Ayah:
TAFSIR SURAT AL-AHZAB (Golongan yang Bersekutu)
TAFSIR SURAT AL-AHZAB (Golongan yang Bersekutu)
Madaniyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
Ayah: 1 - 3 #
{يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا (1) وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا (2) وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا (3)}
"Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah, dan janganlah kamu menuruti orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguh-nya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Dan ikutilah apa yang diwahyukan Rabbmu kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan bertawa-kallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (Al-Ahzab: 1-3).
#
{1 ـ 2} أي: يا أيُّها الذي منَّ اللهُ عليه بالنبوَّة واختصَّه بوحيه وفضَّله على سائر الخلق! اشكُرْ نعمة ربِّك عليك باستعمال تَقْواه التي أنت أولى بها من غيرك، والذي يجب عليك منها أعظم من سواك؛ فامتثلْ أوامره ونواهِيَه، وبلِّغْ رسالاته، وأدِّ إلى عبادِهِ وَحْيَهُ، وابذُلِ النصيحةَ للخَلْق، ولا يَصُدَّنَّكَ عن هذا المقصود صادٌّ ولا يردُّك عنه رادٌّ، فلا تُطِع كلَّ كافرٍ قد أظهر العداوة لله ولرسوله ، ولا منافق قد استبطنَ التكذيبَ والكفرَ وأظهر ضدَّه؛ فهؤلاء هم الأعداء على الحقيقة؛ فلا تُطِعْهُم في بعض الأمور التي تنقُضُ التقوى وتناقِضُها، ولا تتَّبِعْ أهواءهم؛ يضلُّوك عن الصواب. {و} لكن {اتَّبِعْ ما يُوحى إليكَ من ربِّكَ}: فإنَّه هو الهدى والرحمة، وارجُ بذلك ثواب ربِّك؛ فإنه {بما تعملون خبيراً}: يجازيكم بحسب ما يَعْلَمُهُ منكم من الخير والشرِّ.
(1-2) Maksudnya, hai orang yang telah dikaruniai kenabian oleh Allah dan diutamakan dengan wahyuNya serta diutamakan atas seluruh manusia! Syukurilah nikmat Rabbmu yang telah di-karuniakan kepadamu dengan menggunakan takwaNya yang engkau lebih utama dengannya daripada selain engkau, dan yang wajib atasmu darinya lebih besar daripada selain kamu. Maka patuhilah perintah-perintahNya dan larangan-laranganNya, dan sampaikanlah risalahNya (ajaranNya) dan sampaikanlah wahyu-Nya kepada hamba-hambaNya, serta berikanlah nasihat kepada manusia, dan jangan sekali-kali seorang penghalang menghalang-halangimu dari tujuan ini, atau seorang pencegah mencegahmu darinya. Maka jangan sekali-kali kamu menaati setiap orang kafir yang telah menampakkan permusuhannya terhadap Allah dan RasulNya, ataupun orang munafik yang sudah merahasiakan pen-dustaan dan kekafiran, dan menampakkan lawannya. Mereka itu semua adalah musuh yang sesungguhnya. Maka janganlah taat kepada mereka dalam sebagian perkara yang dapat merusak takwa dan membatalkannya, dan jangan kamu mengikuti keinginan me-reka, karena akan menyesatkanmu dari yang benar, ﴾ وَ﴿ "dan" akan tetapi ﴾ ٱتَّبِعۡ مَا يُوحَىٰٓ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَۚ ﴿ "ikutilah apa yang diwahyukan Rabbmu kepadamu," sebab sesungguhnya itulah petunjuk dan rahmat, dan berharaplah dengannya pahala dari Rabbmu, karena sesungguh-nya Dia ﴾ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٗا ﴿ "Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan," Dia akan memberikan balasan kepada kalian sesuai dengan apa yang Dia ketahui dari kalian, yaitu kebaikan atau keburukan.
#
{3} فإنْ وقع في قلبِك أنَّك إن لم تُطِعْهم في أهوائهم المضلَّة؛ حصل عليك منهم ضررٌ، أو حصل نقصٌ في هداية الخلق؛ فادفَعْ ذلك عن نفسك، واستعملْ ما يقاوِمُه ويقاوِمُ غيره، وهو التوكُّل على الله؛ بأن تعتمدَ على ربِّك اعتماد مَنْ لا يملِكُ لنفسه ضرًّا ولا نفعاً ولا موتاً ولا حياةً ولا نشوراً في سلامتك من شرِّهم وفي إقامة الدين الذي أمرتَ به، وثِقْ بالله في حُصول ذلك الأمر على أيِّ حال كان. {وكفى بالله وكيلاً}: تُوكلُ إليه الأمور، فيقوم بها وبما هو أصلحُ للعبد، وذلك لعلمِهِ بمصالح عبدِهِ من حيث لا يعلمُ العبدُ، وقدرتِهِ على إيصالها إليه من حيث لا يقدر عليها العبدُ، وأنَّه أرحم بعبده من نفسه ومن والديه وأرأفُ به من كلِّ أحدٍ، خصوصاً خواصَّ عبيده، الذين لم يزل يربِّيهم ببرِّه ويدرُّ عليهم بركاتِهِ الظاهرةَ والباطنةَ، خصوصاً وقد أمَرَهُ بإلقاء أموره إليه، ووعَدَه أن يقوم بها؛ فهناك لا تسأل عن كلِّ أمرٍ يتيسَّر، وصعب يتسهَّل ، وخطوبٍ تهون، وكروبٍ تزول، وأحوال وحوائج تُقضى، وبركاتٍ تنزل، ونِقَم تُدْفَع، وشرورٍ تُرفع. وهناك ترى العبد، الضعيفَ الذي فوَّضَ أمره لسيِّده قد قام بأمورٍ لا تقوم بها أمَّة من الناس، وقد سهَّل الله عليه ما كان يصعُبُ على فحول الرجال. وبالله المستعان.
(3) Jika terbesit dalam hatimu bahwa jika kamu tidak taat kepada mereka dalam (sebagian) keinginan mereka yang menye-satkan, maka akan terjadi sesuatu yang membahayakan dirimu dari mereka, atau akan terjadi kekurangan di dalam membimbing manusia kepada hidayah, maka tolaklah hal itu dari dalam dirimu, dan gunakanlah segala sesuatu yang dapat melawannya dan me-lawan yang lainnya, yaitu bertawakal kepada Allah, dengan cara bersandar kepada Rabbmu seperti bersandarnya orang yang tidak dapat mendatangkan bahaya terhadap dirinya atau manfaat, atau-pun kematian, kehidupan ataupun membangkitkan, dalam men-jaga keselamatanmu dari kejahatan mereka dan dalam menegakkan agama yang diperintahkan kepadamu. Dan percayalah kepada Allah dalam mengerjakan perintah itu, apa pun keadaannya. ﴾ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَكِيلٗا ﴿ "Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara," semua perkara diserahkan kepadaNya, dan Dia-lah yang akan mengatur-nya dan mengatur apa yang lebih maslahat bagi hambaNya. Yang demikian itu adalah karena Dia mengetahui kemaslahatan-kemas-lahatan sang hamba di mana sang hamba sendiri tidak mengetahui; dan karena kemampuan (kekuasaan)Nya untuk menyampaikan ke-maslahatan tersebut kepadanya di mana sang hamba tidak mampu melakukannya; dan sesungguhnya Dia lebih sayang kepada hamba-Nya daripada hamba itu kepada dirinya sendiri dan daripada kedua ibu bapaknya, dan Dia lebih kasihan kepadanya daripada siapa pun, terutama kepada hamba-hambaNya yang spesial (khusus), yang selalu dibimbingNya dengan belas kasihNya dan dilimpahi keberkahanNya yang nampak dan yang tidak nampak, terutama, apalagi Dia telah memerintahkan kepadanya supaya menyerahkan segala perkaranya kepadaNya dan Dia berjanji kepadanya bahwa Dia yang akan mengaturnya. Maka jangan engkau menanyakan tentang (mengapa) setiap permasalahan menjadi mudah, setiap yang sulit menjadi gampang, setiap perkara sulit menjdi ringan, setiap kesusahan menjadi hilang, berbagai kondisi dan kebutuhan terpenuhi, berbagai berkah turun, berbagai bencana tercegah, dan berbagai keburukan diangkat. Maka di sana Anda akan melihat sang hamba yang lemah tak berdaya yang telah menyerahkan per-karanya kepada Tuhannya yang telah mengatur berbagai perkara yang tidak dapat dilakukan oleh satu umat dari manusia. Allah telah memudahkan baginya hal-hal yang sangat sulit untuk bisa dilakukan oleh para ahli. Wabillahi al-Musta'an.
Ayah: 4 - 5 #
{مَا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِنْ قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ وَمَا جَعَلَ أَزْوَاجَكُمُ اللَّائِي تُظَاهِرُونَ مِنْهُنَّ أُمَّهَاتِكُمْ وَمَا جَعَلَ أَدْعِيَاءَكُمْ أَبْنَاءَكُمْ ذَلِكُمْ قَوْلُكُمْ بِأَفْوَاهِكُمْ وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ (4) ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (5)}
"Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan mema-kai nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah. Dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi apa yang disengaja oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Ahzab: 4-5).
#
{4} يعاتِبُ تعالى عبادَه عن التكلُّم بما لا حقيقةَ له من الأقوال، ولم يجعلْه الله تعالى كما قالوا؛ فإنَّ ذلك القول منكم كذبٌ وزورٌ يترتَّب عليه منكراتٌ من الشرع، وهذه قاعدةٌ عامةٌ في التكلُّم في كلِّ شيء والإخبار بوقوع ووجود ما لَمْ يَجْعَلْه الله تعالى، ولكن خصَّ هذه الأشياء المذكورة لوقوعها وشدة الحاجة إلى بيانها، فقال: {ما جَعَلَ الله لرجل مِن قَلْبَيْنِ في جَوْفِهِ}: هذا لا يوجد؛ فإيَّاكم أن تقولوا عن أحدٍ: إنَّ له قلبينِ في جوفه، فتكونوا كاذبين على الخلقة الإلهية، {وما جعل أزواجَكم اللاَّئي تظاهِرون منهنَّ}: بأن يقولَ أحدكم لزوجتِهِ أنتِ عليَّ كظهر أمي أو كأمي؛ فما جعلهنَّ الله {أمَّهاتِكم}: أمُّك مَنْ وَلَدَتْكَ وصارتْ أعظم النساءِ عليك حرمةً وتحريماً، وزوجتُك أحلُّ النساء لك؛ فكيف تشبِّه أحد المتناقضين بالآخر؟! هذا أمرٌ لا يجوز؛ كما قال تعالى: {الذين يُظاهِرون منكم مِن نسائِهِم ما هنَّ أمَّهاتِهم إنْ أمهاتُهم إلا اللاَّئي وَلَدْنَهُمْ وإنَّهم ليقولون مُنكراً من القول وزوراً}. {وما جَعَلَ أدْعِياءَكم أبناءَكم}: والأدعياء: الولد الذي كان الرجل يدَّعيه وهو ليس له، أو يُدعى إليه بسبب تبنِّيه إيَّاه؛ كما كان الأمر في الجاهلية وأول الإسلام، فأراد الله تعالى أن يُبْطِلَه ويزيلَه، فقدَّم بين يدي ذلك بيانَ قُبحه، وأنَّه باطلٌ وكذبٌ، وكل باطلٍ وكذبٍ لا يوجد في شرع الله ولا يتَّصف به عبادُ الله، يقول تعالى: فالله لم يجعل الأدعياءَ الذين تَدَّعونَهم أو يُدعونَ إليكم أبناءكم؛ فإنَّ أبناءكم في الحقيقة مَنْ وَلَدْتُموهم وكانوا منكم، وأمَّا هؤلاء الأدعياء من غيركم؛ فلا جعل الله هذا كهذا، {ذلكم}: القول الذي تقولون في الدَّعِيِّ: إنَّه ابنُ فلان الذي ادَّعاه، أو والده فلان، {قولُكم بأفواهِكم}؛ أي: قولٌ لا حقيقةَ له ولا معنى له، {واللهُ يقولُ الحقَّ}؛ أي: اليقين والصدق؛ فلذلك أمركم باتِّباعه على قوله وشرعِهِ؛ فقولُه حقٌّ، وشرعُهُ حقٌّ، والأقوال والأفعال الباطلة لا تُنسب إليه بوجه من الوجوه، وليست من هدايته؛ لأنه لا يَهْدي إلاَّ إلى السبيل المستقيمة والطرق الصادقة، وإنْ كان ذلك واقعاً بمشيئتِهِ؛ فمشيئته عامَّةٌ لكلِّ ما وجد من خيرٍ وشرٍّ.
(4) Allah سبحانه وتعالى mencela hamba-hambaNya karena membicara-kan sesuatu yang sama sekali tidak ada hakikatnya (kebenarannya) dan Allah سبحانه وتعالى tidak menjadikannya seperti apa yang mereka katakan. Sebab, sesungguhnya perkataan dari kalian itu adalah kedustaan dan kepalsuan yang dapat menimbulkan berbagai kemungkaran secara syar'i. Ini adalah satu kaidah umum dalam setiap pembica-raan tentang apa saja, dan ia menginformasikan kejadian dan ke-beradaan sesuatu yang tidak ditetapkan oleh Allah سبحانه وتعالى. Akan tetapi Allah سبحانه وتعالى mengkhususkan untuk menyebutkan hal-hal tersebut karena ia memang sudah terjadi dan karena kebutuhan mendesak untuk menjelaskannya, maka Dia berfirman, ﴾ مَّا جَعَلَ ٱللَّهُ لِرَجُلٖ مِّن قَلۡبَيۡنِ فِي جَوۡفِهِۦۚ ﴿ "Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya." Ini tidak ada. Maka jangan sekali-kali kalian mengatakan tentang seseorang "bahwa dia mempunyai dua hati di dalam rongga badannya" sebab kalian akan menjadi orang-orang yang berdusta terhadap ciptaan ilahi. ﴾ وَمَا جَعَلَ أَزۡوَٰجَكُمُ ٱلَّٰٓـِٔي تُظَٰهِرُونَ مِنۡهُنَّ ﴿ "Dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu," yaitu seperti salah satu dari kalian mengatakan kepada istrinya, "engkau bagiku seperti punggung ibuku sendiri" atau "seperti ibuku sen-diri." Padahal Allah tidak menjadikan mereka ﴾ أُمَّهَٰتِكُمۡۚ ﴿ "sebagai ibu-mu." Ibumu adalah orang yang telah melahirkanmu dan menjadi wanita yang paling terhormat dan paling haram (untuk dinikahi), sedangkan istrimu adalah wanita yang paling halal untukmu, lalu bagaimana kamu bisa menyamakan salah satu dengan yang lain yang sangat bertolak belakang?! Ini adalah perkara yang tidak boleh, sebagaimana yang difirmankan Allah سبحانه وتعالى, ﴾ ٱلَّذِينَ يُظَٰهِرُونَ مِنكُم مِّن نِّسَآئِهِم مَّا هُنَّ أُمَّهَٰتِهِمۡۖ إِنۡ أُمَّهَٰتُهُمۡ إِلَّا ٱلَّٰٓـِٔي وَلَدۡنَهُمۡۚ وَإِنَّهُمۡ لَيَقُولُونَ مُنكَرٗا مِّنَ ٱلۡقَوۡلِ وَزُورٗاۚ ﴿ "Orang-orang yang menzhihar istrinya dari kamu, (menganggap istrinya bagai ibunya, padahal) tiadalah istri mereka itu ibu-ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta." (Al-Mujadilah: 2). ﴾ وَمَا جَعَلَ أَدۡعِيَآءَكُمۡ أَبۡنَآءَكُمۡۚ ﴿ "Dan Dia tidak menjadikan anak-anak ang-katmu sebagai anak kandungmu (sendiri)," anak-anak angkat adalah anak yang diklaim oleh seseorang sebagai anaknya, padahal ia bukan anaknya, atau yang dipanggilkan kepadanya (dibinkan kepadanya) disebabkan karena dia mengadopsinya sebagai anak angkat, seperti kebiasaan yang terjadi pada masa jahiliyah dan awal-awal lahirnya Islam. Lalu Allah سبحانه وتعالى hendak memberantas dan menghapusnya. Maka Dia terlebih dahulu menjelaskan kekejian-nya, dan bahwa perbuatan itu adalah kebatilan dan kedustaan. Sedangkan setiap kebatilan dan kedustaan itu tidak ada tempat di dalam syariat Allah, dan hamba-hambaNya itu tidak akan ber-karakter dengan yang demikian. Allah سبحانه وتعالى berfirman (bahwa) Allah tidak menjadikan anak-anak angkat yang kalian klaim atau yang dipanggil dengan menyertakan nama kalian, sebagai anak kalian. Sebab, sesungguhnya anak-anak kalian yang hakiki adalah yang dilahirkan oleh istri kalian dan mereka berasal dari kalian. Sedang-kan para anak angkat tersebut bukan dari kalian. Maka Allah tidak menjadikan yang demikian itu sebagai anak kalian. ﴾ ذَٰلِكُمۡ ﴿ "Yang demikian itu," maksudnya, perkataan yang kalian katakan tentang anak angkat, bahwa dia adalah anak si A yang telah mengklaimnya, atau bapak anak itu adalah si B, ﴾ قَوۡلُكُم بِأَفۡوَٰهِكُمۡۖ ﴿ "hanyalah perkataanmu di mulutmu saja," maksudnya, perkataan yang tidak ada hakikatnya sama sekali dan tidak ada maknanya, ﴾ وَٱللَّهُ يَقُولُ ٱلۡحَقَّ ﴿ "dan Allah mengatakan yang sebenarnya" maksudnya, mengatakan yang yakin dan yang benar. Maka dari itu, Dia me-nyuruh kalian mengikutinya berdasarkan Firman dan syariatNya, sedangkan perkataanNya adalah benar dan syariatNya adalah benar. Perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan yang batil tidak boleh dinisbatkan (disandarkan) kepadaNya dari sudut pan-dang mana pun, dan ia bukan bagian dari hidayahNya, sebab Allah tidak menunjukkan kecuali hanya kepada jalan yang lurus dan jalan yang benar. Dan sekalipun hal yang demikian itu terjadi atas kehendakNya (masyi`ahNya), maka kehendakNya bersifat umum, meliputi setiap apa saja yang ada, berupa kebaikan dan keburukan.
#
{5} ثم صرح لهم بترك الحالة الأولى المتضمِّنة للقول الباطل، فقال: {ادْعوهُم}؛ أي: الأدعياء {لآبائِهِم}: الذين ولدوهم {هو أقسطُ عند الله}؛ أي: أعدلُ وأقوم وأهدى، {فإن لم تَعلَموا آباءَهم}: الحقيقيين {فإخوانكم في الدين وَمَواليكُم}؛ أي: إخوتكم في دين الله ومواليكم في ذلك؛ فادْعوهم بالأخوة الإيمانيَّة الصادقة والموالاة على ذلك؛ فترك الدعوة إلى من تبنَّاهم حَتْمٌ لا يجوز فعلها، وأما دعاؤهم لآبائهم؛ فإنْ علموا؛ دعوا إليهم، وإن لم يعلموا؛ اقتُصِر على ما يُعْلَمُ منهم، وهو أخوة الدين والموالاة؛ فلا تظنُّوا أنَّ حالة عدم علمكم بآبائهم عذرٌ في دعوتهم إلى مَن تبنَّاهم؛ لأن المحذور لا يزول بذلك. {وليس عليكم جُناحٌ فيما أخطأتُم به}: بأنْ سَبَقَ على لسان أحدِكم دعوتُهُ إلى مَنْ تبنَّاه؛ فهذا غير مؤاخذٍ به، أو علم أبوه ظاهراً فدعوتُموه إليه، وهو في الباطن غير أبيه ؛ فليس عليكم في ذلك حَرَجٌ إذا كان خطأ. {ولكنْ} يؤاخِذُكُم بما تعمَّدَتْ قلوبُكُم من الكلام بما لا يجوزُ. {وكان الله غفوراً رحيماً}: غفر لكم ورحمكم؛ حيث لم يعاقِبْكم بما سَلَفَ، وسمح لكم بما أخطأتُم به، ورحِمَكُم؛ حيث بين لكم أحكامَه التي تُصْلِحُ دينَكم ودُنياكم؛ فله الحمد تعالى.
(5) Kemudian Allah menegaskan kepada mereka untuk me-ninggalkan kondisi yang pertama yang mengandung perkataan batil, seraya berfirman, ﴾ ٱدۡعُوهُمۡ ﴿ "Panggillah mereka," maksudnya, anak-anak angkat itu, ﴾ لِأٓبَآئِهِمۡ ﴿ "dengan memakai nama bapak-bapak mereka," yang memperanakkan mereka, ﴾ هُوَ أَقۡسَطُ عِندَ ٱللَّهِۚ ﴿ "itulah yang lebih adil pada sisi Allah," maksudnya, yang lebih adil, lebih lurus dan lebih berpetunjuk. ﴾ فَإِن لَّمۡ تَعۡلَمُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ ﴿ "Dan jika kamu tidak me-ngetahui bapak-bapak mereka," yang sebenarnya, ﴾ فَإِخۡوَٰنُكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَمَوَٰلِيكُمۡۚ ﴿ "maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu," maksudnya, mereka adalah saudara-saudara ka-lian dalam agama Allah dan maula-maula kalian. Maka panggillah mereka dengan sebutan persaudaraan keimanan yang tulus dan maula-maula atas dasar itu. Jadi, meninggalkan seruan dengan me-nyebut nama orang yang menjadikan mereka anak angkat adalah keniscayaan, tidak boleh dilakukan. Sedangkan memanggil mereka dengan menyertakan nama bapak kandung mereka, jika diketahui, maka hendaknya mereka melakukan demikian. Dan jika mereka tidak mengetahuinya maka cukuplah memanggil mereka (dengan nama) yang telah dikenal pada mereka, yaitu saudara seagama dan hubungan maula. Maka jangan kalian mengira bahwa kondisi di mana kalian tidak mengetahui bapak kandung mereka menjadi alasan bagi kalian untuk memanggil mereka dengan nama orang yang menjadikan mereka anak angkat; sebab sesuatu yang dilarang tidak akan gugur disebabkan hal tersebut. ﴾ وَلَيۡسَ عَلَيۡكُمۡ جُنَاحٞ فِيمَآ أَخۡطَأۡتُم بِهِۦ ﴿ "Dan tidak ada dosa atasmu terha-dap apa yang kamu khilaf padanya" seperti secara tidak sengaja lidah salah seorang kalian memanggil mereka dengan nama orang yang menjadikannya sebagai anak angkat. Hal seperti ini tidak ada sanksi hukumnya; atau dia mengetahui ayahnya secara zahir lalu dia memanggilnya dengan menyertakan namanya, padahal se-sungguhnya secara batin dia bukan bapaknya, maka tidak ada dosa baginya dalam hal seperti itu apabila terjadi karena khilaf (dan tidak sengaja). ﴾ وَلَٰكِن ﴿ "Tetapi" Dia akan menghukum kalian dise-babkan perkataan yang dilarang namun disengaja oleh hati kalian, ﴾ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمًا ﴿ "dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Dia mengampuni dan merahmati kalian; yang mana Dia tidak menghukum kalian atas apa yang sudah berlalu, dan Dia memaaf-kan kalian atas sesuatu yang tidak sengaja kalian ucapkan, dan Dia berbelas-kasih kepada kalian, di mana Dia menjelaskan kepada kalian hukum-hukum (aturan-aturanNya) yang dapat memperbaiki agama dan dunia kalian. Maka segala puji bagiNya.
Ayah: 6 #
{النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلَّا أَنْ تَفْعَلُوا إِلَى أَوْلِيَائِكُمْ مَعْرُوفًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا (6)}.
"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang Mukmin daripada diri mereka sendiri, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (saling mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang Mukmin dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu mau berbuat baik kepada saudara-saudaramu (se-agama). Yang demikian itu telah tertulis di dalam al-Kitab." (Al-Ahzab: 6).
#
{6} يخبر تعالى المؤمنين خبراً يعرِفون به حالة الرسول - صلى الله عليه وسلم - ومرتَبَتَه، فيعامِلونه يمقتضى تلك الحالة، فقال: {النبيُّ أولى بالمؤمنين من أنفُسِهم}: أقرب ما للإنسان وأولى ما له نفسُه؛ فالرسولُ أولى به من نفسِهِ؛ لأنَّه عليه الصلاة والسلام بَذَلَ لهم من النُّصح والشفقة والرأفة ما كان به أرحم الخلق وأرأفهم؛ فرسولُ الله أعظمُ الخلق مِنَّةً عليهم من كلِّ أحدٍ؛ فإنَّه لم يصل إليهم مثقالُ ذرَّةٍ من الخير ولا اندفَعَ عنهم مثقالُ ذرَّةٍ من الشرِّ إلاَّ على يديه وبسببه؛ فلذلك وجب عليهم إذا تعارض مرادُ النفس أو مرادُ أحدٍ من الناس مع مرادِ الرسول أنْ يقدم مراد الرسول، وأنْ لا يعارِضَ قول الرسول بقول أحدٍ كائناً ما كان، وأنْ يَفْدوه بأنفسهم وأموالهم وأولادهم، ويقدِّموا محبَّته على محبة الخلقِ كلِّهم، وألاَّ يقولوا حتى يقولَ، ولا يتقدَّموا بين يديه، وهو - صلى الله عليه وسلم - أبٌ للمؤمنين؛ كما في قراءة بعضِ الصحابة يربِّيهم كما يربِّي الوالدُ أولاده، فترتَّب على هذه الأبوَّة أنْ كان نساؤه أمهاتِهِم؛ أي: في الحرمة والاحترام والإكرام، لا في الخلوة والمحرميَّة، وكأنَّ هذا مقدِّمة لما سيأتي في قصة زيد بن حارثة، الذي كان يُدْعى قبلُ زيد بن محمد، حتى أنزل الله: {ما كانَ محمدٌ أبا أحدٍ من رجالِكم}، فقطع نَسَبَه وانتسابَه منه. فأخبر في هذه الآية أنَّ المؤمنين كلَّهم أولادٌ للرسول؛ فلا مزيَّة لأحدٍ عن أحدٍ، وإن انقطعَ عن أحدِهم انتسابُ الدعوة؛ فإنَّ النسبَ الإيمانيَّ لم ينقطعْ عنه؛ فلا يحزنْ ولا يأسفْ، وترتَّب على أنَّ زوجات الرسول أمهاتُ المؤمنين: أنَّهنَّ لا يحللنَ لأحدٍ من بعده؛ كما سيصرّح بذلك، ولا يحلُّ لكم أن تَنْكِحوا أزواجَه من بعدِهِ أبدا. {وأولو الأرحام}؛ أي: الأقارب قَرُبوا أو بعدوا {بعضُهم أولى ببعضٍ في كتاب الله}؛ أي: في حكمه، فيرثُ بعضُهم بعضاً ويبرُّ بعضُهم بعضاً؛ فهم أولى من الحلف والنصرة، والأدعياءُ الذين كانوا من قبلُ يرثون بهذه الأسباب دون ذوي الأرحام، فقطع تعالى التوارُثَ بذلك، وجعله للأقارب لطفاً منه وحكمةً؛ فإنَّ الأمر لو استمرَّ على العادة السابقة؛ لحصل من الفساد والشرِّ والتحيُّل لحرمان الأقارب من الميراث شيءٌ كثيرٌ، {من المؤمنينَ والمهاجرينَ}؛ أي: سواء كان الأقاربُ مؤمنين مهاجرين أو غيرَ مهاجرين؛ فإنَّ ذوي الأرحام مقدَّمون في ذلك. وهذه الآية حجَّة على ولاية ذوي الأرحام في جميع الولايات؛ كولاية النكاح والمال وغير ذلك، {إلاَّ أن تَفْعَلوا إلى أوليائِكُم معروفاً}؛ أي: ليس لهم حقٌّ مفروضٌ، وإنَّما هو بإرادتِكم، إنْ شئتُم أن تتبرَّعوا لهم تبرُّعاً وتُعطوهم معروفاً منكم، {كان}: ذلك الحكم المذكور {في الكتابِ مسطوراً}؛ أي: قد سُطِرَ وكُتبَ وقدَّره الله؛ فلا بدَّ من نفوذه.
(6) Allah سبحانه وتعالى menyampaikan suatu informasi yang dengan-nya mereka bisa mengetahui status Rasulullah a dan kedudukan-nya, sehingga mereka dapat berinteraksi dengan beliau sesuai dengan (konsekuensi) status tersebut, seraya berfirman,﴾ ٱلنَّبِيُّ أَوۡلَىٰ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ مِنۡ أَنفُسِهِمۡۖ ﴿ "Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang Mukmin daripada diri mereka sendiri," sesuatu yang paling dekat kepada manusia dan sesuatu yang lebih utama yang dimilikinya. Jadi, Rasulullah itu lebih utama baginya daripada dirinya sendiri. Sebab, Nabi a telah mengerahkan untuk mereka nasihat (ketulusan), rasa kasih dan sayang yang dengannya ia menjadi manusia yang paling pengasih dan paling menyayangi. Maka Rasulullah a adalah manusia yang paling banyak jasanya kepada mereka dibandingkan siapa saja, karena sesungguhnya tidaklah suatu kebaikan sebesar biji sawi mencapai mereka dan tidak pula keburukan sebesar biji sawi terhindar dari mereka melainkan pasti melalui beliau dan di-sebabkan beliau. Oleh karena itu, mereka wajib –apabila kehendak dirinya atau kehendak siapa pun dari manusia berlawanan dengan kehendak (maksud) Rasulullah– mendahulukan kehendak Rasu-lullah, dan tidak melawan perkataan Rasulullah dengan perkataan siapa pun dia, dan mereka wajib membelanya dengan jiwa, harta dan anak-anak mereka, dan mendahulukan kecintaan kepada beliau daripada kecintaan kepada manusia semuanya. Dan hendaknya mereka tidak berkata sebelum beliau ber-kata, dan tidak pula mendahului beliau, karena beliau adalah ayah bagi seluruh kaum Mukminin, seperti yang diterangkan dalam qira`at[54] sebagian sahabat, Beliau mengasuh mereka layaknya seorang ayah mengasuh anak-anaknya Maka konsekuensi dari kebapakan ini adalah bahwa istri-istri beliau menjadi ibu mereka. Maksudnya, dalam keharamannya, kehormatan dan kemuliaan, bukan dalam soal berdua-duaan dan kemahraman. Ini semua seakan-akan sebagai pengantar bagi pembahasan yang akan disebutkan nanti tentang kisah Zaid bin Haritsah yang sebelumnya dipanggil Zaid bin Muhammad, hingga Allah menurunkan ayatNya, ﴾ مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٖ مِّن رِّجَالِكُمۡ ﴿ "Muhammad bukanlah ayah dari salah seorang di antara kalian." (Al-Ahzab: 40). Maka semenjak itu Allah memutus nasabnya dan afiliasinya kepadanya. Allah سبحانه وتعالى menginformasikan dalam ayat ini bahwasanya orang-orang Mukmin semuanya adalah anak-anak Rasulullah, maka tidak ada kelebihan antara satu dengan yang lainnya, sekalipun afiliasi dakwah terputus dari salah seorang dari mereka.[55] Sebab, nasab imani itu tidak pernah terputus darinya. Maka hendaknya dia tidak perlu bersedih dan berduka. Kedudukan tersebut mengakibatkan kedudukan para istri Rasul sebagai ibu bagi seluruh kaum Muk-minin, maka mereka tidak bisa menjadi halal bagi siapa saja sepe-ninggal beliau, sebagaimana ditegaskan oleh Allah, ﴾ وَلَآ أَن تَنكِحُوٓاْ أَزۡوَٰجَهُۥ مِنۢ بَعۡدِهِۦٓ أَبَدًاۚ ﴿ "Dan tidak (halal) bagi kalian menikahi istri-istrinya sepeninggalan-nya selama-lamanya." (Al-Ahzab: 53). ﴾ وَأُوْلُواْ ٱلۡأَرۡحَامِ ﴿ "Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah," maksudnya, kaum kerabat dekat atau jauh, ﴾ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلَىٰ بِبَعۡضٖ فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ ﴿ "satu sama lain lebih berhak (saling mewarisi) di dalam Kitab Allah," maksudnya, dalam hukumNya. Maka sebagian mewarisi sebagian yang lain, dan sebagian berbuat baik kepada sebagian yang lain. Jadi mereka lebih utama daripada sumpah dan pembelaan. Dan demikian pula, anak-anak angkat yang dahulu menjadi pewaris karena sebab-sebab tersebut dengan mengabaikan kaum kerabat pun telah diputus oleh Allah, lalu Allah سبحانه وتعالى menjadikan hak waris diberikan kepada kaum kerabat sebagai kasih sayang dan kebijakan dariNya. Sebab, kalau permasalahan (pewarisan) terus berdasarkan kebiasaan yang telah lalu, niscaya akan banyak terjadi kerusakan, keburukan dan upaya-upaya tipu daya untuk mencegah kaum kerabat dari harta waris. ﴾ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُهَٰجِرِينَ ﴿ "Daripada orang-orang Mukmin dan orang-orang Muhajirin," maksudnya, sama saja apakah kaum kerabat itu adalah orang-orang Mukminin Muhajirin ataukah bukan Muhaji-rin. Sebab, sesungguhnya orang-orang yang mempunyai hubungan darah (dzawil arham) itu lebih diutamakan dalam masalah ini. Ayat ini merupakan hujjah (argumen) atas perwalian orang-orang yang mempunyai hubungan darah dalam seluruh bentuk perwalian, seperti dalam perwalian nikah, harta, dan lain-lainnya, ﴾ إِلَّآ أَن تَفۡعَلُوٓاْ إِلَىٰٓ أَوۡلِيَآئِكُم مَّعۡرُوفٗاۚ ﴿ "kecuali kalau kamu mau berbuat baik kepada saudara-saudaramu seagama," maksudnya, mereka tidak mempunyai hak yang diwajibkan, melainkan berdasarkan kehendak kalian saja jika kalian suka memberi mereka secara suka rela dan memberikan kepada mereka suatu kebaikan dari kalian. ﴾ كَانَ ﴿ "Yang demi-kian itu" keputusan tersebut di atas ﴾ فِي ٱلۡكِتَٰبِ مَسۡطُورٗا ﴿ "tertulis di dalam al-Kitab," maksudnya, telah termaktub dan ditulis serta telah ditetapkan oleh Allah, maka harus dilaksanakan.
