Ayah:
TAFSIR SURAT YUSUF ( Nabi Yusuf )
TAFSIR SURAT YUSUF ( Nabi Yusuf )
Makkiyah
Ayah: 1 - 3 #
{الر تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ (1) إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (2) نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ (3)}.
"Alif, lam, ra. Ini adalah ayat-ayat Kitab (al-Qur`an) yang nyata (dari Allah). Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur`an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewah-yukan al-Qur`an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui." (Yusuf: 1-3).
#
{1} يخبر تعالى أن آيات القرآن هي {آياتُ الكتاب المُبين}؛ أي: البيِّن الواضحة ألفاظه ومعانيه.
(1) Allah تعالى mengabarkan bahwa ayat-ayat al-Qur`an a d a l a h ﴾ ءَايَٰتُ ٱلۡكِتَٰبِ ٱلۡمُبِينِ ﴿ "ayat-ayat Kitab (al-Qur`an) yang nyata" (dari Allah). Maksudnya ayat yang jelas lagi terang, lafazh dan makna-maknanya.
#
{2} ومن بيانه وإيضاحه أنَّه أنزله باللسان العربيِّ، أشرف الألسنة وأبينها، المبين لكلِّ ما يحتاجه الناس من الحقائق النافعة، وكلُّ هذا الإيضاح والتبيين {لعلَّكم تعقِلون}؛ أي: لتعقلوا حدوده وأصوله وفروعه وأوامره ونواهيه؛ فإذا عَقَلْتم ذلك بإيقانكم، واتَّصفت قلوبُكم بمعرفتها؛ أثمر ذلك عمل الجوارح والانقياد إليه، و {لعلَّكم تعقلون}؛ أي: تزداد عقولكم بتكرُّر المعاني الشريفة العالية على أذهانكم، فتنتقلون من حال إلى أحوال أعلى منها وأكمل.
(2) Di antara aspek kejelasan dan terangnya, Allah menurun-kannya dengan bahasa Arab, bahasa yang paling mulia dan fasih, ia (al-Qur`an) menerangkan segala hal yang dibutuhkan oleh manu-sia yang berupa fakta-fakta yang bermanfaat. Seluruh segi kejelasan dan terangnya al-Qur`an ini tujuannya ﴾ لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ﴿ "agar kamu me-mahaminya", supaya kalian memahami batasan-batasan Allah, ma-salah-masalah yang prinsip ataupun cabang-cabangnya, perintah-perintah dan larangan-laranganNya. Apabila kalian sudah mema-haminya dengan dasar keyakinan, dan hati-hati kalian menguasai pengetahuan tentangnya, maka hal itu akan membuahkan amalan anggota tubuh dan ketundukan hati kepadaNya. Dan ﴾ لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ﴿ "agar kamu memahaminya", agar akal-akal kalian bertambah matang melalui pengulangan makna-makna yang mulia lagi luhur pada benak-benak kalian. Hingga kalian akan berada dalam perubahan dari suatu kondisi kepada kondisi-kondisi lainnya, yang lebih tinggi dan sempurna.
#
{3} {نحن نقصُّ عليك أحسن القصص}؛ وذلك لصدقها وسلاسة عبارتها ورَوْنق معانيها، {بما أوحَيْنا إليك هذا القرآن}؛ أي: بما اشتمل عليه هذا القرآن الذي أوحَيْناه إليك وفضَّلناك به على سائر الأنبياء، وذاك محضُ منَّة من الله وإحسان. {وإن كنتَ من قبلِهِ لمن الغافلين}؛ أي: ما كنت تدري ما الكتاب ولا الإيمان قبل أن يوحي الله إليك، ولكنْ جَعَلْناه نوراً نهدي به مَن نشاءُ مِن عبادنا. ولما مدح ما اشتمل عليه هذا القرآن من القصص وأنها أحسن القصص على الإطلاق؛ فلا يوجد من القصص في شيء من الكتب مثل هذا القرآن؛ ذكر قصة يوسف وأبيه وإخوته، القصة العجيبة الحسنة فقال:
(3) ﴾ نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ أَحۡسَنَ ٱلۡقَصَصِ ﴿ "Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik", ditinjau dari keotentikannya dan pengungkapan-nya yang mengalir dengan halus dan keelokan makna-maknanya ﴾ بِمَآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ ﴿ "dengan mewahyukan al-Qur`an ini kepadamu", dengan kandungan yang dicakup oleh al-Qur`an yang Kami wahyu-kan kepadamu dan Kami telah memuliakan dirimu di atas segenap para nabi. Ini merupakan anugerah murni dan limpahan kebaikan dari Allah. ﴾ وَإِن كُنتَ مِن قَبۡلِهِۦ لَمِنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ ﴿ "Dan sesungguhnya kamu se-belum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui", engkau tidak tahu apakah al-Kitab itu, dan apakah hakikat keimanan itu, sebelum Allah mewahyukan (wahyu) kepada-mu. Namun Kami menjadikannya sebagai lentera cahaya. Dengan itu, Kami memberi hidayah kepada orang yang Kami kehendaki dari hamba-hamba Kami. Ketika Dia memuji kandungan kisah yang ada pada al-Qur`an, yang merupakan kisah terbaik secara mutlak, maka tidak ada satu kisah pun dalam kitab-kitab (lain) yang sebanding tingkatannya de-ngan kisah al-Qur`an ini, maka Allah mengetengahkan kisah Nabi Yusuf dan ayah serta saudara-saudaranya, yang merupakan sebuah kisah yang menakjubkan. Allah berfirman,
Ayah: 4 - 6 #
{إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَاأَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ (4) قَالَ يَابُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ (5) وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِ يَعْقُوبَ كَمَا أَتَمَّهَا عَلَى أَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (6)}.
"(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, 'Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, matahari dan bulan; aku melihat semuanya sujud kepadaku.' Ayah-nya berkata, 'Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, sehingga mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. Dan demikianlah Rabbmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan Dia mengajarkan kepadamu sebagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan Dia menyempurnakan nikmatNya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmatNya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Rabbmu Maha Me-ngetahui lagi Mahabijaksana'." (Yusuf: 4-6).
Ketahuilah bahwasanya Allah menyebutkan bahwa Dia men-ceritakan kisah terbaik dalam al-Qur`an kepada RasulNya. Kemu-dian, Dia menyampaikan kisah ini dan memaparkannya disertai uraian peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya. Sehingga bisa dimengerti bahwa kisah itu merupakan kisah yang sempurna, leng-kap lagi baik. Maka barangsiapa yang ingin menyempurnakannya atau membaguskannya dengan riwayat-riwayat Israiliyat yang tidak jelas sanad atau perawinya, yang pada umumnya merupakan kedus-taan, berarti ia telah berupaya mengetengahkan koreksian terhadap Allah, ia ingin menyempurnakan suatu bagian darinya yang dia klaim memiliki kekurangan. Cukuplah buat Anda untuk berhenti pada batas ini sebagai suatu kejelekan, karena tambahan-tambahan pada detail cerita surat tersebut telah menyesaki kitab-kitab tafsir, berupa kedustaan-kedustaan dan perkara-perkara menjijikkan yang banyak bertentangan dengan sesuatu yang difirmankan Allah تعالى. Maka kewajiban seorang hamba adalah untuk memahami apa yang telah diceritakan oleh Allah dan menyingkirkan penjelasan lainnya, yang bukan berupa nukilan yang berasal dari Nabi.
#
{4} فقوله تعالى: {إذ قال يوسُفُ لأبيه}: يعقوب بن إسحاق بن إبراهيم الخليل عليهم الصلاة والسلام، {يا أبتِ إنِّي رأيتُ أحد عشر كوكباً والشمسَ والقمرَ رأيتُهم لي ساجدين}: فكانت هذه الرؤيا مقدِّمة لما وصل إليه يوسفُ عليه السلام من الارتفاع في الدُّنيا والآخرة، وهكذا إذا أراد الله أمراً من الأمور العظام؛ قدَّم بين يديه مقدِّمة توطئةً له وتسهيلاً لأمره، واستعداداً لما يَرِدُ على العبد من المشاق، ولطفاً بعبده وإحساناً إليه فأوَّلَها يعقوب بأن الشمسَ أمُّه والقمرَ أبوه والكواكبَ إخوتُه، وأنَّه ستنتقل به الأحوال إلى أن يصير إلى حال يخضعون له ويسجُدون له إكراماً وإعظاماً، وأن ذلك لا يكون إلا بأسباب تتقدَّمه من اجتباء الله له واصطفائه له وإتمام نعمتِهِ عليه بالعلم والعمل والتمكين في الأرض، وأن هذه النعمة ستشمل آل يعقوب الذين سجدوا له، وصاروا تَبَعاً له فيها.
(4) Firman Allah تعالى, ﴾ إِذۡ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ ﴿ "(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya", Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim al-Khalil k, ﴾ يَٰٓأَبَتِ إِنِّي رَأَيۡتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ رَأَيۡتُهُمۡ لِي سَٰجِدِينَ ﴿ "Wahai ayahku, sesung-guhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, matahari dan bulan; aku melihat semuanya sujud kepadaku", mimpi inilah yang menjadi permulaan ketinggian martabat yang direngkuh Nabi Yusuf di du-nia dan akhirat. Demikianlah, jika Allah menghendaki sesuatu yang luar biasa, maka Dia akan memberikan peristiwa pendahuluan sebagai sinyal pembuka dan untuk memuluskan prosesnya, serta sebagai tindakan antisipasi terhadap kesulitan-kesulitan yang akan menghadang hambaNya itu serta sebagai bentuk kelembutan dan kebaikan Allah padanya. Ya'qub menakwilkannya dengan penjela-san bahwa matahari adalah ibunya, bulan berarti ayahnya. Sedang-kan bintang-bintang merupakan (cerminan) saudara-saudaranya. Berbagai fase kehidupan akan melewatinya, hingga berujung pada momentum saudara-saudaranya tunduk dan bersujud kepadanya, sebagai cerminan penghormatan dan pengagungan kepadanya. Peristiwa itu tidaklah terjadi melainkan dengan beberapa faktor pendahulu, berupa ketentuan seleksi dan pilihan dari Allah yang jatuh padanya (untuk menjadi Nabi), penyempurnaan nikmatNya baginya dengan ilmu, amal dan kekuasaan di dunia. Karunia itu akan menaungi semua anggota keluarga Ya'qub yang nantinya akan bersujud kepadanya dan menjadi pengikutnya.
#
{6} ولهذا قال: {وكذلك يَجْتبيك ربُّك}؛ أي: يصطفيك ويختارك بما منَّ به عليك من الأوصاف الجليلة والمناقب الجميلة، {ويعلِّمُكَ من تأويل الأحاديث}؛ أي: من تعبير الرؤيا وبيان ما تؤول إليه الأحاديث الصادقة كالكتب السماوية ونحوها، {ويتمُّ نعمَته عليك}: في الدنيا والآخرة؛ بأنْ يُؤتيك في الدنيا حسنةً وفي الآخرة حسنةً، {كما أتمَّها على أبويك من قبلُ إبراهيم وإسحاق}: حيث أنعم الله عليهما بنعم عظيمةٍ واسعةٍ دينيَّة ودنيويَّة. {إنَّ ربَّك عليمٌ حكيمٌ}؛ أي: عِلمه محيطٌ بالأشياء وبما احتوت عليه ضمائر العباد من البرِّ وغيره، فيعطي كلاًّ ما تقتضيه حكمته وحمده؛ فإنَّه حكيمٌ يضع الأشياء مواضعها، وينزلها منازلها.
(6) Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَكَذَٰلِكَ يَجۡتَبِيكَ رَبُّكَ ﴿ "Dan demikianlah Rabbmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi)", maksudnya, menyeleksi dan memilihmu atas dasar sifat-sifat luhur dan perangai bagus yang Allah anugerahkan kepadamu. ﴾ وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأۡوِيلِ ٱلۡأَحَادِيثِ ﴿ "Dan Dia mengajarkan kepadamu sebagian dari ta'bir mimpi-mimpi", berupa kemampuan menakwilkan mimpi dan penjelasan tentang kesuda-han di balik berita-berita yang benar seperti kitab-kitab samawi dan lainnya. ﴾ وَيُتِمُّ نِعۡمَتَهُۥ عَلَيۡكَ ﴿ "Dan Dia menyempurnakan nikmatNya kepa-damu", di dunia dan akhirat dengan memberikan karunia kebaikan padamu di dunia dan karunia kebaikan di akhirat,﴾ كَمَآ أَتَمَّهَا عَلَىٰٓ أَبَوَيۡكَ مِن قَبۡلُ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡحَٰقَۚ ﴿ "sebagaimana dulu Allah menyempurnakannya (kenikmatan) kepada dua orang ayahmu, Ibrahim dan Ishaq", di mana Allah membe-rikan kenikmatan bagi mereka berdua berupa bermacam-macam kenikmatan yang besar lagi melimpah, bersifat agamis dan duniawi. ﴾ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٞ ﴿ "Sesungguhnya Rabbmu Maha Mengetahui lagi Maha-bijaksana", maksudnya ilmu Allah meliputi segala sesuatu, termasuk mencakup pula isi hati para manusia, yang berisi kebaikan atau lainnya. Lalu Dia menganugerahi setiap orang sesuai dengan hik-mah dan pujianNya. Sesungguhnya Allah Mahabijaksana, Dia me-letakkan segala sesuatu pada letaknya, dan menempatkannya pada tempatnya masing-masing.
#
{5} ولما تمَّ تعبيرُها ليوسف؛ قال له أبوه: {يا بنيَّ لا تَقْصُصْ رؤياك على إخوتك فيكيدوا لك كيداً}؛ أي: حسداً من عند أنفسهم؛ بأن تكون أنت الرئيس الشريف عليهم. {إنَّ الشيطانَ للإنسان عدوٌّ مبينٌ}: لا يفتر عنه ليلاً ولا نهاراً ولا سرًّا ولا جهاراً؛ فالبعدُ عن الأسباب التي يتسلَّط بها على العبد أولى. فامتثل يوسفُ أمر أبيه، ولم يخبِرْ إخوته بذلك، بل كَتَمَها عنهم.
(5) Usai penakwilan mimpi itu (oleh Ya'qub) untuk Yusuf, maka sang ayah berkata kepadanya, ﴾ يَٰبُنَيَّ لَا تَقۡصُصۡ رُءۡيَاكَ عَلَىٰٓ إِخۡوَتِكَ فَيَكِيدُواْ لَكَ كَيۡدًاۖ ﴿ "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, sehingga mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu", yaitu disebabkan dorongan kedengkian mereka kepadamu, lantaran engkau akan menjelma sebagai pemimpin yang mulia atas mereka. ﴾ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لِلۡإِنسَٰنِ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ﴿ "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia", ia tidak akan jemu-jemu (mengganggumu) pada malam dan siang hari, dengan sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Menjauhi faktor-faktor yang bisa menyebabkan setan berkuasa atas seorang hamba tentu lebih tepat, maka Yusuf menaati perintah ayahnya, dia tidak memberitahu saudara-saudaranya tentang mim-pinya itu. Ia menyembunyikannya dari hadapan mereka.
Ayah: 7 - 9 #
{لَقَدْ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِينَ (7) إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (8) اقْتُلُوا يُوسُفَ أَوِ اطْرَحُوهُ أَرْضًا يَخْلُ لَكُمْ وَجْهُ أَبِيكُمْ وَتَكُونُوا مِنْ بَعْدِهِ قَوْمًا صَالِحِينَ (9)}.
"Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya. (Yaitu) ketika mereka berkata, 'Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita da-ripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita dalam kekeliruan yang nyata. Bu-nuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) niscaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik'." (Yusuf: 7-9).
#
{7} يقول تعالى: {لقدْ كان في يوسُفَ وإخوتِهِ آياتٌ}؛ أي: عبر وأدلَّة على كثير من المطالب الحسنة، {للسائلين}؛ أي: لكلِّ من سأل عنها بلسان الحال أو بلسان المقال؛ فإنَّ السائلين هم الذين ينتفعون بالآيات والعبر، وأما المعرِضون؛ فلا ينتفعون بالآيات ولا بالقصص والبيِّنات.
(7) Allah تعالى berfirman, ﴾ لَّقَدۡ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخۡوَتِهِۦٓ ءَايَٰتٞ ﴿ "Sesungguh-nya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya", maksudnya ada beberapa pelajaran dan bukti atas banyak tuntutan hidup, ﴾ لِّلسَّآئِلِينَ ﴿ "bagi orang-orang yang berta-nya", bagi orang-orang yang menanyakan tentangnya baik melalui tindak-tanduknya yang terbaca maksudnya ataupun melalui bahasa verbal. Orang-orang yang bertanyalah yang akan mendulang man-faat dari ayat-ayat dan pelajaran-pelajaran itu. Sementara orang-orang yang memalingkan diri darinya, maka mereka tidak bisa mengais manfaat dari ayat-ayat dan kisah-kisah serta keterangan-keterangan yang ada.
#
{8} {إذ قالوا}: فيما بينهم: {لَيوسُفُ وأخوه}: بنيامينُ؛ أي: شقيقه، وإلاَّ فكلُّهم إخوةٌ، {أحبُّ إلى أبينا منا ونحن عصبةٌ}؛ أي: جماعة، فكيف يفضلهما [علينا] بالمحبة والشفقة. {إنَّ أبانا لفي ضلال مبين}؛ أي: لفي خطأٍ بيِّن حيث فضَّلهما علينا من غير موجب نراه، ولا أمر نشاهده.
(8) ﴾ إِذۡ قَالُواْ ﴿ "(Yaitu) ketika mereka berkata", mereka saling berbicara di antara mereka, ﴾ لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ ﴿ "Sesungguhnya Yusuf dan saudara (kandungnya)", Bunyamin, yaitu saudara kandungnya. Kalau tidak demikian, maka mereka semua adalah bersaudara.﴾ أَحَبُّ إِلَىٰٓ أَبِينَا مِنَّا وَنَحۡنُ عُصۡبَةٌ ﴿ "Lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat)", padahal kita adalah satu kelompok (yang kuat). Kenapa ayah lebih mengutamakan mereka berdua atas kita ini dalam cinta dan kasih sayang? ﴾ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ ﴿ "Sesungguhnya ayah kita dalam kekeliruan yang nyata", beliau berada dalam kesalahan yang jelas, di mana dia lebih mengutamakan me-reka berdua dibandingkan kami, tanpa alasan logis yang dapat kita lihat dan latar belakang yang bisa kita saksikan.
#
{9} {اقتُلوا يوسفَ أو اطرحوه أرضاً}؛ أي: غيِّبوه عن أبيه في أرض بعيدة لا يتمكَّن من رؤيته فيها؛ فإنكم إذا فعلتُم أحد هذين الأمرين؛ {يَخْلُ لكم وجهُ أبيكم}؛ أي: يتفرَّغ لكم، ويُقْبِلُ عليكم بالشفقة والمحبَّة؛ فإنَّه قد اشتغل قلبه بيوسف شغلاً لا يتفرَّغ لكم. {وتكونوا من بعده}؛ أي: من بعد هذا الصنيع قوماً صالحين؛ أي: تتوبون إلى الله وتستغفرونه من بعد ذنبكم، فقدَّموا العزم على التوبة قبل صدور الذنب منهم؛ تسهيلاً لفعله، وإزالةً لشناعته، وتنشيطاً من بعضهم لبعض.
(9) ﴾ ٱقۡتُلُواْ يُوسُفَ أَوِ ٱطۡرَحُوهُ أَرۡضٗا ﴿ "Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal)." Sembunyikan dia dari (jangkauan) ayahnya di daerah yang jauh, yang tidak mungkin terlihat olehnya di tempat itu. Apabila kalian melaksanakan salah satu dari dua ren-cana ini ﴾ يَخۡلُ لَكُمۡ وَجۡهُ أَبِيكُمۡ ﴿ "niscaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja" tentulah beliau akan mengarahkan konsentrasinya kepada ka-lian dan memberikan perhatian kepada kalian dengan penuh kasih dan cinta. Karena hatinya sedang sibuk dengan Yusuf dengan kesi-bukan yang mengakibatkan beliau tidak meluangkan diri untuk kalian. ﴾ وَتَكُونُواْ مِنۢ بَعۡدِهِۦ ﴿ "Dan sesudah itu hendaknya kalian menjadi", se-sudah perbuatan itu, kalian hendaknya menjadi orang-orang yang shalih, yakni bertaubat kepada Allah dan meminta ampunan ke-padaNya setelah kalian melakukan perbuatan dosa kalian. Maka, berniatlah untuk mencanangkan taubat sebelum terjadinya perbuat-an dosa untuk memudahkan pelaksanaannya dan menghilangkan unsur keburukannya serta supaya bisa saling memberikan motivasi.
Ayah: 10 #
{قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ لَا تَقْتُلُوا يُوسُفَ وَأَلْقُوهُ فِي غَيَابَتِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (10)}.
"Seorang di antara mereka berkata, 'Janganlah kalian mem-bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat'." (Yusuf: 10).
#
{10} أي: {قال قائلٌ}: من إخوة يوسف الذين أرادوا قتله أو تبعيده: {لا تقتُلوا يوسُفَ}: فإنَّ قتله أعظمُ إثماً وأشنعُ، والمقصود يحصُلُ بتبعيده عن أبيه من غير قتل، ولكن توصَّلوا إلى تبعيده بأن تلقوه {في غَيابَةِ الجُبِّ}: وتتوعَّدوه على أنه لا يخبر بشأنكم، بل على أنَّه عبدٌ مملوك آبقٌ [منكم] لأجل أن يلتقِطَه {بعضُ السيَّارة}: الذين يريدون مكاناً بعيداً فيحتفظون فيه، وهذا القائل أحسنهم رأياً في يوسف وأبرُّهم وأتقاهم في هذه القضية؛ فإنَّ بعضَ الشرِّ أهونُ من بعض، والضرر الخفيف يُدفع به الضررُ الثقيل. فلما اتفقوا على هذا الرأي:
(10) ﴾ قَالَ قَآئِلٞ ﴿ "Seorang di antara mereka berkata." Salah seorang saudara Yusuf yang ingin membunuh atau mengasingkannya ber-kata, ﴾ لَا تَقۡتُلُواْ يُوسُفَ ﴿ "Janganlah kalian membunuh Yusuf, " karena pem-bunuhan terhadap dirinya merupakan dosa yang besar dan tindakan yang sangat keji. Sedangkan tujuannya bisa terlaksana dengan men-jauhkan keberadaan Yusuf dari ayahnya tanpa harus membunuh. Usahakan untuk menjauhkannya dengan menceburkannya ﴾ فِي غَيَٰبَتِ ٱلۡجُبِّ ﴿ "di dasar sumur", dan mengancamnya agar tidak memberitahu-kan tentang apa yang mereka lakukan. Tapi (hendaknya mengaku sebagai) budak yang dimiliki seseorang yang melarikan diri (dari kalian) agar (dinyatakan sebagai) anak temuan ﴾ بَعۡضُ ٱلسَّيَّارَةِ ﴿ "oleh beberapa orang musafir", oleh sebagian kafilah yang akan menempuh perjalanan ke tempat yang jauh lalu mereka memeliharanya. Orang yang mengatakan rencana ini adalah orang yang paling bagus ga-gasannya, dan paling bagus hatinya dan paling bertakwa dalam konteks ini. Sebab sebagian kejelekan itu lebih ringan dibanding-kan jenis kejelekan lainnya, dan bahaya yang ringan bisa dijadikan alat untuk menepis bahaya yang lebih berat. Tatkala mereka telah menyetujui pendapat ini, maka:
Ayah: 11 - 14 #
{قَالُوا يَاأَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلَى يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُ لَنَاصِحُونَ (11) أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (12) قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُونَ (13) قَالُوا لَئِنْ أَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّا إِذًا لَخَاسِرُونَ (14)}.
"Mereka berkata, 'Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menginginkan kebaikan baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya.' Ya'qub berkata, 'Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir ka-lau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya.' Mereka berkata, 'Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi'." (Yusuf: 11-14).
#
{11} أي: قال إخوة يوسف متوصِّلين إلى مقصدهم لأبيهم: {يا أبانا ما لكَ لا تأمَنَّا على يوسُفَ وإنَّا له لناصحونَ}؛ أي: لأيِّ شيءٍ يَدْخُلُكَ الخوفُ منَّا على يوسف من غير سبب ولا موجب، والحال أنَّا {له لناصحونَ}؛ أي: مشفقون عليه نودُّ له ما نودُّ لأنفسنا. وهذا يدلُّ على أن يعقوب عليه السلام لا يترك يوسُفَ يذهب مع إخوته للبريَّة ونحوها.
(11) Untuk dapat mewujudkan tujuan, saudara-saudara Yusuf berkata kepada ayahnya, ﴾ يَٰٓأَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأۡمَ۬نَّا عَلَىٰ يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُۥ لَنَٰصِحُونَ ﴿ "Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingin-kan kebaikan baginya", maksudnya kenapa ada rasa takut yang me-rasuki hatimu kepada kami atas (keselamatan) Yusuf tanpa sebab dan alasan (yang jelas). Padahal, kami adalah ﴾ لَهُۥ لَنَٰصِحُونَ ﴿ "orang-orang yang menginginkan (kebaikan) baginya", maksudnya kami sayang kepadanya, maka kami menginginkan kebaikan baginya sebagai-mana kami menginginkan kebaikan bagi diri kami. Ini menandakan bahwa Ya'qub عليه السلام tidak membiarkan Yusuf bepergian bersama saudara-saudaranya menuju tempat yang sunyi (lagi jauh) atau tempat serupa lainnya.
#
{12} فلما نَفَوا عن أنفسهم التُّهمة المانعة لعدم إرساله معهم؛ ذكروا له من مصلحة يوسف وأنسه الذي يحبُّه أبوه له ما يقتضي أن يسمح بإرساله معهم، فقالوا: {أرسِلْه معنا غداً يَرْتَعْ ويلعبْ}؛ أي: يتنزَّه في البريَّة ويستأنس، {وإنَّا له لحافظون}؛ أي: سنراعيه، ونحفظه من أذى يريده.
(12) Kala mereka sudah mampu menepis tuduhan dari diri mereka yang bisa menghalangi kepergian Yusuf bersama mereka, maka mereka menyampaikan kepada Ya'qub, bahwa di antara ben-tuk kemaslahatan dan hiburan bagi Yusuf yang diinginkan ayahnya terhadap Yusuf adalah mengharuskan beliau memberi izin keper-giannya bersama mereka. Mereka mengatakan, ﴾ أَرۡسِلۡهُ مَعَنَا غَدٗا يَرۡتَعۡ وَيَلۡعَبۡ ﴿ "Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main", untuk bertamasya di tempat yang jauh lagi sunyi dan bergembira. ﴾ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ﴿ "dan sesungguhnya kami pasti menjaganya." Kami akan memperhatikannya dan melin-dunginya dari gangguan apa pun yang akan menimpanya.
#
{13} فأجابهم بقوله: {إنِّي ليحزُنُني أن تذهبوا به}؛ أي: مجرَّد ذهابكم به يحزنني ويشقُّ عليَّ؛ لأنني لا أقدر على فراقه، ولو مدة يسيرة؛ فهذا مانع من إرساله. {و} مانعٌ ثانٍ، وهو أني {أخاف أن يأكله الذئب وأنتُم عنه غافلون}؛ أي: في حال غفلتكم عنه؛ لأنه صغيرٌ لا يمتنع من الذئب.
(13) Beliau (Ya'qub) menjawab pernyataan mereka dengan berkata, ﴾ إِنِّي لَيَحۡزُنُنِيٓ أَن تَذۡهَبُواْ بِهِۦ ﴿ "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku", maksudnya kepergiannya bersama ka-lian saja sudah membuatku bersedih dan memberatkanku. Sebab, aku tidak bisa berpisah darinya kendatipun sejenak saja. Ini adalah faktor yang menghalangi izinku untuk melepasnya. (وَ) "Dan", faktor penghalang kedua, yakni sesungguhnya ﴾ أَخَافُ أَن يَأۡكُلَهُ ٱلذِّئۡبُ وَأَنتُمۡ عَنۡهُ غَٰفِلُونَ ﴿ "aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya", maksudnya aku khawatir saat kalian melalaikannya. Sebab ia masih kanak-kanak, tidak bisa menyelamatkan diri dari serigala.
#
{14} {قالوا لئنْ أكلَهُ الذئبُ ونحن عصبةٌ}؛ أي: جماعة حريصون على حفظه؛ {إنَّا إذاً لخاسرون}؛ أي: لا خير فينا ولا نفع يُرجى منَّا إن أكله الذئب وغلبنا عليه. فلما مهَّدوا لأبيهم الأسباب الداعية لإرساله وعدم الموانع؛ سَمَحَ حينئذ بإرساله معهم لأجل أنسه.
(14) ﴾ قَالُواْ لَئِنۡ أَكَلَهُ ٱلذِّئۡبُ وَنَحۡنُ عُصۡبَةٌ ﴿ "Mereka berkata, 'Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat)', yakni kami terdiri dari sekelompok orang yang sangat antusias untuk menjaga-nya. ﴾ إِنَّآ إِذٗا لَّخَٰسِرُونَ ﴿ "Sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi." Maka tidak ada kebaikan pada kami dan tidak ada manfaat yang masih bisa diharapkan dari diri kami, seandainya dia dimangsa oleh serigala dan berhasil mengalahkan kami untuk menjaganya. Tatkala mereka menyampaikan argumen-argumen kepada ayahnya agar beliau sudi melepaskan kepergiannya dan menghi-langkan faktor-faktor penghambat, maka beliau melepas kepergian Yusuf bersama mereka sebagai hiburan baginya.
Ayah: 15 - 18 #
{فَلَمَّا ذَهَبُوا بِهِ وَأَجْمَعُوا أَنْ يَجْعَلُوهُ فِي غَيَابَتِ الْجُبِّ وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِأَمْرِهِمْ هَذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (15) وَجَاءُوا أَبَاهُمْ عِشَاءً يَبْكُونَ (16) قَالُوا يَاأَبَانَا إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ (17) وَجَاءُوا عَلَى قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ (18)}.
"Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasuk-kannya ke dasar sumur (lalu mereka memasukkannya), dan (di waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf, 'Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi.' Kemudian mereka da-tang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis. Mereka berkata, 'Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.' Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata, 'Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu, maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon per-tolonganNya terhadap apa yang kamu ceritakan'." (Yusuf: 15-18).
#
{15} أي: لما ذهب إخوةُ يوسف بيوسف بعدما أذن له أبوه، وعزموا أن يجعلوه في غيابة الجبِّ كما قال قائلُهم السابقُ ذكره، وكانوا قادرين على ما أجمعوا عليه، فنفذوا فيه قدرتهم، وألقوه في الجبِّ، ثم إن الله لطف به بأن أوحى إليه وهو بتلك الحال الحرجة: {لَتُنَبِّئَنَّهُم بأمرِهِم هذا وهم لا يشعُرونَ}؛ أي: سيكون منك معاتبة لهم وإخبارٌ عن أمرهم هذا وهم لا يشعرون بذلك الأمر. ففيه بشارة له بأنه سينجو مما وقع فيه، وأن الله سيجمعه بأهله وإخوته على وجه العزِّ والتمكين له في الأرض.
(15) Ketika saudara-saudara Yusuf pergi bersamanya setelah memperoleh izin dari ayahnya, mereka berketetapan untuk mence-burkannya ke dasar sumur seperti yang telah dikatakan sebelum-nya oleh si penggagas. Mereka mampu untuk merealisasikan ren-cana yang telah mereka sepakati. Akhirnya, mereka menjalankan rencana mereka terhadapnya dan melemparkannya ke dasar sumur. Kemudian Allah menghiburnya dengan mewahyukan kepadanya saat dia dalam kondisi yang sulit tersebut, ﴾ لَتُنَبِّئَنَّهُم بِأَمۡرِهِمۡ هَٰذَا وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُونَ ﴿ "Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi", maksudnya akan terlontar celaan darimu kepada mereka dan (pembongkaran) informasi tentang tin-dakan mereka sementara mereka tidak menyadarinya. Dalam ayat ini, terdapat kabar gembira baginya bahwa ia akan selamat dari ma-salah yang sedang menghimpitnya, dan bahwa Allah akan menya-tukannya dengan keluarga dan saudara-saudaranya dalam keadaan penuh dengan kemuliaan dan kedudukan mapan di dunia ini.
#
{16} {وجاؤوا أباهم عشاءً يبكون}: ليكون إتيانُهم متأخِّراً عن عادتهم، وبكاؤهم دليلاً لهم وقرينة على صدقهم.
(16) ﴾ وَجَآءُوٓ أَبَاهُمۡ عِشَآءٗ يَبۡكُونَ ﴿ "Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis", agar keterlambatan mereka dari kebiasaannya, dan tangisan mereka menjadi bukti dan penguat atas kejujuran mereka.
#
{17} فقالوا متعذرين بعذرٍ كاذب: {يا أبانا إنَّا ذهبنا نَسْتَبِقُ}: إما على الأقدام أو بالرمي والنضال، {وتركْنا يوسف عند متاعنا}: توفيراً له وراحة، {فأكله الذئبُ}: في حال غيبتنا عنه واستباقنا. {وما أنت بمؤمنٍ لنا ولو كنَّا صادقينَ}؛ أي: تعذرنا بهذا العذر، والظاهر أنك لا تصدقنا؛ لما في قلبك من الحزن على يوسف والرقة الشديدة عليه، ولكن عدم تصديقك إيَّانا لا يمنعُنا أن نعتذر بالعذر الحقيقي. وكلُّ هذا تأكيدٌ لعذرهم.
(17) Mereka berkata dengan mengajukan alasan yang dusta, ﴾ يَٰٓأَبَانَآ إِنَّا ذَهَبۡنَا نَسۡتَبِقُ ﴿ "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba", baik lomba lari, memanah atau bertarung,﴾ وَتَرَكۡنَا يُوسُفَ عِندَ مَتَٰعِنَا ﴿ "dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami", untuk lebih menjaga energinya dan supaya beristirahat. ﴾ فَأَكَلَهُ ٱلذِّئۡبُۖ ﴿ "Lalu ia dimakan serigala", ketika kami tidak bersamanya dan asyik berlom-ba. ﴾ وَمَآ أَنتَ بِمُؤۡمِنٖ لَّنَا وَلَوۡ كُنَّا صَٰدِقِينَ ﴿ "Dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar." Maksud-nya engkau tentu tidak akan memberikan maaf kepada kami dengan alasan ini. Secara zahir engkau tidak mempercayai kami, lantaran kesedihan dan kegetiran yang ada di dalam di hatimu terhadap Yusuf. Meskipun engkau tidak mempercayai kami, namun kami tidak bisa menyampaikan kecuali alasan yang sebenarnya. Ini se-mua (mereka lakukan) untuk lebih mengokohkan alasan mereka.
#
{18} {و} مما أكَّدوا به قولهم أنهم: {جاؤوا على قميصه بدم كذبٍ}: زعموا أنَّه دمُ يوسف حين أكله الذئب، فلم يصدِّقْهم أبوهم بذلك، و {قال بل سوَّلت لكم أنفسُكم أمراً}؛ أي: زينت لكم أنفسكم أمراً قبيحاً في التفريق بيني وبينه؛ لأنه رأى من القرائن والأحوال ومن رؤيا يوسف التي قصها عليه ما دلَّه على ما قال. {فصبرٌ جميلٌ والله المستعانُ على ما تصفونَ}؛ أي: أمَّا أنا؛ فوظيفتي سأحرص على القيام بها، وهي أني أصبر على هذه المحنة صبراً جميلاً سالماً من السخط والتشكي إلى الخلق، وأستعين الله على ذلك لا على حولي وقوتي، فوعد من نفسه هذا الأمر، وشكا إلى خالقه في قوله: {إنَّما أشكو بثِّي وحُزْني إلى الله}: لأنَّ الشكوى إلى الخالق لا تنافي الصبر الجميل؛ لأنَّ النبيَّ إذا وعد وفى.
(18) (وَ) "Dan", bukti lain yang mereka pakai untuk mendu-kung pernyataan yang disampaikan, ﴾ جَآءُو عَلَىٰ قَمِيصِهِۦ بِدَمٖ كَذِبٖۚ ﴿ "mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu", mereka mengklaim bahwa itu adalah bekas darah Yusuf ketika di-mangsa serigala. Namun ayah mereka tidak mempercayai mereka tentang itu. ﴾ قَالَ بَلۡ سَوَّلَتۡ لَكُمۡ أَنفُسُكُمۡ أَمۡرٗاۖ ﴿ "Dia berkata, 'Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu", jiwa-jiwa kalian telah memperindah tindakan buruk (pada pandangan kalian) dalam memisahkan diriku dengannya. Sebab, beliau memperhati-kan adanya beberapa konteks yang menyertai dan kondisi-kondisi yang melatarbelakanginya serta melalui mimpi Yusuf yang telah ia ceritakan kepada beliau yang mendukung apa yang beliau ungkap-kan. ﴾ فَصَبۡرٞ جَمِيلٞۖ وَٱللَّهُ ٱلۡمُسۡتَعَانُ عَلَىٰ مَا تَصِفُونَ ﴿ "maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolonganNya terhadap apa yang kamu ceritakan", maksudnya kewajibanku adalah aku akan tetap semangat untuk melakukannya, yakni bersabar atas musibah ini dengan kesabaran yang baik, bebas dari bentuk emosi dan ke-luhan kepada manusia. Aku memohon pertolongan dari Allah untuk menghadapinya, bukan bertumpu kepada daya dan kekuatanku. Beliau berjanji pada diri sendiri untuk ini, dan mengeluhkannya kepada Penciptanya dengan bertutur, ﴾ إِنَّمَآ أَشۡكُواْ بَثِّي وَحُزۡنِيٓ إِلَى ٱللَّهِ ﴿ "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah, aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (Yusuf: 86). Karena pengajuan keluhan kepada sang Pencipta tidak menafikan kesabaran yang baik. Sebab seorang nabi, apabila berjanji, niscaya ia akan menepatinya.
Ayah: 19 - 20 #
{وَجَاءَتْ سَيَّارَةٌ فَأَرْسَلُوا وَارِدَهُمْ فَأَدْلَى دَلْوَهُ قَالَ يَابُشْرَى هَذَا غُلَامٌ وَأَسَرُّوهُ بِضَاعَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَعْمَلُونَ (19) وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ وَكَانُوا فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ (20)}.
"Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata, 'Oh, kabar gembira, ini seorang anak muda!' Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan me-reka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dir-ham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf." (Yusuf: 19-20).
