Ayah:
TAFSIR SURAT AL-MU`MINUN (Orang-orang yang Beriman)
TAFSIR SURAT AL-MU`MINUN (Orang-orang yang Beriman)
Makkiyah
Ayah: 1 - 11 #
{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7) وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (9) أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (10) الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (11)}.
"Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman itu. (Yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada ber-guna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya, mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi. (Yakni) yang akan mewa-risi Surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya." (Al-Mu`minun: 1-11).
Ini merupakan sanjungan dari Allah, dengan menyebutkan hamba-hambaNya yang beriman dan menceritakan keberuntung-an dan kebahagiaan mereka serta cara yang menyebabkan mereka memperolehnya. Termasuk dalam hal itu adalah anjuran untuk menyerupakan diri dengan sifat-sifat mereka dan pengarahan untuk menyukainya. Hendaknya, seorang hamba dan orang lain memban-dingkan dirinya dengan kandungan ayat-ayat ini. Melalui metode ini, akan terdeteksi sejauh mana keimanan yang menyertai dirinya dan orang lain, dari sisi peningkatan maupun pengenduran, sema-kin berat maupun semakin ringan.
#
{1} فقوله: {قد أفلح المؤمنونَ}؛ أي: قد فازوا وسَعِدوا ونجحوا، وأدركوا كلَّ ما يرام، المؤمنون الذين آمنوا بالله، وصدَّقوا المرسلين.
(1) Firman Allah تعالى, ﴾ قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ﴿ "Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman itu," maksudnya mereka telah memperoleh kemenangan, kebahagiaan dan keberuntungan serta telah berhasil menggapai apa yang dicita-citakan. Mereka adalah kaum Mukminin yang telah beriman kepada Allah dan membenarkan para utusan Allah.
#
{2} الذين من صفاتهم الكاملة أنهم {في صلاتهم خاشِعونَ}: والخشوع في الصلاة هو حضورُ القلب بين يدي الله تعالى، مستحضراً لقربه، فيسكن لذلك قلبه، وتطمئن نفسه، وتسكن حركاتُه، ويقلُّ التفاتُه، متأدِّباً بين يدي ربِّه، مستحضراً جميع ما يقوله ويفعله في صلاتِهِ من أول صلاته إلى آخرها، فتنتفي بذلك الوساوس والأفكار الرديَّة، وهذا روح الصلاة والمقصود منها، وهو الذي يُكْتَبُ للعبد؛ فالصلاةُ التي لا خشوع فيها ولا حضورَ قلبٍ، وإنْ كانت مُجْزِيَةً مثاباً عليها؛ فإنَّ الثواب على حسب ما يَعْقِلُ القلب منها.
(2) Orang-orang yang sebagian kesempurnaan sifat mereka, adalah bahwa mereka ﴾ ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ﴿ "(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya." Khusyu' dalam shalat, hakikatnya ialah hadirnya hati di hadapan Allah, berusaha hadir untuk men-dekatiNya sehingga dengan itu, hati menjadi tenang, jiwanya me-rengkuh ketentraman, gerakan-gerakannya menjadi tenang serta keberpalingannya berkurang, untuk menjaga kesopanan di hadapan Rabbnya dan menghayati setiap ucapan dan gerakan shalatnya, dari awal sampai selesai. Berkat itu, bisikan-bisikan setan dan pi-kiran-pikiran yang hina lenyap. Inilah ruh (substansi) shalat yang menjadi tujuan pelaksanaannya. Itulah yang diwajibkan untuk hamba. Shalat yang tidak memuat unsur kekhusyu'an sama sekali, dan tanpa penghayatan hati, kendatipun sudah cukup menggugur-kan kewajiban dan mendatangkan pahala, namun sungguh besar-kecilnya pahala tergantung dengan sejauh mana hati menghayati shalatnya.
#
{3} {والذين هم عن اللغو}: وهو الكلام الذي لا خير فيه ولا فائدة، {معرضون}: رغبةً عنه وتنزيهاً لأنفسهم وترفُّعاً عنه، وإذا مرُّوا باللغو مرُّوا كراماً، وإذا كانوا معرضين عن اللغو؛ فإعراضُهم عن المحرَّم من باب أولى وأحرى، وإذا مَلَكَ العبدُ لسانَه وخَزَنَه إلاَّ في الخير؛ كان مالكاً لأمرِهِ؛ كما قال النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - لمعاذ بن جبل حين وصَّاه بوصايا؛ قال: «ألا أخبرك بملاك ذلك كله؟». قلت: بلى يا رسول الله! فأخذ بلسان نفسه وقال: «كفَّ عليك هذا». فالمؤمنون من صفاتهم الحميدة كفُّ ألسنتهم عن اللغو والمحرَّمات.
(3) ﴾ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ ﴿ "Dan orang-orang yang dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna," yaitu perbincangan yang tidak ada muatan kebaikan dan kegunaannya sama sekali, ﴾ مُعۡرِضُونَ ﴿ "mereka menjauhkan diri," karena kebencian dan ingin menjaga diri serta ke-engganan. Bila mendapati tindakan sia-sia, mereka sekedar mele-watinya dengan menjaga kehormatan diri. Jika mereka berpaling dari tindakan yang sia-sia, maka sudah semestinya mereka lebih menjauhi dari perkara-perkara yang diharamkan. Kalau seorang hamba mampu menguasai lisannya dan menyimpannya kecuali dalam kebaikan, maka dia akan berhasil mengendalikan perkara (agamanya). Seperti kandungan hadits yang disampaikan oleh Rasulullah kepada sahabat Mu'adz bin Jabal manakala beliau ber-pesan kepada sahabat itu dengan beberapa wasiat. Beliau bersabda, أَلَا أُخْبِرُكَ بِمَلَاكِ ذٰلِكَ كُلِّهِ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ، قَالَ: فَأَخَذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ وَقَالَ: كُفَّ عَلَيْكَ هٰذَا. "Tidakkah kamu mau aku mengabarimu dengan pengendali perkara itu semuanya?" Aku menjawab, "Sudah tentu wahai Rasulullah." Maka beliau memegang lisan sendiri seraya berkata, "Kamu tahanlah ini." (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi). Kaum Mukminin, sebagian dari ciri mereka yang terpuji, ada-lah mengekang lisan-lisan mereka dari ucapan sia-sia dan omongan haram.
#
{4} {والذين هم للزَّكاةِ فاعلون}؛ أي: مؤدُّون لزكاة أموالهم على اختلاف أجناس الأموال؛ مزكين لأنفسهم من أدناس الأخلاق ومساوئ الأعمال التي تزكو النفوس بتركِها وتجنُّبِها؛ فأحسنوا في عبادة الخالق في الخشوع في الصلاة، وأحسنوا إلى خلقه بأداء الزَّكاة.
(4) ﴾ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِلزَّكَوٰةِ فَٰعِلُونَ ﴿ "Dan orang-orang yang menunaikan zakat," melaksanakan pembayaran zakat harta mereka, sesuai jenis harta mereka, guna menyucikan jiwa-jiwa mereka dari noda-noda yang berasal dari tingkah laku dan keburukan-keburukan amal perbuatan, yang jiwa seseorang akan menjadi bersih dengan me-ninggalkan dan menjauhinya. Maka, perbaikilah ibadah kalian ke-pada Pencipta kalian dengan khusyu' di dalam shalat, dan berbuat baiklah kepada para hambaNya dengan menunaikan zakat.
#
{5} {والذين هم لفروجهم حافظون}: عن الزِّنا، ومن تمام حفظها تجنُّب ما يدعو إلى ذلك؛ كالنظر واللمس ونحوهما، فحفظوا فروجهم من كلِّ أحدٍ.
(5) ﴾ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَٰفِظُونَ ﴿ "Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya," dari praktik perzinaan. Termasuk bagian kesempur-naan pemeliharaan kemaluan adalah menjauhi perkara-perkara yang menuntun kepada perzinaan. Misalnya, memandang dan me-nyentuh (yang bukan mahramnya) dan tindakan lain yang serupa. Maka, mereka telah memelihara kemaluan mereka dari setiap orang.
#
{6} {إلاَّ على أزواجهم أو ما ملكت أيمانُهم}: من الإماء المملوكات؛ {فإنَّهم غيرُ ملومين}: بقربهما؛ لأن الله تعالى أحلهما.
(6) ﴾ إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٰجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ ﴿ "Kecuali terhadap istri-istri me-reka atau budak yang mereka miliki" berupa budak-budaknya yang ia miliki. ﴾ فَإِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ ﴿ "Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela," saat mendekati keduanya. Karena Allah menghalalkan keduanya.
#
{7} {فمنِ ابتغى وراء ذلك}: غير الزوجة والسُّرِّيَّة؛ {فأولئك هم العادونَ}: الذين تعدَّوا ما أحلَّ الله إلى ما حرَّمه، المتجرِّئون على محارم الله. وعموم هذه الآية يدلُّ على تحريم [نكاح] المتعة؛ فإنَّها ليست زوجةً حقيقةً مقصوداً بقاؤها ولا مملوكةً، وتحريم نكاح المحلِّل لذلك. ويدل قوله: {أو ما مَلَكَتْ أيمانُهم}: أنَّه يُشترط في حلِّ المملوكة أن تكونَ كلُّها في ملكه؛ فلو كان له بعضُها؛ لم تحلَّ؛ لأنَّها ليست ممَّا ملكت يمينُه، بل هي ملكٌ له ولغيره؛ فكما أنَّه لا يجوز أن يَشْتَرِكَ في المرأة الحرَّة زوجان؛ فلا يجوزُ أن يشترِكَ في الأمة المملوكة سيدان.
(7) ﴾ فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٰلِكَ ﴿ "Barangsiapa mencari yang di balik itu," selain istri dan budak wanita, ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ ﴿ "maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas," yang telah melewati batasan yang sudah Allah halalkan menuju tindakan yang diharamkan, yang nekad melanggar larangan-larangan Allah. Muatan umum ayat ini, menandakan tentang pengharaman [pernikahan] mut'ah. Sesung-guhnya si wanita (dalam pernikahan mut'ah) bukan istri (si lelaki) dengan sebenarnya, yang ditujukan untuk hidup bersama dan juga bukan budak yang dimiliki, serta menunjukkan pengharaman per-nikahan untuk menghalalkan (istri yang sudah ditalak tiga). Sedangkan Firman Allah, ﴾ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ ﴿ "Atau budak yang mereka miliki," menunjukkan bahwa disyaratkan dalam penghalalan budak wanita, yaitu hendaknya budak itu merupakan hak miliknya secara utuh. Jika hak kepemilikannya atas budak tersebut hanya separuh, maka belum halal (baginya). Wanita itu (masih) bukan termasuk yang berada dalam kepemilikannya, akan tetapi ia ber-ada di bawah hak kepemilikan lelaki itu dan orang lain. Maka itu sebagaimana tidak diperbolehkan adanya seorang wanita merdeka yang dimiliki oleh dua orang lelaki secara bersama. Demikian pula, seorang budak wanita tidak boleh dimiliki oleh dua majikan secara bersamaan.
#
{8} {والذين هم لأماناتِهِم وعَهْدِهِم راعونَ}؛ أي: مراعون لها، ضابطون، حافظون، حريصون على القيام بها وتنفيذها. وهذا عامٌّ في جميع الأمانات التي هي حقٌّ لله، والتي هي حقٌّ للعباد؛ قال تعالى: {إنَّا عَرَضْنا الأمانة على السمواتِ والأرضِ والجبال فأبَيْنَ أنْ يحمِلْنها وأشفَقْنَ منها وحملها الإنسانُ}: فجميع ما أوجبه الله على عبدِهِ أمانةٌ على العبد حفظُها بالقيام التامِّ بها. وكذلك يدخُلُ في ذلك أمانات الآدميِّين؛ كأمانات الأموال والأسرار ونحوهما؛ فعلى العبد مراعاة الأمرين وأداء الأمانتين؛ {إنَّ اللَّه يأمُرُكم أنْ تؤدُّوا الأماناتِ إلى أهلها}، وكذلك العهد يَشْمَلُ العهدَ الذي بينهم وبين ربهم والذي بينهم وبين العباد، وهي الالتزامات والعقود التي يعقدها العبد؛ فعليه مراعاتها والوفاء بها، ويحرُمُ عليه التفريطُ فيها وإهمالها.
(8) ﴾ وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ﴿ "Dan orang-orang yang memeli-hara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya," maksudnya mereka memperhatikan, menjaga lagi memeliharanya, sangat bergelora semangatnya untuk menjalankan dan menegakkannya. Keterangan ini bersifat umum berlaku pada seluruh amanah yang merupakan hak Allah, dan hak para hamba. Allah تعالى berfirman, ﴾ إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَٰنُۖ ﴿ "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul ama-nat itu dan merasa khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia." (Al-Ahzab: 72). Seluruh kewajiban yang ditetapkan oleh Allah kepada para hambaNya merupakan amanah bagi seorang hamba. Dia berkewa-jiban menjaganya dengan mengaplikasikannya sebaik-baiknya. Begitu pula, seluruh amanah yang terjalin antar manusia masuk dalam konteks ini, misalnya, titipan harta, perkara-perkara rahasia dan lain-lainnya. Kewajiban seseorang, adalah memberikan perha-tiannya ke arah dua perkara itu dan dua amanah tersebut. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا ﴿ "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat ke-pada yang berhak menerimanya." (An-Nisa`: 58). Demikian pula ikatan janji, mencakup janji mereka dengan Rabb mereka dan janji mereka dengan sesama, yang berbentuk, kon-sekuensi-konsekuensi dan akad yang telah dibuat oleh seseorang. Dia harus mempedulikan dan menepatinya. Dia haram menyia-nyiakannya atau mengenyampingkannya.
#
{9} {والذين هم على صَلَواتهم يحافِظونَ}؛ أي: يداومون عليها في أوقاتها وحدودها وأشراطها وأركانها؛ فمدحهم بالخشوع بالصلاة وبالمحافظة عليها، لأنَّه لا يتمُّ أمرُهم إلاَّ بالأمرين؛ فمن يداوِمُ على الصلاة من غير خُشوع أو على الخُشوع من دون محافظةٍ عليها؛ فإنَّه مذمومٌ ناقصٌ.
(9) ﴾ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَوَٰتِهِمۡ يُحَافِظُونَ ﴿ "Dan orang-orang yang memelihara shalatnya," maksudnya yang menegakkannya secara tekun pada waktu-waktunya, sesuai aturan-aturan, syarat-syarat dan rukun-rukunnya. Allah menyanjung mereka karena tingkat kekhusyu'an mereka dan ketekunan mereka. Pasalnya, urusan shalat mereka menjadi sempurna berkat dua hal itu. Barangsiapa yang menekuni pelaksanaan shalat tanpa khusyu' atau menunaikannya dengan khusyu' tapi tanpa dibarengi dengan ketekunan, maka ia tercela lagi kurang.
#
{10} {أولئك}: الموصوفون بتلك الصفات {هم الوارثونَ}.
(10) ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ﴿ "Mereka itulah," orang-orang yang bercirikan dengan sifat-sifat tersebut adalah ﴾ هُمُ ٱلۡوَٰرِثُونَ ﴿ "orang-orang yang akan mewarisi."
#
{11} {الذين يَرِثونَ الفِرْدَوْسَ}: الذي هو أعلى الجنَّة ووسطُها وأفضلُها؛ لأنَّهم حُلُّوا من صفات الخير أعلاها وذروتها، أو المراد بذلك جميع الجنة؛ ليدخلَ بذلك عموم المؤمنين على درجاتهم في مراتبهم كلٌّ بحسب حاله. {هم فيها خالدونَ}: لا يَظْعَنون عنها ولا يَبْغون عنها حِولاً؛ لاشتمالها على أكمل النعيم وأفضله وأتمِّه من غير مكدِّرٍ ولا منغصٍ.
(11) ﴾ ٱلَّذِينَ يَرِثُونَ ٱلۡفِرۡدَوۡسَ ﴿ "(Yakni) orang-orang yang akan mewa-risi Surga Firdaus," yang merupakan tingkatan surga paling tinggi, berada di tengah dan paling utama. Lantaran mereka terhiasi oleh sifat-sifat kebaikan pada tingkat paling tinggi. Atau maksudnya adalah seluruh surga, agar kaum Muslimin pada umumnya dapat memasuki surga sesuai dengan tingkatan (amalan) mereka. Masing-masing tergantung kondisinya. ﴾ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿ "Mereka kekal di dalam-nya," mereka tidak beranjak pindah darinya dan tidak berminat mencari tempat ganti, lantaran berisi kenikmatan yang paling sem-purna dan terbaik lagi terlengkap, tanpa ada yang menodai dan membuat susah.
Ayah: 12 - 16 #
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14) ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ (15) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ (16)}.
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari-pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segum-pal darah itu Kami jadikan segumpal daging lalu segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di Hari Kiamat." (Al-Mu`minun: 12-16).
Pada ayat-ayat ini, Allah menguraikan tahapan seorang manu-sia dan pertumbuhannya sejak pertama kali penciptaannya sampai ke perwujudan terakhir.
#
{12} فذكر ابتداء خلق أبي النوع البشري آدم عليه السلام، وأنه {من سُلالةٍ من طينٍ}؛ أي: قد سُلَّتْ وأُخِذَتْ من جميع الأرض، ولذلك جاء بنوه على قدر الأرض: منهم الطيب والخبيث وبين ذلك، والسهل والحزن وبين ذلك.
(12) Allah menyebutkan awal penciptaan moyang manusia, Adam عليه السلام, bahwa beliau berasal ﴾ مِن سُلَٰلَةٖ مِّن طِينٖ ﴿ "dari suatu saripati dari tanah," maksudnya dihasilkan dan diambil dari seluruh jenis tanah. Oleh karena itu, keturunannya lahir dalam warna seperti warna tanah. Ada yang baik, buruk dan sedang-sedang saja, ada yang mudah, sulit dan yang bersifat antara keduanya.
#
{13} {ثم جعلناه}؛ أي: جنس الآدميين {نطفةً}: تخرُجُ من بين الصُّلب والترائب، فتستقر {في قَرارٍ مكينٍ}: وهو الرحم، محفوظةً من الفساد والريح وغير ذلك.
(13) ﴾ ثُمَّ جَعَلۡنَٰهُ ﴿ "Kemudian Kami jadikan saripati itu," yaitu (saripati) bangsa manusia ﴾ نُطۡفَةٗ ﴿ "air mani," yang keluar dari tu-lang sulbi dan tulang dada lalu selanjutnya menetap ﴾ فِي قَرَارٖ مَّكِينٖ ﴿ "di tempat yang kokoh," yaitu rahim wanita, terjaga dari kerusakan, bau dan lain sebagainya.
#
{14} {ثم خلقنا النطفةَ}: التي قد استقرَّت قبل {علقةً}؛ أي: دماً أحمر بعد مضيِّ أربعين يوماً من النطفة، ثم {خلقنا العلقةَ}: بعد أربعين يوماً {مضغةً}؛ أي: قطعة لحم صغيرةٍ بقدر ما يُمْضَغ من صغرها، {فَخلْقنا المضغة}: اللينةَ {عظاماً}: صلبةً قد تخلَّلت اللحم بحسب حاجة البدن إليها، {فكَسَوْنا العظام لحماً}؛ أي: جعلنا اللحم كسوة للعظام؛ كما جعلنا العظام عماداً للحم، وذلك في الأربعين الثالثة، {ثم أنشأناه خَلْقاً آخر}: نفخ فيه الروح، فانتقل من كونه جماداً إلى أنْ صار حيواناً. {فتبارك الله}؛ أي: تعالى وتعاظم وكثر خيره، {أحسنُ الخالقينَ}: {الذي أحسنَ كلَّ شيءٍ خَلَقَهُ وبدأ خَلْقَ الإنسان من طين. ثم جعل نسله من سلالةٍ من ماءٍ مَهين. ثم سوَّاه ونَفَخَ فيه من روحِهِ وجعل لكم السمع والأبصار والأفئدةَ قليلاً ما تشكرون}؛ فخلقه كلُّه حسنٌ، والإنسان من أحسن مخلوقاته، بل هو أحسنها على الإطلاق؛ كما قال تعالى: {لقد خَلَقْنا الإنسان في أحسن تقويم}، ولهذا كان خواصُّه أفضل المخلوقات وأكملها.
(14) ﴾ ثُمَّ خَلَقۡنَا ٱلنُّطۡفَةَ ﴿ "Kemudian Kami jadikan air mani itu," yang telah menetap sebelumnya menjadi ﴾ عَلَقَةٗ ﴿ "segumpal darah," yaitu darah merah setelah melewati empat puluh hari sejak menjadi nutfah. Kemudian ﴾ فَخَلَقۡنَا ٱلۡعَلَقَةَ ﴿ "Kami jadikan segumpal darah itu," sesudah empat puluh hari berikutnya ﴾ مُضۡغَةٗ ﴿ "segumpal daging," yaitu sepotong daging kecil sebesar satu kali kunyahan, karena ben-tuknya yang kecil. ﴾ فَخَلَقۡنَا ٱلۡمُضۡغَةَ ﴿ "Kemudian Kami jadikan segumpal daging itu," yang lunak s e b a g a i ﴾ عِظَٰمٗا ﴿ "tulang belulang," yang keras yang mana daging sudah mengisi celah-celahnya sesuai dengan kebutuhan badan terhadapnya. ﴾ فَكَسَوۡنَا ٱلۡعِظَٰمَ لَحۡمٗا ﴿ "Lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging," maksudnya, Kami menjadikan daging sebagai pembungkus tulang-belulang itu, sebagaimana Kami menjadikan tulang-belulang sebagai penyangga daging. Proses ini terjadi pada usia empat puluh hari yang ketiga. ﴾ ثُمَّ أَنشَأۡنَٰهُ خَلۡقًا ءَاخَرَۚ ﴿ "Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain," ditiupkan padanya ruh, hingga beralih dari kondisi sebagai benda mati ke benda yang hidup. ﴾ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ ﴿ "Maka Mahasucilah Allah," Mahatinggi, Mahabesar dan banyak curahan kebaikanNya, dan Dia adalah ﴾ أَحۡسَنُ ٱلۡخَٰلِقِينَ ﴿ "Pencipta Yang Paling Baik." ﴾ ٱلَّذِيٓ أَحۡسَنَ كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقَهُۥۖ وَبَدَأَ خَلۡقَ ٱلۡإِنسَٰنِ مِن طِينٖ 7 ثُمَّ جَعَلَ نَسۡلَهُۥ مِن سُلَٰلَةٖ مِّن مَّآءٖ مَّهِينٖ 8 ثُمَّ سَوَّىٰهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِۦۖ وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفۡـِٔدَةَۚ قَلِيلٗا مَّا تَشۡكُرُونَ 9 ﴿ "Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan dengan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Ke-mudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)Nya, dan Dia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali yang bersyukur." (As-Sajdah: 7-9). Jadi, semua penciptaanNya baik. Manusia termasuk makhluk ciptaan Allah yang terbaik, bahkan merupakan makhluk terbaik secara mutlak, seperti kandungan Firman Allah, ﴾ لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ 4 ﴿ "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (At-Tin: 4). Oleh karena itu, orang-orang pilihan dari kalangan manusia, menjadi makhluk yang paling utama.
#
{15} {ثم إنكم بعد ذلك}: الخلق ونفخ الروح، {لَمَيِّتون}: في أحد أطواركم وتنقُّلاتكم.
(15) ﴾ ثُمَّ إِنَّكُم بَعۡدَ ذَٰلِكَ ﴿ "Kemudian, sesungguhnya kamu sesudah itu," yaitu (sesudah) penciptaan dan tiupan ruh, ﴾ لَمَيِّتُونَ ﴿ "benar-benar akan mati," di salah satu fase pertumbuhan dan perkembangan kalian.
#
{16} {ثم إنَّكم يوم القيامةِ تُبْعَثونَ}: فتجازَوْن بأعمالكم حسنها وسيئها؛ قال تعالى: {أيحسَبُ الإنسان أن يُتْرَكَ سدى. ألم يَكُ نطفةً من مَنِيٍّ يُمْنى. ثم كان علقةً فَخَلَقَ فسَوَّى. فَجَعَلَ منه الزوجينِ الذَّكَرَ والأنثى. أليس ذلك بقادرٍ على أن يُحيي الموتى}.
(16) ﴾ ثُمَّ إِنَّكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ تُبۡعَثُونَ 16 ﴿ "Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di Hari Kiamat," maka kalian akan menerima balasan amalan kalian, yang baik dan yang buruk. Allah berfirman, ﴾ أَيَحۡسَبُ ٱلۡإِنسَٰنُ أَن يُتۡرَكَ سُدًى 36 أَلَمۡ يَكُ نُطۡفَةٗ مِّن مَّنِيّٖ يُمۡنَىٰ 37 ثُمَّ كَانَ عَلَقَةٗ فَخَلَقَ فَسَوَّىٰ 38 فَجَعَلَ مِنۡهُ ٱلزَّوۡجَيۡنِ ٱلذَّكَرَ وَٱلۡأُنثَىٰٓ 39 أَلَيۡسَ ذَٰلِكَ بِقَٰدِرٍ عَلَىٰٓ أَن يُحۡـِۧيَ ٱلۡمَوۡتَىٰ 40 ﴿ "Apakah manusia mengira, bahwa dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban). Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya lalu menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah) yang berbuat demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang yang mati?" (Al-Qiyamah: 36-40).
Ayah: 17 - 20 #
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ (17) وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ (18) فَأَنْشَأْنَا لَكُمْ بِهِ جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ لَكُمْ فِيهَا فَوَاكِهُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (19) وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُورِ سَيْنَاءَ تَنْبُتُ بِالدُّهْنِ وَصِبْغٍ لِلْآكِلِينَ (20)}.
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atasmu tujuh buah jalan (tujuh buah langit), dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami). Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguh-nya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untukmu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu memperoleh buah-buahan yang banyak, dan sebagian dari buah-buahan itu kamu makan, dan pohon kayu yang keluar dari Thursina (pohon zaitun), yang meng-hasilkan minyak, dan menjadi kuah bagi orang-orang yang makan." (Al-Mu`minun: 17-20).
#
{17} لما ذكر تعالى خلق الآدميِّ؛ ذكر مسكنه وتوفُّر النعم عليه من كل وجهٍ، فقال: {ولقد خَلَقْنا فوقَكُم}: سقفاً للبلاد ومصلحةً للعباد، {سبع طرائقَ}؛ أي: سبع سماواتٍ طباقاً، كلُّ طبقةٍ فوق الأخرى، قد زُيِّنَتْ بالنُّجوم والشمس والقمر، وأودِعَ فيها من مصالح الخلق ما أودع. {وما كُنَّا عن الخلق غافلين}؛ فكما أن خَلْقَنا عامٌّ لكل مخلوق؛ فعلمنا أيضاً محيطٌ بما خَلَقْنا؛ فلا نغفل مخلوقاً ولا ننساه، ولا نَخْلُقُ خلقاً فنضيِّعه، ولا نغفل عن السماء فتقع على الأرض، ولا ننسى ذرَّةً في لجج البحار وجوانب الفلوات ولا دابَّة إلاَّ سُقنا إليها رزقها، {وما من دابَّةٍ في الأرض إلاَّ على الله رِزْقُها ويعلم مُسْتَقَرَّها ومُسْتَوْدَعَها}: وكثيراً ما يقرِنُ تعالى بين خلقِهِ وعلمِهِ؛ كقوله: {ألا يعلمُ من خَلَقَ وهو اللطيفُ الخبير}، {بلى وهو الخلاقُ العليم}؛ لأنَّ خلق المخلوقات من أقوى الأدلَّة العقليَّة على علم خالقها وحكمته.
(17) Ketika Allah تعالى menyebutkan penciptaan anak Adam, maka Dia menyebutkan tempat tinggalnya, serta melimpahnya kenikmatan yang tercurahkan padanya dari segala sisi, Allah ber-firman, ﴾ وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا فَوۡقَكُمۡ ﴿ "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atasmu," atap bagi bumi dan kebaikan bagi umat manusia, ﴾ سَبۡعَ طَرَآئِقَ ﴿ "tujuh buah jalan (tujuh buah langit)," maksudnya, maksudnya tujuh langit yang bertingkat-tingkat. Setiap tingkatan berada di atas tingkatan lainnya. Langit itu telah dihiasi dengan bintang-bintang, matahari dan bulan dan Allah meletakkan kemaslahatan-kemaslahatan di dalamnya. ﴾ وَمَا كُنَّا عَنِ ٱلۡخَلۡقِ غَٰفِلِينَ ﴿ "Dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami)," sebagaimana penciptaan Kami men-cakup seluruh makhluk, begitu pula ilmu Kami meliputi segala yang Kami ciptakan. Kami tidak melalaikan seorang makhluk pun, dan tidak pula melupakannya. Kami tidaklah menciptakan suatu ciptaan, lantas Kami menjadikannya terbengkalai. Kami tidak me-lupakan langit, hingga berakibat ia roboh ke bumi. Kami tidak me-lupakan partikel kecil yang berada di gulungan ombak lautan dan permukaan padang yang tandus, dan tidak (pula) binatang melata, melainkan (pasti) Kami menganugerahkan rizki baginya, ﴾ وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ ﴿ "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiamnya bina-tang itu dan tempat penyimpanannya." (Hud: 6). Kerap kali Allah تعالى memadukan antara sifat penciptaan de-ngan ilmuNya. Misalnya Firman Allah, ﴾ أَلَا يَعۡلَمُ مَنۡ خَلَقَ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ 14 ﴿ "Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu tampakkan dan rahasiakan). Dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui." (Al-Mulk: 14). ﴾ بَلَىٰ وَهُوَ ٱلۡخَلَّٰقُ ٱلۡعَلِيمُ 81 ﴿ "Benar, Dia Berkuasa. Dan Dia-lah Maha Pencipta lagi Maha Me-ngetahui." (Yasin: 81). Karena, penciptaan seluruh makhluk merupakan bukti logis terkuat yang menunjukkan keluasan ilmu dan hikmah Penciptanya.
#
{18} {وأنزلنا من السماء ماءً}: يكون رزقاً لكُم ولأنعامكم بقدر ما يكفيكم؛ فلا ينقصه [بحيث لا يكفي الأرض والأشجار، فلا يحصل منه المقصود. ولا يزيده زيادة لا تحتمل]، بحيثُ يتلف المساكن، ولا تعيش منه النباتات والأشجار، بل أنزله وقتَ الحاجة لنزوله، ثم صرفه عند التضرُّر من دوامه، {فأسكنَّاه في الأرض}؛ أي: أنزلناه عليها، فسكن واستقرَّ وأخرج بقدرةِ منزلِهِ جميع الأزواج النباتيَّة، وأسكنه أيضاً معدًّا في خزائن الأرض؛ بحيث لم يذهبْ نازلاً حتى لا يوصل إليه ولا يُبلغَ قعره. {وإنَّا على ذَهابٍ به لَقادِرونَ}: إمَّا بأن لا نُنْزِلَه، أو نُنْزِلُه فيذهب نازلاً لا يوصَل إليه، أو لا يوجد منه المقصود منه، وهذا تنبيهٌ منه لعباده أن يشكروه على نعمته ويقدِّروا عدمها؛ ماذا يحصُلُ به من الضَّرر؛ كقوله تعالى: {قلْ أرأيتُم إنْ أصبحَ ماؤكم غَوْراً فمن يأتيكم بماءٍ معين}.
