Makkiyah
{طه (1) مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى (2) إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى (3) تَنْزِيلًا مِمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلَى (4) الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (5) لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى (6) وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى (7) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى (8)}
"Thaha. Kami tidak menurunkan al-Qur`an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut
(kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang men-ciptakan bumi dan langit yang tinggi.
(Yaitu) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas 'Arasy. KepunyaanNya-lah semua yang ada langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya, dan semua yang di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia yang telah tersembunyi. Dia-lah Allah, tidak ada tuhan
(yang berhak disembah) kecuali Dia. Dia mempunyai al-Asma` al-Husna
(nama-nama yang paling baik)."
(Thaha: 1-8).
#
{1 ـ 2} {طه}: من جملة الحروف المقطَّعة المفتَتَح بها كثيرٌ من السور، وليست اسماً للنبي - صلى الله عليه وسلم -. {ما أنزلنا عليكَ القرآن لِتَشْقى}؛ أي: ليس المقصود بالوحي وإنزال القرآن عليك وشرع الشريعة لِتَشْقى بذلك، ويكونَ في الشريعة تكليفٌ يشقُّ على المكلَّفين، وتعجزُ عنه قُوى العاملين، وإنَّما الوحي والقرآن والشرع شَرَعَهُ الرحيم الرحمن، وجَعَلَهُ موصلاً للسعادة والفلاح والفوز، وسهَّله غايةَ التسهيل، ويسَّر كلَّ طرقه وأبوابه، وجعله غذاء للقلوب والأرواح وراحةً للأبدان، فتلقَّتْه الفطر السليمة والعقول المستقيمة بالقبول والإذعان؛ لِعِلْمها بما احتوى عليه من الخير في الدُّنيا والآخرة.
(1-2) ﴾ طه 1
﴿ "Thaha," termasuk dalam kategori huruf-huruf abjad yang terputus untuk membuka sejumlah surat (dalam al-Qur`an), kata ini bukanlah nama bagi Nabi. ﴾ مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ 2 ﴿ "Kami tidak menurunkan al-Qur`an ini kepadamu agar kamu men-jadi susah," maksudnya bukanlah tujuan adanya wahyu dan di-turunkannya al-Qur`an kepadamu serta penetapan syariat adalah agar engkau menjadi susah karenanya, sehingga dalam kandungan syariat terdapat pembebanan
(taklif) yang memberatkan orang-orang mukallaf dan melemahkan kekuatan orang-orang yang meng-amalkan, akan tetapi ia merupakan wahyu dan al-Qur`an serta syariat yang disyariatkan oleh Dzat ar-Rahim ar-Rahman dan dijadi-kan sebagai jembatan pengantar menuju kebahagiaan, kesuksesan, dan kemenangan. Dia benar-benar menyederhanakannya dan me-mudahkan setiap pintu dan jalan-jalan aksesnya. Dia menjadikan-nya sebagai nutrisi bagi hati, jiwa, dan pencipta ketenangan bagi badan. Fitrah-fitrah yang normal dan akal-akal yang lurus me-nyambutnya dengan tulus dan ketundukan. Karena ia mengetahui muatan kebaikan yang berada di dalamnya di dunia dan akhirat.
#
{3} ولهذا قال: {إلاَّ تَذْكِرَةً لِمَن يَخْشى}: إلاَّ ليتذكَّر به من يَخْشى الله تعالى، فيتذكر ما فيه من الترغيب لأجل المطالب فيعمل بذلك، ومن الترهيب عن الشقاء والخسران فيرهب منه، ويتذكَّر به الأحكام الحسنةَ الشرعيَّة المفصَّلة التي كان مستقرًّا في عقله حسنها مجملاً، فوافق التفصيلُ ما يَجِدُهُ في فطرتِهِ وعقلِهِ، ولهذا سمَّاه الله تذكرةً، والتَّذْكِرَةُ لشيء كان موجوداً؛ إلاَّ أن صاحبَه غافلٌ عنه أو غير مستحضرٍ لتفصيلِهِ.
وخصَّ بالتَّذْكِرَةِ مَنْ يخشى؛ لأنَّ غيره لا ينتفع به، وكيف ينتفعُ به من لم يؤمنْ بجنَّة ولا نارٍ ولا في قلبه من خشيةِ الله مثقال ذرة؟! هذا ما لا يكون، {سَيَذَّكَّرُ مَنْ يخشى. ويتجنَّبُها الأشقى. الذي يَصْلى النار الكُبرى}.
(3) Oleh karenanya, Allah berfirman, ﴾ إِلَّا تَذۡكِرَةٗ لِّمَن يَخۡشَىٰ 3
﴿ "Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)," melain-kan supaya orang-orang yang takut kepada Allah تعالى mengingat-ingat (hakikat kehidupan) sedangkan dia pun mengerti kandungan-nya berupa himbauan untuk menggapai kebaikan-kebaikan lalu mengamalkannya, dan mengetahui peringatan dari kecelakaan dan kerugian sehingga dia pun menjauhkan diri darinya. Dengan al-Qur`an dia bisa mengenal hukum-hukum yang baik, yang ditetap-kan oleh syariat secara detail yang sisi keindahannya sudah mapan di akalnya secara global. Maka, penjabaran hukum-hukum sejalan dengan apa yang dijumpainya dalam fitrah dan akal sehatnya. Oleh sebab itu, Allah menamakan al-Qur`an sebagai tadzkirah (pengingat). Sebagai pengingat sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Hanya saja pemiliknya melalaikannya, atau tidak mengingat-ingat pen-jelasannya.
Allah mengkhususkan peringatan ini bagi orang-orang yang takut (khasyyah) kepadaNya, pasalnya selain mereka tidak mau memanfaatkannya. Bagaimana mungkin orang yang tidak beriman kepada surga dan neraka, serta tidak ada unsur ketakutan kepada Allah di hatinya sekecil biji sawi pun dapat memperoleh manfaat dengannya?! Ini tidak mungkin terjadi.
﴾ سَيَذَّكَّرُ مَن يَخۡشَىٰ 10 وَيَتَجَنَّبُهَا ٱلۡأَشۡقَى 11 ٱلَّذِي يَصۡلَى ٱلنَّارَ ٱلۡكُبۡرَىٰ 12 ﴿
"Orang yang takut
(kepada Allah) akan mendapat pelajaran. Orang-orang yang celaka
(kafir) akan menjauhinya.
(Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar
(neraka)."
(Al-A'la: 10-12).
#
{4} ثم ذَكَرَ جلالة هذا القرآن العظيم، وأنه تنزيلُ خالقِ الأرض والسماوات، المدبِّر لجميع المخلوقات؛ أي: فاقبلوا تنزيلَه بغاية الإذعان والمحبَّة والتسليم، وعظِّموه نهاية التعظيم. وكثيراً ما يقرِنُ بين الخَلْق والأمر؛ كما في هذه الآية وكما في قوله: {ألا لَهُ الخلقُ والأمر}، وفي قوله: {الله الذي خَلَقَ سبعَ سمواتٍ ومن الأرضِ مثلَهُنَّ يتنزَّلُ الأمرُ بينهنَّ}، وذلك أنَّه الخالق الآمر الناهي؛ فكما أنه لا خالق سواه؛ فليس على الخلق إلزامٌ ولا أمرٌ ولا نهيٌ إلاَّ من خالقهم. وأيضاً؛ فإنَّ خلقه للخلق فيه من التدبير القدريِّ الكونيِّ، وأمره فيه التدبير الشرعيُّ الدينيُّ؛ فكما أنَّ الخلق لا يخرُجُ عن الحكمة، فلم يَخْلُقْ شيئاً عبثاً؛ فكذلك لا يأمُرُ ولا ينهى إلاَّ بما هو عدلٌ وحكمةٌ وإحسانٌ.
(4) Selanjutnya, Allah menyebutkan kebesaran al-Qur`an yang agung ini. Ia merupakan wahyu yang diturunkan Pencipta bumi dan langit, yang mengatur semua makhluk. Maksudnya, teri-malah wahyu yang diturunkan ini dengan sikap ketundukan yang penuh, kecintaan, dan penerimaan yang total. Agungkanlah wahyu itu dengan sebaik-baiknya. Acapkali Allah menyatukan antara sifat al-Khalqu
(penciptaan) dan al-Amru
(penetapan syariat). Seba-gaimana tertuang di dalam ayat ini. Juga seperti dalam FirmanNya,
﴾ أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ
﴿
"Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah." (Al-A'raf: 54), juga dalam FirmanNya,
﴾ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖ وَمِنَ ٱلۡأَرۡضِ مِثۡلَهُنَّۖ يَتَنَزَّلُ ٱلۡأَمۡرُ بَيۡنَهُنَّ ﴿
"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya."
(Ath-Thalaq: 12).
Demikian ini, karena Allah adalah Dzat yang menciptakan, yang menetapkan perintah dan larangan. Sebagaimana tidak ada pencipta selain Allah, maka tidak ada kewajiban, perintah, dan larangan yang harus dilaksanakan oleh makhluk kecuali dari Pen-cipta mereka. Begitu pula bahwa penciptaan yang Allah lakukan terhadap makhlukNya di dalamnya termasuk pengaturan takdir kauni
(yang tidak berkaitan dengan mahabbah Allah dan mesti terjadi). Sedangkan penetapan perintah di dalamnya mengandung pengaturan takdir syar'i
(yang berkaitan dengan mahabbah Allah, tapi tidak mesti terjadi). Sebagaimana penciptaan makhluk tidak akan terlepas dari hikmah, maka Allah tidak menciptakan mereka untuk tujuan yang mengada-ada, begitu pula, Allah tidak meme-rintahkan dan tidak melarang kecuali pasti dengan sebab yang mana ia merupakan sebuah keadilan, hikmah, dan kebaikan.
#
{5} فلما بين أنه الخالق المدبِّر الآمر الناهي؛ أخبر عن عظمته وكبريائه، فقال: {الرحمن على العرش}: الذي هو أرفع المخلوقات وأعظمُها وأوسعها، {استوى}: استواءً يَليقُ بجلالِهِ ويناسب عظمتَه وجمالَه، فاستوى على العرش، واحتوى على الملك.
(5) Setelah Allah menjelaskan bahwa Dia adalah Sang Pencipta, Pengatur, Pembuat perintah dan larangan, maka Dia memberitahukan mengenai keagungan dan kebesaranNya. Allah berfirman, ﴾ ٱلرَّحۡمَٰنُ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ
﴿ "(Yaitu) Dzat Yang Maha Pemurah di atas 'Arasy," yang merupakan makhluk paling tinggi dan paling besar serta paling luas ﴾ ٱسۡتَوَىٰ 5 ﴿ "bersemayam," dalam bentuk istiwa'
(bersemayam) yang sesuai dengan bentuk keagunganNya, dan sesuai dengan kebesaran dan keindahanNya. Dia bersemayam di atas 'Arasy dan menguasai kerajaan.
#
{6} {له ما في السمواتِ وما في الأرض وما بينَهما}: من مَلَكٍ وإنسيٍّ وجنيٍّ وحيوانٍ وجمادٍ ونباتٍ، {وما تحتَ الثَّرى}؛ أي: الأرض؛ فالجميع مُلكٌ لله تعالى، عبيدٌ مدبَّرون مسخَّرون تحت قضائه وتدبيره، ليس لهم من المُلك شيء، ولا يملكون لأنفسهم نفعاً ولا ضرًّا ولا موتاً ولا حياةً ولا نشوراً.
(6) ﴾ لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا
﴿ "KepunyaanNya-lah semua yang ada langit, semua yang di bumi, dan semua yang di antara kedua-nya," berupa malaikat, manusia, jin, binatang, benda-benda mati, tanaman ﴾ وَمَا تَحۡتَ ٱلثَّرَىٰ 6 ﴿ "dan apa yang berada di bawah tanah," di bawah bumi, semuanya milik Allah تعالى, sebagai hamba yang diatur tunduk di bawah keputusan dan aturanNya. Tidak ada secuil pun hak kepemilikan bagi mereka. Mereka tidak mempunyai daya untuk menciptakan kebaikan, bahaya, kematian, kehidupan, dan kebangkitan bagi diri mereka sendiri.
#
{7} {وإن تَجْهَرْ بالقول فإنَّه يعلم السرَّ}: الكلام الخفي، {وأخفى}: من السرِّ، الذي في القلب ولم يُنطقْ به، أو السِّر ما خطر على القلب، وأخفى ما لم يخطُر؛ يعلم تعالى أنه يخطُرُ في وقته وعلى صفته. المعنى أنَّ علمه تعالى محيطٌ بجميع الأشياء؛ دقيقِها وجليها؛ خفيِّها وظاهرها؛ فسواء جهرتَ بقولك أو أسررتَه؛ فالكلُّ سواء بالنسبة لعلمه تعالى.
(7) ﴾ وَإِن تَجۡهَرۡ بِٱلۡقَوۡلِ فَإِنَّهُۥ يَعۡلَمُ ٱلسِّرَّ
﴿ "Dan jika kamu mengeraskan ucapan-mu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia," maksudnya perka-taan yang lirih ﴾ وَأَخۡفَى 7 ﴿ "dan yang tersembunyi," dari sesuatu yang rahasia, yang bermakna rahasia yang berada di hati, dan belum diucapkan. Atau اَلسِّرُّ ialah segala sesuatu yang terbetik di hati. Sedangkan أَخْفَى merupakan segala sesuatu yang belum muncul di benak. Allah تعالى Maha mengetahui segala sesuatu yang terbetik pada waktunya dan segala bentuknya. Maksudnya, ilmu Allah تعالى meliputi segala sesuatu, yang samar maupun yang jelas, yang ter-sembunyi ataupun yang terlihat, sama saja, baik engkau mengeras-kan suara atau melirihkannya. Semuanya menurut ilmu Allah تعالى sama saja.
#
{8} فلما قرَّر كماله المطلق بعموم خلقه وعموم أمرِهِ ونهيِهِ وعموم رحمتِهِ وسعة عظمتِهِ وعلوِّه على عرشه وعموم ملكِهِ وعموم علمِهِ؛ نَتَجَ من ذلك أنَّه المستحقُّ للعبادة، وأنَّ عبادته هي الحقُّ التي يوجبها الشرع والعقل والفطرة، وعبادة غيره باطلةٌ، فقال: {الله لا إله إلاَّ هو}؛ أي: لا معبود بحقِّ ولا مألوه بالحبِّ والذُّلِّ والخوف والرجاء والمحبَّة والإنابة والدُّعاء إلاَّ هو. {له الأسماء الحسنى}؛ أي: له الأسماء الكثيرة الكاملة الحسنى: من حسنها أنَّها كلَّها أسماءٌ دالةٌ على المدح؛ فليس فيها اسمٌ لا يدلُّ على المدح والحمد، ومن حسنها أنَّها ليست أعلاماً محضةً، وإنما هي أسماءٌ وأوصافٌ، ومن حسنها أنَّها دالَّة على الصفات الكاملة وأنَّ له من كلِّ صفةٍ أكملها وأعمَّها وأجلَّها، ومن حسنها أنَّه أمر العبادَ أن يدعوه بها؛ لأنَّها وسيلةٌ مقربةٌ إليه؛ يحبُّها ويحبُّ من يحبُّها، ويحبُّ من يحفظُها، ويحبُّ من يبحث عن معانيها، ويتعبَّد له بها؛ قال تعالى: {ولله الأسماءُ الحسنى فادْعوه بها}.
(8) Sesudah menetapkan kesempurnaanNya yang mutlak dengan keumuman penciptaanNya, dan ketetapan perintah dan laranganNya yang umum
(bagi semua makhluk), keumuman rahmatNya, besarnya keagunganNya, keberadaanNya yang tinggi di atas 'Arasy, luasnya wilayah kekuasaan dan ilmuNya, dapat diambil kesimpulan bahwa Dia-lah yang berhak untuk diibadahi, peribadahan kepadaNya ialah yang benar, yang sejalan oleh aturan syariat, nalar, dan fitrah. Sementara menyembah selainNya meru-pakan kebatilan. Allah berfirman, ﴾ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ
﴿ "Dia-lah Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) kecuali Dia," maksudnya tidak ada sesembahan dan tuhan yang berhak disembah dengan penuh kecintaan dan menghinakan diri, rasa takut, pengharapan, mahabbah, inabah, dan doa kecuali Dia. ﴾ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ 8
﴿ "Dia mempunyai Asma` al-Husna (nama-nama yang paling baik)," Allah mempunyai nama-nama yang banyak yang sempurna lagi paling baik. Di antara sisi keindahannya, semua nama itu merupakan nama-nama yang menunjukkan pujian. Tidak ada nama yang tidak menunjukkan pujian dan sanjungan. Sebagian dari sisi keindahan-nya, bahwa nama-nama itu bukan sekedar nama-nama semata, akan tetapi nama-nama dan sekaligus (menunjukkan) sifat-sifat yang terkandung di dalamnya. Aspek keindahan lainnya, nama-nama itu menunjukkan sifat-sifat yang sempurna. Dan pada sifat-sifat itu bila dibandingkan dengan sifat lainnya menempati ting-katan yang paling sempurna, umum lagi agung. Aspek keelokannya, Allah memerintahkan para hambaNya untuk berdoa kepadaNya dengannya. Karena nama-nama itu termasuk (piranti) untuk ber-tawasul yang mendekatkan diri kepada Allah. Allah mencintainya (nama-nama itu), dan para pecintanya juga menyukainya dan menghafalnya. Dan Allah mencintai orang-orang yang mendalami makna-maknanya dan menghambakan diri kepada Allah dengan-nya. Allah berfirman,
﴾ وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ ﴿
"Hanya milik Allah-lah Asma` al-Husna, maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma` al-Husna tersebut."
(Al-A'raf: 180).
{وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى (9) إِذْ رَأَى نَارًا فَقَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى (10) فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ يَامُوسَى (11) إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى (12) [وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى (13) إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي (14) إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى (15)}].
"Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika dia melihat api, lalu berkatalah dia kepada keluarganya, 'Tinggallah kamu
(di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit darinya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu.' Maka ketika dia datang ke tempat api itu dia dipanggil, 'Hai Musa, sesungguhnya Aku ini adalah Rabbmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesung-guhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan
(kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan
(yang hak) kecuali Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya Hari Kiamat itu akan datang,
(hampir saja) Aku merahasiakan
(waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan amal yang dia usahakan."
(Thaha: 9-15).
#
{9 ـ 10} يقول تعالى لنبيِّه محمدٍ - صلى الله عليه وسلم - على وجه الاستفهام التقريريِّ والتعظيم لهذه القصَّة والتفخيم لها: {هل أتاك حديثُ موسى}: في حاله التي هي مبدأ سعادته ومنشأ نبوَّته؛ أنَّه رأى ناراً من بعيد، وكان قد ضلَّ الطريق، وأصابه البردُ، ولم يكنْ عنده ما يتدفَّأ به في سفره. فقال لأهلِهِ: {إني آنستُ}؛ أي: أبصرتُ {ناراً}: وكان ذلك في جانب الطور الأيمن. {لعلِّي آتيكُم منها بقَبَسٍ}: تصطلون به، {أو أجِدُ على النار هُدى}؛ أي: من يهديني الطريق. وكان مطلبُهُ النور الحسي والهداية الحسيَّة، فوجَدَ ثَمَّ النورَ المعنويَّ؛ نور الوحي الذي تستنير به الأرواح والقلوب، والهداية الحقيقيَّة؛ هداية الصراط المستقيم الموصلة إلى جنَّات النعيم، فحصل له أمرٌ لم يكنْ في حسابِهِ ولا خَطَر بباله.
(9-10) Allah berfirman kepada NabiNya, Muhammad da-lam bentuk pertanyaan yang bersifat penetapan dan pengagungan serta membesarkan kisah ini ﴾ هَلۡ أَتَىٰكَ حَدِيثُ مُوسَىٰٓ 9
﴿ "Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa?" Mengenai keadaannya yang meru-pakan pangkal kebahagiaan dan tempat penetapan kenabiannya, beliau melihat api dari kejauhan. Sebelumnya beliau pernah tersesat dalam perjalanannya, kemudian didera oleh hawa dingin, tanpa memiliki sesuatu pun yang dapat menghangatkan tubuhnya dalam perjalanan. Maka beliau berkata kepada istrinya, ﴾ إِنِّيٓ ءَانَسۡتُ
﴿ "Sesung-guhnya aku melihat," aku menyaksikan ﴾ نَارٗا
﴿ "api." Peristiwa ini ter-jadi di bagian kanan gunung Thur. ﴾ لَّعَلِّيٓ ءَاتِيكُم مِّنۡهَا بِقَبَسٍ
﴿ "Mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit darinya kepadamu," untuk menghangatkan diri dengannya ﴾ أَوۡ أَجِدُ عَلَى ٱلنَّارِ هُدٗى 10 ﴿ "atau aku akan mendapat petun-juk di tempat api itu," maksudnya orang yang menunjukkan jalan kepada kita. Yang beliau cari adalah cahaya yang bersifat inderawi dan petunjuk biasa. Akan tetapi, beliau menjumpai cahaya makna-wi, cahaya wahyu yang akan membuat jiwa-jiwa dan hati bersinar karenanya, serta hidayah yang sejati. Yaitu petunjuk menuju shirath al-Mustaqim yang mengantarkan ke Surga Na'im. Terjadilah peris-tiwa yang tidak pernah beliau perhitungkan dan tak pernah terbetik di benak beliau.
#
{11} {فلمَّا أتاها}؛ أي: النار التي آنسها من بعيدٍ، وكانت في الحقيقة نوراً، وهي نارٌ تحرق وتشرق، ويدلُّ على ذلك قوله - صلى الله عليه وسلم -: «حجابُهُ النورُ أو النارُ، لو كَشَفَهُ؛ لأحرقت سُبُحات وجهه ما انتهى إليه بصره ». فلما وصل إليها؛ نودِيَ منها؛ أي: ناداه الله؛ كما قال: {وناديناه من جانب الطور الأيمن وقرَّبْناه نَجِيًّا}.
(11) ﴾ فَلَمَّآ أَتَىٰهَا
﴿ "Maka ketika dia datang ke tempat itu," yaitu api yang beliau saksikan dari kejauhan. Sebenarnya, api itu berupa cahaya, ia dapat membakar dan tersulut. Indikasinya adalah sabda Nabi,
حِجَابُهُ النُّوْرُ أَوِ النَّارُ، لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ [مِنْ خَلْقِهِ].
"PenutupNya adalah cahaya atau api. Seandainya Allah menyibak-nya, niscaya pancaran WajahNya akan membakar apa saja [dari makhluk-nya] sampai sejauh jarak pandanganNya."[30]
Sesampainya di sana, beliau dipanggil. Maksudnya, Allah memanggilnya. Sebagaimana FirmanNya,
﴾ وَنَٰدَيۡنَٰهُ مِن جَانِبِ ٱلطُّورِ ٱلۡأَيۡمَنِ وَقَرَّبۡنَٰهُ نَجِيّٗا 52 ﴿
"Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur, dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia bermunajat."
(Maryam: 52).
#
{12} {إني أنا ربُّك فاخْلَعْ نعلَيْكَ إنَّك بالواد المقدَّس طُوىً}: أخبره أنَّه ربُّه، وأمره أن يستعدَّ ويتهيَّأ لمناجاته ويهتمَّ لذلك، ويُلْقيَ نعليه، لأنَّه بالوادي المقدَّس المطهَّر المعظَّم، ولو لم يكن من تقديسِهِ إلاَّ أنَّه اختاره لمناجاتِهِ كليمَه موسى؛ لكفى. وقد قال كثيرٌ من المفسِّرين: إنَّ الله أمره أن يُلْقِيَ نعليه لأنهما من جلد حمارٍ ؛ فالله أعلم بذلك.
(12) ﴾ إِنِّيٓ أَنَا۠ رَبُّكَ فَٱخۡلَعۡ نَعۡلَيۡكَ إِنَّكَ بِٱلۡوَادِ ٱلۡمُقَدَّسِ طُوٗى 12 ﴿ "Sesungguhnya Aku ini adalah Rabbmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesung-guhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa." Allah mengabarkan kepada beliau bahwa Dia adalah Rabbnya, dan memerintahkan beliau untuk bersiap sedia melakukan munajat kepadaNya dan memperhatikannya. Beliau melepaskan dua sandalnya, karena berada di lembah yang disucikan, bersih lagi diagungkan. Sean-dainya tidak ada
(petunjuk) tentang
(keharusan) menyucikan lembah itu kecuali
(petunjuk) bahwa Allah memilihnya untuk tempat bermunajat dengan Musa, KalimNya, maka sudahlah cukup
(sebagai tanda kesuciannya). Banyak ahli tafsir mengatakan, "Sesungguhnya Allah memerintahkan beliau untuk melepaskan dua sandalnya. Karena keduanya terbuat dari kulit keledai."
[31] Wal-lahu a'lam.
#
{13} {وأنا اخترتُك}؛ أي: تخيَّرْتك واصطفيتُك من الناس، وهذه أكبر نعمةٍ ومنَّة أنعم الّله بها عليه تقتضي من الشُّكر ما يَليق بها، ولهذا قال: {فاستمعْ لما يُوحى}؛ أي: ألق سمعك للذي أوحي إليك؛ فإنَّه حقيقٌ بذلك؛ لأنَّه أصل الدين ومبدؤه وعماد الدعوة الإسلامية.
(13) ﴾ وَأَنَا ٱخۡتَرۡتُكَ
﴿ "Dan Aku telah memilihmu," maksudnya Aku telah memilih dan menyeleksimu dari orang-orang. Ini merupakan kenikmatan dan karunia paling besar yang Allah curahkan kepada-nya, yang menuntut untuk disyukuri dengan semestinya. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ فَٱسۡتَمِعۡ لِمَا يُوحَىٰٓ 13 ﴿ "Maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan
(kepadamu)," maksudnya, arahkan pende-ngaranmu kepada wahyu yang disampaikan kepadamu. Sesung-guhnya sikap itu sudah sepantasnya. Sebab, ia merupakan prinsip agama dan landasannya, serta tiang dakwah Islamiyah.
#
{14} ثم بيَّن الذي يوحيه إليه بقوله: {إنَّني أنا الله لا إله إلاَّ أنا}؛ أي: الله المستحقُّ الألوهيَّة المتَّصف بها؛ لأنه الكامل في أسمائه وصفاته، المنفرد بأفعاله، الذي لا شريكَ له ولا مثيلَ ولا كفو ولا سَمِيَّ. {فاعْبُدْني}: بجميع أنواع العبادة ظاهرها وباطنها أصولها وفروعها. ثم خصَّ الصَّلاة بالذِّكر، وإن كانت داخلةً في العبادة؛ لفضلها وشرفها وتضمُّنها عبوديَّة القلب واللسان والجوارح. وقوله: {لِذِكْري}: اللام للتعليل؛ أي: أقم الصلاة لأجل ذكرِكَ إيَّاي؛ لأن ذكره تعالى أجلُّ المقاصد، وبه عبوديَّة القلب، وبه سعادته؛ فالقلبُ المعطَّل عن ذكر الله معطَّلٌ عن كلِّ خير وقد خَرِبَ كلَّ الخراب، فشرع الله للعباد أنواعَ العباداتِ التي المقصود منها إقامةُ ذكرِهِ، وخصوصاً الصلاة؛ قال تعالى: {اتلُ ما أوحِيَ إليكَ من الكتاب وأقم الصَّلاةَ إنَّ الصلاةَ تَنْهى عن الفحشاءِ والمنكرِ وَلَذِكْرُ اللهِ أكبرُ}؛ أي: ما فيها من ذكر الله أكبرُ من نهيها عن الفحشاء والمنكر، وهذا النوع يقال له: توحيدُ الإلهيَّة وتوحيدُ العبادة؛ فالألوهيَّة وصفُه تعالى، والعبوديَّة وصفُ عبده.
(14) Kemudian Allah menjelaskan wahyu yang disampai-kan kepadanya dengan FirmanNya, ﴾ إِنَّنِيٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠
﴿ "Sesungguh-nya Aku ini adalah Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) kecuali Aku," maksudnya Allah-lah yang berhak untuk diibadahi, dan Dzat yang melekat padaNya sifat tersebut. Sebab, Dia yang Mahasempurna dalam nama-nama dan sifat-sifatNya, Esa dengan perbuatan-perbuatanNya, tidak ada sekutu bagiNya, tidak ada bandingan, padanan, dan dzat yang sama denganNya. ﴾ فَٱعۡبُدۡنِي
﴿ "Maka sembahlah Aku," dalam segala macam ibadah, yang zahir maupun yang batin, ibadah yang prinsip ataupun yang bersifat sekunder. Selanjutnya, Allah menyebutkan shalat secara khusus, meskipun sudah termasuk dalam bingkai ibadah, karena ke-utamaan dan kemuliaannya serta muatannya yang mengandung penghambaan hati, lisan dan anggota tubuh lainnya.
Firman Allah, ﴾ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ 14
﴿ "Dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu," huruf lam berfungsi sebagai ta'lil (penyebutan sebab). Maksudnya, tegakkanlah shalat untuk tujuan mengingat-Ku. Sebab mengingat nama Allah merupakan tujuan yang paling agung. Dengan itulah hati menghambakan diri kepada Allah. De-ngan itu pula, kebahagiaan tergapai. Hati yang kosong dari dzikir kepada Allah, niscaya akan menjadi kosong dari segala kebaikan. Ia benar-benar telah mengalami kerusakan yang parah, maka Allah menggariskan berbagai macam ibadah yang ditujukan untuk meng-ingatNya, terutama pada shalat. Allah تعالى berfirman,
﴾ ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ ﴿
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab
(al-Qur`an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya daripada ibadah yang lain)."
(Al-Ankabut: 45),
maksudnya, kandungannya berupa dzikrullah lebih besar daripada
(fungsinya) mencegah dari perbuatan keji dan kemungkaran. Jenis ini, disebut tauhid ilahiyah
(uluhiyah) dan tauhid ibadah. Uluhiyah
(hak disembah) merupakan sifat Allah تعالى. Sementara ubudiyah
(menghambakan diri) merupakan sifat makhlukNya.
#
{15} {إنَّ الساعة آتيةٌ}؛ أي: لا بدَّ من وقوعها، {أكاد أخفيها}؛ أي: عن نفسي؛ كما في بعض القراءَات؛ كقوله تعالى: {يسألونك عن الساعةِ قلْ إنَّما علمُها عند الله}، وقال: {وعنده علمُ الساعةِ}؛ فعلمُها قد أخفاه عن الخلائق كلِّهم؛ فلا يعلمها مَلَكٌ مقرَّبٌ ولا نبيٌّ مرسل، والحكمة في إتيان الساعة: {لِتُجْزى كلُّ نفس بما تَسْعى}: من الخير والشرِّ؛ فهي الباب لدار الجزاء، {ليَجزيَ الذين أساؤوا بما عَمِلوا ويَجْزيَ الذين أحسَنوا بالحُسْنى}.
(15) ﴾ إِنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ
﴿ "Sesungguhnya Hari Kiamat itu akan datang," maksudnya pasti terjadi ﴾ أَكَادُ أُخۡفِيهَا
﴿ "(hampir saja) Aku merahasiakan (waktu)nya," yaitu dari diriKu Sendiri, sebagaimana termaktub pada salah satu versi qira`ah. Seperti Firman Allah,
﴾ يَسۡـَٔلُكَ ٱلنَّاسُ عَنِ ٱلسَّاعَةِۖ قُلۡ إِنَّمَا عِلۡمُهَا عِندَ ٱللَّهِۚ
﴿
"Manusia bertanya kepadamu tentang Hari Berbangkit. Katakanlah, 'Sesungguhnya pengetahuan tentang Hari Berbangkit itu hanya di sisi Allah'." (Al-Ahzab: 63).
Allah تعالى berfirman,
﴾ وَعِندَهُۥ عِلۡمُ ٱلسَّاعَةِ
﴿
"Dan di sisiNya-lah pengetahuan tentang Hari Kiamat." (Az- Zukhruf: 85).
Pengetahuan mengenai waktu terjadinya sudah Allah sembu-nyikan dari para makhluk semuanya. Malaikat yang dekat dengan Allah dan nabi yang diutus pun tidak mengetahuinya. Hikmah di-hadirkannya Hari Kiamat ﴾ لِتُجۡزَىٰ كُلُّ نَفۡسِۭ بِمَا تَسۡعَىٰ
﴿ "supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan amal yang dia usahakan," yang baik ataupun yang buruk. Hari Kiamat adalah pintu menuju akhirat,
﴾ لِيَجۡزِيَ ٱلَّذِينَ أَسَٰٓـُٔواْ بِمَا عَمِلُواْ وَيَجۡزِيَ ٱلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ بِٱلۡحُسۡنَى 31 ﴿
"Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap amal yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik
(surga)."
(An-Najm: 31).
{فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَتَرْدَى (16)}.
"Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan darinya oleh yang tidak beriman kepadanya, dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu binasa."
(Thaha: 16).
#
{16} أي: فلا يصدُّك ويشغَلُك عن الإيمان بالساعة والجزاء والعمل لذلك مَنْ كان كافراً بها، غير معتقدٍ لوقوعها، يسعى في الشكِّ فيها والتشكيك، ويجادلُ فيها بالباطل، ويقيم من الشُّبه ما يقدر عليه؛ متبعاً في ذلك هواه، ليس قصدُهُ الوصول إلى الحق، وإنَّما قُصاراه اتِّباع هواه؛ فإيَّاك أن تصغي إلى مَنْ هذه حالُه أو تقبلَ شيئاً من أقواله وأعماله الصادَّة عن الإيمان بها والسعي لها سعيها. وإنَّما حذَّر الله تعالى عمَّن هذه حاله؛ لأنَّه من أخوف ما يكون على المؤمن بوسوسته وتدجيله وكون النفوس مجبولةً على التشبُّه والاقتداء بأبناء الجنس، وفي هذا تنبيهٌ وإشارةٌ إلى التحذير عن كلِّ داع إلى باطل، يصدُّ عن الإيمان الواجب أو عن كمالِهِ، أو يوقع الشبهةَ في القلب، وعن النظر في الكتب المشتملة على ذلك.
وذكر في هذا الإيمان به وعبادته والإيمان باليوم الآخر؛ لأن هذه الأمور الثلاثة أصولُ الإيمان وركنُ الدين، وإذا تمَّت؛ تمَّ أمر الدين، ونقصُه أو فقدُه بنقصِها أو نقص شيء منها. وهذه نظيرُ قوله تعالى في الإخبار عن ميزان سعادةِ الفِرَق الذين أوتوا الكتاب وشقاوتهم: {إنَّ الذين آمنوا والذين هادوا والصَّابئينَ والنَّصارى مَنْ آمنَ بالله واليوم الآخر وعَمِلَ صالحاً فلا خوفٌ عليهم ولا هم يَحْزَنونَ}. وقوله: {فتردى}؛ أي: تهلك وتشقى إنِ اتَّبعت طريق من يصدُّ عنها، وقولُه تعالى:
(16) Maksudnya, jangan sampai orang itu berhasil meng-halang-halangi dan menyibukkan dirimu dari keimanan kepada Hari Kiamat, pembalasan, dan beramal untuk persiapan menyong-songnya, yaitu orang kafir yang mengingkarinya, tidak meyakini bakal terjadi, dan berusaha agar tetap ragu dan menciptakan ke-ragu-raguan
(bagi orang lain), menyanggahnya atas dasar kebatilan, melontarkan syubhat-syubhat
(kerancuan berpikir) yang bisa dia lakukan dalam keadaan memperturuti bisikan hawa nafsunya dalam usahanya itu. Niatannya bukan untuk sampai kepada titik kebenaran. Akan tetapi, sasarannya ialah mengikuti hawa nafsu.
Maka jangan sekali-kali engkau mencondongkan pendengar-anmu kepada orang yang kondisinya semacam ini, atau menerima sebagian dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatannya yang mencegah
(manusia) dari keimanan kepada Hari Kiamat dan persiapan diri untuk menyongsongnya. Allah memperingatkan dari orang model ini, karena termasuk perkara yang sangat meng-khawatirkan yang
(bisa) terjadi pada seorang Mukmin adalah
(ter-goda) melalui bisikan dan tipuannya, juga
(lantaran) jiwa tercipta dengan pembawaan karakter suka meniru-niru dan mengikuti orang-orang yang berasal dari kalangannya sendiri.
Dalam keterangan ini, terdapat catatan penting dan isyarat untuk memperingatkan dari segala pihak yang menyeru kepada kebatilan, menghalang-halangi dari keimanan yang wajib atau dari kesempurnaan iman, atau melemparkan syubhat ke dalam hati, serta
(mengandung peringatan dari) melihat buku-buku yang memuat muatan seperti itu.
Di sini, Allah menyebutkan keimanan kepadaNya, ibadah kepadaNya dan beriman kepada Hari Akhir. Sebab, tiga hal ini merupakan prinsip-prinsip keimanan dan rukun agama. Jika sudah sempurna, maka agama menjadi sempurna. Kekurangan atau hi-langnya keimanan itu disebabkan oleh kurangnya atau hilangnya sebagian darinya. Ayat ini senada dengan Firman Allah yang ber-hubungan dengan pemberitahuan tentang tolok ukur kebahagiaan dan kecelakaan golongan-golongan yang menerima kitab,
﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَادُواْ وَٱلصَّٰبِـُٔونَ وَٱلنَّصَٰرَىٰ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ 69
﴿
"Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, Shabi`in dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, Hari Kemudian, dan beramal shalih, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih." (Al-Ma`idah: 69).
FirmanNya, ﴾ فَتَرۡدَىٰ 16 ﴿ "Yang menyebabkan kamu binasa," mak-sudnya hancur dan celaka, jika kamu menapaki jalan orang-orang yang menghalang-halangi manusia darinya.