Ayah: 7 - 8 #
{وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا (7) لِيَسْأَلَ الصَّادِقِينَ عَنْ صِدْقِهِمْ وَأَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا أَلِيمًا (8)}
"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh, agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka, dan Dia menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang pedih." (Al-Ahzab: 7-8).
#
{7 ـ 8} يخبر تعالى أنَّه أخذ من النبيِّين عموماً ومن أولي العزم ـ وهم هؤلاء الخمسة المذكورون خصوصاً ـ ميثاقَهم الغليظَ وعهدَهم الثقيل المؤكَّد على القيام بدين الله والجهادِ في سبيله، وأنَّ هذا سبيلٌ قد مشى عليه الأنبياءُ المتقدِّمون، حتى خُتموا بسيِّدهم وأفضلهم محمد - صلى الله عليه وسلم -، وأمر الناس بالاقتداء بهم، وسيسأل الله الأنبياء وأتباعهم عن هذا العهد الغليظ؛ هل وَفوا فيه وصدَقوا فيثيبهم جناتِ النعيم، أم كفروا فيعذِّبهم العذاب الأليم؟ قال تعالى: {من المؤمنينَ رجالٌ صَدَقوا ما عاهَدوا الله عليه}.
(7-8) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan bahwasanya Dia telah meng-ambil dari para nabi secara umum dan dari para ulul 'azmi, (yaitu lima rasul yang disebutkan secara khusus), perjanjian yang sangat berat dan ikatan yang sangat kuat yang dikokohkan untuk mene-gakkan agama Allah dan berjihad di jalanNya; dan bahwa sesung-guhnya ini adalah jalan yang telah ditempuh oleh para nabi ter-dahulu hingga ditutup dengan penghulu mereka dan yang paling utama, yaitu Muhammad a, dan Allah memerintahkan manusia supaya meneladani mereka. Dan Allah سبحانه وتعالى akan menanyakan kepada para nabi dan para pengikutnya tentang janji yang sangat berat ini, apakah mereka memenuhinya dan mereka benar, lalu Dia akan membalas mereka dengan surga-surga kenikmatan, ataukah mereka ingkar lalu Dia akan menyiksa mereka dengan azab yang pedih? Allah berfirman, ﴾ مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٞ صَدَقُواْ مَا عَٰهَدُواْ ٱللَّهَ عَلَيۡهِۖ ﴿ "Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang tulus melaksanakan apa yang mereka perjanjikan kepada Allah." (Al-Ahzab: 23).
Ayah: 9 - 11 #
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (9) إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا (10) هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا (11)}
"Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan Allah Maha Melihat akan amal yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu), dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan berma-cam-macam prasangka. Di situlah orang-orang Mukmin diuji dan digoncangkan dengan goncangan yang sangat." (Al-Ahzab: 9-11).
#
{9 ـ 11} يذكِّر تعالى عبادَه المؤمنين نعمته عليهم، ويحثُّهم على شكرها حين جاءتهم جنودُ أهل مكَّة والحجاز من فوقهم وأهل نجد من أسفلَ منهم، وتعاقَدوا وتعاهدوا على استئصال الرسول والصحابة، وذلك في وقعة الخندق، ومالأتهم طوائفُ اليهود الذين حوالي المدينة، فجاؤوا بجنودٍ عظيمةٍ وأمم كثيرة، وخندقَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - على المدينة، فحصروا المدينة، واشتدَّ الأمر، وبلغتِ القلوب الحناجرَ، حتى بلغ الظنُّ من كثير من الناس كلَّ مبلغ لما رأوا من الأسباب المستحكمة والشدائد الشديدة، فلم يزل الحصارُ على المدينة مدةً طويلة، والأمر كما وصف الله: {وإذْ زاغتِ الأبصارُ وبلغتِ القلوبُ الحناجرَ وتظنُّونَ بالله الظُّنونا}؛ أي: الظنون السيئة أنَّ الله لا ينصر دينَه ولا يتمُّ كلمته، {هنالك ابْتُلي المؤمنون}: بهذه الفتنة العظيمة، {وزُلْزِلوا زلزالاً شديداً}: بالخوف والقلق والجوع؛ ليتبيَّن إيمانهم ويزيد إيقانهم، فظهر ولله الحمد من إيمانهم وشدة يقينهم ما فاقوا فيه الأولين والآخرين. وعندما اشتدَّ الكربُ وتفاقمتِ الشدائدُ؛ صار إيمانُهم عين اليقين، {فلمَّا رأى المؤمنونَ الأحزابَ قالوا هذا ما وَعَدَنا اللهُ ورسولُه وصدق الله ورسوله وما زادَهُم إلاَّ إيماناً وتسليماً}.
(9-11) Allah سبحانه وتعالى mengingatkan hamba-hambaNya yang ber-iman tentang nikmatNya kepada mereka dan mendorong mereka untuk mensyukurinya, yaitu ketika bala tentara negeri Makkah dan Hijaz mendatangi mereka dari atas mereka, sedangkan bala tentara negeri Nejed dari arah bawah mereka; dan mereka pun bersepakat dan saling berjanji untuk menghabisi Rasul dan para sahabat. Dan ini terjadi dalam perang Khandaq, dan mereka di-dukung oleh beberapa kelompok kaum Yahudi yang berada di sekitar Madinah. Mereka pun datang dengan tentara yang sangat besar dan pasukan sekutu. Rasulullah a pun membuat parit me-ngelilingi Madinah. Maka pasukan sekutu mengepung Madinah dan keadaan pun makin menjadi sangat genting, hati terasa me-nyesak ke tenggorokan hingga prasangka buruk dari banyak orang (kaum Mukminin) telah mencapai puncaknya saat mereka melihat keadaan yang sangat menjepit dan berbagai kesengsaraan bertubi-tubi. Pengepungan terhadap kota Madinah ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama dan keadaannya seperti yang dijelaskan oleh Allah, ﴾ وَإِذۡ زَاغَتِ ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَبَلَغَتِ ٱلۡقُلُوبُ ٱلۡحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِٱللَّهِ ٱلظُّنُونَا۠ ﴿ "dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu), dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka," maksudnya, prasangka-prasangka buruk, yaitu bahwa Allah tidak akan menolong agamaNya dan tidak akan menyempurnakan kalimatNya, ﴾ هُنَالِكَ ٱبۡتُلِيَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ﴿ "di situlah orang-orang Mukmin diuji," dengan cobaan yang sangat berat, ﴾ وَزُلۡزِلُواْ زِلۡزَالٗا شَدِيدٗا ﴿ "dan digoncangkan dengan goncangan yang sangat," dengan rasa takut, rasa gelisah dan kelaparan, agar iman mereka tampak dan keyakinan mereka bertambah. Maka benar-benar tampaklah, dengan segala puji bagi Allah, keimanan dan kuatnya keyakinan mereka yang membuat mereka mengungguli umat-umat terdahulu dan yang akan datang kemudian. Dan di saat kesempitan makin hebat dan kesengsaraan makin mencekik, maka iman mereka pun menjadi ainul yaqin. ﴾ وَلَمَّا رَءَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلۡأَحۡزَابَ قَالُواْ هَٰذَا مَا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَصَدَقَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥۚ وَمَا زَادَهُمۡ إِلَّآ إِيمَٰنٗا وَتَسۡلِيمٗا 22 ﴿ "Dan tatkala orang-orang Mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, 'Inilah yang dijanjikan Allah dan RasulNya kepada kita.' Dan benarlah Allah dan RasulNya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketun-dukan." (Al-Ahzab: 22).
Saat itulah kemunafikan kaum munafik menjadi jelas dan apa yang mereka sembunyikan selama ini menjadi nyata, Allah سبحانه وتعالى berfirman,
Ayah: 12 #
{وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا (12)}
"Dan ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata, 'Allah dan RasulNya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya'." (Al-Ahzab: 12).
#
{12} وهذه عادة المنافق عند الشدَّة والمحنة؛ لا يثبتُ إيمانه، وينظُر بعقله القاصر إلى الحالة الحاضرة ، ويصدِّق ظنَّه.
(12) Inilah kebiasaan kaum munafik di saat ditimpa ke-sengsaraan dan cobaan, imannya tidak kokoh, dia melihat dengan akal pikirannya yang sangat pendek kepada kondisi yang terkini, dan dia selalu membenarkan dugaannya.
Ayah: 13 - 27 #
{وَإِذْ قَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ يَاأَهْلَ يَثْرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَأْذِنُ فَرِيقٌ مِنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ يُرِيدُونَ إِلَّا فِرَارًا (13) وَلَوْ دُخِلَتْ عَلَيْهِمْ مِنْ أَقْطَارِهَا ثُمَّ سُئِلُوا الْفِتْنَةَ لَآتَوْهَا وَمَا تَلَبَّثُوا بِهَا إِلَّا يَسِيرًا (14) وَلَقَدْ كَانُوا عَاهَدُوا اللَّهَ مِنْ قَبْلُ لَا يُوَلُّونَ الْأَدْبَارَ وَكَانَ عَهْدُ اللَّهِ مَسْئُولًا (15) قُلْ لَنْ يَنْفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِنْ فَرَرْتُمْ مِنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لَا تُمَتَّعُونَ إِلَّا قَلِيلًا (16) قُلْ مَنْ ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُمْ مِنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلَا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا (17) قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الْمُعَوِّقِينَ مِنْكُمْ وَالْقَائِلِينَ لِإِخْوَانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا وَلَا يَأْتُونَ الْبَأْسَ إِلَّا قَلِيلًا (18) أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ فَإِذَا جَاءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذِي يُغْشَى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُمْ بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ أُولَئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا فَأَحْبَطَ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا (19) يَحْسَبُونَ الْأَحْزَابَ لَمْ يَذْهَبُوا وَإِنْ يَأْتِ الْأَحْزَابُ يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُمْ بَادُونَ فِي الْأَعْرَابِ يَسْأَلُونَ عَنْ أَنْبَائِكُمْ وَلَوْ كَانُوا فِيكُمْ مَا قَاتَلُوا إِلَّا قَلِيلًا (20) لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21) وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا (22) مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا (23) لِيَجْزِيَ اللَّهُ الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِنْ شَاءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا (24) وَرَدَّ اللَّهُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالُوا خَيْرًا وَكَفَى اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ الْقِتَالَ وَكَانَ اللَّهُ قَوِيًّا عَزِيزًا (25) وَأَنْزَلَ الَّذِينَ ظَاهَرُوهُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ صَيَاصِيهِمْ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ فَرِيقًا تَقْتُلُونَ وَتَأْسِرُونَ فَرِيقًا (26) وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيَارَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ وَأَرْضًا لَمْ تَطَئُوهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا (27)}].
"Dan ketika segolongan dari mereka berkata, 'Hai penduduk Yatsrib, tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu.' Dan sebagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, 'Sesungguhnya rumah-rumah kami ter-buka.' Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak lari. Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat. Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah, 'Mereka tidak akan berbalik ke belakang.' Dan perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya. Katakanlah, 'Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika demikian (kamu terhin-dar dari kematian), tentu kamu tidak juga akan mengecap kese-nangan kecuali sebentar saja.' Katakanlah, 'Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki ben-cana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?' Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya, 'Marilah kepada kami.' Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan, kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badui, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu, dan sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan ber-perang, melainkan sebentar saja. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dan tatkala orang-orang Mukmin melihat go-longan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, 'Inilah yang dijanjikan Allah dan RasulNya kepada kita.' Dan benarlah Allah dan RasulNya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang mereka jan-jikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya). supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendakiNya, atau mene-rima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, lagi mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun. Dan Allah menghindarkan orang-orang Mukmin dari peperangan. Dan Allah Mahakuat lagi Maha-perkasa. Dan Dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Sebagian mereka kamu bunuh dan sebagian yang lain kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan begitu pula tanah yang belum kamu injak. Dan Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu." (Al-Ahzab: 13-27).
#
{13} {وإذ قالت طائفةٌ}: من المنافقين بعد ما جزعوا وقلَّ صبرُهم صاروا أيضاً من المخذِّلين؛ فلا صبروا بأنفسهم، ولا تركوا الناس من شرِّهم، فقالت هذه الطائفة: {يا أهلَ يَثْرِبَ}: يريدون: يا أهل المدينة! فنادَوهْم باسم الوطن المنبئ عن التسمية فيه؛ إشارةً إلى أنَّ الدين والأخوة الإيمانيَّة ليس له في قلوبهم قدرٌ؛ وأنَّ الذي حملهم على ذلك مجردُ الخور الطبيعي. {يا أهلَ يثربَ لا مُقام لكم}؛ أي: في موضعكم الذي خرجتُم إليه خارج المدينة، وكانوا عسكروا دون الخندق وخارج المدينة، {فارجِعوا}: إلى المدينةِ. فهذه الطائفةُ تُخَذِّلُ عن الجهاد وتبيِّن أنَّهم لا قوة لهم بقتال عدوِّهم ويأمرونهم بترك القتال؛ فهذه الطائفةُ أشرُّ الطوائف وأضرُّها، وطائفةٌ أخرى دونهم، أصابهم الجبنُ والجزع، وأحبُّوا أن ينخزلوا عن الصفوف، فجعلوا يعتذرون بالأعذار الباطلة، وهم الذين قال الله فيهم: {ويستأذنُ فريقٌ منهم النبيَّ يقولونَ إنَّ بيوتَنا عورةٌ}؛ أي: عليها الخطر ونخافُ عليها أن يَهْجُمَ عليها الأعداءُ ونحن غيبٌ عنها؛ فأذن لنا؛ نرجع إليها فنحرسها، وهم كذبةٌ في ذلك، {وما هي بعورةٍ إن يريدون}؛ أي: ما قصدُهم {إلاَّ فراراً}: ولكن جعلوا هذا الكلام وسيلةً وعذراً لهم؛ فهؤلاء قلَّ إيمانُهم، وليس له ثبوتٌ عند اشتدادِ المحنِ.
(13) ﴾ وَإِذۡ قَالَت طَّآئِفَةٞ ﴿ "Dan ketika berkata segolongan" dari kaum munafik setelah berkeluh kesah dan kesabaran mereka telah me-mudar sehingga mereka juga menjadi orang-orang yang melemah-kan semangat. Mereka tidak sabar dengan diri mereka sendiri dan juga tidak melepaskan manusia dari kejahatan mereka. Golongan ini mengatakan, ﴾ يَٰٓأَهۡلَ يَثۡرِبَ ﴿ "Hai penduduk Yatsrib." Yang mereka maksud adalah, wahai penduduk Madinah! Mereka menyeru para penduduk Madinah dengan nama negeri (yang menunjukkan tentang asal usul penamaannya), sebagai isyarat bahwa agama dan ukhuwwah imaniyah sama sekali tidak mempunyai nilai dalam hati mereka, dan bahwa yang mendorong mereka untuk melakukan hal itu hanyalah seruan biasa. ﴾ يَٰٓأَهۡلَ يَثۡرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمۡ ﴿ "Wahai penduduk Yatsrib, tidak ada tempat bagimu," maksudnya, pada tempat kalian yang kalian tuju di luar Madinah. Pada saat itu mereka bermarkas di balik parit (Khandaq) dan di luar Madinah. ﴾ فَٱرۡجِعُواْۚ ﴿ "Maka kem-balilah kamu," ke Madinah. Golongan ini melemahkan semangat jihad dan menjelaskan bahwa mereka sama sekali tidak mempu-nyai kekuatan untuk memerangi musuh mereka, dan mereka mengajak untuk meninggalkan peperangan. Golongan ini meru-pakan golongan yang terburuk dan paling berbahaya. Dan ada golongan lain di bawah mereka, yaitu golongan yang diliputi oleh jiwa pengecut dan rasa takut, dan mereka lebih suka kalau terpisah dari barisan. Maka mereka pun mulai mengemukakan berbagai alasan palsu. Mereka adalah orang yang dikatakan oleh Allah سبحانه وتعالى, ﴾ وَيَسۡتَـٔۡذِنُ فَرِيقٞ مِّنۡهُمُ ٱلنَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوۡرَةٞ ﴿ "Dan sebagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, 'Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka'," maksudnya, terancam bahaya, dan kami khawatir kalau ia diserang oleh musuh sedangkan kami tidak ada di sana. Maka izinkanlah kami, agar kami pulang dan menjaganya. Mereka adalah para pendusta dalam hal ini. ﴾ وَمَا هِيَ بِعَوۡرَةٍۖ إِن يُرِيدُونَ ﴿ "Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak," maksudnya, tujuan mereka tidak lain, ﴾ إِلَّا فِرَارٗا ﴿ "kecuali lari," namun mereka menjadikan ucapan tadi sebagai cara dan alasan bagi mereka. Mereka adalah orang-orang yang imannya sangat tipis, sama sekali tidak bisa bertahan di dalam menghadapi dahsyat-nya cobaan.
#
{14} {ولو دُخلت عليهم}: المدينةُ {من أقطارِها}؛ أي: لو دخل الكفار إليها من نواحيها واستولوا عليها؛ لا كان ذلك، ثم سُئِلَ هؤلاء {الفتنة}؛ أي: الانقلاب عن دينهم والرجوع إلى دين المستولين المتغلبين، {لأتَوْها}؛ أي: لأعطوها مبادرين، {وما تَلَبَّثوا بها إلاَّ يسيراً}؛ أي: ليس لهم منعة ولا تصلُّب على الدين، بل بمجرَّد ما تكون الدولة للأعداء؛ يعطونهم ما طلبوا، ويوافقونهم على كفرهم.
(14) ﴾ وَلَوۡ دُخِلَتۡ عَلَيۡهِم ﴿ "Kalau diserang," maksudnya, Madinah diserang, ﴾ مِّنۡ أَقۡطَارِهَا ﴿ "dari segala penjuru" maksudnya, kalau seandai-nya orang-orang kafir memasuki Madinah dari segala penjurunya dan mereka menguasainya; dan hal ini tidak terjadi; lalu mereka diminta untuk ﴾ ٱلۡفِتۡنَةَ ﴿ "fitnah," maksudnya, berpaling dari agama mereka (murtad) dan kembali kepada agama orang-orang yang menguasai (Madinah) dan memenangkan (peperangan), ﴾ لَأٓتَوۡهَا ﴿ "niscaya mereka mengerjakannya," maksudnya, tentu mereka menger-jakannya dengan segera, ﴾ وَمَا تَلَبَّثُواْ بِهَآ إِلَّا يَسِيرٗا ﴿ "dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat," mak-sudnya, mereka tidak mempunyai sikap menolak dan tidak pula sikap berpegang teguh kepada agama. Bahkan dengan hanya ka-rena musuh dapat menguasai, mereka pun rela memberikan apa yang diminta, dan setuju dengan kekafiran mereka.
#
{15} هذه حالهم، والحال أنهم قد {عاهدوا الله من قبلُ لا يولُّونَ الأدبارَ وكانَ عهدُ الله مسؤولاً}: سيسألُهم عن ذلك العهد، فيجِدُهم قد نَقَضوه؛ فما ظنُّهم إذاً بربِّهم؟!
(15) Ini adalah kondisi mereka. Padahal mereka sebenar-nya sudah ﴾ عَٰهَدُواْ ٱللَّهَ مِن قَبۡلُ لَا يُوَلُّونَ ٱلۡأَدۡبَٰرَۚ وَكَانَ عَهۡدُ ٱللَّهِ مَسۡـُٔولٗا ﴿ "berjanji kepada Allah sebelum itu, 'Mereka tidak akan berbalik ke belakang.' Dan perjan-jian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya." Dia akan meminta pertanggungan jawabnya atas janji itu. Namun ternyata mereka telah merusaknya. Lalu apa perkiraan mereka kalau ber-sikap begitu dengan Rabb mereka?
#
{16} {قل}: لهم لائماً على فرارهم ومخبراً أنَّهم لا يفيدُهم ذلك شيئاً: {لن يَنْفَعَكُم الفرارُ إن فَرَرْتُم من الموتِ أو القتل}: فلو كنتُم في بيوتكم؛ لبرزَ الذين كُتِبَ عليهم القتلُ إلى مضاجعهم، والأسبابُ تنفع إذا لم يعارِضْها القضاء والقدر؛ فإذا جاء القضاء والقدر؛ تلاشى كلُّ سبب، وبطلت كل وسيلة ظنها الإنسان تنجيه، {وإذاً}: حين فررتُم؛ لتسلموا من الموت والقتل، لتنعموا في الدنيا؛ فإنَّكم {لا تُمَتَّعون إلاَّ قليلاً}: متاعاً لا يسوى فراركم وترككم أمر الله وتفويتُكم على أنفسِكم التمتُّع الأبديَّ في النعيم السرمديِّ.
(16) ﴾ قُل ﴿ "Katakanlah," kepada mereka dengan nada men-cela atas pelarian mereka, dan seraya menyampaikan kepada mereka bahwa hal itu sama sekali tidak berguna sedikit pun bagi mereka, ﴾ لَّن يَنفَعَكُمُ ٱلۡفِرَارُ إِن فَرَرۡتُم مِّنَ ٱلۡمَوۡتِ أَوِ ٱلۡقَتۡلِ ﴿ "Lari itu sekali-kali tidak-lah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembu-nuhan." Sekiranya kalian berada di rumah-rumah kalian, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar juga ke tempat mereka terbunuh. Segala upaya itu hanya akan bisa berguna jika tidak berlawanan dengan takdir. Namun, kalau takdir sudah tiba, semua upaya menjadi tidak ada artinya, dan segala cara yang diduga oleh manusia akan bisa menyelamatkan dirinya menjadi batal (tidak berfungsi), ﴾ وَإِذٗا ﴿ "dan jika demikian," ketika kalian lari untuk menyelamatkan diri dari kematian dan pembunuhan, tentu kalian akan bersenang-senang di dunia ini. Sesungguhnya kalian ﴾ لَّا تُمَتَّعُونَ إِلَّا قَلِيلٗا ﴿ "tidak juga akan mengecap ke-senangan kecuali sebentar saja," suatu kesenangan yang (kadar nilai-nya) tidak sebanding dengan pelarian dan pengabaian kalian terhadap perintah Allah, serta penyia-nyiaan kalian terhadap diri kalian untuk bisa menikmati kesenangan abadi di dalam kenik-matan abadi.
#
{17} ثم بيَّن أنَّ الأسباب كلَّها لا تغني عن العبد شيئاً إذا أراده الله بسوءٍ، فقال: {قل من ذا الذي يعصِمُكم}؛ أي: يمنَعُكم من {اللهِ إنْ أراد بكم سوءاً}؛ أي: شرًّا، {أو أراد بكم رحمةً}: فإنَّه هو المعطي المانع، الضار النافع، الذي لا يأتي بالخير إلاَّ هو، ولا يدفعُ السوء إلاَّ هو، {ولا يجدونَ لهم من دون الله وليًّا}: يتولاَّهم فيجلب لهم المنافع {ولا نصيراً}: ينصرهم فيدفعُ عنهم المضارَّ؛ فلْيمتثلوا طاعة المنفرد بالأمور كلِّها، الذي نفذت مشيئتُه ومضى قدرُه ولم ينفعْ مع ترك ولايتِهِ ونصرتِهِ وليٌّ ولا ناصرٌ.
(17) Kemudian Allah menjelaskan bahwa sesungguhnya semua sebab dan upaya, sama sekali tidak berguna bagi seseorang apabila Allah menghendaki keburukan terhadap dirinya, seraya berfirman, ﴾ قُلۡ مَن ذَا ٱلَّذِي يَعۡصِمُكُم ﴿ "Katakanlah, 'Siapakah yang dapat me-lindungi kamu'," maksudnya, mencegah kalian dari ﴾ ٱللَّهِ إِنۡ أَرَادَ بِكُمۡ سُوٓءًا ﴿ "(takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu," maksudnya, keburukan, ﴾ أَوۡ أَرَادَ بِكُمۡ رَحۡمَةٗۚ ﴿ "atau menghendaki rahmat untuk dirimu," karena sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pemberi dan Maha Pen-cegah, Yang Maha Menimpakan bahaya lagi Maha Pemberi man-faat, yang tidak akan dapat mendatangkan kebaikan kecuali Dia, dan tidak pula mencegah keburukan kecuali Dia, ﴾ وَلَا يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَلِيّٗا ﴿ "dan mereka tidak memperoleh pelindung bagi mereka selain Allah," yang bisa melindungi mereka, lalu memberikan berbagai manfaat kepada mereka, ﴾ وَلَا نَصِيرٗا ﴿ "dan tidak pula penolong," yang dapat menolong mereka, sehingga mencegah segala marabahaya dari mereka. Maka hendaklah mereka mematuhi ketaatan kepada Dzat Yang Esa yang mengendalikan segala perkara, yang kehendakNya pasti berlaku, takdirNya pasti terjadi, dan tidak akan berguna seorang pelindung ataupun seorang penolong bila meninggalkan perlindungan dan pertolonganNya.
#
{18} ثم توعد تعالى المخذِّلين المعوِّقين وتهدَّدهم فقال: {قد يعلمُ الله المعوِّقينَ منكم}: عن الخروج لمن لم يخرجوا، {والقائلين لإخوانهم}: الذين خرجوا: {هَلُمَّ إلينا}؛ أي: ارجِعوا كما تقدَّم من قولهم: {يا أهل يثربَ لا مُقامَ لكم فارْجِعوا}، وهم مع تعويقِهم وتخذيلِهم {لا يأتون البأسَ}: القتال والجهاد بأنفسهم، {إلاَّ قليلاً}: فهم أشدُّ الناس حرصاً على التخلُّف لعدم الداعي لذلك من الإيمان والصبر، [ووجود] المقتضي للجبن من النفاق وعدم الإيمان.
(18) Kemudian Allah سبحانه وتعالى mengancam orang-orang yang me-lemahkan semangat jihad dan merintangi, dan Dia mengultima-tum mereka, seraya berfirman, ﴾ قَدۡ يَعۡلَمُ ٱللَّهُ ٱلۡمُعَوِّقِينَ مِنكُمۡ ﴿ "Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi dari kamu," untuk keluar (berperang) bagi orang-orang yang belum keluar, ﴾ وَٱلۡقَآئِلِينَ لِإِخۡوَٰنِهِمۡ ﴿ "dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudara-nya" yaitu mereka yang telah keluar, ﴾ هَلُمَّ إِلَيۡنَاۖ ﴿ "Marilah kepada kami," maksudnya, kembalilah! Sama seperti perkataan mereka dahulu, ﴾ يَٰٓأَهۡلَ يَثۡرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمۡ فَٱرۡجِعُواْۚ ﴿" Wahai penduduk Yatsrib, tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu." Dan mereka, sekalipun menghalang-halangi dan melemahkan semangat jihad, ﴾ ل َ ا يَأۡتُونَ ٱلۡبَأۡسَ ﴿ "mereka tidak mendatangi peperangan," maksudnya, pertempuran dan jihad dengan jiwa mereka ﴾ إِلَّا قَلِيلًا ﴿ "melainkan sebentar." Jadi, mereka adalah orang yang paling berminat untuk kembali pulang, karena tidak mempunyai motivasi iman dan sifat sabar untuk hal yang demi-kian, dan karena [adanya] faktor yang menuntut kepada sikap pengecut mereka, yaitu kemunafikan dan tidak adanya iman.
#
{19} {أشِحَّة عليكم}: بأبدانهم عند القتال، وأموالهم عند النفقة فيه؛ فلا يجاهدون بأموالهم وأنفسهم، {فإذا جاء الخوفُ رأيتَهم ينظُرون إليك}: نظر المَغْشِيِّ {عليه من الموت}: من شدَّة الجبن الذي خلع قلوبَهم والقلقِ الذي أذهلهم وخوفاً من إجبارِهم على ما يكرهون من القتال، {فإذا ذهب الخوفُ}: وصاروا في حال الأمن والطمأنينة؛ {سَلَقوكم بألسنةٍ حدادٍ}؛ أي: خاطبوكم وتكلَّموا معكم بكلام حديدٍ ودعاوٍ غير صحيحة، وحين تسمعُهم تظنُّهم أهلَ الشجاعة والإقدام. {أشحَّة على الخيرِ}: الذي يُراد منهم، وهذا شرُّ ما في الإنسان: أن يكون شحيحاً بما أُمِر به، شحيحاً بماله أن ينفِقَه في وجهه، شحيحاً في بدنِهِ أن يجاهِدَ أعداء الله أو يدعو إلى سبيل الله، شحيحاً بجاهه، شحيحاً بعلمه ونصيحته ورأيه. {أولئك}: الذين بتلك الحالة {لم يُؤْمِنوا}: بسبب عدم إيمانهم؛ أحبط الله أعمالهم. {وكان ذلك على الله يسيراً}: وأما المؤمنون؛ فقد وقاهُم اللهُ شحَّ أنفسهم، ووفَّقهم لبذل ما أُمِروا به من بذل أبدانهم في القتال في سبيله وإعلاء كلمتِهِ، وأموالهم للنفقة في طرق الخير، وجاههم وعلمهم.
(19) ﴾ أَشِحَّةً عَلَيۡكُمۡۖ ﴿ "Mereka bakhil terhadapmu" dengan raga mereka di kala peperangan, dan dengan harta mereka di kala (di-seru. Pent.) berinfak untuk peperangan. Mereka tidak berjihad dengan harta dan jiwa raga mereka. ﴾ فَإِذَا جَآءَ ٱلۡخَوۡفُ رَأَيۡتَهُمۡ يَنظُرُونَ إِلَيۡكَ ﴿ "Apa-bila datang ketakutan, kamu lihat mereka itu memandang kepadamu," sebagaimana melihatnya orang yang akan pingsan, ﴾ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ ﴿ "karena akan mati," karena sikap pengecut yang mengoyak hati me-reka dan karena kegelisahan yang menakutkan, dan karena mereka sangat khawatir kalau mereka dipaksa melakukan sesuatu yang sangat tidak mereka suka, yaitu berperang. ﴾ فَإِذَا ذَهَبَ ٱلۡخَوۡفُ ﴿ "Dan apabila ketakutan telah hilang," dan mereka sudah berada dalam kondisi aman dan tenang, ﴾ سَلَقُوكُم بِأَلۡسِنَةٍ حِدَادٍ ﴿ "mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam," maksudnya, mereka berbicara kepada kalian dengan perkataan yang tajam dan klaim-klaim yang tidak benar; dan ketika engkau mendengar mereka, maka engkau menduga bahwa mereka adalah orang-orang pem-berani dan kestria, ﴾ أَشِحَّةً عَلَى ٱلۡخَيۡرِۚ ﴿ "sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan," yang diinginkan dari mereka. Ini adalah keburukan yang terburuk yang ada pada manusia, yaitu kalau dia menjadi kikir dengan apa yang diperintahkan kepadanya, kikir dengan hartanya untuk membelanjakannya pada jalan yang benar, kikir dengan raganya untuk berjihad memerangi musuh Allah, atau untuk ber-dakwah fi sabilillah, kikir dengan kedudukannya, kikir dengan ilmu, nasihat dan ide-idenya. ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ﴿ "Mereka itu" orang-orang yang seperti itu kondisinya, ﴾ لَمۡ يُؤۡمِنُواْ ﴿ "tidak beriman," disebabkan karena ketiadaan iman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. ﴾ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٗا ﴿ "Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka telah dilindungi oleh Allah dari kekikiran diri mereka dan mereka dibimbing oleh Allah untuk mengorban-kan apa yang diperintahkan kepada mereka, seperti mengorbankan raga di dalam perang fi sabilillah dan meninggikan kalimatNya, serta mengorbankan harta mereka untuk berinfak dalam berbagai jalan kebaikan, dan mengorbankan kedudukan dan ilmu mereka.
#
{20} {يحسبون الأحزابَ لم يذهبوا}؛ أي: يظنُّون أنَّ هؤلاء الأحزاب الذين تحزَّبوا على حرب رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وأصحابِهِ لم يَذْهَبوا حتى يستأصِلوهم، فخاب ظنُّهم، وبطل حسبانهم. {وإن يأتِ الأحزابُ}: مرةً أخرى، {يودُّوا لو أنَّهم بادون في الأعراب يسألونَ عن أنبائِكُم}؛ أي: لو أتى الأحزابُ مرة ثانية مثل هذه المرة؛ ودَّ هؤلاء المنافقون أنهم ليسوا في المدينة، ولا في القربِ منها، وأنهم مع الأعرابِ في البادية، يستخبرون عن أخباركم، ويسألون عن أنبائكم ماذا حَصَلَ عليكم؛ فتبًّا لهم وبعداً؛ فليسوا ممن يُغالى بحضورهم، فلو {كانوا فيكم ما قاتلوا إلاَّ قليلا}: فلا تبالوهم، ولا تأسَوْا عليهم.
(20) ﴾ يَحۡسَبُونَ ٱلۡأَحۡزَابَ لَمۡ يَذۡهَبُواْۖ ﴿ "Mereka mengira golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi," maksudnya, mereka menduga bahwa pasukan sekutu yang telah berkoalisi untuk memerangi Rasulullah a dan para sahabatnya itu tidak akan pergi sebelum menghabisi mereka. Namun, dugaan mereka sia-sia dan perkiraan mereka gagal. ﴾ وَإِن يَأۡتِ ٱلۡأَحۡزَابُ ﴿ "Dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang," sekali lagi, ﴾ يَوَدُّواْ لَوۡ أَنَّهُم بَادُونَ فِي ٱلۡأَعۡرَابِ يَسۡـَٔلُونَ عَنۡ أَنۢبَآئِكُمۡۖ ﴿ "niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badui, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu," maksudnya, kalau seandainya pasukan sekutu itu datang untuk kedua kalinya seperti pada kali ini, maka orang-orang munafik itu ingin agar mereka tidak ada di Madinah dan tidak juga berada dekat dengannya, dan mereka ingin bersama orang-orang Arab Badui di dusun-dusun, sambil mencari informasi tentang berita kalian, dan mereka ber-tanya-tanya tentang kabar kalian, mengenai apa yang menimpa kalian. Sungguh mereka sangat celaka dan terkutuk. Mereka tidak termasuk orang yang bernilai kehadirannya. Dan kalaupun ﴾ كَانُواْ فِيكُم مَّا قَٰتَلُوٓاْ إِلَّا قَلِيلٗا ﴿ "mereka berada bersama kamu, niscaya mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja," maka kalian jangan meng-hiraukan mereka dan jangan berputus asa karena mereka.