(18) ﴾ وَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءَۢ ﴿ "Dan Kami turunkan air dari langit," yang menjadi sumber rizki bagi kalian dan binatang-binatang piaraan kalian sesuai dengan ukuran yang memadai bagi kalian. Dia tidak menguranginya [di mana tidak mencukupi bagi tanah dan pepo-honan. Akibatnya, tujuannya tidak terwujud, dan tidak pula me-nambahi dengan kadar yang tidak bisa tertampung], sampai melu-luhlantakkan pemukiman, lalu tumbuh-tumbuhan dan pepohonan pun tidak bisa hidup. Bahkan Allah menurunkannya pada waktu yang diperlukan dan kemudian mengalihkannya manakala timbul gangguan akibat kontinyuitasnya. ﴾ فَأَسۡكَنَّٰهُ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ ﴿ "Lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi," maksudnya, Kami menurunkannya di per-mukaan bumi, lalu air itu diam dan menetap, mengeluarkan ber-bagai pasangan tanaman dengan kekuasaan Dzat Yang menurun-kannya. Allah juga mendiamkannya untuk dipersiapkan menjadi simpanan air tanah, tidak menggelontor ke bawah hingga tidak bisa dicapai dan tidak bisa dijangkau dasarnya. ﴾ وَإِنَّا عَلَىٰ ذَهَابِۭ بِهِۦ لَقَٰدِرُونَ ﴿ "Dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya," baik dengan cara Kami tidak menurunkannya atau menurunkannya kemudian langsung lenyap ke tempat yang tidak bisa dicapai, mau-pun tidak terwujud tujuan penurunannya. Ini merupakan peringatan dariNya kepada para hambaNya, supaya mereka bersyukur atas nikmat-nikmatNya dan membayang-kan musibah apa yang terjadi bila tidak ada, seperti Firman Allah, ﴾ قُلۡ أَرَءَيۡتُمۡ إِنۡ أَصۡبَحَ مَآؤُكُمۡ غَوۡرٗا فَمَن يَأۡتِيكُم بِمَآءٖ مَّعِينِۭ 30 ﴿ "Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku jika sumber air kalian menjadi kering, maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagi kalian?'" (Al-Mulk: 30).
#
{19} {فأنشأنا لكم به}؛ أي: بذلك الماء، {جناتٍ}؛ أي: بساتين {من نخيل وأعنابٍ}: خصَّ تعالى هذين النوعين، مع أنه ينشر منه غيرهما من الأشجار؛ لفضلهما ومنافعهما التي فاقت بها الأشجار، ولهذا ذكر العامَّ في قوله: {لكم}؛ أي: في تلك الجنات فواكه كثيرةٌ منها تأكُلون من تينٍ وأتْرُجٍّ ورمانٍ وتفاح وغيرها.
(19) ﴾ فَأَنشَأۡنَا لَكُم بِهِۦ ﴿ "Lalu dengannya, Kami tumbuhkan untuk kamu ," yakni dengan air itu ﴾ جَنَّٰتٖ ﴿ "kebun-kebun," maksudnya per-kebunan ﴾ مِّن نَّخِيلٖ وَأَعۡنَٰبٖ ﴿ "kurma dan anggur," Allah menyebut dua jenis tanaman ini secara khusus, padahal air itu menumbuhkan pohon-pohon selain dua pohon itu lantaran keunggulan dan man-faat-manfaat keduanya (yang banyak) yang mengalahkan tanaman-tanaman lainnya. Karena itu, Allah menyebutkan lafazh umum dalam FirmanNya, ﴾ لَّكُمۡ ﴿ "untuk kamu," maksudnya di dalam kebun-kebun itu terdapat berbagai macam buah. Sebagiannya kalian makan, seperti buah tin, utruj, delima, apel dan lainnya.
#
{20} {وشجرة تخرج من طور سَيْناءَ}: وهي شجرة الزيتون؛ أي: جنسها، خُصَّت بالذكر لأنَّ مكانها خاصٌّ في أرض الشام، ولمنافعها التي ذُكِرَ بعضُها في قوله: {تَنْبُتُ بالدُّهن وصِبْغٍ للآكلين}؛ أي: فيها الزيت الذي هو دهنٌ، يُسْتَعْمَلُ استعمالَه من الاستصباح به، واصطباغ للآكلين؛ أي: يجعل إداماً للآكلين وغير ذلك من المنافع.
(20) ﴾ وَشَجَرَةٗ تَخۡرُجُ مِن طُورِ ﴿ "Dan pohon kayu yang keluar dari Thur-sina," yaitu pohon zaitun. Maksudnya yaitu jenis tumbuhan ini. Pohon ini disinggung secara khusus karena hanya tumbuh di wila-yah Syam, dan lantaran kegunaan-kegunaannya yang sebagiannya tertuang pada Firman Allah, ﴾ تَنۢبُتُ بِٱلدُّهۡنِ وَصِبۡغٖ لِّلۡأٓكِلِينَ ﴿ "Yang menghasil-kan minyak, dan menjadi kuah bagi orang-orang yang makan," maksud-nya di dalamnya terdapat az-zait yang artinya minyak, dipakai untuk penerangan dan campuran bagi orang-orang yang makan. Maksudnya menjadi lauk bagi orang-orang yang makan dan ke-gunaan-kegunaan lainnya.
Ayah: 21 - 22 #
{وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهَا وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (21) وَعَلَيْهَا وَعَلَى الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ (22)}.
"Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran (yang penting) bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faidah yang banyak untuk kamu, dan sebagian darinya kamu makan, dan di atas pung-gung binatang-binatang ternak itu dan (juga) di atas perahu-perahu kamu diangkut." (Al-Mu`minun: 21-22).
#
{21} أي: ومن نعمه عليكم أن سَخَّرَ لكم الأنعام؛ الإبل والبقر والغنم، فيها عبرةٌ للمعتبرين ومنافع للمنتفعين، {نُسْقيكُم ممَّا في بُطونها}: من لبنٍ يخرُجُ من بين فَرْثٍ ودمٍ خالص سائغ للشاربين، {ولكم فيها منافعُ كثيرةٌ}: من أصوافها وأوبارها وأشعارِها، وجعل لكم من جلودِ الأنعام بيوتاً تستخفُّونها يوم ظَعْنِكُم ويومَ إقامتِكُم، {ومنها تأكُلون}: أفضل المآكل من لحم وشحم.
(21) Di antara kenikmatanNya bagi kalian adalah, Dia me-ngerahkan binatang-binatang ternak bagi kalian; unta, sapi dan kambing. Padanya terdapat pelajaran bagi orang yang mau memetik pelajaran dan kegunaan-kegunaan bagi orang yang ingin meman-faatkannya. ﴾ نُّسۡقِيكُم مِّمَّا فِي بُطُونِهَا ﴿ "Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya," berupa air susu yang keluar dari tempat antara kotoran dan darah murni, yang menyegarkan bagi orang-orang yang meminumnya ﴾ وَلَكُمۡ فِيهَا مَنَٰفِعُ كَثِيرَةٞ ﴿ "dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faidah yang banyak untuk kamu," yang berasal dari bulu-bulu binatang-binatang ternak tersebut. Dan Dia menjadikan dari kulit-kulit binatang ternak itu bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) yang kalian merasa ringan (untuk mem-bawa)nya di waktu kalian dalam perjalanan dan waktu kalian ber-mukim ﴾ وَمِنۡهَا تَأۡكُلُونَ ﴿ "dan sebagian darinya kamu makan," makanan terbaik, berupa daging dan lemak.
#
{22} {وعليها وعلى الفُلْكِ تُحْمَلونَ}؛ أي: جعلها سفناً لكم في البرِّ، تحملون عليها أثقالكم إلى بلدٍ لم تكونوا بالغيهِ إلاَّ بشِقِّ الأنفس؛ كما جعل لكم السفنَ في البحر تحملكم وتحمل متاعكم قليلاً كان أو كثيراً؛ فالذي أنعم بهذه النعم وصنَّف أنواع الإحسان وأدرَّ علينا من خيره المدرار هو الذي يستحقُّ كمالَ الشُّكْر وكمال الثناء والاجتهاد في عبوديَّته وأن لا يُستعان بنعمه على معاصيهِ.
(22) ﴾ وَعَلَيۡهَا وَعَلَى ٱلۡفُلۡكِ تُحۡمَلُونَ ﴿ "Dan di atas punggung binatang-bina-tang ternak itu dan (juga) di atas perahu-perahu kamu diangkut," mak-sudnya Dia menjadikannya tunggangan di daratan. Kalian mele-takkan barang-barang berat kalian di atasnya ke negeri yang tidak dapat kalian tempuh kecuali dengan kepayahan, sebagaimana Allah menjadikan kapal-kapal bagi kalian di laut, yang membawa kalian dan barang-barang perbekalan kalian, sedikit atau banyak. Dzat Yang memberikan kenikmatan-kenikmatan ini dan mem-variasikan bentuk-bentuk kebaikanNya serta yang mencurahkan kebaikan yang melimpah, Dia-lah Dzat yang berhak atas kesempur-naan rasa syukur, sanjungan dan ketekunan dalam menghamba-kan diri kepadaNya, serta tidak boleh menjadikan kenikmatanNya untuk mendukung maksiat kepadaNya.
Ayah: 23 - 30 #
{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ (23) فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي آبَائِنَا الْأَوَّلِينَ (24) إِنْ هُوَ إِلَّا رَجُلٌ بِهِ جِنَّةٌ فَتَرَبَّصُوا بِهِ حَتَّى حِينٍ (25) قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ (26) فَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ أَنِ اصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا فَإِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ فَاسْلُكْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ مِنْهُمْ وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ (27) فَإِذَا اسْتَوَيْتَ أَنْتَ وَمَنْ مَعَكَ عَلَى الْفُلْكِ فَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (28) وَقُلْ رَبِّ أَنْزِلْنِي مُنْزَلًا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ (29) إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ وَإِنْ كُنَّا لَمُبْتَلِينَ (30)}.
"Dan sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata, 'Hai kaumku, sembahlah Allah, (karena) sekali-kali tidak ada tuhan (yang haq) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya)? Maka pemuka-pemuka orang yang kafir dari kaumnya menjawab, 'Orang ini tidak lain hanya-lah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi se-orang yang lebih tinggi dari kamu. Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu. Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpe-nyakit gila, maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu.' Nuh berdoa, 'Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku.' Lalu Kami wahyukan kepadanya, 'Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila pe-rintah Kami telah datang dan tannur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu di-tetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang lalim, ka-rena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah, 'Segala puji bagi Allah yang telah menyelamat-kan kami dari orang-orang yang lalim.' Dan berdoalah, 'Ya Tuhan-ku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat.' Sesungguhnya pada (kejadian) itu benar-benar terdapat beberapa tanda (kebesaran Allah), dan sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada kaum Nuh itu)." (Al-Mu`minun: 23-30).
#
{23} يذكر تعالى رسالة عبده ورسوله نوح عليه السلام أول رسول أرسله لأهل الأرض، فأرسله إلى قومه، وهم يعبدون الأصنام، فأمرهم بعبادة الله وحده، فقال: {يا قوم اعبُدوا الله}؛ أي: أخلصوا له العبادة؛ لأنَّ العبادة لا تصحُّ إلا بإخلاصها. {ما لكم من إلهٍ غيره}: فيه إبطال ألوهيَّة غير الله وإثباتُ الإلهيَّة لله تعالى؛ لأنَّه الخالق الرازق الذي له الكمالُ كلُّه، وغيرُه بخلاف ذلك. {أفلا تتَّقون}: ما أنتم عليه من عبادة الأوثان والأصنام التي صُوِّرت على صور قوم صالحين، فعبدوها مع الله؟
(23) Allah تعالى mengisahkan risalah (misi) hamba dan Rasul-Nya Nuh عليه السلام, rasul yang pertama kali diutus ke penduduk dunia. Allah mengirim beliau kepada kaumnya yang menyembah berhala-berhala. Beliau memerintahkan mereka untuk menyembah Allah semata. Allah berfirman, ﴾ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ ﴿ "Hai kaumku, sembahlah Allah," maksudnya, murnikanlah ibadah (hanya) kepadaNya. Karena ibadah tidak sah kecuali dengan memurnikannya (kepada Allah), ﴾ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥٓۚ ﴿ "(karena) sekali-kali tidak ada tuhan (yang haq) bagimu selain Dia." Dalam ayat ini terdapat pengguguran ketuhanan selain Allah dan penetapannya hanya bagi Allah تعالى. Karena Allah adalah Dzat Yang menciptakan, Pemberi rizki, yang memiliki segala ke-sempurnaan. Sesembahan selainNya berbeda dengan itu. ﴾ أَفَلَا تَتَّقُونَ ﴿ "Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya)?" Maksudnya (tidak takut) atas tindakan kalian beribadah kepada berhala-berhala dan patung-patung yang dipahat mirip rupa orang-orang yang shalih, lalu mereka menyembahnya bersama penyembahan kepada Allah?
#
{24} فاستمرَّ على ذلك يدعوهم سرًّا وجهاراً وليلاً ونهاراً ألف سنة إلاَّ خمسين عاماً، وهم لا يزدادون إلاَّ عتوًّا ونفوراً، {فقال الملأ}: من قومه الأشرافُ والسادة المتبوعون على وجه المعارضة لنبيِّهم نوح والتحذير من اتِّباعه: {ما هذا إلاَّ بشرٌ مثلُكم يريد أن يَتَفَضَّلَ عليكم}؛ أي: ما هذا إلاَّ بشرٌ مثلُكم، قصدُهُ حين ادَّعى النبوَّة أن يزيد عليكم فضيلة ليكون متبوعاً، وإلاَّ؛ فما الذي يفضِّله عليكم وهو من جنسكم؟! وهذه المعارضة لا زالت موجودة في مكذِّبي الرسل، وقد أجاب الله عنها بجوابٍ شافٍ على ألسنة رسله؛ كما في قوله: {قالوا}؛ أي: لرسلهم. {إنْ أنتُم إلاَّ بشرٌ مثلُنا تريدونَ أنْ تصدُّونا عمَّا كان يعبدُ آباؤنا فأتونا بسلطانٍ مبينٍ. قالَت لهم رسلُهم إن نحنُ إلاَّ بشرٌ مثلُكُم ولكنَّ الله يَمُنَّ على مَن يشاء من عبادِهِ}: فأخبروا أنَّ هذا فضلُ الله ومنَّته، فليس لكم أن تحجُروا على الله، وتمنَعوه من إيصال فضلِهِ علينا. وقالوا أيضاً: {ولو شاء الله لأنزلَ ملائكةً}: وهذه أيضاً معارضةٌ بالمشيئة باطلةٌ؛ فإنَّه وإنْ كان لو شاء لأنزل ملائكة؛ فإنَّه حكيمٌ رحيمٌ، حكمتُه ورحمته تقتضي أن يكونَ الرسول من جنس الآدميِّين؛ لأنَّ الملائكة لا قدرة لهم على مخاطبتِهِ، ولا يمكن أن يكون إلاَّ بصورة رجل، ثم يعود اللبسُ عليهم كما كان. وقولهم: {ما سمعنا بهذا}؛ أي: بإرسال الرسول {في آبائنا الأوَّلينَ} وأيُّ حجَّة في عدم سماعِهم إرسالَ رسول في آبائهم الأولين؟! لأنَّهم لم يحيطوا علماً بما تقدَّم؛ فلا يجعلون جهلهم حجَّةً لهم! وعلى تقدير أنَّه لم يرسل منهم رسولاً: فإما أن يكونوا على الهدى؛ فلا حاجة لإرسال الرسول إذ ذاك، وإما أن يكونوا على غيره؛ فليحمدوا ربَّهم ويشكروه أن خصَّهم بنعمةٍ لم تأتِ آباءهم ولا شعروا بها، ولا يجعلوا عدم الإحسان على غيرهم سبباً لكفرِهم للإحسان إليهم.
(24) Beliau tetap melangsungkan dakwah, menyeru me-reka dengan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, di malam dan siang hari selama seribu tahun kurang lima puluh tahun lama-nya (sembilan ratus lima puluh tahun lamanya). Mereka tidaklah bertambah kecuali kesombongan dan antipati saja. ﴾ فَقَالَ ٱلۡمَلَؤُاْ ﴿ "Maka pemuka-pemuka orang yang kafir dari kaumnya menjawab," yaitu dari kalangan para pembesar dan para pimpinannya yang menjadi panutan untuk melawan Nabi mereka Nuh dan memperingatkan (para pengikut mereka) darinya, ﴾ مَا هَٰذَآ إِلَّا بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُرِيدُ أَن يَتَفَضَّلَ عَلَيۡكُمۡ ﴿ "Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu," maksudnya, ti-daklah dia melainkan manusia (biasa) seperti kalian juga. Obsesinya saat dia mengklaim sebagai seorang nabi adalah untuk menambah keutamaannya atas diri kalian supaya menjadi orang yang diikuti. Kalau tidak demikian maksudnya, lalu apakah yang mengunggul-kannya di atas kalian padahal dia berasal dari komunitas kalian!? Penolakan semacam ini senantiasa melekat pada orang-orang yang mendustakan para rasul. Allah telah menyanggah komentar itu de-ngan sanggahan yang tuntas melalui lisan para rasul, seperti yang termaktub dalam FirmanNya, ﴾ قَالُوٓاْ ﴿ "Mereka berkata," kepada para rasul mereka, ﴾ إِنۡ أَنتُمۡ إِلَّا بَشَرٞ مِّثۡلُنَا تُرِيدُونَ أَن تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعۡبُدُ ءَابَآؤُنَا فَأۡتُونَا بِسُلۡطَٰنٖ مُّبِينٖ 10 قَالَتۡ لَهُمۡ رُسُلُهُمۡ إِن نَّحۡنُ إِلَّا بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَمُنُّ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦۖ ﴿ "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu meng-hendaki untuk menghalang-halangi kami dari apa yang selalu disembah oleh nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami bukti yang nyata. Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, 'Kami tidak lain hanya-lah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki dari para hambaNya'." (Ibrahim: 10-11). Maka, mereka (para rasul) memberitahukan bahwa risalah itu merupakan kemurahan dan karunia Allah. Kalian tidak berhak untuk membatasi dan menghalangiNya untuk mencurahkan ke-utamaanNya kepada kami. Mereka juga berkomentar, ﴾ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَأَنزَلَ مَلَٰٓئِكَةٗ ﴿ "Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat." Ini juga bentuk penolakan yang batil terhadap kehendak Allah. Sekiranya Allah berkehendak, niscaya Allah mengutus beberapa malaikat. Sesungguhnya Dia Mahabijak lagi Maha Penyayang. Sifat hikmah dan rahmatNya (kepada manusia) menuntut supaya seorang rasul berasal dari jenis manusia. Karena (bila rasul berbentuk) malaikat, orang-orang itu tidak akan mampu menjalin komunikasi dengan mereka. Dan tidak mungkin berhasil kecuali dalam rupa manusia. Kemudian, kekaburan kembali menyelimuti mereka sebagaimana semula. Mereka berkata, ﴾ مَّا سَمِعۡنَا بِهَٰذَا ﴿ "Belum pernah kami mendengar (seruan seperti) ini," yaitu pengutusan seorang rasul ﴾ فِيٓ ءَابَآئِنَا ٱلۡأَوَّلِينَ ﴿ "pada masa nenek moyang kami yang dahulu," model alasan apakah ini (yang mendasarkan pada pengakuan mereka) tidak pernah men-dengar pengiriman seorang rasul kepada nenek moyang mereka?! Karena pengetahuan mereka itu tidak meliputi seluruh kejadian lampau. Maka, janganlah ketidaktahuan mereka dijadikan sebagai alasan pembelaan diri! Anggap saja, Allah belum pernah mengutus seorang rasul dari kalangan mereka. Kondisi mereka tidak lepas dari dua opsi; pertama, berada di atas petunjuk sehingga tidak membutuhkan pengutusan seorang rasul saat itu. Kedua, mereka tidak berada di atas petunjuk, maka hendaklah mereka memuji dan mensyukuri Allah, lantaran telah mengistimewakan mereka dengan kenikmatan yang tidak datang kepada nenek moyang mereka, dan mereka tidak merasakannya. Dan janganlah mereka menjadikan sikap tidak baik mereka kepada orang lain sebagai penyebab pengingkaran mereka terhadap curahan kebaikan yang tertuju pada mereka.
#
{25} {إنْ هو إلاَّ رجلٌ به جِنَّةٌ}؛ أي: مجنون، {فتربَّصوا به}؛ أي: انتظروا به {حتى حينٍ}: إلى أن يأتيه الموت. وهذه الشبه [التي] أوردوها معارضةً لنبوَّة نبيِّهم دالةٌ على شدَّة كفرهم وعنادهم وعلى أنَّهم في غاية الجهل والضَّلال؛ فإنَّها لا تَصْلُحُ للمعارضة بوجهٍ من الوجوه؛ كما ذكرنا، بل هي في نفسها متناقضةٌ متعارضة؛ فقوله: {ما هذا إلاَّ بشرٌ مثلُكُم يريدُ أن يتفضَّلَ عليكُم}؛ أثبتوا أنَّ له عقلاً يكيدُهم به ليعلُوَهم ويسودَهم، ويحتاجُ مع هذا أن يُحْذَرَ منه لئلاَّ يُغترَّ به؛ فكيف يلتئم مع قولهم: {إنْ هو إلاَّ رجلٌ به جِنَّةٌ}؟! وهل هذا إلا من مشبِّهٍ ضالٍّ، منقلبٍ عليه الأمر، قصده الدفع بأيِّ طريق اتَّفق له، غير عالم بما يقول. ويأبى الله إلاَّ أنْ يُظْهِرَ خِزْيَ مَن عاداه وعادى رسله.
(25) ﴾ إِنۡ هُوَ إِلَّا رَجُلُۢ بِهِۦ جِنَّةٞ ﴿ "Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila," maksudnya, yang terkena penyakit gila ﴾ فَتَرَبَّصُواْ بِهِۦ ﴿ "maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya," tunggulah ﴾ حَتَّىٰ حِينٖ ﴿ "sampai suatu waktu," sampai kematian menghampirinya. Syubhat-syubhat ini [yang] mereka kemukakan untuk me-nolak kenabian Nabi mereka menunjukkan dahsyatnya kekufuran dan penentangan mereka, dan (juga menandakan) bahwa mereka berada di puncak kebodohan dan kesesatan. Sesungguhnya lon-taran-lontaran itu tidak tepat dipergunakan sebagai perlawanan dari segi apa pun, seperti yang sudah kami jelaskan, bahkan me-ngandung sisi yang saling bertolak-belakang dan kontradiktif. Perkataan mereka, ﴾ مَا هَٰذَآ إِلَّا بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُرِيدُ أَن يَتَفَضَّلَ عَلَيۡكُمۡ ﴿ "Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak men-jadi seorang yang lebih tinggi dari kamu," maksudnya mereka menga-kui keberadaan akal pada beliau untuk memperdayai mereka, guna menguasai dan memimpin mereka. Bersama dengan ini mesti diwaspadai agar tidak tertipu dengannya. Lalu bagaimana bisa omongan ini selaras dengan ucapan mereka, ﴾ إِنۡ هُوَ إِلَّا رَجُلُۢ بِهِۦ جِنَّةٞ ﴿ "Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila." Bukankah ucapan ini tidak lain muncul dari penyerupa yang sesat, yang cara pandangnya terbalik, nalurinya ingin menolak dengan cara apa pun yang sesuai dengan kata hatinya, tidak memahami apa yang diucapkannya. Allah enggan (menerimanya) kecuali untuk mem-perlihatkan kehinaan orang-orang yang memusuhi beliau dan para RasulNya.
#
{26} فلما رأى نوحٌ أنَّه لا يفيدُهم دعاؤه إلاَّ فراراً؛ {قال ربِّ انْصُرْني بما كذَّبونِ}: فاستنصر ربَّه عليهم غضباً لله حيث ضيَّعوا أمره وكذَّبوا رسله. وقال: {ربِّ لا تَذَرْ على الأرضِ من الكافرين دَيَّاراً. إنَّك إن تَذَرْهُم يُضِلُّوا عبادَكَ ولا يَلِدوا إلاَّ فاجراً كفَّاراً}. قال تعالى: {وَلَقَدْ نادانا نوحٌ فَلَنِعْمَ المجيبونَ}.
(26) Ketika Nuh menyaksikan bahwa dakwahnya tidaklah memberikan manfaat bagi mereka kecuali (menambah mereka) lari, ﴾ قَالَ رَبِّ ٱنصُرۡنِي بِمَا كَذَّبُونِ ﴿ "Nuh berdoa, 'Ya Rabbku, tolonglah aku karena mereka mendustakanku'." Lalu beliau memohon pertolongan kepada Rabbnya atas bahaya mereka, dalam rangka marah karena Allah. Sebab mereka telah menyia-nyiakan perintahNya dan mendustakan para RasulNya. Beliau berkata, ﴾ رَّبِّ لَا تَذَرۡ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ دَيَّارًا 26 إِنَّكَ إِن تَذَرۡهُمۡ يُضِلُّواْ عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوٓاْ إِلَّا فَاجِرٗا كَفَّارٗا 27 ﴿ "Ya Rabbku, janganlah Engkau biarkan seorang pun dari orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu dan mereka tidak akan melahirkan kecuali anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir." (Nuh: 26-27). Allah berfirman, ﴾ وَلَقَدۡ نَادَىٰنَا نُوحٞ فَلَنِعۡمَ ٱلۡمُجِيبُونَ 75 ﴿ "Sungguh Nuh telah menyeru Kami, maka sungguh sebaik-baik yang memperkenankan (seruan adalah Kami)." (Ash-Shaffat: 75).
#
{27} {فأوحينا إليه}: عند استجابتنا له سبباً ووسيلةً للنجاة قبل وقوع أسبابِهِ: {أنِ اصْنَع الفُلْكَ}؛ أي: السفينة {بأعيننا ووحينا}؛ أي: بأمرِنا لك ومعونتنا، وأنت في حفظنا وكلاءتنا؛ بحيث نراك ونسمعك. {فإذا جاء أمرنا}: بإرسال الطوفان الذي عُذِّبوا به، {وفار التَّنُّورُ}؛ أي: فارت الأرض وتفجَّرت عيوناً حتى محلُّ النار الذي لم تجرِ العادة إلاَّ ببعدِهِ عن الماء. {فاسْلُكْ فيها من كلٍّ زوجينِ اثنينِ}؛ أي: أدخل في الفلك من كلِّ جنس من الحيوانات ذكراً وأنثى تبقى مادةَ النسل لسائر الحيوانات التي اقتضتِ الحكمةُ الربَّانيَّة إيجادها في الأرض. {وأهلك}؛ أي: أدخلهم {إلاَّ مَن سبقَ عليه القولُ}: كابنه، {ولا تخاطِبْني في الذين ظَلَموا}؛ أي: لا تَدْعُني أن أنجيهم؛ فإنَّ القضاء والقدَرَ قد حتم. {إنَّهُم مغرقون}.
(27) ﴾ فَأَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡهِ ﴿ "Lalu Kami wahyukan kepadanya ," ketika Kami telah mengabulkan doanya sebagai faktor penyebab dan sarana untuk keselamatan sebelum timbul gejala-gejalanya, ﴾ أَنِ ٱصۡنَعِ ٱلۡفُلۡكَ ﴿ "Buatlah bahtera ," yaitu kapal laut ﴾ بِأَعۡيُنِنَا وَوَحۡيِنَا ﴿ "di bawah peni-likan dan petunjuk Kami," maksudnya, dengan perintah dan perto-longan Kami, sementara engkau tetap berada dalam pemeliharaan dan perlindungan Kami, yang mana Kami melihat dan mendengar-mu. ﴾ فَإِذَا جَآءَ أَمۡرُنَا ﴿ "Maka apabila perintah Kami telah datang," dengan mengirimkan angin topan yang menjadi siksaan bagi mereka ﴾ وَفَارَ ٱلتَّنُّورُ ﴿ "dan tannur[7] telah memancarkan air," maksudnya bumi me-mancarkan air dan mengucurlah mata air-mata air bahkan di tempat penyulutan api, yang tidak biasa terjadi kecuali ketika berada di tempat jauh dari air, ﴾ فَٱسۡلُكۡ فِيهَا مِن كُلّٖ زَوۡجَيۡنِ ٱثۡنَيۡنِ ﴿ "maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis)," maksudnya, ma-sukkanlah ke dalam kapal dari setiap jenis binatang jantan dan betinanya, supaya menjadi sumber keberlangsungan keturunan bagi seluruh hewan yang dituntut oleh hikmah Allah harus ada di permukaan bumi ﴾ وَأَهۡلَكَ ﴿ "dan (juga) keluargamu," maksudnya masukkanlah mereka ﴾ إِلَّا مَن سَبَقَ عَلَيۡهِ ٱلۡقَوۡلُ ﴿ "kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka," seperti anaknya. ﴾ وَلَا تُخَٰطِبۡنِي فِي ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ ﴿ "Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zhalim," maksudnya janganlah engkau memohon kepadaKu untuk menyelamatkan mereka. Sesungguh-nya keputusan dan takdir telah ditetapkan. ﴾ إِنَّهُم مُّغۡرَقُونَ ﴿ "Sesung-guhnya mereka itu akan ditenggelamkan."
#
{28} {فإذا استويتَ أنت ومن مَعَكَ على الفِلك}؛ أي: علوتُم عليها واستقلَّتْ بكم في تيارِ الأمواج ولُججِ اليمِّ؛ فاحْمَدوا الله على النجاة والسلامة. وقل: {الحمدُ لله الذي نجَّانا من القوم الظالمينَ}: وهذا تعليمٌ منه له ولمن معه أن يقولوا هذا شكراً له وحمداً على نَجاتِهِم من القوم الظالمين في عملهم وعذابهم.
(28) ﴾ فَإِذَا ٱسۡتَوَيۡتَ أَنتَ وَمَن مَّعَكَ عَلَى ٱلۡفُلۡكِ ﴿ "Dan apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu," maksudnya kalian telah berada di atasnya dan (kapal itu) telah tenang bersama kalian dalam arus gelombang air dan ombak lautan, maka pujilah Allah atas kebebasan dan keselamatan. Dan katakanlah, ﴾ فَقُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي نَجَّىٰنَا مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zhalim." Ini merupakan pengajaran dari Allah bagi beliau dan orang-orang yang beserta beliau, agar mereka mengucapkannya sebagai wujud syukur dan pujian bagiNya atas keselamatan mereka dari kaum yang berbuat aniaya dalam tindakan dan siksa mereka.
#
{29} {وقل ربِّ أنزِلْني منزلاً مباركاً وأنت خير المنزِلينَ}؛ أي: وبقيتْ عليكُم نعمةٌ أخرى؛ فادعوا الله فيها، وهي أن ييسِّرَ الله لكم منزلاً مباركاً، فاستجاب الله دعاءه؛ قال الله: {وقُضِيَ الأمرُ واستوتْ على الجوديِّ وقيل بُعداً للقوم الظَّالمين ... } إلى أن قال: {قيلَ يا نوحُ اهبِطْ بسلام منَّا وبركاتٍ عليك وعلى أمم ممَّن معكَ ... } الآية.
