TAFSIR SURAT AL-ANBIYA`
( Para Nabi )
TAFSIR SURAT AL-ANBIYA`
( Para Nabi )
Makkiyah
{اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ (1) مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ (2) لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا هَلْ هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ (3) قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (4)}.
"Telah dekat kepada manusia
(hari) penghitungan segala amal-an mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling
(dari padanya). Tidaklah datang kepada mereka suatu ayat al-Qur`an pun yang baru
(diturunkan) dari Rabb mereka, melainkan mereka mendengarnya dalam keadaan mereka bermain-main,
(lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang zhalim itu merahasiakan pembicaraan mereka, 'Tidaklah orang ini melain-kan hanya seorang manusia
(jua) seperti kamu, maka apakah kamu menerima sihir itu, padahal kamu menyaksikannya.' Muhammad berkata
(kepada mereka), 'Rabbku mengetahui
(semua) perkataan di langit dan bumi, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui'."
(Al-Anbiya`: 1-4).
#
{1} هذا تعجُّبٌ من حالة الناس، وأنَّهم لا يَنْجَعُ فيهم تذكيرٌ، ولا يَرْعَوونَ إلى نذيرٍ، وأنَّهم قد قرب حسابهم ومجازاتهم على أعمالهم الصالحة والطالحة، والحال أنهم {في غفلةٍ معرضون}؛ أي: غفلة عمَّا خُلِقوا له، وإعراض عما زُجِروا به، كأنَّهم للدُّنيا خُلقوا، وللتمتُّع بها ولدوا، وأنَّ الله تعالى لا يزال يجدِّد لهم التَّذكير والوعظ، ولا يزالون في غفلتهم وإعراضهم.
(1) Ini adalah bentuk keheranan terhadap kondisi manusia. Mereka itu, tidak mempan dengan peringatan, dan tidak mau men-dekat kepada pemberi peringatan. Padahal sebenarnya sudah dekat masa perhitungan amalan dan pembalasan bagi mereka atas amal-an mereka yang baik ataupun buruk. Ternyata mereka berada dalam keadaan, ﴾ فِي غَفۡلَةٖ مُّعۡرِضُونَ 1 ﴿ " kelalaian lagi berpaling
(dari padanya)," maksudnya lalai dari tujuan penciptaannya, dan berpaling dari peringatan yang disampaikan kepada mereka. Seolah-olah mereka tercipta
(semata-mata) untuk dunia saja, dan dilahirkan hanya untuk bersenang-senang saja. Sementara itu, Allah masih senantiasa mem-perbarui peringatan dan nasihat terhadap mereka, namun mereka masih saja dalam kondisi lalai dan berpaling.
#
{2} ولهذا قال: {ما يأتيهم من ذكرٍ من ربِّهم محدَثٍ}: يذكِّرهم ما ينفعهم ويحثُّهم عليه، وما يضرهم ويرهبهم منه. {إلاَّ استمعوهُ}: سماعاً تقوم عليهم به الحجَّة، {وهم يلعبونَ}.
(2) Oleh karenanya, Allah berfirman, ﴾ مَا يَأۡتِيهِم مِّن ذِكۡرٖ مِّن رَّبِّهِم مُّحۡدَثٍ
﴿ "Tidaklah datang kepada mereka suatu ayat al-Qur`an pun yang baru (diturunkan) dari Rabb mereka," yang mengingatkan mereka ten-tang hal-hal yang (nantinya) bermanfaat bagi mereka dan mengajak kepadanya, (serta mengingatkan mereka) dari hal-hal yang memba-hayakan mereka dan menakut-nakuti mereka dengannya, ﴾ إِلَّا ٱسۡتَمَعُوهُ
﴿ "melainkan mereka mendengarkannya," dengan cara mendengar yang bisa dijadikan dasar tegaknya hujjah atas mereka ﴾ وَهُمۡ يَلۡعَبُونَ 2 ﴿ " da-lam keadaan bermain-main."
#
{3} {لاهيةً قلوبُهم}؛ أي: قلوبهم غافلةٌ معرضةٌ لاهيةٌ بمطالبها الدُّنيوية، وأبدانُهم لاعبةٌ، قد اشتغلوا بتناول الشهوات والعمل بالباطل والأقوال الرديَّة، مع أن الذي ينبغي لهم أن يكونوا بغير هذه الصفة؛ تُقْبِل قلوبُهم على أمر الله ونهيه، وتستمعه استماعاً تفقه المراد منه، وتسعى جوارحهم في عبادة ربِّهم التي خلقوا لأجلها، ويجعلون القيامةَ والحسابَ والجزاء منهم على بال؛ فبذلك يتمُّ لهم أمرُهم وتستقيمُ أحوالُهم وتزكو أعمالُهم. وفي معنى قوله: {اقتربَ للناس حسابُهم}: قولان:
أحدُهما: أنَّ هذه الأمَّة هي آخر الأمم، ورسولُها آخرُ الرسل، وعلى أمته تقوم الساعةُ؛ فقد قَرُبَ الحساب منها بالنسبة لما قبلها من الأمم؛ لقوله - صلى الله عليه وسلم -: «بُعِثْتُ أنا والساعة كهاتين»؛ وقرن بين إصبعيه السبابة والتي تليها.
والقول الثاني: أنَّ المراد بقُرب الحساب الموتُ، وأنَّ مَنْ مات قامتْ قيامتُه ودخل في دار الجزاء على الأعمال، وأن هذا تعجُّب من كلِّ غافل معرض لا يدري متى يفجؤه الموتُ صباحاً أو مساء؛ فهذه حالة الناس كلِّهم؛ إلاَّ من أدركته العناية الربانيَّة، فاستعدَّ للموت وما بعده.
ثم ذكر ما يتناجى به الكافرون الظالمون على وجه العناد ومقابلة الحقِّ بالباطل، وأنهم تناجَوْا وتواطؤوا فيما بينهم أن يقولوا في الرسول - صلى الله عليه وسلم -: إنَّه بشرٌ مثلكم؛ فما الذي فضَّله عليكم وخصَّه من بينكم؟! فلو ادَّعى أحدٌ منكم مثل دعواه؛ لكان قولُه من جنس قوله، ولكنَّه يريد أن يتفضَّل عليكم ويرأس فيكم؛ فلا تطيعوهُ ولا تصدِّقوه، وإنَّه ساحرٌ، وما جاء به من القرآن سحرٌ؛ فانفروا عنه ونفِّروا الناس، وقولوا: {أفتأتونَ السِّحْرَ وأنتُم تبصِرونَ}: هذا وهم يعلمون أنَّه رسولُ الله حقًّا بما يشاهدون من الآيات الباهرة ما لم يشاهدْ غيرهم، ولكنْ حملهم على ذلك الشقاء والظُّلم والعناد.
(3) ﴾ لَاهِيَةٗ قُلُوبُهُمۡۗ
﴿ "(Lagi) hati mereka dalam keadaan lalai," mak-sudnya hati mereka lalai, berpaling, dan terbuai dengan orientasi-orientasi keduniaan. Fisik-fisik mereka hanya bermain-main. Mereka larut dengan pemenuhan syahwat dan praktik kebatilan, serta per-kataan-perkataan yang picisan. Padahal, seyogyanya mereka tidak bersifat demikian; misalnya hati mereka menyambut perintah dan larangan Allah, mendengarkanNya dengan cara yang menjadikan-nya memahami maksudNya. Anggota-anggota tubuhnya bergerak untuk menjalankan ibadah yang menjadi tujuan penciptaan diri mereka. Dan sepatutnya pula, mereka menempatkan Hari Kiamat, perhitungan amalan dan pembalasannya di benak-benak mereka. Dengan itulah nanti, urusan mereka menjadi sempurna, kondisi mereka semakin lurus dan amalan mereka menjadi bersih. Tentang makna Firman Allah ﴾ ٱقۡتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمۡ
﴿ "Telah dekat kepada manusia (hari) penghitungan segala amalan mereka," (Al-Anbiya`: 1), terdapat dua pendapat:
Pendapat pertama:
Umat ini (umat Islam) merupakan umat yang paling terakhir. RasulNya pun rasul yang terakhir. Hari Kiamat akan terjadi pada umat beliau. (Karena itu), sungguh Hari Kiamat telah dekat dengan mereka dibandingkan dengan umat-umat sebelumnya. Berdasarkan sabda Nabi,
بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ.
"Saya diutus (menjadi rasul) bersamaan (datangnya) Hari Kiamat, seperti dua jari ini."
Beliau menyandingkan jari telunjuknya dengan jari yang ber-ada di sampingnya (jari tengah).[1]
Pendapat kedua:
Yang dimaksud dengan dekatnya Hari Hisab (perhitungan amalan) adalah kematian. Bahwa orang yang meninggal, maka Kiamat sudah terjadi baginya, dan dia memasuki kampung pem-balasan atas amalan-amalannya. Ayat ini merupakan ungkapan keheranan terhadap orang yang terbuai dan berpaling, dia tidak tahu, kapan kematian mengagetkannya, pagi atau siang. Demikian ini kondisi orang-orang secara keseluruhan, kecuali orang-orang yang terlimpahi perhatian ilahi, maka dia mempersiapkan diri untuk kematian dan tahapan hidup selanjutnya.
Selanjutnya, Allah menceritakan tentang topik yang dibahas oleh kaum kafir dan orang-orang yang zhalim secara sembunyi-sembunyi dalam rangka menentang dan melawan kebenaran dengan kebatilan. Mereka itu menjalin kesepakatan di antara mereka untuk melontarkan komentar tentang rasul, "Sesungguhnya dia adalah manusia biasa layaknya kalian. Maka, apakah yang menyebabkan-nya lebih utama dan lebih istimewa dari pada kalian? Seandainya ada salah seorang dari kalian mengklaim seperti pengakuannya, niscaya ungkapannya adalah sejenis dengan ungkapan Rasulullah. Namun, (dia melakukan hal itu) lantaran ingin lebih tinggi dari kalian dan menjadi pimpinan atas kalian. Oleh karenanya, jangan-lah kalian menaatinya dan jangan pula mempercayainya. Ia adalah tukang sihir. Dan al-Qur`an yang dia bawa merupakan sihir juga. Larilah darinya, serta jauhkan orang-orang darinya." Dan katakan-lah, ﴾ أَفَتَأۡتُونَ ٱلسِّحۡرَ وَأَنتُمۡ تُبۡصِرُونَ 3 ﴿ "Maka apakah kamu menerima sihir itu, padahal kamu menyaksikannya." Beginilah yang mereka ucapkan, padahal mereka mengetahui bahwa dia benar-benar adalah utusan Allah, berdasarkan apa yang mereka saksikan, berupa tanda-tanda kekuasaan yang mencengangkan yang tidak disaksikan oleh orang selain mereka. Tetapi, perkara yang menyeret mereka melakukan penolakan, yaitu suratan takdir kebinasaan
(pada mereka), kezhalim-an, dan sifat penentangan.
#
{4} والله تعالى قد أحاط علماً بما تناجَوْا به، وسيُجازيهم عليه، ولهذا قال: {قال ربِّي يعلمُ القولَ}: الخفيَّ والجليَّ {في السماء والأرض}؛ أي: في جميع ما احتوت عليه أقطارهما. {وهو السميعُ}: لسائر الأصوات باختلاف اللُّغات على تفنُّن الحاجات. {العليم}: بما في الضمائر، وأكنَّته السرائر.
(4) Dengan ilmuNya, Allah تعالى telah meliputi apa yang me-reka rapatkan secara sembunyi-sembunyi, dan Allah akan membalas mereka atas perbuatan tersebut. Untuk itu, Allah berfirman, ﴾ قَالَ رَبِّي يَعۡلَمُ ٱلۡقَوۡلَ
﴿ "Muhammad berkata (kepada mereka), 'Rabbku mengetahui se-mua perkataan'," yang lirih dan terang-terangan ﴾ فِي ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِۖ
﴿ "di langit dan bumi," di seluruh tempat yang masuk lingkup keduanya (langit dan bumi) ﴾ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ
﴿ "dan Dia-lah Yang Maha Mendengar," semua suara dengan ragam bahasanya untuk berbagai keperluan, ﴾ ٱلۡعَلِيمُ 4 ﴿ "lagi Maha Mengetahui," apa yang ada di hati sanubari dan yang disembunyikan oleh rahasia-rahasia hati.
{بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الْأَوَّلُونَ (5) مَا آمَنَتْ قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَفَهُمْ يُؤْمِنُونَ (6)}.
"Bahkan mereka berkata
(pula), '
(Al-Qur`an itu adalah) mim-pi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia
(sendiri) seorang penyair, maka hendaknya dia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus.' Tidak ada
(penduduk) suatu negeri pun sebelum mereka yang ber-iman, yang mana Kami telah membinasakannya
(disebabkan pen-dustaan mukjizat), maka apakah mereka akan beriman?"
(Al-An-biya`: 5-6).
#
{5} يذكر تعالى ائتفاكَ المكذِّبين بمحمدٍ - صلى الله عليه وسلم - وبما جاء به من القرآن العظيم، وأنهم تقوَّلوا فيه ، وقالوا فيه الأقاويل الباطلة المختلفة؛ فتارةً يقولون: أضغاثُ أحلام بمنزلة كلام النائم الهاذي الذي لا يُحِسُّ بما يقول! وتارةً يقولون: افتراهُ واختلقَه وتقوَّله من عند نفسه! وتارةً يقولون: إنَّه شاعرٌ وما جاء به شِعر! وكلُّ مَن له أدنى معرفة بالواقع من حالة الرسول، ونظر في هذا الذي جاء به؛ جزم جزماً لا يقبل الشكَّ أنه أجلُّ الكلام وأعلاه، وأنَّه من عند الله، وأنَّ أحداً من البشر لا يقدِرُ على الإتيان بمثل بعضه؛ كما تحدَّى الله أعداءه بذلك ليعارِضوه مع توفُّر دواعيهم لمعارضته وعداوته، فلم يقدِروا على شيء من معارضته وهم يعلمون ذلك؛ وإلاَّ فما الذي أقامهم وأقعدهم وأقضَّ مضاجعهم وبلبل ألسنتهم إلا الحق الذي لا يقوم له شيء، وإنَّما يقولون هذه الأقوال فيه حيث لم يؤمنوا به؛ تنفيراً عنه لمن لم يعرِفْه، وهو أكبرُ الآيات المستمرَّة الدالَّة على صحَّة ما جاء به الرسول - صلى الله عليه وسلم - وصدقه، وهو كافٍ شافٍ؛ فمن طَلَبَ دليلاً غيره أو اقترح آيةً من الآيات سواه؛ فهو جاهلٌ ظالمٌ مشبهٌ لهؤلاء المعاندين الذين كذَّبوه، وطلبوا من الآيات الاقتراحيَّة ما هو أضرُّ شيء عليهم، وليس لهم فيها مصلحةٌ؛ لأنَّهم إن كان قصدُهم معرفةَ الحقِّ إذا تبيَّن دليلُه؛ فقد تبيَّن دليلُه بدونها، وإن كان قصدُهم التعجيزَ وإقامة العذر لأنفسهم إن لم يأتِ بما طَلَبوا؛ فإنَّهم بهذه الحالة على فرض إتيان ما طلبوا من الآيات لا يؤمنون قطعاً؛ فلو جاءتهم كلُّ آيةٍ لا يؤمنون حتى يروا العذابَ الأليم، ولهذا قال الله عنهم: {فَلْيَأتِنا بآية كما أرْسِلَ الأولون}؛ أي: كناقة صالح وعصا موسى ونحو ذلك.
(5) Allah تعالى menyebutkan kebohongan orang-orang yang mendustakan Muhammad dan al-Qur`an yang dibawanya. Mereka telah berbuat dusta tentangnya dan melontarkan komentar-komen-tar batil lagi bermacam-macam. Terkadang mengatakan, '
(Al-Qur`an adalah) mimpi-mimpi kalut ibarat ocehan orang tidur yang sedang mengigau, tidak menyadari apa yang dikatakannya!' Kadang-ka-dang mereka menyatakan, 'Ia telah membual, membuat-buat dan memalsukannya dari dirinya sendiri.' Suatu waktu mereka menga-takan, 'Ia adalah seorang penyair. Dan yang dibawanya adalah syair semata!' Padahal, orang yang mengetahui fakta walau sedikit saja tentang seluk-beluk Rasulullah dan memperhatikan al-Qur`an yang diembannya, niscaya akan yakin seyakin-yakinnya dengan keyakin-an yang tidak bisa dirasuki oleh keragu-raguan, bahwa ia
(al-Qur`an) merupakan perkataan yang paling agung dan paling tinggi, berasal dari Allah, tidak ada seorang pun dari kalangan manusia yang mam-pu mendatangkan semisalnya, walau sebagian saja. Sebagaimana Allah telah menantang para musuhNya dengan tantangan tersebut, agar mereka menghadapinya. Kendatipun banyak motivasi untuk melawan dan memusuhinya, namun mereka tidak kuasa untuk melawannya, dan mereka menyadari tentang hal itu.
Kalau mereka tidak demikian, maka tidaklah yang menyebab-kan mereka berdiri dan duduk, bangun dari pembaringan-pem-baringan mereka serta mengusik mulut-mulut mereka melainkan kebenaran yang tidak ada penghadangnya. Mereka melontarkan komentar-komentar tersebut tentang al-Qur`an dengan tidak meng-imaninya, adalah untuk tujuan menjauhkan orang yang belum me-ngenalnya darinya. Padahal, ia
(al-Qur`an) merupakan bukti yang lestari yang menandakan kebenaran dan kelurusan risalah yang diemban oleh Rasulullah. Ia sudah mencukupi dan memadai. Siapa saja yang menuntut bukti lain selainnya, atau meminta diturunkan bukti selainnya, maka dia adalah orang bodoh lagi zhalim, persis seperti para penentang yang mendustakannya.
Mereka malah meminta bukti-bukti lain yang justru akan menjelma sebagai bahaya bagi mereka, tanpa ada kebaikan pun bagi mereka dalam permintaan tersebut. Pasalnya, bila niatan me-reka adalah ingin mengetahui kebenaran, jika telah jelas dalilnya, maka sungguh telah terlihat jelas apa yang mereka inginkan tanpa memerlukan pembuktian lagi. Apabila tujuan mereka berupaya menggagalkan dan menegakkan dalil bagi diri mereka
(untuk tidak beriman) bila Rasul tidak mendatangkan apa yang mereka minta, maka sesungguhnya dengan kondisi seperti ini,
(walaupun mereka telah dihadirkan apa yang mereka minta), pasti tidak akan meng-imaninya. Kendatipun telah datang setiap bukti kebenaran, niscaya mereka tidak akan beriman sampai menyaksikan siksaan yang pedih.
Oleh sebab itu, Allah berfirman tentang mereka,﴾ فَلۡيَأۡتِنَا بِـَٔايَةٖ كَمَآ أُرۡسِلَ ٱلۡأَوَّلُونَ 5 ﴿ "Maka hendaknya dia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus," seperti unta Nabi Shalih, tongkat Nabi Musa, dan lain-lain.
#
{6} قال الله: {ما آمنتْ قبلَهم من قريةٍ أهْلَكْناها}؛ أي: بهذه الآيات المقترحة، وإنَّما سنَّتُه تقتضي أنَّ من طَلَبها، ثم حَصَلَتْ له، فلم يؤمن؛ أنْ يعاجِلَه بالعقوبة؛ فالأوَّلون ما آمنوا بها، أفيؤمنُ هؤلاء بها؟! ما الذي فضَّلهم على أولئك؟! وما الخير الذي فيهم يقتضي الإيمان عند وجودها؟! وهذا الاستفهام بمعنى النفي؛ أي: لا يكونُ ذلك منهم أبداً.
(6) Allah berfirman
(untuk menjawabnya), ﴾ مَآ ءَامَنَتۡ قَبۡلَهُم مِّن قَرۡيَةٍ أَهۡلَكۡنَٰهَآۖ ﴿ "Tidak ada
(penduduk) suatu negeri pun sebelum mereka yang beriman yang mana Kami telah membinasakannya
(disebabkan pendustaan mukjizat)," maksudnya
(tidak beriman) dengan bukti-bukti yang mereka usulkan sendiri. Sesungguhnya ketetapan Allah menuntut bahwa orang yang meminta bukti kebenaran
(dari Nabi), kemudian telah didatangkan, tetapi dia tetap tidak beriman, niscaya akan disegerakan siksaan baginya oleh Allah. Orang-orang generasi se-belumnya, mereka tidak beriman
(meski sudah dibawakan kepada mereka bukti-bukti kebenaran).
Apakah mungkin mereka akan mengimaninya? Faktor apakah yang mengistimewakan mereka ketimbang generasi sebelumnya? Apakah sisi kebaikan yang ada pada mereka yang akan mengan-tarkan mereka kepada keimanan saat kemunculan tanda-tanda kebenaran itu? Pertanyaan ini bermakna penafian
(peniadaan). Pengertiannya, hal tersebut tidak mungkin terjadi pada mereka selama-lamanya.
{وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (7) وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لَا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ (8) ثُمَّ صَدَقْنَاهُمُ الْوَعْدَ فَأَنْجَيْنَاهُمْ وَمَنْ نَشَاءُ وَأَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِينَ (9)}.
" Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu
(Muham-mad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak
(pula) mereka itu orang-orang yang kekal. Kemudian Kami tepati janji
(yang telah Kami janjikan) kepada mereka. Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki, dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas."
(Al-Anbiya`: 7-9).
#
{7 ـ 9} هذا جوابٌ لِشُبَه المكذِّبين للرسول القائلين: هلاَّ كان مَلَكاً لا يحتاجُ إلى طعام وشراب وتصرُّف في الأسواق! وهلاَّ كان خالداً! فإذا لم يكن كذلك؛ دلَّ على أنه ليس برسول! وهذه الشُّبه ما زالت في قلوب المكذِّبين للرسل، تشابهوا في الكفر؛ فتشابهت أقوالهم؛ فأجاب تعالى عن هذه الشُّبه، لهؤلاء المكذِّبين للرسول، المُقِرِّين بإثبات الرُّسل قبله، ولو لم يكنْ إلاَّ إبراهيم عليه السلام، الذي قد أقرَّ بنبوَّته جميع الطوائف، والمشركون يزعمون أنَّهم على دينِهِ وملَّته؛ بأنَّ الرُّسل قبل محمدٍ - صلى الله عليه وسلم - كلَّهم من البشر الذين يأكلون الطعام ويمشون في الأسواق، وتطرأ عليهم العوارضُ البشرية من الموت وغيره، وأنَّ الله أرسلهم إلى قومهم وأممهم، فصدَّقهم مَن صدَّقهم، وكذَّبهم مَن كذَّبهم، وأنَّ الله صَدَقَهم ما وَعَدَهم به من النجاة والسعادة لهم ولأتباعهم، وأهلك المسرفين المكذِّبين لهم؛ فما بال محمد - صلى الله عليه وسلم - تُقام الشُّبه الباطلة على إنكار رسالته، وهي موجودةٌ في إخوانه المرسلين، الذين يقرُّ بهم المكذِّبون لمحمد؟! فهذا إلزامٌ لهم في غاية الوضوح، وأنَّهم إن أقرُّوا برسول من البشر، ولن يقرُّوا برسول من غير البشرِ، أنَّ شبههم باطلةٌ، قد أبطلوها هم بإقرارهم بفسادها وتناقُضِهم بها.
فلو قُدِّرَ انتقالُهم هذا إلى إنكار نبوَّة البشر رأساً، وأنَّه لا يكون نبيٌّ إنْ لم يكن مَلَكاً مخلَّداً لا يأكلُ الطعام؛ فقد أجاب الله عن هذه الشبهة بقوله: {وقالوا لولا أنزِلَ عليه مَلَكٌ ولو أنزَلْنا مَلَكاً لقضي الأمر ثم لا يُنظَرونَ. ولو جَعَلْناه مَلَكاً لجعلناهُ رَجُلاً ولَلَبَسْنا عليهم ما يَلْبِسونَ}، وأنَّ البشر لا طاقة لهم بتلقِّي الوحي من الملائكة، {قل لو كانَ في الأرض ملائكةٌ يمشون مطمئنِّينَ لَنَزَّلْنا عليهم من السماءِ مَلَكاً رسولاً}؛ فإن حصل معكم شكٌّ وعدم علم بحالة الرسل المتقدِّمين؛ فاسألوا أهل الذِّكر من الكتب السالفة؛ كأهل التوراة والإنجيل؛ يخبرونَكم بما عندَهم من العلم، وأنَّهم كلَّهم بشرٌ من جنس المرسَل إليهم.
وهذه الآية وإنْ كان سبُبها خاصًّا بالسؤال عن حالة الرسل المتقدِّمين من أهل الذكر، وهم أهل العلم؛ فإنَّها عامَّة في كلِّ مسألة من مسائل الدين أصوله وفروعه إذا لم يكنْ عند الإنسان علمٌ منها أنْ يسألَ من يَعْلَمُها؛ ففيه الأمر بالتعلُّم والسؤال لأهل العلم، ولم يؤمر بسؤالِهِم إلاَّ لأنَّه يجبُ عليهم التعليم والإجابة عما علموه.
وفي تخصيص السؤال بأهل الذِّكر والعلم نهيٌ عن سؤال المعروف بالجهل وعدم العلم، ونهي له أن يتصدَّى لذلك. وفي هذه الآية دليلٌ على أن النساء ليس منهنَّ نبيَّة؛ لا مريم ولا غيرها؛ لقوله: {إلاَّ رجالاً}.
(7-9) Ini merupakan sanggahan atas lontaran syubhat ka-langan orang-orang yang mendustakan Rasulullah. Mereka berko-mentar, "Kenapa dia
(seorang rasul) bukan seorang malaikat yang tidak membutuhkan makanan dan minuman serta mondar-mandir berurusan di pasar-pasar! Kenapa dia tidak abadi!" Bila dia tidak demikian, berarti menunjukkan dia bukan seorang utusan Allah."
Rangkaian syubhat ini, masih saja menancap di hati-hati kaum yang mendustakan para rasul. Mereka serupa dalam kekufuran, se-hingga pernyataan-pernyataan mereka pun senada. Berikutnya, Allah menangkis syubhat orang-orang yang mendustakan Rasulullah,
(namun) mengakui penetapan eksistensi para rasul sebelum beliau.
Kalau tidak ada nabi melainkan Nabi Ibrahim عليه السلام saja -yang telah diakui kenabiannya oleh seluruh golongan, yang mana kaum musyrikin melancarkan klaim berpegang teguh pada agama dan ajaran Ibrahim bahwa para rasul sebelum Muhammad semuanya dari kalangan manusia, yang makan makanan dan berjalan-jalan di pasar-pasar, dan muncul kejadian-kejadian manusiawi yang me-nimpa mereka seperti kematian dan kejadian lainnya, serta bahwa Allah telah mengutus mereka kepada kaum dan umat mereka; lalu sebagian beriman kepada mereka, dan ada pula yang mendustakan, dan bahwa Allah benar-benar akan merealisasikan bagi mereka sesuatu yang telah dijanjikan, berupa keselamatan dan kebahagia-an bagi mereka
(para utusan Allah) dan para pengikut, dan akan membinasakan orang-orang yang melampaui batas, lagi mendusta-kan mereka-; maka mengapa banyak syubhat batil yang diarahkan kepada Muhammad dalam rangka mengingkari risalahnya, pada-hal realita-realita itu melekat pada para saudaranya dari kalangan para rasul yang diakui oleh para pendusta kenabian Muhammad?
Ini adalah konsekuensi yang begitu jelas bagi mereka. Jika mereka mengakui kerasulan dari kalangan manusia, namun tidak mau menetapkan seorang rasul dari selain kalangan manusia, maka berarti syubhat mereka
(tentang Nabi Muhammad) batil. Mereka telah mematahkannya sendiri dengan pengakuan mereka menge-nai rusaknya syubhat mereka dan adanya kontradiksi di tengah
(pola pikir) mereka tentang itu.
Andai langkah mereka ini diprediksi menuju pengingkaran kenabian dari kalangan manusia seutuhnya, tidak ada satu pun nabi, melainkan seorang malaikat yang abadi, tidak makan ma-kanan, maka sungguh Allah telah menyanggah syubhat ini dengan FirmanNya,
﴾ وَقَالُواْ لَوۡلَآ أُنزِلَ عَلَيۡهِ مَلَكٞۖ وَلَوۡ أَنزَلۡنَا مَلَكٗا لَّقُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ ثُمَّ لَا يُنظَرُونَ 8 وَلَوۡ جَعَلۡنَٰهُ مَلَكٗا لَّجَعَلۡنَٰهُ رَجُلٗا وَلَلَبَسۡنَا عَلَيۡهِم مَّا يَلۡبِسُونَ 9
﴿
"Dan mereka berkata, 'Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) seorang malaikat?' Dan kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang malaikat tentu selesailah urusan itu. Kemudian mereka tidak di-beri tangguh (sekalipun). Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki, dan (jika Kami jadikan dia berupa laki-laki), niscaya Kami pun akan menjadikan mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu'." (Al-An'am: 8-9).
Dan bahwa bangsa manusia tidak mempunyai kekuatan dalam menerima wahyu dari malaikat (secara langsung).
﴾ قُل لَّوۡ كَانَ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَلَٰٓئِكَةٞ يَمۡشُونَ مُطۡمَئِنِّينَ لَنَزَّلۡنَا عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَلَكٗا رَّسُولٗا 95
﴿
"Katakanlah, 'Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang ber-jalan-jalan sebagai penghuni bumi, niscaya Kami turunkan (dari langit kepada mereka) seorang malaikat menjadi rasul'." (Al-Isra`: 95).
Jikalau timbul keraguan pada kalian, dan kalian tidak menge-tahui seluk-beluk para rasul yang sudah lewat, hendaknya mereka bertanya kepada orang-orang yang berilmu tentang kitab-kitab yang terdahulu. Misalnya, para ulama yang menguasai Taurat dan Injil. Mereka bakal memberitahukan tentang ilmu yang mereka miliki kepada kalian, dan bahwa seluruh rasul adalah manusia yang ber-asal dari jenis bangsa yang diberikan risalah (obyek dakwah).
Ayat ini, meskipun sebabnya khusus mengenai pertanyaan tentang jati diri para rasul yang telah berlalu kepada ahli dzikir, yaitu ulama, tapi sesungguhnya konteksnya umum, mencakup setiap permasalahan agama, perkara yang inti atau cabangnya. Jika seseorang tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, hendaknya dia menanyakannya kepada orang yang mengetahuinya.
Dalam keterangan ini terkandung pelajaran, adanya perintah untuk belajar dan bertanya kepada ulama. Tidaklah diperintahkan untuk bertanya kepada mereka (ulama) melainkan karena mereka wajib mengajarkan ilmu dan menjawab permasalahan yang mereka ketahui.
Di dalam pengkhususan melontarkan pertanyaan kepada ulama, terkandung larangan bertanya kepada orang yang sudah dikenal dengan kebodohannya dan tidak berilmu. Di dalamnya juga terkandung larangan bagi orang yang bodoh untuk mempo-sisikan diri untuk menjawab. Dalam ayat ini termuat sebuah dalil bahwa tidak ada nabi dari kalangan wanita, termasuk Maryam atau lainnya bukan nabi. Hal ini berdasarkan Firman Allah, ﴾ إِلَّا رِجَالٗا ﴿ "Melainkan beberapa orang laki-laki."
{لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (10)}.
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya."
(Al-Anbiya`: 10).
#
{10} أي: {لقد أنزلنا إليكم}: أيُّها المرسل إليهم محمد بن عبد الله بن عبد المطلب {كتاباً}: جليلاً وقرآناً مبيناً. {فيه ذِكْرُكُم}؛ أي: شرفكم وفخركم وارتفاعكم: إن تذكَّرتم به ما فيه من الأخبار الصَّادقة فاعتقدتمُوها، وامتثَلْتُم ما فيه من الأوامر، واجتنبتم ما فيه من النواهي؛ ارتفع قدرُكم وعظُم أمركم. {أفلا تعقِلونَ}: ما ينفعكم وما يضرُّكم؛ كيف لا تعملون على ما فيه ذكرُكم وشرفُكم في الدنيا والآخرة؟! فلو كان لكم عقلٌ؛ لسلكتُم هذا السبيل، فلما لم تسلكوه وسلكتُم غيره من الطُّرق التي فيها ضَعَتُكم وخِسَّتُكم في الدنيا والآخرة وشقاوتُكم فيهما؛ عُلم أنه ليس لكم معقولٌ صحيحٌ ولا رأيٌ رجيحٌ.
وهذه الآية مصداقها ما وقع؛ فإنَّ المؤمنين بالرسول والذين تذكَّروا بالقرآن من الصحابة فَمَنْ بعدَهم؛ حصل لهم من الرِّفعة والعلوِّ الباهر والصيت العظيم والشرف على الملوك ما هو أمرٌ معلومٌ لكلِّ أحدٍ؛ كما أنه معلومٌ ما حصل لمن لم يَرْفَعْ بهذا القرآن رأساً، ولم يهتدِ به ويتزكَّى به من المقتِ والضَّعَةِ والتَّدْسِيَة والشقاوةِ؛ فلا سبيل إلى سعادة الدُّنيا والآخرة إلاَّ بالتذكُّر بهذا الكتاب.
(10) Maksudnya ﴾ لَقَدۡ أَنزَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ
﴿ "sesungguhnya telah Kami tu-runkan kepada kamu," wahai utusan yang dikirimkan kepada mereka, yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib ﴾ كِتَٰبٗا
﴿ "sebuah kitab," yang agung dan bacaan yang jelas, ﴾ فِيهِ ذِكۡرُكُمۡۚ
﴿ "yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu," yaitu kemuliaan, prestise, dan ketinggian martabat kalian. Jika kalian mengingat-ngingat kabar-kabar yang otentik yang ada di dalamnya, kemudian kalian meyakini dan menaati kandungan perintah-perintahnya, dan kalian menjauhi kandungan larangan-larangannya, niscaya kemu-liaan kalian akan meningkat dan kedudukan kalian akan menjadi agung. ﴾ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ 10 ﴿ "Maka apakah kamu tiada memahaminya," yaitu perkara-perkara yang bermanfaat bagi kalian dan membahayakan kalian. Bagaimana bisa kalian tidak mengetahui kandungannya yang mencakup ketinggian martabat dan kemuliaan kalian di dunia dan akhirat? Seandainya kalian mempunyai akal, niscaya kalian akan menempuh jalan ini. Ketika kalian tidak berjalan di atasnya,
(malah) menempuh jalan yang lain yang mengakibatkan kehinaan dan kenistaan kalian di dunia dan akhirat serta celaka di dua tem-pat tersebut, maka diketahuilah bahwa kalian tidak mempunyai akal sehat dan daya nalar yang matang.