#
{21} {لقد كان لكم في رسول الله أسوةٌ حسنةٌ}: حيث حَضَرَ الهيجاءَ بنفسه الكريمة، وباشرَ موقفَ الحرب وهو الشريفُ الكاملُ والبطل الباسلُ، فكيف تشحُّون بأنفسكم عن أمرٍ جادَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - بنفسه فيه، فتأسَّوْا به في هذا الأمر وغيره. واستدَّل الأصوليُّون في هذه الآية على الاحتجاج بأفعال الرسول - صلى الله عليه وسلم -، وأنَّ الأصل أنَّ أمَّتَه أسوتُه في الأحكام؛ إلاَّ ما دلَّ الدليل الشرعيُّ على الاختصاص به؛ فالأسوةُ نوعان: أسوةٌ حسنةٌ وأسوةٌ سيئةٌ، فالأسوةُ الحسنةُ في الرسول - صلى الله عليه وسلم -؛ فإنَّ المتأسِّي به سالكٌ الطريق الموصل إلى كرامة الله، وهو الصراط المستقيم، وأمَّا الأسوة بغيره إذا خالَفَه؛ فهو الأسوة السيئة؛ كقول المشركين حين دعتهم الرسل للتأسِّي بهم: {إنَّا وَجَدْنا آباءنا على أمَّةٍ وإنَّا على آثارِهِم مهتدونَ}: وهذه الأسوةُ الحسنةُ إنَّما يسلُكُها ويوفَّقُ لها مَنْ كان يرجو الله واليوم الآخر؛ فإنَّ ذلك ما معه من الإيمانِ وخوفِ الله ورجاء ثوابِهِ وخوفِ عقابِهِ يحثُّه على التأسِّي بالرسول - صلى الله عليه وسلم -.
(21) ﴾ لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ ﴿ "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu," di mana be-liau menghadiri peperangan dengan jiwanya yang mulia itu, dan terjun langsung di medan perang, sedangkan beliau adalah manusia yang mulia lagi sempurna, pahlawan nan pemberani, lalu bagai-mana bisa kalian kikir dengan diri kalian untuk melakukan suatu perkara yang mana Rasulullah a sendiri langsung terjun pada-nya? Maka teladanilah beliau dalam perkara ini dan perkara yang lainnya. Para ulama ushuliyyun (ahli ushul al-fiqh) berargumen dengan ayat ini atas kehujjahan perbuatan Rasulullah a. (Baca: Perbuatan Rasulullah a itu adalah dalil hukum syar'i. Pent.). Dan bahwa hukum asalnya, umat Islam itu bersuri teladan kepadanya di dalam semua hukum, kecuali ada dalil syar'i yang mengecualikan kekhu-susan beliau. Keteladanan itu ada dua macam: Keteladanan yang baik dan keteladanan yang buruk. Keteladanan yang baik ada pada Rasulullah a. Orang yang meneladani beliau berarti menelusuri jalan yang dapat mengantarkannya kepada kemuliaan Allah, yaitu jalan yang lurus. Sedangkan bersuri teladan kepada selain beliau, –apabila menyalahi beliau–, maka itulah teladan yang buruk. Se-perti perkataan kaum musyrikin saat mereka diseru oleh para Rasul untuk meneladani mereka, ﴾ بَلۡ قَالُوٓاْ إِنَّا وَجَدۡنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٖ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم مُّهۡتَدُونَ 22 ﴿ "Bahkan mereka berkata, 'Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka'." (Az-Zukh-ruf: 22). Suri teladan yang baik ini hanya akan ditelurusi dan diikuti oleh orang yang menginginkan Allah dan Hari Akhir. Hal itu terjadi karena iman yang dimilikinya, rasa takut kepada Allah dan mengharapkan pahala kepadaNya, takut akan siksaNya yang se-muanya mendorongnya untuk meneladani Rasulullah a.
#
{22} لما ذكر حالة المنافقين عند الخوفِ؛ ذكر حالَ المؤمنين فقال: {ولمَّا رأى المؤمنون الأحزابَ}: الذين تحزَّبوا ونزلوا منازِلَهم وانتهى الخوفُ، {قالوا هذا ما وَعَدَنا اللهُ ورسولُه}: في قوله: {أم حسبتُم أن تدخُلوا الجنَّةَ ولما يأتِكُم مَثَلُ الذين خَلَوْا من قبلِكم مسَّتْهم البأساءُ والضَّراءُ وزلزلوا حتى يقولَ الرسول والذين آمنوا معه متى نصرُ الله ألا إنَّ نصر الله قريبٌ}، {وصَدَقَ اللهُ ورسولُه}: فإنا رأينا ما أَخَبَرَنا به، {وما زادَهُم}: ذلك الأمر {إلاَّ إيماناً}: في قلوبهم، {وتسليماً}: في جوارحهم، وانقياداً لأمر الله.
(22) Setelah Allah menjelaskan keadaan orang-orang mu-nafik dalam keadaan takut, maka berikutnya Allah menjelaskan keadaan kaum Mukminin, seraya berfirman, ﴾ وَلَمَّا رَءَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلۡأَحۡزَابَ ﴿ "Dan tatkala orang-orang Mukmin melihat golongan-golongan yang ber-sekutu," yang telah berkoalisi dan telah menempati tempat-tempat-nya, dan rasa takut pun telah hilang ﴾ قَالُواْ هَٰذَا مَا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ ﴿ "mereka berkata, 'Inilah yang dijanjikan Allah dan RasulNya kepada kita'," yaitu dalam FirmanNya, ﴾ أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ أَلَآ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ 214 ﴿ "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terda-hulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkata-lah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, 'Bilakah datangnya pertolongan Allah.' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (Al-Baqarah: 214). ﴾ وَصَدَقَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥۚ ﴿ "Dan benarlah Allah dan RasulNya," sebab kami telah melihat apa yang telah diberitakanNya kepada kami. ﴾ وَمَا زَادَهُمۡ ﴿ "Dan tidaklah menambah kepada mereka," perkara itu, ﴾ إِلَّآ إِيمَٰنٗا ﴿ "kecuali iman," di dalam hati mereka ﴾ وَتَسۡلِيمٗا ﴿ "dan ketundukan," dalam se-luruh anggota tubuh mereka, dan mereka bertambah patuh kepada perintah Allah.
#
{23} ولما ذكر أنَّ المنافقين عاهدوا الله لا يولُّون الأدبار ونقضوا ذلك العهد؛ ذكر وفاء المؤمنين به، فقال: {من المؤمنينَ رجالٌ صَدَقوا ما عاهَدوا الله عليه}؛ أي: وَفَّوْا به وأتموُّه وأكملوه، فبذلوا مُهَجَهُم في مرضاتِهِ، وسبَّلوا نفوسهم في طاعته. {فمنهم من قضى نحبَهُ}؛ أي: إرادته ومطلوبَه وما عليه من الحقِّ، فقُتل في سبيل الله أو مات مؤدياً لحقِّه لم ينقصْه شيئاً، {ومنهم مَن ينتظِرُ}: تكميل ما عليه؛ فهو شارعٌ في قضاء ما عليه ووفاء نحبِهِ ولما يُكْمِلْه، وهو في رجاء تكميله ساعٍ في ذلك مجدٌّ، {وما بَدَّلوا تبديلاً}: كما بدَّل غيرُهم، بل لم يزالوا على العهد، لا يلوون ولا يتغيرون؛ فهؤلاء الرجال على الحقيقة، ومن عداهم فصُورُهم صورُ رجال وأما الصفاتُ؛ فقد قَصُرَتْ عن صفاتِ الرجال.
(23) Dan ketika Allah menyebutkan bahwasanya orang-orang munafik telah berjanji kepada Allah untuk tidak berpaling (melarikan diri) dan mereka telah membatalkan janji tersebut, maka Allah menyebutkan sikap tepat janji kaum Mukminin, seraya ber-firman, ﴾ مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٞ صَدَقُواْ مَا عَٰهَدُواْ ٱللَّهَ عَلَيۡهِۖ ﴿ "Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah," maksudnya, mereka menunaikannya, melaksanakan dan menyempurnakannya. Mereka pun mengorbankan jiwa raga me-reka di dalam keridhaanNya dan mereka mendermakan jiwa me-reka di dalam ketaatan kepadaNya. ﴾ فَمِنۡهُم مَّن قَضَىٰ نَحۡبَهُۥ ﴿ "Maka di antara mereka ada yang gugur," maksudnya, menuntaskan keinginan dan harapannya serta hak yang menjadi tanggungannya. Lalu dia ter-bunuh fi sabilillah atau meninggal dalam keadaan sudah melaksana-kan kewajibannya, tanpa mengurangi sedikitpun, ﴾ وَمِنۡهُم مَّن يَنتَظِرُۖ ﴿ "dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu," penyempurnaan kewajibannya. Ia sedang menunaikan apa yang menjadi kewa-jibannya dan sedang memenuhi keinginannya, namun dia belum menuntaskannya; sedangkan ia berharap bisa menyempurnakan-nya, berupaya dan bersungguh-sungguh untuk hal itu. ﴾ وَمَا بَدَّلُواْ تَبۡدِيلٗا ﴿ "Dan mereka sedikitpun tidak merubah," seperti kelompok yang lain (kaum munafikin) telah merubahnya. Malah mereka tetap berpegang pada janji, mereka tidak berpaling dan tidak pula merubah. Mereka itulah sosok orang-orang besar yang sejati, sedangkan orang-orang selain mereka, raganya adalah raga manusia jantan, sedangkan sifat-sifat mereka sungguh sangat jauh dari sifat-sifat orang-orang besar.
#
{24} {لِيَجْزِي اللهُ الصادقينَ بصِدْقِهم}؛ أي: بسبب صدقهم في أقوالهم وأحوالهم ومعاملتهم مع الله واستواء ظاهِرِهم وباطِنِهم، قال الله تعالى: {هذا يومُ يَنفَعُ الصادقينَ صدقُهم لهم جناتٌ تجري من تحتها الأنهارُ خالدين فيها أبداً ... } الآية؛ أي: قدَّرنا ما قدَّرنا من هذه الفتن والمحن والزلازل ليتبيَّن الصادق من الكاذب، فيَجِزْيَ الصادقين بصدقهم، {ويعذِّبَ المنافقين}: الذين تغيَّرتْ قلوبُهم وأعمالُهم عند حلول الفتن، ولم يَفوا بما عاهدوا الله عليه، {إن شاءَ}: تعذيبَهم؛ بأنْ لم يشأ هدايتهم، بل علم أنَّهم لا خير فيهم، فلم يوفِّقْهم، {أو يتوبَ عليهم}: بأنْ يوفِّقَهم للتوبة والإنابة، وهذا هو الغالب على كرم الكريم، ولهذا ختم الآية باسمين دالَّيْنِ على المغفرة والفضل والإحسان، فقال: {إنَّ الله كان غفوراً رحيماً}؛ غفوراً لذنوب المسرفين على أنفسهم، ولو أكثروا من العصيان، إذا أتَوْا بالمتاب. {رحيماً}: بهم؛ حيث وفَّقَهم للتوبة، ثم قَبِلها منهم، وستر عليهم ما اجْتَرحوه.
(24) ﴾ لِّيَجۡزِيَ ٱللَّهُ ٱلصَّٰدِقِينَ بِصِدۡقِهِمۡ ﴿ "Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya" maksudnya, disebabkan kejujuran mereka dalam perkataan, berbagai kondisi dan muamalah mereka bersama Allah سبحانه وتعالى serta kesamaan lahir de-ngan batin mereka. Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ قَالَ ٱللَّهُ هَٰذَا يَوۡمُ يَنفَعُ ٱلصَّٰدِقِينَ صِدۡقُهُمۡۚ لَهُمۡ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۖ ﴿ "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Mereka mendapatkan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya." (Al-Ma`idah: 119). Maksudnya, Kami telah menetapkan berbagai cobaan, ujian dan goncangan ini adalah agar orang yang jujur bisa dibedakan dari orang yang dusta, sehingga orang-orang yang jujur diberi balasan disebabkan kejujuran mereka. ﴾ وَيُعَذِّبَ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ ﴿ "Dan menyiksa orang-orang munafik," yang hati dan amal perbuatan mereka berubah saat terjadinya cobaan, dan mereka tidak menunaikan apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. ﴾ إِن شَآءَ ﴿ "Jika dikehendakiNya" menyiksa mereka, yaitu dengan cara tidak menghendaki mereka mendapat petunjuk. Bahkan Allah سبحانه وتعالى sudah mengetahui bahwa mereka sama sekali tidak mengan-dung kebaikan, maka Allah tidak memberi mereka taufikNya,﴾ أَوۡ يَتُوبَ عَلَيۡهِمۡۚ ﴿ "atau menerima taubat mereka," dengan cara membimbing mereka bertaubat dan berinabah. Dan inilah yang sering terjadi bagi kemurahan dari Dzat Yang Maha Pemurah. Maka dari itu ayat ini ditutup dengan dua nama(Nya) yang mengandung makna magh-firah, karunia dan ihsan (kebaikan), seraya berfirman, ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورٗا ﴿ "Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun," mengampuni dosa-dosa orang-orang yang telah terlanjur melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, sekalipun mereka telah banyak melakukan kemaksiatan, selama mereka datang dengan bertaubat, ﴾ رَّحِيمٗا ﴿ "lagi Maha Penyayang," terhadap mereka, yang mana Dia telah membim-bing mereka kepada taubat, lalu menerima taubat dan menghapus dosa-dosa yang telah mereka lakukan.
#
{25} {وردَّ الله الذين كفروا بغيظِهِم لم ينالوا خيراً}؛ أي: ردَّهم خائبين، لم يحصُل لهم الأمر الذي كانوا حريصين عليه، مغتاظين، قادرين عليه، جازِمين بأنَّ لهم الدائرة، قد غرَّتهم جموعهم وأُعْجبوا بتحزُّبهم وفرِحوا بعددِهم وعددِهم، فأرسل الله عليهم ريحاً عظيمةً، وهي ريح الصَّبا، فزعزعت مراكزَهم، وقوَّضت خيامهم، وكفأت قدورَهم، وأزعجتهم، وضربهم الله بالرعب، فانصرفوا بغيظهم، وهذا من نصر الله لعباده المؤمنين. {وكفى اللهُ المؤمنينَ القتال}: بما صَنَعَ لهم من الأسباب العاديَّة والقدريَّة. {وكان الله قويًّا عزيزاً}: لا يغالِبُه أحدٌ إلاَّ غُلِب، ولا يستنصره أحدٌ إلا غَلَب، ولا يعجِزُه أمرٌ أراده، ولا ينفع أهل القوَّة والعزَّة قوتُهم وعزَّتُهم إن لم يُعِنْهُم بقوَّته وعزَّته.
(25) ﴾ وَرَدَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِغَيۡظِهِمۡ لَمۡ يَنَالُواْ خَيۡرٗاۚ ﴿ "Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, lagi mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun," maksudnya, Allah mengembalikan mereka dalam kegagalan, mereka sama sekali tidak memperoleh target yang selama ini sangat mereka inginkan, dengan penuh rasa jengkel, karena merasa mampu menguasai, dan berkeyakinan bahwa kemenangan ada di pihak mereka. Mereka telah terpedaya dengan jumlah mereka yang sangat besar dan me-rasa bangga dengan koalisi yang mereka bangun dan sangat senang dengan persiapan dan jumlah mereka. Lalu Allah meniupkan angin topan besar, yaitu angin puyuh yang memporak-porandakan markas pertahanan mereka dan mengombrak-abrik kemah-kemah, mereka menumpahkan panci-panci besar mereka, serta membuat mereka kebingungan, dan Allah pun menimpakan rasa takut ke-pada mereka. Akhirnya mereka pun pulang dengan rasa jengkel. Ini bagian dari pertolongan Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman. ﴾ وَكَفَى ٱللَّهُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلۡقِتَالَۚ ﴿ "Dan Allah menghindarkan orang-orang Mukmin dari peperangan," dengan cara yang Dia lakukan terhadap mereka, seperti faktor-faktor alamiah dan yang bersifat taqdiri. ﴾ وَكَانَ ٱللَّهُ قَوِيًّا عَزِيزٗا ﴿ "Dan Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa." Ti-daklah seseorang berupaya mengalahkanNya melainkan ia pasti kalah, dan tidaklah seseorang meminta pertolongan kepadaNya, melainkan pasti dia menang, tidak ada suatu penghalang pun yang dapat menghalangi kehendakNya, dan tidak berguna kekuatan dan keperkasaan orang-orang yang memiliki kekuatan dan keper-kasaan jika Dia tidak menolong mereka dengan kekuatan dan keperkasaanNya.
#
{26} {وأنزلَ الذين ظاهَروهم}؛ أي: عاونوهم {من أهل الكتاب}؛ أي: من اليهود {من صياصِيهم}؛ أي: أنزلهم من حصونهم نزولاً مظفوراً بهم مجعولين تحت حكم الإسلام، {وَقَذَفَ في قلوبِهِمُ الرعبَ}: فلم يقووا على القتال، بل استسلموا وخضعوا وذلُّوا. {فريقاً تقتلون}: وهم الرجال المقاتلون، {وتأسرونَ فريقاً}: من عداهم من النساء والصبيان.
(26) ﴾ وَأَنزَلَ ٱلَّذِينَ ظَٰهَرُوهُم ﴿ "Dan Dia menurunkan orang-orang yang membantu mereka," maksudnya, menolong mereka, ﴾ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ ﴿ "dari Ahli Kitab" maksudnya, dari kaum Yahudi, ﴾ مِن صَيَاصِيهِمۡ ﴿ "dari benteng-benteng mereka," maksudnya, Dia menurunkan mereka dari benteng-benteng pertahanan mereka dalam keadaan terkalahkan lagi menjadi di bawah kekuasaan Islam, ﴾ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلرُّعۡبَ ﴿ "dan Dia memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka," sehingga mereka tidak berani berperang, bahkan mereka menyerah, tunduk dan hina. ﴾ فَرِيقٗا تَقۡتُلُونَ ﴿ "Sebagian mereka kamu bunuh," yaitu kaum laki-laki dewasa yang memerangi, ﴾ وَتَأۡسِرُونَ فَرِيقٗا ﴿ "dan sebagian yang lain kamu tawan," yaitu kaum wanita dan anak-anak.
#
{27} {وأورَثَكم}؛ أي: غنمكم {أرضَهم وديارَهم وأموالَهم وأرضاً لم تطؤوها}؛ أي: أرضاً كانت من قبلُ من شرفِها وعزَّتِها عند أهلها لا تتمكَّنون من وطئها، فمكَّنكم الله، وخَذَلَهم، وغَنِمْتُم أموالهم، وقتلتموهم، وأسرْتُموهم، {وكان اللهُ على كلِّ شيءٍ قديراً}: لا يعجِزُه شيء، ومن قدرتِهِ قدَّر لكم ما قدَّر. وكانت هذه الطائفة من أهل الكتاب هم بنو قريظةَ من اليهود في قريةٍ خارج المدينة غير بعيد، وكان النبي - صلى الله عليه وسلم - حين هاجر إلى المدينة وادَعَهم وهادَنَهم فلم يقاتلهم ولم يقاتِلوه، وهم باقون على دينهم، لم يغيِّر عليهم شيئاً، فلما رأوا يوم الخندق الأحزاب الذين تحزَّبوا على رسول الله وكَثْرتَهم وقلَّةَ المسلمين، وظنُّوا أنهم سيستأصلون الرسول والمؤمنين، وساعد على ذلك تدجيلُ بعض رؤسائهم عليهم، فنقضوا العهدَ الذي بينهم وبين رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، ومالؤوا المشركين على قتاله، فلما خَذَلَ الله المشركين؛ تفرَّغ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - لقتالهم، فحاصرهم في حصنهم، فنزلوا على حكم سعد بن معاذ رضي الله عنه، فحكم فيهم أن تُقْتَلَ مقاتِلَتُهُم، وتُسبى ذراريهم وتُغنم أموالهم، فأتمَّ الله لرسوله والمؤمنين المنَّة، وأسبغ عليهم النعمة، وأقر أعينهم بخذلانِ من انخذلَ من أعدائهم، وقتل مَن قَتَلوا، وأسر من أسروا، ولم يزل لطفُ الله بعبادِهِ المؤمنين مستمرًّا.
(27) ﴾ وَأَوۡرَثَكُمۡ ﴿ "Dan Dia mewariskan kepada kamu" maksud-nya, menjadikan kalian merampas ghanimah ﴾ أَرۡضَهُمۡ وَدِيَٰرَهُمۡ وَأَمۡوَٰلَهُمۡ وَأَرۡضٗا لَّمۡ تَطَـُٔوهَاۚ ﴿ "tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan begitu pula tanah yang belum kamu injak." Maksudnya, tanah yang sebelum-nya, –karena kemuliaan dan kehormatannya bagi pemiliknya–, kalian tidak dapat menginjaknya. Lalu sekarang Allah memberikan kekuasaan kepada kalian dan menjadikan mereka hina, kalian ambil harta benda mereka sebagai ghanimah, kalian bunuh mereka dan kalian tawan sebagian mereka. ﴾ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٗا ﴿ "Dan Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu," tidak ada apa pun yang dapat membuatNya lemah. Dan di antara kekuasaanNya adalah Dia telah menetapkan takdir yang telah ditetapkanNya untuk kalian. Sekelompok manusia dari Ahli Kitab ini adalah Bani Qurai-zhah dari kaum Yahudi yang tinggal di suatu perkampungan tidak jauh di luar Madinah. Dan pada waktu Nabi a berhijrah ke Madinah, beliau mengadakan perdamaian dan genjatan senjata dengan mereka. Maka beliau pun tidak memerangi mereka dan mereka pun tidak memeranginya, dalam keadaan mereka tetap menganut agama mereka, dan Nabi tidak merubah apa pun dari ajaran mereka. Namun, tatkala mereka melihat pasukan koalisi yang telah berkoalisi untuk memerangi Rasulullah dan banyaknya jum-lah mereka serta mereka melihat kecilnya jumlah kaum Muslimin pada peristiwa perang Khandaq, dan mereka merasa yakin bahwa pasukan koalisi akan menghabisi Rasulullah dan kaum Muslimin, dan hal itu didukung dengan provokasi sebagian pemimpin me-reka, maka mereka (Bani Quraizhah) membatalkan perjanjian yang ada antara mereka dengan Rasulullah a, dan membantu kaum musyrikin (pasukan sekutu) untuk memerangi beliau. Tatkala Allah سبحانه وتعالى memporak-porandakan kaum musyrikin, maka Rasulullah a berkonsentrasi untuk memerangi kaum Yahudi itu. Beliau pun mengepung mereka yang bertahan dalam benteng. Kemudian mereka menerima ketentuan (keputusan) Sa'ad bin Mu'adz رضي الله عنه. Sa'ad bin Mu'adz memutuskan terhadap mereka agar kaum laki-laki yang memerangi dibunuh, kaum wanita dan anak-anak mereka ditawan, sedangkan harta benda mereka dijadikan rampasan perang. Dengan demikian Allah telah menyempurnakan karuniaNya kepada RasulNya dan kaum Mukminin, melimpahkan nikmatNya kepada mereka dan menjadikan jiwa mereka lega dengan membina-sakan orang-orang yang binasa dari kalangan musuh-musuhnya, dan dibunuhlah orang-orang yang harus dibunuh dan ditawanlah orang-orang yang mesti ditawan. Kelembutan Allah سبحانه وتعالى terhadap hamba-hambaNya yang beriman senantiasa tetap berlanjut.
Ayah: 28 - 29 #
{يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ إِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا (28) وَإِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنْكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا (29)}
"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, 'Jika kamu se-kalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, marilah supaya aku berikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki Allah dan RasulNya serta negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar." (Al-Ahzab: 28-29).
#
{28} لما اجتمع نساءُ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - عليه في الغيرة، وطلبن منه النفقة والكسوة؛ طلبنَ منه أمراً لا يقدر عليه في كلِّ وقت، ولم يَزَلْنَ في طلبهنَّ متَّفقات وفي مرادهنَّ متعنِّتات، فشقَّ ذلك على الرسول، حتى وصلت به الحالُ إلى أنه آلى منهنَّ شهراً، فأراد الله أن يسهِّلَ الأمرَ على رسولِهِ، وأن يرفع درجةَ زوجاتِهِ، ويُذْهِبَ عنهنَّ كلَّ أمر ينقص أجرهنَّ فأمر رسولَه أن يخيِّرهنَّ ، فقال: {يا أيُّها النبيُّ قلْ لأزواجِك إن كنتنَّ تردنَ الحياةَ الدُّنيا}؛ أي: ليس لَكُنَّ في غيرها مطلبٌ، وصرتنَّ ترضينَ لوجودها وتغضبنَ لِفَقْدِها؛ فليس لي فيكنَّ أربٌ وحاجةٌ وأنتنَّ بهذه الحال، {فتعالَيْن أمتِّعْكُنَّ}: شيئاً مما عندي من الدنيا، {وأسرِّحْكُنَّ}؛ أي: أفارقكن {سراحاً جميلاً}: من دون مغاضبةٍ ولا مشاتمةٍ، بل بسعة صدرٍ وانشراح بال، قبل أن تبلغَ الحالُ إلى ما لا ينبغي.
(28) Tatkala istri-istri Rasulullah a sama-sama sepakat me-nyatakan kecemburuannya kepada beliau, dan mereka menuntut nafkah dan pakaian serta menuntut sesuatu yang tidak sanggup beliau lakukan setiap waktu, dan mereka terus sepakat melakukan tuntutan dan bersikeras dengan keinginan mereka, hingga hal ini terasa sangat memberatkan Rasulullah, sampai membuat beliau bersumpah tidak menggauli mereka sampai satu bulan lamanya. Lalu Allah berkehendak memudahkan permasalahan ini bagi RasulNya dan mengangkat derajat istri-istrinya serta menghilang-kan dari mereka segala hal yang dapat mengurangi pahala mereka. Maka Allah menyuruh RasulNya agar memberikan pilihan kepada mereka, seraya berfirman, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ قُل لِّأَزۡوَٰجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدۡنَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا ﴿ "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, 'Jika kamu sekalian meng-inginkan kehidupan dunia'," maksudnya, sudah tidak ada tuntutan lain lagi bagi kalian selain itu, dan kalian memang sudah cukup rela dengan terpenuhinya dunia (harta benda) dan merasa marah kalau tidak memilikinya, maka aku sama sekali tidak mempunyai hasrat dan kebutuhan pada kalian, kalau kalian tetap seperti ini, ﴾ فَتَعَالَيۡنَ أُمَتِّعۡكُنَّ ﴿ "maka marilah supaya aku berikan kepadamu mut'ah," sedikit dari yang aku miliki dari harta benda, ﴾ وَأُسَرِّحۡكُنَّ ﴿ "dan aku ceraikan kamu" maksudnya, aku talak kalian ﴾ سَرَاحٗا جَمِيلٗا ﴿ "dengan cara yang baik" tanpa ada rasa marah atau rasa ingin mencela, bahkan dengan lapang dada dan hati terbuka sebelum keadaannya sampai pada batas yang tidak diinginkan.
#
{29} {وإن كُنتُنَّ تُرِدْنَ الله ورسولَه والدارَ الآخرة}؛ أي: هذه الأشياء مرادُكُنَّ وغايةُ مقصودِكُنَّ، وإذا حصل لَكُنَّ الله ورسوله والجنة؛ لم تبالينَ بسعة الدنيا وضيقها ويُسرها وعُسرها، وقنعتنَّ من رسول الله بما تيسَّر، ولم تطلبنَ منه ما يشقُّ عليه، {فإنَّ الله أعدَّ للمحسناتِ منكنَّ أجراً عظيماً}: رتَّب الأجر على وصفهنَّ بالإحسان؛ لأنَّه السبب الموجب لذلك، لا لكونهنَّ زوجاتٍ للرسول؛ فإنَّ مجرَد ذلك لا يكفي، بل لا يفيدُ شيئاً مع عدم الإحسان، فخيَّرَهُنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - في ذلك، فاخترنَ الله ورسوله والدار الآخرة كلُّهن ، لم يتخلفْ منهنَّ واحدةٌ رضي الله عنهن. وفي هذا التخيير فوائدُ عديدة: منها: الاعتناءُ برسوله والغيرةُ عليه أن يكون بحالة يشقُّ عليه كثرةُ مطالب زوجاته الدنيويَّة. ومنها: سلامتُه - صلى الله عليه وسلم - بهذا التخيير من تَبِعَةِ حقوق الزوجات، وأنَّه يبقى في حرِّية نفسه إن شاء أعطى وإن شاء منع، ما كان على النبيِّ من حرج فيما فرضَ الله له. ومنها: تنزيهُهُ عمَّا لو كان فيهنَّ مَنْ تؤثِرُ الدُّنيا على الله ورسوله والدار الآخرة عنها، وعن مقارنتها. ومنها: سلامةُ زوجاتِهِ رضي الله عنهنَّ عن الإثم والتعرُّض لسخط اللَّه ورسوله، فحسم الله بهذا التخيير عنهنَّ التسخُّط على الرسول الموجب لسَخَطِهِ المُسْخِطِ لربِّه الموجب لعقابه. ومنها: إظهار رفعتهنَّ وعلوِّ درجتهنَّ وبيان علوِّ هممهنَّ أن كان اللهُ ورسولُه والدار الآخرة مرادَهُنَّ ومقصودَهن دون الدُّنيا وحطامها. ومنها: استعدادُهُنَّ بهذا الاختيار للأمر الخيار للوصول إلى خيار درجات الجنة وأنْ يكنَّ زوجاتِهِ في الدُّنيا والآخرة. ومنها: ظهورُ المناسبة بينه وبينهنَّ؛ فإنَّه أكمل الخلق، وأراد الله أن تكون نساؤه كاملاتٍ مكمَّلاتٍ طيباتٍ مطيَّباتٍ، {الطيِّباتُ للطيبين والطيِّبونَ للطيبات}. ومنها: أنَّ هذا التخيير داعٍ وموجب للقناعة التي يطمئنُّ لها القلبُ وينشرحُ لها الصدرُ، ويزول عنهنَّ جشعُ الحرص وعدم الرِّضا الموجب لقلق القلب واضطرابِهِ وهمِّه وغمِّه. ومنها: أن يكون اختيارهنَّ هذا سبباً لزيادة أجرهنَّ ومضاعفتِهِ، وأن يكنَّ بمرتبةٍ ليس فيها أحدٌ من النساء، ولهذا قال:
(29) ﴾ وَإِن كُنتُنَّ تُرِدۡنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَ ﴿ "Dan jika kamu sekalian menghendaki Allah dan RasulNya serta negeri akhirat," maksudnya, jika hal-hal ini yang kalian inginkan dan tujuan keinginan kalian, dan kalian memilih Allah, RasulNya dan surga, dan kalian tidak peduli dengan lapang atau sempitnya kehidupan, mudah atau susahnya, dan kalian rela terhadap Rasulullah dengan apa adanya, kalian tidak menuntut kepada beliau sesuatu yang memberatkan beliau, ﴾ فَإِنَّ ٱللَّهَ أَعَدَّ لِلۡمُحۡسِنَٰتِ مِنكُنَّ أَجۡرًا عَظِيمٗا ﴿ "maka sesungguhnya Allah me-nyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar." Allah menetapkan pahala atas sikap ihsan mereka, karena sikap ihsanlah yang menjadi sebab yang memastikan mereka mendapat pahala, bukan karena keadaan mereka sebagai istri-istri Rasulullah a. Sebab, hanya sekedar sebagai istri Rasul tidak cukup untuk mendapatkan pahala, bahkan sama sekali tidak ada manfaatnya kalau tidak disertai dengan sikap ihsan. Rasulullah a pun mem-berikan pilihan kepada mereka, lalu mereka semuanya memilih Allah, RasulNya dan negeri akhirat, tidak ada satu pun dari mereka yang ketinggalan. –Semoga Allah meridhai mereka semua–. Dalam pemberian hak memilih ini terkandung banyak faidah, di antaranya: 1. Perhatian Allah terhadap RasulNya dan semangat (pem-belaan) terhadap beliau agar beliau tidak berada dalam kondisi di-beratkan oleh banyaknya tuntutan-tuntutan duniawi para istrinya. 2. Bebasnya beliau dari beratnya tanggung jawab (memenuhi) hak-hak para istrinya, sehingga beliau berada dalam kebebasan dirinya, kalau beliau berkehendak memberi maka beliau boleh memberi, dan jika beliau berkehendak menahan maka beliau boleh menahan (tidak memberi); sama sekali tidak ada dosa bagi Nabi a dalam hal yang telah Allah tetapkan untuknya. 3. Tindakan beliau membersihkan istri-istrinya (dari penyakit dunia), kalau seandainya ada di antara mereka yang lebih meng-utamakan dunia daripada Allah, RasulNya, dan negeri akhirat, dan lebih mengutamakan dunia daripada menjadikannya sebagai pendamping hidup. 4. Keselamatan (kebersihan) istri-istri beliau, semoga Allah me-ridhai mereka, dari dosa dan dari perbuatan yang dapat mengundang murka Allah dan RasulNya. Allah سبحانه وتعالى membersihkan mereka dengan cara pemberian pilihan tersebut dari sikap menggerutu terhadap Rasulullah a yang bisa mengundang murkanya yang bisa mem-buat Allah murka yang dapat berakibat pada siksaanNya. 5. Menampakkan kemuliaan dan ketinggian derajat mereka dan menjelaskan keluhuran impian mereka, di mana Allah, Rasul-Nya dan negeri akhirat menjadi dambaan dan tujuan mereka, bukan dunia bersama gemerlapnya. 6. Kesiapan mereka untuk memilih permasalahan adalah pilihan untuk mencapai kepada derajat surga yang terbaik dan untuk menjadi istri-istri Nabi di dunia dan akhirat. 7. Tampaknya keharmonisan dan kecocokan antara beliau dengan mereka. Sebab sesungguhnya beliau adalah manusia yang paling sempurna, lalu Allah سبحانه وتعالى menginginkan agar para istrinya menjadi istri-istri yang sempurna dan menyempurnakan, suci dan menjadikan suci. Allah berfirman, ﴾ وَٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِۚ ﴿ "Wanita-wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik; dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik." (An-Nur: 26). 8. Sesungguhnya pemberian pilihan ini mengajak dan me-nimbulkan sifat qana`ah (rela, puas) yang menjadikan hati menjadi tenang dan dada menjadi lapang, dan hilanglah dari mereka kera-kusan (pada dunia) dan ketidakpuasan yang pasti menimbulkan kegundahan dan kegoncangan hati, kegelisahan dan kepiluannya. 9. Pilihan mereka telah menjadi faktor penyebab untuk makin bertambah dan berlipat gandanya pahala mereka, dan mereka menjadi berada pada kedudukan (luhur) yang sama sekali tidak dimiliki oleh seorang wanita manapun. Maka dari itu Allah ber-firman,
Ayah: 30 - 31 #
{يَانِسَاءَ النَّبِيِّ مَنْ يَأْتِ مِنْكُنَّ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ يُضَاعَفْ لَهَا الْعَذَابُ ضِعْفَيْنِ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا (30) وَمَنْ يَقْنُتْ مِنْكُنَّ لِلَّهِ وَرَسُولِهِ وَتَعْمَلْ صَالِحًا نُؤْتِهَا أَجْرَهَا مَرَّتَيْنِ وَأَعْتَدْنَا لَهَا رِزْقًا كَرِيمًا (31)}
"Hai istri-istri Nabi, barangsiapa di antara kalian yang me-ngerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat ganda-kan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah. Dan barangsiapa dari kalian tetap taat kepada Allah dan RasulNya dan mengerjakan amal yang shalih, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rizki yang mulia." (Al-Ahzab: 30-31).
