmat dengan memandang Allah سبحانه وتعالى yang jauh lebih besar dari seluruh kenikmatan. Mereka bergembira berbincang-bincang denganNya dan senang dekat denganNya sebagaimana disebutkan Allah سبحانه وتعالى dalam berbagai ayat al-Qur`an serta riwayat mutawatir yang dinukil dari Rasulullah a. Dalam ayat-ayat ini terdapat peringatan dari berbagai dosa, karena dosa bisa menutupi hati sedikit demi sedikit hingga cahaya hati padam dan pandangan hati mati dan inilah yang akan memu-tarbalikkan kebenaran (pada diri seseorang), sehingga kebatilan dalam pandangannya adalah kebenaran dan kebenaran dalam pandangannya adalah kebatilan. Dan inilah salah satu hukuman dosa terbesar.
Ayah: 18 - 28 #
{كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْأَبْرَارِ لَفِي عِلِّيِّينَ (18) وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّونَ (19) كِتَابٌ مَرْقُومٌ (20) يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ (21) إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ (22) عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ (23) تَعْرِفُ فِي وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيمِ (24) يُسْقَوْنَ مِنْ رَحِيقٍ مَخْتُومٍ (25) خِتَامُهُ مِسْكٌ وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ (26) وَمِزَاجُهُ مِنْ تَسْنِيمٍ (27) [عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُونَ] (28)}.
"Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam Illiyyin kenikmatan yang besar (surga). Tahukah kamu apakah 'Illiyyin itu? (Yaitu) kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang di-dekatkan (kepada Allah). Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu benar-benar dalam kenikmatan yang besar (surga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat me-ngetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kasturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim, (yaitu) mata air yang minum dari padanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah." (Al-Muthaffifin: 18-28).
#
{18 ـ 21} لما ذكر أنَّ كتاب الفجَّار في أسفل الأمكنة وأضيقها؛ ذكر أنَّ كتاب الأبرار في أعلاها وأوسعها وأفسحها، وأنَّ كتابهم المرقوم {يشهدُهُ المقرَّبون}: من الملائكة الكرام وأرواح الأنبياء والصِّدِّيقين والشهداء ، وينوِّه الله بذكرهم في الملأ الأعلى. وعليُّون: اسم لأعلى الجنة.
(18-21) Setelah menyebutkan bahwa catatan amal orang-orang berdosa berada di tempat paling bawah dan sempit, selanjut-nya Allah سبحانه وتعالى menyebutkan bahwa catatan amal orang-orang baik berada di tempat yang paling atas dan luas. Catatan amal mereka tertulis dan ﴾ يَشۡهَدُهُ ٱلۡمُقَرَّبُونَ ﴿ "disaksikan oleh malaikat-malaikat yang dide-katkan (kepada Allah)," dari kalangan malaikat mulia, ruh para nabi, orang-orang jujur dalam beriman dan para syuhada`. Allah سبحانه وتعالى me-nyebut mereka di kalangan malaikat tertinggi. Dan Illiyyun adalah nama surga tertinggi.
#
{22 ـ 28} فلمَّا ذَكَرَ كتابَهم؛ ذَكَرَ أنَّهم في نعيم، وهو اسمٌ جامعٌ لنعيم القلب والرُّوح والبدن. {على الأرائِكِ}؛ أي: على السرر المزيَّنة بالفرش الحسان، {ينظُرونَ}: إلى ما أعدَّ الله لهم من النعيم، وينظرون إلى وجه ربِّهم الكريم، {تعرِفُ}: أيُّها الناظر ، {في وجوههم نَضْرَةَ النَّعيم}؛ أي: بهاءه ونضارته ورونقه؛ فإنَّ توالي اللَّذَّات والمسرَّات والأفراح يكسب الوجه نوراً وحسناً وبهجةً، {يُسْقَوْنَ من رحيقٍ}: وهو من أطيب ما يكون من الأشربة وألذها، {مختوم} ذلك الشرابُ {ختامُه مسكٌ}: يُحتمل أن المراد مختومٌ عن أن يداخِلَه شيءٌ يُنْقِصُ لذَّته أو يفسِدُ طعمه، وذلك الختام الذي ختم به مسكٌ، ويحتمل أنَّ المراد أنَّه الذي يكون في آخر الإناء الذي يشربون منه الرحيق حثالة، وهي المسك الأذفر؛ فهذا الكدر منه الذي جرت العادة في الدُّنيا أنه يراق يكون في الجنَّة بهذه المثابة. {وفي ذلك}: النعيم المقيم الذي لا يعلم حسنه ومقداره إلاَّ الله، {فَلْيَتَنافَسِ المتنافسونَ}؛ أي: فليتسابقوا في المبادرة إليه والأعمال الموصلة إليه؛ فهذا أولى ما بُذِلَتْ فيه نفائس الأنفاس، وأحرى ما تزاحمت للوصول إليه فحول الرجال. ومزاجُ هذا الشراب {مِنْ تَسْنيم}: وهي عين {يشربُ بها المقرَّبون}: صرفاً، وهي أعلى أشربة الجنة على الإطلاق؛ فلذلك كانت خالصةً للمقرَّبين، الذين هم أعلى الخلق منزلة، وممزوجة لأصحاب اليمين؛ أي: مخلوطة بالرحيق وغيره من الأشربة اللذيذة.