#
{19} أي: مكث يوسف في الجبِّ ما مكث، حتى {جاءت سيَّارةٌ}؛ أي: قافلة تريد مصر، {فأرسلوا وارِدَهم}؛ أي: فرطهم ومقدَّمهم الذي يعسُّ لهم المياه ويسبرها ويستعد لهم بتهيئة الحياض ونحو ذلك، {فأدلى}: ذلك الواردُ {دَلْوَهُ}: فتعلَّق فيه يوسف عليه السلام وخرج، فقال: {يا بُشرى هذا غلامٌ}؛ أي: استبشر وقال: هذا غلامٌ نفيسٌ، {وأسَرُّوه بضاعةً}.
(19) Maksudnya, Yusuf berada di dasar sumur selama be-berapa waktu yang dia jalani di sana. Sampai akhirnya ﴾ وَجَآءَتۡ سَيَّارَةٞ ﴿ "datanglah beberapa kelompok musafir", sebuah kafilah yang bertolak menuju Mesir. ﴾ فَأَرۡسَلُواْ وَارِدَهُمۡ ﴿ "Lalu mereka menyuruh seorang pengambil air", orang yang pertama dan terdepan (dalam rombongan) yang menimba air bagi mereka dan mengumpulkannya serta memper-siapkan pembuatan kolam atau semacamnya bagi mereka. ﴾ فَأَدۡلَىٰ ﴿ "Maka ia menurunkan", yaitu pengambil air itu (menurunkan) دَلۡوَهُۥۖ ﴿ "timbanya". Maka Yusuf menggantungkan diri padanya dan ber-hasil keluar. Ia berkata, ﴾ يَٰبُشۡرَىٰ هَٰذَا غُلَٰمٞۚ ﴿ "oh, kabar gembira, ini seorang anak muda", orang ini begitu gembira seraya berkata, "Ini bocah kecil yang berharga mahal" ﴾ وَأَسَرُّوهُ بِضَٰعَةٗۚ ﴿ "kemudian mereka menyembunyikan-nya sebagai barang dagangan".
#
{20} وكان إخوته قريباً منه، فاشتراه السيارةُ منهم {بثمنٍ بخسٍ}؛ أي: قليل جدًّا، فسَّره بقوله: {دراهمَ معدودةٍ وكانوا فيه من الزَّاهدينَ}: لأنه لم يكن لهم قصدٌ إلا تغييبه وإبعاده عن أبيه، ولم يكن لهم قصدٌ في أخذ ثمنه. والمعنى في هذا أنَّ السيارة لما وجدوه؛ عزموا أن يُسِرُّوا أمره، ويجعلوه من جملة بضائعهم التي معهم، حتى جاءهم إخوته، فزعموا أنَّه عبدٌ أبق منهم، فاشتروه منهم بذلك الثمن، واستوثقوا منهم فيه لئلا يهربَ. والله أعلم.
(20) Saudara-saudara Yusuf masih berada di dekatnya, maka kafilah itu membelinya dari mereka ﴾ بِثَمَنِۭ بَخۡسٖ ﴿ "dengan harga yang murah", harga yang rendah sekali, yang dijelaskan Allah dengan ayat lanjutannya, ﴾ دَرَٰهِمَ مَعۡدُودَةٖ وَكَانُواْ فِيهِ مِنَ ٱلزَّٰهِدِينَ ﴿ "yaitu beberapa dir-ham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf", karena tidak ada maksud pada mereka kecuali hanya hasrat menyembu-nyikan dan menjauhkan dirinya dari sang ayah, tidak ada maksud di hati mereka untuk mengambil harga penjualannya. Makna pada ayat ini, bahwa ketika kafilah yang sedang lewat itu mendapatkan-nya, maka mereka ingin menutup-nutupi tentangnya dan menaruh-nya dalam bagian barang-barang yang mereka bawa. Sampai akhir-nya datanglah saudara-saudaranya. Mereka mengklaim bahwa itu adalah budak yang melarikan diri dari mereka. Lantas kafilah itu membelinya dengan harga tersebut dan meminta jaminan dari me-reka (saudara-saudaranya) untuk memastikan agar dia tidak me-larikan diri lagi.
Ayah: 21 #
{وَقَالَ الَّذِي اشْتَرَاهُ مِنْ مِصْرَ لِامْرَأَتِهِ أَكْرِمِي مَثْوَاهُ عَسَى أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَكَذَلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الْأَرْضِ وَلِنُعَلِّمَهُ مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (21)}.
"Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya, 'Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh ja-di dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak.' Dan demikian pulalah, Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan ke-padanya ta'bir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusanNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya'." (Yusuf: 21).
#
{21} أي: لما ذهب به السيارةُ إلى مصر وباعوه بها، فاشتراه عزيزُ مصر، فلما اشتراه؛ أعجبَ به ووصَّى عليه امرأتَه وقال: {أكرِمي مثواه عسى أن يَنفَعَنا أو نتَّخِذَه ولداَ}؛ أي: إما أن ينفعنا كنفع العبيد بأنواع الخدم، وإما أن نستمتع فيه استمتاعنا بأولادنا، ولعلَّ ذلك أنَّه لم يكن لهما ولدٌ. {وكذلك مكَّنَّا ليوسفَ في الأرض}؛ أي: كما يسَّرْنا أنْ يشترِيَه عزيز مصر ويكرِمَه هذا الإكرام؛ جَعَلْنا هذا مقدمة لتمكينه في الأرض من هذا الطريق. {ولِنُعَلِّمَهُ من تأويل الأحاديث}: إذا بقي لا شغل له ولا همَّ له سوى العلم؛ صار ذلك من أسباب تعلُّمه علماً كثيراً من علم الأحكام وعلم التعبير وغير ذلك. {والله غالبٌ على أمرِهِ}؛ أي: أمره تعالى نافذٌ لا يبطله مبطلٌ ولا يغلبه مغالبٌ. {ولكنَّ أكثر الناس لا يعلمون}: فلذلك يجري منهم، ويصدُرُ ما يصدُرُ في مغالبة أحكام الله القدريَّة، وهم أعجز وأضعف من ذلك.
(21) Ketika kafilah itu membawanya pergi menuju Mesir dan menjualnya di sana, ternyata seorang pembesar negeri Mesir mem-belinya. Setelah dia membelinya, dia terpukau dengannya sehingga berpesan kepada istrinya, ﴾ أَكۡرِمِي مَثۡوَىٰهُ عَسَىٰٓ أَن يَنفَعَنَآ أَوۡ نَتَّخِذَهُۥ وَلَدٗاۚ ﴿ "Berikan-lah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak", maksudnya barangkali dia dapat memberikan manfaat bagi kita sebagaimana manfaat yang bisa didapat dari seorang budak berupa berbagai macam pelayanan atau boleh jadi kita bisa bersenang-senang dengannya sebagaimana kita bisa bersenang-senang dengan anak-anak kita. Perkataan itu diungkapkan kemungkinan lantaran mereka belum dikarunia anak. ﴾ وَكَذَٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي ٱلۡأَرۡضِ ﴿ "Dan demikian pulalah, Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir)", maksudnya sebagaimana Kami telah memudahkan bagi Yusuf agar dibeli se-orang pejabat tinggi negeri Mesir dan memuliakannya dengan ben-tuk kemuliaan seperti itu, maka Kami juga menjadikan peristiwa ini sebagai mukadimah pemberian kekuasaan baginya di dunia me-lalui jalan ini. ﴾ وَلِنُعَلِّمَهُۥ مِن تَأۡوِيلِ ٱلۡأَحَادِيثِۚ ﴿ "Dan agar Kami ajarkan kepadanya ta'bir mimpi", jika dia tetap hidup tanpa kesibukan dan tanpa masa-lah kecuali (memperdalam) ilmu saja, maka keadaan (yang kondusif) itu merupakan salah satu faktor (yang memudahkan) ia mempela-jari ilmu yang banyak dari berbagai ilmu-ilmu hukum, ilmu takwil mimpi dan ilmu lainnya. ﴾ وَٱللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰٓ أَمۡرِهِۦ ﴿ "Dan Allah berkuasa terha-dap urusanNya", ketetapan Allah تعالى pasti berlaku, tidak ada pihak yang bisa menghentikannya, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menundukkannya. ﴾ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ﴿ "Tetapi kebanyakan ma-nusia tidak mengetahuinya", karena itu terjadilah peristiwa itu dari mereka, dan muncul dari mereka usaha mengganjal ketetapan-ketetapan takdir Allah, padahal mereka itu tak berdaya dan sangat lemah untuk dapat melakukannya.
Ayah: 22 #
{وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (22)}.
"Dan tatkala dia mencapai (usia) cukup dewasa, Kami beri-kan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (Yusuf: 22).
#
{22} أي: {لما بلغ} يوسف {أشُدَّه}؛ أي: كمال قوته المعنويَّة والحسيَّة وصَلَحَ لأن يتحمَّل الأحمال الثقيلة من النبوة والرسالة؛ {آتَيْناه حكماً وعلماً}؛ أي: جعلناه نبيًّا رسولاً وعالماً ربانيًّا. {وكذلك نجزي المحسنين}: في عبادة الخالق ببذل الجهد والنُّصح فيها، وإلى عباد الله ببذل النفع والإحسان إليهم؛ نؤتيهم من جملة الجزاء على إحسانهم علماً نافعاً. ودلَّ هذا على أن يوسف وَفَّى مقام الإحسان، فأعطاه الله الحكم بين الناس والعلم الكثير والنبوة.
(22) Maksudnya, ﴾ وَلَمَّا بَلَغَ ﴿ "dan tatkala dia mencapai (usia)", yaitu Yusuf ﴾ أَشُدَّهُۥٓ ﴿ "cukup dewasa", maksudnya mencapai usia ke-sempurnaan kekuatan maknawi dan jasmaninya dan sudah layak untuk mengemban beban-beban yang berat berupa kenabian dan risalah, maka ﴾ ءَاتَيۡنَٰهُ حُكۡمٗا وَعِلۡمٗاۚ ﴿ "Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu", Kami jadikan ia sebagai nabi dan rasul, seorang ulama yang rabbani. ﴾ وَكَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴿ "Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik", dalam ibadahnya kepada al-Khaliq dengan mengerahkan kemampuan dan ketulusan saat mengerjakannya. Sedangkan bagi yang (berbuat baik) kepada sesama hamba Allah, (maka Kami memberikan balasan) dengan mencurahkan keman-faatan dan kebaikan kepada mereka. Di antara balasan Kami atas kebaikannya, Kami menganugerahinya ilmu yang berguna. Ini mengindikasikan bahwa Yusuf sudah mencapai tingkatan ihsan. Maka Allah mengaruniakan kepadanya hikmah dan ilmu yang banyak serta kenabian di antara manusia.
Ayah: 23 - 29 #
{وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ (23) وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ (24) وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيصَهُ مِنْ دُبُرٍ وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَى الْبَابِ قَالَتْ مَا جَزَاءُ مَنْ أَرَادَ بِأَهْلِكَ سُوءًا إِلَّا أَنْ يُسْجَنَ أَوْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (25) قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِي عَنْ نَفْسِي وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ أَهْلِهَا إِنْ كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (26) وَإِنْ كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ الصَّادِقِينَ (27) فَلَمَّا رَأَى قَمِيصَهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ إِنَّهُ مِنْ كَيْدِكُنَّ إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ (28) يُوسُفُ أَعْرِضْ عَنْ هَذَا وَاسْتَغْفِرِي لِذَنْبِكِ إِنَّكِ كُنْتِ مِنَ الْخَاطِئِينَ (29)}.
"Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, 'Marilah ke sini.' Yusuf ber-kata, 'Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memper-lakukanku dengan baik.' Sesungguhnya orang-orang yang zhalim tiada akan beruntung. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Rabbnya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu ter-masuk hamba-hamba Kami yang terpilih. Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu, dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga terkoyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata, 'Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud serong dengan istrimu, selain dipen-jarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih.' Yusuf berkata, 'Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya),' dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya, 'Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar, dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf ter-masuk orang-orang yang benar.' Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang, berkatalah dia, 'Se-sungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, se-sungguhnya tipu daya kamu adalah besar.' (Hai) Yusuf, 'Berpaling-lah dari ini, dan (kamu hai istriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah'." (Yusuf: 23-29).
Cobaan yang besar ini lebih dahsyat bagi Yusuf daripada co-baan yang dilakukan saudara-saudaranya serta lebih berat dalam bersabar untuk menghadapinya. Pahalanya pun lebih besar, karena merupakan kesabaran yang bersifat ikthiyari (pilihan), padahal ba-nyak faktor yang bisa menyeretnya untuk melakukan hal itu. Lalu dia lebih mengutamakan kecintaan kepada Allah daripada fitnah itu. Sementara cobaan yang dihadapi dari saudara-saudaranya, kesabarannya bersifat idthirari (terpaksa) sebagaimana berbagai macam penyakit dan peristiwa yang tidak mengenakkan yang me-nimpa seseorang tanpa bisa mengelak. Tidak ada tempat berkelit kecuali dengan bersabar dalam menghadapinya, suka atau tidak.
#
{23 ـ 24} وذلك أنَّ يوسف عليه الصلاة والسلام بقي مكرَّماً في بيت العزيز، وكان له من الجمال والكمال والبهاء ما أوجب ذلك أن {راوَدَتْه التي هو في بيتها عن نفسه}؛ أي: هو غلامها وتحت تدبيرها والمسكن واحدٌ يتيسَّر إيقاع الأمر المكروه من غير شعور أحدٍ ولا إحساس بشرٍ. {و} زادتِ المصيبةُ بأن {غَلَّقَتِ الأبوابَ}: وصار المحلُّ خالياً، وهما آمنان من دخول أحدٍ عليهما بسبب تغليق الأبواب. وقد دعتْه إلى نفسها، فقالتْ: {هَيْتَ لك}؛ أي: افعل الأمر المكروه وأقبلْ إليَّ! ومع هذا؛ فهو غريبٌ لا يحتشم مثله ما يحتشمه إذا كان في وطنه وبين معارفه، وهو أسيرٌ تحت يدها، وهي سيدتُه، وفيها من الجمال ما يدعو إلى ما هنالك، وهو شابٌّ عَزَبٌ، وقد توعدته إن لم يفعل ما تأمره به بالسجن أو العذاب الأليم، فصبر عن معصية الله مع وجود الداعي القويِّ فيه؛ لأنَّه قد همَّ فيها همًّا تَرَكَهُ لله، وقدَّم مراد الله على مراد النفس الأمَّارة بالسوء، ورأى من برهان ربِّه ـ وهو ما معه من العلم والإيمان الموجب لِتَرْكِ كلِّ ما حرَّم الله ـ ما أوجب له البعد والانكفاف عن هذه المعصية الكبيرة، و {قال معاذَ الله}؛ أي: أعوذ باللَّه أن أفعل هذا الفعلَ القبيح؛ لأنَّه مما يُسْخِطُ الله ويُبْعِدُ عنه، ولأنَّه خيانةٌ في حقِّ سيِّدي الذي أكرم مثواي؛ فلا يَليقُ بي أن أقابِلَه في أهله بأقبح مقابلة، وهذا من أعظم الظُّلم، والظالم لا يفلحُ. والحاصل أنَّه جعل الموانع له من هذا الفعل: تَقْوى الله، ومراعاة حقِّ سيِّده الذي أكرمه، وصيانة نفسه عن الظُّلم الذي لا يفلح مَن تعاطاه، وكذلك ما منَّ الله عليه من برهان الإيمان الذي في قلبه يقتضي منه امتثالَ الأوامر واجتنابَ الزواجر، والجامعُ لذلك كلِّه أنَّ الله صرف عنه السوءَ والفحشاءَ؛ لأنَّه من عباده المخلصين له في عباداتهم، الذين أخلصهم الله واختارهم واختصَّهم لنفسه، وأسدى عليهم من النِّعم، وصرف عنهم من المكاره ما كانوا به من خيار خلقه.
(23-24) Hal itu, karena Yusuf عليه السلام tinggal di rumah al-Aziz dalam keadaan terhormat. Ia memiliki ketampanan, kesempurnaan dan daya pikat yang mengakibatkan, ﴾ وَرَٰوَدَتۡهُ ٱلَّتِي هُوَ فِي بَيۡتِهَا عَن نَّفۡسِهِۦ ﴿ "wa-nita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya)", maksudnya Yusuf adalah budak-nya, berada di bawah pengaturannya sementara tempat tinggal keduanya sama, hingga menjadi mudah untuk menjalankan per-buatan buruk tanpa disadari atau diketahui orang-orang. ﴾ وَ﴿ "Dan", tingkat beratnya musibah semakin bertambah dengan ﴾ غ َ ل ّ َ ق َ ت ِ ٱلۡأَبۡوَٰبَ ﴿ "dia menutup pintu-pintu" sehingga tempat menjadi benar-benar kosong, dan mereka berdua merasa aman dari kehadiran seseorang kepada mereka berdua karena pintu-pintu sudah terkunci. Sang wanita memintanya untuk menggaulinya, sembari berkata,﴾ هَيۡتَ لَكَۚ ﴿ "Marilah ke sini", lakukan perbuatan yang dibenci ini, marilah kemari! Ditambah lagi, ia orang asing (di sana), rasa malu orang seperti dirinya tidak seperti rasa malu yang muncul ketika ia berada di kampung halamannya sendiri dan di tengah orang-orang yang mengenalnya. Ia bagai tawanan di tangan wanita tersebut. Sedang-kan wanita itu adalah majikannya. Pada diri wanita itu terpancar kecantikan yang berpotensi untuk menyeret Yusuf menuju perbuat-an itu. Yusuf sendiri seorang pemuda lajang, yang diancam wanita itu dengan hukuman penjara atau siksa yang pedih bila tidak me-nyambut apa yang diperintahkan majikan perempuannya. Lalu dia mampu bersabar untuk tidak bermaksiat kepada Allah meskipun ada rangsangan kuat untuk melakukannya. Karena dia telah berkeinginan melakukannya dengan si wanita itu, lalu dia menyingkirkan hasrat tersebut karena Allah. Ia lebih mengutama-kan ridha Allah daripada keinginan pribadi yang kerap memerin-tahkan kepada perkara yang buruk. Ia telah melihat petunjuk Rabb-nya berupa ilmu dan iman yang menumbuhkan sikap menghindari perbuatan yang diharamkan Allah, yang mewajibkannya mengambil jarak dan menahan diri dari maksiat yang besar ini. D a n ﴾ قَالَ مَعَاذَ ٱللَّهِۖ ﴿ "dia berkata, 'Aku berlindung kepada Allah', maksudnya aku berlindung kepada Allah dari perbuatan yang buruk ini. Karena itu termasuk tindakan yang membuat Allah murka dan menjauhkan diriku dari-Nya. Itu adalah sebuah bentuk pengkhianatanku terhadap hak ke-hormatan majikan (lelakiku) yang telah memuliakan keberadaanku, maka tidak sepantasnya aku membalasnya dengan memperlakukan istrinya dengan balasan yang sangat jelek. Itu bentuk perbuatan aniaya yang paling besar, dan orang yang berbuat kezhaliman tidak akan pernah jaya. Ringkasnya, Allah menyusun berbagai penghalang baginya dari perbuatan itu yaitu ketakwaan kepada Allah, memperhatikan hak majikan yang telah memuliakannya, memelihara diri dari tin-dakan aniaya yang mana pelakunya tidak akan selamat. Demikian pula anugerah yang Allah berikan kepadanya berupa petunjuk iman yang menuntut munculnya ketaatan untuk mengerjakan perintah-perintah dan menghindari larangan-larangan. Inti dari itu semua, Allah telah memalingkannya dari kebu-rukan dan perbuatan yang keji itu. Karena ia tergolong hamba-ham-baNya yang ikhlas kepadaNya dalam beribadah, dan Allah sudah mengikhlaskan hati mereka, memilih dan mengistimewakan mereka bagi diriNya, mencurahkan kepada mereka beraneka kenikmatan dan menyelamatkan mereka dari berbagai keburukan. Dengan itu semua, mereka menjadi insan-insan pilihanNya.
#
{25} ولما امتنع من إجابة طلبها بعد المراودة الشديدة؛ ذهب ليهربَ منها ويبادِرَ إلى الخروج من الباب ليتخلَّص ويهرب من الفتنة، فبادرتْه إليه وتعلَّقت بثوبِهِ، فشقَّت قميصَه، فلمَّا وصلا إلى الباب في تلك الحال؛ ألْفَيا سيِّدَها ـ أي: زوجها ـ لدى الباب، فرأى أمراً شقَّ عليه، فبادرتْ إلى الكذب، وأن المراودة قد كانت من يوسف، وقالت: {ما جزاءُ مَنْ أراد بأهلك سوءاً}: ولم تقلْ: من فعل بأهلك سوءاً؛ تبرئةً لها وتبرئةً له أيضاً من الفعل، وإنما النِّزاع عند الإرادة والمراودة، {إلاَّ أن يُسْجَنَ أو عذابٌ أليم}؛ أي: أو يعذَّب عذاباً أليماً.
(25) Saat menampik ajakan si wanita usai lontaran godaan yang sangat berat, Yusuf bergegas melarikan diri darinya, dan ber-segera keluar melalui pintu, supaya terbebas dan lari dari fitnah. Wanita itu (juga) dengan cepat mengikuti dan menarik bajunya sehingga robek. Ketika mereka berdua sampai ke pintu dalam kon-disi demikian, maka mereka berdua menjumpai majikannya, yaitu suaminya (wanita itu) berada di dekat pintu. Suaminya menyaksi-kan kejadian yang sulit diterima olehnya. Dengan sigap, wanita itu memilih untuk berdusta, dan (menyatakan) bahwasanya bujuk-rayu berasal dari Yusuf. Wanita itu mengatakan, ﴾ مَا جَزَآءُ مَنۡ أَرَادَ بِأَهۡلِكَ سُوٓءًا ﴿ "Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud serong dengan istrimu." Ia tidak mengatakan, '(Apakah balasan) orang yang telah berbuat buruk kepada keluargamu', sebagai usaha untuk berkelit membebaskan dirinya dan diri Yusuf dari tindakan itu. Hal yang diperkarakan ialah, menyoal hasrat dan bujuk-rayu semata. ﴾ إِلَّآ أَن يُسۡجَنَ أَوۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ ﴿ "Selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih", atau disiksa dengan siksaan yang menyakitkan.
#
{26} فبرَّأ نفسه مما رمته به، و {قال هي راوَدَتْني عن نفسي}: فحينئذٍ احتملتِ الحالُ صدقَ كلِّ واحد منهما، ولم يعلم أيهما، ولكنَّ الله تعالى جعل للحقِّ والصدق علاماتٍ وأماراتٍ تدلُّ عليه، قد يعلَمُها العبادُ وقد لا يعلمونَها؛ فمنَّ الله [تعالى] في هذه القضية بمعرفة الصادق منهما تبرئةً لنبيِّه وصفيِّه يوسف عليه السلام، فانبعث شاهد من أهل بيتها يشهدُ بقرينةٍ مَنْ وجدت معه فهو الصادق، فقال: {إن كان قميصُهُ قُدَّ من قُبُل فصَدَقَتْ وهو من الكاذبين}؛ لأن ذلك يدلُّ على أنه هو المقبل عليها المراوِدُ لها المعالج، وأنها أرادت أن تدفعه عنها، فشقَّت قميصه من هذا الجانب.
(26) Maka Yusuf membela dirinya dari tuduhan yang dilan-carkan wanita itu dan ﴾ قَالَ هِيَ رَٰوَدَتۡنِي عَن نَّفۡسِيۚ ﴿ "dia berkata, 'Dia menggoda-ku untuk menundukkan diriku (kepadanya)'." Pada saat itu kondisinya mengandung kemungkinan adanya kejujuran ada pada salah satu orang dari keduanya, namun tidak diketahui siapa di antara kedua-nya (yang jujur). Tapi, Allah تعالى menjadikan beberapa indikasi dan petunjuk bagi kebenaran dan kejujuran yang memandu menyibak kebenaran. Terkadang orang-orang mengetahuinya dan kadang-kadang tidak menyadarinya. Allah تعالى mencurahkan anugerahNya dalam polemik ini dengan memperjelas pihak yang jujur dari kedua-nya, untuk membebaskan Nabi dan kekasihNya Yusuf عليه السلام. Maka, tergugahlah seorang saksi (ahli) dari anggota keluarga wanita itu, ia mempersaksikan melalui sebuah hipotesa, barangsiapa pada dirinya terdapat bukti itu maka dialah orang yang jujur. Ia berkata, ﴾ إِن كَانَ قَمِيصُهُۥ قُدَّ مِن قُبُلٖ فَصَدَقَتۡ وَهُوَ مِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ ﴿ "Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar, dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta", hal itu karena mengindikasikan bahwa Yusuflah yang menghampiri sang wanita, yang merayu dan berusaha melakukannya. Sementara wanita tersebut ingin menyingkirkannya dari dirinya, sehingga merobek bajunya dari sisi ini (bagian depan).
#
{27} {وإن كان قميصُهُ قُدَّ مِن دُبُرٍ فكذبتْ وهو من الصادقين}: لأنَّ ذلك يدلُّ على هروبه منها؛ وأنَّها هي التي طلبتْه، فشقَّت قميصَه من هذا الجانب.
(27) ﴾ وَإِن كَانَ قَمِيصُهُۥ قُدَّ مِن دُبُرٖ فَكَذَبَتۡ وَهُوَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ﴿ "Dan jika baju gamis-nya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar", karena fakta itu menunjukkan ia berusaha melarikan diri dari wanita itu. Dan wanita itulah yang mengingin-kannya, sehingga ia merobekkan bajunya dari bagian ini (belakang).
#
{28} {فلما رأى قميصَه قُدَّ من دُبُرٍ}: عَرَفَ بذلك صدق يوسف وبراءته وأنَّها هي الكاذبة، فقال لها سيدها: {إنَّه مِن كيدِكُنَّ إنَّ كَيْدَكُنَّ عظيمٌ}: وهل أعظم من هذا الكيد الذي برَّأت به نفسها ممَّا أرادتْ وفعلتْ ورمتْ به نبيَّ الله يوسف عليه السلام؟!
(28) ﴾ فَلَمَّا رَءَا قَمِيصَهُۥ قُدَّ مِن دُبُرٖ ﴿ "Maka tatkala suami wanita itu meli-hat baju gamis Yusuf koyak di belakang", dengan itu, dia mengetahui kejujuran Yusuf dan kesuciannya, dan bahwa wanita itulah yang berdusta. Maka sang majikan pun berkata kepada wanita itu, ﴾ إِنَّهُۥ مِن كَيۡدِكُنَّۖ إِنَّ كَيۡدَكُنَّ عَظِيمٞ ﴿ "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di an-tara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar", apa-kah ada tipu daya yang lebih berbahaya daripada rekayasa yang ia pakai untuk membebaskan dirinya dari sesuatu yang dia ingin-kan dan lakukan serta tuduhkan kepada Nabi Allah Yusuf عليه السلام?
#
{29} ثم إنَّ سيدَها لما تحقَّق الأمر؛ قال ليوسف: {يوسُفُ أعرِضْ عن هذا}؛ أي: اترك الكلام فيه وتناسَهُ ولا تذكُره لأحدٍ طلباً للستر على أهله. {واستغفِري}: أيتها المرأة، {لذنبِكِ إنَّك كنتِ من الخاطئين}: فأمر يوسف بالإعراض، وهي بالاستغفارِ والتوبة.
(29) Selanjutnya, tatkala majikannya telah mengetahui fakta sesungguhnya, maka dia berpesan kepada Yusuf, ﴾ يُوسُفُ أَعۡرِضۡ عَنۡ هَٰذَاۚ ﴿ "Hai Yusuf, berpalinglah dari ini", maksudnya, tinggalkan pembica-raan tentang ini lagi, berpura-puralah tidak mengingatnya, jangan engkau singgung hal ini kepada siapa pun, tujuannya untuk menu-tupi aib keluarganya. ﴾ وَٱسۡتَغۡفِرِي ﴿ "Dan (kamu hai istriku) mohon am-punanlah", wahai istriku, ﴾ لِذَنۢبِكِۖ إِنَّكِ كُنتِ مِنَ ٱلۡخَاطِـِٔينَ ﴿ "atas dosamu, ka-rena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah", Ia memerintahkan Yusuf untuk melupakan perkara itu dan (meminta) istrinya untuk memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah.
Ayah: 30 - 35 #
{وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَتُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَنْ نَفْسِهِ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (30) فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ (31) قَالَتْ فَذَلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ وَلَقَدْ رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ وَلَئِنْ لَمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِنَ الصَّاغِرِينَ (32) قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ (33) فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (34) ثُمَّ بَدَا لَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا رَأَوُا الْآيَاتِ لَيَسْجُنُنَّهُ حَتَّى حِينٍ (35)}.
"Dan wanita-wanita di kota berkata, 'Istri al-Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sungguh cinta-nya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata.' Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf), 'Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka.' Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata, 'Ma-hasempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.' Wanita itu berkata, 'Itulah orang yang mana kamu mencelaku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, nis-caya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina.' Yusuf berkata, 'Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika Eng-kau tidak hindarkan diriku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.' Maka Rabbnya memperkenan-kan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya me-reka. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjara-kannya sampai suatu saat nanti." (Yusuf: 30-35).
#
{30} يعني: أن الخبر اشتهر وشاع في البلد، وتحدَّث به النسوة، فجعلن يَلُمْنها ويَقُلْنَ: {امرأةُ العزيز تراوِدُ فتاها عن نفسه قد شغفها حبًّا}؛ أي: هذا أمرٌ مستقبَحٌ! هي امرأةٌ كبيرةُ القدر وزوجها كبيرُ القدر ومع هذا لم تزلْ تراوِدُ فتاها الذي تحت يدها وفي خدمتها عن نفسه، ومع هذا؛ فإنَّ حبَّه قد بلغ من قلبها مبلغاً عظيماً. {قد شَغَفَها حبًّا}؛ أي: وصل حبُّه إلى شغاف قلبها، وهو باطنه وسويداؤه، وهذا أعظم ما يكون من الحب. {إنَّا لنراها في ضلال مبينٍ}: حيث وجدت منها هذه الحالة التي لا ينبغي منها، وهي حالة تحطُّ قدرها وتضعه عند الناس.
(30) Maksudnya bahwa berita tersebut menjadi populer dan menyebar seantero negeri. Kaum wanita membicarakannya dan mulai mencibir dan mengatakan, ﴾ ٱمۡرَأَتُ ٱلۡعَزِيزِ تُرَٰوِدُ فَتَىٰهَا عَن نَّفۡسِهِۦۖ قَدۡ شَغَفَهَا حُبًّاۖ ﴿ "Istri al-Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepada-nya), sungguh cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam", maksudnya itu adalah kejadian yang buruk! Ia adalah seorang wa-nita berderajat tinggi, suaminya pun orang berkedudukan. Kendati-pun demikian, ternyata ia masih menggoda budak lelakinya yang berada di bawah kekuasaan dan bertugas melayaninya. Bersama ini semua, kecintaan kepadanya (Yusuf) sudah menempati hatinya pada kadar yang sangat kuat. ﴾ قَدۡ شَغَفَهَا حُبًّاۖ ﴿ "Sungguh cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam", kecintaan sang wanita itu ke-pada Yusuf sudah mencapai relung hatinya, yaitu batin dan jantung hatinya. Itu adalah kecintaan yang paling tinggi. ﴾ إِنَّا لَنَرَىٰهَا فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ ﴿ "Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata", di mana kondisi ini terdapat padanya, yang mana kondisi ini tidak la-yak bersumber darinya. Itu merupakan sebuah kejadian yang akan mendiskreditkan kedudukannya dan menghinakannya di tengah orang-orang.
#
{31} وكان هذا القول منهنَّ مكراً ليس المقصودُ به مجردَ اللَّوم لها والقدح فيها، وإنَّما أرَدْنَ أن يتوصَّلْن بهذا الكلام إلى رؤية يوسف الذي فُتِنَتْ به امرأة العزيز لتَحْنَقَ امرأةُ العزيز وتريهنَّ إيَّاه ليعذِرْنها، ولهذا سمَّاه مكراً، فقال: {فلما سمعتْ بمكرِهِنَّ أرسلت إليهنَّ}: تدعوهنَّ إلى منزلها للضيافة، {وأعتدتْ لهن متَّكأ}؛ أي: محلاًّ مهيئاً بأنواع الفرش والوسائد وما يُقصد بذلك من المآكل اللَّذيذة، وكان في جملة ما أتت به وأحضرته في تلك الضيافة طعامٌ يحتاجُ إلى سكينٍ: إمَّا أُترُجٌّ أو غيره. {وآتت كلَّ واحدة منهنَّ سكِّيناً}: ليقطِّعْن فيها ذلك الطعام، {وقالتْ} ليوسفَ: {اخرجْ عليهنَّ }: في حالة جماله وبهائه، {فلما رأيْنَهُ أكْبَرْنَهُ}؛ أي: أعظمنه في صدورهنَّ ورأين منظراً فائقاً لم يشاهِدْنَ مثله؛ {وقطَّعْن}: من الدَّهَش {أيدِيَهُنَّ}: بتلك السكاكين اللاتي معهن، {وقلنَ حاش لله}؛ أي: تنزيهاً لله، {ما هذا بشراً إنْ هذا إلاَّ مَلَكٌ كريمٌ}: وذلك أن يوسف أعطي من الجمال الفائق والنور والبهاء ما كان به آيةً للناظرين وعبرةً للمتأملين.
(31) Pernyataan tersebut hanyalah bentuk tipu daya wanita-wanita itu saja, bukan murni untuk mencerca dan menghinanya. Tetapi mereka menjadikan perkataan tadi sebagai jembatan yang akan mengantarkan mereka guna menyaksikan Yusuf yang menjadi penyebab terfitnahnya istri al-Aziz agar ia menjadi geram dan selan-jutnya supaya mau memperlihatkan Yusuf kepada mereka hingga mereka pun memaklumi kondisinya. Oleh karenanya, Allah menye-butnya sebagai makar. Allah berfirman ﴾ فَلَمَّا سَمِعَتۡ بِمَكۡرِهِنَّ أَرۡسَلَتۡ إِلَيۡهِنَّ ﴿ "Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnya-lah wanita-wanita itu", ia meminta mereka datang ke kediamannya untuk bertamu ﴾ وَأَعۡتَدَتۡ لَهُنَّ مُتَّكَـٔٗا ﴿ "dan disediakannya bagi mereka tempat duduk", tempat yang telah dipersiapkan dengan bermacam perma-dani dan bantal-bantal serta kelengkapannya berupa macam-macam makanan dan minuman yang lezat. Di antara suguhan yang ia sodor-kan dan hadirkan dalam jamuan tersebut adalah sebuah makanan yang membutuhkan pisau, baik itu merupakan buah utrujah (jenis buah limau) atau buah lainnya. ﴾ وَءَاتَتۡ كُلَّ وَٰحِدَةٖ مِّنۡهُنَّ سِكِّينٗا ﴿ "Dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan)", untuk memotong makanan itu dengannya ﴾ وَقَالَتِ ﴿ "kemudian dia berkata", kepada Yusuf ﴾ ٱخۡرُجۡ عَلَيۡهِنَّۖ ﴿ "Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka", dalam pesona ketampanan dan pancaran keelokan-nya, ﴾ فَلَمَّا رَأَيۡنَهُۥٓ أَكۡبَرۡنَهُۥ ﴿ "maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya", maksudnya mereka mengagumi-nya di hati mereka dan menyaksikan sebuah panorama yang tidak pernah mereka lihat seindah itu ﴾ وَقَطَّعۡنَ ﴿ "dan mereka melukai", lan-taran kekaguman mereka ﴾ أَيۡدِيَهُنَّ ﴿ "(jari) tangannya", dengan pisau-pisau itu yang mereka bawa ﴾ وَقُلۡنَ حَٰشَ لِلَّهِ ﴿ "dan berkata, 'Mahasempurna Allah'," sebagai bentuk penyucian terhadap A l l a h ﴾ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا مَلَكٞ كَرِيمٞ ﴿ "ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia", demikian itu, lantaran Yusuf dikaruniai ketam-panan yang fantastis dan pesona yang menjadi tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memperhatikannya.
#
{32} فلما تقرَّر عندهنَّ جمالُ يوسف الظاهر، وأعجبهنَّ غايةً، وظهر منهنَّ من العذر لامرأة العزيز شيءٌ كثيرٌ؛ أرادت أن تُرِيَهُنَّ جماله الباطن بالعفة التامَّة، فقالت معلنة لذلك ومبيِّنة لحبِّه الشديد غير مبالية ولأن اللَّوم انقطع عنها من النسوة: {ولقد راودتُه عن نفسه فاستعصمَ}؛ أي: امتنع، وهي مقيمة على مراودته، لم تزدها مرور الأوقات إلاَّ محبَّةً وشوقاً وقلقاً لوصاله وتوقاً، ولهذا قالت له بحضرتهنَّ: {ولئن لم يفعلْ ما آمرُهُ ليسجننَّ وليكونًا من الصَّاغرينَ}: لتلجِئَه بهذا الوعيد إلى حصول مقصودها منه.
(32) Tatkala ketampanan Yusuf secara fisik sudah terakui oleh mereka, dan benar-benar mengagumkan mereka serta telah tampak oleh mereka alasan (pembenaran) bagi istri al-Aziz, ia ingin memperlihatkan ketampanan batiniah Yusuf berupa 'iffahnya yang sempurna. Untuk tujuan itu, wanita tersebut pun mengumumkan dan menjelaskan kecintaannya kepada Yusuf yang sangat menda-lam, tanpa mempedulikan apa pun. Karena celaan yang terarah kepadanya dari wanita-wanita itu sudah berakhir.﴾ وَلَقَدۡ رَٰوَدتُّهُۥ عَن نَّفۡسِهِۦ فَٱسۡتَعۡصَمَۖ ﴿ "Dan sesungguhnya aku telah menggodanya untuk menunduk-kan dirinya (kepadaku), akan tetapi dia menolak", artinya menampik, padahal ia (istri al-Aziz) sangat antusias dalam menggodanya. Per-jalanan masa demi masa tidak menambahinya kecuali kecintaan, kerinduan dan kegelisahan untuk dapat berjumpa serta rasa kangen-nya kepada Yusuf. Oleh karenanya, dia berkata di hadapan wanita-wanita itu, ﴾ وَلَئِن لَّمۡ يَفۡعَلۡ مَآ ءَامُرُهُۥ لَيُسۡجَنَنَّ وَلَيَكُونٗا مِّنَ ٱلصَّٰغِرِينَ ﴿ "Dan sesungguhnya jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina", dengan ancaman ini, dia ingin memaksa Yusuf untuk mereali-sasikan hasratnya bersama Yusuf.
