TAFSIR SURAT AL-FAJR
( Waktu Fajar )
TAFSIR SURAT AL-FAJR
( Waktu Fajar )
Makkiyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
{وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2) وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ (3) وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ (4) هَلْ فِي ذَلِكَ قَسَمٌ لِذِي حِجْرٍ (5)}.
"Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil, dan malam bila berlalu. Pada yang demikian itu ter-dapat sumpah
(yang dapat diterima) oleh orang-orang yang ber-akal."
(Al-Fajr: 1-5).
#
{1 ـ 5} الظاهر أن المقسم عليه هو المقسَم به ، وذلك جائزٌ مستعملٌ إذا كان أمراً ظاهراً مهمًّا، وهو كذلك في هذا الموضع. أقسم تعالى بالفجر، الذي هو آخرُ الليل ومقدِّمة النهار؛ لما في إدبار الليل وإقبال النهار من الآيات الدالَّة على كمال قدرة الله تعالى، وأنَّه تعالى هو المدبِّر لجميع الأمور، الذي لا تنبغي العبادة إلاَّ له. ويقع في الفجر صلاةٌ فاضلةٌ معظَّمة يَحْسُنُ أن يُقسم الله بها، ولهذا أقسم بعده بالليالي العشر، وهي على الصحيح ليالي عشر رمضان أو عشر ذي الحجَّة ؛ فإنَّها ليالٍ مشتملةٌ على أيَّام فاضلةٍ، ويقع فيها من العبادات والقُرُبات ما لا يقع بغيرها. وفي ليالي عشر رمضان ليلة القدر، التي هي خيرٌ من ألف شهر، وفي نهارها صيامُ آخر رمضان، الذي هو أحد أركان الإسلام العظام. وفي أيَّام عشر ذي الحجَّة الوقوف بعرفة، الذي يغفر الله فيه لعباده مغفرةً يحزن لها الشيطان؛ فإنَّه ما رُئي الشيطان أحقر ولا أدحر منه في يوم عرفة ؛ لما يرى من تنزُّل الأملاك والرحمة من الله على عباده ، ويقع فيها كثيرٌ من أفعال الحجِّ والعمرة، وهذه أشياء معظَّمة مستحقَّة أن يقسم الله بها، {والليل إذا يَسْرِ}؛ أي: وقت سريانه وإرخائه ظلامه على العباد، فيسكنون ويستريحون ويطمئنُّون رحمةً منه تعالى وحكمةً. {هل في ذلك}: المذكور، {قَسَمٌ لذي حِجْرٍ}؛ أي: لذي عقل؟ نعم بعضُ ذلك يكفي لمن كان له قلبٌ أو ألقى السمع وهو شهيدٌ.
(1-5) Zahirnya, apa yang disumpahkan itulah yang men-jadi obyek sumpah. Hal ini boleh dan lazim digunakan bila obyek sumpah berupa sesuatu yang zahir dan penting. Dan seperti itu juga dalam ayat ini. Allah سبحانه وتعالى bersumpah dengan waktu fajar, yaitu penghujung malam dan permulaan siang. Karena di waktu akhir malam dan di permulaan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى yang menunjukkan kekuasaanNya yang sempurna. Dia-lah yang mengatur seluruh hal, yang hanya kepadaNya-lah ibadah layak ditunaikan. Di saat fajar, terdapat shalat utama lagi diagung-kan yang baik untuk dijadikan sebagai obyek sumpah oleh Allah سبحانه وتعالى. Karena itu, setelahnya Allah سبحانه وتعالى bersumpah dengan sepuluh malam yang menurut pendapat yang benar adalah sepuluh malam di bulan Ramadhan atau sepuluh hari di bulan Dzulhijah.
[142] Karena malam-malam tersebut mencakup hari-hari mulia, yang di dalam-nya berlaku berbagai macam ibadah dan pendekatan diri yang tidak terdapat pada waktu lain. Pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan terdapat malam lailatul qadar, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan dan pada siang harinya terdapat puasa di akhir bulan Ramadhan yang merupakan salah satu rukun Islam yang agung. Pada sepuluh hari di bulan Dzulhijjah terdapat wuquf di Arafah yang pada saat itu Allah سبحانه وتعالى memberikan ampunan kepada para hambaNya yang membuat setan sedih. Setan tidak terlihat lebih hina dan kalah melebihi kehinaan dan kekalahannya di hari Arafah
[143] karena banyaknya malaikat dan rahmat yang turun dari Allah سبحانه وتعالى untuk para hambaNya. Pada hari itu, kebanyakan ke-giatan haji dan umrah dilakukan. Semua itu adalah hal-hal agung yang berhak dijadikan sumpah oleh Allah سبحانه وتعالى.
