TAFSIR SURAT AN-NAJM
( Bintang )
TAFSIR SURAT AN-NAJM
( Bintang )
Makkiyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
{وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى (1) مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (2) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4) عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى (5) ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى (6) وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَى (7) ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى (8) فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى (9) فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى (10) مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى (11) أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى (12) وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (13) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (17) لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (18)}.
"Demi bintang ketika terbenam, kawanmu
(Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu
(al-Qur`an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya). Dia diajari oleh
(Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas, dan dia
(Jibril) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat
(pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat
(lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya
(Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu
(musyrikin Makkah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sungguh Muhammad telah melihat Jibril itu
(dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
(yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya
(Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak
(pula) melampauinya. Sungguh dia telah melihat sebagian tanda-tanda
(kekuasaan) Rabbnya yang paling besar."
(An-Najm: 1-18).
#
{1} يقسم تعالى بالنجم عند هُوِيِّه؛ أي: سقوطه في الأفق في آخر الليل عند إدبار الليل وإقبال النهار؛ لأنَّ في ذلك من الآيات العظيمة ما أوجب أنْ أقسم به، والصحيحُ أنَّ النجم اسم جنسٍ شامل للنُّجوم كلِّها. وأقسم بالنجوم على صحَّة ما جاء به الرسول - صلى الله عليه وسلم - من الوحي الإلهيِّ؛ لأنَّ في ذلك مناسبةً عجيبةً؛ فإنَّ الله تعالى جعل النجوم زينةً للسماء؛ فكذلك الوحي وآثاره زينةٌ للأرض؛ فلولا العلم الموروث عن الأنبياء؛ لكان الناس في ظلمة أشدَّ من ظلمة الليل البهيم.
(1) Allah سبحانه وتعالى bersumpah dengan bintang pada saat terbenam yaitu ketika bergeser dari ufuk pada akhir malam di saat malam akan beranjak dan siang akan menjelang, karena pada yang demi-kian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى yang mengharus-kan untuk dijadikan sebagai sumpah. Sesuai pendapat yang kuat, kata اَلنَّجْمُ adalah isim jenis yang mencakup seluruh bintang. Allah سبحانه وتعالى bersumpah dengan bintang untuk menunjukkan kebenran yang diberitakan oleh Rasulullah a sebagai wahyu ilahi, karena di da-lamnya terdapat kondisional yang menakjubkan, karena Allah سبحانه وتعالى menjadikan bintang sebagai perhiasan langit, begitu juga dengan wahyu dan pengaruh-penga-ruhnya dijadikan perhiasan untuk bumi. Andai tidak ada ilmu yang diwarisi dari para nabi, tentu manusia berada dalam kegelapan melebihi gelapnya malam yang pekat.
#
{2} والمقسم عليه تنزيه الرسول [- صلى الله عليه وسلم -] عن الضَّلال في علمه والغيِّ في قصده، ويلزم من ذلك أن يكون مهتدياً في علمه هادياً حسنَ القصدِ ناصحاً للخلق ، بعكس ما عليه أهل الضَّلال من فساد العلم وسوء القصد، وقال: {صاحبُكم}؛ لينبههم على ما يعرفونه منه من الصِّدق والهداية، وأنَّه لا يخفى عليهم أمره.
(2) Tujuan sumpah pada ayat ini adalah penyucian untuk Rasulullah a dari kesesatan dalam ilmu dan tujuannya, karena Rasulullah a adalah orang yang mendapat petunjuk dalam ilmu-nya, berniat baik dan pemberi nasihat untuk manusia. Lain halnya dengan orang-orang sesat yang ilmunya rusak dan niatnya buruk, Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ صَاحِبُكُمۡ ﴿ "Kawanmu," agar mereka ingat keju-juran dan petunjuk yang ada pada Nabi Muhammad a, dan perihal tentang Muhammad a tidak samar bagi mereka.
#
{3 ـ 4} {وما ينطِقُ عن الهوى}؛ أي: ليس نطقُه صادراً عن هوى نفسه. {إن هو إلاَّ وحيٌ يُوحى}؛ أي: لا يتَّبع إلاَّ ما أوحي إليه من الهدى والتقوى في نفسه وفي غيره. ودلَّ هذا على أنَّ السنَّة وحيٌ من الله لرسوله - صلى الله عليه وسلم -؛ كما قال تعالى: {وأنزل الله عليك الكتابَ والحكمةَ}. وأنَّه معصومٌ فيما يخبر به عن الله تعالى وعن شرعه؛ لأنَّ كلامه لا يصدُرُ عن هوى، وإنَّما يصدر عن وحي يوحى.
(3-4) ﴾ وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ
﴿ "Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur`an) menurut kemauan hawa nafsunya," yakni, ucapannya bukan-lah berdasarkan hawa nafsunya. ﴾ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ
﴿ "Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)," artinya, ia hanya mengikuti wahyu yang disampaikan padanya berupa hidayah, takwa dalam dirinya dan pada yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa as-Sunnah (hadits) adalah wahyu dari Allah سبحانه وتعالى untuk Rasul-Nya a, sebagaimana yang disebutkan dalam Firman Allah سبحانه وتعالى,
﴾ وَأَنزَلَ ٱللَّهُ عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ ﴿
"Dan Allah menurunkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah."
(An-Nisa`: 113).
Muhammad a terjaga dari kesalahan terhadap apa yang disampaikan dari Allah سبحانه وتعالى dan dari syariat, sebab perkataan beliau tidak bersumber dari hawa nafsu, namun bersumber dari wahyu.
#
{5} ثم ذكر المعلِّم للرسول [- صلى الله عليه وسلم -]، وهو جبريل عليه السلام، أفضل الملائكة الكرام وأقواهم وأكملهم، فقال: {علَّمه شديدُ القُوى}؛ أي: نزل بالوحي على الرسول - صلى الله عليه وسلم - جبريلُ عليه السلام، شديدُ القُوى؛ أي: شديد القوَّة الظاهرة والباطنة، قويٌّ على تنفيذ ما أمره الله بتنفيذه، قويٌّ على إيصال الوحي إلى الرسول - صلى الله عليه وسلم - ومنعه من اختلاس الشياطين له أو إدخالهم فيه ما ليس منه، وهذا من حفظ الله لوحيه؛ أنْ أرسلَه مع هذا الرسول القويِّ الأمين.
(5) Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى memberitahu malaikat yang me-nyampaikan kepada Rasulullah a, yaitu malaikat Jibril عليه السلام, yang merupakan malaikat paling utama, kuat, dan sempurna. Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ عَلَّمَهُۥ شَدِيدُ ٱلۡقُوَىٰ ﴿ "Ia diajari oleh
(Jibril) yang sangat kuat," artinya, turun membawa wahyu untuk Rasulullah, yang sangat kuat, baik secara lahir maupun batin, kuat untuk melaksanakan perintah Allah سبحانه وتعالى, kuat untuk menyampaikan wahyu kepada Rasulullah a, serta menjaganya dari pencurian setan atau menjaga agar setan tidak memasukkan sesuatu ke dalam wahyu, dan inilah cara Allah سبحانه وتعالى menjaga wahyuNya yang diturunkan bersama ma-laikat kuat lagi terpercaya.
#
{6} {ذو مِرَّةٍ}؛ أي: قوَّةٍ وخلقٍ حسنٍ وجمال ظاهرٍ وباطنٍ، {فاستوى}: جبريلُ عليه السلام.
(6) ﴾ ذُو مِرَّةٖ
﴿ "Yang mempunyai akal yang cerdas," yakni, memi-liki kekuatan, akhlak yang baik, dan keelokan lahir batin, ﴾ فَٱسۡتَوَىٰ ﴿ "dan dia menampakkan diri dengan rupa yang asli," yakni, Jibril عليه السلام.
#
{7} {وهو بالأفقُ الأعلى}؛ أي: أُفق السماء الذي هو أعلى من الأرض ؛ فهو من الأرواح العلويَّة، التي لا تنالُها الشياطين ولا يتمكَّنون من الوصول إليها.
(7) ﴾ وَهُوَ بِٱلۡأُفُقِ ٱلۡأَعۡلَىٰ ﴿ "Sedang dia berada di ufuk yang tinggi," yaitu berada di ufuk langit di atas bumi, itulah tempat bersemayamnya ruh yang tidak bisa dicapai dan tidak mungkin bagi setan untuk sampai kepadanya.
#
{8} {ثم دنا}: جبريلُ من النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - لإيصال الوحي إليه، {فتدلَّى}: عليه من الأفق الأعلى.
(8) ﴾ ثُمَّ دَنَا
﴿ "Kemudian dia mendekat," yakni, Jibril عليه السلام men-dekati Nabi a untuk menyampaikan wahyu pada beliau, ﴾ فَتَدَلَّىٰ ﴿ "lalu bertambah dekat lagi," kepada Muhammad a dari ufuk yang tinggi.
#
{9} {فكان}: في قربه منه {قابَ قوسينِ}؛ أي: قدر قوسين، والقوس معروفٌ، {أو أدنى}؛ أي: أقرب من القوسين. وهذا يدلُّ على كمال مباشرته للرسول - صلى الله عليه وسلم - بالرسالة، وأنَّه لا واسطة بينه وبين جبريل عليه السلام.
(9) ﴾ فَكَانَ
﴿ "Maka jadilah dia," yakni, jarak dekatnya dengan Muhammad a, ﴾ قَابَ قَوۡسَيۡنِ
﴿ "(sejarak) dua ujung busur panah," yakni seukuran antara dua ujung busur panah, ﴾ أَوۡ أَدۡنَىٰ ﴿ "atau lebih dekat
(lagi)," artinya lebih dekat dari dua ujung busur panah. Ini menun-jukkan sempurnanya penyampaian risalah kepada Rasulullah a secara langsung, tidak ada perantara antara Rasulullah a dengan malaikat Jibril عليه السلام.
#
{10} {فأوحى} اللهُ بواسطةِ جبريل عليه السلام {إلى عبدِهِ} [محمد - صلى الله عليه وسلم -] {ما أوحى}؛ أي: الذي أوحاه إليه من الشرع العظيم والنبأ المستقيم.
(10) ﴾ فَأَوۡحَىٰٓ
﴿ "Lalu Dia (Allah) menyampaikan wahyu," dengan perantara Jibril عليه السلام, ﴾ إِلَىٰ عَبۡدِهِۦ
﴿ "kepada hambaNya," Muhammad ﴾ مَآ أَوۡحَىٰ ﴿ "apa yang telah Allah wahyukan," yaitu yang diwahyukan Allah سبحانه وتعالى berupa syariat agung dan berita-berita yang benar.