#
{33} فعند ذلك اعتصم يوسف بربِّه، واستعان به على كيدهِنَّ و {قال ربِّ السجنُ أحبُّ إليَّ مما يدعونني إليه}: وهذا يدلُّ على أن النسوة جعلن يُشِرْن على يوسف في مطاوعة سيدته، وجعلن يَكِدْنَه في ذلك، فاستحبَّ السجن والعذاب الدنيويَّ على لذَّة حاضرة توجب العذاب الشديد. {وإلاَّ تصرِفْ عنِّي كيدَهُنَّ أصبُ إليهنَّ}؛ أي: أَمِل إليهنَّ؛ فإني ضعيفٌ عاجز إن لم تدفعْ عنِّي السوء؛ صبوتُ إليهنَّ، {وأكن من الجاهلينَ}: فإنَّ هذا جهلٌ؛ لأنَّه آثر لذَّة قليلة منغَّصة على لذات متتابعات وشهوات متنوعات في جنات النعيم، ومَنْ آثر هذا على هذا؛ فمن أجهلُ منه؟! فإنَّ العلم والعقل يدعو إلى تقديم أعظم المصلحتين وأعظم اللذَّتين، ويؤثِرُ ما كان محمودَ العاقبة.
(33) Pada saat itulah, Yusuf berlindung diri kepada Rabbnya dan memohon pertolongan kepadaNya dari bahaya makar mereka. ﴾ قَالَ رَبِّ ٱلسِّجۡنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدۡعُونَنِيٓ إِلَيۡهِۖ ﴿ "Yusuf berkata, 'Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku'," ini menun-jukkan bahwa para wanita itu menyarankan Yusuf untuk patuh terhadap tuan putrinya, dan mengupayakan untuk memperdaya Yusuf dalam masalah ini. Yusuf ternyata lebih menyukai masuk penjara dan siksaan duniawi ketimbang kenikmatan sesaat yang akan mendatangkan siksaan yang pedih. ﴾ وَإِلَّا تَصۡرِفۡ عَنِّي كَيۡدَهُنَّ أَصۡبُ إِلَيۡهِنَّ ﴿ "Dan jika Engkau tidak hindarkan diriku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka)", maka aku akan condong kepada mereka. Karena aku orang yang lemah, tak berda-ya, bila Engkau tidak melenyapkan (godaan) keburukan ini dariku, niscaya aku akan murtad (cenderung) berlari kepada mereka ﴾ وَأَكُن مِّنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ ﴿ "dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh", sesung-guhnya tindakan ini merupakan kebodohan. Sebab, ia lebih meng-utamakan kenikmatan secuil yang akan menyusahkan diri pada kenikmatan yang kontinyu dan kesenangan yang beraneka macam di surga yang penuh kenikmatan. Orang yang memilih ini daripada itu, apakah ada orang yang lebih bodoh daripadanya? (Tentu tidak). Sesungguhnya ilmu dan akal pikiran (yang sehat) akan mengajak kepada pengutamaan maslahat dan kenikmatan yang terbesar, serta lebih mengedepankan perkara yang kesudahannya terpuji.
#
{34} {فاستجابَ له ربُّه}: حين دعاه، {فصرف عنه كَيْدَهُنَّ}: فلم تزلْ تراوِدُه وتستعين عليه بما تقدِرُ عليه من الوسائل حتى أيَّسَها وصَرَفَ الله عنه كيدها. {إنَّه هو السميع}: لدعاء الداعي، {العليمُ}: بنيَّته الصالحة وبنيَّته الضعيفة المقتضية لإمداده بمعونته ولطفه، فهذا ما نجَّى اللهُ به يوسفَ من هذه الفتنة الملمَّة والمحنة الشديدة.
(34) ﴾ فَٱسۡتَجَابَ لَهُۥ رَبُّهُۥ ﴿ "Maka Rabbnya memperkenankan doa Yusuf", saat memanjatkan doa kepadaNya ﴾ فَصَرَفَ عَنۡهُ كَيۡدَهُنَّۚ ﴿ "dan Dia menghin-darkan Yusuf dari tipu daya mereka" wanita itu masih saja antusias untuk menggoda Yusuf dan menempuh segala cara yang mampu ia usahakan, sampai Yusuf membuatnya putus asa dan Allah me-malingkan tipu daya mereka dari Yusuf. ﴾ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ﴿ "Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar" doa orang yang berdoa ﴾ ٱلۡعَلِيمُ ﴿ "lagi Maha Mengetahui", niatnya yang baik dan niatnya yang lemah yang menuntut adanya tambahan pertolongan dan perhatianNya. Ini adalah bentuk pertolongan Allah kepada Yusuf dari fitnah yang menjerat dan ujian yang berat ini.
#
{35} وأما أسيادُه؛ فإنَّه لما اشتهر الخبر وبان وصار الناس فيها بين عاذرٍ ولائم وقادح، {بدا لهم}؛ أي: ظهر لهم {من بعد ما رأوا الآيات}: الدالَّة على براءته، {لَيَسْجُنُنَّه حتى حين}؛ أي: لينقطع بذلك الخبر ويتناساه الناس؛ فإنَّ الشيء إذا شاع؛ لم يزلْ يذكر، ويشاع مع وجود أسبابه؛ فإذا عدمت أسبابه؛ نُسِي، فرأوا أنَّ هذا مصلحة لهم، فأدخلوه في السجن.
(35) Adapun para tuannya, ketika berita itu telah tersebar dan semakin jelas, sementara orang-orang pun berbeda-beda menang-ggapinya, ada yang memberikan toleransi, mencela dan mencaci-maki. ﴾ بَدَا لَهُم ﴿ "Kemudian timbul pikiran pada mereka", maksudnya muncul (sebuah gagasan) pada mereka ﴾ مِّنۢ بَعۡدِ مَا رَأَوُاْ ٱلۡأٓيَٰتِ ﴿ "setelah me-lihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf)", yang menunjukkan kesuciannya ﴾ لَيَسۡجُنُنَّهُۥ حَتَّىٰ حِينٖ ﴿ "bahwa mereka harus memenjarakannya sampai suatu saat nanti," agar berita itu berhenti dan orang-orang pun melupa-kannya. Sesungguhnya suatu perkara bila telah berkembang, akan selalu dibicarakan dan disebarluaskan, bersama dengan adanya faktor-faktor yang mendukungnya. Jika faktor-faktor ini dihilang-kan, niscaya suatu berita akan terlupakan. Mereka pun memandang tindakan ini baik bagi kemaslahatan mereka. Maka, mereka pun menjebloskannya ke dalam penjara.
Ayah: 36 - 41 #
{وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيَانِ قَالَ أَحَدُهُمَا إِنِّي أَرَانِي أَعْصِرُ خَمْرًا وَقَالَ الْآخَرُ إِنِّي أَرَانِي أَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِي خُبْزًا تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُ نَبِّئْنَا بِتَأْوِيلِهِ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (36) قَالَ لَا يَأْتِيكُمَا طَعَامٌ تُرْزَقَانِهِ إِلَّا نَبَّأْتُكُمَا بِتَأْوِيلِهِ قَبْلَ أَنْ يَأْتِيَكُمَا ذَلِكُمَا مِمَّا عَلَّمَنِي رَبِّي إِنِّي تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ (37) وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ مَا كَانَ لَنَا أَنْ نُشْرِكَ بِاللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ذَلِكَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ (38) يَاصَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (39) مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (40) [يَاصَاحِبَيِ السِّجْنِ أَمَّا أَحَدُكُمَا فَيَسْقِي رَبَّهُ خَمْرًا وَأَمَّا الْآخَرُ فَيُصْلَبُ فَتَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْ رَأْسِهِ قُضِيَ الْأَمْرُ الَّذِي فِيهِ تَسْتَفْتِيَانِ (41)] }.
"Dan bersama dengannya, masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Berkatalah salah seorang di antara keduanya, 'Se-sungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur.' Dan yang lainnya berkata, 'Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.' Berikanlah kepada kami ta'birnya; sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (mena'birkan mimpi). Yusuf berkata, 'Tidaklah disampaikan kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu, melainkan aku telah dapat mene-rangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu sampai kepada-mu. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Rabbku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang me-reka ingkar kepada Hari Kemudian. Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak, dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya), tetapi kebanyakan manusia itu tidak mensyukuri(Nya). Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu ha-nyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah melainkan kepadaNya. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [Hai kedua peng-huni penjara, 'Adapun salah seorang di antara kamu berdua, akan memberi minum tuannya dengan khamar; adapun yang seorang lagi maka ia akan disalib, lalu burung memakan sebagian dari kepala-nya. Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku)']."[6] (Yusuf: 36-41).
#
{36} أي: {و} لما دخل يوسف السجن؛ كان في جملة من {دخل معه السجنَ فتيانِ}؛ أي: شابان، فرأى كلُّ واحدٍ منهما رؤيا، فقصَّها على يوسف ليعبرها، {قال أحدُهما إني أراني أعصِرُ خمراً، وقال الآخرُ إنِّي أراني أحمل فوقَ رأسي خبزاً}: وذلك الخبز {تأكُلُ الطيرُ منه نبِّئْنا بتأويلِهِ}؛ أي: بتفسيره وما يؤول إليه أمرهما. وقولهما: {إنا نراك من المحسنين}؛ أي: من أهل الإحسان إلى الخلق؛ فأحسِنْ إلينا في تعبيرك لرؤيانا كما أحسنتَ إلى غيرنا، فتوسَّلا ليوسف بإحسانه.
(36) (وَ) "Dan", tatkala Yusuf masuk penjara, maka di antara orang ﴾ وَدَخَلَ مَعَهُ ٱلسِّجۡنَ فَتَيَانِۖ ﴿ "yang bersama dengannya, masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda", keduanya masih remaja. Masing-masing bermimpi lalu menceritakannya kepada Yusuf agar dia menakwilkan maknanya. ﴾ قَالَ أَحَدُهُمَآ إِنِّيٓ أَرَىٰنِيٓ أَعۡصِرُ خَمۡرٗاۖ وَقَالَ ٱلۡأٓخَرُ إِنِّيٓ أَرَىٰنِيٓ أَحۡمِلُ فَوۡقَ رَأۡسِي خُبۡزٗا ﴿ "Berkatalah salah seorang di antara keduanya, 'Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur.' Dan yang lainnya berkata, 'Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku'," dan roti itu ﴾ تَأۡكُلُ ٱلطَّيۡرُ مِنۡهُۖ نَبِّئۡنَا بِتَأۡوِيلِهِۦٓۖ ﴿ "sebagiannya dimakan burung, beri-kanlah kepada kami ta'birnya", yakni penjelasannya dan kondisi kesu-dahan mereka berdua nantinya. Perkataan mereka berdua ﴾ إِنَّا نَرَىٰكَ مِنَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴿ "Sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (mena'birkan mimpi)", maksudnya kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik kepada orang lain. Maka berbuat baiklah kepada kami dalam menakwilkannya sebagaimana engkau telah berbuat baik kepada selain kami. Mereka berdua melakukan pendekatan kepada Yusuf melalui penyebutan kebaikannya.
#
{37} فَـ {قَالَ} لهما مجيباً لطلبهما: {لا يأتِيكما طعامٌ ترزقانِهِ إلاَّ نبأتُكما بتأويله قبلَ أن يأتيكما}؛ أي: فلتطمئنَّ قلوبُكما فإني سأبادر إلى تعبير رؤياكما، فلا يأتيكما غداؤكما أو عشاؤكما أول ما يجيء إليكما؛ إلاَّ نبأتُكما بتأويله قبل أن يأتِيكما، ولعلَّ يوسف عليه الصلاة والسلام قصد أن يدعوهما إلى الإيمان في هذه الحال التي بَدَتْ حاجتُهما إليه؛ ليكون أنجعَ لدعوته وأقبل لهما. ثم قال: {ذلِكما}: التعبير الذي سأعبره لكما، {مما علَّمني ربي}؛ أي: هذا من علم الله علَّمنيه وأحسن إليَّ به. وذلك {إنِّي تركتُ مِلَّة قوم لا يؤمنون بالله وهم بالآخرة هم كافرونَ}: والترك كما يكون للداخل في شيء ثم ينتقل عنه يكون لمن لم يدخُلْ فيه أصلاً؛ فلا يُقال: إنَّ يوسف كان من قبلُ على غير ملَّة إبراهيم.
(37) Maka ﴾ قَالَ ﴿ "Yusuf berkata", kepada mereka berdua un-tuk menyambut permintaan mereka.﴾ لَا يَأۡتِيكُمَا طَعَامٞ تُرۡزَقَانِهِۦٓ إِلَّا نَبَّأۡتُكُمَا بِتَأۡوِيلِهِۦ قَبۡلَ أَن يَأۡتِيَكُمَاۚ ﴿ "Tidaklah disampaikan kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu, melainkan aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu sampai kepadamu" maksudnya, hen-daknya hati kalian berdua tenang-tenang saja. Sesungguhnya aku akan bersegera menakwilkan mimpi kalian berdua. Makan siang atau makan malam kalian berdua tidaklah akan datang kepada ka-lian pada permulaan waktunya melainkan aku telah menceritakan ta'birnya sebelum makanan itu sampai kepada kalian. Boleh jadi Yusuf عليه السلام bermaksud mendakwahi mereka agar beriman dalam kondisi ini yang mana mereka betul-betul tampak membutuhkan-nya (keimanan). Tujuannya, agar lebih manjur dan diterima dak-wahnya. Kemudian dia berkata ﴾ ذَٰلِكُمَا ﴿ "Yang demikian itu", penak-wilan mimpi yang akan aku lakukan untuk kalian berdua ﴾ مِمَّا عَلَّمَنِي رَبِّيٓۚ ﴿ "adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Rabbku" maksudnya ini termasuk ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadaku dan mencurahkan kebaikanNya kepadaku dengan bentuk itu. Hal itu lantaran ﴾ إِنِّي تَرَكۡتُ مِلَّةَ قَوۡمٖ لَّا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَهُم بِٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ كَٰفِرُونَ ﴿ "sesung-guhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada Hari Kemudian", makna kata اَلتَّرْكُ (meninggalkan) sebagaimana berlaku bagi orang yang pernah memasuki sesuatu kemudian berpindah darinya, maka juga ber-laku bagi orang yang memang tidak pernah memasukinya sama sekali. Jadi, tidak bisa dikatakan bahwa Yusuf sebelumnya meme-luk agama selain millah (agama) Nabi Ibrahim.
#
{38} {واتَّبعت مِلَّةَ آبائي إبراهيم وإسحاق ويعقوبَ}: ثم فسَّر تلك الملة بقوله: {ما كان لنا}؛ [أي: ما ينبغي ولا يليق بنا] {أن نُشْرِكَ بالله من شيءٍ}: بل نُفْرِدُ الله بالتوحيد ونُخْلِصُ له الدين والعبادة. {ذلك من فضل الله علينا وعلى الناس}؛ أي: هذا من أفضل [مننِه] وإحسانه وفضله علينا وعلى مَنْ هداه الله كما هدانا؛ فإنَّه لا أفضل من منَّة الله على العباد بالإسلام والدين القويم؛ فمن قبله وانقاد له؛ فهو حظُّه، وقد حصل له أكبر النعم وأجلُّ الفضائل. {ولكنَّ أكثرَ الناس لا يشكرونَ}: فلذلك تأتيهم المنَّة والإحسان فلا يقبلونَها ولا يقومون لله بحقِّه. وفي هذا من الترغيب للطريق التي هو عليها ما لا يخفى؛ فإنَّ الفتيين لما تقرَّر عنده أنهما رأياه بعين التعظيم والإجلال وأنه محسنٌ معلِّم؛ ذكر لهما أنَّ هذه الحالة التي أنا عليها كلّها من فضل الله وإحسانه، حيث منَّ عليَّ بترك الشرك وباتباع ملة آبائي ؛ فبهذا وصلتُ إلى ما رأيتما، فينبغي لكما أن تَسْلُكا ما سلكتُ.
(38) ﴾ وَٱتَّبَعۡتُ مِلَّةَ ءَابَآءِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَۚ ﴿ "Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak, dan Ya'qub." Kemudian dia me-nerangkan apa yang dimaksud dengan millah (agama) tadi dengan ucapannya ﴾ مَا كَانَ لَنَآ ﴿ "Tiadalah patut bagi kami (para Nabi)", artinya tidak sepatutnya dan tidak pantas bagi kami ﴾ أَن نُّشۡرِكَ بِٱللَّهِ مِن شَيۡءٖۚ ﴿ "mem-persekutukan sesuatu apa pun dengan Allah." Bahkan kami hanya meng-esakan Allah dengan tauhid dan memurnikan agama dan ibadah bagiNya. ﴾ ذَٰلِكَ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ عَلَيۡنَا وَعَلَى ٱلنَّاسِ ﴿ "Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya)", ini termasuk anugerah, curahan kebaikan dan keutamaan paling tinggi kepada kami dan kepada orang-orang yang Allah berikan hidayah kepada mereka, sebagaimana Dia telah memberikan hidayah kepada kami. Sesungguhnya, tidak ada karunia yang lebih baik daripada karunia Allah kepada para hambaNya dengan Islam dan agama yang lurus. Barangsiapa menerima dan mematuhinya, maka itulah bagian kebe-runtungannya. Sungguh dia telah meraup kebaikan yang terbesar dan keutamaan yang paling mulia. ﴾ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَشۡكُرُونَ ﴿ "Tetapi kebanyakan manusia itu tidak mensyukuri(Nya)." Oleh karenanya, (ketika) karunia dan curahan kebaikan (Allah) datang kepada mereka, maka mereka tidak mene-rimanya, tidak melaksanakan hak Allah dengan sebaik-baiknya. Dalam ayat ini, terkandung ajakan (dari Yusuf) menuju jalan yang dia pegang teguh, sebagaimana terlihat jelas. Sesungguhnya dua pemuda itu, ketika menurut Yusuf mereka berdua memandang di-rinya dengan penuh penghormatan dan pengagungan, dan mereka mengetahui bahwa dia adalah seorang yang berbuat baik lagi men-didik, maka Yusuf menjelaskan "Bahwa kemampuan yang aku miliki berasal dari keutamaan dan curahan kebaikan dari Allah. Dia telah memberikan kepadaku anugerah untuk meninggalkan kesyirikan dan hanya mengikuti agama moyangku saja. Dengan itulah aku mampu mencapai tingkat yang kalian saksikan. Seyogyanya kalian berdua pun mengikuti apa yang aku peluk."
#
{39} ثم صرح لهما بالدعوة فقال: {يا صاحبي السجنِ أأربابٌ متفرِّقونَ خيرٌ أم الله الواحد القهار}؛ أي: أأربابٌ عاجزة ضعيفة لا تنفع ولا تضرُّ ولا تعطي ولا تمنع وهي متفرِّقة ما بين أشجار وأحجار وملائكة وأموات وغير ذلك من أنواع المعبودات التي يتَّخذها المشركون، أتلك خيرٌ أم الله الذي له صفات الكمال الواحد في ذاته وصفاته وأفعاله؟ فلا شريكَ له في شيء من ذلك، القهَّار الذي انقادت الأشياء لقهرِهِ وسلطانِهِ؛ فما شاء كان، وما لم يشأ لم يكنْ، ما من دابَّة إلاَّ هو آخذٌ بناصيتها.
(39) Selanjutnya ia mendakwahi mereka dengan terang-te-rangan. Ia berkata, ﴾ يَٰصَٰحِبَيِ ٱلسِّجۡنِ ءَأَرۡبَابٞ مُّتَفَرِّقُونَ خَيۡرٌ أَمِ ٱللَّهُ ٱلۡوَٰحِدُ ٱلۡقَهَّارُ ﴿ "Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa" maksud-nya, apakah tuhan-tuhan yang lemah tidak berdaya, tidak dapat mencurahkan manfaat dan menimpakan bahaya, tidak sanggup memberi dan tidak mampu menahan, bentuknya bermacam-macam, ada yang berbentuk pepohonan, bebatuan, malaikat, orang-orang yang telah mati dan sesembahan lainnya yang didaulat oleh kaum musyrikin, apakah itu semua lebih baik ataukah Allah yang mem-punyai sifat-sifat kesempurnaan, Esa dalam Dzat dan Sifat-sifatNya serta perbuatan-perbuatanNya? Allah tidak ada sekutu bagiNya dalam hal-hal itu sedikit pun. Al-Qahhar (Mahaperkasa) yang segala sesuatu tunduk patuh kepada keperkasaan dan kekuasaanNya. Apa pun yang diinginkanNya, maka langsung terwujud. Dan apa saja yang tidak Allah kehendaki, maka tidak akan terjadi. Tidak ada satu binatang melata pun melainkan Allah mampu memegangi ubun-ubunnya.
#
{40} ومن المعلوم أنَّ مَن هذا شأنه ووصفه خيرٌ من الآلهة المتفرِّقة التي هي مجرَّد أسماء لا كمال لها ولا فعال لديها، ولهذا قال: {ما تعبُدون من دونِهِ إلاَّ أسماءً سمَّيْتُموها أنتم وآباؤكم}؛ أي: كسوتُموها أسماءً [و] سمَّيتموها آلهة، وهي لا شيء، ولا فيها من صفات الألوهيَّة شيء. {ما أنزل الله بها من سلطانٍ}: بل أنزل الله السلطان بالنهي عن عبادتها وبيان بطلانها، وإذا لم يُنْزِلِ الله بها سلطاناً؛ لم يكنْ طريقٌ ولا وسيلةٌ ولا دليلٌ لها. لأن الحكمَ {لله}: وحدَه؛ فهو الذي يأمُرُ وينهى ويشرِّعُ الشرائع ويسنُّ الأحكام، وهو الذي أمركم {أن لا تعبُدوا إلاَّ إيَّاه ذلك الدين القيِّمُ}؛ أي: المستقيم الموصل إلى كلِّ خير، وما سواه من الأديان؛ فإنَّها غير مستقيمة، بل معوجَّة توصل إلى كلِّ شرٍّ. {ولكنَّ أكثر الناس لا يعلمونَ}: حقائق الأشياء، وإلاَّ؛ فإنَّ الفرق بين عبادة الله وحده لا شريك له وبين الشرك به أظهر الأشياء وأبينها، ولكن لعدم العلم من أكثر الناس بذلك حَصَلَ منهم ما حصل من الشرك. فيوسف عليه السلام دعا صاحبي السجنِ لعبادة الله وحده وإخلاص الدِّين له، فيُحتمل أنهما استجابا وانقادا فتمَّت عليهما النعمة، ويُحتمل أنَّهما لم يزالا على شركهما، فقامت عليهما بذلك الحجة.
(40) Dan sudah dapat dimaklumi bahwa Dzat yang karakte-ristik dan sifatNya demikian ini lebih baik daripada sesembahan-sesembahan beraneka macam yang hanya berbentuk nama-nama (kosong) semata, tanpa ada unsur kesempurnaan dan kemampuan baginya. Oleh karenanya, beliau berkata, ﴾ مَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِهِۦٓ إِلَّآ أَسۡمَآءٗ سَمَّيۡتُمُوهَآ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُم ﴿ "Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya", maksudnya, kalian telah memberikan predikat nama-nama padanya, dan kalian menamakannya sebagai tuhan. Padahal benda-benda itu tidak ada artinya sama sekali, juga tidak mempu-nyai sifat-sifat ketuhanan sedikit pun. ﴾ مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلۡطَٰنٍۚ ﴿ "Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu", bahkan Allah telah menurunkan keterangan tentang larangan untuk menyembahnya dan penjelasan tentang ke-batilannya. Apabila Allah tidak menurunkan sebuah bukti penguat apa pun, maka tidak ada jalan, cara dan petunjuk tentang ketuhanan benda-benda itu. Karena keputusan itu ﴾ لِلَّهِ ﴿ "hanyalah kepunyaan Allah", semata. Dia-lah Dzat yang memerintahkan, melarang dan menetapkan aturan-aturan syariat dan menggariskan hukum-hu-kum. Dia-lah Dzat yang memerintahkan kalian ﴾ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ ﴿ "agar kamu tidak menyembah melainkan kepadaNya. Itulah agama yang lurus", maksudnya, agama yang lurus lagi mengantarkan ke-pada segala kebaikan. Sedangkan semua agama selainnya, merupa-kan agama yang tidak lurus, jalan yang bengkok, menyeret kepada segala kejelekan. ﴾ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ﴿ "Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui", hakikat-hakikat segala sesuatu. Kalau tidak de-mikian, maka sesungguhnya perbedaan antara beribadah kepada Allah semata (tidak ada sekutu bagiNya) dengan praktik syirik ter-masuk perkara yang jelas lagi terang. Namun, lantaran tidak adanya ilmu pada kebanyakan orang tentang itu, maka terjadilah apa yang telah terjadi, berupa praktik syirik. Yusuf عليه السلام mengajak penghuni penjara untuk beribadah kepada Allah semata, dan mengikhlaskan agama bagiNya. Ini mengandung kemungkinan bahwa mereka ber-dua menyambut ajakan itu dan menaatinya, hingga kenikmatan Allah terwujud pada mereka berdua. Dan ada juga kemungkinan bahwa mereka tetap berada dalam kesyirikan mereka, sehingga hujjah telah tegak pada mereka berdua.
#
{41} ثم إنه عليه السلام شَرَعَ يعبر رؤياهما بعدما وعدهما ذلك، فقال: {يا صاحبي السجن أما أحَدُكُما}: وهو الذي رأى أنه يعصِرُ خمراً؛ فإنَّه يخرج من السجن، ويسقي {ربَّه خمراً}؛ أي: يسقي سيده الذي كان يخدمه خمراً، وذلك مستلزم لخروجه من السجن. {وأما الآخر}: وهو الذي رأى أنَّه يحمل فوق رأسه خبزاً تأكل الطير منه، {فيُصْلَبُ فتأكلُ الطير من رأسه}: فإنَّه عبر عن الخبز الذي تأكله الطير بلحم رأسه وشحمه وما فيه من المخِّ، وأنَّه لا يقبر ويستر عن الطيور، بل يُصلب ويُجعل في محلٍّ تتمكَّن الطيور من أكله، ثم أخبرهما بأنَّ هذا التأويل الذي تأوَّله لهما أنَّه لا بدَّ من وقوعه، فقال: {قُضِيَ الأمرُ الذي فيه تستفتيان}؛ أي: تسألان عن تعبيره وتفسيره.
(41) Kemudian, beliau عليه السلام mulai menakwilkan mimpi me-reka berdua yang sebelumnya telah beliau janjikan. Beliau berkata, ﴾ يَٰصَٰحِبَيِ ٱلسِّجۡنِ أَمَّآ أَحَدُكُمَا ﴿ "Hai kedua penghuni penjara, 'Adapun salah seorang di antara kamu berdua'," yaitu orang yang melihat dirinya memeras anggur, ia akan bebas dari penjara dan memberi minum ﴾ رَبَّهُۥ خَمۡرٗاۖ ﴿ "tuannya dengan khamar" maksudnya ia akan memberikan minuman kepada tuannya yang ia layani berupa minuman khamar. Ini adalah konsekuensi atas kebebasannya dari penjara. ﴾ وَأَمَّا ٱلۡأٓخَرُ ﴿ "Adapun yang seorang lagi", yaitu orang yang bermimpi dirinya me-manggul roti di atas kepalanya, kemudian seekor burung memakan sebagian roti itu ﴾ فَيُصۡلَبُ فَتَأۡكُلُ ٱلطَّيۡرُ مِن رَّأۡسِهِۦۚ ﴿ "maka ia akan disalib, lalu burung memakan sebagian dari kepalanya", Yusuf menakwilkan roti yang dimakan oleh burung dengan daging kepalanya, dan seisinya termasuk otaknya juga. Ia tidak dikubur dan tidak disembunyikan dari jangkauan burung-burung. Justru disalib dan ditempatkan di sebuah tempat, di mana burung-burung bisa leluasa mematukinya. Kemudian Yusuf mengabarkan bahwa hasil penakwilan mimpi ini yang ia sebutkan, pasti akan terjadi. Ia berkata, ﴾ قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ ٱلَّذِي فِيهِ تَسۡتَفۡتِيَانِ ﴿ "Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepada-ku)", yaitu perkara yang kalian berdua menanyakan tentang takwil dan penjelasannya.
Ayah: 42 #
{وَقَالَ لِلَّذِي ظَنَّ أَنَّهُ نَاجٍ مِنْهُمَا اذْكُرْنِي عِنْدَ رَبِّكَ فَأَنْسَاهُ الشَّيْطَانُ ذِكْرَ رَبِّهِ فَلَبِثَ فِي السِّجْنِ بِضْعَ سِنِينَ (42)}.
"Dan dia berkata kepada orang yang diketahuinya akan se-lamat di antara mereka berdua, 'Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.' Maka setan menjadikannya lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu tetaplah Yusuf dalam penjara beberapa tahun lamanya." (Yusuf: 42).
#
{42} أي: {وقال} يوسفُ عليه السلام {للذي ظنَّ أنَّه ناج منهما}: وهو الذي رأى أنه يعصِرُ خمراً: {اذْكُرْني عند ربِّك}؛ أي: اذكر له شأني وقصَّتي لعله يَرقُّ لي فيخرجني مما أنا فيه، {فأنساه الشيطانُ ذِكْرَ ربِّه}؛ أي: فأنسى الشيطان ذلك الناجي ذكر الله تعالى وذكر ما يُقَرِّبُ إليه ومن جملة ذلك نسيانه ذِكْرَ يوسف الذي يستحقُّ أن يُجازى بأتمِّ الإحسان، وذلك ليتمَّ الله أمره وقضاءه. {فلَبِثَ في السجن بضعَ سنين}: والبضع من الثلاث إلى التسع، ولهذا قيل: إنه لبث سبع سنين. ولما أراد الله أن يُتِمَّ أمره ويأذن بإخراج يوسف من السجن؛ قدَّر لذلك سبباً لإخراج يوسف وارتفاع شأنه وإعلاء قَدْره وهو رؤيا الملك.
(42) Maksudnya ﴾ وَقَالَ ﴿ "Dan dia berkata", yaitu Yusuf عليه السلام ﴾ لِلَّذِي ظَنَّ أَنَّهُۥ نَاجٖ مِّنۡهُمَا ﴿ "kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua", orang yang bermimpi melihat dirinya meme-ras anggur agar menjadi khamar, ﴾ ٱذۡكُرۡنِي عِندَ رَبِّكَ ﴿ "Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu", jelaskan kepadanya tentang kondisi dan kisahku, semoga saja dia berubah dan bersikap lunak serta membe-baskanku dari keadaanku sekarang. ﴾ فَأَنسَىٰهُ ٱلشَّيۡطَٰنُ ذِكۡرَ رَبِّهِۦ ﴿ "Maka setan menjadikannya lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya," setan menjadikan orang yang selamat tadi lupa dari mengingat Allah تعالى dan melakukan perbuatan yang mendekatkan dirinya kepada-Nya. Termasuk yang ia lupakan adalah menyebutkan (keadaan) Yusuf yang berhak untuk mendapatkan balasan sebaik-baiknya. Kejadian ini bertujuan agar Allah menyempurnakan ketetapan dan keputusanNya. ﴾ فَلَبِثَ فِي ٱلسِّجۡنِ بِضۡعَ سِنِينَ ﴿ "Karena itu, tetaplah Yusuf dalam penjara beberapa tahun lamanya," berkisar antara tiga sampai sembilan tahun lamanya. Oleh karena itu, ada pendapat yang menyatakan, "Ia tetap menghuninya selama tujuh tahun." Tatkala Allah berkehendak untuk menyempurnakan kepu-tusanNya dan membuka jalan bagi kebebasan Yusuf dari penjara, maka Allah menetapkan faktor penyebab kebebasan Yusuf, meng-angkat harga diri dan ketinggian kharismanya, yaitu melalui mimpi sang raja.
Ayah: 43 - 49 #
{وَقَالَ الْمَلِكُ إِنِّي أَرَى سَبْعَ بَقَرَاتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعَ سُنْبُلَاتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَاتٍ يَاأَيُّهَا الْمَلَأُ أَفْتُونِي فِي رُؤْيَايَ إِنْ كُنْتُمْ لِلرُّؤْيَا تَعْبُرُونَ (43) قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ وَمَا نَحْنُ بِتَأْوِيلِ الْأَحْلَامِ بِعَالِمِينَ (44) وَقَالَ الَّذِي نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ أَنَا أُنَبِّئُكُمْ بِتَأْوِيلِهِ فَأَرْسِلُونِ (45) يُوسُفُ أَيُّهَا الصِّدِّيقُ أَفْتِنَا فِي سَبْعِ بَقَرَاتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعِ سُنْبُلَاتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَاتٍ لَعَلِّي أَرْجِعُ إِلَى النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُونَ (46) قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدْتُمْ فَذَرُوهُ فِي سُنْبُلِهِ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّا تَأْكُلُونَ (47) ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّا تُحْصِنُونَ (48) ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ عَامٌ فِيهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيهِ يَعْصِرُونَ (49)}.
"Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaum-nya), 'Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus, dan tujuh butir (gandum) yang hijau dan tujuh butir lainnya yang kering. Hai orang-orang yang terkemuka, terangkanlah ke-padaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat mena'birkan mimpi.' Mereka menjawab, '(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu mena'birkan mimpi itu.' Dan ber-katalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada) Yusuf sesudah beberapa waktu lamanya, 'Aku akan mem-beritakan kepadamu tentang (orang yang pandai) mena'birkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).' (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf, dia berseru), 'Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang ku-rus-kurus, dan tujuh butir (gandum) yang hijau dan tujuh lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui.' Yusuf berkata, 'Supaya kamu bercocok tanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa, maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk mengha-dapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari bibit gandum yang akan kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang pada-nya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur'." (Yusuf: 43-49).
Ketika Allah تعالى berkehendak mengeluarkan Yusuf dari pen-jara, maka Allah memperlihatkan mimpi yang aneh tersebut pada sang raja yang penakwilannya mengundang semua orang, agar penakwilan mimpi itu nanti terjawab di tangan Yusuf, hingga akan tampak sisi keutamaan Yusuf dan menjadi jelas kapasitas ilmunya, yang selanjutnya akan menjadi sumber pengangkatan ketinggian martabatnya di dunia dan akhirat. Dan termasuk dari ketentuan takdir yang bersifat selaras adalah, bahwa sang rajalah -orang yang menjadi tumpuan permasalahan rakyat- yang bermimpi melihat-nya. Karena kemaslahatannya terkait dengannya (raja). Pasalnya, ia menyaksikan mimpi yang menyeramkannya. Ia pun mengumpul-kan orang-orang berilmu dan para pemikir dari bangsanya seraya berkata,
#
{43} {إني أرى سبعَ بقراتٍ سمانٍ يأكُلُهُنَّ سبعٌ}؛ أي: سبعٌ من البقرات {عجافٌ}: وهذا من العجب أنَّ السبع العجافَ الهزيلات اللاتي سقطتْ قوَّتُهن يأكُلْنَ السبع السمان التي كنَّ نهايةً في القوة. {و} رأيتُ {سبعَ سُنْبُلاتٍ خضرٍ} يأكلهن سبعُ سنبلاتٍ يابساتٍ؛ {يا أيُّها الملأ أفتوني في رؤيايَ}: لأنَّ تعبير الجميع واحدٌ وتأويلهنَّ شيءٌ واحدٌ، {إن كنتُم للرؤيا تَعْبُرون}.
( 43) ﴾ إِنِّيٓ أَرَىٰ سَبۡعَ بَقَرَٰتٖ سِمَانٖ يَأۡكُلُهُنَّ سَبۡعٌ ﴿ "Sesungguhnya aku ber-mimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh", tujuh ekor sapi betina ﴾ عِجَافٞ ﴿ "yang kurus-kurus", inilah sisi keanehannya, tujuh sapi yang kurus dan tak bertenaga yang ke-kuatannya sudah tidak ada lagi, memakan tujuh sapi betina yang gemuk-gemuk, yang merupakan sapi-sapi paling kuat. (وَ) " Dan", aku menyaksikan ﴾ سَبۡعَ سُنۢبُلَٰتٍ خُضۡرٖ ﴿ "tujuh butir (gandum) yang hijau", dimusnahkan oleh tujuh butir yang kering. ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَأُ أَفۡتُونِي فِي رُءۡيَٰيَ ﴿ "Hai orang-orang yang terkemuka, 'Terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku'," sebab pena'biran semua orang adalah satu, dan penak-wilan itu semua hanya satu macam ﴾ إِن كُنتُمۡ لِلرُّءۡيَا تَعۡبُرُونَ ﴿ "jika kamu dapat mena'birkan mimpi."
#
{44} فتحيَّروا ولم يعرفوا لها وجهاً؛ {وقالوا أضغاثُ أحلام}؛ أي: أحلام لا حاصلَ لها ولا لها تأويلٌ. وهذا جزمٌ منهم بما لا يعلمون وتعذُّرٌ منهم بما ليس بعذرٍ. ثم قالوا: {وما نحنُ بتأويل الأحلام بعالِمينَ}؛ أي: لا نَعْبُرُ إلا الرؤيا وأمَّا الأحلام التي هي من الشيطان أو من حديث النفس فإنَّا لا نعبرها. فجمعوا بين الجهل والجزم بأنها أضغاث أحلام والإعجاب بالنفس بحيثُ إنَّهم لم يقولوا: لا نعلمُ تأويلها! وهذا من الأمور التي لا تنبغي لأهل الدين والحِجا. وهذا أيضاً من لطف الله بيوسف عليه السلام؛ فإنَّه لو عَبَرَها ابتداءً قبل أن يعرِضَها على الملأ من قومه وعلمائهم فيعجزوا عنها؛ لم يكنْ لها ذلك الموقع، ولكن لما عرضها عليهم، فعجزوا عن الجواب، وكان الملك مهتمًّا لها غايةً، فعبرها يوسفُ؛ وقعتْ عندهم موقعاً عظيماً. وهذا نظيرُ إظهار الله فضلَ آدم على الملائكة بالعلم بعد أن سألهم فلم يعلموا، ثم سأل آدم فعلَّمهم أسماء كلِّ شيءٍ، فحصل بذلك زيادة فضله. وكما يُظْهِرُ فضلَ أفضل خلقِهِ محمدٍ - صلى الله عليه وسلم - في القيامة أن يُلْهِمَ اللهُ الخلقَ أن يتشفَّعوا بآدم ثم بنوح ثم إبراهيم ثم موسى ثم عيسى عليهم السلام، فيعتذِرون عنها، ثم يأتون محمداً - صلى الله عليه وسلم -، فيقول: «أنا لها، أنا لها» ، فيشفع في جميع الخلق، وينال ذلك المقامَ المحمودَ الذي يغبِطُه به الأولون والآخرون؛ فسبحان من خَفِيَتْ ألطافُه ودقَّت في إيصاله البر والإحسان إلى خواصِّ أصفيائه وأوليائه.