Firman Allah تعالى,
{وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَامُوسَى (17) قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى (18) قَالَ أَلْقِهَا يَامُوسَى (19) فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى (20) قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى (21) وَاضْمُمْ يَدَكَ إِلَى جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ آيَةً أُخْرَى (22) لِنُرِيَكَ مِنْ آيَاتِنَا الْكُبْرَى (23)}.
"Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?" Musa berkata, "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul
(daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya." Allah berfirman, "Lemparkanlah ia, hai Musa!" Lalu dia melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman, "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula, dan kempitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain
(pula), untuk Kami perlihatkan kepada-mu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar."
(Thaha: 17-23).
#
{17} لما بيَّن الله لموسى أصلَ الإيمان؛ أراد أن يبيِّن له ويريه من آياته ما يطمئنُّ به قلبه، وتقرُّ به عينه، ويقوى إيمانُه بتأييد الله له على عدوِّه، فقال: {وما تلك بيمينِك يا موسى}: هذا مع علمه تعالى، ولكن لزيادة الاهتمام في هذا الموضع؛ أخرج الكلام بطريق الاستفهام.
(17) Usai menjelaskan prinsip keimanan kepada Musa, Allah ingin memaparkan dan memperlihatkan kepadanya tanda-tanda kekuasaanNya yang akan menyebabkan hatinya tenang dan pandangannya sejuk dengannya, dan keimanan menjadi kokoh dengan dukungan dari Allah baginya di hadapan musuh. Lalu Allah berfirman, ﴾ وَمَا تِلۡكَ بِيَمِينِكَ يَٰمُوسَىٰ 17 ﴿ "Apakah itu yang di tangan kananmu hai Musa," Pertanyaan ini
(disampaikan), kendatipun Allah تعالى sudah mengetahuinya. Namun, agar lebih menarik perhatian pada momentum ini, pembicaraan dimulai melalui cara pertanyaan.
#
{18} فقال موسى: {هي عصايَ أتوكَّأ عليها وأهشُّ بها على غنمي}: ذكر فيها هاتين المنفعتين؛ منفعة لجنس الآدمي، وهو أنَّه يعتمد عليها في قيامه ومشيه، فيحصُل فيها معونةٌ ومنفعةٌ للبهائم، وهو أنَّه كان يرعى الغنم؛ فإذا رعاها في شجر الخبط ونحوه؛ هشَّ بها؛ أي: ضرب الشجر ليتساقطَ ورقُه فيرعاه الغنم. هذا الخُلُق الحسن من موسى عليه السلام الذي من آثارِهِ حُسْنُ رعاية الحيوان البهيم والإحسان إليه دلَّ على عنايةٍ من الله له واصطفاءٍ وتخصيص تقتضيه رحمةُ الله وحكمتُه. {ولي فيها مآربُ}؛ أي: مقاصد {أخرى}: غير هذين الأمرين.
ومن أدب موسى عليه السلام أنَّ الله لما سأله عمَّا في يمينه، وكان السؤال محتملاً عن السؤال عن عينها أو منفعتها؛ أجابه بعينها ومنفعتها.
(18) Musa berkata, ﴾ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّؤُاْ عَلَيۡهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَىٰ غَنَمِي
﴿ "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengan-nya untuk kambingku." Beliau menyebutkan dua kegunaannya. Satu manfaat bagi manusia, yaitu beliau bersandar padanya saat berdiri dan berjalan. Padanya terdapat bantuan dan manfaat bagi bina-tang-binatang ternak. Yaitu, saat beliau sedang menggembalakan kambing, jika sedang menggembalakannya di pepohonan Khabath (yang berdaun rimbun) atau pohon lain yang serupa, beliau meng-gerak-gerakkannya. Maksudnya, beliau memukuli pohon itu, supaya daun-daunnya rontok. Kambing pun memakannya. Ini perilaku yang baik dari Musa عليه السلام yang di antara pengaruhnya, adalah kecakapan dalam menggembalakan binatang ternak dan bersikap baik kepadanya yang menandakan inayah (perhatian) Allah, peng-istimewaan dan pengkhususan baginya yang dituntut oleh rahmat Allah dan hikmahNya (padanya). ﴾ وَلِيَ فِيهَا مَـَٔارِبُ
﴿ "Dan bagiku ada lagi keperluan padanya," maksudnya fungsi-fungsi ﴾ أُخۡرَىٰ ﴿ "yang lain," selain dua kegunaan ini.
Di antara etika Nabi Musa عليه السلام, bahwa Allah, ketika bertanya kepadanya tentang apa yang ada di tangan kanannya dengan per-tanyaan yang mungkin mengarah kepada tangan itu sendiri atau manfaatnya, maka beliau menjawab dengan keterangan tentang tangan itu sendiri dan manfaatnya.
#
{19 ـ 20} فقال الله له: {ألقها يا موسى. فألقاها فإذا هي حيَّةٌ تسعى}: انقلبت بإذن الله ثعباناً عظيماً، فولَّى موسى هارباً خائفاً ولم يعقبْ.
وفي وصفها بأنها تسعى إزالةٌ لوهم يمكن وجوده، وهو أنْ يُظنَّ أنها تخييلٌ لا حقيقة؛ فكونها تسعى يزيلُ هذا الوهم.
(19-20) Allah berfirman kepadanya, ﴾ أَلۡقِهَا يَٰمُوسَىٰ 19 فَأَلۡقَىٰهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٞ تَسۡعَىٰ 20 ﴿ "Lemparkanlah ia, hai Musa!" Lalu dia melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat," berubah dengan izin Allah menjadi seekor ular yang besar, maka, Musa berpaling melarikan diri
(darinya) dengan rasa takut, tanpa menoleh ke belakang lagi.
Penyebutan sifat ia
(ular itu) merayap cepat untuk menangkis prasangka yang mungkin muncul. Yakni, prasangka bahwa kejadian itu merupakan takhyil
(penipuan mata saja) tidak ada kenyataan-nya. Jadi, sifatnya "merayap dengan cepat" dapat menepis prasangka itu.
#
{21} فقال الله لموسى: {خُذْها ولا تَخَفْ}؛ أي: ليس عليك منها بأسٌ، {سنعيدُها سيرتها الأولى}؛ أي: هيئتها وصفتها؛ إذ كانت عصا، فامتثل موسى أمر الله إيماناً به وتسليماً، فأخذها، فعادت عصاه التي كان يعرفها. هذه آيةٌ.
(21) Allah berkata kepada Musa, ﴾ خُذۡهَا وَلَا تَخَفۡۖ
﴿ "Peganglah ia dan jangan takut," tidak ada bahaya bagimu pada ular itu ﴾ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا ٱلۡأُولَىٰ 21 ﴿ "Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula," yaitu bentuk dan sifat
(aslinya). Sebab, sebelumnya adalah tongkat. Maka Musa menaati perintah Allah sebagai
(cermin) keimanan dan penyerahan diri beliau kepadaNya. Lalu beliau mengambilnya. Tongkatnya kembali seperti semula yang ia kenal. Ini salah satu tanda kekuasaan Allah.
#
{22} ثم ذكر الآية الأخرى، فقال: {واضْمُمْ يدك إلى جناحِكَ}؛ أي: أدخل يدك إلى جيبك، وضمَّ عليك عَضُدك الذي هو جناحُ الإنسان؛ {تَخْرُجْ بيضاءَ من غير سوءٍ}؛ أي: بياضاً ساطعاً من غير عيبٍ ولا برص. {آيةً أخرى}.
(22) Kemudian Allah menyebutkan tanda kekuasaanNya yang lain. Allah berfirman, ﴾ وَٱضۡمُمۡ يَدَكَ إِلَىٰ جَنَاحِكَ
﴿ "Dan kempitkanlah tanganmu ke ketiakmu," maksudnya masukkanlah tanganmu ke ketiakmu. Dan kempitkanlah lengan tanganmu yang merupakan sisi (sayap) pada manusia, ﴾ تَخۡرُجۡ بَيۡضَآءَ مِنۡ غَيۡرِ سُوٓءٍ
﴿ "niscaya ia keluar men-jadi putih cemerlang tanpa cacat," yaitu berwarna putih mengkilap tanpa cacat maupun sopak ﴾ ءَايَةً أُخۡرَىٰ ﴿ "sebagai mukjizat lain."
#
{23} قال الله: {فذانك برهانان من ربِّك إلى فرعون وملئه إنِّهم كانوا قوماً فاسقين}؛ {لِنُرِيَكَ من آياتنا الكبرى}؛ أي: فعلنا ما ذكرنا من انقلاب العصا حيَّةً تسعى ومن خروج اليد بيضاء للناظرين، لأجل أن نُرِيَكَ من آياتنا الكبرى الدالَّة على صحَّة رسالتك وحقيقة ما جئتَ به، فيطمئنُّ قلبك، ويزداد علمُك، وتثقُ بوعد الله لك بالحفظ والنُّصرة، ولتكون حجَّة وبرهاناً لمن أرسِلْتَ إليهم.
(23) Allah berfirman,
﴾ فَذَٰنِكَ بُرۡهَٰنَانِ مِن رَّبِّكَ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ وَمَلَإِيْهِۦٓۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَوۡمٗا فَٰسِقِينَ
﴿
"Maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Rabbmu (yang akan kamu hadapkan) kepada Fir'aun dan pembesar-pembesarnya. Se-sungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik." (Al-Qashash: 32),
﴾ لِنُرِيَكَ مِنۡ ءَايَٰتِنَا ٱلۡكُبۡرَى 23 ﴿ "Untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar," maksudnya Kami me-lakukan apa yang telah Kami sebutkan, berupa perubahan tongkat menjelma seekor ular yang merayap cepat, keluarnya tangan ber-warna putih pada pandangan orang-orang yang melihatnya, ber-tujuan agar Kami memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Kami yang besar yang menunjukkan kebenaran risalahmu dan hakikat ajaran yang engkau bawa. Sehingga kalbumu menjadi tenang, ilmumu bertambah dan engkau percaya kepada janji Allah kepa-damu berupa pemeliharaan dan pertolongan. Dan supaya menjadi hujjah dan bukti bagi kaum yang mana engkau diutus kepada mereka.
{اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (24) قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي (27) يَفْقَهُوا قَوْلِي (28) وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي (29) هَارُونَ أَخِي (30) اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي (31) وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي (32) كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا (33) وَنَذْكُرَكَ كَثِيرًا (34) إِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيرًا (35) قَالَ قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَامُوسَى (36)}.
"Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya dia telah melampaui batas." Musa berkata, "Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,
(yaitu) Harun sau-daraku, teguhkanlah dengannya kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepadaMu, dan banyak mengingatMu. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat
(keadaan) kami." Allah berfirman, "Sungguh telah diper-kenankan permintaanmu, hai Musa."
(24-36).
#
{24} لما أوحى الله إلى موسى ونبَّأه وأراه الآيات الباهرات؛ أرسله إلى فرعون ملك مصر، فقال: {اذهبْ إلى فرعون إنَّه طغى}؛ أي: تمرَّد وزاد على الحدِّ في الكفر والفساد والعلوِّ في الأرض والقهر للضعفاء، حتى إنَّه ادَّعى الربوبيَّة والألوهيَّة قبحه الله؛ أي: وطغيانه سبب لهلاكه، ولكنْ من رحمة الله وحكمتِهِ وعدلِهِ أنَّه لا يعذِّب أحداً إلاَّ بعد قيام الحجة بالرسل.
(24) Setelah mengirimkan wahyu kepada Musa dan mene-tapkan kenabiannya serta memperlihatkan kepadanya tanda-tanda kekuasaanNya yang mencengangkan pandangan, Allah mengutus-nya ke Fir'aun, raja Mesir. Allah berfirman, ﴾ ٱذۡهَبۡ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ 24 ﴿ "Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya dia telah melampaui batas," maksudnya, keras kepala dan melampaui batas dalam kekufuran, kemaksiatan, dan kecongkakan di bumi serta tindakan kediktatoran terhadap kaum yang lemah. Bahkan sampai mengklaim sifat ru-bubiyah dan uluhiyah. Semoga Allah memburukkan kondisinya. Artinya, tindakannya yang melampaui batas menjadi penyebab kebinasaannya. Akan tetapi, termasuk
(cermin) rahmat Allah, hikmah, dan keadilanNya, Dia tidak menyiksa siapapun kecuali setelah tegaknya hujjah kepada mereka melalui pengiriman para rasul.
#
{25} فحينئذٍ عَلِمَ موسى عليه السلام أنَّه تحمَّل حملاً عظيماً؛ حيث أُرسِلَ إلى هذا الجبار العنيد، الذي ليس له منازعٌ في مصر من الخلق، وموسى عليه السلام وحدَه، وقد جرى منه ما جرى من القتل، فامتثل أمر ربِّه، وتلقَّاه بالانشراح والقَبول، وسأله المعونة وتيسير الأسباب التي هي من تمام الدَّعوة، فقال: {ربِّ اشرحْ لي صدري}؛ أي: وسِّعه وافسحْه لأتحمَّل الأذى القوليَّ والفعليَّ، ولا يتكدَّر قلبي بذلك، ولا يضيق صدري؛ فإنَّ الصدر إذا ضاق؛ لم يصلح صاحبُه لهداية الخلق ودعوتهم؛ قال الله لنبيِّه محمدٍ - صلى الله عليه وسلم -: {فبما رحمةٍ من الله لِنتَ لهم ولو كنتَ فظًّا غليظَ القلب لانفضُّوا من حولِكَ}، وعسى الخلقُ يقبلون الحقَّ مع اللِّين وسَعَة الصدر وانشراحه عليهم.
(25) Saat itulah Musa mengetahui bahwa dia telah me-ngemban beban yang sangat berat sekali, diutus ke penguasa yang bertangan besi lagi keras kepala ini, yang tidak mempunyai tan-dingan di Mesir. Sementara Musa hanya seorang diri saja, dan pernah menjadi penyebab kematian
(seseorang di sana). Kemudian, beliau menyambut perintah Rabbnya dan menerimanya dengan hati terbuka dan tulus. Beliau memohon pertolongan kepadaNya dan kemudahan sebab kausalitas yang menjadi kesempurnaan dakwahnya. Beliau berkata, ﴾ رَبِّ ٱشۡرَحۡ لِي صَدۡرِي 25
﴿ "Ya Rabbku, lapang-kanlah untukku dadaku," maksudnya luaskan dan lapangkanlah dadaku untuk menanggung beban perkataan dan tindakan yang tidak baik dan hatiku tidak menjadi kacau karenanya serta tidak merasa sempit. Sesungguhnya hati bila telah menyempit, niscaya pemiliknya tidak pantas mengemban misi memberi petunjuk dan mendakwahi manusia. Allah berfirman kepada NabiNya Muhammad,
﴾ فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ ﴿
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkankan diri dari sekelilingmu."
(Ali Imran: 159),
semoga manusia menerima kebenaran melalui kelembutan sikap dan kelapangan dada serta keterbukaannya bersama mereka.
#
{26} {ويسِّرْ لي أمري}؛ أي: سهل عليَّ كلَّ أمرٍ أسلكه وكلَّ طريق أقصده في سبيلك، وهوِّنْ عليَّ ما أمامي من الشدائد، ومن تيسير الأمر أن ييسِّر للداعي أن يأتي جميع الأمور من أبوابها، ويخاطبَ كلَّ أحدٍ بما يناسب له، ويدعوه بأقرب الطُّرق الموصلة إلى قبول قوله.
(26) ﴾ وَيَسِّرۡ لِيٓ أَمۡرِي 26 ﴿ "Dan mudahkanlah untukku urusanku," maksudnya, mudahkanlah bagiku segala urusan yang aku kerjakan dan setiap cara yang aku tempuh dalam misiku. Dan ringankanlah kesulitan-kesulitan yang ada di hadapanku. Di antara bentuk kemudahan dari Allah adalah Dia memudahkan bagi seorang da'i untuk mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan caranya yang benar, mengajak bicara manusia dengan gaya bicara yang sesuai dengannya, dan mendakwahi mereka dengan cara yang paling efektif mengantarkan pada sikap menerima perkataannya.
#
{27 ـ 28} {واحلُلْ عقدةً من لساني. يَفْقَهوا قولي}: وكان في لسانه ثِقَلٌ لا يكاد يُفْهَمُ عنه الكلام كما قال المفسِّرون؛ كما قال الله عنه: إنَّه قال: {وأخي هارونَ هو أفصحُ مني لساناً}، فسأل الله أن يَحُلَّ منه عقدةً؛ يفقهوا ما يقولُ، فيحصل المقصود التامُّ من المخاطبة والمراجعة والبيان عن المعاني.
(27-28) ﴾ وَٱحۡلُلۡ عُقۡدَةٗ مِّن لِّسَانِي 27 يَفۡقَهُواْ قَوۡلِي 28
﴿ "Dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku," pada bagian lidahnya terdapat kekeluan untuk berkomunikasi, hampir-hampir perkataan itu tidak terpahami darinya, seperti yang dipaparkan para ahli tafsir. Sebagaimana Firman Allah mengenai dirinya, dia berkata,
﴾ وَأَخِي هَٰرُونُ هُوَ أَفۡصَحُ مِنِّي لِسَانٗا ﴿
"Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya dariku."
(Al-Qa-shash: 34).
Beliau memohon kepada Allah agar melenyapkan kekakuan pada lidahnya, agar mereka dapat memahami apa yang beliau sampaikan. Dan terealisasikanlah tujuan yang sempurna dari proses komunikasi, perdebatan, dan penjelasan tentang hakikat-hakikat.
#
{29 ـ 30} {واجعل لي وزيراً من أهلي}؛ أي: عويناً يعاونني ويؤازرني ويساعدني على من أرسِلْتُ إليهم، وسأل أن يكون من أهلِهِ؛ لأنه من باب البرِّ، وأحقُّ ببر الإنسان قرابتُهُ. ثم عيَّنه بسؤاله، فقال: {هارونَ أخي}.
(29-30) ﴾ وَٱجۡعَل لِّي وَزِيرٗا مِّنۡ أَهۡلِي 29
﴿ "Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku," maksudnya, jadikanlah untukku pembantu yang menolong dan mendukung serta membantuku menjalankan misi pengutusanku kepada mereka. Beliau meminta agar pen-dukung itu dari keluarga sendiri. Karena tergolong dalam konteks pencurahan kebaikan, dan pihak yang paling berhak mendapatkan kebaikan dari seseorang yaitu kaum kerabatnya sendiri. Kemudian beliau menentukan sosok tersebut dalam permohonannya ﴾ هَٰرُونَ أَخِي ﴿ "
(yaitu) Harun saudaraku."
#
{31 ـ 32} {اشدد به أزري}؛ أي قوِّني به وشدَّ به ظهري. قال الله: {سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بأخيك ونَجْعَلُ لكما سلطاناً}، {وأشرِكْه في أمري}؛ أي: في النبوَّة؛ بأن تجعله نبيًّا رسولاً كما جعلتني.
(31-32) ﴾ ٱشۡدُدۡ بِهِۦٓ أَزۡرِي 31
﴿ "Teguhkanlah dengannya kekuatanku," maksudnya kuatkanlah aku dengannya dan kokohkan punggungku dengannya, Allah تعالى berfirman,
﴾ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجۡعَلُ لَكُمَا سُلۡطَٰنٗا
﴿
"Kami akan membantu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepa-damu berdua kekuasaan yang besar." (Al-Qashash: 35),
﴾ وَأَشۡرِكۡهُ فِيٓ أَمۡرِي 32 ﴿ "dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku," maksud-nya dalam kenabian, dengan cara Engkau mengangkatnya sebagai nabi lagi rasul, sebagaimana Engkau telah menjadikanku demikian.
#
{33 ـ 34} ثم ذكر الفائدة في ذلك، فقال: {كي نسبِّحكَ كثيراً. ونذكُرَكَ كثيراً}: علم عليه الصلاة (والسلام) أنَّ مدار العباداتِ كلِّها والدينِ على ذِكْرِ الله، فسأل الله أن يجعلَ أخاه معه يتساعدان ويتعاونان على البرِّ والتقوى، فيكثر منهما ذِكْرُ الله من التسبيح والتهليل وغيره من أنواع العبادات.
(33-34) Kemudian Allah menyampaikan faidah berkaitan dengan itu. Allah berfirman, ﴾ كَيۡ نُسَبِّحَكَ كَثِيرٗا 33 وَنَذۡكُرَكَ كَثِيرًا 34 ﴿ "Supaya kami banyak bertasbih kepadaMu, dan banyak mengingatMu." Beliau mengetahui bahwa intisari dari semua ibadah dan agama adalah untuk dzikrullah
(mengingat Allah). Beliau meminta Allah untuk menjadikan saudaranya bersama beliau, agar dapat saling bekerja-sama dan menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Hasilnya, akan semakin banyak lantunan dzikrullah dari mereka berdua, berupa tasbih, tahlil, dan ibadah-ibadah lainnya.
#
{35} {إنَّك كنتَ بنا بصيراً}: تعلمُ حالنا وضعفنا وعَجْزَنا وافتقارَنا إليك في كلِّ الأمور، وأنت أبصرُ بنا من أنفسنا وأرحم؛ فمُنَّ علينا بما سألناك، وأجب لنا فيما دعوناك.
(35) ﴾ إِنَّكَ كُنتَ بِنَا بَصِيرٗا 35 ﴿ "Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat
(keadaan) kami." Engkau mengetahui keadaan, kelemahan, dan ketidakberdayaan kami, serta kebutuhan kami pada
(perto-longan)Mu dalam setiap urusan. Engkau lebih memahami dan lebih mengasihi kami daripada diri kami sendiri. Maka, curahkanlah kepada kami karunia yang kami panjatkan kepadaMu dan kabul-kanlah untuk kami segala sesuatu yang kami panjatkan.
#
{36} فقال الله: {قد أوتيتَ سُؤْلَكَ يا موسى}؛ أي: أعطيت جميع ما طلبت، فسنشرح صدرك، ونيسِّر أمرك، ونحلُّ عقدةً من لسانك؛ يفقهوا قولك، ونشدُّ {عَضُدَكَ بأخيك هارون، ونجعلُ لكما سلطاناً؛ فلا يصلونَ إليكما بآياتِنا، أنتما ومَن اتَّبعكما الغالبون}.
وهذا السؤال من موسى عليه السلام، يدلُّ على كمال معرفته بالله وكمال فطنتِهِ ومعرفتِهِ للأمور وكمال نصحِهِ، وذلك أنَّ الدَّاعي إلى الله المرشِدِ للخلق، خصوصاً إذا كان المدعوُّ من أهل العناد والتكبُّر والطُّغيان ، يحتاج إلى سعة صدر، وحلم تامٍّ على ما يصيبه من الأذى، ولسان فصيح يتمكَّن من التعبير به عن ما يريده ويقصده، بل الفصاحةُ والبلاغة لصاحب هذا المقام من ألزم ما يكون؛ لكثرة المراجعات والمراوضات، ولحاجته لتحسين الحقِّ وتزيينه بما يقدر عليه؛ ليحبِّبه إلى النفوس، وإلى تقبيح الباطل وتهجينه لينفِّرَ عنه، ويحتاج مع ذلك أيضاً أن يتيسَّر له أمره، فيأتي البيوت من أبوابها، ويدعو إلى سبيل الله بالحكمة والموعظة الحسنة والمجادلة بالتي هي أحسن؛ يعامل الناس كلًّا بحسب حاله، وتمام ذلك أن يكون لمن هذه صفتُهُ أعوانٌ ووزراءُ يساعدونه على مطلوبه؛ لأنَّ الأصوات إذا كَثُرت؛ لا بدَّ أن تؤثر؛ فلذلك سأله عليه الصلاة والسلام هذه الأمور، فأعْطِيَها.
وإذا نظرتَ إلى حالة الأنبياء المرسلين إلى الخلق؛ رأيتَهم بهذه الحال بحسب أحوالهم، خصوصاً خاتمهم وأفضلهم محمد - صلى الله عليه وسلم -؛ فإنَّه في الذُّروة العليا من كلِّ صفة كمال، وله من شرح الصدرِ وتيسير الأمر وفصاحةِ اللسان وحسن التعبيرِ والبيان والأعوانِ على الحقِّ من الصحابة فَمَنْ بعدَهم ما ليس لغيره.
(36) Allah berfirman, ﴾ قَدۡ أُوتِيتَ سُؤۡلَكَ يَٰمُوسَىٰ 36
﴿ "Sungguh telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa," maksudnya engkau telah diberi segala yang engkau minta. Kami akan melapangkan dadamu, memudahkan urusanmu dan melepaskan kekakuan pada lidahmu, sehingga mereka akan memahami apa yang engkau kemukakan. Dan Kami akan meneguhkan,
﴾ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجۡعَلُ لَكُمَا سُلۡطَٰنٗا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيۡكُمَا بِـَٔايَٰتِنَآۚ أَنتُمَا وَمَنِ ٱتَّبَعَكُمَا ٱلۡغَٰلِبُونَ 35 ﴿
"Kekuatanmu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu.
(Berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami. Kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang."
(Al-Qashash: 35).
Permohonan dari Musa ini عليه السلام menunjukkan kesempurnaan ma'rifah beliau terhadap Allah, kesempurnaan kecerdikan dan penguasaan beliau terhadap urusan-urusan dan kesempurnaan ketulusannya. Hal tersebut karena; seorang juru dakwah yang menyeru kepada Allah, yang menunjukkan jalan bagi manusia yang lain, terutama bila obyek dakwah dari kalangan orang-orang yang suka menentang, sombong dan berbuat melampaui batas, maka dia membutuhkan lapangnya dada, dan kelembutan yang penuh untuk menghadapi gangguan yang akan menimpanya, serta lisan yang fasih, yang sanggup mengungkapkan dengannya apa yang diinginkan dan dimaksud. Bahkan kelincahan berbicara dan penggunaan gaya bahasa yang menarik termasuk perkara yang sangat dituntut, karena banyaknya terjadi pertukaran pandangan dan saling mendebat serta karena unsur kebutuhannya terhadap
(kemampuan) untuk memperindah potret kebenaran dan meng-hiasinya sesuai dengan tingkat kemampuannya. Gunanya, biar dapat menyulap jiwa-jiwa mereka untuk bersimpati, juga untuk memperburuk gambaran kebatilan dan mencoreng-corengnya supaya lari darinya. Selain itu, seorang da'i berkepentingan agar urusannya menjadi mudah, maka dia memasuki 'rumah melalui pintu-pintunya'
(menjalankan urusan melalui jalur yang tepat), mendakwahi dengan cara hikmah, nasihat yang baik dan mujadalah
(adu argumentasi) dengan cara yang terbaik, berinteraksi dengan orang-orang yang sesuai dengan kondisinya. Lebih sempurna lagi, orang yang statusnya demikian seharusnya mempunyai pendu-kung-pendukung dan pembantu-pembantu yang akan meringan-kannya menjalankan misinya. Pasalnya, suara-suara bila berjumlah banyak akan berpengaruh. Karena itu, beliau عليه السلام memohon hal-hal ini, lalu Allah langsung memberinya.
Kalau Anda memperhatikan kondisi para nabi yang diutus kepada umat manusia, maka Anda akan menyaksikan mereka ber-karakter demikian sesuai dengan kondisinya, terutama nabi penu-tup mereka dan yang paling mulia, Muhammad ﷺ. Sesungguhnya beliau berada di puncak tertinggi di setiap sifat kesempurnaan. Beliau mempunyai kelapangan dada, kemudahan urusan-urusan, kemampuan bicara yang bagus, keindahan pengungkapan dan tutur kata, serta memiliki para pendukung atas kebenaran dari kalangan sahabat dan orang-orang setelah mereka, yang tidak dimiliki oleh nabi lainnya.
{وَلَقَدْ مَنَنَّا عَلَيْكَ مَرَّةً أُخْرَى (37) إِذْ أَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّكَ مَا يُوحَى (38) أَنِ اقْذِفِيهِ فِي التَّابُوتِ فَاقْذِفِيهِ فِي الْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ الْيَمُّ بِالسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِي وَعَدُوٌّ لَهُ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي وَلِتُصْنَعَ عَلَى عَيْنِي (39) إِذْ تَمْشِي أُخْتُكَ فَتَقُولُ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَنْ يَكْفُلُهُ فَرَجَعْنَاكَ إِلَى أُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَقَتَلْتَ نَفْسًا فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا فَلَبِثْتَ سِنِينَ فِي أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَى قَدَرٍ يَامُوسَى (40) وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي (41)}.
"Dan sungguh Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain, yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, yaitu, 'Letakkanlah dia
(Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah dia ke sungai
(Nil), maka pasti sungai itu akan membawanya ke tepi, supaya diambil oleh
(Fir'aun) musuhKu dan musuhnya; Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariKu; dan supaya kamu diasuh di bawah
(pengawasan) MataKu.
(Yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu dia berkata kepada
(keluarga Fir'aun), 'Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeli-haranya?' Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membu-nuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan, dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan, kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa, dan Aku telah memilihmu untuk diriKu'."
(Thaha: 37-41).
#
{37 ـ 39} لما ذكر مِنَّته على عبده ورسوله موسى بن عمران في الدين والوحي والرسالة وإجابة سُؤْلِهِ؛ ذكر نعمته عليه وقتَ التربية والتنقُّلات في أطواره، فقال: {ولقد مَنَنَّا عليك مرةً أخرى}: حيث ألهمنا أمَّك أن تقذِفَك في التابوت وقت الرَّضاع خوفاً من فرعون؛ لأنَّه أمر بذبح أبناء بني إسرائيل، فأخفته أمُّه وخافت عليه خوفاً شديداً، فقذفَتْه في التابوت، ثم قذفتْه في اليمِّ؛ أي: شط نيل مصر، فأمر الله اليمَّ أن يُلقيه في الساحل، وقيَّض أنْ يأخذه أعدى الأعداء لله ولموسى، ويتربَّى في أولاده، ويكون قرَّة عينٍ لمن رآه، ولهذا قال: {وألقيتُ عليك محبَّةً منِّي}؛ فكلُّ من رآه أحبَّه. {ولِتُصْنَعَ على عيني}؛ أي: ولتتربَّى على نظري وفي حفظي وكلاءتي، وأيُّ نظر وكفالة أجلُّ وأكمل من ولاية البَرِّ الرحيم القادر على إيصال مصالح عبده ودفع المضارِّ عنه؛ فلا ينتقلُ من حالةٍ إلى حالةٍ إلاَّ والله تعالى هو الذي دبَّر ذلك لمصلحة موسى!
(37-39) Setelah menyebutkan karuniaNya yang tercurah-kan kepada hamba dan RasulNya, Musa bin Imran dalam bentuk penguasaan agama, menerima wahyu dan risalah serta menjawab permohonannya, Allah mengingatkan kenikmatanNya yang ter-limpahkan kepadanya pada masa pertumbuhan fisik dan perkem-bangan tahapan-tahapannya.
Allah berfirman, ﴾ وَلَقَدۡ مَنَنَّا عَلَيۡكَ مَرَّةً أُخۡرَىٰٓ 37
﴿ "Dan sesungguhnya Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain," saat itu Kami mengilhamkan ibumu untuk meletakkanmu ke dalam sebuah peti (untuk dihanyutkan ke sungai) pada saat engkau masih berada di masa persusuan lantaran takut kepada Fir'aun. Karena ia (Fir'aun) menitahkan penyembelihan anak laki-laki Bani Isra`il. Maka si ibu menyembunyikannya, dan benar-benar mengkhawatirkan (keadaan)-nya. Ia pun meletakkannya di peti itu, selanjutnya, mengapungkan-nya di sungai, yaitu sisi sungai Nil Mesir. Allah memerintahkan sungai itu agar melontarkannya ke tepian dan mengondisikannya agar diambil oleh orang yang paling bengis permusuhannya kepada Allah dan Musa. Ia (Musa) tumbuh berkembang di tengah anak-anaknya. Menjadi buah hati bagi orang yang melihatnya.
Karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَأَلۡقَيۡتُ عَلَيۡكَ مَحَبَّةٗ مِّنِّي
﴿ "dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariKu." Setiap orang yang melihat beliau, langsung menyukainya. ﴾ وَلِتُصۡنَعَ عَلَىٰ عَيۡنِيٓ 39 ﴿ "Dan supaya kamu diasuh di bawah
(pengawasan) MataKu," maksudnya engkau tumbuh di bawah pengawasan, penjagaan, dan pemeliha-raanKu. Manakah pengawasan dan jaminan yang lebih agung dan lebih sempurna daripada perlindungan Dzat Yang Mahabaik, Maha Penyayang dan Mahakuasa untuk mendistribusikan kemaslahatan-kemaslahatan bagi hambaNya dan menyingkirkan bahaya-bahaya dariNya? Tidaklah beliau melewati satu kondisi ke kondisi berikut-nya melainkan pasti Allah-lah yang mengatur semua urusan itu untuk kebaikan Musa.
#
{40} ومن حسن تدبيره أنَّ موسى لما وقع في يد عدوِّه؛ قلقتْ أمُّه قلقاً شديداً، وأصبح فؤادها فارغاً، وكادت تُخْبِرُ به، لولا أنَّ الله ثبَّتها وربط على قلبها؛ ففي هذه الحالة حرَّم الله على موسى المراضع؛ فلا يقبل ثديَ امرأةٍ قطُّ؛ ليكون مآلُه إلى أمِّه فترضِعَه ويكونَ عندها مطمئنَّة ساكنةً قريرة العين، فجعلوا يعرضون عليه المراضع؛ فلا يقبلُ ثدياً، فجاءتْ أختُ موسى، فقالت لهم: {هل أدلُّكم}: على أهل بيتٍ يكفُلونه لكم وهم له ناصحونَ، {فَرَجَعْناك إلى أمِّك كي تَقَرَّ عينُها ولا تحزنْ وقتلتَ نفساً}: وهو القبطيُّ لما دخل المدينة وقتَ غفلةٍ من أهلها وَجَدَ رجلين يقتتلانِ: واحدٌ من شيعة موسى والآخر من عدوِّه قبطيٌّ، فاستغاثه الذي من شيعتِهِ على الذي من عدوِّه، فوَكَزَهُ موسى فقضى عليه، فدعا الله وسأله المغفرةَ فَغَفَرَ له، ثم فرَّ هارباً لما سمع أنَّ الملأ طَلَبوه يريدون قتله. {فنجَّيْناك من الغمِّ}: من عقوبة الذنب ومن القتل، {وفَتَنَّاك فُتوناً}؛ أي: اختبرناك وبَلَوْناك فوجدناك مستقيماً في أحوالك، أو نقَّلْناك في أحوالك وأطوارك حتى وصلتَ إلى ما وصلتَ إليه. {فلبثتَ سنين في أهل مَدْيَنَ}: حين فرَّ هارباً من فرعون وملئه حين أرادوا قتله، فتوجَّه إلى مدين، ووصل إليها، وتزوَّج هناك، ومكث عشر سنين أو ثمان سنين، {ثم جئتَ على قَدَرٍ يا موسى}؛ أي: جئت مجيئاً ليس اتفاقاً من غير قصدٍ ولا تدبيرٍ منَّا، بل بقدرٍ ولطف منَّا ، وهذا يدلُّ على كمال اعتناء الله بكليمه موسى عليه السلام.
(40) Di antara bukti baiknya pengaturan Allah, adalah bahwa Musa ketika terjatuh di tangan musuhnya, maka ibu beliau sangat mengalami kegundahan. Hatinya kosong. Hampir saja ber-bicara tentangnya, seandainya Allah tidak meneguhkan sang ibu dan memantapkan hatinya.
Dalam kondisi ini, Allah menghalang-halangi wanita-wanita yang ingin menyusui Musa. Ia tidak mau menerima susuan wanita mana pun, supaya tempat kembalinya adalah ibunya
(sendiri) se-hingga dia bisa menyusuinya. Ia pun berada di sisi sang ibu, hingga
(ibunya) menjadi tenang, tentram dan suka cita. Mereka mulai menawarkan beberapa wanita yang ingin menyusui Musa. Akan tetapi dia tidak mau menerima
(susuan) satu tetek pun. Kemudian saudara perempuan Musa datang menawarkan, ﴾ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ مَن يَكۡفُلُهُۥۖ
﴿ "Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya," kepada sebuah keluarga yang akan menanganinya untuk meng-gantikan kalian, mereka sungguh-sungguh akan memperhatikan-nya. ﴾ فَرَجَعۡنَٰكَ إِلَىٰٓ أُمِّكَ كَيۡ تَقَرَّ عَيۡنُهَا وَلَا تَحۡزَنَۚ وَقَتَلۡتَ نَفۡسٗا
﴿ "Maka Kami mengembali-kanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh seorang manusia," yaitu orang Qibthi. Ketika beliau memasuki perkotaan pada waktu orang-orang terlena, beliau menjumpai dua orang lelaki bertikai. Salah satunya berasal dari sukunya. Sementara itu, yang lain berasal dari suku yang memu-suhi, suku Qibthi, maka lelaki yang berasal dari kaumnya meminta pertolongan untuk menghadapi lawannya. Musa memukulnya, dan seketika itu langsung menewaskannya. Beliau berdoa kepada Allah dan memohon ampunan (dari tindakan tadi). Maka Allah mengampuninya. Setelah itu, beliau melarikan diri, tatkala mene-rima berita bahwa orang-orang mencarinya untuk membunuhnya.