#
{11 ـ 12} {ما كَذَبَ الفؤادُ ما رأى}؛ أي: اتَّفق فؤادُ الرسول - صلى الله عليه وسلم - ورؤيته على الوحي الذي أوحاه الله إليه، وتواطأ عليه سمعُه وبصرُه وقلبُه ، وهذا دليلٌ على كمال الوحي الذي أوحاه الله إليه، وأنَّه تلقَّاه منه تلقِّياً لا شكَّ فيه ولا شبهة ولا ريبَ، فلم يكذِبْ فؤادُه ما رأى بَصَرُه، ولم يشكَّ في ذلك.
ويُحتمل أنَّ المراد بذلك ما رأى - صلى الله عليه وسلم - ليلة أسْرِيَ به من آيات الله العظيمة، وأنَّه تيقَّنه حقًّا بقلبه ورؤيته، هذا هو الصحيحُ في تأويل الآية الكريمة. وقيل: إنَّ المرادَ بذلك رؤيةُ الرسول - صلى الله عليه وسلم - لربِّه ليلة الإسراء وتكليمه إيَّاه. وهذا اختيار كثيرٍ من العلماء رحمهم الله، فأثبتوا بهذا رؤية الرسول - صلى الله عليه وسلم - لربِّه في الدنيا.
ولكنَّ الصحيح القول الأول، وأنَّ المراد به جبريل عليه السلام؛ كما يدلُّ عليه السياق، وأنَّ محمداً - صلى الله عليه وسلم - رأى جبريل في صورته الأصليَّة التي هو عليها مرتين : مرةً في الأفق الأعلى تحت السماء الدُّنيا كما تقدَّم، والمرة الثانية فوق السماء السابعة ليلة أسْرِيَ برسول الله - صلى الله عليه وسلم -.
(11-12) ﴾ مَا كَذَبَ ٱلۡفُؤَادُ مَا رَأَىٰٓ ﴿ "Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya," yakni, hati dan pandangan Rasulullah a sepakat terhadap wahyu yang disampaikan oleh Allah سبحانه وتعالى kepadanya. Pen-dengaran, penglihatan, dan hati Rasulullah a sama. Dan ini me-nunjukkan sempurnanya wahyu yang disampaikan Allah سبحانه وتعالى kepa-daNya. Rasulullah a menerimanya secara langsung, yang tidak ada keraguan dan syubhat di dalamnya. Hati Rasulullah a tidak mendustakan yang dilihat oleh matanya dan Rasulullah a tidak meragukan hal itu.
Kemungkinan lain maksud yang dilihat Rasulullah a itu adalah peristiwa yang dilihat pada malam Isra` berupa tanda-tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى yang agung. Rasulullah a meyakini secara be-nar dengan hati dan penglihatannya. Inilah penafsiran yang benar dalam ayat ini. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud ada-lah Rasulullah a melihat Rabbnya pada malam Isra` serta berbicara denganNya. Ini adalah penafsiran yang dipilih oleh banyak ulama n. Atas dalil ini mereka menegaskan bahwa Rasulullah a pernah melihat Rabbnya pada saat di dunia. Namun pendapat yang benar adalah pendapat pertama, yaitu yang dimaksud adalah Jibril عليه السلام, sebagaimana ditunjukkan oleh konteks ayat, Muhammad a meli-hat Jibril عليه السلام dalam wujud aslinya, di mana Rasulullah a pernah dua kali
[107] melihat dalam wujud asli, pertama pada saat di ufuk tinggi dan kedua di atas langit ketujuh pada saat malam Isra` bersama Rasulullah a.
#
{13 ـ 14} ولهذا قال: {ولقد رآه نزلةً أخرى}؛ أي: رأى محمدٌ جبريل مرةً أخرى نازلاً إليه، {عند سِدْرَةِ المُنتَهى}: وهي شجرةٌ عظيمةٌ جدًّا فوق السماء السابعة، سميت سدرةَ المنتهى؛ لأنَّه ينتهي إليها ما يعرج من الأرض، وينزل إليها ما ينزل من الله من الوحي وغيره، أو لانتهاء علم المخلوقات إليها؛ أي: لكونها فوق السماواتِ والأرض؛ فهي المنتهى في علومها، أو لغير ذلك. والله أعلم. فرأى محمد - صلى الله عليه وسلم - جبريلَ في ذلك المكان الذي هو محلُّ الأرواح العلويَّة الزاكية الجميلة التي لا يقربها شيطانٌ ولا غيره من الأرواح الخبيثة.
(13-14) Karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَلَقَدۡ رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ
﴿ "Dan sungguh Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain," artinya, Nabi Muhammad a melihat Jibril عليه السلام lagi ketika turun m e n g h a m p i r i n y a ﴾ عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ ﴿ "
(yaitu) di Sidratil Muntaha," yaitu sebuah pohon yang sangat besar berada di atas langit ketujuh, disebut demikian karena di tempat itulah semua yang naik dari bumi berhenti dan dari situlah wahyu Allah سبحانه وتعالى turun. Atau karena di situlah batas akhir ilmu seluruh makhluk, artinya karena keberadaannya di atas langit dan bumi, di situlah batas akhir ilmu atau karena hal lainnya, wallahu a'lam. Nabi Muhammad a melihat Jibril di tempat itu, disitulah tempat berse-mayamnya ruh yang suci dan indah, yang tidak bisa didekati setan dan ruh-ruh keji lainnya.
#
{15} عند تلك الشجرة، {جنَّة المأوى}؛ أي: الجنة الجامعة لكلِّ نعيم؛ بحيث كانت محلًّا تنتهي إليه الأماني، وترغب فيها الإرادات، وتأوي إليها الرغبات. وهذا دليلٌ على أنَّ الجنة في أعلى الأماكن وفوق السماء السابعة.
(15) Di dekat pohon itu terdapat ﴾ جَنَّةُ ٱلۡمَأۡوَىٰٓ ﴿ "surga tempat tinggal," yaitu surga yang mencakup seluruh kenikmatan yang menjadi tempat terakhir seluruh angan, dikehendaki oleh seluruh keinginan dan di mana seluruh keinginan berada di surga itu. Hal ini menunjukkan bahwa surga itu berada di tempat yang tertinggi dan berada di atas tujuh langit.
#
{16} {إذْ يغشى السِّدْرة ما يَغْشى}؛ أي: يغشاها من أمر الله شيءٌ عظيم لا يَعْلَمُ وصفَه إلاَّ الله عز وجل.
(16) ﴾ إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ ﴿ "Ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya," yakni Sidratil Muntaha itu diliputi oleh sesuatu yang agung yang sifatnya tidak diketahui siapa pun kecuali oleh Allah سبحانه وتعالى.
#
{17} {ما زاغ البصرُ }؛ أي: ما زاغ يمنةً ولا يسرةً عن مقصوده {وما طغى}؛ أي: وما تجاوز البصر. وهذا كمال الأدب منه صلوات الله وسلامه عليه؛ أنْ قام مقاماً أقامه الله فيه، ولم يقصِّرْ عنه ولا تجاوزه ولا حاد عنه، وهذا أكمل ما يكون من الأدب العظيم، الذي فاق فيه الأوَّلين والآخرين؛ فإنَّ الإخلال يكون بأحد هذه الأمور: إمَّا أن لا يقوم العبدُ بما أُمِر به، أو يقومَ به على وجه التفريط، أو على وجه الإفراط، أو على وجه الحيدةِ يميناً وشمالاً. وهذه الأمور كلُّها منتفيةٌ عنه - صلى الله عليه وسلم -.
(17) ﴾ مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ
﴿ "Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling," artinya tidak berpaling ke kiri dan ke kanan dari fokusnya, ﴾ وَمَا طَغَىٰ ﴿ "dan tidak
(pula) melampauinya," artinya pandangan beliau tidak melewatinya. Ini adalah sempurnanya etika Rasulullah a, berdiri di tempat yang telah disiapkan Allah سبحانه وتعالى, tidak bergeser dan tidak melampauinya. Ini merupakan etika agung yang paling sempurna yang mengungguli akhlak seluruh manusia, baik yang pertama maupun yang terakhir. Kekeliruan dalam hal ini ada dua kemung-kinan; pertama karena seorang hamba tidak menunaikan perintah Allah سبحانه وتعالى atau menunaikannya namun tidak sempurna dengan cara bermalas-malasan atau secara berlebihan, dan kemungkinan kedua adalah karena melampaui batas, baik ke kanan maupun ke kiri. Semua hal ini tidak terdapat pada diri Rasulullah a.
#
{18} {لقد رأى من آياتِ ربِّه الكُبرى}: من الجنَّة والنار وغير ذلك من الأمور التي رآها - صلى الله عليه وسلم - ليلة أُسْرِي به.
(18) ﴾ لَقَدۡ رَأَىٰ مِنۡ ءَايَٰتِ رَبِّهِ ٱلۡكُبۡرَىٰٓ ﴿ "Sungguh dia telah melihat sebagian tanda-tanda
(kekuasaan) Rabbnya yang paling besar," berupa surga, neraka, dan hal-hal lain yang dilihat Nabi a pada malam Isra`.
{أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى (19) وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى (20) أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْأُنْثَى (21) تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى (22) إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى (23) أَمْ لِلْإِنْسَانِ مَا تَمَنَّى (24) فَلِلَّهِ الْآخِرَةُ وَالْأُولَى (25)}.
"Maka apakah patut kamu
(hai orang-orang musyrik) meng-anggap Lata dan Uzza, dan Manat yang ketiga, yang paling terke-mudian
(sebagai anak perempuan Allah)? Apakah
(patut) untuk kamu
(anak) laki-laki dan untuk Allah
(anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk
(menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah meng-ikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sungguh telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb mereka. Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya?
(Tidak), maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia."
(An-Najm: 19-25).