(44) Mereka dilanda kebingungan, tidak mengetahui takwil mimpi itu sama sekali. ﴾ قَالُوٓاْ أَضۡغَٰثُ أَحۡلَٰمٖۖ ﴿ "Mereka menjawab, '(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong'," mimpi-mimpi yang tidak memiliki hasil apa pun dan tidak mempunyai penakwilan. Ini adalah kemantapan pendapat dari mereka atas perkara yang tidak mereka ketahui dan pengajuan alasan dari mereka dengan sesuatu yang tidak pantas untuk dijadikan alasan. Kemudian, mereka berkata, ﴾ وَمَا نَحۡنُ بِتَأۡوِيلِ ٱلۡأَحۡلَٰمِ بِعَٰلِمِينَ ﴿ "Dan kami sekali-kali tidak tahu mena'birkan mimpi itu", mak-sudnya, kami tidak mampu menafsirkan kecuali hanya mimpi saja. Adapun tentang bunga tidur, yang berasal dari setan atau dari bi-sikan hati (yang mendominasi), maka kami tidak (perlu) menafsir-kannya. Akhirnya, mereka memadukan antara ketidaktahuan dan ke-tegasan bahwa itu merupakan mimpi-mimpi kosong semata, dengan sikap ujub terhadap diri sendiri, di mana mereka tidak (terus terang) mengucapkan, "Kami tidak mengetahui penakwilannya!"Ini ter-masuk perkara yang tidak sepatutnya dilakukan oleh orang-orang yang menguasai agama dan berakal. Kejadian itu juga merupakan bukti perhatian Allah kepada Yusuf عليه السلام. Seandainya dia langsung mena'birkan kandungan mimpi itu, sebelum ditawarkan oleh raja kepada orang-orang terkemuka dan para ulama negeri itu lalu me-reka tidak mampu menakwilkannya, maka tidak akan menimbul-kan pengaruh yang membekas. Namun, ketika sang raja menyam-paikannya kepada mereka dan akhirnya tidak mampu menjawab, maka sang raja akan benar-benar memikirkannya. Ketika Yusuf berhasil mena'birkannya, maka dia mempunyai kedudukan tinggi di sisi mereka. Ini sepadan dengan peristiwa saat Allah memperlihatkan keutamaan Adam di atas para malaikat dengan ilmu setelah Allah mengajukan pertanyaan kepada mereka, tapi mereka tidak menge-tahuinya. Kemudian Allah bertanya kepada Adam, maka ia mampu menjelaskan kepada mereka nama-nama segala sesuatu. Melalui itu, terbuktilah kelebihannya. Sebagaimana Allah memperlihatkan keutamaan manusia yang paling utama Muhammad, di Hari Kiamat kelak, dengan mengil-hamkan makhluk-makhluk untuk memohon syafa'at melalui Adam, kemudian Nuh, selanjutnya kepada Ibrahim, lalu Musa dan beri-kutnya kepada Isa k. Lalu mereka merasa tidak mampu mem-berikannya, kemudian mereka mendatangi Muhammad ﷺ. Beliau pun berkata, "Akulah orangnya, akulah orangnya (yang berhak memberikan syafa'at)[7]." Maka beliau pun mengusahakan syafa'at bagi semua makhluk dan berhasil merengkuh maqam mahmud (kedu-dukan terpuji) yang diincar orang-orang terdahulu dan orang-orang akhir zaman. Mahasuci Dzat yang kelembutanNya tersembunyi dan teliti dalam mencurahkan kebaikan dan kenikmatan bagi orang-orang pilihan dan wali-waliNya.
#
{45} {وقال الذي نجا منهما}؛ أي: من الفتيين، وهو الذي رأى أنَّه يعصِرُ خمراً، وهو الذي أوصاه يوسف أن يذكُرَه عند ربِّه، {وادَّكَرَ بعد أُمَّةٍ}؛ أي: وتذكَّر يوسف وما جرى له في تعبيره لرؤياهما وما وصَّاه به وعلم أنه كفيلٌ بتعبير هذه الرؤيا بعد مدَّةٍ من السنين، فقال: {أنَا أنبِّئكم بتأويلِهِ فأرسلونِ}: إلى يوسفَ لأسأله عنها.
(45) ﴾ وَقَالَ ٱلَّذِي نَجَا مِنۡهُمَا ﴿ "Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua", dari dua pemuda tadi, yaitu orang yang bermimpi melihat dirinya memeras anggur untuk dijadikan minuman khamar. Dialah orang yang dititipi pesan oleh Yusuf untuk mengingatkan tentang keadaannya kepada tuannya. ﴾ وَٱدَّكَرَ بَعۡدَ أُمَّةٍ ﴿ "Dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya", maksudnya dan ia mengingat Yusuf beserta peristiwa yang terjadi pada dirinya dalam pena'biran yang dilakukan Yusuf terhadap mimpi mereka berdua serta pesan yang disampaikannya kepada dirinya. Dia pun tahu, bahwa Yusuf akan menyelesaikan penakwilan mimpi ini. (Ingatan-nya tergugah) setelah beberapa waktu lamanya. Dia pun berkata, ﴾ أَنَا۠ أُنَبِّئُكُم بِتَأۡوِيلِهِۦ فَأَرۡسِلُونِ ﴿ "Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) mena'birkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)", kepada Yusuf, aku ingin menanyakan mimpi itu kepadanya.
#
{46} فأرسلوه، فجاء إليه، ولم يعنِّفْه يوسفُ على نسيانه، بل استمع ما يسأله عنه، وأجابه عن ذلك، فقال: {يوسفُ أيُّها الصديقُ}؛ أي: كثير الصدق في أقواله وأفعاله، {أفْتِنا في سبعِ بقراتٍ سمانٍ يأكُلُهُنَّ سبعٌ عجافٌ وسبعِ سنبلات خضرٍ وأخَرَ يابساتٍ لعلِّي أرجِعُ إلى الناس لعلَّهم يعلمونَ}: فإنَّهم متشوِّفون لتعبيرها، وقد أهمَّتْهم.
(46) Mereka akhirnya mengutusnya. Ia pun menemui Yusuf. Yusuf tidak mencacinya atas kealpaannya. Bahkan langsung menyi-mak pertanyaan yang dia lontarkan kepadanya dan menjawabnya. Dia berseru, ﴾ يُوسُفُ أَيُّهَا ٱلصِّدِّيقُ ﴿ "Yusuf, hai orang yang amat dipercaya", yaitu sangat jujur dalam ucapan-ucapan dan tindak-tanduknya ﴾ أَفۡتِنَا فِي سَبۡعِ بَقَرَٰتٖ سِمَانٖ يَأۡكُلُهُنَّ سَبۡعٌ عِجَافٞ وَسَبۡعِ سُنۢبُلَٰتٍ خُضۡرٖ وَأُخَرَ يَابِسَٰتٖ لَّعَلِّيٓ أَرۡجِعُ إِلَى ٱلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَعۡلَمُونَ ﴿ "Terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus, dan tujuh butir (gandum) yang hijau dan tujuh lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui", karena me-reka benar-benar beranimo untuk mengetahui ta'birnya, yaitu ta'bir sebuah mimpi yang telah membebani pikiran mereka.
#
{47} فعبر يوسفُ السبعَ البقراتِ السمانَ والسبعَ السنبلاتِ الخضر بأنهنَّ سبع سنين مخصبات، والسبع البقرات العجاف والسبع السنبلات اليابساتِ بأنَّهنَّ سنين مجدباتٌ، ولعلَّ وجهَ ذلك ـ والله أعلم ـ أنَّ الخصب والجدب لما كان الحرث مبنيًّا عليه، وأنَّه إذا حصل الخصبُ؛ قويتِ الزروع والحروثُ وحَسُنَ منظرُها وكثُرت غلالها، والجدب بالعكس من ذلك، وكانت البقر هي التي تُحرث عليها الأرض وتُسقى عليها الحروث في الغالب، والسنبلاتُ هي أعظم الأقوات وأفضلها؛ عبرها بذلك لوجود المناسبة، فجمع لهم في تأويلها بين التعبير والإشارة لما يفعلونه ويستعدُّون به من التدبير في سني الخصب إلى سني الجَدْب، فقال: {تزرعونَ سبعَ سنينَ دأباً}؛ أي: متتابعاتٍ، {فما حصدتُم}: من تلك الزروع، {فذَروه}؛ أي: اتركوه {في سُنبُلِهِ}: لأنَّه أبقى له وأبعد من الالتفات إليه، {إلاَّ قليلاً مما تأكلون}؛ أي: دبِّروا [أيضًا] أكلكم في هذه السنين الخصبة، وليكن قليلاً؛ ليكثر ما تدَّخرون، ويعظُم نفعُه ووقعه.
(47) Yusuf menakwilkan tujuh ekor sapi yang gemuk-gemuk dan tujuh butir (gandum) yang hijau bahwa itu adalah masa tujuh tahun yang subur. Sedangkan tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang kering-kering bahwa itu me-rupakan masa tujuh tahun penuh dengan paceklik. Boleh jadi sisi penjelasan adalah –wallahu a'lam– bahwasanya masa subur dan pa-ceklik menjadi acuan penggarapan tanaman. Apabila terjadi masa kesuburan, maka tanaman dan tetumbuhan menjadi kuat. Peman-dangannya pun indah dan hasil panenannya pun banyak. Sedang-kan pada masa paceklik, keadaan menjadi sebaliknya. Dahulu, pada umumnya sapilah yang digunakan untuk membajak tanah dan mengairi tanaman. Bulir gandum merupakan makanan pokok pa-ling penting dan paling utama. Dia menakwilkan demikian, lantaran adanya relevansi. Dalam menafsirkan mimpi itu kepada mereka, dia memadukan antara penakwilan mimpi dengan petunjuk me-ngenai kebijakan yang harus mereka kerjakan dan persiapan yang mereka lakukan berupa pengelolaan (hasil panen) di musim subur sampai musim paceklik. Ia berkata, ﴾ تَزۡرَعُونَ سَبۡعَ سِنِينَ دَأَبٗا ﴿ "Supaya kamu bercocok tanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa", berturut-turut ﴾ فَمَا حَصَدتُّمۡ ﴿ "Maka apa yang kamu tuai" dari tanaman itu ﴾ فَذَرُوهُ ﴿ "hendaklah kamu tinggalkan", kamu biarkan ﴾ فِي سُنۢبُلِهِۦٓ ﴿ "di bulirnya", karena akan lebih menjamin keawetannya dan akan semakin jarang diperhatikan (sehingga tidak dikonsumsi) إِلَّا قَلِيلٗا مِّمَّا تَأۡكُلُونَ ﴿ "kecuali sedikit untuk kamu makan", aturlah [juga] kuantitas makanan kalian di musim-musim subur, hendaknya porsinya sedikit, agar simpanan kalian banyak, kemanfaatannya dan peranannya pun besar.
#
{48} {ثم يأتي من بعد ذلك}؛ أي: بعد تلك السنين السبع المخصبات، {سبعٌ شِدادٌ}؛ أي: مجدباتٌ، {يأكُلْن ما قدَّمتم لهنَّ}؛ أي: يأكلن جميع ما ادَّخرتموه ولو كان كثيراً، {إلاَّ قليلاً مما تُحْصِنونَ}؛ أي: تمنعونه من التقديم لهنَّ.
(48) ﴾ ثُمَّ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ ﴿ "Kemudian sesudah itu akan datang", pasca tujuh musim yang subur ﴾ سَبۡعٞ شِدَادٞ ﴿ "tujuh tahun yang amat sulit", musim-musim paceklik ﴾ يَأۡكُلۡنَ مَا قَدَّمۡتُمۡ لَهُنَّ ﴿ "yang menghabiskan sesuatu yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit)", akan mengha-biskan semua yang kalian simpan meskipun jumlahnya berlimpah ﴾ إِلَّا قَلِيلٗا مِّمَّا تُحۡصِنُونَ ﴿ "kecuali sedikit dari bibit gandum yang akan kamu sim-pan", yaitu yang tidak kalian persiapkan untuk menghadapi musim-musim yang berat.
#
{49} {ثم يأتي من بعد ذلك}؛ أي: السبع الشداد {عامٌ فيه يُغاث الناس وفيه يعصِرونَ}؛ أي: فيه تكثُر الأمطار والسيول، وتكثُر الغلاتُ، وتزيد على أقواتهم حتَّى إنَّهم يعصِرون العنب ونحوه زيادةً على أكلهم، ولعلَّ استدلاله على وجودِ هذا العام الخصب مع أنه غير مصرَّح به في رؤيا الملك؛ لأنَّه فهم من [التقدير] بالسبع الشِّداد أنَّ العام الذي يليها يزولُ به شدَّتُها، ومن المعلوم أنَّه لا يزولُ الجَدْبُ المستمرُّ سبع سنين متوالياتٍ إلا بعام مُخْصِبٍ جدًّا، وإلاَّ؛ لَمَا كان للتقدير فائدة. فلما رجع الرسول إلى الملك والناس، وأخبرهم بتأويل يوسف للرؤيا؛ عجبوا من ذلك، وفرِحوا بها أشدَّ الفرح.
(49) ﴾ ثُمَّ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ ﴿ "Kemudian setelah itu akan datang", tujuh tahun yang berat ﴾ عَامٞ فِيهِ يُغَاثُ ٱلنَّاسُ وَفِيهِ يَعۡصِرُونَ ﴿ "tahun yang padanya manu-sia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur", maksudnya pada tahun itu, curah hujan dan aliran air akan deras. Hasil panen pun melimpah, melebihi kebutuhan pokok mereka se-hingga mereka dapat memeras anggur dan lainnya, sebagai bentuk keberlimpahan makanan mereka. Mungkin saja keterangan nabi Yusuf tentang keberadaan tahun yang subur ini, -padahal tidak di-sebutkan dengan jelas dalam mimpi sang raja-, adalah karena beliau memahami dari penakwilan tujuh tahun yang berat, bahwa tahun berikutnya, kesengsaraan itu akan sirna. Dan sudah diketahui ber-sama, masa paceklik yang berlanjut selama tujuh tahun secara ber-turutan tidak akan hilang (bekasnya) melainkan dengan satu musim yang sangat subur sekali. Kalau tidak demikian, maka prediksi ini tidak ada manfaatnya. Tatkala utusan sudah kembali ke hadapan raja dan orang-orang, dan memberitahukan pena'biran yang dilakukan oleh Yusuf terhadap mimpi itu, maka mereka takjub mendengarnya dan sangat berbahagia karenanya.
Ayah: 50 - 57 #
{وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ فَلَمَّا جَاءَهُ الرَّسُولُ قَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ مَا بَالُ النِّسْوَةِ اللَّاتِي قَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ إِنَّ رَبِّي بِكَيْدِهِنَّ عَلِيمٌ (50) قَالَ مَا خَطْبُكُنَّ إِذْ رَاوَدْتُنَّ يُوسُفَ عَنْ نَفْسِهِ قُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا عَلِمْنَا عَلَيْهِ مِنْ سُوءٍ قَالَتِ امْرَأَتُ الْعَزِيزِ الْآنَ حَصْحَصَ الْحَقُّ أَنَا رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِينَ (51) ذَلِكَ لِيَعْلَمَ أَنِّي لَمْ أَخُنْهُ بِالْغَيْبِ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي كَيْدَ الْخَائِنِينَ (52) وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ (53) وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ (54) قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ (55) وَكَذَلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الْأَرْضِ يَتَبَوَّأُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَاءُ نُصِيبُ بِرَحْمَتِنَا مَنْ نَشَاءُ وَلَا نُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ (56) وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (57)}.
"Raja berkata, 'Bawalah dia kepadaku.' Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf, 'Kembalilah kepada tuanmu lalu tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Rabbku Maha Mengetahui tipu daya mereka.' Raja berkata (kepada wanita-wa-nita itu), 'Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu).' Mereka berkata, 'Maha-sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya.' Istri al-Aziz berkata, 'Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepada-ku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar.' (Se-lanjutnya dia berkata), 'Yang demikian itu agar dia (al-Aziz) me-ngetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.' Dan raja berkata, 'Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilihnya sebagai orang yang khusus bagi diriku.' Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengannya, dia berkata, 'Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.' Yusuf ber-kata, 'Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.' Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja dia kehen-daki di bumi Mesir ini. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki, dan Kami tidak menyia-nyiakan pa-hala orang-orang yang berbuat baik. Dan sungguh pahala di akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa." (Yusuf: 50-57).
#
{50} يقول تعالى: {وقال المَلِكُ} لمن عنده: {ائتوني به}؛ أي: بيوسف عليه السلام بأن يخرِجوه من السجن ويحضِروه إليه. فلمَّا جاء يوسفَ الرسولُ، وأمره بالحضور عند الملك؛ امتنع عن المبادرة إلى الخروج حتَّى تتبيَّن براءتُه التامَّةُ، وهذا من صبره وعقله ورأيه التامِّ، فقال للرسولِ: {ارجعْ إلى ربِّك}؛ يعني به: الملك، {فاسْألْه ما بالُ النسوةِ اللاتي قطَّعْن أيدِيَهُنَّ}؛ أي: اسأله ما شأنهن وقصتهن؛ فإنَّ أمرهن ظاهرٌ متَّضح. {إنَّ ربِّي بكيدِهِنَّ عليمٌ}.
(50) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَقَالَ ٱلۡمَلِكُ ﴿ "Raja berkata", kepada orang-orang yang ada di sisinya, ﴾ ٱئۡتُونِي بِهِۦۖ ﴿ "Bawalah dia kepadaku", yakni Yusuf dengan cara mengeluarkannya dari penjara dan meng-hadirkannya ke hadapan raja. Ketika sang utusan mendatangi Yusuf untuk memerintahkannya menghadap raja, maka Yusuf tidak lang-sung keluar, sampai terbukti kesuciannya yang utuh (dari tuduhan yang silam). Ini menunjukkan kesabaran, kecerdasan dan pikiran-nya yang matang. Dia berkata kepada utusan itu, ﴾ ٱرۡجِعۡ إِلَىٰ رَبِّكَ ﴿ "Kem-balilah kepada tuanmu", maksudnya sang r a j a ﴾ فَسۡـَٔلۡهُ مَا بَالُ ٱلنِّسۡوَةِ ٱلَّٰتِي قَطَّعۡنَ أَيۡدِيَهُنَّۚ ﴿ "lalu tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya", tanyalah dia tentang seluk-beluk dan kisah mereka. Sesungguhnya jati diri mereka sudah tampak dan jelas. ﴾ إِنَّ رَبِّي بِكَيۡدِهِنَّ عَلِيمٞ ﴿ "Sesungguhnya Rabbku, Maha Mengetahui tipu daya mereka."
#
{51} فأحضرهنَّ الملك وقال: {ما خطبُكُنَّ}؛ أي: شأنكُن، {إذ راودتُنَّ يوسفَ عن نفسِهِ}: فهل رأيتُن منه ما يريب؟! فبرَّأنَه و {قلن حاشَ لله ما علِمْنا عليه من سوءٍ}؛ أي: لا قليل ولا كثير؛ فحينئذ زال السببُ الذي تُبْنَى عليه التُّهمة، ولم يبقَ إلاَّ ما عند امرأة العزيز، فقالتِ {امرأة العزيز الآنَ حَصْحَصَ الحقُّ}؛ أي: تمحَّص وتبيَّن بعدما كنَّا نُدْخِل معه من السوء والتُّهمة ما أوجب السجن ليوسف ، {أنا راودتُه عن نفسِهِ وإنَّه لمن الصادقينَ}: في أقواله وبراءته.
(51) Raja menghadirkan wanita-wanita itu seraya melempar-kan pertanyaan kepada mereka, ﴾ مَا خَطۡبُكُنَّ ﴿ "Bagaimana keadaanmu", apa maksud kalian ﴾ إِذۡ رَٰوَدتُّنَّ يُوسُفَ عَن نَّفۡسِهِۦۚ ﴿ "ketika kalian menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepada kalian)", apakah kalian menyak-sikan pada dirinya sesuatu yang mencurigakan? Mereka pun me-rehabilitasi nama baik Yusuf dan, ﴾ قُلۡنَ حَٰشَ لِلَّهِ مَا عَلِمۡنَا عَلَيۡهِ مِن سُوٓءٖۚ ﴿ "mereka berkata, 'Mahasempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya'," baik sedikit ataupun banyak. Saat itu, lenyaplah fak-tor penyebab yang menjadi sumber tuduhan. Tidak ada yang tersisa kecuali yang ada pada istri al-Aziz. Maka b e r k a t a l a h ﴾ ٱمۡرَأَتُ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡـَٰٔنَ حَصۡحَصَ ٱلۡحَقُّ ﴿ "istri al-Aziz, 'Sekarang jelaslah kebenaran itu'," maksudnya, kebenaran itu menjadi terang dan tampak setelah sebelumnya kami melekatkan keburukan dan tuduhan kepadanya yang mengharus-kannya menghuni penjara. ﴾ أَنَا۠ رَٰوَدتُّهُۥ عَن نَّفۡسِهِۦ وَإِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ﴿ "Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguh-nya dia termasuk orang-orang yang benar", dalam ucapan-ucapannya dan dalam pembelaannya atas kehormatannya.
#
{52} {ذلك}: الإقرارُ الذي أقررتُ أني راودتُ يوسفَ ، {ليعلم أني لم أخُنْهُ بالغيبِ}: يُحتمل أنَّ مرادها بذلك زوجها؛ أي: ليعلم أني حين أقررتُ أني راودتُ يوسف أنِّي لم أخُنْهُ بالغيبِ؛ أي: لم يَجْرِ منِّي إلاَّ مجرَّد المراودة، ولم أفسِدْ عليه فراشه. ويُحتمل أنَّ المراد بذلك: ليعلم يوسفُ حين أقررتُ أنِّي أنا الذي راودتُه، وأنَّه صادقٌ أني لم أخُنْه في حال غيبته عنِّي. {وأنَّ الله لا يَهْدي كيد الخائنين}: فإنَّ كلَّ خائنٍ لا بدَّ أن تعود خيانته ومكره على نفسه، ولا بدَّ أن يتبيَّن أمره.
(52) ﴾ ذَٰلِكَ ﴿ "Yang demikian itu", pengakuan itu yang menya-takan akulah (wanita itu) orang yang menggoda Yusuf ﴾ لِيَعۡلَمَ أَنِّي لَمۡ أَخُنۡهُ بِٱلۡغَيۡبِ ﴿ "agar dia (al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak ber-khianat kepadanya di belakangnya", ini mengandung pengertian bahwa yang dimaksud wanita itu ialah suaminya, maksudnya agar suami-ku mengetahui bahwa saat aku mengaku menggoda Yusuf, aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya. Maksudnya, tidak terjadi padaku suatu tindakan melainkan hanya menggoda semata. Aku tidak menodai ranjangnya. Bisa juga mengandung pengertian agar Yusuf mengetahui (saat aku mengakui bahwa akulah yang menggodanya dan dia adalah orang yang jujur), bahwa aku belum berkhianat kepada suamiku saat tidak bersamaku. ﴾ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي كَيۡدَ ٱلۡخَآئِنِينَ ﴿ "Dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang ber-khianat", karena setiap orang yang berkhianat, perbuatan khianat dan tipu dayanya kembali kepada dirinya sendiri saja dan pasti jati dirinya akan terungkap.
#
{53} ثم لما كان في هذا الكلام نوعُ تزكيةٍ لنفسها وأنه لم يجر منها ذنبٌ في شأن يوسف استدركت فقالت: {وما أُبَرِّئُ نَفْسِي}؛ أي: من المراودة والهمِّ والحرص الشديد والكيد في ذلك. {إنَّ النفس لأمارةٌ بالسوءِ}؛ أي: لكثيرة الأمر لصاحبها بالسوء؛ أي: الفاحشة وسائر الذنوب؛ فإنَّها مركَبُ الشيطان، ومنها يدخُلُ على الإنسان. {إلاَّ ما رَحِمَ ربي}: فنجَّاه من نفسه الأمَّارة حتى صارت نفسُهُ مطمئنةً إلى ربِّها منقادة لداعي الهدى متعاصية عن داعي الرَّدى؛ فذلك ليس من النفس، بل من فضل الله ورحمته بعبده. {إنَّ ربِّي غفورٌ رحيم}؛ أي: هو غفور لمن تجرَّأ على الذُّنوب والمعاصي إذا تاب وأناب، رحيمٌ بقَبول توبته وتوفيقه للأعمال الصالحة. وهذا هو الصوابُ أنَّ هذا من قول امرأة العزيز لا من قول يوسُفَ؛ فإنَّ السياق في كلامها، ويوسُفُ إذ ذاك في السجن لم يحضُرْ.
(53) Tatkala pernyataan semacam ini mencerminkan sejenis tazkiyah (penyucian) pada dirinya, maka ia segera melanjutkan de-ngan penuturan, ﴾ وَمَآ أُبَرِّئُ نَفۡسِيٓۚ ﴿ "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan)", dari tindakan menggoda, pemusatan pikiran, semangat kuat dan mengupayakan tipu daya untuk merealisasikannya, ﴾ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ ﴿ "karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada ke-jahatan", maksudnya sering sekali memerintahkan pemiliknya untuk berbuat kejelekan yakni perbuatan keji dan segala dosa. Sesungguh-nya jiwa merupakan kendaraan tunggangan setan. Dari situlah setan menyusup kepada manusia ﴾ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ ﴿ "kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku", sehingga Dia menyelamatkannya dari jiwanya yang selalu memerintahkan kepada kejelekan maka jiwanya menjadi jiwa yang merasa tenang dengan Rabbnya, patuh terhadap penyeru hidayah, enggan terhadap penyeru kenistaan. Kebaikan ini bukan berasal dari jiwa itu sendiri, tetapi merupakan curahan keutamaan dan rahmat Allah kepada hambaNya. ﴾ إِنَّ رَبِّي غَفُورٞ رَّحِيمٞ ﴿ "Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang", mak-sudnya, Dia Maha Pengampun bagi orang yang telah nekat berani melakukan dosa-dosa dan maksiat-maksiat jika ia sudi bertaubat dan kembali kepada Allah. Dia Maha Kasih dengan menerima tau-batnya dan memberikan taufikNya (kemudahan) untuk melakukan amalan-amalan shalih. Jadi, inilah yang benar, bahwa pernyataan tersebut merupa-kan ucapan istri al-Aziz, bukan ucapan Yusuf. Karena susunan redaksinya masuk ke dalam substansi arah pembicaraan si wanita, sementara itu, Yusuf belum muncul, dia masih berada di bui.
#
{54} فلما تحقق الملك والناس براءة يوسف التامَّة؛ أرسل إليه الملك، وقال: {ائتوني به أستَخْلِصْه لنفسي}؛ أي: أجعله خصيصة لي ومقرَّباً لديَّ. فأتَوه به مكرماً محترماً، {فلمَّا كلَّمه}؛ أعجبه كلامه، وزاد موقعُه عنده، فقال له: {إنَّك اليوم لدينا}؛ أي: عندنا {مكينٌ أمينٌ}؛ أي: متمكِّن أمينٌ على الأسرار.
(54) Ketika Sang Raja dan orang-orang yakin dengan kesuci-an Yusuf sepenuhnya, maka dia mengirim utusan untuk membawa Yusuf. Dia berkata, ﴾ ٱئۡتُونِي بِهِۦٓ أَسۡتَخۡلِصۡهُ لِنَفۡسِيۖ ﴿ "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilihnya sebagai orang yang khusus bagi diriku", maksudnya aku ingin menjadikannya orang khusus bagiku dan orang dekat bagiku. Lalu mereka membawa Yusuf dengan penuh pemuliaan dan penghormatan. ﴾ فَلَمَّا كَلَّمَهُۥ ﴿ "Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengannya", ungkapannya sangat membuatnya terpukau dan me-ninggalkan kesan baik pada diri raja, maka dia berkata, ﴾ إِنَّكَ ٱلۡيَوۡمَ لَدَيۡنَا ﴿ "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini pada sisi kami" maksudnya di dekat kami ﴾ مَكِينٌ أَمِينٞ ﴿ "menjadi orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami", yakni berkuasa dan dipercaya memegang rahasia-rahasia.
#
{55} فقال يوسف طلباً للمصلحة العامة: {اجعلْني على خزائن الأرض}؛ أي: على خزائن جبايات الأرض وغلالها وكيلاً حافظاً مدبِّراً. {إنِّي حفيظٌ عليمٌ}؛ أي: حفيظ للَّذي أتولاَّه؛ فلا يضيعُ منه شيءٌ في غير محلِّه، وضابطٌ للداخل والخارج، عليمٌ بكيفيَّة التدبير والإعطاء والمنع والتصرُّف في جميع أنواع التصرُّفات. وليس ذلك حرصاً من يوسف على الولاية، وإنما هو رغبةٌ منه في النفع العام، وقد عرف من نفسه من الكفاية والأمانة والحفظ ما لم يكونوا يعرفونه؛ فلذلك طلب من الملك أن يجعلَه على خزائن الأرض، فجعله الملك على خزائن الأرض وولاَّه إيَّاها.
(55) Maka Yusuf berkata dalam rangka meminta (keduduk-an) untuk kemaslahatan umum, ﴾ ٱجۡعَلۡنِي عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلۡأَرۡضِۖ ﴿ "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir)", perbendaharaan hasil-hasil bumi dan panenannya sebagai pemegang wewenang, penjaga dan pengatur ﴾ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٞ ﴿ "sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan", maksudnya saya akan memelihara (tanggung jawab urusan) yang saya tangani, sehingga tidak ada sesuatu yang hilang pada selain posnya, dan meneliti secara seksama barang yang masuk maupun keluar, mengetahui teknik pengaturan, pendistri-busian, penahanan (barang) dan segala jenis pengelolaan. Hal itu bukanlah bentuk ketamakan terhadap jabatan dari Yusuf. Itu hanya-lah kehendak beliau untuk menciptakan kemanfaatan kepentingan umum. Beliau mengetahui kapasitas diri sendiri berupa kecakapan, sifat amanah dan penjagaan yang belum mereka mengerti. Oleh karena itu, beliau meminta Raja agar mendudukkannya sebagai bendaharawan negara. Maka Raja mendaulat beliau sebagai benda-harawan negara dan menyerahkan urusan itu kepada beliau.
#
{56 ـ 57} قال تعالى: {وكذلك}؛ أي: بهذه الأسباب والمقدّمات المذكورة، {مَكَّنَّا ليوسفَ في الأرض يتبوَّأ منها حيثُ يشاء}: في عيش رغدٍ ونعمة واسعةٍ وجاه عريض، {نصيبُ برحمتنا مَن نشاءُ}؛ أي: هذا من رحمة الله بيوسف التي أصابه بها وقدَّرها له، وليست مقصورةً على نعمة الدنيا. فإن الله لا يضيعُ أجر المحسنينَ، ويوسف عليه السلام من سادات المحسنين؛ فله في الدُّنيا حسنةٌ وفي الآخرة حسنةٌ، ولهذا قال: {ولأجرُ الآخرة خيرٌ} ـ من أجر الدُّنيا ـ {للذين آمنوا وكانوا يتَّقونَ}؛ أي: لمن جمع بين التقوى والإيمان؛ فبالتَّقوى تُتْرَكُ الأمور المحرمة من كبائر الذنوب وصغائرها، وبالإيمان التامِّ يحصُلُ تصديق القلب بما أمر الله بالتصديق به وتتبعُهُ أعمال القلوب وأعمال الجوارح من الواجبات والمستحبَّات.
(56-57) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَكَذَٰلِكَ ﴿ "Dan demikianlah", de-ngan faktor-faktor dan pendahuluan yang sudah berlalu,﴾ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي ٱلۡأَرۡضِ يَتَبَوَّأُ مِنۡهَا حَيۡثُ يَشَآءُۚ ﴿ "Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja dia kehendaki di bumi Mesir ini", dalam gaya hidup yang enak, kenikmatan yang luas dan jabatan yang terhormat. ﴾ نُصِيبُ بِرَحۡمَتِنَا مَن نَّشَآءُۖ ﴿ "Kami melimpah-kan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki", maksudnya ini merupakan bagian dari rahmat Allah bagi Yusuf yang Allah curah-kan kepada beliau dan sudah ditetapkan bagi beliau. Tidak hanya terbatas pada kenikmatan duniawi semata. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan Yusuf sendiri termasuk dari kalangan pembesar orang-orang yang berbuat baik. Di dunia beliau meraih kebaikan dan di akhirat beliau menerima kebaikan. Karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَلَأَجۡرُ ٱلۡأٓخِرَةِ خَيۡرٞ ﴿ "Dan sungguh pahala di akhirat itu lebih baik", daripada pahala dunia ﴾ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ ﴿ "bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa", yaitu bagi orang yang telah memadukan antara ketakwaan dan keimanan. Dengan ketakwaan, perkara-perkara yang diharamkan yang beru-pa dosa-dosa besar dan kecil ditinggalkan. Dan dengan keimanan yang sempurna, muncul pembenaran hati terhadap perintah Allah dan mengimaninya, yang akan diikuti oleh amalan-amalan hati dan amalan-amalan anggota tubuh lainnya, berupa ibadah-ibadah yang wajib maupun sunnah. 9
Ayah: 58 - 68 #
{وَجَاءَ إِخْوَةُ يُوسُفَ فَدَخَلُوا عَلَيْهِ فَعَرَفَهُمْ وَهُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ (58) وَلَمَّا جَهَّزَهُمْ بِجَهَازِهِمْ قَالَ ائْتُونِي بِأَخٍ لَكُمْ مِنْ أَبِيكُمْ أَلَا تَرَوْنَ أَنِّي أُوفِي الْكَيْلَ وَأَنَا خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ (59) فَإِنْ لَمْ تَأْتُونِي بِهِ فَلَا كَيْلَ لَكُمْ عِنْدِي وَلَا تَقْرَبُونِ (60) قَالُوا سَنُرَاوِدُ عَنْهُ أَبَاهُ وَإِنَّا لَفَاعِلُونَ (61) وَقَالَ لِفِتْيَانِهِ اجْعَلُوا بِضَاعَتَهُمْ فِي رِحَالِهِمْ لَعَلَّهُمْ يَعْرِفُونَهَا إِذَا انْقَلَبُوا إِلَى أَهْلِهِمْ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (62) فَلَمَّا رَجَعُوا إِلَى أَبِيهِمْ قَالُوا يَاأَبَانَا مُنِعَ مِنَّا الْكَيْلُ فَأَرْسِلْ مَعَنَا أَخَانَا نَكْتَلْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (63) قَالَ هَلْ آمَنُكُمْ عَلَيْهِ إِلَّا كَمَا أَمِنْتُكُمْ عَلَى أَخِيهِ مِنْ قَبْلُ فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (64) وَلَمَّا فَتَحُوا مَتَاعَهُمْ وَجَدُوا بِضَاعَتَهُمْ رُدَّتْ إِلَيْهِمْ قَالُوا يَاأَبَانَا مَا نَبْغِي هَذِهِ بِضَاعَتُنَا رُدَّتْ إِلَيْنَا وَنَمِيرُ أَهْلَنَا وَنَحْفَظُ أَخَانَا وَنَزْدَادُ كَيْلَ بَعِيرٍ ذَلِكَ كَيْلٌ يَسِيرٌ (65) قَالَ لَنْ أُرْسِلَهُ مَعَكُمْ حَتَّى تُؤْتُونِ مَوْثِقًا مِنَ اللَّهِ لَتَأْتُنَّنِي بِهِ إِلَّا أَنْ يُحَاطَ بِكُمْ فَلَمَّا آتَوْهُ مَوْثِقَهُمْ قَالَ اللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ (66) وَقَالَ يَابَنِيَّ لَا تَدْخُلُوا مِنْ بَابٍ وَاحِدٍ وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوَابٍ مُتَفَرِّقَةٍ وَمَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ (67) وَلَمَّا دَخَلُوا مِنْ حَيْثُ أَمَرَهُمْ أَبُوهُمْ مَا كَانَ يُغْنِي عَنْهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا حَاجَةً فِي نَفْسِ يَعْقُوبَ قَضَاهَا وَإِنَّهُ لَذُو عِلْمٍ لِمَا عَلَّمْنَاهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (68)}.
"Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) lalu mereka ke (tempat)nya. Maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) kepadanya. Dan tatkala Yusuf menyiapkan untuk mereka bahan makanannya, dia berkata, 'Bawalah kepadaku sau-daramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan (takaran) dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu. Jika kamu tidak membawanya kepadaku, maka kamu tidak akan mendapatkan sukatan lagi dariku dan jangan kamu mendekatiku.' Mereka berkata, 'Kami akan mem-bujuk ayahnya untuk membawanya (ke mari) dan sesungguhnya kami benar-benar akan melaksanakannya.' Yusuf berkata kepada pelayan-pelayannya, 'Masukkanlah barang-barang (penukar kepu-nyaan mereka) ke dalam karung-karung mereka, supaya mereka mengetahuinya apabila mereka telah kembali kepada keluarganya, mudah-mudahan mereka kembali lagi.' Maka tatkala mereka telah kembali kepada ayah mereka (Ya'qub) maka mereka berkata, 'Wa-hai ayah kami, kami tidak akan mendapat sukatan (gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara kami pergi bersama-sama kami supaya kami mendapat sukatan, dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya.' Ya'qub ber-kata, 'Bagaimana (mungkin) aku akan mempercayakannya (Bunya-min) kepadamu, melainkan sebagaimana aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu.' Maka Allah adalah se-baik-baik Penjaga, dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para Penyayang. Tatkala mereka membuka barang-barangnya, maka mereka menemukan kembali barang-barang (penukaran) mereka, dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata, 'Wahai ayah kami, apalagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami, dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta. Itu adalah sukatan yang mudah (bagi raja Mesir).' Ya'qub berkata, 'Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu, sehingga kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas Nama Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung musuh.' Tatkala mereka mem-berikan janji mereka, maka Ya'qub berkata, 'Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan (ini).' Dan Ya'qub berkata, 'Hai anak-anakku, janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lainan; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepadaNyalah aku bertawakal dan hendak-lah kepadaNya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri.' Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah me-reka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikit pun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Ya'qub yang telah ditetapkannya. Dan sesung-guhnya dia mempunyai pengetahuan karena Kami telah mengajar-kan kepadanya. Akan tetapi, kebanyakan manusia tiada mengeta-hui." (Yusuf: 58-68).