#
{30} لما اخترنَ الله ورسولَه والدارَ الآخرة؛ ذَكَرَ مضاعفَة أجرهنَّ ومضاعفةَ وِزْرِهِنَّ وإثمهنَّ لو جرى منهنَّ؛ ليزداد حذرهنَّ وشكرهنَّ الله تعالى، فجعل من أتى منهنَّ بفاحشةٍ ظاهرةٍ لها العذابُ ضعفين.
(30) Setelah mereka memilih Allah, RasulNya dan negeri akhirat, maka Allah سبحانه وتعالى menjelaskan pelipatgandaan pahala untuk mereka dan pelipatgandaan dosa dan kesalahan kalau mereka me-lakukannya, agar mereka lebih bersikap hati-hati dan bersyukur kepada Allah سبحانه وتعالى. Oleh karena itu, Allah menetapkan siapa saja dari mereka yang melakukan perbuatan keji yang nyata, maka mereka mendapatkan siksaan dua kali lipat.
#
{31} {ومَن يَقْنُتْ منكنَّ}؛ أي: تطيع اللهَ ورسولَه وتعملْ صالحاً قليلاً أو كثيراً، {نؤتِها أجْرَها مرَّتينِ}؛ أي: مثل ما نعطي غيرها مرَّتين، {وأعْتَدْنا لها رزقاً كريماً}: وهي الجنة، فَقَنَتْنَ للهِ ورسوله وعَمِلْنَ صالحاً، فعلم بذلك أجرهنَّ.
(31) ﴾ وَمَن يَقۡنُتۡ مِنكُنَّ ﴿ "Dan barangsiapa di antara kalian tetap taat" maksudnya, patuh kepada Allah dan RasulNya serta beramal shalih, sedikit atau banyak, ﴾ نُّؤۡتِهَآ أَجۡرَهَا مَرَّتَيۡنِ ﴿ "niscaya Kami berikan kepadanya pahala dua kali lipat" sebagaimana yang Kami berikan kepada selain mereka dua kali lipat, ﴾ وَأَعۡتَدۡنَا لَهَا رِزۡقٗا كَرِيمٗا ﴿ "dan Kami sediakan baginya rizki yang mulia" yaitu surga. Maka mereka pun tunduk kepada Allah dan RasulNya serta melakukan amal shalih. Maka dengan begitu pahala untuk mereka telah diketahui.
Ayah: 32 - 34 #
{يَانِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا (32) وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا (33) وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا (34)}
"Hai istri-istri Nabi, kalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit da-lam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik, dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian, dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, hai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya. Dan ingatlah sesuatu yang dibacakan di rumah kalian dari ayat-ayat Allah dan hikmah (Sunnah Nabi kalian). Sesung-guhnya Allah Mahalembut lagi Maha Mengetahui." (Al-Ahzab: 32-34).
#
{32} يقول تعالى: {يا نساءَ النبيِّ}: خطابٌ لهنَّ كلهنَّ {لستنَّ كأحدٍ من النساء إنِ اتَّقَيْتُنَّ}: الله؛ فإنَّكُنَّ بذلك تفقن النساء ولا يلحقكُنَّ أحدٌ من النساء؛ فكمِّلْنَ التقوى بجميع وسائلها ومقاصدها، فلهذا أرشدهنَّ إلى قطع وسائل المحرم، فقال: {فلا تَخْضَعْنَ بالقول}؛ أي: في مخاطبة الرجال، أو بحيث يسمعون، فَتَلِنَّ في ذلك، وتتكلَّمْنَ بكلام رقيق، يدعو ويطمع {الذي في قلبِهِ مرضٌ}؛ أي: مرض شهوة الزنا فإنه مستعدٌّ ينتظرُ أدنى محركٍ يحرِّكُه لأنَّ قلبه غيرُ صحيح؛ فإنَّ القلب الصحيح ليس فيه شهوةٌ لما حرَّم الله؛ فإنَّ ذلك لا تكاد تُميله ولا تُحركه الأسباب لصحةِ قلبه وسلامتِهِ من المرض؛ بخلاف مريض القلبِ الذي لا يتحمَّلُ ما يتحمَّلُ الصحيح، ولا يصبِرُ على ما يصبِرُ عليه؛ فأدنى سبب يوجَدُ ويدعوه إلى الحرام يُجيب دعوته ولا يتعاصى عليه؛ فهذا دليلٌ على أنَّ الوسائل لها أحكام المقاصد؛ فإنَّ الخضوع بالقول واللين فيه في الأصل مباح، ولكن لمَّا كان وسيلةً إلى المحرَّم؛ منع منه، ولهذا ينبغي للمرأة في مخاطبة الرجال أن لا تُلينَ لهم القول. ولمَّا نهاهنَّ عن الخضوع في القول؛ فربما تُوُهِّم أنهنَّ مأموراتٌ بإغلاظ القول؛ دَفَعَ هذا بقوله: {وقلنَ قولاً معروفاً}؛ أي: غير غليظ ولا جاف؛ كما أنه ليس بليِّنٍ خاضع. وتأمَّلْ كيف قال: {فلا تَخْضَعْنَ بالقول}، ولم يقل: فلا تَلِنَّ بالقول، وذلك لأنَّ المنهيَّ عنه القول الليِّن الذي فيه خضوع المرأة للرجل وانكسارُها عنده، والخاضِعُ هو الذي يُطمع فيه، بخلافِ من تكلَّمَ كلاماً ليِّناً ليس فيه خضوعٌ، بل ربَّما صار فيه ترفُّع وقهرٌ للخصم؛ فإنَّ هذا لا يطمع فيه خصمُه، ولهذا مدح الله رسولَه باللين، فقال: {فبما رحمةٍ من الله لِنتَ لهم}، وقال لموسى وهارون: {اذْهَبا إلى فرعونَ إنَّه طغى. فقولا له قَوْلاً ليِّناً لعله يَتَذَكَّر أو يخشى}. ودل قوله: {فيطمعَ الذي في قلبِهِ مرضٌ}؛ مع أمره بحفظ الفرج وثنائِهِ على الحافظين لفروجهم والحافظات، ونهيه عن قربان الزنا: أنَّه ينبغي للعبد إذا رأى من نفسه هذه الحالة، وأنه يهشُّ لفعل المحرم عندما يرى أو يسمع كلام من يهواه ويجد دواعي طمعِهِ قد انصرفتْ إلى الحرام، فليعرفْ أنَّ ذلك مرض، فليجتهدْ في إضعاف هذا المرض وحسم الخواطر الرديَّة ومجاهدة نفسه على سلامتها من هذا المرض الخطر وسؤال الله العصمة والتوفيق، وأنَّ ذلك من حفظ الفرج المأمور به.
(32) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِيِّ ﴿ "Hai istri-istri Nabi" satu sapaan (khithab) untuk mereka semua, ﴾ لَسۡتُنَّ كَأَحَدٖ مِّنَ ٱلنِّسَآءِ إِنِ ٱتَّقَيۡتُنَّۚ ﴿ "kalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kalian bertakwa" kepada Allah. Karena sesungguhnya kalian dengan begitu mengungguli seluruh kaum wanita dan tidak satu pun wanita bisa menyamai ka-lian. Maka sempurnakanlah takwa dengan seluruh sarana (wasilah) dan tujuan-tujuannya. Maka dari itu mereka dibimbing untuk me-mutus segala sarana yang diharamkan, seraya berfirman, ﴾ فَلَا تَخۡضَعۡنَ بِٱلۡقَوۡلِ ﴿ "Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara," maksudnya, dalam berbicara kepada kaum laki-laki, atau pembicaraan yang mana mereka dapat mendengarnya, lalu kalian bersikap halus dan berbicara dengan perkataan lembut yang dapat merangsang, se-hingga berkeinginanlah ﴾ ٱلَّذِي فِي قَلۡبِهِۦ مَرَضٞ ﴿ "orang yang ada penyakit dalam hatinya," maksudnya, penyakit birahi zina. Sebab, orang seperti itu selalu siap mengintai perangsang apa pun yang dapat merangsangnya, karena hatinya tidak sehat. Sedangkan hati yang sehat tidak mempunyi syahwat (ketertarikan) kepada segala se-suatu yang Allah haramkan. Sebab, hati seperti itu (yang sehat. Pent.) hampir tidak dapat dirangsang dan digerakkan oleh sebab-sebab (yang merangsang) karena kesehatan dan kebersihannya dari penyakit. Sangat berbeda dengan orang yang hatinya sakit yang tidak sanggup menahan godaan yang bisa ditahan oleh orang yang berhati sehat, dan tidak bisa sabar atas sesuatu yang mana orang yang berhati sehat bisa sabar. Jadi, pemicu sekecil apa pun yang ada dan merangsangnya untuk melakukan yang haram, maka ia akan memenuhi rangsangannya dan langsung melakukannya. Ini membuktikan أَنَّ الْوَسَائِلَ لَهَا أَحْكَامُ الْمَقَاصِدِ. "Bahwa faktor (penyebab dan) sarana mempunyai hukum-hukum menurut tujuannya," sebab hukum asal sikap tunduk dan sikap lembut dalam berbicara itu mubah (boleh). Akan tetapi karena ia bisa menjadi sarana (pe-nyebab) kepada hal yang diharamkan, maka ia tidak diperbolehkan. Maka dari itu, hendaknya seorang perempuan tidak melembutkan suaranya dalam berbicara kepada laki-laki. Dan ketika Allah سبحانه وتعالى melarang mereka bersikap lembut dalam berkata, maka bisa jadi muncul dugaan salah bahwa mereka dipe-rintah untuk memperkasar perkataan. Hal ini disingkirkan dengan FirmanNya, ﴾ وَقُلۡنَ قَوۡلٗا مَّعۡرُوفٗا ﴿ "Dan ucapkanlah perkataan yang baik," maksudnya, tidak kasar dan tidak kering, sebagaimana (perintah untuk) tidak lembut lagi tunduk. Cobalah perhatikan bagaimana Allah berfirman, ﴾ فَلَا تَخۡضَعۡنَ بِٱلۡقَوۡلِ ﴿ "Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara," Allah tidak mengatakan, "Maka janganlah lembut dalam berbicara." Hal tersebut karena yang dilarang adalah pembicaraan lembut yang di situ terkandung sikap tunduknya seorang wanita kepada laki-laki dan salah tingkah di hadapannya. Dan orang yang tunduk adalah orang yang membuat orang lain ingin padanya. Berbeda dengan orang yang berbicara dengan pembicaraan lembut yang tidak mengandung sikap tunduk, bahkan terkadang bisa mengandung sikap keras dan mampu mengalahkan lawan. Maka orang yang seperti ini, lawan jenisnya tidak berkeinginan padanya. Maka dari itu Allah سبحانه وتعالى memuji RasulNya karena kelembutan beliau, seraya berfirman, ﴾ فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ ﴿ "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka." (Ali Imran: 159). Dan Dia berfirman kepada Musa dan Harun, ﴾ ٱذۡهَبَآ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ 43 فَقُولَا لَهُۥ قَوۡلٗا لَّيِّنٗا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوۡ يَخۡشَىٰ 44 ﴿ "Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut." (Thaha: 43-44). Dan Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ فَيَطۡمَعَ ٱلَّذِي فِي قَلۡبِهِۦ مَرَضٞ ﴿ "Sehingga berke-inginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya" padahal Dia me-merintahkan supaya menjaga kemaluan dan Dia memuji laki-laki dan perempuan yang memelihara kemaluannya, serta Dia melarang perbuatan mendekati zina. Ini menunjukkan bahwa sepantasnya seorang hamba apabila merasakan pada dirinya ada kondisi seperti ini, dan dia merasa berhasrat untuk melakukan yang diharamkan saat melihat atau mendengar pembicaraan orang yang dia suka, dan dia merasakan adanya motivator (syahwat) keinginannya telah tertuju kepada yang haram, maka hendaknya dia mengetahui bahwa itu adalah penyakit, dan hendaklah dia bersungguh-sungguh dalam upaya melemahkan penyakit ini dan menumpas bisikan-bisikan rendahan itu, serta bermujahadah melawan nafsu untuk menyelamatkan diri dari penyakit yang sangat berbahaya ini, dan memohonlah kepada Allah perlindungan dan taufikNya; dan (hen-daklah dia mengetahui) bahwa upaya yang demikian ini termasuk dalam kategori memelihara kemaluan (kehormatan) yang diperin-tahkan.
#
{33} {وقَرْنَ في بُيوتِكُنَّ}؛ أي: اقْرُرْنَ فيها؛ لأنه أسلمُ وأحفظُ لَكُنَّ، {ولا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الجاهليةِ الأولى}؛ أي: لا تُكْثِرْنَ الخروج متجمِّلات أو متطيِّبات كعادة أهل الجاهلية الأولى، الذين لا علم عندهم ولا دين؛ فكلُّ هذا دفع للشرِّ وأسبابه. ولما أمرهنَّ بالتقوى عموماً وبجزيئات من التقوى نصَّ عليها لحاجة النساء إليها، كذلك أمرهن بالطاعة، خصوصاً الصلاة والزكاة اللتان يحتاجُهما ويضطرُّ إليهما كلُّ أحدٍ، وهما أكبر العبادات وأجلُّ الطاعات، وفي الصلاة الإخلاص للمعبود، وفي الزكاة الإحسان إلى العبيد. ثم أمرهنَّ بالطاعة عموماً، فقال: {وأطِعْنَ الله ورسولَه}: يدخُلُ في طاعة الله ورسوله كلُّ أمرٍ أمرا به أمرَ إيجابٍ أو استحبابٍ، {إنَّما يريدُ الله}: بأمرِكُنَّ بما أمَرَكُنَّ به ونَهْيِكُنَّ عمَّا نهاكنَّ عنه؛ {ليُذْهِبَ عنكم الرجسَ}؛ أي: الأذى والشر والخبث {أهلَ البيتِ ويُطَهِّرَكُم تطهيراً}: حتى تكونوا طاهرينَ مطهَّرين؛ أي: فاحمدوا، ربَّكم واشكُروه على هذه الأوامر والنواهي التي أخبركم بمصلحتها، وأنها محضُ مصلحتِكُم، لم يردِ الله أن يجعلَ عليكم بذلك حرجاً ولا مشقةً، بل لتتزكَّى نفوسُكم، وتتطهَّر أخلاقُكم، وتَحْسُنَ أعمالُكم، ويعظُم بذلك أجركم.
(33) ﴾ وَقَرۡنَ فِي بُيُوتِكُنَّ ﴿ "Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian," maksudnya, tinggal selalu di dalam rumah, sebab yang demikian itu lebih selamat dan lebih menjaga kehormatan kalian, ﴾ وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰۖ ﴿ "dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu." Maksudnya, janganlah kalian banyak keluar dengan berhias atau memakai wangi-wangian seba-gaimana kebiasaan wanita jahiliyah dahulu yang sama sekali tidak mempunyai pengetahuan dan agama. Semua ini adalah untuk mencegah keburukan dan segala pemicunya. Dan tatkala Allah memerintah mereka bertakwa secara umum dan diperintah melakukan beberapa partikal takwa, maka Allah menegaskannya karena melihat betapa butuhnya kaum wanita kepadanya. Demikian pula Allah memerintah mereka untuk taat, khususnya melakukan shalat dan zakat yang keduanya sangat diperlukan oleh setiap orang; dan keduanya merupakan ibadah yang paling besar dan ketaatan yang paling mulia. Sebab di dalam shalat terkandung keikhlasan kepada al-ma`bud (Allah سبحانه وتعالى), sedang-kan di dalam zakat terkandung ihsan (berbuat baik) kepada orang lain. Lalu Allah memerintah mereka taat secara umum, seraya berfirman, ﴾ وَأَطِعۡنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ ﴿ "Taatilah Allah dan RasulNya," termasuk dalam taat kepada Allah dan RasulNya adalah segala perintah yang diperintahkan oleh keduanya, baik yang bersifat perintah wajib atau yang bersifat anjuran. ﴾ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ ﴿ "Sesungguhnya Allah bermaksud" dengan perintah yang diperintahkan kepada kalian dan larangan yang dilarang terhadap kalian ﴾ لِيُذۡهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجۡسَ ﴿ "hendak meng-hilangkan dosa dari kalian " maksudnya, gangguan, keburukan dan kotoran ﴾ أَهۡلَ ٱلۡبَيۡتِ وَيُطَهِّرَكُمۡ تَطۡهِيرٗا ﴿ "hai ahlul bait, dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya," sehingga kalian menjadi orang-orang yang suci lagi disucikan. Maksudnya, maka pujilah Rabb kalian dan bersyu-kurlah kepadaNya atas semua perintah-perintah dan larangan-larangan tersebut yang telah Dia kabarkan kemaslahatannya; yaitu bahwa sesungguhnya semua itu adalah murni demi kemaslahatan kalian, bahkan sama sekali Allah tidak menghendaki dosa bagi kalian dengan hal itu, melainkan agar jiwa kalian suci, akhlak ka-lian menjadi bersih dan amal perbuatan kalian menjadi baik serta pahala kalian menjadi sangat besar.
#
{34} ولمَّا أمرهنَّ بالعمل الذي هو فعلٌ وتركٌ؛ أمرهنَّ بالعلم، وبيَّن لهنَّ طريقه، فقال: {واذْكُرْنَ ما يُتلى في بُيوتِكُنَّ من آياتِ الله والحكمةِ}، والمرادُ بآيات الله القرآن، والحكمةُ أسرارُه أو سنةُ رسوله، وأمْرُهُنَّ بذكره يشمل ذِكْرَ لفظِهِ بتلاوتِهِ وذكر معناه بتدبُّره والتفكُّر فيه واستخراج أحكامه وحِكَمِهِ، وذِكْرَ العمل به وتأويله. {إنَّ الله كان لطيفاً خبيراً}: يدرك سرائر الأمور وخفايا الصدور وخبايا السماواتِ والأرض والأعمال التي تَبين وتُسَرُّ؛ فلطفُه وخبرتُه يقتضي حثُّهنَّ على الإخلاص وإسرار الأعمال ومجازاةِ الله على تلك الأعمال. ومن معاني اللطيف: الذي يسوقُ عبدَه إلى الخير، ويعصِمُه من الشرِّ بطرقٍ خفيةٍ لا يشعر بها، ويسوقُ إليه من الرزق ما لا يدريه، ويريه من الأسباب التي تكرهُها النفوس، ما يكون ذلك طريقاً له إلى أعلى الدرجات وأرفع المنازل.
(34) Tatkala Allah memerintah mereka beramal (shalih) yang pada dasarnya adalah berbuat dan meninggalkan, maka Allah memerintah mereka belajar ilmu dan menjelaskan kepada mereka caranya, seraya berfirman, ﴾ وَٱذۡكُرۡنَ مَا يُتۡلَىٰ فِي بُيُوتِكُنَّ مِنۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ وَٱلۡحِكۡمَةِ ﴿ "Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumah kalian dari ayat-ayat Allah dan hikmah (Sunnah Nabi)," yang dimaksud ayat-ayat Allah adalah al-Qur`an, sedangkan hikmah adalah rahasia-rahasianya dan sunnah RasulNya, dan Allah juga memerintah mereka mengingat al-Qur`an, yang mencakup mengingat lafazhnya dengan cara mem-bacanya dan mengingat maknanya dengan cara merenungkan dan memikirkannya serta mengambil kesimpulan hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya dan mengingat pengamalan dan tafsirnya. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا ﴿ "Sesungguhnya Allah Mahalembut lagi Maha Mengetahui," mengetahui segala rahasia semua perkara dan segala sesuatu yang tersimpan di dalam dada serta segala yang tersem-bunyi di langit dan bumi serta amal perbuatan yang nampak dan yang dirahasiakan. Kelembutan dan pengetahuanNya menuntut untuk menghimbau mereka untuk ikhlas, menyembunyikan amal perbuatan, dan (menuntut) pembalasan Allah سبحانه وتعالى atas semua amal perbuatan itu. Dan di antara makna al-Lathif (Yang Mahalembut) adalah Dzat Yang menghalau hambaNya kepada kebaikan dan melindunginya dari keburukan dengan cara-cara yang tersembunyi yang tidak bisa dirasakan, dan menggiring sebagian rizki kepadanya tanpa dia ketahui, dan memperlihatkan kepadanya sebab-sebab yang tidak disukai jiwa, yang mana hal itu menjadi jalan baginya menuju derajat yang paling tinggi dan kedudukan yang teratas.
Ayah: 35 #
{إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (35)}
"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang Mukmin, laki-laki dan perempuan yang patuh, laki-laki dan perempuan yang jujur, laki-laki dan perem-puan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatan-nya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (Al-Ahzab: 35).
#
{35} لما ذَكَرَ تعالى ثوابَ زوجاتِ الرسول - صلى الله عليه وسلم - وعقابهنَّ لو قُدِّرَ عدم الامتثال وأنَّه ليس مثلهنَّ أحدٌ من النساء؛ ذكر بقيَّة النساء غيرهنَّ، ولما كان حكمهنَّ والرجال واحداً؛ جعل الحكمَ مشتركاً، فقال: {إنَّ المسلمينَ والمسلماتِ}: وهذا في الشرائع الظاهرة إذا كانوا قائمين بها، {والمؤمنينَ والمؤمناتِ}: وهذا في الأمور الباطنة من عقائد القلب وأعماله، {والقانتينَ}؛ أي: المطيعين لله ولرسوله، {والقانتاتِ والصادقينَ}: في مقالهم وفعالهم، {والصادقاتِ والصابرينَ}: على الشدائد والمصائب، {والصابراتِ والخاشعين}: في جميع أحوالهم خصوصاً في عباداتهم ولا سيما في صلواتهم، {والخاشعاتِ والمتصدِّقين}: فرضاً ونفلاً، {والمتصدقاتِ والصائمينَ والصائماتِ}: شمل ذلك الفرض والنفل، {والحافظينَ فروجَهم}: عن الزنا ومقدِّماته، {والحافظات والذاكرينَ الله كثيراً}؛ أي: في أكثر الأوقات، خصوصاً في أوقات الأوراد المقيَّدة؛ كالصباح والمساء، وأدبار الصلوات المكتوبات، {والذاكرات أعدَّ الله لهم}؛ أي: لهؤلاء الموصوفين بتلك الصفاتِ الجميلةِ والمناقبِ الجليلةِ، التي هي ما بين اعتقاداتٍ وأعمال قلوبٍ وأعمال جوارح وأقوال لسانٍ ونفع متعدٍّ وقاصرٍ وما بين أفعال الخير وترك الشرِّ الذي مَنْ قام بهنَّ فقد قام بالدِّين كلِّه ظاهرِهِ وباطنِهِ بالإسلام والإيمان والإحسان، فجازاهم على عملهم بالمغفرة لذنوبهم؛ لأنَّ الحسنات يُذْهِبْنَ السيئات. {وأجراً عظيماً}: لا يقدرُ قَدْرَهُ إلاَّ الذي أعطاه؛ مما لا عينٌ رأتْ ولا أذنٌ سمعتْ، ولا خطر على قلب بشر. نسألُ الله أن يجعلَنا منهم.
(35) Ketika Allah menjelaskan pahala bagi para istri Rasu-lullah a dan hukuman mereka kalau mereka ditakdirkan tidak patuh, dan bahwa tidak seorang wanita pun yang dapat menandi-ngi mereka, maka Allah menjelaskan wanita-wanita selain mereka. Dan ketika hukum (yang berkenaan dengan) mereka dan kaum laki-laki sama, maka Allah menjadikan hukum tersebut padu, seraya berfirman, ﴾ إِنَّ ٱلۡمُسۡلِمِينَ وَٱلۡمُسۡلِمَٰتِ ﴿ "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim," dan ini dalam takaran syariat yang zahir apabila mereka melaksanakannya, ﴾ وَٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ ﴿ "laki-laki dan perempuan yang Mukmin," dan ini dalam perkara-perkara yang batin, dari berbagai keyakinan hati dan amal-amalnya, ﴾ وَٱلۡقَٰنِتِينَ ﴿ "laki-laki yang patuh" maksudnya, laki-laki yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, ﴾ وَٱلۡقَٰنِتَٰتِ وَٱلصَّٰدِقِينَ ﴿ "dan perempuan yang patuh, dan laki-laki yang jujur" dalam perkataan dan perbuatannya, ﴾ وَٱلصَّٰدِقَٰتِ وَٱلصَّٰبِرِينَ ﴿ "dan perempuan yang jujur, dan laki-laki yang sabar" dalam menghadapi berbagai kesulitan dan musibah, ﴾ وَٱلصَّٰبِرَٰتِ وَٱلۡخَٰشِعِينَ ﴿ "dan perempuan yang sabar, laki-laki yang khusyu'" dalam seluruh keadaan mereka, terutama dalam ibadah-ibadah mereka, apalagi dalam mengerja-kan shalat-shalat mereka ﴾ وَٱلۡخَٰشِعَٰتِ وَٱلۡمُتَصَدِّقِينَ ﴿ "dan perempuan yang khusyu', laki-laki yang bersedekah" yang wajib maupun yang sunnah, ﴾ وَٱلۡمُتَصَدِّقَٰتِ وَٱلصَّٰٓئِمِينَ وَٱلصَّٰٓئِمَٰتِ ﴿ "dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa" ini meliputi yang fardhu dan yang sunnah, ﴾ وَٱلۡحَٰفِظِينَ فُرُوجَهُمۡ ﴿ "laki-laki yang memelihara kehormatan mereka" dari zina dan segala pengantarnya,﴾ وَٱلۡحَٰفِظَٰتِ وَٱلذَّٰكِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ﴿ "dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki yang banyak menyebut Allah" yaitu pada mayoritas waktunya, terutama pada waktu-waktu wirid khusus (yang terikat tempat, keadaan dan waktunya. Pent.), seperti dzikir pagi dan petang, dzikir seusai shalat lima waktu. ﴾ وَٱلذَّٰكِرَٰتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم ﴿ "Dan perempuan yang berdzikir, Allah telah menyediakan untuk mereka," maksudnya, untuk mereka yang bersifat-kan sifat-sifat terpuji dan budi pekerti indah di atas, yang berkisar pada masalah-masalah keyakinan, amal-amal hati, amal perbuatan anggota badan, perkataan-perkataan lisan, dan manfaat yang me-ngalir (maslahat umum. Pent.) dan yang tidak mengalir, dan yang berkisar pada amal-amal kebajikan dan meninggalkan keburukan, yang siapa saja mampu melakukannya, maka sungguh dia telah melaksanakan ajaran agama seluruhnya, yang lahir dan yang batin dengan Islam, iman dan ihsan. Maka dari itu Allah membalas me-reka atas amal perbuatan mereka dengan ampunan terhadap dosa-dosa mereka, karena sesungguhnya amal-amal kebajikan itu dapat menghapus dosa-dosa. ﴾ وَأَجۡرًا عَظِيمٗا ﴿ "Dan (menyediakan) pahala yang besar," yang tidak bisa diukur nilainya kecuali yang telah diberikanNya, berupa segala sesuatu yang belum pernah dilihat oleh pandangan mata, tidak pula didengar oleh telinga dan tidak juga terlintas pada hati manusia. Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan mereka.
Ayah: 36 #
{وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا (36)}.
"Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata." (Al-Ahzab: 36).
#
{36} أي: لا ينبغي ولا يَليقُ بمن اتَّصف بالإيمان إلاَّ الإسراعُ في مرضاة الله ورسولِهِ والهربُ من سَخَطِ الله ورسوله وامتثالُ أمرِهما واجتنابُ نهيِهما؛ فلا يليقُ بمؤمنٍ ولا مؤمنةٍ، {إذا قضى اللهُ ورسولُه أمراً}: من الأمور وحَتَّما به وألزما به {أن يكون لَهُمُ الخِيَرَةُ من أمرِهم}؛ أي: الخيار هل يفعلونَه أم لا؟ بل يعلم المؤمن والمؤمنةُ أنَّ الرسول أولى به من نفسِهِ؛ فلا يجعل بعض أهواء نفسِهِ حجاباً بينَه وبينَ أمر الله ورسوله، {ومَن يعصِ الله ورسولَه فقد ضلَّ ضلالاً مبيناً}؛ أي: بيِّنًا؛ لأنه ترك الصراط المستقيم الموصلة إلى كرامة الله إلى غيرها من الطرق الموصلة للعذاب الأليم، فذكر أولاً السبب الموجب لعدم معارضةِ أمر الله ورسولِهِ، وهو الإيمان، ثم ذَكَرَ المانعَ من ذلك، وهو التخويف بالضَّلال الدالِّ على العقوبة والنكال.
(36) Maksudnya, tidak pantas dan tidak laik bagi orang yang berkarakterkan iman kecuali bergegas dalam mencari keridhaan Allah dan RasulNya, serta lari dari murka Allah dan RasulNya, mematuhi perintah keduanya dan menjauhi larangan keduanya. Maka sangat tidak pantas bagi seorang lelaki beriman dan tidak pula bagi perempuan beriman, ﴾ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمۡرًا ﴿ "apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan," dari ketetapan-kete-tapan, dan keduanya memastikan dan mewajibkannya,﴾ أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلۡخِيَرَةُ مِنۡ أَمۡرِهِمۡۗ ﴿ "akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka," maksudnya, memilih pilihan (sendiri), apakah mereka mau menger-jakannya ataupun tidak? Bahkan seorang laki-laki dan perempuan yang beriman mengetahui bahwa Rasul itu harus diutamakan dari-pada dirinya sendiri. Maka dari itu jangan menjadikan sebagian hawa nafsu sebagai penghalang yang membatasi antara dia dengan perintah Allah dan RasulNya. ﴾ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلٗا مُّبِينٗا ﴿ "Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata," maksudnya, yang jelas sekali, karena sesungguhnya dia telah meninggalkan jalan yang lurus yang dapat mengantarkan kepada karamah Allah, beralih kepada jalan-jalan lain yang bisa menjerumuskan ke dalam siksa yang sangat perih. Maka Allah سبحانه وتعالى terlebih dahulu menjelaskan sebab yang dapat mengakibatkan tidak adanya sikap melawan perintah Allah dan RasulNya, yaitu iman, kemudian Dia menjelaskan pencegah (dari sikap melawan Allah), yaitu dengan cara menakut-nakuti mereka dengan kesesatan yang akan berakibat pada azab dan siksa.
Ayah: 37 #
{وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِي أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللَّهَ وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَا اللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَاهُ فَلَمَّا قَضَى زَيْدٌ مِنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا لِكَيْ لَا يَكُونَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِي أَزْوَاجِ أَدْعِيَائِهِمْ إِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًا وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا (37)}
"Dan (ingatlah), ketika kamu (Muhammad) berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu juga telah memberi nikmat kepadanya, 'Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,' sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu sesuatu yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, padahal Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya, Kami kawinkan kamu dengannya supaya tidak ada keberatan bagi orang Mukmin untuk mengawini istri-istri dari anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya dari istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi." (Al-Ahzab: 37).