﴾ وَٱلَّيۡلِ إِذَا يَسۡرِ
﴿ "Dan demi malam bila berlalu," yakni saat berlalu dan menurunkan kegelapannya atas manusia sehingga mereka menjadi tenang, nyaman, dan tentram sebagai rahmat dan hikmah dari Allah سبحانه وتعالى. ﴾ هَلۡ فِي ذَٰلِكَ
﴿ "Pada yang demikian itu," yang disebutkan sebelumnya, ﴾ قَسَمٞ لِّذِي حِجۡرٍ ﴿ "terdapat sumpah
(yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal," yakni untuk orang yang berakal sehat. Ya, sebagian dari hal itu cukup bagi orang yang memiliki akal atau mendengar sebagai yang menyaksikan.
{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ (6) إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ (7) الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ (8) وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ (9) وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ (10) الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ (11) فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ (12) فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ (13) إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ (14)}.
"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Rabbmu berbuat terhadap kaum 'Ad?
(Yaitu) penduduk Iram yang mempu-nyai bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun
(suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain, dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu yang besar di lembah, dan kaum Fir'aun yang mempunyai pasak-pasak
(tentara yang banyak), yang berbuat sewenang-wenang dalam negerinya, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu Rabbmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi."
(Al-Fajr: 6-14).
#
{6 ـ 14} يقول تعالى: {ألم تر}: بقلبك وبصيرتك، {كيف فَعَلَ}: بهذه الأمم الطاغية، عاد وهي {إرم}: القبيلة المعروفة في اليمن، {ذات العِماد}؛ أي: القوَّة الشديدة والعتوِّ والتجبُّر، {التي لم يُخْلَقْ مثلُها في البلاد} ؛ أي: في جميع البلدان في القوَّة والشدَّة؛ كما قال لهم نبيُّهم هودٌ عليه السلام: {واذكُروا إذْ جَعَلَكُم خُلَفاء من بعدِ قوم نوح وزادَكُم في الخَلْقِ بَسْطَةً فاذكُروا آلاء الله لعلَّكُم تفلِحونَ}. {وثمودَ الذين جابوا الصَّخْر بالواد}؛ أي: وادي القرى؛ نحتوا بقوَّتهم الصخور فاتَّخذوها مساكن، {وفرعونَ ذي الأوتادِ}؛ أي: ذي الجنود الذي ثبَّتوا ملكه كما تثبت الأوتاد [و] ما يراد إمساكه بها، {الذين طَغَوْا في البلاد}: هذا الوصف عائدٌ إلى عادٍ وثمودَ وفرعونَ ومن تَبِعَهم؛ فإنَّهم طَغَوْا في بلاد الله، وآذوا عباد الله في دينهم ودنياهم. ولهذا قال: {فأكثروا فيها الفسادَ}: وهو العمل بالكفر وشعبه من جميع أجناس المعاصي، وسعوا في محاربة الرُّسُل وصدِّ الناس عن سبيل الله، فلما بلغوا من العتوِّ ما هو موجبٌ لهلاكهم؛ أرسل الله عليهم من عذابه ذَنُوباً وسوطَ عذاب، {إنَّ ربَّك لبالمرصادِ}: لمن يعصيه ؛ يمهِلُه قليلاً ثم يأخُذُه أخذَ عزيزٍ مقتدرٍ.
(6-14) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ أَلَمۡ تَرَ
﴿ "Apakah kamu tidak mem-perhatikan," dengan hati dan pandanganmu, ﴾ كَيۡفَ فَعَلَ
﴿ "bagaimana Rabbmu berbuat" terhadap umat-umat yang melampaui batas itu, kaum 'Ad, ﴾ إِرَمَ
﴿ "(yaitu) penduduk Iram," kabilah terkenal di Yaman, ﴾ ذَاتِ ٱلۡعِمَادِ
﴿ "yang mempunyai bangunan yang tinggi," yaitu amat kuat, angkuh, dan sombong, ﴾ ٱلَّتِي لَمۡ يُخۡلَقۡ مِثۡلُهَا فِي ٱلۡبِلَٰدِ
﴿ "yang belum pernah di-bangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain," yakni di seluruh negeri-negeri lain dari segi kekuatan dan kekokohan. Sebagaimana nabi mereka, Hud عليه السلام berkata kepada mereka,
﴾ وَٱذۡكُرُوٓاْ إِذۡ جَعَلَكُمۡ خُلَفَآءَ مِنۢ بَعۡدِ قَوۡمِ نُوحٖ وَزَادَكُمۡ فِي ٱلۡخَلۡقِ بَصۜۡطَةٗۖ فَٱذۡكُرُوٓاْ ءَالَآءَ ٱللَّهِ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ 69
﴿
"Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Rabb telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (dari-pada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah, supaya kamu mendapat keberuntungan." (Al-A'raf: 69).