Ayat ini, buktinya adalah fakta yang telah terjadi. Sesungguh-nya orang-orang yang beriman kepada rasul dan orang-orang yang mengingat-ngingat al-Qur`an dari kalangan sahabat dan tabi'in telah menggapai ketinggian kedudukan, hegemoni yang mence-ngangkan, dan popularitas besar, serta kemuliaan di atas para raja, sebuah sejarah yang telah dimengerti oleh setiap insan. Sebagai-mana telah diketahui pula, sejarah yang menimpa orang yang tidak mempedulikan al-Qur`an sama sekali, tidak mendapatkan petunjuk dan menyucikan diri dengannya, dia mendapatkan kemarahan, kehinaan
(dari Allah) dan kotornya
(jiwa), serta kesengsaraan. Tidak ada akses menuju kebahagiaan dunia dan akhirat kecuali dengan mempelajari kitab ini
(al-Qur`an). 9
{وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا آخَرِينَ (11) فَلَمَّا أَحَسُّوا بَأْسَنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا يَرْكُضُونَ (12) لَا تَرْكُضُوا وَارْجِعُوا إِلَى مَا أُتْرِفْتُمْ فِيهِ وَمَسَاكِنِكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْأَلُونَ (13) قَالُوا يَاوَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ (14) فَمَا زَالَتْ تِلْكَ دَعْوَاهُمْ حَتَّى جَعَلْنَاهُمْ حَصِيدًا خَامِدِينَ (15)}.
"Dan berapa banyaknya
(penduduk) negeri yang zhalim yang telah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain
(sebagai penggantinya). Maka tatkala mereka merasa-kan azab Kami, tiba-tiba mereka melarikan diri dari negerinya. Janganlah kamu lari tergesa-gesa; kembalilah kamu kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediamanmu
(yang baik), supaya kamu ditanya. Mereka berkata, 'Aduhai, celaka kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim.' Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi'."
(Al-Anbiya`: 11-15).
#
{11} يقول تعالى محذِّراً لهؤلاء الظَّالمين المكذِّبين للرسول بما فعل بالأمم المكذِّبة لغيره من الرسل: {وكم قَصَمْنا} أي: أهلكنا بعذابٍ مستأصل {من قريةٍ}: تَلِفَتْ عن آخرها، {وأنشأنا بعدَها قوماً آخرين}.
(11) Allah berfirman untuk memperingatkan orang-orang yang berbuat kezhaliman, yang mendustakan Rasulullah dengan hukuman yang Allah berlakukan kepada umat-umat yang mendus-takan rasul lainnya. ﴾ وَكَمۡ قَصَمۡنَا
﴿ "Dan berapa banyak yang telah Kami binasakan," maksudnya Kami hancurkan dengan siksaan yang meng-habisi mereka secara total ﴾ مِن قَرۡيَةٖ
﴿ "dari (penduduk) negeri," yang musnah sampai penghuni terakhirnya. ﴾ وَأَنشَأۡنَا بَعۡدَهَا قَوۡمًا ءَاخَرِينَ 11 ﴿ "dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain
(sebagai penggan-tinya)."
#
{12 ـ 13} وإنَّ هؤلاء المهلَكين لما أحسُّوا بعذاب الله وعقابه وباشرهم نزولُه؛ لم يمكنْ لهم الرجوعُ، ولا طريق لهم إلى النزوع، وإنَّما ضربوا الأرض بأرجلهم ندماً وقلقاً وتحسُّراً على ما فعلوا، فقيل لهم على وجه التهكُّم بهم: {لا تركُضوا وارجِعوا إلى ما أتْرِفْتُم فيه ومساكِنِكم لعلَّكم تُسألونَ}؛ أي: لا يفيدكم الركض والندم، ولكن؛ إنْ كان لكم اقتدارٌ؛ فارجعوا إلى ما أُتْرِفْتُم فيه من اللذَّات والمشتَهَيات ومساكِنِكم المزخرفات ودُنياكم التي غرَّتكم وألهتكم حتى جاءكم أمر الله؛ فكونوا فيها متمكِّنين، وللذَّاتها جانين، وفي منازلكم مطمئنِّين معظَّمين؛ لعلَّكم أن تكونوا مقصودين في أموركم كما كنتُم سابقاً مسؤولين من مطالب الدُّنيا كحالتكم الأولى، وهيهات!
(12) Sesungguhnya mereka itu, orang-orang yang dibinasa-kan,
(tatkala mereka merasakan siksa dan hukuman Allah dan gesekannya langsung mengenai mereka), tidak ada kemungkinan bagi mereka untuk kembali dan tidak ada cara untuk menarik diri. Mereka hanya bisa berlari-lari dengan kaki mereka di permukaan tanah sebagai bentuk ungkapan penyesalan, kegelisahan, dan sedih atas perbuatan mereka.
Selanjutnya, ada yang berkata kepada mereka dengan nada olokan, ﴾ لَا تَرۡكُضُواْ وَٱرۡجِعُوٓاْ إِلَىٰ مَآ أُتۡرِفۡتُمۡ فِيهِ وَمَسَٰكِنِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تُسۡـَٔلُونَ 13 ﴿ "Janganlah kamu lari tergesa-gesa; kembalilah kamu kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediamanmu
(yang baik), supaya kamu ditanya," maksudnya, melarikan diri dan penyesalan tidaklah berguna. Namun, kalau kalian mampu, kembalilah kepada nikmat yang telah kalian rasakan, yang berbentuk aneka benda yang nikmat dan diminati, hunian-hunian kalian yang penuh dengan hiasan, dan dunia kalian yang telah memperdayai dan melalaikan kalian, sampai akhirnya datang ketetapan Allah. Lalu jadilah kalian orang-orang yang larut di dalamnya, memetik kenikmatannya lagi tentram dan terhormat di rumah-rumah kalian. Bisa jadi keinginan-keinginan kalian akan disambut sebagaimana dahulu kalian dikejar-kejar oleh tuntutan-tuntutan dunia seperti kondisi awal kalian. Tapi hal ini tidak mungkin terjadi!
#
{14} أين الوصول إلى هذا وقد فات الوقت، وحلَّ بهم العقاب والمقت، وذهب عنهم عزُّهم وشرفُهم ودنياهم، وحضرهم ندمُهم وتحسُّرهم؟! ولهذا {قالوا يا وَيْلَنا إنَّا كنَّا ظالمين}.
(14) Bagaimana cara agar bisa mencapainya, sedangkan kesempatan sudah terlewatkan, hukuman dan kemarahan
(Allah) telah melanda mereka. Kehormatan, kemuliaan, dan kekayaan dunia telah lenyap, sementara rasa sesal dan kesedihanlah yang meliputi mereka? Oleh karenanya, Allah berfirman, ﴾ قَالُواْ يَٰوَيۡلَنَآ إِنَّا كُنَّا ظَٰلِمِينَ 14 ﴿ "Mereka berkata, 'Aduhai, celaka kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim'."
#
{15} {فما زالتْ تلك دَعْواهم}؛ أي: الدعاء بالويل والثبور والندم والإقرار على أنفسِهِم بالظُّلم وأنَّ الله عادلٌ فيما أحلَّ بهم، {حتى جَعَلْناهم حصيداً خامدينَ}؛ أي: بمنزلة النبات الذي قد حُصِدَ وأنيم؛ قد خمدت منهم الحركاتُ، وسكنتْ منهم الأصواتُ؛ فاحذروا أيُّها المخاطَبون، أن تستمرُّوا على تكذيب أشرف الرُّسل، فيحلَّ بكم كما حلَّ بأولئك.
(15) ﴾ فَمَا زَالَت تِّلۡكَ دَعۡوَىٰهُمۡ
﴿ "Maka tetaplah demikian keluhan me-reka," maksudnya umpatan kesengsaraan, kebinasaan, rasa sesal, dan pengakuan (tertumpahkan pada) diri mereka disebabkan ke-zhaliman, dan bahwa Allah Mahaadil berkaitan dengan hukuman yang Dia jatuhkan pada mereka, ﴾ حَتَّىٰ جَعَلۡنَٰهُمۡ حَصِيدًا خَٰمِدِينَ 15 ﴿ "sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi," yaitu laksana tumbuhan yang telah dipanen dan di-binasakan. Gerakan-gerakan mereka sudah lumpuh. Suara-suara mereka telah membisu. Hati-hatilah kalian, wahai kaum yang di-ajak bicara, jangan sampai meneruskan pendustaan kepada rasul yang paling mulia, hingga akan melanda kalian azab yang telah menimpa mereka.
{وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ (16) لَوْ أَرَدْنَا أَنْ نَتَّخِذَ لَهْوًا لَاتَّخَذْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا إِنْ كُنَّا فَاعِلِينَ (17)}.
"Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi, dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan
(istri dan anak), tentu-lah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki ber-buat demikian,
(tentulah Kami telah melakukannya)."
(Al-Anbiya`: 16-17).
#
{16} يخبر تعالى أنه ما خلق السماواتِ والأرضَ عَبَثاً ولا لَعِباً من غير فائدة، بل خلقها بالحقِّ وللحقِّ؛ ليستدلَّ بها العبادُ على أنَّه الخالق العظيم، المدبِّر الحكيم، الرحمن الرحيم، الذي له الكمالُ كلُّه والحمدُ كلُّه والعزَّةُ كلُّها، الصادق في قيله، الصادقةُ رسلُه فيما تخبر عنه، وأنه القادر على خلقِهما مع سَعَتِهِما وعِظَمِهِما، قادرٌ على إعادة الأجساد بعد موتها؛ ليجازي المحسنُ بإحسانه، والمسيء بإساءته.
(16) Allah تعالى memberitahukan bahwa Dia tidaklah men-ciptakan langit dan bumi dengan sia-sia dan main-main, tanpa ada manfaat tertentu. Justru, Allah menciptakannya dengan dasar kebenaran dan untuk tujuan yang benar, agar para hamba dapat membuktikan dengannya bahwa Dia adalah Dzat Yang Maha Pencipta lagi Mahaagung, Maha Mengatur, Mahabijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang, yang memegang keseluruhan aspek kesempurnaan, sanjungan, kehormatan, Dzat yang benar Firman-firmanNya, dan yang jujur para utusanNya tentang pemberitaan yang mereka sampaikan. Dan bahwa Dia-lah Dzat Yang Maha-kuasa atas penciptaan keduanya
(langit dan bumi) meski luas dan besar, Mahakuasa untuk mengembalikan jasad-jasad
(hidup lagi) setelah kematiannya untuk membalasi orang yang berbuat kebaikan atas kebaikannya, dan orang yang berbuat jelek atas kejelekannya.
#
{17} {لو أردْنا أن نَتَّخِذَ لهواً}: على الفرض والتقدير المُحال؛ {لاتَّخذناه من لَدُنَّا}؛ أي: من عندنا، {إن كنَّا فاعلين}: ولم نطلِعكْم على ما فيه عبثٌ ولهوٌ؛ لأنَّ ذلك نقصٌ ومَثَلُ سَوْءٍ لا نحبُّ أن نرِيَه إياكم؛ فالسماوات والأرض اللذان بمرأى منكم على الدوام لا يمكنُ أن يكون القصدُ منهما العبثُ واللهو؛ كلُّ هذا تنزُّل مع العقول الصغيرة وإقناعها بجميع الوجوه المقنعة؛ فسبحان الحليم الرحيم الحكيم في تنزيله الأشياء منازلها.
(17) ﴾ لَوۡ أَرَدۡنَآ أَن نَّتَّخِذَ لَهۡوٗا
﴿ "Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan (istri dan anak)," sebagai anggapan dan perkiraan yang mustahil saja ﴾ لَّٱتَّخَذۡنَٰهُ مِن لَّدُنَّآ
﴿ "tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami," maksudnya berasal dari sisi Kami. ﴾ إِن كُنَّا فَٰعِلِينَ 17 ﴿ "Jika Kami menghendaki berbuat demikian
(tentulah Kami telah melakukan-nya)." Dan Kami pun tidak pernah memperlihatkan kepada kalian hal-hal yang mengandung kesia-siaan dan permainan. Sebab, hal itu merupakan bentuk kekurangan dan perumpamaan yang buruk, Kami tidak ingin mempertontonkannya kepada kalian. Langit-langit dan bumi yang sudah terbiasa dalam jangkauan pandangan kalian, tidak mungkin tujuan penciptaan keduanya hanyalah sia-sia dan main-main
(tanpa ada hikmah yang luhur). Semua
(kete-rangan) ini semata-mata ingin mengakomodasi akal-akal yang dangkal dan ingin memenuhi kepuasannya dari segala aspek yang dapat memuaskan. Mahasuci Dzat Yang Mahalembut, Penyayang lagi Bijaksana dalam menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
{بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُونَ (18) وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ (19) يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ (20)}.
"Sebenarnya Kami melontarkan yang haq kepada yang batil lalu yang haq itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu memberikan sifat
(untuk Allah dengan sifat-sifat yang tak layak bagiNya). Dan kepunyaanNya-lah segala yang ada di langit dan bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisiNya, mereka tidak mem-punyai rasa angkuh untuk menyembahNya dan tiada
(pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang, tiada henti-henti-nya."
(Al-Anbiya`: 18-20).
#
{18} يخبر تعالى أنه تكفَّل بإحقاق الحقِّ وإبطال الباطل، وإنْ كان باطلٌ قيلَ وجُودِلَ به؛ فإنَّ الله يُنْزِلُ من الحقِّ والعلم والبيان ما يدمغُه فيضمحلُّ ويتبيَّن لكلِّ أحدٍ بطلانُه. {فإذا هو زاهقٌ}؛ أي: مضمحلٌ فانٍ. وهذا عامٌّ في جميع المسائل الدينيَّة، لا يورِدُ مبطلٌ شبهةً عقليَّة ولا نقليَّة في إحقاق باطل أو ردِّ حقٍّ؛ إلاَّ وفي أدلَّة الله من القواطع العقليَّة والنقليَّة ما يذهِبُ ذلك القول الباطل ويقمعُه؛ فإذا هو متبيِّن بطلانُه لكلِّ أحدٍ. وهذا يتبيَّن باستقراء المسائل مسألة مسألة؛ فإنَّك تجدُها كذلك. ثم قال: ولكم أيُّها الواصفون الله بما لا يَليقُ به من اتِّخاذ الولد والصاحبة ومن الأنداد والشُّركاء حظُّكم من ذلك ونصيبكم، الذي تدرِكون به الويل والنَّدامة والخُسران، ليس لكم مما قُلتم فائدةٌ، ولا يرجع عليكم بعائدة تؤمِّلونها، وتعملون لأجلها، وتسعَوْن في الوصول إليها؛ إلاَّ عكس مقصودكم، وهو الخيبة والحرمان.
(18) Allah تعالى memberitahukan bahwa Dia menjamin pengo-kohan al-haq dan penggagalan kebatilan. Bila kebatilan itu telah disampaikan dan menjadi bahan perdebatan, maka Allah akan menurunkan kebenaran, ilmu, dan penjelasan yang akan mematah-kannya. Hingga lenyap dan menjadi jelas kebatilannya bagi setiap orang.
﴾ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٞۚ ﴿ "Maka dengan serta-merta yang batil itu lenyap," lenyap lagi sirna. Hal ini berlaku umum pada semua permasalahan agama. Tidaklah pengemban kebatilan melancarkan syubhat aqliyah
(yang berdasarkan logika) atau naqliyah
(dalil dari al-Qur`an atau hadits) untuk meneguhkan kebatilan atau menepis kebenaran melainkan pasti dalam dalil-dalil Allah terdapat kandungan logika dan dalil kuat yang akan menyirnakan ungkapan yang batil tersebut dan membungkamnya. Tiba-tiba sisi kebatilannya menjadi terang bagi siapa saja. Proses ini melalui pengkajian seluruh permasalahan satu-persatu. Anda akan menjumpainya demikian.
Kemudian Allah berfirman, "Kalian, wahai orang-orang yang memberikan sifat untuk Allah dengan sifat-sifat yang tidak pantas bagiNya, seperti mempunyai anak dan istri, tandingan-tandingan dan sekutu-sekutu, maka kalian mendapatkan bagian dan nasib celaka, penyesalan, dan kerugian. Tidak ada satu pun manfaat dari apa yang kalian ucapkan. Tidak akan menghasilkan sesuatu yang kalian angan-angankan, kerjakan, dan usahakan untuk mencapai-nya, melainkan kebalikan dari sesuatu yang kalian inginkan. Yakni, kegagalan dan terhalang dari tujuan.
#
{19} ثم أخبر أنَّه له ملك السماواتِ والأرض وما بينهما؛ فالكل عبيده ومماليكه، فليس لأحدٍ منهم ملكٌ ولا قسطٌ من الملك ولا معاونةٌ عليه، ولا يشفعُ إلاَّ بإذن الله؛ فكيف يتَّخذ من هؤلاء آلهة؟! وكيف يُجعل لله منها ولد؟! فتعالى وتقدَّس المالك العظيم الذي خضعت له الرقاب، وذلَّت له الصعاب، وخشعت له الملائكة المقرَّبون، وأذعنوا له بالعبادة الدَّائمة المستمرة أجمعون؛ ولهذا قال: {ومن عنده}؛ أي: [من] الملائكة، {لا يَسْتَكْبِرونَ عن عبادتِهِ ولا يستحسرونَ}؛ أي: لا يملُّون، ولا يسأمون لشدَّة رغبتهم وكمال محبَّتهم وقوَّة أبدانهم.
(19) Selanjutnya, Allah memberitahukan bahwa Dia memi-liki kerajaan langit dan bumi serta seisinya. Semua menjadi hamba dan milikNya. Tidak ada seorang pun yang mempunyai kerajaan atau bagian dari kerajaan tersebut, atau jalinan kerjasama padanya. Dan tidak ada yang bisa memberikan syafa'at kecuali dengan izin-Nya. Lalu bagaimana bisa sebagian dari mereka ada yang didaulat sebagai tuhan? Apakah pantas ada yang dijadikan
(dari mereka) sebagai anak Allah? Maka Mahatinggi lagi Mahasuci
(Allah) Dzat Yang Maha Memiliki, lagi Mahaagung yang semua makhluk tunduk kepadaNya, setiap kesulitan menjadi sepele di hadapanNya dan para malaikat yang dekat khusyu' terhadapNya. Mereka semua menundukkan diri kepadaNya melalui ibadah yang kontinyu lagi bersinambungan.
Oleh karenanya, Allah berfirman, ﴾ وَمَنۡ عِندَهُۥ
﴿ "Dan siapa saja yang berada di sisiNya," yaitu [dari] kalangan m a l a i k a t ﴾ لَا يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِهِۦ وَلَا يَسۡتَحۡسِرُونَ 19 ﴿ "mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk me-nyembahNya dan tiada
(pula) merasa letih," maksudnya mereka tidak mengalami kebosanan dan tidak jemu lantaran besarnya motivasi mereka, sempurnanya cinta mereka dan kuatnya fisik-fisik mereka.
#
{20} {يسبِّحون الليل والنهار لا يفتُرون}؛ أي: مستغرِقين في العبادة والتسبيح في جميع أوقاتهم، فليس في أوقاتهم وقتٌ فارغٌ ولا خالٍ منها، وهم على كثرتِهِم بهذه الصفة.
وفي هذا من بيان عظمتِهِ وجلالة سلطانِهِ وكمال علمِهِ وحكمته ما يوجبُ أن لا يُعْبَدَ إلاَّ هو، ولا تُصْرَفَ العبادةُ لغيره.
(20) ﴾ يُسَبِّحُونَ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ لَا يَفۡتُرُونَ ﴿ "Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya," maksudnya mereka larut dalam ibadah dan lantunan tasbih di seluruh waktu mereka. Tidak ada waktu-waktu mereka yang luang atau kosong dari aktifitas ter-sebut. Mereka semua
(dengan banyaknya jumlah mereka) berada dalam kondisi demikian.
Dalam keterangan ini, terdapat penjelasan keagungan dan kebesaran kerajaan Allah, dan kesempurnaan ilmu dan hikmahNya yang menuntut agar tidak ada obyek yang diibadahi kecuali Dia saja, dan tidaklah ibadah diarahkan kepada selainNya.
{أَمِ اتَّخَذُوا آلِهَةً مِنَ الْأَرْضِ هُمْ يُنْشِرُونَ (21) لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ (22) لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ (23) أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ هَذَا ذِكْرُ مَنْ مَعِيَ وَذِكْرُ مَنْ قَبْلِي بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ الْحَقَّ فَهُمْ مُعْرِضُونَ (24) وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ (25)}.
"Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan
(orang-orang mati)? Sekiranya ada di langit dan bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Mahasuci Allah yang mempunyai 'Arasy dari apa yang mereka sifatkan. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuatNya, dan merekalah yang akan ditanyai. Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selainNya? Katakanlah, 'Tunjukkanlah hujjahmu!
(al-Qur`an ) ini adalah petunjuk bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang sebelumku.' Sebenar-nya kebanyakan mereka tidak mengetahui yang haq, karena itu mereka berpaling. Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan pasti Kami wahyukan kepadanya, 'Bah-wasanya tidak ada tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Aku, maka kalian sembahlah Aku'."
(Al-Anbiya`: 21-25).
#
{21} لما بيَّن تعالى كمال اقتدارِهِ وعظمته وخضوع كلِّ شيءٍ له؛ أنكر على المشركين الذين اتَّخذوا من دون الله آلهةً من الأرض في غاية العجزِ وعدم القدرة. {هم يُنشِرون}: استفهام بمعنى النفي؛ أي: لا يقدرون على نشرِهِم وحشرِهِم؛ يفسِّرها قوله تعالى: {واتَّخذوا من دونِهِ آلهةً لا يخلُقون شيئاً وهُم يُخْلَقون. ولا يملِكونَ لأنفسِهِم نفعاً ولا ضَرًّا ولا موتاً ولا حياةً ولا نشوراً}، {واتَّخذوا من دون الله آلهةً لعلَّهم يُنصَرونَ. لا يستطيعونَ نصرَهم وهم لهم جندٌ محضَرون}.
(21) Tatkala Allah تعالى menjelaskan kesempurnaan kekua-saanNya dan keagunganNya serta ketundukan segala sesuatu kepadaNya, maka Dia mengingkari kaum musyrikin yang telah menjadikan selainNya sebagai sesembahan dari bumi, yang berada dalam titik puncak kelemahan dan ketidakberdayaan. ﴾ هُمۡ يُنشِرُونَ 21
﴿ "Mereka dapat menghidupkan (orang-orang mati)," ini merupakan bentuk pertanyaan, tetapi bermakna penafian (peniadaan). Maksud-nya, mereka tidak mampu untuk menghidupkan dan menghimpun mereka. Hal ini diterangkan oleh Firman Allah تعالى,
﴾ وَٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةٗ لَّا يَخۡلُقُونَ شَيۡـٔٗا وَهُمۡ يُخۡلَقُونَ وَلَا يَمۡلِكُونَ لِأَنفُسِهِمۡ ضَرّٗا وَلَا نَفۡعٗا وَلَا يَمۡلِكُونَ مَوۡتٗا وَلَا حَيَوٰةٗ وَلَا نُشُورٗا 3
﴿
"Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain dariNya (untuk disembah) yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) mem-bangkitkan." (Al-Furqan: 3)
﴾ وَٱتَّخَذُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ ءَالِهَةٗ لَّعَلَّهُمۡ يُنصَرُونَ 74 لَا يَسۡتَطِيعُونَ نَصۡرَهُمۡ وَهُمۡ لَهُمۡ جُندٞ مُّحۡضَرُونَ 75 ﴿
"Mereka mengambil sesembahan-sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tidak dapat menolong mereka. Padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka."
(Yasin: 74-75).
#
{22} فالمشرك يَعْبُدُ المخلوق الذي لا ينفع ولا يضرُّ، ويدعُ الإخلاص لله الذي له الكمالُ كلُّه وبيده الأمرُ والنفعُ والضرُّ، وهذا من عدم توفيقه وسوء حظِّه وتوفُّر جهله وشدَّة ظلمِهِ؛ فإنَّه لا يصلحُ الوجود إلاَّ على إله واحدٍ؛ كما أنَّه لم يوجد إلا بربٍّ واحد، ولهذا قال: {لو كان فيهما}؛ أي: في السماواتِ والأرض، {آلهةٌ إلاَّ الله لفسدتا}: في ذاتهما، وفَسَدَ مَنْ فيهما من المخلوقات.
وبيانُ ذلك: أنَّ العالم العلويَّ والسفليَّ على ما يُرى في أكمل ما يكون من الصَّلاح والانتظام، الذي ما فيه خللٌ ولا عيبٌ ولا ممانعةٌ ولا معارضةٌ، فدلَّ ذلك على أن مدبِّره واحدٌ وربَّه واحدٌ وإلهه واحدٌ؛ فلو كان له مدبِّران وربَّان أو أكثر من ذلك؛ لاختلَّ نظامُه وتقوَّضت أركانُه؛ فإنهما يتمانعان ويتعارضان، وإذا أراد أحدُهما تدبير شيء وأراد الآخر عدمه؛ فإنَّه محالٌ وجود مرادهما معاً، ووجود مراد أحدِهِما دونَ الآخر يدلُّ على عَجْزِ الآخر وعدم اقتدارِهِ، واتفاقُهما على مرادٍ واحدٍ في جميع الأمور غيرُ ممكنٍ؛ فإذاً يتعيَّن أن القاهر الذي يوجدُ مرادُهُ وحدَه من غير ممانع ولا مدافع هو الله الواحد القهَّار، ولهذا ذكر الله دليل التمانع في قوله: {ما اتَّخَذَ اللهُ من ولدٍ وما كان معه من إلهٍ إذاً لَذَهَبَ كلُّ إلهٍ بما خَلَقَ ولَعَلا بعضُهم على بعض سبحانَ اللهِ عما يصفون}، ومنه على أحد التأويلين قوله تعالى: {قُل لو كانَ معه آلهةٌ كما يقولون إذاً لابْتَغَوا إلى ذي العرشِ سبيلاً. سبحانَهُ وتعالى عمَّا يقولونَ علوًّا كبيراً}؛ ولهذا قال هنا: {فسبحان الله}؛ أي: تنزَّه وتقدَّس عن كلِّ نقص لكماله وحده، {ربِّ العرشِ}: الذي هو سقف المخلوقات وأوسعها وأعظمها؛ فربوبيَّته ما دونَه من باب أولى، {عما يصِفونَ}؛ أي: الجاحدون الكافرون من اتِّخاذ الولد والصاحبة، وأن يكون له شريكٌ بوجهٍ من الوجوه.
(22) Orang musyrik menyembah makhluk yang tidak bisa memberikan manfaat atau membahayakan dengan meninggalkan sikap keikhlasan kepada Allah, Dzat yang mempunyai seluruh kesempurnaan. Di TanganNya-lah terdapat
(kendali) segala urusan, manfaat, dan bahaya. Ini
(perbuatan orang musyrik itu) termasuk
(cerminan) tidak adanya taufik Allah padanya, buruknya keberun-tungannya, kebodohannya yang parah, dan besarnya ulah kezha-limannya. Sesungguhnya alam semesta ini tidak akan menjadi baik kecuali bila berada di bawah satu sesembahan semata. Sebagaimana tidaklah alam
(ini) diadakan kecuali oleh satu pemilik
(Rabb). Ka-renanya, Allah berfirman, ﴾ لَوۡ كَانَ فِيهِمَآ
﴿ "Sekiranya di dalam keduanya," yaitu di langit dan bumi ﴾ ءَالِهَةٌ إِلَّا ٱللَّهُ لَفَسَدَتَاۚ
﴿ "terdapat tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa," pada bentuk kedua-nya, dan rusak pula makhluk-makhluk yang berada di dalamnya.
Penjelasannya sebagai berikut: Bumi lapisan atas dan lapisan bawah berdasarkan pemandangan yang terlihat dalam bentuk yang paling sempurna ditilik dari aspek keindahan dan keteraturan, yang tidak ada celah kekurangan, cacat, pertentangan, dan kontradiksi di dalamnya, hal ini mengindikasikan bahwa Dzat yang mengatur-nya satu, Pemiliknya satu dan Tuhannya satu. Andai saja, alam ini mempunyai dua pengatur dan dua pemilik atau lebih dari itu, niscaya aturan geraknya akan carut-marut, tiang-tiangnya akan roboh, kedua-duanya akan saling bertentangan dan berlawanan. Jika salah satu dari keduanya ingin menetapkan suatu pengaturan tertentu, sementara pihak lain tidak menghendakinya, niscaya rea-lisasi keinginan mereka berdua secara sekaligus merupakan bentuk kemustahilan. Dan terealisasinya keinginan salah satu pihak, semen-tara kehendak yang lain tidak terwujud, menunjukkan kelemahan dan ketidakberdayaan pihak yang lain itu. Sedangkan keserasian dua belah pihak pada satu kesepakatan bulat dalam seluruh per-kara adalah tidak mungkin juga. Oleh karenanya, menjadi sebuah kepastian bahwa Dzat yang Perkasa yang kehendakNya semata yang dapat terwujudkan (sesuatu) tanpa ada penentang atau penyanggah, Dia adalah Allah Yang Mahasatu lagi Mahaperkasa. Karena ini, Allah menyebutkan sebuah bentuk dalil tamanu' (kontra-diktif) dengan FirmanNya,
﴾ مَا ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ مِن وَلَدٖ وَمَا كَانَ مَعَهُۥ مِنۡ إِلَٰهٍۚ إِذٗا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهِۭ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعۡضُهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ 91
﴿
"Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) besertaNya. (Kalau ada tuhan besertaNya) masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan seba-gian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha-suci Allah dari apa yang mereka sifatkan." (Al-Mu`minun: 91).
Senada dengan ayat di atas, penggunaan ayat berikut ber-dasarkan salah satu tafsirannya,
﴾ قُل لَّوۡ كَانَ مَعَهُۥٓ ءَالِهَةٞ كَمَا يَقُولُونَ إِذٗا لَّٱبۡتَغَوۡاْ إِلَىٰ ذِي ٱلۡعَرۡشِ سَبِيلٗا 42 سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يَقُولُونَ عُلُوّٗا كَبِيرٗا 43
﴿
"Katakanlah, 'Jikalau ada tuhan-tuhan di sampingNya sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Pemilik 'Arasy.' Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya." (Al-Isra`: 42-43).
Karenanya, Allah berfirman, ﴾ فَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ
﴿ "Maka Mahasuci Allah," Dia berlepas diri dan Suci dari segala kekurangan yang mengarah pada kesempurnaanNya ﴾ رَبِّ ٱلۡعَرۡشِ
﴿ "Yang mempunyai 'Arasy," yang menjadi atap seluruh makhluk, tempat yang paling luas dan paling agung. Maka, rububiyah (pengaturan) Allah terhadap makhluk-makhluk lain yang lebih kecil dari Arasy adalah lebih masuk akal ﴾ عَمَّا يَصِفُونَ 22 ﴿ "dari apa yang mereka sifatkan," yaitu orang-orang yang menentang dan mengingkari, berupa
(tindakan) penisbatan anak dan istri bagi Allah, serta kepemilikan sekutu dari segala aspek.
#
{23} {لا يُسْأَلْ عما يفعلُ}: لعظمته وعزَّته وكمال قدرتِهِ ؛ لا يقدرُ أحدٌ أن يمانعه أو يعارضه؛ لا بقول ولا بفعل، ولكمال حكمتِهِ ووضعه الأشياء مواضعها وإتقانها أحسن شيءٍ يقدِّره العقل؛ فلا يتوجَّه إليه سؤالٌ؛ لأنَّ خلقَه ليس فيه خللٌ ولا إخلالٌ. {وهم}؛ أي: المخلوقون كلهم، {يُسألونَ}: عن أفعالهم وأقوالهم؛ لعجزِهم وفقرِهم، ولكونِهم عبيداً، قد استحقَّت أفعالُهم وحركاتُهم؛ فليس لهم من التصرُّف والتدبير في أنفسهم ولا في غيرهم مثقال ذرَّة.
(23) ﴾ لَا يُسۡـَٔلُ عَمَّا يَفۡعَلُ
﴿ "Dia tidak ditanya tentang apa yang diper-buatNya," karena kebesaran, kemuliaan, dan kesempurnaan kekua-saanNya. Tidak ada satu makhluk pun yang sanggup melawan dan menghambatNya, baik dengan perkataan ataupun tindakan. Lantaran kesempurnaan hikmahNya dan peletakan berbagai kete-tapan olehNya pada tempatnya, serta keelokan penangananNya pada bentuk yang terbaik, yang dapat dicerna oleh akal. Sehingga tidak ada pertanyaan yang tertuju padaNya. Sebab penciptaanNya tidak mengandung cacat atau kerusakan. ﴾ وَهُمۡ
﴿ "Dan merekalah," yakni para makhluk ﴾ يُسۡـَٔلُونَ 23 ﴿ "yang akan ditanyai,"tentang tindak-tanduk dan tutur kata mereka lantaran ketidakberdayaan dan kekerdilan mereka. Pasalnya, mereka adalah para hamba Allah. Perbuatan-perbuatan dan gerak-gerik mereka sudah tersuratkan. Tidak ada hak kewenangan penanganan dan pengaturan yang mereka miliki ataupun yang dimiliki oleh pihak lain sekecil biji gandum sekalipun.
#
{24} ثم رجع إلى تهجين حال المشركين، وأنَّهم اتَّخذوا من دونه آلهةً؛ فقُلْ لهم موبِّخاً ومقرِّعاً: {أم اتَّخذوا من دونِهِ آلهةً قل هاتوا برهانَكم}؛ أي: حجَّتكم ودليلكم على صحَّة ما ذهبتُم إليه، ولن يجدوا لذلك سبيلاً، بل قد قامتِ الأدلة القطعيَّة على بطلانِهِ، ولهذا قال: {هذا ذكرُ مَن معيَ وذِكْرُ من قبلي}؛ أي: قد اتَّفقت الكتب والشرائع على صحَّة ما قلتُ لكم من إبطال الشرك؛ فهذا كتابُ الله الذي فيه ذِكْرُ كلِّ شيء بأدلَّته العقليَّة والنقليَّة، وهذه الكتب السابقة كلُّها براهينُ وأدلَّة لما قلتُ. ولمَّا عُلم أنَّهم قامت عليهم الحجَّة والبرهانُ على بطلان ما ذهبوا إليه؛ عُلم أنَّه لا برهان لهم؛ لأنَّ البرهان القاطع يُجزَمُ أنَّه لا معارض له، وإلاَّ؛ لم يكن قطعيًّا، وإن وُجِدَ معارضات؛ فإنَّها شُبَهٌ لا تغني من الحقِّ شيئاً. وقوله: {بل أكثرهُم لا يعلمون الحقَّ}؛ أي: وإنَّما أقاموا على ما هم عليه تقليداً لأسلافهم؛ يجادِلون بغير علم ولا هدىً، وليس عدمُ علمهم الحقَّ لخفائِهِ وغموضِهِ، وإنَّما ذلك لإعراضهم عنه، وإلاَّ؛ فلو التفتوا إليه أدنى التفاتٍ؛ تبيَّن لهم الحقُّ من الباطل تبيُّناً واضحاً جليًّا، ولهذا قال: {فهم معرضونَ}.
(24) Setelah itu, Allah kembali merendahkan penilaian terhadap kondisi orang-orang kafir saat mereka memposisikan sesembahan lain selain Allah. Maka, Allah berfirman untuk mem-buruk-burukkan dan menggertak mereka,﴾ أَمِ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةٗۖ قُلۡ هَاتُواْ بُرۡهَٰنَكُمۡۖ
﴿ "Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selainnya? Katakanlah, 'Tunjukkanlah hujjahmu'," yaitu hujjah dan bukti kalian yang me-nunjukkan kebenaran pandangan-pandangan kalian. Mereka tidak akan menemukan satu cara pun. Justru, bukti-bukti yang pasti tegak membuktikan kebatilannya.