Maksudnya, manakala Yusuf عليه السلام memegang pengaturan per-bendaharaan hasil bumi, maka beliau mengelolanya dengan cara yang terbaik. Lalu beliau menanam tanaman dalam jumlah yang sangat besar di seluruh tanah Mesir sepanjang tahun yang subur, dan membuat tempat-tempat gudang besar untuk menampungnya serta berhasil memunguti (bahan) makanan dalam jumlah besar. Dia menjaga dan menelitinya dengan ketat sekali. Ketika musim-musim kering telah tiba, dan masa paceklik berjalan bahkan sam-pai menerjang Palestina yang menjadi tempat tinggal Ya'qub dan anak-anaknya, maka Ya'qub mengutus anak-anaknya untuk meng-ambil persediaan bahan makanan dari Mesir.
#
{58} فجاء {إخوةُ يوسفَ فدخلوا عليه فعرفهم وهم له منكرون}؛ أي: لم يعرفوه.
(58) Maka datanglah ﴾ إِخۡوَةُ يُوسُفَ فَدَخَلُواْ عَلَيۡهِ فَعَرَفَهُمۡ وَهُمۡ لَهُۥ مُنكِرُونَ ﴿ "sau-dara-saudara Yusuf (ke Mesir) lalu mereka ke (tempat)nya. Maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) kepadanya," maksud-nya, mereka tidak mengenalinya.
#
{59} {ولما جهَّزهم بجهَازهم}؛ أي: كال لهم كما كان يَكيلُ لغيرِهم، وكان من تدبيرِهِ الحسن أنَّه لا يَكيل لكلِّ واحدٍ أكثر من حِمْل بعير، وكان قد سألهم عن حالهم، فأخبروه أنَّ لهم أخاً عند أبيه، وهو بنيامين، فقال لهم: {ائتوني بأخٍ لكم من أبيكم}: ثم رغَّبهم في الإتيان به، فقال: {ألا تَرَوْنَ أنِّي أوفي الكيلَ وأنا خيرُ المنزِلين}: في الضيافة والإكرام.
(59) ﴾ وَلَمَّا جَهَّزَهُم بِجَهَازِهِمۡ ﴿ "Dan tatkala Yusuf menyiapkan untuk me-reka bahan makanannya", maksudnya dia menakar jumlah makanan bagi mereka seperti yang dia lakukan untuk orang lain. Termasuk dari kebijakannya, tidak memberi takaran makanan bagi setiap orang melebihi beban yang diangkut seekor unta. Sebelumnya, dia telah menanyakan tentang kondisi mereka. Maka, mereka itu (saudara-saudaranya) memberitahukan kepadanya bahwa mereka memiliki seorang saudara lagi bersama ayahnya, yaitu Bunyamin. Maka dia berkata, ﴾ ٱئۡتُونِي بِأَخٖ لَّكُم مِّنۡ أَبِيكُمۡۚ ﴿ "Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin)", lalu dia membujuk mereka untuk membawanya. Dia berkata, ﴾ أَلَا تَرَوۡنَ أَنِّيٓ أُوفِي ٱلۡكَيۡلَ وَأَنَا۠ خَيۡرُ ٱلۡمُنزِلِينَ ﴿ "tidak-kah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan, dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu", dalam masalah perjamuan tamu dan pemuliaan baginya.
#
{60} ثمَّ رهَّبهم بعدم الإتيان به، فقال: {فإن لم تأتوني به فلا كَيْلَ لكُم عندي ولا تَقْرَبونِ}: وذلك لعلمه باضطرارهم إلى الإتيان إليه، وأنَّ ذلك يحملهم على الإتيان به.
(60) Kemudian dia memperingatkan mereka jika tidak mem-bawanya bersama dengan berkata, ﴾ فَإِن لَّمۡ تَأۡتُونِي بِهِۦ فَلَا كَيۡلَ لَكُمۡ عِندِي وَلَا تَقۡرَبُونِ ﴿ "Jika kamu tidak membawanya kepadaku, maka kamu tidak akan menda-patkan sukatan lagi dari padaku dan jangan kamu mendekatiku", ucapan itu (dia lontarkan) karena dia tahu mereka akan terpaksa menda-tangkannya ke hadapan Yusuf dan akan mendorong mereka untuk membawanya.
#
{61} فقالوا: {سنراوِدُ عنه أباه}: دلَّ هذا على أن يعقوب عليه السلام كان مولَعاً به لا يصبِرُ عنه، وكان يتسلَّى به بعد يوسف؛ فلذلك احتاج إلى مراودةٍ في بعثه معهم، {وإنَّا لفاعلونَ}: لما أمرتنا به.
(61) Mereka berkata, ﴾ سَنُرَٰوِدُ عَنۡهُ أَبَاهُ ﴿ "Kami akan membujuk ayah-nya untuk membawanya (ke mari)", ini menunjukkan bahwa Ya`qub عليه السلام sangat mencintainya, tidak tahan jauh darinya. Beliau meng-hibur diri dengan Bunyamin setelah Yusuf (tidak ada lagi). Oleh karena itu, membutuhkan proses pendekatan untuk membawanya bersama mereka ﴾ وَإِنَّا لَفَٰعِلُونَ ﴿ "dan sesungguhnya kami benar-benar akan melaksanakannya", atas perintahmu kepada kami.
#
{62} {وقال} يوسفُ {لفتيانِهِ} الذين في خدمتِهِ: {اجعَلوا بضاعَتَهم}؛ أي: الثمن الذي اشتروا به منه الميرة، {في رحالهم لعلَّهم يعرِفونها}؛ أي: بضاعتهم إذا رأوها بعد ذلك في رحالهم؛ {لعلَّهم يرجِعون}: لأجل التحرُّج من أخذها على ما قيل. والظاهر أنَّه أراد أن يرغِّبهم في إحسانه إليهم بالكيل لهم كيلاً وافياً ثم إعادة بضاعتهم إليهم على وجه لا يحسُّون بها ولا يشعرون لما يأتي؛ فإنَّ الإحسان يوجب للإنسان تمام الوفاء للمحسن.
(62) ﴾ وَقَالَ ﴿ "Dan dia berkata", yaitu Yusuf ﴾ لِفِتۡيَٰنِهِ ﴿ "kepada pe-layan-pelayannya", yang membantu pelayanannya, ﴾ ٱجۡعَلُواْ بِضَٰعَتَهُمۡ ﴿ "Ma-sukkanlah barang-barang (penukar kepunyaan mereka)", alat penukar mereka untuk membeli bahan makanan dari Yusuf ﴾ فِي رِحَالِهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَعۡرِفُونَهَآ ﴿ "ke dalam karung-karung mereka, supaya mereka mengetahuinya", mak-sudnya mengetahui barang-barang kepunyaan mereka, ketika me-reka melihatnya nanti di dalam karung-karung mereka ﴾ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ ﴿ "mudah-mudahan mereka kembali lagi." Disebabkan ketidaknyamanan perasaan pada diri mereka untuk mengambilnya setelah mendengar apa yang dikatakan Yusuf. Tampaknya, Yusuf ingin memotivasi mereka untuk mendapatkan kebaikan dari Yusuf bagi mereka de-ngan cara memberi sukatan yang penuh disertai mengembalikan barang-barang mereka dengan cara yang tidak dapat dijangkau oleh kepekaan mereka dan tanpa mereka sadari apa yang terjadi nanti-nya. Sesungguhnya sikap baik mengharuskan seseorang untuk memenuhi janji kepada orang yang telah berbuat baik kepadanya.
#
{63} {فلمَّا رجعوا إلى أبيهم قالوا يا أبانا مُنِعَ منا الكيلُ}؛ أي: إن لم ترسلْ معنا أخانا، {فأرسِلْ معنا أخانا نَكْتَلْ}؛ أي: ليكون ذلك سبباً لكيلنا. ثم التزموا له بحفظه فقالوا: {وإنَّا له لحافظونَ}: من أن يعرض له ما يكره.
(63) ﴾ فَلَمَّا رَجَعُوٓاْ إِلَىٰٓ أَبِيهِمۡ قَالُواْ يَٰٓأَبَانَا مُنِعَ مِنَّا ٱلۡكَيۡلُ ﴿ "Maka tatkala mereka telah kembali kepada ayah mereka (Ya'qub), mereka berkata, 'Wahai ayah kami, kami tidak akan mendapat sukatan (gandum) lagi'," jika kamu tidak mengutus saudara kami bersama kami ﴾ فَأَرۡسِلۡ مَعَنَآ أَخَانَا نَكۡتَلۡ ﴿ "sebab itu biarkanlah saudara kami pergi bersama-sama kami supaya kami mendapat sukatan", maksudnya agar hal itu menjadi penyebab kita mendapatkan sukatan lagi, kemudian mereka akan benar-benar menjaganya. Mereka berkata, ﴾ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ﴿ "dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya", dari hal-hal buruk yang mengancamnya.
#
{64} {قال} لهم يعقوبُ عليه السلام: {هل آمنُكم عليه إلاَّ كما أمِنتُكم على أخيه من قبلُ}؛ أي: قد تقدَّم منكم التزام أكثر من هذا في حفظ يوسف، ومع هذا؛ فلم تَفوا بما عقدتم من التأكيد؛ فلا أثق بالتزامكم وحفظكم، وإنما أثقُ بالله تعالى. {فالله خيرٌ حافظاً وهو أرحمُ الراحمين}؛ أي: يعلم حالي وأرجو أن يرحمني، فيحفظه ويردُّه عليَّ، وكأنَّه في هذا الكلام قد لان لإرساله معهم.
(64) ﴾ قَالَ ﴿ "Dia berkata", yakni Ya'qub عليه السلام berkata kepada mereka ﴾ هَلۡ ءَامَنُكُمۡ عَلَيۡهِ إِلَّا كَمَآ أَمِنتُكُمۡ عَلَىٰٓ أَخِيهِ مِن قَبۡلُ ﴿ "Bagaimana (mungkin) aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, melainkan sebagai-mana aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu", maksudnya sebelumnya, kalian telah bersumpah pada diri sendiri dengan penegasan yang lebih daripada ini untuk menjaga Yusuf, namun demikian kalian tidak menepati janji (penegasan melindungi Yusuf) yang kalian canangkan. Saya sudah tidak percaya lagi de-ngan janji dan perlindungan kalian. Saya hanya percaya dengan Allah تعالى saja. ﴾ فَٱللَّهُ خَيۡرٌ حَٰفِظٗاۖ وَهُوَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ ﴿ "Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga, dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang", maksudnya Dia mengetahui kondisiku dan aku berharap agar Dia merahmatiku sehingga menjaga Bunyamin dan memulangkannya kepadaku. Seakan-akan dalam ungkapan ini, hati beliau sudah lunak untuk melepas kepergian Bunyamin bersama mereka
#
{65} ثم إنهم {لما فَتَحوا متاعَهم وَجَدوا بضاعتهم رُدَّتْ إليهم}: هذا دليلٌ على أنَّه قد كان معلوماً عندهم أن يوسف قد ردَّها عليهم بالقصد، وأنَّه أراد أن يملِّكهم إياها، فقالوا لأبيهم ترغيباً في إرسال أخيهم معهم: {يا أبانا ما نَبْغي}؛ أي: أيُّ شيء نطلب بعد هذا الإكرام الجميل حيثُ وفَّى لنا الكيل، وردَّ علينا بضاعتنا على [هذا] الوجه الحسن المتضمِّن للإخلاص ومكارم الأخلاق؟! {هذه بضاعتُنا رُدَّتْ إلينا ونَميرُ أهلنا}؛ أي: إذا ذهبنا بأخينا؛ صار سبباً لكَيْلِهِ لنا، فَمِرْنا أهلنا، وأتينا لهم بما هم مضطرُّون إليه من القوت، {ونحفظُ أخانا ونزدادُ كَيْلَ بعيرٍ}: بإرساله معنا؛ فإنه يكيل لكلِّ واحدٍ حِمْل بعير. {ذلك كيلٌ يسيرٌ}؛ أي: سهل لا ينالك ضررٌ؛ لأن المدة لا تطول، والمصلحة قد تبيَّنت.
(65) Kemudian mereka itu ﴾ وَلَمَّا فَتَحُواْ مَتَٰعَهُمۡ وَجَدُواْ بِضَٰعَتَهُمۡ رُدَّتۡ إِلَيۡهِمۡۖ ﴿ "Tatkala mereka membuka barang-barangnya, mereka menemukan kem-bali barang-barang (penukaran) mereka, dikembalikan kepada mereka", ini merupakan bukti petunjuk bahwa telah diketahui oleh mereka bahwa Yusuf mengembalikan barang-barang itu dengan sengaja, ia ingin mereka tetap memilikinya. Maka mereka berkata kepada sang ayah untuk mendorongnya agar melepaskan saudara mereka bersama mereka, ﴾ يَٰٓأَبَانَا مَا نَبۡغِيۖ ﴿ "Wahai ayah kami apalagi yang kita ingin-kan", apa yang ingin kita cari-cari lagi setelah penyambutan yang baik ini dengan cara menyempurnakan sukatan bagi kita dan me-ngembalikan barang-barang kita dalam bentuk yang (baik semacam ini) yang mengandung makna keikhlasan dan keluruhan budi? ﴾ هَٰذِهِۦ بِضَٰعَتُنَا رُدَّتۡ إِلَيۡنَاۖ وَنَمِيرُ أَهۡلَنَا ﴿ "Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami", maksudnya jika kami pergi bersama saudara kami ini, maka itu akan menjadi penyebab Yusuf memberi sukatan kepada kita sehingga kita bisa memberi makan kepada keluarga kita dan dapat membawakan kepada mereka bahan makanan yang mereka butuhkan. ﴾ وَنَحۡفَظُ أَخَانَا وَنَزۡدَادُ كَيۡلَ بَعِيرٖۖ ﴿ "Dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta", lantaran mengirimkan saudara kami bersama kami, karena Yusuf memberi takaran setiap orang seberat pikulan yang dibawa oleh unta. ﴾ ذَٰلِكَ كَيۡلٞ يَسِيرٞ ﴿ "Itu adalah sukatan yang mudah (bagi raja Mesir)", dan tidak mengakibatkan bahaya pada dirimu. Karena masa per-jalanan tidak lama, sementara itu kemaslahatan (yang akan diraih) sudah sangat jelas.
#
{66} فقال لهم يعقوب: {لن أرسِلَه معكم حتى تؤتوني مَوْثِقاً من الله}؛ أي: عهداً ثقيلاً وتحلفون بالله {لتأتُنَّني به إلاَّ أن يُحاطَ بكم}؛ أي: إلاَّ أن يأتيكم أمرٌ لا قَبِلَ لكم به ولا تقدرون دفعه، {فلمَّا آتَوْه مَوْثِقهم}: على ما قال وأراد؛ {قال: الله على ما نقولُ وكيلٌ}؛ أي: تكفينا شهادتُه علينا وحفظه وكفالته.
(66) Ya'qub berkata kepada mereka, ﴾ لَنۡ أُرۡسِلَهُۥ مَعَكُمۡ حَتَّىٰ تُؤۡتُونِ مَوۡثِقٗا مِّنَ ٱللَّهِ ﴿ "Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu, sehingga kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas Nama Allah", yaitu janji kuat, kalian bersumpah atas nama Allah ﴾ لَتَأۡتُنَّنِي بِهِۦٓ إِلَّآ أَن يُحَاطَ بِكُمۡۖ ﴿ "bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung musuh", maksudnya kecuali kalian ditimpa masalah yang kalian tidak dapat menghadapinya dan tidak berdaya untuk menyingkirkannya, ﴾ فَلَمَّآ ءَاتَوۡهُ مَوۡثِقَهُمۡ ﴿ "Tatkala mereka memberikan janji mereka", terhadap yang beliau ucapkan dan inginkan, ﴾ قَالَ ٱللَّهُ عَلَىٰ مَا نَقُولُ وَكِيلٞ ﴿ "maka Ya'qub berkata, 'Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan (ini)'." PersaksianNya atas diri kita dan penjagaan serta pemeliharaanNya sudah cukup bagi kami.
#
{67} ثم لما أرسله معهم؛ وصَّاهم إذا هم قدموا مصر أن لا يَدْخلوا {من بابٍ واحد وادخُلوا من أبواب متفرِّقة}: وذلك أنه خاف عليهم العين؛ لكثرتهم وبهاء منظرهم؛ لكونهم أبناء رجل واحد، وهذا سبب، {و} إلا فَ {مَا أغني عنكم من الله}: شيئاً؛ فالمقدَّر لا بدَّ أن يكون. {إن الحكمُ إلا لله}؛ أي: القضاء قضاؤه والأمر أمره؛ فما قضاه، وحكم به لا بدَّ أن يقع. {عليه توكلتُ}؛ أي: اعتمدت على الله لا على ما وصَّيتكم به من السبب. {وعليه فليتوكَّل المتوكِّلون}: فإنَّ بالتوكُّل يحصُل كل مطلوب، ويندفع كل مرهوب.
(67) Kemudian ketika Ya'qub melepaskan Bunyamin ber-sama mereka, beliau berpesan kepada mereka, jika akan memasuki negeri Mesir hendaknya mereka tidak memasukinya ﴾ مِنۢ بَابٖ وَٰحِدٖ وَٱدۡخُلُواْ مِنۡ أَبۡوَٰبٖ مُّتَفَرِّقَةٖۖ ﴿ "dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lainan", hal tersebut karena beliau mengkhawa-tirkan adanya (seseorang yang mengidap penyakit) 'ain (hasad), lantaran jumlah mereka banyak dan penampilan mereka yang meng-undang perhatian, karena mereka merupakan putra-putra milik se-orang lelaki saja. Inilah sebab (keluarnya wasiat tersebut). (وَ) "Dan", apabila tidak demikian ﴾ م َ آ أُغۡنِي عَنكُم مِّنَ ٱللَّهِ ﴿ "aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikit pun dari (takdir) Allah", sedikit pun. Apa saja yang telah ditakdirkan pasti akan terjadi ﴾ إِنِ ٱلۡحُكۡمُ إِلَّا لِلَّهِۖ ﴿ "keputusan menetap-kan (sesuatu) hanyalah hak Allah", keputusan itu adalah keputusan-Nya dan perintah itu adalah perintahNya. Apa saja yang telah di-putuskan dan ditetapkan pasti akan terjadi ﴾ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُۖ ﴿ "kepadaNya-lah aku bertawakal", aku bergantung kepada Allah, tidak bertumpu pada faktor sebab pesanku kepada kalian ﴾ وَعَلَيۡهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُتَوَكِّلُونَ ﴿ "dan hendaklah kepadaNya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri", karena dengan tawakal, sasaran-sasaran yang baik akan terwujud, dan kejadian-kejadian yang menakutkan akan menyingkir.
#
{68} {ولما} ذهبوا و {دَخَلوا من حيث أمرهم أبوهم ما كان}: ذلك الفعل {يُغْني عنهم من الله من شيءٍ إلاَّ حاجةً في نفس يعقوب قضاها}: وهو موجب الشفقة والمحبة للأولاد، فحصل له في ذلك نوعُ طمأنينةٍ وقضاءٍ لما في خاطره، وليس هذا قصوراً في علمه؛ فإنه من الرسل الكرام والعلماء الربانيين، ولهذا قال عنه: {وإنَّه لذو علم}؛ أي: لصاحب علم عظيم، {لما علَّمْناه}؛ أي: لتعليمنا إيَّاه، لا بحوله وقوَّته أدركه، بل بفضل الله وتعليمه. {ولكنَّ أكثر الناس لا يعلمون}: عواقب الأمور ودقائق الأشياء، وكذلك أهل العلم منهم يخفى عليهم من العلم وأحكامه ولوازمه شيء كثيرٌ.
(68) ﴾ وَلَمَّا ﴿ "Dan tatkala", mereka pergi dan ﴾ دَخَلُواْ مِنۡ حَيۡثُ أَمَرَهُمۡ أَبُوهُم مَّا كَانَ ﴿ "masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka itu" yaitu cara yang mereka tempuh itu, ﴾ يُغۡنِي عَنۡهُم مِّنَ ٱللَّهِ مِن شَيۡءٍ إِلَّا حَاجَةٗ فِي نَفۡسِ يَعۡقُوبَ قَضَىٰهَاۚ ﴿ "tiadalah melepaskan mereka sedikit pun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Ya'qub yang telah dite-tapkannya", itu merupakan dorongan rasa sayang dan cinta kepada anak-anaknya. Dengan itu, telah tercapai unsur ketentraman hati padanya dan menuntaskan apa yang ada di pikiran beliau. Pesan tersebut bukan karena kedangkalan ilmu beliau. Karena, beliau adalah salah seorang rasul yang mulia, dan orang alim yang rabbani. Karena itu, Allah berbicara tentang beliau, ﴾ وَإِنَّهُۥ لَذُو عِلۡمٖ ﴿ "Dan sesung-guhnya dia mempunyai pengetahuan", maksudnya benar-benar me-miliki ilmu yang agung ﴾ لِّمَا عَلَّمۡنَٰهُ ﴿ "karena Kami telah mengajarkan kepadanya", karena Kami mengajarkan ilmu kepadanya, bukan atas daya dan kekuatannya sendiri sehingga berhasil mengetahuinya. Akan tetapi, dengan karunia dan pengajaran Allah (baginya) وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ﴿ "akan tetapi, kebanyakan manusia tiada mengetahui", muara-muara permasalahan dan urusan-urusan yang pelik. Demi-kian juga para ahli ilmu, di antara mereka samar terhadap berbagai ilmu, hukum, dan pelengkapnya.
Ayah: 69 - 79 #
{وَلَمَّا دَخَلُوا عَلَى يُوسُفَ آوَى إِلَيْهِ أَخَاهُ قَالَ إِنِّي أَنَا أَخُوكَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (69) فَلَمَّا جَهَّزَهُمْ بِجَهَازِهِمْ جَعَلَ السِّقَايَةَ فِي رَحْلِ أَخِيهِ ثُمَّ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ أَيَّتُهَا الْعِيرُ إِنَّكُمْ لَسَارِقُونَ (70) قَالُوا وَأَقْبَلُوا عَلَيْهِمْ مَاذَا تَفْقِدُونَ (71) قَالُوا نَفْقِدُ صُوَاعَ الْمَلِكِ وَلِمَنْ جَاءَ بِهِ حِمْلُ بَعِيرٍ وَأَنَا بِهِ زَعِيمٌ (72) قَالُوا تَاللَّهِ لَقَدْ عَلِمْتُمْ مَا جِئْنَا لِنُفْسِدَ فِي الْأَرْضِ وَمَا كُنَّا سَارِقِينَ (73) قَالُوا فَمَا جَزَاؤُهُ إِنْ كُنْتُمْ كَاذِبِينَ (74) قَالُوا جَزَاؤُهُ مَنْ وُجِدَ فِي رَحْلِهِ فَهُوَ جَزَاؤُهُ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ (75) فَبَدَأَ بِأَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَاءِ أَخِيهِ ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِعَاءِ أَخِيهِ كَذَلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِي دِينِ الْمَلِكِ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ (76) قَالُوا إِنْ يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَهُ مِنْ قَبْلُ فَأَسَرَّهَا يُوسُفُ فِي نَفْسِهِ وَلَمْ يُبْدِهَا لَهُمْ قَالَ أَنْتُمْ شَرٌّ مَكَانًا وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا تَصِفُونَ (77) قَالُوا يَاأَيُّهَا الْعَزِيزُ إِنَّ لَهُ أَبًا شَيْخًا كَبِيرًا فَخُذْ أَحَدَنَا مَكَانَهُ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (78) قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ أَنْ نَأْخُذَ إِلَّا مَنْ وَجَدْنَا مَتَاعَنَا عِنْدَهُ إِنَّا إِذًا لَظَالِمُونَ (79)}.
"Dan tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf, maka Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya, Yusuf berkata, 'Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu berduka cita terhadap apa yang telah mereka kerjakan.' Maka tat-kala telah disiapkan untuk mereka bahan makanan mereka, Yusuf memasukkan piala (tempat minum) ke dalam karung saudaranya. Kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan, 'Hai kafilah, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mencuri.' Mereka menjawab, sambil menghadap kepada penyeru-penyeru itu, 'Barang apakah yang hilang darimu.' Penyeru-penyeru itu berkata, 'Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.' Saudara-saudara Yusuf menjawab, 'Demi Allah, sesungguhnya kamu mengetahui bahwa kami datang tidak untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah para pencuri.' Mereka berkata, 'Tetapi apa balasannya jika kamu betul-betul pendusta.' Mereka menjawab, 'Balasannya, ialah pada siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya (tebusannya).' Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zhalim. Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya me-nurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendakinya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki, dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengeta-hui. Mereka berkata, 'Jika dia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum ini.' Maka Yusuf menyem-bunyikan kejengkelan itu pada dirinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia berkata (dalam hatinya), 'Kamu lebih buruk kedudukkanmu (sifat-sifatmu), dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan itu.' Mereka berkata, 'Wahai al-Aziz, sesung-guhnya dia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, karena itu ambillah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesung-guhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik.' Yusuf berkata, 'Aku mohon perlindungan kepada Allah dari menahan seorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya, jika kami berbuat demikian, maka benar-benarlah kami orang-orang yang zhalim'." (Yusuf: 69-79).
#
{69} أي: لما دخل إخوة يوسف على يوسف؛ {آوى إليه أخاه}؛ أي: شقيقه، وهو بنيامين، الذي أمرهم بالإتيان به وضمَّه إليه، واختصَّه من بين إخوته، وأخبره بحقيقة الحال، و {قال إنِّي أنا أخوك؛ فلا تبتئسْ}؛ أي: لا تحزن. {بما كانوا يعملون}: فإنَّ العاقبة خيرٌ لنا، ثم خبره بما يريد أن يصنع ويتحيَّل لبقائِهِ عنده إلى أن ينتهي الأمر.
(69) . Dan tatkala saudara-saudara Yusuf masuk untuk me-nemuinya ﴾ ءَاوَىٰٓ إِلَيۡهِ أَخَاهُۖ ﴿ "Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya", yakni saudara kandungnya Bunyamin, yang dia pe-rintahkan kepada mereka untuk membawanya, dan mendekatkan kepada dirinya serta lebih mengistimewakan Bunyamin dibanding-kan saudara-saudara lainnya. Lalu, Yusuf memberitahukan sebuah fakta, ﴾ قَالَ إِنِّيٓ أَنَا۠ أَخُوكَ فَلَا تَبۡتَئِسۡ ﴿ "Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu berduka cita", janganlah engkau bersedih ﴾ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ﴿ "terhadap apa yang telah mereka kerjakan", karena kesu-dahan nantinya lebih baik bagi kita. Selanjutnya, Yusuf memberita-hukan kepadanya tentang apa yang dia ingin kerjakan dan rekayasa agar Bunyamin tetap bersamanya sampai perkara ini selesai.
#
{70} {فلما جهَّزهم بجهَازهم}؛ أي: كال لكلِّ واحدٍ من إخوته، ومن جملتهم أخوه هذا، {جعل السِّقايةَ}: وهو الإناء الذي يُشرب به ويُكال فيه {في رحل أخيه ثم}: أوعوا متاعهم، فلما انطلقوا ذاهبين؛ {أذَّن مؤذِّنٌ أيتها العيرُ إنكم لسارقون}: ولعل هذا المؤذِّن لم يعلم بحقيقة الحال.
(70) ﴾ فَلَمَّا جَهَّزَهُم بِجَهَازِهِمۡ ﴿ "Maka tatkala telah disiapkan untuk me-reka bahan makanan mereka", maksudnya memberikan sukatan bagi setiap saudaranya, termasuk juga Bunyamin ini ﴾ جَعَلَ ٱلسِّقَايَةَ ﴿ "Yusuf memasukkan piala (tempat minum) ", yaitu bejana yang dipakai untuk minum dan menakar ﴾ فِي رَحۡلِ أَخِيهِ ثُمَّ ﴿ "ke dalam karung saudaranya, ke-mudian", mereka memasukkan ke dalam barang mereka masing-masing. Ketika mereka beranjak pulang ﴾ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ أَيَّتُهَا ٱلۡعِيرُ إِنَّكُمۡ لَسَٰرِقُونَ ﴿ "berteriaklah seseorang yang menyerukan, 'Hai kafilah, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mencuri'," sepertinya penyeru ini tidak mengetahui fakta sebenarnya.
#
{71} {قالوا}؛ أي: إخوة يوسف، {وأقبلوا عليهم}: لإبعاد التُّهمة؛ فإنَّ السارق ليس له همٌّ إلا البعد والانطلاق عمَّن سرق منه؛ لتسلم له سرقته، وهؤلاء جاؤوا مقبلين إليهم، ليس لهم همٌّ إلا إزالة التهمة التي رُموا بها عنهم، فقالوا في هذه الحال: {ماذا تفقِدون}؟ ولم يقولوا: ما الذي سَرَقْنا؟ لجزمهم بأنهم بُرآء من السرقة.
(71) ﴾ قَالُواْ ﴿ "Mereka menjawab", yaitu para saudara Yusuf ﴾ وَأَقۡبَلُواْ عَلَيۡهِم ﴿ "sambil menghadap kepada penyeru-penyeru itu", untuk menepis tuduhan. Karena seorang pencuri, tidak ada pikiran pada dirinya kecuali menjauh dan bergegas pergi dari orang yang dia curi supaya hasil curiannya aman. Sedangkan mereka itu datang menghadap penyeru. Tidak ada tujuan lain kecuali untuk meng-hilangkan tuduhan yang menjerat mereka. Mereka berkata dalam kondisi ini, ﴾ مَّاذَا تَفۡقِدُونَ ﴿ "Barang apakah yang hilang darimu", tidak mengatakan, 'Apakah yang telah kami curi?' Karena mereka yakin tidak terlibat pencurian.
#
{72} {قالوا نفقِدُ صُواعَ الملك ولمن جاء به حِمْلُ بعيرٍ}؛ أي: أجرة له على وجدانه، {وأنا به زعيمٌ}؛ أي: كفيل. وهذا يقوله المؤذِّن المتفقِّد.
(72) ﴾ قَالُواْ نَفۡقِدُ صُوَاعَ ٱلۡمَلِكِ وَلِمَن جَآءَ بِهِۦ حِمۡلُ بَعِيرٖ ﴿ "Penyeru-penyeru itu ber-kata, 'Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta'," sebagai upah atas penemuan barang itu ﴾ وَأَنَا۠ بِهِۦ زَعِيمٞ ﴿ "dan aku menjamin terhadap-nya", maksudnya penjamin. Ini disampaikan oleh si penyeru yang sedang melacak.
#
{73} {قالوا تالله لقد علمتُم ما جئنا لِنُفْسِدَ في الأرض}: بجميع أنواع المعاصي، {وما كنَّا سارقين}: فإنَّ السرقة من أكبر أنواع الفساد في الأرض. وإنما أقسموا على علمهم أنَّهم ليسوا مفسدين ولا سارقين؛ لأنَّهم عرفوا أنهم سَبَروا من أحوالهم ما يدلُّهم على عفَّتهم وورعهم وأنَّ هذا الأمر لا يقع منهم بعلم من اتَّهموهم، وهذا أبلغ في نفي التُّهمة من أنْ لو قالوا: تاللهِ لم نُفْسِدْ في الأرض ولم نسرِقْ.
(73) ﴾ قَالُواْ تَٱللَّهِ لَقَدۡ عَلِمۡتُم مَّا جِئۡنَا لِنُفۡسِدَ فِي ٱلۡأَرۡضِ ﴿ "Saudara-saudara Yusuf menjawab, 'Demi Allah, sesungguhnya kamu mengetahui bahwa kami datang tidak untuk membuat kerusakan di negeri (ini)'," dengan berbuat berbagai maksiat ﴾ وَمَا كُنَّا سَٰرِقِينَ ﴿ "dan kami bukanlah para pencuri", ka-rena tindak pencurian termasuk jenis kerusakan di bumi yang paling besar. Mereka itu bersumpah berdasarkan keyakinan mereka bahwa mereka bukan perusak (di bumi) dan juga bukan pencuri, lantaran mereka mengetahui seluruh tindak-tanduk mereka, yang menun-jukkan penjagaan kehormatan diri mereka, wara' mereka dan bahwa tuduhan ini tidak terjadi pada mereka dengan dasar pengetahuan dari pihak yang menuduh mereka. Ungkapan ini lebih tuntas untuk menafikan tuduhan, dibandingkan mengatakan, "Demi Allah, kami tidak berbuat kerusakan di bumi dan tidak mencuri."
#
{74} {قالوا فما جزاؤه}؛ أي: جزاء هذا الفعل، {إن كنتُم كاذبين}: بأنْ كان معكم.
(74) ﴾ قَالُواْ فَمَا جَزَٰٓؤُهُۥٓ ﴿ "Mereka berkata, 'Tetapi apa balasannya'," maksudnya, balasan tindakan itu (pencurian) إِن كُنتُمۡ كَٰذِبِينَ ﴿ "jika kamu betul-betul pendusta", (benar-benar) barang yang hilang itu ternyata bersama kalian.
#
{75} {قالوا جزاؤه مَن وُجِدَ في رحله فهو}؛ أي: الموجود في رحله، {جزاؤُهُ}: بأن يتملَّكه صاحب السرقة، وكان هذا في دينهم؛ أنَّ السارق إذا ثبتت عليه السرقة؛ كان ملكاً لصاحب المال المسروق، ولهذا قالوا: {كذلك نَجْزي الظالمين}.
(75) ﴾ قَالُواْ جَزَٰٓؤُهُۥ مَن وُجِدَ فِي رَحۡلِهِۦ فَهُوَ ﴿ "Mereka menjawab, 'Balasannya, ialah pada siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah'," orang yang barang tersebut berada di karungnya ﴾ جَزَٰٓؤُهُۥ ﴿ "balasannya (tebusannya)", maksudnya orang itu menjadi milik orang yang kecurian. Aturan ini terdapat pada ajaran agama mere-ka, yaitu seorang pencuri bila telah terbukti kasus pencuriannya, maka dirinya menjadi milik pemilik harta yang dicuri. Oleh karena itu, mereka berkata, ﴾ كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zhalim."
#
{76} فبدأ المفتش بأوعيتهم قبل وعاء أخيه، وذلك لتزول الرِّيبة التي يظنُّ أنها فعلت بالقصد. فلما لم يَجِدْ في أوعيتهم شيئاً، {استَخْرَجها من وعاء أخيه}: ولم يَقُلْ: وجدها أو سرقها أخوه مراعاةً للحقيقة الواقعة؛ فحينئذٍ تمَّ ليوسف ما أراد من بقاء أخيه عنده على وجهٍ لا يشعر به إخوته. قال تعالى: {كذلك كِدْنا ليوسُفَ}؛ أي: يسَّرْنا له هذا الكيد الذي توصَّل به إلى أمرٍ غير مذموم. {ما كان لِيأخُذَ أخاه في دينِ الملكِ}: لأنَّه ليس من دينه أنْ يُتَمَلَّك السارق، وإنَّما له عندهم جزاء آخر؛ فلو رُدَّتِ الحكومة إلى دين الملك؛ لم يتمكَّنْ يوسُفُ من إبقاء أخيه عنده، ولكنَّه جعل الحكم منهم؛ ليتمَّ له ما أراد. قال تعالى: {نرفعُ درجاتٍ من نشاء}: بالعلم النافع ومعرفة الطرق الموصلة إلى مقصدها؛ كما رَفَعْنا درجاتِ يوسف. {وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ}؛ فكل عالم فوقه من هو أعلم منه حتى ينتهي العلم إلى عالم الغيب والشهادة.
(76) Maka petugas pelacak mulai memeriksa karung-karung mereka sebelum (membuka) karung saudaranya, Bunyamin. Tindak-an itu, gunanya untuk menghilangkan kecurigaan yang menyangka bahwa kejadian tersebut dilakukan dengan unsur kesengajaan. Ke-tika tidak menemukan apa pun di karung-karung mereka, i a ﴾ ٱسۡتَخۡرَجَهَا مِن وِعَآءِ أَخِيهِۚ ﴿ "kemudian mengeluarkan piala raja itu dari karung saudara-nya", Allah tidak menggunakan ungkapan, 'ia menemukannya atau saudaranya telah mencurinya' dalam rangka mempertimbangkan fakta yang sebenarnya. Saat itulah, terealisasilah keinginan Yusuf untuk bersama dengan saudaranya (Bunyamin) di sisinya dengan cara yang tidak disadari oleh saudara-saudara lainnya. Allah berfirman, ﴾ كَذَٰلِكَ كِدۡنَا لِيُوسُفَۖ ﴿ "Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf", maksudnya Kami telah mempermudah jalannya strategi bagi Yusuf untuk menggapai suatu tujuan yang tidak tercela. ﴾ مَا كَانَ لِيَأۡخُذَ أَخَاهُ فِي دِينِ ٱلۡمَلِكِ ﴿ "Tiadalah patut Yusuf menghu-kum saudaranya menurut undang-undang raja", karena bukan terma-suk kandungan ajaran agama sang raja bahwa seorang pencuri (yang tertangkap) dijadikan sebagai budak yang dimiliki. Mereka punya aturan hukuman yang lain. Bila kasusnya diajukan kepada ajaran raja, maka Yusuf tidak bisa membuat saudaranya tinggal menetap bersamanya. Akan tetapi, Yusuf menyerahkan putusan hukum ke-pada saudara-saudaranya, agar apa yang ia kehendaki terwujud. Allah تعالى berfirman, ﴾ نَرۡفَعُ دَرَجَٰتٖ مَّن نَّشَآءُۗ ﴿ "Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki", dengan ilmu yang bermanfaat dan mengeta-hui jalur-jalur yang mengantarkan kepada tujuannya, sebagaimana Kami mengangkat derajat Yusuf ﴾ وَفَوۡقَ كُلِّ ذِي عِلۡمٍ عَلِيمٞ ﴿ "dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui." Setiap orang alim, di atasnya masih ada yang lebih tahu daripada-nya, sampai habislah ilmu pada Dzat yang mengetahui alam ghaib dan alam nyata.
#
{77} فلما رأى إخوةُ يوسف ما رأوا؛ {قالوا إن يَسْرِقْ}: هذا الأخ؛ فليس هذا غريباً منه، {فقد سَرَقَ أخٌ له من قبلُ}؛ يعنون: يوسف عليه السلام، ومقصودُهم تبرئةُ أنفسهم، وأنَّ هذا وأخاه قد يصدُرُ منهم ما يصدُرُ من السرقة، وهما ليسا شقيقين لنا، وفي هذا من الغضِّ عليهما ما فيه، ولهذا {أسرَّها يوسُفُ في نفسه ولم يُبْدِها لهم}؛ أي: لم يقابِلْهم على ما قالوه بما يكرهون، بل كَظَمَ الغيظَ وأسرَّ الأمر في نفسه، و {قال} في نفسه: {أنتم شَرٌّ مكاناً}: حيث ذممتمونا بما أنتُم على أشرٍّ منه. {والله أعلم بما تصفون}: مِنَّا من وصفنا بسرقة يعلم الله أنا برآء منها.