#
{19 ـ 20} لما ذَكَرَ تعالى ما جاء به محمدٌ - صلى الله عليه وسلم - من الهدى ودين الحقِّ والأمر بعبادة الله وتوحيده؛ ذَكَرَ بطلان ما عليه المشركون من عبادة مَنْ ليس له من أوصاف الكمال شيءٌ ولا تنفع ولا تضرُّ، وإنَّما هي أسماءٌ فارغة من المعنى سمَّاها المشركون هم وآباؤهم الجهَّال الضلاَّل، ابتدعوا لها من الأسماء الباطلة التي لا تستحقُّها، فخدعوا بها أنفسهم وغيرهم من الضُّلاَّل؛ فالآلهةُ التي بهذه الحال لا تستحقُّ مثقال ذرَّة من العبادة، وهذه الأنداد التي سمَّوها بهذه الأسماء زعموا أنها مشتقَّة من أوصاف هي متَّصفة بها، فسمَّوا اللات من الإله المستحقِّ للعبادة، والعُزَّى من العزيز، ومناة من المنَّان؛ إلحاداً في أسماء الله، وتجرِّياً على الشرك به! وهذه أسماءٌ متجرِّدة من المعاني؛ فكلُّ من له أدنى مُسكةٍ من عقل يعلم بطلان هذه الأوصاف فيها.
(19-20) Setelah Allah سبحانه وتعالى menyebutkan petunjuk dan agama yang benar yang dibawa Muhammad a serta perintah untuk ber-ibadah kepadaNya dan mengesakanNya, selanjutnya Allah سبحانه وتعالى menyebutkan kebatilan jalan orang-orang musyrik, berupa penyem-bahan terhadap patung dan berhala yang tidak memiliki kesem-purnaan sifat dan juga tidak bisa mendatangkan manfaat serta mara bahaya, sesembahan-sesembahan tersebut hanya nama yang tidak memiliki makna yang dikatakan oleh orang-orang musyrik dan nenek moyang mereka yang bodoh dan sesat, mereka mem-buat-buat nama-nama batil yang seharusnya tidak berhak. Mereka menipu diri mereka sendiri dan juga orang lain berupa kesesatan. Sesembahan-sesembahan dengan kondisi seperti ini sama sekali tidak berhak disembah. Sekutu-sekutu Allah سبحانه وتعالى yang mereka beri nama seperti itu menurut pengakuan mereka bersumber dari sifat-sifatnya. Mereka memberi nama Latta
(اَللَّات) yang berasal dari kata اَلْإِلٰهُ
(yang merupakan nama Allah) yang berhak untuk disembah. Nama Uzza
(اَلْعُزَّى) berasal dari kata al-Aziz
(اَلْعَزِيْزُ) yang bermakna Yang Mahaperkasa. Nama Manat
(اَلْمَنَاة) berasal dari kata al-Mannan
(اَلْمَنَّانُ) yang bermakna Yang Maha Pemberi, dengan maksud me-nentang nama-nama Allah سبحانه وتعالى serta menyekutukan Allah سبحانه وتعالى dengan nama-nama itu. Sebenarnya, nama-nama sesembahan tersebut tidak memiliki makna. Siapa saja yang memiliki akal walaupun sedikit bisa mengetahui kebatilan sifat-sifat yang terdapat pada sesembahan-sesembahan itu.
#
{21} {ألكم الذَّكَرُ وله الأنثى}؛ أي: أتجعلون لله البنات بزعمكم ولكم البنون.
(21) ﴾ أَلَكُمُ ٱلذَّكَرُ وَلَهُ ٱلۡأُنثَىٰ ﴿ "Apakah
(patut) untuk kamu
(anak) laki-laki dan untuk Allah
(anak) perempuan?" Artinya, kalian menganggap Allah سبحانه وتعالى memiliki anak-anak perempuan berdasarkan dugaan kalian sedangkan kalian menganggap memiliki anak-anak lelaki.
#
{22} {تلك إذاً قسمةٌ ضيزى}؛ أي: ظالمة جائرة. وأيُّ ظلم أعظم من قسمة تقتضي تفضيل العبد المخلوق على الخالق؟! تعالى عن قولهم علوًّا كبيراً.
(22) ﴾ تِلۡكَ إِذٗا قِسۡمَةٞ ضِيزَىٰٓ ﴿ "Yang demikian itu tentulah suatu pem-bagian yang tidak adil," yakni, zhalim. Kezhaliman apa yang lebih besar daripada pembagian yang melebihkan bagian makhluk melebihi bagian Khalik? Mahatinggi Allah سبحانه وتعالى dari ucapan mereka, karena tinggi hati dan sikap sombong mereka.
#
{23} وقوله: {إنْ هي إلاَّ أسماءٌ سمَّيْتموها أنتم وآباؤكم ما أنزل الله بها من سلطانٍ}؛ أي: من حجَّة وبرهان على صحَّة مذهبكم، وكلُّ أمرٍ ما أنزل الله فيه من سلطانٍ؛ فهو باطلٌ فاسدٌ لا يُتَّخذ ديناً، وهم في أنفسهم ليسوا بمتَّبعين لبرهان يتيقَّنون به ما ذهبوا إليه، وإنَّما دلَّهم على قولهم الظنُّ الفاسد والجهل الكاسد، وما تهواه أنفسُهم من الشرك والبدع الموافقة لأهويتهم، والحالُ أنَّه لا موجب لهم يقتضي اتِّباعهم الظنَّ من فقدِ العلم والهدى، ولهذا قال تعالى: {ولقد جاءهم من ربِّهم الهدى}؛ أي: الذي يرشدهم في باب التوحيد والنبوَّة وجميع المطالب التي يحتاج إليها العباد؛ فكلُّها قد بيَّنها الله أكمل بيان وأوضحه وأدلَّه على المقصود، وأقام عليه من الأدلَّة والبراهين ما يوجب لهم ولغيرهم اتِّباعه، فلم يبق لأحدٍ حجَّة ولا عذر من بعد البيان والبرهان، وإذا كان ما هم عليه غايته اتِّباع الظنِّ ونهايته الشقاءُ الأبديُّ والعذاب السرمديُّ؛ فالبقاء على هذه الحال من أسفه السَّفه وأظلم الظلم.
(23) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ إِنۡ هِيَ إِلَّآ أَسۡمَآءٞ سَمَّيۡتُمُوهَآ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُم مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلۡطَٰنٍۚ
﴿ "Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya, Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah)nya," berupa hujjah dan bukti atas kebenaran pandangan kalian. Semua hal yang tidak diturunkan keterangan-nya oleh Allah سبحانه وتعالى adalah batil, rusak dan tidak boleh dijadikan sebagai anutan. Sebenarnya mereka sendiri pun tidak mengikuti bukti yang mereka yakini sebagai pendapat. Pendorong mereka mengucapkan perkataan itu hanyalah dugaan keliru, kebodohan hina, dan hawa nafsu mereka yang menginginkan kesyirikan dan bid'ah yang sesuai dengan kemauan mereka. Nyatanya, mereka tidak memiliki motif untuk mengikuti prasangka selain karena tidak adanya ilmu dan petunjuk. Karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَلَقَدۡ جَآءَهُم مِّن رَّبِّهِمُ ٱلۡهُدَىٰٓ ﴿ "Dan sungguh telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb mereka," yakni, yang menunjukkan mereka dalam ma-salah tauhid, kenabian serta seluruh hal yang dibutuhkan oleh manusia; semuanya telah dijelaskan oleh Allah سبحانه وتعالى dengan jelas, dan tujuannya pun telah ditunjukkan dengan menegakkan berbagai dalil serta bukti nyata yang mewajibkan mereka dan lainnya untuk mengikuti sehingga tidak tersisa satu alasan pun bagi seseorang setelah penjelasan dan bukti nyata itu diberikan. Karena jalan yang mereka tempuh itu berujung pada penurutan praduga dan berakhir dengan kesengsaraan abadi serta azab yang kekal, maka tetap berada dalam kondisi seperti ini menjadikannya orang yang paling bodoh dan zhalim.
#
{24 ـ 25} ومع ذلك يتمنَّون الأماني ويغترُّون بأنفسهم! ولهذا أنكر تعالى على من زعم أنه يحصلُ له ما تمنَّى وهو كاذبٌ في ذلك، فقال: {أم للإنسان ما تمنَّى. فللهِ الآخرةُ والأولى}: فيعطي منهما مَن يشاء ويمنع مَن يشاء؛ فليس الأمر تابعاً لأمانيِّهم ولا موافقاً لأهوائهم.
(24-25) Meski demikian, mereka tetap berangan-angan dan menipu diri mereka sendiri. Karena itulah Allah سبحانه وتعالى mengingkari dugaan mereka yang mengira angan-angan itu akan dicapai, mereka berdusta dalam hal ini, Allah سبحانه وتعالى berfirman,﴾ أَمۡ لِلۡإِنسَٰنِ مَا تَمَنَّىٰ 24 فَلِلَّهِ ٱلۡأٓخِرَةُ وَٱلۡأُولَىٰ ﴿ "Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakan-nya?
(Tidak), maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia." Allah سبحانه وتعالى memberikan sebagian jatah dunia dan akhirat pada orang yang dikehendaki dan mencegahnya dari orang yang dikehendaki. Tidak berdasarkan angan-angan dan hawa nafsu mereka.
{وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى (26)}.
"Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa'at mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai
(Nya)."
(An-Najm: 26).
#
{26} يقول تعالى منكراً على مَن عَبَدَ غيره من الملائكة وغيرهم، وزعم أنَّها تنفعه وتشفع له عند الله يوم القيامةِ: {وكم من مَلَكٍ في السمواتِ}: من الملائكة المقرَّبين وكرام الملائكة، {لا تُغْني شفاعتُهم شيئاً}؛ أي: لا تفيد من دعاها وتعلَّق بها ورجاها، {إلاَّ من بعدِ أن يأذنَ الله لمن يشاءُ ويرضى}؛ أي: لا بدَّ من اجتماع الشرطين: إذنه تعالى في الشفاعة، ورضاه عن المشفوع له. ومن المعلوم المتقرِّر أنَّه لا يقبل من العمل إلاَّ ما كان خالصاً لوجه الله، موافقاً فيه صاحبُه الشريعةَ؛ فالمشركون إذاً لا نصيبَ لهم من شفاعة الشافعين؛ [وقد] سدُّوا على أنفسهم رحمة أرحم الراحمين.
(26) Allah سبحانه وتعالى berfirman mengingkari orang yang menyem-bah selainNya seperti malaikat dan lainnya, di mana orang itu mengira bahwa sesembahan selain Allah سبحانه وتعالى itu bisa membawa manfaat dan memberinya syafa'at baginya di sisi Allah سبحانه وتعالى pada Hari Kiamat.