Karenanya, Allah berfirman, ﴾ هَٰذَا ذِكۡرُ مَن مَّعِيَ وَذِكۡرُ مَن قَبۡلِيۚ
﴿ "(Al-Qur`an) ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku dan peringatan bagi orang-orang yang sebelumku," maksudnya kitab-kitab dan aturan-aturan syariat ilahi telah bersesuaian mengenai keakuratan perkataan yang aku sampaikan kepada kalian tentang kebatilan syirik. Lihatlah, ini Kitab Allah yang di dalamnya terdapat kete-tapan segala sesuatu yang berdasarkan dalil-dalil logika maupun naqliyah. Lihatlah, kitab-kitab (Allah) sebelum al-Qur`an, semuanya merupakan petunjuk dan bukti penguat apa yang aku katakan. Ketika sudah diketahui, telah tegak hujjah dan petunjuk bagi me-reka yang menunjukkan kebatilan asumsi mereka, maka diketahui bahwa mereka tidak mempunyai satu bukti pun. Pasalnya, petun-juk yang tegas telah meneguhkan tidak adanya penantang bagi Allah. Kalau tidak demikian, maka petunjuk tersebut belum kokoh. Seandainya terdapat penentangan-penentangan, itu tiada lain ha-nyalah lontaran-lontaran syubhat yang tidak mampu menangkis kebenaran sedikit pun.
Firman Allah, ﴾ بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ ٱلۡحَقَّۖ
﴿ "Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui al-haq," maksudnya mereka tetap berkutat dengan pegangan mereka sebagai bentuk sikap taklid kepada para pendahulu mereka. Mereka mendebat tanpa ilmu (yang benar) dan petunjuk. Ketidaktahuan mereka tentang kebenaran bukan lantaran tersembunyi atau ketidakjelasan kebenaran tersebut. Tetapi, tidak lain terdorong oleh antipati mereka terhadap kebenaran. Apabila tidak demikian, seandainya mereka menolehkan kepala ke arahnya sedikit saja, niscaya kebenaran akan menjadi jelas bagi mereka, ber-beda dengan kebatilan dengan perbedaan yang sangat signifikan. Karena itu, Allah berfirman, ﴾ فَهُم مُّعۡرِضُونَ 24 ﴿ "Karena mereka berpaling."
#
{25} ولما حول تعالى على ذكر المتقدِّمين، وأمر بالرجوع إليها في بيان هذه المسألة؛ بيَّنها أتمَّ تبيينٍ في قوله: {وما أرسَلْنا من قبلِكَ من رسول إلاَّ نوحي إليه أنَّه لا إله إلاَّ أنا فاعبدونِ}: فكلُّ الرسل الذين من قبلك مع كتبِهِم زُبْدَةُ رسالتِهِم وأصلُها الأمرُ بعبادةِ الله وحدَه لا شريك له وبيانُ أنَّه الإله الحقُّ المعبودُ وأنَّ عبادة ما سواه باطلةٌ.
(25) Ketika Allah تعالى mengalihkan pembicaraan tentang orang-orang terdahulu dan memerintahkan untuk mengaca kepada mereka dalam masalah ini, maka Dia menerangkan dengan kete-rangan yang sangat jelas dalam FirmanNya, ﴾ وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ 25 ﴿ "Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan pasti Kami wahyukan kepadanya, 'Bah-wasanya tidak ada tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Aku, maka kalian sembahlah Aku'." Seluruh utusan Allah sebelummu yang di-utus dengan dibekali kitab-kitab, intisari misi dan prinsipnya ialah perintah untuk beribadah kepada Alllah semata, tiada sekutu bagi-Nya, serta penjelasan bahwa Dia-lah Dzat Yang Mahabenar lagi disembah dan bahwa peribadahan kepada selainNya adalah batil.
{وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ (26) لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ (27) يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ (28) وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِنْ دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ (29)}.
"Dan mereka berkata, 'Dzat Yang Maha Pemurah telah meng-ambil
(mempunyai) anak.' Mahasuci Allah, sebenarnya
(malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahuluiNya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka
(malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafa'at melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepadaNya. Dan barangsiapa di antara mereka mengatakan, 'Se-sungguhnya aku adalah tuhan selain dari Allah,' maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang zhalim."
(Al-Anbiya`: 26-29) .
#
{26} يخبر تعالى عن سفاهةِ المشركين المكذِّبين للرسول، وأنَّهم زعموا ـ قبَّحهم الله ـ أنَّ الله اتَّخذ ولداً، فقالوا: الملائكةُ بناتُ الله! تعالى الله عن قولهم، وأخبر عن وصفِ الملائكة بأنَّهم عبيدٌ مربوبون مدبَّرون، ليس لهم من الأمر شيءٌ، وإنَّما هم مُكْرَمونَ عند الله، قد ألزمهم الله، وصيَّرهم من عبيد كرامتِهِ ورحمتِهِ، وذلك لما خصَّهم به من الفضائل والتطهير عن الرذائل، وأنَّهم في غاية الأدب مع اللَّه والامتثال لأوامره.
(26) Allah تعالى memberitahukan tentang kebodohan kaum musyrikin yang mendustakan Rasulullah. Mereka mengklaim bahwa –semoga Allah memperburuk keadaan mereka– bahwa Allah telah mengangkat seorang anak. Kata mereka, "Para malaikat adalah putri-putri Allah!" Mahatinggi Allah dari perkataan mereka.
Allah telah mengabarkan tentang posisi malaikat sebagai hamba yang dimiliki dan diatur. Tidak ada hak kewenangan peng-aturan alam semesta bagi mereka sedikit pun. Mereka itu
(para malaikat) dimuliakan di sisi Allah. Allah telah menetapkan dan menjadikan mereka dari kalangan hamba mulia dan sayangNya. De-mikian ini karena keutamaan-keutamaan dan kesucian mereka dari perkara-perkara yang menghinakan yang sudah dijadikan oleh Allah sebagai keistimewaan bagi mereka. Mereka itu berada di puncak kesopanan terhadap Allah dalam menaati perintah-perintahNya.
#
{27} {لا يسبِقونَهُ بالقول}؛ أي: لا يقولون قولاً مما يتعلَّق بتدبير المملكة حتى يقول الله؛ لكمال أدبهم وعلمهم بكمال حكمته وعلمه. {وهم بأمرِهِ يعملونَ}؛ أي: مهما أمَرَهم؛ امتثلوا لأمره، ومهما دبَّرهم عليه؛ فعلوه؛ فلا يعصونه طرفةَ عين، ولا يكون لهم عملٌ بأهواء أنفسهم من دون أمر الله.
(27) ﴾ لَا يَسۡبِقُونَهُۥ بِٱلۡقَوۡلِ
﴿ "Mereka tidak mendahuluiNya dengan perkataan," maksudnya mereka tidak mengatakan sebuah ucapan yang berkaitan dengan pengaturan kerajaan alam semesta, sampai Allah menetapkan sesuatu melalui FirmanNya. Hal itu merupakan (cerminan) kesempurnaan adab mereka (di hadapan Allah) dan pengetahuan mereka mengenai kesempurnaan hikmah dan ilmu Allah. ﴾ وَهُم بِأَمۡرِهِۦ يَعۡمَلُونَ 27 ﴿ "Dan mereka mengerjakan perintah-perin-tahNya," maksudnya apa pun yang Allah perintahkan kepada mereka, pasti mereka taati. Bagaimana pun Allah mengatur mereka, pasti mereka kerjakan. Mereka tidak melanggar ketentuan Allah meskipun sekejap pandangan mata saja. Tidak ada aktifitas yang mereka jalankan berdasarkan hasrat-hasrat mereka sendiri tanpa titah dari Allah
#
{28} ومع هذا؛ فالله قد أحاط بهم علمه، فعلم {ما بينَ أيديهم وما خلفهم}؛ أي: أمورهم الماضية والمستقبلة؛ فلا خروج لهم عن علمه؛ كما لا خروج لهم عن أمره وتدبيره، ومن جزئيَّات وصفهم بأنهم لا يسبقونه بالقول أنَّهم لا يشفعون لأحد بدون إذنه ورضاه؛ فإذا أذِنَ لهم وارتضى مَنْ يشفعون فيه شفعوا فيه؛ ولكنه تعالى لا يرضى من القول والعمل إلاَّ ما كان خالصاً لوجهه متَّبعاً فيه الرسول.
وهذه الآية من أدلَّة إثبات الشفاعة، وأنَّ الملائكة يشفعون. {وهم من خشيتِهِ مشفِقونَ}؛ أي: خائفون وجلون، قد خَضَعوا لجلالِهِ، وعَنَتْ وجوهُهم لعزِّه وجماله.
(28) Kendatipun begitu, ilmu Allah meliputi mereka semua. Dia mengetahui ﴾ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡ
﴿ "segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka," maksudnya, urusan-urusan mereka yang telah berlalu dan yang akan terjadi di kemu-dian hari. Mereka tidak pernah lepas dari ilmu Allah, sebagaimana mereka tidak bisa terpisah dari ketetapan dan pengaturanNya. Dan di antara muatan makna karakteristik mereka yang lebih terperinci dari sifat "Tidak mendahului Allah dengan perkataan" adalah mereka tidak memberikan syafa'at bagi siapa pun tanpa seizin dan ridhaNya. Jika Allah sudah mengizinkan mereka dan ridha ter-hadap orang yang akan menerima syafa'at mereka, baru mereka dapat mengeluarkan syafa'at. Hanya saja, Allah تعالى tidak meridhai perkataan dan tindakan kecuali yang murni hanya untuk wajahNya, dan mengikuti Rasulullah dalam perkataan dan tindakannya.
Ayat ini termasuk dalil yang menunjukkan ketetapan adanya syafa'at, dan bahwa para malaikat memohonkan s y a f a ' a t ﴾ وَهُم مِّنۡ خَشۡيَتِهِۦ مُشۡفِقُونَ 28 ﴿ "dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepadaNya," maksudnya mereka itu diliputi rasa takut dan khawatir, mereka telah merendahkan diri di hadapan keagunganNya, wajah-wajah mereka telah tertunduk kepada kemuliaan dan keindahanNya.
#
{29} فلما بيَّن أنَّه لا حقَّ لهم في الألوهيَّة، ولا يستحقُّون شيئاً من العبوديَّة بما وصفهم به من الصِّفات المقتضية لذلك؛ ذكر أيضاً أنَّه لا حظَّ لهم ولا بمجرَّد الدَّعوى، وأنَّ مَنْ قال منهم: إنِّي إلهٌ من دون الله على سبيل الفرض والتنزل. {فذلك نَجْزيه جَهَنَّم كذلك نجزي الظَّالمين}: وأيُّ ظلم أعظمُ من ادِّعاء المخلوق الناقص الفقير إلى الله من جميع الوجوه مشارَكَتَهُ الله في خصائص الإلهيَّة والربوبيَّة؟!
(29) Setelah Allah menjelaskan bahwa mereka
(para malai-kat) tidak mempunyai hak uluhiyah
(sebagai ilah) dan tidak berhak untuk diibadahi sedikit pun, menilik sifat-sifat yang sudah Allah sebutkan tentang mereka yang menuntut
(makna bahwa) mereka tidak pantas untuk diibadahi, maka Allah menerangkan pula bahwa mereka tidak punya bagian
(uluhiyah) walaupun dengan dasar klaim belaka, dan bahwa bila ada di antara mereka yang mengklaim diri sebagai sesembahan selain Allah kendatipun dalam bentuk imajina-tif dan mengakomodasi pendapat lain yang keliru,﴾ فَذَٰلِكَ نَجۡزِيهِ جَهَنَّمَۚ كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلظَّٰلِمِينَ 29 ﴿ "maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang zhalim," apakah ada kezhaliman yang lebih parah dari klaim seorang makhluk yang lemah lagi membutuhkan
(bantuan) Allah dalam segala aspek kehi-dupannya
(yang mengaku-ngaku) bersekutu dengan Allah dalam hak-hak istimewa ilahiyah dan rububiyah?
{أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ (30)}.
"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasa-nya langit dan bumi itu, keduanya dulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?"
(Al-Anbiya`: 30).
#
{30} أي: أولم ينظُر هؤلاء الذين كفروا بربِّهم، وجَحَدوا الإخلاص له في العبوديَّة ما يدلُّهم دلالةَ مشاهدةٍ على أنه الربُّ المحمود الكريم المعبود، فيشاهدون السماء والأرض، فيجدونهما {رتقاً}؛ هذه ليس فيها سحابٌ ولا مطرٌ، وهذه هامدةٌ ميتةٌ لا نبات فيها، {ففتقناهما}؛ السماء بالمطر، والأرض بالنبات. أليس الذي أوجَدَ في السماء السحاب بعد أن كان الجوُّ صافياً لا قَزَعَةَ فيه، وأودَعَ فيه الماء الغزير، ثم ساقه إلى بلدٍ ميِّتٍ قد اغبرَّت أرجاؤه وقحط عنه ماؤه، فأمطره فيها، فاهتزَّت وتحرَّكت ورَبَتْ وأنبتت من كلِّ زوج بهيج مختلفِ الأنواع متعددِ المنافع؛ أليس ذلك دليلاً على أنه الحقُّ وما سواه باطلٌ، وأنَّه محيي الموتى، وأنَّه الرحمن الرحيم؟ ولهذا قال: {أفلا يؤمنون}؛ أي: إيماناً صحيحاً ما فيه شكٌ ولا شرك.
(30) Apakah mereka
(yang kafir terhadap Rabb mereka dan mengingkari pengikhlasan ibadah bagiNya) tidak menyaksikan sebuah obyek kasat mata yang akan mengantarkan mereka menuju keyakinan bahwa Allah, Dia-lah Rabb segala sesuatu, Dzat Yang Maha Terpuji, Dzat Yang Mahamulia dan Dzat yang disembah semata. Dengan menyaksikan langit dan bumi, maka mereka akan menjumpainya dalam keadaan ﴾ رَتۡقٗا
﴿ "suatu yang padu," bagian ini (langit) tidak terlihat adanya mendung ataupun hujan. Sementara itu, bagian yang lain (bumi) terlihat diam mati, tanpa tumbuh-tumbuhan padanya.
﴾ فَفَتَقۡنَٰهُمَاۖ
﴿ "Kemudian Kami pisahkan," langit dengan hujan dan bumi dengan tumbuhan. Bukankah Dzat yang menciptakan men-dung di langit, setelah kondisi cuaca cerah tanpa ada awan-awan tipis, dan menempatkan air yang deras di dalamnya, kemudian menghalaunya menuju daerah yang mati, yang penjuru-penjuru wilayahnya sudah penuh dengan debu dan airnya sudah semakin menipis, selanjutnya Dia menurunkan hujan di tempat itu, sehingga tanah menjadi bergoyang dan bergerak serta berkembang dan menumbuhkan tanaman indah dari setiap jenisnya, yang beragam bentuk dan manfaatnya, bukankah demikian itu merupakan pe-tunjuk bahwa Dia-lah Dzat Yang Mahabenar, sedangkan selainNya merupakan sesembahan yang batil. Dia-lah Dzat Yang Menghidup-kan orang-orang yang mati dan Dia-lah Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? Karena itu, Allah berfirman, ﴾ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ 30 ﴿ "Maka mengapa mereka tiada juga beriman," dengan keimanan yang benar, tanpa diselipi unsur keraguan dan kesyirikan.
Kemudian Allah menyebutkan sejumlah dalil cakrawala seraya berfirman,
{وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ (31) وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَحْفُوظًا وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ (32) وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (33)}.
"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi ini
(tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan
(pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda
(kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. Dan Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya."
(Al-Anbiya`: 31-33)
#
{31} أي: ومن الأدلَّة على قدرته وكماله ووحدانيَّته ورحمته أنَّه لما كانت الأرضُ لا تستقرُّ إلاَّ بالجبال؛ أرْساها بها، وأوْتَدَها لئلاَّ تميدَ بالعباد؛ أي: لئلاَّ تضطرب؛ فلا يتمكَّن العباد من السكون فيها ولا حرثها ولا الاستقرار بها، فأرساها بالجبال، فحصل بسبب ذلك من المصالح والمنافع ما حصل.
ولما كانت الجبالُ المتَّصل بعضها ببعض قد اتَّصلت اتصالاً كثيراً جدًّا؛ فلو بقيت بحالها جبالاً شامخاتٍ وقللاً باذخاتٍ؛ لتعطَّل الاتِّصال بين كثير من البلدان؛ فمن حكمة الله ورحمته أن جعل بين تلك الجبال {فِجاجاً سُبُلاً}؛ أي: طرقاً سهلة لا حَزْنَةً، {لعلَّهم يهتَدون}: إلى الوصول إلى مطالبهم من البلدان، ولعلَّهم يهتدونَ بالاستدلال بذلك على وحدانيَّة المنَّان.
(31) Di antara bukti kekuasaanNya dan kesempurnaan ke-esaan dan rahmatNya, yaitu bahwa tatkala bumi tidak dapat diam kecuali dengan keberadaan gunung-gunung, maka Allah meman-cangkannya, dan menempatkannya sebagai pasak padanya, agar bumi tidak bergoncang menggoncangkan para manusia. Maksud-nya tidak bergerak-gerak, hingga manusia tidak bisa menenang-kan diri padanya, tidak dapat membajak
(tanah)nya dan tidak bisa menghuninya. Selanjutnya, Allah memancangkannya dengan gunung-gunung. Dengan itu, terwujudlah berbagai maslahat dan kemanfaatan yang dapat dinikmati.
Ketika keberadaan gunung-gunung yang saling menyambung dengan bagian lainnya, dalam bentuk barisan yang begitu banyak sekali, bila tetap dalam bentuknya, gunung-gunung yang tinggi, puncak-puncaknya menjulang, tentulah menyebabkan kelumpuhan hubungan antara banyak wilayah. Di antara
(cerminan) hikmah Allah dan rahmatNya, Allah menjadikan antara gunung-gunung tersebut ﴾ فِجَاجٗا سُبُلٗا
﴿ "jalan-jalan yang luas," yaitu jalan-jalan yang mudah dilalui tanpa ada kesulitan dalam menempuhnya.
﴾ لَّعَلَّهُمۡ يَهۡتَدُونَ 31 ﴿ "Agar mereka mendapat petunjuk," menuju negeri-negeri yang diinginkan. Semoga mereka mendapatkan petunjuk dengan itu tentang keesaan al-Mannan
(Allah Dzat Yang Maha Memberi).
#
{32 ـ 33} {وجَعَلْنا السماء سَقْفاً}: للأرض التي أنتم عليها {محفوظاً}: من السقوط؛ {إنَّ الله يمسِكُ السمواتِ والأرضَ أن تزولا}؛ محفوظاً أيضاً من استراق الشياطين للسمع. {وهُم عن آياتِها معرِضونَ}؛ أي: غافلون لاهون.
وهذا عامٌّ في جميع آيات السماء؛ من علوِّها، وسعتها، وعظمتها، ولونها الحسن، وإتقانها العجيب، وغير ذلك من المشاهَدِ، فيها من الكواكب الثوابت والسيَّارات، وشمسها وقمرها النيِّرات، المتولِّد عنهما الليل والنهار، وكونهما دائماً في فلكهما سابحيْن. وكذلك النجوم، فتقوم بسبب ذلك منافعُ العباد من الحرِّ والبرد والفصول، ويعرفون حسابَ عباداتهم ومعاملاتهم، ويستريحون في ليلهم ويهدؤون ويسكنون، وينتشرون في نهارهم ويسعَوْن في معايشهم؛ كل هذه الأمور إذا تدبَّرها اللبيب وأمعن فيها النظر؛ جزم جزماً لا شكَّ فيه أن الله جعلها مؤقَّتة في وقتٍ معلوم إلى أجل محتوم، يقضي العبادُ منها مآرِبَهم، وتقومُ بها منافِعُهم، وليستمتعوا وينتفعوا، ثم بعد هذا ستزول وتضمحلُّ ويفنيها الذي أوجدها ويُسكِّنُها الذي حركها، وينتقل المكلَّفون إلى دارٍ غير هذه الدار؛ يجدون فيها جزاء أعمالهم كاملاً موفراً، ويعلم أنَّ المقصود من هذه الدار أن تكون مزرعةً لدار القرار، وأنَّها منزلُ سفرٍ لا محلُّ إقامة.
(32-33) ﴾ وَجَعَلۡنَا ٱلسَّمَآءَ سَقۡفٗا
﴿ "Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap," bagi bumi yang kalian berada di atasnya ﴾ مَّحۡفُوظٗاۖ
﴿ "yang ter-pelihara," dari kerobohan,
﴾ إِنَّ ٱللَّهَ يُمۡسِكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ أَن تَزُولَاۚ
﴿
"Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap." (Fathir: 41),
juga terlindungi dari pencurian pendengaran yang dilakukan oleh setan-setan ﴾ وَهُمۡ عَنۡ ءَايَٰتِهَا مُعۡرِضُونَ 32 ﴿ "sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda
(kekuasaan Allah) yang terdapat padanya," maksudnya, lalai dan lupa diri.
Ini umum sifatnya pada semua tanda-tanda kebesaran Allah yang berada di langit, berupa ketinggian, keluasan, kebesaran, dan warnanya yang elok serta keharmonisannya yang mengagumkan dan panorama-panorama lainnya. Di dalamnya, terdapat planet-planet yang statis dan yang beredar, matahari dan bulannya yang terang benderang yang mengakibatkan terjadinya malam dan siang, dan sifat keberadaannya yang senantiasa beredar di dalam porosnya. Begitu pula, bintang-bintang yang memunculkan keman-faatan bagi umat manusia, karena berpengaruh atas kemunculan cuaca panas, dingin, dan
(pergantian) musim-musim dalam seta-hun.
(Dengan itu) mereka pun menjadi tahu mengenai perhitungan waktu-waktu ibadah dan muamalah mereka. Di malam hari, mereka beristirahat, merasakan ketenangan dan ketentraman. Di siang harinya, mereka bertebaran dan mencari penghidupan.
Semua perkara ini bila direnungi oleh seseorang yang cerdas dan memandangnya dengan cermat, niscaya dia akan yakin dengan seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan apa pun bahwasanya Allah-lah yang mengaturnya berdasarkan ketentuan-ketentuan waktu pada tempo yang sudah dicanangkan sampai batas akhir yang pasti. Pada rentang waktu itu, manusia memenuhi hajat-hajatnya, dan kemanfaatan mereka terpenuhi dengannya. Tujuannya, supaya mereka dapat bersenang-senang dan memperoleh kemaslahatan.
Setelah itu,
(berbagai hal tadi) akan sirna dan lenyap. Dzat yang melenyapkannya adalah Dzat yang telah menciptakannya. Dan yang akan menjadikannya diam tidak bergerak adalah Dzat yang telah menggerakkannya. Orang-orang mukallaf akan berpindah dari tempat tinggal mereka menuju tempat lain. Di sana, mereka akan menjumpai balasan amal mereka
(di dunia) secara penuh dan lengkap. Sehingga dapat diketahui bahwa kegunaan tempat ini
(dunia) sebagai ladang
(amalan) untuk membidik tempat hunian abadi
(di akhirat), dan bahwa dunia hanya merupakan lintasan perjalanan seseorang, bukan tempat huniannya.
{وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ (34) كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (35)}.
"Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu
(Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan."
(Al-Anbiya`: 34-35).
#
{34} لما كان أعداء الرسول يقولون: {تربَّصوا به ريْبَ المنونِ}؛ قال الله تعالى: هذا طريقٌ مسلوكٌ ومعبدٌ منهوكٌ؛ فلم نجعل لبشر من قبلك يا محمد الخلدَ في الدُّنيا؛ فإذا متَّ؛ فسبيل أمثالك من الرسل والأنبياء والأولياء [وغيرهم]. {أفإن متَّ فهم الخالدون}؛ أي: فهل إذا متَّ؛ خلدوا بعدك، فليهنهم الخلود إذاً إن كان، وليس الأمر كذلك، بل كلُّ من عليها فان.
(34) Ketika para musuh Rasulullah mengatakan seperti yang diceritakan oleh Allah,
﴾ نَّتَرَبَّصُ بِهِۦ رَيۡبَ ٱلۡمَنُونِ 30
﴿
"Kami menunggu-nunggu kecelakaan menimpanya." (Ath-Thur: 30),
maka Allah تعالى berfirman, "Ini merupakan jalan hidup yang dilewati (setiap orang) dan jalan setapak yang meletihkan. Kami belum pernah menetapkan keabadian bagi seorang manusia pun di dunia, wahai Muhammad. Jika engkau meninggal, maka itulah kondisi orang-orang sepertimu, dari kalangan para rasul, nabi, wali, [dan lainnya]. ﴾ أَفَإِيْن مِّتَّ فَهُمُ ٱلۡخَٰلِدُونَ 34 ﴿ "Maka jikalau engkau mati, apakah mereka itu kekal," maksudnya apakah bila engkau meninggal, me-reka akan kekal abadi sepeninggalmu? Kalau memang demikian adanya, maka hendaknya keabadian menghalangi mereka
(dari kematian). Namun, realitanya tidak demikian adanya. Bahkan setiap makhluk yang berada di atasnya
(bumi) akan hancur.
#
{35} ولهذا قال: {كلُّ نفس ذائقةُ الموتِ}: وهذا يشملُ سائر نفوس الخلائق، وأنَّ هذا كأسٌ لا بدَّ من شربِهِ وإن طال بالعبدِ المدى وعُمِّر سنين، ولكن الله تعالى أوجد عبادَهُ في الدُّنيا، وأمرهم ونهاهم، وابتلاهم بالخير والشرِّ وبالغنى والفقر والعزِّ والذُّل والحياة والموت؛ فتنةً منه تعالى؛ {ليبلوَهُم أيُّهم أحسنُ عملاً}، ومَنْ يفتتن عند مواقع الفتن ومن ينجو، ثمَّ {إلينا تُرْجَعون}: فنجازيكم بأعمالكم؛ إن خيراً فخير، وإن شرًّا؛ فشر، وما ربُّك بظلاَّم للعبيد.
وهذه الآية تدلُّ على بطلان قول مَنْ يقول ببقاء الخَضِر، وأنَّه مخلَّد في الدُّنيا؛ فهو قولٌ لا دليل عليه، ومناقض للأدلَّة الشرعيَّة.
(35) Oleh karenanya, Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ
﴿ "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati." Pengertian ini mencakup segenap nyawa para makhluk. Dan bahwa ajal ibarat gelas yang harus ditenggak oleh setiap makhluk, kendatipun masa hidup seorang hamba lama dan dikarunia umur panjang. Akan tetapi, Allah تعالى menciptakan para hambaNya di dunia, untuk diperintah dan dikekang dengan larangan. Serta untuk menguji mereka dengan takdir yang baik ataupun buruk, dengan kekayaan dan kemiskinan, dengan kemuliaan dan kehinaan, dengan kehidupan dan kematian, sebagai bentuk ujian dari Allah تعالى,
﴾ لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗا 7
﴿
"Supaya Kami menguji mereka siapakah yang paling baik amalan-nya." (Al-Kahfi: 7),
siapa orang yang akhirnya terjebak dalam lubang-lubang fitnah, dan siapa yang berhasil selamat. Selanjutnya, ﴾ إِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ ﴿ "hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan." Kemudian Kami akan mem-balas mereka sesuai dengan amalan-amalan mereka. Apabila baik, maka balasannya baik pula. Jika amalannya buruk, niscaya balasan-nya buruk pula. Allah tidak berbuat aniaya terhadap para hamba-Nya.
Ayat ini menunjukkan kebatilan perkataan orang yang me-nyatakan kelanggengan hidup Khidhir, bahwasanya beliau abadi di dunia ini. Ini merupakan pernyataan yang tidak ada buktinya, bertentangan dengan dalil-dalil agama.
{وَإِذَا رَآكَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا أَهَذَا الَّذِي يَذْكُرُ آلِهَتَكُمْ وَهُمْ بِذِكْرِ الرَّحْمَنِ هُمْ كَافِرُونَ (36) خُلِقَ الْإِنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ (37) وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (38) لَوْ يَعْلَمُ الَّذِينَ كَفَرُوا حِينَ لَا يَكُفُّونَ عَنْ وُجُوهِهِمُ النَّارَ وَلَا عَنْ ظُهُورِهِمْ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ (39) بَلْ تَأْتِيهِمْ بَغْتَةً فَتَبْهَتُهُمْ فَلَا يَسْتَطِيعُونَ رَدَّهَا وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ (40) وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (41)}.
"Dan apabila orang-orang kafir itu melihatmu, mereka hanya membuatmu menjadi olok-olok.
(Mereka mengatakan), 'Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhanmu,' padahal mereka adalah orang-orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah. Manusia telah dijadikan
(bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda
(azab)Ku. Maka janganlah kamu minta kepadaKu mendatangkan
(nya) dengan segera. Mereka berkata, 'Kapankah janji itu akan datang, jika kamu sekalian adalah orang-orang yang benar.' Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui, waktu
(di mana) mereka tidak mampu untuk mengelak-kan api neraka dari muka mereka dan
(tidak pula) dari punggung mereka, sedang mereka tidak
(pula) mendapatkan pertolongan,
(tentulah mereka tidak meminta disegerakan). Sebenarnya
(azab) itu akan datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong lalu membuat mereka menjadi panik, maka mereka tidak sanggup meno-laknya dan tidak
(pula) mereka diberi tangguh. Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu maka turunlah kepada orang yang mencemoohkan rasul-rasul itu azab yang selalu mereka perolok-olokkan."
(Al-Anbiya`: 36-41).
#
{36} وهذا من شدَّة كفرِهِم؛ فإنَّ المشركين إذا رأوا رسول الله - صلى الله عليه وسلم -؛ استهزؤوا به وقالوا: {أهذا الذي يَذْكُرُ آلهتَكم}؛ أي: هذا المحتقر بزعمهم، الذي يسبُّ آلهتكم ويذمُّها ويقع فيها؛ أي: فلا تُبالوا به، ولا تحتفلوا به. هذا استهزاؤُهم واحتقارُهم له بما هو من كماله؛ فإنَّه الأكمل الأفضل، الذي من فضائله ومكارمه إخلاصُ العبادة لله، وذمُّ كلِّ ما يُعْبَدُ من دونه وتنقُّصه، وذِكْرُ محلِّه ومكانته، ولكنَّ محلَّ الازدراء والاستهزاء هؤلاء الكفار الذين جَمَعوا كلَّ خُلُقٍ ذميم، ولو لم يكنْ إلاَّ كفرهم بالربِّ وجحدهم لرسلِهِ، فصاروا بذلك من أخس الخلق وأرذلهم، ومع هذا؛ فذِكْرُهم للرحمن الذي هو أعلى حالاتهم كافرون به؛ لأنَّه لا يذكرونه ولا يؤمنون به إلاَّ وهم مشركون؛ فذِكْرُهم كفرٌ وشركٌ؛ فكيف بأحوالهم بعد ذلك؟! ولهذا قال: {وهم بذِكْرِ الرحمن هم كافرونَ}. وفي ذكر اسمه الرحمن هنا بيانٌ لقباحة حالهم، وأنَّهم كيف قابلوا الرحمن ـ مُسْدي النِّعم كلِّها، ودافع النِّقَم، الذي ما بالعبادِ من نعمةٍ إلاَّ منه، ولا يدفع السُّوء إلاَّ هو ـ بالكفر والشرك.
(36) Ini lantaran dahsyatnya kekufuran mereka. Kaum musyrikin jika menyaksikan Rasulullah, niscaya mereka mengolok-olok beliau dengan berkata, ﴾ أَهَٰذَا ٱلَّذِي يَذۡكُرُ ءَالِهَتَكُمۡ
﴿ "Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhanmu," maksudnya apakah orang hina ini –menurut pandangan mereka– yang mencela tuhan-tuhan kalian, memaki dan menghinanya. Maknanya, janganlah kalian pedulikan dia, dan jangan mengerubutinya. Kejadian ini merupakan bentuk pengolokan dan penghinaan terhadap beliau dengan aspek yang menjadi kesempurnaan beliau.
Beliau adalah insan yang paling sempurna dan paling utama. Di antara keutamaan dan ketinggian akhlak beliau, yaitu mengikh-laskan ibadah hanya kepada Allah, mencela segala yang disembah selain Allah dan mendiskreditkannya, serta menyebutkan posisi Allah dan (ketinggian) kedudukanNya. Akan tetapi, justru obyek olokan dan hinaan (yang pantas) adalah (kepada) orang-orang kafir yang telah menghimpun setiap perilaku tercela. Sekiranya tidak ada pada mereka kecuali kekufuran mereka kepada Rabb dan peng-ingkaran terhadap para utusanNya, maka dengan hal itu cukup sudah membuat mereka menjadi makhluk-makhluk yang paling nista dan paling hina. Kendatipun demikian, penyebutan mereka tentang ar-Rahman (yang merupakan kondisi terbaik mereka) ada-lah keadaan kafir mereka kepada Allah. Pasalnya tidaklah mereka menyebutkan nama ini dan tidak mengimaniNya melainkan dalam keadaan menyekutukanNya dengan makhluk lain. Maka ucapan dzikir mereka merupakan bentuk kekufuran dan kesyirikan. Lalu bagaimana halnya dengan tindakan-tindakan lainnya?
Oleh karenanya, Allah berfirman, ﴾ وَهُم بِذِكۡرِ ٱلرَّحۡمَٰنِ هُمۡ كَٰفِرُونَ 36 ﴿ "Padahal mereka adalah orang-orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah." Dalam penyebutan nama Allah ar-Rahman me-ngandung petunjuk betapa buruknya perilaku mereka. Bagaimana bisa mereka bersikap kepada ar-Rahman –Dzat yang mencurahkan segala kenikmatan dan menyingkirkan segala malapetaka yang mana tidak ada kenikmatan pada hamba-hamba melainkan pasti berasal dariNya, dan tidak dapat menghalau kejelekan selainNya– dengan sikap kekufuran dan kesyirikan.
#
{37} {خُلِقَ الإنسانُ من عَجَل}؛ أي: خُلِق عجولاً، يبادِرُ الأشياء، ويستعجِلُ بوقوعها؛ فالمؤمنون يستعجِلون عقوبة الله للكافرين ويتباطؤونها، والكافرون يتولَّون ويستعجلون بالعذاب تكذيباً وعناداً ويقولون: {متى هذا الوعدُ إن كنتُم صادقينَ}، والله تعالى يُمْهِلُ ولا يُهْمِلُ، ويحلَم ويجعلُ لهم أجلاً مؤقَّتاً، {إذا جاء أجَلُهُم لا يستأخِرونَ ساعةً ولا يستقدِمونَ}. ولهذا قال: {سأريكم آياتي}؛ أي: في انتقامي ممَّن كَفَر بي وعصاني، {فلا تستعجلون}: ذلك.
(37) ﴾ خُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ مِنۡ عَجَلٖۚ
﴿ "Manusia telah dijadikan (bertabiat) ter-gesa-gesa," maksudnya tercipta dengan sifat bawaan tergesa-gesa, ingin menyegerakan segala sesuatu dan ingin cepat untuk mengeta-hui hasilnya. Kaum Mukminin menginginkan percepatan hukuman Allah bagi orang-orang kafir dan menilainya lamban. Sementara itu, orang-orang kafir berpaling dan mempunyai kehendak agar dipercepat siksaan (bagi mereka) dalam rangka untuk mendusta-kan dan penentangan, seraya berkata,
﴾ مَتَىٰ هَٰذَا ٱلۡوَعۡدُ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ 38
﴿
"Bilakah (terjadinya) janji (Hari Kebangkitan) ini jika kamu adalah orang-orang yang benar." (Al-Anbiya`: 38).