(77) Ketika para saudara Yusuf menyaksikan peristiwa yang terjadi ﴾ قَالُوٓاْ إِن يَسۡرِقۡ ﴿ "Mereka berkata, 'Jika ia mencuri'," yakni sau-dara kami ini, maka hal itu tidak aneh terjadi padanya ﴾ فَقَدۡ سَرَقَ أَخٞ لَّهُۥ مِن قَبۡلُۚ ﴿ "sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum ini", mereka mengarahkan (pembicaraan) kepada Yusuf عليه السلام. Tu-juan mereka, untuk membersihkan nama mereka. Sesungguhnya orang ini dan saudaranya, pernah melakukan perbuatan pencurian. Mereka berdua itu bukanlah saudara kandung kami. Dalam ung-kapan ini, terdapat pendiskreditan mereka kepada Yusuf dan Bu-nyamin. Oleh karena itu, ﴾ فَأَسَرَّهَا يُوسُفُ فِي نَفۡسِهِۦ وَلَمۡ يُبۡدِهَا لَهُمۡۚ ﴿ "maka Yusuf me-nyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya dan tidak menampakkannya kepada mereka", maksudnya, dia tidak membalas ucapan mereka dengan sesuatu yang tidak mereka sukai. Akan tetapi dia menahan amarahnya dan menyembunyikan perasaan hatinya. ﴾ قَالَ ﴿ "Dia berkata", dalam hatinya, ﴾ أَنتُمۡ شَرّٞ مَّكَانٗاۖ ﴿ "Kamu lebih buruk keduduk-kanmu (sifat-sifatmu)", di mana kalian telah mencela kami berdua dengan suatu ungkapan yang keadaan kalian lebih buruk darinya. ﴾ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا تَصِفُونَ ﴿ "Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terang-kan itu", daripada kami, dengan menempelkan predikat pencurian kepada kami yang mana Allah mengetahui bahwa kami terbebas darinya.
#
{78} ثم سلكوا معه مسلك التملُّق لعله يسمح لهم بأخيهم، فَـ {قَالوا يا أيُّها العزيز إنَّ له أباً شيخاً كبيراً}؛ أي: وإنه لا يصبر عنه، وسيشقُّ عليه فراقه. {فَخُذْ أحدَنا مكانه إنَّا نراك من المحسنين}: فأحسنْ إلينا وإلى أبينا بذلك.
(78) Selanjutnya, mereka menempuh jalur persuasif dalam menghadapi Yusuf, moga saja Yusuf mau memaafkan saudara me-reka. Maka, ﴾ قَالُواْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡعَزِيزُ إِنَّ لَهُۥٓ أَبٗا شَيۡخٗا كَبِيرٗا ﴿ "mereka berkata, 'Wahai al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya'," maksud-nya, orang tuanya tidak bisa lepas darinya, dan perpisahan dengan si anak ini akan sangat m e m b e r a t k a n n y a ﴾ فَخُذۡ أَحَدَنَا مَكَانَهُۥٓۖ إِنَّا نَرَىٰكَ مِنَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴿ "karena itu ambillah salah seorang di antara kami sebagai gan-tinya, sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang ber-buat baik", bersikap baiklah kepada kami dan kepada ayah kami dengan hal tersebut.
#
{79} فقال يوسُفُ: {معاذَ الله أن نأخُذَ إلاَّ مَن وجدْنا متاعنا عنده}؛ أي: هذا ظلمٌ منا لو أخذنا البريء بذنب من وَجَدْنا متاعنا عنده، ولم يقلْ: من سرق. كلُّ هذا تحرُّزٌ من الكذب. {إنَّا إذاً}؛ أي: إن أخذنا غير من وجد في رحله، {لظالمونَ}: حيثُ وَضَعْنا العقوبة في غير موضعها.
(79) Yusuf berkata, ﴾ مَعَاذَ ٱللَّهِ أَن نَّأۡخُذَ إِلَّا مَن وَجَدۡنَا مَتَٰعَنَا عِندَهُۥٓ ﴿ "Aku mohon perlindungan kepada Allah dari menahan seseorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya", maksudnya itu ada-lah tindakan kezhaliman dari kami, sekiranya kami menahan orang yang bukan tersangka disebabkan kesalahan dari orang yang kami jumpai barang kami berada padanya. Ia tidak mengatakan, 'dari orang yang mencuri.' Ini semua untuk menjaga diri dari kedustaan ﴾ إِنَّآ إِذٗا ﴿ "jika kami berbuat demikian", jika kami menahan orang yang bukan yang kami jumpai (barang kami ada padanya), ﴾ لَّظَٰلِمُونَ ﴿ "maka benar-benarlah kami orang-orang yang zhalim", di mana kami menjatuhkan hukuman pada sesuatu yang tidak pada tempatnya.
Ayah: 80 - 83 #
{فَلَمَّا اسْتَيْأَسُوا مِنْهُ خَلَصُوا نَجِيًّا قَالَ كَبِيرُهُمْ أَلَمْ تَعْلَمُوا أَنَّ أَبَاكُمْ قَدْ أَخَذَ عَلَيْكُمْ مَوْثِقًا مِنَ اللَّهِ وَمِنْ قَبْلُ مَا فَرَّطْتُمْ فِي يُوسُفَ فَلَنْ أَبْرَحَ الْأَرْضَ حَتَّى يَأْذَنَ لِي أَبِي أَوْ يَحْكُمَ اللَّهُ لِي وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ (80) ارْجِعُوا إِلَى أَبِيكُمْ فَقُولُوا يَاأَبَانَا إِنَّ ابْنَكَ سَرَقَ وَمَا شَهِدْنَا إِلَّا بِمَا عَلِمْنَا وَمَا كُنَّا لِلْغَيْبِ حَافِظِينَ (81) وَاسْأَلِ الْقَرْيَةَ الَّتِي كُنَّا فِيهَا وَالْعِيرَ الَّتِي أَقْبَلْنَا فِيهَا وَإِنَّا لَصَادِقُونَ (82) قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (83)}.
"Maka tatkala mereka berputus asa dari (putusan) Yusuf, mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik. Berka-talah yang tertua di antara mereka, 'Tidakkah kamu ketahui bahwa ayahmu telah mengambil janji darimu dengan nama Allah dan se-belum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf. Sebab itu, aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan kepa-daku (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku. Dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya. Kembalilah kepada ayahmu dan katakanlah, 'Wahai ayah kami! Sesungguhnya anak-mu telah mencuri, dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui, dan sekali-kali kami tidak dapat menjaga (mengetahui) barang yang ghaib. Dan tanyalah (penduduk) negeri yang kami berada di situ, dan kafilah yang kami datang bersamanya, dan se-sungguhnya kami adalah orang-orang yang benar.' Ya'qub berkata, 'Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mu-dah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku; sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksa-na'." (Yusuf: 80-83).
#
{80} أي: فلما استيأس إخوة يوسف من يوسف أن يسمحَ لهم بأخيهم، {خَلَصوا نَجيًّا}؛ أي: اجتمعوا وحدهم ليس معهم غيرهم، وجعلوا يَتَناجَوْن فيما بينهم، فَـ {قَالَ كبيرُهم ألم تعلموا أنَّ أباكم قد أخذ عليكم مَوْثِقاً من الله}: في حفظه وأنَّكم تأتون به إلاَّ أن يُحاط بكم، {ومِن قبلُ ما فرَّطتُم في يوسفَ}: فاجتمع عليكم الأمران: تفريطُكم في يوسفَ السابق، وعدمُ إتيانِكم بأخيه باللاحق؛ فليس لي وجهٌ أواجه به أبي. {فلنْ أبرحَ الأرضَ}؛ أي: سأقيم في هذه الأرض ولا أزال بها، {حتَّى يأذنَ لي أبي أو يحكمَ اللهُ لي}؛ أي: يقدِّرُ لي المجيء وحدي أو مع أخي، {وهو خير الحاكمين}.
(80) Maka tatkala para saudara berputus asa dari (putusan) Yusuf agar sudi memaafkan saudara mereka (Bunyamin) ﴾ خَلَصُواْ نَجِيّٗاۖ ﴿ "mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik", mak-sudnya, mereka berkumpul menyendiri tanpa disertai orang lain lantas mulai berbisik-bisik di antara mereka. Maka, ﴾ قَالَ كَبِيرُهُمۡ أَلَمۡ تَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ أَبَاكُمۡ قَدۡ أَخَذَ عَلَيۡكُم مَّوۡثِقٗا مِّنَ ٱللَّهِ ﴿ "berkatalah yang tertua di antara mereka, 'Tidakkah kamu ketahui bahwa ayahmu telah mengambil janji darimu dengan Nama Allah", dalam melindungi Bunyamin, dan bahwa ka-lian akan membawanya (pulang) kecuali musuh mengepung kalian. ﴾ وَمِن قَبۡلُ مَا فَرَّطتُمۡ فِي يُوسُفَۖ ﴿ "Dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf", maka pada diri kalian telah menyatu dua permasalahan: penyia-nyiaan kalian terhadap Yusuf di waktu silam, dan kalian tidak membawa pulang saudaranya pada saat berikutnya. Aku ti-dak punya alasan untuk aku haturkan kepada ayah. ﴾ فَلَنۡ أَبۡرَحَ ٱلۡأَرۡضَ ﴿ "Sebab itu, aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir", aku akan tinggal di negeri ini dan akan terus di sini ﴾ حَتَّىٰ يَأۡذَنَ لِيٓ أَبِيٓ أَوۡ يَحۡكُمَ ٱللَّهُ لِيۖ ﴿ "sampai ayahku mengizinkan kepadaku (untuk kembali), atau Allah memberi kepu-tusan terhadapku", maksudnya menakdirkan aku bisa pulang, baik sendirian atau bersama saudaraku ﴾ وَهُوَ خَيۡرُ ٱلۡحَٰكِمِينَ ﴿ "Dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya".
#
{81} ثم وصَّاهم ما يقولون لأبيهم، فقال: {ارجِعوا إلى أبيكم فقولوا يا أبانا إنَّ ابنك سرقَ}؛ أي: وأخذ بسرقته، ولم يحصل لنا أن نأتيك به مع ما بذلنا من الجهد في ذلك، والحال أنَّا ما شَهِدْنا بشيء لم نعلَمْه، وإنَّما شهِدْنا بما علمنا؛ لأنَّنا رأينا الصُّواع استُخْرِج من رحله. {وما كنَّا للغيب حافظين}؛ أي: لو كنا نعلم الغيبَ؛ لما حَرَصْنا وبذَلْنا المجهود في ذَهابه معنا، ولمَا أعطيناك عهودنا ومواثيقنا، فلم نظنَّ أن الأمر سيبلغ ما بلغ.
(81) Kemudian ia (saudara tertua) berpesan kepada yang lain tentang apa yang harus dikatakan kepada ayah mereka. Dia berkata, ﴾ ٱرۡجِعُوٓاْ إِلَىٰٓ أَبِيكُمۡ فَقُولُواْ يَٰٓأَبَانَآ إِنَّ ٱبۡنَكَ سَرَقَ ﴿ "Kembalilah kepada ayahmu lalu katakanlah, 'Wahai ayah kami! Sesungguhnya anakmu telah mencuri'," maksudnya dia ditahan karena perbuatan pencuriannya. Kami ti-dak berhasil membawanya pulang, meskipun sudah mengerahkan upaya untuk itu. Faktanya, sungguh kami tidaklah bersaksi dengan sesuatu yang tidak kami ketahui. Akan tetapi kami bersaksi atas apa yang kami ketahui saja. Karena kami menyaksikan piala raja dikeluarkan dari karungnya. ﴾ وَمَا كُنَّا لِلۡغَيۡبِ حَٰفِظِينَ ﴿ "Dan sekali-kali kami tidak dapat menjaga (mengetahui) barang yang ghaib", maksudnya se-kiranya kami mengetahui ilmu ghaib, tentu kami tidak akan ber-semangat dan mengerahkan upaya untuk kepergiannya bersama kami. Dan ketika kami telah memberikan janji dan jaminan, ternyata kami tidak pernah mengira kalau kejadiannya sampai seperti itu.
#
{82} {واسأل}: إن شككْتَ في قولنا {القريةَ التي كنَّا فيها والعير التي أقبلنا فيها} فاطَّلعوا على ما أخبرناك به، {وإنَّا لصادقونَ}: لم نكذِبْ، ولم نغيِّر، ولم نبدِّل، بل هذا الواقع.
(82) ﴾ وَسۡـَٔلِ ﴿ "Dan tanyalah", jika engkau meragukan ucapan kami ﴾ ٱلۡقَرۡيَةَ ٱلَّتِي كُنَّا فِيهَا وَٱلۡعِيرَ ٱلَّتِيٓ أَقۡبَلۡنَا فِيهَاۖ ﴿ "(penduduk) negeri yang kami berada di situ, dan kafilah yang kami datang bersamanya", mereka mengetahui apa yang kami beritahukan kepadamu ﴾ وَإِنَّا لَصَٰدِقُونَ ﴿ "dan sesung-guhnya kami adalah orang-orang yang benar", kami tidak berbohong, tidak merubah dan tidak memutarbalikkan fakta. Itulah realita yang terjadi.
#
{83} فلما رجعوا إلى أبيهم وأخبروه بهذا الخبر؛ اشتدَّ حزنُه وتضاعف كَمَدُهُ واتَّهمهم أيضاً في هذه القضيَّة كما اتَّهمهم في الأولى و {قال بل سوَّلَتْ لكم أنفسُكم أمراً فصبرٌ جميلٌ}؛ أي: ألجأ في ذلك إلى الصبر الجميل الذي لا يصحَبُه تسخُّط ولا جزعٌ ولا شكوى للخلق. ثم لجأ إلى حصول الفرج لما رأى أنَّ الأمر اشتدَّ والكربة انتهت، فقال: {عسى اللهُ أن يأتيني بهم جميعاً}؛ أي: يوسف وبنيامين وأخوهم الكبير الذي أقام في مصر. {إنَّه هو العليم}: الذي يعلم حالي واحتياجي إلى تفريجه ومنَّته واضطراري إلى إحسانه، {الحكيم}: الذي جعل لكلِّ شيءٍ قَدَراً، ولكلِّ أمرٍ منتهىً بحسب ما اقتضته حكمته الربانيَّة.
(83) Tatkala mereka kembali kepada ayah mereka dan me-ngabarkan berita ini, maka kesedihannya pun semakin dahsyat, kepiluannya pun menjadi-jadi, dan menuduh mereka dalam keja-dian ini sebagaimana tuduhan yang beliau alamatkan kepada me-reka pada peristiwa yang pertama. ﴾ قَالَ بَلۡ سَوَّلَتۡ لَكُمۡ أَنفُسُكُمۡ أَمۡرٗاۖ فَصَبۡرٞ جَمِيلٌۖ ﴿ "Dia berkata, 'Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku)'," mak-sudnya dalam masalah ini, beliau membentengi diri dengan kesa-baran yang baik yang tidak disertai oleh kemurkaan, keluh-kesah juga pengaduan kepada manusia. Selanjutnya, beliau mengharap-kan datangnya jalan keluar saat menyaksikan persoalan semakin pelik dan kesulitan sudah di ambang batas. Beliau berkata, ﴾ عَسَى ٱللَّهُ أَن يَأۡتِيَنِي بِهِمۡ جَمِيعًاۚ ﴿ "Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semua-nya kepadaku", maksudnya Yusuf, Bunyamin, dan saudara tertua mereka yang tinggal di Mesir. ﴾ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡعَلِيمُ ﴿ "Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mengetahui", Dzat Yang Mengetahui keadaan dan kebu-tuhanku terhadap solusi masalah, karuniaNya dan (mengetahui) keperluan mendesakku kepada curahan kebaikanNya, ﴾ ٱلۡحَكِيمُ ﴿ "lagi Mahabijaksana", Dzat yang menjadikan bagi segala sesuatu ka-dar batasnya, (menjadikan) bagi segala perkara batas penyelesaian-nya sesuai dengan kandungan hikmah rabbaniNya.
Ayah: 84 - 86 #
{وَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَاأَسَفَى عَلَى يُوسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ (84) قَالُوا تَاللَّهِ تَفْتَأُ تَذْكُرُ يُوسُفَ حَتَّى تَكُونَ حَرَضًا أَوْ تَكُونَ مِنَ الْهَالِكِينَ (85) قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (86)}.
"Dan Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, 'Aduhai duka citaku terhadap Yusuf', dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan, dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). Mereka berkata, 'Demi Allah, senantiasa kamu mengingati Yusuf, sehingga kamu mengidap penyakit yang berat atau kamu termasuk orang-orang yang binasa.' Ya'qub menjawab, 'Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah sesuatu yang kamu tiada mengetahuinya'." (Yusuf: 84-86).
#
{84} أي: وتولَّى يعقوبُ عليه الصلاة والسلام عن أولاده بعدما أخبروه هذا الخبر، واشتدَّ به الأسف والأسى، وابيضَّتْ عيناه من الحزن الذي في قلبه والكمد الذي أوجب له كثرةَ البُكاء حيث ابيضَّت عيناه من ذلك؛ {فهو كظيمٌ}؛ أي: ممتلئ القلب من الحزن الشديد، {وقال يا أسفى على يوسف}؛ أي: ظهر منه ما كَمَنَ من الهمِّ القديم والشوق المقيم، وذكَّرَتْه هذه المصيبة الخفيفة بالنسبة للأولى، المصيبةَ الأولى.
(84) Ya'qub عليه السلام berpaling dari anak-anaknya usai mereka mengabarkan berita ini. Kesedihan dan dukanya semakin besar. Dua matanya memutih lantaran deraan kesedihan di kalbu, dan kepilu-annya yang membuat beliau sering menangis di mana dua matanya menjadi putih. ﴾ فَهُوَ كَظِيمٞ ﴿ "Dan dia adalah seorang yang menahan ama-rahnya (terhadap anak-anaknya)", maksudnya, hatinya penuh dengan kesedihan yang menyayat ﴾ وَقَالَ يَٰٓأَسَفَىٰ عَلَىٰ يُوسُفَ ﴿ "Dia berkata, 'Aduhai duka citaku terhadap Yusuf'," maksudnya tampak pada beliau perasaan yang tersembunyi (di hatinya) berupa kesedihan yang sudah lama dan kerinduan yang selalu menghampiri. Musibah yang ringan ini -ditilik dari (beratnya) musibah pertama- mengingatkan memori beliau terhadap musibah yang pertama (hilangnya Yusuf dari beliau).
#
{85} فقال له أولادُه متعجِّبين من حاله: {تالله تفتأُ تَذْكُرُ يوسفَ}؛ أي: لا تزال تذكر يوسفَ في جميع أحوالك، {حتى تكون حَرَضاً}؛ أي: فانياً لا حَراك فيك ولا قدرة لك على الكلام، {أو تكونَ من الهالكين}؛ أي: لا تترك ذكره مع قدرتك على ذكره أبداً.
(85) Maka lantaran keheranan melihat keadaan beliau, putra-putra beliau berkomentar, ﴾ تَٱللَّهِ تَفۡتَؤُاْ تَذۡكُرُ يُوسُفَ ﴿ "Demi Allah, senan-tiasa kamu mengingati Yusuf", engkau masih saja mengingat Yusuf di setiap kondisimu ﴾ حَتَّىٰ تَكُونَ حَرَضًا ﴿ "sehingga kamu mengidap penyakit yang berat", maksudnya sampai engkau tua renta, tidak punya ge-rakan dan juga kekuatan untuk berucap, ﴾ أَوۡ تَكُونَ مِنَ ٱلۡهَٰلِكِينَ ﴿ "atau kamu termasuk orang-orang yang binasa", maksudnya kamu tidak akan melupakannya selama kamu mampu mengingatnya selama-lamanya.
#
{86} فقال يعقوب: {إنَّما أشكو بثِّي}؛ أي: ما أبثُّ من الكلام، {وحُزْني}: الذي في قلبي. {إلى الله}: وحدَه لا إليكم ولا إلى غيركم من الخلق؛ فقولوا ما شئتم، {وأعلمُ من الله ما لا تعلمونَ}: من أنَّه سيردُّهم عليَّ ويقرُّ عيني بالاجتماع بهم.
(86) Ya'qub berkata, ﴾ إِنَّمَآ أَشۡكُواْ بَثِّي ﴿ "Sesungguhnya aku menga-dukan kesusahanku", yaitu perkataan yang aku munculkan ﴾ وَحُزۡنِيٓ ﴿ "dan kesedihanku" yang berada dalam hati ﴾ إِلَى ٱللَّهِ ﴿ "hanya kepada Allah", semata, tidak kepada kalian, dan tidak pula kepada orang lain. Berbicaralah sekehendak kalian ﴾ وَأَعۡلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ﴿ "dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya", bahwa Dia akan memulangkan mereka semua kepadaku dan menyejuk-kan pandanganku dengan berkumpul kembali dengan mereka.
Ayah: 87 - 92 #
{يَابَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ (87) فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَيْهِ قَالُوا يَاأَيُّهَا الْعَزِيزُ مَسَّنَا وَأَهْلَنَا الضُّرُّ وَجِئْنَا بِبِضَاعَةٍ مُزْجَاةٍ فَأَوْفِ لَنَا الْكَيْلَ وَتَصَدَّقْ عَلَيْنَا إِنَّ اللَّهَ يَجْزِي الْمُتَصَدِّقِينَ (88) قَالَ هَلْ عَلِمْتُمْ مَا فَعَلْتُمْ بِيُوسُفَ وَأَخِيهِ إِذْ أَنْتُمْ جَاهِلُونَ (89) قَالُوا أَإِنَّكَ لَأَنْتَ يُوسُفُ قَالَ أَنَا يُوسُفُ وَهَذَا أَخِي قَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا إِنَّهُ مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ (90) قَالُوا تَاللَّهِ لَقَدْ آثَرَكَ اللَّهُ عَلَيْنَا وَإِنْ كُنَّا لَخَاطِئِينَ (91) قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (92)}.
"Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita ten-tang Yusuf dan saudaranya, dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." Maka ketika mereka masuk ke (tem-pat) Yusuf, mereka berkata, "Hai al-Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan, dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah mem-beri balasan kepada orang-orang yang bersedekah." Yusuf berkata, "Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu laku-kan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmu itu." Mereka berkata, "Apakah kamu ini be-nar-benar Yusuf.' Yusuf menjawab, 'Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karuniaNya kepada kami. Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka se-sungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik." Mereka berkata, "Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)." Dia (Yusuf) berkata, "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang." (Yusuf: 87-92).
#
{87} أي: قال يعقوب عليه السلام لبنيه: {يا بَنِيَّ اذهبوا فتحسَّسوا من يوسف وأخيه}؛ أي: احرصوا واجتهدوا على التفتيش عنهما، {ولا تيأسوا من رَوْح الله}: فإنَّ الرجاء يوجِبُ للعبد السعي والاجتهاد فيما رجاه، والإياس يوجِبُ له التثاقل والتباطؤ، وأولى ما رجا العبادُ فضل الله وإحسانه ورحمته وروحه. {إنَّه لا ييأسُ من رَوْح الله إلاَّ القومُ الكافرون}: فإنَّهم لكفرِهم يستبعدون رحمتَه، ورحمتُه بعيدةٌ منهم؛ فلا تتشبَّهوا بالكافرين. ودلَّ هذا على أنَّه بحسب إيمان العبد يكون رجاؤه لرحمةِ الله ورَوْحه.
(87) Maksudnya, Ya'qub berkata kepada anak-anaknya, ﴾ يَٰبَنِيَّ ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ ﴿ "Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya" maksudnya, bersemangat dan bersungguh-sungguhlah dalam mencari mereka berdua ﴾ وَلَا تَاْيۡـَٔسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ ﴿ "dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah", karena opti-misme akan mendorong seorang hamba kepada usaha dan keteku-nan serius untuk mencapai apa yang diharapkannya. Sedangkan putus asa, hanya akan mengakibatkan perasaan berat dan berma-las-malasan baginya. Pengharapan yang paling utama diinginkan seorang hamba ialah kemurahan dan curahan kebaikan Allah, rah-mat dan kasihNya. ﴾ إِنَّهُۥ لَا يَاْيۡـَٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ ﴿ "Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir", karena kekafiran mereka, maka mereka menjauhi rahmatNya dari diri me-reka. Dan (memang) rahmat Allah jauh dari mereka. Maka jangan-lah kalian menyerupai orang-orang kafir. Ayat ini menunjukkan bahwa sesuai kadar keimanan seorang hamba (kepada Allah), maka level pengharapannya kepada rahmat Allah dan kasihNya berada (pada kadar itu).
#
{88} فذهبوا. فلما دخلوا على يوسف، {قالوا}: متضرِّعين إليه: {يا أيُّها العزيز مسَّنا وأهلَنا الضُّرُّ وجئنا ببضاعةٍ مُزْجاةٍ فأوْفِ لنا الكيلَ وتصدَّقْ علينا}؛ أي: قد اضطررنا نحنُ وأهلُنا {وجئْنا ببضاعةٍ مُزْجاةٍ}؛ أي: مدفوعة مرغوب عنها لقلَّتها وعدم وقوعها الموقع؛ {فأوفِ لنا الكيل}؛ أي: مع عدم وفاء العوض، وتصدَّقْ علينا بالزيادة عن الواجب. {إنَّ الله يَجْزي المتصدِّقين}: بثواب الدنيا والآخرة.
(88) Mereka pun bertolak berangkat. Ketika mereka masuk untuk menjumpai Yusuf, ﴾ قَالُواْ ﴿ "mereka berkata", dengan mengiba kepadanya, ﴾ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡعَزِيزُ مَسَّنَا وَأَهۡلَنَا ٱلضُّرُّ وَجِئۡنَا بِبِضَٰعَةٖ مُّزۡجَىٰةٖ فَأَوۡفِ لَنَا ٱلۡكَيۡلَ وَتَصَدَّقۡ عَلَيۡنَآۖ ﴿ "Hai al-Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan, dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga, maka sempur-nakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami", maksud-nya, kami dan keluarga telah terhimpit kesulitan ﴾ وَجِئۡنَا بِبِضَٰعَةٖ مُّزۡجَىٰةٖ ﴿ "dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga", yaitu pembayaran yang tidak disukai, karena jumlahnya yang sedikit lagi tidak sesuai ﴾ فَأَوۡفِ لَنَا ٱلۡكَيۡلَ ﴿ "maka sempurnakanlah sukatan kami", meskipun barternya tidak sepadan dan bersedekahlah kepada kami melebihi kadar yang semestinya ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ يَجۡزِي ٱلۡمُتَصَدِّقِينَ ﴿ "sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah", dengan balasan di dunia dan akhirat.
#
{89} فلما انتهى الأمر وبلغ أشدَّه؛ رقَّ لهم يوسفُ رقَّةً شديدةً، وعرَّفهم بنفسه، وعاتبهم فقال: {هل علمتْم ما فعلتُم بيوسف وأخيه}: أما يوسفُ؛ فظاهرٌ فعلُهم فيه، وأما أخوه؛ فلعلَّه ـ والله أعلم ـ قولهم: {إن يَسْرِقْ فقد سَرَقَ أخٌ له من قبلُ}، أو أن السبب الذي فرَّق بينه وبين أبيه هم السبب فيه والأصل الموجب له. {إذ أنتُم جاهلونَ}: وهذا نوع اعتذارٍ لهم بجهلهم أو توبيخ لهم إذْ فعلوا فعل الجاهلين، مع أنَّه لا ينبغي ولا يَليق منهم.
(89) Ketika permasalahan menjadi genting dan mencapai puncaknya, Yusuf betul-betul merasa iba terhadap mereka, dan memperkenalkan dirinya kepada mereka sambil menegur mereka, ﴾ هَلۡ عَلِمۡتُم مَّا فَعَلۡتُم بِيُوسُفَ وَأَخِيهِ ﴿ "Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya", adapun tindakan mereka kepada Yusuf, maka sudah jelas. Sedangkan tentang sauda-ranya, maka boleh jadi (karena) –wallahu a'lam- perkataan mereka, ﴾ إِن يَسۡرِقۡ فَقَدۡ سَرَقَ أَخٞ لَّهُۥ مِن قَبۡلُۚ ﴿ "Jika dia mencuri, maka sungguh telah pernah mencuri pula sauda-ranya sebelum ini."(Yusuf: 77). Atau, faktor penyebab terpisahnya Bunyamin dari ayahnya dan sumber kejadian itu adalah mereka ﴾ إِذۡ أَنتُمۡ جَٰهِلُونَ ﴿ "ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmu itu", ini semacam bentuk to-leransi bagi mereka yang disebabkan oleh tindakan bodoh mereka, atau merupakan upaya menjelek-jelekkan mereka lantaran melaku-kan perbuatan orang-orang yang bodoh, meskipun perbuatan itu tidak pantas dan tidak layak bagi mereka.
#
{90} فعرفوا أن الذي خاطبهم هو يوسفُ، فقالوا: {أإنَّك لأنت يوسفُ قال أنا يوسفُ وهذا أخي قد منَّ الله علينا}: بالإيمان والتقوى والتمكين في الدُّنيا، وذلك بسبب الصبر والتقوى، فَـ {إنَّه من يتَّقِ ويَصْبِرْ}؛ أي: يتَّقي فعل ما حرَّم الله ويصبر على الآلام والمصائب وعلى الأوامر بامتثالها. {فإنَّ الله لا يُضيع أجر المحسنين}: فإنَّ هذا من الإحسان، والله لا يُضيعُ أجرَ من أحسنَ عملاً.
(90) Mereka menyadari bahwa orang yang berbicara dengan mereka adalah Yusuf. Lantas mereka bertanya-tanya, ﴾ أَءِنَّكَ لَأَنتَ يُوسُفُۖ قَالَ أَنَا۠ يُوسُفُ وَهَٰذَآ أَخِيۖ قَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَيۡنَآۖ ﴿ "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf." Yusuf menjawab, "Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karuniaNya kepada kami", dengan keimanan, ketak-waan, memegang kekuasaan di dunia. Karunia itu disebabkan oleh kesabaran dan ketakwaan. ﴾ إِنَّهُۥ مَن يَتَّقِ وَيَصۡبِرۡ ﴿ "Sesungguhnya barang-siapa yang bertakwa dan bersabar", yakni menjaga diri dari perbuatan yang diharamkan oleh Allah dan bersabar terhadap hal-hal yang menyakitkan dan musibah-musibah serta bersabar atas perintah-perintah Allah dan dalam menaatinya ﴾ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴿ "maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik", ini termasuk sifat perbuatan ihsan, dan Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang telah berbuat kebaikan.
#
{91} {قالوا تالله لقد آثرك الله علينا}؛ أي: فضَّلك علينا بمكارم الأخلاق ومحاسن الشيم، وأسأنا إليك غاية الإساءة، وحرصْنا على إيصال الأذى إليك والتبعيد لك عن أبيك، فآثرك الله تعالى ومكَّنك مما تريد [وإن كُنّا لخاطئين، وهذا غاية الاعتراف منهم بالجرم الحاصل منهم على يوسف].
(91) ﴾ قَالُواْ تَٱللَّهِ لَقَدۡ ءَاثَرَكَ ٱللَّهُ عَلَيۡنَا ﴿ "Mereka berkata, 'Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami'," maksudnya, Allah telah mengutamakanmu daripada kami dengan budi pekerti yang mulia serta perilaku yang baik, padahal kami telah melakukan perbuatan terburuk pada dirimu dan berapi-api untuk melancarkan gangguan kepadamu, dan menjauhkanmu dari ayah. Ternyata Allah تعالى melebihkanmu dan menempatkanmu pada kedudukan yang engkau inginkan [dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa): ini adalah pengakuan yang mendalam dari me-reka atas perbuatan jahat yang berasal dari mereka terhadap Yusuf].
#
{92} فقال لهم يوسف عليه السلام كرماً وجوداً: {لا تَثْريبَ عليكم اليومَ}؛ أي: لا أثرِّبُ عليكم ولا ألومكم، {يَغفِرُ اللهُ لَكُم وهُوَ أرحَمُ الرَّاحِمِينَ}؛ فسمح لهم سماحاً تامًّا من غير تعيير لهم على ذكر الذَّنب السابق، ودعا لهم بالمغفرةِ والرحمةِ، وهذا نهاية الإحسان الذي لا يتأتَّى إلا من خواصِّ الخلق وخيار المصطَفَيْن.
(92) Maka Yusuf عليه السلام menjawab mereka dengan kemuliaan dan kemurahan hatinya, ﴾ لَا تَثۡرِيبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡيَوۡمَۖ ﴿ "Pada hari ini tak ada cer-caaan terhadap kamu", maksudnya aku tidak memaki dan tidak pula mencela kalian ﴾ يَغۡفِرُ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَهُوَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ ﴿ "mudah-mudahan Allah mengampuni kamu, dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang", Yusuf memaafkan mereka dengan sepenuhnya tanpa disertai men-diskreditkan mereka dengan menyebutkan kejahatan yang pernah mereka perbuat. Ia memohon ampunan dan rahmat bagi mereka. Ini adalah puncak sifat kebaikan yang tidak akan muncul kecuali dari orang-orang istimewa dan orang-orang terpilih dari kalangan orang-orang pilihan.
Ayah: 93 - 98 #
{اذْهَبُوا بِقَمِيصِي هَذَا فَأَلْقُوهُ عَلَى وَجْهِ أَبِي يَأْتِ بَصِيرًا وَأْتُونِي بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ (93) وَلَمَّا فَصَلَتِ الْعِيرُ قَالَ أَبُوهُمْ إِنِّي لَأَجِدُ رِيحَ يُوسُفَ لَوْلَا أَنْ تُفَنِّدُونِ (94) قَالُوا تَاللَّهِ إِنَّكَ لَفِي ضَلَالِكَ الْقَدِيمِ (95) فَلَمَّا أَنْ جَاءَ الْبَشِيرُ أَلْقَاهُ عَلَى وَجْهِهِ فَارْتَدَّ بَصِيرًا قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (96) قَالُوا يَاأَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ (97) قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (98)}
"Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letak-kanlah ia ke wajah ayahku, nanti dia akan dapat melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku." Tatkala kafilah itu telah keluar (dari negeri Mesir) maka berkatalah ayah mereka, "Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)." Keluar-ganya berkata, "Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam ke-keliruanmu yang dahulu." Tatkala telah tiba pembawa kabar gem-bira itu, maka diletakkannya baju gamis itu ke wajah Ya'qub, lalu kembalilah dia dapat melihat. Ya'qub berkata, "Tidakkah aku ka-takan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya." Mereka berkata, "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesung-guhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)." Ya'qub berkata, "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penya-yang." (Yusuf: 93-98).
#
{93} أي: قال يوسف عليه السلام لإخوته: {اذهَبوا بقميصي هذا فألقوه على وجه أبي يأتِ بَصيراً}: لأنَّ كلَّ داءٍ يداوى بضدِّه؛ فهذا القميصُ لما كان فيه أثرُ ريح يوسف الذي أوْدَعَ قلبَ أبيه من الحزن والشوق ما الله به عليم؛ أراد أن يَشُمَّه فترجِعَ إليه روحه وتتراجع إليه نفسُه ويرجعَ إليه بصرُه، ولله في ذلك حِكَمٌ وأسرارٌ لا يطَّلع عليها العباد، وقد اطَّلع يوسفُ من ذلك على هذا الأمر. {وأتوني بأهلِكُم أجمعين}؛ أي: أولادكم وعشيرتكم وتوابعكم كلُّهم؛ ليحصلَ تمامُ اللقاء ويزولَ عنكم نَكَدُ المعيشة وضَنْكُ الرزقِ.
(93) Yusuf berkata kepada para saudaranya, ﴾ ٱذۡهَبُواْ بِقَمِيصِي هَٰذَا فَأَلۡقُوهُ عَلَىٰ وَجۡهِ أَبِي يَأۡتِ بَصِيرٗا ﴿ "Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah ia ke wajah ayahku, nanti dia akan dapat melihat kembali", karena setiap penyakit dapat disembuhkan dengan penangkalnya. Baju ini –karena di dalamnya terdapat aroma (tubuh) Yusuf yang mana dia telah memasukkan kesedihan dan kerinduan pada hati ayahnya yang mana hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui- maka Yusuf ingin agar ayahnya mencium aromanya, hingga semangat kembali dan jiwanya pun tergugah serta penglihatannya menjadi normal. Bagi Allah ada sejumlah hikmah dan rahasia ilahi dalam kejadian ini yang tidak dapat dideteksi oleh manusia. Sementara Yusuf sanggup mengetahuinya dari kejadian tersebut.﴾ وَأۡتُونِي بِأَهۡلِكُمۡ أَجۡمَعِينَ ﴿ "Dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku", anak-anak kalian, keluarga kalian serta orang-orang yang ikut dengan kalian, agar terwujud pertemuan yang menyeluruh serta lenyap dari kalian kesulitan hidup dan kesempitan rizki.
#
{94} {ولما فصلت العير}: عن أرض مصر مقبلةً إلى أرض فلسطين؛ شمَّ يعقوبُ ريح القميص، فقال: {إنِّي لأجِدُ ريح يوسفَ لولا أن تُفَنِّدونِ}؛ أي: تسخرون منِّي، وتزعُمون أنَّ هذا الكلام صدر منِّي من غير شعور؛ لأنَّه رأى منهم من التعجُّب من حاله ما أوجب له هذا القول.
(94) ﴾ وَلَمَّا فَصَلَتِ ٱلۡعِيرُ ﴿ "Tatkala kafilah itu telah keluar", dari negeri Mesir mengarah ke negeri Palestina, Ya'qub telah mencium aroma baju Yusuf. Beliau berkata, ﴾ إِنِّي لَأَجِدُ رِيحَ يُوسُفَۖ لَوۡلَآ أَن تُفَنِّدُونِ ﴿ "Sesungguh-nya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)", maksudnya mengolok-olok diriku dan kalian mengklaim bahwa ucapan ini muncul dari diriku tanpa kesadaran. Karena beliau melihat mereka begitu terheran-heran de-ngan kondisinya hingga menyebabkan munculnya perkataan itu.
#
{95} فوقع ما ظنَّه بهم، فقالوا: {تاللهِ إنَّك لفي ضلالك القديم}؛ أي: لا تزال تائهاً في بحرٍ لُجِّيٍّ ، لا تدري ما تقول.