﴾ فَنَجَّيۡنَٰكَ مِنَ ٱلۡغَمِّ
﴿ "Kami selamatkan kamu dari kesusahan," dari hukuman dosa dan pembunuhan. ﴾ وَفَتَنَّٰكَ فُتُونٗاۚ
﴿ "Dan Kami telah men-cobamu dengan beberapa cobaan," Kami telah menguji dan menderamu dengan musibah. Lalu Kami melihatmu dalam keadaan istiqamah (konsisten) di seluruh keadaan. Atau Kami telah memindah-min-dahkan dirimu dalam seluruh kondisi dan tahapan hidup sampai engkau meraih keberhasilan. ﴾ فَلَبِثۡتَ سِنِينَ فِيٓ أَهۡلِ مَدۡيَنَ
﴿ "Maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan," saat melarikan diri dari kejaran Fir'aun dan pasukannya, yang berupaya membunuhmu. Setelah itu, engkau berjalan menuju Madyan dan sampai ke tempat itu dan menikah (dengan wanita) di sana. Engkau menetap di sana selama sepuluh tahun atau delapan tahun.
﴾ ثُمَّ جِئۡتَ عَلَىٰ قَدَرٖ يَٰمُوسَىٰ 40 ﴿ "Kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa," maksudnya kemudian engkau tiba de-ngan kedatangan yang bukan kebetulan terjadi, tanpa disengaja atau pengaturan
(dari Kami). Bahkan kehadiranmu itu bermula dari ketentuan takdir dan kelembutan Kami. Hal ini menunjukkan kesempurnaan perhatian Allah terhadap KalimNya
(orang yang diajak bicara secara langsung), Musa عليه السلام.
#
{41} ولهذا قال: {واصطنعتُك لنفسي}؛ أي: أجريت عليك صنائعي ونعمي وحسن عوائدي وتربيتي؛ لتكون لنفسي حبيباً مختصًّا، وتبلغ في ذلك مبلغاً لا ينالُه أحدٌ من الخلق إلاَّ النادر منهم.
وإذا كان الحبيب إذا أراد اصطناع حبيبه من المخلوقين، وأراد أن يبلغ من الكمال المطلوب له ما يبلغ؛ يبذُلُ غايةَ جهدِهِ ويسعى نهايةَ ما يمكِنُه في إيصاله لذلك؛ فما ظنُّك بصنائع الربِّ القادر الكريم؟! وما تحسبُه يفعلُ بمن أراده لنفسِهِ، واصطفاه من خلقِهِ.
(41) Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَٱصۡطَنَعۡتُكَ لِنَفۡسِي 41 ﴿ "Dan Aku telah memilihmu untuk diriKu," maksudnya Aku telah mencurah-kan segala perbuatan, kenikmatan, kebaikan fasilitas dan pemeli-haraanKu kepadamu. Tujuannya, agar engkau menjadi insan yang tercinta dan istimewa bagiKu, mencapai tingkatan dalam anugerah ini, yang tidak dapat digapai oleh orang lain dari makhlukKu kecuali sedikit dari mereka.
Apabila ada orang yang mencintai, ingin mengistimewakan kekasihnya dari kalangan manusia, menginginkannya meraih kesempurnaan setinggi-tingginya, maka dia rela mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki dan mengusahakan semaksimal mungkin untuk merealisasikan kehendak tersebut, lalu bagaimana pandanganmu tentang usaha-usaha Rabb yang Mahakuasa
(atas segala sesuatu) lagi Mahamulia?! Apa yang ada di benakmu tentang
(tindakan-tindakan) Dzat yang menginginkan seseorang
(untuk dipilih) bagi diriNya sendiri dan memilihnya dari makhluk-makh-lukNya?
{اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي (42) اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (43) فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (44) قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَى (45) قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى (46)}.
"Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayatKu, dan janganlah kalian berdua lalai dalam mengingatKu. Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut." Berkatalah mereka berdua, "Ya Rabb kami, sesung-guhnya kami khawatir bahwa dia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas." Allah berfirman, "Jangan kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat."
(Thaha: 42-46).
#
{42} لما امتنَّ اللهّ على موسى بما امتنَّ به من النعم الدينيَّة والدنيويَّة؛ قال له: {اذهب أنت وأخوك}: هارون {بآياتي}؛ أي: الآيات التي مني، الدالَّة على الحقِّ وحسنه وقبح الباطل؛ كاليد والعصا ونحوها؛ في تسع آياتٍ إلى فرعون وملئهِ، {ولا تَنِيا في ذِكْري}؛ أي: لا تفترا ولا تكسلا عن مداومة ذِكْري بالاستمرار عليه والْزَماه كما وعدتُما بذلك: {كي نسبِّحَكَ كثيراً ونَذْكُرَكَ كثيراً}؛ فإنَّ ذكر الله فيه معونةٌ على جميع الأمور؛ يسهِّلها، ويخفِّف حملها.
(42) Ketika Allah menceritakan mengenai kenikmatan yang dilimpahkan kepada Musa, yang bersifat agamis maupun duniawi, Allah berfirman kepadanya, ﴾ ٱذۡهَبۡ أَنتَ وَأَخُوكَ
﴿ "Pergilah kamu beserta saudaramu," yaitu Harun ﴾ بِـَٔايَٰتِي
﴿ "dengan membawa ayat-ayatKu," yaitu tanda-tanda kebesaran yang berasal dariKu yang mengindi-kasikan kepada al-haq, dan keindahannya, serta (mengindikasikan) buruknya rupa kebatilan, seperti tipu daya, tongkat dan lainnya, sejumlah sembilan tanda-tanda kekuasaan menuju Fir'aun dan pembesar-pembesarnya. ﴾ وَلَا تَنِيَا فِي ذِكۡرِي 42
﴿ "Dan janganlah kalian ber-dua lalai dalam mengingatKu," maksudnya janganlah kalian kendor semangat dan jangan malas untuk senantiasa berdzikir kepadaKu dengan cara menjaga kontinyuitasnya. Pegangi hal ini terus, seba-gaimana janji kalian berdua untuk selalu melakukannya, ﴾ كَيۡ نُسَبِّحَكَ كَثِيرٗا 33 وَنَذۡكُرَكَ كَثِيرًا 34 ﴿ "supaya kami banyak bertasbih kepadaMu dan banyak mengingatMu." Sesungguhnya dzikir kepada Allah mendatangkan kemudahan dalam menangani seluruh urusan, menggampangkan urusan dan meringankan beban tanggungan.
#
{43} {اذهبا إلى فرعون إنَّه طغى}؛ أي: جاوز الحدَّ في كفرِهِ وطغيانِهِ وظلمه وعدوانه.
(43) ﴾ ٱذۡهَبَآ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ 43 ﴿ "Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas," maksudnya telah melebihi batas kenormalannya
(sebagai manusia) dalam kekufuran, arogansi, tindak aniaya, dan permusuhan.
#
{44} {فقولا له قولاً ليِّناً}؛ أي: سهلاً لطيفاً برفق ولينٍ وأدبٍ في اللفظ من دون فحش ولا صَلَف ولا غِلْظَةٍ في المقال أو فظاظةٍ في الأفعال. {لعلَّه}: بسبب القول اللين {يَتَذَكَّر}: ما ينفعه فيأتيه {أو يَخْشى}: ما يضرُّه فيتركه؛ فإنَّ القول الليِّن داعٍ لذلك، والقول الغليظ منفِّرٌ عن صاحبه، وقد فُسِّر القول الليِّن في قوله: {فَقُلْ هل لك إلى أن تَزَكَّى. وأهدِيَك إلى ربِّك فتَخْشى}؛ فإنَّ في هذا الكلام من لطف القول وسهولتِهِ وعدم بشاعته ما لا يخفى على المتأمِّل؛ فإنَّه أتى بـ {هل} الدالَّة على العرض والمشاورة، التي لا يشمئزُّ منها أحدٌ، ودعاه إلى التزكِّي والتطهُّر من الأدناس، التي أصلها التطهُّر من الشرك، الذي يقبله كلُّ عقل سليم، ولم يقلْ: أزكيك، بل قال: {تزكَّى}: أنت بنفسك، ثم دعاه إلى سبيل ربِّه الذي ربَّاه وأنعم عليه بالنِّعم الظاهرة والباطنة، التي ينبغي مقابلتها بشكرها وذكرها، فقال: {وأهدِيَك إلى ربِّك فتَخْشى}، فلما لم يقبلْ هذا الكلام الليِّن الذي يأخُذُ حسنُه بالقلوب؛ عُلِمَ أنَّه لا ينجعُ فيه تذكيرٌ، فأخذه الله أخذ عزيز مقتدر.
(44) ﴾ فَقُولَا لَهُۥ قَوۡلٗا لَّيِّنٗا
﴿ "Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut," yaitu perkataan yang enak (di-dengar), lunak, dengan kelembutan, persuasif, etika dalam tutur kata, tanpa ada unsur kekejian, pamer kekuatan dan kekerasan dalam perkataan, serta sikap kasar dalam tindakan. ﴾ لَّعَلَّهُۥ
﴿ "Mudah-mudahan," melalui perkataan yang lembut ﴾ يَتَذَكَّرُ
﴿ "dia ingat," ten-tang perkara-perkara yang bermanfaat bagi dirinya hingga ter-gugah untuk mengerjakannya ﴾ أَوۡ يَخۡشَىٰ 44
﴿ "atau takut," akan segala sesuatu yang membahayakan dirinya sehingga meninggalkannya. Sesungguhnya tutur kata yang lembut akan mengundang peru-bahan itu, dan omongan yang kasar akan melahirkan antipati pada dirinya. Tutur kata yang lunak ini diperjelas dalam Firman Allah,
﴾ فَقُلۡ هَل لَّكَ إِلَىٰٓ أَن تَزَكَّىٰ 18 وَأَهۡدِيَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخۡشَىٰ 19
﴿
"Maka katakanlah (kepada Fir'aun), 'Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan). Dan kamu akan kupimpin ke jalan Rabbmu agar kamu takut kepadaNya'." (An-Nazi'at: 18-19).
Sesungguhnya ungkapan di atas memuat sisi kelembutan dan kemudahan tanpa ada unsur keburukan yang sangat jelas sekali bagi orang yang merenunginya. Beliau memulai dengan kata ﴾ هَل
﴿ "Apakah," yang menandakan tawaran dan ajakan diskusi, yang tiada seorang pun membencinya. Beliau mengajaknya untuk me-nyucikan dan membersihkan diri dari kotoran-kotoran (maknawi), yang intinya adalah membersihkan diri dari kesyirikan yang bisa disambut oleh setiap akal yang sehat. Beliau tidak mengatakan, "Aku akan membersihkan dirimu." Akan tetapi berkata, ﴾ تَزَكَّىٰ
﴿ "engkau membersihkan diri," engkaulah orang yang menjalankannya. Selanjutnya, beliau mengajaknya menuju jalan Rabbnya yang telah merawat dan mencurahkan kenikmatan padanya dengan kenik-matan lahiriah dan batiniah, yang sudah sepantasnya timbal balik-nya yaitu rasa syukur dan mengingat nikmat-nikmat itu. Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَأَهۡدِيَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخۡشَىٰ ﴿ "Dan kamu akan kupimpin ke jalan Rabb-mu agar kamu takut kepadaNya." Ketika dia tidak mau menerima perkataan yang lembut yang keindahannya sanggup memikat hati, maka dapat diketahui bahwa peringatan sudah tidak mempan lagi baginya. Allah pun menyiksanya dengan siksaan Dzat Yang Maha-perkasa lagi Mahakuasa.
#
{45} {قالا ربَّنا إنَّنا نخافُ أن يَفْرُطَ علينا}؛ أي: يبادرنا بالعقوبة والإيقاع بنا قبل أن تبلِّغه رسالاتك، ونقيم عليه الحجَّة، {أو أن يَطْغى}؛ أي: يتمرَّد عن الحقِّ، ويطغى بملكه وسلطانه وجندِهِ وأعوانِهِ.
(45) ﴾ قَالَا رَبَّنَآ إِنَّنَا نَخَافُ أَن يَفۡرُطَ عَلَيۡنَآ
﴿ "Berkatalah mereka berdua, 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa dia segera menyiksa kami'," maksudnya menyegerakan siksaan dan menimpakannya pada kami sebelum kami menyampaikan risalah-risalahMu kepada-nya dan menegakkan hujah atas dirinya. ﴾ أَوۡ أَن يَطۡغَىٰ 45 ﴿ "Atau akan bertambah melampaui batas," maksudnya semakin angkuh terhadap kebenaran dan melampaui batas dengan kerajaan, kekuasaan, pasukan, dan para pendukungnya.
#
{46} {قال لا تخافا}: أن يَفْرُطَ عليكما؛ {إنَّني معكما أسمع وأرى}؛ أي: أنتما بحفظي ورعايتي، أسمع قولكما، وأرى جميع أحوالكما؛ فلا تخافا منه. فزال الخوفُ عنهما، واطمأنَّت قلوبُهما بوعد ربِّهما.
(46) ﴾ قَالَ لَا تَخَافَآۖ
﴿ "Allah berfirman, 'Jangan kamu berdua khawa-tir'," dia akan menyegerakan siksaan pada kalian berdua, (karena) ﴾ إِنَّنِي مَعَكُمَآ أَسۡمَعُ وَأَرَىٰ 46 ﴿ "sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat," maksudnya kalian berdua di bawah per-lindungan dan perhatianKu dari
(kejahatan)nya. Aku mendengar perkataan kalian berdua, dan melihat semua kondisi kalian berdua, maka janganlah kalian takut. Maka rasa takut sirna dari mereka dan hati mereka menjadi tentram dengan janji Rabb mereka.
{فَأْتِيَاهُ فَقُولَا إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا تُعَذِّبْهُمْ قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكَ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى (47) إِنَّا قَدْ أُوحِيَ إِلَيْنَا أَنَّ الْعَذَابَ عَلَى مَنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى (48)}.
"Maka datanglah kamu berdua kepadanya
(Fir'aun) dan katakanlah, 'Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Rabbmu, maka lepaskanlah Bani Isra`il bersama kami, dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti
(atas kerasulan Kami) dari Rabbmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petun-juk. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu
(ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling'."
(Thaha: 47-48).
#
{47} أي: فأتياه بهذين الأمرين: دعوتُه إلى الإسلام، وتخليصُ هذا الشعب الشريف بني إسرائيل من قيدِهِ وتعبيدِهِ لهم؛ ليتحرَّروا ويملكوا أمرهم، ويقيم فيهم موسى شرع الّله ودينه. {قد جئناك بآيةٍ}: تدلُّ على صدقِنا، فألقى موسى عصاه؛ فإذا هي ثعبانٌ مبينٌ، ونزع يده فإذا هي بيضاءُ للناظرينَ ... إلى آخر ما ذَكَرَ الله عنهما. {والسلامُ على مَنِ اتَّبَعَ الهدى}؛ أي: من اتَّبع الصراط المستقيم واهتدى بالشرع المُبين؛ حصلت له السلامة في الدُّنيا والآخرة.
(47) Maka datanglah kalian berdua kepadanya dengan dua misi berikut: Menyerunya kepada Islam dan membebaskan bangsa mulia ini, Bani Isra`il dari jeratan dan perbudakan kepada Fir'aun. Agar mereka lepas dan dapat mengatur diri mereka sendiri, serta Musa berkesempatan menegakkan syariat Allah dan agamaNya di tengah mereka. ﴾ قَدۡ جِئۡنَٰكَ بِـَٔايَةٖ
﴿ "Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan Kami)," yang menun-jukkan kebenaran kami. Maka Musa melemparkan tongkatnya. Seketika itu, berubah menjadi ular yang nyata. Beliau lantas mena-rik tangannya (dari kempitan ketiaknya), tiba-tiba menjadi putih cemerlang pada pandangan orang-orang… sampai akhir cerita yang disebutkan oleh Allah tentang mereka berdua. ﴾ وَٱلسَّلَٰمُ عَلَىٰ مَنِ ٱتَّبَعَ ٱلۡهُدَىٰٓ 47 ﴿ "Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang meng-ikuti petunjuk," yaitu orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus dan mendapatkan petunjuk dengan syariat yang jelas ini, maka dia mendapatkan hidayah di dunia dan akhirat.
#
{48} {إنَّا قد أوحي إلينا}؛ أي: خبرنا من عند الله لا من عند أنفسنا؛ {أنَّ العذابَ على من كَذَّبَ وتولَّى}؛ أي: كذَّب بأخبار الله وأخبار رسلِهِ، وتولَّى عن الانقياد لهم واتِّباعهم، وهذا فيه الترغيب لفرعون بالإيمان والتصديق واتِّباعهما والترهيب من ضدِّ ذلك، ولكن لم يُفِدْ فيه هذا الوعظ والتذكير، فأنكر ربَّه وكفر وجادل في ذلك ظلماً وعناداً.
(48) ﴾ إِنَّا قَدۡ أُوحِيَ إِلَيۡنَآ
﴿ "Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami," maksudnya berita (yang kami bawa) berasal dari Allah bukan dari saku kami sendiri. ﴾ أَنَّ ٱلۡعَذَابَ عَلَىٰ مَن كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ 48 ﴿ "bahwa siksa itu
(ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling," yaitu orang-orang yang mendustakan berita-berita
(wahyu-wahyu) Allah dan kabar-kabar dari RasulNya, memalingkan mukanya dari kepatuhan dan mengikuti para rasul. Dalam ayat ini terdapat bujukan kepada Fir'aun untuk mau beriman dan membenarkan serta mengikuti mereka berdua
(Musa dan Harun),
(juga) peringatan dari sikap yang berlawanan dengannya. Akan tetapi, nasihat dan peringatan ini tidak membekaskan manfaat padanya. Fir'aun malah mengingkari Rabbnya dan mengkufuri serta mengajak debat dalam masalah ini sebagai
(cerminan) sifat kezhaliman dan penentangan-nya.
{قَالَ فَمَنْ رَبُّكُمَا يَامُوسَى (49) قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى (50) قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُونِ الْأُولَى (51) قَالَ عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي فِي كِتَابٍ لَا يَضِلُّ رَبِّي وَلَا يَنْسَى (52) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّى (53) كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِأُولِي النُّهَى (54) مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى (55)}.
"Fir'aun berkata, 'Maka siapakah Rabbmu berdua, hai Musa?' Musa berkata, 'Rabb kami ialah
(Rabb) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi-nya petunjuk.' Fir'aun berkata, 'Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?' Musa menjawab, 'Pengetahuan tentang itu ada di sisi Rabbku, di dalam sebuah kitab. Rabb kami tidak akan salah dan tidak
(pula) lupa. Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, ter-dapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal. Dari bumi
(tanah) itulah Kami menjadikan kamu, dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, dan darinya Kami akan menge-luarkan kamu pada kali yang lain'."
(Thaha: 49-55).
#
{49} أي: قال فرعون لموسى على وجه الإنكار: {فمن ربُّكما يا موسى}؟
(49) Maksudnya, Fir'aun berkata kepada Musa dengan nada pengingkaran, ﴾ فَمَن رَّبُّكُمَا يَٰمُوسَىٰ 49 ﴿ "Maka siapakah Rabbmu berdua, hai Musa?"
#
{50} فأجاب موسى بجواب شافٍ كافٍ واضح، فقال: {ربُّنا الذي أعطى كلَّ شيءٍ خَلْقَه ثم هدى}؛ أي: ربُّنا الذي خلق جميع المخلوقات، وأعطى كلَّ مخلوق خَلْقَه اللائق به، [الدال] على حسن صنعة من خلقه، من كبر الجسم وصغره وتوسطه وجميع صفاته، ثم هدى كلَّ مخلوق إلى ما خَلَقَه له، وهذه الهداية الكاملةُ المشاهدةُ في جميع المخلوقات؛ فكلُّ مخلوق تجِدُه يسعى لما خُلِقَ له من المنافع وفي دفع المضارِّ عنه، حتَّى إنَّ الله أعطى الحيوان البهيم من العقل ما يتمكَّن به على ذلك، وهذا كقوله تعالى: {الذي أحسن كلَّ شيءٍ خَلَقَه}: فالذي خَلَقَ المخلوقاتِ، وأعطاها خَلْقَها الحسنَ الذي لا تقترح العقول فوقَ حسنِهِ، وهداها لمصالحها؛ هو الربُّ على الحقيقة؛ فإنكاره إنكارٌ لأعظم الأشياء وجوداً، وهو مكابرةٌ ومجاهرةٌ بالكذب؛ فلو قُدِّرَ أنَّ الإنسان أنكر من الأمور المعلومة ما أنكر؛ كان إنكارُهُ لربِّ العالمين أكبر من ذلك.
(50) Maka Musa menjawab
(pertanyaan pengingkaran itu) dengan jawaban yang sempurna, memadai lagi jelas. Dia berkata, ﴾ رَبُّنَا ٱلَّذِيٓ أَعۡطَىٰ كُلَّ شَيۡءٍ خَلۡقَهُۥ ثُمَّ هَدَىٰ 50
﴿ "Rabb kami ialah (Rabb) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk." Maksudnya Rabb kami, adalah Dzat yang menciptakan seluruh makhluk dan memasang bentuk penciptaan pada setiap makhluk sesuai dengan modelnya yang cocok [yang menunjukkan] keelokan buatan Dzat yang menciptanya, baik yang berukuran besar, kecil, dan sedang, serta karakteristiknya secara keseluruhan. Lantas Allah memberikan hidayah setiap makhluk pada tujuan penciptaannya. Inilah hidayah sempurna yang dapat disaksikan pada segenap makhluk. Kamu mendapatkan masing-masing makhluk bergerak melaju pada skenario tujuan pencip-taannya, berupa kemanfaatan-kemanfaatan dan menyingkirkan bahaya-bahaya. Bahkan Allah memberi hewan (yang tidak bisa berkomunikasi) sebagian kemampuan akal yang bisa membantu-nya untuk menjalankan misinya.
Ini serupa dengan Firman Allah, ﴾ ٱلَّذِيٓ أَحۡسَنَ كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقَهُۥۖ ﴿ "Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan."
(As-Sajdah: 7). Dzat yang menciptakan seluruh makhluk dan memberinya bentuk cipta-an yang indah, yang mana akal-akal pun tidak mampu menggagas rupa yang lebih baik, Dia memberinya hidayah
(ilham) kepadanya untuk mencapai kemaslahatan-kemaslahatannya, Dia-lah Rabb yang sebenarnya. Maka pengingkaran Fir'aun, berarti pengingkaran terhadap wujud yang paling agung. Dan itu merupakan bentuk kesombongan dan dusta yang terang-terangan. Bila ditakdirkan ada seseorang mengingkari sebuah fakta yang sudah diketahui
(khalayak), niscaya dia tidak akan mengingkarinya, maka penging-karannya kepada Rabb semesta alam tentulah lebih parah lagi.
#
{51} ولهذا لما لم يمكنْ فرعون أن يعانِدَ هذا الدليل القاطع؛ عدل إلى المشاغبة، وحاد عن المقصود، فقال لموسى: {فما بالُ القرون الأولى}؛ أي: ما شأنهم؟ وما خبرهم؟ وكيف وصلت بهم الحالُ وقد سبقونا إلى الإنكار والكفر والظُّلم والعناد ولنا فيهم أسوة؟
(51) Untuk itu, lantaran Fir'aun tidak mungkin menentang dalil yang pasti ini, maka dia beralih kepada keributan dan berpa-ling dari fokus semula. Ia berkata kepada Musa, ﴾ فَمَا بَالُ ٱلۡقُرُونِ ٱلۡأُولَىٰ 51 ﴿ "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?" Maksudnya, bagaimana kondisi mereka? Bagaimana berita tentang mereka? Bagaimanakah kesudahan mereka, padahal mereka itu telah men-dahului kami dengan sikap pengingkaran, kekufuran, kezhaliman, dan pertentangan. Dan kami hanyalah mengikuti mereka saja?
#
{52} فقال موسى: {علمُها عند ربِّي في كتابٍ لا يَضِلُّ ربِّي ولا ينسى}؛ أي: قد أحصى أعمالهم من خير وشرٍّ، وكتبه في كتابه ، وهو اللوح المحفوظ، وأحاط به علماً وخبراً؛ فلا يضلُّ عن شيء منها ولا ينسى ما عَلِمهُ منها، ومضمون ذلك أنَّهم قَدِموا إلى ما قدَّموه ولاقَوْا أعمالهم وسيجازَوْن عليها؛ فلا معنى لسؤالك واستفهامك يا فرعون عنهم؛ فتلك أمةٌ قد خلتْ، لها ما كسبتْ ولكم ما كسبتُم؛ فإنْ كان الدليل الذي أوردْناه عليك والآياتُ التي أريناكَها قد تحقَّقْتَ صدقَها ويقينَها، وهو الواقع؛ فانقدْ إلى الحقِّ، ودعْ عنك الكفر والظُّلم وكثرةَ الجدال بالباطل، وإن كنتَ قد شككت فيها أو رأيتَها غير مستقيمة؛ فالطريق مفتوحٌ، وبابُ البحث غير مغلقٍ، فَرُدَّ الدليل بالدليل والبرهان بالبرهان، ولن تَجِدَ لذلك سبيلاً ما دام الملوان ؛ كيف وقد أخبر الله عنه أنه جَحَدها مع استيقانها؛ كما قال تعالى: {وجَحَدوا بها واستيقَنَتْها أنفسُهم ظلماً وعلوًّا}، وقال موسى: {لقد علمتَ ما أنزلَ هؤلاءِ إلاَّ ربُّ السمواتِ والأرضِ بصائرَ}؟! فَعُلم أنه ظالمٌ في جداله، قصدُه العلوُّ في الأرض.
(52) Musa menjawab, ﴾ عِلۡمُهَا عِندَ رَبِّي فِي كِتَٰبٖۖ لَّا يَضِلُّ رَبِّي وَلَا يَنسَى 52
﴿ "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Rabbku, di dalam sebuah kitab. Rabb kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa," maksudnya Allah telah menghitung amalan mereka, baik atau buruk dan membukukan-nya dalam KitabNya, Lauhul Mahfuzh. Ilmu dan pengetahuan Allah meliputi isinya. Dia tidak akan salah tentangnya dan (juga) tidak lupa atas perkara yang telah diketahuiNya.
Inti dari itu semua, bahwa mereka melakukan sesuatu yang dahulu dilakukan oleh (nenek moyang) mereka dan menjumpai amalan-amalan mereka serta menerima balasan atas dasar itu. Tidak ada artinya pertanyaan dan keingintahuanmu tentang me-reka, wahai Fir'aun. Mereka merupakan umat yang sudah berlalu. Bagi mereka apa yang mereka perbuat dan bagi kalian amalan-amalan yang kalian lakukan. Jika dalil yang sudah kami kemukakan di hadapanmu, dan ayat-ayat (tanda-tanda kebesaran Allah) yang sudah kami pertontonkan kepada dirimu, telah membuktikan kebenaran dan kepastiannya, dan itulah faktanya, maka tunduk patuhlah kepada al-haq. Singkirkanlah kekufuran, tindak kezha-liman, perdebatan dengan dasar kebatilan dari dirimu. Apabila engkau masih meragukannya atau engkau menyaksikannya tidak lurus, maka pintu tetap terbuka, dan kesempatan untuk meneliti-nya belum ditutup. Maka, bantahlah dalil dengan dalil pula, pe-tunjuk dengan petunjuk juga. Engkau tidak akan menemukan cara untuk itu, selama siang dan malam (masih silih berganti). Bagaimana bisa (dia tetap kufur), padahal Allah telah memberitahukan ten-tangnya, dia mengingkarinya meski hati meyakini kebenarannya. Seperti Firman Allah,
﴾ وَجَحَدُواْ بِهَا وَٱسۡتَيۡقَنَتۡهَآ أَنفُسُهُمۡ ظُلۡمٗا وَعُلُوّٗاۚ
﴿
"Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya." (An-Naml: 14).
Musa berkata,
﴾ لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَآ أَنزَلَ هَٰٓؤُلَآءِ إِلَّا رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ بَصَآئِرَ ﴿
"Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tidak ada yang me-nurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb Yang Memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata."
(Al-Isra`: 102).
Maka dapat diketahui bahwa dia telah berbuat zhalim saat mengajak berdebat. Niatannya hanyalah untuk meraih ketinggian derajat di dunia.
#
{53} ثم استطرد في هذا الدليل القاطع بذكر كثيرٍ من نعمه وإحسانه الضروريِّ، فقال: {الذي جَعَلَ لكم الأرضَ مَهْداً}؛ أي: فراشاً بحالةٍ تتمكَّنون من السكون فيها والقرار والبناء والغراس وإثارتها للازدراع وغيره، وذلَّلها لذلك، ولم يجعلْها ممتنعةً عن مصلحةٍ من مصالحكم. {وسَلَكَ لكم فيها سُبُلاً}؛ أي: نفذ لكم الطرق الموصلة من أرض إلى أرض، ومن قطر إلى قطر، حتى كان الآدميونَ يتمكَّنون من الوصول إلى جميع الأرض بأسهل ما يكون، وينتفعونَ بأسفارِهم أكثر مما ينتفعون بإقامتهم. {وأنزلَ من السماءِ ماءً فأخرجْنا به أزواجاً من نباتٍ شتى}؛ أي: أنزل المطر، فأحيا به الأرض بعد موتها، وأنبت بذلك جميعَ أصناف النوابت على اختلاف أنواعها وتشتُّت أشكالها وتبايُنِ أحوالها، فساقَه وقدَّره ويسَّره رزقاً لنا ولأنعامنا، ولولا ذلك؛ لهلك مَنْ عليها من آدميٍّ وحيوانٍ.
(53) Selanjutnya, Allah mengalihkan tentang dalil yang absolut, dengan menyebutkan kenikmatan dan curahan kebaikan-Nya yang sangat urgens. Allah berfirman, ﴾ ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ مَهۡدٗا
﴿ "(Allah) Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan," yaitu sebagai tempat pijakan yang kalian dapat beristirahat padanya, bertempat tinggal, membangun, menanam, dan membajak tanah untuk lahan pertanian dan fungsi lainnya. Dia telah menundukkan bumi bagi kalian, dan tidak menjadikannya menolak salah satu dari kemaslahatan kalian. ﴾ وَسَلَكَ لَكُمۡ فِيهَا سُبُلٗا
﴿ "Dan yang telah menjadi-kan bagimu di bumi itu jalan-jalan," maksudnya membuka jalur-jalur yang menghubungkan antara satu daerah menuju daerah lain, dari satu wilayah ke wilayah lain. Akhirnya, orang-orang sanggup mencapai seluruh (penjuru) bumi dengan cara yang termudah. Mereka berhasil mendapatkan manfaat-manfaat yang lebih banyak melalui perjalanan jauh (yang mereka tempuh) ketimbang manfaat yang mereka raih saat berada di daerah sendiri. ﴾ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَخۡرَجۡنَا بِهِۦٓ أَزۡوَٰجٗا مِّن نَّبَاتٖ شَتَّىٰ 53 ﴿ "Dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam," maksudnya Dia menurunkan air hujan, kemudian menghidupkan bumi setelah kegersangannya. Dengan air itu, Dia menumbuhkan seluruh jenis tetumbuhan dengan ber-bagai perbedaan ragamnya, bentuk yang bermacam-macam dan perbedaan karakternya. Dia mendatangkan, menetapkan, dan memudahkannya sebagai rizki bagi kita sekalian dan bagi hewan-hewan piaraan kita. Sekiranya tidak ada air hujan, tentulah para penghuni permukaan bumi akan binasa, baik dari kalangan manu-sia maupun hewan.
#
{54} ولهذا قال: {كُلوا وارْعَوْا أنعامَكم}: وسياقها على وجه الامتنان؛ ليدلَّ ذلك على أنَّ الأصل في جميع النوابت الإباحة؛ فلا يَحْرُمُ منها إلاَّ ما كان مضرًّا كالسموم ونحوه. {إنَّ في ذلك لآياتٍ لأولي النُّهى}؛ أي: لذوي العقول الرزينة والأفكار المستقيمة، على فضل الله وإحسانه ورحمته وسعة جوده وتمام عنايته، وعلى أنَّه الربُّ المعبود المالك المحمود، الذي لا يستحقُّ العبادة سواه، ولا الحمد والمدح والثناء إلاَّ مَن امتنَّ بهذه النعم، وعلى أنَّه على كلِّ شيء قديرٌ؛ فكما أحيا الأرض بعد موتها؛ إنَّ ذلك لمحيي الموتى. وخصَّ الله أولي النُّهى بذلك لأنَّهم المنتفعون بها الناظرون إليها نظر اعتبار، وأمَّا مَنْ عداهم؛ فإنَّهم بمنزلة البهائم السارحة والأنعام السائمة، لا ينظرون إليها نظر اعتبار، ولا تنفذ بصائرهم إلى المقصود منها، بل حظُّهم حظُّ البهائم؛ يأكلون ويشربون وقلوبُهم لاهيةٌ وأجسادهم مُعْرِضةٌ، {وكأيِّن من آيةٍ في السمواتِ والأرض يمرُّون عليها وهم عنها معرضونَ}.
(54) Karena itu, Allah berfirman, ﴾ كُلُواْ وَٱرۡعَوۡاْ أَنۡعَٰمَكُمۡۚ
﴿ "Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu." Allah mengemukakan perintah ini dalam bentuk penyebutan nikmat-nikmatNya, agar hal tersebut menunjukkan bahwa hukum asal pada segala tanaman adalah ibahah (boleh), sehingga tidaklah haram darinya kecuali hal-hal yang berbahaya, semisal racun dan lainnya.
﴾ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلنُّهَىٰ 54
﴿ "Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal," maksudnya, bagi orang-orang yang memiliki akal-akal yang matang, dan pikiran-pikiran yang lurus, terdapat tanda-tanda keutamaan, limpahan kebaikan, rahmat, luasnya kedermawananNya dan kesempurnaan perhatianNya. (Juga menunjukkan bahwa) Dia-lah Dzat yang menguasai yang berhak disembah, Memiliki lagi Terpuji, yang tiada satu dzat pun yang berhak menerima ibadah selainNya. Juga tidak (berhak) dengan pujian, sanjungan, dan kekaguman kecuali Dzat yang telah mencurahkan nikmat-nikmat ini. (Dan menunjukkan pula bahwa) Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, sebagaimana Dia Dzat Yang Menghidupkan bumi setelah kondisi gersangnya. Sesungguhnya Dzat tersebut benar-benar berkuasa menghidupkan orang-orang yang sudah mati. Secara khusus, Allah menyinggung orang-orang yang berakal dengan hal itu, karena merekalah orang-orang yang berhasil meraup kemanfaatan dari-nya, yang memandangnya dengan pandangan serius. Sementara itu, orang-orang selain mereka, maka mereka berada dalam level binatang-binatang ternak yang lepas dan hewan-hewan piaraan yang dilepas di tempat gembalaan. Mereka tidak menyaksikannya dengan pandangan orang yang mau berpikir. Hati nurani mereka tidak menembus inti maksudnya. Ciri mereka serupa dengan hewan-hewan ternak; makan, minum (dan sebagainya), akan tetapi hati mereka lalai dan fisik-fisik mereka berpaling,
﴾ وَكَأَيِّن مِّنۡ ءَايَةٖ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ يَمُرُّونَ عَلَيۡهَا وَهُمۡ عَنۡهَا مُعۡرِضُونَ ﴿
"Dan banyak sekali tanda-tanda
(kekuasaan Allah) di langit dan bumi yang mereka lalui, sedang mereka berpaling darinya."
(Yusuf: 105).
#
{55} ولما ذَكَرَ كرم الأرض وحسنَ شكرِها لما يُنْزِلُه الله عليها من المطر، وأنَّها بإذن ربِّها تُخرج النبات المختلف الأنواع؛ أخبر أنَّه خَلَقَنا منها، وفيها يعيدُنا إذا متنا فَدُفِنَّا فيها، ومنها يخرِجُنا {تَارةً أُخْرى}؛ فكما أوجدنا منها من العدم، وقد علمنا ذلك وتحقَّقناه؛ فسيعيدُنا بالبعث منها بعد موتنا؛ ليجازينا بأعمالنا التي عملناها عليها. وهذان دليلان على الإعادة عقليَّان واضحان: إخراجُ النبات من الأرض بعد موتها، وإخراجُ المكلَّفين منها في إيجادهم.
(55) Sesudah Allah menceritakan kemuliaan bumi dan bagusnya cara syukurnya, karena Allah telah mencurahkan air hujan di atas permukaannya dan bahwa ia dengan izin Rabbnya mampu mengeluarkan tumbuh-tumbuhan yang beragam jenisnya, maka
(dalam ayat ini) Dia memberitahukan bahwa Dia-lah yang menciptakan kita berasal dari tanah, di situ pula, Allah mengem-balikan
(penciptaan) kita setelah kita meninggal dunia dan diku-burkan di dalamnya. Dari sanalah Allah membangkitkan kita ﴾ تَارَةً أُخۡرَىٰ 55 ﴿ "pada kali yang lain," sebagaimana Dia telah mengadakan keberadaan kita dari tanah dari ketiadaan wujud
(sebelumnya), dan kita sudah mengetahui dan membuktikannya, Dia akan me-ngembalikan kita
(lagi) dengan membangkitkan kita darinya pasca kematian kita. Guna memberikan balasan kepada kita berdasarkan amalan-amalan yang kita kerjakan di atas permukaan bumi. Inilah dua dalil logis bagi datangnya saat pengembalian
(penciptaan ma-nusia setelah mati): Yaitu Allah mengeluarkan tanaman dari bumi setelah kegersangannya dan mengeluarkan orang-orang mukallaf dari tanah saat menciptakannya.
{وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَى (56) قَالَ أَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَامُوسَى (57) فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لَا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلَا أَنْتَ مَكَانًا سُوًى (58) قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى (59) فَتَوَلَّى فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهُ ثُمَّ أَتَى (60) قَالَ لَهُمْ مُوسَى وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى {(61) [فَتَنَازَعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى (62) قَالُوا إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَنْ يُخْرِجَاكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَى (63) فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى (64) قَالُوا يَامُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى (65) قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى (66) فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى (67) قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعْلَى (68) وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى (69) فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى (70) قَالَ آمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَى (71) قَالُوا لَنْ نُؤْثِرَكَ عَلَى مَا جَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي هَذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (72) إِنَّا آمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَايَانَا وَمَا أَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ وَاللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (73)] }.
"Dan sesungguhnya Kami telah memperlihatkan kepadanya
(Fir'aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya, maka dia men-dustakan dan enggan
(menerima kebenaran). Fir'aun berkata, 'Ada-kah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami
(ini) dengan sihirmu, hai Musa? Dan kami pun pasti akan mendatangkan
(pula) kepadamu sihir semacam itu, maka tentu-kanlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu,
(yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak pula kamu) di suatu tempat yang pertengahan
(letaknya).' Musa berkata, 'Waktu untuk pertemuan
(kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendak-lah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik.' Maka Fir'aun meninggalkan
(tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. Musa berkata kepada mereka, 'Celakalah kamu, janganlah kamu mengadakan kedustaan ter-hadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa.' Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedusta-an. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka, dan mereka merahasiakan percakapan
(mereka). Mereka berkata, 'Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusirmu dari negerimu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukanmu yang utama. Maka him-punlah segala daya
(sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang me-nang pada hari ini.'
(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata, 'Hai Musa
(pilihlah), apakah kamu yang melemparkan
(dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?' Musa berkata, 'Bahkan silakan kamu sekalian melemparkan.' Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa, seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. Musa me-rasa takut dalam hatinya. Kami berkata, 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul
(menang). Dan lem-parkanlah sesuatu yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan sesuatu yang mereka buat. Sesungguhnya sesuatu yang mereka buat itu adalah tipu daya tukang sihir
(belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.' Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya ber-kata, 'Kami telah percaya kepada Rabb Harun dan Musa.' Fir'aun berkata, 'Apakah kamu telah beriman kepadanya
(Musa) sebelum aku beri izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemim-pinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesung-guhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma, dan sesung-guhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya.' Mereka berkata, 'Kami sekali-kali tidak mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata
(mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Rabb yang menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melaku-kannya. Dan Allah lebih baik
(pahalaNya) dan lebih kekal
(azab-Nya)'."
(Thaha: 56-73).
#
{56} يخبر تعالى أنَّه أرى فرعون من الآياتِ والعِبَرِ والقواطع جميعَ أنواعها العيانيَّة والأفقيَّة والنفسيَّة؛ فما استقام ولا ارعوى، وإنَّما كذَّب وتولَّى؛ كذب الخبر وتولَّى عن الأمر والنهي، وجعل الحقَّ باطلاً والباطل حقًّا، وجادل بالباطل ليضلَّ الناس.
(56) Allah تعالى memberitahukan bahwa Dia telah memper-tontonkan kepada Fir'aun seluruh jenis ayat-ayat
(tanda-tanda kebesaran Allah) dan pelajaran-pelajaran serta petunjuk-petunjuk yang sangat akurat yang bersifat jasmani, rohani, dan astrologis,
(tapi) dia tidak memperbaiki diri dan tidak jera, justru mendusta-kan dan berpaling. Mendustakan berita wahyu dan memalingkan diri dari perintah dan larangan Allah, menyulap kebenaran men-jadi kebatilan dan kebatilan menjadi kebenaran, melancarkan per-debatan untuk menyesatkan umat manusia.
#
{57} فقال: {أجئتَنا لِتُخْرِجَنا من أرضنا بسحرِك}: زعم أنَّ هذه الآيات التي أراه إيَّاها موسى سحرٌ وتمويهٌ، المقصود منها إخراجُهم من أرضهم والاستيلاءُ عليها؛ ليكون كلامه مؤثراً في قلوب قومه؛ فإنَّ الطِّباع تميل إلى أوطانها، ويصعُبُ عليها الخروج منها ومفارقتها، فأخبرهم أنَّ موسى هذا قصده؛ ليبغِضوه ويسعَوْا في محاربته.
(57) Dia berkata, ﴾ أَجِئۡتَنَا لِتُخۡرِجَنَا مِنۡ أَرۡضِنَا بِسِحۡرِكَ ﴿ "Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami
(ini) dengan sihirmu," dia mengklaim bahwa tanda-tanda kebesaran Allah
(muk-jizat-mukjizat itu) yang diperlihatkan Musa kepadanya merupakan bentuk sihir dan kepalsuan belaka, yang ditujukan untuk mengusir mereka dari tanah mereka dan menguasai
(tanah)nya, agar perkata-annya menorehkan pengaruh di hati orang-orang. Sesungguhnya tabiat manusia condong menyukai tanah kelahirannya, sulit untuk keluar dan meninggalkannya. Lalu Fir'aun memberitahukan kepada mereka bahwa Musa hendak mewujudkannya, agar mereka mem-benci Musa dan menyiapkan usaha untuk melawannya.
#
{58} {فلنأتينَّك بسحرٍ}: مثل سحرك، فأمهِلْنا واجعلْ لنا {موعداً لا نخلِفُه نحن ولا أنت مكاناً سُوى}؛ أي: مستوٍ علمنا وعلمك به، أو مكاناً مستوياً معتدلاً لنتمكَّن من رؤية ما فيه.
(58) ﴾ فَلَنَأۡتِيَنَّكَ بِسِحۡرٖ
﴿ "Dan kami pun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu," serupa dengan sihirmu. Berilah kami kesempatan dan tentukanlah untukku,﴾ مَوۡعِدٗا لَّا نُخۡلِفُهُۥ نَحۡنُ وَلَآ أَنتَ مَكَانٗا سُوٗى 58 ﴿ "suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak pula kamu di suatu tempat yang pertengahan
(letaknya)," tempat yang netral, pengetahuan kami dan pengetahuanmu sama tentangnya. Atau tempat yang datar lagi rata, supaya kita dapat menyaksikan apa saja yang ada di sana.
#
{59} فقال موسى: {موعدُكم يوم الزينةِ}: وهو عيدُهم الذي يتفرَّغون فيه ويقطعون شواغلهم، {وأن يُحْشَرَ الناس ضُحىً}؛ أي: يُجمعون كلهم في وقت الضُّحى. وإنَّما سأل موسى ذلك لأنَّ يوم الزينة ووقت الضحى منه يحصُلُ منه كثرة الاجتماع ورؤية الأشياء على حقائقها ما لا يحصُل في غيره.
(59) Musa berkata, ﴾ مَوۡعِدُكُمۡ يَوۡمُ ٱلزِّينَةِ
﴿ "Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya," hari perayaan mereka yang mereka sedang kosong tanpa pekerjaan dan menghentikan kesibukan-kesibukan mereka padanya ﴾ وَأَن يُحۡشَرَ ٱلنَّاسُ ضُحٗى 59 ﴿ "dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik," maksudnya mereka semua dihimpun jadi satu di waktu dhuha. Musa memilih hari raya dan waktu pagi hari, karena banyak-nya kerumunan orang dan penglihatan terhadap segala sesuatu sesuai dengan aslinya, yang tidak terpenuhi pada waktu lainnya."
#
{60} {فتولَّى فرعونُ فجمع كيدَه}؛ أي: جميع ما يقدرُ عليه مما يكيد به موسى، فأرسل في مدائنه من يحشُرُ السحرة الماهرين في سحرهم، وكان السحر إذ ذاك متوفراً، وعلمه مرغوباً فيه، فجمع خلقاً كثيراً من السحرة، ثم أتى كلٌّ منهما للموعد، واجتمع الناس للموعدِ، فكان الجمعُ حافلاً، حضره الرجال والنساء والملأ والأشراف والعوامُّ والصغار والكبار، وحضُّوا الناس على الاجتماع، وقالوا {للناس هل أنتم مجتمعون لعلَّنا نتَّبع السحرةَ إن كانوا هم الغالبين}.
(60) ﴾ فَتَوَلَّىٰ فِرۡعَوۡنُ فَجَمَعَ كَيۡدَهُۥ
﴿ "Maka Fir'aun meninggalkan (tem-pat itu), lalu mengatur tipu dayanya," maksudnya seluruh upaya yang dapat dia tempuh untuk memperdayai Musa dengannya. Maka dia mengutus orang di seluruh kota untuk mengumpulkan tukang-tukang sihir yang piawai dalam keahlian sihirnya. Pada waktu itu, praktik sihir begitu merata, dan pendalamannya sangat diminati. Ia pun berhasil mendatangkan tukang sihir dalam jumlah besar. Kemudian masing-masing dari mereka datang pada waktu yang sudah ditentukan. Pertemuan itu begitu padat, dihadiri oleh kaum lelaki dan wanita, para petinggi, orang-orang bangsawan, rakyat awam, anak-anak kecil dan orang-orang tua. Mereka menghimbau orang-orang untuk ikut serta berkumpul. Dan mereka berkata,
﴾ وَقِيلَ لِلنَّاسِ هَلۡ أَنتُم مُّجۡتَمِعُونَ 39 لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ ٱلسَّحَرَةَ إِن كَانُواْ هُمُ ٱلۡغَٰلِبِينَ 40 ﴿
"Dan dikatakan kepada orang banyak, 'Berkumpullah kamu seka-lian. Semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang'."
(Asy-Syu'ara`: 39-40).
#
{61} فحين اجتمعوا من جميع البلدان؛ وَعَظَهم موسى عليه السلام، وأقام عليهم الحجَّة، وقال لهم: {ويلَكم لا تَفْتَروا على الله كَذِباً فيُسْحِتَكم بعذابٍ}؛ أي: لا تنصروا ما أنتم عليه من الباطل بسحركم، وتغالبون الحقَّ، وتفترون على الله الكذبَ، فيستأصِلُكم بعذابٍ من عنده، ويخيب سعيُكم وافتراؤكم؛ فلا تدركون ما تطلبون من النصر والجاه عند فرعون وملئه، ولا تسلموا من عذاب الله.
(61) Setelah tukang-tukang sihir berkumpul dari segenap wilayah, Musa عليه السلام menyampaikan nasihat kepada mereka dan menegakkan hujah di hadapan mereka. Beliau mengatakan, ﴾ وَيۡلَكُمۡ لَا تَفۡتَرُواْ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبٗا فَيُسۡحِتَكُم بِعَذَابٖۖ ﴿ "Celakalah kamu, janganlah kamu meng-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa," maksudnya janganlah kalian dukung kebatilan
(yang kalian pegangi) dengan praktik sihir kalian dan berencana mempecun-dangi kebenaran, membuat kedustaan atas nama Allah. Akibatnya Allah akan menghabisi kalian sampai tak tersisa dengan siksa dari sisiNya, dan menggagalkan usaha dan kedustaan kalian. Akhirnya, kalian tidak dapat menggapai sesuatu yang kalian kehendaki berupa kemenangan dan jabatan di sisi Fir'aun dan para pembesar-nya, serta kalian tidak lolos dari siksa Allah.
#
{62} وكلام الحقِّ لا بدَّ أن يؤثِّر في القلوب، لا جرم ارتفع الخصامُ والنزاع بين السحرة لمَّا سمعوا كلام موسى وارتبكوا، ولعلَّ من جملة نزاعهم الاشتباه في موسى هل هو على الحقِّ أم لا؟ ولكنهم إلى الآن ما تمَّ أمرهم؛ ليقضي الله أمراً كان مفعولاً؛ ليهلِكَ من هَلَكَ عن بينةٍ ويحيا من حَيَّ عن بينةٍ؛ فحينئذ أسرّوا فيما بينهم النجوى، وأنَّهم يتَّفقون على مقالةٍ واحدةٍ؛ لينجحوا في مقالهم وفعالهم، وليتمسَّك الناس بدينهم.
(62) Perkataan yang benar pasti memiliki pengaruh pada hati. Tak ayal lagi, timbullah keributan dan pertentangan di tengah tukang-tukang sihir, manakala mereka mendengarkan perkataan Musa dan terjadilah kegaduhan. Boleh jadi, muara pertentangan
(pada mereka) adalah rancunya jati diri Musa, apakah ia berada di atas
(rel) kebenaran atau tidak? Akan tetapi, sampai di sini, polemik mereka belum menemui titik terang. Agar Allah menentukan per-kara yang mesti dilaksanakan, yaitu agar binasalah orang yang binasa dengan keterangan yang nyata dan agar hiduplah orang yang hidup dengan keterangan yang nyata. Saat itulah, mereka saling berbisik-bisik di antara mereka dan bahwa mereka telah menyepakati sebuah pernyataan agar mereka selamat dalam ucapan dan tindakan mereka serta agar orang-orang memegangi doktrin Fir'aun dan orang-orangnya.
#
{63} والنجوى التي أسرُّوها فسَّرها بقوله: {قالوا إنْ هذانِ لساحرانِ يُريدان أن يخرِجاكم من أرضِكم بسحرِهما}؛ كمقالة فرعون السابقة؛ فإمَّا أن يكونَ ذلك توافقاً من فرعون والسحرة على هذه المقالة من غير قصدٍ، وإما أن يكون تلقيناً منه لهم مقالته التي صمَّم عليها وأظهرها للناس، وزادوا على قول فرعون أن قالوا: {ويَذْهَبا بطريقتِكُم المُثلى}؛ أي: طريقة السحر؛ حسدكم عليها، وأراد أن يظهر عليكم؛ ليكون له الفخرُ والصيتُ والشهرةُ، ويكون هو المقصودُ بهذا العلم الذي شغلتُم زمانَكم فيه ويذهب عنكم ما كنتُم تأكلون بسببه، وما يتبع ذلك من الرياسة.
(63) Perbincangan yang mereka rahasiakan, dijelaskan oleh Firman Allah, ﴾ قَالُوٓاْ إِنۡ هَٰذَٰنِ لَسَٰحِرَٰنِ يُرِيدَانِ أَن يُخۡرِجَاكُم مِّنۡ أَرۡضِكُم بِسِحۡرِهِمَا
﴿ "Sesung-guhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya," persis seperti pernyataan Fir'aun sebelumnya, baik ini terjadi secara kebetulan atas pernya-taan ini dari para tukang sihir dan Fir'aun tanpa kesengajaan atau-pun merupakan pendiktean dari Fir'aun kepada mereka yang telah direncanakan dan dipersaksikan oleh Fir'aun di hadapan orang-orang. Para tukang sihir itu mengimbuhi lontaran Fir'aun dengan ungkapan, ﴾ وَيَذۡهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ ٱلۡمُثۡلَىٰ 63 ﴿ "Dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama," yaitu praktik sihir. Ia iri dengki terhadap kalian atas
(kedudukan) itu dan berminat untuk mengungguli kalian, agar dia dapat menggenggam kebanggaan, ketenaran, dan popularitas. Itulah sasaran Musa dengan ilmu
(sihir) ini, yang mana kalian telah menghabiskan waktu-waktu kalian untuknya dan melenyapkan mata pencaharian kalian yang mana kalian makan darinya dan menghilangkan hal-hal yang mengikutinya berupa jabatan-jabatan.
#
{64} وهذا حضٌّ من بعضهم على بعض على الاجتهاد في مغالبته، ولهذا قالوا: {فأجْمِعوا كيدَكم}؛ أي: أظهروه دفعةً واحدةً متظاهرين متساعدين فيه متناصرين متفقاً رأيُكم وكلمتُكم، {ثم ائْتوا صفًّا}: ليكونَ أمكنَ لعملكم وأهيبَ لكم في القلوب، ولئلاَّ يتركَ بعضُكم بعضَ مقدورِهِ من العمل، واعلموا أنَّ مَنْ أفلح اليوم ونجح وغلب غيره؛ فإنَّه المفلح الفائز؛ فهذا يومٌ له ما بعده من الأيام؛ فما أصلبهم في باطلهم وأشدَّهم فيه! حيث أتوا بكل سببٍ ووسيلةٍ وممكنٍ ومكيدةٍ يكيدون بها الحقَّ.
(64) Ini adalah himbauan dari sebagian mereka kepada kelompoknya untuk berusaha keras dalam menumbangkan Musa. Oleh karena itu, mereka berkata, ﴾ فَأَجۡمِعُواْ كَيۡدَكُمۡ
﴿ "Maka himpunlah segala daya (sihir) kamu sekalian," maksudnya, tunjukkanlah (kemam-puan kalian) sekaligus dengan cara bahu-membahu, saling men-dukung, dan menolong dalam keadaan perkataan dan hati kalian bersatu. ﴾ ثُمَّ ٱئۡتُواْ صَفّٗاۚ ﴿ "Kemudian datanglah dengan berbaris," agar kalian lebih leluasa menjalankan pekerjaan kalian dan lebih disegani dalam hati. Dan supaya sebagian kalian tidak menyisihkan kemam-puannya. Ketahuilah, siapa saja yang beruntung hari ini, sukses dan berhasil mengalahkan yang lain, maka sesungguhnya dia menjadi seorang yang beruntung lagi menang. Inilah hari keberuntungan baginya, tiada hari setelah ini. Alangkah teguhnya mereka dalam kebatilan dan betapa dahsyatnya mereka berada di dalamnya! Pasalnya, mereka mengusahakan setiap cara, piranti, dan tipu daya untuk melancarkan makar kepada al-Haq.
#
{65} ويأبى الله إلاَّ أن يُتِمَّ نورَه ويظهِرَ الحقَّ على الباطل، فلما تمَّتْ مكيدتُهم وانحصر قصدُهم ولم يبقَ إلاَّ العمل؛ {قالوا} لموسى: {إمَّا أن تلقي}: عصاك، {وإمَّا أن نكونَ أولَ من ألقى}: خيَّروه موهمين أنَّهم على جزم من ظهورهم عليه بأيِّ حالة كانت.
(65) Dan Allah enggan kecuali
(hanya) hendak menyem-purnakan cahayaNya dan mengunggulkan al-Haq di atas kebatilan. Setelah tipu daya mereka komplit, dan motivasi mereka telah me-ngerucut, serta tidak ada yang tertinggal melainkan pelaksanaan-nya saja ﴾ قَالُواْ
﴿ "mereka berkata," kepada Musa ﴾ إِمَّآ أَن تُلۡقِيَ
﴿ "(pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu)," tongkatmu ﴾ وَإِمَّآ أَن نَّكُونَ أَوَّلَ مَنۡ أَلۡقَىٰ 65 ﴿ "atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?" Mereka mengajukan alternatif pilihan disertai dengan prasangka bahwa mereka pasti akan menang melawan Musa dalam kondisi apa pun.
#
{66} فقال لهم موسى: {بلْ ألقوا}: فألْقَوْا حبالهم وعصيهم؛ {فإذا حبالُهم وعصيُّهم يُخَيَّلُ إليه}؛ أي: إلى موسى {من سحرِهم}: البليغ، {أنَّها تسعى}: [أنها حيات تسعى].
(66) Musa berkata kepada mereka, ﴾ بَلۡ أَلۡقُواْۖ
﴿ "Bahkan silakan kamu sekalian melemparkan," mereka pun melemparkan tali-tali dan tongkat-tongkat mereka ﴾ فَإِذَا حِبَالُهُمۡ وَعِصِيُّهُمۡ يُخَيَّلُ إِلَيۡهِ
﴿ "maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepadanya," yaitu kepada Musa ﴾ مِن سِحۡرِهِمۡ
﴿ "lantaran sihir mereka," yang klimaks ﴾ أَنَّهَا تَسۡعَىٰ 66 ﴿ "seakan-akan ia merayap cepat,"
[ular-ular yang datang dengan segera].
#
{67} فلما خُيِّل إلى موسى ذلك؛ أوجس في نفسِهِ خيفةً كما هو مقتضى الطبيعة البشريَّة، وإلاَّ؛ فهو جازمٌ بوعد الله ونصره.
(67) Ketika pemandangan itu terbayang pada pandangan Musa, beliau merasakan ketakutan, sebagaimana rasa takut yang manusiawi. Kalau tidak demikian, maka beliau teguh pendirian dengan janji Allah dan pertolonganNya.
#
{68} {قلنا له}: تثبيتاً وتطميناً: {لا تخفْ إنَّك أنت الأعلى}: عليهم؛ أي: ستعلو عليهم، وتقهرهم، ويذلُّوا لك، ويخضعوا.
(68) ﴾ قُلۡنَا
﴿ "Kami berkata," untuk meneguhkan dan mene-nangkan hati, ﴾ لَا تَخَفۡ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡأَعۡلَىٰ 68 ﴿ "Janganlah kamu takut, sesung-guhnya kamulah yang paling unggul
(menang)," atas mereka. Maksud-nya engkau akan mengungguli mereka dan mengalahkan mereka hingga mereka patuh dan tunduk di hadapanmu.
#
{69} {وألقِ ما في يمينِك}؛ أي: عصاك؛ {تَلْقَفْ ما صنعوا إنَّما صنعوا كيدُ ساحرٍ ولا يفلِحُ الساحر حيث أتى}؛ أي: كيدهم ومكرهم ليس بمثمرٍ لهم ولا ناجح؛ فإنَّه من كيد السحرة الذين يموِّهون على الناس ويُلَبِّسون الباطل ويخيِّلون أنهم على الحقِّ.
(69) ﴾ وَأَلۡقِ مَا فِي يَمِينِكَ
﴿ "Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu," yaitu tongkatmu ﴾ تَلۡقَفۡ مَا صَنَعُوٓاْۖ إِنَّمَا صَنَعُواْ كَيۡدُ سَٰحِرٖۖ وَلَا يُفۡلِحُ ٱلسَّاحِرُ حَيۡثُ أَتَىٰ ﴿ "niscaya ia akan menelan sesuatu yang mereka buat. Sesungguhnya se-suatu yang mereka buat itu adalah tipu daya tukang sihir
(belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang," maksud-nya tipu daya dan makar mereka tidak membuahkan hasil bagi diri mereka, lagi tidak sukses. Ia sekedar tipu daya dari para tukang sihir yang mengelabui
(pandangan) khalayak dan mengaburkan
(potret) kebatilan serta mengopinikan bahwa mereka berada di atas kebenaran.
#
{70} فألقى موسى عصاه، فتلقَّفت ما صنعوا كلَّه وأكلتْه، والناسُ ينظُرون لذلك الصنيع، فعَلِمَ السحرةُ علماً يقيناً أنَّ هذا ليس بسحر، وأنَّه من الله، فبادروا للإيمان، {فأُلْقي السحرةُ} ساجدينَ، {قالوا آمنَّا بربِّ العالمين ربِّ موسى وهارون}، فوقع الحقُّ وظهر وسطع، وبطل السحر والمكر والكيدُ في ذلك المجمع العظيم، فصارتْ بيِّنة ورحمةً للمؤمنين وحجَّة على المعاندين.
(70) Lalu, Musa melemparkan tongkatnya, maka ia menelan segala sesuatu
(ular jelmaan) yang mereka buat dan memangsanya. Sementara itu, orang-orang memperhatikan kejadian tersebut. Para tukang sihir pun sadar dengan yakin bahwa itu bukanlah sihir, akan tetapi dari Allah. Maka mereka pun bersegera untuk beriman. ﴾ فَأُلۡقِيَ ٱلسَّحَرَةُ
﴿ "Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur," dengan bersujud,
﴾ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا بِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ 121 رَبِّ مُوسَىٰ وَهَٰرُونَ 122 ﴿
"Seraya berkata, 'Kami telah beriman kepada Rabb semesta alam, yaitu Rabb Musa dan Harun',"
(Al-A'raf: 121-122),
kebenaran pun terkuak, nampak dan mencuat. Sedangkan praktik sihir, tipu daya, dan makar
(mereka) tertolak pada tempat perkum-pulan yang ramai itu. Jadilah momentum itu sebagai bukti nyata dan rahmat bagi kaum Mukminin serta menjadi hujjah atas orang-orang yang menentang.
#
{71} فقال فرعون للسحرة: {آمنتُم له قبلَ أن آذَنَ لكم}؛ أي: كيف أقدمتُم على الإيمان من دون مراجعة منِّي ولا إذن، استغرب ذلك منهم لأدبهم معه وذلِّهم وانقيادهم له في كلِّ أمر من أمورهم، وجعل هذا من ذاك، ثم استلجَّ فرعونُ في كفره وطغيانه بعد هذا البرهان، واستخفَّ بقوله قومَهُ، وأظهر لهم أنَّ هذه الغلبة من موسى للسحرة ليس لأنَّ الذي معه الحقُّ، بل لأنَّه تمالأ هو والسحرة ومكروا ودبَّروا أن يخرجوا فرعونَ وقومَه من بلادهم، فقبل قومُه هذا المكرَ منه، وظنُّوه صدقاً، {فاستخفَّ قومَه فأطاعوه إنَّهم كانوا قوماً فاسقين}؛ مع أنَّ هذه المقالة التي قالها لا تدخُلُ عقلَ من له أدنى مُسْكة من عقل ومعرفةٍ بالواقع؛ فإنَّ موسى أتى من مَدْيَنَ وحيداً، وحين أتى؛ لم يجتمع بأحدٍ من السحرة ولا غيرهم، بل بادَرَ إلى دعوة فرعون وقومه، وأراهم الآيات، فأراد فرعونُ أن يعارِضَ ما جاء به موسى، فسعى ما أمكنه، وأرسل في مدائنه من يجمعُ له كلَّ ساحر عليم، فجاؤوا إليه، ووعدهم الأجر والمنزلة عند الغلبة، وهم حرصوا غاية الحرص وكادوا أشدَّ الكيد على غلبتهم لموسى، وكان منهم ما كان؛ فهل يمكن أو يُتَصَوَّر مع هذا أن يكونوا دبَّروا هم وموسى واتَّفقوا على ما صدر؟! هذا من أمحل المحال. ثم توعَّد فرعونُ السحرة فقال: لأقَطِّعَنَّ {أيدِيَكم وأرجُلَكم من خلافٍ}: كما يفعل بالمحاربِ الساعي بالفساد؛ يَقْطَعُ يده اليمنى ورجله اليسرى. {ولأصَلِّبَنَّكُم في جذوع النخل}؛ أي: لأجل أن تشتهروا وتختزوا. {وَلَتَعْلَمُنَّ أيُّنا أشدُّ عذاباً وأبقى}؛ يعني: بزعمه هو وأمته وأنَّه أشدُّ عذاباً من الله وأبقى؛ قلباً للحقائق، وترهيباً لمن لا عقل له.
(71) Fir'aun berkata kepada para tukang sihir, ﴾ ءَامَنتُمۡ لَهُۥ قَبۡلَ أَنۡ ءَاذَنَ لَكُمۡۖ
﴿ "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian," maksudnya, bagaimana bisa kalian lancang beriman tanpa konsultasi dan izin denganku. Fir'aun begitu terheran-heran mengapa sikap ini muncul dari mereka lan-taran tata krama mereka kepada dirinya, sikap menghinakan diri dan ketundukan mereka kepadanya pada setiap urusan mereka. Dia ingin agar masalah keimanan para tukang sihir ini termasuk dari bagian perilaku mereka sebelumnya (untuk selalu taat kepada-nya). Kemudian Fir'aun semakin membabi-buta dalam kekufuran dan sikapnya melampaui batas setelah adanya petunjuk kebenaran ini. Dia mengolok-olok kaumnya melalui perkataannya dan menam-pakkan kepada mereka bahwa keunggulan Musa atas para tukang sihir itu, bukan karena syariat yang dibawanya merupakan kebe-naran. Justru (yang terjadi) dia telah menjalin kerja sama dengan para tukang sihir, menyusun tipu daya dan mengatur skenario untuk mengusir Fir'aun dan kaumnya dari negeri mereka. Kaum-nya pun mengiyakan rekayasa jahat ini darinya dan menyangkanya sebagai kebenaran.
﴾ فَٱسۡتَخَفَّ قَوۡمَهُۥ فَأَطَاعُوهُۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَوۡمٗا فَٰسِقِينَ 54
﴿
"Maka Fir'aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang fasik." (Az-Zukhruf: 54),
padahal pernyataan yang dilontarkan oleh Fir'aun ini tidak bisa menembus akal orang yang mempunyai kecerdasan dan pengeta-huan tentang fakta dalam level terendah sekalipun. Karena Musa datang dari Madyan seorang diri. Saat tiba, dia tidak berinteraksi dengan salah satu dari para tukang sihir atau siapapun selain me-reka. Bahkan yang beliau tempuh, langsung menyerukan dakwah kepada Fir'aun dan kaumnya. Beliau memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah kepada mereka. Kemudian Fir'aun ingin melawan misi yang dibawa oleh Musa. Dia pun berusaha semaksimal mungkin. Mengutus seseorang di seluruh pelosok negeri untuk mendatangkan setiap tukang sihir yang piawai. Mereka pun ber-datangan kepadanya. Fir'aun menjanjikan upah dan kedudukan manakala kemenangan berhasil direngkuh. Para tukang sihir itu begitu antusias dan menyusun tipu daya yang jitu untuk menang atas Musa. Setelah itu, terjadilah pada mereka, peristiwa keimanan kepada Musa. Apakah (dengan fakta-fakta ini semua), mungkin dibayangkan bahwa para tukang sihir itu dan Musa telah mengatur kondisi dan menjalin kesepakatan atas peristiwa yang muncul? Ini termasuk kejadian yang paling mustahil.
Selanjutnya, Fir'aun menebar ancaman kepada para tukang sihir dengan berkata, ﴾ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيۡدِيَكُمۡ وَأَرۡجُلَكُم مِّنۡ خِلَٰفٖ
﴿ "Maka sungguh aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik." Sebagaimana hukuman yang diperlakukan bagi pemberontak yang selalu menimbulkan kerusakan, tangan kanan dan kaki kirinya dipotong. ﴾ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمۡ فِي جُذُوعِ ٱلنَّخۡلِ
﴿ "Dan sungguh aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma," agar kalian dapat disaksikan orang banyak dan merasakan kehinaan. ﴾ وَلَتَعۡلَمُنَّ أَيُّنَآ أَشَدُّ عَذَابٗا وَأَبۡقَىٰ 71 ﴿ "Dan sungguh kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya," tentu atas dasar persang-kaannya dan persangkaan pengikutnya bahwa dia adalah orang yang paling dahsyat siksanya daripada Allah dan lebih kekal, untuk memutarbalikkan fakta dan mengintimidasi orang yang mudah dibodohi.
#
{72} ولهذا؛ لما عَرَفَ السحرةُ الحقَّ ورزقَهم الله من العقل ما يدرِكون به الحقائق؛ أجابوه بقولهم: {لَن نُؤْثِرَكَ على ما جاءَنا من البيِّناتِ} [أي لن نختارك وما وعدتنا به من الأجر والتقريب على ما أرانا اللَّه من الآيات البينات]: الدالاَّتِ على أنَّ الله هو الربُّ المعبود وحدَه، المعظَّم المبجَّل وحده، وأنَّ ما سواه باطلٌ، ونؤثِرَكَ على الذي فَطَرنا وخَلَقنا، هذا لا يكونُ. {فاقضِ ما أنت قاضٍ}: مما أوْعَدْتنا به من القطع والصلب والعذاب، {إنَّما تقضي هذه الحياةَ الدُّنيا}؛ أي: إنما توعدنا به غاية ما يكون في هذه الحياة الدُّنيا ينقضي ويزولُ ولا يضرُّنا؛ بخلافِ عذاب الله لمن استمرَّ على كفرِهِ؛ فإنَّه دائمٌ عظيمٌ. وهذا كأنَّه جوابٌ منهم لقوله: {وَلَتَعْلَمُنَّ أيُّنا أشدُّ عذاباً وأبقى}. وفي هذا الكلام من السَّحرة دليلٌ على أنَّه ينبغي للعاقل أن يوازنَ بين لَذَّات الدُّنيا ولذَّات الآخرة وبين عذاب الدُّنيا وعذاب الآخرة.
(72) Oleh sebab itu, tatkala para tukang sihir itu mengetahui kebenaran yang nyata, dan Allah telah mencurahkan kemampuan berpikir pada mereka untuk dapat melacak fakta-fakta sesungguh-nya, mereka pun merespon
(ancaman Fir'aun) dengan berkata, ﴾ لَن نُّؤۡثِرَكَ عَلَىٰ مَا جَآءَنَا مِنَ ٱلۡبَيِّنَٰتِ
﴿ "Kami sekali-kali tidak mengutamakan kamu dari-pada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami," [maksudnya kami tidak akan mengutamakan engkau dan apa yang engkau janjikan kepada kami berupa upah dan kedekatan posisi denganmu daripada apa yang telah Allah perlihatkan kepada kami yang berupa ayat-ayat yang jelas]: yang menunjukkan bahwa Allah-lah Rabb yang patut disembah, satu-satunya, yang diagungkan dan dihormati, dan bahwa selain Allah merupakan kebatilan, dan kami (tidak akan) mengutamakan dirimu daripada Dzat yang telah menciptakan kami dan mengadakan kami, ini tidak akan terjadi.
﴾ فَٱقۡضِ مَآ أَنتَ قَاضٍۖ
﴿ "Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putus-kan," dari sesuatu yang telah engkau ancamkan kepada kami, be-rupa potong tangan dan kaki, penyaliban jasad kami dan siksaan. ﴾ إِنَّمَا تَقۡضِي هَٰذِهِ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَآ 72
﴿ "Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memu-tuskan pada kehidupan di dunia ini saja," maksudnya apa yang kamu ancamkan kepada kami, paling maksimal hanya terjadi di kehidupan dunia ini saja, nanti akan selesai, hilang, dan tidak membahayakan kami (di akhirat kelak). Berbeda halnya dengan azab Allah bagi orang yang tetap berada di atas kekufuran, azab itu kontinyu, lagi dahsyat. Sepertinya inilah jawaban dari mereka terhadap perkataan Fir'aun, ﴾ وَلَتَعۡلَمُنَّ أَيُّنَآ أَشَدُّ عَذَابٗا وَأَبۡقَىٰ 71 ﴿ "Dan sungguh kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya."
(Thaha: 71). Dalam pembicaraan para tukang sihir ini terdapat petunjuk bahwa seorang yang berakal hendaklah menimbang antara kenikmatan dunia dan kenikmatan akhirat dengan azab dunia dan akhirat.
#
{73} {إنَّا آمنَّا بِرَبِّنا لِيَغْفِرَ لنا خَطايانا}؛ أي: كُفْرَنا ومعاصينا؛ فإنَّ الإيمان مكفِّر للسيئاتِ، والتوبة تجبُّ ما قبلها. وقولهم: {وما أكْرَهْتَنا عليه من السحر}: الذي عارَضْنا به الحقَّ. هذا دليلٌ على أنهم غير مختارين في عملهم المتقدِّم، وإنما [أكرههم] فرعونُ إكراهاً. والظاهر ـ والله أعلم ـ أنَّ موسى لما وعظهم ـ كما تقدَّم في قوله: {ويلَكُم لا تَفْتروا على اللهِ كَذِباً فَيُسْحِتَكُم بعذابٍ} أثَّر معهم ووقع منهم موقعاً كبيراً، ولهذا تنازعوا بعد هذا الكلام والموعظة. ثمَّ إنَّ فرعونَ ألزمهم ذلك وأكرهَهَم على المكرِ الذي أجْرَوْه، ولهذا تكلَّموا بكلامه السابق قبل إتيانهم؛ حيث قالوا: {إنْ هذانِ لَساحِرانِ يُريدانِ أن يخرِجاكم من أرضِكُم بسِحْرِهما}، فَجَرَوا على ما سنَّه لهم وأكرههم عليه. ولعلَّ هذه النكتة التي قامت بقلوبهم من كراهتهم لمعارضة الحقِّ بالباطل، وفعلهم ما فعلوا على وجه الإغماضِ هي التي أثَّرت معهم ورحمهم الله بسببها، ووفَّقهم للإيمان والتوبة. {والله خيرٌ}: مما أوعدتنا من الأجر والمنزلة والجاه، {وأبقى}: ثواباً وإحساناً، لا ما يقول فرعون: {ولَتَعْلَمُنَّ أيُّنا أشدُّ عذاباً وأبقى}؛ يريد أنه أشد عذاباً وأبقى.
وجميع ما أتى من قَصَص موسى مع فرعون يَذْكُرُ الله فيه إذا أتى على قصة السحرة أن فرعون توعدهم بالقطع والصلب ولم يذكر أنَّه فعل ذلك، ولم يأتِ في ذلك حديثٌ صحيح، والجزم بوقوعه أو عدمِهِ يتوقَّف على الدليل. والله أعلم بذلك وغيره، [ولكن توعده إياهم بذلك مع اقتداره، دليل على وقوعه، ولأنه لو لم يقع لذكره اللَّه، ولاتفاق الناقلين على ذلك].