(Ketahuilah) Allah sedang menunda, bukan melupakan, ingin bersikap lembut, dan sudah menetapkan waktu tertentu bagi mereka.
﴾ إِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ فَلَا يَسۡتَـٔۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ 49
﴿
"Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengun-durkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)." (Yunus: 49).
Karena itu, Allah berfirman, ﴾ سَأُوْرِيكُمۡ ءَايَٰتِي
﴿ "Kelak akan Aku per-lihatkan kepadamu tanda-tanda (azab)Ku," yaitu mengenai balas den-damKu terhadap orang-orang yang mengingkari Aku dan durhaka kepadaKu. ﴾ فَلَا تَسۡتَعۡجِلُونِ 37 ﴿ "Maka janganlah kamu meminta kepadaKu mendatangkan segera," hal tersebut.
#
{38} وكذلك الذين كفروا يقولون: {متى هذا الوعدُ إن كنتُم صادقينَ}: قالوا هذا القول اغتراراً ولما يحقَّ عليهم العقاب وينزلْ بهم العذاب.
(38) Begitu pula, orang-orang kafir mengatakan,﴾ مَتَىٰ هَٰذَا ٱلۡوَعۡدُ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ 38 ﴿ "Bilakah
(terjadinya) janji
(Hari Kebangkitan) ini jika kamu adalah orang-orang yang benar." Mereka itu melontarkan pernyataan ini lantaran terpedaya dengan kondisi mereka
(yang akan selamat) karena hukuman yang belum menimpa mereka dan siksa belum turun menerjang mereka.
#
{39} فلو {يعلم الذين كفروا} حالَهم الشنيعة {حين لا يكفُّون عن وجوههم النار ولا عن ظهورهم}؛ إذ قد أحاطَ بهم من كلِّ جانب، وغَشِيَهم من كلِّ مكان، {ولا هم يُنصَرون}؛ أي: لا ينصرهم غيرُهم؛ فلا نُصِروا، ولا انتصروا.
(39) Sekiranya ﴾ يَعۡلَمُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ
﴿ "orang-orang kafir itu mengeta-hui," keadaan buruk mereka ﴾ حِينَ لَا يَكُفُّونَ عَن وُجُوهِهِمُ ٱلنَّارَ وَلَا عَن ظُهُورِهِمۡ
﴿ "waktu (di mana) mereka tak mampu untuk mengelakkan api neraka dari muka mereka dan (tidak pula) dari punggung mereka," pasalnya, (pada waktu itu), neraka telah mengitari mereka dari semua sisi, dan me-nyelubungi mereka dari semua tempat, ﴾ وَلَا هُمۡ يُنصَرُونَ 39 ﴿ "sedang mereka tidak mendapat pertolongan
(tentulah mereka tiada meminta di-segerakan)," maksudnya tidak ada orang lain yang
(dapat) menolong mereka. Mereka tidak ditolong dan tidak pula dapat menolong diri mereka sendiri.
#
{40} {بل تأتيهم} النار {بغتةً}: فتبهتُهم من الانزعاج والذعر والخوف العظيم. {فلا يستطيعون ردَّها}: إذ هم أذلُّ وأضعف من ذلك. {ولا هم يُنظَرون}؛ أي: يُمْهَلون فيؤخَّر عنهم العذاب؛ فلو علموا هذه الحالة حقَّ المعرفة؛ لما استعجلوا بالعذاب، ولخافوه أشدَّ الخوف، ولكن لما ترحَّلَ عنهم هذا العلم؛ قالوا ما قالوا.
(40) ﴾ بَلۡ تَأۡتِيهِم
﴿ "Bahkan api neraka datang kepada mereka," dalam keadaan ﴾ بَغۡتَةٗ
﴿ "dengan sekonyong-konyong," menghenyakkan mereka karena kepanikan, kebingungan, dan lantaran rasa takut yang sangat mengerikan. ﴾ فَلَا يَسۡتَطِيعُونَ رَدَّهَا
﴿ "Maka mereka tidak sanggup menolaknya," sebab mereka benar-benar hina dan lemah untuk bisa melakukannya ﴾ وَلَا هُمۡ يُنظَرُونَ ﴿ "dan tidak
(pula) mereka diberi
(waktu) tangguh," maksudnya memperoleh penundaan tempo sehingga diakhirkan siksaan mereka. Seandainya mereka menge-tahui hakikat ini dengan sebenarnya, niscaya mereka tidak akan meminta penyegeraan siksaan bagi mereka dan akan benar-benar merasa sangat takut terhadapnya. Hanya saja, karena pengetahuan ini kosong dari diri mereka, akhirnya mereka mengatakan apa yang telah mereka lontarkan.
#
{41} ولما ذَكَرَ استهزاءَهم برسوله بقولهم: {أهذا الذي يَذْكُرُ آلهتكم}؛ سلاَّه بأن هذا دأب الأمم السالفة مع رسلهم، فقال: {ولقد استُهزئ برسل من قبلِكَ فحاق بالذين سَخِروا منهم}؛ أي: نزل بهم، {ما كانوا به يستهزِئون}؛ أي: نزل بهم العذاب وتقطَّعت عنهم الأسباب؛ فليحذرْ هؤلاء أنْ يصيبَهم ما أصاب أولئك المكذِّبين.
(41) Dan setelah Allah menyebutkan penghinaan mereka terhadap RasulNya dengan perkataan, ﴾ أَهَٰذَا ٱلَّذِي يَذۡكُرُ ءَالِهَتَكُمۡ
﴿ "Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhanmu." (Al-Anbiya`: 36), maka Allah menghibur beliau, bahwa kejadian seperti itu merupa-kan kebiasaan umat-umat terdahulu saat menghadapi para utusan Allah (yang diutus kepada mereka). Allah berfirman,﴾ وَلَقَدِ ٱسۡتُهۡزِئَ بِرُسُلٖ مِّن قَبۡلِكَ فَحَاقَ بِٱلَّذِينَ سَخِرُواْ مِنۡهُم
﴿ "Dan sungguh telah diperolok-olok beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemo-ohkan dari mereka," menghampiri mereka, ﴾ مَّا كَانُواْ بِهِۦ يَسۡتَهۡزِءُونَ ﴿ "balasan
(azab) olok-olokan mereka." Maksudnya telah datang siksaan kepada mereka. Segala faktor untuk menolaknya pun lenyap. Hendaknya mereka berhati-hati akan turunnya bencana, hukuman yang telah melanda kaum yang mendustakan para utusan Allah.
{قُلْ مَنْ يَكْلَؤُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مِنَ الرَّحْمَنِ بَلْ هُمْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِمْ مُعْرِضُونَ (42) أَمْ لَهُمْ آلِهَةٌ تَمْنَعُهُمْ مِنْ دُونِنَا لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَ أَنْفُسِهِمْ وَلَا هُمْ مِنَّا يُصْحَبُونَ (43) بَلْ مَتَّعْنَا هَؤُلَاءِ وَآبَاءَهُمْ حَتَّى طَالَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُ أَفَلَا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِي الْأَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا أَفَهُمُ الْغَالِبُونَ (44)}.
"Katakanlah, 'Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari selain
(Allah) Yang Maha Pemurah.' Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari meng-ingat Rabb mereka. Atau adakah mereka mempunyai tuhan-tuhan yang dapat memelihara mereka dari
(azab) Kami. Tuhan-tuhan itu tidak sanggup menolong diri mereka sendiri, dan tidak
(pula) mereka dilindungi dari
(azab) Kami itu. Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan
(hidup di dunia) hingga panjanglah umur mereka. Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi negeri
(orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya. Maka apakah mereka yang menang."
(Al-Anbiya`: 42-44).
#
{42} يقول تعالى ذاكراً عَجْزَ هؤلاء الذين اتَّخذوا من دونِهِ آلهةً، وأنَّهم محتاجون مضطرُّون إلى ربِّهم الرحمن، الذي رحمته شملَتِ البرَّ والفاجر في ليلهم ونهارهم، فقال: {قل من يَكْلَؤُكُم}؛ أي: يحرسكم ويحفظكم {بالليل}: إذا كنتم نائمين على فُرُشِكم وذهبت حواسُّكم، وبالنّهار وقت انتشاركم وغفلتكم {من الرحمن}؛ أي: بدله غيره؛ أي: هل يحفظُكم أحدٌ غيره؟ لا حافظ إلاَّ هو. {بل هم عن ذِكْرِ ربِّهم معرِضونَ}: فلهذا أشركوا به، وإلاَّ؛ فلو أقبلوا على [ذكر] ربِّهم، وتلقَّوا نصائحه؛ لَهُدوا لِرُشْدِهِم، ووفِّقوا في أمرهم.
(42) Allah تعالى berfirman untuk memaparkan betapa lemah-nya orang-orang yang menetapkan sesembahan selain Allah, dan bahwa mereka membutuhkan serta sangat berkepentingan dengan Rabb mereka ar-Rahman
(Yang Maha Penyayang) yang kasih sa-yangNya meliputi orang-orang baik dan jahat di malam dan siang hari. Allah berfirman, ﴾ قُلۡ مَن يَكۡلَؤُكُم
﴿ "Siapakah yang dapat memeli-hara kamu," maksudnya, siapakah yang akan menjaga dan memeli-hara kalian ﴾ بِٱلَّيۡلِ
﴿ "di malam hari," saat kalian tidur di atas ranjang-ranjang kalian, tanpa panca indera (yang berfungsi) dan tatkala di siang hari ketika kalian bertebaran (untuk mengais rizki) dan ketika kalian lalai ﴾ مِنَ ٱلرَّحۡمَٰنِۚ
﴿ "selain ar-Rahman (Dzat Yang Maha Pemurah)," maksudnya, selainNya menggantikan posisiNya. Apakah ada dzat lain yang menjaga kalian selainNya? Jawabnya, tidak ada penjaga selainNya. ﴾ بَلۡ هُمۡ عَن ذِكۡرِ رَبِّهِم مُّعۡرِضُونَ 42 ﴿ "Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari mengingat Rabb mereka," Oleh karena itu, mereka menyekutukan sesuatu denganNya. Dan kalau tidak demikian, seandainya mereka mau menyambut peringatan Rabb mereka, mau menerima nasihat-nasihatNya, niscaya mereka akan mendapatkan petunjuk dan memperoleh taufik dalam setiap urusan mereka.
#
{43} {أم لهم آلهةٌ تمنَعُهم من دوننا}؛ أي: إذا أردناهم بسوءٍ؛ هل من آلهتهم من يقدِرُ على منعهم من ذلك السوء والشرِّ النازل بهم؟ {لا يستطيعونَ نصرَ أنفسِهِم ولا هم منا يُصْحَبون}؛ أي: لا يُعانون على أمورهم من جهتنا، وإذا لم يُعانوا من الله؛ فهم مَخْذولون في أمورهم، لا يستطيعون جَلْبَ منفعةٍ ولا دفع مَضَرَّةٍ.
(43) ﴾ أَمۡ لَهُمۡ ءَالِهَةٞ تَمۡنَعُهُم مِّن دُونِنَاۚ
﴿ "Atau adakah mereka mempunyai tuhan-tuhan yang dapat memelihara mereka dari (azab) Kami," maksud-nya jika Kami berkehendak mendatangkan sebuah keburukan pada mereka, apakah ada sesembahan mereka yang akan mampu melindungi mereka dari keburukan dan kejahatan yang melanda mereka? ﴾ لَا يَسۡتَطِيعُونَ نَصۡرَ أَنفُسِهِمۡ وَلَا هُم مِّنَّا يُصۡحَبُونَ 43 ﴿ "Tuhan-tuhan itu tidak sanggup menolong diri mereka sendiri dan tidak
(pula) mereka di-lindungi dari
(azab) Kami itu," maksudnya, mereka tidak memperoleh pertolongan dari sisi Kami. Jika mereka tidak mendapatkan per-tolongan dari Allah, maka mereka merupakan orang-orang yang terlantarkan dalam
(menjalankan) urusan-urusan mereka. Mereka tidak mampu mendatangkan maslahat dan menepis mara bahaya.
#
{44} والذي أوجب لهم استمرارهم على كفرهم وشركهم قوله: {بل مَتَّعْنا هؤلاء وآباءَهم حتى طالَ عليهم العُمُرُ}؛ أي: أمددناهم بالأموال والبنين، وأطلنا أعمارهم، فاشتغلوا بالتمتُّع بها، ولهوا بها عما له خُلقوا، وطال عليهم الأمد، فقست قلوبُهم، وعظُم طغيانُهم، وتغلَّظ كفرانهم؛ فلو لفتوا أنظارهم إلى مَنْ عن يمينهم وعن يسارهم من الأرض؛ لم يَجِدوا إلاَّ هالكاً، ولم يسمعوا إلاَّ صوتَ ناعيةٍ، ولم يحسُّوا إلا بقرونٍ متتابعة على الهلاك، وقد نَصَبَ الموتُ في كلِّ طريق ـ لاقتناص النفوس ـ الأشْراكَ، ولهذا قال: {أفلا يَرَوْنَ أنَّا نأتي الأرض نَنقُصُها من أطرافِها}؛ أي: بموت أهلها وفنائهم شيئاً فشيئاً حتى يَرِثَ الله الأرض ومَنْ عليها وهو خيرُ الوارثين؛ فلو رأوا هذه الحالة؛ لم يغترُّوا ويستمرُّوا على ما هم عليه. {أفهم الغالبونَ}: الذين بوسِعِهم الخروج عن قَدَرِ الله، وبطاقَتِهِم الامتناع من الموت؛ فهل هذا وصفهم حتى يغترُّوا بطول البقاء؟ أم إذا جاءهم رسولُ ربِّهم، لِقَبْضِ أرواحهم، أذعنوا وذلُّوا ولم يظهرْ منهم أدنى ممانعةٍ؟
(44) Faktor yang menyebabkan mereka kontinyu dalam kekufuran dan kesyirikan ialah, Firman Allah, ﴾ بَلۡ مَتَّعۡنَا هَٰٓؤُلَآءِ وَءَابَآءَهُمۡ حَتَّىٰ طَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡعُمُرُۗ
﴿ "Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga panjanglah umur mereka," maksudnya, Kami telah menopang kehidupan mereka dengan limpahan harta dan keturunan, dan Kami telah mengaruniakan umur panjang bagi mereka. Akhirnya, mereka menyibukkan diri untuk menikmatinya dan melupakan untuk misi apa mereka di-ciptakan di dunia ini. Seiring dengan perjalanan masa bersama mereka, kalbu-kalbu mereka menjadi keras, kepongahan mereka semakin menjadi-jadi serta kekufuran mereka pun semakin mengen-tal. Andai mereka mau mengarahkan pandangan mereka kepada orang-orang yang berada di sisi bumi sebelah kanan dan kiri, nis-caya mereka tidak akan menjumpai kecuali orang yang telah binasa. Tidaklah mereka mendengarkan melainkan suara-suara ratapan wanita. Dan tidaklah mereka menyadari melainkan masa-masa yang saling bergantian, berujung pada kehancuran. Kematian telah berdiri tegak di tengah jalan –untuk menyambar jiwa-jiwa– menye-barkan tali-tali jeratnya. Karena itu, Allah berfirman, ﴾ أَفَلَا يَرَوۡنَ أَنَّا نَأۡتِي ٱلۡأَرۡضَ نَنقُصُهَا مِنۡ أَطۡرَافِهَآۚ
﴿ "Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya," yaitu kabar tentang kematian para penduduk-nya, dan kehancuran mereka secara pelan-pelan sampai akhirnya Allah mewarisi bumi dan seisinya. Dia-lah sebaik-baik Dzat yang mewarisi. Jika mereka menyaksikan kejadian ini, niscaya mereka tidak akan terpedaya dan tidak akan keras kepala dengan kondisi mereka saat itu ﴾ أَفَهُمُ ٱلۡغَٰلِبُونَ 44 ﴿ "maka apakah mereka itu menang," yang dengan keleluasaan yang dimiliki, mereka bisa keluar dari takdir Allah dan dengan kemampuan yang dimiliki, mereka dapat menahan diri dari kematian. Apakah seperti ini keadaan mereka hingga tertipu dengan masa kehidupan mereka yang panjang
(di dunia ini)? Ataukah mereka itu, bila utusan Allah
(malaikat) datang untuk mencabut ruh-ruh, mereka akan patuh dan merasa hina, tidak tampak unsur penentangan dari mereka sedikit pun?
{قُلْ إِنَّمَا أُنْذِرُكُمْ بِالْوَحْيِ وَلَا يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنْذَرُونَ (45) وَلَئِنْ مَسَّتْهُمْ نَفْحَةٌ مِنْ عَذَابِ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ يَاوَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ (46)}.
"Katakanlah
(hai Muhammad), 'Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tidaklah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan.' Dan sesungguhnya, jika mereka ditimpa sedikit saja dari azab Rabbmu, pastilah mereka berkata, 'Aduhai, celaka-lah kami, bahwasanya kami adalah orang yang menganiaya diri sendiri'."
(Al-Anbiya`: 45-46).
#
{45} أي: {قلْ}: يا محمدُ للناس كلِّهم: {إنَّما أنذِرُكم بالوَحْي}؛ أي: إنما أنا رسولٌ، لا آتيكم بشيء من عندي، ولا عندي خزائنُ الله، ولا أعلم الغيبَ، ولا أقولُ إنِّي مَلَكٌ، وإنما أنذركم بما أوحاه الله لي؛ فإنِ استجَبْتُم فقد استجبتم لله، وسَيُثيبكم على ذلك، وإن أعرضتُم وعارضتم؛ فليس بيدي من الأمر شيء، وإنَّما الأمر لله، والتقدير كلُّه لله. {ولا يسمعُ الصمُّ الدُّعاء}؛ أي: الأصم لا يسمع صوتاً؛ لأنَّ سمعه قد فَسَدَ وتعطَّل، وشرط السماع مع الصوت أن يوجَدَ محلٌّ قابلٌ لذلك. كذلك الوحي سببٌ لحياة القلوب والأرواح وللفقهِ عن الله، ولكنْ إذا كان القلبُ غير قابل لسماع الهُدى؛ كان بالنسبة للهدى والإيمان بمنزلةِ الأصمِّ بالنسبة إلى الأصوات؛ فهؤلاء المشركون صمٌّ عن الهدى؛ فلا يُسْتَغْرَبُ عدم اهتدائهم، خصوصاً في هذه الحالة التي لم يأتِهِمُ العذابُ، ولا مسَّهم ألمه.
(45) Maksudnya, ﴾ قُلۡ
﴿ "Katakanlah," wahai Muhammad kepada seluruh manusia ﴾ إِنَّمَآ أُنذِرُكُم بِٱلۡوَحۡيِۚ
﴿ "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu," maksudnya saya hanyalah seorang rasul, tidak membawa sesuatu dari diriku sendiri. Saya tidak mempunyai perbendaharaan kekayaan Allah, tidak mengetahui alam ghaib, dan tidak pula mengatakan bahwa diriku seorang malaikat. Saya hanyalah bertugas memberikan peringatan kepada kalian dengan wahyu yang Allah wahyukan kepadaku. Kalau kalian menyambut hal tersebut, maka sungguh kalian telah menyambut (panggilan) Allah, dan Dia akan memberi-kan balasan bagi kalian atas respons tersebut. Apabila kalian ber-paling dan melakukan penentangan, maka saya tidak mempunyai kewenangan sedikit pun dalam mengatur alam semesta ini. Segala urusan adalah milik Allah, dan ketetapan takdir hanya milik Allah semuanya.
﴾ وَلَا يَسۡمَعُ ٱلصُّمُّ ٱلدُّعَآءَ ﴿ "Dan tidaklah orang-orang yang tuli mende-ngar seruan," maksudnya orang tuli tidak mampu lagi mendengar-kan suara. Sebab, pendengarannya telah rusak dan tidak berfungsi lagi. Syarat dapat mendengarkan suara, adalah mesti ada media yang dapat menerimanya. Begitu pula wahyu, merupakan faktor kehidupan bagi hati dan ruh serta piranti untuk memahami maksud dari Allah. Tetapi, bila hati menolak mendengarkan hidayah, maka hati tersebut saat berinteraksi dengan hidayah dan cahaya iman, layaknya orang tuli terhadap suara-suara yang ada. Orang-orang musyrik, mereka itu tuli terhadap hidayah. Oleh karena itu, ja-nganlah dipandang dengan keheranan bila mereka tidak dapat meraih hidayah. Terlebih lagi, dalam kondisi seperti ini, di mana siksaan belum mendatangi mereka, dan rasa sakitnya siksaan belum mengenai mereka.
#
{46} فلو مسَّهم {نفحةٌ من عذاب ربِّك}؛ أي: ولو جزءٌ يسيرٌ ولا يسير من عذابِهِ؛ {لَيقولُنَّ يا ويْلَنا إنا كنَّا ظالمينَ}؛ أي: لم يكن قولهم إلاَّ الدُّعاءَ بالويل والثُّبور والندم والاعتراف بظُلْمِهِم وكفرِهم واستحقاقِهِم العذاب.
(46) Seandainya sudah benar-benar mengenai mereka ﴾ نَفۡحَةٞ مِّنۡ عَذَابِ رَبِّكَ
﴿ "sedikit saja dari azab Rabbmu," yaitu walaupun bagian kecil dari siksaNya, namun tidak ada istilah sedikit pada siksa Allah ﴾ لَيَقُولُنَّ يَٰوَيۡلَنَآ إِنَّا كُنَّا ظَٰلِمِينَ 46 ﴿ "pastilah mereka berkata, 'Aduhai celakalah kami, bahwasanya kami adalah orang-orang yang menganiaya diri sendiri'," maksudnya tiada perkataan yang mereka sampaikan kecuali ratapan celaka, kebinasaan, penyesalan dan pengakuan atas perbuatan aniaya dan kekufuran mereka serta pengakuan menjadi orang yang berhak tertimpa siksa.
{وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ (47)}.
"Kami akan memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika
(amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan
(pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan."
(Al-Anbiya`: 47).
#
{47} يخبر تعالى عن حكمِهِ العدل وقضائِهِ القِسْط بين عباده إذا جمعهم يوم القيامة، وأنَّه يضع لهم الموازينَ العادلةَ التي يَبينُ فيها مثاقيلُ الذَّرِّ الذي توزن به الحسنات والسيئات؛ {فلا تُظْلَمُ نفسٌ}: مسلمةٌ ولا كافرةٌ {شيئاً}: بأن تُنْقَصَ من حسناتها أو يُزادَ في سيئاتها، وإنْ كانَ مثقال ذرة من خردلٍ التي هي أصغر الأشياء وأحقرها من خيرٍ أو شرٍّ أتينا بها وأحضرناها، ليجازى بها صاحبها؛ كقوله: {فمن يَعملَ مثقالَ ذرةٍ خيراً يَرَه. ومن يَعمل مثقَالَ ذَرَّةٍ شرًّا يَرَه}، {وقالوا يا وَيْلَتَنا ما لهذا الكتابِ لا يُغادِرُ صغيرةً ولا كبيرةً إلاَّ أحْصاها ووَجَدوا ما عَمِلوا حاضراً}. {وكفى بنا حاسِبينَ}؛ يعني بذلك نفسَه الكريمةَ؛ فكفى بها حاسباً؛ أي: عالماً بأعمال العباد، حافظاً لها، مثبتاً لها في الكتاب، عالماً بمقاديرها ومقادير ثوابها وعقابها واستحقاقها، موصلاً للعمال جزاءها.
(47) Allah تعالى mengabarkan mengenai ketetapan hukumNya yang adil dan keputusanNya yang berimbang
(tidak berat sebelah) di antara para hambaNya ketika Dia menghimpun mereka semua di Hari Kiamat. Dia memasang timbangan-timbangan yang adil bagi mereka. Dalam timbangan-timbangan itu menjadi tampak jelas beratnya biji sawi yang dengan itu kebaikan dan kejelekan akan ditimbang. ﴾ فَلَا تُظۡلَمُ نَفۡسٞ
﴿ "Maka tidaklah dirugikan seseorang," baik jiwa yang Muslim ataupun yang kafir ﴾ شَيۡـٔٗاۖ
﴿ "barang sedikit pun," dalam bentuk pengurangan dari sebagian kebaikannya atau penambahan kejelekannya. Kendatipun seberat biji sawi yang merupakan partikel terkecil dan tidak diperhitungkan, yang berasal dari kebaikan maupun kejelekan, Kami akan membawa dan meng-hadirkannya. Tujuannya, agar pemiliknya mendapatkan balasan dengannya. Makna ini seperti kandungan ayat,
﴾ فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ 7 وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ 8
﴿
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, nis-caya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (Az-Zalzalah: 7-8).
﴾ وَيَقُولُونَ يَٰوَيۡلَتَنَا مَالِ هَٰذَا ٱلۡكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةٗ وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحۡصَىٰهَاۚ وَوَجَدُواْ مَا عَمِلُواْ حَاضِرٗاۗ
﴿
"Dan mereka berkata, 'Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya, dan mereka mendapati apa yang telah mereka kerja-kan ada (tertulis)'." (Al-Kahfi: 49).
﴾ وَكَفَىٰ بِنَا حَٰسِبِينَ 47 ﴿ "Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat per-hitungan," maksudnya Dzat Allah yang mulia sebagai pembuat perhitungan hal tersebut. Cukuplah Allah sebagai Dzat yang mem-perhitungkan amalan-amalan. Maksudnya, mengetahui seluruh amaliah para hambaNya, memeliharanya dan menempatkannya dalam sebuah kitab catatan, mengetahui perhitungannya dan ke-tentuan pahala atau hukumannya serta hak-haknya untuk menye-rahkan balasan bagi para pelakunya.
{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى وَهَارُونَ الْفُرْقَانَ وَضِيَاءً وَذِكْرًا لِلْمُتَّقِينَ (48) الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَهُمْ مِنَ السَّاعَةِ مُشْفِقُونَ (49) وَهَذَا ذِكْرٌ مُبَارَكٌ أَنْزَلْنَاهُ أَفَأَنْتُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ (50)}.
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi yang bertakwa.
(Yaitu) orang-orang yang takut akan
(azab) Rabb me-reka, sedang mereka tidak melihatnya, dan mereka merasa takut akan
(tibanya) Hari Kiamat. Dan al-Qur`an ini adalah suatu kitab
(peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya?"
(Al-Anbiya`: 48-50).
#
{48} كثيراً ما يَجْمَعُ تعالى بين هذين الكتابين الجليلين اللَّذين لم يَطْرُق العالم أفضلُ منهما ولا أعظمُ ذكراً ولا أبركُ ولا أعظمُ هدىً وبياناً، وهما التوراة والقرآن، فأخبر أنَّه آتى موسى أصلاً وهارون تَبَعاً الفرقان، وهو التوراة الفارقة بين الحقِّ والباطل والهدى والضَّلال، وأنها {ضياء}؛ أي: نورٌ يهتدي به المهتدون، ويأتمُّ به السالكون، وتُعْرَفُ به الأحكام، ويميَّز به بين الحلال والحرام، وينير في ظُلمة الجهل والبدع والغواية وذكراً للمتَّقين؛ يتذكَّرون به ما ينفعهم وما يضرُّهم، ويتذكَّر به الخيرَ والشرَّ، وخصَّ المتَّقين بالذِّكر، لأنَّهم المنتفعون بذلك علماً وعملاً.
(48) Kerapkali Allah تعالى memadukan antara dua kitab agung ini, yang mana alam semesta ini tidak pernah menunjukkan kitab yang lebih utama, lebih agung penyebutannya, lebih mengandung berkah dan lebih besar muatan hidayah dan penjelasannya
(bagi umat manusia) dari pada keduanya. Dua kitab tersebut yakni Taurat dan al-Qur`an. Allah memberitahukan bahwa Dia memberi al-Furqan
(kitab yang membedakan) kepada Musa sebagai orang inti dan Harun sebagai pengikut. Yaitu Taurat yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan, petunjuk dan kesesatan. Ia meru-pakan, ﴾ ضِيَآءٗ ﴿ "penerangan," yaitu cahaya yang menjadi obor bagi orang-orang yang mencari hidayah, menjadi pemandu bagi orang-orang yang berjalan serta piranti untuk mengetahui hukum-hukum Allah dan alat yang membedakan antara hal-hal yang halal dan haram, menyebarkan penerangan dalam kegelapan kebodohan, bid'ah, dan kesesatan, serta berfungsi sebagai pengingat bagi orang-orang yang bertakwa. Dengan itu, mereka mengingat hal-hal yang bermanfaat dan hal-hal yang berbahaya bagi mereka, dan meng-ingat-ingat kebaikan dan kejelekan. Allah mengkhususkan penye-butan orang-orang bertakwa dalam konteks ini, karena mereka itulah pihak-pihak yang meraup manfaat darinya dalam bentuk ilmu maupun amalan.
#
{49} ثم فسَّر المتقين فقال: {الذين يَخْشَوْنَ ربَّهم بالغيب}؛ أي: يخشونه في حال غيبتهم وعدم مشاهدةِ الناس لهم؛ فمع المشاهدة أولى، فيتورَّعون عمَّا حَرَّم، ويقومون بما ألزم. {وهم من الساعةِ مشفِقونَ}؛ أي: خائفون وَجِلون؛ لكمال معرفتهم بربِّهم، فجمعوا بين الإحسان والخوف، والعطف هنا من باب عطف الصفات المتغايراتِ الواردة على شيءٍ واحدٍ وموصوف واحدٍ.
(49) Selanjutnya, Allah menerangkan siapa orang-orang yang bertakwa itu. Allah berfirman, ﴾ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُم بِٱلۡغَيۡبِ
﴿ "(Yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Rabb mereka sedang mereka tidak melihatNya," maksudnya mereka takut kepada Allah saat mereka sendirian, tidak ada pandangan orang lain yang mengarah kepada mereka, sehingga pasti saat bersama orang lain, akan lebih takut kepada Allah. Mereka menahan diri (wara`) dari apa yang diha-ramkan oleh Allah dan melaksanakan perkara-perkara yang harus dikerjakan. ﴾ وَهُم مِّنَ ٱلسَّاعَةِ مُشۡفِقُونَ 49 ﴿ "Dan mereka merasa takut akan
(tibanya) Hari Kiamat," maksudnya, mereka takut lagi khawatir. Hal ini muncul karena kesempurnaan ma'rifat
(pengetahuan) mereka tentang Rabb mereka. Sehingga mereka memadukan sikap untuk berbuat baik dan merasa takut kepadaNya. Bentuk 'athaf
(kata sambung "dan") di sini untuk menghubungkan sifat-sifat yang berbeda-beda yang diperuntukkan bagi sesuatu yang
(berjumlah) satu dan obyek yang satu.
#
{50} {وهذا}؛ أي: القرآن، {ذكرٌ مباركٌ أنزلناه}: فوصفه بوصفينِ جليلين: كونُهُ ذكراً يُتَذَكَّر به جميعُ المطالب؛ من معرفة الله بأسمائه وصفاته وأفعاله، ومن صفات الرسل والأولياء وأحوالهم، ومن أحكام الشرع من العبادات والمعاملات وغيرها، ومن أحكام الجزاء والجنَّة والنَّار، فَيُتَذَكَّر به المسائل والدَّلائل العقليَّة والنقليَّة، وسماه ذكراً؛ لأنَّه يُذَكِّرُ ما رَكَزَهُ الله في العقول والفطر من التصديق بالأخبار الصادقة، والأمر بالحَسَن عقلاً، والنهي عن القبيح عقلاً.
وكونُهُ مباركاً يقتضي كثرة خيره ونمائها وزيادتها، ولا شيء أعظم بركةً من هذا القرآن؛ فإنَّ كلَّ خير ونعمة وزيادة دينيَّةٍ أو دنيويَّةٍ أو أخرويَّة؛ فإنَّها بسببه وأثرٌ عن العمل به؛ فإذا كان ذِكْرًا مباركاً؛ وجب تلقِّيه بالقَبول والانقياد والتسليم، وشُكْرِ الله على هذه المنحة الجليلة، والقيام بها، واستخراج بركته؛ بتعلُّم ألفاظه ومعانيه.
ومقابلتُهُ بضدِّ هذه الحالة؛ من الإعراض عنه، والإضراب عنه صفحاً، وإنكاره، وعدم الإيمان به؛ فهذا من أعظم الكفر وأشدِّ الجهل والظُّلم، ولهذا أنكر تعالى على مَنْ أنكره، فقال: {أفأنتُم له منكِرونَ}.
(50) ﴾ وَهَٰذَا
﴿ "Dan ini," yaitu al-Qur`an ﴾ ذِكۡرٞ مُّبَارَكٌ أَنزَلۡنَٰهُۚ
﴿ "adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turun-kan." Allah menyifatinya dengan dua sifat agung. (Pertama) sebagai pengingat, dengan itu semua tuntutan agama menjadi tidak terlu-pakan, seperti mengenal Allah melalui nama-nama dan sifat-sifat dan perbuatan-perbuatanNya, mengenal sifat-sifat para rasul, para wali, dan seluk-beluk tentang mereka, mengetahui hukum-hukum syariat, dalam bentuk peribadahan, muamalah dan lain sebagainya, mengetahui pula kepastian pembalasan amalan, surga dan neraka. Dengannya (al-Qur`an), berbagai masalah, petunjuk-petunjuk logika, dan dalil-dalil naqli dapat diingat. Allah menamakannya sebagai dzikr (pengingat) karena akan mengingatkan perkara-per-kara yang telah Allah tanamkan pada akal-akal dan fitrah manusia berupa pembenaran terhadap berita-berita yang haq, perintah melakukan hal-hal yang baik, dan larangan dari perkara-perkara buruk menurut nalar manusia.
(Kedua) bersifat penuh berkah. Sifat ini menuntut makna banyaknya kebaikannya dan pertumbuhan serta pertambahannya. Tidak ada sesuatu pun yang lebih besar nilai keberkahannya dari pada al-Qur`an ini. Sesungguhnya setiap kebaikan, kenikmatan, dan tambahan nikmat agama, duniawi ataupun ukhrawi, berasal darinya dan efek dari pengamalannya. Jika ia bersifat sebagai pem-beri peringatan yang mengandung berkah, maka wajib menerima-nya dengan tulus, tunduk dan penyerahan diri, serta bersyukur kepada Allah atas karunia besar ini dan mengamalkannya, menggali keberkahannya, melalui mempelajari kata-kata dan makna-makna-nya.
Sementara sikap menyikapinya dengan sifat-sifat yang ber-lawanan dengan keadaan ini, seperti berpaling darinya, mengabai-kannya, mengingkarinya dan tidak mengimaninya merupakan bentuk kekufuran yang sangat besar, kebodohan dan tindakan aniaya yang sangat fatal. Oleh sebab itu, Allah تعالى mengingkari orang-orang yang mengingkari al-Qur`an. Allah berfirman, ﴾ أَفَأَنتُمۡ لَهُۥ مُنكِرُونَ 50 ﴿ "Maka mengapakah kamu mengingkarinya?"
{وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ (51) إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ (52) قَالُوا وَجَدْنَا آبَاءَنَا لَهَا عَابِدِينَ (53) قَالَ لَقَدْ كُنْتُمْ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (54) قَالُوا أَجِئْتَنَا بِالْحَقِّ أَمْ أَنْتَ مِنَ اللَّاعِبِينَ (55) قَالَ بَلْ رَبُّكُمْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الَّذِي فَطَرَهُنَّ وَأَنَا عَلَى ذَلِكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (56) وَتَاللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ (57) فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلَّا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ (58) قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ (59) قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ (60) قَالُوا فَأْتُوا بِهِ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُونَ (61) قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا بِآلِهَتِنَا يَاإِبْرَاهِيمُ (62) قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ (63) فَرَجَعُوا إِلَى أَنْفُسِهِمْ فَقَالُوا إِنَّكُمْ أَنْتُمُ الظَّالِمُونَ (64) ثُمَّ نُكِسُوا عَلَى رُءُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَؤُلَاءِ يَنْطِقُونَ (65) قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ (66) أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (67) قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (68) قُلْنَا يَانَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69) وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَخْسَرِينَ (70) وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ (71) وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً وَكُلًّا جَعَلْنَا صَالِحِينَ (72) وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ (73)}.
"Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum
(Musa dan Harun), dan Kami menge-tahui
(keadaan)nya.
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, 'Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya?' Mereka menjawab, 'Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.' Ibrahim berkata, 'Sesungguh-nya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata.' Mereka menjawab, 'Apakah kamu datang kepada kami de-ngan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?' Ibrahim berkata, 'Sebenarnya Rabb kamu ialah Rabb langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku terma-suk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu.' Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali patung yang terbesar
(induk) bagi mereka; agar mereka kembali
(untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata, 'Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zhalim.' Mereka berkata, 'Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.' Mereka berkata, '
(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan.' Mereka bertanya, 'Apa-kah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?' Ibrahim menjawab, 'Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.' Maka mereka telah kembali ke-pada kesadaran mereka lalu berkata, 'Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya
(diri sendiri).' Kemudian kepala mereka jadi tertunduk
(lalu berkata), 'Sesungguhnya kamu
(hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.' Ibrahim berkata, 'Maka mengapakah kamu me-nyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak
(pula) memberi mudharat kepada kamu. Ah
(celakalah) kamu dan sesuatu yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami.' Mereka berkata, 'Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hen-dak bertindak.' Kami berfirman, 'Hai api, menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.' Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. Dan Kami telah memberikan kepadanya
(Ibrahim) Ishak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah
(dari Kami). Dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang shalih. Kami telah men-jadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami-lah mereka selalu menyembah."
(Al-Anbiya`: 51-73).
#
{51} لما ذكر تعالى موسى ومحمداً - صلى الله عليه وسلم - وكتابيهما؛ قال: {ولقد آتينا إبراهيم رُشْدَهُ من قبلُ}؛ أي: من قبل إرسال موسى ومحمد ونزول كتابيهما، فأراه الله ملكوتَ السماواتِ والأرض، وأعطاه من الرُّشد الذي كَمَّلَ به نفسه ودعا الناس إليه ما لم يؤتِهِ أحداً من العالمين غير محمدٍ، وأضاف الرُّشد إليه لكونِهِ رُشداً بحسب حاله وعلوِّ مرتبتِهِ، وإلاَّ؛ فكلُّ مؤمنٍ له من الرشد بحسب ما عه من الإيمان. {وكُنَّا به عالمين}؛ أي: أعطيناه رشدَه، واختَصَصْناه بالرسالة والخُلَّة، واصطفيناه في الدُّنيا والآخرة؛ لعلمنا أنَّه أهل لذلك وكفءٌ له؛ لزكائه وذكائه.
ولهذا ذَكَرَ محاجَّتَهُ لقومه، ونهيهم عن الشِّرك، وتكسير الأصنام وإلزامهم بالحجَّة، فقال:
(51) Tatkala Allah تعالى menyebutkan kisah tentang Musa dan Muhammad serta kitab mereka berdua, maka Allah berfirman, ﴾ وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَآ إِبۡرَٰهِيمَ رُشۡدَهُۥ مِن قَبۡلُ
﴿ "Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun)," mak-sudnya, sebelum pendelegasian Musa dan Muhammad sebagai rasul dan (sebelum) turunnya kitab mereka berdua, maka Allah mempertontonkan kerajaan langit dan bumi kepada ibrahim, dan menganugerahkan kesempurnaan hidayah kepadanya sehingga dia dapat menyempurnakan dirinya, serta menyeru umat manusia kepadanya, sebuah anugerah yang tidak diberikan oleh Allah kepada siapa pun dari umat manusia selain kepada Muhammad. Allah menisbatkan kesempurnaan hidayah kepada Ibrahim, karena hidayah tersebut berkait erat dengan kondisi dan ketinggian mar-tabatnya. Kalau tidak diarahkan ke makna demikian ini, maka setiap insan Mukmin memiliki bagian hidayah sesuai dengan kadar keimanan yang ada pada dirinya. ﴾ وَكُنَّا بِهِۦ عَٰلِمِينَ 51 ﴿ "Dan Kami me-ngetahui
(keadaan)nya," maksudnya, Kami memberinya kesempur-naan hidayah, dan Kami perlakukan dia dengan istimewa sebagai rasul dan kekasih, serta Kami menjadikannya sebagai hamba pilihan di dunia dan akhirat, karena Kami mengetahui bahwa dia pantas dan patut untuk mengembannya, mengingat kesucian jiwa dan kecerdasan akalnya.
Karena itu, Allah memaparkan adu argumentasinya di ha-dapan kaumnya, langkah larangan beliau dari praktik syirik kepada mereka, penghancuran berhala-berhala yang dia lakukan dan pem-bungkaman mereka dengan hujjahnya. Allah berfirman,
#
{52} {إذْ قال لأبيه وقومِهِ ما هذه التماثيلُ}: التي مثَّلْتُموها؛ ونَحَتُّموها بأيديكم على صور بعض المخلوقات، {التي أنتُم لها عاكفون}: مقيمون على عبادِتها، ملازِمون لذلك؛ فما هي؟ وأيُّ فضيلة ثبتتْ لها؟ وأين عقولُكم التي ذهبت حتى أفنيتُم أوقاتكم بعبادتها؛ والحالُ أنَّكم مثلْتموها ونحتُّموها بأيديكم؛ فهذا من أكبر العجائب؛ تعبُدون ما تنحِتون؟!
(52) ﴾ إِذۡ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦ مَا هَٰذِهِ ٱلتَّمَاثِيلُ
﴿ "(Ingatlah), ketika Ibrahim ber-kata kepada bapaknya dan kaumnya, 'Patung-patung apakah ini'," yang kalian serupakan dan pahati dengan tangan-tangan kalian dalam rupa beberapa makhluk, ﴾ ٱلَّتِيٓ أَنتُمۡ لَهَا عَٰكِفُونَ 52 ﴿ "yang kamu tekun ber-ibadah kepadanya." Berdiam diri untuk melakukan ibadah kepadanya dan senantiasa berada di dekatnya. Apakah hakikat berhala-berhala itu? Apakah ia mempunyai keutamaan yang melekat padanya. Ke manakah akal sehat kalian kabur hingga kalian menghabiskan waktu-waktu kalian untuk beribadah kepadanya. Padahal, kalian-lah yang membuat dan memahatnya dengan tangan-tangan kalian. Ini salah satu bentuk keajaiban, kalian menyembah sesuatu yang kalian pahat sendiri?
#
{53} فأجابوا بغير حجَّةٍ جواب العاجز الذي ليس بيده أدنى شبهة، فقالوا: {وجَدْنا آباءنا}: كذلك يفعلونَ فسلكنا سبيلَهم واتَّبعناهم على عبادتها!! ومن المعلوم أنَّ فعل أحدٍ من الخلق سوى الرُّسل ليس بحجَّةٍ ولا تجوز به القدوةُ، خصوصاً في أصل الدين وتوحيد ربِّ العالمين.
(53) Mereka menjawabnya dengan jawaban tanpa alasan kuat, sebuah jawaban orang yang lemah, yang tidak mengandung sedikit pun syubhat yang bisa dipegangi. Mereka mengatakan, ﴾ وَجَدۡنَآ ءَابَآءَنَا ﴿ "Kami mendapati bapak-bapak kami." Beginilah mereka
(orang-orang tua kami) melakukan, maka kami sekedar menerus-kan budaya-budaya mereka dan mengikuti mereka dalam menyem-bahnya. Sudah menjadi perkara yang diketahui, bahwa perbuatan seorang manusia, selain para rasul, bukan merupakan hujjah
(dasar kuat) dan tidak boleh diteladani. Terutama dalam perkara dasar-dasar agama
(akidah) dan tauhid
(pengesaan) Rabb semesta alam.
#
{54} ولهذا قال لهم إبراهيمُ مضلِّلاً للجميع: {لقد كنتُم أنتم وآباؤكم في ضَلال مبينٍ}؛ أي: ضلال بيِّن واضح، وأيُّ ضلال أبلغُ من ضلالهم في الشرك وترك التوحيد؟! أي: فليس ما قلتُم يصلُحُ للتمسُّك به، وقد اشتركتُم وإياهم في الضَّلال الواضح البيِّن لكلِّ أحدٍ.
(54) Karena itu, Ibrahim menilai mereka semua telah sesat dengan berkata, ﴾ لَقَدۡ كُنتُمۡ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُمۡ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ 54 ﴿ "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata," maksud-nya, kesesatan yang jelas lagi terang-terangan. Kesesatan apa yang lebih fatal dari pada kesesatan mereka yang berada dalam jurang kesyirikan dan menjauhkan diri dari tauhid? Maksudnya, perkataan kalian tidak pantas dijadikan sandaran. Kalian dan mereka sama saja, berada dalam kesesatan yang nyata lagi jelas bagi siapa saja.
#
{55} {قالوا}: على وجه الاستغراب لقولِهِ، والاستفهام لما قال، وكيف بادأهم بتسفيههم وتسفيه آبائهم: {أجئتنا بالحقِّ أم أنت من اللاَّعبينَ}؛ أي: هذا القول الذي قُلْتَه والذي جئتنا به: هل هو حقٌّ وُجِدَ، أم كلامُك لنا كلامُ لاعب مستهزئ لا يَدْري ما يقول؟! وهذا الذي أرادوا، وإنما ردَّدوا الكلام بين الأمرين لأنَّهم نزَّلوه منزلة المتقرِّر المعلوم عند كلِّ أحدٍ، أنَّ الكلامَ الذي جاء به إبراهيمُ كلامُ سفيهٍ لا يَعْقِلُ ما يقول.
(55) ﴾ قَالُوٓاْ
﴿ "Mereka berkata," dengan nada keheranan terha-dap perkataan Ibrahim dan penuh tanda tanya terhadap apa yang diucapkan Ibrahim, bagaimana beliau mulai membodoh-bodohkan mereka dan juga nenek moyang mereka. ﴾ أَجِئۡتَنَا بِٱلۡحَقِّ أَمۡ أَنتَ مِنَ ٱللَّٰعِبِينَ 55 ﴿ "Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?" Maksudnya, ucapan ini yang engkau utarakan dan engkau bawakan kepada kami, apa-kah merupakan kebenaran yang memang ada ataukah ucapanmu kepada kami merupakan ucapan orang yang sedang bermain-main lagi memperolok kami, yang tidak sadar apa yang sedang diucap-kan? Inilah yang mereka tuju. Mereka mengulang-ulang perkataan ini antara dua alternatif tersebut. Pasalnya, mereka menginginkan untuk mengopinikan perkataan Ibrahim sebagai ketetapan yang sudah dimaklumi bersama pada setiap orang bahwa ucapan yang disampaikan Ibrahim merupakan perkataan orang bodoh yang tidak mengerti apa yang dikatakannya.
#
{56} فردَّ عليهم إبراهيمُ ردًّا بيَّن به وجهَ سَفَهِهِم وقلَّة عقولهم، فقال: {بل ربُّكم ربُّ السمواتِ والأرض الذي فَطَرَهُنَّ وأنا على ذلكم من الشاهدينَ}: فجمع لهم بين الدَّليل العقليِّ والدَّليل السمعيِّ: أمَّا الدليلُ العقليُّ؛ فإنَّه قد عَلِمَ كلُّ أحدٍ، حتى هؤلاء الذين جادلهم إبراهيم: أنَّ الله وحده الخالقُ لجميع المخلوقات من بني آدم والملائكة والجنِّ والبهائم والسماوات والأرض المدبِّر لهنَّ بجميع أنواع التدبير، فيكون كلُّ مخلوق مفطوراً مدبَّراً متصرَّفاً فيه، ودخل في ذلك جميعُ ما عُبِدَ من دون الله، أفيليقُ عند مَنْ له أدنى مُسْكَةٍ من عقل وتمييزٍ، أن يَعْبُدَ مخلوقاً متصرَّفاً فيه، لا يملِكُ نفعاً، ولا ضرًّا، ولا موتاً، ولا حياةً، ولا نُشوراً، ويدع عبادة الخالق الرازق المدبِّر؟!
وأما الدَّليل السمعيُّ؛ فهو المنقولُ عن الرُّسل عليهم الصلاة (والسلام) ؛ فإنَّ ما جاؤوا به معصومٌ لا يغلط ولا يخبِرُ بغير الحقِّ، ومن أنواع هذا القسم شهادةُ أحدٍ من الرُّسل على ذلك؛ فلهذا قال إبراهيم: {وأنا على ذلكم}؛ أي: أنَّ الله وحدَه المعبودُ، وأنَّ عبادةَ ما سواه باطلٌ، {من الشَّاهِدين}: وأيُّ شهادةٍ بعد شهادةِ الله أعلى من شهادة الرُّسل، خصوصاً أولي العزم منهم، خصوصاً خليل الرحمن؟
(56) Maka Ibrahim menyanggahnya dengan tajam, sembari memaparkan sisi kebodohan dan kedangkalan akal mereka. Beliau berkata, ﴾ بَل رَّبُّكُمۡ رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ٱلَّذِي فَطَرَهُنَّ وَأَنَا۠ عَلَىٰ ذَٰلِكُم مِّنَ ٱلشَّٰهِدِينَ 56
﴿ "Sesung-guhnya Rabb kamu ialah Rabb langit dan bumi yang telah menciptakan-nya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu," beliau memadukan antara argumentasi logis dan argumentasi wahyu terhadap mereka. Mengenai argumentasi logika yang beliau kemukakan, maka sesungguhnya setiap manu-sia mengetahui, hingga termasuk juga orang-orang yang didebat oleh Ibrahim bahwa Allah-lah Dzat Pencipta bagi seluruh makhluk; dari kalangan bani Adam, malaikat, jin, hewan-hewan, langit dan bumi, Dzat yang mengatur mereka semua dengan beragam cara pengaturan. Sehingga setiap makhluk itu merupakan ciptaan, ber-ada di bawah aturan dan ketetapan (Allah). Termasuk juga, segenap makhluk yang disembah selain Allah. Apakah selayaknya, orang yang mempunyai daya pikir dan analisa, menyembah satu makhluk yang berada di bawah pengaturan (Allah), tidak mempunyai ke-mampuan memberikan manfaat atau mendatangkan bahaya, (tidak memiliki kemampuan) mematikan, menghidupkan, membangkit-kan (dari kematian), dengan meninggalkan peribadahan kepada Allah, Sang Pencipta, Pemberi rizki dan Pengatur alam semesta ini?
Adapun tentang dalil sam'i (dari wahyu), yaitu yang berasal dari para rasul k, sesungguhnya risalah yang mereka bawa me-rupakan perkara yang ma'shum (terpelihara), tidak salah dan tidak mengabarkan perkara yang menyalahi kebenaran. Termasuk jenis ini, persaksian salah seorang dari kalangan rasul terhadap perkara tersebut. Oleh karenanya, Ibrahim berkata, ﴾ وَأَنَا۠ عَلَىٰ ذَٰلِكُم
﴿ "Dan aku atas yang demikian itu," maksudnya hanya Allah-lah yang berhak disembah, dan peribadahan kepada selainNya adalah tindakan yang batil ﴾ مِّنَ ٱلشَّٰهِدِينَ 56 ﴿ "termasuk orang-orang yang dapat memberi bukti." Setelah persaksian dari Allah, persaksian manakah yang lebih tinggi daripada persaksian para utusan Allah, terlebih lagi persaksian para ulul 'azmi dari kalangan para rasul, apalagi dari Khalil ar-Rahman
(kekasih ar-Rahman)?
#
{57} ولما بيَّن أنَّ أصنامَهم ليس لها من التدبير شيءٌ؛ أراد أن يُرِيَهم بالفعل عجزها وعدم انتصارها، وليكيد كيداً يحصُلُ به إقرارُهم بذلك؛ فلهذا قال: {وتاللهِ لأكيدنَّ أصنامَكم}؛ أي: أكسرها على وجه الكيد، {بعدَ أن تُوَلُّوا مدبِرينَ}: عنها، إلى عيدٍ من أعيادهم.
(57) Setelah Ibrahim menjelaskan bahwa patung-patung mereka tidak mempunyai kewenangan pengaturan alam semesta sedikit pun, maka beliau ingin memperlihatkan secara nyata kepada mereka tentang kelemahan dan ketidakberdayaan patung-patung itu. Dan untuk memperdayai mereka dengan cara yang akan mem-buat mereka mengeluarkan pengakuan tentang itu, maka beliau berkata, ﴾ وَتَٱللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصۡنَٰمَكُم
﴿ "Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala kalian," maksudnya saya akan memecahkannya untuk memperdayai mereka ﴾ بَعۡدَ أَن تُوَلُّواْ مُدۡبِرِينَ 57 ﴿ "sesudah kamu pergi meninggalkannya," untuk merayakan salah satu hari raya mereka.
#
{58} فلما تَوَلَّوا مدبرين؛ ذَهَبَ إليها بِخفيةٍ، {فَجَعَلَهُمْ جُذاذاً}؛ أي: كِسَراً وقطعاً، وكانت مجموعةً في بيت واحدٍ فكسَّرها كلَّها، {إلاَّ كبيراً لهم}؛ أي: إلاَّ صنمهم الكبير؛ فإنَّه تركه لمقصد سيبيِّنه.
وتأمَّل هذا الاحتراز العجيب؛ فإنَّ كلَّ ممقوتٍ عند الله لا يُطلق عليه ألفاظ التعظيم إلاَّ على وجه إضافتِهِ لأصحابه؛ كما كان النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - إذا كتب إلى ملوك الأرض المشركين يقول: إلى عظيم الفُرس ... إلى عظيم الروم ... ونحو ذلك ولم يقل: إلى العظيم! وهنا قال تعالى: {إلاَّ كبيراً لهم}، ولم يقل: كبيراً من أصنامهم؛ فهذا ينبغي التنبُّه له والاحتراز من تعظيم ما حقَّره الله؛ إلاَّ إذا أضيفَ إلى من عظَّمه. وقوله: {لعلَّهم إليه يرجِعونَ}؛ أي: ترك إبراهيم تكسير صَنَمِهم هذا لأجل أن يرجعوا إليه، ويستملوا حجَّته، ويلتفِتوا إليها، ولا يُعْرِضوا عنها، ولهذا قال في آخرها: {فرجَعوا إلى أنفسهم}.
(58) Ketika orang-orang meninggalkannya, Ibrahim berjalan dengan sembunyi-sembunyi ke tempat patung-patung itu. ﴾ فَجَعَلَهُمۡ جُذَٰذًا
﴿ "Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong," yaitu pecahan-pecahan dan potongan-potongan. Patung-patung itu berada dalam sebuah rumah. Beliau merusaknya secara keseluruhan ﴾ إِلَّا كَبِيرٗا لَّهُمۡ
﴿ "kecuali yang terbesar," kecuali patung yang paling besar untuk sebuah tujuan yang akan beliau jelaskan.
Renungkanlah bentuk pengecualian yang mengagumkan ini. Sesungguhnya segala sesuatu yang dimurkai di sisi Allah, tidak disematkan ungkapan-ungkapan pengagungan kepadanya melain-kan dengan cara menisbatkannya kepada orang-orang yang merasa memilikinya. Sebagaimana yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad ketika menulis surat kepada para raja musyrikin. Beliau berkata, Kepada Pembesar Persia… Kepada Pembesar Romawi... dan lain-lain.[2] Beliau tidak mengatakan, Kepada Orang yang Agung! Di sini Allah berfirman, ﴾ إِلَّا كَبِيرٗا لَّهُمۡ
﴿ "kecuali yang terbesar bagi mereka," tidak berfirman كَبِيْرًا مِنْ أَصْنَامِهِمْ (yang terbesar dari patung-patung mereka). Dengan ini, sepatutnya diperhatikan dan berhati-hati dari sikap mengagungkan sesuatu yang telah Allah hinakan kecuali dengan menisbatkannya kepada orang-orang yang mengagung-kannya. ﴾ لَعَلَّهُمۡ إِلَيۡهِ يَرۡجِعُونَ 58
﴿ "Agar mereka kembali (untuk) bertanya kepadanya," maksudnya Ibrahim membiarkan patung besar tidak dipecahkan agar mereka nanti merujuk kepada Ibrahim dan me-minta pemaparan hujjahnya. Dan mereka akan menghadap kepada patung itu, tidak berpaling darinya. Karena itu, beliau berkata di akhir ucapannya ﴾ فَرَجَعُوٓاْ إِلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ ﴿ "maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka."
(Al-Anbiya`: 64).
#
{59} فحين رأوا ما حلَّ بأصنامهم من الإهانة والخزي؛ {قالوا مَن فَعَلَ هذا بآلهتنا إنَّه لمن الظالمين}: فرَمَوا إبراهيم بالظُّلم الذي هم أولى به حيث كسَّرها، ولم يدروا أن تكسيره لها من أفضل مناقبه ومن عدلِهِ وتوحيدِهِ، وإنَّما الظالم مَنِ اتَّخذها آلهةً، وقد رأى ما يفعل بها.
(59) Ketika mereka menyaksikan kejadian yang menimpa patung-patung mereka, berupa penghinaan dan pelecehan ﴾ قَالُواْ مَن فَعَلَ هَٰذَا بِـَٔالِهَتِنَآ إِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ 59 ﴿ "mereka bertanya, "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zhalim." Mereka menuduh Ibrahim sebagai pelaku kezhaliman karena telah menghancurkannya. Padahal merekalah yang lebih pantas untuk disebut telah berbuat zhalim. Mereka tidak tahu bahwa penghancurannya terhadap patung-patung merupa-kan jasa beliau yang paling utama, dan bentuk keadilan dan ketau-hidannya. Sesungguhnya orang yang berbuat zhalim, ialah orang yang menjadikan patung-patung itu sebagai sesembahan, padahal orang itu mengetahui apa yang ia perbuat kepadanya.
#
{60} {قالوا سَمِعْنا فتىً يذكُرُهم} ـ أي: يَعيبهم ويذُمُّهم، ومَنْ هذا شأنُهُ لا بدَّ أن يكون هو الذي كسرها، أو أنَّ بعضهم سَمِعَهُ يذكر أنه سيكيدها ـ {يُقال له إبراهيمُ}.
(60) ﴾ قَالُواْ سَمِعۡنَا فَتٗى يَذۡكُرُهُمۡ
﴿ "Mereka berkata, "Kami dengar ada pemuda yang mencela berhala-berhala ini," maksudnya, pemuda yang memaki dan mencela mereka. Orang yang semacam ini perilakunya, pastilah dia pelaku yang menghancurkannya. Atau sebagian dari mereka mendengar bahwa dia akan melakukan tipu daya terhadap patung-patung itu. ﴾ يُقَالُ لَهُۥٓ إِبۡرَٰهِيمُ 60 ﴿ "Yang bernama Ibrahim."
#
{61} فلما تحقَّقوا أنه إبراهيم؛ {قالوا فأتوا بهِ}؛ أي: بإبراهيم، {على أعين الناس}؛ أي: بمرأى منهم ومسمع، {لعلَّهم يشهدونَ}؛ أي: يحضُرون ما يصنعُ بمن كَسَّرَ آلهتهم. وهذا الذي أراد إبراهيم وقَصَدَ: أن يكون بيانُ الحقِّ بمشهدٍ من الناس؛ ليشاهِدوا الحقَّ وتقوم عليهم الحجَّة؛ كما قال موسى حين واعَدَ فرعونَ: {موعِدُكم يومُ الزِّينة وأن يُحْشَرَ الناس ضحىً}.
(61) Tatkala mereka telah memastikan pelakunya adalah Ibrahim, ﴾ قَالُواْ فَأۡتُواْ بِهِۦ
﴿ "mereka berkata, '(Kalau demikian), bawalah dia'," yaitu Ibrahim ﴾ عَلَىٰ أَعۡيُنِ ٱلنَّاسِ
﴿ "dengan cara yang dapat dilihat orang banyak," maksudnya di hadapan mata dan pendengaran mereka ﴾ لَعَلَّهُمۡ يَشۡهَدُونَ 61
﴿ "agar mereka menyaksikan," maksudnya menghadiri hukuman yang ditimpakan kepada orang yang menghancurkan tuhan-tuhan mereka. Inilah yang diinginkan dan dikehendaki Ibrahim, yaitu hasrat menjelaskan kebenaran dilakukan di hadapan orang banyak. Agar mereka dapat menyaksikan kebenaran dan terbantahkanlah alasan-alasan mereka. Sebagaimana dikatakan oleh Musa ketika mengikat perjanjian untuk bertemu dengan Fir'aun,
﴾ مَوۡعِدُكُمۡ يَوۡمُ ٱلزِّينَةِ وَأَن يُحۡشَرَ ٱلنَّاسُ ضُحٗى 59 ﴿
"Waktu untuk pertemuan
(kami dengan) kamu itu ialah di hari raya, dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik."
(Thaha: 59).
#
{62} فحين حضر الناس وأُحْضِر إبراهيم؛ قالوا له: {أأنتَ فعلتَ هذا}؛ أي: التكسير {بآلهتنا يا إبراهيمُ}؟ وهذا استفهام تقريرٍ؛ أي: فما الذي جرَّأك؟ وما الذي أوجبَ لك الإقدام على هذا الأمر؟
(62) Ketika orang-orang telah hadir dan Ibrahim dihadap-kan, mereka berkata kepadanya, ﴾ ءَأَنتَ فَعَلۡتَ هَٰذَا
﴿ "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini," yaitu penghancuran ﴾ بِـَٔالِهَتِنَا يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ 62 ﴿ "ter-hadap tuhan-tuhan kami wahai Ibrahim," ini merupakan bentuk tanya taqriri
(penetapan pelaku). Maksudnya, apa yang membuatmu nekat melakukannya? Dan apa yang memaksamu lancang menger-jakannya?
#
{63} فقال إبراهيم والناس مشاهدونَ: {بل فَعَلَهُ كبيرُهم هذا}؛ أي: كسَّرها غضباً عليها لمَّا عُبِدَتْ معه، وأراد أن تكونَ العبادةُ منكم لصنمكم الكبير وحدَه، وهذا الكلامُ من إبراهيم القصدُ منه إلزامُ الخصم وإقامةُ الحجَّة عليه، ولهذا قال: {فاسْألوهُم إن كانوا ينطقونَ}، وأراد الأصنام المكسَّرة؛ اسألوها لم كُسِّرَتْ؟ والصنم الذي لم يكسر؛ اسألوه لأيِّ شيءٍ كسَّرها؟ إنْ كان عندَهم نطقٌ؛ فسيجيبونكم إلى ذلك، وأنا وأنتم وكلُّ أحدٍ يدري أنَّها لا تنطِقُ، ولا تتكلَّم، ولا تنفع ولا تضرُّ، بل ولا تنصر نفسَها ممَّن يريدها بأذى.
(63) Ibrahim menjawabnya dengan disaksikan orang-orang, ﴾ بَلۡ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمۡ هَٰذَا
﴿ "Sebenarnya patung besar itulah yang melakukan-nya," maksudnya, dialah yang menghancurkannya, lantaran murka kepadanya ketika masih ada sesembahan (kecil) yang disembah selainnya. Ia ingin agar ibadah kalian khusus untuk patung kalian yang paling besar. Perkataan ini muncul dari Ibrahim. Tujuannya, untuk memojokkan lawan bicara ke sesuatu yang diinginkan dan untuk menegakkan hujjah di hadapannya. Oleh karena itu, dia berkata, ﴾ فَسۡـَٔلُوهُمۡ إِن كَانُواْ يَنطِقُونَ 63 ﴿ "Maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara," yang beliau maksud ialah patung-patung yang sudah berkeping-keping. Tanyalah mereka, kenapa dipecahkan berkeping-keping? Dan kepada patung yang tidak hancur, tanyalah kenapa ia menghancurkannya? Bila mampu bicara, pasti akan menjawab pertanyaan kalian. Namun, saya dan kalian serta setiap orang mengetahui bahwa mereka itu tidak dapat berbicara, tidak berkata-kata, tidak mampu memberikan keman-faatan ataupun tidak pula dapat mendatangkan malapetaka. Bahkan tidak berkutik untuk menolong dirinya sendiri dari orang yang menimpakan gangguan padanya.
#
{64} {فرجعوا إلى أنفسهم}؛ أي: ثابتْ عليهم عقولُهم، ورجعتْ إليهم أحلامُهم، وعلموا أنَّهم ضالُّون في عبادتها، وأقرُّوا على أنفسهم بالظُّلم والشرك، {فقالوا إنَّكم أنتم الظالمون}: فحصل بذلك المقصودُ، ولزمتهم الحجَّة بإقرارهم أنَّ ما هم عليه باطلٌ، وأنَّ فعلَهم كفرٌ وظلمٌ.
(64) ﴾ فَرَجَعُوٓاْ إِلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ
﴿ "Maka mereka telah kembali kepada ke-sadaran mereka," akal-akal mereka sehat kembali, dan daya nalar mereka pun berbalik lagi. Mereka tahu bahwa mereka sedang ber-ada dalam kesesatan saat menyembahnya. Mereka pun mengakui telah berbuat aniaya dan kesyirikan ﴾ فَقَالُوٓاْ إِنَّكُمۡ أَنتُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ 64 ﴿ "Lalu mereka berkata, 'Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya
(diri sendiri)'," maka tercapailah tujuan yang diinginkan Ibrahim. Hujjah telah mengikat mereka, melalui pengakuan mereka bahwa selama ini berada di atas kebatilan, dan bahwa tindakan mereka merupakan kekufuran dan kezhaliman.
#
{65} ولكن لم يستمرُّوا على هذه الحالة، ولكن {نُكِسوا على رؤوسهم}؛ أي: انقلب الأمر عليهم، وانتكست عقولهم، وضلَّت أحلامهم، فقالوا لإبراهيم: {لقد علمتَ ما هؤلاء ينطِقونَ}؛ فكيف تَهَكَّمُ بنا، وتستهزئ بنا، وتأمُرُنا أنْ نسألها، وأنتَ تعلم أنَّها لا تنطِقُ؟
(65) Hanya saja, mereka tidak terus dalam kondisi ini. Akan tetapi, ﴾ نُكِسُواْ عَلَىٰ رُءُوسِهِمۡ
﴿ "kemudian kepala mereka jadi tertunduk," maksudnya kondisi mereka telah berubah drastis, akal-akal mereka sudah tidak normal lagi, daya pikir mereka telah mengalami pe-nyimpangan. Sehingga berkata kepada Ibrahim,﴾ لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَا هَٰٓؤُلَآءِ يَنطِقُونَ 65 ﴿ "Sesungguhnya engkau
(hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara," bagaimana bisa engkau menyalahkan dan mengolok-olok kami, serta memerintahkan kami untuk bertanya kepada patung-patung tersebut. Padahal engkau tahu bahwa mereka tidak mampu berkata-kata?
#
{66} فقال إبراهيم موبِّخاً لهم ومعلناً بشركِهِم على رؤوس الأشهاد ومبيِّناً عدم استحقاق آلهتهم للعبادة: {أفتَعْبُدون من دون الله ما لا ينفعُكم شيئاً ولا يضرُّكم}: فلا نفع ولا دفع.
(66) Maka Ibrahim berkata untuk menjelek-jelekkan mereka dan menegaskan kesyirikan mereka di hadapan khalayak sambil memaparkan perihal tidak pantasnya sesembahan-sesembahan mereka itu untuk diibadahi,﴾ أَفَتَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمۡ شَيۡـٔٗا وَلَا يَضُرُّكُمۡ 66 ﴿ "maka mengapakah kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak
(pula) memberi mudharat kepada kamu," tidak dapat menyuguhkan kebaikan ataupun menolak mara bahaya.
#
{67} {أفٍّ لكم ولما تَعْبُدونَ من دون الله}؛ أي: ما أضلَّكم وأخسرَ صفقتكم وما أخسَّكم أنتم وما عبدتُم من دون الله!! إن كنتم تعقِلونَ عرفتُم هذه الحال، فلما عدمتُم العقلَ وارتكبتم الجهلَ والضَّلال على بصيرةٍ؛ صارت البهائم أحسنَ حالاً منكم.
(67) ﴾ أُفّٖ لَّكُمۡ وَلِمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِۚ ﴿ "Ah
(celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah," maksudnya alangkah sesat kalian, betapa ruginya usaha kalian, dan betapa hinanya kalian dan patung-patung yang kalian ibadahi selain Allah. Jika kalian benar-benar berpikir, niscaya kalian akan mengetahui hakikat kondisi ini. Namun, ketika kalian tidak mendayagunakan akal pikiran, berbuat kebodohan dan kesesatan dengan sadar, maka binatang-binatang ternak lebih baik daripada kalian.
#
{68} فحينئذٍ لمَّا أفحمهم ولم يبيِّنوا حجةً؛ استعملوا قوتهم في معاقبتِهِ، فـ {قالوا حرِّقوه وانصُروا آلهتكم إن كنتُم فاعلينَ}؛ أي: اقتلوه أشنع القِتلات بالإحراق غضباً لآلهتكم ونُصرةً لها؛ فَتَعْساً لهم تَعْساً، حيثُ عبدوا من أقرُّوا أنه يحتاجُ إلى نصرِهم واتَّخذوه إلهاً!!
(68) Pada waktu itulah, saat Ibrahim berhasil membungkam mereka, sampai tidak dapat mengemukakan satu pembelaan pun, mereka menggunakan kekuatan fisik untuk membalasnya. Maka ﴾ قَالُواْ حَرِّقُوهُ وَٱنصُرُوٓاْ ءَالِهَتَكُمۡ إِن كُنتُمۡ فَٰعِلِينَ 68 ﴿ "mereka berkata, 'Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak," maksudnya, bunuhlah dia dengan cara yang paling sadis, dengan cara membakarnya sebagai ungkapan rasa marah kalian dan pem-belaan kepada sesembahan-sesembahan kalian. Celakalah mereka, celakalah mereka, karena menyembah sesembahan yang telah me-reka akui membutuhkan pertolongan mereka namun tetap mereka jadikan sebagai tuhan yang disembah!!
#
{69} فانتصر الله لخليلِهِ لمَّا ألقَوْه في النار، وقال لها: {كوني بَرْداً وسلاماً على إبراهيم}: فكانت عليه برداً وسلاماً، لم يَنَلْهُ فيها أذى، ولا أحسَّ بمكروه.
(69) Berikutnya, Allah menolong kekasihNya saat dilempar-kan ke dalam kobaran api. Allah berkata k e p a d a n y a ﴾ كُونِي بَرۡدٗا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ 69 ﴿ "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim." Api tersebut menjadi dingin dan menyelamatkannya. Tidak ada rasa kesakitan pada beliau saat berada di dalamnya, dan tidak merasakan sesuatu yang dibenci.