﴾ وَكَم مِّن مَّلَكٖ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ
﴿ "Dan berapa banyaknya malaikat di langit," yakni para malaikat yang didekatkan (kepada Allah) dan malaikat mulia, ﴾ لَا تُغۡنِي شَفَٰعَتُهُمۡ شَيۡـًٔا
﴿ "syafa'at mereka sedikitpun tidak berguna," artinya, sesembahan selain Allah سبحانه وتعالى yang dimintai, diharapkan, dan dijadikan tempat bergantung tidak memberinya manfaat, ﴾ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ أَن يَأۡذَنَ ٱللَّهُ لِمَن يَشَآءُ وَيَرۡضَىٰٓ ﴿ "kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai
(Nya)." Artinya, harus memenuhi dua syarat; izin Allah سبحانه وتعالى dalam memberi syafa'at dan keridhaanNya terhadap orang yang diberi syafa'at. Sebagaimana diketahui bahwa amalan itu tidak bisa diterima kecuali yang dilakukan karena Allah سبحانه وتعالى semata dan sesuai dengan ketentuan syariat. Karena itu orang-orang musyrik tidak mendapatkan bagian syafa'at semau orang yang bisa memberi syafa'at, karena mereka sendiri yang menutup diri sendiri untuk mendapatkan rahmat dari Allah سبحانه وتعالى.
{إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ لَيُسَمُّونَ الْمَلَائِكَةَ تَسْمِيَةَ الْأُنْثَى (27) وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا (28) فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (29) ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى (30)}.
"Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan. Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah meng-ikuti persangkaan, sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaidah sedikitpun terhadap kebenaran. Maka berpalinglah
(hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Rabbmu, Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk."
(An-Najm: 27-30).
#
{27} يعني: أنَّ المشركين بالله، المكذِّبين لرسله، الذين لا يؤمنون بالآخرة؛ [و] بسبب عدم إيمانهم بالآخرة؛ تجرَّؤوا على ما تجرؤوا عليه من الأقوال والأفعال المحادَّة لله ولرسوله؛ من قولهم: الملائكة بناتُ الله! فلم ينزِّهوا ربَّهم عن الولادة، ولم يكرِموا الملائكة ويُجِلُّوهم عن تسميتهم إيَّاهم إناثاً، والحال أنَّه ليس لهم بذلك علمٌ لا عن الله ولا عن رسوله ولا دلَّت على ذلك الفطر والعقول، بل العلمُ كلُّه دالٌّ على نقيض قولهم، وأنَّ الله منزَّهٌ عن الأولاد والصاحبة؛ لأنَّه الواحد الأحد، الفرد الصمد، الذي لم يلدْ ولم يولدْ، ولم يكن له كفواً أحدٌ، وأنَّ الملائكة كرامٌ مقرَّبون إلى الله قائمون بخدمته، {لا يعصون الله ما أمَرَهم ويفعلونَ ما يُؤمرون}.
(27) Maksudnya, orang-orang yang menyekutukan Allah سبحانه وتعالى dan mendustakan para rasulNya adalah mereka yang tidak ber-iman pada Hari Akhir. Karena tidak beriman dengan Hari Akhir itulah mereka melakukan tindakan semboro dengan mengucapkan perkataan dan tindakan yang menantang Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya. Di antara perkataan yang mereka ucapkan, "Malaikat adalah anak perempuan Allah." Mereka tidak memahasucikan Rabb mereka dari memiliki anak serta tidak memuliakan para malaikat karena disebut sebagai anak perempuan. Sebenarnya, mereka tidak me-miliki ilmu tentang Allah سبحانه وتعالى dan tentang RasulNya bahkan fitrah dan akal sehat pun tidak menunjukkan seperti itu, justru ilmu secara keseluruhan menunjukkan kekeliruan pernyataan mereka. Allah سبحانه وتعالى Mahasuci dari memiliki anak dan pendamping, karena Allah سبحانه وتعالى adalah Maha Esa dan Tunggal, satu-satunya tempat ber-gantung seluruh makhluk, yang tidak beranak dan diperanakkan, tidak ada sekutu bagiNya, para malaikat adalah hamba-hamba Allah yang mulia yang mendekatkan diri kepada Allah سبحانه وتعالى, yang senantiasa melayani Allah سبحانه وتعالى
﴾ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ 6 ﴿
"Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan."
(At-Tahrim: 6).
#
{28} والمشركون إنَّما يتَّبعون في ذلك القول القبيح، وهو الظنُّ الذي لا يُغني من الحقِّ شيئاً؛ فإنَّ الحقَّ لا بدَّ فيه من اليقين المستفاد من الأدلَّة [القاطعة] والبراهين الساطعة.
(28) Orang-orang musyrik dalam mengikuti pandangan buruk itu berdasarkan dugaan yang sama sekali tidak berguna bagi kebenaran, karena kebenaran itu harus yakin bersumber dari dalil-dalil qath'i
(tak terbantahkan) serta bukti-bukti jelas.
#
{29} ولما كان هذا دأب هؤلاء المذكورين، أنَّهم لا غرض لهم في اتِّباع الحقِّ، وإنَّما غرضهم ومقصودهم ما تهواه نفوسُهم؛ أمر الله رسوله بالإعراض عن من تولَّى عن ذكرِهِ، الذي هو الذكرُ الحكيم والقرآنُ العظيم [والنبأ الكريم]، فأعرضَ عن العلوم النافعة، ولم يُرِدْ إلاَّ الحياة الدنيا؛ فهذا منتهى إرادتِه. ومن المعلوم أن العبد لا يعمل إلاَّ للشيء الذي يريدُه؛ فسعيُ هؤلاء مقصورٌ على الدُّنيا ولذَّاتها وشهواتها كيف حصلتْ حَصَّلوها، وبأيِّ طريق سنحت ابتدروها.
(29) Mengingat inilah kebiasaan orang-orang tersebut, me-reka tidak memiliki tujuan untuk mengikuti kebenaran tapi tujuan dan maksud mereka adalah keinginan hawa nafsu, karena itu, Allah سبحانه وتعالى memerintahkan RasulNya agar berpaling dari orang yang berpaling dari mengingat al-Qur`an, yaitu peringatan yang bijak-sana dan al-Qur`an yang agung serta berita mulia. Berpalinglah dari ilmu yang hanya mencari keduniaan dan inilah puncak ke-inginannya. Sebagaimana yang diketahui, setiap orang tidak akan mengerjakan sesuatu kecuali untuk sesuatu yang diinginkannya, hanya saja usaha mereka itu hanya terbatas pada dunia dan hawa nafsu keduniaan; bagaimana pun cara mendapatkannya mereka akan menempuh cara itu. Cara apa saja yang bisa mendapatkan keduniaan, mereka langsung memperebutkannya.
#
{30} {ذلك مبلغُهم من العلم}؛ أي: هذا منتهى علمهم وغايته، وأمَّا المؤمنون بالآخرة المصدِّقون بها أولو الألباب والعقول؛ فهمتهم وإرادتهم للدار الآخرة، وعلومُهم أفضلُ العلوم وأجلُّها، وهو العلم المأخوذُ من كتاب الله وسنَّة رسوله - صلى الله عليه وسلم -، والله تعالى أعلمُ بمن يستحقُّ الهداية فيهديه ممَّن لا يستحقُّ ذلك فيكِلُه إلى نفسه ويخذُلُه فيضلُّ عن سبيل الله، ولهذا قال تعالى: {إنَّ ربَّك هو أعلمُ بمن ضلَّ عن سبيله وهو أعلم بمنِ اهتدى}: فيضع فضلَه حيث يعلم المحلَّ اللائقَ به.
(30) ﴾ ذَٰلِكَ مَبۡلَغُهُم
﴿ "Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka," artinya, itulah puncak dan tujuan ilmu mereka. Sedangkan orang-orang yang beriman terhadap Hari Akhir yang dibenarkan oleh orang-orang yang berakal, maka keinginan mereka tertuju pada negeri akhirat, ilmu mereka adalah ilmu yang paling baik dan mulia, itulah ilmu yang bersumber dari kitab Allah سبحانه وتعالى dan Sunnah RasulNya a. Allah سبحانه وتعالى mengetahui siapa saja yang berhak menda-patkan hidayah sehingga akan diberi petunjuk, Allah سبحانه وتعالى juga me-ngetahui siapa yang tidak berhak mendapatkan hidayah sehingga urusannya akan diserahkan padanya dan akan direndahkan hingga tersesat dari jalan Allah سبحانه وتعالى. Karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱهۡتَدَىٰ ﴿ "Sesungguhnya Rabbmu, Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." Allah سبحانه وتعالى mele-takkan karuniaNya pada tempat yang laik.
{وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى (31) الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى (32)}.
"Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik
(surga).
(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabbmu Mahaluas am-punanNya. Dan Dia lebih mengetahui
(tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia-lah Yang paling mengetahui tentang orang yang bertak-wa."
(An-Najm: 31-32).
#
{31} يخبر تعالى أنَّه مالك الملك، المتفرِّدُ بملك الدنيا والآخرة، وأنَّ جميع ما فيهما ملكٌ لله، يتصرَّف فيهم تصرُّف الملك العظيم في عبيده ومماليكه، ينفِّذ فيهم قدره، ويجري عليهم شرعَه، ويأمرهم وينهاهم، ويجزيهم على ما أمرهم به ونهاهم عنه، فيثيب المطيع ويعاقب العاصي، {لِيَجْزِيَ الذين أساؤوا} العمل من سيئات الكفر فما دونَه من المعاصي، وبما عملوه من أعمال الشرِّ بالعقوبة الفظيعة ، {ويجزِيَ الذين أحسنوا}: في عبادة الله، وأحسنوا إلى خلق الله بأنواع المنافع {بالحُسْنى}؛ أي: بالحالة الحسنة في الدُّنيا والآخرة، وأكبر ذلك وأجلُّه رضا ربِّهم والفوزُ بالجنة وما فيها من النعيم.