(73) ﴾ إِنَّآ ءَامَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغۡفِرَ لَنَا خَطَٰيَٰنَا
﴿ "Sesungguhnya kami telah beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami," yaitu kekufuran dan maksiat-maksiat kami. Sesungguhnya keiman-an menghapuskan kesalahan-kesalahan, dan taubat menutup dosa silam. Perkataan mereka, ﴾ وَمَآ أَكۡرَهۡتَنَا عَلَيۡهِ مِنَ ٱلسِّحۡرِۗ
﴿ "Dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami untuk melakukannya," yang kami gunakan untuk melawan kebenaran. Ini merupakan dalil bahwa mereka tidak berkehendak sendiri dalam perbuatan mereka tadi. Fir'aun-lah yang memaksa mereka dengan sekuat tenaga. Secara eksplisit nampak -wallahu a'lam– bahwasanya ketika Musa menyampaikan nasihat kepada mereka sebagaimana tertuang pada Firman Allah, ﴾ وَيۡلَكُمۡ لَا تَفۡتَرُواْ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبٗا فَيُسۡحِتَكُم بِعَذَابٖۖ
﴿ "Celakalah kamu, janganlah kamu mengadakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa." (Thaha: 61), ternyata telah mempengaruhi mereka dan membekas pada diri mereka dengan kuat. Oleh karena itu, mereka saling berbantahan usai mendengarkan perkataan dan nasihat Musa. Kemudian Fir'aun menuntut dan memaksa mereka untuk melakukan makar yang telah mereka perbuat. Karena itu, para tukang sihir itu mengemukakan pernyataan Fir'aun tadi sebe-lum dia mendatangi mereka, di mana mereka mengatakan, ﴾ إِنۡ هَٰذَٰنِ لَسَٰحِرَٰنِ يُرِيدَانِ أَن يُخۡرِجَاكُم مِّنۡ أَرۡضِكُم بِسِحۡرِهِمَا
﴿ "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya," (Thaha: 63), jadi mereka berbuat sesuai dengan cara yang sudah digariskan Fir'aun dan dipaksakannya. Boleh jadi goresan yang mengendap di hati-hati mereka ini adalah disebabkan kebencian mereka untuk melawan kebenaran dengan kebatilan, dan tindakan-tindakan yang telah mereka kerjakan dengan menu-tup mata. Itulah yang berpengaruh positif pada mereka, dan Allah merahmati mereka dengan itu dan mencurahkan taufik kepada mereka untuk beriman dan bertaubat.
﴾ وَٱللَّهُ خَيۡرٞ
﴿ "Dan Allah lebih baik (pahalaNya)," dari apa yang engkau janjikan berupa upah, kedudukan, dan jabatan ﴾ وَأَبۡقَىٰٓ 73
﴿ "dan lebih kekal," ganjaran dan kebaikanNya, tidak seperti yang di-omongkan oleh Fir'aun, ﴾ وَلَتَعۡلَمُنَّ أَيُّنَآ أَشَدُّ عَذَابٗا وَأَبۡقَىٰ 71 ﴿ "dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya."
(Thaha: 71), dia bermaksud bahwa dirinya lebih pedih dan kekal siksaannya.
Seluruh yang dikemukakan tentang kisah Musa dan Fir'aun telah disebutkan oleh Allah di dalamnya, yaitu apabila datang berdasarkan kisah para tukang sihir bahwasanya Fir'aun telah mengancam mereka dengan hukuman potong anggota badan dan penyaliban. Namun Allah tidak menyebutkan tentang pelaksana-annya. Begitu pula tidak ada hadits shahih yang menyinggungnya. Kepastian terjadi atau tidaknya tergantung pada keberadaan dalil. Allah-lah Yang Mahatahu tentang kejadian itu dan kejadian lainnya.
[Akan tetapi, ancaman Fir'aun kepada para tukang sihir dengan hukuman itu bersamaan dengan kemampuannya untuk melaku-kannya adalah menjadi bukti peristiwa itu terjadi. Pasalnya, bila tidak berlangsung, sudah pasti Allah menyebutkannya dan para ulama yang menyampaikan ilmu pun tentu akan menyepakatinya].
{إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (74) وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى (75) جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى (76)}.
"Sesungguhnya barangsiapa yang datang kepada Rabbnya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya dia mendapatkan Neraka Jahanam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak
(pula) hidup. Dan barangsiapa datang kepada Rabbnya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh beramal shalih, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi
(mulia),
(yaitu) Surga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawah-nya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih
(dari kekafiran dan kemaksiatan)."
(Thaha: 74-76).
#
{74} يخبر تعالى أنَّ مَن أتاه وقَدِم عليه مجرماً ـ أيْ: وصفه الجرم من كل وجهٍ، وذلك يستلزم الكفر ـ واستمرَّ على ذلك حتى مات؛ فإنَّ له نار جهنم الشديد نَكالها، العظيمة أغلالها، البعيد قعرها، الأليم حرها وقرها، التي فيها من العقاب ما يُذيب الأكباد والقلوب، ومن شدَّة ذلك أنَّ المعذَّب فيها لا يموت ولا يحيا، لا يموت فيستريح ولا يحيا حياة يتلذَّذ بها، وإنَّما حياته محشوَّة بعذاب القلب والروح والبدن، الذي لا يُقَدَّر قَدْرُه ولا يُفَتَّر عنه ساعة؛ يستغيثُ فلا يُغاث، ويدعو فلا يُستجاب له؛ نعم؛ إذا استغاث؛ أُغيث بماء كالمهل يشوي الوجوه، وإذا دعا؛ أجيب: بأخسؤوا فيها، ولا تكلمون.
(74) Allah تعالى memberitahukan bahwa orang yang men-datangiNya dan menghadapNya dalam keadaan berdosa, –sifat kejahatan menjadi cirinya dari setiap aspek, dan itu bisa menyebab-kan kekufuran dan tetap menjalankannya sampai dia mati–, maka dia mendapatkan Neraka Jahanam yang pedih siksanya, yang besar rantai-rantainya, yang dasarnya sangat dalam, yang hawa panasnya sangat menyakitkan, yang berisi hukuman yang sanggup melumerkan hati dan jantung.
Di antara bukti kedahsyatannya, orang yang tersiksa di dalamnya tidak mati juga tidak hidup. Ia tidak mati hingga dapat terbebas
(dari deraan siksa) dan tidak juga menikmati hidup yang enak. Kehidupannya hanya sarat dengan siksaan yang mengenai hati, jiwa dan raganya, yang tidak dapat diukur kadarnya dan tidak pernah mengendor sekejap saja. Ia berteriak minta tolong, tapi tidak ditolong. Dia memohon, akan tetapi tidak disambut permin-taannya. Memang benar
(ada pertolongan) bila dia meminta perto-longan. Dia ditolong dengan cairan semisal nanah yang membakar wajah-wajah mereka. Dan jika dia memohon, niscaya dijawab
(pula dengan perkataan), "Celakalah kamu di dalamnya, janganlah kamu mengajakKu bicara."
#
{75 ـ 76} ومن يأت ربَّه مؤمناً به، مصدقاً لرسله، متَّبعاً لكتبه، قد عمل الصالحات الواجبة والمستحبَّة؛ {فأولئك لهم الدرجات العلى}؛ أي: المنازل العاليات في الغرف المزخرفات، واللَّذَّات المتواصلات، والأنهار السارحات، والخلود الدائم، والسرور العظيم، فيما لا عين رأت، ولا أذن سمعت، ولا خطر على قلب بشر. و {ذلك}: الثواب {جزاء من تزكَّى}؛ أي: تطَهَّر من الشرك والكفر والفسوق والعصيان: إما أنْ لا يفعَلَها بالكلِّية، أو يتوب مما فعله منها، وزكَّى أيضاً نفسه، ونمَّاها بالإيمان والعمل الصالح؛ فإنَّ للتزكية معنيين: التنقية، وإزالة الخبث، والزيادة بحصول الخير، وسمِّيت الزكاة زكاة لهذين الأمرين.
(75-76) Barangsiapa yang mendatangi Rabbnya dalam keadaan beriman, membenarkan para RasulNya, mengikuti kitab-kitabNya, dan telah beramal shalih yang wajib maupun yang sunnah ﴾ فَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلدَّرَجَٰتُ ٱلۡعُلَىٰ 75
﴿ "maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)," yaitu tempat-tempat yang tinggi di kamar-kamar yang penuh dengan hiasan, kenik-matan-kenikmatan yang berlangsung terus-menerus, sungai-sungai yang mengalir, keabadian yang langgeng, keceriaan yang men-dalam, yang tidak pernah tersaksikan oleh mata, didengar oleh telinga dan tidak terbetik di hati seseorang pun.
﴾ وَذَٰلِكَ
﴿ "Dan itu," pahala ﴾ جَزَآءُ مَن تَزَكَّىٰ 76 ﴿ "adalah balasan bagi orang yang bersih," yaitu bersih dari syirik, kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan, baik dengan cara tidak pernah menjamahnya secara keseluruhan atau telah bertaubat dari apa yang telah dia kerjakan. Dia pun membersihkan jiwanya, dan memupuknya dengan ke-imanan dan amal shalih.
Sesungguhnya proses tazkiyah memuat dua makna: Membersihkan dan menghilangkan keburukan serta menambah raihan kebaikan. Kata "zakat" disebut dengan zakat atas dasar dua hal ini.
{وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلَا تَخْشَى (77) فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُودِهِ فَغَشِيَهُمْ مِنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ (78) وَأَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهُ وَمَا هَدَى (79)}.
"Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa, 'Pergilah kamu dengan hamba-hambaKu
(Bani Isra`il) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut
(akan tenggelam).' Maka Fir'aun dengan bala tentaranya mengejar me-reka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi pe-tunjuk."
(Thaha: 77-79).
#
{77 ـ 79} لما ظهر موسى بالبراهين على فرعون وقومه؛ مكث في مصر يدعوهم إلى الإسلام ويسعى في تخليص بني إسرائيل من فرعون وعذابِهِ، وفرعونُ في عتوٍّ ونفور، وأمره شديدٌ على بني إسرائيل، ويريه الله من الآيات والعبر ما قصَّه الله علينا في القرآن، وبنو إسرائيل لا يقدِرون أن يُظْهِروا إيمانَهم ويعلِنوه، قد اتَّخذوا بيوتهم مساجدَ، وصبروا على فرعون وأذاه، فأراد الله تعالى أن ينجِّيهم من عدوِّهم ويمكِّن لهم في الأرض؛ ليعبدوه جَهْراً ويُقيموا أمره، فأوحى إلى نبيِّه موسى أن يواعِدَ بني إسرائيل سرًّا ويسيروا أولَ الليل ليتمادوا في الأرض، وأخبره أنَّ فرعون وقومه سَيَتَّبعونه، فخرجوا أولَ الليل، جميعُ بني إسرائيل [هم] ونساؤُهم وذرِّيَّتُهم، فلما أصبح أهل مصر، وإذا هم ليس فيهم منهم داعٍ ولا مجيبٌ، فَحَنَقَ عليهم عدوُّهم فرعون، وأرسل في المدائن من يَجْمَعُ له الناس ويحضُّهم على الخروج في أثر بني إسرائيل، [ليوقع بهم وينفذ غيظه، واللَّه غالب على أمره، فتكاملت جنود فرعون فسار بهم يتبع بني إسرائيل] فاتَّبَعوهم مشرِقين، فلما تراءى الجمعانِ؛ قال أصحابُ موسى: إنَّا لَمدركون، وقلقوا، وخافوا: البحر أمامهم. وفرعون من ورائهم؛ قد امتلأ عليهم غيظاً وحنقاً، وموسى مطمئنُّ القلب ساكنُ البال، قد وَثِقَ بوعد ربِّه فقال: {كلاَّ إنَّ معي ربي سيهدينِ}؛ فأوحى الله إليه أن يَضْرِبَ البحر بعصاه، فضربه، فانفرق اثني عشر طريقاً، وصار الماء كالجبال العالية عن يمين الطرق ويسارها، وأيبس الله طُرُقهم التي انفرق عنها الماء، وأمرهم الله أن لا يخافوا من إدراكِ فرعونَ ولا يَخْشَوا من الغرق في البحر، فسلكوا في تلك الطرق، فجاء فرعونُ وجنودُه، فسلكوا وراءهم، حتَّى تكامل قوم موسى خارجين وقوم فرعون داخلين؛ أمر الله البحر، فالتطم عليهم، وغَشِيَهم من اليمِّ ما غَشِيَهم، وغرقوا كلُّهم، ولم ينجُ منهم أحدٌ، وبنو إسرائيل ينظُرون إلى عدوِّهم، قد أقرَّ الله أعيُنَهم بهلاكِهِ ، وهذا عاقبة الكفر والضلال وعدم الاهتداء بهدي الله، ولهذا قال تعالى: {وأضلَّ فرعونُ قومَه}: بما زيَّن لهم من الكفر، وتهجين ما أتى به موسى، واستخفافِهِ إيَّاهم، وما هداهم في وقت من الأوقات، فأوردهم موارد الغيِّ والضَّلال، ثم أوردهم مورد العذاب والنَّكال.
(77-79) Setelah Musa unggul dengan bukti-bukti kebe-narannya atas Fir'aun dan kaumnya, maka beliau menetap di Mesir guna menyeru mereka ke pangkuan Islam, mengusahakan penye-lamatan Bani Isra`il dari Fir'aun dan siksanya. Sementara itu, Fir'aun masih dalam penentangan dan antipatinya. Sepak terjangnya mem-beratkan Bani Isra`il. Allah telah memperlihatkan kepada Musa tanda-tanda kebesaranNya dan pelajaran-pelajaran penting yang telah Allah ceritakan kepada kita sekalian dalam al-Qur`an.
Adapun Bani Isra`il tidak berdaya untuk memperlihatkan keimanan mereka dan memproklamirkannya. Mereka menjadikan rumah-rumah mereka sebagai tempat ibadah, menahan kesabaran dari bahaya Fir'aun dan gangguannya. Maka, Allah berkehendak menyelamatkan mereka dari musuh mereka dan menempatkan mereka di dunia ini sebagai penguasa. Tujuannya, supaya mereka menyembahNya dengan terang-terangan dan menegakkan perin-tahNya. Maka Allah mewahyukan kepada NabiNya, Musa agar membuat janji kepada Bani Isra`il secara rahasia dan berjalan di awal malam hingga mereka dapat menempuh jarak yang jauh di bumi. Allah
(juga) mengabarkan bahwa Fir'aun dan kaumnya akan mengejarnya. Maka mereka pun keluar di permulaan malam, semua orang dari kalangan Bani Isra`il
(kaum lelaki),
[mereka] dan wanita-wanita serta keturunan-keturunan mereka.
Pada pagi harinya, para penduduk Mesir tidak menjumpai di tengah mereka ada orang yang menyeru dan orang yang menja-wab dari kalangan Bani Isra`il. Geramlah musuh mereka, Fir'aun. Maka dia mengutus utusan di Mada`in untuk mengumpulkan orang-orang dan memprovokasi mereka untuk mau mengejar Bani Isra`il, [untuk menimpakan
(hukuman) pada Bani Isra`il dan me-lampiaskan kemurkaannya. Namun, Allah mengalahkan ambisinya. Terkumpullah pasukan Fir'aun. Maka Fir'aun merangsek berjalan bersama mereka untuk membuntuti Bani Isra`il]. Mereka berhasil menyusul Bani Isra`il di waktu matahari terbit. Ketika dua kelom-pok sudah dapat saling menyaksikan kelompok lainnya, para pengikut Musa berkata, "Sesungguhnya kita benar-benar akan ter-susul." Mereka pun dilanda kegelisahan dan ketakutan. Sementara itu, lautanlah yang ada di hadapan mereka, sedangkan Fir'aun
(bersama pasukannya) berada di belakang mereka, dengan penuh marah dan murka kepada mereka. Adapun Musa, maka beliau dalam keadaan hati yang tenang, pikiran yang tentram, percaya dengan janji Rabbnya. Beliau berkata,
﴾ كـَلَّآۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهۡدِينِ 62
﴿
"Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya Rabbku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku." (Asy-Syua'ara: 62).
Kemudian Allah mewahyukan kepada beliau untuk memu-kulkan tongkatnya ke lautan. Beliau pun melakukannya. Maka terbelahlah dua belas jalan, air terlihat bagaikan gunung-gunung yang tinggi di sisi kanan dan kiri jalan. Allah mengeringkan jalan-jalan mereka yang mana air laut menyingkir darinya. Allah meme-rintahkan mereka agar tidak merasa khawatir akan kejaran Fir'aun dan agar tidak takut tenggelam di laut.
Kemudian mereka melintasi jalan-jalan itu. Fir'aun dan pasu-kannya tiba lalu mengikuti di belakang mereka. Sampai akhirnya, seluruh kaum Musa telah berhasil keluar dari laut, sedangkan para pengikut Fir'aun masih berada di dalamnya. (Saat itulah) Allah memerintahkan lautan untuk menyatu hingga melumat mereka. Lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. Semuanya tenggelam. Tidak ada seorang pun yang selamat. Bani Isra`il menyaksikan (kehancuran) musuh mereka.
Allah telah menyejukkan pandangan mereka dengan (melihat) kehancuran musuh. Inilah kesudahan kekufuran, kesesatan, dan keengganan memegangi hidayah Allah.
Karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَأَضَلَّ فِرۡعَوۡنُ قَوۡمَهُۥ ﴿ "Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya," dengan cara mempercantik gambaran keku-furan pada mereka dan mencoreng syariat yang dibawa oleh Musa serta pelecehannya terhadap mereka. Fir'aun tidak memberikan hidayah kepada mereka dalam kesempatan apapun. Akibatnya, dia menjerumuskan mereka di lembah-lembah kekeliruan dan kese-satan, lantas menjebloskan mereka ke tempat siksa dan hukuman.
{يَابَنِي إِسْرَائِيلَ قَدْ أَنْجَيْنَاكُمْ مِنْ عَدُوِّكُمْ وَوَاعَدْنَاكُمْ جَانِبَ الطُّورِ الْأَيْمَنَ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى (80) كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَلَا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَى (81) وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى (82)}.
"Hai Bani Isra`il, sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian dari musuhmu, dan Kami telah mengadakan per-janjian dengan kamu sekalian
(untuk munajat) di sebelah kanan gunung itu, dan Kami telah menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwa. Makanlah di antara rizki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas pada-nya, yang menyebabkan kemurkaanKu menimpamu. Dan barang-siapa ditimpa oleh kemurkaanKu, maka sungguh binasalah ia. Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap di jalan yang benar."
(80-82).
#
{80 ـ 81} يذكِّر تعالى بني إسرائيل منَّته العظيمة عليهم بإهلاك عدوِّهم، ومواعدته لموسى عليه السلام بجانب الطُّور الأيمن؛ لينزل عليه الكتاب الذي فيه الأحكام الجليلة والأخبار الجميلة، فتتمَّ عليهم النعمة الدينيَّة بعد النعمة الدنيويَّة، ويذكِّر منَّته أيضاً عليهم في التيه بإنزال المنِّ والسلوى والرزق الرَّغَد الهني، الذي يحصُلُ لهم بلا مشقَّة، وأنه قال لهم: {كُلوا من طيِّبات ما رَزَقْناكم}؛ أي: واشكروه على ما أسدى إليكم من النعم. {ولا تَطْغَوْا فيه}؛ أي: في رزقه فتستعملونه في معاصيه وتبطرون النعمة فإنكم إن فعلتم ذلك حلَّ عليكم غضبي؛ أي: غضبتُ عليكم ثم عذَّبتكم. {ومَن يَحْلُلْ عليه غضبي فقد هوى}؛ أي: ردي وهلك وخاب وخسر؛ لأنه عَدِمَ الرِّضا والإحسان، وحلَّ عليه الغضب والخسران.
(80) Allah mengingatkan Bani Isra`il tentang kenikmatan besar yang tercurahkan pada mereka berupa pembinasaan musuh mereka dan penyelenggaraan perjanjian dengan Musa عليه السلام di sisi kanan gunung Thursina untuk Kami turunkan kitab kepadanya, yang berisi hukum-hukum yang agung dan berita-berita yang baik. Maka lengkaplah kenikmatan agama pada mereka usai pelimpahan nikmat duniawi. Dia juga mengingatkan kenikmatanNya pada mereka saat mereka berada dalam suasana tersesat jalan dengan menurunkan manna dan salwa, serta rizki yang lapang lagi menye-nangkan, yang hadir pada mereka tanpa perlu susah payah.
Dan Dia berkata kepada mereka, ﴾ كُلُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقۡنَٰكُمۡ
﴿ "Makan-lah di antara rizki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu," mak-sudnya dan syukurilah apa yang telah Allah curahkan kepada kalian dalam bentuk kenikmatan-kenikmatan. ﴾ وَلَا تَطۡغَوۡاْ فِيهِ
﴿ "Dan janganlah kalian melampaui batas padanya," yaitu dalam menyikapi rizkiNya, dengan mempergunakannya untuk bermaksiat dan menolak kenikmatan. Jika kalian melakukannya, niscaya datang kepada kalian kemurkaanKu. Artinya Aku marah kepada kalian kemudian menyiksa kalian.
﴾ وَمَن يَحۡلِلۡ عَلَيۡهِ غَضَبِي فَقَدۡ هَوَىٰ 81 ﴿ "Dan barangsiapa ditimpa oleh kemur-kaanKu, maka sesungguhnya binasalah dia," maksudnya hancur, binasa, menyesal lagi merugi. Lantaran dia tidak memperoleh ridha dan kebaikanNya, ditimpa kemurkaan dan kerugian.
#
{82} ومع هذا؛ فالتوبة معروضةٌ، ولو عمل العبد ما عمل من المعاصي، ولهذا قال: {وإنِّي لغفارٌ}؛ أي: كثير المغفرة والرحمة، {لمن تابَ}: من الكفر والبدعة والفسوق، و {آمن}: بالله وملائكته وكتبِهِ ورسلِهِ واليوم الآخر، {وعمل صالحاً}: من أعمال القلب والبدن وأقوال اللسان، {ثمَّ اهتدى}؛ أي: سلك الصراط المستقيم، وتابع الرسول الكريم، واقتدى بالدِّين القويم؛ فهذا يغفر الله أوزاره، ويعفو عما تقدَّم من ذنبه وإصراره؛ لأنَّه أتى بالسبب الأكبر للمغفرة والرحمة، بل الأسباب كلُّها منحصرةٌ في هذه الأشياء؛ فإنَّ التوبة تجبُّ ما قبلها، والإيمان والإسلام يهدم ما قبله، والعمل الصالحُ الذي هو الحسناتُ يُذْهِبُ السيئاتِ، وسلوكُ طرق الهداية، بجميع أنواعها، من تعلُّم علم وتدبُّر آية أو حديث، حتى يتبيَّن له معنى من المعاني يهتدي به، ودعوة إلى دين الحقِّ وردِّ بدعة أو كفر أو ضلالة وجهاد وهجرةٍ وغير ذلك، من جزئيَّات الهداية كلها مكفِّرات للذنوب محصِّلات لغاية المطلوب.
(82) Walaupun demikian, kesempatan bertaubat masih di-tawarkan, meskipun seseorang telah berbuat maksiat. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَإِنِّي لَغَفَّارٞ
﴿ "Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun," maksudnya, yang banyak ampunan dan rahmatNya ﴾ لِّمَن تَابَ
﴿ "bagi orang yang bertaubat," dari kekufuran, bid'ah, dan tindakan fasik, ﴾ وَءَامَنَ
﴿ "dan beriman," kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasulNya dan Hari Akhir ﴾ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا
﴿ "dan beramal shalih," dari amalan-amalan hati, jasmani dan ucapan-ucapan lisan, ﴾ ثُمَّ ٱهۡتَدَىٰ 82 ﴿ "kemudian tetap di jalan yang benar," mak-sudnya dia menempuh jalan yang lurus, mengikuti Rasulullah yang mulia dan mengikuti ajaran agama yang lurus. Orang ini, Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya dan memaafkan dosa-dosa dan kenakalannya yang silam. Pasalnya, dia telah memenuhi syarat terpenting untuk meraih ampunan dan rahmatNya. Bahkan semua sebab-sebabnya terfokuskan pada perkara-perkara ini.
Sesungguhnya taubat menutup kesalahan sebelumnya. Iman dan Islam menghancurkan dosa-dosa silam. Dan amalan shalih yang merupakan rangkaian kebaikan
(dapat) melenyapkan kesa-lahan-kesalahan. Menempuh jalan-jalan hidayah dengan berbagai macamnya, berupa belajar ilmu agama, merenungi ayat atau hadits hingga maknanya jelas baginya adalah dapat memberikan hidayah. Seruan kepada agama yang benar, penolakan bid'ah, kekufuran atau kesesatan dan melaksanakan jihad, hijrah dan lain-lain, yang termasuk bagian terperinci dari hidayah. Semua itu akan meng-hapuskan dosa-dosa dan membuahkan tujuan yang ingin dicapai.
{وَمَا أَعْجَلَكَ عَنْ قَوْمِكَ يَامُوسَى (83) قَالَ هُمْ أُولَاءِ عَلَى أَثَرِي وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى (84) قَالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِنْ بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ السَّامِرِيُّ (85) فَرَجَعَ مُوسَى إِلَى قَوْمِهِ غَضْبَانَ أَسِفًا قَالَ يَاقَوْمِ أَلَمْ يَعِدْكُمْ رَبُّكُمْ وَعْدًا حَسَنًا أَفَطَالَ عَلَيْكُمُ الْعَهْدُ أَمْ أَرَدْتُمْ أَنْ يَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَخْلَفْتُمْ مَوْعِدِي (86)}.
"Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?" Musa berkata, "Itulah mereka telah menyusuliku, dan aku bersegera kepadaMu. Ya Rabbku, agar supaya Engkau ridha
(kepadaku)." Allah berfirman, "Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah di-sesatkan oleh Samiri." Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Musa berkata, "Hai kaumku, bukankah Rabbmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik. Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Rabbmu menimpa-mu, lalu kamu melanggar perjanjianmu denganku."
(Thaha: 83-86).
#
{83} كان الله تعالى قد واعَدَ موسى أن يأتِيَهُ لِيُنْزِلَ عليه التوراة ثلاثين ليلةً، فأتمَّها بعشرٍ، فلما تمَّ الميقات؛ بادر موسى عليه السلام إلى الحضور للموعد شوقاً لربِّه وحرصاً على موعوده، فقال الله له: {وما أعْجَلَكَ عن قومك يا موسى}؛ أي: ما الذي قدَّمك عليهم؟ ولِمَ لمْ تصبِرْ حتى تَقْدِمَ أنت وهم؟
(83) Sebelumnya, Allah telah menjanjikan Musa guna me-nemuiNya untuk menurunkan Taurat kepada beliau selama tiga puluh malam. Beliau menyempurnakannya dalam sepuluh malam. Ketika waktu pertemuan telah tiba, Musa bersegera menghadiri waktu pertemuan lantaran kerinduan dan semangat terhadap apa yang dijanjikan. Allah berfirman kepadanya, ﴾ وَمَآ أَعۡجَلَكَ عَن قَوۡمِكَ يَٰمُوسَىٰ ﴿ "Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?" Mak-sudnya, apakah yang mendorongmu lebih bersegera daripada kaummu? Kenapa engkau tidak bersabar saja, hingga datang ber-sama kaummu?
#
{84} {قال هم أولاءِ على أثَري}؛ أي: قريباً مني، وسيصلون في أثَري، والذي عَجَّلَني إليك يا ربِّ الطلبُ لقربك والمسارعة في رضاك والشوق إليك.
(84) ﴾ قَالَ هُمۡ أُوْلَآءِ عَلَىٰٓ أَثَرِي ﴿ "Musa berkata, 'Itulah mereka telah menyusuliku'," maksudnya sudah dekat denganku. Mereka akan menyusul di belakangku. Perkara yang mendorongku wahai Rabb-ku adalah keinginan untuk dekat denganMu dan bersegera untuk meraih ridhaMu dan kerinduan kepadaMu.
#
{85} فقال الله له: {فإنَّا قد فَتَنَّا قومَكَ من بعدِكَ}؛ أي: بعبادتهم للعجل ابتليناهم واختبرناهم فلم يصبِروا، وحين وصلتْ إليهم المحنة كفروا، {وأضلَّهم السامرِيُّ}: فأخرج لهم عجلاً جسداً وصاغَهُ فصار له خُوارٌ، وقال لهم: هذا إلهكم وإله موسى، فنسِيَه موسى، فافتتن به بنو إسرائيل، فعبدوه، ونهاهم هارونُ، فلم ينتهوا.
(85) Allah berfirman kepada beliau, ﴾ فَإِنَّا قَدۡ فَتَنَّا قَوۡمَكَ مِنۢ بَعۡدِكَ
﴿ "Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu ting-galkan," yaitu dengan penyembahan kepada anak sapi. Kami men-coba dan menguji mereka, lalu mereka tidak mampu bersabar. Ketika ujian menghampiri, mereka justru berbuat kekufuran ﴾ وَأَضَلَّهُمُ ٱلسَّامِرِيُّ 85 ﴿ "dan mereka telah disesatkan oleh Samiri," dia telah menyo-dorkan sebuah patung anak sapi dan membentuknya hingga me-miliki suara. Dia berkata kepada Bani Isra`il, "Inilah tuhan kalian dan tuhan Musa. Musa telah melupakannya." Bani Isra`il tergoda dengannya. Mereka pun menyembahnya. Harun telah menghalang-halangi mereka, tapi mereka tidak menghentikan diri.
#
{86} فلما رجع موسى إلى قومِهِ وهو غضبان أسف؛ أي: ممتلئ غيظاً وحنقاً وغمًّا؛ قال لهم موبِّخاً ومقبحاً لفعلهم: {يا قوم ألمْ يَعِدْكُم ربُّكم وعداً حسناً}: وذلك بإنزال التوراة. {أفطالَ عليكُمُ العهدُ}؛ أي: المدة فتطاولتم غيبتي وهي مدة قصيرة؟! هذا قول كثيرٍ من المفسرين، ويُحتمل أنَّ معناه: أفطال عليكُم عهد النبوَّة والرِّسالة، فلم يكن لكم بالنبوَّة علمٌ ولا أثرٌ، واندرستْ آثارُها، فلم تقِفوا منها على خبرٍ، فانمحت آثارُها لبعد العهد بها، فعبدتُم غير الله لغلبة الجهل وعدم العلم بآثار الرسالة؟! أي: ليس الأمر كذلك، بل النبوَّة بين أظهركم، والعلم قائمٌ، والعذر غيرُ مقبول. {أم أردتُم}: بفعلكم {أن يَحِلَّ عليكم غضبٌ من ربِّكم}؛ أي: فتعرَّضتم لأسبابه واقتحمتم موجب عذابه، وهذا هو الواقع. {فأخلفتُم موعدي}: حين أمرتكم بالاستقامة ووصيت بكم هارون فلم ترقُبوا غائباً ولم تحترموا حاضراً.
(86) Ketika Musa kembali pulang ke kaumnya dalam ke-adaan murka dan prihatin, maksudnya hatinya penuh dengan amarah, murka, dan kesedihan, beliau mengeluarkan pernyataan untuk memburuk-burukkan dan menjelek-jelekkan ulah mereka, ﴾ يَٰقَوۡمِ أَلَمۡ يَعِدۡكُمۡ رَبُّكُمۡ وَعۡدًا حَسَنًاۚ
﴿ "Hai kaumku, bukankah Rabbmu telah men-janjikan kepadamu suatu janji yang baik," yaitu dengan menurunkan Taurat kepada kalian, ﴾ أَفَطَالَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡعَهۡدُ
﴿ "maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu," yaitu jarak waktu (perjanjian), maka apakah kalian menilai kepergianku terlalu lama, padahal merupa-kan masa yang pendek saja?! Ini adalah keterangan mayoritas ulama tafsir. Kandungan ayat ini juga bisa diarahkan ke pengertian: apakah sudah lama masa kenabian dan kerasulan dari kalian, sehingga kalian tidak mengetahui apa-apa tentang kenabian dan pengaruhnya, sudah lenyap bukti-buktinya dan kalian tidak men-jumpai berita apa pun tentangnya. Bekas-bekasnya pun hilang karena panjangnya kurun waktu darinya, sehingga kalian menyem-bah selain Allah karena dominannya kebodohanmu dan tiadanya ilmu mengenai pengaruh-pengaruh kerasulan? Perkaranya tidak demikian. Bahkan kenabian itu di belakang kalian, sedangkan ilmu itu ada, dan udzur tidak bisa diterima. ﴾ أَمۡ أَرَدتُّمۡ
﴿ "Atau kamu meng-hendaki," dengan tindakan kalian ﴾ أَن يَحِلَّ عَلَيۡكُمۡ غَضَبٞ مِّن رَّبِّكُمۡ
﴿ "agar kemurkaan dari Rabbmu menimpamu," kalian telah melakukan penye-bab-penyebab yang mendatangkan kemurkaanNya dan kalian menerobos pemicu siksaNya. Inilah realitanya. ﴾ فَأَخۡلَفۡتُم مَّوۡعِدِي 86 ﴿ "Lalu kamu melanggar perjanjianmu denganku." Tatkala aku memerintahkan kepada kalian untuk beristiqamah, dan berpesan kepada Harun untuk mengawasi kalian. Tapi kalian tidak mau menunggu yang sedang pergi dan tidak menghormati orang yang ada.
{قَالُوا مَا أَخْلَفْنَا مَوْعِدَكَ بِمَلْكِنَا وَلَكِنَّا حُمِّلْنَا أَوْزَارًا مِنْ زِينَةِ الْقَوْمِ فَقَذَفْنَاهَا فَكَذَلِكَ أَلْقَى السَّامِرِيُّ (87) فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلًا جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ فَقَالُوا هَذَا إِلَهُكُمْ وَإِلَهُ مُوسَى فَنَسِيَ (88) أَفَلَا يَرَوْنَ أَلَّا يَرْجِعُ إِلَيْهِمْ قَوْلًا وَلَا يَمْلِكُ لَهُمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا (89)}.
"Mereka berkata, 'Kami sekali-kali tidak melanggar per-janjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya.' Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka
(dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata, 'Inilah Rabbmu dan Rabb Musa, tetapi Musa telah lupa.' Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak
(pula) keman-faatan?"
(Thaha: 87-89).
#
{87 ـ 88} أي: قالوا له: ما فعلنا الذي فعلنا عن تعمُّدٍ منَّا وملكٍ منَّا لأنفسنا، ولكن السبب الداعي لذلك أنَّنا تأثَّمنا من زينة القوم التي عندنا، وكانوا فيما يَذْكُرون استعاروا حُلِيًّا كثيراً من القبط، فخرجوا وهو معهم، وألقوه وجمعوه حين ذهب موسى ليراجعوه فيه إذا رجع، وكان السامريُّ قد بصر يومَ الغرق بأثر الرسول، فسوَّلت له نفسُه أن يأخُذَ قبضةً من أثرِهِ، وأنَّه إذا ألقاها على شيءٍ حَيِيَ فتنة وامتحاناً، فألقاها على ذلك العجل الذي صاغه بصورة عجل، فتحرَّك العجلُ وصار له خُوارٌ وصوتٌ، وقالوا: إنَّ موسى ذهب يطلُبُ ربَّه، وهو هاهنا، فنسِيَه.
(87-88) Maknanya, mereka berkata kepada Musa, "Tidak-lah kami berbuat sesuatu yang telah kami lakukan dengan kesenga-jaan dan kemauan sendiri. Akan tetapi, penyebab yang mendorong kami untuk melakukannya ialah kami sudah berbuat dosa disebab-kan perhiasan-perhiasan kaum itu yang berada pada kami. Mereka itu, menurut keterangan mereka telah meminjam perhiasan yang banyak dari seorang suku Qibthi. Mereka pergi bersamanya, membuangnya
(ke dalam lubang api. Ed) dan mengumpulkannya
(kembali) ketika Musa pergi untuk mempertanyakan kepadanya bila beliau sudah kembali.
Sementara itu, Samiri telah mengetahui peristiwa tenggelam-nya
(Fir'aun dan para pengikutnya) melalui jejak Rasul. Maka jiwa-nya memandang baik untuk mengambil satu genggam dari bekas jejak Rasul. Dan bila dia lemparkan pada suatu obyek, niscaya akan menjadi hidup, sebagai bahan fitnah dan ujian. Ia pun melempar-kannya pada
(patung anak sapi itu yang telah dia buat dalam bentuk patung) anak sapi. Anak sapi itu pun bergerak-gerak dan memiliki suara dan bunyi. Mereka berkata, "Sesungguhnya Musa sedang mencari Rabbnya, padahal Dia di sini. Tetapi Musa telah melupakannya."
#
{89} وهذا من بلادتهم وسخافة عقولهم؛ حيث رأوا هذا الغريب الذي صار له خُوارٌ بعد أن كان جماداً، فظنُّوه إله الأرض والسماوات، أفلا يَرَوْنَ أنَّ العجل لا {يرجِعُ إليهم قولاً}؛ أي: لا يتكلَّم ويراجعهم ويراجعونه، {ولا يملكُ لهم ضرًّا ولا نفعاً}؛ فالعادم للكمال والكلام والفعال لا يستحقُّ أن يُعْبَدَ، وهو أنقصُ من عابديه؛ فإنَّهم يتكلَّمون ويقدِرون على بعض الأشياء من النفع والدفع بإقدارِ الله لهم.
(89) Ini termasuk gambaran kedunguan dan kedangkalan akal mereka.
(Yaitu) mereka telah menyaksikan benda asing yang menjelma bersuara, padahal sebelumnya merupakan benda mati. Mereka pun menyangka bahwa ia adalah sesembahan yang berhak disembah di bumi dan langit. Apakah mereka tidak memperhati-kan bahwa patung anak lembu itu ﴾ يَرۡجِعُ إِلَيۡهِمۡ قَوۡلٗا
﴿ "tidak dapat memberi jawaban kepada mereka," maksudnya tidak bisa berbicara, yang bisa menjawab mereka, dan mereka pun bisa berkomunikasi dengan-nya ﴾ وَلَا يَمۡلِكُ لَهُمۡ ضَرّٗا وَلَا نَفۡعٗا 89 ﴿ "dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka, dan tidak
(pula) kemanfaatan," barang yang kosong dari aspek kesempurnaan, kemampuan berbicara dan berbuat tidaklah berhak untuk disembah. Tingkatannya lebih rendah daripada para penyembahnya. Mereka dapat berkomunikasi, mampu melakukan banyak hal, berupa mendatangkan kemanfaatan dan menolak bahaya
(dari diri mereka) dengan takdir Allah.