(29) ﴾ وَقُل رَّبِّ أَنزِلۡنِي مُنزَلٗا مُّبَارَكٗا وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلۡمُنزِلِينَ ﴿ "Dan berdoalah, 'Ya Rabbku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat," maksudnya, masih ada kenikmatan lain bagi kalian, maka mohonlah kepada Allah. Yaitu, Allah memudah-kan wujud tempat tinggal yang berkah bagi kalian. Maka Allah mengabulkan doanya. Allah berfirman, ﴾ وَقُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ وَٱسۡتَوَتۡ عَلَى ٱلۡجُودِيِّۖ وَقِيلَ بُعۡدٗا لِّلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ 44 وَنَادَىٰ نُوحٞ رَّبَّهُۥ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ٱبۡنِي مِنۡ أَهۡلِي وَإِنَّ وَعۡدَكَ ٱلۡحَقُّ وَأَنتَ أَحۡكَمُ ٱلۡحَٰكِمِينَ 45 قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيۡسَ مِنۡ أَهۡلِكَۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيۡرُ صَٰلِحٖۖ فَلَا تَسۡـَٔلۡنِ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۖ إِنِّيٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ 46 قَالَ رَبِّ إِنِّيٓ أَعُوذُ بِكَ أَنۡ أَسۡـَٔلَكَ مَا لَيۡسَ لِي بِهِۦ عِلۡمٞۖ وَإِلَّا تَغۡفِرۡ لِي وَتَرۡحَمۡنِيٓ أَكُن مِّنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ 47 قِيلَ يَٰنُوحُ ٱهۡبِطۡ بِسَلَٰمٖ مِّنَّا وَبَرَكَٰتٍ عَلَيۡكَ وَعَلَىٰٓ أُمَمٖ مِّمَّن مَّعَكَۚ وَأُمَمٞ سَنُمَتِّعُهُمۡ ثُمَّ يَمَسُّهُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٞ 48 ﴿ "Perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan, 'Binasalah orang-orang yang lalim.' Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janjiMu itulah yang benar, dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.' Allah berfirman, 'Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang di-janjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya (perbuatannya) adalah per-buatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepadaKu sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.' Nuh berkata, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari memohon kepadaMu sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.' Difirmankan, 'Hai Nuh, turun-lah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang Mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami'." (Hud: 44-48).
#
{30} {إنَّ في ذلك}؛ أي: في هذه القصة {لآياتٍ}: تدلُّ على أنَّ الله وحدَه المعبود، وعلى أنَّ رسوله نوحاً صادقٌ، وأنَّ قومه كاذبون، وعلى رحمة الله بعباده؛ حيث حملهم في صُلْبِ أبيهم نوح في الفلك لما غَرِقَ أهلُ الأرض، والفلك أيضاً من آيات الله؛ قال تعالى: {ولقد تَرَكْناها آيةً فهل مِن مُدَّكِرٍ}. ولهذا جمعها هنا؛ لأنَّها تدلُّ على عدة آيات ومطالب. {وإن كنا لَمُبْتَلينَ}.
(30) ﴾ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ ﴿ "Sesungguhnya pada (kejadian) itu," yaitu dalam kisah ini ﴾ لَأٓيَٰتٖ ﴿ "benar-benar terdapat beberapa tanda (kebesaran Allah)," yang menunjukkan bahwa Allah satu-satuNya Dzat yang berhak disembah, dan bahwa utusanNya, Nuh adalah orang yang jujur, sedangkan kaumnya itulah pihak yang berbohong, dan menunjuk-kan bahwa curahan rahmat Allah bagi para hambaNya, yaitu Allah telah mengangkut mereka di dalam tulang sulbi Nabi Nuh di dalam kapal, ketika semua penduduk dunia tenggelam. Begitu pula kapal itu juga merupakan tanda kebesaran Allah. Allah berfirman, ﴾ وَلَقَد تَّرَكۡنَٰهَآ ءَايَةٗ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٖ 15 ﴿ "Dan sungguh telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" (Al-Qamar: 15). Oleh karena itu, Allah menyatukan kisah ini di sini, lantaran membuktikan beberapa tanda kebesaran Allah dan beberapa orien-tasi. ﴾ وَإِن كُنَّا لَمُبۡتَلِينَ ﴿ "Dan sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada kaum Nuh itu)."
Ayah: 31 - 41 #
{ثُمَّ أَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ (31) فَأَرْسَلْنَا فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ (32) وَقَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاءِ الْآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ (33) وَلَئِنْ أَطَعْتُمْ بَشَرًا مِثْلَكُمْ إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ (34) أَيَعِدُكُمْ أَنَّكُمْ إِذَا مِتُّمْ وَكُنْتُمْ تُرَابًا وَعِظَامًا أَنَّكُمْ مُخْرَجُونَ (35) هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ (36) إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ (37) إِنْ هُوَ إِلَّا رَجُلٌ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا وَمَا نَحْنُ لَهُ بِمُؤْمِنِينَ (38) قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ (39) قَالَ عَمَّا قَلِيلٍ لَيُصْبِحُنَّ نَادِمِينَ (40) فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ بِالْحَقِّ فَجَعَلْنَاهُمْ غُثَاءً فَبُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (41)}.
"Kemudian, Kami jadikan sesudah mereka umat yang lain. Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan me-reka sendiri (yang berkata), 'Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada tuhan (yang haq) selain dariNya. Maka me-ngapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya)?' Dan berkatalah pemu-ka-pemuka yang kafir dari kaumnya dan yang mendustakan akan menemui Hari Akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia, '(Orang) ini tidak lain hanya-lah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi. Apakah dia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sungguh akan dikeluarkan (dari kuburmu). Jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu. Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi. Ia tidak lain hanyalah seorang yang mengada-adakan kebohongan terha-dap Allah, dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya.' Rasul itu berdoa, 'Ya Rabbku, tolonglah aku karena mereka men-dustakanku.' Allah berfirman, 'Dalam sedikit waktu lagi, pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal.' Maka dimus-nahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan (dasar) hak dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir, maka kebina-saanlah bagi orang-orang yang zhalim itu'." (Al-Mu`minun: 31-32).
#
{31} لما ذكر نوحاً وقومه وكيف أهلكهم؛ قال: {ثم أنشأنا من بعْدِهم قرناً آخرينَ}: الظاهر أنَّهم ثمودُ قومُ صالح عليه السلام؛ لأنَّ هذه القصة تشبه قصتهم.
(31) Ketika Allah menceritakan tentang Nabi Nuh dan kaumnya serta bagaimana Allah membinasakan mereka, maka Dia berfirman, ﴾ ثُمَّ أَنشَأۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِمۡ قَرۡنًا ءَاخَرِينَ ﴿ "Kemudian, Kami jadikan sesudah mereka umat yang lain," secara zahir, mereka adalah kaum Tsamud, kaum Nabi Shaleh عليه السلام. Sebab kisah ini menyerupai (kronologis) sejarah mereka.
#
{32} {فأرسَلْنا فيهم رسولاً منهم}: من جنسِهِم يعرفون نسبه وحسبه وصدقَه؛ ليكونَ ذلك أسرعَ لانقيادِهم إذا كان منهم وأبعد عن اشمئزازِهم، فدعا إلى ما دعتْ إليه الرسلُ أممهم: {أنِ اعبدوا الله ما لكم من إلهٍ غيرُهُ}: فكلُّهم اتَّفقوا على هذه الدعوة، وهي أول دعوة يدعون بها أممهم؛ الأمر بعبادة الله، والإخبار أنَّه المستحقُّ لذلك، والنهي عن عبادة ما سواه، والإخبار ببطلان ذلك وفساده، ولهذا قال: {أفلا تتَّقونَ}: ربَّكم فتَجْتَنِبوا هذه الأوثان والأصنام.
(32) ﴾ فَأَرۡسَلۡنَا فِيهِمۡ رَسُولٗا مِّنۡهُمۡ ﴿ "Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri," yang berasal dari bangsa mereka. Mereka mengetahui silsilah nasab, kedudukan sosial, dan kejujur-annya agar mereka lebih segera patuh lantaran berasal dari orang-orang kalangan mereka sendiri dan lebih menghilangkan antipati mereka. Beliau menyerukan kepada sasaran seperti (inti sari) dakwah yang diserukan oleh para rasul kepada para umat mereka, ﴾ أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥٓۚ ﴿ "Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada tuhan (yang haq) selain dariNya." Mereka semua telah bersepakat tentang dakwah (tauhid) ini. Ini adalah dakwah yang pertama kali mereka serukan kepada para umat mereka; (yaitu) perintah untuk beribadah kepada Allah saja dan pemberitahuan bahwa Dia adalah Dzat yang paling berhak diibadahi serta larangan dari menyembah selainNya, dan pemberitahuan kebatilan dan kerusakan peribadahan kepada selainNya. Oleh sebab itu, Allah berfirman, ﴾ أَفَلَا تَتَّقُونَ ﴿ "Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya)," yaitu kepada Rabb kalian, sehingga meninggalkan berhala-berhala dan patung-patung itu.
#
{33} فقال {الملأ من قومِهِ الذين كَفَروا وكذَّبوا بلقاءِ الآخرة وأتْرَفْناهم في الحياة الدنيا}؛ أي: قال الرؤساءُ الذين جَمَعوا بين الكفرِ والمعاندةِ وإنكار البعثِ والجزاء، وأطغاهم ترفُهم في الحياة الدُّنيا؛ معارضةً لنبيِّهم وتكذيباً وتحذيراً منه. {ما هذا إلاَّ بشرٌ مثلُكم}؛ أي: من جنسكم، {يأكُلُ ممَّا تأكُلونَ منه ويشربُ ممَّا تشرَبونَ}: فما الذي يُفَضِّلُه عليكم؟! فهلاَّ كان ملكاً لا يأكل الطعام ولا يشرب الشراب!
(33) Kemudian berkatalah, ﴾ ٱلۡمَلَأُ مِن قَوۡمِهِ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بِلِقَآءِ ٱلۡأٓخِرَةِ وَأَتۡرَفۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا ﴿ "Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya dan yang mendustakan akan menemui Hari Akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia," maksudnya para pem-besar yang telah menggabungkan antara kekufuran, permusuhan dan pengingkaran terhadap Hari Kebangkitan dan Pembalasan, serta kehidupan mewah di dunia telah menyebabkan mereka me-lampaui batas sebagai perlawanan terhadap nabi mereka dan pen-dustaan serta peringatan (kepada manusia) darinya berkata, ﴾ مَا هَٰذَآ إِلَّا بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ ﴿ "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu," maksudnya dari komunitas kalian, ﴾ يَأۡكُلُ مِمَّا تَأۡكُلُونَ مِنۡهُ وَيَشۡرَبُ مِمَّا تَشۡرَبُونَ ﴿ "dia makan dari apa yang kamu makan dan meminum dari apa yang kamu minum," lalu sisi apakah yang melebihkan dia di atas kalian? Kenapa ia tidak berupa malaikat yang tidak makan makanan dan tidak minum minuman?
#
{34} {ولئِنْ أطعتُم بشراً مثلَكم إنَّكم إذاً لخاسرونَ}؛ أي: إن تبعتُموه وجعلتُموه لكم رئيساً وهو مثلُكم؛ إنَّكم لمسلوبو العقل نادمون على ما فعلتم! وهذا من العجب؛ فإنَّ الخسارَ والندامةَ حقيقةً لمن لم يتابِعْه ولم يَنْقَدْ له، والجهلُ والسفهُ العظيم لِمَنْ تكبَّرَ عن الانقياد لبشرٍ خصَّه الله بوحيِهِ، وفضَّلَه برسالته وابتُلي بعبادة الشجر والحجر، وهذا نظيرُ قولهم: {قالوا أبشراً منَّا واحداً نتَّبِعُهُ إنَّا إذاً لفي ضلال وسُعُرٍ. أألْقِيَ الذِّكْرُ عليهِ من بَيْنِنا بل هو كذابٌ أشِرٌ}.
(34) ﴾ وَلَئِنۡ أَطَعۡتُم بَشَرٗا مِّثۡلَكُمۡ إِنَّكُمۡ إِذٗا لَّخَٰسِرُونَ ﴿ "Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi," maksudnya, jika kalian mengikutinya dan mendaulatnya sebagai pimpinan ka-lian, padahal dia serupa dengan kalian, maka kalian benar-benar sudah kehilangan akal-akal kalian dan akan menyesal atas tindakan kalian! Ini termasuk perkara aneh. Sungguh, kerugian dan penye-salan yang sebenarnya terjadi pada orang yang tidak mengikuti dan patuh kepadanya. Kebodohan dan ketololan yang besar diarahkan bagi orang-orang yang menyombongkan diri untuk patuh kepada sesosok orang yang telah Allah istimewakan dengan wahyu (dari-Nya), mengutamakannya dengan risalah dan diuji dengan feno-mena peribadahan terhadap pohon-pohon dan bebatuan. Ini persis seperti perkataan mereka, ﴾ فَقَالُوٓاْ أَبَشَرٗا مِّنَّا وَٰحِدٗا نَّتَّبِعُهُۥٓ إِنَّآ إِذٗا لَّفِي ضَلَٰلٖ وَسُعُرٍ 24 أَءُلۡقِيَ ٱلذِّكۡرُ عَلَيۡهِ مِنۢ بَيۡنِنَا بَلۡ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٞ 25 ﴿ "Maka mereka berkata, 'Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila. Apakah wahyu itu diturun-kan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong'." (Al-Qamar: 24-25).
#
{35 ـ 36} فلما أنكروا رسالَتَه وَرَدُّوها؛ أنكروا ما جاء به من البعثِ بعد الموت والمجازاة على الأعمال، فقالوا: {أيَعِدُكُم أنَّكم إذا مِتُّم وكُنْتُم تُراباً وعظاماً أنَّكم مخرَجونَ. هيهاتَ هيهاتَ لما توعَدونَ}؛ أي: بعيدٌ بعيدٌ ما يعِدُكم به من البعث بعد أنْ تمزَّقتم وكنتم تراباً وعظاماً. فنظروا نظراً قاصراً، ورأوا هذا بالنسبة إلى قُدَرِهم غير ممكن، فقاسوا قدرة الخالق بقُدَرِهم، تعالى الله، فأنكروا قدرتَه على إحياء الموتى، وعجَّزوه غاية التَّعجيز، ونسوا خَلْقَهم أول مرة، وأنَّ الذي أنشأهم من العدم؛ فإعادته لهم بعد البلى أهون عليه، وكلاهما هيِّن لديه؛ فلمَ لا يُنِكْرون أول خَلْقهم ويكابرون المحسوسات ويقولون: إنَّنا لم نزل موجودين، حتى يَسْلَمَ لهم إنكارُهم البعث ويُنْتَقَل معهم إلى الاحتجاج على إثبات وجود الخالق العظيم؟! وهنا دليلٌ آخر، وهو أن الذي أحيا الأرض بعد موتها؛ إنَّ ذلك لمحيي الموتى؛ إنَّه على كل شيء قدير. وثَمَّ دليلٌ آخر، وهو ما أجاب به المنكرينَ للبعث في قوله: {بل عَجِبوا أن جاءهم مُنْذِرٌ منهم فقال الكافرونَ هذا شيءٌ عجيبٌ. أإذا مِتْنا وكُنَّا تُرابا ذلك رَجْعٌ بعيدٌ}. فقال في جوابهم: {قَدْ عَلِمْنا ما تَنْقُصُ الأرضُ منهم}؛ أي: في البِلى {وعندنا كتابٌ حفيظٌ}.
(35-36) Ketika mereka mengingkari dan menampik risalah beliau, mereka (juga) mengingkari keterangan yang beliau sampai-kan, yaitu tentang kebangkitan setelah kematian dan pembalasan amalan-amalan. Mereka berkata, ﴾ أَيَعِدُكُمۡ أَنَّكُمۡ إِذَا مِتُّمۡ وَكُنتُمۡ تُرَابٗا وَعِظَٰمًا أَنَّكُم مُّخۡرَجُونَ 35 هَيۡهَاتَ هَيۡهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ 36 ﴿ "Apakah dia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang bahwa kamu sungguh akan dikeluarkan (dari kuburmu. Jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu," maksudnya begitu jauh, begitu jauh apa yang dia janjikan kepada kalian, berupa kebangkitan sesudah kalian terkoyak-koyak dalam keadaan men-jadi tanah dan tulang-belulang. Mereka memandang dengan perspektif yang kerdil dan meli-hatnya dari sudut kemampuan mereka sebagai perkara yang tidak mungkin terjadi. Mereka membandingkan kekuasaan al-Khaliq Allah dengan kemampuan-kemampuan mereka. Mahatinggi Allah (dari ucapan mereka). Akhirnya, mereka mengingkari kekuasaan Allah untuk menghidupkan orang-orang yang sudah mati dan benar-benar menyatakanNya lemah. Mereka lupa terhadap proses penciptaan mereka pertama kali, dan Dzat yang menciptakan me-reka dari barang yang tak berwujud, maka untuk mengembalikan wujud mereka setelah hancur akan lebih ringan bagiNya. Dua ke-jadian itu mudah bagiNya. Kenapa mereka tidak mengingkari saja awal mula penciptaan mereka dan menyikapi realita-realita yang konkret sembari menga-takan, "Sesungguhnya kami senantiasa ada," agar pengingkaran mereka terhadap kebangkitan tidak dipertanyakan lagi, sehingga kemudian argumentasinya dialihkan ke masalah penetapan wujud Dzat Yang Menciptakan lagi Mahaagung? Di sini masih ada dalil lain (untuk membungkam mereka), yaitu, Dzat yang menghidup-kan bumi setelah kematiannya, Dia adalah Dzat yang benar-benar berkuasa untuk menghidupkan orang-orang yang telah mati dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Masih ada bukti lain, yakni jawaban yang disampaikan oleh Allah kepada orang-orang yang mengingkari kebangkitan dalam FirmanNya, ﴾ بَلۡ عَجِبُوٓاْ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٞ مِّنۡهُمۡ فَقَالَ ٱلۡكَٰفِرُونَ هَٰذَا شَيۡءٌ عَجِيبٌ 2 أَءِذَا مِتۡنَا وَكُنَّا تُرَابٗاۖ ذَٰلِكَ رَجۡعُۢ بَعِيدٞ 3 ﴿ "(Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir, 'Ini adalah suatu yang amat ajaib. Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)? Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin'." (Qaf: 2-3). Maka Allah menjawab mereka dengan, ﴾ قَدۡ عَلِمۡنَا مَا تَنقُصُ ٱلۡأَرۡضُ مِنۡهُمۡۖ ﴿ "Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka," yaitu saat hancur-lebur ﴾ وَعِندَنَا كِتَٰبٌ حَفِيظُۢ ﴿ "dan pada sisi Kami pun ada kitab yang memelihara (mencatat)." (Qaf: 4).
#
{37} {إنْ هي إلاَّ حياتُنا الدُّنيا نموتُ ونحيا}؛ أي: يموت أناس ويحيا أناس، {وما نحن بمبعوثينَ}.
(37) ﴾ إِنۡ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنۡيَا نَمُوتُ وَنَحۡيَا ﴿ "Kehidupan itu tidak lain ha-nyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup," maksud-nya ada orang yang mati dan ada orang yang terlahirkan lagi ﴾ وَمَا نَحۡنُ بِمَبۡعُوثِينَ ﴿ "dan sekali-kali kita tidak akan dibangkitkan lagi."
#
{38} {إنْ هو إلا رجلٌ به جِنَّة}: فلهذا أتى بما أتى به من توحيد الله وإثبات المعادِ! {فتربَّصوا به حتى حين}؛ أي: ارفعوا عنه العقوبةَ بالقتل وغيره احتراماً له ولأنَّه مجنونٌ غيرُ مؤاخذ بما يتكلَّم به؛ أي: فلم يبقَ بزعمِهِم الباطل مجادلةٌ معه لصحَّة ما جاء به؛ فإنَّهم قد زعموا بُطلانه، وإنَّما بقي الكلام هل يوقِعون به أم لا؛ فبزعمهم أنَّ عقولَهم الرزينةَ اقتضتِ الإبقاءَ عليه وتركَ الإيقاع به مع قيام الموجب!! فهل فوق هذا العناد والكفر غاية؟!
(38) ﴾ إِنۡ هُوَ إِلَّا رَجُلٌ بِهِۦ جِنَّةٞ ﴿ "Dia tidak lain hanyalah seorang lelaki yang berpenyakit gila"[8] karena itu, dia membawa penetapan tentang pengesaan Allah (dalam ibadah) dan tempat kembali (kebangkit-an)! ﴾ فَتَرَبَّصُواْ بِهِۦ حَتَّىٰ حِينٖ ﴿ "Maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu," maksudnya gugurkanlah hukuman bunuh dan jenis hukuman lain darinya sebagai bentuk penghormatan baginya, lan-taran dia seorang yang gila, yang tidak bisa dihukum disebabkan sesuatu yang diucapkannya. Maksudnya, menurut anggapan me-reka yang batil, sudah tidak tersisa lagi acara berdebat dengannya menyangkut kebenaran risalah yang ia bawa. Mereka telah ber-asumsi bahwa risalahnya batil. Ungkapan yang masih tersisa ialah apakah perlu mereka menghukuminya atau tidak? Berdasarkan sangkaan mereka, bahwa akal-akal mereka yang matang menyim-pulkan membiarkannya hidup, tanpa menghukumnya, meskipun terdapat alasan yang kuat (untuk menghukumnya). Lalu apakah ada penentangan dan kekufuran yang lebih fatal dari ini?!
#
{39} ولهذا لما اشتدَّ كفرُهم ولم ينفعْ فيهم الإنذارُ؛ دعا عليهم نبيُّهم، فقال: {ربِّ انصُرْني بما كذَّبونِ}؛ أي: بإهلاكهم وخزيهم الدنيويِّ قبل الآخرة.
(39) Oleh karena itu, ketika kekufuran mereka semakin menggila, sementara pemberian peringatan tidak berguna bagi mereka, maka beliau memanjatkan doa keburukan bagi mereka. Beliau berkata, ﴾ رَبِّ ٱنصُرۡنِي بِمَا كَذَّبُونِ ﴿ "Ya Rabbku, tolonglah aku, karena mereka mendustakanku," yaitu dengan cara menghabisi mereka dan menghinakan mereka di dunia sebelum di akhirat.
#
{40 ـ 41} قال الله مجيباً لدعوته: {عمَّا قليل لَيُصْبِحُنَّ نادمينَ. فأخذتْهُمُ الصيحةُ بالحقِّ}: لا بالظلم والجَوْر، بل بالعدل وظلمهم أخذتْهُمُ الصيحةُ فأهلكَتْهم عن آخرهم. {فجعلناهم غُثاء}؛ أي: هشيماً يَبَساً بمنزلة غُثاء السيل الملقى في جَنَبات الوادي، وقال في الآية الأخرى: {إنَّا أرْسَلْنا عليهم صيحةً واحدةً فكانوا كَهَشيم المُحْتَظِر}. {فَبُعْداً للقوم الظالمين}؛ أي: أُتْبِعوا مع عذابهم البعدَ واللعنةَ والذمَّ من العالمين؛ {فما بَكَتْ عليهمُ السماءُ والأرضُ وما كانوا مُنْظَرين}.
(40-41) Allah berfirman untuk mengabulkan doanya, ﴾ عَمَّا قَلِيلٖ لَّيُصۡبِحُنَّ نَٰدِمِينَ 40 فَأَخَذَتۡهُمُ ٱلصَّيۡحَةُ بِٱلۡحَقِّ ﴿ "Dalam sedikit waktu lagi, pasti me-reka akan menjadi orang-orang yang menyesal. Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan (dasar) hak," bukan atas dasar aniaya dan kecurangan (dari Allah). Akan tetapi, berdasarkan keadilan dan ulah kezhaliman mereka. Suara yang mengguntur memusnahkan mereka dan membinasakan mereka sampai tuntas. ﴾ فَجَعَلۡنَٰهُمۡ غُثَآءٗۚ ﴿ "Dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir," yaitu rumput yang kering ibarat buih di lautan yang terlempar ke celah-celah lembah. Dalam ayat yang lain, Allah berfirman, ﴾ إِنَّآ أَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِمۡ صَيۡحَةٗ وَٰحِدَةٗ فَكَانُواْ كَهَشِيمِ ٱلۡمُحۡتَظِرِ 31 ﴿ "Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang." (Al-Qamar: 31). ﴾ فَبُعۡدٗا لِّلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "Maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zhalim itu," maksudnya selain siksaan yang menimpa mereka, maka disertai pula dengan pengusiran dan kutukan serta celaan dari makhluk semesta alam. ﴾ فَمَا بَكَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلسَّمَآءُ وَٱلۡأَرۡضُ وَمَا كَانُواْ مُنظَرِينَ 29 ﴿ "Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka, dan mereka pun tidak diberi tangguh." (Ad-Dukhan: 29).
Ayah: 42 - 44 #
{ثُمَّ أَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قُرُونًا آخَرِينَ (42) مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ (43) ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَى كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا كَذَّبُوهُ فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُمْ بَعْضًا وَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ فَبُعْدًا لِقَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ (44)}.
"Kemudian Kami ciptakan sesudah mereka umat-umat yang lain. Tidak (dapat) suatu umat pun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu). Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Se-tiap kali seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendus-takannya, maka Kami memperikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman." (Al-Mu`minun: 42-44).
#
{42 ـ 43} أي: ثم أنشأنا من بعد هؤلاء المكذِّبين المعانِدين {قروناً آخرين}: كلُّ أمةٍ في وقت مسمًّى وأجل محدود، لا تتقدَّم عنه ولا تتأخَّر، وأرسَلْنا إليهم رُسُلاً متتابعةً لعلَّهم يؤمنون وينيبون، فلم يزلِ الكفرُ والتكذيب دأبَ الأمم العُصاة والكَفَرة البغاة، {كلَّ ما جاء أمَّةً رسولُها كذَّبوه}: مع أنَّ كلَّ رسول يأتي من الآيات ما يؤمن على مثلِهِ البشر، بل مجرَّد دعوةِ الرسل وشرعِهِم يدلُّ على حَقِّيَّة ما جاؤوا به.
(42-43) Maksudnya, kemudian setelah (kehancuran) orang-orang yang mendustakan lagi menentang, Allah menciptakan ﴾ قُرُونًا ءَاخَرِينَ ﴿ "umat-umat yang lain." Setiap umat berada di masa yang sudah ditentukan dan jangka waktu yang dibatasi, tidak maju mau-pun mundur darinya. Kami mengirimkan beberapa rasul secara bergantian, dengan harapan mereka mau beriman dan bertaubat. Namun, kekufuran dan pendustaan menjadi budaya umat-umat yang durhaka, ingkar lagi melampaui batas. ﴾ كُلَّ مَا جَآءَ أُمَّةٗ رَّسُولُهَا كَذَّبُوهُۖ ﴿ "Setiap kali seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendusta-kannya," padahal setiap rasul itu membawa sejumlah ayat (bukti-bukti kebesaran Allah) yang bisa membuat orang-orang menjadi beriman dengan bukti semacam itu. Bahkan dakwah para rasul dan aturan syariat agama mereka saja sudah cukup menunjukkan kebenaran risalah yang mereka bawa.
#
{44} {فأتْبَعْنا بعضَهم بعضاً}: بالهلاك، فلم يبقَ منهم باقيةٌ، وتعطَّلت مساكنُهم من بعدِهم، {وجَعَلْناهم أحاديثَ}: يتحدَّثُ بهم مَن بعدهم، ويكونون عبرةً للمتَّقين ونَكالاً للمكذِّبين وخزياً عليهم مقروناً بعذابهم. {فبعداً لقوم لا يؤمنونَ}: ما أشقاهم! وَتعْساً لهم! ما أخسر صفقتهم!
(44) ﴾ فَأَتۡبَعۡنَا بَعۡضَهُم بَعۡضٗا ﴿ "Maka Kami memperikutkan sebagian me-reka dengan sebagian yang lain," dengan kemusnahan, hingga tidak ada satu pun yang tersisa. Rumah-rumah hunian mereka pun tidak berfungsi lagi setelah itu. ﴾ وَجَعَلۡنَٰهُمۡ أَحَادِيثَۚ ﴿ "Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia)." Orang-orang sesudah mereka membicarakan tentang mereka. Dan mereka menjadi bahan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa dan siksa bagi orang-orang yang mendusta-kan, serta penghinaan bagi mereka yang disertai dengan siksaan terhadap mereka ﴾ فَبُعۡدٗا لِّقَوۡمٖ لَّا يُؤۡمِنُونَ ﴿ "maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman." Alangkah celakanya mereka! Kesengsa-raan bagi mereka! Betapa ruginya usaha mereka!
Ayah: 45 - 49 #
{ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَى وَأَخَاهُ هَارُونَ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (45) إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ (46) فَقَالُوا أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ (47) فَكَذَّبُوهُمَا فَكَانُوا مِنَ الْمُهْلَكِينَ (48) وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ (49)}.
"Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (Kebesaran) Kami dan bukti yang nyata, kepada Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong. Dan mereka berkata, 'Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?' Maka (tetaplah) mereka mendustakan keduanya, sebab itu mereka terma-suk orang-orang yang dibinasakan. Dan sesungguhnya telah Kami berikan al-Kitab (Taurat) kepada Musa, agar mereka (Bani Israil) mendapat petunjuk." (Al-Mu`minun: 45-49).
Sejak lama sekali, terngiang-ngiang padaku sebuah keterangan dari salah seorang ulama, yang sekarang ini namanya tidak terbetik pada ingatanku. Yaitu, setelah [pengutusan] Musa dan turunnya kitab Taurat, maka Allah melenyapkan siksa dari umat manusia. Maksudnya, siksaan yang menghabisi sebuah umat sampai tuntas tanpa sisa. Dan mensyariatkan jihad untuk memerangi kaum yang mendustakan dan menentang. Saya tidak tahu, darimana beliau mendapatkan pernyataan ini. Setelah saya merenungi ayat-ayat ini beserta ayat-ayat yang termaktub dalam surat al-Qashash, maka menjadi jelaslah sisi (pendalilannya): Adapun ayat-ayat ini, maka sesungguhnya Allah telah menceritakan tentang umat-umat manu-sia yang telah dibinasakan, dengan kehancuran secara berturutan. Selanjutnya, Dia mengirim Musa, setelah itu dan menurunkan Taurat kepadanya. Di dalamnya tertuang hidayah bagi umat ma-nusia. Berdasarkan ini, maka kebinasaan Fir'aun tidak termasuk dalam konteks ini. Karena peristiwanya terjadi sebelum turunnya Taurat. Sedangkan ayat-ayat yang terdapat pada surat al-Qashash, begitu jelas maksudnya. Sesungguhnya, sesudah Allah mencerita-kan kebinasaan Fir'aun, Dia berfirman, ﴾ وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَٰبَ مِنۢ بَعۡدِ مَآ أَهۡلَكۡنَا ٱلۡقُرُونَ ٱلۡأُولَىٰ بَصَآئِرَ لِلنَّاسِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٗ لَّعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ 43 ﴿ "Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, un-tuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk serta rahmat, agar mereka ingat." (Al-Qashash: 43). Ini jelas sekali, bahwa Allah mendatangkan al-Kitab kepada Musa setelah kehancuran umat-umat yang membangkang, dan mengabarkan bahwa Dia menurunkannya sebagai pelita bagi umat manusia, petunjuk dan rahmat. Boleh jadi termasuk konteks pem-bahasan ini adalah sesuatu yang disebutkan Allah dalam surat Yunus. ﴾ ثُمَّ بَعَثۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِۦ رُسُلًا إِلَىٰ قَوۡمِهِمۡ فَجَآءُوهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ فَمَا كَانُواْ لِيُؤۡمِنُواْ بِمَا كَذَّبُواْ بِهِۦ مِن قَبۡلُۚ كَذَٰلِكَ نَطۡبَعُ عَلَىٰ قُلُوبِ ٱلۡمُعۡتَدِينَ 74 ثُمَّ بَعَثۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِم مُّوسَىٰ وَهَٰرُونَ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ وَمَلَإِيْهِۦ بِـَٔايَٰتِنَا فَٱسۡتَكۡبَرُواْ وَكَانُواْ قَوۡمٗا مُّجۡرِمِينَ 75 ﴿ "Kemudian sesudah Nuh, Kami utus beberapa rasul kepada kaum mereka (masing-masing), maka rasul-rasul itu datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka tidak hendak beriman karena mereka dahulu telah (biasa) mendustakannya. De-mikianlah Kami mengunci mati hati orang-orang yang melampaui batas. Kemudian sesudah rasul-rasul itu, Kami utus Musa dan Harun kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, dengan (membawa) tanda-tanda (mukjizat-mukjizat) Kami, maka mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa." (Yunus: 74-75).