﴾ وَثَمُودَ ٱلَّذِينَ جَابُواْ ٱلصَّخۡرَ بِٱلۡوَادِ
﴿ "Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu yang besar di lembah," yakni di lembah negeri. Dengan kekuat-an, mereka memahat batu-batu besar dan dijadikan sebagai tempat tinggal. ﴾ وَفِرۡعَوۡنَ ذِي ٱلۡأَوۡتَادِ
﴿ "Dan kaum Fir'aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak)," yakni yang memiliki tentara yang mengokoh-kan kekuasaannya seperti halnya pasak yang memperkokoh dan apa pun yang dipertahankan. ﴾ ٱلَّذِينَ طَغَوۡاْ فِي ٱلۡبِلَٰدِ
﴿ "Yang berbuat sewe-nang-wenang dalam negerinya." Sifat ini kembali pada kaum 'Ad, Tsamud, Fir'aun, dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka. Mereka berlaku melampaui batas di atas bumi Allah سبحانه وتعالى dan me-nyiksa hamba-hamba Allah سبحانه وتعالى dalam agama dan dunia mereka. Karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ فَأَكۡثَرُواْ فِيهَا ٱلۡفَسَادَ
﴿ "Lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu," yaitu dengan melakukan keku-furan dan berbagai cabangnya dari berbagai jenis kemaksiatan, serta berusaha memerangi para rasul dan menghalangi manusia dari jalan Allah سبحانه وتعالى. Kala mereka telah mencapai puncak pembang-kangan yang mengharuskan mereka binasa, Allah سبحانه وتعالى menimpakan siksa dan mengirimkan cambuk siksaNya. ﴾ إِنَّ رَبَّكَ لَبِٱلۡمِرۡصَادِ ﴿ "Sesung-guhnya Rabbmu benar-benar mengawasi," bagi siapa pun yang men-durhakaiNya. Allah سبحانه وتعالى sedikit memberinya tangguhan, dan setelah itu akan menyiksanya dengan siksaan Dzat yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
{فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16) كَلَّا بَلْ لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ (17) وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (18) وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلًا لَمًّا (19) وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا (20)}.
"Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dimu-liakanNya dan diberiNya kesenangan, maka dia berkata, 'Rabbku telah memuliakanku.' Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rizkinya, maka dia berkata, 'Rabbku menghinakanku.' Sekali-kali tidak
(demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara men-campur baurkan
(yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan."
(Al-Fajr: 15-20).
#
{15 ـ 20} يخبر تعالى عن طبيعة الإنسان من حيث هو، وأنَّه جاهلٌ ظالمٌ لا علم له بالعواقب، يظنُّ الحالة التي تقع فيه تستمرُّ ولا تزول، ويظنُّ أنَّ إكرام الله في الدُّنيا وإنعامه عليه يدلُّ على كرامته [عنده] وقربِهِ منه، وأنَّه إذا {قَدَرَ عليه رِزْقَه}؛ أي: ضيَّقه، فصار بِقَدَرِ قوتِهِ لا يفضُلُ عنه؛ أنَّ هذا إهانةٌ من الله له، فردَّ الله عليه هذا الحسبان، فقال: {كلا}؛ أي: ليس كلُّ مَنْ نَعَّمْتُهُ في الدُّنيا فهو كريمٌ عليَّ، ولا كلُّ من قَدَرْتُ عليه رِزْقَه فهو مهانٌ لديَّ، وإنَّما الغِنى والفقر والسعة والضيق ابتلاءٌ من الله وامتحانٌ يمتحن به العباد؛ ليرى من يقوم له بالشكر والصبر، فيثيبه على ذلك الثواب الجزيل، ممَّن ليس كذلك، فينقله إلى العذاب الوبيل. وأيضاً؛ فإنَّ وقوف همَّة العبد عند مراد نفسه فقط من ضعف الهمَّة، ولهذا لامَهُمُ الله على عدم اهتمامهم بأحوال الخلق المحتاجين، فقال: {كلاَّ بل لا تكرِمون اليتيمَ}: الذي فقد أباه وكاسبه واحتاج إلى جبر خاطره والإحسان إليه؛ فأنتُم لا تكرِمونه بل تهينونه، وهذا يدلُّ على عدم الرحمة في قلوبكم وعدم الرغبة في الخير، {ولا تحاضُّون على طعام المسكين}؛ أي: لا يحضُّ بعضكم بعضاً على إطعام المحاويج من الفقراء والمساكين ، وذلك لأجل الشحِّ على الدنيا ومحبَّتها الشديدة المتمكَّنة من القلوب. ولهذا قال: {وتأكُلون التُّراثَ}؛ أي: المال المخلَّف، {أكلاً لَمًّا}؛ أي: ذريعاً، لا تبقون على شيء منه، {وتحبُّون المال حُبًّا جَمًّا}؛ أي: شديداً ، وهذا كقوله: {بل تؤثرون الحياةَ الدُّنيا والآخرةُ خيرٌ وأبقى}، {كلاَّ بل تحبُّونَ العاجِلَةَ وتَذَرون الآخرةَ}.