{وَلَقَدْ قَالَ لَهُمْ هَارُونُ مِنْ قَبْلُ يَاقَوْمِ إِنَّمَا فُتِنْتُمْ بِهِ وَإِنَّ رَبَّكُمُ الرَّحْمَنُ فَاتَّبِعُونِي وَأَطِيعُوا أَمْرِي (90) قَالُوا لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوسَى (91) قَالَ يَاهَارُونُ مَا مَنَعَكَ إِذْ رَأَيْتَهُمْ ضَلُّوا (92) أَلَّا تَتَّبِعَنِ أَفَعَصَيْتَ أَمْرِي (93) قَالَ يَبْنَؤُمَّ لَا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلَا بِرَأْسِي إِنِّي خَشِيتُ أَنْ تَقُولَ فَرَّقْتَ بَيْنَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَمْ تَرْقُبْ قَوْلِي (94)}.
"Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka se-belumnya, 'Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu, dan sesungguhnya Rabbmu ialah
(Rabb) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku, dan taatilah perintahku.' Mereka menjawab, 'Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami.' Musa berkata, 'Hai Harun, apa yang menghalangimu ketika kamu melihat mereka telah sesat,
(sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah
(sengaja) mendurhakai perintahku.' Harun menjawab, 'Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang janggutku, dan jangan
(pula) kepalaku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata
(kepadaku), 'Kamu telah memecah antara Bani Isra`il, dan kamu tidak memelihara amanatku'."
(Thaha: 90-94).
#
{90 ـ 91} أي: إنَّهم باتَّخاذهم العجل ليسوا معذورينَ فيه؛ فإنَّه وإنْ كانت عَرَضَتْ لهم الشبهةُ في أصل عبادته؛ فإنَّ هارونَ قد نهاهم عنه، وأخبرهم أنه فتنة، وأن ربَّهم الرحمن الذي منه النعم الظاهرة والباطنة، الدافع للنقم، وأنَّه أمرهم أن يتَّبعوه ويعتزلوا العجل، فأبوا وقالوا: {لن نَبْرَحَ عليه عاكفينَ حتَّى يرجِعَ إلينا موسى}.
(90-91) Maksudnya: dengan beribadah kepada anak sapi, mereka itu bukanlah orang yang bisa diberi
(toleransi) udzur. Sesungguhnya mereka meskipun ada syubhat yang muncul pada mereka tentang penyembahannya, akan tetapi Harun telah mela-rang mereka dari tindakan tersebut, memberitahu mereka bahwa ia merupakan fitnah, dan Rabb mereka ialah
(Rabb) Yang Maha Pemurah. DariNya bersumber kenikmatan-kenikmatan yang lahi-riah maupun batiniah, Dzat Yang Berkuasa untuk menyingkirkan malapetaka. Harun memerintahkan mereka untuk mengikuti diri-nya dan meninggalkan anak sapi, namun mereka enggan sembari mengatakan, ﴾ لَن نَّبۡرَحَ عَلَيۡهِ عَٰكِفِينَ حَتَّىٰ يَرۡجِعَ إِلَيۡنَا مُوسَىٰ 91 ﴿ "Kami akan tetap me-nyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami."
#
{92 ـ 93} فأقبل موسى على أخيه لائماً له، وقال: {يا هارونُ ما منعكَ إذْ رأيتَهم ضَلُّوا. أن لا تَتَّبِعَنِ}: فتخبِرَني لأبادِرَ للرُّجوع إليهم. {أفعصيتَ أمري}: في قولي: {اخلُفني في قومي وأصْلِحْ ولا تَتَّبِع سبيلَ المفسدين}: فأخذ موسى برأسِ هارون ولحيتِهِ يجرُّه من الغضب والعتب عليه.
(92-93) Musa mendatangi saudaranya, Harun dengan mencelanya. Beliau berkata, ﴾ يَٰهَٰرُونُ مَا مَنَعَكَ إِذۡ رَأَيۡتَهُمۡ ضَلُّوٓاْ 92 أَلَّا تَتَّبِعَنِۖ
﴿ "Hai Harun, apa yang menghalangimu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku?" untuk memberitahuku hingga aku pun bersegera untuk kembali menemui mereka, ﴾ أَفَعَصَيۡتَ أَمۡرِي 93
﴿ "maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku," yaitu me-ngenai ucapanku,
﴾ ٱخۡلُفۡنِي فِي قَوۡمِي وَأَصۡلِحۡ وَلَا تَتَّبِعۡ سَبِيلَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ 142 ﴿
"Gantikanlah aku dalam
(memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan."
(Al-A'raf: 142).
Maka Musa memegang kepala dan janggut Harun, menarik-nya lantaran marah dan mencelanya.
#
{94} فقال هارون: {يا ابن أمَّ}: ترقيقٌ له، وإلاَّ فهو شقيقه. {لا تأخُذْ بلحيتي ولا برأسي إني خشيتُ أن تقولَ فرَّقتَ بين بني إسرائيلَ ولم تَرْقُبْ قَوْلي}: فإنَّك أمرتني أن أخْلُفَكَ فيهم؛ فلو تبعتُك؛ لتركتُ ما أمرتَني بلزومِهِ، وخشيتُ لائمَتَكَ، وأن تقول: فرَّقْتَ بين بني إسرائيل؛ حيث تركتَهم وليس عندَهم راعٍ ولا خليفةٌ؛ فإنَّ هذا يفرِّقُهم، ويشتِّت شملَهم؛ فلا تَجْعَلْني مع القوم الظالمين، ولا تشمِّتْ فينا الأعداء. فندم موسى على ما صَنَعَ بأخيه وهو غير مستحقٍّ لذلك، فقال: {ربِّ اغفِرْ لي ولأخي وأدْخِلْنا في رحمتِكَ وأنت أرحم الراحمين}.
(94) Harun menjawab, ﴾ يَبۡنَؤُمَّ
﴿ "Hai putra ibuku," untuk me-lunakkan hatinya, namun walaupun bukan demikian (tujuannya), dia memang saudara kandungnya. ﴾ لَا تَأۡخُذۡ بِلِحۡيَتِي وَلَا بِرَأۡسِيٓۖ إِنِّي خَشِيتُ أَن تَقُولَ فَرَّقۡتَ بَيۡنَ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ وَلَمۡ تَرۡقُبۡ قَوۡلِي 94
﴿ "Janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku. Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku), 'Kamu telah memecah belah antara Bani Isra`il, dan kamu tidak memelihara amanatku'." Sesungguhnya engkau memerin-tahkanku untuk menggantikanmu (memimpin) mereka. Jika aku menyusulmu (untuk memberitahukan kejadian tersebut), berarti aku telah meninggalkan apa yang engkau perintahkan kepadaku agar tetap dikonsisteni. (Dengan itu) aku khawatir makianmu (kepadaku) dan komentarmu, "Engkau telah memecah belah antara Bani Isra`il lantaran engkau tinggalkan mereka tanpa pembimbing dan pengganti." Sesungguhnya hal ini telah memecah dan mencerai-beraikan keutuhan mereka. Maka, janganlah engkau mengategori-kanku ke dalam orang-orang yang berbuat aniaya. Dan janganlah menjadikan para musuh menertawakan kita. Musa pun menyesal atas tindakannya kepada saudaranya, padahal dia tidak berhak menerima perlakuan itu. Beliau berkata,
﴾ رَبِّ ٱغۡفِرۡ لِي وَلِأَخِي وَأَدۡخِلۡنَا فِي رَحۡمَتِكَۖ وَأَنتَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ 151 ﴿
"Ya Rabbku, ampunilah aku dan saudaraku, dan masukkanlah kami ke dalam rahmatMu, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang."
(Al-A'raf: 151).
Kemudian Musa berpaling kepada Samiri,
{قَالَ فَمَا خَطْبُكَ يَاسَامِرِيُّ (95) قَالَ بَصُرْتُ بِمَا لَمْ يَبْصُرُوا بِهِ فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِنْ أَثَرِ الرَّسُولِ فَنَبَذْتُهَا وَكَذَلِكَ سَوَّلَتْ لِي نَفْسِي (96) قَالَ فَاذْهَبْ فَإِنَّ لَكَ فِي الْحَيَاةِ أَنْ تَقُولَ لَا مِسَاسَ وَإِنَّ لَكَ مَوْعِدًا لَنْ تُخْلَفَهُ وَانْظُرْ إِلَى إِلَهِكَ الَّذِي ظَلْتَ عَلَيْهِ عَاكِفًا لَنُحَرِّقَنَّهُ ثُمَّ لَنَنْسِفَنَّهُ فِي الْيَمِّ نَسْفًا (97)}.
"Musa berkata, 'Apakah yang mendorongmu
(berbuat demi-kian) hai Samiri?' Samiri menjawab, 'Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya. Dan demikianlah nafsuku membujukku.' Musa berkata, 'Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini
(hanya dapat) mengatakan, 'Janganlah menyentuh
(ku).' Dan sesungguhnya bagimu hukuman
(di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Se-sungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut
(berupa abu yang berserakan)'."
(Thaha: 95-97).
#
{95 ـ 96} أي: ما شأنُك يا سامريُّ حيثُ فعلتَ ما فعلتَ؟ فقال: {بَصُرْتُ بما لم يَبْصُروا به}: وهو جبريلُ عليه السلام على فرسٍ، رآه وقتَ خروجهم من البحر وغرِق فرعون وجنوده على ما قاله المفسرون، {فقبضتُ قبضةً من أثر} حافر فرسِهِ، فنبذتُها على العجل، {وكذلك سَوَّلَتْ لي نفسي}: أنْ أقبِضَها ثمَّ أنبِذَها، فكان ما كان.
(95-96) Ada apa denganmu wahai Samiri hingga berbuat apa yang telah engkau lakukan? Dia menjawab, ﴾ بَصُرۡتُ بِمَا لَمۡ يَبۡصُرُواْ بِهِۦ
﴿ "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya," yaitu Jibril عليه السلام yang menunggang kuda. Ia sempat menyaksikan Jibril ketika mereka keluar dari laut dan tenggelamnya Fir'aun dan pasu-kannya, berdasarkan pada penjelasan para ulama tafsir.﴾ فَقَبَضۡتُ قَبۡضَةٗ مِّنۡ أَثَرِ
﴿ "Maka aku ambil segenggam dari jejak," telapak kaki kudanya. Lalu aku melemparkan genggaman itu pada anak sapi.﴾ وَكَذَٰلِكَ سَوَّلَتۡ لِي نَفۡسِي 96 ﴿ "Dan demikianlah nafsuku membujukku," agar aku menggenggamnya dan menyebarkannya. Maka jadilah apa yang telah terjadi.
#
{97} فقال له موسى: اذهبْ؛ أي: تباعَدْ عنِّي واستأخِرْ منِّي. {فإنَّ لك في الحياة أن تقولَ لا مِساسَ}؛ أي: تعاقَبُ في الحياة عقوبةً، لا يدنو منك أحدٌ ولا يَمَسُّك أحدٌ، حتى إنَّ من أراد القرب منك؛ قلت له: لا تَمَسَّني ولا تَقْرَبْ مني؛ عقوبةً على ذلك؛ حيث مسَّ ما لم يمسَّه غيره وأجرى ما لم يجرِهِ أحدٌ. {وإنَّ لك موعداً لن تُخْلَفَهُ}: فتُجازى بعملك من خيرٍ وشرٍّ. {وانظُرْ إلى إلهك الذي ظَلْتَ عليه عاكفاً}؛ أي: العجل، {لَنُحَرِّقَنَّه ثم لَنَنْسِفَنَّه في اليمِّ نَسْفاً}: ففعل موسى ذلك؛ فلو كان إلهاً؛ لامتنع ممَّن يريده بأذى ويسعى له بالإتلاف. وكان قد أشْرِبَ العجلُ في قلوب بني إسرائيل، فأراد موسى عليه السلام إتلافَه وهم ينظُرون على وجهٍ لا تمكن إعادتُه؛ بالإحراق والسَّحْق وذَرْيِهِ في اليمِّ ونسفِهِ؛ ليزول ما في قلوبهم من حبِّه كما زال شخصه، ولأنَّ في إبقائه محنةً؛ لأن في النفوس أقوى داعٍ إلى الباطل.
(97) Musa berkata, "Pergilah kamu." Maksudnya, menjauh-lah dariku dan menghindarlah dariku, ﴾ فَإِنَّ لَكَ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ أَن تَقُولَ لَا مِسَاسَۖ
﴿ "maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan, 'Janganlah menyentuh(ku)," maksudnya, engkau dikenai hukuman di dunia, berupa tidak boleh ada seorang pun yang mendekatimu atau menyentuhmu, bahkan (jika ada) orang yang ingin mendekatimu, niscaya kami mengatakan kepadanya, "Janganlah menyentuh dan mendekat kepadaku." Sebagai sanksi atas tindakannya, di mana dia menyentuh sesuatu yang tidak disen-tuh oleh selainnya dan mengadakan sesuatu yang tidak diadakan oleh orang lain.
﴾ وَإِنَّ لَكَ مَوۡعِدٗا لَّن تُخۡلَفَهُۥۖ
﴿ "Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya." Engkau diberi balasan atas amalanmu, yang baik dan yang buruk. ﴾ وَٱنظُرۡ إِلَىٰٓ إِلَٰهِكَ ٱلَّذِي ظَلۡتَ عَلَيۡهِ عَاكِفٗاۖ
﴿ "Dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya," yaitu anak sapi, ﴾ لَّنُحَرِّقَنَّهُۥ ثُمَّ لَنَنسِفَنَّهُۥ فِي ٱلۡيَمِّ نَسۡفًا 97 ﴿ "se-sungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut
(berupa abu yang berserakan)." Musa pun melakukannya. Sekiranya ia benar-benar tuhan, ia pasti dapat membela diri dari orang yang akan berniat mengganggunya dan berusaha menghancurkannya. Sungguh
(kecintaan menyem-bah) anak sapi telah meresap pada hati Bani Isra`il. Maka Musa ingin memusnahkannya dalam keadaan mereka menyaksikannya dengan cara yang membuatnya tidak mungkin lagi dikembalikan ke wujudnya semula, yaitu dengan membakar dan menumbuknya serta menyebarkannya ke dalam laut dan menghamburkannya. Supaya cinta yang melekat pada hati mereka lenyap, sebagaimana wujud aslinya pun hilang. Sebab, membiarkannya tetap utuh akan menimbulkan fitnah. Pasalnya, di dalam jiwa terdapat bisikan kuat yang menyeru kepada kebatilan.
Manakala sudah menjadi jelas kebatilannya bagi mereka, maka Musa memberitahukan kepada mereka tentang Dzat yang berhak disembah satu-satunya, tiada sekutu bagiNya. Musa berkata,
{إِنَّمَا إِلَهُكُمُ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا (98)}.
"Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia. PengetahuanNya meli-puti segala sesuatu."
(Thaha: 98).
#
{98} أي: لا معبود إلاَّ وجهه الكريم؛ فلا يؤلَّه ولا يُحَبُّ ولا يُرجى ولا يُخاف ولا يُدعى إلاَّ هو؛ لأنَّه الكامل الذي له الأسماء الحسنى والصفات العُلى، المحيط علمه بجميع الأشياء، الذي ما من نعمة بالعباد إلاَّ منه، ولا يدفع السوء إلاَّ هو؛ فلا إله إلاَّ هو، ولا معبود سواه.
(98) Maksudnya, tidak ada sesembahan
(yang berhak di-sembah) kecuali WajahNya Yang Mulia. Tidak boleh disembah, dicintai, diharap, ditakuti, diseru kecuali Dia. Dia-lah Dzat yang sempurna yang mempunyai nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang tinggi, yang ilmuNya meliputi segala sesuatu, yang tidak ada satu pun kenikmatan pada manusia melainkan
(pasti) bersumber dariNya, tidak sanggup menyingkirkan kejelekan kecuali Dia. Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, dan tidak ada sesembahan yang berhak disembah selainNya.
{كَذَلِكَ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ مَا قَدْ سَبَقَ وَقَدْ آتَيْنَاكَ مِنْ لَدُنَّا ذِكْرًا (99) مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ فَإِنَّهُ يَحْمِلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وِزْرًا (100) خَالِدِينَ فِيهِ وَسَاءَ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِمْلًا (101)}.
"Demikianlah Kami kisahkan kepadamu
(Muhammad) seba-gian kisah umat yang telah lalu, dan sungguh telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan
(al-Qur`an). Barang-siapa yang berpaling dari al-Qur`an, maka sesungguhnya dia akan memikul dosa yang besar di Hari Kiamat. Mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di Hari Kiamat."
(Thaha: 99-101).
#
{99} يمتنُّ الله تعالى على نبيِّه - صلى الله عليه وسلم - بما قصَّه عليه من أنباء السابقين وأخبار السالفين؛ كهذه القصَّة العظيمة، وما فيها من الأحكام وغيرها، التي لا ينكرها أحدٌ من أهل الكتاب؛ فأنت لم تدرُسْ أخبار الأولين، ولم تتعلَّمْ ممَّن دراها؛ فإخبارُك بالحقِّ اليقين من أخبارهم دليلٌ على أنَّك رسولُ الله حقًّا، وما جئت به صدقٌ، ولهذا قال: {وقد آتَيْناك مِن لَدُنَّا}؛ أي: عطيَّة نفيسة ومِنْحة جزيلة من عندنا، {ذِكْراً}: وهو هذا القرآن الكريم؛ ذِكْرٌ للأخبار السابقة واللاحقة، وذِكْرٌ يُتَذَكَّرُ به ما لله تعالى من الأسماء والصفات الكاملة، ويُتَذَكَّرُ به أحكام الأمرِ والنهي وأحكام الجزاء، وهذا ممَّا يدلُّ على أنَّ القرآن مشتملٌ على أحسن ما يكونُ من الأحكام، التي تشهد العقولُ والفِطَرُ بحسنها وكمالها، ويذكُرُ هذا القرآن ما أودَعَ الله فيها، وإذا كان القرآنُ ذكراً للرسول ولأمَّته؛ فيجبُ تلقِّيه بالقَبول والتسليم والانقياد والتعظيم، وأنْ يُهْتَدَى بنوره إلى الصراط المستقيم، وأنْ يُقْبِلوا عليه بالتعلُّم والتعليم.
(99) Allah تعالى mengabarkan kenikmatan yang dilimpahkan kepada NabiNya
(Muhammad) dengan kisah-kisah yang Dia kisahkan kepada beliau tentang berita-berita orang-orang terdahulu dan kabar-kabar orang-orang di masa silam, semisal kisah yang agung ini, yang memuat hukum-hukum dan kandungan lainnya yang tidak diingkari oleh seorang pun dari kalangan Ahli Kitab. Padahal engkau
(Muhammad) tidak pernah mempelajari cerita-cerita orang-orang dahulu dan belum pernah mengkaji dari orang yang mengetahuinya. Maka keteranganmu
(dengan kebenaran yang yakin) mengenai kisah-kisah mereka itu menjadi dalil bahwa engkau adalah seorang utusan Allah yang sebenarnya dan risalah yang engkau bawa adalah benar.
Untuk itu, Allah berfirman, ﴾ وَقَدۡ ءَاتَيۡنَٰكَ مِن لَّدُنَّا
﴿ "Dan sesungguh-nya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami," yaitu anugerah yang berharga, karunia yang agung dari sisi Kami, ﴾ ذِكۡرٗا ﴿ "suatu peri-ngatan," yaitu al-Qur`an yang mulia ini. Ia berisi kabar-kabar yang telah berlalu dan akan datang, ia merupakan pengingat nama dan sifat Allah yang sempurna, dan merupakan pengingat yang berguna untuk mengingat perintah, larangan dan hukum-hukum pembalas-an. Ini menjadi indikator bahwa al-Qur`an mencakup hukum yang terbaik yang telah diakui oleh akal-akal
(sehat) dan fitrah-fitrah
(yang lurus), dan diakui keindahan dan kesempurnaannya. Al-Qur`an ini
(juga) menyebutkan kemampuan yang mana Allah memasukkannya padanya. Apabila al-Qur`an berfungsi sebagai peringatan bagi Rasul dan umatnya; maka ia wajib diterima dengan tulus dan pasrah, patuh dan pengagungan, dan dijadikan petunjuk dengan
(pedoman) cahayanya menuju jalan yang lurus, serta me-nyikapinya dengan belajar dan mengajarkannya.
#
{100} وأما مقابلته بالإعراض أو ما هو أعظم منه من الإنكار؛ فإنَّه كفرٌ لهذه النعمة، ومن فعل ذلك؛ فهو مستحقٌّ للعقوبة، ولهذا قال: {مَنْ أعْرَضَ عنه}: فلم يؤمنْ به أو تهاونَ بأوامرِهِ ونواهيهِ أو بتعلُّم معانيه الواجبة، {فإنَّه يَحْمِلُ يوم القيامةِ وِزْراً}: وهو ذنبُه الذي بسببه أعرض عن القرآن، وأولاه الكفر والهجران.
(100) Adapun bentuk respons
(kepadanya) dengan me-malingkan diri atau pengingkaran yang lebih parah kepadanya, maka tindakan itu merupakan kekufuran terhadap anugerah ini
(al-Qur`an). Siapa saja yang melakukannya, maka dia pantas me-nerima hukuman. Karena itu, Allah berfirman, ﴾ مَّنۡ أَعۡرَضَ عَنۡهُ
﴿ "Barang-siapa yang berpaling darinya (al-Qur`an)," tidak mengimaninya, atau menyepelekan perintah-perintah dan larangan-larangannya atau (menyepelekan untuk) mempelajari makna-makna yang wajib, ﴾ فَإِنَّهُۥ يَحۡمِلُ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وِزۡرًا 100 ﴿ "maka sesungguhnya dia akan memikul dosa yang besar di Hari Kiamat," yaitu dosanya yang mana dengan sebab itu, dia berpaling dari al-Qur`an. Utamanya sifat kekufuran dan anti-pati dengannya.
#
{101} {خالدين فيه}؛ أي: في وِزْرهم؛ لأنَّ العذاب هو نفس الأعمال، تنقلب عذاباً على أصحابها بحسب صغرها وكبرها، {وساءَ لهم يومَ القيامةِ حِمْلاً}؛ أي: بئس الحملُ الذي يحمِلونه والعذابُ الذي يعذَّبونه يوم القيامة.
(101) ﴾ خَٰلِدِينَ فِيهِۖ
﴿ "Mereka kekal di dalam keadaan itu," yaitu pada dosanya. Karena siksaan itu (disebabkan oleh) jenis amalan itu sendiri, yang berubah wujud menjadi azab bagi para pelakunya, sesuai dengan besar dan kecilnya. ﴾ وَسَآءَ لَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ حِمۡلٗا 101 ﴿ "Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di Hari Kiamat," maksud-nya, alangkah buruk beban yang mereka pikul dan siksaan yang diderakan kepada mereka di Hari Kiamat.
Kemudian Allah mengalihkan tema pembicaraan, dengan menyebutkan kondisi-kondisi Hari Kiamat dan kengerian-kenge-riannya.
Allah berfirman,
{يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ وَنَحْشُرُ الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا (102) يَتَخَافَتُونَ بَيْنَهُمْ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا عَشْرًا (103) نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ إِذْ يَقُولُ أَمْثَلُهُمْ طَرِيقَةً إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا يَوْمًا (104)}.
"
(Yaitu) di hari
(yang pada waktu itu) ditiup sangkakala, dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru buram. Mereka berbisik-bisik di antara mereka, 'Kami tidak berdiam
(di dunia) melainkan hanyalah sepu-luh
(hari).' Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya di antara mereka berkata, 'Kamu tidak berdiam
(di dunia), melainkan hanya sehari saja'."
(Thaha: 102-104).
#
{102 ـ 104} أي: إذا نُفِخَ في الصور، وخرج الناس من قبورهم؛ كل على حسب حاله؛ فالمتَّقون يُحْشَرون إلى الرحمن وفداً، والمجرِمون يُحْشَرون زُرقاً ألوانُهم من الخوف والقلق والعطش؛ يتناجَوْن بينَهم ويَتَخافَتون في قِصَرِ مدَّة الدُّنيا وسرعة الآخرة، فيقول بعضُهُم ما لبثتُم إلاَّ عشرة أيَّام، ويقول بعضُهم غير ذلك، والله يعلمُ تخافُتَهم ويسمعُ ما يقولون: {إذْ يقولُ أمثلُهم طريقةً}؛ أي: أعدلهم وأقربهم إلى التقدير: {إنْ لَبِثْتُم إلاَّ يوماً}: والمقصود من هذا الندم العظيم؛ كيف ضيَّعوا الأوقات القصيرة وقطعوها ساهين لاهين معرضين عما ينفعُهم مقبِلين على ما يضرُّهم؛ فها قد حضر الجزاءُ، وحقَّ الوعيد، فلم يبق إلاَّ الندمُ والدُّعاء بالويل والثبور؛ كما قال تعالى: {قال كم لَبِثْتُم في الأرضِ عَدَدَ سنين. قالوا لَبِثْنا يوماً أو بعضَ يوم فاسْألِ العادِّينَ قالَ إن لَبِثْتُم إلاَّ قليلاً لو أنَّكم كنتُم تعلمونَ}.
(102-104) Maksudnya, jika sangkakala ditiup, dan orang-orang telah bangkit keluar dari kubur-kubur mereka, masing-masing sesuai dengan keadaannya. Orang-orang yang bertakwa dihimpun menuju Dzat Yang Maha Pemurah sebagai delegasi yang terhormat. Sedangkan orang-orang yang berbuat kedurhakaan, dikumpulkan dengan muka berwarna biru yang kusam karena dirundung keta-kutan, kegundahan, dan dahaga. Mereka saling berbicara lirih dan berbisik-bisik mengenai betapa pendeknya masa kehidupan di dunia dan alangkah cepatnya akhirat datang. Sebagian mereka berkata, "Tidaklah kalian berdiam
(di dunia) melainkan hanyalah sepuluh
(hari)." Sebagian lagi menyebutkan bilangan lainnya.
Allah Maha Mengetahui bisikan-bisikan mereka dan men-dengar apa yang mereka katakan, ﴾ إِذۡ يَقُولُ أَمۡثَلُهُمۡ طَرِيقَةً
﴿ "ketika orang yang paling lurus jalannya di antara mereka berkata," yaitu, orang yang paling adil dan paling dekat perkiraannya, ﴾ إِن لَّبِثۡتُمۡ إِلَّا يَوۡمٗا 104
﴿ "Kamu tidak berdiam (di dunia), melainkan hanya sehari saja." Yang dimaksud di sini adalah kemunculan penyesalan yang sangat besar. Bagaimana mereka menyia-nyiakan waktu yang pendek, menghabiskannya dalam keadaan lalai, bermain-main, berpaling dari perkara-perkara yang bermanfaat bagi mereka, condong kepada hal-hal yang mem-bahayakan mereka. Inilah, sekarang telah datang waktu pemba-lasan (amalan), ancaman telah pasti, tidak ada yang tersisa kecuali penyesalan, umpatan celaka dan kebinasaan. Sebagaimana Firman Allah تعالى,
﴾ قَٰلَ كَمۡ لَبِثۡتُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ عَدَدَ سِنِينَ 112 قَالُواْ لَبِثۡنَا يَوۡمًا أَوۡ بَعۡضَ يَوۡمٖ فَسۡـَٔلِ ٱلۡعَآدِّينَ 113 قَٰلَ إِن لَّبِثۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلٗاۖ لَّوۡ أَنَّكُمۡ كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ 114 ﴿
"Allah bertanya, 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, 'Kami tinggal
(di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung
(dengan adil).' Allah berfirman, 'Tidaklah kamu tinggal
(di bumi) melainkan sebentar saja, jika kamu sungguh telah mengetahui
(nya)'."
(Al-Mu`minun: 112-114).
{وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا (105) فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا (106) لَا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلَا أَمْتًا (107) يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا (108) يَوْمَئِذٍ لَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلًا (109) يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا (110) وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا (111) وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا يَخَافُ ظُلْمًا وَلَا هَضْمًا (112)}.
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, 'Rabbku akan menghancurkannya
(di Hari Kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan
(bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.' Pada hari itu manusia mengikuti
(menuju kepada suara) penyeru de-ngan tidak berbelok-belok; dan merendahlah semua suara kepada Dzat Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja. Pada hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali
(syafa'at) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka, dan apa yang ada di belakang mereka, sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmuNya. Dan tunduk-lah semua muka
(dengan berendah diri) kepada Dzat Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus
(makhlukNya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang telah melakukan kezhaliman. Dan ba-rangsiapa mengerjakan amal-amal shalih dalam keadaan beriman, maka dia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil
(terhadap-nya) dan tidak
(pula) akan pengurangan haknya."
(Thaha: 105-112).
#
{105 ـ 107} يخبر تعالى عن أهوال القيامة وما فيها من الزلازل والقلاقل، فقال: {ويسألونك عن الجبال}؛ أي: ماذا يُصنعُ بها يوم القيامة؟ وهل تبقى بحالها أم لا؟ {فقل ينسِفُها ربِّي نسفاً}؛ أي: يزيلُها ويقلعُها من أماكنها، فتكون كالعهن وكالرمل، ثم يدكُّها فيجعلها هباءً منبثًّا، فتضمحِلُّ وتتلاشى، ويسوِّيها بالأرض، ويجعل الأرض {قاعاً صفصفاً}: مستوياً، {لا ترى فيها}: أيُّها الناظر، {عِوَجاً}: هذا من تمام استوائها، {ولا أمْتاً}؛ أي: أودية وأماكن منخفضة أو مرتفعة، فتبرز الأرض وتتَّسع للخلائق ويمدُّها الله مدَّ الأديم، فيكونون في موقف واحدٍ، يسمعُهم الداعي، وينفذُهُم البصرُ.
(105-107) Allah تعالى memberitahukan tentang prahara-pra-hara Hari Kiamat beserta peristiwa gempa-gempa dan goncangan-goncangan. Allah berfirman, ﴾ وَيَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡجِبَالِ
﴿ "Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung," yaitu apakah yang terjadi pada-nya di Hari Kiamat? Apakah utuh seperti semula atau tidak? ﴾ فَقُلۡ يَنسِفُهَا رَبِّي نَسۡفٗا 105
﴿ "Maka katakanlah, 'Rabbku akan menghancurkannya (di Hari Kiamat) sehancur-hancurnya'," maksudnya, melenyapkan dan mencabutnya dari tempat-tempatnya, sehingga ibarat bulu dan pasir-pasir. Kemudian Allah menumbuknya dan menjadikannya sebagai debu-debu yang beterbangan, semakin lama semakin ter-kikis dan sirna serta diratakan dengan permukaan tanah.
Allah menjadikan bumi ﴾ قَاعٗا صَفۡصَفٗا 106
﴿ "datar sama sekali," rata ﴾ لَّا تَرَىٰ فِيهَا
﴿ "tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya," wahai orang yang melihat ﴾ عِوَجٗا
﴿ "tempat yang rendah," ini bagian dari kesempur-naan datarnya bumi ﴾ وَلَآ أَمۡتٗا 107 ﴿ "dan yang tinggi-tinggi," maksud-nya,
(tidak ada) lembah-lembah, tempat-tempat yang rendah, atau tinggi-tinggi. Maka permukaan bumi menjadi nampak, dan
(luas-nya) memadai bagi seluruh umat manusia. Allah membentang-kannya sejauh permukaannya. Maka mereka pun berada di satu tempat. Dapat didengar oleh orang yang menyeru dan terlihat oleh pandangan.
#
{108 ـ 110} ولهذا قال: {يومئذٍ يتَّبعونَ الداعيَ}: وذلك حين يبُعثون من قبورهم ويقومون منها؛ يدعوهم الداعي إلى الحضور والاجتماع للموقف، فيتَّبِعونه مهطعينَ إليه، لا يلتفتون عنه، ولا يعرُجون يمنةً ولا يسرةً. وقوله: {لا عِوَجَ له}؛ أي: لا عوج لدعوة الداعي، بل تكون دعوته حقًّا وصدقاً لجميع الخلق، يُسمِعُهم جميعَهم، ويصيح لهم أجمعين، فيحضُرون لموقف القيامة خاشعةً أصواتُهم للرحمن. {فلا تسمعُ إلاَّ همساً}؛ أي: إلا وطء الأقدام أو المخافتة سرًّا بتحريك الشفتين فقط؛ يملكُهم الخشوعُ والسكوتُ والإنصاتُ؛ انتظاراً لحكم الرحمن فيهم، وتعنوا وجوهُهم؛ أي: تذِلُّ وتخضع، فترى في ذلك الموقف العظيم الأغنياء والفقراء والرجال والنساء والأحرار والأرقاء والملوك والسوقة، ساكتين منصتين خاشعةً أبصارُهم خاضعةً رقابُهم جاثين على رُكَبِهِم عانيةً وجوهُهم، لا يدرون ماذا ينفصِلُ كلٌّ منهم به ولا ماذا يفعلُ به، قد اشتغل كلٌّ بنفسِهِ وشأنه عن أبيه وأخيه وصديقه وحبيبه، لكلِّ امرئٍ منهم يومئذٍ شأنٌ يُغنيه، [فحينئذ] يحكم فيه الحاكمُ العدلُ الديَّانُ، ويجازي المحسنَ بإحسانِهِ والمسيءَ بالحرمان.
والأمل بالربِّ الكريم الرحمن الرحيم أن يُري الخلائقَ منه من الفضل والإحسان والعَفْو والصَّفْح والغُفْران ما لا تعبِّرُ عنه الألسنةُ ولا تتصوَّره الأفكارُ، ويتطلَّع لرحمتِهِ إذ ذاك جميعُ الخلق؛ لما يشاهدونه، فيختصُّ المؤمنون به وبرسله بالرحمةِ.
فإنْ قيل من أين لكم هذا الأمل؟ وإن شئت قلتَ: من أين لكم هذا العلم بما ذُكِرَ؟
قلنا: لما نعلمُهُ من غلبةِ رحمتِهِ لغضبِهِ، ومن سَعَةِ جودِهِ الذي عمَّ جميع البرايا، ومما نشاهده في أنفسنا وفي غيرنا من النعم المتواترة في هذه الدار، وخصوصاً في فضل القيامة؛ فإنَّ قوله: {وخشعتِ الأصواتُ للرحمن} {إلاَّ مَنْ أذِنَ له الرحمنُ}، مع قوله: {الملكُ يومئذٍ الحقُّ للرحمن}، مع قوله - صلى الله عليه وسلم -: «إنَّ لله مائةَ رحمةٍ، أنزل لعباده رحمةً بها يتراحمون ويتعاطفون، حتى إن البهيمةَ ترفعُ حافِرَها عن ولدها خشيةَ أن تطأه»، [أي]: من الرحمة المودَعة في قلبها؛ فإذا كان يومُ القيامةِ؛ ضمَّ هذه الرحمة إلى تسع وتسعين رحمةً، فرحم بها العباد، مع قوله - صلى الله عليه وسلم -: «للهُ أرحمُ بعبادِهِ من الوالدة بولدِها» ؛ فقل ما شئتَ عن رحمتِهِ؛ فإنَّها فوق ما تقولُ، وتصوَّرْ فوق ما شئتَ؛ فإنَّها فوق ذلك؛ فسبحان من رحم في عدله وعقوبته، كما رحم في فضله وإحسانه ومثوبته، وتعالى مَنْ وسعت رحمتُهُ كلَّ شيء، وعمَّ كرمُهُ كلَّ حيٍّ، وجلَّ من غنيٍّ عن عبادِهِ رحيم بهم، وهم مفتقرونَ إليه على الدوام في جميع أحوالهم؛ فلا غنى لهم عنه طرفةَ عين.
وقوله: {يومئذٍ لا تنفعُ الشفاعةُ إلاَّ مَن أذِنَ له الرحمن ورضي له قَوْلاً}؛ أي: لا يشفع أحدٌ عنده من الخلق إلاَّ مَنْ أذِنَ له في الشفاعة، ولا يأذنُ إلاَّ لمن رَضِيَ قوله؛ أي: شفاعته؛ من الأنبياء والمرسلين وعباده المقرَّبين فيمن ارتضى قوله وعمله، وهو المؤمن المخلص؛ فإذا اختلَّ واحدٌ من هذه الأمور؛ فلا سبيلَ لأحدٍ إلى شفاعة من أحد.
(108-110) Oleh sebab itu, Allah berfirman, ﴾ يَوۡمَئِذٖ يَتَّبِعُونَ ٱلدَّاعِيَ
﴿ "Pada hari itu, manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru." Hal itu terjadi saat umat manusia dibangkitkan dari kubur-kubur mereka dan berdiri darinya. Lalu ada penyeru yang memanggil mereka untuk datang dan berkumpul di Mahsyar. Mereka meng-ikutinya dengan bergegas menuju kepadanya, tidak menoleh ke arah lain dan tidak berbelok ke kanan maupun ke kiri.
Firman Allah ﴾ لَا عِوَجَ لَهُۥۖ
﴿ "Dengan tidak berbelok-belok," tidak memiringkan diri dari panggilan penyeru. Seruan (penyeru) itu betul-betul benar bagi seluruh makhluk, memperdengarkan (seruan) kepada semuanya dan berteriak kepada mereka semua. Mereka pun datang menuju tempat pengadilan Kiamat, dengan suara yang merendah kepada Rabb Yang Maha Pemurah.
﴾ فَلَا تَسۡمَعُ إِلَّا هَمۡسٗا 108
﴿ "Maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja," selain suara pijakan kaki-kaki atau bisikan-bisikan dengan lirih dengan menggerakkan dua bibirnya saja. Suasana hening, tenang, dan diam menguasai mereka untuk menunggu keputusan hukum Allah Yang Maha Pemurah bagi mereka.