(31) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan bahwa Dia adalah Pemilik kera-jaan, hanya Dia sendiri yang menguasai dunia dan akhirat, semua yang ada di dunia dan di akhirat adalah kepunyaanNya. Allah سبحانه وتعالى memberlakukan kepemilikanNya layaknya Raja Agung memper-lakukan budak dan hamba sahayanya. KekuasaanNya berlaku pada mereka, berlaku secara cepat, Allah سبحانه وتعالى memerintah dan melarang mereka serta memberi balasan atas apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang dari mereka. Allah سبحانه وتعالى memberikan pahala bagi orang yang taat dan menyiksa orang yang durhaka. ﴾ لِيَجۡزِيَ ٱلَّذِينَ أَسَٰٓـُٔواْ
﴿ "Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat," yang me-lakukan amalan-amalan kekufuran dan kemaksiatan-kemaksiatan yang lebih rendah, dan karena mereka mengerjakan amalan-amalan buruk, maka mereka mendapatkan siksaan yang mengerikan, ﴾ وَيَجۡزِيَ ٱلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ
﴿ "dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik," berupa ibadah kepada Allah سبحانه وتعالى dan berbuat baik terhadap makhluk Allah سبحانه وتعالى dengan berbagai tindakan yang membawa manfaat, ﴾ بِٱلۡحُسۡنَى ﴿ "dengan pahala yang lebih baik," yaitu dengan kondisi yang lebih baik di dunia dan di akhirat, di mana yang terbesar dan paling mulia adalah keridhaan Rabb mereka serta meraih surga dan segala ke-nikmatan yang ada di dalamnya.
#
{32} ثم ذكر وصفَهم، فقال: {الذين يَجْتَنِبون كبائرَ الإثم والفواحشَ}؛ أي: يفعلون ما أمرهم اللهُ به من الواجبات، التي يكون تركُها من كبائر الذُّنوب، ويتركون المحرَّمات الكبار من الزِّنا وشرب الخمر وأكل الرِّبا والقتل ونحو ذلك من الذُّنوب العظيمة، {إلاَّ اللَّمم}: وهو الذُّنوب الصغارُ التي لا يصرُّ صاحبها عليها، أو التي يلمُّ العبدُ بها المرَّة بعد المرَّة على وجه الندرة والقلَّة؛ فهذه ليس مجرَّد الإقدام عليها مخرجاً للعبد من أن يكون من المحسنين؛ فإنَّ هذه مع الإتيان بالواجبات وترك المحرمات تدخُلُ تحت مغفرة الله التي وسعتْ كلَّ شيءٍ، ولهذا قال: {إنَّ ربَّك واسعُ المغفرةِ}: فلولا مغفرتُه؛ لهلكتِ البلادُ والعبادُ، ولولا عفوُه وحلمه؛ لسقطتِ السماء على الأرض، ولَمَا ترك على ظهرها من دابَّةٍ، ولهذا قال النبيُّ - صلى الله عليه وسلم -: «الصلوات الخمس، والجمعة إلى الجمعة، ورمضان إلى رمضان؛ مكفراتٌ لما بينهنَّ ما اجتُنِبَتِ الكبائر». وقوله: {هو أعلم بكم إذْ أنشأكُم من الأرضِ وإذْ أنتُم أجنَّةٌ في بطون أمَّهاتِكم}؛ أي: هو تعالى أعلم بأحوالكم كلِّها، وما جبلكم عليه من الضَّعف والخَوَر عن كثيرٍ مما أمركم الله به، ومن كثرة الدواعي إلى فعل المحرَّمات، وكثرة الجواذب إليها، وعدم الموانع القويَّة، والضعف موجودٌ مشاهدٌ منكم حين أخرجكم الله من الأرض، وإذ كنتم في بطونِ أمَّهاتكم، ولم يزل موجوداً فيكم، وإنْ كان الله تعالى قد أوجدَ فيكم قوَّةً على ما أمركم به. ولكنَّ الضعف لم يزلْ؛ فلعلمه تعالى بأحوالكم هذه؛ ناسبت الحكمةُ الإلهيَّة والجود الربانيُّ أن يتغمَّدكم برحمته ومغفرته وعفوه، ويغمرَكم بإحسانه، ويزيل عنكم الجرائم والمآثم، خصوصاً إذا كان العبدُ مقصودُه مرضاة ربِّه في جميع الأوقات، وسعيُه فيما يقرُبُ إليه في أكثر الآنات، وفراره من الذُّنوب التي يمقتُ بها عند مولاه، ثم تقع منه الفلتة بعد الفلتة؛ فإنَّ الله تعالى أكرم الأكرمين وأجود الأجودين، أرحم بعبادِهِ من الوالدةِ بولدِها؛ فلا بدَّ لمثل هذا أن يكون من مغفرة ربِّه قريباً، وأن يكونَ الله له في جميع أحوالِهِ مجيباً، ولهذا قال تعالى: {فلا تزكُّوا أنفسَكم}؛ أي: تخبرون الناس بطهارتها على وجه التمدُّح عندهم، {هو أعلم بمن اتَّقى}؛ فإنَّ التَّقوى محلُّها القلبُ، والله هو المطَّلع عليه، المجازي على ما فيه من برٍّ وتقوى، وأما الناسُ؛ فلا يغنون عنكم من الله شيئاً.
(32) Kemudian Allah سبحانه وتعالى menyebutkan sifat-sifat mereka seraya berfirman, ﴾ ٱلَّذِينَ يَجۡتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡفَوَٰحِشَ
﴿ "(Yaitu) orang yang men-jauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji," yakni, mereka mengerjakan perintah Allah سبحانه وتعالى berupa berbagai kewajiban yang jika ditinggalkan termasuk dosa besar, dan mereka menjauhi keharaman besar se-perti zina, minum minuman keras, memakan hasil riba, membunuh dan dosa-dosa besar lainnya, ﴾ إِلَّا ٱللَّمَمَۚ
﴿ "yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil," yakni, dosa-dosa kecil yang tidak dilakukan secara terus menerus atau dosa kecil yang dicela oleh yang bersangkutan secara berkali-kali, dengan catatan jarang dan sedikit. Melakukan hal itu tidak serta merta membuat pelakunya termasuk dalam golongan orang-orang yang keluar dari golongan orang-orang yang berbuat baik, karena melaksanakan kewajiban dan menjauhi keharaman itu berada di bawah ampunan Allah سبحانه وتعالى yang meliputi segala sesuatu, karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ إِنَّ رَبَّكَ وَٰسِعُ ٱلۡمَغۡفِرَةِۚ
﴿ "Sesungguhnya Rabbmu Mahaluas ampunanNya." Andai bukan karena ampunanNya, maka seluruh negeri dan manusia akan binasa, andai bukan pemaafan dan kesabaranNya, tentu langit akan runtuh menimpa bumi dan tentu Dia tidak membiarkan satu hewan pun hidup, karena itulah Rasulullah a bersabda,
اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ، مَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ.
"Shalat yang lima waktu, Jum'at ke Jum'at, Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus (dosa-dosa kecil) di antaranya, selama dosa-dosa besar dijauhi."[108]
Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ هُوَ أَعۡلَمُ بِكُمۡ إِذۡ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ وَإِذۡ أَنتُمۡ أَجِنَّةٞ فِي بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡۖ
﴿ "Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu." Arti-nya, Allah سبحانه وتعالى mengetahui semua kondisi kalian serta kelemahan yang dijadikan pada diri kalian dan sifat penentangan terhadap berbagai perintah Allah سبحانه وتعالى pada kalian, karena banyaknya faktor pendorong untuk berbuat berbagai hal-hal haram serta banyaknya faktor penarik untuk itu, serta tidak adanya penghalang yang kuat. Kelemahan itu jelas ada dan terlihat pd diri kalian ketika kalian dikeluarkan oleh Allah سبحانه وتعالى dari perut bumi dan ketika kalian berada di perut ibu kalian, sifat lemah itu tetap saja ada pada diri kalian meski Allah سبحانه وتعالى telah memberikan kalian kekuatan untuk menunai-kan perintahNya, namun sifat lemah tetap saja lekat pada diri ka-lian. Karena Allah سبحانه وتعالى mengetahui kondisi kalian seperti ini, sesuailah hikmah ilahi dan kemurahan rabbani untuk meliputi kalian dengan rahmat dan ampunan dan kebaikanNya. Allah سبحانه وتعالى melenyapkan ber-bagai kejahatan dan dosa dari diri kalian khususnya bagi seorang hamba yang bertujuan mencari keridhaanNya di seluruh waktunya dan seluruh usahanya yang mendekatkannya kepada Rabb di se-luruh waktu, melarikan diri dari dosa yang bisa membawa murka Rabb kemudian terlepas darinya sedikit demi sedikit, karena Allah سبحانه وتعالى Yang paling Mulia, paling menyayangi para hambaNya melebihi kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya. Karena itu orang seperti ini pasti berada dekat ampunan Rabbnya dan Allah سبحانه وتعالى akan senantiasa mengabulkan permintaannya di setiap waktu. Karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ فَلَا تُزَكُّوٓاْ أَنفُسَكُمۡۖ
﴿ "Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci," artinya, kalian menceritakan kesucian diri kalian kepada orang-orang dengan maksud untuk memuji diri kalian sendiri di hadapan mereka, ﴾ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ ﴿ "Dia-lah Yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa," karena takwa itu bertempat di hati dan Allah سبحانه وتعالى lah yang mengetahuinya serta membalas ke-baikan dan ketakwaan yang ada di dalam hati, sedangkan manusia sama sekali tidak berguna bagi kalian dari siksaan Allah سبحانه وتعالى.
{أَفَرَأَيْتَ الَّذِي تَوَلَّى (33) وَأَعْطَى قَلِيلًا وَأَكْدَى (34) أَعِنْدَهُ عِلْمُ الْغَيْبِ فَهُوَ يَرَى (35) أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَى (36) وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى (37) أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى (38) وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى (39) وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى (40) ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى (41) وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى (42) وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى (43) وَأَنَّهُ هُوَ أَمَاتَ وَأَحْيَا (44) وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى (45) مِنْ نُطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى (46) وَأَنَّ عَلَيْهِ النَّشْأَةَ الْأُخْرَى (47) وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَى وَأَقْنَى (48) وَأَنَّهُ هُوَ رَبُّ الشِّعْرَى (49) وَأَنَّهُ أَهْلَكَ عَادًا الْأُولَى (50) وَثَمُودَ فَمَا أَبْقَى (51) وَقَوْمَ نُوحٍ مِنْ قَبْلُ إِنَّهُمْ كَانُوا هُمْ أَظْلَمَ وَأَطْغَى (52) وَالْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَى (53) فَغَشَّاهَا مَا غَشَّى (54) فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكَ تَتَمَارَى (55) هَذَا نَذِيرٌ مِنَ النُّذُرِ الْأُولَى (56) أَزِفَتِ الْآزِفَةُ (57) لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ كَاشِفَةٌ (58) أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ (59) وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ (60) وَأَنْتُمْ سَامِدُونَ (61) فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا (62)}.