#
{70} {وأرادوا به كيداً}: حيث عَزَموا على إحراقه، {فَجَعَلْناهم الأخسرينَ}؛ أي: في الدنيا والآخرة؛ كما جعل الله خليله وأتباعه هم الرابحين المفلحين.
(70) ﴾ وَأَرَادُواْ بِهِۦ كَيۡدٗا
﴿ "Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim," dengan bertekad untuk membakarnya, ﴾ فَجَعَلۡنَٰهُمُ ٱلۡأَخۡسَرِينَ 70 ﴿ "maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi," yaitu di dunia dan akhirat. Sebagaimana Allah telah menjadikan kekasihNya dan para pengikutnya sebagai golongan orang-orang yang beruntung lagi jaya.
#
{71} {ونجَّيْناه ولوطاً}: وذلك أنَّه لم يؤمن به من قومِهِ إلاَّ لوطٌ عليه السلام، قيل: إنَّه ابن أخيه، فنجَّاه الله، وهاجر {إلى الأرض التي بارَكْنا فيها للعالمين}؛ أي: الشام، فغادر قومه في بابل من أرض العراق، {وقال إنِّي مهاجر إلى ربِّي إنَّه هو العزيز الحكيم}. ومن بركةِ الشام أنَّ كثيراً من الأنبياء كانوا فيها، وأنَّ الله اختارَها مهاجَرَاً لخليلِهِ، وفيها أحدُ بيوتِهِ الثلاثة المقدَّسة، وهو بيت المقدس.
(71) ﴾ وَنَجَّيۡنَٰهُ وَلُوطًا
﴿ "Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth." Pasalnya, tidak ada yang beriman dari kalangan kaumnya kecuali Luth عليه السلام. Disebutkan dalam sebuah versi, bahwa Luth adalah ke-ponakan Ibrahim. Allah menyelamatkannya dan berhijrah,﴾ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ ٱلَّتِي بَٰرَكۡنَا فِيهَا لِلۡعَٰلَمِينَ 71
﴿ "ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia" yaitu negeri Syam. Beliau meninggalkan kaumnya di Babilonia di Irak.
﴾ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَىٰ رَبِّيٓۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ 26 ﴿
"Dan Ibrahim berkata, 'Sesungguhnya aku akan berpindah ke
(tempat yang diperintahkan) Rabbku
(kepadaku). Sesungguhnya Dia-lah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana'."
(Al-Ankabut: 26).
Di antara keberkahan negeri Syam adalah, banyak nabi yang berada di wilayahnya, Allah memilihnya sebagai tempat hijrah bagi kekasihNya, dan di sana terdapat salah satu dari tiga rumahNya yang suci, Baitul Maqdis.
#
{72} {ووهَبْنا له}: حين اعتزل قومَه، {إسحاقَ ويعقوبَ}: ابن إسحاق، {نافلةً}: بعدما كبر وكانت زوجتُهُ عاقراً، فبشَّرته الملائكةُ بإسحاق، {ومن وراءِ إسحاقَ يعقوبَ}، ويعقوب هو إسرائيل الذي كانت منه الأمة العظيمة، وإسماعيل بن إبراهيم الذي كانت منه الأمة الفاضلة العربيَّة، ومن ذرِّيَّته سيد الأولين والآخرين. {وكلاًّ}: من إبراهيم وإسحاق ويعقوب، {جَعَلْنا صالحين}؛ أي: قائمين بحقوقِهِ وحقوق عباده.
(72) ﴾ وَوَهَبۡنَا لَهُۥٓ
﴿ "Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim)," saat memisahkan diri dari kaumnya ﴾ إِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ
﴿ "Ishaq dan Ya'qub," Ya'qub adalah putra Ishaq, ﴾ نَافِلَةٗۖ
﴿ "sebagai sebuah anugerah (dari Kami)," setelah beliau memasuki usia tua dan istrinya dalam ke-adaan mandul. Kemudian malaikat mengabarkan berita gembira kepadanya berupa kelahiran Ishaq.
﴾ وَمِن وَرَآءِ إِسۡحَٰقَ يَعۡقُوبَ 71
﴿
"Dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya'qub." (Hud: 71).
Ya'qub adalah Israil yang darinya lahir bangsa yang besar. Sedangkan Isma'il bin Ibrahim, merupakan cikal bakal bangsa Arab yang utama. Di antara keturunannya, penghulu orang-orang terdahulu dan yang akan datang (Muhammad a). ﴾ وَكُلّٗا
﴿ "Dan masing-masing," masing-masing yaitu Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub ﴾ جَعَلۡنَا صَٰلِحِينَ 72 ﴿ "Kami jadikan orang-orang yang shalih," maksudnya orang-orang yang menjalankan hak-hakNya dan hak-hak manusia.
#
{73} ومن صلاحِهِم أنَّه جعلهم أئمةً يهدون بأمره، وهذا من أكبر نعم الله على عبده: أن يكونَ إماماً يَهتدي به المهتدونَ، ويمشي خلفَه السالكون، وذلك لمَّا صبروا، وكانوا بآياتِ الله يوقنونَ.
وقوله: {يهدون بأمرِنا}؛ أي: يهدون الناس بديننا، لا يأمرون بأهواء أنفسهم، بل بأمر الله ودينِهِ واتِّباع مرضاته، ولا يكون العبدُ إماماً حتى يدعو إلى أمر الله.
{وأوحَيْنا إليهم فعلَ الخيرات}: يفعلونها ويدعون الناس إليها، وهذا شاملٌ للخيرات كلِّها من حقوق الله وحقوق العباد، {وإقام الصَّلاة وإيتاءِ الزَّكاةِ}: هذا من باب عطف الخاصِّ على العامِّ؛ لشرف هاتين العبادتين وفضلهما، ولأنَّ مَنْ كمَّلهما كما أمِرَ؛ كان قائماً بدينه، ومن ضيَّعهما؛ كان لما سواهما أضيع، ولأنَّ الصلاةَ أفضلُ الأعمال التي فيها حقُّه، والزكاة أفضلُ الأعمال التي فيها الإحسان لخلقه.
{وكانوا لنا}؛ أي: لا لغيرنا {عابدينَ}؛ أي: مديمين على العبادات القلبيَّة والقوليَّة والبدنيَّة في أكثر أوقاتهم، فاستحقُّوا أن تكون العبادة وصفَهم، فاتَّصفوا بما أمر الله به الخلقَ، وخَلَقَهم لأجلِهِ.
(73) Di antara bentuk keshalihan mereka, bahwa Allah menjadikan mereka sebagai para pemuka umat manusia yang memandu jalan sesuai dengan perintahNya. Ini termasuk nikmat besar yang Allah anugerahkan kepada hambaNya, menjadi panutan bagi orang-orang yang mendapatkan petunjuk, dan orang-orang berjalan di belakang untuk mengikutinya. Demikian ini, merupa-kan buah kesabaran mereka, dan mereka yakin terhadap ayat-ayat Allah.
Firman Allah, ﴾ يَهۡدُونَ بِأَمۡرِنَا
﴿ "Yang memberi petunjuk dengan perintah Kami," maksudnya mereka menunjuki umat manusia dengan agama Kami, tidak memerintahkan atas dasar hawa nafsu pribadi mereka. Akan tetapi, atas dasar perintah Allah, agamaNya, dan untuk mengikuti keridhaanNya. Seorang hamba tidak akan menjadi imam, sampai dia telah menyeru kepada perintah-perintah Allah.
﴾ وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡهِمۡ فِعۡلَ ٱلۡخَيۡرَٰتِ
﴿ "Dan Kami telah mewahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan." Mereka melakukannya dan menyeru orang-orang untuk mengerjakannya. Ini mencakup seluruh jenis kebaikan, baik berkaitan dengan hak-hak Allah maupun hak-hak manusia. ﴾ وَإِقَامَ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءَ ٱلزَّكَوٰةِۖ
﴿ "Mendirikan shalat dan menunaikan zakat," ini masuk dalam kategori عَطْفُ الْخَصِّ عَلَى الْعَامِّ (penggabungan obyek yang khusus pada ungkapan yang cakupannya umum), lantaran kemuliaan dan keutamaan dua ibadah ini. Dan juga karena, orang yang telah menyempurnakan dua ibadah ini, maka dia telah melaksanakan agamanya. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka dia lebih menyia-nyiakan ibadah lainnya. Begitu pula, karena shalat adalah amalan paling utama yang menjadi hak Allah. Se-mentara (pembayaran) zakat, merupakan amalan paling utama yang mengandung curahan kebaikan kepada makhlukNya.
﴾ وَكَانُواْ لَنَا
﴿ "Dan (hanya) kepada Kami-lah mereka," bukan kepada selain Kami ﴾ عَٰبِدِينَ 73 ﴿ "selalu menyembah," maksudnya senantiasa menjaga peribadahan hati, ucapan, dan fisik di sebagian besar waktu mereka. Mereka berhak menerima gelar sebagai orang yang beribadah. Sehingga mereka mempunyai sifat yang sesuai dengan perintah Allah kepada makhlukNya, dan Dia menciptakan mereka untuk tujuan itu.
{وَلُوطًا آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ تَعْمَلُ الْخَبَائِثَ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمَ سَوْءٍ فَاسِقِينَ (74) وَأَدْخَلْنَاهُ فِي رَحْمَتِنَا إِنَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ (75)}.
"Dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari
(azab yang telah menimpa penduduk kota) yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik. Dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang shalih."
(Al-Anbiya`: 74-75).
#
{74} هذا ثناءٌ من الله على رسوله لوطٍ عليه السلام بالعلم الشرعيِّ والحكم بين الناس بالصواب والسَّداد، وأنَّ الله أرسله إلى قومه يَدْعوهم إلى عبادة الله وينهاهم عما هم عليه من الفواحش، فَلَبِثَ يدعوهم، فلم يستجيبوا له، فَقَلَبَ الله عليهم ديارَهم، وعذَّبهم عن آخرهم؛ لأنَّهم {كانوا قَوْمَ سَوْءٍ فاسقينَ}: كذَّبوا الدَّاعي وتوعَّدوه بالإخراج، ونجَّى الله لوطاً وأهله، فأمره أن يَسْرِيَ بهم ليلاً ليبعدوا عن القرية، فَسَرَوْا ونَجَوْا من فضل الله عليهم ومنته.
(74) Ini adalah sanjungan dari Allah bagi RasulNya, Luth عليه السلام atas kepemilikan ilmu syar'i dan kemampuan menetapkan hukum di tengah manusia dengan benar dan lurus. Dan Allah mengutusnya kepada kaumnya untuk menyeru mereka kepada ibadah kepada Allah dan melarang mereka dari kebiasaan berbuat kekejian. Beliau senantiasa menyeru mereka, tapi mereka tidak menyambutnya. Kemudian Allah membalikkan kampung-kam-pung mereka dan menyiksa mereka sampai penghabisan. Lantaran ﴾ كَانُواْ قَوۡمَ سَوۡءٖ فَٰسِقِينَ 74 ﴿ "mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik," men-dustakan sang penyeru dan mengintimidasinya dengan ancaman pengusiran. Selanjutnya, Allah menyelamatkan Luth dan keluarga-nya. Allah memerintahkan beliau untuk berjalan di malam hari bersama mereka agar menjauh dari kampung halaman mereka. Lalu mereka berjalan dan selamat dengan karunia Allah dan ke-utamaan dariNya.
#
{75} {وأدخَلْناه في رحمتِنا}: التي مَنْ دَخَلَها كان من الآمنين من جميع المخاوف، النائلين كلَّ خير وسعادة وبرٍّ وسرور وثناءٍ، وذلك لأنَّه من الصالحين، الذين صَلَحَتْ أعمالهم، وزَكَتْ أحوالُهم، وأصلح الله فاسدَهم، والصلاحُ هو السبب لدخول العبدِ برحمةِ الله؛ كما أنَّ الفساد سببٌ لحرمانه الرحمة والخير، وأعظمُ الناس صلاحاً الأنبياءُ عليهم السلام، ولهذا يَصِفُهم بالصَّلاح، وقال سليمان عليه السلام: {وأدْخِلْني برحمتِكَ في عبادِكَ الصَّالحين}.
(75) ﴾ وَأَدۡخَلۡنَٰهُ فِي رَحۡمَتِنَآۖ
﴿ "Dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami," yang mana barangsiapa telah memasukinya, maka dia ter-masuk golongan orang-orang yang aman dari segala rasa takut, yang berhasil menggapai segenap macam kebaikan, kebahagiaan, kebajikan, dan kegembiraan, serta pujian. Hal demikian ini, lan-taran dia masuk dalam kalangan orang-orang shalih, yang amalan-amalan mereka telah baik, dan keadaan-keadaan jiwa mereka sudah suci, serta Allah telah memperbaiki orang yang rusak dari kalangan mereka. Keshalihan (jiwa dan amalan) itulah yang men-jadi faktor penyebab masuknya seorang hamba ke dalam rahmat Allah. Sebagaimana halnya, kerusakan (jiwa dan amalan) adalah faktor terhalanginya (seorang hamba) dari rahmat dan kebaikan dari-Nya. Orang yang paling besar keshalihannya, ialah para nabi k. Karena itu, Allah menyifati mereka dengan keshalihan. Sulaiman عليه السلام berkata,
﴾ وَأَدۡخِلۡنِي بِرَحۡمَتِكَ فِي عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ 19 ﴿
"Dan masukkanlah aku dengan rahmatMu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang shalih."
(An-Naml:19).
{وَنُوحًا إِذْ نَادَى مِنْ قَبْلُ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ (76) وَنَصَرْنَاهُ مِنَ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمَ سَوْءٍ فَأَغْرَقْنَاهُمْ أَجْمَعِينَ (77)}.
"Dan
(ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, lalu Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta pengikutnya dari bencana yang besar. Dan Kami telah menolongnya dari kaum yang telah mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat, maka Kami teng-gelamkan mereka semuanya."
(Al-Anbiya`: 76-77).
#
{76 ـ 77} أي: واذكر عَبْدَنا ورسولنا نوحاً عليه السلام مُثْنِياً مادحاً حين أرسله الله إلى قومه، فلَبِثَ فيهم ألف سنةٍ إلاَّ خمسينَ عاماً؛ يدعوهم إلى عبادة الله، وينهاهم عن الشرك به، ويبدي فيهم ويعيدُ، ويدعوهم سرًّا وجهاراً وليلاً ونهاراً، فلما رآهم لا ينجع فيهم الوعظ ولا يفيدُ لديهم الزجرُ؛ نادى ربَّه وقال: {ربِّ لا تَذَرْ على الأرض من الكافرين ديّاراً. إنَّك إن تَذَرْهُم يُضِلُّوا عبادك ولا يَلِدوا إلاَّ فاجراً كفّاراً}؛ فاستجاب الله له، فأغرقهم، ولم يُبقِ منهم أحداً، ونجَّى الله نوحاً وأهله ومن معه من المؤمنين في الفلك المشحون، وجعل ذرِّيَّته هم الباقين، ونصرهُ الله على قومه المستهزئين.
(76-77) Maksudnya, ingatlah hamba dan rasul Kami, Nuh عليه السلام sambil menyanjung dan memujinya, ketika Allah mengirimnya sebagai rasul kepada kaumnya. Beliau tinggal selama sembilan ratus lima puluh tahun. Menyeru mereka agar beribadah kepada Allah dan melarang mereka dari praktik syirik denganNya. Beliau menyampaikan nasihat kepada mereka dan mengulang-ulangnya. Mendakwahi mereka secara sembunyi-sembunyi dan terang-te-rangan, siang dan malam. Ketika beliau memandang nasihat tidak mempan untuk mereka, larangan tidak bermanfaat bagi mereka, maka beliau memanggil Rabbnya dengan memanjatkan,
﴾ رَّبِّ لَا تَذَرۡ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ دَيَّارًا 26 إِنَّكَ إِن تَذَرۡهُمۡ يُضِلُّواْ عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوٓاْ إِلَّا فَاجِرٗا كَفَّارٗا 27 ﴿
"Ya Rabbku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu dan tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir."
(Nuh: 26-27).
Allah mengabulkan permohonannya. Maka Allah meneng-gelamkan mereka tanpa menyisakan satu pun dari mereka. Allah menyelamatkan Nuh dan keluarganya serta orang-orang beriman yang bersama beliau dengan kapal yang penuh muatan. Allah menjadikan keturunan Nuh sebagai orang-orang yang menikmati kehidupan selanjutnya dan menolong beliau terhadap bahaya kaumnya yang mengolok-olok.
{وَدَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ إِذْ يَحْكُمَانِ فِي الْحَرْثِ إِذْ نَفَشَتْ فِيهِ غَنَمُ الْقَوْمِ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شَاهِدِينَ (78) فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ وَكُنَّا فَاعِلِينَ (79) وَعَلَّمْنَاهُ صَنْعَةَ لَبُوسٍ لَكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِنْ بَأْسِكُمْ فَهَلْ أَنْتُمْ شَاكِرُونَ (80) وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ عَاصِفَةً تَجْرِي بِأَمْرِهِ إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عَالِمِينَ (81) وَمِنَ الشَّيَاطِينِ مَنْ يَغُوصُونَ لَهُ وَيَعْمَلُونَ عَمَلًا دُونَ ذَلِكَ وَكُنَّا لَهُمْ حَافِظِينَ (82)}.
"Dan
(ingatlah kisah) Dawud dan Sulaiman, di waktu kedua-nya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum
(yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami tundukkan gunung-gu-nung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud. Dan Kami-lah yang melakukannya. Dan telah Kami ajarkan kepada Dawud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperangan. Maka hendaklah kamu bersyukur
(kepada Allah). Dan
(telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan Kami Maha Menge-tahui segala sesuatu. Dan Kami telah tundukkan
(pula kepada Sulaiman) segolongan setan-setan yang menyelam
(ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain dari itu; dan Kami memelihara mereka itu."
(Al-Anbiya`: 78-82).
#
{78} أي: واذكر هذين النبيين [الكريمين] داود وسليمان مثنياً مبجِّلاً؛ إذْ آتاهما الله العلم الواسع والحكم بين العباد؛ بدليل قوله: {إذْ يحكُمانِ في الحَرْثِ إذْ نَفَشَتْ فيه غَنَمُ القوم}؛ أي: إذ تحاكم إليهما صاحبُ حرثٍ نفشت فيه غنم القوم الأخرى؛ أي: رعتْ ليلاً، فأكلتْ ما في أشجارِهِ ورعتْ زرعه، فقضى فيه داود عليه السلام بأنَّ الغنم تكون لصاحب الحَرْث؛ نظراً إلى تفريط أصحابها، فعاقبهم بهذه العقوبة، وحكم فيها سليمانُ بحكم موافقٍ للصواب؛ بأنَّ أصحاب الغنم يدفعونَ غَنَمَهم إلى صاحب الحرث، فينتفع بدرِّها وصوفها، ويقومون على بستان صاحب الحرثِ حتَّى يعودَ إلى حاله الأولى؛ فإذا عاد إلى حاله؛ ترادّا، ورَجَعَ كلٌّ منهما بماله، وكان هذا من كمال فهمه وفطنته عليه السلام.
(78) Maksudnya, ingatlah dua nabi
[yang mulia] ini, Dawud dan Sulaiman untuk menyanjung dan menghormati keduanya; saat Allah menganugerahkan kepada mereka berdua ilmu yang luas, kemampuan menetapkan hukum di tengah manusia, dengan dasar FirmanNya, ﴾ إِذۡ يَحۡكُمَانِ فِي ٱلۡحَرۡثِ إِذۡ نَفَشَتۡ فِيهِ غَنَمُ ٱلۡقَوۡمِ ﴿ "Di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya," maksudnya, ketika ada seorang pemilik tanaman meminta kepastian hukum kepada mereka berdua, mengenai seekor kambing milik seseorang yang memasuki kebun orang lain. Yakni, berkeliaran di malam hari dan memakan segala yang ada di pohon-pohonnya dan merusak tanamannya. Maka Dawud menetapkan keputusan agar kambing tersebut menjadi milik pemilik kebun, karena mempertimbangkan keteledoran pemilik kambing itu. Sehingga dihukum dengan hu-kuman ini. Sementara Sulaiman menetapkan sebuah hukum yang sesuai dengan benar. Yaitu, supaya para pemilik kambing menye-rahkan hewan-hewan mereka kepada pemilik kebun agar dapat memanfaatkan air susu dan bulunya. Sementara para pemilik kambing itu, mengelola ladang yang dimiliki oleh pemilik kebun sampai keadaannya kembali seperti semula. Jika sudah kembali seperti semula, maka kedua belah pihak saling mengembalikan milik orang lain dan masing-masing menerima hartanya kembali. Hasil keputusan ini
(cerminan) kesempurnaan daya tangkap dan kecerdasan beliau عليه السلام.
#
{79} ولهذا قال: {ففهَّمْناها سليمان}؛ أي: فهَّمناه هذه القضية، ولا يدلُّ ذلك أن داود لم يُفَهِّمْه الله في غيرها، ولهذا خصَّها بالذكر؛ بدليل قوله: {وكلًّا}: من داود وسليمان آتيناهما {حكماً وعلماً}: وهذا دليلٌ على أن الحاكم قد يصيب الحقَّ والصواب، وقد يخطئ ذلك، وليس بملوم إذا أخطأ مع بذل اجتهاده.
ثم ذكر ما خصَّ به كلًّا منهما، فقال: {وسخَّرْنا مع داود الجبالَ يُسَبِّحْنَ والطيرَ}: وذلك أنَّه كان من أعبد الناس وأكثرهم لله ذكراً وتسبيحاً وتمجيداً، وكان قد أعطاه اللهُ من حسن الصوت ورِقَّته ورخامتِهِ ما لم يؤتِهِ أحداً من الخلق، فكان إذا سبَّح وأثنى على الله؛ جاوبتْه الجبالُ الصمُّ والطيورُ البهم، وهذا فضلُ اللَّه عليه وإحسانه، ولهذا قال: {وكنا فاعلين}.
(79) Oleh karenanya, Allah berfirman ﴾ فَفَهَّمۡنَٰهَا سُلَيۡمَٰنَۚ
﴿ "Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat)," maksudnya Kami menjadikannya memahami problematika tersebut. Bukan berarti Allah tidak memahamkan Dawud dalam masalah lainnya. Sebab itu, Allah menyebutkan masalah ini secara khusus. Dalilnya adalah Firman Allah, ﴾ وَكُلًّا
﴿ "Dan kepada masing-masing mereka," yaitu Dawud dan Sulaiman, Kami telah menganugerahkan kepada keduanya ﴾ حُكۡمٗا وَعِلۡمٗاۚ
﴿ "hikmah dan ilmu." Hal ini menjadi dalil bahwa hakim terkadang keputusan-nya benar dan tepat, dan kadang-kadang mengalami kesalahan. Tetapi, dia tidak tercela saat bersikap salah dalam mengambil keputusan jika telah mengerahkan segala daya dan upaya yang dimilikinya.
Berikutnya, Allah menyebutkan sisi yang menjadi keistime-waan masing-masing dari mereka berdua. Allah berfirman, ﴾ وَسَخَّرۡنَا مَعَ دَاوُۥدَ ٱلۡجِبَالَ يُسَبِّحۡنَ وَٱلطَّيۡرَۚ
﴿ "Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud." Demikian ini, lantaran beliau termasuk orang yang paling tekun beribadah dan paling sering dalam berdzikir, bertasbih dan mengagungkan Allah. Allah telah memberinya karunia berupa suara yang bagus, lembut dan merdu yang tidak dikaruniakan kepada siapa pun. Dahulu, apabila beliau melantunkan tasbih dan pujian terhadap Allah, niscaya gunung-gunung yang bisu dan burung-burung yang tidak dapat berbicara ikut meresponnya. Ini termasuk bagian dari karunia Allah dan kebaikanNya yang tercurah kepada Dawud. Karenanya, Allah berfirman ﴾ وَكُنَّا فَٰعِلِينَ 79 ﴿ "Dan Kami-lah yang melakukannya."
#
{80} {وعلَّمْناه صنعةَ لَبوسٍ لكم}؛ أي: علَّم الله داود عليه السلام صنعةَ الدُّروع؛ فهو أول من صَنَعَها وعلمها وسَرَتْ صناعته إلى مَنْ بعده، فألانَ الله له الحديدَ، وعلَّمه كيف يَسْرُدُها، والفائدة فيها كبيرة؛ {لِتُحْصِنَكُم من بأسِكُم}؛ أي: هي وقاية لكم وحفظٌ عند الحرب واشتداد البأس. {فهل أنتم شاكرونَ}: نعمة الله عليكم؛ حيث أجراها على يد عبده داود؟ كما قال تعالى: {وجَعَلَ لكم سرابيلَ تَقيكم الحرَّ وسَرابيلَ تَقيكم بأسَكُم كذلك يُتِمُّ نعمتَه عليكم لعلَّكم تُسْلِمونَ}.
يُحتمل أنَّ تعليم الله لداود صنعةَ الدُّروع وإلانتها أمرٌ خارق للعادةِ، وأنْ يكون كما قاله المفسِّرون: إنَّ الله ألانَ له الحديدَ، حتَّى كان يعمَلُه كالعجين والطين من دون إذابةٍ له على النار.
ويُحتمل أنَّ تعليم الله له على جاري العادة، وأنَّ إلانة الحديد له بما علَّمه الله من الأسباب المعروفةِ الآن لإذابتها، وهذا هو الظاهر؛ لأنَّ الله امتنَّ [بذلك] على العباد وأمرهم بشكرِها، ولولا أنَّ صنعتَه من الأمور التي جعلها الله مقدورةً للعباد؛ لم يمتنَّ عليهم بذلك ويذكُر فائدتها؛ لأنَّ الدُّروع التي صَنَعَ داود عليه السلام متعذِّرٌ أنْ يكونَ المرادُ أعيانَها، وإنَّما المنَّةُ بالجنس. والاحتمال الذي ذكره المفسرون لا دليلَ عليه؛ إلاَّ قوله: {وألَنَّا له الحديدَ}، وليس فيه أنَّ الإلانةَ من دون سبب، والله أعلم بذلك.
(80) ﴾ وَعَلَّمۡنَٰهُ صَنۡعَةَ لَبُوسٖ لَّكُمۡ
﴿ "Dan telah Kami ajarkan kepada Dawud membuat baju besi untuk kamu," maksudnya Allah mengajari Dawud عليه السلام cara membuat baju besi. Beliaulah orang pertama yang menciptakan dan mengetahuinya. Hasil karyanya menyebar ke generasi selanjutnya. Allah melunakkan besi bagi beliau dan me-ngajari bagaimana cara membentuknya. Manfaatnya besar. Yaitu ﴾ لِتُحۡصِنَكُم مِّنۢ بَأۡسِكُمۡۖ
﴿ "guna memelihara kamu dalam peperangan," mak-sudnya baju-baju besi itu berfungsi sebagai pelindung di medan peperangan dan di saat pertarungan sengit. ﴾ فَهَلۡ أَنتُمۡ شَٰكِرُونَ 80
﴿ "Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)," atas nikmat Allah yang tercurahkan kepada kalian yang Allah praktikkan melalui tangan hambaNya, Dawud! Sebagaimana Firman Allah,
﴾ وَجَعَلَ لَكُمۡ سَرَٰبِيلَ تَقِيكُمُ ٱلۡحَرَّ وَسَرَٰبِيلَ تَقِيكُم بَأۡسَكُمۡۚ كَذَٰلِكَ يُتِمُّ نِعۡمَتَهُۥ عَلَيۡكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تُسۡلِمُونَ 81
﴿
"Dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dari peperangan. Demikian-lah Allah menyempurnakan nikmatNya atasmu agar kamu berserah diri (kepadaNya)." (An-Nahl: 81).
Mengandung kemungkinan makna bahwa Allah mengajari beliau cara pembuatan baju besi dan proses pelunakannya meru-pakan perkara yang di luar kebiasaan. Dan masuk dalam kategori yang disampaikan para ulama tafsir, "Sesungguhnya Allah melu-nakkan besi baginya sehingga dia dapat memprosesnya layaknya adonan dan tanah liat tanpa harus dilebur terlebih dahulu di atas api."
Mengandung kemungkinan makna bahwa pengajaran cara pembuatannya berjalan sewajarnya. Dan proses melunakkan besi dilakukan melalui mekanisme yang diajarkan Allah, berupa cara-cara yang sekarang diketahui untuk meleburnya. Inilah keterangan yang lebih kuat kebenarannya. Pasalnya, Allah menyebut-nyebut [kemampuan untuk melakukannya] sebagai karunia dariNya ke-pada para hambaNya dan memerintahkan mereka untuk mensyu-kurinya. Seandainya masalah pembuatan baju besi tidak termasuk perkara yang dijadikan Allah agar dapat dikerjakan oleh manusia, niscaya Dia tidak akan menyebut-nyebutnya sebagai kenikmatan atas mereka dan tidak akan mengemukakan kegunaannya. Sebab baju-baju besi yang dibuat oleh Dawud عليه السلام, menjadi perkara mus-tahil (bisa dibuat) bila yang dimaksud adalah dzatnya. Anugerah yang diinginkan di sini ialah jenisnya secara umum. Keterangan yang disampaikan oleh para ahli tafsir tidak mempunyai dasarnya sama sekali, kecuali Firman Allah,
﴾ وَأَلَنَّا لَهُ ٱلۡحَدِيدَ 10 ﴿
"Dan Kami telah melunakkan besi untuknya."
(Saba`: 10).
Dalam ayat ini tidak ada petunjuk bahwa pelunakan besi ter-jadi tanpa usaha. Wallahu a'lam.
#
{81} {ولسليمان الريح}؛ أي: سخَّرناها {عاصفةً}؛ أي: سريعة في مرورها، {تَجْري بأمرِه}: حيث دبرت امتثلت أمره، غدوُّها شهرٌ ورَواحها شهرٌ، {إلى الأرض التي بارَكْنا فيها}: وهي أرض الشام؛ حيث كان مقرُّه، فيذهب على الريح شرقاً وغرباً، ويكون مأواها ورجوعُها إلى الأرض المباركة. {وكنَّا بكلِّ شيءٍ عالمِينَ}: قد أحاط علمُنا بجميع الأشياء، وعَلِمْنا من داود وسليمان ما أوصَلْناهما به إلى ما ذكرنا.
(81) ﴾ وَلِسُلَيۡمَٰنَ ٱلرِّيحَ
﴿ "Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin," maksudnya Kami menundukkannya ﴾ عَاصِفَةٗ
﴿ "yang sangat kencang tiupannya," yang begitu cepat lajunya, ﴾ تَجۡرِي بِأَمۡرِهِۦٓ
﴿ "yang ber-hembus dengan perintahNya." Di mana dia bergerak melaju untuk menaati perintahNya. Jarak perjalanan yang ditempuh di pagi hari sejauh satu bulan perjalanan (dengan unta) dan jarak perjalanan yang ditempuh di sore hari sejauh satu bulan perjalanan (dengan unta), ﴾ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ ٱلَّتِي بَٰرَكۡنَا فِيهَاۚ
﴿ "ke negeri yang Kami telah memberkatinya," yaitu negeri Syam yang menjadi tempat tinggalnya. Beliau menum-pangi angin menuju arah Barat dan Timur. Tempat menetap dan kembalinya adalah ke bumi yang diberkahi (Syam).﴾ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيۡءٍ عَٰلِمِينَ 81 ﴿ "Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu." Pengetahuan Kami meliputi segala sesuatu, dan Kami mengetahui pada diri Dawud dan Sulaiman tingkat kehebatan yang mana Kami telah mengantarkan mereka berdua sampai tingkatan yang telah Kami ceritakan.
#
{82} {ومِنَ الشياطين مَن يغوصون له ويَعْمَلون عملاً دونَ ذلك}: وهذا أيضاً من خصائص سليمان عليه السلام: أنَّ الله سَخَّر له الشياطين والعفاريتَ، وسلَّطه على تسخيرِهم في الأعمال التي لا يقدِرُ على كثيرٍ منها غيرهم، فكان منهم مَنْ يَغوصُ له البحر ويستخرِجُ الدُّرَّ واللؤلؤ وغير ذلك، ومنهم من يعمل له {محاريبَ وتماثيلَ وجفانٍ كالجواب وقدورٍ راسياتٍ}. وسخَّر طائفةً منهم لبناء بيت المقدس، ومات وهم على عمله، وبقوا بعدَه سنةً، حتَّى علموا موتَه؛ كما سيأتي إن شاء الله تعالى. {وكنَّا لهم حافظين}؛ أي: لا يقدِرون على الامتناع منه وعصيانِهِ، بل حَفِظَهم الله له بقوَّته وعزَّته وسلطانه.
(82) ﴾ وَمِنَ ٱلشَّيَٰطِينِ مَن يَغُوصُونَ لَهُۥ وَيَعۡمَلُونَ عَمَلٗا دُونَ ذَٰلِكَۖ
﴿ "Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan setan-setan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain dari pada itu." Kejadian ini juga termasuk keistimewaan Sulaiman عليه السلام. Allah menundukkan setan-setan dan jin-jin ifrit dan menjadi-kan Sulaiman berkuasa atas mereka untuk melaksanakan banyak pekerjaan yang mana golongan lain tidak berkutik menjalankannya. Di antara mereka, ada yang menyelami lautan bagi beliau untuk mengeksploitasi berlian dan permata serta batu-batu mulia lainnya. Di antara mereka ada yang mengerjakan,
﴾ مَّحَٰرِيبَ وَتَمَٰثِيلَ وَجِفَانٖ كَٱلۡجَوَابِ وَقُدُورٖ رَّاسِيَٰتٍۚ
﴿
"Gedung-gedung yang tinggi, patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tung-kunya)," (Saba`: 13), bagi beliau.
Beliau juga memerintahkan sebagian mereka untuk mem-bangun Baitul Maqdis. Sampai beliau meninggal dalam keadaan mereka masih berkutat dalam pekerjaan itu. Mereka tetap men-jalankannya selama setahun lamanya sepeninggal beliau. Hingga akhirnya mereka mengetahui kematiannya, yang akan dijelaskan nanti insya Allah تعالى. ﴾ وَكُنَّا لَهُمۡ حَٰفِظِينَ 82 ﴿ "Dan Kami memelihara mereka itu," maksudnya mereka tidak berdaya untuk menolak dan menampik beliau. Bahkan Allah-lah yang menjaga pengawasan ter-hadap mereka dengan kekuatan, keperkasaan, dan kekuasaanNya.
{وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (83) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ (84)}.
"Dan
(ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia menyeru Rabbnya, '
(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang dari semua penyayang.' Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penya-kit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepada-nya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah."
(83-84).
#
{83} أي: واذكُر عبدَنا ورسولَنا أيوب مثنياً معظماً له رافعاً لقدرِهِ حين ابتلاه ببلاء شديدٍ فوجَدَه صابراً راضياً عنه، وذلك أنَّ الشيطان سُلِّطَ على جسدِهِ ابتلاءً من اللَّه وامتحاناً، فنفخ في جسدِهِ، فتقرَّح قروحاً عظيمةً، ومكث مدَّةً طويلة، واشتدَّ به البلاءُ، ومات أهلُه، وذهب مالُه، فنادى ربَّه: ربِّ {أَنَّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وأنتَ أرحم الراحمين}: فتوسَّل إلى الله بالإخبار عن حال نفسه، وأنَّه بلغ الضرُّ منه كلَّ مبلغ، وبرحمة ربِّه الواسعة العامة.