(15-20) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan tabiat manusia dari segi manusia itu sendiri. Manusia adalah sosok bodoh, zhalim, yang tidak mengetahui resiko berbagai hal. Ia mengira kondisi yang ada padanya akan terus berlanjut dan tidak akan hilang dan mengira bahwa kemuliaan serta kenikmatan Allah سبحانه وتعالى yang diberikan di dunia menunjukkan kemuliaannya di sisi Allah سبحانه وتعالى, dan ia mengira bila ﴾ رِزۡقَهُۥ
﴿ "rizkinya," disempitkan hingga makanannya hanya pas-pasan (tidak lebih), hal itu dikira sebagai penghinaan Allah سبحانه وتعالى terhadapnya. Allah سبحانه وتعالى menolak dugaan ini seraya berfirman, ﴾ كـَلَّاۖ
﴿ "Sekali-kali tidak (demikian)," yakni, tidak semua orang yang Aku beri kenikmatan di dunia adalah orang mulia di sisiKu dan tidak berarti orang yang rizkinya Aku sempitkan adalah orang hina di sisiKu. Kekayaan, kemiskinan, kelapangan, dan kesempitan hanya-lah ujian dari Allah سبحانه وتعالى pada para manusia, agar Allah سبحانه وتعالى mengeta-hui siapakah yang bersyukur dan bersabar, sehingga Allah سبحانه وتعالى bisa memberikan balasan besar atas kesyukuran dan kesabaran itu, se-dangkan yang tidak mau bersyukur dan bersabar, akan ditimpakan padanya siksaan yang mengerikan. Di samping itu, ketergantungan harapan seseorang pada keinginannya semata merupakan salah satu tanda lemahnya cita-cita. Karena itu Allah سبحانه وتعالى mencela mereka karena tidak memperhatikan kondisi orang lain yang memerlukan bantuan seraya berfirman, ﴾ كـَلَّاۖ بَل لَّا تُكۡرِمُونَ ٱلۡيَتِيمَ
﴿ "Sekali-kali tidak (demi-kian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim," yang kehilangan ayah dan orang yang mencarikan rizki baginya yang memerlukan pelipur lara dan perlakuan baik. Kalian justru tidak memuliakan-nya, tapi malah menghinanya. Ini menunjukkan tidak adanya rasa kasih sayang dalam hati kalian dan tidak adanya keinginan dalam kebajikan. ﴾ وَلَا تَحَٰٓضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ
﴿ "Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin," yakni, kalian tidak saling mengajak satu sama lain untuk memberi makan orang-orang yang memerlu-kan dari kalangan fakir miskin. Hal itu dikarenakan ketamakan terhadap dunia dan rasa cinta yang amat bersarang di hati. Karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَتَأۡكُلُونَ ٱلتُّرَاثَ
﴿ "Dan kamu memakan harta pusaka," yaitu harta yang ditinggalkan ﴾ أَكۡلٗا لَّمّٗا
﴿ "dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil)," yakni dengan segala ketamakan dan tidak menyisakan yang tidak halal sekalipun. Ka-rena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَتُحِبُّونَ ٱلۡمَالَ حُبّٗا جَمّٗا
﴿ "Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan," yakni dengan sangat. Ini semakna dengan Firman Allah سبحانه وتعالى,
﴾ بَلۡ تُؤۡثِرُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا 16 وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓ 17
﴿
"Tetapi kamu (orang-orang) kafir memilih kehidupan duniawi, pada-hal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (Al-A'la: 16-17).