#
{45} فقوله: {ثم أرسلْنا موسى}: ابن عمرانَ كليمَ الرحمن، {وأخاه هارونَ}: حين سأل ربَّه أن يُشْرِكَه في أمره فأجاب سُؤْلَه، {بآياتنا}: الدالَّة على صدقهما وصحَّة ما جاءا به، {وسلطانٍ مُبينٍ}؛ أي: حجَّة بيَّنة من قوتها أن تَقْهَرَ القلوب وتتسلَّط عليها لقوَّتها فتنقادَ لها قلوبُ المؤمنين وتقومَ الحجَّة البيِّنة على المعاندين. وهذا كقوله: {ولقد آتَيْنا موسى تسعَ آياتٍ بيِّناتٍ}: ولهذا رئيسُ المعاندين عَرَفَ الحقَّ وعاند. {فاسأل بني إسرائيلَ إذْ جاءَهم}: بتلك الآياتِ البيِّناتِ، فقال له [فرعون]: {إنِّي لأظنُّك يا موسى مسحوراً}. فقال موسى: {لقدْ علمتَ ما أنزلَ هؤلاء إلا ربُّ السمواتِ والأرض بصائرَ وإنِّي لأظنُّك يا فرعونُ مَثْبوراً}. وقال تعالى: {وجَحَدوا بها واسْتَيْقَنَتْها أنفسُهم ظُلماً وعلوًّا}.
(45) FirmanNya, ﴾ ثُمَّ أَرۡسَلۡنَا مُوسَىٰ ﴿ "Kemudian Kami utus Musa" putra Imran, Kalimurrahman, ﴾ وَأَخَاهُ هَٰرُونَ ﴿ "dan saudaranya Harun," ketika beliau memohon kepada Allah agar mengikutsertakan sau-daranya itu (Harun) dalam misinya. Allah menyambut permo-honan ini, ﴾ بِـَٔايَٰتِنَا ﴿ "dengan membawa tanda-tanda (kebesaran) Kami," yang menunjukkan kebenaran mereka berdua dan (kebenaran) risalah yang mereka emban, ﴾ وَسُلۡطَٰنٖ مُّبِينٍ ﴿ "dan bukti yang nyata," mak-sudnya hujjah yang nyata, lantaran besarnya kekuatannya yang mampu memaksa hati-hati dan menguasainya karena kekuatannya. Maka, hati-hati kaum Mukminin pun menjadi tunduk, dan tegak-lah hujjah di hadapan orang-orang yang melakukan penentangan. Ini seperti Firman Allah, ﴾ وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا مُوسَىٰ تِسۡعَ ءَايَٰتِۭ بَيِّنَٰتٖۖ ﴿ "Dan sungguh Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah ayat yang nyata." (Al-Isra`: 101). Oleh karena itu, pimpinan para penentang telah mengetahui kebenaran namun tetap berkeras kepala menentang. ﴾ فَسۡـَٔلۡ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ إِذۡ جَآءَهُمۡ ﴿ "Maka tanyakanlah kepada Bani Israil, tatkala Musa datang kepada mereka," dengan membawa ayat-ayat yang nyata tersebut. Maka, [Fir'aun][9] berkata kepada beliau, ﴾ إِنِّي لَأَظُنُّكَ يَٰمُوسَىٰ مَسۡحُورٗا ﴿ "Sesungguhnya aku menyangkamu, hai Musa, seorang yang terkena sihir." (Al-Isra`: 101). Lalu, Musa menyanggah, ﴾ لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَآ أَنزَلَ هَٰٓؤُلَآءِ إِلَّا رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ بَصَآئِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَٰفِرۡعَوۡنُ مَثۡبُورٗا 102 ﴿ "Sungguh kamu telah mengetahui, bahwa tidaklah yang menurun-kan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti nyata, dan sesungguhnya aku mengiramu, hai Fir'aun, seorang yang akan binasa." (Al-Isra`: 103). Allah تعالى juga berfirman, ﴾ وَجَحَدُواْ بِهَا وَٱسۡتَيۡقَنَتۡهَآ أَنفُسُهُمۡ ظُلۡمٗا وَعُلُوّٗاۚ ﴿ "Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya." (An-Naml: 14).
#
{46} وقال هنا: {ثم أرسَلْنا موسى وأخاه هارونَ بآياتِنا وسلطانٍ مُبينٍ. إلى فرعونَ وملئِهِ}: كهامان وغيره من رؤسائهم، {فاستَكْبَروا}؛ أي: تكبَّروا عن الإيمان بالله واستكبروا على أنبيائِهِ، {وكانوا قوماً عالينَ}؛ أي: وصفهم العلوُّ والقهرُ والفسادُ في الأرض، فلهذا صدر منهم الاستكبار، ذلك غيرُ مستكثَرٍ منهم.
(46) Di sini, Allah berfirman,﴾ ثُمَّ أَرۡسَلۡنَا مُوسَىٰ وَأَخَاهُ هَٰرُونَ بِـَٔايَٰتِنَا وَسُلۡطَٰنٖ مُّبِينٍ 45 إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ وَمَلَإِيْهِۦ ﴿ "Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun, dengan membawa tanda-tanda (Kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata kepada Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya," seperti sosok Haman dan tokoh lainnya yang berasal dari pembesar-pembesar mereka. ﴾ فَٱسۡتَكۡبَرُواْ ﴿ "Maka mereka ini takabur," maksudnya mereka bersikap sombong untuk beriman kepada Allah dan congkak ter-hadap para nabiNya. ﴾ وَكَانُواْ قَوۡمًا عَالِينَ ﴿ "Dan mereka adalah orang-orang yang sombong," maksudnya karakter mereka adalah merasa lebih tinggi, sok berkuasa dan suka melakukan kerusakan di muka bumi. Oleh sebab itu, meluncur sikap kesombongan dari mereka, dan itu tidak aneh terjadi dari mereka.
#
{47} {فقالوا} كِبْراً وتيهاً وتحذيراً لضُعفاء العقول وتمويهاً: {أنؤمنُ لِبَشَرَيْنِ مثلِنا}: كما قاله مَنْ قبلَهم سواءً بسواءٍ؛ تشابهتْ قلوبُهم في الكفر، فتشابهت أقوالُهم وأفعالُهم، وجحدوا منَّةَ الله عليهما بالرسالة. {وقومُهُما}؛ أي: بنو إسرائيل. {لنا عابدونَ}؛ أي: معبَّدونَ بالأعمال والأشغال الشاقَّة؛ كما قال تعالى: {وإذْ نَجَّيْناكم من آلِ فرعونَ يسومونَكم سوءَ العذابِ يذبِّحون أبناءَكم ويستَحْيون نساءَكم وفي ذلِكُم بلاءٌ من ربِّكم عظيمٌ}: فكيف نكون تابعين بعد أن كُنَّا متبوعينَ؟! وكيف يكون هؤلاءِ رؤساءَ علينا؟! ونظيرُ قولِهِم قولُ قوم نوح: {أنؤمنُ لك واتَّبَعَكَ الأرذَلونَ}، {وما نراك اتَّبَعَكَ إلاَّ الذين هم أراذلُنا بادِيَ الرأي}.
(47) ﴾ فَقَالُوٓاْ ﴿ "Dan mereka berkata," dalam kesombongan lagi kecongkakan untuk memperingatkan orang-orang yang lemah akal sehatnya dan mengelabuhi mereka, ﴾ أَنُؤۡمِنُ لِبَشَرَيۡنِ مِثۡلِنَا ﴿ "Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga)." Komentar ini senada dengan lontaran orang-orang sebelum mereka, persis benar. Hati-hati mereka saling menyerupai dalam kekufuran, hingga omongan dan ulah mereka pun mengalami kemiripan. Mereka mengingkari anugerah Allah yang tercurahkan pada mereka berdua berupa risalah (menjadi seorang rasul). ﴾ وَقَوۡمُهُمَا ﴿ "Padahal kaum mereka berdua," yaitu Bani Israil ﴾ لَنَا عَٰبِدُونَ ﴿ "adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita," diperbudak dengan kerja-kerja dan kesibukan yang berat. Seperti yang difirmankan oleh Allah تعالى, ﴾ وَإِذۡ نَجَّيۡنَٰكُم مِّنۡ ءَالِ فِرۡعَوۡنَ يَسُومُونَكُمۡ سُوٓءَ ٱلۡعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبۡنَآءَكُمۡ وَيَسۡتَحۡيُونَ نِسَآءَكُمۡۚ وَفِي ذَٰلِكُم بَلَآءٞ مِّن رَّبِّكُمۡ عَظِيمٞ 49 ﴿ "Dan (ingatlah) ketika Kami menyelamatkanmu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya, mereka menimpakan kepadamu siksaan yang se-berat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Rabbmu." (Al-Baqarah: 49). Bagaimana mungkin kami menjadi pengikut (mereka), pada-hal sebelumnya kami adalah pemimpin yang diikuti. Bagaimana mereka bisa menjadi orang yang memimpin kami? Perkataan me-reka serupa dengan ucapan kaum nabi Nuh, ﴾ أَنُؤۡمِنُ لَكَ وَٱتَّبَعَكَ ٱلۡأَرۡذَلُونَ 111 ﴿ "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?" (Asy-Syu'ara: 111). ﴾ وَمَا نَرَىٰكَ ٱتَّبَعَكَ إِلَّا ٱلَّذِينَ هُمۡ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ ٱلرَّأۡيِ ﴿ "Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang yang hina-dina di antara kami yang lekas percaya." (Hud: 27).
#
{48} من المعلوم أن هذا لا يَصْلُحُ لدفع الحقِّ، وأنه تكذيبٌ ومعاندةٌ، ولهذا قال: {فكذَّبوهما فكانوا من المُهْلَكينَ}: في الغرقِ في البحر وبنو إسرائيل ينظُرون.
(48) Sudah dapat dimengerti, bahwa ungkapan semacam itu tidak bisa dipakai untuk menolak kebenaran. Ucapan itu (hanyalah) bentuk pendustaan dan penentangan. Karenanya, Allah berfirman, ﴾ فَكَذَّبُوهُمَا فَكَانُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡلَكِينَ 48 ﴿ "Maka (tetaplah) mereka mendustakan ke-duanya, sebab itulah mereka termasuk orang-orang yang dibinasakan," dengan tenggelam di lautan, sementara Bani Isra`il menyaksikan peristiwa itu.
#
{49} {ولقد آتَيْنا موسى}: بعدما أهلكَ الله فرعونَ وخلَّص الشعبَ الإسرائيليَّ مع موسى وتمكَّن حينئذٍ من إقامة أمرِ الله فيهم وإظهارِ شعائرِهِ؛ وعدَه اللهُ أن ينزِّل عليه التوراةَ أربعين ليلةً، فذهب لميقاتِ ربِّه؛ قال الله تعالى: {وكَتَبْنا له في الألواح من كلِّ شيءٍ موعظةً وتفصيلاً لكلِّ شيءٍ}. ولهذا قال هنا: {لعلَّهم يهتدونَ}؛ أي: بمعرفة تفاصيل الأمر والنهي والثوابِ والعقابِ ويعرفونَ ربَّهم بأسمائِهِ وصفاتِهِ.
(49) ﴾ وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَٰبَ ﴿ "Dan sesungguhnya telah Kami berikan al-Kitab (Taurat) kepada Musa," usai Allah membinasakan Fir'aun dan menyelamatkan bangsa Israil bersama Musa dan berhasil menegak-kan perintah Allah dan menampakkan simbol-simbol (agama)Nya, Allah menyampaikan janji kepadanya untuk menurunkan Taurat kepadanya dalam jangka empat puluh malam, maka beliau pergi untuk menepati waktu pertemuan dengan Rabbnya. Allah تعالى ber-firman, ﴾ وَكَتَبۡنَا لَهُۥ فِي ٱلۡأَلۡوَاحِ مِن كُلِّ شَيۡءٖ مَّوۡعِظَةٗ وَتَفۡصِيلٗا لِّكُلِّ شَيۡءٖ ﴿ "Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada kepingan-kepingan (untuk menulis Taurat) segala sesuatu, sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu." (Al-A'raf: 145), karena itu, di sini Allah menga-takan, ﴾ لَعَلَّهُمۡ يَهۡتَدُونَ ﴿ "Agar mereka (Bani Israil) mendapat petunjuk," dengan mengetahui perincian perintah-perintah dan larangan-larangan, pahala dan hukuman dan mengenal Rabb mereka melalui nama-nama dan sifat-sifatNya.
Ayah: 50 #
{وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ آيَةً وَآوَيْنَاهُمَا إِلَى رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ (50)}.
"Dan telah Kami jadikan (Isa) putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata (bagi kekuasaan Kami), dan Kami melin-dungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak ter-dapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir." (Al-Mu`minun: 50).
#
{50} أي: وامتَنَنَّا على عيسى ابن مريم وجَعَلْناه وأمَّه من آيات الله العجيبة؛ حيث حملتْه وولدتْه من غيرِ أبٍ، وتكلَّم في المهد صبيًّا، وأجرى الله على يديه من الآيات ما أجرى. {وآوَيْناهما إلى ربوةٍ}؛ أي: مكان مرتفع، وهذا والله أعلم وقتَ وضعِها، {ذاتِ قَرارٍ}؛ أي: مستقَرٍّ وراحةٍ، {ومَعين}؛ أي: ماء جارٍ؛ بدليلِ قوله: {قد جعل ربُّكِ تحتَكِ}؛ أي: تحت المكان الذي أنت فيه لارتفاعه {سَرِيًّا}؛ أي: نهراً، وهو المَعِيْن. {وهُزِّي إليكِ بجِذْعِ النخلةِ تُساقِطْ عليك رُطَباً جَنِيًّا. فكُلي واشْرَبي وقَرِّي عيناً}.
(50) Dan Kami melimpahkan karunia kepada 'Isa putra Maryam, dan Kami menjadikannya dan ibunya termasuk bagian dari ayat-ayat Allah yang mencengangkan. Pasalnya, ibunya me-ngandungnya dan melahirkannya tanpa keberadaan seorang ayah, mampu berbicara saat masih balita di dalam gendongan serta Allah memunculkan bukti-bukti kebesaranNya melalui tangannya. ﴾ وَءَاوَيۡنَٰهُمَآ إِلَىٰ رَبۡوَةٖ ﴿ "Dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar," maksudnya, tempat yang tinggi. Ini –wallahu a'lam– saat persalinannya. ﴾ ذَاتِ قَرَارٖ ﴿ "Yang banyak terdapat padang-padang rumput," maksudnya tempat yang memiliki ketenangan dan kenyamanan, ﴾ وَمَعِينٖ ﴿ "dan sumber-sumber mata air," yaitu air yang mengalir, dengan dasar Firman Allah, ﴾ قَدۡ جَعَلَ رَبُّكِ تَحۡتَكِ ﴿ "Sesungguh-nya Rabbmu telah menjadikan di bawahmu," yaitu di bawah permuka-an tanah yang engkau tempati karena berada di ketinggian ﴾ سَرِيّٗا ﴿ "anak sungai," yaitu sebuah sungai, itulah mata airnya. ﴾ وَهُزِّيٓ إِلَيۡكِ بِجِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ تُسَٰقِطۡ عَلَيۡكِ رُطَبٗا جَنِيّٗا 25 فَكُلِي وَٱشۡرَبِي وَقَرِّي عَيۡنٗاۖ ﴿ "Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan dan minum serta bersenang hatilah kamu." (Maryam: 24-25).
Ayah: 51 - 56 #
{يَاأَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ (51) وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ (52) فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ (53) فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ (54) أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ (55) نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ (56)}.
"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Me-ngetahui apa yang kamu kerjakan. Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Rabbmu, maka bertakwalah kepadaKu. Kemudian mereka (pengi-kut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga de-ngan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biar-kanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu. Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka. Tidak, sebenarnya mereka tidak merasa." (Al-Mu`minun: 51-56).
#
{51} هذا أمرٌ منه تعالى لرسلِهِ بأكل الطيِّبات التي هي: الرزق والطيِّبُ الحلال، والشكر للَّه بالعمل الصالح الذي به يَصْلُحُ القلب والبدن والدنيا والآخرة، ويخبِرُهم أنَّه بما يعملون عليم؛ فكلُّ عمل عملوه وكلُّ سعي اكتسبوه؛ فإنَّ الله يعلمه، وسيجازيهم عليه أتمَّ الجزاء وأفضلَه، فدلَّ هذا على أنَّ الرسل كلَّهم متفقون على إباحة الطيبات من المآكل وتحريم الخبائثِ منها، وأنَّهم متَّفقون على كلِّ عمل صالح، وإنْ تنوَّعت بعضُ أجناس المأموراتِ واختلفتْ بها الشرائعُ؛ فإنَّها كلَّها عملٌ صالح، ولكنْ تتفاوت بتفاوتِ الأزمنة. ولهذا؛ الأعمال الصالحة التي هي صلاحٌ في جميع الأزمنة قد اتَّفقت عليها الأنبياء والشرائع؛ كالأمر بتوحيد الله وإخلاص الدِّين له ومحبَّته وخوفِهِ ورجائِهِ والبرِّ والصدقِ والوفاءِ بالعهد وصلةِ الأرحام وبرِّ الوالدين والإحسان إلى الضعفاء والمساكين واليتامى والحنوِّ والإحسان إلى الخلق ونحو ذلك من الأعمال الصالحة، ولهذا كان أهل العلم والكُتُب السابقة والعقل حين بَعَثَ الله محمداً - صلى الله عليه وسلم - يستدلُّون على نبوَّته بأجناس ما يأمر به وينهى عنه؛ كما جرى لِهرَقْل وغيره؛ فإنَّه إذا أمر بما أمر به الأنبياءُ الذين من قبلِهِ ونهى عما نَهَوْا عنه؛ دلَّ على أنَّه من جنسهم؛ بخلاف الكذَّاب؛ فلا بدَّ أن يأمرَ بالشرِّ وينهى عن الخير.
(51) Ini adalah perintah Allah تعالى yang ditujukan kepada para utusanNya, agar mereka mengkonsumsi sesuatu yang baik, yaitu rizki dan sesuatu yang baik lagi halal, (perintah untuk) ber-syukur kepada Allah dengan mengamalkan amalan shalih yang akan memperbaiki hati, tubuh, dan dunia, serta akhirat. Dia mem-beritahukan kepada mereka, bahwa Dia Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Setiap amalan yang mereka perbuat dan usaha yang mereka tempuh, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya, dan Dia akan memberikan balasan kepada mereka atas dasar amalan tersebut dengan balasan yang paling sempurna dan terbaik. Fakta ini menunjukkan bahwa para rasul, semuanya bersepakat mengenai halalnya barang-barang yang baik, yang berupa bermacam-macam makanan dan haramnya makanan-makanan yang keji. Mereka telah bersepakat mengenai amalan shalih, walaupun terjadi perbedaan pada beberapa jenis perintah dan aturan syariatnya. Semua itu merupakan amalan shalih, akan tetapi, mengalami perbedaan sesuai dengan perbedaan masa. Karena itu, amalan-amalan shalih yang baik pada setiap masa, telah disepakati oleh para nabi dan seluruh ajaran syariat-syariat. Misalnya, perintah untuk mengesakan Allah dan memurnikan ibadah untukNya, men-cintaiNya, takut kepadaNya, berharap kepadaNya, beramal keba-jikan, jujur, menepati janji, menyambung tali silaturahim, berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada orang-orang lemah, miskin dan anak-anak yatim, beriba dan berbuat baik kepada sesama makhluk dan amalan-amalan shalih lainnya. Karena itu, para ulama dan pakar kitab-kitab terdahulu serta para cendekiawan ketika Allah mengutus Muhammad, mereka membuktikan kebenaran kenabian beliau dengan beberapa jenis perkara yang diperintah-kan dan larangan yang ditetapkan. Sebagaimana yang terjadi pada Heraklius dan lainnya. Bila beliau memerintahkan perkara yang diperintahkan juga oleh para nabi yang telah berlalu sebelumnya, dan melarang apa yang mereka larang pula, maka ini menandakan bahwa beliau ber-asal dari kalangan mereka (para nabi). Berbeda dengan pembohong (nabi palsu), maka dia mesti memerintahkan perkara yang buruk dan melarang kebaikan.
#
{52} ولهذا قال تعالى للرسل: {وإنَّ هذه أمَّتُكم أمَّةً}؛ أي: جماعتُكم يا معشرَ الرسل {واحدةً}: متفقةً على دينٍ واحدٍ وربُّكم واحدٌ. {فاتَّقونِ}: بامتثال أوامري واجتناب زواجري. وقد أمر الله المؤمنين بما أمر به المرسلين؛ لأنَّهم بهم يَقْتَدون وخلفَهم يسلُكون، فقال: {يا أيُّها الذين آمنوا كُلوا من طيِّبات ما رَزَقْناكم واشكُروا للهِ إنْ كنتُم إيَّاه تعبُدونَ}: فالواجب على كل المنتسبين إلى الأنبياء وغيرهم أن يَمْتَثِلوا هذا ويعملوا به.
(52) Oleh karena itu, Allah تعالى berfirman kepada para rasul, ﴾ وَإِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ ﴿ "Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua," yaitu (agama) kelompok kalian, wahai para rasul, yaitu ﴾ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ ﴿ "agama yang satu," yang sepakat bulat dalam satu agama dan Rabb yang satu. ﴾ فَٱتَّقُونِ ﴿ "Maka bertakwalah kepadaKu," dengan melaksanakan perintah-perintahKu dan menjauhi larangan-la-ranganKu. Sungguh, Allah telah memerintahkan kaum Mukminin dengan perintah yang ditujukan kepada para rasul. Karena mereka mengikuti jalan para rasul dan menapaki jalan di belakang mereka. Allah berfirman, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقۡنَٰكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِلَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ 172 ﴿ "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah." (Al-Baqarah: 172). Maka kewajiban orang-orang yang mengikuti jejak para nabi dan (orang-orang baik) lainnya, agar menaati dan mengamalkan-nya.
#
{53} ولكنْ أبى الظالمون المُفْتَرقُون إلاَّ عصياناً، ولهذا قال: {فتقطَّعوا أمرَهم بينَهم زُبُراً}؛ أي: تقطَّع المنتسبون إلى أتباع الأنبياء {أمْرَهم}؛ أي: دينهم {بينَهم زُبُرا}؛ أي: قطعاً. {كلُّ حزبٍ بما لديهم}؛ أي: بما عندهم من العلم والدين {فرِحون}: يزعمون أنَّهم المحقُّون، وغيرُهم على غير الحقِّ، مع أن المحقَّ منهم مَنْ كان على طريق الرُّسل من أكل الطيبات والعمل الصالح، وما عداهم فإنَّهم مبطِلون.
(53) Akan tetapi, orang-orang zhalim lagi para pecundang enggan menyambut kecuali berbuat pelanggaran saja. Karenanya, Allah berfirman, ﴾ فَتَقَطَّعُوٓاْ أَمۡرَهُم بَيۡنَهُمۡ زُبُرٗاۖ ﴿ "Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah-belah menjadi be-berapa pecahan," maksudnya terputuslah (ikatan) orang-orang yang mengaku pengikut para nabi. ﴾ أَمۡرَهُم ﴿ "Urusan mereka," yaitu urusan agama mereka ﴾ بَيۡنَهُمۡ زُبُرٗاۖ ﴿ "terpecah belah menjadi beberapa pecahan pada mereka," beberapa kelompok. ﴾ كُلُّ حِزۡبِۭ بِمَا لَدَيۡهِمۡ ﴿ "Tiap-tiap golongan dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)," yaitu dengan ilmu dan agama yang mereka miliki, ﴾ فَرِحُونَ ﴿ "merasa bangga," mereka menyangka diri mereka berada di atas rel kebenaran, sementara orang lain tidak berada di garis yang lurus. Padahal orang yang berada di atas kebenaran dari mereka, ialah orang-orang yang berjalan mengikuti para rasul, dengan cara memakan makanan yang baik-baik dan beramal shalih. Selain mereka, berada dalam kubangan kebatilan.
#
{54} {فَذَرْهُم في غمرتهم}؛ أي: في وسط جهلهم بالحقِّ ودعواهم أنَّهم هم المحقون {حتى حينٍ}؛ أي: إلى أن ينزِلَ العذابُ بهم؛ فإنَّهم لا ينفعُ فيهم وعظٌ، ولا يفيدُهم زجرٌ؛ فكيفَ يفيدُ بمن يزعُمُ أنَّه على الحقِّ ويطمع في دعوة غيرِهِ إلى ما هو عليه؟
(54) ﴾ فَذَرۡهُمۡ فِي غَمۡرَتِهِمۡ ﴿ "Maka biarkanlah mereka dalam kesesatan-nya," maksudnya di tengah kebodohan mereka terhadap kebenaran dan klaim (bohong) bahwa mereka berada di atas kebenaran. ﴾ حَتَّىٰ حِينٍ ﴿ "Sampai suatu waktu," yaitu sampai datang waktu siksa mener-jang mereka. Sesungguhnya nasihat sudah tidak bermanfaat lagi bagi mereka, begitu pun larangan. Bagaimana mungkin bermanfaat bagi orang yang mempunyai prasangka kalau dia berada di atas kebenaran dan berminat menyeru orang lain kepada keyakinannya.
#
{55 ـ 56} {أيحسبونَ أنَّما نُمِدُّهُم به من مالٍ وبنينَ. نسارِعُ لهم في الخيرات}؛ أي: أيظنُّونَ أنَّ زيادتنا إيَّاهم بالأموال والأولاد دليلٌ على أنَّهم من أهل الخير والسعادة، وأنَّ لهم خيرَ الدُّنيا والآخرة، وهذا مقدَّم لهم؟! ليس الأمر كذلك؛ {بل لا يشعرونَ}: أنَّما نُملي لهم ونُمْهِلُهم ونُمِدُّهم بالنعم ليزدادوا إثماً وليتوفَّر عقابهم في الآخرة، وليغتَبِطوا بما أوتوا، حتى إذا فَرِحوا بما أوتوا؛ أخَذْناهم بغتةً.
(55-56) ﴾ أَيَحۡسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُم بِهِۦ مِن مَّالٖ وَبَنِينَ 55 نُسَارِعُ لَهُمۡ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ ﴿ "Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka," maksudnya apakah mereka mengira bahwa tam-bahan yang Kami berikan kepada mereka berupa harta dan anak merupakan tanda jika mereka termasuk dari kalangan orang-orang yang baik dan (akan berhasil merengkuh) kebahagiaan, serta meraih kebaikan dunia dan akhirat. Apakah ini semua dicurahkan kepada mereka (karena itu)? Masalah ini tidak demikian adanya. ﴾ بَل لَّا يَشۡعُرُونَ ﴿ "Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar." Kami meng-ulur waktu dan menunda kesempatan bagi mereka serta menam-bah untuk mereka dengan kenikmatan-kenikmatan, agar mereka semakin bergelimang dalam dosa, dan hukuman mereka pun semakin bertambah di akhirat. Tujuannya, supaya mereka terlena dengan apa yang mereka raih, sampai pada suatu masa ketika me-reka menikmati kegembiraan dengan apa yang mereka dapatkan, tiba-tiba Allah menghukum mereka dengan seketika.
Ayah: 57 - 62 #
{إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ (57) وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ (58) وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ (59) وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60) أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ (61) وَلَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا وَلَدَيْنَا كِتَابٌ يَنْطِقُ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (62)}.
"Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Rabb mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka, dan orang-orang yang tidak memperseku-tukan dengan Rabb mereka (sesuatu apa pun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka, mereka itu bersegera untuk menda-pat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya." (Al-Mu`minun: 57-62).
Ketika mengisahkan orang-orang yang menggabungkan antara perbuatan jelek dan perasaan aman (dari siksaanNya) dan orang-orang yang menyangka bahwa pemberian Allah yang tercurah pada mereka di dunia sebagai bukti atas kebaikan dan keutamaan mereka, maka Allah menceritakan orang-orang yang memadukan antara perbuatan baik dan kecemasan (dari siksaNya). Allah ber-firman,
#
{57} {إنَّ الذينَ هم من خَشْيَةِ ربِّهم مشفِقونَ}؛ أي: وجِلون، مشفقة قلوبُهم، كلُّ ذلك من خشية ربِّهم؛ خوفاً أن يَضَعَ عليهم عدلَه؛ فلا يُبقي لهم حسنةً، وسوءَ ظنٍّ بأنفسهم أنْ لا يكونوا قد قاموا بحقِّ الله تعالى، وخوفاً على إيمانِهِم من الزَّوال، ومعرفةً منهم بربِّهم وما يستحقُّه من الإجلال والإكرام. وخوفُهم وإشفاقُهم يوجِبُ لهم الكفَّ عما يوجِبُ الأمرُ المخوفُ من الذُّنوب والتقصير في الواجبات.
(57) ﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ هُم مِّنۡ خَشۡيَةِ رَبِّهِم مُّشۡفِقُونَ ﴿ "Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Rabb mereka," maksudnya merasa was-was, hati mereka khawatir. Itu semua bersumberkan dari sifat ketakutan mereka kepada Rabb mereka, lantaran kekha-watiran bahwa Allah akan memutuskan sifat keadilanNya pada mereka, hingga tidak menyisakan kebaikan untuk mereka dan prasangka buruk terhadap diri mereka sendiri sekiranya belum melaksanakan hak Allah تعالى (dengan sepenuhnya), dan karena ke-khawatiran terhadap keimanan mereka yang akan lenyap, karena pengetahuan mereka tentang Rabb mereka dan keagungan serta penghormatan yang berhak Allah dapatkan (dari hambaNya). Rasa takut dan khawatir mereka berkonsekuensi pada mereka untuk mengekang diri dari dampak perkara yang menakutkan, berupa dosa dan peremehan dalam menjalankan kewajiban-kewajiban.
#
{58} {والذين هم بآياتِ ربِّهم يؤمنونَ}؛ أي: إذا تُلِيَتْ عليهم آياتُه؛ زادتْهم إيماناً، ويتفكَّرون أيضاً في الآيات القرآنيَّة، ويتدبَّرونها، فَيَبِينُ لهم من معاني القرآن وجلالتِهِ واتِّفاقِهِ وعدم اختلافِهِ وتناقضِهِ وما يدعو إليه من معرفة الله وخوفِهِ ورجائِهِ وأحوال الجزاء، فيحدثُ لهم بذلك من تفاصيل الإيمان ما لا يُعَبِّرُ عنه اللسانُ، ويتفكَّرون أيضاً في الآيات الأفقيَّة؛ كما في قوله: {إنَّ في خَلْقِ السمواتِ والأرضِ واختلافِ الليل والنهارِ لآياتٍ لأولي الألباب ... } إلى آخر الآيات.