(83) Maksudnya, ingatlah hamba dan rasul Kami, yaitu Ayyub untuk menyanjung, mengagungkan dan meninggikan dera-jatnya, saat Allah menguji beliau dengan musibah yang sangat berat. Lalu Allah mendapatinya dalam keadaan sabar lagi ridha dengan
(ketentuan)Nya. Hal tersebut karena setan diberi kesem-patan untuk menguasai fisiknya, sebagai bentuk musibah dan ujian dari Allah. Ia meniupkan tiupan ke badannya, hingga mengeluar-kan luka-luka bernanah yang hebat. Beliau mengalaminya dalam kurun waktu yang lama. Ujian ini semakin menjadi-jadi. Keluarga-nya meninggal. Harta kekayaannya sirna. Maka beliau memanggil Rabbnya, ﴾ أَنِّي مَسَّنِيَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ 83 ﴿ "
(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang dari semua penyayang." Beliau memanjatkan permohonan tawasul kepada Allah dengan menceritakan kondisi pribadinya, dan bahwa dia sudah mengalami kesakitan sampai pada titik puncaknya. Juga memanjatkan tawasul dengan rahmat Allah yang sangat luas lagi menyeluruh.
#
{84} فاستجاب الله له وقال له: {اركُضْ برجلِكَ هذا مغتسَلٌ باردٌ وشرابٌ}: فركض برجلِهِ، فخرجتْ من ركضتِهِ عينُ ماء باردةٍ، فاغتسل منها، وشرب، فأذهب الله ما به من الأذى. {وآتَيْناه أهلَه}؛ أي: ردَدْنا عليه أهله وماله. {ومثلَهم معهم}: بأن منحه الله [مع] العافية من الأهل والمال شيئاً كثيراً، {رحمةً من عندنا}: به حيثُ صَبَرَ ورضي، فأثابه الله ثواباً عاجلاً قبل ثواب الآخرة. {وذِكْرى للعابدينَ}؛ أي: جعلناه عبرةً للعابدين الذين ينتفعون بالصبرِ؛ فإذا رأوا ما أصابه من البلاءِ، ثم ما أثابه بعد زواله، ونظروا السببَ؛ وجدوه الصبر، ولهذا أثنى الله عليه به في قوله: {إنَّا وَجَدْناه صابراً نعم العبدُ إنَّه أوابٌ}، فجعلوه أسوةً وقدوةً عندما يصيبُهُم الضرُّ.
(84) Allah mengabulkan permohonan beliau seraya ber-firman,
﴾ ٱرۡكُضۡ بِرِجۡلِكَۖ هَٰذَا مُغۡتَسَلُۢ بَارِدٞ وَشَرَابٞ 42
﴿
"Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum." (Shad: 42).
Beliau menghentakkan kakinya. Maka keluarlah sebuah mata air yang dingin dari tempat hentakannya. Lalu beliau mandi dan meminum airnya. Maka Allah menghilangkan penyakit yang ada pada tubuhnya. ﴾ وَءَاتَيۡنَٰهُ أَهۡلَهُۥ
﴿ "Dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya," maksudnya Kami mengembalikan keluarga dan harta kekayaannya. ﴾ وَمِثۡلَهُم مَّعَهُمۡ
﴿ "Dan Kami lipat gandakan bilangan me-reka," dengan menganugerahkan karunia yang banyak bagi beliau [bersama] keselamatan keluarga dan hartanya, ﴾ رَحۡمَةٗ مِّنۡ عِندِنَا
﴿ "sebagai suatu rahmat dari sisi Kami," karena sabar dan mau menerima ke-adaan. Maka Allah membalasinya dengan pahala yang banyak di dunia sebelum datangnya akhirat. ﴾ وَذِكۡرَىٰ لِلۡعَٰبِدِينَ 84
﴿ "Dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah," maksudnya Kami menjadikannya sebagai pelajaran bagi orang-orang yang beribadah, yang dapat mereguk manfaat dari kesabaran. Ketika mereka menyaksikan musibah yang melanda Ayyub, kemudian balasan kebaikan yang Allah karuniakan kepadanya pasca terang-katnya musibah dan memperhatikan faktor penyebab perolehan-nya, maka mereka menemukannya dalam sikap kesabaran beliau. Oleh karenanya, Allah menyanjungnya dalam FirmanNya,
﴾ إِنَّا وَجَدۡنَٰهُ صَابِرٗاۚ نِّعۡمَ ٱلۡعَبۡدُ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٞ 44 ﴿
"Sesungguhnya Kami dapati dia
(Ayyub) seorang yang sabar. Dia-lah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat
(kepada Rabbnya)."
(Shad: 44).
Maka Allah menjadikannya sebagai contoh dan teladan bagi mereka tatkala sedang dirundung musibah.
{وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِينَ (85) وَأَدْخَلْنَاهُمْ فِي رَحْمَتِنَا إِنَّهُمْ مِنَ الصَّالِحِينَ (86)}.
"Dan
(ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah masukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang shalih."
(Al-Anbiya`: 85-86).
#
{85} أي: واذكُرْ عبادنا المصطَفَيْن وأنبياءنا المرسلين بأحسن الذِّكر، واثْنِ عليهم أبلغ الثناء: {إسماعيل} ابن إبراهيم، {وإدريس وذا الكفل}: نَبِيَّيْنِ من أنبياء بني إسرائيل؛ {كلٌّ} من هؤلاء المذكورين {من الصابرين}. والصبر: هو حَبْسُ النفس ومنعها مما تميل بطبعها إليه، وهذا يشملُ أنواع الصبر الثلاثة: الصبرُ على طاعة الله، والصبرُ عن معصيةِ الله، والصبرُ على أقدار الله المؤلمة.
فلا يستحقُّ العبد اسم الصبرِ التامِّ حتى يوفِّي هذه الثلاثة حقَّها؛ فهؤلاء الأنبياء عليهم الصلاة والسلام قد وَصَفَهم الله بالصبرِ؛ فدلَّ أنَّهم وفَّوْها حقَّها وقاموا بها كما ينبغي.
(85) Maksudnya dan ingatlah hamba-hamba Kami yang ter-pilih, para nabi kami yang diutus dengan sebaik-baik pengingatan, dan pujilah mereka dengan pujian yang paling tinggi ﴾ إِسۡمَٰعِيلَ
﴿ "Isma'il," putra Nabi Ibrahim ﴾ وَإِدۡرِيسَ وَذَا ٱلۡكِفۡلِۖ
﴿ "Idris dan Dzulkifli," dua nabi dari kalangan Bani Israil ﴾ كُلّٞ
﴿ "semua mereka," dari mereka yang disebutkan ﴾ مِّنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴿ "termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sabar." Hakikat sabar yakni kemampuan menahan dan memasung diri dari perkara-perkara yang disukai secara tabiat.
Hal ini mencakup tiga jenis kesabaran: Sabar dalam menjalani ke-taatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi maksiat kepada Allah, dan sabar menyikapi takdir-takdir Allah yang menyakitkan.
Seorang hamba tidak berhak menggapai gelar sabar yang sempurna sampai dia berhasil memenuhi hak
(tuntutan) jenis-jenis kesabaran yang berjumlah tiga ini. Para nabi itu sudah Allah beri gelar dengan sifat kesabaran. Sehingga menandakan bahwa mereka telah memenuhi hak-haknya dan menjalankannya sebagaimana mestinya.
#
{86} ووصفهم أيضاً بالصلاح، وهو يشمَلُ: صلاح القلب بمعرفة الله ومحبَّته والإنابة إليه كلَّ وقت، وصلاح اللسان؛ بأنْ يكون رطباً من ذكر الله، وصلاح الجوارح باشتغالها بطاعة الله وكفِّها عن المعاصي.
فبصبرهم وصلاحهم أدخلهم الله برحمتِهِ، وجعلهم مع إخوانِهِم من المرسلين، وأثابهم الثواب العاجل والآجل، ولو لم يكنْ من ثوابهم إلاَّ أنَّ الله تعالى نَوَّهَ بذكرِهم في العالمين، وجعل لهم لسانَ صدقٍ في الآخرين؛ لكفى بذلك شرفاً وفضلاً.
(86) Allah juga menjuluki mereka dengan keshalihan jiwa. Hal ini mencakup keshalihan hati dalam bentuk mengenal Allah, cinta dan selalu kembali kepadaNya dalam setiap detik; dan kesha-lihan lisan, dalam bentuk lisan selalu basah dengan dzikir kepada Allah; serta keshalihan anggota tubuh dalam bentuk sibuk dengan
(pelaksanaan) ketaatan kepada Allah dan mengekangnya dari maksiat-maksiat.
Lantaran kesabaran dan keshalihan mereka, maka Allah me-masukkan mereka ke dalam rahmatNya, dan menjadikan mereka bersama dengan saudara-saudara mereka dari kalangan para rasul. Allah membalasi mereka dengan pahala di dunia dan akhirat. Se-andainya, tidak ada balasan kebaikan bagi mereka kecuali
(balasan) bahwa Allah menyebutkan nama-nama mereka di hadapan para makhluk dan menjadikan mereka penyampai kebenaran bagi generasi belakangan, niscaya hal itu sudah cukup sebagai bentuk kemuliaan dan keutamaan.
{وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88)}.
"Dan
(ingatlah kisah) Dzu an-Nun
(Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia menyeru dalam keadaan sangat gelap, 'Bahwa tidak ada tuhan
(yang berhak disembah) kecuali Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim.' Maka Kami memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman."
(Al-Anbiya`: 87-88).
#
{87 ـ 88} أي: واذكرْ عبدَنا ورسولَنا {ذَا النُّونِ}، وهو يونُس؛ أي: صاحب النون، وهي الحوت، بالذكر الجميل والثناء الحسن؛ فإنَّ الله تعالى أرسله إلى قومه، فدعاهم، فلم يؤمنوا، فوعدهم بنزول العذاب بأمدٍ سمَّاه لهم، فجاءهم العذابُ، ورأوه عِياناً، فعَجُّوا إلى الله وضجُّوا وتابوا، فرفع الله عنهم العذاب؛ كما قال تعالى: {فلولا كانت قريةٌ آمنتْ فَنَفَعَها إيمانُها إلاَّ قومَ يونُسَ لما آمنوا كَشَفْنا عنهم عذابَ الخِزْي في الحياة الدنيا ومتَّعْناهم إلى حين}، وقال: {وأرسَلْناه إلى مائةِ ألفٍ أو يزيدونَ. فآمَنوا فَمَتَّعْناهم إلى حينٍ}. وهذه الأمَّة العظيمة الذين آمنوا بدعوة يونس من أكبر فضائله، ولكنه عليه الصلاة والسلام ذَهَبَ مغاضِباً وأبَقَ عن ربِّه لذنبٍ من الذُّنوب التي لم يَذْكُرها الله لنا في كتابه ولا حاجة لنا إلى تعيينها؛ لقوله: {إذْ أبَقَ إلى الفُلْكِ ... وهو مليمٌ}؛ أي: فاعلٌ ما يُلام عليه، [والظاهر أن عجلته ومغاضبته لقومه وخروجه من بين أظهرهم قبل أن يأمره اللَّه بذلك]. وظنَّ أنَّ الله لا يقدر عليه؛ أي: يضيِّق عليه في بطن الحوت، أو ظنَّ أنَّه سيفوتُ الله تعالى، ولا مانع من عُروض هذا الظنِّ للكمَّل من الخلق على وجهٍ لا يستقرُّ ولا يستمرُّ عليه، فركب في السفينة مع أناس، فاقْتَرَعوا مَنْ يُلقون منهم في البحر لما خافوا الغرق إن بَقُوا كلُّهم، فأصابت القرعةُ يونس، فالتقمه الحوتُ، وذهب فيه إلى ظلمات البحار، فنادى في تلك الظلمات: {لا إله إلا أنتَ سبحانَكَ إني كنتُ من الظالمينَ}، فأقرَّ لله تعالى بكمال الألوهيَّة، ونزَّهه عن كل نقص وعيبٍ وآفةٍ، واعترفَ بظلم نفسِهِ وجنايتِهِ؛ قال الله تعالى: {فَلَوْلا أنَّه كان من المسبِّحين. لَلَبِثَ في بطنِهِ إلى يوم يبعثون}، ولهذا قال هنا: {فاستَجَبْنا له ونَجَّيْناه من الغمِّ}؛ أي: الشدَّة التي وقع فيها، {وكذلك نُنْجي المؤمنينَ}: وهذا وعدٌ وبشارةٌ لكلِّ مؤمن وقع في شدَّة وغمٍّ: أنَّ الله تعالى سَيُنجيه منها ويكشِفُ عنه، ويخفِّفُ لإيمانِهِ؛ كما فعل بيونس عليه السلام.
(87-88) Maksudnya, dan ingatlah hamba dan rasul Kami
(dengan ungkapan yang baik dan sanjungan yang bagus) ﴾ ذ َ ا ٱلنُّونِ
﴿ "Dzu an-Nun," dia adalah Yunus. Maksudnya, orang yang dikaitkan dengan an-Nun yaitu ikan besar. Sesungguhnya Allah telah meng-utusnya kepada kaumnya. Beliau mendakwahi mereka. Namun mereka tidak beriman. Beliau pun mengancam mereka akan turun-nya siksa (Allah) pada waktu yang sudah beliau sampaikan tempo-nya. Maka datanglah siksaan Allah kepada mereka. Mereka dapat menyaksikannya secara langsung. Mereka pun bersegera kembali kepada Allah, berteriak-teriak ketakutan dan bertaubat. Akhirnya, Allah menyingkirkan siksa itu dari mereka. Allah berfirman,
﴾ فَلَوۡلَا كَانَتۡ قَرۡيَةٌ ءَامَنَتۡ فَنَفَعَهَآ إِيمَٰنُهَآ إِلَّا قَوۡمَ يُونُسَ لَمَّآ ءَامَنُواْ كَشَفۡنَا عَنۡهُمۡ عَذَابَ ٱلۡخِزۡيِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَمَتَّعۡنَٰهُمۡ إِلَىٰ حِينٖ 98
﴿
"Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala me-reka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu yang tertentu." (Yunus: 98).
Allah berfirman,
﴾ وَأَرۡسَلۡنَٰهُ إِلَىٰ مِاْئَةِ أَلۡفٍ أَوۡ يَزِيدُونَ 147 فَـَٔامَنُواْ فَمَتَّعۡنَٰهُمۡ إِلَىٰ حِينٖ 148
﴿
"Dan Kami mengutus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu." (Ash-Shaffat: 147-148).
Sejumlah umat yang besar ini yang beriman berkat dakwah Yunus merupakan salah satu dari keutamaan beliau. Akan tetapi, beliau عليه السلام bergegas pergi dalam keadaan murka dan melarikan diri dari Rabbnya karena dosanya yang tidak disebutkan oleh Allah di kitabNya kepada kita. Dan memang kita tidak membutuhkan keterangan pastinya. Hal ini berdasarkan ayat,
﴾ إِذۡ أَبَقَ إِلَى ٱلۡفُلۡكِ ٱلۡمَشۡحُونِ 140 فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ ٱلۡمُدۡحَضِينَ 141 فَٱلۡتَقَمَهُ ٱلۡحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٞ 142
﴿
"(Ingatlah) ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan. Kemudian dia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela." (Ash-Shaffat: 140-142),
maksudnya, beliau pelaku perbuatan yang tercela. [Sementara ber-dasarkan pendapat yang lebih kuat, karena ketergesa-gesaan dan kemurkaan beliau terhadap kaumnya serta kepergian beliau dari tengah-tengah mereka sebelum Allah memerintahkannya]. Beliau menyangka Allah tidak mampu menghambatnya. Yaitu membuat-nya kesulitan di dalam perut ikan paus. Atau berprasangka bahwa beliau dapat melewatkan pengawasan Allah تعالى. (Tidak masalah menyampaikan prasangka semacam ini terhadap orang-orang yang sempurna dengan bentuk yang tidak dipastikan dan tidak terus-menerus dilakukan). Selanjutnya beliau menumpangi sebuah kapal bersama sejumlah orang. Mereka kemudian melakukan pengundian mengenai siapa yang harus mereka lemparkan ke laut, karena me-reka takut tenggelam bila semua tetap tinggal (di kapal). Ternyata hasil undian mengenai Yunus. Maka, beliau (dilemparkan dan) di-telan oleh ikan paus. Beliau terbawa sampai ke balutan kegelapan lautan. Dalam kegelapan itu, beliau memanggil Rabbnya,﴾ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَٰنَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ 87
﴿ "Bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim." Beliau mengungkapkan penga-kuan atas kesempurnaan uluhiyah Allah dan menyucikanNya dari segala kekurangan, cacat dan gangguan, dan pengakuan atas tindak aniaya terhadap dirinya sendiri dan kesalahannya. Allah berfirman,
﴾ فَلَوۡلَآ أَنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُسَبِّحِينَ 143 لَلَبِثَ فِي بَطۡنِهِۦٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ 144
﴿
"Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit." (Ash-Shaffat: 143-144).
Oleh karenanya, Allah berfirman di sini,﴾ فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ وَنَجَّيۡنَٰهُ مِنَ ٱلۡغَمِّۚ
﴿ "Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkan-nya dari kedukaan," yaitu kedahsyatan kondisi yang beliau alami. ﴾ وَكَذَٰلِكَ نُـۨجِي ٱلۡمُؤۡمِنِينَ 88 ﴿ "Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." Ini merupakan janji baik dan kabar gembira bagi setiap insan Mukmin yang sedang mengalami kondisi berat dan kesusahan, bahwa Allah تعالى akan menyelamatkan dirinya dari malapetaka tersebut dan membuangnya dari dirinya serta meringan-kan bebannya karena keimanannya kepada Allah, sebagaimana yang Allah lakukan kepada Yunus عليه السلام.
{وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ (89) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ (90)}.
"Dan
(ingatlah kisah) Zakariya, tatkala dia menyeru Rabb-nya, 'Ya Rabbku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri, sedangkan Engkau-lah Waris Yang Paling Baik. Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguh-nya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami."
(Al-Anbiya`: 89-90).
#
{89} أي: واذكر عبدَنا ورسولَنا زكريَّا، منوِّهاً بذكره، ناشراً لمناقبه وفضائله التي من جملتها هذه المنقبةُ العظيمة، المتضمِّنة لنُصحه للخلق ورحمة الله إيَّاه، وأنه {نادى ربَّه ربِّ لا تَذَرْني فَرْداً}؛ أي: {قال ربِّ إنِّي وَهَنَ العظمُ منِّي واشتعلَ الرأسُ شيباً ولم أكُن بدعائِكَ ربِّ شقيًّا. وإنِّي خفتُ المواليَ من ورائي وكانتِ امرأتي عاقراً فَهَبْ لي مِن لَدُنكَ وَلِيًّا. يرِثُني ويرثُ من آل يعقوبَ واجْعَلْه ربِّ رضيًّا}: من هذه الآيات علِمْنا أنَّ قوله: {ربِّ لا تذرني فرداً}: أنَّه لما تقارب أجلُه؛ خاف أن لا يقوم أحدٌ بعده مقامَه في الدعوة إلى الله والنُّصح لعباد الله، وأن يكون في وقتِهِ فرداً ولا يُخْلِفَ من يشفَعُه ويعينُه على ما قام به. {وأنت خير الوارثين}؛ أي: خير الباقين، وخيرُ من خَلَفَني بخيرٍ، وأنت أرحمُ بعبادك منِّي، ولكنِّي أريدُ ما يطمئنُّ به قلبي، وتسكنُ له نفسي ويجري في موازيني ثوابه.
(89) Maksudnya, ingatlah hamba dan rasul Kami Zakariya, dengan maksud untuk menyinggung namanya dan menyebarluas-kan tentang kebaikan-kebaikan dan keutamaannya. Termasuk di dalamnya adalah keutamaan besar ini, yang mencakup ketekunan beliau menasihati
(memperbaiki) manusia dan curahan rahmat Allah kepadanya. Beliau memanggil Rabbnya, ﴾ نَادَىٰ رَبَّهُۥ رَبِّ لَا تَذَرۡنِي فَرۡدٗا
﴿ "Ya Rabbku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri," mak-sudnya permohonan beliau,
﴾ قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّي وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبٗا وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا 4 وَإِنِّي خِفۡتُ ٱلۡمَوَٰلِيَ مِن وَرَآءِي وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا فَهَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّٗا 5 يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنۡ ءَالِ يَعۡقُوبَۖ وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِيّٗا 6
﴿
"Dia berkata, 'Ya Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadaMu, ya Rabbku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisiMu seorang putra. Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya'qub dan jadikanlah dia ya Rabbku seorang yang diridhai'." (Maryam: 4-6).
Melalui ayat-ayat ini, kita menjadi mengerti bahwa perkataan-nya, ﴾ رَبِّ لَا تَذَرۡنِي فَرۡدٗا
﴿ "Ya Rabbku janganlah Engkau membiarkan aku hidup sendiri," adalah ketika ajalnya sudah mendekat, beliau meng-khawatirkan tidak adanya orang yang menggantikan posisinya sepeninggal beliau untuk berdakwah kepada Allah dan menasihati para hambaNya (dan mengkhawatirkan) keberadaannya yang sen-dirian tanpa keturunan yang akan mendukung dan membantunya dalam menjalankan misinya ﴾ وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلۡوَٰرِثِينَ 89 ﴿ "dan Engkau Waris Yang Paling Baik," maksudnya sebaik-baik Dzat yang abadi dan sebaik-baik Dzat yang memberikan keturunan bagiku dengan baik. Dan Engkau lebih menyayangi hamba-hambaMu dibandingkan diriku
(menyayangi mereka). Akan tetapi, saya ingin agar hatiku menjadi tentram, jiwaku tenang dan pahalaku tetap mengalir pada timbangan
(kebaikan)ku.
#
{90} {فاستجَبْنا له ووَهَبْنا له يحيى}: النبيَّ الكريمَ، الذي لم يجعل الله له من قبل سميًّا، {وأصْلَحْنا له زَوْجَه}: بعدما كانت عاقراً لا يصلُحُ رحمها للولادةِ، فأصلح الله رَحِمَها للحمل لأجل نبيِّه زكريا، وهذا من فوائد الجليس والقرين الصالح؛ أنَّه مباركٌ على قرينه، فصار يحيى مشتركاً بين الوالدين. ولما ذَكَرَ هؤلاء الأنبياء والمرسلين كلًّا على انفراده؛ أثنى عليهم عموماً، فقال: {إنَّهم كانوا يسارِعون في الخيراتِ}؛ أي: يبادرون إليها، ويفعلونها في أوقاتها الفاضلة، ويكمِّلونها على الوجه اللائق الذي ينبغي، ولا يتركون فضيلةً يقدِرون عليها إلا انتهزوا الفرصة فيها. {ويَدْعوننا رَغَباً ورَهَباً}؛ أي: يسألوننا الأمورَ المرغوب فيها من مصالح الدنيا والآخرة، ويتعوَّذون بنا من الأمور المرهوب منها من مضارِّ الدارين، وهم راغبون [راهبون]، لا غافلون لاهون، ولا مدلون. {وكانوا لَنا خاشعينَ}؛ أي: خاضعين متذلِّلين متضرِّعين، وهذا لكمال معرفتهم بربِّهم.
(90) ﴾ فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ وَوَهَبۡنَا لَهُۥ يَحۡيَىٰ
﴿ "Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya," yaitu nabi yang mulia yang mana Allah belum pernah menjadikan nama serupa sebelumnya, ﴾ وَأَصۡلَحۡنَا لَهُۥ زَوۡجَهُۥٓۚ
﴿ "dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung," yang sebelumnya mengalami kemandulan, rahimnya tidak layak untuk melahirkan anak. Selanjutnya, Allah memper-baiki keadaan rahimnya agar layak untuk mengandung demi nabi-Nya, Zakariya. Ini termasuk (perkara yang menunjukkan) manfaat partner yang baik dan teman yang shalih, serta diberkahi pasangan-nya. Sehingga Yahya menjadi hasil baik milik dua orang tuanya.
Setelah Allah menceritakan tentang para nabi dan rasul yang diutus secara terpisah, selanjutnya Allah memuji mereka secara keseluruhan, ﴾ إِنَّهُمۡ كَانُواْ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ
﴿ "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik," maksudnya bersegera mengerjakannya, me-laksanakannya pada waktu-waktunya yang utama, menyempur-nakannya dengan cara yang sepatutnya. Mereka tidak pernah meninggalkan sebuah amalan baik yang dapat mereka kerjakan melainkan (pasti) mereka memanfaatkan kesempatan untuk me-ngerjakannya ﴾ وَيَدۡعُونَنَا رَغَبٗا وَرَهَبٗاۖ
﴿ "dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas," maksudnya memohon kepada Kami hal-hal yang mereka inginkan berupa kebaikan-kebaikan duniawi dan ukhrawi, meminta perlindungan kepada Kami dari perkara-perkara yang menakutkan yang berbahaya di dunia dan akhirat. Mereka dalam keadaan berharap dan [merasa cemas], bukan lalai atau malah bermain-main serta tidak berpangku tangan. ﴾ وَكَانُواْ لَنَا خَٰشِعِينَ 90 ﴿ "Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami," tunduk, merasa hina diri, lagi memohon. Hal ini lantaran kesempurnaan ma'rifah
(ilmu) mereka mengenai Allah.
{وَالَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِنْ رُوحِنَا وَجَعَلْنَاهَا وَابْنَهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ (91) إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ (92) وَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ كُلٌّ إِلَيْنَا رَاجِعُونَ (93) فَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهِ وَإِنَّا لَهُ كَاتِبُونَ (94)}.
"Dan
(ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehor-matannya, lalu Kami tiupkan ke dalam
(tubuh)nya ruh dari Kami, dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda
(kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. Sesungguhnya
(agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu, dan Aku adalah Rabbmu, maka sembahlah Aku. Dan mereka telah memotong-motong urusan
(agama) mereka di antara mereka. Kepada Kami-lah masing-masing golongan itu akan kembali. Maka barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, sedang dia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu, dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya."
(Al-Anbiya`: 91-94).
#
{91} أي: واذكر مريم عليها السلام مثنياً عليها مبيِّناً لقَدْرها شاهراً لشرفها، فقال: {والتي أحصَنَتْ فرجَها}؛ أي: حفظته من الحرام وقربانه، بل ومن الحلال، فلم تتزوَّج؛ لاشتغالها بالعبادة واستغراق وقتها بالخدمةِ لربِّها، وحين جاءها جبريل في صورة بشرٍ سويٍّ تامِّ الخَلْق والحسن؛ {قالتْ إنِّي أعوذُ بالرحمن منك إن كنتَ تقيًّا}، فجازاها اللَّه من جنس عملها ورزقها ولداً من غير أب، بل نَفَخَ فيها جبريلُ عليه السلام، فحملت بإذنِ الله، {وجَعَلْناها وابْنها آيةً للعالمين}؛ حيثُ حملت به ووضَعَتْه من دون مسيس أحدٍ، وحيث تكلَّم في المهد، وبرَّأها مما ظنَّ بها المتَّهِمُون، وأخبر عن نفسه في تلك الحالة، وأجرى الله على يديه من الخوارق والمعجزات ما هو معلوم، فكانت وابنها آيةً للعالمين، يتحدَّث بها جيلاً بعد جيل، ويعتبر بها المعتبرون.
(91) Dan ingatlah Maryam عليها السلام untuk menyanjung dan menceritakan kedudukan tingginya, serta menyebarluaskan tentang kemuliaannya, ﴾ وَٱلَّتِيٓ أَحۡصَنَتۡ فَرۡجَهَا
﴿ "yang telah memelihara kehormatan-nya," memeliharanya dari perbuatan haram dan (dari) mendekati-nya, bahkan dari hal-hal yang dihalalkan sekalipun. Ia belum me-nikah karena menyibukkan diri dengan ibadah dan menghabiskan waktunya untuk mengabdikan diri kepada Rabbnya. Ketika Jibril mendatanginya dalam rupa seorang lelaki yang normal, dengan fisik dan ketampanan yang sempurna,
﴾ قَالَتۡ إِنِّيٓ أَعُوذُ بِٱلرَّحۡمَٰنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيّٗا 18
﴿
"Maryam berkata, 'Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Rabb Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa'." (Maryam: 18).
Maka Allah membalasinya dengan balasan yang sesuai dengan amalannya, dan memberinya keturunan tanpa keberadaan suami. Akan tetapi (dengan cara) Jibril meniupkan padanya ruh sehingga hamil dengan izin Allah, ﴾ وَجَعَلۡنَٰهَا وَٱبۡنَهَآ ءَايَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ 91 ﴿ "dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda
(kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam," di mana beliau mengandung
(tanpa suami) dan melahirkan-nya tanpa bantuan penanganan dari orang lain. Lalu si jabang bayi berbicara ketika masih di gendongan, dan Allah merehabilitasi namanya dari tuduhan orang-orang yang menuduhnya dengan tuduhan yang tidak baik. Lalu Allah memberitahukan tentang diri-nya dalam kondisi itu. Selanjutnya, Allah mempraktikkan
(melalui-nya) berbagai macam keajaiban dan mukjizat yang sudah diketahui bersama. Maka, Maryam dan putranya menjadi tanda kebesaran Allah bagi sekalian alam. Generasi-generasi bergantian membicara-kannya dan orang-orang pun memetik pelajaran darinya.
#
{92} ولما ذَكَرَ الأنبياء عليهم السلام؛ قال مخاطباً للناس: و {إنَّ هذه أمَّتُكم أمةً واحدةً}؛ أي: هؤلاء الرسل المذكورون هم أمَّتُكم وأئمَّتُكم الذين بهم تأتمُّون وبهديهم تقتدون، كلُّهم على دينٍ واحدٍ وصراطٍ واحدٍ، والربُّ أيضاً واحدٌ، ولهذا قال: {وأنا ربُّكم}: الذي خلقتُكم وربَّيتكم بنعمتي في الدين والدُّنيا؛ فإذا كان الربُّ واحداً والنبيُّ واحداً والدين واحداً، وهو عبادةُ الله وحده لا شريك له بجميع أنواع العبادة؛ كان وظيفتُكم والواجبُ عليكم القيامَ بها، ولهذا قال: {فاعبدونِ}: فرتَّب العبادة على ما سبق بالفاء ترتيب المسبب على سببه.
(92) Saat Allah mengisahkan tentang para nabi k, Dia mengajak komunikasi kepada manusia, ﴾ إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ
﴿ "Se-sungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu," para rasul yang telah disebutkan itu, mereka juga bangsa kalian dan tokoh-tokoh panutan kalian yang kalian ikut berjalan di belakang mereka dan menelusuri petunjuk mereka. Mereka semua berpegang teguh pada agama yang satu dan jalan yang satu, juga mempunyai satu Rabb. Karenanya, Allah berfirman, ﴾ وَأَنَا۠ رَبُّكُمۡ
﴿ "Dan Aku adalah Rabbmu."Aku-lah yang menciptakan kalian dan merawat kalian dengan nikmatKu yang berkaitan dengan agama ataupun kehidupan duniawi. Jika Rabb (kalian) satu, dan nabi (kalian) satu, agama (kalian) satu, yaitu penyembahan kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya dalam seluruh ragam ibadah, maka tugas dan kewajiban yang mesti kalian tunaikan adalah me-laksanakan tugas itu (beribadah kepada Allah semata). Oleh sebab itu, Allah berfirman, ﴾ فَٱعۡبُدُونِ 92 ﴿ "Maka sembahlah Aku." Allah menempatkan urutan perintah beribadah kepadaNya berdasarkan keterangan sebelumnya dengan huruf fa`, yaitu mengurutkan se-buah sebab masalah berdasarkan faktor penyebabnya.
#
{93} وكان اللائق الاجتماع على هذا الأمر وعدم التفرُّق فيه، ولكنَّ البغيَ والاعتداءَ أبيا إلاَّ الافتراق والتقطُّع، ولهذا قال: {وتقطَّعوا أمْرَهُم بينَهم}؛ أي: تفرَّق الأحزابُ المنتسبون لأتباع الأنبياء فرقاً، وتشتَّتوا كلٌّ يدَّعي أن الحقَّ معه والباطل مع الفريق الآخر، وكلُّ حزبٍ بما لديهم فرحون. وقد عُلِمَ أنَّ المصيب منهم مَنْ كان سالكاً للدين القويم والصراط المستقيم، مؤتماً بالأنبياء، وسيظهر هذا إذا انكشَفَ الغطاء، وبَرَحَ الخفاءُ، وحَشَرَ الله الناس لفصل القضاء؛ فحينئذٍ يتبيَّن الصادق من الكاذب، ولهذا قال: {كلٌّ}: من الفرق المتفرِّقةِ وغيرهم، {إلينا راجعونَ}؛ أي: فنجازيهم أتمَّ الجزاء.
(93) Idealnya, bersatu padu pada perkara ini, dan tidak berpecah-belah di dalamnya. Akan tetapi, "
(dorongan) bertindak zhalim dan melampaui batas" menolak persatuan, dan hanya mene-rima keadaan terpecah-belah dan terpisah-pisah. Karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَتَقَطَّعُوٓاْ أَمۡرَهُم بَيۡنَهُمۡۖ
﴿ "Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka," maksudnya golongan-golongan yang mengaku mengikuti para pengikut nabi terpecah-belah dan bercerai-berai. Setiap pihak mengklaim berada di atas kebenaran, sementara kebatilan bersama dengan pihak lainnya. Setiap golongan bangga dengan apa yang mereka miliki. Padahal sudah dimaklumi bersama, pihak yang benar dari kalangan mereka, yaitu yang meniti pada agama yang lurus dan jalan yang lempeng, dengan mengikuti para nabi. Kenyataan ini akan terlihat, bila tabir (kebenaran) sudah tersibak, kegelapan sudah pergi dan Allah mengumpulkan umat manusia untuk mengadili mereka. Saat itu-lah, orang yang benar akan jelas berbeda dari orang yang berdusta. Karena itu, Allah berfirman, ﴾ كُلٌّ
﴿ "Masing-masing golongan itu," dari setiap kelompok yang bercerai-berai dan selain m e r e k a ﴾ إِلَيۡنَا رَٰجِعُونَ 93 ﴿ "akan kembali kepada Kami," maka Kami membalasi mereka dengan balasan yang sempurna.
#
{94} ثم فصَّل جزاءه فيهم منطوقاً ومفهوماً، فقال: {فَمَن يعملْ من الصالحاتِ}؛ أي: الأعمال التي شرعَتْها الرسلُ وحَثَّتْ عليها الكتب، {وهو مؤمنٌ}: بالله وبرسله وما جاؤوا به، {فلا كفرانَ لسعيِهِ}؛ أي: لا نضيع سَعْيَهُ ولا نبطِلُه، بل نضاعِفُه له أضعافاً كثيرةً. {وإنَّا له كاتبونَ}؛ أي: مثبتون له في اللوح المحفوظ وفي الصُّحف التي مع الحفظة؛ أي: ومن لم يَعْمَلْ من الصالحات أو عَمِلَها وهو ليس بمؤمن؛ فإنَّه محرومٌ خاسرٌ في دينه ودنياه.