(22-28) Pada saat menyebutkan catatan amal mereka, Allah سبحانه وتعالى menyebutkan bahwa mereka berada dalam kenikmatan. Nikmat adalah kata menyeluruh untuk kenikmatan hati, ruh, dan raga. ﴾ عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِ ﴿ "Mereka (duduk) di atas dipan-dipan," yakni di atas dipan yang berhiaskan hamparan indah, ﴾ يَنظُرُونَ ﴿ "sambil memandang" segala kenikmatan yang disiapkan Allah سبحانه وتعالى untuk mereka dan me-reka memandang Wajah Rabb mereka Yang Mulia. ﴾ تَعۡرِفُ ﴿ "Kamu dapat mengetahui," wahai orang yang memandang, ﴾ فِي وُجُوهِهِمۡ نَضۡرَةَ ٱلنَّعِيمِ ﴿ "dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan," yakni kebahagiaan, keindahan, dan keasrian karena kenikmatan, kegembiraan, dan kebahagiaan membuat wajah berseri, indah, dan asri. ﴾ يُسۡقَوۡنَ مِن رَّحِيقٖ ﴿ "Mereka diberi minum dari khamar murni," yang merupakan minuman yang paling nikmat dan lezat, ﴾ مَّخۡتُومٍ ﴿ "yang dilak (tempatnya)," minuman tersebut ﴾ خِتَٰمُهُۥ مِسۡكٞۚ ﴿ "laknya adalah kasturi." Kemungkinan yang dimaksudkan adalah tertutup agar tidak dimasuki sesuatu yang bisa mengurangi kenikmatannya dan bisa merusak cita rasanya. Penutupnya adalah minyak kesturi. Kemungkinan lain yang dimaksud adalah yang ada di ujung bejana yang mereka minum adalah minyak kesturi jenis azfar. Cawan ini seperti biasanya di dunia menjadi tempat untuk menuangkan, seperti itu juga di dalam surga. ﴾ وَفِي ذَٰلِكَ ﴿ "Dan untuk yang demikian itu," yakni nikmat abadi yang kebaikan dan ukurannya hanya diketahui Allah سبحانه وتعالى semata, ﴾ فَلۡيَتَنَافَسِ ٱلۡمُتَنَٰفِسُونَ ﴿ "hendaknya orang berlomba-lomba," yaitu hendaklah mereka saling berlomba-lomba dan bersegera menujunya serta melakukan amalan yang menghantarkan padanya. Inilah hal utama di mana jiwa yang paling berharga perlu dikorbankan dan ia adalah sesuatu yang paling layak diperebutkan oleh orang guna menca-painya. Dan campuran minuman ini ﴾ مِن تَسۡنِيمٍ ﴿ "adalah dari tasnim," yaitu mata air yang derajatnya paling tinggi dan dicampurkan bagi golongan kanan. Dicampurkan dengan khamar dan minuman nikmat lainnya.
Ayah: 29 - 36 #
{إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ (29) وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ (30) وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلَى أَهْلِهِمُ انْقَلَبُوا فَكِهِينَ (31) وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاءِ لَضَالُّونَ (32) وَمَا أُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ (33) فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آمَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ (34) عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ (35) هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (36)}.
"Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang ber-iman. Dan apabila orang-orang beriman berlalu di hadapan me-reka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang Mukmin, mereka mengatakan, 'Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat,' padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk menjadi penjaga bagi orang-orang Mukmin. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil meman-dang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran ter-hadap apa yang dahulu mereka kerjakan." (Al-Muthaffifin: 29-36).
#
{29 ـ 33} لما ذكر تعالى جزاء المجرمينَ وجزاء المحسنين، وذكر ما بينهما من التفاوت العظيم؛ أخبر أنَّ المجرمين كانوا في الدُّنيا يسخرون بالمؤمنين ويستهزِئون بهم و {يضحكون}: منهم، فَـ {يتغامَزون}: بهم عند مرورهم عليهم احتقاراً لهم وازدراءً، ومع هذا تراهم مطمئنِّين لا يخطُر الخوف على بالهم، {وإذا انقلبوا إلى أهِلِهم}: صباحاً أو مساءً، {انقلبوا فَكِهين}؛ أي: مسرورين مغتبطين، وهذا أشدُّ ما يكون من الاغترار؛ أنَّهم جمعوا بين غاية الإساءة مع الأمن في الدُّنيا، حتى كأنَّهم قد جاءهم كتابٌ وعهدٌ من الله أنَّهم من أهل السعادة، وقد حكموا لأنفسهم أنَّهم أهلُ الهدى، وأنَّ المؤمنين ضالُّون؛ افتراءً على الله، وتجرؤوا على القول عليه بلا علم. قال تعالى: {وما أُرْسِلوا عليهم حافظين}؛ أي: وما أرسلوا وكلاء على المؤمنين، ملزمين بحفظ أعمالهم، حتى يحرصوا على رميهم بالضَّلال، وما هذا منهم إلاَّ تعنُّتٌ وعنادٌ وتلاعبٌ ليس له مستندٌ ولا برهانٌ.