(58) ﴾ وَٱلَّذِينَ هُم بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمۡ يُؤۡمِنُونَ ﴿ "Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka," yaitu jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda kebesaran)Nya, maka akan menambah keimanan mereka dan (mengajak mereka) berpikir tentang ayat-ayat al-Qur`an dan merenunginya sehingga menjadi jelaslah makna-makna al-Qur`an dan keagungan serta keselarasannya, tiadanya unsur yang saling berselisih dan kontradiktif, dan perkara-perkara yang mengajak orang mengarah ke perenungan, seperti ma'rifa-tullah, rasa takut kepadaNya, menggantungkan harapan kepadaNya serta situasi dan kondisi proses pembalasan amalan. Hal-hal itu menimbulkan perincian (nilai-nilai) keimanan bagi mereka yang tidak bisa diungkapkan dengan bahasa verbal. Mereka memikirkan pula tanda-tanda kebesaranNya yang berada di angkasa, seperti tertuang dalam FirmanNya, ﴾ إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ 190 ﴿ "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih ber-gantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (Ali Imran: 190).
#
{59} {والذين هم بربِّهم لا يُشْرِكونَ}؛ أي: لا شركاً جليًّا؛ كاتخاذ غير الله معبوداً يدعوه ويرجوه، ولا شركاً خفيًّا؛ كالرياء ونحوه، بل هم مخلصونَ لله في أقوالهم وأعمالهم وسائر أحوالهم.
(59) ﴾ وَٱلَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمۡ لَا يُشۡرِكُونَ ﴿ "Dan orang-orang yang tidak mem-persekutukan dengan Rabb mereka (sesuatu apa pun)," maksudnya syirik yang sangat jelas, semisal menjadikan selain Allah sebagai sesembahan, yang dia seru dan harapkan (pertolongannya); dan tidak melakukan syirik yang tersembunyi, seperti riya` dan lainnya. Bahkan, mereka beribadah dengan ikhlas karena Allah dalam ucapan-ucapan, tindakan-tindakan, dan seluruh kondisi mereka.
#
{60} {والذين يؤتونَ ما آتوْا}؛ أي: يعطون من أنفسهم مما أُمِروا به ما آتوا من كلِّ ما يقدرون عليه من صلاةٍ وزكاةٍ وحجٍّ وصدقةٍ وغير ذلك، ومع هذا {قلوبُهُم وَجِلَةٌ}؛ أي: خائفة {أنَّهم إلى ربِّهم راجِعونَ}؛ أي: خائفةٌ عند عرض أعمالها عليه والوقوف بين يديه أن تكونَ أعمالُهم غيرَ منجِّيةٍ من عذاب الله؛ لعلمِهِم بربِّهم، وما يستحقُّه من أصناف العبادات.
(60) ﴾ وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ ﴿ "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan," maksudnya mereka memberikan dari diri mereka (dengan suka rela) sesuatu yang mereka diperintahkan untuk menjalankannya yaitu sesuatu yang telah mereka berikan, berupa amalan-amalan yang mereka mampu mengerjakannya, se-perti shalat, (membayar) zakat, haji, sedekah dan lain sebagainya, ﴾ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ ﴿ "dengan hati yang takut," merasa takut ﴾ أَنَّهُمۡ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ رَٰجِعُونَ ﴿ "(karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka," maksudnya mereka merasa takut saat amalan-amalan mereka ditampilkan kepada Allah dan berdiri di hadapanNya, sekiranya amalan mereka tidak bisa menyelamatkan mereka dari siksaan Allah. Hal ini merupakan wujud pengetahuan mereka ten-tang Allah dan hal-hal yang menjadi hak Allah, seperti berbagai macam ibadah.
#
{61} {أولئك يسارِعونَ في الخيراتِ}؛ أي: في مَيْدان التَّسارع في أفعال الخير؛ همُّهم ما يقرِّبُهم إلى الله، وإرادتُهم مصروفةٌ فيما يُنجي من عذابِهِ؛ فكلُّ خيرٍ سمعوا به أو سَنَحَتْ لهم الفرصةُ [إليه]؛ انتهزوه وبادَروه؛ قد نَظَروا إلى أولياءِ الله وأصفيائِهِ أمامهم، ويمنةً ويسرةً؛ يسارِعون في كلِّ خيرٍ، وينافِسون في الزُّلْفى عند ربِّهم؛ فنافَسوهُم، ولمَّا كان المسابِقُ لغيرِهِ المسارِعُ؛ قد يسبِقُ لجِدِّه وتشميره، وقد لا يسبِقُ لتقصيرِهِ؛ أخبر تعالى أنَّ هؤلاء من القسم السابقين، فقال: {وهم لها}؛ أي: للخيرات، {سابِقونَ}: قد بلغوا ذِرْوَتَها، وتبارَوْا هم والرعيل الأول، ومع هذا قد سبقت لهم من الله سابقةُ السعادةِ أنَّهم سابقونَ.
(61) ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ ﴿ "Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan," yaitu dalam kancah perlombaan amalan kebaikan. Obsesi mereka adalah segala yang mendekatkan diri mereka kepada Allah. Minat mereka terforsirkan pada urusan-urusan yang me-nyelamatkan mereka dari siksaanNya. Setiap kebaikan yang telah mereka dengar, dan muncul kesempatan bagi mereka untuk [me-nyusulnya], niscaya mereka memanfaatkannya dan bersegera mengerjakannya. Sungguh, mereka telah memandang para wali Allah dan para kekasihNya di depan mereka di sisi kanan dan sisi kiri (dan ingin menyerupai mereka). Mereka sigap kepada setiap kebaikan, ber-kompetisi meraih kedekatan di sisi Rabb mereka. Mereka (berusaha) mendahului mereka (para wali kekasih Allah). Ketika ada orang yang berhasil mendahului dan lebih cepat daripada yang lain, karena ketekunan dan kesungguhannya, atau kadang tidak dapat mengalahkan (orang lain) lantaran sikap penye-pelean yang muncul darinya, maka Allah تعالى mengabarkan bahwa mereka itu masuk dalam golongan orang-orang yang berlomba. Allah berfirman, ﴾ وَهُمۡ لَهَا ﴿ "dan merekalah kepadanya," kepada kebaikan-kebaikan ﴾ سَٰبِقُونَ ﴿ "bersegera memperolehnya," sungguh mereka telah mencapai titik puncaknya dan saling berlomba dengan generasi awal. Kendatipun demikian, telah berlalu ketetapan kebahagiaan dari Allah bagi mereka, bahwa mereka adalah orang-orang sabiqun (yang bersegera dalam berbuat baik).
#
{62} ولما ذَكَرَ مسارَعَتَهم إلى الخيرات وَسَبْقَهم إليها؛ ربَّما وَهِمَ واهمٌ أنَّ المطلوب منهم ومن غيرهم أمرٌ غير مقدورٍ أو متعسِّر؛ أخبر تعالى أنه {لا نكلِّفُ نفساً إلاَّ وُسْعَها}؛ أي: بقدر ما تسعه ويفضُلُ من قوتها عنه، ليس ممَّا يستوعبُ قوَّتها؛ رحمةً منه وحكمةً؛ لتيسير طريق الوصول إليه، ولتعمر جادةُ السالكين في كلِّ وقت إليه. {ولَدَيْنا كتابٌ ينطِقُ بالحقِّ}: وهو الكتابُ الأوَّل الذي فيه كل شيء، وهو يطابِقُ كلَّ واقع يكون؛ فلذلك كان حقًّا. {وهم لا يُظْلَمون}: ينقص من إحسانهم، أو يزداد في عقوبتِهم وعصيانِهِم.
(62) Sesudah menyebutkan semangat berlomba dan kece-patan mereka menuju kebaikan, mungkin ada orang berpraduga salah bahwa perkara yang dituntut pada mereka dan orang lain merupakan perkara yang di luar kemampuan atau sulit, maka Allah memberitahukan bahwa, ﴾ وَلَا نُكَلِّفُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ ﴿ "Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya," maksudnya sesuai dengan kemampuan yang bisa dia perbuat, dengan tetap menyisa-kan kekuatannya, tidak menghabiskan seluruh kekuatannya seba-gai (cerminan) rahmat dan hikmahNya untuk memudahkan jalan kepadaNya, dan supaya jalan lurus yang biasa ditempuh para peniti (tetap) ramai di setiap waktu. ﴾ وَلَدَيۡنَا كِتَٰبٞ يَنطِقُ بِٱلۡحَقِّ ﴿ "Dan di sisi Kami ada suatu kitab yang mem-bicarakan kebenaran," yaitu kitab yang pertama yang memuat segala sesuatu, selaras dengan setiap fakta yang akan terjadi. Oleh karena itu, ia merupakan kebenaran. ﴾ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ ﴿ "Dan mereka tidak dianiaya," dengan mengurangi kebaikan mereka atau menambahi hukuman dan pelanggaran mereka.
Ayah: 63 - 71 #
{بَلْ قُلُوبُهُمْ فِي غَمْرَةٍ مِنْ هَذَا وَلَهُمْ أَعْمَالٌ مِنْ دُونِ ذَلِكَ هُمْ لَهَا عَامِلُونَ (63) حَتَّى إِذَا أَخَذْنَا مُتْرَفِيهِمْ بِالْعَذَابِ إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ (64) لَا تَجْأَرُوا الْيَوْمَ إِنَّكُمْ مِنَّا لَا تُنْصَرُونَ (65) قَدْ كَانَتْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ تَنْكِصُونَ (66) مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سَامِرًا تَهْجُرُونَ (67) [أَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا الْقَوْلَ أَمْ جَاءَهُمْ مَا لَمْ يَأْتِ آبَاءَهُمُ الْأَوَّلِينَ (68) أَمْ لَمْ يَعْرِفُوا رَسُولَهُمْ فَهُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ (69) أَمْ يَقُولُونَ بِهِ جِنَّةٌ بَلْ جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ وَأَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ (70) وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ (71)}].
"Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan dari (memahami kenyataan) ini, dan mereka banyak mengerjakan per-buatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerja-kannya. Hingga apabila Kami timpakan azab kepada orang-orang yang hidup mewah dari mereka, dengan serta merta mereka me-mekik minta tolong. Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. Sesungguhnya ayat-ayatKu (al-Qur`an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang, dengan menyombongkan diri terhadap al-Qur`an itu dan meng-ucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. Maka apakah mereka tidak mem-perhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang me-reka dahulu? Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya? Atau (apakah patut) mereka berkata, 'Padanya (Muhammad) ada penyakit gila.' Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran. Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebang-gaan itu." (Al-Mu`minun: 63-71).
#
{63} يخبر تعالى أنَّ قلوبَ المكذِّبين في غمرةٍ من هذا؛ أي: وسط غمرةٍ من الجهل والظُّلم والغفلة والإعراض تمنَعُهم من الوصول إلى هذا القرآن؛ فلا يهتدونَ به، ولا يصل إلى قلوبهم منه شيءٌ، {وإذا قَرَأتَ القرآنَ جَعَلْنا بينَك وبين الذين لا يؤمنون بالآخرةِ حجاباً مستوراً، وجَعَلْنا على قلوبِهِم أكِنَّةً أنْ يَفْقَهوه وفي آذانِهِم وقراً}؛ فلمَّا كانت قلوبُهم في غمرةٍ منه؛ عملوا بحسب هذا الحال من الأعمال الكفريَّة والمعاندة للشَّرع ما هو موجبٌ لعقابهم، ولكنْ {لهم أعمالٌ من دونِ}: هذه الأعمال {هم لها عاملونَ}؛ أي: فلا يستغرِبوا عدم وقوع العذاب فيهم؛ فإنَّ الله يُمْهِلُهم ليعملوا هذه الأعمال التي بقيت عليهم مما كُتِبَ عليهم؛ فإذا عملوها، واستَوْفَوها؛ انتقلوا بشرِّ حالةٍ إلى غضب الله وعقابه.
(63) Allah تعالى mengabarkan bahwa hati-hati (kaum kafir) yang mendustakan berada dalam kesesatan terhadap hal ini (me-mahami kenyataan). Maksudnya, berada di tengah kegelapan ke-bodohan, kezhaliman, kelalaian dan keberpalingan, yang meng-halangi untuk sanggup mengapai al-Qur`an. Mereka tidak dapat petunjuk dengannya. Tidak ada satu unsur pun dari al-Qur`an yang sampai kepada mereka. Allah berfirman, ﴾ وَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ جَعَلۡنَا بَيۡنَكَ وَبَيۡنَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأٓخِرَةِ حِجَابٗا مَّسۡتُورٗا 45 وَجَعَلۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ أَكِنَّةً أَن يَفۡقَهُوهُ وَفِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٗاۚ ﴿ "Dan apabila kamu membaca al-Qur`an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup. Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya." (Al-Isra`: 45-46). Ketika hati-hati mereka berada di dalam kesesatan (untuk memahaminya), maka mereka mengerjakan amalan yang sesuai dengan kondisi mereka, berupa amalan-amalan yang kufur dan penentangan kepada aturan syariat, yang mengharuskan datang-nya hukuman bagi mereka. Akan tetapi ﴾ وَلَهُمۡ أَعۡمَٰلٞ مِّن دُونِ ذَٰلِكَ ﴿ "mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu," mak-sudnya selain dari tindakan-tindakan ini ﴾ هُمۡ لَهَا عَٰمِلُونَ ﴿ "mereka tetap mengerjakan(nya)," maka janganlah mereka memandang aneh atas tidak turunnya siksa pada diri mereka. Sesungguhnya Allah sedang memberikan kesempatan bagi mereka, agar mereka melakukan amalan-amalan yang masih tersisa, yang sudah menjadi ketentuan takdir mereka. Maka, apabila mereka telah mengerjakan dan me-nuntaskannya, niscaya mereka akan beralih dari kondisi yang ter-jelek menuju kemurkaan dan siksaan Allah.
#
{64 ـ 65} {حتى إذا أخَذْنا مُتْرَفيهم}؛ أي: متنعِّميهم الذين ما اعتادوا إلاَّ التَّرفَ والرَّفاهية والنعيم، ولم تحصُل لهم المكارهُ؛ فإذا أخذْناهم {بالعذابِ}، ووجدوا مسَّه؛ {إذا هم يجأرون}: يصرُخون ويتوجَّعون؛ لأنَّه أصابهم أمرٌ خالفَ ما هم عليه، ويستغيثونَ، فيقالُ لهم: {لا تجأروا اليومَ إنَّكم منَّا لا تُنصَرونَ}: وإذا لم تأتِهِم النُّصرةُ من الله، وانقطع عنهم الغوثُ من جانِبِه؛ لم يستطيعوا نصرَ أنفسِهِم، ولم ينصُرْهم أحدٌ.
(64-65) ﴾ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَخَذۡنَا مُتۡرَفِيهِم ﴿ "Hingga apabila Kami timpakan ke-pada orang-orang yang hidup mewah dari mereka," yaitu orang-orang yang bergelimang kenikmatan, yang mereka itu tidaklah terbiasa hidup kecuali hidup dalam kemewahan, manja dan kenikmatan, tidak ada unsur keburukan yang menyergap mereka. Jika Kami telah menyiksa mereka ﴾ بِٱلۡعَذَابِ ﴿ "dengan azab," dan mereka telah merasakan dampak gesekannya ﴾ إِذَا هُمۡ يَجۡـَٔرُونَ ﴿ "dengan serta merta mereka memekik minta tolong," berteriak dan merintih kesakitan. Karena mereka ditimpa masalah yang menyelisihi kebiasaan yang melanda mereka. Mereka pun berteriak minta tolong. Maka diserukan kepada mereka ﴾ لَا تَجۡـَٔرُواْ ٱلۡيَوۡمَۖ إِنَّكُم مِّنَّا لَا تُنصَرُونَ ﴿ "Ja-nganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami." Jika tidak muncul ban-tuan dari Allah dan sudah lenyap pertolongan dari sisiNya, maka mereka tidak akan mampu mengentaskan diri mereka dan tidak ada seorang pun yang bisa menolong mereka.
#
{66} فكأنَّه قيل: ما السببُ الذي أوصلَهم إلى هذه الحال؟ قال: {قد كانتْ آياتي تُتْلى عليكم}: لتؤمِنوا بها وتُقْبِلوا عليها، فلم تَفْعَلوا ذلك، بل {كنتُم على أعقابِكُم تنكِصونَ}؛ أي: راجعين القهقرى إلى الخلف، وذلك لأنَّ باتِّباعهم القرآن يتقدَّمون، وبالإعراض عنه يستأخِرون، وينزلون إلى أسفل سافلين.
(66) Seolah-olah ada yang mengatakan kepada mereka, "Apakah yang mendorong kalian sampai kepada kondisi ini?" Allah berfirman, ﴾ قَدۡ كَانَتۡ ءَايَٰتِي تُتۡلَىٰ عَلَيۡكُمۡ ﴿ "Sungguh ayat-ayatKu (al-Qur`an) selalu dibacakan kepada kalian," supaya kalian mengimani dan me-nyambutnya, akan tetapi kalian tidak mengamalkannya. Bahkan ﴾ فَكُنتُمۡ عَلَىٰٓ أَعۡقَٰبِكُمۡ تَنكِصُونَ ﴿ "kalian selalu berpaling ke belakang," maksud-nya berjalan kembali dengan mundur ke arah belakang. Hal itu, karena dengan mengikuti al-Qur`an, maka mereka akan mengalami kemajuan. Dan berpaling membelakanginya menyebabkan mereka mundur dan merosot ke tempat yang paling rendah.
#
{67} {مستكبِرينَ به سامراً تَهْجُرونَ}: قال المفسِّرون: معناه: مستكبرين به: الضمير يعود إلى البيت المعهود عند المخاطبين أو الحرم؛ أي: متكبِّرين على الناس بسببه، تقولون: نحنُ أهلُ الحرم؛ فنحنُ أفضلُ من غيرِنا وأعلا. {سامراً}؛ أي: جماعة يتحدثون بالليل حول البيت. {تَهْجُرونَ}؛ أي: تقولون الكلامَ الهُجْرَ الذي هو القبيح في هذا القرآن؛ فالمكذِّبون كانت طريقتُهم في القرآنِ الإعراضُ عنه، ويوصي بعضُهم بعضاً بذلك، {وقال الذين كَفَروا لا تَسْمَعوا لهذا القرآن والْغَوْا فيه لعلَّكم تغلِبونَ}، وقال الله عنهم: {أفَمِنْ هذا الحديثِ تَعْجَبونَ. وتَضْحَكونَ ولا تبكونَ. وأنتم سامِدون}، {أم يقولون تقوَّلَه} فلما كانوا جامعينَ لهذه الرذائل؛ لا جَرَمَ حقَّت عليهم العقوبةُ، ولَمَّا وقعوا فيها؛ لم يكن لهم ناصرٌ ينصُرُهم ولا مغيثٌ ينقِذُهم، ويوبَّخون عند ذلك بهذه الأعمال الساقطة.
(67) ﴾ مُسۡتَكۡبِرِينَ بِهِۦ سَٰمِرٗا تَهۡجُرُونَ ﴿ "Dengan menyombongkan diri ter-hadap al-Qur`an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadap-nya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari." Para ulama tafsir menyatakan, "Maknanya: Mereka bersikap congkak di dalamnya. Kata ganti ketiga ini kembali kepada rumah yang sudah dimaklumi oleh orang-orang yang sedang menjadi lawan pembicaraan, atau tanah Haram. Pengertiannya, mereka menunjukkan kesombongan di tengah manusia karena alasan tersebut. Mereka berdalih: Kami adalah penduduk tanah Haram. Maka kami menjadi orang yang terbaik daripada orang lain dan lebih tinggi kedudukannya. ﴾ سَٰمِرٗا ﴿ "Orang yang bercakap-cakap di malam hari," maksudnya sekumpulan orang ada yang mengadakan pembicaraan di malam hari di sekitar Ka'bah. ﴾ تَهۡجُرُونَ ﴿ "Mengucapkan perkataan-perkataan keji," kalian mengucapkan perkataan yang tak senonoh, maksudnya perkataan buruk tentang al-Qur`an ini. Karakter orang-orang yang mendusta-kan, adalah memalingkan muka darinya, dan saling mengajak untuk melakukannya. ﴾ وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَا تَسۡمَعُواْ لِهَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ وَٱلۡغَوۡاْ فِيهِ لَعَلَّكُمۡ تَغۡلِبُونَ 26 ﴿ "Dan orang-orang kafir berkata, 'Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan al-Qur`an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadap-nya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka)." (Fushshilat: 26). Allah berfirman tentang mereka, ﴾ أَفَمِنۡ هَٰذَا ٱلۡحَدِيثِ تَعۡجَبُونَ 59 وَتَضۡحَكُونَ وَلَا تَبۡكُونَ 60 وَأَنتُمۡ سَٰمِدُونَ 61 ﴿ "Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis. Sedang kamu melengahkan-(nya)." (An Najm: 59-61). ﴾ أَمۡ يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُۥۚ ﴿ "Ataukah mereka mengatakan, 'Dia (Muhammad) membuat-buat-nya'." (Ath-Thur: 33). Lantaran mereka itu sarat dengan keburukan-keburukan ini, maka tidak diragukan lagi, tentulah hukuman akan menimpa mereka. Ketika mereka telah terjatuh di dalamnya, maka tidak ada seorang penolong pun yang dapat membantu mereka dan tidak ada penyelamat yang menyelamatkan mereka. Dan mereka menjadi bahan olokan atas tingkah laku mereka yang murahan ini.
#
{68} {أفلم يَدَّبَّروا القولَ}؛ أي: أفلا يتفكَّرون في القرآن ويتأمَّلونه ويتدبَّرونه؛ أي: فإنَّهم لو تدبَّروه؛ لأوجبَ لهم الإيمانَ، ولَمَنَعَهم من الكفرِ، ولكن المصيبةَ التي أصابتهم بسبب إعراضهم عنه. ودل هذا على أنَّ تدبُّرَ القرآن يدعو إلى كلِّ خير ويعصِمُ من كلِّ شرٍّ، والذي منعهم من تدبُّرِهِ أنَّ على قلوبِهِم أقفالُها. {أم جاءهم ما لم يأتِ آباءَهُمُ الأوَّلينَ}؛ أي: أَوَ منعهم من الإيمان أنَّه جاءهم رسولٌ وكتابٌ ما جاء آباءَهم الأوَّلين، فرضوا بسلوك طريقِ آبائِهِم الضالِّين، وعارَضوا كلَّ ما خالفَ ذلك! ولهذا قالوا هم ومن أشبههم من الكفار ما أخبر الله عنهم: {وكذلك ما أرْسَلْنا من قبلِكَ في قريةٍ من نذيرٍ إلاَّ قال مُتْرَفوها إنَّا وَجَدْنا آباءَنا على أمَّةٍ وإنَّا على آثارِهِم مُقتدونَ}. فأجابهم بقوله: {قال أوَلَوْ جئتُكم بأهدى ممَّا وَجَدْتم عليه آباءَكم فهل تَتَّبِعونِ}: إنْ كان قصدُكم الحقَّ. فأجابوا بحقيقةِ أمرِهم: {قالوا إنا بما أرسِلْتم به كافرونَ}.
(68) ﴾ أَفَلَمۡ يَدَّبَّرُواْ ٱلۡقَوۡلَ ﴿ "Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami)," maksudnya, tidakkah mereka memikirkan al-Qur`an, mencermati dan merenunginya. Maksudnya, bila mereka mau merenunginya, niscaya akan mendatangkan keimanan bagi mereka dan menahan mereka dari kekufuran. Akan tetapi, musibah itulah yang menimpa mereka, karena sikap penyimpangan me-reka darinya. Ini mengindikasikan bahwa tadabbur al-Qur`an akan mengajak kepada kebaikan dan memelihara dari segala kejahatan. Alasan yang menghalangi mereka untuk bertadabur al-Qur`an, adalah keberadaan gembok-gembok (yang mengunci) pada hati mereka. ﴾ أَمۡ جَآءَهُم مَّا لَمۡ يَأۡتِ ءَابَآءَهُمُ ٱلۡأَوَّلِينَ ﴿ "Ataukah telah datang kepada mereka sesuatu yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu," maksudnya apakah faktor yang menghalangi mereka untuk ber-iman kepada al-Qur`an, sebab ada rasul dan kitab yang datang ke-pada mereka, yang tidak mendatangi para nenek moyang mereka. Hingga mereka lebih suka mengikuti jalan nenek moyang mereka yang sesat dan menolak segala yang bertentangan dengannya. Oleh karena itu, mereka dan orang-orang yang serupa dengan mereka dari kalangan orang-orang kafir berkata sebagaimana telah diberi-tahukan oleh Allah tentang mereka, ﴾ وَكَذَٰلِكَ مَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ فِي قَرۡيَةٖ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتۡرَفُوهَآ إِنَّا وَجَدۡنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٖ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم مُّقۡتَدُونَ 23 ﴿ "Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan (pasti) orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, 'Sesungguhnya kami men-dapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami mengikuti jejak-jejak mereka'." (Az-Zukhruf: 23). Maka sang rasul menyanggah mereka dengan berkata, ﴾ قَٰلَ أَوَلَوۡ جِئۡتُكُم بِأَهۡدَىٰ مِمَّا وَجَدتُّمۡ عَلَيۡهِ ءَابَآءَكُمۡۖ ﴿ "(Rasul itu) berkata, 'Apakah (kamu akan mengikuti juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" (Az-Zukhruf: 24). Tidakkah kalian mau mengikutinya, kalau memang motivasi kalian adalah kebenaran? Selanjutnya, mereka menjawab dengan jawaban yang membuka kedok watak mereka, ﴾ قَالُوٓاْ إِنَّا بِمَآ أُرۡسِلۡتُم بِهِۦ كَٰفِرُونَ ﴿ "Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya'." (Az-Zukhruf: 24).
#
{69} وقوله: {أمْ لم يعرِفوا رسولَهم فهم له منكرونَ}؛ أي: أَوَ منعهم من اتّباع الحقِّ أنَّ رسولَهم محمداً - صلى الله عليه وسلم - غير معروفٍ عندهم فهم منكرونَ له يقولونَ: لا نعرِفُه ولا نعرِفُ صدقَه، دعونا [حتى] نَنْظُر حالَه ونسألَ عنه مَنْ له به خبرةٌ؟ أي: لم يكنِ الأمرُ كذلك؛ فإنَّهم يعرفون الرسولَ - صلى الله عليه وسلم - معرفةً تامّةً، صغيرهم وكبيرهم، يعرفون منه كلَّ خُلُق جميل، ويعرِفون صدقَه وأمانَتَه، حتى كانوا يسمُّونه ـ قبل البعثة ـ: الأمين ؛ فَلِمَ لا يصدِّقونَه حين جاءهم بالحقِّ العظيم والصدق المبين؟!
(69) Firman Allah, ﴾ أَمۡ لَمۡ يَعۡرِفُواْ رَسُولَهُمۡ فَهُمۡ لَهُۥ مُنكِرُونَ ﴿ "Ataukah me-reka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?" Maksudnya ataukah alasan yang merintangi mereka untuk meng-ikuti kebenaran bahwa Rasul mereka, Muhammad, adalah karena ia bukan sosok yang populer di kalangan mereka? Mereka meng-ingkari beliau sembari berkata, "Kami tidak mengenalnya, tidak mengetahui tingkat kejujurannya. Biarkan kami dulu begini [sam-pai] melihat keadaan dan menanyakannya kepada orang yang mengenalnya. Padahal tidak demikian adanya. Mereka mengenal Rasulullah dengan sebenar-benarnya, baik anak-anak kecil maupun orang dewasa. Mereka mengetahui setiap budi pekerti luhur dari beliau. Mereka mengetahui tingkat kejujuran dan amanah beliau. Sampai mereka menjuluki beliau sebelum masa kenabian dengan gelar al-amin (yang terpercaya).[10] Lalu mengapa mereka tidak mem-benarkannya ketika membawa kebenaran dan kejujuran yang nyata?
#
{70} {أم يقولونَ به جِنَّةٌ}؛ أي: جنون؛ فلهذا قال ما قال! والمجنونُ غيرُ مسموع منه، ولا عبرة بكلامه؛ لأنَّه يهذي بالباطل والكلام السخيف! قال الله في الردِّ عليهم في هذه المقالة: {بل جاءهم بالحقِّ}؛ أي: بالأمر الثابت الذي هو صدقٌ وعدلٌ لا اختلافَ فيه ولا تناقُضَ؛ فكيفَ يكونُ مَنْ جاء به، به جِنَّةٌ؟! وهلاَّ يكون إلاَّ في أعلى درج الكمال من العلم والعقل ومكارم الأخلاق! وأيضاً؛ فإنَّ في هذا الانتقال مما تقدَّم؛ أي: بل الحقيقة التي منعتهم من الإيمان أنَّه {جاءَهُم بالحقِّ وأكثرُهم للحقِّ كارهون}، وأعظمُ الحقِّ الذي جاءهم به: إخلاصُ العبادة للَّه وحده، وترك ما يُعْبَد من دون اللَّه، وقد علم كراهتهم لهذا الأمر وتعجُّبهم منه؛ فكونُ الرسول أتى بالحقِّ، وكونُهم كارهين للحقِّ بالأصل، هو الذي أوجب لهم التكذيب بالحقِّ؛ لا شكًّا ولا تكذيباً للرسول؛ كما قال تعالى: {فإنَّهم لا يكذِّبونَك ولكنَّ الظالمينَ بآياتِ الله يَجْحَدون}.
(70) ﴾ أَمۡ يَقُولُونَ بِهِۦ جِنَّةُۢۚ ﴿ "Atau (apakah patut) mereka berkata, 'Pada-nya (Muhammad) ada penyakit gila'," maksudnya kegilaan, sehingga mengatakan hal demikian. Omongan orang gila tidak bisa didengar-kan dan perkataannya tidak bisa dijadikan pedoman. Karena ia mengigau dengan ucapan yang batil dan omongan yang tolol. Allah berfirman dalam rangka membantah omongan mereka, ﴾ بَلۡ جَآءَهُم بِٱلۡحَقِّ ﴿ "Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka," dengan perkara yang teguh, yang merupakan murni kejujuran, keadilan, tanpa ada unsur perbedaan dan kontradiktif. Bagaimana bisa orang yang mengembannya sedang kerasukan jin? Bukankah dia tidak berada melainkan (pasti) pada level kesempurnaan tertinggi, dari sudut ilmu, kematangan akal dan budi pekerti yang luhur? Sesung-guhnya di sini terdapat pengalihan pembicaraan dari fokus sebe-lumnya. Yaitu, sebenarnya, faktor yang menahan langkah mereka untuk beriman, bahwasanya, ﴾ جَآءَهُم بِٱلۡحَقِّ وَأَكۡثَرُهُمۡ لِلۡحَقِّ كَٰرِهُونَ ﴿ "telah datang kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran," yaitu kebenaran paling agung yang mendatangi mereka, kemurnian ibadah bagi Allah semata dan meninggalkan sesembahan selain Allah. Sungguh, Allah telah mengetahui kebencian mereka pada perkara ini dan pandangan antipati mereka kepadanya. Kenyataan bahwa Rasulullah membawa kebenaran, sementara mereka pada dasarnya membenci kebenaran tersebut, itulah faktor yang membuat mereka mendustakan kebenaran. Bukan lantaran keragu-raguan ataupun pendustaan terhadap Rasulullah. Sebagaimana Firman Allah, ﴾ فَإِنَّهُمۡ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَٰكِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ يَجۡحَدُونَ 33 ﴿ "Karena sebenarnya mereka tidak mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah." (Al-An'am: 33).