Wajah-wajah mereka menunduk, maksudnya hina dan me-runduk. Engkau menyaksikan di tempat pengadilan yang agung ini orang-orang kaya, orang-orang miskin, kaum lelaki, kaum wa-nita, orang-orang merdeka, budak-budak, raja-raja dan rakyat jelata dalam keadaan diam, tutup mulut, pandangan mereka merendah, leher-leher mereka menunduk dengan berlutut, dan wajah-wajah mereka hina. Mereka tidak mengetahui keputusan pasti yang mengenainya, tidak tahu apa yang akan diperbuat pada mereka. Setiap orang sibuk dengan diri dan urusannya sendiri, melupakan ayahnya, saudara kandungnya, kawan akrabnya, dan orang kecin-taannya. Masing-masing orang memiliki urusan yang menyibuk-kannya. [Saat itulah] Dzat Yang Memutuskan lagi Mahaadil Yang Maha memiliki Hari Kiamat menetapkan keputusan padanya dan membalasi orang yang berbuat baik dengan curahan kebaikan dariNya, dan orang yang berbuat buruk dengan menghalangi(nya dari rahmatNya).
Harapan yang terpancang pada Rabb yang Mahamulia, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, adalah untuk memperlihatkan kepada para makhluk sebagian dari keutamaan, kebaikan, maaf, toleransi, dan ampunan yang tidak bisa diungkapkan oleh lisan-lisan dan tidak dapat diimajinasikan oleh akal pikiran. Semua makhluk ketika itu menunggu-nunggu rahmatNya, ketika menyak-sikannya. Orang-orang yang beriman kepadaNya dan kepada para RasulNya mendapatkan rahmatNya secara khusus.
Jika dikatakan, "Dari manakah kalian mendapatkan harapan ini?" Jika engkau mau, katakanlah "Dari manakah pengetahuan kalian tentang ini?"
Maka kita katakan, "Karena kami mengetahuinya dari do-minannya rahmat Allah daripada kemurkaanNya, dan luasnya kemurahanNya yang merata pada semua makhluk, serta melalui apa yang kami saksikan pada diri-diri kami dan orang lain, berupa kenikmatan-kenikmatan yang melimpah di dunia ini. Terutama keutamaan yang ada di Hari Kiamat. Sesungguhnya Firman Allah,
﴾ وَخَشَعَتِ ٱلۡأَصۡوَاتُ لِلرَّحۡمَٰنِ فَلَا تَسۡمَعُ إِلَّا هَمۡسٗا 108 يَوۡمَئِذٖ لَّا تَنفَعُ ٱلشَّفَٰعَةُ إِلَّا مَنۡ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحۡمَٰنُ
﴿
"Dan semua suara tunduk merendah kepada Rabb Yang Maha Pengasih, sehingga yang kamu dengar hanyalah bisik-bisik. Pada hari itu tidak berguna syafa'at (pertolongan) kecuali dari orang yang telah diberi izin oleh Rabb Yang Maha Pemurah,"
dipadukan dengan Firman Allah,
﴾ ٱلۡمُلۡكُ يَوۡمَئِذٍ ٱلۡحَقُّ لِلرَّحۡمَٰنِۚ
﴿
"Kerajaan yang haq pada hari itu adalah kepunyaan Dzat Yang Maha Pemurah." (Al-Furqan: 26),
dipadukan dengan sabda Nabi ﷺ,
إِنَّ لِلّٰهِ مِائَةَ رَحْمَةٍ، أَنْزَلَ لِعِبَادِهِ رَحْمَةً، بِهَا يَتَرَاحَمُوْنَ وَيَتَعَاطَفُوْنَ، حَتَّى إِنَّ الْبَهِيْمَةَ تَرْفَعُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ أَنْ تَطَأَهُ.
"Sesungguhnya Allah memiliki seratus buah rahmat. Dia menu-runkan satu rahmat bagi para hambaNya. Dengan itu, mereka saling menyayangi dan mengasihi. Bahkan seekor binatang mengangkat telapak kakinya dari anaknya lantaran takut akan menginjaknya"[32]
[Maksudnya] karena sifat sayang yang diletakkan di hatinya. Di Hari Kiamat, Allah menggabungkan rahmat ini dengan sembilan puluh sembilan rahmat. Dengan itu, Allah mencurahkan kasihNya pada para hambaNya. Ditambah lagi dengan sabda Rasulullah,
لَلّٰهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنَ الْوَالِدَةِ بِوَلَدِهَا.
"Allah benar-benar lebih menyayangi para hambaNya daripada si ibu (ini) kepada anaknya."[33]
Maka, katakanlah terserah kamu, tentang berapa besarnya rahmat Allah. Sesungguhnya rahmatNya akan lebih besar dari apa yang engkau katakan. Dan imajinasikanlah rahmat Allah pada level yang lebih besar sekehendakmu. Sesungguhnya rahmat Allah lebih besar dari apa yang engkau sampaikan. Mahasuci Allah yang mencurahkan rahmatNya dalam sifat keadilan dan penerapan hu-kumanNya. Sebagaimana Dia merahmati dalam bentuk keutamaan, kebaikan dan pahalaNya. Dan Mahatinggi (Allah) Dzat yang rah-matNya melingkupi segala sesuatu, kemurahanNya merata pada setiap makhluk hidup, dan Dzat Yang Mahakaya tiada membutuh-kan para hambaNya, Maha Penyayang kepada para hambaNya. Mereka itu membutuhkanNya selama-lamanya dalam seluruh kondisi mereka. Tidak mungkin mereka mengenyampingkanNya dalam sekejap mata.
FirmanNya, ﴾ يَوۡمَئِذٖ لَّا تَنفَعُ ٱلشَّفَٰعَةُ إِلَّا مَنۡ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحۡمَٰنُ وَرَضِيَ لَهُۥ قَوۡلٗا 109 ﴿ "Pada hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali
(syafa'at) dari orang yang
(Allah) Yang Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya," maksudnya se-seorang tidak dapat memberikan syafa'at di sisiNya kecuali orang yang sudah diberi izin untuk mengeluarkan syafa'at. Dan Allah tidak mengeluarkan izin kecuali
(diperuntukkan) bagi orang yang Dia ridhai ucapannya, maksudnya permohonan syafa'atnya, dari kalangan para nabi, para rasul, hamba-hambaNya yang dekat, bagi orang yang diridhai ucapan dan tindakannya. Yaitu orang Mukmin yang ikhlas. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka tidak ada cara bagi siapa pun untuk meraih syafa'at dari siapa saja.
#
{111 ـ 112} وينقسم الناسُ في ذلك الموقف قسمين: ظالمين بكفرِهم وشرِّهم؛ فهؤلاء لا ينالُهم إلاَّ الخيبة والحرمان والعذاب الأليم في جهنَّم وسخطُ الدَّيَّان. والقسم الثاني: مَنْ آمَنَ الإيمان المأمور به، وعمل صالحاً من واجب ومسنون؛ {فلا يخافُ ظلماً}؛ أي: زيادة في سيئاتِهِ. {ولا هَضْماً}؛ أي: نقصاً من حسناته، بل تُغْفَرُ ذنوبُهُ وتُطَهَّرُ عيوبه وتضاعَفُ حسناتُهُ، {وإن تَكُ حسنةً يضاعِفْها ويؤتِ من لَدُنْه أجراً عظيماً}.
(111-112) Di tempat Mahsyar, umat manusia tergolong-kan menjadi dua kelompok; orang-orang yang telah berbuat aniaya disebabkan kekufuran dan kejelekan mereka. Orang-orang ini tidak menjumpai kecuali sesal, terhalangi dari rahmat dan siksa yang pedih di Jahanam, serta kemurkaan Allah, Dzat Yang Maha me-miliki Hari Kiamat.
Kelompok kedua: Orang-orang yang beriman dengan keimanan yang diperintahkan dan mengamalkan amalan shalih, yang wajib maupun yang sunnah. ﴾ فَلَا يَخَافُ ظُلۡمٗا
﴿ "Maka dia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya)," yaitu penam-bahan pada kesalahan-kesalahannya ﴾ وَلَا هَضۡمٗا 112
﴿ "dan tidak (pula) akan pengurangan haknya," pengurangan dari kebaikan-kebaikannya. Bahkan dosa-dosanya terampuni dan kekurangan-kekurangannya dibersihkan dan kebaikan-kebaikannya dilipatgandakan.
﴾ وَإِن تَكُ حَسَنَةٗ يُضَٰعِفۡهَا وَيُؤۡتِ مِن لَّدُنۡهُ أَجۡرًا عَظِيمٗا 40 ﴿
"Dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan meli-patgandakannya dan memberikan dari sisiNya pahala yang besar."
(An-Nisa`: 40).
{وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ الْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا (113)}.
"Dan demikianlah Kami menurunkan al-Qur`an dalam Bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebagian ancaman, agar mereka bertakwa atau
(agar) al-Qur`an itu mengadakan pengajaran bagi mereka."
(Thaha: 113).
#
{113} أي: وكذلك أنزلنا هذا الكتاب باللِّسان الفاضل العربيِّ الذي تفهمونه وتفقهونه ولا يخفى عليكم لفظُهُ ولا معناه. {وصرَّفنا فيه من الوعيدِ}؛ أي: نوعناها أنواعاً كثيرةً؛ تارةً بذكر أسمائِهِ الدالَّة على العدل والانتقام، وتارةً بذكر المَثُلاتِ التي أحلَّها بالأمم السابقة، وأمر أن تَعْتَبِرَ بها الأممُ اللاحقةُ، وتارةً بذكرِ آثار الذُّنوب وما تُكْسِبُه من العيوب، وتارةً بذِكْر أهوال القيامة وما فيها من المزعجاتِ والمقلقاتِ، وتارةً بذكر جهنَّم وما فيها من أنواع العقابِ وأصناف العذابِ؛ كل هذا رحمةً بالعباد؛ {لعلَّهم يتَّقون}: الله، فيترُكون من الشرِّ والمعاصي ما يضرُّهم، {أو يحدِثُ لهم ذِكْراً}: فيعملون من الطاعات والخير ما ينفعهم، فكونه عربيًّا وكونه مصرفاً فيه من الوعيد أكبرُ سبب وأعظمُ داعٍ للتقوى والعمل الصالح؛ فلو كان غير عربيِّ أو غير مصرَّفٍ فيه؛ لم يكن له هذا الأثر.
(113) Maksudnya, dan demikianlah, Kami menurunkan Kitab ini dengan Bahasa Arab yang kalian pahami dan mengerti. Tidak ada lafazh maupun maknanya yang kabur pada kalian.
﴾ وَصَرَّفۡنَا فِيهِ مِنَ ٱلۡوَعِيدِ
﴿ "Dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebagian ancaman," maksudnya, Kami memvariasi-kannya dengan jenis yang banyak sekali. Terkadang dengan me-nyebutkan Nama-nama Allah yang menunjukkan keadilan dan sifat membalas dendam. Suatu waktu, dengan menyebutkan ma-lapetaka-malapetaka yang Allah timpakan kepada umat-umat terdahulu. Dan Dia memerintahkan agar umat-umat setelah mereka mengambilnya sebagai pelajaran. Kadang-kadang dengan menge-mukakan pengaruh-pengaruh dosa dan kekurangan-kekurangan yang ditimbulkannya. Kadang, dengan menyebutkan kengerian-kengerian di Hari Kiamat beserta peristiwa-peristiwa yang mena-kutkan dan menggegerkan. Kadang-kadang dengan menceritakan tentang Jahanam beserta berbagai jenis hukuman dan beragam siksaan. Ini semua bukti rahmat Allah pada para hambaNya.
﴾ لَعَلَّهُمۡ يَتَّقُونَ
﴿ "Agar mereka bertakwa," bertakwa kepada Allah. Mereka pun meninggalkan kejahatan, dan maksiat-maksiat yang membahayakan mereka. ﴾ أَوۡ يُحۡدِثُ لَهُمۡ ذِكۡرٗا 113 ﴿ "Atau
(agar) al-Qur`an itu mengadakan pengajaran bagi mereka," maka kalian mengamalkan amalan-amalan shalih dalam ketaatan dan kebaikan, dan hal-hal yang berguna bagi kalian. Keadaan al-Qur`an yang berbahasa Arab dan "mengulang-ulang penyebutan ancaman" merupakan faktor yang paling dominan dan paling besar mendatangkan ketakwaan dan amalan shalih. Sekiranya, al-Qur`an tidak berbahasa Arab atau tidak terulang-ulang, niscaya ia tidak memberikan pengaruh.
{فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا (114)}.
"Maka Mahatinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur`an sebelum wahyu-nya disampaikan
(secara sempurna) kepadamu, dan katakanlah, 'Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan'."
(Thaha: 114).
#
{114} لما ذكر تعالى حكمَهُ الجزائيَّ في عبادِهِ، وحكمه الأمريَّ الدينيَّ الذي أنزله في الكتاب وكان هذا من آثار ملكه؛ قال: {فتعالى اللهُ}؛ أي: جلَّ وارتفع وتقدَّس عن كلِّ نقص وآفة. {الملكُ}: الذي المُلْكُ وصفُه، والخلق كلُّهم مماليك له، وأحكام المُلْك القدريَّة والشرعيَّة نافذة فيهم. {الحقُّ}؛ أي: وجوده ومُلكه وكمالُه حقٌّ؛ فصفات الكمال لا تكون حقيقةً إلا لذي الجلال، ومن ذلك الملك؛ فإنَّ غيره من الخلق، وإنْ كان له ملكٌ في بعض الأوقات على بعض الأشياء؛ فإنَّه ملكٌ قاصرٌ باطلٌ يزولُ، وأما الربُّ؛ فلا يزال ولا يزول ملكاً حيًّا قيوماً جليلاً. {ولا تَعْجَلْ بالقرآنِ من قبلِ أن يُقْضى إليك وحيُهُ}؛ أي: لا تبادِرْ بتلقُّف القرآن حين يتلوه عليك جبريلُ، واصبرْ حتى يفرغ منه؛ فإذا فَرَغَ منه؛ فاقرأهُ؛ فإنَّ الله قد ضَمِنَ لك جمعَه في صدرك وقراءتك إيَّاه؛ كما قال تعالى: {لا تُحَرِّكْ به لِسانَكَ لِتَعْجَلَ به إنَّ عَلَيْنا جَمْعَه وقرآنَهُ. فإذا قَرَأناه فاتَّبِعْ قرآنَهُ. ثم إنَّ عَلَيْنا بيانَهُ}. ولما كانت عَجَلَتُهُ - صلى الله عليه وسلم - على تلقُّف الوحي ومبادرتُهُ إليه يدلُّ على محبَّته التامَّة للعلم وحرصه عليه؛ أمره تعالى أن يسألَهُ زيادةَ العلم؛ فإنَّ العلم خيرٌ، وكثرةُ الخير مطلوبةٌ، وهي من الله، والطريق إليها الاجتهاد والشوق للعلم وسؤالُ الله والاستعانةُ به والافتقارُ إليه في كل وقت.
ويؤخذ من هذه الآية الكريمة الأدب في تلقِّي العلم، وأنَّ المستمع للعلم ينبغي له أن يتأنَّى ويصبِرَ حتى يفرغ المملي والمعلِّم من كلامه المتَّصل بعضه ببعض؛ فإذا فَرَغَ منه؛ سأل إن كان عنده سؤالٌ، ولا يبادِرُ بالسؤال وقطع كلام مُلقي العلم؛ فإنَّه سببٌ للحرمان، وكذلك المسؤول ينبغي له أن يستملي سؤال السائل ويعرف المقصودَ منه قبل الجواب؛ فإنَّ ذلك سببٌ لإصابة الصواب.
(114) Ketika allah تعالى menyebutkan keputusan pembalasan-Nya pada para hambaNya dan ketetapan perintah agamaNya yang Allah turunkan di dalam KitabNya, -realita ini termasuk bagian dari implikasi kekuasaanNya-, Allah berfirman, ﴾ فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ
﴿ "Maka Mahatinggi Allah," maksudnya Mahabesar, berada di ketinggian, suci dari segala kekurangan dan kerusakan. ﴾ ٱلۡمَلِكُ
﴿ "Raja," yang kepemilikan kerajaan menjadi ciriNya, dan semua makhluk adalah budak-budakNya. Ketetapan hukum-hukum kekuasaan qadari maupun syar'iNya berlaku pada mereka. ﴾ ٱلۡحَقُّۗ
﴿ "Yang sebenar-benarnya," maksudnya wujudNya, kerajaanNya, dan kesempurna-anNya benar-benar haq. Sifat-sifat kesempurnaan tidaklah hakiki kecuali bagi Dzat Yang Memiliki keagungan. Termasuk hal itu adalah kepemilikan kekuasaan. Sesungguhnya selainNya dari kalangan makhluk, walaupun mempunyai kekuasaan pada waktu-waktu tertentu yang meliputi sebagian aspek, akan tetapi kekuasa-annya adalah kekuasaan yang pendek, batil lagi akan sirna. Adapun (kekuasaan) Allah, maka akan terus eksis dan tidak musnah, karena Dia Raja, Yang Mahahidup, Maha menangani yang lain lagi Maha-agung. ﴾ وَلَا تَعۡجَلۡ بِٱلۡقُرۡءَانِ مِن قَبۡلِ أَن يُقۡضَىٰٓ إِلَيۡكَ وَحۡيُهُۥۖ
﴿ "Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur`an sebelum wahyunya disampaikan (secara sempurna) kepadamu," maksudnya janganlah engkau bersegera untuk menangkap al-Qur`an ketika Jibril sedang membacakannya kepa-damu. Bersabarlah sampai dia menuntaskannya. Jika dia sudah selesai, maka bacalah. Sesungguhnya Allah telah menjamin pe-ngumpulannya bagimu di dadamu dan dalam bacaan al-Qur`anmu. Seperti yang difirmankan Allah تعالى,
﴾ لَا تُحَرِّكۡ بِهِۦ لِسَانَكَ لِتَعۡجَلَ بِهِۦٓ 16 إِنَّ عَلَيۡنَا جَمۡعَهُۥ وَقُرۡءَانَهُۥ 17 فَإِذَا قَرَأۡنَٰهُ فَٱتَّبِعۡ قُرۡءَانَهُۥ 18 ثُمَّ إِنَّ عَلَيۡنَا بَيَانَهُۥ 19 ﴿
"Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk
(membaca) al-Qur`an karena hendak cepat-cepat
(menguasai)nya. Sesungguhnya atas tang-gungan Kamilah mengumpulkannya
(di dalam dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya."
(Al-Qiyamah: 16-19),
ketika ketergesaan dan kesegeraan beliau untuk menerima wahyu menunjukkan kecintaan beliau yang utuh kepada ilmu dan keantu-siasan untuk menguasainya, maka Allah memerintahkan beliau untuk meminta tambahan ilmu. Sesungguhnya ilmu itu baik, dan banyak kebaikan itu dituntut, kebaikan itu berasal dari Allah, dan jalan menuju ke sana adalah melalui ketekunan, kerinduan kepada ilmu, memohon dan meminta pertolongan kepadaNya serta duduk bersimpuh kepadaNya di setiap waktu.
Bisa diambil pelajaran dari ayat yang mulia ini, mengenai etika dalam menerima ilmu, bahwa orang yang mendengarkan ilmu seyogyanya perlahan-lahan dan bersabar, sampai pendikte dan pengajar selesai dari penjelasannya yang saling berkaitan. Jika ia sudah selesai darinya, pencari ilmu menanyakan
(nya) bila dia punya pertanyaan. Janganlah dia bersegera bertanya dan memo-tong keterangan orang yang mengajar. Sesungguhnya sikap ini penyebab terhalangi
(dari menguasai ilmu). Demikian juga orang yang ditanya, seharusnya ia meminta penjelasan lebih lanjut tentang pertanyaan penanya dan melacak maksudnya sebelum menjawab. Sesungguhnya sikap ini menjadi penyebab ketepatan dalam men-jawab dengan benar.
{وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا (115)}.
"Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka dia lupa
(akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat."
(Thaha: 115).
#
{115} أي: ولقد وصَّينا آدم وأمرناه وعَهِدْنا إليه عهداً ليقوم به، فالتزَمَه وأذعن له وانقادَ وعزمَ على القيام به، ومع ذلك نَسِيَ ما أُمِرَ به، وانتقضت عزيمتُه المحكمة، فجرى عليه ما جرى، فصار عبرةً لذرِّيَّته، وصارت طبائعُهم مثل طبيعة آدم؛ نسي فنسيت ذُرِّيَّتُه، وخَطِئ فخطئوا، ولم يثبت على العزم المؤكَّد وهم كذلك، وبادر بالتوبة من خطيئته، وأقرَّ بها، واعترفَ فغُفِرَتْ له، ومن يشابِهْ أباه فما ظلم.
(115) Maksudnya, Kami sungguh telah berwasiat kepada Adam dan memerintahkannya serta mengikatnya dengan sebuah janji untuk dia laksanakan. Adam memeganginya, tunduk dan patuh, dan bertekad menjalankannya. Meskipun demikian, Adam lupa atas perintah yang terarah kepadanya. Tekad bajanya pun telah hilang. Maka terjadilah peristiwa itu, sehingga menjadi bahan pelajaran bagi keturunan-keturunannya. Dan tabiat-tabiat mereka pun menyerupai tabiat Adam. Beliau lupa, maka keturunannya pun mengalami hal yang sama. Beliau berbuat kekeliruan dan keturunannya juga melakukan kesalahan. Beliau tidak bertahan lama berada dalam ketekadan yang kuat, dan keturunannya pun demikian. Beliau bersegera untuk bertaubat dari kesalahannya, mengiyakan, dan mengakuinya, maka dosanya diampuni. Dan ba-rangsiapa meniru ayahnya, niscaya dia tidak sedang berbuat aniaya.
{وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى (116) فَقُلْنَا يَاآدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى (117) إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَى (118) وَأَنَّكَ لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلَا تَضْحَى (119) فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَاآدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى (120) فَأَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى (121) ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى (122)}.
"Dan
(ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat, 'Su-judlah kamu kepada Adam,' maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. Maka Kami berkata, 'Hai Adam, sesungguhnya ini
(iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan bah-wasanya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak
(pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya.' Kemudian setan membisik-kan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, 'Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa.' Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun
(yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Rabbnya, lalu sesatlah ia. Kemudian Rabbnya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan mem-berinya petunjuk."
(Thaha: 116-122).
#
{116} أي: لما أكمل خلقَ آدم بيدِهِ، وعلَّمه الأسماء، وفضَّله وكرَّمه؛ أمر الملائكة بالسجود له إكراماً وتعظيماً وإجلالاً، فبادروا بالسُّجود ممتثلين، وكان بينهم إبليسُ، فاستكبر عن أمرِ ربِّه، وامتنع من السجود لآدم، وقال: {أنا خيرٌ منه خَلَقْتَني من نارٍ وخَلَقْتَه من طينٍ}.
(116) Usai Allah menyempurnakan penciptaan Adam de-ngan TanganNya, mengajarinya seluruh nama, mengutamakan dan memuliakannya, maka Dia memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadanya sebagai tanda pemuliaan dan pengagungan serta penghormatan baginya. Mereka bersegera sujud dalam keadaan taat. Di tengah mereka ada iblis. Ia menyombongkan diri terhadap perintah Rabbnya, enggan bersujud kepada Adam. Ia berkata,
﴾ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ 12 ﴿
"Saya lebih baik daripadanya. Engkau menciptakanku dari api, sedang Engkau menciptakannya dari tanah."
(Al-A'raf: 12).
#
{117 ـ 118} فتبينتْ حينئذٍ عداوتُه البليغةُ لآدم وزوجِهِ لما كان عدوًّا لله، وظهر من حسده ما كان سبب العداوة، فحذَّر الله آدم وزوجه منه، وقال: لا {يُخْرِجَنَّكُما من الجنَّةِ فَتَشْقى}: إذا أخرِجْتَ منها؛ فإنَّ لك فيها الرزق الهني والراحة التامة، {إنَّ لَكَ ألاَّ تَجُوعَ فِيهَا ولا تَعْرَى. وأنَّك لا تَظمَأُ فِيهَا ولا تَضْحَى}؛ أي: تصيبُك الشمس بحرِّها، فضَمِنَ له استمرار الطعام والشراب والكسوة والماء وعدم التعب والنَّصَب، ولكنَّه نهاه عن أكل شجرةٍ معيَّنة، فقال: {ولا تَقْرَبا هذه الشجرة فتكونا من الظالمين}.
(117-119) Saat itulah, menjadi jelas permusuhan iblis yang memuncak terhadap Adam dan istrinya, ketika dia menjadi musuh bagi Allah. Sudah terlihat kedengkiannya, yang memicu faktor permusuhannya. Maka Allah memperingatkan Adam dan istrinya dari
(bahaya) iblis. Allah berfirman, "Jangan sampai dia, ﴾ يُخۡرِجَنَّكُمَا مِنَ ٱلۡجَنَّةِ فَتَشۡقَىٰٓ 117
﴿ 'mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebab-kan kamu menjadi celaka'." Yaitu jika setan (berhasil) mengeluarkan-mu darinya, padahal di dalamnya kamu mendapatkan rizki yang menyenangkan dan kenyamanan yang sempurna. ﴾ إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعۡرَىٰ 118 وَأَنَّكَ لَا تَظۡمَؤُاْ فِيهَا وَلَا تَضۡحَىٰ 119
﴿ "Sesungguhnya kamu tidak akan kela-paran di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan bahwa kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya," maksudnya, matahari tidak mengenaimu dengan terik panasnya. Allah menjamin bagi beliau kontinyuitas suplai makanan, mi-numan, sandang, air, tanpa kepayahan dan kecapaian. Akan tetapi, Allah melarangnya dari memakan (buah) pepohonan tertentu. Allah berfirman,
﴾ وَلَا تَقۡرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ 19 ﴿
"Dan janganlah kalian berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zhalim."
(Al-A'raf: 19).
#
{120} فلم يزل الشيطانُ يوسوسُ لهما ويُزيِّن أكل الشجرة ويقولُ: {هل أدُلُّك على شجرةِ الخُلْدِ}؛ أي: [الشجرة] التي مَنْ أكل منها خَلَدَ في الجنة، {ومُلْكٍ لا يَبْلى}؛ أي: لا ينقطع إذا أكلتَ منها.
(120) Setan terus-menerus membisikkan
(pikiran jahat) kepada mereka berdua dan mempengaruhinya untuk memandang "makan dari pepohonan itu" sebagai hal yang baik. Setan berkata, ﴾ هَلۡ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ ٱلۡخُلۡدِ
﴿ "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi," yaitu [pohon], yang mana siapa saja yang memakan darinya, niscaya dia kekal abadi di surga, ﴾ وَمُلۡكٖ لَّا يَبۡلَىٰ 120 ﴿ "dan kera-jaan yang tidak akan binasa," maksudnya yang tidak terputus, jika engkau mengkonsumsi
(sesuatu) darinya.
#
{121} فأتاه بصورة ناصح، وتلطَّف له في الكلام؛ فاغترَّ به آدمُ، فأكلا من الشجرةِ، فسُقِطَ في أيديهما وسَقَطَتْ كسوتُهما، واتَّضحت معصيتُهما، وبدا لكلٍّ منهما سوأة الآخر بعد أن كانا مستورَيْن، وجعلا يَخْصِفان على أنفسهما من ورق أشجار الجنَّة؛ ليستَتِر بذلك، وأصابهما من الخجل ما الله به عليم. {وعصى آدم ربه فغوى}: فبادرا إلى التوبة والإنابة وقالا:
(121) Setan mendatanginya dalam rupa orang yang berniat baik, bertutur kata lembut, maka Adam terpedaya dengannya. Kemudian mereka berdua memakannya. Lalu terjatuhlah sesuatu yang ada di tangannya, dan lenyaplah pakaian mereka, maksiat mereka pun menjadi jelas. Aurat masing-masing terlihat oleh yang lain, yang sebelumnya mereka dalam keadaan tertutup auratnya. Mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun pohon-pohon surga untuk menutupi diri dengannya. Mereka dirundung oleh malu yang hanya Allah saja mengetahui tingkat rasa malu mereka. ﴾ وَعَصَىٰٓ ءَادَمُ رَبَّهُۥ فَغَوَىٰ 121 ﴿ "Dan durhakalah Adam kepada Rabbnya, lalu sesat-lah ia," mereka berdua pun bersegera bertaubat dan kembali kepa-daNya dengan berkata,
#
{122} {ربَّنا ظَلَمْنا أنفُسنا وإن لم تَغْفِرْ لنا وترحَمْنا لَنَكونَنَّ من الخاسرينَ}: فاجتباه ربُّه واختاره ويَسَّرَ له التوبة، فتاب عليه وهدى، فكان بعد التوبة أحسنَ منه قبلَها، ورجع كيدُ العدوِّ عليه، وبَطَلَ مكرُهُ، فتمَّت النعمة عليه وعلى ذُرِّيَّته، ووجب عليهم القيام بها والاعتراف وأنْ يكونوا على حَذَرٍ من هذا العدوِّ المرابط الملازم لهم ليلاً ونهاراً، {يا بني آدمَ لا يَفْتِنَنَّكُم الشيطانُ كما أخرجَ أبَوَيْكُم من الجنَّة ينزعُ عنْهما لباسَهما ليُرِيَهما سوآتهما إنه يراكم هو وقبيلُهُ [من حيث لا ترونهم] إنا جعلنا الشياطين أولياء للذين لا يؤمنون}.
(122) (Allah تعالى berfirman),
﴾ قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ 23
﴿
"Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, nis-caya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Al-A'raf: 23).
Kemudian Rabbnya mengistimewakan dan memilihnya serta memudahkan baginya untuk bertaubat. Maka Allah menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Pasca taubat, kondisi beliau lebih baik daripada sebelumnya. Tipu daya musuh kembali ke pemiliknya, usaha makarnya tidak bertaji.
Sementara itu, kenikmatan yang tercurahkan kepada Adam dan anak cucunya semakin lengkap. Kewajiban mereka adalah menggunakannya dengan baik dan mengakui (nikmat itu berasal dari Allah), serta selalu waspada terhadap musuh yang tetap meng-intai lagi menunggu mereka siang dan malam.
﴾ يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ لَا يَفۡتِنَنَّكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ كَمَآ أَخۡرَجَ أَبَوَيۡكُم مِّنَ ٱلۡجَنَّةِ يَنزِعُ عَنۡهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوۡءَٰتِهِمَآۚ إِنَّهُۥ يَرَىٰكُمۡ هُوَ وَقَبِيلُهُۥ مِنۡ حَيۡثُ لَا تَرَوۡنَهُمۡۗ إِنَّا جَعَلۡنَا ٱلشَّيَٰطِينَ أَوۡلِيَآءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ 27 ﴿
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari
(suatu tempat) yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesung-guhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman."
(Al-A'raf: 27).
{قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى (123) وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126) وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى (127)}.
"Allah berfirman, 'Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dariKu, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, maka dia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya dia mendapatkan penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.' Berkatalah dia, 'Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat.' Allah berfirman, 'Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu
(pula) pada hari ini pun kamu dilupakan. Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya terhadap ayat-ayat Rabbnya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal'."
(Thaha: 123-127).
#
{123} يخبر تعالى أنَّه أمر آدم وإبليس أن يَهْبِطا إلى الأرض، وأن يتَّخذوا الشيطان عدوًّا لهم، فيأخذوا الحذر منه، ويُعِدُّوا له عدَّته، ويحارِبوه، وأنَّه سيُنْزِل عليهم كتباً ويرسل إليهم رسلاً يبيِّنون لهم الطريق المستقيم الموصلة إليه وإلى جنته، ويحذِّرونهم من هذا العدوِّ المبين، وأنَّهم أيَّ وقتٍ جاءهم ذلك الهدى الذي هو الكتب والرسل؛ فإنَّ من اتَّبعه؛ اتَّبع ما أمِرَ به، واجتنب ما نُهِيَ عنه؛ فإنَّه لا يضلُّ في الدُّنيا ولا في الآخرة ولا يشقى فيهما، بل قد هُدِيَ إلى صراط مستقيم في الدُّنيا والآخرة، وله السعادة والأمن في الآخرة. وقد نفى عنه الخوف والحزن في آية أخرى بقوله: {فَمَن اتَّبَع هُدايَ فلا خوفٌ عليهم ولا هُمْ يَحْزَنونَ}، واتِّباع الهدى بتصديق الخبرِ وعدم معارضتِهِ بالشُّبه، وامتثال الأمرِ بأن لا يعارِضَه بشهوة.
(123) Allah تعالى memberitahukan bahwasanya Dia meme-rintahkan Adam dan iblis untuk turun ke bumi, dan hendaknya mereka
[34] menganggap setan sebagai musuh bagi mereka dan me-waspadainya, mempersiapkan kesiapan
(menghadapinya) dan melawannya. Dan sesungguhnya Allah akan menurunkan kepada mereka kitab-kitab
(Allah), dan mengutus para rasulNya untuk menjelaskan jalan yang lurus yang menghubungkan kepadaNya dan surgaNya. Para rasul itu akan memperingatkan mereka dari musuh yang nyata ini. Dan kapan saja petunjuk itu datang kepada mereka, yaitu kitab-kitab dan para rasul, maka sungguh barang-siapa yang mengikutinya, mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya, maka sesungguhnya dia tidak akan tersesat di dunia dan akhirat serta tidak celaka di dua tempat itu. Bahkan dia dipandu menuju jalan yang lurus di dunia dan akhirat. Dia mendapatkan kebahagiaan dan rasa aman di akhirat kelak. Perasaan ketakutan dan kesedihan sudah dihapuskan darinya, tertuang dalam ayat yang lain,
﴾ فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ 38 ﴿
"Maka barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati."
(Al-Baqarah: 38).
Mengikuti hidayah adalah dengan cara membenarkan berita wahyu tanpa mengcounternya dengan syubhat-syubhat. Dan menaati perintah adalah melalui sikap tidak melawannya dengan nafsu syahwat.
#
{124} {ومَنْ أعرضَ عن ذِكْري}؛ أي: كتابي الذي يُتَذَكَّر به جميع المطالب العالية، وأن يتركه على وجه الإعراض عنه أو ما هو أعظم من ذلك؛ بأن يكون على وجه الإنكار له والكفر به. {فإنَّ له معيشةً ضنكاً}؛ أي: فإنَّ جزاءه أن نَجْعَلَ معيشَته ضيقةً مشقَّةً، ولا يكون ذلك إلاَّ عذاباً. وفُسِّرت المعيشةُ الضَّنْك بعذاب القبر، وأنَّه يُضَيَّقُ عليه قبرُه، ويُحْصَرُ فيه، ويعذَّبُ جزاءً لإعراضِهِ عن ذِكْرِ ربِّه، وهذه إحدى الآيات الدالَّة على عذاب القبر.
والثانية: قوله تعالى: {ولو تَرَى إذِ الظالمونَ في غَمَراتِ الموتِ والملائكةُ باسطو أيديهم ... } الآية.
والثالثة: قوله: {وَلَنُذيقَنَّهم من العذابِ الأدنى دونَ العذابِ الأكبرِ}.
والرابعة: قوله عن آل فرعون: {النارُ يُعْرَضونَ عليها غُدُوًّا وعَشِيًّا ... } الآية.
والذي أوجب لمن فسرها بعذاب القبر فقط من السلف وقصروها على ذلك ـ والله أعلم ـ آخر الآية، وأنَّ الله ذَكَرَ في آخرها عذابَ يوم القيامة.
وبعض المفسِّرين يرى أن المعيشة الضَّنْكَ عامَّة في دار الدنيا؛ بما يُصيبُ المعرِضَ عن ذِكْرِ ربِّه من الهموم والغموم والآلام، التي هي عذابٌ معجَّل، وفي دار البرزخ، وفي الدار الآخرة؛ لإطلاق المعيشة الضَّنْكِ وعدم تقييدها. {ونحشُرُه}؛ أي: هذا المعرض عن ذِكْر ربِّه {يومَ القيامةِ أعمى}: البصر على الصحيح؛ كما قال تعالى: {ونحشُرُهم يومَ القِيامة على وجوهِهِم عُمْياً وبُكْماً وصُمًّا}.
(124) ﴾ وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي
﴿ "Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu," yaitu dari kitabKu yang menjadi sumber pengingat seluruh cita-cita yang tinggi, membiarkannya dengan cara berpaling darinya atau dengan sikap lebih parah dari itu, dengan cara meng-ingkari atau mengkufurinya, ﴾ فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا
﴿ "maka sesungguhnya dia mendapatkan penghidupan yang sempit," maksudnya sesungguh-nya balasannya adalah Kami menjadikan penghidupannya sempit lagi susah. Dan tidaklah hal itu melainkan suatu siksaan. Peng-hidupan yang sempit juga ditafsirkan dengan siksa kubur. Kubur-nya akan dipersempit, terkepung di dalamnya, dan tersiksa sebagai balasan atas sikapnya berpaling dari peringatan Rabbnya. Ini salah satu dalil dari ayat yang menunjukkan keberadaan siksa kubur.
Ayat kedua, Firman Allah,
﴾ وَلَوۡ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِي غَمَرَٰتِ ٱلۡمَوۡتِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓاْ أَيۡدِيهِمۡ
﴿
"Sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya." (Al-An'am: 93).
Ayat ketiga, FirmanNya,
﴾ وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡأَدۡنَىٰ دُونَ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡأَكۡبَرِ
﴿
"Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat)." (As-Sajdah: 21).