#
{37} وكان سببُ نزول هذه الآياتِ أنَّ الله تعالى أراد أن يَشْرَعَ شرعاً عامًّا للمؤمنين أنَّ الأدعياء ليسوا في حكم الأبناء حقيقةً من جميع الوجوه، وأنَّ أزواجَهم لا جُناح على مَنْ تَبَنَّاهُم نكاحهنَّ، وكان هذا من الأمور المعتادة التي لا تكاد تزولُ إلا بحادثٍ كبيرٍ، فأرادَ أن يكون هذا الشرع قولاً من رسوله وفعلاً، وإذا أراد الله أمراً؛ جعل له سبباً، فكان زيد بن حارثة يُدعى زيد بن محمد، قد تبنَّاه النبيُّ - صلى الله عليه وسلم -، فصار يُدعى إليه، حتى نزل {ادْعوهم لآبائِهِم}؛ فقيل له: زيد بن حارثة، وكانت تحته زينب بنت جحش ابنة عمة رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، وكان قد وقع في قلبِ الرسول لو طلَّقها زيدٌ لتزوَّجها، فقدَّر الله أن يكون بينها وبين زيدٍ ما اقتضى أنْ جاء زيد بن حارثة يستأذنُ النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - في فراقها؛ قال الله: {وإذْ تقولُ للذي أنعمَ اللهُ عليه}؛ أي: بالإسلام، {وأنعمتَ عليه}: بالعتق والإرشاد والتعليم حين جاءك مشاوراً في فراقها، فقلتَ له ناصحاً له ومخبراً بمصلحتِهِ مقدِّماً لها على رغبتِك مع وقوعها في قلبك: {أمسِكْ عليك زَوْجَكَ}؛ أي: لا تفارِقْها واصبِرْ على ما جاءك منها. {واتَّقِ الله}: تعالى في أمورك عامَّةً وفي أمر زوجك خاصَّةً؛ فإنَّ التقوى تحثُّ على الصبر وتأمر به، {وتُخفي في نفسِكَ ما الله مُبديه}: والذي أخفاه أنَّه لو طلَّقها زيدٌ؛ لتزوَّجها - صلى الله عليه وسلم -، {وتخشى الناس}: في عدم إبداء ما في نفسك، {والله أحقُّ أن تخشاه}: فإنَّ خشيته جالبةٌ لكلِّ خيرٍ مانعةٌ من كلِّ شرٍّ، {فلما قضى زيدٌ منها وطراً}؛ أي: طابت نفسُه ورغِبَ عنها وفارقها، {زوَّجْناكها}: وإنَّما فَعَلْنا ذلك لفائدةٍ عظيمةٍ، وهي: {لكيلا يكونَ على المؤمنين حرجٌ في أزواج أدعيائِهِم}: حيث رأوك تزوَّجت زوج زيد بن حارثة الذي كان من قَبْلُ يَنْتَسِبُ إليك، ولما كان قولُه: {لِكَيْلا يكونَ على المؤمنين حرجٌ في أزواج أدعيائِهِم}: عامًّا في جميع الأحوال، وكان من الأحوال ما لا يجوز ذلك، وهي قبل انقضاء وطرِهِ منها؛ قيَّد ذلك بقوله: {إذا قَضَوْا منهنَّ وطراً وكان أمرُ الله مفعولاً}؛ أي: لا بدَّ من فعلِهِ ولا عائق له ولا مانع. وفي هذه الآيات المشتملات على هذه القصة فوائد: منها: الثناءُ على زيد بن حارثة، وذلك من وجهين: أحدِهما: أنَّ الله سمَّاه في القرآن ولم يسمِّ من الصحابة باسمه غيره. والثاني: أنَّ الله أخبر أنَّه أنعم عليه؛ أيْ: بنعمة الإسلام والإيمان، وهذه شهادةٌ من الله له أنه مسلم مؤمنٌ ظاهراً وباطناً، وإلاَّ؛ فلا وجه لتخصيصه بالنعمة؛ إلاَّ أنَّ المراد بها النعمة الخاصة. ومنها: أن المُعْتَقَ في نعمة المعتِقِ. ومنها: جواز تزوج زوجة الدَّعي كما صرح به. ومنها: أنَّ التعليم الفعليَّ أبلغُ من القولي، خصوصاً إذا اقترن بالقول؛ فإنَّ ذلك نورٌ على نور. ومنها: أن المحبة التي في قلب العبد لغير زوجته ومملوكته ومحارمه إذا لم يَقْتَرِنْ بها محذورٌ لا يأثم عليها العبد، ولو اقترن بذلك أمنيته أنْ لو طلَّقها زوجُها لتزوَّجها من غير أن يسعى في فرقةٍ بينَهما أو يتسبَّب بأيِّ سبب كان؛ لأنَّ الله أخبر أنَّ الرسول - صلى الله عليه وسلم - أخفى ذلك في نفسه. ومنها: أنَّ الرسول - صلى الله عليه وسلم - قد بلَّغَ البلاغَ المبين، فلم يدعْ شيئاً مما أوحي إليه إلاَّ وبلَّغه، حتى هذا الأمر الذي فيه عتابه، وهذا يدلُّ على أنَّه رسولُ الله، ولا يقول إلاَّ ما أوحي إليه، ولا يريد تعظيمَ نفسِهِ. ومنها: أنَّ المستشارَ مؤتمنٌ، يجبُ عليه ـ إذا استُشير في أمر من الأمور ـ أن يُشير بما يعلمُه أصلَح للمستشيرِ ، ولو كان له حظُّ نفس بتقدُّم مصلحة المستشير على هوى نفسه وغرضه. ومنها: أنَّ من الرأي الحسن لمن استشار في فراق زوجة أن يُؤْمَرَ بإمساكها مهما أمكن صلاحُ الحال؛ فهو أحسن من الفرقة. ومنها: أنَّه يتعيَّن أن يقدِّم العبد خشية الله على خشية الناس، وأنَّها أحقُّ منها وأولى. ومنها: فضيلةُ زينب رضي الله عنها أم المؤمنين؛ حيث تولَّى الله تزويجها من رسوله - صلى الله عليه وسلم - من دون خطبة ولا شهودٍ، ولهذا كانت تفتخرُ بذلك على أزواج رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، وتقول: زوَّجَكُنَّ أهاليكنَّ وزوَّجَني الله من فوق سبع سماواتٍ. ومنها: أنَّ المرأة إذا كانت ذات زوج لا يجوزُ نِكاحها ولا السعيُ فيه وفي أسبابه حتى يقضِيَ زوجُها وَطَرَهُ منها، ولا يقضي وَطَرَهُ حتى تنقضيَ عِدَّتُها؛ لأنَّها قبل انقضاء عدتها وهي في عصمتِهِ أو في حقِّه الذي له وطرٌ إليها ولو من بعض الوجوه.
(37) Latar belakang turunnya ayat-ayat ini[56] adalah bahwa Allah سبحانه وتعالى berkehendak menetapkan suatu syariat (aturan) umum bagi orang-orang Mukmin, yaitu bahwa anak-anak angkat itu bukan dalam status hukum anak kandung hakiki (dilihat) dari segala sudut pandang, dan bahwa istri-istri mereka tidak apa-apa kalau dinikahi oleh orang yang menjadikan mereka anak angkat. Permasalahan ini termasuk perkara yang telah menjadi adat (meng-akar) kuat yang hampir tidak bisa dihilangkan kecuali dengan suatu peristiwa yang sangat besar. Oleh karenanya Allah menghendaki kalau ketetapan hukum syariat ini terwujud dalam bentuk perkata-an Rasulullah a dan praktiknya. Apabila Allah menghendaki suatu keketapan, maka Dia menjadikan sebab kausalitasnya. Tadinya Zaid bin Haritsah dipanggil Zaid bin Muhammad. Nabi a telah menjadikannya sebagai anak angkat sehingga dia dipanggil dengan sebutan "bin Muhammad" hingga turun perintah ﴾ ٱدۡعُوهُمۡ لِأٓبَآئِهِمۡ ﴿ "panggilah mereka dengan menyebut nama bapak mereka," maka semenjak itu dia disebut: Zaid bin Haritsah. Dan pada saat itu dia beristrikan Zainab binti Jahsy, anak dari bibi Rasulullah a; dan sebelum itu sudah terlintas dalam hati Nabi a kalau Zainab diceraikan oleh Zaid, maka beliau akan menikahinya. Allah سبحانه وتعالى pun menakdirkan sesuatu hal yang terjadi antara Zaid dengan istrinya itu yang memaksanya datang kepada Nabi a untuk meminta izin untuk menceraikannya. Allah berfirman, ﴾ وَإِذۡ تَقُولُ لِلَّذِيٓ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ﴿ "Dan ketika kamu ber-kata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya," maksudnya, dengan nikmat Islam, ﴾ وَأَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِ ﴿ "dan kamu juga telah memberi nikmat kepadanya," yaitu dengan memerdekakannya, membimbingnya dan mengajarkan ilmu padanya, ketika dia datang kepadamu untuk minta pendapat tentang rencananya akan men-ceraikan istrinya. Lalu kamu katakan kepadanya seraya menasihati dan memberi tahu padanya tentang kemaslahatannya, dengan lebih mengutamakannya atas keinginanmu, sekalipun hal itu telah terbesit dalam hatimu, ﴾ أَمۡسِكۡ عَلَيۡكَ زَوۡجَكَ ﴿ "Tahanlah terus istrimu," maksudnya, jangan kamu menceraikannya dan bersabarlah atas apa yang kamu rasakan darinya. ﴾ وَٱتَّقِ ٱللَّهَ ﴿ "Dan bertakwalah kepada Allah," dalam seluruh urusanmu secara umum, dan dalam urusan istrimu secara khusus, karena takwa itu mendorong pada kesabaran dan memerintahkannya, ﴾ وَتُخۡفِي فِي نَفۡسِكَ مَا ٱللَّهُ مُبۡدِيهِ ﴿ "sedang kamu me-nyembunyikan di dalam hatimu sesuatu yang Allah akan menyatakan-nya," yang beliau sembunyikan adalah kalau Zaid menceraikannya, maka Nabi a pasti akan menikahinya, ﴾ وَتَخۡشَى ٱلنَّاسَ ﴿ "dan kamu takut kepada manusia" dalam tindakanmu tidak membuka sesuatu yang tersimpan di dalam hatimu, ﴾ وَٱللَّهُ أَحَقُّ أَن تَخۡشَىٰهُۖ ﴿ "padahal Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti," karena takut kepadaNya itu bisa mendatangkan berbagai kebaikan dan mencegah segala keburukan. ﴾ فَلَمَّا قَضَىٰ زَيۡدٞ مِّنۡهَا وَطَرٗا ﴿ "Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keper-luan terhadap istrinya" maksudnya, setelah jiwanya merasa lega dan sudah tidak menyukainya lagi serta menceraikannya, ﴾ زَوَّجۡنَٰكَهَا ﴿ "Kami kawinkan kamu dengannya." Sesungguhnya Kami melakukan hal ini hanyalah untuk satu kemaslahatan yang sangat besar, yaitu: لِكَيۡ لَا يَكُونَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ حَرَجٞ فِيٓ أَزۡوَٰجِ أَدۡعِيَآئِهِمۡ ﴿ "supaya tidak ada keberatan bagi orang Mukmin untuk mengawini istri-istri dari anak-anak angkat me-reka," di mana mereka melihatmu menikahi istri Zaid bin Haritsah yang sebelumnya dinisbatkan kepadamu. Oleh karena FirmanNya, ﴾ لِكَيۡ لَا يَكُونَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ حَرَجٞ فِيٓ أَزۡوَٰجِ أَدۡعِيَآئِهِمۡ ﴿ "Supaya tidak ada keberatan bagi orang Mukmin untuk mengawini istri-istri dari anak-anak angkat mereka" bersifat umum, berlaku dalam semua keadaan, sedangkan ada kondisi di mana tidak boleh mela-kukan hal tersebut, yaitu sebelum habisnya kebutuhan Zaid kepada istrinya, maka Allah mengaitkannya dengan FirmanNya, ﴾ إِذَا قَضَوۡاْ مِنۡهُنَّ وَطَرٗاۚ وَكَانَ أَمۡرُ ٱللَّهِ مَفۡعُولٗا ﴿ "Apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya dari istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi." Mak-sudnya, harus dilakukan, tidak ada aral dan tidak ada apa pun yang mencegahnya. Di dalam ayat-ayat yang meliputi kisah ini mengandung beberapa faidah, di antaranya: 1. Pujian kepada Zaid bin Haritsah. Hal ini dari dua sudut, yang pertama, sesungguhnya Allah menyebut namanya di dalam al-Qur`an, padahal Allah tidak pernah menyebut nama seorang sahabat pun selain dia. Dan kedua, sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى menga-barkan bahwa Dia telah menganugerahkan nikmat padanya. Yaitu nikmat Islam dan Iman. Ini adalah suatu kesaksian dari Allah untuk-nya, yaitu bahwasanya dia adalah seorang Muslim yang Mukmin, lahir dan batin. Kalau tidak demikian, maka tidak ada sisi peng-istimewaannya dengan nikmat, melainkan pasti bahwa yang di-maksud dengan nikmat tersebut adalah nikmat yang istimewa. 2. Sesungguhnya orang yang dimerdekakan (dari perbudakan) itu berada dalam nikmat dari orang yang memerdekakannya. 3. Boleh mengawini mantan istri anak angkat, sebagaimana dinyatakan al-Qur`an. Sesungguhnya pengajaran yang praktis itu lebih berpengaruh daripada yang bersifat oral (ucapan), apalagi bila dibarengi dengan perkataan, maka yang demikian itu bagaikan cahaya di atas cahaya. 4. Sesungguhnya rasa cinta yang ada di dalam hati seseorang kepada seorang perempuan yang bukan istrinya, bukan perempuan budak sahayanya dan bukan mahramnya, apabila tidak disertai dengan hal yang dilarang, maka itu tidak berdosa baginya, walau-pun disertai dengan angan-angan akan menikahinya kalau dia di-ceraikan oleh suaminya, tanpa adanya upaya untuk memisahkan hubungan antara mereka berdua, atau sengaja melakukan sebab (pertikaian dan sebagainya) dengan cara apa pun. Sebab, Allah سبحانه وتعالى mengabarkan bahwa Rasulullah a menyembunyikan perasaan itu di dalam hatinya. 5. Sesungguhnya Rasulullah a telah menyampaikan dengan penjelasan yang sangat jelas. Beliau sama sekali tidak meninggal-kan sesuatu apa pun dari segala sesuatu yang telah diwahyukan kepadanya melainkan pasti telah beliau sampaikan, hingga per-masalahan yang di dalamnya terdapat teguran terhadap diri beliau sendiri. Ini membuktikan bahwasanya beliau adalah utusan Allah, beliau tidak mengatakan kecuali apa yang diwahyukan kepadanya, dan beliau pun tidak bermaksud mengagungkan dirinya. 6. Sesungguhnya orang yang dimintai pendapat itu adalah orang yang dipercaya, dia wajib (apabila dimintai nasihat dalam salah satu permasalahan) memberikan arahan dan nasihatnya (me-nurut yang dia ketahui) kepada sesuatu lebih maslahat (berman-faat) bagi si peminta nasihat. Sekalipun dia mempunyai kepentingan pribadi, maka dia harus mengutamakan maslahat (kepentingan) para peminta nasihat daripada kepentingan dan keinginan dirinya sendiri. 7. Sesungguhnya termasuk pandangan (nasihat) yang baik bagi orang yang meminta pendapat tentang perceraian dengan istrinya agar dia memerintahkan kepadanya untuk tetap mempertahankan istrinya sebisa mungkin. Ini lebih baik daripada perceraian. 8. Sesungguhnya sudah menjadi kepastian untuk mendahu-lukan takut kepada Allah atas takut kepada manusia, dan itu lebih berhak daripadanya dan lebih utama. 9. Keutamaan Zainab i, Ummul Mukminin, di mana Allah سبحانه وتعالى yang langsung menjadi wali pernikahannya dengan Rasulullah a, tanpa melalui pinangan ataupun saksi. Maka dari itu Zainab membanggakan hal ini di hadapan istri-istri Rasulullah a yang lainnya, seraya berkata, زَوَّجَكُنَّ أَهَالِيْكُنَّ وَزَوَّجَنِي اللّٰهُ مِنْ فَوْقِ سَبْعِ سَمَاوَاتٍ. "Kalian dinikahkan oleh orang tua kalian, sedangkan aku dinikahkan oleh Allah dari atas tujuh langit."[57] 10. Sesungguhnya seorang perempuan, apabila mempunyai suami, maka tidak boleh dinikahi (oleh orang lain. Pent.) dan tidak boleh pula dilakukan upaya dan sebab-sebab agar suaminya meng-akhiri kebutuhannya dari sang istri, dan tidak boleh menunaikan hajatnya (dengan melamarnya) hingga masa iddahnya habis. Sebab, sang istri, sebelum habisnya masa iddah masih berada dalam naungan suami atau masih menjadi hak suami yang masih mem-punyai hasrat padanya walaupun dari salah satu sisinya saja.
Ayah: 38 - 39 #
{مَا كَانَ عَلَى النَّبِيِّ مِنْ حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ اللَّهُ لَهُ سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا (38) الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا (39)}
"Tidak ada suatu keberatan pun atas Nabi tentang sesuatu yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnahNya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan ketetapan Allah itu adalah suatu ketetapan yang pasti berlaku, yaitu orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah dan mereka takut kepadaNya dan mereka tiada me-rasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan." (Al-Ahzab: 38-39).
#
{38} هذا دفعٌ لطعن من طعن في الرسول - صلى الله عليه وسلم - في كثرة أزواجه، وأنَّه طعنٌ بما لا مطعنَ فيه، فقال: {ما كان على النبيِّ من حرجٍ}؛ أي: إثم وذنب {فيما فَرَضَ الله له}؛ أي: قدَّر له من الزوجات؛ فإنَّ هذا قد أباحه الله له كما أباحه للأنبياء قبلَه، ولهذا قال: {سنةَ الله في الذين خَلَوا من قبلُ وكان أمرُ الله قَدَراً مَقْدوراً}؛ أي: لا بدَّ من وقوعِهِ.
(38) Ini adalah sanggahan terhadap tuduhan miring dari orang yang mencela Rasulullah a dalam masalah banyaknya istri beliau, dan bahwa sesungguhnya tuduhan miring tersebut adalah tuduhan yang tidak pada tempatnya. Maka Allah berfirman,﴾ مَّا كَانَ عَلَى ٱلنَّبِيِّ مِنۡ حَرَجٖ ﴿ "Tidak ada suatu keberatan pun atas Nabi," maksudnya, kesalahan dan dosa, ﴾ فِيمَا فَرَضَ ٱللَّهُ لَهُۥۖ ﴿ "tentang sesuatu yang telah di-tetapkan Allah baginya," yakni tentang istri-istri yang telah Allah tetapkan baginya. Sebab hal ini telah diperbolehkan oleh Allah kepadanya, sebagaimana telah diperbolehkan kepada para nabi sebelumnya. Maka dari itu Allah berfirman, ﴾ سُنَّةَ ٱللَّهِ فِي ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلُۚ وَكَانَ أَمۡرُ ٱللَّهِ قَدَرٗا مَّقۡدُورًا ﴿ "(Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnahNya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan ketetapan Allah itu adalah suatu ketetapan yang pasti berlaku," maksudnya, pasti harus terjadi.
#
{39} ثم ذَكَرَ مَنْ هم الذين من قبلُ قد خلو وهذه سنتهم وعادتهم، وأنهم {الذين يبلِّغونَ رسالاتِ الله}: فيتلون على العباد آياتِ الله وحججه وبراهينه ويدعونَهم إلى الله، {ويَخْشَوْنَه}: وحدَه لا شريك له، {ولا يَخْشَوْنَ أحداً}: إلاَّ الله؛ فإذا كان هذا سنة في الأنبياء المعصومين الذين وظيفتهم قد أدَّوْها وقاموا بها أتم القيام، وهو دعوةُ الخلق إلى الله والخشية منه وحده، التي تقتضي فعل كل مأمور وترك كل محظور، [دلّ ذلك على أنه لا نقص فيه بوجه]. {وكفى بالله حسيباً}: محاسباً عبادَه مراقباً أعمالهم. وعُلِمَ من هذا أنَّ النكاحَ من سنن المرسلين.
(39) Kemudian Allah سبحانه وتعالى menjelaskan, siapa gerangan me-reka yang terdahulu, dan ini adalah sunnah dan tradisi mereka. Sesungguhnya mereka adalah ﴾ ٱلَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَٰلَٰتِ ٱللَّهِ ﴿ "orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah." Mereka membacakan ayat-ayat Allah, hujjah-hujjah dan argumen-argumenNya kepada manusia, dan mengajak mereka kepada Allah, ﴾ وَيَخۡشَوۡنَهُۥ ﴿ "dan mereka takut kepadaNya," semata, tiada sekutu bagiNya ﴾ وَلَا يَخۡشَوۡنَ أَحَدًا ﴿ "dan mereka tiada merasa takut kepada seorang pun," kecuali kepada Allah. Apabila yang demikian itu adalah sudah menjadi sunnah pada para nabi yang ma'shum, yang tugas mereka telah mereka laksanakan dan mereka kerjakan sebaik-baiknya, yaitu berdakwah, mengajak manusia kepada Allah dan hanya takut kepadaNya semata, yang menuntut untuk melaksanakan segala yang diperin-tahkanNya dan meninggalkan segala laranganNya, [maka hal ini membuktikan bahwa yang demikian itu tidak mengandung aib (cela) dari sudut mana pun]. ﴾ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ حَسِيبٗا ﴿ "Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan," yang memperhitungkan hamba-hambaNya dan selalu mengawasi amal perbuatan mereka. Dengan demikian dapat diketahui bahwa menikah itu termasuk salah satu sunnah (tradisi) para utusan Allah.
Ayah: 40 #
{مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (40)}
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki dari kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al-Ahzab: 40).
#
{40} أي: لم يكن الرسول {محمدٌ}: - صلى الله عليه وسلم - {أبا أحدٍ من رجالِكم}: أيُّها الأمة، فقطع انتساب زيد بن حارثة منه من هذا الباب. ولما كان هذا النفيُ عامًّا في جميع الأحوال إنْ حُمِلَ ظاهر اللفظ على ظاهره؛ أي: لا أبوَّة نسب ولا أبوَّة ادعاء، وكان قد تقرَّر فيما تقدَّم أنَّ الرسول - صلى الله عليه وسلم - أبٌ للمؤمنين كلِّهم، وأزواجَه أمهاتُهم، فاحترز أن يدخُل هذا النوع بعموم النهي المذكور؛ فقال: {ولكن رسولَ الله وخاتَمَ النبيينَ}؛ أي: هذه مرتبته؛ مرتبةُ المطاع المتبوع المهتدَى به الْمُؤْمَنِ له الذي يجبُ تقديم محبته على محبة كلِّ أحدٍ، الناصح، الذي لهم ـ أي: للمؤمنين ـ من بره ونُصحه كأنه أبٌ لهم، {وكان الله بكل شيءٍ عليماً}؛ أي: قد أحاط علمُه بجميع الأشياء، ويعلم حيث يجعل رسالاتِهِ، ومن يَصْلُحُ لفضله ومَنْ لا يَصْلُح.
(40) Maksudnya, Rasul ﴾ مُحَمَّدٌ ﴿ "Muhammad a," itu sekali-kali bukanlah ﴾ أَبَآ أَحَدٖ مِّن رِّجَالِكُمۡ ﴿ "bapak dari seorang laki-laki dari kalian" wahai umat Islam. Di sini Allah memutus intisabnya Zaid bin Haritsah kepada beliau melalui ayat ini. Ketika penafian ini bersifat umum dalam seluruh kondisi, jika redaksi ayat diberlakukan sesuai dengan zahirnya lafazh; maksudnya, tidak ada predikat ke-bapak-an karena nasab ataupun ke-bapak-an karena adopsi, padahal su-dah dimaklumi bahwa Rasulullah a itu adalah bapak bagi seluruh kaum yang beriman, dan istri-istri beliau adalah ibu mereka, maka dijagalah dari dimasukkannya jenis ini kepada keumuman larangan tersebut. Maka Allah berfirman, ﴾ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّـۧنَۗ ﴿ "Tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi," maksudnya, inilah kedu-dukan beliau, yaitu kedudukan (martabat) sebagai orang yang ditaati, diikuti, dijadikan panutan, dipercaya yang harus meng-utamakan cinta kepadanya atas kecintaan kepada siapa pun; dia sangat tulus kepada mereka, yang bagi kaum beriman, karena kebaikan dan ketulusannya, hingga seakan-akan dia (Rasulullah a) adalah bapak mereka. ﴾ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٗا ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" maksudnya, Ilmu pengetahuan Allah telah meliputi segala sesuatu, Dia tahu di mana dan kapan menetapkan risalahNya, dan tahu siapa pula yang laik untuk menerima karuniaNya, serta siapa pula yang tidak laik untuknya.
Ayah: 41 - 44 #
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42) هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا (43) تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلَامٌ وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا (44)}.
"Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepa-daNya di waktu pagi dan petang. Dia-lah yang memberi rahmat kepadamu, dan malaikatNya (memohonkan ampun untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. Salam penghormatan kepada mereka pada hari mereka menemuiNya ialah, "Salam", dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka." (Al-Ahzab: 41-44).
#
{41} يأمر تعالى المؤمنين بذكره ذكراً كثيراً؛ من تهليل وتحميد وتسبيح وتكبير وغير ذلك من كل قولٍ فيه قُربة إلى الله، وأقلُّ ذلك أن يلازِمَ الإنسان أوراد الصباح والمساء وأدبار الصلوات الخمس وعند العوارضِ والأسباب، وينبغي مداومة ذلك في جميع الأوقات على جميع الأحوال؛ فإنَّ ذلك عبادةٌ يسبِقُ بها العامل وهو مستريحٌ وداعٍ إلى محبة الله ومعرفتِهِ وعونٌ على الخير وكفٌّ للسان عن الكلام القبيح.
(41) Allah سبحانه وتعالى memerintah orang-orang Mukmin agar ber-dzikir, mengingatNya sebanyak-banyaknya dalam bentuk tahlil, tahmid, tasbih, takbir dan lain-lainnya dari setiap bacaan yang me-ngandung pendekatan diri kepada Allah. Minimalnya hendaklah seorang manusia menekuni wirid (dzikir) pagi dan sore, dzikir seusai shalat lima waktu, dan di saat kondisi-kondisi tertentu dan sebab-sebab khusus. Dan hendaknya hal ini ditekuni secara kon-tinyu sepanjang waktu dalam segala kondisi. Sesungguhnya yang demikian ini adalah ibadah yang si pelaku menjadi unggul karena-nya, sementara dia merasa tenang dan mengajak kepada Allah dan berma'rifat kepadaNya dan menjadi penolong untuk kebaikan dan mencegah lisan dari perkataan-perkataan kotor.
#
{42} {وسبِّحوه بكرةً وأصيلاً}؛ أي: أول النهار وآخره؛ لفضلهما وشرفهما وسهولة العمل فيهما.
(42) ﴾ وَسَبِّحُوهُ بُكۡرَةٗ وَأَصِيلًا ﴿ "Dan bertasbihlah kepadaNya di waktu pagi dan petang," yakni: Pada awal permulaan siang hari dan di sore hari, karena keutamaan dan kemuliaan dua waktu ini serta karena kemudahan untuk melakukannya pada dua waktu ini.
#
{43} {هو الذي يصلِّي عليكُم وملائكتُه ليخرِجَكم من الظلماتِ إلى النور وكان بالمؤمنين رحيماً}؛ أي: من رحمته بالمؤمنين ولطفه بهم أنْ جَعَلَ من صلاتِهِ عليهم وثنائِهِ وصلاةِ ملائكته ودعائهم ما يخرِجُهم من ظلمات الذُّنوب والجهل إلى نورِ الإيمان والتوفيق والعلم والعمل؛ فهذه أعظمُ نعمةٍ أنعم بها على العباد الطائعين، تستدعي منهم شكرها والإكثار من ذكر الله الذي لطف بهم ورحمهم وجعل حملةَ عرشهِ أفضل الملائكة ومن حوله يسبِّحون بحمدِ ربِّهم، ويستغفرونَ للذين آمنوا، فيقولون: {ربَّنا وسعتَ كلَّ شيءٍ رحمةً وعلماً فاغفر للذين تابوا واتَّبَعوا سبيلَكَ وقِهِمْ عذابَ الجحيم. ربَّنا وأدْخِلْهم جناتِ عدنٍ التي وَعَدْتَهم ومَن صَلَحَ من آبائهم وأزواجهم وذُرِّيَّاتِهِم إنَّك أنت العزيزُ الحكيم. وقِهِمُ السيئاتِ ومَن تَقِ السيئاتِ يومئذٍ فقد رَحِمْتَه وذلك الفوزُ العظيم}: فهذه رحمتُه ونعمتُه عليهم في الدُّنيا.
(43) ﴾ هُوَ ٱلَّذِي يُصَلِّي عَلَيۡكُمۡ وَمَلَٰٓئِكَتُهُۥ لِيُخۡرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۚ وَكَانَ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَحِيمٗا ﴿ "Dia-lah yang memberi rahmat kepadamu, dan malaikatNya (me-mohonkan ampun untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kege-lapan kepada cahaya. Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman." Maksudnya, di antara rahmatNya kepada orang-orang Mukmin dan kelembutanNya kepada mereka adalah Dia memberi-kan ampunan dan rahmatNya serta pujianNya kepada mereka. Shalawat dan doa para malaikat untuk mereka sehingga mereka dapat keluar dari berbagai kegelapan dosa-dosa dan kebodohan menuju cahaya iman, taufik, ilmu dan amal. Ini merupakan nikmat terbesar yang Dia karuniakan kepada hamba-hambaNya yang taat, yang merangsang, mengajak dan mendorong mereka untuk mensyukuriNya dan memperbanyak dzikir kepada Allah yang telah bersikap lembut dan belas-kasih kepada mereka dan menjadi-kan para penyandang ArasyNya, yaitu para malaikat yang paling mulia dan malaikat yang ada di sisiNya bertasbih menyucikan Tuhannya dan memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Mereka mengucapkan, ﴾ رَبَّنَا وَسِعۡتَ كُلَّ شَيۡءٖ رَّحۡمَةٗ وَعِلۡمٗا فَٱغۡفِرۡ لِلَّذِينَ تَابُواْ وَٱتَّبَعُواْ سَبِيلَكَ وَقِهِمۡ عَذَابَ ٱلۡجَحِيمِ 7 رَبَّنَا وَأَدۡخِلۡهُمۡ جَنَّٰتِ عَدۡنٍ ٱلَّتِي وَعَدتَّهُمۡ وَمَن صَلَحَ مِنۡ ءَابَآئِهِمۡ وَأَزۡوَٰجِهِمۡ وَذُرِّيَّٰتِهِمۡۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ 8 وَقِهِمُ ٱلسَّيِّـَٔاتِۚ وَمَن تَقِ ٱلسَّيِّـَٔاتِ يَوۡمَئِذٖ فَقَدۡ رَحِمۡتَهُۥۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ 9 ﴿ "Ya Rabb kami, rahmat dan ilmuMu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu, dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala. Ya Rabb kami, dan masukkanlah mereka ke dalam Surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang shalih dari bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka (semua). Sesungguh-nya Engkau-lah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya, dan itulah kemenangan yang besar." (Al-Ghafir: 7-9). Ini adalah rahmat dan karuniaNya terhadap mereka di dunia.
#
{44} وأما رحمتُه بهم في الآخرة؛ فأجلُّ رحمة وأفضلُ ثواب، وهو الفوز برضا ربِّهم وتحيَّته، واستماع كلامه الجليل، ورؤية وجهِهِ الجميل، وحصول الأجر الكبير الذي لا يدريه ولا يعرِفُ كُنْهَهُ إلاَّ من أعطاهم إياه، ولهذا قال: {تحيَّتُهم يوم يَلْقَوْنَه سلامٌ وأعدَّ لهم أجراً كريماً}.
(44) Adapun rahmatNya kepada mereka di akhirat, maka sungguh rahmat yang lebih tinggi dan pahala yang lebih utama, yaitu meraih keridhaan Rabb mereka, penghormatan salam dari-Nya, mendengarkan FirmanNya yang sangat mulia, melihat Wajah-Nya yang sangat indah dan memperoleh pahala yang sangat besar yang tidak diketahui hakikatnya kecuali oleh orang yang Dia karu-niai. Maka dari itu, Allah berfirman, ﴾ تَحِيَّتُهُمۡ يَوۡمَ يَلۡقَوۡنَهُۥ سَلَٰمٞۚ وَأَعَدَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَرِيمٗا ﴿ "Salam penghormatan kepada mereka pada hari mereka menemuiNya ialah, 'Salam'; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka."
Ayah: 45 - 48 #
{يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (45) وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا (46) وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ بِأَنَّ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ فَضْلًا كَبِيرًا (47) وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ وَدَعْ أَذَاهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا (48)}
"Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada agama Allah dengan izinNya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang Mukmin bahwa mereka mendapat-kan karunia yang besar dari Allah. Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka, dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung." (Al-Ahzab: 45-48).
#
{45} هذه الأشياء التي وصف الله بها رسولَه محمداً - صلى الله عليه وسلم - هي المقصود من رسالتِهِ وزبدتها وأصولها التي اختصَّ بها، وهي خمسةُ أشياء: أحدها: كونُه {شاهداً}؛ أي: شاهداً على أمته بما عملوه من خيرٍ وشرٍّ؛ كما قال تعالى: {لِتكونوا شهداءَ على الناس ويكون الرسولُ عليكم شهيداً}، {فكيف إذا جئنا من كلِّ أمةٍ بشهيدٍ [وجئنا بك على هؤلاء شهيداً]}: فهو - صلى الله عليه وسلم - شاهدُ عدل مقبول. الثاني والثالث: كونه {مبشِّراً ونذيراً}: وهذا يستلزم ذكر المبشَّر والمنذَر وما يبشَّر به ويُنْذَرُ والأعمال الموجبة لذلك: فالمبشَّر هم المؤمنون المتقون، الذين جمعوا بين الإيمان والعمل الصالح وترك المعاصي، لهم البُشرى في الحياة الدنيا بكل ثواب دنيويٍّ ودينيٍّ رُتِّبَ على الإيمان والتقوى، وفي الأخرى بالنعيم المقيم، وذلك كلُّه يستلزم ذكر تفصيل المذكور من تفاصيل الأعمال وخصال التقوى وأنواع الثواب. والمنذَر هم المجرمون الظالمون، أهلُ الظلم والجهل، لهم النذارةُ في الدنيا من العقوبات الدنيويَّة والدينيَّة المرتَّبة على الجهل والظلم، وفي الأخرى بالعقاب الوبيل والعذاب الطويل. وهذه الجملة تفصيلُها ما جاء به - صلى الله عليه وسلم - من الكتاب والسنَّة المشتمل على ذلك.
(45) Hal-hal yang disifatkan oleh Allah سبحانه وتعالى kepada Rasulullah a ini adalah yang menjadi tujuan dari kerasulannya, inti dan prinsip-prinsipnya yang menjadi kekhususan beliau, yaitu ada 5 (lima) perkara: Pertama: Keberadaan beliau ﴾ شَٰهِدٗا ﴿ "untuk menjadi saksi." Maksudnya, saksi atas umatnya tentang amal yang mereka kerjakan berupa kebaikan dan keburukan, sebagaimana Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ لِّتَكُونُواْ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيۡكُمۡ شَهِيدٗاۗ ﴿ "Agar kamu menjadi saksi atas manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas kamu." (Al-Baqarah: 143). Dan FirmanNya, ﴾ فَكَيۡفَ إِذَا جِئۡنَا مِن كُلِّ أُمَّةِۭ بِشَهِيدٖ وَجِئۡنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ شَهِيدٗا 41 ﴿ "Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)." (An-Nisa`: 41). Jadi, Rasulullah a itu adalah saksi nan adil yang diterima. Kedua dan ketiga: Kedudukan beliau sebagai ﴾ وَمُبَشِّرٗا وَنَذِيرٗا ﴿ "pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan." Hal ini mengharus-kan adanya penjelasan tentang orang yang diberi berita gembira dan yang diberi peringatan, materi yang dijadikan berita gembira dan diperingatkan, serta amal-amal yang membawa kepada hal tersebut. Orang yang diberi berita gembira itu adalah orang-orang Mukmin yang bertakwa, yaitu mereka yang mengombinasikan antara iman dan amal shalih serta meninggalkan maksiat. Mereka mendapatkan berita gembira di dalam kehidupan dunia ini berupa segala pahala duniawi dan religi yang ditimbulkan oleh iman dan takwa; sedangkan di akhirat nanti berupa kenikmatan abadi. Semua itu mengharuskan adanya penjelasan secara terperinci terhadap hal yang disebutkan itu, tentang rincian amal, karakter-karakter takwa dan berbagai macam balasannya. Sedangkan yang diberi peringatan adalah orang-orang yang berdosa lagi zhalim. Mereka adalah para pelaku kezhaliman dan kebodohan. Mereka menda-patkan peringatan di dunia, berupa sanksi-sanksi (hukuman) du-niawi dan religi yang diakibatkan oleh kebodohan dan kezhaliman (yang mereka lakukan. Pent.), sedangkan di akhirat nanti mereka mendapatkan siksa yang sangat berat dan azab yang amat panjang. Rincian lebih lanjut tentang masalah ini ada dalam al-Qur`an dan as-Sunnah yang berkenaan dengan permasalah tersebut.