#
{71} فإنْ قيلَ: لِمَ لم يكنِ الحقُّ موافقاً لأهوائهم؛ لأجْل أن يؤمنوا أو يُسْرِعوا الانقيادَ؟ أجاب تعالى بقوله: {ولوِ اتَّبَعَ الحقُّ أهواءهم لَفَسَدَتِ السمواتُ والأرضُ}: ووجهُ ذلك أنَّ أهواءهم متعلِّقة بالظُّلم والكفر والفسادِ من الأخلاق والأعمال؛ فلو اتَّبع الحقُّ أهواءهم؛ لفسدتِ السماواتُ والأرضُ؛ لفساد التصرُّف والتدبير المبنيِّ على الظُّلم وعدم العدل؛ فالسماواتُ والأرض ما استقامتا إلاَّ بالحقِّ والعدل. {بل أَتيْناهم بذِكْرِهِم}؛ أي: بهذا القرآن المذكِّر لهم بكل خيرٍ، الذي به فخرُهُم وشرفُهم حين يقومون به ويكونون به سادةَ الناس. {فهم عن ذِكْرِهِم مُعْرِضون}: شقاوةً منهم وعدمَ توفيق؛ {نَسُوا الله فَنَسِيَهم}، {نَسُوا الله فأنساهم أنفُسَهم}؛ فالقرآن ومَنْ جاء به أعظمُ نعمةٍ ساقها الله إليهم، فلم يقابلوها إلا بالردِّ والإعراض؛ فهل بعد هذا الحرمان حرمانٌ؟! وهل يكون وراءَه إلاَّ نهايةُ الخسران؟!
(71) Jika ada lontaran pertanyaan, "Kenapa kebenaran itu tidak selaras saja dengan apa yang mereka inginkan, agar mereka mau beriman atau cepat tunduk patuh?" Maka Allah تعالى menjawab dengan berfirman, ﴾ وَلَوِ ٱتَّبَعَ ٱلۡحَقُّ أَهۡوَآءَهُمۡ لَفَسَدَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ ﴿ "Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini." Sisi penjelasannya bahwa hawa nafsu mereka berhubung-an dengan moral dan tindak-tanduk yang mengandung unsur ke-zhaliman, kekufuran dan kerusakan. Seandainya kebenaran menu-ruti hawa nafsu mereka, niscaya langit dan bumi akan mengalami kerusakan, karena kerusakan penanganan dan sistem pengaturan yang berasaskan kezhaliman dan ketidakadilan. Langit dan bumi tidak akan tegak berdiri kecuali dengan kebenaran dan keadilan. ﴾ بَلۡ أَتَيۡنَٰهُم بِذِكۡرِهِمۡ ﴿ "Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka," yaitu dengan al-Qur`an ini yang meng-ingatkan mereka kepada setiap kebaikan, yang menjadi sumber kebanggaan dan prestise mereka ketika mereka melaksanakannya, dan dengan al-Qur`an pula, mereka akan menjadi tokoh-tokoh besar di tengah manusia. ﴾ فَهُمۡ عَن ذِكۡرِهِم مُّعۡرِضُونَ ﴿ "Tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu," sebagai ketetapan kebinasaan dan ketiadaan taufik (Allah) pada mereka. ﴾ نَسُواْ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ ﴿ "Mereka lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri." (Al-Hasyr: 19). Al-Qur`an dan orang yang membawanya merupakan kenik-matan agung yang Allah sodorkan kepada mereka. Mereka tidak meresponnya melainkan dengan penolakan dan sikap berpaling. Apakah ada keterpasungan dari pahala yang lebih fatal darinya? Tidaklah hal itu berakibat kecuali kerugian yang parah?
Ayah: 72 #
{أَمْ تَسْأَلُهُمْ خَرْجًا فَخَرَاجُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (72)}.
"Atau kamu meminta upah kepada mereka, maka upah dari Rabbmu adalah lebih baik, dan Dia adalah Pemberi rizki Yang Paling Baik." (Al-Mu`minun: 72).
#
{72} أي: أَوَ مَنَعَهم من اتِّباعك يا محمد أنَّك تسألُهم على الإجابة أجراً؛ {فهم من مَغْرَم مُثْقَلون}: يتكلَّفون من اتِّباعك بسبب ما تأخُذُ منهم من الأجرِ والخراج، ليس الأمر كذلك. {فخراجُ ربِّك خيرٌ وهو خير الرازقينَ}: وهذا كما قال الأنبياءُ لأممهم: {يا قوم لا أسألُكُم عليه أجراً إنْ أجرِيَ إلاَّ على الله}؛ أي: ليسوا يدعون الخلق طمعاً فيما يُصيبهم منهم من الأموال، وإنَّما يدعونَهم نُصحاً لهم وتحصيلاً لمصالحهم، بل كان الرسلُ أنصحَ للخلق من أنفسهم، فجزاهُم اللهُ عن أممهم خيرَ الجزاءِ، ورزَقَنا الاقتداء بهم في جميع الأحوال.
(72) Maksudnya, ataukah perkara yang menghalangi me-reka untuk mengikutimu adalah karena engkau wahai Muhammad, meminta upah kepada mereka atas penyambutan yang baik (ter-hadap seruanmu)? ﴾ فَهُم مِّن مَّغۡرَمٖ مُّثۡقَلُونَ 46 ﴿ "Maka mereka diberati dengan hutang." (Al-Qalam: 46), mereka merasa berat untuk mengikutimu karena upah dan pajak yang kamu pungut dari mereka. Padahal kenyataannya tidak demikian adanya. ﴾ فَخَرَاجُ رَبِّكَ خَيۡرٞۖ وَهُوَ خَيۡرُ ٱلرَّٰزِقِينَ ﴿"Maka upah dari Rabbmu adalah lebih baik, dan Dia adalah Pemberi rizki Yang Paling Baik," ini seperti per-nyataan para nabi kepada umat-umat mereka, ﴾ يَٰقَوۡمِ لَآ أَسۡـَٔلُكُمۡ عَلَيۡهِ أَجۡرًاۖ إِنۡ أَجۡرِيَ إِلَّا عَلَى ٱلَّذِي فَطَرَنِيٓۚ ﴿ "Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku. Upahku tidak lain, hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku." (Hud: 51), maksudnya, mereka tidak menjalankan dakwah kepada umat ma-nusia karena adanya antusiasme mendapatkan harta dari mereka. Para nabi berdakwah hanya untuk tujuan memberikan nasihat dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka. Bahkan para rasul adalah orang yang paling berniat tulus untuk memperbaiki umat manusia daripada mereka sendiri. Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan terbaik atas nama umat-umat mereka, dan mem-berikan karunia kepada kita untuk mengikuti mereka dalam segala kondisi.
Ayah: 73 - 74 #
{وَإِنَّكَ لَتَدْعُوهُمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (73) وَإِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ عَنِ الصِّرَاطِ لَنَاكِبُونَ (74)}.
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka ke-pada jalan yang lurus. Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus)." (Al-Mu`minun: 72).
#
{73 ـ 74} ذكر الله تعالى في هذه الآيات الكريمات كلَّ سببٍ موجبٍ للإيمان، وذَكَرَ الموانع، وبيَّن فسادها واحداً بعد واحدٍ، فذكر من الموانع: أنَّ قلوبَهم في غَمْرةٍ، وأنهم لم يَدَّبَّروا القول، وأنَّهم اقتدَوْا بآبائهم، وأنَّهم قالوا: برسولهم جِنَّةٌ؛ كما تقدم الكلام عليها. وذكر من الأمور الموجبة لإيمانهم: تدبُّرُ القرآن، وتلقِّي نعمة الله بالقَبول، ومعرفة حال الرسول محمدٍ - صلى الله عليه وسلم - وكمال صدقِهِ وأمانتِهِ، وأنَّه لا يسألُهم عليه أجراً، وإنَّما سعيُهُ لنفعهم ومصلحتهم، وأنَّ الذي يَدْعوهم إليه صراطٌ مستقيمٌ، سهلٌ على العاملين لاستقامتِهِ، موصلٌ إلى المقصودِ من قرب، حنيفيَّةٌ سمحةٌ؛ حنيفيَّةٌ في التوحيد، سمحةٌ في العمل؛ فدعوتُك إيَّاهم إلى الصراط المستقيم موجب لمن يريد الحقَّ أن يَتَّبِعَك؛ لأنَّه مما تشهدُ العقول والفطر بحسنِهِ وموافقتِهِ للمصالح؛ فأين يذهبونَ إنْ لم يتابِعوك؟ فإنَّهم ليس عندهم ما يُغنيهم ويكفيهم عن متابعتِكَ؛ لأنَّهم {عن الصراط}: ناكِبون، متجنِّبون، منحرِفون عن الطريق الموصل إلى الله وإلى دار كرامته، ليس في أيديهم إلاَّ ضلالاتٌ وجهالاتٌ، وهكذا كلُّ من خالَفَ الحقَّ؛ لا بدَّ أن يكونَ منحرفاً في جميع أمورِهِ؛ قال تعالى: {فإن لم يَسْتَجيبوا لك فاعْلَمْ أنَّما يَتَّبِعون أهواءهم ومَنْ أضَلُّ مِمَّنِ اتَّبع هواه بغير هدىً من الله}.
(73-74) Dalam ayat-ayat yang mulia ini, Allah تعالى menye-butkan semua faktor yang mendatangkan keimanan dan menerang-kan hal-hal yang menghalanginya. Allah menjelaskan sisi kerusak-annya, satu-persatu. Di antara faktor penghalang yang disebutkan, yaitu hati mereka berada dalam kesesatan, mereka tidak merenungi al-Qur`an dengan alasan ingin mengikuti nenek moyang mereka. Mereka berdalih bahwa terdapat kegilaan pada Rasulullah, seba-gaimana tertuang pada keterangan sebelumnya. Sementara faktor-faktor yang menghidupkan keimanan, se-perti tadabbur (merenungi) al-Qur`an, menerima kenikmatan Allah dengan tulus, mengenal sosok Rasulullah, Muhammad a dan ke-sempurnaan kejujuran serta amanahnya, beliau tidak meminta upah kepada mereka atas dakwah yang beliau jalankan. Justru, usaha beliau semata-mata untuk kemanfaatan dan kebaikan mereka. Jalan yang beliau serukan kepada mereka merupakan jalan yang lurus, mudah ditapaki bagi orang-orang yang mengamalkannya karena kestabilannya, mengantarkan kepada tujuan yang ingin dicapai melalui jalur pintas, merupakan agama yang hanif (lurus sesuai dengan fitrah) lagi samhah (mudah). Hanif dalam ketauhidan dan samhah dalam amalan. Seruanmu kepada mereka menuju jalan yang lurus menjadi pendorong bagi orang yang menginginkan kebenaran untuk meng-ikutimu. Pasalnya, kebenaran itu, termasuk yang dapat dibuktikan aspek kebaikan dan keselarasannya oleh akal-akal sehat dan fitrah yang lurus. Kemanakah arah yang mereka tuju, bila tidak meng-ikutimu? Mereka tidak mempunyai pegangan yang cukup dan memadai bagi mereka untuk tidak mengikutimu. Sesungguhnya mereka ﴾ عَنِ ٱلصِّرَٰطِ ﴿ "dari jalan (yang lurus)," ber-paling lagi menjauhkan diri, membelok dari lintasan yang mengan-tarkan mereka kepada Allah dan tempat kemuliaanNya. Tidaklah ada yang mereka miliki melainkan bermacam-macam kesesatan dan kebodohan. Demikianlah ciri khas orang yang berlawanan dengan kebenaran, mereka pasti mengalami penyimpangan di setiap aspek kehidupannya. Allah berfirman, ﴾ فَإِن لَّمۡ يَسۡتَجِيبُواْ لَكَ فَٱعۡلَمۡ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهۡوَآءَهُمۡۚ وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيۡرِ هُدٗى مِّنَ ٱللَّهِۚ ﴿ "Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun?" (Al-Qashash: 50).
Ayah: 75 - 77 #
{وَلَوْ رَحِمْنَاهُمْ وَكَشَفْنَا مَا بِهِمْ مِنْ ضُرٍّ لَلَجُّوا فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (75) وَلَقَدْ أَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ فَمَا اسْتَكَانُوا لِرَبِّهِمْ وَمَا يَتَضَرَّعُونَ (76) حَتَّى إِذَا فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا ذَا عَذَابٍ شَدِيدٍ إِذَا هُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ (77)}.
"Andaikata Kami memberi belas kasihan kepada mereka, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam pelampauan batas (kafir) mereka. Dan sesungguhnya Kami telah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Rabb mereka, dan (juga) tidak memohon (kepadaNya) dengan merendah-kan diri. Hingga apabila Kami bukakan untuk mereka suatu pintu yang ada azab yang amat sangat parah, (di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus-asa." (Al-Mu`minun: 75-77).
#
{75} هذا بيانٌ لشدَّة تمرُّدهم وعنادهم، وأنَّهم إذا أصابهم الضُّرُّ؛ دَعَوُا الله أن يكشف عنهم ليؤمنوا، أو ابتلاهم بذلك ليرجعوا إليه؛ أنَّ الله إذا كشف الضُّرَّ عنهم؛ {لَجُّوا}؛ أي: استمرُّوا {في طُغيانهم يَعْمَهون}؛ أي: يجولون في كفرهم حائرينَ متردِّدين؛ كما ذكر الله حالهم عند ركوب الفُلك، وأنَّهم يدعون مخلصين له الدينَ، وينسَوْن ما يشركُون به، فلما أنجاهم؛ إذا هم يَبْغونَ في الأرض بالشِّرْك وغيره.
(75) Ini adalah penjelasan tentang kerasnya penolakan dan penentangan mereka, dan bahwa bila mereka terhimpit oleh mara bahaya, maka mereka memohon kepada Allah agar menyingkirkan-nya dari mereka supaya nanti mereka beriman. Atau Allah menguji mereka dengan itu, supaya mereka kembali kepadaNya. Sesung-guhnya Allah bila telah menyirnakan mara bahaya itu, ﴾ لَّلَجُّواْ ﴿ "benar-benar mereka terus-menerus," maksudnya kontinyu ﴾ فِي طُغۡيَٰنِهِمۡ يَعۡمَهُونَ ﴿ "terombang-ambing dalam pelampauan batas (kafir) mereka," maksudnya mereka mondar-mandir dalam kubangan kekufuran mereka dalam keadaan bingung dan ragu-ragu, sebagaimana keterangan Allah tentang mereka saat berada di atas kapal, mereka memanjatkan doa dengan mengikhlaskan doa hanya kepada Allah dan melupa-kan sesembahan-sesembahan yang mereka sekutukan (bersama Allah). Manakala Allah telah menyelamatkan mereka, dengan tiba-tiba mereka lebih menyukai syirik dan lainnya di daratan.
#
{76} {ولقد أخَذْناهم بالعذابِ}: قال المفسِّرونَ: المرادُ بذلك الجوع الذي أصابهم سبع سنين، وأنَّ الله ابتلاهم بذلك ليرجِعوا إليه بالذُّلِّ والاستسلام، فلم ينجَعْ فيهم، ولا نَجَحَ منهم أحدٌ. {فما استَكانوا لربِّهم}؛ أي: خضعوا وذلُّوا، {وما يتضرَّعون}: إليه ويفتقرون، بل مرَّ عليهم ذلك ثم زال كأنه لم يُصِبْهم، لم يزالوا في غيِّهم وكفرهم.
(76) ﴾ وَلَقَدۡ أَخَذۡنَٰهُم بِٱلۡعَذَابِ ﴿ "Dan sesungguhnya Kami telah menim-pakan azab kepada mereka." Para ulama tafsir mengatakan, "Maksud-nya, kelaparan yang melanda mereka selama tujuh tahun. Allah menguji mereka dengan cobaan itu, agar mereka kembali kepada Allah dengan kehinaan dan pasrah diri. Namun itu tidak mempan pada mereka, dan tidak ada seorang pun yang lulus dalam cobaan itu." ﴾ فَمَا ٱسۡتَكَانُواْ لِرَبِّهِمۡ ﴿ "Maka mereka tidak tunduk kepada Rabbnya," yaitu tunduk dan menghinakan diri ﴾ وَمَا يَتَضَرَّعُونَ ﴿ "dan tidak memohon (ke-padaNya) dengan merendahkan diri," dan tidak membutuhkan per-tolongan dariNya. Bahkan kejadian itu berlangsung pada mereka sampai selesai, seolah-olah tidak ada sesuatu pun yang menimpa mereka, dan mereka masih saja dalam kesesatan dan kekufuran mereka.
#
{77} ولكن وراءهم العذاب الذي لا يردُّ، وهو قوله: {حتى إذا فَتَحْنا عليهم بابًا ذا عذابٍ شديدٍ}: كالقتل يومَ بدرٍ وغيره؛ {إذا هم فيه مُبْلِسونَ}: آيِسون من كلِّ خيرٍ، قد حَضَرَهم الشرُّ وأسبابُه؛ فليحْذَروا قبل نزول عذاب الله الشديد، الذي لا يردُّ؛ بخلاف مجرَّد العذاب؛ فإنَّه ربما أقلع عنهم؛ كالعقوبات الدنيويَّة التي يؤدِّب الله بها عبادَه؛ قال تعالى فيها: {ظَهَرَ الفسادُ في البرِّ والبحر بما كَسَبَتْ أيدي الناسِ لِيذُيقَهم بعضَ الذي عَمِلوا لعلَّهم يرجِعونَ}.
(77) Namun, di belakang mereka, terdapat siksa yang me-nunggu yang tidak bisa ditampik, yaitu Firman Allah, ﴾ حَتَّىٰٓ إِذَا فَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَابٗا ذَا عَذَابٖ شَدِيدٍ ﴿ "Hingga apabila Kami bukakan untuk mereka suatu pintu yang ada azab yang amat sangat parah," seperti tewasnya mereka di perang Badar dan lainnya ﴾ إِذَا هُمۡ فِيهِ مُبۡلِسُونَ ﴿ "(di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus asa," dari segala kebaikan. Kejelekan dan faktor-faktor pencetusnya telah menyinggahi mereka. Hendaknya mereka bersikap hati-hati sebelum datangnya siksa Allah yang sa-ngat pedih, yang tidak bisa ditolak. Berbeda dengan siksaan yang biasa, mungkin saja Allah mencabutnya kembali dari mereka, semisal hukuman-hukuman duniawi yang dijatuhkan oleh Allah untuk memperbaiki para hambaNya. Allah berfirman tentang realita ini, ﴾ ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ 41 ﴿ "Telah tampak kerusakan di darat dan laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Ar Rum: 41).
Ayah: 78 - 80 #
{وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ (78) وَهُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الْأَرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (79) وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ وَلَهُ اخْتِلَافُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (80)}.
"Dan Dia-lah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyu-kur. Dan Dia-lah yang menciptakan serta mengembang- biakkan kamu di bumi ini, dan kepadaNya-lah kamu akan dihimpunkan. Dan Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia-lah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?" (Al-Mu`minun: 78-80).
#
{78} يخبرُ تعالى بِمِنَنِه على عباده الدّاعي لهم إلى شكرِهِ والقيام بحقِّه، فقال: {وهو الذي أنشأ لكم السمعَ}: لِتُدْرِكوا به المسموعاتِ فَتَنْتَفِعوا في دينِكم ودُنْياكم، {والأبصارَ}: لِتُدْرِكوا بها المُبْصَراتِ فتنتفِعوا بها في مصالِحِكم، {والأفئدةَ}؛ أي: العقول التي تدرِكون بها الأشياءَ وتتميَّزون بها عن البهائم؛ فلو عدِمْتُم السمعَ والأبصارَ والعقولَ بأن كنتم صمًّا عمياً بكماً؛ ماذا تكونُ حالكم؟ وماذا تفقِدون من ضروريَّاتِكم وكمالكم؟ أفلا تشكُرون الذي منَّ عليكُم بهذه النِّعم؛ فتقومون بتوحيدِهِ وطاعتِهِ؟ ولكنَّكم قليلاً شكركم مع توالي النعم عليكم.
(78) Allah تعالى memberitahukan tentang limpahan karunia-Nya bagi para hambaNya yang mengajak mereka untuk mensyu-kuriNya dan menjalankan hak-hakNya. Allah berfirman,﴾ وَهُوَ ٱلَّذِيٓ أَنشَأَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ ﴿ "Dan Dia-lah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pen-dengaran," yang dengan indera tersebut, kalian bisa mengindera hal-hal yang terdengar, hingga kalian mendapatkan manfaat agama dan duniawi, ﴾ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ ﴿ "dan penglihatan," yang dengan sarana itu, kalian bisa memahami obyek-obyek yang terlihat, hingga kalian sanggup menginderai kemaslahatan-kemaslahatan kalian. ﴾ وَٱلۡأَفۡـِٔدَةَۚ ﴿ "Dan hati," yaitu akal-akal yang kalian gunakan untuk mencerna segala sesuatu dan piranti yang menyebabkan kalian berbeda dengan binatang-binatang. Jika kalian tidak mem-punyai pendengaran, penglihatan dan akal, maka kalian akan menjadi tuli, buta dan bisu, lalu bagaimana nanti kondisi kalian? Kebutuhan primer dan pelengkap apa saja yang hilang dari kalian? Tidakkah engkau mensyukuri Dzat yang telah melimpahkan nik-mat-nikmat ini kepada kalian, selanjutnya kalian mengesakanNya (dalam ibadah) dan menjalankan ketaatan kepadaNya, tetapi kalian tidak bersyukur, padahal kenikmatanNya kepada kalian datang secara kontinyu.
#
{79} {وهو}: تعالى {الذي ذَرَأَكم في الأرض}؛ أي: بثَّكم في أقطارها وجهاتها، وسلَّطكم على استخراج مصالحها ومنافعها، وجعلها كافيةً لمعايِشِكُم ومساكِنِكم. {وإليه تُحْشَرون}: بعد موتِكُم فيجازيكم بما عَمِلْتُم في الأرض من خيرٍ وشرٍّ، وتُحدِّث الأرضُ التي كنتُم فيها بأخبارها.
(79) ﴾ وَهُوَ ﴿ "Dan Dia-lah," Allah Yang Mahatinggi ﴾ ٱلَّذِي ذَرَأَكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ ﴿ "yang telah menciptakan serta mengembangbiakkan kamu di bumi," yang menyebarkan kalian di seluruh wilayah dan penjurunya, dan menjadikan kalian mempunyai kemampuan untuk mengeksplorasi kandungan kebaikan dan manfaat-manfaatnya, dan menjadikan-nya cukup bagi kegiatan usaha penghidupan kalian dan hunian-hunian kalian. ﴾ وَإِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ ﴿ "Dan kepadaNya-lah kamu akan dihimpun," pasca kematian kalian, kemudian Dia memberi balasan kepada kalian sesuai dengan amalan yang kalian perbuat di bumi ini, yang baik maupun yang buruk, bumi yang menjadi tempat kalian me-netap di dalamnya pun akan bercerita mengenai kisah-kisahnya.
#
{80} {وهو}: تعالى وحدَه {الذي يُحيي ويُميتُ}؛ أي: المتصرِّف في الحياة والموت هو الله وحده. {وله اختلافُ الليل والنهار}؛ أي: تعاقُبُهما وتناوُبُهما؛ فلو شاء أنْ يجعلَ النهار سرمداً، مَن إلهٌ غيرُ الله يأتيكم بليل تسكنون فيه؟ ولو شاء أن يجعل الليل سرمداً من إلهٌ غيرُ الله يأتيكم بضياءٍ أفلا تُبْصِرونَ؟ ومن رحمتِهِ جَعَلَ لكُم الليلَ والنهار لِتَسْكُنوا فيه ولِتَبْتَغوا من فضلِهِ ولعلَّكم تشكُرون. ولهذا قال هنا: {أفلا تعقلون}؛ فتعرِفون أنَّ الذي وَهَبَ لكم من النِّعم السمعَ والأبصارَ والأفئدةَ، والذي نَشَرَكم في الأرض وحدَه، والذي يُحيي ويُميت وحدَه، والذي يتصرَّف بالليل والنهار وحدَه؛ إنَّ ذلك موجبٌ لكم أن تُخْلِصوا له العبادة وحدَه لا شريك له، وتترُكوا عبادةَ مَنْ لا ينفَعُ ولا يضرُّ ولا يتصرَّف بشيء، بل هو عاجزٌ من كلِّ وجهٍ؛ فلو كان لكم عقلٌ؛ لم تَفْعَلوا ذلك.
(80) ﴾ وَهُوَ ﴿ "Dan Dia-lah," Allah Yang Mahatinggi satu-satu-nya ﴾ ٱلَّذِي يُحۡيِۦ وَيُمِيتُ ﴿ "yang menghidupkan dan mematikan," maksudnya, yang memegang kendali kehidupan dan kematian adalah Allah sendiri. ﴾ وَلَهُ ٱخۡتِلَٰفُ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِۚ ﴿ "Dan Dia-lah (yang mengatur) pertukaran malam dan siang," maksudnya, (mengatur) urutan dan silih-ber-gantinya siang dan malam. Kalau Allah menghendaki, untuk men-jadikan siang hari kekal selama-lamanya, sesembahan mana selain Allah yang berkuasa mendatangkan malam kepada kalian agar kalian bisa melepaskan kepenatan di dalamnya? Jika Allah ber-kehendak menjadikan malam kekal abadi, maka sesembahan mana selain Allah yang berkuasa mendatangkan sinar cahaya. Maka tidakkah kalian memperhatikan? Di antara cermin rahmat Allah (kepada hambaNya) adalah Dia menjadikan malam dan siang, supaya kalian bisa istirahat di dalamnya dan mencari kemurahan rizkiNya, agar kalian bersyukur. Karena itu, di sini Allah berfirman, ﴾ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ﴿ "maka apakah kamu tidak memahaminya," sehingga kalian mengenal Dzat yang telah menganugerahi kalian kenikmatan-kenikmatan; pendengaran, penglihatan dan hati, dan Dzat yang menyebarkan kalian di permu-kaan bumi sendirianNya, dan yang menghidupkan dan mematikan sendirianNya dan yang mengendalikan malam dan siang. Sesung-guhnya itu semua mengharuskan kalian mengikhlaskan ibadah kepadaNya semata, tiada sekutu bagiNya, dan kalian meninggal-kan peribadahan obyek yang tidak dapat memberikan manfaat dan mendatangkan bahaya, serta tidak memegang wewenang apa pun. Bahkan ia merupakan makhluk yang tiada memiliki daya dari segala segi, dan kalau memang kalian memiliki akal sehat, niscaya kalian tidak akan melakukannya.
Ayah: 81 - 83 #
{بَلْ قَالُوا مِثْلَ مَا قَالَ الْأَوَّلُونَ (81) قَالُوا أَإِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ (82) لَقَدْ وُعِدْنَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا هَذَا مِنْ قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (83)}.
"Sebenarnya mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan perkataan yang diucapkan oleh orang-orang dahulu kala. Mereka berkata, 'Apakah betul, apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan? Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu kala!'" (Al-Mu`minun: 81-83).
#
{81 ـ 83} أي: بل سَلَكَ هؤلاء المكذِّبون مَسْلَكَ الأوَّلين من المكذِّبين بالبعث، واستَبْعَدوه غايةَ الاستبعاد، وقالوا: {أإذا مِتْنا وكُنَّا تراباً وعظاماً أإنا لَمَبْعوثونَ}؛ أي: هذا لا يُتَصَوَّرُ ولا يدخلُ العقل بزعمهم. {لقد وُعِدْنا نحنُ وآباؤُنا هذا من قبلُ}؛ أي: ما زلنا نوعد بأنَّ البعث كائنٌ نحن وآباؤنا، ولم نره، ولم يأت بعدُ. {إنْ هذا إلا أساطيرُ الأولينَ}؛ أي: قَصَصُهم وأسمارُهم التي يُتَحَدَّثُ بها وتُلهي، وإلاَّ؛ فليس لها حقيقةٌ، وكَذَبوا قبَّحهم الله؛ فإنَّ الله أراهم من آياتِهِ أكبرَ من البعث، ومثله: {لَخَلْقُ السمواتِ والأرضِ أكبرُ من خلق الناس}، {وضرب لنا مثلاً ونَسِيَ خَلْقَه قال مَن يُحيي العظام وهي رميمٌ ... } الآيات، {وترى الأرضَ هامدةً فإذا أنزلنا عليها الماء اهتزَّتْ ورَبَتْ ... } الآيات.
(81-83) Maksudnya justru orang-orang yang mendustakan itu mengikuti jalan orang-orang terdahulu, dari kalangan orang-orang yang mendustakan Hari Kebangkitan dan benar-benar menganggapnya mustahil terjadi. Mereka berkata, ﴾ أَءِذَا مِتۡنَا وَكُنَّا تُرَابٗا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبۡعُوثُونَ ﴿ "Apakah betul, apabila kami telah mati, dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan?" Ini tidak bisa diimajinasikan dan tidak bisa dicerna oleh akal, menurut mereka. ﴾ لَقَدۡ وُعِدۡنَا نَحۡنُ وَءَابَآؤُنَا هَٰذَا مِن قَبۡلُ ﴿ "Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu." Maksudnya, kami dan nenek-moyang kami masih saja dikabari dengan berita bahwa kebangkitan akan datang, padahal kami tidak menyaksikannya dan belum juga tiba. ﴾ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّآ أَسَٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ ﴿ "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu kala!" Maksudnya cerita-cerita dan hasil obrolan mereka di malam hari yang diperbincangkan dan melalaikan. Kalau tidak demikian, berarti tidak ada realitanya, dan mereka berdusta, semoga Allah menimpakan kejelekan kepada mereka. Sesungguhnya Allah telah menampakkan tanda-tanda kebe-saranNya kepada mereka yang lebih dahsyat dibandingkan kebang-kitan manusia. Seperti, ﴾ لَخَلۡقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ أَكۡبَرُ مِنۡ خَلۡقِ ٱلنَّاسِ ﴿ "Sungguh penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada pencip-taan manusia." (Al-Mu`min: 57). ﴾ وَضَرَبَ لَنَا مَثَلٗا وَنَسِيَ خَلۡقَهُۥۖ قَالَ مَن يُحۡيِ ٱلۡعِظَٰمَ وَهِيَ رَمِيمٞ 78 ﴿ "Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kejadian-nya, dia berkata, 'Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?'" (Yasin: 78). ﴾ وَتَرَى ٱلۡأَرۡضَ هَامِدَةٗ فَإِذَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡهَا ٱلۡمَآءَ ٱهۡتَزَّتۡ وَرَبَتۡ ﴿ "Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah'." (Al-Hajj: 5).
Ayah: 84 - 89 #
{قُلْ لِمَنِ الْأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (84) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (85) قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (86) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ (87) قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (88) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ (89)}.