﴾ كـَلَّا بَلۡ تُحِبُّونَ ٱلۡعَاجِلَةَ 20 وَتَذَرُونَ ٱلۡأٓخِرَةَ 21 ﴿
"Jangan
(berbuat demikian). Tapi kamu lebih mencintai dunia dan meninggalkan akhirat."
(Al-Qiyamah: 20-21).
{كَلَّا إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا (21) وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا (22) وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى (23) يَقُولُ يَالَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي (24) فَيَوْمَئِذٍ لَا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ (25) وَلَا يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ (26) يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)}
"Jangan
(berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan datanglah Rabbmu; sedang malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu diperlihatkan Neraka Jahanam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi mengingat itu tidak ber-guna lagi baginya. Dia mengatakan, 'Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan
(amal shalih) untuk hidupku ini.' Maka pada hari itu tiada seorang pun menyiksa seperti siksaNya, dan tiada seorang pun yang mengikat seperti ikatanNya. Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu."
(Al-Fajr: 21-30).
#
{21 ـ 24} {كلاَّ}؛ أي: ليس كلُّ ما أحببتم من الأموال وتنافستُم فيه من اللَّذَّات بباقٍ لكم، بل أمامكم يومٌ عظيمٌ وهولٌ جسيمٌ تُدَكُّ فيه الأرض والجبال وما عليها حتى تُجْعَلَ قاعاً صفصفاً لا عِوَجَ فيه ولا أمتا، ويجيء الله لفصل القضاء بين عباده في ظُلَلٍ من الغمام، ويجيء الملائكة الكرام أهل السماواتِ كلُّهم {صفًّا صفًّا}؛ أي: صفّاً بعد صفٍّ، كلُّ سماءٍ يجيء ملائكتها صفًّا، يحيطون بمن دونَهم من الخلق، وهذه الصفوف صفوفُ خضوع وذُلٍّ للملك الجبار، {وجيء يومئذٍ بجهنَّم}: تقودُها الملائكة بالسلاسل؛ فإذا وقعت هذه الأمور؛ فَـ {يومئذٍ يتذكَّرُ الإنسان}: ما قدَّمه من خيرٍ وشرٍّ، {وأنَّى له الذِّكرى}: فقد فات أوانُها وذهب زمانها، {يقول}: متحسِّراً على ما فرَّط في جنب الله: {يا ليتني قدَّمتُ لحياتي}: الباقية الدائمة عملاً صالحاً؛ كما قال تعالى: {يقول يا ليتني اتَّخَذْتُ مع الرسولِ سبيلاً. يا ويلتى لَيْتَني لم أتَّخِذْ فلاناً خليلاً}، وفي هذا دليلٌ على أنَّ الحياة التي ينبغي السعي في كمالها وتحصيلها وكمالها وفي تتميم لَذَّاتها هي الحياة في دار القرار؛ فإنَّها دارُ الخُلد والبقاء.
(21-24) ﴾ كـَلَّآۖ
﴿ "Jangan (berbuat demikian)," yakni, tidaklah semua harta yang kalian cintai dan semua kenikmatan yang kalian perlombakan akan kekal bersama kalian. Tapi di hadapan kalian terdapat hari besar dan huru-hara hebat yang menggoncangkan bumi dan gunung hingga dibuat menjadi hamparan yang datar, yang tidak ada yang curam ke bawah dan tidak pula menjulang tinggi. Kemudian Allah سبحانه وتعالى datang untuk memberi putusan di antara para hambaNya di dalam naungan awan dan datanglah para malaikat mulia, seluruh penghuni langit ﴾ صَفّٗا صَفّٗا
﴿ "berbaris-baris," yakni rapi baris demi baris. Setiap langit mendatangkan para ma-laikatnya secara berbaris-baris, yang meliputi semua yang berada di bawah mereka. Barisan-barisan ini adalah barisan penuh ketun-dukan dan merendah pada Yang Maharaja lagi Mahaperkasa.