#
{46} الرابع: كونُه {داعياً إلى الله}؛ أي: أرسله الله يدعو الخلق إلى ربِّهم ويشوِّقُهم لكرامته ويأمُرُهم بعبادتِهِ التي خُلقوا لها، وذلك يستلزم استقامتَه على ما يدعو إليه وذِكْرَ تفاصيل ما يدعو إليه؛ بتعريفهم لربِّهم بصفاتِهِ المقدَّسة، وتنزيهه عما لا يَليق بجلالِهِ، وذكر أنواع العبوديَّة، والدعوة إلى الله بأقرب طريق موصل إليه، وإعطاء كلِّ ذي حقٍّ حقَّه، وإخلاص الدَّعوة إلى الله لا إلى نفسه وتعظيمها؛ كما قد يعرضُ ذلك لكثير من النفوس في هذا المقام، وذلك كلُّه بإذن ربه له في الدعوة وأمره وإرادتِهِ وقدره. الخامس: كونه {سراجاً منيراً} وذلك يقتضي أنَّ الخلق في ظلمة عظيمة، لا نور يُهتدى به في ظلماتها، ولا علم يُستدلُّ به في جهاتها، حتى جاء الله بهذا النبيِّ الكريم، فأضاء الله به تلك الظلمات، وعلَّم به من الجهالات، وهدى به ضلالاً إلى الصراط المستقيم، فأصبح أهل الاستقامة قد وَضَحَ لهم الطريق، فَمَشَوْا خلف هذا الإمام، وعرفوا به الخير والشرَّ وأهلَ السعادة من أهل الشقاوة، واستناروا به لمعرفةِ معبودِهم، وعرفوه بأوصافِهِ الحميدةِ وأفعالِهِ السَّديدة وأحكامه الرشيدة.
(46) Keempat: ﴾ وَدَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ ﴿ "Untuk menjadi penyeru kepada Allah," maksudnya, dia diutus oleh Allah untuk mengajak manusia kepada Rabb mereka dan merangsang mereka kepada kemurahan-Nya, memerintah mereka beribadah hanya kepadaNya, yang karenanyalah mereka diciptakan. Dan hal ini mengharuskan sikap istiqamah (konsisten dan berkomitmen) kepada syariat yang diseru-kan olehnya dan menjelaskan rincian syariat yang dia serukan itu, yaitu memperkenalkan Rabb mereka kepada mereka melalui sifat-sifatNya yang suci dan menyucikanNya dari segala hal yang tidak laik bagi keagunganNya, serta menjelaskan berbagai macam bentuk ubudiyah dan berdakwah kepada Allah dengan cara yang paling mudah yang bisa mengantarkan kepadaNya, serta memberikan yang hak kepada setiap orang yang berhak menerimanya, ikhlas dalam berdakwah kepada Allah, bukan kepada dirinya serta bukan mengagungkan dirinya, sebagaimana hal itu muncul pada keba-nyakan jiwa manusia dalam kedudukan ini. Semua itu berdasarkan izin, perintah, kehendak, dan takdir Allah kepadanya untuk ber-dakwah. Kelima: Keberadaan beliau ﴾ وَسِرَاجٗا مُّنِيرٗا ﴿ "untuk menjadi cahaya yang menerangi." Hal ini menuntut bahwa manusia tengah berada dalam kegelapan besar, tidak ada cahaya yang dapat dijadikan sebagai petunjuk (penerang) dalam kegelapan-kegelapannya, dan tidak juga ada ilmu yang dijadikan sebagai penunjuk jalan pada semua penjurunya, hingga Allah سبحانه وتعالى mendatangkan Nabi yang mulia ini, lalu Allah سبحانه وتعالى menerangi kegelapan-kegelapan itu dengan-nya, dan mengajarkan ilmu melaluinya dari berbagai kebodohan, dan dengannya pula Dia memberikan petunjuk kepada orang yang sesat menuju jalan yang lurus, hingga Nabi menjadi manusia yang istiqamah yang telah menjelaskan jalan (kebenaran) untuk mereka. Maka mereka pun berjalan di belakang sang pemimpin ini (meng-ikutinya), dengannya mereka mengetahui kebaikan dan keburukan, (dapat membedakan mana) orang-orang yang berbahagia dan (mana) orang-orang yang sengsara, dan mereka berpedoman kepa-danya untuk mengenal ma'bud (sembahan) mereka, dan mereka mengenalnya dengan karakter-karakternya yang terpuji, perbuatan-perbuatannya yang lurus dan keputusan-keputusannya yang benar.
#
{47} وقوله: {وبشِّرِ المؤمنين بأنَّ لهم من الله فضلاً كبيراً}: ذكر في هذه الجملة المبشَّر، وهم المؤمنون، وعند ذِكْرِ الإيمان بمفردِهِ تدخُلُ فيه الأعمال الصالحة، وذَكَرَ المبشَّر به، وهو الفضلُ الكبيرُ؛ أي: العظيم الجليل الذي لا يقادَر قَدْرُهُ من النصر في الدنيا وهداية القلوب وغفران الذنوب وكشف الكروب وكثرة الأرزاق الدارَّة وحصول النعم السارَّة والفوز برضا ربِّهم وثوابه والنجاة من سخطه وعقابِهِ، وهذا مما ينشِّطُ العاملين أن يذكُرَ لهم من ثواب الله على أعمالهم ما به يستعينونَ على سلوك الصراط المستقيم، وهذا من جملةِ حِكَم الشرع: كما أنَّ من حِكَمه أن يَذْكُرَ في مقام الترهيب العقوباتِ المرتَّبةَ على ما يُرَهَّبُ منه؛ ليكون عوناً على الكفِّ عما حرم الله.
(47) Sedangkan FirmanNya, ﴾ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ بِأَنَّ لَهُم مِّنَ ٱللَّهِ فَضۡلٗا كَبِيرٗا ﴿ "Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang Mukmin, bahwa mereka mendapatkan karunia yang sangat besar dari Allah," pada kalimat ini dijelaskan mengenai orang yang diberi kabar gembira, mereka adalah orang-orang Mukmin. Dan ketika hanya iman sendirian yang disebutkan, maka amal-amal shalih termasuk di dalamnya. Dan (di sini juga) disebutkan sesuatu yang dijadikan berita gem-bira, yaitu karunia yang sangat besar. Maksudnya, karunia yang sangat agung lagi mulia yang nilainya tak ternilai, berupa keme-nangan di dunia, hidayah bagi hati, ampunan terhadap dosa-dosa, dihilangkannya berbagai kesempitan, banyaknya rizki yang ber-limpah ruah, tercapainya kenikmatan-kenikmatan yang menye-nangkan, meraih keridhaan Rabb سبحانه وتعالى, pahala dariNya dan selamat dari murka dan siksaanNya. Hal ini termasuk faktor yang mem-pergiat orang-orang yang aktif beramal (amilin), kalau dijelaskan kepada mereka pahala dari Allah atas amal-amal mereka, yang dengannya mereka lebih bersemangat untuk terus menelusuri jalan yang lurus. Ini merupakan bagian dari hikmah syariat Islam, sebagaimana pula, bahwa di antara hikmahnya adalah dia men-jelaskan, dalam rangka menakut-nakuti dengan adanya siksaan-siksaan yang diakibatkan oleh perbuatan yang diperingatkan, sehingga menjadi pendongkrak untuk bisa menahan diri dari hal-hal yang diharamkan Allah.
#
{48} ولمَّا كان ثَمَّ طائفةٌ من الناس مستعدةٌ للقيام بصدِّ الداعين إلى الله من الرسل وأتباعهم، وهم المنافقون الذين أظهروا الموافقةَ في الإيمان وهم كفرةٌ فجرةٌ في الباطن، والكفار ظاهراً وباطناً؛ نهى الله رسوله عن طاعتهم وحذره ذلك، فقال: {ولا تطع الكافرينَ والمنافقينَ}؛ أي: في كلِّ أمر يصدُّ عن سبيل الله، ولكن لا يقتضي هذا أذاهم، بل لا تُطِعْهُم، {ودَعْ أذاهم}: فإنَّ ذلك جالبٌ لهم وداعٍ إلى قبول الإسلام وإلى كفِّ كثير من أذيَّتِهِم له ولأهله، {وتوكَّلْ على الله}: في إتمام أمرِكَ وخذلانِ عدوِّك، {وكفى بالله وكيلاً}: تُوكَلُ إليه الأمور المهمَّة، فيقوم بها ويسهِّلُها على عبده.
(48) Oleh karena di sana ada sekelompok manusia yang siap melakukan tindakan menghalang-halangi para penyeru kepada Allah, dari kalangan para rasul dan para pengikutnya, yaitu orang-orang munafik yang berpura-pura dan menampakkan kesamaan iman, padahal mereka sebenarnya kafir lagi durjana dalam batin-nya, dan juga orang-orang yang kafir lahir dan batin, maka Allah سبحانه وتعالى melarang RasulNya patuh kepada mereka dan mewanti-wanti-nya dari perbuatan itu, seraya berfirman, ﴾ وَلَا تُطِعِ ٱلۡكَٰفِرِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقِينَ ﴿ "Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang munafik itu," yaitu, dalam setiap perkara yang dapat merintangi jalan Allah. Namun perintah ini tidak menuntut untuk menyakiti mereka; akan tetapi jangan kamu taat kepada mereka, ﴾ وَدَعۡ أَذَىٰهُمۡ ﴿ "dan janganlah kamu menghiraukan gangguan mereka," karena yang demikian itu dapat menarik mereka dan menjadi motivator bagi mereka untuk menerima Islam dan untuk menahan diri mereka untuk menyakitinya dan keluarganya. ﴾ وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ ﴿ "Dan bertawakallah kepada Allah," dalam me-nyempurnakan tugasmu dan mengabaikan musuh-musuhmu. ﴾ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَكِيلٗا ﴿ "Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung." Diserahkan kepadaNya semua permasalahan yang penting, karena Dia yang akan mengurusinya dan memudahkannya bagi hambaNya.
Ayah: 49 #
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نَكَحْتُمُ الْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَمَسُّوهُنَّ فَمَا لَكُمْ عَلَيْهِنَّ مِنْ عِدَّةٍ تَعْتَدُّونَهَا فَمَتِّعُوهُنَّ وَسَرِّحُوهُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا (49)}
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi pe-rempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu menceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya, maka sekali-kali tidak wajib atas mereka beriddah untukmu yang kamu minta menyem-purnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya." (Al-Ahzab: 49).
#
{49} يخبر تعالى المؤمنين أنَّهم إذا نكحوا المؤمنات ثم طلَّقوهنَّ من قبل أن يَمَسُّوهنَّ؛ فليس عليهنَّ في ذلك عدَّةٌ يعتدُّها أزواجهنَّ عليهن، وأمرهم بتمتيعهنَّ بهذه الحالة بشيء من متاع الدُّنيا الذي يكون فيه جبرٌ لخواطرهنَّ لأجل فراقهنَّ، وأن يفارِقوهنَّ فراقاً جميلاً من غير مخاصمةٍ ولا مشاتمةٍ ولا مطالبةٍ ولا غير ذلك. ويستدلُّ بهذه الآية على أنَّ الطلاق لا يكونُ إلاَّ بعد النكاح، فلو طلَّقها قبل أن ينكحَها أو علَّق طلاقَها على نكاحها؛ لم يقع؛ لقوله: {إذا نَكَحْتُمُ المؤمناتِ ثم طلَّقْتُموهنَّ}، فجعل الطلاق بعد النكاح، فدل على أنَّه قبل ذلك لا محلَّ له. وإذا كان الطلاق الذي هو فرقةٌ تامةٌ وتحريمٌ تامٌّ لا يقع قبل النكاح؛ فالتحريمُ الناقص لظهارٍ أو إيلاءٍ ونحوه من باب أولى وأحرى أن لا يقعَ قبل النكاح؛ كما هو أصحُّ قولي العلماء. و [يدل] على جواز الطلاق لأنَّ الله أخبر به عن المؤمنين على وجهٍ لم يلُمهم عليه، ولم يؤنِّبهم مع تصدير الآية بخطاب المؤمنين. وعلى جوازه قبل المسيس؛ كما قال في الآية الأخرى: {لا جُناحَ عليكم إن طَلَّقْتُمُ النساءَ مَا لَمْ تَمَسُّوهنَّ}. وعلى أنَّ المطلقة قبل الدخول لا عدَّةَ لها، بل بمجرَّدِ طلاقِها يجوزُ لها التزوجُ حيث لا مانعَ. وعلى أنَّ عليها العدَّة بعد الدُّخول. وهل المراد بالدخول والمسيس الوطءُ كما هو مجمعٌ عليه أو وكذلك الخلوة ولو لم يحصُلْ معها وطءٌ كما أفتى بذلك الخلفاءُ الراشدون، وهو الصحيح؛ فمتى دَخَلَ عليها وطئها أم لا، إذا خلا بها، وجب عليها العِدَّة. وعلى أنَّ المطلقة قبل المسيس تُمتَّع على الموسع قدره وعلى المُقْتِرِ قدرُهُ، ولكن هذا إذا لم يفرض لها مهرٌ؛ فإنْ كان لها مهرٌ مفروضٌ؛ فإنَّه إذا طَلَّقَ قبل الدُّخول؛ تَنَصَّفَ المهر، وكفى عن المتعة. وعلى أنه ينبغي لمن فارق زوجته قبل الدُّخول أو بعده أن يكون الفراقُ جميلاً يَحمدُ فيه كلٌّ منهما الآخر، ولا يكون غيرَ جميل؛ فإنَّ في ذلك من الشرِّ المترتِّب عليه من قدح كلٍّ منهما بالآخر شيء كثير. وعلى أن العدَّة حقٌّ للزوج؛ لقوله: {فما لكم عليهن من عدَّةٍ}: دلَّ مفهومُه أنّه لو طلَّقها بعد المسيس؛ كان له عليها عدة. وعلى أنَّ المفارقة بالوفاة تعتدُّ مطلقاً؛ لقوله: {ثم طلَّقْتُموهنَّ ... } الآية. وعلى أنَّ مَن عدا غير المدخول بها من المفارَقات من الزوجات بموتٍ أو حياةٍ عليهنَّ العدة.
(49) Allah سبحانه وتعالى menyampaikan kepada orang-orang beriman, bahwa mereka apabila telah menikahi wanita-wanita beriman kemudian menceraikannya sebelum mencampuri mereka, maka mereka tidak wajib beriddah dalam hal ini yang dituntut oleh suami terhadap mereka; dan Allah memerintahkan kepada mereka untuk memberikan mut'ah dalam kondisi seperti ini berupa sebagian harta benda yang bisa menjadi penguat perasaan-perasaan (luka hati) me-reka karena mereka dicerai; dan Allah memerintahkan juga untuk mencerai mereka dengan cara yang baik, tidak saling memusuhi, tidak saling memaki, tidak saling menuntut dan lain sebagainya. 1. Dengan ayat ini diambil dalil bahwa talak (perceraian) tidak terjadi kecuali setelah nikah. Maka kalau seorang laki-laki menceraikannya sebelum menikahinya, atau menggantungkan perceraiannya pada pernikahannya, maka talak tidak terjadi, karena Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ إِذَا نَكَحۡتُمُ ٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ ثُمَّ طَلَّقۡتُمُوهُنَّ ﴿ "Apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu menceraikan mereka." Allah menetapkan talak sesudah terjadi pernikahan. Ini menunjukkan bahwa talak sebelum nikah tidak mempunyai tempat (pembahasan). Dan apabila talak, yang pada hakikatnya adalah perceraian penuh dan pengharaman yang utuh itu tidak terjadi sebelum nikah, maka pengharaman yang tidak sempurna karena kasus zhihar atau ila’ dan yang serupa dengannya adalah tentu lebih utama dan lebih pasti tidak akan terjadi sebelum nikah. Demikian-lah menurut salah satu pendapat ulama yang paling shahih. 2. Dan ayat tersebut dijadikan dalil pula atas diperboleh-kannya talak, sebab Allah سبحانه وتعالى mengabarkan tentang orang-orang Mukmin dengan nada tidak mencela mereka karenanya, dan Dia juga tidak mencerca mereka, padahal ayat tersebut dimulai dengan sapaan kepada orang-orang Mukmin. 3. Dan ayat tersebut juga (dijadikan dalil) atas diperbolehkan-nya talak sebelum terjadinya hubungan suami istri, sebagaimana dikatakan di dalam ayat yang lain, ﴾ لَّا جُنَاحَ عَلَيۡكُمۡ إِن طَلَّقۡتُمُ ٱلنِّسَآءَ مَا لَمۡ تَمَسُّوهُنَّ ﴿ "Tidak ada kewajiban membayar mahar atas kamu, jika kamu men-ceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur dengan mereka." (Al-Baqarah: 236). 4. Dan ayat tersebut menunjukkan bahwa istri yang dicerai sebelum dicampuri itu tidak ada kewajiban beriddah, akan tetapi hanya dengan terjadinya talak tersebut ia boleh langsung menikah, tanpa ada penghalang yang menghalanginya. 5. Dan ayat tersebut menunjukkan bahwa ia wajib beriddah (jika perceraian terjadi) sesudah adanya hubungan suami istri. Lalu apakah yang dimaksud dukhul (masuk, mencampuri) dan bersentuhan di sini adalah jimak (persetubuhan), sebagaimana telah menjadi keputusan ijma'? Ataukah khulwah (berdua-duaan) itu (juga termasuk bermakna dukhul) sekalipun tidak terjadi perse-tubuhan dengannya, sebagaimana difatwakan oleh para Khulafa` Rasyidin. Inilah pendapat yang shahih. Maka ketika dia masuk mengunjunginya, baik dia menyetubuhinya ataupun tidak, apabila ia telah berdua-duaan dengannya, maka istri wajib beriddah. 6. Dan ayat tersebut menjadi dalil bahwa perempuan yang dicerai sebelum terjadi hubungan intim hendaklah diberi mut'ah (semacam cendra mata) oleh mantan suami yang mampu menurut kadar kemampuannya dan suami yang kurang mampu pun me-nurut kemampuannya. Hal ini dilakukan apabila mahar perni-kahan belum ditetapkan. Akan tetapi kalau mantan istri ini sudah ditetapkan maharnya, maka kalau dicerai sebelum adanya hubu-ngan intim, maka maharnya dibagi dua, dan itu sudah mencukupi (mewakili) mut'ah. 7. Dan ayat tersebut menjadi dalil bahwa seharusnya suami yang menceraikan istrinya sebelum mencampuri atau telah men-campurinya harus menceraikannya secara baik-baik, perceraian yang kedua belah pihak saling memuji, dan tidak boleh dengan cara yang tidak baik. Sebab hal yang demikian itu (mencerai tidak dengan cara yang terbaik) mengandung keburukan yang ditim-bulkannya, seperti masing-masing pihak akan saling mencela dan menjatuhkan pihak lain lebih banyak lagi. 8. Dan ayat tersebut juga menunjukkan bahwa iddah itu ada-lah hak suami, berdasarkan FirmanNya, ﴾ فَمَا لَكُمۡ عَلَيۡهِنَّ مِنۡ عِدَّةٖ ﴿ "maka sekali-kali tidak wajib atas mereka beriddah untukmu." Mafhumnya (makna tersiratnya) menunjukkan bahwa kalau seandainya sang suami menceraikannya setelah adanya hubungan intim, maka dia mempunyai hak iddah atas istrinya. 9. Dan ayat tersebut menunjukkan bahwa istri yang dipisah karena wafat hendaklah melakukan iddah secara pasti, karena Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ ثُمَّ طَلَّقۡتُمُوهُنَّ ﴿ "Kemudian kamu menceraikan mereka." (Al-Ayat). 10. Dan ayat tersebut menunjukkan bahwa sesungguhnya istri-istri selain yang belum dicampuri, dari kalangan yang dicerai karena suami meninggal dunia atau masih hidup, maka mereka wajib melakukan iddah.
Ayah: 50 #
{يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَاجَكَ اللَّاتِي آتَيْتَ أُجُورَهُنَّ وَمَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْكَ وَبَنَاتِ عَمِّكَ وَبَنَاتِ عَمَّاتِكَ وَبَنَاتِ خَالِكَ وَبَنَاتِ خَالَاتِكَ اللَّاتِي هَاجَرْنَ مَعَكَ وَامْرَأَةً مُؤْمِنَةً إِنْ وَهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِيِّ إِنْ أَرَادَ النَّبِيُّ أَنْ يَسْتَنْكِحَهَا خَالِصَةً لَكَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ قَدْ عَلِمْنَا مَا فَرَضْنَا عَلَيْهِمْ فِي أَزْوَاجِهِمْ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ لِكَيْلَا يَكُونَ عَلَيْكَ حَرَجٌ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (50)}.
"Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk dari sesuatu yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudari perempuan bapak-mu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudari perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan Mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi, kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhu-susan bagimu, bukan untuk semua orang Mukmin. Sungguh Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Ahzab: 50).
#
{50} يقول تعالى ممتنًّا على رسولِهِ بإحلاله له ما أحلَّ مما يشترك هو والمؤمنون وما ينفردُ به ويختصُّ: {يا أيُّها النبيُّ إنَّا أحْلَلْنا لك أزواجَكَ اللاَّتي آتيتَ أجورَهُنَّ}؛ أي: أعطيتهنَّ مهورهنَّ من الزوجات، وهذا من الأمور المشتركة بينَه وبين المؤمنين؛ فإنَّ المؤمنين كذلك يباح لهم مَنْ آتَوْهُنَّ أجورَهُنَّ من الأزواج. {و} كذلك أحللنا لك {ما مَلَكَتْ يمينُك}؛ أي: الإماء التي ملكتَ، {ممَّا أفاء الله عليكَ}: من غنيمة الكفار من عبيدِهِم، والأحرار مَنْ لهنَّ زوجٌ منهم ومَنْ لا زوجَ لهن، وهذا أيضاً مشتركٌ، وكذلك من المشترك قوله: {وبناتِ عمِّك وبناتِ عماتِك وبناتِ خالِك وبناتِ خالاتِكَ}: شمل العمَّ والعمة والخال والخالة القريبين والبعيدين، وهذا حصرُ المحللات، يؤخذ من مفهومه أنَّ ما عداهنَّ من الأقارب غير محلَّل؛ كما تقدَّم في سورة النساء؛ فإنَّه لا يُباح من الأقارب من النساء غير هؤلاء الأربع، وما عداهنَّ من الفروع مطلقاً، والأصول مطلقاً، وفروع الأب والأم، وإن نزلوا، وفروع مَنْ فوقَهم لصلبِهِ؛ فإنَّه لا يُباح. وقوله: {اللاَّتي هاجَرْنَ [معك]}: قَيْدٌ لحلِّ هؤلاء للرسول؛ كما هو الصواب من القولين في تفسير هذه الآية، وأما غيره عليه الصلاة والسلام؛ فقد عُلم أنَّ هذا قيد لغير الصحَّةِ. {و} أحللنا لك {امرأةً مؤمنةً إن وهبتْ نفسَها للنبيِّ}: بمجرَّدِ هبتها نفسها، {إنْ أرادَ النبيُّ أن يَسْتَنكِحَها}؛ أي: هذا تحت الإرادة والرغبة، {خالصةً لك من دونِ المؤمنينَ}؛ يعني: إباحة الموهوبة ، وأما المؤمنون؛ فلا يحلُّ لهم أن يتزوَّجوا امرأةً بمجرَّد هبتها نفسها لهم. {قد عَلِمْنا ما فَرَضْنا عليهم في أزواجهم وما ملكتْ أيمانُهم}؛ أي: قد علمنا ما على المؤمنين وما يحلُّ لهم وما لا يحل من الزوجات وملك اليمين، وقد أعْلَمْناهم بذلك، وبيَّنَّا فرائِضَه فما في هذه الآية مما يخالفُ ذلك؛ فإنَّه خاصٌّ لك؛ لكون الله جَعَلَه خطاباً للرسول وحده بقوله: {يا أيُّها النبيُّ إنا أحْلَلْنا لك ... } إلى آخر الآية. وقوله: {خالصةً لك من دونِ المؤمنينَ}: وأبَحْنا لك يا أيُّها النبيُّ ما لم نُبِح لهم، ووسَّعْنا عليك ما لم نوسِّعْ على غيرك؛ {لكيلا يكونَ عليك حرجٌ}: وهذا من زيادة اعتناء الله تعالى برسوله - صلى الله عليه وسلم -، {وكان الله غفوراً رحيماً}؛ أي: لم يزل متصفاً بالمغفرة والرحمة، وينزل على عباده من مغفرته ورحمته وجودِهِ وإحسانِهِ ما اقتضتْه حكمتُه، ووجدت منهم أسبابُه.
(50) Allah سبحانه وتعالى berfirman seraya menyebutkan karuniaNya kepada RasulNya, yaitu menghalalkan segala sesuatu yang dihalal-kan bagi beliau dan juga bagi kaum Mukminin serta sesuatu yang menjadi kekhususan dirinya saja,﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ إِنَّآ أَحۡلَلۡنَا لَكَ أَزۡوَٰجَكَ ٱلَّٰتِيٓ ءَاتَيۡتَ أُجُورَهُنَّ ﴿ "Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan mas kawinnya," maksudnya, yang telah engkau serahkan maharnya kepada istri-istri(mu). Ini termasuk hak yang sama antara dia dan kaum Mukminin. Sebab, sesungguhnya kaum Mukminin juga diperbolehkan bagi mereka (memiliki) istri-istri yang telah mereka beri maharnya. ﴾ وَ﴿ "Dan" demikian pula Kami halalkan bagimu ﴾ م َ ا مَلَكَتۡ يَمِينُكَ ﴿ "hamba sahaya yang kamu miliki," maksudnya, budak-budak perempuan yang kamu miliki, ﴾ مِمَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَيۡكَ ﴿ "yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu," dari barang rampasan dari orang-orang kafir, yaitu berupa budak-budak wanita mereka dan wanita-wanita merdeka mereka, baik perempuan yang memi-liki suami dari mereka ataupun yang tidak. Ini juga hak yang sama (antara beliau dan sahabat). Dan demikian pula yang termasuk hak yang sama adalah FirmanNya, ﴾ وَبَنَاتِ عَمِّكَ وَبَنَاتِ عَمَّٰتِكَ وَبَنَاتِ خَالِكَ وَبَنَاتِ خَٰلَٰتِكَ ﴿ "Dan anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudari perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudari pe-rempuan ibumu," mencakup paman dan bibi (dari saudara bapak), dan paman dan bibi (dari saudara ibu) yang dekat dan yang jauh. Ini adalah batasan perempuan-perempuan yang halal dinikahi, yang dapat diambil kesimpulan dari mafhumnya (makna tersirat-nya), bahwa perempuan-perempuan selain mereka dari kerabat dekat itu tidak dihalalkan, sebagaimana telah dijelaskan dalam Surat an-Nisa`. Sebab, sudah tidak diperbolehkan (tidak dihalalkan) wanita-wanita dari kaum kerabat selain mereka yang berasal dari empat jalur kerabat itu. Dan selain mereka yang berasal dari furu' (cabang, anak, cucu, dan seterusnya) secara pasti, dan ushul (ibu, nenek, dan seterusnya) dan furu' yang berasal dari bapak, ibu dan yang di bawahnya, dan furu' bagi orang-orang yang di atasnya (seperti anak nenek) yang berasal dari keturunannya, maka semua-nya tidak halal. Dan FirmanNya, ﴾ ٱلَّٰتِي هَاجَرۡنَ مَعَكَ ﴿ "Yang turut hijrah bersama kamu," ini adalah batasan (syarat) bagi kehalalan perempuan-pe-rempuan tersebut bagi Rasulullah, sebagaimana pendapat ini ada-lah yang benar dari dua pendapat dalam tafsir ayat ini. Adapun selain Rasulullah a, maka sudah diketahui bahwa ini adalah tidak halal. ﴾ و َ ﴿ "Dan" Kami halalkan untukmu ﴾ وَٱمۡرَأَةٗ مُّؤۡمِنَةً إِن وَهَبَتۡ نَفۡسَهَا لِلنَّبِيِّ ﴿ "perempuan Mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi," dengan hanya menyerahkan dirinya itu, ﴾ إِنۡ أَرَادَ ٱلنَّبِيُّ أَن يَسۡتَنكِحَهَا ﴿ "kalau Nabi mau mengawininya." Ini tergantung kepada kemauan dan kesukaan (beliau), ﴾ خَالِصَةٗ لَّكَ مِن دُونِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَۗ ﴿ "sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang Mukmin," yang dimaksud adalah: Bolehnya Nabi (menikahi) perempuan yang menyerahkan dirinya. Sedangkan orang-orang Mukmin maka tidak halal bagi mereka menikahi perempuan dengan hanya disebabkan wanita itu menyerahkan dirinya kepada mereka. ﴾ قَدۡ عَلِمۡنَا مَا فَرَضۡنَا عَلَيۡهِمۡ فِيٓ أَزۡوَٰجِهِمۡ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ ﴿ "Sungguh Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki." Kami telah me-ngetahui apa yang menjadi kewajiban kaum Mukminin, apa yang halal bagi mereka dan apa yang tidak halal berupa istri-istri dan budak sahaya. Dan Kami telah memberitakan hal itu kepada me-reka, dan Kami telah menjelaskan yang fardhu-fardhu. Maka apa yang ada di dalam ayat ini dari hal-hal yang bertentangan dengan hal itu, maka itu adalah kekhususan bagimu, karena Allah telah menjadikannya sebagai khitab (pesan, perintah) untuk Rasul saja, berdasarkan FirmanNya, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ إِنَّآ أَحۡلَلۡنَا لَكَ أَزۡوَٰجَكَ ٱلَّٰتِيٓ ءَاتَيۡتَ أُجُورَهُنَّ وَمَا مَلَكَتۡ يَمِينُكَ مِمَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَيۡكَ وَبَنَاتِ عَمِّكَ وَبَنَاتِ عَمَّٰتِكَ وَبَنَاتِ خَالِكَ وَبَنَاتِ خَٰلَٰتِكَ ٱلَّٰتِي هَاجَرۡنَ مَعَكَ وَٱمۡرَأَةٗ مُّؤۡمِنَةً إِن وَهَبَتۡ نَفۡسَهَا لِلنَّبِيِّ إِنۡ أَرَادَ ٱلنَّبِيُّ أَن يَسۡتَنكِحَهَا خَالِصَةٗ لَّكَ مِن دُونِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَۗ قَدۡ عَلِمۡنَا مَا فَرَضۡنَا عَلَيۡهِمۡ فِيٓ أَزۡوَٰجِهِمۡ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ لِكَيۡلَا يَكُونَ عَلَيۡكَ حَرَجٞۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا 50 ﴿ "Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk dari sesuatu yang kamu peroleh dalam pepe-rangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudari perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudari perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan Mukmin yang menye-rahkan dirinya kepada Nabi, kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang Mukmin. Sesungguh-nya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka ten-tang istri-istri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Ahzab: 50). Dan FirmanNya, ﴾ خَالِصَةٗ لَّكَ مِن دُونِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَۗ ﴿ "Sebagai pengkhu-susan bagimu, bukan untuk semua orang Mukmin." Kami memboleh-kan bagimu, wahai Nabi, sesuatu yang tidak Kami bolehkan bagi mereka, dan Kami lapangkan bagimu sesuatu yang tidak Kami lapangkan bagi selainmu, ﴾ لِكَيۡلَا يَكُونَ عَلَيۡكَ حَرَجٞۗ ﴿ "supaya tidak menjadi kesempitan bagimu." Ini bagian dari tambahan perhatian Allah سبحانه وتعالى terhadap Rasulullah a. ﴾ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا ﴿ "Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," maksudnya, Dia selalu bersifat mengampuni dan merahmati, dan Dia menurunkan sebagian am-punanNya, rahmatNya, kemurahanNya dan kebaikanNya kepada hamba-hambaNya sesuai dengan tuntutan hikmahNya sementara sebab kausalitas didapatkan ada pada mereka.
Ayah: 51 #
{تُرْجِي مَنْ تَشَاءُ مِنْهُنَّ وَتُؤْوِي إِلَيْكَ مَنْ تَشَاءُ وَمَنِ ابْتَغَيْتَ مِمَّنْ عَزَلْتَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكَ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ تَقَرَّ أَعْيُنُهُنَّ وَلَا يَحْزَنَّ وَيَرْضَيْنَ بِمَا آتَيْتَهُنَّ كُلُّهُنَّ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَلِيمًا (51)}.
"Kamu boleh menangguhkan siapa yang kamu kehendaki dari mereka dan menggauli siapa yang kamu kehendaki. Dan siapa-siapa yang kamu ingini (untuk menggaulinya kembali) dari kalangan perempuan yang telah kamu cerai, maka tidak ada dosa bagimu. Yang demikian itu adalah lebih dekat untuk ketenangan hati mereka, dan mereka tidak merasa sedih, dan semuanya rela dengan apa yang telah kamu berikan kepada mereka. Dan Allah mengetahui apa yang tersimpan dalam hatimu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun." (Al-Ahzab: 51).