"Maka apakah kamu melihat orang yang berpaling
(dari al-Qur`an), serta memberi sedikit dan tidak mau memberi lagi. Apa-kah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib sehingga dia mengetahui
(apa yang dikatakan). Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa, dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji,
(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada mem-peroleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sem-purna, dan bahwasanya kepada Rabbmulah kesudahan
(segala sesuatu), dan bahwasanya Dia-lah yang menjadikan orang ter-tawa dan menangis, dan bahwasanya Dia-lah yang mematikan dan menghidupkan, dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan dari air mani apa-bila dipancarkan. Dan bahwasanya Dia-lah yang menetapkan kejadian yang lain
(kebangkitan sesudah mati), dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan. Dan bahwasanya Dia-lah Rabb
(yang memiliki) bintang syi'ra, dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Ad yang pertama, dan kaum Tsamud. Maka tidak seorang pun yang ditinggalkanNya
(hidup). Dan kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zhalim dan paling durhaka, dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah, lalu Allah menim-pakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya. Maka terhadap nikmat Rabbmu yang manakah kamu ragu-ragu? Ini
(Muhammad) adalah seorang pemberi peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang telah terdahulu. Telah dekat terjadinya Hari Kiamat. Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. Maka apakah kamu merasa heran terhadap pembe-ritaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis. Sedang kamu melengahkan
(nya). Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah
(Dia)."
(An-Najm: 33-62).
#
{33 ـ 35} يقول تعالى: أفرأيتَ قُبْحَ حالة من أُمِرَ بعبادة ربِّه وتوحيده فتولَّى عن ذلك وأعرض عنه؟! فإنْ سمحتْ نفسُه ببعض الشيء القليل؛ فإنَّه لا يستمرُّ عليه، بل يبخل ويُكْدي ويمنعُ؛ فإنَّ الإحسان ليس سجيَّةً له وطبعاً، بل طبعه التولِّي عن الطاعة وعدم الثبوت على فعل المعروف، ومع هذا؛ فهو يزكِّي نفسه وينزلها غير منزلتها التي أنزلها الله بها. {أعنده علم الغيب فهو يرى}: الغيبَ فيخبر به؟! أم هو متقوِّلٌ على الله متجرِّئ عليه جامعٌ بين المحذورين الإساءة والتزكية؟! كما هو الواقع؛ لأنَّه قد عُلِمَ أنَّه ليس عنده علمٌ من الغيب، وأنَّه لو قدِّر أنَّه ادَّعى ذلك؛ فالإخبارات القاطعة عن علم الغيب التي على يد النبيِّ المعصوم تدلُّ على نقيض قوله، وذلك دليل على بطلانه.
(33-35) Allah سبحانه وتعالى berfirman bahwa apakah engkau menge-tahui kondisi orang yang diperintah untuk menyembah Rabbnya dan mengesakanNya kemudian berpaling darinya? Meski jiwanya mengizinkan pada sebagian hal kecil, tapi hal itu tidak berlangsung lama, ia akan bersifat bakhil dan menahan hartanya. Kebaikan bukanlah sifat dan wataknya, tapi wataknya adalah berpaling dari ketaatan dan tidak tetap dalam mengerjakan kebaikan. Meski demikian, ia mengatakan bahwa dirinya bersih dan menempatkan dirinya pada posisi yang tidak sesuai dengan yang disebutkan Allah سبحانه وتعالى, ﴾ أَعِندَهُۥ عِلۡمُ ٱلۡغَيۡبِ فَهُوَ يَرَىٰٓ ﴿ "Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib sehingga dia mengetahui
(apa yang dikatakan)," apa-kah ia mengetahui hal ghaib sehingga bisa memberitahukannya? Atau apakah itu hanya perkataan yang diada-adakan atas
(nama) Allah سبحانه وتعالى dengan sembrono yang merangkum dua hal terlarang, yaitu menjelek-jelekkan diri dan menyuci-sucikan diri sebagaimana yang terjadi, karena ia sendiri mengetahui bahwa ia tidak mempu-nyai pengetahuan tentang hal ghaib. Andai pun ia mampu meng-aku-aku hal itu, maka pemberitahuan ghaib yang berada di tangan Rasulullah a, al-Ma'shum, menunjukkan hal sebaliknya dan itulah bukti atas kebatilan pengakuannya.
#
{36 ـ 37} {أم لم يُنَبَّأْ}: هذا المدَّعي {بما في صُحُف موسى. وإبراهيم الذي وَفَّى}؛ أي: قام بجميع ما ابتلاه الله به، وأمره به من الشرائع وأصول الدين وفروعه.
(36-37) ﴾ أَمۡ لَمۡ يُنَبَّأۡ
﴿ "Ataukah belum diberitakan" kepada orang yang mengaku itu, ﴾ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَىٰ 36 وَإِبۡرَٰهِيمَ ٱلَّذِي وَفَّىٰٓ 37 ﴿ "apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji," yakni, menunaikan semua ujian yang dibebankan Allah سبحانه وتعالى kepadanya serta perintah-perintah syariat, pokok, dan cabang Agama.
#
{38 ـ 41} وفي تلك الصحف أحكامٌ كثيرةٌ، من أهمِّها ما ذكره الله بقوله: {أن لا تزِرَ وازرةٌ وِزْرَ أخرى. وأن ليس للإنسان إلاَّ ما سَعى}؛ أي: كلُّ عامل له عمله الحسن والسيئُ؛ فليس له من عمل غيره وسعيه شيء، ولا يتحمَّل أحدٌ عن أحدٍ ذنباً، {وأنَّ سعيَه سوف يُرى}: في الآخرة، فيميَّز حسنُه من سيِّئه، {ثم يُجْزاه الجزاءَ الأوفى}؛ أي: المستكمل لجميع العمل، الخالص الحسن بالحسنى، والسيئ الخالص بالسوأى، والمشوب بحسبه؛ جزاء تُقِرُّ بعدله وإحسانه الخليقة كلها، وتَحْمَدُ الله عليه، حتى إنَّ أهل النار ليدخلون النار، وإنَّ قلوبهم مملوءةٌ من حمد ربِّهم والإقرار له بكمال الحكمة ومقت أنفسهم، وأنَّهم الذين أوصلوا أنفسهم وأوردوها شرَّ الموارد. وقد استدل بقوله [تعالى]: {وأن ليس للإنسان إلاَّ ما سعى}: من يرى أنَّ القُرَب لا يجوز إهداؤها للأحياء ولا للأموات، قالوا: لأنَّ الله قال: {وأن ليس للإنسان إلاّ ما سعى}؛ فوصول سعي غيره إليه منافٍ لذلك. وفي هذا الاستدلال نظرٌ؛ فإنَّ الآية إنما تدلُّ على أنه ليس للإنسان إلا ما سعى بنفسه، وهذا حقٌّ لا خلاف فيه، وليس فيها ما يدلُّ على أنَّه لا ينتفع بسعي غيره إذا أهداه ذلك الغير إليه ؛ كما أنَّه ليس للإنسان من المال إلاَّ ما هو في ملكه وتحت يده، ولا يلزم من ذلك أن لا يملِكَ ما وَهَبَه الغير له من مالِهِ الذي يملِكُه.
(38-41) Terdapat berbagai hukum dalam lembaran-lem-baran itu, di antara yang terpenting adalah yang disebutkan Allah سبحانه وتعالى dalam FirmanNya, ﴾ أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٞ وِزۡرَ أُخۡرَىٰ 38 وَأَن لَّيۡسَ لِلۡإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
﴿ "(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." Artinya, setiap orang akan menanggung akibat amalannya, baik maupun buruk. Setiap orang tidak akan menda-patkan balasan apa pun dari amalan orang lain dan tidak menang-gung dosa siapa pun.
﴾ وَأَنَّ سَعۡيَهُۥ سَوۡفَ يُرَىٰ
﴿ "Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diper-lihatkan (kepadanya)," yakni, di akhirat, dan kebaikan akan dipisah-kan dari keburukan, ﴾ ثُمَّ يُجۡزَىٰهُ ٱلۡجَزَآءَ ٱلۡأَوۡفَىٰ
﴿ "kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna," yaitu yang menca-kup seluruh amal; amalan baik dibalas baik dan amalan buruk dibalas buruk.
Balasan adil yang membuat semua manusia mengakuinya dan memuji Allah سبحانه وتعالى atas keadilanNya bahkan penghuni neraka sekalipun pada saat dimasukkan ke dalam neraka, tapi hatinya penuh pujian terhadap Rabb mereka serta mengakui kesempurna-an hikmah Nya dan marah terhadap diri mereka sendiri. Mereka mengetahui bahwa yang menyebabkan mereka masuk ke dalam tempat kembali yang paling buruk adalah diri mereka sendiri.
Ada yang mengambil dalil dari Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ وَأَن لَّيۡسَ لِلۡإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
﴿ "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya," dengan berpendapat bahwa amal kebaikan yang mendekatkan diri kepada Allah سبحانه وتعالى tidak boleh di-hadiahkan kepada orang yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Menurut mereka, karena Allah سبحانه وتعالى berfirman,﴾ وَأَن لَّيۡسَ لِلۡإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya," sampainya usaha orang lain pada seseorang menafikan ayat ini. Cara pengambilan dalil ini perlu dikaji ulang, karena ayat ini menunjukkan, seseorang tidak akan mendapatkan apa pun selain yang telah dikerjakan sendiri, ini memang benar dan tidak perlu diperdebatkan, namun ayat ini tidak menunjukkan bahwa seseorang tidak mendapat manfaat dari hasil usaha orang lain jika yang bersangkutan menghadiahkannya pada yang lain. Sama seperti harta, seseorang tidak memiliki harta selain yang dimiliki, hal itu tidak mengharuskan yang bersangkutan tidak memiliki harta yang diberikan oleh orang lain kepadanya di samping harta yang dimilikinya itu.
#
{42} وقوله: {وأنَّ إلى ربِّك المنتهى}؛ أي: إليه تنتهي الأمور، وإليه تصير الأشياء والخلائقُ بالبعث والنُّشور، وإلى الله المنتهى في كلِّ حال؛ فإليه ينتهي العلم والحكم والرحمة وسائر الكمالات.
