Ayah:
TAFSIR SURAT AN-NASHR ( Pertolongan )
TAFSIR SURAT AN-NASHR ( Pertolongan )
Madaniyah[151]
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
Ayah: 1 - 3 #
{إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا (3)}.
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepadaNya. Sesungguhnya Dia Maha Pene-rima taubat." (An-Nashr: 1-3).
#
{1 ـ 3} في هذه السورة الكريمة: بشارةٌ، وأمرٌ لرسوله عند حصولها، وإشارةٌ، وتنبيهٌ على ما يترتَّب على ذلك: فالبشارةُ هي البشارة بنصر الله لرسوله، وفتحه مكَّة، ودخول الناس {في دين الله أفواجاً} بحيث يكون كثيرٌ منهم من أهله وأنصاره بعد أن كانوا من أعدائه، وقد وقع هذا المبشَّر به. وأما الأمر بعد حصول النَّصر والفتح؛ فأمر [اللَّهُ] رسولَه أن يشكره على ذلك، ويسبِّح بحمده، ويستغفره. وأما الإشارة؛ فإن في ذلك إشارتين: إشارة أنَّ النَّصر يستمرُّ للدين ويزداد عند حصول التَّسبيح بحمد الله واستغفاره من رسوله؛ فإن هذا من الشُّكر، والله يقول: {لئن شكرتُمْ لأزيدَنَّكم}: وقد وُجِدَ ذلك في زمن الخلفاء الراشدين وبعدهم في هذه الأمَّة، لم يزل نصر الله مستمرًّا حتى وصل الإسلام إلى ما لم يصل إليه دينٌ من الأديان، ودخل فيه من لم يدخل في غيره، حتى حدث من الأمة من مخالفة أمر الله ما حدث، فابتُلوا بتفرُّق الكلمة وتشتُّت الأمر، فحصل ما حصل، ومع هذا؛ فلهذه الأمَّة وهذا الدِّين من رحمة الله ولطفه ما لا يخطر بالبال أو يدور في الخيال. وأما الإشارة الثانية؛ فهي الإشارة إلى أنَّ أجلَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قد قرب ودنا، ووجه ذلك أنَّ عمره عمرٌ فاضلٌ، أقسم الله به، وقد عُهِدَ أنَّ الأمور الفاضلة تُخْتَم بالاستغفار؛ كالصلاة والحجِّ وغير ذلك، فأمر الله لرسوله بالحمد والاستغفار في هذه الحال إشارةٌ إلى أنَّ أجله قد انتهى؛ فلْيستعدَّ ويتهيَّأ للقاء ربِّه ويختم عمره بأفضل ما يجده صلوات الله وسلامه عليه، فكان [- صلى الله عليه وسلم -] يتأوَّل القرآن ويقول ذلك في صلاته؛ يكثر أن يقول في ركوعه وسجوده: «سبحانك اللهمَّ ربَّنا وبحمدك، اللهمَّ! اغفر لي».
(1-3) Dalam surat yang mulia ini terdapat berita gembira dan sekaligus perintah untuk RasulNya pada saat berita gembira itu terwujud, serta terdapat sebuah isyarat dan peringatan akan beberapa hal yang disebabkan olehnya. Berita gembira yang dimaksud adalah berita gembira perto-longan Allah سبحانه وتعالى untuk RasulNya, penaklukkan Makkah dan masuk-nya orang-orang ﴾ فِي دِينِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجٗا ﴿ "ke dalam agama Allah dengan berbon-dong-bondong," karena kebanyakan dari mereka menjadi pemeluk dan penolongnya setelah sebelumnya mereka memusuhinya. Berita gembira yang disampaikan ini benar-benar terjadi. Sedangkan perintah setelah terwujudnya kemenangan dan penaklukan adalah perintah Allah سبحانه وتعالى untuk RasulNya agar ber-syukur kepada Allah سبحانه وتعالى atas hal itu serta memahasucikan dengan memujiNya dan memohon ampunan padaNya. Dan berkaitan dengan isyarat, terdapat dua isyarat dalam ayat ini: Pertama, isyarat bahwa kemenangan akan terus berlang-sung bagi Islam dan semakin bertambah manakala terwujud tasbih (memahasucikan) Allah dengan memujiNya dan memohon am-punan padaNya dari RasulNya, karena hal ini termasuk rasa syukur, dan Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ ﴿ "Sungguh jika kalian bersyukur, pasti Kami akan tambahkan (nik-mat) kepadamu." (Ibrahim: 7). Dan hal itu telah terwujud di masa Khulafa` Rasyidin dan generasi setelahnya dari umat ini. Dan pertolongan Allah سبحانه وتعالى senan-tiasa berlangsung hingga Islam mencapai apa yang tidak bisa dicapai oleh agama-agama lain dan banyak orang yang masuk ke dalam Islam dalam jumlah yang belum pernah ada pada agama lain, hingga terjadilah pembangkangan terhadap perintah Allah سبحانه وتعالى dalam umat ini sehingga mereka tertimpa perpecahan dan terjadi-lah apa yang terjadi. Meski demikian, umat dan agama ini tetap memiliki rahmat dan kelembutan Allah سبحانه وتعالى yang tidak pernah ter-lintas di benak atau berlalu dalam khayalan. Isyarat kedua adalah dekatnya ajal Rasulullah a. Alasannya adalah karena usia beliau adalah usia mulia yang dengannya Allah سبحانه وتعالى bersumpah, dan Allah سبحانه وتعالى telah memberitahukan bahwa hal-hal utama itu ditutup dengan istighfar seperti shalat, haji, dan lainnya. Allah سبحانه وتعالى memerintahkan RasulNya untuk bertahmid dan beris-tighfar dalam kondisi itu sebagai sebuah isyarat bahwa ajal beliau sudah dekat. Hendaklah beliau mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Rabb beliau dan menutup usianya dengan sesuatu paling istimewa yang beliau miliki. Semoga shalawat dan salam tetap ter-limpahkan pada beliau. Rasulullah a menafsirkan al-Qur`an dan mengucapkan tasbih dan istighfar dalam shalat. Beliau banyak membaca ketika rukuk dan sujud, سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِيْ. "Mahasuci Engkau, dan dengan memujiMu ya Allah, Rabb kami. Ya Allah, ampunilah aku."[152]