Ayat keempat, FirmanNya tentang kelompok Fir'aun,
﴾ ٱلنَّارُ يُعۡرَضُونَ عَلَيۡهَا غُدُوّٗا وَعَشِيّٗاۚ
﴿
"Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang." (Al-Mu`min: 46).
Menurut ulama Salaf yang menafsirkannya dengan siksa kubur saja dan membatasinya pada point itu semata -wallahu a'lam- bagian yang menentukan adalah penghujung ayat ini, dan bahwa Allah menyebutkan siksa Hari Kiamat di akhir ayat.
Sebagian ahli tafsir memandang bahwa penghidupan yang sempit itu bersifat umum di dunia ini saja, semisal kesedihan, ke-getiran dan hal-hal yang menyakitkan yang menimpa orang yang berpaling dari peringatan Rabbnya, yang merupakan siksaan yang disegerakan (di dunia ini), di alam Barzakh, dan di akhirat, lantaran lafazhnya mutlak tanpa diikat (dengan sesuatu pun). ﴾ وَنَحۡشُرُهُۥ
﴿ "Dan Kami akan menghimpunkannya," orang yang berpaling dari peringatan Rabbnya ﴾ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ 124
﴿ "pada Hari Kiamat dalam keadaan buta," maksudnya buta indera matanya menurut pendapat yang shahih. Seperti Firman Allah تعالى,
﴾ وَنَحۡشُرُهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمۡ عُمۡيٗا وَبُكۡمٗا وَصُمّٗاۖ ﴿
"Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada Hari Kiamat
(diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu, dan tuli."
(Al-Isra`: 97).
#
{125} {قال}: على وجه الذُّلِّ والمراجعة والتألُّم والضجر من هذه الحالة: {ربِّ لمَ حشرتَني أعمى وقد كنتُ}: في دار الدُّنيا {بصيراً}: فما الذي صيَّرني إلى هذه الحالة البشعة؟
(125) ﴾ قَالَ
﴿ "Ia berkata," dengan deraan kehinaan, meminta-minta dan kepedihan serta kegoncangan batin karena kondisi ini ﴾ رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِيٓ أَعۡمَىٰ وَقَدۡ كُنتُ
﴿ "Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya," di dunia ﴾ بَصِيرٗا ﴿ "se-orang yang melihat." Apakah yang menyebabkan diriku berubah ke keadaan yang mengerikan seperti ini?
#
{126} {قال كذلك أتَتْكَ آياتُنا فنسيتَها}: بإعراضِكَ عنها، {وكذلك اليومَ تُنسى}؛ أي: تُتْرَكُ في العذاب؛ فأجيب بأنَّ هذا هو عينُ عملك، والجزاء من جنس العمل؛ فكما عَميتَ عن ذِكْر ربِّك، وعشيتَ عنه، ونسيتَه ونسيت حظَّك منه؛ أعمى اللهُ بَصَرَكَ في الآخرة، فحُشِرْتَ إلى النار أعمى أصمَّ أبكم، وأعرضَ عنك، ونَسِيَكَ في العذاب.
(126) ﴾ قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتۡكَ ءَايَٰتُنَا فَنَسِيتَهَاۖ
﴿ "Allah berfirman, 'Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya'," dengan berpaling darinya ﴾ وَكَذَٰلِكَ ٱلۡيَوۡمَ تُنسَىٰ 126 ﴿ "dan begitu
(pula) pada hari ini pun kamu dilupakan," maksudnya dibiarkan dalam kubangan siksaan.
(Permintaannya) dijawab dengan jawaban bahwa itu me-rupakan
(balasan) amalanmu. Bentuk balasan itu disebabkan jenis perbuatan itu sendiri. Sebagaimana engkau buta terhadap peringat-an Rabbmu, tidak mau memandang dengan jelas dan melupakan-nya, dan melupakan bagian kewajibanmu darinya, maka Allah membutakan pandanganmu di akhirat. Engkau digiring ke neraka dalam keadaan buta, tuli, dan bisu. Dia berpaling darimu dan melupakan keberadaanmu dalam siksaan.
#
{127} {وكذلك}؛ أي: هذا الجزاء نجزيه {مَنْ أسرف}: بأن تعدَّى الحدود وارتكب المحارم وجاوز ما أُذِنَ له، {ولم يؤمن بآيات ربِّه}: الدالَّة على جميع مطالب الإيمان دلالةً واضحةً صريحةً؛ فالله لم يَظْلِمْه ولم يَضَع العقوبة في غير محلِّها، وإنَّما السبب إسرافُه وعدم إيمانه. {ولعذابُ الآخرةِ أشدُّ}: من عذاب الدُّنيا أضعافاً مضاعفةً، {وأبقى}: لكونِهِ لا ينقطعُ؛ بخلاف عذاب الدُّنيا؛ فإنَّه منقطع؛ فالواجب الخوف والحذر من عذابِ الآخرة.
(127) ﴾ وَكَذَٰلِكَ
﴿ "Dan demikanlah," dengan balasan ini Kami membalas ﴾ مَنۡ أَسۡرَفَ
﴿ "orang yang melampaui batas," melewati batas-batas dan melakukan perbuatan-perbuatan haram serta melampaui wilayah yang diperbolehkan baginya ﴾ وَلَمۡ يُؤۡمِنۢ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِۦۚ
﴿ "dan tidak percaya terhadap ayat-ayat Rabbnya," yang menunjukkan kepada se-luruh tuntutan keimanan, dengan sejelas-jelasnya lagi tegas. Allah tidaklah menganiayanya dan tidak menjatuhkan hukuman bukan pada tempatnya. Akan tetapi, penyebabnya adalah tindakannya melampaui batas dan tidak beriman. ﴾ وَلَعَذَابُ ٱلۡأٓخِرَةِ أَشَدُّ
﴿ "Dan sesung-guhnya azab di akhirat itu lebih berat," daripada siksa dunia dengan berlipat ganda ﴾ وَأَبۡقَىٰٓ 127 ﴿ "dan lebih kekal," karena tidak pernah ber-henti. Berbeda dengan siksa dunia, akan berhenti. Maka kewajiban kita adalah takut dan berwaspada dari siksa akhirat.
{أَفَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنَ الْقُرُونِ يَمْشُونَ فِي مَسَاكِنِهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِأُولِي النُّهَى (128)}.
"Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka
(kaum musy-rikin) berapa banyaknya Kami membinasakan umat-umat sebelum mereka, padahal mereka berjalan
(di bekas-bekas) tempat tinggal umat-umat itu? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal."
(Thaha: 128).
#
{128} أي: {أفلم يَهْدِ}: لهؤلاء المكذِّبين المعرضين ويدلُّهم على سلوك طريق الرشاد وتجنُّب طريق الغيِّ والفسادِ ما أحلَّ الله بالمكذبين قبلَهم من القرون الخالية والأمم المتتابعة، الذين يعرِفون قَصَصهم، ويتناقلون أسمارهم، وينظرون بأعينهم مساكِنَهم من بعدهم؛ كقوم هودٍ وصالح ولوطٍ وغيرهم، وأنَّهم لما كذَّبوا رُسُلَنا وأعرضوا عن كُتُبِنا؛ أصبْناهم بالعذاب الأليم؛ فما الذي يؤمِّنُ هؤلاء أن يَحِلَّ بهم ما حلَّ بأولئك؟ {أكُفَّارُكُم خيرٌ من أولئِكُم أم لكم براءةٌ في الزُّبُر أم يقولونَ نحنُ جميعٌ مُنْتَصِرٌ}: لا شيء من هذا كلِّه، فليس هؤلاء الكفار خيراً من أولئك حتى يُدْفَع عنهم العذاب بخيرهم، بل هم شرٌّ منهم، لأنَّهم كفروا بأشرف الرسل وخير الكتب، وليس لهم براءةٌ مزبورةٌ وعهدٌ عند الله، وليسوا كما يقولون إنَّ جَمْعَهم ينفعهم ويدفَعُ عنهم، بل هم أذلُّ وأحقر من ذلك؛ فإهلاك القرون الماضية بذنوبهم من أسباب الهدايةِ؛ لكونِها من الآيات الدالَّة على صحَّة رسالة الرسل الذين جاؤوهم وبطلان ما هم عليه، ولكن ما كلُّ أحدٍ ينتفع بالآيات، إنَّما ينتفعُ بها أولو النُّهى؛ أي: العقول السليمة والفطر المستقيمة، والألباب التي تَزْجُرُ أصحابَها عمَّا لا ينبغي.
(128) Maksudnya, ﴾ أَفَلَمۡ يَهۡدِ
﴿ "Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka," yaitu orang-orang yang mendustakan lagi berpaling, lalu mengarahkan mereka untuk melintasi jalan petunjuk dan men-jauhi jalan kesesatan dan kerusakan, yaitu azab yang telah Allah timpakan kepada orang-orang yang mendustakan sebelum mereka dari generasi-generasi terdahulu dan bangsa-bangsa yang silih berganti yang mereka itu mengetahui sejarah-sejarah mereka dan menjadikannya bahan perbincangan mereka di malam hari, serta dapat menyaksikan (dengan mata kepala mereka) bekas-bekas tempat tinggal kaum yang mendustakan itu, semisal kaum Nabi Hud, Shalih, Luth, dan lain-lain. Mereka itu ketika mendustakan para rasul Kami dan berbelok dari kitab-kitab Kami, niscaya Kami menjatuhkan siksa yang pedih pada mereka. Apakah yang mem-buat orang-orang itu merasa aman dari turunnya siksa yang me-ngenai kaum-kaum itu?
﴾ أَكُفَّارُكُمۡ خَيۡرٞ مِّنۡ أُوْلَٰٓئِكُمۡ أَمۡ لَكُم بَرَآءَةٞ فِي ٱلزُّبُرِ 43 أَمۡ يَقُولُونَ نَحۡنُ جَمِيعٞ مُّنتَصِرٞ 44 ﴿
"Apakah orang-orang kafirmu
(hai kaum musyrikin) lebih baik dari-pada mereka itu, atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan
(dari azab) dalam kitab-kitab yang dahulu. Atau apakah mereka menga-takan, 'Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang'."
(Al-Qamar: 43-44).
Fakta ini sama sekali tidak ada pada mereka. Orang-orang kafir itu tidak lebih baik daripada mereka
(yang sudah dibinasa-kan) hingga siksaan
(bisa) disingkirkan dari mereka dengan sebab kebaikan yang mereka punya. Bahkan mereka itu lebih buruk dari kaum-kaum itu. Karena mereka mengingkari utusan Allah yang termulia dan kitab yang terbaik. Mereka pun tidak mempunyai
(surat) bebas yang tertulis dan janji
(selamat) dari Allah. Dan mereka bukanlah sebagaimana yang mereka ungkapkan, bahwa kesatuan mereka berguna bagi mereka dan sanggup menolak azab dari mereka. Bahkan mereka itu lebih hina dan nista dari itu. Pemusnahan generasi-generasi manusia tempo dulu disebabkan dosa-dosa mereka adalah termasuk salah satu penyebab datangnya hidayah, lantaran ia termasuk tanda-tanda kebesaran Allah yang menandakan kebenaran risalah para rasul yang membawanya kepada mereka dan kebatilan ajaran yang ada pada kaum kuffar. Akan tetapi, tidak setiap orang dapat meraih manfaat dengan tanda-tanda kebesaran Allah itu. Orang yang berhasil merengkuh manfaat dengannya, hanyalah orang-orang berakal, yaitu orang-orang yang mempunyai akal-akal yang sehat lagi fitrah-fitrah yang masih lurus. Sementara al-Albab adalah akal-akal yang mengekang pemiliknya dari hal-hal yang tidak sepantasnya diperbuat.
{وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَكَانَ لِزَامًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى (129) فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا وَمِنْ آنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضَى (130)}.
"Dan sekiranya tidak ada suatu ketetapan yang terdahulu dari Rabbmu atau tidak ada ajal yang telah ditentukan, pasti
(azab itu) menimpa mereka. Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Rabbmu, sebe-lum terbit matahari dan terbenamnya, dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang."
(129-130).
#
{129} هذه تسليةٌ للرسول وتصبيرٌ له عن المبادرة إلى إهلاك المكذِّبين المعرضين، وأنَّ كفرَهم وتكذيبَهم سببٌ صالحٌ لحلول العذاب بهم ولزومِهِ لهم؛ لأنَّ الله جَعَلَ العقوبات سبباً وناشئاً عن الذُّنوب ملازماً لها، وهؤلاء قد أتَوْا بالسبب، ولكنَّ الذي أخَّره عنهم كلمةُ ربِّك المتضمِّنة لإمهالهم وتأخيرهم وضربِ الأجل المسمَّى؛ فالأجل المسمَّى ونفوذُ كلمة الله هو الذي أخَّر عنهم العقوبة إلى إبَّانِ وقتها، ولعلَّهم يراجعون أمر الله فيتوب عليهم ويرفع عنهم العقوبة إذا لم تحقَّ عليهم الكلمة.
(129) Ini adalah hiburan hati bagi Rasulullah dan penahan diri bagi beliau untuk menyegerakan pemusnahan kaum yang men-dustakan lagi berpaling, dan bahwa kekufuran serta pendustaan yang mereka lakukan merupakan penyebab yang pantas menda-tangkan siksaan dan kontinyuitasnya pada mereka. Sebab, Allah menciptakan hukuman-hukuman itu memiliki pemicu dan timbul dari dosa-dosa serta melekat dengannya. Mereka itu sudah mela-kukan ulah yang menjadi penyebab turunnya siksa. Namun, faktor yang menunda azab dari mereka ialah ketetapan Rabbmu yang memuat penundaan dan pengakhiran
(siksa) untuk mereka serta pengaturan waktu yang sudah ditentukan. Waktu yang sudah ditentukan dan ketetapan Rabbmu, itulah yang mengundurkan tibanya siksaan pada mereka sampai datanglah waktunya. Boleh jadi mereka kembali memikirkan perintah Allah, hingga Allah me-nerima taubat mereka dan menghilangkan hukuman dari mereka, jika ketetapan Allah tidak jadi mengenai mereka.
#
{130} ولهذا أمر الله رسولَه بالصبر على أذيَّتِهم بالقول، وأمره أن يتعوَّض عن ذلك وليستعين عليه بالتسبيح {بحمدِ} ربِّه في هذه الأوقات الفاضلة؛ {قبلَ طلوعِ الشمس وقبل غروبها}، وفي أطراف النهار أوله وآخره؛ عموم بعد خصوص، وأوقات {الليلِ} وساعاته، لعلَّك إنْ فعلتَ ذلك ترضى بما يعطيك ربُّك من الثواب العاجل والآجل، وليطمئنَّ قلبُك، وتَقَرَّ عينُك بعبادة ربِّك، وتتسلَّى بها عن أذيَّتِهِم؛ فيخفَّ حينئذٍ عليك الصبر.
(130) Untuk itu, Allah memerintahkan RasulNya untuk bersabar menghadapi gangguan mereka yang berbentuk ucapan, dan memerintahkan beliau untuk menahan diri dari itu serta me-nolong diri dengan bertasbih ﴾ بِحَمۡدِ
﴿ "dengan memuji," Rabbnya di waktu-waktu yang utama ini ﴾ قَبۡلَ طُلُوعِ ٱلشَّمۡسِ وَقَبۡلَ غُرُوبِهَاۖ
﴿ "sebelum terbit matahari dan terbenamnya," dan di ujung-ujung siang hari, yaitu pada permulaan dan akhir hari. Ini merupakan penyebutan keterangan yang umum setelah ungkapan khusus, dan waktu-waktu ﴾ ٱلَّيۡلِ ﴿ "di malam hari," dan jam-jamnya. Jika engkau mengerjakannya, pasti engkau akan ridha dengan apa yang Allah berikan kepadamu berupa pahala yang segera dan yang diakhirkan. Hendaklah hatimu tentram, pandanganmu sejuk dengan beribadah kepada Rabbmu serta mencari hiburan hati dengannya dari gangguan-gangguan mereka. Ketika itulah, sikap sabar terasa ringan bagimu.
{وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى (131)}.
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia agar Kami menguji mereka dengan
(kesenangan) itu. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal."
(Thaha: 131).
#
{131} أي: ولا تمدَّ {عَيْنَيْكَ} معجباً ولا تكرِّر النظر مستحسناً إلى أحوال الدُّنيا والممتَّعين بها من المآكل والمشارب اللذيذة والملابس الفاخرة والبيوت المزخرفة والنساء المجمَّلة؛ فإنَّ ذلك كلَّه زهرةُ {الحَياةِ الدُّنيا}؛ تبتهج بها نفوسُ المغترين، وتأخُذُ إعجاباً بأبصار المعرِضين، ويتمتَّع بها بقطع النظرِ عن الآخرة القومُ الظالمون، ثم تذهب سريعاً وتمضي جميعاً، وتقتلُ محبِّيها وعشَّاقَها فيندمون حيث لا تنفع الندامة، ويعلمون ما هم عليه إذا قدِموا يوم القيامة، وإنَّما جعلها الله فتنةً واختباراً ليعلمَ من يَقِفُ عندها ويغترُّ بها ومَنْ هو أحسنُ عملاً. كما قال تعالى: {إنا جَعلنَا ما على الأرضِ زينَة لها لنَبلوهم أيُّهُم أحَسنُ عَملاً وإنَّا لجاعلونَ ما عَلَيْها صعيداً جُرُزاً}. {ورزقُ ربِّك}: العاجل من العلم والإيمان وحقائق الأعمال الصالحة، والآجل من النعيم المقيم والعيش السليم في جوار الربِّ الرحيم، {خيرٌ}: مما متَّعنا به أزواجاً في ذاته وصفاته، {وأبقى}: لكونِهِ لا ينقطع أكُلُها دائمٌ وظلُّها؛ كما قال تعالى: {بل تؤثِرونَ الحياة الدُّنيا. والآخرةُ خيرٌ وأبقى}.
وفي هذه الآية إشارةٌ إلى أنَّ العبد إذا رأى من نفسِهِ طموحاً إلى زينة الدُّنيا وإقبالاً عليها أنْ يُذَكِّرَها ما أمامها من رزقِ ربِّه، وأنْ يوازِنَ بين هذا وهذا.
(131) Maka janganlah engkau membelalakkan ﴾ عَيۡنَيۡكَ
﴿ "kedua matamu," dengan penuh keheranan dan janganlah engkau berulang-ulang memandang dengan simpatik ke pernak-pernik dunia dan orang-orang yang larut dalam kemewahan padanya, dalam ma-kanan, minuman yang lezat, pakaian yang mewah, hunian-hunian yang sarat dengan keindahan, dan wanita-wanita yang cantik-cantik. Semua itu merupakan kembang ﴾ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا
﴿ "kehidupan dunia," mak-sudnya jiwa orang-orang yang terperdaya begitu riang dengannya, dan (kehidupan dunia) itu menarik kekaguman orang-orang yang berpaling (dari peringatan). Orang-orang zhalim menikmatinya tanpa menengok kondisi alam akhirat. Kemudian, kembang dunia itu pun hilang dengan begitu cepat dan berlalu semua, membunuhi para pecintanya dan perundungnya. Mereka akan menyesal di saat sesal tidak berguna lagi. Mereka mengetahui tindak-tanduk mereka ketika memasuki Hari Kiamat. Allah hanyalah menjadikannya se-bagai sumber fitnah dan ujian, supaya dapat dideteksi orang-orang yang diam dan terpukau dengannya dan orang-orang yang lebih baik amalannya. Sebagaimana Allah تعالى berfirman,
﴾ إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةٗ لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗا 7 وَإِنَّا لَجَٰعِلُونَ مَا عَلَيۡهَا صَعِيدٗا جُرُزًا 8
﴿
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka, siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Dan Kami benar-benar akan menjadikan se-suatu yang di atasnya sebagai tanah yang tandus lagi kering." (Al-Kahfi: 7-8).
﴾ وَرِزۡقُ رَبِّكَ
﴿ "Dan karunia Rabbmu," yang segera (dapat diraih), berupa ilmu, iman, dan hakikat-hakikat amalan yang shalih. Dan karunia yang ditunda (di akhirat) berupa kenikmatan yang lestari dan kehidupan yang nyaman di sisi Rabb Yang Maha Penyayang ﴾ خَيۡرٞ
﴿ "adalah lebih baik," daripada sesuatu yang Kami limpahkan kepada kelompok-kelompok itu pada dzat dan sifat-sifatnya. ﴾ وَأَبۡقَىٰ
﴿ "dan lebih kekal," lantaran tidak pernah terputus. Buah-buahnya dan kesejukannya langgeng. Seperti Firman Allah,
﴾ بَلۡ تُؤۡثِرُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا 16 وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓ 17 ﴿
"Tetapi kamu
(orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Se-dang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal."
(Al-A'la: 16-17).
Dalam ayat ini terselip sebuah isyarat bahwa seorang hamba jika menyaksikan pada dirinya terdapat kerakusan terhadap pesona dunia dan sorotan kepadanya, maka dia wajib mengingatkan dirinya dengan kenikmatan-kenikmatan yang ada di depannya
(di akhirat) dari karunia Rabbnya, dan dia harus membandingkan antara ini dan itu.
{وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى (132)}.
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat
(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa."
(Thaha: 132).
#
{132} أي: حُثَّ أهلك على الصلاة، وأزْعِجْهم إليها من فرض ونفل، والأمرُ بالشيء أمرٌ بجميع ما لا يتمُّ إلاَّ به، فيكون أمراً بتعليمهم ما يُصْلِحُ الصلاة ويفسِدُها ويُكْمِلُها. {واصْطَبِرْ عليها}؛ أي: على الصلاة بإقامتها بحدودها وأركانها [وآدابها] وخشوعها؛ فإنَّ ذلك مشقٌّ على النفس، ولكنْ ينبغي إكراهها وجهادُها على ذلك والصبر معها دائماً؛ فإنَّ العبد إذا أقام صلاته على الوجه المأمور به؛ كان لما سِواها من دينِهِ أحفظَ وأقوم، وإذا ضيَّعها؛ كان لما سِواها أضيعَ. ثم ضَمِنَ تعالى لرسولِهِ الرزقَ، وأنْ لا يَشْغَلَه الاهتمام به عن إقامة دينِهِ، فقال: {نحن نرزُقُك}؛ أي: رزقُك علينا، قد تكفَّلْنا به كما تكفَّلْنا بأرزاقِ الخلائق كلِّهم؛ فكيف بمن قام بأمرِنا واشتغل بذِكْرِنا؟! ورزقُ الله عامٌّ للمتَّقي وغيره؛ فينبغي الاهتمام بما يجلبُ السعادة الأبديَّة، وهو التقوى، ولهذا قال: {والعاقبةُ}: في الدُّنيا والآخرة {للتَّقْوى}: التي هي فعل المأمور وتركُ المنهيِّ؛ فمن قام بها؛ كان له العاقبةُ؛ كما قال تعالى: {والعاقبةُ للمتَّقين}.
(132) Maksudnya himbaulah keluargamu untuk mendirikan shalat, doronglah mereka untuk shalat, baik yang wajib maupun sunnah. اَلْأَمْرُ بِالشَّيْءِ أَمْرٌ بِجَمِيْعِ مَا لَا يَتِمُّ الْوَاجِبُ إِلَّا بِهِ
(Perintah kepada se-suatu, berarti memerintahkan segala sesuatu yang mana suatu yang wajib tidak akan sempurna kecuali dengannya). Maka ia juga men-jadi perintah mengajari anggota keluarga tentang perkara-perkara yang memperbaiki shalat dan merusaknya serta yang menyempur-nakannya ﴾ وَٱصۡطَبِرۡ عَلَيۡهَاۖ
﴿ "dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya," yaitu mengerjakan shalat dengan menegakkannya dengan me-nyempurnakan batasan-batasan aturannya, rukun-rukunnya, [adab-adabnya], dan unsur khusyu'nya.
Sesungguhnya hal itu berat dirasakan oleh jiwa manusia. Akan tetapi, sepatutnya seseorang memaksakan diri dan berusaha keras untuk mengerjakannya dan selalu bersabar dengan ibadah ini. Sesungguhnya seorang hamba, jika dia benar menegakkan shalatnya sesuai dengan yang diperintahkan, maka dengan urusan agama yang lainnya, niscaya dia akan lebih menjaga dan tekun mengerjakannya. Jika dia menyia-nyiakannya, maka dia akan lebih menyia-nyiakan perintah agama yang lainnya. Kemudian Allah (memberitahukan) tentang jaminan rizki bagi Rasulullah, agar per-hatian kepadanya tidak menyibukkan beliau dari tugas menegak-kan agamaNya. Allah berfirman, ﴾ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكَۗ
﴿ "Kamilah yang memberi rizki kepadamu," maksudnya rizkimu menjadi tanggungan Kami. Kami yang menanggung sebagaimana Kami bertanggung jawab atas rizki bagi semua makhluk. Bagaimana dengan orang yang melaksanakan perintah Kami dan sibuk dengan mengingat Kami?! (Sudah tentu Kami lebih menjaminnya). Curahan rizki Allah itu umum, merata bagi orang yang bertakwa dan tidak. Maka, seyog-yanya diperhatikan hal-hal yang mendatangkan kebahagiaan yang abadi, yaitu ketakwaan. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَٱلۡعَٰقِبَةُ
﴿ "Dan akibat (yang baik)," di dunia dan akhirat ﴾ لِلتَّقۡوَىٰ 132
﴿ "adalah bagi orang yang bertakwa," yang hakikatnya yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Siapa saja yang merealisasikannya, niscaya dia mendapatkan kesudahan yang baik.
Seperti Firman Allah,
﴾ وَٱلۡعَٰقِبَةُ لِلۡمُتَّقِينَ 128 ﴿
"Dan akibat
(yang baik) bagi orang-orang yang bertakwa."
(Al-A'raf: 128).
{وَقَالُوا لَوْلَا يَأْتِينَا بِآيَةٍ مِنْ رَبِّهِ أَوَلَمْ تَأْتِهِمْ بَيِّنَةُ مَا فِي الصُّحُفِ الْأُولَى (133) وَلَوْ أَنَّا أَهْلَكْنَاهُمْ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِهِ لَقَالُوا رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَذِلَّ وَنَخْزَى (134) قُلْ كُلٌّ مُتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوا فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ أَصْحَابُ الصِّرَاطِ السَّوِيِّ وَمَنِ اهْتَدَى (135)}.
"Dan mereka berkata, 'Mengapa dia tidak membawa bukti kepada Kami dari Rabbnya? Dan apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu? Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum al-Qur`an itu
(diturunkan), tentulah mereka berkata, 'Ya Rabb kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayatMu sebelum kami menjadi hina dan rendah?' Katakanlah, 'Masing-masing
(kita) menanti, maka kalian nantikanlah! Maka kalian kelak akan me-ngetahui, siapa yang menempuh jalan yang lurus dan siapa yang telah membawa petunjuk'."
(Thaha: 133-135).
#
{133} أي: قال المكذِّبون للرسول - صلى الله عليه وسلم -: هلاَّ يأتينا بآيةٍ من ربِّه؛ يعنونَ آيات الاقتراح؛ كقولهم: {وقالوا لَن نؤمنَ لك حتى تَفْجُرَ لنا من الأرضِ يَنبوعاً أو تكونَ لك جَنَّةٌ من نخيل وعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الأنهار خلالها تَفْجِيرا. أو تسقِطَ السماء كما زعمتَ علينا كِسَفاً أو تأتيَ بالله والملائكةِ قَبيلاً}، وهذا تعنُّت منهم وعنادٌ وظلمٌ؛ فإنَّهم هم والرسول بشرٌ عبيدٌ لله؛ فلا يليقُ منهم الاقتراح بحسب أهوائهم، وإنَّما الذي ينزِلُها ويختارُ منها ما يختارُ بحسب حكمتِهِ هو الله، ولما كان قولهم: {لولا يأتينا بآية من ربِّه}: يقتضي أنَّه لم يأتِهِم بآيةٍ على صدقِهِ ولا بيِّنة على حقِّه، وهذا كذبٌ وافتراء؛ فإنه أتى من المعجزات الباهرات والآيات القاهرات ما يحصُلُ ببعضه المقصودُ، ولهذا قال: {أَوَلَمْ [تأتِهم]}: إن كانوا صادقينَ في قولهم، وأنهم يطلبُون الحقَّ بدليله، {بيِّنَةُ ما في الصُّحف الأولى}؛ أي: هذا القرآن العظيم، المصدِّق لما في الصحف الأولى من التوراة والإنجيل والكتب السابقة، المطابق لها، المخبر بما أخبرت به، وتصديقُهُ أيضاً مذكورٌ فيها، ومبشَّر بالرسول بها، وهذا كقولِهِ تعالى: {أَوَلَم يكفِهِم أنَّا أنزلنا عليك الكتابَ يُتلى عليهم إنَّ في ذلك لرحمةً وذِكْرى لقوم يؤمنونَ}؛ فالآياتُ تنفعُ المؤمنين ويزداد بها إيمانُهم وإيقانُهم، وأما المعرضونَ عنها المعارضون لها؛ فلا يؤمنونَ بها ولا ينتفعونَ بها. {إنَّ الذين حقَّتْ عليهم كلمةُ ربِّك لا يؤمنون. ولو جاءَتْهم كلُّ آيةٍ حتى يَرَوُا العذابَ الأليم}.
(133) Maksudnya, orang-orang yang mendustakan Rasu-lullah mengatakan, "Mengapa dia tidak membawa bukti kepada Kami dari Rabbnya?" Yang mereka maksudkan adalah tanda-tanda kebesaran yang sesuai dengan keinginan mereka. Semisal ucapan mereka,
﴾ وَقَالُواْ لَن نُّؤۡمِنَ لَكَ حَتَّىٰ تَفۡجُرَ لَنَا مِنَ ٱلۡأَرۡضِ يَنۢبُوعًا 90 أَوۡ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٞ مِّن نَّخِيلٖ وَعِنَبٖ فَتُفَجِّرَ ٱلۡأَنۡهَٰرَ خِلَٰلَهَا تَفۡجِيرًا 91 أَوۡ تُسۡقِطَ ٱلسَّمَآءَ كَمَا زَعَمۡتَ عَلَيۡنَا كِسَفًا أَوۡ تَأۡتِيَ بِٱللَّهِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ قَبِيلًا 92
﴿
"Dan mereka berkata, 'Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami. Atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya. Atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan, atau kamu da-tangkan Allah dan malaikat berhadapan muka dengan kami'." (Al-Isra`: 90-92).
Ini (cerminan) sikap kepala batu dan penentangan serta kezhaliman dari mereka. Mereka dan Rasulullah itu (sama) dari kalangan manusia, hamba Allah. Tidak sepantasnya mereka me-lontarkan usulan menurut hawa nafsu mereka. Karena Dzat yang menurunkan dan memilih sekehendaknya sesuai dengan tuntutan hikmah hanyalah Allah semata. Lantaran ucapan mereka i n i ﴾ لَوۡلَا يَأۡتِينَا بِـَٔايَةٖ مِّن رَّبِّهِۦٓۚ
﴿ "Mengapa dia tidak membawa bukti kepada Kami dari Rabbnya?" memiliki konsekuensi makna bahwa Rasulullah belum membawakan kepada mereka tanda kebesaran Allah yang menun-jukkan kejujuran beliau atau bukti nyata yang menandakan kepada kebenaran beliau, maka ungkapan ini hanya dusta dan mengada-ada saja. Sesungguhnya beliau sudah memperlihatkan mukjizat yang fantastis dan tanda-tanda kebesaran Allah yang melumpuh-kan, yang sebagiannya saja sudah cukup mewakili substansinya.
Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ أَوَلَمۡ تَأۡتِهِم
﴿ "Dan apakah belum datang kepada mereka," jika mereka mau jujur dalam perkataan mereka, bahwa mereka menginginkan kebenaran disertai dalilnya ﴾ بَيِّنَةُ مَا فِي ٱلصُّحُفِ ٱلۡأُولَىٰ 133
﴿ "bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu?" Yaitu al-Qur`an yang agung, yang membenarkan berita-berita yang termuat pada lembaran-lembaran kitab terdahulu, berupa Taurat, Injil dan kitab-kitab Allah sebelum-nya, dan yang selaras dengannya, yang memberitahukan berita-berita yang disampaikan oleh kitab-kitab itu. (Bahkan) pembenaran al-Qur`an pun termaktub di dalamnya, memberi kabar gembira dengan kedatangan Rasulullah (Muhammad). Ini persis seperti Firman Allah,
﴾ أَوَلَمۡ يَكۡفِهِمۡ أَنَّآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَرَحۡمَةٗ وَذِكۡرَىٰ لِقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ 51
﴿
"Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah me-nurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur`an) yang dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (al-Qur`an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman." (Al-Ankabut: 51).
Ayat-ayat ini hanya bermanfaat bagi kaum Mukminin. Dengan itu, iman dan keyakinan mereka terdongkrak naik. Sementara itu, kaum yang berpaling darinya lagi menggerakkan perlawanan ke-padanya, maka mereka tidak mengimaninya dan tidak bisa meraup faidah dengannya,
﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ حَقَّتۡ عَلَيۡهِمۡ كَلِمَتُ رَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ 96 وَلَوۡ جَآءَتۡهُمۡ كُلُّ ءَايَةٍ حَتَّىٰ يَرَوُاْ ٱلۡعَذَابَ ٱلۡأَلِيمَ 97 ﴿
"Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Rabbmu, tidaklah akan beriman. Meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih."
(Yunus: 96-97).
#
{134} وإنَّما الفائدةُ في سوقها إليهم ومخاطبتهم بها لتقومَ عليهم حجَّة الله، ولئلاَّ يقولوا حين ينزلُ بهم العذاب: {لولا أرسلتَ إلَيْنا رسولاً فنتَّبعَ آياتِك من قبل أن نَذِلَّ ونَخْزى}: بالعقوبة؛ فها قد جاءكم رسولي ومعه آياتي وبراهيني؛ فإنْ كنتُم كما تقولون؛ فصدِّقوه.
(134) Faidah dari
(tindakan) mengarahkan ayat-ayat ke-pada mereka dan mengajak bicara mereka dengannya ialah untuk tujuan penegakan hujjah Allah atas mereka. Agar mereka tidak ber-komentar ketika siksaan datang kepada mereka, ﴾ لَوۡلَآ أَرۡسَلۡتَ إِلَيۡنَا رَسُولٗا فَنَتَّبِعَ ءَايَٰتِكَ مِن قَبۡلِ أَن نَّذِلَّ وَنَخۡزَىٰ 134 ﴿ "Ya Rabb kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayatMu sebelum kami menjadi hina dan rendah?" dengan sebab hukuman. Sekarang telah datang kepada kalian utusanKu, yang dibekali dengan ayat-ayat serta petunjuk-petunjuk dariKu. Jika kalian memang sesuai dengan perkataan kalian, maka percayailah dia.
#
{135} {قل}: يا محمد مخاطباً للمكذِّبين لك الذين يقولونَ تربَّصوا به ريَبْ المنون: {قُلْ كلٌّ متربِّصٌ}: فتربَّصوا بي الموت، وأنا أتربَّص بكم العذاب، {قل هل تَرَبَّصون بنا إلا إحدى الحُسْنَيَيْنِ}؛ أي: الظفر أو الشهادة؛ فنحن نتربَّص بكم أن يصيبَكم اللهُ بعذابٍ من عنده أو بأيدينا. {فَتَرَبَّصوا فستعلمونَ مَنْ أصحابُ الصِّراطِ السويِّ}؛ أي: المستقيم، {ومَنِ اهْتَدى}: بسلوكِهِ أنا أم أنتُم؛ فإنَّ صاحبه هو الفائزُ الراشدُ الناجي المفلحُ، ومَنْ حادَ عنه خاسرٌ خائبٌ معذَّب. وقد عُلِمَ أنَّ الرسول هو الذي بهذه الحالة، وأعداؤه بخلافه. والله أعلم.
(135) ﴾ قُلۡ
﴿ "Katakanlah," wahai Muhammad, untuk me-nyampaikan pembicaraan kepada orang-orang yang mendustakan dirimu, yang mengatakan, "Kalian nantikanlah kematiannya." ﴾ قُلۡ كُلّٞ مُّتَرَبِّصٞ
﴿ "Katakanlah, 'Masing-masing (kita) menanti'," maka kalian nantikanlah kematianku, dan aku menantikan kalian diazab.
﴾ قُلۡ هَلۡ تَرَبَّصُونَ بِنَآ إِلَّآ إِحۡدَى ٱلۡحُسۡنَيَيۡنِۖ
﴿
"Katakanlah, 'Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami kecuali salah satu dari dua kebaikan'." (At-Taubah: 52),
yaitu kemenangan atau kematian syahid. Kami menunggu Allah menimpakan siksa dari sisiNya (kepada kalian) atau melalui tangan-tangan kami. ﴾ فَتَرَبَّصُواْۖ فَسَتَعۡلَمُونَ مَنۡ أَصۡحَٰبُ ٱلصِّرَٰطِ ٱلسَّوِيِّ
﴿ "Maka kalian nantikanlah! Maka kamu kelak akan mengetahui, siapa yang menempuh jalan yang lurus," jalan yang lurus dan benar ﴾ وَمَنِ ٱهۡتَدَىٰ 135 ﴿ "dan siapa yang telah membawa petunjuk," dengan menempuhnya, sayakah atau kalian. Sesungguhnya pemilik jalan lurus itulah yang menang, mendapatkan petunjuk, selamat lagi beruntung. Dan siapa yang berbelok darinya, niscaya dia merugi, gagal lagi tersiksa. Dan sung-guh telah diketahui bahwa Rasulullah itulah insan yang bersifat seperti itu. Sementara para musuh beliau, tidak demikian. Wallahu a'lam.