(94) Sesudah itu, Allah membeberkan balasanNya bagi mereka, secara eksplisit maupun implisit. Allah berfirman,﴾ فَمَن يَعۡمَلۡ مِنَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ
﴿ "Maka barangsiapa yang mengerjakan amal shalih," yaitu amalan-amalan yang telah disyariatkan oleh para rasul dan dianjur-kan oleh kitab-kitab Allah ﴾ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ
﴿ "sedang dia beriman," kepada Allah dan para RasulNya serta risalah yang mereka emban,﴾ فَلَا كُفۡرَانَ لِسَعۡيِهِۦ
﴿ "maka tidak ada pengingkaran terhadap amalan itu," maksud-nya Kami tidak akan menyia-nyiakan dan menggugurkan usaha-nya. Bahkan Kami akan melipatgandakannya berlipat-lipat.﴾ وَإِنَّا لَهُۥ كَٰتِبُونَ 94 ﴿ "Dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu un-tuknya," maksudnya Kami menetapkannya di Lauh Mahfuzh dan di lembaran-lembaran amalan yang bersama para malaikat penjaga amalan. Maksudnya,
(secara eksplisit) siapa saja yang tidak beramal shalih, atau mengamalkannya tanpa beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia terhalangi
(dari pahala kebaikan), merugi dalam agama dan dunianya.
{وَحَرَامٌ عَلَى قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَنَّهُمْ لَا يَرْجِعُونَ (95)}.
"Sungguh tidak mungkin atas
(penduduk) suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwa mereka tidak akan kembali
(kepada Kami)."
(Al-Anbiya`: 95).
#
{95} أي: يمتنعُ على القُرى المُهْلَكَة المعذَّبة الرُّجوع إلى الدُّنيا ليستدرِكوا ما فَرَّطوا فيه؛ فلا سبيلَ إلى الرجوع لمن أُهْلِكَ وعذِّب، فليحذرِ المخاطبون أن يستمرُّوا على ما يوجب الإهلاك، فيقع بهم، فلا يمكن رفعهُ، وليقلِعوا وقتَ الإمكان والإدراك.
(95) Maksudnya menjadi perkara mustahil, perkampungan-perkampungan yang telah dibinasakan, yang dihujani siksaan
(dari Allah) kembali lagi ke dunia untuk memperbaiki keteledoran mereka. Tidak ada jalan untuk kembali bagi orang yang sudah dibinasakan dan ditimpa siksa. Hendaknya, orang-orang
(yang sedang diajak bicara oleh ayat ini) berhati-hati agar tidak menerus-kan perkara-perkara yang akan mendatangkan kehancuran hingga nanti benar-benar terjadi sehingga akhirnya tidak dapat ditolak. Tinggalkanlah
(itu semua) di waktu yang masih memungkinkan dan kesempatan
(untuk memperbaiki diri).
{حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ (96) وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَاوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ (97)}.
"Hingga apabila dibukakan
(tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar
(Hari Kebangkitan), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir.
(Mereka berkata), 'Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami dalam ke-adaan lalai tentang ini, bahkan kami dahulu adalah orang-orang yang zhalim'."
(Al-Anbiya`: 96-97).
#
{96} هذا تحذيرٌ من الله للناس أن يُقيموا على الكفرِ والمعاصي، وأنَّه قد قَرُبَ انفتاح يأجوجَ ومأجوجَ، وهما قبيلتان عظيمتان من بني آدم، وقد سدَّ عليهم ذو القرنينِ لما شُكِي إليه إفسادُهم في الأرض، وفي آخر الزمان ينفتحُ السدُّ عنهم؛ فيخرجونَ إلى الناس، وفي هذه الحالة والوصف الذي ذَكَرَهُ الله من كلِّ مكان مرتفع، وهو الحدب، {يَنسِلونَ}؛ أي: يسرعون.
في هذا دلالةٌ على كثرتهم الباهرة، وإسراعهم في الأرض، إما بذواتِهِم، وإمَّا بما خَلَقَ الله لهم من الأسباب التي تقرِّبُ لهم البعيد، وتسهِّلُ عليهم الصعب، وأنَّهم يَقْهَرون الناس، ويَعْلون عليهم في الدُّنيا، وأنه لا يدان لأحدٍ بقتالهم.
(96) Ini sebuah peringatan dari Allah bagi sekalian manusia agar mereka tidak selalu berada di atas kekufuran dan kubangan maksiat, serta bahwa sudah dekat masa keluarnya Ya'juj dan Ma'juj. Mereka adalah dua suku besar dari kalangan Bani Adam. Dzul Qarnain telah menutup gerbang keluar bagi mereka tatkala sampai kepada beliau
(keluhan orang-orang) mengenai sepak-terjang peru-sakan yang mereka perbuat di bumi. Di akhir zaman nanti, pintu akan terbuka. Mereka pun bertebaran menuju orang-orang. Pada kondisi ini, gambaran yang disebutkan Allah adalah
(mereka) ber-asal dari tempat yang tinggi, yakni hadb ﴾ يَنسِلُونَ 96 ﴿ "mereka turun dengan cepat," dengan bergegas.
Pada ayat ini terkandung pertanda besarnya jumlah mereka yang banyak lagi fantastis, dan kecepatan pergerakan mereka di bumi, baik dengan kemampuan mereka sendiri atau melalui cara-cara yang Allah ciptakan bagi mereka berupa sebab-sebab yang dapat mendekatkan jarak tempuh yang jauh, mempermudah perjalanan yang sulit. Mereka itu menundukkan orang-orang dan menguasai mereka di dunia. Tidak ada seorang pun yang berdaya untuk memerangi mereka.
#
{97} {واقتربَ الوعدُ الحقُّ}؛ أي: يوم القيامة الذي وَعَدَ الله بإتيانه، ووعدُهُ حقٌّ وصدقٌ؛ ففي ذلك اليوم ترى أبصار الكفار شاخصةً من شدَّة الأفزاع والأهوال المزعجة والقلاقل المفظِعَة، وما كانوا يعرفون من جناياتهم وذنوبهم، وأنَّهم يَدْعون بالويل والثُّبور والندم والحسرةِ على ما فات ويقولون: لقد {كُنَّا في غفلةٍ من هذا} اليوم العظيم، فلم نَزَلْ فيها مستغرقين، وفي لهو الدُّنيا متمتِّعين، حتى أتانا اليقين، ووردْنا القيامةَ؛ فلو كان يموتُ أحدٌ من الندم والحسرة لماتوا. {بل كُنَّا ظالمينَ}: اعترفوا بظلمِهِم وعَدْل الله فيهم؛ فحينئذٍ يُؤْمَرُ بهم إلى النار هم وما كانوا يعبدون، ولهذا قال:
(97) ﴾ وَٱقۡتَرَبَ ٱلۡوَعۡدُ ٱلۡحَقُّ
﴿ "Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (Hari Kebangkitan)," yaitu pada Hari Kiamat yang sudah Allah janjikan kedatanganNya. Janji Allah sungguh-sungguh akan terwujud dan benar. Pada hari itu, engkau akan menyaksikan pan-dangan orang-orang kafir terbelalak karena dahsyatnya kekagetan mereka, prahara-prahara yang memiriskan hati dan kegaduhan yang mencekam. Mereka tidak menyadari kejahatan dan dosa-dosa me-reka. Mereka meneriakkan kecelakaan, kebinasaan, dan penyesalan, serta kesedihan atas kesempatan yang telah terlewatkan. Mereka berkata, ﴾ قَدۡ كُنَّا فِي غَفۡلَةٖ مِّنۡ هَٰذَا
﴿ "Sesungguhnya kami dahulu dalam kelalaian tentang ini," tentang hari yang agung ini. Kami di dunia terlenakan, asyik dalam permainan dunia sampai saat datangnya keyakinan (ajal), dan kami memasuki Hari Kiamat. Seandainya ada orang yang bisa meninggal gara-gara penyesalan dan kesedihan, niscaya mereka akan mati (karenanya). ﴾ بَلۡ كُنَّا ظَٰلِمِينَ 97 ﴿ "Bahkan kami dahulu adalah orang-orang yang zhalim," mereka mengakui tindak aniaya yang mereka perbuat dan keadilan Allah mengenai mereka. Pada hari itu, diperintahkan agar mereka dan sesembahan-sesem-bahan mereka dicampakkan ke dalam neraka.
Karena itu, Allah berfirman,
{إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ (98) لَوْ كَانَ هَؤُلَاءِ آلِهَةً مَا وَرَدُوهَا وَكُلٌّ فِيهَا خَالِدُونَ (99) لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَهُمْ فِيهَا لَا يَسْمَعُونَ (100) إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ (101) لَا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ (102) لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (103)}.
"Sesungguhnya kamu dan sesuatu yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahanam, kamu pasti masuk ke dalamnya. Andaikata berhala-berhala itu tuhan-tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya. Mereka merintih di dalam api, dan mereka di dalamnya tidak bisa men-dengar. Sesungguhnya orang-orang yang telah ada
(untuk mereka) ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. Mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka. Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar
(pada Hari Kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat.
(Malaikat berkata), 'Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu'."
(98-103).
#
{98} أي: وإنَّكم أيها العابدون، مع الله آلهةً غيره، {حَصَبُ جَهَنَّمَ}؛ أي: وقودها وحطبها، {أنتم لها واردونَ}: وأصنامُكم.
(98) Maksudnya, sesungguhnya kalian wahai orang-orang yang menyembah sesembahan lain selain Allah ﴾ حَصَبُ جَهَنَّمَ
﴿ "ada-lah umpan Jahanam," maksudnya menjadi bahan bakar dan kayu bakarnya ﴾ أَنتُمۡ لَهَا وَٰرِدُونَ 98 ﴿ "kamu pasti masuk ke dalamnya," dan berhala-berhala kalian.
#
{99} والحكمةُ في دخول الأصنام النار وهي جمادٌ لا تعقِل، وليس عليها ذنبٌ؛ بيانُ كَذِبِ من اتَّخذها آلهةً، وليزداد عذابُهم؛ فلهذا قال: {لو كانَ هؤلاءِ آلهةً ما وَرَدوها}: هذا كقوله تعالى: {لِيُبَيِّنَ لهم الذي يختلفونَ فيه ولِيعلمَ الذين كفروا أنَّهم كانوا كاذبينَ}، وكلٌّ من العابدين والمعبودين فيها خالدون، لا يخرجون منها، ولا ينتقلون عنها.
(99) Hikmah masuknya berhala-berhala itu ke dalam neraka, padahal merupakan benda-benda mati yang tidak bisa berpikir, tidak punya dosa, adalah untuk menjelaskan kedustaan orang yang mendaulatnya sebagai sesembahan dan agar siksaan mereka semakin berat. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ لَوۡ كَانَ هَٰٓؤُلَآءِ ءَالِهَةٗ مَّا وَرَدُوهَاۖ
﴿ "Andaikata berhala-berhala itu tuhan-tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka." Firman ini semakna dengan Firman Allah تعالى,
﴾ لِيُبَيِّنَ لَهُمُ ٱلَّذِي يَخۡتَلِفُونَ فِيهِ وَلِيَعۡلَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّهُمۡ كَانُواْ كَٰذِبِينَ 39 ﴿
"Agar Allah menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perseli-sihkan itu, dan agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwasanya mereka adalah orang-orang yang dusta."
(An-Nahl: 39).
Masing-masing dari pihak yang menyembah dan obyek yang disembah akan kekal abadi di dalamnya, tidak akan pernah keluar darinya dan tidak akan berpindah darinya.
#
{100} {لهم فيها زفيرٌ}: من شدَّة العذاب، {وهُم فيها لا يسمعونَ}: صمٌ بكمٌ عميٌ، أو لا يسمعون من الأصوات غيرَ صوتِها؛ لشدَّة غليانها، واشتداد زفيرها وتغيظها.
(100) ﴾ لَهُمۡ فِيهَا زَفِيرٞ
﴿ "Mereka merintih di dalamnya," lantaran dahsyatnya siksaan (yang menimpa mereka), ﴾ وَهُمۡ فِيهَا لَا يَسۡمَعُونَ 100 ﴿ "dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar," mereka tuli, bisu dan buta. Atau tidak dapat mendengarkan suara-suara selain suara sendiri, karena kerasnya suara didihannya, dahsyatnya rintihan dan kemurkaan neraka.
#
{101 ـ 102} ودُخول آلهة المشركين النار إنَّما هو الأصنام أو مَنْ عُبِدَ وهو راضٍ بعبادتِهِ، وأمَّا المسيح وعزيرٌ والملائكةُ ونحوهم ممَّن عُبِد من الأولياء؛ فإنَّهم لا يعذَّبون فيها، ويدخُلون في قوله: {إنَّ الذين سَبَقَتْ لهم منّا الحُسنى}؛ أي: سبقت لهم سابقةُ السعادة في علم الله وفي اللَّوح المحفوظ وفي تيسيرهم في الدُّنيا لليسرى والأعمال الصالحة. {أولئك عنها}؛ أي: عن النار {مبعَدون}: فلا يدخُلونها، ولا يكونونَ قريباً منها، بل يُبْعدَون عنها غايةَ البعدِ، حتَّى لا يسمَعوا حسيسها، ولا يروا شخصَها. {وهم فيما اشتهتْ أنفسُهُم خالدونَ}: من المآكل والمشارب والمناكح والمناظر مما لا عينٌ رأتْ ولا أذنٌ سمعت ولا خَطَرَ على قلب بشر، مستمرٌّ لهم ذلك، يزداد حسنُه على الأحقاب.
(101-102) Masuknya sesembahan kaum musyrikin ke dalam neraka, hanyalah patung-patung yang mempunyai rupa atau manusia yang disembah dalam keadaan ridha untuk diibadahi. Adapun al-Masih, Uzair, para malaikat dan lainnya yang disembah dari kalangan para wali Allah, maka sesungguhnya mereka tidak akan disiksa di dalamnya
(neraka). Mereka justru masuk ke dalam makna Firman Allah, ﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ سَبَقَتۡ لَهُم مِّنَّا ٱلۡحُسۡنَىٰٓ
﴿ "Sesungguhnya orang-orang yang telah ada (untuk mereka) ketetapan yang baik dari Kami," maksudnya orang-orang yang sudah terlebih dulu ketetapan kebahagiaannya terdapat di dalam ilmu Allah dan Lauh Mahfuzh serta dalam kemudahan yang mereka jumpai di dunia untuk me-lakukan usaha-usaha yang baik dan amalan-amalan shalih. ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ عَنۡهَا
﴿ "Mereka itu darinya," yaitu dari neraka ﴾ مُبۡعَدُونَ 101
﴿ "dijauhkan," mereka tidak memasukinya, dan tidak berada di dekatnya. Bahkan mereka ditempatkan di tempat yang sangat jauh darinya sehingga tidak mendengarkan gemuruhnya dan menyaksikan kondisinya. ﴾ وَهُمۡ فِي مَا ٱشۡتَهَتۡ أَنفُسُهُمۡ خَٰلِدُونَ 102 ﴿ "Dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka," berupa berbagai jenis makanan, minuman, pasangan hidup, panorama indah yang tidak pernah disaksikan oleh mata penglihatan, atau didengar oleh telinga atau-pun terbetik di hati seseorang. Kenikmatan itu berlangsung kon-tinyu untuk mereka, dan akan bertambah indah seiring perjalanan masa.
#
{103} {لا يَحْزُنُهم الفزعُ الأكبرُ}؛ أي: لا يقلِقُهم إذا فزع الناس أكبر فزع، وذلك يوم القيامة، حين تقرب النار تتغيَّظ على الكافرين والعاصين، فيفزع الناسُ لذلك الأمر، وهؤلاء لا يحزُنُهم؛ لعلِمِهم بما يُقدِمون عليه، وأنَّ الله قد أمَّنهم مما يخافون. {وتتلقَّاهم الملائكةُ}: إذا بُعِثوا من قبورِهم وأتَوْا على النجائب وفداً لنشورِهم مهنِّئين لهم قائلين: {هذا يومُكُم الذي كنتُم توعَدون}: فليهنِكُم ما وعدكم الله، وليعظُم استبشاركُم بما أمامكم من الكرامة، وليكثر فَرَحُكم وسرورُكم بما أمنَّكم الله من المخاوف والمكاره.
(103) ﴾ لَا يَحۡزُنُهُمُ ٱلۡفَزَعُ ٱلۡأَكۡبَرُ
﴿ "Mereka tidak disusahkan oleh ke-dahsyatan yang besar (pada Hari Kiamat)," maksudnya tidak membuat mereka tercekam saat manusia mengalami kegalauan yang sangat tinggi. Hal itu terjadi di Hari Kiamat. Saat neraka yang mendekat, begitu murka terhadap orang-orang kafir dan para pelaku maksiat. Orang-orang cemas ketakutan karenanya. Sementara itu, orang-orang tadi, mereka tidak dirundung oleh kesedihan karena tahu kondisi (baik) yang akan mereka jumpai. Allah telah menurunkan rasa aman kepada mereka dari hal-hal yang mereka takutkan. ﴾ وَتَتَلَقَّىٰهُمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ
﴿ "Dan mereka disambut oleh para malaikat," tatkala mereka dibangkitkan dari kubur-kubur mereka dan datang menuju tempat kemuliaan sebagai utusan untuk menyambut mereka dengan hangat seraya berkata ﴾ هَٰذَا يَوۡمُكُمُ ٱلَّذِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ 103 ﴿ "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu'." Hendaknya apa yang dijanjikan Allah untuk kalian menjadi ketenangan pada kalian dan rasa senang kalian semakin besar atas kemuliaan yang ada di hadapan kalian. Hendaknya pula kegembiraan dan keceriaan kalian semakin sering lantaran Allah mengamankan kalian dari berbagai macam sumber rasa takut dan gangguan.
{يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ (104) وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ (105)}.
"
(Yaitu) pada hari Kami menggulung langit sebagaimana menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulangi-nya. Itulah janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya. Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah
(Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bah-wasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang shalih."
(Al-Anbiya`: 104-105).
#
{104} يخبر تعالى أنه يوم القيامة يطوي السماواتِ على عِظَمها واتِّساعها كما يطوي الكاتُب للسجل؛ أي: الورقة المكتوب فيها؛ فتنتثر نجومها، وتكور شمسها وقمرها، وتزول عن أماكنها.
{كما بَدَأنا أوَّلَ خلقٍ نعيدُه}؛ أي: إعادتنا للخلق مثل ابتدائنا لخلقهم؛ فكما ابتدأنا خلقَهم ولم يكونوا شيئاً؛ كذلك نعيدُهم بعد موتهم، {وعداً علينا إنَّا كنَّا فاعلينَ}: ننفِّذُ ما وَعَدْنا؛ لكمال قدرتِهِ، وأنه لا تمتنعُ منه الأشياء.
(104) Allah mengabarkan bahwa pada Hari Kiamat, Dia akan melipat langit-langit kendatipun bentuknya besar dan begitu luas, sebagaimana seorang penulis menutup lembaran-lembaran catatan. Yakni, kertas yang dipakai untuk menulis. Maka, bintang-bintangnya akan jatuh berserakan, matahari dan bulan akan terlipat, tergelincir keluar dari tempat porosnya.
﴾ كَمَا بَدَأۡنَآ أَوَّلَ خَلۡقٖ نُّعِيدُهُۥۚ
﴿ "Sebagaimana Kami telah memulai pen-ciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya." Maksudnya, pengembalian Kami dalam mencipta seperti permulaan Kami dalam mencipta mereka. Sebagaimana Kami (mampu) memulai penciptaan mereka yang sebelumnya mereka belum menjadi apa pun, demikian pula Kami (mampu) mengembalikan mereka (hidup) setelah mati.
﴾ وَعۡدًا عَلَيۡنَآۚ إِنَّا كُنَّا فَٰعِلِينَ 104 ﴿ "Itulah janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya." Kami akan menjalankan janji Kami, karena kesempurnaan kekuatanNya, dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang mampu mencegahNya.
#
{105} {ولقد كَتَبْنا في الزَّبورِ}: وهو الكتاب المزبور، والمرادُ الكتبُ المنزلة؛ كالتوراة، ونحوها، {من بعد الذِّكْرِ}؛ أي: كتبناه في الكتب المنزلة بعدما كَتَبْنَاه في الكتاب السابق الذي هو اللوح المحفوظ وأمِّ الكتاب الذي توافِقُه جميعُ التقادير المتأخِّرة عنه والمكتوب في ذلك: {أنَّ الأرض}؛ أي: أرض الجنَّة، {يَرِثُها عباديَ الصَّالحونَ}: الذين قاموا بالمأمورات، واجتنبوا المنهيَّات؛ فهم الذين يورِثُهم الله الجنات؛ كقول أهل الجنة: {الحمد لله الذي هدانا لهذا}، {وأورثنا الأرض نتبوأ من الجنة حيث نشاء}، ويُحتمل أنَّ المراد الاستخلاف في الأرض، وأنَّ الصالحين يمكِّنُ الله لهم في الأرض، ويولِّيهم عليها؛ كقوله تعالى: {وَعَدَ الله الذين آمنوا منكم وعَمِلوا الصالحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ في الأرضِ كما اسْتَخْلَفَ الذين من قبلهم ... } الآية.
(105) ﴾ وَلَقَدۡ كَتَبۡنَا فِي ٱلزَّبُورِ
﴿ "Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur," yaitu kitab yang tertulis, maksudnya kitab-kitab yang diturunkan, misalnya Taurat dan lainnya, ﴾ مِنۢ بَعۡدِ ٱلذِّكۡرِ
﴿ "sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh," maksudnya, Kami telah menulis-kannya dalam kitab-kitab yang diturunkan pasca Kami menulis-kannya di kitab terdahulu, yaitu Lauh Mahfuzh dan buku induk yang sesuai dengan seluruh catatan takdir yang berlaku di akhir masa dan yang tertulis di dalamnya, ﴾ أَنَّ ٱلۡأَرۡضَ
﴿ "bahwasanya bumi ini," yaitu hunian surga ﴾ يَرِثُهَا عِبَادِيَ ٱلصَّٰلِحُونَ 105
﴿ "dipusakai hamba-hambaKu yang shalih," yang melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Mereka itulah orang-orang yang mana Allah akan mewariskan surga-surga kepada mereka. Seperti perkataan para penghuni surga,
﴾ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي هَدَىٰنَا لِهَٰذَا
﴿
"Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini." (Al-A'raf: 43).
﴾ وَأَوۡرَثَنَا ٱلۡأَرۡضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ ٱلۡجَنَّةِ حَيۡثُ نَشَآءُۖ
﴿
"Dan Dia telah (memberi) kepada kami tempat ini, sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki." (Az-Zumar: 74).
Dan mengandung kemungkinan bahwa maksudnya adalah menjadikan mereka sebagai para khalifah di bumi ini, dan bahwa Allah mendudukkan orang-orang shalih sebagai penguasa di bumi dan menetapkan mereka sebagai pemiliknya. Seperti Firman Allah,
﴾ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ …﴿
"Dan Allah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh akan men-jadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka…."
(An-Nur: 55).
{إِنَّ فِي هَذَا لَبَلَاغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ (106) وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (107) قُلْ إِنَّمَا يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (108) فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ آذَنْتُكُمْ عَلَى سَوَاءٍ وَإِنْ أَدْرِي أَقَرِيبٌ أَمْ بَعِيدٌ مَا تُوعَدُونَ (109) إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ مِنَ الْقَوْلِ وَيَعْلَمُ مَا تَكْتُمُونَ (110) وَإِنْ أَدْرِي لَعَلَّهُ فِتْنَةٌ لَكُمْ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ (111) قَالَ رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّ وَرَبُّنَا الرَّحْمَنُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ (112)}.
"Sesungguhnya
(apa yang disebutkan) dalam
(surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah Allah. Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam. Katakanlah, 'Sesungguhnya yang di-wahyukan kepadaku adalah, 'Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka apakah kamu telah berserah diri
(kepadaNya).' Jika mereka berpaling maka katakanlah, 'Aku telah menyampai-kan kepada kamu sekalian
(ajaran) yang sama
(antara kita), dan aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh.' Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan
(yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan dan Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan. Dan aku tidak mengeta-hui boleh jadi hal itu cobaan dan kesenangan bagi kamu sampai kepada suatu waktu.
(Muhammad) berkata, 'Ya Rabbku, berilah keputusan dengan adil. Dan Rabb kami adalah Rabb Yang Maha Pemurah lagi Yang dimohon pertolonganNya terhadap apa yang kamu katakan'."
(Al-Anbiya`: 106-112).
#
{106} يُثني الله تعالى على كتابِهِ العزيز القرآنِ ويبيِّن كفايته التامَّة عن كلِّ شيءٍ وأنَّه لا يُستغنى عنه، فقال: {إنَّ في هذا لبلاغاً لقوم عابدين}؛ أي: يتبلَّغون به في الوصول إلى ربِّهم وإلى دار كرامته، فيوصِلُهم إلى أجلِّ المطالب وأفضل الرغائب، وليس للعابدين الذين هم أشرفُ الخلق وراءه غايةٌ؛ لأنَّه الكفيل بمعرفةِ ربِّهم بأسمائِهِ وصفاتِهِ وأفعالِهِ وبالإخبار بالغيوبِ الصَّادقة وبالدَّعوة لحقائق الإيمان وشواهد الإيقان، المبيِّن للمأمورات كلِّها والمنهيَّات جميعها، المعرِّف بعيوب النفس والعمل والطرق التي ينبغي سلوكها في دقيق الدين وجليله، والتَّحذير من طُرُق الشيطان، وبيان مداخلِهِ على الإنسان؛ فمن لم يُغْنِهِ القرآنُ؛ فلا أغناه الله، ومَنْ لا يكفيه؛ فلا كفاه الله.
(106) Allah تعالى memuji kitabNya yang agung, al-Qur`an dan menjelaskan kapasitasnya yang sempurna untuk memenuhi segala sesuatu, dan bahwa ia tidak dapat disepelekan begitu saja. Allah berfirman, ﴾ إِنَّ فِي هَٰذَا لَبَلَٰغٗا لِّقَوۡمٍ عَٰبِدِينَ 106 ﴿ "Sesungguhnya
(apa yang disebutkan) dalam
(surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah Allah," maksudnya mereka menjadikannya tangga untuk sampai kepada Rabb mereka dan menuju tempat kemuliaan milikNya. Al-Qur`an mengantarkan mereka menuju cita-cita dan keinginan yang paling penting. Tidak ada tujuan lain bagi kaum abidin
(orang-orang yang mengabdikan diri menyembah kepada Allah) yang merupakan makhluk termulia. Karena al-Qur`an telah berperan menangani hal-hal yang mengenai pengetahuan tentang Allah, nama-nama dan sifat-sifatNya, serta perbuatan-per-buatanNya,
(menangani) penjelasan tentang berita-berita ghaib yang benar,
(menangani) menyeru kepada hakikat-hakikat keimanan dan bukti-bukti keyakinan yang berfungsi menjelaskan perintah-perintah dan larangan-larangan seluruhnya, yang mengenalkan kekurangan-kekurangan jiwa dan amalan serta cara-cara yang seharusnya ditempuh dalam masalah-masalah agama yang pelik maupun yang sudah jelas, dan memperingatkan dari cara-cara tipu daya setan dan celah-celah untuk menerobos manusia. Barang-siapa yang belum tercukupi oleh al-Qur`an, niscaya Allah tidak akan menjadikannya merasa cukup. Dan barangsiapa yang belum tertangani oleh al-Qur`an, niscaya Allah tidak akan memenuhi kebutuhannya.
#
{107} ثم أثنى على رسولِهِ الذي جاء بالقرآن، فقال: {وما أرْسَلْناك إلاَّ رحمةً للعالمين}: فهو رحمتُهُ المهداةُ لعبادِهِ؛ فالمؤمنون به قَبِلوا هذه الرحمة وشكروها وقاموا بها، وغيرُهم كفروها، وبدَّلوا نعمةَ الله كفراً، وأبوا رحمةَ الله ونعمته.
(107) Berikutnya, Allah menyanjung RasulNya yang mem-bawa al-Qur`an. Allah berfirman, ﴾ وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ 107 ﴿ "Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam." Beliau merupakan rahmat Allah yang dianugerah-kan bagi para hambaNya. Kaum Mukminin menerima bingkisan rahmat ini dan mensyukurinya serta menyikapinya dengan baik. Sementara itu, kalangan lainnya, mereka mengingkarinya dan merubah kenikmatan Allah dengan bentuk kekufuran, enggan untuk menerima rahmat dan kenikmatanNya.
#
{108} {قل} يا محمد: {إنَّما يُوحى إليَّ أنَّما إلهكم إلهٌ واحدٌ}: الذي لا يستحقُّ العبادةَ إلاَّ هو، ولهذا قال: {فهل أنتُم مسلِمونَ}؛ أي: منقادون لعبوديَّتِهِ مستسلِمون لألوهيَّتِهِ؛ فإنْ فَعَلوا؛ فَلْيَحْمدوا ربَّهم على ما منَّ عليهم بهذه النعمة التي فاقت المنن.
(108) ﴾ قُلۡ
﴿ "Katakanlah," wahai Muhammad,﴾ إِنَّمَا يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ
﴿ "Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah, 'Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa'," yang tidak ada sesuatu pun yang berhak disembah kecuali Dia. Karena itu, Dia berfirman, ﴾ فَهَلۡ أَنتُم مُّسۡلِمُونَ 108 ﴿ "Maka apakah kamu telah berserah diri
(kepadaNya)?" maksudnya tunduk untuk beribadah kepadaNya, berserah diri terhadap ketuhananNya. Jika mereka melakukannya, hendaknya mereka memuji Rabb mereka atas karunia yang mereka raih yang mengalahkan segala kenikmatan yang lain.
#
{109 ـ 110} وإنْ {تَوَلَّوْا}: عن الانقياد لعبوديَّة ربِّهم؛ فحذِّرْهم حلول المَثُلات ونزول العقوبة. {فقُلْ آذنْتُكم}؛ أي: أعلمتُكم بالعقوبة، {على سواءٍ}؛ أي: علمي وعلمُكم بذلك مستوٍ؛ فلا تقولوا إذا نزل بكم العذاب: ما جاءنا من بشيرٍ ولا نذيرٍ، بل الآن استوى علمي، وعلمُكم لمَّا أنذرتُكم وحذرتُكم وأعلمتُكم بمآل الكفر، ولم أكتُم عنْكُم شيئاً. {وإنْ أدري أقريبٌ أم بعيدٌ ما توعدونَ}؛ أي: من العذاب؛ لأنَّ عِلْمَهُ عند الله، وهو بيده؛ ليس لي من الأمر شيءٌ.
(109-110) Dan jika ﴾ تَوَلَّوۡاْ
﴿ "mereka berpaling," dari ketun-dukan untuk mengabdikan diri kepadaNya, maka peringatkanlah mereka dari datangnya bencana-bencana dan turunnya hukuman. ﴾ فَقُلۡ ءَاذَنتُكُمۡ
﴿ "Maka katakanlah, 'Aku telah menyampaikan kepada kamu sekalian'," maksudnya saya telah memberitahukan kedatangan hukuman ﴾ عَلَىٰ سَوَآءٖۖ
﴿ "(ajaran) yang sama (antara kita)," maksudnya pengetahuanku dan pengetahuan kalian tentang itu sama saja; maka jangan sekali-kali mengatakan bila siksaan melanda kalian, "Tidak ada pemberi kabar gembira dan peringatan (seorang rasul) yang datang kepada kami." Akan tetapi, sekarang, ilmuku dan ilmu kalian sama. Karena saya telah memperingatkan dan mewanti-wanti kalian serta memberitahukan kepada kalian tentang akibat buruk dari kekufuran. Saya tidak menyembunyikan apa pun dari kalian. ﴾ وَإِنۡ أَدۡرِيٓ أَقَرِيبٌ أَم بَعِيدٞ مَّا تُوعَدُونَ 109 ﴿ "Dan aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh," yaitu siksaan. Pasalnya, pengetahuan tentang kapan datangnya siksa, hanya di sisi Allah saja, berada di TanganNya. Saya tidak mempunyai wewenang apa pun.
#
{111} {وإنْ أدْري لعلَّه فتنةٌ لكم ومتاعٌ إلى حين}؛ أي: لعلَّ تأخير العذاب الذي استعجَلْتُموه شرٌّ لكم، وإنْ تُمَتَّعوا في الدُّنيا إلى حين، ثم يكون أعظم لعقوبتكم.
(111) ﴾ وَإِنۡ أَدۡرِي لَعَلَّهُۥ فِتۡنَةٞ لَّكُمۡ وَمَتَٰعٌ إِلَىٰ حِينٖ 111 ﴿ "Dan aku tidak menge-tahui boleh jadi hal itu cobaan dan kesenangan bagi kamu sampai kepada suatu waktu," mungkin saja penundaan datangnya siksaan yang mana kalian meminta untuk disegerakan adalah
(menjadi masalah) buruk bagi kalian, dan
(aku tidak mengetahui) jika kalian diberi keleluasaan menikmati kemewahan di dunia sampai batas waktu tertentu, selanjutnya datang siksaan yang lebih berat atas kalian
(dengan tiba-tiba).
#
{112} {قال ربِّ احكُم بالحقِّ}؛ أي: بيننا وبين القوم الكافرين؛ فاستجابَ الله هذا الدُّعاء، وحكم بينَهم في الدُّنيا قبل الآخرة بما عاقب الله به الكافرين من وقعة بدرٍ وغيرها. {وربُّنا الرحمن المستعانُ على ما تصفِونَ}؛ أي: نسأل ربَّنا الرحمن ونستعينُ به على ما تصِفون من قولكم: سنظهرُ عليكُم، وسيضمحلُّ دينكم! فنحنُ في هذا لا نعجبُ بأنفسنا، ولا نتَّكِلُ على حولنا وقوَّتِنا، وإنَّما نستعينُ بالرحمن الذي ناصيةُ كلِّ مخلوقٍ بيدِهِ، ونرجوه أن يُتِمَّ ما اسْتَعَنَّاه به من رحمتِهِ. وقد فعل ولله الحمد.
(112) ﴾ قَٰلَ رَبِّ ٱحۡكُم بِٱلۡحَقِّۗ
﴿ "(Muhammad) berkata, 'Ya Rabbku, berilah keputusan dengan adil'," yaitu antara kita dan kaum kafirin. Lalu Allah mengabulkan permohonan doa ini. Allah menetapkan keputusan hukuman bagi mereka di dunia sebelum di akhirat, dalam bentuk siksaan yang Allah timpakan kepada kaum kafirin, seperti (kekalahan dalam) peperangan Badr dan lainnya. ﴾ وَرَبُّنَا ٱلرَّحۡمَٰنُ ٱلۡمُسۡتَعَانُ عَلَىٰ مَا تَصِفُونَ 112 ﴿ "Dan Rabb kami ialah Rabb Yang Maha Pemurah lagi Yang dimohon pertolonganNya terhadap apa yang kamu katakan," kami memohon ar-Rahman dan memohon pertolongan kepadaNya atas apa yang kalian deskripsikan, seperti ucapan kalian, "Kami akan mengalahkan kalian, agama kalian akan meredup!" Dalam masalah ini, kami tidak silau dengan kekuatan kami, dan tidak akan bergantung kepada daya dan kekuatan pribadi. Kami hanya-lah memohon pertolongan kepada ar-Rahman yang ubun-ubun setiap makhluk berada di TanganNya. Kami berharap kepadaNya agar sudi menyempurnakan suatu pertolongan yang kami mohon-kan kepadaNya dari sebagian rahmatNya. Allah telah mewujud-kannya. Segala puji bagiNya.