#
{51} وهذا أيضاً من توسعة الله على رسوله ورحمته به أن أباحَ له تَرْكَ القَسْم بين زوجاتِهِ على وجه الوجوب، وأنَّه إنْ فَعَلَ ذلك؛ فهو تبرعٌ منه، ومع ذلك؛ فقد كان - صلى الله عليه وسلم - يجتهدُ في القَسْم بينهنَّ في كلِّ شيءٍ، ويقول: «اللهم! هذا قَسْمي فيما أملك؛ فلا تَلُمْني فيما لا أملِك» ، فقال هنا: {تُرْجي مَن تشاء منهنَّ}؛ أي: تؤخر من أردتَ من زوجاتك، فلا تؤويها إليك، ولا تبيتُ عندها، {وتُؤوي إليك مَن تشاءُ}؛ أي: تضمُّها وتبيت عندها، {و} مع ذلك؛ لا يتعيَّنُ هذا الأمر. فمن {ابتغيتَ}؛ أي: أن تؤويها، {فلا جُناح عليكَ}: والمعنى أنَّ الخيرة بيدك في ذلك كلِّه. وقال كثيرٌ من المفسِّرين: إنَّ هذا خاصٌّ بالواهبات له أن يُرجي من يشاء ويؤوي من يشاءُ؛ أي: إن شاء؛ قَبِلَ مَنْ وَهَبَتْ نفسها له، وإن شاء؛ لم يقبلها. والله أعلم. ثم بيَّنَ الحكمةَ في ذلك، فقال: {ذلك}؛ أي: التوسعةُ عليك وكونُ الأمر راجعاً إليك وبيدك وكونُ ما جاء منك إليهنَّ تبرعاً منك؛ {أدنى أن تَقَرَّ أعيُنُهُنَّ ولا يحزنَّ ويرضينَ بما آتيتهنَّ كلهنَّ}: لعلمهنَّ أنَّك لم تتركْ واجباً ولم تفرِّطْ في حقٍّ لازم، {والله يعلم ما في قلوبكم}؛ أي: ما يعرض لها عند أداء الحقوق الواجبة والمستحبَّة وعند المزاحمة في الحقوق؛ فلذلك شرع لك التوسعة يا رسول الله؛ لتطمئنَّ قلوبُ زوجاتك، {وكان الله عليماً حليماً}؛ أي: واسع العلم، كثير الحلم، ومِنْ علمِهِ أنْ شَرَعَ لكم ما هو أصلحُ لأموركم وأكثرُ لأجورِكم، ومن حلمِهِ أنْ لم يعاقِبْكُم بما صَدَرَ منكم، وما أصرتْ عليه قلوبُكم من الشرِّ.
(51) Ini juga termasuk keleluasaan dari Allah untuk Rasul-Nya dan kasih sayangNya kepadanya, yaitu Allah membolehkan baginya mengabaikan pembagian (hak mencampuri. Pent.) di antara istri-istrinya secara wajib, dan jika beliau melakukan pem-bagian jatah, maka itu adalah kesukarelaan dari beliau. Sekalipun demikian, Rasulullah a selalu bersungguh-sungguh di dalam me-lakukan pembagian hak di antara mereka dalam segala sesuatu, dan beliau mengatakan, اَللّٰهُمَّ هٰذَا قَسْمِيْ فِيْمَا أَمْلِكُ فَلَا تَلُمْنِيْ فِيْمَا لَا أَمْلِكُ. "Ya Allah, ini adalah pembagianku menurut yang aku mampu, maka janganlah Engkau mencelaku dalam hal yang aku tidak mampu melakukannya."[58] Lalu di sini Allah berfirman, ﴾ تُرۡجِي مَن تَشَآءُ مِنۡهُنَّ ﴿ "Kamu boleh me-nangguhkan siapa yang kamu kehendaki dari mereka," maksudnya, kamu menangguhkan siapa saja yang kamu kehendaki dari istri-istrimu, kamu boleh tidak menggaulinya dan boleh tidak bermalam tidur bersamanya. ﴾ وَتُـٔۡوِيٓ إِلَيۡكَ مَن تَشَآءُۖ ﴿ "Dan (kamu boleh) menggauli siapa yang kamu kehendaki" maksudnya, kamu berkumpul dengannya dan bermalam tidur bersamanya. ﴾ و َ ﴿ "Dan" sekalipun demikian, hal ini tidak harus. Maka siapa saja ﴾ ٱبۡتَغَيۡتَ ﴿ "yang kamu ingini" yaitu agar kamu menggaulinya ﴾ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡكَۚ ﴿ "maka tidak ada dosa bagimu." Maksud-nya, semua pilihan diserahkan kepadamu semuanya. Kebanyakan ahli tafsir mengatakan, "Ini adalah khusus bagi wanita-wanita yang menyerahkan dirinya kepada Nabi. Nabi boleh menangguhkan siapa saja yang dia kehendaki dan menggauli siapa saja yang dia suka. Maksudnya, jika beliau berkehendak, maka beliau boleh menerima wanita yang menyerahkan dirinya kepadanya, dan jika beliau menghendaki, maka beliau boleh untuk tidak menerimanya. Wallahu 'alam. Kemudian Allah menjelaskan hikmah di balik itu semua, se-raya berfirman, ﴾ ذَٰلِكَ ﴿ "Yang demikian itu" maksudnya, kelonggaran untukmu dan keadaan semua permasalahan dikembalikan kepada-mu dan ada pada wewenangmu, dan apa pun yang kamu lakukan kepada mereka itu adalah kesukarelaan darimu, ﴾ أَدۡنَىٰٓ أَن تَقَرَّ أَعۡيُنُهُنَّ وَلَا يَحۡزَنَّ وَيَرۡضَيۡنَ بِمَآ ءَاتَيۡتَهُنَّ كُلُّهُنَّۚ ﴿ "adalah lebih dekat untuk ketenangan hati mereka, dan mereka tidak merasa sedih, dan semuanya rela dengan apa yang telah kamu berikan kepada mereka" karena mereka tahu bahwa engkau tidak pernah mengabaikan kewajiban dan tidak pula engkau mengabaikan hak yang semestinya. ﴾ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا فِي قُلُوبِكُمۡۚ ﴿ "Dan Allah mengetahui apa yang tersimpan dalam hatimu," maksudnya, apa yang terlintas padanya saat melaksanakan hak-hak yang wajib dan yang sunnah dan ketika ada benturan hak-hak. Maka dari itulah diberikan kelonggaran bagimu, wahai Rasulullah, agar hati istri-istrimu merasa tenang. ﴾ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَلِيمٗا ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Pe-nyantun," maksudnya, Mahaluas ilmunya, lagi sangat Penyantun. Dan di antara ilmunya adalah Dia mensyariatkan bagi kalian se-suatu yang lebih baik untuk urusan-urusan kalian dan lebih banyak pahalanya bagi kalian. Dan di antara kesantunanNya adalah Dia tidak menghukum (mengazab) kalian atas kesalahan yang terjadi dari kalian dan atas keburukan yang selalu dilakukan oleh hati kalian.
Ayah: 52 #
{لَا يَحِلُّ لَكَ النِّسَاءُ مِنْ بَعْدُ وَلَا أَنْ تَبَدَّلَ بِهِنَّ مِنْ أَزْوَاجٍ وَلَوْ أَعْجَبَكَ حُسْنُهُنَّ إِلَّا مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ رَقِيبًا (52)}.
"Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh pula mengganti mereka dengan istri-istri yang lain, meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan hamba sahaya yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu." (Al-Ahzab: 52).
#
{52} وهذا شكرٌ من الله الذي لم يزل شكوراً لزوجاتِ رسولِهِ رضي الله عنهنَّ، حيث اخترنَ الله ورسولَه والدارَ الآخرة؛ أنْ رَحِمَهُنَّ وقَصَرَ رسولَه عليهنَّ، فقال: {لا يحلُّ لك النساءُ من بعدُ}: زوجاتك الموجودات، {ولا أن تَبَدَّلَ بهنَّ من أزواج}؛ أي: ولا أن تطلِّقَ بعضهنَّ فتأخُذَ بَدَلَها، فحصل بهذا أمنهنَّ من الضرائر ومن الطلاق؛ لأنَّ الله قضى أنهنَّ زوجاتُه في الدنيا والآخرة، لا يكون بينه وبينهنَّ فرقة، {ولو أعجبك حسنهنَّ}؛ أي: حسن غيرهنَّ؛ فلا يَحْلُلْنَ لك، {إلاَّ ما ملكتْ يمينُك}؛ أي: السراري؛ فذلك جائزٌ لك؛ لأنَّ المملوكات في كراهة الزوجات لَسْنَ بمنزلة الزوجات في الإضرار للزوجات. {وكان الله على كل شيءٍ رَقيباً}؛ أي: مراقباً للأمور وعالماً بما إليه تؤول وقائماً بتدبيرها على أكمل نظام وأحسن إحكام.
(52) Ini adalah kesyukuran dari Allah yang senantiasa Maha Mensyukuri, untuk istri-istri RasulNya yang mana mereka lebih memilih Allah, RasulNya dan negeri akhirat, yaitu dalam bentuk Allah berbelas-kasih kepada mereka dan membatasi RasulNya untuk beristrikan mereka saja, seraya berfirman, ﴾ لَّا يَحِلُّ لَكَ ٱلنِّسَآءُ مِنۢ بَعۡدُ ﴿ "Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah," istri-istrimu yang ada, ﴾ وَلَآ أَن تَبَدَّلَ بِهِنَّ مِنۡ أَزۡوَٰجٖ ﴿ "dan tidak boleh pula mengganti mereka dengan istri-istri yang lain," maksudnya, jangan pula kamu menceraikan salah satu dari mereka lalu mengawini yang lain sebagai gantinya, sehingga terjadilah rasa aman mereka, dari bahaya dan perceraian. Hal ini karena Allah telah menetap-kan bahwa mereka adalah istri-istrinya di dunia dan akhirat, tidak boleh terjadi perceraian antara Nabi dengan mereka. ﴾ وَلَوۡ أَعۡجَبَكَ حُسۡنُهُنَّ ﴿ "Meskipun kecantikannya menarik hatimu," maksudnya, kecantikan selain mereka lebih menawan hatimu, maka tetap tidak halal bagimu, ﴾ إِلَّا مَا مَلَكَتۡ يَمِينُكَۗ ﴿ "kecuali hamba sahaya yang kamu miliki" yaitu, wanita-wanita tawanan perang, maka ini halal bagimu. Sebab, wanita-wanita budak sahaya dalam (sudut pan-dang) ketidaksukaan istri padanya tidaklah sama kedudukannya dengan istri-istri yang sebenarnya dalam mengganggu. ﴾ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ رَّقِيبٗا ﴿ "Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu," maksudnya, Dia selalu mengawasi segala permasalahan, mengetahui bagai-mana berakhirnya permasalahan itu, Dia selalu mengurusinya dengan aturan yang tersempurna dan kerapian yang paling baik.
Ayah: 53 - 54 #
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَنْ تَنْكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمًا (53) إِنْ تُبْدُوا شَيْئًا أَوْ تُخْفُوهُ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (54)}.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan de-ngan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah, dan bila kamu selesai makan, maka keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi, lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar), dan Allah tidak malu pada yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti Rasulullah dan tidak pula mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah beliau wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar di sisi Allah. Jika kamu melahir-kan sesuatu atau menyembunyikannya, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al-Ahzab: 53-54).
#
{53} يأمر تعالى عبادَه المؤمنين بالتأدُّب مع رسول الله - صلى الله عليه وسلم - في دخول بيوتِهِ، فقال: {يا أيُّها الذين آمنوا لا تدخُلوا بيوت النبيِّ إلاَّ أن يُؤْذَنَ لكم إلى طعام}؛ أي: لا تدخُلوها بغير إذنٍ للدخول فيها لأجل الطعام، وأيضاً لا تكونوا {ناظرينَ إناه}؛ أي: منتظرين ومتأنين لانتظار نضجه أو سعة صدرٍ بعد الفراغ منه. والمعنى: أنكم لا تدخُلوا بيوتَ النبيِّ إلاَّ بشرطين: الإذن لكم بالدخول، وأنْ يكون جلوسُكم بمقدارِ الحاجة، ولهذا قال: {ولكنْ إذا دُعيتُم فادْخُلوا فإذا طَعِمْتُم فانتَشِروا ولا مُسْتَأنِسينَ لحديثٍ}؛ أي: قبل الطعام وبعده. ثم بيَّن حكمةَ النهي وفائدتَه، فقال: {إنَّ ذلكم}؛ أي: انتظاركم الزائد على الحاجة {كان يؤذي النبيَّ}؛ أي: يتكلَّف منه ويشقُّ عليه حبسُكم إيَّاه عن شؤون بيتِهِ وأشغاله فيه، {فيَسْتَحيي منكم}: أن يقولَ لكم: اخرُجوا! كما هو جاري العادة أن الناس ـ خصوصاً أهل الكرم منهم ـ يَسْتَحْيونَ أن يُخْرِجوا الناس من مساكنهم، {و} لكن {الله لا يَسْتَحْيي من الحقِّ}: فالأمر الشرعيُّ، ولو كان يُتَوَهَّم أنَّ في تركِهِ أدباً وحياءً؛ فإنَّ الحزم كلَّ الحزم اتِّباعُ الأمر الشرعيِّ، وأنْ يجزمَ أنَّ ما خالفه ليس من الأدب في شيءٍ، والله تعالى لا يستحيي أنْ يأمُرَكم بما فيه الخيرُ لكم والرفقُ لرسوله كائناً ما كان. فهذا أدبُهم في الدخول في بيوته، وأما أدبُهم معه في خطاب زوجاتِهِ؛ فإنَّه: إمَّا أن يحتاجَ إلى ذلك، أو لا يحتاجُ إليه؛ فإن لم يحتج إليه؛ فلا حاجة إليه، والأدب تركُه، وإن احتيج إليه، كأنْ يسألهنَّ متاعاً أو غيره من أواني البيت أو نحوها؛ فإنَّهنَّ يُسْألْنَ {من وراءِ حجابٍ}؛ أي: يكون بينكم وبينهنَّ سترٌ يستر عن النظر؛ لعدم الحاجة إليه، فصار النظر إليهنَّ ممنوعاً بكلِّ حال، وكلامهنَّ فيه التفصيلُ الذي ذكره الله. ثم ذكر حكمةَ ذلك بقوله: {ذلكُم أطهرُ لقلوبكم وقلوبهنَّ}؛ لأنَّه أبعدُ عن الريبة، وكلَّما بَعُدُ الإنسان عن الأسباب الداعيةِ إلى الشرِّ؛ فإنَّه أسلمُ له وأطهرُ لقلبِهِ؛ فلهذا من الأمور الشرعيَّة التي بيَّن الله كثيراً من تفاصيلها أنَّ جميعَ وسائل الشرِّ وأسبابه ومقدِّماته ممنوعةٌ، وأنه مشروعٌ البعد عنها بكلِّ طريق. ثم قال كلمةً جامعةً وقاعدةً عامةً: {وما كان لكم}: يا معشر المؤمنين؛ أي: غير لائقٍ ولا مستحسنٍ منكم، بل هو أقبحُ شيء، {أن تُؤذوا رسولَ الله}؛ أي: أذيَّة قوليَّة أو فعليَّة بجميع ما يتعلَّق به، {ولا أن تَنكِحوا أزواجَه من بعده أبداً}: هذا من جملة ما يؤذيه؛ فإنَّه - صلى الله عليه وسلم - له مقامُ التعظيم والرفعةِ والإكرام، وتزوُّجُ زوجاتِهِ بعدَه مخلٌّ بهذا المقام، وأيضاً؛ فإنهنَّ زوجاتُه في الدُّنيا والآخرة، والزوجيَّةُ باقيةٌ بعد موته؛ فلذلك لا يحلُّ نكاحُ زوجاتِهِ بعده لأحدٍ من أمته. {إنَّ ذلكم كان عند الله عظيماً}: وقد امتثلتْ هذه الأمة هذا الأمر، واجتنبتْ ما نهى الله عنه منه، ولله الحمد والشكر.
(53) Allah سبحانه وتعالى memerintahkan kepada hamba-hambaNya yang beriman agar beretika kepada Nabi a dalam memasuki rumahnya, seraya berfirman, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَدۡخُلُواْ بُيُوتَ ٱلنَّبِيِّ إِلَّآ أَن يُؤۡذَنَ لَكُمۡ إِلَىٰ طَعَامٍ ﴿ "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan." Maksud-nya, Jangan kamu masuk rumahnya tanpa ada izin untuk masuk dari beliau untuk makan makanan. Dan juga, kalian jangan ﴾ نَٰظِرِينَ إِنَىٰهُ ﴿ "menunggu-nunggu waktu masak" maksudnya kalian menunggu dan berlambat-lambat demi menunggu matangnya masakannya, atau berlapang dada sesudah selesai menyantapnya. Maksudnya, kalian jangan masuk rumah-rumah Nabi a, kecuali dengan dua syarat, yaitu kalian diizinkan masuk, dan berdiamnya kalian di rumahnya hanya menurut kadar kebutuhan. Maka dari itu Allah berfirman, ﴾ وَلَٰكِنۡ إِذَا دُعِيتُمۡ فَٱدۡخُلُواْ فَإِذَا طَعِمۡتُمۡ فَٱنتَشِرُواْ وَلَا مُسۡتَـٔۡنِسِينَ لِحَدِيثٍۚ ﴿ "Tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, maka keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan" yaitu, sebelum makan atau sesudahnya. Kemudian Allah menjelaskan hikmah larangan tersebut dan faidahnya, seraya berfirman, ﴾ إِنَّ ذَٰلِكُمۡ ﴿ "Sesungguhnya yang demikian itu," yakni: Menunggu-nunggu yang melebihi kebutuhan,﴾ كَانَ يُؤۡذِي ٱلنَّبِيَّ ﴿ "akan mengganggu Nabi," maksudnya, diamnya kalian (da-lam waktu yang lama itu) memberatkan dan menyusahkan beliau untuk mengurusi urusan rumahnya dan kesibukan-kesibukan di dalamnya. ﴾ فَيَسۡتَحۡيِۦ مِنكُمۡۖ ﴿ "Lalu Nabi malu kepadamu" untuk me-ngatakan kepada kalian, "Keluarlah!" Sebagaimana hal ini telah menjadi kebiasaan manusia, terutama orang-orang yang sangat ramah di antara mereka, mereka malu untuk menyuruh keluar orang-orang dari rumahnya, ﴾ وَ﴿ "dan" akan tetapi ﴾ ٱللَّهُ لَا يَسۡتَحۡيِۦ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ ﴿ "Allah tidak malu pada yang benar." Jadi, perintah syar'i, sekali-pun ada anggapan bahwa di dalam meninggalkannya terdapat etika dan rasa malu, namun tetap harus tegas mengikuti perintah syar'i itu, dan memastikan bahwa apa saja yang menyalahinya, maka sama sekali tidak termasuk dalam etika, dan Allah سبحانه وتعالى tidak malu untuk memerintah kalian melakukan apa yang menjadi ke-baikan bagi kalian. Inilah etika mereka dalam masuk rumah Nabi a. Adapun etika mereka kepada beliau dalam berkomunikasi dengan istri-istrinya ada dua kondisi. Kondisi diperlukan atau kondisi tidak diperlukan. Kalau dalam kondisi tidak diperlukan, maka tidak perlu ada komunikasi, dan etikanya adalah meninggalkannya. Sedangkan jika memang dibutuhkan, seperti untuk menanyakan suatu barang atau lain-lainnya dari perabot rumah atau yang serupa dengannya, maka mereka boleh diminta ﴾ مِن وَرَآءِ حِجَابٖۚ ﴿ "dari belakang tabir," maksudnya, harus ada tirai yang menutup pandangan mata antara kalian dengan mereka, karena tidak ada perlunya meman-dang mereka. Maka dengan demikian, memandang mereka menjadi terlarang dalam bentuk apa pun. Sedangkan berbicara dengan mereka ada rinciannya, seperti yang telah Allah jelaskan di atas. Kemudian Allah menjelaskan hikmah dari itu semua dengan FirmanNya, ﴾ ذَٰلِكُمۡ أَطۡهَرُ لِقُلُوبِكُمۡ وَقُلُوبِهِنَّۚ ﴿ "Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka," sebab ia lebih jauh dari hal yang meragukan. Setiap kali seseorang semakin jauh dari sebab-sebab pemicu keburukan, maka hal itu lebih selamat baginya dan lebih suci bagi hatinya. Ini termasuk permasalahan syar'i yang sering Allah jelaskan perinciannya, yaitu bahwa seluruh sarana atau jalan menuju keburukan, sebab-sebab dan pengantar-pengantarnya di-larang, dan bahwa ia disyariatkan untuk dijauhi dengan segala cara. Kemudian Allah menyampaikan suatu kalimat yang sangat padat dan satu kaidah umum, ﴾ وَمَا كَانَ لَكُمۡ ﴿ "Dan tidak boleh kamu" wahai seluruh kaum Mukminin. Maksudnya, tidak pantas dan tidak baik bagi kalian, bahkan sesuatu yang paling buruk bagi kalian, ﴾ أَن تُؤۡذُواْ رَسُولَ ٱللَّهِ ﴿ "menyakiti Rasulullah." Maksudnya, me-nyakiti dalam bentuk perkataan ataupun perbuatan dengan segala yang berkaitan dengannya, ﴾ وَلَآ أَن تَنكِحُوٓاْ أَزۡوَٰجَهُۥ مِنۢ بَعۡدِهِۦٓ أَبَدًاۚ ﴿ "dan tidak pula mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah beliau wafat." Ini termasuk dari sejumlah hal yang menyakiti beliau, sebab sesung-guhnya Rasulullah a mempunyai kedudukan untuk dihormati, diagungkan dan dimuliakan. Sedangkan mengawini istri-istrinya sepeninggalannya dapat menodai kedudukan ini. Dan juga, se-sungguhnya mereka adalah istri-istri beliau di dunia dan akhirat; hubungan pertalian sumi-istri tetap utuh sesudah beliau wafat, maka dari itu tidak halal menikahi istri-istrinya sepeninggalannya bagi siapa pun dari umatnya. ﴾ إِنَّ ذَٰلِكُمۡ كَانَ عِندَ ٱللَّهِ عَظِيمًا ﴿ "Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar di sisi Allah." Perintah ini benar-benar telah dipatuhi oleh umat ini, dan mereka telah menjauhi sesuatu yang dilarang Allah. Maka segala puji dan syukur hanya untuk Allah.
#
{54} ثم قال تعالى: {إن تُبْدوا شيئاً}؛ أي: تظهروه، {أوْ تُخفوه فإنَّ الله كان بكلِّ شيءٍ عليماً}: يعلم ما في قلوبكم، وما أظهرتموه؛ فيجازيكم عليه.
(54) Kemudian Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ إِن تُبۡدُواْ شَيۡـًٔا ﴿ "Jika kamu melahirkan sesuatu," maksudnya, kalian menampakkannya, ﴾ أَوۡ تُخۡفُوهُ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٗا ﴿ "atau menyembunyikannya, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu," Dia mengetahui apa yang tersimpan di dalam hati kalian dan apa yang kalian tampakkan, lalu nanti Dia akan memberikan balasannya pada kalian.
Ayah: 55 #
{لَا جُنَاحَ عَلَيْهِنَّ فِي آبَائِهِنَّ وَلَا أَبْنَائِهِنَّ وَلَا إِخْوَانِهِنَّ وَلَا أَبْنَاءِ إِخْوَانِهِنَّ وَلَا أَبْنَاءِ أَخَوَاتِهِنَّ وَلَا نِسَائِهِنَّ وَلَا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ وَاتَّقِينَ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدًا (55)}.
"Tidak ada dosa atas istri-istri Nabi (untuk berjumpa tanpa tabir) dengan bapak-bapak mereka, anak-anak laki-laki mereka, saudara laki laki mereka, anak laki-laki dari saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara mereka yang perempuan, pe-rempuan-perempuan yang beriman dan hamba sahaya yang mereka miliki, dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu." (Al-Ahzab: 55).
#
{55} لمَّا ذكر أنهنَّ لا يُسألن متاعاً إلاَّ من وراء حجاب، وكان اللفظُ عامًّا لكلِّ أحدٍ؛ احتيجَ أن يُستثنى منه هؤلاء المذكورون من المحارم، وأنَّه {لا جُناحَ عليهنَّ} في عدم الاحتجاب عنهم، ولم يذكر فيها الأعمام والأخوال؛ لأنَّهنَّ إذا لم يَحْتَجِبْنَ عمَّن هنَّ عماته وخالاته من أبناء الإخوة والأخوات مع رفعتهنَّ عليهم؛ فعدم احتجابهنَّ عن عمِّهنَّ وخالهنَّ من باب أولى، ولأنَّ منطوق الآية الأخرى المصرِّحة بذكر العمِّ والخال مقدَّمة على ما يُفهم من هذه الآية، وقوله: {ولا نسائهنَّ}؛ أي: لا جناح عليهن أن لا يحتجبن عن نسائهنَّ؛ أي: اللاتي من جنسهنَّ في الدين، فيكون ذلك مخرجاً لنساء الكفار، ويُحتمل أنَّ المراد جنس النساء؛ فإنَّ المرأة لا تحتجب عن المرأة، {ولا ما مَلَكَتْ أيمانُهُنَّ}: ما دام العبدُ في ملكها جميعه، ولما رفع الجناح عن هؤلاء؛ شَرَطَ فيه وفي غيره لزومَ تقوى الله، وأنْ لا يكون في ذلك محذورٌ شرعيٌّ، فقال: {واتَّقينَ الله}؛ أي: استعملْنَ تقواه في جميع الأحوال. {إن الله كان على كلِّ شيءٍ شهيداً}: يشهد أعمال العباد ظاهرها وباطنها، ويسمعُ أقوالهم، ويرى حركاتِهِم؛ ثم يجازيهم على ذلك أتمَّ الجزاء وأوفاه.
(55) Setelah Allah سبحانه وتعالى menjelaskan bahwasanya mereka (istri-istri Nabi) tidak boleh ditanya tentang sesuatu kecuali dari balik tabir, sedangkan redaksi lafazhnya bermakna umum bagi setiap orang, maka dibutuhkan adanya pengecualian dari mereka yang disebutkan itu, yaitu para mahram; dan bahwa sesungguhnya ﴾ لَّا جُنَاحَ عَلَيۡهِنَّ ﴿ "tidak ada dosa atas istri-istri Nabi,"dalam berinteraksi tidak menggunakan tirai pembatas dari mereka. Di dalamnya tidak di-sebutkan paman dari bapak dan paman dari ibu. Sebab, istri-istri Nabi itu, apabila tidak perlu berhijab (menggunakan tirai pembatas) terhadap orang yang mana kedudukan istri-istri Nabi itu adalah sebagai bibi (saudari perempuan bapak atau ibu), dari anak-anak dari saudara laki-laki dan dari saudari perempuan, beserta keting-gian kedudukan (status) istri-istri itu atas mereka, maka bolehnya mereka tidak berhijab dari paman (dari bapak atau ibu mereka) tentu lebih utama; dan karena konteks ayat yang lain yang dengan tegas menyebutkan paman (dari bapak dan saudara ibu) diutama-kan atas makna yang bisa dipahami dari ayat ini. Dan FirmanNya, ﴾ وَلَا نِسَآئِهِنَّ ﴿ "Dan tidak pula perempuan-perem-puan mereka," maksudnya, dan tidak ada dosa bagi mereka untuk tidak berhijab dari perempuan-perempuan mereka, yaitu mereka yang sejenis dan seagama. Sehingga konteks lafazh ini mengeluar-kan wanita-wanita kafir. Namun bisa juga maksudnya adalah se-mua jenis wanita, karena seorang perempuan tidak perlu berhijab dari perempuan yang lain, ﴾ وَلَا مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُنَّۗ ﴿ "dan tidak pula hamba sahaya yang mereka miliki," maksudnya, selama budak sahaya itu masih berada dalam kepemilikannya semuanya. Dan setelah Allah mengangkat dosa dari mereka, maka Dia mempersyaratkan padanya dan pada yang lainnya adanya konsis-tensi bertakwa kepada Allah, dan (dengan syarat) kondisinya tidak ada larangan syar'i padanya. Maka Dia berfirman, ﴾ وَٱتَّقِينَ ٱللَّهَۚ ﴿ "Dan bertakwalah kamu kepada Allah," maksudnya, gunakanlah selalu takwa kepada Allah dalam seluruh keadaan. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ شَهِيدًا ﴿ "Sesungguhnya Allah Maha Menyak-sikan segala sesuatu," Dia menyaksikan seluruh amal perbuatan hamba-hambaNya (manusia), yang nampak dan yang tersembunyi, dan Dia selalu mendengar perkataan mereka serta selalu melihat gerak-gerik mereka. Kemudian Dia akan memberikan kepada mereka (atas semua itu) balasan yang paling sempurna dan paling lengkap.
Ayah: 56 #
{إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (56)}
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershala-wat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepada-nya." (Al-Ahzab: 56).
#
{56} وهذا فيه تنبيهٌ على كمال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ورفعةِ درجتِهِ وعلوِّ منزلته عند الله وعند خلقه ورفع ذِكْرِهِ، و {إنَّ الله} تعالى {وملائكتَه يصلُّون} عليه؛ أي: يثني الله عليه بين الملائكةِ وفي الملأ الأعلى لمحبَّته تعالى له، ويُثني عليه الملائكة المقرَّبون، ويدعون له ويتضرَّعون. {يا أيُّها الذين آمنوا صلُّوا عليه وسلِّموا تسليماً}: اقتداءً بالله وملائكته، وجزاءً له على بعض حقوقِهِ عليكم، وتكميلاً لإيمانكم، وتعظيماً له - صلى الله عليه وسلم - ومحبةً وإكراماً، وزيادةً في حسناتكم. وتكفيراً من سيئاتكم، وأفضلُ هيئات الصلاة عليه ـ عليه الصلاة والسلام ـ ما علَّم به أصحابه: «اللهمَّ صلِّ على محمد وعلى آل محمدٍ كما صليت على آل إبراهيم إنك حميد مجيد، وبارك على محمدٍ وعلى آل محمدٍ كما باركت على آل إبراهيم إنَّك حميدٌ مجيدٌ». وهذا الأمر بالصلاة والسلام عليه مشروعٌ في جميع الأوقات، وأوجبَه كثيرٌ من العلماء في الصلاة.
(56) Ini mengandung pemberitahuan akan kesempurnaan Rasulullah a, ketinggian derajatnya dan kemuliaan kedudukannya di sisi Allah dan di sisi makhlukNya serta ketinggian popularitas-nya, dan ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ ﴿ "sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى" ﴾ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ ﴿ "dan ma-laikat-malaikatNya bershalawat" untuknya. Maksudnya, Allah memu-jinya di hadapan para malaikatNya dan malaikat muqarrabun yang paling tinggi kedudukannya, karena kecintaan Allah سبحانه وتعالى kepadanya, dan para malaikat yang muqarrabun (dekat kepada Allah) pun me-muji dan mendoakannya. ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا ﴿ "Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya," dengan meneladani Allah dan para malaikatNya, dan sebagai balasan baginya atas sebagian hak-haknya pada diri kalian, sebagai pelengkap iman kalian, untuk menghormati, mencintai dan memuliakannya, dan untuk menambah amal kebajikan kalian serta penghapus bagi dosa-dosa kalian. Dan bentuk shalawat yang paling utama adalah shalawat yang diajarkannya kepada para sa-habatnya, yaitu: اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. "Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan kepada ke-luarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung. Dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung."[59] Perintah bershalawat dan salam untuk Nabi a ini disyariat-kan di dalam seluruh waktu, dan kebanyakan para ulama mewa-jibkannya di dalam shalat.
Ayah: 57 - 58 #
{إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا (57) وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا (58)}.
"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan akhirat, dan menye-diakan baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang Mukmin dan Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh mereka telah memikul kebo-hongan dan dosa yang nyata." (Al-Ahzab: 57-58).
#
{57 ـ 58} لما أمر تعالى بتعظيم رسوله - صلى الله عليه وسلم - والصلاة والسلام عليه؛ نهى عن أذيَّته، وتوعَّد عليها، فقال: {إنَّ الذين يؤذونَ الله ورسولَه}: وهذا يشملُ كلَّ أذيَّة قوليَّة أو فعليَّة من سبٍّ وشتم أو تنقُّص له أو لدينه أو ما يعود إليه بالأذى، {لَعَنَهُمُ الله في الدُّنيا}؛ أي: أبعدهم وطردهم، ومِنْ لَعْنِهِم في الدُّنيا أنه يتحتَّم قتلُ من شتم الرسول وآذاه، {والآخرةِ وأعدَّ لهم عذاباً [مهيناً]}: جزاءً له على أذاه أن يُؤذى بالعذابِ [الأليم]، فأذيَّة الرسول ليست كأذيَّة غيرِهِ؛ لأنَّه صلى الله عليه وسلم لا يؤمِن العبدُ بالله حتى يؤمنَ برسوله، وله من التعظيم الذي هو من لوازم الإيمانِ ما يقتضي ذلك أنْ لا يكونَ مثلَ غيرِهِ، وإنْ كان أذيَّةُ المؤمنين عظيمةً وإثمهُا عظيماً، ولهذا قال فيها: {والذين يؤذونَ المؤمنين والمؤمناتِ بغير ما اكْتَسَبوا}؛ أي: بغير جناية منهم موجبةٍ للأذى، {فقدِ احْتَمَلوا}: على ظهورِهم {بُهتاناً}: حيث آذَوْهم بغير سببٍ، {وإثماً مبيناً}: حيث تعدَّوْا عليهم وانتهكوا حرمةً أَمرَ اللهُ باحترامِها، ولهذا كان سبُّ آحاد المؤمنين موجباً للتعزير بحسب حالته وعلوِّ مرتبتِهِ؛ فتعزيرُ مَنْ سبَّ الصحابة أبلغُ، وتعزيرُ من سبَّ العلماء وأهل الدين أعظم من غيرهم.