(42) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلۡمُنتَهَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya kepada Rabbmu-lah kesudahan
(segala sesuatu)," artinya, kepadaNya segala urusan berakhir dan kepadaNya-lah segala sesuatu akan kembali, tidak terkecuali manusia yang akan kembali kepada Allah سبحانه وتعالى dengan cara dibangkitkan. Kepada Allah سبحانه وتعالى lah segala hal berakhir, kepadaNya berakhir ilmu, hikmah, rahmat, dan seluruh kesempurnaan.
#
{43} {وأنَّه هو أضحكَ وأبكى}؛ أي: هو الذي أوجد أسباب الضحك والبكاء، وهو الخير والشرُّ والفرح والسرور والهمُّ والحزن، وهو سبحانه له الحكمة البالغةُ في ذلك.
(43) ﴾ وَأَنَّهُۥ هُوَ أَضۡحَكَ وَأَبۡكَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya Dia-lah yang menja-dikan orang tertawa dan menangis." Dia-lah yang membuat sebab-sebab tertawa dan sebab-sebab menangis, yaitu kebaikan, kebu-rukan, kesenangan, kebahagiaan, duka, dan kesedihan. Dan Allah سبحانه وتعالى memiliki hikmah yang tinggi dalam hal itu.
#
{44} {وأنَّه هو أماتَ وأحيا}؛ أي: هو المنفرد بالإيجاد والإعدام، والذي أوجد الخلق وأمرهم ونهاهم، سيعيدُهم بعد موتهم، ويجازيهم بتلك الأعمال التي عملوها في دار الدُّنيا.
(44) ﴾ وَأَنَّهُۥ هُوَ أَمَاتَ وَأَحۡيَا ﴿ "Dan bahwasanya Dia-lah yang mematikan dan menghidupkan," artinya, hanya Dia semata yang mengadakan dan meniadakan, yang menciptakan manusia, yang memerintah dan melarang mereka, dan Allah سبحانه وتعالى akan mengembalikan mereka setelah kematian mereka dan memberi balasan atas amalan yang mereka lakukan di dunia.
#
{45 ـ 46} {وأنَّه خَلَقَ الزوجين}: فسَّرهما بقوله: {الذَّكَر والأنثى}: وهذا اسمُ جنس شامل لجميع الحيوانات ناطقها وبهيمها؛ فهو المنفرد بخلقها {من نُطفةٍ إذا تُمنى}: وهذا من أعظم الأدلَّة على كمال قدرته وانفراده بالعزَّة العظيمة؛ حيث أوجد تلك الحيوانات صغيرها وكبيرها من نطفةٍ ضعيفةٍ من ماءٍ مَهينٍ، ثم نمَّاها وكمَّلها حتى بلغت ما بلغتْ، ثم صار الآدميُّ منها إمَّا إلى أرفع المقامات في أعلى عليين، وإمَّا إلى أدنى الحالات في أسفل سافلين.
(45-46) ﴾ وَأَنَّهُۥ خَلَقَ ٱلزَّوۡجَيۡنِ
﴿ "Dan bahwasanya Dia-lah yang mencip-takan berpasang-pasangan," ditafsirkan oleh FirmanNya, ﴾ ٱلذَّكَرَ وَٱلۡأُنثَىٰ
﴿ "Laki-laki dan perempuan." Ini adalah isim jenis yang mencakup se-luruh makhluk hidup, baik yang bisa berbicara (manusia) maupun binatang, Dia semata yang menciptakannya ﴾ مِن نُّطۡفَةٍ إِذَا تُمۡنَىٰ ﴿ "dari air mani apabila dipancarkan." Ini merupakan dalil paling besar yang menunjukkan KuasaNya, dan hanya Dia semata yang memiliki keperkasaan yang besar yang telah menciptakan makhluk hidup, baik yang besar maupun yang kecil berasal dari air mani lemah dan hina, kemudian Allah سبحانه وتعالى mengembangkan dan menyempur-nakannya hingga mencapai kesempurnaan, kemudian menjadi manusia yang menuju tempat tertinggi di dalam golongan orang-orang atas atau menuju kondisi yang paling rendah dalam golongan orang-orang yang paling rendah.
#
{47} ولهذا استدلَّ بالبداءة على الإعادة، فقال: {وأنَّ عليه النشأةَ الأخرى}: فيعيد العباد من الأجداث، ويجمعهم ليوم الميقات، ويجازيهم على الحسنات والسيئات.
(47) Atas penjelasan itulah Allah سبحانه وتعالى berdalil atas pengem-balian makhluk dengan permulaan ciptaan seraya berfirman, ﴾ وَأَنَّ عَلَيۡهِ ٱلنَّشۡأَةَ ٱلۡأُخۡرَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya Dia-lah yang menetapkan kejadian yang lain
(kebangkitan sesudah mati)," manusia akan dikembalikan dari alam kubur kemudian dikumpulkan pada Hari Akhir untuk diberi balasan atas kebaikan dan keburukan.
#
{48} {وأنَّه هو أغنى وأقنى}؛ أي: أغنى العباد بتيسير أمر معاشهم من التِّجارات وأنواع المكاسب من الحِرَف وغيرها، {وأقنى}؛ أي: أفاد عباده من الأموال بجميع أنواعها ما يصيرون به مقتنين لها ومالكين لكثيرٍ من الأعيان، وهذا من نعمه تعالى؛ أنْ أخبرهم أنَّ جميع النعم منه، وهذا يوجب للعبادِ أنْ يشكُروه ويعبدُوه وحدَه لا شريك له.
(48) ﴾ وَأَنَّهُۥ هُوَ أَغۡنَىٰ وَأَقۡنَىٰ
﴿ "Dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan," artinya, memberi kecukupan pada manusia dengan cara memberi kemudahan dalam penghi-dupan yang bersumber dari perdagangan dan berbagai jenis pe-kerjaan lain, ﴾ وَأَقۡنَىٰ ﴿ "dan memberikan kecukupan," artinya memberi manfaat pada para hambaNya dari berbagai jenis harta sehingga dengan harta itu mereka dapat memiliki berbagai macam benda dan ini merupakan salah satu dari rahmatNya. Allah سبحانه وتعالى memberi-tahukan bahwa seluruh nikmat berasal dariNya dan hal ini meng-haruskan manusia untuk bersyukur padaNya dan menyembahNya semata, yang tidak ada sekutu bagiNya.
#
{49} {وأنَّه هو ربُّ الشِّعرى}: وهو النجم المعروف بالشِّعْرى العبور، المسماة بالمرزم، وخصَّها الله بالذِّكر وإن كان هو ربُّ كلِّ شيء؛ لأنَّ هذا النجم مما عُبد في الجاهلية، فأخبر تعالى أنَّ جنس ما يعبد المشركون مربوبٌ مدبَّرٌ مخلوقٌ؛ فكيف يُتَّخَذُ مع الله آلهة؟!
(49) ﴾ وَأَنَّهُۥ هُوَ رَبُّ ٱلشِّعۡرَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya Dia-lah Rabb
(yang memiliki) bintang syi'ra," bintang yang lazim disebut asy-syu'ra al-'ubur yang diberi nama mirzam. Allah سبحانه وتعالى menyebut bintang itu secara khusus padahal Dia adalah Rabb pemilik segala sesuatu adalah karena bintang tersebut disembah di masa jahiliyah. Allah سبحانه وتعالى memberitahukan bahwa jenis bintang yang disembah orang-orang musyrik itu dimiliki, diatur, dan diciptakan, lantas bagaimana bisa dijadikan sesembahan bersama Allah سبحانه وتعالى?
#
{50} {وأنَّه أهلك عاداً الأولى}: وهم قوم هودٍ عليه السلام حين كذَّبوا هوداً، فأهلكهم الله بريح صرصرٍ عاتيةٍ.
(50) ﴾ وَأَنَّهُۥٓ أَهۡلَكَ عَادًا ٱلۡأُولَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya Dia telah membina-sakan kaum 'Ad yang pertama," mereka adalah kaum Nabi Hud عليه السلام yang dibinasakan ketika mendustakan Hud dengan angin ribut dan kencang.
#
{51} {وثمودَ}: قومُ صالح عليه السلام؛ أرسله الله إلى ثمود، فكذَّبوه، فبعث الله إليهم الناقة آية، فعقروها وكذَّبوه، فأهلكهم الله [تعالى]، {فما أبقى}: منهم أحداً، بل أبادهم عن آخرهم.
(51) ﴾ وَثَمُودَاْ
﴿ "Dan kaum Tsamud," kaum Nabi Shaleh عليه السلام, di mana beliau diutus Allah سبحانه وتعالى untuk kaum Tsamud kemudian me-reka mendustakan beliau, kemudian Allah سبحانه وتعالى mengirimkan unta pada mereka sebagai tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى, mereka pun me-nyembelihnya dan mendustakannya kemudian Allah سبحانه وتعالى membina-sakan mereka. ﴾ فَمَآ أَبۡقَىٰ ﴿ "Maka tidak seorang pun yang ditinggalkanNya
(hidup)," tidak seorang pun yang tersisa, semuanya dibinasakan Allah سبحانه وتعالى.
#
{52} {وقومَ نوح من قبلُ إنَّهم كانوا هم أظلمَ وأطْغى}: من هؤلاء الأمم، فأهلكهم الله وأغرقهم.
(52) ﴾ وَقَوۡمَ نُوحٖ مِّن قَبۡلُۖ إِنَّهُمۡ كَانُواْ هُمۡ أَظۡلَمَ وَأَطۡغَىٰ ﴿ "Dan kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zhalim dan paling durhaka," dari umat-umat itu, tetapi Allah سبحانه وتعالى membinasakan dan menenggelamkan mereka.
#
{53 ـ 54} {والمؤتفكةَ}: وهم قومُ لوطٍ عليه السلام، {أهوى}؛ أي: أصابهم الله بعذابٍ ما عذَّب به أحداً من العالمين، قلب أسفل ديارهم أعلاها، وأمطر عليهم حجارة من سجِّيل، ولهذا قال: {فغشَّاها ما غَشَّى}؛ أي: غشيها من العذاب الأليم الوخيم ما غشي؛ أي: شيءٌ عظيمٌ لا يمكن وصفه.