﴾ وَجِاْيٓءَ يَوۡمَئِذِۭ بِجَهَنَّمَۚ
﴿ "Dan pada hari itu diperlihatkan Neraka Jaha-nam," digiring oleh para malaikat dengan belenggu. Bila semua hal ini terjadi, ﴾ يَوۡمَئِذٖ يَتَذَكَّرُ ٱلۡإِنسَٰنُ
﴿ "pada hari itu ingatlah manusia," akan kebaikan dan keburukan yang pernah dilakukan,﴾ وَأَنَّىٰ لَهُ ٱلذِّكۡرَىٰ
﴿ "akan tetapi mengingat itu tidak berguna lagi baginya," sudah terlambat dan waktunya sudah hilang. ﴾ يَقُولُ
﴿ "Dia mengatakan," seraya menyesali apa yang telah disia-siakan di sisi Allah سبحانه وتعالى, ﴾ يَٰلَيۡتَنِي قَدَّمۡتُ لِحَيَاتِي
﴿ "Alang-kah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku ini," yang kekal dengan amal baik. Ini semakna dengan Firman Allah سبحانه وتعالى,
﴾ يَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي ٱتَّخَذۡتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلٗا 27 يَٰوَيۡلَتَىٰ لَيۡتَنِي لَمۡ أَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِيلٗا 28 ﴿
"Dia berkata, 'Aduhai kiranya
(dulu) aku mengambil jalan
(yang lurus) bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku
(dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab
(ku')."
(Al-Furqan: 27-28).
Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa kehidupan yang layak dicari kesempurnaannya dan layak dicari kenikmatannya yang sempurna adalah kehidupan di dalam negeri abadi, karena itu adalah negeri yang kekal.
#
{25 ـ 26} {فيومئذٍ لا يعذِّبُ عذابَه أحدٌ}: لمن أهمل ذلك اليوم ونسي العمل له، {ولا يوثِقُ وَثاقَه أحدٌ}؛ فإنَّهم يقرنون بسلاسل من نارٍ، ويسحَبون على وجوههم في الحميم، ثم في النار يُسْجَرون؛ فهذا جزاءُ المجرمين.
(25-26) ﴾ فَيَوۡمَئِذٖ لَّا يُعَذِّبُ عَذَابَهُۥٓ أَحَدٞ
﴿ "Maka pada hari itu tiada seorang pun menyiksa seperti siksaNya" bagi orang yang melalaikan hari itu dan melupakan amal untuk hari itu, ﴾ وَلَا يُوثِقُ وَثَاقَهُۥٓ أَحَدٞ ﴿ "dan tiada se-orang pun yang mengikat seperti ikatanNya," karena mereka diikat dengan belenggu dari api neraka dan diseret di atas wajah mereka ke dalam neraka yang membara kemudian mereka dijadikan bara api di dalam neraka. Inilah balasan orang-orang yang durjana.
#
{27 ـ 30} وأمَّا مَن آمن بالله واطمأنَّ به وصدَّق رسله؛ فيقال له: {يا أيَّتها النفسُ المطمئنَّةُ}: إلى ذِكْرِ الله، الساكنة إلى حبِّه ، التي قرَّتْ عينُها بالله، {ارجِعي إلى ربِّك}: الذي ربَّاك بنعمته، [وأسدى عليك من إحسانه ما صرت به من أوليائه وأحبابه] {راضيةً مَرْضِيَّةً}؛ أي: راضيةً عن الله وعن ما أكرمها به من الثواب، والله قد رضي عنها، {فادْخُلي في عبادي. وادْخُلي جنَّتي}: وهذا تخاطَبُ به الرُّوح يوم القيامةِ، وتخاطَبُ به وقتَ السياق والموت.
(27-30) Sedangkan orang yang beriman kepada Allah سبحانه وتعالى dan merasa tenang dengan keimanan tersebut, serta membenarkan para rasulNya, maka dikatakan padanya, ﴾ يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ
﴿ "Hai jiwa yang tenang," dengan mengingat Allah سبحانه وتعالى dan damai pada cintaNya, yang matanya sejuk karena Allah سبحانه وتعالى, ﴾ ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ
﴿ "kembalilah kepada Rabbmu," Yang merawatmu dengan nikmatNya dan menyempur-nakan kebaikanNya padamu hingga kau menjadi salah satu wali dan kekasihNya, ﴾ رَاضِيَةٗ مَّرۡضِيَّةٗ
﴿ "dengan hati yang puas lagi diridhaiNya," yakni senang pada Allah سبحانه وتعالى dan pada pahala yang Allah memulia-kan dirinya dengannya. Allah pun senang padanya. ﴾ فَٱدۡخُلِي فِي عِبَٰدِي ﴿ "Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu," ini adalah dialog dengan ruh pada Hari Kiamat, pada saat digiring dan pada saat ajal menjelang.
Dan segala puji hanya untuk Allah semata, Rabb semesta alam.