(57-58) Setelah Allah سبحانه وتعالى memerintahkan menghormati Rasulullah a, dan bershalawat dan salam untuknya, maka Allah melarang menyakitinya dan Dia mengancam atas tindakan ini, seraya berfirman, ﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ يُؤۡذُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ ﴿ "Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya." Ini mencakup menyakiti dalam bentuk ucapan atau perbuatan berupa tindakan mencela dan me-maki atau melecehkannya, atau melecehkan agamanya, atau apa saja yang dapat berakibat menyakitinya, ﴾ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فِي ٱلدُّنۡيَا ﴿ "Allah akan melaknatinya di dunia," yakni: Mengusir dan menjauhkan mereka. Di antara laknat atau kutukan terhadap mereka di dunia adalah Dia memastikan[60] terbunuhnya orang yang mencela Rasulullah a dan menyakitinya. ﴾ وَٱلۡأٓخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمۡ عَذَابٗا مُّهِينٗا ﴿ "Dan di akhirat, dan me-nyediakan baginya siksa yang menghinakan."[61] Sebagai balasan baginya atas perbuatan menyakiti Nabi adalah dia disakiti dengan azab yang sangat pedih. Jadi, menyakiti Rasulullah a itu tidak sama dengan menyakiti selain beliau, sebab seorang hamba itu belum beriman kepada Allah hingga beriman kepada RasulNya, sedang-kan beliau mempunyai hak untuk dihormati yang merupakan konsekuensi dari iman, di mana hal ini menuntut agar beliau tidak diperlakukan seperti selainnya, meskipun menyakiti orang-orang Mukmin pun merupakan perbuatan keji dan dosanya sangat besar. Maka dari itu Allah berfirman tentang hal ini,﴾ وَٱلَّذِينَ يُؤۡذُونَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ بِغَيۡرِ مَا ٱكۡتَسَبُواْ ﴿ "Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang Mukmin dan Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat," maksudnya, tanpa perbuatan dosa dari mereka yang mengharus-kan untuk disakiti, ﴾ فَقَدِ ٱحۡتَمَلُواْ ﴿ "maka sesungguhnya mereka telah memikul" di punggung mereka ﴾ بُهۡتَٰنٗا ﴿ "kebohongan" karena mereka telah menyakiti mereka tanpa sebab, ﴾ وَإِثۡمٗا مُّبِينٗا ﴿ "dan dosa yang nyata," karena mereka menzhalimi orang-orang beriman dan menodai kehormatan yang diperintahkan oleh Allah untuk dihormati. Maka dari itu, mencela seorang yang beriman mengharuskan (mengaki-batkan) hukum dera (ta'zir) sesuai dengan kondisi orang Mukmin yang disakiti itu dan ketinggian kedudukannya. Jadi, mendera orang yang mencaci sahabat itu lebih keras, dan mendera orang yang mencaci ulama atau ahli agama itu lebih besar daripada men-caci selain mereka.
Ayah: 59 - 62 #
{يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (59) لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لَا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا (60) مَلْعُونِينَ أَيْنَمَا ثُقِفُوا أُخِذُوا وَقُتِّلُوا تَقْتِيلًا (61) سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا (62)}.
"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak pe-rempuanmu dan istri-istri orang Mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penya-yang. Sesungguhnya jika orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah tidak berhenti, niscaya Kami perintah-kan kamu untuk memerangi mereka, kemudian mereka tidak men-jadi tetanggamu di sana melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya. Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebe-lumnya, dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah." (Al-Ahzab: 59-62).
#
{59} هذه الآية هي التي تسمَّى آية الحجاب، فأمر الله نبيَّه أن يأمُرَ النساء عموماً، ويبدأ بزوجاتِهِ وبناتِهِ ـ لأنَّهنَّ آكدُ من غيرهنَّ، ولأنَّ الآمر لغيره ينبغي أن يبدأ بأهله قبل غيرهم؛ كما قال تعالى: {يا أيُّها الذين آمنوا قُوا أنفسَكم وأهليكم ناراً}. {أن يُدْنينَ عليهنَّ من جلابيبِهنَّ}: وهنَّ اللاَّتي يَكُنَّ فوق الثياب من ملحفةٍ وخمارٍ ورداءٍ ونحوه؛ أي: يغطِّين بها وجوهَهن وصدورَهن، ثم ذكر حكمة ذلك، فقال: {ذلك أدنى أن يُعْرَفْنَ فلا يُؤْذَيْنَ}: دلَّ على وجود أذيَّةٍ إن لم يحتَجِبْن، وذلك لأنهنَّ إذا لم يحتجِبْن، ربَّما ظنَّ أنهنَّ غير عفيفاتٍ، فيتعرَّض لَهُنَّ مَنْ في قلبهِ مرضٌ، فيؤذيهنَّ، وربما استُهين بهنَّ، وظُنَّ أنهنَّ إماء، فتهاون بهنَّ من يريدُ الشرَّ؛ فالاحتجابُ حاسمٌ لمطامع الطامعين فيهنَّ. {وكان الله غفوراً رحيماً}: حيث غفر لكم ما سَلَفَ ورَحِمَكُم بأن بيَّن لكم الأحكام وأوضح الحلال والحرام؛ فهذا سدٌّ للباب من جهتهنَّ.
(59) Ayat ini disebut ayat hijab. Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk memerintah kaum wanita secara umum, dan dimulai dari istri-istrinya dan putri-putrinya, karena mereka lebih ditekan-kan (menjalankan perintah) daripada selain mereka, dan karena pemberi perintah untuk orang lain semestinya memulainya dari keluarganya sebelum memerintah orang lain, sebagaimana Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا ﴿ "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluarga-mu dari api neraka." (At-Tahrim: 6). ﴾ يُدۡنِينَ عَلَيۡهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّۚ ﴿ "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Jibab ini adalah kain yang melapisi pakaian, berupa selimut, khimar (kerudung), kain sorban atau yang serupa dengannya. Maksudnya, hendaklah mereka menutup wajahnya dan dadanya dengannya. Kemudian Allah menyebutkan hikmahnya, ﴾ ذَٰلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَۗ ﴿ "Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu." Ini menunjukkan adanya gangguan apabila mereka (kaum wanita beriman) tidak mengenakan jilbab. Hal ini karena apabila mereka tidak mengenakan jilbab, maka me-reka akan mudah diduga bukan wanita-wanita suci (terhormat), sehingga mudah didatangi oleh orang yang hatinya sakit lalu mengganggu mereka, dan bisa saja mereka dilecehkan, dan mereka diduga sebagai perempuan-perempuan budak sahaya. Dan aki-batnya orang-orang yang menginginkan keburukan meremehkan mereka. Jadi, hijab itu memutus hasrat busuk orang-orang yang berhasrat buruk terhadap mereka. ﴾ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا ﴿ "Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," di mana Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kalian yang telah lalu dan berbelas-kasih kepada kalian dengan menjelas-kan hukum-hukumNya kepada kalian dan menjelaskan sesuatu yang halal dan yang haram. Ini adalah menutup pintu dari arah mereka.
#
{60 ـ 61} وأما من جهة أهل الشرِّ؛ فقد توعَّدهم بقوله: {لئن لم ينتهِ المنافقونَ والذين في قلوبهم مرضٌ}؛ أي: مرض شكٍّ أو شهوةٍ، {والمرجِفون في المدينة}؛ أي: المخوِّفون المرهِبون الأعداء، المتحدِّثون بكثرتِهِم وقوَّتِهِم وضعف المسلمين، ولم يذكرِ المعمولَ الذي ينتهون عنه؛ ليعمَّ ذلك كلَّ ما توحي به أنفسُهم إليهم، وتوسوِسُ به، وتدعو إليه من الشرِّ من التعريض بسبِّ الإسلام وأهله، والإرجاف بالمسلمين، وتوهين قُواهم، والتعرُّض للمؤمنات بالسوء والفاحشة. وغير ذلك من المعاصي الصادرة من أمثال هؤلاء. {لَنُغْرِيَنَّكَ بهم}؛ أي: نأمرك بعقوبتهم وقتالهم ونسلِّطك عليهم، ثم إذا فعلنا ذلك؛ لا طاقةَ لهم بك، وليس لهم قوةٌ ولا امتناعٌ، ولهذا قال: {ثم لا يجاوِرونَكَ فيها إلاَّ قليلاً}؛ أي: لا يجاورونك في المدينة إلاَّ قليلاً؛ بأن تقتُلَهم أو تنفيهم، وهذا فيه دليلٌ لنفي أهل الشرِّ الذين يُتَضَرَّر بإقامتهم بين أظهر المسلمين؛ فإنَّ ذلك أحسم للشرِّ وأبعد منه، ويكونونَ {ملعونينَ أينما ثُقِفوا أُخِذوا وقُتِّلوا تَقْتيلاً}؛ أي: مبعَدين حيثُ وُجِدوا، لا يحصُلُ لهم أمنٌ، ولا يقرُّ لهم قرارٌ، يخشون أن يُقتلوا أو يُحبسوا أو يعاقَبوا.
(60-61) Adapun dari arah orang-orang jahat, maka Allah telah mengancam mereka dengan FirmanNya, ﴾ لَّئِن لَّمۡ يَنتَهِ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ ﴿ "Sesungguhnya jika orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya tidak berhenti" maksudnya, penyakit ragu dan syahwat, ﴾ وَٱلۡمُرۡجِفُونَ فِي ٱلۡمَدِينَةِ ﴿ "dan orang-orang yang me-nyebarkan kabar bohong di Madinah," maksudnya, orang-orang yang meneror dan menakut-nakuti akan adanya musuh, yaitu mereka yang membicarakan banyaknya jumlah dan kekuatan musuh serta kelemahan kaum Muslimin. Allah tidak menyebutkan objek sa-saran di mana di situ mereka berhenti melakukan teror, agar hal itu mencakup segala keburukan yang dibisikkan dan dibujukkan oleh hati mereka, serta yang diserukannya, seperti mengeluarkan kata-kata sindiran, mencaci Islam dan para pemeluknya, menaburkan kegoncangan pada kaum Muslimin, menyepelekan kekuatan me-reka, melecehkan wanita-wanita beriman dengan perbuatan buruk dan keji dan berbagai macam kemaksiatan lainnya yang bersumber dari manusia-manusia semisal mereka. ﴾ لَنُغۡرِيَنَّكَ بِهِمۡ ﴿ "Niscaya Kami perintahkan kamu untuk memerangi mereka." Maksudnya, niscaya Kami perintahkan padamu untuk menyiksa mereka dan memerangi mereka, dan Kami akan men-jadikanmu berkuasa atas mereka. Lalu, apabila Kami telah mela-kukan hal itu, maka mereka sama sekali tidak mempunyai daya untuk menghadapimu, dan tidak mempunyai kekuatan ataupun pertahanan untuk mempertahankan diri. Maka dari itu Allah ber-firman, ﴾ ثُمَّ لَا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَآ إِلَّا قَلِيلٗا ﴿ "Kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu di sana melainkan dalam waktu yang sebentar." Maksudnya, mereka tidak menjadi tetanggamu di Madinah kecuali sebentar, karena kamu membunuh mereka atau mengusir mereka. Ini adalah dalil untuk pengusiran orang-orang jahat yang keberadaan mereka di tengah-tengah kaum Muslimin membahayakan. Sesungguhnya cara yang demikian itu lebih efektif untuk menumpas kejahatan dan lebih jauh darinya, dan mereka menjadi ﴾ مَّلۡعُونِينَۖ أَيۡنَمَا ثُقِفُوٓاْ أُخِذُواْ وَقُتِّلُواْ تَقۡتِيلٗا ﴿ "terlaknat, di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya." Maksudnya, mereka diusir di mana saja mereka dijumpai, mereka tidak akan merasakan rasa aman dan tidak pula rasa tentram, mereka takut dibunuh, atau ditawan atau disiksa.
#
{62} {سُنَّةَ الله في الذين خَلَوْا من قبلُ}: أنَّ مَن تمادى في العصيانِ وتجرَّأ على الأذى ولم ينتهِ منه؛ فإنَّه يعاقَب عقوبةً بليغةً، {ولنْ تَجِدَ لسنَّةِ الله تبديلاً}؛ أي: تغييراً، بل سنته تعالى وعادتُه جاريةٌ مع الأسباب المقتضية لأسبابها.
(62) ﴾ سُنَّةَ ٱللَّهِ فِي ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلُۖ ﴿ "Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelumnya," yaitu bahwa siapa saja yang terus bergelimang dalam kemaksiatan dan berbuat lancang mengganggu (kaum Muslimin) dan tidak berhenti dari perbuatan ini, maka dia pasti akan disiksa dengan siksaan yang sangat keras, ﴾ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ ٱللَّهِ تَبۡدِيلٗا ﴿ "dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah." Maksudnya, tidak ada pergantian. Akan tetapi Sunnah dan kebiasaan Allah سبحانه وتعالى itu terus berlaku disertai dengan faktor-faktor yang menuntut adanya sebab kausalitasnya.
Ayah: 63 - 68 #
{يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا (63) إِنَّ اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا (64) خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا لَا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا (65) يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا (66) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا (67) رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا (68)}.
"Manusia bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Hari Kiamat. Katakanlah, 'Sesungguhnya pengetahuan tentang Hari Kiamat itu hanya di sisi Allah.' Dan tahukah kamu, boleh jadi Hari Kiamat itu sudah dekat waktunya. Sesungguhnya Allah me-laknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong. Pada hari ketika muka mereka dibolak-balik-kan dalam neraka, mereka berkata, 'Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat pula kepada Rasul.' Dan mereka berkata, 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah menaati pe-mimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan. Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar'." (Al-Ahzab: 63-68).
#
{63} أي: يستخبرك الناسُ عن الساعة استعجالاً لها، وبعضُهم تكذيباً لوقوعها وتعجيزاً للذي أخبر بها، {قُل} لهم: {إنَّما علمُها عند الله}؛ أي: لا يعلمُها إلاَّ الله؛ فليس لي ولا لغيري بها علمٌ، ومع هذا؛ فلا تستبطئوها، {وما يُدْريكَ لعلَّ الساعةَ تكونُ قريباً}.
(63) Manusia mencari tahu kepadamu (wahai Muhammad) tentang kiamat dengan tujuan agar disegerakan; dan sebagian mereka bermaksud mendustakan kebenarannya dan bermaksud untuk mendiskreditkan orang yang menginformasikannya. ﴾ قُلۡ ﴿ "Katakanlah" kepada mereka, ﴾ إِنَّمَا عِلۡمُهَا عِندَ ٱللَّهِۚ ﴿ "Sesungguhnya penge-tahuan tentangnya hanya di sisi Allah." Maksudnya, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Jadi, aku dan orang selainku tidak mempunyai pengetahuan tentang kapan terjadinya. Sekalipun demikian, kalian jangan sekali-kali menganggapnya lambat,﴾ وَمَا يُدۡرِيكَ لَعَلَّ ٱلسَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا ﴿ "dan tahukah kamu, boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya."
#
{64 ـ 66} ومجردُ مجيء الساعة قرباً وبعداً ليس تحته نتيجةٌ ولا فائدةٌ، وإنَّما النتيجة والخسار والربح والشقاوة والسعادة: هل يستحقُّ العبدُ العذاب أو يستحقُّ الثواب؛ فهذه سأخبركم بها وأصفُ لكم مستحقَّها، فوصف مستحقَّ العذاب ووصف العذاب؛ لأنَّ الوصف المذكور منطبقٌ على هؤلاء المكذِّبين بالساعة، فقال: {إنَّ الله لَعَنَ الكافرين}؛ أي: الذين صار الكفر دأبهم وطريقتهم الكفر بالله وبرسُلِهِ وبما جاؤوا به من عند الله، فأبعدهم في الدنيا والآخرة من رحمته، وكفى بذلك عقاباً، {وأعدَّ لهم سعيراً}؛ أي: ناراً موقدةً تُسَعَّرُ في أجسامهم، ويبلغُ العذاب إلى أفئدتهم، ويخلدون في ذلك العذاب الشديد، فلا يخرجونَ منه، ولا يُفَتَّرُ عنهم ساعةً، {ولا يجدون} لهم {وليًّا}: فيعطيهم ما طلبوه {ولا نصيراً}: يدفعُ عنهم العذابَ، بل قد تخلَّى عنهم العلي النصير وأحاطَ بهم عذابُ السعير، وبلغ منهم مبلغاً عظيماً، ولهذا قال: {يوم تُقَلَّبُ وجوهُهم في النارِ}: فيذوقون حرَّها، ويشتدُّ عليهم أمرُها، ويتحسرون على ما أسلفوا. و {يقولونَ يا لَيْتَنا أطَعْنا الله وأطَعْنا الرسولا}: فسلِمْنا من هذا العذاب، واستَحْقَقنا كالمطيعين جزيلَ الثواب، ولكن أمنية فاتَ وقتُها، فلم تفدهم إلا حسرةً وندماً وهمًّا وغمًّا وألماً.
(64-66) Kalau hanya sekedar kedatangan kiamat, cepat atau lambat, sama sekali tidak ada nilai dan tidak ada pula faidah-nya, akan tetapi yang menjadi (tolok ukur) nilai; kerugian, dan keuntungan, kesengsaraan dan kebahagiaan itu adalah: Apakah seseorang berhak mendapat azab atau mendapat pahala. Maka hal ini akan aku beritakan kepada kalian dan akan aku jelaskan orang yang berhak menerimanya. Kemudian Dia menjelaskan orang yang berhak menerima azab dan tentang azab itu sendiri, karena uraian tersebut sangat pas atas mereka yang mendustakan kiamat itu. Allah berfirman, ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ لَعَنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "Sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir," maksudnya, orang-orang yang watak kufur telah menjadi jalan hidup mereka, dan jalan hidup mereka adalah kafir terhadap Allah سبحانه وتعالى, para RasulNya dan syariat yang mereka ajarkan dari Allah سبحانه وتعالى. Maka Allah mengusir dan menjauhkan mereka di dunia dan akhirat dari rahmatNya, dan cukuplah itu menjadi siksaan bagi mereka, ﴾ وَأَعَدَّ لَهُمۡ سَعِيرًا ﴿ "dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala," maksudnya, api neraka yang bergejolak yang membakar jasad mereka, dan azab itu sampai kepada hati mereka, dan mereka dikekalkan di dalam azab yang sangat dahsyat itu, hingga mereka tidak akan dikeluarkan darinya dan tidak dihentikan azab itu (walau) sesaat pun. ﴾ لَّا يَجِدُونَ ﴿ "Mereka tidak memperoleh" untuk me-reka ﴾ وَلِيّٗا ﴿ "seorang pelindung " sehingga dia bisa memberikan apa yang mereka minta, ﴾ وَلَا نَصِيرٗا ﴿ "dan tidak pula seorang penolong" yang dapat mencegah azab dari mereka. Bahkan Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Penolong berlepas diri dari mereka, dan mereka pun diliputi azab api yang bernyala-nyala, menjilat mereka sampai tiada tara. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ يَوۡمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمۡ فِي ٱلنَّارِ ﴿ "Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka" dan mereka pun merasakan panasnya, dan sengatannya pun makin dahsyat menimpa mereka, dan mereka menyesali amal yang telah mereka lakukan dahulu, dan ﴾ يَقُولُونَ يَٰلَيۡتَنَآ أَطَعۡنَا ٱللَّهَ وَأَطَعۡنَا ٱلرَّسُولَا۠ ﴿ "mereka berkata, 'Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat pula kepada Rasul" maka kami tentu selamat dari azab ini, dan kami tentu ber-hak menerima, (seperti halnya orang-orang yang taat), pahala yang berlipat ganda. Namun itu semua adalah angan-angan yang wak-tunya telah berlalu, maka ia sama sekali tidak berguna bagi mereka kecuali sebagai penyesalan, kesedihan, kepiluan, dan kepedihan.
#
{67} {وقالوا ربَّنا إنَّا أطَعْنا سادتنا وكبراءنا}: وقلَّدْناهم على ضلالهم، {فأضَلُّونا السبيلا}؛ كقوله تعالى: {ويوم يَعَضُّ الظالمُ على يديهِ يقولُ يا ليتني اتَّخَذْتُ مع الرسولِ سبيلاً. يا وَيْلتى لَيْتَني لم أتَّخِذْ فلاناً خليلاً. لقد أضلَّني عن الذِّكْر [بعد إذ جاءني] ... } الآية.
(67) ﴾ وَقَالُواْ رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعۡنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا ﴿ "Dan mereka berkata, 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pem-besar-pembesar kami'," dan kami telah bertaklid kepada mereka da-lam kesesatan mereka, ﴾ فَأَضَلُّونَا ٱلسَّبِيلَا۠ ﴿ "lalu mereka menyesatkan kami dari jalan." Ini sebagaimana Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ وَيَوۡمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيۡهِ يَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي ٱتَّخَذۡتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلٗا 27 يَٰوَيۡلَتَىٰ لَيۡتَنِي لَمۡ أَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِيلٗا 28 لَّقَدۡ أَضَلَّنِي عَنِ ٱلذِّكۡرِ بَعۡدَ إِذۡ جَآءَنِيۗ ﴿ "Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zhalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata, 'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan (yang lurus) bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Qur`an ketika al-Qur`an telah datang kepadaku'." (Al-Furqan: 27-29).
#
{68} ولما علموا أنَّهم هم وكبراءهم مستحقُّون للعقاب؛ أرادوا أن يشتفوا ممَّنْ أضلُّوهم، فقالوا: {ربَّنا آتهم ضِعْفَيْنِ من العذاب والْعَنْهم لَعناً كبيراً}: فيقول الله {لكلٍّ ضعف}: فكلُّكم اشتركتُم في الكفر والمعاصي، فتشتركون في العقاب، وإنْ تفاوت عذابُ بعضِكم على بعض بحسب تفواتِ الجرم.
(68) Setelah mereka mengetahui bahwa mereka dan para pemimpin mereka sudah pasti menerima azab, maka mereka ingin menghinakan orang-orang yang telah menyesatkan mereka, maka mereka mengatakan, ﴾ رَبَّنَآ ءَاتِهِمۡ ضِعۡفَيۡنِ مِنَ ٱلۡعَذَابِ وَٱلۡعَنۡهُمۡ لَعۡنٗا كَبِيرٗا ﴿ "Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar," maka Allah mengatakan, ﴾ لِكُلّٖ ضِعۡفٞ ﴿ "Masing-masing mendapat dua kali lipat." (Al-A'raf: 7). Karena masing-masing dari kalian sama-sama melakukan kekafiran dan kemaksiatan, maka kalian sama-sama menerima azab; dan sesungguhnya perbedaan azab di antara kalian tergan-tung pada perbedaan dosa.
Ayah: 69 #
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ آذَوْا مُوسَى فَبَرَّأَهُ اللَّهُ مِمَّا قَالُوا وَكَانَ عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا (69)}
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah member-sihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah." (Al-Ahzab: 69)
#
{69} يحذِّر تعالى عبادَه المؤمنين عن أذيَّة رسولهم محمدٍ - صلى الله عليه وسلم - النبيِّ الكريم الرءوف الرحيم، فيقابلوه بضدِّ ما يجب له من الإكرام والاحترام، وأن لا يتشبَّهوا بحال الذين آذَوْا موسى بن عمران كليم الرحمن، فبرَّأه اللَّه مما قالوا من الأذيَّة؛ أي: أظهر الله لهم براءته، والحالُ أنَّه عليه الصلاة والسلام ليس محلَّ التهمة والأذية؛ فإنَّه كان وجيهاً عند الله، مقرباً لديه، من خواصِّ المرسلين، ومن عباد الله المخلَصين، فلم يزجرهم ما له من الفضائل عن أذيَّته والتعرُّض له بما يكره. فاحذروا أيُّها المؤمنون أن تتشبَّهوا بهم في ذلك، والأذيَّة المشار إليها هي قولُ بني إسرائيل عن موسى لما رأوا شدَّة حيائِهِ وتستُّره عنهم: إنَّه ما يمنعُه من ذلك إلاَّ أنَّه آدرُ؛ أي: كبير الخصيتين، واشتهر ذلك عندهم، فأراد الله أن يبرِّئه منهم، فاغتسل يوماً، ووضع ثوبه على حجر، ففرَّ الحجر بثوبه، فأهوى موسى عليه السلام في طلبه، فمرَّ به على مجالس بني إسرائيل، فرأوه أحسن خلق الله، فزال عنه ما رموه به.
(69) Allah سبحانه وتعالى mengingatkan hamba-hambaNya yang ber-iman untuk tidak menyakiti Rasulullah, Muhammad a, nabi yang mulia lagi pengasih dan penyayang, agar mereka tidak membalas-nya dengan lawan dari sikap-sikap yang wajib, seperti memuliakan dan menghormati, dan hendaknya mereka tidak meniru perilaku orang-orang yang menyakiti Musa bin Imran, Kalim ar-Rahman. Lalu Allah membebaskannya dari apa yang mereka katakan. Maksud-nya, Allah menampakkan kepada mereka keselamatan (kebersihan) Musa darinya. Padahal (fakta) kondisinya Nabi Musa عليه السلام bukanlah tempat tuduhan (dialamatkan) atau untuk disakiti, karena mem-punyai kedudukan terhormat di sisi Allah, didekatkan kepadaNya, dan termasuk golongan Rasul yang istimewa dan termasuk hamba-hambaNya yang disucikan. Namun keutamaan-keutamaan yang dimilikinya tidak membuat mereka jera untuk menyakitinya dan mengganggunya dengan hal-hal yang tidak dia suka. Maka waspa-dalah wahai orang-orang yang beriman, agar tidak meniru mereka dalam hal ini. Gangguan yang dimaksud adalah ucapan Bani Israil tentang Nabi Musa saat mereka mengetahui sifat Nabi Musa yang sangat pemalu dan sangat menutup diri dari mereka, "Sesungguhnya tidak ada yang mencegahnya dari sikap yang demikian itu selain karena dia berpenyakit adar." Maksudnya, buah dzakar kemaluan-nya sangat besar membengkak, dan hal ini menyebar luas di ka-langan mereka. Maka Allah berkehendak membebaskannya dari tuduhan mereka, maka pada suatu hari beliau mandi dan beliau meletakkan pakaiannya di atas batu, kemudian batu itu mengge-linding membawa pakaian tersebut. Maka Musa pun mengejarnya untuk mengambil pakaiannya, dan batu itu pun terus membawa-nya hingga melintasi Majelis Bani Israil, sehingga mereka melihat-nya sebagai sebaik-baik ciptaan Allah. Maka sirnalah apa yang mereka tuduhkan kepadanya.[62]
Ayah: 70 - 71 #
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71)}.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah mem-perbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (Al-Ahzab: 70-71).
#
{70} يأمر تعالى المؤمنين بتقواه في جميع أحوالِهِم في السرِّ والعلانية، ويخصُّ منها ويندب للقول السديد، وهو القول الموافق للصواب أو المقارب له عند تعذُّر اليقين من قراءةٍ وذكرٍ وأمرٍ بمعروف ونهي عن منكر وتعلُّم علم وتعليمه والحرص على إصابة الصواب في المسائل العلميَّة وسلوك كلِّ طريق موصِل لذلك وكل وسيلةٍ تُعين عليه. ومن القول السديد لينُ الكلام ولطفُه في مخاطبة الأنام والقول المتضمِّن للنُّصح والإشارة بما هو الأصلح.
(70) Allah سبحانه وتعالى memerintahkan kaum Mukminin untuk ber-takwa kepadaNya dalam seluruh kondisi mereka, lahir dan batin. Dari takwa itu Allah mengkhususkan dan menyunnahkan untuk berkata benar, yaitu perkataan yang sejalan dengan yang benar atau mendekati kebenaran di saat sesuatu yang meyakinkan itu udzur (sulit dipastikan), berupa bacaan, dzikir, amar ma'ruf, nahi mungkar, mempelajari ilmu dan mengajarkannya, berupaya mak-simal untuk memperoleh yang tepat dalam masalah-masalah ilmiah, dan menempuh setiap jalan yang dapat mengantarkan ke sana dan setiap sarana yang membantu untuknya. Dan termasuk perkataan yang benar adalah berkata lembut dan santun dalam berbicara kepada orang lain dan perkataan yang mengandung nasihat dan bimbingan kepada apa yang lebih maslahat.
#
{71} ثم ذَكَرَ ما يترتَّب على تقواه وقول القول السديدِ، فقال: {يُصْلِحْ لكم أعمالَكم}؛ أي: يكون ذلك سبباً لصلاحها وطريقاً لقَبولها؛ لأنَّ استعمال التقوى تُتَقَبَّلُ به الأعمال؛ كما قال تعالى: {إنَّما يتقبَّلُ الله من المتَّقينَ}: ويوفَّق فيه الإنسان للعمل الصالح، ويُصْلِحُ الله الأعمال أيضاً بحفظها عما يُفْسِدُها وحفظِ ثوابها ومضاعفتِهِ؛ كما أنَّ الإخلال بالتقوى والقول السديد سببٌ لفسادِ الأعمال وعدم قَبولها وعدم ترتب آثارِها عليها، {ويَغْفِرْ لكم}: أيضاً {ذنوبكم}: التي هي السببُ في هلاكِكُم؛ فالتَّقْوى تستقيمُ بها الأمور، ويندفعُ بها كلُّ محذور، ولهذا قال: {ومَن يُطِع اللهَ ورسولَه فقد فاز فوزاً عظيماً}.
(71) Kemudian Allah menjelaskan pengaruh yang ditimbul-kan oleh takwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar, seraya berfirman, ﴾ يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ ﴿ "Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu," maksudnya, hal itu dapat menjadi sebab bagi keshalihan (kebaikan) amal dan jalan untuk diterima. Karena dengan menggunakan takwa, maka amal kebajikan bisa diterima, sebagaimana Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ 27 ﴿ "Sesungguhnya Allah hanya akan menerima amal dari orang-orang yang bertakwa." (Al-Ma`idah: 27). Dan dengannya pula seseorang akan diberi taufik untuk ber-amal shalih, dan Allah akan memperbaiki amal-amalnya dengan cara memeliharanya dari hal-hal yang dapat merusaknya, menjaga pahalanya dan melipatgandakannya. Demikian pula, mengabaikan takwa dan ucapan yang benar merupakan sebab bagi rusaknya amal kebajikan, ia tidak diterima dan tidak mempunyai bekas (pe-ngaruh). ﴾ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ﴿ "Dan mengampuni bagimu" juga ﴾ ذُنُوبَكُمۡۗ ﴿ "dosa-dosa-mu" yang merupakan sebab kebinasaan kalian. Jadi, dengan takwa, berbagai perkara dapat menjadi lurus, dan dengannya pula segala yang terlarang menjadi terhindarkan. Maka dari itu Allah berfir-man, ﴾ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا ﴿ "Dan barangsiapa menaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya dia telah mendapat kemenangan yang besar."
Ayah: 72 - 73 #
{إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا (72) لِيُعَذِّبَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (73)}
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikulnya dan mereka khawatir padanya, dan dipikullah ama-nat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh, sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan Allah menerima taubat orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Ahzab: 72-73).
#
{72} يعظِّم تعالى شأنَ الأمانةَ التي ائتمنَ اللَّه عليها المكلَّفين، التي هي امتثال الأوامر واجتناب المحارم في حال السرِّ والخفية كحال العلانية، وأنَّه تعالى عَرَضَها على المخلوقات العظيمة السماواتِ والأرض والجبال عرضَ تخييرٍ لا تحتيم، وأنَّكِ إن قمتِ بها وأدَّيْتِيها على وجهها؛ فلكِ الثوابُ، وإنْ لم تَقومي بها ولم تؤدِّيها؛ فعليكِ العقاب، {فأبَيْنَ أن يَحْمِلْنَها وأشفَقْنَ منها}؛ أي: خوفاً أن لا يقمنَ بما حملن، لا عصياناً لربِّهن ولا زهداً في ثوابه، وعرضها الله على الإنسان على ذلك الشرط المذكور، فقَبِلَها وحملها مع ظلمِهِ وجهلِهِ، وحمل هذا الحمل الثقيل.
(72) Allah سبحانه وتعالى mengagungkan masalah amanah yang diama-nahkan Allah kepada orang-orang mukallaf, yang pada hakikatnya adalah mematuhi perintah-perintah dan menjauhi larangan-lara-ngan dalam kondisi tersembunyi dan rahasia sebagaimana pada kondisi terbuka; dan bahwasanya Allah سبحانه وتعالى telah menawarkannya kepada semua makhluk yang besar-besar, yaitu langit, bumi dan gunung secara sukarela (memilih), bukan mewajibkan, dan (dika-takan kepada mereka), "Kalau kamu melaksanakannya dan menu-naikannya sebagaimana mestinya, maka kamu mendapat pahala; dan jika kamu tidak melaksanakannya dan tidak menunaikannya, maka kamu akan ditimpa azab, ﴾ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا ﴿ "maka semua-nya enggan untuk memikulnya dan mereka khawatir padanya" maksud-nya, takut kalau tidak sanggup mengembannya, bukan karena durhaka kepada Rabbnya, dan juga bukan karena tidak berminat kepada pahalanya. Kemudian Allah menawarkannya kepada ma-nusia dengan persyaratan tersebut di atas. Maka dia pun menerima dan menanggungnya sekalipun dia zhalim dan bodoh, dan dia pun memikul beban yang sangat berat ini.
#
{73} فانقسم الناس بحسب قيامهم بها وعدمِهِ إلى ثلاثة أقسام: منافقون [أظهروا أنهم] قاموا بها ظاهراً لا باطناً، ومشركون تركوها ظاهراً وباطناً، ومؤمنون قائمون بها ظاهراً وباطناً. فذكرَ الله تعالى أعمالَ هذه الأقسام الثلاثة وما لهم من الثوابِ والعقابِ، فقال: {ليعذِّبَ الله المنافقينَ والمنافقاتِ والمشركينَ والمشركاتِ ويتوبَ الله على المؤمنين والمؤمنات وكان الله غفوراً رحيماً}: فله تعالى الحمدُ حيث خَتَمَ هذه الآية بهذين الاسمين الكريمين الدالَّيْن على تمام مغفرةِ الله وسعة رحمتِهِ وعموم جوده، مع أنَّ المحكوم عليهم كثيرٌ، منهم لم يستحقَّ المغفرة والرحمة، لنفاقِهِ وشركِهِ.
(73) Maka manusia terbagi menjadi tiga bagian menurut pelaksanaan atau tidaknya amanat tersebut. Yaitu: (Pertama), kaum munafik. Mereka menampakkan bahwa mereka melaksanakannya secara lahir, tidak secara batin. Dan (kedua), orang-orang musyrik yang mengabaikannya secara lahir dan batin. Dan (ketiga), orang-orang Mukmin yang menunaikannya secara lahir dan batin. Lalu Allah سبحانه وتعالى menjelaskan perbuatan tiga macam manusia ini dan apa yang pantas bagi mereka, pahala atau siksaan, seraya berfirman, ﴾ لِّيُعَذِّبَ ٱللَّهُ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ وَٱلۡمُشۡرِكَٰتِ وَيَتُوبَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمَۢا ﴿ "Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan orang-orang musyrikin laki-laki dan pe-rempuan; dan Allah menerima taubat orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Maka segala puji hanya untukNya, yang mana telah mengakhiri ayat ini dengan dua nama(Nya) yang sangat mulia yang menunjukkan kepada kesempurnaan ampunan Allah dan luasnya rahmatNya, serta keuniversalan kemurahanNya, padahal sesungguhnya ma-nusia-manusia yang akan diadili sangat banyak, di antara mereka ada yang tidak berhak mendapat ampunan dan rahmat karena kenifakan dan kesyirikannya.
Selesailah tafsir surat al-Ahzab, dengan segala puji bagi Allah dan pertolongan dariNya.