(95) Maka terjadilah apa yang beliau perkirakan pada me-reka, lalu keluarganya berkata, ﴾ تَٱللَّهِ إِنَّكَ لَفِي ضَلَٰلِكَ ٱلۡقَدِيمِ ﴿ "Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam kekeliruanmu yang dahulu", maksud-nya engkau masih saja bingung di laut yang bergelombang, tidak sadar apa yang engkau ucapkan.
#
{96} {فلمَّا أن جاء البشيرُ}: بقرب الاجتماع بيوسف وإخوته وأبيهم، {ألقاه}؛ أي: القميص {على وجهِهِ فارتدَّ بصيراً}؛ أي: رجع على حاله الأولى بصيراً بعد أن ابيضَّت عيناه من الحزن، فقال لمن حَضَرَهُ من أولاده وأهله الذين كانوا يفنِّدونَ رأيه، ويتعجَّبون منه منتصراً عليهم مُتبجحاً بنعمة الله عليه: {ألم أقُلْ لكُم إنِّي أعلم من الله ما لا تعلمون}: حيث كنتُ مترجِّياً للقاء يوسف مترقِّباً لزوال الهمِّ والغمِّ والحزن.
(96) ﴾ فَلَمَّآ أَن جَآءَ ٱلۡبَشِيرُ ﴿ "Tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu", dekat dengan waktu berkumpulnya Yusuf, saudara-saudara dan ayah mereka ﴾ أَلۡقَىٰهُ ﴿ "maka ia meletakkannya", baju gamis itu ﴾ عَلَىٰ وَجۡهِهِۦ فَٱرۡتَدَّ بَصِيرٗاۖ ﴿ "ke wajah Ya'qub, lalu kembalilah dia dapat melihat", maksudnya beliau kembali ke keadaan semula, dapat melihat dengan matanya, setelah dua bola mata beliau memutih karena kesedihan (yang mendalam). Beliau berkata kepada orang-orang yang hadir, dari kalangan anak-anak dan keluarganya yang tadi menuduh be-liau lemah akal, mereka pun tercengang oleh kejadian tersebut dan beliau menang atas mereka sambil mengulang-ulang penyebutan nikmat Allah pada beliau, ﴾ أَلَمۡ أَقُل لَّكُمۡ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ﴿ "Tidakkah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya." Sebelumnya aku benar-benar berharap bisa berjumpa dengan Yusuf, menunggu-nunggu(nya) agar kegun-dahan, kegelisahan, dan kesedihanku hilang.
#
{97} فأقرُّوا بذنبهم، ونجعوا بذلك و {قالوا يا أبانا استغفرْ لنا ذنوبنا إنَّا كنا خاطئينَ}: حيث فعلنا معك ما فعلنا.
(97) Mereka mengakui kesalahan mereka dan sadar dengan itu. ﴾ قَالُواْ يَٰٓأَبَانَا ٱسۡتَغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوبَنَآ إِنَّا كُنَّا خَٰطِـِٔينَ ﴿ "Mereka berkata, 'Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)'," atas perlakuan kami kepadamu.
#
{98} فَـ {قَالَ} مجيباً لطلبتهم ومسرعاً لإجابتهم: {سوفَ أستغفِرُ لكم ربِّي إنَّه هو الغفور الرحيم}: ورجائي به أن يغفرَ لكم ويرحمكم ويتغمَّدكم برحمته. وقد قيل: إنه أخَّر الاستغفار لهم إلى وقت السحر الفاضل؛ ليكونَ أتمَّ للاستغفار وأقرب للإجابة.
(98) Maka ﴾ قَالَ ﴿ "Ya'qub berkata" untuk menyambut permin-taan mereka lagi bersegera meresponnya,﴾ سَوۡفَ أَسۡتَغۡفِرُ لَكُمۡ رَبِّيٓۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ ﴿ "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang", harapanku kepadaNya, adalah agar Dia mengampuni kalian dan mencurahkan rahmat kepada kalian serta menaungi kalian dengan rahmatNya. Ada yang mengatakan, bahwa beliau menunda per-mohonan ampunan bagi mereka sampai waktu sahur yang utama, supaya lebih sempurna untuk memohonkan ampunan dan lebih dekat untuk dikabulkan.
Ayah: 99 - 100 #
{فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَى يُوسُفَ آوَى إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ (99) وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا وَقَالَ يَاأَبَتِ هَذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ مِنْ بَعْدِ أَنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (100)}
"Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf, Yusuf me-rangkul ibu bapaknya, dan dia berkata, 'Masuklah kamu sekalian ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.' Dan dia me-naikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (se-muanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan Yusuf berkata, 'Wahai ayahku, inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Rabbku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Rabbku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskanku dari rumah penjara dan ketika (Dia) membawamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Rabbku Maha-lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana'." (Yusuf: 99-100).
#
{99} أي: {فلمَّا} تجهَّز يعقوب وأولاده وأهلهم أجمعون وارتحلوا من بلادهم قاصدين الوصول إلى يوسف في مصر وسُكْناها، فلمَّا وصلوا إليه و {دخلوا على يوسفَ آوى إليه أبويهِ}؛ أي: ضمَّهما إليه واختصَّهما بقربه وأبدى لهما من البرِّ والإحسان والتبجيل والإعظام شيئاً عظيماً. {وقال} لجميع أهله: {ادخُلوا مصر إن شاء الله آمنين}: من جميع المكاره والمخاوف. فدخلوا في هذه الحال السارَّة، وزال عنهم النَّصَبُ ونكد المعيشة وحَصَلَ السرور والبهجة.
(99) ﴾ فَلَمَّا ﴿ "Maka tatkala", Ya'qub, anak-anak beliau dan ke-luarga mereka telah berangkat meninggalkan negeri mereka menuju ke tempat Yusuf di Mesir dan pemukimannya, dan ketika mereka telah sampai ﴾ دَخَلُواْ عَلَىٰ يُوسُفَ ءَاوَىٰٓ إِلَيۡهِ أَبَوَيۡهِ ﴿ "mereka masuk ke (tempat) Yusuf. Yusuf merangkul ibu bapaknya", mendekatkan mereka berdua kepada dirinya dan mengistimewakan mereka dengan mendekatkannya, serta memperlihatkan kebaktian, kebaikan, penghormatan, dan pengagungan yang besar kepada kedua orang tuanya ﴾ وَقَالَ ﴿ "dan dia berkata", kepada seluruh anggota keluarganya, ﴾ ٱدۡخُلُواْ مِصۡرَ إِن شَآءَ ٱللَّهُ ءَامِنِينَ ﴿ "Masuklah kamu sekalian ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman", dari segala yang dibenci dan menakutkan. Mereka masuk dalam suasana yang menyenangkan. Kelelahan dan kesusah-an penghidupan mereka pun pupus, dan terwujudlah kebahagiaan dan keceriaan.
#
{100} {ورفع أبويه على العرشِ}؛ أي: على سرير الملك ومجلس العزيز، {وخرُّوا له سجَّداً}؛ أي: أبوه وأمه وإخوته سجوداً على وجه التعظيم والتبجيل والإكرام. {وقال} لمَّا رأى هذه الحال ورأى سجودهم له: {يا أبتِ هذا تأويلُ رؤيايَ من قبلُ}: حين رأى أحد عشر كوكباً والشمس والقمر له ساجدين؛ فهذا وقوعُها الذي آلتْ إليه ووصلت. {قد جَعَلها ربِّي حقًّا}: فلم يَجْعَلْها أضغاثَ أحلام. {وقد أحسنَ بي}: إحساناً جسيماً، {إذْ أخْرَجَني من السجن وجاء بكم من البَدْو}: وهذا من لطفه وحسنِ خطابه عليه السلام؛ حيث ذَكَرَ حاله في السجن، ولم يَذْكُرْ حاله في الجبِّ؛ لتمام عفوِهِ عن إخوته، وأنَّه لا يذكر ذلك الذنب، وأنَّ إتيانكم من البادية من إحسان الله إليَّ، فلم يقل جاء بكم من الجوع والنصب، ولا قال: أحسنَ بكم، بل قال: أحسن بي، جعل الإحسان عائداً إليه؛ فتبارك من يختصُّ برحمتِهِ من يشاءُ من عبادِهِ ويَهَبُ لهم من لدنه رحمةً إنه هو الوهاب، {من بعدِ أن نَزَغَ الشيطان بيني وبينَ إخوتي}: فلم يقل: نَزَغَ الشيطانُ إخوتي، بل كأنَّ الذنب والجهل صدر من الطرفين؛ فالحمد لله الذي أخزى الشيطان ودَحَرَهُ وجَمَعَنا بعد تلك الفرقة الشاقة. {إنَّ ربِّي لطيفٌ لما يشاء}: يوصِلُ برَّه وإحسانه إلى العبد من حيث لا يشعر ويوصِلُه إلى المنازل الرفيعة من أمور يكرهها. {إنَّه هو العليمُ}: الذي يعلم ظواهر الأمور وبواطِنَها وسرائر العباد وضمائرهم. {الحكيم}: في وضعه الأشياء مواضعها وسَوْقِهِ الأمور إلى أوقاتها المقدَّرة لها.
(100) ﴾ وَرَفَعَ أَبَوَيۡهِ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ ﴿ "Dan dia menaikkan kedua ibu bapak-nya ke atas singgasana", di atas tahta raja dan tempat duduk al-Aziz ﴾ وَخَرُّواْ لَهُۥ سُجَّدٗاۖ ﴿ "dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud ke-pada Yusuf", maksudnya ayah dan ibunya, serta para saudaranya bersujud kepada Yusuf dalam rangka mengagungkan, menghor-mati, dan memuliakan Yusuf. ﴾ وَقَالَ ﴿ "Dan berkatalah Yusuf", ketika menyaksikan pemandangan ini dan melihat sujud mereka kepada dirinya, ﴾ يَٰٓأَبَتِ هَٰذَا تَأۡوِيلُ رُءۡيَٰيَ مِن قَبۡلُ ﴿ "Wahai ayahku, inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu", saat bermimpi melihat sebelas bintang beserta matahari dan bulan bersujud kepadanya. Inilah kejadian nyata dari mimpinya yang kembali kepada dirinya sendiri dan sampai ke-padanya. ﴾ قَدۡ جَعَلَهَا رَبِّي حَقّٗاۖ ﴿ "Sesungguhnya Rabbku telah menjadikannya suatu kenyataan", Allah tidak menjadikannya hanya mimpi-mimpi kosong semata, ﴾ وَقَدۡ أَحۡسَنَ بِيٓ ﴿ "dan sesungguhnya Rabbku telah berbuat baik kepadaku", dengan kebaikan yang sangat besar ﴾ إِذۡ أَخۡرَجَنِي مِنَ ٱلسِّجۡنِ وَجَآءَ بِكُم مِّنَ ٱلۡبَدۡوِ ﴿ "ketika Dia membebaskanku dari rumah penjara dan ketika Dia membawamu dari dusun padang pasir", ini termasuk cerminan sikap lembut dan keelokan gayanya عليه السلام dalam berbicara, di mana dia hanya menyebutkan kisah saat di penjara, tanpa menyinggung kondisi saat berada di dasar sumur, karena ketulusan maafnya bagi para saudaranya, dia tidak menyinggung kesalahan itu. Dan keda-tangan kalian dari dusun termasuk karena kebaikan Allah kepada diriku. Dia tidak berkata, "Dia membawa kalian dari kondisi kela-paran dan kesulitan", juga tidak mengatakan, "Dia telah berbuat baik kepada kalian semua", akan tetapi mengatakan, "Dia telah mencurahkan kebaikan kepadaku", akan tetapi Yusuf menjadikan kebaikan Allah kembali kepadanya. Mahaberkah Allah, Dzat yang telah mengistimewakan (dengan curahan rahmatNya) kepada orang yang Dia kehendaki dari kalangan para hambaNya dan memberi rahmat kepada mereka dari sisiNya, sesungguhnya Dia Dzat Yang Maha Memberi, ﴾ مِنۢ بَعۡدِ أَن نَّزَغَ ٱلشَّيۡطَٰنُ بَيۡنِي وَبَيۡنَ إِخۡوَتِيٓۚ ﴿ "setelah setan meru-sakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku", dia pun tidak mengatakan, "Setelah setan merusak saudara-saudaraku," akan tetapi menganggap seakan-akan keteledoran dan dosa berasal dari kedua pihak. Maka segala puji bagi Allah yang telah menghinakan setan dan mengusirnya, dan mengumpulkan kita setelah perpe-cahan yang mencerai-beraikan. ﴾ إِنَّ رَبِّي لَطِيفٞ لِّمَا يَشَآءُۚ ﴿ "Sesungguhnya Rabbku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki", Dia menyalurkan kebajikan dan kebaikan-Nya kepada seorang hamba tanpa dia (hamba itu) sadari dan me-nempatkannya pada kedudukan yang tinggi yang bebas dari segala urusan yang dibencinya. ﴾ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡعَلِيمُ ﴿ "Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui", segenap perkara yang zahir dan batin, rahasia-rahasia para hambaNya serta bisikan hati mereka. ﴾ ٱلۡحَكِيمُ ﴿ "Lagi Mahabijaksana", dalam meletakkan urusan-urusan pada tempat se-mestinya dan mengerahkan perkara-perkara pada waktunya yang telah ditentukan.
Ayah: 101 #
{رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (101)}
"Ya Rabbku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta'bir mimpi. (Ya Rabb) Pencipta langit dan bumi. Eng-kaulah Pelindungku di dunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shalih." (Yusuf: 101).
#
{101} لما أتمَّ الله ليوسف ما أتمَّ من التمكين في الأرض والملك وأقرَّ عينه بأبويه وإخوته وبعد العلم العظيم الذي أعطاه الله إيَّاه، فقال مقرًّا بنعمة الله شاكراً لها داعياً بالثبات على الإسلام: {ربِّ قد آتيتني من الملك}: وذلك أنَّه كان على خزائن الأرض وتدبيرها ووزيراً كبيراً للملك، {وعلَّمْتَني من تأويل الأحاديث}؛ أي: من تأويل أحاديث الكتب المنزَلَة وتأويل الرؤيا وغير ذلك من العلم. {فاطر السمواتِ والأرضِ ... توفَّني مسلماً}؛ أي: أدمْ عليَّ الإسلام وثبِّتْني عليه حتى توفَّاني عليه، ولم يكن هذا دعاءً باستعجال الموت. {وألحِقْني بالصَّالحين}: من الأنبياء الأبرار والأصفياء الأخيار.
(101) Tatkala Allah menyempurnakan karuniaNya bagi Yusuf berupa pengendalian kekuasaan di bumi, dan sebagian kera-jaan serta menentramkan pandangan matanya dengan berkumpul bersama kedua orang tuanya dan para saudaranya dan setelah per-olehan ilmu agung yang Allah berikan kepadanya, maka dia ber-kata untuk mengakui nikmat Allah sebagai bentuk kesyukuran dan ajakan agar tetap istiqamah di atas Islam, ﴾ رَبِّ قَدۡ ءَاتَيۡتَنِي مِنَ ٱلۡمُلۡكِ ﴿ "Ya Rabbku, Sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku seba-gian kerajaan", lantaran dia memegang kendali dan pengaturan per-bendaharaan bumi (Mesir), serta menjadi menteri besar bagi raja ﴾ وَعَلَّمۡتَنِي مِن تَأۡوِيلِ ٱلۡأَحَادِيثِۚ ﴿ "dan Engkau telah mengajarkan kepadaku sebagian ta'bir mimpi", berupa penakwilan makna kisah-kisah yang ada di kitab-kitab yang diturunkan (oleh Allah) dan penakwilan mimpi dan ilmu lainnya. ﴾ فَاطِرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ أَنتَ وَلِيِّۦ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۖ تَوَفَّنِي مُسۡلِمٗا ﴿ "(Ya Rabb) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam", maksudnya lestarikan akidah Islam pada diriku dan teguhkanlah hatiku di atasnya hingga Engkau mewafatkanku dalam keadaan berpegang teguh padanya. Permohonan ini bukanlah doa permintaan agar kematian dipercepat untuknya ﴾ وَأَلۡحِقۡنِي بِٱلصَّٰلِحِينَ ﴿ "dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shalih", dari kalangan para nabi yang berbakti kepadaMu dan orang-orang yang terbaik lagi terpilih.
Ayah: 102 #
{ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ أَجْمَعُوا أَمْرَهُمْ وَهُمْ يَمْكُرُونَ (102)}
"Demikian itu (adalah) di antara berita-berita yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal kamu tidak berada pada sisi mereka, ketika mereka memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengatur tipu daya." (Yusuf: 102).
#
{102} لما قصَّ الله هذه القصة على محمدٍ - صلى الله عليه وسلم -؛ قال الله له: {ذلك}: [الإنباء] الذي أخبرناك به {من أنباءِ الغيبِ}: الذي لولا إيحاؤُنا إليك؛ لما وصل إليك هذا الخبر الجليل، فإنك لم تكن حاضراً {لديهم إذ أجمعوا أمْرَهم}؛ أي: إخوة يوسف. {وهم يمكُرون}: به حين تعاقدوا على التفريق بينه وبين أبيه في حالةٍ لا يطَّلع عليها إلا الله تعالى ولا يمكِّنُ أحداً أن يصل إلى علمها إلا بتعليم الله له إيَّاها؛ كما قال تعالى لما قصَّ قصةَ موسى وما جرى له؛ ذَكَرَ الحال التي لا سبيل للخلق إلى علمها إلاَّ بوحيه، فقال: {وما كنتَ بجانبِ الغربيِّ إذْ قَضَيْنا إلى موسى الأمرَ وما كنت من الشاهدين ... } الآيات؛ فهذا أدلُّ دليل على أنَّ مَن جاء بها رسول الله حقًّا.
(102) Tatkala Allah menceritakan kisah ini kepada Muham-mad, Allah berfirman kepada beliau, ﴾ ذَٰلِكَ ﴿ "Demikian itu", yaitu (para nabi) yang Kami beritahukan kepadamu ﴾ مِنۡ أَنۢبَآءِ ٱلۡغَيۡبِ ﴿ "(adalah) di antara berita-berita yang ghaib", yang bila tidak Kami wahyukan kepadamu, tentulah kisah agung tersebut tidak akan sampai kepa-damu. Sesungguhnya engkau tidak hadir ﴾ لَدَيۡهِمۡ إِذۡ أَجۡمَعُوٓاْ أَمۡرَهُمۡ ﴿ "di sisi mereka ketika mereka memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur)", yakni para saudara Yusuf ﴾ وَهُمۡ يَمۡكُرُونَ ﴿ "dan mereka sedang mengatur tipu daya", kepadanya, ketika mereka telah saling bertekad untuk memisahkannya dari sang ayah dalam kondisi yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah تعالى saja, dan tidak mungkin ada orang yang sanggup mengetahuinya kecuali dengan pemberitahuan dari Allah kepadanya. Sebagaimana halnya Allah menceritakan kisah Musa dan peristiwa yang terjadi pada beliau. Dia menyebutkan sebuah keadaan yang tidak ada cara bagi manu-sia untuk mengetahuinya melainkan dengan melalui wahyu. Allah berfirman, ﴾ وَمَا كُنتَ بِجَانِبِ ٱلۡغَرۡبِيِّ إِذۡ قَضَيۡنَآ إِلَىٰ مُوسَى ٱلۡأَمۡرَ وَمَا كُنتَ مِنَ ٱلشَّٰهِدِينَ 44 ﴿ "Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa dan tiada pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan." (Al-Qashash: 44), ini merupakan petunjuk yang sangat tajam bahwa risalah yang di-bawa oleh Rasulullah adalah benar adanya.
Ayah: 103 - 107 #
{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ (103) وَمَا تَسْأَلُهُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ (104) وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ (105) وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ (106) أَفَأَمِنُوا أَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ أَوْ تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (107)}
"Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya. Dan kamu sekali-kali tidak me-minta upah kepada mereka (terhadap seruanmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam. Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan bumi yang mereka lalui, sedang mereka berpaling darinya. Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan memperse-kutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan Kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?" (Yusuf: 103-107).
#
{103} يقول تعالى لنبيه محمد - صلى الله عليه وسلم -: {وما أكثرُ الناس ولو حرصتَ}: على إيمانهم {بمؤمنينَ}: فإنَّ مداركهم ومقاصِدَهم قد أصبحت فاسدةً؛ فلا ينفعهم حرصُ الناصحين عليهم، ولو عدمت الموانع؛ بأنْ كانوا يعلِّمونهم ويدعونهم إلى ما فيه الخير لهم ودفع الشرِّ عنهم من غير أجرٍ ولا عوض، ولو أقاموا لهم من الشواهد والآيات الدالاَّتِ على صدقِهِم ما أقاموا.
(103) Allah تعالى berfirman kepada NabiNya, Muhammad ﴾ وَمَآ أَكۡثَرُ ٱلنَّاسِ وَلَوۡ حَرَصۡتَ ﴿ "Dan sebagian besar manusia walaupun kamu sangat menginginkannya", yaitu menginginkan keimanan mereka, mereka ﴾ بِمُؤۡمِنِينَ ﴿ "tidak akan beriman", karena daya tangkap dan orientasi-orientasi mereka sungguh telah mengalami kerusakan. Hasrat besar para pemberi nasihat kepada mereka tidaklah berguna, walaupun sama sekali tidak ada penghalang dan pengganjal. Para pemberi nasihat itu telah mengajari dan menyeru mereka kepada hal-hal yang mengandung kebaikan bagi mereka dan menolak kejelekan dari mereka, tanpa meminta upah maupun timbal-balik. Walaupun para da'i tersebut telah menunjukkan bukti-bukti dan tanda-tanda kebenaran kepada mereka yang menunjukkan kebe-naran mereka, namun segala sesuatu yang sudah mereka tunjuk-kan, tetap tidak bermanfaat.
#
{104} ولهذا قال: {وما تسألُهم عليه من أجرٍ إنْ هو إلاَّ ذِكْرٌ للعالمينَ}: يتذكَّرون به ما ينفعُهم لِيفعلوه، وما يضرُّهم ليترُكوه.
(104) Karena itu, Allah berfirman ﴾ وَمَا تَسۡـَٔلُهُمۡ عَلَيۡهِ مِنۡ أَجۡرٍۚ إِنۡ هُوَ إِلَّا ذِكۡرٞ لِّلۡعَٰلَمِينَ ﴿ "Dan kamu sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (terhadap seruanmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam." Dengan itu, mereka akan mengingat-ingat apa saja yang berguna bagi mereka agar (hendaknya) mereka melaksanakannya dan apa saja yang berbahaya hendaklah mereka meninggalkannya.
#
{105} {وكأيِّنْ}؛ أي: وكم {من آيةٍ في السمواتِ والأرض يمرُّون عليها}: دالَّة لهم على توحيد الله، {وهم عنها معرضونَ}.
(105) ﴾ وَكَأَيِّن ﴿ "Dan banyak sekali", berapa b a n y a k ﴾ مِّنۡ ءَايَةٖ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ يَمُرُّونَ عَلَيۡهَا ﴿ "tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan bumi yang mereka lalui", yang menandakan keesaan Allah (tauhidullah) وَهُمۡ عَنۡهَا مُعۡرِضُونَ ﴿ "sedang mereka berpaling darinya."
#
{106} ومع هذا، إنْ وُجِدَ منهم بعضُ الإيمان، فلا {يؤمِنُ أكثرُهم بالله إلاَّ وهم مشركونَ}: فهم وإن أقرُّوا بربوبيَّةِ الله تعالى وأنَّه الخالق الرازق المدبِّر لجميع الأمور؛ فإنَّهم يشركون في ألوهيَّة الله وتوحيده.
(106) Kendatipun demikian, jika dijumpai ada sebagian ke-imanan dari mereka ﴾ وَمَا يُؤۡمِنُ أَكۡثَرُهُم بِٱللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشۡرِكُونَ ﴿ "dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mem-persekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)", mereka itu, meski mengakui rububiyah Allah تعالى dan bahwa Dia-lah al-Khaliq (Pencipta), ar-Raziq (Pemberi rizki), Pengatur seluruh urusan, maka mereka tetap menyekutukan Allah dalam uluhiyah dan tauhidNya.
#
{107} فهؤلاء الذين وصلوا إلى هذه الحال لم يبقَ عليهم إلا أنْ يَحِلَّ بهم العذاب ويفجأهم العقابُ وهم آمنون، ولهذا قال: {أفأمِنوا}؛ أي: الفاعلون لتلك الأفعال، المعرضون عن آيات الله، {أن تأتِيَهُم غاشيةٌ من عذاب الله}؛ أي: عذابٌ يغشاهم ويَعُمُّهم ويستأصِلُهم، {أو تأتيهمُ الساعةُ بغتةً}؛ أي: فجأة، {وهم لا يشعُرونَ}؛ أي: فإنَّهم قد استوجبوا لذلك؛ فَلْيتوبوا إلى الله، ويَتْرُكوا ما يكون سبباً في عقابهم.
(107) Mereka itu yang sudah sampai pada kondisi demikian, tidaklah tersisa bagi mereka melainkan azab yang akan menimpa mereka dan hukuman akan mendatangi mereka secara tiba-tiba ke-tika mereka merasa aman (dari ancaman itu semua sebelumnya). Untuk itu, Allah berfirman, ﴾ أَفَأَمِنُوٓاْ ﴿ "Apakah mereka merasa aman", yaitu orang-orang yang melakukan perbuatan di atas, yang berpa-ling dari ayat-ayat Allah ﴾ أَن تَأۡتِيَهُمۡ غَٰشِيَةٞ مِّنۡ عَذَابِ ٱللَّهِ ﴿ "dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka", yaitu siksa yang menyelimuti mereka, merata menimpa mereka semua dan menghabisi mereka sampai tuntas. ﴾ أَوۡ تَأۡتِيَهُمُ ٱلسَّاعَةُ بَغۡتَةٗ ﴿ "atau (merasa aman dari) kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak", tiba-tiba ﴾ وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُونَ ﴿ "sedang mereka tidak menyadarinya?" Karena mereka itu memang pantas untuk di-perlakukan demikian. Hendaknya mereka bertaubat kepada Allah dan meninggalkan segala perkara yang menjadi penyebab datang-nya hukuman.
Ayah: 108 - 109 #
{قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (108) وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا أَفَلَا تَعْقِلُونَ (109)}
"Katakanlah, 'Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.' Kami tidak mengutus sebelum kamu, melain-kan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepada mereka di antara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?" (Yusuf: 108-109).
#
{108} يقول تعالى لنبيِّه محمدٍ - صلى الله عليه وسلم -: {قل} للناس: {هذه سبيلي}؛ أي: طريقي التي أدعو إليها، وهي السبيل الموصلة إلى الله وإلى دار كرامته، المتضمنة للعلم بالحقِّ والعمل به وإيثاره، وإخلاص الدين لله وحده لا شريك له. {أدعو إلى الله}؛ أي: أحثُّ الخلق والعباد إلى الوصول إلى ربهم وأرغِّبهم في ذلك وأرهِّبهم مما يُبْعِدُهم عنه، ومع هذا؛ فأنا {على بصيرةٍ}: من ديني؛ أي: على علم ويقين من غير شكٍّ ولا امتراء ولا مِرْية. وكذلك {مَنِ اتَّبعني}: يدعو إلى الله كما أدعو على بصيرةٍ من أمره. {وسبحان الله}: عما نُسبَ إليه مما لا يليق بجلاله أو ينافي كماله. {وما أنا من المشركين}: في جميع أموري، بل أعبد الله مخلصاً له الدين.
(108) Allah berfirman kepada NabiNya Muhammad, ﴾ قُلۡ ﴿ "Katakanlah", kepada manusia ﴾ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ ﴿ "Inilah jalanku (agamaku)", yaitu jalanku yang aku mengajak (orang) ke sana. Ia adalah lintasan yang mengantarkan menuju kepada Allah dan menuju tempat ke-muliaanNya, yang mengandung adanya pengetahuan tentang ke-benaran dan pengamalannya serta lebih mendahulukan kebenaran itu (daripada segala sesuatu), memurnikan agama hanya untuk Allah semata, tiada sekutu bagiNya. ﴾ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ ﴿ "Aku mengajak (kamu) kepada Allah", maksudnya aku menganjurkan umat manusia dan para hamba untuk berjalan menuju Rabb mereka, dan aku meng-himbau mereka untuk me-nyambutnya dan memperingatkan mereka dari perkara-perkara yang menjauhkan mereka dariNya. Ditambah lagi, bahwa aku ﴾ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ ﴿ "(mengajak) dengan hujjah yang nyata", yang berasal dari aga-maku. Maksudnya, aku bertumpu pada ilmu dan keyakinan tanpa ada unsur syak, kebimbangan dan keraguan. Begitu pula, ﴾ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ ﴿ "orang-orang yang mengikutiku", mereka mengajak kepada Allah se-bagaimana aku mengajak berdasarkan hujjah yang nyata tentang urusan (yang mereka dakwahkan). ﴾ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ ﴿ "Mahasuci Allah", dari hal-hal yang dinisbatkan kepada Allah dari sesuatu yang tidak pantas dengan keagungannya atau menafikan kesempurnaanNya. ﴾ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ﴿ "Dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik", pada semua urusanku. Bahkan aku hanya menyembah Allah dengan memurnikan agama bagiNya.
#
{109} ثم قال تعالى: {وما أرسلنا من قبلِكَ إلاَّ رجالاً}؛ أي: لم نرسل ملائكةً ولا غيرهم من أصناف الخلق؛ فلأيِّ شيءٍ يَسْتَغْرِبُ قومك رسالتك، ويزعُمون أنه ليس لك عليهم فضلٌ، فلك فيمَنْ قبلك من المرسلين أسوةٌ حسنةٌ. {نوحي إليهم من أهل القُرى}؛ أي: لا من البادية، بل من أهل القرى، الذين هم أكمل عقولاً وأصحُّ آراء، وليتبيَّن أمرهم ويتَّضح شأنهم. {أفلم يسيروا في الأرض}: إذا لم يصدِّقوا لقولك، {فينظروا كيفَ كان عاقبةُ الذين من قبلهم}: كيف أهلكهم اللهُ بتكذيبهم؛ فاحذروا أن تُقيموا على ما قاموا عليه، فيصيبكم ما أصابهم. {ولَدارُ الآخرة}؛ أي: الجنة وما فيها من النعيم المقيم، {خيرٌ للذين اتَّقَوْا}: الله في امتثال أوامره واجتناب نواهيه؛ فإنَّ نعيم الدُّنيا منغَّصٌ منكَّدٌ منقطعٌ، ونعيم الآخرة تامٌّ كامل لا يفنى أبداً، بل هو على الدوام في تزايدٍ وتواصل. عطاءً غير مجذوذ. {أفلا تعقلون}؛ أي: أفلا يكون لكم عقولٌ تؤثر الذي هو خير على الأدنى؟
(109) Selanjutnya Allah berfirman, ﴾ وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ إِلَّا رِجَالٗا ﴿ "Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki", mak-sudnya Kami tidak mengutus dari golongan malaikat dan tidak pula selain mereka dari golongan makhluk-makhluk lainnya. Mengapa kaummu menganggap aneh risalah (yang engkau bawa) dan meng-klaim bahwa dirimu tidak memiliki keutamaan apa pun atas me-reka. Engkau memiliki teladan yang baik dari para rasul yang diutus sebelummu, ﴾ نُّوحِيٓ إِلَيۡهِم مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡقُرَىٰٓۗ ﴿ "yang Kami berikan wahyu kepada me-reka di antara penduduk negeri", maksudnya bukan dari perdusunan. Justru dari penduduk negeri yang mana mereka itu akal-akalnya lebih sempurna dan pikirannya pun lebih akurat, supaya urusan mereka menjadi jelas dan kepentingan mereka menjadi terang. ﴾ أَفَلَمۡ يَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ ﴿ "Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi", jika mereka tidak mempercayai perkataanmu, ﴾ فَيَنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۗ ﴿ "lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)", bagaimana Allah membinasakan mereka atas pendustaan yang mereka lakukan. Maka berhati-hati-lah, (jangan sampai) kalian berkubang pada kebiasaan yang mereka kerjakan, akibatnya kalian akan ditimpa azab yang telah menimpa mereka ﴾ وَلَدَارُ ٱلۡأٓخِرَةِ ﴿ "dan sesungguhnya kampung akhirat", surga de-ngan seisinya berupa kenikmatan yang lestari ﴾ خَيۡرٞ لِّلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْۚ ﴿ "adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa", kepada Allah dengan me-naati perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Karena kenikmatan dunia menyusahkan, menyulitkan, dan pasti akan berhenti. Sedangkan kenikmatan akhirat adalah sempurna, paripurna tidak lenyap selamanya. Bahkan abadi dengan selalu mengalami pertambahan dan kontinyu, dan pemberian yang tiada pernah terputus. ﴾ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ﴿ "Maka tidakkah kamu memikirkannya?" Tidakkah kalian mempunyai akal sehat yang mau mengedepankan sesuatu yang lebih baik daripada yang kenikmatan yang lebih rendah?
Ayah: 110 - 111 #
{حَتَّى إِذَا اسْتَيْأَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَنْ نَشَاءُ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ (110) لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (111)}.
"Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka te-lah didustakan, maka datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari orang-orang yang berdosa. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Ia (al-Qur`an itu) bukan-lah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (Yusuf: 110-111).
#
{110} يخبر تعالى أنه يرسل الرسل الكرام، فيكذِّبهم القوم المجرمون اللئام، وأن الله تعالى يمهلهم ليرجعوا إلى الحقِّ، ولا يزال الله يمهلهم حتى إنَّه تصلُ الحال إلى غاية الشدَّة منهم على الرسل، حتى إنَّ الرسل على كمال يقينهم وشدَّة تصديقهم بوعد الله ووعيده ربَّما أنه يخطُرُ بقلوبهم نوعٌ من الإياس ونوعٌ من ضعف العلم والتصديق؛ فإذا بلغ الأمر هذه الحال؛ {جاءهُم نصرُنا فنُجِّي مَن نشاء}: وهم الرسل وأتباعهم، {ولا يُرَدُّ بأسُنا عن القوم المجرمين}؛ أي: ولا يُرَدُّ عذابنا عمن اجترم وتجرأ على الله؛ فما لهم من قوَّةٍ ولا ناصر.
(110) Allah تعالى memberitahukan bahwa Dia mengutus para rasul yang mulia. Namum kaum yang jahat lagi pencela mendus-takan mereka. Allah masih menyediakan tempo bagi mereka agar kembali menuju kebenaran. Allah senantiasa menangguhkan mereka sampai pada level kekerasan sikap mereka yang dahsyat terhadap para rasul. Sampai-sampai para rasul meski memiliki keyakinan yang sempurna dan kekuatan kepercayaan mereka kepada janji Allah dan ancamanNya, boleh jadi terlintas pada hati mereka ke-putusasaan dan kelemahan dalam ilmu dan kepercayaan. Apabila kondisi mereka sudah mencapai tingkat ini ﴾ جَآءَهُمۡ نَصۡرُنَا فَنُجِّيَ مَن نَّشَآءُۖ ﴿ "datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki." Mereka itu adalah para rasul dan penganut mereka ﴾ وَلَا يُرَدُّ بَأۡسُنَا عَنِ ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡمُجۡرِمِينَ ﴿ "Dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari orang-orang yang berdosa", maksudnya siksaan Kami tidak bisa ditampik dari orang-orang yang berbuat dosa dan nekat (berbuat buruk) terhadap Allah. Tiada kekuatan dan penolong bagi mereka.
#
{111} {لقد كان في قصصهم}؛ أي: قصص الأنبياء والرسل مع قومهم {عبرةٌ لأولي الألباب}؛ أي: يعتبرون بها أهل الخير وأهل الشر، وأنَّ مَن فعل مثلَ فعلهم؛ ناله ما نالهم من كرامة أو إهانة، ويعتبرون بها أيضاً ما لله من صفات الكمال والحكمة العظيمة، وأنَّه الله الذي لا تنبغي العبادة إلاَّ له وحده لا شريك له. وقوله: {ما كان حديثاً يُفْتَرى}؛ أي: ما كان هذا القرآن الذي قصَّ الله به عليكم من أنباء الغيب ما قصَّ من الأحاديث المُفْتَراة المختَلَقَة. {ولكنْ}: كان {تصديقَ الذي بين يديه}: من الكتب السابقة؛ يوافقها ويشهدُ لها بالصحة، {وتفصيلَ كلِّ شيءٍ}: يحتاجُ إليه العباد من أصول الدين وفروعه ومن الأدلَّة والبراهين. {وهدىً ورحمةً لقوم يؤمنون}: فإنَّهم بسبب ما يحصُلُ لهم به من العلم بالحقِّ وإيثاره يحصُلُ لهم الهدى، وبما يحصُلُ لهم من الثواب العاجل والآجل تحصُلُ لهم الرحمة.
(111) ﴾ لَقَدۡ كَانَ فِي قَصَصِهِمۡ ﴿ "Sesungguhnya pada kisah-kisah mere-ka itu", yaitu kisah-kisah para nabi dan rasul bersama kaum mereka ﴾ عِبۡرَةٞ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِۗ ﴿ "terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempu-nyai akal", maksudnya orang-orang yang baik dan orang-orang yang jahat akan memetik pelajaran darinya, dan bahwa siapa saja yang melakukan perbuatan seperti yang mereka kerjakan, maka dia pasti akan menuai kemuliaan atau penghinaan. Mereka juga dapat meng-ambil pelajaran berkaitan dengan sifat-sifat milik Allah yang sem-purna dan hikmah yang agung. Dan bahwasanya Dia-lah Allah yang tidak sepantasnya peribadahan dilakukan melainkan untuk-Nya semata, tidak ada sekutu bagiNya. Firman A l l a h ﴾ مَا كَانَ حَدِيثٗا يُفۡتَرَىٰ ﴿ "ia (al-Qur`an itu) bukanlah cerita yang dibuat-buat", maksudnya, al-Qur`an (yang Allah menceritakan berita-berita ghaib melaluinya kepada kalian) bukanlah termasuk cerita-cerita rekaan yang dibuat-buat. ﴾ وَلَٰكِن ﴿ "akan tetapi", ia ﴾ تَصۡدِيقَ ٱلَّذِي بَيۡنَ يَدَيۡهِ ﴿ "membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya", yaitu kitab-kitab terdahulu (yang diturunkan oleh Allah), al-Qur`an menyelarasi dan mempersaksikan kebenaran kitab-kitab tersebut ﴾ وَتَفۡصِيلَ كُلِّ شَيۡءٖ ﴿ "dan menjelaskan segala sesuatu", yang dibutuhkan oleh para hamba, berupa ushuluddin (pokok-pokok agama) dan cabang-cabangnya yang berupa dalil-dalil dan petunjuk-petunjuk. ﴾ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٗ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ ﴿ "Dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman", karena mereka melalui sebab perolehan ilmu tentang al-haq dan sikap pengutamaannya, menjadikan mereka meraih hidayah. Dan lantaran perolehan pahala yang disegerakan (di dunia ini) dan balasan nantinya (di akhirat), maka mereka pun memper-oleh rahmat (Allah).