"Katakanlah, 'Kepunyaan siapakah bumi ini dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?' Mereka akan menjawab, 'Kepunyaan Allah.' Katakanlah, 'Maka apakah kamu tidak ingat?' Katakanlah, 'Siapakah Pemilik langit yang tujuh dan Pemilik Arasy yang besar?' Mereka akan menjawab, 'kepunyaan Allah.' Katakanlah, 'Maka apakah kamu tidak bertakwa?' Katakanlah, 'Siapakah yang di TanganNya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)Nya, jika kamu mengetahui?' Mereka akan menjawab, 'Kepunyaan Allah.' Katakanlah, '(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?' " (Al-Mu`minun: 84-89)
#
{84 ـ 85} أي: قُلْ لهؤلاء المكذِّبين بالبعث، العادلين بالله غيرَهُ؛ محتجًّا عليهم بما أثبتوه وأقرُّوا به من توحيد الرُّبوبيَّة وانفرادِ اللهّ بها على ما أنكروه من توحيد الإلهيَّة والعبادة، وبما أثبتوه من خَلْق المخلوقات العظيمة على ما أنكروه من إعادةِ الموتى الذي هو أسهل من ذلك: {لِمَنِ الأرضُ ومَن فيها}؛ أي: مَنْ هو الخالقُ للأرض ومَنْ عليها من حيوان ونباتٍ وجمادٍ وبحارٍ وأنهارٍ وجبال، المالك لذلك، المدبِّر له؛ فإنَّك إذا سألتَهم عن ذلك؛ لا بدَّ أن يقولوا: اللهُ وحدَه. فقل لهم إذا أقرُّوا بذلك: {أفلا تَذَكَّرونَ}؛ أي: أفلا ترجعون إلى ما ذكَّركم الله به مما هو معلومٌ عندكم مستقرٌّ في فِطَرِكُم قد يُغيبه الإعراضُ في بعض الأوقات، والحقيقة أنَّكم إن رجعتم إلى ذاكِرَتِكُم بمجرَّد التأمُّل؛ علمتُم أنَّ مالك ذلك هو المعبود وحده، وأن إلهيَّة من هو مملوكٌ أبطلُ الباطل.
(84-85) Maksudnya, katakanlah kepada orang-orang yang mendustakan Hari Kebangkitan, yang berbelok arah dari Allah kepada sesembahan lain, sebagai pemberian hujjah kepada mereka melalui keyakinan yang mereka tetapkan dan akui, berupa tauhid rububiyah dan hak kepemilikan Allah atas tauhid itu secara prero-gatif (ditujukan) pada pengingkaran mereka terhadap tauhid ulu-hiyah dan ibadah, dan (pemberian hujjah) melalui penetapan mereka mengenai penciptaan segala makhluk yang besar (ditujukan) pada pengingkaran mereka tentang menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati yang hal ini lebih mudah dilakukan daripada itu. ﴾ لِّمَنِ ٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهَآ ﴿ "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya." Maksudnya siapakah yang menciptakan bumi dan segala makhluk yang berada di atas permukaannya, berupa hewan, tumbuhan, benda mati, lautan, sungai-sungai dan gunung-gunung, Dzat Yang Memiliki dan Mengaturnya? Sesungguhnya bila engkau menanyai mereka tentang masalah itu, mereka pasti menyatakan, "Allah semata." Jika mereka mengaku ini, katakanlah kepada mereka, ﴾ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴿ "Maka apakah kamu tidak ingat?" Maksudnya, tidakkah kalian kembali kepada (pengakuan bahwa Allah adalah Rabb yang di-sembah) yang kalian sudah diingatkan oleh Allah, yang sudah dimaklumi bersama, sudah mapan dalam fitrah-fitrah kalian yang mana sikap berpaling dapat berpotensi menyembunyikannya pada waktu tertentu? Padahal, pada prinsipnya, jika kalian itu merujuk ingatan kalian hanya dengan perenungan saja, niscaya kalian akan mengetahui bahwa Dzat Yang memilikinya, itulah Dzat yang patut disembah semata, sementara ketuhanan dari obyek yang berada dalam kepemilikan (mamluk) merupakan ketuhanan yang paling batil.
#
{86 ـ 87} ثم انتقل إلى ما هو أعظم من ذلك، فقال: {قلْ مَن ربُّ السمواتِ السبع}: وما فيها من النيِّرات والكواكب السيَّارات والثوابت، {وربُّ العرش العظيم}: الذي هو أعلى المخلوقات وأوسُعها وأعظمُها؛ فمن الذي خَلَقَ ذلك ودبَّره وصرَّفه بأنواع التدبير؟ {سيقولون لله}؛ أي: سيقرُّون بأنَّ الله ربُّ ذلك كله، قل لهم حين يُقِرُّون بذلك: {أفلا تتَّقونَ}: عبادةَ المخلوقاتِ العاجزةِ وتتَّقون الربَّ العظيم كامل القدرة عظيم السلطان؟! وفي هذا من لطف الخطاب من قوله: {أفلا تذكرون}، {أفلا تتَّقونَ}؛ والوعظ بأداة العرض الجاذبة للقلوب ما لا يخفى.
(86-87) Berikutnya, beralihlah kepada perkara yang lebih besar darinya. Allah berfirman, ﴾ قُلۡ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ ٱلسَّبۡعِ ﴿ "Katakanlah, 'Siapakah Pemilik langit yang tujuh'," dan benda-benda yang berada di dalamnya, seperti benda yang bercahaya, bintang-bintang yang bergerak-gerak dan yang statis di tempatnya saja. ﴾ وَرَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ ﴿ "Dan Pemilik 'Arasy yang besar," yang merupakan makhluk yang tertinggi dan paling luas serta terbesar. Siapakah yang mencipta-kan dan mengatur serta menanganinya dengan berbagai macam aturan? ﴾ سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ ﴿ "Mereka akan menjawab, 'Kepunyaan Allah'," maksudnya mereka akan mengakui bahwa Allah adalah Rabb (pemilik) itu semua. Bila mereka mengakuinya, katakanlah, ﴾ أَفَلَا تَتَّقُونَ ﴿ "Maka apakah kamu tidak bertakwa," dari beribadah kepada makhluk-makhluk yang lemah dan (hanya) bertakwa kepada Rabb yang Mahaagung, sempurna kekuasaanNya dan agung kerajaan-Nya?! Ungkapan ini mengandung dengan jelas nada pembicaraan yang lembut (persuasif) dari Firman Allah, ﴾ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴿ "Maka apa-kah kamu tidak ingat?" dan ﴾ أَفَلَا تَتَّقُونَ ﴿ "Maka apakah kamu tidak ber-takwa?" Menasihati melalui metode pemaparan yang memikat hati manfaatnya tidak perlu diragukan lagi.
#
{88 ـ 89} ثم انتقل إلى إقرارهم بما هو أعمُّ من ذلك كلِّه، فقال: {قل من بيدِهِ ملكوتُ كلِّ شيءٍ}؛ أي: ملك كل شيء من العالم العلويِّ والعالم السفليِّ، ما نبصِرُه وما لا نبصِرُه، والملكوتُ صيغةُ مبالغةٍ؛ بمعنى الملك. {وهو يُجيرُ}: عباده من الشرِّ ويدفعُ عنهم المكارِهَ ويحفَظُهم مما يضرُّهم، {ولا يُجارُ عليه}؛ أي: لا يقدر أحدٌ أن يجيرَ على الله ولا يدفَعَ الشرَّ الذي قدَّره الله، بل ولا يشفَعُ أحدٌ عنده إلاَّ بإذنه. {سيقولون لله}؛ أي: سيقرُّون أنَّ الله المالك لكل شيءٍ، المجيرُ الذي لا يُجار عليه، {قل} لهم حين يقرُّون بذلك ملزِماً لهم: {فأنَّى تُسْحَرونَ}؛ أي: فأين تذهبُ عقولُكم حيث عبدتم مَنْ علمتم أنَّهم لا مُلك لهم ولا قِسْطَ من الملك، وأنَّهم عاجزون من جميع الوجوه، وتركتُم الإخلاص للمالِكِ العظيم القادرِ المدبِّر لجميع الأمور؟ فالعقول التي دلَّتكم على هذا لا تكون إلاَّ مسحورةً، وهي بلا شكٍّ قد سَحَرَها الشيطانُ بما زيَّنَ لهم، وحسَّنَ لهم وقَلَبَ الحقائق لهم فَسَحَرَ عقولَهم، كما سَحَرَت السحرةُ أعينَ الناس.
(88-89) Berikutnya, beralih kepada pengakuan mereka mengenai sesuatu yang lebih umum dari itu semuanya. Allah ber-firman, ﴾ قُلۡ مَنۢ بِيَدِهِۦ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيۡءٖ ﴿ "Katakanlah, 'Siapakah yang di Tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu'." Maksudnya, segala kerajaan di wilayah atas maupun di wilayah bawah, yang dapat kita saksi-kan maupun tidak dapat kita tangkap. Kata malakut, merupakan bentuk mubalaghah (exaggeration), yang artinya kerajaan. ﴾ وَهُوَ يُجِيرُ ﴿ "Sedang Dia melindungi," para hambaNya dari ke-jelekan dan menyingkirkan hal-hal yang tidak mengenakkan, serta melindungi mereka dari marabahaya yang membahayakan mereka. ﴾ وَلَا يُجَارُ عَلَيۡهِ ﴿ "Tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)Nya," maksudnya tidak ada seorang pun yang mampu menghalangi Allah dan menyingkirkan keburukan yang telah Allah tetapkan. Bahkan tidak ada seorang pun yang bisa mengeluarkan syafa'at di sisiNya kecuali dengan izinNya. ﴾ سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ ﴿ "Mereka akan menjawab, 'Ke-punyaan Allah'," mereka akan menyampaikan pengakuan bahwa Allah-lah Dzat Yang Memiliki segala sesuatu, Yang melindungi, tanpa ada kekuatan apa pun yang sanggup menghalangi (siksa)Nya. ﴾ قُلۡ ﴿ "Katakanlah," kepada mereka manakala mengakuinya untuk menuntut mereka ﴾ فَأَنَّىٰ تُسۡحَرُونَ ﴿ "maka dari jalan manakah kamu ditipu," kemana akal-akal kalian lenyap, saat kalian beribadah kepada obyek-obyek yang sudah kalian ketahui tidak mempunyai kerajaan, ataupun tidak mempunyai bagian dari kerajaan itu. Me-reka lemah dari seluruh segi, sementara kalian meninggalkan pe-murnian ibadah kepada Dzat Pemilik Yang Mahaagung, Mahakuasa, Yang Mengatur segala urusan? Akal-akal yang menuntun kalian kepada fakta ini, telah ter-sihir. Tidak syak lagi telah dirasuki sihir oleh setan melalui tipuan yang ia hiasi dengan indah pada pandangan mereka dan ia telah mempercantiknya dan memutarbalikkan fakta kepada mereka, hingga berhasil menyihir akal-akal mereka, sebagaimana para tu-kang sihir berhasil memperdayai pandangan manusia.
Ayah: 90 - 92 #
{بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِالْحَقِّ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (90) مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ (91) عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (92)}.
"Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) besertaNya, kalau ada tuhan besertaNya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang dicipta-kannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu, Yang mengetahui semua yang ghaib dan semua yang nampak, maka Mahatinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan." (Al-Mu`minun: 90-92).
#
{90 ـ 92} يقولُ تعالى: بل أتينا هؤلاء المكذِّبين بالحقِّ؛ المتضمِّن للصدق في الأخبار، العدل في الأمر والنهي؛ فما بالُهم لا يعترِفون به، وهو أحقُّ أن يُتَّبَع، وليس عندَهم ما يعوِّضُهم عنه إلاَّ الكذبُ والظلمُ؟! ولهذا قال: {وإنَّهم لَكاذبون. ما اتَّخَذَ الله من ولدٍ وما كان معه من إلهٍ}: كذبٌ يُعْرَفُ بخبرِ الله وخبرِ رسلِهِ، ويُعْرَفُ بالعقل الصحيح، ولهذا نَبَّهَ تعالى على الدليل العقليِّ على امتناع إلهين فقال: {إذاً}؛ أي: لو كان معه آلهةٌ كما يقولون؛ {لَذَهَبَ كلُّ إلهٍ بما خَلَقَ}؛ أي: لانفرد كلُّ واحدٍ من الإلهين بمخلوقاتِهِ واستقلَّ بها، ولحرص على ممانعة الآخر ومغالبته، {ولَعَلا بعضُهم على بعضٍ}؛ فالغالب يكون هو الإله؛ فمع التمانُع لا يمكِنُ وجودُ العالَم ولا يُتَصَوَّرُ أن يَنْتَظِمَ هذا الانتظامَ المدهشَ للعقول، واعتبر ذلك بالشمس والقمر والكواكب الثابتة والسيَّارة؛ فإنَّها منذ خُلِقَتْ وهي تجري على نظام واحدٍ وترتيبٍ واحدٍ، كلُّها مسخرةٌ بالقدرةِ، مدبَّرةٌ بالحكمة لمصالح الخَلْق كلِّهم، ليست مقصورةً على مصلحةِ أحدٍ دون أحدٍ، ولن ترى فيها خللاً ولا تناقضاً ولا معارضةً في أدنى تصرُّف؛ فهل يُتَصَوَّرُ أن يكون ذلك تقدير إلهيْنِ ربَّيْنِ. {سبحان اللهِ عمَّا يصفِون}: قد نطقتْ بلسانِ حالِها، وأفهمتْ ببديع أشكالها: أنَّ المدبِّر لها إلهٌ واحدٌ؛ كامل الأسماء والصفات، قد افتقرتْ إليه جميعُ المخلوقات في ربوبيَّتِهِ لها وفي إلهيَّتِهِ لها؛ فكما لا وجود لها ولا دوام إلاَّ بربوبيَّتِهِ؛ كذلك لا صلاح لها ولا قِوامَ إلاَّ بعبادته وإفراده بالطاعة. ولهذا نبَّه على عظمةِ صفاتِهِ بأنموذج من ذلك، وهو علمُهُ المحيطُ، فقال: {عالم الغيب}؛ أي: الذي غاب عن أبصارِنا وعلمنا من الواجبات والمستحيلات والممكنات {والشهادةِ}: وهو ما نشاهِدُ من ذلك. {فتعالى}؛ أي: ارتفع وعظم {عما يُشْرِكون}: به، ولا علم عندَهم إلاَّ ما علَّمه الله.
(90-92) Allah تعالى berfirman, "Bahkan Kami telah membawa kebenaran kepada orang-orang yang mendustakan itu, yang me-muat kejujuran dalam informasinya, keadilan dalam perintah dan larangannya. Kenapa mereka tidak mengakuinya? Padahal ia lebih pantas untuk diikuti. Sementara mereka tidak memiliki sesuatu yang menggantikannya melainkan kedustaan dan kezhaliman?! Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَإِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ 90 مَا ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ مِن وَلَدٖ وَمَا كَانَ مَعَهُۥ مِنۡ إِلَٰهٍۚ ﴿ "Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) besertaNya." Itu merupakan bentuk kebo-hongan yang dapat dideteksi melalui berita dari Allah dan Rasul-Nya serta dapat dikenal melalui akal yang sehat. Oleh sebab itu, Allah تعالى mengingatkan tentang sebuah teori logika mengenai ke-mustahilan eksistensi dua tuhan (di alam semesta ini). Allah berfirman, ﴾ إِذٗا ﴿ "Kalau ada tuhan bersamaNya," jika ada sesembahan bersama Allah seperti yang mereka u c a p k a n ﴾ لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهِۭ بِمَا خَلَقَ ﴿ "masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang dicip-takannya," maksudnya, maka masing-masing sesembahan itu akan menyendiri dengan ciptaan-ciptaannya dan membentuk komunitas sendiri dengannya, dan sudah tentu berantusias untuk mengham-bat dan mengalahkan sesembahan lainnya. ﴾ وَلَعَلَا بَعۡضُهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖۚ ﴿ "Dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan me-ngalahkan sebagian yang lain," pihak yang menang, akan menjadi sesembahan yang disembah. Dengan adanya unsur yang saling kontradiktif ini, maka alam semesta ini tidak mungkin ada. Dan tidak bisa dibayangkan bisa teratur dengan pengaturan yang men-cengangkan akal-akal manusia. Ambillah pelajaran melalui matahari, bulan, bintang-bintang yang diam maupun yang beredar. Sejak penciptaannya, benda-benda langit itu beredar berdasarkan satu kendali dan pengaturan. Masing-masing dikendalikan dengan kekuasaan, diatur dengan penuh hikmah demi kepentingan umat manusia, bukan sebatas untuk kepentingan satu individu dengan mengesampingkan orang lain. Engkau tidak akan menyaksikan kekeliruan, kontradiksi dan tabrakan dalam pengaturan sekecil apa pun. Apakah masih terba-yangkan keseragaman itu muncul dari pengaturan dua sesembahan dan dua pemilik? ﴾ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ ﴿ "Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifat-kan," alam semesta ini telah mengekspresikan dengan bahasa gerak-nya dan memberikan pemahaman melalui bentuknya yang indah, bahwa Dzat yang mengaturnya adalah Tuhan (sesembahan) yang satu, sempurna dalam nama-nama dan sifat-sifatNya. Sungguh, seluruh makhluk membutuhkanNya dalam rububiyah dan uluhiyah-Nya baginya.[11] Sebagaimana ia tidak mempunyai wujud dan keabadian kecuali berkat rububiyah Allah, begitu pula tidak ada kebaikan dan landasan kekuatan kecuali dengan sebab peribadahan kepadaNya dan mengesakanNya dengan ketaatan. Untuk itu, Allah mengingat-kan tentang keagungan sifat-sifatNya melalui beberapa permisalan. Misalnya, ilmuNya yang meliputi (segala sesuatu). Allah berfirman, ﴾ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ ﴿ "Yang mengetahui semua yang ghaib," yaitu perkara-per-kara yang terlewatkan oleh indera-indera pandangan kita dan pe-ngetahuan kita, seperti hal-hal yang mesti terjadi (al-wajibat), perkara yang mustahil (al-Mustahilat) dan kemungkinan-kemungkinan yang timbul (al-Mumkinat). ﴾ وَٱلشَّهَٰدَةِ ﴿ "Dan semua yang nampak," yaitu segala yang bisa kita saksikan. ﴾ فَتَعَٰلَىٰ ﴿ "Mahatinggilah Allah," Mahatinggi lagi Mahaagung, ﴾ عَمَّا يُشۡرِكُونَ ﴿ "dari apa yang mereka persekutukan," denganNya, tiada ilmu yang mereka miliki kecuali yang telah diajarkan oleh Allah kepada mereka.
Ayah: 93 - 95 #
{قُلْ رَبِّ إِمَّا تُرِيَنِّي مَا يُوعَدُونَ (93) رَبِّ فَلَا تَجْعَلْنِي فِي الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (94) وَإِنَّا عَلَى أَنْ نُرِيَكَ مَا نَعِدُهُمْ لَقَادِرُونَ (95)}.
"Katakanlah, 'Ya Rabb, jika Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang diancamkan kepada mereka, ya Rabbku, maka janganlah Engkau jadikan aku berada di antara orang-orang yang zhalim.' Dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu apa yang Kami ancamkan kepada mereka." (Al-Mu`minun: 90-92).
#
{93 ـ 95} لمَّا أقام تعالى على المكذِّبين أدلَّتَه العظيمةَ، فلم يلتَفِتوا لها، ولم يُذْعِنوا لها؛ حقَّ عليهم العذابُ، ووُعِدوا بنزوله، وأرشد اللهُ رسولَه أن يقول: {قُلْ ربِّ إمَّا تُرِيَنِّي ما يوعَدونَ}؛ أي: أيَّ وقتٍ أريتني عذابَهم وأحضرتَني ذلك، {ربِّ فلا تَجْعَلْني في القوم الظالمين}؛ أي: اعصِمْني وارْحَمْني مما ابتلَيْتَهم به من الذُّنوب الموجبة للنقم، واحْمِني أيضاً من العذاب الذي ينزِلُ بهم؛ لأنَّ العقوبة العامَّة تَعُمُّ عند نزولها العاصي وغيره. قال الله في تقريب عذابهم: {وإنَّا على أن نُرِيَكَ ما نَعِدُهُم لَقادِرونَ}: ولكنْ إنْ أخَّرْناه؛ فلحكمةٍ، وإلاَّ؛ فقُدْرَتنا صالحةٌ لإيقاعِهِ [فيهم].
(93-95) Setelah Allah سبحانه وتعالى menegakkan bukti-bukti kekuasa-anNya yang agung atas kaum pendusta, (tapi) mereka tidak meno-lehkan pandangan kepadanya, dan tidak tunduk kepadanya, maka menjadi pastilah siksa bagi mereka, lalu mereka diancam dengan turunnya azab, dan Allah memberikan petunjuk kepada RasulNya agar mengatakan, ﴾ رَّبِّ إِمَّا تُرِيَنِّي مَا يُوعَدُونَ ﴿ "Ya Rabbku, jika Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang diancam-kan kepada mereka." Maksudnya kapankah Engkau memperlihatkan kepadaku siksaan mereka dan menghadirkanku saat itu, ﴾ رَبِّ فَلَا تَجۡعَلۡنِي فِي ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "Ya Rabbku, maka janganlah Engkau jadikan aku berada di antara orang-orang yang zhalim." Maksudnya, lindungilah aku, kasihilah aku dari bencana yang Engkau ujikan kepada me-reka, berupa dosa-dosa yang akan mendatangkan azab. Peliharalah aku juga dari siksaan yang menghampiri mereka. Sebab hukuman yang menyeluruh, saat turun bisa menimpa orang yang bermaksiat dan lainnya secara umum. Allah berfirman untuk menerangkan dekatnya waktu siksaan mereka, ﴾ وَإِنَّا عَلَىٰٓ أَن نُّرِيَكَ مَا نَعِدُهُمۡ لَقَٰدِرُونَ ﴿ "Dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepada-mu apa yang Kami ancamkan kepada mereka." Akan tetapi, bila Kami menundanya, maka penundaan itu atas dasar hikmah. Kalau tidak demikian, maka kekuasaan Kami sudah sanggup untuk menjatuh-kannya [kepada mereka].
Ayah: 96 - 98 #
{ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ (96) وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ (97) وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ (98)}.
"Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan katakan-lah, 'Ya Rabbku, aku berlindung kepadaMu dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepadaMu ya Rabbku, dari keda-tangan mereka kepadaku'." (Al-Mu`minun: 96-98).
#
{96} هذا من مكارم الأخلاق التي أمر اللهُ رسولَه بها، فقال: {ادفَعْ بالتي هي أحسنُ السيئةَ}؛ أي: إذا أساء إليك أعداؤك بالقول والفعل؛ فلا تقابِلْهم بالإساءة؛ مع أنَّه يجوزُ معاقبة المسيء بمثل إساءته، ولكن ادْفَعْ إساءتهم إليك بالإحسان منك إليهم؛ فإنَّ ذلك فضلٌ منك على المسيء، ومن مصالح ذلك أنَّه تخفُّ الإساءة عنك في الحال وفي المستقبل، وأنَّه أدعى لجلب المسيء إلى الحقِّ، وأقرب إلى ندمه وأسفه ورجوعِهِ بالتوبة عمَّا فَعَلَ، ويتَّصِفُ العافي بصفة الإحسان، ويقهرُ بذلك عدوَّه الشيطان، ويستوجبُ الثواب من الربِّ؛ قال تعالى: {فَمَنْ عفا وأصلحَ فأجرُهُ على الله}، وقال تعالى: {ادفَعْ بالتي هي أحسنُ السيئةَ فإذا الذي بينَكَ وبينَهُ عداوةٌ كأنَّه وليٌّ حميمٌ. وما يُلَقَّاها}؛ أي: ما يوفَّق لهذا الخُلُق الجميل {إلاَّ الذين صَبَروا وما يُلَقَّاها إلاَّ ذو حظٍّ عظيم}. وقوله: {نحن أعلم بما يَصِفون}؛ أي: بما يقولون من الأقوال المتضمِّنة للكفر والتكذيب بالحق، قد أحاط علمُنا بذلك، وقد حَلِمْنا عنهم وأمهَلْناهم وصبَرْنا عليهم، والحقُّ لنا، وتكذيبُهم لنا؛ فأنت يا محمد ينبغي لك أن تصبِرَ على ما يقولون، وتقابِلَهم بالإحسان. هذه وظيفة العبد في مقابلة المسيء من البشر.
(96) Ini termasuk budi pekerti luhur yang mana Allah me-merintahkan RasulNya untuk melaksanakannya. Allah berfirman, ﴾ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ ٱلسَّيِّئَةَۚ ﴿ "Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik." Maksudnya, jika musuh-musuhmu telah berbuat buruk kepada dirimu dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, maka janganlah engkau menyikapi mereka dengan tindakan buruk. Walaupun boleh untuk membalas orang yang telah berbuat buruk dengan tindakan serupa, akan tetapi, tolaklah sikap buruk mereka kepadamu dengan berbuat baik kepada mereka. Itu merupakan bentuk kemurahan hatimu kepada orang yang telah berbuat buruk itu. Di antara manfaatnya, ulah buruknya kepadamu akan ber-kurang, sekarang dan di masa datang. Sikap tersebut lebih efektif untuk menarik orang yang telah berbuat buruk tersebut ke jalan yang benar, lebih mempercepatnya untuk menyesal, sedih dan kembali dengan taubat dari apa yang pernah dilakukannya. Orang yang memberi maaf, berarti mempunyai sifat ihsan (kebaikan). De-ngan itu, dia mampu mempecundangi setan serta berhak menerima pahala dari Allah. Allah تعالى berfirman, ﴾ فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۚ ﴿ "Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah." (Asy-Syura: 40). ﴾ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِي بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدَٰوَةٞ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٞ 34 وَمَا يُلَقَّىٰهَآ ﴿ "Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan," maksudnya, tidaklah diberi taufik untuk bersifat luhur seperti ini, ﴾ إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٖ 35 ﴿ "Melainkan (kepada) orang-orang yang sabar, dan tidaklah dianu-gerahkan melainkan (kepada) orang-orang yang mempunyai keberun-tungan yang besar." (Fushshilat: 34-35). FirmanNya, ﴾ نَحۡنُ أَعۡلَمُ بِمَا يَصِفُونَ ﴿ "Dan Kami lebih mengetahui apa yang mereka bisikkan," yaitu ucapan-ucapan yang mereka lontarkan, berupa omongan-omongan yang memuat unsur kekufuran dan pendustaan kepada kebenaran. Sungguh ilmu Kami telah meliputi-nya. Kami telah lunak terhadap mereka, memberikan kesempatan bagi mereka serta menahan diri. Kebenaran milik Kami. Pendustaan mereka juga milik Kami. Engkau wahai Muhammad, sepatutnya bersabar atas lontaran yang keluar dari mulut mereka dan menyi-kapi mereka dengan tindakan baik. Inilah tugas seorang hamba dalam menyikapi orang yang telah berbuat tidak baik.
#
{97 ـ 98} وأما المسيء من الشياطين؛ فإنَّه لا يُفيد فيه الإحسانُ، ولا يدعو حِزْبَهُ إلاَّ لِيكونوا من أصحاب السعير؛ فالوظيفةُ في مقابلته أن يسترشِدَ بما أرشد الله إليه رسوله، فقال: {وقُل ربِّ أعوذُ بك}؛ [أي: أعتصم بحولك وقوَّتك متبرئًا من حولي وقوَّتي]، {من هَمَزات الشياطين. وأعوذُ بكَ ربِّ أن يحضُرونِ}؛ أي: أعوذُ بك من الشرِّ الذي يصيبُني بسبب مباشرتِهِم وهَمْزِهِم ومسِّهم، ومن الشرِّ الذي بسبب حضورِهِم ووسوستِهِم، وهذه استعاذةٌ من مادَّة الشرِّ كلِّه وأصله، ويدخُلُ فيه الاستعاذةُ من جميع نَزَغات الشيطان ومن مسِّه ووسوستِهِ؛ فإذا أعاذ اللهُ عبدَه من هذا الشرِّ، وأجاب دعاءَه؛ سَلِمَ من كلِّ شرٍّ، ووفِّقَ لكلِّ خير.
(97-98) Adapun bila pihak yang berbuat jahat berasal dari kalangan setan, sikap baik tidak berguna baginya. Tidaklah setan menyeru kelompoknya melainkan agar mereka menjadi penghuni Neraka Sa'ir. Strategi saat menghadapinya adalah, memohon pe-tunjuk dengan metode yang Allah ajarkan kepada RasulNya. Allah berfirman, ﴾ وَقُل رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ ﴿ "Dan katakanlah, 'Ya Rabbku, aku berlindung kepadaMu'." [Maksudnya aku memohon perlindungan dengan daya dan kekuatanMu, dengan berlepas diri dari daya dan kekuatanku]. ﴾ مِنۡ هَمَزَٰتِ ٱلشَّيَٰطِينِ 97 وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحۡضُرُونِ ﴿ "dari bisikan-bisikan setan dan aku berlindung kepadaMu ya Rabbku dari kedatangan mereka kepadaku," maksudnya, aku memohon perlindungan dari kejelekan yang menimpaku lantaran interaksi, bisikan dan pengaruh mereka, dan dari kejelekan yang muncul dari wujud dan tiupan was-was mereka. Ini merupakan permohonan perlindungan dari materi yang buruk secara keseluruhan dan sumbernya. Termasuk juga memohon per-lindungan dari bermacam godaan setan, yang berbentuk pengaruh dan tiupan was-wasnya. Bila Allah telah menjaga seorang hamba dari kejelekan ini dan menyambut doanya, maka dia selamat dari setiap kejelekan, dan memperoleh taufik untuk menjalankan ke-baikan.
Ayah: 99 - 100 #
{حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100)}.
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, 'Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan.' Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (Al-Mu`minun: 99-100).
#
{99 ـ 100} يخبرُ تعالى عن حال مَنْ حَضَرَهُ الموت من المفرِّطين الظَّالمين: أنَّه يندمُ في تلك الحال إذا رأى مآله، وشاهَدَ قُبْحَ أعماله، فيطلبُ الرجعة إلى الدنيا، لا للتمتُّع بلذَّاتها واقتطاف شَهَواتها، وإنَّما ذلك يقول: {لعلِّي أعملُ صالحاً فيما تركتُ}: من العمل وفرَّطْتُ في جَنْب الله. {كلاَّ}؛ أي: لا رجعةَ له ولا إمهالَ، قد قضى اللهُ أنَّهم إليها لا يُرْجَعون، {إنَّها}؛ أي: مقالتُه التي تمنَّى فيها الرجوعَ إلى الدُّنيا {كلمةٌ هو قائلُها}؛ أي: مجرد قول باللسانِ، لا يفيدُ صاحبَه إلاَّ الحسرةَ والندم، وهو أيضاً غير صادقٍ في ذلك؛ فإنَّه لَوْ رُدَّ لَعادَ لما نُهِيَ عنه. {ومن ورائِهِم برزخٌ إلى يوم يُبْعَثونَ}؛ أي: من أمامهم وبين أيديهم برزخٌ، وهو الحاجز بين الشيئين؛ فهو هنا الحاجزُ بين الدُّنيا والآخرة، وفي هذا البرزخ يتنعَّم المطيعونَ، ويعذَّبُ العاصونَ من موتِهِم إلى يوم يبعثونَ؛ أي: فَلْيَعُدُّوا له عُدَّتَهُ، وليأخذوا له أُهْبَتَهُ.