(29-33) Pada saat menjelaskan balasan orang-orang yang berdosa dan balasan orang-orang yang berbuat baik, Allah سبحانه وتعالى menyebutkan adanya perbedaan besar antara keduanya. Allah سبحانه وتعالى mengabarkan bahwa orang-orang yang berdosa ketika berada di dunia menguasai dan mencibir orang-orang yang beriman, ﴾ يَضۡحَكُونَ ﴿ "menertawakan" mereka dan ﴾ يَتَغَامَزُونَ ﴿ "saling mengedip-ngedipkan matanya," ketika berpapasan dengan mereka. ﴾ ٱنقَلَبُواْ فَكِهِينَ ﴿ "Mereka kembali dengan gembira," yakni, bergembira atas mereka seraya me-rendahkan dan meremehkan. Meski demikian, kau lihat mereka tenang dan sama sekali tidak terlintas rasa takut di benak mereka. ﴾ وَإِذَا ٱنقَلَبُوٓاْ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِمُ ﴿ "Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya," di pagi dan di sore hari, ﴾ ٱنقَلَبُواْ فَكِهِينَ ﴿ "mereka kembali dengan gembira," yakni bersuka cita dan inilah ketertipuan terbesar. Mereka menyatukan antara puncak perlakuan jelek pada orang lain sedangkan mereka merasa aman di dunia hingga seolah-olah telah datang kitab dan janji dari Allah سبحانه وتعالى untuk mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang berbahagia. Mereka memutuskan pada diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang yang men-dapatkan petunjuk sedangkan orang-orang yang beriman adalah orang-orang sesat seraya berdusta atas nama Allah سبحانه وتعالى dan berani berkata-kata tentang Allah سبحانه وتعالى tanpa ilmu. Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَمَآ أُرۡسِلُواْ عَلَيۡهِمۡ حَٰفِظِينَ ﴿ "Padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk menjadi penjaga bagi orang-orang Mukmin," yakni tidaklah me-reka diutus untuk menjaga orang-orang beriman, yang ditugaskan menjaga amal perbuatan mereka hingga mereka bisa menegaskan bahwa orang-orang beriman adalah orang-orang sesat. Hal ini mereka lakukan karena pembangkangan dan sikap bermain-main yang tidak memiliki landasan dan bukti nyata.
#
{34 ـ 36} ولهذا كان جزاؤهم في الآخرة من جنس عملهم؛ قال تعالى: {فاليوم}؛ أي: يوم القيامة، {الذين آمنوا من الكفَّارِ يضحكون}: حين يرونَهم في غَمَراتِ العذاب يتقلَّبون وقد ذهب عنهم ما كانوا يفترون، والمؤمنون في غاية الراحة والطمأنينة {على الأرائكِ}: وهي السرر المزيَّنة، {ينظُرون}: إلى ما أعدَّ الله لهم من النعيم، وينظرون إلى وجه ربِّهم الكريم. {هل ثُوِّبَ الكفارُ ما كانوا يفعلون}؛ أي: هل جوزوا من جنس عملهم؟ فكما ضحكوا في الدنيا من المؤمنين ورمَوْهم بالضلال؛ ضحك المؤمنون منهم في الآخرة، حين رأوهم في العذاب والنَّكال الذي هو عقوبةُ الغيِّ والضَّلال. نعم؛ ثُوِّبوا ما كانوا يفعلون عدلاً من الله وحكمةً. والله عليمٌ حكيمٌ.
(34-36) Karena itulah balasan mereka di akhirat sesuai dengan amal perbuatan mereka. Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ فَٱلۡيَوۡمَ ﴿ "Maka pada hari ini," yaitu Hari Kiamat, ﴾ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنَ ٱلۡكُفَّارِ يَضۡحَكُونَ ﴿ "orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir," ketika melihat mereka terbolak-balik dalam azab dan semua yang dulu mereka dustakan telah lenyap, sedangkan orang-orang yang beriman berada di pun-cak kenikmatan dan ketenangan, ﴾ عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِ ﴿ "mereka (duduk) di atas dipan-dipan," ranjang yang berhias, ﴾ يَنظُرُونَ ﴿ "sambil memandang" ke-nikmatan yang dijanjikan Allah سبحانه وتعالى pada mereka dan memandang Wajah Rabb mereka Yang Mulia. ﴾ هَلۡ ثُوِّبَ ٱلۡكُفَّارُ مَا كَانُواْ يَفۡعَلُونَ ﴿ "Sesungguh-nya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan," yakni, mereka diberi balasan sesuai amal perbuatan mereka. Sebagaimana mereka menertawakan orang-orang Mukmin ketika berada di dunia dan menuduh mereka sebagai orang-orang sesat, maka di akhirat orang-orang yang beriman menertawakan mereka ketika melihat mereka berada dalam siksaan yang merupa-kan azab kesesatan. Ya, mereka diberi balasan atas apa yang telah mereka lakukan sebagai keadilan dan kebijaksanaan dari Allah سبحانه وتعالى. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.