PASAL (Pelajaran-pelajaran dari surat Yusuf) (Pembahasan ini) berkaitan dengan penjabaran beberapa pe-lajaran dan faidah yang terkandung oleh kisah yang agung ini, yang mana Allah menyebut di permulaannya, ﴾ نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ أَحۡسَنَ ٱلۡقَصَصِ ﴿ "Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik." (Yusuf: 3). Dan Dia berfirman, ﴾ لَّقَدۡ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخۡوَتِهِۦٓ ءَايَٰتٞ لِّلسَّآئِلِينَ 7 ﴿ "Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya." (Yusuf: 7). Dan di penutupnya Dia berfirman, ﴾ لَقَدۡ كَانَ فِي قَصَصِهِمۡ عِبۡرَةٞ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِۗ ﴿ "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal." (Yusuf: 111), selain faidah yang telah berlalu di sela-sela penjelasan surat. Di antaranya, b Sesungguhnya, kisah ini merupakan kisah terbaik dan paling jelas serta paling nyata, lantaran memuat fase-fase kehidupan, dari satu keadaan menuju keadaan lainnya, dari satu cobaan kepada cobaan lainnya, dari ujian ke pemberian, dari kehinaan menuju ke-muliaan, dari status sebagai budak menjadi penguasa, dari kondisi perselisihan dan cerai-berai menuju kondisi kesatuan dan keutuhan, dari kesedihan menuju kebahagiaan, dari keadaan yang makmur menuju kondisi paceklik, dari kondisi paceklik menuju kondisi ke-makmuran (lagi), dari kesempitan menuju kelapangan, dari peng-ingkaran yang berakhir dengan pengakuan. Mahaberkah Allah Dzat yang mengisahkannya dengan sebaik-baiknya, mendeskripsikan-nya dan menjelaskannya. b Dalam kisah ini, terdapat dasar legalitas pena'biran mimpi. Sesungguhnya ilmu penakwilan mimpi termasuk pengetahuan yang penting yang dianugerahkan Allah kepada hambaNya yang dikehendakiNya. Sesungguhnya kebanyakan pena'biran mimpi bertumpu pada munasabah (relevansi dengan realita) dan musyaba-hah (keserupaan) dalam nama dan sifat. Sesungguhnya mimpi Yusuf yang berupa melihat matahari dan bulan serta sebelas bintang yang sujud kepadanya, tinjauan relevansi dalam mimpi itu adalah, bahwa semua yang bersinar ter-sebut merupakan perhiasan langit, (sumber) keindahan dan keman-faatan. Begitu pula, para nabi dan ulama merupakan perhiasan dan pesona bagi bumi. Dalam kegelapan, mereka menjadi petunjuk se-bagaimana benda-benda yang bersinar bermanfaat menjadi petunjuk arah. Dan (selain itu) karena intinya yaitu ayah dan ibunya. Semen-tara para saudaranya adalah keturunannya. Di antara aspek kore-lasinya adalah inti lebih terang pancaran cahayanya dan lebih besar bentuknya dibandingkan keturunannya. Oleh karena itu, matahari mewakili ibunya, bulan mewakili ayahnya, sedangkan bintang-bin-tang merepresentasikan saudara-saudaranya. Aspek korelasi lainnya, kata asy-Syamsu (matahari) berbentuk mu`annats (perempuan), karena itu mewakili ibunya. Sedangkan qamar (bulan) dan kaukab (bintang) berbentuk mudzakkar (laki-laki), untuk mewakili ayah dan para saudara Yusuf. Sisi relevansi lainnya, orang yang bersujud mengagungkan dan menghormati orang yang disujudi. Orang yang dihormati de-ngan sujud, merupakan sosok yang diagungkan dan dimuliakan. Oleh karenanya, ini menunjukkan bahwa Yusuf akan menjadi anak yang diagungkan dan dimuliakan oleh kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya. Maka di antara kelazimannya adalah bahwa dia akan menjadi seorang yang terpilih dan terdepan dalam ilmu, keutamaan-keutamaan yang mengantarnya ke arah sana. Karena-nya, ayah beliau berkata, ﴾ وَكَذَٰلِكَ يَجۡتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأۡوِيلِ ٱلۡأَحَادِيثِ ﴿ "Dan demikianlah Rabbmu memilih kamu (untuk menjadi nabi) dan mengajarimu sebagian dari ta'bir mimpi-mimpi." (Yusuf: 6). Di antara hubungan kesesuaiannya (al-Munasabah) pada mimpi fatayain (dua pemuda): Mimpi pertama yang disaksikan, yaitu orang yang melihat dirinya memeras anggur untuk dijadikan khamar bahwa orang yang membuat khamar, biasanya menjadi pelayan bagi orang lain. Memeras (buah biasanya) untuk orang lain. Kare-nanya, Yusuf mena'birkannya dengan pekerjaan yang akan pemuda alami nantinya, yaitu memberi minuman tuannya. Keterangan ini mengandung makna ia akan bebas dari penjara. Dan beliau menakwilkan mimpi orang yang melihat dirinya memanggul roti di atas kepalanya (yang sebagian dipatuk oleh seekor burung), dengan penjelasan bahwa kulit kepala dan daging serta otak dari pembawa roti itu akan tampak terlihat oleh burung-burung di sebuah tempat sehingga memungkinkan bagi burung-burung itu untuk mematuk kepalanya. Beliau melihat melalui kondisinya, ia akan terbunuh dan disalib setelah kematiannya. Se-lanjutnya dia akan tampak oleh burung-burung itu, sehingga akan mematuki kepalanya. Itu tidak terjadi kecuali dengan cara menya-libnya setelah terbunuh. Beliau menakwilkan mimpi sang raja, (yang melihat) sapi-sa-pi betina dan bulir-bulir tanaman dengan tahun-tahun yang subur dan masa-masa yang kering kerontang. Sisi relevansinya, bahwa kondisi rakyat dan kemaslahatan mereka berhubungan dengan raja (penguasa). Dengan keshalihannya, keadaan akan menjadi baik, dan (sebaliknya) kondisi akan memburuk dengan keburukan perilaku-nya. Begitu pula, musim-musim menjadi faktor penyebab kebaikan kondisi rakyat dan stabilitas persoalan mata pencaharian mereka atau sebaliknya. Tentang sapi, hewan ini menjadi alat untuk mem-bajak tanah dan menimba air. Apabila kondisi satu tahun subur, maka akan gemuk-gemuk. Apabila sedang mengalami kekeringan, maka akan kurus-kurus. Demikian pula, bulir-bulir tanaman akan tumbuh banyak dan menghijau saat musim subur. Dan dalam kon-disi kekeringan, jumlahnya akan sedikit dan mengering. Dan itu merupakan hasil bumi yang paling bagus. b Adanya bukti-bukti pembenaran tentang kenabian Muham-mad, di mana beliau dapat menceritakan kisah yang panjang ini kepada kaumnya, padahal beliau tidak membaca kitab-kitab umat terdahulu, juga tidak belajar bersama seseorang pun. Kaumnya (Qu-raisy) menyaksikan keberadaan beliau pagi dan petang dalam ke-adaan buta huruf, tidak bisa menulis dan tidak bisa membaca. Se-mentara kisah yang beliau sampaikan persis dengan kronologi yang terdapat di kitab-kitab terdahulu. Beliau tidak bersama mereka, saat mereka membulatkan keputusan untuk memperdayai Yusuf. b Seyogyanya seorang hamba menjauhi faktor-faktor penye-bab yang mendatangkan keburukan dan menyembunyikan perkara yang dikhawatirkan memunculkan bahaya. Ini berdasarkan pernya-taan Ya'qub kepada Yusuf, ﴾ يَٰبُنَيَّ لَا تَقۡصُصۡ رُءۡيَاكَ عَلَىٰٓ إِخۡوَتِكَ فَيَكِيدُواْ لَكَ كَيۡدًاۖ ﴿ "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu ini kepada sau-dara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakanmu)." (Yusuf: 5). b Sesungguhnya diperbolehkan menyebut seseorang dengan sesuatu yang dia benci dalam rangka pemberian nasihat untuk orang lain, berdasarkan Firman Allah, ﴾ فَيَكِيدُواْ لَكَ كَيۡدًاۖ ﴿ "Maka mereka membuat makar (untuk membinasakanmu)." (Yu-suf: 5). b Sesungguhnya kenikmatan Allah bagi hambaNya merupa-kan kenikmatan juga bagi orang-orang yang terkait dengannya, yaitu keluarganya, kaum kerabatnya dan kawan-kawannya. Ka-dang kala, kenikmatan itu mencakup mereka semua, mereka men-dapatkan apa yang diraih oleh seseorang melalui perantaraannya. Seperti yang dikatakan Ya'qub saat menakwilkan mimpi Yusuf, ﴾ وَكَذَٰلِكَ يَجۡتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأۡوِيلِ ٱلۡأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعۡمَتَهُۥ عَلَيۡكَ وَعَلَىٰٓ ءَالِ يَعۡقُوبَ ﴿ "Dan demikianlah Rabbmu memilihmu (untuk menjadi nabi) dan mengajarimu sebagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan menyempurnakan nikmatNya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub." (Yusuf: 6). Tatkala anugerah itu telah terwujud bagi Yusuf, maka keluarga Ya'qub merengkuh kemuliaan dan kekuasaan di bumi, kebahagiaan dan qhibthah terhadap sesuatu yang didapatkan disebabkan Yusuf. b Sesungguhnya perwujudan keadilan dituntut dalam setiap masalah, tidak hanya dalam level interaksi antara penguasa dengan rakyat dan hubungan lain di tingkat bawahnya, bahkan sampai pada etika pergaulan antara seorang ayah dengan anak-anaknya dalam aspek kecintaan, ekstra perhatian dan lainnya. Keteledoran dalam masalah ini akan mengakibatkan urusan menjadi cacat dan keadaan berubah menjadi rusak. Oleh karenanya, ketika Ya'qub lebih mencintai Yusuf dan mengistimewakannya daripada saudara-saudaranya, maka terjadilah pada diri mereka, ayah mereka dan saudara mereka sesuatu yang telah berlalu. b Keharusan mewaspadai efek buruk dosa-dosa, dan bahwa-sanya dosa satu saja akan menyeret munculnya dosa-dosa lainnya yang bermacam-macam, yang mana pelakunya tidak merasa sem-purna melainkan dengan berbagai tindak kejahatan. b Saudara-saudara Yusuf, tatkala hendak memisahkannya dari sang ayah, mereka mengupayakan berbagai rekayasa untuk itu dan menyampaikan pernyataan dusta berulang kali, dan memalsukan baju dan darah yang dilumurinya di hadapan sang ayah, serta datang di malam hari dengan isak tangisan. Tidak mustahil, bahwa sudah banyak usaha yang direncanakan di waktu tersebut. Bahkan mungkin saja, hal itu berlangsung hingga saat mereka berkumpul bersama dengan Yusuf. Semakin banyak rencana, maka semakin banyak pula kedustaan dalam berbicara dan pemalsuan kabar. Ini-lah implikasi bahaya dosa dan efek-efek (buruknya) yang mengiri-nginya, yang telah berlalu dan akan muncul nantinya. b Parameter untuk menilai kondisi seseorang bertumpu pada kesempurnaan di penghujung hayatnya, bukan pada permulaan kehidupannya yang masih ada kekurangannya. Sesungguhnya, anak-anak Ya'qub عليه السلام, melewati peristiwa yang telah terjadi di awalnya, yang termasuk menjadi penyebab penting kekurangan dan celaan pada mereka. Selanjutnya, perjalanan hidup mereka berakhir dengan taubat nashuha dan pemberian maaf penuh dari Yusuf dan ayah mereka (atas kesalahan-kesalahan mereka), panja-tan doa ampunan dan curahan rahmat bagi mereka. Bila seseorang sudah memberikan (maaf) atas haknya (tidak menuntutnya), maka Allah adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Oleh karenanya, atas dasar pendapat yang paling shahih, mereka (juga) berstatus nabi, berdasarkan Firman Allah تعالى, ﴾ وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ وَٱلۡأَسۡبَاطِ ﴿ "Dan Kami memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya`qub dan anak-cucunya." (An-Nisa`: 163) Mereka adalah anak-anak Ya'qub yang berjumlah dua belas orang dan keturunannya. Di antara indikasi yang menunjukkan ke arah sana, bahwa dalam mimpi Yusuf, ia menyaksikan mereka menjelma bintang-bintang yang gemerlapan. Bintang-bintang itu mempunyai cahaya dan bisa dijadikan petunjuk (jalan), yang me-rupakan ciri khas para nabi. Apabila mereka bukan para nabi, maka mereka (paling tidak) adalah para ulama yang menunjukkan jalan kepada kebenaran. b Penjelasan tentang karunia yang Allah curahkan kepada Yusuf عليه السلام, yang berbentuk ilmu, perilaku bijak, dan budi pekerti yang luhur, serta komitmen untuk berdakwah kepada Allah, mu-dah memaafkan para saudaranya yang berbuat salah kepadanya sebelum mereka meminta maaf. Beliau menyempurnakan sikap ini dengan tidak mencaci dan mencela mereka atas perbuatan yang pernah dilakukan, juga tentang bakti beliau yang besar terhadap kedua orang tuanya, mencurahkan kebaikan kepada saudara-sau-daranya, bahkan kepada seluruh manusia. b Bahwa sebagian kejelekan itu lebih ringan daripada kejelek-an yang lain. Menerjang kejelekan yang kandungan bahayanya lebih ringan lebih baik ketimbang melakukan yang lebih berat baha-yanya. Karena, para saudara Yusuf tatkala bersepakat bulat untuk membunuh Yusuf atau membuangnya di suatu tempat, salah se-orang dari mereka mengusulkan, ﴾ لَا تَقۡتُلُواْ يُوسُفَ وَأَلۡقُوهُ فِي غَيَٰبَتِ ٱلۡجُبِّ ﴿ "Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur." (Yusuf: 10). Usulannya lebih baik dan lebih ringan (bahayanya) daripada gagasan mereka. Karena itu, menjadi ringanlah dosa besar yang ditanggung para saudaranya. b Segala sesuatu yang telah berpindah tangan dan berubah menjadi bagian dari harta kekayaan, tanpa diketahui bahwa cara perolehannya tidak dibenarkan oleh syariat, maka tidak ada dosa bagi orang yang memperjualbelikan, mempekerjakan, memanfaat-kan atau memakainya secara langsung. Sesungguhnya Yusuf dijual oleh para saudaranya dengan cara yang haram, yang tidak boleh dilakukan. Sesudah itu, kafilah (yang membelinya) membawanya menuju Mesir dan menjualnya di sana. Maka, dia pun tinggal ber-sama tuannya sebagai seorang anak yang terpasung (budak sahaya). Namun Allah menyebut beliau sebagai sayyid (tuan). Bersama me-reka, beliau layaknya budak kecil yang terhormat. b Peringatan (bahaya) berduaan dengan kaum wanita yang dikhawatirkan timbul fitnah dari mereka, demikian juga peringatan akan bahaya getaran cinta yang ditakutkan memantik bahaya. Se-sungguhnya istri al-Aziz telah mengalami peristiwa tersebut lan-taran bersendirian bersama Yusuf, dan rasa cintanya kepada Yusuf yang sangat mendalam, yang menyebabkan Yusuf tidak berkutik untuk meninggalkannya sampai akhirnya wanita itu membujuknya dengan model seperti itu, berdusta atas namanya, hingga dipenja-rakan dalam waktu yang panjang. b Hasrat yang muncul pada Yusuf terhadap wanita tersebut yang kemudian dia singkirkan karena Allah, menjadi salah satu tangga yang mengangkatnya kepada Allah menuju kedudukan yang dekat denganNya. Sebab dorongan hasrat merupakan bagian dari bisikan jiwa yang mengajak kepada kejelekan. Hal tersebut sudah menjadi perkara yang lumrah bagi kebanyakan orang. Saat beliau membandingkannya dengan mahabbatullah (rasa cinta kepada Allah) dan rasa takut kepadaNya, ternyata kecintaan dan ketakutan-nya kepada Allah mampu menumbangkan godaan jiwa dan hawa nafsu. Maka beliau termasuk kalangan orang-orang, ﴾ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ 40 ﴿ "yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari ke-inginan hawa nafsunya," (An-Nazi'at: 40), dan masuk kategori tujuh golongan yang akan Allah naungi di ba-wah naungan ArasyNya, pada hari yang tiada naungan melainkan naunganNya. Salah satu dari mereka, yakni seorang lelaki yang di-ajak oleh seorang wanita cantik lagi berkedudukan (untuk berbuat zina), tapi dia menjawab, "Saya takut kepada Allah."[8] Bentuk keinginan yang dicela dari seorang hamba, yaitu ke-inginan yang terus menguntitnya dan berubah menjadi tekad bulat. Terkadang diiringi dengan tindakan nyata. b Insan yang sudah dimasuki keimanan pada hatinya, di mana dia seorang yang ikhlas karena Allah pada semua tindak-tanduk-nya, maka Allah akan menyingkirkan berbagai macam kejelekan, perbuatan keji dan maksiat (dari dirinya) dengan kekuatan iman-nya dan kemurnian ikhlasnya, sebagai balasan baik bagi keimanan dan keikhlasannya. Hal ini berdasarkan Firman Allah, ﴾ وَهَمَّ بِهَا لَوۡلَآ أَن رَّءَا بُرۡهَٰنَ رَبِّهِۦۚ كَذَٰلِكَ لِنَصۡرِفَ عَنۡهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلۡفَحۡشَآءَۚ إِنَّهُۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُخۡلَصِينَ 24 ﴿ "Dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Rabbnya. Demikianlah agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih," (Yusuf: 24), ayat ini bermakna ikhlash dengan mendasarkan pada bacaan qira`ah imam yang membacanya dengan mengkasrahkan huruf lam (minal mukhlishin). Sedangkan bila bertumpu pada bacaan imam yang membacanya dengan fathah (mukhlash: yang dipilih, yang dikhusus-kan), maka itu berasal dari keikhlasan yang Allah limpahkan kepa-danya. Karunia ini memuat potensi keikhlasan pada dirinya. Tatkala dia mengikhlaskan amalannya hanya untuk Allah semata, maka Allah menjadikannya ikhlas dan membebaskannya dari segala ke-jelekan dan kekejian. b Sepatutnya seorang hamba jika menyaksikan suatu tempat yang mengandung fitnah dan faktor-faktor penggoda untuk berbuat maksiat agar bergegas pergi dan lari (darinya) sekuat mungkin, su-paya dia dapat terbebaskan dari maksiat itu. Sebab Yusuf عليه السلام tatkala wanita yang berada di dalam rumah menggodanya, maka beliau lari untuk mencari pintu keluar, agar selamat dari kejelekannya. b Bahwa qarinah (konteks) dipraktikkan ketika ada kemiripan. Jika suami istri bertikai memperebutkan tentang perkakas rumah, maka barang yang pantas dimiliki seorang lelaki, menjadi miliknya. Dan barang yang sepantasnya dimiliki seorang wanita, menjadi haknya. Ketetapan ini dilakukan bila tidak ada bukti. Begitu pula, bila seorang tukang kayu berselisih dengan tukang besi mengenai hak kepemilikan suatu alat kerja tanpa ada bukti, maka pengecekan berdasarkan kemiripan dan bekas pengaruhnya adalah termasuk dalam pembahasan ini. Sesungguhnya saksi (ahli yang membela) Yusuf, dia bersaksi berdasarkan konteks yang menyertai dan mengambil keputusan atas dasar itu melalui robeknya baju Yusuf. Ia mengambil petunjuk robeknya baju Yusuf di bagian belakang atas kejujuran Yusuf dan kedustaan wanita itu. Di antara petunjuk yang memperkuat kaidah ini, bahwa Yusuf mengambil petunjuk dengan keberadaan piala raja di karung saudaranya (Bunyamin) untuk menetapkan perbuatan pencurian pada dirinya tanpa menyertakan bukti persaksian atau pengakuan. Atas dasar ini, bila barang curian ditemukan di tangan pencuri, khususnya orang itu terkenal suka mencuri, maka dihu-kumi sebagai pelaku pencurian. Keputusan berdasarkan ini lebih tuntas dibandingkan persaksian. Begitu pula, jika ada seorang lelaki yang muntah-muntah me-ngeluarkan arak, atau wanita hamil tanpa suami atau tuan, maka dengan dasar semacam ini, hukuman pidana dilangsungkan selama tidak ada faktor yang menghalangi pelaksanaannya. Oleh karena-nya, Allah menyebut hukum itu sebagai syahid (saksi). Allah ber-firman, ﴾ وَشَهِدَ شَاهِدٞ مِّنۡ أَهۡلِهَآ ﴿ "Dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberi kesaksian." (Yusuf: 26). b (Pembuktian) kekuatan pesona keelokan Yusuf secara lahir dan batin. Ketampanan fisiknya mengakibatkan peristiwa itu terjadi pada wanita itu di dalam rumahnya, dan (peristiwa) pada para wanita yang telah Zulaikha kumpulkan usai mereka mencelanya atas kejadian itu, sampai mereka mengiris-iris tangan mereka sen-diri. Mereka berkata, ﴾ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا مَلَكٞ كَرِيمٞ 31 ﴿ "Ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah ma-laikat yang mulia." (Yusuf: 31). Keindahan batin beliau, yaitu sifat iffah (penjagaan kehormatan diri) yang besar dari godaan maksiat, kendatipun terdapat banyak faktor yang dapat menyeretnya terjerumus kepada maksiat itu dan persaksian istri al-Aziz dan para wanita mengenai kesuciannya setelah itu. Karena itu, istri al-Aziz berkata, ﴾ وَلَقَدۡ رَٰوَدتُّهُۥ عَن نَّفۡسِهِۦ فَٱسۡتَعۡصَمَۖ ﴿ "Sesungguhnya aku telah menggodanya untuk menundukkan di-rinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak" (Yusuf: 32). Setelah itu, dia mengatakan, ﴾ ٱلۡـَٰٔنَ حَصۡحَصَ ٱلۡحَقُّ أَنَا۠ رَٰوَدتُّهُۥ عَن نَّفۡسِهِۦ وَإِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ 51 ﴿ "Sekarang jelaslah kebenaran itu. Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar." (Yusuf: 51). Sedangkan para wanita itu menyatakan, ﴾ حَٰشَ لِلَّهِ مَا عَلِمۡنَا عَلَيۡهِ مِن سُوٓءٖۚ ﴿ "Mahasempurna Allah, kami tiada mengetahui suatu keburukan pun padanya." (Yusuf: 51). b Bahwa Yusuf عليه السلام lebih memilih menghuni penjara daripada berbuat maksiat. Memang demikianlah seharusnya seorang hamba, bila dihadapkan pada dua pilihan ujian: berbuat maksiat atau hu-kuman duniawi, maka hendaklah dia memilih sanksi duniawi ke-timbang menerjang dosa yang akan mendatangkan hukuman berat di dunia dan akhirat. Karena itulah, termasuk dari tanda keimanan dari seorang hamba adalah benci kembali kepada kekufuran setelah dia diselamatkan Allah darinya sebagaimana dia benci dicampak-kan ke dalam api. b Seharusnya seorang hamba selalu mencari perlindungan kepada Allah dan bernaung di bawah naunganNya saat pemicu-pemicu maksiat dan berlepas diri dari (kepercayaan) pada daya dan kekuatan pribadinya (tanpa campur tangan Allah). Hal ini berda-sarkan perkataan Yusuf, ﴾ وَإِلَّا تَصۡرِفۡ عَنِّي كَيۡدَهُنَّ أَصۡبُ إِلَيۡهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ 33 ﴿ "Dan jika tidak Engkau hindarkan dariku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (Yusuf: 33). b Sesungguhnya ilmu dan akal akan mengajak pemiliknya ke-pada kebaikan dan menahannya dari kejelekan. Dan (sebaliknya) kebodohan akan menyeret orang untuk mengikuti bisikan hawa nafsunya, walaupun merupakan maksiat yang berbahaya bagi pe-lakunya. b Bahwasanya, sebagaimana seorang hamba berkewajiban menghambakan diri kepada Allah di masa-masa senang, maka dia pun berkewajiban mengabdikan dirinya kepada Allah di masa-masa sulit. Yusuf tetap saja memanjatkan doa kepada Allah. Tatkala beliau masuk penjara, beliau tetap konsisten melakukannya. Beliau pun mendakwahi dua remaja (yang bersamanya di dalam penjara) ke-pada tauhid dan melarang mereka berdua dari praktik syirik. Ter-masuk cerminan kecerdasan beliau adalah ketika beliau menyaksi-kan adanya respon positif mereka terhadap dakwah, dalam wujud persangkaan baik mereka terhadap beliau, dan keduanya berkata kepada beliau, ﴾ إِنَّا نَرَىٰكَ مِنَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ 36 ﴿ "Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang-orang yang pandai (mena'birkan mimpi)." (Yusuf: 36). Keduanya mendatangi beliau untuk tujuan pena'biran mimpi yang mereka alami lalu sangat antusias menyimaknya, beliau me-mandang indikasi ini sebagai kesempatan yang harus dimanfaat-kan. Selanjutnya beliau menyeru mereka kepada Allah تعالى sebelum mena'birkan mimpi mereka. Supaya lebih sukses untuk merealisa-sikan tujuan dan lebih mendekatkan kepada tercapainya sasaran yang diinginkan. Pertama-tama, beliau menjelaskan bahwa aspek yang meng-antarkannya sampai pada level yang mereka saksikan pada beliau, berupa kesempurnaan jiwa dan ilmu ialah keimanan, dan tauhid beliau serta antipati beliau terhadap ajaran agama orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Pernyataan ini (sejatinya) merupakan dakwah kepada mereka melalui tindakan konkret. Be-rikutnya beliau mendakwahi mereka dengan bahasa verbal. Beliau menjelaskan keburukan syirik disertai bukti-bukti penguatnya, dan (memaparkan) hakikat tauhid dan bukti-bukti penguatnya. b Sesungguhnya Yusuf memulai dengan perkara yang penting lalu kepada yang paling penting. Seorang mufti bila ditanya oleh seseorang, yang mempunyai kebutuhan yang lebih mendesak dari-pada muatan pertanyaannya, maka hendaklah dia mengajari hal-hal yang diperlukan orang tersebut sebelum menjawab pertanyaan-nya. Ini menjadi tanda ketulusan hati pendidik, dan kecerdikannya, serta kecakapannya dalam mengarahkan dan mendidik. Sesungguh-nya Yusuf ketika ditanya tentang mimpi oleh dua pemuda, maka beliau mengawali dengan dakwah seruan kepada Allah semata, tiada sekutu bagiNya kepada mereka. b Orang yang terjerumus dalam perkara yang tidak baik dan kesulitan, tidak masalah baginya untuk meminta pertolongan ke-pada orang yang mempunyai kemampuan membebaskannya (dari masalah itu) atau memberitahukan keadaannya. Ini bukan bagian menyampaikan keluhan kepada manusia. Akan tetapi, termasuk perkara-perkara lumrah, sudah menjadi kebiasaan saling tolong menolong antar sesama manusia satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara dua pemuda itu, ﴾ ٱذۡكُرۡنِي عِندَ رَبِّكَ ﴿ "Terangkan keadaanku kepada tuanmu." (Yusuf: 42). b Seyogyanya dan lebih ditekankan lagi pada seorang guru adalah aspek realisasi ikhlas yang sempurna dalam proses penga-jaran. Jangan sampai ia menjadikannya sebagai sarana untuk meng-harapkan timbal-balik dari seseorang, baik berkaitan dengan harta, jabatan dan jasa. Dan janganlah ia menolak untuk mengajar atau menasihati, bila penanya tidak mengerjakan beban yang dipikulkan padanya oleh sang pendidik. Sesungguhnya Yusuf عليه السلام telah menga-takan dan berpesan kepada salah seorang pemuda (yang bersama-nya di penjara) untuk menerangkan kondisinya kepada tuannya. Akan tetapi, ia tidak ingat dan lupa. Ketika muncul kebutuhan me-reka untuk bertanya kepada Yusuf, mereka pun mengutus pemuda itu, dia datang dengan bertanya, meminta fatwa tentang mimpi raja. Yusuf tidak mencercanya, tidak menjelek-jelekkannya lantaran meninggalkan pesannya (kepada tuannya). Justru beliau langsung menjawabnya dengan komplet dari seluruh sisi. b Seyogyanya orang yang ditanya menuntun penanya akan perkara yang berguna baginya, yang bertalian dengan inti pertanya-annya dan mengarahkannya kepada jalan yang akan bermanfaat baginya dalam agama maupun dunianya. Sesungguhnya tindakan ini termasuk sebagian dari kesempurnaan ketulusan hatinya, kecer-dikan dan kecakapan dalam pengarahan. Sesungguhnya Yusuf عليه السلام tidak hanya sebatas menakwilkan mimpi raja. Bahkan dia –bersama dengan itu- menunjukkan kebijakan yang mesti mereka kerjakan pada tahun-tahun yang subur, dengan memperbanyak penanaman dan pemungutan hasil. b Seseorang tidak (layak) dicela dalam usaha menepis tuduhan dari dirinya dan mencari kebebasan diri darinya. Bahkan upaya itu terpuji. Seperti penolakan Yusuf untuk keluar dari penjara sehingga jelaslah bersihnya reputasi namanya bagi mereka dari keterlibatan dengan para wanita yang memotong-motong tangan mereka. b Penjelasan keutamaan ilmu, (yaitu) ilmu hukum-hukum dan syariat, dan ilmu penakwilan mimpi, serta ilmu manajemen dan pendidikan. (Penguasaan) ilmu-ilmu itu lebih utama bagi seseorang ketimbang penampilan lahiriah, meskipun ketampanannya menya-mai ketampanan Yusuf. Sesungguhnya Yusuf malah mengalami ujian dan dijebloskan penjara karena ketampanannya. Sementara itu, karena ilmunya, dia memperoleh kemuliaan, ketinggian derajat dan memegang kekuasaan di bumi. Sesungguhnya setiap kebaikan di dunia dan akhirat adalah atas pengaruh ilmu dan faktor-faktor pendukungnya. b Sesungguhnya ilmu penakwilan mimpi termasuk ilmu syar'i, pemiliknya memperoleh pahala atas (ketekunannya) dalam mem-pelajari dan mengajarkannya, dan bahwa penakwilan mimpi terma-suk ke dalam ranah pemberian fatwa. Hal ini berdasarkan perkataan Yusuf kepada pemuda itu, ﴾ قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ ٱلَّذِي فِيهِ تَسۡتَفۡتِيَانِ 41 ﴿ "Telah terjawab perkara yang kamu tanyakan (kepadaku)." (Yusuf: 41). Dan raja berkata, ﴾ أَفۡتُونِي فِي رُءۡيَٰيَ ﴿ "Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu." (Yusuf: 43). Dan pemuda itu berkata kepada Yusuf, ﴾ أَفۡتِنَا فِي سَبۡعِ بَقَرَٰتٖ ﴿ "Terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi…." (Yusuf: 46). Maka tidak boleh lancang mena'birkan mimpi tanpa dasar ilmu. b Sesungguhnya tidak masalah seseorang memberitahukan tentang (kecakapan) dirinya yang berbentuk sifat-sifat yang sem-purna, berupa ilmu dan amal jika menyebabkan kemaslahatan. Se-lama hamba tersebut tidak berniat untuk riya (pamer) dan selamat dari kedustaan, berdasarkan perkataaan Yusuf, ﴾ ٱجۡعَلۡنِي عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلۡأَرۡضِۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٞ 55 ﴿ "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan." (Yusuf: 55). Begitu pula, (memegang) jabatan tidak tercela, jika pemegang-nya melaksanakan sesuai dengan kemampuannya yang berkaitan dengan hak-hak Allah dan hak-hak sesama manusia, dan bahwa tidak masalah memintanya bila dia adalah orang yang paling besar kecakapannya daripada orang lain. Sisi celaannya muncul, bila tidak ada kecakapan pada dirinya atau masih ada orang lain yang sebanding dengannya atau bahkan lebih tinggi (keahliannya) dari-padanya, atau dia tidak berniat untuk menegakkan perintah Allah. Dengan sebab-sebab ini, meminta jabatan dan menawarkan diri padanya adalah dilarang (dalam agama). b Sesungguhnya Allah Mahaluas kemurahan dan kemuliaan-Nya, bermurah hati kepada hambaNya dengan (mengucurkan) kebaikan dunia dan akhirat, dan bahwa kebaikan akhirat itu mem-punyai dua faktor (yang mendatangkannya): keimanan dan ketak-waan, dan bahwa ia lebih baik dibandingkan balasan duniawi dan kerajaannya, dan bahwa seorang hamba seharusnya mendakwahi dirinya, dan menjadikannya merindukan balasan dari Allah. Jangan membiarkan dirinya dirundung kesedihan ketika menyaksikan hamba dunia bergelimang dengan nikmat dunia dan kelezatannya, sementara dia tidak mampu melakukannya. Akan tetapi, hendak-lah dia menghibur hatinya dengan pahala Allah di akhirat dan ke-utamaannya yang agung, berdasarkan Firman Allah, ﴾ وَلَأَجۡرُ ٱلۡأٓخِرَةِ خَيۡرٞ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ 57 ﴿ "Dan pahala akhirat lebih baik bagi orang-orang yang beriman sedang mereka dalam keadaan bertakwa." (Yusuf: 57). b Sesungguhnya pungutan pajak kekayaan jika dimaksudkan untuk memberikan kelonggaran (ekonomi) bagi manusia tanpa me-nimbulkan bahaya yang dapat mengenai mereka, tidaklah masalah. Yusuf memerintahkan mereka untuk mengambil pajak kekayaan dan makanan-makanan di musim-musim subur sebagai persiapan menghadapi tahun-tahun paceklik. Kebijakan ini tidak bertentangan dengan tawakal kepada Allah. Bahkan seorang hamba harus berta-wakal kepada Allah dan menempuh sebab-sebab yang mendatang-kan manfaat dalam agama dan duniawinya. b Kecakapan Yusuf dalam pengelolaan. Beliau memegang kendali perbendaharaan negara sehingga kekayaan menjadi melim-pah bagi mereka. Akibatnya, orang-orang dari berbagai tempat ber-bondong-bondong ke Mesir untuk mencari bahan makanan. Karena mereka tahu adanya suplai berlimpah padanya. Bahkan kecakapan beliau, sampai tingkat bahwa beliau tidaklah menimbangkan bagi seseorang kecuali sesuai kadar kebutuhannya atau kurang darinya. Setiap yang datang tidak menerima lebih dari timbangan unta dan beban yang bisa diangkatnya. b Disyariatkannya menyambut tamu, dan penyambutan itu termasuk kebiasaan para rasul dan cara menghormati tamu. Hal ini berdasarkan perkataan Yusuf kepada para saudaranya, ﴾ أَلَا تَرَوۡنَ أَنِّيٓ أُوفِي ٱلۡكَيۡلَ وَأَنَا۠ خَيۡرُ ٱلۡمُنزِلِينَ 59 ﴿ "Tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan, dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu?" (Yusuf: 59). b Sesungguhnya berprasangka buruk karena keberadaan qa-rinah yang mendukungnya, bukanlah tindakan yang terlarang maupun diharamkan. Karena Ya'qub berkata kepada anak-anaknya setelah enggan melepaskan Yusuf bersama mereka, sampai akhir-nya mereka berusaha membujuknya dengan usaha yang sangat gi-gih. Setelah itu, beliau berkata kepada mereka setelah mereka tidak membawanya kembali (pulang) dan berdusta bahwa serigala telah memangsanya, ﴾ بَلۡ سَوَّلَتۡ لَكُمۡ أَنفُسُكُمۡ أَمۡرٗاۖ ﴿ "Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu." (Yusuf: 83). Beliau berkata kepada mereka mengenai saudaranya yang lain, ﴾ هَلۡ ءَامَنُكُمۡ عَلَيۡهِ إِلَّا كَمَآ أَمِنتُكُمۡ عَلَىٰٓ أَخِيهِ مِن قَبۡلُ ﴿ "Bagaimana (mungkin) aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu melainkan sebagaimana aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu." (Yusuf: 64). Berikutnya, ketika Yusuf menahannya (Bunyamin) lalu sau-dara-saudaranya menghampiri ayah mereka, maka Ya'qub berkata, ﴾ بَلۡ سَوَّلَتۡ لَكُمۡ أَنفُسُكُمۡ أَمۡرٗاۖ ﴿ "Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu." (Yusuf: 83). Pada kejadian yang terakhir –walaupun mereka tidak mela-kukan keteledoran–, sungguh telah terjadi peristiwa yang mengaki-batkan ayah mereka mengatakan perkataan yang sudah terlontar-kan, tanpa menyebabkan dosa ataupun kesalahan. b Menggunakan faktor penyebab yang dapat menangkal pe-ngaruh buruk al-'ain (penyakit pandangan mata yang hasad) atau kejelekan lainnya atau yang dapat menyelesaikan masalah itu sete-lah terjadi bukanlah perbuatan yang terlarang, bahkan hukumnya jaiz (boleh). Meskipun sesuatu itu tidaklah terjadi melainkan karena ketetapan dan takdir Allah. Hanya saja, usaha-usaha tersebut juga masuk dalam ketetapan dan takdir Allah, ini berdasarkan perintah Ya'qub di mana beliau berkata, ﴾ يَٰبَنِيَّ لَا تَدۡخُلُواْ مِنۢ بَابٖ وَٰحِدٖ وَٱدۡخُلُواْ مِنۡ أَبۡوَٰبٖ مُّتَفَرِّقَةٖۖ ﴿ "Hai anak-anakku, janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlainan." (Yusuf: 67). b Bolehnya memanfaatkan tipu daya yang dapat mengantar-kan pada peraihan hak-hak dan bahwa mengetahui cara-cara raha-sia yang dapat merealisasikan tujuan-tujuan adalah termasuk aspek yang membuat seorang hamba dipuji. Yang terlarang ialah, me-munculkan rekayasa untuk menggugurkan kewajiban atau berbuat haram. b Seyogyanya seseorang yang ingin mengalihkan perhatian orang lain pada sebuah masalah yang tidak ingin diketahui (oleh orang lain), agar menggunakan ucapan atau perbuatan kiasan (al-ma'aridh) yang menjaganya dari k