(99-100) Allah تعالى memberitahukan tentang kondisi orang-orang yang kedatangan ajalnya, dari kalangan orang-orang yang melalaikan kewajiban-kewajibannya (di dunia ini) lagi berbuat aniaya, bahwa dia merasa menyesal, saat menyaksikan tempat kesudahannya, melihat keburukan amalan-amalannya, hingga dia pun meminta untuk balik kembali ke dunia. Tujuannya bukan untuk menikmati kenikmatannya dan memenuhi nafsu-nafsu ke-inginannya, akan tetapi, dia mengatakan, ﴾ رَبِّ ٱرۡجِعُونِ 99 لَعَلِّيٓ أَعۡمَلُ صَٰلِحٗا فِيمَا تَرَكۡتُۚ ﴿ "Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan," yaitu amalan-amalan shalih yang kusepelekan di sisi Allah. ﴾ كـَلَّآۚ ﴿ "Sekali-kali tidak," tidak ada kesempatan untuk balik kembali dan tiada penundaan waktu (lagi). Allah sudah memutus-kan bahwa mereka tidak akan kembali lagi ke dunia. ﴾ إِنَّهَا ﴿ "Se-sungguhnya itu," maksudnya ucapan yang berisi harapannya untuk kembali ke alam dunia ﴾ كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَاۖ ﴿ "adalah perkataan yang diucapkan saja," hanya sekedar lontaran dengan mulut saja, tidak memberikan manfaat bagi pengucapnya kecuali kesedihan dan penyesalan. Begitu pula, dia sendiri sebenarnya tidak percaya pada pernyataan-nya. Sungguh, bila dia dikembalikan lagi ke kehidupan duniawi, niscaya dia pun kembali melanggar laranganNya. ﴾ وَمِن وَرَآئِهِم بَرۡزَخٌ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ ﴿ "Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." Maksudnya, di depan dan di ha-dapan mereka terdapat barzakh yaitu dinding penghalang untuk dua kehidupan; kehidupan dunia dan akhirat. Di barzakh ini (alam kubur), orang-orang yang taat (kepada Allah) akan menikmati keadaan yang nikmat. Sedangkan orang-orang yang bermaksiat akan didera siksa sejak kematian mereka sampai hari mereka di-bangkitkan. Maksudnya, hendaklah mereka mempersiapkan bekal dan mencari persiapan untuknya.
Ayah: 101 - 114 #
{فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ (101) فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (102) وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ (103) تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ (104) أَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ (105) قَالُوا رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَالِّينَ (106) رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْهَا فَإِنْ عُدْنَا فَإِنَّا ظَالِمُونَ (107) قَالَ اخْسَئُوا فِيهَا وَلَا تُكَلِّمُونِ (108) إِنَّهُ كَانَ فَرِيقٌ مِنْ عِبَادِي يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ (109) فَاتَّخَذْتُمُوهُمْ سِخْرِيًّا حَتَّى أَنْسَوْكُمْ ذِكْرِي وَكُنْتُمْ مِنْهُمْ تَضْحَكُونَ (110) إِنِّي جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَا صَبَرُوا أَنَّهُمْ هُمُ الْفَائِزُونَ (111) قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ (112) قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ (113) قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (114)}.
"Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam Neraka Jahanam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. Bukankah ayat-ayatKu telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendusta-kannya? Mereka berkata, 'Ya Rabb kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan dahulu kami orang-orang yang tersesat. Ya Rabb kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), maka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim.' Allah ber-firman, 'Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.' Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hambaKu berdoa (di dunia), 'Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat, dan Engkau ada-lah Pemberi rahmat Yang Paling Baik.' Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan dahulu kamu selalu menertawakan mereka, sesungguhnya Aku memberi balasan ke-pada mereka di hari ini karena kesabaran mereka, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang. Allah bertanya, 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi.' Mereka menjawab, 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakan-lah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu me-ngetahui'." (Al-Mu`minun: 101-114).
#
{101} يخبر تعالى عن هول يوم القيامةِ، وما في ذلك [اليوم] من المزعجاتِ والمقلقاتِ، وأنَّه إذا نُفِخَ في الصور نفخةُ البعث، فحُشِرَ الناس أجمعون، لميقاتِ يوم معلوم؛ أنَّه يُصيبهم من الهول ما يُنسيهم أنسابَهم التي هي أقوى الأسباب، فغير الأنساب من باب أولى، وأنَّه لا يسألُ أحدٌ أحداً عن حالِهِ؛ لاشتغالِهِ بنفسه؛ فلا يدري هل يَنْجو نجاةً لا شقاوةَ بعدَها أو يشقى شقاوةً لا سعادةَ بعدها؛ قال تعالى: {فإذا جاءتِ الصَّاخَّة. يوم يَفِرُّ المرءُ من أخيه وأمّه وأبيه. وصاحبتِهِ وبنيه. لكلِّ امرئٍ منهم يومئذٍ شأنٌ يُغنيه}.
(101) Allah تعالى mengabarkan mengenai kengerian Hari Kiamat, dan kejadian-kejadian yang memekakkan telinga dan men-debarkan hati [di hari itu], dan bahwa bila sudah ditiup sangkakala untuk tiupan kebangkitan, lalu orang-orang dihimpun secara kese-luruhan untuk pertemuan pada hari yang sudah ditentukan, maka Allah akan menimpakan kepada mereka rasa takut yang menye-babkan mereka melupakan pertalian nasab (yang merupakan faktor perekat hubungan yang paling kokoh), apalagi bentuk hubungan lainnya. Sungguh, tidak ada orang yang menanyakan kondisi orang lain lantaran kesibukan pribadinya, karena tidak tahu apakah ia akan selamat tanpa ada kesengsaraan setelahnya, atau akan men-jadi orang yang celaka tanpa ada unsur kebahagiaan sesudahnya. Allah berfirman, ﴾ فَإِذَا جَآءَتِ ٱلصَّآخَّةُ 33 يَوۡمَ يَفِرُّ ٱلۡمَرۡءُ مِنۡ أَخِيهِ 34 وَأُمِّهِۦ وَأَبِيهِ 35 وَصَٰحِبَتِهِۦ وَبَنِيهِ 36 لِكُلِّ ٱمۡرِيٕٖ مِّنۡهُمۡ يَوۡمَئِذٖ شَأۡنٞ يُغۡنِيهِ 37 ﴿ "Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya; dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya." (Abasa: 33-37).
#
{102} وفي القيامة مواضعُ يشتدُّ كربُها ويعظُمُ وقْعُها؛ كالميزان الذي يُمَيَّزُ به أعمالُ العبدِ، ويُنْظَرُ فيه بالعدل ما له وما عليه، وتَبين فيه مثاقيلُ الذَّرِّ من الخيرِ والشر. {فَمَنْ ثَقُلَتْ موازينُهُ}: بأن رَجَحَتْ حسناتُه على سيئاته؛ {فأولئك هم المفلحونَ}: لنجاتِهِم من النار، واستحقاقِهِم الجنَّة، وفوزِهم بالثناء الجميل.
(102) Pada Hari Kiamat, terdapat momen-momen yang ke-sengsaraannya begitu dahsyat dan pengaruhnya sangat berat dira-sakan. Misalnya, mizan (alat timbangan) yang diperuntukkan untuk membedakan amalan-amalan seorang hamba, dan berdasarkan asas keadilan, dimonitorlah amalannya yang akan membantunya dan merugikannya, serta akan menjadi jelas timbangan kebaikan dan keburukan seberat biji sawi sekalipun. ﴾ فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ ﴿ "Barang-siapa yang berat timbangan (kebaikannya)," maksudnya kebaikan-kebaikannya lebih dominan daripada amalan-amalan buruknya, ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ﴿ "maka mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan," lantaran mereka selamat dari api neraka, dan ber-hak mendapatkan surga, serta menggenggam kemenangan dengan mendapat pujian yang baik.
#
{103} {ومَنْ خَفَّتْ موازينُهُ}: بأن رَجَحَتْ سيئاتُه على حسناتِهِ وأحاطتْ بها خطيئاتُهُ؛ {فأولئك الذين خَسِروا أنْفُسَهم}: كلُّ خسارةٍ غير هذه الخسارةِ؛ فإنَّها بالنسبة إليها سهلةٌ، ولكن هذه خسارةٌ صعبةٌ؛ لا يُجْبَرُ مُصابها، ولا يُسْتَدْرَكُ فائِتُها؛ خسارةٌ أبديَّة وشقاوةٌ سرمديَّة، قد خسر نفسَه الشريفة التي يتمكَّن بها من السعادة الأبديَّة، ففوَّتها هذا النعيم المقيم في جوار الربِّ الكريم. {في جهنَّمَ خالدونَ}: لا يخرُجون منها أبدَ الآبدينَ، وهذا الوعيد إنَّما هو ـ كما ذكرنا ـ لمن أحاطَتْ خطيئاتُهُ بحسناتِهِ، ولا يكون ذلك إلاَّ كافراً؛ فعلى هذا لا يُحاسَبُ محاسبةَ من توزَنُ حسناتُه وسيئاتُه؛ فإنَّهم لا حسنات لهم، ولكن تعدُّ أعمالُهم وتُحصى، فيوقَفون عليها، ويقرَّرون بها، ويُخْزَوْن بها. وأمَّا مَنْ مَعَهُ أصلُ الإيمان، ولكنْ عَظُمَتْ سيئاتُه، فرجَحَتْ على حسناتِهِ؛ فإنَّه وإن دَخَلَ النار؛ لا يَخْلُدُ فيها كما دلَّت على ذلك نصوص الكتاب والسنة.
(103) ﴾ وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ ﴿ "Dan barangsiapa yang ringan timbang-annya," maksudnya timbangan amalan-amalan buruknya lebih berat dari kebaikan-kebaikannya dan kesalahan-kesalahannya meling-kupinya, ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ﴿ "maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri," segala kerugian selain kerugian ini adalah sepele, bila dibandingkan dengan kerugian itu. Akan tetapi kerugian itu benar-benar berat. Akibat buruknya tidak bisa ditang-gulangi dan kebaikan yang lenyap tidak bisa dikejar lagi, sebuah kerugian yang abadi, dan kesengsaraan selama-lamanya. Sungguh dia telah merugikan jiwanya yang mulia yang seharusnya dia bisa meraih kebahagiaan yang abadi dengannya. Namun dia melewat-kan kenikmatan yang abadi ini bagi dirinya di sisi Rabb Yang Mahamulia. ﴾ فِي جَهَنَّمَ خَٰلِدُونَ ﴿ "Mereka kekal di dalam Neraka Jahanam." Mereka tidak bisa beranjak keluar darinya selamanya. Ancaman ini, –seperti yang sudah kami terangkan– hanyalah tertuju kepada orang-orang yang dosa-dosanya telah meliputi segala kebaikannya, dan hal itu tidak terjadi kecuali pada orang kafir. Atas dasar ini, mereka tidak menjalani perhitungan amalan sebagaimana orang-orang (pada umumnya) yang kebaikan dan kejelekannya ditim-bang. Sebab, sungguh tidak ada kebaikan pun bagi mereka. Akan tetapi, amalan mereka diperhitungkan dan dibilang, lalu mereka ditempatkan di hadapannya, tujuannya untuk dimintai pengakuan dan dihinakan dengannya. Adapun orang-orang yang masih mempunyai dasar keimanan, namun amalan-amalan buruknya begitu banyak, hingga menga-lahkan timbangan amalan kebaikannya, maka dia meskipun masuk ke dalam neraka, tidak akan kekal di dalamnya, sebagaimana di-tunjukkan oleh dalil-dalil al-Kitab dan as-Sunnah.
#
{104} ثم ذَكَرَ تعالى سوءَ مصير الكافرين، فقال: {تَلْفَحُ وجوهَهُم النارُ}؛ أي: تغشاهم من جميع جوانِبِهم، حتى تصيبَ أعضاءهم الشريفةَ، ويتقطَّع لهبُها عن وجوههم، {وهم فيها كالِحونَ}: قد عَبَسَتْ وجوهُهم وقَلَصَتْ شفاهُهم، من شدَّة ما هم فيه، وعظيم ما يَلْقَوْنَه.
(104) Berikutnya, Allah تعالى memberitahukan tentang buruk-nya tempat kesudahan orang-orang kafir. Allah berfirman,﴾ تَلۡفَحُ وُجُوهَهُمُ ٱلنَّارُ ﴿ "Muka mereka dibakar api neraka," maksudnya, api neraka menutupi mereka dari segala penjuru, sehingga mendera anggota-anggota tubuh mereka yang mulia, dan kobarannya mengoyak-oyak wajah-wajah mereka ﴾ وَهُمۡ فِيهَا كَٰلِحُونَ ﴿ "dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat," rona-rona muka mereka masam dan bibir-bibir mereka menyusut kering, karena dahsyatnya keadaan yang mengitari mereka dan beratnya kejadian yang mereka hadapi.
#
{105} فيُقالُ لهم توبيخاً ولوماً: {ألم تَكُنْ آياتي تُتْلى عليكم}: تُدْعَون بها لِتؤمنوا وتُعْرَضُ عليكم لِتَنْظُروا؛ {فكنتم بها تكذِّبونَ}: ظلماً منكم وعناداً، وهي آياتٌ بيناتٌ، دالاَّتٌ على الحقِّ والباطل، مبيِّناتٌ للمحقِّ والمبطل؟!
(105) Maka dilontarkan kepada mereka pertanyaan untuk memburukkan dan mencela mereka, ﴾ أَلَمۡ تَكُنۡ ءَايَٰتِي تُتۡلَىٰ عَلَيۡكُمۡ ﴿ "Bukankah ayat-ayatKu telah dibacakan kepadamu sekalian." Kalian diseru dengan-nya, supaya beriman dan ditawarkan kepada kalian agar kalian mau mencermatinya, ﴾ فَكُنتُم بِهَا تُكَذِّبُونَ ﴿ "tetapi kamu selalu mendusta-kannya," karena sikap aniaya dan penentanganmu. Padahal itu merupakan ayat-ayat yang nyata, yang menunjukkan kepada ke-benaran dan kebatilan, menerangkan perkara-perkara yang lurus dan yang batil?
#
{106} فحينئذٍ أقرُّوا بظلمهم حيث لا ينفع الإقرار: {قالوا ربَّنا غَلَبَتْ عَلَيْنا شِقْوَتُنا}؛ أي: غلبت علينا الشَّقاوة الناشئةُ عن الظُّلم والإعراض عن الحقِّ والإقبال على ما يضرُّ وتركِ ما ينفعُ، {وكنَّا قوماً ضالِّين}: في عملهم، وإن كانوا يَدْرون أنَّهم ظالمون؛ أي: فعلنا في الدُّنيا فعلَ التائِهِ الضالِّ السفيهِ؛ كما قالوا في الآية الأخرى: {وقالوا لو كُنَّا نَسْمَعُ أو نَعْقِلُ ما كُنَّا في أصحابِ السَّعير}.
(106) Saat itulah mereka menyampaikan pengakuan atas tindakan aniaya, yang mana pengakuan itu sudah tidak lagi ber-guna ﴾ قَالُواْ رَبَّنَا غَلَبَتۡ عَلَيۡنَا شِقۡوَتُنَا ﴿ "Mereka berkata, 'Ya Rabb kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami'." Maksudnya, kejahatan yang muncul dari ulah aniaya dan berpaling dari kebenaran dan menyambut yang berbahaya dan meninggalkan perkara yang bermanfaat, (sikap ini) telah mendominasi kami ﴾ وَكُنَّا قَوۡمٗا ضَآلِّينَ ﴿ "dan dahulu kami orang-orang yang tersesat," dalam amalan mereka. Walaupun me-reka telah mengetahui bahwa diri mereka berbuat zhalim. Artinya, kami mengerjakan perbuatan-perbuatan di dunia sebagaimana tindakan orang yang salah jalan, sesat lagi bodoh, sebagaimana yang mereka nyatakan dalam ayat lain, ﴾ وَقَالُواْ لَوۡ كُنَّا نَسۡمَعُ أَوۡ نَعۡقِلُ مَا كُنَّا فِيٓ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ 10 ﴿ "Dan mereka berkata, 'Sekiranya kami mendengarkan atau memi-kirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-peng-huni neraka yang menyala-nyala'." (Al-Mulk: 10).
#
{107} {ربَّنا أخْرِجْنا منها فإنْ عُدْنا فإنَّا ظالِمونَ}: وهم كاذِبون في وعدِهم هذا؛ فإنَّهم كما قال تعالى: {لو رُدُّوا لَعادوا لما نُهوا عنه}، ولم يُبْقِ الله لهم حجَّة، بل قطع أعذارَهم، وعَمَّرَهم في الدُّنيا ما يتذكَّر فيه من تذكَّر ، ويرتدِعُ فيه المجرمُ.
(107) ﴾ رَبَّنَآ أَخۡرِجۡنَا مِنۡهَا فَإِنۡ عُدۡنَا فَإِنَّا ظَٰلِمُونَ ﴿ "Ya Rabb kami, keluar-kanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), maka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim," mereka pun berbohong pada janji ini. Mereka itu, (tabiatnya) sebagaimana Firman Allah تعالى, ﴾ وَلَوۡ رُدُّواْ لَعَادُواْ لِمَا نُهُواْ عَنۡهُ ﴿ "Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya." (Al-An'am: 28)," maka Allah tidak menyisakan dalih apa pun bagi mereka dan lang-sung memangkas alasan-alasan mereka. Dia telah memberikan umur panjang kepada mereka di dunia, (waktu) yang bisa membuat orang sadar dan orang jahat menjadi jera.
#
{108} فقال الله جواباً لسؤالهم: {اخسؤوا فيها ولا تُكَلِّمونِ}: وهذا القول ـ نسألُه تعالى العافيةَ ـ أعظمُ قول على الإطلاق يسمعهُ المجرِمون في التخييبِ والتوبيخ والذُّلِّ والخسارِ والتأييس من كلِّ خيرٍ والبُشرى بكل شرٍّ، وهذا الكلام والغضب من الربِّ الرحيم أشدُّ عليهم، وأبلغُ في نِكايتهم من عذاب الجحيم.
(108) Allah berfirman untuk menjawab permintaan me-reka, ﴾ ٱخۡسَـُٔواْ فِيهَا وَلَا تُكَلِّمُونِ ﴿ "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku." Ucapan ini –semoga Allah memberikan kita sekalian keselamatan dari neraka– merupakan perkataan yang paling berat secara mutlak yang didengar oleh orang-orang yang telah berbuat jahat untuk meluluhlantakkan harapan dan memburuk-burukkan mereka, menghinakan dan membuat rugi dan memutuskan asa mereka dari setiap kebaikan, dan merupakan kabar gembira datangnya setiap kejelekan. Per-kataan dan kemarahan dari Rabb Yang Maha Penyayang menjadi perkataan paling berat bagi mereka dan paling membekas untuk menyiksa mereka di azab Neraka Jahim.
#
{109} ثم ذكر الحال التي أوصلَتْهم إلى العذاب وقَطَعَتْ عنهم الرحمةَ، فقال: {إنَّه كان فريقٌ من عبادي يقولونَ ربَّنا آمنَّا فاغْفِرْ لنا وارْحَمْنا وأنتَ خيرُ الراحمينَ}: فجمعوا بين الإيمان المقتضي لأعمالِهِ الصالحة، والدُّعاء لربِّهم بالمغفرة والرحمة، والتوسُّل إليه بربوبيَّته ومنَّته عليهم بالإيمان، والإخبار بسعةِ رحمتِهِ وعموم إحسانِهِ، وفي ضمنِهِ ما يدلُّ على خضوعهم وخشوعهم وانكسارِهم لربِّهم وخوفهم ورجائهم؛ فهؤلاءِ ساداتُ الناس وفضلاؤهم.
(109) Selanjutnya, Allah menceritakan kondisi yang menye-ret mereka kepada siksa dan menghentikan curahan rahmat Allah dari mereka. Allah berfirman, ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ فَرِيقٞ مِّنۡ عِبَادِي يَقُولُونَ رَبَّنَآ ءَامَنَّا فَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَا وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلرَّٰحِمِينَ ﴿ "Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hambaKu berdoa (di dunia), 'Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik'." Orang-orang itu telah menggabungkan antara ke-imanan yang menuntut amalan-amalan baik dan pemanjatan doa kepada Rabb mereka untuk mendapatkan ampunan, rahmat dan perantaraan (tawasul) kepadaNya melalui keyakinan terhadap rububiyah Allah dan anugerahNya bagi mereka berupa iman serta pemberitahuan betapa luasnya rahmat dan meratanya curahan ke-baikanNya. Dalam ucapan mereka ini terkandung penjelasan yang menunjukkan ketundukan, kekhusyuan, ketidakberdayaan mereka dan rasa takut serta harapan mereka kepada Rabb mereka. Mereka itu adalah para pembesar dan tokoh-tokoh dari kalangan umat manusia.
#
{110} {فاتَّخَذْتُموهم}: أيُّها الكفرةُ الأنذالُ ناقصو العقول والأحلام، {سِخْرِيًّا}: تهزؤون بهم وتحتقرونهم حتى اشتغلتُم بذكر السَّفه، {حتى أنْسَوْكُم ذِكْري وكنتم منهم تَضْحَكونَ}: وهذا الذي أوجبَ لهم نسيان الذِّكر اشتغالُهم بالاستهزاء بهم؛ كما أنَّ نسيانهم للذِّكر يحثُّهم على الاستهزاء؛ فكلٌّ من الأمرين يمدُّ الآخر؛ فهل فوق هذه الجرأة جرأة؟!
(110) ﴾ فَٱتَّخَذۡتُمُوهُمۡ ﴿ "Lalu kamu menjadikan mereka," wahai orang-orang kafir yang nista lagi kerdil akal-akal dan pikiran-pikirannya ﴾ سِخۡرِيًّا ﴿ "buah ejekan." Kalian mengejek dan mengolok-olok mereka hingga kalian sibuk dengan ucapan-ucapan yang tolol. ﴾ حَتَّىٰٓ أَنسَوۡكُمۡ ذِكۡرِي وَكُنتُم مِّنۡهُمۡ تَضۡحَكُونَ ﴿ "Sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku." Inilah faktor penyebab me-reka lupa mengingat Allah; yaitu kesibukan mereka melancarkan olokan kepada orang-orang yang baik itu, sebagaimana halnya kelalaian mereka dari mengingat Allah memicu mereka untuk me-lontarkan ejekan. Masing-masing kejadian ini saling mendukung. Apakah ada sikap kesembronoan yang lebih fatal dari ini?
#
{111} {إنِّي جزيتُهُمُ اليومَ بما صَبَروا}: على طاعتي وعلى أذاكم حتى وصلوا إليَّ {أنَّهم هُمُ الفائزونَ}: بالنعيم المقيم والنَّجاة من الجحيم؛ كما قال في الآية الأخرى: {فاليومَ الذين آمنوا من الكُفَّارِ يَضْحَكونَ ... } الآيات.
(111) ﴾ إِنِّي جَزَيۡتُهُمُ ٱلۡيَوۡمَ بِمَا صَبَرُوٓاْ ﴿ "Sesungguhnya Aku memberi ba-lasan kepada mereka di hari ini karena kesabaran mereka," atas ketaatan kepadaku dan gangguan yang kalian lancarkan (kepada mereka) hingga mereka berhasil sampai kepadaKu. ﴾ أَنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ﴿ "Sesung-guhnya mereka itulah orang-orang yang menang," berhasil meraih ke-nikmatan yang lestari dan keselamatan dari Neraka Jahim. Seba-gaimana Allah berfirman dalam ayat lain, ﴾ فَٱلۡيَوۡمَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنَ ٱلۡكُفَّارِ يَضۡحَكُونَ 34 ﴿ "Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir." (Al-Muthaffifin: 34)
#
{112 ـ 114} {قال} لهم على وجهِ اللَّوم وأنَّهم سفهاءُ الأحلام حيث اكْتَسَبوا في هذه المدَّة اليسيرةِ كلَّ شرٍّ أوصَلَهم إلى غضبِهِ وعقوبتِهِ، ولم يكتَسِبوا ما اكْتَسَبَه المؤمنون من الخير الذي يوصِلُهم إلى السعادة الدائمة ورضوان ربِّهم: {كم لَبِثْتُم في الأرضِ عددَ سنينَ. قالوا لَبِثْنا يوماً أو بعضَ يوم}: كلامُهم هذا مبنيٌّ على استقصارِهم جدًّا لمدَّة مُكْثِهِم في الدُّنيا، وأفاد ذلك، لكنَّه لا يفيدُ مقدارَه ولا يُعَيِّنُه؛ فلهذا قالوا: {فاسألِ العادِّينَ}؛ أي: الضابطين لعددِهِ، وأمَّا هم؛ ففي شغل شاغل وعذاب مذهل عن معرفةِ عددِهِ. فقال لهم: {إن لبثتم إلاَّ قليلاً}: سواء عيَّنْتُم عدَدَه أم لا، {لو أنكم كنتُم تعلمونَ}.
(112-114) ﴾ قَٰلَ ﴿ "Allah bertanya" dalam rangka untuk men-cela dan menetapkan bahwasanya mereka itu orang-orang yang dungu, dalam waktu yang sejenak saja mereka sudah membuku-kan setiap kejelekan yang mendorong mereka menuju kemurkaan dan hukumanNya. Mereka tidak menghasilkan kebaikan yang di-peroleh oleh kaum Mukminin yang mengantarkan mereka menuju kebahagiaan abadi dan keridhaan Rabb mereka, ﴾ كَمۡ لَبِثۡتُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ عَدَدَ سِنِينَ 112 قَالُواْ لَبِثۡنَا يَوۡمًا أَوۡ بَعۡضَ يَوۡمٖ ﴿ "berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari." Jawaban mereka ini berlandaskan pada anggapan mereka begitu pendeknya masa tinggal mereka di dunia. Pernyataan ini sudah memperlihatkan sebuah manfaat. Akan tetapi, tidak menun-jukkan kadar sebenarnya dan tidak menentukannya. Karena itu, mereka berkata, ﴾ فَسۡـَٔلِ ٱلۡعَآدِّينَ ﴿ "Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung," yaitu orang-orang yang benar-benar menguasai hitungannya. Adapun mereka, berada dalam kesibukan yang sangat merepotkan dan siksa yang melupakan tentang hitungannya. Maka Allah berkata kepada mereka, ﴾ إِن لَّبِثۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلٗاۖ ﴿ "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja," baik kalian telah menetapkan jang-kanya atau tidak ﴾ لَّوۡ أَنَّكُمۡ كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ﴿ "kalau kamu mengetahui."
Ayah: 115 - 116 #
{أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ (116)}.
"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Rabb (Yang Mempunyai) Arasy yang mulia." (Al-Mu`minun: 115-116).
#
{115 ـ 116} أي: {أفحَسِبْتُم} أيُّها الخلقُ، {أنَّما خَلَقْناكم عَبَثاً}؛ أي: سدىً وباطلاً تأكلون وتشربون وتمرَحون وتتمتَّعون بَلذَّات الدُّنيا ونتركُكم لا نأمُرُكم ولا ننهاكم ولا نُثيبكم ونعاقبكم، ولهذا قال: {وأنَّكم إلينا لا تُرْجَعونَ}؟ لا يَخْطُر هذا ببالكم. {فتعالى اللهُ}؛ أي: تعاظمَ وارتفعَ عن هذا الظنِّ الباطل الذي يرجِع إلى القدح في حكمته، {المَلكُ الحقُّ لا إله إلاَّ هو ربُّ العرش العظيم}: فكونُهُ ملكاً للخلق كلِّهم حقًّا في صدقِهِ ووعدِهِ [و] وعيدِهِ مألوهاً معبوداً لما له من الكمال ربَّ العرش العظيم فما دونه من باب أولى يمنَعُ أن يَخْلُقَكم عَبَثاً.
(115) Maksudnya, ﴾ أَفَحَسِبۡتُمۡ ﴿ "Maka apakah kamu mengira," wahai makhluk, ﴾ أَنَّمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ عَبَثٗا ﴿ "bahwa sesungguhnya Kami men-ciptakan kamu secara main-main (saja)," yaitu sia-sia dan batil, kalian makan dan minum, berjalan dan menikmati kelezatan dunia, se-mentara Kami membiarkan kalian tanpa memerintah dan melarang, tanpa memberi pahala dan hukuman. Oleh karena itu, Dia ber-firman, ﴾ وَأَنَّكُمۡ إِلَيۡنَا لَا تُرۡجَعُونَ ﴿ "Dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami." Hal ini tidak terbetik di dalam hatimu. (116) فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ﴿ "Maka Mahatinggi Allah," maksudnya, Mahaagung dan Mahatinggi dari dugaan batil ini yang (berujung) kembali kepada celaan di dalam hikmahNya.﴾ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡكَرِيمِ ﴿ "Raja Yang Sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Rabb (Yang mempunyai) Arasy yang mulia." KedudukanNya sebagai Raja bagi seluruh makhluk, yang benar di dalam kejujuran, janji, [dan] ancamanNya, sebagai sesembahan karena kesempurnaan yang dimilikiNya, sebagai Rabb dari Arasy yang mulia dan segala sesuatu yang di bawahnya, termasuk bab yang paling utama, yaitu tercegah menciptakanmu dalam keadaan sia-sia.
Ayah: 117 - 118 #
{وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ (117) وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ (118)}.
"Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. Dan katakanlah, 'Ya Rabbku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik'." (Al-Mu`minun: 117-118).
#
{117} أي: ومن دعا مع الله آلهةً غيره بلا بيِّنة من أمرِهِ ولا برهانٍ على ذلك يدلُّ على ما ذهب إليه، وهذا قيدٌ ملازمٌ؛ فكلُّ مَن دعا غير الله؛ فليس له برهانٌ على ذلك، بل دلَّت البراهينُ على بطلانِ ما ذهبَ إليه، فأعرض عنها ظلماً وعناداً؛ فهذا سيقدُمُ على ربِّه فيجازيه بأعمالِهِ ولا ينيلُه من الفلاح شيئاً؛ لأنه كافر، {إنَّه لا يفلحُ الكافرونَ}: فكفرُهم منعهم من الفلاح.
(117) Maksudnya, dan barangsiapa menyembah tuhan lain bersama Allah tanpa ada bukti dari perintahNya dan tanpa ada petunjuk atas hal tersebut, maka ini menunjukkan atas sikap (syirik) yang mana dia berpegang teguh padanya. Ini adalah aturan yang melazimkan (syirik). Maka setiap orang yang menyembah tuhan selain Allah, lalu dia tidak mendapatkan petunjuk atas hal tersebut, bahkan bukti petunjuk itu menunjukkan kepada kebatilan sikap (syirik) yang dia pegang teguh, lalu dia berpaling darinya karena zhalim dan keras kepala, maka orang ini akan menghadap Rabb-nya, lalu Dia memberikan balasan atas perbuatannya. Dia tidak akan memberikan kepadanya keberuntungan sedikit pun, karena dia telah kafir. ﴾ إِنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلۡكَٰفِرُونَ ﴿ "Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung." Kekafiran itu mencegah mereka dari keberun-tungan.
#
{118} {وقل}: داعياً لربِّك مخلصاً له الدين: {ربِّ اغْفِرْ}: لنا حتى تُنْجِيَنا من المكروه، وارحَمْنا لتوصِلَنا برحمتك إلى كلِّ خير. {وأنت خيرُ الراحمين}: فكلُّ راحم للعبدِ؛ فالله خيرٌ له منه، أرحمُ بعبدِهِ من الوالدة بولدِها، وأرحمُ به من نفسه.
(118) ﴾ وَقُل ﴿ "Dan katakanlah" untuk menyembah Rabbmu dengan ikhlas kepada agama Islam, ﴾ رَّبِّ ٱغۡفِرۡ ﴿ "Ya Rabbku, berilah ampun" untuk kami hingga Engkau menyelamatkan kami dari (neraka) yang dibenci, dan berilah kami rahmat agar Engkau me-nyampaikan kami kepada segala kebaikan dengan rahmatMu. ﴾ وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلرَّٰحِمِينَ ﴿ "Dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik." Sehingga segala pemberi rahmat bagi hamba, maka Allah-lah yang lebih baik darinya untuk hamba, lebih memberi rahmat terhadap hambaNya daripada seorang ibu kepada anaknya, serta lebih memberi rahmat kepada dirinya daripada dirinya sendiri.
Selesailah surat al-Mu`minun karena keutamaan dan ihsan-Nya.