(53-54) ﴾ وَٱلۡمُؤۡتَفِكَةَ
﴿ "Dan negeri-negeri kaum Luth," mereka adalah kaum Nabi Luth عليه السلام, ﴾ أَهۡوَىٰ
﴿ "yang telah dihancurkan Allah." Allah سبحانه وتعالى menimpakan azab yang belum pernah ditimpakan pada seorang pun dari seluruh alam, bumi mereka dibalik, yang atas dijadikan bawah dan yang bawah dijadikan atas, mereka dihujani batu dari neraka, karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ فَغَشَّىٰهَا مَا غَشَّىٰ ﴿ "Lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya," yaitu ditimpa azab pedih dan berat, sesuatu yang besar dan tidak mung-kin bisa digambarkan.
#
{55} {فبأيِّ آلاءِ ربِّك تتمارى}؛ أي: فبأيِّ نعم الله وفضله تشكُّ أيُّها الإنسان؛ فإنَّ نعم الله ظاهرةٌ لا تقبل الشكَّ بوجه من الوجوه؛ فما بالعباد من نعمةٍ إلاَّ منه تعالى، ولا يدفع النِّقَم إلاَّ هو.
(55) ﴾ فَبِأَيِّ ءَالَآءِ رَبِّكَ تَتَمَارَىٰ ﴿ "Maka terhadap nikmat Rabbmu yang manakah kamu ragu-ragu," artinya, nikmat dan karunia Allah سبحانه وتعالى yang mana yang kalian ragukan wahai manusia? Nikmat-nikmat Allah سبحانه وتعالى itu nyata dan tidak diragukan dari berbagai sisi. Tidak ada satu nikmat pun yang dimiliki seorang hamba melainkan berasal dari Allah سبحانه وتعالى dan tidak ada yang menolak siksa kecuali Allah سبحانه وتعالى semata.
#
{56} {هذا نذيرٌ من النُّذُر الأولى}؛ أي: هذا الرسول القرشيُّ الهاشميُّ محمد بن عبد الله ليس ببدع من الرسل، بل قد تقدَّمه من الرسل السابقين، ودعوا إلى ما دعا إليه؛ فلأيِّ شيءٍ تنكر رسالته؟! وبأيِّ حجَّة تبطل دعوته؟! أليست أخلاقه أعلى أخلاق الرسل الكرام؟! أليس يدعو إلى كلِّ خير وينهى عن كل شرٍّ ؟! ألم يأت بالقرآن الكريم الذي لا يأتيه الباطلُ من بين يديهِ ولا من خلفه تنزيلٌ من حكيمٍ حميدٍ؟! ألم يُهلك الله مَن كَذَّب مَن قبله من الرسل الكرام؟! فما الذي يمنع العذابَ عن المكذِّبين لمحمد سيِّد المرسلين وإمام المتَّقين وقائد الغرِّ المحجَّلين؟!
(56) ﴾ هَٰذَا نَذِيرٞ مِّنَ ٱلنُّذُرِ ٱلۡأُولَىٰٓ ﴿ "Ini
(Muhammad) adalah seorang pem-beri peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang telah terda-hulu." Artinya, rasul dari kaum Quraisy marga Hasyim, Muhammad bin Abdullah ini bukanlah rasul pertama, tapi sebelumnya telah ada para rasul. Mereka sama menyerukan dakwah yang diserukan oleh Muhammad bin Abdullah, lantas mengapa kalian menging-kari risalah yang dibawanya? Bukankah Muhammad bin Abdullah telah datang membawa al-Qur`an yang tidak terdapat kebatilan di depan dan di belakangnya, diturunkan dari Allah Yang Mahabijak-sana dan Terpuji? Bukankah Allah سبحانه وتعالى telah membinasakan orang yang mendustakan rasul-rasul sebelumnya? Lantas apa kiranya yang bisa menghalangi siksaan untuk orang-orang yang mendus-takan Nabi Muhammad, pemimpin para rasul, imam orang-orang yang bertakwa, dan pemimpin penghuni surga yang wajahnya bercahaya.
#
{57} {أزِفَتِ الآزفةُ}؛ أي: قربت القيامة ودنا وقتُها وبانت علاماتها، {ليس لها من دونِ الله كاشفةٌ}؛ أي: إذا أتت القيامة وجاءهم العذابُ الموعود به.
(57) ﴾ أَزِفَتِ ٱلۡأٓزِفَةُ
﴿ "Telah dekat terjadinya Hari Kiamat," artinya, kiamat telah dekat waktunya dan tanda-tandanya sudah jelas. ﴾ لَيۡسَ لَهَا مِن دُونِ ٱللَّهِ كَاشِفَةٌ ﴿ "Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah," yaitu ketika siksaan yang dijanjikan tiba.
#
{58} ثم توعَّد المنكرين لرسالة الرسول محمدٍ - صلى الله عليه وسلم -، المكذِّبين لما جاء به من القرآن الكريم، فقال:
(58) Kemudian Allah سبحانه وتعالى mengancam mereka yang meng-ingkari risalah Nabi Muhammad a dan mendustakan al-Qur`an seraya berfirman,
#
{59} {أفمِنْ هذا الحديث تعجبونَ}؛ أي: أفمن هذا الحديث الذي هو خير الكلام وأفضله وأشرفه تتعجبون، وتجعلونه من الأمور المخالفة للعادة، الخارقة للأمور والحقائق المعروفة؟! هذا من جهلهم وضلالهم وعنادهم، وإلاَّ؛ فهو الحديث الذي إذا حَدَّث صَدَق، وإذا قال قولاً فهو القول الفصل، ليس بالهزل، وهو القرآن العظيم، الذي لو أُنْزِل على جبل لرأيتَه خاشعاً متصدعاً من خشية الله، الذي يزيد ذوي الأحلام رأياً وعقلاً وتسديداً وثباتاً وإيقاناً وإيماناً، بل الذي ينبغي العَجَبُ من عقل من تعجَّب منه وسفهه وضلاله.
(59) ﴾ أَفَمِنۡ هَٰذَا ٱلۡحَدِيثِ تَعۡجَبُونَ ﴿ "Maka apakah kamu merasa heran terha-dap pemberitaan ini?" Artinya, apakah kalian merasa heran terhadap berita ini yang merupakan perkataan terbaik dan paling mulia dan kalian menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak lazim dan ber-beda dengan kebenaran-kebenaran yang lazim? Sikap ini bersum-ber dari kebodohan, kesesatan, dan pembangkangan mereka, sebab FirmanNya itu adalah Firman yang jujur, dan bila Allah سبحانه وتعالى berfir-man, maka Firman itu tegas, bukan main-main, itulah al-Qur`an yang agung yang seandainya diturunkan kepada gunung, niscaya engkau melihatnya khusyu' dan berguncang karena takut kepada Allah سبحانه وتعالى, yang akan menambah pandangan, akal, pembenaran, kekuatan, keyakinan dan keimanan bagi orang yang berakal. Seha-rusnya yang perlu diherani adalah akal orang yang menganggap heran al-Qur`an serta kebodohan dan kesesatannya.
#
{60} {وتضحكون ولا تبكونَ}؛ أي: تستعجلون الضَّحك والاستهزاء به، مع أنه الذي ينبغي أن تتأثَّر منه النفوس وتلين له القلوب وتبكي له العيون؛ سماعاً لأمره ونهيه، وإصغاءً لوعده ووعيده، والتفاتاً لأخباره الصادقة الحسنة.
(60) ﴾ وَتَضۡحَكُونَ وَلَا تَبۡكُونَ ﴿ "Dan kamu menertawakan dan tidak me-nangis," artinya, kalian langsung tertawa dan mengolok-olok al-Qur`an, padahal al-Qur`an itu seharusnya bisa mempengaruhi jiwa, melunakkan hati dan membuat mata berlinang karena mendengar perintah dan larangan Allah, mendengarkan janji dan ancamanNya dan menengok berita-beritaNya yang benar dan baik.
#
{61} {وأنتُم سامدونَ}؛ أي: غافلون لاهون عنه وعن تدبُّره ، وهذا من قلَّة عقولكم وأديانكم؛ فلو عبدتم الله وطلبتم رضاه في جميع الأحوال؛ لما كنتُم بهذه المثابة التي يأنف منها أولو الألباب.
(61) ﴾ وَأَنتُمۡ سَٰمِدُونَ ﴿ "Sedang kamu melengahkan
(nya)," artinya, kalian melalaikannya dan tidak merenungkannya. Ini dikarenakan sedikitnya akal dan agama kalian, sebab andaikan kalian menyem-bah Allah سبحانه وتعالى dan mencari ridhaNya di segala kondisi, tentu kalian tidak seperti ini, sebuah kondisi yang dipandang rendah oleh orang-orang yang berakal.
#
{62} ولهذا قال تعالى: {فاسجُدوا لله واعبدوا}: الأمر بالسجود لله خصوصاً يدلُّ على فضله، وأنَّه سرُّ العبادة ولبُّها؛ فإنَّ روحها الخشوع لله والخضوع له، والسجود [هو] أعظم حالة يخضع بها [العبد] ؛ فإنَّه يخضع قلبه وبدنه، ويجعل أشرف أعضائه على الأرض المهينة موضع وطء الأقدام. ثم أمر بالعبادة عموماً الشاملة لجميع ما يحبُّه الله ويرضاه من الأعمال والأقوال الظاهرة والباطنة.
(62) Karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ فَٱسۡجُدُواْۤ لِلَّهِۤ وَٱعۡبُدُواْ۩ ﴿ "Maka ber-sujudlah kepada Allah dan sembahlah
(Dia)," perintah untuk bersujud kepada Allah سبحانه وتعالى secara khusus menunjukkan keutamaan bersujud. Sujud adalah rahasia dan inti dari ibadah. Ruh dari sujud adalah kekhusyu'an terhadap Allah سبحانه وتعالى dan tunduk padaNya. Sujud adalah kondisi terbesar yang menunjukkan ketundukan seorang hamba. Dengan bersujud, hati dan raga seorang hamba akan tunduk, me-letakkan bagian tubuh yang paling mulia ke tanah, tempat berpijak-nya kaki. Kemudian secara umum Allah سبحانه وتعالى memerintahkan untuk beribadah yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhai Allah سبحانه وتعالى berupa perbuatan dan perkataan, baik lahir maupun batin.
Sampai di sini tafsir surat an-Najm. Segala puji hanya untuk Allah سبحانه وتعالى semata, pujian yang tidak terhitung, lebih dari itu Dia adalah seperti yang Dia sanjungkan untuk DiriNya sendiri lebih dari sanjungan para hambaNya. Dan semoga shalawat dan salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad a.